KODE JUDUL : X.173
LAPORAN AKHIR
INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA
TEKNOLOGI PENGGUNAAN MIKROBA ENDOFIT DAN PUPUK MAJEMUK HAYATI DALAM REDUKSI PUPUK SINTETIS (>35%) DAN PENINGKATAN PRODUKSI (>25%) PADA BUDIDAYA KENTANG
KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
Peneliti/ Perekayasa :
1. 2. 3. 4.
Dr.Ir. Rakhmat Sutarya, MS Ir. Subhan, APU Dr.Ir. Ali Asgar, MS Dr. Liferdi Lukman, MSi
INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI 2012
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN Judul Kegiatan
:
Fokus Bidang Prioritas Kode Produk Target Kode Kegiatan Lokasi Penelitian Penelitian Tahun ke
: : : : :
Teknologi Penggunaan Mikroba Endofit dan Pupuk Majemuk Hayati Dalam Reduksi Pupuk Sintetis (35%) dan Peningkatan Produksi (>25%) pada Budidaya Kentang Ketahanan Pangan 1.03 1.03.01 Malino, Sulawesi Selatan Satu
Keterangan Lembaga Pelaksana/Pengelola Penelitian A. Lembaga Pelaksana Penelitian Dr.Ir. Rakhmat Sutarya, MS Nama Koordinator/Peneliti Utama Nama Lembaga/Institusi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Litbang Pertanian. Unit Organisasi Balai Penelitian Tanaman Sayuran Alamat Jl. Tangkuban Perahu 517, Lembang Telepon/HP/Faksimil/E-mail Telp. 62-22-2786246; Fax. 62-22-2786416;
[email protected] B. Lembaga lain yang terlibat (dapat lebih dari satu) Dr. Ir. Fajri Djufri M.Si Nama Pimpinan Nama Lembaga BPTP Sulawesi Selatan Alamat Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5, Sudiang PO Box 1234. Makassar 90242 – Sulsel Telepon/HP/Faksimil/E-mail Telp: 0411 - 556449; 554522 Fax: 0411 – 554522 C. Lembaga lain yang terlibat (dapat lebih dari satu) Nama Pimpinan Nama Lembaga Alamat Telepon/HP/Faksimil/E-mail
Jangka Waktu Kegiatan
:
Februari-September 2012 (8 bulan)
Biaya
:
Rp.200.000.000,- (Duaratus juta rupiah)
Menyetujui: Pj. Kepala Balai Penelitian Tanaman Sayuran
Dr. Liferdi, M.Si. NIP.19701007 199803 1 001
Peneliti Utama,
Dr.Ir. Rakhmat Sutarya, MS NIP. 19520102 198203 1 002
3
EXECUTIVE SUMMARY
Productivity of potato crops in the district Malino Gowa, South Sulawesi is still very low at 3 t / ha, whereas the average of national production has reached 14 t / ha. The use of NPK synthetic fertilizers have a high enough level of potato growers in Malino is 1000-1200 kg NPK / ha, and it lasts a long time. This condition can cause damage to natural resources. Farmers generally do not know and do not understand biological fertilizer and in the use of biological fertilizers so that the example in the way of biological fertilizer use needs to be practiced together. Purpose of this experiment was to determine the effect of the reduction of the use of NPK synthetic fertilizer use and productivity of potato crops. The study was conducted in farmers' fields in the Village Pattapang, District Highland of Malino, Goa district, South Sulawesi. The experiment focused on testing the use of biological fertilizers in an effort to reduce the use of synthetic fertilizers on potato. This study was conducted in several stages: (1) seek endophytic microbial isolates, testing its effect on plants and makes the formulation, (2) Conduct an experiment to see the effect of biological fertilizers on potato plants in the field, (3) the impact of the treatments preferences of farmers. Long drought has occurred during the study period so that plant growth in the region is difficult to get water. The first studies was carried out to collect samples of endophytic microbes of potato plant tissue. Endophytic microbes were selected by looking at the response to the development of sprouts and their effects on seeds. Selected endophytic isolates used as a biofertilizer. To see the influence the efficacy of the use of bio fertilizers, design used was randomized block design with treatments as follows : treatments A = 1000 kg NPK / ha (control), B = 150 kg NPK / ha + endophytic microbes; C = NPK 300 kg / ha + endophytic microbes; D = 150 kg NPK / ha + biological compound fertilizer; E = 300 kg NPK / ha + biological compound fertilizer; F = 150 kg NPK / ha + Compost tea; G = NPK 300 kg / ha + Compost tea. The results of these experiments showed that the reduction of the dose of NPK fertilizer by 70% to 85% of the normal dose (1000 kg / ha NPK) did not show a negative influence on the 4
growth of potato plants. Likewise, effect of the biological fertilizer on potato productivity is equivalent to giving a normal dose of NPK fertilizer. For future development is a biological fertilizer must be produced in considerable amounts for the sample to be disseminated. Strategy development is held together with the dissemination of existing trainers in the local area for several locations by conducting demoplot and distributing leaflets and giving information to farmers. Coordination of research done by BPTP and related Department of Agriculture in the region Malino. This study complies with the local government program for reducing the use of synthetic fertilizer program is a program initiated by the government to develop sustainable agriculture in South Sulawesi corridor. This research program is in line with government efforts to increase agricultural productivity does not have to depend solely on the use of synthetic fertilizers NPK. Indicators of success synergy of this research is the participation of extension workers and local farmers and seed breeders in the farmer groups. Active participation is shown with the participation of farmers and began planting seed potatoes, providing biological compound fertilizer treatment, observations of plant growth, an evaluation of treatments that can give good influence on plant growth. Application of microbial fertilizers do not cause disease in potato plants and even improve the growth of potato plants. Framework strategy is the utilization of research results in the area of government officers should have the same view that the use of synthetic NPK fertilizers can damage farmland and pollute the environment. Indicators of success are increased of knowledge and awareness among farmers on the benefits of biological compound fertilizer. From the results of a survey of potato farmers in this study showed that plots
treatment using biological compound fertilizer was chosen by the
respondent farmers. To follow up due to the positive response from the farmers to the biological compound fertilizer, the government needs to respond to assist farmers to expand further programs on the use of biological fertilizers on vegetables.
5
LAPORAN HASIL LITBANG
DAFTAR ISI
BAB
Halaman
DAFTAR ISI .......................................................................
3
I
IDENTITAS LEMBAGA LITBANGYASA ............................
4
II
IDENTITAS KEGIATAN ......................................................
5
III
IDENTITAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN HASIL
9
LITBANG ............................................................................ IV
PENGELOLAAN ASET ......................................................
11
LAMPIRAN LAPORAN AKHIR PELAKSANAAN ...............
3
BAB I IDENTITAS LEMBAGA LITBANGYASA
Lembaga Pelaksanaan Penelitian Nama Lembaga/ Institusi
Balai Penelitian Tanaman Sayuran
Unit Organisasi
Kementerian Pertanian
Nama Pimpinan
Dr. Liferdi, SP.MSi.
Alamat
Jl.
Tangkuban
Parahu
No.
517,
Lembang,
Bandung Barat 40391 Telepon/ HP
081314524070
Faksimile
022-2786416
e-mail
[email protected]
BAB II 4
IDENTITAS KEGIATAN
Judul
Abstrak
Teknologi Penggunaan Mikroba Endofit dan Pupuk Majemuk Hayati Dalam Reduksi Pupuk Sintetis (35%) dan Peningkatan Produksi (>25%) pada Budidaya Kentang Produktivitas tanaman kentang di Malino kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan masih sangat rendah yaitu 3 t/ha, padahal rata-rata produksi nasional sudah mencapai 14 t/ha. Penggunaan pupuk sintetis telah cukup tinggi di tingkat petani kentang di Malino yaitu 1000-1200 kg NPK/ha, dan sudah berlangsung lama. Keadaan ini dapat menyebabkan kerusakan pada sumber daya alam yang ada. Petani pada umumnya belum mengenal pupuk hayati dan belum paham dalam penggunaan pupuk hayati sehingga pemberian contoh dalam cara penggunaan pupuk hayati perlu dipraktekan bersama. Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk hayati terhadap reduksi penggunaan pupuk sintetis NPK dan produktivitas pada tanaman kentang. Penelitian dilakukan di lahan petani di Kelurahan Pattapang, Kecamatan Tinggi Moncong, Malino, Kabupaten Goa, Sulawesi Selatan. Percobaan difokuskan pada pengujian penggunaan pupuk hayati dalam upaya menurunkan penggunaan dosis pupuk sintetis pada tanaman kentang. Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahap yaitu (1) mencari isolat mikroba endofit, menguji pengaruhnya pada tanaman dan membuat formulasinya; (2) Melakukan percobaan untuk melihat pengaruh pupuk hayati pada tanaman kentang di lapangan; (3) Preferensi petani terhadap dampak perlakuan. Musim kemarau yang panjang selama penelitian telah terjadi sehingga terdapat periode dalam penelitian ini mengalami kekurangan air sehingga pertumbuhan tanaman mengalami hambatan karena di daerah tersebut sulit mendapatkan air. Penelitian ini mendapatkan dana sebesar Rp.200.000.000,-. Mekanisme pengelolaan anggaran 5
dari penelitian ini terbagi menjadi 3 termin dimana masing-masing termin besarnya terbagi menjadi 30% untuk termin kesatu, 50% untuk termin kedua dan 20% untuk termin ketiga. Hasil penelitian ini merupakan asset untuk mendukung budidaya kentang. Hasil penelitian ini dapat menjadi aset yang berupa produk pupuk majemuk hayati, dan asset yang berupa informatif dari hasil penelitian ini dapat diterbitkan di dalam Jurnal Hortikultura. Penilitian ini dilaksanakan mengkoleksi sampelsampel mikroba endofit dari jaringan tanaman kentang. Mikroba endofit diseleksi dengan melihat responnya terhadap perkembangan kecambah dan pengaruhnya terhadap bibit tanaman. Endofit yang terseleksi digunakan sebagai bahan pupuk hayati. Untuk melihat pengaruh efikasi dari penggunaan pupuk hayati, rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan perlakuan pemupukan sebagai berikut perlakuan A= pupuk NPK 1000 kg/ha (kontrol); B= pupuk NPK 150 kg/ha +mikroba endofit; C= pupuk NPK 300 kg/ha + mikroba endofit; D= pupuk NPK 150 kg/ha +Pupuk majemuk hayati; E= pupuk NPK 300 kg/ha + Pupuk majemuk hayati; F= pupuk NPK 150 kg/ha + Compost tea; G= pupuk NPK 300 kg/ha + Compost tea. Hasil dari percobaan ini menunjukkan bahwa pengurangan dosis pupuk NPK sebesar 70% sampai 85% dari dosis normal (1000 kg/ha NPK) tidak memperlihatkan pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan tanaman kentangnya. Demikian juga dengan pemberian pupuk hayati menghasilkan produktivitas kentang yang setara dengan pemberian dosis pupuk NPK yang normal. Untuk pengembangan ke depan adalah pupuk hayati tersebut harus dapat diproduksi dalam jumlah yang cukup banyak sebagai sampel untuk didiseminasikan. Strategi pengembangan adalah mengadakan diseminasi bersama-sama dengan penyuluh yang ada di daerah setempat ke beberapa lokasi di sentra produksi kentang dengan mengadakan demoplot dan menyebarkan leaflet dan memberikan penyuluhan kepada para petani. Koordinasi penelitian dilakukan dengan BPTP 6
Makasar dan Dinas Pertanian terkait yang ada di wilayah Malino. Penelitian ini telah sesuai dengan program pemerintah setempat karena program reduksi penggunaan pupuk sintetis merupakan program yang dicanangkan oleh pemerintah untuk mengembangkan pertanian di koridor Sulawesi Selatan. Penelitian ini sejalan dengan program pemerintah dalam upaya meningkatkan produktivitas komoditas pertanian tidak semata-mata harus tergantung pada penggunaan pupuk sintetis NPK. Indikator keberhasilan sinergi dari penelitian ini adalah adanya partisipasi dari para penyuluh dan para petani setempat serta penangkar benih yang ada di kelompok tani. Partisipasi aktif diperlihatkan dengan ikut sertanya petani dan penyuluh dari mulai tanam benih kentang, memberikan perlakuan pupuk majemuk hayati, melakukan pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman, melakukan evaluasi terhadap perlakuan-perlakuan yang dapat memberikan pengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman. Aplikasi pupuk mikroba tidak menyebabkan penyakit pada tanaman kentang bahkan memperbaiki pertumbuhan tanaman kentang. Kerangka strategi pemanfaatan hasil penelitian ini para aparatur pemerintahan di daerah harus memiliki pandangan yang sama bahwa penggunaan pupuk NPK sintetik yang terus-menerus dapat merusak lahan pertanian dan mencemari lingkungan. Indikator keberhasilan pemanfaatan tersebut adalah meningkatnya pengetahuan dan kesadaran para petani terhadap manfaatnya pupuk majemuk hayati sehingga para petani muncul kesadarannya terhadap keuntungannya penggunaan pupuk majemuk hayati. Dari hasil survey terhadap para petani kentang pada penelitian ini memeperlihatkan bahwa plot-plot perlakuan yang menggunakan pupuk majemuk hayati tersebut terpilih oleh para petani responden. Untuk menindak lanjuti akibat adanya respon yang posistif dari para petani terhadap pupuk majemuk hayati maka pemerintah perlu merespon untuk membantu petani dengan memperluas program-program penellitian lanjutan mengenai penggunaan pupuk hayati pada 7
sayuran. Tim Peneliti
Dr.Ir. Rakhmat Sutarya, MS., Ir. Subhan APU., Dr.Ir. Ali Asgar MS., Dr.Liferdi Lukman Sp.,MSi.
Waktu Pelaksanaan
Februari – September 2012
Publikasi
Hasil penelitian ini akan dipublikasikan di Jurnal Hortikultura, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura
atau
di
jurnal
lainnya
yang
telah
terakreditasi.
8
BAB III IDENTITAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN HASIL LITBANG : Ringkasan Kekayaan Intelektual
Produk pupuk hayati yang mengandung mikroba berguna ini termasuk hasil karya dari penelitian yang merupakan Kekayaan Intelektual.
Produk
pupuk
hayati
dan
metode reduksi penggunan pupuk sintetis pada budidaya kentang adalah belum didaftrakan agar mendapat pengakuan hukum.
Hasil
dari
penelitian
yang
dilakukan di Malino (Sulawesi Selatan) ini telah dihasilkan berupa produk pupuk hayati dan teknologi reduksi penggunaan pupuk sintetik dalam budidaya kentang. Produk
pupuk
hayati
berupa
tepung
yang
berwarna
dihasilkan
putih
yang
mengandung beberapa jenis mikroba yang berbeda. Ringkasan Hasil Litbang
Berdasarkan tanaman
penampilan kentang
memperlihatkan
bahwa
pertumbuhan
di
lapangan pertumbuhan
tanaman dari hasil perlakuan pupuk hayati tersebut menunjukkan adanya perbaikan pertumbuhan tanaman walaupun pupuk sintetis NPK dikurangi sampai 70% dan 85%.
Hal
ini
membuktikan
bahwa
penggunaan pupuk majemuk hayati dapat memperbaiki
pertumbuhan
tanaman
kentang. Apabila melihat hasil panen secara total memperlihatkan bahwa penurunan dosis
9
penggunaan pupuk NPK sampai 70%-85% memperlihatkan bobot total yang tidak nyata antara tanaman yang diberi pupuk mikroba
jika
dibandingkan
dengan
tanaman kontrolnya yang diberi dosis pupuk NPK sintetis 1000 kg/ha. Dari hasil perhitungan
memperlihatkan
bahwa
perlakuan C, E dan F memperlihatkan nilai rata-rata bobot umbi yang relatif lebih tinggi jika
dibandingkan
dengan
tanaman
kontrolnya (A= dosis pupuk NPK 1000 kg/ha). Tanaman yang termasuk ke dalam kelompok C, E dan F diberikan dosis pupuk NPK masing-masing sebesar 300 kg/ha, 300 kg/ha dan 150 kg/ha. Dengan demikian
dari
hasil
membuktikan bahwa NPK
antara
memberikan pertumbuhan tanaman
70%
penelitian
penurunan dosis sampai
pengaruh dan
kentang,
ini
85%
terhadap
produktivitas asalkan
tidak
dari
tanaman
diberikan penambahan pupuk majemuk hayati.
Pengelolaan Anggaran
Anggaran diterima dalam 3 termin. Dana termin 1 dan 2 sudah diterima.
Sarana-Prasarana
Terlampir pada Metode Laporan Akhir
Pendokumentasian
Terlampir pada dokumentasi Laporan Akhir
10
BAB IV PENGELOLAAN ASET Judul
Teknologi Penggunaan Mikroba Endofit dan Pupuk Majemuk Hayati Dalam Reduksi Pupuk Sintetis (35%) dan Peningkatan Produksi (>25%) pada Budidaya Kentang
Tim Peneliti
Dr.Ir. Rakhmat Sutarya, MS., Ir. Subhan APU., Dr.Ir. Ali Asgar MS., Dr. Ir. Liferdi Lukman MSi.
Institusi Pelaksana Aset yang
Balai Penelitian Tanaman Sayuran
Dihasilkan
Aset fisik : Formulasi pupuk majemuk hayati untuk tanaman kentang. Pupuk hayati ini dapat memperbaiki
pertumbuhan
tanaman
dan
kesuburan tanah.
Aset informative : hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang teknologi reduksi penggunaan pupuk sintetik NPK pada budidaya tanaman kentang.
Pengelolaan Hasil
Hasil penelitian ini merupakan asset Badan Litbang
Litbangyasa
Pertanian yang harus disebarluaskan informasinya kepada pengguna agar supaya teknologi inovatif ini dapat
dimanfaatkan
oleh
pengguna.
Pengguna
pertama yang harus disampaikan adalah produsen pupuk agar supaya pupuk hayati yang sudah dibuat dapat diproduksi secara masal, sedangkan pengguna kedua adalah para petani agar supaya petani dapat menggunakan produk pupuk hayati tersebut di dalam budidaya kentangnya. Dengan demikian teknologi inovatif yang diperoleh dari hasil penelitian ini perlu didiseminasikan kepada dua pengguna tersebut.
11
KODE JUDUL : X.173
LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA
TEKNOLOGI PENGGUNAAN MIKROBA ENDOFIT DAN PUPUK MAJEMUK HAYATI DALAM REDUKSI PUPUK SINTETIS (>35%) DAN PENINGKATAN PRODUKSI (>25%) PADA BUDIDAYA KENTANG
KEMENTRIAN/LEMBAGA: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
Kode Produk Target: 1.03. Kode Kegiatan: 1.03.1
12
Peneliti/Perekayasa:
1. Dr.Ir. Rakhmat Sutarya, MS 2. Ir. Subhan APU 3. Dr.Ir. Ali Asgar, MS 4. Dr. Liferdi, MS.
INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTRIAN RISET DAN TEKNOLOGI 2012
13
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN Judul Kegiatan
:
Teknologi Penggunaan Mikroba Endofit dan Pupuk Majemuk Hayati Dalam Reduksi Pupuk Sintetis (35%) dan Peningkatan Produksi (>25%) pada Budidaya Kentang
Fokus Bidang Prioritas
:
Ketahanan Pangan
Kode Produk Target
:
1.03
Kode Kegiatan
:
1.03.01
Lokasi Penelitian
:
Malino, Sulawesi Selatan
Penelitian Tahun ke
:
Satu
Keterangan Lembaga Pelaksana/Pengelola Penelitian D. Lembaga Pelaksana Penelitian Dr.Ir. Rakhmat Sutarya, MS Nama Koordinator/Peneliti Utama Nama Lembaga/Institusi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Litbang Pertanian.
Unit Organisasi
Balai Penelitian Tanaman Sayuran
Alamat
Jl. Tangkuban Perahu 517, Lembang
Telepon/HP/Faksimil/E-mail
Telp. 62-22-2786246; Fax. 62-22-2786416;
[email protected]
E. Lembaga lain yang terlibat (dapat lebih dari satu) Dr. Ir. Fajri Djufri M.Si Nama Pimpinan Nama Lembaga
BPTP Sulawesi Selatan
Alamat
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5, Sudiang PO Box 1234. Makassar 90242 – Sulsel
Telepon/HP/Faksimil/E-mail
Telp: 0411 - 556449; 554522 Fax: 0411 - 554522
F. Lembaga lain yang terlibat (dapat lebih dari satu) Nama Pimpinan Nama Lembaga Alamat Telepon/HP/Faksimil/E-mail
14
Jangka Waktu Kegiatan
:
Februari-September 2012 (8 bulan)
Biaya
:
Rp.200.000.000,- (Duaratus juta rupiah)
Menyetujui:
Peneliti Utama,
Pj. Kepala Balai Penelitian Tanaman Sayuran
Dr. Liferdi, M.Si. NIP.19701007 199803 1 001
Dr.Ir. Rakhmat Sutarya, MS NIP. 19520102 198203 1 002
15
PRAKATA
Atas segala kekuasaan, perlidungan dan kekuatan yang diberikan dari Allah Swt, Alhamdulillah Laporan Akhir dari hasil penelitian PKPP tahun 2012 yang dilaksanakan di Malino, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan dengan segala kekurangannya telah selesai disusun. Penelitian yang berjudul : “ Teknologi Penggunaan Mikroba Endofit dan Pupuk Majemuk Hayati Dalam Reduksi Pupuk Sintetis (35%) dan Peningkatan Produksi (>25%) pada Budidaya Kentang”
diharapkan dapat memberikan asset yang berupa asset berupa fisik dan informative. Dari penelitian ini memberikan suatu produk yang berupa formulasi pupuk hayati yang berbahan aktif mikroba berguna, sedangkan asset lain berupa informasi teknologi reduksi penggunaan pupuk NPK sintetik dalam budidaya kentang. Dengan teknologi penggunaan pupuk hayati ini akan mengurangi pemakaian pupuk NPK sintetik antara 70% sampai 85% pada budidaya kentang system ini. Dengan berkurangnya pemakaian pupuk NPK sintetis diharapkan pencemaran lingkungan oleh bahan kimia yang berasal dari pupuk sintetis dapat dikurangi sehingga system pertanian yang berkelanjutan dapat tercapai. Pada kesempatan ini Tim Peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada penyandang dana Kementrian Ristek, Kementrian Pertanian, Badan Litbang Pertanian dan Puslitbang Hortikultura yang
telah
memberikan
kesempatannya
kepada
Tim
Peneliti
untuk
melaksanakan penelitian ini. Demikian juga kepada pihak-pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini diucapkan banyak terima kasih. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang berlipat, serta kami berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan keilmuan dan produksi kentang dimasa mendatang.
Lembang , 1 Oktober 2012
16
Tim Peneliti
17
RINGKASAN
Produktivitas tanaman kentang di Malino kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan masih sangat rendah yaitu 3 t/ha, padahal rata-rata produksi nasional sudah mencapai 14 t/ha.
Penggunaan pupuk sintetis telah cukup tinggi di
tingkat petani kentang di Malino yaitu 1000-1200 kg NPK/ha, dan sudah berlangsung lama. Keadaan ini dapat menyebabkan kerusakan pada sumber daya alam yang ada. Petani pada umumnya belum mengenal pupuk hayati dan belum paham dalam penggunaan pupuk hayati sehingga pemberian contoh dalam cara penggunaan pupuk hayati perlu dipraktekan bersama. Tujuan
percobaan
ini
adalah
untuk
mengetahui
pengaruh
penggunaan pupuk hayati terhadap reduksi penggunaan pupuk sintetis NPK dan produktivitas pada tanaman kentang. Penelitian dilakukan di lahan petani di Kelurahan Pattapang, Kecamatan Tinggi Moncong, Malino, Kabupaten Goa, Sulawesi Selatan. Percobaan difokuskan pada pengujian penggunaan pupuk hayati dalam upaya menurunkan penggunaan dosis pupuk sintetis pada tanaman kentang. Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahap yaitu (1) mencari isolat mikroba endofit, menguji pengaruhnya pada tanaman dan membuat formulasinya; (2) Melakukan percobaan untuk melihat pengaruh pupuk hayati pada tanaman kentang di lapangan; (3) Preferensi petani terhadap dampak perlakuan. Musim kemarau yang panjang selama penelitian telah terjadi sehingga terdapat periode dalam penelitian ini mengalami kekurangan air sehingga pertumbuhan tanaman mengalami hambatan karena di daerah tersebut sulit mendapatkan air. Penelitian
ini
mendapatkan
dana
sebesar
Rp.200.000.000,-.
Mekanisme pengelolaan anggaran dari penelitian ini terbagi menjadi 3 termin dimana masing-masing termin besarnya terbagi menjadi 30% untuk termin kesatu, 50% untuk termin kedua dan 20% untuk termin ketiga. Hasil penelitian ini merupakan asset untuk mendukung budidaya kentang. Hasil penelitian ini dapat menjadi aset yang berupa produk pupuk majemuk hayati, dan asset
18
yang berupa informatif dari hasil penelitian ini dapat diterbitkan di dalam Jurnal Hortikultura. Penilitian ini dilaksanakan mengkoleksi sampel-sampel mikroba endofit dari jaringan tanaman kentang. Mikroba endofit diseleksi dengan melihat responnya terhadap perkembangan kecambah dan pengaruhnya terhadap bibit tanaman. Endofit yang terseleksi digunakan sebagai bahan pupuk hayati. Untuk melihat pengaruh efikasi dari penggunaan pupuk hayati, rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan perlakuan pemupukan sebagai berikut perlakuan A= pupuk NPK 1000 kg/ha (kontrol); B= pupuk NPK 150 kg/ha +mikroba endofit; C= pupuk NPK 300 kg/ha + mikroba endofit; D= pupuk NPK 150 kg/ha +Pupuk majemuk hayati; E= pupuk NPK 300 kg/ha + Pupuk majemuk hayati; F= pupuk NPK 150 kg/ha + Compost tea; G= pupuk NPK 300 kg/ha + Compost tea. Hasil dari percobaan ini menunjukkan bahwa pengurangan dosis pupuk NPK sebesar 70% sampai 85% dari dosis normal (1000 kg/ha NPK) tidak memperlihatkan pengaruh yang negatif
terhadap pertumbuhan tanaman kentangnya. Demikian juga
dengan pemberian pupuk hayati menghasilkan produktivitas kentang yang setara dengan pemberian dosis pupuk NPK yang normal. Untuk pengembangan ke depan adalah pupuk hayati tersebut harus dapat diproduksi dalam jumlah yang cukup banyak sebagai sampel untuk didiseminasikan. Strategi pengembangan adalah mengadakan diseminasi bersama-sama dengan penyuluh yang ada di daerah setempat ke beberapa lokasi di sentra produksi kentang dengan mengadakan demoplot dan menyebarkan leaflet dan memberikan penyuluhan kepada para petani. Koordinasi penelitian dilakukan dengan BPTP Makasar dan Dinas Pertanian terkait yang ada di wilayah Malino. Penelitian ini telah sesuai dengan program pemerintah setempat karena program reduksi penggunaan pupuk sintetis merupakan program yang dicanangkan oleh pemerintah untuk mengembangkan pertanian di koridor Sulawesi Selatan. Penelitian ini sejalan dengan program pemerintah
dalam upaya meningkatkan produktivitas
komoditas pertanian tidak semata-mata harus tergantung pada penggunaan pupuk sintetis NPK. Indikator keberhasilan sinergi dari penelitian ini adalah 19
adanya partisipasi dari para penyuluh dan para petani setempat serta penangkar benih yang ada di kelompok tani. Partisipasi aktif diperlihatkan dengan ikut sertanya petani dan penyuluh dari mulai tanam benih kentang, memberikan perlakuan pupuk majemuk hayati, melakukan pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman, melakukan evaluasi terhadap perlakuanperlakuan yang dapat memberikan pengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman. Aplikasi pupuk mikroba tidak menyebabkan penyakit pada tanaman kentang bahkan memperbaiki pertumbuhan tanaman kentang. Kerangka strategi pemanfaatan hasil penelitian ini para aparatur pemerintahan di daerah harus memiliki pandangan yang sama bahwa penggunaan pupuk NPK sintetik yang terus-menerus dapat merusak lahan pertanian dan mencemari lingkungan.
Indikator
keberhasilan
pemanfaatan
tersebut
adalah
meningkatnya pengetahuan dan kesadaran para petani terhadap manfaatnya pupuk majemuk hayati sehingga para petani muncul kesadarannya terhadap keuntungannya penggunaan pupuk majemuk hayati. Dari hasil survey terhadap para petani kentang pada penelitian ini memeperlihatkan bahwa plot-plot perlakuan yang menggunakan pupuk majemuk hayati tersebut terpilih oleh para petani responden. Untuk menindak lanjuti akibat adanya respon yang posistif dari para petani terhadap pupuk majemuk hayati maka pemerintah perlu merespon untuk membantu petani dengan
memperluas
program-program
penellitian
lanjutan
mengenai
penggunaan pupuk hayati pada sayuran.
20
DAFTAR ISI
BAB
Halaman PRAKATA..............................................................
3
RINGKASAN ......................................................................
4
DAFTAR ISI ........................................................................
7
DAFTAR GAMBAR .............................................................
8
DAFTAR TABEL .................................................................
9
I. PENDAHULUAN ................................................................
11
II. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN .............
16
III. METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA.....................
18
IV. SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN .............................
31
V. PENUTUP............... ........................................................
33
21
DAFTAR GAMBAR
No.
Judul Gambar
Halaman
1.
Mikroba pelarut posfat dari golongan Pseudomonas spp …
21
2.
Mikroba penambat nitrogen dari golongan Azospirilum spp ..
21
3.
Mikroba Trichoderma spp yang menjadi komponen dari pupuk hayati .......................................................................
4.
21
Pertumbuhan tanaman kentang yang diberi mikroba (kiri)dan tanpa mikroba (kanan) …………………………………………
5.
22
Penampilan pengaruh pupuk majemuk hayati pada tanaman kentang ................................................................................
6
23
Penampilan pengaruh dosis 1000 kg/ha NPK pada tanaman kentang.................................................................................
7
23
Penampilan pengaruh mikroba endofit + 150 kg/ha NPK pada tanaman kentang ..................................................................
8
23
Penampilan pengaruh 300 kg/ha NPK + compost tea pada tanaman kentang……………………………………………….
24
22
DAFTAR TABEL
No.
Judul Tabel
1
Rekapitulasi rincian anggaran Penelitian .......................
17
2
Rincian pengelolaan Anggaran Penelitian ....................
17
3
Pertumbuhan tinggi dan jumlah cabang tanaman kentang di Malino, Sulawesi Selatan ............................
4
7
26
Intensitas serangan penyakit busuk daun pada tanaman kentang di Malino, Sulawesi Selatan .............
6
24
Jumlah dan berat umbi yang dihasilkan oleh kentang di Malino, Sulawesi Selatan .............................................
5
Halaman
27
Insiden penyakit virus, layu dan Rhizoctonia spp. pada tanaman kentang di Malino, Sulawesi Selatan ………..
28
Intensitas serangan hama Lyromiza spp pada tanaman kentang di Malino, Sulawesi Selatan …………………..
29
23
24
BAB I PENDAHULUAN 1 .
Latar Belakang Sejak revolusi hijau yang diprogramkan oleh pemerintah untuk meningkatkan
produksi
demi
tercapainya
swasembada
pangan,
penggunaan pupuk dan pestisida sintetis secara intensif sangat dianjurkan untuk dilaksanakan oleh para petani. Lebih dari 30 tahun program penggunaan pupuk sintetis telah diaplikasikan oleh para petani pada lahanlahan pertanian secara intensif. Pada tanaman kentang, penggunaan pupuk sintetis sudah mencapai kurang lebih pada kisaran 800 - 1200 kg/ha. Akibat dari program tersebut sampai saat ini para petani dalam upaya peningkatan produksinya sudah sangat tergantung pada penggunaan pupuk dan pestisida sintetis tersebut. Dengan demikian untuk mengurangi penggunaan pupuk sintetis dalam upaya peningkatan produksi harus melalui penelitianpenelitian yang bersifat partisipatif. Penggunaan pupuk sintetis yang terus menerus pada lahan-lahan pertanian menimbulkan dampak yang kurang baik pada sistem pertanian berkelanjutan yang sedang dicanangkan oleh pemerintah. Sistim pertanian konvensional saat ini disamping menghasilkan produksi panenan yang meningkat namun telah terbukti pula menimbulkan dampak negatif terhadap ekosistem pertaniannya dan juga ligkungan lainnya. Intervensi intensif yang dilakukan oleh para petani dengan memberikan berbagai senyawa kimia berupa
pestisida maupun
pupuk kimia dengan dosis tinggi telah
menimbulkan kerusakan ekosistem budidaya. Model usahatani yang dilakukan oleh para petani telah melahirkan dilema karena bahan kimia yang diaplikasikan ke alam sering kali terakumulasi di dalam
tanah, air
tanah dan bagian dari tanaman atau hewan dan akhirnya berdampak kepada manusia. Oleh karena itu perlu ada upaya untuk memperbaiki sistim konvensional ini dengan mengedepankan kaidah-kaidah ekosistem yang berkelanjutan (Aryantha, 2002).
25
Demikian pula, praktek pertanian intensif ini telah berakibat pada berkurangnya materi organik, tanah menjadi keras, kurangnya porositas tanah, rendahnya nilai tukar ion tanah, rendahnya daya ikat air, rendahnya populasi dan aktivitas
mikroba,
dan secara keseluruhan berakibat
rendahnya tingkat kesuburan tanah (Stoate et al., 2001). Kondisi tersebut mengakibatkan terhambatnya proses serapan akar terhadap air dan hara yang terlarut sehingga keberadaan hara dalam jumlah rendah tidak dapat diambil oleh akar secara optimal. Dengan demikian perlu dosis pupuk yang lebih tinggi untuk memungkinkan akar dapat menyerap hara dalam jumlah yang
cukup
dari
ketersediaan
hara
yang
terdapat
dalam
tanah
(Aryantha,2002). Selanjutnya menurut penelitian Cotteni (2002) menyatakan bahwa lahan yang terus menerus dipupuk akan menyebabkan kerusakan sifat fisik tanah sehingga penambahan pupuk baru tidak akan meningkatkan produksi yang diharapkan sehingga tindakan tersebut disebut "Luxury Fertilizer". Berdasarkan kajian empiris, kendala utama dalam pengembangan pertanian ramah lingkungan adalah belum banyak tersedianya produkproduk yang efektifitas baik, bersifat ramah lingkungan dan tingkat kesadaran para petani terhadap keamanan pangan dan keamanan lingkungan masih sangat rendah. Oleh karena itu, teknologi yang memanfatkan mikroba yang efektif bersifat ramah lingkungan sangat berpeluang untuk dapat mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida kimia/sintetis, karena dengan teknologi mikroba tersebut merupakan teknologi yang bersifat masukan rendah dan aman bagi lingkungan (low input and sustainable agriculture, LEISA). Penelitian pemanfaatan mikroba yang bermanfaat kearah keamanan pangan dan lingkungan itu sangat dibutuhkan untuk memperbaiki pertumbuhan dan meningkatkan produksi serta memperbaiki keadaan lingkungan agar sistem pertanian yang dilakukan
oleh
para
petani
menjadi
berwawasan
lingkungan
dan
berkelanjutan. Pupuk hayati telah dinyatakan sebagai pupuk alternatif untuk dapat mensubstitusi penggunaan pupuk sintetis dalam upaya memperbaiki
26
kesuburan tanah dan dan meningkatkan produksi tanaman untuk sistem pertanian yang berkelanjutan (Wu et al. 2005). Penggabungan beberapa spesies
mikroba
berguna
yang
terbukti
baik
untuk
memperbaiki
pertumbuhan tanaman diharapkan isolat-isolat mikroba tersebut dapat bersifat sinergis untuk memperbaiki kesuburan mikrobiologi tanah, dan berfungisi sebagai pupuk hayati majemuk yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman kentang di Sulawesi Selatan.
2 .
Pokok Permasalahan Peristiwa kelangkaan pupuk sintetis pada akhir-akhir ini seringkali terjadi sehingga petani harus mencari ke kota-kota lain meskipun harganya mahal demi kelanjutan tanamannya. Keadaan ini sudah menunjukkan bahwa pupuk anorganik sudah menjadi kebutuhan dasar. Petani sudah menyadari apabila kebutuhan pupuk tidak dipenuhi maka produksi tanamannya menjadi menurun. Petani lebih memperhatikan kepentingan sesaat daripada kepentingan jangka panjang. Pemakaian pupuk anorganik dalam jumlah yang berlebihan dari jumlah yang direkomendasikan selama ini nampaknya sudah memberikan dampak yang negatif terhadap lingkungan antara lain menurunnya kadar bahan organik tanah, rentannya tanah terhadap erosi, menurunya permiabilitas tanah, menurunya populasi mikroba tanah. Peran petani lebih mengutamakan peningkatan produksi daripada melestarikan lingkungan.
Para petani di sentra produksi kentang masih
mengandalkan penggunaan pupuk sintetis secara terus menerus di dalam usahataninya. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan oleh para petani adalah N, P dan K dengan dosis berkisar antara 800 - 1000 kg/ha NPK. Untuk memperbaiki pemupukan berimbang dalam pengendalian hama terpadu pada lalat penggorok daun Asandhi dkk (2001) mencoba menggunakan 3/4 dosis N dari standar Balai. Standar pemupukan berimbang pada tanaman kentang dalam pengendalian hama terpadu adalah 200 kg Urea/ha + 400 kg ZA/ha + 250 kg TSP/ha + 300 Kg KCL
27
(RIV, 1995). Penggunaan dosis pemupukan tersebut sudah dianggap terlalu tinggi. Data statistik menunjukkan bahwa rataan produksi kentang di Sulawesi Selatan masih tergolong sangat rendah yaitu 8 t/ha jika dibandingkan dengan rataan produksi di propinsi-propinsi lainnya
yaitu
sudah berkisar antara 12-20 t/ha. Rendahnya produksi tersebut tentunya sangat tergantung pada banyak faktor yaitu salah satunya tergantung pada teknologi
yang digunakan.
Untuk meningkatkan produktivitas tersebut
dapat dilakukan berbagai cara diantaranya adalah teknologi pemupukan. Namun di sentra-sentra produksi kentang di Indonesia, nampaknya penggunaan pupuk sintetis sudah dianggap terlalu tinggi. Penggunaan pupuk sintetis yang terus menerus pada suatu ekosistem akan memiliki dampak tidak menguntungkan bagi lingkungan. Residu pupuk sintetis yang tidak dimanfaatkan oleh tanaman akan mengalami pencucian, penguapan, terikat oleh mineral sehingga unsur hara yang bernasib pada kondisi tersebut di atas tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
Untuk
memperbaiki tingkat efisiensi pengguanaan pupuk yang diberikan oleh para petani, maka penggunaan mikroba perlu dioptimalkan sehingga dapat memperbaiki tingkat efisiensi penggunaan pupuk sintetis yang diberikan oleh para petani. Demikian juga cara pemupukan yang dilakukan oleh para petani masih lebih banyak dengan cara disebar tanpa ditutup dengan tanah karena alasan penghematan tenaga kerja. Penggunaan pupuk dengan dosis yang tinggi dan dilakukan dengan cara disebar, akan mengakibatkan terjadinya pemborosan pupuk atau aplikasi pupuk menjadi tidak efisien karena lebih banyak yang hilang menguap terutama N atau hanyut bersama air pada saat hujan. Penggunaan pupuk N yang berlebihan dan aplikasinya dengan cara yang tidak tepat akan berkontribusi terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca. Udara yang sebagian besar komponennya adalah gas nitrogen dan dapat difiksasi oleh sekelompok mikroba sebagai
biofertilizer masih
belum termanfaatkan secara optimal. Fenomena interaksi langsung antara tanaman dan mikroba baik secara simbiosis maupun non simbiosis dan
28
mikoriza juga potensial untuk dikembangkan sebagai aspek penyuburan lahan pertanian. Penggunaan mikroba penambat N2 atmosfer belum dimanfaatkan oleh para petani. Mikroba dari golongan ini dapat membantu ketersediaan unsur N bagi tanaman dan dapat mengefisienkan penggunaan N yang berasal dari pupuk buatan. Pemanfaatan mikroba penambat N2 ini akan mengurangi biaya produksi (Razie dan Syaifuddin, 2005). Adanya reduksi penggunaan pupuk N diharapkan akan mengurangi emisi gas rumah kaca yang dilakukan oleh para petani. Azotobacter adalah spesies rizobakteri yang telah dikenal sebagai agen biologis pengikat dinitrogen, yang mengubah dinitrogen menjadi amonium melalui reduksi elektron dan protonasi gas dinitrogen (Hindersah dan Simarmata, 2004). Molekul nitrogen udara diubah menjadi nitrogen sel secara bebas. Nitrogen yang terikat pada struktur tubuhnya dilepas dalam bentuk organik sebagai sekresi atau setelah mikroorganisme itu mati (Andayaningsih, 2000). Apabila keunggulan bakteri ini dapat dimanfaatkan dengan efisien, maka harapannya dapat digunakan untuk mengurangi penggunaan pupuk N tanpa mengganggu target produksi tinggi.
Penggunaan
pupuk
hayati
untuk
memperbaiki
kesuburan
mikrobiologis tanah dan pertumbuhan tanaman belum banyak diaplikasikan di tingkat petani sayuran, termasuk kentang. Peran dan manfaat mikroba berguna dalam budidaya tanaman belum banyak dimengeriti oleh para petani. Dengan demikian untuk meningkatkan wawasan dari para petani, pelatihan pemanfaatan sumber daya alam yang ada di daerah setempat dan meningkatkan daya guna dari sumber daya alam yang ada perlu dilakukan. Pelatihan ini penting dilakukan agar supaya pengetahuan petani meningkat sehingga akan merubah perilaku di dalam budidaya kentang, dari orientasi penggunaan pupuk sintetis tinggi menjadi berwawasan lingkungan. Dengan demikian reduksi penggunaan pupuk dapat dikurangi dan produktivitas kentang dapat ditingkatkan. Menurut Hale (2009) bahwa pendekatan penggunaan pupuk hayati dalam budidaya tanaman akan mengurangi aplikasi pupuk nitrogen yang akibatnya
akan mengurangi emisi CO2.
Keadaan ini dapat diterapkan di setiap budidaya tanaman untuk mitigasi perubahan iklim.
29
3 .
Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan dari penelitian penggunaan pupuk majemuk hayati sebagai berikut : -
Melakukan seleksi terhadap mikroba endofit yang dapat memberikan pengaruh baik terhadap tanaman kentang.
-
Menguragi dosis penggunaan pupuk NPK sintetis yang biasa digunakan pada budidaya kentang di tingkat petani dengan menggunakan pupuk majemuk hayati.
-
Memperkenalkan produk pupuk majemuk hayati kepada petani dan memperlihatkan pengaruhnya dari pupuk majemuk hayati tersebut terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman kentang.
4
Metode Pelaksanaa
. a. Lokus Kegiatan Penelitian dilakukan di lahan petani di Kelurahan Pattapang, Kecamatan Tinggi Moncong, Kabupaten Goa, Malino, Sulawesi Selatan.
b. Fokus Kegiatan Percobaan difokuskan pada pengujian pupuk hayati pada tanaman kentang dalam upaya menurunkan penggunaan dosis pupuk sintetis pada tanaman kentang.
c. Bentuk Kegiatan Percobaan yang dilakukan bersifat partisipatif yang kelompok petani Gapoktan
melibatkan
yang ada di kelurahan Pattapang,
30
Kecamatan Tinggi Moncong, dengan mencoba beberapa perlakuan penggunaan pupuk majemuk hayati di kebun milik petani.
BAB II PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN 1 .
Tahapan Pelaksanaan Kegiatan a. Perkembangan Kegiatan Tahapan kegiatan pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut : a) Koleksi dan pengujian pendahuluan mikroba endofit yang berasal dari tanaman kentang b) Percobaan penggunaan pupuk hayati dan mikroba endofit pada tanaman kentang. c) Diskusi kelompok penggunaan mikroba berguna dalam budidaya kentang. Pada kegiatan ini akan dilakukan melalui sosialisasi secara demoplot dalam penggunaan pupuk majemun hayati. Pada sosialisasi ini akan melibatkan sebanyak 10 petani kentang. Pelaksanaan sosialisasi ini akan dilakukan di lapangan.
b. Kendala Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Petani pada umumnya belum paham dalam penggunaan pupuk hayati sehingga pemberian contoh dalam cara penggunaan pupuk hayati perlu dipraktekan bersama. Musim kemarau yang panjang selama penelitian berlangsung sehingga terdapat fase dalam pertumbuhan tanaman mengalami kekurangan air karena di daerah tersebut sulit mendapatkan air. Akibat adanya kondisi kekeringan, maka pertumbuhan tanaman nampaknya agak terhambat.
31
2
Pengelolaan Administrasi Manajerial
. a. Perencanaan Anggaran Penelitian
ini
memiliki
anggaran
yang
jumlahnya
sebesar
Rp.
200.000.000,- (Duaratus juta rupiah) dengan alokasi anggaran seperti yang terlihat pada rekapitulasi pada Tabel 1. Tabel 1. Rekapitulasi rincian anggaran penelitian No
Rincian Biaya
Jumlah (Rp)
1.
Gaji/upah
80.990.000,-
2.
Bahan
28.900.000,-
3.
Perjalanan
79.950.000,-
4.
Lain-lain
10.160.000,-
Jumlah Besar
200.000.000,-
b. Mekanisme Pengelolaan Anggaran Mekanisme pengelolaan anggaran dari penelitian ini terbagi menjadi 3 termin dimana masing-masing termin besarnya terbagi
adalah 30%
untuk termin kesatu, 50% untuk termin kedua dan 20% untuk termin ketiga. Rincian besarnya pembiayaan untuk masing-masing termin dapat dilihat pada Table 2. Tabel 2. Rincian pengelolaan Anggaran Penelitian No
Rincian
Pengelolaan Anggaran Penelitian
Jumlah
Termin 1
Termin 2
Termin 3
(Rp)
(30%)
(50%)
(20%)
32
1.
Gaji/Upah
21.440.000
39.650.000
0
19.900.000
2.
Bahan
26.300.000
2.430.000
0
170.000
3.
Perjalanan
12.251.000
47.507.700
0
20.191.300
4.
Lain-lain
0
9.200.000
0
960.000
59.991.000
98.787.700
0
41.221.300
Jumlah
c. Rancangan dan Perkembangan Pengelolaan Aset Hasil penelitian ini merupakan asset untuk mendukung budidaya kentang khususnya dan budidaya sayuran pada umumnya. Hasil penelitian ini dapat menjadi aset yang berupa produk yaitu dihasilkan produk pupuk majemuk hayati, dan asset yang berupa informatif dari hasil penelitian yang dapat diterbitkan di dalam Jurnal Hortikultura.
d. Kendala Hambatan Pengelolaan Administrasi Manajerial Hambatan yang terjadi dalam pelaksanaannya di lapangan adalah keluarnya anggaran dengan pelaksanaan kegiatan di lapangan tidak sinkron. Keluarnya dana untuk termin kesatu dan kedua jaraknya terlalu lama. Hal ini menyebabkan terjadinya kekurangan dana setelah benih kentang ditanam di lapangan. Pada dasarnya penggunaan uang yang keluar dari termin kesatu adalah untuk kebutuhan pengolahan tanah sampai benih kentang ditanamkan di lapangan. Setelah benih kentang itu ditanamkan diperlukan pemeliharaan tanaman yang cukup intensif. Demikian juga dana yang dibutuhkan untuk periode setelah tanam diperlukan dana yang cukup tinggi. Namun pada kenyataannya dana termin kedua cairnya sangat terlambat sekali.
33
BAB III METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA 1 .
Metode Proses Pencapaian Target Kinerja a. Kerangka Metode Proses Untuk mencapai target kinerja dari penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap pelaksanaan kegiatan sebagai berikut :
Seleksi mikroba endofit yang berasal dari kentang : Mikroba endofit yang berasal dari jaringan tanaman kentang dikoleksi dari beberapa daerah kentang dan selanjutnya dilakukan isolasi dengan media selektif tanpa mengandung nitrogen diseleksi untuk memilih mikroba endofit yang potensial untuk dijadikan bahan aktif untuk pembuatan pupuk hayati. Mikroba yang dapat diisolasi kemudian diseleksi dengan melihat pengaruhnya terhadap perkecambahan dan rangsangan terhadap pertumbuhan bibit (seedling). Mikroba-mikroba yang dapat merangsang terhadap pertumbuhan tanaman telah digunakan sebagai bahan aktif untuk pembuatan pupuk hayati. Pengujian pengaruh penggunaan pupuk hayati dan mikroba endofit pada tanaman kentang: Pada kegiatan ini akan dilakukan percobaan untuk melihat pengaruh perlakuan mikroba pada pertumbuhan tanaman kentang. Rancangan yang digunakan pada percobaan ini adalah Rancangan Acak Kelompok dengan
beberapa
perlakuan pemupukan yang dicoba sebagai berikut : A.
Perlakuan pemupukan kebiasaan petani (1000 kg/ha NPK).
B.
Dosis pupuk 150 kg/ha NPK + E (mikroba endofit)
C.
Dosis pupuk 300 kg/ha NPK + E (mikroba endofit).
D.
Dosis pupuk 150 kg/ha NPK + PMH (pupuk majemuk hayati).
E.
Dosis pupuk 300 kg/ha NPK+ PMH (pupuk majemuk hayati).
F. G.
Dosis pupuk 150 kg/ha NPK + Compost tea. Dosis pupuk 300 kg/ha NPK + Compost tea
Setiap perlakuan dari percobaan ini akan diulang sebanyak 4 kali. Pupuk organik yang digunakan adalah sebanyak 25 t/ha. Populasi tanaman pada
34
setiap plot adalah sebanyak 80 tanaman, dengan sistem tanam baris tunggal dalam setiap guludannya. Jarak tanam yang digunakan dalam baris adalah 50 cm, sedangkan jarak tanam antar guludan 75 cm. Parameter yang diamati dari percobaan ini meliputi data-data berikut : pertumbuhan vegetatif tanaman (tinggi tanaman, jumlah anakan, serangan hama/penyakit, bobot dan jumlah umbi, umbi yang rusak, tingkat pengetahuan petani terhadap peran mikroba untuk memperbaiki kesuburan tanah.
Pupuk majemuk hayati yang dibuat
adalah formulasi pupuk tepung yang berasal dari tepung talek sebagai karier dengan mengandung bahan aktif dari mikroba Trichoderma spp, Aspergillus
spp,
Peudomanas
fluorecsen,dan
Azospirillum
spp
dengan
masing
konsentrasinya 108 cfu/g. Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan vegetative tanaman, serangan hama penyakit, bobot umbi sehat dan bobot umbi sakit. d) Diskusi kelompok penggunaan mikroba berguna dalam budidaya kentang: Pada kegiatan ini dalam bentuk seperti demoplot dilakukan di lahan petani dan bersifat partisipatif. Kegiatan ini juga bersifat sosialisasi penggunaan pupuk majemun hayati pada budidaya kentang. Pada kegiatan sosialisasi ini melibatkan
sebanyak 10 petani kentang.
Pelaksanaan kegiatan sosialisasi ini akan dilakukan di lapangan.
b. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan dari kegiatan penelitian ini sebagai berikut : Reduksi penggunaan pupuk sintetis NPK sebesar 70% sampai 85% + pupuk hayati pada tanaman kentang dapat menghasilkan produktivitas kentang lebih tinggi dan atau minimal produktivitasnya setara dengan penggunaan pupuk NPK 1000 kg/ha.
c. Perkembangan dan Hasil Pelaksanaan Litbangyasa Pengambilan sampel dan Isolasi :
35
Sampel tanman kentang yang diambil dari lapangan dilakukan pengujian untuk mengisolasi mikroba endofit yang berasal dari jaringan tanaman kentang. Sampel yang diambil berasal dari tanaman-tanaman kentang memperlihatkan penampilan pertumbuhan tanaman kentangnya yang bagus. Sampel tersebut dibawa ke laboratorium untuk diisolasi mikroba endofitnya. Mikroba yang telah diisolasi pada media selektif, selanjutnya mikroba yang telah diisolasi diseleksi untuk melihat pengaruhnya terhadap perkecambahan benih sayuran. Contoh mikroba yang terseleksi dapat dilihat pada gambar di bawah ini sebagai berikut :
Gambar 1. Mikroba pelarut posfat dari golongan Pseudomonas spp
Gambar 2. Mikroba penambat nitrogen dari golongan Azospirilum spp
36
Gambar 3. Mikroba Trichoderma spp yang menjadi komponen dari pupuk hayati
Mikroba endofit yang menpunya pengaruh baik terhadap perkecambahan benih sayuran digunakan sebagai mikroba endofit yang akan dicoba di lapangan. Dari hasil pengujian memperlihatkan bahwa mikroba nomor isolat 5 menunjukkan pengaruh yang baik terhadap perkecambahan. Dengan demikian mikroba endofit yang akan digunakan untuk melihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman kentang di lapangan adalah mikroba endofit isolat nomor 5. Pada percobaan ini mikroba endofit pada aplikasinya dilakukan juga fermentasi terlebih dahulu sebelum diaplikasikan di lapangan. Lama fermentasi yang dilaksanakan adalah selama 2 hari. Suspensi mikroba yang akan diaplikasikan pasca fermentasi selanjutnya diencerkan sampai 5 kali sebelum diaplikasikan. Setiap individu tanaman diberi 100 ml suspensi mikroba yang telah difermentasikan. Pemberian pupuk hayati tersebut diberikan sebanyak 4 kali yaitu pada saat tanam, pada saat tanaman berumur 10, 20 dan 30 hari setelah tanam.
Berdasarkan percobaan di rumah kasa memperlihatkan pengaruh mikroba terhadap pertumbuhan tanaman kentang dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
37
Gambar 4. Pertumbuhan tanaman kentang yang diberi mikroba (kiri) dan tanpa mikroba (kanan)
Berdasarkan hasil percobaan di rumah kasa memperlihatkan bahwa tanaman kentang yang diberi perlakuan pupuk hayati memperlihatkan pertumbuhannya lebih baik jika dibandingkan apabila tanaman tidak diberi perlakuan pupuk hayati. Hal ini membuktikan bahwa mikroba yang diberikan pada sistem perakaran tanaman sebagai pupuk hayati dapat merangsang pertumbuhan tanaman kentang.
Pengaruh mikroba terhadap pertumbuhan tanaman kentang dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
Gambar 5. Penampilan pengaruh pupuk majemuk hayati pada tanaman kentang
38
Gambar 6. Penampilan pengaruh dosis 1000 kg/ha NPK pada tanaman kentang
Gambar 7. Penampilan pengaruh mikroba endofit + 150 kg/ha NPK pada tanaman kentang.
Gambar 8. Penampilan pengaruh 300 kg/ha NPK + compost tea pada tanaman kentang
39
Berdasarkan
penampilan
pertumbuhan
tanaman
kentang
di
lapangan
memperlihatkan bahwa pertumbuhan tanaman dari hasil perlakuan pupuk hayati tersebut menunjukkan adanya perbaikan pertumbuhan tanaman walaupun pupuk sintetis NPK dikurangi sampai 70% dan 85%. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan pupuk majemuk hayati dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman kentang. Hasil pengukuran pertumbuhan vegetatif tanaman dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Pertumbuhan tinggi dan jumlah cabang tanaman kentang di Malino, Sulawesi Selatan
Tinggi tanaman No.
Jumlah cabang
Perlakuan 35 hst
45 hst
55 hst
35 hst
45 hst
55 hst
1
A
20,38
26,75
31,43
3,28
3,28
3,30
2
B
18,58
23,03
28,35
3,03
3,03
3,03
3
C
20,40
25,63
31,45
3,05
3,05
3,05
4
D
19,13
23,30
29,93
3,45
3,45
3,45
5
E
20,20
25,08
30,48
3,18
3,18
3,18
6
F
20,00
25,40
33,00
3,02
3,08
3,08
7
G
20,08
24,85
31,83
3,05
3,05
3,05
Dari hasil pengukuran tinggi tanaman dan jumlah cabang memperlihatkan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara tanaman yang diberi perlakuan mikroba berguna dengan tanaman yang diberi pupuk normal (1000 kg/ha NPK). Hal ini membuktikan bahwa dengan menurunkan dosis pupuk NPK sintetis sampai 70% -85% tidak menghambat pertumbuhan vegetatif dari tanaman kentang. Hal ini berarti bahwa mikroba berguna yang diberikan dapat mampu memberikan pertumbuhan tanaman yang setara dengan tanaman yang diberikan pupuk yang dosisnya normal. Hasil diskusi dengan beberapa petani memperlihatkan bahwa petani memilih
40
perlakuan D, E, F dan G. Keempat
perlakuan tersebut memperlihatkan
penampilan tanaman yang relative lebih baik walaupun hanya menggunakan pupuk sintetis masing-masing dengan dosis 150 kg, 300 kg, 150 kg dan 300 kg, hal ini berarti walaupun dosis pupuk sintetis dikurangi nampaknya tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Hal ini berarti pupuk majemuk hayati yang mengandung mikroba dapat bekerjasama dengan baik pada tanaman kentang.
Demikian pula pengaruh compost tea terhadap
pertumbuhan tanaman nampaknya dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman, hal ini terlihat dari perlakuan F dan G meskipun dosis pupuk NPK nya diturunkan sampai 85% dan 70% kondisi pertumbuhan tanaman kentangnya masih tetap baik. Keadaan pertumbuhan tanaman pada tanaman-tanaman kentang yang diberi perlakuan pupuk hayati menunjukkan pertumbuhan yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan A yang mendapat dosis pupuk sintetisnya cukup tinggi yaitu 1000 kg/ha. Namun pada perlakuan F dan G, perlakuan tersebut selain menggunakan pupuk majemuk hayati
juga
dikombinasikan dengan menggunakan compost tea. Adanya penurunan penggunaan dosis pupuk sintetis NPK tersebut nampaknya tidak memberikan pengaruh yang tidak baik terhadap pertumbuhan tanaman. Dari hasil pengukuran pertumbuhan tanaman
memperlihatkan keadaan pertumbuhan
tinggi tanaman yang sama dengan perlakuan A yang diberikan dosis yang cukup tinggi yaitu 1000 kg/ha.
Tabel 4. Jumlah dan berat umbi yang dihasilkan oleh kentang di Malino, Sulawesi Selatan
41
Jumlah Umbi dlm grup No.
Berat Umbi dalam grup
A
b
c
A
b
c
Berat Umbi Total (kg)
Perlakuan
1
A
18,25
21,25
49,75
2,06
1,25
1,00
4,31
2
B
12,50
23,50
37,75
1,50
1,36
0,75
3,61
3
C
22,25
23,25
36,00
2,44
1,39
0,79
4,62
4
D
17,50
16,25
44,75
1,75
0,90
0,93
3,58
5
E
19,75
23,75
49,00
2,23
1,38
0,90
4,50
6
F
17,50
17,75
45,75
1,93
1,48
1,05
4,46
7
G
21,25
18,75
35,50
2,18
1,05
0,75
3,98
Apabila melihat hasil panen secara total memperlihatkan bahwa penurunan dosis penggunaan pupuk NPK sampai 70%-80% memperlihatkan bobot total yang tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara tanaman yang diberi pupuk mikroba jika dibandingkan dengan tanaman kontrolny yang diberi dosis pupuk NPK sintetis 1000 kg/ha. Dari hasil perhitungan memperlihatkan bahwa perlakuan C, E dan F memperlihatkan nilai rata-rata bobot umbi yang relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan tanaman kontrolnya. Tanaman yang termasuk ke dalam kelompok C, E dan F diberikan dosis pupuk NPK masingmasing sebesar 300 kg/ha, 300 kg/ha dan 150 kg/ha. Dengan demikian dari hasil penelitian ini membuktikan bahwa penurunan dosis NPK sampai 70%85% tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas dari tanaman kentang, asalkan tanaman diberikan penambahan pupuk majemuk hayati.
Penyakit yang nampak
menyerang pada tanaman kentang pada saat
percobaan berjalan adalah adanya serangan penyakit busuk daun yang disebabkan oleh Phytophthora infestans, penyakit layu yang disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum, penyakit yang disebabkan oleh Rhizoctonia
spp dan serangan penyakit yang disebabkan oleh virus. Serangan dari
penyakit busuk daun yang menyerang tanaman percobaan
dapat dilihat pada table.
42
Tabel 5. Intensitas serangan penyakit busuk daun pada tanaman kentang di Malino, Sulawesi Selatan Umur tanaman (hst) No.
Perlakuan
35
45
55
65
1
A
11
18,5
10,5
1,5
2
B
9,5
18
9
3
3
C
7
16
6
3
4
D
5,5
20
4
2
5
E
6
16,5
6
3
6
F
7
17
7
2
7
G
7,5
16
7,5
3,5
Serangan penyakit busuk daun ini muncul gejalanya sangat cepat, hal ini diduga mungkin kondisi cuaca sangat cocok sekali. Pada saat itu nampak bercak busuk daunya nampak masih kondisi aktif. Intensitas serangan pada umur 45 hari sudah cukup menghawatirkan. Dengan demikian untuk mengatasi hal tersebut dilakukan penyemprotan yang intensif dengan menggunakan fungisida yang sistemik untuk menghentikan serangan penyakit busuk daun. Serangan nampaknya merata terdapat pada setiap plot-plot percobaan. Serangan yang demikian kuat muncul karena disekitar lahan percobaan terdapat serangan penyakit busuk daun dengan intensitas serangan yang cukup tinggi berkisar 35-50%. Keadaan ini menyebabkan tekanan yang kuat terhadap plot-plot percobaan. Perlakuan yang diaplikasikan pada tanaman kentang nampaknya tidak ada pengaruhnya untuk menekan penyakit busuk daun pada tanaman kentang.
Penghitungan dari serangan ketiga penyakit tersebut tidak didasarkan atas skala gejala penyakit yang muncul, namun dari populasi tanaman yang
43
terserang oleh penyakit. Persentase serangan dari penyakit virus, layu dan
Rhizoctonia spp. dapat dilihat pada tabel.
Tabel 6. Insiden penyakit virus, layu dan Rhizoctonia spp. pada tanaman kentang di Malino, Sulawesi Selatan
Insiden Penyakit (%) No.
Perlakuan
Virus
Layu
Rhizoctonia
1
A
3,67
3,00
4,00
2
B
2,67
3,33
2,00
3
C
3,33
2,00
2,33
4
D
2,67
3,67
0,67
5
E
2,33
4,67
2,00
6
F
3,00
3,33
2,00
7
G
2,67
2,67
2,00
44
Apabila melihat persentase serangan dari ketiga penyakit tersebut insidennya masih tergolong sangat rendah sekali. Gejala virus yang nampak teramati adalah adanya gejala daun menggulung pada tanaman yang terinfeksi oleh virus. Adanya serangan virus yang muncul dari percobaan ini bukan disebabkan adanya perlakuan, namun diduga mungkin benih yang digunakan sudah mengandung virus. Namun dari persentase serangan virus yang kecil ini akan namp ak berbahaya apabila tanaman yang terinfeksi tersebut masih tetap dijadikan bibit pada musim berikutnya. Untuk penyakit layu dan Rhizoctonia ini diduga terjadi berasal dari tanah, hal ini terlihat adanya serangan di kiri dan kanan lahan-lahan yang digunakan untuk percobaan. Nampaknya tidak ada pengaruh dari perlakuan terhadap insiden dari ketiga penyakit yang muncul tersebut.
Hama yang menyerang pada saat percobaan adalah hama penggorak daun yang disebabkan oleh Lyromiza spp. Intensitas gjala serangan yang terlihat dapat dilihat pada Tabel.
Tabel 7. Intensitas serangan hama Lyromiza spp pada tanaman kentang di Malino, Sulawesi Selatan
Intensitas (%) Pada Umur (Hst) No
Perlakuan
35
45
55
65
1
A
0
0
3,5
14,5
2
B
0
0
6
16
3
C
0
0
5,5
18
4
D
0
0
5
19
5
E
0
0
7,5
15
45
6
F
0
0
4,5
16,5
7
G
0
0
9,5
16
Serangan hama penggorok daun yang terjadi pada tanaman percobaan yaitu pada tanaman berumur 55 hari. Pada saat tersebut kondisi telah masuk musim kemarau sehingga pupulasi hama yang terjadi di lapangan dapat meningkat. Gejala serangan yaitu pada daun terdapat jaringan daun terdapat gejala kecoklatan yang memanjang dan berkelok-kelok dimana di dalam jaringan tersebut terdapat larva Lyromiza spp. Serangan hama tersebut dapat dicegah dengan melakukan penyemprotan insektisida setiap 2 kali dalam seminggu dengan menggunakaninsektisida
Agrimec, Fastac, Confidor. Nampaknya
perlakuan yang diaplikasikan tidak memberikan pengaruh terhadap gejala serangan hama yang muncul.
Perkembangan
dan
hasil
dari
pelaksanaan
Litbangyasa
dari
penggunaan pupuk majemuk hayati sebagai berikut :
Mikroba endofit yang terseleksi yang berasal dari tanaman kentang dan pupuk majemuk hayati untuk tanaman kentang didapatkan. Mikroba dan pupuk majemuk hayati tersebut dapat memberikan
rangsangan
terhadap
pertumbuhan
tanaman
kentang.
Adanya penghematan penggunaan pupuk sintetis NPK antara 70% sampai 85% untuk tanaman kentang, hal ini disebabkan oleh adanya penggunaan pupuk hayati. Penggunaan pupuk NPK sebesar 1000 kg/ha menghasilkan produktivitas kentang yang setara dengan penggunaan pupuk sintetis NPK 150 kg/ha sampai 300 kg/ha + pupuk hayati.
Informasi teknologi penggunaan pupuk majemuk hayati telah disampaikan kepada petani sehingga para petani di kelompok tani di Malino telah mengetahui manfaat dari penggunaan pupuk majemuk hayati.
46
2
Potensi Pengembangan ke Depan a. Kerangka Pengembangan ke Depan Kerangka pengembangan ke depan dari teknologi penggunaan pupuk majemuk hayati pada tanaman kentang adalah pupuk hayati tersebut harus dapat diproduksi dalam jumlah yang cukup banyak sebagai sampel untuk didiseminasikan kepada petani dalam bentuk percobaan demoplot.
b. Strategi Pengembangan ke Depan Strategi pengembangan penggunaan pupuk majemuk hayati ke depan sebagai berikut :
Mengadakan diseminasi ke beberapa lokasi sentra produksi kentang untuk mengadakan demoplot penggunaan
pupuk
majemuk hayati.
Menyebarkan leaflet mengenai teknologi penggunaan pupuk majemuk hayati yang dapat mereduksi penggunaan pupuk sintetis pada tanaman kentang.
Memberikan penyuluhan kepada para petani untuk memberikan pemahaman bahwa untuk meningkatkan produktivitas tanaman tidak hanya menggunakan pupuk sintetis NPK saja yang makin lama digunakan akan menimbulkan kerusakan dan kejenuhan terhadap lahan-lahan pertanian.
Untuk memproduksi pupuk majemuk hayati secara massal ini harus dicarikan patner pengusaha yang berminat untuk mengembangkan pupuk hayati secara komersial.
BAB IV
47
SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN 1
Sinergi Koordinasi Kelembagaan Program a. Kerangka Sinergi Koordinasi Koordinasi untuk melaksanakan penelitian ini dilakukan dengan BPTP Makasar dan
Dinas Pertanian terkait yang ada di wilayah Malino.
Penelitian ini belum diketahui dengan pasti apakah penelitian ini telah sesuai dengan program pemerintah setempat yang ada di Dinas Pertanian. merupakan
Namun
program
program
mengembangkan
yang
reduksi
penggunaan
dicanangkan
oleh
pertanian di koridor Sulawesi.
penelitian ini sejalan
pupuk
pemerintah
sintetis untuk
Dengan demikian
dengan program pemerintah
dalam upaya
meningkatkan produktivitas komoditas pertanian tidak semata-mata harus tergantung pada penggunaan pupuk sintetis NPK.
b. Indikator Keberhasilan Sinergi Indikator keberhasilan sinergi dari penelitian ini adalah adanya partisipasi dari para penyuluh dan para petani setempat serta penangkar benih yang ada di kelompok tani Gapoktan yang ada di Desa Patappang, kecamatan Tinggi Moncong, Malino.
Benih kentang
yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kentang generasi ketiga. Pada saat percobaan berjalan insiden virus yang terjadi di lapangan nampaknya masih sangat rendah sekali sehingga benih yang dipanen pun masih akan digunakan untuk bibit pada generasi berikunya oleh para penangkar benih setempat.
c. Perkembangan Sinergi Koordinasi Partisipasi aktif diperlihatkan dengan ikut sertanya petani dan penyuluh dari mulai tanam benih kentang, memberikan perlakuan pupuk majemuk hayati, melakukan pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman, 48
melakukan
evaluasi
terhadap
perlakuan-perlakuan
yang
dapat
memberikan pengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman. Demikian juga evaluasi dilakukan terhadap perlakuan-perlakuan pupuk yang dapat menghasilkan produktivitas umbi kentang yang tinggi.
2
Pemanfaatan Hasil Litbangyasa a. Kerangka dan Strategi Pemanfaatan Hasil Hasil penelitian menggunaan pupuk majemuk hayati ini diharapkan dapat menggantikan penggunaan pupuk sintesis oleh para petani di sentra produksi tanaman kentang pada khususnya dan tanaman sayuran pada umumnya. Dengan demikian strategi agar teknologi penggunaan pupuk majemuk hayati ini dapat dimanfaatkan oleh para petani maka kegiatan selanjutnya perlu dilakukan diseminisai dari teknologi inovasi ke sentra-sentra produksi tanaman kentang yang lainnya. Hal ini perlu dilakukan adalah untuk lebih meyakinkan kepada para petani bahwa pupuk hayati tersebut dapat mereduksi penggunaan pupuk sintetis sebesar antara 70% sampai 85%. Untuk diseminasi teknologi inovatif ini perlu dukungan dari berbagai pihak institusi yang bekerjasama dengan Balitsa untuk mendiseminasikan teknologi inovatif tersebut. Apabila keyakinan petani sebagai pengguna telah merasa yakin dan mereka memerlukan pupuk hayati tersebut, maka agar barang yang berupa pupuk hayati tersebut tersedia diperlukan pengusaha yang berminat untuk memproduksi pupuk tersebut secara masal.
b. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Pengujian
pupuk majemuk hayati ini baru dicoba beberapa kali.
Manfaat dari penelitian ini untuk tanaman nampaknya positif dapat memberikan pengaruh yang nyata untuk memperbaiki produktivitas tanaman kentang. Sedangkan indicator pemanfaatan oleh para petani 49
belum dapat dilihat karena percobaan pada tanaman kentang baru pertama kali dilaksanakan di Malino. Namun dari hasil preferensi para petani di lapangan memperlihatkan bahwa pertumbuhan dan produksi yang dihasilkan oleh plot-plot yang menggunakan pupuk majemuk hayati nampaknya terpilih oleh para petani.
c. Perkembangan Pemanfaatan Hasil Produk pupuk majemuk hayati masih terbatas berada di kalangan Balitsa. Sampai saat ini masih dalam keadaan uji coba di tingkat lab, rumah kasa dan lapangan. Namun dari hasil percobaan pada komoditas kentang di Malino melalui program PKPP Ristek. Dari hasil survey terhadap
para
petani
kentang,
dari
plot-plot
perlakuan
yang
menggunakan pupuk majemuk hayati tersebut dipilih oleh para petani responden. Semua petani yang berjumlah sebanyak 15 orang memilih plot-plot tanaman yang diberi perlakuan pupuk majemuk hayati.
BAB V PENUTUP 1
Kesimpulan
. a. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran Anggaran
untuk melaksanakan kegiatan penelitian dianggap cukup.
Namun pelaksanaan kegiatan dan anggaran dari penelitian ini belum terlaksanakan secara sinkron terutama untuk turunnya biaya untuk termin kedua terlalu terlambat untuk melaksanakan kegiatan setelah benih kentang ditanamkan. Kegiatan setelah benih kentang ditanamkan memerlukan banyak biaya, pada saat itu turunnya dana untuk termin kedua keadaannya sangat terlambat sekali.
50
b. Metode Pencapaian Target Kinerja Metoda pencapaian target kinerja dengan perlakuan yang dicoba sudah dianggap cukup. Dengan menurunkan penggunaan pupuk sintetis NPK antara 70% sampai 85% dapat menghasilkan produktivitas yang setara sampai melebihi dari perlakuan penggunaan pupuk sintetik NPK 1000 kg/ha.
Dalam metode pencapaian target kinerja kondisi lingkungan
kurang mendukung karena di lokasi percobaan sulit mendapatkan sumber
air
untuk
menyiram
tanaman.
Adanya
periode
fase
pertumbuhan tanaman pada percobaan ini mengalami kekurangan air selama fase pertumbuhan tanaman sehingga pertumbuhan tanaman nampaknya ada keterhambatan. Kondisi kekurangan air tersebut diduga memberikan pengaruh terhadap kinerja pupuk majemuk hayati tidak optimal.
c.
Potensi Pengembangan ke Depan Pupuk majemuk hayati ini mempunyai potensi untuk dikembangkan di masa yang akan datang karena pupuk hayati dapat
memperbaiki
pertumbuhan tanaman kentang dengan memanfaatkan mikroba-mikroba berguna yang cocok hidup di sekitar rizosfir perakaran tanaman kentang. Mikroba berguna akan turut berpartisipasi untuk memperbaiki struktur dari fisik tanah dan tidak mencemari dan merusak lingkungan seperti pupuk sintetik yang telah biasa digunakan oleh petani.
d. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program Reduksi
penggunaan
pupuk
sintetis
sejalan
dengan
program
pemerintah yang telah direncanakan untuk pengembangan pertanian di koridor Sulawesi Selatan.
51
e. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Produk pupuk majemuk hayati yang dihasilkan Balitsa ditujukan untuk petani. Untuk meningkatkan dan memanfaatkan hasil litbangyasa oleh pengguna adalah harus melalui metode diseminasi teknologi inovasi ke sentra-sentra produksi yang dilakukan bersama-sama oleh peneliti dan penyuluh.
2
Saran
. a. Keberlanjutan Pemanfaatan hasil Kegiatan Untuk adanya keberlanjutan pemanfaatan hasil kegiatan ini perlu adanya kontinyuitas kegiatan demoplot pada skala yang agak luas yang dilakukan di beberapa lokasi sentra produksi kentang. Demoplot yang dilakukan harus sederhana dengan hanya membandingkan antara perlakuan pupuk NPK sintetis yang biasa digunakan oleh petani dan perlakuan teknologi inovasi dari penggunaan pupuk majemuk hayati. Dari percobaan kedua perlakuan tersebut, petani akan merasa yakin bahwa penggunaan mikroba berguna pada tanaman kentang dapat meningkatkan produksi pada tanaman kentang.
b. Keberlanjutan Dukungan Program Ristek Untuk diadopsinya suatu teknologi inovatif oleh pengguna atau petani maka diperlukan dana diseminasi untuk mendiseminasikan teknologi inovatif kepada para petani disentra-sentra produksi. Dukungan tersebut berupa dana diseminasi untuk mendiseminasikan hasil-hasil penelitian yang dapat diterapkan di tingkat petani. ‘
52
53
Daftar Pustaka
Alexander M. (1977): Introduction to Soil Microbiology. John Wiley and Sons Inc., New York, USA.
Allison L.E. (1965): Organic Carbon. In: Methods of Soil Analysis. Part II. In: Black C.A. (ed.): Am. Soc. Agron. Inc. Publ., Madison, Wisconsin, USA: 1367–1376.
Aryantha, I.N.P.2002. Mmembangun sistim pertanian berkelanjutan. KPP Ilmu Hayati LPPM-ITB, Dept. Biologi - FMIPA-ITB
Asandhi, A.A. 2007. Perbaikan teknologi pengelolaan tanaman terpadu kentang. Rencana Penelitian Tim Peneliti (RPTP) Balai Penelitian Tanaman Sayuran. 24 hal.
Bhuvaneswari T.V., Turgeon B.G., Bauer W.D. (1980): Early events in the infection of soybean (Glycine max L. Merr.) by Rhizobium japonicum I. Location of infectable root cells. Plant Physiol., 66: 1027–1031.
Bojinova D., Velkova R., Grancharov I., Zhelev S. (1997): The bioconversion of Tunisian phosphorite using Aspergillus niger. Nutr. Cyc. Agroecosyst., 47: 227–232.
Friedrich S., Platonova N.P., Karavaiko G.I., Stichel E., Glombitza F. (1991): Chemical and microbiological solubilization of silicates. Acta Biotechnol., 11: 187–196.
Gerke L. (1992): Phosphate, aluminum, and iron in the soil solution of three different soils in relation to varying concentrations of citric acid. Z. Pfl.Ernähr. Bodenkde, 155: 17–22.
54
Hadas, R. and Y. Okon. 1987. Effect of Azzospirillum brasiliense inoculation on root morphology and respiration in tomato seedlings. Biol Fertil Soils 5: 241-247
Illmer P., Barbato A., Schinner F. (1995): Solubilization of hardly-soluble AlPO4 with P-solubilizing microorganism. Soil Biol. Biochem., 27: 265– 270.
Kundu,B.S. and A.C. Gaur.1984. Rice response to inoculation with N 2 fixing and P-solubilizing microorganisms. Plant and Soil 79: 227-234.
Kundu,B.S. and A.C. Gaur.1984. Rice response to inoculation with N 2 fixing and P-solubilizing microorganisms. Plant and Soil 79: 227-234.
Nahas E., Banzatto D.A., Assis L.C. (1990): Fluorapatite solubilization by Aspergillus niger in vinasse medium. Soil Biol. Biochem., 22: 1097– 1101.
Rajan S.S.S., Watkinson J.H., Sinclair A.G. (1996): Phosphate rock of for direct application to soils. Adv. Agron., 57: 77–159.
RDA (Rural Development Administration, Korea) (1988): Methods of Soil Chemical Analysis. Nat. Inst. Agr. Sci. Technol., RDA, Suwon, Korea.
Richards J.E., Bates T.E. (1989) Studies on the potassium- supplying capacities of southern Ontario soils. III. Measurement of available K., Can. J. Soil Sci., 69: 597–610.
Sample E.C., Soper R.J., Racz G.J. (1980): Reactions of phosphate fertilizers in soils. In: Khasawneh F.E., Sample E.C., Kamprath E.J. (eds.): The Role of Phosphorus in Agricultures. Am. Soc. Agron., Madison, Wisconsin, USA: 263–310.
55
Schilling G., Gransee A., Deubel A., Lezovic G., Ruppel S. (1998): Phosphorus availability, root exudates, and microbial activity in the rhizosphere. Z. Pfl.- Ernähr. Bodenkde, 161: 465–478.
Sheng X.F., He L.Y., Huang W.Y. (2002): The conditions of releasing potassium by a silicate-dissolving bacterial strain NBT. Agr. Sci. China, 1: 662–666.
Sundara B., Natarajan V., Hari K. (2002): Influence of phosphorus solubilizing bacteria on the changes in soil available phosphorus and sugarcane and sugar yields. Field Crops Res., 77: 43–49.
Sutarya, R. dan I. Sulastrini. 2010. Seleksi cendawan Trichoderma spp untuk pengendalian penyakit pada tanaman cabai. Laporan Intern Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang.
Ullman W.J., Kirchman D.L., Welch S.A. (1996): Laboratory evidence for microbially mediated silicate mineral dissolution in nature. Chem. Geol., 132: 11–17.
Vessey K.J. (2003): Plant growth promoting rhizobacteria as biofertilizers. Plant Soil, 255: 571–586.
Vincent J.M. 1970. A Manual for the Practical Study of the Root-Nodule Bacteria. Blackwell Sci. Publ. Oxford, UK.
Wu, S.C., Z.H. Cao, Z.G. Li, K.C. Cheung and M.H. Wong. 2005. Effects of biofertilizer containing N-fixer, P and K solubilizers and AM fungi on maize growth: a greenhouse trial. Geoderma 125(1-2): 155-166
Xie J.C. (1998): Present situation and prospects for the world’s fertilizer use. Plant Nutr. Fertil. Sci., 4: 321–330. 56
Zapata F., Roy, R.N. (2004): Use of Phosphate Rock for Sustainable Agriculture. FAO and IAEA, Rome, Italy.
57