LAPORAN KEMAJUAN INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA TAHUN 2012
PEMANFAATAN ZEOLIT DAN MIMBA UNTUK PERBAIKAN KERAGAAN TANAMAN JERUK PADA LAHAN SUB OPTIMAL DI SULAWESI TENGGARA
PAKET INSENTIF PEMANFAATAN HASIL LITBANG : TOOLS DAN REKOMENDASI Fokus Bidang Prioritas : I. Ketahanan Pangan Kode Produk Target : 1.03 Peneliti Utama : Ir. Arry Supriyanto, MS
BALAI PENELITIAN TANAMAN JERUK DAN BUAH SUBTROPIKA Jl. Raya Tlekung No. 1, Junrejo, Batu, Jawa Timur Telp. (0341) 592683/HP. 081334716631/Fax (0341) 593047 email :
[email protected] 7 MEI 2012
Judul Topik Penelitian Insentif Riset SINas Tahun 2012 Bidang Prioritas Iptek Lokasi Penelitian 1. Penelitian Lapang 2. Penelitian Laboratorium
:
Pemanfaatan Zeolit dan Mimba untuk Perbaikan Keragaan Tanaman Jeruk Pada Lahan Sub Optimal Di Sulawesi Tenggara : 1. Teknologi Pangan : :
Sulawesi Selatan. Laboratorium terakreditasi / Balai Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor
A. Lembaga Pelaksana Penelitian Nama Peneliti Utama Nama Lembaga/Insitusi
: :
Unit Organisasi
:
Alamat
:
Telepon/HP/Faksimil/email
:
Ir. Arry Supriyanto, MS Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Hortikultura Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika Jl. Raya Tlekung No.1 Junrejo Kota Batu Jawa Timur (0341) 592683 Fax. (0341) 593047 e-mail:
[email protected]
Rekapitulasi Biaya No Uraian 1. Gaji dan Upah 2. Bahan Habis Pakai 3. Perjalanan 4. Lain-lain Jumlah biaya tahun yang diusulkan
Jumlah (Rp) 134,432,000 17,908,000 82,500,000 15,160,000 250,000,000
Setuju diusulkan: Kepala Lembaga Istitusi,
Peneliti Utama,
Dr. Ir. Mouchdar Soedarjo, M.Sc. NIP. 19620401 198603 1 001
Ir. Arry Supriyanto, MS. NIP. 19540323 198101 1 001
Mengetahui Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura
Dr. Ir. Yusdar Hilman, MS NIP. 19560424 198303 1 002
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa impor buah jeruk mandarin pada Januari-Maret 2011 senilai 85.352.866 dollar AS. Sedangkan periode yang sama pada tahun lalu, nilai impor jeruk mandarin masih sebesar 68.103.952 dollar AS. Hal tersebut menunjukkan bahwa impor jeruk mandarin triwulan I tahun 2011 melonjak sekitar 25,32 persen dibandingkan triwulan I tahun
2010
(http://www.bisnismaritim.com).
Fenomena
konsistensi
peningkatan impor buah jeruk mandarin menunjukkan bahwa ketergantungan dalam negeri terhadap jeruk keprok semakin besar. Kondisi ini bisa terjadi antara lain karena jeruk keprok memiliki penampilan dan cita rasa yang berbeda (lebih baik) dibandingkan dengan jeruk Siam sehingga segmen pasarnya meningkat. Selain itu, produksi jeruk keprok nasional belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri karena populasinya masih sedikit dibandingkan dengan jeruk siam. Menurut Badan Litbang Deptan (2007), sekitar 70-80% jenis jeruk yang dikembangkan petani masih merupakan jeruk siam, sedangkan jenis lainnya merupakan jeruk keprok dan pamelo unggulan daerah seperti keprok Garut dari Jawa Barat, keprok Sioumpu dari Sulawesi Tenggara, keprok Tejakula dari Bali, dan keprok Kacang dari Sumatera Barat, pamelo Nambangan dari Jatim dan Pangkajene merah dan Putih dari Sulawesi Selatan; sedangkan jeruk nipis banyak diusahakan di Jawa Timur dan Kalimantan Timur. Konsistensi peningkatan impor buah jeruk keprok sebenarnya merupakan peluang bagi pengembangan jeruk keprok nasional karena sumberdaya lahan yang potensial di beberapa daerah sangat luas, sumber daya genetik jeruk keprok nasional yang berkualitas cukup memadai, dan ketersediaan teknologi pengembangan jeruk nasional sangat mendukung. Keberhasilan pengembangan jeruk keprok nasional akan mengurangi impor jeruk mandarin, meningkatkan kesejahteraan petani dan menggerakkan roda perekonomian daerah sentra produksi karena jeruk keprok memiliki nilai ekonomi tinggi dan merupakan salah satu komoditas yang masuk dalam perdagangan internasional.
1
Jeruk Siompu merupakan salah satu jeruk keprok andalan nasional yang potensial dikembangkan di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara. Jeruk ini sudah terkenal sejak dahulu bukan hanya di Sulawesi Tenggara tetapi juga di daerah lain seperti Maluku, Papua, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Bangka, Belitung, dan bahkan sering diselundupkan ke Singapura oleh para pelaut Buton. Dalam kontes buah jeruk nasional yang diselenggarakan oleh Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika pada tahun 2005, jeruk Siompu mendapatkan prestasi sebagai pemenang terbaik keempat. Di Kabupaten Buton, jeruk Siompu ditanaman di hampir seluruh wilayah kecamatan terutama Kecamatan Batauga, Siompu, dan Lasalimu. Tanaman ini umumnya ditanaman di lahan suboptimal yaitu lahan kering kering yang tandus di atas batuan karang dengan jenis tanah terdiri atas litosol, Mediteran, dan Podsolik Merah Kuning (Bapeda Buton Utara, 2009). 1.2 Pokok Permasalahan Umumnya, lahan pengembangan jeruk keprok Siompu di Kabupaten Buton merupakan lahan suboptimal yaitu lahan kering dengan lapisan tanah yang tipis (Litosol) diatas batuan karang. Selain Litosol, jenis tanah di Kabupaten Buton adalah Mediteran, dan Podsolik Merah Kuning. Tanah Mediteran termasuk tanah yang tidak subur yang terbentuk dari pelapukan batuan kapur. Lahan kering Podzolik Merah Kuning biasanya didominasi oleh bahan induk yang miskin unsur hara (Partohardjono et al, 1994) dan pH masam sehingga tergolong lahan suboptimal yang tingkat produktivitasnya rendah. Tanah ini biasanya didominasi oleh mineral liat kaolinit yang tidak banyak memberikan sumbangan terhadap kesuburan tanah serta sebagian besar tanah ini mempunyai kapasitas memegang air yang rendah dan peka terhadap erosi (Arief dan Irman, 1997). Usahatani jeruk di lahan kering diatas biasanya memiliki masalah serius dalam memenuhi kebutuhan air dan unsur hara bagi tanaman karena jenis tanah ini biasanya memiliki laju infiltrasi yang cepat sampai sedang (Siradz, Kertonegoro dan Handayani, 2007) dan kesuburannya rendah. Budidaya jeruk di lahan ini tidak mampu berproduksi secara optimal jika pengelolaannya dilakukan secara konvensional.
2
Selain masalah kesuburan lahan dan kekurangan air, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan masalah penting dalam pengembangan jeruk di Indonesia. Hal ini disebabkan antara lain harga pestisida semakin mahal sehingga semakin jauh dari jangkaun petani lahan kering dan penggunaan pestisida kimia yang berlebihan telah dan tidak tepat sasaran dapat menyebabkan OPT resisten (Anonymous, 2009), serta menyebabkan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia sehingga perlu dicarikan alternatf pestisida alami yang memiliki spektrum luas. Salah satu cara untuk mengatasi masalah kesuburan tanah di lahan kering adalah pemberian pembenah tanah zeolit alam. Lempung zeolit alam merupakan senyawa alumino silikat terhidrasi, dengan unsur utama yang terdiri dari kation alkali dan alkali tanah. Bahan ini berstruktur tiga dimensi, memiliki kapasitas pertukaran kation (KPK) tinggi sehingga mampu mengurangi kehilangan pupuk N dan K, dapat menyerap dan menyimpan air yang dapat digunakan oleh tanaman,
meningkatkan
pH
tanah
masam,
mengurangi
kadar
Al-dd,
meningkatkan efisiensi N, P, K, Ca, Mg Sitompul (1997). Dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman, ekstrak biji mimba merupakan pilihan yang tepat untuk menggantikan pestisida kimia. Mimba yang memiliki nama internasional Neem (Azadirachta indica, A. Juss) bijinya mengandung
senyawa
alami
meliputi
senyawa-senyawa
terpenoid
(protolimonoids, limonoids, pentatriterpenoids, hexatriterpenoids) dan non terpenoid (hydrocarbons, asam lemak, steroids, phenol, flavonoids, dan lainlain) yang memiliki kemempuan mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Walapun memiliki selektivitas tinggi, ekstrak mimba dapat mempengaruhi sekitar 400 sampai 500 spesies serangga Blattodea, Caelifera, Coleoptera, Dermaptera, Diptera, Ensifera, Hetroptera, Homoptera, Hymenoptera, Isoptera, Lepidoptera, Phasmida, Phthiraptera, Siphonoptera, Thysanoptera, pada spesies spesies ostracod dan beberapa tungau. Ekstrak mimba juga berfungsi sebagai nematisida untuk mengendalikan spesies endoparasitic dari Meloidogyne dan Globodera, spesies ektoparasit dari Hoplolaimus dan Tylenchorhynchus dan spesies
semiendoparasitic
dari
Rotylenchus
dan
Pratylenchus
(Musabyimana dan Saxena, 1999). Ekstrak mimba juga efektif mengendalikan patogen jamur (fungisida). Siput air sebagai vektor penyakit seperti Melinia 3
scabra (schistosomiasis) dan phytophagous atau siput-tanah di rumah kaca dan hortikultura jiga bisa dikendalikan dengan mimba (West dan Mordue, 1992). Produk mimba juga bisa mengendalikan tungau dari genus Tetranychus, bakteri dan virus tanaman dan hewan (Mansour et al, 1987;. Hunter dan Ullman, 1992; Schmutterer, 1995). 1.3 Metodologi Pelaksanaan a. Lokus Kegiatan Penelitian dilaksanakan di Desa Wabula, Kecamatan Pasar Wajo, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara. b. Fokus Kegiatan Kegiatan penelitian difokuskan pada Ketahanan Pangan c. Bentuk Kegiatan 1. Rekomendasi teknologi perbaikan mutu lahan suboptimal untuk untuk meperbaiki keragaan tanaman dan mutu buah jeruk keprok Siompu di Buton. 2. Rekomendasi
pengendalian
organisme
pengganggu
tanaman
jeruk
menggunakan pestisida alami ekstrak biji mimba untuk memperbaiki keragaan tanaman dan mutu buah jeruk keprok Siompu di Buton. 1.4 Tahap Pelaksanaan Kegiatan 1. Survey Awal dan Pengambilan Sampel Tanah serta Daun Kegiatan yang telah dilakukan pada awal kegiatan ini adalah survey lapang ke beberapa daerah pengembangan jeruk Siompu untuk mencari informasi mengenai kondisi tanaman yang sudah berproduksi, jumlah tanaman dan fase buah tersebut. Dari hasil survey awal pada bulan februari 2012 didapatkan informasi bahwa salah satu lokasi pengembangan jeruk Siompu adalah di desa Wabula dan wasuemba, kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara. Luas pertanaman Jeruk Siompu di desa Wabula adalah 7,5 ha dengan jarak tanam 5,5 m x 5,5 m, sedangkan luas pertanaman jeruk Siompu didesa Wasuemba adalah 5,5 ha juga dengan jarak tanam 5,5 m x 5,5 m. Pemupukan yang dilakukan di desa Wabula maupun di desa Wasuemba 4
menggunakan pupuk organik dari sisa tanaman dan
tidak menggunakan
pupuk an-organik. Masa pembungaan baik di desa Wabula maupun di desa Wasuemba adalah akhir bulan Nopember (bulan 11) tahun 2011 dan panen diperkirakan jatuh pada akhir bulan Juli sampai awal agustus tahun 2012. Kondisi buah pada saat bulan Februari sebesar kelereng (Lampiran gambar 1.) Setelah dipilih satu lokasi kegiatan, tahapan yang dilakukan adalah pengambilan sampel tanah dan daun untuk dianalisis di laboratorium guna mengetahui tingkat kesuburan tanah pada lokasi kegiatan. Pengambilan sampel dilakukan pada akhir bulan Maret 2012 dan dianalisakan ke laboratorium tanah terakreditasi di Maros, BPTP Sulawesi Selatan. Tanah diambil di beberapa titik kebun yang telah dipilih sebagai lokasi penelitian kemudian dikompositkan untuk selanjutnya dianalisa kandungan N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, dan Zn. 2. Penerapan Teknologi Pemanfaatan Zeolit dan Pestisida Hayati Ekstrak Mimba Kondisi kebun jeruk tempat penelitian di desa Wabula, kecamatan Pasarwajo,
Kabupaten Buton,
Sulawesi
Tenggara, pohon jeruk keprok
Siompu tumbuh di bukit berbatuan karang dengan solum tanah yang sangat tipis (Litosol). Pada bulan April 2012 kondisi tanaman jeruk Siompu di kebun yang terpilih sebagai lokasi penelitian sedang berbuah dengan diameter 4-5 cm (Lampiran Gambar 2). Tahapan selanjutnya dalam kegiatan ini adalah penerapan teknologi budidaya jeruk sesuai dengan perlakuan yang telah ditetapkan. Teknologi yang diterapkan dalam penelitian ini adalah aplikasi pembenah tanah zeolit alam + pengendalian OPT menggunakan ekstrak biji mimba. Tanah di daerah ini berjenis tanah Litosol biasanya mempunyai kapasitas memegang air yang rendah dan peka terhadap erosi, sehingga salah satu cara untuk mengatasi permasalahan kesuburan tanah di lahan kering adalah dengan pemberian pembenah tanah zeolit alam. Mimba yang akan diaplikasikan diekstrak sendiri dengan melibatkan petani sehingga diharapkan petani mempunyai keahlian dalam membuatnya pestisida hayati dari bahan baku mimba. Mimba diekstrak menggunakan alkohol dengan perbandingan 10kg mimba/15 liter alkohol 70%. Kegiatan
5
pembuatan pestisida hayati berbahan baku mimba yang telah dilakukan meliputi: penakaran bahan, pelarutan dengan alkohol 70%, pengadukan hingga merata dan dibiarkan selama 24 jam;
kemudian diperas dengan
menggunakan alat peras yang digunakan penduduk setempat membuat “kasuami”, makanan tradisional khas Buton (Lampiran Gambar 3 dan 4). 3. Plotting dan Perlakuan Sebelum diterapkan perlakuan, terlebih dahulu dilakukan pemilihan unit sampel tanaman yang akan diperlakukan. Tanaman yang dipilih yang seragam berdasarkan umur, keragaan tanamannnya dan merupakan tanaman yang telah berproduksi. Kemudian dilakukan plotting dan pelabelan tanaman berdasarkan perlakuan, pelabelan cluster buah yang akan diamati, penimbangan zeolit, penimbangan pupuk kandang dan penimbangan pupuk an-organik berdasarkan masing-masing perlakuan (Lampiran Gambar 5). Rancangan percobaan menggunakan metode rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan faktor pertama adalah dosis Zeolit (Z) yang terdiri dari 3 aras yaitu (Z0, Z1, Z2) dan faktor kedua adalah aplikasi pestisida kimia (K) dan Mimba (M) sehingga ada 7 perlakuan. Masing-masing perlakuan diulang 5 kali dengan unit percobaan 3 tanaman. Tanaman yang digunakan adalah tanaman produktif yang sudah berproduksi di lapang sejumlah 105 tanaman. Perlakuan yang diterapkan sebagai berikut :
1
Z0 + M
Dosis Zeolit (Z) Z0 = tanpa zeolit
2
Z1 + M
Z1 = 2 ton/ha
M = Mimba dosis 5 ml/liter
3
Z2 + M
Z2 = 4 ton/ha
M = Mimba dosis 5 ml/liter
4
Z0 + K
Z0 = tanpa zeolit
K = Kimia dosis anjuran
5
Z1 + K
Z1 = 2 ton/ha
K = Kimia dosis anjuran
6
Z2 + K
Z2 = 4 ton/ha
K = Kimia dosis anjuran
7
Kontrol
Cara petani
No
Perlakuan
Aplikasi Pestisida M = Mimba dosis 5 ml/liter
Tanaman dipilih berdasarkan keseragaman kondisi tanaman sebagai satu ulangan. Untuk perlakuan Z1 dosis zeolit yang digunakan adalah 2 ton/ha atau 2,5 kg/pohon. Perlakuan Z2 dosis zeolit yang digunakan adalah 4 ton/ha 6
atau 5 kg/pohon. Dosis ekstrak mimba untuk aplikasi adalah 5 ml/liter sedangkan dosis aplikasi pestisida kimia adalah 2 gr/liter untuk fungisida dan insektisida 1 ml/liter. Aplikasi zeolit pertama telah dilakukan bersama pemberian pupuk kandang sesuai dosis zeolit dengan perbandingan 1:1. Aplikasi pestisida hayati/ekstrak mimba dan pestisida kimia dilakukan setiap 2 minggu sekali sampai panen. Selain aplikasi zeolit juga diberikan pupuk an organik berdasarkan umur dan keragaan tanamannya dengan dosis 400 gr SP36 dan 400 gr urea/pohon untuk tanaman yang besar, 300 gr SP-36 dan 300 gr urea/pohon untuk tanaman yang sedang, 200 gr SP-36 dan 200 gr urea/pohon untuk tanaman yang kecil. Kemudian dilakukan penyiraman setelah pemberian zeolit dan pemupukan selesai sampai kapasitas lapang (Lampiran Gambar 6). 4. Pengamatan Awal Pengamatan awal yang dilakukan antara lain pengukuran diameter buah dan pengamatan terhadap serangan OPT pada buah jeruk berdasarkan perlakuan (Lampiran Gambar 7). Tabel 1. Diameter buah jeruk keprok Siompu sebelum perlakuan No.
Kode
Diameter Buah (cm)
1
Z0+K
4.89
2
Z0+M
5.11
3
Z1+K
5.10
4
Z0+M
5.08
5
Z1+K
5.17
6
Z2+M
4.96
7
Kontrol
4.96
Rerata
5.04
Dari tabel 1. diketahui bahwa rata-rata diameter buah jeruk pada saat awal perlakuan rata-rata menunjukkan 5,04 cm dengan umur buah kurang lebih 5 bulan, dan diperkirakan panen pada akhir bulan July 2012. Pengamatan dilakukan setiap satu bulan sekali,meliputi diameter buah, jumlah buah yang sehat dan yang terkena serangan OPT, jumlah total buah dan keragaan tanaman. Untuk mengevaluasi hasil penerapan teknologi dilakukan juga pengamatan terhadap kesuburan tanah di akhir meliputi: serapan unsur 7
N, P, K, Ca, Mg, S, Mn dan Zn ; produksi buah dan mutu buah (kadar sari buah, kadar total padatan terlarut, kadar asam, ukuran buah, dan lain-lain). Tabel 2. Pengamatan buah jeruk Siompu terhadap serangan OPT Perlakuan
Thrips
Planococcus
Kutu Sisik
Podisus maculiventris
Kudis
Z.0 + M
5
2
5.3
5.5
3
Z.1 + M
3
4.9
15.3
7
7
Z.2 + M
0
2
4.9
4
3.5
Z.0 + K
1
3.5
1.5
13
7
Z.1 + K
3
2.3
2.8
7
3.5
Z.2 + K
1
8.2
1.3
11.5
5.5
Kontrol
0.8
2.9
3.4
10.5
6.5
Rerata
1.97
3.69
4.93
8.36
5.14
Dari hasil pengamatan buah jeruk Siompu terhadap serangan OPT dalam setiap perlakuan ditemukan bekas serangan trips antara 1-5 %, Planococcus atau kutu putih antara 2-8 ekor, kutu sisik antara 1-15 ekor, Podisus maculiventris yang menyebabkan buah kuning 4-13 %, kudis (kulit buah menebal) antara 3-7 % (Tabel 2). Kondisi awal serangan OPT pada buah jeruk Siompu dapat dilihat secara jelas dengan histogram dalam Gambar 1. di bawah ini. 16 14 12 10
Thirps
8
Planococcus
6
Kutu Sisik
4
Podisus maculiventris
2
Kudis
0
Gambar 1. Histogram hasil pengamatan serangan OPT pada buah jeruk Siompu sebelum perlakuan
8
Dengan penerapan aplikasi pestisida hayati mimba, diharapkan pada akhir pengamatan saat buah panen, terdapat penurunan terhadap serangan OPT sehingga dapat memperbaiki penampilan, kemulusan dan mutu buah jeruk keprok Siompu. Pengamatan selanjutnya akan dilakukan pada saat sebelum panen.
9
II.
PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN
2.1 Pengelolaan Adminstrasi Manajerial a. Perencanaan Anggaran Perencanaan dan Pengelolaan Anggaran Tahap I: Honor Rp. 34.740.000 Gaji Upah Rp. 7.264.000 Bahan Rp. 13.908.000 Sewa Kendaraan Rp. 3.000.000 Perjalanan Rp. 16.088.000 --------------------------------------------------------------+ Dana Awal Tahap I Rp. 75.000.000 b. Pengelolaan Anggaran Penggunaan angaran Dana awal Tahap I: Honor Rp. 34.740.000 Gaji Upah Rp. 5.300.000 Bahan Rp. 14.164.850 Sewa Kendaraan Rp. 3.375.000 Perjalanan Rp. 19.079.000 Lain-lain Rp. 7.388.800 --------------------------------------------------------------+ Total penggunaan anggaran Rp. 84.047.650 c. Rancangan pengelolaan asset Aset tidak berwujud (dihibahkan ke Lembaga Penerima) 2.2 Metode Proses Pencapaian Target Kinerja a. Kerangka Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja 1. Koordinasi dengan peneliti BPTP Sulawesi Tenggara 2. Analisis awal dilakukan di laboratorium tanah BPTP Maros (awal April) 3. Perlakuan akhir bulan April 2012 4. Panen buah bulan Juli/Agustus 5. Analisis mutu dan data September - Oktober 2012. b. Indikator Keberhasilan pencapaian Target Kinerja 1. Penelitian dilakukan di sentra produksi jeruk keprok Siompu di pulau Buton 10
2. Perlakuan Zeolit + mimba untuk memperbaiki keragaan tanaman di daerah sub optimal (50%) c. Perkembangan Sinergi Pencapaian Target Kinerja 1. Didapatkannya informasi mengenai daerah pengembangan jeruk keprok Siompu di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara. 2. Terpilihnya desa Wabula kecamatan Pasar wajo, kabupaten Buton sebagai tempat penelitian. 3. Telah dilakukan analisis awal tanah dan daun di BPTP Maros 4. Perlakuan zeolit dan mimba telah dilaksanakan akhir bulan April 2.3 Sinergi Koordinasi Kelembagaan- Program a. Kerangka Sinergi Koordinasi Kelembagaan –Program 1. Koordinasi Kerjasama dengan peneliti BPTP Sulawesi Tenggara 2. Koordinasi dengan dinas Pertanian setempat termasuk dengan PPL 3. Koordinasi dengan Kelompok Tani setempat. b. Indikator keberhasilan Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program 1. Potret kondisi awal dilakukan oleh BPTP Sulawesi Tenggara 2. Perlakuan, pengamatan dilakukan oleh Balitjestro dan BPTP Sulawesi Tenggara c. Perkembangan Sinergi Koordinasi Kelembagaan – Program 1. Persiapan penelitian dilakukan oleh peneliti BPTP Sulawesi Utara, koordinasi dilakukan via telepon, fax dan email 2. Perlakuan dilaksanakan oleh Peneliti Balitjestro, BPTP Sulawesi Tenggara dan PPL setempat dibantu dengan mahasiswa yang sedang PKL di lokasi penelitian 3. Pengamatan oleh BPTP Sulawesi tenggara dan peneliti Balitjestro 2.4 Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa a. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa 1. Hasil penelitian digunakan sebagai pengujian penyempurnaan teknologi budidaya jeruk Keprok setempat dan didisplay sebagai demoplot 11
2. Demoplot digunakan untuk praktek sekolah lapang - Pengelolaan Kebun Jeruk Sehat 3. Kerjasama erat dengan BPP setempat b. Strategi Pemanfaatan Hasil Litbangyasa 1. Rekomendasi teknologi perbaikan mutu lahan suboptimal untuk untuk meperbaiki keragaan tanaman dan mutu buah jeruk keprok Siompu di Buton. 2. Rekomendasi
pengendalian
organisme
pengganggu
tanaman
jeruk
menggunakan pestisida alami ekstrak biji mimba untuk memperbaiki keragaan tanaman dan mutu buah jeruk keprok Siompu di Buton. c. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Hasiul Litbangyasa 1. Keberhasilan penelitian ini akan memperbaiki kesuburan lahan suboptimal untuk budidaya jeruk keprok Siompu. 2. Perbaikan kesuburan lahan akan diikuti oleh peningkatan produktivitas lahan sehingga hasil dan mutu buah jeruk keprok Siompu di Kabupaten Buton meningkat. 3. Penggunaan pestisida alami ekstrak biji mimba akan mengurangi pengaruh negatif penggunaan pestisida kimia, perbaikan mutu buah dan mengurangi biaya produksi. d. Perkembagnan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa 1. Belum disusun pelaksanaannya karena penelitian baru mulai 2. PPL dan petani menunggu hasil penelitian
12
III.
RECANA TINDAK LANJUT
3.1 Rencana Pelaksanaan PencapaianTarget Kinerja 1.
Pengamatan keragaan tanaman dan buah dilaksanakan oleh tenaga PPL setempat, BPTP Sulawesi Tenggara dan peneliti Balitjestro ssatu bulan sekali.
2.
Pengamatan serangan OPT dilakukan oleh Balitjestro dan BPTP Sulawesi Tenggara.
3.
Panen pada akhir bulan July/awal Agustus
4.
Analisis mutu buah dan pengolahan data September – Oktober 2012
5.
Perlakuan zeolit II diaplikasikan bulan Agustus/setelah panen
3.2 Recana Koordinasi Kelembagaan – Program 1.
Pengamatan dilaksanakan oleh Peneliti Balitjestro, BPTP Sulawesi Utara dan PPL setempat
dibantu dengan mahasiswa yang sedang PKL di lokasi
penelitian. 2.
Panen dilakukan oleh tim peneliti lengkap.
3.3 Rencana Pemanfaatan Hasil Litbangyasa 1.
Hasil penelitian digunakan sebagai pengujian penyempurnaan teknologi budidaya jeruk Keprok setempat dan didisplay sebagai demoplot
2.
Demoplot digunakan untuk praktek sekolah lapang - Pengelolaan Kebun Jeruk Sehat
3.
Kerjasama erat dengan BPP setempat.
3.4 Rencana Pengembangan ke Depan Terbentuknya sentra produksi jeruk di Kabupaten siompu akan mendorong perkembangan seluruh komponen yang terlibat dalam agribisnis jeruk termasuk sektor industri sarana produksi pertanian, perdagangan maupun pariwisata karena budidaya jeruk membutuhkan dukungan teknologi dan sarana produksi yang tinggi, jeruk siompu dari Buton sejak dahulu telah diperdagangkan ke luar daerah bahkan ke Singapura, dan tanaman jeruk sangat potensial dikembangkan sebagai komoditas wisata agro.
13
IV.
PENUNTUP
Kegiatan penelitian ini telah dilaksanakan dengan capaian target hingga 50%, dan selanjutnya akan dilaksanakan pengamatan terhadap keragaan tanaman dan serangan OPT setiap bulan sekali. Sedangkan analisa mutu buah akan dilaksanakan pada bulan Agustus saat panen.
14
Lampiran Gambar
Gambar1.
Kondisi tanaman jeruk Siompu di desa Wabula dan wasuemba, kecamatan pasar wajo, kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara pada saat survey awal Februari 2012.
15
Gambar 2. Kondisi kebun jeruk tempat penelitian di desa Wabula, kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara pada bulan April 2012: pohon jeruk keprok Sioumpu, tumbuh di bukit berbatuan karang, sedang berbuah dengan diameter 4-5 cm.
16
Gambar 3. Pembuatan pestisida hayati berbahan baku mimba : penakaran bahan, pelarutan dengan alkohol 70%, pengadukan hingga merata dan dibiarkan selama 24 jam (kiri atas-bawah); kemudian diperas dengan menggunakan alat peras yang digunakan penduduk setempat membuat “kasuami”, makanan tradisional khas Buton (kanan atas-bawah).
17
Gambar 4. Proses pembuatan (searah jarum jam)
perata
dan
perekat
pestisida
hayati
mimba
18
Gambar 5. Penyiapan label, penimbangan zeolit, pupuk kandang ayam, dan pupuk kimia; pemasangan label pada pohon dan buah terpilih
19
Gambar 6. Perlakuan pemberian zeolit, pupuk kandang ayam dan pupuk kimia serta penyiraman setelah perlakuan selesai (pasca pemupukan hujan turun malam harinya)
20
Gambar 7. Pengamatan diameter buah dan pengambilan sampel buah jeruk untuk pengamatan serangan OPT : kudis, kutu sisik, kutu putih (Planococcus), Podisus maculiventris
21