Laporan Akuntabilitas Kinerja Institusi Pemerintah Tahun 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadlirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunianya sehingga
Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP) Puslitbang Perkebunan tahun anggaran 2013 dapat diselesaikan Laporan
sesuai ini
dengan
waktunya.
merupakan
bentuk
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi serta pengelolaan anggaran yang
didasarkan
stratejik
yang
pada
telah
perencanaan
ditetapkan
oleh
Puslitbang Perkebunan. Dalam laporan ini digambarkan tingkat kinerja Puslitbang Perkebunan selama tahun anggaran 2013 berdasarkan tingkat pencapaian sasaran yang sudah ditetapkan sebelumnya. Ungkapan terima kasih disampaikan Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Diharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak
yang
memerlukannya
terutama
dalam
perbaikan maupun
peningkatan kinerja di masa yang akan datang.
Bogor, 31 Januari 2014 Kepala Pusat,
Dr. M. Syakir NIP.19581117 198403 1001
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Institusi Pemerintah Tahun 2013
IKHTISAR EKSEKUTIF Puslitbang Perkebunan telah menetapkan Renstra 2010 – 2014 dengan mengemban visi dan misi yang
futuristik dan partisipatif. Visi Puslitbang
Perkebunan selaras dengan visi Badan Litbang Pertanian, karena perkebunan merupakan komponen perkebunan
telah
dari pertanian. Di samping itu, beberapa komoditas
menjadi
anjuran
bagi
lembaga-lembaga
internasonal.
Berdasarkan hal tersebut, maka visi Puslitbang Perkebunan 2014
adalah :
"Menjadi pusat keunggulan inovasi teknologi perkebunan berkelas dunia". Untuk mewujudkan visi tersebut, Puslibang Perkebunan menyusun misi sebagai berikut : (1) Menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi unggulan dan kebijakan di bidang perkebunan, (2) Meningkatkan kualitas dan optimasi pemanfaatan sumberdaya penelitian dan pengembangan perkebunan dan (3) Mengembangkan jaringan dan meningkatkan kerjasama iptek di tingkat nasional dan internasional. Dengan memperhatikan visi dan misi tersebut, tujuan dan sasaran Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan tahun 2010-2014 adalah : (1) mendukung pemenuhan kebutuhan benih unggul, teknologi budidaya dan peningkatan nilai tambah tanaman perkebunan, yang sasarannya adalah tersedianya a) teknologi
varietas unggul, b) teknologi budidaya, c) produk olahan dan
peningkatan nilai tambah (diversifikasi), d) benih unggul; (2)
menghasilkan rekomendasi kebijakan tanaman perkebunan sebagai bahan kebijakan pertanian di bidang perkebunan, yang sasarannya adalah tersedianya rekomendasi meningkatkan
kebijakan
pengembangan
tanaman
perkebunan;
dan
(3)
diseminasi hasil penelitian perkebunan kepada pengguna yang
sasarannya adalah: a) meningkatnya publikasi hasil penelitian, b) meningkatnya penyebaran
hasil penelitian
perkebunan
kepada pengguna, c) terjalinnya
kerjasama dengan pihak lain. Arah kebijakan dan strategi Puslitbang Perkebunan mengacu pada Renstra Litbang Pertanian 2010-2014 dengan mempertimbangkan sasaran pembangunan pertanian 2010 – 2014 melalui peningkatan penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang inovatif, efisien dan efektif dengan mengedepankan kaidah ilmiah dan berkontribusi terhadap perkembangan iptek. Kebijakan tersebut diimplementasikan melalui pemanfaatan sumberdaya penelitian yang ada secara optimal dan meningkatkan jejaring kerjasama dengan institusi lain baik nasional maupun internasional. Dalam upaya
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan ii
Laporan Akuntabilitas Kinerja Institusi Pemerintah Tahun 2013
mendukung pencapaian sasaran pembangunan pertanian, rumusan arah kebijakan Puslitbang Perkebunan didasarkan pada isu-isu strategis terkait komoditas perkebunan. Pencapaian kinerja Puslitbang Perkebunan pada TA 2013, secara umum dapat dikatagorikan sangat berhasil sasarannya.
ditinjau dari hasil pencapaian kinerja
Jika dibandingkan antar target dan capaian Indikator utamanya,
dari 9 target indikator kinerja utama, 8 (delapan) target
mencapai bahkan
melampau targetnya/diatas 100% (sangat berhasil), sedangkan satu indikator sasaran mencapai sasaran 90% (berhasil).
Capaian indikator utama selain
varietas diatas 100% yaitu sasaran teknologi produktivitas mencapai 176%, sasaran teknologi peningkatan nilai tambah mencapai 143% dari targetnya, sasaran benih sumber mencapai 147% dari targetnya, sasaran plasma nutfah mencapai 201% dari tergetnya dan sasaran rekomendasi kebijakan mencapai 100% dari targetnya, begitu pula dengan capaian publikasi (141) dan kerjasama (195%). Beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian kinerja diantaranya adalah : 1) Ketersediaan Sumberdaya Manusia, baik tenaga fungsional peneliti, teknisi Litkayasa dan tenaga administrasi yang memadai; 2) Perencanaan kegiatan yang memadai; 3) Monitoring dan evaluasi yang intensif; 4) Pengelolaan keuangan yang handal ; dan 5) Sarana dan prasarana penelitian yang memadai; Hambatan/kendala dan permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian kinerja Puslitbang Perkebunan pada TA 2013 adalah: 1) Kinerja pengelolaan keuangan
dan
sarana
dan
prasarana;
2)
Perencanaan
dan
persiapan
pelaksanaan kegiatan; 3) Penentuan target output dan sasaran kegiatan; 4) Faktor hambatan alam. Langkah – langkah alternatif yang harus dilakukan dalam menanggulangi hambatan dan permasalahan yang dihadapi dimasa yang akan datang adalah: 1) Perencanaan kegiatan secara cermat dan realistis, 2) Persiapan pelaksanaan kegiatan secara matang; 3) Penentuan
target output dan sasaran secara
realistis; 4) Merevisi dokumen perencanaannya jika menemui perubahan pelaksanaan kegiatan dari yang sudah direncanakan; 5) Meningkatkan kapasitas SDM, Aset dan SD Finansiial
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan iii
Laporan Akuntabilitas Kinerja Institusi Pemerintah Tahun 2013
DAFTAR ISI
Kata pengantar
........................................................................
Halaman i
Ikhtisar Eksekutif
.........................................................................
ii
Daftar Isi
.........................................................................
iii
PENDAHULUAN .................................................................
1
Bab I.
Bab II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA ........................
9
2.1. Perencanaan Strategis ...............................................
9
2.2. . Penetapan Kinerja ................................................
14
Bab III. AKUNTABILITAS KINERJA ................................................
15
3.1. Pengukuran Capaian Kinerja .......................................
15
3.2. Analisis Capaian Kinerja .............................................
18
3.3. Akuntabilitas Keuangan .............................................
47
Bab IV. PENUTUP ........................................................................
54
Lampiran ........................................................................................
56
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan iv
Laporan Akuntabilitas Kinerja Institusi Pemerintah Tahun 2013
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Jumlah pegawai lingkup Puslitbang Perkebunan menurut 3 Pendidikan pada tahun 2013 ................................................... Tabel 2. Jumlah pegawai lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan jabatannya pada tahun 2013 ..................................................
3
Tabel 3. Keragaan Peneliti berdasarkan Kepakaran/bidang ilmu lingkup Puslitbang Perkebunan ............................................................
4
Tabel 4. Jenis Laboratorium lingkup Puslitbang Perkebunan .....................
5
Tabel 5. Luas Kebun Percobaan Lingkup Puslitbang Perkebunan ..............
6
Tabel 6. Keragaan Rumah Kaca lingkup Puslitbang Perkebunan ..............
6
Tabel 7. Keragaan Anggaran Puslitbang Perkebunan TA 2009-2013 (Dalam Juta Rupiah) ..........................................................................
7
Tabel 8. Indikator Kinerja Utama Puslitbang Perkebunan TA 2010-2014 ....
13
Tabel 9. Pengukuran Kinerja Puslitbang Perkebunan TA 2013 .................
16
Tabel 10. Persentase Capaian Varietas Unggul Baru Tanaman Perkebunan TA 2011-2013 .......................................................................
23
Tabel 11. Persentase Capaian Teknologi Budidaya Tanaman Perkebunan TA 2011-2013 ..............................................................................
30
Tabel 12. Persentase capaian teknologi peningkatan nilai tambah dan daya saing/produk olahan tanaman perkebunan TA 2011-2013 .........
34
Tabel 13. Persentase capaian rekomendasi kebijakan tanaman perkebunan TA 2010-2013 .......................................................................
38
Tabel 14. Capaian sumberdaya genetik tanaman perkebunan 2013 ..........
39
Tabel 15. Capaian benih sumber tanaman perkebunan 2013 ....................
40
Tabel 16. Persentase Capaian Benih Sumber Tanaman Perkebunan TA 2011-2013 ..............................................................................
40
Tabel 17. Persentase capaian publikasi tanaman perkebunan TA 20112013 ..................................................................................... Tabel 18. Kerjasama peneitian dengan mitra swasta ...............................
43 44
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan v
Laporan Akuntabilitas Kinerja Institusi Pemerintah Tahun 2013
Tabel 19. Kerjasama penelitian dengan mitra pemda ................................
45
Tabel 20. Kerjasama penelitian dengan mitra instansi pemerintah ..............
46
Tabel 21. Persentase Capaian MoU Kerjasama Tanaman Perkebunan TA 2011-2013 .............................................................................
46
Tabel 22. Realisasi Anggaran Lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan Sasaran Output Utama TA 2013 ............................................
53
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Kelapa Dalam Buol ST-1 Umur 3 dan 5 Tahun .................... 18 Gambar 2. Penampilan cengkeh Tuni Buru Selatan ...............................
19
Gambar 3. Sagu duri Selat Panjang Meranti .........................................
20
Gambar 4. Nilam Patchoulina 1 ............................................................
21
Gambar 5. Nilam Patchoulina 2 ..............................................................
21
Gambar 6. Varietas unggul rosela herbal ................................................
22
Gambar 7. Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan
48
jenis Belanja TA 2013 ........................................................... Gambar 8. Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan
48
Satker TA 2013 .................................................................... Gambar 9. Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan
49
Output TA 2013 ................................................................... Gambar 10. Realisasi anggaran Puslibang Perkebunan TA 2011-2013
49
(dalam juta rupiah) ........................................................... Gambar 11. Realisasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan Satker TA 2013 (dalam juta rupiah) ................. Gambar 12. Realisasi anggaran berdasarkan jenis belanja TA 2013
50 51
(dalam juta rupiah) Gambar 13. Target dan realisasi PNBP fungsional lingkup Puslitbang
52
Perkebunan TA 2013 (dalam juta rupiah)
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan vi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Institusi Pemerintah Tahun 2013
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan vii
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
I. PENDAHULUAN Tugas dan fungsi
Puslitbang Perkebunan berdasarkan Peraturan Menteri
Pertanian No. 61/ Permentan/ OT.140/10/2010 adalah melaksanakan penyiapan perumusan
kebijakan
dan
program,
serta
pelaksanaan
penelitian
dan
pengembangan perkebunan, sedangkan fungsinya adalah : a.
Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program serta pemantauan dan evaluasi penelitian dan pengembangan perkebunan;
b.
Pelaksanaan
kerja
sama
dan
pendayagunaan
hasil
penelitian
dan
pengembangan perkebunan; c.
Pelaksanaan penelitian dan pengembangan perkebunan; dan
d.
Pengelolaan urusan tata usaha Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Puslitbang Perkebunan termasuk salah satu unit kerja Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan). Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi, Puslitbang Perkebunan memiliki dua bidang dan satu bagian yaitu Bidang Program dan Evaluasi, Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian, dan Bagian Tata Usaha, Kelompok fungsional peneliti, serta didukung oleh empat Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang menangani komoditas mandat, yaitu Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas), Balai Penelitian Tanaman Palma (Balit Palma), dan Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri). Berdasarkan
Peraturan
Kementerian
65/Permentan/OT.140/10/2012
tentang
Pertanian
Organisasi
dan
No.
Tata
Kerja
62Balai
Penelitian Lingkup Puslitbangbun, tugas dari masing-masing UPT tersebut adalah melaksanakan penelitian tanaman rempah dan obat; tanaman palma; tanaman pemanis dan serat, serta tanaman industri dan penyegar. Masing-masing Balai Komoditas menyelenggarakan fungsi: a.
Pelaksanaan penelitian genetika, pemuliaan, perbenihan, dan pemanfaatan plasma nutfah;
b.
Pelaksanaan
penelitian
morfologi,
fisiologi,
ekologi,
entomologi,
dan
fitopatologi;
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
1
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
c.
Pelaksanaan penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis;
d.
Pemberian pelayanan teknik kegiatan penelitian;
e.
Penyiapan kerjasama, informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil penelitian;
f.
Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, Puslitbang Perkebunan didukung dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan berkarakter dengan persyaratan kompetensi tertentu. Kompetensi merupakan persyaratan mutlak bagi SDM Balitbangtan untuk menjamin terselenggaranya kegiatan penelitian dan pengembangan yang berkualitas. Puslitbang Perkebunan memberikan prioritas tinggi terhadap peningkatan kualitas SDM dalam upaya menjamin tersedianya tenaga handal dalam melaksanakan program penelitian pertanian. Keragaan sumber daya manusia Puslitbang Perkebunan pada tahun 2013, disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Sampai dengan TA 2013 Puslitbang Perkebunan didukung oleh 719 pegawai yang terdiri dari 51 orang S3, 77 orang S2 dan 190 orang S1, 29 orang SM/D3, 6 orang D2, 2 orang D1 serta 364 orang SLTA ke bawah. Berdasarkan jabatannya sumber daya manusia di lingkungan Puslitbang Perkebunan diklasifikasikan menjadi 6 (enam)
yaitu: (1) Peneliti, (2) Teknisi Litkayasa,
(3) Pustakawan, (4) Pranata Komputer, (5) Arsiparis, dan (6) Fungsional Umum. Tabel 1.
Jumlah pegawai lingkup Puslitbang Perkebunan menurut Pendidikan pada tahun 2013
Unit Kerja Kantor Pusat
S3 11
S2 5
S1 19
SM/D3 6
D2 3
D1 1
SLTA 37
< SLTA 6
Jumlah 88
Balittro
18
18
57
12
2
0
99
45
251
Balittas
11
25
61
6
0
0
63
14
180
Balit Palma
6
17
23
3
1
0
48
8
106
Balittri
5
12
30
2
0
1
34
10
94
51
77
190
29
6
2
281
83
719
Jumlah
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
2
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Jumlah pegawai berdasarkan jabatannya adalah sebagai berikut: Tabel 2.
Jumlah pegawai lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan jabatannya pada tahun 2013 Pranata komputer
Arsiparis
4
1
2
65
88
2
0
1
142
251
25
0
0
1
103
180
23
10
0
0
0
73
106
34
19
0
0
1
40
94
183
101
6
1
5
423
719
Teknisi Litkayasa
Pustakawan
16
0
59
47
Balittas
51
4
Balitka
5
Balittri Jumlah
No
Unit Kerja
Peneliti
1
Kantor Pusat
2
Balittro
3
Fungsional Umum
Jumlah
Komposisi tenaga fungsional umum berjumlah 423 orang. Jumlah tersebut besar dibandingkan dengan jumlah tenaga fungsional tertentu lingkup Puslitbang Perkebunan (peneliti, teknisi, litkayasa dan fungsional lainnya). tenaga
fungsional
mencapai tenaga
terutama
tujuan
peneliti
organisasi,
penunjangnya
sebagai lebih
motor
Seyogyanya
penggerak
untuk
besar dibandingkan
dengan
sehingga perencanaan SDM kedepan akan
mempertimbangkan komposisi tersebut. Peneliti lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan kepakaran/bidang ilmu pada tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 3. Sumberdaya Sarana dan Prasarana. Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas dan fungsinya, Puslitbang Perkebunan didukung dengan sarana dan prasarana
yang
memadai.
Sarana
yang
digunakan
untuk melaksanakan
tugas dan fungsinya sebagai lembaga penelitian adalah Kebun Percobaan, Laboratorium, dan Rumah Kaca. Laboratorium. Puslitbang Perkebunan mengelola 28 laboratorium yang jenis dan jumlahnya disajikan pada Tabel 4. Laboratorium lingkup Puslitbangbun yang sudah mendapat akreditasi yaitu laboratorium pengujian (tanah, jaringan tanaman, bahan aktif tanaman rempah dan obat, minyak atsir, mikroba kontaminan, benih) yang dikelola Balittro dan laboratorium benih di Balittas. Laboratorium bioteknologi di Balit Palma masih
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
3
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
dalam proses akreditasi, sedangkan laboratrium di Balittri belum ada yang terakreditasi. Tabel 3.
Keragaan Peneliti berdasarkan Kepakaran/bidang ilmu lingkup Puslitbang Perkebunan
No 1
Bidang Keahlian
2 3 4 5 6 7 8
Balit Palma
Kantor Pusat
Balittro
Balittas
Budidaya Tanaman Ekonomi Pertanian Fisiologi Tanaman Hama dan Penyakit Tanaman Pemuliaan dan GenetikaTanaman
4 2 -
16 3 3
12 2 2
5 2
11 2 2
5
20
15
5
6
2
13
15
7
10
Teknologi Pasca Panen Teknologi Pertanian dan Mekanisasi
-
4
4
3
2
1
-
1
1
-
-
-
-
-
-
1
-
9
Ekonomi Sumberdaya Kesuburan Tanah dan Biologi Tanah
-
-
-
10
Teknik Kimia
1
-
-
11
Bioteknologi Pertanian
-
12
Sistem Usaha Pertanian
-
Jumlah
16
-
Balittri
-
-
-
-
-
-
-
-
1
59
51
23
34
Tabel 4. Jenis Laboratorium lingkup Puslitbang Perkebunan No 1 2 3 4 5 6 7 8 12 13 15 16
Jenis Laboratorium Biotek/Kuljar Pemuliaan Ekofisiologi Hama Penyakit Perbenihan Lab Uji Fisiologi hasil Parasitoid dan Predator Patologi Serangga Tanah/Tanaman Toksikologi JUMLAH
Balit Palma 1 1 1 1 1 1
Balittro
Balittri
Balittas
1 1 1 1 1 1 1 -
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 -
-
-
1
-
1
7
6
1 1 1 9
6
1 1 1 28
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Jumlah 4 4 3 3 4 2 2 2
4
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Kebun Percobaan. Kebun percobaan lingkup Puslitbang Perkebunan tersebar di 18 lokasi dengan luas total 777,91 Ha. Luas
Kebun
Percobaan
masing-
masing sangat beragam berkisar antara 6,74 dan 159,6 Ha (Tabel 5). Balittro mengelola 212,60 Ha, Balittri mengelola 196,34 Ha, Balittas mengelola 194,27 Ha dan Balit Palma mengelola 174,7 Ha. Kebun Percobaan yang terluas adalah KP. Pakuwon yang dikelola oleh Balittri, sedangkan
luasan terendah
adalah KP. Gunung Putri yang dikelola oleh Balittro. Rumah Kaca. Rumah kaca sebagai fasilitas pendukung kegiatan penelitian di lingkup Puslitbang Perkebunan ada 13 buah. Daya dukung secara kualitatif dan kuantitatif Rumah Kaca tersebut tercantum dalam Tabel 6. Rumah Kaca lingkup Balittro secara umum mempunyai daya dukung yang cukup memadai kecuali rumah kaca Ekofisiologi masih perlu ditingkatkan daya dukungnya. Sebaliknya Rumah Kaca lingkup Balittri masih kurang memadai karena rumah kaca tersebut baru dibangun 3 tahun yang lalu. Rumah Kaca lingkup Balittas merupakan rumah kaca yang paling baik daya dukungnya. Rumah Kaca lingkup Balit Palma secara umum kurang memadai dan perlu ditingkatkan daya dukungnya. Tabel 5. Luas Kebun Percobaan Lingkup Puslitbang Perkebunan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Satker/Lokasi KP BALITTRO KP. Cimanggu & Cibinong KP. Manoko KP. Sukamulya KP.Cikampek KP. Laing KP. Cicurug BALITTRI KP. Pakuwon KP. Gunung Putri KP. Cahaya Negeri
BALITTAS KP. Asembagus KP. Muktiharjo KP. Sumberrejo KP. Karangploso KP. Pasirian BALIT PALMA 15 KP. Paniki 16 KP. Mapanget 17 KP. Kima atas 18 KP. Kayuwatu TOTAL 10 11 12 13 14
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Luas (Ha) 212,60 44,63 20 48,56 14,9 75 9,51 196,34 159,6 6,74 30 194,27 40,07 95,16 26,51 24,65 7,88 174,7 40 47,6 60,4 26,7 777,91
5
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Tabel 6. Keragaan Rumah Kaca lingkup Puslitbang Perkebunan No
Daya Dukung
Satker/Rumah Kaca
Kualitatif
Kuantitatif
Cukup Kurang Cukup Cukup
Cukup Kurang Cukup Cukup
Kurang
Kurang
Baik Baik Baik Baik
Baik Baik Baik Baik
Kurang Kurang Kurang Kurang
Kurang Kurang Kurang Kurang
BALITTRO Pemuliaan Ekofisiologi Hama Penyakit BALITTRI Rumah Kaca BALITTAS Pemuliaan Ekofisiologi Hama Penyakit BALIT PALMA Pemuliaan Ekofisiologi Hama Penyakit
1 2 3 4 1 1 2 3 4 1 2 3 4
Sumber Daya Keuangan. Anggaran pembangunan Badan Litbang Pertanian terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan adanya dukungan positif pemerintah terhadap kegiatan litbang yang dituntut untuk menghasilkan inovasi teknologi yang lebih berorientasi pasar dan berdaya saing. Namun demikian, masih diperlukan dukungan pendanaan yang lebih besar untuk peningkatan hasil penelitian berupa inovasi teknologi dan varietas unggul berdaya
saing
yang
bersifat
untuk
kepentingan
petani.
Perkembangan
penganggaran lingkup Puslitbang Perkebunan lima tahun terakhir seperti terlihat pada Tabel 7. Tabel 7. Keragaan Anggaran Puslitbang Perkebunan TA 2009-2013 (Dalam Juta Rupiah) Tahun Anggaran 2009 2010 2011 2012 2013
pegawai 43.366 36.908 39.830 43.630 48.771
Jenis Belanja Barang 17.822 47.271 41.681 48.849 51.242
Modal 10.214 18.635 38.657 5.209 33.660
Total 71.402 102.814 120.168 98.688 135.674
Tata Kelola. Implementasi reformasi perencanaan dan penganggaran sebagai manifestasi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
6
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang
Keuangan
pembangunan
Negara
mengisyaratkan
mempertimbangkan
kerangka
bahwa
penyusunan
pendanaan
yang
strategi menjamin
konsistensi antara perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan. Penyusunan kebijakan, rencana program dan kegiatan harus mengedepankan semangat yang berpijak pada sistem perencanaan dan penganggaran yang terintegrasi perspektif jangka menengah dan berbasis kinerja yang mencakup 3 (tiga) aspek berupa unified budgeting, performance based budgeting, dan medium term
expenditure frame work. Untuk menjamin tercapainya good governance di UK/UPT lingkup Puslitbang Perkebunan, pelaksanaan program dan anggaran dikawal dengan penerapan Sistem Pengendalian Intern
(SPI) di setiap UK/UPT. Langkah-langkah
operasional penerapan SPI, yaitu: (1) Pembentukan Satuan Pelaksana (Satlak); (2) Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan SPI; (3) Pelaksanaan Penilaian Pelaksanaan SPI; dan (4) Penyusunan Laporan Pelaksanaan SPI. Untuk menjamin kelancaran dan tercapainya target pelaksanaan program dan anggaran Puslitbang Perkebunan dilakukan Monitoring dan Evaluasi secara berkala dan terus menerus. Monitoring ditujukan untuk memantau proses pelaksanaan dan kemajuan yang telah dicapai dari setiap program yang dituangkan
di
dalam
Renstra
beserta
turunannya
(RKT,
PK).
Evaluasi
dilaksanakan sebagai upaya perbaikan terhadap perencanaan, penilaian dan pengawasan terhadap pelaksanan kegiatan agar berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan memanfaatkan sumber daya secara efektif dan efisien. Dokumen pelaksanaan Monev dituangkan dalam LAKIP, SIMMONEV dan Laporan Pelaksanaan Monev. Langkah-langkah operasional program Monev 2010-2014 mencakup: (1) Menyiapkan Pedoman Umum, Petunjuk Pelaksanaan (Juklak), dan Petunjuk Teknis (Juknis) Monev yang disusun secara berjenjang sampai tingkat UPT, (2) Melaksanakan monev secara reguler dan berjenjang, dan (3) Mengevaluasi capaian sasaran Renstra setiap tahun. Selain itu untuk mengukur Indikator Kinerja Utama (IKU), Puslitbang Perkebunan
mengharuskan setiap
UK/UPT menyusun Laporan Pencapaian IKU yang berisi uraian kegiatan utama serta target dan realisasi pencapaian sasaran secara reguler pada setiap triwulan.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
7
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2. 1. Perencanaan Strategis 2010-2014 Untuk mengantisipasi perubahan paradigma dan dinamika lingkungan strategis yang dihadapi Puslitbang Perkebunan di masa mendatang, khususnya periode 2010 – 2014, Puslibang Perkebunan membutuhkan strategi khusus agar kiprah dan eksistensinya sebagai lembaga penelitian di bidang perkebunan dapat terwujud, terutama dalam mendukung pembangunan pertanian. Dengan penetapan Rencana Strategis (Renstra) Puslitbang
Perkebunan
TA
2010-2014
sebagai
pedoman
perencanaan dan pelaksanaan program dan kegiatannya,
dalam
diharapkan
kegiatan penelitian perkebunan dapat dilakukan secara efektif dan efisien, menghasilkan produk-produk teknologi yang inovatif, sesuai kebutuhan pengguna, dan berkelanjutan. Selaras dengan visi Badan Litbang Pertanian pada TA 2014, maka Puslitbang Perkebunan telah menetapkan visi pada Tahun 2014 : " Menjadi pusat keunggulan inovasi teknologi perkebunan berkelas dunia ".
Untuk mewujudkan visi tersebut, Puslitbang Perkebunan
menyusun misi sebagai berikut: 1.
Menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi unggulan dan kebijakan di bidang perkebunan
2.
Meningkatkan kualitas dan optimalisasi sumberdaya penelitian dan pengembangan perkebunan
3.
Mengembangkan
jaringan
dan
meningkatkan
kerjasama
iptek
ditingkat nasional dan internasional Tujuan dan sasaran yang akan dicapai adalah sebagai berikut: 1.
Mendukung pemenuhan kebutuhan benih unggul, teknologi budidaya dan peningkatan nilai tambah tanaman perkebunan, yang sasarannya adalah tersedianya: a)
varietas unggul, b) teknologi budidaya, c) teknologi
peningkatan nilai tambah (diversifikasi)/bio-industri, dan d) benih ungul tanaman perkebunan.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
8
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
2.
Menghasilkan rekomendasi kebijakan tanaman perkebunan sebagai bahan kebijakan pertanian di bidang perkebunan, yang sasarannya adalah tersedianya rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman perkebunan
3.
Meningkatkan
diseminasi hasil penelitian perkebunan kepada pengguna
yang sasarannya adalah: a) meningkatnya hasil publikasi hasil penelitian, b) meningkatnya penyebaran hasil penelitian perkebunan kepada pengguna, c) terjalinnya kerjasama dengan pihak lain.
Kebijakan Litbang Perkebunan Arah kebijakan dan strategi litbang pertanian ke depan disusun dengan mempertimbangkan sasaran pembangunan pertanian 2010 – 2014 melalui peningkatan penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang inovatif, efisien dan efektif dengan mengedepankan kaidah ilmiah dan berkontribusi terhadap perkembangan iptek. Arah kebijakan litbang perkebunan, perkebunan harus fokus pada penciptaan teknologi benih, teknologi budidaya, teknologi diversifikasi dan pengolahan untuk peningkatan nilai tambah yang berdaya saing.
Penelitian ditujukan untuk meningkatkan daya saing
komoditas dengan karakteristik yang sesuai keinginan konsumen, baik pasar domestik, maupun pasar ekspor.
Penelitian kebijakan tetap diperlukan baik
dalam rangka evaluasi kebijakan maupun penyusunan usulan rekomendasi kebijakan pembangunan perkebunan yang bersifat responsif dan antisipatif. Rekomendasi
kebijakan
mencakup
aspek
teknologi,
ekonomi,
sosial
(kelembagaan) dan lingkungan serta fokus pada upaya untuk mendukung terwujudnya sistem usaha perkebunan berkelanjutan yang berbasis sumber daya lokal. Kebijakan tersebut diimplementasikan melalui upaya:
(1) meningkatkan
akuntabilitas dan kredibilitas lembaga dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi program, output serta peningkatan kualitas SDM; (2) meningkatkan penguasaan Iptek mutakhir dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan perkebunan serta kemutakhiran teknologi yang dihasilkan, (3) memperluas jaringan kerjasama penelitian antar lembaga penelitian nasional secara sinergis dalam rangka pemanfaatan/diseminasi hasil penelitian.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
9
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Kegiatan Penelitian Tanaman Perkebunan Secara umum orientasi Litbang Perkebunan adalah mendukung pencapaian target sukses kementerian pertanian serta peningkatan
produktivitas dan
produksi Perkebunan. Berdasarkan potensi dan peluang pengembangan, prioritas penelitian komoditas lingkup Puslitbang Perkebunan adalah sebagai berikut: (1) Tanaman rempah dan obat: lada, vanili, jambu mete, jahe, temu lawak, nilam, seraiwangi dan kina; (2) Tanaman pemanis dan serat: kapas, tembakau, jarak pagar, kenaf dan tebu (3) Tanaman Industri dan Penyegar : kopi, karet, kakao dan teh; (4) Tanaman Palma: kelapa, kelapa sawit, sagu, nipah dan aren. Swasembada gula tahun 2014 menjadi salah satu target sukses kementerian pertanian. Penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan produktivitas tebu dan rendemen gula akan menjadi prioritas utama untuk mendukung pencapaian target tersebut. Penanganan aspek perbenihan (perbanyakan massal) dan teknik budidaya sesuai GAP dan GMP secara terintegrasi sangat diperlukan. Dari hasil penelitian, beberapa tanaman (seperti kelapa sawit, tebu, jarak pagar, kemiri minyak, sagu, aren dan kelapa) dan limbah perkebunan (seperti sabut kelapa, tandan kosong sawit, ampas tebu, kulit buah, bungkil jarak pagar dan daging buah kakao) dapat diolah menjadi sumber energi alternatif terbarukan. Apabila energi sumber nabati dan limbah ini dapat dikembangkan masyarakat terutama di perdesaan maka akan diciptakan masyarakat yang mandiri energi terutama untuk memenuhi kebutuhan energi rumah tangga sehari-hari. Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan pengembangan bahan bakar nabati, Litbang Perkebunan akan berorientasi pada pengembangan dan pemanfaatan tanaman dan limbah tersebut diatas secara efisien dengan sasaran ongkos produksinya menjadi lebih rendah dibanding energi fosil. Indikator Kinerja Utama (IKU) Puslitbang Perkebunan 2010-2014 terkait dengan kegiatan
penelitian dan pengembangan mempunyai
Sub Kegiatan
Utama sebagai berikut: 1.
Perakitan
varietas, dengan indikator
jumlah varietas unggul yang
dihasilkan; 2.
Perakitan
teknologi dengan indikator jumlah teknologi budidaya yang
dihasilkan;
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
10
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
3.
Perakitan produk olahan, dengan indikator jumlah produk olahan/teknologi peningkatan nilai tambah);
4.
Sintesa kebijakan dengan indikator jumlah rekomendasi kebijakan yang dihasilkan;
5.
Produksi benih sumber, dengan indikator jumlah benih sumber yang dihasilkan;
6.
Penyediaan bibit tebu
7.
Pelestarian plasma nutfah, dengan indikator jumlah aksesi SDG yang terkonservasi dan terkarakterisasi;
8.
Diseminasi, dengan indikator jumlah publikasi (terbitan) yang dihasilkan;
9.
Kerjasama, dengan indikator jumlah MoU kerjasama yang dihasilkan.
Secara rinci indikator kinerja utama per tahun lingkup Puslitbang Perkebunan disajikan pada Tabel 8.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
11
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Tabel 8. Indikator Kinerja Utama Puslitbang Perkebunan TA 2010-2014
Sasaran Kinerja
Indikator Kinerja Utama
Target 2010
2011
2012
2013
2014
Perakitan Varietas
Jumlah varietas unggul yang dihasilkan (varietas)
6
10
6
10
10
Perakitan Teknologi Budidaya
Jumlah teknologi budidaya yang dihasilkan (teknologi)
15
25
19
17
14
Perakitan Produk Olahan'
Jumlah produk olahan/teknologi peningkatan nilai tambah (teknologi)
12
13
11
12
12
Sintesa Kebijakan
Jumlah rekomendasi kebijakan yang dihasilkan (rekomendasi)
5
6
6
6
6
Produksi Benih Sumber
Jumlah benih sumber yang dihasilkan (ton)
260
263
340
341
343
Bibit Tebu
Jumlah bibit tebu yang dihasilkan (budset)
-
300 plantlet (x 1000)
2.500 budset (x 1000)
5.000 budset (x 1000)
2.500 budset (x 1000)
Pelestarian Plasma Nutfah
Jumlah aksesi SDG yang terkonservasi dan terkarakterisasi (aksesi)
4.040
4.370
4.490
4.610
4.730
Diseminasi
Jumlah publikasi (terbitan)
8
8
8
32
32
Kerjasama
Jumlah Mou Kerjasama
20
20
20
20
20
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
12
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
2.2. Penetapan Kinerja TA 2013 Sasaran Kinerja Tahun 2013 yang merupakan penjabaran dari Indikator Kinerja Utama/Sasaran, dan tercantum dalam Penetapan Kinerja TA 2013 adalah sebagai berikut: 1.
Tersedianya varietas unggul tanaman perkebunan, yang targetnya sebanyak 10 varietas
2.
Tersedianya inovasi teknologi budidaya, dengan target jumlah teknologi yang dihasilkan sebanyak 17 teknologi
3.
Tersedianya teknologi diversifikasi dan peningkatan nilai tambah dengan target jumlah teknologi olahan yang dihasilkan sebanyak 14 produk
4.
Tersedianya rekomendasi kebijakan yang tergetnya sebanyak 6 kebijakan
5.
Tersedianya sumberdaya genetik dengan target jumlah plasma nutfah sebanyak 4.610 aksesi
6.
Tersedianya benih sumber dengan target jumlah benih sebanyak: 341 ton; 760.000 setek/rhizome
7.
Tersedianya bibt tebu dengan target jumlah sebesar 5.000.000 budset
8.
Terselenggaranya Diseminasi dengan target jumlah jurnal/publikasi sebanyak 32 terbitan
9.
Terwujudnya kerjasama penelitian dengan taget jumlah MOU kerjasama sebanyak 20 MOU
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
13
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA Pada Bab ini diuraikan kriteria keberhasilan (realisasi terhadap target), sasaran kegiatan yang dilaksanakan serta permasalahan dan upaya yang telah dilakukan. Untuk
mengukur
keberhasilan
kinerja
ditetapkan
4
(empat)
kategori
keberhasilan, yaitu (1) sangat berhasil : > 100 persen; (2) berhasil : 80 – 100 persen; (3) cukup berhasil : 60 – 79 persen; dan tidak berhasil : 0 – 59 persen. Realisasi sampai akhir tahun 2013 menunjukkan bahwa sasaran telah dapat dicapai dengan rata-rata capaian sebesar 127,6 persen (sangat berhasil). Keberhasilan pencapaian sasaran disebabkan oleh faktor pengawalan kegiatan melalui monitoring dan evaluasi kegiatan penelitian yang cukup intensif, mulai dari tahap awal hingga tahap akhir kegiatan. 3.1. PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA Pada TA 2013, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan telah menetapkan 8 (delapan) sasaran yang akan dicapai. Kedelapan sasaran tersebut selanjutnya diukur dengan 9 (sembilan) indikator kinerja.
Terkait dengan
beberapa kegiatan penelitian yang bersifat multiyears, maka tidak seluruh kegiatan penelitian menghasilkan keluaran sesuai sasaran seperti ditargetkan dalam IKU. Beberapa penelitian baru mencapai keluaran antara (berupa bahan perakitan varietas dan komponen teknologi atau bahan formula). Pembahasan capaian kinerja dibawah ini hanya menyangkut keluaran yang sudah mencapai sasaran yang ditargetkan dalam IKU. Secara rinci pencapaian sasaran tersebut adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 9 dan uraian berikut:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
14
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Tabel 9. Pengukuran Kinerja Puslitbang Perkebunan TA 2013
No 1
2 3
4
5
6 7
8
9
SASARAN STRATEGIS Tersedianya varietas unggul tanaman perkebunan yang berdaya saing Tersedianya Teknologi budidaya Tersedianya teknologi diversifikasi dan peningkatan nilai tambah/produk olahan Tersedianya rekomendasi kebijakan Tersedianya sumberdaya genetik tanaman perkebunan Tersedianya Benih Sumber Tersedianya bibit tebu
Terselenggaranya diseminasi melalui publikasi Terwujudnya kerjasama penelitian
INDIKATOR KINERJA
TARGET
REALISASI
%
jumlah varietas unggul
10
varietas
9
varietas
90
Jumlah teknologi budidaya Jumlah teknologi olahan
17
teknologi
32
teknologi
188
14
Produk
20
Produk
143
kebijakan
100
aksesi
201
ton
147
budset
200
Jumlah kebijakan Jumlah Plasma Nutfah Jumlah Benih Jumlah bibit tebu yang dihasilkan Jumlah jurnal/publikasi Jumlah MOU Kerjasama
6
4.610
341 5000 (x 1000)
kebijakan
aksesi
ton budset
6
9.267
500 10000 (x 1000)
32
terbitan
36
terbitan
113
20
MOU
49
MOU
235
Berdasarkan tabel diatas, dari 9 indikator kinerja sasaran Puslitbang Perkebunan, 8 indikator mencapai dan
melebihi target yang telah ditetapkan/diatas 100%
(sangat berhasil), dan ada satu indikator yang tingkat capaiannya 90% (berhasil). Dalam upaya pencapaian sasaran, pengukuran kinerja dilakukan melalui pemantauan dan evaluasi yang rutin dan intensif dengan mekanisme sebagai berikut: 1.
Melaksanakan evaluasi terhadap proposal kegiatan sejak awal sehingga output kegiatan menjadi terukur dan memungkinkan untuk dicapai dengan melibatkan tim pakar, baik dari internal Puslitbang Perkebunan maupun dari
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
15
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
luar Puslitbang Perkebunan, bahkan dari luar instansi lingkup Badan Litbang Pertanian seperti Perguruan Tinggi, 2.
Mewajibkan
kepada
seluruh
penanggung
jawab
kegiatan
untuk
menyampaikan laporan secara berkala melalui laporan bulanan, triwulan, semester dan laporan akhir kegiatan sehingga dapat diketahui kemajuan setiap kegiatan dalam pencapaian tujuan dan sasaran serta masalahmasalah yang dihadapi dalam upaya pencapaian tujuan dan sasaran. Jika ditemukan ada permasalahan dalam upaya pencapaian tujuan dan sasaran, dapat langsung dicari upaya-upaya penyelesaian agar pencapaian tujuan dan sasaran tidak terganggu. 3.
Melakukan monitoring dan evaluasi langsung pelaksanaan kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan dapat terlaksana sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
4.
Melakukan seminar proposal dan laporan hasil kegiatan sehingga terjadi proses cek dan ricek terhadap dokumen perencanaan dan pelaporan.
5.
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi kegiatan lingkup Puslitbang Perkebunan, disusun laporan kegiatan utama, laporan output
penting,
laporan Pelaksanaan Rencana Aksi yang selanjutnya disampaikan ke Badan Litbang Pertanian setiap triwulan. 6.
Pemantauan dan evaluasi secara intensif juga dilakukan terhadap realisasi anggaran
secara mingguan melalui I-Monev dan secara bulanan melalui
Simonev (memfasilitasi kewajiban laporan kinerja yang diamanatkan PP 39 Tahun 2009) 7.
Melaksanakan evaluasi terhadap proposal kegiatan sejak awal sehingga output kegiatan menjadi terukur dan memungkinkan untuk dicapai dengan melibatkan tim pakar, baik dari internal Puslitbang Perkebunan maupun dari luar Puslitbang Perkebunan, bahkan dari luar instansi lingkup Badan Litbang Pertanian seperti Perguruan Tinggi,
8.
Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) juga dilakukan sebagai suatu sistem
untuk
menjamin/memberi
keyakinan
memadai
agar
penyelenggaraan kegiatan pada suatu instansi pemerintah dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
melaporkan pengelolaan keuangan
16
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
negara secara handal, mengamankan asset negara mendorong ketaatan terhadap peraturan peraturan perundang-undangan. 3.2. ANALISIS CAPAIAN KINERJA Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2013 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan adalah sebagai berikut : Sasaran 1 : Tersedianya varietas unggul tanaman perkebunan yang berdaya saing Pada TA 2013, Puslitbang Perkebunan mentargetkan varietas unggul baru tanaman perkebunan.
dapat melepaskan 10
Sampai dengan akhir TA 2013 telah
terealisasi pelepasan 9 varietas tanaman perkebunan (tingkat capaian 90% / ). Varietas unggul yang telah dilepas pada TA 2013 beserta keunggulannya adalah sebagai berikut: 1. Kelapa Dalam Buol Kelapa Dalam Buol berasal dari Desa Mokupo Kecamatan Karamat Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah. Kelapa ini merupakan hasil seleksi populasi tanaman kelapa Dalam pada BPT Kelapa di desa Mokupo. Ciri karakter spesifik tanaman ini adalah batangnya pendek dan cepat berbuah. Varietas ini unggul dalam produksi (19.800 butir/ha/tahun Daerah pengembangannya adalah lahan kering
dan kopra 240 g/butir). iklim basah dengan tinggi
tempat < 500 m dpl, curah hujan 1000-1500 mm/tahun dengan bulan kering < 5 bulan.
Gambar 1. Kelapa Dalam Buol ST-1 Umur 3 dan 5 Tahun 2. Cengkeh Tuni Bursel (Buru Selatan) Untuk mendukung permintaan cengkeh yang semakin meningkat, Pemerintah
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
17
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Kabupaten Buru Selatan telah mencanangkan program pengembangan tanaman cengkeh di kabupaten Buru Selatan sampai tahun 2017 mencapai 50 ha sehingga dipelukan benih bermutu. Pemerintah Kabupaten Buru Selatan melalui Dinas Perkebunan bekerjasama Balittro untukmengidentifikasi PIT dan persiapan pelepasan varietas . Melalui serangkain kegiatan telah di lepas Cengkeh Tuni Bursel. Cengkeh Tuni memiliki karakteristik khas dan sifat-sifat unggul baik dari sisi agronomis, kimiawi, maupun ekononomi. Produktivitas per pohon sangat tinggi, rata rata selama 5 tahun produksi mencapai 143.8 kg bunga basah per pohon setara dengan 47.9 kg bunga cengkeh kering pada umur tanaman 30-40 tahun, dengan mutu cengkeh baik (kadar minyak atsiri 19,2 – 22,3 %, kadar true eugenol 78,5 – 82,3%).
Gambar 2. Penampilan cengkeh Tuni Buru Selatan
3. Sagu Selat Panjang Meranti Varietas ini berasal dari Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau hasil seleksi dari populasi alam sagu Selatpanjang Meranti Kecamatan Tebing
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
18
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Tinggi Barat dan Kecamatan Tebing Tinggi Timur, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau. Tanaman ini tumbuh tegak. Habitus berupa rumpun atau berkelompok. Lingkungan tumbuhnya adalah daerah beriklim basah, ketinggian 0-100 m dpl, topografi datar (0- 3%), lahan basah, tergenang <6 bulan/tahun, jenis tanah mineral/gambut tipis dan gambut tebal. Produksi Pati basah 368,78 Kg. Produksi Pati kering 226,34 kg. Varietas ini agak tahan terhadap serangan hama babi hutan dan kera. Serangan hama
Rhynchoporus dan Oryctes rhinoceros per individu pohon, dan karat daun tidak nyata berefek pada pertumbuhan, perkembangan dan produksi pati sagu.
Gambar 3. Sagu duri Selat Panjang Meranti 4. Nilam Patchoulina 1 dan 2 Penggunaan varietas tahan atau toleran adalah cara yang paling efektif untuk mengendalikan penyakit tanaman termasuk penyakit layu bakteri nilam dalam upaya meningkatkan produksi nilam. Untuk itu sangat diperlukan upaya perbaikan varietas untuk mendapatkan varietas nilam baru yang unggul dalam produksi maupun tahan terhadap penyakit layu. Melalui serangkaian kegiatan penelitian Balittro telah melepas 2 varietas nilam yaitu Patchoulina 1 dan pachoulina 2 yang tahan terhadap penyakit layu bakteri. Keunggulan Patchoulina 1 yaitu produksi terna basah 36,52 ton/ha/th, produksi terna kering angin 12,67 ton/ha/th, produksi minyak 356,37 kg/ha/th, kadar minyak 2,85%, kadar patchouli alkohol 32,53% dan tahan terhadap penyakit layu bakteri.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
19
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Gambar 4. Nilam Patchoulina 1 Keunggulan Patchoulina 2, produksi terna basah 37,73 ton/ha/th, produksi terna kering angin 12,56 ton/ha/th, produksi minyak 343,22 kg/ha/th, kadar minyak 2,78%, kadar patchouli alkohol 32,31 % dan tahan terhadap penyakit layu bakteri.
Gambar 5. Nilam Patchoulina 2
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
20
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
5. Rosela herbal, Roselindo 1 Varietas unggul dengan
produksi tinggi
(544,97±212,32 kg
kelopak
kering/ha), dan kandungan yang tinggi untuk vitamin C (345,4 mg/100 g) dan antocyanin (1,442 mg/kg). 6. Rosela herbal, Roselindo 2 Varietas unggul dengan
produksi tinggi
(478,59±213,04 kg
kelopak
kering/ha), dan kandungan yang tinggi untuk vit. C (2033,524 mg/100 g) dan antocyanin (14,697 mg/kg) 7. Rosela herbal, Roselindo 3 Varietas unggul dengan produksi tinggi (554,73±325,6 kg kelopak kering/ha), dan kandungan yang tinggi untuk
vit. C (188 mg/100 g) dan antocyanin
(0,003 mg/kg) 8. Rosela herbal, Roselindo 4 Varietas unggul dengan
produksi tinggi
(471,45±218,65 kg
kelopak
kering/ha), dan kandungan yang tinggi untuk vit. C (345,4 mg/100 g) dan antocyanin (1,442 mg/kg)
Roselindo 1
Roselindo 2
Roselindo 3
Roselindo 4
Gambar 6. Varietas unggul rosela herbal Perbandingan capaian varietas unggul selama 3 tahun terakhir disajikan pada Tabel 10. Tabel 10.
Persentase Capaian Varietas Unggul Baru Tanaman Perkebunan TA 2011-2013 Capaian
Tahun Anggaran
Indikator Kinerja
2011
2012
2013
Varietas Unggul yang dihasilkan
130
100
90
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
21
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Trend capaian varietas unggul baru tanaman perkebunan selama tiga tahun terakhir mencapai 130, 100 dan 90%. Tidak tercapainya target varietas tahun ini dikarenakan tidak lulusnya pelepasan varietas tembakau, karena terkendala kebijakan pemerintah untuk tidak menambah varietas unggul baru tembakau. Sasaran 2 : Tersedianya teknologi budidaya tanaman perkebunan Pada TA 2013 Puslitbang Perkebunan mentargetkan teknologi budidaya tanaman perkebunan sebanyak
17
untuk menghasilkan teknologi,
dan telah
terealisasi sebanyak 30 teknologi (tingkat keberhasilan 176%) sebagai berikut: 1.
Teknik pembibitan tebu yang menghasilkan daya tumbuh bibit (budchip dan budset) tinggi Telah dihasilkan dua buah paket teknologi berupa teknik pembibitan tebu yaitu (a) paket aplikasi ZPT NAA berkonsentrasi 0,6 ppm atau BAP berkonsentrasi 0,4 ppm untuk pembibitan sistem budchip dan (b) paket perendaman selama 10 jam + bakterisida untuk pembibitan sistem budset yang menghasilkan daya tumbuh bibit > 95% dan pertumbuhan bibit yang terbaik.
2.
Peta sebaran varietas tebu berdasarkan tipologi lahan dan tipe tingkat kemasakannya Telah dihasilkan tiga buah peta sebaran varietas tebu berdasarkan tipologi lahan dan tipe kemasakan tanaman untuk wilayah pengembangan di Kabupaten Blora, Rembang, dan Kudus.
3.
Paket teknologi budidaya kapas untuk pengembangan pada musim penghujan Produksi kapas mencapai >2.5 t kapas berbiji/ha atau 80% potensi varietas dengan konservasi musuh alami melalui penyediaan pakan dengan penyemprotan molasses sehingga tidak diperlukan pengendalian hama menggunakan insektisida kimia.
4.
Teknologi pemupukan pada tembakau lokal Jombang Telah dihasilkan dua buah paket pemupukan pada tembakau lokal Jombang yaitu: (a) paket pupuk kandang 10 ton/ha + 100 kg N/ha (75% N-amonium + 25% N nitrat) pada tembakau lokal Jombang yang dapat menghasilkan rajangan dengan nilai jual tertinggi dan berkadar nikotin 2,15 % dan Cl sebesar 1,91 %; dan (b) paket pemupukan 10 ton pupuk organik/ha 50 kg N (75% N-amonium + 25% N-nitrat dengan hasil rajangan tembakau
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
22
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
bernilai jual tertinggi dan berkadar nikotin sebesar 1,31 % dan Cl sebesar 1,45% 5.
Paket teknologi budidaya kapas untuk pengembangan pada musim kemarau Teknologi tumpangsari kapas dan jagung dengan tata tanam 3 baris kapas dan dua baris jagung, penggunaan varietas kapas Kanesia 10 dan jagung hibrida P21, dengan seed treatment Imidakhloprit, pemupukan berimbang berdasarkan analisis tanah dan pengendalian hama dengan pemantauan memberikan hasil kapas berbiji 1.510 kg/ha dan jagung 1.236 kg/ha dengan total pendapatan Rp. 10.504.000,-/ha.
Produktivitas kapas yang dicapai
sekitar 62 % dari potensi produksi Kanesia 10. 6.
Teknologi budidaya pada tembakau lokal Bondowoso Teknologi pangkas pucuk dan aplikasi 10 ton pupuk organik + 43 N + 18 P2O5 + 45 K2O (25 kg urea + 150 kg ZA + 50 kg SP-36 + 100 kg ZK) mampu menghasilkan nilai indeks tanaman tertinggi,yaitu masing-masing sebesar 143,02 dan 131,77.
7.
Teknologi pemupukan pada tembakau Virginia Bojonegoro Aplikasi jenis pupuk majemuk dengan komposisi 15% N +10% P 2O5 + 20% K2O dengan dosis 90 kg N/ha mampu menghasilkan tembakau dengan produksi daun basah sebanyak 17.179 kg/ha dan rajangan kering sebesar 2.591 kg/ha, dengan nilai indeks mutu 76,87 dan nilai indeks tanaman sebesar 192,64.
8.
Teknologi pengendalian penyakit akar putih pada tanaman jambu mete. Produk
agensia
hayati
dari
kelompok
bakteri,
dan
jamur
efektif
mengendalikan penyakit akar putih pada jambu mete, mikroba mudah di perbanyak, dapat bertahan /hidup dalam perakaran, dan ramah lingkungan. 9.
Teknologi grafting pada jambu mete. Dapat menyediakan benih tanaman jambu mete lebih cepat 3 bulan dibandingkan
dengan
cara
grafting
yang
dilakukan
selama
ini
(menggunakan batang bawah umur ± 1 bulan) dengan tingkat keberhasilan >80 %. 10. Teknologi pengendalian hama Helopeltis sp. pada tanaman jambu mete.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
23
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
B. bassiana strain BB lundi dan Ed 6 dapat digunakan untuk pengendalian hama Helopeltis. 11. Teknologi pengendalian penyakit busuk pangkal batang (BPB) pada tanaman lada. Beberapa mikroba dalam tanah dapat meningkatkan ketahanan terhadap penyakit busuk batang, mudah diperbanyak kelompok atau petani, dan ramah lingkungan. 12. Teknologi pengendalian penyakit bercak daun tanaman jahe Penyakit bercak daun pada tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc), saat ini termasuk kendala utama dalam budidaya jahe. Empat jenis jamur yang dilaporkan menyebabkan kerusakan pada daun tanaman jahe di Indonesia, yaitu Phyllosticta, Pyricularia, Cercospora dan Phakopsora. Serangan jamur tersebut dapat terjadi sejak tanaman muda (2-3 bulan), menimbulkan gejala bercak daun yang dapat berkembang ke seluruh permukaan daun sehingga daun-daun menjadi kering. Usaha pengendalian penyakit bercak daun dilakukan melalui perbaikan teknik budidaya untuk meningkatkan ketahanan tanaman jahe yaitu dengan pemupukan inorganik dan aplikasi fungisida sintetik (Mancozeb). Teknik pengendalian dapat dilakukan dengan aplikasi fungisida setiap dua minggu dapat menurunkan persentase serangan bercak daun sekitar 37,61 – 49,51%. 13. Teknologi Pengendalian hama penggerek buah lada.
Kombinasi
pestisida nabati dan pestisida sintetik efektif menyebabkan mortalitas D.
piperis, walapun hasil tertinggi efektivitas masih ditunjukkan pada perlakuan pestisida sintetik. Kehilangan hasil terendah ditunjukkan pada perlakuan minyak serai wangi 5 ml/l. 14. Teknologi budidaya dan penanganan pasca panen tanaman obat untuk menghasilkan bahan baku terstandar Menghasilkan bahan baku terstandar sesuai dengan ketentuan MMI dan farmakope dengan input teknologi budidaya yang rendah 15. Penggunaan arang aktif tempurung dan sekam Teknologi ini dapat meyerap dan meurunkan kadar fenolitik pada rhizosfer nilam terutama asam koumarat dan meningkatkan produktivitas nilam pada sistem budidaya menetap 16. Teknologi peremajaan karet secara bertahap dengan tanaman sela
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
24
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Teknologi penebangan bertahap sebesar 30%, 50%, 70% dengan kacang tanah dapat menghambat pertumbuhan diameter karet. Sedangkan penebangan 30 dan 50% menghambat jumlah tongkol jagung masingmasing 12-15,7% dan 18-21,3%. Serta menghambat brangkasan kacang tanah 32,78-47,97%. 17. Teknologi penyediaan bahan tanam karet dengan okulasi hijau Keunggulan penggunaan benih karet hasil okulasi hijau yang dilaksanakan langsung di dalam polibag diantaranya adalah: mempersingkat waktu penyediaan benih polibag berpayung daun dua menjadi 7-9 bulan dihitung sejak pengecambahan, atau 4-6 bulan lebih singkat dibandingkan okulasi coklat yang biasa dikerjakan. Tanaman karet hasil okulasi merupakan tanaman klonal yang lebih baik dibandingkan tanaman asal biji, yaitu pertumbuhannya seragam, sifat mendekati induknya, variasi antar individu sangat kecil dan produktivitasnya lebih tinggi 18. Teknologi
pemanfaatan
agens
hayati
Trichoderma
untuk
mencegah infeksi Jamur Akar Putih (JAP) pada bibit karet Beberapa penelitian telah menunjukkan potensi jamur Trichoderma dalam menekan perkembangan patogen R. microporus di pembibitan karet, yaitu
T. koningii, T. virens, T. harzianum, dan T. hamatum. Potensi empat agens hayati tersebut yang diaplikasikan dengan suspensi 107 spora/ml sebagai tindakan preventif terhadap infeksi JAP pada bibit karet dapat mencegah laju infeksi, artinya masa inkubasi patogen R. microporus lebih lama dibandingkan jika diaplikasikan setelah adanya infeksi patogen. Rata-rata masa inkubasi T. amazonicum, T. virens, dan Hypocrea atroviridis (teleomorph=T. artoviride), T. hamatum berturut-turut adalah 79, 72, 61, dan 54 hari dibandingkan kontrol (tanpa aplikasi agens hayati) pada hari ke24 sudah terinfeksi patogen. Di antara agens hayati tersebut yang paling berpotensi adalah T. amazonicum karena dengan aplikasi jamur tersebut dapat mencegah laju infeksi lebih lama. 19. Teknologi pemanfaatan tanaman Piperaceae sebagai pengendali imago Helopeltis antonii pada tanaman kakao Cabai jawa (Piper retrofractum) dari famili Piperaceae memiliki sifat insektisida yang mengandung senyawa piperamida seperti piperin dan guininsin, terdapat pada buah dan bersifat racun kontak. Ekstrak etil asetat buah P. retrofractum pada konsentrasi 0.3% memiliki pengaruh letal yang
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
25
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
kuat terhadap imago H. antonii. Mortalitas imago H. antonii akibat perlakuan ekstrak etil asetat buah P. retrofractum meningkat (80%) seiring dengan bertambahnya waktu dan semakin besarnya konsentrasi esktrak. 20. Teknologi pestisida nabati untuk melindungi buah kakao dari serangan PBK Pestisida nabati berbahan dasar daun babadotan relatif murah karena bahan tanaman mudah diperoleh.
Sifat pestisida ini bersifat repelant
sehingga dapat melindungi buah kakao dari serangan PBK, terutama mencegah hama PBK bertelur di permukaan buah. 21. Teknologi insektisida nabati untuk mengendalikan hama Helopeltis pada kakao Kombinasi pestisida nabati minyak jarak pagar dengan jamur patogen serangga Beauveria bassiana merupakan formula yang dapat digunakan untuk mengendalikan Helopeltis di lapangan. Teknologi insektisida nabati berbahan aktif minyak jarak pagar yang diperkaya dengan agens hayati B.
Bassiana yang bekerja sebagai racun kontak dan melemahkan nimfa dan imago terbukti bersifat sinergisme dan mampu meningkatkan mortalitas H. antonii. 22. Teknologi
pemanfaatan
urin
sapi
untuk
meningkatkan
keberhasilan setek berakar kopi Perlakuan urin sapi dengan kadar 15% dapat meningkatkan persentase setek hidup rata-rata sebesar 32% dibandingkan kontrol (tanpa perlakuan) 23. Teknologi budidaya kakao terpadu minim serangan hama dan penyakit Model pengembangan kakao terpadu di kabupaten Gunung Kidul dengan komponen teknologi pendukung: (a) klon unggul produksi tinggi; (b) tumpangsari dengan penaung produktif; (c) integrsi dengan ternak (pupuk hanya dari kotoran ternak); (d) pengendalian hama penyakit hanya dengan pestisida nabati; (e) ditunjang dengan kelembagaan yang baik (pengolahan dan pemasaran bersama); dan (f) adanya jaminan pasar yang jelas dengan hanya yang transparan 24. Teknologi pengendalian hama utama secara terpadu pada kopi robusta Teknologi budidaya kopi tanpa penaung pada ketinggian 296 m.dpl dengan suhu 33,50C, kelembaban 51,5% dan intensitas sinar matahari 750 lux m
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
26
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
menyebabkan tingkat serangan PBKo lebih tinggi dibandingkan dengan penaung (sinar matahari 300 lux m), tapi serangan penggerek ranting, kutu putih dan nematoda parasit sangat rendah.
Teknologi budidaya kopi
dengan naungan gelap (300 lux m) menyebabkan tingginya serangan nematoda pada akar dan tanah (89 ekor/10gr dan 20 ekor/10ml), penggerek ranting (14,78%) dan PBKo (36,05%), tapi lebih tinggi daripada tanpa naungan 25. Teknologi
perbanyakan
bahan
tanaman
kopi
melalui
embriogenesis somatik Upaya
perbanyakan
kopi
arabika
varietas
Sigarar
Utang
melalui
embriogenesis telah mencapai tahap dihasilkannya planlet. Embrio somatik dihasilkan dari eksplan daun yang diinduksi pada media induksi kalus 2,4-D 2 mg/l + 2-IP 3 mg/l dan 2,4-D 2 mg/l + 2-IP 4 mg/l dan
media
regenerasi dengan penambahan kinetine 2 mg/l. Pendewasaan embrio somatik hingga menjadi planlet dapat dilakukan dengan menggunakan medium dasar Murasige and Skoog tanpa ZPT. Tingkat keberhasilan masih berkisar 30 – 80 persen, oleh sebab itu masih diperlukan upaya optimasi pembesaran dan aklimatisasi planlet. Untuk menghasilkan embrio somatik pada varietas AS2K dapat dilakukan
dengan menginduksi eksplan daun
pada media induksi kalus 2,4-D 1 mg/l + 2-IP 4 mgl/l dan penambahan BA 4 mg/l. Tingkat kebehasilan masih berkisar 30 – 60 persen, oleh sebab itu optimalisasi perbanyakan masih diperlukan untuk mendapatkan metode terbaik. 26. Teknologi
perbanyakan
bahan
tanaman
kakao
melalui
embriogenesis somatik Upaya perbanyakan bahan tanaman kakao melalui embriogenesis somatik telah menghasilkan embrio-embrio somatik yang berkembang menjadi planlet. Untuk menghasilkan embrio somatik pada varietas ICS 13, Sca 6, dan UIT 1 dapat dilakukan dengan menginduksi eksplan staminoid pada media induksi kalus primer yang diberi 0,5 mg/l kinetin dan media induksi kalus sekunder WPM + 2,4-D 2 mg/l + kinetin 0,25 mg/l. Embrio somatik yang dihasilkan
dibesarkan pada media DKW tanpa ZPT dengan
penambahan sukrosa 30 g/l), glucose1 g/l dan pemadat phytagel 2 g/l. Pengecambahan embrio somatik dewasa hingga menjadi planlet dilakukan pada media DKW tanpa ZPT + asam amino 1 ml/l + KNO3 0.3 g/l + glukosa
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
27
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
20 g/l + sukrosa 10 g/l dengan pemadat Phytagel 1.75 g/l tanpa penambahan GA3 dan pembesaran planlet dilakukan pada media setengah DKW tanpa ZPT.
Tingginya tingkat abnormalitas dan rendahnya laju
konversi embrio membentuk planlet menunjukkan masih diperlukan upaya optimasi metode. 27. Efisiensi metode perbanyakan bibit tebu secara kultur jaringan Media cair lebih baik untuk proliferasi tunas.
Eksplan klaster lebih baik
daripada tunas tunggal. Media cair statik: 120-130 tunas/erlenmeyer (pd MS dan MS½) lebih baik daripada penggojokan (4x; 100 rpm). Aklimatisasi tebu (polibag dan pot tray) G0 tumbuh lebih banyak dan mudah dalam pemindahan. Penangkaran G0 dan G1 = 60 x 40 cm atau 100 x 20 cm, produksi Bibit budset (G1 dan G2) lebih besar dan kualitas sama dgn jarak tanam yang lebih lebar 28. Perangkap hama Oryctes dan Rhynchophorus Telah dihasilkan dua jenis perangkap untuk menggunakan
Feromonas
dan
hama Oryctes yaitu dengan
Rhynchomonas
untuk
hama
Rhynchophorusn. Rata-rata daya tangkap perangkap terhadap kumbang Oryctes pada pertanaman kelapa sawit bervariasi antara 0,82 – 11,38 per perangkap 29. Media untuk regenerasi tanaman aren Media WPM dan beberapa perlakuan kombinasi ZPT NAA dan BAP baik untuk pertumbuhan kecambah aren 30. Media untuk perkecambahan embrio somatik sagu Media MS yang dimodifikasi dengan penambahan ZPT BAP, kinetin dan ABA dapat digunakan sebagai media perkecambahan embrio somatik sagu Perbandingan persentase capaian teknologi produktivitas tanaman perkebunan disajikan pada Tabel 11. Tabel 11.
Persentase Capaian Teknologi Budidaya Tanaman Perkebunan TA 2011-2013 Capaian Indikator Kinerja
Teknologi Budidaya yang dihasilkan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Tahun Anggaran 2011
2012
2013
137
116
176
28
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Trend capaian teknologi budidaya tanaman perkebunan selama tiga tahun menunjukkan realisasi diatas 100% (sangat berhasil). Sasaran 3: Tersedianya teknologi diversifikasi dan peningkatan nilai tambah/produk olahan Teknologi diversifikasi dan Peningkatan Nilai Tambah /Produk Olahan tanaman perkebunan, pada TA 2013 ditargetkan sebanyak 14 faormula dan terealisasi sebanyak 20 formula (realisasi fisik
mencapai 143%).
Rincian Teknologi
diversifikasi dan Peningkatan Nilai Tambah /Produk Olahan tanaman perkebunan yaitu: 1. Bio-industri Perkebunan Pengembangan memanfaatkan
bio-industri dan
untuk
perkebunan meningkatkan
didasarkan nilai
pada
tambah
upaya
sumberdaya
perkebunan secara optimal, yakni dengan memanfaatkan limbah perkebunan menjadi produk olahan yang lebih bermanfaat.
Konsep bio-industri
perkebunan telah dikembangkan dan diaplikasikan di beberapa lokasi, baik di kebun percobaan maupun di lahan petani.
Pengembangan bio-industri ini
telah diterapkan di KP Manoko dalam sistem integrasi serai wangi – sapi dan di KP Pakuwon dalam bentuk bio-industri berbasis kemiri sunan. Dalam bioindustri berbasis serai wangi, limbah serai wangi hasil penyulingan dimanfaatkan sebagai pakan sapi, sedangkan kotoran sapi dapat diproses menjadi biogas dan pupuk. membakar
tungku
Biogas yang dihasilkan dimanfaatkan untuk
penyulingan
serai
wangi.
Sementara
itu,
untuk
meningkatkan nilai tambah susu, dapat dilakukan proses lanjutan menjadi yoghurt, atau produk lainnya. Konsep serupa juga dikembangkan untuk bioindustri kemiri sunan di KP Pakuwon dan di Desa Pante Rambong, Kecamatan Pante Bidari, Kabupaten Aceh Timur untuk bio-industri kakao.
Biji kakao
diolah untuk menghasilkan cokelat bubuk atau coklat cair, yang dapat diproses lebih lanjut dalam campuran pisang sale. Kulit kakao diproses lebih lanjut untuk menghasilkan pakan ternak. 2. Dua formula jamu ternak Jamu ini dapat berfungsi sebagai alternatif pengganti hormon, meningkatkan kesehatan ternak (gemuk, badan bersih dan bulu mengkilat), merangsang nafsu makan, menambah bobot badan. 3. Tiga formula pestisida nabati
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
29
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Formula pestisida nabati berbasis tanaman atsiri dan tanaman obat lainnya efektif untuk mengendalikan bercak daun dan bercak akar
pada tanaman
jahe, penggerek batang cengkeh, buah kakao, hama penggerek buah lada dan hama penggulung daun nilam 4.
Dua formula biaditif untuk BBM Formula bioaditif berbasis tanaman atsiri khususnya minyak seraiwangi dapat menghemat 10-25% bensin dan 10-30% untuk solar
5.
Formulasi biopestisida untuk pengendalian P. palmivora Komposisi formula biopestisida yang terdiri dari debu sabut 400 g, jagung 200 g, vermi kulit 18 g, kaolin 1.8 g dapat digunakan sebagai biopestisida untuk pengendalian P. palmivora
6.
Biofungisida, untuk mengendalikan P. Palmivora pada kakao Biofungisida berbahan aktif Trichoderma viride efektif mengendalikan penyakit busuk buah kakao P. palmivora. Bahan berbentuk tepung (powder) dan tahan disimpan selama 6 bulan
7.
Dua alat penyosoh wijen Alat ini memiliki kapasitas 70 kg/jam dengan kebutuhan air yang kecil (1L/kg)
8.
Tujuh isolat Trichoderma yang berpotensi sebagai bahan aktif biopestisida. Isolat-isolat
ini dalam skala rumah kaca mampu mengendalikan Pokkah
boeng ( Fusarium moniliforme ) dan busuk akar (Xylaria) lebih dari 50% dan 1 isolat memiliki kemampuan sebagai perangsang pertumbuhan 9.
Dua strain Metharrhizium anisopliae, yang mampu membunuh hama uret 50-70%, mikosis sebesar 80-90%
10. Beberapa isolat jamur dan bakteri lignolitik untuk bioprosesing etanol Diperoleh isolat jamur delignifikasi KA 12, TH 1, BL 1, ASB 1 dan KA 8, serta untuk isolat bakteri lignolitik yaitu LM 12, BJ 10, BJ 17, LM 4 dan LM 19. Pengukuran kadar etanol menunjukkan bahwa kadar etanol < 1%. 11. Bahan alami untuk teknik pengendalian hama dan penyakit yang menyerang pertanaman tebu di setiap tipologi lahan Bahan alami berupa (a) bakteri indofit (10 isolat bakteri yang berasal dari Tulabo berpotensi sebagai antagonis terhadap F. moniliforme, 18 isolat terhadap Collectotrichum, dan 8 isolat terhadap Xylaria) berasal dari
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
30
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
berbagai tipologi lahan di Tulabo, NTT, Sulawesi, Medan dan Sumbawa serta (b) Telenomus sp. yang memarasit telur-telur penggerek pucuk maupun penggerek batang tanaman tebu. 12. Entomopatogen yang patogenik terhadap hama uret tebu Tiga isolat Steinernema spp. dan Heterorhabditis spp. (isolate nematode DKS-1, PH-1, dan PH-2) sebagai bahan aktif biopestisida yang mampu menyebabkan mortalitas uret 60-70% 13. Body butter berbahan kelapa Body butter dengan komposisi minyak kelapa sebanyak 8% (w/w), dan penambahan Lanolin alkohol, Cyclodimethicone, Stearic acid, Lemak coklat, Stearyl alkohol, Cethyl alkohol, aquadest, xanthan gum, EDTA, KOH, Methyl parraben, Propyl parraben 14. Sabun cair berbahan kelapa Sabun cair dengan komposisi minyak kelapa, KOH, glycerin, aquadest, asam sitrat, hydroxyethyl cellulose dan pewangi 15. Arang briket Alat pencetakan arang briket. Ukuran cetakan, sesuai bentuk dan ukuran arang briket komersial. 16. Pengembangan nano pestisida berbasis limbah perkebunan Untuk meningkatkan efektivitas biopestisida lebih tahan lama dan tidak mudah rusak diperlukan intervensi teknologi nano untuk menghasilkan nano pestisida. Hasil analisis Scanning Electron Microscope (SEM) dan Particle Size Analyzer (PSA) telah menunjukkan gambaran yang jelas mengenai permukaan materi nanopartikel (800-200 nm) dan distribusi ukuran partikel (< 300nm). Optimasi lama proses pengadukan pembentukan partikel durasi stirring selama 24 jam tidak menghasilkan ukuran partikel yang lebih kecil secara signifikan pada nanopartikel kontrol. Secara keseluruhan pada nanopartikel asap cair, hasil analisis PSA menunjukkan bahwa durasi stirring selama 3 jam sudah mampu menghasilkan ukuran partikel < 300 nm. 17. Pengembangan model agroindustri kopi terpadu Telah
dihasilkan
teknologi
pengolahan
kopi
secara
basah
untuk
menghasilkan kopi Arabika spesialti dan Fine Robusta dan pengembangan model agroindustri kopi terpadu di sentra perkebunan kopi rakyat. Hasil kajian teknologi produk hilir kopi dihasilkan teknologi penyangrai berbahan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
31
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
bakar LPG dengan sistem pemanasan langsung, kapasitas rata-rata 38,17 kg kopi biji/penyangraian, dengan rendemen sangraib 82%. 18. Pengembangan model agroindustri kakao terpadu Telah dihasilkan model agroindustri kakao terpadu dengan keluaran Standar Operasioanl Prosedur (SOP) pengolahan hulu kakao untuk menghasilkan biji kakao kering bermutu baik sesuai Standar Nasional Indonesia, teknologi proses pengolahan hilir kakao yang menghasilkan produk antara pasta, lemak, dan bubuk kakao skala kelompok tani, serta alih teknologi pengolahan hulu dan hilir kakao serta pemanfaatan limbah padat menjadi biogas dan pupuk cair. Trend capaian teknologi peningkatan nilai tambah dan daya saing/produk olahan tanaman perkebunan peningkatan, dan capaian
selama
TA 2011-2013 menunjukkan
diatas 100% (sangat berhasil), sebagaimana
disajikan pada Tabel 12. Tabel 12.
Persentase capaian teknologi peningkatan nilai tambah dan daya saing/produk olahan tanaman perkebunan TA 2011-2013 Capaian
Tahun Anggaran
Indikator Kinerja
2011
2012
2013
Teknologi Peningkatan Nilai Tambah/ Produk Olahan
138
164
143
Sasaran 4 : Tersedianya sasaran
“Rekomendasi
Rekomendasi Kebijakan
Kebijakan”,
dicapai
melalui
Indikator kinerja kegiatan
Kebijakan. Capaian kinerja Analisis Kebijakan per 31 Desember 2013 target 6 rekomendasi telah terealisasi
Analisa dari
sebanyak 6 rekomendasi kebijakan
(100%). Judul Rekomendasi dan sinopsisnya adalah sebagai berikut: 1.
Ketersedian benih karet bermutu dalam rangka gernas karet Gerakan nasional (Gernas) peningkatan produktivitas dan kualitas hasil karet telah dicanangkan oleh pemerintah.
Untuk mendukung gerakan
tersebut, penyediaan bahan tanaman berupa entres dalam jumlah dan sebaran yang sesuai dengan daerah sasaran Gernas menjadi hal yang penting.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
32
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Kebijakan yang dapat ditempuh untuk memenuhi kebutuhan benih program gernas dalam jangka pendek adalah menyeleksi kebun-kebun entres milik penangkar/petani, biji batang bawah dan menentukan status benih yang tersedia di setiap lokasi tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pengawasan dan seleksi kebun entres dapat memperbaiki mutu benih yang dihasilkan dan menyelamatkan industri perbenihan karet yang dilakukan oleh penangkar-penangkar tradisionil. Seleksi dan upaya legalisasi kebun entres karet mencakup beberapa hal yaitu: (a) bentuk kelembagaan penangkar benih dan luas optimalnya, (b) pendanaan, (c) pelatihan petani dan pengawalan, serta (d) sertifikasi benih berkualitas. 2.
Penataan varietas tebu mendukung swasembada gula nasional Dalam program nasional swasembada gula, penataan varietas untuk mencapai
proporsi kemasakan (awal:tengah:lambat) ideal 30:40:30
merupakan salah satu langkah yang perlu mendapat pertimbangan sebagai kebijakan nasional untuk mendukung program tersebut melalui peningkatan produktivitas tebu menjadi 90 ton per ha dan rendemen 9 %. Untuk mencapai kondisi ideal tersebut perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Pemetaan dan Penetapan Varietas; Pemetaan varietas diharapkan dapat menginformasikan tentang varietas yang ada, baik yang pernah maupun sudah berkembang dengan baik di suatu wilayah.
Hasil pemetaan
merupakan informasi penting untuk menetapkan langkah berikutnya, yakni pertimbangan varietas unggul apa saja yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan proporsi ideal berdasarkan tingkat kemasakannya. Pemetaan varietas tebu dilakukan dengan melakukan survey dan desk
study terhadap areal tebu di wilayah PG seluruh Indonesia, yakni Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DI Jogja, Lampung, Sumsel, Sumut, Kalbar, Sulsel, dan Gorontalo.
Varietas unggul yang ditetapkan untuk
memenuhi proporsi ideal dipertimbangkan atas dasar (1) tercantum pada peta/daftar varietas yang sudah dikembangkam di wilayah yang bersangkutan sekaligus pada daftar varietas unggul yang benihnya tersedia secara nasional, (2) tidak tercantum pada peta/daftar yang
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
33
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
sudah dikembangkan pada wilayah bersangkutan, tetapi tercantum pada daftar varietas unggul yang benihnya tersedia secara nasional. b. Pengadaan Bibit; Semua varietas unggul yang direkomendasikan pada program penataan varietas benih/bibitnya disediakan oleh pemerintah atau oleh penangkar yang bersertifikat, baik berupa (1) bagal, (2) bibit atau bagal kultur jaringan, (3) bagal satu mata, ataupun (4) budset. Penyediaan
benih/bibit
harus
mempertimbangkan
luas
areal
pengembangan dan kebutuhan varietas unggul sesuai dengan proporsi tingkat kemasakan masing-masing varietas yang direkomendasikan. c. Penetapan Wilayah, Budidaya Intensif dan Manajemen Giling ; Penataan varietas tebu harus dilakukan satu paket dengan perlakuan budidaya intensif, agar memberikan hasil yang optimal.
Budidaya intensif yang
perlu dimasukkan dalam paket penataan adalah perlakuan juring ganda, bongkar raton, pemberian pupuk organik, pedot oyot (untuk keprasan), klentek dan pengendalian hama dan penyakit. Komitmen PG diperlukan untuk menggiling tebu sesuai karakter varietas, karena itu diperlukan perencanaan dan kerjasama yang baik dengan petani pemilik lahan. Pendataan varietas yang ditanam, saat tanam, dan perkiraan saat panen harus dilakukan dengan baik untuk semua petani tebu yang ada di wilayah binaan PG terkait. Sebaliknya PG harus berkomitmen untuk melakukan giling tepat dengan perencanaan yang telah dilakukan bersama petani tebu di wilayahnya. 3.
Pengembangan nano pestisida berbasis limbah perkebunan Hasil analisis Scanning Electron Microscope (SEM) dan Particle Size Analyzer (PSA) biopestisida yang dibuat dengan bahan baku asap cair tempurung kelapa, kitosan, dan maltodekstrin, menggunakan metode low energy dengan formulasi pelepasan terkendali telah menunjukkan gambaran yang jelas mengenai permukaan materi nanopartikel (800-200 nm) dan distribusi ukuran partikel (< 300nm) . Secara keseluruhan pada nanopartikel asap cair, hasil analisis PSA menunjukkan bahwa durasi stirring selama 3 jam sudah mampu menghasilkan ukuran partikel < 300 nm. Berdasarkan hasil tersebut,
dapat
direkomendasikan
kebijakan
pengembangan
produk
biopestisida melalui pemanfaatan teknologi nano, khususnya metode low
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
34
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
energy dengan formulasi pelepasan terkendali, untuk memperoleh formula biopestisida yang lebih efektif dan efisien. 4.
Neraca gula kristal putih tahun 2013 Produksi GKP eks tebu sampai akhir tahun 2013 diperkirakan mencapai 2,29 juta ton mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012 mencapai 2,59 juta ton sebagai akibat terjadinya anomali iklim (kemarau basah). Dengan jumlah produksi tersebut ditambah produksi GKP eks raw sugar (idle capacity) sejumlah 140 ribu ton dan stok awal tahun sebanyak 914 ribu ton, maka total penyediaan GKP tahun 2013 mencapai 3,34 juta ton. Sedangkan kebutuhan konsumsi GKP tahun 2013 mencapai 2,64 juta ton, berarti stok GKP akhir tahun 2013 mencapai 698 ribu ton. Dengan stok sejumlah tersebut, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pada bulan januari-Mei 2014 yang mencapai 1,1 juta ton, sementara musim giling baru dimuali pada bulan Mei. Kebijakan peningkatan produksi GKP melalui gerakan bongkar ratoon dan rawat ratoon yang sudah diprogramkan oleh Ditjen Teknis, pada tahun 2013 implemntasinya
kurang
optimal
dapat
berimplikasi
terhadap
tidak
tercapainya target swasembada gula tahun 2014. Pengawasan dan pendampingan penerapan paket teknologi dalam pelaksanaan gerakan bongkar ratoon dan rawat ratoon, disertai langkah operasional revitalisasi pabrik gula dan perluasan areal tebu menjadi faktor sangat penting dalam upaya pencapaian swasembada gula berkelanjutan. 5.
Penataan sistem produksi perkebunan sawit rakyat menghadapi penerapan ISPO tahun 2015 Sebagai produsen kelapa sawit terbesar di dunia, kegiatan dan kebijakan Indonesia dalam pengembangan produksi sawit tentu mendapat perhatian dari berbagai pihak. Kebijakan penerapan ISPO juga tidak luput dari perhatian tersebut. Untuk itu, penerapan ISPO perlu dipersiapkan dengan penataan sistem produksi kelapa sawit yang tepat, baik dari sisi pemilihan dan penerapan teknologi maupun aspek manajemen usahatani. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam penataan sistem produksi sawit ini antara lain: a. Penetapan Lahan Produksi (terkait Rencana Tata Ruang Wilayah) b. Legalitas Usahatani (terutama dari aspek sertifikat lahan)
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
35
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
c. Peningkatan Penguasaan Teknologi Produksi Berkelanjutan (inovasi dan pendampingan) d. Penerapan Sistem Good Agriculture Practices (sebagai jaminan mutu produk) e. Pemantauan Dampak Produksi (terhadap kesejahteraan petani dan lingkungan) Kebijakan pendukung yang diperlukan untuk mengoptimalkan penataan sistem produksi sawit di tingkat perkebunan rakyat adalah: a. Sertifikasi “lahan sawit swadaya” secara masal b. Penguatan manajemen kelembagaan petani c.
Pendampingan penataan sistem produksi sesuai persyaratan ISPO
d. Peningkatan kemampuan audit internal di kelompok tani e. Penjaminan sistem pasar dan harga bagi produk yang memenuhi syarat ISPO 6.
Kebijakan pengembangan biomasa pertanian sebagai bahan baku bioenergi di Indonesia Biomasa Pertanian dapat berupa bahan padatan atau cair. Biomassa cair seperti CPO, minyak kelapa dan minyak nabati lainnya, sedangkan biomassa padat dapat berupa semua limbah pertanian padat.
Kedua
biomassa ini berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar nabati (BBN) baik sebagai biodiesel, bioetanol, bioavtur, pellet dan lain sebagainya. Saat ini banyak negara maju seperti Jepang, Korea dan sebagian negara Eropa dan Amerika telah memanfaatkan biomassa sebagai sumber BBN dan mulai mengincar dan mengimport biomassa dari Indonesia untuk memenuhi kebutuhan energi mereka.
Untuk mengantisipasi mengalirnya biomassa
Indonesia keluar negeri, pengembangan, pengelolaan, pemanfaatan peruntukan
serta
dilarang/dibatasi
ekspor
produk
/dikendalikan,
peraturan pemerintah.
dan
energi untuk
dari itu
biomassa
dan
seharusnya
diperlukan
perangkat
Biomassa sudah waktunya dimanfaatkan untuk
mendukung pertanian yang berkelanjutan baik untuk pakan, pupuk maupun bioenergi di Indonesia. Trend capaian rekomendasi kebijakan tanaman perkebunan selama TA 20112013 sesuai dengan target yang telah direncanakan (100%) (Tabel 13)
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
36
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Tabel 13. Persentase capaian rekomendasi kebijakan tanaman perkebunan TA 2010-2013 Tahun Anggaran
Capaian Indikator Kinerja Rekomendasi Kebijakan yang dihasilkan
2011
2012
2013
100
100
100
Sasaran 5 : Tersedianya Sumberdaya Genetik Tanaman Perkebunan TA 2013 Puslitbang Perkebunan mentargetkan pelestarian Plasma Nutfah tanaman perkebunan sebanyak 4.610
aksesi.
Dari target tersebut, telah
terealisasi 9.267 aksesi (201%). Rincian plasma nutfah yang dilestarikan adalah sebagai berikut (Tabel 14): Tabel 14. Capaian sumberdaya genetik tanaman perkebunan 2013 NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
KOMODITAS
JUMLAH AKSESI
Kapas Kenaf dan sejenisnya Tembakau Jarak Kepyar Wijen Bunga Matahari Linum Kapuk Abaka Agave Rami Tebu Tanaman Rempah dan obat Jambu mete Karet Kopi Kakao Teh Kelapa Kelapa sawit sagu pinang aren
841 1.559 1.360 175 75 75 16 79 22 82 147 808 3.056 24 50 260 235 40 204 88 17 38 16
Jumlah
9.267
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
37
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Sasaran 6 :
Tersedianya Benih Sumber
Indikator kinerja sasaran “Benih Sumber” tanaman perkebunan dicapai melalui kegiatan Pengelolaan UPBS, capaiannya adalah 147% dengan perincian sebagai berikut (Tabel 15): Tabel 15. Capaian benih sumber tanaman perkebunan 2013 NO
KOMODITAS
JUMLAH BENIH
1
Kapas
2
Jarak Pagar
479
kg
1
3
Jarak Kepyar
kg
2.130
4
Wijen
kg
999
5
Tembakau
kg
78.343
6
Kenaf
kg
772
7
Temulawak
kg
6.960
8
Rami
200.000
kg
9
Kunyit
24.800
kg
10
Kencur
875
kg
11
Jahe
5.175
kg
12
Nilam
13
Seraiwangi
14
kelapa
15*
Karet
4.000
okulasi Mata Tidur
16*
Kopi Robusta
8.000
entres
17*
Karet
100.000
stek
70.000
stek
375.000
24.000
Jumlah
rhizome
499.785 170.000 200.000
kg
mata entres kg Stek (nilam,seraiwangi) Rhizome (rami)
Catatan:*14,16,17 setara dengan 4250 kg
Trend capaian benih sumber tanaman perkebunan selama tiga tahun terakhir mencapai angka diatas 100% (sangat berhasil), sebagaimana disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Persentase Capaian Benih Sumber Tanaman Perkebunan TA 20112013 Tahun Anggaran
Capian Indikator kinerja Benih sumber
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
2011
2012
2013
141
123
147
38
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Sasaran 7 : Tersedianya bibit tebu Untuk target bibit tebu sebanyak 5 juta budset, telah terealisasi sebanyak 10 juta budset (capaian 200%). Sasaran 8: Terselenggaranya Diseminasi melalui publikasi Indikator kinerja sasaran “ Diseminasi Inovasi Perkebunan” adalah meningkatnya hasil publikasi hasil penelitian, perkebunan
penyebaran
hasil penelitian
kepada pengguna dan meningkatnya jalinan kerjasama dengan
pihak lain. Realisasi kegiatan tersebut mencapai 141%. Jumlah publikasi yang telah dihasilkan selama TA 2013 dari target 32 terbitan telah dihasilkan sebanyak 45 terbitan publikasi yaitu: 1. Buletin, sebanyak 10 buah, yaitu: a.
Warta Litri 3 kali terbit
b.
Infotek Perkebunan 12 kali terbit
c.
Jurnal Littri 4 kali terbit
d.
Perspektif 2 kali terbit
e.
Buletin Tanaman Tembakau dan Serat 2 kali terbit
f.
Buletin Riset Vol 4 no 1-3
g.
Media Komunikasi (Medkom) Perkebunan Volume 1 No 1-12
h.
Buletin Balittro Volume 24, Nomor 1 dan 2, tahun 2013
i.
Warta Balittro Nomor 59 dan 60, tahun 2013
j.
Buletin Palma
2. Buku sebanyak 2 buah, yaitu: a.
Peningkatan Produktivitas dan Pendapatan Petani Kapas (IAARD Press)
b.
Varietas Unggul Tanaman Tembakau dan Serat
3. Sirkuler sebanyak 5 buah, yaitu: a.
Sirkuler Inovasi Tanaman Industri dan Penyegar (Sirinov) Vol 1 No 1-3
b.
Deteksi Penyakit Mosaik pada Tanaman Nilam Secara Serologi dan Molekuler
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
39
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
c.
Penyakit Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh Diagnosa dan Pengendaliannya
d.
Teknik Perbanyakan Pala Jantan dan Betina Melalui Eficutyl Grafting
e.
Benih Nilam Sehat Bebas Virus : Teknik Penghilangan Virus Pada Jaringan Tanaman Nilam
4. Booklet sebanyak 1 buah, dengan judul Tebu 5. Leaflet sebanyak 17 buah, yaitu: a. Kemiri Sunan b. Cocodiesel c.
Bioetanol Generasi kedua
d. Pembibitan dengan budchip e. Bunga Matahari f.
Bio Etanol Generasi Kedua dari Biomassa Tebu
g. Biogass h. Rosela Merah i.
Jamu Ternak Fermentasi Peningkatan Imunitas
j.
Jamu Ternak Anti Koksi untuk Unggas
k.
Jamu Ternak Peningkatan Fertilitas Sapi Jantan
l.
Aren Genjah Kutim
m. Tiga Varietas Unggul Kelapa Kopyor n. Ice Cream VCO o. Perangkap Hama Sexava p. Ninyak Goreng Sehat q. Bioetanol Aren 6. DVD sebanyak 6 buah, dengan judul: a.
Profil Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
40
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
b.
Pencanangan P2T3 di Muktiharjo
c.
Pembukaan Expo Nasional Inovasi Perkebunan 2013
d.
Launching Produk Agro Inovasi
e.
Tematik (bio energi, bahan bakar baru dan terbarukan)
f.
Reportase aktivitas dan kegiatan lingkup Puslitbang Perkebunan, antara lain workshop BBN, MOU Pengembangan Kemiri Sunan di Lahan Bekas Tambang, dll.
Trend capaian jumlah publikasi tanaman perkebunan selama tiga tahun terakhir menunjukkan realisasi > 100%. Pada TA 2013 realisasi mencapai 113% (Tabel 17). Tabel 17. Persentase capaian publikasi tanaman perkebunan TA 2011-2013 Capaian Indikator Kinerja Publikasi yang dihasilkan
Tahun anggaran 2011
2012
2013
213
300
141
Sasaran 9 : Terwujudnya Kerjasama Penelitian Indikator kinerja sasaran „Kerjasama Penelitian” dilaksanakan dengan mengadakan kerjasama penelitian dengan stakeholders
terkait.
Realisasi
kegiatan ini mencapai 195% dengan rincian sebagai berikut (Tabel 19, 20, dan 21):
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
41
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Tabel 18. Kerjasama peneitian dengan mitra swasta No
Topik Kerjasama
Mitra
1
Pendampingan demo plot pupuk hayati petro bio dan kaya bio pada tanaman tebu
PT Petro Kimia Kayaku
2
Karakterisasi sifat-sifat fenotip tebu hasil persilangan
PT Toyota Bio Indonesia
3
Pengaruh dosis pupuk Pullet (NPK majemuk) terhadap produktivitas dan rendemen tebu, dan demplot pupuk Pullet pada tebu.
PT Poloijo Gosari
4
Efektivitas pupuk spesifik tebu NPK Pak Tani terhadap produktivitas dan rendemen
PT Saprotan Utama
5
Pendampingan persiapan pelepasan klon XY1168 sebagai varietas unggul sisal di Sumbaa
PT Pulau Sumbawa Agro
6
Uji efikasi pupuk suplemen 'Tebu Khitha' pada beberapa varietas tebu dan pendampingan di Madura
PT Unggul Barokah
7
Research of Natural Fiber especially of Kenaf (H. cannabinus) in Indonesia
Toyota Boshoku Indonesia
8
Karakterisasi sifat-sifat fenotip 200 klon tebu hasil seleksi
PT Toyota Bio Indonesia
9
Pengaruh sumber dan dosis pupuk Pullet terhadap produksi dan mutu tembakau virginia Bojonegoro
PT Polowijo Gosari
10
Peningkatan kompetensi sumberdaya manusia dalam pengendalian OPT tembakau (DBHCHT)
Disbun Garut
11
Penelitian Teh dan Bimbingan Teknis di PT Tambi
PT. Tambi Wonosobo
12
Penelitian komoditas kakao
PT. Bumiloka, Sukabumi
13
Bimbingan teknis budidaya kopi di kabupaten garut
PT. KSR Garut
14
Pendugaan pola pita DNA sebagai pembeda jenis kelamin tanaman pala (Myristica sp.) berdasarkan marka SSR
Biro Okroi Rosseno
15
Teknik pengendalian cengkeh
PT. sampoerna Agro
hama
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
penyakit
42
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Tabel 19. Kerjasama penelitian dengan mitra pemda No
Topik Kerjasama
Mitra
1
Pemurnian varietas tembakau Magetan di Kab Magetan
2
Pembenihan tembakau jawa di Bojonegoro
3
Penelitian Teknik Budidaya Penyesuaian dosis pupuk untuk dua calon varietas tembakau madura di Kab. Sampang
Dishutbun kab. Sampang
4
Pemurnian varietas tembakau Jombang
Dishutbun Kab. Jombang
5
Strategi peningkatan kesuburan lahan tembakau kab. Jombang dengan bahan amandemen pupuk organik dan pupuk anorganik Pendampingan sekolah lapang budidaya tembakau Bondowoso Identifikasi dan penetapan blok penghasil tinggi dan pohon induk kopi serta pemurnian entres karet di kabupaten kepulauan meranti, provinsi Riau Bimbingan teknis komoditas kakao
Dishutbun Kab. Jombang
9
Pendampingan pengembangan kopi dan kakao
Pemda Kabupaten Alor (Dinas perkebunan Kab. Alor)
10
Penilaian Blok Penghasil Tanaman Jambu Mete
Disbun Provinsi DI Jogyakarta dan Kabutaten Alor, NTT
11
Penilaian Blok Penghasil Tinggi Tanaman Pala
Disbun Kab. Fakfak, Papua Barat, Kab. Seram Bagian Timur, Propinsi Jabar dan Kab. Toli-Toli, Sulteng
12
Penilaian Blok Penghasil Tinggi Cengkeh
Disbun Kab. Karo, Sumut, Propinsi Kalteng, Kab. Tolitoli, Kab. Alor NTT
13
Penilaian Kebun Induk Lada
Disbun Provinsi Lampung
14
Identifikasi varietas lokal lada Kaltim
Disbun Provinsi Kalimantan Timur
15
Pemurnian sumber benih nilam
Disbun Provinsi Bali, Provinsi Jawa Tengah dan Prop Jatim
16
Penelitian dan pengembangan kelapa kopyor
6 7
8
lokal
virginia
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
dan
Tinggi
Dishutbun Kab. Magetan Dishutbun Kab. Bojonegoro
Dishutbun Kab. Bondowoso Pemda Kabupaten Meranti
Pemda Kabupaten Kepulauan Karimun
Dishutbun Kab. Pati, Prov. Lampung dan Institut Pertanian Bogor
43
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Lanjutan Tabel 19. No
Topik Kerjasama
Mitra
17
Penelitian dan engembangan Kelapa Eksotik di Banten
Disbun Prov.Banten dan Institut Pertanian Bogor
18
Pengembangan Aren Genjah Kutim
Disbun Kab. Kutai Timur
19
Pembangunan Kebun Induk Kelapa Dalam Mapanget di Kab.Nabire Papua Persiapan pelepasan varieas sagu unggul meranti, identifikasi dan penetapan pohon induk kelapa dan pinang di kab.kepulauan Meranti
Disbun Kab.Nabire Provinsi Papua Dishutbun Kab. Meranti
20
Tabel 20. Kerjasama penelitian dengan mitra instansi pemerintah No 1
Topik Kerjasama
Mitra
Konsorsium penelitian obat herbal anti
IPB, BPPT, Badan Litbang (Balittro),
degeneratif
PT. Indofarma (Konsorsium)
Capaian kegiatan kerjasama pada TA 2013 dalam bentuk penandatangan MoU kerjasama dan pelaksanaan kerjasama atas MoU yang telah ditandatangani pada TA sebelumnya.
Capaian pelaksanaan kegiatan kerjasama melibatkan
UK/UPT lingkup Badan Litbang Pertanian. Berdasarkan hal tersebut trend capaian jumlah kerjasama yang dihasilkan selama TA 2011-2013 menunjukkan bahwa persentase capaian sudah mencapai target yang direncanakan bahkan pada dua tahun terakhir mencapai angka diatas 100% (sangat berhasil), sebagaimana disajikan pada Tabel 16. Tabel 21. Persentase Capaian MoU Kerjasama Tanaman Perkebunan TA 20112013 Tahun Anggaran
Capaian Indikator Kinerja MOU Kerjasama yang dihasilkan
2011
2012
2013
110
110
195
Pencapaian kinerja Puslitbang Perkebunan pada TA 2013, secara umum dapat dikatagorikan sangat berhasil ditinjau dari hasil pencapaian kinerja sasarannya. Jika dibandingkan antar target dan capaian Indikator utamanya, 8 target indikator kinerja utama mencapai bahkan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
melampau targetnya/diatas 100%
44
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
(sangat berhasil) dan 1 (satu ) indikator sasaran yaitu varietas mencapai 90% (berhasil).
hanya
Beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan
dalam pencapaian kinerja diantaranya adalah :
1) Ketersediaan Sumberdaya
Manusia, baik tenaga fungsional peneliti, teknisi Litkayasa dan tenaga administrasi yang memadai; 2) Perencanaan kegiatan yang memadai; 3) Pelaksanaan kegiatan 3) Monitoring dan evaluasi yang intensif; 4) Pengelolaan keuangan yang akuntabel ; dan 5) Dukungan Sarana dan prasarana penelitian. Dari semua target indikator kinerja utama yang telah ditetapkan, hanya sasaran penciptaan varietas yang tidak mencapai 100%, sedangkan capaian kinerja dari sasaran lainnya (teknologi produktivitas, teknologi peningkatan nilai tambah, benih sumber, plasma nutfah, rekomendasi kebijakan, publikasi dan kerjasama) lebih dari 100%.
Hambatan yang dihadapi dalam pencapaian sasaran
penciptaan varietas unggul baru antara lain adalah kebijakan pemerintah berkaitan dengan pengembangan beberapa komoditas perkebunan (tembakau). Disamping itu, faktor alam juga merupakan hambatan
yang ditemui dalam
pelaksanaan kegiatan meskipun tidak berpengaruh nyata pada pencapaian IKU. Langkah–langkah
alternatif
yang
harus
dilakukan
dalam
menanggulangi
hambatan dan permasalahan yang dihadapi dimasa yang akan datang adalah: (1) Perencanaan kegiatan secara
cermat dan realistis, (2) Persiapan
pelaksanaan kegiatan secara matang; (3)
Merevisi dokumen perencanaannya
secara cepat jika menemui perubahan pelaksanaan kegiatan dari yang sudah direncanakan; (4) Meningkatkan kapasitas SDM, aset dan sumberdaya finansiial
3.3.
AKUNTABILITAS KEUANGAN
Pagu anggaran UK/UPT lingkup Puslitbang Perkebunan semula pada awal Tahun anggaran sebesar Rp. 144.906.784.000,-. Pagu anggaran
setelah revisi
penghematan menjadi sebesar Rp. 135.754.592.000,-. Anggaran tersebut sudah termasuk PNBP dan Hibah. Realisasi Keuangan Puslitbang Perkebunan per 31 Desember 2013 mencapai
97,42 % dari pagu anggaran (atau sebesar Rp.
132.168.473.000,-). Alokasi anggaran jenis belanja, satker dan output disajikan pada gambar berikut:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
45
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Alokasi anggaran berdasarkan jenis belanja Modal 26%
Pegawai 36%
Barang 38%
A
Gambar 7. Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan jenis Belanja TA 2013
Alokasi anggaran berdasarkan Satker Balit Palma 13%
Puslitbangbu n 25%
Balittas 20%
Balittri 13%
Balittro 29%
Gambar 8. Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan Satker TA 2013
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
46
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Alokasi berdasarkan output (diluar layanan perkantoran)
Gambar 9. Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan Output TA 2013 Realisasi keuangan
Puslitbang Perkebunan selama tiga terakhir menunjukkan
peningkatan dalam prosentasi.
Pada TA 2011 serapan anggaran mencapai
96,17%, TA 2012 mencapai 97,13%,
dan TA 2013 ini mencapai 97,42%
(Gambar 10). Hal ini menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik.
400.000 350.000 300.000 250.000 200.000 150.000 100.000 50.000 Pagu
2011 120.080
2012 98.688
2013 135.674
Total 354.442
Realisasi
115.485
92.944
132.168
340.597
Gambar 10. Realisasi anggaran Puslibang Perkebunan TA 2011-2013 (dalam juta rupiah)
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
47
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Realisasi keuangan berdasarkan UK/UPT pada TA 2013, berturut-turut dari satker Puslitbang Perkebunan, Balittro, Balittri, Balittas dan Balitpalma adalah: 96,20%, 98,47%,
96,81%, 97,39% dan 98,02% (Gambar 11).
Realisasi
keuangan tersebut cukup bagus (diatas 95%).
140.000 120.000 100.000 80.000 60.000 40.000
20.000 -
P3bun
Balittro
Balittri
Balittas 26.656
Balit Palma 18.418
Pagu
33.931
39.107
17.560
Realisasi
32.643
38.511
17.000
Total 135.672
25.959
18.053
132.166
Gambar 11. Realisasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan Satker TA 2013 (dalam juta rupiah) Berdasarkan jenis belanja, realisasi belanja pegawai, barang dan modal per 31 Desember 2013 (Gambar 12). diatas
berturut-turut
mencapai 99,02%, 95,25% dan 98,33%
Realisasi anggaran pegawai
dan barang
dan modal
yang
95% menunjukkan bahwa penyerapan anggaran sudah bagus, dan
menunjukkan juga pelaksanaan kegiatan sudah berjalan dengan lancar. Sedangkan realisasi belanja barang relatif lebih rendah dibandingkan jenis belanja lainnya. Hal ini disebabkan karena upaya efisiensi dalam penggunaan belanja barang non operasional (MAK belanja barang tidak terserap optimal yaitu belanja konsumsi rapat, sewa dan narasumber).
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
48
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Gambar 12. Realisasi anggaran berdasarkan jenis belanja TA 2013 (dalam juta rupiah) Sampai
dengan
31
Desember
2013,
Realisasi
Keuangan
kegiatan/output utamanya (Tabel 23) adalah sebagai berikut:
berdasarkan varietas/klon
unggul mencapai 98,20 %, teknologi budidaya 94,36%, teknologi diversifikasi dan peningkatan nilai tambah mencapai 94,28%,
plasma
kebijakan 98,63%;
nutfah
tanaman
97,73%, benih perkebunan
sumber
97,81%,
mencapai
rekomendasi
dan Publikasi dan Kerjasama Hasil Penelitian 97,36%.
Rendahnya realisasi keuangan pada kegiatan dengan output benih sumber disebabkan karena tidak terealisasinya anggaran UPBS Balittri yang didanai dari PNBP, karena PNBP tidak mencapai target dan secara otoatis pagu PNBP tidak dapat digunakan.
Target dan realisasi PNBP Fungsional lingkup Puslitbang
Perkebunan TA 2013 disajikan pada Gambar 13.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
49
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
2.000.000 1.800.000 1.600.000 1.400.000 1.200.000 1.000.000 800.000 600.000 400.000 200.000 -
10.000
Balit Balittas Palma 320.617 483.562 355.500 470.000
1.639.6
Realisasi 16.188
103.344 476.280 522.502 781.187
1.899.5
Pagu
P3bun
Balittri
Balittro
Total
Gambar 13. Target dan realisasi PNBP fungsional lingkup Puslitbang Perkebunan TA 2013 (dalam juta rupiah) Realisasi PNBP di Puslitbang Perkebunan (161,88%), Balit Palma (146,98%), dan Balittas (166,21%) melampaui targetnya, tetapi di Balittri (32,23%) dan Balittro (98,49%) tidak mencapai target yang telah ditentukan. Realisasi PNBP di Balittri hanya mencapai 32,23% karena adanya perubahan mandat yang diteliti sehingga belum dapat menghasilkan PNBP.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
50
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Tabel 22.
Realisasi Anggaran Lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan Sasaran Output Utama TA 2013 Realisasi
No.
Sasaran
Anggaran Rp
%
Inovasi Tan. Perkebunan -
Varietas
5.869.561.000
5.763.619.000
98,20
-
Teknologi Peningkatan Produktivitas
12.037.225.000
11.390.240.000
94,63
-
Teknologi Peningk. Nlilai Tambah/Produk Olahan
1.659.932.000
1.622.321.000
97,73
-
Benih Sumber
2.084.184.000
1.964.936.000
94,28
-
Plasma Nutfah
2.685.100.000
2.626.374.000
97,81
383.788.000
378.548.000
98,63
7.149.872.000
6.960.976.000
97,36
103.884.930.000
101.462.022.000
97,67
135.754.592.000
132.169.036.000
2
Rekomendasi Kebijakan
3
Diseminasi Inovasi
4
Penunjang
TOTAL
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
97,36
51
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
IV. PENUTUP 4.1. Keberhasilan Peran Puslitbang Perkebunan sebagai lembaga penelitian dan pengembangan di bidang
perkebunan menjadi
semakin strategis
karena
sampai saat
ini
pengembangan usahatani berbasis perkebunan masih menjadi andalan untuk meningkatkan daya saing produk ekspor dan meningkatkan kesejahteraan petani. Penanganan produk perkebunan yang lebih optimal akan meningkatkan daya saing produk perkebunan Indonesia di pasar global. Disamping sebagai sumber devisa, beberapa komoditas perkebunan merupakan bahan baku sejumlah industri dalam negeri yang juga berorientasi ekspor dan banyak menyerap tenaga kerja. Dengan peran tersebut, masalah kualitas dan kontinyuitas penyediaan bahan baku menjadi sangat penting. Untuk itu diperlukan dukungan inovasi teknologi, mulai dari teknologi hulu (penyediaan bahan tanaman unggul) sampai teknologi prosesing untuk menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi. Tradisi sebagai penghasil devisa negara Indonesia akan terus berlanjut, karena sektor perkebunan mempunyai peluang yang besar untuk menyerap teknologi yang
banyak
Perkebunan.
dihasilkan
oleh
Balai-Balai
Penelitian
lingkup
Puslitbang
Tanpa teknologi tersebut (dari hulu sampai hilir), sektor
perkebunan tidak akan mampu menghadapi pengaruh globalisasi ini yang memaksa semua negara untuk melakukan perubahan-perubahan agar dapat bersaing dengan negara lain. Untuk meningkatkan daya saing produk perkebunan, Puslitbang Perkebunan, beserta ke empat UPT di bawahnya, akan terus berupaya meningkatkan kinerja penelitian dan pengembangan perkebunan.
Hal ini perlu terus dilakukan
mengingat tuntutan pasar global terhadap produksi perkebunan Indonesia akan semakin besar. Pencapaian kinerja Puslitbang Perkebunan pada TA 2013, secara umum dapat dikatagorikan sangat berhasil ditinjau dari hasil pencapaian kinerja sasarannya. Jika dibandingkan antar target dan capaian Indikator utamanya, dari 9 target indikator kinerja utama, 8 (delapan) target
mencapai bahkan
melampau
targetnya/diatas 100% (sangat berhasil), sedangkan satu indikator sasaran mencapai sasaran 90% (berhasil).
Capaian indikator utama selain varietas
diatas 100% yaitu sasaran teknologi produktivitas mencapai 176%,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
sasaran
52
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
teknologi peningkatan nilai tambah mencapai 143% dari targetnya, sasaran benih sumber mencapai 147% dari targetnya, sasaran plasma nutfah mencapai 201% dari tergetnya dan sasaran rekomendasi kebijakan mencapai 100% dari targetnya, begitu pula dengan capaian publikasi (141) dan kerjasama (195%). Beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian kinerja diantaranya adalah :
1) Ketersediaan Sumberdaya Manusia, baik tenaga
fungsional peneliti, teknisi Litkayasa dan tenaga administrasi yang memadai; 2) Perencanaan kegiatan yang memadai; 3) Pelaksanaan kegiatan 3) Monitoring dan evaluasi yang intensif; 4) Pengelolaan keuangan yang akuntabel ; dan 5) Dukungan Sarana dan prasarana penelitian; 4.2. Hambatan/Masalah Dari semua target indikator kinerja utama yang telah ditetapkan, hanya sasaran penciptaan varietas yang tidak mencapai 100%, sedangkan capaian kinerja dari sasaran lainnya (teknologi produktivitas, teknologi peningkatan nilai tambah, benih sumber, plasma nutfah, rekomendasi kebijakan, publikasi dan kerjasama) lebih dari 100%.
Hambatan yang dihadapi dalam pencapaian sasaran
penciptaan varietas unggul baru antara lain adalah kebijakan pemerintah berkaitan dengan pengembangan beberapa komoditas perkebunan (tembakau). Disamping itu, faktor alam juga merupakan hambatan
yang ditemui dalam
pelaksanaan kegiatan meskipun tidak berpengaruh nyata pada pencapaian IKU. 4.3. Pemecahan Masalah Langkah–langkah
alternatif
yang
harus
dilakukan
dalam
menanggulangi
hambatan dan permasalahan yang dihadapi dimasa yang akan datang adalah: (1) Perencanaan kegiatan secara
cermat dan realistis, (2) Persiapan
pelaksanaan kegiatan secara matang; (3)
Merevisi dokumen perencanaannya
secara cepat jika menemui perubahan pelaksanaan kegiatan dari yang sudah direncanakan; (4) Meningkatkan kapasitas SDM, aset dan sumberdaya finansiial.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
53
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Lampiran 1. Struktur Organisasi Puslitbang Perkebunan
PUSLITBANG PERKEBUNAN BAGIAN TATA USAHA
Sub Bagian Kepeg. dan Rumah Tangga
BIDANG PROGRAM DAN EVALUASI
Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan
BIDANG KERJASAMA DAN PHP
Sub Bidang Program
Sub Bidang Kerjasama Penelitian
Sub Bidang Evaluasi
Sub Bidang Pendayagunaan Hasil Penelitian
BALITTRO
KELOMPOK FUNGSIONAL
BALITTRI
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
BALITTAS
BALIT PALMA
54
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Lampiran 2. Rencana Stratejik 2010 - 2014
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
55
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Lampiran 3. Penetapan Kinerja Tahunan 2013
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
56
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
57