LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEKS
PELATIHAN PENGEMBANGAN PERANGKAT PENUNJANG PRAKTIKUM TERINTEGRASI SEBAGAI PENDUKUNG PEMBELAJARAN IPA TERPADU BAGI GURU (PENGELOLA LABORATORIUM) IPA SMP DI KECAMATAN BANJAR
Oleh Drs. I Dewa Putu Subamia, M.Pd. (NIP. 196704241999031 007) Ni Nyoman Widiasih, SE (NIP. 197408052000032001) I Gusti Ayu Nyoman Sri Wahyuni, S.Pd. (NIP. 197204131998022 002) I Nyoman Sukarta, S.Pd., M.Si. (NIP. 197602062005011002)
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK No. 141/UN48.15/LPM/2014 tanggal 5 Maret 2015
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA TAHUN 2015 i
ii
Ringkasan Telah dilaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (P2M) dalam bentuk Pelatihan Pengembangan Perangkat Penunjang Praktikum Terintegrasi sebagai Pendukung Pembelajaran IPA Terpadu bagi Guru (Pengelola Laboratorium) IPA SMP di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan pengelola laboratorium IPA SMP untuk merancang/mengembangkan perangkat penunjang praktikum terintegrasi untuk mendukung pembelajaran IPA terpadu bagi Guru (Pengelola Llaboratorium) IPA SMP di kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng. Pelaksanaan inti kegiatan dalam bentuk in service dan on service. Nara sumber pada kegiatan ini adalah Drs. I Dewa Putu Subamia, M.Pd, I Nyoman Sukarta, S.Pd.,M.Si, dan I Gst. Ayu Nyoman Sri Wahyuni, S.Pd, serta melibatkan pakar pendidikan IPA Terpadu (Dr. Ni Made Pujani, M.Si & Dr. I Nyoma Tika, M.Si). Materi pelatihan yang telah dilaksanakan meliputi identifikasi topiktopik praktikum IPA terintegrasi, praktek pengembangan perangkat praktikum terintegrasi sesuai kurikulum 2013, praktek membuat KIT alat praktikum terintegrasi, dan praktek (uji coba) perangkat praktikum terintegrasi pada pembelajaran IPA terpadu. Evaluasi kegiatan ini dilakukan terhadap proses dan produk kegiatan. Evaluasi proses berupa penilaian kinerja (meliputi kehadiran peserta, semangat mengikuti kegiatan, dan kerja sama). Evaluasi produk dilakukan terhadap hasil karya praktek (berupa perangkat praktikum) IPA dengan memanfaatkan potensi lingkungan sekitar dan uji kelayakan produk. Penskoran dilakukan dengan skala Likert (dengan bantuan rubrik penilaian) dan dianalisis secara deskriptif. Simpulannya, kegiatan P2M ini disambut positif dan antusias oleh peserta pelatihan, setelah mengikuti pelatihan ada peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta kegiatan P2M dalam pengembangan perangkat penunjang praktikum terintegrasi sebagai pendukung pembelajaran IPA terpadu. Kata-kata kunci : KIT IPA, pelatihan, praktikum terintegrasi summary Has implemented community service activities (P2M) in the form Development of Integrated Practicum Divice Support as supporting science integrated learning for science laboratory management in the Junior High School of district Banjar, Buleleng regency. This activity aims to enhance the knowledge and skill competencies managers science laboratory of junior high school to develop a supporting device of integrsted practicum for supporting integrated science learning in the district Banjar regency of Buleleng. Implementation of the core activities in the form of in-service and on service. Resource persons at the event were Drs. I Dewa Putu Subamia, M.Pd, I Nyoman Sukarta, S.Pd., M.Si, I Gst. Ayu Nyoman Sri Wahyu, S.Pd, and expert (Dr. Ni made Pujani, M.Si & Dr I Nyoman Tika, M.Si). Training materials that has implemented include the identification of topics integrated lab science, practice-oriented software development environment integrated practicum, practice makes KIT tool integrated lab, and practice (trials) device integrated practicum in the integrating science learning. Evaluation of this activity is carried out on processes and products. Evaluation process with regard to attendance, following the spirit of the activities, and cooperation. Evaluation of products carried on the work practices (such as the practicum) IPA by utilizing materials from the surrounding environment and test the feasibility of the product. Scoring is done by Likert scale (with the help of an assessment rubric) and analyzed descriptively. In conclusion, this program was greeted positively and enthusiastically by the participants, after following training there is increased knowledge and skills of participants in the development of the supporting device practical integrated as a supporter science integrated learning. Key words: science KIT, training, integrated practicum iii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa), karena berkat rahmat serta tuntunan-Nya penyelenggaraan kegiatan P2M sampai penyusunan laporan akhir ini dapat terselesaikan tanpa hambatan. Kegiatan P2M ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan pengelola laboratorium IPA SMP untuk merancang/mengembangkan perangkat penunjang praktikum terintegrasi untuk mendukung
pembelajaran IPA
terpadu bagi Guru (Pengelola Llaboratorium) IPA SMP di kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng. Dalam perencanaan sampai dengan penulisan laporan P2M ini kami banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, untuk itu sepatutnya kami mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ketua Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha atas penugasan dan dana yang diberikan untuk menyelenggarakan P2M ini. 2. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng yang telah merekomendasi pelaksanaan kegiatan ini. 3. Kepala sekolah serta staf/tenaga laboratorium IPA SMP se-Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng yang telah ikut serta dalam pelatihan ini. 4. Rekan-rekan staf laboran dan staf dosen serta mahasiswa FMIPA yang telah membantu terlaksananya kegiatan ini. 5. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang juga telah membantu dalam penyelenggaraan kegiatan P2M ini. Akhirnya, kami berharap semoga kegiatan P2M ini ada manfaatnya, terutama bagi mereka yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang keterampilan pengembangan perangkat praktikum IPA terintegrasi. Saran dan kritik dari pembaca juga sangat kami harapkan. Terima kasih.
Singaraja, 7 Oktober 2015 Tim Pelaksana P2M
iv
DAFTAR ISI
JUDUL HALAMAN PENGESAHAN RINGKASAN DAN SUMMARY KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN
……………………………. …………………………… …………………………… …………………………… …………………………… ……………………………
ii iii iv v vii vi
1.1 Analisis Situasi …………………………………………………. 1
BAB II
BAB III
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ……………………………
2
1.3 Tujuan Kegiatan …………………………………………………
4
1.4 Manfaat Kegiatan ………………………………………………..
4
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kurikulum 2013
6
2.2 Arti dan Posisi Laboratorium dalam Pembelajaran IPA
7
2.3 Efektifitas Pemanfaatan Laboratorium dan Proses Pembelajaran
8
2.4 Perangkat Pembelajaran dan Praktikum Terintegrasi
9
2.5 Hasil Kegiatan Sejenis Pendukung
10
MOTODE PELAKSANAAN 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah ………………………………….
11
3.2 Realisasi Pemecahan Masalah …………………………………..
13
3.3 Khalayak Sasaran Strategis ……………………………………..
14
3.4 Keterkaitan ……………………………………………………… 15 3.5 Metode yang Digunakan ………………………………………...
15
3.6 Evaluasi …………………………………………………………. 17 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian ……………………….. 20 4.2 Pembahasan ……………………………………………………..
BAB V
27
SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ………………………………………………………….
31
5.2 Saran ……………………………………………………………...
31 32
DAFTAR PUSTAKA
v
LAMPIRAN Lampiran 1 : Foto-foto Dokumentasi Kegiatan Lampiran 2: Foto-Foto Produk Model Alat Hasil Pelatihan Lampiran 3: Jadwal Kegiatan Pelatihan
DAFTAR TABEL Tabel
Judul Tabel
Halaman
3.1
Alternatif Pemecahan Masalah
11
3.2
Keterkaitan Masalah dan Metode Kegiatan
16
3.3
Matrik Indikator Kegiatan dan Cara Pengukurannya
18
4.1
Catatan Harian Pelaksanaan Kegiatan P2M
20
4.2
Hasil Penilaian Kinerja
22
4.3
Hasil Penilaian Produk KIT IPA
24
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 : Dokumen wawancara tim dengan kepala sekolah dan guru IPA
hal. 1
Gambar 2 : Wawancara anggota tim pelaksana (tengah) dengan seorang guru mitra
hal. 2
Gambar 3 : Rak bahan berisi bahan sangat terbatas, dan tidak tertata
hal. 3
Gambar 4 : Diagram alur pemecahan masalah
hal.12
Gambar 5: Bagan Alur Evaluasi Kegiatan
hal.17
vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Hasil identifikasi keberadaan pengelola laboratorium IPA SMP di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng menunjukkan bahwa pengelolaan laboratorium ditugaskan kepada guru IPA. Data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan kabupaten Buleleng menunjukkan jumlah guru IPA di SMP di kecamatan Banjar berjumlah 27 orang. Rincian profil guru IPA SMP di Kecamatan Banjar dapat dilihat pada lampiran. Para guru IPA yang ditugaskan sebagai pengelola laboratorium maupun staf yang ditugaskan sebagai laboran tersebut, ternyata kurang memperoleh pelatihan keterampilan pengembangan perangkat penunjang praktikum terintegrasi. Di sisi lain, tindakan atau upaya peningkatan kompetensi pengelola laboratorium sekolah di Kecamatan Banjar Kabupeten Buleleng masih sangat minim. Hasil observasi dan wawancara dengan sejumlah guru IPA di SMPN 1, SMPN 2, SMPN 3 dan SMPN 4 Banjar, menunjukkan bahwa guru-guru IPA di sekolah tersebut masih kesulitan dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Mereka juga mengalami kesulitan dalam
mengimplementasikan pembelajaran IPA terintegrasi.
Materi
pembelajaran IPA terintegrasi (yang mencakup aspek fisika, biologi, kimia dan IPBA) menjadi salah satu sumber permasalahan bagi mereka.
Gambar 1. Wawancara anggota tim pelaksana (kiri) dengan seorang guru IPA (kanan) di SMPN 3 Banjar (doc. Penulis) Misalnya, dalam penuturan yang disampaikan salah seorang guru IPA di SMPN 3 Banjar mengeluhkan bahwa sebagai guru IPA dengan latar belakang pendidikan Fisika mengalami kesulitan dalam mengintegrasikan konsep-konsep IPA (aspek biologi, kimia, maupun IPBA) sebagai pembelajaran IPA terpadu. Hal senada disampaikan oleh guru IPA di SMPN 1 Banjar, bahwa sebagai guru IPA dengan berlatar belakang disiplin ilmu 1
Pendidikan Biologi mengalami kesulitan memadukan konsep-konsep fisika maupun kimia dalam pembelajaran IPA terpadu. Penerapan praktikum terintegrasi dalam pembelajaran IPA terpadu hampir tidak pernah dilaksanakan oleh guru-guru IPA SMP di Kecamatan Banjar. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan. Diantaranya, seperti yang disampaikan oleh guru IPA di SMPN 4 Banjar, guru tidak sempat membuat perangkat pembelajaran karena jam mengajar sangat padat. Hal ini terjadi karena guru IPA di SMP N 4 Banjar hanya 1 orang dan berarti harus mengajar semua kelas (9 kelas). Sekolah tidak memiliki tenaga khusus untuk mengurus laboratorium, guru yang biasanya membimbing praktek di laboratorium, sekaligus menjadi laboran. Guru IPA SMPN 2 Banjar juga mengeluhkan masalah fasilitas laboratorium yang tidak memadai, tidak relevan dengan kebutuhan untuk mendukung praktikum IPA terpadu. Sementara penambahan alat, bahan dan media baru belum banyak dilakukan karena terkendala dana. Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah dan hasil observasi di SMPN 1 dan di SMPN 4 Banjar diperoleh informasi bahwa guru-guru IPA di sekolah tersebut masih mengalami kesulitan dalam
menerapkan
praktikum secara teritegrasi dalam
pembelajaran IPA. Lebih lanjut dikemukakan bahwa upaya peningkatan kompetensi pengembangan perangkat praktikum terintegrasi bagi guru IPA sangatlah dibutuhkan.
2a 2b Gambar 2. a. Wawancara anggota tim pelaksana (tengah) dengan seorang guru mitra (kanan) dan kepala sekolah (kiri) di SMPN 4 Banjar b. Bincang-bincang dengan kepala SMPN 1 Banjar tentang fasilitas lab. IPA
Berdasarkan hasil observasi di beberapa laboratorium IPA SMP di kecamatan Banjar, diketahui keberadaan bahan-bahan laboratorium IPA belum tertangani dengan baik, tidak terawat, dan tidak digunakan secara optimal. Disamping karena tidak ada petugas khusus, guru-guru yang ditugasi mengelola laboratorium tidak sempat (tidak bisa) melaksanakan secara optimal. Sementara di beberapa laboratorium sekolah lainnya ketersediaan bahan laboratorium sangat minim bahkan ada laboratorium yang sama 2
sekali tidak memiliki bahan praktikum. Seperti di laboratorium IPA SMPN 4 Banjar misalnya hanya tersdia rak tanpa berisi bahan sama sekali (gambar 3 berikut).
(3a)
(3b)
Gambar 3. (3a) Rak bahan berisi bahan sangat terbatas, dan tidak tertata (3b) Rak bahan yang sama sekali tidak berisi bahan (dok. penulis)
Analisis situasi yang diuraikan di atas menunjukkan bahwa tindakan pelatihan pengembangan perangkat praktikum terintegrasi dengan memanfaatkan potensi lingkungan alam sekitar sebagai penunjang pembelajaran IPA terpadu bagi pengelola laboratorium IPA SMP di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng masih sangat diperlukan.
Pernyataan ini diperkuat dengan keterangan beberapa pengelola
laboratorium, kepala sekolah SMP di Kecamatan Banjar, serta Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten
Buleleng.
Disebutkan
bahwa
untuk
menambah/meningkatkan
pengetahuan/keterampilan tenaga laboratorium (guru-guru IPA) dalam mengembangkan kreativitas dan inovasi-inovasinya perlu diberi pelatihan.
1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah Berdasarkan hasil observasi di beberapa laboratorium SMP di kecamatan Banjar kabupaten Buleleng dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut: 1) frekuensi penggunaan laboratorium IPA dalam pembelajaran IPA dengan eksperimen (praktikum) masih rendah, 2) guru-guru IPA masih mengalami kesulitan dalam mengimplementasikan pembelajaran IPA terpadu sesuai kurikulum 2013, 3) guru-guru IPA juga masih mengalami kesulitan menerapkan pendekatan ilmiah (scientific approach), 4) laboratorium IPA tidak dikelola dengan baik, 5) guru- guru IPA masih kesulitan untuk mengintegrasikan topik-topik dalam IPA sebagai topik IPA terpadu, 6) kondisi daya dukung SDM dan sarana-prasarana laboratorium untuk menunjang kegiatan praktikum tidak sesuai kebutuhan, 7) ketidaktersediaan tenaga laboran, 8) serta belum tersedianya perangkat praktikum terintegrasi sebagai pendukung pembelajaran IPA terpadu. 3
Dari permasalahan-permasalahan yang diidentifikasi di atas,
rumusan
permasalahan yang disepakati bersama mitra untuk dipecahkan adalah sebagai berikut. 1) Frekuensi dan intensifitas pelaksanaan praktikum terintegrasi dalam pembelajaran IPA secara terpadu di SMP Kecamatan Banjar masih minim. 2) Keterampilan/kreativitas guru-guru IPA pengelola laboratorium di SMP Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng untuk mengembangkan perangkat
penunjang
praktikum terintegrasi masih kurang.
1.3 Tujuan Kegiatan Secara umum kegiatan pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan
kompetensi
(pengetahuan
dan
keterampilan)
merancang
dan
mengembangkan perangkat penunjang praktikum terintegrasi bagi guru pengelola laboratorium IPA SMP di kecamatan Banjar kabupaten Buleleng. Rincian tujuan kegiatan pelatihan adalah sebagai berikut. 1) Up-dating pengetahuan pada guru pengelola laboratorium terkait dengan perangkat pembelajaran secara umum dan perangkat penunjang praktikum secara khusus. 2) Peningkatan keterampilan guru pengelola laboratorium IPA SMP di Kecamatan Banjar dalam membuat dan mengembangkan perangkat penunjang praktikum terintegrasi. 3) Meningkatkan keterampilan guru IPA SMP
di kecamatan Banjar Kabupaten
Buleleng untuk menerapkan/mengimplementasikan perangkat penunjang praktikum terintegrasi. 4) Memfasilasi kesempatan untuk melatih ketrampilan merancang perangkat penunjang praktikum
sebagai pendukung praktikum IPA terintegrasi bagi pengelola
laboratorium IPA SMP di kecamatan Banjar kabupaten Buleleng.
1.4 Manfaat Kegiatan Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini diharapkan bermanfaat baik bagi tenaga laboratorium (guru-guru) IPA, bagi pihak sekolah, maupun bagi masyarakat pendidikan secara umum. Hasil kegiatan akan memberikan kontribusi positif dalam peningkatan kinerja dan kualitas layanan laboratorium sekolah yang bermuara pada
4
meningkatnya kualitas pembelajaran IPA di SMP di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng. Secara eksplisit manfaat kegiatan ini adalah sebagai berikut: 1)
Bagi guru pengelola laboratorium yang terlibat dalam kegiatan ini memperoleh tambahan pengetahuan dan keterampilan merancang perangkat penunjang praktikum IPA SMP yang berkontribusi positif bagi proses pembelajaran IPA di SMP di Kecamatan Bnajar. Selanjutnya pengetahuan dan keterampilan dimaksud diharapkan dapat diimbas kepada pihak-pihak terkait lainnya.
2) Bagi sekolah, secara ekonomis bermanfaat sebagai solusi alternatif untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi layanan laboratorium. Secara tidak langsung pihak sekolah juga memperoleh manfaat dari meningkatnya kualitas SDM yang dimiliki. Peningkatan kompetensi keterampilan yang dimiliki pengelola laboratorium akan berkorelasi terhadap kualitas proses pembelajaran IPA yang tentunya sangat bemanfaat bagi sekolah. 3)
Bagi masyarakat pebelajar, secara umum memperoleh manfaat dari dampak peningkatan
kualitas
pembelajaran
IPA
terhadap
peningkatan
hasil
pembelajaran IPA di SMP. 4) Manfaat yang diperoleh bagi staf akademik Universitas Pendidikan Ganesha adalah dapat mewujudkan terlaksananya salah satu dharma dari tri dharma perguruan tinggi, yakni Pengabdian Pada Masyarakat.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.6 Kurikulum 2013 Kurikulum sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (19) Undangundang Nomor 20 Tahun 2003 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pengembangan Kurikulum 2013
merupakan
langkah lanjutan Pengembangan
Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu (Kemdikbud, 2013). Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi adalah outcomes-based curriculum dan oleh karena itu pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari SKL. Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian kompetensi. Keberhasilan kurikulum dartikan sebagai pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik. IPA dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science, bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. IPA sebagai pendidikan berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam. IPA juga ditujukan untuk pengenalan lingkungan biologi dan alam sekitarnya, serta pengenalan berbagai keunggulan wilayah nusantara. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach). Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Salah satu kompetensi inti mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam kurikulum 2013 adalah memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. Pembelajaran yang paling tepat diterapkan adalah pembelajaran 6
melalui eksperimen (praktikum). Pembelajaran yang diupayakan harusnya pembelajaran berbasis aktivitas (Kemendikbud. 2013). 2.7 Arti dan Posisi Laboratorium dalam Pembelajaran IPA Laboratorium pendidikan yang selanjutnya disebut laboratorium adalah unit penunjang akademik pada lembaga pendidikan, berupa ruangan tertutup atau terbuka, bersifat permanen atau bergerak, dikelola secara sistematis untuk kegiatan pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala terbatas, dengan menggunakan peralatan dan bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu, dalam rangka pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan/atau pengabdian kepada masyarakat (Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.03/Januari/2010). Laboratorium juga dinyatakan sebagai suatu tempat yang dapat berfungsi untuk memecahkan masalah, mendalami fakta, melatih keterampilan, menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah, berpikir ilmiah. Dalam proses belajar mengajar IPA, laboratorium dapat difungsikan sebagai tempat: a) menemukan masalah, b) memecahkan masalah, c) memeperdalam pengertian suatu fakta, d) menemukan berbagai pengertan atau fakta, e) melatih kebiasaan dan keterampilan ilmiah, dan f) mendididk anak menjadi cermat, kritis dan cekatan (Sidharta, A. dkk. 2007). Menurut Padmawinata, dkk (1981), laboratorium dalam pembelajaran IPA merupakan tempat di mana guru dan siswa melakukan percobaan dan penelitian. Lebih lanjut, Konsorsium Ilmu Pendidikan membuat definisi operasional tentang laboratorium sebagai perangkat kelengkapan akademik, di samping buku dan media lainnya, yang di dalamnya menyangkut prasarana, sarana, dan mekanisme. Khusus untuk laboratorium IPA, sebagai sebuah perangkat akademik, fungsi laboratorium tidaklah sekedar pendukung pembelajaran, tetapi merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran IPA. Apalagi, ilmu pengetahuan alam, walaupun tidak seutuhnya, merupakan ilmu yang berbasis eksperimen. Dalam posisi tersebut fungsi laboratorium adalah sebagai tempat untuk memahami konsep-konsep IPA, membuktikan berbagai konsep IPA, dan melakukan penelitian ilmiah. Peranan laboratorium pada kegiatan pendidikan adalah merupakan bagian dari proses belajar-mengajar berupa praktikum yang objeknya sesuai dengan satuan acara perkuliahan (Ditjen Dikti, 2004). Di samping melatih keterampilan, kegiatan laboratorium juga berperan dalam melatih dan mengembangkan nilai-nilai sikap ilmiah 7
seperti kritis, objektif, kreatif, skeptis, terbuka, disiplin, tekun, mengakui kelebihan orang lain dan kekurangan diri sendiri dan lain-lain (Academy Savant, e-Learning Science. 2012). Keberadaan laboratorium penelitian dan laboratorium terpadu biasanya ditujukan untuk menunjang kegiatan penelitian baik untuk program lanjutan, penelitian mandiri, maupun untuk pengembangan pendidikan (Curiculum Development). Koretsky, M. (2011), menyebutkan dalam hasil penelitiannya bahwa secara signifikan respon siswa meningkat pada kelompok yang diberikan model eksperimen. Pemanfaatan lingkungan alam sekitar sebagai laboratorium juga memberikan pengaruh besar terhadap hasil belajar siswa. Hal senada juga dilaporkan oleh Santoso (2010), dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa penggunaan alam sekitar sebagai laboratorium dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa laboratorium IPA memberi pengaruh besar terhadap hasil belajar siswa. 2.8 Efektifitas Pemanfaatan Laboratorium dan Proses Pembelajaran Steers (1985:176) menyatakan “sebuah organisasi yang betul-betul efektif adalah organisasi dimana orang-orangnya mampu menciptakan suasana kerja di mana para pekerja tidak hanya melaksanakan pekerjaan yang telah dibebankan saja tetapi juga membuat suasana supaya para pekerja lebih bertanggung jawab, bertindak secara kreatif demi peningkatan efisiensi dalam usaha mencapai tujuan.” Dimensi efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini meliputi dua hal, yaitu karakeristik guru dan karakteristik siswa. Karakteristik guru yang efektif dalam proses pembelajaran yaitu guru yang memliki kemampuan dalam pengembangan kurikulum dan aplikasi teknologi. Indikator karakteristik guru meliputi: pengorganisasian materi pembelajaran, memilih metode pembelajaran yang tepat, bersikap positif terhadap siswa, penilaian yang berkelanjutan dan komprehensif, kreatif dalam aplikasi teknologi pembelajaran, menekankan pada pemberdayaan peserta didik. Karakteristik siswa yang efektif dalam proses pembelajaran adalah siswa yang fleksibel dan aktif dalam memanfaatkan strategi dan pendekatan yang berbeda untuk konteks dan tujuan yang berbeda. Indikator karakteristik siswa meliputi: Aktif dalam Pembelajaran (Active learning), Mampu belajar bekerjasama (Collaborative Learning), Belajar Bertanggungjawab (Learner responsibility), Belajar dari apa yang telah dipelajari „Learning about learning‟ (Yao, K. at.a1. 2010) 8
Laboratorium dan jenis peralatannya merupakan sarana dan prasana penting untuk penunjang proses pembelajaran di sekolah. Dikemukakan pada PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 42 ayat (2) serta Pasal 43 ayat (1) dan ayat (2). Laboratorium merupakan tempat untuk mengaplikasikan teori keilmuan, pengujian teoritis, pembuktian uji coba, penelitian, dan sebagainya dengan menggunakan alat bantu yang menjadi kelengkapan dari fasilitas dengan kuantitas dan kualitas yang memadai (Depdiknas, 2002). PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 42 ayat (2) serta Pasal 43 ayat (1) dan ayat (2) mensyaratkan bahwa pendidikan wajib memiliki prasarana termasuk ruang laboratorium untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Lebih jauh dijelaskan bahwa untuk meningkatkan efesiensi dan efektifitas, laboratorium harus dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Dari tujuan pembelajaran IPA di SMP, sebagian besar tujuan tersebut hanya dapat dicapai secara optimal bila guru menggunakan laboratorium sebagai sarana dan prasarana belajar siswa (Sulastri, S. 2008). Novianti, N.R (2011), mengemukakan hasil penelitiannya bahwa terdapat pengaruh yang positif antara Pengelolaan Laboratorium terhadap efektivitas proses pembelajaran IPA di SMP. Agar laboratorium IPA di sekolah dapat berperan, berfungsi dan bermanfaat efektif, maka diperlukan sebuah sistem pengelolaan laboratorium yang direncanakan dan dievaluasi dengan baik serta dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait dengan penyelenggaraan laboratorium IPA di sekolah yang bersangkutan. 2.9 Perangkat Pembelajaran dan Praktikum Terintegrasi Perangkat yang digunakan dalam proses pembelajaran disebut dengan perangkat pembelajaran (Trianto, 2007). Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses belajar mengajar dapat berupa: buku siswa, silabus, Rencana Pelaksanaaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), Instrumen Evaluasi atau Tes Hasil belajar, serta media pembelajaran (Ibrahim, 2003 dalam Trianto, 2007). Untuk mendukung proses pembelajaran IPA terpadu dengan pendekatan eksperimen (praktikum), dibutuhkan perangkat praktikum terintegrasi. Perangkat praktikum terintegrasi memuat petunjuk praktikum, alat/bahan keperluan praktikum yang dapat membantu siswa untuk memahami konsep-konsep IPA secara terintegrasi sesuai dengan tema pembelajara IPA terpadu yang dibelajarkan. Praktikum terintegrasi 9
diharapkan dapat membantu peserta didik membangun pemahaman konsep-konsep IPA secara utuh baik dari aspek biologi, fisika, kimia maupun IPBA. Dengan perangkat praktikum IPA terintegrasi, diharapkan kegiatan praktikum menjadi lebih terorganisir secara baik, efektif dan lebih membantu siswa untuk membangun keutuhan makna dari konsep-konsep IPA yang dieksperimenkan. Implikasinya, tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan lebih bermakna. 2.10 Hasil Kegiatan Sejenis Pendukung Pelatihan serupa juga telah dilakukan bagi Guru-Guru Sains SMP Se-Bali pada bulan Juli tahun 2008. Sutaya (2008), dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa banyak kendala yang dihadapi guru-guru dalam pelaksanaan praktikum di laboratorium. Kegiatan P2M lainnya sebagai pendukung kegiatan Pengabdian Masyarakat yang akan dilakukan adalah Pelatihan Keterampilan Dasar Laboratorium (Basic Laboratory Skill) Bagi Tenaga Laboratorium IPA SMP Se-Kabupaten Buleleng tahun 2012 (Subamia, dkk). Pengabdian masyarakat berupa Pelatihan keterampilan khusus (reparasi, modifikasi dan duplikasi) alat-alat laboratorium IPA bagi staf laboratorium IPA SMP se-kabupaten Buleleng (laporan P2M oleh Subamia, 2013). Selanjutnya, juga telah dilakukan kegiatan P2M berupa pelatihan pengembangan perangkat praktikum IPA memanfaatkan bahan alternatif (suplemen dan komplemen) bagi tenaga laboratorium IPA SMP se-Kabupaten Buleleng (Subamia, 2014) Disamping kegiatan pengabdian kepada masyarakat, juga telah dilakukan penelitian tentang analisis kebutuhan tata kelola tata laksana laboratorium IPA SMP di kabupaten Buleleng (Subamia, I.D.P, dkk. 2013). Penelitian tentang Serta hasil penelitian pengembangan perangkat pembelajaran IPA terpadu dengan setting inkuiri terbimbing yang dikembangkan oleh Dewi K dan Sadia, I.W (2013), juga dijadikan acuan pendukung. Penelitian tentang pengembangan perangkat praktikum berorientasi lingkungan pada pembelajaran IPA sesuai Kurikulum 2013 di SMP (Subamia, 2014). Hasil kegiatan-kegiatan dan hasil penelitian tersebut dijadikan pendukung program yang akan dikembangkan pada kegiatan P2M yang akan dilaksanakan.
10
BAB III METODE PELAKSANAAN 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah Masalah pokok yang akan dipecahkan dalam pengabdian masyarakat ini berkaitan dengan belum adanya perangkat penunjang praktikum yang relevan dengan kebutuhan pembelaran IPA terpadu sesuai tuntutan kurikulum 2013, serta kurangnya kreativitas/keterampilan pengelola laboratorium dalam pengembangan perangkat penunjang praktikum terintegrasi sebagai penunjang pelaksanaan praktikum terintegrasi dalam pembelajaran IPA SMP di kecamatan Banjar kabupaten Buleleng. Permasalahan kualifikasi dan kompetensi pengelola laboratorium merupakan faktor esensial untuk mewujudkan laboratorium IPA yang benar-benar mampu menjadi wahana pembelajaran, wahana penelitian siswa dan guru. Disamping itu, ketersediaan sarana penunjang seperti alat dan bahan yang relevan/memadai juga tidak kalah pentingnya. Berbagai alternatif pemecahan permasalahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3. 1 Alternatif Pemecahan Masalah No 1
2
Permasalahan
Akar masalah
Frekuensi dan intensifitas Minimnya daya dukung pelaksanaan praktikum laboratorium IPA di sekolah terintegrasi dalam serta tidak relevan dengan pembelajaran IPA terpadu kebutuhan untuk mendukung di SMP Kecamatan Banjar praktikum IPA terpadu masih minim Guru-guru mengalami kesulitan untuk mempersiapkan kelengkapan untuk satuan acara praktikum terintegrasi karena disibukan dengan hal-hal administratif Guru kesulitan dalam mengintegrasikan konsep-konsep IPA (aspek biologi, kimia,maupun IPBA) sebagai pembelajaran IPA terpadu karena latar belakang keilmuan yang dimiliki adalah bidang studi biologi atau fisika Tidak ada petugas khusus (laboran) di laboratorium SMP Keterampilan/kreativitas - Pengelolaan laboratorium guru-guru IPA pengelola merupakan tugas tambahan bagi laboratorium di SMP guru-guru IPA sehingga upaya Kecamatan Banjar pengembangan kreativitas yang Kabupaten Buleleng untuk dimiliki kurang.
11
Alternatif Pemecahan Masalah Pengadaan sarana prasarana laboratorium yang relevan dengan kebutuhan praktikum terintegrasi Pendampingan penyegaran/penguatan materi IPA terpadu (mencakup bidang Fisika, Biologi, Kimia, dan IPBA) Pelatihan keterampilan pengembangan perangkat praktikum terintegrasi Perekrutan tenaga khusus menangani laboratorium (laboran)
- Perlu pelatihan khusus bagi guru pengelola laboratorium IPA untuk meningkatkan keterampilan/kreativitas - Memberi pelatihan dan pendampingan dalam pengembangan perangkat
mengembangkan - Minimnya pengetahuan dan perangkat penunjang keterampilan pengelola praktikum terintegrasi laboratorium dalam masih kurang. pengembangan perangkat Serta kurangnya praktikum kesempatan untuk - Kurangnya akses informasi serta mengikuti pelatihan kesempatan untuk mengikuti keterampilan pelatihan keterampilan pengembangan perangkat pengembangan perangkat praktikum terintegrasi bagi praktikum bagi tenaga pengelola laboratorium laboratorium (guru-guru IPA di (guru-guru IPA SMP). SMP Banjar).
penunjang praktikum terintegrasi - Pelatihan pengembangan kreativitas/inovasi dalam memberdayakan sarana/prasarana laboratorium yang ada dengan memberdayakan potensi lingkungan alam sekitar sebagai penunjang praktikum IPA terintegrasi dalam pembelajaran IPA terpadu. - Memfasilitasi kesempatan untuk mengikuti pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengelola laboratorium sesuai tuntutan kurikulum
Alur Pemecahan Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
Permasalahan
1. Pelatihan keterampilan mengembangkan perangkat penunjang praktikum terintegrasi dalam pembelajaran IPA terpadu di SMP. 2. Perlu pelatihan khusus bagi guru pengelola laboratorium untuk meningkatkan kreativitas pengembangan perangkat penunjang praktikum laksana laboratorium. 3. Memberi pendampingan dalam pengembangan model perangkat penunjang praktikum dengan memanfaatkan potensi lingkungan alam sekitar dan pengembangan kreativitas/inovasi dalam memberdayakan sarana/prasarana laboratorium. 4. Memfasilitasi kesempatan untuk mengikuti pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengembangan perangkat praktikum.
1. Frekuensi dan intensifitas pelaksanaan praktikum terintegrasi dalam pembelajaran IPA terpadu di SMP Kecamatan Banjar masih minim. 2. Keterampilan/kreativitas guru-guru IPA pengelola laboratorium di SMP Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng untuk mengembangkan perangkat penunjang praktikum terintegrasi masih kurang. Serta kurangnya kesempatan untuk mengikuti pelatihan keterampilan pengembangan perangkat praktikum terintegrasi bagi pengelola laboratorium (guru-guru IPA SMP).
Pemecahan Masalah Pelatihan keterampilan bagi pengelola laboratorium IPA SMP di kecamatan Banjar kabupaten Buleleng untuk mengembangkan perangkat penunjang praktikum terintegrasi sebagai pendukung pembelajaran IPA terpadu dengan memanfaatkan potensi lingkungan alam sekitar
Bentuk Kegiatan 1. Pelatihan dan pendampingan peningkatan pengetahuan dan keterampilan pembuatan dan pengembangan perangkat poenunjang praktikum terintegrasi. 2. Praktek /workshop pembuatan KIT perangkat penunjang praktikum IPA terintegrasi dengan memanfaatkan potensi lingkungan sekitar Gambar 4. Diagram alur pemecahan masalah 12
Di sisi lain, upaya pemberdayaan laboratorium sehingga mampu menghasilkan pembelajaran yang berkualitas sangat penting dan urgen. Untuk itu perlu dipikirkan suatu tindakan yang efektif, efisien dan inovatif untuk menanggulangi permasalahan tersebut. Berdasarkan rumusan alternatif pemecahan masalah dalam Tabel 1 di atas, solusi yang diambil untuk memecahkan permasalahan tersebut adalah pemberian pelatihan keterampilan bagi pengelola laboratorium (dalam hal ini guru) IPA SMP di kecamatan Banjar kabupaten Buleleng untuk mengembangkan perangkat penunjang praktikum terintegrasi memanfaatkan potensi lingkungan alam sekitar. Bentuk kegiatan yang direncanakan adalah pelatihan dan pendampingan meningkatan pemahaman dan keterampilan pengembangan perangkat praktikum terintegrasi serta praktek/workshop untuk membuat KIT perangkat penunjang praktikum IPA terintegrasi 3.2 Realisasi Pemecahan Masalah Realisasi kegiatan P2M ini dimulai dengan penjajagan dan sosialisasi khalayak sasaran untuk minginformasikan program dan waktu pelaksanaan kegiatan. Selanjutnya, ditindaklanjuti dengan pelaksanaan kegiatan yang diawali dengan pemaparan kerangka sistematika program yang akan dilaksanakan. Kegiatan dilaksanakan dalam dua tahap in service dan on service. Pelaksanaan kegiatan in servis mulai tanggal 30 Mei dan 20 Juni 2015.
Kegiatan berlangsung di Laboratorium IPA SMPN 3 Banjar meliputi
identifikasi topik-topik praktikum IPA terintegrasi, praktek pengembangan perangkat praktikum terintegrasi sesuai kurikulum 2013, praktek membuat KIT alat praktikum terintegrasi, dan praktek (uji coba) perangkat praktikum terintegrasi pada pembelajaran IPA terpadu. Dilanjutkan dengan kegiatan on service
dalam bentuk
magang
(penerapan keterampilan) di sekolah masing-masing. Kegiatan magang akan berlangsung dari tanggal 27 Juli-29 Agustus 2015. Dilanjutkan lagi dengan kegiatan in servis II (praktek implementasi pemenfaatan perangkat praktikum dalam pembelajaran di kelas), dan diakhiri dengan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan (minggu 1-2 bulan September 2015). Nara sumber pada kegiatan tersebut adalah Drs. I Dewa Putu Subamia, M.Pd, staf laboran Jurusan pendidikan Kimia FMIPA Undiksha, Gusti Ayu Sri ahyuni, S.Pd, staf Pranata Laboratorium Pendidikan Fisika, Ni Nyoman Wiasih, staf PLP Biologi, dan I Nyoman Sukarta, S.Pd.,M.Si (Staf dosen D3 Analis Kimia FMIPA Undiksha). 13
3.3 Khalayak Sasaran Strategis Terbatasnya jenis dan jumlah bahan praktikum sesuai kebutuhan
di
laboratorium laboratorium IPA SMP di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng, berdampak pada rendahnya frekuensi pelaksanaan kegiatan praktikum dalam pembelajaran IPA. Sementara ini, keterampilan pengembangan perangkat penunjang praktikum IPA terintegrasi bagi guru pengelola laboratorium di SMP Kecamatan Banjar belum dilatih secara optimal. Secara geografis, kecamatan Banjar Buleleng memiliki bentang lingkungan alam yang sangat potensial dijadikan sebagai sumber untuk memperoleh bahan alternatif sebagai pengganti atau untuk melengkapi bahan-bahan yang tidak tersedia di laboratorium.
Keterbatasan bahan yang tersedia untuk melakukan praktikum,
seharusnya bukan merupakan sebuah hambatan, sebab alat dan bahan untuk kegiatan praktikum dapat diperoleh dari lingkungan sekitar. Dengan demikian, guru-guru IPA dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif lagi. Untuk menumbuhkan kreativitas dan inovasi-inovasi, kepada mereka perlu diberi pelatihan. Oleh karena itu, pengelola laboratorium (guru) IPA SMP di kecamatan Banjar kabupaten Buleleng sangat strategis dan urgen dijadikan khalayak sasaran yang akan diberikan pelatihan dalam pelaksanaan kegiatan P2M yang akan dilakukan. Berdasarkan analisis situasi, di kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng terdapat 6 SMP yang tersebar di 6 Desa. Data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan kabupaten Buleleng menunjukkan jumlah guru IPA di SMP di kecamatan Banjar berjumlah 27 orang. Berdasarkan sebaran sekolah tempat mengajar dapat dirinci sebagai berikut: SMP N 1 Banjar = 9 orang, SMP N 2 Banjar = 5 orang; SMP N 3 Banjar = 7 orang, SMPN 4 Banjar = 1 orang, SMPN Satu Atap 1Banjar = 3 orang, dan di SMPN Satu Atap 2 Banjar = 2 orang. Dari 27 orang guru IPA tersebut, rata-rata belum memperoleh pelatihan pengembangan perangkat penunjang praktikum terintegrasi untuk menunjang pembelajaran IPA terpadu. Sebagai khalayak sasaran strategis dalam pelaksanaan P2M yang akan dilakukan adalah 27 orang pengelola laboratorium (guru) IPA SMP di kecamatan Banjar kabupaten Buleleng. Tenaga laboratorium yang menjadi khalayak sasaran tersebut berasal dari 6 sekolah SMP di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng.
14
3.4 Keterkaitan Kegiatan P2M ini melibatkan instansi Undiksha (FMIPA), Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng, Pengawas sekolah, dan SMP-SMP (kepala sekolah, guru IPA) di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng. Penting dibangun koordinasi untuk membangun keselarasan dan sinkronisasi segala aktivias penunjang kegiatan pembelajaran di sekolah. Instansi-instansi dan pihak-pihak terkait yang terlibat ini mendapat keuntungan secara bersama-sama (mutual benefit). 1) Guru (tenaga laboratorium) dan sekolah sasaran akan memperoleh manfaat dalam hal peningkatan kualitas SDM tenaga laboratoriumnya, terutama dalam bidang tata kelola tata laksana laboratorium untuk menunjang praktikum IPA terpadu. Peningkatan kualitas SDM tenaga laboratorium akan berkontribusi terhadap kualitas pembelajaran IPA di sekolah tersebut. 2) Pihak sekolah (Kepala sekolah), sebagai penanggungjawab semua kegiatan di sekolah (termasuk kegiatan pembelajaran) sangat terkait dan berkepentingan langsung dengan segala upaya peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Oleh karenanya, keterlibatan kepala sekola dalam kegiatan ini sangat penting. 3) Pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng sebagai pihak pemberi rekomendasi secara tidak langsung juga mempunyai kaitan kepentingan untuk peningkatan kualitas pembelajaran dan pendidikan di Buleleng khususnya. 4) Bagi Universitas Pendidikan Ganesha (Lembaga Pengabdian pada Masyarakat) keterkaitannya dapat dilihat dari sisi terealisasinya program pengabdian masyarakat yang merupakan salah satu kewajiban (dharma) dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Penyelenggaraan P2M merupakan wahana straregis bagi civitas akademik untuk mengabdikan (mengimplementasikan) pengetahuan, hasil penelitian dan teknologi pada masyarakat (dunia pendidikan khususnya). Secara tidak langsung kegiatan tersebut merupakan bagian pencitraan institusi. 3.5 Metode yang Digunakan Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan di depan adalah metode pendidikan-pelatihan dan pendampingan dalam bentuk ceramah-diskusi dan praktek (learning by doing). Penerapan gabungan metode tersebut diharapkan mampu meningkatkan pemahaman dan keterampilan khalayak berkaitan dengan keterampilan tentang tata kelola tata laksana laboratorium untuk menunjang praktikum 15
IPA terintegrasi berorientasi lingkungan.
Keterkaitan antara masalah dan metode
kegiatan yang dipakai untuk mencapai tujuan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 3.2 Keterkaitan Masalah dan Metode Kegiatan No
Rumusan masalah
Metode
1
Frekuensi dan intensifitas Diskusi, pelaksanaan praktikum pelatihan terintegrasi dalam pembelajaran IPA terpadu di SMP Kecamatan Banjar masih minim.
2
Keterampilan/kreativitas guruguru IPA pengelola laboratorium di SMP Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng untuk mengembangkan perangkat penunjang praktikum terintegrasi masih kurang. Serta kurangnya kesempatan untuk mengikuti pelatihan keterampilan pengembangan perangkat praktikum terintegrasi bagi pengelola laboratorium (guru-guru IPA SMP).
Bentuk Kegiatan - Diskusi tentang pentingnya praktikum dalam pembelaajaran IPA di SMP. - Focus discustion group tentang topik-topik strategis alternatif praktikum terintegrasi dalam pembeljaran IPA terpadu di SMP.
Pendampi - Membuka akses informasi pelatihan ngan, - Memfasilitasi kesempatan untuk mengikuti Praktek/ pelatihan tanpa dibebani biaya untuk workshop meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tata kelola tata laksana - Memberi pendidikan pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan keterampilan pengembangan perangkat penunjang praktikum terintegrsi. - Pendampingan pengembangan kreativitas/inovasi dalam memberdayakan potensi lingkungan sebagai sarana/prasarana pelengkap atau pengganti bahan/alat praktikum sebagai penunjang praktikum IPA terintegrasi - Workshop membuat perangkat KIT IPA terintegrasi berorientasi lingkungan
1) Ceramah dan Diskusi Kegiatan ceramah dan diskusi dilakukan untuk memberikan pemahaman peserta tentang kompetensi keterampilan pengembangan perangkat penunjang praktikum IPA SMP serta landasan teori yang mencakup keterkaitan Kompetensi dasar (KD) IPA terpadu SMP. Materi ini akan diberikan oleh staf dosen dan staf laboratorium IPA Undiksha yang ahli di bidang tersebut dan telah banyak menggeluti bidang pengembangan perangkat praktikum IPA. Materi yang diberikan memuat pengetahuan dan teknik membuat perangkat penunjang praktikum terintegrasi. Fokus ceramah dan diskusi menyasar tujuan dari kegiatan ini.
16
2) Praktek Kegiatan ini merupakan lanjutan dari ceramah dan diskusi yang secara khusus bertujuan untuk meningkatkan keterampilan merancang KIT perangkat praktikum IPA terintegrasi memanfaatkan potensi lingkungan alam sekitar. Kegiatan praktek dibimbing oleh staf dosen dan laboran IPA Undiksha serta praktisi yang ahli dalam bidangnya. 3.6 Evaluasi 3.6.1 Prosedur dan Alat Evaluasi Prosedur dan alat evaluasi untuk manilai keberhasilan kegiatan yang dilakukan digambarkan seperti Gambar 5 berikut. AWAL KEGIATAN - Identifikasi dan eksplorasi pengetahuan awal - Tes lisan,angket
PELAKSANAAN KEGIATAN - Observasi - Penilaian otentik - Rubrik
AKHIR KEGIATAN - Uji kelayakan produk - Implementasi
Gambar 5. Bagan Alur Evaluasi Kegiatan
Evaluasi kegiatan ini dilakukan terhadap proses dan produk kegiatan. Evaluasi proses berkaitan dengan kehadiran peserta, semangat mengikuti kegiatan, dan kerja sama. Evaluasi proses dilakukan selama kegiatan berlangsung. Evaluasi produk dilakukan terhadap hasil karya praktek (KIT perangkat penunjang praktikum) IPA terintegrasi berorientasi lingkungan dan uji implementasi dalam pembelajaran IPA terpadu dari pihak sekolah. Evaluasi produk dilakukan pada akhir kegiatan. Penskoran dilakukan dengan skala Likert (dengan bantuan rubrik penilaian) dan dianalisis secara deskriptif. Pelaksanaan program kegiatan ini dinyatakan berhasil jika hasil evaluasi proses dan produknya minimal tergolong baik, dengan rerata skor antara 3,40-4,19 menurut skala Likert (dengan rang skor 1- 5). 3.6.2 Teknik Analisis Data, Kreteria Indikator, dan Tolak Ukur Keberhasilan Kegiatan Cara mengevaluasi program P2M yang akan dilaksanakan dirancang seperti pada tabel 3.3 berikut. 17
Tabel 3.3 Matrik Indikator Kegiatan dan Cara Pengukurannya No. Indikator
Teknik data
analisis Tolak ukur
1
Perubahan pemahaman, - Eksplorasi pengetahuan dan pengetahuan awalketerampilan post-tes (tes pengembangan diagnostik) perangkat penunjang - Deskripsi praktikum sebagai keterampilan pendukung pembelajaran IPA terpadu
2
Ketekunan dan keseriusan peserta pelatihan mengikuti kegiatan
3
Lembar observasi. Penskoran dilakukan dengan skala Likert dan dianalisis secara deskriptif
Produk kegiatan (hasil Penilaian produk karya praktek) kinerja. Penskoran dilakukan dengan skala Likert dan dianalisis secara deskriptif
- Signifikansi perubahan pemahaman (perbedaan pengetahuan dan keterampilan) tentang perangkat penunjang praktikum terintegrasi, sesudah dan sebelum pelatihan.
Hasil evaluasi produknya minimal tergolong baik, dengan rerata skor antara 3,40 – 4,19 menurut skala Likert (dengan skor 1 – 5). - Setiap peserta (kelompok guru IPA pengelola laboratorium) mampu merancang perangkat penunjang praktikum terintegrasi berorientasi lingkungan (berupa petunjuk praktikum, rancangan KIT perangkat alat) minimal untuk satu tema terintegrasi dan satu produk perangkat penunjang yang dirancang. - Hasil evaluasi produknya minimal tergolong baik, dengan rerata skor antara 3,4 - 4,19 menurut skala Likert (dengan skor 1 – 5).
1) Eksplorasi Pengetahuan Awal dan Penilaian Produk Eksplorasi pengetahuan awal dilakukan di awal kegiatan untuk mengetahui pemahaman yang telah dimiliki pengelola laboratorium (guru IPA) mengenai perangkat penunjang praktikum terintegrasi sebagai pendukung pembelajaran IPA terpadu berorientasi lingkungan sebelum pelatihan. Sedangkan post-tes dilakukan di akhir kegiatan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan pemahaman/pengetahuan dan keterampilan pengelola laboratorium dalam hal pengembangan perangkat penunjang praktikum terintegrasi sebagai pendukung pembelajaran IPA terpadu berorientasi lingkungan sesudah mengikuti kegiatan pelatihan. Data eksplorasi pengetahuan awal dan post-tes dikumpulkan menggunakan tes diagnostik (Sapriati, 2000). Tes diagnostik ini mengungkap pemahaman pengelola laboratorium (peserta pelatihan) terhadap
18
pengetahuan dan keterampilan mengenai perangkat penunjang praktikum terintegrasi sebagai pendukung pembelajaran IPA terpadu berorientasi lingkungan. 2) Observasi Observasi terhadap pelaksanaan program mencakup ketekunan,keseriusan, dan keterampilan peserta pelatihan dalam mengikuti kegiatan. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi dan rubrik penilaian. Penilaian dilakukan terhadap aspekaspek sikap, keterampilan dan aktivitas peserta pelatihan yang mencirikan prilaku dan kemampuan tenaga laboratorium. Teknik pemberian skor pada masing-masing indikator menggunakan skala Likert dengan rentang 1-5. 3) Penilaian Kinerja (Produk) Produk kegiatan, yaitu modul pelatihan yang dapat dijadikan pedoman bagi tenaga
laboratorium
selama
pelatihan
dan
pedoman
lebih
lanjut
dalam
mengimplementasikan pengetahuan dan keterampilan laboratorium setelah pelatihan. Produk lain berupa jasa keterampilan pengembangan perangkat penunjang praktikum terintegrasi sebagai pendukung pembelajaran IPA terpadu bagi pengelola laboratorium IPA SMP (peserta pelatihan). Produk fisik berupa hasil karya model KIT perangkat penunjang praktikum IPA terintegrasi berorientasi lingkungan dan petunjuk praktikum. Penskoran dilakukan dengan skala Likert dan dianalisis secara deskriptif. Pelaksanaan program kegiatan ini dinyatakan berhasil jika hasil evaluasi produknya minimal tergolong layak, dengan rerata skor antara 3,40 – 4,19 menurut skala Likert (dengan skor 1–5).
19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Realisasi kegiatan P2M ini secara garis besar direkam dalam catatan harian (logbook) seperti Tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1: Catatan Harian Pelaksanaan Kegiatan P2M Pelatihan Pengembangan Perangkat Penunjang Praktikum Terintegrasi sebagai Pendukung Pembelajaran IPA Terpadu Bagi Guru (Pengelola Laboratorium) IPA SMP di Kecamatan Banjar Tanggal No. Kegiatan Pelaksanaan 1 17-4-2015 Koordinasi dengan pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng dan sekolah perihal rencana pelaksanaan kegiatan P2M
2
18-4-2015
3
25-4-2015
4
9/5/2015
Mohon ijin berkaitan dengan kegiatan P2M yang akan dilakukan. Identifikasi kondisi dan status tenaga laboratorium/Guru IPA SMP di Kecamatan Banjar Sosialisasi program pelatihan ke sekolah-sekolah (Guru-guru IPA) SMP di Kecamatan Banjar dan pendataan/pendaftaran calon peserta pelatihan Penyusunan Modul Materi Pelatihan dan instrumen penilaian pelaksanaan kegiatan Rapat koordinasi tim pelaksana: finalisasi persiapan pelaksanaan kegiatan P2M Pengadaan kelengkapan pelatihan (ATK dan penggandaan materi pelatihan) Koordinasi dengan pihak sekolah tempat penyelenggaraan kegiatan P2M: penetapan jadwal pelaksanaan P2M, persiapan tempat pelatihan.
5
15-5-2015
6
23-5-2015
7
30-5-2015
Pelatihan 1: Pengenalan substansi program kegiatan P2M; Analisis dokumen kurikulum; Identifikasi kompetensi dasar IPA SMP dan konsep-konsep kunci yang strategis dikembangkan perangkat praktikumnya;Mendeskrispikan jenis alat penunjang perangkat praktikum yang relevan
8
2-6-2015
Pengadaan Alat-alat Kelengkapan pembuatan KIT IPA
9
6-6-2015
Beli bahan-bahan keperluan praktikum 20
10
20-6-2015
Pelatihan 2: Praktek Membuat Perangkat Praktikum IPA Terintegrasi
22-6-2015
Pengecekan bahan/alat untuk penyususunan KIT IPA
12
27-6-2015
13 14
11-7-2015 27-7-2015
15 16
28-7-2015 30-7-2015
Pengadaan Kekurangan alat/bahan keperluan pelatihan Pembuatan Kotak KIT IPA Penyususunan dan pengkemasan alat-alat dan bahan praktikum ke dalam KIT IPA Penyusunan dan penggandaan laporan kemajuan Pengunggahan logbook dan laporan kemajuan
17
8/8/2015
Pendampingan pelaksanaan pelatihan (on service): Uji coba perangkat praktikum, evaluasi dan revisi perangkat praktikum IPA terintegrasi
18
7/9/2015 12/9/2015
Monitoring dan evaluasi (Monev)
20
26/9/2015
21
3/10/2015
22 23
8/10/2015 9/10/2015
Pendampingan implementasi perangkat praktikum terintegrasi dalam pembelajaran IPA terpadu (II) Honor nara sumber Transport nara sumber Pencetakan Sertifikat/piagam pelatihan Analisis hasil evaluasi pelaksanaan pelatihan Penyusunan laporan akhir dan artikel Penggandaan dan penjilidan laporan Transport peserta pelatihan Pengunggahan logbook dan laporan akhir Pengumpulan laporan, artikel, dan logbook kegiatan dan keuangan, publikasi
11
19
Pendampingan implementasi perangkat praktikum terintegrasi dalam pembelajaran IPA terpadu (I)
a. Kegiatan Penyajian Materi dan Diskusi Kegiatan penyajian materi dan diskusi yang telah dilaksanakan bertujuan untuk memberikan pemahaman peserta tentang kompetensi keterampilan laboratorium IPA SMP serta landasan teori yang mencakup teknik-teknik reparasi, modifikasi, dan duplikasi alat. Penyajian materi dan diskusi menyasar tujuan dari kegiatan ini. Materi yang diberikan memuat pengetahuan dan teknik reparasi, modifikasi dan duplikasi alat laboratorium IPA SMP. Hasil penyajian materi dan diskusi yang telah dilakukan pada bagian pertama kegiatan P2M ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 21
1) Secara umum kegiatan diskusi berlangsung sangat baik. Peserta sangat antusias dan bersungguh-sungguh mengikuti sesion demi sesion sajian materi pelatihan yang disajikan oleh nara sumber. Demikian pula kegiatan diskusi berlangsung sangat baik. Respon peserta maupun tanggapan dari nara sumber berlangsung baik. Banyaknya pertanyaan yang muncul dari peserta menunjukkan adanya respon positif dari peserta terhadap materi pelatihan, disamping juga menunjukkan bahwa banyak hal yang masih perlu diketahui terkait dengan keterampilan repasrasi, modifikasi dan duplikasi alat laboratorium. 2) Hal lain yang dapat direkam dari kegiatan diskusi adalah bahwa pengetahuan awal peserta tentang keterampilan dasar laboratorium relatif masih kurang terutama keterampilan memodifikasi alat-alat laboratorium. Namun setelah diberikan pelatihan, tingkat pemahaman peserta pelatihan menunjukkan hasil yang baik. Pernyataan ini diperkuat dengan hasil angket yang dituangkan pada Tabel 4.3. b. Observasi dan Penilaian Kegiatan Praktek Penilaian praktek keterampilan reparasi, modifikasi, dan duplikasi alat-alat laboratorium dilakukan selama selang kegiatan praktek. Penilaian delakukan dengan penilaian kinerja. Aspek-aspek keterampilan yang dinilai mencakup 10 aspek kinerja antara lain : Kehadiran peserta, Pemilihan topic, Pemilihan bahan alternatif, Semangat mengikuti kegiatan, Keterampilan merancang, Keterampilan modifikasi, Keterampilan memilih model alat peraga, Inovasi, Kreasi, Kerja sama. Hasil penilaian
dapat dilihat pada Table 4.2, berilkut. Tabel 4.2: Hasil Penilaian Kinerja Kode Pst P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12
A1 5 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5
A2 5 5 3 5 4 4 5 5 5 5 5 5
A3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4
A4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4
SKOR A5 A6 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4
A7 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 22
A8 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4
A9 5 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5
A10 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4
Penguasaan Rata2 % 4.0 80 4.2 84 3.6 72 4.2 84 3.5 70 3.9 78 4.0 80 4.2 84 4.0 80 4.2 84 4.0 80 4.2 84
Kategori Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 Rerata
5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4.8
4 5 4 5 5 5 5 5 3 5 4.6
3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3.5
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.0
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3.0
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.0
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.0
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.0
3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4.8
3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3.5
3.7 4.2 3.9 4.2 4.0 4.2 4.0 4.2 3.7 4.2 4.0
74 84 78 84 80 84 80 84 74 84 80.3
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Keterangan: P = peserta; A = aspek yang dinilai A1 = Kehadiran peserta A2 = Pemilihan topik A3 = Pemilihan bahan alternatif A4 = Semangat mengikuti kegiatan A5 = Keterampilan merancang A6 = Keterampilan modifikasi A7 = Keterampilan memilioh model A8 = Inovasi A9 = Kreasi A10 = Kerja sama
Kriteria Acuan Penilaian Tingkat Penguasaan Materi (%) 85-100 70-84 55-69 40-54 0-39
Kategori Amat Baik Baik Cukup Kurang Amat Kurang
(Sumber acuan: Pedoman Penilaian Pedoman studi Undiksha, 2011)
Catatan: Mi = 3 SD = 0.7
Kategori respon masing-masing responden Skor: 2,65 – 3.35; Kategori Sedang Skor : 3,35-4.05; Kategori Baik Skor : > 4.05; Kategori sangat baik
P = Peserta (responden) S = Statemen (Pernyataan)
Pedoman Konversi Kategorisasi Skor No. 1 2 3 4 5
Kriteria >(Mi + 1,5 SDi) (Mi + 0,5SD) – (Mi + 1,5SDi) (Mi - 0,5SD) – (Mi + 0,5SDi) (Mi -1,5SD) – (Mi + 0,5SDi) < (Mi -1,5 SDi)
(diadaptasi dar: Dantes, 2001) 23
Kategori Sangat baik (SB) Baik (B) Sedang (S) Kurang (K) Sangat Kurang (SK)
Hasil penilaian menunjukkan keterampilan peserta pelatihan setelah diberi pelatihan rata-rata terkategori baik dengan skor rata-rata = 4,0 pada skala Likert (1-5) atau persentase penguasaan rata-rata = 80,3%. c. Penilaian Produk Penilaian produk dilakukan terhadap produk KIT IPA yang dihasilkan. Penilaian menggunakan rubrik penilaian, mencakup aspek-aspek: Keterkaitan dengan Bahan Ajar, Nilai Pendidikan, Ketahanan Alat, Keakuratan Alat, Efisiensi Alat, Keamanan bagi peserta didik,dan Estetika. Hasil penilaian produk yang dilakukan oleh tiga orang expert menunjukkan nilai rata-rata terkategori baik (dengan skor rerata = 79,2). Data selengkapnya seperti tertera pada Tabel 4.2, berikut. Tabel 4.3 Hasil Penilaian Produk KIT IPA Kode Peserta P1
T1
T2
Skor T3 Rerata
SMP N 2 Banjar
90
90
85
88.3 Amat Baik
P2
SMPN 1 Banjar
90
90
90
90.0 Amat Baik
P3
SMPN 3 Banjar
75
75
75
75.0 Baik
P4
SMPN 3 Banjar
95
90
90
91.7 Amat Baik
P5
SMPN 3 Banjar
75
75
75
75.0 Baik
P6
SMP N 2 Banjar
75
75
75
75.0 Baik
P7
SMP N 2 Banjar
80
85
85
83.3 Baik
P8
SMPN 3 Banjar
85
85
85
85.0 Amat Baik
P9
SMPN 3 Banjar
80
80
80
80.0 Baik
P10
SMPN 3 Banjar
90
90
90
90.0 Amat Baik
P11
SMPN 1 Banjar
90
90
90
90.0 Amat Baik
P12
SMPN 1 Banjar
80
80
80
80.0 Baik
P13
SMPN 1 Banjar
75
80
75
76.7 Baik
P14
SMPN 1 Banjar
65
70
65
66.7 Cukup
P15
SMPN 1 Banjar
65
70
65
66.7 Cukup
P16
SMPN 3 Banjar
70
70
70
70.0 Baik
P17
SMPN 1 Banjar
65
70
65
66.7 Cukup
P18
SMPN 1 Banjar
85
80
85
83.3 Baik
Sekolah Asal
Rata-rata
Ket: P = peserta; T = testee (penilai) 24
Kategori
79,6 Baik
Kriteria Acuan Penilaian Tingkat Penguasaan Materi (%) Kategori 85-100 Amat Baik 70-84 Baik 55-69 Cukup 40-54 Kurang 0-39 Amat Kurang (Sumber acuan: Pedoman Penilaian Pedoman studi Undiksha, 2011)
d. Hasil Uji Coba Penerapan Perangkat Praktikum Berbantuan KIT Terintegrasi Hasil ujicoba terbatas menunjukkan bahwa guru menilai pemanfaatan perangkat KIT IPA dalam praktikum sangat layak. Siswa menunjukkan respon positif pada ujicoba terbatas (96,3%). Aktivitas siswa termasuk kategori aktif dan sangat aktif dalam pembelajaran di kelas ujicoba terbatas (93,3%). Dari hasil tersebut, petunjuk praktikum (LKS) yang dikembangkan sudah memenuhi kriteria valid atau baik. Dari
hasil pengamatan terhadap
aktivitas
siswa,
pada
pembelajaran
memanfaatkan perangkat praktikum berorientasi lingkungan siswa lebih aktif dibandingkan pada pembelajaran tanpa perangkat praktikum. Aktivitas siswa terhadap pemanfaatan perangkat praktikum berorientasi lingkungan dalam pembelajaran IPA termasuk sangat positif (96,8%). Hal tersebut menunjukkan bahwa perangkat praktikum yang dikembangkan mampu mendukung proses pembelajaran IPA menjadi lebih menarik.
e. Hasil Implementasi Perangkat Praktikum Berbantuan KIT IPA Berdasarkan hasil pemantauan penerapan (implementasi) perangkat praktikum menggunakan KIT IPT terintegrasi di sekolah masing-masing dapat direkam beberapa informasi sebagai berikut. Kreativitas guru-guru mengembangkan perangkat praktikum memanfaatkan KIT terintegrasi semakin variatif. Hasil penilaian oleh siswa terhadap pemanfaatan produk pada skala luas termasuk kategori baik. Respon siswa pada pembelajaran yang memanfaatkan perangkat praktikum berbantuan KIT terintegrasi lebih baik dan lebih menyenangkan daripada respon siswa pada pembelajaran konvensional (tanpa menggunakan KIT IPA). Siswa menunjukkan respon positif pada ujicoba luas (skor rata-rata 96,6%).
25
f. Hasil Angket Respon Peserta Pelatihan Tabel 4.3: Rekap Hasil Angket Respon Peserta Pelatihan Kode
Skor Respon terhadap masing-masing pernyataan (statemen)
Rata
Kategori
Rspd
S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10
S11
Rata
P1
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4.0
SB
P2
4
4
5
5
4
4
5
4
4
5
4
4.4
SB
P3
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
5
4.6
SB
P4
5
4
5
5
5
5
4
5
4
5
3
4.5
SB
P5
5
4
4
4
4
4
4
5
3
4
4
4.1
SB
P6
5
4
5
5
5
4
4
5
5
5
5
4.7
SB
P7
4
5
4
4
5
4
4
5
3
4
4
4.2
SB
P8
4
4
4
5
4
5
5
4
4
4
4
4.3
SB
P9
5
5
5
4
4
4
4
5
4
4
4
4.4
SB
P10
5
5
5
5
4
4
5
5
5
5
4
4.7
SB
P11
5
5
5
5
4
4
4
5
5
5
3
4.5
SB
P12
5
4
5
5
5
4
4
5
5
5
5
4.7
SB
P13
5
5
5
5
5
5
4
3
4
3
4
4.4
SB
P14
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
3
4.0
SB
P15
4
5
4
5
4
4
4
5
5
4
4
4.4
SB
P16
5
4
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4.4
SB
P17
4
4
4
5
4
4
4
5
5
5
5
4.5
SB
P18
4
5
3
4
4
3
3
5
4
4
4
3.9
SB
Kategeri
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
Catatan: Kategori respon masing-masing responden Mi = 3 Skor : 3,35-4.05; Kategori Baik SD = 0.7 Skor : > 4.05; Kategori sangat baik
P = Peserta (responden) S = Statemen (Pernyataan)
Pedoman Konversi Kategorisasi Respon Peserta No. 1 2 3 4 5 (Dantes, 2001)
Kriteria >(Mi + 1,5 SDi) (Mi + 0,5SD) – (Mi + 1,5SDi) (Mi - 0,5SD) – (Mi + 0,5SDi) (Mi -1,5SD) – (Mi + 0,5SDi) < (Mi -1,5 SDi)
Kategori Sangat baik (SB) Baik (B) Sedang (S) Kurang (K) Sangat Kurang (SK)
Berdasarkan data dalam Tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa pandangan peserta terhadap pelaksanaan kegiatan P2M ini tergolong sangat baik (rerata skor 4,4). Analisis hasil angket respon peserta pelatihan menunjukkan bahwa semua peserta memberi respon sangat baik. Demikian juga respon terhadap masing-masing pernyataan
26
yang diajukan, direspon sangat baik oleh peserta. (Daftar pernyataan yang diajukan dalam angket, dapat dilihat pada lampiran). Guru memberi respon positif terhadap perangkat praktikum IPA berbantuan KIT terintegrasi,
baik
dari kemudahan
mempersiapkan
maupun dari kemudahan
mengimplementasikannya. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa model perangkat praktikum terintegrasi yang dikembangkan relevan dan mudah digunakan. Respon siswa terhadap pemanfaatan perangkat praktikum terintegrasi dalam pembelajaran IPA diperoleh hasil, yaitu: jumlah siswa yang memberikan respon positif sebesar 87,8% dan memberi respon sangat positif sebesar 7,3%. Jumlah siswa yang memberi respon posistif dan sangat positif adalah 95,1%. Hal tersebut menunjukkan bahwa perangkat praktikum mampu mendukung proses pembelajaran IPA menjadi lebih menarik. Hasil wawancara dengan guru menunjukkan bahwa guru memberi kesan baik terhadap perangkat praktikum dengan KIT terintegrasi, baik dari mudahnya mempersiapkan maupun dari mudahnya mengaplikasikannya.
4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil penilaian produk diketahui dari 18 orang peserta pelatihan 16,6 % (3 orang) peserta pemahamannya terkategori cukup, 50 % (9 orang) terkategori baik, dan 33,4 % (6 orang) terkategori sangat baik. Secara keseluruhan rata-rata pemahaman mereka terkategori baik (rerata 79,6). Variasi pemahaman ini dapat didinjau dari aspek latar belakang peserta. Peserta ada yang berlatar belakang profesi sebagai guru IPA (PNS) yang diberi tugas tambahan sebagai pengelola laboratorium, ada yang berlatar belakang sebagai guru IPA (belum PNS) yang ditugaskan sebagai pengelola laboratorium, ada pula pegawai administrasi (non PNS) yang ditugaskan di laboratorium. Variasi juga dapat dilihat dari pengalaman bekerja di laboratorium. Berdasarka data identifikasi calon peserta diketahui, ada peserta yang memiliki masa kerja (pengelaman kerja) di laboratorium kurang dari 1 tahun, 2-5 tahun, 5- 10 tahun, bahkan ada yang telah memiliki masa kerja di atas 10 tahun. Perbedaan latar belakang tersebut tentu memberi pengaruh terhadap semangat dan motivasi mengikuti kegiatan pelatihan. Namun walaupun demikian, secara keseluruhan rata-rata pemahaman mereka terkategori baik (rerata 79,6) , menunjukkan bahwa target kegiatan pelatihan keterampilan dasar laboratorium tersebut telah tercapai. 27
Penilaian kinerja mencakup 10 aspek. Dari 10 aspek keterampilan yang dinilai antara lain: kehadiran peserta, pemilihan topik, pemilihan bahan alternatif, semangat mengikuti kegiatan, keterampilan mereparasi, keterampilan modifikasi, keterampilan duplikasi, inovasi, kreasi, dan kerja sama. Hasil penilaian kinerja menunjukkan kinerja peserta pelatihan dalam mengikuti kegiatan terkategori baik (rerata skor = 80.3). Hal ini menunjukkan bahwa target kegiatan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan peserta pelatihan rata-rata terkategori baik telah tercapai. Berdasarkan hasil pengamatan pada implementasi pembelajaran menggunakan perangkat praktikum terintegrasi diketahui bahwa siswa dilibatkan dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Hal ini sesuai dengan hakekat pembelajaran inkuiri discovery yaitu: makna, bermakna, dan dibermaknakan. Laboratorium dan jenis peralatannya merupakan sarana dan prasana penting untuk penunjang proses pembelajaran di sekolah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 42 ayat (2), Pasal 43 ayat (1) dan ayat (2) mensyaratkan bahwa pendidikan wajib memiliki prasarana termasuk ruang laboratorium untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Lebih jauh dijelaskan bahwa untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas, laboratorium harus dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Tujuan pembelajaran IPA di SMP hanya dapat dicapai secara optimal bila guru menggunakan laboratorium sebagai sarana dan prasarana belajar siswa (Sulastri, 2008). Pada pembelajaran yang memanfaatkan perangkat praktikum IPA terintegrasi, siswa dilibatkan dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran secara terintegrasi sehingga membantu membangun pemahaman holistik. Berdasarkan hasil angket peserta, diketahui bahwa pandangan peserta terhadap pelaksanaan kegiatan P2M ini tergolong sangat baik (rerata skor 4,4). Mereka sangat membutuhkan pengetahuan dan keterampilan mengembangan perangkat praktikum terintegrasi (rerata skor 4,7). Mereka juga sangat setuju, materi pelatihan keterampilan membuat alat peraga sangat relevan dengan kebutuhan di lapanagan (rerata skor 4,4). Terhadap pernyataan masih banyak persoalan-persoalan di laboratorium belum terjawab dalam pelatihan ini, mereka merespon sangat setuju (rerata skor 4,2). Respon guru juga menunjukkan keterampilan peserta setelah diberi pelatihan menjadi lebih baik. Hal ini 28
dapat ditunjukkan dari hasil rekaman cukup variatifnya jenis maupun jumlah bahanbahan alternatif yang dipilih (dimanfaatkan). Hal ini menunjukkan, kegiatan on service untuk melatih penerapan pengetahuan yang diperolah dalam kegiatan in service sangat penting dilaksanakan. Penerapan lebih lanjut dalam praktek sehari-hari tentu lebih penting lagi. Oleh karena itu diharapkan hasil pelatihan ini bisa diimplementasikan oleh peserta dalam pembelajaran kesehariannya di kelas. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pelatihan serupa masih sangat dibutuhkan pada kesempatan-kesempatan berikutnya secara berkesinambungan. Berdasarkan indikator-indikator yang telah terukur di depan, serta kriteria keberhasilan menurut skala Likert yang tidak kurang dari 3,35 (batas minimal skor baik), maka proses kegiatan P2M ini dinyatakan berhasil (dengan rerata skor 4 dan rerata skor respon peserta 4,4 atau terkategori baik). Setiap pembelajaran selalu diamati proses belajar dan mengajar yang terjadi, dicatat dalam lembar observasi aktivitas siswa. Dari hasil pengamatan pembelajaran, ternyata siswa yang dibelajarkan dengan perangkat praktikum IPA terintegrasi lebih aktif dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan tanpa praktikum. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa aktivitas siswa termasuk kriteria aktif dan sangat aktif. Dengan demikian, pembelajaran IPA yang memanfaatkan KIT IPA terintegrasi mampu meningkatkan aktivitas dan efektivitas pembelajaran IPA. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pembelajaran menggunakan perangkat praktikum IPA merupakan pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan proses. Implementasi pembelajaran menggunakan perangkat praktikum IPA memberi ruang seluas-luasnya bagi siswa untuk membangun konsep sains melalui pengalaman langsung. Model pembelajaran menggunakan praktikum memiliki karakter yang relevan dengan karakter materi pelajaran sains. Memperhatikan kesesuaian antara tuntutan materi, karakteristik IPA, dan tuntutan tujuan pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran praktikum menggunakan perangkat praktikum IPA sangat relevan diterapkan pada pembelajaran IPA. Hal penting yang perlu diperhatikan pada pembelajaran menggunakan praktikum berbatuan KIT IPA adalah pembelajaran berpusat pada siswa (student-centered). Aktivitas pembelajaran lebih banyak memberi peluang kepada siswa untuk mengaktualisasi kreativitas berpikir dengan melakukan eksperimen secara langsung. Pembelajaran sains dilaksanakan dengan pendekatan ilmiah (scientific approach) sehingga mampu menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta 29
mengomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Keterampilan proses sains menjamin siswa memperoleh pengalaman belajar yang bermakna sebab hal ini membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, seperti berpikir kritis, membuat keputusan, dan pemecahan masalah (Karsli & Sahin, 2009). Pembelajaran IPA dengan model pembelajaran menggunakan praktikum berbantuan KIT praktikum terintegrasi dapat memfasilitasi siswa memperoleh keterampilan-keterampilan, memelihara sikap-sikap, dan mengembangkan pemahaman konsep-konsep IPA secara terpadu. Perangkat praktikum ini menyajikan materi yang menggunakan bahan-bahan yang dipergunakan sudah dikenal dan mudah didapat dari lingkungan sekitar. Secara tidak langsung akan membantu siswa memahami dan mencintai lingkungan. Pembelajaran ini juga memberi ruang bagi siswa untuk melakukan discovery. Hal ini sesuai dengan pendekatan yang ditekankan dalam kurikulum 2013. Guru memberi kesan positif terhadap perangkat praktikum IPA berorientasi lingkungan,
baik
dari
mudahnya
mempersiapkan,
maupun
mudahnya
mengaplikasikannya. Mudah mempersiapkan maupun menggunakan karena perangkat alat dan petunjuk praktikum yang dibutuhkan telah dikemas dalam satu KIT perangkat praktikum yang siap digunakan. Sehingga pada waktu akan dipergunakan, guru cukup hanya miminta kepada masing-masing perwakilan siswa untuk mengambil KIT tersebut. Di samping itu bahan/alat pengganti untuk keperluan praktikum juga dengan mudah bisa didapatkan dari lingkungan sekitar. Salah satu alasan jarangnya atau malasnya guru melakukan kegiatan praktikum adalah karena merasa terbebani menyiapkan alat/bahan untuk keperluan praktikum. Di samping karena disibukkan oleh hal-hal administratif, guru juga dituntut dengan jam mengajar minimal 24 jam. Tidak adanya tenaga khusus di laboratorium (laboran) yang seharusnya menangani persiapan di laboratorium dan tidak sesuainya alat/bahan yang tersedia di laboratorium dengan kebutuhan praktikum juga menambah semakin enggannya guru IPA menerapkan pembelajaran berbasis kegiatan praktikum. Oleh karena itu, penyediaan perangkat penunjang praktikum berupa KIT IPA dapat membantu guru dalam melaksanakan kegiatan praktikum.
30
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan rekap hasil dan pembahasan di depan, simpulan kegiatan P2M ini dapat dirumuskan sebagai berikut. Secara umum kegiatan pengabdian pada masyarakat ini terlaksanan dengan sangat baik. Secara spesifik dapat dirinci sebagai berikut. 1) Pengembangan perangkat penunjang praktikum terintegrasi berupa penuntun praktikum (LKS) dan KIT IPA mampu membantu pembelajaran IPA dengan pendekatan inkuiri discovery. Implementasi pemanfaatan perangkat penunjang praktikum dalam pembelajaran IPA terintegrasi direspon baik oleh siswa. 2) Pengembangan perangkat penunjang praktikum berupa KIT IPA terintegrasi sangat mendukung dan memudahkan guru dalam penyiapan perangkat kegiatan praktikum dalam pembelajaran IPA. 3) Kegiatan pelatihan ini mampu memberi solusi alternatif untuk menanggulangi kendala yang menghambat terlaksananya kegiatan praktikum dalam pembelajaran IPA di SMP. 4) Kegiatan ini mampu memfasilasi kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengembangan perangkat praktikum IPA terintegrasi memanfaatkan bahan yang mudah didapat dari lingkungan sekitar. 5) Pelatihan yang telah diselenggarakan mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengembangan perangkat praktikum IPA terintegrasi.
5.2. Saran Sejalan dengan simpulan di atas, saran-saran yang dapat disampaikan pada akhir kegiatan P2M ini adalah sebagai berikut. 1) Peserta sebaiknya menerapkan dan mengembangkan dalam tugas keseharian keterampilan
mengembangkan
perangkat
praktikum
IPA
terintegrasi
memanfaatkan bahan yang mudah didapat di lingkungan sekitar. 2) Pihak terkait seperti Dinas Pendidikan perlu memberi perhatian khusus dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya laboratorium IPA SMP, sehingga keberadaan laboratorium benar-benar bisa berfungsi sebagai bagian esensial yang memang sangat diperlukan dalam proses pembelajaran IPA. 31
3) Kegiatan pelatihan serupa perlu dilaksanakan secara berkesinambungan secara lebih intensif dengan melibatkan lebih banyak peserta dan melibatkan pihakpihak terkait (seperti Dinas Pendidikan, LPMP, Perguruan Tinggi) secara kolaboratif integratif.
DAFTAR PUSTAKA Depdikbud. 1995. Direkturat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Pedoman Pendayagunaan Laboratorium dan Alat Pendidikan IPA: Jakarta Dewi K, Sadia I. W, dan Ristiati N.P. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu dengan Setting Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kinerja Ilmiah Siswa. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan IPA (Volume 3 Tahun 2013). Kementerian Pendidikan Nasional.2010. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Secara Terpadu., Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Implementasi Kurikulum 2013. Materi Pelatihan Guru SMP/MTs. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar SMP/MTs. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan. Koretsky M., Kelly Christine, and Gummera, E. 2011. Student Perceptions of Learning in the Laboratory: Comparison of Industrially Situated Virtual Laboratories to Capstone Physical Laboratories. Oregon State University, Education Northwest. Journal of Engineering Education. July 2011, Vol. 100, No. 3, pp. 540–573© 2011 ASEE. http://www.jee.org Novianti, N.R. 2011. Kontribusi Pengelolaan Laboratorium dan Motivasi Belajar Siswa Tehadap Efektifitas Proses Pembelajaran (Penelitian pada SMP Negeri dan Swasta di Kabupaten Kuningan Provinsi JawaBarat). Jurnal.Upi.Edu/File/15. Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011. ISSN 1412-565X Padmawinata, Dj., dkk., 1981. Pengelolaan Laboratorium IPA –II. Jakarta: Depdikbud. Rahayu P, dkk. 2012. Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Base Melalui Lesson Study. Jurnal Pendidikan IPA Indonesi. JPII 1 (1) (2012) 63-70. http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii. Diakses 14 Septenmber 2014.
32
Santoso, Toni Tulus. 2010. Pemanfaatan Media Alam Sekitar untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Tematik Tema Lingkungan. Jurnal Pendidikan Kimia Tentang Media Lingkungan Sekitar. Subamia, I.D.P, dkk. 2012. Pelatihan Keterampilan Dasar Laboratorium (Basic Skill Laboratory) Bagi Staf Laboraorium IPA SMP Se-Kabupaten Buleleng. Jurnal pengabdian Kepada Masyarakat Widya Laksana Undiksha: Edisi Juli 2012. ISSN: 1410-4269. Subamia, I.D.P, dkk. 2013. Analisis Kebutuhan Tata Kelola Tata Laksana Laboratorium IPA SMP di Kabupaten Buleleng. Prosiding Seminar Nasional Riset dan Inovatif. Vol.1, hal. 388-393. November 2013. ISSN:2339-1553 Subamia, I.D.P, dkk. 2014. Pengembangan Perangkat Praktikum Berorientasi Lingkungan pada Pembelajaran IPA Sesuai Kurikulum 2013 di SMP. Laporan Penelitian. Tidak dipublikasikan Suja, I W., 2011. Pemantapan Praktikum Bagi Guru-guru Kimia SMA Se-Kabupaten Buleleng. Laporan Hasil P2M tidak dipublikasikan. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja. Thantris. 2006. Pengelolaan Laboratorium dan Sistem Evaluasi Kegiatan Praktikum Fisika dalam Proses Pembelajaran (Studi Kasus pada SMA Negeri di Kabupaten Buleleng). Tesis. Tidak Diterbitkan. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.
33
Lampiran 1: Foto-Foto Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan
Diskusi ringan di sela-sela istirahat Foto: Presentasi materi 1 oleh Ketua Pelaksana, Drs. I Dewa Putu Subamia.
Foto: Peserta Pelatihan dalam menyimak sajian materi pelatihan 2
FOTO-FOTO PRAKTEK Uji Coba Penggunaan Alat
Diskusi: analisis materi/kurikulum untuk memilih KD-KD relevan untuk diintegrasikan
34
Praktek pembuatan Indikator asam-basa dari bahan alam (Sumber: Dok. Tim pelaksana)
DOKUMEN UJI COBA PENGGUNAAN KIT IPA
Foto: Model Kotak KIT 35
FOTO-FOTO: BEBERAPA MODEL ALAT YANG DIRANCANG
Gambar 6: Model Alat Elektromagnetisasi FOTO-FOTO KEGIATAN IMPLEMENTASI
Foto 1: Model Alat Cara Kerja Paru-Paru
PERANGKAT PRAKTIKUM MENGGUNAKAN KIT IPA
Foto 2: Model Alat Respirometer
Foto 3: Model Alat Distilasi Sederhana dari Pipa dan Bolan Bekas
Foto 4: Model Baterai jeruk
(Sumber: Dok. Tim Pelaksana)
Foto 5: Model molekul dari buah jeruk 36
Lampiran 2 : Hasil Monev
37
Lampiran 3: Surat Keterangan Telah Melaksanakan Kegiatan P2M
38
Lampiran 4: Jadwal Kegiatan Pelatihan
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Alamat: Jl. Udayana 12 C, Singaraja
Telp. (0362) 26327 Fax. (0362)25735 Kode Post 81117
Jadwal Kegiatan Pelatihan Pengembangan Perangkat Praktikum IPA Memanfaatkan Bahan Alternatif (Suplemen dan Komplemen) Bagi Tenaga Laboratorium IPA SMP Se-Kabupaten Buleleng 29 Mei – 14 Juni Tahun 2015 No
Hari/ Tanggal
Alokasi Waktu (Jam/hari)
Rincian Kegiatan
1
17-4-2015
1 hr
Koordinasi dengan pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng dan sekolah perihal rencana pelaksanaan kegiatan P2M. Mohon ijin berkaitan dengan kegiatan P2M yang akan dilakukan. Identifikasi kondisi dan status tenaga laboratorium/Guru IPA SMP di Kecamatan Banjar Sosialisasi program pelatihan ke sekolah-sekolah (Guru-guru IPA) SMP di Kecamatan Banjar dan pendataan/pendaftaran calon peserta pelatihan Penyusunan Modul Materi Pelatihan dan instrumen penilaian pelaksanaan kegiatan Rapat koordinasi tim pelaksana: finalisasi persiapan pelaksanaan kegiatan P2M Pengadaan kelengkapan pelatihan (ATK dan penggandaan materi pelatihan) Koordinasi dengan pihak sekolah tempat penyelenggaraan kegiatan P2M: penetapan jadwal pelaksanaan P2M,
18-4-2015 1 hr
25-4-2015 9/5/2015 15-5-2015 23-5-2015
1 hr 1 hr 1 hr 1 hr
37
Tempat
Petugas/ Penanggung jawab
Dinas Pendidikan kab. Buleleng. Sekolah SMP di Banjar
Dewa Subamia, Nyoman Sukarta
Sekolah SMP di Banjar
Dewa Subamia, Nyoman Sukarta
SMPN 3 Banjar
Drs. I Dewa Putu Subamia,M.Pd
Lab IPA SMPN 3 Banjar
Gst Ayu Sri Wahyuni, S.Pd
Lab IPA SMPN 3 Banjar
Ni Nyoman Widiasih, SE, dkk
Lab IPA SMPN 3 Banjar
I Nyoman Sukarta, S.Pd.,M.Si
persiapan tempat pelatihan 30-5-2015
SMPN 3 Banjar
Drs. I Dewa Putu Subamia,M.Pd
1 hr
Pelatihan 1: Pengenalan substansi program kegiatan P2M; Analisis dokumen kurikulum; Identifikasi kompetensi dasar IPA SMP dan konsep-konsep kunci yang strategis dikembangkan perangkat praktikumnya;Mendeskrispikan jenis alat penunjang perangkat praktikum yang relevan
2-6-2015
1 hr
Pengadaan Alat-alat Kelengkapan pembuatan KIT IPA
Gst Ayu Sri Wahyuni, S.Pd
6-6-2015
1 hr
Beli bahan-bahan keperluan praktikum
Lab IPA SMPN 3 Banjar Lab IPA SMPN 3 Banjar Lab IPA SMPN 3 Banjar SMPN 3 Banjar Lab IPA SMPN 3 Banjar Lab IPA SMPN 3 Banjar Lab IPA SMPN 3 Banjar SMPN 3 Banjar Lab IPA SMPN 3 Banjar Lab IPA SMPN 3 Banjar Lab IPA SMPN 3 Banjar Lab IPA SMPN 3 Banjar Lab IPA SMPN 3 Banjar
Drs. I Dewa Putu Subamia,M.Pd Gst Ayu Sri Wahyuni, S.Pd
22-6-2015 27-6-2015 20-6-2015 11-7-2015 27-7-2015 28-7-2015 30-7-2015 1-8-2015 8-8-2015 15-8-2015 22-8-2015 29-8-2015 5-9-2015 12-9-2015
1 hr
Pelatihan 2: Praktek Membuat Perangkat Praktikum IPA Terintegrasi Pengecekan bahan/alat untuk penyususunan KIT IPA Pengadaan Kekurangan alat/bahan keperluan pelatihan
1 hr
Pembuatan Kotak KIT IPA
1 hr 1 hr
1 hr 1 hr 1 hr 1 hr 1 hr 1 hr 1 hr 1 hr 1 hr 1 hr
Penyususunan dan pengkemasan alat-alat dan bahan praktikum ke dalam KIT IPA Penyusunan dan penggandaan laporan kemajuan Pengunggahan logbook dan laporan kemajuan Materi Pelatihan III: Praktek Membuat Perangkat Praktikum dengan Memanfaatkan Bahan Alternatif Materi Pelatihan IV: Modifikasi Alat dan Bahan Praktikum IPA Materi V : Praktek 2, Indikator bahan alam Materi VI: Praktek 3, Uji Coba Model Peraga IPA Penerapan lanjut Evaluasi Materi VII: Praktek 4 Pemisah campuran dari bahan alam
38
Lab IPA SMPN 3 Banjar
Ni Nyoman Widiasih, SE, dkk I Nyoman Sukarta, S.Pd.,M.Si Drs. I Dewa Putu Subamia,M.Pd Gst Ayu Sri Wahyuni, S.Pd Ni Nyoman Widiasih, SE, dkk I Nyoman Sukarta, S.Pd.,M.Si
Ni Nyoman Widiasih, SE, dkk I Nyoman Sukarta, S.Pd.,M.Si Drs. I Dewa Putu Subamia,M.Pd Nara Sumber Panitia I Nyoman Sukarta, S.Pd.,M.Si
19 s.d 26 Sep 2015 30 -9- 2015 3-10-2015
7 hr 8 jam 8
Tugas Mandiri terpantau
-
Praktek 5: Penyempurnaan Perangkat Seminar/Presentasi (Peragaan) Produk Pelatihan Post tes Penutupan
-
Lab. IPA SMPN 3 Banjar
Drs. I Dw Pt Subamia, M.Pd
SMPN 3 Banjar SMPN 3 Banjar
Tim Pelaksana Ketua Pelaksana
Total Catatan : Jadwal dapat bersifat tentatif
Singaraja, 17-4- 2015 Pelaksana P2M Ketua
Drs. I Dewa Putu Subamia, M.Pd NIP. 196704241999031007
39
Lampiran 5: Bukti Kehadiran Peserta Pelatihan
40
41
42
43
44
45