LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS
PELATIHAN PERANGKAT PEMANDU WISATA OTOMATIS BERBASIS RADIO FREQUENCY IDENTIFICATION DI MUSUEM BULELENG
Oleh
I Gede Nurhayata,S.T, M.T. (Ketua) NIP. 197504042002121001 Dr. Nyoman Santiyadnya,S.Si,M.T (Anggota) NIP. 197106161999031007 I Gede Siden Sudaryana,S.T (Anggota) NIP.197010082001121001 Ni Made Wahyuni ,S.Pd (Anggota) NIP. 19841201200812006
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha SPK No: 163/UN48.15/LPM/2014 Tanggal 5 Maret 2015
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2015
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nya maka penyusunan Laporan Akhir Program P2M Penerapan IPTEKS tahun 2015 dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan Akhir ini menjelaskan tentang pelaksanaan program P2M dalam bidang penerapan IPTEKS melalui kegiatan “Pelatihan Perangkat Pemandu Wisata Otomatis Berbasis Radio Frequency Identification (RFID) di Museum Buleleng ”. Pelatihan ini bertujuan meningkatkan layanan informasi benda - benda bersejarah di Museum Buleleng melalui perangkat RFID secara otomatis dan mandiri sehingga dapat menggantikan peran petugas museum. Kami menyadari bahwa penyusunan Laporan Akhir ini masih jauh dari sempurna, karena itu segala kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Akhir kata kami berharap semoga laporan akhir ini dapat berguna meningkatkan wawasan bagi para pembaca demi kemajuan pembangunan bangsa dan negara.
Singaraja, 30 September 2015 Hormat kami
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Pengesahan
i
Kata Pengantar
ii
Daftar Isi
iii
Daftar Tabel
iv
Bab I Pendahuluan 1.1 Analisis Situasi
1
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
4
1.3 Tujuan Kegiatan
5
1.4 Manfaat Kegiatan
5
Bab II. Metode Pelaksanaan 2.1 Kerangka Pemecahan Masalah
6
2.2 Metode Pelaksanaan Kegiatan
7
2.3 Rancangan Evaluasi
8
Bab III. Hasil dan Pembahasan 3.1 Hasil Kegiatan
9
3.2 Pembahasan
11
Bab IV. Penutup 4.1 Simpulan
14
4.2 Saran
14
Daftar Pustaka Lampiran a. Foto-Foto Kegiatan b. Absensi Peserta c. Peta Lokasi
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kerangka Pemecahan Masalah
6
Tabel 2.2. Keterkaitan Tujuan dengan Metode Pelaksanaan
7
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Analisis Situasi Desa Buleleng adalah sebuah desa di kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Provinsi Bali, merupakan daerah yang menjadi pusat pemerintahan kota Singaraja. Di desa ini pula terdapat beberapa kantor pemerintahan seperti kantor DPRD, kantor Dinas Kesehatan, Perpustakaan Daerah, Pusat penyimpanan benda sejarah di Museum Buleleng dan Gedong Kertia. Museum Buleleng merupakan satu-satunya museum terbesar di Bali Utara terletak tepatnya di Jalan Veteran No. 23 Singaraja dan berdiri pada tanggal 30 Maret 2002 serta dikelola oleh Yayasan Pelestarian Warisan Budaya Bali Utara. Museum ini berada dekat dengan pusat penyimpanan pustaka berupa lontar yakni Gedong Kertia. Museum Buleleng dengan luas area yang luas menyimpan segudang informasi tentang benda-benda prasejarah yang memiliki nilai sejarah sangat tinggi. Koleksi museum Buleleng mencakup benda-benda peninggalan purbakala seperti patung, sarkofagus dan senjata. Benda-benda peninggalan purbakala yang tersimpan di Museum Buleleng dimanfaatkan untuk mendukung proses kegiatan penelitian ataupun kunjungan wisata lokal dan mancanegara yang membutuhkan informasi tentang sejarah benda museum. Layanan informasi benda di Museum Buleleng selama ini masih dalam bentuk tertulis dan diletakkan langsung dekat bendanya. Layanan informasi yang disampaikan dengan cara ini sudah memenuhi standar informasi yang baik dimana informasi yang diterima berlaku sama bagi setiap pengunjung. Namun layanan ini memiliki kelemahan yakni informasinya sangat ringkas sehingga kurang memuaskan pengunjung khususnya yang terlibat dalam proses penelitian. Hal tersebut disebabkan dokumentasi benda museum yang tidak lengkap karena kurangnya penggalian nilai sejarah benda tersebut. Disamping layanan informasi tertulis, Museum Buleleng juga memberikan layanan berbasis pemandu dari petugas museum. Layanan ini dilakukan khusus untuk kunjungan wisata lokal maupun manca negara secara berkelompok
1
sehingga penyampaiannya menjadi lebih efektif. Namun layanan ini juga memiliki kelemahan yakni informasi yang disampaikan secara lisan oleh setiap petugas akan terdapat perbedaan. Hal ini pernah terjadi ketika kepala Museum Buleleng saat ini Bapak Drs. I Wayan Santika, S.Pd, B.Sc menjelaskan berulangkali sejarah museum kepada beberapa kelompok pengunjung yang berbeda maka penyampaian informasinya tidak sama baik secara sistematika maupun isinya. Oleh karena itu layanan informasi benda museum yang tidak standar secara lisan dapat berdampak pada kurangnya minat pengunjung datang ke museum Buleleng. Hal ini terlihat pada kenyataannya jumlah kunjungan ke museum Buleleng rata-rata 5 orang per hari dan kadang sepi pengunjung. Kondisi museum Buleleng seperti ini sangat memprihatinkan dan bila dibandingkan dengan kunjungan di Museum Bali setiap harinya selalu ramai pengunjung lokal maupun mancanegara. Dengan kemajuan teknologi informasi, standarisasi layanan informasi benda
museum secara
lisan dapat
dilakukan secara otomatis dengan
memanfaatkan perangkat elektronik berbasis Radio Frequency Identification (RFID) sehingga dapat menggantikan peran petugas museum sebagai pemandu wisata. Namun petugas museum maupun pengunjung belum mengetahui kemampuan teknologi tepat guna ini. Oleh karena itu diperlukan suatu kegiatan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan bagi petugas museum dalam mendokumentasikan benda museum secara lisan untuk digunakan pada perangkat pemandu berbasis RFID. Penerapan teknologi tepat guna dengan perangkat pemandu berbasis RFID oleh petugas museum Buleleng akan meningkatkan standarisasi layanan informasi benda museum secara lisan sehingga dapat mengurangi adanya perbedaan penyampaian informasi benda museum oleh petugas museum. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan minat pengunjung lokal maupun mancanegara untuk datang ke Museum Buleleng secara berkelanjutan dengan memanfaatkan dokumentasi informasi benda museum secara lisan. Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini akan ditujukan pada petugas Museum Buleleng, di Jalan Veteran No. 23 kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Provinsi Bali. Sampai saat ini petugas pengelola Museum Buleleng
2
berjumlah 6 orang. Selama ini petugas museum dalam pengelolaan dokumentasi informasi benda museum masih terbatas secara tertulis sehingga belum tersimpan dokumentasi informasi benda museum secara lisan. Oleh karena itu, layanan informasi secara lisan melalui panduan langsung oleh petugas museum tidak memberikan jaminan standarisasi informasi yang dapat dihandalkan. Benda-benda purbakala di Museum Buleleng jumlahnya cukup banyak dengan ruangan yang tidak terlalu luas tersimpan benda sarkopagus, patung maupun lukisan yang memiliki nilai seni dan bersejarah tinggi. Dokumentasi informasi benda museum tersebut disamping secara tertulis akan lebih menarik bila didokumentasikan secara lisan. Sebagian besar petugas Museum Buleleng memiliki kemampuan dokumentasi informasi benda museum dalam bentuk tertulis. Karena hampir semua petugas sudah mampu menggunakan komputer untuk mengetik informasi. Namun kegiatan mengetik informasi benda museum tidak berkelanjutan karena minimnya penggalian informasi tentang benda museum sehingga informasinya singkat dan ringkas. Menurut kepala Museum Buleleng Bapak Drs I Wayan Santika, S.Pd,B.Sc dimana dokumentasi tertulis masih kurang lengkap karena belum banyak adanya dukungan masyarakat untuk memberikan informasi terkait benda-benda di Museum Buleleng dan juga kurangnya penggalian benda museum melalui kegiatan penelitian oleh perguruan tinggi baik dalam maupun luar negeri. Sampai saat ini, hampir sebagian besar informasi diperoleh melalui Museum Belanda yang
saat
itu
penjajah
mendokumentasikannya.
Belanda
Namun
lebih
menjajah lanjut
kerajaan kepala
Buleleng
Museum
dan
Buleleng
menambahkan bahwa jika ada pengunjung yang ingin lebih tahu lebih mendalam sejarah salah satu benda museum Buleleng maka oleh beliau akan dijelaskan lebih dari apa yang tertulis pada benda museum tersebut. Hal ini berarti bahwa kemampuan dan pengetahuan lengkap ini tidak dimiliki selain kepala museum Buleleng. Dengan demikian sudah sangat jelas bahwa standarisasi informasi benda museum secara lisan oleh setiap petugas museum tidak dapat dijamin kehandalannya.
3
Disamping kemampuan petugas menggunakan komputer terbatas untuk mengetik informasi benda museum secara tertulis, sampai saat ini belum ada petugas museum Buleleng yang mengetahui teknik dokumentasi informasi objek museum secara lisan dengan menggunakan komputer. Karena perangkat pemandu berbasis RFID untuk dapat menyampaikan informasi secara lisan membutuhkan suatu file dokumentasi benda museum dalam format file MP3 sehingga diperlukan pengetahuan dan keterampilan untuk penyimpanan dokumentasi benda museum secara lisan melalui komputer. 1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah Standariasi layanan informasi benda-benda museum Buleleng secara lisan melalui petugas museum masih belum optimal. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan keterampilan mereka tentang teknologi dokumentasi bendabenda museum secara lisan dengan komputer. Dengan teknik layanan informasi benda museum yang masih dilakukan secara lisan oleh petugas museum akan terjadi perbedaan dalam penyampaian informasi sehingga informasinya tidak standar bagi pengunjung. Disamping itu, petugas museum belum mengetahui manfaat dari dokumentasi informasi secara lisan selain masalah standarisasi yakni penyajian informasi menjadi lebih menarik dengan gaya bahasa bertutur sehingga pengunjung lebih menikmati alur cerita sejarah dari benda museum. Berdasarkan analisa situasi dan potensi yang dimiliki oleh Museum Buleleng di desa Buleleng Banjar Paketan, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng maka permasalahan pokok yang akan dicari solusi melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah perlunya pengetahuan dan ketrampilan bagi petugas museum Buleleng dalam mendokumentasikan informasi benda museum Buleleng dalam bentuk lisan dan implementasi penerapan perangkat pemandu wisata berbasis RFID sehingga dapat meningkatkan layanan informasi benda museum Buleleng dan stadarisasi informasi secara lisan.
4
1.3. Tujuan Kegiatan Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, maka tujuan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah untuk meningkatkan wawasan dan keterampilan petugas museum Buleleng tentang dokumentasi informasi benda museum secara lisan melalui komputer sehingga hasil dokumentasi dalam format MP3 dapat diterapkan pada perangkat pemandu wisata otomatis berbasis RFID.
1.4. Manfaat Kegiatan Adapun manfaat kegiatan dari pelaksanaan pengabdian pada masyarakat di museum Buleleng adalah sebagai berikut : a. Bagi Museum dapat meningkatkan daya tarik wisata terhadap benda-benda prasejarah di museum Buleleng melalui penerapan pemandu wisata otomatis berbasis RFID sehingga secara ekonomi akan meningkatan sumbangan atau donatur ke museum Buleleng b. Bagi Undiksha terjalinnya kerjasama dengan pengelola museum Buleleng demi kemajuan pembangunan di bidang Seni dan Budaya. c. Bagi Pelaksana memberikan kesempatan menerapkan hasil /produk penelitian dalam membantu permasalahan di masyarakat khususnya masalah pelayanan informasi benda-benda prasejarah di museum Buleleng.
5
BAB II METODE PELAKSANAAN
2.1. Kerangka Pemecahan Masalah Permasalahan yang akan dihadapi dalam pengabdian masyarakat ini adalah terkait dengan kurangnya pengetahuan dan keterampilan petugas museum Buleleng tentang dokumentasi informasi benda-benda museum dalam bentuk lisan melalui perangkat komputer/laptop sehingga hasil dokumentasi tersebut dapat diterapkan pada perangkat pemandu wisata otomatis berbasis RFID. Berdasarkan permasalahan tersebut akan dilakukan berbagai kegiatan untuk memperoleh solusi yang terbaik sehingga sesuai dengan tujuan dari kegiatan ini. Adapun kerangka pemecahan masalahnya diperlihatkan seperti pada Tabel 2.1 di bawah.
Tabel 2.1. Kerangka Pemecahan Masalah No
1
2
Permasalahan
Penyebab Masalah
Petugas museum Buleleng belum mengetahui metode dokumentasi informasi benda museum dalam bentuk suara dengan perangkat komputer dan penerapan teknologi informasi berbasis RFID Petugas museum Buleleng belum memahami keterampilan tentang dokumentasi informasi benda museum dalam bentuk suara dengan perangkat komputer dan penerapan teknologi informasi berbasis RFID
Kurangnya informasi metode dokumentasi informasi benda museum melalui komputer dan penerapan teknologi informasi berbasis RFID Kurangnya pelatihan dokumentasi informasi benda museum melalui komputer dan penerapan teknologi informasi berbasis RFID kepada petugas museum Buleleng
Penanganan Masalah 1. Sosialisasi 2. Dialog interaktif dengan petugas museum
1. Pemberian modul pelatihan 2. Demonstrasi teknik perekaman informasi benda museum ke komputer 3. Demonstrasi penggunaan perangkat RFID
6
2.2. Metode Pelaksanaan Kegiatan Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah metode ceramah, diskusi, demonstrasi dan pelatihan (pendampingan). Dengan metode tersebut diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kepada petugas museum Buleleng tentang dokumentasi informasi benda-benda museum secara lisan melalui komputer dan penerapan perangkat wisata otomatis berbasis RFID. Keterakiatan antara tujuan dan metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2. Keterkaitan Tujuan dan Metode Pelaksanaan No
1
2
Tujuan Meningkatkan wawasan tentang dokumentasi informasi benda museum dalam bentuk suara dengan perangkat komputer dan penerapan teknologi informasi berbasis RFID Meningkatkan ketrampilan tentang dokumentasi informasi benda museum dalam bentuk suara dengan perangkat komputer dan penerapan teknologi informasi berbasis RFID
Metode Ceramah Diskusi
Bentuk Pelaksanaan Sosialisasi dan dialog interaktif tentang dokumentasi informasi benda museum secara lisan melalui komputer dan penyebaran modul penerapan perangkat pemandu berbasis RFID
Ceramah, Diskusi Demonstrasi
Demonstrasi perekaman informasi benda museum ke komputer dan penggunaan perangkat RFID Pelatihan perekaman informasi benda museu dan penggunaan perangkat pemandu berbasis RFID Diskusi tentang manejemen file audio dan perawatan perangkat pemandu berbasis RFID Pembimbingan/ Pendampingan secara berkelanjutan
7
2.3. Rancangan Evaluasi Evaluasi pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan terhadap proses dan produk kegiatan. Indikator yang digunakan sebagai keberhasilan kegiatan telah dilakukan adalah 1. Kehadiran peserta mengikuti kegiatan lebih dari 85 % 2. Kemampuan dan keterampilan peserta mendokumentasikan informasi benda-benda museum dalam format audio melalui komputer 3. Kemampuan dan keterampilan peserta menggunakan perangkat pemandu wisata otomatis berbasis RFID 4. Produk berupa dokumentasi informasi benda museum dalam bentuk file audio format Mp3
Dalam rangka evaluasi program pelaksanaan pengabdian pada masyarakat di museum Buleleng perlu dibuat suatu rancangan evaluasi sebagai berikut : Kegiatan Pembukaan acara dan pelaksanaan kegiatan P2M Pelatihan dokumentasi informasi benda museum ke format file audio
Pelatihan perangkat pemandu wisata objek museum otomatis
Indikator Kegiatan
Metode Evaluasi
Jumlah peserta mengikuti Daftar hadir kegiatan lebih dari 85 % mampu memahami teknik perekaman informasi benda museum melalui komputer mampu menghasilkan file audio informasi benda museum dalam format MP3 mampu memahami fungsi perangkat RFID dengan benar mampu menggunakan perangkat RFID dengan benar mampu melakukan perawatan pada perangkat RFID dengan benar
Observasi
Observasi
8
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Kegiatan Pelaksanaan pengabdian masyarakat bidang penerapan iptek di Museum Buleleng ini dilaksanakan pada tanggal 10 Juni 2015 yang dihadiri sebanyak 20 peserta diantaranya 6 orang staf petugas museum dan 14 orang mahasiswa jurusan pendidikan teknik elektro Universitas Pendidikan Ganesha. Pembukaan acara pelaksanaan pengabdian masyarakat yang seyogyanya dibuka oleh Prof. Dr. I Ketut Suma, M.Si selaku Ketua LPM Undiksha diwakili oleh Ketua Pelaksana, karena Ketua LPM sedang dalam acara penting sebagai Ketua Pengawas SMPTN 2016. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Bapak Kepala Museum Buleleng Drs. I Wayan Santika, S.Pd,B.Sc. Setelah acara pembukaan dilanjutkan dengan kegiatan penyampaian materi oleh I Gede Nurhayata, S.T.,M.T, tentang pentingnya standarisasi layanan informasi benda-benda museum khususnya di Museum Buleleng secara lisan (verbal) disamping standarisasi yang sudah ada berupa tulisan. Layanan informasi secara lisan yang umumnya dipandu secara langsung oleh staf/petugas museum kepada sekelompok pengunjung, pada dasarnya sudah cukup baik namun standarisasi informasinya masih sangat kurang. Hal ini dapat terjadi mengingat wawasan dan kemampuan serta gaya bahasa dari setiap staf/petugas museum tentu akan berbeda sehingga informasi yang disampaikan juga tidak sama baik dari sisi isi maupun sistematika penyampaiannya. Akibat dari standariasasi informasi yang masih lemah, tentunya akan berdampak pada minat penunjung untuk datang ke museum Buleleng dimana jumlah rata-rata pengunjung ke museum Buleleng 5 orang per hari. Bahkan jika dilihat kesehariannya kadang sepi pengunjung. Oleh karena itu, diperlukan suatu terobosan baru untuk meningkatkan standarisasi layanan informasi benda museum secara lisan dengan penerapan teknologi informasi berupa perangkat elektronik sebagai pemandu wisata otomatis berbasis Radio Frequency Identification (RFID). Perangkat ini mampu menyampaikan informasi benda museum secara lisan dengan informasi yang sama kepada setiap
9
pengunjung sehingga perangkat ini diharapkan dapat menggantikan peran petugas museum. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Museum Buleleng tentang panduan dari petugas museum kepada pengunjung, dijelaskan menurut Bapak Drs. I Wayan Santika, S.Pd, M.Pd bahwa khususnya bagi pengunjung wisatawan asing tidak dilakukan pendampingan selama mereka menikmati benda-benda museum. Hal itu pernah terjadi ketika pendampingan dilakukan oleh staf/petugas museum kepada wisatawan asing, mereka sangat keberatan karena menurut mereka seolaholah segala tindakan mereka selama menikmati benda museum selalu dicurigai oleh petugas museum. Padahal maksud petugas museum tidak seperti itu, akhirnya mereka dijelaskan hanya jika ada sesuatu yang ingin ditanyakan terkait informasi benda sejarah maka mereka diminta untuk menghubungi petugas museum di ruang kerja. Kemudian secara umum kepada pengunjung lokal akan dilakukan pendampingan khususnya pada kelompok pengunjung seperti kunjungan siswa/siswi dengan guru pendampingnya. Terkait dengan hasil wawancara di atas dan hubungannya dengan perangkat pemandu wisata otomatis, jelas perangkat ini sangat berkontribusi untuk meningkatkan layanan yang lebih baik secara lisan sehingga dapat memberikan kebebasan bagi pengunjung selama menikmati benda museum tanpa lagi mereka merasa dicurigai. Setelah acara penyampaian materi pentingnya standarisasi informasi benda museum secara lisan melalui perangkat pemandu RFID kemudian dilanjutkan dengan pembagian dan penjelasan modul pelatihan tentang teknik dokumentasi informasi benda museum secara lisan melalui komputer. Kegiatan ini sepenuhnya dipandu oleh I Gede Nurhayata, S.T., M.T dan Dr. I Nyoman Santiyadnya, S.Si,M.T. Dalam kegiatan ini para peserta sangat antusias menerima materi pelatihan. Peserta diajarkan tentang dasar-dasar instalasi aplikasi Audacity, pemahaman fungsi peralatan/tool Audacity dan pemasangan serta deteksi perangkat mikrophone eksternal pada komputer . Kemudian setelah memahami dasar-dasar aplikasi Audacity, peserta mulai melakukan proses perekaman informasi benda museum ke komputer dengan cara membaca dokumen tertulis benda museum pada microphone. Selanjutnya peserta melakukan evaluasi pada
10
informasi yang sudah terekam berupa editing volume dan penyisipan suara latar gong rindik serta penambahan nada pilot diakhir track audio. Setelah file rekaman dinyatakan sudah komplit, kemudian peserta menyimpan hasil tersebut ke komputer sehingga diperoleh file audio dalam tipe format MP3. Hasil dari kegiatan ini adalah seluruh peserta terampil dengan benar membuat dokumen informasi benda museum dalam bentuk file suara dengan format MP3. Setelah kegiatan dokumentasi informasi benda museum selesai disimpan ke komputer dalam bentuk file audio MP3, selanjutnya dilakukan kegiatan implementasi file audio yang sudah dibuat pada perangkat pemandu wisata otomatis berbasis RFID. Acara diawali dengan penjelasan tentang pengenalan fungsi kerja komponen perangkat RFID, kemudian dilanjutkan pemasangan file audio ke perangkat RFID. Demonstrasi penggunaan perangkat RFID dilakukan oleh I Gede Siden Sudaryana, S.T, dimana diperlihatkan cara mendeteksi identitas benda museum dengan mendekatkan perangkat RFID langsung ke benda yang diinginkan informasinya. Kemudian kepada peserta ditunjukkan pula hasil identifikasi benda museum yang dinyatakan dengan menampilkan nomor identitas benda museum pada layar perangkat RFID. Setelah nomor identitas berhasil dideteksi dengan benar, peserta ditunjukkan tentang kemampuan perangkat menghasilkan informasi suara benda museum yang terdengar melalui headphone atau loudspeaker. Setelah peserta memahami demonstrasi teknik penggunaan perangkat pemandu wisata otomatis berbasis RFID kemudian peserta satu persatu melakukan pelatihan menggunakan perangkat RFID. Hasil yang diperoleh adalah peserta sudah terampil menggunakan perangkat pemandu berbasis RFID dengan benar.
3.2. Pembahasan Dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini, peserta telah mampu memahami penggunaan perangkat lunak atau aplikasi Audacity dalam proses perekaman informasi benda museum sehingga diperoleh dokumentasi berupa suara. Beberapa dokumentasi informasi benda museum yang sebelumnya dalam bentuk teks sudah berhasil diubah menjadi dokumen informasi berbasis suara dalam format file MP3. Adapun kendala yang dihadapi adalah kurang
11
lengkapnya informasi sejarah untuk setiap benda museum dimana terdapat informasi benda museum yang uraiannya sangat singkat sehingga berpengaruh pada durasi dalam proses perekamannya. Menurut kepala museum Buleleng, singkatnya uraian benda di museum Buleleng disebabkan minimnya dukungan masyarakat Buleleng khususnya dalam memberikan informasi terkait sejarah benda yang ada di museum Buleleng, dan juga kurangnya penggalian melalui penelitian yang dilakukan baik oleh pihak perguruan tinggi lokal maupun luar negeri. Namun kelebihan dari proses perekaman dokumentasi informasi benda museum dalam format suara ini adalah adanya fleksibelitas dalam memberikan informasi tambahan disamping informasi aslinya. Hal ini dinyatakan oleh kepala museum, dimana ketika beliau mendampingi salah satu pengunjung dapat memberikan informasi yang lebih dari apa yang sudah tertulis dekat benda museum tersebut. Pengunjung yang datang ke museum, bukan saja ingin mengetahui informasi sejarah dari benda museum, namun pengunjung juga ingin menikmati dari unsur seni yang dipancarkan oleh benda museum. Oleh karena itu tidak ada salahnya jika diberikan informasi tambahan yang menggambarkan unsur seni dari benda museum. Contoh misalnya benda museum seperti salah satu lukisan dimana hanya menunjukkan nama pelukis dan tahun lukisan sehingga sedikit sekali informasi yang dapat digali dari sejarahnya. Lukisan tersebut dapat dikemas menjadi lebih menarik dengan memberikan informasi tambahan dari sudut pandang yang lain misalnya unsur seninya sehingga lukisan tersebut mampu memberikan nilai tambah disamping nilai sejarahnya. Disamping keberhasilan peserta dalam mendokumentasikan informasi benda museum dalam bentuk suara, juga peserta telah memahami cara menerapkan hasil perekaman tersebut ke perangkat pemandu wisata otomatis berbasis RFID. Dalam uji coba ditempatkan terlebih dahulu sebuah kartu Tag ID pada setiap benda museum. Kemudian peserta mendekatkan perangkat dekat dengan kartu Tag ID yang dipilih sehingga perangkat mengenali identitas benda museum dan mengeluarkan suara tentang informasi benda museum tersebut. Kemampuan yang ditunjukkan oleh perangkat RFID ini membuat staf museum Buleleng merasa gembira dan merasakan sekali manfaat dari alat tersebut. Antusias yang ditunjukkan oleh kepala musuem diwujudkan dalam bentuk
12
sosialisai ketika beliau mendapat undangan menghadiri pertemuan antara kepala museum seluruh Indonesia di Malang beberapa bulan yang lalu. Pada kesempatan itu beliau dengan penuh semangat menginformasikan dan menjelaskan kepada seluruh hadirin bahwa di museum Buleleng sedang mengadakan pelatihan perangkat pemandu wisata otomatis berbasis RFID. Tanggapan yang diperoleh dari seluruh hadirin secara keseluruhan merasa gembira dan menyambut positip penerapan teknologi informasi ini dan mereka berharap ingin segera berkunjung dalam waktu dekat untuk mengetahui unjuk kerja perangkat tersebut. Perangkat pemandu wisata otomatis berbasis RFID ini sudah memberikan manfaat yang nyata kepada masyarakat khususnya di museum Buleleng. Namun pada perangkat ini masih memiliki kelemahan melihat dari kebutuhan museum Buleleng dimana perangkat ini hanya mampu memberikan informasi benda museum dalam satu bahasa yakni bahasa indonsia. Atas masukan dari kepala museum Buleleng bahwa pengunjung yang datang ke museum Buleleng bukan saja pengunjung lokal namun beberapa pengunjung dari mancanegara juga tertarik datang ke museum Buleleng, maka beliau berharap agar perangkat ini dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi bilingual yakni bahasa indonesia dan bahasa inggris.
13
BAB IV PENUTUP
4.1. Simpulan Berdasarkan hasil kegiatan dan hasil pembahasan kegiatan pengabdian masyarakat ini maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Peningkatan pengetahuan masyarakat sasaran dalam proses dokumentasi informasi benda museum dengan aplikasi audacity dapat dilakukan melalui metode ceramah dan diskusi. Kemudian metode demonstrasi dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang keterampilan membuat dokumen informasi benda museum dalam bentuk suara serta penggunaan perangkat pemandu wisata otomatis berbasis RFID. 2. Kinerja peserta sudah sangat baik dimana peserta mampu dengan cepat memahami proses perekaman informasi benda museum dengan aplikasi Audacity dan mampu menghasilkan dokumentasi informasi benda museum dalam bentuk suara dengan format file MP3 dan menerapkan pada perangkat pemandu wisata otomatis berbasis RFID. Kinerja peserta yang sangat baik disebabkan karena tingginya rasa ingin tahu dari peserta terutama berkaitan dengan peningkatan standarisasi layanan informasi benda museum secara lisan dan melihat peluang untuk meningkatkan minat masyarakat berkunjung ke museum Buleleng.
4.2. Saran Berdasarkan simpulan di atas dan beberapa temuan selama pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat dapat diajukan saran sebagai berikut : 1. Perlu adanya kerjasama yang baik antara Lembaga Pengabdian pada Masyarakat Undiksha dan pemerintah setempat khususnya dalam penyediaan dana. Karena keterbatasan dana kegiatan sehingga pengadaan perangkat pemandu wisata otomatis berbasis RFID juga terbatas. 2. Berdasarkan saran Kepala Museum Buleleng perangkat ini perlu dikembangkan lebih lanjut sehingga mampu memberikan layanan dalam dua bahasa (bilingual) yakni bahasa indonesia dan bahasa inggris.
14
DAFTAR PUSTAKA
Bob Violino. 2005. “The History of RFID Technology”, Tersedia pada http:// www. rfidjournal.com/articles/view?1338. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2013. Benny, Yenniwarti Rafsyam .2012. “Pemanfaatan Infrared Remote Universal Sebagai Pengendali Pintu “, ORBITH, Vol. 8, No. 3, November 2012: 196-200. Dedi Setiadi .2003.“Perancangan Perangkat Lunak MP3 Player dengan Pemodelan Unified Modeling Language”, Tersedia pada http://eprints.undip.ac.id/2517/ML2F399380.pdf. Diakses pada 14 Oktober 2013. Li Yang, Rushi Vyas. 2007. “ RFID Tag and RF Structures on a Paper Substrate Using Inkjet-Printing Technology“, Published by IEEE TRANSACTIONS ON MICROWAVE THEORY AND TECHNIQUES, VOL. 55, NO. 12, DECEMBER 2007 M. Azwar A. G. N. 2012. “Pengendali Suara Penjelasan Objek Museum Berbasis RFID (Radio Frequency Identification)”, Tersedia pada www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wp_content/uploads/2012/05/L2F00 8055_MTA.pdf. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2013. Rasben Dantes. 2012. “Sistem Pelayanan Informasi Objek Wisata Museum Berbasis RFID”. Publikasi Penelitian PENPRINAS MP3EI 2011-2015. Roy Want. 2006. “An Introduction to RFID Technology ”, Published by the IEEE CS and IEEE ComSoc. Ying-Wen Bai and Chin-Chung Lee. 2008.” Design and Implementation of an Automatic Testing System for MP3 Players”, I²MTC 2008 – IEEE International Instrumentation and Measurement Technology Conference Victoria, Vancouver Island, Canada
15
Lampiran 01. Dokumentasi Pembukaan Acara Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat di Museum Buleleng
Pengisan daftar hadir peserta
Acara pembukaan p2m
Pembukaan diwakili Ketua Pelaksana
Sambutan Kepala Museum Buleleng
Foto bersama peserta pelatihan P2M di Museum Buleleng
16
Lampiran 02. Dokumentasi Acara Kegiatan Pelatihan Dokumentasi Informasi Benda Museum dengan Aplikasi Audacity pada Komputer.
Pengenalan Instalasi Software Audacity
Pemasangan Microphone Eksternal pada Aplikasi Audacity
17
Diskusi Pelatihan Aplikasi Audacity
Pelatihan perekaman dengan aplikasi audacity
18
Proses perekaman dokumentasi sejarah museum Buleleng
Proses dokumentasi benda-benda di Museum Buleleng
19
Lampiran 03. Dokumentasi Acara Kegiatan Pelatihan Aplikasi Perangkat Pemandu Wisata Otomatis Berbasis Radio Frequency Identification (RFID)
Pelatihan perangkat pemandu wisata otomatis berbasis RFID
20
Lampiran 04. Dokumentasi Acara Penutupan Kegiatan Pelatihan Aplikasi Perangkat Pemandu Wisata Otomatis Berbasis Radio Frequency Identification (RFID)
Acara penutupan kegiatan P2M
Penyerahan bantuan perangkat Pemandu wisata otomatis berbasis RFID kepada Kepala Museum Buleleng Drs. I Wayan Santika, S.Pd,B.Sc oleh Ketua Pelaksana Pengabdian Masyarakat I Gede Nurhayata,S.T.,M.T.
21
Lampiran 05.
Peta Lokasi Daerah Sasaran
Jalan Gajah Mada
U Dari Undiksha
Dinas Kesehatan Patung Singambararaja
Jalan Veteran
Gedong Kertya
Sasana Budaya Museum Buleleng
Dari Denpasar
Kantor Bupati
Patung Gajah
Gambar. Peta lokasi Museum Buleleng
22
23
24
25
26
27
28
29