LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS
PELATIHAN PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS BAGI GURU-GURU SD DI WILAYAH GUGUS VIII KECAMATAN ABIANSEMAL BADUNG
OLEH NI MADE RAI WISUDARIANI, S.Pd., M.Pd./ 0020028501 PROF. DR. I NENGAH SUANDI, M.HUM./ 0012055604 DRS. I WAYAN WENDRA, M.Pd./0009115801 I NYOMAN YASA, SPd., M.A./ 0005018301
DIBIAYAI DARI DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SPK NO: 97/UN48.15/LPM/2014 TANGGAL 13 FEBRUARI 2014
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2014
KATA PENGANTAR
Usaha penulis selama ini akhirnya membuahkan hasil dengan selesainya laporan pengabdian ini. Pertama, penulis panjatkan puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karunia-Nyalah penulis berada dalam kondisi sehat, sehingga dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Bagi penulis, doa dan usaha bukan satu-satunya jaminan dalam terselesaikannya laporan ini. Ada banyak pihak yang mendukung dan membantu penulis dalam merampungkan laporan ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah menjadi energi tersendiri bagi penulis. Rasa terima kasih itu ditujukan kepada pihak-pihak berikut ini. 1) Prof. Dr. I Nyoman Sudiana, M.Pd., selaku Rektor Universitas Pendidikan Ganesha yang senantiasa
memotivasi semua dosen dalam melaksanakan tri
dharma perguruan tinggi. 2) Prof. Dr. I Ketut Suma, MS. selaku Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat, Undiksha, yang telah banyak membimbing, mengarahkan, serta memotivasi penulis dalam melaksanakan pelatihan. 3) Ni Nyoman Suweni, S.Pd., M.Pd., selaku ketua gugus VIII Kecamatan Abiansemal yang telah memfasilitasi kegiatan pelatihan ini dengan sangat baik. 4) Bapak Ibu tenaga administrasi di LPM Undiksha yang selalu memberikan bantuan administrasi kepada penulis dalam melaksanakan kegiatan pelatihan ini. Semoga laporan
ini bukan hanya sekadar berguna bagi penulis dalam
memenuhi kewajiban atas kontak pengabdian yang diberikan, melainkan juga berguna kehadirannya memberi warna dalam mewujudkan pengabdian kepada masyarakat bagi konstelasi masyarakat akademis. Tiada gading yang tidak retak, tiada manusia yang sempurna, demi penyempurnaan laporan ini, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan.
Singaraja, September 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN MUKA…………………………………………………. .
i
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………….. .
ii
KATA PENGANTAR ...........................................................................
iii
DAFTAR ISI ..........................................................................................
iv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi ................................................................
1
1.2 Identifiksai dan Perumusan Masalah ..............................
3
1.3 Tujuan Kegiatan ..............................................................
4
1.4 Manfaat Kegiatan ...........................................................
4
METODE PELAKSANAAN 2.1 Metode Pelaksanaan………………………………….
BAB III
5
HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Kegiatan ……………………………………… …
8
3.2 Pembahasan………………………………………….. ..
12
BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan .........................................................................
15
4.2 Saran................................................................................
16
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi Guru merupakan komponen kunci dalam sistem pendidikan.
Sebagai
komponen kunci, guru menjadi salah satu penentu keberhasilan pendidikan. Hal ini sangat wajar karena secara langsung guru berinteraksi edukatif dengan peserta didik. Berbagai permasalahan yang ada dalam pembelajaran dapat langsung diketahui oleh guru untuk dicarikan solusi pemecahan. Sudiana (2013:1) menyatakan bahwa dalam rangka pengembangan profesional, guru tidak bisa melepaskan dirinya dari kegiatan akademik penelitian. Dalam kegiatan akademik penelitian, guru memiliki peran strategis dalam pengembangan kompetensi professional sekaligus sebagai upaya dalam meningkatkan dan memperbaiki proses maupun hasil belajar siswa. Penelitian yang berfokus pada perbaikan kualitas praktek pembelajaran sering diistilahkan dengan penelitian tindakan kelas (PTK). Saat ini penelitian tindakan kelas (PTK) memang mendapatkan perhatian yang cukup besar dalam dunia pendidikan. Ada banyak hal yang menjadi alasannya. Di antaranya bahwa, hasil-hasil dari PTK dapat langsung dimanfaatkan untuk meningkatkan atau memperbaiki kualitas pembelajaran di dalam kelas. Selain itu, laporan PTK juga sangat bermanfaat bagi guru yang bersangkutan dalam hal kenaikan pangkat dan kredit pengembangan profesi keguruan. Kegiatan meneliti, khususnya PTK menjadi prasyarat dalam kenaikan pangkat guru. Dengan demikian, kegiatan meneliti maupun menulis, mau tidak mau, suka tidak suka, harus dilakukan oleh guru. Santyasa (2007:1) mengatakan bahwa PTK sangat mendukung program peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah, yang muaranya adalah peningkatan kualitas pendidikan. Sayangnya, menyusun proposal PTK, sebagai tahap persiapan penelitian, masih menjadi beban bagi sebagian besar guru terutama bagi guru yang sama sekali belum pernah berpengalaman menyusun proposal PTK ketika mengikuti perkuliahan di S1. Keadaan seperti ini juga terjadi pada guru-guru SD di kecamatan Abiansemal. Kecamatan Abiansemal terletak di Kabupaten Badung. Secara keseluruhan jumlah SD di Kecamatan Abiansemal
sebanyak 65 sekolah dengan jumlah guru
sebanyak 648 orang. Kecamatan Abiansemal dibagi lagi menjadi IX gugus. Gugus VIII meliputi sekolah dasar di Sibanggede dan Sibangkaja. Gugus VIII ini terdiri atas 8 sekolah dasar dan memiliki 102 orang guru. Wawancara penulis dengan salah satu anggota K3S (Kelompok Kerja Kepala Sekolah) gugus VIII yang juga kepala sekolah di SDN 1 Sibanggede (Bapak Nyoman Yasa) menunjukkan bahwa banyak guru yang mengalami kesulitan dalam menyusun proposal PTK (wawancara tanggal 23 Agustus 2013). Pada dasarnya hal ini disebabkan oleh faktor terbatasnya pengetahuan guru tentang rambu-rambu penyusunan proposal PTK baik yang menyangkut hakikat, prinsip, karakteristik, maupun prosedur pelaksanaan PTK. Sadar akan pentingnya PTK dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru, pada satu sisi, dan masih adanya kesulitan guru dalam menyusun proposal PTK. Berdasarkan wawancara dengan Ketua K3S Kecamatan Abiansemal, Drs.I Ketut Gamayana (24 Agustus 2013), masih banyak guru SD, khususnya di Kecamatan Abiansemal belum berpengalaman menyusun proposal PTK. Memang, ada sebagian guru lain, yang sudah berpengalaman dalam menyusun proposal dan bahkan melaksanakannya dalam praktek pembelajaran di dalam kelas, tetapi dalam beberapa hal, mereka masih mengalami kesulitan dalam menyusun proposal PTK seperti dalam menyusun latar belakang, menyusun kerangka teori, dan menyusun skenario pembelajaran
berdasarkan
variabel
tindakan
yang
telah
ditetapkan
untuk
meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Lemahnya kemampuan mereka dalam menyusun proposal PTK disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan atau wawasan mereka tentang PTK. Mereka masih sulit membedakan perbedaan antara PTK dan penelitian non-PTK. Dari hasil wawancara dengan beberapa orang guru di SDN 1 Sibanggede, ternyata mereka belum memiliki pemahaman yang jelas dan utuh tentang hakikat PTK, karakteristik PTK, prinsip PTK, dan prosedur PTK.
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan hasil wawancara antara penulis dan ketua gugus VIII Kec Abiansemal, terangkum bahwa sebagian besar guru-guru SD di gugus VIII belum berpengalaman menyusun proposal PTK. Memang, ada sebagian guru lain, yang
sudah berpengalaman dalam menyusun proposal dan bahkan melaksanakannya dalam praktek pembelajaran di dalam kelas, tetapi dalam beberapa hal, mereka masih mengalami kesulitan dalam menyusun proposal PTK seperti dalam menyusun latar belakang, menyusun kerangka teori, dan menyusun skenario pembelajaran berdasarkan variabel tindakan yang telah ditetapkan untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Lemahnya kemampuan mereka dalam menyusun proposal PTK disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan atau wawasan mereka tentang PTK. Lemahnya kemampuan guru-guru SD di gugus VIII Abiansemal dalam menyusun proposal tindakan kelas dapat diminimalisisr dengan melakukan pelatihan penyusunan proposal penelitian tindakan kelas di gugus VIII Kecamatan Abiansemal. Melihat situasi yang ada, pelatihan penyusunan proposal tindakan kelas dengan menggunakan teknik sispem sangat tepat dilakukan. Belajar menulis dengan model tulisan yang berupa PTK tampaknya dapat memudahkan guru dalam memahami sosok suatu karya tulis yang berupa proposal PTK. Dengan contoh-contoh tulisan nyata sebagai model, logikanya guru akan berhasil menjadikan sesuatu yang sulit dan abstrak menjadi lebih jelas, lebih terang, dan lebih mudah. Penggunaan teknik analisis pemodelan dalam kegiatan P2M ini dilandasi oleh hasil penelitian Suandi, dkk. (2008) yang menunjukkan bahwa penggunaan teknik analisis pemodelan mampu meningkatkan keterampilan menulis karya ilmiah pada siswa SMANegeri 1 Singaraja. Materi pelatihan akan diberikan oleh pakar sekaligus praktisi yang memang memiliki keahlian dalam bidang penelitian, khususnya PTK. Berdasarkan pemaparan di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah pelaksanaan pelatihan penyusunan proposal tindakan kelas pada guru-guru SD di gugus VIII Kecamatan Abiansemal? 2.
Bagaimanakah kemampuan guru-guru SD di gugus VIII Kecamatan Abiansemal dalam menyusun proposal tindakan kelas dengan teknik sispem (analisis format pemodelan)?
1.3 Tujuan Kegiatan Adapun yang menjadi tujuan dalam pelatihan ini adalah meningkatnya wawasan guru dalam hal penyusunan proposal PTK dan tersusunnya draf proposal PTK
sederhana. Dengan meningkatkannya wawasan dan kemampuan guru-guru SD di gugus VIII Kecamatan Abiansemal dalam menyusun proposal penelitian tindakan kelas akan berdampak pula pada peningkatan minat guru dalam melakukan penelitian tindakan kelas.
1.4 Manfaat Kegiatan Pengabdian pada masyarakat ini dapat memberikan manfaat pada guru-guru SD gugus VIII Kecamatan Abiansemal, terutama dalam kegiatan penelitian. Melalui pelatihan penyusunan proposal tindakan kelas guru-guru akan memiliki gairah untuk melakukan penelitian karena mereka sudah memiliki pemahaman mengenai cara menyusun proposal. Selain itu, pengabdian ini akan dapat meningkatkan kreativitas guru-guru dalam pengajaran dan dapat berimplikasi pada kreativitas siswa-siswinya.
BAB II METODE PELAKSANAAN
Sejalan dengan cara pemecahan masalah yang ditempuh, maka sejumlah metode diterapkan dalam kegiatan ini. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode ceramah, demonstrasi dan metode penugasan. Adapun tahapan-tahapan dalam pelaksanaannya sebagai berikut. Tahap pertama, metode ceramah digunakan untuk menjelaskan dan memberi pemahaman tentang teori-teori, prinsip-prinsip dan cara penulisan proposal penelitian tindakan kelas melalui pemberian contoh-contoh serta cara pengembangan tiap unsur yang ada dalam proposal penelitian tindakan kelas serta diikuti dengan tanya jawab kalau ada hal-hal yang masih meragukan. Tahap kedua, metode demonstrasi, yaitu di hadapan para guru diperagakan cara pengembangan tiap butir unsur proposal penelitian tindakan kelas. Tahap ketiga, guru-guru diminta untuk menulis rancangan sederhana proposal penelitian tindakan kelas. Selama guru mengerjakan tugas penulisan dilakukan monitoring. Tahap keempat, tugas peserta dikomunikasikan kepada peserta pelatihan untuk diperhatikan dalam penulisan selanjutnya. Secara lebih khusus, langkah-langkah pelatihan ini dipaparkan sebagai berikut 1) Anggota pelaksana mencermati komponen proposal PTK dan merancang draf konsep-konsep unsur proposal penelitian tindakan kelas (PTK) yang akan dijelaskan kepada guru. Ini dimaksudkan agar para guru mudah menangkap konsep-konsep yang dimaksud. 2) Anggota pelaksana merumuskan rancangan materi yang akan disajikan dalam kegiatan ini beserta model pelatihan yang bisa dilakukan. 3) Peserta diajak berpartisipasi aktif melakukan keterlibatan langsung dalam memperoleh pengalaman, misalnya merumuskan judul, merumuskan pokokpokok pikiran yang harus ada dalam latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, menemukan teori yang harus disampaikan dalam kajian pustaka, serta bagaimana menyusun prosedur penelitian tindakan kelas. 4) Peserta diajak berdiskusi tentang pengalaman dan kendala yang dialami dalam menulis proposal penelitian tindakan kelas (PTK) serta kemungkinan langkah
yang dapat dilakukan untuk melahirkan proposal dalam bentuk yang sederhana sebagai pemicu tumbuhnya keberanian dan percaya diri dalam menulis proposal. Dalam realisasinya, langkah-langkah pelatihan tersebut dapat dikemukakan berikut ini. 1) Tim pelaksana berkoordinasi dengan K3S gugus VIII Kecamatan Abiansemal untuk mendiskusikan ihwal rencana kegiatan yang dirancang, mencakup materi, model pelatihan, waktu dan tempat pelaksanaan, peserta dan sebagainya. Dari diskusi ini diputuskan hal-hal berikut. (a) Peserta adalah perwakilan guru-guru SD gugus VIII Kecamatan Abiansemal. Dari jumlah guru-guru SD sebanyak
102 orang, akan
ditetapkan 48 orang guru sebagai peserta. Mereka tersebar pada delapan sekolah dasar yang berasal dari gugus VIII. Masing-masing sekolah mengirimkan 4 orang guru. Guru yang diikutkan dalam penelitian ini diutamakan bagi guru-guru yang sama sekali belum pernah ikut pelatihan penyusunan proposal PTK atau yang belum pernah sama sekali berpengalaman melaksanakan PTK di lapangan. Dengan jumlah peserta sebanyak 32 orang ini, diharapkan pelatihan bisa berjalan secara lebih efektif sehingga tujuan pelatihan bisa tercapai secara maksimal. (b) Tempat kegiatan di SD Negeri 2 Sibangkaja, Kecamatan Abiansemal. (c) Waktu penyelenggaraan yaitu selama tiga hari yaitu tanggal 26-28 Mei 2014, dimulai pukul 08.00 s.d 14.00 WITA. (d) Tim pelaksana dari Undiksha menyediakan perlengkapan sajian berupa perangkat laptop, sementara panitia pelaksana dari K3S menyediakan LCD dan sarana sound system. Konsumsi disiapkan oleh panitia pelaksana K3S dengan dana berasal dari panitia pelaksana Undiksha. 2) Tim pelaksana menyusun makalah tentang penulisan proposal penelitian tindakan kelas (PTK) dan digandakan sejumlah peserta, sehinggga setiap peserta pelatihan memperoleh masing-masing satu eks untuk dibaca dan. Tim pelaksana juga membuat sajian dalam bentuk power point. 3) Proses interaksi penyaji-peserta dilakukan dengan pola penyajian satu unsur proposal PTK setiap kali kegiatan. Dimulai dari perumusan pendahuluan pada hari pertama, dilanjutkan perumusan kajian pustaka pada
hari kedua, dan pada hari ketiga dilanjutkan dengan paparan perumusan prosedur penelitian. Kegiatan terlaksana dalam bentuk berikut ini. (a) Penyaji menyajikan materi sajian, berikut contoh-contoh dan ilustrasi, materi penulisan proposal penelitian tindakan kelas disajikan melalui slide power point oleh penyaji. (b) Sesi berikutnya, para guru diberikan kesempatan untuk bertanya menyampaikan hal-hal yang belum dipahami dan bertukar pengalaman terkait kendala-kendala yang pernah dialami dalam penyusunan proposal penelitian tindakan kelas. (c) Selesai sesi tanya jawab, peserta, penyaji dan panitia pelaksana istirahat untuk menikmati makan siang selama 30 menit. (d) Tahap selanjutnya para guru ditugaskan untuk mencoba mengerjakan tugas menulis sebuah proposal pnelitian tindakan kelas yang sederhana berupa masalah penelitian dan draf sederhana unsur-unsur proposal. Selama guru mengerjakan penulisan monitoring terus dilakukan oleh tim pelaksana. (e) Setelah peserta berlatih menyusun draf proposal PTK sederhana, hasil proposal yang dibuat oleh peserta pelatihan kemudian dianalisis dan dijadikan bahan refleksi. Penganalisisan ini diharapkan menjadi umpan balik bagi peserta pelatihan dalam merancang proposal PTK.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan Pelatihan penyusuna proposal penelitian tindakan kelas ini diadakan pada hari Senin-Rabu tanggal 26-28 Mei 2014, bertempat di SD Negeri 2 Sibangkaja. Peserta pelatihan bejumlah 35 orang yang merupakan guru-guru SD di wilayah gugus VIII. Ada empat narasumber dalam pelatihan ini, yakni Drs. I Wayan Wendra, Ni Made Rai Wisudariani, S.Pd., M.Pd., I Nyoman Yasa, S.Pd., M.A., dan Prof. Dr. I Nengah Suandi, M.Hum. Semua narasumber dalam pelatihan ini adalah tim dari kegiatan ini. Pelatihan dilaksanakan selama tiga hari. Pelatihan ini juga melibatkan dua orang mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang bertugas sebagai pembawa acara dan pembaca doa. Pada hari pertama, 26 Mei 2014 acara pelatihan dimulai pukul 07.30 s.d 16.00 WITA. Pukul 07.30-08.15 Wita peserta melakukan registrasi dan pembagian ATK serta makalah terlebih dahulu. Kemudian dilanjutkan acara pembukaan pada pukul 08.20 wita berupa laporan dari ketua panitia pelaksana, sambutan dari ketua gugus VIII Kecamatan Abiansemal sekaligus membuka acara pelatihan secara resmi. Selesai acara pembukaan. Peserta digiring untuk menikmati kudapan snack kotak selama 30 menit. Proses interaksi penyaji-peserta baru dimulai pukul 09.15 wita. Sajian pertama adalah konsep dasar PTK yang disajikan oleh Ni Made Rai Wisudariani, S.Pd., M.Pd dalam waktu 60 menit. Kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi. Dalam sesi diskusi hanya ada satu pertanyaan yang muncul, terkait perbedaan PTK dangan penelitian ekperimen. Sesi selanjutnya adalah pemaparan materi perumusan pendahuluan dan judul oleh penyaji kedua, Drs. I Wayan Wendra, M.Pd. Penyajian dari Drs. I Wayan Wendra, M.Pd. dimulai dari pukul 10.30. Dalam menyajikan materi, penyaji memberikan contoh-contoh permasalahan yang sekiranya dapat diangkat dalam penelitian tindakan kelas. Materi ini disajikan oleh penyaji melalui slide power point. Sesi
berikutnya,
peserta
pelatihan
diberikan
kesempatan
untuk
bertanya
menyampaikan hal-hal yang belum dipahami dan bertukar pengalaman terkait kendala-kendala yang pernah dialami dalam perumusan bagian pendahuluan proposal
penelitian tindakan kelas. Ada 2 peserta yang mengajukan pertanyaan dalam sesi kedua ini. Salah satu peserta berbagi pengalaman terkait kesulitan dalam menentukan langkah pemecahan masalah melalui metode inovatif, ditambah lagi tertanam ketidakpercayaan diri peserta dalam menyusun proposal. Penanya kedua, menanyakan ruang lingkup pemilihan judul penelitian. Penyaji langsung menanggapi setiap pertanyaan yang disampaikan peserta. Dalam hal ini tampak partisipasi peserta yang cukup baik, dengan berbagai pertanyaan yang beragam serta kejujuran peserta menyampaikan persepsinya selama ini tentang penulisan proposal penelitian tindakan kelas, kesulitan yang dialami serta penyebab mereka tidak percaya diri dalam mencoba menulis proposal penelitian. Dari tanya jawab tersebut tampak bahwa titik kelemahan para guru adalah sudah lama tidak pernah menulis sehingga sudah agak lupa. Selain itu, ketiadaan pembimbing membuat para guru tidak berani mencoba karena tidak yakin akan kebenaran proposal yang dibuat. Selesai sesi tanya jawab, peserta dan penyaji beristirahat untuk menikmati makan siang selama 30 menit. Tahap selanjutnya, bimbingan perumusan pendahuluan dan judul PTK dimulai pada pukul 13.45 wita. Peserta pelatihan dikelompokkan menjadi delapan kelompok sesuai dengan asal sekolah mereka. Setelah berada dalam kelompoknya, peserta ditugaskan untuk merumuskan draf bagian pendahuluan proposal penelitian tindakan lengkap dengan judul penelitian. Dalam berlatih merumuskan draf proposal sederhana, peserta difasilitasi dengan draf langkah-langkah perumusan latar belakang (pentingnya masalah, harapan dan kenyataan yang terjadi, hasil observasi-hasil wawancara, identifikasi masalah, pemecahan masalah, penelitian sejenis). Dari hasil evaluasi tim dengan peserta pelatihan, draf ini sangat membantu peserta pelatihan dalam membuat latar belakang. Selama peserta pelatihan mengerjakan penulisan, bimbingan terus dilakukan oleh tim pendamping workshop. Tahap ini diakhiri dengan pengumpulan draf hasil perumusan bagian pendahuluan proposal PTK yang kemudian dikomunikasikan kepada peserta pelatihan untuk diperhatikan dalam penulisan selanjutnya. Dalam tahap analisis, tim menemukan bahwa ada 2 rumusan judul yang dibuat oleh peserta pelatihan mengarah pada judul penelitian ekperimen (melihat pengaruh metode dengan aktivitas belajar). Sedangkan 6 judul lainnya sudah mencerminkan hakikat dari penelitian tindakan kelas. Dari segi isi latar belakang, latar belakang yang
dibuat sudah sesuai dengan draf pokok-pokok pikiran yang diminta, hanya saja hampir semua draf pendahuluan yang dihasilkan oleh peserta belum berisi kajian penelitian sejenis. Ketika tim mengklarifikasi temuan ini, peserta pelatihan menyadari bahwa mereka kurang membaca berbagai hasil penelitian yang ada. Bahkan 28 orang peserta dari 35 orang peserta tidak pernah memberdayakan keberadaan jejaring sosial seperti fasilitas google untuk mencari berbagai informasi hasil penelitian. Pelatihan pada hari pertama, berakhir pada pukul 16.10 wita. Pada hari kedua, Selasa, 27 Mei 2014 peserta pelatihan melakukan registrasi mulai pukul 07.30-08.15 wita. Pada Pukul 08.15-09.45 wita penyaji, I Nyoman Yasa, S.Pd., M.A., menyajikan materi tentang perumusan kajian pustaka. Sesi penyajian pada hari kedua ini, dipandu oleh Ni Made Rai Wisudariani, S.Pd., M.Pd. sebagai moderator. Butir-butir materi sajian dalam perumusan kajian pustaka, disajikan oleh penyaji melalui slide power point. Dalam sesi diskusi, hanya ada satu pertanyaan yang muncul terkait keabsahan sumber-sumber rujukan dari jurnal-jurnal yang ada dalam internet. Pertanyaan ini langsung ditanggapi oleh narasumber dengan memberikan beberapa contoh jurnal dari internet yang layak untuk dirujuk dan memberikan beberapa contoh materi dari Wikipedia yang masih belum layak untuk dirujuk karena masih memungkinkan untuk diedit oleh pembaca. Selesai sesi diskusi, peserta dan penyaji beristirahat untuk menikmati kudapan selama 15 menit. Pada pukul 10.10 wita, diadakan bimbingan perumusan kajian teori. Peserta pelatihan diminta membentuk kelompok sesuai dengan asal sekolah mereka. Setelah berada dalam kelompoknya, peserta ditugaskan untuk merumuskan butir-butir kajian teori dari judul dan masalah yang disusun pada pertemuan pertama pelatihan ini. Tim membagi diri untuk membimbing setiap kelompok dalam merumuskan kajian pustaka. Karena banyak dari peserta yang tidak membawa literatur terkait dengan judul dan masalah yang diangkat, tim berusaha membantu peserta dengan membuka situs ebook pada internet. Secara tidak langsung, peserta juga berlatih untuk menggunakan fasilitas ini sebagai perpustakaan online. Pada pukul 12.00 wita, peserta dan tim melakukan santap siang sampai pukul 12.40 wita. Acara kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan hasil perumusan butir-butir kajian pustaka yang telah disusun oleh peserta pelatihan. Semua peserta pelatihan mengumpulkan hasil yang telah dibuat. Setelah semua terkumpul, penyaji melakukan
analisis terhadap hasil perumusan kajian pustaka. Berdasarkan hasil analisis terhadap perumusan kajian pustaka yang dibuat oleh peserta, tampak 3 rumusan kajian pustaka yang belum mengkaji ihwal metode yang mereka terapkan dalam permasalahan yang dihadapi. Teori yang diangkat dalam perumusan kajian teori baru sebatas teori-teori terkait mata pelajaran dan belum sama sekali mencantumkan teori tentang metode yang akan digunakan untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi. Setelah diulas oleh penyaji, peserta akhirnya memahami pentingnya kajian teori yang lengkap sesuai dengan variable-varibel kunci dalam penelitian yang akan diadakan. Setelah semua hasil perumusan kajian teori diulas oleh penyaji, salah satu peserta pelatihan meminta untuk diajarkan membuka internet mencari beberapa teori. Tim pun membimbing peserta dalam mencari teori dalam internet. Peserta merasa puas dan mampu mencari teori dalam internet. Pelatihan hari kedua ini berakhir pada pukul 14.15 wita. Pelatihan pada hari ketiga diadakan pada tanggal 28 Mei 2014 dengan narasumber Prof. Dr. I Nengah Suandi, M.Hum. Prof. Dr. I Nengah Suandi, M.Hum. menyajikan materi tentang perumusan prosedur penelitian tindakan kelas. Registrasi pada hari ini dilakukan mulai pukul 07.30- 08.15 wita. Pada pukul 08-15, penyaji mulai memaparkan materi. Dalam menyajikan materi, penyaji menggunakan slide power point. Sesi berikutnya, peserta pelatihan diberikan kesempatan untuk bertanya menyampaikan hal-hal yang belum dipahami dan bertukar pengalaman terkait kendala-kendala yang pernah dialami dalam perumusan prosedur penelitian tindakan kelas. Ada 1 orang peserta yang mengajukan pertanyaan dalam sesi kedua ini. Peserta masih kebingungan dalam menentukan kapan siklus dalam penelitian tindakan kelas dapat diakhiri. Penyaji langsung menanggapi pertanyaan yang disampaikan oleh peserta dengan memberikan beberapa indikator keberhasilan dalam PTK dan mengaitkannya dengan konsep dasar penelitian tindakan kelas. Usai sesi diskusi, pada pukul 10.00 wita penyaji dan peserta disuguhi kudapan untuk beristirahat selama 15 menit. Pada pukul 10.15-12.00 wita diadakan bimbingan dalam perumusan prosedur penelitian. Dalam sesi bimbingan ini, peserta diminta membentuk kelompok sesuai dengan asal sekolah mereka. Peserta nampak antusias bekerja di dalam kelompoknya. Hal-hal yang kurang dipahami oleh peserta, langsung mereka pecahkan bersama di bawah bimbingan penyaji. Acara kemudian dilanjutkan
dengan pengumpulan hasil perumusan prosedur penelitian yang telah dibuat oleh peserta pelatihan. Semua peserta pelatihan mengumpulkan hasil yang telah dibuat. Selesai mengumpulkan hasil yang telah dibuat, peserta pelatihan dan penyaji melakukan istirahat makan siang selama 30 menit. Pada pukul 13.00 wita, penyaji melakukan analisis terhadap hasil perumusan prosedur penelitian yang telah dikumpulkan oleh semua kelompok. Berdasarkan hasil analisis terhadap prosedur penelitian yang dibuat oleh peserta, tampak 2 kelompok yang tidak mencantumkan guru sebagai subjek penelitian. Selain itu, dalam tahap perencanaan masih ada 1 kelompok yang belum memaparkan dengan detail hal-hal yang dilakukan dalam tahap perencanaan. Sedangkan dalam analisis data, ada 1 kelompok yang masih terbalik menentukan data yang akan dianalisis dengan analisis data kualitatif maupun kuantitatif. Ketika diadakan analisis terhadap setiap kelompok, tampak peserta pelatihan menyimak dengan saksama dan melakukan perbaikan atas ulasan yang diberikan. Pelatihan ini berakhir pada pukul 14.15 Wita dan ditutup oleh Ni Nyoman Suweni, S.Pd., M.Pd., selaku ketua gugus VIII Kecamatan Abiansemal, Badung. Sebelum meninggalkan ruangan, peserta pelatihan diberikan kesempatan untuk memberikan kesan selama mengikuti pelatihan ini. Peserta menyatakan bahwa sangat senang diadakan pelatihan seperti ini. Selain itu, peserta juga meminta bimbingan lebih lanjut jika ada peserta yang membuat proposal PTK untuk diajukan pada pemda setempat. Peserta mengharapkan agar kegiatan pelatihan semacam ini diadakan setiap tahun karena guru-guru jarang mengikuti pelatihan seperti ini.
3.2 Pembahasan Kegiatan pelatihan telah dapat meningkatkan minat dan rasa percaya diri peserta dalam menulis proposal penelitian tindakan kelas. Peserta sebagian besar tampak antusias dan tekun mengikuti kegiatan sampai akhir. Ini terbukti dari keikutsertaan peserta pelatihan yang hingga hari terakhir, peserta pelatihan tidak ada yang izin atau meninggalkan pelatihan sebelum pelatihan usai. Antusiasme dari peserta ini tidak terlepas dari cara penyaji memberikan penjelasan kepada peserta pelatihan yang menyelipkan beberapa contoh aplikatif dari materi yang dijelaskan. Selain itu, penggunaan bahasa yang sederhana dalam tahap penyajian materi
memudahkan peserta pelatihan memahami penjelasan yang diberikan oleh penyaji. Nuansa cara penyaji menjelaskan definisi komponen penelitian yang sulit dengan memasukkan bahasa Bali ke dalam penjelasannya membuat peserta nyaman dan mudah dalam memahami materi yang disampaikan. Pemberian sistem pemodelan berupa format sederhana komponen proposal PTK beserta langkah-langkah aplikatif yang harus diisi oleh peserta dalam tahap bimbingan perumusan proposal PTK sangat memudahkan peserta dalam bekerja. Peserta pelatihan tidak bingung lagi dalam menyusun latar belakang penelitian, yang bagi sebagian orang merupakan tahap yang sulit. Kemudahan peserta pelatihan dalam menangkap dan memahami hal-hal yang mesti disusun dalam membuat proposal sederhana dapat meningkatkan kemauan dan rasa percaya diri peserta pelatihan dalam menulis proposal penelitian tindakan kelas. Selain itu format sederhana yang diberikan juga mampu mengefektifkan waktu peserta dalam merumuskan setiap komponen proposal. Format aplikatif ini menjadi penunjuk bagi peserta dalam menyusun tugas yang diberikan. Hasil kerja yang dibuat oleh peserta pelatihan telah keliahatan sosoknya, mulai dari perumusan judul hingga draf prosedur penelitian. Rumusan judul yang dibuat oleh sebagian besar peserta pelatihan sudah mencerminkan rumusan judul sebuah proposal penelitian tindakan kelas. Dalam penyusunan pendahuluan sebuah proposal penelitian tindakan kelas yang tergolong cukup berat juga telah dipahami sebagian besar peserta. Hal ini terbukti bahwa dari pokok-pokok pikiran yang telah dibuat oleh peserta, peserta pelatihan telah mampu merancang latar belakang penelitian sederhana, walaupun beberapa pokok-pokok pikiran belum dikembangkan menjadi paragraf secara rinci. Hal ini disebabkan karena keterbatasan referensi atau rujukan yang harus disampaikan dalam memperkuat gagasannya. Dalam hal perumusan bagian kajian teori dalam proposal penelitian tindakan kelas, peserta baru bisa membuat bagian kajian teori terbatas pada pokok-pokok teori yang harus dibahas dalam rangka menjawab masalah yang akan dikaji. Pada tahap ini, ditemukan pula bahwa sebagian besar peserta masih gagap teknologi sehingga sangat dibutuhkan sekali sentuhan akademisi dalam melatih para guru menggunakan google maupun aplikasi lainnya terkait kemudahan dalam menemukan referensi.
Secara umum, para peserta pelatihan menanggapi positif kegiatan pelatihan ini. Hal ini dibuktikan dari terjadinya proses interaksi aktif antara penyaji dan peserta pada saat pelaksanaan pelatihan. Ada keterlibatan mental-psikologis dalam upaya peserta untuk memahami isi sajian. Sebelumnya tanggapan guru adalah negative dan takut terhadap segala bentuk upaya dalam meningkatkan kemampuan dan rasa percaya dirinya dalam menulis karya ilmiah. Tetapi dengan pilihan bahasa yang digunakan dalam menyajikan materi, peserta merasa senang dan menganggap penelitian bukanlah barang yang sulit untuk dibuat. Selama ini, peserta yang merupakan guru-guru SD merasa bahwa mereka kurang memperoleh “bimbingan” dan informasi lengkap tentang prosedur penelitian tindakan kelas. Setelah peserta mengikuti pelatihan ini, peserta akhirnya memiliki gambaran tentang proposal penelitian tindakan kelas. Di samping itu kurangnya minat baca dan kurangnya kebiasaan membaca buku ilmiah oleh para peserta segera disikapi oleh penyaji dengan memperkenalkan cara mengakses buku melalui internet kepada para peserta pelatihan. Peserta merasa sangat senang diberikan keterampilan menggunakan internet. Balikan kepada para peserta dalam bentuk analisis hasil yang langsung disampaikan kepada peserta pelatihan juga memberikan dampak positif kepada peserta pelatihan. Hasil analisis yang diberikan oleh penyaji kepada seluruh peserta pelatihan membuat peserta mengetahui letak kesalahan yang dilakukan. Hal ini juga menjadi dasar dan bahan refleksi bagi peserta dalam menyusun proposal PTK ke depan. Halhal yang dirasa masih keliru ataupun kurang disempurnakan berdasarkan hasil analisis yang telah diberikan. Peserta juga akan merasa bahwa tugas yang mereka buat memang benar-benar diperhatikan dan disikapi dengan cepat.
BAB IV PENUTUP
1.1 Simpulan Berdasarkan hasil pelatihan dan pembahasan yang disajikan pada bab III, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. 4.1.1
Pelatihan penyusuna proposal penelitian tindakan kelas ini diadakan selama tiga hari bertempat di SD Negeri 2 Sibangkaja. Peserta pelatihan bejumlah 35 orang yang merupakan guru-guru SD di wilayah gugus VIII. Ada empat narasumber dalam pelatihan ini, yakni Drs. I Wayan Wendra, Ni Made Rai Wisudariani, S.Pd., M.Pd., I Nyoman Yasa, S.Pd., M.A., dan Prof. Dr. I Nengah Suandi, M.Hum. Semua narasumber dalam pelatihan ini adalah tim dari kegiatan ini. Pelatihan dilaksanakan selama tiga hari dengan rincian materi untuk hari pertama disajikan materi tentang konsep dasar penelitian tindakan kelas dan perumusan pendahuluan penelitian tindakan kelas. Hari kedua dilanjutkan dengan paparan tentang perumusan kajian teori. Sedangkan hari ketiga disajikan materi prosedur penelitian. Dalam setiap pelaksanaan pelatihan, peserta diberikan pula bimbingan dan analisis hasil. Dalam bimbingan pelatihan, peserta diberikan format pemodelan yang menguraikan hal-hal yang mesti ada dalam perumusan pendahuluan, perumusan kajian teori, maupun perumusan prosedur penelitian.
4.1.2
Pelatihan ini telah mampu menumbuhkan minat dan rasa percaya diri di kalangan guru dalam menulis proposal penelitian tindakan kelas. Hal ini tampak dari keantusiasan dan ketekunan peserta dalam mengikuti pelatihan sampai akhir. Kemampuan guru dalam menulis rancangan sederhana proposal penelitian tindakan kelas tergolong cukup tinggi. Pokok-pokok pikiran yanng harus dibuat dalam latar belakang penelitian PTK telah mampu dirancang, walaupun beberapa pokok-pokok pikiran belum dikembangkan menjadi paragraf secara rinci. Hal ini disebabkan karena masalah referensi atau rujukan yang harus disampaikan dalam memperkuat gagasannya. Dalam membuat bagian kajian teori dalam proposal penelitian tindakan kelas, peserta baru bisa membuat bagian landasan teori terbatas pada pokok-pokok teori yang harus
dibahas dalam rangka menjawab masalah yang akan dikaji. Pada kegiatan perumusan prosedur penelitian, secara umum peserta sudah mampu menyusun prosedur penelitian dengan baik walaupun masih ada beberapa hasil perumusan prosedur penelitian yang dibuat oleh peserta tidak mencantumkan guru sebagai subjek penelitian, dan ketidakdetailan peserta dalam memaparkan hal-hal yang dilakukan dalam tahap perencanaan. Pemberian sistem pemodelan berupa format sederhana komponen proposal PTK beserta langkah-langkah aplikatif yang harus diisi oleh peserta dalam tahap bimbingan perumusan proposal PTK sangat memudahkan peserta dalam bekerja.Secara umum, para peserta pelatihan menanggapi positif kegiatan pelatihan ini. Hal ini dibuktikan dari terjadinya proses interaksi aktif antara penyaji dan peserta pada saat pelaksanaan pelatihan. Ada keterlibatan mental-psikologis dalam upaya peserta untuk memahami isi sajian.
4.2 Saran Hasil pelatihan ini menunjukkan bahwa pelatihan yang telah dilaksanakan memberikan dampak positif terhadap peserta dalam merancang proposal penelitian tindakan kelas. Sehubungan dengan itu, ada beberapa hal yang dapat disampaikan kepada pihak-pihak di bawah ini. 4.2.1
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga baik di tingkat kabupaten maupun kecamatan hendaknya mengupaya pengadaan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penambahan wawasan guru dalam penulisan karya ilmiah khususnya penyusunan proposal penelitian tindakan kelas agar guru lebih berminat dan berani mencoba menulis proposal.
4.2.2
Kepada para guru disarankan untuk proaktif mengisi kekurangan-kekurangan mereka dalam hal menulis proposal melalui mengikuti pertemuan ilmiah, mencoba menulis proposal penelitian, melakukan penelitian dan sebagainya. Hal yang paling mendasar adalah meningkatkan budaya baca untuk dapat mengubah diri ke arah kualitas yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Elfindri. 2006. Cara Cerdas Mendapatkan Dana Riset. Cibubur: Visimedia Santyasa, I Wayan. 2007. Metodologi Penelitian Tindakan Kelas (makalah disampaikan dalam Pendidikan dan Pelatihan Metodologi Penelitian, Penusunan Proposal, dan Penulisan Karya Ilmiah bagi Guru-Guru SMP dan SMA/SMK di Kabupaten Buleleng pada Tanggal 10—16 September 2007 di Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja) Suandi, I Nengah, dkk. 2008. Peningkatan Keterampilan Menulis Karya Ilmiah Melalui Teknik Analisis Pemodelan pada Siswa SMA Negeri1 Singaraja (Laporan Penelitian) Sudiana, I Nyoman. 2013. Penelitian Tindakan Kelas (makalah disampaikan dalam Pelatihan Penyusunan Proposal Tindakan Kelas bagi Guru-Guru Bahasa Indonesia pada Tanggal 8 Juli 2013 di SMAN 2 Semarapura. Sutama, I Made. (2003). Pendahuluan Artikel Ilmiah dalam Jurnal Media Komunikasi FPIPS IKIP Negeri Singaraja (Laporan Penelitin) Tarigan, Henry Guntur. (1994). Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Angkasa: Bandung
Peta Lokasi Kegiatan