LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEKS
PENINGKATAN KUALITAS HIDUP MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PEMBERANTASAN BUTA AKSARA DAN KETRAMPILAN MEMBUAT TAMAS DI DESA BATURINGGIT KECAMATAN KUBU-KABUPATEN KARANGASEM
Oleh: Dr. I Putu Suka Arsa, ST., MT./ 19700918 200112 1 001 I Wayan Sutaya, S.T., M.T./ 19790308200604 1 003 Made Santo Gitakarma, S.T., MT./ 19791210200312 1 001
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK Nomor: 192/UN48.15/LPM/2014 tanggal 5 Maret 2015
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2015
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT ========================================================== : Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat a. Judul Program Melalui Program Pemberantasan Buta Aksara dan Ketrampilan Membuat Tamas di Desa Baturinggit, Kecamatan Kubu-Kabupaten Karangasem : b. Identitas Pelaksana 1. Ketua - Nama : Dr. I Putu Suka Arsa, ST., MT. - NIP : 197009182001121001 - NIDN : 0018097009 - Pangkat/Gol : IV.A/ Pembina - Alamat Kantor : Jalan Udayana Kampus Tengah Singaraja - Alamat Rumah : Jalan Jalak Putih V/58 Singaraja 2. Anggota 1 - Nama : I Wayan Sutaya, S.T., M.T. - NIP : 197903082006041003 - NIDN : 0023017910 - Pangkat/Gol : Asisten Ahli - Alamat Kantor : Jalan Udayana : BTN Kartika, Blok I/8, Panji Bangah - Alamat Rumah 3. Anggota 2 - Nama : Made Santo Gitakarma, S.T., MT. - NIP : 197912102003121001 - NIDN : 0010127902 - Pangkat/Gol : Asisten Ahli - Alamat Kantor : Jalan Udayana, kampus Tengah Singaraja - Alamat Rumah : Perumahan Celuk Buluh Singaraja c.Biaya yang diperlukan : Rp. 6.900.000,- (enam juta sembilan ratus ribu rupiah) d.Lama Kegiatan : 6 bulan Mengetahui Singaraja, 08 Oktober 2015 Dekan FTK Ketua Pelaksana
I Gede Sudirtha, S.Pd., M.Pd. NIP. 197106161996021001
Dr. I Putu Suka Arsa, ST.,MT. NIP. 197009182001121001 Mengetahui
Ketua LPM Undiksha
Prof. Dr. Ketut Suma, MS NIP. 1959010111984031003
RINGKASAN Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat Melalui Program Pemberantasan Buta Aksara dan Ketrampilan Membuat Tamas di Desa Baturinggit, Kecamatan Kubu-Kabupaten Karangasem
Oleh Dr. I Putu Suka Arsa, ST., MT., dkk Museum Buleleng merupakan satu-satunya museum terbesar di Bali Utara menyimpan segudang benda-benda prasejarah yang memiliki history yang sangat tinggi seperti patung, lukisan, sarkofagus dan senjata. Sistem standarisasi layanan informasi di Museum Buleleng masih bentuk tertulis dengan informasi yang sangat singkat. Sementara standarisasi sistem layanan informasi secara lisan melalui petugas museum belum optimal karena perbedaan wawasan dan kemampuan dari setiap pemandu. Hal ini berdampak pada minat penunjung datang ke museum Buleleng yang kesehariannya selalu sepi pengunjung. Upaya memperbaiki sistem standarisasi layanan informasi secara lisan di museum Buleleng perlu penerapan teknologi tepat guna berupa perangkat elektronik yang berfungsi sebagai pemandu wisata otomatis dengan Radio Frequency Identification (RFID). Perangkat RFID ini mampu memberikan informasi berupa suara dengan mendekatkan ke benda museum yang dipilih. Karena masyarakat sasaran khususnya petugas museum belum mengenal teknologi tepat guna ini maka perlu dilaksanakan pengabdian masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang dokumentasi informasi benda museum dalam bentuk suara serta penggunaan perangkat RFID ini sehingga mampu bekerja mengakses informasi file audio. Hasil yang telah dicapai dalam kegiatan pengabdian masyarakat yakni adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta dalam pemakaian aplikasi Audacity pada proses dokumentasi informasi benda museum dan aplikasi perangkat pemandu wisata otomatis berbasis RFID dalam mengakses informasi benda museum secara lisan. Dengan hasil ini diharapkan standarisasi layanan informasi menjadi lebih baik dan berdampak pada peningkatan minat masyarakat datang ke Museum Buleleng. Kata kunci : museum, teknologi, RFID.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nya maka penyusunan Laporan kemajuan Program P2M Penerapan IPTEKS tahun 2015 dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan kemajuan ini menjelaskan tentang pelaksanaan program P2M dalam bidang penerapan IPTEKS melalui kegiatan “Pelatihan Perangkat Pemandu Wisata Otomatis Berbasis Radio Frequency Identification (RFID) di Museum Buleleng ”. Pelatihan ini bertujuan meningkatkan layanan informasi benda - benda bersejarah di Museum Buleleng melalui perangkat RFID secara otomatis dan mandiri sehingga dapat menggantikan peran petugas museum. Kami menyadari bahwa penyusunan Laporan kemajuan ini masih jauh dari sempurna, karena itu segala kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Akhir kata kami berharap semoga laporan akhir ini dapat berguna meningkatkan wawasan bagi para pembaca demi kemajuan pembangunan bangsa dan negara.
Singaraja, 8 Oktober 2015 Hormat kami
Tim Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Pengesahan
i
Kata Pengantar
ii
Daftar Isi
iii
Daftar Gambar
iv
Daftar Tabel
v
Bab I Pendahuluan
1
Bab II. Target dan Luaran
12
Bab III. Metode Pelaksanaan
13
Bab IV. Hasil yang dicapai
14
Bab V. Rencana Tahap Berikutnya
15
Bab VI. Kesimpulan dan Saran
16
Daftar Pustaka
17
Lampiran a. Artikel Ilmiah b. Produk pengabdian masyarakat
iv
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Pelayanan Informasi benda museum secara tertulis
6
Gambar 2. Pelayanan Informasi benda museum secara lisan
7
Gambar 3. Pelayanan Informasi dengan perangkat elektronik
9
Gambar 4. Diagram Blok Pemandu Wisata Otomatis
9
Gambar 5 Perangkat pemandu wisata otomatis
10
Gambar 6. Tampilan aplikasi audacity
11
v
6
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prioritas pembangunan nasional diletakkan pada bidang ekonomi seiring dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), terlebih dalam menghadapi era globalisasi, khususnya perdagangan bebas di kawasan ASEAN 2003 dan di kawasan Asia-Pasifik 2020, yang diwarnai dengan persaingan yang ketat dan menentukan jati diri suatu bangsa di antara bangsa-bangsa maju lainnya di dunia. Dalam mengisi otonomi daerah, peningkatan kualitas SDM mutlak diperlukan. Untuk itu membaca, menulis dan memiliki keterampilan adalah merupakan kunci memasuki dunia pengetahuan yang maha luas. Membaca adalah jembatan untuk menguasai dan menerapkan ilmu pengetahuan ke dalam kehidupan sampai tercapai tatanan yang lebih baik dan sejahtera. Membaca juga merupakan proses awal dalam sebuah perubahan menuju masyarakat bangsa yang maju dan madani. Dalam EFA Global Monitoring Report, Literacy for Life 2006, UNESCO menyimpulkan terdapat korelasi yang kuat antara kemampuan membaca dengan investasi dan kinerja seseorang. Membaca (keaksaraan) akan mempermudah seseorang untuk memahami informasi terkait bidang kerja dan berbagai aspek lain menyangkut peningkatan kualitas hidup. Laporan tersebut menilai bahwa masalah buta aksara merupakan masalah yang dimiliki oleh sebagian besar negara-negara dunia yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Kebutaaksaraan sangat terkait dengan kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan serta ketidakberdayan suatu masyarakat. Hal ini sangat berkaitan dengan sejarah suatu bangsa dimana umumnya negara-negara miskin dan korban jajahan memiliki penduduk dengan tingkat buta aksara yang tinggi. Namun demikian, buta aksara sesungguhnya tidak hanya ada di negaranegara berkembang dan berpenduduk besar tetapi juga di negara-negara maju termasuk Inggris dan Amerika Serikat. Bedanya, saat ini mereka sudah terbebas, sementara negara-negara bekas jajahan mereka masih menjadi penyandang buta aksara yang besar. Demikian pula dengan Amerika Serikat dimana tingkat buta
7
aksara yang dialaminya dipengaruhi oleh dua masalah utama yaitu tingkat kelahiran dan komposisi etnis. Sedangkan keterampilan adalah adalah hasil belajar pada ranah psikomotorik, yang terbentuk menyerupai hasil belajar kognitif. Keterampilan adalah kemampuan untuk mengerjakan atau melaksanakan sesuatu dengan baik (Nasution, 1975: 28). Maksud dari pendapat tersebut bahwa kemampuan adalah kecakapan dan potensi yang dimiliki oleh seseorang untuk menguasai suatu keahlian yang dimilikinya sejak lahir. Kemampuan tersebut merupakan suatu hasil latihan yang digunakan untuk melakukan sesuatu. Melalui pendapat Chaplin di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan seseorang itu dapat tumbuh melalui latihan-latihan yang dilakukan oleh orang itu sendiri. Keterampilan (skill) dalam arti sempit yaitu kemudahan, kecepatan, dan ketepatan dalam tingkah laku motorik yang disebut juga normal skill. Sedangkan dalam arti luas, keterampilan meliputi aspek normal skill, intelektual skill, dan socialskill (Vembriarto, 1981:52). Keterampilan adalah pola kegiatan yang bertujuan, yang memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi yang dipelajari (Sudjana, 1996:17). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik, cepat, dan tepat. Keterampilan akan dapat dicapai atau ditingkatkan dengan latihan tindakan secara berkesinambungan. Bali pada umumnya, dan Desa Baturinggit-Karangasem pada khususnya merupakan salah satu daerah yang berpotensi dalam mengembangkan program buta aksara dan pelatihan SDM di bidang ketrampilan mengolah daun lontar menjadi barang jadi yang memiliki nilai ekonomis. Program buta aksara ini adalah sebuah terobosan untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Karangasem. Sepuluh persen (10%) dari 5.635 dari data profil Desa Baturinggit pada tahun 2013 dan masih tergolong buta aksara. Oleh karena itu kami menawarkan solusi untuk permasalahan tersebut.
Dalam rangka menghadapi Era globalisasi, pembangunan bangsa Indonesia dituntut untuk aktif dalam perubahan dari perkembangan di segala
8
bidang, khususnya bidang pendidikan, pembelajaran dan pelatihan. Oleh karena itu, kami ingin mengadakan proses transformasi dari berbagai pengalaman kehidupan masyarakat secara langsung, dimana dalam pelaksanaanya mencoba untuk mengabdikan diri di tengah-tengah kehidupan masyarakat luas, terutama di tempat kami melakukan kegiatan ini, yaitu di desa Baturinggit, dengan berbagai kompleksitas
permasalahannya,
sehingga
setahap
demi
setahap
dapat
meringankan beban masyarakat di desa Baturinggit ini, sekaligus dapat memberikan motivasi kepada masyarakat menjadi masyarakat yang lebih maju, mandiri dan mempunyai nilai tambah. Oleh karena itu penulis menawarkan solusi yaitu,
“Peningkatan
Kualitas
Hidup
Masyarakat
Melalui
Program
Pemberantasan Buta Aksara dan Ketrampilan Membuat Tamas di Desa Baturinggit, Kecamatan Kubu-Kabupaten Karangasem”.
1.2. Analisis Situasi: Wilayah Baturinggit terletak di Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem (± 70 km dari Kota Singaraja, peta lokasi terlampir). Desa Baturinggit merupakan pemekaran dari desa induk yaitu desa Kubu. Desa Baturinggit lahir dari suatu proses perjuangan yang panjang dari para tokoh masyarakat, pemuda dan pegawai yang waktu itu masih menjadi dari desa Kubu. Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya desa Baturinggit dapat berdiri sendiri pada tahun 1991 dengan dikeluarkannya SK Bupati Karangasem yang menetapkan Desa Baturinggit sebagai Desa Definif. Desa Baturinggit hingga saat ini memiliki berbagai potensi pertanian, seni, adat isti adat, nilai-nilai budaya, gotong royong dan patriotisme. Dibidang pertanian desa Baturinggit sangat terkenal dengan tanaman mente dan penghasil daun lontar yang melimpah. Daun lontar sangat banyak tersedia di desa Baturinggit, mengingat daerah sangat cocok untuk tumbuhnya pohon lontar (pohon ental). Dengan potensi pohon ental yang banyak ini menghasilkan daun ental yang banyak pula sampai di jual keluar desa Baturinggit maupun keluar Kabupaten Karangasem sebagai bahan pembuata tamas, hiasan penjor, anyaman tikar dan lain-lain.
9
Namun karena kurangnya pengetahuan dan ketrampilan dalam mengolah daun ental ini, maka daunnya di jual langsung tanpa adanya proses lebih lanjut. Harapan masyarakat Baturinggit yang dipaparkan oleh Perbekel Desa Baturinggit ketika menerima penulis pada hari Sabtu, 6 Sepetember 2014 mengatakan, “kami menginginkan adanya pelatihan ketrampilan dalam mengolar daun lontar, sehingga memiliki ke-ekonomisan yang lebih tinggi”. Lebih lanjut Perbekel Desa Baturinggit Bapak I Nengah Wangi mengatakan, walaupun ada sebagian masyarakat kami yang sudah mengolah daun lontar ini, namun masih sebagian dan belum adanya kelompok-kelompok yang terkoordinasi, ini semua karena keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di desa kami.
Wawancara penulis dengan Perbekel Baturinggit, Bapak Nengah Wangi Sabtu, (6/9/2014)
10
Peta Desa Baturinggit yang diadopsi dari Profil Desa Baturinggit pada 31 Desember 2013
Asal Kata Menurut Kepala Desa Baturinggit ketika di temui di Kantornya Nengah Wangi, Sabtu 6 September 2014, bahwa kata Baturinggit berasal dari batu wayang. Batu wayang ini terdapat di Pura Gerombong dan diterjemahkan oleh masyarakat menjadi Baturinggit (karena batu yang ada di Pura tersebut meringgit atau runcing-runcing) karena proses alam.
11
Batas Wilayah
Sebelah Utara
: Laut Bali.
Sebelah Timur
: Desa Kubu.
Sebelah Selatan
: Gunung Agung
Sebelah Barat
: Desa Sukadana
Kebudayaan
Bahasa Bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat di daerah Baturinggit adalah bahasa Bali sebagai bahasa Ibu dan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
Pura Pura yang ada yang bisa dikatakan mempunyai historis adalah Pura Gerombong, dimana Pura Gerombong ini merupakan asal kata Baturinggit.
Kepercayaan Masyarakat di desa Baturinggit secara mayoritas memeluk agama Hindu.
Peninggalan Peninggalan-peninggalan bersejarah yang dapat ditemui di desa Baturinggit adalah diantaranya Pura Gerombong.
Seni Masyarakat desa Baturinggit mengenal seni anyaman tikar ini merupakan mata pencaharian masyarakat terbesar di desa Baturinggit. Selain itu adalah seni tari dan juga gambelan Angklung dan Gong.
12
Pendidikan Di daerah ini ada untuk Sekolah dasar terdapat empat buah yaitu, SDN 1 Baturinggit, SDN 2 Baturinggit, SDN 3 Baturinggit dan SDN 4 Baturinggit. Untuk SMP terdapat satu SMP Satu Atap. Berdasarkan pemaparan budaya,keadaan alam, dan pendidikan di wilayah desa Baturinggit, dapat dilihat bahwa betapa perlunya melaksanakan program pemberantasan buta aksara dan pelatihan keterampilan mengolah daun ental menjadi barang yang lebih ekonomis seperti tikar, tamas, dan hiasan penjor. Selain wilayah yang jauh dari kehidupan perkotaan, desa ini juga memiliki tokohtokoh yang bisa mendukung program buta aksara tersebut. Sebenarnya respon masyarakat terhadap dunia pendidikan begitu tinggi, tetapi itu hanyalah sebagian orang saja, dan sisanya hanya pasrah untuk mendukung anak mereka untuk bekerja dan enggan untuk mengenyam bangku SD. Setelah melakukan observasi awal di desa yang mempunyai luas wilayah ± 1825 Ha dari pegunungan sampai ke pantai (laut). Jadi, dapat disimpulkan secara jelas situasi yang sudah dipaparkan tersebut dapat menjadikan desa Baturinggit sebagai sasaran untuk lokasi program pengabdian masyarakat terkait pemberantasan buta aksara dan pelatihan keterampilan mengolah daun ental menjadi barang yang mempunyai nilai ekonomis. .
1.2. Identifikasi dan Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, terkait dengan program pemberantasan buta aksara dan pelatihan daun lontar menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis di desa Baturinggit, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut. Pertama banyak diantara warga desa yang masih awam dengan kata pendidikan, mereka mengangap pendidikan hanya bisa dilakukan di sekolah saja, padahal kenyataannya pendidikan bisa dilaksanakan di lingkungan keluarga, khususnya belajar baca dan tulis. Kedua, warga yang merasa dirinya sudah setengah baya,
enggan untuk belajar mengenal aksara. Hal ini
menyebabkan terhambatnya proses peningkatan kualitas diri. Ketiga, warga desa yang buta aksara yang memiliki usia produktif memiliki prinsip tidak
13
perlu belajar membaca atau menulis, karena
mereka akan membantu
orangtuanya mencari nafkah. Ke-empat dengan pelatihan mengolah daun lontar menjadi barang jadi seperti tikar, tamas dan alat-alat penjor memiliki nilai ekonomis dan dapat menambah pendapatan keluarga, tanpa melek aksara rasanya sulit untuk mengenal ekonomi yang lebih baik (terutama hitunghitungang dalam ekonomi)
1.3. Tujuan Kegiatan:
Adapun tujuan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan kualitas pendidikan Non Formal bagi Masyarakat Umum sebagai upaya peningkatan kualitas Hidup. 2. Meningkatkan
pengetahuan
bagi
masyarakat
tentang
pentingnya
keterampilan untuk bersaing di era pasar bebas.
Selain itu kegiatan ini bertujuan: 1. Meningkatkan kualitas pendidikan warga desa Baturinggit terkait keaksaraan fungsioanal dan pelatihan daun lontar menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis. 2. Menjelaskan langkah dan metode yang dijalankan untuk memberantas buta aksara dan pelatiahan daun lontar menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis di desa Baturinggit. 3. Mengetahui respon warga desa Baturinggit terkait program memberantas buta aksara dan pelatiahan daun lontar menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis.
1.4. Manfaat Kegiatan: Bagi Penulis Mengabdi kepada masyarakat desa Baturinggit, sehingga dapat meningkatkan kualitas masyarakat dan dapat menambah pengalaman langsung untuk terjun ke lapangan.
14
Bagi Masyarakat Desa Baturinggit Memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan dan ekonomi masyarakat desa Baturinggit menjadi lebih baik.
Bagi Lembaga Undiksha Mempererat hubungan dengan desa-desa sekitar yang ada di Kabupaten Karangasem pada umumnya dan Kecamatan Kubu pada khususnya.
1.3. Tinjauan Pustaka Secara umum pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang menggambarkan suatu
proses dalam pengembangan organisasi
maupun
masyarakat. Pendidikan dengan pelatihan merupakan suatu rangkaian yang tak dapat dipisahkan dalam sistem pengembangan sumberdaya manusia, yang di alamnya terjadi proses perencanaan, penempatan, dan pengembangan tenaga manusia. Dalam proses pengembangannya diupayakan agar sumberdaya manusia dapat diberdayakan secara maksimal, sehingga apa yang menjadi tujuan dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia tersebut dapat terpenuhi. Moekijat (1993:3) juga menyatakan bahwa “pelatihan adalah suatu bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori”.
Pendidikan Keaksaraan Pendidikan keaksaraan merupakan pendidikan pertama dan utama dalam membekali warga masyarakat untuk memiliki kecakapan membaca, menulis, berhitung, berbicara, dan mendengarkan dalam Bahasa Indonesia. Program pendidikan ini diprioritaskan pada kelompok sasaran usia 15 tahun keatas yang tidak mengenyam sekolah dasar/MI atau DO pada jenjang pendidikan dasar sampai kelas 3. Kemampuan keaksaraan adalah prasyarat dasar bagi setiap anggota masyarakat untuk meningkatkan kemampuan belajar pada tiap jenjang dan tingkatan pendidikan begitu juga dalam bidang ekonomi.
15
Karena itu pendidikan keaksaraan dipandang sangat strategis untuk mengembangkan kemampuan baca, tulis, hitung, berbicara, dan mendengarkan dalam Bahasa Indonesia guna mencari, memperoleh, dan mengumpulkan informasi
dalam
rangka
meningkatkan
mutu
kehidupannya.
Kelompok belajar Pendidikan Keaksaraan dapat dilakukan melalui berbagai inovasi program antara lain Kejar Keaksaraan Fungsional, Kejar Keaksaraan Keluarga, Kejar Keaksaraan Usaha Mandiri, Kejar Keaksaraan dengan menggunakan Bahasa Ibu, Kejar Keaksaraan pada suku terasing dan lainlain. Sejauh ini, pemerintah terus meningkatkan pelayanan pendidikan keaksaraan dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Guna mendukung upaya tersebut, maka dikembangkan program-program antara lain: (1). Pengembangan dan penataan sistem pendataan, (2). Pengembangan penyediaan norma, standar, prosedur, dan kriteria program pendidikan keaksaraan dan pelatihan, (3). Peningkatan kualitas kelembagaan, program, dan kapasitas pengelola pendidikan keaksaraan
dan
pelatihan,
(4).
Pengembangan
Pendidik
dan
Tenaga
Kependidikan, (5). Pengembangan model program pendidikan Keaksaraan dan pelatihan, (6). Bantuan operasional penyelenggaraan pendidikan keaksaraan dan pelatihan, (7). Sosialisasi, promosi dan advokasi, serta unjuk prestasi, (8). Pengendalian dan penjaminan mutu program.
2. Khalayak Sasaran Strategis: Desa Baturinggit dipilih sebagai sasaran program pemberantasan buta aksara dan pelatihan daun lontar menjadi barang yang mempunyai niali ekonomis karena 10% dari kurang lebih 5635 penduduk desa Baturinggit masih tergolong buta aksara. Nilai tersebut di dapat dari hasil wawancara Kepala Desa Baturinggit I Nengah Wangi. Desa Baturinggit yang terkenal sebagai desa penghasil daun lontar ini sebenarnya memiliki potensi dalam pengembangan pendidikan, khususnya pendidikan non formal bidang keaksaraan dan pelatihan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah karena masih banyak usia-usia produktif untuk sekolah yang sebenarnya ingin bersekolah, tetapi terbentur waktu untuk
16
membantu orang tuanya di rumah. Oleh karena itu program pemberantasan buta aksara ini akan bisa membantu masyarakat yang sangat memerlukan. Selain itu dari profil desa Baturinggit per 31 Desember 2013 ini masih memiliki 3.871 orang usia kerja dan memiliki 1.582 (40.86 %) pengangguran untuk usia 15 – 56 tahun. Oleh karena itu pelatihan daun lontar menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis diharapkan dapat mengurangi angka pengangguran di Desa Baturinggit.
Ilustrasi pengolahan daun lontar menjadi tikar (memiliki nilai ekonomis), foto http//jawatimuran
Ilustrasi pengolahan daun lontar menjadi tikar (memiliki nilai ekonomis), foto http//jawatimuran
17
BAB II TARGET DAN LUARAN
Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di di Desa Baturinggit, Kecamatan Kubu-Kabupaten Karangasem, tepatnya di Dusun Bantas dengan masyarakat sasaran ditujukan kepada masyarakat di Dusun Bantas yang belum tuntas mengenyam pendidikan formal dan masih banyak punya waktu di rumah. Adapun target yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah Meningkatkan kualitas pendidikan Non Formal bagi Masyarakat Umum sebagai upaya peningkatan kualitas hidup dan meningkatkan pengetahuan bagi masyarakat tentang pentingnya keterampilan untuk bersaing di era pasar bebas. Selain target tersebut di atas, juga dalam kegiatan ini mengharapkan adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat dusun Bantas dalam hal pengolahan daun lontar menjadi barang yang memiliki nilai jual lebih tinggi dan bisa dipasarkan keluar kecamatan Kubu terutama berkaitan dengan sarana upakara dalam hari-hari besar agama Hindu.
18
BAB III METODE PELAKSANAAN
3.1. Kerangka Pemecahan Masalah Program pemberantasan buta aksara dan masih adanya masyarakat yang menganggur maka solusi dari permasalahan yang sudah dijelaskan sebelumnya. Adapun langkah-langkah pelaksanaan program pemberantasan buta aksara ini, sebagai berikut. 1. Tahap pertama, meliputi: a. Penjajagan awal dan sosialisasi program. Pada tahap ini penulis akan menjajagi dan mengobservasi keadaan awal masyarakat di sekitar Desa Baturinggit, sekaligus melakukan sosialisasi dengan warga setempat, yaitu melalui kontak langsung dengan masyarakat. Tujuan dari kegiatan ini ialah untuk membina kerjasama antara penulis dengan warga setempat, sehingga warga dapat mendukung pelaksanaan program.
b. Mencari data tentang keadaan masyarakat yang buta aksara dan yang akan memerlukan pelatihan. c. Menghubungi perangkat desa Baturinggit yang dalam hal ini kepala desa Baturinggit dan mensosialisasikan program yang akan dilaksanakan. 2. Tahap kedua, meliputi: a. Memulai program secara resmi dilanjutkan dengan pemberian orientasi awal kepada peserta, misalnya dengan memberikan alat tulis dan mengenalkan aksara kepada peserta termasuk pengenalan program pelatihan daun lontar. b. Menyiapkan semua sarana dan prasarana dan kelompok belajar yang mendukung kegiatan. Kegiatan a dan b diperkirakan berlangsung selama 1 sampai 2 hari.
19
c. Menyiapkan dan melatih kelompok-kelompok selama beberapa bulan agar bisa mengenal aksara dan mengimplementasikannya (calistung) termasuk pelatihan pengolahan daun lontar. 3. Tahap ketiga, meliputi: a. Evaluasi program. Kegiatan ini akan dilakukan selama pelaksanaan tahap pertama dan tahap kedua yang meliputi pelatihan tahap I, pelatihan tahap II, dan pelatihan tahap III, serta dua bulan setelah tahap kedua selesai dilaksanakan. b. Penutupan program dan pemberian penghargaan kepada masyarakat yang paling aktif mengikuti program, baik program buta aksara maupun program pelatihan daun lontar menjadi barang jadi yang mempunyai nilai ekonomis. c. Penyusunan laporan dan dokumentasi kegiatan. Kegiatan ini akan dilaksanakan seiring pelaksanaan tahap pertama dan tahap kedua. d. Pengumpulan laporan.
3.2. Metode Pelaksanaan Kegiatan 3.2.1. Metode yang digunakan dalam program pengabdian masyarakat yaitu metode kerja kolaborasi antara penulis dengan kelompok masyarakat dan pihak masyarakat Baturinggit serta pihak terkait lainnya yang mendukung melaksanakan program pengabdian masyarakat ini. Metode ini dilaksanakan seperti pendidikan, yaitu mengajarkan mereka agar bisa mengenal dan mengimplementasikan aksara. 3.2.2. Metode Pelatihan yakni metode kerja kolaborasi antara penulis dengan kelompok masyarakat dan pihak masyarakat Baturinggit serta pihak terkait lainnya tentang pemanfaatan daun lontar menjadi barang jadi yang lebih ekonomis seperti tikar, tamas, dan pelengkapan penjor.
20
3.3. Rancangan Evaluasi Program pemberantasan buta aksara di desa Baturinggit ini dapat di evaluasi dengan melihat beberapa indikator dan cara pengukurannya. No 1
Indikator
Alat ukur
Peserta sudah mengenal aksara
Keterangan Evaluasi dilaksanakan setelah
Tes lisan
2 minggu proses pengenalan aksara
2
3
Peserta sudah bisa menulis
Tes tulis
Peserta sudah bisa membaca
Evaluasi dilaksanakan setelah 1 bulan proses belajar menulis Evaluasi dilaksanakan setelah
Tes lisan
1
bulan
proses
belajar
membaca 4
Peserta sudah mengetahui manfaat daun ental
Evaluasi dilaksanakan setelah wawancara
2 minggu proses pengenalan manfaat daun ental
5
Peserta sudah bisa membuat polapola
Evaluasi dilaksanakan setelah wawancara
2 minggu proses membuat pola
6
Peserta sudah dari daun ental
bisa barang jadi
Evaluasi dilaksanakan setelah wawancara
2
minggu
proses
belajar
membaca
21
3.4. Rencana dan Jadwal Kerja (belum) Rencana dan jadwal kegiatan dapat dicermati pada tabel berikut: No. 1
Kegiatan yang Dirancang
Bulan Ke 1
2
3
4
Tahap Pertama Penjajagan awal dan sosialisasi program kepada masyarakat Baturinggit, serta membina kerjasama dengan masyarakat Mengumpulkan data tentang keadaan masyarakat yang buta aksara dan yang memerlukan pelatihan daun lontar Menghubungi perangkat Desa dan mensosialisasikan program yang akan dilaksanakan.
2
Tahap Kedua Pemberian orientasi awal kepada peserta program buta aksara dan program pelatihan daun lontar Menyiapkan semua sarana dan prasarana diperlukan untuk melaksanakan program kegiatan Pelaksanaan kegiatan pendidikan tahap I yaitu pengenalan aksara dan program manfaat daun lontar Pelaksanaan pelatihan tahap II, yaitu belajar menulis , membaca, dan menghitung aksara, membuat tamas, tikar, dan alat-alat perlengkapan penjor Pelaksanaan pelatihan tahap III. Pada tahap ini, peserta sudah tidak buta aksara lagi dan sudah bisa mengolah daun lontar menjadi barang jadi
3
Tahap Ketiga Evaluasi program Penyusunan laporan dan dokumentasi kegiatan Penutupan kegiatan Pengumpulan laporan
22
5
6
BAB IV HASIL YANG DICAPAI
Hasil yang sudah dicapai dalam pengabdian masyarakat yang dilaksanakan di Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat Melalui Program Pemberantasan Buta Aksara dan Ketrampilan Membuat Tamas di Desa Baturinggit, Kecamatan KubuKabupaten Karangasem, tepatnya di Dusun Bantas adalah: 1.
Pelatihan pengenalan angka dan huruf bagi masyarakat yang belum tuntas mengenyam pendidikan formal. Dari proses pelatihan masyarakat sudah dapat mengenal angka dan huruf secara umum. (seperti terlihat dalam foto no 1)
2.
Sedangkan dari pelatihan membuat tamas dan mejejahitan lainnya masyarakat sudah dapat membuat beberapa tamas, tamiyang dan beberapa sarana upakara yang digunakan dalam hari-hari besar agama Hindu. (seperti terlihat dalam foto 2, foto 3 dan foto 4)
Foto 1. Pelatihan pengenalan huruf dan angka
23
Foto 2. Pelatihan pembuatan tamas dan sarana upakara lainnya
Foto 3. Progres Pelatihan pembuatan tamas dan sarana upakara lainnya
24
Foto 4. Progres Pelatihan dan Produk yang sudah jadi
25
BAB V RENCANA TAHAP BERIKUTNYA
Dari hasil pengabdian masyarakat yang sudah dilakukan menunjukkan adanya perubahan bagi masyarakat di Desa Batu Ringgit, khususnya di dusun Bantas yakni masyarakat sudah dapat mengenali angka dan huruf secara umum. Kedepannya diperlukan lebih banyak pendampingan dalam pengentasan buta aksara dan melek aksara bagi masyarakat khususnya di Dusun Bantas, Desa Batu Ringgit Kecamatan Kubu Karangasem. Sedangkan dari pelatihan mejejahitan, masyarakat sudah dapat membuat beberapa sarana upakara banten atau beberapa sarana upakara yang digunakan dalam hari-hari besar Agama Hindu. Ke depan diperlukan pelatihan yang lebih intensif dengan dana yang lebih memadai, karena potensi daun lontar di kawasan ini sangat menjanjikan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masayarakat yang pada akhirnya dapat menambah penghasilan masyarakat di Dusun Bantas.
26
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah sebagai berikut :
1. Dengan kegiatan ini, kualitas pendidikan Desa Baturinggit
menjadi
meningkat dari tidak mengenal angka dan huruf menjadi mengenal angka dan huruf. 2. Dengan kegiatan ini, terutama pelatihan daun lontar menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis , terutama pembuatan alat-alat pendukung hari Raya besar keagamaan seperti pembuatan tamiyang, tamas dan sampeyan penjor telah dapat dibuat dan hasilnya dapat dijual sehingga menjadi penghasilan tambahan bagi masyarakat Desa Baturinggit khususnya di Desa Bantas yang mana pada akhirnya memiliki nilai ekonomis dan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya. 3. Sedangkan respon masyarakat Desa Baturinggit khususnya di Desa Bantas sangatlah antusias dan berharap ada kegiatan semacam ini dengan dana yang lebih besar sehingga lebih banyak yang bisa ikut pelatihan.
Saran-Saran
Berdasarkan
kesimpulan
diatas
dan
temuan
dalam
pelaksanaan
kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat diajukan saran sebagai berikut :
1. Diharapkan ada kegiatan semacam ini lagi dengan dana yang lebih besar sehingga lebih banyak masyarakat yang terlibat. 2. Kedepannya diperlukan lebih banyak pendampingan dalam pengentasan buta aksara dan melek aksara bagi masyarakat di Bali pada umumnya dan bagi masyarakat di Dusun Bantas, Desa Batu Ringgit Kecamatan Kubu Karangasem pada khususnya. 3. Ke depan diperlukan pelatihan yang lebih intensif dengan dana yang lebih
27
memadai/besar, karena potensi daun lontar di kawasan ini sangat menjanjikan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masayarakat yang pada akhirnya dapat menambah penghasilan masyarakat di Dusun Bantas khususnya dan Kecamatan Kubu Karangasem Umumnya.
28
Daftar Pustaka ……………, 2013. Profil desa Desa Baturinggit, kecamatan Kubu karangasem Carray.
2008.
Pemberantasan
Buta
Aksara.
Terdapat
pada
makalah
danskripsi.blogspot.com/2008/04/proposal-kkm.html. Diakses tanggal 26 Agustus 2014. Wikipedia.
2014.
Buta
Aksara.
Terdapat
pada
http://id.wikipedia.org
/wiki/Buta_aksara_fungsional. Diakses tanggal 26 Agustus 2014. UPTD
Pendidikan fungsioanal.
Dasar.
2007.
Penyelenggaraan
program
Terdapat
pada
http://www.docstoc.com/docs/
keaksaraan 2385244/
proposal_blokgrand-kf2007. Diakses tanggal 26 Agustus 2014. http://cumanulisaja.blogspot.com/2012/09/pengertian-keterampilan,
diakses
6
September 2014 http://eprints.uny.ac.id, diakses 6 September 2014
29
LAMPIRAN Peta Lokasi Daerah Sasaran
30