Bab V Hasil dan Pembahasan Tabel V.9 Titik Sampling
Konsentrasi Seng Pada Setiap Titik Sampling dan Kedalaman Konsentrasi (mg/L) Sampling 1 (4 April 2007)
A B 1 0,062 0,062 2 0,064 0,072 3 0,121 0,050 4 0,053 0,041 5 0,041 0,049 6 0,040 0,044 7 0,029 0,045 8 0,055 0,053 9 0,057 0,045 10 0,061 0,028 Keterangan: A = Permukaan
C 0,051 0,068 0,047 0,045 0,036 0,036 0,052 0,058 0,052 0,076
Sampling 2 (3 Mei 2007) A 0,076 0,044 0,048 0,045 0,038 0,040 0,043 0,053 0,035 0,037
B
= Kedalaman 9 meter
C
= Dasar (0,8 kali kedalaman total)
B 0,030 0,038 0,070 0,080 0,068 0,037 0,039 0,034 0,032 0,029
C 0,048 0,048 0,076 0,047 0,052 0,039 0,036 0,037 0,039 0,026
Gambar V.21 menunjukkan kandungan seng yang berfluktuasi. Seng yang terkandung pada sampel air kemungkinan berasal dari limbah industri (tekstil, kertas, dll) yang membuang limbahnya langsung ke sungai yang menjadi input Waduk
Cirata.
Sumber
lainnya
kemungkinan
adalah
pakan
ikan.
Triastutiningrum (2005) menyebutkan bahwa tiga jenis pakan ikan yang digunakan pada budidaya ikan di Waduk Cirata diidentifikasikan mengandung seng sebesar 62,60 mg/kg, 69,02 mg/kg, dan 90,72 mg/kg.
Sutarto (2007) menyebutkan bahwa ikan yang dibudidayakan di Waduk Cirata telah terindikasi mengandung seng dengan konsentrasi yang lebih tinggi daripada logam lainnya. Konsentrasi seng tertinggi terukur pada insang dengan konsentrasi sebesar 1115,46 mg/kg. kandungan seng tersebut dapat berasal dari beberapa sumber, diantaranya adalah (Kompas, 2004 dalam Sutarto, 2007): x tingginya konsentrasi Zn dalam air yang disebabkan pencemaran air oleh industri x tingginya konsentrasi Zn dalam pakan ikan x besarnya nilai korosivitas dari peralatan PLTA ataupun logam yang digunakan sebagai kerangka jaring apung
V - 29
Bab V Hasil dan Pembahasan
Keterangan:
permukaan
9 m dari permukaan
dasar
Gambar V.21 Konsentrasi Seng Pada Setiap Kedalaman V.9.5 Merkuri (Hg) Hasil Pengukuran konsentrasi merkuri dapat dilihat pada Tabel V.10 dan Gambar V.22. konsentrasi merkuri yang terukur pada sampel air berada pada kisaran 1,2 x 10-9 – 17,6 x 10-9 ppb. Konsentrasi merkuri tertinggi terukur pada titik 10 di kedalaman 9 meter (pengambilan sampel yang pertama). Baku mutu kandungan merkuri pada PP No. 82 Tahun 2001 untuk air Kelas II adalah 0,002 mg/L. Hasil pengukuran konsentrasi merkuri menunjukkan bahwa konsentrasi merkuri pada sampel air berada jauh di bawah baku mutu yang ditetapkan pemerintah. Tabel V.10
Konsentrasi Merkuri Pada Setiap Titik Sampling dan Kedalaman
Konsentrasi (x 10-6 mg/L) Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) A B C A B C 6,4 1,6 1,6 1,6 1,6 4,8 1 1,6 4,8 1,6 1,6 1,6 3,2 2 1,6 1,6 1,6 1,6 1,2 1,6 3 1,6 8 1,2 1,6 1,6 1,2 4 3,2 1,2 1,6 1,2 1,2 3,2 5 3,2 1,6 1,6 1,2 1,2 1,2 6 1,6 1,2 1,6 1,2 1,6 1,6 7 1,2 1,2 1,6 1,2 1,2 1,2 8 3,2 1,6 11,2 1,2 1,6 1,2 9 1,2 17,6 1,2 1,2 1,6 1,6 10 Keterangan: A = Permukaan
Titik Sampling
B = Kedalaman 9 meter C = Dasar (0,8 kali kedalaman total)
V - 30
Bab V Hasil dan Pembahasan Senyawa merkuri bersifat toksik bagi ikan dan biota kuatik lainnya karena dapat menyebabkan biomagnifikasi pada jaring makanan. Garam-garam merkuri terserap dalam usus dan terakumulasi di dalam ginjal dan hati. Metal merkuri diangkut oleh sel darah merah dan dapat mengakibatkan kerusakan pada otak. Ion metal merkuri lima puluh kali lebih toksik daripada garam-garam merkuri anorganik. Senyawa merkuri mengalami masa tinggal (retention time) yang cukup lama di dalam tubuh manusia (Effendi, 2003). Gambar V.22 menunjukkan sebaran dari logam merkuri pada setiap titik dan kedalaman. Dari Gambar V.22 terlihat bahwa kandungan merkuri pada sampel air cenderung berfluktuasi. Merkuri dapat bersumber dari limbah industri batu baterai yang membuang limbahnya ke sungai yang menjadi input Waduk Cirata. Kemungkinan sumber merkuri lainnya adalah pakan ikan yang digunakan. Triastutiningrum (2005) menyebutkan bahwa tiga jenis pakan ikan yang digunakan pada aktivitas budidaya ikan mengandung merkuri dengan konsentrasi masing-masing adalah 0,02 mg/kg, 0,01 mg/kg, dan 0,02 mg/kg.
Keterangan:
permukaan
9 m dari permukaan
dasar
Gambar V.22 Konsentrasi Merkuri Pada Setiap Kedalaman Sutarto (2007) mengemukakan bahwa ikan yang dibudidayakan di Waduk Cirata terindikasi mengandung merkuri terutama pada organ hati dengan konsentrasi 0,065 mg/kg. Kandungan merkuri tersebut dapat bersumber dari pakan ikan dan perairan yang tercemar oleh merkuri. Walaupun konsentrasi merkuri merupakan konsentrasi logam berat terendah, namun tetap harus diwaspadai, terutama kandungan merkuri pada ikan. Hal ini dikarenakan merkuri sulit untuk dieliminasi oleh tubuh dan cenderung untuk mudah terakumulasi.
V - 31
Bab V Hasil dan Pembahasan V.10
REKAPITULASI HASIL PENGUKURAN
Rekapitulasi hasil pengukuran pada parameter yang dianalisa dapat dilihat pada Tabel V.11. Dari Tabel V.11 terlihat bahwa beberapa parameter mengalami ketidaksesuaian dengan dengan baku mutu pemerintah untuk golongan air Kelas II yang tercantum pada PP No. 82 Tahun 2001. Dari Tabel V.11 terlihat adanya keterkaitan pada beberapa parameter. Kandungan oksigen yang terukur telah mencapai level yang membahayakan (terutama pada kedalaman 9 meter dan dasar perairan) dan kemungkinan dipengaruhi oleh dekomposisi material organik oleh mikroorganisme. Hal tersebut didukung oleh tingginya kandungan material organik yang terukur pada sampel air terutama pada kedalaman 9 meter dan dasar perairan. Tabel V.11 Rekapitulasi Hasil Pengukuran Parameter No.
Parameter
Rentang Pengukuran
1 2
Temperatur pH
3
Kesadahan
25 – 31,2 °C 6,34 – 8,27 12,376 – 22,1 mg/L CaCO3 (Soft)
Baku Mutu Air Kelas II PP No. 82 Tahun 2001 6–9
Sesuai
-
-
-
-
Status mutu
Sampel air yang tidak sesuai (Baku Mutu Air Kelas II) Sampling 2 Sampling 1
1A, 1B, 1C, 8A, 8B, 8C, 10A, 10B, 10C -
1B, 1C, 2B, 2C, 3B, 3C, 4B, 4C, 5C, 6B, 6C, 7B, 7C, 8B, 8C, 9B, 9C, 10B, 10C 1A, 1C, 2A, 3A, 3B, 4B, 5C, 6A, 6B, 6C, 7A, 7B, 8A, 8B, 9A, 10A 1A, 1B, 1C, 8A, 8B, 8C, 10A, 10B, 10C -
-
4C, 9C
-
-
6C, 8C,
4C, 6C, 8C,
-
1A, 2B, 2C, 3A, 3B, 3C, 4A, 4B, 4C, 5B, 5C, 6C, 7A, 7B, 8A, 8C, 9C, 10A -
4
DO
1,2 – 7,5 mg/L
4 mg/L
Tidak sesuai
1C, 2B, 2C, 3B, 3C, 4B, 5B, 5C, 6B, 6C, 7B, 9B, 9C, 10C
5
COD
11,96 – 62,56 mg/L
25 mg/L
Tidak sesuai
1A, 2A, 2C, 3A, 3B, 4B, 6B, 8A, 8B, 10A, 10C
6
BOD
9,626 – 19,729 mg/L
3 mg/L
Tidak sesuai
7
Nitrat
0,006 – 3,427 mg/L
10 mg/L
8
Nitrit
0,001 – 0,072 mg/L
0,06 mg/L
9
Ammonium
0,024 – 7,253 mg/L
-
10
Ortofosfat
0,001 – 0,55 mg/L
0,2 mg/L
11
Kadmium
0,00004 – 0,00083 mg/L
0,01 mg/L
12
Tembaga
0,006 – 0,033 mg/L
0,02 mg/L
Tidak sesuai
13
Timbal
0,00006 – 0,00264 mg/L
0,03 mg/L
Sesuai
14
Seng
0,026 – 0,121 mg/L
0,05 mg/L
Tidak Sesuai
15
Merkuri
(1,2 – 17,6) x 10-6 mg/L
0,002 mg/L
Sesuai
V - 32
Sesuai Tidak sesuai Tidak sesuai Sesuai
-
5B, 10A
1A, 1B, 1C, 2A, 2B, 2C, 3A, 4A, 7C, 8A, 8B, 8C, 9A, 9C, 10A, 10C -
1A, 3B, 3C, 4B, 5B, 5C, 8A -
Bab V Hasil dan Pembahasan Kandungan oksigen terlarut yang rendah juga akan mempengaruhi kandungan nitrogen anorganik di dalam air. Hal ini terlihat dari cenderung lebih tingginya kandungan ammonium dibandingkan nitrat dan nitrit yang menunjukkan bahwa proses nitrifikasi cenderung berjalan dengan lambat atau bahkan terhenti. Proses nitrifikasi hanya akan berlangsung pada lingkungan perairan dengan kondisi oksigen yang mencukupi. Dari berbagai grafik perbandingan pada setiap titik sampling untuk setiap parameter, secara horizontal terlihat adanya kecenderungan dimana parameter yang terukur pada titik sampling dengan populasi KJA yang padat cenderung lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan dengan titik sampling yang letaknya jauh dari aktivitas KJA. Hal ini terlihat dari kandungan organik (BOD dan COD), nitrat, nitrit, ammonium, dan ortofosfat pada titik 3, 4, 6, 7, dan 8 yang lebih tinggi daripada titik 1, 2, 5, 9, dan 10, sedangkan kandungan oksigen pada titik sampling dengan populasi KJA yang padat cenderung lebih rendah daripada titik sampling yang terletak jauh dari aktivitas KJA. Kecenderungan yang sama juga tampak secara vertikal dimana pada titik 3, 4, 6, 7, dan 8 di kedalaman 9 meter, beberapa parameter cenderung lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan dengan titik 1, 2, 5, 9, dan 10. Hal ini terlihat pada parameter DO, kandungan organik (BOD dan COD), nitrat, nitrit, dan ortofosfat. Kecenderungan tersebut diperkirakan akibat pengaruh dari keberadaan KJA yang dapat mencapai level kedalaman 8 meter. Pada hasil pengukuran parameter logam berat (Cd, Cu, Pb, Zn, dan Hg), hanya dua jenis logam yang melampaui baku mutu pemerintah, yaitu, tembaga (Cu) dan seng (Zn). Dari hasil pengukuran parameter logam berat tersebut tampak bahwa kandungan semua jenis logam yang diukur bersifat sangat berfluktuasi. Baik ditinjau secara vertikal maupun horizontal, tidak terlihat adanya kecenderungan bahwa aktivitas KJA memberikan pengaruh yang besar terhadap keberadaan logam berat pada perairan waduk. Hal tersebut menunjukkan bahwa keberadaan logam berat di perairan waduk diperkirakan bersumber dari aktivitas-aktivitas (baik domestik maupun industri) yang berada di sekitar sungai yang menjadi input dari Waduk Cirata.
V - 33
Bab V Hasil dan Pembahasan
V - 34