Onrizal The Mangrove Research Institute
[email protected]
Bagaimana menjelaskan karakteristik flora dan fauna di kawasan tsb? 1
2
Teknik Sampling
Perumpamaan/contoh sampling Populasi
Sampel
Menduga
Prinsip: Menduga karakteristik populasi berdasarkan sampel yang diambil dari populasi tersebut
Seorang ibu memasak sepanci sayur sup, dan mengambil “satu sendok sup” untuk dicicipinya, untuk mengatakan bahwa “satu panci sup” tersebut sudah lezat
3
4
PENGERTIAN DASAR DALAM SAMPLING MENGAPA TEKNIK SAMPLING DIPERLUKAN?? Seringkali sensus tidak mungkin dilakukan Menghemat sumberdaya: biaya, waktu dan tenaga Kecepatan akses informasi Ruang lingkup populasi lebih luas Informasi yang diperoleh lebih teliti dan mendalam
Populasi (Population) : Keseluruhan unit atau individu yang ada dalam ruang lingkup yang sedang diteliti atau dibicarakan yang hendak diduga karakteristiknya Banyaknya anggota populasi untuk ukuran populasi (N) Suatu nilai yang menjelaskan karakteristik populasi disebut parameter, misal: nilai tengah (µ) dan ragam (σ2) populasi Populasi dapat dibedakan menjadi: Populasi terbatas (finite population) Populasi tidak terbatas (infinite population)
5
6
1
PENGERTIAN DASAR DALAM SAMPLING Sampel (Sample) : Bagian dari populasi yang dipilih dengan prosedur tertentu untuk diukur karakteristiknya dan dianggap mewakili populasinya
PENGERTIAN DASAR DALAM SAMPLING Kerangka Penarikan Sampel (sampling frame) : Keseluruhan unit atau individu yang ada dalam ruang lingkup yang sedang diteliti atau dibicarakan yang hendak diduga karakteristiknya
Satuan Sampel : Individu-individu atau sekumpulan individu-individu (unit) dari populasi yang diambil/dipilih dengan cara-cara tertentu, dimana individu-individu atau unit-unit terpilih tsb akan diukur dan diamati karakteristiknya Banyaknya sampel dalam populasi disebut ukuran sampel (n) Suatu nilai yang menjelaskan karakteristik sampel disebut statistik, misal: nilai tengah/rata/rata (Y ) dan ragam (Sy2) sampel 7
Penentuan Jumlah Sampel
Penentuan Jumlah Sampel
Pada Metode Pengambilan Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling) NZ 2S 2 n= Nd 2+ Z 2S 2
8
Pada Metode Pengambilan Sampel Acak Terstratifikasi (Stratified Random Sampling) 1. Dengan Metode Alokasi Proporsional
d = besarnya toleransi penyimpangan
n=
Pada Metode Pengambilan Sampel Acak Sistematis (Systematic Random Sampling) a. Populasi terbatas n=
α
n
Z 2σ 2+ e 2N α
Z σ = α e
2
n=
Penentuan Jumlah Sampel
∑
2
N S2 h h
N n = hn h N
NZ 2 (∑ N S ) 2 α h h 2
N 2E 2 +Z 2 α
∑
2
N S2 h h
N S n = h h n h ∑N S h h 10
Keterangan
Pada Metode Pengambilan Sampel Acak Terstratifikasi (Stratified Random Sampling) .... Lanjutan
n = ukuran (total) sampel N = ukuran (total) populasi Nh = ukuran tiap strata populasi nh = ukuran tiap strata sampel E = kesalahan yang bisa ditolerir Zα = nilai distribusi normal baku (tabel-Z) pada α tertentu Sh = standar deviasi strata Ch = biaya setiap unit sampling per strata
3. Dengan Metode Alokasi Optimum
2
N S2 h h
N 2E 2 +Z 2 α
9
N S Z 2 ( ∑ N S C )( ∑ h h α h h h C 2 h n= 2 2 2 2 N E +Z ∑ N S α h h
∑
2
2. Dengan Metode Alokasi Neyman
b. Populasi tak terbatas
Z 2σ 2N α
NZ 2 α
(N S )
h h
C n = h
N S h h ∑ C h
hn
11
12
2
KLASIFIKASI METODE SAMPLING
ILUSTRASI “Suatu penelitian ingin mengkaji pendapatan rata-rata per bulan dari pengrajin ukiran kayu jati di Kota Medan” Populasi
TEKNIK SAMPLING
: seluruh pengrajin ukiran kayu jati yang ada di Kota
Non Probability Sampling
Probability Sampling
Medan
Ukuran Populasi
: Banyaknya/total pengrajin ukiran kayu jati di Kota Medan, misalnya 500 pengrajin
Kerangka Sampling
: Daftar seluruh pengrajin ukiran kayu jati di Kota Medan, berupa daftar nama, nomor tlp, alamat, dsb.
Sampel
: Sejumlah/beberapa pengrajin ukiran kayu jati di Kota Medan
Ukuran Sampel
: Banyaknya/jumlah pengrajin ukiran kayu jati yang diambil dari populasinya. Misalnya hanya 50 pengrajin
Simple Random Sampling
Sistematic Random Sampling
Stratified Sampling
Convinience Sampling
Cluster Sampling
Purposive Sampling
Multi-Stage Sampling
Quota Sampling
Snowball Sampling
13
SIMPLE RANDOM SAMPLING
14
SYSTEMATIC RANDOM SAMPLING
Metode pengambilan sampel yang memungkinkan peluang terambilnya suatu unit sampel adalah sama besar.
Metode pengambilan sampel secara sistematis dengan interval (jarak) tertentu antar sampel yang terpilih.
Tahapan Pemilihan Sampel :
Cara Pemilihan Sampel:
Cari sampling frame, beri nomor unit sampel dari 1 sampai N
•Undian Tentukan ukuran sampel (n) yang diinginkan
•Kalkulator, tekan tombol : Ran #, untuk mengeluarkan angka acak
Tentukan interval (k) : k = N / n
•Komputer, misal di Excel: fungsi = RAND( ) •Tabel angka acak, tersedia di buku-buku sampling atau statistics 15
STRATIFIED RANDOM SAMPLING
Pilih secara acak (gunakan cara undian, kalkulator atau tabel angka acak) bilangan bulat antara 1 sampai k sebagai sampel pertama
Ambil sampel berikutnya dengan interval k tersebut
16
CLUSTER SAMPLING
Metode pengambilan sampel dengan cara membagi populasi ke dalam kelompok-kelompok yang homogen (disebut strata), dan dari tiap stratum tersebut diambil sampel secara acak.
Metode pengambilan sampel yang digunakan untuk memilih sampel yang berupa kluster/kelompok dari beberapa kelompok dalam populasi dimana setiap kelompok terdiri atas beberapa unit yang lebih kecil.
Tahapan Pengambilan Contoh : Tahapan Pengambilan sampel :
Bagilah populasi ke dalam kelompok-kelompok yang homogen
Bagilah populasi ke dalam kelompok-kelompok (kluster), biasanya menurut batas geografis wilayah/areal
Tentukan N, n, Nh (ukuran stratum ke-h), nh (ukuran contoh pada stratum ke-h) Ambillah sampel pada setiap stratum secara acak (boleh juga acak sistematis)
Pilih secara acak atau sistematis beberapa kelompok sebagai sampel
Jumlah contoh tiap stratum (nh) boleh sama atau tidak tergantung berapa sampel yang akan dialokasikan ke tiap stratum dari total sampel (n) yang diambil.
Ukur semua unit (elemen) dalam tiap sampel kelompok 17
18
3
MULTI-STAGE SAMPLING
CONVINIENCE SAMPLING
Metode pengambilan sampel yang proses pengambilan sampelnya dilakukan dalam dua tahap atau lebih.
Metode pengambilan sampel berdasarkan pada keterbatasan elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya
Tahapan Pemilihan Sampel :
Sample diambil/terpilih karena sampel tersebut ada pada tempat dan waktu yang tepat
Bagilah populasi ke dalam kelompok-kelompok sebagai unit kerangka sampelnya
Ambil dari kerangka sampel tersebut beberapa kelompok sebagai sampel; inilah pengambilan sampel tahap pertama
Penarikan sample dengan cara ini nyaris tidak dapat diandalkan, tetapi murah cepat dan sering kali bermanfaat Teknik Sampling ini untuk awal penelitian exploratif untuk mencari petunjuk awal tentang suatu kondisi yang menarik perhatian
Pada tiap sampel kelompok, diambil lagi beberapa/sejumlah sampel; inilah pengambilan sampel tahap kedua Ukurlah anggota sampel dari pengambilan tahap kedua tersebut
19
JUDGEMENT SAMPLING
Teknik Sampling ini sering kali dapat menyediakan bukti-bukti yang cukup melimpah, sehingga terkadang pengambilan sampel yang lebih cangggih tidak diperlukan lagi
QUOTA SAMPLING
Metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria-kriteria yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti
Pada dasarnya , sama dengan Judgement Sampling. Quota Sampling dapat dikatakan sebagai Judgement Sampling dua tahap, yaitu:
Perumusan kriterianya, subjektifitas dan pengalaman dari peneliti sangat berperan
Tahapan dimana merumuskan kategori kontrol Atau quota dari populasi yang akan diteliti:jenis kelamin, usia, ras
Umumnya diterapkan pada tahap awal suatu studi eksploratif Sampel yang diambil dari anggota populasi dipilih sekehendak hati oleh peneliti menurut pertimbangan dan intuisinya
Tahapan penelitian bagaimana sampel akan diambil, dapat secara Convinience atau Judgement tergantung pada situasi dan kondisi
Apabila intuisi dari peneliti tersebut benar, maka sampel yang dipilih oleh peneliti tersebut akan dapat mencerminkan karakteristik populasi
Biasanya digunakan data dari populasi yang berkaitan dengan demografi (kependudukan) , seperti: Lokasi Geografis, Jenis Kelamin, Pendapatan, Usia dan Pendidikan
Ada dua Judgement Sampling : 1)
Expert Sampling = sampling atas dasar keahlian
2)
Purposive Sampling = sampling dengan maksud tertentu
20
21
22
SNOWBALL SAMPLING Teknik Sampling ini sangat tepat digunakan apabila populasinya sangat spesifik
Penekanan relatif elemen-elemen yang diperlukan dalam survey sumberdaya hutan (sumber: Husch,1971)
Luas
Topografi
Pemilikan
Transportasi
Taksiran volume
Taksiran riap
Etat
Sosial Ekonomi
Informasi/data tentang: Areal Hutan
Cara pengambilan sampel dilakukan secara berantai, mulai dari ukuran sampel yang kecil, makin lama menjadi semakin besar seperti halnya apabila salju (snowball) yang menggelinding Menuruni lereng gunung/bukit
2 1
2 2
2 2
2 2
2 1
2 1
2 1
2 2
2 2
3 1
3 3
2/3 1
2/3 1
3 3
3 3
2 3
2
2
1
1
1
1
1
2
1
2
3
1
1
3
3
3
1
1
1
1
1
2
3
1
2 1
2 1
1 2
1 2
3 2
3 2
3 2
1 1
Tujuan Survey
Pertama-tama dilakukan interview terhadap suatu responden yang relevan, kemudian yang bersangkutan diminta untuk menyebutkan /menunjuk calon responden berikutnya yang memiliki spesifikasi/spesialisasi yang sama Hal tersebut ditempuh, karena biasanya responden yang merupakan anggota populasi yang spesifik tersebut saling mengenal karena spesialisasi (profesi) mereka. 23
Survey hutan nasional Untuk menyusun rencana karya Untuk survey pengenalan Untuk menyusun pembalakan Untuk rencana industri kehutanan Untuk menaksir nilai tegakan Untuk studi tata guna lahan Untuk rencana rekreasi Untuk studi watershed
24
4
ANALISIS VEGETASI • VEGETATION ANALYSIS IS THE
WAY TO STUDY SPECIES COMPOSITION AND STRUCTURE OF PLANT COMMUNITY
25
26
ANALISIS VEGETASI KOMPOSISI JENIS
Bentuk Unit Samping (US)
STRUKTUR VEGETASI
Pertimbangan Bentuk US
AREA
• Kemudahan layout • Keefisienan
SAMPLING
Bujursangkar Jalur (strip/rectangular) Lingkaran (circle)
TEKNIK ANALISIS VEGETASI
BENTUK UNIT SAMPLING
UKURAN UNIT SAMPLING
PELETAKKAN UNIT SAMPLING 28
27
Ukuran Unit Sampling (US) Pertimbangan Ukuran US
Cara Semi Objektif
Ukuran Unit Sampling (US)
Kehomogenan Vegetasi Ukuran Vegetasi Kerapatan Keanekaragaman Jenis Habitus
Kuadrat yang berukuran kecil sering lebih efisien dibandingkan kuadrat berukuran besar. Prinsip penentuan ukuran petak adalah bahwa petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian
Kurva Spesies-Area (Species Curve Area)
1. Ukuran Minimum US ? 2. Jumlah Minimum US ? 29
30
5
Contoh : SAMPLE PLOT (S.P) 1 S.P. 2 S.P. 3 S.P. 4 S.P. 5
Ukuran Unit Sampling (US)
TOTAL NUMBER OF SPECIES (CUMULATIVE)
Ukuran kuadrat harus memenuhi tiga syarat, yaitu: harus dapat mencakup sebanyak mungkin jenis flora dalam komunitas yang bersangkutan. habitat dalam kuadrat harus diusahakan sehomogen mungkin; dan penutupan vegetasi dalam kuadrat harus diusahakan sehomogen mungkin. Contoh: satuan contoh sebaiknya tidak mencakup daerah terbuka yang cukup luas atau sebaiknya tidak didominasi (50% dari luas contoh) oleh satu jenis dan 50% lagi oleh jenis yang kedua.
(1M2) (4M2) (8M2) (16M2) (32M2)
: : : : :
11 SPECIES 15 SPECIES 17 SPECIES 19 SPECIES 20 SPECIES
n
5
20
4 3 2 1 m
10
1
A
4
8
16
32
2 SAMPLE PLOT AREA
(m2)
31
32
Bagaimana meletakkan US di Lapangan?
Bagaimana meletakkan US di Lapangan?
Cara yang umum dipakai:
Cara yang umum dipakai (lanjutan):
1. Secara acak (random sampling)
2. Secara sistematik (systematic sampling)
Lebih praktis Lebih menggambarkan karakteristik komunitas flora
Apabila lapangan dan vegetasi homogen
33
34
Kriteria tahapan pertumbuhan Bagaimana meletakkan US di Lapangan?
Contoh:
Cara yang umum dipakai (lanjutan): 3. Secara sengaja (expert sampling atau purposive sampling)
Semai
: kecambah sampai H<1,5 M
Pancang
: H ≥ 1,5 M s.d. Diameter (D) <10 CM
Tiang
: D antara 10 CM s.d. < 20 CM
Pohon
: D ≥ 20 CM
Tumbuhan bawah : selain permudaan pohon
35
36
6
Ukuran sub-US untuk setiap tahapan pertumbuhan Cara tersarang (Nested Sampling)
Karakter flora yang diukur/diamanti di lapangan Nama jenis Jumlah individu
4
Diameter/penutupan tajuk Diameter batang : DIAMETER setinggi dada (DIAMETER AT BREAST-HEIGHT; DBH) 1,3 m dari permukaan tanah
3
DIAMETER pada 20 CM di atas banir
2
DIAMETER pada 20 CM di atas akar tunjang
1 (1) (2) (3) (4)
Semai dan tumbuhan bawah : 2 X 2 M2, 2 X 5 M2, 1 X 1 M2 Pancang : 5 X 5 M2 Tiang : 10 X 10 M2 Pohon : 20 X 20 M2
Tinggi total dan tinggi bebas cabang
37
38
Metoda Analisis Vegetasi
Metoda Analisis Vegetasi
A. Metoda petak 1. Metoda kuadrat 1.1. Petak tunggal 1.2. Petak ganda 2. Metoda jalur (transect) 3. Metoda garis berpetak 4. Kombinasi metoda jalur dan garis berpetak
B. Metoda tanpa petak 1. Metoda BITTERLICH 2. Metoda titik terpusat 3. Metoda berpasangan acak 4. Metoda garis sentuh 5. Metoda titik sentuh
39
40
A. Metoda Petak (lanjutan) A.1. Metoda Kuadrat
A.1. Metoda Kuadrat (lanjutan)
A.1.1. Petak Tunggal
A.1.2. Petak ganda
40M
10M 20M
5M
2M
RANDOM
40M 41
SISTEMATIC 42
7
A.2. Metoda jalur
A.3. Metoda Garis Berpetak
20 m
20 m 10 m
xm
2m
2m
5m
5m 10 m
paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut kondisi tanah, topografi dan elevasi Jalur-jalur harus dibuat memotong garis-garis topografi, misal tegak lurus garis pantai, memotong sungai, dan menaik atau menurun lereng gunung 43
44
A. Metoda Petak (lanjutan) A.4. Metoda Kombinasi Jalur dan Garis Berpetak
TALLY SHEET untuk tumbuhan bawah, semai dan pancang Lokasi : Desa, Kec., Kab : Surveyor :
20 m
Petak ke
2m 5m 10 m
Posisi Geografis : Tanggal :
Spesies
n (ind)
1
... ... ...
... ... ...
2
... ...
... ...
...
... ...
... ...
n
... ...
... ...
45
A. Metoda Petak (lanjutan)
46
A. Metoda Petak (lanjutan)
TALLY SHEET untuk tiang dan pohon Lokasi : Desa, Kec., Kab : Surveyor : Petak ke
Ringkasan analisis vegetasi dengan metoda petak
Posisi Geografis : Tanggal :
Species
Kerapat an (ind/ha)
Kerapat an Relatif
Frekuen si (%)
Frekuensi Relatif (%)
Dominan si (m2/ha)
Dominans i relatif (%)
Nilai Penting (%)
A
Spesies
Diameter (cm)
Tinggi (m)
1
... ... ...
... ... ...
... ... ...
B
2
... ...
... ...
... ...
D
...
... ...
... ...
... ...
n
... ...
... ...
... ...
C
... ... dst
47
48
8
Analisis Data untuk Metoda Petak KERAPATAN =
FREKUENSI =
JUMLAH INDIVIDU SUATU JENIS ; (ind / ha ) LUAS UNIT SAMPLING
KERAPARAN RELATIF =
DOMINANSI =
Analisis Data untuk Metoda Petak (lanjutan)
KERAPATAN SUATU JENIS X100 KERAPATAN SELURUH JENIS
FREKUENSI RELATIF =
FREKUENSI SUATU JENIS X 100 TOTAL FREKUENSI SELURUH JENIS
I. Nilai Penting a. pohon dan tiang = Kerapatan Relatif + Frekuensi Relatif + Dominansi Relatif
TOTAL LUAS BIDANG DASAR SUATU JENIS ; ( m2 / ha) LUAS UNIT SAMPLING
DOMINANSI RELATIF =
JUMLAH PETAK DITEMUKAN SUATU JENIS JUMLAH SELURUH PETAK
DOMINANSI SUATU JENIS X100 TOTAL DOMINANSI SELURUH JENIS
b. semai, pancang, tumbuhan bawah = Kerapatan Relatif + Frekuensi Relatif II. Summed Dominant Ration = (Kerapatan Relatif + Dominansi Relatif) / 2 49
50
B. Metode Tanpa Petak
B.1. Bitterlich Method (Continued)
B.1. BITTERLICH METHOD
Tally Sheet of Bitterlich Method Species
Sampling Points 1
2
3
...
Total
Average
Basal Area
n
66 CM
Bitterlich Stick Pohon yang tampak berdiameter lebih besar dan sama dengan plot seng didaftar namanya dan diukur
Total
51
B.1. Bitterlich Method (Continued)
52
B.2. Point Quarter Method
DATA ANALYSIS d1
BA =
N x 2,3 (m2/ha) n
d2
BA = BASAL AREA; 2.3 = BITTERLICH STICK FACTOR N = banyaknya pohon dari jenis yang bersangkutan, n = banyaknya titik-titik pengamatan dimana jenis itu ditemukan
53
d3 d4
Kelebihan: • metoda percobaan tanpa petak contoh yang paling efisien karena: •pelaksanaannya di lapangan memerlukan waktu yang lebih sedikit, • mudah dan tidak memerlukan faktor koreksi dalam menduga kerapatan individu tumbuhan. Kekurangan/keterbatasan: •setiap kuadran harus terdapat paling sedikit satu individu tumbuhan, dan •setiap individu tidak boleh terhitung lebih dari satu kali. 54
9
B.2. Point Quarter Method (Continued)
B.2. Point Quarter Method (Continued) Data Analysis
TALLY SHEET OF POINT QUARTER METHOD Sampling Point
Species
Quadrat 1 D (cm)
H (m)
Quadrat 2 d (m)
D (cm)
H (m)
Quadrat 3 d (m)
D (cm)
H (m)
Quadrat 4 d (m)
D (cm)
H (m)
d (m)
Total density of all species =
Relative Density =
Density =
Unit area (mean point-to-plant distance)2
Individuals of a species Total individuals of all species
Relative density of a species 100
X 100
X total density of all species
Dominance = density of species X average dominance value for species Relative Dominance =
Dominance for a species Total dominance for all species
X 100
55
B.2. Point Quarter Method (Continued)
56
B.3. Ramdom Pairs Method
Data Analysis (Continued) Individual nearest to point Frequency =
Number of points at which species occurs Total number of points sampled
Relative Frequency =
Frequncy value for a species Total of frequency values for all species
Measured distance
90
X 100
Importance Value = relative density + relative dominance + relative frequncy Random point
Nearest neighbor in opposite 180o sector 57
B.3. Ramdom Pairs Method (Continued) Sampling Points
Species
D (cm)
H (m)
58
B.3. Ramdom Pairs Method (Continued) DATA ANALYSIS
d (m)
Total density of all species =
Unit area (0.80 X mean point-to-plant distance)2
Absolute and relative values for density, dominance, and frequency and the importance value may be determined by the formulas previously given for the point-quarter method 59
60
10
B.4. Line Intercept Method (Continued)
B.4. Line Intercept Method
DATA ANALYSIS
50 – 100 kaki ( 1 kaki = 30,48 cm) Pita Ukur xm
xm
xm
xm
Relative density =
Total individuals of a species Total individuals of all species
X 100
TALLY SHEET OF LINE INTERCEPT METHOD Species
Total of intercept lengths for a species Dominance or cover = X 100 (as % of ground surface) Total transect lenght
Interval 1
2
3
....
N
Relative dominance =
Total of intercept lengths for a species Total of intercept lenghts for all species
X 100
61
B.4. Line Intercept Method (Continued)
62
B.5. Point Intercept Method kawat
DATA ANALYSIS
Frequency =
Intervals in which species occurs Total number of transect intervals
Relative frequency =
X 100 110 cm
Frequency value for a species Total of frequrncy values for all species
10 cm
X 100
10 cm Importance Value = relative density + relative dominance + relative frequncy
63
64
B.5. Point Intercept Method (Continued)
B.2. Point Intercept Method (Continued)
TALLY SHEET OF POINT INTERCEPT METHOD
Data Analysis
Species
Random Point Intercept 1
2
3
Number of point intercept for a species ....
Dominance =
N
Total of point intercept for all species
X 100
Dominance values of a species Relative Dominance =
Dominance values of all species
X 100
Absolute and relative values for density, and frequency and the importance value may be determined by the formulas previously given for the quadrat sampling technique 65
66
11
@Onrizal
Dimensi pohon Husch et al. (2003):
Apa saja dimensi pohon yang diukur?
Pengukuran Dimensi Pohon
Pengukuran Diameter Pohon Diameter pohon yang biasa di ukur adalah diameter setinggi dada (dbh, diameter at breast height), yakni diameter pohon pada ketinggian: 130 cm dari permukaan tanah (mis. di Indonesia) 137 cm di atas permukaan tanah, (mis. di USA)
Selain itu ada beberapa istilah seperti diameter pangkal, diameter pada posisi 0,1 tinggi pohon, dan diameter ujung
umur, diameter, luas bidang dasar, tinggi, bentuk batang, dan kerapatan tajuk.
Van Laar & Acka (2007): • • • • • • • • • •
umur, diameter, luas bidang dasar, tinggi total, tinggi kayu pertukangan, volume total, volume kayu pertukangan, bentuk batang, ketebalan batang, dan riap.
Akan tetapi secara umum terdapat dua parameter yang paling sering diukur, yaitu diameter dan tinggi pohon
Pengukuran diamater pohon Alat-alat yang umum digunakan untuk pengukuran diamater pohon @Southwestern Environmental Consultants, Inc
Phi band
Caliper
Bitterlich Stick
Biltmore Stick
Laser Impulse 200 Sumber Gambar: Fahutan IPB, kecuali Laser Impulse & phi band
Spiegel Relascope Bitterlich
@Winrock International
Pengukuran diameter pohon
Sumber: Pedoman Pelaksanaan IHMB
12
Pengukuran Tinggi Pohon Apa itu tinggi pohon? jarak terpendek antara suatu titik (pada pohon) dengan titik proyeksinya pada bidang datar (permukaan tanah)
Seringkali dirancukan dengan “panjang”: jarak yang menghubungkan antara dua titik pada batang yang diukur menurut atau tidak menurut garis lurus
Sumber: BSN 2011
Pengukuran Tinggi Pohon Ilustrasi : tinggi vs panjang
Tinggi
Sumber: Pedoman Pelaksanaan IHMB
Pengukuran diameter pohon
Tinggi = panjang
Pengukuran diameter pohon
Sumber: Departemen Manajemen Hutan Fahutan IPB
Klasifikasi Tinggi Pohon Tinggi total: jarak antara titik pucuk pohon dengan proyeksinya pada bidang datar Tinggi bebas cabang: jarak antara titik lepas dahan atau lepas cabang atau batas tajuk dengan proyeksinya pada bidang datar Tinggi sampai batas diameter tertentu: tergantung tujuan dan kegunaan:
Pengukuran Tinggi Pohon @Philip (1994)
Tinggi kayu pertukangan (timber/merchantable height) Tinggi kayu tebal: pada pohon conifer (mis. pinus): tinggi sampai diameter 7 cm atau 10 cm Identik dengan kayu pertukangan untuk jenis conifer
13
Pengukuran Tinggi Pohon
Contoh “praktis” pengukuran tinggi pohon
Pengukuran secara langsung: Memanjat pohon Menggunakan tongkat ukur Kurang praktis dan hanya cocok untuk pohon yang tidak terlalu tinggi
Pengukuran secara tidak langsung: Menggunakan alat-alat ukur tinggi (hypsometer)
Alat ukur tinggi pohon
Alat ukur tinggi pohon
Klasifikasi alat berdasarkan prinsip pengukurannya: Prinsip geometri : menggunakan prinsip segitiga sebangun : Contoh: Christen meter, Walking stick, Weise hypsometer, Dendrometer Tidak memerlukan pengukuran jarak datar
Contoh alat ukur tinggi pohon
Klasifikasi alat berdasarkan prinsip pengukurannya: Prinsip trigonometri : cara pengukurannya menggunakan perhitungan sudut dan jarak: Contoh: Haga, Blumeleiss, Suunto hypsometer, Abney level, Spiegel Relaskop Bitterlich (SRB) memerlukan pengukuran jarak datar
Contoh alat ukur tinggi pohon
@The Australian National University
Abney Level Spiegel Relaskop
Haga
Laser Impulse 200
Suunto Clinometer
@Winrock International
Blume Leiss Sumber Gambar: The Australian National University
14
Pengukuran Tinggi Pohon
Pengukuran Tinggi Pohon
Contoh
Contoh
Sumber: Michael Kuhns
S= Sumber Gambar: The Australian National University
Pengukuran Tinggi Pohon Contoh
Pengukuran Tinggi Pohon Contoh
Sumber: Department of Environment and Climate Change NSW, 2007
Sumber: Department of Environment and Climate Change NSW, 2007
Pengukuran Tinggi Pohon Contoh
Pengukuran Tinggi Pohon Contoh
Sumber: Department of Environment and Climate Change NSW, 2007
Sumber: Department of Environment and Climate Change NSW, 2007
15
Kesalahan pengukuran Tinggi Pohon Pengukuran tinggi pohon lebih sulit (why?) Sumber-sumber kesalahan:
Kesalahan pengukuran Tinggi Pohon Sumber-sumber kesalahan (lanjutan): Kesalahan karena faktor lingkungan: Faktor fisik/topografi areal, iklim, tumbuhan bawah, dll yang kurang mendukung
Kesalahan alat: Pembagian skala kurang teliti atau kurang lengkap Tingkat ketelitian alat yang kurang baik Kedudukan alat waktu pengukuran tidak tepat
Kesalahan akibat posisi pohon: Tajuk terlalu tebal: menyebabkan salah menentukan puncak pohon sehingga hasil pengukuran “overestimate”
Kesalahan tenaga pengukur: Pengukur kurang berpengalaman (kurang terampil) Pengukuran dilakukan terburu-buru
Kesalahan pengukuran Tinggi Pohon Ilustrasi bila tajuk tebal
Pohon berdiri miring: menyebabkan “overestimate” atau “underestimate”
Kesalahan pengukuran Tinggi Pohon Ilustrasi bila pohon miring
Husch et al. (2003) Husch et al. (2003)
Cara mengurangi kesalahan pengukuran tinggi pohon Menentukan arah kemiringan pohon, kemudian pengukuran dilakukan dari arah tegak lurus dgn kemiringan pohon tsb. Memperkirakan titik proyeksi puncak pohon pada bidang datar di tanah, sehingga sewaktu membidik ke pangkal pohon maka titik inilah yg dibidik dan bukannya pangkal pohon itu sendiri Untuk mengatasi kesalahan karena faktor lingkungan, lakukanlah pengukuran pada waktu yg tepat (cuaca mendukung), dipilih pada areal yg tepat, pembabatan tumbuhan bawah, dll Banyak latihan menggunakan alat ukur tinggi keterampilan
Sampling Fauna: Burung Identifikasi burung
Pengamatan pada burung dalam kerapatan kecil dari atas perahu.
Pada kerapatan besar, menggunakan monokuler-tripod untuk identifikasi dan menghitung.
16
Keanekaragaman spesies
Contoh Perhitungan: Spesies
Indeks Diversitas Shannon-Wiener (H’) : H' = - ∑ pi ln pi Dimana, pi =Perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan jenis (ni/N)
Area a
b
c
d
e
N1
10
29
91
100
20
N2
10
19
1
100
20
N3
10
14
1
100
20
N4
10
11
1
100
20
N5
10
9
1
100
20
N6
10
7
1
100
0
N7
10
5
1
100
0
N8
10
3
1
100
0
N9
10
2
1
100
N10
10
1
1
100
0
Jumlah Spesies
10
10
10
10
5
0
Jumlah Individu
100
100
100
1000
100
H'
1,00
0,86
0,22
1,00
0,70
Sumber: Barus, 2007 97
98
Contoh Kriteria Indeks Keanekaragaman:
Contoh Kriteria Indeks Keanekaragaman:
Pencemaran vs keanekaragaman biota air
Keanekaragaman vs karakteristik ekosistem (based on macrozoobenthos diversity)
Derajat Pencemaran
Indeks diversitas (H')
Tidak Tercemar
> 2,0
Tercemar Ringan
1,6 - 2,0
Tercemar Sedang
1,0 - 1,6
Tercemar Berat/Parah
< 1,0
Indeks diversitas (H')
Karakter Ekosistem
≥ 3,3
Keanekaragaman tinggi, stabilitas ekosistem mantap, produktivitas tinggi, tahan terhadap tekanan ekologis
1,0 - 3,3
Keanekaragaman sedang, produktivitas cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang, tekanan ekologis sedang
< 1,0
Keanekaragaman rendah, miskin, produktivitas sangat rendah sebagai indikasi adanya tekanan yang berat dan ekosistem tidak stabil
Sumber: Barus, 2007 Sumber: Restu, 2002 99
Status Flora
100
For more information:
Jenis komersial Jenis dilindungi (oleh peraturan nasional atau internasional) Jenis endemik Sumber pakan, habitat etc dari satwa tertentu
Please call me at: 081314769742 onrizal.wordpress.com
101
102
17
ICONES'09 Banda Aceh
103
18