METODE PENELITIAN Desain, ternpat dan waktu penelitian Desain penelitian ini adalah cross secrional. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kabupaten Lembata selama 3 bulan, mulai bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2005. Metode pengambilan sampel Tahap pertama dalam pengambilan sampel adalah menentukan 2 kecamatan sebagai sampel. Dari masing-masing kecamatan dipilih 2 desa sebagai sampel. Penentuan sampel kecamatan dan desa dilakukan secara purposive sampling, dengan pertimbangan tingkat prevalensi kerniskinan tertinggi menurut indikator BPS. Tahap kedua adalah memilih 25 keluarga dari setiap desa sampel secara slratiJied random sampling.
Stratifikasi dilakukan berdasarkan strata
tingkat kesejahteraan keluarga menurut BKKBN. Total sarnpel penelitian adalah 100 keluarga. Metode pengambilan sampel dapat ditarnpilkan pada Gambar 2.
x Kabupaten
pzzq
A
Kecamatan
/'\
-----------
----------- purposive
' sampling
----------Gambar 2 Kerangka ~engambilansampel
purposive sampliny
stratified random sampling
Jenis dan cara pengumpulan data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah karakteristik demografi, ekonomi, sosial budaya, pengeluaran keluarga, serta tingkat kesejahteraan. Pengeluaran keluarga untuk makanan dikumpulkan dengan metode recall
selama sebulan yang lalu.
Sementara time frame untuk pengeluaran bukan makanan adalah sebulan yang lalu serta setahun yang lalu. Jenis dan cara pengumpulan data disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Jenis dan cara pengumpulan data
papan dan kesehatan Sikologis terdiri dari pendidikan, KB, interaksi dalam keluaga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi c) Kebutuhan pengembangan terdiri dari menabung dan memperoleh informasi d) Memberi sumbangan dan beperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan 6. Tingkat kemiskinan subyektif terdiri dari: persePra-Si harga, tempat tinggal, budaya, agama, pendapatan, pendidikan, kesehatan, anak, pekerjaan, hubungan sosial, dan aset
Data
sekunder
tentang
Petugas Lapangan Berencana (F'LKB)
Wawancara kuesioner
langsung
keluarga Keluarga
dengan
Data sekunder adalah data tingka.t kesejahteraan keluarga berdasarkan kriteria BKKBN melalui rekapitulasi hasil pendataan oleh PLKB 2003. Data penunjang terdiri dari kaji dokurnentasi dan kepustakaan dari publikasi/laporan instansi terkait seperti BPS, BKKBN, kabupaten, kecamatan, dan monografi desa. Kuesioner terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk mengukur validitas dan reabilitasnya sebelum digunakan untuk penelitian. Tujuan dilakukan uji coba adalah untuk menjamin kualitas data yang akan dikumpulkan dalafil penelitian ini. Hasil pendataan keluarga sejahtera yang dilakukan oleh PLKB disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Hasil Pendataan keluarga tingkat kelurahan tahun 2003 oleh PLKB
Berdasarkan hasil pendataan PLKB dinyatakan bahwa 56,2% adalah keluarga Pra-S dan 32,2% keluarga dengan strata KSI, 6 3 % KSII, 4,8% KSIII, dan tidak ada keluarga yang dikategorikan KSIII plus (0%). BKKRN menggolongkan keluarga Pra-S dan KSI menjadi keluarga miskin.
Dengan
demikian sekitar 88,4% keluarga di lokasi penelitian tergolong miskin dan 11,6 tidak miskin. Penetapan keluarga responden Penetapan keluarga contoh dalam penelitian ini dilakukan melalui 3 tahap. Tahap-tahap tersebut adalah: 1. Secara sengaja menentukan
100 orang ibu rumahtangga sebagai
responden. Penentuan ini dilakukan secara proporsional berdasarkan
stratifikasi tingkat kesejahteraan keluarga menurut BKKBN.
Hal ini
dilakukan terhadap data hasil ~encacahanoleh PLKB tahun 2003 (Tabel 7). Tahap ini menghasilkan distribusi rumah tangga responden di
Nubatukan dan Ile Ape menurut tingkat kesejahteraan (Tabel 8). Tabel 8 Sebaran keluarga responden menurut tingkat kesejahteraan versi PLKB di Nubatukan dan Ile Ape.
2. Melakukan verifikasi terhadap ~ m a h t a n g g aresponden yang diperoleh pada Tabel 8. Verifikasi dilakukan untuk memeriksa kembali data rumahtangga responden yang telah dikumpulkan oleh PLKB. Hasil verifikasi keluarga berdasarkan tingkat kesejahteraan disajikan pada Tabel
9. Tabel 9. Jumlah keluarga responden hasil verifikasi berdasarkan tingkat kesejahteraan
Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah keluarga setiap strata berbeda antara data PLKB dan hasil verifikasi. Angka yang terletak pada diagonal menunjukkan konsistensi antara PLKB dan verifikasi dalam menentukan keluarga sejahtara.
Keluarga Pra-S berkurang 11, KSI bertambah 16
dan KSII dan KSIII berkurang masing-masing 2 dan 3.
Perbedaan ini
mungkin disebabkan oleh: (1) keluarga mengalami peningkatan atau
penurunan tingkat kesejahteraan dan (2) kesalahm yang dilakukan oleh petugas PLKB dalam melakukan pencacahan keluarga. 3. Penetapan keluarga responden. Keluarga responden dalam penelitian ini
ditetapkan berdasarkan data hasil verifikasi yang dihasilkan pada tahap 2. Dengan demikian rumahtangga responden berjumlah 100 rumahtangga yang terdiri dari 49 keluarga Pra-S, 50 KS I, dan KSII sebanyak
1
keluarga. Pengolahan dan analisis data 1 . Data entry
Memasukkan data ke dalam komputer dan diproses dengan menggunakan program aplikasi microsoft excel XP.
Sebelum
dimasukkan
ke
dalam
komputer, data yang telah dikumpulkan perlu diberi kode. 2. Editing Data yang telah dikumpulkan dalam kuesioner perlu dibaca lagi dan diperbaiki jika terdapat hal-ha1 yang salah atau yang masih meragukan.
3. Cleaning Memeriksa kelengkapan dan kesesuaian informasi yang telah dimasukkan ke dalam komputer.
Apabila tejadi kesalahan memasukkan data ke komputer
maka dilakukan pengecekan ulang ke kuesioner. Cleaning dapat dilakukan dengan melihat distribusi frekuensi setiap peubah. Tingkat kesejahteraan dalam penelitian ini diukur menggunakan 3 kriteria: 1. BPS, menggunakan garis kemiskinan Kabupaten Lembata.
Membandingkan pengeluaran/kapita/bulan
dengan garis kemiskinan
Kabupsten Lembata (Rp 99625kaphln). Keluarga digolongkan sebagai kcluarga miskin apabila pengeluaran/kapita/bulan lebih rendah dari garis kemiskinan dan digolongkan tidak miskin jika pengeluaran/kapita/bulan sama dengan atau lebih tinggi dibandingkan dengan garis kemiskinan.
2. BKKBN, menetapkan beberapa tahap keluarga sejahtera, yaitu:
h Keluarga Pra-S adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, sandang, papan, dan kesehatan.
9 KS I adalah keluarga yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, sandang, papan, dan kesehatan. 9 KS I1 adalah keluarga yang selain memenuhi kebutuhan dasar
minimumnya juga dapat memenuhi kebutuhan sosial Pra-Sikologisnya.
9 KS 111 adalah keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum,
kebutuhan
sosial
Pra-Sikologis,
dan
kebutuhan
pengembangan.
9 KS 111 plus adalah keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum, kebutuhan sosial Pra-Sikologis, kebutuhan pengeinbangan, serta secara teratur ikut menyumbang dalam kegiatan sosial dan aktif mengikuti gerakan semacam itu di masyarakat. Untuk menggolongkan keluarga miskin atau tidak, BKKBN (2003)menggunakan indikator alasan ekonomi (ALEK), terdiri dari:
6 Pada umum.ya seluruh anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih.
+6 Anggota ke!uarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di mmah, bekerjalsekolah dan bepergian.
6 Bagian lantai yang terluas dari tanah $ Paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging atau ikan atau
telur.
6 Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian bam $ Luas lantai rumah paling kurang 8m2 untuk tiap penghuni.
Apabila keluarga tidak memenuhi salah satu dari ke-6 indikator ALEK maka digolongkan miskin
3. Persepsi terhadap kesejahteraan keluarga: : Menggunakan 43 pertanyaan tentang penilaian subyektif respunden terhadap kesejahteraan. Jawaban pertanyaan terdiri dari 2 kategori yakni tidak diberi skor 0 dan skor 1 untuk jawaban ya. Keluarga dinyatakan sejahtera apabila skor jumlah jawaban 'ya' 2 50% dan tidak sejahtera apabila < 50%.
4. Analisis data dilakukar. menurut prosedur sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan tingkat kesejahteraan keluarga dengan indikator BPS, BKKBN, dan persepsi subyektif berkenaan dengan tingkat kesejahteraan. 2. Mengukur akurasi masing-masing metode dengan menggunakan indikator BPS sebagai bench mark. Tingkat akurasi dinilai berdasarkan kemampuan alat untuk mengklasifikasi keluarga miskin. Indikator yang digunakan untuk menilai tingkat akurasi adalah sensitifitas dan spesifisitas (Budiarto 2001). Penghitungan indek sensitifitas dan spesifisitas digambarkan dengan ilustrasi berikut (Tabel 10). Tabel 10 Akurasi metode pengukuran kesejahteraan. Alat 1
Alat 2 Miskin
Miskin A Tidak C miskin Julnlah A+C Keterangan: A: Benar miskin B: Miskin Semu C: Tidak mbkin Semu D: Benar tidak miskin Sensitifitas: A/A+C Spesifisitas: D/B+D
Tidak miskin
Jumlali
B
A+B
D
C+D
B+D
3. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kesejahteraan keluarga mengg.~nakananalisis khi kuadrat (Agresti & Finlay 1997)).
4. Hasil anallsis data dipergunakan untuk membuat rumus atau rekomendasi kebijakan pengentasan kemisicinan. Definisi operasional 1. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami isteri,
suami istri dan anak, ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. 2.
Kepala keluarga adalah anggota keluarga dewasa (laki-laki atau perempuan) yang berperan sebagai pemimpin dan pencari nafkah utama dalam keluarga.
3. Tingkat kesejahteraan adalah kodisi dari suatu keluarga yang mencerminkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan ekonomi dan non ekononli.
Tingkat kesejdlteraan dalam penelitian ini diukur menggunakan indikator BPS, BKKBN, dan subyektif. Tingkat kesejahteraan ymg dimaksud dalam penelitian ini adalah kesejahteraan keluarga yang diukur menggunakan kriteria BPS, BKKBN, dan subyektif 4. Pendapatan adalah total uang yang diterima keluarga dari seluruh anggota
keluarga yang bekerja dan memperoleh gaji maupun dari penghasilan tarnbahan laimya (Rp per bulan).
5. Usia kepala keluarga dihitung berdasarkaxi hari ulang tahun terakhir. 6.
Pekerjaan adalah kegiatan individu dimana sebagian besar waktunya dihabiskan
dalam pekerjaan tersebut untuk rnendapatkan pecghasilan.
Dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi 2 yaitu pekerjaan KK sebagai karyawan atau buruh seperti PNS, karyawan perusahaan, buruh pabrik, pengemudi dengan sistem gaji, buruh penggarap tanah dengan sistem gaji dan pekerjaan KK sebagai pengusaha/majikan seperti pemilik tanah, nelayan yang menyewakan kapal, pedagang, pemilik perusahaan.. 7. Pendidikan adalah adalah lama pendidikan formal yang pemah dan sedeng ditempuh oleh KK (tahun), diklasifikasikan menjadi 0 (buta huruf), 1-6 (SD), 7-9 (SLTP), 10-12 (SLTA), 13-16 (PT). 8.
Aset adalah kekayaan keluarga dalam bentuk uang, emas, dan perhiasan, tanah, rumall, mobil, kebun, surat-swat berharga, saham, dan investasi modal.
9. Pengeluatan adalah banyaknya uang (Rp) yang dikeluarkan untuk keperluan konsumsi, tabungan, makanan, perurnahan, pendidikan, dan kesehatan yang dinyatakan dalam Rp/kap/bulan. Dalam penelitian ini pengeluaran dibagi menjadi pengeluaran pangan dan bukan makanan. 10. Ukuran keluarga adalah banyaknya individu Cjiwa) yang tinggallmenetap bersama delam satu rumah dan hidup dari sumber penghasilan yang sama. Cut offpoinr ukuran keluarga dalam penelitian ini adalah keluarga kecil (54
orang), sedang (5-7 orang), dan besar <>7 orang). 11. Indikator BPS adalah indikator penentu kemiskinan yang merujuk garis kemiskinan yang dihitung dari pengeluaran per kapita per bulan untuk pangan dan non pangan. Garis kemiskinan pang digunakan adalah Rp 99.625.- per kapita per bulan.
12. Indikator BKKBN yang digunaka untuk mengidentifikasi keluarga miskin adalah indikator alasan ekonomi (ALEK) (Lampiran 2).
13. Indikator penilaian subyektif terdiri dari 5 kelompok penilaian responden terhadap kesejahteraan yakni penilaian terhadap pendapatan, harga, budaya, agama, dan aset (Lampiran 3). 14. Sensitifitas adalah kernampuan sebuah indikator untuk mengidentifikasi dan
mengklasifikasi keluarga yang benar-benar miskin bila dibandingkan dengan benchmark.
15. Spesifisitas adalah kernampurn sebuah indikator untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi keluarga yang benar-benar tidak miskin jika dibandingkan dengan benchmark.