KONSEP, STRATEGI DAN PERSIAPAN ALIH-KELOLA (TAKE OVER) KEGIATAN PRIMA TANI DI KABUAPTEN SUMBA TIMUR Ignas K. Lidjang Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur ABSTRAK Kegiatan Prima Tani di desa Kambata Tana, Kecamatan Pandawai, Kabupaten Sumba Timur dimulai pada tahun 2005 sehingga saat ini merupakan tahun ketiga dan akan memasuki tahun keempat pada tahun 2008. Sesuai Panduan Umum (pandum) Prima Tani, pengelolaan Prima Tani oleh Badan Litbang sebagai ‘leading institution’ berkisar antara tiga sampai lima tahun, selanjutnya sudah harus diambil-alih (take over) oleh Pemda atau masyarakat dan Badan Litbang lebih memposisikan diri sebagai mitra dalam hal penyediaan inovasi teknologi dan pendampingan pada aspek-aspek tertentu. Dalam pelaksanaan kegiatan Prima Tani di kabupaten Sumba Timur, kontribusi Pemda dan stakeholders lainnya sudah nyata sejak tahun kedua dan semakin besar pada tahun ketiga baik kontribusi program maupun dana. Memasuki tahun keempat, perlu dirancang konsep dan stratagei serta dilakukan persiapan-persiapan dalam rangka alih kelola kegiatan oleh Pemda dan/atau masyarakat. Tulisan ini dimaksudkan sebagai salah satu sumbangan pemikiran yang diramu dari berbagai sumber/referensi, seperti: Pandum Pelaksanaan Prima Tani, hasil pengamatan selama tiga tahun, analisis dokumen perencanaan daerah, telaah program/kegiatan pembangunan daerah dan diskusi-diskusi informal dengan berbagai kalangan. Beberapa hal sebagai rekomendasi adalah: (1) sebagai program rintisan, indikator keberhasilan yang terpenting adalah terimplementasinya semua konsep, strategi serta road map secara baik dan konsisten, (2) dari sisi konsep, sasaran pokok yang diharapkan adalah terbangunnya koloborasi dengan semua pemangku kepentingan yang sinergis sehingga meyakinkan Pemda Sumba Timur bahwa konsep/pendekatan/strategi serupa dapat diimplentasikan dalam skala ruang yang lebih luas, (3) desa Kambata Tana hanyalah sebuah titik dalam konteks perencanaan pembangunan ekonomi berbasis wilayah, oleh karena itu Badan Litbang dan Pemda Sumba Timur perlu mendisain bersama pengembangan wilayah dan agribisnis, (4) dalam konteks pengembangan wilayah, desa Kambata Tana harus menjadi titik awal untuk pengembangan wilayah yang lebih luas (scaling up), artinya harus dipetakan secara jelas wilayah dampak langsung (model Kambata Tana dapat direplikasikan secara langsung, utuh dan sama) dan wilayah dampak tidak langsung (model Kambata Tana dapat direplikasi dengan penyesuaian tertentu), (5) dalam konteks agribisnis, dalam jangka waktu tertentu, desa Kambata Tana dan wilayah dampak langsungnya harus bisa diproyeksikan secara logis sebagai terimal akhir semua produk pertanian dari seluruh wilayah Sumba Timur baik primer maupun hasil olahan, dan (5) dari sisi perencanaan pengembangan wilayah, revitalisasi konsep-konsep yang sudah ada dimana desa Kambata Tana sebagai model rujukan. Beberapa kegiatan strategis yang harus dilakukan bersama dalam dua tahun ke depan, adalah: (1) sebagai ‘leading institution’, Badan Litbang selain terus menyempurnakan implementasi konsep Prima Tani di desa Kambata Tana juga perlu membantu Pemda menyiapkan berbagai hal yang berkaitandengan alih kelola, (2) salah satu yang terpenting adalah meyiapkan peta ruang pengembangan (areal dampak) yang sesuai dengan prinsipprinsip kesesuaian lahan dan agroekosistem, (3) revitalisasi bersama perencanaan pengembangan basis wilayah, dimana desa Kambata Tana menjadi titik awal (model rujukan) atau titik akhir (terminal agribisnis), termasuk (4) perencanaan bersama sumber pendanaan dan model kerjasama lanjutan. Kata kunci: Prima Tani, dampak, wilayah, agribisnis, alih kelola.
PENDAHULUAN Latar Belakang Kegiatan Prima Tani diimplementasikan menggunakan lima pendekatan: (1) agroekosistem: mengidentifikasi dan mengoptimalkan potensi spesifik setiap satuan lahan, (2) agribisnis: memilih komoditas yang unggul, tersedia pasar, dikelola sebagai sumber ekonomi mulai dari aspek hulu sampai hilir, (3) wilayah: pengembangan satu atau lebih komoditas harus merupakan bagian dari pengembangan wilayah pedesaan secara utuh sehingga menjadi satu daerah pertumbuhan ekonomi yang baru, (4) kelembagaan: pengembangan komoditas dalam konteks agribisnis tidak saja memerlukan dukungan teknologi tetapi juga kelembagaan yang berfungsi optimal, di dalam pengembangan kelembagaan terkait secara langsung pengembangan sumberdaya manusia, dan (5) kesejahteraan: muara akhir dari kegiatan Prima Tani adalah berkembangnya berbagai peluang/potensi sumber pendapatan baik secara horizontal maupun vertical, meningkatnya kesempatan kerja, meningkatnya pendapatan masyarakat dan pada akhirnya tercapai kesejahteraan (Badan Litbang, 2006) Pendekatan Prima Tani (Badan Litbang, 2006) adalah paradigma baru dalam penelitian pertanian yang dikembangkan oleh Badan Litbang yang selama ini melaksanakan berbagai penelitian untuk menghasilkan teknologi (research for research) tetapi banyak teknologi yang tidak sampai kepada pengguna. Dengan Prima Tani, berbagai teknologi unggul diimplementasikan dan dikawal sehingga menghasilkan nilai tambah dan menggerakkan perekonomian suatu wilayah (research for development). Dalam konteks yang lebih luas, pembangunan pertanian yang selama tiga dasawarsa dinilai salah urus (Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2002), Prima Tani merupakan perbaikan dari pendekatan pembangunan yang lebih menekan aspek produksi, itu pun atas beberapa komoditas strategis; terlepas dari sektor-sektor lain dan tidak merupakan bagian dari pengembangan suatu wilayah. Strategi yang diterapkan dalam pelaksanaan prima Tani adalah B-O-T (Build – Operate – and Transfer), artinya pengelolaan Prima Tani oleh Badan Litbang sebagai ‘leading institution’ berkisar antara tiga sampai lima tahun, selanjutnya sudah harus diambil-alih (take over) oleh Pemda atau masyarakat dan Badan Litbang lebih memposisikan diri sebagai mitra dalam hal penyediaan inovasi teknologi dan pendampingan pada aspek-aspek tertentu sejauh dibutuhkan (Badan Litbang, 2006). Kegiatan Prima Tani di desa Kambata Tana, Kecamatan Pandawai, Kabupaten Sumba Timur dimulai pada tahun 2005 sehingga saat ini merupakan tahun ketiga dan akan memasuki tahun keempat pada tahun 2008. Dalam pelaksanaan kegiatan Prima Tani di kabupaten Sumba Timur, kontribusi Pemda dan stakeholders lainnya sudah nyata sejak tahun kedua dan semakin besar pada tahun ketiga baik kontribusi program maupun dana. Memasuki tahun keempat, perlu dirancang konsep dan stratagei serta dilakukan persiapan-persiapan dalam rangka alih kelola kegiatan oleh Pemda dan/atau masyarakat. Tujuan Menganalisis berbagai keberhasilan, peluang dan potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai dasar perencanaan alih kelola yang mulus, mantap, berdampak luas dan berkelanjutan. Luaran Konsep, strategi dan langkah-langkah operasional sebagai sumbangan pemikiran dalam rangka menyiapkan proses alih kelola dan proses replikasi hasil-hasil yang telah dicapai di desa Kambata Tana. Manfaat Terlaksananya proses alih kelola dan replikasi hasil yang mulus dalam skala yang lebih luas baik wilayah maupun sasaran (masyarakat) sehingga menimbulkan dampak yang nyata bagi daerah dan masyarakat kabupaten Sumba Timur. METODOLOGI Materi tulisan diramu (Desk Study) dari berbagai sumber/referensi, seperti: Pandum Pelaksanaan Prima Tani, hasil pengamatan selama tiga tahun, analisis dokumen perencanaan daerah dan telaah berbagai program/kegiatan pembangunan daerah.
Konsep, strategi dan langkah-langkah oerasional yang direkomendasikan merupakan sisntesa pemikiran dari berbagai kalangan terutama dari kalangan Litbang Pertanian dan juga di luar Litbang Pertanian pada berbagai forum (diskusi formal maupun informal, seminar, Rapat Kerja dan Sosialisasi). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Prima Tani 2005-2007 Kegiatan Prima Tani tahun 2005 didahului oleh tiga kegiatan strategis sebagai rujukan selama pengembangan yakni: (1) PRA (Participatory Rural Appraisal) untuk memotret potensi, peluang, kendala/ masalah dan ancaman serta memetakan kebutuhan teknologi sesuai karakteristik permasalahan dan keinginan petani, (2) Studi Pendasaran (Baseline Survey) untuk memotret kondisi awal keadaan sosial ekonomi masyarakat (sebagai titik nol), diulang setiap tahun dan berpuncak pada akhir kegiatan sehingga dapat dilihat perkembangan pendapatan/tingkat kesejahteraan masyarakat, dan (3) pembentukan organisasi/kelembagaan Prima Tani baik tingkat kabupaten maupun di lokasi. Melalui kegiatan PRA dan Baseline terungkap bahwa: (1) desa Kambata Tana termasuk dalam zona agroekosistem lahan kering beriklim kering dataran rendah (LKIKDR) dengan luas wilayah 7.280 ha; terdiri atas tiga sub-agroekosistem yakni (i) bukit kapur/padang penggembalaan seluas 7.011 ha atau 96,3 %; (ii) kompleks perladangan/kebun/tegalan di dataran koluvial seluas 239 ha atau 3,28 % dan (iii) lahan pinggir kali atau “mondu” dengan proporsi luas 0,42 % atau 30, 6 ha, (2) komoditas unggulan adalah ternak, khususnya sapi Ongole, jagung dan sayur-sayuran, (3) aksesibilitasnya baik karena dekat dengan kota, (4) masalah utama: sumberdaya lahan untuk pertanian tanaman pangan sangat terbatas, produktivitas pertanian rendah, jumlah dan mutu pakan terbatas, pejantan unggul terbatas, inovasi teknologi yang sudah masuk terbatas, kelembagaan petani masih lemah, kegiatan agribisnis sangat terbatas, air belum dimanfaatkan secara optimal, sarana dan prasarana pertanian terbatas, (5) kondisi social ekonomi umumnya rendah dan sumber pendapatan terbatas, dan (6) direkomendasikan agar sapi sebagai bisnis utama (core bisnis) ditunjang oleh perbenihan, sayur-sayuran, pengembangan/pengolahan pakan, pengolahan hasil pertanian, pelatihan, pembentukan klinik dan pengenalan/diseminasi inovasi teknologi (Tim PRA, 2005; Marawali et al, 2006 dan Gega, 2007). Berdasarkan peta permasalahan dan potensi yang tersedia maka disusn Rancang-bangun Laboratorium Agribisnis Kambata Tana beserta tahapan pelaksanaannya (Road map). Perkembangan jenis inovasi/kegiatan dan hasil yang dicapai sejak tahun 2005 sampai 2007 disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Perkembangan kegiatan 2005-2007 dan hasil-hasilnya. Tahun 1 2005
2006
Kegiatan 2 Data dasar lokasi (Laporan PRA daan Baseline Survey) Perbenihan jagung
2 ha
Perbenihan kacang tanah
1 ha
Pendampingan petani untuk penanaman/pemeliharaan tanaman pangan di ladang Pendampingan petani untuk penanaman/pemeliharaan tanaman sayur di ”mondu” Pembangunan gedung
5 ha
Pengenalan (Diseminasi) inovasi teknologi
Desa/semua kelompok
Perbenihan jagung (lanjutan)
3 ha
Perbenihan kacang hijau
1 ha
Penggemukan sapi Pemantapan kelompok tani Pengolahan hasil pertanian
1 Dusun Desa Kelompok Wanita Tani
Pembuatan pakan olahan (silase)
Kel. Penggemukan Kel. Penggemukan Kel. Penggemukan 40 ha
Pembuatan kompos Penanaman pakan legum Pendampingan penanaman jagung di ladang (BPTP dan Dinas TPH) Pemberdayaan ekonomi (bantuan sapi dari Bappeda) Pelatihan petani (kerjasama dengan KIPP dan Dinas Koperasi) Workshop
Keramba apung
1 2007
Skala/ Sasaran 3 Desa
2 Kredit sapi (Dinas peternakan dan Bank NTT)
2 ha 1 buah
Hasil 4 Laporan PRA, Laporan Baseline dan Rancang-Bangun Lab. Agribisnis 4 ton/ha; menjadi stok benih kelompok tani 0,8 ton/ha; menjadi stok benih kelompok tani Memperkenalkan jagung varietas unggul baru dari Balitjas Maros (Lamuru) Meningkatkan pendapatan petani rata-rata Rp 500.000 Bangunan ukuran 5 x 7 m + bahan-bahan informasi Pengolahan kompos, pengolahan pakan, pengenalan RB (Rumen Bacillus) untuk nafsu makan sapi, kandang kelompok dan mesin pencacah limbah. 4 ton/ha; terjual 1,5 ton; tabungan kelompok/klinik Rp 15 juta Gagal panen 38 ekor 16 Kelompok Hasil olahan: VCO, minyak kelapa murni, anggur pisang, kripik jagung dan sirup air kelapa 38 drum 8 ton 1 ha Kekeringan/gagal panen
20 ekor/50 juta Kelompok
20 ekor (kumulatif jumlah sapi menjadi 58 ekor) 2 kali
Petani, Pemda, Litbang, pengusaha Desa
1 kali (Agustus 2006)
3 20 ekor
4 20 ekor (kumulatif jumlah sapi menjadi 78 ekor)
10 unit (Oleh Diskan)
Perbenihan jagung
Pendampingan penanaman ladang dan mondu Pembentukan Gapoktan Pembuatan kompos
13 ha
di
Pakan komplit (olahan) Pelatihan pengurus klinik (cikal bakal koperasi tani) oleh Dinas Koperasi Pengmbangan kelapa dalam (Disbun) Keramba apung
15 ha Desa Kel.penggem uk sapi 1 kelompok Pengurus klinik
4,0 ton/ha; sudah dipesan oleh PT. Agroindustri, Dinas Pertanian TPH, Dinas Perkebunan dan LSM dengan harga Rp 10.000/kg. Mondu: pendapatan Rp 500-700 ribu/orang 1 Gapoktan + pengurusnya 8 ton Baru tahap survey pakan lokal Rutin per bulan
kelompok
Tahap sosialisasi
Desa
10 unit
potensi
Terlihat pada Tabel di atas bahwa jenis dan intensitas kegiatan terus berkembang dari tahun ke tahun dan partisipasi stakeholders terus meningkat. Hal ini terjadi karena pemahamanan akan konsep, stretagi dan pendekatan Prima Tani semakin baik. Permasalahan Disamping keberhasilan, kegiatan Prima Tani di desa Kamabata Tana juga tidak terlepas dari berbagai permasalahan, terlebih pada dua tahun pertama. Beberapa kendala/masalah menonjol adalah: (1) Konsep Prima Tani masih belum dipahami secara baik oleh semua pihak baik internal Badan Litbang maupun Pemda, (2) Konsep, pendekatan, strategi dan rancang-bangun pengembangan Prima Tani belum mampu diintegrasikan dengan baik dalam konsep, pendekatan, strategi dan rancang-bangun pengembangan wilayah yang telah direncanakan oleh Pemda, dan (3) Konsep, pendekatan, strategi dan rancang-bangun bisnis/agribisnis Prima Tani belum mampu diintegrasikan dengan baik dalam dinamika agribisnis yang sedang berkembang saat ini maupun pada masa yang akan datang. Akibatnya, (1) Litbang/BPTP masih dominan bermain sendiri dalam skala wilayah sangat terbatas dan kontribusi Pemda belum memadai baik dalam hal alokasi kegiatan maupun dana, (2) kegiatan bisnis masih belum nampak, masih dominan kegiatan teknis, (3) kegiatan yang sudah berjalan dinilai sebagai kumpulan kegiatan yang sifatnya parsial, (4) ditinjau dari sisi replikasi, belum semua Dusun dan petani dalam desa terlibat dalam kegiatan apalagi pada desa-desa sekitarnya, dan (5) pemasaran hasil merupakan masalah paling serius. Konsep, Strategi dan Prospek Alih Kelola Berdasarkan hasil yang telah dicapai, pertisipasi stakeholders dan permasalahan yang ada, diperlukan kerja keras dalam dua tahun sisa agar alih kelola kepada Pemda dan atau masyarakat berjalan mulus. Proses alih kelola kepada masyarakat mungkin bisa berjalan mulus karena mereka sudah merasa manfaat dan dampak kegiatan tetapi replikasi model oleh Pemda masih menjadi tanda tanya besar. Dalam rangka memuluskan alih kelola dan replikasi model sesuai prinsip BOT, diperlukan langkah-langkah berikut: 1. Bersama Pemda, masyarakat dan stakeholders yang lain perlu merumuskan secara tajam visi (konsep perencanaan) yang harus dilaksanakan/dicapai dalam jangka lima tahun dan sesudahnya. Stidaktidaknya ada dua visi yang perlu didiskusikan: (a) visi pengembangan (Bgan 1): desa Kambata Tana sebagai titik awal (starting point) pengembangan kawasan Agropolitan Pandawai-Haharu (rencana Pemda) dan model untuk pengembangan Kawasan Utara khususnya dan Kawasan Potensial lainnya di Kabupaten Sumba Timur, dan (b) visi bisnis/agribisnis (Bagan 2): desa Kambata Tana sebagai Laboratorium Agribisnis yang akan menjadi: (i) penghasil utama ternak potong dan ternak bibit (bakalan) yang bermutu, (ii) sebagai lokasi transit (selama 2-3 bulan untuk perbaikan mutu) semua ternak sapi dari seluruh wilayah Sumba Timur sebelum diekspor/diantar-pulaukan, dan (iii) sub terminal pemasaran dan atau pengolahan semua komoditas unggulan di kabupaten Sumba Timur.
Desa-desa sentra Peternakan (sapi)
Kawasan Utara
Pasar
Desa-desa Jagung
sentra
Kawasan Tengah Desa-desa sentra Kacang Tanah
Kawasan Selatan
Pasar
WAINGAPU
Lab.Agr. Kambatatana
D.I. Kambaniru & Kadumbul
Desa/Sentra Komoditas lainnya
Pasar
Bagan 1: Visi Pengembangan (Replikasi) Kegiatan Prima Tani Desa Kambata Tana, diselaraskan dengan Program Agropolitan dari Pemda Pada Bagan di atas terlihat bahwa ada sejumlah desa yang dapat menjadi areal dampak langsung dari kegiatan Prima Tani yakni desa-desa yang terdapat dalam calon wilayah pengembangan Agropolitan ”Pandawai-Haharu” yang memiliki potensi komplementer dengan ’core bisnis’ Laboratorium Agribisnis. Pada tataran kabupaten, sesuai rencana umum tata ruang pembangunan, desa Kambata Tana masuk dalam Kawasan utara sehingga jika keberhasilan di desa tersebut berdampak pada sejumlah desa dalam kawasan Utara maka dengan sendirinya kawasan lain akan merasakan dampaknya.
Sapi potong/ sapi bibit/Produk olahan Kawasan lain
Pasar Benih (jagung/sayur)
Komoditas unggulan
Unit Penampungan/ pengolahan/peningkat-an nilai tambah
Pangan Olahan
Lab.Agr. Kambatatana (Sub terminal)
WAINGAPU (Terminal)
Kacang tanah (benih/ olahan)
Pasar
Pakan Olahan
Pasar Kawasan lain
Bagan 2: Visi Bisnis/Agribisnis Lab. Agribisnis Desa Kambata Tana, diselaraskan dengan Dinamika Agribisnis Lokal Pada Bagan di atas, Agropolitan merupakan penghela bergeraknya roda agribisnis wilayah melalui penyediaan infrastruktur, pengembangan sentra-sentra produksi dan pengolahan serta pemasaran melalui berbagai sub terminal dan terminal akhir di Waingapu. Laboratorium Agribisnis Kambata Tana dapat diproyeksikan sebagai salah satu sub terminal dan model pengembangan. Bahan baku dan atau komoditas unggulan dari kawasan-kawasan lain diolah dan ditingkatkan nilai tambahnya di Laboratorium Agribisnis Kambata Tana karena letaknya yang sangat dekat dengan terimanl akhir pemasaran. 2.
Keberadaan kelembagaan AIP masih sangat lemah. Oleh karena itu, dalam tahun ke depan BPTP bersama Pemda, masyarakat dan stakeholders lainnya perlu membentuk dan membangun jejaring kerja (networking) yang mantap. Prioritas utama adalah jejaring kerja untuk produksi dan pemasaran sapi, pengolahan pakan dan usaha perbenihan karena mempunyai prospek agribisnis lebih baik. Pada Bagan 3,4,5 dan 6 disajikan usulan model jejaring yang harus dibangun dan dimantapkan dalam dua tahun ke depan.
Seleksi
Aplikasi Teknologi Unggulan dan Dampingan Pakar
Litbang (BPTP, Balit, Puslit)
Lab.Agr. Kambatatana Breeding Center Matawai Maringu
ANTAR PULAU PASAR
KLINIK Induk + Pejantan unggul
KOPTAN
Pengusaha/Eksportir/ Peternak Besar
Sentra-sentra Pemeliharaan Ternak
Kel. Usaha Bibit/Bakalan bermutu
Regulasi/Pengawasan
Dinas/Lembaga terkait
Dampingan dan modal
Bagan 3: Jejaring (Networking) Produksi dan Pemasaran Sapi (Core Bisnis) Kelembagaan AIP yang sudah terbentuk adalah Klinik dan kelompok tani. Klinik sementara waktu berfungsi juga sebagai Koperasi tetapi nantinya akan dibentuk secara khusus kelembagaan Koperasi Tani (Koptan) sedangkan kelompok tani masih perlu ditata agar setiap kelompok mengelola usaha spesifik. Jejaring kerja bisnis belum terbangun sama sekali dan perlu menjadi prioritas dalam dua tahun ke depan. Teknologi unggulan
BPSB/Pengawas Benih Litbang (BPTP)
Dampingan teknis Lab.Agr. Kambata Tana
Puslitbangtan/ Balitser Maros
Kabupaten/Pulau Lain
KLINIK
PASAR
KLINIK
Sentra-sentra produksi jagung di Sumba Timur
Benih bermutu/berlabel
KOPTAN
Peternak (limbah)
Benih bermutu/berlabel Kel. Penangkar
Dinas/Lembaga terkait
Dampingan dan Modal
Bagan 4: Jejaring Produksi dan Pemasaran Benih (Jagung) Dampingan teknis Litbang (BPTP) Teknologi unggulan
Peternak (Penggemukan)
Lab.Agr. Kambata Tana
Eksportir Ternak
Puslitbangnak/ Balit-Balit Nak
KLINIK KP. Waingapu (Instalasi Pengolahan)
PASAR KOPTAN
Sentra-sentra produksi pangan/ Daerah Irigasi
Bahan baku (Limbah)
Karantina
BC Matawai Maringu Rumput alam/Kebun Pakan
Kel. Pemuda Tani
Dampingan dan Modal
Dinas/Lembaga terkait
Bagan 5: Jejaring Produksi dan Pemasaran Pakan Ternak
Pengusaha/ Jasa Alsintan
Hulu Pengusasa Sarana Produksi/Pakan
Agropolitan
LEMBAGA PENJAMIN (Pemda)
KLINIK
KOPTAN
Onfarm Farm
Kel.Tani/Kel. Usaha Produk Primer
Lab. Agribisnis Hilir PandawaiHaharu
Kel.Tani/Kel. Usaha/Peda-gang pengum-pul
AGEN/SUB DISTRIBUTOR
IMPORTIR / DISTRIBU-
Lembaga Finansial/ Pengusaha/Pemodal
Peternak besar (tradisional)
Pengusaha/ pe-dagang ternak
Kel.Tani/Kel. Usaha/ Pengolah hasil
PASAR LOKAL
Breeding Center Matawai Maringu
EKSPORTTIR/ PEDAGANG ANTAR PULAU
PASAR ANTAR PULAU
Bagan 6: Jejaring kelembagaan AIP (ideal) saat take over 3.
Dalam dua tahun sisa masa kegiatan, perlu dilakukan penajaman kegiatan baik inovasi teknis terutama inovasi kelembagaan. Pada kegiatan teknis, inovasi teknologi penggemukan sapi perlu ditingkatkan kuantitas maupun kualitasnya. Peningkatan kuantitas inovasi diperlukan untuk tidak saja melaksanakan penggemukan tetapi juga pembibitan, pakan olahan (complit feed) dan pemanfaatan kotoran sapi sebagai bahan baku bio-gas sedangkan peningkatan kualitas menyangkut mutu produk terutama pakan dan kompos. Inovasi teknis yang lain yang masih sangat lemah adalah teknologi untuk mengangkat/memanfaatkan air yang lebih murah dan sederhana. Disamping itu, inovasi teknologi pengolahan hasil harus seselektif mungkin sehingga produk yang dihasilkan dapat dipasarkan dengan baik (Tim Teknis Prima Tani Pusat, 2007).
4. Penyempurnaan inovasi kelembagaan memerlukan perhatian serius. Disarankan agar dalam dua tahun ke depan, harus dilakukan hal-hal berikut: (i) pemantapan organisasi, kepengurusan & administrasi kelompok, (ii) pemantapan jenis/spesifikasi usaha setiap kelompok, (iii) pemantapan kemampuan merencanakan dan melaksanakan usaha dan pemanfaatan hasil usaha (tabungan kelompok), (iv) pemantapan kemampuan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak dan menaati setiap perjanjian dengan pihak lain, dan (v) pemantapan kemampuan mengakses informasi pasar dan informasi inovasi teknologi. Klinik agribisnis lebih diarahkan sebagai wadah konsultatif sedangkan untuk menangani agribisnis perlu segera dibentuk Koperasi Tani. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dalam tiga tahun pelaksanaan Prima Tani di desa Kambata Tana telah nampak berbagai keberhasilan dan arah kegiatan sudah pada jalur yang benar (on the track). 2. Namun demikian, prospek alih kelola pada tahun ke lima masih belum meyakinkan, masih banyak hal yang perlu diperbaiki. 3. Fokus perbaikan pada dua tahun sisa harus pada penumbuhan, pemantapan, pengembangan jejaring kerja kelembagaan AIP dan perbaikan mutu inovasi teknologi.
Saran 1. Perlu dilakukan koordinasi yang terus-menerus dengan Pemda dan stakeholders lainnya. 2. Perlu memperbanyak acara temu usaha sehingga pengusaha dapat memahami arah pengembangan yang terjadi di laboratorium agribisnis. 3. Perlu dilakukan replikasi terbatas pada desa-desa yang merupakan areal dampak langsung serta komplementer dengan kegiatan di desa kambata Tana. 4. Sebelum replikasi terbatas, perlu dilakukan survey potensi dan prospek kegiatan pada setiap desa (areal) dampak.
DAFTAR PUSTAKA Badan Litbang, 2006. Pedoman Umum Prima Tani. Gega, L. K., 2007. Keragaan Pelaksanaan Prima Tani di desa Kambata Tana, Kabupaten Sumba Timur. Materi Sosialisasi prima Tingkat Propinsi di Kupang, April. Marawali, H.H., L. Kia Gega, Evert Y. Hosang dan Charler Y. Bora, 2006. Laporan Pelaksanaan Prima Tani di desa Kambata Tana, tahun 2005. Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2002. Agrowisata meningkatkan Pendapatan Petani. http: //database.deptan.go.id, 10 Agustus 2007. Tim PRA, 2005. Laporan Pelaksanaan PRA dan Rancang-Bangun Laboratorium Agribisnis di Desa Kambata Tana, Kabupaten Sumba Timur. Tim Teknis Prima Tani Pusat, 2007. Laporan Monev dan Evaluasi Kegiatan Dalam Rangka Penilaian Lima Lokasi Terbaik Seluruh Indonesia.