LAPORAN SANGAT SEMENTARA Tidak untuk dikutip
Pilot-Survey BPS dan PEMDA Sumba Timur Tentang Dinamika Kemiskinan dan Kesejahteraan dalam Sistem Penghidupan di Kecamatan Rindi, Sumba Timur Kumpulan penyajian interpretasi dini data sementara dalam rangka pengembangan lanjut sistem pemantauan kemiskinan dan kesejahteraan lokal di Sumba Timur
disusun oleh Dr. Friedhelm Betke, Dr. Hamonangan Ritonga Badan Pusat Statistik (BPS)
Laporan disajikan pada diskusi persiapan publikasi final Waingapu, 22 Desember 2006 (edition of 18 January 2007 with minor corrections)
Kata Pengantar Laporan ini merupakan kajian data dari Pilot Survei Pengembangan Sistim Pemantauan Kemiskinan/Kesejahteraan yang Spesifik Daerah Sumba Timur yang dilakukan di Kecamatan Rindi pada bulan April sampai dengan Mei 2005. Laporan ini mengkaji data-data tentang permasalahan yang terkait dengan tipe kediaman, tingkat kesejahteraan menurut tipe kediaman, jenis keluarga dalam kediaman, status perkawinan, poligami, status anak berikut pekerja anak, pendidikan dan akses sekolah, pelayanan kesehatan, akses air minum dan sanitasi, sumber penghidupan, dan permasalahan lain menyangkut kesejahteraan masyarakat Sumba Timur, khususnya kecamatan Rindi. Data tersebut dikumpulkan melalui pendekatan survei terhadap satuan pemukiman, dengan menggunakan dua jenis kuesioner, yaitu kuesioner untuk pemetaan kabihu dan pendaftaran bangunan (modul listing, atau L1) serta kuesioner tentang kesejahteraan dan penghidupan masyarakat Sumba Timur (modul kesejahteraan dan penghidupan, atau L2). Kedua kuesioner tersebut dikembangkan berdasarkan kerangka pikir, yang mencakup: 1) model sistem perekonomian penghidupan di tingkat uma (Sumba Timur) dipandang dari sudut aset dan kebutuhan sehubungan peredaran uang dan pertukaran tenaga, 2) model kategori/kelompok penghuni dalam penghidupan di Sumba Timur, 3) model hubungan antara tipe uma menurut kedudukannya dalam sistem alokasi tenaga produktif dan reproduktif, dan 4) Model hubungan antara tipe uma menurut kedudukannya dalam sistem pertukaran pelayanan tenaga produktif. Hasil Pilot Survei ini diharapkan bermanfaat dalam pengembangan dan penerapan sistem pemantauan kemiskinan/kesejahteraan masyarakat Sumba Timur untuk selanjutnya digunakan dalam program-program penanggulangan kemiskinan di Sumba Timur. Hasil pilot survei ini tentunya masih belum sempurna, untuk itu saran penyempurnaan dari semua pihak sangat diharapkan. Banyak pihak yang telah berpartisipasi dalam pengembangan sistem pemantauan kemiskinan/ kesejahteraan masyarakat Sumba Timur, sejak tahun 2002 sampai sekarang ini. Secara khusus kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Bupati Sumba Timur yang secara terus menerus memberikan dorongan kepada kami dalam menyelesaikan Studi ini. Kami juga sangat berterima kasih kepada pimpinan, staf dan Koordinator Statistik kabupaten Sumba Timur yang telah berperan dalam pelaksanaan Pilot Survei ini. Jakarta, 22 Desember 2006 Friedhelm Betke Hamonangan Ritonga
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
2
DAFTAR ISI I. II. III. IV.
Kata pengantar ....................................................................................................................... 1 Pendahuluan........................................................................................................................... 6 Metodologi ............................................................................................................................ 8 Organisasi lapangan ............................................................................................................... 8 Kajian data survei terpilih yang berkaitan dengan kerentanan dalam sistem penghidupan di Sumba Timur ..................................................................................................................... 9 Gambaran umum tentang struktur kependudukan di Kecamatan Rindi ................................... 9 Penyebaran kabihu di Kecamatan Rindi ............................................................................... 10 Pilihan desa studi dalam (modul L2) .................................................................................... 13 Tipe kediaman yang ditemukan di kedua desa studi ............................................................. 14 Pembandingan tingkat kesejahteraan antara keempat tipe kediaman di Desa Tanaraing dan Rindi ............................................................................................................................. 17 Kepemilikan aset, dan akses informasi ................................................................................. 17 Jenis keluarga dalam tipe kediaman ..................................................................................... 18 Status perkawinan, poligami, dan status anak-anak............................................................... 18 Status anak asuh................................................................................................................... 20 Status pendidikan dan akses sekolah .................................................................................... 20 Akses air minum, sanitasi dan pelayanan kesehatan ............................................................. 22 Penguasaan dan pemanfaatan lahan pertanian....................................................................... 23 Kepemilikan unggas dan hewan ........................................................................................... 26 Kegiatan ekonomi di tingkat rumah dan di tingkat individu.................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................... 35 ANNEX I: Rincian (sementara) data-data survei kesejahteraan dan penghidupan menurut golongan etnik dan strata tradisional di Kecamatan Rindi, Sumba Timur............................................. 37 ANNEX II: Asumsi dasar tentang sumber penghidupan dan hubungan pertukaran dalam sistem perekonomian penghidupan di Sumba Timur: ...................................................................... 69 V. Asumsi dasar tentang hubungan pertukaran tenaga manusia antara tipe uma menurut kedudukannya dalam sistem alokasi tenaga produktif dan reproduktif: ................................. 70 VI. Asumsi dasar tentang kerentanan dalam sistem penghidupan di bidang satuan / rumah di Sumba Timur: .................................................................................................................. 75 ANNEX III: Instrumen penelitian ujicoba yang diterapkan di wilayah kecamatan Rindi, Sumba Timur (Maret/April 2006) .................................................................................................... 76
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
3
DAFTAR TABEL Table 1: Table 2: Table 3: Table 4: Table 5: Table 6: Table 7: Table 8: Table 9: Table 10: Table 11: Table 12: Table 13: Table 14: Table 15: Table 16: Table 17: Table 18: Table 19: Table 20: Table 21: Table 22: Table 23: Table 24: Table 25: Table 26: Table 27: Table 28: Table 29: Table 30: Table 31: Table 32: Table 33: Table 34:
Karakteristik perkawinan, insiden poligami, tingkat mortalitas dan pengasuhan anak di desa Tanraing dan Rindi............................................................................................................................................................... 19 Banyaknya dan kondisi anak asuh di desa Tanaraing dan Rindi........................................................................ 20 Status pendidikan populasi umum dan partisipasi sekolah anak berusia sekolah di desa Tanaraing dan Rindi............................................................................................................................................................... 21 Akses air minum, sanitasi, dan pemanfaatan pelayanan kesehatan .................................................................... 22 Penyebaran lahan pertanian antara golongan etnis/strata tradisional di desa Tanaraing dan Rindi...................... 26 Penyebaran kepemilikan hewan kecil/besar antara golongan etnis/strata tradisional di desa Tanaraing dan Rindi............................................................................................................................................................... 26 Penyebaran akses ke sumber penghidupan lainnya menurut jenis kegiatan, golongan etnik, dan strata tradisional di desa Tanaraing dan Rindi .......................................................................................................... 29 Penyebaran tenaga kerja menurut sektor ekonomi, golongan etnik, strata tradisional, di desa Tanaraing dan Rindi............................................................................................................................................................... 29 Penyebaran rumah, penghuni, aset, dan akses informasi menurut golongan etnik dan strata tradisional di desa Tanaraing................................................................................................................................................ 38 Penyebaran rumah, penghuni, aset, dan akses informasi menurut golongan etnik dan strata tradisional di desa Rindi....................................................................................................................................................... 38 Penyebaran tipe keluarga menurut golongan etnik dan strata tradisional di desa Tanaraing ............................... 39 Penyebaran tipe keluarga menurut golongan etnik dan strata tradisional di desa Rindi ...................................... 39 Penyebaran kaum perempuan, laki-laki menurut status perkawinan dan status anak-anak menurut golongan etnik dan strata tradisional di desa Tanaraing ................................................................................................... 40 Penyebaran kaum perempuan, laki-laki menurut status perkawinan dan status anak-anak menurut golongan etnik dan strata tradisional di desa Rindi .......................................................................................................... 41 Penyebaran golongan umur dan jenis kelamin menurut status pendidikan dan golongan etnik serta strata tradisional di desa Tanaraing ........................................................................................................................... 42 Penyebaran golongan umur dan jenis kelamin menurut status pendidikan dan golongan etnik serta strata tradisional di desa Rindi .................................................................................................................................. 43 Indikator yang berkaitan dengan sanitasi dan kesehatan menurut golongan etnik dan strata tradisional di desa Tanaraing................................................................................................................................................ 44 Indikator yang berkaitan dengan sanitasi dan kesehatan menurut golongan etnik dan strata tradisional di desa Rindi....................................................................................................................................................... 45 Indikator yang berkaitan dengan akses pendidikan dan kondisi anak berusia sekolah di desa Tanaraing ............ 46 Indikator yang berkaitan dengan akses pendidikan dan kondisi anak berusia sekolah di desa Rindi ................... 47 Indikator yang berkaitan dengan akses pendidikan, serta status dan kondisi anak asuh menurut golongan etnik dan strata tradisional di desa Tanaraing ................................................................................................... 48 Indikator yang berkaitan dengan akses pendidikan, serta status dan kondisi anak asuh menurut golongan etnik dan strata tradisional di desa Rindi .......................................................................................................... 49 Indikator yang berkaitan dengan akses dan pemanfaatan lahan pertanian menurut golongan etnik serta strata tradisional di desa Tanaraing.................................................................................................................. 50 Indikator yang berkaitan dengan akses dan pemanfaatan lahan pertanian menurut golongan etnik serta strata tradisional di desa Rindi......................................................................................................................... 51 Indikator yang berkaitan dengan akses dan pemanfaatan pohon/tanaman keras menurut golongan etnik serta strata tradisional di desa Tanaraing.......................................................................................................... 52 Indikator yang berkaitan dengan akses dan pemanfaatan pohon/tanaman keras menurut golongan etnik serta strata tradisional di desa Rindi................................................................................................................. 52 Indikator yang berkaitan dengan kepemilikan dan pemanfaatan unggas/hewan menurut golongan etnik serta strata tradisional di desa Tanaraing.......................................................................................................... 53 Indikator yang berkaitan dengan kepemilikan dan pemanfaatan unggas/hewan menurut golongan etnik serta strata tradisional di desa Rindi................................................................................................................. 54 Penyebaran jumlah hewan antara golongon etnik serta strata tradisional di desa Tanaraing ............................... 55 Penyebaran jumlah hewan antara golongon etnik serta strata tradisional di desa Rindi ...................................... 56 Penyebaran akses ke kegiatan ekonomi serta status kerja antara golongon etnik dan strata tradisional di desa Tanaraing................................................................................................................................................ 57 Penyebaran akses ke kegiatan ekonomi serta status kerja antara golongon etnik dan strata tradisional di desa Rindi....................................................................................................................................................... 58 Penyebaran akses ke sektor ekonomi serta keberadaan tenaga yang kerja di luar desa antara golongon etnik dan strata tradisional di desa Tanaraing............................................................................................................ 59 Penyebaran akses ke sektor ekonomi serta keberadaan tenaga yang kerja di luar desa antara golongon etnik dan strata tradisional di desa Rindi................................................................................................................... 60
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
4
Table 35: Table 36: Table 37: Table 38: Table 39: Table 40: Table 41: Table 42:
Penyebaran pengeluaran untuk bahan terpilih antara rumah menurut golongan etnik dan strata tradisional di desa Tanaraing................................................................................................................................................ 61 Penyebaran pengeluaran untuk bahan terpilih antara rumah menurut golongan etnik dan strata tradisional di desa Rindi....................................................................................................................................................... 62 Penyebaran jumlah pengeluaran untuk bahan terpilih antara golongan etnik dan strata tradisional di desa Tanaraing........................................................................................................................................................ 63 Penyebaran jumlah pengeluaran untuk bahan terpilih antara golongan etnik dan strata tradisional di desa Rindi............................................................................................................................................................... 64 Kaitan antara indikator terpilih dengan status ketahanan pangan menurut golongan etnik dan strata tradisional di desa Tanaraing ........................................................................................................................... 65 Kaitan antara indikator terpilih dengan status ketahanan pangan menurut golongan etnik dan strata tradisional di desa Rindi .................................................................................................................................. 66 Kaitan antara akses ke sektor/kegiatan ekonomi dan status ketahanan pangan menurut golongan etnik dan strata tradisional di desa Tanaraing.................................................................................................................. 67 Kaitan antara akses ke sektor/kegiatan ekonomi dan status ketahanan pangan menurut golongan etnik dan strata tradisional di desa Rindi......................................................................................................................... 68
DAFTAR GRAFIK Figure 1: Figure 2: Figure 3: Figure 4: Figure 5: Figure 6: Figure 7:
Figure 8: Figure 9: Figure 10: Figure 11: Figure 12: Figure 13: Figure 14: Figure 15: Figure 16: Figure 17: Figure 18: Figure 19: Figure 20: Figure 21: Figure 22: Figure 23: Figure 24: Figure 25: Figure 26:
Penyebaran kelompok sosial utama menurut golongan etnik dan strata tradisional di kawasan Kecamatan Rindi................................................................................................................................................................. 9 Banyaknya sub-populasi golongan etnis non-Sumba di kecamatan Rindi............................................................ 9 Golongan etnis /strata tradisional masyarakat menurut agama di kecamatan Rindi............................................ 10 Penyebaran jumlah klen dan rata-rata jumlah individu menurut besarnya klen (dalam arti kuartil populasi) di kawasan Kecamatan Rindi........................................................................................................................... 11 Penyebaran jumlah klen dan jumlah individu menurut keanggotaannya dalam strata tradisional di kawasan Kecamatan Rindi............................................................................................................................................. 11 Perbandingan penyebaran jumlah klen dan jumlah individu di desa Rindi/Tanaraing menurut keanggotaan berdasarkan keadaan pada saat lahir dengan keanggotaan klen berdasarkan tempat tinggal (saat ini)................. 12 Perbandingan penyebaran persentase individu di desa Rindi/Tanaraing menurut keanggotaan berdasarkan keadaan pada saat lahir dengan keanggotaan klen berdasarkan tempat tinggal (saat ini) serta statusnya dalam strata sosial, status berkaitan adanya poligami, status anak asuh, dan tingkat integrasi orang nonSumba ............................................................................................................................................................ 13 Golongan etnis /strata tradisional masyarakat menurut desa di kecamatan Rindi ............................................... 14 Golongan etnis /strata tradisional masyarakat menurut desa studi penghidupan................................................. 15 Penyebaran sub-populasi golongan etnis non-Sumba antara desa Rindi/Tanaraing............................................ 15 Perbandingan penyebaran golongan etnis /strata tradisional masyarakat menurut agama di antara desa Rindi dan dan desa Tanaraing.......................................................................................................................... 16 Penyebaran “tipe kediaman” (menurut komposisi populasinya) serta banyaknya penghuni di desa Tanaraing dan Rindi........................................................................................................................................ 16 Penyebaran beberapa aset rumah/keluarga antara desa Tanaraing dan Rindi ..................................................... 17 Penyebaran tipe keluarga menurut komposisi dan besarnya di desa Rindi dan Tanaraing .................................. 18 Luas lahan pertanian yang dikuasai menurut desa dan jenis lahan..................................................................... 23 Luas lahan pertanian yang digarap menurut desa dan jenis lahan...................................................................... 24 Status penguasaan lahan menurut desa............................................................................................................. 24 Status pemanfaatan lahan menurut desa dan jenis lahan ................................................................................... 25 Penyebaran pemeliharaan unggas/ternak menurut jenis binatang dan desa ........................................................ 27 Jumlah ternak menurut jenis binatang dan desa................................................................................................ 27 Penyebaran akses ke sumber penghidupan lainnya menurut jenis kegiatan dan desa ......................................... 28 Penyebaran tenaga kerja (>5 th) menurut sektor ekonomi dan desa................................................................... 30 Persentase tenaga kerja laki-laki dan perempuan menurut sektor ekonomi dan desa.......................................... 30 Penyebaran tenaga kerja menurut status pekerjaan, jenis kelamin, dan desa ...................................................... 31 Persentase pekerja anak, dewasa, dan lansia menurut sektor dan desa............................................................... 32 Persentase pekerja anak, dewasa, dan lansia menurut desa ............................................................................... 32
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
5
I. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Salah satu tujuan nasional sebagaimana termuat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum. Program-program pembangunan dilaksanakan selama ini selalu memberikan perhatian besar terhadap upaya pengentasan kemiskinan sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Namun demikian, masalah kemiskinan belum dapat dituntaskan sampai saat ini dan secara terus menerus menjadi masalah yang berkepanjangan. Perhatian pemerintah terhadap pengentasan kemiskinan pada masa reformasi terlihat lebih besar terutama setelah terjadinya krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997. Pada masa pemerintahan Megawati - Hamzah Haz misalnya, pemerintah terlihat memprioritaskan target penurunan penduduk miskin dalam Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) tahun 2000-2004, dari 19 % pada tahun 2000 menjadi 14 % pada tahun 2004. Untuk mencapai target tersebut, pemerintahan Megawati - Hamzah Haz juga membentuk Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK) melalui Keputusan Presiden No. 124 tahun 2001yang ditindak lanjuti dengan diterbitkannya Dokumen Interim Strategi Penanggulangan Kemiskinan Nasional pada tahun 2002. Pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono - Kalla yang terpilih pada bulan Oktober 2004, juga dicanangkan salah satu sasaran pokok dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2004-2009, yaitu penurunan penduduk miskin dari 16,7 % pada tahun 2004 menjadi 8,2 persen pada tahun 2009. Data menunjukkan bahwa masalah kemiskinan di Indonesia masih belum dapat dituntaskan bahkan menunjukkan kenaikan. Berdasarkan data SUSENAS tahun 2006 (BPS, 2006), persentase penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2006 meningkat menjadi 17,8 % dengan jumlah penduduk 39 juta orang. Dengan kata lain, program-program pembangunan selama ini belum berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena masyarakat masih rentan dengan masalah-masalah sosial-ekonomi dan faktor-faktor lainnya, seperti kenaikan harga BBM pada tanggal 1 Maret 2005 dan1 Oktober 2005. Kemiskinan dapat didefinisikan dalam berbagai cara, baik dengan pendekatan moneter maupun pendekatan non-moneter. Dengan pendekatan moneter, penduduk miskin didefinisikan sebagai penduduk yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup minimal yang layak atau mempunyai pengeluaran/pendapatan di bawah garis kemiskinan yang dinyatakan dalam nilai rupiah atau dolar. Bank Dunia misalnya menggunakan garis kemiskinan yang didasarkan pada pendapatan $1 atau $2 per kapita per hari. Penduduk yang mempunyai pendapatan di bawah $1 atau $2 per hari dikategorikan miskin. Badan Pusat Statistik (2004) menggunakan garis kemiskinan konsumsi/pengeluaran. Garis kemiskinan konsumsi ini dirumuskan berdasarkan pengeluaran yang diperlukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan minimum pangan (konsumsi energi 2100 kkal per kapita per hari) dan kebutuhan non-pangan yang bersifat mendasar, seperti untuk sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan. Dengan pendekatan non-moneter, kemiskinan didasarkan pada berbagai keterbatasan kebutuhan hidup yang dimiliki penduduk, antara lain: keterbatasan penghasilan, keterbatasan kepemilikan, keterbatasan tempat tinggal, keterbatasan keterampilan, keterbatasan pendidikan, tingkat kesehatan yang rendah, keterbatasan lingkungan sosial, keterbatasan dalam melaksanakan hubungan sosial dengan masyarakat sekitarnya, dan keterbatasan dalam melaksanakan hubungan sosial dengan masyarakat yang lebih luas. Asian Development Bank (ADB) misalnya mendefinisikan kemiskinan sebagai ketiadaan aset dan kesempatan yang esensial yang menjadi hak setiap manusia. Setiap orang berhak mempunyai akses pada pendidikan dasar dan rawatan kesehatan primer. Rumah tangga
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
6
miskin mempunyai hak untuk bekerja dengan jerih payahnya sendiri dan mendapat imbalan yang memadai untuk itu, serta juga mempunyai perlindungan terhadap gangguan dari luar. Penduduk miskin juga harus diberdayakan untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan mengenai berbagai hal yang menentukan kehidupan mereka (ADB, 2001). Oleh karena itu kemiskinan dapat diukur dengan ukuran pendidikan dasar, rawatan kesehatan, gizi, air bersih dan sanitasi selain juga pendapatan, pekerjaan, dan upah. Ukuran tersebut harus juga mencakup hal-hal lain seperti rasa ketidakberdayaan dan ketiadaan kesempatan untuk berpartisipasi. Dalam melaksanakan program pengentasan kemiskinan adalah penting untuk mengembangkan metode pemantauan kemiskinan dan kesejahteraan rakyat yang spesifik lokal dengan pendekatan non-moneter, karena masalah kerentanan penduduk tidak dapat dijelaskan oleh indikator-indikator moneter yang selama ini digunakan oleh BPS. Pemerintah daerah diharapkan dapat mengidentifikasi indikator-indikator yang spesifik lokal terutama yang dapat mengindikasikan kerentanan sosial di wilayahnya. Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan diperbaharui dengan Undang-Undang No. 32 tahun 2005, untuk pertama kalinya sejak Indonesia merdeka program-program pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk dirubah dari yang tadinya dirancang, diimplementasikan, dan dipantau secara sentralistik menjadi programprogram pembangunan yang dirancang secara tidak sentralistik. Laporan ini menjelaskan hasil studi pengembangan indikator kemiskinan dan kesejahteraan yang spesifik lokal di Sumba Timur, yang pengembangannya telah dimulai sejak tahun 2002 melalui kerja sama antara BPS, Pemerintah Sumba Timur, GTZ, dan UNICEF. Secara khusus, laporan ini menjelaskan hasil studi yang dilakukan pada bulan Maret-April 2006.
1.2 Tujuan Pilot Survei Secara umum tujuan dari Pilot Survei ini adalah untuk mengembangkan pendekatan dan metode pengukuran konsep yang spesifik lokal, terutama keanggotaan kabihu maupun stratifikasi sosial di Sumba Timur. Secara khusus, tujuan dari Plot Survei ini adalah untuk mengetahui: 1. Sejauh mana tingkat kerentanan dan kesejahteraan masyarakat Sumba Timur masih dipengaruhi oleh keadaan strata tradisional dan apa metode pengukurannya yang layak? Sehubungan dengan tujuan ini perlu diketahui kejelasan tentang: a) perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakat Sumba Timur menurut tipe golongan etnis dan strata sosial tradisional; b) tingkat akses dan dinamika sumber penghidupan masyarakat Sumba yang tergolong dalam tipe kediaman sesuai dengan stratifikasi sosial yang berlaku; 2. Apakah sistem ekonomi pedesaan masih didominasi oleh orientasi subsistensi (selfprovisioning) atau sudah umumnya berorientasi pasar (market-oriented) dan sejauh mana interaksi antara kedua orientasi ini mempengaruhi dinamika kemiskinan? Sehubungan dengan tujuan ini dicari kejelasan tentang: a) Perbedaan kerentanan di tingkat desa/komunitas menurut derajat keterbukaan terhadap mekanisme pasar regional, nasional, dan global; b) Perbedaan kelestarian dan kelanjutan ketahanan pangan maupun ketahanan sosial di tingkat desa/komunitas dan keluarga. Perlu diteketahui bahwa laporan sementara ini hanya menjangkau penjayian data dan kesimpulan terkait tujuan pertama. Untuk menjawab pertanyaan pada tujuan kedua, masih diperlukan analisis lebih mendalam dan rinci lagi yang direncanakan akan disajikan dalam laporan final.
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
7
II.
Metodologi Studi ini dilaksanakan melalui pendekatan survei. Karena tujuannya yang bersifat pengembangan dan eksploratif, maka studi hanya dilakukan di satu kecamatan yaitu, yaitu Kecamatan Rindi. Pemilihan Kecamatan Rindi sebagai wilayah pilot survei karena alasan bahwa kecamatan ini memiliki desa yang sifatnya masih tradisional (homogen), yaitu desa Rindi, maupun desa yang sifatnya non-tradisional (heterogen), seperti desa Tanaraing. Kerangka pikir yang digunakan dalam pilot survei ini telah dikaji dalam suatu proses yang panjang, melalui kajian cepat, pendekatan partisipatori dengan tokoh masyarakat dan pemerintah daerah, kajian literatur tentang budaya Sumba Timur, kajian lapangan oleh antropolog, sosiolog, ekonom, dan bidang ilmu lainnya. Kerangka pikir yang digunakan dalam pilot survei ini digambarkan dalam beberapa model, yang mencakup: 1) Model sistem perekonomian penghidupan di tingkat uma (Sumba Timur) dipandang dari sudut aset dan kebutuhan sehubungan peredaran uang dan pertukaran tenaga, 2) Model kategori/kelompok penghuni dalam penghidupan di Sumba Timur, 3) Model hubungan antara tipe uma menurut kedudukannya dalam sistem alokasi tenaga produktif dan reproduktif, dan 4) Model hubungan antara tipe uma menurut kedudukannya dalam sistem pertukaran pelayanan tenaga produktif (lihat Gambar 1 s/d 4 pada lampiran). Asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam model-model yang digunakan juga dapat dilihat pada lampiran. Pengumpulan data lapangan dilakukan melalui wawancara oleh petugas pencacah yang direkrut dari staf dan Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) pada Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Timur. Pencacahan dilakukan dengan menggunakan dua daftar Pertanyaan, yaitu Daftar SST.L1 untuk Pemetaan Kabihu dan Pendaftaran Bangunan (lihat Lampiran) dan Daftar SST.L2 untuk Survei Kesejahteraan dalam Penghidupan Masyarakat (lihat Lampiran). Pemetaan dilakukan untuk semua desa yang ada di Kecamatan Rindi, sedangkan Survei Kesejahteraan dalam Penghidupan dilakukan hanya di 2 desa, yaitu Desa Rindi (untuk mewakili desa dengan penduduk homogen) dan Desa Tanaraing (untuk mewakili desa dengan penduduk heterogen). Dalam pelaksanaan studi ini KSK juga berperan penting sebagai informan kunci lokal yang dapat memberi penilaian tentang status sosial penghuni masing-masing rumah.
III.
Organisasi lapangan Pelaksanaan survei ini dilakukan dengan koordinasi BPS Pusat dan BPS Kabupaten Sumba Timur. Tugas BPS Pusat adalah: 1) mengembangkan daftar pertanyaan berdasarkan kerangka pikir yang telah dikembangkan melalui kajian lapangan; partisipasi dengan peneliti, pemerintah, dan tokoh masyarakat lokal; dan kajian literatur, 2) melakukan pelatihan petugas dengan petugas dari BPS kabupaten Sumba Timur, 3) melakukan supervisi pelaksanaan survei di lapangan, 4) melakukan pengolahan hasil survei, dan 5) melakukan kajian berdasarkan data hasil pilot survei. Tugas BPS Kabupaten Sumba Timur adalah: 1) Memberi masukan konsepsional dan operasional dalam pengembangan instrumen, 2) Mengikuti pelatihan survei, 2) melaksanakan dan mengawasi pencacahan, dan 3) melakukan editing hasil pencacahan sebelum dikirimkan ke BPS Pusat di Jakarta.
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
8
IV.
Kajian data survei terpilih yang berkaitan dengan kerentanan dalam sistem penghidupan di Sumba Timur Gambaran umum tentang struktur kependudukan di Kecamatan Rindi Menurut data modul listing yang mencakupi seluruh penduduk kecamatan Rindi di delapan desa, penduduk kecamatan Rindi dapat dikelompokkan dalam empat kelompok seperti disajikan dalam Figure 1. Keempat kelompok terdiri dari golongan non-Sumba (rinciannya terdapat dalam Figure 2), serta tiga golongan yang merupakan strata tradisional orang Sumba, yaitu golongan Maramba (bangsawan), golongan Kabihu (orang merdeka), serta golongan Tau la uma (TLU, tenaga terikat yang berhubungan erat dengan keluarga majikannya sejak beberapa generasi). Seperti ditampilkan dalam gambar di bawah ini mayoritas penduduk kecamatan Rindi adalah orang Sumba, dan di antara orang Sumba golongan Kabihu adalah golongan yang terbesar. Figure 1: Penyebaran kelompok sosial utama menurut golongan etnik dan strata tradisional di kawasan Kecamatan Rindi Maramba; 216; 3%
Non-Sumba; 1.449; 17%
Kabihu; 5.099; 59%
Sumba; 7.120; 82%
TLU; 1.746; 20%
Sumba (status kurang jelas); 59; 1%
Figure 2:Banyaknya sub-populasi golongan etnis non-Sumba di kecamatan Rindi 938
Sabu Bugis
229 136
Ende 58
Lainnya Timor
26
Bima
23
Bajo
21
Flores
15
Alor
13
Rote
11
Jaw a
11 0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1.000
Jumlah individu
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
9
Figure 3:Golongan etnis /strata tradisional masyarakat menurut agama di kecamatan Rindi 100% 90%
Persentase golongan
80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Maramba
Kabihu
TLU
Sumba (status kurang jelas)
Non Sumba
Islam
0
181
3
18
458
Katolik
1
49
6
9
32
80
1592
429
28
930
135
3277
1308
4
29
Protestan Marapu
Golongan Sumba dan non-Sumba terutama berbeda menurut agama yang dianut oleh mayoritasnya seperti disajikan dalam Figure 3 di atas. Di mana mayoritas orang Sumba di kecamatan Rindi masih menganut agama/kepercayaan Marapu (agama leluhur) dan sebagian telah memeluk agama Kristen Protestan, sebaliknya dalam golongan non-Sumba Protestan adalah mayoritas dan hanya sepertiga dari semua individu non-Sumba beragama Islam. Khusus dalam strata TLU persentase penganut agama Marapu paling tinggi. Dalam survei yang dilaporkan di sini tidak semua individu dapat digolongkan secara jelas dalam keempat kategori tersebut Status dari 59 orang Sumba tidak tergolong dalam strata tradisional oleh pengumpul data. Bila dilihat dari kepercayaannya, jelaslah individu itu adalah orang Sumba yang masuk ke budaya dan agama orang non-Sumba atau sebaliknya.
Penyebaran kabihu di Kecamatan Rindi Dalam modul listing dari kuesioner yang diujicobakan di seluruh kecamatan Rindi terdapat beberapa pertanyaan tentang keanggotaan orang Sumba dalam kabihu (lineage) lokal. Setiap individu Sumba ditanyakan tentang kabihunya pada saat lahir dan tentang kabihunya di mana dia bertempat tinggal pada saat survei (saat ini). Dengan kedua informasi tersebut untuk individu yang sudah kawin dapat diketahui apakah dia diserap oleh kabihu yang lebih besar atau kecil serta apakah laki-laki kawin tinggal di kabihunya istrinya. Hal itu didefinisikan sebagai “kawin masuk”, atau dengan kata lain seseorang laki-laki menjadi anggota klen istrinya dan menyerahkan haknya atas anak-anak bersama istri tersebut Biasanya hal itu terjadi bila laki-laki yang bersangkutan tidak bisa membayar mas kawin (bridewealth) untuk istrinya. Data listing tentang keanggotaan individu dalam klen lokal (atau kabihu) di kecamatan Rindi menunjukkan bahwa penyebaran penduduk di dalam klen sangat tidak merata. Setelah diurut menurut besarnya populasi, kelompok-kelompok dengan nama klen yang berbeda dapat dibagi dalam empat kuartil yang proporsinya masing-masing 25 persen. Seperti ditampilkan dalam Figure 4 di F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
10
bawah ini, seperempat dari populasi di kecamatan Rindi terdiri dari hanya satu klen (lineage) saja, di mana seperempat dari penduduk yang terurut dalam kuartil terakhir terdiri dari lebih dari 172 golongan (pada saat lahir). Melalui perkawinan antara klen, jumlah klen dalam kuartil 2-4 berkurang seperti disajikan dalam grafik-grafik di bawah. Dalam kenyataan kehidupan sosial di tingkat lokal, hal ini berarti bahwa sekitar seperempat dari penduduk terintegrasi dalam satu jaringan sosial yang luas tapi kompak di mana tiga perempat penduduk tertata dalam jaringan-jaringan sosial yang semakin sempit dan berbeda. Tentu saja tingkat kerentanan sosial ekonomi dapat sangat bervariasi antara keempat kuartil itu.
200
2.000
175
1.750
Rata-rata jumlah individu
Jumlah golongan
Figure 4: Penyebaran jumlah klen dan rata-rata jumlah individu menurut besarnya klen (dalam arti kuartil populasi) di kawasan Kecamatan Rindi
150 125 100 75 50 25 0
1.500 1.250 1.000 750 500 250 0
Kabihu besar
Kabihu relatif besar
Kabihu relatif kecil
Kabihu kecil
Jml Klen saat lahir
1
10
18
172
Jml Klen saat ini
1
9
18
135
Kabihu besar
Kabihu relatif besar
Kabihu relatif kecil
Kabihu kecil
pop saat lahir
1.738
180
99
10
pop saat ini
1.843
185
101
13
Selain besarnya kabihu yang berbeda di antara kuartil populasi maupun jika dilihat dari segi keanggotaan menurut kelahiran atau menurut afiliasi perkawinan, kabihu-kabihu di kecamatan Rindi juga berbeda menurut adanya/banyaknya anggota strata tradisional. Seperti disajikan dalam Figure 5 di bawah, hanya 18 dari seluruh klen di kecamatan Rindi adalah yang dapat disebut “noble clan” dengan adanya maramba sebagai anggotanya. Bila dilihat dari populasinya, ternyata limabelas dari klen tersebut merupakan jaringan yang terbesar dalam arti jumlah anggotanya. Namun sekitar separuh dari “anggota” tersebut ternyata berstatus TLU atau tenaga terikat yang sebenarnya tidak punya hubungan kekerabatan (resmi) dengan separuh anggota lainnya yang benar-benar terhubung melalui relasi dengan leluhur yang sama. Hal itu berarti bahwa tenaga terikat/suruhan dikuasai oleh jaringan komando yang sempit dan hierarkis. Jaringan komando tersebut tentu saja menciptakan kondisi politik-ekonomi yang dapat didominasikan golongan elite yang relatif kecil. Figure 5: Penyebaran jumlah klen dan jumlah individu menurut keanggotaannya dalam strata tradisional di kawasan Kecamatan Rindi 120
3500 Jum lah ind ivid u
Jumlah golongan
100 80 60 40
3000 2500 2000 1500 1000 500 0
20
Kabihu saja
Jumlah klen
Kabihu saja
Kabihu dgn TLU
M aramba/ Kabihu
M aramba dgn Kabihu/ TLU
110
30
3
15
M aramba/Kabihu
M aramba dgn Kabihu/TLU
0
0
5
210
1916
1101
102
1403
TLU
0
103
0
1598
non-Sumba
24
16
2
17
maramb a
0
Kabihu dgn TLU
kabihu
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
11
Figure 6 dan Figure 7 berikut ini menampilkan distribusi klen menurut keanggotaan individunya pada saat lahir dan afiliasinya melalui perkawinannya dan proses penyerapan beberapa kategori individu. Figure 6: Perbandingan penyebaran jumlah klen dan jumlah individu di desa Rindi/Tanaraing menurut keanggotaan berdasarkan keadaan pada saat lahir dengan keanggotaan klen berdasarkan tempat tinggal (saat ini) Desa Rindi
Desa Tanaraing
59
60
70
50
62
40
29
30 20 10
1
4
1
Jumlah golongan
Jumlah golongan
60
Kabihu besar
Kabihu relatif besar Klen saat lahir
650 600
30
18
20
3
3
8
15
6
0
0
700
40
10
2
50
50
683
Kabihu relatif kecil
Kabihu besar
Kabihu kecil
Kabihu relatif besar Klen saat lahir
Klen saat ini
Desa Rindi
158
627
166
Kabihu kecil
Klen saat ini
Desa Tanaraing 147
150
Kabihu relatif kecil
156 159
137
143 147
500 450 400
316
311
350 300
345
227
250 200
Jumlah individu
Jumlah individu
550
100
50
150 100 50 0
0 Kabihu besar
Kabihu relatif besar Indiv saat lahir
Kabihu relatif kecil Indiv saat ini
Kabihu kecil
Kabihu besar
Kabihu relatif besar Indiv saat lahir
Kabihu relatif kecil
Kabihu kecil
Indiv saat ini
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
12
Figure 7: Perbandingan penyebaran persentase individu di desa Rindi/Tanaraing menurut keanggotaan berdasarkan keadaan pada saat lahir dengan keanggotaan klen berdasarkan tempat tinggal (saat ini) serta statusnya dalam strata sosial, status berkaitan adanya poligami, status anak asuh, dan tingkat integrasi orang non-Sumba Kabihu saat lahir desa Rindi
100%
100% 90%
4
89 21
19
2
9 204
80% 0
16 5
0
10
7
70% 60%
12
50% 40%
5
49
7
10%
22
82
Kabihu besar
laki2 po ligamy
istri keX
Kabihu relatif besar
anak istri keX
laki2 kawin masuk
Kabihu relatif kecil
Ibu yg tdk kawin
0
0
19 34
293
8
6 4
7
90%
1
5
30% 226
Kabihu relatif kecil
49
2
Kabihu besar
0
120
7
12
4 1 2
70
30% 20%
0
1
4
1
6 6 1
13
5 17
3 82
2
1
0% laki2 po ligamy
istri keX
Kabihu relatif besar
anak istri keX
laki2 kawin masuk
Ibu yg tdk kawin
Kabihu relatif kecil
anak asuh
no nSumba
Kabihu kecil
15
1
115
7
9 Kabihu
anak asuh
Kabihu kecil
19
2 17
10%
TLU
0 Ibu yg tdk kawin
120
70%
10%
maramba
1
40%
18 45
0 laki2 kawin masuk
21
0
6 27
0%
Kabihu relatif besar
anak istri keX
50%
602
20%
istri keX
0 14
9 72
laki2 po ligamy
0
80%
60%
60%
Kabihu
Kabihu saat ini desa Tanaraing 4
12
80%
TLU
Kabihu besar
Kabihu kecil
100%
1
1
maramba
anak asuh
Kabihu saat ini desa Rindi 40 1
17
1
0%
0
Kabihu
9
111
4
2
0%
40%
64
30%
10
21
50%
1
3
20%
10%
70%
15 1
16
13
20%
11
3
130
2
5
100%
0
3
1
40%
302
TLU
16
4
18
543 62
maramba
2
50%
4
30%
90%
117
16
56 60%
0
2
10
80%
13
70%
90%
Kabihu saat lahir desa Tanaraing 2
1
0 maramba
TLU
Kabihu
Kabihu besar
laki2 po ligamy
istri keX
Kabihu relatif besar
anak ist ri keX
laki2 kawin masuk
Ibu yg tdk kawin
Kabihu relatif kecil
anak asuh
no nSumba
Kabihu kecil
Bila dibandingkan antara saat lahir dan saat ini, jelaslah nampak suatu kecenderungan penyerapan kelompok istri ke2+, kelompok anak istri ke 2+, dan kelompok laki-laki “kawin masuk”, serta kelopok perempuan yang tidak kawin tapi sudah punya anak, dan kelompok anak asuh, yang cenderung lebih banyak berasal dari golongan kabihu kecil dan akhirnya menjadi bagian dari tenaga (reproduksi dan produksi) kabihu besar.
Pilihan desa studi dalam (modul L2) Berdasarkan data sensus penduduk 2000 dan data PSE 05 (juga dikenal sebagai sensus kemiskinan) desa yang dikenakan aplikasi daftar pertanyaan mendalam tentang kesejahteraan dan sumber penghidupan (modul L2) adalah desa Tanaraing dan Rindi. Kedua desa tersebut – walaupun saling berdekatan dan berbatasan yang sama – merupakan kedua kasus yang relatif paling ekstrem. Tanaraing adalah desa dengan mayoritas orang non-Sumba, dan orang “merdeka” (Kabihu) serta golongan maramba dan TLU yang relatif kecil. Rindi adalah desa asal dan pusat kekuasaan dari maramba di seluruh kecamatan dan oleh karena itu masih memiliki proporsi anggota maramba yang terbesar serta proporsi TLU yang terbesar juga. Dengan pilihan itu diharapkan terdapat jumlah kasus per keempat kategori sosial yang disebut pada awal laporan ini yang mencukupi analis sub-golongan rentannya yang cukup rinci.
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
13
Figure 8:Golongan etnis /strata tradisional masyarakat menurut desa di kecamatan Rindi 100%
Persentase populasi desa
90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Tamburi
Lai Lanjang Hanggaro ru
Kabaru
Haikatapu
Tanaraing
Rindi
Kayuri
Jumlah kabihu
657
611
1.056
292
811
445
529
698
Jumlah TLU
104
165
122
197
218
106
641
193
Jumlah maramba
1
4
12
23
56
35
83
2
Jumlah o rang No n-Sumba
5
42
12
281
108
628
17
356
Tipe kediaman yang ditemukan di kedua desa studi Dalam analis berikut ini komposisi dan penyebaran penghuni dari 450 rumah di sajikan menurut berbagai indikator terpilih. Pada umumnya kebanyakan penduduk tinggal dalam rumah nontraditional (hampir 60%) dan dalam rumah besar yang tidak bermenara. Baik rumah besar bermenara yang biasanya menunjukkan status sosial tinggi maupun rumah kecil yang biasanya punya fungsi bantuan/perlengkapan seperti uma woka, uma latang, uma mondu, dan uma padang ditemukan relatif jarang. Penyebarannya sangat bervariasi antara desa, sehingga lebih dari 90 % dari penghuni Tanaraing tinggal dalam rumah yang berbentuk non-tradisional, dibanding dengan hanya sekitar 9 % penghuni di desa Rindi. Begitu juga besarnya populasi di dalam rumah, walaupun besarnya jumlah penduduk kedua desa hampir sama (lihat Table 9 dan Table 10 di lampiran). Kebanyakan perbedaan drastis antar desa seperti tersebut di atas jelaslah berkaitan dengan struktur golongan etnik dan golongan strata sosial tradisional. Lebih dari separuh penghuni desa Tanaraing terdiri dari golongan etnik non-Sumba (lihat Figure 10), di mana sebaliknya orang non-Sumba di desa Rindi sangat kurang dan mayoritas penghuni terdiri dari golongan Tau la Uma (TLU, lihat Figure 9 dan Figure 12).
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
14
Figure 9:Golongan etnis /strata tradisional masyarakat menurut desa studi penghidupan 100%
17 2
90% Persentase penduduk
80%
628
640
70% 60% 50%
24 106
40% 30%
529 445
20% 10% 0%
Maramba
83
35
Rindi
Tanaraing
Kabihu
TLU
Sumba (status kurang jelas)
Non Sumba
Figure 10:Penyebaran sub-populasi golongan etnis non-Sumba antara desa Rindi/Tanaraing Sabu Bugis Ende Lainnya Flores 0
50
100
150
200
250
300
350
Flores
Lainnya
Ende
Bugis
Sabu
Tanaraing
0
43
97
149
340
Rindi
9
1
0
0
7
Jumlah individu
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
15
Figure 11: Perbandingan penyebaran golongan etnis /strata tradisional masyarakat menurut agama di antara desa Rindi dan dan desa Tanaraing Desa Tanaraing
Desa Rindi
100%
100%
90% 80% P e r s e n t a s e g o lo n g a n
P e r s e n t a s e g o lo n g a n
80%
60%
40%
70% 60% 50% 40% 30% 20%
20%
10% 0%
0%
Islam
Maramba
Kabihu
TLU
Sumba (status kurang jelas)
Non Sumba
0
0
0
1
7
Maramba
Kabihu
TLU
Sumba (status kurang jelas)
Non Sumba
Islam
0
95
3
8
283
18
0
2
4
Katolik
0
0
0
0
0
Katolik
0
Protestan
24
111
163
1
9
Protestan
14
209
68
14
335
Marapu
59
418
478
0
1
Marapu
21
123
35
0
6
Figure 12: Penyebaran “tipe kediaman” (menurut komposisi populasinya) serta banyaknya penghuni di desa Tanaraing dan Rindi
18
98
88
135
82
Tanaraing
Rindi
P ersentase rum ah
9 17
3
Non-Sumba
Kabihu
TLU mandiri
Maramba plus
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
47 93
P ersentase penghuni
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
176
470
555
629
531
Tanaraing
Rindi
10
Non-Sumba
Kabihu
TLU mandiri
Maramba plus
Golongan Kabihu (orang merdeka) merupakan golongan kedua menurut besarannya di kedua desa dan golongan Maramba (bangsawan) tetap di bawah 10 persen dari seluruh penduduk. Berdasarkan penyebaran golongan etnik dan strata tradisional empat “tipe kediaman” dapat dibedakan menurut komposisi populasi rumah yang bersangkutan (seperti disajikan dalam Figure 12 di atas). Ke empat tipe itu adalah: (1) Rumah orang non-Sumba yang dimiliki oleh orang non-Sumba dan yang biasanya dihuni oleh keluarga non-Sumba saja. Campuran penduduk dari golongan etnik yang berbeda terdapat sangat jarang. Tipe rumah ini mengandung mayoritas populasi di desa Tanaraing, tetapi tidak signifikan di desa Rindi. (2) Rumah Kabihu yang dimiliki dan dihuni oleh orang Kabihu dan keluarganya. Campuran strata Kabihu dalam satu populasi rumah baik dengan golongan Maramba maupun TLU hampir tidak terjadi. Golongan populasi yang dikandung tipe rumah ini cukup besar baik di desa Tanaraing maupun Rindi. F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
16
(3) Rumah TLU “mandiri” yang dimiliki dan dihuni oleh orang yang berstatus TLU dan keluarganya. Golongan TLU tersebut secara fisik sudah terpisah dari keluarga majikannya. Secara sosial/kewajiban mereka biasanya masih terikat dengan golongan Maramba. Tipe rumah ini mengandung mayoritas populasi di desa Rindi. (4) Rumah Maramba “plus” yang dimiliki dan dihuni oleh individu/keluarga yang berstatus maramba. Kebanyakan dari rumah maramba itu dihuni juga oleh individu/keluarga dari golongan TLU sebagai pembantu/pengasuh dan tenaga kasar bila TLU tersebut sudah dewasa. Kebanyakan anak di tipe rumah ini adalah anak asuh yang berasal dari golongan TLU (lihat Table 21 and Table 22). Komposisi populasi tipe rumah ini berbeda antara kedua desa, yaitu penghuni rumah dari golongan TLU rata-rata kurang dari sepertiga populasi rumah “maramba plus” di Tanaraing, walaupun di desa Rindi rata-rata populasi penghuni tipe rumah ini berkisar diatas 50 persen. Dalam analisis sementara yang disajikan dalam laporan ini keempat tipe kediaman tersebut di kedua desa studi dibandingkan secara sistematis menurut perbedaan tingkat kesejahteraan/deprivasi seperti diukur melalui beberapa indikator terpilih. Mohon maklumi bahwa analisis ini masih dalam tahapan awal sehingga berupa parsial dan hasil-hasil yang dilaporkan masih perlu dianggap sangat sementara.
Pembandingan tingkat kesejahteraan antara keempat tipe kediaman di Desa Tanaraing dan Rindi Kepemilikan aset, dan akses informasi Seperti disajikan dalam Figure 13 aset rumah kedua desa studi menunjukkan kemiripan dan perbedaan. Jenis aset yang paling umum dimiliki di kedua desa adalah aset sederhana seperti jam dinding dan radio. Aset sesederhana itupun hanya terjangkau oleh kurang dari 30 persen keluarga di Rindi dibanding dengan lebih dari 40% di desa Tanaraing.. Umumnya aset-aset konsumtif dengan harga relatif lebih ringan cenderung lebih sering dimiliki penghuni desa Tanaraing. Figure 13: Penyebaran beberapa aset rumah/keluarga antara desa Tanaraing dan Rindi 12.6
Keberadaan relening bank
16.6
5.8 3.9
Keberadaan emas
2.1 0.8
Keberadaan mo bil
8.9 10.0
Keberadaan sepeda mo to r 4.2 5.4
Keberadaan parabo la
5.8 6.9
Keberadaan TV
13.6
Keberadaan tape
17.0
Keberadaan radio
27.2
Keberadaan jam dinding
27.2
Tanaraing
Rindi
0
10
20
30
40.2 46.7
40
50
Dari Table 9 dan Table 10 terlihat bahwa golongan TLU mandiri umumnya hanya mampu memiliki aset-aset paling sederhana, sehingga golongan TLU mandiri di Tanaraing sama sekali tidak memiliki F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
17
TV, antena parabola dan bahan relatif mewa lainnya. Di kedua desa golongan ini juga sangat jarang memiliki rekening di bank. Pada umumnya dapat disimpulkan, bahwa akses terhadap, dan partisipasi dalam pertukaran uang jauh berbeda antara kedua desa ini. Demikian juga akses terhadap entertainment nasional, iklan dan berita yang disiarkan melalui TV: kurang dari seperlima rumah mengikuti program siaran TV di desa Rindi, di mana mayoritas penduduk Tanaraing mengikuti siaran TV secara rutin.
Jenis keluarga dalam tipe kediaman Bila digolongkan menurut besarnya dan kelengkapan keluarga penghuni desa studi dapat digolongkan dalam 7 tipe keluarga seperti disajikan dalam Figure 14. Desa Rindi jelaslah cenderung terdiri dari keluarga yang relatif luas dan terdiri dari lebih dari dua generasi dan/atau terdiri dari anggota keluarga yang bukan orang tua dan anaknya. Kebanyakan TLU yang hidup bersama majikannya berada dalam tipe keluarga ini (lihat Table 12). Sebaliknya, keluarga di desa Tanaraing cenderung lebih kecil dengan mayoritasnya berbentuk keluarga inti. TLU yang hidup bersama majikannya lebih sering ditemukan sebagai pembantu keluarga kecil (lihat Table 11). Figure 14: Penyebaran tipe keluarga menurut komposisi dan besarnya di desa Rindi dan Tanaraing
Rindi
20
19
Tanaraing
24
27
0%
10%
9
58
9
20%
36
108
30%
40%
40
34
50%
60%
70%
9
46
80%
90%
11
100%
Jumlah keluarga kecil (1o rang atau 1ayah/ibu +anak) Jumlah keluarga kecil plus (1o rang atau 1ayah/ibu +anak + keluarga/hubungan lain) Jumlah keluarga inti kecil (berpasangan saja) Jumlah keluarga inti dgn anak (semua umur) Jumlah keluarga luas 1(inti plus menantu/ cucu/ orangtua/ mertua) Jumlah keluarga kluas 2 (inti plus menantu/cucu/orang tua/mertua/famili lain) Jumlah keluarga kluas 3 (inti plus menantu/cucu/orang tua/mertua/famili lain/hubungan lain)
Status perkawinan, poligami, dan status anak-anak Baik agama Islam maupun adat orang Sumba memungkinkan prilaku poligami dalam perkawinan. Walaupun begitu, ternyata insiden poligami relatif kecil dengan 3.7 persen dari seluruh laki-laki kawin memiliki dua atau lebih istri. Namun dari seluruh perempuan yang kawin golongan istri ke dua (atau lebih) adalah sebesar hampir 11 persen. Anak yang dilahirkan oleh golongan ini merupakan 4.3 persen dari seluruh penduduk.
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
18
Table 1: Karakteristik perkawinan, insiden poligami, tingkat mortalitas dan pengasuhan anak di desa Tanraing dan Rindi Indikator: Persentase perempuan yg pernah kawin dan kawin 2+ kali Persentase laki-laki yg pernah kawin dan kawin 2+ kali Jumlah laki-laki yg sedang kawin dengan lebih dari satu istri Jumlah perempuan kawin yg berstatus istri ke2+ Jumlah anak kandung (semua umur) dari perempuan yg berstatus istri ke2+ Persentase laki-laki kawin yg "kawin masuk" Jumlah penghuni kawin yg kawin sama sepupu Jumlah perempuan (12+ th) yg tidak/belum kawin dan punya anak Jumlah perempuan (12-49 th) yg sedang memakai KB Jumlah anak yg pernah dilahirkan perempuan (12-49 th) Rata-rata anak per perempuan Persentase anak dari perempuan (12-45 th) yg sudah meninggal
Total 9.1% 12.8% 3.7% 10.8% 4.3% 3.5% 32.0% 3.7% 7.1% 1,415 2.1 10.0%
Tanaraing 8.6% 7.4% 3.9% 5.4% 1.7% 0.4% 25.1% 0.3% 11.3% 692 2.1 9.5%
Rindi
Persentase anak <15 th di luar rumah dari seluruh anak berusia < 15 th
14.7%
10.7%
18.5%
Persentase anak asuh dari seluruh anak yg berusia <16 th Persentase anak asuh laki-laki (<16 th) Persentase anak asuh perempuan (<16 th)
15.9% 47.3% 52.7%
17.3% 44.4% 55.6%
14.6% 50.7% 49.3%
9.8% 19.0% 3.5% 21.0% 6.9% 7.0% 39.9% 6.7% 6.3% 723 2.1 10.4%
Baik perempuan ini maupun anaknya dapat mengalami kerentanan/ ketidaksamaan dalam hak waris/kepemilikan lahan dan aset lainnya. Angka tersebut cukup berbeda antara kedua desa studi. Sesusai dengan kecenderungan tinggi dalam kalangan laki-laki di Rindi untuk kawin lebih dari dua kali, jumlah istri ke2+ juga hampir mencapai seperempat dari seluruh perempuan kawin, terutama dalam golongan TLU mandiri (lihat Table 14) sehingga 7 persen dari penduduk Rindi dilahirkan sebagai anak istri ke 2+. Setiap ketiga perkawinan di kedua desa tersebut terjadi antara sepupu. Insiden jenis hubungan ini lebih tinggi lagi di Rindi dengan mencapai sekitar 50 persen di kedua golongan Kabihu dan maramba. Di desa Tanaraing golongan elite maramba kawin sama sepupu secara rutin (83 persen, lihat Table 14 dan Table 13). Insiden “kawin masuk” tercatat relatif jarang dengan 3.5 persen dari semua laki-laki kawin, tapi ditemukan dua kali lebih sering di desa Rindi, terutama dalam golongan TLU mandiri dan TLU yang hidup sama majikannya (lihat Table 14). Dengan pemakaian alat kontrasepsi antara perempuan berusia 12 – 49 th yang berkisar dibawa 15 persen, juga terjadi kehamilan yang tidak diinginkan, sehingga sekitar 4 persen dari perempuan berusia 12 tahun ke atas pernah mengalami hal itu (31 kelahiran yang anaknya masih hidup). Untuk desa Rindi, yang menyumbang hampir semua kasus kelahiran di luar pernikahan, persentase perempuan itu mencapai 7 persen, dengan kebanyakan kelahiran terjadi dalam golongan TLU mandiri dan TLU maramba (lihat Table 14). Mengingat bahwa orang tua kandung dari seperempat dari anak asuh tidak pernah kawin (lihat bagian laporan ini yang berikut) dapat disimpulkan bahwa frekuensi kehamilan yang tidak diinginkan (dan tidak diaborsikan) berkemungkinan lebih tinggi lagi. Sekitar 10 persen dari anak kandung dari perempuan yang berusia 12-49 tahun sudah meninggal (13 persen anak TLU maramba di desa Rindi). Sekitar 15 persen dari seluruh anak yang berusia di bawah 15 tahun tidak tinggal lagi bersama orang tuanya (anak luar rumah), dan hampir 16 persen dari anak berusia sampai dengan 15 tahun merupakan anak asuh yang tinggal di rumah tanpa orang tuannya.
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
19
Status anak asuh Table 2: Banyaknya dan kondisi anak asuh di desa Tanaraing dan Rindi Indikator Persentase anak kandung (<16) Persentase anak asuh (<16 th) laki-laki perempuan Persentase anak kandung berusia wajib sekolah yg masih sekolah Persentase anak asuh berusia wajib sekolah yg masih sekolah Persentase anak asuh yg dipisahkan dari orang tua kandungnya sejak usia bayi (0-1 th) Persentase anak asuh yg dipisahkan dari orang tua kandungnya sejak usia 2-4 tn Persentase anak asuh yg dipisahkan dari orang tua kandungnya sejak usia 5-10 th Persentase anak asuh yg dipisahkan dari orang tua kandungnya sejak usia 11-15 th Persentase anak asuh yang punya hubungan darah/kekerabatan dengan keluarga penghuni rumah
Total 84.0% 16.0% 14.7% 17.4% 79.5% 86.1% 39.4% 25.5% 9.7% 18.2%
Tanaraing 82.7% 17.3% 14.8% 20.2% 85.9% 91.4% 37.8% 16.7% 3.3% 30.0%
Rindi 85.4% 14.6% 14.6% 14.7% 73.0% 78.8% 41.3% 36.0% 17.3% 4.0%
75.2%
80.0%
69.3%
Persentase anak asuh yang ayah dan ibu kandungnya tidak menikah Persentase anak asuh yang nama/identitas ayahnya tidak diketahui Persentase anak asuh yg ayahnya masih hidup
25.5% 12.7% 75.2%
25.6% 12.2% 73.3%
25.3% 13.3% 100.0%
Persentase anak asuh yg tinggal relatif jauh dari lokasi tempat tinggal ayah kandung Persentase anak kandung yg dalam satu tahun yg lalu, tidak pernah dikunjungi/mengunjungi ayah
75.8%
78.8%
72.4%
12.9%
22.7%
1.7%
90.3% 47.0%
86.7% 28.2%
100.0% 67.6%
10.7%
15.4%
5.6%
6.1%
10.0%
1.3%
Persentase anak asuh yg ibunya masih hidup Persentase anak asuh yg tinggal relatif jauh lokasi tempat tinggal ibu kandung Persentase anak kandung yg dalam satu tahun yg lalu, tidak pernah dikunjungi/mengunjungi ibunya Persentase anak asuh yang putus hubungannya baik dengan ayah maupun ibunya
Angka-angka yang disajikan dalam Table 2 di atas menunjukkan bahwa kondisi dan situasi anak asuh bisa berbeda jauh di antara desa dan setting ekonomi budaya yang bersangkutan. Rupanya, anak yang dititipkan di rumah yang jauh dari keluarga di desa Tanaraing terutama dititipkan agar supaya bisa bersekolah. Asumsi itu didukung baik oleh usia perpisahan yang untuk kebanyakan anak asuh di Tanaraing terjadi dekat usia sekolah, serta oleh laju anak asuh yang masih bersekolah yang lebih tinggi dari laju untuk anak kandung. Sebaliknya, anak asuh yang ditemukan di desa Rindi (terutama anak TLU dalam rumah maramba) umumnya dipisahkan dari orang tuannya dalam usia lebih muda dan cenderung berasal dari orang tua yang tidak berhubungan kekerabatan dengan keluarga pengasuh. Seperti telah diuraikan di atas, seperempat dari anak asuh adalah anak yang orang tuannya tidak/belum kawin. Sekitar 13 persen anak asuh tidak mengetahui ayahnya, dan lebih dari seperlima kehilangan hubungan dengan ayahnya. Sekitar 10 persen sama sekali tidak berhubungan lagi dengan kedua orang tuanya. Dalam analisis lanjut (serta perkembangan/perbaikan alat pengumpulan data) perlu dibedakan antara anak asuh yang “dititipkan” untuk dibantu perkembangan pendidikannya dan yang diasuh keluarga lain karena tidak diinginkan atau tidak mampu dibesarkan oleh orang tuannya sendiri.
Status pendidikan dan akses sekolah Angka buta huruf (26.3%), tingkat penguasaan bahasa Indonesia (76.3 %), dan persentase penduduk yang berpendidikan dasar (45 %) menunjukkan bahwa sumber daya manusia di kedua desa studi sangat rentan dalam hal kesiapan untuk berpartisipasi baik dalam perkembangan ekonomi luas maupun dalam kemampuan partisipasi politik yang kedua-duanya semakin memerlukan prasyarat pendidikan formil yang melebihi standar yang ditemukan di kedua desa tersebut
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
20
Table 3: Status pendidikan populasi umum dan partisipasi sekolah anak berusia sekolah di desa Tanaraing dan Rindi Indikator Persentase individu (<5 th) yg buta huruf laki-laki Perempuan Persentase individu (>5 th) yg tidak menguasai bahasa Indonesia laki-laki Perempuan Persentase individu (>5 th) yg tidak/belum tamat SD laki-laki Perempuan Persentase individu (5-20 th) yg masih bersekolah laki-laki Perempuan Jumlah anak usia sekolah (5-15 th) laki-laki Perempuan Persentase anak yang mandi dalam sehari 1 kali atau kurang Persentase anak yang jarang/tidak memakai sabun mandi Persentase anak yang tidak mempunyai sepatu/sandal Persentase anak yang selama setahun yg lalu, tidak pernah mendapatkan pakaian baru Persentase anak usia sekolah yang tidak sekolah (lagi) laki-laki Perempuan Persentase anak yg masih dibawa usia sekolah Jalan ke sekolah terlalu jauh Anak tidak mau sekolah (lagi) Persentase anak usia sekolah yang masih sekolah laki-laki Perempuan Persentase anak yg selain sekolah, juga membantu orang tua mencari nafkah Persentase anak yg membantu cari nafkah juga pada jam sekolah Persentase anak yang jalan kaki ke sekolah Persentase anak yang menghabiskan 1 jam lebih dalam perjalanan ke sekolah Persentase anak yang biasanya tidak sarapan/makan sebelum pergi sekolah Persentase anak yang tidak punya alat tulis Persentase anak yang tidak punya buku sekolah
Total 26.3% 23.5% 29.2% 23.5% 20.3% 26.9% 65.0% 64.9% 65.1% 54.6% 48.9% 60.9%
Tanaraing 18.2% 16.2% 20.5% 15.4% 13.6% 17.5% 60.1% 60.2% 60.0% 63.2% 59.3% 67.8%
684 50.1% 49.9% 32.6% 36.8% 30.6% 39.3% 33.5% 39.1% 27.9% 47.2% 8.3% 36.7% 66.5% 60.9% 72.1% 88.6% 28.8% 97.1% 13.2% 33.6% 8.8% 72.5%
352 51.1% 48.9% 13.1% 18.2% 14.8% 37.2% 27.0% 29.4% 24.4% 49.5% 4.2% 38.9% 73.0% 70.6% 75.6% 92.2% 44.4% 99.6% 7.8% 33.5% 65.4%
Rindi 34.2% 31.2% 37.1% 31.5% 27.4% 35.5% 69.8% 69.8% 69.7% 46.6% 38.7% 54.9% 332 49.1% 50.9% 53.3% 56.6% 47.3% 41.6% 40.4% 49.7% 31.4% 45.5% 11.2% 35.1% 59.6% 50.3% 68.6% 83.8% 8.6% 93.9% 20.2% 33.8% 20.2% 81.8%
Bila kedua desa dibandingkan menjadi semakin jelas bahwa baik tingkat pendidikan populasi umum maupun anak usia sekolah jauh lebih buruk di desa Rindi di mana mayoritas penduduknya tidak sempat tamat SD, dan sepertiga dari penduduk tidak bisa baca dan tulis. Partisipasi sekolah di desa Rindi itu berkisar di bawah 50 persen. Hal itu terutama berlaku untuk anak laki-laki, di mana anak perempuan di kedua desa cenderung disekolahkan lebih lama. Namun kecenderungan itu mungkin merupakan hal yang baru, sebab tingkat pendidikan perempuan dalam populasi umum menurut indikator yang disebut di atas jelas lebih rendah (lihat Table 3 dan Table 19 serta Table 20). Umumnya, terjadi diskriminasi dalam akses sekolah baik untuk anak TLU mandiri maupun anak TLU maramba bila dibandingkan dengan anak majikannya ataupun dengan anak Kabihu (lihat Table 19 dan Table 20). Alasan untuk tidak bersekolah rupanya tidak terutama dipengaruhi oleh keadaan ekonomi akan tetapi oleh ketidakmauan anak sendiri dan oleh tanggapan orang tua yang sering sebutkan bahwa anak tersebut masih terlalu kecil / belum siap untuk bersekolah. Hanya di desa Rindi tercatat beberapa kasus di mana anak tidak sekolah lagi karena jarak ke sekolah terlalu jauh (melebihi satu jam jalan kaki). Dalam indikator yang menunjukkan kepedulian umum terhadap anak (berusia 5-15 th) desa Rindi juga jauh lebih buruk dari desa Tanaraing baik dalam hal kebersihan pribadi (mandi, pakai sabun), ketersediaan sandal/sepatu dan pakaian, serta bahan-bahan bantuan untuk belajar (lihat Table 3 dan Table 19 serta Table 20).
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
21
Akses air minum, sanitasi dan pelayanan kesehatan Segala indikator yang berkaitan dengan kesehatan yang disajikan dalam Table 4 ternyata lebih buruk untuk desa Rindi. Walaupun akses ke air minum bersih sangat minim (di bawah 4 persen dari semua rumah di kedua desa punya akses, di Rindi hanya 1 rumah), penghuni desa Rindi juga sangat kurang biasa merebus air sebelum diminum. Hal itu berbeda jauh dari desa Tanaraing, di mana lebih dari separuh keluarga merebus air. Demikian juga perbedaan dalam prilaku sanitasi: Kurang dari seperlima keluarga Rindi punya akses pada tempat pembuangan air besar, dibanding dengan hampir separuh dari semua keluarga di Tanaraing. Table 4: Akses air minum, sanitasi, dan pemanfaatan pelayanan kesehatan Indikator
Total
Tanaraing
Rindi
Persentase rumah yg memakai sumber air minum bersih Persentase rumah yg rebus air minum Persentase rumah tanpa akses ke WC apapun
3.8% 7.2% 68.9%
6.2% 53.7% 58.3%
0.5% 3.2% 83.2%
Persentase rumah yg memakai listrik pakai kayu bakar
4.9% 96.2%
30.1% 93.4%
3.5% 100.0%
Persentase individu yg pernah sakit berat Persentase orang sakit yg tidak/sendiri berobat
6.7% 23.1%
3.2% 2.5%
10.1% 29.5%
Persentase kelahiran Balita yang ditolong tenaga medik Persentase Balita yg memiliki akte kelahiran Persentase Balita yg memiliki KMS
30.8% 9.5% 66.6%
40.1% 15.0% 75.4%
22.2% 4.4% 58.3%
20 14 37
21 14 37
20 15 31
38
22
16
71.1%
72.7%
68.8%
36.8%
27.3%
50.0%
76.3%
63.6%
93.8%
Median Umur (perempuan 12-49 th) pada saat melahirkan pertama kali (th) Minimum (th) Maximum (th) Jumlah perempuan 12-49 th yg sedang hamil Persentase perempuan hamil yg mengikuti pemeriksaan kandungan oleh tenaga medik Persentase perempuan yg dalam keadaan hamil (12-49 th) masih ikut kerja di lahan pertanian Persentase perempuan yg dalam keadaan hamil (12-49 th) masih mengambil air
Perbedaan kondisi higienis seperti itu mungkin saja menyumbang pada insiden kesakitan berat (di mana seseorang dewasa tidak bis kerja selama beberapa hari, dan seseorang anak perlu dirawat terusmenerus selama beberapa hari) yang mencapai lebih dari 10 persen dari seluruh penduduk di Rindi. Di desa tersebut sepertiga dari semua orang yang sakit berat dalam golongan TLU mandiri selama setahun yang lalu tidak mencari bantuan dari sistem kesehatan dan/atau berobat sendiri (lihat Table 18). Mengingat bahwa median umur melahirkan pertama di kedua desa masih relatif rendah, dan tetap terjadinya kelahiran pada usia perempuan yang serendah 14 tahun, komplikasi kehamilan berkemungkinan cukup tinggi. Walaupun begitu, hanya 15 persen dari kelahiran dalam golongan Kabihu di desa Rindi (sepertiga di desa Tanaraing) dan kurang dari seperempat kelahiran golongan TLU mandiri di desa tersebut (30 % di Tanaraing) tertolong oleh tenaga medik,. Pada dasarnya kedua golongan ini paling kurang menjangkaui pelayanan kesehatan berkaitan dengan kehamilan, bila dibandingkan dengan golongan orang non-Sumba dan – sebagai kekecualian tren indikator kesehatan lainnya – dengan golongan TLU maramba, yang rupanya dibantu oleh majikannya sehingga bisa menikmati pelayanan yang hampir sama dengan kaum maramba sendiri (di atas 50%). Selain dengan alasan kemanusiaan, hal itu bisa juga dijelaskan dengan minat para maramba yang tinggal bersama TLUnya untuk mempertahankan dan menambah jumlah TLUnya. Setelah dilahirkan anak-anak di kedua desa jarang didaftarkan secara resmi sehingga akte kelahiran dimiliki hanya oleh kurang dari 10 persen anak balita. Di Tanaraing kebanyakan dari anak yang punya akte kelahiran terdapat dalam golongan non-Sumba dan Kabihu, di mana di Rindi hampir 50 % dari anak
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
22
maramba didaftarkan, dan tak seorangpun dari golongan TLU yang serumah dengan mereka (lihat Table 17 dan Table 18).
Penguasaan dan pemanfaatan lahan pertanian Bila akses dan pemanfaatan lahan pertanian di kedua desa studi dibandingkan ditemukan perbedaan yang sangat menonjol antara status penguasaan (kepemilikan/hak guna) dengan status garapan lahan yang sebenarnya terjadi pada saat survei. Seperti di sajikan dalam Figure 15 desa penghuni Tanaraing menguasai lahan yang dua kali lebih luas dari yang tersedia untuk penduduk di desa Rindi. Kebanyakan lahan tersebut adalah lahan sawah, diikuti lahan tanaman keras/pohon (bekas perkebunan besar sebelum desa Tanaraing didirikan). Sebaliknya, lahan yang dikuasai di desa Rindi kebanyakannya terdiri dari lahan kebun/ladang, diikuti lahan mondu dan lahan sawah yang keduaduanya hanya merupakan bagian kecil yang dimiliki beberapa keluarga saja (sawah oleh kaum Kabihu, mondu oleh kaum TLU mandiri). Lahan tanaman keras/pohon di Rindi sangat sedikit saja. Tetapi, bila dibandingkan menurut status garapan, situasi di kedua desa studi ternyata sebaliknya (lihat Figure 16). Lahan yang sebenarnya sedang dimanfaatkan di desa Rindi hampir dua kali lipat dari lahan yang dimanfaatkan di desa Tanaraing. Figure 15: Luas lahan pertanian yang dikuasai menurut desa dan jenis lahan 45.000
40.000
9.361
35.000
100
30.000
Are
25.000
20.000
20.642
496 2.474
15.000
2.055
10.000 15.084
5.000
10.021
0 Rindi
Tanaraing ladang
sawah
mondu
tanaman keras
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
23
Figure 16: Luas lahan pertanian yang digarap menurut desa dan jenis lahan 20.000
18.000 496
16.000
2.353 330
14.000
Are
12.000
10.000 1.580
8.000
0 14.344
2.315
6.000
4.000 5.669
2.000
0 Rindi
Tanaraing ladang
sawah
mondu
tanaman keras
Hal itu dapat dimengerti terutama dengan mengetahui bahwa daerah Rindi mengalami kekeringan berkepanjangan selama beberapa tahun yang lalu, sehingga ketersediaan sawah di Tanaraing hanya dapat dimanfaatkan oleh beberapa keluarga yang punya akses ke sistem perairan (terutama golongan Kabihu, non-Sumba, dan Maramba, lihat Table 23). Sebagai konsekuensinya, di kedua desa lahan kebun/ladang merupakan primadona sebagai lahan pertanian utama dalam upaya untuk mengamankan ketahanan pangan di tingkat rumah. Situasi tersebut didukung oleh kemudahan akses/penyebaran luas hak guna lahan kebun/ladang di kedua desa yang mayoritas besarnya (>80%) menguasai jenis lahan tersebut Intensitas pemanfaatannya (diukur dalam persen kediaman yang menggarap) lebih tinggi di desa Rindi (terutama ladang dan mondu, lihat Figure 18). Hal itu menunjukkan ketergantungan penduduk desa Rindi dari lahan pertanian sebagai sumber penghidupan utamanya (lihat juga keterangan berikut tentang kegiatan ekonomi). Figure 17: Status penguasaan lahan menurut desa
14,7% 0,4% Tanaraing 7,7% 82,2%
3,7% 2,6% Rindi 7,9% 91,1%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Persen memiliki lahan
lahan dari pihak lain
lahan yg berada di pihak lain
lahan apapun tidak ada
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
24
Figure 18: Status pemanfaatan lahan menurut desa dan jenis lahan
11,6% 0,0% Tanaraing 8,9% 53,7%
8,9% 29,8% Rindi 1,0% 74,3%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Persen pendiaman ladang
sawah
mondu
tanaman keras
Penyebaran akses dan pemanfaatan lahan pertanian antara golongan etnik dan strata tradisional disajikan dalam Table 5 berikut ini (dan lebih rinci lagi dalam Table 25 dan Table 26). Pada umumnya terlihat dari data tersebut bahwa golongan TLU mandiri tidak mengalami kesulitas akses terhadap lahan pertanian, terutama lahan kebun/ladang (di Rindi juga dalam hal lahan mondu) yang mereka kuasai dan manfaatkan dalam proporsi lahan yang melebihi proporsi populasinya. Di desa Tanaraing lahan lainnya, terutama sawah dan lahan tanaman keras didominasikan oleh golongan Kabihu, di mana baik golongan non-Sumba maupun Maramba cenderung tidak memiliki atau memanfaatkan proporsi lahan yang lebih besar dari proporsi jumlah keluarganya. Hal itu berbeda di desa Rindi, di mana golongan Maramba menguasai kebanyakan dari lahan sawah, mondu, dan lahan tanaman keras (lihat Table 5 berikut).
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
25
Table 5: Penyebaran lahan pertanian antara golongan etnis/strata tradisional di desa Tanaraing dan Rindi Sumba 47.9%
Kabihu 79.0%
TLU mandiri 13.7%
Maramba plus 7.3%
54.4%
75.0%
18.3%
6.7%
49.3%
67.5%
25.0%
7.5%
56.7%
73.4%
20.3%
6.4%
100.0%
0.0%
100.0%
54.4%
87.6%
5.6%
6.8%
48.3%
51.7%
76.7%
18.9%
4.4%
56.3% 31.6%
43.7% 68.4%
62.2% 91.0%
30.7% 6.0%
6.9% 3.0%
43.7%
56.3%
91.0%
9.0%
Desa Rindi Non-Sumba Persentase rumah 1.6% Persentase luas keseluruhan lahan yang dimiliki dan/atau berasal dari pihak lain 1.0% Persentase luas lahan kebun/ladang yang dimiliki dan/atau berasal dari pihak lain 1.3% Persentase luas lahan sawah yang dimiliki dan/atau berasal dari pihak lain Persentase luas lahan mondu yang dimiliki dan/atau berasal dari pihak lain Persentase luas lahan tanaman keras/pohon yang dimiliki dan/atau berasal dari pihak lain Persentase luas lahan keseluruhan yg sedang digarap 1.1% Persentase luas lahan kebun/ladang yg sedang digarap 1.4% Persentase luas lahan sawah yg sedang digarap Persentase luas lahan mondu yg sedang digarap Persentase luas lahan tanaman keras/pohon yg sedang digarap
Sumba 98.4%
Kabihu 43.6%
TLU mandiri 46.8%
Maramba plus 9.6%
99.0%
37.6%
46.5%
15.7%
98.7%
43.6%
51.4%
4.9%
100.0%
18.0%
9.7%
72.3%
100.0%
21.9%
53.5%
24.6%
100.0% 98.9%
16.1% 40.7%
16.3% 51.7%
67.5% 9.6%
98.6% 100.0% 100.0% 100.0%
43.1% 100.0% 23.1% 16.1%
50.9%
5.1%
51.1% 16.3%
25.8% 67.5%
Desa Tanaraing Non-Sumba Persentase rumah 52.1% Persentase luas keseluruhan lahan yang dimiliki dan/atau berasal dari pihak lain 45.6% Persentase luas lahan kebun/ladang yang dimiliki dan/atau berasal dari pihak lain 50.7% Persentase luas lahan sawah yang dimiliki dan/atau 43.3% berasal dari pihak lain Persentase luas lahan mondu yang dimiliki dan/atau berasal dari pihak lain Persentase luas lahan tanaman keras/pohon yang dimiliki dan/atau berasal dari pihak lain 45.6% Persentase luas Persentase luas digarap Persentase luas Persentase luas Persentase luas sedang digarap
lahan keseluruhan yg sedang digarap lahan kebun/ladang yg sedang lahan sawah yg sedang digarap lahan mondu yg sedang digarap lahan tanaman keras/pohon yg
Table 6: Penyebaran kepemilikan hewan kecil/besar antara golongan etnis/strata tradisional di desa Tanaraing dan Rindi Desa Tanaraing Persentase rumah Persentase keseluruhan babi kecil Persentase keseluruhan babi besar Persentase keseluruhan kambing Persentase keseluruhan domba Persentase keseluruhan kuda Persentase keseluruhan kerbau Persentase keseluruhan sapi Desa Rindi Persentase rumah Persentase keseluruhan babi kecil Persentase keseluruhan babi besar Persentase keseluruhan kambing Persentase keseluruhan domba Persentase keseluruhan kuda Persentase keseluruhan kerbau Persentase keseluruhan sapi
NonSumba 52.1% 36.0% 44.0% 49.0% 100.0% 15.8% 49.0% 44.6% NonSumba 1.6% 0.4% 4.3% 0.3% 4.3% 0.1%
Sumba 47.9% 64.0% 56.0% 51.0%
Kabihu 79.0% 71.5% 59.5% 84.2%
TLU mandiri 13.7% 16.4% 11.9% 8.9%
Maramba Plus 7.3% 12.1% 28.6% 6.8%
84.2% 51.0% 55.4%
81.3% 84.2% 74.4%
2.1% 8.9% 6.8%
16.7% 6.8% 18.8%
Sumba 98.4% 99.6% 100.0% 95.7% 100.0% 99.7% 95.7% 99.9%
Kabihu 43.6% 54.5% 47.4% 51.0%
TLU mandiri 46.8% 39.6% 47.4% 36.0%
Maramba Plus 9.6% 5.9% 5.3% 13.0%
44.1% 51.0% 57.1%
17.9% 36.0% 24.9%
38.0% 13.0% 18.0%
Kepemilikan unggas dan hewan Pola kepemilikan unggas dan hewan di kedua desa studi yang disajikan dalam Table 6 di atas dan Figure 19 (serta lebih rinci lagi dalam Table 27 sampai Table 30 yang dilampirkan) terutama mencerminkan komposisi etnik yang berbeda. Dengan demikian ternak yang berkaitan dengan F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
26
konsumsi daging yang halal menurut agama Islam (terutama domba dan kambing) lebih banyak ditemukan di desa Tanaraing dalam jumlah yang relevan. Sebaliknya ternak tersebut sama sekali tidak penting dalam peternakan di desa Rindi, dan dalam golongan Sumba di desa Tanaraing. Mereka tetap berfokus pada ternak yang – selain dalam penjualan melalui mekanisme pasar – bermakna juga dalam ekonomi pertukaran menurut adat perkawinan dan penguburan, yaitu babi, kuda, dan kerbau. Figure 19: Penyebaran pemeliharaan unggas/ternak menurut jenis binatang dan desa 28,2% 33,2% 2,3% 10,8% 1,5%
Tanaraing
30,1% 9,3% 40,5% 2,3% 64,5%
7,9% 46,1% 7,3% 23,6% Rindi
0,0% 23,0% 16,2% 77,0% 1,0% 91,6%
0,0%
10,0%
20,0%
30,0%
40,0%
50,0%
60,0%
70,0%
80,0%
90,0%
100,0%
Persentase pendiaman ayam
bebek
babi kecil
babi besar
kambing
domba
kuda
kerbau
sapi
tidak ada hewan apapun
Figure 20: Jumlah ternak menurut jenis binatang dan desa 2.600 2.400 2.200 789
2.000 1.800
Jumlah ternak
1.600
258
1.400 1.200
240
600
1.000 800 600
286
1 258
114 52
76 286
400 200
75
540
258
0 Rindi BABI Kecil
Tanaraing BABI Besar
KAMBING
DOMBA
KUDA
KERBAU
SAPI
Selain itu, sapi dipelihara dalam jumlah yang cukup besar sebagai konsekuensi program pemerintah yang telah memudahkan akses dan sekaligus sebagai reaksi terhadap permintaan dari luar Sumba yang semakin meningkat.
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
27
Kedua desa terutama berbeda dalam jumlah ternak yang banyaknya dua kali lipat di desa Rindi (lihat Figure 20 di atas). Dari data yang disajikan di atas sangat jelas bahwa hanya unggas (ayam bukan bebek) relatif muda dijangkau oleh kebanyakan keluarga di kedua desa. Hal itu juga berlaku untuk babi kecil yang masih relatif sering dimiliki. Terutama untuk golongan TLU mandiri ayam dan babi adalah ternak yang mereka miliki sesuai proporsi banyaknya keluarga mereka dalam populasi. Kepemilikan semua ternak lain terbatas dalam keterjangkauan untuk golongan TLU mandiri. Hewan besar (kuda, kerbau, dan sapi) terutama dimiliki oleh golongan Maramba dan Kabihu (lihat Table 6 di atas).
Kegiatan ekonomi di tingkat rumah dan di tingkat individu Walaupun pertanian dan pemeliharaan ternak merupakan dasar penghidupan kebanyakan penghuni desa studi terdapat juga perbedaan dalam akses keluarga-keluarga masing-masing desa terhadap kegiatan ekonomi lainnya. Kegiatan tersebut terutama ditujukan untuk menjual hasilnya dan memungkinkan perolehan uang secara langsung. Terutama perikanan (laut) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh lebih dari separuh dari keluarga di Tanaraing. Mayoritas keluarga itu adalah orang non-Sumba serta keluarga dari golongan Kabihu. Akses/pemanfaatan keluarga TLU mandiri dan Maramba ke perikanan terbatas. Golongan Maramba di Tanaraing paling sering terlibat dalam pembudidayaan kutulak, suatu kegiatan yang muncul relatif baru di daerah Rindi dan merupakan produksi bahan mentah untuk keperluan industri kosmetik yang dihasilkan dari kulit pohon-pohon tertentu. Kegiatan itu juga diikuti kebanyakan keluarga TLU mandiri di Tanaraing. Kegiatan non-pertanian di desa Rindi yang di dominasikan golongan maramba (sesuai dengan tradisi) adalah kegiatan menenun yang memerlukan modal dan keterampilan yang cukup tinggi, sehingga TLU mandiri dan Kabihu kurang sering terlibat. Buat kedua golongan itu pencarian/pembudidayaan kutulak dan penangkapan ikan merupakan sumber pendapatan alternatifnya. Figure 21: Penyebaran akses ke sumber penghidupan lainnya menurut jenis kegiatan dan desa 47,9% 23,2% 55,6% Tanaraing 0,8% 3,1% 2,7%
53,9% 3,7% 21,5% Rindi
15,7% 7,3% 26,2% 1,0%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Persentase pendiaman membuat anyaman dengan bahan sendiri mencari kepiting/udang/ikan di sungai mencari /budidayakankutulak
memenun dengan bahan sendiri menangkap ikan laut
menenun dengan bahan orang lain mencari gurita/mata tujuh
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
28
Table 7: Penyebaran akses ke sumber penghidupan lainnya menurut jenis kegiatan, golongan etnik, dan strata tradisional di desa Tanaraing dan Rindi Desa Tanaraing NonSumba 135 0.7% 1.5% 0.7%
Keberadaan kegiatan ekonomi di tkt rumah: Jumlah rumah membuat anyaman dengan bahan sendiri menenun dengan bahan sendiri menenun dengan bahan orang lain menghias tenunan dengan bahan sendiri menghias tenunan dengan bahan orang lain kerajinan tangan lainnya mencari kepiting/udang di sungai mencari ikan air tawar menangkap ikan laut mencari gurita/mata tujuh mencari rumput laut pemanfaatan laut lainnya mencari kutulak membudidayakan kutulak dgn pohon sendiri mencari cendawan pemanfaatan hutan lainnya
Sumba 124 0.8% 4.8% 0.8%
0.7%
Kabihu 98
TLU Mandiri 17 5.9%
Maramba plus 9
5.1% 0.0%
11.1% 11.1%
1.0%
60.0% 25.2%
50.8% 21.0% 0.8%
55.1% 22.4% 1.0%
35.3% 11.8%
33.3% 22.2%
3.0% 35.6%
8.9% 49.2% 1.6%
8.2% 41.8% 2.0%
17.6% 76.5%
77.8%
Sumba 188 3.7% 25.5% 6.4% 1.1% 1.1% 0.5% 12.2% 3.7% 20.7% 3.7% 0.0% 0.5% 14.9% 38.8%
Kabihu 82
0.7%
Desa Rindi NonSumba 3
Keberadaan kegiatan ekonomi di tkt rumah: Jumlah rumah membuat anyaman dengan bahan sendiri menenun dengan bahan sendiri menenun dengan bahan orang lain menghias tenunan dengan bahan sendiri menghias tenunan dengan bahan orang lain kerajinan tangan lainnya mencari kepiting/udang di sungai mencari ikan air tawar menangkap ikan laut mencari gurita/mata tujuh mencari rumput laut pemanfaatan laut lainnya mencari kutulak membudidayakan kutulak dgn pohon sendiri mencari cendawan pemanfaatan hutan lainnya
66.7%
66.7%
19.5% 3.7% 1.2% 1.2% 1.2% 11.0% 4.9% 26.8% 4.9% 13.4% 53.7%
TLU Mandiri 88 6.8% 21.6% 6.8% 1.1% 1.1%
Maramba plus 18 5.6% 72.2% 16.7%
12.5% 3.4% 19.3% 3.4%
16.7%
1.1% 14.8% 29.5%
22.2% 16.7%
Table 8: Penyebaran tenaga kerja menurut sektor ekonomi, golongan etnik, strata tradisional, di desa Tanaraing dan Rindi Desa Tanaraing INDIKATOR Jumlah penghuni Persentase pegawai Administrasi/Pemerintahan Persentase pekerja Kehutanan Persentase pekerja Pertanian Persentase pekerja Peternakan Persentase pekerja Perikanan Persentase pekerja Kerajinan tangan/Perindustrian Persentase pekerja Perdagangan Persentase pekerja Perhubungan dan Komunikasi
NonSumba 629 3.7% 3.3% 19.3% 20.2% 2.0% 3.9% 0.7%
Sumba 609 3.8% 9.8% 21.1% 1.3% 13.0% 2.1% 3.2% 1.7%
Kabihu 470 4.4% 8.5% 19.5% 1.5% 14.4% 2.2% 3.7% 2.2%
Sumba 1262 1.0% 4.3% 43.1% 3.5% 1.4% 8.3% 1.2% 1.3%
Kabihu 531 2.0% 7.5% 43.5% 3.5% 2.2% 6.4% 1.1% 0.4%
TLU mandiri 93 12.2% 29.3% 1.2% 9.8% 1.2% 1.2%
Maramba plus 47 5.1% 17.9% 20.5%
Maramba 34 7.4% 18.5% 11.1%
5.1% 2.6% 2.6%
7.4% 3.7% 3.7%
Maramba plus 176 0.6% 1.9% 22.4% 1.9%
Maramba 83 1.3% 3.9% 22.4% 3.9%
30.8%
30.3%
TLU Maramba 13 16.7% 41.7%
Desa Rindi INDIKATOR Jumlah Penghuni Persentase pegawai Administrasi/Pemerintahan Persentase pekerja Kehutanan Persentase pekerja Pertanian Persentase pekerja Peternakan Persentase pekerja Perikanan Persentase pekerja Kerajinan tangan/Perindustrian Persentase pekerja Perdagangan Persentase pekerja Perhubungan dan Komunikasi
NonSumba 10 66.7%
22.2%
TLU mandiri 555 0.2% 2.1% 49.5% 4.0% 1.1% 2.7% 1.7% 1.5%
3.2%
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
TLU Maramba 91 21.8% 32.1% 5.1%
29
Figure 22: Penyebaran tenaga kerja (>5 th) menurut sektor ekonomi dan desa 2,2% 6,5% 3,8% 30,5%
Tanaraing
1,2% 12,0% 37,0% 6,8%
2,0% 2,1% 12,8% 2,1%
Rindi
5,4% 6,7% 67,2% 1,6%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Persentase Tenaga Kerja (>5 th) Administrasi/Pemerintahan Perikanan
Pertanian Kerajinan tangan/Perindustrian
Kehutanan Perdagangan
Peternakan Perhubungan dan Komunikasi
Dari segi penyebaran tenaga manusia antara sektor ekonomi di desa studi dapat diamati, bahwa mayoritas penduduk yang bekerja tetap diserap oleh sektor pertanian (di Rindi) atau sektor pertanian dan perikanan (di Tanaraing). Kecuali kegiatan menenun di Rindi dan pencarian/pembudidayaan kutulak di Tanaraing, semua kegiatan lainnya (termasuk pemerintahan, perdagangan dan peternakan) hanya mempekerjakan proporsi tenaga kerja yang jauh di bawah 10 persen (lihat Figure 22 dan Table 8). Figure 23: Persentase tenaga kerja laki-laki dan perempuan menurut sektor ekonomi dan desa 100%
90%
3,7% 1,3% 4,7% 2,6% 7,9%
0,0% 3,1%
3,5% 4,3% 2,4%
0,0% 10,3% 6,1%
22,4%
80% 8,9%
Persentase Tenaga Kerja
16,4%
1,6% 2,5% 4,0%
70%
38,5% 0,0% 8,9%
60%
50%
1,9% 13,7%
40% 69,5%
64,6%
50,7%
30% 29,1%
20%
10%
0%
1,3%
1,9%
Rindi: laki-laki
Rindi: perempuan
Administrasi/Pemerintahan Perikanan
Pertanian Kerajinan tangan/Perindustrian
6,5%
7,5%
Tanaraing: laki-laki
Tanaraing: perempuan
Kehutanan Perdagangan
Peternakan Perhubungan dan Komunikasi
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
30
Bila tenaga kerja di desa studi dirinci menurut jenis kelaminnya (lihat Figure 23 di atas dan Table 33 serta Table 34 di lampiran) dapat dilihat bahwa peranan perempuan dalam kegiatan pertanian cukup besar di kedua desa, dan melebihi proporsi laki-laki di Tanaraing, di mana laki-laki lebih cenderung menangkap ikan. Perempuan lebih sering terikat dalam kegiatan kerajinan tangan (terutama menenun) dan perdagangan (kecil, terutama di Tanaraing). Seperti dirinci dalam Figure 24 di bawah, proporsi tenaga yang dibayar (sebagai pegawai, karyawan atau buruh) kecil, terutama di antara perempuan yang mayoritas besarnya mengakui statusnya sebagai “pekerja tidak dibayar”. Figure 24:Penyebaran tenaga kerja menurut status pekerjaan, jenis kelamin, dan desa 400
350 127
104
14 0
37
Jumlah Tenaga Kerja
300
250
210
4
200 121
150
139 226 6 1
100
100
50
15 4
105
27 28
13
5
Rindi: laki-laki
Rindi: perempuan
0
Berusaha sendiri
Berusaha dibantu buruh tdk tetap/pekerja tdk dibayar/
Tanaraing: laki-laki Berusaha dibantu buruh tetap
Tanaraing: perempuan Buruh/karyawan
Pekerja tidak dibayar
Daya tarik untuk baik tenaga pekerja anak maupun lansia di desa Rindi adalah sektor pertanian, di mana anak dai Tanaraing juga bekerja sebagai pencari kutulak dan ikut dalam penangkapan ikan di laut. Para pekerja lansia umumnya lebih sering terlibat dalam kegiatan pertanian dan (khususnya di Tanaraing) dalam pencarian kutulak.
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
31
Figure 25: Persentase pekerja anak, dewasa, dan lansia menurut sektor dan desa 100%
0 3
0 1 0
0
14 12
6 75
9
0
15
3
4
31
1
3
43
0
80%
36
0 1 0
22
2
13
1
9 167
Persentase Tenaga Kerja
4
60% 3
3 60
40%
6
34 395
42
11 197
20% 8
40
0%
0 Rindi: Anak (5 -14 th)
11 Rindi: Remaja/Dewasa (1564 th)
Administrasi/Pemerintahan Perikanan
0 Rindi: Lansia (65+ th)
0 0 Tanaraing: Anak (5 -14 th) Tanaraing: Remaja/Dewasa Tanaraing: Lansia (65+ th) (15-64 th)
Pertanian Kerajinan tangan/Perindustrian
Kehutanan Perdagangan
Peternakan Perhubungan dan Komunikasi
Umumnya proporsi baik pekerja anak maupun lansia lebih besar di desa Rindi, di mana mereka berasal dari golongan Kabihu dan TLU maramba (lihat Figure 25 dan Figure 26, serta Table 33 dan Table 34). Figure 26:Persentase pekerja anak, dewasa, dan lansia menurut desa
Tanaraing
27
Rindi
61
0%
19
538
596
10%
20%
30%
40%
50%
44
60%
70%
80%
90%
100%
Persentase Tenaga Kerja anak
dewasa
lansia
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
32
V.Kesimpulan dan saran Dari kajian data hasil pilot survei pada bab sebelumnya, sementara ini beberapa kesimpulan dapat diambil, sebagai berikut. Pada umumnya konsep keanggotaan kabihu dengan segala implikasi terkait(misalnya prilaku “kawin masuk”, perkawinan antara kabihu, dan besar/kecilnya kabihu) dapat diukur secara statistik dengan instrumen listing (daftar SST.L1) seperti telah diujicobakan di kecamatan Rindi. Hal ini juga berlaku untuk konsep golongan etnik dan stratifikasi sosial (yaitu pembedaan individu menurut status maramba, kabihu dan tau la uma). Ujicoba di Rindi telah membuktikan bahwa keterlibatan aktif dari KSK BPS Sumba Timur sebagai informan kunci menyumbang pada tingkat kebenaran data tentang konsep yang sensitif ini. Pada dasarnya data indikator yang berkaitan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat, bila dirinci menurut kedua konsep spesifik lokal di atas, terbukti hasilkan perbedaan yang cukup berarti dan dapat dipantau dengan menggunakan instrumen survei kesejahteraan dan penghidupan (daftar SST.L2). Secara lebih spesifik data menunjukkan bahwa: Desa Sumba Timur dapat digolongkan menurut tipe dan tingkat kerentanan baik di bidang sosial maupun ekonomi. Ternyata sebagai contoh desa Rindi menunjukkan, mayoritas penduduk di satu sisi masih lebih terlindung oleh struktur sosial yang lebih hierarkis dari ancaman dinamika ekonomi pasar (seperti terjadinya kenaikan harga BBM dan harga beras) dengan mengingat akses ke sumber penghidupan subsistensi dasar yang terjangkau kebanyakan warga desa. Di sisi lain desa Tanaraing yang lebih berorientasi ke ekonomi pasar (melalui kegiatan perikanan laut, pencarian kutulak dan penjualan hasil perkebunan) umumnya lebih rentan terhadap dinamika ekonomi pasar (seperti turun naiknya harga produksi dan konsumsi dan manipulasi aktor ekonomi yang ditentukan di luar desa). Namun demikian, dilihat dari aspek kesempatan mengakses segala pelayanan sosial (pendidikan dan kesehatan dan kebutuhan dasar lainnya) desa Tanaraing dengan penduduk yang lebih mandiri umumnya lebih baik dibandingkan dengan desa Rindi dengan kebanyakan penduduk yang terikat (langsung maupun tidak langsung) dengan majikannya. Tingkat kesejahteraan golongan-golongan etnis dan strata tradisional berbeda di ke kedua desa sesuai dengan keterbatasan terhadap sumber penghidupan tertentu yang dapat diamati terutama untuk golongan TLU mandiri. Namun demikian permasalahan ini masih akan dikaji lebih mendalam dan rinci lagi sehingga dapat disajikan lebih komprehensif dalam laporan final. Meskipun pilot survei ini dapat menyajikan kebanyakan permasalahan pokok yang berkaitan dengan dinamika kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat Sumba Timur, namun perlu disempurnakan dan diterapkan pada ruang lingkup yang lebih luas, yaitu seluruh kecamatan di Sumba Timur. Antara lain pengetahuan tentang penyebaran nyata dari keanggotaan kabihu tentu sangat bermanfaat bila mencakup seluruh wilayah Sumba Timur. Untuk hal ini masih diperlukan proses standarisasi pengukuran operasional tentang pembatasan definisi, dan kode yang unik untuk masing-masing kabihu. Agar sistem pemantauan yang ditujukan akan bisa dimanfaatkan sebagai masukan dalam proses perencanaan pembangunan di Sumba Timur, maka dihimbau bahwa baik dalam proses penyempurnaan instrumen, maupun dalam proses analisis data PEMDA Sumba Timur dilibatkan secara aktif dan menyeluruh. Sudah barang tentu bahwa keterlibatan aktif ini harus didukung oleh
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
33
upaya peningkatan kapasitas yang menyangkut pelatihan tentang pemahaman konsep, pengolahan, analisis dan pemanfaatan data survei.
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
34
DAFTAR PUSTAKA Adams, M. J. 1999 'Life and Death on Sumba', in T. P. Press (ed) Decorative Arts of Sumba, Amsterdam - Singapore: The Pepin Press,. Betke, F. 2002a Making Use of Statistics for Local Development: Towards an area-specific and culture-sensitive approach. Annual report on activities as Advisor to the Director General of BPS - Statistics Indonesia (implemented during July 2001 - August 2002, and planned for August 2002 - July 2003) supported by the Centre for International Migration and Development (CIM), Frankfurt/Main, Germany, Jakarta: Badan Pusat Statistik (BPS - Statistics Indonesia). — 2002b Statistik Ketahanan Sosial: menuju operasionalisasi konsep baru dalam bidang statistik sosial. Makalah diskusi dalam rangka seminar nasional "Membangun Konsepsi dan Strategi Ketahanan Sosial Masyarakat" diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan Ketahanan Sosial Masyarakat, Departemen Sosial R.I. Jakarta, 7 Oktober, 2002, Jakarta: Pusat Pengembangan Ketahanan Sosial Masyarakat, Departemen Sosial R.I. — 2004a 'Dig for clues behind E. Sumba poverty' The Jakarta Post, Jakarta. — 2004b East Sumba: Dynamics of Solidarity and Inequality in a Resource-poor Socio-ecological System. Preliminary considerations on progress and further requirements for development of local-specific poverty indicators. Draft discussion paper, Jakarta: Badan Pusat Statistik (BPS - Statistics Indonesia). — 2005a 'First preliminary tabular/graphical presentation of results of the 2004 Listing Trial in desa Praibakul and six adjacent villages, Kabupaten Sumba Timur. First priliminary draft technical annex for discussion', Jakarta: Badan Pusat Statistik (BPS - Statistics Indonesia). — 2005b Results of the 2004 Listing Trial in desa Praibakul and six adjacent villages, Kabupaten Sumba Timur, NTT, Indonesia. Internal report, Jakarta: Badan Pusat Statistik (BPS - Statistics Indonesia). Betke, F. and Ritonga, H. 2004 'Developing a Local-specific Approach to Poverty Monitoring in Rural East Indonesia', in H. Gsänger and M. Fernando (eds) Poverty Monitoring in Asia: A publication of selected papers from the Regional Conference on Poverty Monitoring in Asia, March 2004, Colombo: Centre for Poverty Analysis (CEPA). Bokdam, J. 2004 Suggestions for a kabihu mapping exercise. Draft report on a rapid assessment in Desa Praibakul, East Sumba. Unpublished internal documentation as part of an internship assignment under GTZ/BPS collaboration., Jakarta: Badan Pusat Statistik (National Statistics Agency). BPS Kabupaten Sumba Timur 2005 Rindi dalam Angka 2004, Waingapu: Badan Pusat Statistik (National Statistics Agency). Bush, M. L. 2000 Servitude in Modern Times. , Cambridge: Polity Press. Forshee, J. 1999 'Unfolding passages: weaving through the centuries in East Sumba', in T. P. Press (ed) Decorative Arts of Sumba, Amsterdam - Singapore: The Pepin Press,. Forth, G. 1998 'Uma Mbatungu of Sumba', in G. Tjahjono (ed) Architecture, Vol. 6, Singapore: Didier Millet. Forth, G. L. 1981 Rindi: an Ethnographic Study of a Traditional Domain in Eastern Sumba, The Hague: Martinus Nijhoff. Fox, J. J. 1998 'Megalithic Rituals', in J. J. Fox (ed) Religion and Ritual, Vol. 9, Singapore: Didier Millet. Fox, J. J. and Fox, I. n.d. A working bibliography on the Islands of Roti, Savu, and Sumba in Eastern Indonesia, Canberra: Australian National University. Gsänger, H. and Fernando, M. (eds) 2004 Poverty Monitoring in Asia, Colombo: Centre for Poverty Analysis (CEPA). Gunawan, I. 2000 Hierarchy and Balance: A Study of Wanokaka Social Organization., Canberra: Department of Anthropology, Research School of Pacific and Asian Studies, The Australian National University. Hidayah, Z. 1997 Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia, Jakarta: LP3ES. Hoskins, J. 1986 'So My Name Shall Llive: Stone-Dragging and and Grave Building in in Kodi, West Sumba', Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 142(1): 31-51. — 1993 The Play of Time: Kodi Perspectives on Calenders, History and Exchange, Berkeley: University of Califiornia Press. — 1998a Biographical Objects: How Things Tell the Story of People's Lives, New York and London: Routledge. — 1998b 'The Funeral of the Raja of Kapunduk, East Sumba', in J. J. Fox (ed) Religion and Ritual, Vol. 9, Singapore: Didier Millet. — 1998c 'Megalithic Rituals', in J. J. Fox (ed) Religion and Ritual, Vol. 9, Indonesian Heritage, Singapore: Editions Didier Millet. — 1998d 'The Ritual Heritage of Headhunting', in J. J. Fox (ed) Religion and Ritual, Vol. 9, Singapore: Didier Millet. — 1998e 'Sumba: the Presence of Marapu', in J. J. Fox (ed) Religion and Ritual, Vol. 9, Singapore: Didier Millet. — 2001 'Slaves, Brides and Other "Gifts": Resistance, Marriage and Rank in Eastern Indonesia. Revised paper prepared for the' International Conference on Slavery, Unfree Labor & Revolt in Asia and the Indian Ocean Region, October 4-6, 2001, Avignon. — 2002 'Predatory Voyeurs: Tourists and "Tribal Violence" in Remote Indonesia. Forthcoming', American Ethnologist 29(November).
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
35
— forthcoming 'The Menstrual Hut and the Witch's Lair:Paradoxes of Pollution and Protection in Two Eastern Indonesian Societies. Paper submitted to', Ethnology Special Issue. Jacob, A. D. 1992 Hubungan Maramba - Ata: Suatu Bentuk Hubungan Perhambatan, Studi Kasus Pada Kabihu Paraikaraha Sumba Timur, Nusa Tengara Timur, Depok: Universitas Indonesia. Kana, N. L. 1966 A prliminary study of the East Sumbanese social organisation and religion. Unpublished M.A. thesis, Ithaca, New York: Cornell University. Kapita, O. H. 1976a Masyarakat Sumba dan Adat Istiadatnya. Himpunan Naskah-Naskah tentang Beberapa Masalah dalam Masysrakat Sumba, Waingapu: BPK Gunung Mulia. — 1976b Sumba di dalam jangkauan jaman, Waingapu: BPK Gunung Mulia. Kean, W. 1997 Signs of Recognition: Powers and Hazards of Representation in an Indonesian Society, Berkeley: University of Califiornia Press. Lebar, F. M. (ed) 1972 Ethnic Groups of Insular Southeast Asia., Vol. Volume I: Indonesia, Andaman Islands, and Madagascar, New Haven: Human Relations Area Files Press. Makambombu, S. 2001 'Budaya menyimpan mayat: Suatu pemaknaan terhadap perilaku masyarakat kotaku menyimpan mayat dalam waktu lama. Studi kasus di Desa Rindi, Kecamatan Rindi, Kabupaten Sumba Timur' Program Pascasarjana, Salatiga: Universitas Kristen Satyawacana. Meillassoux, C. 1991 The Anthropology of Slavery: The Womb of Iron and Gold. Translated by Alide Dasnois, Chicago: University of Chicago Press. Mitchell, D. 2002 'Satu Keluarga, Banyak Rumah: The dispersed extended family in Megalithic Sumba. Paper prepared for the BPS/PEMDA workshop on how to assess the state of people's well-being in East Sumba, 15-18 December 2002.' Waingapu. Nggodu Tunggul 2001 Aspek Budaya (Sumba Timur): Lingkungan, Sosial Budaya, Keterampilan, Waingapu. — 2003 Etika dan Moralitas dalam Budaya Sumba Timur, Waingapu: Bidang Penelitian dan Pengembangan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Pemerintah Kabupaten Sumba Timur. Onvlee, L. 1980 'The Significance of Livestock in East Sumba', in J. J. Fox (ed) The flow of life: Essays on Eastern Indonesia, Cambridge, MA: Harvard University Press. Plum, G. 2003 Uma Systems in East Sumba: interim report on a rapid assessment in Desa Praibakul, East Sumba. Unpublished internal documentation as part of an internship assignment under GTZ/BPS collaboration, Jakarta: Badan Pusat Statistik (National Statistics Agency). Reid, A. (ed) 1983 Slavery, Bondage and Dependency in Southeast Asia, St Lucia: University of Queensland Press. Ritonga, H. and Betke, F. 2002 Menuju Pendekatan Pemantauan Kesejahteraan Rakyat yang Khas-Daerah dan Sayang Budaya. Laporan berdasarkan telaah cepat atas tantangan dan peluang pengembangan pemantauan kemiskinan dengan pendekatan yang khas-daerah dan sayang budaya di Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan kerjasama Badan Pusat Statistik (BPS) dan Lembaga Kerjasama Teknis Jerman, Proyek Dukungan Otonomi Daerah (GTZ/PRODA-NT), Jakarta: Badan Pusat Statistik (National Statistics Agency). Ritonga, H. and Suhaemi, U. 2005 Laporan Hasil Studi Pengembangan Sistem Pemantauan Indikator Dini Terkait Kemiskinan. Laporan ke 10. TA 3841-INO (Internal Progress Report), Jakarta: Asian Development Bank. Setyawati, I. 2003 Laporan Final: Studi kualitatif "Resiko dan Peluang Dalam Setiap Tahapan Kehidupan di Pedesaan Sumba Timur". Sebuah kajian dalam upaya mendapatkan indikator kemiskinan yang "sayang budaya", Waingapu: Program kerjasama PEMDA Sumba Timur, GTZ, BPS, UNICEF. — 2004 Laporan Penelitian: Bentuk Penghidupan, Hubungan dan Jaringan Kerja Antar Satuan-satuan Pemukiman di Pedesaan Sumba Timur, Kupang and Waingapu: Program kerjasama PEMDA Sumba Timur, GTZ, BPS, UNICEF. Tim LABSTATSOSDA 2003 Laporan Sementara: Hasil diskusi rapat teknis I di Waingapu - Sumba Timur, Jakarta: Badan Pusat Statistik (National Statistics Agency) kerja sama dengan PEMDA Sumba Timur, GTZ/PROMIS-NT, dan UNICEF Indonesia. Vel, J. 1994 'The Uma-economy: indigenous economics and development work in Lawonda, Sumba (Eastern Indonesia)', Wageningen: Wageningen Agricultural University. Waterson, R. 1995 'Houses and Hierarchies in Island Southeast Asia', in J. Carsten and S. Hugh-Jones (eds) About the House: Lévi-Strauss and Beyond, Cambridge: Cambridge University Press. — 1998 'Houses for the Dead', in G. Tjahjono (ed) Architecture, Vol. 6, Singapore: Didier Millet. Wielenga, D. K. 1909 'Soemba: Slavenhandel', De Macedonier 13: 300-6.
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
36
ANNEX I: Rincian (sementara) data-data survei kesejahteraan dan penghidupan menurut golongan etnik dan strata tradisional di Kecamatan Rindi, Sumba Timur
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
37
Table 9: Penyebaran rumah, penghuni, aset, dan akses informasi menurut golongan etnik dan strata tradisional di desa Tanaraing Komposisi populasi rumah maramba+
Tipe Rumah menurut komposisi etnik/strata tradisional INDIKATOR Jumlah rumah Jumlah penghuni
TOTAL 450 2,510
100.0% 100.0%
TANARAING 259 1,238
57.6% 49.3%
Rata-rata penghuni/rumah
5.6
Rumah besar bermenara Rumah besar tidak bermenara Rumah kecill (kebun dll.)
22 137 29
4.9% 30.4% 6.4%
6 2 8
2.3% 0.8% 3.1%
1 0 6
Rumah non-tradisional Keberadaan jam dinding Keberadaan radio Keberadaan tape Keberadaan TV Keberadaan parabola Keberadaan sepeda motor Keberadaan mobil Keberadaan emas
258
57.3%
240
92.7%
128
173 156 70 29 22 43 6 21
38.4% 34.7% 15.6% 6.4% 4.9% 9.6% 1.3% 4.7%
121 104 44 18 14 26 2 10
46.7% 40.2% 17.0% 6.9% 5.4% 10.0% 0.8% 3.9%
70
Keberadaan relening bank
67
14.9%
43
120 237
26.7% 52.7%
12
2.7%
Mendengarkan radio Menonton TV Membaca koran/majalah
4.8
Non-Sumba 135 629
52.1% 50.8%
4.7
Sumba 124 609
Kabihu
47.9% 49.2%
4.9
TLU mandiri
79.0% 77.2%
4.8
17 93
13.7% 15.3%
5.5
Maramba plus 9 47
7.3% 7.7%
4 1 2
4.1% 1.0% 2.0%
0 1 0
1 0 0
11.1%
5.9%
4.4%
4.0% 1.6% 1.6%
94.8%
112
90.3%
88
89.8%
16
94.1%
8
88.9%
51
41.2% 41.2% 17.6%
4
44.4% 44.4% 22.2% 11.1% 11.1% 11.1%
4
40.8% 33.7% 19.4% 7.1% 5.1% 13.3% 1.0% 4.1%
7
5
41.1% 35.5% 19.4% 6.5% 4.8% 11.3% 0.8% 4.0%
40
5
51.9% 44.4% 14.8% 7.4% 5.9% 8.9% 0.7% 3.7%
1
11.1%
16.6%
23
17.0%
20
16.1%
17
17.3%
1
5.9%
2
22.2%
63 203
24.3% 78.4%
33
30
12
23.5% 70.6%
2
76
24.5% 77.6%
4
95
24.2% 76.6%
24
108
24.4% 80.0%
7
22.2% 77.8%
3
1.2%
1
0.7%
2
1.6%
1
1.0%
0
1
11.1%
20 10 8 12 1
44 24 8 6 14 1
33 19 7 5 13 1
Maramba 34
72.3%
TLU Maramba 13
27.7%
5.2
5 2 2
60
0.7%
98 470
7 3
4 2
0
1
0
1
0
1
0
0
0
Table 10: Penyebaran rumah, penghuni, aset, dan akses informasi menurut golongan etnik dan strata tradisional di desa Rindi Komposisi populasi rumah maramba+
Tipe Rumah menurut komposisi etnik/strata tradisional INDIKATOR Jumlah rumah Jumlah penghuni Rata-rata penghuni/rumah
TOTAL 450 2,510
100.0% 100.0%
5.6
RINDI 191 1,272
42.4% 50.7%
6.7
Non-Sumba 3 10
1.6% 0.8%
3.3
Sumba 188 1,262
98.4% 99.2%
6.7
Kabihu 82 531
43.6% 42.1%
6.5
TLU mandiri 88 555
46.8% 44.0%
6.3
Maramba plus 18 176
9.6% 13.9%
9.8
22
4.9%
16
8.4%
0
16
8.5%
5
6.1%
5
5.7%
6
33.3%
Rumah besar tidak bermenara Rumah kecill (kebun dll.)
137 29
30.4% 6.4%
135 21
70.7% 11.0%
2 0
66.7%
133 21
70.7% 11.2%
61 5
74.4% 6.1%
62 15
70.5% 17.0%
10 1
55.6% 5.6%
Rumah non-tradisional Keberadaan jam dinding Keberadaan radio Keberadaan tape Keberadaan TV Keberadaan parabola Keberadaan sepeda motor Keberadaan mobil Keberadaan emas Keberadaan relening bank
258
57.3%
18
9.4%
1
33.3%
17
9.0%
11
13.4%
5
5.7%
1
5.6%
173 156 70 29 22 43 6 21
38.4% 34.7% 15.6% 6.4% 4.9% 9.6% 1.3% 4.7%
52 52 26 11 8 17 4 11
27.2% 27.2% 13.6% 5.8% 4.2% 8.9% 2.1% 5.8%
1
33.3% 100.0% 100.0% 33.3% 33.3% 33.3%
51
23
20
2
22.7% 23.9% 10.2% 3.4% 2.3% 5.7% 1.1% 2.3%
8
6
28.0% 30.5% 14.6% 6.1% 4.9% 7.3% 2.4% 7.3%
67
14.9%
24
Mendengarkan radio Menonton TV
120 237
26.7% 52.7%
12
2.7%
Rumah besar bermenara
Membaca koran/majalah
0
4
0
11
27.1% 26.1% 12.2% 5.3% 3.7% 8.5% 2.1% 5.9%
3
44.4% 16.7% 11.1% 11.1% 5.6% 27.8% 5.6% 16.7%
12.6%
0
24
12.8%
10
12.2%
8
9.1%
6
33.3%
57 34
29.8% 17.8%
3
54
24
20
29.5% 22.7%
4
8
29.3% 9.8%
26
33
28.7% 17.6%
5
22.2% 27.8%
9
4.7%
0
9
4.8%
4
4.9%
1
1.1%
4
22.2%
3 3 1 1 1
1
100.0% 33.3%
49 23 10 7 16
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
25 12 5 4 6 2
38
21 9 3 2 5 1
3 2 2 1 5 1
Maramba 83
47.2%
TLU Maramba 91
51.7%
Table 11: Penyebaran tipe keluarga menurut golongan etnik dan strata tradisional di desa Tanaraing Komposisi populasi rumah maramba+
Tipe Rumah menurut komposisi etnik/strata tradisional INDIKATOR Jumlah keluarga kecil (1 orang atau 1 ayah/ibu +anak) Jumlah keluarga kecil plus (1orang atau 1 ayah/ibu +anak + keluarga/hubungan lain)
TANARAING
TOTAL 9.8%
46
10.2%
Jumlah keluarga luas 3 (inti plus menantu/cucu/orang tua/mertua/famili lain/hubungan lain) TOTAL
Kabihu
TLU mandiri
Maramba plus
Maramba
TLU Maramba
18
4.0%
166
36.9%
70
15.6%
86
19.1%
20
4.4%
450
100.0%
9.3%
14
10.4%
10
8.1%
9
9.2%
0
1
11.1%
2
5.9%
0
10.4%
12
8.9%
15
12.1%
11
11.2%
2
2
22.2%
5
14.7%
7
3.5%
5
3.7%
4
3.2%
4
4.1%
0
41.7%
61
45.2%
47
37.9%
37
37.8%
8
47.1%
2
22.2%
13
38.2%
0
13.1%
22
16.3%
12
9.7%
10
10.2%
2
11.8%
0
17.8%
15
11.1%
31
25.0%
24
24.5%
5
29.4%
2
22.2%
6
17.6%
4
30.8%
4.2%
6
4.4%
5
4.0%
3
3.1%
0
2
22.2%
8
23.5%
2
15.4%
100.0%
135
100.0%
124
100.0%
98
100.0%
17
9
100.0%
34
100.0%
13
100.0%
27 11.8%
53.8%
9 0
108
Jumlah keluarga inti dgn anak (semua umur)
Jumlah keluarga luas 2 (inti plus menantu/cucu/orang tua/mertua/famili lain)
Sumba
24 44
Jumlah keluarga inti kecil (berpasangan saja)
Jumlah keluarga luas 1 (inti plus menantu/ cucu/ orang tua/ mertua)
Non-Sumba
34 46 11
259
100.0%
Table 12: Penyebaran tipe keluarga menurut golongan etnik dan strata tradisional di desa Rindi Komposisi populasi rumah maramba+
Tipe Rumah menurut komposisi etnik/strata tradisional INDIKATOR Jumlah keluarga kecil (1 orang atau 1 ayah/ibu +anak) Jumlah keluarga kecil plus (1orang atau 1 ayah/ibu +anak + keluarga/hubungan lain)
9.8%
46
10.2%
Jumlah keluarga luas 3 (inti plus menantu/cucu/orang tua/mertua/famili lain/hubungan lain) TOTAL
Sumba
Kabihu
TLU mandiri
Maramba plus
Maramba
TLU Maramba
18
4.0%
166
36.9%
70
15.6%
86
19.1%
20
4.4%
450
100.0%
10.5%
0
20
10.6%
9
11.0%
9
10.2%
2
11.1%
2
2.4%
0
9.9%
0
19
10.1%
6
7.3%
7
8.0%
6
33.3%
17
20.5%
20
4.7%
1
0.5%
8
4.2%
2
1.0%
6
3.1%
30.4%
1
33.3%
57
30.3%
28
34.1%
27
30.7%
18.8%
0
36
19.1%
17
20.7%
19
21.6%
20.9%
1
39
20.7%
19
23.2%
18
4.7%
0
9
4.8%
1
1.2%
100.0%
3
188
100.0%
82
100.0%
19 22.0%
9 0.0%
58
Jumlah keluarga inti dgn anak (semua umur)
Jumlah keluarga luas 2 (inti plus menantu/cucu/orang tua/mertua/famili lain)
Non-Sumba
20 44
Jumlah keluarga inti kecil (berpasangan saja)
Jumlah keluarga luas 1 (inti plus menantu/ cucu/ orang tua/ mertua)
RINDI
TOTAL
2
11.1%
11
13.3%
0
20.5%
2
11.1%
23
27.7%
1
1.1%
2
2.3%
6
33.3%
30
36.1%
70
76.9%
88
100.0%
18
100.0%
83
100.0%
91
100.0%
36 40 33.3%
9
191
100.0%
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
39
Table 13: Penyebaran kaum perempuan, laki-laki menurut status perkawinan dan status anak-anak menurut golongan etnik dan strata tradisional di desa Tanaraing Komposisi populasi rumah maramba+
Tipe Rumah menurut komposisi etnik/strata tradisional INDIKATOR Jumlah perempuan Jumlah perempuan pernah kawin Jumlah perempuan kawin 2+ kali Jumlah perempuan yg berstatus kawin Jumlah perempuan berstatus istri ke2+ Jumlah anak kandung (semua umur) dari perempuan yg berstatus istri kedua Jumlah laki-laki Jumlah laki-laki yg pernah kawin Jumlah laki-laki yg kawin 2+ kali Jumlah laki-laki yg berstatus kawin Jumlah laki-laki dengan lebih dari satu istri Jumlah laki-laki "kawin masuk" Jumlah penghuni (laki + perempuan) Jumlah penghuni yg berstatus kawin Jumlah penghuni yg kawin sama sepupu Jumlah perempuan berusia 12-49 th Jumlah perempuan (12-49 th) yg sedang memakai KB Jumlah perempuan berusia 12+th Jumlah perempuan (12+ th) yg tdk kawin dan punya anak Jumlah anak yg pernah dilahirkan perempuan (12-49 th) Rata-rata anak per perempuan Jumlah anak per perempuan yg masih hidup Jumlah anak perempuan yg sudah meninggal Jumlah anak <15 th Jumlah anak (<15 th) di luar rumah Jumlah keseluruhan anak (incl. missed cases) Jumlah anak <16 th Jumlah anak asuh (<16 th) Jumlah anak asuh laki2 (<16 th) Jumlah anak asuh perempuan (<16 th)
TOTAL 1,216 536 49 442
TANARAING
100.0% 9.1% 82.5%
579 280 24 237
58
10.8%
15
109
4.3%
21
Non-Sumba
100.0% 8.6% 84.6%
308 142 13 121
5.4%
5
1.7%
8
1,294 483 62 431
100.0% 12.8% 100.0%
16
3.7%
15
3.5%
1
0.4%
0
2,510 873
100.0%
1,238 467
100.0%
629 240
279
32.0%
675
100.0%
100
7.1%
842
100.0% 3.7%
31 1,415
100.0%
2.1 1,274 141 971 167 1,138 1,035 165 78 87
90.0% 10.0% 85.3% 14.7% 100.0%
659 257 19 230 9
117
100.0% 7.4% 100.0% 3.9%
25.1%
321 131 9 119 2
Sumba
100.0% 9.2% 85.2%
271 138 11 116
3.5%
10
1.3% 100.0% 6.9% 100.0% 1.7%
100.0% 17.5%
13 338 126 10 111 7
Kabihu
100.0% 8.0% 84.1%
207 106 9 90
7.2%
5
2.1% 100.0% 7.9% 100.0% 6.3%
6 263 100 5 88 4
1
0.9%
0
609 227
100.0%
470 178
33.0%
TLU mandiri
Maramba plus
100.0% 8.5% 84.9%
39 21 2 17
100.0% 9.5% 81.0%
25 11 0 9
4.7%
4
19.0%
1
1.3% 100.0% 5.0% 100.0% 4.5%
100.0% 29.8%
7.6%
7 53 15 5 15
100.0% 33.3% 100.0% 20.0%
3
81.8% 9.1%
1
100.0%
0
0
22 11 0 8
18 9 0 6
100.0% 100.0%
0
92 32
100.0%
47 17
35 12
100.0%
13 5
37.5%
58.8%
100.0%
12 19
100.0%
10 13
100.0%
78 394
11.3%
45
13.0%
33
9.6%
28
10.2%
4
7.5%
1
5.6%
100.0%
213
100.0%
181
100.0%
141
100.0%
25
100.0%
15
100.0%
1
0.3%
0
1
0.6%
1
0.7%
347
345
626
90.5%
66 494 59
100.0% 15.9% 47.3%
553 521 90 40
52.7%
50
9.5% 89.3% 10.7%
313 34
90.2%
313 32
24
9.8% 91.1% 8.9%
100.0% 17.3% 44.4%
269 257 36 17
100.0% 14.0% 47.2%
284 264 54 23
55.6%
19
52.8%
31
100.0%
245
100.0%
2.3
100.0%
100.0%
2.3 90.7%
249 35
9.3% 87.7% 12.3%
248 26
0
0
53
18
100.0%
2.8 90.5%
90.6%
5
1 10
0 5
100.0%
0
16
94.1%
1
100.0%
1 15 2
5.9% 88.2% 11.8%
0
4
5.6% 84.6% 15.4%
1
26 23 8 3
100.0% 34.8% 37.5%
17 17 3 2
57.4%
21
56.8%
5
55.6%
5
62.5%
1
40
100.0%
100.0%
94.4%
17
100.0% 22.0% 44.4%
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
5.9%
0 5
100.0%
40 41 9 4
100.0%
100.0%
100.0%
1 0.2
100.0% 18.7% 43.2%
100.0%
83.3%
100.0%
218 198 37 16
0
100.0%
17 2.1
100.0% 20.5% 42.6%
40
100.0%
100.0%
31
100.0%
9.4% 100.0%
8
75.0%
0
0
1.4
48
10
9.5% 85.8% 14.2%
187
5 2 0 2
0.0%
53 119
100.0%
100.0% 0.0% 100.0%
0 100.0%
100.0%
0
0
100.0%
2.0
0
0
75 151
100.0%
14.3%
0
100.0%
692 2.1
85.7%
8 4 0 3
100.0%
6.7%
42 175
274
TLU Maramba
1
100.0%
326
Maramba 17 7 0 6
22
100.0%
7 2
77.8% 22.2%
100.0% 17.6% 66.7%
9 7 6 2
100.0% 85.7% 33.3%
33.3%
4
66.7%
100.0%
100.0%
Table 14: Penyebaran kaum perempuan, laki-laki menurut status perkawinan dan status anak-anak menurut golongan etnik dan strata tradisional di desa Rindi Komposisi populasi rumah maramba+
Tipe Rumah menurut komposisi etnik/strata tradisional INDIKATOR Jumlah perempuan Jumlah perempuan pernah kawin Jumlah perempuan kawin 2+ kali Jumlah perempuan yg berstatus kawin Jumlah perempuan berstatus istri ke2+ Jumlah anak kandung (semua umur) dari perempuan yg berstatus istri kedua Jumlah laki-laki Jumlah laki-laki yg pernah kawin Jumlah laki-laki yg kawin 2+ kali Jumlah laki-laki yg berstatus kawin Jumlah laki-laki dengan lebih dari satu istri Jumlah laki-laki "kawin masuk" Jumlah penghuni (laki + perempuan) Jumlah penghuni yg berstatus kawin Jumlah penghuni yg kawin sama sepupu Jumlah perempuan berusia 12-49 th Jumlah perempuan (12-49 th) yg sedang memakai KB Jumlah perempuan berusia 12+th Jumlah perempuan (12+ th) yg tdk kawin dan punya anak Jumlah anak yg pernah dilahirkan perempuan (12-49 th) Rata-rata anak per perempuan Jumlah anak per perempuan yg masih hidup Jumlah anak perpermpuan yg sudah meninggal Jumlah anak <15 th Jumlah anak (<15 th) di luar rumah Jumah keseluruhan anak (incl. missed cases) Jumlah anak <16 th Jumlah anak asuh (<16 th) Jumlah anak asuh laki2 (<16 th) Jumlah anak asuh perempuan (<16 th)
TOTAL 1,216 536 49 442
100.0% 9.1% 100.0%
58
13.1%
109
4.3%
RINDI 637 256 25 205 43
Non-Sumba
100.0% 9.8% 100.0% 21.0%
100.0% 12.8% 100.0%
16
3.7%
15
635 226 43 201 7
3.5%
14
2,510 873
100.0%
1,272 406
279
32.0%
87
162
100.0% 19.0% 100.0% 3.5%
5 3 0 3
100.0% 100.0%
0
7
0
14
100.0%
10 6
1,262 400
100.0% 33.3%
100.0%
3
100.0%
3.7%
30
6.7%
0
0.0%
100.0%
90.0% 10.0% 85.3% 14.7% 100.0%
349
723 2.1
100.0%
648
89.6%
75 477 108
100.0% 15.9% 47.3%
585 514 75 38
52.7%
37
630 223 43 198
7.0%
39.9%
3
100.0%
100.0%
1.5
10.4% 81.5% 18.5% 100.0%
Kabihu
100.0% 9.9% 100.0% 21.3%
277 104 7 83 16
7.0%
100.0%
2.1
1,138 1,035 165 78
88
22 448
842
971 167
0
0
14.8%
141
43
6.3%
100.0%
1,274
0
100.0%
675
1,415
100.0%
2 2
100
31
100.0%
Sumba 632 253 25 202
6.9% 88
1,294 483 62 431
5 3 0 3
3
4
100.0% 14.6% 50.7%
7 3 0 0
49.3%
0
22
100.0% 19.3% 100.0% 3.5%
100.0%
100.0% 100.0%
1 7
100.0%
531 167
100.0% 6.3%
5
445
100.0%
30
6.7%
645 75
42.9% 57.1%
254 98 15 84
7.1%
40.0%
100.0%
474 104
10.4% 82.0% 18.0% 100.0%
23.7%
23
100.0% 15.3% 100.0% 1.2%
5
100.0%
555 189
100.0% 3.2%
13
182
100.0%
11
6.0% 100.0%
296 38 209 43
100.0% 24.0% 100.0% 5.4%
5
62 140
334
11.4% 82.9% 17.1% 100.0%
4
100.0% 6.5% 100.0% 18.2%
82 25 4 22 1 2
100.0%
176 44
32.8%
100.0% 16.0% 100.0% 4.5%
100.0% 50.0% 100.0% 7.7%
193
100.0%
70
15
7.8%
4
9.5% 78.5% 21.5%
204 56
100.0%
19 22
1
5.7%
100.0% 13.3% 100.0% 9.1% 1.1%
1 100.0% 14.3% 100.0% 8.3%
42 11 2 10 0
100.0% 18.2% 100.0% 0.0%
8.3%
1
10.0%
100.0%
91 21
100.0%
55.9% 100.0% 9.1%
2 30
9.5% 100.0% 16.7%
100.0%
5 34
100.0%
1
2.9%
3
8.8%
100.0%
36 1.6
100.0%
39 1.3
100.0%
90.0%
34
94.4%
29
74.4%
2 24 2
5.6% 92.3% 7.7%
5
5
10.0% 92.4% 7.6%
37 5
12.8% 88.1% 11.9%
70
100.0%
2 35
1.3
30
1 1
4
90.5%
39 14 2 12
83 34
9.3%
286
20.0%
TLU Maramba 49 15 2 11
2.4%
9.1%
100.0%
100.0%
2
100.0% 0.0% 100.0%
2
22 52
316
Maramba 44 15 0 10
3.4%
5.4%
2.3 88.6%
94 31 2 22
6
294 100 24 92
8.3%
45.5%
Maramba plus
8.1% 45
2.2 89.6%
100.0% 13.6% 100.0%
7.0%
76 155
720
19.3%
37
2.1
0 3
160 347
100.0% 6.7% 100.0%
TLU mandiri 261 118 16 97
63 7 61
100.0%
100.0%
100.0%
578 511 75 38
100.0% 14.7% 50.7%
252 223 20 7
100.0% 9.0% 35.0%
260 220 31 15
100.0% 14.1% 48.4%
66 66 24 16
100.0% 36.4% 66.7%
26 27 3 2
100.0% 11.1% 66.7%
42 39 21 14
100.0% 53.8% 66.7%
37
49.3%
13
65.0%
16
51.6%
8
33.3%
1
33.3%
7
33.3%
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
41
Table 15: Penyebaran golongan umur dan jenis kelamin menurut status pendidikan dan golongan etnik serta strata tradisional di desa Tanaraing Komposisi populasi rumah maramba+
Tipe Rumah menurut komposisi etnik/strata tradisional INDIKATOR Jumlah individu Jumlah laki-laki Jumlah perempuan Median umur (tahun) Jumlah anak bayi (0-1 th) dalam populasi rumah laki-laki perempuan Jumlah anak balita (0-4 th) dalam populasi rumah laki-laki perempuan Jumlah anak usia pra-sekolah (2-5 th) dalam populasi rumah laki-laki perempuan Jumlah anak usia sekolah (6-14 th) th dalam populasi rumah laki-laki perempuan Jumlah remaja/dewasa (15-64 th) dalam populasi rumah laki-laki perempuan Jumlah lansia (65+ th) dalam populasi rumah laki-laki perempuan Jumlah individu yg berusia 5 tahun ke atas laki-laki perempuan Jumlah individu (>5 th) yg buta huruf laki-laki perempuan Jumlah individu (>5 th) yg tidak menguasai bahasa Indonesia laki-laki perempuan Jumlah individu (>5 th) yg tidak/belum tamat SD laki-laki
TOTAL 2,509 100.0% 1,293 51.5% 1,216 48.5% 20
TANARAING 1,238 100.0% 659 53.2% 579 46.8% 21
Non-Sumba 629 100.0% 321 51.0% 308 49.0% 21
609 338 271
Sumba 100.0% 55.5% 44.5%
19
470 263 207
Kabihu 100.0% 56.0% 44.0%
TLU mandiri 92 100.0% 53 57.6% 39 42.4%
20
17
Maramba plus 47 100.0% 22 46.8% 25 53.2% 16
Maramba 34 100.0% 17 50.0% 17 50.0% 16
TLU Maramba 13 100.0% 5 38.5% 8 61.5% 14
142 75 67
5.7% 52.8% 47.2%
73 36 37
5.9% 49.3% 50.7%
38 16 22
6.0% 42.1% 57.9%
35 20 15
5.7% 57.1% 42.9%
29 16 13
6.2% 55.2% 44.8%
3 2 1
3.3% 66.7% 33.3%
3 2 1
6.4% 66.7% 33.3%
3 2 1
8.8% 66.7% 33.3%
0 0 0
0.0%
347 189 158
13.8% 54.5% 45.5%
167 91 76
13.5% 54.5% 45.5%
89 45 44
14.1% 50.6% 49.4%
78 46 32
12.8% 59.0% 41.0%
60 34 26
12.8% 56.7% 43.3%
10 7 3
10.9% 70.0% 30.0%
8 5 3
17.0% 62.5% 37.5%
7 4 3
20.6% 57.1% 42.9%
1 1 0
7.7% 100.0%
281 155 126
11.2% 55.2% 44.8%
137 76 61
11.1% 55.5% 44.5%
77 43 34
12.2% 55.8% 44.2%
60 33 27
9.9% 55.0% 45.0%
46 24 22
9.8% 52.2% 47.8%
9 6 3
9.8% 66.7% 33.3%
5 3 2
10.6% 60.0% 40.0%
4 2 2
11.8% 50.0% 50.0%
1 1 0
7.7% 100.0% 0.0%
548 270 278
21.8% 49.3% 50.7%
284 143 141
22.9% 50.4% 49.6%
130 60 70
20.7% 46.2% 53.8%
154 83 71
25.3% 53.9% 46.1%
112 63 49
23.8% 56.3% 43.8%
28 16 12
30.4% 57.1% 42.9%
14 4 10
29.8% 28.6% 71.4%
8 2 6
23.5% 25.0% 75.0%
6 2 4
46.2% 33.3% 66.7%
1,415 727 688 123 66
56.4% 51.4% 48.6% 4.9% 53.7%
697 374 323 47 30
56.3% 53.7% 46.3% 3.8% 63.8%
351 182 169
346 192 154
55.4% 54.9% 45.1% 1.1% 100.0%
24 12 12
12 8
57.7% 56.1% 43.9% 2.6% 66.7%
51 28 23
14 10
56.8% 55.5% 44.5% 2.3% 71.4%
271 152 119
33 20
55.8% 51.9% 48.1% 5.2% 60.6%
51.1% 50.0% 50.0% 2.1% 100.0%
18 10 8 1 1
52.9% 55.6% 44.4% 2.9% 100.0%
6 2 4 0 0
46.2% 33.3% 66.7% 0.0%
57
46.3%
17
36.2%
13
39.4%
4
28.6%
4
33.3%
0
2,162 1,104 1,058
1,071 568 503
73 37 36
100.0% 55.9% 44.1% 17.8% 16.2% 19.9%
82 46 36
107 52 55
100.0% 55.0% 45.0% 20.2% 17.8% 23.0%
410 229 181
88 40 48
100.0% 51.1% 48.9% 16.3% 14.5% 18.2%
531 292 239
195 92 103
100.0% 53.0% 47.0% 18.2% 16.2% 20.5%
540 276 264
568 259 309
100.0% 51.1% 48.9% 26.3% 23.5% 29.2%
509 224 285
23.5% 20.3% 26.9%
165 77 88
15.4% 13.6% 17.5%
69 31 38
12.8% 11.2% 14.4%
96 46 50
18.1% 15.8% 20.9%
65 31 34
1,405 716
65.0% 64.9%
644 342
60.1% 60.2%
306 158
56.7% 57.2%
338 184
63.7% 63.0%
249 141
1 1
1 1 0 39 17 22
20 8 12
100.0% 56.1% 43.9% 24.4% 17.4% 33.3%
15.9% 13.5% 18.8%
19 8 11
60.7% 61.6%
61 30
0 27 13 14
14 7 7
100.0% 43.6% 56.4% 35.9% 41.2% 31.8%
23.2% 17.4% 30.6%
7 5 2
74.4% 65.2%
28 13
0 12 4 8
10 5 5
100.0% 48.1% 51.9% 37.0% 38.5% 35.7%
4 2 2
100.0% 33.3% 66.7% 33.3% 50.0% 25.0%
30.8% 41.2% 22.7%
9 5 4
33.3% 38.5% 28.6%
3 2 1
25.0% 50.0% 12.5%
71.8% 76.5%
18 10
66.7% 76.9%
10 3
83.3% 75.0%
Perempuan
689
65.1%
302
60.0%
148
56.1%
154
64.4%
108
59.7%
31
86.1%
15
68.2%
8
57.1%
7
87.5%
Jumlah individu yg berusia 5-20 th laki-laki Perempuan
936 491 445
451 243 208
12 2
8 1
100.0% 30.0% 70.0% 80.0% 33.3%
7 2 5
26 16
100.0% 29.4% 70.6% 70.6% 40.0%
10 3 7
113 59
100.0% 64.3% 35.7% 61.9% 59.3%
17 5 12
151 77
100.0% 58.4% 41.6% 63.5% 56.7%
42 27 15
134 67
100.0% 57.4% 42.6% 63.7% 56.6%
178 104 74
285 144
100.0% 50.0% 50.0% 62.6% 62.6%
237 136 101
511 240
100.0% 53.9% 46.1% 63.2% 59.3%
214 107 107
Jumlah individu (5-20 th) yg masih bersekolah laki-laki
100.0% 52.5% 47.5% 54.6% 48.9%
4 1
100.0% 28.6% 71.4% 57.1% 50.0%
perempuan
271
60.9%
141
67.8%
67
62.6%
74
73.3%
54
73.0%
10
66.7%
10
83.3%
7
100.0%
3
60.0%
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
42
Table 16: Penyebaran golongan umur dan jenis kelamin menurut status pendidikan dan golongan etnik serta strata tradisional di desa Rindi Komposisi populasi rumah maramba+
Tipe Rumah menurut komposisi etnik/strata tradisional INDIKATOR Jumlah individu Jumlah laki-laki Jumlah perempuan Median umur Jumlah anak bayi (0-1 th) dalam populasi rumah laki-laki perempuan Jumlah anak balita (0-4 th) dalam populasi rumah laki-laki perempuan Jumlah anak usia pra-sekolah (2-5 th) dalam populasi rumah laki-laki perempuan Jumlah anak usia sekolah (6-14 th) th dalam populasi rumah laki-laki perempuan Jumlah remaja/dewasa (15-64 th) dalam populasi rumah laki-laki perempuan Jumlah lansia (65+ th) dalam populasi rumah laki-laki perempuan Jumlah individu yg berusia 5 tahun ke atas laki-laki perempuan Jumlah individu (<5 th) yg buta huruf laki-laki perempuan Jumlah individu (<5 th) yg tidak menguasai bahasa Indonesia laki-laki perempuan Jumlah individu (<5 th) yg tidak/belum tamat SD laki-laki perempuan
TOTAL 2,509 100.0% 1,293 51.5% 1,216 48.5% 20
RINDI 1,271 100.0% 634 49.9% 637 50.1% 19
Non-Sumba 10 100.0% 5 50.0% 5 50.0%
Sumba 1,261 100.0% 629 49.9% 632 50.1%
531 254 277
Kabihu 100.0% 47.8% 52.2%
TLU mandiri 554 100.0% 293 52.9% 261 47.1%
18
20
Maramba plus 176 100.0% 82 46.6% 94 53.4% 20
Maramba 83 100.0% 39 47.0% 44 53.0% 23
TLU Maramba 91 100.0% 42 46.2% 49 53.8%
32
19
17
69 39 30
5.5% 56.5% 43.5%
34 15 19
6.4% 44.1% 55.9%
26 20 6
4.7% 76.9% 23.1%
9 4 5
5.1% 44.4% 55.6%
2 1 1
2.4% 50.0% 50.0%
7 3 4
7.7% 42.9% 57.1%
179 98 81
14.2% 54.7% 45.3%
80 38 42
15.1% 47.5% 52.5%
79 52 27
14.3% 65.8% 34.2%
20 8 12
11.4% 40.0% 60.0%
7 2 5
8.4% 28.6% 71.4%
13 6 7
14.3% 46.2% 53.8%
11.3% 55.2% 44.8%
59 29 30
11.1% 49.2% 50.8%
66 40 26
11.9% 60.6% 39.4%
18 10 8
10.2% 55.6% 44.4%
8 4 4
9.6% 50.0% 50.0%
10 6 4
11.0% 60.0% 40.0%
142 75 67
5.7% 52.8% 47.2%
69 39 30
5.4% 56.5% 43.5%
0 0 0
347 189 158
13.8% 54.5% 45.5%
180 98 82
14.2% 54.4% 45.6%
1 0 1
281 155 126
11.2% 55.2% 44.8%
144 79 65
11.3% 54.9% 45.1%
1 0 1
100.0%
143 79 64
548 270 278
21.8% 49.3% 50.7%
264 127 137
20.8% 48.1% 51.9%
2 1 1
20.0% 50.0% 50.0%
262 126 136
20.8% 48.1% 51.9%
116 47 69
21.8% 40.5% 59.5%
112 61 51
20.2% 54.5% 45.5%
34 18 16
19.3% 52.9% 47.1%
14 9 5
16.9% 64.3% 35.7%
20 9 11
22.0% 45.0% 55.0%
1,415 727 688 123 66
56.4% 51.4% 48.6% 4.9% 53.7%
718 353 365 76 36
56.5% 49.2% 50.8% 6.0% 47.4%
7 4 3
70.0% 57.1% 42.9%
711 349 362
56.4% 49.1% 50.9% 6.0% 47.4%
303 152 151
57.1% 50.2% 49.8% 3.6% 57.9%
306 152 154
55.2% 49.7% 50.3% 7.9% 45.5%
102 45 57
58.0% 44.1% 55.9% 7.4% 38.5%
51 23 28 8 2
61.4% 45.1% 54.9% 9.6% 25.0%
49 21 28 5 3
53.8% 42.9% 57.1% 5.5% 60.0%
10.0% 100.0% 10.0%
0 0
57
46.3%
40
52.6%
0
2,162 1,104 1,058
1,091 536 555 373 167 206
100.0% 49.1% 50.9% 34.2% 31.2% 37.1%
9 5 4
568 259 309
100.0% 51.1% 48.9% 26.3% 23.5% 29.2%
0 0 0
509 224 285
23.5% 20.3% 26.9%
344 147 197
31.5% 27.4% 35.5%
0 0 0
1,405 716
65.0% 64.9%
761 374
69.8% 69.8%
6 1
76 36
19 11
44 20
13 5
40
52.6%
8
42.1%
24
54.5%
8
61.5%
6
75.0%
2
40.0%
1,082 531 551
451 216 235
19 8 11
100.0% 48.7% 51.3% 25.0% 21.6% 28.2%
78 36 42
50 22 28
100.0% 47.4% 52.6% 32.1% 29.7% 34.1%
76 37 39
177 85 92
100.0% 50.7% 49.3% 37.3% 35.3% 39.3%
156 74 82
146 60 86
100.0% 47.9% 52.1% 32.4% 27.8% 36.6%
475 241 234
373 167 206
100.0% 49.1% 50.9% 34.5% 31.5% 37.4%
31 14 17
100.0% 46.2% 53.8% 39.7% 38.9% 40.5%
344 147 197
31.8% 27.7% 35.8%
136 53 83
30.2% 24.5% 35.3%
161 74 87
33.9% 30.7% 37.2%
47 20 27
30.1% 27.0% 32.9%
19 8 11
25.0% 21.6% 28.2%
28 12 16
35.9% 33.3% 38.1%
66.7% 20.0%
755 373
69.8% 70.2%
326 161
72.3% 74.5%
333 168
70.1% 69.7%
96 44
61.5% 59.5%
36 16
47.4% 43.2%
58 27
74.4% 75.0%
100.0% 55.6% 44.4%
689
65.1%
387
69.7%
5
125.0%
382
69.3%
165
70.2%
165
70.5%
52
63.4%
20
51.3%
31
73.8%
Jumlah individu yg berusia 5-20 th laki-laki perempuan Jumlah individu (5-20 th) yg masih bersekolah laki-laki
936 491 445 511 240
100.0% 52.5% 47.5% 54.6% 48.9%
485 248 237 226 96
100.0% 51.1% 48.9% 46.6% 38.7%
3 2 1 2 1
100.0% 66.7% 33.3% 66.7% 50.0%
482 246 236 224 95
100.0% 51.0% 49.0% 46.5% 38.6%
213 100 113 80 25
100.0% 46.9% 53.1% 37.6% 25.0%
200 109 91 110 53
100.0% 54.5% 45.5% 55.0% 48.6%
69 37 32 34 17
100.0% 53.6% 46.4% 49.3% 45.9%
24 16 8 14 8
100.0% 66.7% 33.3% 58.3% 50.0%
44 20 24 20 9
100.0% 45.5% 54.5% 45.5% 45.0%
perempuan
271
60.9%
130
54.9%
1
100.0%
129
54.7%
55
48.7%
57
62.6%
17
53.1%
6
75.0%
11
45.8%
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
43
Table 17: Indikator yang berkaitan dengan sanitasi dan kesehatan menurut golongan etnik dan strata tradisional di desa Tanaraing Komposisi populasi rumah maramba+
Tipe Rumah menurut komposisi etnik/strata tradisional INDIKATOR Jumlah rumah yang dihuni Jumlah penghuni Jumlah penghuni per rumah Jumlah luas lantai Luas lantai per kapita Jumlah rumah yg memakai sumber air minum bersih Jumlah rumah yg rebus air minum Jarak ke sumber air; median (m) Jarak ke sumber air; maximum (m)
TANARAING
Non-Sumba
450
TOTAL 100.0%
259
57.6%
135
52.1%
124
Sumba 47.9%
98
Kabihu 79.0%
TLU mandiri 17
13.7%
Maramba plus 9
7.3%
9
2,510 5.6
100.0%
1,238 4.8
49.3%
629 4.7
50.8%
609 4.9
49.2%
470 4.8
77.2%
92 5.4
15.1%
47 5.2
7.7%
34 3.8
72.3%
13 1.4
27.7%
24,654 9.8
100.0%
10,292 8.3
41.7%
5,272 8.4
51.2%
5,020 8.2
48.8%
3,924 8.3
78.2%
617 6.7
12.3%
479 10.2
9.5%
100.0%
17
3.8%
16
6.2%
11
8.1%
5
4.0%
4
4.1%
1
5.9%
0
0.0%
180
40.0%
139
53.7%
88
65.2%
51
41.1%
43
43.9%
3
17.6%
5
55.6%
50
100
100
50
50
75
100
9500
9500
9500
3000
3000
1200
300
20
20
20
20
20
17.5
15
Waktu ambil air; median (menit) waktu ambil air; maximum (menit) Jumlah rumah tanpa akses ke WC apapun
310
68.9%
151
58.3%
73
54.1%
78
62.9%
57
58.2%
16
94.1%
5
55.6%
Jumlah rumah yg memakai listrik pakai kayu bakar
122 433
27.1% 96.2%
78 242
30.1% 93.4%
52 128
38.5% 94.8%
26 114
21.0% 91.9%
24 90
24.5% 91.8%
0 16
0.0% 94.1%
2 8
22.2% 88.9%
Jarak ke jalan raya; median (m) Jarak ke jalan raya; maximum (m) Jarak ke posyandu; median (m) Jarak ke posyandu; maximum (m) Jarak ke puskesmas/pustu; median (m) Jarak ke puskesmas/pustu; maximum (m) jumlah individu yg pernah sakit berat Jumlah orang sakit yg tidak/sendiri berobat Jumlah anak Balita (0-4 th) Jumlah kelahiran Balita yang ditolong tenaga medik Jumlah Balita yg memiliki akte kelahiran Jumlah Balita yg memiliki KMS Median Umur (perempuan 12-49 th) pada saat melahirkan pertama kali Minimum Maximum Jumlah perempuan 12-49 th yg sedang hamil Jumlah perempuan hamil yg mengikuti pemeriksaan kandungan oleh tenaga medik Jumlah perempuan yg dalam keadaan hamil (12-49 th) masih ikut kerja di lahan pertanian Jumlah perempuan yg dalam keadaan hamil (12-49 th) masih mengambil air Jumlah perempuan yg dalam keadaan hamil (12-49 th) ada pekerjaan yang akan dikurangi
180
120
120
120
120
60
100
30
50
25
15
50
10,000
10,000
2,500
2,500
2,000
400
500
400
400
400
400
400
400
25,000
25,000
25,000
7,000
3,000
7,000
1,000
700
500
525
500
500
400
400
169
10,000 6.7%
40
10,000 3.2%
28
9,500 4.5%
12
9,500 2.0%
8
3
9
150
7,000 1.7%
TLU Maramba
60
10,000
10,000
Maramba
1,000 3.3%
1
2.1%
39
23.1%
1
2.5%
0
1
8.3%
1
12.5%
0
347
100.0%
167
100.0%
89
100.0%
78
100.0%
60
100.0%
10
100.0%
8
0 100.0%
7
100.0%
1
107
30.8%
67
40.1%
39
43.8%
28
35.9%
20
33.3%
3
30.0%
5
62.5%
5
71.4%
0
0
0.0%
0
87.5%
6
85.7%
1
33
9.5%
25
15.0%
16
18.0%
9
11.5%
8
13.3%
1
10.0%
0
231
66.6%
126
75.4%
67
75.3%
59
75.6%
46
76.7%
6
60.0%
7
20 14
21 14
37
21 15
37
20 14
36
20 14
37
20.5 16
36
23 19
37
25 19
33
19 19
33
19
38
100.0%
22
100.0%
11
100.0%
11
100.0%
8
100.0%
1
100.0%
2
100.0%
2
100.0%
0
27
71.1%
16
72.7%
10
90.9%
6
54.5%
3
37.5%
1
100.0%
2
100.0%
2
100.0%
0
14
36.8%
6
27.3%
4
36.4%
2
18.2%
2
25.0%
0
29
76.3%
14
63.6%
7
63.6%
7
63.6%
6
75.0%
1
19
50.0%
14
63.6%
6
54.5%
8
72.7%
5
62.5%
1
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
0
0
0
100.0%
0
0
0
100.0%
2
100.0%
44
2
100.0%
0
100.0%
Table 18: Indikator yang berkaitan dengan sanitasi dan kesehatan menurut golongan etnik dan strata tradisional di desa Rindi Komposisi populasi rumah maramba+
Tipe Rumah menurut komposisi etnik/strata tradisional INDIKATOR Jumlah rumah yang dihuni Jumlah penghuni Jumlah penghuni per rumah Jumlah luas lantai Luas lantai per kapita Jumlah rumah yg memakai sumber air minum bersih Jumlah rumah yg rebus air minum Jarak ke sumber air; median (m) Jarak ke sumber air; maximum (m) Waktu ambil air; median (menit) waktu ambil air; maximum (menit) Jumlah rumah tanpa akses ke WC apapun Jumlah rumah yg memakai listrik pakai kayu bakar Jarak ke jalan raya; median (m) Jarak ke jalan raya; maximum (m) Jarak ke posyandu; median (m) Jarak ke posyandu; maximum (m) Jarak ke puskesmas/pustu; median (m) Jarak ke puskesmas/pustu; maximum (m) Jumlah individu yg pernah sakit berat Jumlah orang sakit yg tidak/sendiri berobat Jumlah anak Balita (0-4 th) dalam populasi rumah Jumlah kelahiran Balita yang ditolong tenaga medik Jumlah Balita yg memiliki akte kelahiran
TOTAL
RINDI
Non-Sumba
Sumba
Kabihu
TLU mandiri
Maramba plus
Maramba
TLU Maramba
450
100.0%
191
42.4%
3
1.6%
188
98.4%
82
43.6%
88
46.8%
18
9.6%
18
2,510 5.6
100.0%
1,272 6.7
50.7%
10 3.3
0.8%
1262
99.2%
531 6.5
42.1%
555 6.3
44.0%
176 9.8
13.9%
83 4.6
47.7%
91 5.1
52.3%
24,654 9.8
100.0%
14,362 11.3
58.3%
132 13.2
0.9%
14,230 11.3
99.1%
5,273 9.9
37.1%
5,709 10.3
40.1%
3,248 18.5
22.8%
17
3.8%
1
0.5%
0
0.0%
1
0.5%
0
0.0%
1
1.1%
0
0.0%
180
7.2%
41
3.2%
1
10.0%
40
3.2%
14
2.6%
19
3.4%
7
4.0%
7
100.0%
13
100.0% 46.2%
50
40
150
40
50
30
33
9500
5000
150
5000
5000
3000
250
20
15
30
13
20
10
15
180
180
120
180
120
180
60
310
68.9%
159
83.2%
3
100.0%
156
83.0%
72
87.8%
74
84.1%
10
55.6%
122 433
4.9% 96.2%
44 191
3.5% 100.0%
1 3
10.0% 100.0%
43 188
3.4% 100.0%
14 82
2.6% 100.0%
16 88
2.9% 100.0%
13 18
7.4% 100.0%
100
200
3000
200
500
100
10,000 500
10,000
3000
10000
10000
4000
400
1,000
3,000
1,000
1,000
700
300
25,000
7,000
3,000
7,000
7,000
4,000
2,000
65
700
1,000
6,000
1,000
3,000
1,000
250
10,000
10,000
7,000
10,000
10,000
7,000
3,000
169
6.7%
129
10.1%
1
10.0%
128
10.1%
57
10.7%
61
11.0%
10
5.7%
39
23.1%
38
29.5%
0
0.0%
38
29.7%
14
24.6%
21
34.4%
3
30.0%
347
100.0%
180
100.0%
1
100.0%
179
100.0%
80
100.0%
79
100.0%
20
100.0%
0
40
0
8
0
105
30.8%
40
22.2%
9.5%
8
4.4%
Jumlah Balita yg memiliki KMS Median Umur (perempuan 1249 th) pada saat melahirkan pertama kali (th)
231
66.6%
105
58.3%
41
20
26
20
20
19
21.5
22
20.5
Minimum (th) Maximum (th) Jumlah perempuan 12-49 th yg sedang hamil Jumlah perempuan hamil yg mengikuti pemeriksaan kandungan oleh tenaga medik Jumlah perempuan yg dalam keadaan hamil (12-49 th) masih ikut kerja di lahan pertanian Jumlah perempuan yg dalam keadaan hamil (12-49 th) masih mengambil air Jumlah perempuan yg dalam keadaan hamil (12-49 th) ada pekerjaan yang akan dikurangi
29 68
15 31
23 29
15 31
15 29
15 28
16 31
16 31
18 25
0
16
0
11
0
8
27
100.0% 71.1%
16 11
100.0% 68.8%
22
57.9%
8
50.0%
29
76.3%
15
93.8%
21
55.3%
5
31.3%
58.7%
100.0%
2 45
6
100.0%
15
8
3.8% 60.8%
100.0%
12
2
62.5%
83.3%
57.1%
6
3
42.9%
0
60.0%
2
28.6%
10
0
100.0%
0.0%
76.9%
2
100.0%
0
2
100.0%
0.0%
0
0
100.0%
0
2
100.0%
50.0%
0
1
50.0%
2 100.0%
1
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
4
15.0%
0
8
50.0%
50.0%
100.0%
37.5%
83.3% 3
3
2
3
5
31.3%
48
66.7%
93.8% 5
3
5
5 50.0%
0
56.3%
4 68.8%
0
2.5%
22.8%
10
33
4.5%
15.0%
18
107
38
22.3%
12
18
1 12.5%
45
Table 19: Indikator yang berkaitan dengan akses pendidikan dan kondisi anak berusia sekolah di desa Tanaraing Tipe Rumah menurut komposisi etnik/strata tradisional INDIKATOR Jumlah anak usia sekolah (515 th) laki-laki perempuan Jumlah anak yang mandi dalam sehari 1 kali atau kurang Jumlah anak yang jarang/tidak memakai sabun mandi Jumlah anak yang tidak mempunyai sepatu/sandal Jumlah anak yang selama setahun yg lalu, tidak pernah mendapatkan pakaian baru
TANARAING
TOTAL
Non-Sumba
Sumba
Kabihu
TLU mandiri
Komposisi populasi rumah maramba+ Maramba plus
Maramba
TLU Maramba
684
100.0%
352
100.0%
168
100.0%
184
100.0%
138
100.0%
31
100.0%
15
100.0%
9
100.0%
6
100.0%
343 341
50.1% 49.9%
180 172
51.1% 48.9%
81 87
48.2% 51.8%
99 85
53.8% 46.2%
76 62
55.1% 44.9%
18 13
58.1% 41.9%
5 10
33.3% 66.7%
3 6
33.3% 66.7%
2 4
33.3% 66.7%
223
32.6%
46
13.1%
22
13.1%
24
13.0%
14
10.1%
6
19.4%
4
26.7%
0
0.0%
4
66.7%
252
36.8%
64
18.2%
26
15.5%
38
20.7%
19
13.8%
12
38.7%
7
46.7%
6
66.7%
1
16.7%
209
30.6%
52
14.8%
20
11.9%
32
17.4%
14
10.1%
13
41.9%
5
33.3%
3
33.3%
2
33.3%
269
39.3%
131
37.2%
58
34.5%
73
39.7%
53
38.4%
17
54.8%
3
20.0%
2
22.2%
1
16.7%
Jumlah anak usia sekolah yang tidak sekolah (lagi)
229
33.5%
95
27.0%
48
28.6%
47
25.5%
35
25.4%
8
25.8%
4
26.7%
2
22.2%
2
33.3%
laki-laki perempuan
134 95
39.1% 27.9%
53 42
29.4% 24.4%
22 26
27.2% 29.9%
31 16
31.3% 18.8%
23 12
30.3% 19.4%
5 3
27.8% 23.1%
3 1
60.0% 10.0%
2 0
66.7%
1 1
50.0% 25.0%
ALASAN TIDAK SEKOLAH: Jumlah anak yg masih dibawa usia sekolah Jalan ke sekolah terlalu jauh
108 19
47.2% 8.3%
47 4
49.5% 4.2%
28 2
58.3% 4.2%
19 2
40.4% 4.3%
16 2
45.7% 5.7%
3 0
37.5%
0 0
Anak tidak mau sekolah (lagi)
84
36.7%
37
38.9%
14
29.2%
23
48.9%
14
40.0%
5
62.5%
4
Jumlah anak usia sekolah yang masih sekolah laki-laki perempuan Jumlah anak yg selain sekolah, juga membantu orang tua mencari nafkah Jumlah anak yg membantu cari nafkak juga pada jam sekolah Jumlah anak yang jalan kaki ke sekolah Jumlah anak yang memghabiskan 1 jam lebih dalm perjalanan ke sekolah Jumlah anak yang biasanya tidak sarapan/makan sebelum pergi sekolah Jumlah anak yang tidak punya alat tulis Jumlah anak yang tidak punya buku sekolah Jarak ke TK; median (m) Jarak ke TK; maximum (m) Jarak ke SD/MI; median (m) Jarak ke SD/MI; maximum (m) Jarak ke Jarak ke (m) Jarak ke Jarak ke (m)
SLTP/MTs; median (m) SLTP/MTs; maximum SLTA/MA; median (m) SLTA/MA; maximum
0 0 100.0%
2
0 0 100.0%
2
100.0%
455
66.5%
257
73.0%
120
71.4%
137
74.5%
103
74.6%
23
74.2%
11
73.3%
7
77.8%
4
66.7%
209 246
60.9% 72.1%
127 130
70.6% 75.6%
59 61
72.8% 70.1%
68 69
68.7% 81.2%
53 50
69.7% 80.6%
13 10
72.2% 76.9%
2 9
40.0% 90.0%
1 6
14.3% 100.0%
1 3
50.0% 75.0%
403
88.6%
237
92.2%
108
90.0%
129
94.2%
96
93.2%
22
95.7%
11
100.0%
7
100.0%
4
100.0%
131
28.8%
114
44.4%
59
49.2%
55
40.1%
45
43.7%
8
34.8%
2
18.2%
1
14.3%
1
25.0%
442
97.1%
256
99.6%
121
100.8%
135
98.5%
101
98.1%
23
100.0%
11
100.0%
7
100.0%
4
100.0%
60
13.2%
20
7.8%
11
9.2%
9
6.6%
9
8.7%
0
153
33.6%
86
33.5%
45
37.5%
41
29.9%
34
33.0%
6
0
1
25.0%
40
8.8%
0
0
0
330
72.5%
168
0 65.4%
78
0 65.0%
90
0 65.7%
68
0 26.1%
0 66.0%
1
9.1%
0
11
47.8%
11
23,000 34,000 1,000 20,000
23,100 34,000 900 20,000
23,100 34,000 900 20,000
23,000 32,500 900 4,000
23,100 32,500 900 4,000
23,000 24,100 900 2,000
22,000 26,000 900 1,500
8,000
500
600
500
500
500
600
75,000 22,000
75,000 23,200
75,000 23,200
24,600 23,100
9,500 23,150
24,600 23,000
1,000 22,000
33,000
33,000
33,000
32,500
32,500
24,100
26,000
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
0
46
100.0%
7
100.0%
4
100.0%
Table 20: Indikator yang berkaitan dengan akses pendidikan dan kondisi anak berusia sekolah di desa Rindi Tipe Rumah menurut komposisi etnik/strata tradisional INDIKATOR Jumlah anak usia sekolah (5-15 th) laki-laki perempuan Jumlah anak yang mandi dalam sehari 1 kali atau kurang Jumlah anak yang jarang/tidak memakai sabun mandi Jumlah anak yang tidak mempunyai sepatu/sandal Jumlah anak yang selama setahun yg lalu, tidak pernah mendapatkan pakaian baru
RINDI
TOTAL
Non-Sumba
Sumba
Kabihu
TLU mandiri
Komposisi populasi rumah maramba+ Maramba plus
Maramba
TLU Maramba
684
100.0%
332
100.0%
2
100.0%
330
100.0%
143
100.0%
141
100.0%
46
100.0%
20
100.0%
26
100.0%
343 341
50.1% 49.9%
163 169
49.1% 50.9%
1 1
50.0% 50.0%
162 168
49.1% 50.9%
61 82
42.7% 57.3%
73 68
51.8% 48.2%
28 18
60.9% 39.1%
14 6
70.0% 30.0%
14 12
53.8% 46.2%
223
32.6%
177
53.3%
0
0.0%
177
53.6%
73
51.0%
76
53.9%
28
60.9%
12
60.0%
16
61.5%
252
36.8%
188
56.6%
2
100.0%
186
56.4%
77
53.8%
93
66.0%
16
34.8%
4
20.0%
12
46.2%
209
30.6%
157
47.3%
2
100.0%
155
47.0%
71
49.7%
67
47.5%
17
37.0%
4
20.0%
13
50.0%
41.6%
2
100.0%
136
41.2%
56
39.2%
65
46.1%
15
32.6%
6
30.0%
9
34.6%
269
39.3%
138
Jumlah anak usia sekolah yang tidak sekolah (lagi)
229
33.5%
134
40.4%
0
134
40.6%
68
47.6%
48
34.0%
18
39.1%
8
40.0%
10
38.5%
laki-laki perempuan
134 95
39.1% 27.9%
81 53
49.7% 31.4%
0 0
81 53
50.0% 31.5%
37 31
60.7% 37.8%
29 19
39.7% 27.9%
15 3
53.6% 16.7%
7 1
50.0% 16.7%
8 2
57.1% 16.7%
ALASAN TIDAK SEKOLAH: Jumlah anak yg masih dibawa usia sekolah Jalan ke sekolah terlalu jauh
108 19
47.2% 8.3%
61 15
45.5% 11.2%
0 0
61 15
45.5% 11.2%
23 11
33.8% 16.2%
28 4
58.3% 8.3%
10 0
55.6%
5 0
62.5%
5 0
50.0%
Anak tidak mau sekolah (lagi)
84
36.7%
47
35.1%
0
47
35.1%
28
41.2%
11
22.9%
8
44.4%
3
37.5%
5
50.0%
455
66.5%
198
59.6%
2
100.0%
196
59.4%
75
52.4%
93
66.0%
28
60.9%
12
60.0%
16
61.5%
209 246
60.9% 72.1%
82 116
50.3% 68.6%
1 1
100.0% 100.0%
81 115
50.0% 68.5%
24 51
39.3% 62.2%
44 49
60.3% 70.6%
13 15
46.4% 83.3%
7 5
50.0% 83.3%
6 10
42.9% 83.3%
403
88.6%
166
83.8%
2
100.0%
164
83.7%
62
82.7%
84
90.3%
18
64.3%
5
41.7%
13
81.3%
131
28.8%
17
8.6%
0
17
8.7%
9
12.0%
3
3.2%
5
17.9%
1
8.3%
4
25.0%
442
97.1%
186
93.9%
2
184
93.9%
68
90.7%
90
96.8%
26
92.9%
10
83.3%
16
100.0%
60
13.2%
40
20.2%
0
40
20.4%
28
37.3%
11
11.8%
1
3.6%
1
8.3%
0
0.0%
153
33.6%
67
33.8%
0
67
34.2%
19
25.3%
42
45.2%
6
21.4%
3
25.0%
3
18.8%
40
8.8%
40
20.2%
2
100.0%
38
19.4%
16
21.3%
17
18.3%
5
17.9%
3
25.0%
2
12.5%
330
72.5%
162
81.8%
2
100.0%
160
81.6%
63
84.0%
85
91.4%
12
42.9%
3
25.0%
9
56.3%
Jumlah anak usia sekolah yang masih sekolah laki-laki perempuan Jumlah anak yg selain sekolah, juga membantu orang tua mencari nafkah Jumlah anak yg membantu cari nafkak juga pada jam sekolah Jumlah anak yang jalan kaki ke sekolah Jumlah anak yang memghabiskan 1 jam lebih dalm perjalanan ke sekolah Jumlah anak yang biasanya tidak sarapan/makan sebelum pergi sekolah Jumlah anak yang tidak punya alat tulis Jumlah anak yang tidak punya buku sekolah Jarak ke TK; median (m) Jarak ke TK; maximum (m) Jarak ke SD/MI; median (m) Jarak ke SD/MI; maximum (m)
100.0%
23,000 34,000 1,000 20,000
8,000 17,000 1,000 8,000
17,000 17,000 3,000 3,000
8,000 17,000 1,000 8,000
9,000 17,000 2,000 8,000
8,000 14,000 1,000 7,000
7,000 7,000 1,000 1,000
Jarak ke SLTP/MTs; median (m) Jarak ke SLTP/MTs; maximum (m)
8,000
11,000
19,000
11,000
12,000
10,000
9,000
75,000
19,000
19,000
19,000
19,000
19,000
15,000
Jarak ke SLTA/MA; median (m)
22,000
10,000
18,000
10,000
11,000
9,000
8,000
Jarak ke SLTA/MA; maximum (m)
33,000
18,000
18,000
18,000
18,000
18,000
18,000
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
47
Table 21: Indikator yang berkaitan dengan akses pendidikan, serta status dan kondisi anak asuh menurut golongan etnik dan strata tradisional di desa Tanaraing Tipe Rumah menurut komposisi etnik/strata tradisional INDIKATOR Jumlah anak <16 th laki-laki perempuan Jumlah anak kandung (<16) Jumlah anak asuh (<16 th) laki-laki perempuan Jumlah anak kandung berusia wajib sekolah (7-16 th) Jumlah anak kandung yg masih sekolah Jumlah anak asuh yg berusia wajib sekolah (7-16 th) Jumlah anak asuh yg masih sekolah Jumlah anak asuh yg dipisahkan dari orang tua kandungnya sejak usia bayi (0-1 th) Jumlah anak asuh yg dipisahkan dari orang tua kandungnya sejak usia 2-4 tahun Jumlah anak asuh yg dipisahkan dari orang tua kandungnya sejak usia 5-10 th Jumlah anak asuh yg dipisahkan dari orang tua kandungnya sejak usia 11-15 th Jumlah anak asuh yang punya hubungan darah/kekerabatan dengan keluarga penghuni rumah Jumlah anak asuh yang ayah dan ibu kandungnya tidak menikah Jumlah anak asuh yang nama/identitas ayahnya tidak diketahui Jumlah anak asuh yg ayahnya masih hidup Jumlah anak asuh yg tinggal relatif jauh dari lokasi tempat tinggal ayah kandung Jumlah anak kandung yg dalam satu tahun yg lalu, tidak pernah dikunjungi/mengunjungi ayah Jumlah anak asuh yg ibunya masih hidup Jumlah anak asuh yg tinggal relatif jauh lokasi tempat tinggal ibu kandung Jumlah anak kandung yg dalam satu tahun yg lalu, tidak pernah dikunjungi/mengunjungi ibunya Jumlah anak asuh yang putus hubungannya baik dengan ayah maupun ibunya
Komposisi populasi rumah maramba+
TANARAING
Non-Sumba
100.0% 51.6%
519 271
100.0% 52.2%
100.0% 49.0%
499
48.4%
248
47.8%
257 126 131
866
84.0%
82.7%
221
165 78 87
16.0% 14.7% 17.4%
429 90 40 50
17.3% 14.8% 20.2%
395 314
100.0% 79.5%
199 171
100.0% 85.9%
122
100.0%
70
100.0%
105
86.1%
64
91.4%
25
92.6%
39
90.7%
31
96.9%
5
83.3%
3
65
39.4%
34
37.8%
13
36.1%
21
38.9%
14
37.8%
4
44.4%
42
25.5%
15
16.7%
7
19.4%
8
14.8%
3
8.1%
2
22.2%
16
9.7%
3
3.3%
3
8.3%
0
30
18.2%
27
30.0%
8
22.2%
19
35.2%
16
43.2%
3
124
75.2%
72
80.0%
30
83.3%
42
77.8%
31
83.8%
42
25.5%
23
25.6%
8
22.2%
15
27.8%
9
21
12.7%
11
12.2%
4
11.1%
7
13.0%
124
75.2%
66
73.3%
27
75.0%
39
94
75.8%
52
78.8%
19
70.4%
16
12.9%
15
22.7%
6
149
90.3%
78
86.7%
70
47.0%
22
16
10.7%
10
6.1%
TOTAL 1,031 532
Sumba 100.0% 55.3%
51.0%
262 145 117
86.0%
208
36 17 19
14.0% 13.5% 14.5%
91 83
100.0% 91.2%
27
100.0%
Kabihu
TLU mandiri
100.0% 55.6%
44.7%
198 110 88
79.4%
161
54 23 31
20.6% 15.9% 26.5%
108 88
100.0% 81.5%
43
100.0%
100.0% 61.0%
44.4%
41 25 16
81.3%
32
37 16 21
18.7% 14.5% 23.9%
79 64
100.0% 81.0%
32
100.0%
0
Maramba plus 100.0% 43.5%
39.0%
23 10 13
78.0%
15
9 4 5
22.0% 16.0% 31.3%
22 18
100.0% 81.8%
6
100.0%
100.0% 43.8%
56.5% 65.2%
14
8 3 5
34.8% 30.0% 38.5%
7 6
100.0% 85.7%
5
TLU Maramba 100.0% 42.9%
56.3%
7 3 4
87.5%
1
14.3%
2 1 1
12.5% 14.3% 11.1%
6 2 4
85.7% 66.7% 100.0%
6 5
100.0% 83.3%
1 1
100.0% 100.0%
57.1%
0
5
60.0%
0
3
60.0%
3
37.5%
1
50.0%
2
33.3%
3
37.5%
1
50.0%
2
33.3%
100.0%
100.0%
0
0
0
33.3%
0
0
0
8
88.9%
3
37.5%
1
50.0%
2
33.3%
24.3%
3
33.3%
3
37.5%
1
50.0%
2
33.3%
2
5.4%
3
33.3%
2
25.0%
0
0.0%
2
33.3%
72.2%
30
81.1%
5
55.6%
4
50.0%
2
100.0%
2
33.3%
33
84.6%
27
90.0%
4
80.0%
2
50.0%
1
50.0%
1
50.0%
22.2%
9
23.1%
8
26.7%
1
20.0%
0
31
86.1%
47
87.0%
33
89.2%
8
88.9%
6
75.0%
2
28.2%
8
25.8%
14
29.8%
8
24.2%
4
50.0%
2
33.3%
12
15.4%
5
16.1%
7
14.9%
6
18.2%
1
12.5%
9
10.0%
2
5.6%
7
13.0%
6
16.2%
1
11.1%
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
0
Maramba 16 7 9
48
0
0 100.0%
4
66.7%
0
2
50.0%
0
0
0
0
0
0
Table 22: Indikator yang berkaitan dengan akses pendidikan, serta status dan kondisi anak asuh menurut golongan etnik dan strata tradisional di desa Rindi Tipe Rumah menurut komposisi etnik/strata tradisional INDIKATOR Jumlah anak <16 th laki-laki perempuan
TOTAL 1,031 532 499
Rindi
100.0% 51.6%
512 261
48.4%
251
49.0%
3
Sumba 100.0% 51.1%
66.7%
509 260 249
100.0%
434
85.3%
48.9%
Kabihu
TLU mandiri
223 99 124
100.0% 44.4%
203
91.0%
55.6%
220 125 95
100.0% 56.8%
189
85.9%
43.2%
Maramba plus 66 36 30
100.0% 54.5%
42
63.6%
45.5%
Maramba 27 16 11
40.7%
39 20 19
48.7%
75 38
14.6% 14.6%
0 0
75 38
14.7% 14.6%
20 7
9.0% 7.1%
31 15
14.1% 12.0%
24 16
36.4% 44.4%
3 2
11.1% 12.5%
21 14
53.8% 70.0%
87
17.4%
37
14.7%
0
37
14.9%
13
10.5%
16
16.8%
8
26.7%
1
9.1%
7
36.8%
395 314
100.0% 79.5%
196 143
100.0% 73.0%
1 1
195 142
100.0% 72.8%
93 59
100.0% 63.4%
85 68
100.0% 80.0%
17 15
100.0% 88.2%
13 11
100.0% 84.6%
4 4
100.0% 100.0%
122
100.0%
52
100.0%
0
52
100.0%
0
17
100.0%
105
86.1%
41
78.8%
0
41
78.8%
10
71.4%
19
90.5%
12
70.6%
0
12
70.6%
65
39.4%
31
41.3%
0
31
41.3%
10
50.0%
14
45.2%
7
29.2%
2
66.7%
5
23.8%
42
25.5%
27
36.0%
0
27
36.0%
6
30.0%
6
19.4%
15
62.5%
1
33.3%
14
66.7%
16
9.7%
13
17.3%
0
13
17.3%
3
15.0%
8
25.8%
2
8.3%
0
2
9.5%
30
18.2%
3
4.0%
0
3
4.0%
0
3
9.7%
0
0
0
124
75.2%
52
69.3%
0
52
69.3%
20
100.0%
29
93.5%
3
12.5%
3
42
25.5%
19
25.3%
0
19
25.3%
4
20.0%
7
22.6%
8
33.3%
0
8
38.1%
21
12.7%
10
13.3%
0
10
13.3%
1
5.0%
3
9.7%
6
25.0%
0
6
28.6%
124
100.0%
58
100.0%
0
58
100.0%
19
100.0%
26
100.0%
13
100.0%
3
100.0%
10
100.0%
94
75.8%
42
72.4%
0
42
72.4%
9
47.4%
19
73.1%
13
100.0%
3
100.0%
10
100.0%
16
12.9%
1
1.7%
0
1
1.7%
0
0.0%
1
3.8%
0
149
100.0%
71
100.0%
0
71
100.0%
18
100.0%
29
100.0%
24
100.0%
3
100.0%
21
100.0%
70
47.0%
48
67.6%
0
48
67.6%
10
55.6%
22
75.9%
16
66.7%
3
100.0%
13
61.9%
16
10.7%
4
5.6%
0
4
5.6%
1
5.6%
1
3.4%
2
8.3%
0
2
9.5%
10
6.1%
1
1.3%
0
1
1.3%
0
1
3.2%
0
0
0
Jumlah anak asuh yg tinggal relatif jauh dari lokasi tempat tinggal ayah kandung Jumlah anak kandung yg dalam satu tahun yg lalu, tidak pernah dikunjungi/mengunjungi ayah Jumlah anak asuh yg ibunya masih hidup Jumlah anak asuh yg tinggal relatif jauh lokasi tempat tinggal ibu kandung Jumlah anak kandung yg dalam satu tahun yg lalu, tidak pernah dikunjungi/mengunjungi ibunya Jumlah anak asuh yang putus hubungannya baik dengan ayah maupun ibunya
14
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
100.0%
21
49
100.0%
17
100.0%
0
18
100.0% 51.3%
16.0% 14.7%
100.0%
88.9%
TLU Maramba
165 78
100.0% 100.0%
24
100.0% 59.3%
Jumlah anak asuh (<16 th) laki-laki
Jumlah anak asuh yang nama/identitas ayahnya tidak diketahui Jumlah anak asuh yg ayahnya masih hidup
85.4%
100.0% 33.3%
866
Jumlah anak kandung berusia wajib sekolah (7-16 th) Jumlah anak kandung yg masih sekolah Jumlah anak asuh yg berusia wajib sekolah (7-16 th) Jumlah anak asuh yg masih sekolah Jumlah anak asuh yg dipisahkan dari orang tua kandungnya sejak usia bayi (0-1 th) Jumlah anak asuh yg dipisahkan dari orang tua kandungnya sejak usia 2-4 tahun Jumlah anak asuh yg dipisahkan dari orang tua kandungnya sejak usia 5-10 th Jumlah anak asuh yg dipisahkan dari orang tua kandungnya sejak usia 11-15 th Jumlah anak asuh yang punya hubungan darah/kekerabatan dengan keluarga penghuni rumah Jumlah anak asuh yang ayah dan ibu kandungnya tidak menikah
437
3 1 2
Jumlah anak kandung (<16)
perempuan
84.0%
Non-Sumba
100.0% 51.0%
Komposisi populasi rumah maramba+
46.2%
0
0
Table 23: Indikator yang berkaitan dengan akses dan pemanfaatan lahan pertanian menurut golongan etnik serta strata tradisional di desa Tanaraing Tipe Rumah menurut komposisi etnik/strata tradisional INDIKATOR Jumlah rumah Jumlah rumah tanpa akses ke lahan pertanian apapun Jumlah rumah yg memiliki lahan pertanian Jumlah rumah dgn akses ke lahan pertanian dari pihak lain Jumlah rumah dgn lahan pertanian yg berada di pihak lain Populasi rumah (jumlah individu) Jumlah individu yg berusia 15-64 th (remaja/dewasa) Rata-rata remaja/dewasa per rumah Jumlah anak dan lansia (<15 th; 65 + th) Dependency ratio (ratio anak/lansia per remaja/dewasa) Ratio remaja/dewasa per lahan yg dimiliki Ratio remaja/dewasa per lahan yg digarap Luas keseluruhan lahan yang dimiliki dan/atau berasal dari pihak lain (are) Median (are) Maximum (are) Luas lahan kebun/ladang yang dimiliki dan/atau berasal dari pihak lain (are) Median (are) Maximum (are) Luas lahan sawah yang dimiliki dan/atau berasal dari pihak lain (are) Median Maximum Luas lahan mondu yang dimiliki dan/atau berasal dari pihak lain (are) Median (are) Maximum (are) Luas lahan tanaman keras/pohon yang dimiliki dan/atau berasal dari pihak lain (are) Median (are) Maximum (are) Luas lahan keseluruhan yg sedang digarap (are) Median (are) Maximum (are) Luas lahan kebun/ladang yg sedang digarap (are) Median (are) Maximum (are) Luas lahan sawah yg sedang digarap (are) Median (are) Maximum (are) Luas lahan mondu yg sedang digarap (are) Median (are) Maximum (are) Luas lahan tanaman keras/pohon yg sedang digarap (are) Median (are) Maximum (are) Jumlah rumah yg pernah menjual hasil kebun/ladang dlm 3 th yg lalu Jumlah rumah yg pernah menjjua lhasil sawah dalam 3 th yg lalu Jumlah rumah yg pernah menjual hasil mondu dalam 3 th yg lalu Jumlah rumah yg pernah menijual hasil lahan tanaman keras dalam 3 th yg. lalu
TOTAL
TANARAING
Non-Sumba
Sumba
Kabihu
TLU mandiri
Maramba plus
450
100.0%
259
100.0%
135
52.1%
124
47.9%
98
79.0%
17
13.7%
9
7.3%
45 387 35
10.0% 86.0% 7.8%
38 213 20
14.7% 82.2% 7.7%
24 107 6
17.8% 79.3% 4.4%
14 106 14
11.3% 85.5% 11.3%
13 81 8
13.3% 82.7% 8.2%
0 17 4
0.0% 100.0% 23.5%
1 8 2
11.1% 88.9% 22.2%
11
2.4%
6
2.3%
1
0.7%
5
4.0%
1
1.0%
2
11.8%
2
22.2%
2,510 1,415 3.1 1,095 0.8 42.6 19.1
100.0% 56.4%
1,238 697 2.7 541 0.8 57.6 13.7
100.0% 56.3%
629 351 2.6 278 0.8 52.1 13.2
100.0% 55.8%
609 346 2.8 263 0.8 63.1 14.3
100.0% 56.8%
470 271 2.8 199 0.7 60.5 14.0
100.0% 57.7%
93 51 3.0 42 0.8 78.3 18.3
100.0% 54.8%
47 24 2.7 23 1.0 61.0 9.1
100.0% 51.1%
60,235 550 3,822
100.0%
40124 400 1512
66.6%
18281 200 400
45.6%
21843 200 1112
54.4%
16385 200 700
40.8%
3993 200 1112
10.0%
1465 200 275
3.7%
25,105 190 2,700 22,697 200 2,002
100.0%
10021 50 400 20642 200 1202
39.9%
5084 25 200 8932 100 200
50.7%
4937 25 200 11710 100 1002
49.3%
3332 25 200 8590 100 600
33.3%
1235 75 200 2372 100 1002
12.3%
370 25 75 748 100 200
3.7%
2,576 0 200
100.0%
100 0 100
3.9%
0 0 0
0.0%
100 0 100
100.0%
0 0 0
0.0%
100 0 100
100.0%
0 0 0
0.0%
9,857 28 445
100.0%
9361 27.5 345
95.0%
4265 0 125
45.6%
5096 27.5 220
54.4%
4463 75 220
47.7%
286 0 75
3.1%
347 25 75
3.7%
27,087 200 3,235 20,013 183 2,550 2,645 0 1,025 2,353 0 100 2,076 0
100.0%
9564 50 925 5669 47.5 250 2315 0 725 0 0 0 1580 0
35.3%
4616 25 225 3194 25 150 732 0 125 0 0 0 690 0
48.3%
4948 25 700 2475 22.5 100 1583 0 600 0 0 0 890 0
51.7%
3795 25 700 1545 0 100 1440 0 600 0 0 0 810 0
39.7%
935 75 100 760 50 100 95 0 50 0 0 0 80 0
9.8%
218 0 75 170 0 75 48 0 25 0 0 0 0 0
2.3%
43.6%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
300
43.7%
90.9%
28.3%
87.5%
76.1%
200
44.2%
43.3%
56.3%
31.6%
43.7%
100
43.2%
56.7%
43.7%
68.4%
56.3%
41.6%
27.3%
62.2%
51.3%
100
45.2%
11.5%
13.4%
4.1%
5.1%
75
0
12 3 12
2.7% 0.7% 2.7%
3 2 0
1.2% 0.8%
2 0 0
1.5%
1 2 0
0.8% 1.6%
1 2 0
1.0% 2.0%
0 0 0
0 0 0
63
14.0%
17
6.6%
9
6.7%
8
6.5%
7
7.1%
1
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
100
42.3%
50
5.9%
0
48.9%
3.6%
3.0%
2.1%
Table 24: Indikator yang berkaitan dengan akses dan pemanfaatan lahan pertanian menurut golongan etnik serta strata tradisional di desa Rindi Tipe Rumah menurut komposisi etnik/strata tradisional INDIKATOR Jumlah rumah Jumlah rumah tanpa akses ke lahan pertanian apapun Jumlah rumah yg memiliki lahan pertanian Jumlah rumah dgn akses ke lahan pertanian dari pihak lain Jumlah rumah dgn lahan pertanian yg berada di pihak lain Populasi rumah (jumlah individu) Jumlah individu yg berusia 15-64 th (remaja/dewasa) Rata-rata remaja/dewasa per rumah Jumlah anak dan lansia (<15 th; 65 + th) Dependency ratio (ratio anak/lansia per remaja/dewasa) Rata-rata ratio lahan yg dimiliki per remaja/dewasa Rata-rata ratio lahan yg digarap per remaja/dewasa Luas keseluruhan lahan yang dimiliki dan/atau berasal dari pihak lain (are) Median (are) Maximum (are) Luas lahan kebun/ladang yang dimiliki dan/atau berasal dari pihak lain (are) Median (are) Maximum (are) Luas lahan sawah yang dimiliki dan/atau berasal dari pihak lain (are) Median Maximum Luas lahan mondu yang dimiliki dan/atau berasal dari pihak lain (are) Median (are) Maximum (are) Luas lahan tanaman keras/pohon yang dimiliki dan/atau berasal dari pihak lain (are) Median (are) Maximum (are) Luas lahan keseluruhan yg sedang digarap (are) Median (are) Maximum (are) Luas lahan kebun/ladang yg sedang digarap (are) Median (are) Maximum (are) Luas lahan sawah yg sedang digarap (are) Median (are) Maximum (are) Luas lahan mondu yg sedang digarap (are) Median (are) Maximum (are) Luas lahan tanaman keras/pohon yg sedang digarap (are) Median (are) Maximum (are) Jumlah rumah yg pernah menjual hasil kebun/ladang dlm 3 th yg lalu Jumlah rumah yg pernah menjjua lhasil sawah dalam 3 th yg lalu Jumlah rumah yg pernah menjual hasil mondu dalam 3 th yg lalu Jumlah rumah yg pernah menijual hasil lahan tanaman keras dalam 3 th yg. lalu
RINDI
TOTAL
Non-Sumba
Sumba
Kabihu
TLU mandiri
Maramba plus
450
100.0%
191
100.0%
3
100.0%
188
100.0%
82
100.0%
88
100.0%
18
100.0%
45 387 35
10.0% 86.0% 7.8%
7 174 15
3.7% 91.1% 7.9%
1 2 0
33.3% 66.7%
6 172 15
3.2% 91.5% 8.0%
2 77 5
2.4% 93.9% 6.1%
3 78 10
3.4% 88.6% 11.4%
1 17 0
5.6% 94.4%
5
2.7%
1
1.2%
2
2.3%
2
11.1%
100.0% 70.0%
1,262 711 3.8 551 0.8 28.0
100.0% 56.3%
531 303 3.7 228 0.8 24.7
100.0% 57.1%
555 306 3.5 249 0.8 30.3
100.0% 55.1%
176 102 5.7 74 0.7 31.0
100.0% 58.0%
11
2.4%
5
2.6%
0
2,510 1,415 3.1 1,095 0.8 42.6
100.0% 56.4%
1,272 718 3.8 554 0.8 28.0
100.0% 56.4%
10 7 2.3 3 0.4 28.6
43.6%
19.1 60,235 550 3,822 25,105 190 2,700 22,697 200 2,002 2,576 0 200
43.6%
24.4 100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
20111 150 2310 15084 140 2300 2055 0 800 2476 0 100
28.6 33.4%
60.1%
9.1%
96.1%
200 100 100 200 100 100 0 0 0 0 0 0
9,857 28 445
100.0%
496 0 100
5.0%
0 0 0
27,087 200 3,235
100.0%
17523 150 2310
64.7%
200 100 100
20,013 183 2,550 2,645 0 1,025 2,353 0 100 2,076 0
100.0%
14344 135 2300 330 0 300 2353 0 100 496 0
71.7%
200 100 100 0 0 0 0 0 0 0 0
100.0%
100.0%
100.0%
300
30.0%
12.5%
100.0%
23.9%
100
24.4 1.0%
1.3%
19911 50 2210 14884 40 2200 2055 0 800 2476 0 100
42.9%
23.3 99.0%
98.7%
100.0%
100.0%
7482 50 1400 6489 50 1400 370 0 300 543 0 75
44.9%
28.1 37.2%
43.0%
18.0%
21.9%
9263 50 2210 7657 30 2200 200 0 200 1325 0 100
42.0%
16.5 46.1%
50.8%
9.7%
53.5%
3166 51.5 1250 738 22.5 300 1485 0 800 608 27.5 100
15.7%
4.9%
72.3%
24.6%
496 0 100
100.0%
80 0 40
16.1%
81 0 30
16.3%
335 0 100
67.5%
1.1%
17323 50 2210
98.9%
7052 50 1400
40.2%
8590 42 2210
49.0%
1681 51.5 450
9.6%
1.4%
14144 35 2200 330 0 300 2353 0 100 496 0
98.6%
6099 47.5 1400 330 0 300 543 0 75 80 0
42.5%
7307 27 2200 0 0 0 1202 0 100 81 0
50.9%
738 22.5 300 0 0 0 608 27.5 100 335 0
5.1%
0
100
12 3 12
2.7% 0.7% 2.7%
9 1 12
4.7% 0.5% 6.3%
0 0 0
9 1 12
63
14.0%
46
24.1%
0
46
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
43.7%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
23.1%
16.1%
40 4.8% 0.5% 6.4% 24.5%
51
0.0%
51.1%
16.3%
30
1 0 0
1.2%
13
15.9%
0.0%
25.8%
67.5%
100
6 1 8
6.8% 1.1% 9.1%
2 0 4
11.1% 22.2%
30
34.1%
3
16.7%
Table 25: Indikator yang berkaitan dengan akses dan pemanfaatan pohon/tanaman keras menurut golongan etnik serta strata tradisional di desa Tanaraing Tipe Rumah menurut komposisi etnik/strata tradisional INDIKATOR
TOTAL
TANARAING
Non-Sumba
Sumba
Kabihu
TLU mandiri
Maramba plus
Jumlah rumah Keberadaan pohon yg dimiliki
450
100.0%
259
57.6%
135
52.1%
124
47.9%
98
79.0%
17
13.7%
9
7.3%
289
64.2%
135
52.1%
61
45.2%
74
59.7%
55
56.1%
14
82.4%
5
55.6%
Jumlah pohon mangga yg dimiliki
275
199
72.4%
101
50.8%
98
49.2%
74
75.5%
19
19.4%
5
5.1%
0 22
0 22
10,300 0
6,011 0
999
999
44
19
0 5
0 3
1,349 0
52 0
Median Maximum Jumlah pohon kesambi yg dimiliki Median Maximum Jumlah pohon jeruk yg dimiliki Median Maximum Jumlah pohon pisang yg dimiliki Median Maximum Jumlah pohon kelapa yg dimiliki Median
120
12
2,226
20
0
0
Maximum
150
14
Jumlah pohon jambu mete yg dimiliki
187
172
0 25
0 25
1,009 0
881 0
761
761
Median Maximum Jumlah pohon/tanaman keras lainnya yg dimiliki Median Maximum
0 22 58.4%
1,315 0
0 15 21.9%
300 43.2%
14
39 0 5
75.0%
98 0
25.0%
100
18
783 0
5
100.0%
13 0
100.0%
15
100.0%
0 14 58.1%
0 25 11.1%
66.9%
12 75.0%
14 41.9%
0 19 87.3%
15
3,140 3
0 3
0
2 72
13 0
0 15
504 26.3%
12 25.0%
0 92.0%
5 0 3
10 0.9%
78.1%
999 73.7%
0 3 3.9%
4,696 4
0 15
92
92.0%
0 25 88.9%
761
19 0
2.4%
4
1,451 9
0 4 30.9%
105 2.5
999
64
0
0
0 0
0 0
0 0
0 0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
8
0 0
0 6
763 0
97.4%
1 0
761
2.2%
8.0%
0.1%
1
Table 26: Indikator yang berkaitan dengan akses dan pemanfaatan pohon/tanaman keras menurut golongan etnik serta strata tradisional di desa Rindi Tipe Rumah menurut komposisi etnik/strata tradisional INDIKATOR Jumlah rumah Keberadaan pohon yg dimiliki
TOTAL 450 289
100.0% 64.2%
RINDI 191 154
3 1
100.0%
Jumlah pohon mangga yg dimiliki
76
76
Median Maximum
0 22
0 6
4,289 0
4,289 0
999
800
25
25
0 5
0 5
1,297 0
1,297 0
Jumlah pohon kesambi yg dimiliki Median Maximum Jumlah pohon jeruk yg dimiliki Median Maximum Jumlah pohon pisang yg dimiliki Median Maximum Jumlah pohon kelapa yg dimiliki Median Maximum Jumlah pohon jambu mete yg dimiliki Median Maximum Jumlah pohon/tanaman keras lainnya yg dimiliki Median Maximum
Non-Sumba
42.4% 80.6%
120
120
2,206
2,206
0 150
0 150
15 0
15 0
25
15
128
128
100.0%
Sumba
43.6% 79.3%
88 77
46.8% 87.5%
18 11
9.6% 61.1%
0
76
100.0%
17
22.4%
52
68.4%
7
9.2%
0 0
0 6 2.3%
4,189 0 800 25
0 0
0 5
0 0
1297 0
0
120
0
2206
0 0
0 150
100.0%
0 0
15 0
0
15
100.0%
0
128
100.0%
Maramba plus
82 65
0
100.0%
TLU mandiri
98.4% 81.4%
100 100.0%
Kabihu
188 153
100 50
1.6% 33.3%
0 5 97.7%
2,747 10
0 6 65.6%
800 100.0%
9
406 0 729
15
31.3%
669 4
33.0%
1043
35 0 1
51.6%
222 10
47.3%
434
10 117
15 150
100.0%
15 0
0 0
0 0
100.0%
60
0 68
0 53.1%
0
0
0
0
0
0
0
0
761
20
0
20
13
20
0
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
52
17.1%
37
0 101
46.9%
4.0%
0 1
100
15
0.8%
35 60.0%
0 5
120 100.0%
33.6%
200 36.0%
0 2 100.0%
1,407 0
0 4
19.7%
Table 27: Indikator yang berkaitan dengan kepemilikan dan pemanfaatan unggas/hewan menurut golongan etnik serta strata tradisional di desa Tanaraing Tipe Rumah menurut komposisi etnik/strata tradisional INDIKATOR Jumlah rumah Tidak ada hewan kecil Tidak ada hewan besar Tidak ada hewan kecil atau besar
TANARAING
TOTAL 450 120 256
100.0% 26.7% 56.9%
259
Non-Sumba
Sumba
Kabihu
97 163
100.0% 37.5% 62.9%
135 58 88
52.1% 43.0% 65.2%
124 39 75
47.9% 31.5% 60.5%
98 37 61
79.0% 37.8% 62.2%
TLU mandiri 17 1 12
Maramba plus 13.7% 5.9% 70.6%
9 1 2
7.3% 11.1% 22.2%
8 1 7 2 6 0 3 1
88.9% 11.1% 77.8% 22.2% 66.7% 0.0% 33.3% 11.1%
88
19.6%
73
28.2%
42
31.1%
31
25.0%
30
30.6%
1
5.9%
Ada ayam Ada bebek Ada babi kecil Ada babi besar Ada kambing Ada domba Ada kuda Ada kerbau Ada sapi
342 8 252 55 122 4 73 20
76.0% 1.8% 56.0% 12.2% 27.1% 0.9% 16.2% 4.4%
167 6 105 24 78 4 28 6
64.5% 2.3% 40.5% 9.3% 30.1% 1.5% 10.8% 2.3%
81 1 44 8 37 4 10 0
60.0% 0.7% 32.6% 5.9% 27.4% 3.0% 7.4%
86 5 61 16 41 0 18 6
69.4% 4.0% 49.2% 12.9% 33.1%
67 4 42 11 27 0 13 4
68.4% 4.1% 42.9% 11.2% 27.6%
11 0 12 3 8 0 2 1
64.7%
174
38.7%
86
33.2%
43
31.9%
43
34.7%
33
33.7%
4
23.5%
6
66.7%
Jumlah babi kecil yang dimiliki sendiri Jumlah babi kecil yang dimiliki orang lain Jumlah babi kecil yang dititipkan pada orang lain
734 49 15
92.0% 6.1% 1.9%
244 9 5
94.6% 3.5% 1.9%
90 2 1
96.8% 2.2% 1.1%
154 7 4
93.3% 4.2% 2.4%
109 5 4
92.4% 4.2% 3.4%
25
92.6% 7.4%
20
100.0%
Jumlah babi besar yg dimiliki sendiri Jumlah babi besar yg dimiliki orang lain Jumlah babi besar yg dititipkan pada orang lain Jumlah kambing yang dimiliki sendiri Jumlah kambing yang dimiliki orang lain Jumlah kambing yang dititipkan pada orang lain Jumlah domba yang dimiliki sendiri Jumlah domba yang dimiliki orang lain Jumlah domba yang dititipkan pada orang lain Jumlah kuda yang dimiliki sendiri Jumlah kuda yang dimiliki orang lain Jumlah kuda yang dititipkan pada orang lain Jumlah kerbau yang dimiliki sendiri Jumlah kerbau yang dimiliki orang lain Jumlah kerbau yang dititipkan pada orang lain
136 11 4 419 91 34 52 1 0 621 62 31 258 7 11
90.1% 7.3% 2.6% 77.0% 16.7% 6.3% 98.1% 1.9%
93.3% 1.3% 5.3% 77.6% 19.9% 2.4% 100.0%
37 1 4 102 42 2 0 0 0 79 9 8 39 0 4
88.1% 2.4% 9.5% 69.9% 28.8% 1.4%
12 0 0 9 1 0 0 0 0 16 0 0 1 0 0
100.0%
9.8%
4 1 0 5 8 0 0 0 0 2 0 0 1 0 0
80.0% 20.0%
9.3%
21 0 4 88 33 2 0 0 0 61 9 8 37 0 4
84.0%
9.3%
33 0 0 120 15 5 52 0 0 17 0 1 0 0 0
100.0%
87.0% 8.7% 4.3% 93.5% 2.5% 4.0%
70 1 4 222 57 7 52 0 0 96 9 9 39 0 4
Jumlah sapi yang dimiliki sendiri Jumlah sapi yang dimiliki orang lain
918 88
89.2% 8.6%
167 71
69.6% 29.6%
73 34
68.2% 31.8%
94 37
70.7% 27.8%
77 20
77.8% 20.2%
4 5
13 12
52.0% 48.0%
23
2.2%
2
0.8%
0
2
1.5%
2
2.0%
0
Jumlah sapi yang dititipkan pada orang lain
84.2% 7.9% 7.9% 90.7%
85.7% 10.7% 3.6% 100.0%
94.4% 5.6%
14.5% 4.8%
82.3% 9.4% 8.3% 90.7%
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
13.3% 4.1%
2 0
16.0% 71.5% 26.8% 1.6%
78.2% 11.5% 10.3% 90.2%
53
70.6% 17.6% 47.1% 11.8% 5.9%
38.5% 61.5%
100.0%
100.0%
44.4% 55.6%
0.0%
0 0
0
90.0% 10.0%
100.0%
100.0%
Table 28: Indikator yang berkaitan dengan kepemilikan dan pemanfaatan unggas/hewan menurut golongan etnik serta strata tradisional di desa Rindi Tipe Rumah menurut komposisi etnik/strata tradisional INDIKATOR Jumlah rumah Tidak ada hewan kecil Tidak ada hewan besar Tidak ada hewan kecil atau besar
RINDI
TOTAL
Non-Sumba
450
100.0%
191
100.0%
120 256
26.7% 56.9%
23 93
12.0% 48.7%
3
88
19.6%
15
7.9%
Ada ayam Ada bebek Ada babi kecil Ada babi besar Ada kambing Ada domba Ada kuda Ada kerbau Ada sapi
342 8 252 55 122 4 73 20
76.0% 1.8% 56.0% 12.2% 27.1% 0.9% 16.2% 4.4%
175 2 147 31 44 0 45 14
91.6% 1.0% 77.0% 16.2% 23.0% 23.6% 7.3%
3 0 1 0 2 0 2 0
174
38.7%
88
46.1%
1
Jumlah babi kecil yang dimiliki sendiri Jumlah babi kecil yang dimiliki orang lain Jumlah babi kecil yang dititipkan pada orang lain
734 49 15
92.0% 6.1% 1.9%
490 40 10
90.7% 7.4% 1.9%
2 0 0
Jumlah babi besar yg dimiliki sendiri Jumlah babi besar yg dimiliki orang lain Jumlah babi besar yg dititipkan pada orang lain
136 11 4
90.1% 7.3% 2.6%
66 10 0
86.8% 13.2%
Jumlah kambing yang dimiliki sendiri Jumlah kambing yang dimiliki orang lain Jumlah kambing yang dititipkan pada orang lain Jumlah domba yang dimiliki sendiri Jumlah domba yang dimiliki orang lain Jumlah domba yang dititipkan pada orang lain Jumlah kuda yang dimiliki sendiri Jumlah kuda yang dimiliki orang lain Jumlah kuda yang dititipkan pada orang lain Jumlah kerbau yang dimiliki sendiri Jumlah kerbau yang dimiliki orang lain Jumlah kerbau yang dititipkan pada orang lain Jumlah sapi yang dimiliki sendiri Jumlah sapi yang dimiliki orang lain
419 91 34 52 1 0 621 62 31 258 7 11 918 88
77.0% 16.7% 6.3% 98.1% 1.9%
76.4% 13.2% 10.5%
87.0% 8.7% 4.3% 93.5% 2.5% 4.0% 89.2% 8.6%
197 34 27 0 1 0 525 53 22 219 7 7 751 17
23
2.2%
21
Jumlah sapi yang dititipkan pada orang lain
100.0%
Sumba
Kabihu
TLU mandiri
Maramba plus
188
100.0%
82
100.0%
88
100.0%
18
100.0%
23 93
12.2% 49.5%
9 38
11.0% 46.3%
11 47
12.5% 53.4%
3 8
16.7% 44.4%
15
8.0%
5
6.1%
8
9.1%
2
11.1%
172 2 146 31 42 0 43 14
91.5% 1.1% 77.7% 16.5% 22.3%
90.2%
15.9% 3.4%
15 1 14 4 2 0 5 4
83.3% 5.6% 77.8% 22.2% 11.1%
29.3% 8.5%
83 1 66 15 17 0 14 3
94.3% 1.1% 75.0% 17.0% 19.3%
22.9% 7.4%
74 0 66 12 23 0 24 7
27.8% 22.2%
33.3%
87
46.3%
41
50.0%
37
42.0%
9
50.0%
100.0%
488 40 10
90.7% 7.4% 1.9%
275 17 1
93.9% 5.8% 0.3%
187
87.8% 10.3% 1.9%
26
81.3% 3.1% 15.6%
0 0 0
66 10 0
86.8% 13.2%
36 0 0
100.0%
26 10 0
72.2% 27.8%
4 0 0
100.0%
197 34 16 0 1 0 523 53 22 219 7 7 750 17
79.8% 13.8% 6.5%
92.3% 5.6%
30 0 2 0 0 0 225 0 2 79 0 7 137 3
93.8%
96.0% 0.7%
66 22 1 0 1 0 96 1 10 2 7 0 181 11
74.2% 24.7% 1.1%
87.5% 8.9% 3.7% 94.0% 3.0% 3.0% 95.2% 2.2%
101 12 13 0 0 0 202 52 10 138 0 0 432 3
80.2% 9.5% 10.3%
87.5% 8.8% 3.7% 94.0% 3.0% 3.0% 95.2% 2.2%
0 0 11 0 0 0 2 0 0 0 0 0 1 0
2.7%
0
2.7%
15
3.3%
4
2.0%
2
100.0%
100.0% 33.3% 66.7% 66.7%
100.0%
100.0%
100.0%
21
100.0%
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
80.5% 14.6% 28.0%
22 4
76.5% 19.7% 3.8% 100.0%
54
100.0% 89.7% 0.9% 9.3% 22.2% 77.8%
1 5
6.3%
99.1% 0.9% 91.9% 8.1% 96.5% 2.1% 1.4%
Table 29: Penyebaran jumlah hewan antara golongon etnik serta strata tradisional di desa Tanaraing
INDIKATOR Jumlah rumah Jumlah keseluruhan babi kecil Median Maximum Jumlah keseluruhan babi besar Median Maximum Jumlah keseluruhan babi (hasil hitungan, kecil+besar) Median Maximum Jumlah keseluruhan kambing Median Maximum Jumlah keseluruhan domba Median Maximum Jumlah keseluruhan kuda Median Maximum Jumlah keseluruhan kerbau Median Maximum Jumlah keseluruhan sapi Median Maximum
TOTAL 299 66.4% 798 100.0% 1 40 151 100.0% 0 16 949 1 40 544 0 30 53 0 40 714 0 170 544 0 30 1029 0 220
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
TANARAING 259 100.0% 258 32.3% 0 12 75 49.7% 0 16 333 0 16 286 0 25 52 0 40 114 0 24 286 0 25 240 0 23
35.1%
52.6%
98.1%
16.0%
52.6%
23.3%
Non-Sumba 135 52.1% 93 36.0% 0 10 33 44.0% 0 16 126 0 16 140 0 25 52 0 40 18 0 7 140 0 25 107 0 17
Tipe Rumah menurut komposisi etnik/strata tradisional Sumba Kabihu TLU mandiri 124 47.9% 98 79.0% 17 13.7% 165 64.0% 118 71.5% 27 16.4% 0 0 1 12 12 6 42 56.0% 25 59.5% 5 11.9% 0 0 0 10 6 3
37.8%
49.0%
100.0%
15.8%
49.0%
44.6%
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
207 1 12 146 0 16 0 0 0 96 0 24 146 0 16 133 0 23
62.2%
143 0 12 123 0 16 0 0 0 78 0 24 123 0 16 99 0 23
51.0%
84.2%
51.0%
55.4%
55
69.1%
84.2%
81.3%
84.2%
74.4%
32 2 6 13 0 3 0 0 0 2 0 1 13 0 3 9 0 4
15.5%
8.9%
2.1%
8.9%
6.8%
Maramba plus 9 7.3% 20 12.1% 2 6 12 28.6% 0 10 32 3 11 10 1 3 0 0 0 16 0 12 10 1 3 25 2 10
15.5%
6.8%
16.7%
6.8%
18.8%
Table 30: Penyebaran jumlah hewan antara golongon etnik serta strata tradisional di desa Rindi Tipe Rumah menurut komposisi etnik/strata tradisional
INDIKATOR Jumlah rumah Jumlah keseluruhan babi kecil Median Maximum Jumlah keseluruhan babi besar Median Maximum Jumlah keseluruhan babi (hasil hitungan, kecil+besar) Median Maximum Jumlah keseluruhan kambing Median Maximum Jumlah keseluruhan domba Median Maximum Jumlah keseluruhan kuda Median Maximum Jumlah keseluruhan kerbau Median Maximum Jumlah keseluruhan sapi Median Maximum
TOTAL 450 100.0% 798 100.0% 1 40 151 100.0% 0 16 949 1 40 544 0 30 53 0 40 714 0 170 544 0 30 1029 0 220
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
RINDI 191 42.4% 540 67.7% 2 40 76 50.3% 0 12 616 2 40 258 0 30 1 0 1 600 0 170 258 0 30 789 0 220
64.9%
47.4%
1.9%
84.0%
47.4%
76.7%
Non-Sumba 3 1.6% 2 0.4% 0 2 0 0 0 2 0 2 11 4 7 0 0 0 2 1 1 11 4 7 1 0 1
0.3%
4.3%
0.0%
0.3%
4.3%
0.1%
188 538 2 40 76 0 12 614 2 40 247 0 30 1 0 1 598 0 170 247 0 30 788 0 220
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
Sumba 98.4% 99.6%
100.0%
99.7%
95.7%
100.0%
99.7%
95.7%
99.9%
82 293 2 40 36 0 12 329 3 40 126 0 23 0 0 0 264 0 85 126 0 23 450 0 220
56
Kabihu 43.6% 54.5%
47.4%
53.6%
51.0%
44.1%
51.0%
57.1%
TLU mandiri 88 46.8% 213 39.6% 2 15 36 47.4% 0 6
Maramba plus 18 9.6% 32 5.9% 1 11 4 5.3% 0 1
249 2 15 89 0 25 1 0 1 107 0 57 89 0 25 196 0 46
36 1 12 32 0 30 0 0 0 227 0 170 32 0 30 142 1 110
40.6%
36.0%
17.9%
36.0%
24.9%
5.9%
13.0%
38.0%
13.0%
18.0%
Table 31: Penyebaran akses ke kegiatan ekonomi serta status kerja antara golongon etnik dan strata tradisional di desa Tanaraing Komposisi populasi rumah maramba+
Tipe Rumah menurut komposisi etnik/strata tradisional INDIKATOR Keberadaan kegiatan ekonomi di tkt rumah: Jumlah rumah membuat anyaman dengan bahan sendiri memenun dengan bahan sendiri menenun dengan bahan orang lain menghias tenunan dengan bahan sendiri menghias tenunan dengan bahan orang lain kerajinan tangan lainnya 1 mencari kepiting/udang di sungai mencari ikan air tawar menangkap ikan laut mencari gurita/mata tujuh mencari rumput laut pemanfaatan laut lainnya 1 mencari kutulak membudidaya kutulak dgn pohon sendiri mencari cendawan pemanfaatan hutan lainnya 1 Kegiatan penghuni rumah: Jumlah penghuni Jumlah penghuni berusia 5+ tahun laki-laki perempuan Jumlah penghuni yg tidak bekerja Kegiatan: Bekerja (>5 th) laki-laki perempuan Kegiatan: Sekolah (>5 th) laki-laki perempuan Kegiatan: Mengurus rumah tangga (>5 th) Laki-laki Perempuan Jumlah penghuni berusia 5-14 tahun (anak besar) Pekerja Anak (5-14 th) Jumlah penghuni berusia 65+ tahun (lansia) Pekerja lansia (65+ th)
TOTAL
TANARAING
Non-Sumba
Sumba
Kabihu
TLU mandiri
Maramba plus
450
100.0%
259
100.0%
135
100.0%
124
100.0%
98
9
2.0%
2
0.8%
1
0.7%
1
0.8%
0
56
12.4%
8
3.1%
2
1.5%
6
4.8%
5
5.1%
0
1
11.1%
14
3.1%
2
0.8%
1
0.7%
1
0.8%
0
0.0%
0
1
11.1%
2
0.4%
0
0
0
2 2
0.4% 0.4%
0 1
0 0
0 0
23 7 185 67 1 1 43
5.1% 1.6% 41.1% 14.9% 0.2% 0.2% 9.6%
0 0 144 60 1 0 15
55.6% 23.2% 0.4% 5.8%
0 0 81 34 0 0 4
0 0 6 2 0 0 3
0 0 3 2 0 0 0
184 2 1
40.9% 0.4% 0.2%
109 2 1
42.1% 0.8% 0.4%
48 0 1
35.6%
2,510
100.0%
1,238
100.0%
2,162 1,104 1,058 877 1,286 751 535 371 170 201
100.0% 51.1% 48.9% 40.6% 59.5% 68.0% 50.6% 17.2% 15.4% 19.0%
1,071 568 503 487 584 371 213 147 75 72
781 229 552
36.1% 20.7% 52.2%
347 88 123 63
0 0.4%
0 1
0.7%
60.0% 25.2%
3.0%
0
0
0 0
0 1
0 0 63 26 1 0 11
0 0 54 22 1 0 8
50.8% 21.0% 0.8% 8.9%
100.0%
1.0%
55.1% 22.4% 1.0% 8.2%
17
100.0%
9
1
5.9%
0
35.3% 11.8%
17.6%
Maramba
TLU Maramba
100.0%
33.3% 22.2%
49.2% 1.6%
41 2 0
41.8% 2.0%
13 0 0
76.5%
7 0 0
77.8%
0.7%
61 2 0
629
50.8%
609
49.2%
470
77.0%
93
15.2%
47
7.7%
34
100.0%
13
100.0%
100.0% 53.0% 47.0% 45.5% 54.5% 65.3% 42.3% 13.7% 13.2% 14.3%
540 276 264 253 287 177 110 62 34 28
100.0% 51.1% 48.9% 46.9% 53.1% 64.1% 41.7% 11.5% 12.3% 10.6%
531 292 239 234 297 194 103 85 41 44
100.0% 55.0% 45.0% 44.1% 55.9% 66.4% 43.1% 16.0% 14.0% 18.4%
410 229 181 179 231 155 76 111 103 8
100.0% 55.9% 44.1% 43.7% 56.3% 67.7% 42.0% 27.1% 45.0% 4.4%
82 46 36 37 45 27 18 26 23 3
100.0% 56.1% 43.9% 45.1% 54.9% 58.7% 50.0% 31.7% 50.0% 8.3%
39 17 22 18 21 12 9 26 16 10
100.0% 43.6% 56.4% 46.2% 53.8% 70.6% 40.9% 66.7% 94.1% 45.5%
27 13 14 13 14 10 4 8 1 7
100.0% 48.1% 51.9% 48.1% 51.9% 76.9% 28.6% 29.6% 7.7% 50.0%
12 4 8 5 7 2 5 4 1 3
100.0% 33.3% 66.7% 41.7% 58.3% 50.0% 62.5% 33.3% 25.0% 37.5%
242 95 147
22.6% 16.7% 29.2%
92 41 51
17.0% 14.9% 19.3%
150 54 96
28.2% 18.5% 40.2%
201 190 11
49.0% 83.0% 6.1%
37 31 6
45.1% 67.4% 16.7%
37 13 24
94.9% 76.5% 109.1%
3 0 3
11.1%
4 2 2
33.3% 50.0% 25.0%
16.0% 25.4%
167 27
15.6% 16.2%
89 7
16.5% 7.9%
78 20
14.7% 25.6%
60 16
14.6% 26.7%
10 3
12.2% 30.0%
8 1
20.5% 12.5%
7 0
25.9%
1 1
8.3% 100.0%
5.7% 51.2%
47 19
4.4% 40.4%
33 14
6.1% 42.4%
14 5
2.6% 35.7%
12 4
2.9% 33.3%
1 0
1.2%
1 1
2.6% 100.0%
1 1
3.7% 100.0%
0 0
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
57
21.4%
Table 32: Penyebaran akses ke kegiatan ekonomi serta status kerja antara golongon etnik dan strata tradisional di desa Rindi Komposisi populasi rumah maramba+
Tipe Rumah menurut komposisi etnik/strata tradisional INDIKATOR Keberadaan kegiatan ekonomi di tkt rumah: Jumlah rumah membuat anyaman dengan bahan sendiri memenun dengan bahan sendiri menenun dengan bahan orang lain menghias tenunan dengan bahan sendiri menghias tenunan dengan bahan orang lain kerajinan tangan lainnya 1 mencari kepiting/udang di sungai mencari ikan air tawar menangkap ikan laut mencari gurita/mata tujuh mencari rumput laut pemanfaatan laut lainnya 1 mencari kutulak membudidaya kutulak dgn pohon sendiri mencari cendawan pemanfaatan hutan lainnya 1 Kegiatan penghuni rumah: Jumlah penghuni Jumlah penghuni berusia 5+ tahun laki-laki perempuan Jumlah penghuni yg tidak bekerja Kegiatan: Bekerja (>5 th) laki-laki perempuan Kegiatan: Sekolah (>5 th) laki-laki perempuan Kegiatan: Mengurus rumah tangga (>5 th) Laki-laki Perempuan Jumlah penghuni berusia 5-14 tahun (anak besar) Pekerja Anak (5-14 th) Jumlah penghuni berusia 65+ tahun (lansia) Pekerja lansia (65+ th)
TOTAL
RINDI
Non-Sumba
450
100.0%
191
100.0%
3
9
2.0%
7
3.7%
56
12.4%
48
14
3.1%
2
Kabihu
TLU mandiri
Maramba plus
Maramba
TLU Maramba
188
100.0%
82
100.0%
88
100.0%
18
100.0%
0
7
3.7%
0
0.0%
6
6.8%
1
5.6%
25.1%
0
48
25.5%
16
19.5%
19
21.6%
13
72.2%
12
6.3%
0
12
6.4%
3
3.7%
6
6.8%
3
16.7%
0.4%
2
1.0%
0
2
1.1%
1
1.2%
1
1.1%
0
2 2
0.4% 0.4%
2 1
1.0% 0.5%
0 0
2 1
1.1% 0.5%
1 1
1.2% 1.2%
1 0
1.1%
0 0
23 7 185 67 1 1 43
5.1% 1.6% 41.1% 14.9% 0.2% 0.2% 9.6%
23 7 41 7 0 1 28
12.0% 3.7% 21.5% 3.7%
0 0 2 0 0 0 0
23 7 39 7 0 1 28
12.2% 3.7% 20.7% 3.7% 0.0% 0.5% 14.9%
9 4 22 4 0 0 11
11.0% 4.9% 26.8% 4.9%
11 3 17 3 0 1 13
12.5% 3.4% 19.3% 3.4%
3 0 0 0 0 0 4
16.7%
184 2 1
40.9% 0.4% 0.2%
75 0 0
39.3%
2 0 0
66.7%
73 0 0
38.8%
44 0 0
53.7%
26 0 0
29.5%
3 0 0
16.7%
2,510
100.0%
1,272
100.0%
10
0.8%
1,262
99.2%
531
42.1%
555
44.0%
176
13.9%
83
100.0%
91
100.0%
2,162 1,104 1,058
100.0% 51.1% 48.9%
1,091 536 555
100.0% 49.1% 50.9%
9 5 4
100.0% 55.6% 44.4%
1082 531 551
100.0% 49.1% 50.9%
451 216 235
100.0% 47.9% 52.1%
475 241 234
100.0% 50.7% 49.3%
156 74 82
100.0% 47.4% 52.6%
76 37 39
100.0% 48.7% 51.3%
78 36 42
100.0% 46.2% 53.8%
877 1,286 751 535 371 170 201
40.6% 59.5% 68.0% 50.6% 17.2% 15.4% 19.0%
390 702 380 322 224 95 129
35.7% 64.3% 70.9% 58.0% 20.5% 17.7% 23.2%
1 8 5 3 2 1 1
11.1% 88.9% 100.0% 75.0% 22.2% 20.0% 25.0%
389 694 375 319 222 94 128
36.0% 64.1% 70.6% 57.9% 20.5% 17.7% 23.2%
150 301 170 131 80 25 55
33.3% 66.7% 78.7% 55.7% 17.7% 11.6% 23.4%
178 298 162 136 108 52 56
37.5% 62.7% 67.2% 58.1% 22.7% 21.6% 23.9%
61 95 43 52 34 17 17
39.1% 60.9% 58.1% 63.4% 21.8% 23.0% 20.7%
29 47 21 26 14 8 6
38.2% 61.8% 56.8% 66.7% 18.4% 21.6% 15.4%
32 46 21 25 20 9 11
41.0% 59.0% 58.3% 59.5% 25.6% 25.0% 26.2%
781 229 552
36.1% 20.7% 52.2%
539 134 405
49.4% 25.0% 73.0%
7 3 4
77.8% 60.0% 100.0%
532 131 401
49.2% 24.7% 72.8%
220 55 165
48.8% 25.5% 70.2%
243 61 182
51.2% 25.3% 77.8%
69 15 54
44.2% 20.3% 65.9%
25 3 22
32.9% 8.1% 56.4%
44 12 32
56.4% 33.3% 76.2%
347 88
16.0% 25.4%
180 61
16.5% 33.9%
1 1
11.1% 100.0%
179 60
16.5% 33.5%
80 30
17.7% 37.5%
79 23
16.6% 29.1%
20 7
12.8% 35.0%
7 1
9.2% 14.3%
13 6
16.7% 46.2%
123 63
5.7% 51.2%
76 44
7.0% 57.9%
0 0
76 44
7.0% 57.9%
19 11
4.2% 57.9%
44 25
9.3% 56.8%
13 8
8.3% 61.5%
8 4
10.5% 50.0%
5 4
6.4% 80.0%
0.5% 14.7%
100.0%
Sumba
66.7%
13.4%
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
1.1% 14.8%
58
22.2%
Table 33: Penyebaran akses ke sektor ekonomi serta keberadaan tenaga yang kerja di luar desa antara golongon etnik dan strata tradisional di desa Tanaraing Komposisi populasi rumah maramba+
Tipe Rumah menurut komposisi etnik/strata tradisional INDIKATOR Jumlah pegawai Administrasi/Pemerintahan Laki-laki Perempuan Jumlah pekerja Kehutanan Laki-laki Perempuan Jumlah pekerja Pertanian Laki-laki Perempuan Jumlah pekerja Peternakan Laki-laki Perempuan Jumlah pekerja Perikanan Laki-laki Perempuan Jumlah pekerja Kerajinan tangan/Perindustrian Laki-laki Perempuan Jumlah pekerja Perdagangan Laki-laki Perempuan Jumlah pekerja Perhubungan dan Komunikasi Laki-laki Perempuan Keberadaan anggota keluarga (berumur 10 tahun ke atas) yang sedang berkerja diluar (rumah) Jumlah orang yang bekerja di dalam kecamatan yang sama Jumlah orang yang bekerja di perkotaan Sumba
TOTAL
TANARAING
51 29 22 117 85 32 688 372 316 45 37 8
2.4% 2.6% 2.1% 5.4% 7.7% 3.0% 31.8% 33.7% 29.9% 2.1% 3.4% 0.8%
40 24 16 70 51 19 216 108 108 7 7 0
193 153 40
8.9% 13.9% 3.8%
178 143 35
112 27 85
5.2% 2.4% 8.0%
22 9 13
53 21 32
2.5% 1.9% 3.0%
38 16 22
27 27
1.2% 2.4%
13 13
3.7% 4.2% 3.2% 6.5% 9.0% 3.8% 20.2% 19.0% 21.5% 0.7% 1.2% 0.0% 16.6% 25.2% 7.0% 2.1% 1.6% 2.6% 3.5% 2.8% 4.4% 1.2% 2.3%
Non-Sumba
Sumba
Kabihu
TLU mandiri
20 9 11 18 12 6 104 54 50 0 0 0
3.7% 3.3% 4.2% 3.3% 4.3% 2.3% 19.3% 19.6% 18.9%
20 15 5 52 39 13 112 54 58 7 7 0
3.8% 5.1% 2.1% 9.8% 13.4% 5.4% 21.1% 18.5% 24.3% 1.3% 2.4%
18 14 4 35 28 7 80 40 40 6 6 0
4.4% 6.1% 2.2% 8.5% 12.2% 3.9% 19.5% 17.5% 22.1% 1.5% 2.6%
0 0 0 10 6 4 24 11 13 1 1 0
109 83 26
20.2% 30.1% 9.8%
69 60 9
13.0% 20.5% 3.8%
59 51 8
14.4% 22.3% 4.4%
8 7 1
11 7 4
2.0% 2.5% 1.5%
11 2 9
2.1% 0.7% 3.8%
9 1 8
2.2% 0.4% 4.4%
21 8 13
3.9% 2.9% 4.9%
17 8 9
3.2% 2.7% 3.8%
15 6 9
4 4
0.7% 1.4%
9 9
1.7% 3.1%
9 9
Maramba plus
TLU Maramba
5.1% 5.9% 4.5% 17.9% 29.4% 9.1% 20.5% 17.6% 22.7%
2 1 1 5 5 0 3 1 2 0 0 0
7.4% 7.7% 7.1% 18.5% 38.5% 0.0% 11.1% 7.7% 14.3%
0 0 0 2 0 2 5 2 3 0 0 0
9.8% 15.2% 2.8%
2 2 0
5.1% 11.8% 0.0%
2 2 0
7.4% 15.4%
0 0 0
1 1 0
1.2% 2.2%
1 0 1
2.6%
1 0 1
3.7%
0 0 0
3.7% 2.6% 5.0%
1 1 0
1.2% 2.2%
1 1 0
2.2% 3.9%
0 0
0 0
0 0
0 0
0
0
12.2% 13.0% 11.1% 29.3% 23.9% 36.1% 1.2% 2.2%
0
0
0
0
0
0
0
32
25
15
10
8
2
0
4
1
0
1
0
1
0
6
6
3
3
3
0
0
Jumlah orang yang bekerja di perkotaan lainnya di luar Sumba
23
18
11
7
6
1
0
Jumlah orang yang bekerja di luar negeri (TKI)
12
9
5
4
4
0
0
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
Maramba
2 1 1 7 5 2 8 3 5 0 0 0
59
4.5% 2.6% 5.9%
1 1 0
7.1% 3.7% 7.7%
0 0 0
16.7% 0.0% 25.0% 41.7% 50.0% 37.5%
Table 34: Penyebaran akses ke sektor ekonomi serta keberadaan tenaga yang kerja di luar desa antara golongon etnik dan strata tradisional di desa Rindi Komposisi populasi rumah maramba+
Tipe Rumah menurut komposisi etnik/strata tradisional INDIKATOR Jumlah pegawai Administrasi/Pemerintahan Laki-laki Perempuan Jumlah pekerja Kehutanan Laki-laki Perempuan Jumlah pekerja Pertanian Laki-laki Perempuan Jumlah pekerja Peternakan Laki-laki Perempuan Jumlah pekerja Perikanan Laki-laki Perempuan Jumlah pekerja Kerajinan tangan/Perindustrian Laki-laki Perempuan Jumlah pekerja Perdagangan Laki-laki Perempuan Jumlah pekerja Perhubungan dan Komunikasi Laki-laki Perempuan Keberadaan anggota keluarga (berumur 10 tahun ke atas) yang sedang berkerja diluar (rumah) Jumlah orang yang bekerja di dalam kecamatan yang sama Jumlah orang yang bekerja di perkotaan Sumba
TOTAL
RINDI
51 29 22
2.4% 2.6% 2.1%
11 5 6
117 85 32
5.4% 7.7% 3.0%
47 34 13
688 372 316
31.8% 33.7% 29.9%
472 264 208
45 37 8
2.1% 3.4% 0.8%
38 30 8
193 153 40
8.9% 13.9% 3.8%
15 10 5
112 27 85 53 21 32 27 27
5.2% 2.4% 8.0% 2.5% 1.9% 3.0% 1.2% 2.4%
90 18 72 15 5 10 14 14
1.0% 0.9% 1.1% 4.3% 6.3% 2.3% 43.3% 49.3% 37.5% 3.5% 5.6% 1.4% 1.4% 1.9% 0.9% 8.2% 3.4% 13.0% 1.4% 0.9% 1.8% 1.3% 2.6%
Non-Sumba
Sumba
Kabihu
TLU mandiri
Maramba plus
Maramba
TLU Maramba
0 0 0
11 5 6
1.0% 0.9% 1.1%
9 3 6
2.0% 1.4% 2.6%
1 1 0
0.2% 0.4%
1 1 0
0.6% 1.4%
1 1 0
1.3% 2.7%
0 0 0
0 0 0
47 34 13
4.3% 6.4% 2.4%
34 24 10
7.5% 11.1% 4.3%
10 7 3
2.1% 2.9% 1.3%
3 3 0
1.9% 4.1% 0.0%
3 3 0
3.9% 8.1% 0.0%
0 0 0
0.0% 0.0% 0.0%
466 260 206
43.1% 49.0% 37.4%
196 111 85
43.5% 51.4% 36.2%
235 128 107
49.5% 53.1% 45.7%
35 21 14
22.4% 28.4%
17 9 8
22.4% 24.3%
17 12 5
21.8% 33.3%
0 0 0
38 30 8
3.5% 5.6% 1.5%
16 16 0
3.5% 7.4%
19 12 7
4.0% 5.0% 3.0%
3 2 1
1.9% 2.7% 1.2%
3 2 1
3.9% 5.4% 2.6%
0 0 0
0.0% 0.0% 0.0%
0 0 0
15 10 5
1.4% 1.9% 0.9%
10 7 3
2.2% 3.2% 1.3%
5 3 2
1.1% 1.2% 0.9%
0 0 0
0 0 0 2 1 1 0 0
90 18 72 13 4 9 14 14
8.3% 3.4% 13.1% 1.2% 0.8% 1.6% 1.3% 2.6%
29 4 25 5 3 2 2 2
6.4% 1.9% 10.6% 1.1% 1.4% 0.9% 0.4% 0.9%
13 3 10 8 1 7 7 7
2.7% 1.2% 4.3% 1.7% 0.4% 3.0% 1.5% 2.9%
48 11 37 0 0 0 5 5
6 4 2
66.7% 80.0% 50.0%
22.2% 20.0% 25.0%
0
0
0
0
0
0
0
32
7
0
7
2
4
1
4
3
0
3
1
2
0
6
0
0
0
0
0
0
Jumlah orang yang bekerja di perkotaan lainnya diluar Sumba
23
5
0
5
2
2
1
Jumlah orang yang bekerja di luar negeri (TKI)
12
3
0
3
0
2
1
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
60
0 0 0 30.8% 14.9% 45.1%
3.2% 6.8%
23 6 17 0 0 0 0 0 0
0 0 0 30.3% 16.2% 43.6%
0.0% 0.0%
25 5 20 0 0 0 4 4 0
32.1% 13.9% 47.6%
5.1% 11.1%
Table 35: Penyebaran pengeluaran untuk bahan terpilih antara rumah menurut golongan etnik dan strata tradisional di desa Tanaraing Tipe Rumah menurut komposisi etnik/strata tradisional INDIKATOR Jumlah rumah Jumlah rumah yg beli beras Jumlah rumah yg beli bawang merah Jumlah rumah yg beli minyak goreng/minyak kelapa Jumlah rumah yg beli gula pasir Jumlah rumah yg beli garam Jumlah rumah yg beli kelapa Jumlah rumah yg beli bawang putih Jumlah rumah yg beli bayam Jumlah rumah yg beli daun ketela pohon Jumlah rumah yg beli penyedap masakan/vetsin Jumlah rumah yg beli sirih Jumlah rumah yg beli pinang Jumlah rumah yg beli tembakau Jumlah rumah yg beli rokok kretek filter Jumlah rumah yg beli kopi (bubuk,biji, instan) Jumlah rumah yg beli korek api Jumlah rumah yg beli sabun mandi Jumlah rumah yg beli bedak Jumlah rumah yg beli sabun cuci Jumlah rumah yg beli obat ringan Jumlah rumah yg beli buku tulis Jumlah rumah yg beli pakaian jadi Jumlah rumah yg beli listrik Jumlah rumah yg beli kayu bakar Jumlah rumah yg beli minyak tanah
TOTAL 450
100.0%
TANARAING 259
100.0%
Non-Sumba 135
100.0%
376 272 222 414 409 56 156 75 50 357 306 306 166 196 357 309 411 187 429 113 137 118 2 3
83.6% 60.4% 49.3% 92.0% 90.9% 12.4% 34.7% 16.7% 11.1% 79.3% 68.0% 68.0% 36.9% 43.6% 79.3% 68.7% 91.3% 41.6% 95.3% 25.1% 30.4% 26.2% 0.4% 0.7%
225 198 189 243 240 53 142 73 48 227 143 143 64 156 198 244 229 143 251 103 100 54 1 3
86.9% 76.4% 73.0% 93.8% 92.7% 20.5% 54.8% 28.2% 18.5% 87.6% 55.2% 55.2% 24.7% 60.2% 76.4% 94.2% 88.4% 55.2% 96.9% 39.8% 38.6% 20.8% 0.4% 1.2%
116 105 99 127 122 30 79 36 24 115 68 67 24 84 97 127 117 84 130 56 48 33 0 2
85.9% 77.8% 73.3% 94.1% 90.4% 22.2% 58.5% 26.7% 17.8% 85.2% 50.4% 49.6% 17.8% 62.2% 71.9% 94.1% 86.7% 62.2% 96.3% 41.5% 35.6% 24.4%
383
85.1%
228
88.0%
117
Sumba 124
Kabihu
100.0%
98
100.0%
TLU mandiri 17
100.0%
87.9% 75.0% 72.6% 93.5% 95.2% 18.5% 50.8% 29.8% 19.4% 90.3% 60.5% 61.3% 32.3% 58.1% 81.5% 94.4% 90.3% 47.6% 97.6% 37.9% 41.9% 16.9% 0.8% 0.8%
88 74 70 91 93 17 51 32 21 87 53 54 29 61 77 93 90 48 95 38 38 14 1 0
89.8% 75.5% 71.4% 92.9% 94.9% 17.3% 52.0% 32.7% 21.4% 88.8% 54.1% 55.1% 29.6% 62.2% 78.6% 94.9% 91.8% 49.0% 96.9% 38.8% 38.8% 14.3% 1.0%
15 12 12 17 16 4 9 4 1 17 14 14 8 8 17 16 14 6 17 5 7 2 0 0
88.2% 70.6% 70.6% 100.0% 94.1% 23.5% 52.9% 23.5% 5.9% 100.0% 82.4% 82.4% 47.1% 47.1% 100.0% 94.1% 82.4% 35.3% 100.0% 29.4% 41.2% 11.8%
1.5%
109 93 90 116 118 23 63 37 24 112 75 76 40 72 101 117 112 59 121 47 52 21 1 1
86.7%
111
89.5%
85
86.7%
17
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
61
Maramba plus 9
100.0% 66.7% 77.8% 88.9% 88.9% 100.0% 22.2% 33.3% 11.1% 22.2% 88.9% 88.9% 88.9% 33.3% 33.3% 77.8% 88.9% 88.9% 55.6% 100.0% 44.4% 77.8% 55.6%
0.0%
6 7 8 8 9 2 3 1 2 8 8 8 3 3 7 8 8 5 9 4 7 5 0 0
100.0%
9
100.0%
Table 36: Penyebaran pengeluaran untuk bahan terpilih antara rumah menurut golongan etnik dan strata tradisional di desa Rindi Tipe Rumah menurut komposisi etnik/strata tradisional INDIKATOR Jumlah rumah Jumlah rumah yg beli beras Jumlah rumah yg beli bawang merah Jumlah rumah yg beli minyak goreng/minyak kelapa Jumlah rumah yg beli gula pasir Jumlah rumah yg beli garam Jumlah rumah yg beli kelapa Jumlah rumah yg beli bawang putih Jumlah rumah yg beli bayam Jumlah rumah yg beli daun ketela pohon Jumlah rumah yg beli penyedap masakan/vetsin Jumlah rumah yg beli sirih Jumlah rumah yg beli pinang Jumlah rumah yg beli tembakau Jumlah rumah yg beli rokok kretek filter Jumlah rumah yg beli kopi (bubuk,biji, instan) Jumlah rumah yg beli korek api Jumlah rumah yg beli sabun mandi Jumlah rumah yg beli bedak Jumlah rumah yg beli sabun cuci Jumlah rumah yg beli obat ringan Jumlah rumah yg beli buku tulis Jumlah rumah yg beli pakaian jadi Jumlah rumah yg beli listrik Jumlah rumah yg beli kayu bakar Jumlah rumah yg beli minyak tanah
RINDI
TOTAL 450
100.0%
191
Non-Sumba
100.0%
3
100.0%
376 272 222 414 409 56 156 75 50 357 306 306 166 196 357 309 411 187 429 113 137 118 2 3
83.6% 60.4% 49.3% 92.0% 90.9% 12.4% 34.7% 16.7% 11.1% 79.3% 68.0% 68.0% 36.9% 43.6% 79.3% 68.7% 91.3% 41.6% 95.3% 25.1% 30.4% 26.2% 0.4% 0.7%
151 74 33 171 169 3 14 2 2 130 163 163 102 40 159 65 182 44 178 10 37 64 1 0
79.1% 38.7% 17.3% 89.5% 88.5% 1.6% 7.3% 1.0% 1.0% 68.1% 85.3% 85.3% 53.4% 20.9% 83.2% 34.0% 95.3% 23.0% 93.2% 5.2% 19.4% 33.5% 0.5%
3 1 1 3 2 0 0 0 0 3 3 3 2 1 2 1 3 0 3 0 0 0 0 0
100.0% 33.3% 33.3% 100.0% 66.7%
383
85.1%
155
81.2%
3
100.0%
100.0% 100.0% 100.0% 66.7% 33.3% 66.7% 33.3% 100.0% 100.0%
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
Sumba 188
Kabihu
100.0%
82
100.0%
TLU mandiri 88
100.0%
148 73 32 168 167 3 14 2 2 127 160 160 100 39 157 64 179 44 175 10 37 64 1 0
78.7% 38.8% 17.0% 89.4% 88.8% 1.6% 7.4% 1.1% 1.1% 67.6% 85.1% 85.1% 53.2% 20.7% 83.5% 34.0% 95.2% 23.4% 93.1% 5.3% 19.7% 34.0% 0.5%
67 34 17 72 73 2 7 1 2 55 72 72 46 24 67 18 80 19 78 3 15 33 0 0
81.7% 41.5% 20.7% 87.8% 89.0% 2.4% 8.5% 1.2% 2.4% 67.1% 87.8% 87.8% 56.1% 29.3% 81.7% 22.0% 97.6% 23.2% 95.1% 3.7% 18.3% 40.2%
66 29 8 79 78 1 5 1 0 58 71 70 46 11 72 34 81 20 80 4 16 25 0 0
152
80.9%
74
90.2%
71
62
75.0% 33.0% 9.1% 89.8% 88.6% 1.1% 5.7% 1.1% 65.9% 80.7% 79.5% 52.3% 12.5% 81.8% 38.6% 92.0% 22.7% 90.9% 4.5% 18.2% 28.4%
80.7%
Maramba plus 18
100.0% 15 10 7 17 16 0 2 0 0 14 17 18 8 4 18 12 18 5 17 3 6 6 1 0 7
83.3% 55.6% 38.9% 94.4% 88.9% 0.0% 11.1%
77.8% 94.4% 100.0% 44.4% 22.2% 100.0% 66.7% 100.0% 27.8% 94.4% 16.7% 33.3% 33.3% 5.6% 38.9%
Table 37: Penyebaran jumlah pengeluaran untuk bahan terpilih antara golongan etnik dan strata tradisional di desa Tanaraing Tipe Rumah menurut komposisi etnik/strata tradisional INDIKATOR Jumlah rumah Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk beras Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk bawang merah Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk minyak goreng/minyak kelapa Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk gula pasir Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk garam Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk kelapa Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk bawang putih Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk bayam Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk daun ketela pohon Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk penyedap masakan/vetsin Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk sirih Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk pinang Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk tembakau Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk rokok kretek filter Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk kopi (bubuk,biji, instan) Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk korek api Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk sabun mandi Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk bedak Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk sabun cuci Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk obat ringan Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk buku tulis Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk pakaian jadi Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk listrik Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk kayu bakar Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk minyak tanah Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk ongkos Jumlah pengankutan Jumlah pengeluaran total sebulan yg. lalu Jumlah pengeluaran total untuk makanan Jumlah pengeluaran total untuk non-makanan Jumlah pengeluaran total untuk angkutan Median pengeluaran total p/c sebulan yg. lalu Maximum Median pengeluaran total p/c untuk makanan Maximum Median pengeluaran total p/c untuk non-makanan Maximum
TANARAING
TOTAL
Non-Sumba
Sumba
Kabihu
TLU mandiri
Maramba plus
450
100.0%
259
100.0%
135
52.1%
124
47.9%
98
79.0%
17
13.7%
9
7.3%
40,001 1,398
38.3% 1.3%
24,593 936
37.1% 1.4%
13,306 574
54.1% 61.3%
11,287 362
45.9% 38.7%
9,620 302
85.2% 83.3%
1,232 43
10.9% 11.7%
435 18
3.9% 5.0%
2,489 6,115 955 459 652 398
2.4% 5.9% 0.9% 0.4% 0.6% 0.4%
2,158 3,974 447 448 565 386
3.3% 6.0% 0.7% 0.7% 0.9% 0.6%
1,237 2,330 243 305 322 162
57.3% 58.6% 54.3% 68.1% 57.0% 42.0%
921 1,644 204 143 243 224
42.7% 41.4% 45.7% 31.9% 43.0% 58.0%
769 1,344 161 113 201 206
83.5% 81.7% 78.9% 79.0% 82.7% 91.7%
65 163 26 20 27 18
7.0% 9.9% 12.7% 14.0% 11.1% 8.0%
88 138 17 10 15 1
9.5% 8.4% 8.3% 7.0% 6.2% 0.2%
326
0.3%
303
0.5%
117
38.5%
186
61.5%
173
92.7%
3
1.6%
11
5.6%
695 1,387 1,866 927 12,982
0.7% 1.3% 1.8% 0.9% 12.4%
474 721 994 581 10,722
0.7% 1.1% 1.5% 0.9% 16.2%
254 338 459 295 5,417
53.5% 46.9% 46.1% 50.8% 50.5%
220 383 536 286 5,305
46.5% 53.1% 53.9% 49.2% 49.5%
173 303 415 212 3,889
78.6% 79.2% 77.5% 74.1% 73.3%
34 47 85 56 1,132
15.5% 12.2% 15.9% 19.6% 21.3%
13 33 36 18 284
5.9% 8.6% 6.6% 6.3% 5.4%
3,011 563 2,340 563 3,432 361 1,278 6,629 2,058 95 4,943
2.9% 0.5% 2.2% 0.5% 3.3% 0.3% 1.2% 6.3% 2.0% 0.1% 4.7%
1,766 473 1,463 466 2,282 273 955 3,111 1,293 60 3,346
2.7% 0.7% 2.2% 0.7% 3.4% 0.4% 1.4% 4.7% 2.0% 0.1% 5.0%
889 241 734 302 1,316 179 447 1,534 937 40 1,952
50.3% 51.0% 50.1% 64.7% 57.7% 65.7% 46.8% 49.3% 72.4% 66.7% 58.3%
878 232 730 165 966 94 508 1,578 357 20 1,395
49.7% 49.0% 49.9% 35.3% 42.3% 34.3% 53.2% 50.7% 27.6% 33.3% 41.7%
692 189 596 139 786 83 398 1,338 357 0 1,096
78.8% 81.4% 81.6% 84.2% 81.3% 88.2% 78.3% 84.8% 100.0%
126 27 82 6 97 5 68 105 0 20 152
14.4% 11.7% 11.2% 3.6% 10.0% 5.3% 13.4% 6.7%
60 16 53 20 84 6 42 135 0 0 147
6.8% 6.9% 7.2% 12.2% 8.6% 6.4% 8.3% 8.6%
78.6%
100.0% 10.9%
10.5%
8,564
8.2%
3,492
5.3%
2,004
57.4%
1,488
42.6%
1,190
80.0%
110
7.4%
188
12.6%
104,482
100.0%
66,276
100.0%
35,927
54.2%
30,349
45.8%
24,739
81.5%
3,746
12.3%
1,865
6.1%
73,658 22,261 8,564
70.5% 21.3% 8.2%
49,063 13,721 3,492
74.0% 20.7% 5.3%
26,244 7,679 2,004
73.0% 21.4% 5.6%
22,820 6,042 1,488
75.2% 19.9% 4.9%
18,570 4,979 1,190
75.1% 20.1% 4.8%
3,075 561 110
82.1% 15.0% 2.9%
1,175 502 188
63.0% 26.9% 10.1%
36,583 339,500 24,667 318,500 6,625 123,000
100.0%
46,900 339,500 33,250 318,500 8,207 123,000
100.0%
48,900 339,500 35,600 318,500 9,000 92,375
100.0%
44,283 299,000 30,545 207,167 7,077 123,000
100.0%
45,612 299,000 33,838 207,167 7,225 123,000
100.0%
34,571 184,700 24,167 173,100 6,375 18,100
100.0%
35,100 87,500 24,500 42,600 9,500 31,400
100.0%
67.4% 18.1%
70.9% 17.5%
72.8% 18.4%
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
69.0% 16.0%
63
74.2% 15.8%
69.9% 18.4%
69.8% 27.1%
Table 38: Penyebaran jumlah pengeluaran untuk bahan terpilih antara golongan etnik dan strata tradisional di desa Rindi Tipe Rumah menurut komposisi etnik/strata tradisional INDIKATOR Jumlah rumah Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk beras Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk bawang merah Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk minyak goreng/minyak kelapa Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk gula pasir Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk garam Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk kelapa Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk bawang putih Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk bayam Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk daun ketela pohon Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk penyedap masakan/vetsin Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk sirih Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk pinang Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk tembakau Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk rokok kretek filter Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk kopi (bubuk,biji, instan) Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk korek api Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk sabun mandi Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk bedak Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk sabun cuci Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk obat ringan Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk buku tulis Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk pakaian jadi Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk listrik Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk kayu bakar Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk minyak tanah Jumlah Pengeluaran (Rp. 1,000) utk ongkos Jumlah pengankutan Jumlah pengeluaran total sebulan yg. lalu Jumlah pengeluaran total untuk makanan Jumlah pengeluaran total untuk non-makanan Jumlah pengeluaran total untuk angkutan Median pengeluaran total p/c sebulan yg. lalu Maximum Median pengeluaran total p/c untuk makanan Maximum Median pengeluaran total p/c untuk non-makanan Maximum
RINDI
TOTAL
Non-Sumba
Sumba
Kabihu
TLU mandiri
Maramba plus
450
100.0%
191
100.0%
3
1.6%
188
98.4%
82
43.6%
88
46.8%
18
9.6%
40,001 1,398
38.3% 1.3%
15,408 463
40.3% 1.2%
170 6
1.1% 1.3%
15,238 457
98.9% 98.7%
7,742 210
50.8% 46.0%
4,834 157
31.7% 34.4%
2,663 90
17.5% 19.6%
2,489 6,115 955 459 652 398
2.4% 5.9% 0.9% 0.4% 0.6% 0.4%
331 2,141 508 11 87 12
0.9% 5.6% 1.3% 0.0% 0.2% 0.0%
7 33 6 0 0 0
2.1% 1.5% 1.2%
324 2,108 502 11 87 12
97.9% 98.5% 98.8% 100.0% 100.0% 100.0%
172 886 212 9 40 2
52.9% 42.0% 42.2% 81.8% 45.7% 16.7%
69 787 242 2 33 10
21.3% 37.3% 48.2% 18.2% 37.1% 83.3%
84 436 48 0 15 0
25.8% 20.7% 9.6%
326
0.3%
23
0.1%
0
23
100.0%
23
100.0%
0
695 1,387 1,866 927 12,982
0.7% 1.3% 1.8% 0.9% 12.4%
221 666 872 346 2,261
0.6% 1.7% 2.3% 0.9% 5.9%
6 13 10 9 150
2.7% 2.0% 1.1% 2.6% 6.6%
215 653 862 337 2,111
97.3% 98.0% 98.9% 97.4% 93.4%
89 320 355 149 1,484
41.2% 49.0% 41.2% 44.2% 70.3%
103 259 364 150 334
47.7% 39.7% 42.2% 44.5% 15.8%
24 74 143 38 293
11.2% 11.3% 16.6% 11.3% 13.9%
3,011 563 2,340 563 3,432 361 1,278 6,629 2,058 95 4,943
2.9% 0.5% 2.2% 0.5% 3.3% 0.3% 1.2% 6.3% 2.0% 0.1% 4.7%
1,245 90 877 97 1,151 89 324 3,518 765 35 1,597
3.3% 0.2% 2.3% 0.3% 3.0% 0.2% 0.8% 9.2% 2.0% 0.1% 4.2%
15 1 12 0 15 0 0 0 0 0 108
1.2% 1.1% 1.4% 0.0% 1.3%
1,230 89 865 97 1,136 89 324 3,518 765 35 1,489
98.8% 98.9% 98.6% 100.0% 98.7% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 93.2%
502 20 395 44 483 29 135 1,845 204 0 711
40.8% 22.5% 45.6% 45.1% 42.5% 32.8% 41.6% 52.5% 26.7%
498 50 328 42 499 50 121 1,093 286 30 690
40.4% 56.2% 37.9% 43.5% 43.9% 56.5% 37.4% 31.1% 37.4% 85.2% 46.3%
231 19 142 11 154 10 68 580 275 5 88
18.7% 21.3% 16.4% 11.4% 13.5% 10.7% 21.0% 16.5% 35.9% 14.8% 5.9%
6.8%
47.8%
17.1% 0.0%
0
8,564
8.2%
5,073
13.3%
84
1.7%
4,989
98.3%
2,196
44.0%
1,893
37.9%
900
18.0%
104,482
100.0%
38,207
100.0%
645
1.7%
37,562
98.3%
18,255
48.6%
12,920
34.4%
6,388
17.0%
73,658 22,261 8,564
70.5% 21.3% 8.2%
24,594 8,540 5,073
64.4% 22.4% 13.3%
425 136 84
65.9% 21.1% 13.0%
24,170 8,404 4,989
64.3% 22.4% 13.3%
12,194 3,865 2,196
66.8% 21.2% 12.0%
7,839 3,188 1,893
60.7% 24.7% 14.6%
4,136 1,352 900
64.8% 21.2% 14.1%
36,583 339,500 24,667 318,500 6,625 123,000
100.0%
24,200 200,500 14,563 138,000 4,667 86,000
100.0%
37,500 200,500 22,167 138,000 4,667 50,000
100.0%
23,725 171,500 14,500 100,000 4,650 86,000
100.0%
26,464 124,318 15,775 96,300 4,750 47,800
100.0%
21,421 171,500 13,600 100,000 4,333 86,000
100.0%
41,167 104,500 26,292 73,500 7,179 17,500
100.0%
67.4% 18.1%
60.2% 19.3%
59.1% 12.4%
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
61.1% 19.6%
64
59.6% 17.9%
63.5% 20.2%
63.9% 17.4%
Table 39: Kaitan antara indikator terpilih dengan status ketahanan pangan menurut golongan etnik dan strata tradisional di desa Tanaraing INDIKATOR Ketahanan Pangan Jumlah rumah Jumlah penghuni Khusus Maramba+: Jumlah TLU Rata-rata penghuni/rumah Jumlah luas lantai Luas lantai per kapita Jumlah perempuan berusia 12+ tahun Jumlah perempuan berusia 12+ tahun yg belum kawin dan punya anak Median umur melahirkan pertama Jumlah bayi Jumlah U5 Jumlah anak berusia sekolah Jumlah anak sekolah yg. tidak sekolah Jumlah remaja/dewasa Jumlah lansia Dependency ratio (anak+lansia per dewasa) Jumlah individu berusia >5 th Jumlah individu buta huruf (>5 th) Jumlah individu yg tidak berbahasa Indonesia (>5 th) Jumlah rumah dgn laki-laki "kawin masuk" Jumlah rumah dengan anak asuh Jumlah rumah dengan anak yg berada/tinggal diluar rumah Jumlah rumah dengan laki-laki beristri 2+ Jumlah rumah dengan perempuan berstatus istri ke2+ Jumlah pekerja anak Luas lahan yg digarap (are) Rasio lahan yg digarap thdp jumlah remaja/dewasa (are) Jumlah rumah tanpa lahan apapun Jumlah rumah dgn lahan kebun/ladang saja Jumlah rumah tanpa lahan yg tidak punya hewan (babi+) Jumlah rumah yg punya lahan tapi tidak ada hewan (babi+) Jumlah rumah yg punya babi kecil Jumlah rumah yg punya babi besar Jumlah rumah yg punya kambing Jumlah rumah yg punya domba Jumlah rumah yg punya kuda Jumlah rumah yg punya kerbau Jumlah rumah yg punya sapi Jumlah rumah yg punya anggota dgn pendapatan tetap berbentuk uang
TANARAING
TOTAL
Non-Sumba
tidak selalu tahan
tahan tetap
tidak selalu tahan
tahan tetap
320 1779 49 5.6 17,027 9.6
71.1% 70.9% 47.1%
130 731 55 5.6 7,627 10.4
28.9% 29.1% 52.9%
163 783 8 5 6,368 8.1
62.9% 63.2% 61.5%
96 455 5 5 3,924 8.6
37.1% 36.8% 38.5%
597
70.9%
245
29.1%
245
62.2%
149
27 20 77 258 479
87.1%
12.9% 45.8% 25.6% 30.0%
1 21 41 117 215
100.0%
54.2% 74.4% 70.0%
4 20 65 89 205
174 997 89
76.0% 70.5% 72.4%
55 418 34
24.0% 29.5% 27.6%
0.8 1,778 439
70.9% 77.4%
0.7 731 128
397
78.1%
12 59
80.0% 57.8%
58
81.7%
11 44
tidak selalu tahan
tahan tetap
Tipe Rumah menurut komposisi etnik/strata tradisional Kabihu TLU mandiri tidak selalu tidak selalu tahan tahan tahan tetap tahan tetap
84 385
62.2% 61.2%
51 244
37.8% 38.8%
63 306
64.3% 65.1%
35 164
35.7% 34.9%
11 68
64.7% 73.9%
6 24
35.3% 26.1%
38.1%
4.6 3,138 8.2
59.5%
5 2,134 8.7
40.5%
5 2,493 8.1
63.5%
4.7 1,431 8.7
36.5%
6.2 402 5.9
65.2%
4.0 215 9.0
34.8%
37.8%
125
58.7%
88
41.3%
94
66.7%
47
33.3%
18
72.0%
7
56.2% 70.1% 61.1%
0 20 32 50 137
43.8% 29.9% 38.9%
0 22 27 62 98
71.1% 69.7% 58.3%
0 20 11 27 70
28.9% 30.3% 41.7%
1 20 3 42 87
60.0% 70.0% 63.0%
0 20 2 18 51
40.0% 30.0% 37.0%
0 19 10 9 24
67 434 31
70.5% 62.3% 66.0%
28 263 16
29.5% 37.7% 34.0%
37 211 19
77.1% 60.1% 57.6%
11 140 14
22.9% 39.9% 42.4%
23 174 11
65.7% 64.2% 91.7%
12 97 1
34.3% 35.8% 8.3%
29.1% 22.6%
0.8 783 135
63.2% 69.2%
0.7 455 60
36.8% 30.8%
0.8 385 62
61.2% 70.5%
0.7 244 26
38.8% 29.5%
0.8 306 52
65.1% 71.2%
0.7 164 21
111
21.9%
115
69.7%
50
30.3%
52
75.4%
17
24.6%
45
69.2%
20
3 43
20.0% 42.2%
1 29
100.0% 49.2%
0 30
50.8%
0 12
48.0%
0 13
52.0%
0 11
50.0%
0 11
13
18.3%
23
76.7%
7
23.3%
9
75.0%
3
25.0%
12
80.0%
55.0%
9
45.0%
6
54.5%
5
45.5%
2
100.0%
0
78.6%
12
21.4%
8
57.1%
6
42.9%
3
60.0%
2
74 19,676
84.1% 72.6%
14 7,411
15.9% 27.4%
24 6,375
88.9% 66.7%
3 3,189
11.1% 33.3%
7 2,607
100.0% 56.5%
19.7 16
35.6%
17.7 29
64.4%
14.7 14
36.8%
12.1 24
63.2%
12.4 11
108
75.5%
35
24.5%
14
45.2%
17
54.8%
10
41.7%
14
58.3%
8
36.4%
14
47 190 35 81 3 45 10 123
73.4% 75.4% 63.6% 66.4% 75.0% 61.6% 50.0% 70.7%
17 62 20 41 1 28 10 51
26.6% 24.6% 36.4% 33.6% 25.0% 38.4% 50.0% 29.3%
36 71 10 45 3 17 2 55
70.6% 67.6% 41.7% 57.7% 75.0% 60.7% 33.3% 64.0%
19
33.9%
37
66.1%
11
26.2%
69.1%
30.9%
61.9%
Maramba plus tidak selalu tahan tahan tetap 5 24 8 4.8 335 14.0
55.6% 51.1% 61.5%
4 23 5 5.8 144 6.3
44.4% 48.9% 38.5%
28.0%
8
53.3%
7
46.7%
100.0% 90.0% 77.4%
0 25 0 1 7
10.0% 22.6%
0 19 1 4 6
5.0% 50.0% 40.0%
0 25 19 4 9
95.0% 50.0% 60.0%
7 36 0
87.5% 70.6% 0.0%
1 15 1
12.5% 29.4% 100.0%
0 13 1
0.0% 54.2% 100.0%
4 11 0
100.0% 45.8% 0.0%
34.9% 28.8%
0.9 68 11
73.9% 55.0%
0.6 24 9
26.1% 45.0%
0.8 24 10
51.1% 71.4%
1.1 23 4
48.9% 28.6%
30.8%
10
52.6%
9
47.4%
8
66.7%
4
33.3%
50.0%
1 3
100.0% 50.0%
0 3
50.0%
0 3
50.0%
0 3
50.0%
3
20.0%
0
2
66.7%
1
33.3%
2
100.0%
0
69.9%
30.1%
2
50.0%
2
50.0%
2
66.7%
1
33.3%
0
40.0%
3
60.0%
2
40.0%
1
33.3%
2
66.7%
1
100.0%
0
0.0%
0 2,009
87.5% 78.4%
2 820
12.5% 21.6%
3 575
100.0% 61.5%
0 360
38.5%
0 218
0.0% 100.0%
1 0
100.0%
43.5%
14 2,975
45.8%
14.4 13
54.2%
17.1 3
23.1%
8.5 10
76.9%
16.0 0
16.8 0
0.0%
0.0 1
11
50.0%
11
50.0%
3
37.5%
5
62.5%
0
63.6%
5
38.5%
8
61.5%
3
33.3%
6
66.7%
0
15 34 14 33 1 11 4 31
29.4% 32.4% 58.3% 42.3% 25.0% 39.3% 66.7% 36.0%
19 30 3 20 3 6 0 27
65.5% 68.2% 37.5% 54.1% 75.0% 60.0%
34.5% 31.8% 62.5% 45.9% 25.0% 40.0%
53.8% 25.0% 63.6%
4 12 7 10 0 6 3 12
19.0% 28.6% 63.6% 37.0%
37.2%
17 30 4 17 0 7 1 21
81.0% 71.4% 36.4% 63.0%
62.8%
10 14 5 17 1 4 0 16
46.2% 75.0% 36.4%
0 8 2 5 0 1 0 3
31
73.8%
5
25.0%
15
75.0%
6
30.0%
14
70.0%
0
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
65
24.0 0 0.0%
1
100.0%
0 0.0% 66.7% 66.7% 62.5% 50.0% 0.0% 75.0%
1 4 1 3 0 1 1 1
0
100.0% 33.3% 33.3% 37.5% 50.0% 100.0% 25.0%
0
0
0
0
0 3 1 3 0 3 1 4
0
42.9% 50.0% 50.0% 100.0% 100.0% 66.7%
0 4 1 3 0 0 0 2
2
100.0%
57.1% 50.0% 50.0%
33.3%
100.0%
Table 40: Kaitan antara indikator terpilih dengan status ketahanan pangan menurut golongan etnik dan strata tradisional di desa Rindi Tipe Rumah menurut komposisi etnik/strata tradisional INDIKATOR Ketahanan Pangan Jumlah rumah Jumlah penghuni Khusus Maramba+: Jumlah TLU Rata-rata penghuni/rumah Jumlah luas lantai Luas lantai per kapita Jumlah perempuan berusia 12+ tahun Jumlah perempuan berusia 12+ tahun yg belum kawin dan punya anak Median umur melahirkan pertama Jumlah bayi Jumlah U5 Jumlah anak berusia sekolah Jumlah anak sekolah yg. tidak sekolah Jumlah remaja/dewasa Jumlah lansia Dependency ratio (anak+lansia per dewasa) Jumlah individu berusia >5 th Jumlah individu buta huruf (>5 th) Jumlah individu yg tidak berbahasa Indonesia (>5 th) Jumlah rumah dgn laki-laki "kawin masuk" Jumlah rumah dengan anak asuh Jumlah rumah dengan anak yg berada/tinggal diluar rumah Jumlah rumah dengan laki-laki beristri 2+ Jumlah rumah dengan perempuan berstatus istri ke2+ Jumlah pekerja anak Luas lahan yg digarap Rasio lahan yg digarap thdp jumlah remaja/dewasa (are) Jumlah rumah tanpa lahan apapun Jumlah rumah dgn lahan kebun/ladang saja Jumlah rumah tanpa lahan yg tidak punya hewan (babi+)
RINDI
TOTAL
Non-Sumba
tidak selalu tahan
tahan tetap
tidak selalu tahan
tahan tetap
320 1779 49 5.6 17,027
71.1% 70.9% 47.1%
28.9% 29.1% 52.9%
157 996 41 6 10,659 0.0
82.2% 78.3% 45.1% 74.2%
34 276 50 8 3,703
17.8% 21.7% 54.9%
69.1%
130 731 55 5.6 7,627
597
70.9%
245
29.1%
352
78.6%
27
30.9%
tidak selalu tahan
tahan tetap
Maramba plus
tahan tetap
tidak selalu tahan
tahan tetap
66.7% 59.1% 45.1%
33.3% 40.9% 54.9%
52.1%
6 72 50 12.0 1,557
27
38.6%
66.7% 80.0%
1 2
33.3% 20.0%
66 391
80.5% 73.6%
16 140
19.5% 26.4%
77 493
87.5% 88.8%
11 62
12.5% 11.2%
25.8%
4.0 84
63.6%
2 48
36.4%
6 3,981
75.5%
8.8 1,292
24.5%
6.4 4,903
85.9%
5.6 806
14.1%
12 104 41 8.7 1,691
96
21.4%
2
66.7%
1
33.3%
135
74.2%
47
25.8%
172
89.1%
21
10.9%
43
61.4%
0
8
72.7%
3
27.3%
15
100.0%
0
0.0%
3
75.0%
1
25.0%
0 0 0
20 21 58 111
84.0% 72.5% 77.6%
20 4 22 32
16.0% 27.5% 22.4%
19 10 70 126
66.7% 88.6% 89.4%
18 5 9 15
33.3% 11.4% 10.6%
21 5 12 25
17.2% 60.0% 54.3%
23 24 8 21
82.8% 40.0% 45.7%
53 221 14
77.9% 72.9% 73.7%
15 82 5
22.1% 27.1% 26.3%
43 278 34
89.6% 90.8% 77.3%
5 28 10
10.4% 9.2% 22.7%
11 59 10
61.1% 57.8% 76.9%
7 43 3
38.9% 42.2% 23.1%
0.8 391
73.6%
0.7 140
26.4%
0.8 492
88.8%
1.2 62
11.2%
0.8 104
59.1%
0.7 72
40.9%
88.6%
20
11.4%
36
72.0%
14
28.0%
11.3%
35
74.5%
12
25.5%
2
100.0%
0
0.0%
10.5%
5
55.6%
4
44.4%
47.9%
87.1%
4
12.9%
26
86.7%
4
13.3%
0
20 77 258 479
54.2% 74.4% 70.0%
20 65 89 205
45.8% 25.6% 30.0%
20 36 141 264
52.2% 78.3% 79.5%
20 33 39 68
47.8% 21.7% 20.5%
26 0 1 2
174 997 89
76.0% 70.5% 72.4%
55 418 34
24.0% 29.5% 27.6%
107 563 58
79.9% 78.4% 76.3%
27 155 18
20.1% 21.6% 23.7%
0 5 0
0.8 1,778
70.9%
0.7 731
29.1%
0.8 995
78.3%
0.8 276
21.7%
0.6 8
439
77.4%
128
22.6%
304
81.7%
68
18.3%
0
0
112
76.7%
34
23.3%
156
397
78.1%
111
21.9%
282
82.2%
61
17.8%
0
0
105
77.2%
31
22.8%
142
88.8%
18
12
80.0%
3
20.0%
11
78.6%
3
21.4%
0
0
4
57.1%
3
42.9%
5
100.0%
0
59
57.8%
43
42.2%
30
69.8%
13
30.2%
0
0
8
53.3%
7
46.7%
17
89.5%
2
58
81.7%
13
18.3%
35
85.4%
6
14.6%
1
26.7%
19
95.0%
1
5.0%
4
80.0%
1
20.0%
11
55.0%
9
45.0%
5
55.6%
4
44.4%
0
3
60.0%
2
40.0%
1
50.0%
1
50.0%
44
78.6%
12
21.4%
36
85.7%
6
14.3%
0
18
81.8%
4
18.2%
2
50.0%
2
50.0%
74 19,676
84.1% 72.6%
14 7,411
15.9% 27.4%
50 13,301
82.0% 75.9%
11 4,222
18.0% 24.1%
1 200
20 7,974
87.0% 92.8%
3 616
13.0% 7.2%
4 881
57.1% 52.4%
3 800
42.9% 47.6%
19.7
17.7
23.6
27.2
100.0% 100.0%
71.4%
80.0%
100.0%
0 2 0 0.0 2
0.0%
11
73.3%
4
100.0%
1
100.0%
0
16
100.0%
0
25 4,246
83.3% 60.2%
5 2,806
0 100.0% 100.0%
0 0
1 0
64.4%
2
28.6%
5
71.4%
0
108
75.5%
35
24.5%
94
83.9%
18
16.1%
2
10
41.7%
14
58.3%
2
100.0%
0
47
73.4%
17
26.6%
11
84.6%
2
190
75.4%
62
24.6%
119
81.0%
35
63.6%
20
36.4%
25
80.6%
81 3 45 10 123
66.4% 75.0% 61.6% 50.0% 70.7%
41 1 28 10 51
33.6% 25.0% 38.4% 50.0% 29.3%
36 0 28 8 68
81.8%
Jumlah rumah yg punya domba Jumlah rumah yg punya kuda Jumlah rumah yg punya kerbau Jumlah rumah yg punya sapi Jumlah rumah yg punya anggota dgn pendapatan tetap berbentuk uang
19
33.9%
37
66.1%
8
20.0%
1
0.0
29
28.6%
0
40.0
35.6%
Jumlah rumah yg punya kambing
tahan tetap
TLU mandiri tidak selalu tahan
2 8
16
Jumlah rumah yg punya lahan tapi tidak ada hewan (babi+) Jumlah rumah yg punya babi kecil Jumlah rumah yg punya babi besar
Kabihu tidak selalu tahan
100.0%
0.0% 0.0%
16.7% 39.8%
19.2
34.2
100.0%
0
2
100.0%
2
66.7%
1
0.0%
51
10
16.4%
40
87.0%
6
2
100.0%
0
0 1
50.0%
1
50.0%
83.6%
28.7
14.9
18.6
33.3%
0
1
100.0 %
13.0%
1
2
66.7%
33.3%
0
0
0
15.4%
0
0
4
80.0%
1
20.0%
6
100.0%
0
28
19.0%
0
1
52
78.8%
14
21.2%
57
86.4%
9
13.6%
10
71.4%
4
28.6%
6
19.4%
0
0
10
83.3%
2
16.7%
13
86.7%
2
13.3%
2
50.0%
2
18.2%
0 0 0 0 1
17 0 14 3 31
41.7% 57.1% 24.4%
17 0 9 3 31
100.0%
58.3% 42.9% 75.6%
6 0 10 4 10
26.1%
37.8% 42.9% 22.7%
2 0 2 0 0
73.9%
62.2% 57.1% 77.3%
8 0 17 6 20
64.3% 100.0% 83.8%
0 0 5 0 6
35.7% 16.2%
0 0 3 2 6
60.0% 50.0% 66.7%
2 0 2 2 3
50.0% 100.0 % 40.0% 50.0% 33.3%
57.1%
6
42.9%
0
4
50.0%
4
50.0%
3
75.0%
1
25.0%
1
50.0%
1
50.0%
100.0% 100.0%
100.0%
100.0%
0
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
0
22.0
66
0
Table 41: Kaitan antara akses ke sektor/kegiatan ekonomi dan status ketahanan pangan menurut golongan etnik dan strata tradisional di desa Tanaraing INDIKATOR
Ketahanan Pangan Jumlah rumah Jumlah rumah yg punya anggota yg bekerja di sektor administrasi Jumlah rumah yg punya anggota yg bekerja di sektor pertanian Jumlah rumah yg punya anggota yg bekerja di sektor peternakan Jumlah rumah yg punya anggota yg bekerja di sektor kehutanan Jumlah rumah yg punya anggota yg bekerja di sektor perikanan Jumlah rumah yg punya anggota yg bekerja di sektor kerajinan tangan Jumlah rumah yg punya anggota yg bekerja di sektor perdagangan Jumlah rumah yg punya anggota yg bekerja di sektor perhubungan/komunikasi Rumah dengan akses ke kegiatan memenun Rumah dengan akses ke kegiatan menangkap ikan laut Rumah dengan akses ke kegiatan mencari gurita/mata tujuh Rumah dengan akses ke kegiatan mencari/budidayakan kutulak
TANARAING
TOTAL tidak selalu tahan
tahan tetap
tidak selalu tahan
Non-Sumba tidak selalu tahan
tahan tetap
tahan tetap
Tipe Rumah menurut komposisi etnik/strata tradisional Kabihu TLU mandiri tidak selalu tidak selalu tahan tahan tetap tahan tahan tetap
Maramba plus tidak selalu tahan tahan tetap
320
100.0%
130
100.0%
163
100.0%
96
100.0%
84
62.2%
51
37.8%
63
6
1.9%
36
27.7%
4
2.5%
30
31.3%
2
12.5%
14
87.5%
0
227
70.9%
31
23.8%
91
55.8%
15
15.6%
44
100.0%
0
36
24
7.5%
7
5.4%
7
4.3%
0
35
35.7%
11
64.7%
6
35.3%
5
14
100.0%
2
100.0%
0
0.0%
0
78.3%
10
21.7%
7
58.3%
5
41.7%
4
0
6
100.0%
0
1
100.0%
0
0.0%
0
39
12.2%
15
11.5%
24
14.7%
12
12.5%
7
63.6%
4
36.4%
12
70.6%
5
29.4%
3
60.0%
2
40.0%
2
66.7%
1
33.3%
77
24.1%
32
24.6%
74
45.4%
29
30.2%
42
71.2%
17
28.8%
28
71.8%
11
28.2%
4
100.0%
0
0.0%
0
0.0%
1
100.0%
31
9.7%
14
10.8%
12
7.4%
8
8.3%
6
60.0%
4
40.0%
6
75.0%
2
25.0%
0
1
100.0 %
0
0.0%
1
100.0%
16
5.0%
21
16.2%
12
7.4%
17
17.7%
9
56.3%
7
43.8%
2
18.2%
9
81.8%
1
100.0%
14
4.4%
8
6.2%
6
3.7%
6
6.3%
2
50.0%
2
50.0%
4
50.0%
4
50.0%
52
16.3%
14
10.8%
7
4.3%
3
3.1%
1
33.3%
2
66.7%
5
100.0%
0
136
42.5%
49
37.7%
102
62.6%
42
43.8%
54
66.7%
27
33.3%
40
74.1%
14
25.9%
6
51
15.9%
16
12.3%
44
27.0%
16
16.7%
23
67.6%
11
32.4%
17
77.3%
5
22.7%
177
55.3%
49
37.7%
92
56.4%
32
33.3%
40
76.9%
12
23.1%
38
77.6%
11
22.4%
0
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
64.3%
67
100.0%
55.6%
100.0%
4
44.4%
2
100.0%
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
50.0%
1
50.0%
100.0%
0
2
66.7%
1
33.3%
2
100.0%
0
2
100.0%
0
10
62.5%
6
4
57.1%
3
37.5%
42.9%
Table 42: Kaitan antara akses ke sektor/kegiatan ekonomi dan status ketahanan pangan menurut golongan etnik dan strata tradisional di desa Rindi INDIKATOR Ketahanan Pangan Jumlah rumah Jumlah rumah yg punya anggota yg bekerja di sektor administrasi Jumlah rumah yg punya anggota yg bekerja di sektor pertanian Jumlah rumah yg punya anggota yg bekerja di sektor peternakan Jumlah rumah yg punya anggota yg bekerja di sektor kehutanan Jumlah rumah yg punya anggota yg bekerja di sektor perikanan Jumlah rumah yg punya anggota yg bekerja di sektor kerajinan tangan Jumlah rumah yg punya anggota yg bekerja di sektor perdagangan Jumlah rumah yg punya anggota yg bekerja di sektor perhubungan/komunikasi Rumah dengan akses ke kegiatan memenun Rumah dengan akses ke kegiatan menangkap ikan laut Rumah dengan akses ke kegiatan mencari gurita/mata tujuh Rumah dengan akses ke kegiatan mencari/budidayakan kutulak
TOTAL tidak selalu tahan
RINDI tidak selalu tahan
tahan tetap
tahan tetap
Non-Sumba tidak selalu tahan tahan tetap
Tipe Rumah menurut komposisi etnik/strata tradisional Kabihu TLU mandiri tidak selalu tidak selalu tahan tahan tetap tahan tahan tetap
Maramba plus tidak selalu tahan tahan tetap
66
320
100.0%
130
100.0%
157
100.0%
34
100.0%
2
6
1.9%
36
27.7%
2
1.3%
6
17.6%
0
227
70.9%
31
23.8%
136
86.6%
16
47.1%
2
24
7.5%
7
5.4%
17
10.8%
7
20.6%
39
12.2%
15
11.5%
15
9.6%
3
77
24.1%
32
24.6%
3
1.9%
31
9.7%
14
10.8%
19
16
5.0%
21
16.2%
14
4.4%
8
52
16.3%
136
66.7%
1
33.3%
80.5%
16
19.5%
77
87.5%
11
12.5%
12
4
100.0%
2
66.7%
1
33.3%
0
66.7%
6
33.3%
1
100.0%
0
0
0
57
90.5%
6
9.5%
69
93.2%
5
6.8%
8
61.5%
5
38.5%
0
0
5
50.0%
5
50.0%
10
90.9%
1
9.1%
2
66.7%
1
33.3%
8.8%
0
0
10
83.3%
2
16.7%
3
75.0%
1
25.0%
2
100.0%
0
3
8.8%
0
0
1
33.3%
2
66.7%
2
66.7%
1
33.3%
0
12.1%
6
17.6%
0
0
7
87.5%
1
12.5%
6
85.7%
1
14.3%
6
4
2.5%
4
11.8%
0
1
1
33.3%
2
66.7%
3
75.0%
1
25.0%
0
6.2%
8
5.1%
2
5.9%
0
0
2
100.0%
0
5
83.3%
1
16.7%
1
50.0%
1
50.0%
14
10.8%
45
28.7%
11
32.4%
0
0
17
89.5%
2
10.5%
19
82.6%
4
17.4%
9
64.3%
5
35.7%
42.5%
49
37.7%
34
21.7%
7
20.6%
2
0
17
77.3%
5
22.7%
15
88.2%
2
11.8%
0
0
51
15.9%
16
12.3%
7
4.5%
0
0
4
100.0%
0
3
100.0%
0
0
0
177
55.3%
49
37.7%
85
54.1%
17
45
81.8%
10
33
86.8%
5
100.0%
100.0%
0
50.0%
1
50.0%
1
100.0%
50.0%
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
18.2%
68
13.2%
6
0
60.0%
4
40.0%
0
85.7%
1
14.3%
ANNEX II: Asumsi dasar tentang sumber penghidupan dan hubungan pertukaran dalam sistem perekonomian penghidupan di Sumba Timur: 1. Kesejahteraan penghuni uma sebagai satuan produksi dan reproduksi terkecil dalam sistem perekonomian tergantung dari akses ke dan tingkat pemanfaatannya sumber alam serta pendapatan uang tunai sekaligus. Kedua jenis sumber penghidupan ini saling terkait, yaitu sumber alam tidak dapat dimanfaatkan lagi tanpa adanya uang tunai dan uang tunai sulit diperoleh tanpa akses ke sumber alam. 2. Kebutuhan uang tunai muncul dengan adanya pajak (lama), ongkos sewa traktor (baru), pembelanjaan bahan pokok yang tidak diproduksikan sendiri (relatif lama), ongkos pelayanan kesehatan (relatif baru), dan ongkos pendidikan anak dan dewasa (relatif baru). Dengan demikian sebagian dari produksi subsistensi (pangan / hewan / hasil laut dll.) terpaksa dijual melalui mekanisme pasar untuk memenuhi kebutuhan uang tunai. Mekanisme pasar di Sumba Timur tidak berfungsi seperti mestinya karena dikuasai oleh para monopsonis (para pembeli menguasai kondisi pertukaran). Di sisi lain, tingkat harga barang pokok di Sumba Timur berbeda jauh dari tingkat harga di Ibukota propinsi atau Jakarta. Hal itu menunjukkan kemungkinan adanya kondisi monopolis (para penjual menguasai kondisi pertukaran). Selain itu, keharusan adanya uang tunai agar supaya salah satu uma sempat berproduksi apapun (selain untuk melestarikan kehidupan pada umumnya) memaksakan para produsen untuk masih mau menukarkan hasil produksinya dalam kondisi pertukaran yang merugikan/mengeksploitasikan diri. 3. Kewajiban sosial-ekonomi yang ditentukan oleh peraturan adat memerlukan peraturan hewan/harta dan tenaga. Dalam proses pertukaran tersebut masing-masing uma bisa menjadi pemberi dan penerima hewan/harta/tenaga tersebut Dalam ekonomi uma upacara adat yang menyebabkan “omset” paling besar (dan sekaligus merupakan investasi “modal sosial/modal budaya”) adalah • upacara penguburan (sebagai “tujuan akhir penghidupan tradisional”) dan • upacara perkawinan (sebagai “mekanisme alokasi tenaga produktif dan reproduktif antar keluarga, uma, jaringan kabihu). 4. Selain penjualan bahan produksi, tenaga kerja dapat dijual di sektor perkotaan (di pedesaan tenaga biasanya tidak dibayar tunai). Kesempatan ini adalah sangat terbatas dan memerlukan adanya tenaga yang terampil dan/atau berpendidikan. 5. Pada dasarnya, kebanyakan dari bahan penghidupan berasal dari produksi subsistensi yang sebagian besar tidak (dimaksudkan untuk) masuk ke pasar tetapi dimaksudkan untuk dikonsumsikan oleh produsennya secara langsung. 6. Sumber penghidupan yang tersedia di Sumba Timur memerlukan teknologi yang relatif sederhana dan tidak bermodal besar, bahkan memerlukan tenaga manusia dalam jumlah dan tingkat keterampilan yang berbeda menurut jenis dan jadwal kegiatan. Dengan demikian, uma yang dapat menguasai semakin banyak tenaga manusia akan menjadi semakin “sejahtera” (bila dihitung rata-ratanya penghasilannya). 7. Dalam hal keterjangkauan sumber-sumber penghidupan dapat dibagi dalam sumber yang dapat dimanfaatkan dengan tenaga manusia yang relatif terbatas, dan tenaga luas berdasarkan koordinasi dan pertukaran bantuan dalam jaringan antara uma. Sumber daya yang memerlukan tenaga terbatas meliputi: • Ladang/pekarangan (selain saat membuka tanah yang memerlukan bantuan lebih luas), • Hewan kecil (terutama ayam dan babi), • Hutan (pengumpulan ubi-ubian, sayur hutan, memburu), F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
69
•
Laut (pengumpulan hasil laut, perbuatan garam, perbuatan kapur). Pemanfaatan sumber laut memerlukan tenaga yang memiliki pengetahuan/keterampilan tertentu Sumber daya yang memerlukan tenaga luas meliputi: • Sawah (tadah hujan), • Mondu (lahan perairan dekat sungai), • Hewan besar (terutama kerbau, kuda, sapi yang memerlukan penggembala laki-laki) 8. Dalam pembagian kerja antar gender, kebanyakan kegiatan terbuka untuk baik laki-laki maupun perempuan, kecuali penggembalaan hewan besar, perawatannya, dan pemotongannya yang hanya dilakukan laki-laki, dan perawatan babi yang hanya dilakukan perempuan. Baik laki-laki maupun perempuan dapat memperjualbelikan hasil yang diperolehnya.
VI. Asumsi dasar tentang hubungan pertukaran tenaga manusia antara tipe uma menurut kedudukannya dalam sistem alokasi tenaga produktif dan reproduktif: 1. Dalam sistem perekonomian yang mengutamakan TENAGA MANUSIA sebagai faktor produksi baik untuk memperoleh penghasilan dari sektor formal (pasar harga untuk tenaga kerja) maupun dari sektor informal/subsistensi (produksi bahan konsumsi diri / pertukaran bahan dan atau pelayanan) penguasaan dan reproduksi tenaga manusia adalah kunci untuk “sukses” dalam sistem penghidupan di Sumba Timur. Dengan demikian secara teoretis masingmasing satuan penghidupan menerapkan strategi untuk mengoptimalkan penyediaan tenaga manusia dalam mengamankan penghidupannya sesuai dengan pilihan yang terkait dengan kedudukannya. 2. Secara kontinu satu uma sebagai satuan produksi dan reproduksi terkecil perlu mengoptimalkan rasio antara tenaga produktif (sementara didefinisikan sebagai individu sehat yang berusia10 th. s/d 65 th.) dan tenaga reproduktif (perempuan subur dalam usia 15 s/d 49 tahun) agar supaya uma tersebut dapat memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia dan sekaligus mempertahannkan kedudukannya dari generasi ke generasi. Untuk mencapai tujuan tersebut pada umumnya sistem ekonomi/budaya Sumba Timur memberikan pilihan/peluang seperti berikut: a. Mengawinkan anak laki-laki secara “biasa” (istri dari kabihu lain (mampu) masuk, uma memperoleh hak atas anaknya, ongkosnya dalam bentuk bahan pertukaran tinggi, modal sosial jangka panjang dalam arti pinjaman/bantuan yang terjamin tinggi juga); b. Memperoleh isteri keX dari kabihu lain (kurang mampu) untuk laki-laki yang sudah kawin (anaknya menjadi anggota uma dengan hak waris terbatas; ongkos dapat dibatasi, modal sosial lumayan); c. Mengawinkan anak perempuan dengan laki-laki dari kabihu lain (kurang mampu) secara “kawin masuk” (laki-laki dan anaknya menjadi angota uma dengan hak waris terbatas; tidak ada ongkos, tenaga langsung bermanfaat); d. Memperoleh “anak titipan” dari keluarga yang kurang mampu untuk dijadikan tenaga kerja kasar (dan reproduktif dalam hal anak perempuan; tenaga langsung bermanfaat dan mudah diatur); e. Memanfaatkan tenaga produktif dari TLU (baik di dalam maupun di luar uma), serta mengoptimalkan keluaran “reproduktif” dari TLU tersebut (pengelolaan SDM yang sudah ada). f. Menginvestasikan tenaga; hewan; bahan dalam hubungan jaringan kekerabatan (melalui gotong royong dan kewajiban adat) serta jaringan tetangga untuk mengamankan bantuan tenaga dan bahan (operasional) sesuai siklus pertanian bila perlu (ongkos cukup tinggi, tetapi returns dalam jangka panjang tinggi juga terutama dalam bentuk “asuransi” terhadap musibah (yaitu perlindungan sosial); dukungan dalam upaya menawarkan kondisi pertukaran dan akses ke pasar tenaga kerja). F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
70
Gambar 1: Model sistem perekonomian penghidupan di tingkat uma (Sumba Timur) dipandang dari sudut aset dan kebutuhan sehubungan dengan peredaran uang dan pertukaran tenaga HAK AKSES ke LAHAN gembala (padang) / KESEMPATAN menguasai tenaga pengembala / KESEMPATAN meminjam hewan dari kerabat bila perlu
HAK AKSES ke LAHAN garapan / KESEMPATAN menukarkan tenaga secara bergiliran (gotong royong)
KESEMPATAN AKSES ke FASILITAS umum
Pangan /snacks / rokok / sirih pinang untuk tenaga yang membantu
Adanya uang tunai / Hewan untuk angkutan / ”Izin majikan” Rp.
KERBAU / TRAKTOR
Pembagian hasil Kewajiban penguburan
PAJAK
Kewajiban perkawinan (bride wealth)
Upacara Adat
PEMBELANJA AN POKOK (Minyak; Sandang; Gula; Rokok, dll.)
HEWAN besar
HEWAN besar-kecil/Harta Rp.
Rp.
Tenaga (perempuan)
Tenaga Pangan / Bahan pinjaman Pangan / Bahan pinjaman Rp. Pangan / Bahan pinjaman Bahan pertukaran /
Rp.
Uma Bakul (dan uma “cabang”nya) dengan KEBUTUHAN dan TENAGA MANUSIA
Rp. Pangan / Garam / Kapur Pangan Darurat Rp.
Bahan pinjaman / Sandang Pangan / Pangan / Bahan pertukaranBahan pertukaran
(memerlukan akses kerbau/ traktor; tenaga bantuan luar uma) Kebutuhan uang
PASAR/ Penebas
MONDU LADANG / PEKARANGAN
(memerlukan tenaga bantuan)
(memerlukan tenaga bantuan/ keluarga)
Kebutuhan uang
TENUNAN adat (tenaga perempuan terampil) TENUNAN komersial (terutama tenaga lakilaki terampil)
Kebutuhan uang PASAR
PENDIDIKAN Anak dan Dewasa
Rp.
Tenaga/Bahan Pangan (Tenaga/Rp.)
SAWAH tadah hujan
Pengasuhan Anak
Hewan/ Harta
Tenaga
Rp.
KESEHATAN Ibu; Anak; Lansia; TENAGA
Kebutuhan uang
PASAR TENAGA KERJA (untuk tenaga yang berpendidikan)
HEWAN KECIL
Rp.
HEWAN BESAR
Rp.
Bahan pangan / (pisang/kelapa)
(memerlukan tenaga keluarga / bantuan)
(memerlukan tenaga keluarga / terutama perempuan)
Kebutuhan uang
Kebutuhan uang
PASAR HEWAN / Pedagang
F. Betke, H. Ritonga (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in E. Sumba, March-April 2006
Tanaman keras (memerluka n tenaga keluarga)
HUTAN
LAUT
(memerlukan tenaga keluarga yang berpengalaman)
(memerlukan tenaga keluarga dan keterampilan khusus)
Kebutuhan uang
Kebutuhan uang PASAR lokal
Kebutuhan uang
71
(untuk tenaga yang kurang/ tidak berpendidikan)
3. Semakin banyak lahan pertanian sawah, ladang, dan lahan penggembala dapat diakses oleh salah satu uma (segabai anggota kabihu yang mengatur akses tersebut) semakin efisien tenaganya dapat dipergunakan. Sebaliknya akses ke lahan pertanian/gembala sendiri tanpa tenaga garapan/gembala yang cukup tidak dapat dimanfaatkan. Uma dengan ketrampilan/pengetahuan dalam baik pengelolaan rasio tenaga/lahan maupun pengelolaan rasio tenaga produktif dan reproduktif memiliki peluang paling tinggi untuk mempertahankan/memperbaiki kondisi penghidupannya. 4. Untuk mengurangi kewajiban “merawat” tenaga TLU, mereka diberikan ruang gerak secara “mandiri” dalam sistem penghidupan di Sumba Timur agar supaya tenaganya baik secara individu maupun dari generasi ke generasi dapat direproduksi tanpa adanya ongkos untuk majikannya. Namun penguasaan baik terhadap lahan yang mereka kerjakan maupun terhadap hasil usahanya, tetap tidak diabaikan malahan masih dapat dimanfaatkan bila perlu. (Lihat juga Gambar 3 dan Gambar 4 yang ilustrasikan hubungan jaringan antara tipe uma dan pertukaran tenaga serta pelayanan) Rincian kategori/kelompok penghuni yang perlu diperhatikan dalam survey penghidupan di Sumba Timur
Gambar 2: SATUAN rumah dengan pemilik yang sama
SATUAN rumah dengan pemilik yang sama
SATUAN rumah (dengan pemilik yang sama?) RUMAH
RUMAH
RUMAH
Non-Sumba
Kabihu
TLU
RUMAH
TLU
MARAMBA
Relasi LUAR RUMAH
Penghuni RUMAH Laki-laki belum kawin
Punya anak
Anak perempuan dari laki-laki
Perempuan belum kawin
Punya anak
Anak perempuan dari perempuan
Laki-laki pernah kawin
Kawin masuk
Blm. kawin Dewasa / (incl. Remaja / Lansia) Pernah kawin Perempuan pernah kawin
Bersama Ortu Anak (<15 tahun) Tanpa Ortu (titipan)
Anak laki-laki dari laki-laki
Anak laki-laki bersama ortu Anak perempuan bersama ortu
Anak ke>1
diba wah umur
Kawin tinggal/ cerai
Anak isteri keX
Anak dari yg. blm kawin
Anak laki-laki tanpa ortu Anak perempuan tanpa ortu
Anak dari yg. blm kawin
Anak laki-laki dari perempuan
Istri keX/ mantan istri Suami / mantan suami
Anak laki-laki dari laki-laki Anak perempuan dari laki-laki
anak istri keX
Anak laki-laki dari perempuan Anak perempuan dari perempuan
Keterangan: Subkategori yang berisiko rentan diskrimiasi hak milik/waris TLU: Tau la Uma (bonded labour) Kabihu: Clansmen (orang merdeka, including maramba)
(Untuk mendapatkan keterangan lebih rinci lihat bagian III dalam teks yang berikut)
Anak dari yg. blm. kawin
Anak dari yg. pernah kawin
Anak di luar rumah
Gambar 3: Model hubungan antara tipe uma menurut kedudukannya dalam sistem alokasi tenaga produktif dan reproduktif
KabihuMaramba (mampu) Kabihu
Tau la Uma di uma “cabang” Tau la Uma
(mampu)
KabihuMaramba (kurang mampu)
Kabihu
Tau la Uma di uma “cabang” Tau la Uma
(mampu)
Kabihu (kurang mampu)
Jenis pertukaran tenaga produktif dan reproduktif:
Istri pertama
Kabihu (kurang mampu)
Istri keX
Tau la Uma yang “mandiri”
Anak di”belis”
Suami kawin masuk
F. Betke (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in East Sumba, March-April 2006
73
Tau la Uma yang “mandiri”
Penguasaan/ perizinan
Gambar 4: Model hubungan antara tipe uma menurut kedudukannya dalam sistem pertukaran pelayanan tenaga produktif
KabihuMaramba (mampu) Kabihu
Tau la Uma di uma “cabang” Tau la Uma
(mampu)
KabihuMaramba (kurang mampu)
Kabihu
Tau la Uma di uma “cabang” Tau la Uma
(mampu)
Kabihu (kurang mampu)
Jenis pertukaran pelayanan Gotong royong tenaga produktif:
Kabihu (kurang mampu)
Kewajiban adat
Tau la Uma yang “mandiri”
Pembagian hasil
F. Betke (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in East Sumba, March-April 2006
Pengabdian 74
Tau la Uma yang “mandiri”
Penguasaan/ perizinan
VII. Asumsi dasar tentang kerentanan dalam sistem penghidupan di bidang satuan / rumah di Sumba Timur: 1. Rumah-rumah yang ditemukan di lapangan adalah bagian dari SISTEM penghidupan yang berdasarkan relasi luas (melintasi rumah); 2. Rumah-rumah yang dimiliki oleh SATU pemilik yang sama merupakan SATUAN penghidupan (yang melayani kepentingan pemilik dan keluarganya); 3. Rumah-rumah (sebagai bagian dari satuan) yang ditemukan dapat dibagi dalam 3 “tipe”, yaitu: a. “Kombinasi” = Orang kabihu-maramba tinggal bersama Tau la Umanya (TLU, bonded labour), dimana TLU menjadi tenaga pelayan/pengabdi yang tidak dibayar dengan hak milik/waris (sebagai dasar penghidupan mandiri) sangat terbatas; b. “Kabihu” = Orang kabihu-biasa tinggal sendiri tanpa TLU (dalam hubungan saling bantu dengan rumah kabihu lainnya) c. “TLU” = TLU tinggal sendiri/“mandiri” (biasanya atas “izin” majikannya, dan dengan kewajiban/ketergantungan untuk memberikan pelayanan dan untuk dibantu dalam hal kekurangan).
4. Penghuni dalam masing-masing tipe rumah dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu kelompok dewasa/remaja/lansia (>15 tahun) dan kelompok anak (<15 tahun). 5. “Dewasa” dibagi dalam kelompok belum kawin (operasional: berumah tangga??) dan yang pernah kawin (termasuk yang sedang kawin, cerai mati, cerai hidup); a. Penghuni perempuan yang belum kawin tapi punya anak dianggap rentan; b. Penghuni laki-laki yang “kawin masuk” dianggap rentan; Penghuni perempuan yang kawin “di bawah umur” (operasionalisasi: sebelum usia tamat SLTP) dianggap rentan; 6. “Anak” dibagi lagi dalam kelompok “bersama orang tuanya” dan kelompok “tanpa orang tuanya”; a. Penghuni “anak tanpa ortu” (baik perempuan maupun laki-laki) dianggap rentan, khususnya bila orang tuanya belum kawin; b. Penghuni “anak bersama ortu” (baik perempuan maupun laki-laki) dianggap rentan jika mereka i. bukan anak sulung (berarti tanpa hak waris?); ii. anak dari istri ke2 ke atas (keX); iii. anak dari penghuni yang belum/tidak kawin (illegitimate child).
7. Sebaliknya dari “anak titipan” (penghuni anak tanpa ortu) ada juga anak yang berada (dititipkan) di luar rumah. a. Anak tersebut dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu anak dari penghuni yang belum/tidak kawin, dan anak dari penghuni yang pernah kawin. i. Anak di luar rumah (baik perempuan maupun laki-laki) dari penghuni yang belum/tidak kawin dianggap rentan; ii. Anak di luar rumah (baik perempuan maupun laki-laki) dari penghuni laki-laki yang hidup terpisah dari istri keX dianggap rentan;
8. Selain relasi anak penghuni di luar rumah adalah istri keX (baik dengan anak maupun tanpa anak) dari penghuni laki-laki yang hidup di rumah lain. Di sisi lain penghuni perempuan dapat dibagi dalam kelompok yang merupakan istri keX dari laki-laki yang hidup di luar rumah ataupun mereka mempunyai mantan suami (cerai) yang hidup bersama anaknya di luar rumah. a. Isteri keX dianggap berpotensial rentan (terutama dalam arti hak waris). (Lihat juga ilustrasi rincian kategori penghuni uma dalam Gambar 1)
F. Betke (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in East Sumba, March-April 2006
75
ANNEX III: Instrumen penelitian ujicoba yang diterapkan di wilayah kecamatan Rindi, Sumba Timur (Maret/April 2006)
F. Betke (BPS): Preliminary Report on a Pilot Survey describing wellbeing and livelihood dynamics in East Sumba, March-April 2006
76