Antropomorfi k dan Zoomorfik dalam Seni Rupa Suku Bangsa Sumba Timur Sumij att As
I. Pe nganta r
8. Latar B elakang Ms sa/ah dan TuJuan ecara administratif wilayah Sumba dibagi menjadi dua kebupaten. yakni Kabupaten Sumba Sarat dengan ibu kota Waikabubak. dan Kabupaten Sumba Timu r dengan ibu kota Wa ingapu . Secars astrco cm fs Su mba Timur tertetak antara 1200-12.1- Bujur Timur dan 9.7°· 10.7- Lintang Selatan. Wi layah Sumba Timur dibata si oleh Selat Sumba di sebelah orara. Samudera Indonesia di sebelah selatan. Selat Sabu di sebelah timur, dan witayan Sumba 8 arat di sebeIan baret. Di bagian tengah witayah Sumba Timur ditumbuh i padang rumput yang diselingi semak betukar (savana) . sedangkan di daerah pantai tumbuh hutan pasang dengan tumbuhan jenis perdu dan semak belukar . Curah hujan rendah sehingga pada bulan basah (Januari-Juni) hanya 101)..120 mm, sedangkan pada bulan kerinq (JuliDesernber) hanya 0-50 mm . Kurangnya curah hujan di wilayah tersebut menyebabkan penduduk setempal bercocok tanam dengan sistern tadah nujan sehingga hanya panen sela hun sekaIi. Selain bercocok tanam , penduduk Sumba Tim ur juga menenun sebagai home industry dan betemak binatang. Jenls-jenis binatang yang ditemak meIiputi kuda, kerbau , sapi. babi, dan ayam . Kuda dan sapi merupakan binata ng ternak andatan bagi suku bangsa Sumba umumnya dan Sumba Tim ur khususnya. Akibatnya , Sumba terkenal dengan kuda sandelnya, sedangka n sapl merupakan binat ang komoditi eksport. Berbeda dengan dua jen is binatang tersebul , kerbau, babi, dan ayam lebi h banyak digunakan
S
sendfrt. terutama unl uk memenuhi kebutuhan akan binatang korban. Karban bagi m asyarakat Sumba Timu r merupakan bagian kehidupan yang tidak dapat ditinggal kan . Hal itu dlseba bkan suku bangsa Sumba Tim ur tetap meyakinl kepercayaan Marapu, walaupun agama Kristen dan Islam telah berkembang di wila yah itu. Oalam kepe rcayaan lersebut korean merupakan wujud persembahan pad a roh nenek moyang dan orang yang ma slh hidup atau keturunan-kel urunannya. Kata Marapu mengandung banyak pengertian di antara nya adalah: para penghu ni langit yang hidup abadi, arwa f nenek moyang di Negeri Marapu (Parai Marap u), arwah sanak ketuarpa. mahluk-m ahluk halus penghuni seluruh penjuru da n ruanqruang di alam raya (Sularta , ttl . Ben:.lasarkan arti kala Marap u tersebut, dapal dipercleh ga mbara n bahwa roh mempunyai kehidup an abadi da n mendia mi dunia sendiri. Oleh karena itu. orang yang masih hidup selalu berusaha menja lin hubungan yang harmo nis dengan ron orang yang meninggal. Salah satu upaya tersebut adalah melakukan korean, baik berupa barang maupun berupa blnalang pad a upacara-upacara. mrsarnye. upaeara cocok tanam dan upaeara dalam siklus kehidupa n. Upacara-upacara yan g umum dilak ukan adala h upaeara ya ng bersifat magisreligius dengan men empa tkan roh sebagai komponen yang paling u1ama. Roh diyaklnl menj adi penghuni negeri mahluk halus yang abadi da n m emiliki struktur yang sarna dengan st ruktur ma syarakat di dunia fana. Da farn kepercayaan Marapu roh halus dibedakan m enjadi ndewa dan haman. Ndewa adalah penghun i Parai Marapu, sedangkan hama n berada di 77
Sumtjan As c unia sebagai mahluk halus yang (ingga J d! sekeliling sanax keluarga. Oleh karena ltu . penganut kepercayaan Maf Spu berupaya menciptakan keseimbang an nubungan antara dua kehiclupan tersebut. Salah satu upaya mencapai keselm bangan itu adalah membentuk strategi yang mengatur agar hubungan arnara ndewa. haman, dan manusia tenenn dengan baik. Salah satu strategi itu adalah menciptakan media yang menjadi penghubung antara ketiganya . Salah satu media nu adalah simbol yang diyakini memiliki makna refensial atau makna acuan. Simbol dalam hal in; diwujudk an dalam sent rupa. MenuM Hoebel (1964) simbol datam seni dibual dari serangkaian xomtanast antara garis. wama, tekstur. benluk, dan suara. Sesuai dengan definisi tersebut di wilayah Sumba Timur bertembang visualisasi simbol dalam seni rupa berwujud enlropomorfik dan l oomorfik yang juga dibenluk dari kombinasi antara garis. tfkstur, bentuk, dan wama . Adanya simbol dalam masyarakal oa pat digunakan sebagai sarana melakukan tnteraksi (PoJama, 1984). lnteraksi Hu da pat teqadi entara manusia dengan manusia alau antara manusia dengan mahluk nalus atau roh nenek moyang. lnteraks l antara manusia dengan roh nenek m e)'ang terus dibina karena roh nenek m eyang diyakini dapal mendatanqkan kesuburan dan bertah bagi keturunan-keturunar mya. Keyakinan ltu sesuai dengan pendapal Peursen (1976) yang menyata· kan bahwa simbol dapal membuka pandangan yang tr8nseden karena simbol dapal menunjukkan kekuatan yang berada di luar diri manusia. Simbol berwujud antropomorfik dan zoomortik dalam 111 kehidupan Suku Bangsa Sumba Timur divisualisasikan dalam seni mya, seni lukis, seni pahat. m~ u'pu n dalam seni patung secara natu rallstls dan didistilisasi. Uraian di atas menimbulkan beberapa permasalahan. di anl aranya adalah: faktor·faktor yang menyebabkan rlgur antmPOfl.lorfik dan zoomotfi k banyak divis uallsaslkan dalam seni rupa Sumba Timur ~an kual bertahan terhadap arus modemlsasi sehingga lestari sampai kini.
Sesuai dengan masalah yang diajukan maka kajian in; bertujuan untuk mengungkapkan Iektor-Iaktor yang menyebabkan anlro pomorfik dan zoomorfik banyak dipilih sebagai objek dalam seni rupa, tenrtama seni kriya. seni lukis. sent panat, dan seni patung, serta kuat bertahan hingga lestari sampai kini.
b. K erangka Piki' dan Metode Pen elitian Upacara adat dan upacara korban yang banyak dilakukan cten masy arakat Sumba Timur meru pakan perilaku simbolis yang bertujuan untuk mencapa i keselamatan dan keselarasan nidup. Dalam kehidupan masyarakal Sumba Timur m engenal adanya mites yang mengakui bahwa "ada sesuatu" pada puncak-puncak kehidupannya . Milos itu bertujuan untuk mewujudkan kekuatan-kekuatan dan memberikan pengel ahuan l entang dunia . Sesuai dengan tuiuan itu maka manusia berupaya mencari eksistensi tenlang adanya sesuatu. baik eksistensi dunia sekitamya maupun eksiste nsi dirinya. Lambang-Iambang seperti pohon kehidupan atau l openg merupakan sarana untuk membuka pandangan tentang dunia transenden. Lambang-Iambang diyakin i dapal menunjukkan aran kekuasaen-kekuasaan yang ada di alas dan di tuar manusia. Kekuatan-kekuatan tersebut dihadirkan mela tui sebuah palung , sebuah lopeng , ala u lambang-Iambang yang lain (Peursen, 1976). Oi sisi lain. lambang-lam bang j uga merupak an ungkapan pengalaman rel igi· us. Oleh karena itu, bag! seorang yang pe ka le madap lambang m aka setiap pe_ ngalaman dalam hidup sehari-han da pat menjadi pengalaman religius. Melalui lambang manusia disadarkan akan ada· nya kekuatan di luar dirinya. yakn; sesu· atu alau seseorang yang m aha kuasa. Lambang·lambang itu dapat berupa rna· l ahari, bulan, pohon, laut, api, al au balu . Lambang-lambang l ersebut dikenal secara fuas oleh beberapa bangsa di dunia (Hartoko. 1984) . Demikian pula, suku bangsa Sumba TImur jug a mengena! beberapa benda sebagai lambang, misal. nya: mal ahari. bulan, pohon, da n balu.