19
IV.
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Letak Geografis dan Administrasi
Kawasan Tahura WAR mencakup luas areal 22.249,31 ha secara geografis terletak diantara 105⁰ 02’ 42,01” s/d 105⁰ 13’ 42,09” BT dan 05⁰ 23’ 47,03” s/d 05⁰ 30’ 34,86” LS. Berdasarkan administrasi pemerintahan kawasan ini berada di lintas Kota Bandarlampung dan Kabupaten Pesawaran (dahulu masuk Kabupaten Lampung Selatan), dengan 7 (tujuh) wilayah kecamatan. Kawasan Tahura yang masuk Kota Bandar Lampung ± seluas 300 ha di wilayah Kec. Teluk Betung Barat, Teluk Betung Utara dan Kec. Kemiling. Selebihnya ± 21.949,31 ha berada di Kab. Pesawaran, meliputi Kec. Padang Cermin, Kec. Gedong Tataan, Kec. Way Lima dan Kec. Kedondong (UPTD Tahura WAR, 2009).
Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman dibagi habis menjadi blok-blok pengelolaan (UPTD Tahura WAR, 2009), yaitu: 1.
Blok Koleksi tumbuhan, sesuai dengan fungsi Tahura pada blok ini diarahkan untuk koleksi tanaman asli dan bukan asli serta langka atau tidak langka.
2.
Blok Pemanfaatan, bentuk pemanfatan dalam kawasan Tahura adalah untuk kegiatan pendidikan, penelitian dan wisata alam, pada blok ini juga dapat dibangun sarana dan prasarana kegiatan tersebut (Maksimal 10% dari luas blok pemanfatan)
20
3.
Blok Perlindungan, bagian dari kawasan Tahura sebagai tempat perlindungan jenis tumbuhan, satwa dan ekosistem serta penyangga kehidupan.
4.
Blok lainnya (pendidikan, penelitian, dan social forestry), pada blok ini dapat dilakukan aktivitas pendidikan dan penelitian serta pengelolaan hutan bersama masyarakat terbatas dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah konservasi.
4.2. Keadaan Topografi
Kawasan Tahura WAR di bentuk oleh daerah perbukitan dan pegunungan dengan topografi kawasan bervariasi mulai dataran landai, curam dan sangat curam. Dataran landai meliputi kawasan dengan luas ± 675 ha, bergelombang - agak curam ± 3.650 ha dan curam ± 17.924,31 ha. Kawasan ini memiliki ketinggian mulai 50 meter s/d 1661 meter dari permukaan air laut (dpl). Daerah tertinggi terdapat di puncak pegunugan Gunung Pesawaran (1.661 meter), Gunung Betung (1.240 meter) dan Gunung Tangkit Ulu Padang Ratu (1.660 meter) (UPTD Tahura WAR, 2009).
4.3. Hidrologi
Kawasan Tahura WAR merupakan wilayah Catchment Area (tangkapan air) dari beberapa sungai/anak sungai yang terdapat di kawasan ini. Di bagian selatan kawasan mengalir Sungai Way Sabu yang merupakan aliran sungai yang cukup panjang di kawasan ini dan bermuara di Teluk Ratai. Sungai Way Ngeluk, Way Langka dan Way Berenung yang bermuara di Sungai Way Sekampung terdapat di
21
bagian utara kawasan. Sedangkan Way Semah, Way Harong, Way Padang Ratu, Way Kedondong dan Way Awi merupakan sungai atau anak sungai yang terdapat di barat kawasan. Sisi timur kawasan mengalir sungai atau anak sungai Way Balak, Way Betung, Way Jernih dan Way Simpang Kanan. (UPTD Tahura WAR, 2009).
4.4. Kondisi Biologi
Flora yang terdapat di kawasan Tahura WAR terutama pada hutan primer antara lain jenis merawan (Hopea mangarawan), medang (Litsea firmahoa), rasamala (Altingia excelsa), bayur (Pterospermum sp), jabon (Antocepalus cadamba), cempaka (Michelia sp), pulai (Alstonia scholaris), kenanga (Cananga odorata) dan lain-lain, serta jenis anggrek hutan dan paku-pakuan. Pada hutan sekunder dapat dijumpai jenis durian (Durio sp), makaranga (Macaranga gigantea), kenanga (Cananga odorata), jabon (Antocepalus cadamba), vitex (Vitex sp), bambu betung (Dendrocalamus asper) dan lain-lain. Fauna yang terdapat di kawasan ini dan diperkirakan menghuni di hutan primer seperti siamang (Symphalagus syndactilus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), beruang madu (Helarctos malayanus), babi hutan (Sus scrofa), ayam hutan (Gallus gallus) serta berbagai jenis burung (UPTD Tahura WAR, 2009). Berikut adalah peta sebaran satwa liar master plan Tahura WAR Register 19 (Gambar 3).
Gambar 3. Peta sebaran satwa liar master plan kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Register 19
22
23
4.5. Tanah dan Bahan Induk Kawasan Tahura WAR di bentuk dari komposisi geologi basalt endesit dan lapisan tufa intermedier dengan bahan plato basalt dan sedikit endapan kwarter dan sedimen tufa masam. Bedasarkan komposisi geologi tersebut, jenis tanah yang di bentuk di kawasan Tahura terdiri dari jenis tanah andosol coklat kekuningan, jenis tanah latosol cokelat tua kemerahan dan latosol kemerahan (UPTD Tahura WAR, 2009).
4.6. Tipe Iklim
Klasifikasi iklim menurut Koppen dikenal dan digunakan secara internasional. Klasifikasi ini didasarkan pada curah hujan dan temperatur. Berdasarkan klasifikasi Koppen, daerah dengan curah hujan tahunan rata-rata sebesar 1.627,5 mm dan temperature lebih dari 18⁰ C secara umum diklasifikasikan ke dalam tipe iklim A. dengan rata-rata hujan pada bulan kering lebih besar dari 60 mm (yakni bulan Juni, Juli, dan Agustus) maka wilayah Tahura WAR termasuk pada zona iklim A (iklim monsoon tropis) (UPTD Tahura WAR, 2009).
Klasifikasi iklim Schmidt Ferguson umumnya digunakan dalam bidang kehutanan dan perkebunan. Klasifikasi ini memerlukan paling sedikit data hujan selama 10 tahun. Klasifikasi ini didasarkan pada banyaknya bulan basah (>100mm) bulan lembab (60-100 mm) dan bulan kering (<60 mm) dalam areal penelitian terdapat 5 bulan basah, 6 bulan lembab, dan 1 bulan kering. Oleh karena itu, berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson wilayah Tahura WAR termasuk zona iklim B yakni daerah basah (UPTD Tahura WAR, 2009).
24
4.7. Penutupan Lahan
Hasil interpretasi citra Quick Bird hasil pemotretan Juli 2006 memperlihatkan bahwa keadaan vegetasi kawasan Tahura WAR terdiri luas hutan lahan kering primer 5.778,00 ha (26%), hutan lahan kering sekunder 7.892.42 ha (13%), lading/tanah terbuka 1.019,12 ha (5%), kebun campuran/pertanian 12.306,97 (55%), dan semak belukar 252.80 ha (1%) (UPTD Tahura WAR, 2009).
4.8. Aksesibilitas
Tahura Wan Abdul Rachman relatif mudah dicapai dari Kota Bandar Lampung karena dilingkari oleh poros jalan Kota Bandar Lampung ke Padang Cermin (kota kecamatan) sepanjang ± 40 km di sebelah selatan kawasan, dan rute jalan raya Kota Bandar Lampung-Gedong Tataan-Kedondong (kota kecamatan) sepanjang ± 50 km di sebelah utara kawasan (UPTD Tahura WAR, 2009).
Dengan demikian untuk mencapai bagian tertentu dari kawasan ini seperti air terjun di Hurun, Wiyono dan lokasi Youth Camp Center (areal wisata perkemahan) dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat (mobil) dan kendaraan roda dua (sepeda motor), dengan waktu tempuh ± 30 menit. Beberapa areal lain seperti lokasi pemanfaatan hutan kemasyarakatan (social forestry) di lokasi Sumber Agung dapat ditempuh ± 15 menit (jarak ± 15 km) (UPTD Tahura WAR, 2009).