IV
4.1
KONDISI UMUM
Aspek Fisik
4.1.1 Wilayah Administrasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung secara geografis terletak pada 6º 05’ 51” - 6º 46’ 12” Lintang Selatan (LS) dan 106º 47’ 09” - 107º 0’ 0” Bujur Timur (BT). Wilayah DAS Ciliwung di sebelah Barat dibatasi oleh DAS Cisadane dan di sebelah Timur dibatasi DAS Citarum dengan bagian hulu di sebelah Selatan yaitu berada di Gunung Gede-Pangrango dan bermuara di Teluk Jakarta. Luas wilayah DAS Ciliwung berdasarkan peta Batas DAS Ciliwung adalah seluas 49.033 Ha. Wilayah
DAS
Ciliwung
secara
administratif
berada
pada
delapan
Kabupaten/Kota, yaitu Kabupaten Bogor, Kota bogor, Kota Depok, Kota Jakarta Selatan, Kota Jakarta Barat, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Timur dan Kota Jakarta Utara. Sungai Ciliwung mengalir dari arah Selatan menuju Utara, melintasi Wilayah Provinsi Jawa Barat (Kabupaten Bogor, Kota Bogor dan Kota Depok) dan Provinsi DKI Jakarta dengan delineasi sebagai berikut a.
bagian hulu DAS Ciliwung mulai dari hulu sampai Stasiun Pengamat Arus Sungai (SPAS) Katulampa di Kecamatan Bogor Timur;
b.
bagian tengah DAS Ciliwung mulai dari SPAS Katulampa hingga SPAS Ratujaya meliputi wilayah Kota bogor dan Kota Depok;
c.
bagian hilir sampai dengan Pintu Air Manggarai, termasuk dalam wilayah administrasi pemerintahan Kota Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat. Lebih ke hilir dari Pintu Air Manggarai, termasuk saluran buatan Kanal Banjir Barat dan Kanal Banjir Timur. Sungai Ciliwung ini melintasi wilayah Kota Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Timur dan Jakarta utara. Penelitian dilakukan di kawasan hulu DAS Ciliwung yang terletak pada
koordinat geografis 6º 37’ 48” - 6º 46’ 12” LS dan 106º 49’ 48” - 107º 0’ 0” BT. luas daerah penelitian adalah 15.191 Ha, yang meliputi wilayah Kabupaten Bogor dan Kota Bogor. Pada kabupaten Bogor mencakup beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Ciawi, Kecamatan Cisarua, Kecamatan Megamendung, Kecamatan
28
Sukaraja, Kecamatan Babakan Madang dan kecamatan Sukamakmur. Sedangkan pada Kota Bogor hanya mencakup Kecamatan Bogor Timur. 4.1.2 Morfometri Bentuk DAS Hulu Ciliwung secara keseluruhan adalah menyerupai kipas dengan bentuk topografi umumnya bergelombang dan bentuk lereng yang agak terjal, dengan aliran air turbulen dan mengalir sepanjang tahun. Anak-anak sungai yang mengalir ke sungai utama dari bagian kiri dan kanan terkonsentrasi ke suatu titik di sekitar Katulampa, dengan bentuk outlet menyerupai leher botol.
(a)
(b)
(c) (d) Gambar 8 (a) dan (b) Anak Sungai Ciliwung; (c) Sungai Ciliwung; (d) Bendung Katulampa (Outlet Kawasan hulu DAS Ciliwung) Sub DAS yang terdapat di DAS Ciliwung Hulu adalah (1) Sub DAS Tugu, dengan anak sungai diantaranya Cilember, Cimandala, Cimegamendung, Cikoneng, Cicambana, Cicameang dan Cisampai; (2) Sub DAS Cisarua, dengan anak sungai, Citeko, Cisarua dan Cijulung; (3) Sub DAS Cibogo; (4) Sub DAS Cisukabirus; (5) Sub DAS Ciesek, dengan anak sungai pada ketiga Sub DAS tersebut adalah Cinangka, Cirangrang, Ciguntur, Ciesek dan Cipasepaban; (6) Sub
29
DAS Ciseuseupan, dengan anak sungai antara lain, Cigadog, Cijambe dan Ciseureupan; dan (7) Sub DAS Katulampa. Tabel 2 Parameter Morfometri DAS Ciliwung Hulu. No.
Nama Sub DAS
Luas (Ha)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tugu Cisarua Cibogo Cisukabirus Ciesek Ciseuseupan Katulampa
5.028 1.522 1.843 2.429 2.453 1.120 401
Panjang Sungai (m) 10.450 11.500 10.500 12.330 10.200 9.500 5.000
Kemiringan Kemiringan Sungai DAS (%) (%) 16 36 15 32 14 34 15 34 13 36 13 31 13 25
Sumber: BPDAS Citarum-Ciliwung
4.1.3 Topografi Berdasarkan bentuk topografinya, wilayah DAS Ciliwung bagian Hulu bervariasi antara bentuk datar, landai, agak curam sampai dengan sangat curam. Pembagian wilayah DAS Ciliwung Hulu berdasarkan topografi dan bentuk wilayah diklasifikasikan ke dalam bentuk kelas lereng seperti dapat dilihat pada tabel 3. Wilayah dengan kelerengan 0-15% menyebar di bagian tengah dan barat Wilayah DAS sedangkan kelerengan lebih dari 15% menyebar di bagian Utara, Timur dan Selatan DAS. Ketinggian lokasi mulai dari 400 m dpl sampai dengan 2.640 m dpl. Tabel 3 Klasifikasi Luas Kawasan Hulu DAS Ciliwung Berdasarkan Kelas Kelerengan Lahan. No 1 2 3 4 5
Kelas kelerengan (%) 0–8 8 – 15 15 – 25 25 – 40 > 40 Jumlah
Keterangan Datar Landai Agak Curam Curam Sangat Curam
Luas (%) 35,34 21,26 17,95 12,77 12,68 100,00
30
Gambar 9 Peta Administrasi Kawasan Hulu DAS Ciliwung
31
Gambar 10 Peta Kemiringan Lahan Kawasan Hulu DAS Ciliwung
32
4.1.4 Iklim Iklim di kawasan hulu DAS Ciliwung ini termasuk ke dalam iklim tropika. Suhu berkisar antara 23-24ºC dengan kelembaban nisbi antara 73-82%. Radiasi minimum terjadi pada bulan Januari (27,36%) dan maksimum pada bulan September (81,85%). Rata-rata penguapan minimum sebesar 2,08 mm terjadi pada bulan Januari sedangkan rata-rata penguapan maksimum sebesar 3,56 mm terjadi pada bulan Oktober (Jurusan Tanah IPB, 1990) Tipe iklim hulu DAS Ciliwung menurut sistem klasifikasi Smith dan Ferguson (1951) yang didasarkan pada besarnya curah hujan (Tabel 4), yaitu Bulan Basah (> 200 mm) dan Bulan Kering (< 100 mm) adalah termasuk ke dalam zona Agroklomat A. Curah hujan rata-rata tahunan selama periode 19992009 pada stasiun pengamat Gunung Mas adalah 3.722 mm dan pada stasiun pengamat Katulampa 3.974 mm (BPSDA Ciliwung-Cisadane, 2010). Tabel 4 Curah Hujan Rata-rata Bulanan (dalam mm) Hulu DAS Ciliwung Tahun 1999-2000 No
Stasiun
Elevasi (mdpl)
J
F
M
A
M
1
Katulampa
347
486
480
362
355
291
204
1150
595
694
398
349
260
145
2
Gunung Mas
Bulan J J
Jml
A
S
O
N
D
173
127
258
389
463
386
3974
97
77
108
251
365
383
3722
Sumber : Data curah hujan BPSDA Ciliwung-Cisadane, 2010
4.1.5 Geologi dan Geomorfologi Geologi yang menyusun kawasan hulu DAS Ciliwung ini umumnya merupakan produk gunung api muda dari Gunung Salak dan Gunung GedePangrango yang terdiri dari breksi, lahar, lava dan tufa. Selain itu juga merupakan produk gunung api tua dari Gunung Limo dan Gunung Kencana berupa batuan yang sulit untuk dipisahkan seperti breksi dan lava (Riyadi, 2003 dalam Janudianto, 2004). Selanjutnya Jurusan Tanah IPB (1990) menyatakan bahwa kondisi geologi daerah penelitian dapat dibagi atas empat formasi geologi yang dapat diihat pada Tabel 5. Menurut Riyadi (2003, dalam Janudianto, 2004), jika ditinjau dari kondisi geomorfologinya, Sub DAS Hulu Ciliwung didominasi oleh dataran vulkani tua cengan bentuk wilayah bergunung, hanya sebagian kecil merupakan dataran
33
aluvial. Geomorfologi kawasan ini dibentuk oleh gunung api muda dari Gunung Salak (2.211 m) dan Gunung Gede-Pangrango (3.019 m) serta rangkaian pegunungan api tua dari Gunung Malang, Gunung Limo, Gunung Kencana dan Gunung Gedongan. Tabel 5 Formasi Geologi di Kawasan Hulu DAS Ciliwung Jenis formasi Formasi Qvu
Keterangan Terletak pada bagian atas dari Sub DAS Hulu Ciliwung yang mempunyai lereng rata-rata di atas 40%. Formasi ini merupakan endapan lahar, aliran lava, breksi gunung api dan batu pasir tufa
Formasi Qvba
Terletak pada bagian atas Sub DAS, formasi ini merupakan aliran basal dari Geger Bentang
Formasi Qvb
Terdiri dari breksi gunung api dan lahar
Formasi Qv
Formasi ini terletak pada outlet dengan luasan yang kecil, merupakan lempeng tufa, pasir tufa, konglomerat dan endapan lahar
Sumber: Jurusan Tanah IPB, 1990
Menurut Riyadi (2003, dalam Janudianto, 2004), jika ditinjau dari kondisi geomorfologinya, Sub DAS Hulu Ciliwung didominasi oleh dataran vulkani tua cengan bentuk wilayah bergunung, hanya sebagian kecil merupakan dataran aluvial. Geomorfologi kawasan ini dibentuk oleh gunung api muda dari Gunung Salak (2.211 m) dan Gunung Gede-Pangrango (3.019 m) serta rangkaian pegunungan api tua dari Gunung Malang, Gunung Limo, Gunung Kencana dan Gunung Gedongan. 4.1.6 Tanah Tanah-tanah yang terbentuk di daerah penelitian ini umumnya berasal dari bahan induk abu volkan dan batuan piroklastik. Jenis tanahnya meliputi order Inceptisol (48%), Andisol (38,9%), Ultisol (11%) dan Entisol (2,1%). Inceptisol adalah tanah yang mulai berkembang tapi belum matang yang ditandai oleh perkembangan profil yang lemah dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya (Rachim dan Suwardi, 1999 dalam Janudianto, 2004). Inceptisol di
34
daerah penelitian dijumpai dalm bentuk Asosiasi Andic Humitropepts-Typic Dystropepts, Konsosiasi Typic Dystropepts dan Konsosiasi Typic Eutropepts. Umumnya ditemukan di daerah lereng tengah hingga lereng bawah dari area penelitian. Andisol terbentuk dari pelapukan bahan induk volkan yang menghasilkan bahan amorf. Bahan amorf terdiri dari alofan, ferihidrit dan senyawa kompleks humus-alumunium. Tanah ini berwarna hitam kelam, berbobot isi rendah (<0,85 g/cm³) dan dikenal terasa berminyak bila diremas karena mengandung bahan organik antara 8-30%. Andisol banyak ditemukan di daerah berelevasi tinggi seperti lereng atas dan sekitar puncak Gunung Mandalawangi, Gunung Joglog, Gunung Sumbul dan Gunung Mas. Umumnya Andisol berada dalam bentuk Konsosiasi Typic Hapludands, Asosiasi Typic Haplundands dan Typic Tropopsamments. Ultisol merupakan tanah yang memiliki horison argilik dengan kejenuhan basa kurang dari 35%. Ultisol terbentuk di daerah dengan bahan induk yang berumur lebih tua, diakibatkan oleh proses liksiviasi lebih lanjut yang akan membentuk horison argilik. Di daerah penelitian, Ultisol berada dalam bentuk konsosiasi Typic Hapludults, ditemukan di bagian utara daerah penelitian. Entisol merupakan tanah-tanah yang tingkat perkembangannya relatif baru. Di daerah penelitian, entisol menyebar di sepanjang bantaran sungai Ciliwung dalam bentuk kompleks Typic Troporthents-Typic Fluvaquents (Janudianto, 2004).
4.2
Aspek Sosial Secara keseluruhan jumlah penduduk di kawasan hulu DAS Ciliwung
adalah sebanyak 240.685 jiwa (Tabel 6) yang terdiri dari 124.775 jiwa laki-laki dan 115.910 jiwa perempuan (BPS Kabupaten dan Kota Bogor, 2009). Mata pencaharian penduduk terbesar pada kawasan ini adalah sebagai petani, buruh tani dan pedagang. Mata pencaharian
lainnya adalah sebagai pedagang, Pegawai
Negeri Sipil dan TNI, Buruh Industri Kecil, sopir angkutan, peternak dan lainlain. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketergantungan penduduk akan sumber
35
daya alam berupa tanah/lahan demikian besar dimana penghidupan penduduk didominasi oleh pemanfaatan sumber daya alam berupa pertanian. Tabel 6 Data Kependudukan Kawasan Hulu DAS Ciliwung Jumlah penduduk 1 Batu layang 8.611 2 Bojong Murni 4.737 3 Cibeureum 14.628 4 Cilember 8.816 5 Cipayung Datar 22.922 6 Cipayung Girang 9.272 7 Cisarua 8.773 8 Citeko 11.644 9 Gadog 6.650 10 Jogjogan 7.549 11 Kopo 19.595 12 Kuta 5.902 13 Leuwimalang 6.886 14 Megamendung 6.103 15 Pandansari 8.421 16 Sindang Rasa 13.657 17 Sindang Sari 8.421 18 Sukagalih 7.497 19 Sukakarya 6.571 20 Sukamahi 8.288 21 Sukamaju 6.382 22 Sukamanah 6.921 23 Sukaresmi 4.556 24 Tugu Selatan 17.372 25 Tugu Utara 10.511 Total Penduduk 240.685 Sumber : BPS Kabupaten dan Kota Bogor, 2009 No
4.3
Desa
Luas (Ha) 226 161 1.129 200 775 235 200 461 192 154 453 180 135 637 186 10.600 9.000 237 339 196 210 182 151 1.712 1.702 29.653
Kepadatan penduduk 38,10 29,42 12,96 44,08 29,58 39,45 43,86 25,26 34,63 49,02 43,26 32,79 51,01 9,58 45,27 1,29 0,94 31,63 19,38 42,29 30,39 38,03 30,17 10,15 6,17 8,12
Penutupan Lahan Penutupan lahan terkait dengan vegetasi, struktur dan fitur-fitur lain yang
menutupi lahan. Kondisi penutupan lahan di kawasan hulu DAS Ciliwung dapat diketahui melalui pengolahan citra landsat dan foto udara yang menghasilkan peta penutupan lahan. Gambar 11 merupakan contoh penggunaan lahan di kawasan hulu DAS Ciliwung yang berimplikasi pada kenampakkan penutupan lahannya.
36
(b) Ruang Terbangun
(d) Kebun Campuran
(f) Lahan Terbuka
(a) Hutan
(c) Kebun Teh
(e) Sawah/Tegalan
Gambar 11 Contoh Penggunaan Lahan di Kawasan Hulu DAS Ciliwung