Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
KATA PENGANTAR EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah studi yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku-perilaku yang memiliki risiko pada kesehatan wmasyarakat. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup, sumber air minum, layanan pembuangan sampah, jamban, dan saluran pembuangan air limbah. Sementara, perilaku yang dipelajari adalah yang terkait dengan higinitas dan sanitasi, antara lain, cuci tangan pakai sabun, buang air besar, pembuangan kotoran anak, dan pemilahan sampah rumah tangga. Data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu Utara yang kemudian akan dimanfaatkan untuk mengembangkan Strategi Sanitasi Kabupaten. Selain itu, data pun dapat dimanfaatkan sebagai pencapaian pembangunan sanitasi ke depan, baik di tingkat kota sampai di tingkat kelurahan/desa (indikatif). Pelaksanaan studi EHRA banyak melibatkan Pokja AMPL, Dinas kesehatan bersama Tim Ehra yang awalnya berjalan dengan tanpa dana, namun berkat komitmen bersama Pokja AMPL Kabupaten Luwu Utara bersama tim EHRA mampu melaksanakan study EHRA dengan baik. Untuk pengumpulan data, EHRA berkolaborasi dengan kader-kader Posyandu/ PKK di tingkat kelurahan/desa. Dokumen ini adalah Laporan Studi EHRA di Kabupaten Luwu Utara yang kegiatan pengumpulan datanya dimulai Mei 2013 lalu. Penyusunan laporan difasilitasi oleh Program PPSP dengan melibatkan berbagai pihak, khususnya Pokja Sanitasi melalui dinas kesehatan Kabupaten Luwu Utara sebagai pelaksana kegiatan, di bantu oleh kepala puskesmas dan sanitarian sebagai Koordinator wilayah dan supervisor, serta entri data, kader-kader kelurahan, dan pihak kelurahan/kecamatan se Kabupaten Luwu Utara. Masamba,
Juli 2013
Pokja Kab. Luwu Utara
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
1
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................. DAFTAR GAMBAR ........................................................................ DAFTAR TABEL ............................................................................ BAB I
1 2 3 4
PENDAHULUAN ................................................................... 1.1 Latar Belakang ...................................................................... 5
1.2 Tujuan .................................................................................. 5 1.3 Dasar Hukum ........................................................................ 6 1.4 Ruang Lingkup ...................................................................... 7 1.4.1 Wilayah Studi.............................................................. 7 1.4.2 Materi ........................................................................ 7 BAB II METODOLOGI ..................................................................... 8 2.1. Penentuan Target Area Survei…………………………………………….. 10 2.2 Penentuan Jumlah/Besar Responden ………………………………….. 13 2.3 Penentuan Desa/Kel Area Survei ……………………………………….
14
2.4 Penentuan RW/RT dan Responden Di Lokasi Survei …………….
15
BAB III HASIL STUDI EHRA ………………………………………………. 17 3.1. Informasi Responden …………………………………………………………..17 3.2. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga ……………………………………..19 3.3. Pembuangan Air Limbah Domestik .. …………………………………….23 3.4. Drainase Lingkungan Sekitar Rumah Dan Banjir ……………………. 27 3.5. Pengelolaan Air Bersih Rumah Tangga ………………………………… 37 3.6 .Perilaku Higienis ……………………………………………… ………………… 46 3.7. Penyakit Diare....................................................................... 49 BAB IV P E N U T U P …………………………………………………………………….. 53
LAMPIRAN TABEL-TABEL DASAR HASIL STUDI EHRA LAMPIRAN ORGANISASI DAN PERSONEL PELAKSANAAN STUDI EHRA LAMPIRAN DOKUMENTASI PELAKSANAAN STUDI EHRA. LAMPIRAN GRAFIK DAN TABEL LAMPIRAN FOTO BERITA ACARA PELAKSANAAN EHRA DARI MASING-MASING PUSKESMAS DI MASING-MASING DESA
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
2
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1.
Grafik Pengelolaan Sampah Berdasarkan clust ................ 19
Gambar 3.2.
Presentase Praktek Pemilahan Sampah ........................... 20
Gambar 3.3.
Persentase Tempat Penyaluran Akhir Tinja ...................... 25
Gambar 3.4.
Persentase Tangki Septik Aman dan Tidak Aman ……… 26
Gambar 3.5.
Persentase Praktek BABS................................. ................ 29
Gambar 3.6.
Persentase RT Yang Mengalami Banjir. ............................ 31
Gambar 3.7.
Grafik Pencemaran SPAl................................................... 35
Gambar 3.8.
Grafik Akses Terhadap Air Bersih/Sumber Air ................... 37
Gambar 3.9.
Pemetaan Area Berisiko .................................................... 51
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
3
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
DAFTAR TABEL
Table 1.
Kategori Kluster ........................................................................ 11
Tabel 2.
Desa/Kelurahan Terpilih .......................................................... 14
Tabel 3.
Distribusi responden berdasarkan umur ………………………. 17
Tabel 4.
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan……………….. 18
Tabel 5.
Area Berisiko Persampahan……………………………………... 22
Tabel 6.
Area Berisiko Air Limbah Domestik……………………………... 27
Tabel 7.
Area Berisiko Genangan Air……………………………………… 37
Tabel 8.
Area Berisiko Sumber Air………………………………………… 46
Tabel 9.
Area Berisiko Perilaku Hidup bersih dan sehat ………….
49
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
4
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah
survey partisipatif di tingkat kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten/kota sampai ke kelurahan. Kabupaten/Kota dipandang perlu melakukan Studi EHRA karena: 1. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat 2. Data terkait dengan sanitasi terbatas di mana data umumnya tidak bisa dipecah sampai tingkat kelurahan/desa dan data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda 3. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa 4. EHRA menggabungkan informasi yang selama ini menjadi indikator sektor-sektor pemerintahan secara eksklusif 5. EHRA secara tidak langsung memberi ”amunisi” bagi stakeholders dan warga di tingkat kelurahan/desa untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama warga atau stakeholders kelurahan/desa 1.2
Tujuan
Adapun tujuan dan manfaat dari studi EHRA adalah: 1. Untuk mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan 2. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi | Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
5
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
3. Memberikan pemahaman yang sama dalam menyiapkan anggota tim survey yang handal 4. menyediakan salah satu bahan utama penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kabupaten Luwu Utara. Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Luwu
Utara
Selanjutnya,
data
EHRA
diharapkan
menjadi
bahan
untuk
mengembangkan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu Utara dan juga menjadi masukan untuk mengembangkan strategi sanitasi dan program-program sanitasi Kabupaten. 1.3 Dasar Hukum a. Undang-Undang 1. Undang-Undang No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air ; 2. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ; 3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 2007) ; 4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. b. Peraturan Pemerintah. 1. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara ; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air ; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinisi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota. c. Keputusan / Peraturan Menteri 1. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor 2 / MENKLH / 6 / 1988 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan ; 2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416 /Menkes / Per / IX / 90, tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air ; 3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907 / MENKES / SK / VII / 2002 ;
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
6
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan. 1.4 Ruang Lingkup 1.4.1
1.4.2
Wilayah Studi Daerah studi EHRA sebanyak 11 Desa / Kelurahan dari 9 Kecamatan di Kabupaten Luwu Utara Materi Ruang Lingkup penyusunan studi EHRA meliputi : 1. Diskusi dengan POKJA 2. Memperbaiki instrumen sesuai hasil diskusi 3. Mengkoordinasikan kerja lapangan 4. Melaksanakan Entry Data. 5. Melaksanakan Data Cleaning. 6. Melaksanakan Data Processing, analisa dan laporan awal 7. Umpan balik untuk POKJA, Enumerator, kelurahan / desa dan kecamatan. 8. Laporan Studi EHRA.
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
7
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
BAB II METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA
EHRA adalah studi yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni 1) wawancara (interview) dan 2) pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah Enumerator yang dipilih secara kolaboratif oleh Pokja AMPL dan Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu Utara . Sementara Sanitarian bertugas menjadi Supervisor selama pelaksanaan survey. Sebelum turun ke lapangan, para sanitarian dan enumerator diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator selama 2 (dua) hari berturut-turut. Materi pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan pengamatan; pemahaman tentang instrumen EHRA; latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator; uji coba lapangan; dan diskusi perbaikan instrumen. Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga). Unit sampling ini dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT di semua RW dalam setiap Desa/Kelurahan yang telah ditentukan menjadi area survey. Jumlah sampel RT per Desa/Kelurahan minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT sebanyak 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per desa/kelurahan adalah 40 responden. Yang menjadi responden adalah Bapak (Kepala Rumah Tangga) atau Ibu atau anak yang sudah menikah, dan berumur antara 18 s/d 60 tahun. Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang untuk dapat diselesaikan dalam waktu sekitar 30-45 menit. Panduan diuji kembali dalam hari kedua pelatihan enumerator dengan try out ke lapangan. Untuk mengikuti standar etika, informed consent wajib dibacakan oleh sanitarian sehingga responden memahami betul hak-haknya dan memutuskan keikutsertaan dengan sukarela dan sadar. Pekerjaan entri data dikoordinir oleh Tim dari Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu Utara . Sebelum melakukan entri data, tim data entri terlebih dahulu mengikuti pelatihan singkat data entry EHRA yang difasilitasi oleh Tim Fasilitator yang telah
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
8
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
terlatih dari PIU Advokasi dan Pemberdayaan. Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan pada struktur kuesioner dan perangkat lunak yang digunakan serta langkah-langkah untuk uji konsistensi yakni program EPI Info dan SPSS. Untuk quality control, tim spot check mendatangi 5% rumah yang telah disurvei. Tim spot check secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar-benar terjadi dengan standar yang ditentukan. Quality control juga dilakukan di tahap data entri. Hasil entri dire-check kembali oleh tim Pokja AMPL. Sejumlah 5% entri kuesioner diperiksa kembali. Kegiatan Studi EHRA memerlukan keterlibatan berbagai pihak dan tidak hanya bisa dilaksanakan oleh Pokja Kabupaten/Kota semata. Agar efektif, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota diharapkan bisa mengorganisir pelaksanaan secara menyeluruh. Adapun susunan Tim EHRA sebagai berikut: 1. Penanggungjawab
: Pokja Kabupaten Luwu Utara
2. Koordinator Survey
: Pokja - Dinas Kesehatan
3. Anggota
:
BAPPEDA,
Bappermas,
KLH,
DKP,
Infokom, dll 4. Koordinator wilayah/kecamatan
: Kepala Puskesmas
5. Supervisor
: Sanitarian Puskesmas
6. Tim Entry data
: Bag. Pengolahan Data, Bappeda, BPS
7. Tim Analisis data
: Pokja Kabupaten Luwu Utara
8. Enumerator
: Kader aktif kelurahan (PKK, Posyandu, KB,
dll)
2.1
Penentuan Target Area Survey
Metoda penentuan target area survey dilakukan secara geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan Klastering. Hasil klastering ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal lingkungan berisiko. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah ”Probability Sampling” dimana semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel.
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
9
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Sementara metoda sampling yang digunakan adalah “Cluster Random Sampling”. Teknik ini sangat cocok digunakan di Kabupaten Luwu Utara mengingat area sumber data yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan sampel didasarkan pada daerah populasi yang telah ditetapkan. Penetapan klaster dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP sebagai berikut: 1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap kabupaten/ kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat kecamatan dan kelurahan/ desa. 2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau kelurahan/ desa. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut: 3. (∑ Pra-KS + ∑ KS-1) Angka kemiskinan = ---------------------------------- X 100% ∑ KK
4. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat 5. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, lamanya surut. Berdasarkan kriteria di atas, klastering wilayah Kabupaten Luwu Utara menghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan pada Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
10
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
survey pada klaster yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA ini bisa memberikan peta area berisiko Kabupaten Luwu Utara. Tabel 1. Katagori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko
Katagori
Kriteria
Klaster Klaster 0
Klaster 1
Klaster 2
Klaster 3
Klaster 4
Wilayah desa/kelurahan yang tidak memenuhi sama sekali kriteria indikasi lingkungan berisiko. Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 1 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 2 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 3 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 4 kriteria indikasi lingkungan berisiko
Klastering wilayah di Kabupaten Luwu Utara. menghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan pada Error! Reference source not found.. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. Misalkan hasil klastering wilayah desa/kelurahan di Kabupaten/Kota A yang terdiri atas 173 desa/kelurahan menghasilkan distribusi sebegai berikut: 1. Klaster 0 sebanyak 3 %. 2. Klaster 1 sebanyak 35%, 3. Klaster 2 sebanyak 38%, 4. Klaster 3 sebanyak 21%, dan 5. Klaster 4 sebanyak 3 %.
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
11
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Untuk lebih jelasnya distribusi desa kedalam klaster tersebut dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Distribusi Desa Berdasarkan Cluster Pada Studi EHRA
2.2
Penentuan Jumlah/Besar Responden
Jumlah sampel untuk tiap kelurahan/desa diambil sebesar 40 responden. Sementara itu jumlah sampel RT per Kelurahan/Desa minimal 8 RT yang dipilih secara random dan mewakili semua RT yang ada dalam Kelurahan/Desa tersebut. Jumlah responden per Kelurahan/Desa minimal 40 rumah tangga harus tersebar secara proporsional di 8 RT terpilih dan pemilihan responden juga secara random, sehingga akan ada minimal 5 responden per RT Berdasarkan kaidah statistik, untuk menentukan jumlah sampel minimum dalam skala kabupaten/kota digunakan “Rumus Slovin” sebagai berikut:
Dimana:
n adalah jumlah sampel
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
12
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
N adalah jumlah populasi
d adalah persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir 5% (d = 0,05) Asumsi tingkat kepercayaan 95%, karena menggunakan α=0,05, sehingga diperoleh nilai Z=1,96 yang kemudian dibulatkan menjadi Z=2.
Dengan jumlah populasi rumah tangga sebanyak 68904 KK maka jumlah sampel minimum yang harus dipenuhi adalah sebanyak 396. Namun demikian untuk keperluan keterwakilan desa/ kelurahan berdasarkan hasil klastering, Pokja Sanitasi Kabupaten Luwu Utara. metetapkan jumlah kelurahan yang akan dijadikan target area survey sebanyak X1 sehingga jumlah sampel yang harus diambil sebanyak X1 X 40 = 440 responden.
2.3
Penentuan Desa/Kelurahan Area Survei
Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin di atas maka selanjutnya ditentukan lokasi studi EHRA dengan cara memilih sebanyak 11 desa/ kelurahan secara random. Hasil pemilihan ke-11 desa/ kelurahan tersebut sebagai berikut: Tabel 2. Kecamatan Dan Desa/Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2013 Kabupaten Luwu Utara
No
1
2
Klaste
Kecamata
Desa/Kel
r
n
Terpilih
0
1
Limbong
Desa limbong
Jumla h Dusun
Jml Jumla
Dusun/
h RT
RT terpilih
3
83
3
Malangke
Desa Pao
3
514
3
barat
Desa
6
925
6
Masamba
Kasimbong
Jumlah Respond en
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
40
40 40
13
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
No
3
Klaste
Kecamata
Desa/Kel
r
n
Terpilih
2
2.4
4
Dusun/
h RT
RT terpilih
Jumlah Respond en
5
556
5
Malangke
terpedo
4
212
4
40
barat
Pole Jiwa
6
887
5
40
Bone-bone Bungadidi
3
514
3
40
Mappedec eng Malangke
5
Dusun
Jumla
Buntu
Sabbang 3
h
Jml
Sabbang
Sukamaju
4
Jumla
Baebunta
Tulung indah
Salama Kapidi Tolada Salulemo
40
5
204
5
5
542
5
4
923
4
7
828
6
40 40 40 40
Penentuan RW/RT Dan Responden Di Lokasi Survei
Unit sampling primer (PSU = Primary Sampling Unit) dalam EHRA adalah RT. Karena itu, data RT per RW per kelurahan mestilah dikumpulkan sebelum memilih RT. Jumlah RT per kelurahan adalah 8 (delapan) RT. Untuk menentukan RT terpilih, silahkan ikuti panduan berikut.
Urutkan RT per RW per kelurahan.
Tentukan Angka Interval (AI). Untuk menentukan AI, perlu diketahui jumlah total RT total dan jumlah yang akan diambil. Jumlah total RT kelurahan : X. Jumlah RT yang akan diambil : Y
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
14
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Maka angka interval (AI) =
jumlah total RT kelurahan / jumlah RT yang
diambil. AI = X/Y (dibulatkan) misal pembulatan ke atas menghasilkan Z, maka AI = Z
Untuk menentukan RT pertama, kocoklah atau ambilah secara acak angka antara 1 – Z (angka random). Sebagai contoh, angka random (R#1) yang diperoleh adalah 3.
Untuk memilih RT berikutnya adalah 3 + Z= ... dst.
Rumah tangga/responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling), hal ini bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Artinya, penentuan rumah itu bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun responden itu sendiri. Tahapannya adalah sbb.
Pergi ke RT terpilih. Minta daftar rumah tangga atau bila tidak tersedia, buat daftar rumah tangga berdasarkan pengamatan keliling dan wawancara dengan penduduk langsung.
Bagi jumlah rumah tangga (misal 25) dengan jumlah sampel minimal yang akan diambil, misal 5 (lima) diperoleh Angka Interval (AI) = 25/5 = 5
Ambil/kocok angka secara random antara 1 – AI untuk menentukan Angka Mulai (AM), contoh dibawah misal angka mulai 2
Menentukan rumah selanjutnya adalah 2 + AI, 2 + 5 = 7 dst.
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
15
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
BAB III HASIL STUDI EHRA 3.1
Informasi Responden
a. Umur Umur adalah usia responden saat dilakukan survei. dikelompokkan dari umur terendah
sampai
tertinggi.
Pengelompokkan
umur
didasarkan
pada
tahap
pertumbuhan dan perkembangan manusia. Tabel 7 menggambarkan Yang menjadi responden adalah Bapak (Kepala Rumah Tangga) atau Ibu atau anak yang sudah menikah, dan berumur antara 18 s/d 60 tahun. Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Di Kabupaten Luwu Utara, tahun 2013 Jumlah N % < 20
9
2
21 – 25
28
6,4
26 -30
71
16,1
31-35
72
16,4
36 – 40
75
17
41 – 45
60
13,6
> 45
125
28,4
440
100,0
Total Sumber : Data Primer
Tabel 3.1 di atas memberikan informasi kelompok umur responden tersebar dari < 20 tahun sampai dengan di atas 45 tahun, dengan presentase terbesar pada kelompok
umur >45 tahun sebanyak 125 orang
(28,4 %), dan terendah pada
kelompok umur < 20 tahun sebanyak 9 orang (2,0 %). Pada kelompok kontrol umur responden yang terbesar juga pada umur 36-40 tahun (17 %) yang terendah pada kelompok umur 21 -25 tahun (6,4 %).
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
16
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
b. Pendidikan Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang pernah ditamatkan oleh seseorang. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan responden pada waktu dilakukan wawancara. Pendidikan memegang peranan penting dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan studi EHRA. survei ini dikelompokkan berdasarkan pendidikan SD sampai SMA, seperti terlihat pada tabel berikut : Tabel 4
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Kabupaten Luwu Utara, tahun 2013 Jumlah
Tingkat Pendidikan
N
%
Tidak Formal
43
9,8
SD
194
44,1
SMP
102
23,2
SMA
71
16,1
SMK
2
0,45
UNIVERSITY/AKADEMI
28
6,4
Total
440
100,0
Sumber : Data Primer Tabel 3.2, memperlihatkan bahwa, responden pada kelompok umur yang terbesar yaitu pendidikan SD sebanyak 194 orang (44,1%), pendidikan formalnya SMP sebanyak 102 orang (23,2%) dan pendidikan SMA sebanyak 71 orang (16,1 %). Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden memberikan dampak terhadap cara berpikir dan berperilaku, khususnya dalam upaya mencegah terjadinya penyakit berbasis lingkungan, sesuai dengan hasil survei ini | Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
17
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
bahwa tingkat pendidikan formal pada jenjang tingkat pendidikan SD memberikan status adanya pola perilakuk hidup bersih dan sehat. 3.2 Pengelolaan Sampah Rumah Tanggga Pasal 19 UU RI Nomor 18 Tahun 2008 mengatur mengenai pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga. Pasal tersebut menyebutkan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas pengurangan sampah dan penanganan sampah. Perilaku membuang/mengelola sampah di masyarakat
berpotensi merusak
lingkungan apalagi sampah itu dikelola dengan dibakar atau dibuang tidak sesuai dengan ketentuan UU no 18 tahun 2008. Diagram 3.1 Pengelolaan Sampah Berdasarkan Cluster
Sumber : Data Primer Pada Grafik diatas menunjukkan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga lebih banyak dibakar oleh masyarakat sebesar 70,45% dan yang terendah adalah dikumpulkan kolektor informal, lain-lain sebesar 0,45%. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih belum mengetahui tentang UU no 18/2008 tentang larangan membuang yang tidak pada tempatnya atau di bakar. Untuk itu diharapkan adanya kampanye perbaikan perilaku membuang / mengelola sampah.
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
18
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Diagram 3.2. Pengelolaan Sampah Setempat Proporsi Pengelolaan Sampah Setempat Pada Studi EHRA Tahun 2013
Pengelolaan sampah merupakan perlakuan terhadap sampah untuk memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah yang dalam kaitannya dengan lingkungan yang ditimbulkannya. Karena itu pengelolaan atau penanganan sampah dapat berbentuk sematamata membuang sampah atau mengembalikan (Recycling) sampah menjadi bahanbahan yang bermanfaat. Tahap pertama pengelolaan sampah adalah mengumpulkkan sampah dan berbagai tempat ke suatu lokasi pengumpulan, sesudah itu diadakan pemisaban komponen sampah menurut jenisnya (Hadiwiyoto, 1990).
Dari data diatas menunjukkan bahwa pengolahan sampat setempat lebih banyak masyarakat tidak mengolah sampah daripada yang melakukan pengolahan, yang mengolah sampah sebesar 3,6% dan yang tidak mengolah sampah sebesar 96,3%.
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
19
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Diagram 3.3 Pemilahan Sampah Rumah Tangga
Grafik diatas menunjukkan bahwa Pemilahan sampah lebih banyak tidak dilakukan oleh responden dari pada yang melakukan pemilahan sampah. RespondenYang melakukan pemilahan sampah sebesar 7,4% dan yang tidak melakukan pemilahan sebesar 92,6%.
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
20
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Diagram 3.4. Pengolahan Sampah Setempat Percluster
Pada grafik diatas menunjukkan bahwa pengolahan sampah setempat perklaster, lebih banyak tidak diolah daripada diolah . Sampah yang tidak diolah lebih banyak terdapat pada klaster 0 dan klaster 3 dan sampah yang diolah terdapat pada klaster 4, klaster 2 dan klaster 1.
Tabel 5 Area berisiko persampahan Berdasarkan Hasil Studi EHRA
Katagori Area Berisiko Kurang Berisiko Berisiko Sedang
Cluster 1 -
Risiko Tinggi
2 dan 4
Risiko Sangat Tinggi
0 dan 3
Desa/Kel Pao dan kasimbong Buntu terpedo, Polejiwa,bungadidi Tulung indah, salulemo Limbong, Salam , Kapidi dan Tolada
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
21
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
3.3. Pembuangan Air Kotor/Limbah Tinja Manusia dan Lumpur Tinja
Berdasarkan kharakteristiknya terdapat 2 (dua) jenis air limbah domestik, yaitu jenis black water yang berasal dari WC dan umumnya ditampung dalam septictank, sedangkan yang satunya adalah jenis grey water yang berasal dari kegiatan mencuci, mandi dan memasak, yang umumnya langsung dibuang ke saluran drainase maupun perairan umum. Walaupun air limbah jenis grey water sebagian besar merupakan bahan organik yang mudah terdegradasi, namun secara kuantitas cenderung semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Dari berbagai literatur menyebutkan bahwa antara 60 % - 70 % air yang digunakan oleh masyarakat kota, akan terbuang sebagai air limbah, sedangkan air limbah tersebut akan masuk ke badan sungai tanpa ada upaya pengolahan terlebih dahulu. Berikut kondisi pengelolaan air limbah domestik berdasarkan hasil studi EHRA. Diagram 3.6. Kepemilikan Jamban Keluarga
Dari data diatas, terlihat bahwa kepemilikan jamban keluarga di Kabupaten luwu utara sebesar 80,2% dan yang tidak memiliki Jamban Keluarga sebesar 19,8%.
Perlu diketahui bahwa kabupaten Luwu utara telah mencanangkan Stop Buang air besar sembarangan sampai tahun 2015 sebesar 130 Desa dan tahun 2013 tercapai 18 Desa Stop Buang air besar sembarangan.
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
22
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Diagram 3.7. Tempat Buang Air Besar PERSENTASE TEMPAT BUANG AIR BESAR DI KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2013
Dari data diatas, terlihat bahwa tempat buang air besar lebih banyak di jamban keluarga sebesar 80,2%, buang air besar kesungai/pantai/laut sebesar 10,9%, MCK/WC umum sebesar 4,3%, keselokan /parit sebesar 4,1%, ke lubang galian sebesar 2,3%. Walaupun persentase buang air besar kesungai, keselokan itu kecil masih perlu dilakukan upaya menumbuhkan kepedulian masyarakat terhadap pentingnya buang air besar di jamban yang sehat sehingga mampu menekan kejadian penyakit yang berbasis lingkungan.
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
23
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Diagram 3.8. Tempat Penyaluran Akhir Tinja
Dari data diatas, bahwa tempat penyaluran Akhir tinja lebih banyak menggunakan Tangki septik yaitu sebesar 69,77% , pipa sewer sebesar 0,91%, cubluk/lubang tanah 6,59%,kesungai/danau/pantai sebesar 0,45 % dan menyatakan tidak tahu sebesar 19,77%.
Diagram 3.9. Waktu Terakhir Pengurasan Tangki Septik PERSENTASE WAKTU TERAKHIR PENGURASAN TANGKI SEPTIK PADA STUDI EHRA
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
24
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Dari data diatas, bahwa waktu terakhir pengurasan tangki septik lebih banyak responden mengatakan tidak pernah sebesar 94,5%, tidak tahu sebesar 2,6%, yang menguras 1- 5 tahun sebesar 1,6% yang lalu dan yang menguras 0-12 bulan yang lalu sebesar 1,3%.
Diagram 3.10. Tangki septik Suspek Aman dan Tidak Aman
Dari data diatas, bahwa tangki septik suspek aman sebesar 55,7% dan tangki septik yang tidak aman sebesar 44,3%. Dengan situasi tersebut perlu adanya upaya perbaikan sehingga limbah rumah tangga tidak mencemari lingkungan sekitarnya, dan berdampak terhadap kesehatan masyarakat terutama munculnya penyakit berbasis lingkungan.
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
25
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Diagram 3.11 Tangki Suspek Aman & Tidak Aman
Dari data diatas, bahwa tangki septik suspek aman berada di cluster 0 sebesar 95,1 %, cluster 2 sebesar 69,8%. Tangki septik yang tidak aman berada di cluster 1 sebesar 68,8% , cluster 3 sebesar 57,5% dan cluster 4 sebesar 52,5%.
Tabel 6 Area Berisiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Studi EHRA Katagori Area Berisiko
Cluster
Kurang Berisiko
0
Berisiko Sedang
-
Risiko Tinggi
2 dan 4
Desa/Kel Limbong Buntu terpedo, Polejiwa, Bungadidi Tulung Indah, Salulemo
Risiko Sangat Tinggi
1 dan 3
Pao, Kasimbong, Salama, Kapidi, Tolada
3.4
Drainase Lingkungan /Selokan Sekitar Rumah dan Banjir Drainase lingkungan merupakan sarana penting dalam sanitasi. Drainase
lingkungan berfungsi untuk mengalirkan limbah cair dari rumah tangga, seperti limbah
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
26
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
cucian dari dapur, kamar mandi, tempat cuci dan wastafel. Drainase yang buruk akan menimbulkan banjir dan genangan pada waktu hujan. Kondisi ini akan menimbulkan perindukan nyamuk yang bias menularkan berbagai penyakit seperti demam berdarah, chikungunya dan filariasis. Diagram-diagram pada bagian ini akan membahas lebih detil tentang kepemilikan sarana pengolahan air limbah selain tinja, tempat pembuangan limbah cair rumah tangga, pengalaman banjir, waktu terakhir banjir, kerutinan dan frekuensi dalam setahun, lama genangan mongering dan tinggi air dirumah dan di pekarangan rumah. Diagram 3.12 Sarana Pembuangan Air Limbah
Diagram diatas menggambarkan sebanyak 33,9% responden menjawab tidak memiliki sarana pembuangan air limbah dirumah. Sebanyak 66,1% tidak memiliki sarana pembuangan air limbah. Hal ini mengindikasikan masih adanya potensi risiko kesehatan lingkungan yang disebabkan oleh tidak adanya sarana pembuangan air limbah rumah tangga.
Lebih jauh studi EHRA juga memetakan kemana air limbah rumah tangga ini dibuang. Diagram-diagram berikut menggambarkan kemana masing-masing limbah rumah tangga tersebut di buang.
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
27
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Diagram 3.13 Tempat Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga Tempat Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga Pada Studi EHRA 0; 0% 4,3 %
0,225 %
6,1 %
kesungai/kanal kejalan,halaman 26,6%
6,6 %
saluran terbuka saluran tertutup lubang galian pipa saluran pembuangan Pipa IPAL Sanimas
5,1;%
tidak tahu
42,1%
Diagram 3.14 Tempat Air Limbah Dapur Di buang
Diagram diatas, menunjukkan bahwa tempat pembuangan air limbah lebih banyak pada terbuka sebesar 42,1% dan yang terendah adalah lubang galian sebesar 4,3%. Begitu pula
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
28
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
pembuangan air limbah dapur lebih banyak dibuang ke saluran terbuka sebesar 49,8% dan kesungai/ kanal sebesar 31,6%.
Diagram 3.15 Tempat Limbah Kamar mandi Di Buang
Diagram 3.16 Tempat Air Limbah Cuci pakaian Di Buang
Dari diagram diatas, responden paling banyak menjawab membuang air limbah rumah tangganya yang berasal dari dapur, kamar mandi, tempat cuci dan wastafel adalah ke sungai/kanal, saluran terbuka dan saluran tertutup. | Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
29
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Persentase ketiganya bervariasi tapi secara total berada pada kisaran rata-rata 73,8%. Untuk yang beresiko kesehatan rendah adalah yang membuang ke saluran tertutup, lubang galian, pipa saluran pembuangan dan IPAL Sanimas, ternyata responden yang menjawab dengan criteria tersebut hanya berkisar antara 17,2% saja. Hal ini mengindikasikan bahwa masih adanya resiko kesehatan lingkungan yang disebabkan oleh pembuangan air limbah rumah tangga. Keberadaan drainase lingkungan ini juga akan dikaji berkait dengan kejadian banjir yang dialami oleh rumah tangga responden, hal ini akan digambarkan oleh diagram 38 berikut ini. Diagram 3.17 Adanya Genangan Air
Adanya Genangan air Menurut Cluster Pada Studi EHRA 120 100
80 60
52,2 92,7
50
62
62
Tidak ada genangan air
81,3
ada genangan air (banjir)
40 20 0
7,3 0
47,8
50
2
3
38
38
4
total
18,8
1
Grafik diatas, menunjukkan bahwa lebih banyak responden mengatakan tidak ada genangan air daripada ada genangan air . Responden yang menyatakan tidak ada genangan air sebesar 62%, yang ada genangan air sebesar 38%.
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
30
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Diagram 3.18 Tempat Genangan air
Diagram diatas, menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan tempat genangan air berada di dekat kamar mandi sebesar 68,2%, dihalaman rumah sebesar 59,8%, di dekat dapur sebesar 36,4% dan yang terendah didekat bak penampungan sebesar 2,8%.
Diagram 3.19 Kejadian Banjir Yang Dialami Responden
Berdasarkan digram diatas sebanyak 75,5% responden menyatakan tidak pernah mengalami banjir dirumah yang ditempatinya atau di sekitar rumahnya.
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
31
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Sementara itu 9.38% responden menjawab pernah mengalami banjir sekali dalam setahun, 12,7% menjawab pernah beberapakali dalam setahun, sisanya 1,8% menjawab sekali atau beberapa kali dan 0.7% menjawab tidak tahu. Informasi detil mengenai banjir yang pernah dialami rsponden secara berurutan akan digambarkan oleh diagram-diagram berikut ini. Diagram 3.20 Banjir Yang Dialami Secara Rutin
Persentase Banjir Yang dialami secara Rutin
ya tidak 47,2% 52,8%
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
32
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Diagram 3.21 Rumah Tangga Yang Mengalami Banjir Rutin PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MENGALAMI BANJIR RUTIN DI KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2013 120
100 80 35,3
60
37,3 tidak
100
40
ya 50,9
20 0
25,5 0 0
3,5 1
2
43,9
3
2 1,8 4
kluster Desa/kelurahan
Diagram diatas menunjukkan bahwa responden yang mengalami kejadian banjir menjawab, bahwa banjir yang dialami secara rutin adalah sebanyak 52.8% dan yang menjawab banjir yang mereka alami tidak rutin adalah 47.29%. grafik diatas juga menunjukkan yang lebih banyak mengalami banjir rutin itu berada pada kluster 2 dan kluster 3 yaitu kluster 2 sebesar 50,9% dan kluster 3 sebesar 43,9%.
Diagram 3.22 Lamanya Air Banjir Mengering
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
33
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Sebagian besar responden menjawab air mengering dalam 1 hari sebesar 32,3% dan antara 1-3 jam yaitu sebanyak 22,6%, lebih 1 hari sebesar 19,4 %. Sementara yang menjawab setengah hari sebesar 12,9%, kurang 1 jam sebesar 9,7%, dan yang menjawab tidak tahu sebesar 3.2%.
Diagram 3.23 Kamar mandi/WC/Jamban Terendam Banjir
Diagram diatas menggambarkan bahwa hanya 64,5% responden yang mengalami banjir tapi kamar mandi/jambannya tidak pe rna h te rend am ai r. S ementa ra sebanyak 16,1% responden menjawab sebagian, 9,7% menjawab kadang-kadang, dan selalu. Dengan demikian, kalau banjir kondisi sanitasinya masih relative tidak aman.
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
34
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Diagram 3.24 Ketinggian Air Banjir
Diagram diatas menunjukkan bahwa dari responden yang mengalami banjir, menyatakan air masuk kerumah setumit orang dewasa sebesar 61,3%, yang menjawab setengah lutut orang dewasa, sebesar 22,6% dan menjawab selutut orang dewasa, 16,1%.
Tabel 7 Area Berisiko Genangan Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA
Katagori Area Berisiko Kurang Berisiko Berisiko Sedang Risiko Tinggi Risiko Sangat Tinggi
Cluster 0 1 4 2 dan 3
Desa/Kel Limbong Pao dan Kasimbong Salulemo Buntu terpedo, Polejiwa,Bunga didi, Tulung Indah,Salam,Kapidi, Tolada
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
35
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Berdasarkan tabel diatas, Area berisiko sangat tinggi berada pada cluster 2 dan cluster 3,sedangkan area berisiko tinggi berada pada cluster 4. Sementara area berisiko sedang berada di cluster 1.
3.5. Pengelolaan Air Bersih Rumah Tangga
Bagian ini menyajikan informasi mengenai kondisi akses sumber air untuk minum, masak, mencuci dan gosok gigi. Hal yang dicermati terdiri dari 2 ( dua) hal utama yakni sumber air yang digunakan rumah tangga dan pengolahan, penyimpanan dan pengamanan air yang baik dan hygiene. Kedua aspek ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan tingkat risiko kesehatan bagi anggota didalam rumah tangga. Sehubungan dengan sumber air, studi EHRA mempelajari tentang jenis sumber air untuk keperluan minum, mandi, mmemasak dan gosok gigi. Yang menggunakan air ledeng atau PAM juga ditanyakan tentang penurunan volume air yang dialami dan penurunan kualitasnya. Sementara untuk yang menggunakan air sumur gali/sumur bor/sumur pompa akan ditanyakan jarak sumber air dengan tempat penampungan tinja. Sumber-sumber air ini memiliki tingkat keamanan yang berbeda-beda, misalnya air yang bersumber dari PAM atau ledeng, sumur gali/sumur bor/sumur pompa yang terlindungi dan berada pada jarak yang aman dari pembuangan tinja serta sumber mata air yang terlindungi, dianggap relative aman. Sementara sumber air yang dianggap beresiko kesehatan antara lain air permukaan (air sungai/kali/danau), air dari sumuber mata air yang tidak terlindungi, dan air sumur | Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
36
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
yang tidak terlindungi. Suplai dan kualitas air yang memadai memiki peran yang penting dalam mengurangi risiko terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan sanitasi buruk, seperti diare. Sejumlah studi mengkonfirmasi bahwa mereka yang memiliki suplai air yang memadai cenderung memiliki resiko rendah untuk terkena diare karena kuantitas dan kualitas air yang memadai cenderung memudahkan kegiatan higinitas. Karenanya kelangkaan air dapat menjadi salah satu factor resiko tidak langsung terjadinya kesakitan seperti gejala diare. Lebih jauh studi EHRA juga memperhatikan penyimpanan air, tempat yang digunakan untuk menyimpan, cara mengambil air, pengolahan air sebelum diminum, cara pengolahannya, penyimpanan air setelah diolah, alat penyimpanan air setelah diolah, dan penggunaan air olahan selain untuk diminum.
Diagram 3. 25 Sumber air mana yang biasa digunakan untuk minum?
Dari
jawaban
responden
terlihat
bahwa
sebagian
besar
responden
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
telah
37
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
mengkonsumsi air yang memenuhi standar kesehatan untuk diminum yang berasal dari air botol kemasan, air ledeng PAM, air isi ulang, air hidran u m u m P A M , a i r k r a n u m u m PA MSI MA S/ PA M, a ir sum ur g ali terlindungi, mata air terlindungi, air sumur pompa tangan yaitu tota l per sent asenya s ebesar 9 3. 6%, sementara yang menggunakan air dari sumber yang beresiko kesehatan adalah sebanyak 6,1% yaitu air yang bersumber dari sumur tidak terlindungi, mata air tidak terlindungi dan sumber lainnya. Diagram 3. 26 Sumber air mana yang biasa digunakan untuk masak?
Untuk memasak, hasil studi menunjukkan bahwa responden menggunakan air dari sumber yang relative aman adalah sebanyak 88,9% dan sisanya 17% menggunakan air dari sumur tidak terlindungi, mata air tidak terlindungi dan sumber lainnya.
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
38
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Diagram 3. 27 Sumber air yang biasa digunakan untuk cuci piring dan gelas
Dengan kriteria jenis air yang sama dengan diagram sebelumnya, sebanyak 85.4% menggunaka sumber air dari sumber yang relative aman untuk cuci piring dan gelas, sisanya 18,2% menggunakan air dari sumber yang tidak aman yaitu air dari sumur tidak terlindungi, mata air tidak terlindungi dan sumber lainnya.
Diagram 3. 28 Sumber air yang biasa digunakan untuk cuci pakaian
Diagram diatas, memperlihatkan bahwa hanya 2,7% responden yang masih menggunakan air sungai untuk mencuci pakaian, 3,9 % menggunakan air dari mata air tidak terlindungi,
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
39
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
dan 9,8% air dari sumur gali tidak terlindungi. Hal ini mengindikasikan resiko kesehatan yang rendah dan relative.
Diagram 3. 29 Sumber air yang biasa digunakan untuk gosok gigi
Untuk keperluan gosok gigi, responden yang menggunakan sumber air yang relative aman juga sudah sangat baik yaitu mencapai 85,1%. Sedangkan yang menggunakan sumber air yang tidak aman sebesar 14,8%.
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
40
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Diagram 3. 30 Kejadian Lamanya mendapatkan Air untuk Kebutuhan sehari-hari
Dari diagram dapat dilihat bahwa responden yang tidak pernah mengalami kesulitan air adalah sebanyak 86,8%. Sementara yang mengatakan beberapa jam sebesar 8%, sisanya 2 % menyatakan mengalami menurunnya satu sampai beberapa hari , 1 . 1 % m e n y a t a k a n m e n g a l a m i penurunan pasokan satu minggu dan lebih dari seminggu. Dan 0.9% menyatakan tidak tahu.
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
41
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Diagram 3. 31 Jarak sumber air ke tempat penampungan tinja
Bagi responden yang menggunakan sumber air jenis sumur gali/pompa tangan/pompa mesin, jarak dengan sumber pencemar seperti tempat penampungan tinja. Jarak kurang dari 10 meter dianggap rawan tercemar. Hasil studi digambarkan pada diagram diatas yaitu 66,8% berjarak lebih dari 10 meter dan 31,2% menjawab kurang dari 10 meter. Hanya 1,8 % yang menjawab tidak tahu dari sumber pencemar. Hal ini masih mengindikasikan risiko sanitasi yang tinggi. Diagram 3.32 Penyimpanan Air Sebelum Digunakan Untuk Minum,Masak,dll
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
42
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Diagram menunjukkan bahwa 88,9% responden menyimpan air sebelum digunakan untuk masak, minum, dll, sementara sisanya yaitu 11,1% tidak menyimpan terlebih dulu tapi langsung digunakan. Diagram 3. 33 Tempat menyimpan air untuk minum
Diagram diatas menggambarkan b a h w a s e b a g i a n b e s a r responden menyimpan air untuk minum ditempat yang tertutup dan aman, yaitu dalam teko/ketel/ceret 36,6%, di dalam panci tertutup 31.2% dan di gallon air isi ulang,dalam botol/termos sebesar 11%. Hanya 5,4% saja yang menyimpan air di dalam panci terbuka. Sementara terdapat responden yang menjawab lainnya 1%.
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
43
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Diagram 3. 34 Cara mengolah Air sebelum Diminum
Lebih jauh, juga dikaji menggenai cara pengolahan air sebelum diminum. Sebagian besar responden yang mengolah air sebelum diminum, menyatakan mereka mengolah air dengan cara direbus yaitu sebanyak 94.6%. Sisanya 0,3% mengolah air dengan menggunakan filter keramik dan 4,1% menjawab lainnya.
Tabel 8 Area Berisiko Sumber Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA Katagori Area Berisiko Kurang Berisiko Berisiko Sedang
Cluster 0 1,2,3
Risiko Tinggi
-
Risiko Sangat Tinggi
4
Desa/Kel Limbong Pao dan Kasimbong, Buntu Terpedo, Bungadidi, Polejiwa, Tulung Indah, Salama, Kapidi, Tolada Salulemo
Dari tabel diatas, risiko sangat tinggi sumber air berdasarkan hasil studi EHRa berada pada Cluster 4 yaitu Desa Salulemo. Sedangkan yang berisiko kurang berada pada cluster 0 di Desa Limbong. Area berisiko sedang berada pada cluster 1,2 dan 3.
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
44
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
3.6. Perilaku Higiene dan Sanitasi
Bagian ini akan membahas prilaku hygiene/sehat yaitu dikaitkan dengan kebiasaan pemakaian sabun. Hal ini penting dikaji karena sabun adalah salah satu desinfektan yang dapat mencegah masuk dan berkembangnya kuman pathogen kedalam tubuh. Studi EHRA menanyakan kepada responden tentang pemakaian sabun hari ini atau kemarin. Kemudian juga penggunaan sabun untuk keperluan apa saja. Tempat cuci tangan dan waktu mencuci tangan bagi anggota keluarga juga menjadi perhatian disini. Berikut hasil studi selengkapnya. Diagram 3. 35. Cuci Tangan pakai Sabun di Lima Waktu Penting
Ada 5 (lima) waktu penting mencuci tangan memakai sabun, yaitu setelah buang air besar/menceboki anak, sebelum makan, sebelum menyiapkan m a s a k a n , s e t e l a h m e m e g a n g sesuatu/memegang hewan, dan sebelum menyuapi anak. Berdasarkan hasil studi, responden yang melakukan cuci tangan Pakai Sabun di Lima waktu penting hanya sebesar 4,1% dan yang tidak melakukan cuci tangan pakai sabun sebesar 95,9%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perilaku cuci tangan pakai sabun masih sangat kurang sehingga perilaku masih sangat berisiko terjadinya berbagai penyakit berbasis lingkungan.
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
45
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Diagram 3. 36. Waktu Cuci Tangan Pakai Sabun lainnya
8,2
sebelum sholat
16,8
setelah memegang hewan
22,7
sebelum menyiapkan masakan
14,1
sebelum memberi menyuapi anak
8,6
setelah makan
44,8
sebelum makan
74,5
setelah buang air besar
64,1
setelah menceboki/bayi/anak
19,5
sebelum ketoilet
2,5 0
10
20
30
40
50
60
70
80
Berdasarkan hasil studi, responden yang mencuci tangan pakai sabun sebelum
makan
adalah
74,5%,Setelah
Buang
air
besar
64,1%,setelah makan sebesar 44,8%, setelah memegang hewan s e b e s a r 2 2 , 7 % , s e t e l a h menceboki bayi/anak hanya 19,5%, sebelum sholat sebesar 16,8%, sebelum menyiapkan masakan hanya 14,1%, sebelum memberi menyuapi anak 8,6%, sebelum ketoilet 2,5% dan Lainnya sebesar 8,2%. Hal ini menunjukkan masih ada resiko kesehatan yang tinggi terkait kebiasaan mencuci tangan sebelum menyiapkan masakan, sebelum menyuapi anak dan setelah menceboki anak.
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
46
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Diagram 3. 37. Tempat Cuci tangan bagi anggota Keluarga
Tempat cuci tangan yang ideal adalah di tempat yang terdapat air mengalir dan sabun. Dari diagram 62 diatas dapat dilihat bahwa persentase terbesar responden mencuci tangan di kamar mandi, di tempat cuci piring,sumur dan didapur. Di ke empat tempat tersebut besar kemungkinan terdapat air mengalir dan sabun.
Tabel 9 Area Berisiko Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Berdasarkan Hasil Studi EHRA Katagori Area Berisiko
Cluster
Desa/Kel
Kurang Berisiko
4 dan3
Berisiko Sedang
1
Pao dan Kasimbong
Risiko Tinggi
2
Buntu Terpedo, Polejiwa, Bungadidi, Tulung Indah
Risiko Sangat Tinggi
0
Salulemo, Salama, Kapidi, Tolada
Limbong
Pada tabel diatas, menunjukkan bahwa are berisiko PHBS untuk sangat risiko sangat tinggi berada pada cluster 0 (Desa limbong), risiko tinggi berada pada cluster 2 yaitu Desa Buntu terpedo,Polejiwa,bungadidi, tulung indah, dan yang berisiko sedang
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
47
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
berada pada cluster 1 yaitu Desa Pao dan kasimbong. Sedangkan area kurang berisiko berada pada cluster 4 dan 3 yaitu Desa Salulemo,Salam, Kapidi dan tolada. 3.7
Kejadian Penyakit Diare
Mencuci tangan memakai sabun diwaktu yang tepat dapat mencegah masuknya pathogen penyebab diare. Pencemaran tinja adalah sumber utama dari virus, bakteri dan pathogen penyebab diare. Menurut Wagner & Lanoix, 1958, jalur pencemaran yang diketahui sehingga cemaran dapat sampai kemulut manusia, termasuk balita adalah melalui 4F, yaitu fluids (cairan), fields (tanah), flies (lalat) dan fingers (jari/tangan). Cuci tangan pakai sabun adalah cara pencegahan yang paling efektif dan efisien. Seperti sudah dibahas pada bagian sebelumnya, waktu-waktu penting cuci tangan pakai sabun yaitu dalam 5 (lima) waktu penting tersebut harus sangat diperhatikan oleh ibu/pengasuh. Berikut akan ditampilkan data studi EHRA mengenai kejadian diare yang dialami. Diagram 3. 38 Waktu paling dekat anggota keluarga terkena diare
Diagram diatas menunjukkan bahwa 70% responden menjawab bahwa anggota keluarga mereka tidak pernah terkena diare, 8,6% menyatakan terkena diare dalam 6 bulan
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
48
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
terakhir. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa tidak banyak responden yang mengalami kejadian diare. Untuk responden yang mengalami kejadian diare ini, lebih lanjut akan dilihat anggota keluarga terakhir yang terkena diare. Berikut datanya ditampilkan pada diagram dibawah ini. Diagram 3. 39 Anggota Keluarga Terakhir Terkena Diare
Diagram diatas menggambarkan bahwa persentase tertinggi yang terkena diare adalah orang perempuan dewasa sebanyak 31,1%, hal ini terkait dengan kebiasaan cuci tangan pakai sabun, setelah menceboki anak, atau setelah memegang peralatan/hewan yang masih rendah. Kemudian anak-anak balita sebesar 25 % dan 19,7% orang dewasa laki-laki yang memang rentan terhadap diare. 3.8
Indeks Risiko Sanitasi
Risiko sanitasi berfokus pada fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat, Fasilitas sanitasi yang dimaksud adalah sumber air minum, Layanan Pembuangan sampah, Jamban, Saluran pembuangan air limbah. Dan perilaku yang dilihat adalah yang terkait dengan higienis dan sanitasi dengan mengacu pada STBM; Buang air besar, cuci tangan pakai sabun, Pengelolaan air minum rumah tangga, pengelolaan sampah dengan 3 R dan Pengelolaan air limbah rumah tangga. Indeks Risiko Sanitasi berikut ini merupakan gambaran kondisi Kabupaten luwu utara.
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
49
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Diagram 3.40 Indeks Risiko Sanitasi Kabupaten
Grafik diatas, memberikan gambaran kondisi sanitasi berdasarkan studi EHRA. Sumber air merupakan risiko sanitasi , yang tertinggi berada pada cluster 4, dan risiko terendah berada pada cluster 0.
Air limbah domestik merupakan risiko
sanitasi, yang tertinggi berada pada cluster 3 dan risiko terendah berada pada cluster 3. Persampahan merupakan risiko sanitasi , yang tertinggi berada pada cluster cluster 3 dan cluster 0. Genangan air yang tertinggi risiko berada pada cluster 3 dan risiko terendah berada pada cluster 0. Perilaku hidup bersih dan sehat risiko tertinggi berada pada cluster 0 dan risiko terendah berada pada cluster 4.
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
50
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
BAB IV PENUTUP Studi Penilaian Risiko Kesehatan
Lingkungan (Environmental Health Risk
Assesment=EHRA) adalah sebuah survei partisipatif di Kabupaten Luwu utara untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higienitas serta perilaku-perilaku masyarakat pada skala rumah tangga. Data yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat pengambil kebijakan sampai dengan kelurahan. Data yang dikumpulkan dari studi EHRA akan digunakan Pokja AMPL sebagai salah satu bahan untuk menyusun Buku putih sanitasi, penetapan are berisiko dan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK). Studi EHRA dipandang perlu dilakukan oleh Kabupaten karena : pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat, data terkait dengan sanitasi dan higiene terbatas dan data sanitasi umumnya tidak bisa dipecah sampai kelurahan/Desa serta data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda. Isu sanitasi juga masih dipandang kurang penting sebagaimana terlihart dalam prioritas usulan melalui musrenbang. EHRA secara tidak langsung memberi amunisi bagi stakeholders dan masyarakat di desa/kelurahan untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama masyarakat atau stakeholders kelurahan/desa. Untuk pelaksanaan Studi EHRA kali ini sebagai bahan pembelajaran dan untuk kegiatan selanjutnya perlu dilakukan studi EHRA secara berkala sehingga di ketahui kondisi sanitasi dan perilaku masyarakat dari waktu ke waktu setelah dilakukan intervensi di masyarakat. Demikianlah Hasil studi EHRa kali ini, mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi pengambil kebijakan dan masyakat pada umumnya
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
51
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
LAMPIRAN Gambar 3.1
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
52
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Gambar 3.2
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
53
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Gambar 3.3
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
54
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Gambar 3.4
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
55
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Gambar 3.5
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
56
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Gambar 3.6
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
57
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Gambar 3.7
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
58
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
DAFTAR KELURAHAN/DESA
Gambar 3.8
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
59
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
STUDI EHRA PENYUSUNAN BUKU PUTIH SANI PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERM KABUPATEN LUWU UTARA PROPINSI SULAWESI S
Pe No
No. Induk Wilayah
Kecamatan
Kel/Desa
Klaster Kel/Desa
1
7322.05.02
Limbong
Limbong
0
2
7322.11.14
Baebunta
Salulemo
4
3
7322.04.13
Sabbang
Buntu Terpedo
2
4
7322.04.19
Sabbang
Salama
3
5
7322.08.04
Malangke Barat
Pao
1
6
7322.08.12
Malangke Barat
Pole Jiwa
2
7
7322.02.08
Bone-Bone
Bungadidi
2
8
7322.06.22
Suka Maju
Tulung Indah
2
9
7322.10.09
Mappedeceng
Kapidi
3
10
7322.03.11
Masamba
Kasimbong
1
11
7322.01.09
Malangke
To Lada
3
Enumerator
Supervisor
inda novitania kasbi,AMKL Andarias rani martina lapu,SKM Nurhaspiah,AMKL normayunita S. Jahati,AMKL aspina.SKp
Muhiddin,SKM.M.Kes Sri apriallo,SKM, Nyoman Widiari,SKM
Surniati,SKM sopyan monggesang,AMKL Marlina,SKM Titi Amalia Amdkep Sujerati. Tati hartati,AMKL Tola,SKM Muh Suaib,SKM. evi susanti,SKM siti wahyuni,AMKL Enri murahma
I.Komang Krisna,SKM.M.kes, Iin Fauzia,Ssi,Frianti
Aspa pabeangang,AMKL Arnila sari,AMKL Jumriati,AMKL Burhadi,Amdkep
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
60
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Gambar. 3.39
Gambar 3.40
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
61
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Gambar 3.41
Gambar 3.42
Gambar 3.43
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
62
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Gambar 3.44
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
63
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Gambar 3.45
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
64
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
PETA IRS Hasil Studi EHRA
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
65
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
PETA IRS Hasil Studi EHRA
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
66
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
67
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara
68