Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
K ATA P ENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas Rahmat dan Karunianya sehingga proses Studi EHRA Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo tahun 2013 dapat terselesaikan meskipun dalam keterbatasan waktu, anggaran, dan Sumber Daya Manusia yang tersedia, anggaran dalam Studi EHRA ini bersumber dari Dana Alokasi Umum Kabupaten Ponorogo yang teralokasikan dalam DPA Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo. Data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Ponorogo yang kemudian akan dimanfaatkan untuk mengembangkan strategi sanitasi dan program-program sanitasi Kabupaten. Selain itu dapat dimanfaatkan sebagai benchmark pencapaian pembangunan sanitasi ke depan, baik di tingkat kota sampai di tingkat desa/kelurahan (indikatif). Pelaksanaan studi EHRA banyak melibatkan kelompok perempuan yaitu sebagai responden dan sebagian sebagai enumerator. Dokumen ini adalah Laporan EHRA di Kabupaten Ponorogo yang kegiatan pengumpulan datanya dimulai bulan Juni tahun 2013. Penyusunan laporan dilakukan oleh Tim EHRA dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo dan POKJA Sanitasi dibantu berbagai pihak antara lain city facilitator, dan juga Bappeda sebagai leading sektor penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Ponorogo, para tenaga ahli dari Province Facilitator, koordinator wilayah dan supervisor lapangan, serta petugas entri data,
kader-kader desa/kelurahan, dan pihak
kecamatan se-Kabupaten Ponorogo Ucapan terima kasih kami haturkan kepada semua pihak yang telah menyediakan waktu dan tenaga untuk bersama-sama menyelesaikan proses Studi ini. Masukan dan koreksi sangat kami perlukan untuk menyempurnakan Studi EHRA ini dimasa yang akan datang.
Ponorogo, 19 September 2013 Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Drg. PRIJO LANGGENG TRIBINUKO, M.Kes PEMBINA TK.I NIP. 19560326 198811 1 001
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
RINGKASAN EKSEKUTIF Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang telah melakukan peminatan terhadap program PPSP ( Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman ). Salah satu permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ponorogo adalah belum terpenuhinya target MDGs yang sudah ditetapkan dalam bidang kesehatan. Studi EHRA ini bertujuan untuk mengetahui resiko kesehatan lingkungan di masyarakat yang hasilnya akan dituangkan dalam Buku Putih Sanitasi (BPS) dimana buku putih ini sebagai dasar menyusun Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) yang berisi program - program untuk mengejar ketertinggalan pembangunan sanitasi di wilayah Kabupaten Ponorogo. Metode studi EHRA menggunakan metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data yaitu wawancara dan observasi. Target area survey ditentukan dengan Proporsionate Stratified Random Sampling. Sedangkan variabel yang diteliti dan diobservasi adalah faktor-faktor kesehatan lingkungan meliputi pengelolaan sampah rumah tangga, pembuangan air limbah domestik, drainase lingkungan dan banjir, pengelolaan tinja, pengelolaan air bersih, perilaku higiene dan kejadian penyakit diare. Dari variabel yang diteliti ini kemudian dianalisa kembali untuk menentukan nilai Indek Resiko Sanitasi (IRS). Selanjutnya nilai indek resiko sanitasi yang terbentuk di skoring untuk menentukan wilayah populasi dalam 4 kategori yaitu resiko sangat tinggi, resiko tinggi, resiko sedang dan kategori kurang beresiko / resiko ringan. Kesimpulan dari studi EHRA ini adalah diketahuinya wilayah studi dengan resiko amat tinggi, tinggi, sedang maupun ringan sehingga memudahkan pemerintah dalam melakukan intervensi sanitasi di masing – masing cluster desa / kelurahan. Secara ringkas hasil studi yang dilakukan pada 30 desa/kelurahan sampling dari 357 desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Ponorogo menunjukkan Indeks area beresiko seperti pada diagram berikut :
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Catatan :Besaran angka pada diagram diatas menunjukkan derajat indeks resiko sanitasi dimana tampak Kluster 4 berada pada Indeks resiko sanitasi sangat tinggi, Kluster 1 dan 0 berada pada Indeks resiko sanitasi tinggi, Kluster 3 berada pada Indeks resiko sanitasi sedang dan Kluster 2 berada pada indeks resiko sanitasi rendah. Adapun Klustering wilayah desa/kelurahan diulas pada sub Bab Laporan Studi ini.
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................... RINGKASAN EKSEKUTIF ..................................................................
i
DAFTAR ISI ..........................................................................................
ii
DAFTAR TABEL .................................................................................
iii
DAFTAR GRAFIK DAN DIAGRAM ....................................................
iv
BAB. 1
PENDAHULUAN.................................................................
I–1
Latar Belakang ....................................................................
I–1
Tujuan .................................................................................
I–2
Dasar Hukum ......................................................................
I–3
Ruang Lingkup ....................................................................
I–4
Wilayah Studi ................................................................. ....
I–4
Tahapan ........................................................................ .....
I–4
METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA ................
II – 1
Penentuan Target Area Survey ...........................................
II – 3
Penentuan Jumlah/Besar Responden .................................
II – 14
Penentuan Desa/Kelurahan Area Survey............................
II – 14
Penentuan RT dan Responden di lokasi Survey .................
II – 23
HASIL SURVEY EHRA KABUPATEN PONOROGO ........
III – 1
Karakteristik Responden .....................................................
III – 1
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga ................................
III – 4
Pembuangan Air Limbah Domestik ....................................
III – 8
Drainase Lingkungan Sekitar Rumah dan Banjir .................
III – 18
Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga .............................
III – 21
Perilaku Higiene .................................................................
III – 25
Kejadian Diare .....................................................................
III – 28
BAB. 2
BAB. 3
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
BAB. 4
Hasil Pengamatan ..............................................................
III – 30
Indeks Resiko Sanitasi ........................................................
III – 47
PENUTUP ..........................................................................
III – 1
LAMPIRAN - LAMPIRAN
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Indeks Resiko Sanitasi (IRS)
Tabel 2
Kalkulasi IRS
Tabel 3
Komulatif IRS
Tabel 4
Hasil skoring studi EHRA berdasarkan IRS
Tabel 2.1
Kategori Cluster berdasarkan criteria indikasi lingkungan beresiko
Tabel 2.2
Hasil Clusering desa/kelurahan di Kabupaten Ponorogo
Tabel 2.3
Kecamatan dan desa/kelurahan terpilih untuk survey EHRA
Tabel 3.4.2
Tempat pembuangan limbah rumah tangga
Tabel 3.5.1
Asal sumber air yang digunakan untuk berbagai kegiatan Responden
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
DAFTAR GRAFIK DAN DIAGRAM
Grafik 3.1.1 Kelompok umur responden Grafik 3.1.2 Status rumah yang ditempati responden Grafik 3.1.3. Pendidikan terakhir responden Garfik 3.1.4 Kepemilikan SKTM Garfik 3.1.5 Kepemilikan askeskin Grafik 3.1.6 Kepemilikan anak Grafik 3.2.1 Kondisi sampah di sekitar lingkungan rumah Grafik 3.2.2. Penanganan sampah rumah tangga tiap kluster Grafik 3.2.3 Frekuensi layanan pengangkutan sampah oleh petugas Grafik 3.2.4 Diagram jenis sampah yang di pilah Grafik 3.3.1 Tempat BAB anggota keluarga yang sudah dewasa. Grafik 3.3.2 Orang sekitar yang BAB di tempat terbuka. Grafik 3.3.3 Kepemilikan jamban keluarga di rumah responden Grafik 3.3.4 Kepemilikan dan jenis jamban per kluster. Grafik 3.3.5 Tempat penyaluan buangan akhir tinja Grafik 3.3.6 Grafik penyaluran buangan akhir tinja yang tidak dikelola dengan baik per kluster Grafik 3.3.7 Lama tangki septik dibangun Grafik 3.3.8 Tangki septik terakhir dikosongkan Grafik 3.3.9 Siapa yang mengosongkan tangki septik Grafik 3.3.10 Tempat pembuangan lumpur tinja saat tangki septik dikosongkan Grafik 3.3.11 Kebiasaan anak balita dalam buang air besar sembarangan
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Grafik 3.3.12 Tempat membuang tinja anak balita Grafik 3.3.13 Praktik pembuangan kotoran anak balita Grafik 3.4.1 Kepemilikan saluran pembuangan air limbah rumah tangga Grafik 3.4.3 Kejadian banjir di lingkungan sekitar responden Grafik 3.4.4 Frekuensi kejadian banjir per kluster Grafik 3.4.6 Lama banjir merendam lingkungan Grafik 3.5.2 Tingkat kesulitan dalam mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari Grafik 3.5.3 Tingkat kepuasan responden terhadap kualitas sumber air yang digunakan. Grafik 3.5.4 Jarak sumber air yang digunakan dengan tempat pembuangan tinja Grafik 3.5.5 Tempat responden menyimpan air yang sudah di olah untuk di minum Grafik 3.5.6 Cara pengambilan air untuk minum, masak, cuci piring,dan gelas serta gosok gigi dari tempat penyimpan air Grafik 3.6.1 Penggunaan sabun pada hari disurvey Grafik 3.6.2 Kegiatan responden yang menggunakan sabun Grafik 3.6.3 Tempat anggota keluarga biasa mencuci tangan Grafik 3.6.4 Waktu anggota keluarga mencuci tangan Grafik 3.7.1 Kejadian penyakit diare secara umum terhadap responden yang disurvey Grafik 3.7.2 Kejadian diare per kluster Grafik 3.7.3 Diagram penderita yang pernah terkena diare pada survey EHRA 2012
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Grafik 3.8.A.1 Sumber air untuk minum, masak, cuci piring dan gelas serta gosok gigi dari tempat menyimpan air Grafik 3.8.B.1 Wadah tempat menyimpan air minum di dapur Grafik 3.8.B.2 Proses pengambilan air minum dari wadah Grafik 3.8.C.1 Ketersediaan sabun dan shampoo Grafik 3.8.D.1 Perlindungan makanan terhadap vektor Grafik 3.8.E.1 Saluran limbah bekas cucian peralatan minum dan masak Grafik 3.8.F.1 Tempat buangan limbah bekas mandi dan wastafel Grafik 3.8.F.2 Keberadaan jentik di bak penampungan air Grafik 3.8.G.1 Ketersediaan air dalam ruangan jamban Grafik 3.8.G.2 Ketersediaan sabun dekat jamban Grafik 3.8.G.3 Keberadaan jentik di bak air dekat jamban Grafik 3.8.H.1 Type jamban responden Grafik 3.8.H.2 Tempat saluran penempungan kotoran dari klosed Grafik 3.8.I.1
Kebersihan lantai dan dinding jamban
Grafik 3.8.I.2
Kebersihan dari vector penyakit
Grafik 3.8.J.1 Keberadaan sabun cuci di tempat cuci Grafik 3.8.J.2 Sumber air untuk mencuci Grafik 3.8.K.1 Jarak tangki septic dengan sumber air terdekat Grafik 3.8.L.1 Cara mengelola sampah di rumah Grafik 3.8.L.2 Kebersihan halaman dari sampah Grafik 3.8.L.3 Pemilahan sampah Grafik 3.8.L.4 Jenis sampah yang dipilah Grafik 3.8.L.5 Tempat membuat kompos Grafik 3.8.L.6 Keberadaan kompos yang sudah siap pakai
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Grafik 3.8.L.7 Kegunaan kompos yang dibuat Grafik 3.8.M.1 Keberadaan genangan di halaman rumah Grafik 3.8.M.2 Tempat biasa air tergenang Grafik 3.8.M.3 Sumber asal genangan air Grafik 3.8.M.4 Kebersihan halaman dari benda penyebab genangan Grafik 3.8.M.5 Keberadaan saluran air hujan atau air limbah Grafik 3.8.M.6 Kelancaran air mengalir pada saluran air Grafik 3.8.M.7 Kebersihan saluran dari sampah
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 3.2.4 Dagram jenis sampah yang dipilah Diagram 3.8.I.1 Kebersihan lantai dan dinding jamban Diagram 3.8.I.2 Kebersihan dari vektor penyakit Diagram 3.8.L.3 Pemilahan sampah Diagram 3.8.L.5 Tempat membuat kompos Diagram 3.8.M.4 Kebersihan halaman dari benda penyebab genangan
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
I
PENDAHULUAN
BAB 1.1 Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) dimaksudkan untuk mengarusutamakan percepatan pembangunan sektor sanitasi dan air minum yang meliputi sub sektor air limbah domestik, persampahan rumah tangga dan drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target RPJMN Tahun 2010 – 2014 dan Millenium Development Goals (MDGs) Tahun 2015, selain itu juga untuk mewujudkan kondisi sanitasi dan air minum permukiman yang layak, yaitu yang dapat diakses oleh masyarakat sesuai standar teknis, berfungsi secara berkelanjutan, dan tidak menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Pembangunan sektor sanitasi (air limbah, sampah rumah tanggadan drainase) di Indonesia pada umumnya dan di Kabupaten Ponorogo khususnya dapat dikatakan relatif tertinggal dibandingkan dengan pembangunan infrastruktur perkotaan atau perdesaan lainnya. Kondisi sanitasi yang buruk berpengaruh terhadap menurunnya kualitas lingkungan hidup serta tercemarnya sumber air minum yang digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Lebih jauh lagi kondisi tersebut secara umum dapat menurunkan citra Kabupaten Ponorogo sebagai Kabupaten yang bersih dan sehat. Komitmen Kabupaten Ponorogo dalam program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) secara menyeluruh dimulai dengan memenuhi persyaratan yang antara lain : 1)
Surat penyampaian minat yang ditandatangani oleh Bupati Ponorogo dan
mengetahui
Ketua
DPRD
Kabupaten
Ponorogo
050/123/405.07/2012 tanggal 5 Maret 2012 tentang Pernyataan Minat Mengikuti Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
(PPSP) Tahun 2013 2)
Surat Keputusan Bupati Ponorogo Nomor 050/123/405.07/2012 tanggal
5
Maret
2012
tentang
Tim
Koordinasi
Kegiatan
Pengembangan Kelembagaan dan Peraturan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman di Kabupaten Ponorogo Tahun Anggaran 2012 3)
RKA Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun 2013 yang tersebar di beberapa Satuan Kerja Perangkat
Daerah
(SKPD)
antara
lain
Badan
Perencanaan
Pembangunan Daerah, Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan dan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa. Pembangunan
sektor
Sanitasi
di
Kabupaten
Ponorogo
telah
dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat, namun hasilnya belum dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat yang terus meningkat. Dalam rangka mempercepat pembangunan sektor sanitasi, maka di tahun 2013 ini Kabupaten Ponorogo melaksanakan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Program ini mempunyai target hingga 2015 sebagai berikut : 1. Stop BAB Sembarangan (Stop BABS) di wilayah perkotaan dan pedesaan pada 2015; 2. Perbaikan pengelolaan persampahan, melalui implementasi 3R (reduce, reuse, recycle) dan TPA berwawasan lingkungan (sanitary landfill dan controlled landfill) ; 3. Pengurangan genangan air di 100 kota/kawasan. 4. Pembangunan sinergi vertikal dan horizontal dalam pembangunan sanitasi. 5. Meningkatkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pembangunan dan pengelolaan sanitasi di Daerah. 6. Memaksimalkan kontribusi seluruh stakeholder yang terkait. Sedangkan lingkup pelaksanaan PPSP di Daerah meliputi : DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
1. Penyiapan penyusunan Buku Putih 2. Penyusunan Strategi Pembanguanan Sanitasi Permukiman : a. Pelatihan Penyusunan Buku Putih b. Fasilitasi Penyusunan Dokumen Buku Putih Sanitasi, yang meliputi : 1. Kajian Data Sekunder / Aspek Teknis Operasional 2. Kajian kelembagaan 3. Kajian keuangan 4. Kajian komunikasi dan media 5. Kajian SSA 6. Kajian PMJK 7. Studi EHRA c. Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten / Kota d. Fasilitasi Penyusunan Dokumen Strategi Sanitasi e. Pelatihan Penyusunan Rencana Tindak Lanjut f. Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Lanjut g. Pelatihan Monev 3. Fasilitasi dan Penyusunan Program Memorandum 4. Fasilitasi dan Pelaksanaan (implementasi) 5. Fasilitasi dan Pelaksanaan Monev Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu Kabupaten yang telah melakukan
peminatan
untuk
mengikuti
program
PPSP,
sehingga
diharapkan ada koordinasi dan sinergi yang kuat dari semua stakeholders di tingkat Desa/ Kelurahan sampai dengan tingkat Kabupaten dalam proses penyusunan rencana, memorandum program, implementasi rencana hingga monitoring pelaksanaan PPSP. Dalam rangka penjabaran PPSP di Kabupaten Ponorogo diperlukan penyusunan Studi EHRA sebagai bagian dari penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Ponorogo yaitu studi yang mendalami sanitasi dan perilaku yang berhubungan dengan sanitasi yang telah ada, termasuk pengelolaan sampah rumah tangga, pembuangan air limbah domestik, drainase lingkungan / selokan sekitar rumah dan banjir, pengelolaan air
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
bersih rumah tangga, perilaku higiene
rumah tangga serta kejadian
penyakit diare.
1.2 Tujuan Tujuan pelaksanaaan studi EHRA terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. a. Tujuan Umum Tujuan umum studi EHRA adalah untuk mendapatkan deskripsi sanitasi Kabupaten baik dari aspek fisik (bangunan) maupun pengetahuan, sikap dan perilaku yang berisiko terhadap kondisi kesehatan rumah tangga dan warga lainnya. b. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi pengelolaan sampah rumah tangga 2. Mengidentifikasi pembuangan air limbah domestik 3. Mengidentifikasi drainase lingkungan/selokan sekitar rumah dan banjir 4. Mengidentifikasi kondisi pengelolaan air bersih rumah tangga 5. Mengidentifikasi pengelolaan air bersih rumah tangga 6. Mengidentifikasi perilaku higiene rumah tangga 7. Mengidentifikasi kejadian penyakit diare 8. Menilai Indek Resiko Sanitasi dan menentukan area resiko sanitasi
1.3 Dasar Hukum 1. Undang-Undang No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air ; 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ; 3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 2007) ; 4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah ; 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai;
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara ; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air ; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinisi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota. 10. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor 2 / MENKLH / 6 / 1988 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan ; 11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416 /Menkes / Per / IX / 90, tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air ; 12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492 / MENKES / PER / IV / 2010 tentang persyaratan kualitas air minum ; 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan. 14. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2000 tentang Pengendalian Pencemaran Air di Propinsi Jawa Timur ; 15. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Propinsi Jawa Timur. 16. Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013 17.Surat
Keputusan
Bupati
Ponorogo
Nomor
:
188.45/89/Kpts/433.013/2013, tanggal 25 Pebruari 2013 tentang Tim Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Ponorogo tahun 2013.
1.4
Ruang Lingkup
1.4.1 Wilayah Studi Daerah studi EHRA merupakan seluruh wilayah administratif Kabupaten Ponorogo. 1.4.2 Tahapan
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Tahapan pelaksanaan studi EHRA meliputi : 1. Diskusi dengan Tim EHRA penentuan clustering 2. Memperbaiki instrumen sesuai hasil diskusi 3. Mengkoordinasikan kerja lapangan 4. Melaksanakan Entry Data 5. Melaksanakan Data Cleaning 6. Melaksanakan Data Processing, analisa dan laporan awal 7. Umpan balik untuk POKJA, enumerator, Kelurahan dan Kecamatan 8. Laporan EHRA.
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
II BAB
Metodologi Dan Langkah Studi EHRA
Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan karena lingkungan merupaka salah satu dari beberapa studi primer yang harus dilakukan oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten/Kota untuk menyusun Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK). Studi EHRA ini memberi data ilmiah dan faktual tentang ketersediaan layanan sanitasi di tingkat rumah tangga dalam skala kabupaten/kota Sub sektor sanitasi yang menjadi obyek studi meliputi limbah cair domestik, limbah padat/sampah dan drainase lingkungan, serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) termasuk praktek Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Muatan pertanyaan dalam kuesioner dan lembar pengamatan telah diarahkan sesuai dengan lima pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Pengorganisasian pertanyaan dalam kuesioner dan lembar pengamatan berikut penomorannya dibuat sedemikian rupa sehingga mempermudah pelaksanaan survei, entri maupun analisa data hasil studinya. EHRA adalah studi yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni wawancara (interview) dan pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah Enumerator yang dipilih dari petugas Sanitarian, Petugas Promosi Kesehatan Puskesmas dan kader desa. Sementara Koordinator Tim EHRA, Supervisor dan Koordinator wilayah adalah personil dari Dinas kesehatan Kabupaten Ponorogo, kepala puskesmas dan sanitarian. Sebelum turun ke lapangan, para supervisor, koordinator wilayah dan enumerator mengikuti pelatihan enumerator selama 1 (satu) hari. Materi pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan pengamatan; pemahaman tentang instrumen EHRA; latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator; uji coba lapangan; dan diskusi perbaikan instrumen.
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Unit
sampling utama
(Primary
Sampling) adalah
Dusun/RW
di
Desa/Kelurahan. Unit sampling ini dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT di semua Dusun/RW dalam setiap Desa/Kelurahan yang telah ditentukan menjadi area survey. Jumlah sampel RT per Desa/Kelurahan minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT sebanyak 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per Desa/Kelurahan adalah 40 responden. Yang menjadi responden adalah Ibu atau anak yang sudah menikah dan berumur antara 18 s/d 65 tahun yang mampu dan bisa diajak berkomunikasi dengan baik. Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang untuk dapat diselesaikan dalam waktu sekitar 30-45 menit. Untuk mengikuti standar etika, informed consent wajib dibacakan oleh sanitarian sehingga responden memahami betul hak-haknya dan memutuskan keikutsertaan dengan sukarela dan sadar. Pekerjaan entri data dikoordinir oleh Tim dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo. Sebelum melakukan entri data, tim data entri terlebih dahulu mengikuti pelatihan singkat data entry EHRA yang difasilitasi oleh Tim EHRA Kabupaten. Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan pada struktur kuesioner dan perangkat lunak yang digunakan serta langkah-langkah untuk uji konsistensi yakni program EPI Info dan SPSS. Untuk quality control, tim spot check mendatangi 5% rumah yang telah disurvei. Tim spot check secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar-benar terjadi dengan standar yang ditentukan. Quality control juga dilakukan di tahap data entri.
Hasil entri dire-check kembali oleh tim
Dinkes Ponorogo. Sejumlah 5% entri kuesioner diperiksa kembali. Susunan Tim EHRA sebagai berikut: 1. Penanggungjawab
: Kabid P2PL Kabupaten Ponorogo
2. Koordinator Survey
: Kasie Penyehatan Lingkungan Dinkes Ponorogo
3. Anggota
: Anggota Pokja Sanitasi Ponorogo
4. Koordinator wilayah/kecamatan
: Kepala UPT Dinkes/Puskesmas
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
5. Supervisor
: Sanitarian Puskesmas
6. Tim Entry data
: Tim dari Dinkes
7. Tim Analisis data
: Anggota Pokja Sanitasi Ponorogo
8. Enumerator
: Sanitarian, petugas promkes Puskesmas, dan kader desa
2.1. Penentuan Target Area Survey Metoda penentuan target area survey dilakukan secara geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan clustering. Hasil clustering ini juga digunakan sebagai indikasi awal lingkungan berisiko.
Proses pengambilan
sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah ”Probability Sampling” dimana semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sementara metoda sampling yang digunakan adalah “Cluster Random Sampling”. Teknik ini sangat cocok digunakan di Kabupaten Ponorogo mengingat area sumber data yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan sampel didasarkan pada daerah populasi yang telah ditetapkan. Penetapan cluster dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP sebagai berikut: 1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap kabupaten/ kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat kecamatan dan kelurahan/ desa. 2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau kelurahan/ desa. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut: (∑ Pra-KS + ∑ KS-1) Angka kemiskinan = ---------------------------------- X 100% ∑ KK
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
3. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat 4. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, lamanya surut. Berdasarkan kriteria di atas, clustering wilayah Kabupaten Ponorogo menghasilkan katagori cluster sebagaimana dipelihatkan pada Tabel
1.
Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada cluster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu cluster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada cluster yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA ini bisa memberikan peta area berisiko Kabupaten Ponorogo. Tabel 1. Katagori Cluster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko
Katagori
Kriteria
Cluster Cluster 0
Wilayah desa/kelurahan yang tidak memenuhi sama sekali kriteria indikasi lingkungan berisiko.
Cluster 1
Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 1 kriteria indikasi lingkungan berisiko
Cluster 2
Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 2 kriteria indikasi lingkungan berisiko
Cluster 3
Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 3 kriteria indikasi lingkungan berisiko
Cluster 4
Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 4 kriteria indikasi lingkungan berisiko
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Clustering wilayah di Kabupaten Ponorogo menghasilkan katagori cluster sebagaimana dipelihatkan pada Tabel 2. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada cluster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi
area
survey
pada
suatu
cluster
akan
mewakili
kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada cluster yang sama.
Tabel 2. Hasil clustering desa/ kelurahan di Kabupaten Ponorogo No
Kluster
Kecamatan
Desa/ Kelurahan
Cluster 0 → 15 desa/ kel. 0 Kec. Slahung
2 desa/ kel. Kambeng
1 0 Kec. Bungkal
Pager
2 0 Kec. Sambit
Jerakah
3 0 Kec. Pudak
Bareng
4 0 Kec. Mlarak
Tugu Kaponan
5 6 0 Kec. Siman
Sawuh Mangunsuman
7 8 0 Kec. Sampung
Carangrejo Tulung Nglurup Wringinputih
9 10 11 12 0 Kec. Sukorejo
Kedungbanteng
13 0 Kec. Jenangan
Wates
14 0 Kec. Ngebel 15
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Desa/Kel. Sampling
Sempu
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Cluster 1 → 72 desa/ kel. Kec. Ngrayun 1 1 2 3 4
7 desa/ kel. Desa Baosan Kidul Desa Wonodadi Desa Sendang Desa Mrayan
1
Kec. Slahung
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Wates Ngilo-Ijo Ngloning Plancungan Jebeng Simo Crabak Gundik Nailan Gombang 1
Kec. Bungkal
15 16
Pelem Bediwetan 1
Kec. Sambit
17 18 19 20 21
Gajah Nglewan Bedingin Besuki Wilangan 1
Kec. Sawoo
22 23 24
Sawoo Kori Ngindeng 1
Kec. Sooko
25 26
Ngadirejo Jurug 1
Kec. Pudak Banjarjo Pudakwetan Krisik
27 28 29 1
Kec. Pulung
30 31
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Pulungmerdiko Banaran
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
1
Kec. Mlarak
32 33 34 35 36 37
Candi Siwalan Nglumpang Gontor Mlarak Suren 1
Kec. Siman Jarak Pijeran Patihankidul Ronowijayan
38 39 40 41 1
Kec. Jetis
42
Ngasinan 1
Kec. Balong Bulukidul Bulak Ngendut Ngumpul Muneng
43 44 45 46 47 1
Kec. Jambon
48 49 50 51 52 53
Krebet Jonggol Poko Beringinan Jambon Srandil 1
Kec. Badegan
54
Badegan 1
Kec. Sampung
55 56 57
Kunti Pohijo Jenangan 1
Kec. Sukorejo
58
Lengkong 1
Kec. Ponorogo
59 60 61
Tamanarum Nologaten Keniten 1
Kec. Babadan
62 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Kertosari
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
63 64 65 66 67 68 69 70
Patihan Wetan Kadipaten Gupolo Polorejo Bareng Pondok Purwosari Trisono 1
Kec. Ngebel
71 72
Wagirlor Pupus Cluster 2 → 139 desa/ kel. Kec. Ngrayun 2
1 2 3 4 5 6 7
12 desa/ kel. Desa Binade Desa Baosan Lor Desa Ngrayun Desa Temon Desa Selur Desa Cepoko Desa Gedangan
2
Kec. Slahung
8 9 10 11 12 13 14 15
Senepo Slahung Menggare Duri Galak Truneng Mojopitu Janti 2
Kec. Bungkal
16 17 18 19 20 21 22 23 24
Koripan Kalisat Munggu Bungkal Bancar Bungu Kupuk Kwajon Bedikulon 2
Kec. Sambit
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
25 26 27 28 29 30 31 32
Wringinanom Ngadisanan Bancangan Campurejo Bulu Sambit Bangsalan Kemuning 2
Kec. Sawoo
33 34 35 36 37 38 39 40
Pangkal Tempuran Sriti Temon Tugurejo Grogol Ketro Bondrang 2
Kec. Sooko
41 42 43
Suru Sooko Bedoho 2
Kec. Pudak
44 45
Pudakkulon Tambang 2
Kec. Pulung
46 47 48 49 50 51
Bedrug Pulung Serag Wayang Munggung Bekiring 2
Kec. Mlarak
52 53 54 55 56
Totokan Ngrukem Joresan Gandu Serangan 2
Kec. Siman
57 58 59 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Ngabar Madusari Beton
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
60 61 62 63 64
Brahu Tranjang Manuk Siman Tajug 2
Kec. Jetis
65 66 67 68 69
Kutuwetan Kradenan Jetis Turi Winong 2
Kec. Balong Pundak Sumberejo Singkil Karangan Jalen Karangmojo Sedarat Purworejo Tatung Ngampel
70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 2
Kec. Kauman
80 81 82 83 84 85 86 87
Tegalombo Nongkodono Sukosari Ngrandu Semanding Tosanan Carat Kauman 2
Kec. Jambon
88 89 90 91 92 93 94
Sendang Karanglokidul Bululor Blembem Pulosari Menang Sidoharjo 2
Kec. Badegan
95 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Watubonang
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
96
Biting 2
Kec. Sampung
97 98 99 100 101
Gelangkulon Karangwaluh Glinggang Pagerukir Sampung 2
Kec. Sukorejo
102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112
Karanglo Lor Golan Gandukepuh Nampan Sukorejo Bangunrejo Gelanglor Kranggan Serangan Prajegan Gegeran 2
Kec. Ponorogo
113 114 115 116 117
Brotonegaran Kauman Mangkujayan Banyudono Beduri 2
Kec. Babadan
118 119 120 121 122 123
Cekok Japan Ngunut Sukosari Lembah Babadan 2
Kec. Jenangan
124 125 126 127 128 129 130 131 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Mrican Singosaren Setono Ngrupit Pintu Panjeng Jimbe Semanding
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
132 133 134
Tanjungsari Nglayang Paringan 2
Kec. Ngebel
135 136 137 138 139
Ngrogung Sahang Talun Gondowido Ngebel Cluster 3 → 72 desa/ Kel. 3 Kec. Slahung
1 2 3
7 desa/ kel. Tugurejo Caluk Broto
3 Kec. Bungkal 4 5 6 7 8 9 10
Bekare Nambak Belang Ketonggo Kunti Padas Sambilawang 3 Kec. Sambit
11 12
Maguwan Campursari 3 Kec. Sawoo
13 14 15
Tumpuk Tumpak Pelem Prayungan 3 Kec. Sooko
16
Klepu 3 Kec. Pulung
17 18 19 20 21 22 23 24
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Karangpatihan Tegalrejo Wagirkidul Singgahan Patik Sidoharjo Wotan Plunturan
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Pomahan Kesugihan
25 26 3 Kec. Mlarak 27 28
Jabung Bajang 3 Kec. Siman
29 30 31 32
Demangan Sekaran Kepuhrubuh Ronosentanan 3 Kec. Jetis
33 34 35 36 37 38 39 40
Kutukulon Mojomati Coper Mojorejo Karanggebang Tegalsari Wonoketro Josari 3 Kec. Balong Karangkepatihan Ngraket Dadapan
41 42 43 3 Kec. Kauman 44 45 46 47 48
Nglarangan Bringin Ciluk Somoroto Plosojenar 3 Kec. Badegan
49 50 51 52 53 54 55
Dayakan Krangan Tanjungpunggung Karangjoho Tanjungrejo Bandaralim Kapuran 3 Kec. Sukorejo
56 57 58 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Morosari Sragi Kalimalang
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
59 60
Nambangrejo Sidorejo 3 Kec. Ponorogo
61 62 63 64 65 66 67
Pakunden Kepatihan Purbosuman Tonatan Bangunsari Tambakbayan Jingglong 3 Kec. Jenangan
68 69 70 71 72
Plalangan Sedah Jenangan Sraten Kemiri Cluster 4 → 9 desa/ Kel. 4 Kec. Balong
1 2
2 desa/ kel. Bajang Balong
4 Kec. Kauman Pengkol Gabel Maron
3 4 5 4 Kec. Ponorogo
Paju Surodikraman Pinggirsari Cokromenggalan
6 7 8 8
Hasil clustering wilayah desa/kelurahan di Kabupaten Ponorogo yang terdiri atas 307 desa/kelurahan menghasilkan distribusi sebegai berikut: 1)
cluster 0 sebanyak 4,89 %.
2)
cluster 1 sebanyak 23,45 %,
3)
cluster 2 sebanyak 45,28 %,
4)
cluster 3 sebanyak 23,45 %,
5)
dan cluster 4 sebanyak 2,93 %.
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Untuk lebih jelasnya distribusi desa kedalam cluster tersebut dapat dilihat pada
2.2. Penentuan Jumlah/Besar Responden Berdasarkan kaidah statistik, untuk menentukan jumlah sampel dapat dilakukan dengan menggunakan “Rumus Slovin” yaitu :
Keterangan : n adalah jumlah sampel N adalah jumlah populasi d
adalah
persentase
toleransi
ketidaktelitian
karena
kesalahan
pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir Berdasar data yang ada pada tahun 2013, jumlah KK Kabupaten Ponorogo sebanyak 247.081, maka didapat jumlah sampel sebesar 1680 sampel/responden. Dengan menggunakan kaidah yang ada bahwa distribusi sampel per kelurahan/desa sebesar 40 responden, maka jumlah desa yang dibutuhkan untuk pelaksanaan studi EHRA di Kabupaten Ponorogo tahun 2013 sebanyak 30 Desa/Kelurahan maka jumlah responden yang disurvey sebanyak 1200 Rumah Tangga.
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
2.3. Penentuan Kecamatan dan Desa / Kelurahan Area survey Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin di atas maka selanjutnya ditentukan lokasi studi EHRA dengan cara memilih sebanyak 307 desa/ kelurahan secara random. Hasil pemilihan ke- 307 desa/ kelurahan tersebut disajikan pada Tabel
3
sebagai berikut: Tabel 3. Kecamatan Dan Desa/Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA Di Kabupaten Ponorogo Desa/ Kelurahan
No Kluster Kecamatan Cluster 0 → 15 desa/ kel. 0 Kec. Slahung
Desa/Kel. Sampling
Jumlah Sampling
2 desa/ kel. Kambeng
1 0 Kec. Bungkal
Pager
2 0 Kec. Sambit
Jerakah
3 0 Kec. Pudak
Bareng
4 0 Kec. Mlarak
Tugu Kaponan
5 6 0 Kec. Siman
Sawuh Mangunsuman
7 8 0
Kec. Sampung Carangrejo Tulung Nglurup Wringinputih
9 10 11 12 0 Kec. Sukorejo
Kedungbanteng
13 Kec. 0 Jenangan
Wates
14 0 Kec. Ngebel
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Sawuh
40
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Sempu
15
Cluster 1 → 72 desa/ kel. 1
Desa Baosan Kidul Desa Wonodadi Desa Sendang Desa Mrayan
7 desa/ kel.
Mrayan
40
Gundik
40
Jurug
40
Kec. Slahung
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Wates Ngilo-Ijo Ngloning Plancungan Jebeng Simo Crabak Gundik Nailan Gombang 1
40
Kec. Ngrayun
1 2 3 4 1
Sempu
Kec. Bungkal
15 16
Pelem Bediwetan 1
Kec. Sambit
17 18 19 20 21
Gajah Nglewan Bedingin Besuki Wilangan 1
Kec. Sawoo
22 23 24
Sawoo Kori Ngindeng 1
Kec. Sooko
25 26
Ngadirejo Jurug 1
Kec. Pudak Banjarjo Pudakwetan Krisik
27 28 29 1
Kec. Pulung
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
30 31
Pulungmerdiko Banaran 1
Kec. Mlarak
32 33 34 35 36 37
Candi Siwalan Nglumpang Gontor Mlarak Suren 1
Kec. Siman Jarak Pijeran Patihankidul Ronowijayan
38 39 40 41 1
40
Bulak
40
Kunti Pohijo
40 40
Kec. Jetis
42
Ngasinan 1
Kec. Balong Bulukidul Bulak Ngendut Ngumpul Muneng
43 44 45 46 47 1
Kec. Jambon
48 49 50 51 52 53
Krebet Jonggol Poko Beringinan Jambon Srandil 1
Kec. Badegan
54
Badegan 1
Kec. Sampung
55 56 57
Kunti Pohijo Jenangan 1
Kec. Sukorejo
1
Kec. Ponorogo
58
59
Ronowijayan
Lengkong
Tamanarum
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
60 61
Nologaten Keniten 1
Kec. Babadan
62 63 64 65 66 67 68 69 70
Kertosari Patihan Wetan Kadipaten Gupolo Polorejo Bareng Pondok Purwosari Trisono 1
Kec. Ngebel
71 72
Wagirlor Pupus Cluster 2 → 139 desa/ kel. 2
Kec. Ngrayun
1 2 3 4 5 6 7
Desa Binade Desa Baosan Lor Desa Ngrayun Desa Temon Desa Selur Desa Cepoko Desa Gedangan 2
Kec. Slahung
8 9 10 11 12 13 14 15
Senepo Slahung Menggare Duri Galak Truneng Mojopitu Janti 2
16 17 18 19 20
12 desa/ kel.
Kec. Bungkal Koripan Kalisat Munggu Bungkal Bancar
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Galak
40
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
21 22 23 24
Bungu Kupuk Kwajon Bedikulon 2
Kec. Sambit
25 26 27 28 29 30 31 32
Wringinanom Ngadisanan Bancangan Campurejo Bulu Sambit Bangsalan Kemuning 2
Kec. Sawoo
33 34 35 36 37 38 39 40
Pangkal Tempuran Sriti Temon Tugurejo Grogol Ketro Bondrang 2
Kec. Sooko
41 42 43
Suru Sooko Bedoho 2
Kec. Pudak
44 45
Pudakkulon Tambang 2
52 53 54 55
40
Munggung
40
Kec. Pulung
46 47 48 49 50 51
Bedrug Pulung Serag Wayang Munggung Bekiring 2
Pudak kulon
Kec. Mlarak Totokan Ngrukem Joresan Gandu
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
56
Serangan 2
Kec. Siman
57 58 59 60 61 62 63 64
Ngabar Madusari Beton Brahu Tranjang Manuk Siman Tajug 2
Kutuwetan Kradenan Jetis Turi Winong Kec. Balong Pundak Sumberejo Singkil Karangan Jalen Karangmojo Sedarat Purworejo Tatung Ngampel
70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 2
Kec. Kauman
80 81 82 83 84 85 86 87
Tegalombo Nongkodono Sukosari Ngrandu Semanding Tosanan Carat Kauman 2
88 89 90 91
40
Kutu wetan
40
Kec. Jetis
65 66 67 68 69 2
Tajug
Kec. Jambon Sendang Karanglokidul Bululor Blembem
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
92 93 94
Pulosari Menang Sidoharjo 2
Kec. Badegan
95 96
Watubonang Biting 2
Kec. Sampung
97 98 99 100 101
Gelangkulon Karangwaluh Glinggang Pagerukir Sampung 2
Kec. Sukorejo
102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112
Karanglo Lor Golan Gandukepuh Nampan Sukorejo Bangunrejo Gelanglor Kranggan Serangan Prajegan Gegeran 2
Brotonegaran Kauman Mangkujayan Banyudono Beduri
124
Kauman
40
Banyudono
40
Ngunut
40
Lembah
40
Kec. Babadan
118 119 120 121 122 123
Cekok Japan Ngunut Sukosari Lembah Babadan 2
40 40
Kec. Ponorogo
113 114 115 116 117 2
Gandukepuh Nampan
Kec. Jenangan Mrican
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
125 126 127 128 129 130 131 132 133 134
Singosaren Setono Ngrupit Pintu Panjeng Jimbe Semanding Tanjungsari Nglayang Paringan 2
135 136 137 138 139
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Paringan
40
Kec. Ngebel Ngrogung Sahang Talun Gondowido Ngebel
Cluster 3 → 72 desa/ Kel. 3 Kec. Slahung Tugurejo Caluk Broto 3 Kec. Bungkal Bekare Nambak Belang Ketonggo Kunti Padas Sambilawang 3 Kec. Sambit Maguwan Campursari 3 Kec. Sawoo Tumpuk Tumpak Pelem Prayungan 3 Kec. Sooko Klepu 3 Kec. Pulung Karangpatihan
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
7 desa/ kel.
Caluk
40
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
18 19 20 21 22 23 24 25 26
Tegalrejo Wagirkidul Singgahan Patik Sidoharjo Wotan Plunturan Pomahan Kesugihan
Tegalrejo
40
coper
40
Nglarangan
40
3 Kec. Mlarak 27 28
Jabung Bajang 3 Kec. Siman
29 30 31 32
Demangan Sekaran Kepuhrubuh Ronosentanan 3 Kec. Jetis
33 34 35 36 37 38 39 40
Kutukulon Mojomati Coper Mojorejo Karanggebang Tegalsari Wonoketro Josari 3 Kec. Balong Karangkepatihan Ngraket Dadapan
41 42 43 3 Kec. Kauman 44 45 46 47 48
Nglarangan Bringin Ciluk Somoroto Plosojenar 3 Kec. Badegan
49 50 51 52
Dayakan Krangan Tanjungpunggung Karangjoho
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
53 54 55
Tanjungrejo Bandaralim Kapuran 3 Kec. Sukorejo
56 57 58 59 60
Morosari Sragi Kalimalang Nambangrejo Sidorejo 3
Kec. Ponorogo
61 62 63 64 65 66 67
Pakunden Kepatihan Purbosuman Tonatan Bangunsari Tambakbayan Jingglong 3
68 69 70 71 72
1 2 3 4 5
6 7 8 8
Kepatihan
40
Plalangan Sedah
40 40
Kec. Jenangan Plalangan Sedah Jenangan Sraten Kemiri
Cluster 4 → 9 desa/ Kel. 4 Kec. Balong Bajang Balong 4 Kec. Kauman Pengkol Gabel Maron Kec. 4 Ponorogo Paju Surodikraman Pinggirsari Cokromenggalan
2 desa/ kel. Bajang
40
Maron
40
1,200
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Sumber : Hasil analisa Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo 2013
2.4. Penentuan RT dan Responden di Lokasi survey Unit sampling primer (PSU = Primary Sampling Unit) dalam EHRA adalah RT. Karena itu, data RT per RW per kelurahan mestilah dikumpulkan sebelum memilih RT. Jumlah RT per Desa/kelurahan adalah 8 (delapan) RT. Untuk menentukan RT terpilih maka metode yang digunakan adalah sebagai berikut : - Mengurutkan RT per Dusun/RW per Desa/kelurahan. - Menetukan Angka Interval (AI). Untuk menentukan AI, perlu diketahui jumlah total RT total dan jumlah yang akan diambil. • Jumlah total RT kelurahan : X. • Jumlah RT yang akan diambil : Y • Maka angka interval (AI) = jumlah total RT kelurahan / jumlah RT yang diambil. AI = X/Y (dibulatkan) misal pembulatan ke atas menghasilkan Z, maka AI = Z - Untuk menentukan RT pertama, ambil secara acak angka antara 1 – Z (angka random). Sebagai contoh, angka random (R#1) yang diperoleh adalah 3. - memilih RT berikutnya adalah 3 + Z= ... dst. Rumah tangga/responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling), hal ini bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Artinya, penentuan rumah itu bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun responden itu sendiri. Tahapannya adalah sbb: - Pergi ke RT terpilih untuk mendapatkan daftar rumah tangga atau bila tidak tersedia dibuat daftar rumah tangga berdasarkan pengamatan keliling dan wawancara dengan penduduk langsung. - Bagi jumlah rumah tangga (misal 25) dengan jumlah sampel minimal yang akan diambil, misal 5 (lima) diperoleh Angka Interval (AI) = 25/5 = 5 - Ambil/kocok angka secara random antara 1 – AI untuk menentukan Angka Mulai (AM), contoh adalah misal angka mulai 2 - Menentukan rumah selanjutnya adalah 2 + AI, 2 + 5 = 7 dst.
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
HASIL STUDI EHRA KABUPATEN PONOROGO
III BAB
3.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN Informasi terkait karakteristik responden yang di survey dibagi atas dasar beberapa variabel yaitu : hubungan responden dengan kepala keluarga, usia responden, status rumah responden,pendidikan terakhir, kepemilikan anak, dan jumlah anak laki-laki dan perempuan dalam kelompok umur; kurang dari 2 tahun, umur 2 – 5 tahun, 6 – 12 tahun, dan lebih dari 12 tahun. Jumlah anggota rumah tangga berhubungan dengan kebutuhan kapasitas fasilitas sanitasi. Semakin banyak jumlah anggota rumah tangga,maka semakin besar pula kapasitas yang dibutuhkan. Secara umum diketahui bahwa balita merupakan segmen populasi yang paling rentan terhadap penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air (water borne disease), kebersihan diri dan lingkungan. Dengan demikian, rumah tangga yang memiliki balita akan memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap masalah sanitasi dibandingkan rumah tangga yang tidak memiliki balita. Variabel yang terkait dengan status rumah, seperti kepemilikan diperlukan
untuk
memperkirakan
potensi
partisipasi
warga
dalam
pengembangan program sanitasi. Variabel yang terkait dengan pendidikan terakhir
responden
berkaitan
dengan
pola
pikir
dan
kecepatan
transformasi informasi sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat. Mereka
yang
memiliki
tingkat
pendidikan
lebih
tinggi
cenderung
mempunyai pola pikir yang terbuka dan mudah menerima hal-hal baru serta memiliki kecepatan yang baik dalam menerima informasi – informasi terkait dengan sanitasi dan perilaku hidup bersih sehat.
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Seperti dipaparkan dalam bagian metodologi, responden dalam studi EHRA adalah ibu atau perempuan yang telah menikah atau cerai atau janda yang berusia 18 – 60 tahun. Batas usia, khususnya batas atas diberlakukan secara fleksibel. Bila usia calon responden sedikit melebihi batas-atas (60 tahun),namun responden terdengar dan terlihat masih cakap untuk merespon pertanyaan-pertanyaan dari pewawancara, maka calon responden itu dipertimbangkan masuk dalam prioritas responden. Sebaliknya, meskipun usia responden belum mencapai 60 tahun tapi bila perfoma komunikasinya kurang memadai, maka ibu itu dapat dikeluarkan dari daftar calon responden.
Grafik 3.1.1 Kelompok umur responden
Dilihat dari grafik 3.1.1 menunjukkan bahwa kelompok umur > 45 tahun menduduki frekuensi yang terbanyak yaitu 489 responden (40,9%). Grafik 3.1.2 Status rumah yang ditempati responden
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Dari grafik 3.1.2 diketahui bahwa status rumah responden yang disurvei sebanyak 1200 atau sekitar 79,2% menempati rumah sendiri, hal ini berarti bahwa potensi partisipatif untuk dilaksanakan pengembangan sanitasi akan lebih besar karena sense of ownership responden juga lebih besar. Grafik 3.1.3. Pendidikan terakhir responden
Dari grafik 3.1.3 Dapat diketahui bahwa pendidikan terakhir responden terbanyak adalah tamat SD sebanyak 465 responden (38,8%), kondisi seperti ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan warga Kabupaten Ponorogo
adalah
sebagian
besar
tamat
SD
sehingga
potensi
pengetahuan warga dalam program sanitasi tergolong masih rendah.
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Grafik 3.1.4 Kepemilikan SKTM
Dari grafik 3.1.4 Diketahui bahwa sebagian besar responden yang disurvei, sebanyak 958 atau sekitar 80,0% tidak memiliki SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu ). SKTM adalah Surat yang menerangkan bahwa Keluarga pemegang surat tersebut adalah termasuk Keluarga tidak mampu. Dari data tersebut menggambarkan bahwa sebagian besar keluarga di Kabupaten Ponorogo bukan termasuk Keluarga Miskin Grafik 3.1.5 Kepemilikan askeskin
Dari grafik 3.1.5 Diketahui bahwa sebagian besar responden yang disurveI, sebanyak 957 atau sekitar 80% tidak memiliki kartu askeskin.
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Dengan demikian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden bukan Keluarga Miskin Grafik 3.1.6 Kepemilikan anak
Dari grafik 3.1.6 diatas dapat diketahui bahwa 89,7% atau 1111 responden yang diwawancarai telah memiliki anak.
3.2 PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA EHRA
mempelajari sejumlah
aspek
terkait
dengan
masalah
penanganan sampah, yakni : 1. Kondisi sampah di lingkungan, 2. Cara pengelolaan sampah rumah tangga, 3. Praktik pemilahan sampah, 4. Frekuensi petugas pengangkutan sampah oleh petugas 5. Pendapat tentang ketepatan pengangkutan sampah bagi rumah tangga yang menerima layanan pengangkutan sampah 6. Pembiayaan layanan pengangkutan sampah 7. Pihak penerima pembayaran layanan sampah 8. Jumlah biaya iuran sampah tiap bulan Cara utama pembuangan sampah di tingkat rumah tangga diidentifikasi melalui jawaban verbal yang disampaikan responden. Kuisioner mengenai kondisi sampah di lingkungan terdapat 9 (sembilan) opsi jawaban, yakni a) Banyak sampah berserakan atau bertumpuk di
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
sekitar lingkungan, b) Banyak lalat disekitar tumpukan sampah, c) Banyak tikus berkeliaran d) Banyak nyamuk, e) Banyak anjing dan kucing mendatangi tumpikan sampah, f) Bau busuk yang mengganggu, g) Menyumbat
saluran
drainase,
h)
Ada
anak-anak
yang
bermain
disekitarnya, i) Lainnya. Di antara opsi jawaban diatas opsi jawaban b, c, d, dan e mempunyai resiko kesehatan yang besar dari opsi jawaban a karena dilokasi tersebut sudah berfungsi sebagai tempat dan sarana berkembang biaknya vektor penyakit dan didatangi oleh binatang pengganggu yang berpotensi untuk menyebarkan berbagai penyakit. Sedangkan opsi jawaban f,g,h mempunyai resiko kesehatan tertinggi karena lokasi tersebut secara langsung bisa memberikan dampak bagi manusia secara langsung yaitu bau yang mengganggu kenyamanan, dampak banjir yang ditimbulkan akibat drainase yang tersumbat dan dampak kesehatan pada anak-anak yang bermain disekitar lokasi sampah tersebut. Kuesioner cara pengelolaan sampah rumah tangga dari sisi layanan pengangkutan, EHRA melihat aspek frekuensi atau kekerapan–ketepatan waktu dalam pengangkutan. Meskipun sebuah rumah tangga menerima pelayanan, risiko kesehatan tetap tinggi bila frekuensi pengangkutan sampah terjadi lebih dari satu minggu sekali. Sementara, ketepatan pengangkutan digunakan untuk meggambarkan seberapa konsisten ketetapan/ kesepakatan tentang frekuensi pengangkutan sampah yang berlaku. Di sebagian besar kota di lndonesia, penanganan sampah merupakan masalah yang memprihatinkan. Dalam banyak kasus, beban sampah yang diproduksi rumah tangga ternyata tidak bisa ditangani oleh sistem persampahan yang ada. Untuk mengurangi beban di tingkat kota, banyak pihak mulai melihat pentingnya pengelolaan/pengolahan di tingkat rumah tangga, yakni dengan pemilahan sampah dan pemanfaatan atau penggunaan ulang sampah, misalnya sebagai bahan untuk kompos. Dengan latar belakang semacam ini, EHRA kemudian memasukan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan kegiatan pemilahan sampah
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
di tingkat rumah tangga serta melakukan pengamatan yang tertuju pada kegiatan-kegiatan pengomposan. Terakhir, kader-kader EHRA mengamati wadah penyimpanan sampah di rumah tangga. Wadah yang rnengandung risiko kecil adalah wadah yang permanen atau setidaknya terlindungi dari capaian binatang seperti ayam atau anjing, Bak permanen atau keranjang yang tertutup dapat dikategorikan sebagai wadah yang relatif terlindungi dibandingkan dengan kantong plastik yang mudah sobek. Hasil survey pada 1.200 responden di Kabupaten Ponorogo di dapat hasil wawancara dan pengamatan penanganan sampah rumah tangga di dapur sebagai berikut : Grafik 3.2.1 Kondisi sampah di sekitar lingkungan rumah
Dari grafik 3.2.1 diatas dapat dilihat bahwa akibat kondisi sampah yang kurang baik di Kabupaten Ponorogo terbanyak adalah banyak nyamuk, hal ini sangat berpotensi untuk penularan penyakit.
Grafik 3.2.2. Penanganan sampah rumah tangga tiap kluster
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Dari grafik 3.2.2 dapat diketahui bahwa secara keseluruhan di Kabupaten Ponorogo pengelolaan sampah rumah tangga terbanyak adalah dengan cara dibakar yaitu sebanyak 723 rumah tangga ( 60,5% )
Grafik 3.2.3. Frekuensi layanan pengangkutan sampah oleh petugas
Dilihat
dari
grafik
3.2.3
diatas,
data
layanan
petugas
pengangkutan sampah dianalisis berdasarkan jumlah responden yang menangani sampah rumah tangga dengan mengumpulkan di petugas informal Diagram 3.2.4 Diagram responden yang melakukan pemilahan sampah
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Kondisi Responden yang melakukan pemilahan sampah yang ada di Kabupaten Ponorogo dapat dilihat bahwa 9,3% responden melakukan pemilahan sampah dan 90,7% tidak melakukan pemilahan Sampah yang tidak dipilah sebelum dibuang akan beresiko menimbulkan kecelakaan (untuk sampah jenis pecahan kaca dan logam), menjadi tempat perindukan serangga dan nyamuk (untuk sampah bekas wadah yang bisa menampung air bila terjadi hujan), menyulitkan penguraian oleh mikroba (untuk sampah plastic) dan bisa menimbulkan bahaya kebakaran ( untuk sampah yang mudah terbakar seperti kertas dan daun-daun kering)
3.3 Pembuangan Air Limbah Domestik Praktik BAB (buang air besar) di tempat yang tidak aman adalah salah satu faktor risiko bagi turunnya status kesehatan masyarakat. Selain mencemari tanah (field), praktik semacam itu dapat mencemari sumber air minum warga. Yang dimaksud dengan tempat yang tidak aman bukan hanya tempat BAB di ruang terbuka, seperti di sungai/ kali/ got/ kebun, tetapi juga penggunaan sarana jamban di rumah yang mungkin dianggap nyaman, namun sarana penampungan dan pengolahan tinjanya tidak memadai, misalnya yang tidak kedap air dan berjarak terlalu dekat dengan sumber air minum. Bagian ini memaparkan fasilitas sanitasi rumah tangga beserta beberapa perilaku yang terkait dengannya. Fasilitas sanitasi difokuskan DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
pada fasilitas buang air besar (BAB) yang mencakup jenis jamban yang tersedia, penggunaan, pemeliharaan, dan kondisinya. Untuk tempat pembuangan air kotor/ limbah tinja manusia, EHRA menyediakan pilihan jawaban sebanyak 9, yaitu; jamban pribadi, MCK / WC umum, WC helikopter di empang / kolam, sungai/pantai/laut, kebun/pekarangan rumah, lubang galian, lainnya dan tidak tahu. Sedangkan jenis jamban, EHRA membaginya ke dalam 5 (lima) kategori besar, yakni kloset jongkok leher angsa, kloset duduk leher angsa, plengsengan, cemplung dan tidak punya kloset. Untuk mengetahui bagaimana kebiasaan masyarakat disekitar responden, EHRA melanjutkan pertanyaan dengan masih ada atau tidak orang diluar anggota ditempat terbuka dan siapa saja orang-orang itu jika ada. Opsi jawaban yang diberikan oleh EHRA ada 11 yaitu, anak laki-laki umur 5-12 tahun, anak perempuan umur 5-12 tahun, remaja laki-laki, lakilaki dewasa, perempuan dewasa, laki-laki tua, perempuan tua, masih ada tapi tidak jelas siapa, dan tidak ada. Pilihan-pilihan pada dua kategori pertama kemudian dispesifikasikan lebih lanjut dengan melihat tempat penyaluran tinja yang mencakup tangki septik,
cubluk/lubang
tanah,
langsung
ke
saluran
drainase,
sungai/danau/pantai, kebun/sawah dan lainnya. Karena informasi jenis jamban rumah tangga didapatkan melalui wawancara, maka terbuka kemungkinan munculnya salah persepsi tentang jenis yang dimiliki, khususnya bila dikaitkan dengan sarana penyimpanan/ pengolahan. Warga seringkali mengklaim bahwa yang dimiliki adalah tangki septik. Padahal, yang dimaksud adalah tangki yang tidak kedap air atau cubluk, yang isinya dapat merembes ke tanah. Karenanya, EHRA juga mengajukan
sejumlah
pertanyaan
konfirmasi
yang
dapat
dapat
mengindikasikan status keamanan tangki septik yang dimiliki rumah tangga. Pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud antara lain, Sudah berapa lama tangki septik itu dibangun? Kapan tangki septik dikosongkan?; Siapa yang mengosongkan dan apakah ibu tahu kemana lumpur tinja dibuang saat tangki dikosongkan?
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Lebih jauh tentang kondisi jamban, Studi EHRA melakukan sejumlah pengamatan pada bangunan jamban/ WC/ latrin yang ada di rumah tangga. Ada sejumlah aspek/ fasilitas yang diamati oleh enumerator, misalnya ketersediaan air, sabun, alat pengguyur atau gayung, dan handuk. Enumerator EHRA juga mengamati aspek-aspek yang terkait dengan kebersihan jamban dengan melihat apakah ada air yang tersedia dalam ruangan jamban atau tidak, tersedia sabun atau tidak, dan ada jentik atau tidak dalam bak airnya. Selain itu, enumerator juga mengamati apakah lantai dan dinding jamban bebas tinja atau tisu bekas atau bekas pembalut, serta bebas kecoa.
Juga diamati keberadaan gayung untuk menyiram air dan
berfungsinya alat penyiram untuk kloset duduk. Hal ini dilakukan untuk mengetahui semaksimal mungkin faktor resiko yang bisa terjadi akibat kloset yang tidak terpakai maupun tidak berfungsi. Terakhir, bab ini pun memaparkan informasi tentang kebiasaan anak balita dalam BAB dip kesehatan manusia seperti
tempat yang bisa
beresiko terhad lantai, kebun, jalan,selokan dan selokan serta kemana biasanya orang tua membuang tinja balita jika anak balianya BAB. Hasil studi EHRA tentang pembuangan air limbah domestik adalah sebagai berikut : Grafik 3.3.1 Tempat BAB anggota keluarga yang sudah dewasa.
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Dari grafik 3.3.1 diatas dapat diketahui bahwa kondisi umum di Kabupaten Ponorogo masyarakatnya sudah membuang kotorannya di jamban pribadi, namun masih ada sebagian kecil yang BAB di tempat terbuka seperti di WC helikopter di lubang galian, sungai, kebun maupun parit.
Grafik 3.3.2 Orang sekitar yang BAB di tempat terbuka.
Untuk mengetahui lebih jauh kondisi wilayah sekitar, Studi EHRA mempertanyakan orang diluar anggota keluarga responden yang mungkin masih ada yang BAB di tempat terbuka. Hasilnya sebagaimana terlihat
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
dalam grafik 3.3.2 yaitu sebagian besar responden menjawab tidak ada yaitu sekitar 915 responden (76,2%), namun tidak sedikit responden yang menjawab ada dan ini perlu diwaspadai agar upaya untuk menciptakan wilayah Kabupaten ODF benar-benar tercapai. Grafik 3.3.3 Kepemilikan jamban keluarga di rumah responden
Dari grafik 3.3.3 diatas dapat diketahui bahwa 1064 responden (88,8%) memiliki jamban jenis kloset jongkok leher angsa, dan 134 responden (11,2%) memiliki jamban jenis kloset duduk siram leher angsa.
Grafik 3.3.4 Kepemilikan dan jenis jamban per kluster.
Dari grafik 3.3.4 diketahui Kepemilikan jamban terbanyak dari semua jenis jamban ada di kluster 2, sedangkan kepemilikan jamban terendah di kluster 4.
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Grafik 3.3.5 Tempat penyaluran buangan akhir tinja
Dari grafik 3.3.5 diatas diketahui bahwa sebagian besar masyarakat Kabupaten Ponorogo mengelola buangan akhir kotorannya di tangki septik yaitu sebanyak 887 responden (73,9%), di cubluk sebanyak 159 responden 13,2%). Tetapi masih ada sebagian yang belum mengelola buangan akhir tinjanya dengan baik yaitu dengan dibuang di saluran drainase, pipa sewer, sungai, kolam kebun, dan lainnya serta yang tidak tahu tempat penyalurannya.
Grafik 3.3.6 Grafik penyaluran buangan akhir tinja yang tidak dikelola dengan baik per kluster
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Dari grafik 3.3.6 diatas diketahui bahwa penyaluran buangan akhir tinja yang tidak dikelola dengan baik terdapat pada kluster 2 dan 4, dengan demikian resiko kesehatan terbesar terdapat pada kluster 2 dan 4. Selanjutnya EHRA berusaha menggali permasalahan mengenai septik tank (tangki septik) yang dimiliki responden dengan jumlah responden yang memiliki tempat penyaluran buangan akhir tinja berupa tangki septik sebanyak 887 buah. Grafik 3.3.7 Lama tangki septik dibangun
Untuk
memperoleh
gambaran
berapa
lama
masyarakat
menggunakan Kloset baik duduk maupun jongkok dapat diketahui dari grafik 3.3.7 diatas. Dari grafik 3.3.7 tersebut dapat dketahui dari 565 responden yang memiliki tangki septik tank, sebagian besar tangki septik tank tersebut dibangun sekitar 1-5 tahun yang lalu yaitu 31%.
Grafik 3.3.8 Tangki septik terakhir dikosongkan
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Tangki septik yang sudah dibangun masyarakat Kabupaten Ponorogo masih jarang yang sudah terisi sampai penuh, hal ini terbukti dari jawaban kuesioner waktu terakhir pengosongan tangki septik responden yang mana kebanyakan responden menjawab tidak pernah mengosongkan tangki septiknya yaitu sebanyak 807 responden atau 90% dari 887 responden yang mempunyai septik tank. Sedangkan 60 lainnya pernah mengosongkan septik tank yaitu selama 0-12 bulan lalu, 1-5 tahun lalu, >5- 10 tahun lalu, > 10 tahun lalu, dan 20 responden tidak tahu berapa lama waktu pengosongan septik tank yang ia miliki.
Grafik 3.3.9 Siapa yang mengosongkan tangki septic
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Ada sebagian responden yang sudah pernah mengosongkan tangki septiknya
namun
banyak
yang
tidak
tahu
siapa
yang
mengosongkan/menguras tangki septik ini yaitu sebanyak 25 responden (31,2%),
ada
juga
responden
yang
membayar
tukang
untuk
mengosongkan tangki septiknya yaitu sebanyak 2 responden (2,5%), mengosongkan sendiri 11 responden (13,8%) dan yang menggunakan layanan sedot tinja sebanyak 42 responden (52,5%).
Grafik 3.3.10 Tempat pembuangan lumpur tinja saat tangki septik Dikosongkan
Pada saat tangki septik dikosongkan ( sebagaimana terlihat dari grafik 3.3.10), sebagian besar responden tidak tahu kemana lumpur tinjanya dibuang yaitu 66 responden 82,5%), ada sebagian yang dibuang
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
ke sungai sebanyak 8 responden (10%), dikubur di halaman sebanyak 3 responden (3,8%) dan di tempat lainnya ada 3 responden (3,38%).
Grafik 3.3.11 Kebiasaan BAB anak balita sembarangan (di lantai, kebun, selokan, sungai)
Dari sejumlah responden yang mempunyai anak yang masih balita sesuai grafik 3.3.11 anak balitanya tidak pernah atau tidak terbiasa BAB di tempat terbuka seperti lantai, kebun, maupun sungai/selokan, yaitu sebesar 354 responden (29,5%). Tapi tetap harus diwaspadai karena juga tidak sedikit yang masih BAB di tempat terbuka sebesar 66 responden (5,5%) kadang- kadang dan 63 responden (5,2%) sangat sering.
Grafik 3.3.12 Tempat membuang tinja anak
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
dari grafik 3.3.12 diatas diketahui bahwa sebagian besar ibu tidak tahu di mana tempat membuang tinja anaknyayaitu sebanyak 742 responden 61,81%), namun sebagian besar lagi tempat membuang tinja anak balita sudah di jamban yaitu sebanyak 401 responden (33,4%), tetapi masih ada sebagian membuang tinja para balitanya di tempat sampah 3 responden (0,2%), di kebun 13 responden (1,1%), di sungai 35 responden (2,9%) dan ditempat lainnya sebanyak 6 responden (0,5%).
Grafik 3.3.13 Praktik pembuangan kotoran anak balita
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Dari grafik 3.3.13 diatas terlihat bahwa balita yang masih BAB di tempat terbuka dengan kategori sering ada pada kluster 1. Dengan demikian kluster 1 mempunyai resiko kesehatan yang besar dengan frekuensi sering ada 22 responden.
3.4 Drainase Lingkungan Sekitar Rumah dan Banjir Drainase lingkungan merupakan sarana yang penting dalam sanitasi. Selain itu darinase berfungsi juga mengalirkan limbah cair dari rumah rangga seperti dapur, kamar mandi, tempat cucian dan juga wastafel. Drainase yang buruk akan menimbulkan banjir pada waktu hujan, selain itu juga akan membuat genangan air dari limbah cair rumah tangga. Bila kondisinya demikian akan menjadi tempat perindukan nyamuk yang bisa menularkan berbagai penyakit seperti demam berdarah, chikungunya, juga filariasis. Oleh karena itu studi EHRA juga membidik drainase sebagai obyek kajiannya.
Pembahasan
lebih
detail
tentang
kepemilikan
saluran
pembuangan air limbah, tempat pembuangan limbah cair rumah tangga, pengalaman banjir yang terjadi dan menimpa rumah tangga di Kabupaten Ponorogo, termasuk waktu terakhir banjir, kerutinan, frekuensi dalam setahun, apakah banjir sampai masuk rumah, tinggi air yang masuk di rumah, dan lama air mengering.
Grafik 3.4.1 Kepemilikan saluran pembuangan air limbah rumah tangga
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Dari grafik 3.4.1 diatas dapat diperoleh gambaran bahwa rumah tangga yang mempunyai saluran pembuangan air limbah ( SPAL ) di Kabupaten Ponorogo sebanyak 810 responden atau sebesar 68,8 % dan rumah tangga yang tidak mempunyai SPAL sebanyak 367 responden atau sebesar 31,2%. Tabel 3.4.2 Tempat pembuangan limbah rumah tangga Dapur No 1 2 3 4 5 6 7 8
Di buang ke Sungai /Kanal Jalan / Halaman Saluran Terbuka Saluran Tertutup Lubang Galian Pipa Saluran Pembuangan Pipa IPAL Sanimas Tidak Tahu
n 281 152 245 165 36 57 0 0
% 33.8 18.3 29.5 19.9 4.3 6.9 0 0
Kamar Mandi n % 281 33.8 142 17.1 221 26.6 195 23.5 40 4.8 59 7.1 0 0 0 0
Tmpt Cuci Pakaian n % 281 33.8 143 17.2 239 28.8 176 21.2 40 4.8 58 7 0 0 0 0
Wastafel n 67 12 33 43 7 40 0 0
% 8.1 1.4 4 5.2 0.8 4.8 0 0
Dari tabel 3.4.2 dapat diketahui bahwa pembuangan limbah rumah tangga dari dapur, kamar Mandi dan Tempat cuci pakaian ke sungai mempunyai jumlah yang paling besar yaitu 281 (33,8%). Ini menunjukkan bahwa sungai / kanal menjadi tempat favorit masyarakat Ponorogo untuk membuang limbah. Hal ini tentunya kalau dibiarkan berkelanjutan akan menimbulkan pencemaran sungai dan terganggunya ekosistem
Grafik 3.4.3 Kejadian banjir di lingkungan sekitar responden
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Dari grafik 3.4.3 diatas diperoleh gambaran sebagian besar wilayah di Kabupaten Ponorogo dari keterangan responden menyebutkan 1.074 responden atau 89,5% tidak pernah terkena banjir. Grafik 3.4.4 Frekuensi kejadian banjir per kluster
Dari grafik 3.4.4 diatas terlihat bahwa responden terbanyak terkena banjir ( resiko kesehatan terbesar ) masuk ke dalam kluster 4 dengan prosentase 27,5 % terkena banjir beberapa kali dalam setahun dan 31,2 % sekali dalam setahun. Grafik 3.4.5 Kejadian terendamnya WC/Jamban ketika banjir
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Banjir yang melanda wilayah Kabupaten Ponorogo sebagian menyebabkan terendamnya WC/Jamban sebagaimana terlihat pada grafik 3.4.5 diatas yaitu sebesar 14 responden (42,4%) yang menyatakan banjir selalu merendam WC atau jamban sebanyak 10 responden (30,3%). Banjir yang merendam WC atau jamban tentunya sangat berbahaya karena akan menyebarkan kuman penyakit yang ada dalam tinja ke masyarakat luas. Grafik 3.4.6 Lama banjir merendam lingkungan
Lama kejadian banjir di Kabupaten Ponorogo sebagaimana terlihat grafik 3.4.6, sebagian besar berlangsung lebih dari satu hari berdasarkan jawaban responden sebesar 15 (45,5%). 3.5 Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga Bagian ini menyajikan informasi mengenai kondisi akses sumber air untuk minum, masak,mencuci dan gosok gigi bagi rumah tangga di Kabupaten Ponorogo. Hal yang diteliti dalam EHRA terdiri dari 2 (dua) hal utama, yakni 1) sumber air yang digunakan rumah tangga, dan 2) pengolahan, penyimpanan dan pengamanan air yang baik dan hygiene. Kedua aspek ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan tingkat risiko kesehatan bagi anggota di suatu rumah tangga. Terkait dengan sumber air, studi EHRA mempelajari tentang jenis sumber air untuk keperluan minum, mandi, memasak, dan gosok gigi.
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Yang menggunakan sumber air dari ledeng atau PDAM ditanyakan juga tentang penurunan volume yang dialami dan penurunan kualitasnya. Kemudian untuk jenis sumur gali/ sumur bor/ sumur pompa ditanyakan jarak sumber air tersebut dengan tempat penampungan atau pembuangan tinja. Dari sisi jenis sumber air diketahui bahwa sumber-sumber air memiliki tingkat keamanannya tersendiri. Ada jenis-jenis sumber air yang secara global dinilai sebagai sumber yang relatif aman, seperti air ledeng/ PDAM, sumur bor, sumur gali terlindungi, mata air terlindungi dan air hujan (yang ditangkap, dialirkan dan disimpan secara bersih dan terlindungi). Di lain pihak, terdapat sumber-sumber yang memiliki risiko yang lebih tinggi sebagai media transmisi patogen ke dalam tubuh manusia, di antaranya adalah,sumur atau mata air yang tidak terlindungi dan air permukaan, seperti air kolam, sungai,parit ataupun irigasi. Suplai atau kuantitas air pun memegang peranan. Para pakar higinitas global melihat suplai air yang memadai merupakan salah satu faktor
yang
mengurangi
risiko
terkena
penyakit-penyakit
yang
berhubungan dengan diare. Sejumlah studi mengonfirmasi bahwa mereka yang memiliki suplai air yang memadai cenderung memiliki risiko terkena diare yang lebih rendah, karena sumber air yang memadai cenderung memudahkan
kegiatan
higinitas
secara
lebih
teratur.
Karenanya,
kelangkaan air dapat dimasukkan sebagai salah satu faktor risiko (tidak langsung) bagi terjadinya kesakitan-kesakitan seperti gejala diare. Terkait dengan pengolahan, penyimpanan dan pengamanan air yang hygiene studi EHRA mempelajari tentang penyimpanan air, tempat yang digunakan untuk menyimpan, cara mengambil air, pengolahan air sebelum diminum, cara pengolahannya, penyimpanan air setelah diolah, alat penyimpanan air setelah diolah, juga penggunaan air olahan selain untuk minum. Hal-hal tersebut penting dipelajari karena terkait dengan risiko kesehatan bagi anggota rumah tangga tersebut. Berikut hasil studi EHRA selengkapnya:
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Tabel 3.5.1 Asal sumber air yang digunakan untuk berbagai kegiatan responden. No
Asal Air
Minum
Masak
Cuci Piring
Cuci Pakaian
173
9
2
1
1
59
12
5
5
5
163
180
176
175
176
4 Air hidran umum - PDAM
8
9
9
9
9
5 Air kran umum -PDAM/PROYEK
3
4
4
4
4
6 Air sumur pompa tangan/listrik
390
452
462
459
444
7 Air sumur gali terlindungi
284
314
313
0
0
1 Air botol kemasan 2 Air isi ulang 3 Air Ledeng dari PDAM
Gosok Gigi
Dari tabel 3.5.1 diatas, menunjukkan bahwa sumber air yang digunakan untuk kebutuhan minum, masak, cuci piring dan gelas, cuci pakaian dan gosok gigi yang terbanyak berasal dari sumur pompa tangan/listrik. Sumur bor yang ditarik dengan pompa tangan atau listrik mempunyaii resiko pencemaran yang relatif rendah.
Grafik 3.5.2 Tingkat kesulitan dalam mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Dari grafik 3.5.2 menunjukkan bahwa kondisi responden yang tidak pernah kesulitan mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari sejumlah 1.003 responden atau 83,6%. Sisanya adalah responden dengan kategori pernah merasakan kesulitan air yang biasanya melanda waktu musim kemarau panjang. Dari beberapa responden yang pernah mengalami kesulitan mendapatkan air ini, terbanyak adalah responden yang mengalami kesulitan hanya beberapa jam saja yaitu sebesar 68 responden atau 5,7%, dan yang terparah/resiko kesehatan terbesar adalah yang pernah mengalami kesulitan mendapat air dalam waktu terlama (lebih satu minggu) yaitu sebesar 49 responden atau 4,1%. Grafik 3.5.3 Tingkat kepuasan responden terhadap kualitas sumber air yang digunakan.
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Dari grafik 3.5.3 terlihat bahwa sebagian besar responden merasa puas terhadap kualitas air yang digunakan yaitu sebesar 1156 atau 44,4%. Grafik 3.5.4 Jarak sumber air yang digunakan dengan tempat pembuangan tinja
Jarak antara sumber air dengan tempat penampungan air sangat diperhatikan karena jarak ini ditengarai sangat menentukan terhadap kejadian tercemarnya air terhadap mikroorganisme patogen (E coli). Dari grafik 3.5.4, terlihat bahwa jumlah yang jaraknya lebih 10 Meter ada sebanyak 779 responden (64,9%), dan yang kurang dari 10 Meter sebanyak 162 responden atau 13,5% . Grafik 3.5.5 Tempat responden menyimpan air yang sudah diolah untuk diminum
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Dari grafik 3.5.5 ditunjukkan bahwa sebagian besar warga Kabupaten Ponorogo menggunakan panci dengan tutup untuk menyimpan air sebelum dikonsumsi / di minum sesuai jawaban responden sebanyak 675 responden (68,4%). Grafik 3.5.6 Cara pengambilan air untuk minum, masak, cuci piring dan gelas serta gosok gigi dari tempat penyimpan air.
Cara untuk mengambil air untuk keperluan minum, masak, cuci piring/gelas dan gosok gigi penting untuk diketahui. Hal ini berhubungan dengan kemungkinan pencemaran air yang disimpan. Cara mengambil air langsung dari dispenser,dengan menggunakan gayung, relatif lebih aman bila dibandngkan dengan menggunakan gelas. Hal ini dikarenakan air DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
terjaga dari sentuhan tangan secara langsung. Tetapi dengan gelas kemungkinan tangan menyentuh langsung air lebih besar, karena sebagian besar gelas tanpa pegangan. Bila dilihat dari grafik 3.5.6 diatas kondisinya relatif masih aman karena proporsi terbesar air untuk keperluan minum, masak, cuci, piring gelas dan gosok gigi sebagian besar diambil menggunakan gayung yaitu berdasarkan jawaban responden sebanyak 804 responden atau 81,5%. Hanya disini dihimbau agar dalam pengambilan ini harus hati-hati agar dijaga betul-betul agar tangan tidak menyentuh air. Perlu diperhatikan juga tempat untuk menaruh gayung yaitu sebaiknya gayung digantung sendiri dan gayung yang dipakai adalah gayung yang ada tangkainya dengan panjang tangkai mencukupi. 3.6 Perilaku Higiene Perilaku higiene / sehat menjadi fokus perhatian dalam bagian ini, Perilaku higiene sehat dalam studi EHRA dikaitkan dengan pemakaian sabun. Pemakaian sabun penting untuk dikaji karena sabun adalah salah satu desinfektan yang dapat mencegah masuk dan berkembangnya kuman patogen ke dalam tubuh. Kuesioner EHRA menanyakan kepada responden tentang pemakaian sabun hari ini atau kemarin. Kemudian juga penggunaan sabun untuk keperluan apa saja. Tempat cuci tangan dan waktu mencuci tangan bagi anggota keluarga juga menjadi perhatian dalam studi ini. Berikut hasil studi selengkapnya. Grafik 3.6.1 Penggunaan sabun pada hari disurvey.
Dari grafik 3.6.1 diatas diketahui sebagian besar responden yaitu 1.189 responden (99%) pada saat di lakukan survey menjawab memakai sabun pada hari tersebut.
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Kegiatan-kegiatan apa saja dari responden yang memakai sabun dapat dilihat pada grafik dibawah : Grafik 3.6.2 Kegiatan responden yang menggunakan sabun
Sebagian besar responden menggunakan sabun untuk keperluan mandi 1179 responden, mencuci peralatan makan minum juga masak dan mencuci pakaian. Namun ada beberapa yang harus menjadi perhatian yaitu dalam hal memandikan anak, menceboki anak serta mencuci tangan anak presentase yang menggunakan sabun masih lebih kecil dari yang tidak menggunakan sabun Grafik 3.6.3 Tempat anggota keluarga biasa mencuci tangan
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Dari grafik 3.6.3, sebagian besar kondisi warga Kabupaten Ponorogo biasa mencuci tangan di kamar mandi dan tempat cuci piring serta di dapur, namun yang masih sangat kurang adalah mencuci tangan di jamban yaitu sebanyak 1.025 responden menjawab tidak pernah. Grafik 3.6.4 Waktu anggota keluarga mencuci tangan
Dari grafik 3.6.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar anggota keluarga responden mencuci tangan setelah makan yaitu 74,4%,setalah buang air besar 73,9%, sebelum makan 69,6%. Sedangkan kegiatan setelah menyeboki anak dan sebelum menyiapkan masakan serta sebelum menyuapi anak prosentasenya lebih sedikit. 3.7 Kejadian Diare Gejala diare seringkali dipandang sepele. Di beberapa daerah, balita yang terkena diare malah dipandang positif. Katanya, diare adalah tanda akan berkembangnya anak, seperti akan segera bisa berjalan, bertambah tinggi badan, atau tumbuhnya gigi baru di rahangnya. Sejumlah kelompok masyarakat di Jawa menamakannya dengan istilah ngentengngentengi. Meski tidak dijumpai istilah khusus, sejumlah kelompok masyarakat di Sumatra pun mempercayai hal-hal semacam itu (Laporan ESP Formative Research,2007). Mencuci tangan pakai sabun di waktu yang tepat dapat memblok transmisi patogen penyebab diare. Pencemaran tinja/ kotoran manusia
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
(feces) adalah sumber utama dari virus, bakteri, dan patogen lain penyebab diare. Jalur pencemaran yang diketahui sehingga cemaran dapat sampai ke mulut manusia, termasuk balita, adalah melalui 4F (Wagner & Lanoix, 1958) yakni fluids (air), fields (tanah), flies (lalat), dan fingers (jari/tangan). Cuci tangan pakai sabun adalah pencegahan cemaran yang sangat efektif dan efisien khususnya untuk memblok transmisi melalui jalur fingers. Waktu-waktu cuci tangan pakai sabun yang perlu dilakukan seorang ibu/ pengasuh untuk mengurangi risiko balita terkena penyakitpenyakit yang berhubungan dengan diare mencakup 5 (lima) waktu penting yakni, 1) sesudah buang air besar (BAB), 2) sesudah menceboki pantat anak, 3) sebelum menyantap makanan, 4) sebelum menyuapi anak, dan terakhir adalah 5) sebelum menyiapkan makanan bagi keluarga. Berikut ini disajikan hasil studi EHRA terkait dengan kejadian penyakit diare.
Grafik 3.7.1 Kejadian penyakit diare secara umum terhadap responden yang disurvey
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Dari grafik 3.7.1 diketahui bahwa 355 responden pernah terkena sakit diare atau sebesar 30 % dan 845 responden atau sebesar 70% tidak pernah sakit diare. Grafik 3.7.2 Kejadian diare per kluster
Dari grafik 3.7.2 diketahui bahwa waktu terjadinya diare terbanyak yaitu lebih dari enam bulan yang lalu, dan jika diperhatikan lebih seksama diketahui bahwa jumlah responden terkena diare dari berbagai waktu yang ada adalah dari kluster 4, disusul cluster 0, kemudian cluster 2, cluster 3 dan cluster 1. Grafik 3.7.3 Diagram penderita yang pernah terkena diare pada survey EHRA 2013
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Dari diagram 3.7.3 diatas, diketahui bahwa penderita yang terkena diare terbanyak pada survey EHRA 2013 di Kabupaten Ponorogo adalah orang perempuan dewasa sejumlah 150 responden (37%), kemudian orang dewasa laki laki dan anak-anak balita .
3.8 Hasil Pengamatan Dalam pelaksanaan survey EHRA enumerator selain melakukan wawancara juga melakukan pengamatan untuk membandingkan data yang sudah diperoleh dengan keadaan yang sebenarnya. Hasil pegamatan selengkapnya : A. SUMBER AIR UNTUK MINUM, MASAK, DAN MENCUCI ALAT MAKAN,MINUM DAN MASAK Grafik 3.8.A.1 Pengamatan sumber air minum dan masak
Dari grafik 3.8.1 terlihat bahwa persentase terbesar sumber air untuk minum, masak dan mencuci alat minum dan masak adalah dari sumur bor/pompa mesin sebanyak 503 respoden (41,9%) dan selanjutnya terbanyak kedua adalah dari sumur gali terlindungi 262 responden, hasil pengamatan ini hampir sama persis dengan hasil wawancara. B. PENYIMPANAN DAN PENANGANAN AIR MINUM DAN MASAK YANG BAIK DAN AMAN
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Grafik 3.8.B.1 wadah tempat menyimpan air minum di dapur
Dari grafik 3.8.B.1 diatas diketahui bahwa dari hasil observasi di Kabupaten Ponorogo kebanyakan sudah menyimpan air secara benar yaitu dengan wadah yang ditutup sehingga meminimalisir resiko tercemar dengan jumlah 943 responden (78,6%). Grafik 3.8.B.2 Proses pengambilan air minum dari wadah
Dari grafik 3.8.B.2 diatas dapt dilihat bahwa cara pengambilan air dari wadah di Kabupaten Ponorogo sebagian besar tidak beresiko karena tangan tidak menyentuh air sebanyak 1.075 responden (89,6%). Sebagian kecil saja yang beresiko sedang sebesar 121 responden (10,1%) dengan tangan yang menyentuh air sehingga memungkinkan terjadi pencemaran.Data diatas juga hampir sama dengan hasil wawancara.
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
C. PERILAKU HIGIENE Untuk mengetahui perilaku higiene responden dalam kegiatan EHRA dilakukan dengan pengamatan terhadap ada atau tidaknya sabun dan shampoo. Grafik 3.8.C.1 Grafik ketersediaan sabun dan shampo
Dari grafik 3.8.C.1 diatas diketahui bahwa dari pengamatan terhadap responden, sebanyak 1.169 responden (97%) terdapat sabun dan shampoo di kamar mandi dan hanya 31 responden yang tidak ada sabun dan shampoo di kamar mandi.
D. PENANGANAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI DAPUR Grafik 3.8.D.1 Perlindungan makanan terhadap vektor
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Dari tabel 3.8.D.1 diketahui bahwa pelindungan makanan terhadap vektor penyakit dalam hal ini lalat, maupun kecoa pada masyarakat Kabupaten Ponorogo sebagian besar masih rawan terjadinya kontaminasi karena wadah sampah yang digunakan di dapur adalah keranjang terbuka yaitu 65,7%, suatu kondisi yang hampir sama dengan hasil wawancara E. SALURAN PEMBUANGAN LIMBAH RUMAH TANGGA NON TINJA Grafik 3.8.E.1 Grafik saluran limbah bekas cucian peralatan makan dan masak
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Dari grafik 3.8.E.1 diatas diketahui kebanyakan masyarakat di Kabupaten Ponorogo membuang air limbah bekas cucian peralatan makan dan masaknya di jalan, halaman, kebun untuk dibiarkan mengalir dan terserap ke tanah. Data ini juga hampir sama dengan hasil wawancara. F. BUANGAN LIMBAH KAMAR MANDI DAN WASTAFEL Grafik 3.8.F.1 Tempat buangan limbah bekas mandi dan wastafel
Dari grafik 3.8.F.1 diketahui bahwa tempat buangan limbah bekas mandi dan wastafel terbanyak yaitu 27,2% adalah dibuang ke jalan,halaman dan kebun Grafik 3.8.F.2 Keberadaan jentik di bak penampungan air
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Dari grafik 3.8.F.2 diketahui bahwa bak penampungan yang ada di kamar mandi responden adalah bebas dari jentik, yaitu sebanyak 1.034 responden atau 86%. Data diatas hampir sama dengan hasil wawancara. G.
CUCI TANGAN PAKAI AIR DAN SABUN Grafik 3.8.G.1 Ketersediaan air dalam ruangan jamban
Dari grafik 3.8.G.1 diatas diketahui bahwa sebagian ruangan jamban yang ada lengkap dengan bak penampungan dari ember yaitu sebesar 890 responden (74,2%). Dan sebagian tidak ada. Tidak ada disini bukan berarti masyarakat tidak cebok sehabis Buang Air Besar di jamban tersebut tapi bisa jadi ember yang digunakan sebagai penampungan bukan ember khusus dipakai di jamban tersebut dan waktu diamati ember sedang digunakan untuk fungsi yang lain. Grafik 3.8.G.2 Ketersediaan sabun dekat jamban
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Dari grafik 3.8.G.2 diatas dapat dilihat bahwa lebih dari separuh yaitu 676 responden (56,3%) telah menyediakan sabun di dekat jamban. Hal ini berarti kesadaran masyarakat Kabupaten Ponorogo untuk Cuci tangan pakai sabun cukup baik namun masih perlu untuk lebih ditingkatkan lagi. Grafik 3.8.G.3 Keberadaan jentik di bak air dekat jamban
Dari grafik 3.8.G.3 diatas diketahui bahwa di bak air dekat jamban pada masyarakat Kabupaten Ponorogo sebanyak 1.110 responden atau 92,5% tidak ada jentik. H. SALURAN LIMBAH DAN LUMPUR TINJA Grafik 3.8.H.1 Tipe jamban responden
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Dari grafik 3.8.H.1 diketahui bahwa tipe jamban responden terbanyak yaitu jamban Kloset jongkok leher angsa sebanyak 951 responden (79,2%), jamban cemplung 114 (9,5%), Kloset duduk leher angsa 38 (3,2%) Grafik 3.8.H.2 Tempat saluran penampungan kotoran dari kloset
Dari tabel 3.8.H.2 diatas diketahui bahwa penampungan tinja dari kloset terbanyak yaitu 884 responden (73,7%) adalah dengan tangki septik dan 186 responden (15,5%) adalah dengan cubluk. Data – data diatas hampir sama dengan hasil wawancara.
I. HIGIENE JAMBAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Diagram 3.8.I.1 Kebersihan lantai dan dinding jamban
Dari diagram diatas 3.8.I.1 diketahui bahwa sebanyak 914 jamban responden (76%) lantai dan dindingnya bersih, bebas dari tinja sedang 286 jamban milik responden (24%) tidak bersih belum bebas tinja untuk lantai maupun dindingnya. Diagram 3.8.i.2 Kebersihan dari vektor penyakit
Dari diagram 3.8.I.2 diatas diketahui bahwa 883 jamban milik responden (74%) bebas dari vector penyakit (lalat dan kecoak) sedangkan 317 jamban milik responden lainnya (26%) belum bebas dari lalat dan kecoak J.
TEMPAT MENCUCI PAKAIAN
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Grafik 3.8.J.1 Keberadaan sabun cuci di tempat cuci
Dari grafik 3.8.J.1 diketahui bahwa sebanyak 1.133 responden (94 %) ada sabun dan shampoo di tempat cuci. Grafik 3.8.J.2 Sumber air untuk mencuci
Dari grafik 3.8.J.2 diketahui bahwa sumber air yang digunakan masyarakat Kabupaten Ponorogo sebagian besar adalah Sumur bor/pompa tangan/mesin sebanyak 502 (41,8%) Data- data diatas hampir sama dengan hasil wawancara. K. TANGKI SEPTIK DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Diagram 3.8.K.1 Jarak tangki septik dengan sumber air terdekat minimal 10 meter
Dari diagram diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar jarak tangki septik dengan sumber air terdekat milik responden lebih dari 10 meter yaitu sebesar 947 (79%). Jarak 10 meter ini diambil karena berdasarkan teori yang disepakati bahwa mikroorganisme patogen dari tinja pada dasarnya bisa menyebar bersamaan/terbawa air tanah merembes melalui pori-pori tanah sejauh sekitar 9 meter. Oleh karena itu, jika jarak tangki septik dengan sumber air adalah 10 meter maka sumber air ini sudah termasuk terletak pada jarak yang aman dari sumber pencemar. L. PENGELOLAAN SAMPAH Grafik 3.8.L.1 Cara mengelola sampah di rumah
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Dari grafik 3.8.L.1 diatas diketahui bahwa sebanyak 411 responden (34,2%) mengelola sampah dengan cara langsung dibakar. Selanjutnya sebanyak 29,9 % atau 359 responden mengelola dengan cara dibuang dalam lubang galian kemudian dibakar. Diagram 3.8.L.2 Kebersihan halaman dari sampah
Dari diagram 3.8.L.2 diatas diketahui seanyak 77 % halaman rumah responden bersih dari sampah dan hanya 23% lainnya masih belum bersih. Diagram 3.8.L.3 Pemilahan sampah :
Dari diagram 3.8.L.3 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat Kabupaten Ponorogo yaitu 92 % belum melakukan
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
pemilahan sampah. Padahal sebagaimana diketahui bersama kegiatan awal pengelolaan sampah yang terpenting adalah pemilahan sampah.
Grafik 3.8.L.4 Jenis sampah yang dipilah
Dari masyarakat yang sudah melakukan pemilahan sampah di Kabupaten Ponorogo dapat kita ketahui bahwa jenis sampah yang dipilah yang terbanyak sebagaimana grafik 3.8.L.4 adalah Plastik (73,7%), kertas/kardus (55,6%), sampah organic (46,5%), gelas/kaca (33,3%), besi/logam (32,3%). Diagram 3.8.L.5 Tempat membuat kompos
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Dari diagram 3.8.L.5 diatas diketahui bahwa sebanyak 98 % responden tidak memiliki tempat membuat kompos namun sebenarnya responden memiliki lahan untuk membuat kompos, ini merupakan suatu modal dasar untuk pengembangan cipta karya keindahan lingkungan. Diagram 3.8.L.6 Keberadaan kompos yang sudah siap dipakai
Dari beberapa responden yang sudah memanfaatkan upaya pengomposan diketahui kompos yang siap dipakai sesuai dengan diagram 3.8.L.6 yaitu sebanyak 19 responden (76%) Grafik 3.8.L.7 Kegunaan kompos yang dibuat :
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Dari beberapa responden yang sudah mengolah sampah rumah tangganya menjadi kompos, ini dimanfaatkan responden sebagaimana ditunjukkan grafik 3.8.L.7 yaitu 94,7% atau 18 responden memanfaatkannya untuk pupuk tanaman buah dan 5,3% memanfatkannya untuk pupuk tanaman hias.
M. SPAL/DRAINASE LINGKUNGAN Diagram 3.8.M.1 Keberadaan genangan di halaman depan rumah
Dari diagram 3.8.M.1 diketahui bahwa sebanyak 87% masyarakat Kabupaten Ponorogo di halaman rumah dan sekitanyar tidak ada genangan air dan 13% masih terdapat genangan air dihalaman rumahnya. Grafik 3.8.M.2 Tempat biasa air tergenang
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Kebanyakan masyarakat yang masih ada genangan air di halaman rumahnya, tempat genangan air tersebut biasanya terdapat di sekitar ( sesuai grafik 3.8.M.2 ) halaman rumah yaitu sebanyak 84 responden (54,2%), dekat kamar mandi sebanyak 68 responden (43,9%), dekat dapur sebanyak 53 responden (34,2%), dekat bak penampungan air hujan ada 5 responden (3,2%) dan lainnya sebanyak 11 responden (7,1%).
Grafik 3.8.M.3 Sumber asal genangan air
Berdasar grafik 3.8.M.3 diatas diketahui bahwa sumber asal air yang menyebabkan genangan kebanyakan berasal dari air hujan yaitu 56,1%.
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Diagram 3.8.M.4 Kebersihan halaman dari benda penyebab genangan
Halaman yang kotor dan kurang terawat menyebabkan pemandangan yang kurang nyaman, selain itu menyebabkan halaman tersebut tergenang jika ada air karena air sudah pasti tidak bisa mengalir lancar. Di Kabupaten Ponorogo terdapat 90 % responden yang halamannya bersih dan hanya 10 % saja yang halamannya kotor dan tidak terawat dan bisa menyebabkan halaman tergenang. Grafik 3.8.M.5 Pengamatan keberadaan saluran air hujan atau air limbah
Keberadaan saluran air hujan atau air limbah di Kabupaten Ponorogo sesuai grafik 3.8.M.5 adalah di saluran terbuka yaitu sebanyak 529 responden (44,1%), dan yang saluran tidak terlihat pada DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
waktu observasi sebanyak 486 responden (40,5%) sedang saluran tertutup/tidak terlihat ada sebanyak 185 responden (15,4%). Grafik 3.8.M.6 Kelancaran air mengalir pada saluran air
Sesuai grafik 3.8.M.6 diketahui kalau di Kabupaten Ponorogo kebanyakan air bisa lancar mengalir di saluran air yaitu sebanyak 830 responden (69,2%), sedangkan 316 responden (26,3%) tidak punya saluran air, 29 responden saluran airnya tidak lancar dan 25 responden saluran airnya tidak dapat dipakau karena saluran kering. Grafik 3.8.M.7 Kebersihan saluran dari sampah
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Dari grafik 3.8.M.7 ditunjukkan bahwa sebanyak 530 responden (44,2%) mempunyai saluran air yang bersih dari sampah, 309 responden (25,8%) tidak memiliki saluran air, 297 responden (24,8%) tidak bersih namun air masih bisa mengalir, 47 responden (3,9%) saluran airnya tidak bersih namun tidak ada air/kering dan 17 responden (1,4%) saluran airnya kotor dan mengakibatkan air limbah tersumbat sehingga tidak bisa mengalir. 3.9 Indeks Resiko Sanitasi ( IRS ) CLUSTER Variabel
Jawaban
4
0
1
2
3
13.1
30.1
13.8
43.9
37.5
1. SUMBER AIR 1.1 Sumber air terlindungi
Tidak
1.2 Penggunaan sumber air tidak terlindungi.
Ya
2.4
5.7
8.0
15.4
3.8
1.3 Kelangkaan air
Ya
6.0
6.8
10.1
19.3
3.8
54.8
37.6
53.7
60.4
28.8
2. AIR LIMBAH DOMESTIK 2.1 Tangki septik suspek aman
Tidak
2.2 Pencemaran karena pembuangan isi tangki septik
Ya
100.0
60.9
41.0
37.5
100.0
2.3 Pencemaran karena SPAL
Ya
71.4
66.7
59.3
25.0
56.3
3.1 Pengelolaan sampah
Tidak
98.8
96.4
86.1
94.3
100.0
3.2 Frekuensi pengangkutan sampah
Tidak memadai
100.0
100.0
.0
100.0
100.0
3.3 Ketepatan waktu pengangkutan sampah 3.4 Pengolahan sampah setempat
Tidak tepat waktu Tidak diolah
100.0
100.0
.0
100.0
100.0
97.6
73.5
95.6
91.8
100.0
Ya
21.4
27.6
16.1
16.8
66.3
5.1 CTPS di lima waktu penting
Tidak
79.8
78.5
79.2
94.3
100.0
5.2.a. Apakah lantai dan dinding jamban bebas dari tinja?
Tidak
7.1
36.9
12.6
34.6
25.0
5.2.b. Apakah jamban bebas dari kecoa dan lalat?
Tidak
28.6
40.1
15.9
29.6
27.5
5.2.c. Keberfungsian penggelontor.
Tidak
22.6
41.9
13.2
12.9
37.5
5.2.d. Apakah terlihat ada sabun di dalam atau di dekat jamban?
Tidak
45.2
54.5
37.1
40.0
56.3
5.3 Pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air
Ya, tercemar
11.9
11.8
3.1
15.7
28.8
5.4 Perilaku BABS
Ya, BABS
21.4
45.5
22.2
19.6
43.8
3. PERSAMPAHAN
4. GENANGAN AIR 4.1 Adanya genangan air
5. PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Tabel 2. Kalkulasi Indeks Risiko Sanitasi
Bobot Variabel
1. SUMBER AIR
CLUS TER 0
CLUS TER 1
CLUS TER 2
CLUS TER 3
CLUS TER 4
7
12
10
24
12
1.1 Sumber air tercemar
25% 3
8
3
11
9
1.2 Penggunaan sumber air tidak terlindungi.
25% 1
1
2
4
1
1.3 Kelangkaan air
50% 3
3
5
10
2
75
55
51
41
62
2.1 Tangki septik suspek aman 2.2 Pencemaran karena pembuangan isi tangki septik
33% 18
13
18
20
10
33% 33
20
14
13
33
2.3 Pencemaran karena SPAL
33% 24
22
20
8
19
99
92
45
97
100
3.1 Pengelolaan sampah
25% 25
24
22
24
25
3.2 Frekuensi pengangkutan sampah
25% 25
25
-
25
25
3.3 Ketepatan waktu pengangkutan sampah
25% 25
25
-
25
25
3.4 Pengolahan setempat
25% 24
18
24
23
25
21
28
16
17
66
100% 21
28
16
17
66
35
45
31
40
52
25% 20
20
20
24
25
6% 0
2
1
2
2
2. AIR LIMBAH DOMESTIK.
3. PERSAMPAHAN.
4. GENANGAN AIR. 4.1 Adanya genangan air
5. PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT. 5.1 CTPS di lima waktu penting 5.2.a. Apakah lantai dan dinding jamban bebas dari tinja?
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
5.2.b. Apakah jamban bebas dari kecoa dan lalat?
6% 2
3
1
2
2
6% 1
3
1
1
2
5.2.c. Keberfungsian penggelontor. 5.2.d. Apakah terlihat ada sabun di dalam atau di dekat jamban? 5.3 Pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air
6% 3
3
2
3
4
25% 3
3
1
4
7
5.4 Perilaku BABS
25% 5
11
6
5
11
CLUSTER 0
CLUSTER 1
CLUSTER 2
CLUSTER 3
CLUSTER 4
7
12
10
24
12
75
55
51
41
62
99
92
45
97
100
21
28
16
17
66
35
45
31
40
52
238
232
154
218
292
Tabel 3. Kumulatif Indeks Risiko Sanitasi
Variabel 1. SUMBER AIR 2. AIR LIMBAH DOMESTIK. 3. PERSAMPAHAN. 4. GENANGAN AIR. 5. PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT.
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
Tabel 4. Katagori Daerah Berisiko Sanitasi Batas Nilai Risiko Total Indeks Risiko Max Total Indeks Risiko Min Interval Katagori Area Berisiko Kurang Berisiko Berisiko Sedang Risiko Tinggi Risiko Sangat Tinggi
Keterangan 292 154 35
Batas Bawah 154 190 225 261
Batas Atas 189 224 260 295
Kluster
Nilai IRS
Skor EHRA
4 4 4 4
292 292 292 292
4 4 4 4
Tabel 5. Hasil Skoring Studi EHRA berdasarkan Indeks Risiko No 1 2 3 4
Desa/Kelurahan Bajang Balong Pengkol Gabel
Kecamatan Kec. Balong Kec. Balong Kec. Kauman Kec. Kauman
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
Maron Paju Surodikraman Pinggirsari Cokromenggalan Kambeng Pager Jerakah Bareng Tugu Kaponan Sawuh Mangunsuman Carangrejo Tulung Nglurup Wringinputih Kedungbanteng Wates Sempu Desa Baosan Kidul Desa Wonodadi Desa Sendang Desa Mrayan Wates Ngilo-Ijo Ngloning Plancungan Jebeng Simo Crabak Gundik Nailan Gombang Pelem Bediwetan Gajah Nglewan Bedingin Besuki Wilangan Sawoo Kori Ngindeng Ngadirejo
Kec. Kauman Kec. Ponorogo Kec. Ponorogo Kec. Ponorogo Kec. Ponorogo Kec. Slahung Kec. Bungkal Kec. Sambit Kec. Pudak Kec. Mlarak Kec. Mlarak Kec. Siman Kec. Siman Kec. Sampung Kec. Sampung Kec. Sampung Kec. Sampung Kec. Sukorejo Kec. Jenangan Kec. Ngebel Kec. Ngrayun Kec. Ngrayun Kec. Ngrayun Kec. Ngrayun Kec. Slahung Kec. Slahung Kec. Slahung Kec. Slahung Kec. Slahung Kec. Slahung Kec. Slahung Kec. Slahung Kec. Slahung Kec. Slahung Kec. Bungkal Kec. Bungkal Kec. Sambit Kec. Sambit Kec. Sambit Kec. Sambit Kec. Sambit Kec. Sawoo Kec. Sawoo Kec. Sawoo Kec. Sooko
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
4 4 4 4 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
292 292 292 292 292 238 238 238 238 238 238 238 238 238 238 238 238 238 238 238 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232
4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94
Jurug Banjarjo Pudakwetan Krisik Pulungmerdiko Banaran Candi Siwalan Nglumpang Gontor Mlarak Suren Jarak Pijeran Patihankidul Ronowijayan Ngasinan Bulukidul Bulak Ngendut Ngumpul Muneng Krebet Jonggol Poko Beringinan Jambon Srandil Badegan Kunti Pohijo Jenangan Lengkong Tamanarum Nologaten Keniten Kertosari Patihan Wetan Kadipaten Gupolo Polorejo Bareng Pondok Purwosari Trisono
Kec. Sooko Kec. Pudak Kec. Pudak Kec. Pudak Kec. Pulung Kec. Pulung Kec. Mlarak Kec. Mlarak Kec. Mlarak Kec. Mlarak Kec. Mlarak Kec. Mlarak Kec. Siman Kec. Siman Kec. Siman Kec. Siman Kec. Jetis Kec. Balong Kec. Balong Kec. Balong Kec. Balong Kec. Balong Kec. Jambon Kec. Jambon Kec. Jambon Kec. Jambon Kec. Jambon Kec. Jambon Kec. Badegan Kec. Sampung Kec. Sampung Kec. Sampung Kec. Sukorejo Kec. Ponorogo Kec. Ponorogo Kec. Ponorogo Kec. Babadan Kec. Babadan Kec. Babadan Kec. Babadan Kec. Babadan Kec. Babadan Kec. Babadan Kec. Babadan Kec. Babadan
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232 232
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139
Wagirlor Pupus Tugurejo Caluk Broto Bekare Nambak Belang Ketonggo Kunti Padas Sambilawang Maguwan Campursari Tumpuk Tumpak Pelem Prayungan Klepu Karangpatihan Tegalrejo Wagirkidul Singgahan Patik Sidoharjo Wotan Plunturan Pomahan Kesugihan Jabung Bajang Demangan Sekaran Kepuhrubuh Ronosentanan Kutukulon Mojomati Coper Mojorejo Karanggebang Tegalsari Wonoketro Josari Karangkepatihan Ngraket Dadapan
Kec. Ngebel Kec. Ngebel Kec. Slahung Kec. Slahung Kec. Slahung Kec. Bungkal Kec. Bungkal Kec. Bungkal Kec. Bungkal Kec. Bungkal Kec. Bungkal Kec. Bungkal Kec. Sambit Kec. Sambit Kec. Sawoo Kec. Sawoo Kec. Sawoo Kec. Sooko Kec. Pulung Kec. Pulung Kec. Pulung Kec. Pulung Kec. Pulung Kec. Pulung Kec. Pulung Kec. Pulung Kec. Pulung Kec. Pulung Kec. Mlarak Kec. Mlarak Kec. Siman Kec. Siman Kec. Siman Kec. Siman Kec. Jetis Kec. Jetis Kec. Jetis Kec. Jetis Kec. Jetis Kec. Jetis Kec. Jetis Kec. Jetis Kec. Balong Kec. Balong Kec. Balong
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
232 232 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218
3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184
Nglarangan Bringin Ciluk Somoroto Plosojenar Dayakan Krangan Tanjungpunggung Karangjoho Tanjungrejo Bandaralim Kapuran Morosari Sragi Kalimalang Nambangrejo Sidorejo Pakunden Kepatihan Purbosuman Tonatan Bangunsari Tambakbayan Jingglong Plalangan Sedah Jenangan Sraten Kemiri Desa Binade Desa Baosan Lor Desa Ngrayun Desa Temon Desa Selur Desa Cepoko Desa Gedangan Senepo Slahung Menggare Duri Galak Truneng Mojopitu Janti Koripan
Kec. Kauman Kec. Kauman Kec. Kauman Kec. Kauman Kec. Kauman Kec. Badegan Kec. Badegan Kec. Badegan Kec. Badegan Kec. Badegan Kec. Badegan Kec. Badegan Kec. Sukorejo Kec. Sukorejo Kec. Sukorejo Kec. Sukorejo Kec. Sukorejo Kec. Ponorogo Kec. Ponorogo Kec. Ponorogo Kec. Ponorogo Kec. Ponorogo Kec. Ponorogo Kec. Ponorogo Kec. Jenangan Kec. Jenangan Kec. Jenangan Kec. Jenangan Kec. Jenangan Kec. Ngrayun Kec. Ngrayun Kec. Ngrayun Kec. Ngrayun Kec. Ngrayun Kec. Ngrayun Kec. Ngrayun Kec. Slahung Kec. Slahung Kec. Slahung Kec. Slahung Kec. Slahung Kec. Slahung Kec. Slahung Kec. Slahung Kec. Bungkal
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 218 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229
Kalisat Munggu Bungkal Bancar Bungu Kupuk Kwajon Bedikulon Wringinanom Ngadisanan Bancangan Campurejo Bulu Sambit Bangsalan Kemuning Pangkal Tempuran Sriti Temon Tugurejo Grogol Ketro Bondrang Suru Sooko Bedoho Pudakkulon Tambang Bedrug Pulung Serag Wayang Munggung Bekiring Totokan Ngrukem Joresan Gandu Serangan Ngabar Madusari Beton Brahu Tranjang
Kec. Bungkal Kec. Bungkal Kec. Bungkal Kec. Bungkal Kec. Bungkal Kec. Bungkal Kec. Bungkal Kec. Bungkal Kec. Sambit Kec. Sambit Kec. Sambit Kec. Sambit Kec. Sambit Kec. Sambit Kec. Sambit Kec. Sambit Kec. Sawoo Kec. Sawoo Kec. Sawoo Kec. Sawoo Kec. Sawoo Kec. Sawoo Kec. Sawoo Kec. Sawoo Kec. Sooko Kec. Sooko Kec. Sooko Kec. Pudak Kec. Pudak Kec. Pulung Kec. Pulung Kec. Pulung Kec. Pulung Kec. Pulung Kec. Pulung Kec. Mlarak Kec. Mlarak Kec. Mlarak Kec. Mlarak Kec. Mlarak Kec. Siman Kec. Siman Kec. Siman Kec. Siman Kec. Siman
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274
Manuk Siman Tajug Kutuwetan Kradenan Jetis Turi Winong Pundak Sumberejo Singkil Karangan Jalen Karangmojo Sedarat Purworejo Tatung Ngampel Tegalombo Nongkodono Sukosari Ngrandu Semanding Tosanan Carat Kauman Sendang Karanglokidul Bululor Blembem Pulosari Menang Sidoharjo Watubonang Biting Gelangkulon Karangwaluh Glinggang Pagerukir Sampung Karanglo Lor Golan Gandukepuh Nampan Sukorejo
Kec. Siman Kec. Siman Kec. Siman Kec. Jetis Kec. Jetis Kec. Jetis Kec. Jetis Kec. Jetis Kec. Balong Kec. Balong Kec. Balong Kec. Balong Kec. Balong Kec. Balong Kec. Balong Kec. Balong Kec. Balong Kec. Balong Kec. Kauman Kec. Kauman Kec. Kauman Kec. Kauman Kec. Kauman Kec. Kauman Kec. Kauman Kec. Kauman Kec. Jambon Kec. Jambon Kec. Jambon Kec. Jambon Kec. Jambon Kec. Jambon Kec. Jambon Kec. Badegan Kec. Badegan Kec. Sampung Kec. Sampung Kec. Sampung Kec. Sampung Kec. Sampung Kec. Sukorejo Kec. Sukorejo Kec. Sukorejo Kec. Sukorejo Kec. Sukorejo
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307
Bangunrejo Gelanglor Kranggan Serangan Prajegan Gegeran Brotonegaran Kauman Mangkujayan Banyudono Beduri Cekok Japan Ngunut Sukosari Lembah Babadan Mrican Singosaren Setono Ngrupit Pintu Panjeng Jimbe Semanding Tanjungsari Nglayang Paringan Ngrogung Sahang Talun Gondowido Ngebel
Kec. Sukorejo Kec. Sukorejo Kec. Sukorejo Kec. Sukorejo Kec. Sukorejo Kec. Sukorejo Kec. Ponorogo Kec. Ponorogo Kec. Ponorogo Kec. Ponorogo Kec. Ponorogo Kec. Babadan Kec. Babadan Kec. Babadan Kec. Babadan Kec. Babadan Kec. Babadan Kec. Jenangan Kec. Jenangan Kec. Jenangan Kec. Jenangan Kec. Jenangan Kec. Jenangan Kec. Jenangan Kec. Jenangan Kec. Jenangan Kec. Jenangan Kec. Jenangan Kec. Ngebel Kec. Ngebel Kec. Ngebel Kec. Ngebel Kec. Ngebel
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154 154
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
IV
PENUTUP
BAB
Kegiatan studi EHRA sebagaimana diketahui adalah suatu kegiatan yang melibatkan berbagai pihak, baik lintas program sampai lintas sektor yang mana mulai dari dinas – dinas terkait sampai dengan tingkat enumerator (penggali data) yang anggotanya terdiri dari Sanitarian dan petugas Promkes Puskesmas dibantu oleh kader posyandu/PKK. Ditinjau dari aspek promotif, keterlibatan para petugas kesehatan maupun para kader ini sangat menguntungkan EHRA itu sendiri karena para petugas kesehatan dan khususnya kader posyandu/PKK ini dapat sebagai sarana sosialisasi ke masyarakat mengenai EHRA. Sanitasi adalah suatu upaya yang dlakukan manusia terhadap faktorfaktor lingkungan agar tidak berpotensi membahayakan manusia itu sendiri. Tanggng jawab kegiatan sanitasi tidak bisa secara individualistis tapi merupakan tanggungjawab bersama karena potensi yang ditimbulkan dari satu faktor lingkungan tidak hanya membahayakan si empu faktor lingkungan tersebut namun bisa mengancam keseluruhan penduduk di wilayah tersebut. Studi EHRA menghasilkan data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya yang mana data tersebut sudah pasti orisinil, nyata dan apa adanya. Data yang merupakan gambaran riil kondisi sanitasi ini dapat digunakan sebagai bahan advokasi untuk penyusunan program pembangunan sanitasi di wilayah Kabupaten Ponorogo. Studi EHRA merupakan suatu rangkaian kegiatan dari Program Percepatan Sanitasi Permukiman dalam upaya penyusunan Buku Putih Sanitasi dan penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK). Dapat diibaratkan bahwa Studi EHRA merupakan roh dari Buku Putih Sanitasi. Hal ini wajar karena semua faktor sanitasi diteliti EHRA sedang intisai dari EHRA itu sendiri dituang dalam Buku Putih Sanitasi tersebut. Mengingat demikian besarnya guna dan manfaat yang didapat dari kegiatan EHRA dengan kondisi sanitasi yang bisa saja berubah dari waktu ke DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
Studi EHRA Kab. Ponorogo 2013
waktu maka studi EHRA ini sebaiknya dilakukan secara kontinyu dengan cakupan yang lebih luas dan diluar wilayah yang sudah di survey. Dengan demikian studi EHRA yang baru dilakukan pada kali ini merupakan baseline data bagi studi EHRA selanjutnya Ada beberapa masukan yang bisa dijadikan pembelajaran agar pelaksanaan EHRA periode selanjutnya dapat lebih baik antara lain : -
Cakupan wilayah studi diperluas agar bisa lebih mendapatkan data yang lebih akurat.
-
Perencanaan termasuk didalamnya penganggaran dan persiapan SDM secara matang dikarenakan untuk Studi EHRA di tahun 2013 ini tidak terencana dengan baik dikarenakan tidak ada pemahaman awal.
-
Memaksimalkan peran kader Posyandu di wilayah sebagai petugas Enumerator agar masyarakat lebih bisa memahami kondisi lingkungannya sehingga mempunyai kepedulian dan komitmen terhadap kondisi kesehatan lingkungannya. Demikian Laporan hasil studi EHRA ini dibuat semoga menjadikan bahan
untuk menyusun Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) dan pengambilan kebijakan yang lebih tepat bagi seluruh Pemangku Kepentingan di Kabupaten Ponorogo.
Ponorogo, 19 September 2013
TIM EHRA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO