KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur
Triwulan III - 2013
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur
Triwulan III - 2013
K KA ATTA A PPEEN NG GA AN NTTA ARR
Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur (KPw BI Provinsi NTT) memiliki peran yang strategis dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan
moneter.
Secara
triwulanan
kami
melakukan
kajian
terhadap
perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan perumusan kebijakan moneter tersebut. Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholders di daerah. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Nusa Tenggara Timur ini mencakup perkembangan ekonomi makro regional, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan
pemerintah,
ketenagakerjaan
dan
kesejahteraan,
serta
prospek
perekonomian daerah pada periode mendatang. Dalam menyusun kajian ini digunakan data yang berasal dari internal Bank Indonesia maupun dari eksternal, dalam hal ini dinas/instansi terkait. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih memerlukan pengembangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam bentuk saran, kritik, dan masukan sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerjasama yang telah terjalin dengan baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.
Kupang, November 2013 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur
Naek Tigor Sinaga Deputi Direktur
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
ii
|
Triwulan III - 2013
D DA AFFTTA ARR IISSII
Halaman Judul -------------------------------------------------------------------------------
i
Kata Pengantar ------------------------------------------------------------------------------
ii
Daftar Isi---------------------------------------------------------------------------------------
iii
Daftar Grafik --------------------------------------------------------------------------------
v
Daftar Tabel ---------------------------------------------------------------------------------
vii
Ringkasan Umum ---------------------------------------------------------------------------
x
BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1 Kondisi Umum ------------------------------------------------------------------------- 1 1.2 Sisi Penggunaan ------------------------------------------------------------------------ 2 1.3 Sisi Sektoral ----------------------------------------------------------------------------- 7 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI 2.1 Kondisi Umum ------------------------------------------------------------------------- 12 2.2 Perkembangan Inflasi Provinsi NTT ------------------------------------------------ 13 2.3 Disagregasi Inflasi ---------------------------------------------------------------------- 15 2.4 Inflasi Berdasarkan Kota -------------------------------------------------------------- 16 2.4.1 Inflasi Kota Kupang ------------------------------------------------------------ 16 2.4.2 Inflasi Kota Maumere --------------------------------------------------------- 18 BOKS 1. Tingginya Ketergantungan Bahan Makanan Terhadap Daerah Lain
20
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1 Kondisi Umum ------------------------------------------------------------------------- 23 3.2 Perkembangan Bank Umum -------------------------------------------------------- 25 3.2.1 Intermediasi Perbankan ------------------------------------------------------- 25 3.2.2 Kredit UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) --------------------------- 31 3.2.3 Kinerja Perbankan Umum Berdasarkan Sebaran Pulau----------------- 32 3.3 Sistem Pembayaran -------------------------------------------------------------------- 33 3.3.1 Transaksi Non Tunai------------------------------------------------------------ 33 3.3.2 Transaksi Tunai------------------------------------------------------------------ 35 BOKS 2. Dampak Penerapan Kebijakan Loan to Value (LTV) Terhadap Penyaluran Kredit Properti di Nusa Tenggara Timur -------- 38
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
iii
|
Triwulan III - 2013
BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH 4.1 Kondisi Umum -------------------------------------------------------------------------- 41 4.2 Pendapatan Daerah-------------------------------------------------------------------- 42 4.3 Belanja Daerah ------------------------------------------------------------------------- 43 BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 5.1 Kondisi Umum -------------------------------------------------------------------------- 45 5.2 Perkembangan Ketenagakerjaan --------------------------------------------------- 46 5.2.1 Kondisi Ketenagakerjaan Umum ------------------------------------------- 46 5.2.2 Pengangguran ------------------------------------------------------------------ 48 5.3 Perkembangan Kesejahteraan------------------------------------------------------- 49 5.3.1 Kondisi Kesejahteraan Umum----------------------------------------------- 49 5.3.2 Tingkat Kemiskinan------------------------------------------------------------ 50 BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN 6.1 Pertumbuhan Ekonomi --------------------------------------------------------------- 53 6.2 Inflasi-------------------------------------------------------------------------------------- 55 BOKS 3. Konsumsi Pangan Naik, Produksi Belum Mampu Mengimbangi-------------------------------------------------------------------- 56
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
iv
|
Triwulan III - 2013
D DA AFFTTA ARR G GRRA AFFIIK K
Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT-------------------------------------------------- 1 Grafik 1.2 Perkembangan Struktur PDRB NTT -------------------------------------- 1 Grafik 1.3 Andil Pertumbuhan Sisi Penggunaan ----------------------------------- 2 Grafik 1.4 Konsumsi Listrik Sektor Industri ------------------------------------------ 3 Grafik 1.5 Perkembangan Nilai Tukar Petani --------------------------------------- 3 Grafik 1.6 Perkembangan Kredit Konsumsi ----------------------------------------- 4 Grafik 1.7 Perkembangan IKE ---------------------------------------------------------- 4 Grafik 1.8 Perkembangan Kredit Investasi ------------------------------------------ 5 Grafik 1.9 Perkembangan Ekspor-Impor -------------------------------------------- 6 Grafik 1.10 Perkembangan Bongkar Muat ------------------------------------------- 6 Grafik 1.11 Negara Tujuan Ekspor ----------------------------------------------------- 6 Grafik 1.12 Perkembangan Pengiriman Ternak ------------------------------------- 7 Grafik 1.13 Perkembangan Penjualan Eceran ---------------------------------------- 9 Grafik 1.14 Perkembangan Kredit Sektor PHR --------------------------------------- 9 Grafik 1.15 Perkembangan Peti Kemas ----------------------------------------------- 9 Grafik 1.16 Perkembangan Jumlah Tamu Hotel ------------------------------------- 9 Grafik 1.17 Konsumsi Semen Provinsi NTT ------------------------------------------- 9 Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Provinsi NTT -------------------------------------- 13 Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan Provinsi NTT ------------------------------------------- 14 Grafik 2.3 Inflasi Bulanan Provinsi NTT Triwulan III-2013 ------------------------ 14 Grafik 2.4 Struktur Inflasi Bulanan NTT----------------------------------------------- 15 Grafik 2.5 Disagregasi Inflasi Provinsi NTT ------------------------------------------ 16 Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Kupang ------------------------------------------- 16 Grafik 2.7 Inflasi Triwulanan Kupang ------------------------------------------------ 17 Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Maumere ----------------------------------------- 18 Grafik 2.9 Inflasi Triwulanan Maumere ---------------------------------------------- 19 Grafik 3.1 Perkembangan LDR -------------------------------------------------------- 25 Grafik 3.2 Perkembangan Undisbursed Loan -------------------------------------- 25 Grafik 3.3 Komposisi DPK -------------------------------------------------------------- 26 Grafik 3.4 DPK Menurut Golongan Pemilik ----------------------------------------- 26 Grafik 3.5 Perkembangan NPL Bank Umum----------------------------------------- 30 Grafik 3.6 NPL Konsumsi dan Modal Kerja Bank Umum ------------------------- 30 Grafik 3.7 Perkembangan Transaksi Kliring ----------------------------------------- 34
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
v
|
Triwulan III - 2013
Grafik 3.8 Perkembangan Cek/BG Kosong ----------------------------------------- 34 Grafik 3.9 Nilai Transaksi RTGS -------------------------------------------------------- 35 Grafik 3.10 Volume Transaksi RTGS --------------------------------------------------- 35 Grafik 3.11 Perkembangan Transaksi Tunai ------------------------------------------ 36 Grafik 3.12 Perkembangan Kredit Rumah Tinggal dan Ruko di NTT ------------ 39 Grafik 3.13 Perkembangan Kredit Properti NTT-------------------------------------- 39 Grafik 3.14 Perkembangan Pertumbuhan Sektor Bangunan NTT ---------------- 40 Grafik 4.1 Realisasi Anggaran Belanja Pemerintah Provinsi di Indonesia ----- 41 Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan -------------------------------------------------------- 42 Grafik 4.3 Realisasi Belanja ------------------------------------------------------------- 43 Grafik 5.1 Indeks Ketenagakerjaan NTT --------------------------------------------- 48 Grafik 5.2 Perkembangan UMP NTT ------------------------------------------------- 49 Grafik 5.3 Perkembangan Indeks Penghasilan ------------------------------------- 49 Grafik 5.4 Perkembangan NTP NTT --------------------------------------------------- 50
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
vi
|
Triwulan III - 2013
D DA AFFTTA ARR TTA ABBEELL
Tabel 1.1 Kinerja Perbankan Provinsi NTT --------------------------------------------- 10 Tabel 1.2 Perkembangan PDRB Sisi Sektoral ----------------------------------------- 11 Tabel 1.3 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Sektoral ------------------------------- 11 Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Sisi Penggunaan ----------------------------------- 11 Tabel 1.5 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penggunaan ------------------------- 11 Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Provinsi NTT ---------------------------------------- 12 Tabel 2.2 Inflasi Provinsi NTT per Kelompok Komoditas---------------------------- 13 Tabel 2.3 Inflasi Kupang per Kelompok (yoy) ---------------------------------------- 17 Tabel 2.4 Inflasi Maumere per Kelompok (yoy)--------------------------------------- 18 Tabel 2.5 Kontribusi Inflasi per Komoditas periode Jan 2011-Sept 2013------- 20 Tabel 2.6 Surplus-Defisit Pangan Strategis per-Juli 2013--------------------------- 21 Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan NTT (Bank Umum dan BPR) ------ 23 Tabel 3.2 Perkembangan Transaksi Non Tunai -------------------------------------- 24 Tabel 3.3 Perkembangan Transaksi Tunai --------------------------------------------- 24 Tabel 3.4 Perkembangan Kinerja DPK Bank Umum --------------------------------- 26 Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum ---------------------------------------- 27 Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Modal Kerja Bank Umum ------------------------ 28 Tabel 3.7 Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum ----------------------------- 29 Tabel 3.8 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektoral Bank Umum ------------- 29 Tabel 3.9 Perkembangan Komponen Kredit UMKM Bank Umum --------------- 31 Tabel 3.10 Perkembangan Kredit UMKM Sektoral Bank Umum ----------------- 32 Tabel 3.11 Indikator Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau---------------------- 33 Tabel 3.12 Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Lain ------------------- 36 Tabel 4.1 Rencana dan Realisasi APBD Provinsi NTT Tahun 2013 --------------- 44 Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ------------------------------------------------- 46 Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan --------------------------------------------------- 47 Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Usia 15+ Menurut Kegiatan-------------------------- 48 Tabel 5.4 Pendapat Konsumen Mengenai Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan yang Lalu -------------------------------- 49
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
vii
|
Triwulan III - 2013
Tabel 5.5 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di NTT tahun 2005 s.d. Maret 2013------------------------------------------------ 51 Tabel 5.6 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah tahun 2005 s.d. Maret 2013-------------------------- 51 Tabel 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT --------------------------- 54 Tabel 6.2 Ringkasan Leading Economic Indicator Kondisi Usaha Provinsi Nusa Tenggara Timur --------------------------------------------- 54 Tabel 6.3 Angka Ramalan II 2013 Produksi Tanaman Pangan Tahun 2010-Aram II 2013 (ton) -------------------------------------------- 56
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
viii
|
Triwulan III - 2013
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Kajian, Statistik dan Survei KPw BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2 Kupang – NTT [0380] 832-047 ; fax : [0380] 822-103 www.bi.go.id
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
ix
|
Triwulan III - 2013
Ringkasan Umum KER Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III-2013
EEK KO ON NO OM MII M MA AK KRRO O RREEG GIIO ON NA ALL Pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada triwulan III-2013 sebesar 5,72% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,42% (yoy). Dari sisi penggunaan, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT secara tahunan didorong oleh meningkatnya laju pertumbuhan konsumsi, investasi, ekspor, dan impor. Sedangkan dari sisi sektoral, peningkatan laju pertumbuhan ekonomi didorong oleh akselerasi pertumbuhan sebagian besar sektor ekonomi, khususnya sektor-sektor utama, yaitu sektor pertanian serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR). Sementara sektor utama lainnya yaitu sektor jasa-jasa mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Ketiga sektor utama tersebut memberikan kontribusi yang signifikan terhadap struktur PDRB Provinsi NTT triwulan laporan, yaitu sebesar 78,70%. Secara
triwulanan,
laju
pertumbuhan
ekonomi
melambat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu dari sebesar 4,67% (qtq) menjadi sebesar 3,96% (qtq). Dari sisi penggunaan, secara triwulanan aktivitas konsumsi, investasi, ekspor, dan impor juga menunjukkan perlambatan sebagai dampak dari masih tingginya ketidakpastian kondisi perekonomian global. Dari ketiga sektor utama, hanya sektor jasa-jasa yang laju pertumbuhannya meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor ekonomi lainnya yang mengalami peningkatan laju pertumbuhan yaitu sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor angkutan dan komunikasi serta sektor bangunan/konstruksi.
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
x
|
Triwulan III - 2013
PPEERRK KEEM MBBA AN NG GA AN N IIN NFFLLA ASSII RREEG GIIO ON NA ALL Inflasi Provinsi NTT tercatat lebih tinggi dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya. Inflasi pada periode laporan tercatat sebesar 8,29% (yoy), meningkat dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,26% (yoy). Meningkatnya laju inflasi pada triwulan laporan disebabkan oleh tingginya inflasi pada kelompok volatile foods dan administered prices. Peningkatan inflasi pada kelompok volatile foods yang tercatat sebesar 5,47% (yoy) seiring dengan terbatasnya supply bahan makanan terutama untuk subkelompok bumbubumbuan, kacang-kacangan, dan padi-padian. Sejalan dengan kelompok volatile foods, kelompok administered prices turut mengalami inflasi cukup tinggi yang tercatat sebesar 18,20% (yoy). Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarif Tenaga Listrik (TTL) menjadi penyebab tingginya inflasi kelompok administered prices pada triwulan laporan. Di sisi lain, kelompok core inflation mengalami peningkatan menjadi sebesar 6,19% (yoy) yang disebabkan oleh dampak lanjutan dari kenaikan BBM dan TTL. Berdasarkan penghitungan inflasi kota, peningkatan inflasi terjadi di kedua kota penghitungan inflasi yaitu Kota Kupang dan Kota Maumere. Inflasi Kota Kupang dan Kota Maumere masing-masing tercatat sebesar 8,88% (yoy) dan 5,32% (yoy). Kenaikan harga BBM dan TTL serta keterbatasan supply bahan makanan menjadi pendorong utama meningkatnya inflasi di kedua kota tersebut.
PPEERRK KEEM MBBA AN NG GA AN N PPEERRBBA AN NK KA AN ND DA AN N SSIISSTTEEM M PPEEM MBBA AY YA ARRA AN N Kinerja perbankan dan sistem pembayaran Provinsi NTT pada triwulan laporan relatif melambat. Dari sisi kinerja keuangan, tercatat gabungan aset bank umum dan BPR di Provinsi NTT sebesar Rp 22,36 triliun dengan pertumbuhan sebesar 13,38% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan kinerja triwulan sebelumnya. Demikian pula indikator utama lainnya, yaitu penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit perbankan yang menunjukkan perlambatan namun dengan risiko kredit yang terjaga. Pada triwulan laporan, penghimpunan DPK meningkat sebesar 8,18% (yoy) dengan total DPK mencapai Rp 16,13 triliun. Penyaluran kredit meningkat sebesar 21,17% (yoy) dengan outstanding kredit mencapai Rp 14,81 triliun dengan risiko kredit terjaga pada level
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
xi
|
Triwulan III - 2013
1,56%. Pertumbuhan DPK yang diimbangi dengan tingginya penyaluran kredit menunjukkan fungsi intermediasi perbankan di NTT relatif baik, tercermin dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) yang meningkat dari 87,85% menjadi 91,80%. Kinerja sistem pembayaran, terutama melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) menunjukkan perlambatan. Aktivitas transaksi non tunai melalui fasilitas SKNBI tercatat meningkat sebesar 25,68% (yoy) dengan nominal transaksi sebesar Rp 644,59 miliar. Transaksi melalui fasilitas Real Time Gross Settlement (RTGS) juga meningkat meski hanya sebesar 0,06% (yoy) dengan nominal transaksi sebesar Rp 20,72 triliun. Sementara dari sisi transaksi tunai, terjadi net outflow yaitu jumlah uang keluar dari Bank Indonesia (outflow) lebih besar dibandingkan dengan jumlah uang yang masuk (inflow). Kondisi ini sejalan dengan tren yang terjadi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Mencermati melambatnya pertumbuhan tahunan net outflow dibandingkan kinerja kliring, hal tersebut mengindikasikan telah terjadi peralihan preferensi fasilitas transfer dana masyarakat NTT, khususnya Kota Kupang ke bentuk sistem pembayaran non tunai.
K KEEU UA AN NG GA AN N PPEEM MEERRIIN NTTA AH H Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi NTT pada triwulan laporan mengalami peningkatan. Realisasi anggaran pendapatan hingga triwulan III-2013 tercatat sebesar Rp 1,86 triliun atau mencapai 79,59% dari rencana anggaran pendapatan tahun 2013 yang sebesar Rp 2,34 triliun. Sementara itu, realisasi anggaran belanja sebesar Rp 1,57 triliun atau mencapai 65,51% dari rencana anggaran belanja tahun 2013 yang sebesar Rp 2,4 triliun. Realisasi anggaran pendapatan dan belanja sampai dengan triwulan III-2013 tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi anggaran pendapatan dan belanja pada periode yang sama tahun sebelumnya yang masing-masing sebesar 77,81% dan 55,40%. Berdasarkan data Ditjen Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan, hingga bulan Agustus 2013 realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi NTT berada sedikit di atas rata-rata seluruh provinsi yang sebesar 50,6%.
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
xii
|
Triwulan III - 2013
K KEETTEEN NA AG GA AK KEERRJJA AA AN ND DA AN NK KEESSEEJJA AH HTTEERRA AA AN N Perkembangan ketenagakerjaan NTT menunjukkan kondisi yang sedikit menurun sementara kesejahteraan masyarakat
pada triwulan
laporan masih menunjukkan kondisi yang positif. Berdasarkan data BPS diketahui bahwa kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara Timur pada Agustus 2013 memperlihatkan penurunan yang tergambar dari berkurangnya kelompok penduduk yang bekerja disertai bertambahnya tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja di Provinsi NTT pada bulan Agustus 2013 mencapai 2.143.765 jiwa atau turun sebesar 14.274 jiwa (0,66%) dibandingkan Agustus 2012 dengan tingkat pengangguran terbuka sebesar 3,16% lebih tinggi dari posisi Februari 2013 yang tercatat 2,01%. Di tengah tren penurunan, perkembangan daya serap tenaga kerja terindikasi masih menunjukkan perkembangan yang positif. Hal tersebut tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw BI Provinsi NTT triwulan III-2013, dimana indeks ketenagakerjaan tercatat sebesar 8,90 atau meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu, kesejateraan masyarakat NTT berdasarkan data BPS posisi Maret 2013 menunjukkan kondisi yang positif tercermin dari penurunan persentasi penduduk miskin dari 20,88% pada Maret 2012 menjadi 20,03%. Namun berdasarkan hasil survei konsumen bulan Juli 2013, terlihat adanya penurunan tingkat optimisme, khususnya pada masyarakat dengan penghasilan menengah ke atas terhadap tingkat kesejahteraan dan Indikator kesejahteraan di daerah pedesaan yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) juga menunjukkan penurunan dibandingkan dengan triwulan II-2013.
PPRRO OSSPPEEK K PPEERREEK KO ON NO OM MIIA AN N Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan mendatang diperkirakan mengalami perlambatan dibandingkan triwulan laporan. Berdasarkan historis, kondisi ekonomi terkini, dan prediksi shock yang akan terjadi di masa mendatang, pertumbuhan ekonomi tahunan pada triwulan IV-2013 diperkirakan akan berada pada kisaran 5,2% - 5,6% (yoy). Adapun pertumbuhan ekonomi tahun 2013 secara kumulatif diperkirakan pada kisaran 5,3% - 5,7% (yoy). Konsumsi diproyeksikan tetap menjadi penopang pertumbuhan ekonomi disaat kinerja investasi dan ekspor melambat. Dari sisi
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
xiii
|
Triwulan III - 2013
sektoral, hampir semua sektor ekonomi mengalami perlambatan, kecuali sektor pertambangan dan sektor bangunan. Namun demikian, sektor jasa-jasa dan sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) diproyeksikan tetap menjadi penopang pertumbuhan. Memasuki musim hujan yang terjadi pada akhir triwulan IV-2013, kinerja sektor pertanian diperkirakan akan melambat terutama pada subsektor perikanan seiring kondisi angin dan gelombang laut yang tidak kondusif. Inflasi tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan IV-2013 diperkirakan akan berada pada kisaran 8,40 ± 1% (yoy). Meningkatnya inflasi pada triwulan IV-2013 selain karena faktor teknikal akibat kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) pada triwulan II-2013, juga didorong oleh tingginya tarif angkutan udara menjelang musim liburan natal. Inflasi kelompok bahan makanan dan makanan jadi pun diperkirakan meningkat seiring terbatasnya supply bahan makanan, terutama beras, karena pada triwulan mendatang memasuki musim hujan. Terdapat tendensi meningkatnya harga administered prices pada akhir tahun. Secara umum, meningkatnya inflasi pada akhir tahun akan dipengaruhi oleh kenaikan tarif transportasi. Tarif transportasi, khususnya pesawat pada awalnya akan mengalami penurunan pada awal triwulan IV pasca moment libur sekolah dan juga perayaan Idul Fitri pada triwulan sebelumnya. Namun demikian, tekanan inflasi pada sektor transportasi diperkirakan akan terjadi pada bulan Desember seiring perayaan Natal dan liburan tahun baru. Kondisi tersebut bertendensi akan dimanfaatkan operator penerbangan untuk menetapkan harga tiket mendekati ambang batas yang diperbolehkan oleh pemerintah. Hal tersebut dipastikan akan mendongkrak angka inflasi pada bulan Desember 2013 khususnya di Kota Kupang.
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
xiv
|
Triwulan III - 2013
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR INFLASI DAN PDRB INDIKATOR
2012 Tw.I
Tw.II
Tw.III
Tw.IV
2013 Tw.II
Tw.I
Tw.III
Laju Inflasi Tahunan (yoy;%) - NTT
3.60
5.02
5.21
5.33
7.11
5.26
8.29
- Kupang
3.11
4.37
4.66
5.10
7.06
5.56
8.88
- Maumere
6.21
8.45
8.07
6.49
7.38
3.73
5.32
PDRB - Harga Konstan (miliar Rp)
3,294.27
3,446.63
3,572.72
3,658.01
3,471.26
3,633.37
3,777.19
- Pertanian
1,204.83
1,237.15
1,229.65
1,240.09
1,237.00
1,265.15
1,262.28
- Pertambangan dan Penggalian
43.05
45.41
49.42
50.15
45.62
48.32
51.25
- Industri Pengolahan
46.50
48.26
51.18
52.52
47.21
49.71
52.85
- Listrik, gas dan air bersih
14.61
15.02
16.08
16.88
15.93
16.09
17.20
- Bangunan
201.68
219.19
232.02
236.30
214.69
232.54
241.43
- Perdagangan, Hotel dan Restoran
573.04
614.31
639.65
654.54
612.01
661.48
695.83
- Pengangkutan dan komunikasi
250.59
256.46
269.79
273.67
265.72
266.87
285.12
- Keuangan, Persewaan, dan Jasa
125.32
134.23
143.67
151.66
135.41
143.91
157.96
- Jasa
834.65
876.61
941.24
982.21
897.67
949.29
1,013.26
5.45
4.87
5.87
5.48
5.37
5.42
5.72
4.27
4.24
2.82
4.11
2.62
9.99
3.38
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)
10.73
7.09
8.45
11.01
6.89
9.17
13.95
Nilai Impor Nonmigas (USD juta)
60.87
2.29
2.53
0.02
2.73
0.53
0.06
200.17
28.31
46.42
0.07
46.04
146.66
45.14
Pertumbuhan PDRB (yoy;%) Ekspor - Impor* Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta)
Volume Impor Nonmigas (ribu ton) Sistem Pembayaran Inflow (miliar Rp)
1,130.96
484.92
677.29
486.65
1,361.96
615.18
770.79
Outflow (miliar Rp)
286.81
1,168.66
1,175.25
1,665.53
436.38
1,000.41
1,358.61
Netflow (miliar Rp)
844.15
-683.75
-497.96
-1,178.88
925.59
-385.23
-587.82
MRUK (miliar Rp)
345.72
32.20
14.67
45.91
179.71
134.14
232.56
1,950
7,650
4,800
11,440
800
700
1,250
432.79
447.93
512.87
610.18
530.78
569.63
644.59
Uang Palsu (ribu Rp) Nominal Kliring (miliar Rp) Sumber : Berbagai sumber (diolah)
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
xv
|
Triwulan III - 2013
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERBANKAN INDIKATOR
2012 Tw.I
Tw.II
Tw.III
Tw.IV
Tw.I
2013 Tw.II
Tw.III
Bank Umum Total Aset (Rp Triliun)
17.77
18.12
19.50
19.90
21.02
21.29
22.05
DPK (Rp Triliun)
13.43
14.30
14.75
14.88
15.35
15.84
15.92
- Tabungan (Rp Triliun)
6.25
6.95
7.25
8.52
7.58
7.75
8.03
- Giro (Rp Triliun)
3.40
3.44
3.39
2.89
3.78
4.00
3.90
- Deposito (Rp Triliun)
3.78
3.91
4.11
3.48
4.00
4.09
3.99
10.48
11.40
12.05
12.53
12.84
13.86
14.57
- Modal Kerja
2.70
3.21
3.21
3.36
3.44
3.89
4.17
- Konsumsi
7.14
7.51
8.10
8.32
8.57
8.97
9.30
- Investasi
0.64
0.68
0.74
0.84
0.83
1.01
1.09
LDR
78.02%
79.73%
81.69%
84.16%
83.67%
87.53%
91.49%
NPLs
1.66%
1.51%
1.58%
1.39%
1.56%
1.43%
1.52%
2.63
3.07
3.04
3.23
3.29
3.74
3.89
Total Aset (Rp Miliar)
203.23
213.51
221.73
250.74
250.41
263.47
302.54
DPK (Rp Miliar)
145.73
156.24
162.27
186.17
180.16
187.52
211.41
- Tabungan (Rp Miliar)
55.49
54.61
61.95
66.10
71.75
71.36
75.19
- Deposito (Rp Miliar)
90.24
101.63
100.32
120.07
108.41
116.16
136.22
Kredit (Rp Triliun)
Kredit UMKM (Triliun Rp) BPR
Kredit (Rp Miliar)
153.80
166.72
170.54
175.40
180.14
212.00
242.30
- Modal Kerja
70.47
80.20
84.40
89.81
91.96
103.88
120.43
- Konsumsi
24.51
25.88
60.44
61.22
63.45
83.26
92.31
- Investasi
58.81
60.64
25.70
24.37
24.72
24.85
29.56
5.28%
6.27%
5.43%
4.26%
7.41%
5.73%
4.33%
105.53%
106.71%
105.10%
94.21%
99.99%
115.31%
114.61%
Total Aset (Rp Triliun)
17.97
18.33
19.72
20.15
21.27
21.55
22.36
DPK (Rp Triliun)
13.58
14.45
14.91
15.07
15.53
16.02
16.13
- Tabungan (Rp Triliun)
6.31
7.00
7.31
8.58
7.65
7.82
8.10
- Giro (Rp Triliun)
3.40
3.44
3.39
2.89
3.78
4.00
3.90
- Deposito (Rp Triliun)
3.87
4.01
4.21
3.60
4.10
4.20
4.13
10.63
11.56
12.22
12.70
13.02
14.07
14.81
- Modal Kerja
2.77
3.29
3.30
3.45
3.53
3.99
4.29
- Konsumsi
7.16
7.54
8.16
8.39
8.64
9.05
9.39
- Investasi
0.70
0.74
0.76
0.86
0.86
1.03
1.12
LDR
78.32%
80.02%
81.95%
84.29%
83.85%
87.85%
91.80%
NPLs
1.68%
1.54%
1.63%
1.43%
1.64%
1.49%
1.56%
2.79
3.24
3.21
3.41
3.47
3.95
4.13
Rasio NPL Gross LDR GABUNGAN BANK UMUM DAN BPR
Kredit (Rp Triliun)
Kredit UMKM (Triliun Rp)
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. NTT (diolah)
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
xvi
|
Triwulan III - 2013
BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL
1.1 Kondisi Umum Pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada triwulan III-2013 sebesar 5,72% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,42% (yoy). Dari sisi penggunaan, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT secara tahunan didorong oleh meningkatnya laju pertumbuhan konsumsi, investasi, ekspor, dan impor. Sedangkan dari sisi sektoral, peningkatan laju pertumbuhan ekonomi didorong oleh akselerasi pertumbuhan sebagian besar sektor ekonomi, khususnya sektor-sektor utama, yaitu sektor pertanian serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR). Sementara sektor utama lainnya yaitu sektor jasa-jasa mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Ketiga sektor utama tersebut memberikan kontribusi yang signifikan terhadap struktur PDRB Provinsi NTT triwulan laporan, yaitu sebesar 78,70%. Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT
Sumber : BPS Provinsi NTT, diolah
Secara
triwulanan,
Grafik 1.2 Perkembangan Struktur PDRB NTT
Sumber : BPS Provinsi NTT, diolah
laju
pertumbuhan
ekonomi
melambat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu dari sebesar 4,67% (qtq) menjadi sebesar 3,96% (qtq). Dari ketiga sektor utama, hanya sektor jasa-jasa yang laju pertumbuhannya meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor ekonomi lainnya yang mengalami peningkatan laju pertumbuhan yaitu sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor angkutan dan
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
1
|
Triwulan III - 2013
komunikasi serta sektor bangunan/konstruksi. Dari sisi penggunaan, secara triwulanan aktivitas konsumsi, investasi, ekspor, dan impor juga menunjukkan perlambatan sebagai dampak dari masih tingginya ketidakpastian kondisi perekonomian global. 1.2 Sisi Penggunaan Pertumbuhan ekonomi secara Provinsi
NTT
ditopang
oleh
dominan aktivitas
masih
Grafik 1.3 Andil Pertumbuhan Sisi Penggunaan
konsumsi.
Pada triwulan laporan, andil aktivitas konsumsi
terhadap
pertumbuhan
ekonomi Provinsi NTT tercatat sebesar 4,34% atau lebih rendah dibandingkan dengan
kondisi
ataupun
triwulan
triwulan yang
sebelumnya sama
tahun
sebelumnya. Bertolak belakang dengan
Sumber : BPS Provinsi NTT, diolah
kondisi aktivitas konsumsi, andil investasi pada triwulan laporan mengalami peningkatan menjadi sebesar 1,79% atau meningkat dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya yang sebesar 1,03%. Sementara itu, kinerja ekspor pada triwulan laporan mengalami peningkatan dan memberikan andil terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT sebesar 2,65%. Bertolak belakang dengan peningkatan aktivitas konsumsi dan ekspor, andil impor pada triwulan laporan mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yakni dari 3,13% menjadi sebesar 2,91%. 1. Konsumsi Pertumbuhan konsumsi secara tahunan pada triwulan laporan melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Konsumsi secara total meningkat sebesar 4,00% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang mencapai 5,35% (yoy). Perlambatan laju pertumbuhan
konsumsi pada triwulan laporan terutama disebabkan oleh disakselerasi konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba yang masing-masing tercatat sebesar 1,90% (yoy) dan 3,41% (yoy). sementara itu, laju konsumsi pemerintah mengalami peningkatan cukup tinggi dari sebesar 6,72% (yoy) menjadi sebesar 12,23% (yoy) pada triwulan laporan.
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
2
|
Triwulan III - 2013
Secara triwulanan, laju pertumbuhan konsumsi pemerintah mengalami peningkatan menjadi sebesar 17,81% (qtq). Sedangkan laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan konsumsi swasta nirlaba mengalami perlambatan masing-masing sebesar 0,94% (qtq) dan 2,88% (qtq). Meningkatnya konsumsi pemerintah dipengaruhi oleh penyelenggaraan Sail Komodo 2013 pada bulan Agustus-September yang mendorong peningkatan jumlah kegiatan meeting, incentive, conference, exhibition
(MICE). Selain itu,
pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) pada bulan Agustus turut memberikan andil terhadap peningkatan konsumsi pemerintah. Sementara itu, perlambatan konsumsi swasta nirlaba diindikasikan dengan penurunan konsumsi listrik untuk sektor industri pada triwulan laporan sejalan dengan pola konsumsi listrik tahun-tahun sebelumnya. Sejalan dengan kondisi konsumsi lembaga swasta nirlaba, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tercatat mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu dari sebesar 5,08% (yoy) menjadi sebesar 4,71% (yoy). Secara triwulanan pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga menunjukkan perlambatan, yaitu dari sebesar 6,22% (qtq) menjadi 3,72% (qtq). Kondisi tersebut merupakan dampak dari menurunnya daya beli masyarakat Provinsi NTT akibat tekanan inflasi yang tinggi, khususnya pasca kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarif Tenaga Listrik (TTL). Penurunan daya beli masyarakat Provinsi NTT diindikasikan oleh menurunnya Nilai Tukar Petani (NTP) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dari sebesar 100,15 menjadi sebesar 98,31. Penurunan NTP yang merupakan indikator daya beli petani berdampak terhadap total konsumsi masyarakat, karena sebagian besar tenaga kerja di Provinsi NTT (61,61%) bergerak di sektor pertanian. Grafik 1.4 Konsumsi Listrik Sektor Industri
Sumber : PLN Wilayah NTT, diolah
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
Grafik 1.5 Perkembangan Nilai Tukar Petani
Sumber : BPS Provinsi NTT, diolah
3
|
Triwulan III - 2013
Grafik 1.6 Perkembangan Kredit Konsumsi
Sumber : KPw BI Provinsi NTT
Grafik 1.7 Perkembangan IKE
Sumber : KPw BI Provinsi NTT
Menurunnya konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan juga tersirat pada hasil Survei Konsumen (SK) triwulan III-2013 yang menunjukkan penurunan optimisme responden terhadap kondisi ekonomi saat ini. Hal tersebut tercermin pada nilai Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) saat ini yang menurun dari 117,5 menjadi 105,83. Penurunan IKE tersebut didukung oleh penurunan optimisme responden terhadap penghasilan saat ini, ketersediaan lapangan kerja saat ini, dan ketepatan waktu pembelian barang tahan lama dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Penurunan konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan juga seiring dengan menurunnya produksi sektor industri yang diantaranya terkonfirmasi oleh menurunnya konsumsi listrik sektor industri pada triwulan laporan sebesar 13.93% (qtq). Di sisi lain, perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga diindikasikan oleh melambatnya penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan kredit konsumsi pada triwulan laporan tercatat mengalami perlambatan dari sebesar 19,36% (yoy) atau 4,56% (qtq) menjadi sebesar 14,79% (yoy) atau 3,75% (qtq).
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
4
|
Triwulan III - 2013
2. Investasi Kinerja triwulan
investasi
laporan
peningkatan
pada
Grafik 1.8 Perkembangan Kredit Investasi
mengalami dibandingkan
triwulan sebelumnya. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dari Rp594,17 miliar menjadi Rp 645,09 miliar atau tumbuh sebesar 8,57% (qtq). Meningkatnya laju pertumbuhan investasi
juga
tercermin
dari
Sumber : KPw BI Provinsi NTT
pertumbuhan kredit investasi yang cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 8,64% (qtq) atau 48,60% (yoy). Hal tersebut menjadi salah satu indikasi bahwa andil investasi sektor swasta cukup dominan dalam menggerakkan investasi di Provinsi NTT. Meningkatnya investasi pada triwulan laporan terkait erat dengan meningkatnya kinerja sektor bangunan/konstruksi. Hal tersebut dikonfirmasi dengan meningkatnya konsumsi semen di Provinsi NTT sebesar 7,44%% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut sejalan dengan peningkatan realisasi proyek pemerintah yang berasal dari dana APBN dan APBD, khususnya untuk mendukung pelaksanaan event Sail Komodo 2013. Selain itu, realisasi pembangunan hotel bintang yang masih terus berjalan turut berkontribusi dalam peningkatan investasi. 3. Net Ekspor Secara
tahunan,
kinerja
net
ekspor
pada
triwulan
laporan
mengalami perningkatan. Nilai tambah dari kegiatan ekspor Provinsi NTT pada triwulan laporan sebesar Rp 1,12 triliun atau tumbuh sebesar 9,26% (yoy). Laju pertumbuhan ekspor tersebut meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,81% (yoy). Bertolak belakang dengan kegiatan ekspor Provinsi NTT, laju pertumbuhan impor justru mengalami perlambatan dari 5,50% (yoy) pada triwulan II-2013 menjadi 4,63% (yoy) pada triwulan laporan. Hal tersebut berdampak pada pertumbuhan net ekspor yang meningkat dari -5,19% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi -0,76% (yoy) pada triwulan laporan. Secara umum nilai
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
5
|
Triwulan III - 2013
tambah yang dihasilkan dari net ekspor Provinsi NTT masih bernilai negatif. Kondisi ini dipengaruhi oleh tingginya impor, terutama impor antar daerah untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Minimnya sektor industri di Provinsi NTT, terutama yang memproduksi kebutuhan primer (sandang dan pangan), berdampak pada ketergantungan masyarakat Provinsi NTT yang cukup tinggi terhadap aktivitas impor antar daerah. Secara triwulanan, kinerja ekspor dan impor di Provinsi NTT mengalami peningkatan masing-masing sebesar 8,76% (qtq) dan 13,40% (qtq). Kondisi tersebut dikonfirmasi oleh data bongkar muat di Pelabuhan Tenau yang tercatat mengalami peningkatan unloading (bongkar) dan loading (muat) pada triwulan laporan masing-masing sebesar 7,10% (qtq) dan 45,01% (qtq). Grafik 1.9 Perkembangan Ekspor - Impor
Sumber : BPS Provinsi NTT, diolah
Grafik 1.10 Perkembangan Bongkar Muat
Sumber : PT Pelindo Tenau, diolah
Timor Leste dan Cina masih
Grafik 1.11 Negara Tujuan Ekspor
menjadi negara tujuan ekspor utama. Komoditas ekspor yang dominan adalah hasil tambang bahan galian c berupa batu marmer, batu hias, dan biji mangan mentah. Pengiriman komoditas ekspor tersebut dilakukan melalui dua pelabuhan, yaitu Pelabuhan Tenau di Kota Kupang dan Pelabuhan Atapupu di Kabupaten Belu. Volume ekspor Provinsi NTT ke luar
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
Sumber : KPw BI Provinsi NTT
6
|
Triwulan III - 2013
negeri pada triwulan laporan mencapai 13.951 ton atau mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 9.172 ton. Dari total volume tersebut, sebanyak 98,91% ditujukan ke Timor Leste. 1.3 Sisi Sektoral
Dari sisi sektoral, kontribusi tiga sektor utama Provinsi NTT masih sangat dominan dalam menopang pertumbuhan ekonomi di triwulan laporan. Tiga sektor utama yang menjadi penggerak roda perekonomian Provinsi NTT atau memiliki andil paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan laporan adalah sektor pertanian, sektor jasa-jasa serta sektor PHR. Ketiga sektor tersebut masing-masing memiliki andil sebesar 33,42%, 26,83%, dan 18,42%. Sementara sektor lainnya yang memiliki andil cukup besar (di atas 5%)
yaitu
sektor
angkutan
dan
komunikasi
(7,55%)
serta
sektor
bangunan/konstruksi (6,39%). 1. Sektor Pertanian Kinerja sektor pertanian
Grafik 1.12 Perkembangan Pengiriman Ternak
meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kinerja sektor pertanian
pada
triwulan
laporan
tercatat sebesar 2,65% (yoy), sedikit meningkat
dibandingkan
kinerja
triwulan sebelumnya yang sebesar 2,26%
(yoy).
Peningkatan
kinerja
sektor pertanian terutama didorong oleh peningkatan kinerja subsektor tabama khususnya komoditas bawang
Sumber : PT Pelindo diolah
merah seiring panen raya yang terjadi pada bulan September. Namun demikian, kinerja subsektor peternakan menunjukkan penurunan. Hal ini diindikasikan dari penurunan pengiriman ternak melalui jalur laut dengan penurunan sebesar 20,27% (qtq). 2. Sektor Jasa-jasa Laju pertumbuhan sektor jasa-jasa pada triwulan laporan sebesar 7,65% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Kinerja sektor jasa-jasa masih dominan digerakkan oleh subsektor pemerintahan umum dengan
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
7
|
Triwulan III - 2013
kontribusi sebesar 76,26%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa aktivitas ekonomi Provinsi NTT masih ditopang dari anggaran Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Laju pertumbuhan subsektor pemerintahan umum mengalami perlambatan sebesar 8,17% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 9,38% (yoy).. 3. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) Sektor PHR masih terus mempertahankan kinerja positifnya. Laju pertumbuhan sektor PHR sebesar 8,78% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,68% (yoy). Meningkatnya kinerja sektor PHR disebabkan peningkatan kinerja subsektor perdagangan besar dan eceran pada level 8,81% (yoy). Di sisi lain, laju pertumbuhan subsektor hotel dan subsektor restoran
mengalami peningkatan
cukup signifikan
dibandingkan
triwulan
sebelumnya. Hasil liaison kepada pelaku usaha perhotelan menunjukkan adanya peningkatan permintaan yang signifikan pada triwulan laporan. Hal tersebut berbeda dengan pola tahun sebelumnya dimana triwulan II merupakan periode low season bagi bisnis perhotelan. Meningkatnya sektor hotel tercermin dari peningkatan jumlah kunjungan tamu hotel sebesar 43,42% dibandingkan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Berdasarkan hasil liaison1; musim liburan sekolah dan event nasional Sail Komodo yang diselenggarakan pada akhir bulan Juli-September 2013 menjadi penyebab utama meningkatnya aktivitas perhotelan, terutama di wilayah Kabupaten Manggarai Barat. Peningkatan aktivitas subsektor hotel dan restoran juga diindikasikan dari peningkatan penyaluran kredit PHR pada triwulan laporan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara triwulanan, laju pertumbuhan sektor PHR mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,19% (qtq). Peningkatan kinerja subsektor perdagangan tercermin dari perningkatan omset penjualan eceran sebesar 22,95% (qtq) dan jumlah peti kemas yang melalui Pelabuhan Tenau sebesar 10,22 % (qtq) pada triwulan laporan.
1
Liaison adalah kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung/tidak langsung kepada pelaku usaha/institusi lainnya mengenai perkembangan dan arah kegiatan usaha dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan dan likert scale.
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
8
|
Triwulan III - 2013
Grafik 1.13 Perkembangan Penjualan Eceran
Sumber : SPE, KPw BI Provinsi NTT
Grafik 1.14 Perkembangan Kredit Sektor PHR
Sumber : KPw BI Provinsi NTT
Grafik 1.15 Perkembangan Peti Kemas
Grafik 1.16 Perkembangan Jumlah Tamu Hotel
Sumber : BPS Provinsi NTT
Sumber : PT Pelindo diolah
Pada subsektor perhotelan, secara triwulanan juga terjadi peningkatan laju pertumbuhan sebesar 9,54% (qtq). Meningkatnya pertumbuhan subsektor perhotelan tercermin dari data jumlah kunjungan tamu hotel yang mengalami peningkatan sebesar 17,65% dibandingkan triwulan sebelumnya. 4. Sektor Lainnya Sektor
Grafik 1.17 Konsumsi Semen Provinsi NTT
lainnya
yang
memiliki perananan cukup besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi
Provinsi
NTT
adalah
sektor angkutan dan komunikasi serta sektor bangunan/konstruksi. Pada triwulan laporan, walaupun laju pertumbuhan melambat
sektor dibandingkan
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
bangunan dengan
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
triwulan 9
|
Triwulan III - 2013
sebelumnya dari sebesar 6,45% (yoy) menjadi sebesar 6,09% (yoy), namun kinerja triwulanan sektor bangunan menunjukkan peningkatan sebesar 3,82% (qtq). Meningkatnya laju pertumbuhan sektor bangunan pada triwulan laporan selain dipengaruhi oleh pertumbuhan investasi pemerintah juga dipengaruhi oleh meningkatnya investasi swasta. Peningkatan laju pertumbuhan sektor bangunan pada triwulan laporan dikonfirmasi oleh konsumsi semen di Provinsi NTT yang mengalami peningkatan sebesar 1,95% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut sejalan dengan peningkatan realisasi proyek pemerintah yang berasal dari dana APBN dan APBD, khususnya untuk mendukung pelaksanaan event Sail Komodo 2013. Sementara itu, kinerja sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan mengalami peningkatan cukup tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dengan laju pertumbuhan sebesar 9,95% (yoy). Namun demikian, meningkatnya laju pertumbuhan pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan diwarnai dengan perlambatan kinerja pada subsektor perbankan yang tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan. Tabel 1.1 Kinerja Perbankan Provinsi NTT
Sumber : KPw BI Provinsi NTT
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
10
|
Triwulan III - 2013
Tabel 1.2 Perkembangan PDRB Sisi Sektoral
Sumber : BPS Provinsi NTT
Tabel 1.3 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Sektoral
Sumber : BPS Provinsi NTT
Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Sisi Penggunaan
Sumber : BPS Provinsi NTT
Tabel 1.5 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penggunaan
Sumber : BPS Provinsi NTT
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
11
|
Triwulan III - 2013
B A B II PERKEMBANGAN INFLASI
2.1 Kondisi Umum Inflasi Provinsi NTT pada triwulan III-2013 tercatat lebih tinggi dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya. Inflasi pada periode laporan tercatat sebesar 8,29% (yoy), meningkat dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,26% (yoy). Meningkatnya laju inflasi pada triwulan laporan disebabkan oleh tingginya inflasi pada kelompok volatile foods dan administered prices. Peningkatan inflasi pada kelompok volatile foods yang tercatat sebesar 5,47% (yoy) seiring dengan terbatasnya supply bahan makanan terutama untuk subkelompok bumbu-bumbuan, kacang-kacangan, dan padipadian. Sejalan dengan kelompok volatile foods, kelompok administered prices turut mengalami inflasi cukup tinggi yang tercatat sebesar 18,20% (yoy). Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarif Tenaga Listrik (TTL) menjadi penyebab tingginya inflasi kelompok administered prices pada triwulan laporan. Di sisi lain, kelompok core inflation mengalami peningkatan menjadi sebesar 6,19% (yoy) yang disebabkan oleh dampak lanjutan dari kenaikan BBM dan TTL. Berdasarkan penghitungan inflasi kota, peningkatan inflasi terjadi di kedua kota penghitungan inflasi Provinsi NTT yaitu Kota Kupang dan Kota Maumere. Inflasi Kota Kupang dan Kota Maumere masing-masing tercatat sebesar 8,88% (yoy) dan 5,32% (yoy). Kenaikan harga BBM dan TTL serta keterbatasan supply bahan makanan menjadi pendorong utama meningkatnya inflasi di kedua kota tersebut. Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Provinsi NTT
Sumber : BPS, diolah
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
12
|
Triwulan III - 2013
2.2 Perkembangan Inflasi Provinsi NTT Naiknya harga BBM dan TTL, berpengaruh
signifikan
tingginya
inflasi
laju
laporan. Inflasi
pada
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Provinsi NTT
terhadap periode
pada triwulan laporan
sebesar 8,29% (yoy), meningkat cukup tajam dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,26% (yoy). Laju inflasi yang cukup tinggi terutama dipengaruhi oleh kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan serta kelompok makanan jadi,
Sumber : BPS, diolah
minuman, rokok, dan tembakau. Inflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan meningkat cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yakni dari 7,33% (yoy) menjadi 17,20% (yoy). Kenaikan tersebut terutama diakibatkan oleh peningkatan inflasi pada subkelompok transportasi dari 9,99% (yoy) menjadi 23,76% (yoy). Sementara kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau mengalami peningkatan inflasi dari 7,89% (yoy) menjadi 10,87% (yoy). Peningkatan inflasi kelompok ini didorong oleh kenaikan inflasi yang signifikan dari subkelompok makanan jadi dari 8,08% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 16,11% (yoy). Tabel 2.2 Inflasi Provinsi NTT per Kelompok Komoditas
Sumber : BPS, diolah
Di sisi lain, subkelompok ikan segar pada kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar 15,44% (yoy). Terjadinya deflasi pada subkelompok tersebut disebabkan kondusifnya cuaca yang menyebabkan peningkatan hasil tangkapan ikan para nelayan. Meskipun subkelompok ikan segar mengalami
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
13
|
Triwulan III - 2013
deflasi yang cukup tinggi, kondisi tersebut belum mampu menghambat laju inflasi Provinsi NTT pada triwulan laporan. Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan Provinsi NTT
Sumber : BPS, diolah
Grafik 2.3 Inflasi bulanan Provinsi NTT Tw.III-2013
Sumber : BPS, diolah
Secara triwulanan, Provinsi NTT juga mengalami inflasi untuk seluruh kelompok komoditas. Inflasi Provinsi NTT tercatat sebesar 4,06% (qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,11% (qtq). Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, kenaikan harga BBM dan TTL serta terbatasnya supply komoditas bahan makanan menjadi kontributor utama terjadinya inflasi pada triwulan laporan. Sementara itu, secara bulanan inflasi pada bulan Juli dan Agustus 2013 masing-masing sebesar 4,63% (mtm) dan 0,48% (mtm). Hal tersebut terjadi seiring perayaan Hari Raya Idul Fitri pada awal bulan Agustus. Bertolak belakang dengan inflasi yang terjadi pada bulan Juli dan Agustus, pada bulan September justru terjadi deflasi sebesar 1,02% (mtm). Inflasi pada bulan Juli jauh lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan lainnya disebabkan oleh adanya kenaikan harga BBM dan TTL pada bulan tersebut. Sementara deflasi pada bulan September terjadi karena faktor cuaca yang cukup kondusif sehingga mendukung peningkatan supply untuk subkelompok ikan segar. Kendati demikian, deflasi yang terjadi pada bulan September belum mampu menahan laju inflasi pada triwulan laporan secara keseluruhan.
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
14
|
Triwulan III - 2013
Grafik 2.4 Struktur Inflasi Bulanan NTT
Sumber : BPS, diolah
2.3 Disagregasi Inflasi Inflasi Provinsi NTT pada triwulan laporan secara dominan didorong oleh laju inflasi administered prices. Inflasi administered prices pada triwulan laporan tercatat sebesar 18,20% (yoy), meningkat cukup tajam dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 10,26% (yoy), sehingga kontribusinya terhadap total inflasi meningkat dari 2,13% (yoy) menjadi 3,76% (yoy). Peningkatan laju inflasi administered prices disebabkan oleh meningkatnya inflasi pada subkelompok bahan bakar sebagai dampak dari kenaikan harga BBM. Inflasi inti (core inflation) tercatat pada level 6,19% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,44% (yoy). Peningkatan inflasi yang terjadi pada subkelompok transportasi dan bumbubumbuan berdampak signifikan dalam mendorong laju inflasi inti pada triwulan laporan. Peningkatan harga makanan jadi serta komoditas lainnya seperti padipadian juga ikut mendorong inflasi ke level yang lebih tinggi. Inflasi kelompok volatile foods pada periode laporan juga meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu dari sebesar 2,21% (yoy) menjadi 5,47% (yoy). Kembali meningkatnya inflasi kelompok volatile foods pada triwulan laporan didorong oleh kenaikan harga BBM yang berdampak pada biaya distribusi komoditas serta meningkatnya permintaan menjelang Hari Raya Idul Fitri.
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
15
|
Triwulan III - 2013 Grafik 2.5 Disagregasi Inflasi Provinsi NTT
Sumber : BPS, diolah
2.4 Inflasi Berdasarkan Kota 2.4.1
Inflasi Kota Kupang Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Kupang
Kenaikan
BBM
dan
TTL seiring dengan datangya Hari
Raya
Idul
Fitri
mengakibatkan
tingginya
tekanan
inflasi
di
Kupang
pada
Kota
triwulan
laporan. Inflasi Kota Kupang pada triwulan III-2013 tercatat sebesar 8,88% (yoy), meningkat cukup signifikan dibandingkan triwulan
sebelumnya
Sumber : BPS, diolah
yang
sebesar 5,56% (yoy). Kenaikan harga BBM pada bulan Juni berdampak signifikan terhadap inflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang tercatat mengalami peningkatan cukup tajam dari 7,82% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 17,37% (yoy). Selain itu, peningkatan inflasi kelompok tersebut juga disebabkan oleh meningkatnya permintaan terhadap jasa angkutan udara seiring perayaan Hari Raya Idul Fitri pada bulan Agustus yang mendorong kenaikan tarif angkutan udara secara umum.
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
16
|
Triwulan III - 2013
Terbatasnya supply komoditas bahan makanan, khususnya subkelompok bumbu-bumbuan, kacang-kacangan, dan padi-padian, juga berperan cukup dominan dalam menekan laju inflasi pada triwulan laporan. Inflasi subkelompok bumbu-bumbuan, kacang-kacangan dan padi-padian pada triwulan laporan masing-masing meningkat dari sebesar 19,45% (yoy), 3,69% (yoy), dan 4,16% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 52,56% (yoy), 10,52% (yoy), dan 7,57% (yoy). Seperti pada periode-periode sebelumnya, selain faktor penawaran dan permintaan, faktor ekspektasi juga sangat berpengaruh dalam membentuk inflasi di Kota Kupang. Tingginya ketergantungan Kota Kupang terhadap pasokan dari daerah lain (terutama Surabaya), menyebabkan ekspektasi pelaku ekonomi di Kota Kupang terhadap inflasi menjadi tinggi ketika terjadi keterbatasan pasokan komoditas bahan makanan dari Surabaya. Inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau juga cukup tinggi, yakni pada level 11,48% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,64% (yoy). Peningkatan tersebut disebabkan oleh kenaikan inflasi subkelompok makanan jadi dari 8,13% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 18,09%. Tabel 2.3 Inflasi Kupang per Kelompok (yoy)
Sumber : BPS, diolah
Secara
triwulanan,
Kota
Grafik 2.7 Inflasi Triwulanan Kupang
Kupang tercatat mengalami inflasi sebesar 4,21% (qtq). Kondisi tersebut bertolak belakang dengan kondisi triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,13% (qtq). Tekanan inflasi laporan
tertinggi terjadi
selama pada
periode kelompok
transportasi, komunikasi, dan jasa Sumber : BPS, diolah
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
17
|
Triwulan III - 2013
keuangan yang mencapai 9,55% (qtq). Disusul oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau yang mengalami inflasi sebesar 5,78% (qtq). Tekanan inflasi Kota Kupang yang tertinggi terjadi pada bulan Juli sebesar 4,98% (mtm). Inflasi tersebut bersumber dari kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan (11,73%), kelompok bahan makanan (5,80%) serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (5,58%). Sementara pada bulan Agustus, Kota Kupang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,19% (mtm), karena terjadi kenaikan TTL. Berbeda dengan bulan Juli dan Agustus, pada bulan September Kota Kupang mengalami deflasi sebesar 0,92% (mtm) yang terutama bersumber dari kelompok bahan makanan, khususnya komoditas ikan segar. Hal tersebut disebabkan oleh kembali normalnya harga-harga pasca Hari Raya Idul Fitri serta kondusifnya cuaca yang berdampak pada peningkatan hasil tangkapan nelayan. 2.4.2
Inflasi Kota Maumere Sejalan
Kupang,
Kota
mengalami
Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Maumere
dengan
Kota
Maumere
juga
peningkatan
inflasi
pada triwulan laporan. Inflasi Kota Maumere
pada
triwulan
laporan
tercatat sebesar 5,32% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan
sebelumnya (yoy).
yang
Komoditas
triwulan
sebesar yang
3,73%
mengalami
Sumber : BPS, diolah
peningkatan laju inflasi pada triwulan laporan adalah kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan serta kelompok bahan makanan, yakni masingmasing tercatat sebesar 16,06% (yoy) dan 4,63% (yoy). Tabel 2.4 Inflasi Maumere per Kelompok (yoy)
Sumber : BPS diolah
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
18
|
Triwulan III - 2013
Secara triwulanan, inflasi Maumere tercatat sebesar 3,25% (qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 0,04% (qtq). Bila dibandingkan dengan inflasi di Kota Kupang yang mencapai 4,21% (qtq), inflasi triwulanan Kota Maumere tersebut masih lebih rendah. Tekanan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan serta kelompok bahan makanan dengan inflasi masing-masing sebesar 11,15% (qtq) dan 3,53% (qtq). Inflasi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan merupakan dampak dari kenaikan harga BBM pada bulan Juni. Sementara inflasi pada kelompok bahan makanan dipengaruhi oleh pergerakan harga subkelompok kacang-kacangan
dan
bumbu-bumbuan
yang
menunjukkan
peningkatan
signifikan pada triwulan laporan. Subkelompok kacang-kacangan yang pada triwulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar 17,01% (qtq), pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar 13,60% (qtq). Subkelompok bumbu-bumbuan juga mengalami inflasi sebesar 9,20% (qtq) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar 19,81% (qtq). Selama triwulan laporan, terjadi inflasi pada bulan Juli dan Agustus yang masing-masing tercatat sebesar 2,83% (mtm) dan 2,01% (mtm) sebagai dampak kenaikan harga BBM dan TTL serta datangnya Hari Raya Idul Fitri. Sementara pada bulan September terjadi deflasi sebesar 1,57% (mtm) seiring dengan kembali normalnya harga bahan makanan pasca Hari Raya Idul Fitri serta kondusifnya cuaca yang berdampak pada peningkatan supply ikan segar. Grafik 2.9 Inflasi Triwulanan Maumere
Sumber : BPS, diolah
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
19
|
Triwulan III - 2013
Boks 1
Tingginya Ketergantungan Bahan Makanan Terhadap Daerah Lain Surplus-Defisit Bahan Pangan Strategis Laju inflasi Provinsi NTT secara umum disebabkan oleh faktor supply, kebijakan pemerintah serta ekspektasi masyarakat. Untuk triwulan III-2013 faktor supply dan kebijakan pemerintah menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan tarif Tenaga Listrik (TTL) menjadi faktor utama yang menggerakkan inflasi NTT. Di sisi lain, ekspektasi masyarakat, khususnya level pedagang berkontribusi menggerakkan level inflasi pada tingkat yang lebih tinggi. Tingginya ketergantungan pasokan dari daerah lain menyebabkan Provinsi NTT rentan terhadap guncangan penawaran (supply shock) yang terjadi di daerah pemasok.
Pada triwulan III-2013, terbatasnya supply dari daerah
pemasok terutama subkelompok bumbu-bumbuan, kacang-kacangan, dan padi-padian serta kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM dan TTL menjadi faktor utama penyebab tingginya laju inflasi.
Laju inflasi triwulan III-2013
disebabkan oleh peningkatan inflasi kelompok volatile foods yang tercatat sebesar 5,47% (yoy) dan kelompok administered prices sebesar 18,20% (yoy). Di sisi lain, kelompok core inflation turut mengalami peningkatan menjadi sebesar 6,19% (yoy) sebagai imbas dari kelangkaan supply dan kenaikan harga BBM dan TTL. Tabel 2.5 Kontribusi Inflasi per Komoditas periode Jan 2011-Sept 2013
Komoditas 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
ANGKUTAN UDARA BERAS ANGKUTAN DALAM KOTA SEWA RUMAH BENSIN TUKANG BUKAN MANDOR BAWANG MERAH WORTEL PASIR SEMEN
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
Kelompok Inflasi Administered Prices Volatile Foods Administered Prices Core Administered Prices Administered Prices Volatile Foods Volatile Foods Core Core
Andil 0.117% 0.059% 0.049% 0.035% 0.034% 0.031% 0.028% 0.028% 0.024% 0.019%
20
|
Triwulan III - 2013
Berdasarkan tabel sebelumnya, kontribusi penyumbang inflasi Provinsi NTT lebih didominasi oleh kelompok komoditas bergejolak (volatile foods) dan kelompok administered prices. Tingginya kontribusi kelompok volatile foods dipengaruhi oleh faktor supply bahan makanan yang sebagian besar dipasok dari daerah lain. Berdasarkan hasil survei, berikut beberapa komoditas pangan strategis yang berpengaruh terhadap laju inflasi : Tabel 2.6 Surplus-Defisit Pangan Strategis per-Juli 2013
ribuan ton
Meskipun sebagian pemenuhan komoditas dipenuhi dari daerah sendiri, akan tetapi belum mampu memeunuhi permintaan secara umum. Seperti halnya komoditas beras, tingkat konsumsi yang mencapai 580.000 ton dengan tingkat produksi yang hanya sebesar 450.000 ton menghasilkan defisit sebesar 130.000 ton. Defisit ini dipenuhi dari daerah lain yang dalam hal ini berasal dari Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Untuk itu, diperlukan koordinasi antara Tim Pemantau dan Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi NTT dengan TPID daerah pemasok. Adapun koordinasi tersebut dapat difokuskan pada : a. Informasi
bahan
pangan,
koordinasi
antar
TPID
dapat
saling
menginformasikan mengenai keadaan pasokan komoditas ataupun faktorfaktor yang dapat mempengaruhi pasokan komoditas serta perkembangan harga. Diharapkan dengan adanya pertukaran informasi ini, TPID Provinsi NTT dapat mengambil langkah preventif apabila terjadi gejolak pasokan (supply shock).
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
21
|
Triwulan III - 2013
b. Distribusi pangan, diharapkan koordinasi antar TPID dapat menjaga jalur distribusi pangan. hal ini betujuan untuk menghindari kelangkaan pasokan yang dapat menyebabkan kenaikkan harga. Dengan adanya kerjasama antar TPID Provinsi NTT dan TPID daerah pemasok diharapkan dapat menekan laju inflasi secara umum.
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
22
|
Triwulan III-2013
B A B III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
3.1 Kondisi Umum Kinerja perbankan dan sistem pembayaran Provinsi NTT pada triwulan laporan relatif melambat. Dari sisi kinerja keuangan, tercatat gabungan aset bank umum dan BPR di Provinsi NTT sebesar Rp 22,36 triliun dengan pertumbuhan sebesar 13,38% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan kinerja triwulan sebelumnya. Demikian pula indikator utama lainnya, yaitu penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit perbankan yang menunjukkan perlambatan namun dengan risiko kredit yang terjaga. Pada triwulan laporan, penghimpunan DPK meningkat sebesar 8,18% (yoy) dengan total DPK mencapai Rp 16,13 triliun. Penyaluran kredit meningkat sebesar 21,17% (yoy) dengan outstanding kredit mencapai Rp 14,81 triliun dengan risiko kredit terjaga pada level 1,56%. Pertumbuhan DPK yang diimbangi dengan tingginya penyaluran kredit menunjukkan fungsi intermediasi perbankan di NTT relatif baik, tercermin dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) yang meningkat dari 87,85% menjadi 91,80%. Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan NTT (Bank Umum dan BPR)
Sumber : KPw BI Provinsi NTT
Kinerja sistem pembayaran, terutama melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) menunjukkan perlambatan. Aktivitas transaksi non tunai melalui fasilitas SKNBI tercatat meningkat sebesar 25,68% (yoy) dengan nominal transaksi sebesar Rp 644,59 miliar. Transaksi melalui fasilitas Real Time Gross Settlement
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
23
|
Triwulan III-2013
|
(RTGS) juga meningkat meski hanya sebesar 0,06% (yoy) dengan nominal transaksi sebesar Rp 20,72 triliun selama triwulan laporan. Tabel 3.2 Perkembangan Transaksi Non Tunai Pembayaran Non Tunai (Juta)
Kliring y-o-y Cek/BG Kosong y-o-y
Ratio Cek/BG Kosong thd Kliring
2011 2012 III IV I II III IV I 433,789 358,089 432,787 447,927 512,868 610,182 530,779 -6.14% -30.73% 6.57% 3.60% 18.23% 70.40% 22.64% 6,321 8,117 6,844 8,437 7,375 7,660 6,584 -38.77% -26.72% -3.58% 13.78% 16.67% -5.63% -3.80% 1.46%
2.27%
1.58%
1.88%
2011
TRANSAKSI RTGS
III
1.44%
1.26%
2012 IV
I
II
1.48%
2.00%
III
IV
I
II
III
5.24% -23.98%
15,983
13,308
22,746
17,780
17.08% 12.68% 20.99% 44.04% 57.86% 11.31%
6.76%
52.54% -18.59% MENUJU % yo 6,142 8,209 (TO) NTT Volu
13,835 8,661
14,359 9,358
12,466 7,055
-22.66% -33.48% -4.80%
14,912 7,948
21,840 8,263
9,265
22,688
21,878
64.84%
10.16%
9,704
9,333
5,687
5.99% -4.60% -0.99% -19.39% -22.72%
20,717
-0.65%
Sumber : KPw BI Provinsi NTT
Sementara dari sisi transaksi tunai, pada triwulan laporan terjadi net outflow yaitu jumlah uang keluar dari Bank Indonesia (outflow) lebih besar dibandingkan dengan jumlah uang yang masuk (inflow). Kondisi ini sejalan dengan tren yang terjadi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Mencermati melambatnya pertumbuhan tahunan net outflow dibandingkan kinerja kliring, hal tersebut mengindikasikan
telah
terjadi peralihan
preferensi fasilitas
transfer dana
masyarakat NTT, khususnya Kota Kupang ke bentuk sistem pembayaran non tunai. Tabel 3.3 Perkembangan Transaksi Tunai Pembayaran Tunai (miliar) Inflow
TRANSAKS
Nilai DARI % yo 0.06% (FROM) 12,630 NTT Volu % yo -5.33%
Nilai (Rp miliar)
% yoy
III 644,592 25.68% 12,903 74.95%
2013
Nilai (Rp miliar) 15,928 15,523 13,763 19,860 20,703 24,798 DARI % yoy 33.95% 2.23% 18.44% 78.00% 29.98% 59.75% (FROM) 9,812 13,294 9,221 12,276 13,341 16,141 NTT Volume % yoy -10.38% 26.06% 21.31% 38.96% 35.97% 21.42% MENUJU % yoy (TO) NTT Volume
1.24%
2013 II 569,628 27.17% 8,428 -0.11%
2011 III IV 516.98 480.43
I 1130.96
2012 II III 484.92 677.29
IV 486.65
I 1361.96
2013 II 615.18
III 770.79
y-o-y Outflow
31.17% 1046.39
31.22% 1660.48
67.63% 286.81
6.51% 1168.66
31.01% 1175.25
1.29% 1665.53
20.43% 436.38
26.86% 1000.41
13.81% 1358.61
y-o-y Net Inflow
32.29% 21.66% -529.42 -1180.05
3.75% 844.15
64.26% -683.75
12.31% -497.96
0.30% -1178.88
52.15% -14.40% 925.59 -385.23
15.60% -587.82
y-o-y Uang Palsu (ribu)
33.39% 3,750
18.16% 111.97% 166.86% 2,450 1,950 7,650
-5.94% 4,800
-0.10% 11,440
9.65% 800
-43.66% 700
18.05% 1,250
Sumber : KPw BI Provinsi NTT
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
24
Nilai
% yo
Triwulan III-2013
3.2 Perkembangan Bank Umum 3.2.1. Intermediasi Perbankan Kinerja positif perbankan dalam menjalankan fungsi intermediasinya terus meningkat. Pada triwulan III-2013, rasio penyaluran kredit terhadap penghimpunan dana (Loan to Deposit Ratio) sebesar 91,49%. Sementara itu, rasio kredit yang belum disalurkan kepada masyarakat (undisbursed loan) terhadap total kredit menurun dari 4,60% menjadi 4,37% pada triwulan laporan dengan nominal mencapai Rp 637,29 miliar. Grafik 3.1 Perkembangan LDR 18,000
Kredit (miliar)
16,000
DPK (miliar)
Grafik 3.2 Perkembangan Undisbursed Loan 100%
LDR
800
Nominal (Miliar)
700 80%
14,000 12,000
60%
10,000
8%
rasio thd kredit
600
6%
500 400
8,000
40%
6,000 4,000
20%
4%
300 200
2%
100
2,000 -
0% I
II
III
IV
I
2011
II
III
2012
Sumber :KPw BI Provinsi NTT
IV
I
II 2013
III
0
0% I
II
III
IV
I
2011
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
Sumber :KPw BI Provinsi NTT
Penghimpunan dana masyarakat (DPK) pada triwulan laporan sedikit melambat dengan pertumbuhan sebesar 7,93% (yoy). Total dana masyarakat yang ada pada Bank Umum di wilayah NTT mencapai Rp 15,92 triliun. Peningkatan laju pertumbuhan dana masyarakat masih bersumber pada meningkatnya pertumbuhan dana pada rekening tabungan. Pada triwulan laporan, total dana yang tercatat pada rekening tabungan Bank Umum sebesar Rp 8,03 triliun. Jumlah tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 10,74% (yoy), meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan penempatan dana oleh golongan pemilik perseorangan yang mencapai 11,71% (yoy) masih mendominasi rekening simpanan di Provinsi NTT.
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
25
|
Triwulan III-2013 Tabel 3.4 Perkembangan Kinerja DPK Bank Umum
Sumber : KPw BI Provinsi NTT
Pertumbuhan dana pada rekening giro mengalami kenaikan sebesar 15,05% (yoy). Peningkatan dana pemerintah pada rekening giro yang mencapai 15,98% (yoy) pada triwulan III-2013 merupakan lanjutan dari triwulan sebelumnya, dimana pada semester II-2013 terdapat penambahan dana transfer dari Pemerintah Pusat dan penyerapan anggaran masih cukup rendah pada awal tahun, sedangkan pada triwulan laporan penyerapan anggaran lebih tinggi. Di sisi lain, dana milik perorangan juga mengalami penurunan sebesar 1,23% (yoy). Grafik 3.3 Komposisi DPK
Grafik 3.4 DPK Menurut Golongan Pemilik Lainnya 0.46%
Giro 24.51% Tabungan 50.43%
Perorangan 60.23%
Pemerintah 30.90%
Swasta 8.41%
Deposito 25.06%
Sumber : KPw BI Provinsi NTT
Sumber : KPw BI Provinsi NTT
Penempatan dana dalam rekening deposito mencapai Rp 4,00 triliun atau hanya turun sebesar 2,89% (yoy). Laju pertumbuhan tersebut sedikit melambat dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang mencapai 5,69% (yoy). Penurunan penempatan dana pada rekening deposito salah satunya dipengaruhi oleh penarikan dana oleh deposan inti pada salah satu bank di NTT untuk melakukan aksi korporasi berupa pembelian kembali (buy-back) saham perusahaan. Penyaluran kredit Bank Umum sedikit melambat dengan total pertumbuhan sebesar 20,88% (yoy) dengan total outstanding kredit mencapai Rp 14,57 triliun. Secara struktural, komposisi penyaluran kredit belum mengalami perubahan meskipun sudah menunjukkan pergeseran ke arah kredit produktif. Penyaluran kredit perbankan di Provinsi NTT masih didominasi oleh
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
26
|
Triwulan III-2013
kredit jenis konsumsi dengan proporsi mencapai 63,85% dari total kredit. Sementara kredit produktif jenis modal kerja dan investasi menyumbang share masing-masing sebesar 28,64% dan 7,52%. Akselerasi pertumbuhan kredit modal kerja yang relatif tinggi mendorong penurunan share kredit konsumsi terhadap total kredit perbankan. Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum
Sumber : KPw BI Provinsi NTT
Secara tahunan, peningkatan kegiatan ekonomi di Provinsi NTT berimplikasi pada peningkatan kredit, diantaranya kredit modal kerja. Peningkatan kredit modal kerja didorong oleh peningkatan permintaan kredit pada sektor-sektor dominan yaitu sektor perdagangan besar dan eceran. Peningkatan kredit pada sektor tersebut mencapai 55,64% (yoy), dengan porsi dalam penyaluran kredit modal kerja sebesar 69,35%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sektor perdagangan terus berekspansi untuk meningkatkan kapasitas usahanya terkait dengan peningkatan kegiatan konsumsi masyarakat Provinsi NTT. Sementara itu peningkatan penyaluran kredit yang sangat signifikan pada triwulan laporan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya terjadi pada sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 99,61% serta sektor pertanian, perburuan dan kehutanan sebesar 58,96%.
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
27
|
Triwulan III-2013
Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Modal Kerja Bank Umum
Sumber : KPw BI Provinsi NTT
Pertumbuhan investasi di Provinsi NTT berkorelasi positif terhadap pertumbuhan penyaluran kredit investasi. Laju pertumbuhan kredit investasi merupakan yang tertinggi dibandingkan kredit modal kerja dan konsumsi. Sumber peningkatan penyaluran kredit investasi adalah peningkatan kredit pada sektor perdagangan besar dan sektor konstruksi yang mempunyai share cukup besar terhadap total kredit investasi. Demikian pula pada sektor listrik, gas dan air serta sektor jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya yang meningkat masing-masing sebesar 319,32% dan 100,61%. Hal tersebut searah dengan meningkatnya pembangunan properti, hotel dan restoran di Provinsi NTT sebagai salah satu program pemerintah dalam mendorong NTT menjadi salah satu tujuan wisata dunia yang harus diikuti dengan perbaikan infrastruktur penunjang sektor pariwisata.
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
28
|
Triwulan III-2013
Tabel 3.7 Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum
Sumber : KPw BI Provinsi NTT
Secara sektoral, penyaluran kredit produktif masih didominasi sektor perdagangan. Secara umum, share sektor perdagangan besar dan eceran masih menjadi sektor unggulan dalam penyaluran kredit perbankan. Namun, laju pertumbuhan yang sangat tinggi pada beberapa sektor lainnya seperti sektor pertanian, sektor konstruksi, sektor pertanian subsektor perikanan, sektor jasa pendidikan dan sektor jasa kemasyarakatan mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan aktivitas ekonomi yang cukup signifikan pada sektor-sektor tersebut. Tabel 3.8 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektoral Bank Umum
Sumber : KPw BI Provinsi NTT
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
29
|
Triwulan III-2013
Peningkatan penyaluran kredit perbankan diimbangi dengan risiko kredit yang tetap terkendali pada level rendah. Rasio Non Performing Loan (NPL) perbankan di Provinsi NTT pada triwulan III-2013 sedikit naik pada level 1,52% dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,43%. Rasio NPL kredit modal kerja dan investasi pada triwulan sebesar 3,11%. Sementara rasio NPL kredit konsumsi yang tercatat cukup stabil pada level 0,66%. Grafik 3.5 Perkembangan NPL Bank Umum 240
NPL (miliar)
Grafik 3.6 NPL Konsumsi dan Modal Kerja Bank Umum 2.5%
NPL (%)
4500
Kredit Modal Kerja (Miliar) NPL Modal Kerja
4000
200
2.0%
160
1.5%
120 1.0%
80
Kredit Investasi (Miliar) NPL Investasi
3500
8%
6%
3000 2500
4%
2000 1500
40
0.5%
0
0.0% I
II
III
IV
I
2011
II
III
2012
Sumber : KPw BI Provinsi NTT
IV
I
II 2013
III
2%
1000 500 0
0% I
II
III
IV
I
2011
II 2012
III
IV
I
II
III
2013
Sumber : KPw BI Provinsi NTT
Kenaikan BI Rate hingga 1,25 bps menjadi 7,25% dari sebelumnya 6,00% relatif tidak mempengaruhi perbankan di NTT untuk menaikkan suku bunga kredit pada triwulan laporan. Suku bunga kredit tertimbang perbankan di Provinsi NTT pada triwulan III-2013 sebesar 14,65% atau sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 14,69%. Penurunan suku bunga kredit terjadi pada jenis kredit investasi menjadi sebesar 15,28% dan kredit konsumsi sebesar 14,88%, sedangkan suku bunga kredit modal kerja sedikit naik dari 13,68% menjadi 13,80% pada triwulan laporan.
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
30
|
Triwulan III-2013
3.2.2. Kredit UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) Penyaluran kredit kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) meningkat sebesar 27,82% (yoy). Pertumbuhan kredit UMKM masih lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan kredit secara keseluruhan. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa
laju
pertumbuhan
kredit
produktif
lebih
tinggi
dibandingkan dengan penyaluran kredit konsumtif. Meski begitu, rasio kredit UMKM terhadap total kredit pada triwulan laporan sedikit menurun menjadi 26,70%. Demikian juga rasio kredit UMKM terhadap total kredit produktif turun ke angka 73,84%. Tabel 3.9 Perkembangan Komponen Kredit UMKM Bank Umum
Sumber : KPw BI Provinsi NTT
Peningkatan laju pertumbuhan penyaluran kredit UMKM paling tinggi pada triwulan laporan terjadi pada kategori usaha mikro dan kecil. Penyaluran kredit untuk UMKM jenis mikro tumbuh signifikan sebesar 55,58% dengan outstanding kredit mencapai Rp 849 miliar dan jumlah debitur sebanyak 52.249 unit usaha. Penggunaan kredit untuk usaha mikro didominasi untuk keperluan modal kerja yaitu sebesar 80,67% dibandingkan untuk investasi yang hanya sebesar 19,33%. Penyaluran kredit pada usaha jenis kecil mengalami kenaikan sebesar 19,20% dengan outstanding kredit sebesar Rp 1,97 triliun dan jumlah debitur mencapai 9.877 unit usaha. Penggunaan kredit sebagian digunakan untuk kebutuhan modal kerja yaitu sebesar 79,37% dan investasi sebesar 20,63%. Namun Penyaluran kredit pada usaha jenis menengah mengalami perlambatan
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
31
|
Triwulan III-2013
menjadi sebesar 26,76% dengan outstanding kredit sebesar Rp 1,07 triliun dan jumlah debitur sebesar 1.590 unit usaha. Penggunaan kredit sebagian digunakan untuk kebutuhan modal kerja yaitu sebesar 80,45% dan investasi sebesar 19,55%. Secara sektoral, sektor yang dominan dibiayai oleh perbankan adalah sektor perdagangan besar dan eceran dengan proporsi sebesar 67,87% dari total penyaluran kredit UMKM. Sementara untuk sektor pertanian dan sektor perikanan hanya sebesar sebesar 1,24% dan 0,50%. Risiko penyaluran kredit (NPLs) kepada UMKM pada triwulan laporan terjaga pada level 3,33%. Tabel 3.10 Perkembangan Kredit UMKM Sektoral Bank Umum
Sumber : KPw BI Provinsi NTT
3.2.3. Kinerja Perbankan Umum Berdasarkan Sebaran Pulau Secara geografis, kinerja perbankan umum di Provinsi NTT masih terkonsentrasi di Pulau Timor. Pusat pemerintahan dan ekonomi yang dominan di Pulau Timor, khususnya Kota Kupang menjadi faktor utama terpusatnya kegiatan perbankan di Pulau Timor. Aset bank umum di Pulau Timor sebesar Rp 12,80 triliun atau 59,07% dari total asset bank umum di Provinsi NTT. Sementara di Pulau Flores sebesar Rp 6,82 triliun atau 31,48% dari total aset, dan aset bank umum di Pulau Sumba sebesar Rp 2,05 triliun atau 9,44% dari total aset bank umum di Provinsi NTT.
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
32
|
Triwulan III-2013
Tabel 3.11 Indikator Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau
Sumber : KPw BI Provinsi NTT
Walaupun masih terkonsentrasi di Pulau Timor, namun perkembangan indikator di pulau lainnya relatif lebih baik dibanding di Pulau Timor. Pada triwulan laporan, perkembangan aset terbesar terdapat di Pulau Sumba yaitu sebesar 40,80% (yoy) diikuti dengan Pulau Flores sebesar 29,07% (yoy). Hal serupa juga terjadi pada indikator perkembangan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), dimana pertumbuhan tertinggi terdapat di Pulau Flores dengan nominal DPK mencapai Rp5,16 triliun atau meningkat sebesar 13,74% (yoy) sementara Pulau Sumba dan Pulau Timor mencatatkan perkembangan DPK masing-masing sebesar 7,27% dan 5,08%. Di sisi lain, perkembangan penyaluran kredit tertinggi terdapat di Pulau Timor yaitu sebesar 24,00% (yoy). Sementara dari sisi intermediasi yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat Pulau Sumba yang menunjukkan nilai tertinggi yaitu sebesar 103,63% (yoy) diikuti oleh Pulau Flores sebesar 97,19%. 3.3 Sistem Pembayaran 3.3.1. Transaksi Non Tunai a. Transaksi Kliring Transaksi non tunai melalui SKNBI meningkat cukup signifikan. Namun, dari sisi pertumbuhan SKNBI triwulan laporan sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari sebesar 27,17% (yoy) menjadi sebesar 25,68% (yoy). Terjadi peningkatan nominal transaksi kliring pada triwulan laporan dengan nominal transaksi mencapai Rp 644,59 miliar dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp 569,63 miliar. Sementara lembar warkat kliring pada triwulan laporan sebanyak 19.000 warkat atau meningkat sebesar 10,52%
(yoy).
Pertumbuhan
lembar
warkat
yang
lebih
kecil
dibandingkan dengan nominal transaksi mencerminkan bahwa rata-rata
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
33
|
Triwulan III-2013
nominal transaksi per warkat lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada triwulan laporan, rata-rata nominal per lembar warkat sebesar Rp 33,93 juta. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa masyarakat masih memilih menggunakan SKNBI untuk transaksi dengan nominal rendah karena dari segi biaya lebih murah dibandingkan RTGS. Namun, ada kecenderungan beralihnya preferensi masyarakat ke sistem RTGS untuk nominal transaksi yang lebih besar, terutama untuk transaksi bisnis yang memerlukan kecepatan waktu pengiriman uang ke rekening tujuan. Peningkatan
transaksi
melalui
SKNBI
tampak
berpengaruh
terhadap kualitas transaksi. Berbanding lurus dengan jumlah transaksi kliring yang meningkat sangat tinggi, jumlah cek/BG kosong di wilayah Kantor Bank Indonesia Provinsi NTT pada triwulan laporan meningkat signifikan. Jumlah cek/BG kosong pada triwulan laporan mencapai angka Rp 12,9 miliar, meningkat 74,95% (yoy) dengan jumlah warkat sebanyak 213 lembar. Grafik 3.7 Perkembangan Transaksi Kliring
Sumber : KPw BI Provinsi NTT
Grafik 3.8 Perkembangan Cek/BG Kosong
Sumber : KPw BI Provinsi NTT
b. Transaksi RTGS Transaksi
menggunakan
sistem
RTGS
mengalami
pertumbuhan dari sisi nominal meskipun terjadi penurunan dari volume transaksinya. Sistem RTGS yang memungkinkan proses transfer yang cepat menjadi faktor utama beralihnya penggunaan SKNBI ke sistem RTGS. Apalagi untuk wilayah Kantor Bank Indonesia Provinsi
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
34
|
Triwulan III-2013
NTT, dimana SKNBI hanya dapat dilakukan di wilayah Kota Kupang dan Kota Maumere dengan nominal transaksi yang terbatas. Transaksi melalui sistem RTGS pada triwulan laporan lebih didominasi oleh transaksi dari Provinsi NTT. Transaksi dari (from) tercatat lebih besar dibandingkan dengan transaksi yang masuk (to). Transaksi RTGS yang keluar dari Provinsi NTT meningkat sebesar 0,06% (yoy) dengan nilai transaksi mencapai Rp 20,72 triliun. Sementara itu, setelah pada triwulan lalu mengalami peningkatan yang cukup signifikan, transaksi RTGS yang berasal dari daerah lain melambat pada triwulan III-2013. Pada triwulan laporan, tercatat aliran dana yang masuk ke Provinsi NTT melalui sistem RTGS sebesar Rp 17,78 triliun atau menurun 18,59% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya, yang berasal dari 8.209 transaksi. Grafik 3.9 Nilai Transaksi RTGS 30,000
Grafik 3.10 Volume Transaksi RTGS 18,000
From NTT (Rp miliar)
To NTT
14,000
20,000
12,000 10,000
15,000
8,000
10,000
6,000 4,000
5,000
2,000 I
II
III
IV
I
II
2011
III
2012
IV
I
II
III
2013
Sumber : KPw BI Provinsi NTT
Lembar
-
Rp miliar
From NTT
16,000
To NTT (Rp miliar)
25,000
I
II
III
IV
2011
I
II
III
IV
2012
I
II
III
2013
Sumber : KPw BI Provinsi NTT
3.3.2. Transaksi Tunai Aktivitas
perekonomian
dari
sisi
transaksi
tunai
terus
meningkat. Data yang tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT menunjukkan bahwa transaksi uang tunai yang masuk ke Bank Indonesia (inflow) dan yang keluar dari Bank Indonesia (outflow) sebesar Rp. 2,13 triliun. Pada triwulan laporan terjadi net outflow dimana jumlah uang yang keluar dari Bank Indonesia lebih besar dibandingkan dengan uang yang masuk. Jumlah uang yang masuk ke Bank Indonesia pada triwulan laporan sebesar Rp 770,79 miliar atau meningkat 13,81% (yoy). Sementara jumlah uang yang keluar dari Bank Indonesia mencapai Rp 1,36
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
35
|
Triwulan III-2013
triliun atau naik sebesar 15,60% (yoy). Peningkatan pertumbuhan jumlah uang yang keluar dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kebutuhan uang kartal yang signifikan tiap triwulannya.
Grafik 3.11 Perkembangan Transaksi Tunai 1800
inflow
outflow
growth inflow (%)
growth outflow (yoy)
1600
120%
1400 1200
80%
1000
40%
800 600
0%
400
-40%
200 0
(miliar)
160%
-80% I
II
III
IV
2011
I
II
III 2012
IV
I
II
III
2013
Sumber : KPw BI Provinsi NTT
Volume pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) meningkat signifikan. Pada triwulan laporan, jumlah UTLE yang terserap di wilayah Provinsi NTT mencapai Rp 232,56 miliar atau meningkat signifikan sebesar 1.484,89% dibandingkan tahun sebelumnya (yoy). Setoran dari perbankan masih diharapkan menjadi sarana utama dalam menjaring UTLE di masyarakat. Selain itu, peningkatan kegiatan kas keliling merupakan salah satu upaya dalam menjaring UTLE di masyarakat agar terwujud clean money policy di Provinsi NTT. Hal tersebut sudah mulai memperlihatkan hasil dalam menekan jumlah UTLE di masyarakat, meskipun belum optimal karena kondisi geografis wilayah NTT yang berpulau-pulau menjadi kendala. Upaya untuk mewujudkan clean money policy pun terus dilakukan, terutama di wilayah-wilayah terpencil. Tabel 3.12 Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Lain
Sumber :KPw BI Provinsi NTT
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
36
|
Triwulan III-2013
Sementara itu, jumlah uang palsu yang dilaporkan ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan laporan sebesar Rp 1,25 juta. Jumlah uang palsu yang tercatat pada triwulan laporan masih didominasi oleh uang dengan nominal besar yaitu denominasi Rp 100.000,00 dan Rp 50.000,00. Bank Indonesia terus berusaha menekan jumlah uang palsu yang beredar di masyarakat dengan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah dengan metode 3D (Dilihat, Diraba dan Diterawang) serta mengeluarkan desain uang baru denominasi Rp 20.000,00, Rp 50.000,00, dan Rp 100.000,00 dengan penambahan features pengaman.
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
37
|
Triwulan III-2013
BOKS 2
Dampak Penerapan Kebijakan Loan to Value (LTV) Terhadap Penyaluran Kredit Properti di Nusa Tenggara Timur
Lonjakan kenaikan harga properti selama beberapa tahun terakhir di Indonesia telah menjadi perhatian serius Bank Indonesia (BI). BI mengantisipasi terjadinya krisis serupa seperti yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2008. Krisis yang bermula dari pemberian kredit kepada debitur tidak kredibel (subprime mortgage) tersebut berimplikasi terjadinya gelembung (bubble) di sektor properti. BI meresponnya dengan menerbitkan kebijakan Loan to Value (LTV) pada 15 Juni 2012 yang mengatur besarnya jumlah kredit terutama kredit properti yang dapat diberikan oleh Bank terhadap nilai agunan maksimal 70% dengan tipe luas bangunan lebih dari 70 m2. Selanjutnya,penyempurnaan kebijakan LTV yang dikeluarkan oleh BI pada tanggl 30 September 2013 mengatur pemberian kredit KPR dan KPA tipe lebih dari 70 meter persegi menjadi 70%, untuk kepemilikan kedua sebesar 60%, sementara untuk kepemilikan ketiga dan seterusnya menjadi 50%. Untuk KPA tipe 22-70 meter persegi maksimum LTV sebesar 80%, kepemilikan kedua sebesar 70%, kepemilikan ketiga dan seterusnya sebesar 60%. Perkembangan Kredit Sektor Properti secara Nasional selama kurun waktu Maret 2012 hingga September 2013 terlihat bahwa kredit terhadap sektor properti terus mengalami kenaikan, baik kredit untuk kepemilikan rumah tinggal, maupun flat atau apartemen, serta ruko/rukan. Hingga triwulan III 2013, Bank Indonesia mencatat posisi kredit KPR, KPA dan kredit Ruko yang disalurkan oleh bank umum masing-masing sebesar Rp11,21 triliun atau tumbuh 50,73% (yoy), Rp 5,59 triliun atau tumbuh 37,04% (yoy), dan Rp5,26 triliun atau tumbuh 142,77% (yoy).
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
38
|
Triwulan III-2013
Grafik 3.12 Perkembangan Kredit Rumah Tinggal dan Ruko di NTT Kredit Rumah Tinggal (aksis kiri) Kredit Ruko/Rukan (aksis kiri) Growth Kredit Rumah Tinggal Growth Ruko/Rukan
Rp Juta 8.000 7.000
% (yoy) 400 350 300
6.000
250
5.000
200
4.000
150
3.000
100 50
2.000
0
1.000
-50
0
-100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2012
2013
Jenis rumah yang paling banyak diminati oleh konsumen ialah rumah tinggal dengan luas lebih dari 70 m2, sedangkan jenis apartemen yang paling banyak diminati ialah apartemen dengan luas tidak lebih dari 21 m2. Pasca penetapan LTV tren kenaikan penyaluran kredit properti ternyata diimbangi dengan tren penurunan rasio NPL (non performing loans). Pada periode yang sama, rasio NPL di sektor properti mencapai 0,77%. Penurunan rasio NPL disumbang oleh rasio NPL KPR sebesar 0,44%; NPL KPA sebesar 3,89% dan NPL Kredit Ruko sebesar 0,50%. Dari tiga jenis kredit di sektor properti tersebut, hanya kredit pemilikan rumah yang menunjukkan tren peningkatan rasio NPL. Grafik 3.13 Perkembangan Kredit Properti NTT Rp Juta
Kredit Properti (aksis kiri)
%
25.000
NPL Kredit Properti
8,00 7,00
20.000
6,00 5,00
15.000
4,00 10.000
3,00 2,00
5.000
1,00
0
I
II
III
2011
IV
I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
Perkembangan kredit sektor properti di NTT tidak berbeda jauh dengan kondisi penyaluran kredit di tingkat nasional. Kredit properti di NTT menunjukkan tren peningkatan disertai rasio NPL yang juga menurun. Tingginya
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
39
|
Triwulan III-2013
kredit properti di NTT disebabkan oleh tingginya pertumbuhan sektor bangunan terutama pembangunan ruko-ruko. Hingga akhir September 2013 penyaluran kredit properti di NTT sebesar Rp20,7 miliar dengan NPL sebesar 0,30%. Adapun penyaluran KPR tercatat sebesar Rp3,60 miliar dengan NPL sebesar 1,35%. Penyaluran KPR didominasi oleh kredit rumah tinggal dengan tipe luas sampai dengan 21 m2 sebesar Rp3,05 milyar atau meningkat sebesar 4.601,72% (yoy). Ditinjau dari sumbangan per sektor terhadap PDRB NTT, sektor bangunan menjadi salah satu sektor yang mendorong pertumbuhan ekonomi. Rata-rata pertumbuhan sektor bangunan secara triwulanan selama tiga tahun terakhir tercatat sebesar 6,56% (yoy) dengan rata-rata andil sebesar 6,30%. Rata-rata pertumbuhan sektor bangunan tersebut lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan PDRB yang hanya sebesar 5,52% (yoy). Grafik 3.14 Perkembangan Pertumbuhan Sektor Bangunan NTT 14,00%
Growth (yoy)
12,00%
Linear (Growth (yoy))
10,00% 8,00% 6,00% 4,00% 2,00% 0,00% 1
2
3
2011
4
1
2
3
2012
4
1
2
3
4P
2013
Proyek pembangunan fisik mempersiapkan event Sail Komodo, dan pembangunan beberapa hotel berbintang, dan perumahan/real estate di NTT dipercaya akan menciptakan multiplier effect terhadap permintaan dan perkembangan sektor bangunan, terutama rumah tinggal dan ruko. Pada akhir 2013, rata-rata pertumbuhan sektor bangunan setiap triwulanan diprediksi mencapai 6,83% (yoy), sedangkan rata-rata pertumbuhan PDRB sebesar 5,51% (yoy).
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
40
|
Triwulan III- 2013
B A B IV KEUANGAN PEMERINTAH
4.1. Kondisi Umum Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi NTT pada triwulan laporan mengalami peningkatan. Pola penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) relatif sama pada setiap tahunnya, dimana pada triwulan III laju realisasi anggaran relatif lebih besar dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Realisasi anggaran pendapatan hingga triwulan III-2013 tercatat sebesar Rp 1,86 triliun atau mencapai 79,59% dari rencana anggaran pendapatan tahun 2013 yang sebesar Rp 2,34 triliun. Sementara itu, realisasi anggaran belanja sebesar Rp 1,57 triliun atau mencapai 65,51% dari rencana anggaran belanja tahun 2013 yang sebesar Rp 2,4 triliun. Realisasi anggaran pendapatan dan belanja sampai dengan triwulan III-2013 tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi anggaran pendapatan dan belanja pada periode yang sama tahun sebelumnya yang masing-masing sebesar 77,81% dan 55,40%. Grafik 4.1 Realisasi Anggaran Belanja Pemerintah Provinsi di Indonesia
Sumber : Ditjen Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan
Berdasarkan data Ditjen Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan, hingga bulan Agustus 2013 realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi NTT berada sedikit di atas rata-rata seluruh provinsi yang sebesar 50,6%. Besarnya realisasi belanja 33 provinsi sampai dengan bulan Agustus 2013 mencapai Rp 358,5 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama pada tahun 2011
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
41
|
Triwulan III- 2013
dan 2012 yang hanya sebesar Rp 269,9 triliun dan Rp 301,5 triliun. Terdapat 14 provinsi yang mempunyai realisasi belanja di bawah rata-rata dengan realisasi belanja terendah adalah Provinsi Kalimantan Timur sebesar 37,6% dan realisasi belanja tertinggi adalah Provinsi Gorontalo sebesar 61,2%. Berdasarkan tren pada tahun-tahun sebelumnya, diprediksikan akan terjadi peningkatan laju penyerapan anggaran secara signifikan pada triwulan IV (terutama di bulan Desember), karena Pemerintah Daerah akan melakukan akselerasi terhadap penyelesaian program-program kerjanya untuk mengejar target realisasi belanja daerah. 4.2. Pendapatan Daerah Realisasi pendapatan NTT
anggaran
Pemerintah
Provinsi
triwulan
III-2013
hingga
Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan
mencapai 79,59% dari anggaran pendapatan pendapatan triwulan
tahun Provinsi
III-2013
2013.
Total
NTT
hingga
tercatat
sebesar
Rp1,86 triliun atau meningkat 6,18% dibandingkan total pendapatan posisi triwulan III-2012 yang sebesar Rp1,75
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
triliun. Nominal tersebut bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp391,26 miliar atau 20,98% dari total pendapatan hingga triwulan III-2013. Sementara sisanya sebesar Rp1,47 triliun atau 79,01% merupakan Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan sumber penerimaan daerah terhadap bantuan dari Pemerintah Pusat dalam era otonomi daerah masih relatif sangat tinggi. Bila dibandingkan dengan target PAD akhir tahun, realisasi PAD Provinsi NTT pada triwulan laporan tercatat mencapai 90,28%. Sumbangan realisasi terbesar PAD berasal dari pos Pajak Daerah yang nilainya mencapai Rp 249,42 miliar atau sebesar 84,41% dari realisasi PAD pada triwulan laporan. Sementara itu, realisasi Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat pada triwulan laporan tercatat mencapai 77,17% dari target Pendapatan Transfer tahun 2013. Sumbangan terbesar berasal dari pos Dana Perimbangan dengan realisasi
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
42
|
Triwulan III- 2013
mencapai Rp 954 miliar atau sebesar 64,76% dari realisasi Pendapatan Transfer sampai dengan triwulan laporan. 4.3. Belanja Daerah Grafik 4.3 Realisasi Belanja
Realisasi hingga
belanja
triwulan
pemerintah
lII-2013
sebesar
65,51% dari anggaran belanja tahun 2013. Total belanja Pemerintah Provinsi NTT sampai dengan triwulan III-2013 tercatat sebesar Rp 1,57 triliun atau meningkat 20,60% dibandingkan total belanja
posisi
triwulan
III-2012
yang
sebesar Rp 1,30 triliun. Pos Belanja Operasi,
yang
didalamnya
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
mencakup
Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa serta Belanja Hibah, merupakan pos belanja terbesar dengan total nominal sebesar Rp 1,40 triliun atau mencapai 89,29% dari total belanja sampai dengan triwulan laporan. Sisanya sebesar 10,71% terdiri dari Belanja Modal (6,44%), Transfer ke Pemerintah Kabupaten/Kota (4,15%), dan Belanja Tidak Terduga (0,12%). Belanja Hibah dan Belanja Pegawai mencatat realisasi tertinggi pada pos Belanja Operasi, yaitu masing-masing sebesar Rp 756,12 miliar (77,70%) dan Rp 369,47 miliar (63,55%). Nominal realisasi Belanja Hibah dan Belanja Pegawai tersebut meningkat masing-masing sebesar 28,29% dan 4,51% dibandingkan dengan realisasi pada triwulan yang sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp 589,36 miliar dan Rp 353,53 miliar. Sementara pos Belanja Modal sampai dengan triwulan III-2013 baru mencatat realisasi sebesar Rp 101,30 miliar (43,50%). Kendati demikian, nominal realisasi belanja modal tersebut mengalami peningkatan sebesar 33,49% dibandingkan dengan realisasi pada triwulan III-2012 yang sebesar Rp 75,88 miliar. Peningkatan realisasi Belanja Modal merupakan salah satu indikator bahwa perhatian Pemerintah Provinsi NTT terhadap pembangunan infrastruktur di wilayahnya semakin meningkat.
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
43
|
Triwulan III- 2013
Tabel 4.1 Rencana dan Realisasi APBD Provinsi NTT Tahun 2013 Rp Juta
URAIAN
Rencana 2013
Tw I-2013
PENDAPATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan Pajak Daerah Pendapatan Retribusi Daerah Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah PENDAPATAN TRANSFER Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya Dana Otonomi Khusus & Dana Penyesuaian Penerimaan dari Pihak Ketiga LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH Pendapatan Hibah Pendapatan Dana Darurat Pendapatan lainnya
2,342,342 433,414 295,488 11,269 45,050 81,607 1,901,949 1,187,411 105,596 1,003,992 77,823 714,538 714,538 -
BELANJA BELANJA OPERASI Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Keuangan BELANJA MODAL BELANJA TIDAK TERDUGA Belanja Tidak Terduga TRANSFER Bagi Hasil Pajak PEMBIAYAAN NETTO PENERIMAAN DAERAH Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Pencairan Dana Cadangan Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman PENGELUARAN DAERAH Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah Pemberian pinjaman kepada kelompok masyarakat Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
Realisasi Tw II-2013
Tw III-2013
627,415 99,194 82,172 1,972 30 15,020 528,221 358,380 369 334,664 23,347 169,842 169,842 -
1,240,318 251,041 135,652 3,308 53,297 58,784 989,278 647,079 37,506 585,662 23,347 342,199 342,199 -
1,864,356 391,269 249,421 5,725 53,317 82,805 1,473,088 954,009 58,983 836,660 58,367 519,078 515,557 3,521 -
2,400,818 2,030,871 581,347 421,322 973,099 42,801 12,302 232,901 18,130 18,130 118,916 118,916
428,604 423,706 91,193 47,260 283,478 1,776 4,849 50 50 -
1,017,647 929,391 216,789 131,442 577,989 2,861 310 54,768 57 57 33,431 33,431
1,572,748 1,404,365 369,473 266,938 756,125 7,688 4,141 101,301 1,833 1,833 65,249 65,249
58,476 118,346 53,108 57,471 7,767 59,870 54,870 5,000
192,289 192,289 168,837 21,855 1,597 -
205,623 230,623 169,788 57,471 3,364 25,000 25,000 -
216,558 241,558 179,281 57,471 4,806 25,000 25,000 -
-
44
|
Triwulan III - 2013
BAB V KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN
5.1. Kondisi Umum Perkembangan ketenagakerjaan NTT menunjukkan kondisi yang sedikit menurun sementara kesejahteraan masyarakat
pada triwulan
laporan masih menunjukkan kondisi yang positif. Berdasarkan data BPS diketahui bahwa kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara Timur pada Agustus 2013 memperlihatkan penurunan yang tergambar dari berkurangnya kelompok penduduk yang bekerja disertai bertambahnya tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja di Provinsi NTT pada bulan Agustus 2013 mencapai 2.143.765 jiwa atau turun sebesar 14.274 jiwa (0,66%) dibandingkan Agustus 2012 dengan tingkat pengangguran terbuka sebesar 3,16% lebih tinggi dari posisi Februari 2013 yang tercatat 2,01%. Di tengah tren penurunan, perkembangan daya serap tenaga kerja terindikasi masih menunjukkan perkembangan yang positif. Hal tersebut tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw BI Provinsi NTT triwulan III-2013, dimana indeks ketenagakerjaan1 tercatat sebesar 8,90 atau meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu, kesejateraan masyarakat NTT berdasarkan data BPS posisi Maret 2013 menunjukkan kondisi yang positif tercermin dari penurunan persentasi penduduk miskin dari 20,88% pada Maret 2012 menjadi 20,03%. Namun berdasarkan hasil survei konsumen bulan Juli 2013, terlihat adanya penurunan tingkat optimisme, khususnya pada masyarakat dengan penghasilan menengah ke atas terhadap tingkat kesejahteraan dan Indikator kesejahteraan di daerah pedesaan yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) juga menunjukkan penurunan dibandingkan dengan triwulan II-2013.
1
angka indeks dihitung dengan metode SBT (Saldo Bersih Tertimbang) yang merupakan selisih dari prosentase jawaban ”naik” dengan jawaban ”turun”.
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
45
|
Triwulan III - 2013
5.2. Perkembangan Ketenagakerjaan 5.2.1 Kondisi Ketenagakerjaan Umum Berdasarkan data BPS diketahui bahwa kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara Timur pada Agustus 2013 memperlihatkan penurunan yang tergambar
dari
berkurangnya
kelompok
penduduk
yang
bekerja
disertai
bertambahnya tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja di Provinsi NTT pada bulan Agustus 2013 mencapai 2.143.765 jiwa atau turun sebesar 14.274 jiwa (0,66%) dibandingkan Agustus 2012. Dari total angkatan kerja, jumlah penduduk yang bekerja tercatat sebesar 2.075.948 jiwa, berkurang 19.735 jiwa atau 0,94% (yoy). Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Sumber : BPS Provinsi NTT
Ditinjau dari lapangan pekerjaan utama, komposisi ketenagakerjaan menurut sektor ekonomi relatif sama dengan kondisi tahun-tahun sebelumnya, dengan sebagian besar penduduk (60,90%) bekerja di sektor pertanian. Hal ini disebabkan karena sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi utama di NTT sehingga mayoritas penduduk memiliki mata pencaharian pada sektor tersebut. Namun pada triwulan laporan, terjadi penurunan jumlah pekerja di sektor pertanian dibandingkan dengan Agustus 2012 sebesar 26.962 atau 2,09% (yoy). Jumlah tenaga kerja di sektor industri juga mengalami penurunan pada triwulan laporan. Tenaga kerja di sektor industri tercatat turun sebesar 20.417 jiwa (7,51%) dibandingkan bulan Agustus 2012. Di tengah tren penurunan jumlah tenaga kerja di 2 (dua) sektor tersebut, sektor jasa-jasa justru menunjukkan peningkatan. Jumlah tenaga kerja di sektor jasa-jasa pada triwulan laporan tercatat
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
46
|
Triwulan III - 2013
meningkat sebesar 27.644 jiwa atau 5,19% (yoy) dibandingkan dengan Agustus 2012. Dari 7 (tujuh) klasifikasi status pekerjaan yang terekam pada Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), diidentifikasikan dua kelompok utama terkait kegiatan ekonomi yaitu formal dan informal. Kegiatan formal terdiri dari mereka yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan. Sementara kelompok kegiatan informal adalah mereka yang berstatus di luar itu. Melihat status pekerjaan berdasarkan klasifikasi formal dan informal, sebanyak 79,29% tenaga kerja di NTT pada bulan Agustus 2013 bekerja pada kegiatan informal. Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan
Sumber : BPS Provinsi NTT
Di sisi lain, daya serap tenaga kerja pada triwulan laporan kembali mengalami peningkatan. Hasil SKDU triwulan III-2013 menunjukkan bahwa indeks jumlah tenaga kerja pada sektor jasa-jasa seperti sektor keuangan, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor PHR meningkat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal tersebut diyakini merupakan dampak dari penyelenggaraan event Sail Komodo selain meredanya tekanan kenaikan harga BBM bersubsidi, meskipun masih dibayangi oleh pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing yang cukup menekan pelaku usaha di sektor tersebut.
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
47
|
Triwulan III - 2013
Grafik 5.1 Indeks Ketenagakerjaan NTT
Sumber : SKDU Triwulan III-2013 KPw BI Provinsi NTT
5.2.2 Pengangguran Pengangguran
merupakan
salah
satu
indikator
utama
dari
bidang
ketenagakerjaan. Klasifikasi penduduk yang menganggur adalah penduduk yang sedang mencari pekerjaan ditambah penduduk yang sedang mempersiapkan usaha (tidak bekerja), yang mendapatkan pekerjaan tetapi belum mulai bekerja serta yang tidak mungkin mendapatkan pekerjaan. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BPS Provinsi NTT, pada bulan Agustus 2013 jumlah pengangguran sebanyak 67.817 jiwa, meningkat sebanyak 21.444 jiwa (46,24%) dibandingkan dengan bulan Februari 2013. Secara year-onyear, angka tersebut juga meningkat sebesar 5.461 jiwa atau 8,76%. Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Usia 15+ Menurut Kegiatan
Sumber : BPS Provinsi NTT
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
48
|
Triwulan III - 2013
5.3 Kondisi Kesejahteraan 5.3.1 Kondisi Kesejahteraan Umum Pertumbuhan
tingkat
kesejahteraan
masyarakat
pada
triwulan
laporan tidak sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di NTT. Pada triwulan laporan terlihat adanya penurunan tingkat optimisme, khususnya pada masyarakat perkotaan dengan penghasilan menengah ke atas terhadap tingkat kesejahteraan. Hal ini tercermin dari indeks penghasilan saat ini dibandingkan 6 (enam) bulan yang lalu hasil Survei Konsumen bulan Juli sampai dengan September 2013. Berdasarkan hasil survei, indeks SBT mengalami penurunan yang cukup signifikan pada bulan September, setelah sebelumnya juga menurun pada triwulan II-2013. Hal tersebut dipengaruhi adanya kenaikan harga BBM pada triwulan laporan, yang diikuti dengan kenaikan harga bahan kebutuhan harian maupun biaya lain seperti transportasi. Tabel 5.4 Pendapat Konsumen Mengenai Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan yang Lalu
Pengeluaran Penghasilan Saat Ini Dibanding 6 Bulan yll per Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah 1-2 Juta 27.38% 66.67% 5.95% 100.00% 2.1-3 Juta 30.43% 60.87% 8.70% 100.00% 3.1-4 Juta 23.68% 47.37% 28.95% 100.00% 4.1-5 Juta 24.14% 58.62% 17.24% 100.00% 5Juta ke atas 0.00% 66.67% 33.33% 100.00% Sumber : SK Triwulan III-2013 KPw BI Provinsi NTT
Grafik 5.2 Perkembangan UMP NTT
Grafik 5.3 Perkembangan Indeks Penghasilan
1,400 1,200 1,000 800 600
Rp ribu
400 200 -
2001
2003
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
KHL
274
350
403
671
735
785
880
935
932
1,164
1,363
UMP
275
350
450
550
600
650
775
800
850
925
1,010
Sumber : BPS Provinsi NTT
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
Sumber : Survei Konsumen KPw BI Provinsi NTT
49
|
Triwulan III - 2013
Sementara
di
pedesaan,
ukuran daya beli masyarakat yang diukur
melalui
menurun
NTP
kembali
setelah
sempat
menunjukkan tren positif pada triwulan sebelumnya. Pada akhir triwulan laporan terdapat kenaikan indeks yang diterima (IT) sebesar 2,51%
dari
triwulan
148,48
II-2013
pada
menjadi
akhir
152,21.
Grafik 5.4 Perkembangan NTP NTT 158 156 154 152 150 148 146 144 142 140 138 136 134 132 130 128 126 124 122 120
NTP - axis kanan
Indeks yang dibayar
Indeks yang diterima
104 103 102 101 100 99 98 97 96 95 94
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9
Sumber : BPS Provinsi NTT
Namun di sisi lain, indeks yang dibayar (IB) mengalami kenaikan sebesar 4,44% dari 148,25 menjadi 154,83. Kondisi tersebut menggambarkan akselerasi peningkatan pendapatan petani selama triwulan
laporan,
tidak
secepat
akselerasi
peningkatan
pengeluaran
yang
menyebabkan NTP pada triwulan laporan turun ke level 98,31. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan petani kembali tertekan, dengan kondisi penghasilan yang diterima petani berada di bawah biaya yang dikeluarkan pada triwulan laporan. 5.3.2 Tingkat Kemiskinan Jumlah penduduk miskin atau penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan pada bulan Maret 2013 tercatat sebesar 993,56 ribu jiwa atau 20,03% dari jumlah penduduk NTT. Angka tersebut menurun sebesar 19,04 ribu jiwa atau 1,88% dibandingkan dengan bulan Maret 2012 (yoy), yang tercatat sebesar 1.012,6 ribu jiwa atau 20,88% dari total penduduk NTT.
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
50
|
Triwulan III - 2013
Tabel 5.5 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di NTT tahun 2005 s.d. Maret 2013
Sumber : BPS Provinsi NTT
.
Garis kemiskinan juga mengalami peningkatan dalam kurun waktu satu tahun terakhir sebesar 11,34% dari Rp211.787,00 per kapita/bulan menjadi Rp235.805,00 per kapita/bulan. Berdasarkan pembagian kelompok kemiskinan antara perkotaan dan pedesaan, garis kemiskinan di perkotaan dalam setahun terakhir tercatat mengalami peningkatan sebesar 9,13% dari Rp282.282,00 per kapita/bulan menjadi Rp308.060,00 per kapita/bulan. Sementara garis kemiskinan di pedesaan mengalami peningkatan sebesar 11,91% dari Rp194.722,00 per kapita/bulan menjadi Rp217.918,00 per kapita/bulan. Tabel 5.6 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah tahun 2005 s.d. Maret 2013
Sumber : BPS Provinsi NTT
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
51
|
Triwulan III - 2013
Meskipun secara besaran meningkat sebesar 10,37% dari Rp168.044,00 per kapita/bulan menjadi Rp185.468,00 per kapita/bulan, namun peranan komoditi makanan pada garis kemiskinan berdasarkan komponen mengalami penurunan dari 79,35% pada Maret 2012 menjadi 78,65% pada Maret 2013. Sementara itu, pada komponen bukan makanan tercatat peningkatan sebesar 15,07% dari Rp43.743,00 per kapita/bulan menjadi Rp50.337,00 per kapita/bulan, dengan peranan yang juga meningkat dari 20,65% pada Maret 2012 menjadi 21,35% pada Maret 2013.
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
52
|
Triwulan III – 2013
B A B VI PROSPEK PEREKONOMIAN 6.1. Pertumbuhan Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan mendatang diperkirakan mengalami perlambatan dibandingkan triwulan laporan. Berdasarkan historis, kondisi ekonomi terkini, dan prediksi shock yang akan terjadi di masa mendatang, pertumbuhan ekonomi tahunan pada triwulan IV-2013 diperkirakan akan berada pada kisaran 5,2% - 5,6% (yoy). Adapun pertumbuhan ekonomi tahun 2013 secara kumulatif diperkirakan pada kisaran 5,3% - 5,7% (yoy). Konsumsi diproyeksikan tetap menjadi penopang pertumbuhan ekonomi disaat kinerja investasi dan ekspor melambat. Dari sisi sektoral, hampir semua sektor ekonomi mengalami perlambatan, kecuali sektor pertambangan dan sektor bangunan. Namun demikian, sektor jasa-jasa dan sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) diproyeksikan tetap menjadi penopang pertumbuhan pada triwulan mendatang. Memasuki musim hujan yang terjadi pada akhir triwulan IV-2013, kinerja sektor pertanian diperkirakan akan melambat terutama pada subsektor perikanan seiring kondisi angin dan gelombang yang tidak kondusif . Kinerja sektor pertanian diperkirakan menunjukkan kecenderungan perlambatan. Hal ini disebabkan kondisi cuaca yang kurang kondusif sehingga menyebabkan produktivitas panen menurun. Pada triwulan mendatang juga ditandai dengan mulainya masa tanam di beberapa sentra beras. Pertumbuhan ekonomi ditopang oleh sektor PHR dan sektor jasajasa. Dibandingkan dengan kinerja triwulan sebelumnya, sektor PHR diperkirakan mengalami perlambatan. Namun demikian, kinerja positif subsektor perdagangan diperkirakan mampu menghambat perlambatan kinerja sektor PHR lebih dalam. Hal tersebut terutama didorong oleh perayaan Natal dan tahun baru. Seiring dengan kondisi tersebut, pertumbuhan subsektor hotel dan restoran juga diperkirakan relatif baik walaupun kinerja tahunannya tidak sebaik pada triwulan sebelumnya. Seperti biasanya, pada akhir tahun sering ditandai dengan meningkatnya aktivitas pemerintahan maupun swasta dalam penyelenggaraan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) terkait realisasi anggaran.
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
53
|
Triwulan III – 2013
Tabel 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT
Triwulan I II III IVP
Realisasi dan Proyeksi (P) Qtq Yoy 2013P -5.11% 5.37% 4.67% 5.42% 5.49% 3.96% 5.72% 2.06% 5.39%
Laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2013 secara triwulanan (qtq) diproyeksikan melambat. Namun demikian optimisme pelaku usaha terhadap situasi bisnis triwulan mendatang diperkirakan cukup baik. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Triwulan III-2013, secara umum kegiatan usaha pada triwulan mendatang diperkirakan akan melambat dibandingkan dengan triwulan laporan. Tabel 6.2 Ringkasan Leading Economic Indicator Kondisi Usaha Provinsi Nusa Tenggara Timur
Aspek
Pertumbuhan Triwulanan Tw III-2013
Penyebab Pertumbuhan
Ekspektasi triwulan mendatang
Keterangan Ekspektasi
Melambat
Dorongan ekonomi perayaan Natal relative terbatas
Kegiatan Usaha (umum)
Meningkat
Event internasional Sail Komodo 2013
Volume produksi
Meningkat
Musim panen berakhir, masih ada yang panen
Nilai penjualan
Meningkat
Permintaan meningkat
Melambat
Kapasitas produksi
Meningkat
Permintaan meningkat
Moderat
Prospek Permintaan stabil/moderat
Tenaga kerja
Meningkat
Produktivitas meningkat
Moderat
Produktivitas stabil
Meningkat
Permintaan yang meningkat
Meningkat
Harga komoditas internasional
Meningkat
Dampak permintaan meningkat
Melambat
Meningkat
Peningkatan produksi
Melambat
Volume pesanan Harga jual komoditas Kondisi keuangan Situasi Bisnis
Moderat
Meningkat Stabil
Mulai musim tanam Harga jual turun
Prospek Permintaan meningkat Harga komoditas internasional Prospek menurunnya nilai penjualan Seiring perlambatan secara umum
Sumber : SKDU KPw BI Provinsi NTT
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
54
|
Triwulan III – 2013
6.2. Inflasi Inflasi tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan IV-2013 diperkirakan akan berada pada kisaran 8,40 ± 1% (yoy). Meningkatnya inflasi pada triwulan IV-2013 selain karena faktor teknikal akibat kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) pada triwulan II-2013, juga didorong oleh tingginya tarif angkutan udara menjelang musim liburan natal. Inflasi kelompok bahan makanan dan makanan jadi pun diperkirakan meningkat seiring terbatasnya supply bahan makanan, terutama beras, karena pada triwulan mendatang memasuki musim hujan. Terdapat tendensi meningkatnya harga administered prices pada akhir tahun. Secara umum, meningkatnya inflasi pada akhir tahun akan dipengaruhi oleh kenaikan tarif transportasi. Tarif transportasi, khususnya pesawat pada awalnya akan mengalami penurunan pada awal triwulan IV pasca moment libur sekolah dan juga perayaan Idul Fitri pada triwulan sebelumnya. Namun demikian, tekanan inflasi pada sektor transportasi diperkirakan akan terjadi pada bulan Desember seiring perayaan Natal dan liburan tahun baru. Kondisi tersebut bertendensi akan dimanfaatkan operator penerbangan untuk menetapkan harga tiket mendekati ambang batas yang diperbolehkan oleh pemerintah. Hal tersebut dipastikan akan mendongkrak angka inflasi pada bulan Desember 2013 khususnya di Kota Kupang. Selain itu, musim hujan yang diprediksi mulai terjadi pada triwulan mendatang diperkirakan juga akan menyebabkan tekanan inflasi dari bahan makanan, khususnya beras dan ikan segar. Sementara itu, harga bahan makanan lokal diproyeksikan akan relatif stabil. Ekspektasi inflasi dari sisi konsumen masih meningkat seiring dengan perayaan Natal dan tahun baru. Konsumen masih menyakini akan terjadi kenaikan harga untuk 3 bulan maupun 6 bulan kedepan dengan ekspektasi kenaikan harga lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya.
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
55
|
Triwulan III – 2013
BOKS 3
Konsumsi Pangan Naik, Produksi Belum Mampu Mengimbangi Produksi beras dan jagung masih belum mencukupi kebutuhan masyarakat NTT, sehingga masih mendatangkan dari luar daerah. Defisit beras di Provinsi NTT terjadi karena lumbung pangan yang tersedia untuk menampung hasil panen masih terbatas. Produksi padi Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2012 sebesar 698.566 ton GKG atau 18,13% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 591.371 ton GKG. Angka Ramalan (ARAM) II Tahun 2013 memperkirakan produksi padi tahun 2013 sebesar 725.507 ton GKG atau meningkat sebesar 13,01% dibanding tahun sebelumnya. Sementara itu, produksi tanaman jagung tahun 2012 sebesar 629.386 ton GKG atau meningkat 19,97% dibandingkan tahun sebelumnya. Selain tanaman padi dan jagung, Provinsi NTT juga memproduksi bawang merah. Produksi bawang merah tahun 2012 sebesar 2.100 ton, menurun dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 2.475 ton. Masih terbatasnya lahan, menjadi penyebab utama rendahnya produksi bawang merah di Provinsi NTT. Tabel 6.3 Angka Ramalan II 2013
Sumber : BPS
Meskipun produksi padi dan jagung cukup besar, namun tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan Provinsi NTT. Pada tahun 2012 Pemprov NTT masih mendatangkan beras dari daerah lain sekitar 150.000-200.000 ton. Penyebabnya adalah tingginya tingkat konsumsi beras yang mencapai 552.368 ton/tahun dengan kapasitas produksi beras sebesar 390.035 ton/tahun. Selain
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
56
|
Triwulan III – 2013
itu, permintaan masyarakat akan beras kualitas menengah ke atas yang belum mampu dipenuhi oleh petani menjadi alasan bagi pelaku pasar untuk mengimpor beras dari luar daerah. Untuk tanaman jagung, produksi jagung masih belum mencukupi kebutuhan karena selain dikonsumsi masyarakt, juga digunakan sebagai pakan ternak. Hal ini berlaku juga untuk bawang merah. Hampir 80% pemenuhan kebutuhan bawang merah berasal dari luar daerah. Kondisi cuaca merupakan faktor utama yang mempengaruhi produksi tanaman pangan. Terdapat permasalahan yang cukup krusial terkait dengan cuaca antara budidaya tanaman padi dan jagung. Curah hujan yang cukup tinggi, menguntungkan tanaman padi sehingga kualitas maupun kuantitas beras cukup baik. Akan tetapi kondisi ini, justru merugikan tanaman jagung yang hanya membutuhkan sedikit air. Selain itu, adanya peralihan lahan pertanian menjadi lahan pertambangan, inkonsistensi petani Provinsi NTT dalam budidaya tanaman bahan pangan serta peran BULOG yang kinerjanya dihitung berdasakan margin yang dihasilkan bukan dari fungsinya turut memberikan andil rendahnya ketahanan pangan Provinsi NTT. Pemerintah NTT melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan mencanangkan dua program dalam rangka meningkatkan produksi tanaman bahan pangan utama seperti padi, jagung dan bawang merah. a. Program Sekolah Lapangan Pertanian Teknologi Terpadu (SLPTT). Dalam program ini, Dinas Pertanian dan Perkebunan memberikan fasilitas-fasilitas untuk menunjang para petani agar mampu meningkatkan kualitas maupun kuantitas beras. Proram ini terdiri dari 3 bagian, yaitu SLPTT Pertumbuhan, SLPTT Pengembangan dan SLPTT Pemantapan. b. Program Intensifikasi Pertanian, yaitu program pengembangan komoditas jagung dan kakao Untuk tanaman jagung, pemerintah memberikan bibit unggul ke kawasan sentra tanaman jagung dalam rangka meningkatkan mutu dan hasil. Untuk tanaman kakao, melalui kegiatan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao (GERNAS) di kabupaten Ende, Sikka dan Flores Timur yang bertujuan memperbaiki kondisi kebun serta revitalisasi perkebunan kakao dalam rangka percepatan pembangunan perkebunan kakao. Berdasarkan pemaparan diatas, diproyeksikan inflasi Provinsi NTT terutama yang dipengaruhi oleh kelompok volatile foods dapat ditekan. Selain itu, adanya program tersebut diharapkan dapat mendorong pertumbuhan sektor pertanian.
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT
57
|