KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan
Triwulan II - 2008
Kantor Bank Indonesia Palembang
Daftar Isi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya ”Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008” dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-Nya serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya.
Palembang, Juli 2008
Ttd
Zainal Abidin Hasni Pemimpin
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
i
Daftar Isi
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
ii
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Daftar Isi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GRAFIK
ix
INDIKATOR EKONOMI
xiii
RINGKASAN EKSEKUTIF
1
BAB I
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
9
1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Tahunan (yoy)
9
PERKEMBANGAN USAHA PADA CONTACT LIAISON
11
1.2. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Triwulanan (qtq)
16
1.3. Perkembangan PDRB Dari Sisi Penggunaan
23
1.4. Struktur Ekonomi
24
1.5. Perkembangan Ekspor Impor
26
1.5.1. Perkembangan Ekspor
26
1.5.2. Perkembangan Impor
28
SUPLEMEN 1
SUPLEMEN 2
BAB II
SUPLEMEN 3
OPTIMISME MENURUN
KEYAKINAN
KONSUMEN
PALEMBANG
SEMAKIN 30
PERKEMBANGAN INFLASI PALEMBANG
39
2.1. Inflasi Tahunan (yoy)
39
2.2. Inflasi Bulanan (mtm)
43
2.3. Pemantauan Harga oleh Bank Indonesia Palembang
46
RINGKASAN HASIL PENELITIAN KOMODITAS-KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI PALEMBANG DAN PROSES PEMBENTUKAN HARGANYA
51
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
iii
Daftar Isi
BAB III
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
57
3.1. Kondisi Umum
57
3.2. Kelembagaan
58
3.3. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga
59
3.3.1. Penghimpunan DPK
59
3.3.2. Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota
60
3.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan
61
3.4.1. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Secara Sektoral
61
3.4.2. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan
63
3.4.3. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten
64
3.4.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah 65 3.5. Perkembangan Suku Bunga Perbankan di Sumatera Selatan
Suplemen 4
BAB IV
BAB V
iv
66
3.5.1. Perkembangan Suku Bunga Simpanan
66
3.5.2. Perkembangan Suku Bunga Pinjaman
66
3.6. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan
67
3.7. Kelonggaran Tarik
68
3.8. Resiko Likuiditas
68
3.9. Perkembangan Perbankan Syariah
69
KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN SUMSEL TRIWULAN II 2008 LEBIH EKSPANSIF
71
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
79
4.1. Realisasi APBD 2007
79
4.2. Dana Bagi Hasil Pajak
81
4.3. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
82
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
85
5.1. Perkembangan Kliring
85
5.2. Perkembangan Perkasan
86
5.3. Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau
88
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Daftar Isi
BAB VI
BAB VII
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN 91 6.1. Ketenagakerjaan
91
6.2. Pengangguran
93
6.3. Pendapatan per Kapita
95
6.4. Jumlah Penduduk Miskin Sumsel
96
6.5. Nilai Tukar Petani (NTP)
97
6.3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
99
PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH
101
7.1. Pertumbuhan Ekonomi
101
7.2. Inflasi
102
7.3. Perbankan
103
DAFTAR ISTILAH
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
v
Daftar Isi
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
vi
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Daftar Tabel
DAFTAR TABEL Tabel 1.1
Laju Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (persen)
10
Tabel 1.2
Kenaikan Biaya Input Sektor Properti
15
Tabel 1.3
Laju Pertumbuhan Triwulan (qtq) PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (persen)
19
Realisasi Luas Tanam (LT) dan Luas Panen (LP) Propinsi Sumatera Selatan (dalam Ha)
19
Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 Menurut Penggunaan Tahun 2007-2008 (persen)
23
Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 Menurut Penggunaan Tahun 2007-2008 (persen)
24
Struktur Ekonomi Sektoral Propinsi Sumatera Selatan Tahun 20072008
25
Struktur Ekonomi Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan Tahun 20072008
26
Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Propinsi Sumatera Selatan (USD)
26
Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan (mtm) Tertinggi di Kota Palembang Triwulan II 2008
45
Pertumbuhan DPK Perbankan Propinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Juta)
60
Tabel 3.2
Pertumbuhan Kredit Sektoral Propinsi Sumatera Selatan (Rp Triliun)
61
Tabel 3.3
Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan Propinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Juta)
64
Tabel 3.4
Perkembangan Bank Syariah di Sumatera Selatan (Rp Juta)
70
Tabel 4.1
Perbandingan Realisasi APBD Sumsel TA. 2006 dan TA. 2007 (Rp Miliar)
79
Tabel 4.2
Realisasi APBD Propinsi Sumatera Selatan 2007
80
Tabel 5.1
Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Propinsi Sumatera Selatan
86
Tabel 5.2
Kegiatan Perkasan di Sumsel (Rp Miliar)
87
Tabel 5.3
Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau (Rp Miliar)
88
Tabel 6.1
Banyaknya Pekerja per Sektor Ekonomi Triwulan II 2007–Triwulan II 2008
91
Tabel 1.4 Tabel 1.5 Tabel 1.6 Tabel 1.7 Tabel 1.8 Tabel 1.9 Tabel 2.1 Tabel 3.1
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
vii
Daftar Tabel
Tabel 6.2
Tingkat Pengangguran di Propinsi Sumsel Tahun 2007-2008 (persen)
Tabel 6.3
Pendapatan Per Kapita Propinsi Sumsel Tahun 2007-2008 Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2000 (Rupiah)
95
Jumlah Penduduk Miskin Sumsel Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2004-2007
97
Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Sumatera Selatan Jan-Mei 2008 serta Persentase Perubahannya
98
Tabel 6.6
Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Modal Petani
99
Tabel 6.7
IPM 2005 Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan
Tabel 7.1
Leading Economic Indicator Pertumbuhan Ekonomi Sumsel Pada Tw III 2008 101
Tabel 6.4 Tabel 6.5
viii
93
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
100
Daftar Grafik
DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1
PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Propinsi Sumsel ADHK 2000 Dengan Migas
9
Grafik 1.2
Perkembangan Jumlah Konsumsi BBM Propinsi Sumsel
16
Grafik 1.3
PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB Propinsi Sumsel ADHK 2000 Dengan Migas
16
Grafik 1.4
Perkembangan Curah Hujan di Sumsel
17
Grafik 1.5
Perkembangan Harga Karet di Pasar Internasional
17
Grafik 1.6
Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional
17
Grafik 1.7
Perkembangan Harga Batu Bara di Pasar Internasional
17
Grafik 1.8
Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional
17
Grafik 1.9
Pertumbuhan Triwulanan (qtq) Kinerja Sub Sektor Pertanian Triwulan II 2008 (persen)
18
Grafik 1.10
Perkembangan Konsumsi Listrik Propinsi Sumsel (juta KWH)
20
Grafik 1.11
Perkembangan Konsumsi Semen Propinsi Sumsel
21
Grafik 1.12
Perkembangan Penumpang Angkutan Udara Propinsi Sumsel (Jiwa)
22
Grafik 1.13
Kontribusi Sektor Ekonomi ADHK 2000 Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
22
Grafik 1.14
Struktur Ekonomi Propinsi Sumatera Selatan
24
Grafik 1.15
Perkembangan Nilai Ekspor Propinsi Sumatera Selatan
27
Grafik 1.16
Perkembangan Volume Ekspor Propinsi Sumatera Selatan
27
Grafik 1.17
Perkembangan Ekspor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan
27
Pangsa Ekspor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Tw II 2008
27
Grafik 1.19
Perkembangan Nilai Impor Propinsi Sumatera Selatan
28
Grafik 1.20
Perkembangan Volume Impor Propinsi Sumatera Selatan
28
Grafik 1.21
Perkembangan Impor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal
29
Pangsa Impor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Tw II 2008
29
Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Palembang
39
Grafik 1.18
Grafik 1.22 Grafik 2.1
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
ix
Daftar Grafik
Grafik 2.2
Inflasi Tahunan (yoy) Kota Palembang per Kelompok Pengeluaran Triwulan II 2008
40
Grafik 2.3
Perkembangan Harga Terigu di Pasar Internasional
41
Grafik 2.4
Perkembangan Harga Beras di Pasar Internasional
41
Grafik 2.5
Perkembangan Harga Kedelai di Pasar Internasional
41
Grafik 2.6
Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional
41
Grafik 2.7
Perkembangan Inflasi Tahunan per Kelompok Barang dan Jasa di Palembang
42
Grafik 2.8
Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Palembang
43
Grafik 2.9
Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) per Kelompok Barang dan Jasa di Palembang
44
Grafik 2.10
Event Analysis Inflasi Kota Palembang 2007-2008
45
Grafik 2.11
Perbandingan Inflasi Bulanan (mtm) Palembang dan Nasional Tahun 2007-2008 (persen)
46
Perkembangan Harga Minyak Goreng Berdasarkan SPH di Palembang (Rp/Kg)
46
Grafik 2.13
Perkembangan Harga Beras Berdasarkan SPH di Palembang (Rp/Kg)
47
Grafik 2.14
Pergerakan Harga Beras di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/Kg)
48
Grafik 2.15
Pergerakan Harga Minyak Goreng di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/Kg)
48
Pergerakan Harga Daging Sapi di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/Kg)
49
Grafik 2.17
Pergerakan Harga Emas di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/gram)
49
Grafik 2.18
Pergerakan Inflasi Bulanan dan Tingkat Harga Sesuai SPH di Kota Palembang (Juni 2007-Juni 2008)
50
Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Propinsi Sumatera Selatan
57
Grafik 3.2
Jumlah Kantor Bank dan ATM di Propinsi Sumatera Selatan
58
Grafik 3.3
Pertumbuhan DPK Perbankan di Propinsi Sumatera Selatan
59
Grafik 3.4
Komposisi DPK Perbankan Tw II 2008 di Propinsi Sumatera Selatan
59
Grafik 3.5
Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Propinsi Sumatera Selatan Tw II 2008
62
Grafik 3.6
Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan
63
Grafik 3.7
Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan Tw II 2008
63
Grafik 2.12
Grafik 2.16
Grafik 3.1
x
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Daftar Grafik
Grafik 3.8
Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Propinsi Sumatera Selatan Tw II 2008 Berdasarkan Wilayah
64
Penyaluran Kredit UMKM Perbankan Propinsi Sumatera Selatan Menurut Penggunaan
65
Grafik 3.10
Penyaluran Kredit UMKM Menurut Plafond Kredit
65
Grafik 3.11
Perkembangan Suku Bunga Simpanan Perbankan Sumsel
66
Grafik 3.12
Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Perbankan Sumsel
67
Grafik 3.13
Perkembangan NPL Perbankan Propinsi Sumatera Selatan
67
Grafik 3.14
Persentase NPL Perbankan Sumsel Tw II 2008 Berdasarkan Sektor Ekonomi
67
Grafik 3.15
Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Sumatera Selatan
68
Grafik 3.16
Perkembangan Resiko Likuiditas Perbankan Sumsel
68
Grafik 3.17
Perkembangan Perbankan Syariah di Sumsel (Rp Miliar)
69
Grafik 4.1
Perbandingan Anggaran & Realisasi APBD Tahun 2007 Propinsi Sumatera Selatan
81
Rasio Realisasi Sumber Pembiayaan APBD Tahun 2007 Propinsi Sumatera Selatan
81
Grafik 4.3
Pangsa DBH Pajak Prop. Sumatera Selatan
82
Grafik 4.4
Pangsa DBH Pajak Berdasarkan Wilayah
82
Grafik 4.5
Pangsa DBH SDA Propinsi Sumatera Selatan
83
Grafik 4.6
Pembagian DBH SDA Berdasarkan Wilayah
83
Grafik 5.1
Perkembangan Perputaran Kliring Sumsel
85
Grafik 5.2
Perkembangan Kegiatan Perkasan Sumsel 2007-2008
87
Grafik 5.3
Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau Secara Bulanan Tahun 2007-2008
89
Persentase Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Propinsi Sumsel Triwulan II 2008
92
Persentase Pengangguran Terselubung (Setengah Pengangguran) Menurut Lapangan Pekerjaan di Propinsi Sumsel Triwulan II 2008
94
Grafik 6.3
Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini
95
Grafik 6.4
Indeks Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan yang Lalu
96
Grafik 6.5
Indeks Harga yang Diterima, Indeks Harga yang Dibayar dan Nilai Tukar Petani
98
Grafik 3.9
Grafik 4.2
Grafik 6.1 Grafik 6.2
Grafik 7.1
Perbandingan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dan Persentase Responden Yang Memperkirakan Peningkatan Harga 3 Bulan Yang Akan Datang 103
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
xi
Daftar Grafik
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionallay blank
xii
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Indikator Ekonomi
INDIKATOR EKONOMI A. INFLASI DAN PDRB
INDIKATOR MAKRO Indeks Harga Konsumen Laju Inflasi - Tahunan (yoy) PDRB - harga konstan (miliar Rp) - Pertanian - Pertambangan & penggalian - Industri pengolahan - Listrik, gas dan air bersih - Bangunan - Perdagangan, hotel dan restoran - Pengangkutan dan komunikasi - Keuangan, persewaan dan jasa - Jasa Pertumbuhan PDRB - Tahunan (yoy) % - Triwulanan (qtq) % Nilai ekspor nonmigas (USD Juta) Nilai Impor nonmigas (USD Juta) Volume ekspor nonmigas (ribu ton) Volume impor nonmigas (ribu ton)
2007
2008
TW II
TW III
TW IV
TW I
TW II
159.64
164.83
170.24
175.54
112.66*
6.82
9.24
8.20
10.87
13.96*
13,676 2,786 3,363 2,401 65 1,021 1,864 612 546 1,017
14,474 3,229 3,351 2,499 68 1,062 1,982 650 557 1,078
14,115 2,697 3,411 2,530 69 1,083 1,958 682 562 1,122
14,059 2,693 3,368 2,504 69 1,068 1,949 682 585 1,141
14,356 2,880 3,385 2,514 70 1,083 1,998 690 589 1,147
5.67 5.22
5.46 5.83
7.01 (2.48)
8.17 (0.40)
4.97 2.12
632.90 28.30
648.58 72.32
727.18 25.61
772.80 47.22
464.65 36.83
1,072.70 63.01
943.00 105.53
860.03 82.69
884.28 98.62
437.59 72.22
*) Tahun dasar 2007
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
xiii
Indikator Ekonomi
B. PERBANKAN INDIKATOR
Tw II
2007 Tw III
Tw IV
Tw I
Total Perbankan Total Aset (Triliun Rp)
27.86
30.04
32.89
31.04
32.48
DPK (Triliun Rp) - Tabungan - Giro - Deposito
20.89 7.86 4.98 8.06
22.03 8.64 5.27 8.13
24.14 10.18 4.76 9.20
23.20 10.17 4.49 8.54
23.29 10.43 4.60 8.27
Kredit (Triliun Rp) - Berdasarkan Penggunaan - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi
15.38 6.96 3.65 4.77
15.75 7.45 3.22 5.08
16.58 8.05 3.27 5.26
17.22 7.72 3.64 5.86
18.87 8.53 4.05 6.29
Kredit (Triliun Rp) - Berdasarkan Sektor ekonomi Pertanian Pertambangan Perindustrian Perdagangan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Pengangkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Masyarakat Lain-lain
15.38 1.89 0.32 2.52 3.20 0.37 0.98 0.24 0.84 0.26 4.77
15.75 2.16 0.02 1.98 3.43 0.44 1.24 0.23 0.96 0.21 5.08
16.58 2.04 0.03 2.48 3.69 0.42 1.19 0.25 0.99 0.22 5.26
17.22 2.13 0.04 2.36 3.77 0.39 1.18 0.25 1.01 0.23 5.86
18.87 2.33 0.08 2.94 4.17 0.39 1.23 0.26 0.93 0.24 6.29
Kredit UMKM (Juta Rp) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi
9.41 3.60 1.07 4.73
10.24 4.06 1.14 5.05
10.61 4.24 1.16 5.21
11.33 4.31 1.20 5.82
12.12 4.59 1.29 6.24
73.59%
71.49%
68.67%
74.23%
81.03%
2.55% 0.74% 2.59%
1.84% 0.25% 2.16%
1.73% 0.42% 2.14%
1.94% 0.48% 2.29%
1.97% 1.05% 2.38%
12.76%
2.98%
14.59%
14.21%
13.96%
LDR NPL Gross NPL Nett NPL Kredit UMKM % Kelongaran Tarik *) Data Sekda Mei 2008
xiv
2008 Tw II*
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Indikator Ekonomi
INDIKATOR
2007 Tw III
Tw II
Tw IV
Tw I
2008 Tw II*
BPR/BPRS Total Aset (Triliun Rp)
0.29
0.32
0.34
0.39
0.37
DPK (Triliun Rp) - Tabungan - Deposito
0.22 0.07 0.15
0.24 0.08 0.17
0.26 0.09 0.17
0.31 0.11 0.20
0.29 0.10 0.19
0.17 0.10 0.01 0.06 76.82% 0.02 12.70%
0.19 0.11 0.01 0.07 79.76% 0.02 8.79%
0.21 0.11 0.02 0.08 79.24% 0.02 8.06%
0.22 0.12 0.02 0.08 71.66% 0.02 7.41%
0.24 0.13 0.02 0.10 83.13% 0.02 7.33%
0.64 0.34 0.17 0.03 0.14 0.48
0.72 0.40 0.19 0.04 0.17 0.57
0.80 0.52 0.27 0.04 0.21 0.64
0.84 0.54 0.28 0.05 0.21 0.74
0.87 0.54 0.31 0.04 0.18 0.81
Kredit (Triliun Rp) - Berdasarkan Penggunaan - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi LDR Nominal NPL (Triliun Rp) NPL Perbankan Syariah Total Aset (Triliun Rp) DPK (Triliun Rp) - Tabungan - Giro - Deposito Pembiayaan (Triliun Rp) FDR
141.66% 142.34% 123.44% 137.42% 150.41%
Jaringan Kantor (Unit)
6
6
6
*) Data LBU Mei 2008
C. SISTEM PEMBAYARAN KETERANGAN 1. Perputaran Kliring: a. Nominal (Rp juta) b. Warkat (lembar) 2. Perputaran perhari a. Nominal (Rp juta) b. Warkat (lembar) 3. Penolakan cek/BG a. Nominal (Rp juta) b. Warkat (lembar) Jumlah hari 4. Penolakan cek/BG > Nominal (%) > Warkat (%) 5. Mutasi kas (juta rupiah) a. Aliran uang masuk/inflow b. Aliran uang keluar/outflow Net Flow: Inflow (Outflow)
2007 Tw II
2007 Tw III
2007 Tw IV
2008 Tw I
2008 Tw II
4,753,038 148,396
5,344,283 168,762
5,674,793 178,616
6,043,615 184,740
6,820,688 193,385
237,652 7,420
83,504 2,637
94,580 2,977
100,727 3,079
108,265 3,070
18,328 935 62
45,072 1,225 64
50,898 1,705 60
49,211 1,589 60
63,882 1,731 63
0.39% 0.63%
0.84% 0.73%
0.90% 0.95%
0.81% 0.86%
0.94% 0.90%
332,170 2,283,922 (1,951,752)
687,220 1,194,424 (507,204)
1,776,091 2,848,477 (1,072,387)
1,092,299 986,835 1,414,098 2,693,779 (321,799) (1,706,945)
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
xv
Indikator Ekonomi
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
xvi
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Ringkasan Eksekutif
RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN II 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional Pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) Sumatera Selatan pada triwulan II 2008 diperkirakan sebesar 4,97 persen (dengan migas) atau 6,49 persen tanpa migas. Pertumbuhan ekonomi tahunan tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 8,17 persen (dengan migas) atau 10,39 persen (tanpa migas). Secara
triwulanan
(qtq),
ekonomi
Sumsel
diperkirakan
Pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) Sumatera Selatan pada tw-II diperkirakan sebesar 4,97 persen (dengan migas) atau 6,49 perse (tanpa migas).
mengalami pertumbuhan sebesar 2,12 persen (dengan migas) atau sebesar
2,58
persen
(tanpa
migas).
Meskipun
perekonomian
mengalami pertumbuhan, namun tidak disertai dengan meningkatnya keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian. Pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumsel secara tahunan (yoy) masih
didominasi
oleh
konsumsi
dan
peningkatan
ekspor.
Pertumbuhan konsumsi tercatat sebesar 7,61 persen (yoy). Secara triwulanan (qtq) semua komponen tercatat mengalami peningkatan. Komponen yang mengalami petumbuhan paling tinggi adalah ekspor yang tercatat meningkat sebesar 4,69 persen. Tingginya angka ekspor ini tidak terlepas dari peningkatan kinerja di sektor pertanian
Dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumsel secara tahunan (yoy) pada Tw-II masih didominasi oleh konsumsi dan peningkatan ekspor.
(terutama sub sektor perkebunan sawit dan karet).
Kajian Ekonomi Regional Sumatera Selatan Triwulan II 2008
1
Ringkasan Eksekutif
Struktur ekonomi Propinsi Sumsel pada triwulan II 2008 masih tetap didominasi oleh sektor primer dengan pangsa sebesar 43,64 persen.
Berdasarkan kelompok sektor, PDRB triwulan II Sumsel masih ditopang oleh sektor primer yakni sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa sebesar 43,64 persen. Sektor sekunder mengalami penurunan pangsa menjadi 25,54 persen dari sebesar 25,89 persen pada triwulan sebelumnya. Sedangkan pangsa sektor tersier menurun dari sebesar 30,99 persen pada triwulan sebelumnya menjadi 30,82 persen.
Ekspor Sumsel pada Tw-II (data hingga Mei 2008 ) tercatat sebesar USD 464,65 juta.
Ekspor Sumsel pada Tw-II 2008 (data hingga Mei 2008) tercatat sebesar
USD 464,65 juta atau menurun sebesar 26,58 persen
dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Sementara dibanding triwulan sebelumnya (qtq), ekspor pada Tw-II menurun sebesar 39,87 persen. Berdasarkan komoditasnya, pangsa nilai ekspor terbesar dicapai oleh karet yakni sebesar 82,73 persen kemudian diikuti oleh komoditas sawit sebesar 13,44 persen. Berdasarkan volume, ekspor pada tercatat sebesar 437.592 ton atau menurun sebesar
59,21
persen
dibanding
triwulan
yang
sama
tahun
sebelumnya (yoy) atau menurun sebesar 50,51 persen dibanding triwulan sebelumnya (qtq). Realisasi impor pada Tw-II tercatat sebesar USD 36,83 juta.
Realisasi impor pada Tw-II tercatat sebesar USD36,83 juta, meningkat sebesar 30,15 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (yoy), namun tercatat menurun sebesar 21,99 persen dibanding triwulan sebelumnya (qtq).
Perkembangan Inflasi Inflasi tahunan kota Palembang mencapai 13,96 persen (yoy) dan secara bulanan mencapai 3,41 persen (mtm).
Sejak 1 Juli 2008 penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Indonesia menggunakan tahun dasar 2007 (sebelumnya tahun dasar 2002) yang didasarkan pada hasil Survei Biaya Hidup (SBH) 2007. Inflasi tahunan kota Palembang pada Triwulan II 2008 mencapai 13,96 persen (yoy), meningkat apabila dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yang mencapai 10,87 persen. Adapun secara bulanan (mtm), pada bulan Juni 2008 Kota Palembang tercatat mengalami inflasi sebesar 3,41 persen.
2
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Ringkasan Eksekutif
Berdasarkan kelompok barang, inflasi tahunan tertinggi terjadi pada bahan makanan yakni sebesar 24,76 persen, diikuti oleh kelompok sandang sebesar 17,43 persen, kelompok makanan jadi sebesar 12,73 persen, dan kelompok perumahan sebesar 11,19 persen. Kelompok
Inflasi tahunan tertinggi dicapai oleh kelompok bahan makanan yakni sebesar 24,76 persen.
pendidikan, rekreasi dan olahraga mencatat laju inflasi sebesar 10,37 persen, kelompok kesehatan sebesar 9,49 persen, sedangkan kelompok transportasi tercatat sebesar 6,69 persen. Hasil pemantauan harga yang dilakukan KBI Palembang secara independen melalui Survei Pemantauan Harga (SPH) Kota Palembang menunjukkan perkembangan harga yang tidak jauh berbeda dengan hasil survei inflasi yang dilakukan secara bulanan oleh BPS. Hal ini menunjukkan bahwa hasil SPH Kota Palembang dapat dijadikan salah satu barometer dalam melihat perkembangan inflasi di kota Palembang Perkembangan Perbankan Daerah Kondisi perbankan di Propinsi Sumsel secara tahunan (yoy) pada triwulan II 2008 (Mei 2008) dilihat dari beberapa variabel menunjukkan perkembangan positif. Jumlah aset perbankan Sumsel meningkat sebesar 16,58 persen dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya (yoy), yaitu dari Rp28,86 triliun menjadi Rp32,48 triliun. Penghimpunan
Kondisi perbankan di Propinsi Sumsel secara tahunan (yoy) pada triwulan II 2008 (Mei 2008) menunjukkan perkembangan positif.
Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat sebesar 11,49 persen dari Rp20,89 triliun pada triwulan yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp23,29 triliun
atau
meningkat
sebesar
Rp2,40
triliun.
Penyaluran
kredit/pembiayaan mengalami peningkatan dari Rp15,38 triliun pada triwulan yang sama pada tahun sebelumnya menjadi Rp18,87 triliun atau meningkat sebesar 22,76 persen. Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di wilayah Sumsel pada triwulan II 2008 tercatat sebesar 81,03 persen, meningkat relatif tinggi dari LDR pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 74,23 persen. NPL gross (belum memperhitungkan PPAP) pada triwulan II 2008 (Mei
Tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan II 2008 tercatat sebesar 81,03 persen.
2008) tercatat sebesar 1,97 persen dari total kredit yang disalurkan.
Kajian Ekonomi Regional Sumatera Selatan Triwulan II 2008
3
Ringkasan Eksekutif
Perkembangan Keuangan Daerah Realisasi penerimaan pemerintah pada tahun 2007 mencapai 94,46
Realisasi penerimaan daerah pada tahun 2007 tercatat sebesar Rp2,14 triliun dan realisasi belanja sebesar Rp2,33 triliun.
persen, kondisi tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 586,79 persen. Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai 94,52 persen atau sebesar Rp2,14 triliun, lebih rendah dibandingkan tahun 2006 yang tercatat sebesar 175,96 persen. Secara nominal, realisasi belanja Pemprop Sumsel tahun 2007 berada diatas rata-rata realisasi penerimaan. Realisasi belanja Pemprop Sumsel tercatat sebesar 91,03 persen atau sebesar Rp2,33 triliun dengan realisasi belanja terbesar pada belanja hibah dan belanja bantuan keuangan yang mencapai 100 persen. Sumber pembiayaan untuk kegiatan operasional Pemerintah
Sumber pembiayaan sebagian besar bersumber dari dana perimbangan yang mencapai 55,02 persen.
Propinsi Sumsel sebagian besar bersumber dari dana perimbangan yang mencapai 55,02 persen dari total belanja yang dikeluarkan. PAD Propinsi Sumsel yang mencapai Rp847,97 miliar tercatat menyumbang 36,42 persen pembiayaan belanja daerah.
Perkembangan Sistem Pembayaran Perputaran kliring di pada triwulan II 2008 tercatat sebanyak 192,385 lembar dengan nilai nominal Rp6,82 triliun.
Perputaran kliring di Sumsel pada Tw-II menunjukkan peningkatan dari segi jumlah warkat maupun nominalnya baik secara tahunan maupun triwulanan. Pada Tw-II jumlah warkat yang dikliringkan tercatat sebanyak 193.385 lembar dengan nominal sebesar Rp6,82 triliun. Kegiatan perkasan di Sumsel pada Tw-II mencatat inflow sebesar Rp0,99 triliun, meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan triwulan II 2007 (yoy) yang tercatat sebesar Rp0,33 triliun. Outflow tercatat sebesar Rp2,69 triliun atau meningkat sebesar 17,95 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang
Pada triwulan ini terjadi net-outflow sebesar Rp1,70 triliun
sebesar Rp2,28 triliun. Dengan melihat angka inflow dan outflow, netoutflow pada triwulan II 2008 tercatat sebesar Rp1,70 triliun, sedangkan pada periode yang sama tahun sebelumnya tercatat mengalami net-outflow sebesar Rp1,95 triliun.
4
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Ringkasan Eksekutif
Perkembangan Kesejahteraan
Ketenagakerjaan
Daerah
dan
Kondisi ketenagakerjaan di Propinsi Sumsel pada Tw-II 2008 masih tetap belum banyak menunjukkan perubahan yang berarti. Lambannya transformasi tenaga kerja dari sektor
primer ke sektor sekunder,
produktivitas tenaga kerja yang masih relatif rendah, serta pertumbuhan angkatan kerja yang lebih besar dari pertumbuhan lapangan kerja, menyebabkan pengangguran masih menjadi persoalan yang dilematis di
Kondisi ketenagakerja an di Propinsi Sumsel pada Tw-II 2008 masih tetap belum banyak menunjukkan perubahan yang berarti.
Sumsel. Jumlah angkatan kerja tercatat sebanyak 3.205.147 orang atau meningkat sebesar 1,36 persen dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebanyak 3.162.257 orang. Peningkatan jumlah angkatan kerja tersebut
diiringi
oleh
sedikit
peningkatan
Tingkat
Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) dari 69,81 persen pada Tw-I 2008 menjadi 69,99 persen pada Tw-II 2008. Dari tahun 2007 hingga saat ini tingkat pengangguran terbuka (TPT) mengalami fluktuasi. Tingkat pengangguran terbuka pada Tw-II 2008 tercatat sebesar 8,05 persen, mengalami penurunan dari Tw-I yang sebesar
8,45
pengangguran
persen. juga
Seperti
halnya
mengalami
TPT,
sedikit
tingkat
penurunan.
Tingkat pengangguran terbuka pada Tw-II 2008 tercatat sebesar 8,05 persen.
setengah Tingkat
pengangguran pada Tw-I 2008 yang sebesar 37,65 persen menjadi sebesar 37,19 persen pada Tw-II 2008. Pada Tw- II pendapatan regional per kapita Sumsel atas dasar harga berlaku (dengan migas) tercatat sebesar Rp4.050.657 atau meningkat sebesar 10,78 persen dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp3.656.596. Walaupun Propinsi Sumatera Selatan termasuk salah satu propinsi yang kaya di Indonesia, tetapi jumlah penduduk miskin di Sumatera Selatan termasuk tinggi. Jumlah penduduk miskin tertinggi di Propinsi Sumatera Selatan terdapat di Kabupaten Musi Banyuasin, yaitu sebanyak 165.600 orang, sedangkan jumlah penduduk miskin terendah terdapat di Kota Prabumulih yaitu sebanyak 10.000
Jumlah penduduk miskin tertinggi di Propinsi Sumatera Selatan terdapat di Kabupaten Musi Banyuasin yaitu sebanyak 165.600 orang.
orang.
Kajian Ekonomi Regional Sumatera Selatan Triwulan II 2008
5
Ringkasan Eksekutif
Nilai tukar petani pada Tw-II 2008 (Mei 2008) mengalami penurunan dari Tw-I yaitu dari sebesar 105,17 menjadi sebesar 102,39.
Perkembangan nilai tukar petani selama Juni 2007 sampai Mei 2008 cukup fluktuatif. Nilai tukar petani pada Tw-II 2008 (Mei 2008) mengalami penurunan dari Tw-I yaitu dari sebesar 105,17 menjadi sebesar 102,39. Penurunan nilai tukar terjadi karena kenaikkan indeks harga yang dibayar petani melebihi kenaikan indeks harga yang diterima petani. Indeks yang diterima petani mengalami penurunan dari 113,32 pada Tw-I menjadi 110,37 pada Tw-II, sedangkan Indeks yang Dibayar Petani mengalami kenaikan dari 105,85 pada Tw-I menjadi 107,80 pada Tw-II. Dari 30 propinsi yang diukur IPM-nya, Propinsi Sumsel
Propinsi Sumsel menempati peringkat IPM nomor 13 dengan nilai IPM sebesar 70,2 pada tahun 2005.
menempati peringkat IPM nomor 13 dengan nilai IPM sebesar 70,2 pada tahun 2005. Nilai tersebut sebagai akumulasi dari angka harapan hidup yang mencapai 68,3 tahun dan pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan sebesar Rp 610.300. Berdasarkan penilaian per wilayah kabupaten/kota, kota Palembang sebagai ibu kota Propinsi tercatat memiliki peringkat IPM paling tinggi di Sumsel atau secara nasional menempati ranking IPM ke-59 dengan indeks sebesar 73,6. Sedangkan wilayah yang memiliki IPM terendah di Sumsel yaitu kabupaten Musi Rawas yang menempatin peringkat ke-367 dengan indeks sebesar 65,00.
Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah Pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) pada triwulan III 2008 diperkirakan berada pada kisaran 3,52 ± 0,5 persen atau secara triwulanan (qtq) diperkirakan tumbuh sebesar 4,37 ± 0,5 persen.
Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan masih tetap tergantung dari sektor primer terutama sektor pertanian yang sangat dipengaruhi oleh faktor musiman. Pada triwulan III diperkirakan kinerja sektor pertanian akan mengalami peningkatan dibanding dengan Tw-II terkait dengan peningkatan kinerja sub sektor tanaman perkebunan. Berdasarkan proyeksi dan mempertimbangkan kondisi ekonomi terkini, pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) pada triwulan III 2008 diperkirakan berada pada kisaran 3,52 ± 0,5 persen atau secara triwulanan (qtq) diperkirakan tumbuh sebesar 4,37 ± 0,5 persen.
6
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Ringkasan Eksekutif
Mempertimbangkan
kondisi
perekonomian
terkini
dan
pergerakan harga barang dan jasa, perkembangan inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan akan berada pada level yang moderat dan meningkat dibanding Tw-II terkait dengan masih terasanya dampak kenaikan BBM dan menjelang bulan Ramadhan. Tekanan inflasi diperkirakan akan berasal dari kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, serta kelompok sandang. Kelompok bahan makanan diperkirakan masih tetap menjadi pemicu inflasi terkait dengan kenaikan harga beberapa komoditas pangan seperti beras, kedelai, tepung terigu, serta minyak goreng meskipun kenaikannya lebih rendah dibandingkan kenaikan pada Tw-II. Inflasi tahunan pada triwulan III 2008 diperkirakan masih berada pada level double digit. Hal yang masih perlu diwaspadai hingga saat ini adalah ketersediaan pasokan barang dan jasa, faktor distribusi, dan lonjakan permintaan terhadap komoditas tertentu. Berdasarkan hasil proyeksi dan dengan mempertimbangkan perkembangan harga serta
Tekanan inflasi triwulanan (qtq) pada Tw III 2008 diperkirakan mencapai 4,90 ± 0,5 persen.
determinan utama inflasi di Sumatera Selatan, maka tekanan inflasi triwulanan (qtq) pada triwulan III 2008 diperkirakan mencapai 4,90 ± 0,5 persen.
Kajian Ekonomi Regional Sumatera Selatan Triwulan II 2008
7
Ringkasan Eksekutif
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
8
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
1
1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Tahunan (yoy) Pada triwulan II 2008 (Tw-II) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Sumatera Selatan atas dasar harga konstan (ADHK) 2000 diperkirakan sebesar Rp14,36 triliun (dengan migas) atau Rp11,04 triliun (tanpa migas). Sementara itu PDRB atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp33,92 triliun (dengan migas) atau Rp21,91 triliun (tanpa migas). Pertumbuhan Grafik 1.1 PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Propinsi Sumsel ADHK 2000 Dengan Migas 14.47
14.36 7.01
Rp Triliun
14.20
14.12
5.67 5.46
14.00
4.97 13.80
8.00
(tanpa
migas).
7.00
ekonomi
tahunan
rendah
dibandingkan
5.00 4.00
13.68
Pertumbuhan tersebut
lebih
dengan
triwulan sebelumnya yang tercatat
3.00
sebesar 8,17 persen (dengan migas)
2.00
atau 10,39 persen (tanpa migas).
13.60 13.40
Selatan
(dengan migas) atau 6,49 persen
6.00
14.06
Sumatera
9.00 8.17
14.40
(yoy)
diperkirakan sebesar 4,97 persen
Persen
14.60
tahunan
ekonomi
1.00
13.20
Tw. II
Tw. III
2007 Nominal PDRB
Tw. IV
Tw. I
Tw. II
2008 Laju Pertumbuhan Tahunan (yoy)
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
Secara
tahunan,
semua
ekonomi
mencatat
dengan
pertumbuhan
sektor
pertumbuhan terendah
terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,64 persen.
Tumbuhnya perekonomian Sumsel di triwulan II 2008 dikonfirmasi oleh hasil liaison ke beberapa pelaku usaha yang menyatakan bahwa kendati telah terjadi kenaikan harga BBM, perekonomian Sumsel masih mampu tumbuh karena ditopang oleh sektor primer dan sektor lainnya yang tidak terpengaruh dampak langsung dari kenaikan BBM. Hal tersebut
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
9
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
ditunjukkan oleh beberapa variabel seperti permintaan pasar domestik dan ekspor yang menunjukkan perbaikan terutama di sektor industri pertambangan dan industri pengolahan yang berbasis sumber daya alam (SDA). Sektor-sektor ekonomi lainnya (perbankan, perhotelan, transportasi, dan bangunan) juga menunjukkan kinerja usaha yang cukup baik. Cukup baiknya kondisi usaha contact liaison lebih banyak tertolong oleh terus membaiknya harga komoditas-komoditas primer di pasar internasional, misalnya crude palm oil (CPO), crumb rubber, dan batu bara. Di sisi lain, pada umumnya conctact liaison menilai kondisi internal
dalam
negeri
belum
sepenuhnya
kondusif
bagi
perkembangan
usaha.
Permasalahan-permasalahan yang dianggap tidak kondusif oleh kalangan dunia usaha, antara lain: (i) kendala perizinan, khususnya yang terkait dengan ekspansi usaha, (ii) kenaikan biaya energi, khususnya solar, (iii) naiknya harga pupuk jenis majemuk (NPK dan phospat), (iv) pengenaan peraturan daerah yang tidak kondusif bagi dunia usaha. Pada Tw-II 2008 sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan ekonomi tahunan tertinggi adalah sektor pengangkutan dan telekomunikasi yang tumbuh sebesar 12,80 persen, diikuti oleh sektor jasa-jasa 12,76 persen, serta sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar 7,90 persen. Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (persen) Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan
2007
pengangkutan dan komunikasi terutama
2008
disumbang sub
oleh
Tw. II
Tw. III
Tw. IV
Tw. I
Tw.II
pertumbuhan
7.17
3.33
10.26
12.18
3.37
komunikasi yang tumbuh sebesar
0.11
0.01
1.55
2.49
0.64
26,58
persen.
6.03
6.26
2.95
5.55
4.68
sektor
ini
6.66
8.08
7.95
7.22
6.83
sektor
8.33
7.27
8.16
7.59
6.10
Pertumbuhan
ditandai
dengan
semakin beragamnya produk dan
Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keu., Persewaan & Jasa Perusahaan
8.48
10.08
10.50
10.52
7.21
13.50
16.43
14.77
15.55
12.80
8.45
10.02
10.05
9.94
7.90
Jasa-jasa
6.68
9.84
13.96
14.64
12.76
jasa sekarang
telekomunikasi ini
memasuki
yang pasar
Sumsel. Saat ini di Sumsel tercatat sedikitnya 3 operator layanan telepon berbasis GSM (Global
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
10
Pertumbuhan pada sektor
System for Mobile) dan 4 operator layanan telepon berbasis CDMA (Code Division Multiple Access).
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Suplemen 1
PERKEMBANGAN USAHA PADA CONTACT LIAISON* Perkembangan usaha pada contact liaison di triwulan II-2008 menunjukkan arah yang cukup baik. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa variabel seperti permintaan pasar domestik dan ekspor yang menunjukkan perbaikan terutama di sektor industri pertambangan dan industri pengolahan yang berbasis sumber daya alam (SDA). Sektor-sektor ekonomi lainnya (perbankan, perhotelan, transportasi, dan bangunan) juga menunjukkan kinerja usaha yang cukup baik. Di sisi lain, pada umumnya conctact liaison menilai kondisi internal dalam negeri belum sepenuhnya kondusif bagi perkembangan usaha. Kondisi tersebut, salah satunya, yang menyebabkan beroperasinya usaha di bawah kapasitas terpasang (tidak lebih dari 80 persen). Permasalahan-permasalahan yang dianggap tidak kondusif oleh kalangan dunia usaha, antara lain: (i) kendala perizinan, khususnya yang terkait dengan ekspansi usaha, (ii) kenaikan biaya energi, khususnya solar, (iii) naiknya harga pupuk jenis majemuk (NPK dan phospat), (iv) pengenaan peraturan daerah yang tidak kondusif bagi dunia usaha. Permintaan pasar terhadap produk contact liaison saat ini cukup besar. Hal ini terbukti dari permintaan pasar domestik beberapa produk di sektor bangunan dan industri otomotif selama Tw-II 2008 menunjukkan peningkatan. Produk-produk yang mengalami peningkatan antara lain minyak goreng, batu bara, juga pada beberapa contact liaison di industri perbankan, perhotelan, bangunan, dan transportasi. Meningkatnya pertumbuhan permintaan sektor perumahan antara lain didukung oleh tingkat suku bunga kredit pemilikan rumah yang masih menarik. Namun, dengan kecenderungan meningkatnya laju inflasi, benchmark BI rate juga mengalami koreksi naik yang sampai akhir Juni mencapai 8,50% atau naik 50 basis point dan dikhawatirkan berimbas pada kenaikan suku bunga kredit secara umum. Grafik 1 Suku Bunga Kredit;BI rate; Inflasi [Inflation rate %]
[BI rate dan Kredit Konsusmsi rate %] 24
18.00
21
16.00 14.00
18
12.00
15
10.00 12 8.00 9
6.00 BI rate [LHS] Rate Kredit Konsumsi [RHS] Inflas Ratei [RHS]
6 3
4.00 2.00
-
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Contact Liaison di industri perhotelan mengatakan bahwa occupancy rate ditunjang oleh tamu-tamu yang datang untuk kegiatan bisnis, bukan karena program Visit Musi 2008. Pada sektor industri transportasi kota, yakni jasa taksi, kendati telah terjadi kenaikan harga BBM (Tabel 1) namun permintaan jasa angkutan taksi tetap besar dikarenakan masih banyak pangsa pasar yang belum tergarap. Sektor perbankan juga cenderung baik, terbukti dari pertumbuhan penyaluran kredit yang berkisar sekitar 30%.
Tabel 1 Kenaikan BBM Bersubsidi 1 Feb 2005 1 Mar 2005 1 Oct 2005 24 Mei 2008
Premium M. Tanah Solar Rata-Rata Kenaikan % 1810 1800 1650 2400 2200 2100 27.38 4500 2000 4300 61.19 6000 2300 5500 27.78
*) Liaison adalah kegiatan pemantauan kondisi usaha dengan mewawancarai langsung pelaku usaha
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
11
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Permintaan pasar luar negeri masih didominasi sektor ekonomi yang berbasis SDA seperti sub sektor perkebunan, industri pengolahan, dan pertambangan. Penjualan batu bara untuk pasar ekspor sebesar 34,7% dan selebihnya untuk penjualan domestik. Namun, usaha untuk meningkatkan volume penjualan terkendala oleh terbatasnya daya angkut kereta api dari Tanjung Enim menuju Pelabuhan Laut Tarahan di Lampung. Keterbatasan tersebut dapat ditanggulangi dengan penambahan kereta dengan gerbong yang cukup. Menurut contact liaison di industri pengolahan CPO, pengenaan pajak ekspor CPO secara progresif mengakibatkan pengusaha tidak dapat memaksimalkan keuntungan yang dikarenakan tingginya harga CPO di pasar internasional. Grafik 2 Harga Dunia Beberapa Komoditas Pilihan USD/bbl; UScents/pound 125
USD/Mton
Malaysia Palm Oil, USD/Mton (LHS)
115
Crude Oil, USD/bbl [RHS]
105
1200
Rubber Smoked Sheed, US censt/pound [RHS]
95 85
1400
1000
800
75 65
600
55 45
400
35 25
Coal, USD/MTon [RHS]
15
200
0 2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
1996
1995
1994
1993
1992
1991
1990
1989
1988
1987
1986
1985
1984
1983
1982
1981
1980
5
Rata-rata kondisi kapasitas utilisasi contact liaison selama Tw-II 2008 tidak lebih dari 80%. Penggunaan kapasitas produksi terpasang, khususnya di sektor industri pengolahan terhambat oleh sulitnya mendapatkan bahan baku Tandan Buah Segar (TBS) untuk diolah menjadi sawit, kesulitan perluasan lahan perkebunan, dan adanya pabrik tanpa kebun (petani plasma menjual CPO kepada inti secara ilegal) karena rendahnya law enforcement. Kekurangan bahan baku serta tingginya biaya produksi dikarenakan mahalnya biaya listrik juga mempengaruhi industri crumb rubber. Investasi juga masih diminati oleh para contact liaison. Ini terbukti sekitar 70% contact liaison di Tw-II berencana untuk melakukan investasi di tahun 2008 dan 2009 dalam bentuk: (i) perluasan jaringan kantor, (ii) pengadaan sarana transportasi, (iii) investasi pemanfaatan limbah sebagai alternatif bahan bakar dalam rangka efisiensi, (iv) pembelian mesin untuk meningkatkan pelayanan kepada customer. Sebagian besar pembiayaan di TwII ini menggunakan dana non-perbankan dan hanya 40% yang menggunakan dana perbankan untuk keperluan investasi dan modal kerja mereka. Suku bunga kredit rupiah dan valas dinilai oleh contact liaison masih relatif tinggi. Jumlah tenaga kerja yang digunakan relatif stabil. Rekrutmen tenaga kerja dilakukan antara lain dikarenakan: tenaga kerja yang pensiun, mengundurkan diri, dan habis masa kontrak kerjanya.
12
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Di sektor industri pengolahan, umumnya perputaran bahan baku sangat cepat. Misalnya untuk industri crumb rubber hanya membutuhkan waktu dua minggu untuk memproses bokar menjadi crumb rubber yang siap diekspor. Demikian pula dengan industri CPO, TBS yang baru dipetik petani harus segera diproses untuk menghindari terjadinya kerusakan yang akan mengurangi mutu CPO. Harga jual produk dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain perkembangan harga jual komoditas di pasar internasional, meningkatnya harga BBM dan kenaikan harga-harga input. Walaupun harga jual di pasar internasional terus membaik, margin keuntungan diperkirakan tidak banyak mengalami perubahan. Hal itu antara lain disebabkan oleh: (i) kenaikan harga-harga bahan baku, kenaikan harga bahan penolong atau input lainnya, (ii) contact liaison yang tidak ingin serta merta menaikkan harga jual karena tidak ingin kehilangan pembeli atau pelanggan yang daya belinya belum mengalami peningkatan, (iii) terdapat kontrak jual untuk jangka waktu tertentu.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
13
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Namun demikian, dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahunan pada triwulan sebelumnya, sub sektor telekomunikasi mengalami perlambatan pertumbuhan. Demikian pula dengan sub sektor pengangkutan yang tumbuh sebesar 4,76 persen, juga mengalami perlambatan pertumbuhan apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,86 persen. Dari hasil liaison yang dilakukan KBI Palembang diperoleh informasi bahwa kondisi usaha di sub sektor pengangkutan (khususnya angkutan darat) cukup baik dengan peningkatan margin keuntungan rata-rata sebesar 10 persen. Pertumbuhan ekonomi di sektor jasa-jasa secara umum sangat dipengaruhi oleh peningkatan aktivitas jasa pemerintahan yang didorong oleh peningkatan belanja pegawai. Salah satu faktor penyebab percepatan pertumbuhan sektor ini adalah pencairan rapel kenaikan gaji PNS pada triwulan ini. Sektor
keuangan,
persewaan
dan
jasa
perusahaan
serta
sektor
perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) masing-masing tercatat tumbuh sebesar 7,90 persen dan 7,21 persen. Namun demikian, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya pertumbuhan tahunan sektor keuangan tercatat mengalami perlambatan. Melambatnya pertumbuhan ekonomi tahunan di sektor keuangan, persewaan, dan jasa dibandingkan pertumbuhan tahunan pada triwulan sebelumnya tidak terlepas dari menurunnya kinerja sektor-sektor yang berhubungan langsung dengan dengan sektor keuangan, persewaan, dan jasa. Sub sektor hotel tercatat mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 17,21 persen. Sektor lain yang mengalami pertumbuhan cukup baik adalah sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, dan sektor industri pengolahan yang masing-masing tumbuh sebesar 6,83 persen, 6,10 persen, dan 4,68 persen. Pertumbuhan ekonomi di sektor industri pengolahan sangat erat kaitannya dengan sektor pertanian yang merupakan bahan baku bagi mayoritas industri pengolahan di Sumsel. Seiring dengan kondisi pada sub sektor tanaman perkebunan, sektor industri pengolahan Sumsel yang mayoritas menggunakan bahan baku dari tanaman perkebunan mengalami kondisi yang cukup baik. Dari hasil liaison diperoleh informasi bahwa tingginya permintaan CPO dari pasar domestik maupun internasional menjadi pendorong pertumbuhan di sektor ini. Namun demikian terdapat beberapa kendala berupa : kenaikan harga BBM, kenaikan harga pupuk (NPK dan Phospat), perda yang tidak kondusif serta kesulitan perizinan.
14
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Sektor bangunan yang pada triwulan I tumbuh sebesar 7,59 persen masih terkendala dengan peningkatan harga bahan bangunan maupun biaya lain terkait dengan kenaikan harga BBM pada akhir bulan Mei 2008. Hal tersebut terkonfirmasi oleh kegiatan liaison program
yang menunjukkan bahwa
selain peningkatan harga bahan bangunan yang rata-rata di atas 10 persen, juga terjadi kenaikan antara lain, upah pekerja, biaya perijinan, birokrasi serta keterbatasan lahan dan akses listrik PLN yang masih sulit. Berdasarkan
hasil
Survei
Harga
Properti
Residensial (SHPR) yang dilakukan oleh Bank Indonesia
diperoleh
informasi
mengenai
terjadinya kenaikan harga jual rumah rata-rata sebesar 4-5 persen sebagai imbas dari kenaikan harga bahan bangunan.
Tabel 1.2 Kenaikan Biaya Input Sektor Properti Komponen Kenaikan No Input Harga 1 Semen 30 s.d 50 persen 2 Besi Beton 50 s.d 75 persen 3 Kayu Balokan 10 s.d 20 persen 4 Batu 10 s.d 15 persen 5 Batu Bata/Batu 10 s.d 15 persen Tela 6 Daun Pintu 10 s.d 15 persen 7 Genteng 10 s.d 15 persen 8 Seng 10 s.d 15 persen 9 Tukang Bukan 20 s.d 30 persen Mandor Sumber : Survei Harga Properti Residensial KBI Palembang, diolah
Sektor pertanian pada Tw-II 2008 tumbuh sebesar 3,37 persen. Pertumbuhan tahunan pada triwulan ini mengalami perlambatan dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang disebabkan karena kontraksi pertumbuhan pada sub sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor kehutanan. Sub sektor tanaman bahan makanan mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi sebesar 1,95 persen yang disebabkan karena kondisi pasca panen yang terjadi di wilayah sentra beras
Sumsel,
sedangkan kontraksi yang dialami sub sektor kehutanan lebih disebabkan karena semakin terbatasnya hutan areal produksi sehingga menyulitkan dalam mendapatkan bahan baku. Sektor pertambangan dan penggalian tercatat mengalami pertumbuhan tahunan yang paling rendah yakni sebesar 0,64 persen. Rendahnya pertumbuhan tahunan di sektor ini disebabkan karena ketidakoptimalan kapasitas produksi yang terjadi di sub sektor pertambangan minyak dan gas bumi yang tumbuh sebesar 0,12 persen maupun di sub sektor pertambangan tanpa migas yang tercatat mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 2,30 persen. Rendahnya produksi di sub sektor pertambangan migas lebih disebabkan karena faktor usia sumur yang sudah tua dan tidak adanya penemuan sumur baru, sedangkan rendahya pertumbuhan di sub sektor pertambangan non migas (terutama
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
15
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.2 Perkembangan Jumlah Konsumsi BBM Propinsi Sumsel
batu bara) seperti yang terkonfirmasi pada kegiatan liaison adalah adanya
200000 180000
189,675 170,468
liter
160000 140000 120000
156,836
117,054
100000 80000 60000 40000
161,780 134,743
128,477
61,716
60,461
pada
pengiriman
hasil
produksi sehingga produksi batu bara
130,181
62,972
kendala
167,051 140,318
57,368
cenderung
stagnan.
pengiriman 54,269
20000 0
batu
Saat
bara
ini
terkendala
dengan keterbatasan daya tampung kereta api yang mengangkut batu
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2007
Tw II
bara tersebut ke pelabuhan.
2008
Premium
Solar
M. Tanah
Sumber: Pertamina UPMS II Palembang
1.2. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Triwulanan (qtq) Secara triwulanan (qtq), pertumbuhan ekonomi Sumsel pada Tw-II diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 2,12 persen (dengan migas) atau sebesar 2,58 persen (tanpa migas). Meskipun perekonomian mengalami pertumbuhan, namun tidak disertai dengan meningkatnya keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian (lihat Suplemen 2. Optimisme Keyakinan Konsumen Palembang Semakin Menurun). Sektor pertanian diperkirakan mengalami pertumbuhan ekonomi triwulanan tertinggi yakni sebesar 6,95 persen yang disebabkan peningkatan pertumbuhan triwulanan yang cukup tinggi pada sub sektor tanaman perkebunan yang tumbuh sebesar 37,04 persen. Grafik 1.3 PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB Propinsi Sumsel ADHK 2000 Dengan Migas 14.60 14.40
14.36
5.83
tanaman perkebunan tidak terlepas
6.00
dari
5.00 14.12
3.00
14.00 2.12 13.80
2.00 1.00
13.68
(1.00) 13.40
(2.00)
(2.48) 13.20
yang
kondusif
maupun sawit. Selain itu, harga CPO (crude palm oil)
dan harga karet
mentah
yang
tinggi
di
pasar
internasional tetap menjadi insentif
(3.00) Tw. II
Tw. III
2007 Nominal PDRB
Tw. IV
Tw. I
Tw. II
2008 Laju Pertumbuhan Triwulanan (qtq)
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
16
cuaca
-
(0.40)
13.60
faktor
terutama untuk penyadapan karet
4.00
14.06
Persen
Rp Triliun
14.20
pertumbuhan
ekonomi triwulanan pada sub sektor
7.00
14.47 5.22
Tingginya
bagi sub sektor perkebunan. Dari hasil liaison yang dilakukan KBI Palembang diperoleh
informasi
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
bahwa
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
2
0
0
2007
Jun
4
50 Apr
6
100
Mei
8
150
Jan
baku komoditas-komoditas lainnya.
10
200
Jan
goreng, bahan baku biodiesel, dan bahan
12
250
Feb Mar
minyak
14
300
Nov
menjadi
16
350
Des
diolah
18
400
Okt
untuk
20
450
Sep
baik
mm
kebutuhan CPO dunia yang sangat tinggi
500
Jul
dengan
Agst
terkait
Apr
tinggi
Mei Jun
tetap
Grafik 1.4 Perkembangan Curah Hujan di Sumsel
dipastikan
Mar
akan
terhadap CPO
Feb
permintaan
2008
Curah Hujan
Hari Hujan
Sumber: Stasiun Klimatologi Kenten
Grafik 1.5 Perkembangan Harga Karet di Pasar Internasional
Grafik 1.6 Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional 1,400
400 337.15
350 286.86 298.16
250
270.66 241.52
240.61 256.35 230.67 226.01229.97 248.93
200 150
800
1,103.98
1,098.01
883.12 887.78 826.06
768.51 768.51
750.04 730.13
600 400 200
50
-
0
Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun
Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun 2007
2007
2008
2008
Sumber: DSM Bank Indonesia
Sumber: DSM Bank Indonesia
Grafik 1.7 Perkembangan Harga Batu Bara di Pasar Internasional
Grafik 1.8 Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional
120
114.05
160
102.07
100 80.67 78.90
60 47.05
50.80
54.07 58.87
46.04
44.66
120 USD/Barel
80
44.13
133.93 125.66
140
87.18
USD /Metrik Ton
984.80
1,000
100
40
1,148.52 1,085.42 1,100.41
1,200
313.07
USD /Metrik Ton
USD Cent / Kg
300
303.42
95.39
100 80 60
74.02 67.49
79.61 85.90
105.34
112.62
94.90 91.76 93.00
72.38
42.98
40 20
20
-
Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun 2007
Sumber: DSM Bank Indonesia
2008
Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun 2007
2008
Sumber: DSM Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
17
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Karet dan sawit masih tetap menjadi primadona komoditas hasil perkebunan di Sumsel. Pada Tw-II, curah hujan yang mulai berkurang menyebabkan produksi karet agak meningkat. Sementara itu, untuk sawit, kondisi cuaca cukup mendukung produksi namun berdasarkan informasi dari para pelaku usaha masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi dan membatasi keuntungan yakni berupa peraturan perpajakan, yakni: (1) dasar penetapan pajak penghasilan (PPH) yang sebesar 25 ton/hektar/tahun dirasakan memberatkan. Hal tersebut dikarenakan tingkat produksi lahan pada musim kemarau biasanya hanya mencapai 20 ton/hektar/tahun, (2) dasar penetapan pajak alat berat yang dirasakan tidak fair karena alat yang lama dan yang baru dasar perhitungannya sama. Grafik 1.9 Pertumbuhan Triwulanan (qtq) Kinerja Sub Sektor Pertanian Triwulan II 2008 (persen)
6.18
Perikanan
13.38
Kehutanan Peternakan
-6.57
Perkebunan -25.95
Tabama
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Rata-rata harga CPO dunia pada selama Tw-II tercatat sebesar USD1.103,98/metrik ton, meningkat sebesar 43,65 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Namun demikian apabila dibandingkan triwulan sebelumnya tercatat mengalami penurunan sebesar 3,88 persen dari sebesar USD1.148,52/metrik ton. Sementara itu, harga karet dunia masih menunjukkan trend peningkatan, dimana pada triwulan ini tercatat sebesar USD337,15 sen/kg atau meningkat sebesar 39,60 persen dibandingkan harga pada triwulan II 2007 (yoy) yang sebesar USD241,52 sen/kg atau meningkat sebesar 13,08 persen dibanding harga pada triwulan sebelumnya (qtq) yang sebesar USD298,16 sen/kg.
18
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Sub sektor yang mengalami kontraksi pertumbuhan pada sektor pertanian adalah sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) dan sub sektor peternakan dan hasilhasilnya. Kontraksi sebesar 25,95 persen di sub sektor tabama disebabkan karena telah lewatnya masa panen raya yang terjadi pada bulan Maret 2008. Informasi yang diperoleh dari
kegiatan
Tabel 1.3 Laju Pertumbuhan Triwulan (qtq) PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (persen)
liaison
menunjukkan
terjadinya
kegagalan
panen
akibat
peredaran pupuk dan bibit palsu di sejumlah sentra beras seperti Pagar
Alam
dan
Banyuasin.
Tercatat lebih dari 2.588 Ha sawah di kedua wilayah tersebut mengalami
puso.
produksi
tanaman
Penurunan bahan
makanan (khususnya padi) terjadi di
hampir
seluruh
2007
Lapangan Usaha
wilayah
2008
Tw. II
Tw. III
Tw. IV
Tw. I
Tw.II
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan LGA
16.06
15.89
(16.47)
(0.16)
6.95
2.33
(0.38)
1.80
(1.25)
0.48
1.24
4.05
1.25
(1.04)
0.40
1.78
3.97
1.92
(0.60)
1.41
Bangunan
2.83
4.02
1.99
(1.38)
1.41
PHR Pengangkutan & Komunikasi Keu., Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa
5.70
6.31
(1.18)
(0.48)
2.54
3.72
6.14
5.03
(0.06)
1.25
2.64
1.97
0.99
4.01
0.74
2.16
5.98
4.07
1.74
0.49
kabupaten/kota yang berada di
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
wilayah Sumsel.
Tabel 1.4 Realisasi Luas Tanam (LT) dan Luas Panen (LP) Propinsi Sumatera Selatan (dalam Ha) R EA LISASI
No
K abupaten / K ota LT
2 M usi Banyuasin 3 Banyuasin
Tw II* LP
45
1 Palem bang
SASA R A N
Tw I LT
47
2,583
Juni LP
LT
5
1,868
Tw III LP
38
Tw IV
LT
LP
1,371
4,2 28
LT
LP
86
1,3 02
4,765
22,004
3,952
17,464
4,912
28 4
5,646
8,4 21
35 ,625
5,3 64
29,391
101,004
18,398
33,287
18,732
5,950
2,139
35,274
115,236
2,0 32 14,497
267
2,120
11,632
799
19,514
78
15,260
29,589
1,702
7,958
44,487
33,052
16,008
16,532
1,279
8,875
47,105
49 ,783
8,4 31
24,255
41,916
35,387
18,596
14,438
6,303
18,410
47,334
25 ,773
17,490
7 O gan Kom ering U lu
1,188
5,086
908
3,064
507
16 2
171
1,3 44
8,494
162
8 O KU Selatan
4,050
5,416
5,224
2,513
1,199
1,180
2,987
6,1 02
6,195
2,8 38
9 M uara Enim
4,192
16,262
10,562
7,462
11,429
24 7
4,564
20,891
16 ,411
4,3 36
10 Lahat
6,050
13,932
4,527
5,860
1,919
90 1
7,904
6,1 24
19 ,508
7,5 09
11 M usi R aw as
11,438
20,861
5,609
12,264
3,884
78 7
14,018
9,0 18
21 ,401
13,317
12 Pagar Alam
1,556
1,664
1,278
1,187
468
33 1
1,748
1,6 59
1,679
1,6 61
13 Prabum ulih
0
799
100
430
430
0
58
50 4
1,223
55
948
784
677
669
640
32 7
1,158
1,2 51
623
1,1 00
4 O gan Ilir 5 O gan Kom ering Ilir 6 O KU T im ur
14 Lubuk Linggau 15 Em pat Law ang
5,789
5,763
943
3,473
1,157
1,966
3,193
1,9 95
4,113
3,0 33
Jum lah
101,892
282,145
134,832
123,080
97,629
19,830
87,502
220,83 8
307,852
83,127
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Sumatera Selatan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
19
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Menyikapi turunnya produksi beras pada triwulan II ini, pemerintah daerah c.q Bulog telah menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar 9,30 persen dari Rp4.300/kg menjadi Rp.4.700/kg untuk dapat lebih banyak menyerap beras dari petani. Namun demikian, peningkatan HPP tersebut juga disertai dengan peningkatan kualifikasi beras yang diterima Bulog yakni dengan menurunkan kadar maksimal beras broken menjadi sebesar 15 persen, dan bulir kuning rusak menjadi 3 persen sehingga tetap menyulitkan bagi petani untuk memenuhinya. Berdasarkan hasil SKDU di beberapa sentra beras Sumsel seperti Belitang diperoleh informasi bahwa para petani lebih memilih untuk menjual beras/gabah kepada para tengkulak karena faktor administrasi yang tidak rumit dan dapat segera mendapatkan uang tunai untuk keperluan sehari-hari. Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) pada Tw-II mencatat pertumbuhan triwulanan sebesar 2,54 persen. Periode bulan Juni s.d Juli merupakan puncak dari tingkat hunian hotel di Palembang. Mulai dicairkannya APBD untuk kegiatan rutin dan banyaknya event-event bertaraf nasional maupun internasional seperti Festival Sriwijaya telah mendorong tingkat hunian hotel hingga mencapai 80 persen. Namun demikian, kalangan perhotelan mengemukakan bahwa peningkatan tingkat hunian lebih terkait dengan menggeliatnya aktivitas bisnis, bukan karena Program Visit Musi 2008. Sektor listrik, gas, dan air Grafik 1.10 Perkembangan Konsumsi Listrik Propinsi Sumsel (juta KWH) 6 0 0
bersih serta sektor bangunan samasama mencatat pertumbuhan triwulanan sebesar 1,41 persen. Pertumbuhan sektor
5 0 0 S o s ia l
4 0 0
R u m a h T a n g g a B is n is
3 0 0
In d u s tri P e m e r in t a h
2 0 0 T o ta l
1 0 0
listrik,
gas,
dan
air
disebabkan
karena
kenaikan
T w III 2 0 0 7
T w IV
T w I
kenaikan BBM pada akhir Juni 2008 yang terjadinya
T w II*
2 0 0 8
Sumber : PLN Sumbagsel *) Prediksi
20
harga
komoditas gas (LPG) terkait dengan
komoditas tersebut. T w II
selain
disebabkan karena faktor siklikal juga
menyebabkan
0
bersih
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
kelangkaan
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kondisi sektor bangunan sampai dengan triwulan II 2008 masih cukup baik dengan tingkat penjualan tahunan berkisar 10-20 persen untuk RSH dan sebesar 10 persen untuk Rumah Sederhana. Namun demikian masalah kenaikan harga bahan bangunan, serta kenaikan harga BBM dan kesulitan pengadaan sambungan listrik dan PAM menjadi kendala bagi pengusaha di sektor bangunan. Selain itu, melonjaknya harga tanah sebagai akibat dari kenaikan NJOP yang signifikan turut memberikan andil dalam peningkatan biaya produksi. Grafik 1.11 Perkembangan Konsumsi Semen Propinsi Sumsel
Asosiasi
Semen
Indonesia, 300,000
2008
terjadinya
250,000
226,950
peningkatan penjualan semen
200,000
18.59
diprediksi
sebesar
1,54
persen
(qtq).
Meningkatnya konsumsi semen
Ton
sampai dengan bulan triwulan II
268,073
263,997
perumahan yang tetap tinggi
-
kendati masih terdapat kendalatelah
disampaikan sebelumnya.
25 20
21.49
15 10
100,000 50,000
seperti
271,458
150,000
ini tidak terlepas dari kebutuhan
kendala
275,729
Persen
Berdasarkan data dari
5 1.54 (1.55)
-
(2.75) (5)
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2007 Jumlah (ton)
Tw II* 2008
Pertumbuhan (qtq)
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah
Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sebesar 1,25 persen dibanding triwulan sebelumnya. Peningkatan di sektor ini terutama didorong oleh peningkatan sub sektor komunikasi yang tumbuh sebesar 4,35 persen. Tingkat permintaan masyarakat yang tetap tinggi terhadap jasa komunikasi serta promosi yang gencar dari operator layanan komunikasi dengan perang tarif antar operator diyakini menjadi penyebab tumbuhnya sub sektor ini. Kenaikan harga BBM yang diikuti dengan kenaikan tarif angkutan rata-rata sebesar 25 persen membuat pertumbuhan di sektor transportasi (khususnya transportasi darat) menurun, begitupun halnya dengan transportasi udara yang terpaksa menaikkan harga tiket penerbangan sehingga menyebabkan pertumbuhan di sub sektor transportasi mengalami penurunan sebesar 0,83 persen.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
21
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.12 Perkembangan Penumpang Angkutan Udara Propinsi Sumsel (Jiwa) 39.67
396.98
380
18.83
360
365.27
mengalami
35
424.20 400
tumbuh sebesar 0,74 persen atau
40
375.83
26.60
25 20
21.40 18.40
pertumbuhan
yang tercatat sebesar 4,01 persen.
5
Sektor
-
320 Tw III
Tw IV
2007 Penumpang Domestik
Tw I
triwulanan
dibandingkan triwulan sebelumnya
15 10
340
Tw II
perlambatan
30 Ribu
428.44 420
keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan,
45
440
Ribu
Sektor
TWII
0,49
jasa-jasa, persen
tumbuh sebesar
atau
lebih
rendah
2008
dibanding triwulan sebelumnya yang
Penumpang Internasional
Sumber : PT. Angkasa Pura II Palembang, diolah
tercatat sebesar 1,74 persen.
Di sektor pertambangan dan penggalian, tingginya harga minyak bumi di pasar dunia yang berada pada kisaran di atas USD120/barel (bahkan pada bulan Juni 2008 sempat menembus USD133,93/barel) merupakan satu-satunya insentif bagi sektor ini. Dari sisi produksi, tidak adanya penemuan sumur baru dan juga faktor usia sumur yang ada relatif sudah tua menjadi penyebab produksi minyak mentah tidak mengalami peningkatan yang berarti. Pada triwulan ini sektor pertambangan dan penggalian tercatat mengalami pertumbuhan triwulanan (qtq) sebesar 0,48 persen. Sektor Grafik 1.13 Kontribusi Sektor Ekonomi ADHK 2000 Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008 7 .9 9 % 4 .1 0 %
2 0 .0 6 %
pengolahan
tercatat sebagai sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan terendah pada triwulan II 2008 yakni sebesar 0,40 persen. Tingginya pertumbuhan di sub sektor tanaman
4 .8 1 % 1 3 .9 2 %
industri
perkebunan
yang
mayoritas bahan baku industri pengolahan 2 3 .5 8 %
7 .5 4 % 0 .4 9 %
P e r t a n ia n In d u s tri B angunan A n g k u ta n J a s a - ja s a
di
Sumsel
tidak
menyebabkan
pertumbuhan yang signifikan pada sektor
1 7 .5 1 %
P e rta m b a n g a n LG A PHR Keu. S ew a
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
ini karena terdapatnya beberapa kendala berupa : kenaikan harga BBM, kenaikan harga pupuk (NPK dan Phospat), perda yang
tidak
kondusif
serta
perizinan untuk ekspansi lahan. 22
merupakan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
kesulitan
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
1.3 Perkembangan PDRB dari Sisi Penggunaan Pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumsel secara tahunan (yoy) pada Tw-II masih didominasi oleh konsumsi dan peningkatan ekspor. Pertumbuhan konsumsi tercatat sebesar 7,61 persen (yoy). Pertumbuhan konsumsi rumah tangga, konsumsi swasta nirlaba, serta konsumsi pemerintah masing-masing sebesar 7,04 persen, 8,38 persen dan 12,08 persen. Menurut pangsanya, konsumsi pemerintah tercatat mengalami pertumbuhan yang paling tinggi yang diperkirakan sebagai akibat dari mulai cairnya anggaran belanja pemerintah pada triwulan berjalan. Tabel 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 Menurut Penggunaan Tahun 2007 –2008 (persen) 2007
Penggunaan
II
III
2008 IV
I
II
1. Konsumsi Rumah Tangga
7.99
7.74
6.92
7.36
7.04
2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba
4.40
5.58
7.77
8.36
8.38
3. Konsumsi Pemerintah
5.02
7.21
9.15
9.31
12.08
76.49
45.55
0.16
(0.15)
(14.38)
5. Ekspor Barang dan Jasa
(8.53)
(8.68)
10.60
13.82
11.99
6. Impor Barang dan Jasa
14.86
6.55
8.88
9.67
8.66
TOTAL
5.67
5.46
7.01
8.17
4.97
4. Investasi
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Dari kegiatan perdagangan, ekspor tumbuh sebesar 11,99 persen, melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 13,82 persen. Sementara itu, impor mencatat pertumbuhan tahunan sebesar 8,66 persen, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9,67 persen. Secara triwulanan (qtq) semua komponen tercatat mengalami peningkatan. Komponen yang mengalami pertumbuhan paling tinggi adalah ekspor yang tercatat meningkat sebesar 4,69 persen. Tingginya angka ekspor ini tidak terlepas dari peningkatan kinerja sektor pertanian (terutama sub sektor perkebunan sawit dan karet).
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
23
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Tabel 1.6 Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 Menurut Penggunaan Tahun 2007 – 2008 (persen) 2007
Penggunaan
II
2008
III
IV
I
II
1. Konsumsi Rumah Tangga
2.52
2.61
2.67
(0.60)
2.22
2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba
1.76
2.69
3.76
(0.06)
1.78
3. Konsumsi Pemerintah
1.33
5.04
5.16
(2.34)
3.89
4. Investasi
8.94
11.16
(24.67)
9.47
(6.58)
5. Ekspor Barang dan Jasa
6.41
5.93
2.59
(1.57)
4.69
6. Impor Barang dan Jasa
2.56
2.57
2.06
2.15
1.61
TOTAL
5.22
5.83
(2.48)
(0.40)
2.12
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
1.4. Struktur Ekonomi Berdasarkan kelompok sektor, PDRB Sumsel masih ditopang oleh sektor primer yakni sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa sebesar 43,64 persen. Pangsa sektor primer tersebut sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 43,12 persen. Peningkatan pangsa di sektor primer ini terjadi pada sektor pertanian dari sebesar 19,16 persen menjadi 20,06 persen. Grafik 1.14 Struktur Ekonomi Propinsi Sumatera Selatan
Sektor sekunder mengalami penurunan pangsa menjadi 25,54
50 45
persen dari triwulan sebelumnya yang
40
sebesar 25,89 persen. Penurunan
35
sektor
sekunder
tersebut
disebabkan penurunan pangsa pada sub sektor industri pengolahan dan
persen
30
pangsa
25 20 15 10 5
sektor
bangunan.
Sektor
industri
0 Tw . I 2007
pengolahan mengalami dari
triwulan
penurunan
sebelumnya
yang
T w . II 2 0 0 7
P r im e r
T w . III 2007
T w . IV 2007
Tw . I 2008
S ekunder
T e r s ie r
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
tercatat sebesar 17,81 persen menjadi 17,51 persen. Sektor bangunan mengalami penurunan pangsa menjadi sebesar 7,54 persen dari sebesar 7,60 persen pada triwulan sebelumnya. Sedangkan sektor LGA tercatat tidak mengalami perubahan pangsa yakni tetap sebesar 0,49 persen.
24
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Tabel 1.7 Struktur Ekonomi Sektoral Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2007 – 2008 2007
S e k to r
2008
II
III
IV
I
II
1 . P e rta n ia n
2 0 .3 7 %
2 2 .3 1 %
1 9 .1 1 %
1 9 .1 6 %
2 0 .0 6 %
2 . P e rta m b a n g a n
2 4 .5 9 %
2 3 .1 5 %
2 4 .1 7 %
2 3 .9 6 %
2 3 .5 8 %
4 4 .9 7 %
4 5 .4 6 %
4 3 .2 8 %
4 3 .1 2 %
4 3 .6 4 %
1 7 .5 6 %
1 7 .2 6 %
1 7 .9 2 %
1 7 .8 1 %
1 7 .5 1 %
4 . Listrik , G a s, A ir
0 .4 8 %
0 .4 7 %
0 .4 9 %
0 .4 9 %
0 .4 9 %
5. Bangunan
7 .4 6 %
7 .3 4 %
7 .6 7 %
7 .6 0 %
7 .5 4 %
2 5 .5 0 %
2 5 .0 7 %
2 6 .0 9 %
2 5 .8 9 %
2 5 .5 4 %
S e k to r P rim e r 3 . In d u stri
S e k to r S e k u n d e r
1 3 .6 3 %
1 3 .6 9 %
1 3 .8 7 %
1 3 .8 6 %
1 3 .9 2 %
7 . P e n g a n g k u ta n
4 .4 8 %
4 .4 9 %
4 .8 3 %
4 .8 5 %
4 .8 1 %
8. Keuangan
3 .9 9 %
3 .8 5 %
3 .9 8 %
4 .1 6 %
4 .1 0 %
9 . Ja sa -Ja sa
7 .4 4 %
7 .4 5 %
7 .9 5 %
8 .1 2 %
7 .9 9 %
S e k to r T e rsie r
2 9 .5 3 %
2 9 .4 7 %
3 0 .6 4 %
3 0 .9 9 %
3 0 .8 2 %
T o t a l
100%
100%
100%
100%
100%
6 . P e rd a g a n g a n
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
Pangsa sektor tersier menurun dari sebesar 30,99 persen pada triwulan sebelumnya menjadi 30,82 persen. Hal tersebut disebabkan karena terjadinya penurunan pangsa dari seluruh sub sektor pada sektor ini, kecuali sub sektor PHR yang tumbuh menjadi 13,92 persen dari triwulan sebelumnya yang sebesar 13,86 persen. Dari sisi penggunaan, secara struktural konsumsi masih memperlihatkan peran yang sangat dominan pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Selatan pada Tw-II 2008. Kontribusi konsumsi pada Tw-II yang mencapai 68,76 persen sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 68,57 persen. Kontribusi konsumsi rumah tangga tercatat sebesar 59,82 persen, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 59,76 persen terkait dengan peningkatan harga-harga barang konsumsi. Demikian pula dengan konsumsi pemerintah yang meningkat menjadi sebesar 7,81 persen dari sebesar 7,68 persen pada triwulan sebelumnya seiring dengan siklus realisasi anggaran pemerintah sebagai stimulus fiskal. Adapun konsumsi swasta nirlaba tidak mengalami perubahan pangsa dari triwulan sebelumnya.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
25
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Tabel 1.8 Struktur Ekonomi Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2007 – 2008 2007
Penggunaan
2008
II
III
IV
I. Komponen Internal
86.15%
85.23%
84.31%
85.58% 84.32%
a. Komponen Konsumsi
67.08%
65.20%
68.84%
68.57% 68.76%
58.66%
56.87%
59.88%
59.76% 59.82%
1.10%
1.07%
1.14%
1. Konsumsi Rumah Tangga 2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 3. Konsumsi Pemerintah
I
II
1.14%
1.14%
7.68%
7.81%
7.31%
7.26%
7.83%
b. Investasi
19.07%
20.03%
15.47%
17.01% 15.56%
II. Komponen Eksternal
13.85%
14.77%
15.69%
14.42% 15.68%
a. Ekspor Barang dan Jasa
42.35%
42.39%
44.59%
44.07% 45.18%
b. Impor Barang dan Jasa
28.50%
27.62%
28.91%
29.65% 29.50%
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Pangsa investasi pada triwulan ini tercatat menurun apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun tahun sebelumnya, penurunan pangsa investasi tidak terlepas dari kontraksi pertumbuhan yang terjadi sebagai akibat dari kondisi infrastruktur yang dipandang masih menjadi kendala bagi pengembangan usaha.
1.5. Perkembangan Ekspor Impor 1.5.1. Perkembangan Ekspor Ekspor Sumsel pada Tw-II 2008 (data hingga Mei 2008) tercatat sebesar USD 464,65 juta atau menurun sebesar 26,58 persen dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya yang sebesar USD632,90 juta. Sementara dibanding triwulan sebelumnya, ekspor pada Tw-II menurun sebesar 39,87 persen (qtq) dari sebesar USD772,80 juta. Berdasarkan komoditasnya, pangsa nilai ekspor terbesar dicapai oleh karet yakni sebesar 82,73 persen kemudian diikuti oleh komoditas sawit sebesar 13,44 persen. Tabel 1.9 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Propinsi Sumatera Selatan (USD) Total Ekspor Karet Batubara Sawit Lain-lain
Tw II 07 Tw III 07 Tw IV 07 Tw I 08 Tw II 08 632,898,254 648,583,422 727,180,190 772,802,373 464,650,483 351,773,134 407,154,547 358,308,018 445,838,259 348,419,834 3,677,773 8,163,435 9,233,233 6,952,998 9,350,431 101,583,724 56,559,220 148,016,517 247,905,355 62,436,599 175,863,623 176,706,220 211,622,422 72,105,761 44,443,619 Sumber : DSM Bank Indonesia
26
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Berdasarkan volume, ekspor pada Tw-II tercatat sebesar 437.592 ton atau menurun sebesar 59,21 persen dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar 1.072.704 ton atau menurun sebesar 50,51 persen dibanding triwulan sebelumnya (qtq) yang sebesar 884.284 ton.
700 Juta
600 500 400
772.80 727.18 30.01 648.58 26.76 632.90 3.81 2.48 12.12 464.65 (12.50) 6.27 (15.02)
100 Tw II Tw III Tw IV Tw I 2007
1,072.70 884.28 943.00 1,000 39.55 860.03 15.04 800 (2.16) 1.20 1.85 2.82
10 -
(10)
600 (12.09) (8.80)
(20)
400
(26.58) (30) (40)
200
(50)
0
(39.87)
0
1,200
30 20
300 200
40
Ribu
800
Persen
900
Grafik 1.16 Perkembangan Volume Ekspor Propinsi Sumatera Selatan
Tw II
Tw II
2008
Tw III Tw IV 2007
Nilai Ekspor (USD) Pertumbuhan Triwulanan (qtq) Pertumbuhan Tahunan (yoy)
Sumber : DSM Bank Indonesia
50 40 30 20 10 (10) 437.59 (20) (30) (40) (50) (50.51) (60) (59.21) (70) Tw I Tw II
Persen
Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Ekspor Propinsi Sumatera Selatan
2008
Volume Ekspor (Kg) Pertumbuhan Triwulanan (qtq) Pertumbuhan Tahunan (yoy)
Sumber : DSM Bank Indonesia
Grafik 1.17 Perkembangan Ekspor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan
Grafik 1.18 Pangsa Ekspor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Tw II 2008
900 800
US $ Juta
700 600 500 400
329.22
100 0
Lainnya 49.40%
369.57 377.62 147.30 232.17 229.53
300 200
356.48
64.79 124.52 119.49 147.23 57.58 43.98 25.89 32.40 112.91 119.08 103.43 126.58 126.34 Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2007 USA
Malaysia
Tw II
2008 China
Sumber : DSM Bank Indonesia
China 13.94%
Malaysia 9.46%
USA 27.19%
Lainnya
Sumber : DSM Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
27
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Harga komoditas karet dan sawit di pasar dunia yang masih tetap tinggi diharapkan menjadi pendukung tingginya kinerja komoditas primadona Sumsel pada saat-saat mendatang. Dengan memperhatikan kinerja beberapa komoditas unggulan Sumsel dan trend harga komoditas unggulan Sumsel di pasar dunia diprediksikan kinerja ekspor Sumsel pada triwulan ini sampai dengan Juni 2008 akan meningkat. Jika dilihat berdasarkan negara tujuan ekspor, Amerika Serikat merupakan negara tujuan utama ekspor Sumatera Selatan dengan pangsa terbesar 27,19 persen, diikuti oleh China sebesar 13,94 persen dan Malaysia sebesar 9,46 persen.
1.5.2. Perkembangan Impor Realisasi impor tercatat sebesar USD36,83 juta, meningkat sebesar 30,15 persen dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar USD28,30 juta, namun tercatat menurun sebesar 21,99 persen dibanding triwulan sebelumnya (qtq) yang tercatat sebesar USD47,22 juta. Penurunan nilai impor secara triwulanan ini terkait dengan penurunan penggunaan komponen impor terutama mesin, perlengkapan transportasi, bahan baku industri dan produk industri.
Grafik 1.19 Perkembangan Nilai Impor Propinsi Sumatera Selatan
47.22
Juta
50 30 20 10 0
36.83 84.36
2008
Nilai Im por (USD) Pertum buhan Triwulanan (qtq) Pertum buhan Tahunan (yoy)
Sumber : DSM Bank Indonesia
28
150
100
100
80
50
25.61 28.30 (28.73) 30.15 20.29 (67.67) (68.13) (21.99) (50) (27.90) (64.59) (100) Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II 2007
80 70 60 67.49 82.69 50 40 72.22 30 19.27 20 63.01 10 (5.39) 14.63 (10) (34.55) 8.64 (20) (45.74) (26.77) (30) (21.64) (40) (30.60) (50) (60) Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II 105.53
155.53
40
120
60 40 20 0
98.62
Persen
60
200
72.32
Ribu
70
Persen
80
Grafik 1.20 Perkembangan Volume Impor Propinsi Sumatera Selatan
2007
2008
Volum e Im por (Kg) Pertum buhan Triwulanan (qtq) Pertum buhan Tahunan (yoy)
Sumber : DSM Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Berdasarkan negara asal, pangsa impor Sumsel terbesar pada triwulan ini berasal dari negara China yakni sebesar 22,90 persen, diikuti oleh Malaysia sebesar 18,94 persen, Australia sebesar 12,53 persen, dan Amerika Serikat sebesar 9,76 persen. Grafik 1.21 Perkembangan Impor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal
Grafik 1.22 Pangsa Impor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Tw II 2008
80 70
USD Juta
60 50
45.65
40
21.87 13.21
30 20
14.64
10
2.78 7.16 2.17 1.55
0
Tw II
3.60
4.27 3.76 Tw III
Tw IV
15.04
2007 USA
2.42 7.57
9.06 2.80 4.68 4.47 4.60
Malaysia
China
9.93 5.43 Tw I
Lainnya 35.87%
Australia 12.53%
4.61 8.44 6.98 3.60 Tw II
China 22.90%
Malaysia 18.94%
USA 9.76%
2008 Australia
Sumber : DSM Bank Indonesia
Lainnya
Sumber : DSM Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
29
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Suplemen 2
OPTIMISME KEYAKINAN KONSUMEN PALEMBANG SEMAKIN MENURUN I. Perkembangan Umum Tingkat
Keyakinan
Konsumen Palembang selama triwulan II – 2008 secara umum
menurun dibandingkan dengan triwulan I - 2008. Rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan II - 2008 tercatat sebesar 86.09 atau menurun dari triwulan sebelumnya yang mencapai 101.83, sedangkan rata-rata Indeks Keyakinan Ekonomi Saat ini (IKESI) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) masing-masing tercatat sebesar 86.89 dan 85.30, menurun dari triwulan sebelumnya yang mencapai 96.26 dan 107.41. Dibandingkan dengan indeks triwulan yang sama tahun 2007, IKK, IKESI, dan IEK juga mengalami penurunan. Grafik 1 IKK, IKESI, IEK periode 2007-2008 Optimis
140 120
Indeks
100 80
Pesimis
60 40 20
2007
Juni
Mei
Apr
Mar
Feb
Jan
Des
Nov
Okt
Sep
Agust
Juli
Juni
-
2008
IKK
IKE
IEK
Selama triwulan II - 2008, beberapa hal yang menjadi concern bagi konsumen Palembang antara lain; tingkat penghasilan, ketersediaan tenaga kerja, serta perkiraan harga barang dan jasa (lihat grafik 2). Grafik 2 Pembentuk Keyakinan Konsumen periode 2007-2008 Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yang lalu Ekspektasi penghasilan 6 bulan yad
Optimis
160 140 120
Indeks
100
Ketersediaan lapangan kerja saat ini
80
Pesimis
60
Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yad
40 20
2007
30
Juni
Mei
Apr
Mar
Feb
Jan
Des
Nov
Okt
Sep
Agust
Juli
Juni
0
Ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama Kondisi ekonomi 6 bulan yad
2008
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
II. Keyakinan Konsumen Bulan April 2008 IKK pada bulan April mencapai 87.11, sedangkan IKESI dan IEK masing-masing 83.67 dan 90.56. Indeks Penghasilan Saat Ini dibandingkan dengan 6 bulan yang lalu sebesar 109.33, Indeks Ekspektasi Penghasilan 6 bulan Yang Akan Datang sebesar 123.33, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini sebesar 53.33, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja 6 bulan Yang Akan Datang sebesar 73.67, Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama sebesar 88.33, dan Indeks Kondisi Ekonomi 6 bulan Yang Akan Datang sebesar 74.67. 2.1 Pendapat Responden terhadap Kondisi Ekonomi Sebanyak 64.67 persen responden berpendapat bahwa kondisi ekonomi saat ini lebih buruk dibandingkan dengan kondisi 6 bulan yang lalu, 27.33 persen berpendapat kondisi ekonomi saat ini sama dengan kondisi 6 bulan yang lalu, dan hanya 8.00 persen yang berpendapat kondisi ekonomi saat ini lebih baik. Dengan demikian, menurut sebagian besar responden kondisi ekonomi pada bulan April ini lebih buruk dibandingkan 6 bulan yang lalu (lihat Tabel 1). Tabel 1 Pendapat Konsumen Terhadap Kondisi Ekonomi Saat Ini Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Kondisi Ekonomi Saat Ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan Rp 1juta-Rp3 Juta Rp3-5 juta >Rp 5 juta Jumlah Responden
Lebih Baik
Sama
Lebih Buruk
Jumlah Responden
19 3 2 24
63 13 6 82
149 40 5 194
231 56 13 300
2.2 Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja Indeks ketersediaan lapangan pekerjaan merupakan indeks yang terendah yakni sebesar 53.33. Sebagian besar responden atau sekitar 60 persen berpendapat bahwa ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini lebih buruk daripada kondisi enam bulan yang lalu. Sementara itu, jumlah responden yang berpendapat ketersediaan lapangan pekerjaan sama seperti 6 bulan silam sebanyak 26.67 persen, sedangkan yang berpendapat lebih baik sebanyak 13.33 persen. Indeks ketersediaan lapangan kerja dalam satu tahun terakhir selalu berada dalam level pesimis. Hal ini menunjukkan bahwa masalah ketenagakerjaan merupakan bidang yang mendapatkan perhatian serius di mata konsumen (lihat Tabel 2).
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
31
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Tabel 2 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan saat ini dibanding 6 bulan yang lalu
Pengeluaran per Bulan
Jumlah
Lebih Baik
Sama
Lebih Buruk
Rp 1juta-Rp3 Juta
32
59
140
231
Rp3-5 juta
6
15
35
56
>Rp 5 juta
2
6
5
13
Jumlah Responden
40
80
180
300
Responden
2.3 Pendapat Responden terhadap Penghasilan Sebanyak 57.33 persen responden berpendapat bahwa penghasilan mereka cenderung tetap dibandingkan 6 bulan yang lalu. Sementara 26.00 persen berpendapat lebih baik, sedangkan yang menyatakan lebih buruk sebanyak 16.67 persen. Berdasarkan informasi tersebut, maka sebagian besar penghasilan responden diperkirakan tidak mengalami perubahan dibandingkan penghasilan 6 bulan yang lalu (lihat Tabel 3). Tabel 3 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Penghasilan Saat ini dibanding 6 Pengeluaran per Bulan
bulan yang lalu Lebih Baik
Sama
Lebih
Jumlah
Buruk
Responden
Rp 1juta-Rp3 Juta
61
132
38
231
Rp3-5 juta
12
33
11
56
>Rp 5 juta
5
7
1
13
Jumlah Responden
78
172
50
300
2.4 Perkiraan Perkembangan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Mendatang Harga barang/jasa pada 3 bulan yang akan datang diperkirakan akan mengalami peningkatan. Hal tersebut tercermin dari 86.00 persen responden yang berpendapat bahwa harga barang dan jasa pada tiga bulan mendatang akan mengalami kenaikan, responden yang berpendapat akan stabil sebanyak 13.00 persen, sedangkan hanya 1.00 persen yang berpendapat akan terjadi penurunan (lihat Tabel 4).
32
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Tabel 4 Pendapat Konsumen Terhadap Perkiraan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Yang Akan Datang Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Perkiraan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Yang Akan Datang Pengeluaran per Bulan Rp 1juta-Rp3 Juta Rp3-5 juta >Rp 5 juta Jumlah Responden
Naik
Tetap
Turun
Jumlah Responden
196 49 13 258
33 6 0 39
2 1 0 3
231 56 13 300
III. Keyakinan Konsumen Bulan Mei 2008 IKK pada bulan Mei mencapai 91.22, sedangkan IKESI dan IEK masing-masing 93 dan 89.44. Indeks Penghasilan Saat Ini dibandingkan dengan 6 bulan yang lalu sebesar 122.67, Indeks Ekspektasi Penghasilan 6 bulan Yang Akan Datang sebesar 121, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini sebesar 63.33, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja 6 bulan Yang Akan Datang sebesar 76.33, Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama sebesar 93, dan Indeks Kondisi Ekonomi 6 bulan Yang Akan Datang sebesar 71. 3.1 Pendapat Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Sebanyak 60.67 persen responden berpendapat bahwa kondisi ekonomi saat ini lebih buruk dibandingkan dengan kondisi 6 bulan yang lalu, 31 persen berpendapat kondisi ekonomi saat ini sama dengan kondisi 6 bulan yang lalu, dan hanya 8.33 persen yang berpendapat kondisi ekonomi lebih baik. Dengan demikian, menurut sebagian besar responden kondisi ekonomi pada bulan Mei ini lebih buruk dibandingkan 6 bulan yang lalu (lihat Tabel 5). Tabel 5 Pendapat Konsumen Terhadap Kondisi Ekonomi Saat Ini Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Kondisi Ekonomi Saat Ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan Lebih Lebih Jumlah Sama Baik Buruk Responden Rp 1juta-Rp3 Juta 13 68 142 223 Rp3-5 juta 7 19 37 63 >Rp 5 juta 5 6 3 14 Jumlah Responden 25 93 182 300
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
33
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
3.2 Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja Indeks ketersediaan lapangan pekerjaan merupakan indeks yang terendah yakni sebesar 63.33. Sebagian besar atau sekitar 52 persen responden berpendapat bahwa ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini lebih buruk daripada kondisi enam bulan yang lalu. Sementara itu, jumlah responden yang berpendapat ketersediaan lapangan pekerjaan sama seperti 6 bulan silam sebanyak 32.67 persen, sedangkan yang berpendapat lebih baik hanya 15.33 persen. Indeks ketersediaan lapangan kerja dalam satu tahun terakhir selalu berada dalam level pesimis atau dengan kata lain permasalahan ketenagakerjaan belum mengalami perbaikan(lihat Tabel 6). Tabel 6 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan saat ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan Lebih Lebih Jumlah Sama Baik Buruk Responden Rp 1juta-Rp3 Juta Rp3-5 juta >Rp 5 juta Jumlah Responden
28 12 6 46
73 21 4 98
122 30 4 156
223 63 14 300
3.3 Pendapat Responden terhadap Penghasilan Sebanyak 56 persen responden berpendapat bahwa penghasilan mereka cenderung tetap dibandingkan 6 bulan yang lalu. Sementara 33.33 persen berpendapat lebih baik, dan yang menyatakan lebih buruk sebanyak 10.67 persen. Dengan demikian, maka sebagian besar responden penghasilannya tidak mengalami perubahan dibandingkan penghasilan 6 bulan yang lalu (lihat Tabel 7). Tabel 7 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Penghasilan Saat ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan Lebih Lebih Jumlah Sama Baik Buruk Responden Rp 1juta-Rp3 Juta 67 129 27 223 Rp3-5 juta 23 36 4 63 >Rp 5 juta 10 3 1 14 Jumlah Responden 100 168 32 300
34
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
3.4 Perkiraan Perkembangan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Mendatang Harga barang/jasa pada 3 bulan yang akan datang diperkirakan akan mengalami peningkatan. Hal tersebut tercermin dari 84.33 persen responden berpendapat bahwa harga barang dan jasa pada tiga bulan mendatang akan mengalami kenaikan, sebanyak 14.33 persen responden berpendapat akan stabil, dan hanya 1.33 persen yang berpendapat akan terjadi penurunan (lihat Tabel 8). Tabel 8 Pendapat Konsumen Terhadap Perkiraan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Yang Akan Datang Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Prakiraan Harga Barang/Jasa Secara Umum pada 3 bulan yang akan datang Pengeluaran per Bulan Naik Tetap Turun Jumlah Responden Rp 1juta-Rp3 Juta Rp3-5 juta >Rp 5 juta Jumlah Responden
188 54 11 253
31 9 3 43
4 0 0 4
223 63 14 300
IV. Keyakinan Konsumen Bulan Juni 2008 IKK pada bulan Juni tercatat sebesar 79.94, sedangkan IKESI dan IEK masing-masing 84 dan 75.89. Indeks Penghasilan Saat Ini dibandingkan dengan 6 bulan yang lalu sebesar 108.67, Indeks Ekspektasi Penghasilan 6 bulan Yang Akan Datang sebesar 114, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini sebesar 54.67, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja 6 bulan Yang Akan Datang sebesar 65.33, Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama sebesar 88.67, dan Indeks Kondisi Ekonomi 6 bulan Yang Akan Datang sebesar 48.33. 4.1 Pendapat Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Sebanyak 69.33 persen responden berpendapat bahwa kondisi ekonomi saat ini lebih buruk dibandingkan dengan kondisi 6 bulan yang lalu, 25.67 persen berpendapat kondisi ekonomi saat ini sama dengan kondisi 6 bulan yang lalu, dan hanya 5 persen yang berpendapat kondisi ekonomi lebih baik. Dengan demikian, pendapat konsumen tentang buruknya kondisi perkonomian belum mengalami perubahan selama triwulan II - 2008 bahkan terus mengalami penurunan (lihat Tabel 9).
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
35
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Tabel 9 Pendapat Konsumen Terhadap Kondisi Ekonomi Saat Ini Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Kondisi Ekonomi Saat Ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan Jumlah Lebih Baik Sama Lebih Buruk Responden Rp 1juta-Rp3 Juta 7 58 148 213 Rp3-5 juta 6 14 47 67 >Rp 5 juta 2 5 13 20 Jumlah Responden 15 77 208 300
4.2 Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja Sebagian besar atau sekitar 58.67 persen responden berpendapat bahwa ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini lebih buruk daripada kondisi enam bulan yang lalu. Sementara itu, jumlah responden yang berpendapat ketersediaan lapangan pekerjaan sama seperti 6 bulan silam sebanyak 28 persen, sedangkan yang berpendapat lebih baik hanya 13.33 persen. Indeks ketersediaan lapangan kerja dalam satu tahun terakhir selalu berada dalam level pesimis. Tidak berbeda dengan pendapat konsumen terhadap kondisi perekonomian, kondisi ketenagakerjaan pun dinilai tidak mengalami perbaikan menurut sebagian besar konsumen sepanjang triwulan II – 2008 (lihat Tabel 10). Tabel 10 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan saat ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan Jumlah Lebih Baik Sama Lebih Buruk Responden Rp 1juta-Rp3 Juta 31 58 124 213 Rp3-5 juta 8 23 36 67 >Rp 5 juta 1 3 16 20 Jumlah Responden 40 84 176 300
4.3 Pendapat Responden terhadap Penghasilan Sebanyak 63.33 persen responden berpendapat bahwa penghasilan mereka cenderung tetap dibandingkan 6 bulan yang lalu. Sementara 22.67 persen berpendapat lebih baik, dan yang menyatakan lebih buruk sebanyak 14 persen. Berdasarkan informasi tersebut, maka sebagian besar responden penghasilannya tidak mengalami perubahan atau dengan kata lain konstan (lihat Tabel 11).
36
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Tabel 11 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Penghasilan Saat ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan Jumlah Lebih Baik Sama Lebih Buruk Responden Rp 1juta-Rp3 Juta 42 144 27 213 Rp3-5 juta 22 34 11 67 >Rp 5 juta 4 12 4 20 Jumlah Responden 68 190 42 300
4.4 Prakiraan Perkembangan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Mendatang Harga barang/jasa pada 3 bulan mendatang diperkirakan akan mengalami peningkatan oleh sebagian besar konsumen. Hal tersebut tercermin dari 87.67 persen responden berpendapat bahwa harga barang dan jasa pada tiga bulan mendatang akan mengalami kenaikan dan sebanyak 12.33 persen responden berpendapat akan stabil (lihat Tabel 12). Tabel 12 Pendapat Konsumen Terhadap Perkiraan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Mendatang Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Prakiraan Harga Barang/Jasa Secara Umum pada 3 bulan yang akan datang Pengeluaran per Bulan Jumlah Naik Tetap Turun Responden Rp 1juta-Rp3 Juta 185 28 0 213 Rp3-5 juta 60 7 0 67 >Rp 5 juta 18 2 0 20 Jumlah Responden 263 37 0 300
Tabel 13 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Palembang 2007 IKK IKESI IEK
2008
Juni
Juli
Agust
Sep
Okt
98.06 90.00 106.11
109.72 99.89 119.56
113.78 102.11 125.44
108.67 97.89 119.44
108.72 103.44 114.00
Nov 115.39 110.67 120.11
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
112.06 109.56 114.56
106.89 101.67 112.11
99.72 94.67 104.78
98.89 92.44 105.33
87.11 83.67 90.56
91.22 93.00 89.44
79.94 84.00 75.89
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
37
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
38
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan inflasi Palembang
PERKEMBANGAN INFLASI PALEMBANG
2
Sejak 1 Juli 2008 penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Indonesia menggunakan tahun dasar 2007 (sebelumnya tahun dasar 2002) yang didasarkan pada hasil Survei Biaya Hidup (SBH) 2007. Cakupan kota bertambah dari 45 kota menjadi 66 kota. Paket komoditas secara nasional naik dari 744 pada tahun 2002 menjadi 774 di tahun 2007, sementara paket komoditas untuk kota Palembang juga bertambah dari 314 komoditas menjadi 360 komoditas.
2.1. Inflasi Tahunan (yoy) Inflasi tahunan kota Palembang pada Triwulan II 2008 (Tw-II) mencapai 13,96 persen (yoy), meningkat apabila dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yang mencapai 10,87 persen.
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Palembang
Berdasarkan kelompok barang, pada Tw-II ini inflasi tahunan tertinggi terjadi pada bahan makanan yakni
16
sebesar 24,76 persen, diikuti oleh
14
kelompok
17,43
12
persen, kelompok makanan jadi sebesar
10
sandang
sebesar
13.96
10.87
persen,
dan
kelompok
Persen
12,73
9.24 6.82
persen.
6
Kelompok pendidikan, rekreasi dan
4
olahraga mencatat laju inflasi sebesar
2
perumahan
10,37 sebesar
sebesar
persen, 9,49
11,19
kelompok
kesehatan
persen,
sedangkan
kelompok transportasi tercatat sebesar 6,69 persen.
8.20
8
Tw II
Tw III
Tw IV
2007
Tw I
Tw II* 2008
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan *) Tahun Dasar 2007 = 100
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
39
Perkembangan Inflasi Palembang
Grafik 2.2 Inflasi Tahunan (yoy) Kota Palembang per Kelompok Pengeluaran Triwulan II 2008 UMUM 30
BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI
24.76 25
Persen
20 15 10
17.43 13.96
12.73
PERUMAHAN SANDANG
11.19
9.49 10.37
KESEHATAN 6.69
PENDIDIKAN
5
TRANSPORTASI 0
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
Penyebab inflasi di kelompok bahan makanan diyakini sangat dipengaruhi antara lain karena tingginya inflasi pada sub kelompok kacang-kacangan, sub kelompok minyak dan sub kelompok padi-padian, umbi-umbian & hasilnya. Penyebab tingginya inflasi pada sub kelompok kacang-kacangan tidak terlepas dari peningkatan harga kacang kedelai yang signifikan di pasar dunia. Pada triwulan ini rata-rata harga kacang kedelai di pasar internasional mencapai USD13,59/bushel atau naik sebesar 82,90 persen dari rata-rata harga kedelai pada periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Seperti halnya perkembangan harga kacang kedelai, perkembangan harga bahan makanan lainnya yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan harga internasional seperti beras dan terigu pun tercatat mengalami perkembangan yang sama. Rata-rata harga beras tercatat mengalami peningkatan sebesar 81,69 persen dibandingkan tahun lalu dari sebesar USD314,68/MT (metric ton) menjadi USD571,74/MT. Begitupun peningkatan harga terigu di pasar internasional yang naik lebih dari 70 persen dari sebesar USD4,83/bushel menjadi USD8,29/bushel. Namun demikian apabila dibandingkan dengan peningkatan harga tahunan pada triwulan sebelumnya, laju peningkatan harga terigu pada triwulan II mengalami penurunan. Selain dipengaruhi oleh perkembangan harga beberapa sub kelompok di atas, persistennya kenaikan harga CPO dunia merupakan salah satu penyumbang tingginya inflasi tahunan pada triwulan II 2008.
40
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan inflasi Palembang
8.29
10.17
5.43
2
70.41
71.80
21.22 10.33
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2007
US$ / Bushel
314.68 330.41
300
40
200
20
100
-
-
363.99 21.89
9.18
Tw II
12.18
Tw III
12.18
Tw IV
Tw I
2007
(yoy)
571.74
325.25
2008
Harga Beras (axis kiri)
(yoy)
Sumber : Bloomberg, diolah
Grafik 2.5 Perkembangan Harga Kedelai di Pasar Internasional
Grafik 2.6 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional
81.21
82.90
66.06
12
50.98 7.43
12.77
13.59
Tw I
Tw II
10.23
6
8.27 31.15
2 Tw II
Tw III
Tw IV
2007
2008
HargaKedelai (axis kiri) Sumber : Bloomberg, diolah
(yoy)
90 80 70 60 50 40 30 20 10 -
1,000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 -
90 80 70 60 50 40 30 20 10 -
Tw II
Sumber : Bloomberg, diolah
14
4
60
400
2008
16
8
500
Tw II
Harga Terigu (axis kiri)
10
100 80
4.83
4
600
US$ / Oz
6
120
81.69
Persen
8.17
8
700
Persen
US$ / Bushel
10
140
US$ / MT
124.12
Persen
12
Grafik 2.4 Perkembangan Harga Beras di Pasar Internasional
42.23
897.30 45 40 681.70 790.07 924.95 35 667.58 34.41 30 25 28.56 20 9.78 15 6.46 10 5 Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II 2007
Persen
Grafik 2.3 Perkembangan Harga Terigu di Pasar Internasional
2008
HargaEmas (axis kiri)
(yoy)
Sumber : Bloomberg, diolah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
41
Perkembangan Inflasi Palembang
Tidak berbeda dengan kelompok bahan makanan yang mengalami inflasi tahunan sebesar 24,76 persen, inflasi tahunan kelompok sandang sebesar 17,43 persen lebih banyak dipengaruhi oleh peningkatan harga emas di pasar internasional yang mencapai 34,41 persen sehingga menyebabkan sub sektor barang pribadi dan sandang lainnya mengalami inflasi yang cukup tinggi. Seiring dengan inflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau pun mengalami inflasi yang cukup tinggi yakni sebesar 12,73 persen. Sub sektor makanan jadi yang banyak dipengaruhi oleh pergerakan harga terigu sebagai bahan dasarnya diperkirakan menyumbang inflasi yang cukup tinggi di sektor ini. Selain itu, peningkatan harga BBM pada bulan Mei 2008 secara tidak langsung meningkatkan pula inflasi pada sub sektor minuman yang tidak beralkohol terutama karena meningkatnya ongkos transportasi yang digunakan untuk pengiriman barang sampai ke tempat tujuan. Grafik 2.7 Perkembangan Inflasi Tahunan per Kelompok Barang dan Jasa di Palembang 30
25
Persen
20
15
10
5
0 Tw III 07
Bahan makanan Kesehatan
Tw IV 07
Makanan jadi Pendidikan
Tw I 08
Perumahan Transpor
Tw II 08*
Sandang
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan *) Tahun Dasar 2007 = 100
42
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan inflasi Palembang
Kenaikan harga BBM yang ditetapkan pemerintah pada akhir bulan Mei 2008 lalu secara langsung telah meningkatkan inflasi terutama pada sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air pada kelompok perumahan, air, listrik & bahan bakar. Laju inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik & bahan bakar tercatat sebesar 11,19 persen. Inflasi yang terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga sebesar 10,37 persen diperkirakan masih disebabkan oleh sub kelompok jasa pendidikan dan kursuskursus pelatihan yang mengalami peningkatan jumlah konsumsi yang cukup tinggi. Adapun sub sektor olahraga diperkirakan tidak mengalami peningkatan inflasi yang begitu tinggi. Kelompok kesehatan dan kelompok transportasi & komunikasi tercatat mengalami inflasi tahunan paling rendah pada triwulan ini, yakni masing-masing hanya mencatat inflasi sebesar 9,49 persen dan 6,69 persen. Inflasi pada kelompok kesehatan diperkirakan terutama didorong oleh sub sektor jasa kesehatan dan sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika. Sedangkan penyumbang utama di sektor transportasi dan komunikasi adalah karena meningkatnya harga BBM yang menyebabkan meningkatnya tarif angkutan/transportasi dengan rata-rata sebesar 25 persen.
2.2. Inflasi Bulanan (mtm) Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Palembang
secara
bulanan (mtm) pada bulan Juni 2008 tercatat sebesar 3,41 persen. Inflasi
4.00
bulanan
3.50
yang
3.00
terjadi pada kelompok transportasi
2.50
inflasi pada kelompok ini terkait
1.00
dengan kenaikan harga BBM yang
0.50
kenaikan tarif angkutan sebesar 25 persen.
2007
May
Jun*
Apr
bulan Mei 2008 yang diikuti dengan
0.76
Mar
ditetapkan pemerintah pada akhir
1.56
1.50
Jan
inflasi sebesar 8,99 persen. Tingginya
2.00
Feb
mengalami
Des
yang
3.41
Okt
komunikasi
inflasi
Nov
dan
oleh
terutama
Persen
disumbangkan
terjadi
Sept
yang
Aug
Palembang
Jul
Kota
Jun
Inflasi
2008
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan *) Tahun Dasar 2007 = 100
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
43
Perkembangan Inflasi Palembang
Kelompok bahan makanan tercatat menyumbang inflasi terbesar kedua dengan inflasi sebesar 3,09 persen. Inflasi yang terjadi pada kelompok ini terutama disumbangkan oleh komoditas beras dan kacang panjang yang memberikan andil inflasi masing-masing sebesar 0,33 persen dan 0,08 persen. Kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar tercatat mengalami inflasi sebesar 3,08 persen terkait dengan kenaikan harga BBM. Komoditas bensin dan komoditas bahan bakar rumah tangga tercatat memberikan sumbangan inflasi masing-masing sebesar 0,59 persen dan 0,09 persen. Selain itu, kelompok kesehatan mencatat laju inflasi bulanan sebesar 3,07 persen. Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) per Kelompok Barang dan Jasa di Palembang
Persen
18 16 14 12 10 8 6 4 2 (2) (4)
Jun
Jul
Aug
Sept
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
2007 Bahan Makanan Kesehatan
Mar
Apr
May
Jun*
2008 Makanan Jadi Pendidikan
Perum ahan Transportasi
Sandang
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan *) Tahun Dasar 2007 = 100
Selain dari keempat kelompok tersebut, kelompok lainnya hanya mengalami inflasi bulanan dibawah satu persen. Kelompok pendidikan, rekreasi & olah raga tercatat mengalami inflasi bulanan sebesar 0,99 persen, sedangkan kelompok sandang mencatat inflasi bulanan sebesar 0,73 persen. Sementara itu, kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau tercatat mengalami inflasi bulanan yang paling rendah yakni hanya sebesar 0,46 persen dengan komoditas nasi sebagai penyumbang tertinggi dengan andil sebesar 0,05 persen.
44
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan inflasi Palembang
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tabel 2.1. Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan (mtm) Tertinggi di Kota Palembang Triwulan II 2008 Komoditas Sumbangan Inflasi (%) Angkutan dalam kota 0,84 Bensin 0,59 Beras 0,33 Bahan Bakar Rumah Tangga 0,09 Kacang Panjang 0,08 Batu Bata 0,07 Besi Beton 0,06 Angkutan Antar Kota 0,06 Semen 0,06 Surat Kabar Harian 0,05 Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
Secara garis besar inflasi yang terjadi pada bulan Juni 2008 (triwulan II 2008) lebih disebabkan karena kenaikan harga BBM yang ditetapkan pemerintah pada akhir bulan Mei 2008. Grafik 2.10 Event Analysis Inflasi Kota Palembang 2007-2008
Persen
3
2
kenaikan biaya tempat tinggal, semen, dan tukang bukan mandor 6.82 7.38 1.08
1
kenaikan harga bahan makanan secara umum
kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku tempe/tahu
kenaikan harga rokok & kacangkacangan
8.18
7.92
8.49
8.20
13.96 14 3.41 12
2.38
10
8.99 8.67
1.61
1.83
8 1.56
1.41 1.10
16
15.18
14.24
10.87 9.24
kenaikan harga BBM
Persen
4
kenaikan harga bahan kenaikan makanan, harga susu, dan menjelang tahun ajaran Idul Fitri baru
6
1.01
0.91
0.76
4 0.35
0.24
2
-
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
2007
Apr
May
Jun*
2008 mtm (axis kiri)
yoy (axis kanan)
Keterangan: Data dan Informasi diolah dari BPS Propinsi Sumatera Selatan *) Tahun Dasar 2007 = 100
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
45
Perkembangan Inflasi Palembang
Dibandingkan dengan pola inflasi nasional secara bulanan, pola inflasi bulanan kota Palembang memiliki tendensi pergerakan yang hampir sama dengan tingkat inflasi kota Palembang yang selalu lebih tinggi kecuali pada bulan Januari dan Februari. Kenaikan harga kedelai yang terjadi sekitar bulan Januari-Februari sangat berpengaruh dalam menyumbang inflasi secara nasional sehingga menyebabkan inflasi nasional lebih tinggi dari inflasi kota Palembang. Grafik 2.11 Perbandingan Inflasi Bulanan (mtm) Palembang dan Nasional Tahun 2007-2008 ( persen) 4
3
2
1
0 Jun
Jul
Ags
Sep
O kt
Nov
Des
Jan
Feb
M ar
2007
Apr
M ei Jun*
2008 P a le m b a n g
N a s io n a l
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan *) Tahun Dasar 2007 = 100
2.3. Pemantauan Harga oleh Bank Indonesia Palembang Grafik 2.12 Perkembangan Harga Minyak Goreng Berdasarkan SPH di Palembang (Rp/Kg) 14,000
pada
Kota
12,000
Palembang terdapat tendensi kenaikan
10,000
triwulan II 2008 ini (bulan Juni 2008) kembali menunjukkan peningkatan dan
2007
Sumber : SPH KBI Palembang
mencapai kisaran harga Rp13.000/kg.
46
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
2008
Jun
akhir
Apr
pada
Mei
ternyata
gejala
Mar
penurunan,
menunjukkan
2,000 Jan
sempat
4,000
Feb
goreng yang pada triwulan I 2008
6,000
Des
sebesar 20,85 persen. Harga minyak
8,000
Okt
harga yang secara rata-rata meningkat
Nov
di
Sept
pasar
Jul
beberapa
Rp/Kg
Indonesia Palembang secara mingguan
Agust
Harga (SPH) yang dilakukan oleh Bank
Jun
Berdasarkan hasil Survei Pemantauan
Perkembangan inflasi Palembang
Meningkatnya kembali harga minyak goreng tersebut terkait dengan kenaikan harga CPO di pasar internasional. Berdasarkan data dari Bloomberg, pada bulan Juni 2008 rata-rata harga CPO dunia mencapai USD1.103,98/metrik ton atau meningkat 43,65 persen dibandingkan bulan Juni 2007 yang tercatat sebesar USD768,51/metrik ton. Grafik 2.13 Perkembangan Harga Beras Berdasarkan SPH di Palembang (Rp/Kg) 10,000 9,000 8,000
Rp/Kg
7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000
2007 Rata- rata
IR 64 I
Jun
Mei
Apr
Mar
Feb
Jan
Des
Nov
Okt
Sept
Agust
Jul
Jun
-
2008 IR 64 II
Rojolele
Cianjur Kepala
Sumber : SPH KBI Palembang
Secara umum, pergerakan rata-rata harga beras di Palembang menunjukkan trend sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal tersebut terkait dengan masa panen yang terjadi pada beberapa sentra beras pada Tw-I, meskipun selama Tw-II sendiri terjadi panen gadu (panen ke-2) di beberapa wilayah sentra beras Sumsel namun hal tersebut tidak sebanyak ketika panen raya. Rata-rata harga beras pada bulan Juni 2008 meningkat sebesar 7,79 persen dibandingkan bulan Maret 2008. Berdasarkan jenis beras, beras Rojolele mengalami peningkatan harga paling tinggi yakni sebesar 9,03 persen dibandingkan rata-rata harga pada bulan Maret 2008. Sementara itu, harga beras IR 64 II meningkat sebesar 4,09 persen, beras Cianjur Kepala meningkat sebesar 3,80 persen, dan harga beras IR 64 I meningkat sebesar 1,55 persen.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
47
Perkembangan Inflasi Palembang
Grafik 2.14 Pergerakan Harga Beras di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/Kg) Pasar Cinde
Pasar Lemabang
7,000
8,000
6,000
7,000
5,000
6,000 5,000
4,000
4,000
3,000
3,000
2,000
2007
2008
2007
Sumber : SPH KBI Palembang
Jun
Apr
Mei
Mar
Jan
Feb
Des
Okt
Nov
Sept
Agust
Jun
Jun
Apr
Mei
Mar
Jan
Feb
Des
Okt
Nov
Sept
Jul
Agust
-
Jun
1,000
-
Jul
2,000
1,000
2008
Sumber : SPH KBI Palembang
Harga beberapa komoditas lainnya, seperti harga daging sapi dan emas memperlihatkan tendensi penurunan. Hal tersebut cenderung dipengaruhi oleh kondisi pasokan yang dinilai mencukupi. Selain itu melemahnya permintaan dari konsumen memaksa beberapa pedagang emas untuk sedikit menurunkan harga jualnya. Hal yang bertolak belakang terjadi pada harga minyak goreng yang cenderung meningkat. Permintaan yang tinggi terhadap minyak goreng disinyalir dimanfaatkan oleh beberapa pedagang untuk mengambil untung dengan cara menaikkan harga jualnya. Grafik 2.15 Pergerakan Harga Minyak Goreng di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/Kg) Pasar Cinde
Pasar Lemabang
14,000
16,000
12,000
14,000
10,000
12,000 10,000
8,000
8,000
6,000
6,000
4,000
2007
2008
Sumber : SPH KBI Palembang
48
Sumber : SPH KBI Palembang
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
2008
Jun
Mei
Apr
Feb
2007
Mar
Jan
Des
Nov
Okt
Sept
Agust
Jul
Jun
Mei
Apr
Feb
Mar
Jan
Des
Nov
Okt
Sept
Agust
Jul
-
Jun
2,000
-
Jun
4,000
2,000
Perkembangan inflasi Palembang
Grafik 2.16 Pergerakan Harga Daging Sapi di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/kg) Pasar Lemabang
Pasar Cinde 51,000
60,000
50,000
50,000
49,000
40,000
48,000 47,000
30,000
46,000
20,000
2007
2008
2007
Sumber : SPH KBI Palembang
Jun
Apr
Mei
Mar
Jan
Feb
Nov
Des
Okt
Sept
Jul
Jun
Jun
Apr
Mei
Mar
Jan
Feb
Nov
Jul
Agust
Des
-
Okt
43,000 Sept
10,000 Jun
44,000
Agust
45,000
2008
Sumber : SPH KBI Palembang
Grafik 2.17 Pergerakan Harga Emas di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/gram) Pasar Lemabang
Pasar Cinde 250,000
250,000 200,000
200,000 150,000
150,000
100,000
100,000
50,000
50,000
Sumber : SPH KBI Palembang
2008
2007
Jun
Mei
Apr
Feb
Mar
Jan
Des
Nov
Okt
Sept
Agust
Jul
Jun
Mei
Apr
Feb
Mar
Jan
Des
Nov
Okt
Sept
Agust
Jul
Jun
2007
Jun
-
-
2008
Sumber : SPH KBI Palembang
Hasil pemantauan harga yang dilakukan oleh KBI Palembang secara independen melalui Survei Pemantauan Harga (SPH) Kota Palembang menunjukkan perkembangan harga yang tidak jauh berbeda dengan hasil survei inflasi yang dilakukan secara bulanan oleh BPS. Hal ini menunjukkan bahwa hasil SPH Kota Palembang dapat dijadikan salah satu barometer dalam melihat perkembangan inflasi di kota Palembang.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
49
Perkembangan Inflasi Palembang
4
Inflasi BPS, Bulanan (Axis Kiri)
3
Inflasi SPH, Bulanan (Axis Kanan)
20 15 10 5 (5) (10) (15) (20) (25)
2 1
2007
Jun*
Mei
Apr
Mar
Feb
Jan
Des
Nov
Okt
Sept
Agust
Jul
Jun
0
Persen
Persen
Grafik 2.18 Pergerakan Inflasi Bulanan dan Tingkat Harga Sesuai SPH di Kota Palembang (Juni 2007 – Juni 2008)
2008
Keterangan : Data dan informasi diolah dari BPS Propinsi Sumsel dan SPH Bank Indonesia Palembang *) Tahun Dasar 2007 = 100
50
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan inflasi Palembang
Suplemen 3
RINGKASAN HASIL PENELITIAN KOMODITAS-KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI PALEMBANG DAN PROSES PEMBENTUKAN HARGANYA Bank Indonesia Palembang bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Selatan melakukan penelitian dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi Kota Palembang. Penelitian tersebut bertujuan untuk : (i) mengetahui komoditas-komoditas penyumbang inflasi kota Palembang, dan (ii) mengetahui pola pembentukan harga-harga komoditas penyumbang inflasi. Penelitian melibatkan 57 responden yang meliputi produsen, pedagang besar, dan pedagang eceran di Kota Palembang dan daerah sentra produksi beras. Berdasarkan
hasil
penelitian
Tabel 1 Komoditas Penyumbang Inflasi Palembang Periode 2007
tersebut diketahui bahwa terdapat 20 besar komoditas yang memberikan sumbangan
terbesar
Perhitungan
pada
Tabel
sumbangan
1.
masing-
masing komoditas terhadap inflasi didasarkan pada nilai konsumsi per bulan
masing-masing
kemudian dilakukan
dari
Komoditi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Miny ak Goreng Daging Ay am Ras Mie Emas Perhiasan Roti Manis Empek-Empek Tarif SLTA Telur Ay am Ras Baw ang Merah Beras Rokok Kretek Filter Tahu Mentah Bay am Semen Ikan Gabus Tarip Air Minum Tepung Terigu Tempe Jeruk Rokok Kretek
terhadap
pembentukan inflasi kota Palembang sebagaimana
Perubahan Harga
No.
komoditas,
tabel
tersebut
judgement
untuk
menentukan tiga komoditas yang
(%)
Bobot Komoditas (%)
51.10 46.44 30.36 39.39 60.71 24.44 55.03 31.67 44.06 5.19 11.29 28.57 97.03 34.04 34.87 21.08 44.81 15.63 38.62 9.17
2.37 1.98 1.78 1.27 0.69 1.62 0.64 0.98 0.68 5.53 2.45 0.95 0.27 0.73 0.63 1.04 0.38 0.95 0.37 1.46
Sumbangan Inflasi (%)
1.21 0.92 0.54 0.50 0.42 0.40 0.35 0.31 0.30 0.29 0.28 0.27 0.26 0.25 0.22 0.22 0.17 0.15 0.14 0.13
perlu didalami proses pembentukan harganya.
Penentuan
tiga
komoditas
tersebut
juga
mempertimbangkan
karakteristik komoditas bagi Palembang. Hasil judgement menghasilkan tiga barang yakni beras, minyak goreng, dan tepung terigu. Kenapa beras atau minyak goreng dan tepung terigu? Selain berdasarkan bobot sumbangannya, dimasukkannya beras sebagai komoditas yang akan didalami proses pembentukan harganya adalah didasarkan pada sifat beras sebagai bahan makanan pokok yang tidak mempunyai substitusi. Pemilihan minyak goreng didasarkan pada pertimbangan bahwa komoditas tersebut juga merupakan kebutuhan pokok dan tidak ada barang
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
51
Perkembangan Inflasi Palembang
substitusi yang lebih murah. Pertimbangan serupa juga dilakukan pada tepung terigu. Selain tentunya sebagai barang kebutuhan pokok dan tidak ada barang substitusi, tepung terigu juga merupakan bahan baku dari berbagai makanan khas Palembang, antara lain, empek-empek, tekwan, model, serta bahan baku panganan lain, misalnya roti, mie instan, dan mie basah. Secara
Grafik 1 Perkembangan Harga Minyak Goreng Curah, 2007
setidaknya
dalam
setahun terakhir, khususnya harga minyak goreng
10.000
dan
tepung
terigu,
mengalami
peningkatan yang persisten dari waktu ke
9.500 9.000
8.808 8.598
8.500
8.650
8.592 8.500
Rp.
7.500
waktu.
Sebagaimana dideskripsikan pada
Grafik 1 terlihat bahwa
8.565 7.883
8.000
8.107
pada awal tahun
2007, harga minyak goreng curah sebesar
7.324
7.000
Rp6.490 per kg, kemudian terus mengalami
6.490 6.500 6.350 6.400
peningkatan dan pada akhir tahun telah mencapai Rp8.650 per kg.
6.000 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Bulan
Hal yang sama juga terjadi pada harga
Grafik 2 Perkembangan Harga Tepung Terigu Tahun 2007 6.000
tepung terigu merk Segitiga Biru (lihat Grafik
5.910
5.800
5.500 5.438
5.600
5.200
banyak dikonsumsi oleh masyarakat kota
5.206
5.000 4.800
4.525
2). Pemilihan tepung terigu Segitiga Biru dengan pertimbangan bahwa merk tersebut merupakan merk tepung terigu yang paling
5.400
Rp.
empiris,
Palembang. Pada awal tahun 2007 harga
4.775
4.600 4.5004.500 4.5004.500 4.500 4.500
tepung terigu sebesar Rp4.500 per Kg,
4.400
sedangkan di akhir tahun sudah mencapai
4.200 4.000 12
Rp5.910 per Kg. Kenaikan harga tepung
Grafik 3 Perkembangan Harga Beras Tahun 2007
terigu juga tidak lepas dari perkembangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Bulan
6.000
yang sempat mengalami eskalasi pada tahun
5.800
5.629
5.600
5.471
5.400
5.356
lalu.
5.219
5.200 5.332
Rp.
harga tepung terigu di pasar internasional
5.185
5.169
5.000
Sementara itu, fluktuasi dari harga
4.953 4.9094.915 4.9184.896
4.800
beras di Palembang sangat dipengaruhi oleh
4.600 4.400
faktor musiman atau siklus produksi beras.
4.200 4.000 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Bulan
52
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan inflasi Palembang
Pada penelitian ini, pembentukan harga beras dibagi menjadi tiga kerangka waktu yakni pada saat: (i) panen, (ii) normal, dan (iii) paceklik. Pada grafik 3 terlihat bahwa harga beras mengikuti tiga kerangka waktu dimaksud. Harga beras yang dihitung merupakan harga beras rata-rata dari berbagai merk yakni: (i) selancar, (ii) sepat siam, (iii) patin), (iv) dewi, (v) topi koki, (vi) arjuna, dan (vii) arjuna. Secara empiris, harga beras tertinggi terjadi berkisar pada triwulan I, kemudian menurun pada triwulan II dan III. Setelah itu, harga beras kembali meningkat pada triwulan IV sehubungan peningkatan permintaan sehubungan dengan bulan puasa dan hari besar keagamaan di samping terjadi musim kemarau. Pembentukan Harga Beras, Minyak Goreng, dan Tepung Terigu Penelitian menemukan bahwa terdapat 6 komponen pembentuk harga di komoditas beras masing-masing sebagai berikut: (i) modal untuk pembelian beras, (ii) transpor, (iii) tenaga kerja, (iv) kemasan, (v) biaya lain-lain, dan (vi) keuntungan. Selain dibedakan berdasarkan kerangka waktu, pembentukan harga juga dikelompokkan dalam tiga golongan yakni : (i) produsen, (ii) pedagang besar, dan (iii) pedagang eceran. Pada tingkat produsen, sebagian besar harga dibentuk oleh pengeluaran untuk bahan baku, yakni bibit, pupuk, dan saprodi lainnya yang secara persentase jumlahnya mencapai 86.78 persen untuk setiap kilogramnya. Angka tersebut merupakan angka rata-rata persentase di tiga periode (panen, normal, dan paceklik). Rata-rata margin keuntungan di tingkat produsen sebesar 9,03 persen. Sementara itu, komponen pembentuk harga lainnya (transpor, tenaga kerja, kemasan, biaya lain-lain) relatif rendah yakni berkisar 0,65 persen sd. 1,74 persen (lihat Tabel 2). Di tingkat produsen, besaran persentase komponen harga tidak jauh berbeda, dimana rata-rata komposisi modal untuk pembelian komoditi juga merupakan yang terbesar (90,87 persen). Besarnya margin keuntungan rata-rata 5,33 persen. Di tingkat pedagang eceran pun tidak jauh berbeda, hanya komponen pembelian komoditi yang terbesar, sedangkan keuntungan hanya 6,39 persen. Komponen pembentukan harga pada waktu paceklik, bahan baku dan modal pembelian komoditas merupakan komponen terbesar, baik di sisi produsen,
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
53
Perkembangan Inflasi Palembang
pedagang besar, serta pedagang eceran. Selain itu, margin keuntungan pun terendah di saat musim paceklik bagi pedagang eceran dan pedagang besar. Pembentukan
harga
Tabel 2 Pola Pembentukan Harga Beras Pada Tingkat Produsen di Propinsi Sumatera Selatan (dalam % per Kg) Periode Musim Variabel Pembentuk RataHarga Rata Panen Normal Paceklik (1) (2) (3) (4) (5)
minyak goreng curah dikelompokkan pada tiga
Bahan Baku
golongan yakni: (i) pedagang
84,81
88,14
87,39
86,78
eceran, (ii) pedagang besar,
Transport
0,88
0,80
0,69
0,79
dan (iii) produsen (lihat Tabel
Tenaga Kerja
1,47
1,82
1,92
1,74
Kemasan
0,68
0,66
0,62
0,65
Biaya lain-lain
1,13
1,08
0,81
1,01
11,03
7,50
8,57
9,03
masing-masing kategori pelaku
100,00
100,00
100,00
100,00
usaha merupakan komponen
Keuntungan JUMLAH
Sumber : Penelitian BI Palembang dan BPS Prop. Sumsel, 2008 Tabel 3 Pola Pembentukan Harga Minyak Goreng Curah di Kota Palembang (dalam % per Kg) Kategori Variabel Pembentuk Pedagang Pedagang Harga Produsen Eceran Besar (1)
(2)
(3)
(4)
92,17
93,65
91,25
Transport
0,03
1,98
2,24
Tenaga Kerja
0,69
0,20
0,49
Kemasan
0,56
0,04
**
Biaya lain-lain
0,25
1,41
5,52
Keuntungan
6,32
2,74
0,51
100,00
100,00
100,00
Modal Pembelian Komoditi*
3).
Modal
pembelian
komoditas dan bahan baku di
terbesar dalam pembentukan harga.
Alokasi
untuk
keuntungan secara rata-rata di bawah 10 persen, 0,51 persen untuk produsen, 2,74 persen untuk pedagang besar, dan 6,32 persen untuk pedagang eceran. Sementara itu, untuk komponen-komponen lainnya relatif rendah. Pola
pembentukan
harga untuk komoditas tepung JUMLAH
Sumber : Penelitian BI Palembang dan BPS Prop. Sumsel, 2008 * Modal Pembelian Komoditi = Bahan Baku (untuk tingkat Produsen) ** termasuk dalam biaya lain-lain
terigu di Kota Palembang juga tidak
berbeda
komoditas pelaku
dengan
lainnya.
usaha
yang
dua
Namun terkait
hanya meliputi dua yakni: (i) pedagang eceran dan (ii) pedagang besar. Hal ini dikarenakan tidak terdapatnya produsen tepung terigu di Sumatera Selatan. Modal pembelian komoditas merupakan komponen terbesar dalam pembentukan harga terigu atau berada dalam kisaran 91,02 sd. 93,42 persen, sedangkan untuk keuntungan masing-masing mencapai 3,86 persen untuk pedagang besar dan 6,61
54
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan inflasi Palembang
Tabel 4 Pola Pembentukan Harga Tepung Segitiga Biru di Kota Palembang (dalam %) Kategori Variabel Pembentuk Harga Pedagang Pedagang Eceran Besar (1) (2) (3) Modal Pembelian 91,02 93,42 Komoditi
persen
Transport
0,04
0,95
sewa
Tenaga Kerja
0,24
1,55
retribusi, dan termasuk pungutan-
Kemasan
1,45
0,00
pengutan tidak resmi lainnya.
Biaya lain-lain
0,66
0,23
Keuntungan
6,61
3,86
100,00
100,00
JUMLAH
Sumber : Penelitian BI Palembang dan BPS Prop. Sumsel, 2008
pedagang
eceran.
Komponen-komponen
pembentuk
harga lainnya berada di bawah 2 persen. Untuk ketiga komoditas, biaya-biaya lain antara lain meliputi gudang,
Implikasi
dan
jasa
keamanan,
Rekomendasi
Kebijakan Hasil penelitian tersebut setidaknya
telah menjadi langkah untuk kita membedah proses pembentukan harga komoditas yang mempunyai sumbangan strategis terhadap inflasi kota Palembang. Stabilisasi harga beras pada level yang wajar, sebagai contoh, perlu dilakukan melalui upaya peningkatan produksi dan mekanisme tata niaga yang efektif. Saat ini biaya produksi petani masih cukup tinggi, hal tersebut dapat menjadi obyek kajian bagaimana petani-petani di Sumsel mendapatkan bibit, pupuk, BBM, dan saprodi lainnya. Berdasarkan survei-survei terpisah, para petani padi di Sumsel saat ini tengah menghadapi masalah kenaikan harga pupuk, BBM untuk traktor, kenaikan biaya tenaga kerja, kenaikan harga saprodi. Selain itu, di beberapa sentra produksi terdapat pula permasalahan serangan hama (tikus dan tungro), demikian pula kasus pupuk oplosan dan bibit palsu. Saat ini mekanisme tata niaga belum sepenuhnya berjalan optimal, berdasarkan informasi dari para petani di sentra produksi, sebagian besar petani sudah terjerat oleh ijon dan hasil panen petani sebagian besar di jual kepada pedagang beras dari luar Sumsel. Hal tersebut menyebabkan pasokan beras untuk Sumsel berkurang. Kekurangan pasokan tentunya berpotensi meningkatkan harga. Dalam hal ini kebijakan stok pangan di Sumsel dalam memenuhi kebutuhan perlu ditinjau kembali. Untuk komoditas tepung terigu dan minyak goreng, kebijakan yang dapat diambil adalah pengkajian kembali kebijakan operasi pasar. Hal lain yang perlu dilakukan adalah pemberantasan pungutan liar di sepanjang titik distribusi. Selanjutnya, sebagai tahapan pendalaman, tentunya diperlukan penelitian lanjutan ke depan yang bertujuan untuk mengetahui interregional inflation untuk melihat lebih detail sumber tekanan inflasi. Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
55
Perkembangan Inflasi Palembang
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
56
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Perbankan Daerah
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
3
3.1. Kondisi Umum Kondisi perbankan di Propinsi Sumsel secara tahunan (yoy) pada triwulan II 2008 (Mei 2008) dilihat dari beberapa variabel menunjukkan perkembangan positif. Jumlah aset perbankan Sumsel meningkat sebesar 16,58 persen dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya (yoy), yaitu dari Rp27,86 triliun menjadi Rp32,48 triliun. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat sebesar 11,49 persen dari Rp20,89 triliun pada triwulan yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp23,29 triliun atau meningkat sebesar Rp2,40 triliun. Penyaluran kredit/pembiayaan mengalami peningkatan dari Rp15,38 triliun pada triwulan yang sama pada tahun sebelumnya menjadi Rp18,87 triliun atau meningkat sebesar 22,76 persen. Secara
triwulanan
(qtq),
Grafik 3.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Propinsi Sumatera Selatan
kinerja perbankan di Propinsi Sumsel juga menunjukkan trend peningkatan dalam berbagai komponen. Jumlah
Palembang 61%
aset meningkat sebesar Rp1,44 triliun atau
4,61
persen
Ogan Komering Ilir 6%
dibandingkan
triwulan I 2008 yang tercatat sebesar
Baturaja 2%
Rp31,04 triliun. Jumlah simpanan/DPK meningkat sebesar Rp0,09 triliun atau sebesar 0,42 triwulan
persen
sebelumnya.
dari
posisi Jumlah
Lubuklinggau 3% Pagar Alam 1%
Prabumulih 4%
Lematang Ilir Ogan Tengah 5%
Lainnya Lahat 0% 3%
Ogan Komering Ulu 5% Musi banyuasin 7% Musi Rawas 3%
penyaluran kredit/pembiayaan meningkat sebesar Rp1,65 triliun atau sebesar 9,61 persen dari posisi triwulan I 2008. Meningkatnya penyaluran kredit/pembiayaan tersebut terutama didorong oleh meningkatnya penyaluran kredit/pembiayaan pada sektor perindustrian yang memberikan andil sebesar 3,87 persen.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
57
Perkembangan Perbankan Daerah
Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di wilayah Sumsel pada triwulan II 2008 tercatat sebesar 81,03 persen, meningkat relatif tinggi dari LDR pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 74,23 persen. Penyaluran Kredit Mikro Kecil Menengah (MKM) secara tahunan (yoy) tercatat mengalami peningkatan sebesar Rp2,72 triliun atau sebesar 28,87 persen menjadi sebesar Rp12,12 triliun. Sementara itu secara triwulanan (qtq) meningkat sebesar Rp0,70 triliun atau sebesar 7,02 persen dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp11,33 triliun. Tingkat rasio Non-Performing Loan (NPL) triwulan II 2008 (Mei 2008) menunjukkan peningkatan dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari sebesar 1,94 persen menjadi 1,97 persen. Namun demikian, rasio NPL tersebut masih berada di bawah toleransi 5 persen sebagaimana yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
3.2. Kelembagaan Grafik 3.2 Jumlah Kantor Bank dan ATM di Propinsi Sumatera Selatan
Jumlah bank yang beroperasi di Propinsi Sumatera Selatan sampai dengan triwulan II 2008 adalah 48 Bank dengan memiliki
450
392 kantor bank sebagai jaringannya
392
400
yang terdiri dari 4 Kantor Wilayah Bank
350
307
300
Bank Pemerintah Daerah, 59 Kantor
229
250
Cabang Bank Umum Konvensional, 19
200 150
Kantor Cabang Bank Umum Syariah dan 83
100
21 Kantor BPR/S, 229 Kantor Cabang
59
48 50
Umum Konvensional, 1 Kantor Pusat
21
Pembantu dan 59 Kantor Kas. Jumlah
0 JUMLAH KP/KWL BANK
KC
KCP
KK
JML
ATM
Anjungan Tunai Mandiri (ATM) tercatat sebanyak 307 unit.
58
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Perbankan Daerah
3.3. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga 3.3.1 Penghimpunan DPK DPK secara tahunan (yoy) mengalami peningkatan kecuali untuk simpanan giro. Simpanan giro tercatat menurun dari Rp4,98 triliun menjadi Rp4,60 triliun atau menurun sebesar 7,64 persen. Simpanan deposito meningkat dari Rp8,06 triliun menjadi Rp8,27 triliun atau meningkat sebesar 2,61 persen. Simpanan tabungan meningkat dari Rp7,86 triliun menjadi Rp10,43 triliun atau meningkat sebesar 32,71 persen. Sementara dengan
triwulan
itu,
dibandingkan
sebelumnya
(qtq),
penghimpunan DPK
perbankan pada
triwulan
ini
II
2008
Grafik 3.3 Pertumbuhan DPK Perbankan di Propinsi Sumatera Selatan 12
mengalami
10.18 10
peningkatan sebesar Rp96,91 miliar
giro meningkat sebesar 2,43 persen dari Rp4,49 triliun menjadi Rp4,60 triliun. Simpanan
tabungan
Rp. Triliun
atau sebesar 0,42 persen. Simpanan
8 6
10.43
9.20
8.64
8.06 7.86
10.17 8.54
8.27
8.13
5.27
4.76
4.98
4.49
4.60
4
mengalami 2
peningkatan sebesar 2,57 persen dari Rp10,17 triliun menjadi Rp10,43 triliun. Sedangkan
simpanan
3,20 persen dari Rp8,54 triliun menjadi RP8,27 triliun.
masing tabungan
pangsa
terhadap
DPK,
tetap
memiliki
Tw II
Tw III
deposito
mengalami sedikit penurunan sebesar
Berdasarkan
0
Giro
Tw IV
2007 Tabungan
Tw II
2008 Deposito
Grafik 3.4 Komposisi DPK Perbankan Tw II 2008 di Propinsi Sumatera Selatan 19.74%
masingsimpanan
Tw I
35.49%
pangsa
terbesar yakni sebesar 44,78 persen diikuti oleh simpanan deposito sebesar 35,49
persen
dan
simpanan
giro
44.78%
Giro
Tabungan
Deposito
sebesar 19,74 persen.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
59
Perkembangan Perbankan Daerah
3.3.2. Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota Saat ini sistem pelaporan bank yang dikelola Bank Indonesia masih mengelompokkan daerah berdasarkan 11 kabupaten/kota. Berdasarkan laju pertumbuhan secara tahunan (yoy), laju pertumbuhan penghimpunan DPK Musi Rawas tercatat mengalami pertumbuhan paling tinggi yakni sebesar 172,33 persen dari sebesar Rp3,18 miliar menjadi Rp8,67 miliar. Penghimpunan DPK di Kota Palembang sebagai pusat perekonomian Sumsel tercatat tumbuh sebesar 10,96 persen dari sebesar Rp14,72 triliun menjadi sebesar Rp16,33 triliun. Kabupaten yang tercatat mengalami penurunan DPK secara tahunan adalah Lematang Ilir Ogan Tengah dengan penurunan sebesar 14,98 persen dari Rp1,08 triliun menjadi Rp0,92 triliun. Tabel 3.1 Pertumbuhan DPK Perbankan Propinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Juta) Kabupaten
Tw II
2007 Tw III
2008 Tw IV
Tw I
Tw II
Prabumulih
851,728
907,312
959,248
906,349
Pagar Alam
251,472
330,850
329,253
305,480
334,488
1,176,911
1,253,786
1,143,114
1,241,037
1,346,746
637,584
513,421
602,944
673,660
675,977
Lubuklinggau Baturaja Palembang
913,243
14,716,885
15,691,036
17,108,535
16,485,719
16,329,967
Ogan Komering Ulu
440,205
560,177
471,945
488,806
479,225
Ogan Komering Ilir
640,242
735,158
633,587
777,485
883,233
Musi banyuasin
628,360
581,442
846,279
751,344
794,700
3,184
3,340
3,606
4,181
8,670
1,079,602
888,751
1,469,022
981,977
917,854
467,447
568,524
574,938
581,692
610,537
Musi Rawas Lematang Ilir Ogan Tengah Lahat
Penghimpunan DPK secara triwulanan (qtq) berdasarkan kabupaten di Propinsi Sumsel menunjukkan kabupaten Musi Rawas mengalami peningkatan paling tinggi dari Rp4,18 miliar menjadi Rp8,67 miliar atau meningkat sebesar 107,37 persen. DPK Kota Palembang mengalami penurunan dari Rp16,49 triliun menjadi Rp16,33 triliun atau menurun sebesar 0,94 persen. Wilayah yang mencatat penurunan DPK paling tinggi adalah wilayah Lematang Ilir Ogan Tengah yang tercatat mengalami penurunan dari Rp0,98 triliun menjadi Rp0,92 triliun atau menurun sebesar 6,53 persen. Berdasarkan pangsa, DPK Kota Palembang tercatat sebagai daerah dengan pangsa DPK terbesar yakni sebesar 70,10 persen dari total DPK Sumsel, kemudian daerah yang mempunyai pangsa paling kecil adalah kabupaten Musi Rawas dengan pangsa sebesar 0,04 persen. 60
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Perbankan Daerah
3.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan 3.4.1. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Secara Sektoral Laju pertumbuhan kredit/pembiayaan perbankan pada triwulan II 2008 tercatat mengalami peningkatan sebesar 22,76 persen dari tahun sebelumnya (yoy). Meningkatnya penyaluran kredit/pembiayaan dari Rp15,38 triliun menjadi Rp18,87 triliun ini terkait dengan peningkatan kredit Perdagangan,
di sektor
Hotel,
Tabel 3.2 Pertumbuhan Kredit Sektoral Propinsi Sumatera Selatan (Rp Triliun)
dan
Restoran (PHR) serta sektor Konstruksi
yang
2007
2008
Sektor
masing-
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Pertanian
1.89
2.16
2.04
2.13
2.33
30,35 persen dan 24,89 persen.
Pertambangan
0.32
0.02
0.03
0.04
0.08
Meningkatnya kredit di sektor
Perindustrian
2.52
1.98
2.48
2.36
2.94
PHR
LGA
3.20
3.43
3.69
3.77
4.17
dengan meningkatnya aktivitas
Konstruksi
0.37
0.44
0.42
0.39
0.39
pariwisata
Perdagangan
0.98
1.24
1.19
1.18
1.23
Pengangkutan & Komunikasi
0.24
0.23
0.25
0.25
0.26
Jasa Dunia Usaha
0.84
0.96
0.99
1.01
0.93
Jasa-jasa Sosial
0.26
0.21
0.22
0.23
0.24
Lain-lain
4.77
5.08
5.26
5.86
6.29
Total kredit
15.38
15.75
16.58
17.22
18.87
masing
meningkat
sangat
erat
dan
sebesar
kaitannya
perdagangan
dibanding periode yang sama pada
tahun
sebelumnya.
Program Visit Musi 2008 dan banyaknya
kegiatan
berskala
nasional maupun internasional di kota Palembang merupakan
beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan kinerja sektor PHR. Penyaluran kredit di Sektor Pertanian meningkat sebesar 23,47 persen yang mayoritas digunakan untuk membiayai kegiatan investasi pada sub sektor perkebunan karet dan sawit. Harga sawit dan karet yang tinggi menjadi pendorong para pelaku usaha di sektor ini untuk terus mengembangkan usahanya. Sektor lainnya yang mengalami peningkatan adalah sektor Perindustrian, sektor Pengangkutan, sektor Jasa Dunia Usaha dan sektor LGA masing-masing sebesar 16,95 persen, 11,96 persen, 11,80, dan 4,78 persen.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
61
Perkembangan Perbankan Daerah
Sektor Pertambangan dan sektor Jasa Sosial tercatat mengalami penurunan kredit masing-masing sebesar 74,92 persen dan 6,03 persen. Tingginya penurunan penyaluran kredit di sektor pertambangan seiring dengan rendahnya pertumbuhan tahunan di sektor tersebut yang disebabkan karena terkendalanya upaya peningkatan produksi di sub sektor pertambangan migas dan penggalian batu bara dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Secara triwulanan (qtq), hampir seluruh sektor mengalami peningkatan penyaluran kredit/pembiayaan kecuali sektor jasa dunia usaha yang mengalami penurunan sebesar 7,55 persen. Peningkatan kredit tercermin pula dari hasil Survei Kredit Perbankan di wilayah Sumsel
yang
dilakukan
oleh
Bank
Indonesia
Palembang
(lihat
Suplemen
4.
Kredit/Pembiayaan Perbankan Sumsel Triwulan II 2008 Lebih Ekspansif). Pada triwulan ini sektor pertambangan justru tercatat mengalami peningkatan penyaluran kredit yang paling tinggi yakni sebesar 108,07 persen. Meningkatnya penyaluran kredit di sektor tersebut diperkirakan terkait erat dengan upaya pengembangan di sub sektor pertambangan non migas (batu bara) dalam bentuk kredit investasi. Dari sisi kontribusi, selain Grafik 3.5 Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Propinsi Sumatera Selatan Tw II 2008 Pertanian 12.33% Lain-lain 33.34% Jasa Sosial Masyarakat 1.29%
Perdagangan 22.11%
Pengangkuta n 1.40%
tercatat
masih
mendominasi
penyaluran kredit pada triwulan II Pertambanga n 0.43%
Perindustrian 15.59%
Jasa Dunia Usaha 4.95%
sektor lain-lain, sektor perdagangan
2008 ini dengan pangsa sebesar 22,11 persen. Kemudian berturutturut diikuti oleh penyaluran kredit pada sektor perindustrian, sektor pertanian, sektor konstruksi, dan sektor jasa dunia usaha masing-
Konstruksi 6.51%
Listrik, Gas dan Air 2.05%
masing sebesar 15,59 persen, 12,33 persen, 6,51 persen, dan 4,95 persen. Adapun penyaluran kredit/
pembiayaan pada sektor LGA, sektor pengangkutan, sektor jasa sosial, dan sektor pertambangan tercatat hanya memiliki pangsa kurang dari 3 persen.
62
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Perbankan Daerah
3.4.2. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Seluruh penyaluran kredit/pembiayaan menurut penggunaannya mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Kredit konsumsi tercatat mengalami peningkatan paling tinggi yakni sebesar 32,00 persen menjadi sebesar Rp6,29 triliun.
Kredit
pertumbuhan
modal sebesar
kerja 22,53
mencatat
Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan persen, Propinsi Sumatera Selatan
sedangkan kredit investasi tercatat hanya
10
tumbuh sebesar 11,14 persen.
kredit investasi secara tahunan tidak terlepas dari situasi bisnis dan tingkat suku bunga
6.96 R p Triliun
Rendahnya pertumbuhan penyaluran
investasi yang menurut sebagian pelaku usaha masih cukup tinggi sehingga hal tersebut
berdampak
negatif
terhadap
5
4.77 3.65
harga
BBM
yang ditetapkan
8.05
5.08
5.26
3.22
3.27
Tw III
Tw IV
8.53
7.72 5.86
6.29
4.05 3.64
Tw II
keputusan untuk berinvestasi. Selain itu, kenaikan
7.45
2007 Modal Kerja
Tw I
Tw II 2008
Investasi
Konsumsi
pemerintah pada akhir Mei 2008 memaksa para pelaku usaha untuk menghitung ulang rencana investasinya. Secara triwulanan (qtq), penyaluran kredit/pembiayaan investasi tercatat mengalami peningkatan tertinggi yakni sebesar 11,47 persen, sedangkan kredit modal kerja dan kredit konsumsi tercatat mengalami peningkatan masing-masing sebesar 10,48 persen dan 7,30 persen. Dari segi komposisi, penyaluran kredit berdasarkan penggunaan pada triwulan II 2008 ini masih didominasi oleh kredit modal
Grafik 3.7 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan Tw II 2008
kerja, yakni sebesar 45,18 persen, kemudian diikuti kredit konsumsi yakni sebesar 33,33
M odal K erja 45.18%
K onsum si 33.33%
persen, dan kredit investasi dengan pangsa sebesar 21,48 persen. Investasi 21.48%
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
63
Perkembangan Perbankan Daerah
3.4.3. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten Menurut daerah penyaluran kredit, pada periode triwulan II 2008 ini kota Pagar Alam dan Lematang Ilir Ogan Tengah tercatat mengalami peningkatan penyaluran kredit/pembiayaan secara tahunan (yoy) yang signifikan yakni masing-masing sebesar 42,91 persen dan 41,16 persen.
Kabupaten
Musi
Rawas
tercatat
mengalami
penurunan
penyaluran
kredit/pembiayaan sebesar 22,77 persen. Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan Propinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Juta) Kabupaten/Kota
Tw II
2007 Tw III
2008 Tw IV
Tw I
Tw II
Prabumulih
595,760
676,835
677,125
661,416
682,034
Pagar Alam
143,621
147,257
148,918
160,856
205,251
Lubuklinggau
428,582
530,294
466,554
474,199
526,495
Baturaja
272,510
192,291
223,067
209,347
296,080
9,545,361
9,740,643
10,397,330
10,601,396
11,651,805
Ogan Komering Ulu
688,753
806,755
860,923
883,257
960,506
Ogan Komering Ilir
863,379
831,082
843,993
899,331
1,053,820
1,071,715
1,278,754
1,429,902
1,504,852
1,478,369
Musi Rawas
613,335
361,257
383,468
400,277
473,696
Lematang Ilir Ogan Tengah
696,446
742,452
707,656
928,589
983,076
Lahat
369,053
368,715
357,603
433,798
498,905
86,518
75,099
82,793
62,809
64,698
Palembang
Musi banyuasin
Lainnya
Grafik 3.8 Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Propinsi Sumatera Selatan Tw II 2008 Berdasarkan Wilayah
Secara triwulanan (qtq), penyaluran kredit/pembiayaan
di
wilayah
Baturaja
tercatat mengalami peningkatan tertinggi yakni sebesar 41,43 persen, sedangkan
Palembang 61%
wilayah Musi Banyuasin tercatat mengalami OganKomering Ilir 6%
Baturaja 2%
Lubuklinggau 3%
Prabumulih 4%
Pagar Alam 1%
64
LematangIlir OganTengah 5%
Lainnya Lahat 0% 3%
OganKomering Ulu 5% Musi banyuasin 7%
penurunan penyaluran kredit sebesar 1,76 persen.
Penyebaran
kredit/pembiayaan
berdasarkan wilayah di Propinsi Sumsel didominasi oleh kota Palembang dengan pangsa kredit sebesar 61,73 persen.
Musi Rawas 3%
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Perbankan Daerah
3.4.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah Realisasi kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) secara tahunan (yoy) tercatat mengalami peningkatan sebesar Rp2,72 triliun atau sebesar 28,87 persen dari Rp9,41 triliun menjadi
sebesar
Rp12,12
triliun.
Grafik 3.9 Penyaluran Kredit UMKM Perbankan Propinsi Sumatera Selatan Menurut Penggunaan
Sementara itu, secara triwulanan (qtq) mengalami peningkatan sebesar Rp0,28 atau
dibanding Menurut diberikan
sebesar
7,02
triwulan penggunaan, banyak
persen
7
sebelumnya.
6
kredit
yang
digunakan
untuk
konsumsi dan modal kerja.
Kredit
konsumsi tercatat sebesar Rp6,24 triliun atau dengan pangsa sebesar 51,49
4.73
4
5.21
4.06
4.24
1.14
1.16
4.31
4.59
1.20
1.29
3.60
2 1.07
1 0
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2007
sebesar Rp4,59 triliun atau dengan KMK
pangsa sebesar 37,86 persen. plafon
5.05
3
persen. Kredit Modal Kerja tercatat
Berdasarkan
6.24
5.82
5 Rp Triliun
triliun
kredit,
Tw II 2008
Investasi
Konsumsi
Grafik 3.10 Penyaluran Kredit UMKM Menurut Plafond Kredit
realisasi penyaluran kredit mikro (plafon sd. Rp50 juta) tercatat sebesar Rp4,64 triliun atau berpangsa sebesar 38,29
5
persen, kredit kecil (plafon Rp51 juta 4
4.47
persen, dan kredit menengah (Rp501 juta s.d. Rp5 miliar) tercatat sebesar Rp3,48 triliun atau dengan pangsa sebesar 28,70 persen.
Rp Triliun
s.d. Rp500 juta) tercatat sebesar Rp4,00 triliun atau berpangsa sebesar 33,01
3
4.13
4.17
4.01
2.78 2.62
3.04 3.04
3.27 3.21
4.64 4.00
3.60 3.26
3.48
2
1
0 Tw II
Tw III 2007 Mikro
T w IV
Tw I
Kecil
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
T w II 2008 Menengah
65
Perkembangan Perbankan Daerah
3.5. Perkembangan Suku Bunga Perbankan di Sumatera Selatan Suku bunga perbankan yang terdiri dari suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman pada triwulan II 2008 tercatat mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. 3.5.1. Perkembangan Suku Bunga Simpanan Suku bunga simpanan yang terdiri dari suku bunga simpanan 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, dan 24 bulan, secara rata-rata mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) maupun dibandingkan triwulan sebelumnya (qtq). Rata-rata
Grafik 3.11 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Perbankan Sumsel
sebesar
Persen
7,64
dibandingkan
12 9.25
8
8.22
suku
bunga
simpanan pada triwulan II 2008 tercatat
14 10
tingkat
persen, tingkat
suku
menurun bunga
simpanan pada triwulan sebelumnya (qtq)
8.18
7.83
7.64
6
yang sebesar 7,83 persen maupun apabila
4
dibandingkan dengan tahun sebelumnya
2
(yoy) yang tercatat sebesar 9,25 persen.
Tw II
Tw III 2007 1 bln 12 bln
Tw IV 3 bln 24 bln
Tw I
Tw II 2008 6 bln Rata2
Berdasarkan lamanya simpanan, suku bunga simpanan 24 bulan mencatat suku bunga paling tinggi yakni sebesar 9,31 persen.
3.5.2. Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Seperti halnya dengan perkembangan suku bunga simpanan, suku bunga pinjaman yang terdiri dari suku bunga kredit modal kerja, kredit investasi, maupun konsumsi, secara ratarata mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) maupun dibandingkan triwulan sebelumnya (qtq). Rata-rata tingkat suku bunga pinjaman pada triwulan II 2008 tercatat sebesar 15,03 persen, menurun apabila dibandingkan dengan tingkat suku bunga pinjaman pada triwulan sebelumnya (qtq) yang sebesar 15,40 persen maupun apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar 16,35 persen.
66
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Perbankan Daerah
Grafik 3.12 Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Perbankan Sumsel
Persen
20 18 16 14 12 10 8 6 4 2
16.35
15.84
15.81
15.40 15.03
Tw II
Tw III
Tw IV
2007 Modal Kerja Konsumsi
Tw I
Tw II
2008 Investasi Rata2
3.6. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan Berdasarkan data LBU KBI Palembang, NPL gross (belum memperhitungkan PPAP) pada triwulan II 2008 (Mei 2008) tercatat sebesar 1,97 persen dari total kredit yang disalurkan, sementara pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar 1,94 persen. Sementara itu, NPL net (sudah memperhitungkan PPAP) pada triwulan II 2008 tercatat sebesar 1,05 persen dari total kredit, sedangkan NPL Net (sudah memperhitungkan PPAP) pada triwulan yang lalu tercatat sebesar 0,48 persen dari total kredit. Grafik 3.14 Persentase NPL Perbankan Sumsel Tw II 2008 Berdasarkan Sektor Ekonomi
Grafik 3.13 Perkembangan NPL Perbankan Propinsi Sumatera Selatan 3.0% 2.5%
16.04%
2.55%
24.37% 0.12%
2.0%
1.94%
1.84%
7.06%
1.97%
0.00%
1.73%
1.18%
1.5%
9.18%
1.05%
1.0%
8.23%
0.74% 0.5%
4.50%
0.48%
0.42%
29.31%
0.25% 0.0% Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2007
Tw II 2008
NPL Gross
NPL Nett
Pertanian Perindustrian Konstruksi Angkutan Jasa Sosial
Pertambangan LGA PHR Jasa. Usaha Lain-lain
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
67
Perkembangan Perbankan Daerah
Dilihat dari sektor ekonominya, persentase NPL gross terbesar di triwulan II 2008 masih berasal dari sektor perdagangan yakni sebesar 29,31 persen. NPL sektor lain-lain tercatat menyumbang sebesar 24,37 persen, sedangkan sektor pertanian yang juga merupakan salah satu sektor unggulan Sumsel tercatat menyumbang NPL sebesar 16,04 persen. 3.7. Kelonggaran Tarik
Grafik 3.15 Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Sumatera Selatan
Dari LBU KBI Palembang diperoleh informasi bahwa undisbursement loan (kredit yang
3
15%
14.59%
belum direalisasikan oleh debitur) pada
persen dari plafon kredit yang disetujui oleh perbankan, meningkat dibanding tahun
2
Rp Triliun
triwulan II 2008 tercatat sebesar 13,96
2.20 2.04 1.55
1.71
12.76%
2.07
14%
14.21%
13.96% 13%
12.98%
1 12%
sebelumnya yang tercatat hanya sebesar 12,76 persen. Namun apabila dibandingkan
-
11% Tw II
triwulan sebelumnya tercatat mengalami
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
2007 2008 Nominal Kelonggaran Tarik
penurunan yakni dari sebesar 14,21 persen.
Persentase Kelonggaran Tarik
3.8. Resiko Likuiditas Resiko likuiditas bank umum di Propinsi Sumsel pada triwulan II 2008 tergolong sangat likuid dengan besaran angka rasio likuiditas sebesar 178,66 persen. Namun demikian, rasio tersebut
Grafik 3.16 Perkembangan Resiko Likuiditas Perbankan Sumsel 45 40
196.76%40.32 41.61 40.34 36.94
Rp Triliun
35
189.27%
193.48%
30
21.31 21.77
20
20.84 18.78
200%
yang
195%
196,76 persen dan 189,27 persen.
185%
masing-masing
tercatat
Jumlah aktiva likuid < 1 bulan tercatat
sebesar
Rp38,90
179.90%
178.66%
175%
triliun
atau
170%
0
165% Tw IV
Tw I
meningkat sebesar 5,31 persen dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp36,94 triliun. Jumlah pasiva likuid < 1 bulan
Tw II
Aktiva Likuid < 1 bulan Pasiva Likuid < 1 bulan Rasio Likuiditas
68
sebesar
180%
5 Tw III
baik
sebelumnya maupun triwulan sebelumnya
10
Tw II
menurun
dibandingkan dengan rasio likuiditas tahun
190%
23.13
25 15
38.90
tercatat
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Perbankan Daerah
tercatat sebesar Rp21,77 triliun atau naik dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp18,78 triliun. 3.9. Perkembangan Perbankan Syariah Perkembangan perbankan umum Syariah menunjukkan kinerja yang menggembirakan dilihat dari indikator aset, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) maupun penyaluran pembiayaan. Pada Tw-II (data Mei 2008) total aset tercatat sebesar Rp873,06 miliar, meningkat sebesar 35,84 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar Rp642,71 miliar atau secara triwulanan meningkat sebesar 3,64 persen dibandingkan posisi triwulan sebelumnya (qtq) yang tercatat sebesar Rp842,40 miliar. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat sebesar Rp535,89 miliar, meningkat 57,76 persen dibanding triwulan II 2007 (yoy) yang sebesar Rp339,69 miliar atau menurun sebesar 0,14 persen dibandingkan triwulan sebelumnya (qtq) yang tercatat sebesar Rp536,64 miliar. Dana investasi tidak terikat mendominasi pangsa penghimpunan DPK yakni sebesar 89,87 persen atau sebesar Rp481,62 miliar yang terdiri dari komponen tabungan mudarabah sebesar Rp299,17 miliar dengan pangsa sebesar 55,83 persen dari total DPK dan deposito mudarabah sebesar Rp182,45 miliar atau dengan pangsa sebesar 34,05 persen. Grafik 3.17 Perkembangan Perbankan Syariah di Sumsel (Rp Miliar) 1,000 900 800 Rp Miliar
700 600 500 400
873.06
842.40
804.34
806.03 737.44
717.51 642.71
641.13 572.07 481.19
519.39
536.64
535.89
Tw IV
Tw I
Tw II
401.90 339.69
300 200 100 Tw II
Tw III 2007
2008
Asset
DPK
Pembiayaan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
69
Perkembangan Perbankan Daerah
Sejalan dengan peningkatan aset dan penghimpunan DPK, penyaluran pembiayaan secara tahunan (yoy) juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi yakni sebesar 67,51 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau meningkat sebesar 9,30 persen dibandingkan posisi triwulan sebelumnya (qtq). Dari total penyaluran pembiayaan yang mencapai Rp806,03 miliar, pangsa terbesar dicapai oleh piutang murabahah sebesar 56,90 persen atau sebesar Rp458,66 miliar, diikuti oleh pembiayaan mudharabah sebesar Rp264,86 miliar dengan pangsa 32,86 persen dan pembiayaan musyarakah sebesar Rp51,30 miliar dengan pangsa 6,36 persen. Sementara itu, piutang qardh dan piutang istishna pangsanya masih relatif kecil yakni masing-masing sebesar 3,08 persen dan 0,79 persen. Pertumbuhan penyaluran pembiayaan yang lebih besar dibanding pertumbuhan penghimpunan DPK menyebabkan angka Finance to Deposit Ratio (FDR) meningkat dari sebesar 137,42 persen pada triwulan sebelumnya menjadi 150,41 persen. Tingkat FDR yang lebih dari 100 persen tersebut mencerminkan bahwa masih banyak peluang penyaluran pembiayaan yang terbuka bagi kalangan perbankan syariah untuk lebih meningkatkan fungsi intermediasi. Tabel 3.4 PERKEMBANGAN BANK SYARIAH DI SUMATERA SELATAN (Rp Juta) 2007 2008 INDIKATOR Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II* Total Aset 642,713 717,505 804,344 842,396 873,061 Dana Pihak Ketiga 339,689 401,899 519,390 536,641 535,886 54,798 54,264 1. Simpanan Wadiah 29,943 41,759 48,678 49,697 40,988 - Giro Wadiah 28,758 38,606 44,131 5,101 13,276 - Tabungan Wadiah 1,185 3,153 4,547 481,843 481,622 2. Dana Investasi tidak terikat 309,746 360,140 470,712 - Tabungan Mudharabah 165,900 185,383 260,706 271,919 299,172 - Deposito Mudharabah 143,846 174,757 210,006 209,924 182,450 Komposisi Pembiayaan 481,188 572,071 641,126 737,437 806,032 - Piutang Murabahah 315,896 345,604 367,477 411,351 458,661 6,544 6,371 - Piutang Istishna 65 2,530 6,563 28,717 24,839 - Piutang Qardh 9,506 10,115 17,618 - Pembiayaan Mudharabah 147,618 196,017 219,873 253,071 264,860 37,754 51,301 - Pembiayaan Musyarakah 8,103 17,805 29,595 *) Data s.d Mei 2008
70
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Perbankan Daerah
Suplemen 4
KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN SUMSEL TRIWULAN II 2008 LEBIH EKSPANSIF
Hasil Survei Kredit Perbankan (SKP) di wilayah Palembang pada triwulan II 2008 menunjukkan proyeksi perkembangan kredit/pembiayaan yang menggembirakan. Survei Kredit/pembiayaan Perbankan wilayah Palembang pada triwulan II 2008 menyertakan 86 bank yang terdiri dari bank umum dan syariah (bank pelapor Laporan Bank Umum atau Syariah – LBU/S) serta bank perkreditan rakyat (BPR/S) sebagai responden. Dari 86 bank responden, tercatat sebanyak 53 bank yang mengembalikan kuesioner tersebut. Secara garis besar, permintaan kredit perbankan diproyeksi mengalami peningkatan seiring dengan mulai dikucurkannya dana APBD pemerintah di triwulan ini. Perkiraaan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Triwulan II-2008 Permintaan kredit perbankan selama triwulan II rata-rata meningkat pada kisaran 1 persen sd. 10 persen (lihat tabel 1). Sebanyak 31 kantor bank menyatakan kreditnya tumbuh dalam kisaran 1 persen sd. 10 persen, 13 kantor bank meningkat tajam di atas 10 persen (terdiri 7 bank pemerintah, 5 BUSN, dan BPR/S), sedangkan 3 kantor bank kreditnya relatif konstan. Sebaliknya terdapat 5 kantor bank mengalami penurunan kredit pada kisaran 1 persen sd. 10 persen, sedangkan 1 kantor bank mengalami penurunan tajam dengan kisaran lebih dari 10 persen (1 BUSN). Tabel 1 Permintaan Kredit di Triwulan II-2008 dibanding Triwulan Sebelumnya Permintaan kredit dibanding Tw sebelumnya Meningkat Sama (- Menurun (Menurun Status Bank Meningkat (>1% sd. 1% sd 1% sd. tajam (>tajam (>10%) 10%) 1%) 10%) 10%) Bank Pemerintah 7 17 0 1 0 BUSN 5 7 1 2 1 Bank Campuran 0 1 0 0 0 BPR/S 1 6 2 2 0 Total 13 31 3 5 1
Sebagian besar kantor bank menyatakan bahwa penyaluran kredit pada triwulan II berupa modal kerja (lihat Tabel 2) yaitu sebanyak 31 kantor bank, disusul untuk konsumsi 17 kantor bank, dan investasi 5 kantor bank. Pola penyaluran kredit kepada kredit modal kerja ini merupakan ciri dari perbankan Sumsel yang sudah berlangsung cukup lama.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
71
Perkembangan Perbankan Daerah
Tabel 2 Penyaluran Kredit Berdasarkan Penggunaan Triwulan II-2008 Prioritas jenis penggunaan kredit Status Bank Modal Kerja Investasi Konsumsi Bank Pemerintah 12 1 12 BUSN 10 3 3 Bank Campuran 1 0 0 BPR/S 8 1 2 Total 31 5 17
Peningkatan kredit perbankan menurut para responden terutama disebabkan oleh peningkatan prospek usaha debitur sebesar 48.78 persen, karena rendahnya tingkat suku bunga sebesar 34.15 persen, karena alasan persyaratan kredit yang ringan sebesar 12.19 persen, dan faktor lainnya (4.88 persen). Tabel 3 Alasan Utama Peningkatan Permintaan Kredit pada Triwulan II-2008 Alasan utama peningkatan permintaan kredit (jika naik) Status Bank
Bank Pemerintah BUSN Bank Campuran BPR/S Total
Persyaratan kredit ringan
Tingkat suku bunga kredit rendah
Prospek Usaha Nasabah yang meningkat
Lainlain
Kondisi perekonomian membaik
4 0 0 1 5
9 3 0 2 14
9 6 1 4 20
0 2 0 0 2
0 0 0 0 0
III. Perkiraan Penyaluran Kredit Triwulan III-2008 Tidak berbeda dengan triwulan II, permintaan kredit pada triwulan III nanti diperkirakan meningkat pada kisaran 1 persen sd. 10 persen atau sebanyak 75.47 persen dari perbankan (lihat tabel 4). Terdapat 8 kantor bank atau 15.09 persen memprediksi peningkatan kredit di atas 10 persen, sedangkan yang memprediksi relatif konstan sebanyak 4 kantor bank atau 7.55 persen dan 1 kantor bank yang memprediksi terjadi penurunan pada kisaran 1 persen sd. 10 persen.
72
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Perbankan Daerah
Status Bank Bank Pemerintah BUSN Bank Campuran BPR/S Total
Tabel 4 Perkiraan Permintaan Kredit Triwulan Mendatang Perkiraan permintaan kredit di Tw mendatang Meningkat Sama (- Menurun (Menurun Meningkat (>1% sd. 1% sd 1% sd. tajam (>tajam (>10%) 10%) 1%) 10%) 10%) 5 20 0 0 0 2 13 1 0 0 0 1 0 0 0 1 6 3 1 0 8 40 4 1 0
Untuk triwulan yang sama, diprediksikan juga penyaluran kredit berdasarkan penggunaan masih pada kredit modal kerja, kemudian kredit konsumsi dan kredit investasi (lihat tabel 5). Didominasinya penyaluran kredit pada modal kerja dan bukannya pada konsumsi merupakan salah satu cerminan bahwa kegiatan investasi baru belum banyak tumbuh di Sumsel. Selain itu, dapat juga merupakan indikasi bahwa kegiatan ekonomi masih dijalankan oleh pelaku-pelaku usaha lama atau belum adanya pelaku usaha baru yang memanfaatkan pembiayaan perbankan dari Sumsel. Tabel 5 Prioritas Jenis Penggunaan Kredit Triwulan Mendatang Prioritas jenis penggunaan kredit pada Tw mendatang Status Bank Modal Kerja Investasi Konsumsi Bank Pemerintah 14 0 11 BUSN 10 3 3 Bank Campuran 0 1 0 BPR/S 7 1 2 Total 31 5 16
Faktor utama yang dikemukakan oleh kalangan perbankan yang diperkirakan menopang pertumbuhan kredit pada triwulan III-2008 adalah meningkatnya prospek usaha nasabah. Jumlah kantor bank yang mengatakan demikian adalah sebanyak 25 atau secara prosentase sebesar 55.55 persen. Rendahnya tingkat suku bunga juga merupakan faktor yang diperkirakan mendorong peningkatan kredit di triwulan mendatang. Hal tersebut dikemukakan oleh 11 kantor bank atau sebanyak 24.44 persen, kemudian karena alasan persyaratan kredit ringan oleh 5 kantor bank dan disusul oleh faktor lainnya sebanyak 4 kantor bank (lihat tabel 6).
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
73
Perkembangan Perbankan Daerah
Tabel 6 Alasan Utama Peningkatan Kredit Triwulan Mendatang Alasan utama peningkatan kredit di Tw mendatang (jika naik) Status Bank
Bank Pemerintah BUSN Bank Campuran BPR/S Total
Persyaratan kredit ringan
Tingkat suku bunga kredit rendah
Prospek Usaha Nasabah yang meningkat
Lainlain
Perekonomian membaik
3 0 0 2 5
9 1 0 1 11
9 11 1 4 25
1 3 0 0 4
0 0 0 0 0
Semua bank yang disurvei mengatakan bahwa pada triwulan II telah terjadi pemberian kredit baru yang besarnya bervariasi namun dalam kisaran 1 persen sd. 10 persen (lihat tabel 7 dan 8). Pemberian kredit baru merupakan salah satu indikasi peningkatan intermediasi kredit. Namun dari sisi magnitude, laju pertumbuhan kredit masih dirasakan tidak terlalu tinggi. Tabel 7 Pemberian Kredit Baru Triwulan II-2008 Apakah ada pemberian kredit baru dalam triwulan laporan Status Bank Ya Tidak ada Bank Pemerintah 25 0 BUSN 15 1 Bank Campuran 1 0 BPR/S 11 0 Total 52 1
Dalam triwulan laporan, terdapat 9 kantor bank yang mengalami peningkatan penyaluran kredit baru di atas 10 persen. Sebagian besar kredit baru tumbuh pada kisaran 1 persen sd. 10 persen atau secara prosentase sebanyak 68.63 persen. Terdapat pula kantor bank yang mengalami penurunan jumlah kredit baru yang disalurkan pada triwulan II-2008, penurunan tersebut terjadi di 1 kantor bank (BPR/S).
74
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Perbankan Daerah
Tabel 8 Jumlah Realisasi Penyaluran Kredit Baru pada Triwulan II-2008 Jumlah realisasi penyaluran kredit baru Meningkat Sama (- Menurun (Status Bank Meningkat (>1% sd. 1% sd 1% sd. tajam (>10%) 10%) 1%) 10%) Bank Pemerintah 4 20 1 0 BUSN 4 9 2 0 Bank Campuran 0 1 0 0 BPR/S 1 5 3 1 Total 9 35 6 1
Menurun tajam (>10%) 0 0 0 0 0
Peningkatan kredit baru menurut perbankan paling dominan dikarenakan sisi permodalan bank cukup menunjang terjadi ekspansi kredit. Jumlah kantor bank yang mengatakan demikian sebanyak 17 kantor bank atau sebanyak 40.48 persen. Faktor pendukung kedua adalah membaiknya kualitas portfolio kredit yakni sebanyak 14 kantor bank yang menjawab atau secara prosentase sebanyak 33.33 persen. Faktor selebihnya disebabkan oleh likuiditas bank yang berlebih serta faktor-faktor lain-lainnya (lihat tabel 9). Tabel 9 Alasan Internal Peningkatan Realisasi Penyaluran Kredit Baru Alasan Internal peningkatan realisasi penyaluran kredit baru Kualitas Status Bank Permodalan portfolio Likuiditas Lainnya bank cukup kredit berlebih meningkat Bank Pemerintah 12 7 1 3 BUSN 3 7 1 1 Bank Campuran 0 0 1 0 BPR/S 2 0 4 0 Total 17 14 7 4
Secara lebih diperinci, peningkatan kredit baru pada triwulan II didukung oleh membaiknya prospek usaha debitur (69.05 persen). Hal tersebut diungkapkan oleh 29 kantor bank. Sementara faktor membaiknya kondisi perekonomian (14.29 persen) diungkapkan oleh 6 kantor bank. Selebihnya adalah faktor rendahnya risiko usaha, kondisi keamanan dan faktor-faktor lainnya (lihat tabel 10).
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
75
Perkembangan Perbankan Daerah
Tabel 10 Alasan Eksternal Peningkatan Realisasi Penyaluran Kredit Baru Alasan eksternal peningkatan realisasi penyaluran kredit baru Prospek Kondisi Kondisi Status Bank usaha Rendahnya Lainekonomi keamanan nasabah risiko usaha lain membaik membaik membaik Bank Pemerintah 16 2 2 0 3 BUSN 7 0 4 0 1 Bank Campuran 1 0 0 0 0 BPR/S 5 0 0 1 0 Total 29 2 6 1 4
Prioritas penyaluran kredit baru pada triwulan II, juga tidak berbeda dengan posisi kredit secara keseluruhan yakni didominasi oleh kredit modal kerja, konsumsi dan investasi (lihat tabel 11). Hal tersebut terjadi secara umum hampir di semua kelompok bank; bank pemerintah, bank swasta umum nasional, bank campuran, dan BPR/S. Tabel 11 Penyaluran Kredit Baru Berdasarkan Penggunaan Prioritas penggunaan dalam penyaluran kredit baru Status Bank Modal Kerja Investasi Konsumsi Bank Pemerintah 9 1 15 BUSN 8 3 4 Bank Campuran 0 1 0 BPR/S 8 1 2 Total 25 6 21
Grafik 1. Sektor Ekonomi Yang Paling Banyak Mendapatkan Kredit Baru pada Triwulan II 2008 18%
26%
10% 4% 42% Pertanian Konstruksi PHR Jasa Dunia Usaha Lainnya
76
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Perbankan Daerah
Sektor ekonomi paling banyak mendapat kucuran kredit baru dari perbankan adalah sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR), disusul oleh sektor lain-lain (konsumsi) dan sektor pertanian. Prosentase bank yang mengalokasikan kredit ke sektor PHR mencapai 42 persen. Sedangkan untuk sektor lain-lain sebesar 26 persen dan sektor pertanian sebesar 18 persen. Sektor konstruksi juga merupakan salah satu sektor ekonomi yang mendapat kucuran kredit baru pada triwulan II, yakni diberikan oleh 5 kantor bank (lihat grafik 1).
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
77
Perkembangan Perbankan Daerah
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
78
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Keuangan Daerah
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
4
4.1. Realisasi APBD 2007 Berdasarkan data yang diperoleh dari Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan, realisasi penerimaan Propinsi Sumatera Selatan tahun 2007 telah mencapai lebih dari 50 persen. Sedangkan realisasi belanja pemerintah cukup tinggi yakni sebesar 91,03 persen. Realisasi penerimaan pemerintah
Tabel 4.1 Perbandingan Ralisasi APBD Sumsel TA.2006 dan TA.2007 (Rp Miliar)
pada tahun 2007 mencapai 94,46 persen, kondisi
tersebut
dibandingkan
lebih
rendah
dengan
jika
realisasi
penerimaan pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 586,79 persen. Realisasi
TA. 2006 Anggaran Penerimaan PAD Dana Perimbangan Lain-lain
Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai
Belanja
94,52
Surplus/Defisit
persen,
lebih
rendah
jika
dibandingkan dengan tahun 2006 yang
Pembiayaan
Realisasi
TA. 2007 %
Anggaran
1,602.86
9,405.39
586.79
619.28
1,089.68
175.959
983.58
8,257.61
839.544
-
58.10
1,580.36
Realisasi
%
2,135.83
95.31
897.16
847.97
94.52
1,335.85
1,280.90
95.89
8.04
6.96
86.62
8,664.77
548.278
-
2,557.66
2,328.23
91.03
0
296.60
192.40
64.87
740.62
-
-
-
22.50 0
2,241.04
-
Sumber : Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan, diolah
tercatat sebesar 175,96 persen. Realisasi Dana Perimbangan tercatat sebesar 95,89 persen, juga lebih rendah bila dibandingkan realisasi pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 839,54 persen. Satu hal yang menarik adalah, bahwa pencapaian retribusi daerah mencapai 111,18 persen dari rencana anggaran di awal tahun, tetapi jauh lebih rendah apabila dibandingkan dengan realisasi pada tahun sebelumnya. Realisasi lain-lain PAD yang sah mencapai 63,70 persen, lebih rendah dibandingkan realisasi pada tahun sebelumnya yang mencapai 565,99 persen. Besarnya realisasi PAD maupun PAD lainnya yang sah menunjukkan kinerja yang baik dari pemerintah daerah dalam mengatur sumber PAD nya. Realisasi Dana Perimbangan telah mencapai 95,89 persen dengan realisasi Dana Alokasi umum (DAU) yang telah mencapai 100 persen. Adapun realisasi dana bagi hasil pajak/bukan pajak yang mencapai 93,34 persen.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
79
Perkembangan Keuangan Daerah
Tabel 4.2 Realisasi APBD Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2007
No 1
Uraian Pendapatan
(%)
2,135,832
94.46
897,156
847,971
94.52
769,431 10,211
748,373 11,353
97.26 111.19
- Lain-lain PAD Yang Sah
86,755
55,267
63.70
- Hasil Pengelolaan Yang Dipisahkan
30,759
32,977
107.21
- Pajak Daerah - Retribusi Daerah
1,355,864
1,280,898
94.47
1,335,864
1,280,898
95.89
- Bagi Hasil Pjk/ Non Pajak
825,667
770,701
93.34
- DAU
510,197
510,197
100.00
1.2 Pendapatan Transfer 1.2.1. Dana Perimbangan
1.2.2. Transfer Pemerintah Pusat 1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah - Pendapatan Hibah
20,000
0
0.00
8,040
6,964
86.62
8,040
6,964
86.62
Belanja
2,557,656
2,328,232
91.03
Belanja Operasi
1,136,975
967,655
85.11
Belanja Modal
1,038,506
984,280
94.78
Belanja Tidak Terduga
6,250
3,686
58.98
375,926
372,612
99.12
Surplus/Defisit
-296,596
-192,400
64.87
Pembiayaan
296,596
293,862
99.08
- Penerimaan Daerah
337,896
337,302
99.82
- Pengeluaran Daerah
41,300
43,440
105.18
Transfer 3
Realisasi Thn 2007 (Juta Rp)
2,261,060
1.1 PAD
2
Anggaran (Juta Rp)
Sumber : Diolah dari data Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan
Realisasi belanja Pemprop Sumsel tahun 2007 berada diatas rata-rata realisasi penerimaan. Realisasi belanja Pemprop Sumsel tercatat sebesar 91,03 persen dengan realisasi belanja terbesar pada belanja hibah dan belanja bantuan keuangan yang mencapai 100 persen. Realisasi belanja pemerintah Sumsel pada tahun 2007 ini tercatat lebih rendah dibandingkan realisasi belanja pada semester yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 548,28 persen.
80
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Keuangan Daerah
Grafik 4.1 Perbandingan Anggaran & Realisasi APBD Tahun 2007 Propinsi Sumatera Selatan
Grafik 4.2 Rasio Realisasi Sumber Pembiayaan APBD Tahun 2007 Propinsi Sumatera Selatan
2800 2400
36.42%
Rp Miliar
2000 1600 1200
8.26%
800
0.30%
400
B el an ja
P er im ba ng an
P A D
D an a
P en da pa ta n
0
Realisasi 2007
APBD 2007
Sumber : Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan
55.02%
PAD Lain-lain
Dana Perimbangan Pembiayaan
Sumber : Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan
Sumber pembiayaan untuk kegiatan operasional Pemerintah Propinsi Sumsel sebagian besar bersumber dari dana perimbangan yang mencapai 55,02 persen dari total belanja yang diperlukan. PAD Propinsi Sumsel yang mencapai Rp847,97 miliar tercatat menyumbang 36,42 persen sumber pembiayaan belanja daerah. Dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya, pangsa PAD sebagai sumber pembiayaan tercatat mengalami peningkatan. Pada realisasi APBD tahun lalu, PAD tercatat hanya menyumbang 11,59 persen dari pembiayaan APBD Sumsel, sedangkan dana perimbangan tercatat memiliki pangsa sebesar 87,80 persen dalam menyumbang pembiayaan APBD Sumsel.
4.2. Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Pajak (DBH Pajak) adalah bagian dana perimbangan untuk mengatasi masalah ketimpangan vertikal (antara Pusat dan Daerah) yang dilakukan melalui pembagian hasil antara Pemerintah Pusat dan Daerah penghasil, dari sebagian penerimaan perpajakan (nasional).
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
81
Perkembangan Keuangan Daerah
Grafik 4.3 Pangsa DBH Pajak Prop. Sumatera Selatan
DBH Pajak total yang diterima oleh Propinsi Sumsel pada tahun 2007
81.80%
adalah sebesar Rp1,27 triliun yang terdiri dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebesar Rp1,04 triliun, Bea Perolehan Hak 7.95%
10.26% PBB
B P HTB
PP H OP
Sumber : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Atas
Tanah
sebesar
dan
Rp0,10
Bangunan triliun,
dan
(BPHTB) Pajak
Penghasilan atas Orang Pribadi (PPHOP) sebesar 0,13 triliun.
Berdasarkan wilayah kabupaten/kota penerimanya, Kabupaten Musi Banyuasin tercatat sebagai wilayah yang menerima Dana Bagi Hasil Pajak terbesar yakni sebesar Rp190,07 miliar atau dengan pangsa sebesar 15%, disusul kemudian oleh Kabupaten Muara Enim dengan pangsa sebesar 8,32 persen. Kota Palembang sendiri tercatat menerima DBH sebesar Rp95,23 miliar atau dengan pangsa sebesar 7,52 persen.
300
25%
250
20%
200
15%
150 10%
100
5%
0
0% t
in as M
us
Ka b
ha an iB
b. Ka
us M b.
yu
La
pi
b.
Pr o
Ka Ka
iR Ka aw b. as M .O u a ga Ka ra n b. Ko En O im m ga er n in Ko g Ili m r er Ko in g ta U Pa lu le Ko m ta ba Pa Ko ng ta ga rA Lu bu la m k Li Ko ng ta ga Pr u ab Ka um b. u l ih Ba ny ua Ka si b. n O Ka ga b. n Ili O Ka r K U b. T O i m K ur U Se la ta n
50 ns i
Rp Miliar
Grafik 4.4 Pembagian DBH Pajak Berdasarkan Wilayah
Nom inal DB H
P ers entas e DB H
Sumber : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
4.3. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH SDA) bagian dana perimbangan untuk mengatasi masalah ketimpangan vertikal (antara Pusat dan Daerah) yang dilakukan melalui pembagian hasil antara Pemerintah Pusat dan Daerah penghasil, dari sebagian penerimaan sumber daya alam.
82
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Keuangan Daerah
DBH SDA total yang diterima
Grafik 4.5 Pangsa DBH SDA Propinsi Sumatera Selatan
oleh Propinsi Sumsel pada tahun 93.24%
2007 adalah sebesar Rp2,23 triliun yang terdiri dari DBH Migas sebesar Rp2,08
triliun,
sebesar
DBH
Rp51,74
Pertambangan
Kehutanan
miliar,
Umum
DBH 0.29%
sebesar
4.15% M igas
K ehutanan
2.32%
P ertam bangan Um um
P erik anan
Rp92,56 miliar, dan DBH Perikanan sebesar 6,36 miliar.
Sumber : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Berdasarkan wilayah kabupaten/kota penerima, Kabupaten Musi Banyuasin tercatat sebagai wilayah yang menerima Dana Bagi Hasil SDA terbesar yakni sebesar Rp747,36 miliar atau dengan pangsa sebesar 33,52 persen, disusul kemudian oleh Kabupaten Musi Rawas dengan pangsa sebesar 4,91 persen. Kota Palembang sendiri tercatat menerima DBH SDA sebesar Rp68,79 miliar atau dengan pangsa sebesar 3,09 persen.
800 700 600 500 400 300 200 100 -
40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
Ka Ka b. b. L M us aha Ka t iB an b. M yu us a Ka i R s in Ka aw b. b. as M O Ka ga uar a n b. En K O im ga om e n Ko ri ng Ili Ko me ri n r ta Pa g U Ko l le m u t ba Ko a P n a ta g g Lu ar A bu l am Ko k L in ta gg P au Ka rab um b. ul Ba ih n Ka y ua si b. n O Ka b. ga n O Ka Il b. K U i r O T i K U mu Ba Se r gi an l ata n P ro vin si
Rp Miliar
Grafik 4.6 Pembagian DBH SDA Berdasarkan Wilayah
Nominal DBH SDA
Persentase DBH SDA
Sumber : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
83
Perkembangan Keuangan Daerah
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
84
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Sistem Pembayaran
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
5
5.1. Perkembangan Kliring Perputaran kliring di Sumsel pada Tw-II peningkatan
dari
segi 250
jumlah warkat maupun nominalnya baik tahunan
maupun
Jumlah warkat yang dikliringkan tercatat sebanyak
193.385
lembar
dengan
nominal sebesar Rp6,82 triliun. Secara tahunan,
volume
warkat
200
triwulanan. Ribu Lembar
secara
8 6.82 5.67
5.34 150
4.75 148.40
168.76
178.62
6.04 193.39 184.74
4
100
3 2
50
1 0
dan secara nominal meningkat 43,50
2007 Lembar (axis kiri)
Tw II
Tw I
Tw IV
Tw III
Tw II
0
yang tercatat sebanyak 148.396 lembar
6 5
meningkat
30,31 persen dibanding triwulan II 2007
7
Rp Triliun
menunjukkan
Grafik 5.1 Perkembangan Perputaran Kliring Sumsel
2008 Nilai (axis kanan)
persen dari sebesar Rp4,8 triliun (yoy). Secara triwulanan (qtq) terjadi peningkatan volume warkat sebesar 4,68 persen dari sebanyak 184.740 lembar dan berdasarkan nilai nominalnya meningkat 12,86 persen dari sebesar Rp6,04 triliun. Sementara cek/bilyet giro (BG) kosong tercatat sebanyak 1.731 lembar yang dikliringkan dengan nilai nominal sebesar Rp63,88 miliar. Angka tersebut dilihat dari jumlah warkat dan nilai nominalnya mengalami peningkatan baik secara tahunan maupun triwulanan. Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) jumlah warkat cek/BG kosong naik sebesar 85,13 persen dari sebanyak 935 lembar, sedangkan dari sisi nominal tercatat meningkat sebesar 248,54 persen dari sebesar Rp18,33 miliar. Secara triwulanan, jumlah cek/BG kosong yang dikliringkan meningkat sebesar 8,94 persen dari sebanyak 1.589 dan dari sisi nominal meningkat sebesar 29,81 persen dari sebesar Rp49,21 miliar pada Tw-II 2008.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
85
Perkembangan Sistem Pembayaran
Tabel 5.1 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Propinsi Sumatera Selatan
Ketarangan Perputaran Kliring 1. Lembar Warkat 2. Nominal (Triliun Rp) Cek/Bilyet Giro Kosong 1. Lembar Warkat 2. Nominal (Miliar Rp)
2007
2008
II
III
IV
I
II
148.396 4,75
168.762 5,34
178.62 5,67
184.74 6,04
193.385 6,82
935 18,33
1.225 45,07
1.705 50,90
1.589 49,21
1.731 63,88
Secara bulanan, aktivitas kliring tertinggi terjadi pada bulan Juni dengan jumlah warkat sebanyak 65.850 lembar dan nilai nominal sebesar Rp2,36 triliun. Pada bulan April tercatat sebanyak 63.871 lembar senilai Rp2,21 triliun dan bulan Mei sebanyak 63.664 lembar senilai Rp2,3 triliun. Sementara dari jumlah cek/bilyet giro kosong, aktivitas perputaran warkat maupun nominal tertinggi terjadi pada bulan Juni yakni sebanyak 644 lembar senilai Rp25,18 miliar. Pada bulan April tercatat sebanyak 528 lembar senilai Rp19,50 miliar dan bulan Mei sebanyak 559 lembar senilai Rp19,20 miliar.
5.2. Perkembangan Perkasan Kegiatan perkasan di Sumsel pada Tw-II mencatat inflow sebesar Rp0,99 triliun, meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan triwulan II 2007 (yoy) yang tercatat sebesar Rp0,33 triliun. Namun apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq) menunjukkan penurunan sebesar 9,66 persen dari sebesar Rp1,09 triliun. Pada periode yang sama, outflow tercatat sebesar Rp2,69 triliun atau meningkat sebesar 17,95 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang sebesar Rp2,28 triliun. Demikian pula apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq) tercatat mengalami peningkatan sebesar 90,49 persen dari sebesar Rp1,41 triliun pada triwulan I 2008. Dengan melihat angka inflow dan outflow, net-outflow selama triwulan II 2008 tercatat sebesar Rp1,70 triliun, sedangkan pada periode yang sama tahun sebelumnya tercatat mengalami netoutflow sebesar Rp1,95 triliun. Namun demikian net-outflow triwulan ini tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 330,03 miliar.
86
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Sistem Pembayaran
dengan
(0.50)
kenaikan harga barang juga bersamaan dengan saat libur sekolah dan persiapan
2007
Outflow
Jun
terkait
Apr
selain
0.50 Mei
ini
1.00
Mar
aktivitas perkasan maupun kliring pada
1.50
Feb
peningkatan kegiatan ekonomi. Tingginya
triwulan
2.00
indikator
Jan
satu
II 986,83 2.693,78 1.706,94
2.50
Des
salah
perkasan
Okt
merupakan
kegiatan
tunai,
Nov
peningkatan
non
Sept
pembayaran
I 1.092,3 1.414,1 321,80
Grafik 5.2 Perkembangan Kegiatan Perkasan Sumsel 2007- 2008
Jul
sistem
2008
IV 1.176,09 2.848,48 1.072,39
Agt
Sama halnya dengan dinamika
III 687,22 1.194,42 507,20
Jun
II 332,17 2.283,92 1.951,75
Inflow Outflow Net Outflow
Rp Triliun
Keterangan
Tabel 5.2 Kegiatan Perkasan di Sumsel (Rp Miliar) 2007
2008
Inflow
Net Outflow
menjelang tahun ajaran baru. Terkait dengan uang palsu, berdasarkan laporan dari perbankan dan masyarakat terdapat beberapa temuan uang palsu namun secara kuantitas masih tergolong rendah. Besarnya rasio uang palsu dengan uang yang masuk ke Bank Indonesia sebesar 0,0003 persen. Secara komposisi, seluruh uang palsu yang ditemukan dilaporkan oleh masyarakat. Berdasarkan komparasi rasio, rasio temuan uang palsu pada Tw-II meningkat bila dibandingkan dengan triwulan II 2007 maupun triwulan I 2008
yang masing-masing
tercatat sebesar 0,00022 persen dan 0,00013 persen. Rendahnya rasio angka temuan uang palsu tersebut merupakan salah satu indikator yang menunjukkan bahwa masyarakat sudah lebih mengenal ciri-ciri keaslian rupiah. Dalam rangka meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian rupiah, Bank Indonesia Palembang secara rutin melakukan sosialisasi baik kepada kalangan perbankan, akademisi dari tingkat SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi, maupun ibu rumah tangga dengan harapan agar masyarakat dapat lebih waspada terhadap peredaran uang palsu.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
87
Perkembangan Sistem Pembayaran
Kegiatan sosialisasi meliputi bagaimana mengetahui ciri-ciri keaslian uang yang secara populer dapat dilakukan masyarakat melalui 3D (dilihat, diraba, diterawang). Kegiatan sosialisasi dilakukan baik di Kota Palembang maupun di kabupaten/kota lainnya. Selain itu untuk meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan para kasir, Bank Indonesia secara rutin mengirimkan para kasir untuk memperdalam pengetahuan dalam penanganan tindak pidana pemalsuan uang. Bank Indonesia juga secara kooperatif membantu aparat hukum dalam penyelesaian proses perkara yang terkait dengan tindak pidana pemalsuan uang.
5.3. Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau Selain kegiatan perkasan yang dilaksanakan di Kota Palembang, di Sumsel juga terdapat kegiatan kas titipan yang dilaksanakan di Kota Lubuk Linggau. Kas titipan tersebut dilaksanakan mulai tahun 2005 yang ditandai dengan penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) antara Bank Indonesia Palembang dengan PT. BRI Cabang Lubuk Linggau
yang
ditunjuk
sebagai
bank
penyelenggara
kas
titipan.
Pertimbangan
penyelenggaraan kas titipan di Lubuk Linggau dilatarbelakangi oleh relatif tingginya kebutuhan terhadap uang kas serta jarak yang cukup jauh dari Kota Palembang sehingga menyulitkan distribusi uang kartal.
Keterangan Inflow Outflow Net Outflow
Tabel 5.3 Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau (Rp Miliar) 2007
2008
II
III
IV
I
II
266,54
296,13
442,28
438,66
546,64
306
289,52
449,92
357,42
1.258,24
39,46
(6,61)
7,64
(81,24)
711,60
Aktivitas kas titipan pada triwulan ini semakin meningkat. Hal ini terbukti pada tercatatnya inflow sebesar Rp546,64 miliar atau meningkat sebesar 105 persen persen dibandingkan triwulan II 2007 (yoy) yang tercatat sebesar Rp266,54 miliar, demikian pula apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq) tercatat mengalami peningkatan sebesar 24,62 persen. Outflow tercatat sebesar Rp1.258,24 miliar atau meningkat sebesar
88
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Sistem Pembayaran
311,21 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar Rp305,99 miliar. Sedangkan secara triwulanan (qtq) tercatat mengalami peningkatan sebesar 252,03 persen dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp357,42 miliar. Secara keseluruhan, pada Tw-II tercatat net-outflow sebesar Rp711,60 miliar, meningkat sebesar 1.703 persen dibanding triwulan II 2007 (yoy) yang tercatat sebesar Rp39,46 miliar. Grafik 5.3 Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau Secara Bulanan Tahun 2007-2008
Rp Miliar
750
250
Jun
Jul
Agst
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
(250)
(750) outflow
inflow
net inflow
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
89
Perkembangan Sistem Pembayaran
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
90
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
6
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
6.1. Ketenagakerjaan Kondisi ketenagakerjaan di Propinsi Sumsel masih tetap belum banyak menunjukkan perubahan yang berarti. Lambannya transformasi tenaga kerja dari sektor primer ke sektor sekunder, produktivitas tenaga kerja yang masih relatif rendah, serta pertumbuhan angkatan kerja yang lebih besar dari pertumbuhan lapangan kerja, menyebabkan pengangguran masih menjadi persoalan yang dilematis di Sumsel. Tabel 6.1 Banyaknya Pekerja per Sektor Ekonomi Triwulan II 2007 – Triwulan II 2008 Tw-II 2007
SEKTOR
Jumlah
1.957.467
1. Pertanian 2. Pertambangan 3. Industri
Tw-III 2007
Persen
Jumlah
63,31 1.896.167
Tw-IV 2007
Persen
Jumlah
63,15 1.933.405
Tw-I 2008
Persen
63,05
Jumlah
1.978.361
Tw-II 2008
Persen
62,56
Jumlah
Persen
1.990.392
62.1
24.353
0,76
23.473
0,74
22.453
0,73
25.639
0,81
26.589
0.83
136.006
3,74
154.879
3,72
113.422
3,70
132.342
4,19
143.634
4.48
9.732
0,63
6.333
0,64
19.801
0,65
9.467
0,30
4.461
0.14
99.619
2,68
97.571
2,66
81.094
2,64
108.761
3,44
118.024
3.68
6. Perdagangan
367.594
15,76
380.319
15,73
482.544
15,74
471.520
14,91
466.289
14.55
7. Transportasi
137.155
3,79
145.229
3,83
117.880
3,84
149.554
4,73
159.191
4.97
17.615
0,59
24.502
0,61
18.780
0,61
19.910
0,63
19.327
0.6
298.161
8,72
329.045
8,92
277.032
9,03
266.703
8,43
277.267
8,65
4. Listrik, Gas dan Air 5. Kontruksi
8. Lembaga Keuangan 9. Jasa Jumlah
3.047.702
100,00
3.057.518 100,00 3.066.413 100,00 3.162.257 Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
100,00 3.205.174
100,00
Pada Tw-II jumlah angkatan kerja tercatat sebanyak 3.205.147 orang atau meningkat sebesar 1,36 persen dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebanyak 3.162.257 orang. Peningkatan angkatan kerja
tersebut
selain terkait
dengan
peningkatan jumlah penduduk usia kerja, juga disebabkan oleh semakin bertambahnya jumlah penduduk yang menyelesaikan jenjang pendidikan yang ditempuh dan siap memasuki dunia kerja. Peningkatan jumlah angkatan kerja tersebut diiringi oleh sedikit peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dari 69,81 persen pada Tw-I 2008 menjadi 69,99 persen pada Tw-II 2008.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
91
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Sementara itu, berdasarkan sektor ekonomi, distribusi sektoral menunjukkan bahwa konsentrasi tenaga kerja masih terdapat di sektor pertanian yang menyerap 62,10 persen tenaga kerja, meskipun angka ini sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 62,56 persen, namun tetap membuktikan bahwa sektor pertanian masih tetap menjadi tumpuan utama bagi sebagian besar masyarakat Sumatera Selatan. Selama
beberapa
periode
terakhir, sektor pertanian masih tetap
menjadi
sektor
yang
mendominasi penyerapan tenaga
Grafik 6.1 Persentase Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Propinsi Sumsel Triwulan II 2008
8.65
Jasa-jasa
kerja di Sumsel. Masih terbatasnya lapangan kerja sektor formal di luar sektor
pertanian,
masyarakat
Keuangan 0.60
menyebabkan
Pengangkutan
menjadikan
Perdagangan
masih
sektor pertanian sebagai pilihan
Bangunan
4.97 14.55 3.68
karena tidak terlalu membutuhkan keterampilan dan pendidikan yang tinggi serta lebih fleksibel. Selain itu, masih
tingginya
komoditas
pertanian
harga-harga terutama
Listrik, Gas, dan Air 0.14 Industri Pengolahan
4.48
Pertambangan 0.83 Pertanian
62.10
tanaman perkebunan seperti karet, sawit, dan kopi menjadi daya tarik
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
masyarakat untuk menggeluti sektor pertanian. Selain itu, kondisi cuaca yang cukup mendukung bagi sub sektor tanaman bahan makanan khususnya padi juga menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk menanam padi. Dari sektor sekunder, sektor industri pengolahan pada Tw-II ini menyerap tenaga kerja sebesar 4,48 persen, menurun dibanding triwulan sebelumnya 4,19 persen. Sementara sektor llistrik gas dan air mengalami penurunan penyerapan tenaga kerja yakni dari 0,30 persen pada Tw-I 2008 menjadi 0,14 persen pada Tw-II 2008. Demikian pula dengan sektor bangunan yang pada Tw-II hanya mampu menyerap 3,68 persen tenaga kerja atau meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 3,44 persen. Penurunan penyerapan tenaga kerja pada sektor industri pengolahan diantaranya terkait dengan kinerja sektor sekunder dalam menyerap
92
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
tenaga kerja belum dapat diharapkan karena belum banyaknya realisasi pembangunan proyek infrastruktur yang didanai oleh pemerintah yang bersifat padat karya. Sama halnya dengan penyerapan tenaga kerja pada sektor sekunder, kinerja penyerapan tenaga kerja pada sektor tersier juga mengalami peningkatan meskipun tidak terlalu besar, terutama pada sektor transportasi dan sektor jasa-jasa. Sektor transportasi dan komunikasi sedikit meningkat dari 4,73 persen pada Tw-I 2007 menjadi 4,97 persen, sedangkan sektor jasa-jasa meningkat menjadi 8,65 persen dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,43 persen. Sektor perdagangan tercatat menyerap 14,55 persen tenaga kerja atau sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 14,91 persen. Melihat perkembangan kinerja lapangan pekerjaan dalam penyerapan tenaga kerja sampai dengan Tw-II ini dapat disimpulkan bahwa daya serap tenaga kerja sektoral masih belum mengalami perubahan dan transformasi tenaga kerja dapat dikatakan masih berjalan di tempat. Ke depan, upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan ketenagakerjaan ini perlu menjadi perhatian agar tidak menimbulkan permasalahan sosial yang lebih besar lagi.
6.2. Pengangguran Masalah
pengangguran
merupakan
masalah
yang
melekat
pada
aspek
ketenagakerjaan. Penduduk yang menganggur a d a l a h p e n d u d u k y a n g sedang mencari pekerjaan ditambah penduduk yang sedang mempersiapkan usaha (tidak bekerja), yang mendapat pekerjaan tetapi belum mulai bekerja, serta yang tidak mungkin mendapatkan pekerjaan. Tabel 6.2 Tingkat Pengangguran di Propinsi Sumsel Tahun 2007 – 2008 (persen) Tingkat Pengangguran
Tw II
2007 Tw III
Tw IV
Tw I
2008 Tw II **)
Pengangguran Terbuka (%)
9,87
9,34
9,34
8,45
8,05
Setengah Pengangguran (%)
38,84
38,53
38,54
37,65
37,19
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Dari tahun 2007 hingga saat ini tingkat pengangguran terbuka (TPT) mengalami fluktuasi. Tingkat pengangguran terbuka pada Tw-I 2008 tercatat sebesar 8,45 persen dan mengalami penurunan pada Tw-II menjadi 8,05 persen.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
93
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Seperti halnya TPT, tingkat setengah
pengangguran
mengalami
sedikit
juga
penurunan.
Grafik 6.2 Persentase Pengangguran Terselubung (Setengah Pengangguran) Menurut Lapangan Pekerjaan di Propinsi Sumsel Triwulan II 2008
Tingkat pengangguran pada Tw-I 2008 sebesar 37,65 menjadi 37,19
jasa Jasa-
pada Tw-II 2008. Penurunan pada
ngan Keua
tingkat pengangguran merupakan dampak dari terjadinya kenaikan
utan angk Peng
pada jumlah orang yang bekerja
an gang Perda
walaupun peningkatan yang terjadi
unan Bang
tidak
begitu
demikian, kerja masih
besar.
pembukaan
diberbagai
sektor
diperlukan,
Walaupun lapangan ekonomi
terlebih
lagi
lapangan kerja yang padat karya.
ir an A as, d G , ik Listr an golah i Pen r t s u Ind gan mban Perta S u m
5.68 0.08 0.48 4.82 0.42 0.13 1.51 0.12
nian Perta
46.65
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Berdasarkan sektor ekonominya, persentase tingkat setengah pengangguran terbesar terjadi pada sektor pertanian yakni sebesar 46,65 persen terkait dengan karakteristik sektor pertanian yang sangat dipengaruhi oleh musim sehingga beban kerjanya juga mengikuti siklus musim. Jumlah jam kerja normal dan di atas normal lebih banyak terdapat pada lapangan pekerjaan yang banyak kegiatan formalnya seperti pertambangan, industri, listrik, gas dan air, keuangan, konstruksi, serta transportasi dan komunikasi. Pada sektor transportasi, meskipun di dalamnya banyak terdapat kegiatan yang informal namun pada umumnya kegiatan di sektor ini membutuhkan jam kerja yang lama. Sebaliknya, terdapat pula sektorsektor yang secara umum mempekerjakan tenaga kerja dengan jam kerja di atas normal, seperti sektor pertambangan, sektor industri, sektor listrik gas dan air bersih, sektor keuangan, sektor transportasi dan komunikasi.
94
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Grafik 6.3 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini
Seperti triwulan sebelumnya, masih terbatasnya lapangan pekerjaan tersebut
seiring
100 95
dengan
90
konfirmasi yang diperoleh dari hasil
80
survei
juga
konsumen
60
40
rumah tangga menengah ke atas
30
yang
survei
20
dengan
10
merasa
semakin
pesimis
72
69 61
58
83
80
73 67
62 63 64
64
63 55
53
50
Dari hasil survei tersebut, konsumen
responden
79
70
yang
diselenggarakan di kota Palembang.
menjadi
88
0 Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni
ketersediaan lapangan kerja walaupun sempat terjadi sedikit kenaikkan pada
2007
bulan Mei tetapi kembali mengalami
2008
penurunan pada bulan Juni, yaitu dari 63 menjadi 55.
6.3. Pendapatan per Kapita Pendapatan regional per kapita atas dasar harga berlaku (dengan migas) Propinsi Sumatera Selatan tercatat sebesar Rp4.050.657 atau meningkat sebesar 9,71 persen dibanding
triwulan
sebelumnya
yang
sebesar
Rp3.692.181.
Namun
jika
tanpa
memperhitungkan komponen migas, pendapatan per kapita meningkat sebesar 7,96 persen yaitu dari Rp2.414.467 menjadi Rp2.606.623. Tabel 6.3 Pendapatan Per Kapita Propinsi Sumsel Tahun 2007-2008 Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2000 (Rupiah) PDRB
2007 *)
2008 **)
II
III
IV
I
II
Dengan migas
3.173.562
3.461.178
3.656.596
3.692.181
4.050.657
Tanpa migas
2.175.160
2.410.544
2.385.407
2.414.467
2.606.623
Dengan migas
1.638.793
1.729.570
1.680.196
1.668.895
1.698.719
Tanpa migas
1.239.127
1.335.388
1.278.896
1.274.409
1.303.124
Harga Berlaku
Harga Konstan
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
95
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Dengan mengeliminasi
faktor harga, maka akan didapat besaran pendapatan
perkapita atas dasar konstan 2000 (dengan migas). Pada Tw-II, pendapatan perkapita atas dasar harga konstan 2000 (dengan migas) mencapai Rp1.698.719. Angka ini mengalami peningkatan sebesar 1,79 persen dibanding dengan Tw-I 2008 yang mencapai Rp1.668.895. Sementara itu, pendapatan per kapita regional atas dasar konstan tanpa migas juga mengalami peningkatan sebesar 2,25 persen dari Rp1.274.409 menjadi Rp1.303.124. Berdasarkan hasil survei
Grafik 6.4 Indeks Penghasilan Saat ini dibandingkan 6 bln yang lalu
konsumen
yang
secara
160 140 120 100 80 60 40 20 0
113
126125125128121
135132134131136141 125124121
Indonesia 121 109 114
terhadap
Palembang konsumen
rumah
tangga, meskipun konsumen masih
memandang optimis
terhadap
Ja n Fe b M a Apr Mr e Ju i ni AgJuli us Se t p O kt No Dev s Ja n Fe Mb a Apr M r ay Ju n
Indeks
bulanan dilakukan oleh Bank
pendapatan
yang
diterimanya baik pada masa sekarang maupun ekspektasi-
nya di masa mendatang namun optimisme tersebut mengalami penurunan yang tercermin dari indeks penghasilan saat ini sebesar 121 pada bulan Mei menjadi 114 pada bulan Juni.
6.4. Jumlah Penduduk Miskin Sumsel Walaupun Propinsi Sumatera Selatan termasuk salah satu propinsi yang kaya di Indonesia, tetapi jumlah penduduk miskin di Sumatera Selatan termasuk tinggi. Jumlah penduduk miskin tertinggi di Propinsi Sumatera Selatan terdapat di Kabupaten Musi Banyuasin, yaitu sebanyak 165.600 orang, sedangkan jumlah penduduk miskin terendah adalah di Kota Prabumulih yaitu sebanyak 10.000 orang (data tahun 2007). Adapun jumlah penduduk miskin di Sumsel pada tahun 2008 (posisi Maret 2008) tercatat sebanyak 1.249.600 jiwa atau sebesar 17,73 persen.
96
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Tabel 6.4 Jumlah Penduduk Miskin Sumsel Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2004-2007 No
Kabupaten/Kota
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
OKU OKI Muaraenim Lahat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan Ilir Empat Lawang Palembang Prabumulih Pagaralam Lubuklinggau Sumsel
2004 201,4 218,9 138,3 160,2 164 164,4 147,3 124,1 15,8 16,9 28 1.379
Jumlah Penduduk Miskin (dalam ribuan) 2005 2006 45,2 46,1 161,6 174,1 140,3 140,7 162,6 163,1 166,4 166,9 171,3 171,8 149,5 149,9 58,8 67,8 102,8 103,1 85,5 82,7 125,9 126,3 15,5 12,3 15,2 13,7 28,4 28,5 1.429 1.446,9
2007 40,6 152,7 128,5 94,9 160,3 165,6 136,8 61,2 90,7 79,6 49,7 124,4 10 11,2 25,6 1.331,8
Sumber : Sakernas BPS
6.5. Nilai Tukar Petani (NTP) Nilai tukar petani merupakan indikator untuk menunjukkan kemampuan daya beli petani. Perkembangan nilai tukar petani selama Juni 2007 sampai Mei 2008 cukup fluktuatif. Nilai tukar petani pada Tw-II 2008 (Mei 2008) mengalami penurunan dari Tw-I 2008 yaitu dari sebesar 105,17 menjadi sebesar 102,39. Penurunan nilai tukar terjadi karena kenaikkan indeks harga yang dibayar petani melebihi kenaikan indeks harga yang diterima petani. Indeks yang diterima petani mengalami penurunan dari 113,32 pada triwulan sebelumnya menjadi 110,37, sedangkan Indeks yang Dibayar Petani mengalami kenaikan dari 105,85 menjadi 107,80. Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani mengalami peningkatan dari 106,6 menjadi 108,32. Konsumsi paling besar terjadi pada konsumsi untuk pendidikan, rekreasi dan olah raga yang indeksnya mencapai 118,1. Konsumsi terendah petani ada pada sektor transportasi dan komunikasi yang terlihat dari indeksnya sebesar 99,44.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
97
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Indeks
Grafik 6.5 Indeks Harga yang Diterima, Indeks Harga yang Dibayar dan Nilai Tukar Petani 114 112 110 108 106 104 102 100 98 96 94
112.1 111.32
108.4
108.22
107.8
107.29
106.92 104.85
104.17 103.89
110.37
105.85 105.17
102.39 101.03
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
2008
Indeks Diterima Petani
Indeks Dibayar Petani
Nilai Tukar Petani
Sumber : BPS Propinsi Sumsel
Tabel 6.5 Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Sumatera Selatan Jan-Mei 2008 serta Persentase Perubahannya Sektor, Kelompok dan Sub Kelompok
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
% Feb thd Jan
% Mar thd Feb
% Apr thd Mar
% Mei thd Apr
Konsumsi Rumah Tangga
104.14
105.2
106.6
107.64
108.3
1.06
1.29
0.97
0.63
1. Bahan Makanan
102.62
103.9
105.4
106.29
107.5
1.28
1.40
0.85
1.11
2. Makanan Jadi
103.77
104.1
106.1
106.74
106.7
0.27
1.93
0.64
0
3. Perumahan
102.75
105.0
105.3
107.40
108.3
2.15
0.33
1.98
0.80
4. Sandang
111.10
111.4
116.1
117.04
116.0
0.30
4.17
0.83
-0.86
5. Kesehatan 6. Pendidikan,Rekreasi dan Olahraga 7. Transportasi dan Komunikasi
107.74
109.1
109.2
112.60
112.9
1.28
0.11
3.08
0.25
116.77
119.1
118.1
118.04
118.0
1.97
-0.81
-0.06
0
100.29
99.5
99.44
100.37
100.6
0.79
-0.07
0.94
0.21
Sumber : BPS Propinsi Sumsel
Biaya produksi dan penambahan modal petani mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari indeks biaya produksi dan penambahan modal dari sebesar 103,62 menjadi 106,51. Peningkatan pengeluaran petani dalam proses produksi paling besar terjadi pada pembelian bibit yang naik 20 persen dari 95.22 menjadi 114.24. Petani tidak mengalami penambahan barang modal, hal ini terlihat dari indeks penambahan barang modal yang menurun, yaitu dari sebesar 103,84 menjadi 103,83.
98
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Tabel 6.6 Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Modal Petani Sektor,Kelompok dan Sub Kelompok Biaya Produksi dan Penambahan Modal 1. Bibit 2. Obat-obatan dan pupuk 3. Sewa lahan, pajak dan lainnya
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
% Feb thd Jan
% Mar thd Feb
% Apr thd Mar
% Mei thd Apr
103.22
103.7
103.6
106.25
106.5
0.46
-0.07
2.54
0.24
97.09
98.05
95.22
115.98
114.2
0.98
-2.89
21.8
-1.5
100.07
101.1
101.3
101.88
104.1
1.05
0.2
0.56
2.16
104.94
104.9
104.9
104.95
105.1
-0.02
0
0.02
0.18
4. Transportasi 5. Penambahan barang modal
102.42
102.7
99.11
107.78
107.9
0.24
-3.46
8.75
0.13
102.68
102.9
103.8
103.83
103.8
0.22
0.91
-0.01
0.01
6. Upah buruh tani
107.92
108.2
109
108.9
109
0.28
0.71
-0.09
0.13
6.6. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. HDI digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah wilayah adalah wilayah maju, wilayah berkembang atau wilayah terbelakang, serta untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. Pada tahun 2005, dari 30 propinsi yang diukur IPM-nya, Propinsi Sumsel menempati peringkat IPM nomor 13 dengan nilai IPM sebesar 70,2. Nilai tersebut sebagai akumulasi dari angka harapan hidup yang mencapai 68,3 tahun dan pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan sebesar Rp 610.300. Di bidang pendidikan, rata-rata lama sekolah yang merepresentasikan tingkat pendidikan di Sumsel tergolong moderat, rata-rata lama sekolah penduduk Sumsel pada tahun 2005 tercatat sebesar 7,5 tahun. Namun satu hal yang menggembirakan adalah pendidikan telah cukup dinikmati secara merata oleh penduduk Sumsel yang dibuktikan dengan persentase angka melek huruf yang mencapai 95,90 persen. Berdasarkan penilaian per wilayah kabupaten/kota, kota Palembang sebagai ibu kota Propinsi tercatat memiliki peringkat IPM paling tinggi di Sumsel atau secara nasional menempati ranking IPM ke-59 dengan IPM sebesar 73,6. Sedangkan wilayah yang memiliki IPM terendah di Sumsel yaitu kabupaten Musi Rawas yang menempati peringkat ke-367 dengan IPM sebesar 65,00.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
99
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Tabel 6.7 IPM 2005 Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kabupaten/Kota
Kota Palembang Kota Prabumulih Ogan Komering Ulu Kota Pagar Alam OKU Selatan Ogan Komering Ilir Musi Banyuasin Muara Enim Lahat Banyuasin Kota Lubuk Linggau Ogan Ilir OKU Timur Musi Rawas
Angka Harapan Hidup (tahun)
Angka Melek Huruf (persen)
69.90 70.00 68.80 69.20 68.90 66.90 68.70 66.60 66.80 66.60 64.70 64.80 67.80 63.20
97.70 97.70 95.10 97.20 93.70 94.70 95.90 98.80 96.00 93.50 95.00 94.20 91.20 95.50
Rata-rata Pengeluaran Lama per kapita riil Sekolah disesuaikan (tahun) (Rp. 000) 9.70 8.30 7.00 8.00 6.90 6.70 6.80 7.30 7.10 7.00 7.60 6.60 6.50 6.90
616.80 597.10 610.50 591.50 599.60 613.20 594.90 596.40 590.60 595.40 587.40 595.00 573.90 587.10
IPM
Peringkat Nasional
73.60 71.10 69.90 69.90 68.80 68.80 68.70 68.70 67.60 67.20 66.30 66.00 65.40 65.00
59 132 172 173 219 221 223 228 271 289 325 334 357 367
Sumber : BPS Propinsi Sumsel
100
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah
PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH
7
7.1. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan masih tetap tergantung sektor primer terutama sektor pertanian yang sangat dipengaruhi oleh faktor musiman. Pada triwulan III diperkirakan kinerja sektor pertanian akan mengalami peningkatan dibanding dengan Tw-II terkait dengan peningkatan pada sub sektor tanaman perkebunan. Harga karet di pasar dunia yang masih terus meningkat juga berdampak positif terhadap pendapatan petani. Disamping itu, sawit juga diperkirakan akan meningkat produktivitasnya yang disebabkan selain karena terdorong oleh harga CPO di pasar dunia yang tinggi juga karena peningkatan produksi sebagai akibat dari perluasan lahan dan peremajaan tanaman sawit. Sub sektor perikanan diperkirakan juga akan meningkat kinerjanya terkait dengan kondisi cuaca yang cukup kondusif untuk kegiatan penangkapan ikan. Selain sektor pertanian, sektor
Tabel 7.1 Leading Economic Indicator Pertumbuhan Ekonomi Sumsel Pada Tw III 2008
lain yang diperkirakan meningkat adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) dimana pada bulan Juli merupakan salah satu
Sektor/Sub Sektor Pertanian a. Tanaman bahan makanan b. Perkebunan
Produksi
Harga
Penjualan/Ekspor
++
+ ++
+ ++
++
+
+
Industri Pengolahan
puncak bagi tingkat hunian hotel di
Pertambangan a. Pertambangan migas b. Pertambangan non migas
0 0
+++ ++
+ 0
Palembang. Sektor perdagangan juga
Bangunan
0
0
+
++ 0
+ +
++ +
0
++
++
diperkirakan akan meningkat terkait dengan
bulan
Ramadhan
yang
bertepatan pada awal September 2008.
PHR a. Perdagangan eceran b. Hotel Transportasi a. Transportasi
Keterangan +++ Sangat Baik
- Cukup Buruk
++ Baik
-- Buruk
+ Cukup Baik
--- Sangat Buruk
0 Normal
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha KBI Palembang
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
101
Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah
Namun demikian, kondisi iklim pada masa sekarang yang sulit diprediksi sebagai dampak dari pemanasan global harus mendapat perhatian serius dari berbagai pihak. Dengan asumsi bahwa kondisi iklim pada triwulan III 2008 tidak terlalu jauh berbeda dengan kondisi tahun sebelumnya serta sesuai dengan karakteristik siklikal pertumbuhan ekonomi Sumsel, pertumbuhan ekonomi Sumsel pada Tw-III diperkirakan akan tumbuh positif. Berdasarkan
proyeksi
dan
mempertimbangkan
kondisi
ekonomi
terkini,
diperkirakan pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) pada triwulan III 2008 akan berada pada kisaran 3,52 ± 0,5 persen atau secara triwulanan (qtq) diperkirakan tumbuh sebesar 4,37 ± 0,5 persen. Angka proyeksi pertumbuhan triwulanan didasarkan pada beberapa asumsi yakni realisasi belanja pemerintah daerah yang semakin besar, meningkatnya pendapatan masyarakat terkait rapel gaji PNS di bulan Juli walaupun masih dipengaruhi oleh tingginya harga barang dan jasa domestik menjelang Idul Fitri.
7.2. Inflasi Mempertimbangkan kondisi perekonomian terkini dan pergerakan harga barang dan jasa, perkembangan inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan akan berada pada level yang moderat dan meningkat terkait dengan masih terasanya dampak kenaikan BBM dan menjelang bulan Ramadhan. Tekanan inflasi diperkirakan akan berasal dari kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, serta kelompok sandang. Kelompok bahan makanan diperkirakan masih tetap menjadi pemicu inflasi terkait dengan kenaikan harga beberapa komoditas pangan seperti beras, kedelai, tepung terigu, serta minyak goreng meskipun kenaikannya lebih rendah dibandingkan kenaikan pada Tw-II. Inflasi tahunan pada triwulan III 2008 diproyeksikan masih berada pada level double digit. Hal yang masih perlu diwaspadai hingga saat ini adalah ketersediaan pasokan barang dan jasa, faktor distribusi, dan lonjakan permintaan terhadap komoditas tertentu. Berdasarkan proyeksi dan dengan mempertimbangkan perkembangan harga serta determinan utama inflasi di Sumatera Selatan, maka tekanan inflasi triwulanan (qtq) diperkirakan akan mencapai 4,90 ± 0,5 persen.
102
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah
Grafik 7.1 Perbandingan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dan Persentase Responden Yang Memperkirakan Peningkatan Harga 3 Bulan Yang Akan Datang 140
100 90
120
80 70 60
80
50 60
40
Persen
Indeks
100
30
40
20 20
10
0
0 Juni
Juli
Agust
Sep 2007
IEK
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
2008
% responden yg memperkirakan peningkatan harga di 3 bulan mendatang
7.3. Perbankan Berdasarkan rencana bisnis perbankan, kinerja perbankan pada Tw-III diperkirakan akan mengalami peningkatan baik dari penghimpunan dana pihak ketiga maupun penyaluran kredit. Hasil Survei Kredit Perbankan yang dilakukan di Sumatera Selatan mengkonfirmasi hal tersebut. Permintaan kredit pada triwulan mendatang diperkirakan akan meningkat meskipun masih dalam kisaran yang tidak terlalu tinggi (1-10 persen). Berdasarkan jenis penggunaannya, mayoritas kredit/pembiayaan terutama masih ditujukan untuk modal kerja, diikuti dengan konsumsi dan investasi. Peluang penyaluran kredit masih terbuka, dan diperkirakan akan terus meningkat terkait dengan peningkatan permintaan masyarakat. Selain penyaluran kredit, penghimpunan dana pihak ketiga melalui giro, deposito dan tabungan juga diperkirakan akan meningkat pada kisaran 1–10 persen. Meningkatnya BI Rate sebagai acuan penetapan suku bunga perbankan diperkirakan sebagai salah satu faktor penyebabnya. Dana pihak ketiga diperkirakan akan didominasi tabungan, diikuti deposito dan giro. Selain pelayanan yang ditawarkan dalam penghimpunan dana dan penyaluran kredit, fasilitas jasa perbankan yang ditawarkan, inovasi produk dan layanan berbasis teknologi diharapkan akan meningkatkan kinerja penghimpunan dana oleh perbankan ditengah persaingan dengan produk sekuritas dan alternatif investasi lain. Selain itu, tingkat suku bunga yang semakin rendah dan promosi dan layanan yang diberikan diharapkan akan meningkatkan penyaluran kredit/pembiayaan oleh perbankan.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
103
Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
104
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
DAFTAR ISTILAH Mtm
Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya
Qtq
Quarter to quarter perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya
Yoy
Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya
Share Of Growth
Kontribusi suatu sektor ekonomi terhadap total pertumbuhan PDRB
Investasi
Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal
Sektor ekonomi dominan
Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan
Migas
Minyak dan Gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri minyak dan gas
Omzet
Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi
Share effect
Kontribusi pangsa sektor atau subsektor terhadap total PDRB
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Dengan skala 1-100
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu
Indeks Kondisi Ekonomi Indeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100 Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktifitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
Dana Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.
Indeks Pembangunan Manusia
Ukuran kualitas pembangunan manusia, yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 hal kualitas hidup, yaitu pendidikan, kesehatan, daya beli
APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPR, dan ditetapkan dengan peraturan daerah
Andil inflasi
Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan
Bobot inflasi
Besaran yang menunjukan pengaruh suatu komoditas, terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut
Ekspor
Dalah keseluruhan barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil mau
Impor
Seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil
PDRB atas dasar harga berlaku
Penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian
PDRB atas dasar harga konstan
Merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya
Bank Pemerintah
Bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito
Loan to Deposits Ratio (LDR)
Rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun
Cash inflows
Jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu
Cash Outflows
Jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu
Net Cashflows
Selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya
Aktiva Produktif
Penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit, penempatan pada antar bank, penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia(SBI), dan surat-surat berharga lainnya.
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)
Pembobotan terhadap aktiva yang dimiliki oleh bamk berdasarkan risiko dari masing-masing aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot risikonya. Misalnya kredit yang diberikan kepada pemerintah mempunyai bobot yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang diberikan kepada perorangan
Kualitas Kredit
Penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu lancar, Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar, Diragukan dan Macet
Capital Adequacy Ratio (CAR)
Rasio antara modal (modal inti dan modalpelengkap) terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)
Financing to Deposit Ratio (FDR)
Rasio antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima. Konsep ini sama dengan konsep LDR pada bank umum konvensional
Inflasi
Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persistent)
Kliring
Pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu
Kliring Debet
Kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang disertai dengan penyampaian fisik warkat debet seperti cek, bilyet giro, nota debet kepada penyelenggara kliring lokal (unit kerja di Bank Indonesia atau bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia sebagai penyelenggara kliring lokal) dan hasil perhitungan akhir kliring debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit kerja yang menagani SKNBI di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan secara nasional
Non Performing Loans/Financing (NPLs/Ls)
Kredit atau pembiayaan yang termasuk dalam kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)
Suatu pencadangan untuk mengantisipasi kerugia yang mungkin timbul dari tidak tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP ditentukan dari kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin besar PPAP yang dibentuk, misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong Kurang Lancar adalah 15 % dari jumlah Kredit Kurang Lancar (setelah dikurangi agunan), sedangkan untuk kedit Macet, PPAP yang harus dibentuk adalah 100% dari totsl kredit macet (setelah dikurangi agunan)
Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs)
Rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs, gross. Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ybs.
Rasio Non Performing Loans (NPLs) – NET
Rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan penyisihan penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit
Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS)
Proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)
Sistem kliring bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.