KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi
Triwulan III - 2008
Kantor Bank Indonesia Jambi
Halaman ini sengaja dikosongkan
KATA PENGANTAR Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Jambi untuk triwulan III tahun 2008 dapat diselesaikan dengan baik. KER merupakan salah satu terbitan periodik sebagai sarana bagi Kantor Bank Indonesia Jambi dalam membangun komunikasi dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal maupun stakeholers eksternal sehingga para pemangku kepentingan seperti pelaku usaha, perbankan dan terutama Pemerintah Daerah Jambi (provinsi dan kabupaten/kota) dapat memperoleh masukan untuk mengambil keputusan dan kebijakan yang sesuai dengan perkembangan yang ada. KER mencakup beberapa aspek seperti perkembangan ekonomi makro regional, perkembangan inflasi daerah, perkembangan perbankan, perkembangan keuangan daerah, perkembangan sistem pembayaran, ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan serta perkiraan ekonomi dan inflasi daerah. Berdasarkan asesmen atas data dan informasi, pada triwulan III tahun 2008 akselerasi pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi masih terus berlanjut. Namun demikian, perkembangan harga-harga secara umum masih berada pada level yang cukup tinggi sebagai dampak lanjutan dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Perkembangan perbankan terutama dari sisi kredit yang diberikan menunjukkan peningkatan disertai dengan membaiknya fungsi intermediasi perbankan yang tercermin dari peningkatan Loan to deposits ratio (LDR) dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan peningkatan LDR, kualitas kredit yang diberikan membaik yang tercermin dari menurunnya ratio Non-Performing Loan (NPL) gross. Pembenahan sektor riil secara langsung diperlukan sebagai upaya akselerasi penyaluran kredit perbankan. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan yang akan datang sangat tergantung pada peningkatan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah melalui percepatan realisasi APBD. Di sisi lain, potensi kenaikan harga-harga secara umum perlu mendapatkan perhatian khusus. Dalam penyusunan KER triwulan III tahun 2008, kami banyak memperoleh support dari berbagai pihak seperti dinas-dinas pemerintah daerah, instansi, perbankan, BUMN/BUMD dan pelaku usaha. Oleh karena itu, kami menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak. Kami mengharapkan kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. Seiring dengan keterbatasan yang ada, kami mengharapkan kritik dan saran dalam meningkatkan kualitas KER ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, untuk kemakmuran masyarakat Jambi. Jambi, Oktober 2008
Halaman ini sengaja dikosongkan
DAFTAR ISI Daftar Isi ................................................................................................... Daftar Tabel .......................................................................................... Daftar Grafik .......................................................................................... Ringkasan Eksekutif ..................................................................................... BAB I.
Perkembangan Ekonomi Makro Regional ................................. A. Umum ............................................................................. B. PDRB Sisi Produksi.............................................................. C. PDRB Sisi Pengeluaran........................................................ Boks 1: Indek Produksi Provinsi Jambi Tahun 2008 (Suatu Indikator Dini Pertumbuhan Produksi Riil) Boks 2: Investasi Propinsi Jambi dan Krisis Pasar Modal Dunia 2008. BAB II. Perkembangan Harga-Harga..................................................... A. Kajian Umum ................................................................. B. Inflasi Perdagangan Kelompok Barang ................................ BAB III. Perkembangan Perbankan Daerah ............................................ A. Perkembangan Kelembagaan .......................................... B. Bank Umum ................................................................... C. Bank Perkreditan Rakyat .................................................... BAB IV Keuangan Pemerintah Daerah .............................................. A. Umum ............................................................................. B. Realisasi Pendapatan Daerah .............................................. C. Realisasi Belanja Daerah ..................................................... D. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah ............................... E. Keuangan Pemerintah Daerah ........................................... BAB V Perkembangan Sistem Pembayaran ....................................... A. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai .............................. B. Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai ..................... BAB VI Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan ............................. A. Keternagakerjaan Daerah................................................... B. Kesejahteraan .................................................................... C. Kemiskinan ........................................................................ BAB VII Perkiraan Ekonomi dan Harga Daerah....................................... A. Pertumbuhan Ekonomi......................................................... B. Proyeksi Inflasi..................................................................... Lampiran Daftar Istilah
i
i ii iv 1 5 5 7 21
31 31 34 43 43 44 58 59 59 61 61 63 65 69 69 71 73 73 75 78 83 83 87
DAFTAR TABEL
1.1
Laju Triwulanan (q-t-q) Pertumbuhan Provinsi Jambi Sisi Produksi dan Sisi Penggunaan
2.1
Perkembangan Inflasi Kota Jambi
2.2
Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) serta tahuin kalender (y-t-d) Kota
6 32
Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa
34
3.1
Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi
45
3.2
Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik
46
3.3
Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek
47
3.4
Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi
48
3.5
Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Provinsi Jambi
50
3.6
Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi
51
3.7
Tabel Persetujuan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan di Provinsi Jambi 51
3.8
Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum Provinsi Jambi
54
4.1
APBD Provinsi Jambi Tahun 2008
60
4.2
Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
63
4.3
Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
64
4.4
Perkembangan Realisasi Transfer Dana Bagi Hasil (DBH) Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
66
5.1
Perkembangan Sistem Pembayaran Provinsi Jambi
69
5.2
Perkembangan Transaksi RTGS
72
6.1
Pertambahan Jumlah Pencari Kerja per Jenjang Pendidikan di Provinsi Jambi
74
6.2
Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub sektor (2007 = 100)
77
6.3
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Sumatera dan Indonesia
79
ii
6.4
Garis Kemiskinan Provinsi Jambi
79
6.5
Garis Kemiskinan Menurut Komponen
80
6.6
Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan
80
7.1
Saldo Bersih Tertimbang Perkembangan Dunia Usaha
85
iii
DAFTAR GRAFIK 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 1.13 1.14 1.15 1.16 1.17 1.18 1.19 1.20 1.21 1.22 1.23 1.24 1.25 1.26 1.27 1.28 1.29 1.30 1.31 1.32 1.33 1.34 1.35
iv
Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (q-t-q) Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) Kontribusi PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (q-t-q) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan III Tahun 2008 Luas Tanam Sektor Tabama triwulan II Tahun 2008 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan IIII Tahun 2008 Luas Panen Sektor Tabama Trwulan II Tahun 2008 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan III Tahun 2008 Perkembangan harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi Indikator Produksi Sub Sektor Tanaman Perkebunan tahun 2008 Indikator Produksi Sub Sektor Hortikultura, Sub Sektor Peternakan dan Sub Sektor Perikanan tahun 2008 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi Pertumbuhan Indeks terima dan Indeks Bayar Petani Distribusi Jenis Pupuk Jumlah dan Pertumbuhan Realisasi Pupuk Perkembangan Indikator produksi Bulanan Sektor PHR Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis PDRB Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Lifting Minyak Bumi Pertumbuhan Lifting Gas Alam PDRB Industri Pengolahan dan Volume Penjualan Solar Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor Industri Indeks Produksi Industri CPO, Karet, Kopra dan Kerajinan Batik Indeks Produksi Industri Barang dari Kayu, Barang dari Semen, Batu bata, Makanan dan Minuman Perkembangan Total Pemakaian Listrik Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Perkembangan PDRB Sektor Bangunan dan Konsumsi Semen Perkembangan Kredit KPR Perkembangan Kredit Ruko/Rukan PDRB Sub Sektor Angkutan Udara dan Volume Penjualan Avtur Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Pesawat Perkembangan Total Arus Barang Perkembangan Kunjungan Kapal Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran Terhadap Pertumbuhan (q-t-q)
5 6 7 8 9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 11 12 12 14 14 15 15 15 16 16 16 16 17 18 18 19 19 19 20 20 21
1.36 1.37 1.38 1.39 1.40 1.41 1.42 1.43 1.44 1.45 1.46 1.47 1.48 1.49 1.50 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5
Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan III tahun 2008 Indeks Kondisi Ekonomi Konsumsi Listrik Rumah Tangga Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru Perkembangan Penjualan Premium dan Solar Perkembangan Penjualan Minyak Tanah Nominal dan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Provinsi Jambi Pertumbuhan Pendaftaran Sedan, Jeep, Minibus Baru Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi Konsumsi Semen Provinsi Jambi Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Perkembangan Inflasi Kota Jambi Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Kota Jambi Periode Tahun 2003 s.d 2008 Perkembangan Laju Inflasi Kota Jambi (y-o-y) Kota Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan Kota Sekitarnya Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng Perkembangan Harga Tepung Terigu Perkembangan Harga Cabe Merah dan Bawang Perkembangan Harga Jagung Perkembangan Harga Daging Perkembangan Harga Beras Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Lokasi Proyek per kabupaten/kota di Provinsi Jambi Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum Provinsi Jambi Perkembangan Laba Rugi Triwulanan Perkembangan APBD Provinsi Jambi Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri di Provinsi Jambi
22 23 23 24 24 24 24 24 24 25 25 25 27 27 28 31 32 33 33 35 36 37 37 37 38 39 41 44 46 52 53 55 55 56 57 59 61 62 64 64
v
4.6 4.7 5.1 5.2 5.3 6.1 6.2 6.3 7.1 7.2 7.3 7.4 7.5
vi
Pangsa/Share ( Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi) Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi Perkembangan Nominal Perkembangan Volume Kliring Grafik Nilai Saldo Ekspektasi Penganngguran dan Kondisi Pengangguran Perkembangan Harga Rata-rata Bulanan Beberapa Bahan Kebutuhan Pokok Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi Perkembangan Ekspektasi Ekonomi, Ekspektasi Pengangguran dan Ekspektasi Penghasilan Rencana Konsumsi dalam 6-12 Bulan yang akan datang Saldo Bersih Ekspektasi Harga dalam 6-12 bulan yang akan datang Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (y-t-d) Kota Jambi Periode Tahun 2003 s.d September 2008 Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Periode Tahun 2003 s.d 2008
65 66 70 71 71 74 75 78 84 84 88 88 89
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH a. Inflasi dan PDRB INDIKATOR MAKRO Indeks Harga Konsumen Kota Jambi Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi PDRB - Harga Konstan (Juta Rp) 1) - Pertanian - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas, dan Air Bersih - Bangunan - Perdagangan Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Persewaan dan Jasa - Jasa
TAHUN 2006
Tw.I
TAHUN 2007 Tw.II Tw.III
Tw. IV
TRW.I
2008 Trw.II
Trw.III
153.14
158.00
156.08
160.09
164.5
168.06
112.91
114.9
10.66
12.62
9.92
10.96
7.42
6.37
13.99
13.68
13,351,743
4,034,894 1,676,723 1,847,833 102,861 570,984 2,326,609 1,082,251 511,718 1,209,748
3,451,827 3,518,664 3,592,202 3,626,815 3,692,923 3,796,013 3,832,500 1,093,332 1,108,631 1,119,802 1,115,683 1,133,291 1,176,045 1,150,869 429,974 396,510 397,513 390,209 395,477 384,917 385,577 478,465 485,228 485,945 498,821 514,125 536,509 552,411 25,570 27,379 28,396 28,400 30,089 30,672 31,236 148,837 161,618 169,680 174,088 176,847 182,753 185,183 607,670 605,980 621,386 629,576 641,483 665,046 689,747 283,267 288,818 292,254 295,141 298,889 304,310 311,188 136,382 149,362 154,647 168,880 173,095 181,344 187,655 311,073 318,047 322,579 326,016 329,626 334,418 338,633
Nilai Ekspor Non Migas (USD ribu) 2) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)
659,744 674,284
180,887 238,963
203,462 207,393
192,696 246,509
193,798 297,847
241,506 311,024
251,334 374,057
215,465 442,582
Nilai Impor Nonmigas (USD Ribu) 3) Volume Impor Nonmigas (ribu ton)
163,942 121,448
31,655 49,153
55,774 39,278
42,298 30,708
46,448 32,360
34,269 80,358
35,842 18,100
29,826 27,115
Catatan Angka sementara 2) Pengklasifikasian komoditi menggunakan 21 kelompok barang berdasarkan SITC 2 digit yang berlaku data s.d Bulan Agustus 2008 3) Pengklasifikasian komoditi dalam statistik impor menggunakan SITC 2 digit yang berlaku data s.d Bulan Agustus 2008 1)
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH b. Perbankan INDIKATOR
TAHUN 2006
Tw.I
TAHUN 2007 Tw.II Tw.III
Tw. IV
PERBANKAN A. Bank Umum : a. Bank Umum Konvensional: Total Aset (Rp Juta) DPK(Rp Juta) - Tabungan - Giro - Deposito
9,247,916 7,450,844 2,425,792 3,093,842 1,931,210
9,428,956 7,597,139 2,204,240 3,007,589 2,385,310
9,413,252 8,065,441 2,411,518 2,294,901 3,359,022
10,083,592 8,601,267 3,617,731 2,626,409 2,357,127
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi proyek - Modal Kerja - Konsumsi - Investasi - Dana - LDR
6,594,408 2,763,936 1,968,744 1,861,728 7,252,314 90.93
6,517,633 2,723,266 2,024,795 1,769,572 7,603,483 85.72
7,179,554 3,003,634 2,259,769 1,916,151 8,038,672 89.31
7,638,734 3,018,863 2,582,007 2,037,864 8,613,144 88.69
7,532,294 3,136,745 2,343,552 2,051,997 9,167,530 82.16
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor cabang - Modal Kerja - Konsumsi - Investasi - LDR (%)
4,241,867 1,895,065 1,638,047 708,755 56.93
4,374,058 1,949,177 1,694,214 730,667 57.58
4,733,545 2,079,992 1,909,516 744,037 58.69
5,099,981 2,111,673 2,136,652 851,656 59.29
Kredit UMKM (Rp Juta) Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp Juta) - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi Kredit Kecil (Rp 50 < x ≤ Rp500 juta) (Rp Juta) - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi Kredit Menengah (Rp500 juta < x ≤ Rp5 miliar) ((Rp Juta) - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi Total Kredit MKM (Rp Juta) NPL MKM gross (%) - NPL MKM Gross Nominal - PPAP NPL MKM net (%)
1,758,015 299,710 116,376 1,341,929 785,181 450,173 81,462 253,546 756,113 554,217 159,324 42,572 3,299,309 3.88 128,136 53,648 2.26
1,866,908 317,099 143,437 1,406,372 789,041 454942 89566 244533 763,359 545524 174526 43309 3,419,308 4.13 141,059 81,139 1.75
1,890,283 252,369 140,517 1,497,397 1,040,725 575,767 97,161 367,797 830,028 594,976 190,730 44,322 3,761,036 4.19 157,702 82,829 1.99
b. Bank Umum Syariah: Total Aset (Rp Juta) DPK(Rp Juta) - Tabungan - Giro - Deposito
122,589 83,845 15,098 40,327 28,420
150,334 105,603 30,304 44,174 31,125
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor cabang - Modal Kerja - Konsumsi - Investasi - LDR
105,185 64,304 31,972 8,909 125.45 12,644 1,105 54 11,485 44,891 24,760 3,613 16,518 41,641 32,430 5,242 3,969 99,176 0.97 964 68 0.90
Kredit UMKM (Rp Juta) Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp Juta) - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi Kredit Kecil (Rp 50 < x ≤ Rp500 juta) (Rp Juta) - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi Kredit Menengah (Rp500 juta < x ≤ Rp5 miliar) (Rp Juta) - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi Total Kredit MKM (Rp Juta) NPL MKM gross (%) - NPL MKM Gross Nominal - PPAP NPL MKM nett (%)
10,576,180 9,177,789 4,310,157 2,840,627 2,027,005
Tw.I
10,858,876 9,336,038 4,378,165 2,559,966 2,397,907
TAHUN 2008 Tw.II
Tw.III
11,707,242 10,186,986 4,743,800 2,778,635 2,664,551
11,644,073 9,960,462 4,545,503 2,442,357 2,972,602
8,145,685 3,044,217 3,111,679 1,989,789 9,579,712 85.03
12,599,263 3,608,379 6,776,342 2,214,542 10,291,998 122.42
9,687,354 3,698,754 3,637,609 2,350,991 10,111,819 95.80
5,485,581 2,253,644 2,243,694 988,243 59.77
5,849,490 2,276,632 2,426,131 1,146,727 62.65
5,974,336 2,832,943 1,844,313 1,297,080 58.65
7,157,534 2,862,523 2,924,337 1,370,674 71.86
2,064,789 275,830 187,368 1,601,591 1,191,908 603,578 111,092 477,238 952,253 663,514 230,916 57,823 4,208,950 3.75 157,714 89,512 1.62
2,096,674 311701 201832 1583141 1,352,253 632,431 122,314 597,508 1,038,498 701,934 273,519 63,045 4,487,425 5.75 258,164 128,826 2.88
2,169,860 324,480 213,936 1,631,444 2,169,860 324,480 213,936 1,631,444 1,147,411 692,347 317,169 137,895 5,487,131 2.55 139,918 69,378 1.29
2,465,015 445,626 252,883 1,766,506 1,749,407 806,683 101,299 841,425 1,259,201 810,725 363,534 84,942 5,473,623 2.61 142,879 76,912 1.21
2,639,239 489,518 283,202 1,866,519 1,975,482 895,316 112,761 967,405 1,344,117 855,220 398,484 90,413 5,958,838 2.41 143,537 75,742 1.14
164,219 114,179 39,492 25,566 49,121
173,390 125,935 55,201 44,884 25,850
194,781 143,501 71,552 44,779 27,170
230,467 159,250 77,112 52,201 29,937
242,624 174,435 90,398 54,130 29,907
274,632 180,147 93,415 56,128 30,604
107,358 65,492 31,441 10,425 101.66
111,250 67,286 35,020 8,944 97.43
122,763 73,387 40,534 8,842 97.48
144,856 81793 15485 47578 100.94
176,132 99624 57073 19435 110.60
203,218 96,171 62,999 44,048 116.50
229,752 107,666 68,619 53,467 127.54
20,148 1,265 6,130 12,753 41,731 22,789 3,339 15,603 44,251 35,710 5,456 3,085 106,130 1.58 1,674 68 1.51
14,321 1,245 564 12,512 46,322 24,163 3,490 18,669 45,171 36,442 4,890 3,839 105,814 0.74 787 5 0.74
16,357 1,560 531 14,266 56,324 29,740 3,922 22,662 45,021 37,026 4,389 3,606 117,702 1.36 1,596 495 0.94
25,141 1,715 2877 20549 68,359 34042 8698 25619 54,715 44908 6310 3497 148,215 0.96 1427 101 0.89
32,358 6,564 475 25319 79,110 38647 12898 27565 55,314 45063 6062 4189 166,782 1.71 2848 532 1.39
34,124 2,221 6,629 25,274 95,169 36,438 26,333 32,398 65,037 48,624 11,086 5,327 194,330 1.35 2,623 815 0.93
36,569 2,728 7,120 26,721 111,194 42,902 31,321 36,971 73,417 53,464 15,026 4,927 221,180 0.62 1,368 811 0.25
INDIKATOR B. BPR : Total Aset (Rp Juta) DPK (Rp Juta) - Tabungan (Rp Juta) - Deposito (Rp Juta) Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi proyek - Modal Kerja - Konsumsi - Investasi Kredit UMKM (Rp Juta) Rasio NPL Gross (%) - NPL Gross (Nominal) - PPAP Rasio NPL Net (%) LDR (%) Catatan : Data s.d Bulan Agustus 2008
1)
TAHUN 2006 146,670 101,116 20,226 80,890 95,302 34,906 48,778 11,618 95,302 1.71 1,628 1,326 0.32 94.25
Tw.I 153,657 116,328 23,435 92,893 111,619 26,969 71,676 12,974 111,619 2.00 2,237 1,589 0.58 95.95
TAHUN 2007 Tw.II Tw.III 179,973 129,841 25,054 104,787 132,330 33,630 85,436 13,264 132,330 3.23 5,901 1,373 3.42 101.92
202,352 147,779 26,311 121,468 143,816 47,359 78,793 17,664 143,816 7.33 7,277 1,543 3.99 97.32
Tw. IV 227,974 160,831 29,229 131,602 144,441 41,964 83,399 19,078 144,441 1,710 8,296 2,666 3.90 89.81
Tw.I 221,537 168,149 29,638 138,511 150,637 43,180 85,787 21,670 150,637 1,710 10,169 2,996 4.76 89.59
TAHUN 2008 Tw.II 218,789 56,323 7,988 48,335 169,202 52,990 90,221 25,991 169,202 5.75 9,727 3,106 3.91 300.41
Tw.III 225,557 169,135 30,887 138,248 160,510 45,598 91,007 23,905 160,510 6.00 9,636 3,085 4.08 94.90
Halaman ini sengaja dikosongkan
RINGKASAN EKSEKUTIF PEREKONOMIAN JAMBI
I. Perekonomian Provinsi Jambi triwulan III tahun 2008 ditandai tumbuhnya laju pertumbuhan ekonomi sebesar 2,83% (q-t-q).....
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Perekonomian Provinsi Jambi pada triwulan III tahun 2008 menunjukkan pertumbuhan sebesar 2,83% (q-t-q), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan II tahun 2008 yang mencapai 2,79% (q-t-q). Sejalan dengan hal tersebut, PDRB atas dasar harga konstan secara tahunan (y-o-y) pada triwulan laporan sebesar 8,66% (y-o-y) lebih tinggi dibandingkan triwulan 1
sebelumnya sebesar 7,18% (y-o-y). Pada triwulan laporan, pertumbuhan ekonomi secara triwulanan (q-t-q) masih didorong oleh meningkatnya sektor pertanian, sektor industri pengolahan, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Ditinjau dari sisi pengeluaran, peningkatan laju pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh masih tumbuhnya angka pertumbuhan pengeluaran konsumsi
rumah
tangga
yang
merupakan
kontributor
utama
pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi. Disamping itu, pengeluaran konsumsi pemerintah, pengeluaran konsumsi swasta nirlaba, serta investasi menunjukkan pertumbuhan yang positif. II. Pada triwulan III tahun 2008, Provinsi jambi mengalami inflasi sebesar 13,68% (y-oy) ..........
Perkembangan Harga-Harga
Pada bulan September tahun 2008, Kota Jambi mengalami inflasi sebesar 13,68% (y-o-y) sedikit lebih rendah dibandingkan inflasi pada triwulan II2008 (bulan Juni) yang sebesar 13,99%(y-o-y). Sementara, inflasi tahun kalender (Januari s.d. September 2008) sebesar 11,78% (y-t-d), jauh lebih tinggi dibandingkan inflasi tahun kalender bulan September tahun 2007 yang sebesar 4,54% (y-t-d). Sementara, Inflasi tahunan Jambi pada bulan laporan lebih tinggi dibandingkan angka inflasi nasional yang sebesar 12,14% (y-o-y). Inflasi kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi serta kelompok transport dan komunikasi merupakan penyumbang utama pembentukan angka inflasi Kota Jambi s.d. triwulan III tahun 2008.
1
Angka sangat sementara, merupakan angka perhitungan Bank Indonesia Jambi.
1
RINGKASAN EKSEKUTIF III. Perkembangan Perbankan Daerah Kinerja perbankan (bank umum) pada triwulan III tahun 2008 menunjukkan pertumbuhan yang positif dari sisi kredit yang diberikan
Kinerja perbankan masih tumbuh positif,....
yang disertai dengan peningkatan fungsi intermediasi perbankan yang tercermin dari membaiknya Loan to deposits ratio (LDR) dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan peningkatan LDR, kualitas kredit yang diberikan membaik yang tercermin dari menurunnya ratio Non-Performing Loan (NPL) gross menjadi sebesar 2,60%. Namun demikian, profitabilitas perbankan mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Outstanding kredit bank umum tumbuh sebesar 6,73% sehingga menjadi sebesar Rp7,39 triliun. Kinerja penyaluran kredit menunjukkan perbaikan dengan tingkat LDR sebesar 72,85% atau meningkat sebesar 605 bps. Sejalan dengan hal tersebut, peningkatan LDR disertai dengan perbaikan Non Performing Loan (NPL) gross perbankan yang pada triwulan laporan menurun sebesar 25 bps menjadi 2,60%. Sementara itu, aset perbankan pada triwulan laporan sebesar Rp11,92 triliun. IV. Perkembangan Keuangan Daerah Pada semester I-2008, realisasi belanja APBD Provinsi Jambi masih rendah, yaitu sebesar 20,94%. Belanja operasi baru terealisasi sebesar 25,42% sedangkan realisasi biaya modal sebesar 4,70%. Sementara itu, realisasi pendapatan sampai dengan semester I-2008 sudah mencapai 60,19%. Realisasi pendapatan asli daerah sebesar 71,54% sedangkan pendapatan transfer sebesar 53,55%. Masih rendahnya realisasi belanja pemerintah daerah akibat dari terlambatnya pengesahan APBD serta akselerasi pengeluaran belanja yang belum optimal. Akselerasi belanja pemerintah daerah diperkirakan mulai meningkat pesat pada periode triwulan III2008 dan diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi lebih tinggi lagi.
V. Perkembangan Sistem Pembayaran Perkembangan aktivitas pembayaran non-tunai (RTGS) yang melalui Kantor Bank Indonesia Jambi mengalami penurunan dibandingkan
2
Perkembangan realisasi belanja daerah masih rendah .........
RINGKASAN EKSEKUTIF triwulan sebelumnya. Sedangkan jumlah transaksi kliring meningkat Di bidang sistem pembayaran, aktivitas kliring dan aliran uang masuk/inflows mengalami peningkatan....
sebesar 7,00%. Pada triwulan laporan, pertumbuhan aliran kas keluar bersih (net cash outflow) negatif yang ditandai oleh turunnya aliran kas keluar (cash outflow) sebesar 4,10%. Sedangkan aliran kas masuk (cash inflows) meningkat sebesar 74,99%. VI. Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Jumlah pencari kerja di Provinsi Jambi meningkat.....
Jumlah pencari kerja di Provinsi Jambi (posisi Agustus 2008 dibandingkan bulan Juni 2008) meningkat 34,59%. Sementara, naiknya KHM akan berdampak pada menurunnya rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap KHM pada triwulan laporan. Rasio UMP dibandingkan KHM pada triwulan laporan sebesar 83,33% atau menurun dibandingkan 2
triwulan II-2008 yang sebesar 87,60%. Hal ini mencerminkan bahwa masyarakat yang mendapatkan penghasilan dibawah UMP akan semakin berat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. VII. Perkiraan Ekonomi dan Harga Daerah Laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi pada triwulan mendatang Laju pertumbuhan PDRB triwulan IV tahun 2008 diperkirakan berkisar 6,0-7,0% (y-o-y).....
diperkirakan tumbuh moderat dibandingkan triwulan laporan, berkisar 5,90-6,80%
(y-o-y).
Pengeluaran
konsumsi
rumah
tangga
dan
pengeluaran konsumsi pemerintah diperkirakan masih akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi triwulan mendatang. Dari sisi penawaran, pertumbuhan laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi pada triwulan mendatang diperkirakan didorong oleh meningkatnya laju pertumbuhan sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pertambangan dan penggalian serta sektor industri pengolahan. Perkembangan ekonomi global saat ini diperkirakan turut mempengaruhi perkembangan ekonomi regional Provinsi Jambi. Diperkirakan ekspor Provinsi Jambi (terutama komoditas perkebunan) akan turut terpengaruh dengan
melemahnya
perkembangan
harga
permintaan internasional
komoditas komoditas
perkebunan
serta
perkebunan
yang
cenderung menurun beberapa bulan terakhir.
2
Data KHM pada triwulan III-2008 merupakan posisi bulan Agustus 2008.
3
RINGKASAN EKSEKUTIF Perkembangan harga-harga pada triwulan IV tahun 2008 diperkirakan pada kisaran 12,50–15,00 %. Faktor-faktor yang berpotensi akan memberikan tekanan inflasi selama triwulan mendatang antara lain 1) Meningkatnya demand masyarakat terhadap kebutuhan barang dan jasa terutama dalam perayaan hari besar keagamaan, 2) Kondisi infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala akan meningkatkan biaya distribusi barang, 3) Akselerasi belanja pemerintah daerah yang semakin cepat dapat memicu kenaikan harga barang-barang material. 4) Tekanan melemahnya Rupiah dapat mempengaruhi inflasi barang impor.
4
Pada triwulan IV tahun 2008, inflasi Kota Jambi diperkirakan kisaran 12,50-15,00%
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
A. Umum Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan III tahun 2008 yang dicerminkan oleh PDRB atas dasar harga konstan tahun 20003 menunjukkan pertumbuhan
sebesar
2,83%
(q-t-q),
relatif
lebih
tinggi
dibandingkan
pertumbuhan triwulan II tahun 2008 sebesar 2,79% (q-t-q). Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (q-t-q) Rp miliar
Persen
4,500 Nominal (aksis kiri)
Pertumbuhan (aksis kanan)
4,000
2.79
2.83
3.00
2.68
2.50 3,500 1.91
3,000 2,500
1.90
1.82 1.79
1.64
1.64 1.43
1.37
2,000
2.00
1.50
1.45 1.32 0.96
1.05
1,500
0.77
0.96
1.00
1,000 0.50 500
0.51
0
-
6 8 5 7 4 5 6 6 5 8 7 5 7 04 06 08 07 04 -0 -0 -0 -0 -0 -0 -0 -0 I-0 II -0 .I-0 .I-0 .I-0 II I.II .II .II .II I .II I .II I .II I IV. II .IV .IV .IV T rw Trw T rw Trw Trw Trw T rw Trw T rw T rw Trw Trw T rw Trw Trw T rw T rw Trw
Pada periode triwulan laporan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi sebesar 8,66% (y-o-y), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 7,18% (y-o-y). Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi juga masih lebih
3
Angka PDRB Provinsi Jambi triwulan III tahun 2008 adalah angka sementara proyeksi Bank Indonesia Jambi.
5
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang pada triwulan 4
III tahun 2008 diperkirakan berkisar 6,3%.
Grafik 1.2. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) %
8.66
Indonesia Jambi
7.64
8.00
7.18
7.05 6.25 5.73
6.00
5.77 5.63
5.87
5.74 5.63
5.06
6.13 5.90
6.51 6.67
6.08
6.30^
6.41
6.09 5.65 4.97
5.13
6.39
6.25 6.28 5.96
5.89
5.07
4.90 4.00
2.00 TW I
TW II TW III
TW IV
TW I
TW II TW III
2005
TW IV
TW I
TW II TW III
2006
TW IV
TW I
2007*
TW II TW III 2008**
Sumber: BPS (diolah) ^): Perkiraan berdasarkan Laporan Kebijakan Moneter (LKM) triwulan III-2008 oleh Bank Indonesia
Secara triwulanan (q-t-q), pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi didukung oleh tumbuhnya 3 (tiga) sektor yang termasuk penyumbang terbesar PDRB Provinsi Jambi, yaitu sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan; Tabel 1.1. Laju Triwulanan (q-t-q) Pertumbuhan Provinsi Jambi Sisi Produksi dan Sisi Penggunaan LAPANGAN USAHA Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Air dan Gas Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan Jasa-Jasa PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO JENIS PENGELUARAN Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Lembaga Swasta Nirlaba Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto Perubahan Stok Ekspor Impor PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
4
2007* I
0.75 5.90 2.51 0.64 (2.22) 2.11 3.03 0.13 0.20 1.86
II
2008** III
1.93 (7.78) 1.41 7.07 8.59 (0.28) 1.96 9.52 2.24 0.77
1.61 0.25 0.15 3.71 4.99 2.54 1.19 3.54 1.43 1.43
IV
1.08 (1.84) 2.65 0.02 2.60 1.32 0.99 9.20 1.07 0.96
I
1.58 1.35 3.07 5.95 1.58 1.89 1.27 2.50 1.11 1.82
2007* I
0.77 0.05 0.45 0.42 0.89 2.77 0.23 1.86
II
0.82 9.02 1.23 0.64 0.85 14.22 15.09 0.77
II
3.77 (2.67) 4.35 1.94 3.34 3.67 1.81 4.77 1.45 2.79
III
3.89 0.17 2.96 1.84 1.33 3.71 2.26 3.48 1.26 2.83
2008** III
1.42 1.96 0.74 1.48 0.83 9.17 8.17 1.43
IV
2.65 5.83 3.29 5.39 8.59 20.01 22.19 0.96
I
1.63 1.14 0.16 0.54 0.78 -16.80 -14.64 1.82
II
0.58 3.46 2.76 1.42 6.24 14.80 10.25 2.79
III
1.98 2.73 1.03 2.07 2.02 0.68 -0.15 2.83
Sumber : Laporan Kebijakan Moneter (LKM) triwulan III-2008, BI. Hasil Survei Persepsi Pasar yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada triwulan II-2008, responden memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan III-2008 berkisar 6,1%-6,5% (y-o-y).
6
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor industri pengolahan. Di sisi pengeluaran, pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi pada triwulan laporan didorong oleh masih positifnya laju pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pengeluaran konsumsi pemerintah. B. PDRB Sisi Produksi Perkembangan PDRB Provinsi Jambi menunjukkan bahwa sektor-sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan laporan berasal dari sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan (lihat grafik 1.3). Kontribusi sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi sebesar 1,21% (q-t-q) pada periode triwulan laporan, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (0,65%/q-t-q) serta sektor industri pengolahan (0,42%/q-t-q). Grafik 1.3. Kontribusi PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (q-t-q) 0.11 0.19
Jasa-Jasa Keuangan, Persew aan dan Jasa Keuangan
0.17 0.13
Pengangkutan dan Komunikasi
0.18 0.14
Perdagangan, Hotel dan Restoran bangunan Listrik, Air dan Gas
TW II-08 0.44
0.06
0.16
0.42
(0.30)
Dari
sisi
distribusinya
0.75
0.02
Pertanian (0.80)
0.65
0.01 0.02
Industri Pengolahan Pertambangan (0.29)dan Penggalian
Trw III-08
1.21
0.62 0.20
(share),
0.70
pada
periode
1.20
triwulan
laporan
menunjukkan bahwa sektor primer menyumbang sebesar 42,91% dari jumlah PDRB Provinsi Jambi, diikuti sektor jasa-jasa (tersier) sebesar 38,04% dan sektor sekunder sebesar 19,05%. Nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp9,61 triliun yang secara sektoral masih didominasi oleh sektor pertanian sebesar 26,31%, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 16,60%, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 15,54%. Dengan
7
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL demikian, struktur ekonomi regional dalam jangka pendek tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.4). Grafik 1.4. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan III Tahun 2008 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4.89% Pengangkutan dan Komunikasi 7.04%
Perdagangan, Hotel dan restauran 15.54% Bangunan 4.78%
Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 26.31%
Jasa-jasa 10.57%
Industri Pengolahan Listrik dan Air bersih 13.40% 0.87%
Pertambangan dan Penggalian 16.60%
1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Secara triwulanan, sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan tumbuh sebesar 3,89% (q-t-q), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 3,77% (q-t-q). Peningkatan laju pertumbuhan sektor ini didorong oleh pertumbuhan seluruh sub sektor pertanian pada triwulan laporan. Sub sektor tanaman bahan makanan mengalami pertumbuhan sebesar 6,71% (q-t-q) sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu mencapai 7,32% (q-t-q). Namun demikian, pertumbuhan tersebut menunjukkan bahwa sub sektor tanaman bahan makanan masih memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan sektor pertanian. Walaupun tidak sebesar triwulan sebelumnya, pada triwulan laporan masih berlangsung panen padi serta beberapa komoditas tanaman bahan makanan lainnya di beberapa daerah Provinsi Jambi sehingga memberikan dorongan terhadap pertumbuhan sub sektor tabama.
8
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.5 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan II tahun 2008 Grafik 1.6 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan III tahun 2008 Luas Tanam (dalam Ha)
Luas Tanam (dalam Ha) 39522
4749
11399
287
5141
1414
628
275 34
4015
1065 264
Padi Sawah Kacang Tanah
615
122
195
2109
Padi Ladang Kacang Hijau
Jagung Ubi Kayu
Kedelai Ubi Jalar
Padi Sawah Kacang Tanah
Padi Ladang Kacang Hijau
Jagung Ubi Kayu
Kedelai Ubi Jalar
Grafik 1.6
Grafik 1.5
Grafik 1.7 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan II tahun 2008 Grafik 1.8 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan III tahun 2008 Luas Panen (dalam Ha)
31663
Luas Panen (dalam Ha) 12575
452
927 104
Padi Sawah Kacang Tanah
2405
346
708 561
444
Padi Ladang Kacang Hijau
Jagung Ubi Kayu
1045
527
88
3525
1606
264
Kedelai Ubi Jalar
Grafik 1.7
Padi Sawah Kacang Tanah
Padi Ladang Kacang Hijau
Jagung Ubi Kayu
Kedelai Ubi Jalar
Grafik 1.8
Sumber: BPS Provinsi Jambi,2008.
Pada triwulan laporan (s.d. bulan Agustus 2008), Nilai Tukar Petani (NTP) 5 mulai mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. NTP Agustus
2008 dibandingkan NTP Juni 2008 menurun sebesar 1,11% menjadi 104,02. Hal ini dikarenakan indeks bayar yang diterima petani tumbuh lebih rendah (1,49%) dibandingkan indeks yang diterima sebesar 2,54% (lihat grafik 1.12 dan 1.13). Sementara itu, sub sektor perkebunan yang mempunyai share sebesar 11,54% dari PDRB mengalami pertumbuhan sebesar 2,27% (q-t-q), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,66% (q-t-q). Masih relatif baiknya pertumbuhan sektor ini antara lain didukung oleh membaiknya produksi kelapa, pinang dan sawit selama periode triwulan laporan.
5
Data NTP s.d. bulan Agustus 2008. NTP adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Sehingga NTP merupakan cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani.
9
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.9. Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi Harga (Rp) 10,000.00
CPO
9,000.00
INTI
8,730.7
TBS 10 thn
8,000.00 7,000.00 6,000.00 5,005.5
5,000.00 4,000.00
5,950.1 3,620.3
3,000.00 1,913.3
2,000.00 1,000.00
1,271.3
1
2 3
4 5
6
7 8
9 10 11 12 1 2
3 4
5
6 7
2006
8 9 10 11 12 1
2 3
4
2007
5 6
7 8
9
2008
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi
Namun demikian, menurunnya harga CPO di pasar internasional turut memicu turunnya harga tandan buah segar (TBS) sawit Jambi jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Harga rata-rata CPO di Jambi bergerak dari Rp8.730,7/kg menjadi Rp5.950,1/kg. Harga TBS usia 10 tahun juga bergerak dari Rp1.913,3/kg menjadi Rp1.271,3/kg. Semakin rendahnya harga-harga komoditas perkebunan tersebut merupakan ancaman terhadap tumbuhnya PDRB sub sektor perkebunan. Disamping itu, beberap prompt indikator sub sektor perkebunan selama periode triwulan laporan juga masih menunjukkan perkembangan yang membaik. Hal ini terlihat dari indikator produksi untuk kelapa, sawit dan pinang yang menunjukkan tren peningkatan indeks selama triwulan laporan (lihat grafik 1.10) Grafik 1.10 Indikator Produksi Sub Sektor Tanaman Perkebunan tahun 2008 Grafik 1.11 Indikator Produksi Sub Sektor Hortikultura, Sub Sektor Peternakan dan Sub Sektor Perikanan tahun 2008 indeks bulanan
indeks bulanan 200
160
180
140
160 140
120
120
100
100
80
80
60
60
40
40 20
20
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
2
3
4
Produksi Karet Produksi Kelapa
Grafik 1.10
10
5
6
7
2008
2008
Produksi Kelapa Sawit Produksi Pinang
Produksi Hortikultura Produksi Telur
Grafik 1.11
Produksi Daging Produksi Perikanan
8
9
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.12 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi Grafik 1.13 Pertumbuhan Indeks terima dan Indeks Bayar Petani Persen (%)
NTP 135
6.0
130
2007
2006 2008y
2005 2008x
% g.indeks diterima
% g.indeks bayar
4.0
125 2.0
120 115
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
110
2006
2007
2008
(2.0)
105 (4.0)
100 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
sumber: B PS Provinsi Jambi, 2008 keterangan: 2008x adalah NTP menggunakan tahun dasar 1993 2008y adalah NTP menggunakan tahun dasar 2007 Sejak M ei 2008, BP S mulai menggunakan NTP tahun dasar 2007
(6.0) Sumber: BPS Provinsi Jambi Mulai Mei 2008 menggunakan NTP tahun dasar 2007
Grafik 1.13
Grafik 1.12
Sumber: BPS Provinsi Jambi,2008.
Realisasi penyaluran pupuk dalam menunjang proses produksi sub sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor tanaman perkebunan pada triwulan 6 laporan menunjukkan penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Berdasarkan
informasi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi, penyaluran pupuk bersubsidi sebesar 9.442 ton atau menurun sebesar 35,16% dibandingkan triwulan sebelumnya. Penggunaan pupuk bersubsidi sebagian besar didominasi oleh pupuk Urea (52,88%), diikuti oleh pupuk NPK Phonska (28,73%), ZA (10,32%) dan SP-36 (8,07%). Grafik 1.14. Distribusi Jenis Pupuk Grafik 1.15. Jumlah dan Pertumbuhan Realisasi Pupuk Ton
2008
TW III
Persen (%)
25000
60.00
TW II
50.00
TW I 20000
2007
TW IV
40.00 30.00
TW III 15000
TW II
20.00
TW I
10.00
2006
TW IV
10000
-
TW III
(10.00)
TW II 5000
TW I
(20.00) (30.00)
TW IV TW III
0
(Ton) 0
5000
SP-36
10000
ZA
15000
NPK PHONSKA
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi
Grafik 1.14
6
(40.00) TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III
TW II 20000
Urea
25000
2006
Realisasi Pupuk (Ton)
2007
2008
Pertumbuhan Realisasi Pupuk
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi
Grafik 1.15
Jenis pupuk bersubsidi yang disalurkan terdiri dari SP-36, ZA, NPK Phonska dan Urea.
11
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Sub sektor perikanan tumbuh sebesar 1,73% (q-t-q). Sedangkan sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya juga tumbuh sebesar 2,71% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini juga dikonfirmasi dengan tren meningkatnya indikator produksi bulanan sub sektor peternakan (produksi daging serta produksi telur) serta indikator produksi sub sektor perikanan selama periode triwulan laporan (lihat grafik 1.11). Sementara, perkembangan sub sektor kehutanan masih belum menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Selama 6 (enam) triwulan terakhir sub sektor kehutanan tumbuh dibawah level 1%. Pada triwulan laporan, sub sektor kehutanan hanya tumbuh sebesar 0,54% (q-t-q). 2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar 3,71% (q-t-q); lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 3,67% (q-tq). Meningkatnya angka pertumbuhan tersebut disebabkan oleh naiknya pertumbuhan sub sektor perdagangan besar dan eceran. Sub sektor perdagangan besar dan eceran tumbuh sebesar 3,90% (q-tq) pada triwulan laporan, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 3,69% (q-t-q). Walaupun tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, sub sektor hotel dan sub sektor restoran masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 0,12% (q-t-q) dan 1,95% (q-t-q). Grafik 1.16. Perkembangan Indikator produksi Bulanan Sektor PHR Grafik 1.17. Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis KWH (dalam Ribuan) 40,000
indeks 150
Persen (%) 50.0
41.97
35,000
140
40.0
30,000
30.0
130
22.41
25,000 120
5.65
20,000
110
15,000
100
10,000
90
5,000
5.61
1.78
20.0 4.43
4.88
10.0 (7.36)
0.0
(10.43)
-10.0 (25.48)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-30.0 II
III
IV
Bisnis
Harga Perdagangan Besar
Harga Perdagangan Barang Konstruksi
Grafik 1.16
I
II
III
IV
2007
2008
12
-20.0
-
80
Tingkat Hunian Hotel
I
II 2008
Pertumbuhan Bisnis
Sumber: PLN Jambi, 2007 (diolah)
Grafik 1.17
III
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pada triwulan laporan, terutama periode bulan Ramadhan 1429 H, aktivitas perekonomian meningkat cukup signifikan. Volume perdagangan sub sektor perdagangan besar dan eceran semakin menggeliat seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap kebutuhan barang-barang dalam menyambut bulan Puasa serta menjelang perayaan Idul Fitri. Dari prompt indicator terlihat juga bahwa indeks harga perdagangan besar serta harga perdagangan barang konstruksi mengalami tren peningkatan selama triwulan laporan (lihat grafik 1.16.). Hal ini menunjukkan aktivitas dunia perdagangan semakin meningkat dalam merespon permintaan masyarakat. Sementara itu, konsumsi listrik sektor bisnis menurun sebesar 7,36% pada triwulan laporan. Sektor perdagangan, hotel dan restoran berdasarkan pangsanya didominasi oleh sub sektor perdagangan besar dan eceran yang mencapai 14,34% terhadap PDRB, diikuti oleh sub sektor restoran dan sub sektor hotel masing-masing sebesar 1,05% dan 0,15%. 3. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh sebesar 0,17% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar minus 2,67% (q-t-q). Peningkatan sektor ini terutama dikontribusi oleh peningkatan sub sektor minyak dan gas bumi serta sub sektor pertambangan tanpa migas yang masing-masing tumbuh 0,08% (q-t-q) serta 1,69% (q-t-q). Sub sektor penggalian pada triwulan laporan juga tumbuh sebesar 0,14% (q-t-q) antara lain terkait dengan kebutuhan proyek infrastruktur yang mulai banyak terlaksana pada triwulan laporan seiring dengan percepatan realisasi dana APBD Provinsi Jambi. Meningkatnya pertumbuhan sub sektor pertambangan tanpa migas (1,69%/q-t-q)
antara
lain
berasal
dari
masih
menggeliatnya
aktivitas
penambangan batu bara dikarenakan semakin meningkatnya demand terhadap komoditas dimaksud untuk keperluan sumber energi dunia industri. Relatif masih tingginya harga batu bara di pasar internasional menjadi insentif bagi perusahaan
13
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL yang bergerak di bidang penambangan batu bara untuk meningkatkan volume produksinya. Berdasarkan angka perkiraan, lifting minyak bumi diperkirakan menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Begitu juga dengan perkiraan lifting gas alam. Sementara itu, pertumbuhan sub sektor penggalian berasal dari meningkatnya produksi pasir dan bahan galian lainnya sehubungan dengan meningkatnya permintaan komoditas tersebut sebagai bahan baku proyek-proyek perumahan serta ruko/rukan pada triwulan laporan yang meningkat. Grafik 1.18. PDRB Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Lifting Minyak Bumi Grafik 1.19 Pertumbuhan Lifting Gas Alam juta rupiah
ribu barrel
390,000
Persen (%)
BBTU
3500
30.00
14,000
380,000
Lifting Gas Alam (BBTU), aksis kiri Pertumbuhan, aksis kanan
24.45
370,000 360,000
3000
12,000
2500
10,000
19.88
18.32
2000
20.00 10.00
9.10
6.18
350,000 340,000
20.52
5.46 2.40
8,000
(0.05)
2.51 0.80 -
(3.57)
330,000
1500
320,000
(3.76)
6,000
(10.00)
1000
310,000
(20.00)
4,000
300,000
500
(30.09) (30.00)
2,000
290,000 280,000
0 I
II
III
IV
2005
I
II
III
IV
I
2006
PDRB sub sektor minyak dan gas bumi
II
III
IV
I
2007
II*
(40.00)
-
III**
II
2008
III 2005
Lifting Minyak Bumi
2 per. Mov. Avg. (Lifting Minyak Bumi)
IV
I
II
III
IV
I
2006
II
III 2007
IV
I
II*
III**
2008
Sumber: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi. *: Angka proyeksi Bank Indonesia Jambi untuk bulan Juni 2008 **: Angka proyeksi Bank Indonesia Jambi
Keterangan: *) angka perkiraan B ank Indo nesia Jambi untuk bulan Juni 2008 **) angka perkiraan B ank Indo nesia Jambi Sumber: Dinas Energi dan Sumber Daya M ineral (ESDM ) P ro vinsi Jambi dan B P S P ro vinsi Jambi (dio lah)
Grafik 1.19
Grafik 1.18
4. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 2,96% (q-t-q); lebih rendah bila dibandingkan angka triwulan sebelumnya 4,35% (q-t-q). Menurunnya pertumbuhan pada sektor ini terutama dikontribusi oleh pertumbuhan sub sektor industri tanpa migas yang tumbuh melambat sebesar 3,01% (q-t-q) jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu mencapai 4,04% (q-t-q). Sementara, sub sektor migas tumbuh sebesar 2,27% (q-t-q), melambat dibandingkan triwulan II tahun 2008 yang tumbuh sebesar 3,08% (q-t-q). Pertumbuhan sub sektor migas terutama masih terkait dengan peningkatan Melambatnya
pengilangan produksi
minyak
sektor
bumi
industri
yang
produknya
pengolahan
juga
meliputi
LPG.
tercermin
dari
pertumbuhan konsumsi listrik serta pelanggan listrik pada periode triwulan laporan.
14
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.20. PDRB Industri Pengolahan dan Volume Penjualan Solar Grafik 1.21. Perkembangan Total Pemakaian Listrik sektor industri Grafik 1.22. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik sektor industri 600,000
100,000,000 90,000,000
500,000
80,000,000 70,000,000
400,000
60,000,000 300,000
50,000,000 40,000,000
200,000
30,000,000 20,000,000
100,000
10,000,000 -
TW II
TW III
TW IV
TW I
TW II
2005
TW III
TW IV
TW I
TW II
2006
TW III
TW IV
TW I
TW II
2007
Volume penjualan Solar (Liter), aksis kiri
TW III
2008
PDRB industri pengolahan (juta Rp), aksis kanan
Sumber: Pertamina Wira Penjualan Jambi dan BPS Provinsi Jambi (diolah)
Grafik 1.20 Persen (%) 25.0
KWH (dalam Ribuan) 18,000 16,000
16.68
14,000 12,000
6.88
4.69
3.86
10,000 0.11
(1.48)
8,000
(2.21)
6,000 4,000
(10.46)
(14.83)
(13.99)
2,000 II
III
IV
I
II
III
IV
2007 Industri
I
II
III
Pelanggan 180
20.0
175
15.0
170
10.0
165
5.0
160
0.0
155
-5.0
150
-10.0
145
-15.0
140
-20.0
135
Persen (%) 6.0 4.0 2.0
0.58 (0.66) (1.18)
(1.15) (2.25)
Sumber: PLN Jambi, 2007 (diolah)
0.0 -2.0
(2.99)
-4.0 (4.94)
-6.0 II
III
IV
I
2008
Pertumbuhan Industri
(1.30)
(2.31)
II
III
IV
2007
I
II
III
2008
Pertumbuhan Pelanggan Industri
Industri Sumber: PLN Jambi, 2007 (diolah)
Grafik 1.21
Grafik 1.22
Di sisi lain, Walaupun tumbuh melambat, perkembangan industri tanpa migas (3,01%/q-t-q) pada triwulan laporan mencerminkan bahwa industri tanpa migas mampu memberikan kontribusi yang lebih tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Jambi. Dari prompt indikator sub sektor industri tanpa migas, indeks industri karet, kerajinan dari batik, barang dari kayu, barang dari semen, batu bata, makanan dan minuman pada periode triwulan laporan masih menunjukkan perkembangan yang membaik (lihat grafik 1.23 dan 1.24)
15
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.23. Indeks Produksi Industri CPO, Karet, Kopra dan Kerajinan Batik Grafik 1.24 Indeks Produksi Industri Barang dari Kayu, Barang dari Semen, Batu Bata, Makanan dan Minuman indeks bulanan
indeks bulanan
250
250
200
200
150
150
100
100
50
50
-
1
2
3
4
5
6
7
8
1
9
2
3
4
5
6
7
8
9
2008
2008
Industri CPO Industri Kopra
Industri Barang dari Kayu Industri Batu Bata Industri Minuman
Industri Karet Industri Kerajinan Batik
Grafik 1.23
Industri Barang dari Semen Industri Makanan
Grafik 1.24
5. Sektor-sektor Lain Sektor listrik, gas, dan air bersih tumbuh sebesar 1,84% (q-t-q) pada triwulan laporan atau lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 1,94% (q-t-q). Menurunnya pertumbuhan sektor ini akibat turunnya angka pertumbuhan sub sektor listrik dari sebesar 2,00% (q-t-q) menjadi sebesar 1,93% (q-t-q) serta melambatnya angka pertumbuhan sub sektor air bersih dari sebesar 1,62% (q-t-q) menjadi sebesar 1,39% (q-t-q). Masih terjadinya gangguan pasokan listrik untuk interkoneksi Sumatera pada triwulan laporan menyebabkan kapasitas daya listrik di Provinsi Jambi menurun sehingga PLN mengambil kebijakan pemadaman secara bergilir (bagi industri dan rumah tangga) agar defisit daya yang semakin membesar dapat teratasi. Dampak dari hal tersebut tentunya konsumsi listrik berkurang sehingga melambatkan laju pertumbuhan sektor listrik. Grafik 1.25. Perkembangan Total Pemakaian Listrik Grafik 1.26. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik KWH (dalam Ribuan) 200,000
Persen (%) 25.0
180,000 20.0
160,000 140,000
15.0
120,000 100,000
5.43
60,000
4.68
7.05
6.77
6.77
5.0
250,000
(1.80)
(2.25)
(2.64)
-
0.0 -5.0
III
IV
I
II
III 2007
Total Pemakaian
IV
I
II
III
100,000
2.32
Grafik 1.25
3.0 2.0
1.01 0.76
50,000
0.75
1.0
0.37
-
0.0 II
III
IV
I
II
III 2007
2008
Pertumbuhan Total
2.82
2.14
Total Pelanggan Sumber: PLN Jambi, 2007 (diolah)
Sumber: PLN Jambi, 2007 (diolah)
4.0
3.60 3.41 2.93
150,000 5.0
20,000
16
300,000
10.0
1.21
40,000
II
Persen (%) 6.0
200,000
8.73
80,000
Pelanggan 350,000
Grafik 1.26
IV
I
II 2008
Perumbuhan Pelanggan
III
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Melambatnya pertumbuhan sektor air bersih dikarenakan volume penjualan air dari PDAM kepada konsumennya akan berkurang karena adanya pemadaman listrik. Akibat dari pemadaman listrik tersebut, beberapa pompa air PDAM juga sering mengalami penurunan voltase sehingga debit produksi air untuk beberapa tandon menurun sehingga supply terhadap ratusan pelanggan terganggu. Hal ini pada akhirnya akan berdampak pada volume penjualan air yang menurun selama periode triwulan laporan.
7
Sektor bangunan menunjukkan pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor bangunan tumbuh sebesar 1,33% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,34% (q-t-q).
Namun
demikian, sejalan dengan mulai meningkatnya beberapa proyek infrastruktur pemerintah daerah pada triwulan laporan masih memberikan kontribusi terhadap meningkatnya angka sub sektor bangunan pada triwulan laporan. Grafik 1.27. Perkembangan PDRB Sektor Bangunan dan Konsumsi Semen 200,000
40.00
180,000 30.00 160,000 20.00
140,000 120,000
10.00
100,000 -
80,000 60,000
(10.00)
40,000 (20.00) 20,000 -
(30.00)
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III 2005
2006
PDRB sektor Bangunan (juta Rp), aksis kiri
2007
2008
Konsumsi Semen (ton), aksis kiri
Pert. Konsumsi Semen (%), aksis kanan Sumber: Asosiasi Semen Indonesia dan BPS Provinsi Jambi (diolah)
Disamping itu, ditengah naiknya harga barang-barang konstruksi, pembangunan properti residensial (perumahan) oleh developer (perusahaan 7
Pemadaman bergilir yang dilakukan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) sangat berpengaruh terhadap pelayanan masyarakat di berbagai instansi termasuk PDAM karena sebagian besar instalasi produksi air PDAM tergantung dari tenaga listrik dari PLN (Sebagian besar energi andalan penggerak generator pompa PDAM adalah tenaga listrik).
17
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL pengembang) dan masyarakat umum maupun properti komersial (ruko, hotel) masih terus berlanjut walaupun mulai melambat. Hal ini dikonfirmasi dengan menurunnya konsumsi semen selama periode triwulan laporan menjadi sebesar 80.148 ton dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 105.091 ton. Permintaan kredit KPR dan kredit Ruko/Rukan
8
juga menunjukkan
pelambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kredit KPR tumbuh sebesar 8,38% (Rp58,26 miliar) sedangkan kredit Ruko/Rukan tumbuh sebesar 8,20% (Rp4,28 miliar). Namun demikian, masih tumbuhnya kredit KPR dan kredit Ruko/Rukan mencerminkan bahwa minat masyarakat terhadap permintaan perumahan dan Ruko/Rukan masih cukup tinggi. Grafik 1.28. Perkembangan Kredit KPR Grafik 1.29. Perkembangan Kredit Ruko/Rukan juta Rp
Persen
800,000
30.00
700,000
KPR
Pertumbuhan
25.00
600,000 20.00
500,000
juta Rp
Persen
60,000
160.00 140.00
Pertumbuhan
Ruko/Rukan
50,000
120.00 100.00
40,000
80.00 400,000
15.00
60.00
30,000
40.00
300,000
10.00
20,000
5.00
10,000
20.00
200,000 100,000
(20.00)
-
II
III
IV
I
2004
II
III
2005
IV
I
II
III
IV
2006
I
II
III
IV
2007
I
II
III
(40.00)
II
2008
III
IV
2004
Grafik 1.28
I
II
III
2005
IV
I
II
III
IV
I
2006
II
III
IV
2007
I
II
III
2008
Grafik 1.29
Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan sebesar 2,26% (q-t-q) pada triwulan laporan atau lebih tinggi bila dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,81% (q-t-q). Meningkatnya angka pertumbuhan sektor ini berasal dari sub sektor pengangkutan, yaitu angkutan jalan raya, angkutan sungai, danau dan penyeberangan, angkutan udara dan jasa penunjang angkutan.
Akselerasi
pertumbuhan
sektor
ini
terutama
terkait
dengan
meningkatnya demand masyarakat dalam menggunakan moda transportasi darat dan udara untuk keperluan pulang kampung (mudik) Lebaran ke daerah asal di akhir periode triwulan laporan. 8
Yang dimaksud kredit KPR adalah kredit untuk membeli atau memperbaiki/memugar rumah atau apartemen. Sedangkan kredit Ruko/Rukan adalah kredit yang diberikan dalam rangka pemilikan rumah dan toko (Ruko) atau rumah dan kantor (Rukan)
18
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.30. PDRB Sub Sektor Angkutan Udara dan Volume Penjualan Avtur Grafik 1.31. Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang Grafik 1.32. Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Pesawat 70.00
45,000
60.00
PDRB sub sektor Angkutan Udara (juta Rp), aksis kiri Konsumsi Avtur (ratusan liter), aksis kiri Pert. Konsumsi Avtur (%), aksis kanan
40,000 35,000
50.00 40.00
30,000
30.00 25,000 20.00 20,000 10.00 15,000
-
10,000
(10.00)
5,000
(20.00)
-
(30.00) TW II
TW III TW IV
TW I
TW II
2005
TW III TW IV
TW I
TW II
2006
TW III TW IV
TW I
TW II TW III*
2007
2008
Sumber: Pertamina Wira Penjualan Jambi dan BPS Provinsi Jambi (diolah) * Konsumsi avtur triwulan III-2008 perkiraan Bank Indonesia Jambi
Grafik 1.30 Persen (%)
orang 120000
25.00
Persen (%)
pesawat 1200
20.00 15.00
20.00 100000
15.00 10.00
80000
1000
10.00 5.00
800
-
5.00 600
-
60000
(5.00) 40000
(5.00) (10.00)
400
(15.00)
(10.00) (15.00)
20000
(20.00)
200
(25.00)
(20.00) 0
(25.00) II
III
IV
I
II
2005
III
IV
2006
I
II
III
IV
I
2007
II
III
Keberangkatan Penumpang (aksis kiri)
Datang (aksis kanan)
Berangkat (aksis kanan)
II
III
IV
I
II
2005
2008
Kedatangan Penumpang (aksis kiri)
(30.00)
0
Sumber: PT. Angkasa Pura II
III
IV
I
II
2006
III
IV
I
2007
II
III
2008
Kedatangan Pesawat (aksis kiri)
Keberangkatan Pesawat (aksis kiri)
Datang (aksis kanan)
Berangkat (aksis kanan)
Sumber: PT. Angkasa Pura II
Grafik 1.31
Grafik 1.32
Sub sektor angkutan jalan raya tumbuh sebesar 2,45% (q-t-q), lebih tinggi
dibandingkan
Sementara,
sub
triwulan
sektor
sebelumnya
angkutan
udara
yang
sebesar
tumbuh
1,46%
sebesar
(q-t-q).
3,71%(q-t-q)
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar minus 2,13%(q-t-q). Meningkatnya demand masyarakat menggunakan jasa angkutan udara dalam menghadapi Lebaran direspon dengan pihak maskapai penerbangan yang menambah jadwal penerbangan dari dan ke Jambi. Di sisi lain, beroperasinya kembali Mandala Air dalam melayani rute Jakarta-Jambi (PP) menyebabkan kapasitas angkut dari sisi armada maupun frekuensi penerbangan meningkat dibandingkan kondisi triwulan-triwulan sebelumnya.
19
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Walaupun lebih rendah dari triwulan sebelumnya, pertumbuhan jasa angkutan laut antara lain disebabkan oleh meningkatnya aktivitas barang di pelabuhan pada triwulan laporan. Tumbuhnya sub sektor jasa angkutan terkait dengan meningkatnya demand masyarakat menggunakan jasa ekspedisi kiriman barang serta agen travel dan pesawat terbang dalam menghadapi Lebaran. Grafik 1.33. Perkembangan Total Arus Barang Grafik 1.34. Perkembangan Kunjungan Kapal 1600000
40.00
unit 1800
persen(%) 50.00
1400000
30.00
1600
40.00
1200000
20.00
1400
30.00
1000000
10.00
1200
800000
0.00
unit
persen(%)
600000
-10.00
400000
-20.00
200000
-30.00
0
-40.00 II
III
IV
I
II
III 2007
Jumlah Total Arus Barang
IV
I
II
III
20.00
1000
10.00
800
0.00
600 400
-10.00
200
-20.00 -30.00
0 II
III
IV
2008
I
II
III
IV
2007
Unit
Pertumbuhan
I
II
III
2008
Pertumbuhan
Sumber: Pelindo Jambi
Sumber: Pelindo Jambi
Grafik 1.33
Grafik 1.34
Jumlah unit kapal bersandar meningkat sebesar 30,14% yang mencapai 1.589 unit, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1.221 unit.
9
Namun demikian, jumlah arus barang berdasarkan perdagangan di Pelabuhan Tungkal dan Pelabuhan Talang Dukuh mengalami penurunan sebesar 32,63% dibandingkan triwulan sebelumnya.
10
Sub sektor pos dan telekomunikasi serta sub sektor jasa penunjang komunikasi masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 2,03% (q-t-q) dan 1,01% (q-t-q). Demand masyarakat untuk menggunakan jasa pos dan telekomunikasi dalam menyambut Lebaran relatif baik. Sektor keuangan, persewaan, dan jasa-jasa perusahaan tumbuh sebesar 3,48% (q-t-q) pada triwulan laporan atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,77% (q-t-q). Pelambatan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan pertumbuhan sub sektor bank serta sub sektor jasa penunjang keuangan pada triwulan laporan. Sementara, sub sektor lainnya mengalami
9
Kunjungan kapal yang dimaksud adalah pelayaran luar negeri, pelayaran dalam negeri dan pelayaran rakyat. 10 Arus barang berdasarkan perdagangan yaitu impor, ekspor, bongkar dan muat.
20
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL pertumbuhan yaitu sub sektor lembaga keuangan tanpa bank (1,37%/q-t-q), sub sektor sewa bangunan (1,65%/q-t-q), dan sub sektor jasa perusahaan (1,59%/qt-q). Sektor
jasa-jasa
pada
triwulan
laporan
mengalami
pelambatan
pertumbuhan menjadi sebesar 1,26% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,45% (q-t-q). Walaupun mengalami pelambatan, pertumbuhan sub sektor pemerintahan umum berasal dari realisasi belanja pembangunan proyekproyek pemerintah yang masih tumbuh terbatas. Sedangkan meningkatnya sub sektor swasta berasal dari naiknya jasa sosial kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi serta jasa perorangan dan rumah tangga. C. PDRB Sisi Pengeluaran Ditinjau dari sisi pengeluaran, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan laporan didorong oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pengeluaran pertumbuhan, 1,39%
konsumsi
pemerintah.
Berdasarkan
kontribusi
terhadap
pengeluaran konsumsi rumah tangga menyumbang
sebesar
terhadap pertumbuhan ekonomi Jambi, diikuti dengan pengeluaran 11
konsumsi pemerintah yang menyumbang sebesar 0,63%.
Grafik 1.35. Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran terhadap Pertumbuhan (q-t-q) 0.50
Net Ekspor/Impor
0.76 0.06
Perubahan Stok
Trw III-08
0.19
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
TW II-08 0.34
0.11 0.01 0.01
Lembaga Sw asta Nirlaba Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
0.53 0.67
Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga -
1.39 0.42 0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1.60
11
Yang dimaksud kontribusi ’net ekspor’ adalah nilai kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan dikurangkan dengan nilai kontribusi impor terhadap pertumbuhan pada triwulan laporan. Jika bernilai positif disebut net ekspor, sedangkan jika bernilai negatif disebut net impor.
21
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Dari sisi distribusinya (share), konsumsi rumah tangga mempunyai pangsa yang paling besar, yaitu mencapai 63,85% dari PDRB Jambi pada triwulan III tahun 2008 (lihat grafik 1.36). Selain itu, pengeluaran konsumsi pemerintah dan PMTDB juga memiliki pangsa yang relatif besar dengan masing-masing sebesar 16,82% dan 16,52%. Sedangkan share perubahan stok sebesar 2,52% dan lembaga swasta nirlaba sebesar 0,46%. Grafik 1.36. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan III tahun 200812 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 16.52%
Lembaga Swasta Nirlaba 0.46%
Perubahan Stok 2.52%
Net Impor 0.17%
Pengeluaran Konsumsi pemerintah 16.82%
Pengeluaran konsumsi rumah tangga 63.85%
1. Pengeluaran Konsumsi Pengeluaran konsumsi rumah tangga atas dasar harga konstan selama triwulan laporan tumbuh sebesar 1,98% (q-t-q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,58% (q-t-q). Konsumsi masyarakat pada periode triwulan laporan meningkat terutama untuk belanja barang-barang dan jasa selama bulan Ramadhan serta menyambut perayaan Idul Fitri 1429H. Sementara, dampak dari penurunan harga-harga komoditas unggulan Jambi (karet dan sawit) mulai berdampak pada daya beli masyarakat yang diindikasikan oleh turunnya konsumsi listrik untuk rumah tangga serta pembelian kendaraan bermotor pada triwulan laporan (grafik 1.38 dan 1.44). Disamping itu, indeks 12
keyakinan
konsumen
terhadap kondisi
perekonomian
selama
Pangsa (share) net impor sebesar 0,17% merupakan pengurang dari total share PDRB sisi pengeluaran
22
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL periode triwulan laporan juga masih berada pada level pesimis. Namun demikian, pengeluaran konsumsi rumah tangga masih merupakan salah satu kontributor utama pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan laporan. Grafik 1.37. Indeks Kondisi Ekonomi Grafik 1.38. Konsumsi Listrik Rumah Tangga Indeks
(%)
120.00
120.00 100.00
100.00
Persen (%) 10.0
KWH (dalam Ribuan) 120,000 7.87
100,000
80.00
60.00
8.0
6.73
6.74
80.00
6.51
6.0
80,000 3.13
40.00 60.00 20.00 40.00
4.0
60,000
1.75 0.64
0.48
40,000
(20.00)
20.00
(0.55)
2.0 0.0
20,000
-2.0
(2.87)
(40.00) 0.00
-
(60.00) II
III
IV
I
II
III
IV
I
2005
II
III
IV
I
II
2006
III
2007
IV
I
II
-4.0 II
III
III
IV
I
II
III
IV
II
2007
2008
Pertumbuhan (%)
III
2008
Rumah Tangga Kondisi ekonomi saat ini dibandingkan 6 - 12 bln yg lalu
I
Pertumbuhan RT
Sumber: PLN Jambi, 2007 (diolah)
Grafik 1.37
Grafik 1.38
Penjualan kendaraan bermotor pada triwulan laporan turun sebesar 1,58%. Penjualan mobil baru (sedan, jeep, minibus) menurun sebesar 3,49% begitu juga dengan penjualan sepeda motor yang turun 1,04%. Hal ini mencerminkan
bahwa
konsumsi
masyarakat
terhadap
kendaraan
mulai
melambat. Sejalan dengan hal tersebut, volume penjualan premium, solar dan minyak tanah juga mengalami penurunan pada periode triwulan laporan. Di sisi lain, penyaluran kredit konsumsi tumbuh sebesar 8,60%. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan konsumsi rumah tangga untuk membeli barang tahan lama (durable goods) melalui fasilitas pinjaman yang disediakan oleh bank masih relatif baik. Pada periode triwulan laporan, pengeluaran konsumsi pemerintah tumbuh sebesar
2,73%
(q-t-q),
melambat
dibandingkan
pertumbuhan
triwulan
sebelumnya sebesar 3,46% (q-t-q). Pengeluaran konsumsi pemerintah pada triwulan
laporan
terkait
dengan
mulai
direalisasikannya
belanja
modal
(infrastruktur) Pemerintah Daerah pada triwulan laporan. Sementara, pengeluaran konsumsi lembaga nir laba juga tumbuh sebesar 1,03% (q-t-q) atau mengalami pelambatan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,76% (q-t-q).
23
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.39. Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru Grafik 1.40. Perkembangan Penjualan Premium dan Solar Grafik 1.41. Perkembangan Penjualan Minyak Tanah Grafik 1.42. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Provinsi Jambi Grafik 1.43. Pertumbuhan Pendaftaran Sedan, Jeep, Minibus Baru Grafik 1.44. Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru unit
Persen(%)
50 40 30 20 10 (1.58) (10) (20) (30) (40) (50) (60)
40,000 35,000
36.26
21.56
29.89
9.78
14.98 25,000
23.64
26.81
30,000 11.95
8.79
1.61
20,000 (14.21) (19.40)
15,000 10,000 5,000
(49.37)
II
III
IV
I
II
2005
III
IV
I
II
2006
III
IV
I
II
2007
KENDARAAN BERMOTOR
III
Ribu Liter
Persen (%)
90,000
40.00
80,000 20.00 70,000 60,000
-
50,000 (20.00) 40,000 30,000
(40.00)
20,000 (60.00) 10,000 -
(80.00) 1
2
3
2008
4
1
2
2006
Pertumbuhan
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
3
4
1
2
2007
3
2008
Konsumsi Premium (aksis kiri)
Konsumsi Solar (aksis kiri)
Premium (aksis kanan)
Solar (aksis kanan)
Sumber: Pertamina Wira Penjualan Jambi
Grafik 1.39.
Grafik 1.40.
Ribu Liter 30,000
(%) 80.0 60.0
25,000
40.0 20,000
20.0
15,000
14
3,500,000
12.68 12
3,000,000
11.96 10.98
10
2,500,000
8.60
8.38
8
2,000,000
7.03
-
6
1,500,000
(20.0)
10,000
(40.0) 5,000
(60.0)
-
(80.0) II
III
IV
I
II
III
IV
I
2006
II
III
IV
I
II
2007
III
4
3.33
0 TW I
TW II
TW III TW IV
2006
TW II
Persen(%) 150
800
36.26
(15.88)
400
50
6.62
26.81
3.62 (9.42)
-
(50)
(65.01)
100 II
III 2005
IV
I
II
III 2006
IV
I
II
III
2007
IV
I
II
III
10,000 (49.37)
II
III
Sedan, Jeep, Minibus
Grafik 1.43.
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
2008
2005
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
1.61
(14.21) (19.40)
15,000
5,000 (100)
-
11.95
20,000
(3.49)
300 200
9.78
8.79
25,000
Pertumbuhan
50 40 30 20 10 (1.58) (10) (20) (30) (40) (50) (60)
23.64
21.56
29.89 14.98
35.73
34.25
31.19 (5.47)
2008
Pertumbuhan Kredit Konsumsi (%),aksis kiri
30,000
500
TW III
Persen(%)
100
700 8.94
TW II
unit 40,000 35,000
2.16 8.46
TW I
Grafik 1.42.
126.41
600
TW III TW IV
2007
Kredit Konsumsi (juta Rp), aksis kanan
unit
24
TW I
Pertumbuhan
Grafik 1.41.
900
500,000
0
Sumber: Pertamina Wira Penjualan Jambi
1,000
1,000,000
1.87 2
2008
M.Tanah/Kerosine
5.24
3.80 3.60
2006
2007
KENDARAAN BERMOTOR
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
Grafik 1.44.
2008 Pertumbuhan
III
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 2. Investasi Pada triwulan laporan, pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) tumbuh sebesar 2,07% (q-tq) yang mencerminkan bahwa kondisi investasi mulai sedikit membaik dibandingkan triwulan sebelumnya. Grafik 1.45. Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru Grafik 1.46. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi Grafik 1.47. Konsumsi Semen Provinsi Jambi unit 1,400
Persen(%) 80
20
1,600,000
Kredit Investasi (juta Rp), aksis kanan
18 1,200
60
1,400,000
16.65
Pertumbuhan Kredit Investasi (%),aksis kiri
16.18
16
1,200,000
1,000
40
800 20 600
14.28
14 12 10
800,000
9.26
-
400
1,000,000
11.78
8
200 II
III
IV
2005
I
II
III 2006
IV
I
II
III
IV
I
2007
II
(20)
6
(40)
4
III
2
2008
600,000 400,000
4.28 1.50
2.33
3.26
2.70
200,000
1.60
0 TRUCK/PICK UP
0 TW I
Pertumbuhan
TW II
TW III
TW IV
2006
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
TW I
TW II
TW III
TW IV
TW I
2007
TW II
TW III
2008
Grafik 1.46.
Grafik 1.45.
(%)
Ton 45,000
100.0
40,000
80.0
Konsumsi Semen Pertumbuhan
35,000
60.0
30,000
40.0
25,000 20.0 20,000 -
15,000
(20.0)
10,000
(40.0)
5,000
(60.0)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2005
2006
2007
2008
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI), diolah
Grafik 1.47.
25
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Sementara itu, dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) terlihat situasi bisnis masih cukup baik pada triwulan laporan, tercermin dari nilai saldo bersih situasi bisnis dunia usaha sebesar 23,61. Masih membaiknya situasi bisnis dunia usaha juga berdampak pada tumbuhnya kredit investasi sebesar 9,26% atau sebesar Rp120,65 miliar pada triwulan laporan. Namun demikian, konsumsi semen pada triwulan laporan menurun sebesar 23,73% menjadi sebesar 80.148 ton. Perubahan stok pada triwulan III tahun 2008 mengalami pertumbuhan sebesar 2,02% (q-t-q), lebih rendah bila dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 6,24% (q-t-q). Sementara, pangsa stok pada triwulan laporan sebesar 2,52%. 3. Perdagangan Eksternal Jumlah perdagangan eksternal ke luar Provinsi Jambi sebesar 0,68% (q-tq) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 10,25% (qt-q). Pertumbuhan impor barang baik yang berasal dari luar provinsi maupun luar negeri mengalami pertumbuhan negatif sebesar 0,15% (q-t-q). Berdasarkan dokumen pemberitahuan ekspor barang (PEB), ekspor Provinsi Jambi sebesar USD 215,46 juta sedangkan impor sebesar USD 29,83 juta pada triwulan laporan.13 Dengan kondisi tersebut, Provinsi Jambi masih mengalami net ekspor sebesar USD 185,64 juta, meningkat sebesar 32,47% dibandingkan posisi yang sama periode triwulan sebelumnya yang mencapai USD 14 140,14 juta. Ekspor Provinsi Jambi masih didominasi oleh komoditas CPO dan 15 karet. Sementara kelompok peralatan mesin dan transport masih mendominasi
nilai impor Provinsi Jambi pada triwulan laporan.
13
Data s.d. bulan Agustus 2008 (Sumber: Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter, Bank Indonesia). 14 Net ekspor yang dimaksud disini adalah net ekspor bulan Juli-Agustus 2008 dibandingkan net ekspor bulan April-Mei 2008. 15 Klasifikasi barang menurut Standard International Trading Classification (SITC).
26
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.48. Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi ribu USD 300,000 Impor
Ekspor
Net
250,000 207,237 215,491
200,000 147,469
149,230 145,699
101,075 100,000
107,288 72,175
185,638
145,898 123,888
135,753
150,000
105,291
73,849
50,000 34,232 0 TW I
TW II
TW III TW IV
TW I
TW II
2005
TW III TW IV
TW I
TW II
2006
TW III TW IV
TW I
2007
TW II TW III* 2008
Keterangan: *) S.d. Agustus 2008
Berdasarkan jenis komoditasnya, nilai ekspor tertinggi (Juli-Agustus 2008) dicapai oleh komoditas karet mentah (crude rubber) sebesar USD 138,12 juta atau 64,10% dari total ekspor non migas, sementara nilai ekspor batubara, kokas dan briket (coal, coke and briquettes) serta lemak nabati dan minyak (fixed, vegetable oil and fats) masing-masing mencapai USD 19,96 juta (9,26% dari total ekspor non migas), dan USD 15,38 juta (7,14% dari total ekspor non migas). Grafik 1.49. Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi dalam Ribu USD 120,000
EKSPOR 100,000
CRUDE MATERIALS, INEDIBLE ANIMAL & VEGETABLE OILS&FATS
80,000
60,000
40,000
20,000
1
2
3
4
5
6
7 2007
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
2008
27
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Ekspor non migas lain yang cukup besar kontribusinya adalah komoditas pulp dan kertas (pulp and waste paper), serta barang-barang kayu dan gabus (wood and cork manufactures) yang masing-masing mencapai USD 16,49 juta (7,66%) serta USD 12,63 juta (5,86%). Berdasarkan struktur ekspor non migas Jambi, terlihat bahwa ekspor produk primer masih mendominasi terutama komoditas karet mentah, batubara serta lemak nabati dan minyak disusul produk hasil industri pengolahan (barang-barang kayu serta kertas dan olahannya). Dari sisi impor (Juli-Agustus 2008), impor non migas meningkat sebesar 25,16% (USD 5,99 juta) sehingga menjadi sebesar USD 29,83 juta jika dibandingkan periode yang sama triwulan sebelumnya (April-Mei 2008). Pada triwulan laporan, impor terbesar terjadi pada sub kelompok mesin pembangkit tenaga (power generating mach.&eqp) sebesar USD 11,33 juta (37,97%), serta sub kelompok mesin industri tertentu/khusus (mach. Special for partic. inds) sebesar USD 3,22 juta (10,80%). Grafik 1.50. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi dalam Ribu USD 35,000 IMPOR MACHINERY & TRANSPORT EQP CHEMICAL
30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 0 1
2
3
4
5
6
7 2007
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
2008
Pangsa impor Provinsi Jambi pada periode triwulan laporan masih didominasi oleh kelompok peralatan mesin dan transport (machinery&transport equipment) yang menguasai 66,14% dari nilai impor. Selain itu, kelompok kimia (chemical) juga memberikan kontribusi impor sebesar 16,51% dari total impor
28
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Provinsi Jambi dengan komoditas utamanya adalah bahan kimia lainnya (chem. Material&product,nes) sebesar USD 1,42 juta.
29
Halaman ini sengaja dikosongkan
Boks 1. INDEKS PRODUKSI PROVINSI JAMBI TAHUN 2008 1 (suatu indikator dini pertumbuhan produksi riil)
Latar Belakang Perubahan paradigma pembangunan manusia mulai terjadi sejak tahun 1990 ketika United Nation Development Program (UNDP) mengadopsi suatu paradigma baru mengenai pembangunan yang disebut dengan pembangunan manusia. Hal ini berbeda dengan paradigma pembangunan sebelumnya yang menekankan pada pertumbuhan ekonomi yang menempatkan pendapatan (diukur dengan gross national product;GNP atau gross domestic product;GDP) per kapita sebagai ukuran hasil pembangunan. Dalam perspektif pembangunan manusia, pertumbuhan ekonomi bukanlah tujuan akhir. Namun demikian pertumbuhan ekonomi adalah alat untuk mencapai tujuan akhir, yaitu memperluas pilihan-pilihan bagi manusia, dan sebagai prasyarat bagi tercapainya pembangunan manusia. Kegiatan pemantauan indikator produksi beberapa barang/jasa merupakan suatu upaya penerapan fungsi pemantuan hasil pembangunan sebagai suatu rangkaian
perencanaan
yang
sistematis
dalam
hal
penyusunan
program
pembangunan daerah agar lebih terarah dan berkesinambungan (sustainable) sejalan dengan perubahan paradigma pemerintahan dari pemerintahan yang sentralistik menjadi desentralisasi. Dengan tersedianya data indikator produksi beberapa barang/jasa yang dipantau setiap bulan dapat diidentifikasi tingkat pertumbuhan produksi bulanan (selanjutnya disebut sebagai indeks produksi bulanan). Indeks produksi bulanan dihitung menurut kelompok komoditi ataupun sektoral yang merupakan suatu bagian dari rangkaian kegiatan dalam kajian ekonomi regional. Indeks produksi dapat
digunakan
sebagai
penduga
besaran
laju
pertumbuhan
riil
pada
penghitungan PDRB triwulanan. Analisis runtun waktu yang diterapkan pada data indeks produksi dalam jangka panjang dapat mengindikasikan pola gerak musim pertumbuhan produksi sektor-sektor ekonomi di Propinsi Jambi. Metodologi Indeks Produksi merupakan indeks kuantitas (quantity index) yang pada prinsipnya sama dengan penghitungan indeks harga (price index). Indeks Produksi dihitung dengan melihat perubahan atau membandingkan kuantum produksi (hasil survei) bulan berjalan terhadap kuantum produksi bulan sebelumnya sehingga indeks produksi bulan berjalan menggambarkan perkembangan produksi terhadap bulan sebelumnya. Dalam formulasi penghitungan, harga harus dikonstantir agar
1
Merupakan hasil kerjasama antara BPS Provinsi Jambi dengan Bank Indonesia Jambi,2008.
perubahan kuantitas dapat diukur bebas dari pengaruh perubahan harga. Secara matematis formulasi penghitungannya adalah ; QIm
= {(Σqm . w)/(Σq(m-1) . w)} x 100
dimana ; QIm
= Indeks Produksi bulan berjalan
qm
= Kuantum Produksi bulan berjalan
q(m-1) = Kuantum Produksi bulan sebelumnya w
= Penimbangan (weighted)
Survei yang dilakukan menuntut adanya kerangka sampel (sampling frame) yang mampu memberikan gambaran populasi unit produksi yang akan dipantau demi efektifitas dan efisiensi. Kantong-kantong produksi merupakan wilayah pencacahan (sampling area) yang akan dijadikan cluster penelitian menurut kelompok komoditi terpilih. Responden sebagai unit sampel (sampling unit) secara purpossive dipilih dari kerangka sampel (sampling frame) dengan mempertimbangkan tingkat reliabilitynya sehingga paket sampel cukup representative untuk menjelaskan populasi. Mengingat sifat pemantauan yang runtun (time series) maka pencacahan harus bersifat panel survey, oleh karena itu maka penentuan responden di awal pemantauan menjadi sangat strategis untuk menjaga keberlanjutan (suistanable) dari pelaksanaan survei itu sendiri. Paket sampel cadangan disiapkan untuk mengantisipasi situasi ketidakpastian (uncertainty) dalam berproduksi, sehingga indeks produksi tetap dapat dijaga series-nya setiap bulan. Permintaan akan data yang “up to date” menuntut fasilitas komunikasi yang memadai sehingga akurasi data dan ketepatan waktu menjadi hal yang wajib terpenuhi. Piranti keras fasilitas komunikasi yang canggih perlu diimbangi dengan kualifikasi yang baik dari sisi komunikator maupun komunikan sehingga komunikasi berjalan efektif. Petugas survei dalam kapasitasnya sebagai interviewer diharapkan mampu menggali berbagai keterangan yang dibutuhkan dengan logika rasional. Sementara petugas survei dalam kapasitasnya sebagai komunikator harus menyampaikan informasi secara berkala dan berkesinambungan. Sampai dengan semester pertama tahun 2008, beberapa indeks produksi yang dihasilkan hampir mencakup keseluruhan sektor yang tercakup dalam penghitungan PDRB Triwulanan. Namun jika dirinci menurut sub sektor atau kelompok komoditi hanya sebagian kecil yang bisa disajikan, hal ini mengingat cakupan survei yang belum bisa menduga secara lebih rinci. Beberapa hal bahkan masih menuntut penyempurnaan metode survei terutama untuk unit-unit kegiatan ekonomi skala besar dan beberapa kasus tingkat produksi yang masih diestimasi pergerakannya melalui data sekunder. Namun demikian tanpa mengecilkan arti dari suatu kegiatan penelitian, indeks produksi bulanan yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai suatu indikator dini besaran pertumbuhan produksi yang tidak lain adalah pertumbuhan ekonomi itu sendiri.
Hasil Pengamatan Indeks produksi yang disusun secara berantai antar periode amatan dengan tujuan perbandingan secara pasangan (binary comparison) memperlihatkan perkembangan tingkat produksi riil masing-masing sektor yang diamati secara runtun dan berkelanjutan (sustainable). Berikut disajikan hasil pengamatan selama kurun waktu Januari sampai dengan September 2008 secara berantai (chain index). Formula indeks berantai sebagaimana dimaksud adalah : CIm = {QIm x CI(m-1) }/100 dimana ; CIm
= Indeks Berantai bulan berjalan
QIm
= Indeks Produksi bulan berjalan
CI(m-1)
= Indeks Berantai bulan sebelumnya
Indeks Produksi Primer (Primary Production Index) Luas tanam dan luas panen beberapa komoditas pertanian tanaman pangan yang dipantau oleh petugas dinas pertanian setiap bulan dalam kurun waktu sembilan bulan terakhir menghasilkan indeks produksi pada sub sektor tanaman pangan. Indeks produksi berantai dari data Luas panen diilustrasikan oleh gambar berikut; Tabel 1. Indeks Produksi 1 (Luas Panen) 450
900
400
800
350
700
300
600
250
500
200
400
150
300
100
200
50
100
0
0 2008:04 KACANG HIJAU (axis kiri) PADI LADANG (axis kanan) PADI SAWAH (axis kiri)
2008:07 UBI JALAR (axis kiri) KEDELAI (axis kanan)
Tabel 2. Indeks Produksi 2 (Luas Panen) 220 200 180 160 140 120 100 80 60 2008:04 JAGUNG
KACANG TANAH
2008:07 UBI KAYU
Produksi hortikultura dipantau dari sentra produksi sayur-mayur dan buahbuahan (Kab. Kerinci dan Kab. Merangin) yang meliputi beberapa komoditas penting produk pertanian hortikultura seperti kubis dan kentang tanpa melihat kemana produk tersebut dipasarkan. Tabel 3. Indeks Produksi 440
170
400
160
360
150
320
140
280
130
240
120
200
110
160
100
120
90
80 2008:01
80 2008:04
PRODUKSI HORTIKULTURA (axis kanan) PRODUKSI KARET (axis kiri) PRODUKSI KELAPA (axis kiri)
2008:07 PRODUKSI KELAPA SAWIT (axis kiri) PRODUKSI PINANG (axis kiri)
Karet, Kelapa Sawit, Kelapa dan Pinang adalah beberapa komoditi tanaman perkebunan yang dipantau produksinya dari sentra produksi tanaman perkebunan termasuk pemantauan terhadap pusat perdagangan komoditas tersebut (Pasar Lelang Karet, Pabrik CPO, Produsen Kopra dan Pedagang Pengumpul Pinang Belah). Kabupaten Bungo, Tebo, Batang Hari dan Muaro Jambi merupakan daerah pantauan produksi Karet dan Kelapa Sawit, sedangkan untuk komoditas Kelapa dan Pinang dipantau dari Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur. Tabel 4. Indeks Produksi 240 220 200 180 160 140 120 100 80 2008:01 PRODUKSI PERIKANAN PRODUKSI DAGING PRODUKSI TELUR
2008:04
2008:07 PRODUKSI BATUBARA INDUSTRI CPO
Produksi daging dan telur adalah dua hal yang diamati pada sub sektor peternakan, meliputi kejadian pemotongan ternak di rumah potong hewan,
produksi ayam pedaging, produksi telur (ayam ras, itik dan puyuh). Sentra produksi daging baik ternak besar/kecil maupun unggas terdapat di Kota Jambi, Kabupaten Batang Hari, Muaro Jambi dan Bungo. Pemantuan juga dilakukan terhadap beberapa pusat perdagangan hewan ternak (Kab. Batang Hari dan Kota Jambi). Tempat Pelelangan Ikan (Kab. Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung Barat, Muaro Jambi) menjadi pusat pemantuan produksi perikanan tangkap dalam penghitungan indeks produksi perikanan disamping amatan terhadap beberapa responden perikanan tambak. Penggalian Gol.C yang berproduksi di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Batanghari yang membelah Kota Jambi, Kab. Muaro Jambi dan Batang Hari merupakan unit pengamatan pada sub sektor penggalian. Penggalian Batubara (Kab. Bungo, Tebo, Sarolangun, Batang Hari) yang masih diproduksi secara konvensional oleh investor lokal juga menjadi objek amatan yang cukup kooperative dan responsif. Indeks Produksi Sekunder (Secondary Production Index) Tingkat produksi di sektor industri pengolahan merupakan hasil pengamatan pada beberapa industri pengolahan yang memberi kontribusi cukup besar pada komponen nilai tambah sektor industri, dengan unit sampel yang terdistribusi proporsional menurut skala usaha. Pantauan pada unit usaha industri yang mengolah hasil pertanian antara lain dilakukan terhadap industri crude palm oil (CPO), industri pengolahan karet remah dan industri kopra. Industri barang dari semen, industri barang dari kayu, industri batubata dan industri kerajinan batik merupakan industri lain yang juga menjadi pantauan, termasuk beberapa industri makanan dan minuman. Tabel 5. Indeks Produksi 160
800
150
700
140
600
130
500
120
400
110
300
100
200
90
100
80
0 2008:04 INDUSTRI CPO (axis kiri) INDUSTRI KARET (axis kiri) INDUSTRI KOPRA (axis kanan)
2008:07 INDUSTRI MAKANAN (axis kanan) INDUSTRI MINUMAN (axis kanan)
Produksi listrik (PLN) merupakan indikator produksi pada sub sektor listrik sedangkan produksi air minum (PDAM) merupakan indikator yang diamati pada sub
sektor air bersih dan secara intens dapat dipantau dari beberapa unit pembangkit dan atau unit produksi. Tabel 6. Indeks Produksi 170
7000
160
6000
150
5000
140
4000
130
3000
120
2000
110
1000
100
0 2008:04
2008:07
PRODUKSI AIR BERSIH (axis kiri) PRODUKSI LISTRIK (kiri) PRODUKSI PERUMAHAN RAKYAT (kanan)
Pemantauan pada sektor konstruksi yang mungkin dilakukan adalah melalui tingkat
produksi
perumahan
melalui
survei
pada
beberapa
perusahaan
pengembang perumahan dan real estate maupun data sekunder dari berbagai asosiasi pengembang perumahan dan real estate (REI, Apersi, dll) serta beberapa asosiasi konstruksi. Indeks Produksi Tersier (Tertiary Production Index) Beberapa indikator produksi sektor perdagangan, hotel dan restoran yang dipantau masih sebatas pengamatan pada hasil pengolahan data survei lain yang sejenis seperti survei harga perdagangan besar (HPB), survei harga perdagangan barang konstruksi (HPBK) dan survei tingkat hunian hotel berbintang dan non bintang (VHTS) yang rutin dilakukan dengan penambahan jumlah unit sampel. Tabel 7. Indeks Produksi 220
360
200
320
180
280
160
240
140
200
120
160
100
120
80 2008:01
80 2008:04
HARGA PERDAG BARANG KONSTRUKSI (a kiri) HARGA PERDAG BESAR (axis kanan) TINGKAT HUNIAN HOTEL (axis kiri)
2008:07 ANGKT LAUT/PENYEBERANGAN (axis kanan) ANGKUTAN UDARA (axis kiri)
Survei terhadap lalu lintas angkutan udara serta lalu lintas angkutan laut, sungai, danau & penyeberangan menjadi pantauan indeks produksi sektor angkutan. Hal ini cukup dimungkinkan karena Bandara Sultan Taha merupakan satu-satunya bandara yang melayani lalu lintas angkutan udara di Provinsi Jambi. Sementara itu pelabuhan yang terpantau berlokasi di Kab.Muaro Jambi, Tanjung Jabung Timur, dan Tanjung Jabung Barat. Lembaga keuangan yang biasanya sangat sulit untuk dimintai data perkembangan produk layanan menjadikan pemantauan bulanan menjadi sangat sulit untuk diterapkan di sektor ini. Satu-satunya yang mungkin dilakukan adalah pemantuan produk layanan sub sektor pegadaian meliputi nilai dan jumlah barang jaminan. Hal ini dilakukan di beberapa kantor cabang perum pegadaian di Provinsi Jambi. Beberapa unit usaha jasa titipan/ekspedisi/kargo juga menjadi objek yang diamati tingkat produksinya setiap bulan meliputi perkembangan arus lalu lintas ekspedisi dokumen/barang yang menjadi produk layanannya. Tabel 8. Indeks Produksi 320
1400
280
1200
240
1000
200
800
160
600
120
400
80
200
40 2008:01
0 2008:04
JS PERORANGAN MELAYANI RT (axis kanan) JS TITIPAN EKSPEDISI/KARGO (axis kiri)
2008:07 LAYANAN KESEHATAN (axis kiri) PEGADAIAN (axis kiri)
Pantauan indikator produksi di sektor jasa sebagian besar dilakukan di Kota Jambi mengingat tingkat kepadatan populasi sektor jasa yang sangat tinggi dibandingkan dengan daerah lain di Provinsi Jambi. Layanan praktek dokter, klinik bersalin, poliklinik dan klinik pengobatan tradisional merupakan unit yang dipantau untuk mendapatkan indeks produksi layanan kesehatan. Sementara itu indeks produksi jasa perseorangan yang melayani rumah tangga dipantau melalui layanan pangkas rambut, salon, reparasi, bengkel, dll. REKOMENDASI Secara umum indeks kuantitas (quantity index) yang dihasilkan dari pantauan Indeks Produksi Bulanan mampu memberikan sinyal awal pergerakan tingkat produksi beberapa komoditi penting. Hal ini sekaligus memberikan gambaran arah transformasi struktur ekonomi berikut estimasi laju pertumbuhan sektoral secara
lebih cepat. Beberapa saran yang dapat dipertimbangkan dalam perhitungan Indeks Produksi antara lain: 1. Penyempurnaan Perhitungan Indeks Produksi - Perluasan ruang lingkup dan cakupan unit pengamatan menjadi hal yang penting untuk diterapkan pada pemantuan selanjutnya sehingga sinyal perekonomian yang ditangkap akan menjadi semakin jelas terlihat. - Proyeksi laju pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang menjadi mungkin untuk dilakukan dengan lebih baik ketika indeks kuantitas (quantity index) semakin tidak bias (unbiased). Dukungan data sekunder yang lengkap dan mencerminkan sumber pertumbuhan (source of growth) yang reliabel merupakan prasyarat mutlak dalam prakiraan besaran laju pertumbuhan ekonomi dengan indeks harga (price index) sebagai faktor koreksi yang meng-konstantir fluktuasi harga. 2. Penambahan Indeks Produksi Sisi Permintaan (Demand) - Indeks
Produksi
merupakan
pengamatan
yang
dilakukan
dari
sisi
penyediaan (supply), sementara dari sisi permintaan (demand) juga patut dipantau secara berkala untuk memberikan gambaran struktur pasar yang terjadi dalam perekonomian. - Perlunya survei yang bisa memantau indeks produksi sisi permintaan untuk mengamati hal sebagaimana dimaksud dengan lebih profesional.
Boks 2. Investasi Provinsi Jambi Dan Krisis Pasar Modal Dunia 2008
Posisi Jambi cukup strategis ditengah pulau Sumatra dengan luas wilayah 5.4 juta hektar serta berdekatan dengan segitiga SIBAJO (Singapura, Batam dan Johor Malaysia). Posisi ini merupakan potensi yang besar untuk pengembangan Investasi, ditopang oleh pelaksanaan otonomi daerah (UU nomor 22 tahun 1999 dan 25 tahun 2000) yang menuntut masing-masing daerah untuk dapat memanfaatkan segala sumber daya untuk pembangunan daerah. Bagi setiap provinsi khususnya kabupaten dan kota, investasi merupakan salah satu upaya untuk melakukan percepatan pembangunan, dan ini dapat mendorong pesaingan antar daerah untuk meningkatkan daya tarik investasi.
Krisis pasar
modal yang sekarang ini terjadi, merupakan shok eksternal yang dapat memengaruhi komposisi investasi di setiap daerah termasuk Provinsi Jambi. Paling tidak terdapat 2 dampak yang tersalurkan dan berpotensi dirasakan di perekonomian Jambi sebagaimana provinsi lainnya, pertama adalah meningkatnya harga modal dan kedua meningkatnya tekanan terhadap Rupiah. Krisis pasar global modal ini sendiri dimulai dari kelesuan perekonomian Amerika Serikat (AS) sejak semester kedua tahun 2000 ditandai dengan pertumbuhan negatif PDB AS yang membuat the FED mulai menurunkan suku bunga. Penurunan suku bunga hingga mencapai 1% pada tahun 2003-2004 ini menyebabkan peningkatan tajam permintaan kredit yang banyak digunakan untuk membiayai perumahan yang tampaknya lebih dilandasi oleh euforia dan motif spekulasi. Ini yang merupakan kesalahan. Booming sektor properti ini berakhir ketika the FED harus meningkatkan kembali suku bunga menjadi 5% yang dengan serta merta menempatkan kredit perumahan tersebut dalam resiko default yang tinggi. Gambar 1 Pertumbuhan PDB Amerika Serikat dan Suku Bunga FED FED Rate, 2000-2008 (%)
(%) 7 6 5 4 3 2 1
Jul-08
Jul-07
Jan-08
Jul-06
Jan-07
Jul-05
Jan-06
Jul-04
Jan-05
Jul-03
Jan-04
Jul-02
Jan-03
Jul-01
Jan-02
Jul-00
Jan-01
Jan-00
0
Yang terjadi selanjutnya adalah kejatuhan sektor perumahan yang diantisipasi oleh para pemegang aset perumahan dengan menjual segera aset perumahan yang
mereka miliki. Hal ini mendorong peningkatan penawaran properti yang menekan turun tingkat harga perumahan. Antisipasi yang dilakukan oleh korporasi termasuk agen pemerintah di Amerika Serikat yang secara khusus mengelola mortgage (Freddie Mac, Fannie Mae, dan Ginnie Mae) adalah dengan membiayai kesulitan likuiditas mereka dengan menambah pinjaman. Namun sebagaimana kita tahu, upaya untuk tetap solvent ini sia-sia ketika harga properti tidak juga membaik dan bahkan kejatuhan saham properti di pasar modal telah menyeret pasar modal secara global kedalam kondisi krisis dengan prediksi biaya di bursa saham global yang mencapai 5,2 trilyun dolar AS (Standard and Poor’s, 2008). Bagi Indonesia, sejauh ini dampak krisis global ini tidak separah yang dirasakan oleh Singapura untuk kawasan ASEAN sesuai dengan tingkat exposure yang dirasakan negara tersebut. Namun potensi dampak ini tetap ada dan menarik untuk dicermati. Secara khusus box ini menelusuri dampak krisis global yang diantisipasi oleh Bank Indonesia dengan peningkatan BI rate, terhadap perekonomian daerah Provinsi Jambi. Tulisan ini mengaplikasikan model Computable General Equilibrium yakni model Emerald. Model ini merupakan model keseimbangan umum multi region – multi sektor (Parewangi. AMA., 2008; Parewangi. AMA dan Pambudi, 2004). Tabel 1 Dampak Krisis Pasar Modal Global terhadap Perubahan Investasi Sektoral menurut Provinsi di Indonesia (%) Investasi Jambi SumUt SumBar Riau SumSel Bengkulu 1 Pertanian
-5.4
-5.2
-5.0
-5.2
-3.8
-5.4
2 Perikanan
-1.8
-3.2
-2.9
-1.6
-1.8
-3.3
3 Minyak dan Gas
-16.4
-17.1
0.0
-16.8
-16.8
0.0
4 Pertambangan
-16.0
-16.7
-15.3
-16.1
-14.9
-15.7
5 Makanan dan Minuman
-0.8
-2.6
-2.5
0.1
0.9
-2.7
6 TCF
-12.7
-14.0
-14.5
0.0
-10.0
0.0
7 Kayu dan Kertas
-18.8
-16.3
-9.5
-2.1
-14.7
-11.7
8 Industri Kimia
-15.0
-16.7
-16.5
-27.3
-24.6
-16.1
9 LNG
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
10 Logam Dasar
0.0
-17.4
0.0
-17.8
-16.3
0.0
-16.9
-16.3
-16.3
0.0
-17.1
0.0
-8.5
-9.5
-11.6
-8.1
-8.0
-11.6
11 Mesin 12 Industri Lainnya 13 Listrik, Gas dan Air
-0.4
-0.4
-2.0
10.4
0.9
-1.7
-14.4
-12.1
-11.8
-13.4
-14.4
-9.9
-7.6
-7.7
-7.6
-3.9
-7.4
-7.6
3.0
1.6
-3.5
17.1
7.3
-0.8
17 Transportasi
-7.2
-5.7
-8.1
-1.4
-5.9
-8.3
18 Jasa Swasta Lainnya
-3.9
-2.8
-5.4
8.4
-1.7
-5.4
0.5
1.3
-3.0
12.7
2.5
-2.1
14 Konstruksi 15 Perdagangan 16 Hotel dan Restoran
19 Jasa Pemerintahan
Sumber: Hasil simulasi, Parewangi. AMA, 2008.
Krisis pasar modal global diterjemahkan kedalam model dalam bentuk peningkatan harga modal dan tekanan depresiasi Rupiah sebesar 10%. Perlu ditegaskan bahwa dampak ini merupakan simulasi dampak murni dari krisis global tanpa adanya upaya antisipasi atau reaksi kebijakan pemerintah atas krisis tersebut. Formulasi kebijakan antisipasif untuk mengatasi krisis global dan membalik tekanan yang timbul menjadi peluang merupakan isu yang lebih menarik, namun diluar pembahasan dalam boks ini. Secara umum, sektor yang berpotensi mengalami penurunan investasi riil adalah industri Kayu dan Kertas sebesar -18,8% sebagaimana dialami oleh provinsi di Sumatera kecuali untuk Provinsi Riau. Di sektor pertanian, komoditas unggulan seperti kelapa, kelapa sawit, karet yang tersebar di Batanghari, Bungo, Kerinci sampai di Tebo, berpotensi mengalami penurunan investasi riil sebesar -5,4% untuk selang waktu 1-2 tahun kedepan. Kontribusi sektor pertanian, kehutanan, peternakan dan perikanan masih dominan yakni sekitar 26,3% sehingga potensi penurunan investasi dalam sektor ini perlu lebih dicermati oleh pemerintah, terlebih bahwa provinsi Jambi banyak bergantung pada pasokan dari luar provinsi. Tabel 2 Proporsi Penggunaaan Input Primer menurut Sektor di Provinsi Jambi (%) Sektor 1 Pertanian 2 Perikanan
Tanah 53.5
Tenaga Kerja 26.0
Modal 17.4
Total 25.0
4.4
2.0
1.4
2.0
41.1
1.5
19.6
15.4
4 Pertambangan
1.0
0.5
0.5
0.5
5 Makanan dan Minuman
0.0
3.2
5.5
4.0
6 TCF
0.0
0.1
0.1
0.1
7 Kayu dan Kertas
0.0
9.4
18.7
13.0
8 Industri Kimia
0.0
0.2
0.3
0.2
9 LNG
0.0
0.0
0.0
0.0
10 Logam Dasar
0.0
0.0
0.0
0.0
11 Mesin
0.0
0.0
0.1
0.0
12 Industri Lainnya
0.0
0.6
0.8
0.6
13 Listrik, Gas dan Air
0.0
0.5
0.7
0.5
14 Konstruksi
0.0
5.3
3.3
3.7
15 Perdagangan
0.0
16.5
12.6
12.6
16 Hotel dan Restoran
0.0
2.3
1.1
1.4
17 Transportasi
0.0
4.8
10.1
6.9
18 Jasa Swasta Lainnya
0.0
6.0
7.1
5.8
19 Jasa Pemerintahan
0.0
21.0
0.8
8.3
100.0
100.0
100.0
100.0
3 Minyak dan Gas
Total
Sumber: Database CGE Emerald, Parewangi AMA dan Pambudi, 2005.
Sesungguhnya perhatian pemerintah untuk megembangkan perekonomian daerah sudah cukup besar. Dalam bidang perkebunan karet sebagai komoditas unggulan telah dilakukan peningkatan luas lahan sebesar 0,84 persen atau menjadi 635,5 ribu Ha pada tahun 2007, hal ini sejalan dengan peningkatan produksi dari 266,3 ribu ton tahun 2006 menjadi 273,5 ribu ton pada tahun 2007 atau naik 2,72 persen. Produksi CPO mengalami peningkatan dari 1,019
ribu ton pada tahun
2006 menjadi 1,035 ribu ton pada tahun 2007 atau naik 1,56 persen. Disini isu yang penting untuk dicermati adalah bahwa ekspor produksi CPO Jambi ini dominan dilakukan melalui Palembang, Riau dan Padang lantaran kapasitas pelabuhan Jambi dan 17 pelabuhan yang tersebar di kabupaten-kabupaten tidak cukup besar meski khusus untuk pelabuhan Jambi dikatakan sebagai pelabuhan dengan dermaga terpanjang yakni 230,5 meter. Di bidang kelautan dan perikanan taget negara ekspor untuk ikan tertentu seperti ikan Patin adalah Amerika dan negara-negara di Eropa. Penurunan likuiditas dan daya beli akibat krisis gobal ini, berpotensi menurunkan investasi di sektor perikanan Jambi sebesar -1,8%. Kecilnya dampak ini relatif lebih disebabkan oleh kecilnya proporsi modal yang digunakan dalam sektor perikanan yakni hanya 1,4%. Selain itu, pangsa pasar domestik untuk komoditas perikanan masih sangat dominan. Kondisi struktur sektor perikanan Jambi ini memungkinkan produksi ikan berpotensi mengalami peningkatan dan hasil simulasi menunjukkan bahwa produksi riil sektor perikanan berpotensi mengalami peningkatan sebesar 1,53% (tabel tidak ditunjukkan). Berdasarkan data aktual, produksi ikan provinsi Jambi meningkat 19,4 persen dari 42,50 ribu ton menjadi 50,75 ribu selang periode 2006 – 2007 yang lebih banyak diperoleh dari perairan umum, budidaya kolam dan keramba. Upaya pengembangan budidaya ikan patin dengan memanfaatkan potensi lahan perairan Sungai Batanghari dan kolam serta di Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi dengan menggunakan jaring apung, merupakan upaya-upaya yang perlu untuk diteruskan untuk tidak saja memenuhi kebutuhan pasar domestik namun juga potensi pasar ekspor. Meski secara umum semua sektor mengalami penurunan investasi riil, sektor Hotel dan Restoran yang merupakan pendorong peningkatan pertumbuhan Provinsi Jambi dari 5,89 persen pada tahun 2006 menjadi 6,63 persen pada tahun 2007, berpotensi mengalami peningkatan investasi riil sebesar 3,0%. Sektor ini merupakan sektor non-tradable sehingga relatif tidak terpengaruh dengan kondisi global, selain itu sumbangan sektor ini cukup besar dalam struktur PDRB provinsi Jambi (Rp 14,247 trilyun pada tahun 2007), sehingga pertumbuhan sektor ini relatif menjanjikan sebagaimana pertumbuhan yang tercatat pada tahun 2007 sebesar 9,4%. Faktor lain yang memungkinkan pertumbuhan investasi riil sektor Hotel dan Restoran di Provinsi Jambi adalah utilisasi modal yang relatif kecil yakni 1,1% dari total modal yang terpakai. Intensitas penggunaan modal ini tergantung pada 2 hal
yakni skala sektor dan teknologi yang diaplikasikan dalam sektor tersebut. Untuk Provinsi Jambi, penggunaan modal yang besar didominasi oleh 5 sektor yakni Minyak dan Gas (19,6%), Kayu dan Kertas (18,7%), Pertanian (17,4%) dan Perdagangan (12,6%), serta sektor Transportasi (10,1%) sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 2, (Parewangi AMA dan Daniel, 2005). Sejauh ini realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) yang menggunakan dana rupiah di Provinsi Jambi mengalami peningkatan dari Rp 1,12 trilyun tahun 2006 menjadi Rp 1,78 trilyun tahun 2007 atau naik sebesar 58,82 persen. Sedangkan investasi Penanaman Modal Asing (PMA) dalam dollar Amerika Serikat tahun 2007 ini relatif sama dengan tahun 2006 yaitu US $ 18,23 juta. Kesulitan likuiditas yang dialami oleh investor asing mungkin berdampak terhadap realiasi investasi PMA untuk periode 2008-2009 jika pemerintah tidak mengambil langkah-langkah yang diperlukan. Untuk sementara, provinsi Jambi dapat mengandalkan investasi dalam negeri meski PMDN ini sendiri telah mengalami sedikit penurunan sebesar 5,64 persen dari Rp 9,128 trilyun (tahun 2006) menjadi Rp 8,612 trilyun (tahun 2007). Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi investasi, namun secara umum ketersediaan modal, infrastruktur yang memadai, kepastian hukum dan kondisi keamanan merupakan pra kondisi dari peningkatan investasi suatu daerah. Kualitas sumber daya manusia merupakan variabel yang evolusif sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama. Dari sisi jumlah tenaga kerja dan ketersediaan sumber daya alam, investasi ini diharapkan dapat meningatkan kapasitas terpakai sehingga kondisi full utilized sebagai salah satu syarat kondisi optimal dapat segera tercapai. Ketika utilisasi sumber daya ini meningkat, maka seiring dengan hal tersebut kondisi efisien sebagai syarat kedua kondisi optimal dapat diupayakan. Tulisan ini setidaknya memberikan gambaran tentang dampak krisis pasar modal global terhadap perekonoman Jambi. Dalam masa mendatang shock serupa sangat mungkin terjadi dan pemerintah provinsi Jambi bersama stakeholders lainnya, harus dapat mengantisipasi potensi buruk datau bahkan membalikkan tekanan tersebut menjadi sebuah peluang. REKOMENDASI Dalam rangka meningkatkan investasi yang masuk ke Provinsi Jambi, beberapa saran yang perlu ditindaklanjuti antara lain: 1. Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu - Diperlukan suatu sistem yang efektif dan efisien dalam rangka menarik minat investor untuk berinvestasi di Jambi. Investasi merupakan solusi yang realitis dan wajib diupayakan serta diperjuangkan oleh seluruh aparatur Pemerintah dan masyarakat secara terpadu dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Oleh karena itu, perlunya dipersiapkan model Perizinan Terpadu Satu Pintu (PTSP) sebagai suatu sarana entry point investor masuk ke daerah. Hal ini diperlukan agar terjadi kemudahan bagi
investor dalam melakukan proses perizinan di daerah. Tentunya ini juga harus didukung dengan kondisi iklim bisnis yang kondusif sehingga dapat memberikan kepastian bagi investor untuk berinvestasi di Provinsi Jambi. 2. Ketersediaan Infrastruktur dan Tenaga Kerja yang Memadai - Tersedianya infrastruktur (jalan, jembatan, pelabuhan, dll) yang kondusif dari dan ke Jambi serta ketersediaan listrik merupakan prasyarat utama investor melihat potensi dan daya saing suatu daerah. Diperlukan pembangunan infrastruktur yang terencana dan terstruktur dengan baik. - Kesesuaian kompetensi tenaga kerja dengan pasar tenaga kerja. Oleh karena itu dibutuhkan balai latihan kerja (BLK) ataupun sekolah kejuruan yang bisa menghasilkan SDM yang sesuai dengan permintaan pasar tenaga kerja sehingga kebutuhan pasar tenaga kerja dapat dipenuhi dari dalam Provinsi Jambi.
BAB II PERKEMBANGAN HARGA-HARGA
A. Kajian Umum Inflasi Kota Jambi pada triwulan III tahun 2008 sebesar 13,68% (y-o-y), relatif menurun dibandingkan triwulan II tahun 2008 yang masih sebesar 13,99% (y-o-y). Dampak dari telah datangnya bulan Ramadhan selama periode bulan September 2008 menyebabkan angka inflasi tahunan Kota Jambi masih relatif tinggi. Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi Persen (%) 25.00
Bulanan (m-t-m)
Year on year (y-o-y)
Year to date (y-t-d)
20.00
15.00
10.00
5.00
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9 2003
2004
2005
2006
2007
2008
(5.00)
Sementara itu, inflasi tahun kalender triwulan II tahun 2008 yang masih sebesar 9,85% (y-t-d) melonjak sekitar 194 bps menjadi sebesar 11,78% (y-t-d). Memasuki periode triwulan III-2008 inflasi Kota Jambi sudah melampaui 2 (dua) digit. Bahkan, selama periode 5 (lima) tahun terakhir, inflasi tahunan (y-t-d) pada bulan September belum pernah melampaui 5%. Sehingga dalam 5 (lima) tahun terakhir, inflasi kumulatif (year-to-date/y-t-d) Kota Jambi pada bulan September 2008 adalah yang tertinggi (lihat grafik 2.2). Sedangkan pergerakan inflasi
31
INFLASI bulanan yang tercatat di bulan Juli, Agustus dan September 2008 masing-masing sebesar 1,17%(m-t-m), 0,37%(m-t-m) dan 0,22%(m-t-m). Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Kota Jambi Periode Tahun 2003 s.d. Juni 2008 y-t-d (%) 20 18
2003
2004
2005
2006
2007
2008
16 14 12 10 8 6 4 2 0 -2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Inflasi yang terjadi pada triwulan laporan terutama berasal dari sumbangan angka inflasi dari kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi serta kelompok transportasi (lihat tabel 2.1.). Relatif tingginya angka inflasi terutama masih disebabkan oleh dampak kenaikan harga BBM bersubsidi sehingga berpengaruh terhadap kenaikan biaya input produksi serta biaya distribusi. Apalagi, hampir sebagian besar bahan makanan di Kota Jambi didatangkan dari luar daerah sehingga komponen biaya distribusi cukup besar pengaruhnya. Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi KELOMPOK
Triwulan I-2008
Triwulan II-2008
yoy
ytd
yoy
ytd
Triwulan III-2008 yoy
ytd
I
Bahan Makanan
11.77
4.06
29.56
16.55
26.07
19.99
II
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
5.59
3.11
13.28
10.66
11.65
11.84
III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar
4.48
0.28
6.10
4.65
7.99
6.98
IV Sandang
3.99
1.70
8.92
4.08
6.14
4.30
V Kesehatan
0.45
0.24
5.81
6.99
6.33
7.70
VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga
1.75
0.00
4.53
3.19
4.95
4.52
VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
1.18
0.60
8.72
9.68
11.04
10.57
6.37
2.16
13.99
9.85
13.68
11.78
INFLASI Sumber : BPS (diolah)
32
INFLASI Dibandingkan dengan inflasi secara nasional, inflasi Kota Jambi secara tahunan (y-o-y) relatif menurun pada triwulan laporan walaupun masih lebih tinggi dibandingkan angka inflasi nasional. Angka inflasi Kota Jambi menurun sebesar 31 bps menjadi sebesar 13,68%(y-o-y) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 13,99% (y-o-y), (lihat grafik 2.3). Laju inflasi tahunan nasional pada triwulan laporan sebesar 12,14% (y-o-y) atau meningkat sebesar 111 bps dibandingkan triwulan sebelumnya. Grafik 2.3. Perkembangan Laju Inflasi Kota Jambi Grafik 2.4. Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan Kota sekitarnya Persen 18.00
Kota Jambi
17.11
Nasional
15.7416.10
16.50
16.00
16.35 13.99
15.1215.53 14.00
13.68
14.55 12.62
12.14
12.00 10.96
10.66 10.00 8.43
8.00
8.46
8.96
7.66 6.83
5.06 6.20
6.00 7.12 6.83 4.00
9.65 8.81
7.407.52 6.67
7.25 6.27 6.40
7.42
6.95
6.6 6.52
8.17 6.37
5.77
5.11 4.49 5.12
11.03
9.92
9.06
6.59
4.67
2.00 1
2
3
4
1
2003
2
3
2004
4
1
2
3
4
1
2005
2
3
2006
4
1
2
3
2007
4
1
2
3
2008
Grafik 2.3 Y-O-Y
30
Bengkulu Jambi Padang Palembang Pekanbaru
25
20
15
10
5
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2003
2004
2005
2006
2007
2008
catatan: mulai bulan Juni 2008, angka inflasi menggunakan tahun dasar 2007
Grafik 2.4
33
INFLASI Perkembangan secara regional, tingkat inflasi di Jambi relatif moderate dibandingkan daerah sekitarnya. Inflasi di Jambi lebih rendah dibandingkan Bengkulu (14,51%/y-o-y) serta Palembang (14,19%/y-o-y), namun lebih tinggi dibandingkan Padang (13,00%/y-o-y) serta Pekanbaru (11,34%/y-o-y) pada triwulan laporan.
16
B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang Dilihat per sub kelompok, inflasi tahunan tertinggi pada triwulan laporan adalah sub kelompok kacang-kacangan. Sementara itu, beberapa sub kelompok yang mengalami penurunan harga (deflasi) terbesar adalah sub kelompok komunikasi dan pengiriman. Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) serta Tahun Kalender (y-t-d) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa KELOMPOK/SUBKELOMPOK I. a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. II. a. b. c. III. a. b. c. d. IV. a. b. c. d. V. a. b. c. d. VI. a. b. c. d. e. VII a. b. c. d.
BAHAN MAKANAN PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA DAGING-DAN HASIL-HASILNYA IKAN SEGAR IKAN DIAWETKAN TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA SAYUR-SAYURAN KACANG-KACANGAN BUAH-BUAHAN BUMBU-BUMBUAN LEMAK DAN MINYAK BAHAN MAKANAN LAINNYA MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU MAKANAN JADI MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR BIAYA TEMPAT TINGGAL BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA SANDANG SANDANG LAKI-LAKI SANDANG WANITA SANDANG ANAK-ANAK BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA KESEHATAN JASA KESEHATAN OBAT-OBATAN JASA PERAWATAN JASMANI PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA JASA PENDIDIKAN KURSUS-KURSUS / PELATIHAN PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN REKREASI OLAHRAGA TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN TRANSPOR KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR JASA KEUANGAN INFLASI (UMUM)
Sumber : BPS (diolah)
16
Sumber: Data BPS Provinsi Jambi (diolah).
34
Triwulan I-2008 yoy 11.77 -11.85 8.76 9.38 2.89 15.70 51.15 50.10 9.22 13.54 48.70 4.53 5.59 8.93 -2.69 5.05 4.48 8.39 0.07 5.62 2.43 3.99 0.61 1.97 0.20 20.32 0.45 0.00 1.02 2.58 0.25 1.75 1.36 0.00 3.01 3.14 0.65 1.18 1.39 0.13 1.03 0.00 6.37
ytd 4.06 -4.47 3.07 4.54 0.00 2.33 -5.55 40.78 1.17 17.13 18.14 -1.05 3.11 4.57 0.81 1.94 0.28 0.25 0.06 0.91 1.33 1.70 0.21 0.75 0.00 8.32 0.24 0.00 0.24 2.58 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.60 0.76 0.00 0.00 0.00 2.16
Triwulan II-2008
Triwulan III-2008
yoy 29.56 22.60 36.73 20.49 18.96 16.57 38.69 61.94 15.25 34.74 53.80 26.85 13.28 18.92 2.63 7.85 6.10 8.00 4.50 3.25 3.81 8.92 3.31 1.99 4.64 30.93 5.81 13.19 0.53 5.63 1.02 4.53 5.83 0.00 2.45 4.58 -1.92 8.72 18.66 -13.29 0.42 1.76 13.99
yoy 26.07 21.05 28.20 45.30 26.16 12.68 9.01 60.82 24.38 -1.64 55.42 19.36 11.65 15.90 2.49 7.78 7.99 9.90 7.33 2.18 5.26 6.14 1.89 1.74 -0.67 24.52 6.33 13.19 1.88 5.63 1.74 4.95 6.28 0.00 3.15 4.83 -1.92 11.04 22.32 -13.33 1.56 3.57 13.68
ytd 16.55 10.78 26.29 19.92 12.99 7.03 1.30 59.95 2.37 12.83 36.38 21.85 10.66 14.01 2.87 7.89 4.65 5.06 4.50 2.18 5.10 4.08 1.38 1.54 2.82 11.44 6.99 15.88 0.75 5.64 1.47 3.19 4.17 0.00 1.45 3.11 0.00 9.68 20.38 -13.33 0.00 1.76 9.85
ytd 19.99 12.81 30.31 38.45 26.63 13.39 -5.53 59.92 12.56 -9.72 51.14 17.77 11.84 15.99 2.91 8.02 6.98 7.57 7.33 2.18 6.99 4.30 1.39 1.72 0.27 14.69 7.70 15.88 1.94 5.64 2.77 4.52 6.00 0.00 3.20 3.11 0.00 10.57 21.42 -13.33 2.20 3.57 11.78
INFLASI 1. Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan pada triwulan III tahun 2008 mengalami inflasi sebesar 26,07% (y-o-y). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok kacang-kacangan sebesar 60,82% (y-o-y), diikuti oleh sub kelompok lemak dan minyak sebesar 55,42% (y-o-y) dan sub kelompok ikan segar sebesar 45,30% (y-o-y). Tingginya
inflasi
pada
sub
kelompok
kacang-kacangan
sangat
dipengaruhi oleh harga kedelai yang merupakan bahan baku beberapa komoditas dalam sub kelompok kacang-kacangan yaitu tempe, tahu dan taucho. Harga rata-rata kedelai impor bergerak stabil pada periode triwulan laporan di level harga 8.000/kg walaupun pada bulan Juli sempat mencapai Rp8.065/kg. Masih tingginya harga kedelai tersebut tentunya berimbas pada harga tempe, tahu mentah dan taucho yang relatif mahal pada periode triwulan laporan. Grafik 2.5. Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng (Rp/Kg)
(Ringgit/Ton) 4500 4000
12500
CPO internasional (aksis kiri) Minyak goreng lokal (aksis kanan)
3500
10833 3540
3000
11500 10500 9500
2500
8500
8083 2000
2073
7500
1500
6500
1000
5500
500
4500
0
3500 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2006
2007
2008
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
Sementara itu, tren penurunan harga crude palm oil (CPO) di pasar internasional diikuti juga oleh harga minyak goreng curah (tanpa merek). Harga CPO internasional yang pada Juni 2008 masih sebesar 3.540 ringgit/ton, pada bulan September 2008 menjadi 2.073 ringgit/ton. Sejalan dengan perkembangan tersebut, harga rata-rata minyak goreng curah (tanpa merek) di Provinsi Jambi terus mengalami penurunan dari Rp10.833 pada bulan Juni 2008 menjadi Rp8.083 pada bulan September 2008. Bahkan, harga rata-rata bulanan minyak
35
INFLASI goreng curah pada September 2008 merupakan yang terendah selama tahun 2008. Grafik 2.6. Perkembangan Harga Tepung Terigu (USD/Bushel)
(Rp/Kg)
1200
8500
Wheat/Gandum (aksis kiri) 1000
7500
Tepung Terigu lokal (aksis kanan)
7500
8000 7500
843.5
7000
800
6500
680
600
6000 5500 5000
400
4500 4000
200
3500 0
3000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2006
2007
2008
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
Perkembangan harga tepung terigu merek Segitiga Biru yang mencapai harga rata-rata tertingginya pada bulan Juni 2008 sebesar Rp7.500/kg terus bergerak stabil s.d. bulan September 2008. Walaupun gandum yang merupakan bahan baku tepung terigu terus mengalami tren penurunan harga di pasar internasional namun belum diikuti dengan turunnya harga tepung terigu lokal. Harga gandum yang pada Juni 2008 masih sebesar USD 843.5/bushel, pada September 2008 turun menjadi USD 680/bushel.
17
Inflasi yang cukup tinggi juga terjadi pada kelompok sayur-sayuran yang antara lain masih merupakan imbas dari kenaikan harga BBM. Sebagaimana diketahui, komoditas cabai rawit, cabai merah, kol, wortel, buncis, kacang panjang dan beberapa komoditas sayuran lainnya didatangkan dari luar daerah/dari luar Kota Jambi (Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Utara) sehingga biaya transportasi merupakan salah satu faktor utama pemicu kenaikan harga.
17
Satu bushel setara dengan 27 kg.
36
INFLASI Grafik 2.7. Perkembangan Harga Cabe Merah dan Bawang (Rp/kg)
25000
20000
15000
10000
5000
Cabe merah Biasa Bawang Merah
Cabe Merah Keriting Bawang Putih 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
2006
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
2007
5
6
7
8
9
2008
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
Sejalan dengan kenaikan harga sayur-sayuran, harga sub kelompok ikan segar juga mengalami peningkatan. Relatif meningkatnya harga pakan ikan menyebabkan harga ikan segar cenderung meningkat. Disamping itu, permintaan ikan segar selama bulan Ramadhan yang cukup tinggi juga turut mempengaruhi naiknya harga ikan segar. Sub kelompok lain yang juga mengalami inflasi cukup tinggi adalah sub kelompok daging dan hasil-hasilnya. Harga daging menujukkan tren kenaikan harga rata-rata bulanan selama periode triwulan laporan baik daging ayam maupun daging sapi. Sementara, harga beras lokal (IR 64) pergerakan harganya cenderung stabil pada triwulan III tahun 2008 sejalan dengan relatif stabilnya harga beras di tingkat internasional. Grafik 2.8. Perkembangan Harga Jagung Grafik 2.9. Perkembangan Harga Daging (Rp/Kg)
(USD/Bushel)
5383 5500
800 700
724.75
Jagung internasional (aksis kiri)
(Rp/Kg)
(Rp/Kg)
40000
5000
Jagung pipilan kering (aksis kanan) 600
4500
500
4000
70000 32000 65000 24000 60000
487.5 3500
400
16000
3500 3000
300 200
2500
8000
100
2000
0
0
1500 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2006
2007
2008
Ayam Kampung (aksis kiri) Daging Ayam Broiler (aksis kiri) Daging Sapi Murni (aksis kanan)
50000 45000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2006
2007
2008
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
Grafik 2.8
55000
Grafik 2.9
37
INFLASI Grafik 2.10. Perkembangan Harga Beras18 (Rp/Kg)
(USD/CWT) 25
6000
5667 5500
20
5500
20.21
18.90
15
5000
10
4500
5
Beras internasional (aksis kiri) lokal IR 64 (aksis kanan)
0
4000
3500 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2006
2007
2008
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
2. Kelompok Makanan Jadi Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan III tahun 2008 mengalami inflasi sebesar 11,65% (y-o-y) dengan laju inflasi tahun kalender sebesar 11,84% (y-t-d). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi tercatat pada sub kelompok makanan jadi sebesar 15,90% (y-o-y), diikuti sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol (7,78%/y-o-y) serta sub kelompok minuman yang tidak beralkohol (2,49%/y-o-y). Naiknya harga bahan makanan pada triwulan laporan tentunya berimbas pada meningkatnya harga makanan jadi seperti nasi rames, ketupat/lontong sayur, gado-gado, sate dan soto. Apalagi, selama bulan Ramadhan konsumsi masyarakat relatif meningkat terhadap produk makanan jadi. 3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan III tahun 2008 mengalami inflasi sebesar 7,99% (y-o-y) atau dengan laju inflasi tahun kalender mencapai 6,98% (y-t-d). Berdasarkan sub kelompoknya, sub kelompok biaya tempat tinggal mengalami inflasi tertinggi sebesar 9,90%, diikuti dengan sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air (7,33%/y-o-y), sub 18
Cwt maksudnya hundredweight (100 pounds). 1 pounds setara dengan 453,59 gram/0,453 kg. Jadi 100 pounds sekitar 45,3 kg.
38
INFLASI kelompok penyelenggaraan rumah tangga (2,18%/y-o-y) serta sub kelompok perlengkapan rumah tangga (5,26%/y-o-y). Sub kelompok biaya tempat tinggal yang sebagian besar terdiri dari bahan material seperti semen, besi beton, paku, batu, kayu lapis dll mengalami kenaikan harga pada triwulan laporan. Disamping itu, masih meningkatnya demand masyarakat terhadap kebutuhan rumah/tempat tinggal serta mulai terakselerasinya proyek fisik Pemerintah Daerah menyebabkan harga-harga bahan material meningkat. 4. Kelompok Sandang Kelompok sandang pada triwulan III tahun 2008 mengalami inflasi sebesar 6,14% (y-o-y) atau dengan laju inflasi tahun kalender mencapai 4,30% (y-t-d). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi adalah sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya sebesar 24,54% (y-o-y), diikuti sub kelompok sandang laki-laki (1,89%/y-o-y), sub kelompok sandang wanita (1,74%/y-o-y) serta sub kelompok sandang anak-anak (minus 0,67%/y-o-y). Grafik 2.11. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional Harga Emas (USD/Troy Ounce)
1100 1000
925.4
900
833.92
870.95
800 700 600 500 400 300 200 100 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2005
2006
2007
2008
Sumber: Bloomberg
Komoditas
emas
perhiasan
masih
merupakan
komoditas
utama
penyumbang inflasi pada kelompok sandang. Meningkatnya kembali harga emas terkait dengan peningkatan harga internasional yang mulai menunjukkan tren peningkatan harga. Harga emas di pasar internasional yang mampu mencapai
39
INFLASI USD 925,4 per troy ounce pada akhir Juni 2008, mulai menurun di dua bulan awal triwulan III tahun 2008 yaitu 914,07 per troy ounce (Juli 2008) serta 831,15 per troy ounce (Agustus 2008).19 Namun demikian, pada bulan September 2008 harga emas mulai meningkat kembali menjadi sebesar 870,95 per troy ounce. Hal inilah yang menyebabkan para pedagang emas mulai menyesuaikan harga emas, seiring dengan meningkatnya permintaan emas menjelang Lebaran. Harga emas (logam mulia) di Jambi pada bulan September 2008 sebesar Rp215.807,44/gram 20
untuk emas 22 karat serta sebesar Rp258.495,20/gram untuk 24 karat. 5. Kelompok Kesehatan
Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 6,33% (y-o-y) pada triwulan III tahun 2008 atau dengan laju inflasi tahun kalender sebesar 7,70% (yt-d). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok jasa kesehatan sebesar 13,19% (y-o-y), diikuti sub kelompok jasa perawatan jasmani (5,63%/y-o-y), sub kelompok obat-obatan (1,88%/y-o-y) serta sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika (1,74%/y-o-y). 6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan II tahun 2008 mengalami inflasi sebesar 4,95% (y-o-y). Sub kelompok jasa pendidikan mengalami inflasi tahunan tertinggi sebesar 6,28% (y-oy) diikuti dengan sub kelompok rekreasi (4,83%/y-o-y). Sementara itu, sub kelompok olahraga mengalami deflasi pada triwulan laporan sebesar minus 1,92% (y-o-y). 7. Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Peningkatan harga yang terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan di kota Jambi pada triwulan III tahun 2008 sebesar 11,04% (yo-y) dengan laju inflasi tahun kalender sebesar 10,57%(y-t-d). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi adalah sub kelompok transportasi sebesar 22,32% (y-o-y), diikuti sub kelompok jasa keuangan (3,57%/y-o-y), dan sub kelompok sarana dan penunjang transportasi (1,56%/y-o-y). Sementara itu, sub
19 20
Sumber: Bloomberg. Satu troy ounce setara dengan 31,1034768 gram (http://en.wikipedia.org) Sumber: BPS Provinsi Jambi.
40
INFLASI kelompok komunikasi dan pengiriman mengalami deflasi pada triwulan laporan sebesar minus 13,33% (y-o-y). Grafik 2.12. Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional Harga Minyak (USD/Barrel)
150
140
125
100
100.64 91.75
75
50
25
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2005
2006
2007
2008
Sumber: Bloomberg
Dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi secara rata-rata sebesar 28,7% pada akhir bulan Mei 2008 masih berdampak pula pada meningkatnya harga jasa angkutan. Angkutan kota naik sebesar 47% untuk umum dan 50% untuk pelajar dan mahasiswa. Sedangkan tarif angkutan kota dalam propinsi (AKDP) naik dengan batasan tarif ambang batas atas sebesar Rp155/orang/km sedangkan tarif ambang bawah Rp 96/orang/km. Hal ini tentunya berdampak pada meningkatnya inflasi tahunan (y-o-y) kelompok transport pada triwulan laporan. Di sisi lain, menyambut Lebaran yang jatuh tanggal 1 Oktober 2008, penyedia jasa penerbangan mulai menaikkan tarifnya. Demand masyarakat terhadap permintaan tiket pesawat untuk merayakan Lebaran keluar Jambi semakin meningkat. Meningkatnya demand tersebut namun tidak disertai jumlah penerbangan yang seimbang (dari dan ke Jambi) berimbas pada naiknya harga tiket pesawat.
41
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Kinerja
perbankan
pada
triwulan
III
tahun
2008
menunjukkan
pertumbuhan yang positif dari sisi kredit yang diberikan yang disertai dengan peningkatan fungsi intermediasi perbankan yang tercermin dari membaiknya Loan to deposits ratio (LDR) dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan peningkatan LDR, kualitas kredit yang diberikan membaik yang tercermin dari menurunnya ratio Non-Performing Loan (NPL) gross. Namun demikian, profitabilitas perbankan mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. A. Perkembangan Kelembagaan Secara kelembagaan, jumlah bank yang beroperasi di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Jambi sampai dengan Triwulan III tahun 2008 tercatat sebanyak 24 (dua puluh empat) bank umum dan 7 (tujuh) BPR yang terdiri dari 161 kantor bank termasuk BPR dan BRI unit. Pada periode triwulan laporan, terdapat penambahan 1 (satu) jumlah bank baru, 2 (dua) kantor cabang pembantu/KCP serta 2 (dua) BRI unit. Bank baru yang bertambah yaitu Bank Mega Syariah yang mulai beroperasi pada tanggal 7 Agustus 2008 di Kota Jambi. Sedangkan dua KCP yang bertambah yaitu Bank Mega Syariah di Jelutung beroperasi tanggal 5 September 2008) dan KCP Bank NISP di Sipin (beroperasi 12 September). Sementara dua kantor BRI unit yang baru adalah BRI Mandiangin (beroperasi 24 September 2008) serta BRI Rantau Panjang (beroperasi 24 september 2008). Dari 24 (dua puluh empat) bank umum yang beroperasi di wilayah Jambi, terdiri dari 5 (lima) bank pemerintah diantaranya satu unit usaha syariah, 1 (satu) Bank Pembangunan Daerah, dan 18 (delapan belas) bank swasta nasional. Dilihat dari sebarannya, jumlah kantor bank terbesar masih di Kota Jambi sebanyak 61 (enam puluh satu) buah (39,10%), sedangkan untuk kabupaten yang paling
43
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH sedikit kantor banknya adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebanyak 2 (dua) buah (1,28%). B. Bank Umum21 1. Perkembangan Aset Bank Aset bank umum di Provinsi Jambi pada triwulan laporan menurun sebesar Rp31,16 miliar (0,26%) jika dibandingkan triwulan II tahun 2008, yaitu dari Rp11.949,87 miliar menjadi Rp11.918,70 miliar. Penurunan aset bank umum ini terjadi pada kelompok bank pemerintah yaitu sebesar 2,56% (Rp206,72 miliar). Di sisi lain, aset kelompok bank swasta dan kelompok bank syariah tumbuh masing-masing sebesar 3,94% dan 13,19% pada triwulan laporan. Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi Rp miliar 13,000
Persen
12,000 11,000
20.00 Jumlah Aset (aksis kiri)
Pertumbuhan (aksis kanan)
10,000
16.00
9,000 8,000
12.00
7,000 6,000
8.00
5,000 4,000
4.00
3,000 2,000
0.00
1,000 -
-4.00 Q1-04 Q2-04 Q3-04 Q4-04 Q1-05 Q2-05 Q3-05 Q4-05 Q1-06 Q2-06 Q3-06 Q4-06 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08 Q3-08
Dari total pangsa pasar aset bank umum, aset bank pemerintah merupakan yang terbesar sehingga mencapai 65,93%, diikuti oleh aset bank swasta yang memiliki share sebesar 31,77% dan aset bank syariah yang memiliki share sebesar 2,30% pada triwulan laporan. 2. Perkembangan Dana Masyarakat Pertumbuhan jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun oleh perbankan pada triwulan laporan turun sebesar 5,25%, yaitu dari Rp10.361,42 miliar menjadi Rp10.140,60 miliar pada triwulan laporan.
21
Data s.d. bulan Agustus 2008
44
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Berdasarkan kelompok bank, pertumbuhan DPK tertinggi secara nominal diraih oleh kelompok bank swasta sebesar 3,00% (meningkat Rp99,51 miliar) sehingga menjadi Rp3.417,57 miliar. Secara persentase, pertumbuhan kelompok bank syariah merupakan yang tertinggi mencapai 3,27%. Namun demikian, penurunan DPK kelompok bank pemerintah sebesar 4,75% (turun Rp326,03 miliar) turut mempengaruhi penurunan DPK bank umum secara total jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Tabel 3.1 Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
URAIAN Bank Pemerintah 1 Giro 2 Tabungan 3 Simpanan Berjangka
2007 Trw IV 6,178,908 2,362,768 2,936,837 879,303
Trw I 6,315,888 1,981,329 3,021,694 1,312,865
2008 Trw II 6,868,931 2,104,301 3,293,133 1,471,497
Trw III 6,542,895 1,838,315 3,093,551 1,611,029
Bank Swasta Nasional 1 Giro 2 Tabungan 3 Simpanan Berjangka
2,998,881 477,859 1,373,320 1,147,702
3,122,350 621,135 1,377,744 1,123,471
3,318,055 674,334 1,450,667 1,193,054
3,417,567 604,042 1,451,952 1,361,573
99,512 (70,292) 1,285 168,519
3.00 (10.42) 0.09 14.13
143,501 44,779 71,552 27,170
159,250 52,201 77,112 29,937
174,435 54,130 90,398 29,907
180,147 56,128 93,415 30,604
5,712 1,998 3,017 697
3.27 3.69 3.34 2.33
9,321,290 2,885,406 4,381,709 2,054,175
9,597,488 2,654,665 4,476,550 2,466,273
10,361,421 2,832,765 4,834,198 2,694,458
10,140,609 2,498,485 4,638,918 3,003,206
(220,812) (334,280) (195,280) 308,748
(2.13) (11.80) (4.04) 11.46
Bank Syariah 1 Giro 2 Tabungan 3 Deposito Jumlah 1 Giro 2 Tabungan 3 Simpanan Berjangka
Pertumbuhan Nominal Persen (326,036) (4.75) (265,986) (12.64) (199,582) (6.06) 139,532 9.48
Berdasarkan jenis penghimpunan dana, giro menunjukkan penurunan yang lebih tinggi dibandingkan dengan penurunan tabungan. Secara nominal, giro di bank pemerintah turun sebesar Rp334,28 miliar (turun 11,80%) sedangkan tabungan turun sebesar Rp195,28 miliar (turun 4,04%). Tren peningkatan BI rate yang diikuti oleh pihak perbankan dengan menaikkan suku bunga deposito memberikan dampak pada meningkatnya jumlah deposito pada triwulan laporan. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan deposito bank umum yang cukup signifikan sebesar 11,46% yang disumbangkan oleh peningkatan deposito pada seluruh kelompok bank umum.
45
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Grafik 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi Rp miliar 6,000
Rp miliar 12,000
5,000
10,000
4,000
8,000
3,000
6,000
2,000
4,000
1,000
2,000
0
Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q303 03 03 03 04 04 04 04 05 05 05 05 06 06 06 06 07 07 07 07 08 08 08 Giro (aksis kiri)
Simpanan Berjangka (aksis kiri)
Tabungan (aksis kiri)
DPK (aksis kanan)
Berdasarkan golongan pemilik, secara nominal, penurunan DPK berasal dari turunnya sebagian besar golongan pemilik DPK terutama milik perorangan (turun Rp103,71 miliar), milik perusahaan swasta (turun Rp52,21 miliar) serta milik pemerintah daerah (turun Rp35,55 miliar). Tabel 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik (dalam jutaan rupiah) No.
Golongan Pemilik
Trw.I-2008 Nominal
Trw.II-2008
Share
Nominal
Trw.III-2008
Share
Nominal
Share
Penduduk/Residents 1
Pemerintah
2
Pemerintah Daerah
50,509
0.53
85,107
0.82
53,391
0.53
1,891,724
19.71
2,087,788
20.15
2,052,238
20.24
3
Badan/lembaga pemerintah
66,334
0.69
82,796
0.80
79,659
0.79
4
Badan Usaha Milik Negara
71,010
0.74
125,759
1.21
108,417
1.07
5
Perusahaan asuransi
34,872
0.36
32,630
0.31
34,429
0.34
6
Perusahaan swasta
527,640
5.50
650,645
6.28
598,434
5.90
116,504
1.21
64,525
0.62
74,416
0.73
38,442
0.40
40,454
0.39
41,376
0.41 69.38
7
Yayasan dan Badan Sosial
8
Koperasi
9
Perorangan
6,754,020
70.37
7,139,681
68.91
7,035,969
10
Lainnya
46,416
0.48
52,036
0.50
62,280
0.61
Jumlah
9,597,471
100
10,361,421
100
10,140,609
100.00
17
0
Bukan Penduduk/Non-Residents Penduduk dan bukan penduduk
Berdasarkan
9,597,488
pangsanya,
DPK
-
-
10,361,421
terbesar
adalah
10,140,609
golongan
pemilik
perorangan yang mencapai 69,38%; diikuti oleh milik Pemerintah Daerah sebesar 20,24% dan perusahaan swasta sebesar 5,90%.
46
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Berdasarkan lokasi bank22, jumlah dana masyarakat di perbankan mengalami penurunan di sebagian besar kabupaten/kota di provinsi Jambi kecuali Kota Jambi dan Kabupaten Muara Jambi. Penurunan DPK tertinggi (secara nominal) terjadi di Kabupaten Bungo sebesar Rp65,78 miliar (11,84%) sehingga menjadi Rp489,79 miliar, diikuti oleh Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebesar Rp60,85 miliar (6,28%) sehingga menjadi Rp907,85 miliar, serta Kabupaten Batanghari sebesar Rp52,98 miliar (12,47%) sehingga menjadi Rp371,81 miliar. Pada triwulan laporan, secara total, DPK berdasarkan lokasi proyek turun sebesar Rp220,81 miliar (2,13%). Tabel 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Bank (dalam jutaan rupiah)
Trw.II-08 No.
Kota/Kabupaten
Nominal
Trw.III-08
Share
Nominal 6,204,295
Pertumbuhan
Share
Nominal
Persen
1 Kota Jambi
6,191,610
59.76
61.18
12,685
0.20
2 Batanghari
424,781
4.10
371,805
3.67
(52,976)
(12.47)
3 Tanjung Jabung Barat
968,698
9.35
907,847
8.95
(60,851)
(6.28) (2.99)
4 Merangin
438,084
4.23
425,005
4.19
(13,079)
5 Kerinci
466,777
4.50
440,419
4.34
(26,358)
(5.65)
6 Sarolangun
459,151
4.43
452,000
4.46
(7,151)
(1.56)
7 Bungo
555,571
5.36
489,787
4.83
(65,784)
(11.84)
8 Tebo
129,433
1.25
124,692
1.23
(4,741)
(3.66)
9 Muara Jambi
294,022
2.84
307,773
3.04
13,751
4.68
373,702
3.61
359,462
3.54
(14,240)
(3.81)
10 Tanjung Jabung Timur 11 Lainnya (Others ) JUMLAH
59,592
0.58
57,524
0.57
(2,068)
(3.47)
10,361,421
100.00
10,140,609
100.00
(220,812)
(2.13)
3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi tumbuh sebesar 6,73%, yakni dari Rp6.921,21 miliar menjadi Rp7.387,29 miliar pada triwulan III tahun 2008. Akselerasi kredit perbankan pada triwulan laporan masih menunjukkan
pertumbuhan
positif
yang
tercermin
dari
meningkatnya
pertumbuhan kredit seluruh kelompok bank umum. Disamping itu, masih ditandai dengan tumbuhnya kredit modal kerja (KMK), kredit investasi dan kredit konsumsi pada triwulan laporan. Pertumbuhan kredit bank umum pada triwulan laporan mencerminkan masih meningkatnya aktivitas usaha debitur yang didukung oleh pertumbuhan 22
Data s.d. bulan Agustus 2008.
47
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH ekonomi daerah yang masih tumbuh positif sehingga berdampak pada pertumbuhan kredit di daerah. Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
URAIAN
TW I
2008 TW II
TW III
Pertumbuhan Nominal Persen
Kelompok Bank 1 Bank Pemerintah 2 Bank Swasta 3 Bank Syariah
6,025,622 4,087,566 1,761,924 176,132
6,921,211 4,648,746 2,069,247 203,218
7,387,286 4,950,731 2,206,803 229,752
466,075 301,985 137,556 26,534
6.73 6.50 6.65 13.06
Jenis Penggunaan 1 Modal Kerja 2 Investasi 3 Konsumsi
6,025,622 2,376,256 1,166,162 2,483,204
6,921,211 2,861,846 1,303,493 2,755,872
7,387,286 2,970,189 1,424,141 2,992,956
466,075 108,343 120,648 237,084
6.73 3.79 9.26 8.60
6,025,622 717,428 30,540 383,849 33,982 217,464 1,707,652
6,921,211 817,879 25,816 404,713 32,963 298,263 2,019,320
7,387,286 932,353 16,221 406,448 31,661 310,119 2,071,416
466,075 6.73 114,474 14.00 (9,595) (37.17) 1,735 0.43 (1,302) (3.95) 11,856 3.98 52,096 2.58
154,559 174,832 112,306 2,493,010
165,956 252,956 119,731 2,783,614
165,777 299,342 130,359 3,023,590
(179) 46,386 10,628 239,976
Sektor Ekonomi 1 Pertanian 2 Pertambangan 3 Perindustrian 4 Listrik, Gas dan Air 5 Konstruksi 6 Perdagangan, Restoran dan Hotel Pengangkutan, Pergudangan dan 7 Komunikasi 8 Jasa-jasa Dunia Usaha 9 Jasa-jasa Sosial Masyarakat 10 Lain-lain
(0.11) 18.34 8.88 8.62
Berdasarkan Kelompok Bank, pertumbuhan penyaluran kredit tertinggi dicapai oleh bank syariah sebesar 13,06% (Rp26,53 miliar). Kelompok bank swasta tumbuh sebesar 6,65% dan kelompok bank pemerintah tumbuh sebesar 6,50%. Namun demikian, pertumbuhan per kelompok bank umum relatif lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Dilihat dari pangsa (share) penyaluran kredit, kelompok bank pemerintah masih mendominasi dengan pangsa sebesar 67,02% dari total penyaluran kredit perbankan, diikuti dengan kelompok bank swasta (29,87%) serta kelompok bank syariah (3,11%). Berdasarkan Jenis Penggunaan, pertumbuhan kredit (secara nominal) pada triwulan laporan terjadi terutama kenaikan outstanding kredit konsumsi sebesar 8,60% (Rp237,08 miliar) sehingga menjadi Rp2.992,96 miliar. Di sisi lain, pertumbuhan kredit modal kerja (KMK) serta kredit investasi masih menunjukkan pertumbuhan positif masing-masing sebesar 3,79% dan 9,26%. Walaupun relatif menurun dibandingkan pertumbuhan (dua) triwulan sebelumnya, pertumbuhan
48
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH positif kredit KMK dan kredit investasi selama 3 (tiga) triwulan terakhir di tahun 2008 menunjukkan pencapaian yang relatif cukup baik. Hal ini juga mencerminkan kepercayaan investor terhadap kondisi perekonomian Provinsi Jambi masih baik. Sejalan dengan mulai membaiknya iklim usaha pada jangka menengah dan jangka panjang khususnya untuk sektor-sektor yang diminati investor seperti sektor perkebunan juga masih berkontribusi terhadap meningkatnya kredit investasi. Begitu juga dengan pertumbuhan kredit modal kerja yang mencerminkan minat masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas kredit jangka pendek (terutama pembiayaan properti dan agrobisnis) masih cukup baik. Sedangkan pertumbuhan kredit konsumsi masih disebabkan oleh meningkatnya kredit mikro dan kecil untuk pembiayaan sektor-sektor informal dan rumah tangga. Berdasarkan pangsanya, kredit konsumsi memiliki pangsa paling besar yaitu sebesar 40,51% dari total kredit pada triwulan laporan, diikuti kredit modal kerja sebesar 40,21% serta kredit investasi sebesar 19,28%. Berdasarkan Sektor Ekonomi, pertumbuhan kredit secara nominal pada triwulan laporan masih disumbangkan oleh sektor tersier. Sumbangan terbesar penyaluran kredit dari sektor lain-lain23 sebesar Rp239,98 miliar, diikuti dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp52,10 miliar, serta sektor jasajasa dunia usaha sebesar Rp46,39 miliar. Pertumbuhan kredit sektor lain-lain terutama didorong oleh pertumbuhan kredit konsumsi untuk kendaraan bermotor, alat-alat rumah tangga serta lainnya yang meningkat cukup signifikan pada triwulan laporan. Sementara itu, meningkatnya kredit pertanian sebesar 14,00% pada triwulan laporan terutama disumbangkan oleh akselerasi kredit tanaman perkebunan. Pangsa penyaluran kredit didominasi oleh kredit sektor lain-lain sebesar 40,93% terhadap outstanding kredit, diikuti sektor perdagangan, restoran dan hotel sebesar 28,04%, serta sektor pertanian sebesar 12,62%. Penyaluran kredit 23
Yang dimaksud sektor lain-lain adalah: 1) Perumahan, yaitu sektor ekonomi dari jenis kredit konsumsi di bidang perumahan dan 2) Lainnya, yaitu sektor ekonomi yang tidak dapat dimasukkan kedalam sektor-sektor ekonomi (ex: kredit konsumsi untuk kendaraan bermotor, alatalat rumah tangga, dan lain-lain).
49
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH ketiga sektor tersebut mendominasi penyaluran kredit yang mencapai 81,59% dari total outstanding kredit. Berdasarkan lokasi Proyek24, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan berdasarkan lokasi proyek di Provinsi Jambi meningkat sebesar 4,98%, yaitu dari Rp9.554,81 miliar menjadi Rp10.031,00 miliar.25 Meningkatnya kredit lokasi proyek pada triwulan laporan terutama disumbangkan oleh tumbuhnya kredit sub sektor lain-lain sebesar Rp293,98 miliar (8,55%) serta kredit sektor jasa-jasa yang tumbuh sebesar Rp78,98 miliar (6,75%). Hal ini juga masih didukung oleh tumbuhnya kredit lokasi proyek sektor pertanian dan sektor perdagangan yang memiliki pangsa kredit cukup besar dengan pertumbuhan masing-masing 3,75% dan 2,88%. Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) 2007 Sektor Ekonomi Pertanian Pertambangan Perindustrian Perdagangan
I 1,818,407 197,170 515,470 1,275,855
II 1,998,586 223,574 550,568 1,392,067
III 1,871,828 237,500 732,566 1,563,112
IV 1,917,934 276,405 896,895 1,663,031
I 1,367,665 116,753 887,248 1,807,987
2008 II 1,828,219 111,867 898,945 2,108,819
Jasa-jasa - listrik, gas dan air - konstruksi - pengangkutan - jasa dunia usaha - jasa sosial masyarakat Lain-lain
555,003 44,390 169,522 83,656 187,827 69,608 1,960,419 6,322,324
610,891 43,130 200,829 92,125 199,831 74,976 2,199,649 6,975,335
694,526 41,814 240,282 105,097 224,588 82,745 2,637,307 7,736,839
788,990 82,728 193,339 132,967 260,437 119,519 2,813,917 8,357,173
852,274 86,777 245,164 132,352 264,041 123,940 3,113,757 8,145,685
1,170,425 95,242 395,155 131,514 422,392 126,122 3,436,538 9,554,812
TOTAL
III 1,896,761 68,134 916,616 2,169,566 1,249,404 109,125 376,580 138,226 489,060 136,413 3,730,520 10,031,001
Sumber: SEKDA Provinsi Jambi
4. Undisbursed Loan dan Persetujuan Kredit Baru Jumlah undisbursed loan (kredit yang belum ditarik) pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan sebesar 4,67%. Pada triwulan laporan, total undisbursed loan sebesar Rp562,67 miliar atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp537,54 miliar. Berdasarkan jenis penggunaan, proporsi undisbursed loan terbesar terdapat pada kredit modal kerja, yaitu mencapai 85,98% dari total undisbursed 24
Data s.d. bulan Agustus 2008. Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Daerah (SEKDA) Provinsi Jambi. Data kredit lokasi proyek yang dimaksud masih memasukkan kredit dari BPR serta bank asing dan bank campuran sesuai dengan format SEKDA Provinsi Jambi. 25 Data s.d. Bulan Agustus 2008. Mulai Mei 2007, Data dana/kredit telah menggunakan konsep net, yaitu tidak memasukkan dana/kredit pada pemerintah pusat dan bukan penduduk. Hal ini telah disesuaikan dengan publikasi SEKI (Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia).
50
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH loan. Jika berdasarkan sektor ekonomi, undisbursed loan terbesar adalah sektor perdagangan, restoran dan hotel (61,80%), diikuti oleh sektor pertanian (13,92%), serta sektor konstruksi (8,64%). Tabel 3.6 Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi 2007
(dalam jutaan rupiah) 2008 TW II TW III 98,903 73,490 6,794 5,411 431,847 483,772 537,544 562,673
Berdasarkan jenis penggunaan 1 investasi 2 konsumsi 3 modal kerja Total
TW I 25,374 7,933 399,257 432,564
TW II 11,007 15,737 359,885 386,629
TW III 73,341 4,398 390,000 467,739
TW IV 63,786 3,330 414,961 482,077
TW I 79,604 4,594 502,731 586,929
Berdasarkan sektor ekonomi Pertanian Pertambangan Perindustrian Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan, Restoran dan Hotel Pengangkutan, Pergudangan dan komunikasi Jasa-jasa Dunia Usaha Jasa-jasa Sosial Masyarakat Lain-lain Total
TW I 49,736 1,015 20,953 85 37,957 286,212
2007 TW II TW III 46,907 69,447 119 7,230 20,218 25,961 45 730 25,205 41,302 235,661 253,504
TW IV 72,440 5,420 23,373 41 30,811 285,660
TW I 78,361 2,465 24,677 108 38,669 354,788
2008 TW II 76,635 68 28,764 376 43,796 306,068
TW III 78,330 210 23,293 225 48,595 347,746
8,367 17,701 2,605 7,933 432,564
10,663 27,863 4,211 15,737 386,629
12,024 29,674 19,304 3,330 482,077
25,614 39,140 18,513 4,594 586,929
21,423 38,085 15,499 6,830 537,544
21,314 31,831 5,718 5,411 562,673
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11,223 27,379 26,565 4,398 467,739
Jumlah persetujuan kredit pada triwulan laporan menunjukkan penurunan jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, persetujuan kredit turun sebesar 14,15%. Turunnya jumlah persetujuan kredit pada periode triwulan laporan antara lain dikarenakan oleh perkembangan kondisi makro ekonomi (terutama inflasi) yang cenderung meningkat apalagi semenjak kenaikan harga BBM serta dampak perekonomian global yang sedang mengalami krisis. Hal ini direspon dengan sikap hati-hati perbankan dalam memberikan kreditnya. Tren meningkatnya suku bunga pinjaman juga berdampak pada sikap masyarakat yang lebih hati-hati dalam mengajukan kreditnya kepada pihak perbankan sehingga turut berpengaruh terhadap jumlah realisasi persetujuan kredit. Pangsa terbesar persetujuan kredit yaitu kredit konsumsi (51,30%), lalu diikuti kredit modal kerja (31,82%), serta kredit investasi (16,88%). Tabel 3.7 Tabel Persetujuan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) Jenis Kredit 1. Modal Kerja 2. Investasi 3. Konsumsi Jumlah
Tw II 07 Rp. Juta % 272,714 128,008 405,049 805,771
Tw III 07 Rp. Juta %
33.85 295,232 15.89 321,818 50.27 446,991 100 1,064,041
27.75 30.24 42.01 100
Tw IV 07 Rp. Juta %
Tw I 08 Rp. Juta %
Tw II 08 Rp. Juta %
Tw III 08 Rp. Juta %
313,938 210,946 367,171 892,055
187,827 108,571 138,749 435,147
177,914 37.19 92,539 19.34 207,934 43.47 478,387 100.00
130,682 69,304 210,702 410,688
35.19 23.65 41.16 100.00
43.16 24.95 31.89 100.00
31.82 16.88 51.30 100.00
51
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL) gross Bank Umum di Provinsi Jambi Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan di Provinsi Jambi mengalami peningkatan signifikan sebesar 605 bps dibandingkan triwulan sebelumnya sehingga menjadi 72,85%.26 Peningkatan rasio LDR mencerminkan semakin membaiknya fungsi intermediasi perbankan di daerah. Pertumbuhan kredit yang masih tumbuh positif (6,73%) pada triwulan laporan menunjukkan bahwa perbankan memiliki komitmen yang kuat untuk terus berusaha seoptimal mungkin untuk menyalurkan kredit dalam rangka turut serta mendorong pembangunan daerah. Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi Rp juta 12,000,000
10,000,000
98.92% 83.95%
87.15%
86.94%
88.05% 83.26%
110%
87.33% 90% 72.85% 66.80%
8,000,000 58.18%
59.84%
59.23%
60.40%
70%
62.78%
6,000,000
50%
4,000,000
30%
2,000,000
10%
-
-10% I
II
III
IV
2007
I
II
III*
2008
Kredit Lokasi Proyek (Rp juta)
Kredit Perbankan Jambi (Rp juta)
LDR Lokasi Proyek (persen)
LDR Perbankan Jambi (persen)
DPK Perbankan (Rp juta)
Sementara itu, tumbuhnya LDR berdasarkan lokasi proyek pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya berasal dari meningkatnya penyaluran kredit untuk sektor lain-lain dan sektor jasa-jasa.27 Secara nominal, penyaluran kredit lokasi proyek sektor lain-lain tumbuh sebesar Rp293,98 miliar, sektor jasajasa (Rp78,98 miliar) serta kredit sektor pertanian (Rp68,54 miliar). Disamping itu,
26
LDR perbankan disini maksudnya rasio antara kredit yang disalurkan oleh bank umum dibandingkan dengan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang dilakukan bank umum pada triwulan laporan. 27 Yang dimaksud LDR berdasarkan lokasi proyek adalah rasio antara kredit yang disalurkan berdasarkan lokasi proyek oleh bank umum dibandingkan dengan penghimpunan DPK bank umum pada triwulan laporan.
52
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH pertumbuhan kredit lokasi proyek berdasarkan sektor ekonomi untuk sebagian besar sektor-sektornya juga masih menunjukkan akselerasi yang cukup baik jika dibandingkan triwulan sebelumnya sehingga secara total kredit lokasi proyek mengalami peningkatan. Grafik 3.4 Loan to deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Lokasi Proyek per kabupaten/kota di Provinsi Jambi
M uara Jambi Batanghari Te bo Bungo Ke rinci 1
Merangin
Sarolangun Tanjung Jabung Barat
LDR <100%
Kota Jam bi Tanjung Jabung Tim ur
0
50
100
150
200
250
300
LDR kredit berdasarkan lokasi proyek secara total per kabupaten/kota di Provinsi Jambi meningkat sebesar 11,58 bps, yaitu dari 87,33% menjadi 28 98,92%. Pada triwulan laporan, Kabupaten Tebo memiliki LDR tertinggi yaitu
267,44% di antara sepuluh kota/kabupaten di Provinsi Jambi, diikuti oleh Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Muara Jambi masing-masing dengan LDR sebesar 230,09% dan 204,93%. Sementara itu, terdapat 4 (empat) kabupaten dengan tingkat LDR kurang dari 100% dengan LDR terendah di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat masing-masing sebesar 21,30% dan 63,30%. Sejalan dengan perbaikan rasio LDR bank umum, kualitas penempatan dana
perbankan
daerah
dalam
bentuk
kredit
menunjukkan
perbaikan
28
Yang dimaksud LDR berdasarkan lokasi proyek per kabupaten/kota adalah rasio antara kredit lokasi proyek perbankan (bank umum dan BPR) dibandingkan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) bank umum. Untuk kredit lokasi proyek per kabupaten/kota belum dipisahkan antara kredit lokasi proyek bank umum dengan BPR. Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Daerah, September 2008.
53
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi ini tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) gross bank umum yang mengalami penurunan sebesar 24 bps, yaitu dari 2,84% pada triwulan sebelumnya menjadi 2,60% pada triwulan laporan. Penurunan rasio NPL terjadi pada sektor pertanian, sektor perindustrian, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan, sektor jasa-jasa dunia usaha dan sektor lain-lain. Tabel 3.8 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum Provinsi Jambi Sektor Ekonomi 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pertanian Pertambangan Perindustrian Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan, Restoran dan Hotel Pengangkutan, Pergudangan dan 7 Komunikasi 8. Jasa-jasa Dunia Usaha 9. Jasa-jasa Sosial Masyarakat 10. Lain-lain JUMLAH
TW II-08 Kredit Nominal NPL NPL (%) 817,879 64,891 7.93 25,816 9 0.03 404,713 13,096 3.24 32,963 298,263 2,720 0.91 2,019,320 64,352 3.19
TW III-08 Kredit Nominal NPL NPL (%) 932,353 57,476 6.16 16,221 9 0.06 406,448 13,119 3.23 31,661 310,119 4,854 1.57 2,071,416 63,750 3.08
165,956 252,956 119,731 2,783,614 6,921,211
165,777 299,342 130,359 3,023,590 7,387,286
521 4,607 519 46,160 196,875
0.31 1.82 0.43 1.66 2.84
434 4,463 568 47,102 191,775
0.26 1.49 0.44 1.56 2.60
Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi pada sektor pertanian sebesar 6,16%, diikuti sektor industri sebesar 3,23% dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 3,08%. Masih tingginya NPL pada sektor pertanian terutama berasal dari outstanding kredit yang disalurkan melalui penyaluran kredit program terdahulu
di
beberapa
bank
pemerintah
guna
mensukseskan
program
pembangunan di sektor pertanian yang masih terhambat. Sementara itu, NPL sektor-sektor ekonomi lainnya masih berada dalam kategori baik (dibawah 5%). 6. Perkembangan UMKM Pada triwulan laporan, kredit UMKM bank umum tumbuh 9,03%, menurun jika dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mampu mencapai 15,29% (lihat grafik 3.6). Namun demikian, pangsa kredit UMKM terhadap total kredit bank umum sebesar 83,66%, meningkat jika dibandingkan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 81,89%.
54
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Grafik 3.5 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi Mikro 36.22%
Non-UMKM 16.34%
Menengah 19.19%
Kecil 28.25%
Pertumbuhan kredit UMKM yang disalurkan turut diimbangi dengan perbaikan kualitas kredit. Hal ini dicerminkan dengan penurunan rasio NPL UMKM pada triwulan laporan sebesar 23 bps sehingga menjadi 2,34%. Dilihat dari distribusinya, kredit UMKM sektor usaha mikro masih memiliki pangsa yang terbesar yaitu 36,22% lalu diikuti sektor usaha kecil sebesar 28,25%, serta sektor usaha menengah sebesar 19,19%. Kredit non-UMKM atau kredit yang nominalnya lebih dari Rp5 miliar memiliki pangsa sebesar 19,19% dari total kredit pada triwulan III tahun 2008. Grafik 3.6 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi Miliar Rp 3,000
Persen 20.00 18.60
18.00 Mikro
2,500
Kecil
Menengah
Pertumbuhan UMKM (%)
16.00
15.29
14.00 2,000 12.00
11.89 11.02
1,500
9.80 9.17
10.00
9.82
9.09
9.03
8.46
1,000
6.89
6.54
5.98
7.19
8.00
7.49
7.06 6.23
6.10
5.75
500
3.73
3.32
6.13
6.00
4.90
4.59 3.86
3.60 1.76
4.00 2.00 0.00
TW I- TW II- TW TW TW I- TW II- TW TW TW I- TW II- TW TW TW I- TW II- TW TW TW I- TW II- TW TW TW I- TW II- TW TW TW I- TW II- TW 02 02 III-02 IV-02 03 03 III-03 IV-03 04 04 III-04 IV-04 05 05 III-05 IV-05 06 06 III-06 IV-06 07 07 III-07 IV-07 08 08 III-08
*) Mulai Triwulan IV tahun 2006 termasuk Bank Syariah
Peningkatan laju pertumbuhan kredit UMKM bank umum sebesar 9,03% pada triwulan laporan didorong oleh pertumbuhan positif kredit usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah masing-masing sebesar 7,07%, 13,12% dan
55
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 7,05%. Berdasarkan jenis penggunaan, kredit UMKM masih didominasi oleh kredit konsumsi yang pangsanya mencapai 48,43%, diikuti kredit modal kerja sebesar 37,85% serta kredit investasi sebesar 13,72%. 7. Profitabilitas Kondisi profitabilitas perbankan di Provinsi Jambi pada triwulan laporan menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun demikian, jika dibandingkan triwulan III tahun 2007, profitabilitas (net) perbankan menunjukkan peningkatan sebesar Rp19,47 miliar. Grafik 3.7 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum Provinsi Jambi Persen (%)
20 18
Kredit
Deposito 3 Bulan
SBI
Margin
16 14 12 10 8 6 4
7.18 6.836 .7 2
2
7 .3 9 7.19 7.737.73 7.1 7.07 6.856.826.927 .0 67.076.736.59 6.425.95 6.286.626 .7 9 6.8 6.91 5.87 5.555 .9 7 4.644 .19 4.484 .5 7 4.89 3.773.533 .5 73.65 3.83 .9 7 4.14
Juli
Agustus
Juni
Mei
April
Maret
Januari
2007
Februari
Desember
Oktober
November
September
Juli
Agustus
Juni
Mei
April
Maret
Januari
Februari
Desember
Oktober
November
September
Juli
2006
Agustus
Juni
Mei
April
Maret
Januari
Februari
Desember
Oktober
2005
November
September
Juli
Agustus
0
2008
Dilihat dari spread bunga (grafik 3.7), terlihat bahwa perbankan di Provinsi Jambi masih cukup menikmati margin keuntungan dari bunga yang cukup tinggi. Walaupun margin rata-rata tertimbang antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito 3 (tiga) bulan sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (6,59%), pada triwulan laporan perbankan masih menikmati spread bunga rata-rata tertimbang sebesar 5,95%. Penurunan laba tersebut antara lain dikarenakan perbankan Jambi masih memberikan imbal jasa (suku bunga deposito 3 bulan) yang lebih tinggi jika dibandingkan triwulan sebelumnya dari sebesar 7,46% menjadi 8,37%. Sehingga, beban bunga yang ditanggung pada triwulan ini relatif lebih besar dibandingkan triwulan sebelumnya.
56
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Semenjak bulan Juni 2008, perbankan secara bertahap terus menaikkan suku bunga kreditnya dari sebesar 14,05% menjadi 14,32%. Meningkatnya BIrate pada triwulan laporan sebesar 50 bps sehingga menjadi 9,00%29 yang merupakan kelanjutan kenaikan BI-rate mulai bulan Mei 2008 telah direspon secara berarti oleh pihak perbankan dengan meningkatkan suku bunga kreditnya. Suku bunga kredit cenderung meningkat secara terbatas jika dibandingkan BI rate. Suku bunga kredit (weighted average) meningkat sebesar 27 bps dari sebesar 14,05% pada akhir triwulan II tahun 2008 menjadi sebesar 14,32% pada triwulan laporan. Kenaikan suku bunga kredit tentunya memberikan tekanan pada dunia usaha yang akan berdampak pada kenaikan harga-harga secara umum yang berimbas pada konsumen akhir. Grafik 3.8 Perkembangan Laba Rugi Triwulanan Tw III 08 Tw II 08 Tw I 08 Tw IV 07 Tw III 07 Tw II 07 Tw I 07 Tw IV 06 Tw III 06 Tw II-06 -
50
100
150
200
Miliar Rp L/R (sblm transfer & pajak)
L/R (net)
Sementara itu, selama periode triwulan III tahun 2008 perbankan di Provinsi Jambi mencatat laba bersih (net) sebesar Rp109,18 miliar. Laba pada triwulan ini meningkat jika dibandingkan dengan laba pada triwulan III tahun 2007 yang mencapai Rp89,71 miliar. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan II tahun 2008, laba pada triwulan laporan menurun sebesar 15,72%.
29
Posisi BI rate s.d. bulan Agustus 2008.
57
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH C. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)30 Jumlah aset seluruh BPR di Provinsi Jambi mencapai Rp225,56 miliar, naik sebesar 3,09% dibanding pada triwulan sebelumnya sebesar Rp218,79 miliar. Sedangkan jumlah penghimpunan dana BPR di Provinsi Jambi sebesar Rp169,13 miliar atau meningkat sebesar 2,09% dibanding triwulan sebelumnya. Peningkatan DPK tersebut berasal dari simpanan tabungan maupun simpanan berjangka. Tabungan naik sebesar 1,45% mencapai Rp441 juta dan simpanan berjangka yang naik sebesar 2,23% mencapai Rp3,01 miliar. Di sisi lain, jumlah kredit yang disalurkan oleh BPR menunjukkan penurunan sebesar 2,17% sehingga menjadi Rp163,03 miliar. Sejalan dengan hal tersebut, fungsi intermediasi BPR di Provinsi Jambi yang dicerminkan dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) menurun sebesar 419 bps dari sebesar 100,58% menjadi sebesar 96,39%. Namun demikian, rasio Non Performing Loans (NPLs) terhadap kredit menunjukkan perbaikan yang ditunjukkan dengan penurunan persentase kredit macet sebesar 34 bps dari 6,25% menjadi sebesar 5,91%.
30
Data s.d. Bulan Agustus 2008.
58
BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
A. Umum Terlambatnya proses pengesahan APBD Provinsi Jambi (tidak termasuk anggaran pemerintah kota dan kabupaten) berdampak pada masih rendahnya realisasi belanja sampai dengan semester I tahun 2008. Namun, perkembangan realisasi pendapatan sampai dengan semester I tahun 2008 cukup baik. Dari sisi anggaran pendapatan, jumlah anggaran pendapatan daerah Provinsi Jambi tahun 2008 sebesar Rp1.136,134 miliar atau naik 18,85% dibandingkan anggaran pendapatan tahun sebelumnya sebesar Rp955,96 miliar. Sementara itu, anggaran belanja daerah mencapai Rp1.429,178 miliar meningkat 10,65% dari anggaran belanja tahun sebelumnya sebesar Rp1.291,60 miliar. Grafik 4.1. Perkembangan APBD Provinsi Jambi miliar (Rp)
Persen (%)
1400
140 Realisasi Pendapatan (aksis kiri) % Realisasi Pendapatan (aksis kanan)
Realisasi Belanja (aksis kiri) % Realisasi Belanja (aksis kanan)
1200
120
1000
100
800
80
600
60
400
40
200
20
0
0 TW I
TW II TW III TW IV TW I 2003
TW II TW III TW IV TW I
TW II TW III TW IV TW I
2004
2005
Sumber: Biro Keuangan (diolah) Mulai tahun 2007, laporan realisasi APBD per-semester
59
TW II TW III TW IV SMT I SMT II SMT I 2006
2007
2008
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Realisasi penerimaan pajak pusat di wilayah Jambi menurun sebesar 38,21%(Rp289,44 miliar) atau menjadi sebesar Rp468,01 miliar. Sedangkan realisasi belanja pada triwulan laporan sebesar Rp698,00 miliar atau meningkat 20,59%. Dengan kondisi tersebut, selisih antara pendapatan yang diterima dengan kegiatan belanja sebesar minus Rp229,99 miliar. Transfer dana bagi hasil pada triwulan laporan sebesar Rp44,46 miliar, menurun signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp207,77 miliar. Sedangkan perkembangan simpanan pemerintah daerah di bank umum Provinsi Jambi menunjukkan tren yang menurun pada Triwulan III-2008. Tabel 4.1. APBD Provinsi Jambi Tahun 2008 URAIAN PENDAPATAN Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Pendapatan Transfer Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya Dana Penyesuaian BELANJA Belanja Operasi Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Keuangan Belanja Modal Belanja Tanah Belanja Peralatan dan Mesin Belanja Bangunan dan Gedung Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan Belanja Aset Tetap Lainnya Belanja Tak Terduga Belanja Tak Terduga Transfer Transfer Bagi Hasil Ke Kab/Kota/Desa Bagi Hasil Pajak Surplus/(Defisit)
Dalam miliar Rp ANGGARAN REALISASI SMT.I-2008 2008 Nominal Persen 1,136.13 678.79 59.75 406.31 290.67 71.54 351.44 256.55 73.00 23.58 6.06 25.69 2.96 0.15 5.07 28.33 27.92 98.54 724.83 388.12 53.55 713.83 388.09 54.37 125.00 80.92 64.73 95.57 26.37 27.59 468.80 273.47 58.33 24.45 7.37 30.12 11.00 0.03 0.25 11.00 0.03 0.25 1,428.87 299.18 20.94 772.01 196.24 25.42 416.20 158.35 38.05 335.38 30.70 9.15 0.00 0.00 #DIV/0! 2.64 2.50 94.63 11.29 0.61 5.38 6.50 4.08 62.80 509.22 23.96 4.70 2.24 0.09 4.20 45.64 2.42 5.29 89.22 5.52 6.18 356.87 15.93 4.46 15.26 0.00 0.00 5.00 0.00 0.00 5.00 0.00 0.00 142.65 78.99 55.37 142.65 78.99 55.37 142.65 78.99 55.37
(292.74)
PEMBIAYAAN Pembiayaan Netto
60
293.04
384.60
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH B. REALISASI PENDAPATAN DAERAH Sampai dengan semester I tahun 2008, realisasi pendapatan Provinsi Jambi telah mencapai 59,75% atau setara dengan Rp678,79 miliar. Realisasi pendapatan ini lebih tinggi dibandingkan pencapaian realisasi pendapatan pada semester I tahun 2007 yang mencapai 49,21% dari APBD 2007. Sedangkan realisasi pendapatan asli daerah (PAD) sampai dengan semester I tahun 2008 sebesar Rp290,67 miliar atau telah mencapai 71,54% dari anggaran. Realisasi ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan semester yang sama tahun 2007 yaitu sebesar Rp191,77 miliar (52,54%). Grafik 4.2. Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi miliar (Rp)
persen (%) 150
1400
1200
Realisasi Pendapatan (aksis kiri)
Pendapatan (aksis kiri) % Realisasi Pendapatan (aksis kanan)
125
1000 100 800 75 600 50 400 25
200
0
0 TW I TW II TW III TW IV TW I 2003
TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV SMT I SMT II SMT I 2004
2005
2006
2007
2008
Sumber: Biro Keuangan (diolah) Mulai tahun 2007, laporan realisasi APBD per-semester
Dari segi pencapaian realisasi pendapatan, komponen lain-lain pendapatan asli daerah yang sah memiliki realisasi tertinggi yang mencapai 98,54%, diikuti oleh komponen pajak daerah yang mencapai 73,00% serta komponen dana bagi hasil pajak yang sudah mencapai 64,73% pada semester I tahun 2008. C. REALISASI BELANJA DAERAH Belanja pemerintah Provinsi Jambi tahun 2008 secara garis besar terdiri dari belanja operasi, belanja modal, belanja tak terduga serta transfer. Sampai dengan semester I tahun 2008, realisasi belanja baru mencapai 20,94%.
61
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Walaupun relatif rendah, namun masih lebih baik dibandingkan kondisi yang sama pada periode tahun 2007 yang hanya terealisasi sebesar 8,32%. Rendahnya realisasi belanja ini sebagai akibat terlambatnya pengesahan APBD tahun 2008. Disamping itu, relatif panjangnya proses tender dalam suatu proyek menyebabkan masih rendahnya realisasi belanja modal yang hanya mencapai 4,70% dari anggaran sebesar Rp509,22 miliar. Padahal belanja modal merupakan komponen penting dalam stimulus APBD dalam rangka mendukung perekonomian daerah serta meningkatkan daya saing Provinsi Jambi sebagai tujuan investasi yang menguntungkan. Sejalan dengan hal tersebut, belanja untuk jalan, irigasi dan jaringan baru terealisasi 4,46%. Relatif kecilnya realisasi belanja dimaksud berdampak pada masih belum membaiknya infrastruktur yang tersedia di Provinsi Jambi. Grafik 4.3. Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi miliar (Rp)
persen (%) 150
1600 1400
Belanja (aksis kiri) % Realisasi Belanja (aksis kanan)
Realisasi Belanja (aksis kiri)
125
1200 100 1000 800
75
600 50 400 25 200 0
0 TW I TW II TW III TW IV TW I 2003
TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV SMT I SMT II SMT I 2004
2005
2006
2007
2008
Sumber: Biro Keuangan Mulai tahun 2007, laporan realisasi APBD per-semester
Dari sisi belanja operasi, belanja pegawai sudah terealisasi sebesar 38,05% atau mencapai Rp158,35 miliar. Belanja barang dan belanja bantuan sosial sampai dengan semester I tahun 2008 baru terealisasi pada level yang cukup rendah, yaitu masing-masing sebesar 9,15% dan 5,38%. Namun demikian, belanja bantuan keuangan telah terealisasi sebesar 62,80% dari anggaran yang
62
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH tersedia sebesar Rp6,50 miliar. Sampai dengan semester I tahun 2008, belanja operasi sudah terealisasi sebesar Rp196,24 miliar atau mencapai 25,42%. Sementara itu, belanja tak terduga sebesar Rp 5,00 miliar masih belum terealisasi. Sedangkan belanja transfer sampai dengan semester I tahun 2008 sudah terealisasi sebesar 55,37% atau mencapai Rp78,99 miliar. Belanja transfer merupakan transfer bagi hasil pajak ke kabupaten/kota/desa di Provinsi Jambi. D. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah Penerimaan pajak pusat di wilayah Jambi pada triwulan III tahun 2008 terealisasi sebesar Rp468,01 miliar, menurun 38,21% dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara nominal, penerimaan pajak tertinggi dicapai oleh jenis pajak pendapatan pertambahan nilai sebesar Rp229,47 miliar, diikuti jenis pajak penghasilan sebesar Rp179,67 miliar, serta jenis pajak bumi dan bangunan sebesar Rp19,79 miliar. Tabel 4.2. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH REALISASI PENDAPATAN I
Pendapatan Pajak Dalam Negeri Pendapatan Pajak Penghasilan Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan Pendapatan BPHTB Pendapatan Cukai Pendapatan Pajak Lainnya II Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Pendapatan Bea Masuk Pendapatan Pajak/Pungutan Ekspor III Penerimaan Sumber Daya Alam Pendapatan Pertambangan Umum IV Pendapatan PNPB Lainnya Total Realisasi Pendapatan
Triwulan I 2008
Triwulan II 2008
420,991,912,554 181,019,739,634 228,522,877,116 1,433,815,920 4,275,948,609 71,815,971 5,667,715,304 28,150,920,481 3,438,961,521 24,711,958,960 885,000 885,000 19,059,940,523 468,203,658,558
732,892,164,631 148,101,394,575 207,285,089,312 364,868,670,243 5,733,657,421 19,975,971 6,883,377,109 13,828,047,619 4,537,763,725 9,290,283,894 10,727,651,075 757,447,863,325
Triwulan III 2008 443,162,234,959 179,675,007,970 229,472,629,737 19,798,619,033 7,021,119,074 4,539,000 7,190,320,145 9,923,402,032 4,483,129,331 5,440,272,701 14,923,197,494 468,008,834,485
Pertumbuhan Nominal (289,729,929,672) 31,573,613,395 22,187,540,425 (345,070,051,210) 1,287,461,653 (15,436,971) 306,943,036 (3,904,645,587) (54,634,394) (3,850,011,193) 4,195,546,419 (289,439,028,840)
(%)
(39.53) 21.32 10.70 (94.57) 22.45 (77.28) 4.46 (28.24) (1.20) (41.44) 39.11 (38.21)
Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah
Berdasarkan pangsanya, pendapatan pajak dalam negeri memiliki pangsa paling besar yaitu 94,69% dari total penerimaan pajak pada triwulan laporan. Jika dirinci lagi dari pendapatan pajak dalam negeri, maka pendapatan pajak pertambahan nilai memiliki pangsa paling besar (51,78%), diikuti pajak penghasilan (40,54%), serta pajak bumi dan bangunan (4,47%).
63
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Grafik 4.4. Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Grafik 4.5. Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri di Provinsi Jambi Penerimaan Sumber Daya Alam 0.00%
Pendapatan BPHTB 1.58%
Pendapatan PNPB Lainnya 3.19%
Pendapatan Cukai 0.00% Pendapatan Pajak Lainnya 1.62%
Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan 4.47%
Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional 2.12%
Pendapatan Pajak Penghasilan 40.54%
Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai 51.78%
Pendapatan Pajak Dalam Negeri 94.69%
Grafik 4.4
Grafik 4.5
Dari sisi belanja pemerintah pusat di daerah, belanja pegawai (secara nominal) masih yang terbesar mencapai Rp253,74 miliar, diikuti dengan belanja modal yang mencapai Rp211,36 miliar. Peningkatan belanja pegawai terutama disumbangkan dari peningkatan belanja gaji dan tunjangan. Peningkatan ini menunjukkan bahwa dana dari pemerintah pusat sebagian besar masih digunakan pemerintah daerah untuk membiayai kegiatan non-pembangunan. Tabel 4.3. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH REALISASI BELANJA I Belanja Pegawai Belanja Gaji dan Tunjangan Belanja Honorarium/Lembur/ Vakasi/Tunj Khusus Belanja Kontribusi Sosial II Belanja Barang Belanja Barang Belanja Jasa Belanja Perjalanan Belanja Pemeliharaan III Belanja Denda dan Subsidi Perusahaan Belanja Denda Belanja Subsidi Perusahaan Negara IV Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Sosial Lembaga Pendidikan dan Peribadatan
Belanja Lembaga Sosial Lainnya Belanja Lain-Lain Belanja Lain-Lain VI Belanja Modal Belanja Modal Tanah Belanja Modal Peralatan dan Mesin Belanja Modal Gedung dan Bangunan Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan Belanja Pemeliharaan yang dikapitalisasi Belanja Modal Fisik Lainnya Total Realisasi Belanja V
Triwulan I 2008
Triwulan II 2008
148,019,262,662 143,909,236,589 4,182,051,998 (72,025,925) 26,679,877,675 16,282,317,788 2,588,704,495 4,583,260,343 3,225,595,049 120,718,775 120,718,775 36,304,640,073 34,712,162,000 1,592,478,073 1,685,518,232 1,685,518,232 119,896,628,693 27,457,200 2,843,580,450 1,437,899,800 111,650,089,243 113,645,000 3,823,957,000 332,706,646,110
Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah
64
241,373,374,706 223,988,765,160 17,517,949,047 (133,339,501) 74,394,262,300 44,349,334,932 6,913,803,776 15,952,460,435 7,178,663,157 600,497,972 120,275,472 480,222,500 63,913,243,441 53,939,839,900 9,973,403,541 4,190,080,904 4,190,080,904 194,354,146,063 1,071,071,001 10,247,255,075 8,238,056,490 163,831,609,228 109,080,350 10,857,073,919 578,825,605,386
Triwulan III 2008 253,737,183,561 234,308,418,370 19,560,486,788 (131,721,597) 81,720,438,661 47,090,544,983 9,206,497,267 16,670,121,243 8,753,275,168 845,879,062 4,031,562 841,847,500 128,138,180,304 94,170,358,750 33,967,821,554 22,195,811,769 22,195,811,769 211,363,615,171 933,585,282 20,507,572,654 20,271,211,307 157,228,694,772 561,459,300 11,861,091,856 698,001,108,528
Pertumbuhan Nominal 12,363,808,855 10,319,653,210 2,042,537,741 1,617,904 7,326,176,361 2,741,210,051 2,292,693,491 717,660,808 1,574,612,011 245,381,090 (116,243,910) 361,625,000 64,224,936,863 40,230,518,850 23,994,418,013 18,005,730,865 18,005,730,865 17,009,469,108 (137,485,719) 10,260,317,579 12,033,154,817 (6,602,914,456) 452,378,950 1,004,017,937 119,175,503,142
(%) 5.12
4.61 11.66 (1.21) 9.85 6.18 33.16 4.50 21.93 40.86 (96.65) 75.30 100.49 74.58 240.58 429.72 429.72 8.75 (12.84) 100.13 146.07 (4.03) 414.72 9.25 20.59
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Belanja modal yang sampai dengan triwulan III tahun 2008 baru terealisasi Rp525,61 miliar menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah untuk meningkatkan pembangunan di daerah masih bisa dioptimalkan lagi. Dengan kata lain, belanja pemerintah daerah untuk pembangunan seharusnya masih bisa terakselerasi lebih cepat dalam rangka mendorong perekonomian di daerah. Berdasarkan pangsanya, share tertinggi dari realisasi belanja adalah belanja pegawai sebesar 36,53%, diikuti dengan belanja modal yang mencapai 30,28%, serta belanja bantuan sosial yang mencapai 18,36%.
Sedangkan
belanja denda dan subsidi perusahaan negara memiliki pangsa terkecil yang hanya mencapai 0,12% dari total realisasi belanja. Grafik 4.6. Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi belanja modal 30.28%
belanja lain-lain 3.18%
belanja bantuan sosial 18.36%
belanja barang 11.71%
belanja denda dan subsidi perusahaan negara 0.12%
belanja pegawai 36.35%
E. Keuangan Pemerintah Daerah Perkembangan transfer dana bagi hasil (DBH) pada triwulan laporan menunjukkan penurunan sebesar 78,60% dari sebesar Rp207,77 miliar menjadi sebesar Rp44,46 miliar. Penurunan ini terutama disumbangkan oleh realisasi transfer DBH PBB untuk kabupaten/kota yang pada triwulan laporan turun signifikan menjadi sebesar Rp31,22 miliar dibandingkan triwulan sebelumnya Rp213,88 miliar.
65
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Tabel 4.4. Perkembangan Realisasi Transfer Dana Bagi Hasil (DBH) Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi URAIAN TRANSFER DANA BAGI HASIL
Triwulan I-2008 Triwulan II-2008 Triwulan III-2008 Pertumbuhan
Transfer Dana Bagi Hasil Pajak Transfer Dana Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan 611121 Transfer DBH PBB untuk Propinsi 611122 Transfer DBH PBB untuk Kabupaten/Kota 611123 Trnasfer DBH Biaya/Upah Pungut PBB untuk Propinsi 611124 Trnasfer DBH Biaya/Upah Pungut PBB untuk Kabupaten/Kota Transfer Dana Bagi Hasil Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 611131 Transfer DBH BPHTB untuk Propinsi 611132 Transfer DBH BPHTB untuk Kabupaten/Kota
72,111,960,017 207,770,068,036 4,008,099,953 268,250,050,842 210,191,865 53,644,672,383 697,643,815 214,578,689,613 884,841,671 1,672,407 2,215,422,602 25,016,439 3,203,860,064 4,420,017,194 640,772,006 884,003,429 2,563,088,058 3,536,013,765
44,459,927,591 39,030,191,970 7,806,038,372 31,224,153,598 5,429,735,621 1,085,947,117 4,343,788,504
(78.60) (85.45) (85.45) (85.45) (100.00) (100.00) 22.84 22.84 22.84
Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah
Sementara itu, perkembangan simpanan pemerintah daerah di perbankan Jambi mencapai Rp2,05 triliun pada triwulan laporan, menurun 1,70% dibandingkan
triwulan
sebelumnya.
Berdasarkan
pangsanya,
simpanan
pemerintah daerah di perbankan paling besar dalam bentuk giro (63,28%), diikuti dengan deposito sebesar 36,28%. Grafik 4.7. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi (dalam juta Rupiah) 1,600,000
Deposito
Giro
1,400,000
1,200,000
1,000,000
800,000
600,000
400,000
200,000
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
May-08
Jun-08
Jul-08
Aug-08
Tren simpanan pemerintah daerah (secara total) di perbankan mulai menunjukkan penurunan pada bulan Agustus 2008, walaupun penurunan tersebut masih relatif kecil. Penurunan ini terutama didorong oleh penurunan giro pemerintah, sementara simpanan berjangka (deposito) milik pemerintah daerah di perbankan menunjukkan tren peningkatan sejalan dengan membaiknya suku
66
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH bunga deposito. Penurunan giro pemerintah setidaknya dapat mengindikasikan bahwa pemerintah daerah sudah mulai ekspansif dalam membelanjakan anggaran pembangunan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Jambi.
67
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Pada periode triwulan laporan, aliran uang masuk/inflows dan aktivitas kliring mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Namun demikian, aliran uang keluar/outflows dan aktivitas RTGS (Real Time Gross
Settlement)
mengalami
penurunan.
Sebagaimana
diketahui,
perkembangan pembayaran tunai tercermin dari aliran uang masuk/inflows dan uang keluar/outflows dari kas Bank Indonesia yang berasal dari setoran dan pembayaran kepada bank-bank umum. Sementara, perkembangan pembayaran non-tunai dilihat dari aktivitas kliring dan RTGS. Tabel 5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) 2007 Trw.I
Uraian Nilai Kliring (juta Rp) Volume Kliring (lembar warkat) Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) Aliran Uang Keluar/Ouflows (juta Rp) Net Inflows/ (Net Outflows) (juta Rp) Penemuan Uang Palsu - Pecahan Rp100.000,00 - Pecahan Rp50.000,00 - Pecahan Rp20.000,00 - Pecahan Rp10.000,00 Jumlah PTTB (juta Rp) Perbandingan PTTB thd. Inflows (%) Cek dan BG Kosong - Lembar - Nominal (juta Rp)
Trw.II
Trw. III
Trw. IV
Trw.I
2008 Trw.II
Trw. III
1,276,476 1,331,939 1,588,560 1,747,801 1,670,787 1,931,680 2,066,986 59,640 61,382 63,211 59,948 60,526 67,008 68,947 363,925 178,978 143,278 344,254 270,141 129,608 226,795 513,429 994,398 751,197 1,511,935 732,444 1,242,066 1,191,144 (149,504) (815,420) (607,919) (1,167,681) (462,303) (1,112,458) (964,349) 131,345 36.09
141,328 78.96
84,082 58.68
95,963 27.88
79,425 29.40
1 1 63,853 49.27
63,707 28.09
364 8,196
282 8,853
308 8,442
612 14,439
545 13,453
557 14,724
808 28,487
-
Pertumbuhan (q-t-q) Nominal Persen 135,306 1,939 97,187 (50,922) 148,109
7.00 2.89 74.99 (4.10) (13.31)
(1) (1) (146)
(100) (100) (0.23)
251 13,763
45.06 93.47
-
A. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai A.1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi Pada triwulan laporan, perkembangan aktivitas penerimaan (inflow) mengalami pertumbuhan sedangkan aktivitas pembayaran (outflow) mengalami penurunan
dibandingkan
dengan
periode
triwulan
sebelumnya.
Namun
demikian, jika dilihat pergerakan outflow secara bulanan menunjukkan bahwa di bulan September 2008 outflow mampu mencapai sebesar Rp743,03 miliar atau hampir sebesar 62,38% dari total outflow triwulan laporan. Peningkatan aliran
69
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN uang keluar (outflow) pada bulan September 2008 antara lain disebabkan oleh kebutuhan masyarakat terhadap alat pembayaran tunai yang mengalami kenaikan sehubungan dengan persiapan masyarakat menyambut Hari Raya Idul Fitri 1429 H. Grafik 5.1 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi Persen 500
Rp miliar 1,600 1,400
400
1,200
300
1,000 200 800 100 600 0
400
-100
200 0
-200 Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q303 03 03 03 04 04 04 04 05 05 05 05 06 06 06 06 07 07 07 07 08 08 08
Inflows
Outflows
Net Outflows
Pert. Net Outflows (%)
Pada triwulan laporan, aliran kas keluar bersih (net cash outflow) menurun sebesar 13,31% yang ditandai dengan penurunan aliran kas keluar bersih (net cash outflow) sebesar Rp148,11 miliar menjadi Rp964,35 miliar. Penurunan net cash outflow tersebut ditandai oleh menurunnya aliran kas keluar (cash outflow) sebesar 4,10%, yaitu dari Rp1.242,07 miliar menjadi Rp 1.191,14 miliar. A.2. Penyediaan Uang Layak Edar Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang tidak layak edar (lusuh/rusak) yang masuk ke Bank Indonesia ditujukan untuk menjaga kelayakan uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, jumlah ratio PTTB dibandingkan inflows sebesar 28,09% (Rp63,70 miliar). A.3. Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan Pada triwulan laporan tidak ditemukan uang palsu pada pecahan berapapun. Untuk menjaga tidak beredarnya uang palsu di Provinsi Jambi, Kantor
70
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Bank Indonesia Jambi masih terus melakukan kegiatan Sosialisasi Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah kepada masyarakat. B. Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai B.1. Perkembangan Kliring Lokal Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan laporan sebesar Rp2.066,99 miliar atau meningkat sebesar 7,00% dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp1.931,68 miliar. Perkembangan tersebut diikuti juga dengan peningkatan jumlah warkat kliring sebesar 2,89%, yaitu dari 67.008 lembar menjadi 68.947 lembar. Di sisi lain, jumlah nominal penolakan kliring meningkat signifikan sebesar 93,47%, yaitu dari Rp14,72 miliar menjadi Rp28,49 miliar. Peningkatan jumlah nominal penolakan kliring diikuti juga dengan peningkatan cek dan BG kosong. Pada triwulan laporan, jumlah lembar cek dan BG kosong meningkat sebesar 45,06%, yaitu dari 557 lembar menjadi 808 lembar. Grafik 5.2 dan 5.3 Perkembangan Nominal dan Volume Kliring dalam miliar Rupiah
Persen
2,400 2,100
lembar warkat
35
120,000
25
100,000
15
80,000
5
60,000
(5)
40,000
(15)
20,000
(25)
-
Persen 15
1,800 1,500 1,200 900
-
(15)
600 300 Trw.I
Trw.II
Trw. III
Trw. IV
Trw.I
2007
Nilai Kliring
Trw.II
Trw. III
(30) Trw.I
Trw.II
Trw. IV
Trw.I
2007
2008
Pertumbuhan Nilai Kliring
Trw. III
Volume Kliring
Grafik 5.2
Trw.II
Trw. III
2008
Pertumbuhan Volume Kliring
Grafik 5.3
B.2. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) di Kantor Bank Indonesia Jambi secara total (keluar dan masuk/dari dan ke) menurun sebesar 30,42% sehingga menjadi sebesar Rp16,16 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mencapai Rp23,23 triliun. Transfer keluar dari Provinsi Jambi turun sebesar Rp1,48 triliun (23,31%), dan transfer masuk ke Provinsi Jambi menurun sebesar Rp5,58 triliun (33,09%) pada triwulan III tahun 2008.
71
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Tabel 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS (dalam miliar rupiah)
Kumulatif Triwulanan Keterangan TW IV-06 TW I-07 TW II-07 TW III-07 TW IV-07 TW I-08 TW II-08 TW III-08
Dari
Ke
7,711.43 5,552.37 5,469.05 6,683.00 6,789.21 5,620.00 6,351.75 4,871.05
6,850.96 4,540.66 11,659.81 15,264.37 14,003.22 16,025.00 16,874.15 11,290.37
Sumber: www.bi.go.id & KBI Jambi
72
Rata-Rata Harian Dari 130.70 89.55 88.21 102.82 113.15 93.67 100.82 77.32
Ke 116.12 73.24 188.06 234.84 233.39 267.08 267.84 179.21
Pertumbuhan Kumulatif triwulanan Rata-rata harian Dari Ke Dari Ke 19.46 38.01 27.56 47.37 (28.00) (33.72) (31.48) (36.93) (1.50) 156.79 (1.50) 156.79 22.20 30.91 16.56 24.87 1.59 (8.26) 10.06 (0.62) (17.22) 14.44 (17.22) 14.44 13.02 5.30 7.64 0.28 (23.31) (33.09) (23.31) (33.09)
BAB VI KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Pada periode triwulan laporan, jumlah pencari kerja berdasarkan jenjang pendidikan meningkat 34,59% jika dibandingkan dengan triwulan II tahun 2008. Sejalan dengan hal tersebut, hasil survei ekspektasi konsumen (SEK) pada periode triwulan laporan mulai menunjukkan perbaikan nilai saldo kondisi pengangguran 31
serta ekspektasi masyarakat terhadap kondisi pengangguran.
Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan (posisi bulan Agustus 2008) mengalami penurunan jika dibandingkan triwulan sebelumnya (posisi Juni 2008). Sementara itu, rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup minimum (KHM)/kebutuhan hidup layak (KHL) pada triwulan III tahun 2008 menurun sebesar 427 bps jika dibandingkan triwulan II tahun 2008.
32
A. Ketenagakerjaan Daerah Berdasarkan data ketenagakerjaan yang dikeluarkan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jambi pada triwulan III tahun 2008 (data sementara, s.d. bulan Agustus 2008), jumlah pencari kerja meningkat 34,59% dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni dari 4.573 orang menjadi
6.155 orang.
33
Secara
nominal, jumlah pencari kerja didominasi oleh tingkat pendidikan sekolah menegah
atas
(SMA)
sebesar
2.397
orang,
atau
meningkat
34,44%
dibandingkan triwulan sebelumnya, diikuti dengan jumlah pencari kerja dari sarjana sebanyak 862 orang, atau meningkat 39,71% dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan distribusinya (share), pencari kerja dengan jenjang
31
Nilai saldo pengangguran meningkat artinya masyarakat menilai saat ini jumlah pengangguran mulai turun. 32 Rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup minimum (KHM)/kebutuhan hidup layak (KHL) dinyatakan dalam satuan persen (%). 33 Mulai tahun 2008, jumlah pencari kerja dihitung berdasarkan pertambahannya.
73
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN pendidikan SMA merupakan bagian terbesar pencari kerja (38,94% dari jumlah pencari kerja) diikuti oleh lulusan sarjana (S1) sebesar 14,00%. Tabel 6.1. Pertambahan Jumlah Pencari Kerja per Jenjang Pendidikan di Provinsi Jambi No. I.
Trw.II-08 Jumlah Share
Jenjang Pendidikan 1. Tidak Tamat SD 2. Tamat SD 1. SLTP Umum 2. SLTP Kejuruan 1. SMA 2. STM 3. SMEA 4. SPG/SGO 5. SKKA 6. SPMA 7. SLTA Lainnya 1. Diploma / Akta I/II 2. Akademi / Akta III 3. Sarjana (S1) JUMLAH
II. III.
IV.
50 107 224 34 1,783 527 418 67 11 31 128 206 370 617 4,573
Trw.III-08 Jumlah Share
1.09 2.34 4.90 0.74 38.99 11.52 9.14 1.47 0.24 0.68 2.80 4.50 8.09 13.49 100.00
51 138 281 46 2,397 673 608 67 15 76 211 303 427 862 6,155
Pertumbuhan Jumlah Persen
0.83 2.24 4.57 0.75 38.94 10.93 9.88 1.09 0.24 1.23 3.43 4.92 6.94 14.00 100.00
1 31 57 12 614 146 190 4 45 83 97 57 245 1,582
2.00 28.97 25.45 35.29 34.44 27.70 45.45 36.36 145.16 64.84 47.09 15.41 39.71 34.59
Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jambi
Berdasarkan survei ekspektasi konsumen, jumlah penganguran saat ini dibandingkan 6 s.d 12 bulan yang lalu menunjukkan perbaikan. Kondisi ini tercermin dari meningkatnya nilai saldo kondisi pengangguran dari sebesar 24,67 pada triwulan II tahun 2008 menjadi 66,67 pada triwulan III tahun 2008. Sedangkan nilai saldo ekspektasi konsumen terhadap kondisi pengangguran juga membaik yang ditunjukkan dengan peningkatan nilai saldo yaitu dari sebesar Grafik 6.1. Grafik Nilai Saldo Ekspektasi Pengangguran dan Kondisi Pengangguran Indeks 120.00
Ekspektasi pengangguran Kondisi pengangguran
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00 II
III
IV
I
II
III 2005
Sumber: Bank Indoneisa (diolah)
74
IV
I
II
III 2006
IV
I
II
III 2007
IV
I
II 2008
III
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN 34,67 menjadi 70,67. Namun demikian, walaupun menunjukkan perbaikan, nilai saldo kondisi pengangguran serta ekspektasi terhadap pengangguran masih berada pada level pesimis pada triwulan laporan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat memandang kondisi ketenagakerjaan masih kurang kondusif. B. Kesejahteraan Masih relatif tingginya inflasi Kota Jambi pada triwulan laporan (13,68%/y-o-y), tentunya merupakan cerminan kenaikan harga barang dan jasa yang cukup tinggi. Meningkatnya harga-harga beberapa kebutuhan pokok pada triwulan laporan pada akhirnya menyebabkan naiknya kebutuhan hidup minimum (KHM)/kebutuhan hidup layak (KHL) per bulan di Provinsi Jambi sebesar 5,13%, yaitu dari Rp846.992,65 menjadi Rp890.437,75. Grafik 6.2. Perkembangan Harga Rata-rata Bulanan Beberapa Bahan Kebutuhan Pokok Rp
Rp
140,000
6,000
120,000
5,500
100,000
5,000
80,000
4,500
Rp
8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000
60,000
4,000 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
2007
5
6
7
8
-
9
1
2
3
4
5
6
2008
Merk Belida
Merk King IR 42 (aksis kanan)
Merk Anggur IR 64 (aksis kanan)
7
8
9
10 11 12
1
2
3
4
2007
5
6
7
8
9
2008
Segi Tiga Biru
Merk Lencana
Perkembangan Harga Tepung Terigu
Perkembangan Harga Beras Rp
Rp
16,000
40,000
20,000
14,000
32,000
16,000
24,000
12,000
16,000
8,000
6,000
8,000
4,000
4,000
-
12,000
Rp
10,000 8,000
1
2,000
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2007
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
1
2
3
4
2007
Bimoli Botol Special
5
6
7
8
9
2008
2
3
4
5
6
7
8
9
2008
Ayam Kampung (aksis kiri)
Susu Merk Dancow (aksis kiri)
Kacang Kedelai Impor
Bawang Merah
Tanpa Merk
Perkembangan Harga Minyak Goreng
Perkembangan Harga Komoditas lainnya
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi, 2008.
Beberapa bahan kebutuhan pokok (lihat Grafik 6.2) masih mengalami tren kenaikan harga selama periode triwulan laporan. Harga beras ukuran 20 kg, yaitu Merek Anggur, Merek King dan Merek Belida mengalami kenaikan harga
75
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN pada
kisaran
Rp4.000-Rp6.166/20kg
selama
periode
triwulan
laporan.34
Sedangkan harga rata-rata bulanan komoditas beras (IR 42 dan IR 64) relatif stabil harganya. Pada periode triwulan laporan, harga rata-rata bulanan daging ayam dan daging sapi mengalami peningkatan masing-masing sebesar Rp534/kg dan Rp5.667/kg. Pada triwulan laporan, tantangan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya semakin berat. Sebagaimana diketahui, Upah Minimum 35
Provinsi (UMP)
Provinsi Jambi tahun 2008 yang telah ditetapkan sebesar
Rp742.000, atau meningkat sebesar 10,03% dibandingkan tahun 2007. Namun, meningkatnya harga bahan-bahan kebutuhan pokok pasca kenaikan harga BBM serta selama bulan Ramadhan menyebabkan rasio UMP terhadap KHM/KHL mengalami penurunan dari 87,60% pada triwulan II tahun 2008 menjadi 83,33% pada triwulan III tahun 2008. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan UMP dalam menutupi KHM/KHL relatif semakin menurun. Bagi para pekerja yang mendapatkan upah sesuai dengan UMP atau bahkan dibawah UMP tentunya sangat berat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan, antara lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi pada bulan Agustus 2008.
Pada bulan Agustus 2008, NTP sebesar 102,87 atau turun 36
1,11% dibandingkan bulan Juni (104,02).
Hal ini menunjukkan bahwa
kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian relatif lebih rendah dibandingkan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian. Indeks harga yang diterima petani (It) dari 5 sub sektor menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Agustus 2008, It mengalami kenaikan sebesar 1,49% dibandingkan bulan Juni 34
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi, 2008. Biasanya Upah Minimun Provinsi disesuaikan 1 (satu) tahun sekali. 36 NTP adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang atau jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Sehingga, NTP dapat dikatakan sebagai cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. 35
76
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN 2008. Sementara itu, dari 5 sub sektor NTP, sebanyak 4 sub sektor masih mengalami peningkatan indeks yaitu hortikultura 3,05%), perkebunan rakyat (2,60%), peternakan (1,18%), serta perikanan (0,75%). Tabel 6.2. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2007=100) BULAN KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK 1 Tanaman Padi Palawija a Indeks Diterima Petani - Padi - Palawija b Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM Nilai Tukar Petani (NTP-P) 2 Hortikultura a Indeks Diterima Petani - Sayur-sayuran - Buah-buahan b Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM Nilai Tukar Petani (NTP-H) 3 Tanaman Perkebunan Rakyat a Indeks Diterima Petani - Tanaman Perkebunan Rakyat b Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 4 Peternakan a Indeks Diterima Petani - Ternak Besar - Ternak Kecil - Unggas - Hasil Ternak b Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 5 Perikanan a Indeks Diterima Petani - Penangkapan - Budidaya b Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) PROVINSI JAMBI a INDEKS YANG DITERIMA (It) b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib) c NILAI TUKAR PETANI (NTPp)
APRIL
MEI
JUNI
JULI
AGUSTUS
PERSENTASE PERUBAHAN (%) (Juni Ke Agustus)
96.88 92.78 112.86 108.56 107.48 113.1 89.23
107.54 104.31 120.13 110.2 109.24 114.23 97.59
110.8 108.07 121.46 113.23 112.23 117.42 97.86
109.19 104.69 126.7 114.72 113.96 117.89 95.18
109.65 104.69 128.95 115.55 114.96 118.02 94.89
-1.04 -3.13 6.17 2.05 2.43 0.51 -3.03
118.35 126.76 108.16 107.75 107.13 110.11 109.83
119.23 126.42 110.52 109.76 108.88 113.1 108.63
121.68 128.48 113.44 113.06 111.86 117.61 107.63
123.77 132.87 112.75 114.67 113.6 118.76 107.93
125.39 135.34 113.35 115.53 114.6 119.1 108.54
3.05 5.34 -0.08 2.18 2.45 1.27 0.85
116.21 116.21 107.11 108.17 103.03 108.5
119.94 119.94 110.84 110.68 111.42 108.21
125.59 125.59 114.05 113.69 115.44 110.12
133.15 133.15 116.74 116.03 119.5 114.06
128.86 128.86 117.93 117.21 120.69 109.27
2.60 2.60 3.40 3.10 4.55 -0.77
103.27 101.69 109.84 101.15 118.66 106.63 106.06 107.43 96.84
105.24 102.31 109.84 108.45 116.8 108.63 107.98 109.52 96.88
105.85 102.31 109.84 111.28 116.05 111.39 110.88 112.09 95.03
107.1 102.31 109.84 116.69 116.05 112.3 112.37 112.19 95.37
107.1 102.31 109.84 116.69 116.05 112.87 113.37 112.19 94.88
1.18 0.00 0.00 4.86 0.00 1.33 2.25 0.09 -0.16
103.77 100.52 110.02 104.99 106.61 101.26 98.83
103.77 100.52 110.02 109.24 108.1 111 94.99
103.77 100.52 110.02 112.65 111.39 114.44 92.12
104.55 100.52 112.31 114.35 112.59 117.08 91.43
104.55 100.52 122.31 115.03 113.57 117.08 90.89
0.75 0.00 11.17 2.11 1.96 2.31 -1.34
109.19 107.53 101.54
114.17 110.19 103.61
117.88 113.33 104.02
120.94 115.27 104.92
119.64 116.21 102.87
1.49 2.54 -1.11
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
Indeks harga yang diterima (Ib) mencerminkan fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada bulan Agustus 2008, Ib mengalami kenaikan 2,54% dari sebesar 113,33 menjadi 116,21. Kenaikan ini juga diikuti oleh kenaikan 5 sub sektor lainnya yaitu tanaman pangan, hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, peternakan serta perikanan masingmasing sebesar 2,05%; 2,18%; 3,40%; 1,33% dan 2,11%.
77
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN C. Kemiskinan37 Dalam rangka turut mensukseskan program pemerintah dalam hal penanggulangan kemiskinan, pemerintah Jambi (melalui Bulog Divre Jambi) secara rutin membagikan beras miskin (raskin) kepada masayarakat yang berhak. Pada triwulan laporan, penyaluran raskin sebesar 8.088 ton atau meningkat sebesar 15,50% dibandingkan triwulan sebelumnya. Grafik 6.3. Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi 250
9,000,000 8,000,000
200
7,000,000 150 6,000,000 5,000,000
100
4,000,000
50
3,000,000 2,000,000 (50)
1,000,000 -
(100) TW II
TW III TW IV
TW I
TW II
TW III TW IV
2006 Penyaluran Raskin (kg), aksis kiri
TW I
TW II
TW III TW IV
2007
TW I
TW II
TW III
2008
Pertumbuhan Raskin (%), aksis kanan
Sumber: Bulog Prov. Jambi
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
Dalam Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang telah dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2008, penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan) sebesar 260,3 ribu atau 38 mencapai 9,32% dari total penduduk Provinsi Jambi (lihat tabel 6.5). Angka ini
masih dibawah rata-rata penduduk miskin di Indonesia yang mencapai 15,42% (34,96 juta penduduk). Sedangkan dari 10 (sepuluh) provinsi di Sumatera, persentase penduduk miskin di Jambi menempati urutan ke-3 (tiga) paling rendah. Persentase penduduk miskin tertinggi adalah Provinsi Nangroe Aceh 37
Data-data kemiskinan (s.d. bulan Maret 2008) berdasarkan Berita Resmi statistik (BRS) BPS Provinsi Jambi No.35/07/15/Th.II, 1 Juli 2008. 38 Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach), dimana kemiskinan dipandang sebagai ketidakmakmuran dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Kebutuhan dasar makanan setara dengan 2100 kalori per kapita sehari dan kebutuhan dasar bukan makanan, yaitu kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan.
78
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Darusalam (NAD) sebesar 23,53%, diikuti Lampung (20,98%), dan Bengkulu (20,64%). Di sisi lain, berdasarkan jumlah penduduk miskin, Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi yang paling besar jumlah penduduk miskinnya yang mencapai 1,61 juta penduduk, diikuti Lampung (1,59 juta penduduk) dan Sumatera Selatan (1,25 juta penduduk). Tabel 6.3. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Sumatera dan Indonesia (Rp/Kapita/Bulan)
No
% Penduduk Miskin 2007 2008 26.65 23.53 13.9 12.55 11.9 10.67 11.2 10.63 10.27 9.32 19.15 17.73 22.13 20.64 22.19 20.98 9.54 8.58 10.3 9.18 16.58 15.42
Provinsi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
NAD Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau INDONESIA
Penduduk Miskin (000) 2007 2008 1,083.6 959.7 1,768.4 1,613.8 529.2 477.2 574.5 566.7 281.9 260.3 1,330.8 1,249.6 370.6 352.0 1,660.7 1,591.6 95.1 86.7 148.4 136.4 37,171.0 34,963.3
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
Garis kemiskinan (GK) Provinsi Jambi pada tahun 2008 sebesar Rp182.229 atau mengalami peningkatan dibandingkan GK tahun 2007 yang sebesar Rp172.349 (lihat tabel 6.6).39 Peningkatan ini terjadi karena dipengaruhi oleh Tabel 6.4. Garis kemiskinan Provinsi Jambi (Rp/Kapita/Bulan)
Daerah Kota Pedesaan Kota + Perdesaan
Garis Kemiskinan Mar-07 Mar-08 214,769 223,527 152,019 162,434 172,349 182,229
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
inflasi dan kenaikan volume pengeluaran. Peranan konsumsi kebutuhan dasar makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan konsumsi kebutuhan dasar bukan makanan. Dari tabel 6.7 terlihat juga bahwa sumbangan garis kemiskinan makanan (GKM) terhadap GK sebesar 73,97% pada Maret 2008. 39
Garis kemiskinan (GK) adalah suatu batasan untuk memilah antara penduduk miskin dan penduduk tidak miskin, berupa rata-rata pengeluaran per kapita per bulan. GK terdiri dari garis kemiskinan makanan (GKM) dan garis kemiskinan bukan makanan (GKBM). Sumber data untuk mengukur Garis kemiskinan adalah Susenas modul konsumsi Juli 2005 dan panel modul konsumsi Maret 2007.
79
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Tabel 6.5. Garis kemiskinan Menurut Komponen (Rp/Kapita/Bulan)
Garis Kemiskinan Maret 2007 Wilayah
Jambi Kota Perdesaan Kota + Desa Indonesia Kota Perdesaan Kota + Desa
Maret 2008
Makanan
Non Makanan
158,562 122,700 134,319
56,207 29,318 38,030
214,769 152,018 172,349
73.83 80.71 77.93
165,345 129,973 141,434
58,182 32,462 40,769
223,527 162,435 182,203
73.97 80.02 77.62
132,258 116,265 123,992
55,683 30,572 42,704
187,941 146,837 166,696
70.37 79.18 74.38
143,897 127,207 135,270
60,999 34,624 47,366
204,896 161,831 182,636
70.23 78.60 74.07
Total
% GK Non Makanan Makanan Makanan
Total
% GK Makanan
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
Indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan indeks keparahan kemiskinan (P2) merupakan salah satu dimensi lain yang perlu diperhatikan dari tingkat kemiskinan.
40
Dari tabel 6.8, terlihat bahwa P1 maupun P2 di daerah perkotaan
Provinsi Jambi lebih tinggi dari di pedesaan. Hal ini menunjukkan bahwa kesenjangan pengeluaran penduduk miskin di perkotaan terhadap garis kemiskinannya lebih tinggi daripada di pedesaan dan penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin di perkotaan lebih bervariasi atau heterogen dari Tabel 6.6. Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)
Daerah
Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan Mar-07 Mar-08 P1 P2 P1 P2
Jambi Kota Desa Kota+ Desa Indonesia Kota Desa Kota+ Desa
3.08 1.31 1.88
0.98 0.32 0.54
2.74 0.99 1.56
0.85 0.2 0.41
2.15 3.78 2.99
0.57 1.09 0.84
2.07 3.42 2.77
0.56 0.95 0.76
Ket: P1 = Indeks Kedalaman Kemiskinan P2 = Indeks Keparahan Kemiskinan Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
pedesaan. Kondisi ini berbeda jika dibandingkan kondisi nasional yang P1 dan P2 nya lebih tinggi di pedesaan. Indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan di 40
Indeks kedalaman kemiskinan atau poverty gap index (P1) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Sedangkan indeks keparahan kemiskinan atau distributionally sensitive index (P2) memberikan gambaran penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin.
80
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Jambi juga masih lebih baik jika dibandingkan dengan indeks nasional yang pada tahun 2007 dan 2008 selalu lebih tinggi dibandingkan Provinsi Jambi.
81
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
Laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi pada triwulan IV tahun 2008 diperkirakan masih tumbuh positif, walupun melambat dibandingkan triwulan III tahun 2008. Pengeluaran konsumsi pemerintah serta pengeluaran konsumsi rumah tangga diperkirakan menjadi kontributor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang. Dari sisi penawaran, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi masih disumbangkan oleh sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pertambangan dan penggalian serta sektor industri pengolahan. Perkembangan harga-harga pada triwulan mendatang diperkirakan masih terjadi inflasi dengan besaran yang relatif lebih tinggi dibanding triwulan laporan. Meningkatnya demand masyarakat terkait datangnya perayaan hari besar keagamaan (Idul Fitri, Idul Adha dan Natal) serta Tahun Baru 2009 berpotensi memicu angka inflasi Kota Jambi triwulan IV tahun 2008 lebih tinggi dari triwulan laporan. A. Pertumbuhan Ekonomi Laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi pada triwulan mendatang diperkirakan tumbuh melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan III tahun 2008. Pengeluaran konsumsi rumah tangga masih menjadi motor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Jambi walaupun kontribusinya diperkirakan menurun dibandingkan triwulan III tahun 2008. Hal ini tercermin dengan indeks ekspektasi penghasilan yang meningkat drastis menjadi 112,67 (level optimis) dibandingkan triwulan laporan yang sebesar 60.67 (level pesimis).
83
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH Grafik 7.1. Perkembangan Ekspektasi Ekonomi, Ekspektasi Pengangguran dan Ekspektasi Penghasilan Indeks 180.00
Ekspektasi ekonomi 160.00
Ekspektasi pengangguran Ekspektasi penghasilan
140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 I
II
III
IV
I
II
2004
III
IV
I
II
2005
III
IV
I
2006
II
III
IV
I
II
2007
III
2008
Dari hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) pada triwulan laporan, nilai saldo rencana konsumsi dalam 6 s.d 12 bulan yang akan datang berada pada level pesimis kecuali nilai saldo rencana konsumsi barang sandang yang sebesar 162,00. Sedangkan nilai saldo indikator lainnya yaitu: pembelian/perbaikan rumah (42,67), peralatan rumah tangga (42,00), perabotan rumah tangga (36,00), kendaraan bermotor (33,33), serta rekreasi/tamasya (72,6700). Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan belanja konsumen di triwulan III tahun 2008 terutama untuk pemenuhan kebutuhan sandang. Grafik 7.2. Rencana Konsumsi dalam 6-12 bulan yang akan datang Indeks 180.00 160.00 140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 I
II
III
IV
2004
84
I
II
III 2005
IV
I
II
III 2006
IV
I
II
III
IV
2007
Peralatan rumah tangga
Perabotan rumah tangga
Kendaraan bermotor
Barang sandang
Pembelian/perbaikan rumah
Rekreasi/tamasya
I
II 2008
III
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH Pengeluaran konsumsi Pemerintah Daerah pada triwulan mendatang diperkirakan mulai terakselerasi lebih cepat sehingga mampu memberikan kontribusi
yang
signifikan
bagi
pertumbuhan
ekonomi
Provinsi
Jambi.
Pelaksanaan proyek-proyek pemerintah diperkirakan semakin menggeliat pada triwulan mendatang. Hal ini akan berdampak pada meningkatnya aktivitas perekonomian serta penyerapan tenaga kerja sehingga mampu mendorong perekonomian. Berdasarkan hasil SKDU, tercermin bahwa optimisme responden di sektor banguna, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa semakin membaik. Hal ini terlihat dari perkiraan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) untuk sektor tersebut yang relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (Tabel 7.1). Tabel 7.1. Saldo Bersih Tertimbang Perkembangan Dunia Usaha Saldo Bersih Tertimbang No
Sektor/Subsektor
Triwulan III-2008
Triwulan IV-2008*
1
Pertanian
3.34
2.00
2
Pertambangan dan Penggalian
1.43
(1.43)
3
Industri Pengolahan
2.06
1.38
4
Listrik dan Air Minum
0.20
(0.20)
5
Bangunan
-
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
-
7
Pengangkutan dan Komunikasi
0.46
1.83
8
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
1.42
1.90
9
Jasa-jasa
Total
8.91
1.38 -
3.19 10.05
Keterangan : *) Angka perkiraan
Proyeksi Bank Indonesia Jambi, pertumbuhan ekonomi tahunan (y-o-y) Provinsi Jambi pada triwulan IV tahun 2008 diperkirakan pada kisaran 5,90%6,29% (skenario pesimis) atau sebesar 6,30%-6,80% (skenario optimis). Namun demikian, diperlukan langkah nyata dan effort yang lebih besar dari Pemerintah Daerah Jambi dalam rangka memacu pertumbuhan ekonominya. Beberapa prasyarat agar pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi bisa tumbuh lebih baik, antara lain melalui:
85
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH 1. Percepatan
realisasi
APBD
terutama
proyek-proyek
fisik
yang
berorientasi memacu perekonomian. Pembangunan Infrastruktur bidang transportasi (terutama jalan dan jembatan) harus dipercepat dalam rangka meningkatkan pelayanan bagi aktivitas perdagangan serta mengurangi biaya distribusi akibat kurang kondusifnya sarana jalan dan jembatan. Terselenggaranya proyek dimaksud harus mengoptimalkan penggunaan tenaga kerja lokal sehingga mampu membuka lapangan
pekerjaan
bagi
masyarakat
Jambi
yang
berdampak
pada
menurunnya angka pengangguran dan kemiskinan. Serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. 2. Pengendalian Inflasi yang Forward Looking. Selama periode perayaan hari besar keagamaan (Idul Fitri, Idul Adha, Natal) dan tahun baru biasanya demand masyarakat terhadap barang dan jasa meningkat sehingga berdampak pada peningkatan harga komoditas dimaksud di Jambi. Bahkan, kondisi jalur distribusi yang kurang kondusif dapat memicu kenaikan harga lebih tinggi lagi. Naiknya harga bahan makanan akan menggerus pendapatan masyarakat dan pengusaha yang pada akhirnya akan menurunkan daya beli masyarakat. Penurunan daya beli (konsumsi masyarakat) tentunya akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, tersedianya Tim Pemantau Inflasi daerah sangat berguna dalam memberikan rekomendasi yang berguna bagi pengambil kebijakan di daerah dalam rangka mengendalikan angka inflasi daerah. 3. Kebijakan
Agrobisnis
yang
menguntungkan
bagi
petani
dan
pengusaha. Menurunnya harga sawit dan karet dalam beberapa bulan terakhir menyebabkan tingkat pendapatan sebagian besar petani menurun. Hal ini akan berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat sehingga perekonomian menjadi kurang bergairah. Minat petani dalam mengelola komoditas unggulan tersebut juga dikhawatirkan akan menurun yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pembentukan produk domestik regional bruto Provinsi Jambi. Diperlukan kebijakan agrobisnis yang tepat untuk mengatasi dampak dari krisis global tersebut sehingga tingkat pendapatan petani dapat kembali ke level yang optimal.
86
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH Beberapa hal yang bisa dilaksanakan adalah: -
Perlunya pemberian subsidi dalam pemenuhan stok pupuk dan obat anti serangga/hama yang dapat digunakan untuk mendukung proses produksi sehingga petani tetap dapat mempergunakan jumlah pupuk yang seimbang dan sesuai untuk meningkatkan proses produksi. Hal ini perlu dilaksanakan karena harga pupuk cenderung meningkat harganya sehingga memberatkan operasional petani.
-
Penentuan tingkat harga yang saling menguntungkan antara petani dengan pengusaha sehingga terjadi hubungan bisnis yang kondusif. Oleh karena itu, perusahaan harus menghindari pembelian komoditas tersebut melalui toke.
41
Hal ini dikarenakan toke membeli harga komoditas
unggulan Jambi (sawit dan karet) ke petani dibawah harga pasar/harga yang telah ditetapkan sehingga menyengsarakan petani. 4. Pertumbuhan kredit perbankan Mendorong laju pertumbuhan kredit Provinsi Jambi pada triwulan IV tahun 2008 berkisar 20-23% (y-o-y) melalui program-program pendampingan kepada usaha mikro dan kecil. Jika beberapa prasyarat diatas belum terpenuhi dan dampak dari melambatnya perekonomian dunia semakin memburuk di Provinsi Jambi, maka peluang perekonomian Provinsi Jambi dipacu tumbuh lebih tinggi dibanding triwulan laporan sulit tercapai. B. Proyeksi Inflasi Perkembangan harga-harga pada triwulan IV tahun 2008 diperkirakan akan terjadi inflasi yang masih cukup tinggi. Demand masyarakat terhadap kebutuhan barang dan jasa semakin meningkat terkait datangnya perayaan hari besar keagamaan (Idul Fitri, Idul Adha dan Natal) serta Tahun Baru 2009 sehingga berpotensi memicu angka inflasi Kota Jambi triwulan IV tahun 2008 lebih tinggi dari triwulan laporan.
41
Toke bisa juga diartikan tengkulak atau cukong.
87
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH Grafik 7.3. Saldo Bersih Ekspektasi harga dalam 6-12 bulan yang akan datang Indeks 100.00 90.00
Bahan sandang
Perumahan & bahan bangunan
Transportasi & komunikasi
Harga Umum
Bahan makanan
80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 I
II
III
IV
I
II
2004
III
IV
I
2005
II
III
IV
I
II
2006
III
IV
I
2007
II
III
2008
Laju inflasi tahunan (y-o-y) triwulan IV tahun 2008 diperkirakan masih tinggi namun dengan persentase yang tidak berbeda jauh dibandingkan triwulan laporan. Kondisi ini tercermin dari hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) bahwa keyakinan masyarakat terhadap perbaikan harga-harga masih menunjukkan pesimisme. Namun demikian, sebagian besar indikator memiliki nilai yang sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (lihat Grafik 7.3). Sedangkan nilai saldo
bersih (SB) untuk indikator kenaikan harga umum sebesar 23,33,
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya namun masih pada level pesimis.
42
Grafik 7.4. Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (y-t-d) Kota Jambi periode tahun 2003 s.d. September 2008 y-t-d (%) 20 18
2003
2004
2005
2006
2007
2008
16 14 12 10 8 6 4 2 0 -2
42
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
SB (Saldo Bersih) = (%baik-%buruk)+100%. Nilai dibawah 100% berarti pesimis. Nilai diatas 100% berarti optimis. Saldo Bersih ekspektasi harga merupakan hasil survey dari jawaban pertanyaan ekspektasi terhadap harga barang/jasa pada 6-12 bulan mendatang.
88
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH Dalam periode 5 tahun terakhir, perkembangan laju inflasi tahun kalender/y-t-d (lihat grafik 7.4) pada bulan September berkisar antara 0,04% (y-td) s.d 4,54% (y-t-d). Namun demikian, pada September 2008 inflasi Kota Jambi sudah mencapai 11,78%(y-t-d), jauh diatas rata-rata 5 tahun sebelumnya. Hal ini merupakan imbas kenaikan harga BBM di bulan Mei 2008 yang memicu naiknya harga barang dan jasa cukup signifikan. Melihat data historis tersebut serta melihat tren kenaikan inflasi yang cukup tajam dimulai pada triwulan IV,43 maka inflasi Kota Jambi triwulan mendatang diperkirakan masih relatif tinggi. Berdasarkan data-data serta informasi diatas, inflasi Kota Jambi pada September 2008 diperkirakan berkisar 12,50%-13,50% / y-o-y (skenario optimis) atau sebesar 13,51%-15,00% / y-o-y (skenario pesimis). Grafik 7.5. Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi periode tahun 2003 s.d. 2008 y-o-y (%) 25
2003 2006 2008 optimis
20
2004 2007 2008 pesimis
2005 2008 s.d. September
15
10
5
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
catatan: inflasi bulan Oktober, November dan Desember 2008 adalah angka perkiraan
Beberapa faktor-faktor lain yang masih berpotensi akan memberikan tekanan inflasi selama triwulan mendatang serta berpotensi menyebabkan perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara lain 1) Meningkatnya demand 43
Dilihat dari grafik, selama 5 tahun terakhir menunjukkan pergerakan inflasi tahunan mulai meningkat signifikan pada bulan September dan Oktober (Pada tahun 2005 meningkat sangat tinggi karena pemerintah menaikkan harga BBM pada bulan Oktober 2005). Disamping itu, secara siklus musiman menunjukkan bahwa datangnya bulan Ramadhan serta Idul Fitri akan memicu harga-harga naik lebih tinggi. Pada tahun 2008, bulan Ramadhan akan berlangsung sejak awal bulan September sedangkan Idul Fitri berlangsung dari awal Oktober 2008. Hal ini tentunya akan memicu angka inflasi Kota Jambi meningkat signifikan.
89
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH masyarakat terhadap kebutuhan barang dan jasa terutama dalam perayaan hari besar keagamaan (Idul Fitri, Idul Adha, Natal) serta tahun baru 2008 sehingga memberi tekanan pada peningkatan harga-harga bahan kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, gula, cabai merah dll yang masih perlu diwaspadai karena beberapa komoditas tersebut memberikan sumbangan yang cukup signifikan terhadap pembentukan inflasi Provinsi Jambi. 2) Kondisi infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala akan meningkatkan biaya distribusi barang, 3) Akselerasi belanja pemerintah daerah yang semakin cepat dapat memicu kenaikan harga barang-barang material. 4) Tekanan melemahnya Rupiah dapat mempengaruhi inflasi barang impor. Sementara,
masih
tercukupinya
stok
beberapa
kebutuhan
pokok
diprakirakan cukup mampu meredam potensi gejolak harga yang terjadi sewaktuwaktu akibat kemungkinan shock di sisi penawaran. Stok beras di Bulog Divre Jambi diprakirakan cukup untuk meredam gejolak harga beras menjelang perayaan hari besar keagamaan.
90
LAMPIRAN
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI
Halaman ini sengaja dikosongkan
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
LAPANGAN USAHA (1) 1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 3. INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas 1. Pengilangan Minyak Bumi 2. Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Migas **) 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH a. Listrik b. Gas c. Air Bersih 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN a. Perdagangan Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI a. Pengangkutan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya 3. Angkutan Laut 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 5. Angkutan Udara 6. Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi 1. Pos dan Telekomunikasi 2. Jasa Penunjang Komunikasi 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. a. Bank b. Lembaga Keuangan tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. JASA-JASA a. Pemerintahan Umum 1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 2. Jasa Pemerintah lainnya b. Swasta 1. Sosial Kemasyarakatan 2. Hiburan & Rekreasi 3. Perorangan & Rumahtangga PDRB Migas PDRB Tanpa Migas *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
I (6) 1,989,061.62 686,750.42 948,476.04 103,722.77 169,876.09 80,236.31 1,611,696.95 1,483,794.19 57,202.28 70,700.48 871,141.66 90,829.43 90,829.43 780,312.23 64,544.49 52,314.03 12,230.47 315,315.27 1,147,501.02 1,049,520.50 12,332.87 85,647.65 556,578.21 517,507.98 370,046.66 55,284.96 26,590.02 38,726.97 26,859.38 39,070.23 38,324.41 745.82 285,129.27 74,269.40 25,461.44 983.70 178,456.31 5,958.42 832,904.52 713,109.70 481,160.60 231,949.10 119,794.82 80,684.15 6,700.83 32,409.84 7,673,873.03 6,099,249.40
2007* II III (7) (8) 2,071,069.41 2,137,348.25 718,207.04 740,578.68 975,220.89 987,681.15 109,982.39 120,824.20 176,258.53 184,074.21 91,400.55 104,190.01 1,448,251.21 1,495,188.34 1,297,111.69 1,339,095.82 59,592.70 62,450.15 91,546.82 93,642.37 925,067.66 965,439.87 98,844.49 100,161.18 98,844.49 100,161.18 826,223.17 865,278.70 71,147.20 76,235.82 58,407.33 63,217.72 12,739.87 13,018.10 354,188.89 393,721.76 1,146,148.57 1,203,828.61 1,051,998.09 1,105,075.94 12,567.62 12,821.13 81,582.86 85,931.54 578,021.10 594,893.15 536,153.27 549,481.97 376,569.74 386,247.91 58,245.14 60,789.85 27,733.52 28,120.51 46,064.18 45,803.40 27,540.68 28,520.31 41,867.83 45,411.17 41,098.14 44,627.56 769.69 783.61 320,416.85 339,145.68 99,092.83 111,977.90 27,256.60 28,436.88 1,281.85 1,428.26 186,447.57 190,742.15 6,338.01 6,560.49 879,560.22 914,414.10 754,179.46 783,766.07 513,473.07 537,344.52 240,706.40 246,421.55 125,380.76 130,648.03 84,918.23 88,386.34 6,603.94 6,730.14 33,858.58 35,531.55 7,793,871.12 8,120,215.57 6,397,914.94 6,680,958.57
IV (9) 2,169,378.70 762,396.93 1,013,933.27 126,890.83 196,939.98 69,217.69 1,525,057.30 1,367,460.85 64,800.54 92,795.92 1,067,299.53 105,738.90 105,738.90 961,560.64 77,915.34 64,385.90 13,529.44 409,246.04 1,276,434.19 1,172,229.60 13,521.95 90,682.63 615,801.33 569,854.48
2008** I II III (10) (11) (12) 2,240,669.82 2,383,314.85 2,529,862.94 802,386.23 893,241.14 988,581.43 1,039,542.57 1,075,831.39 1,108,423.77 130,008.64 138,263.02 144,598.24 199,240.48 204,498.56 214,402.66 69,491.91 71,480.74 73,856.84 1,594,619.96 1,587,563.64 1,595,017.42 1,430,471.65 1,418,923.09 1,424,460.40 67,185.45 69,263.67 70,607.58 96,962.86 99,376.88 99,949.44 1,132,582.43 1,231,414.64 1,287,741.77 111,258.70 116,910.81 121,182.12 111,258.70 116,910.81 121,182.12 1,021,323.73 78,841.26 64,385.90
1,114,503.82 82,199.89 67,211.17
1,166,559.65 83,844.02 68,626.25
14,455.35 14,988.72 15,217.77 423,265.64 443,589.94 459,041.85 1,321,226.69 1,405,590.29 1,493,851.68 1,214,682.18 1,293,205.75 1,377,902.89 13,759.24 14,511.71 14,621.61 92,785.28 97,872.82 101,327.18 633,805.19 654,555.86 676,336.59 583,194.31 601,383.45 621,975.34
399,995.31 408,401.42 421,950.64 435,238.85 63,452.60 63,792.84 66,264.75 67,794.83 28,643.77 29,227.28 29,951.52 30,164.87 48,559.42 51,689.74 52,123.62 56,877.80 29,203.38 30,083.03 31,092.93 31,898.98 45,946.85 50,610.88 53,172.41 54,361.25 45,151.46 49,793.47 52,324.41 53,500.88 795.40 817.41 848.00 860.37 395,913.86 412,219.56 439,803.79 469,427.41 148,121.19 156,561.00 173,391.83 192,829.53 29,109.80 29,688.96 30,484.82 31,070.76 1,921.69 1,980.20 2,052.69 2,072.07 210,151.07 217,288.89 226,998.15 236,426.04 6,610.10 6,700.51 6,876.29 7,029.01 951,671.14 972,886.31 998,883.35 1,015,598.62 815,435.35 833,856.20 857,454.42 870,488.36 559,480.43 571,314.96 589,039.57 598,431.03 255,954.93 262,541.24 268,414.85 272,057.33 136,235.79 139,030.11 141,428.93 145,110.26 93,222.06 95,138.31 96,535.59 98,960.66 6,828.54 7,124.14 7,229.56 7,336.85 36,185.19 36,767.66 37,663.78 38,812.75 8,488,717.43 8,810,116.87 9,226,916.25 9,610,722.29 7,015,517.69 7,268,386.52 7,691,082.35 8,065,079.76
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
LAPANGAN USAHA (1) 1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 3. INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas 1. Pengilangan Minyak Bumi 2. Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Migas **) 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH a. Listrik b. Gas c. Air Bersih 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN a. Perdagangan Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI a. Pengangkutan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya 3. Angkutan Laut 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 5. Angkutan Udara 6. Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi 1. Pos dan Telekomunikasi 2. Jasa Penunjang Komunikasi 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. a. Bank b. Lembaga Keuangan tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. JASA-JASA a. Pemerintahan Umum 1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 2. Jasa Pemerintah lainnya b. Swasta 1. Sosial Kemasyarakatan 2. Hiburan & Rekreasi 3. Perorangan & Rumahtangga PDRB Migas PDRB Tanpa Migas *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
2007* 2008** I II III IV I II III (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 1,093,332.08 1,108,631.26 1,119,802.25 1,115,682.88 1,133,291.25 1,176,044.84 1,221,779.40 397,123.94 404,181.30 406,624.28 411,003.15 421,167.90 451,999.93 482,339.30 517,014.58 517,964.84 518,359.35 519,033.89 525,366.10 534,113.31 546,252.04 70,629.08 72,922.82 76,704.44 78,932.09 79,866.51 82,193.97 84,419.09 67,586.44 68,622.40 69,132.56 69,489.82 69,781.68 69,863.92 70,241.18 40,978.03 44,939.90 48,981.62 37,223.93 37,109.06 37,873.70 38,527.78 429,974.20 396,510.22 397,513.39 390,208.73 395,477.36 384,916.68 385,577.13 375,713.08 334,175.77 334,320.48 327,114.70 331,487.17 319,514.62 319,770.24 18,282.23 18,620.05 19,216.40 19,431.47 19,649.40 20,090.03 20,430.27 35,978.89 43,714.40 43,976.51 43,662.57 44,340.80 45,312.03 45,376.62 478,465.41 485,228.18 485,945.27 498,821.40 514,125.35 536,508.66 552,411.35 30,731.02 32,464.27 32,385.71 33,189.24 33,805.43 34,845.00 35,636.81 30,731.02 32,464.27 32,385.71 33,189.24 33,805.43 34,845.00 35,636.81 447,734.39 452,763.91 453,559.56 465,632.16 480,319.92 501,663.66 516,774.54 25,569.59 27,378.62 28,395.62 28,400.02 30,089.12 30,671.56 31,236.32 21,026.22 22,765.16 23,737.77 23,717.76 25,054.47 25,555.33 26,049.09 4,543.37 4,613.47 4,657.84 4,682.26 5,034.65 5,116.23 5,187.23 148,836.73 161,618.12 169,680.38 174,088.20 176,847.49 182,753.28 185,183.25 607,670.12 605,980.22 621,385.86 629,576.19 641,483.32 665,045.71 689,747.48 552,059.59 552,408.40 567,160.46 575,249.67 586,723.92 608,362.21 632,101.78 7,507.07 7,517.83 7,592.42 7,610.60 7,679.09 7,872.17 7,881.52 48,103.46 46,054.00 46,632.97 46,715.92 47,080.31 48,811.32 49,764.19 283,266.63 288,818.20 292,253.60 295,141.06 298,889.26 304,309.80 311,187.97 258,644.23 263,621.00 266,166.12 269,213.77 270,756.44 275,696.21 281,997.81 168,451.00 169,320.87 171,042.84 172,739.34 174,173.07 176,718.31 181,044.19 34,866.72 35,718.00 36,733.22 37,338.30 37,404.42 38,232.65 38,776.02 16,013.26 16,087.32 16,144.59 16,210.45 16,259.87 16,304.56 16,373.93 23,486.93 26,277.97 25,787.97 26,425.67 28,084.12 27,484.71 28,504.92 15,826.33 16,216.83 16,457.50 16,500.02 16,686.21 16,955.98 17,298.76 24,622.40 25,197.20 26,087.48 25,927.29 28,132.82 28,613.60 29,190.15 24,341.12 24,913.38 25,803.39 25,643.08 27,842.87 28,316.06 28,889.60 281.28 283.83 284.09 284.21 289.94 297.53 300.55 136,381.74 149,362.49 154,646.57 168,880.38 173,094.64 181,344.10 187,654.53 41,367.48 52,117.42 56,104.48 68,327.30 70,610.44 77,493.63 82,133.53 10,405.63 10,763.07 10,913.80 10,999.11 11,125.60 11,275.85 11,429.86 1,096.17 684.17 830.95 885.63 1,048.28 1,061.72 1,091.19 80,630.56 82,289.13 83,352.33 85,095.03 86,870.45 88,034.30 89,491.09 3,293.90 3,361.92 3,390.32 3,410.66 3,426.43 3,449.13 3,503.88 311,073.42 318,046.70 322,579.49 326,016.09 329,625.68 334,418.32 338,632.80 256,499.15 262,437.70 266,094.80 269,078.93 272,143.73 276,528.74 279,902.23 163,789.58 167,627.80 170,081.20 172,078.09 173,818.82 177,156.65 179,397.30 92,709.57 94,809.90 96,013.60 97,000.84 98,324.92 99,372.09 100,504.93 54,574.27 55,609.00 56,484.70 56,937.16 57,481.95 57,889.57 58,730.57 35,062.22 35,741.06 36,175.63 36,428.88 36,735.40 36,934.29 37,460.78 3,315.48 3,304.91 3,309.92 3,312.52 3,381.09 3,390.09 3,405.61 16,196.57 16,563.03 16,999.15 17,195.75 17,365.46 17,565.20 17,864.18 3,514,569.93 3,541,574.02 3,592,202.42 3,626,814.95 3,692,923.47 3,796,012.94 3,903,410.24 3,108,125.83 3,174,933.98 3,225,496.23 3,266,511.01 3,327,630.87 3,441,653.32 3,548,003.19
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)
JENIS PENGELUARAN
TRW.I
Tahun 2007* Trw III TRW.II
TRW IV
TRW.I
Tahun 2008** TRW.II
TRW.III
1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
4,866,331.22
5,054,038.84
5,143,526.02
5,362,984.79
5,490,110.21
5,953,403.82
6,136,961.13
2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
1,178,122.83
1,287,214.26
1,317,634.96
1,401,431.72
1,433,090.35
1,552,700.32
1,616,598.73
34,490.24
34,972.19
35,270.51
36,840.63
37,006.41
43,313.53
43,956.92
1,333,220.34
1,346,258.56
1,376,069.58
1,458,032.28
1,456,136.49
1,528,691.70
1,587,637.42
188,326.68
190,713.77
193,163.69
211,999.97
218,220.36
233,252.11
241,781.13
6. Ekspor
2,743,266.93
3,152,800.55
3,488,996.14
4,309,260.82
3,606,231.38
4,226,233.76
4,277,407.90
7. Impor
2,669,885.22
3,272,127.05
3,434,445.33
4,291,832.77
3,430,678.34
4,310,678.99
4,293,620.94
JUMLAH *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
7,673,873.03
7,793,871.12
8,120,215.57
8,488,717.43
8,810,116.87
9,226,916.25
9,610,722.29
3. Lembaga Swasta Nirlaba 4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 5. Perubahan Stok
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)
JENIS PENGELUARAN 1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
TRW.I
Tahun 2007* Trw III TRW.II
TRW IV
TRW.I
Tahun 2008** TRW.II
TRW.III
2,486,536.57
2,506,873.23
2,542,451.51
2,609,850.47
2,652,358.72
2,667,745.21
2,720,494.97
599,040.28
653,044.93
665,847.30
704,685.99
712,712.34
737,390.97
757,531.41
17,351.77
17,564.37
17,694.07
18,277.02
18,305.69
18,810.17
19,003.69
565,373.86
568,973.82
577,420.72
608,517.48
611,827.09
620,494.64
633,328.77
99,935.64
100,782.53
101,616.12
110,345.96
111,211.14
118,153.58
120,540.19
6. Ekspor
1,572,840.26
1,796,464.19
1,961,121.28
2,353,570.11
1,958,062.35
2,247,946.55
2,263,220.83
7. Impor
1,826,508.44
2,102,129.05
2,273,948.58
2,778,432.08
2,371,553.86
2,614,528.18
2,610,709.61
JUMLAH *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
3,514,569.93
3,541,574.02
3,592,202.42
3,626,814.95
3,692,923.47
3,796,012.94
3,903,410.24
2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 3. Lembaga Swasta Nirlaba 4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 5. Perubahan Stok
Halaman ini sengaja dikosongkan
Daftar Istilah Ekspor adalah seluruh barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil. Impor adalah seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil. PDRB atas dasar harga pasar adalah penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian. PDRB atas dasar harga konstan merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya. Bank pemerintah adalah bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari Bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI. Bank swasta adalah perbankan yang sepenuhnya dimiliki oleh swasta nasional sebelum dilakukannya program rekapitalisasi perbankan. Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito. Net Interest Margin (NIM) adalah selisih bersih antara biaya bunga operasional dengan pendapatan bunga operasional. Loan to Deposits Ratio (LDR) adalah rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun. Non Performing Loan (NPL) adalah jumlah kredit yang termasuk dalam kategori kurang lancar, diragukan dan macet sesuai ketentuan Bank Indonesia. Cash inflows adalah jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu. Cash outflows adalah jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu. Net cashflows adalah selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya. Administered prices adalah kelompok barang yang pergerakan harganya ditentukan oleh pemerintah baik secara keseluruhan maupun sebagian.
Aktiva Produktif adalah penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit, penempatan pada antar bank, penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya. Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) adalah pembobotan terhadap aktiva yang dimiliki oleh bank berdasarkan risiko dari masing-masing aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot risikonya. Misalnya kredit yang diberikan kepada pemerintah mempunyai bobot yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang diberikan kepada perorangan. Kualitas Kredit adalah penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur
dan
kelancaran
pembayaran
bunga
dan
pokok.
Kredit
digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu Lancar, Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar, Diragukan dan Macet. Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio antara modal (modal inti dan modal pelengkap) terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang diterima perbankan dari masyarakat, yang berupa giro, tabungan atau deposito. Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima. Konsep ini sama dengan konsep LDR pada bank umum konvensional. Inflasi adalah Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persistent). Inflasi Administered Price adalah Inflasi yang terjadi pergerakan harga barangbarang yang termasuk dalam kelompok barang yang harganya diatur oleh pemerintah (misalnya bahan bakar). Inflasi Inti adalah Inflasi yang terjadi karena adanya gap penawaran aggregat and permintaan agregrat dalam perekonomian, serta kenaikan harga barang impor dan ekspektasi masyarakat. Inflasi Volatile Food adalah Inflasi yang terjadi karena pergerakan harga barang-barang yang termasuk dalam kelompok barang yang harganya bergerak sangat volatile (misalnya beras).
Kliring adalah pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu. Kliring Debet adalah kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang disertai dengan penyampaian fisik warkat debet seperti cek, bilyet giro, nota debet kepada penyelenggaran kliring lokal (unit kerja di Bank Indonesia atau bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia sebagai penyelenggara kliring lokal) dan hasil perhitungan akhir kliring debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit kerja yang menangani SKNBI di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan secara nasional. Kliring Kredit adalah kegiatan kliring untuk transfer kredit antar bank yang dikirim langsung oleh bank peserta ke Sistem Sentral Kliring di KP Bank Indonesia tanpa menyampaikan fisik warkat (paperless). Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara jumlah kredit yang disalurkan terhadap dana yang diterima (giro, tabungan dan deposito). Net Interest Income (NII) adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap pergerakan suku bunga. Dalam laporan ini, NCD diasumsikan terdiri dari 30% giro, 30% tabungan dan 10% deposito berjangka waktu 1-3 bulan. Non Performing Loans/Financing (NLPs/Ls) adalah kredit/pembiayaan yang termasuk dalam kualitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet Penyisihan
Pengghapusan
Aktiva
Produktif
(PPAP)
adalah
suatu
pencadangan untuk mengantisipasi kerugian yang mungkin timbul dari tidak tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP ditentukan dari kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin besar PPAP yang dibentuk. Misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong Kurang Lancar adalah 15% dari jumlah kredit Kurang Lancar (setelah dikurangi agunan), sedangkan untuk kredit Macet, PPAP yang harus dibentuk adalah 100% dari total kredit macet (setelah dikurangi agunan). Rasio
Non
Performing
kredit/pembiayaan
Loans/Financing yang
tergolong
(NPLs/Fs) NPLs/Fs
adalah
rasio
terhadap
total
kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs gross. Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ysb. Rasio Non Performing Loans (NPLs) – Net adalah rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan Penyisihan Pengghapusan Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) adalah proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) adalah sistem kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.