KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi
Triwulan II - 2010
Kantor Bank Indonesia Jambi
Halaman ini sengaja dikosongkan
KATA PENGANTAR Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Jambi triwulan II-2010 dapat diselesaikan dengan baik. KER merupakan salah satu terbitan periodik Bank Indonesia Jambi sebagai sarana untuk membangun komunikasi dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal maupun stakeholders eksternal. Dengan demikian, para pemangku kepentingan seperti pelaku usaha, perbankan dan terutama Pemerintah Daerah Jambi (provinsi dan kabupaten/kota) diharapkan dapat memperoleh masukan dalam merumuskan kebijakan pengembangan ekonomi daerah. KER mencakup beberapa aspek seperti perkembangan ekonomi makro regional, inflasi daerah, perbankan, keuangan daerah, sistem pembayaran, ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan. Publikasi ini juga memuat perkiraan ekonomi dan inflasi daerah. Berdasarkan asesmen atas data dan informasi, perekonomian Jambi pada triwulan II-2010 menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2010. Dari sisi harga, laju inflasi Kota Jambi (y-o-y) mengalami peningkatan selama periode triwulan laporan. Perkembangan perbankan dari sisi aset dan penyaluran kredit mengalami peningkatan namun penghimpunan dana pihak ketiga menunjukkan penurunan. Loan to deposits ratio (LDR) perbankan sebesar 86,64%. Sementara itu, kualitas kredit masih berada pada level yang aman, ditunjukkan oleh angka Non Performing Loan (NPL) sebesar 2,48%. Pembenahan sektor riil secara terus menerus diperlukan sebagai upaya akselerasi penyaluran kredit perbankan terutama dalam rangka meningkatkan investasi. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan yang akan datang bergantung pada peningkatan konsumsi rumah tangga. Dalam penyusunan KER triwulan II-2010 ini, kami banyak memperoleh support dari dinas-dinas pemerintah daerah, instansi, perbankan, BUMN/BUMD dan pelaku usaha. Oleh karena itu, kami menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak. Semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. Seiring dengan keterbatasan yang ada, kami mengharapkan kritik dan saran dalam meningkatkan kualitas KER ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, untuk kemakmuran masyarakat Jambi. Jambi, Agustus 2010
Halaman ini sengaja dikosongkan
DAFTAR ISI Daftar Isi ................................................................................................... Daftar Tabel .......................................................................................... Daftar Grafik .......................................................................................... Ringkasan Eksekutif ..................................................................................... BAB I.
Perkembangan Ekonomi Makro Regional ................................. A. Umum ............................................................................. B. PDRB Sisi Produksi.............................................................. C. PDRB Sisi Pengeluaran........................................................ Boks 1 : DAMPAK PENYELENGGARAAN PEMILUKADA TERHADAP PEREKONOMIAN JAMBI BAB II. Perkembangan Harga-Harga..................................................... A. Kajian Umum ................................................................. B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang ................................. Boks 2 : KONDISI HARGA TERKINI SERTA PERSIAPAN MENJELANG BULAN RAMADHAN BAB III. Perkembangan Perbankan Daerah ............................................ A. Perkembangan Kelembagaan .......................................... B. Bank Umum ................................................................... C. Bank Perkreditan Rakyat .................................................... BAB IV Keuangan Pemerintah Daerah .............................................. A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Tahun 2010.................. B. Keuangan Pemerintah ....................................................... C. Keuangan Pemerintah Daerah ............................................ BAB V Perkembangan Sistem Pembayaran ....................................... A. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai .............................. B. Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai ..................... BAB VI Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan ............................. A. Keternagakerjaan Daerah................................................... B. Kesejahteraan .................................................................... C. Kemiskinanan .................................................................... BAB VII Perkiraan Ekonomi dan Harga Daerah....................................... A. Pertumbuhan Ekonomi......................................................... B. Proyeksi Inflasi..................................................................... Lampiran Glosary
i
i ii iii 1 5 5 7 20
33 35 35
45 45 46 55 57 58 59 61 65 63 65 67 67 69 71 73 73 78
DAFTAR TABEL
1.1
Laju Triwulanan (q-t-q) Pertumbuhan Provinsi Jambi Sisi Produksi dan Sisi Penggunaan
2.1
Perkembangan Inflasi Kota Jambi
2.2
Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Tahunan (y-o-y) serta tahunan Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa
2.3
6 34 36
Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode triwulan II-2009
37
3.1
Perkembangan Jumlah kantor Bank Umum dan BPR Provinsi Jambi
46
3.2
Penghimpunan Dana bank umum di Provinsi Jambi
47
3.3
Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik
48
3.4
Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Bank
49
3.5
Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi
49
3.6
Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Provinsi Jambi
51
3.7
Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum Provinsi Jambi
53
4.1
Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
59
4.2
Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
60
5.1
Perkembangan Sistem Pembayaran melalui Provinsi Jambi
63
5.2
Perkembangan Transaksi RTGS
66
6.1
Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2007=100)
71
7.1
Saldo Bersih Tertimbang Perkembangan Dunia Usaha
75
ii
DAFTAR GRAFIK 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 1.13 1.14 1.15 1.16 1.17 1.18 1.19 1.20 1.21 1.22 1.23 1.24 1.25 1.26 1.27 1.28 1.29 1.30 1.31 1.32 1.33 1.34 1.35
Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (q-t-q) Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) Kontribusi PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (q-t-q) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan II Tahun 2010 Luas Tanam Sektor Tabama triwulan I Tahun 2010 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan Ii Tahun 2010 Luas Panen Sektor Tabama Trwulan I Tahun 2010 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan Ii Tahun 2010 Perkembangan harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi Pertumbuhan Indikator Produksi Sub Sektor Hortikultura dan Sub Sektor Tanaman Perkebunan (%) Pertumbuhan Indikator Produksi, Sub Sektor Peternakan dan Sub Sektor Perikanan (%) Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi Distribusi Jenis Pupuk Jumlah dan Pertumbuhan Realisasi Pupuk Perkembangan Indikator produksi Bulanan Sektor PHR Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis PDRB Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Lifting Minyak Bumi Lifting Minyak Bumi Pertumbuhan Indeks Produksi Batubara dan Bahan Galian Gol. C (%) Volume Penjualan Minyak Bakar Volume Penjualan Minyak Diesel Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri Perkembangan Indeks Produksi Industri Karet , CPO, Makanan dan dan Minuman Perkembangan Indeks Produksi Industri Barang dari Semen, Kayu dan Batu Bata Perkembangan Total Pemakaian Listrik Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Perkembangan Total Konsumsi Air Kota Jambi Perkembangan PDRB Sektor Bangunan dan Konsumsi Semen PPDRB Sub Sektor Angkutan Udara dan Jumlah Konsumsi Avtur Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang Perkembangan Total Arus Peti Kemas Perkembangan Total Arus Barang Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran Terhadap Pertumbuhan (q-t-q) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan II tahun 2010
5 6 7 8 8 8 9 9 10 11 11 11 12 12 13 13 14 14 15 15 15 15 16 16 17 17 17 18 19 19 19 20 20 21 21
iii
1.36 1.37 1.38 1.39 1.40 1.41 1.42 1.43 1.44 1.45 1.46 1.47 1.48 1.49 1.50 1.51 1.52 1.53 1.54 1.55 1.56 1.57 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.7 2.9 2.10 2.11 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7
iv
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Konsumsi Listrik Rumah Tangga Perkembangan Penjualan Premium Perkembangan Penjualan Solar Perkembangan Penjualan Minyak Tanah Nominal dan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Provinsi Jambi Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi Konsumsi Semen Provinsi Jambi Pangsa Ekspor Provinsi Jambi triwulan II-2010 Pangsa Impor Provinsi Jambi triwulan II-2010 Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi Lima Komoditi Tertinggi Nilai Ekspor Provinsi Jambi Perkembangan Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual Pangsa Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual Perkembangan Inflasi Kota Jambi Perkembangan Laju Inflasi Kota Jambi Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan Kota Sekitarnya Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng Perkembangan Harga Tepung Terigu Perkembangan Harga Cabe Merah dan Bawang Perkembangan Harga Jagung Perkembangan Harga Daging Perkembangan Harga Beras Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Lokasi Proyek per kabupaten/kota di Provinsi Jambi Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi
22 22 23 23 23 23 23 23 24 24 24 25 25 26 27 27 28 28 29 30 30 31 33 34 35 38 38 49 40 40 40 42 44 46 48 52 52 53 54 54
4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 5.1 5.2 5.3 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 6.7 6.8 7.1 7.2 7.3 7.4 7.5
APBD Provinsi Jambi Perkembangan Belanja per Dinas 2009-2010 Distribusi Belanja APBD Provinsi Jambi Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri di Provinsi Jambi Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah di Provinsi Jambi Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi Perkembangan Nominal Kliring Perkembangan Volume Kliring Jumlah Pencari Kerja dan Pertumbuhannya di Provinsi Jambi Jumlah Pencari Kerja per Jenjang Pendidikan di Provinsi Jambi Grafik Nilai Saldo Ekspektasi Pengangguran dan Kondisi Pengangguran Perkembangan Harga Beras Perkembangan Harga Tepung Terigu Perkembangan Harga Minyak Goreng Perkembangan Harga Komoditas Lainnya Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi Perkembangan Ekspektasi Ekonomi, Ekspektasi Pengangguran dan Ekspektasi Penghasilan Rencana Konsumsi dalam 6-12 Bulan yang akan datang Saldo Bersih Ekspektasi Harga dalam 6-12 bulan yang akan datang Perkembangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Jambi Periode Tahun 2006 s.d Maret 2010 serta Perkiraan April s.d Juni 2010 Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Periode Tahun 2006 s.d Maret 2010 serta Perkiraan Juli s.d September 2010
57 58 58 59 59 60 61 64 65 65 68 68 68 69 69 69 69 72 74 75 79 80 80
v
Halaman ini sengaja dikosongkan
RINGKASAN EKSEKUTIF PEREKONOMIAN JAMBI
I. Perekonomian Provinsi Jambi triwulan II- 2010 ditandai tumbuhnya laju pertumbuhan ekonomi sebesar 2,29% (q-t-q).....
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Perekonomian Provinsi Jambi pada triwulan II-2010 menunjukkan pertumbuhan sebesar 2,29% (q-t-q), meningkat dibandingkan dengan triwulan I-2010 yang sebesar 1,05% (q-t-q). Sejalan dengan hal tersebut, pertumbuhan ekonomi tahunan Provinsi Jambi meningkat menjadi sebesar 6,93% (y-o-y) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,17%(y-o-y). Pada triwulan laporan, pertumbuhan ekonomi secara triwulanan (q-t-q) dipicu oleh sektor pertanian serta perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Ditinjau dari sisi pengeluaran, peningkatan PDRB Provinsi Jambi pada triwulan laporan terutama berasal dari meningkatnya pengeluaran konsumsi rumah tangga dan konsumsi swasta terkait penyelenggaraan pemilihan kepala daerah (PILKADA) Gubernur Jambi serta memasuki musim liburan sekolah. II.
Pada triwulan II- 2010, Provinsi jambi mengalami inflasi sebesar 3,22% (y-o-y) ..........
Perkembangan Harga-Harga
Inflasi Kota Jambi pada triwulan II-2010 mencapai 3,22% (q-t-q), meningkat dibandingkan triwulan I-2010 yang mengalami inflasi sebesar 1,53% (q-t-q). Pergerakan inflasi bulanan yang tercatat di bulan April, Mei dan Juni 2010 masing-masing
sebesar
minus
0,02%(m-t-m),
0,01%(m-t-m)
dan
3,23%(m-t-m). Sementara itu, secara tahunan inflasi Kota Jambi menunjukkan peningkatan yaitu dari 3,79% (y-o-y) pada Maret 2010 menjadi 7,91% (y-o-y). Inflasi tahunan Kota Jambi ini lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 5,05%. Inflasi yang terjadi pada triwulan laporan terutama disumbangkan oleh inflasi kelompok bahan makanan. Kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar serta kelompok sandang juga mengalami inflasi yang lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Meningkatnya biaya sub kelompok bumbu-bumbuan serta sub kelompok daging dan hasil-hasilnya selama periode triwulan laporan memberikan sumbangan inflasi pada kelompok
1
RINGKASAN EKSEKUTIF bahan makanan. Hal ini didorong juga dengan meningkatnya sub kelompok biaya tempat tinggal serta sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya sehingga memicu inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar serta kelompok sandang III. Perkembangan Perbankan Daerah Kinerja perbankan pada triwulan II-2010 menunjukkan peningkatan dari sisi aset dan penyaluran kredit sementara penghimpunan dana pihak ketiga mengalami penurunan. Dengan demikian, Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan mengalami peningkatan 439 bps menjadi 86,64%. Dari
Kinerja perbankan meningkat ditandai dengan tumbuhnya jumlah aset dan penyaluran kredit....
sisi kualitas kredit yang diberikan menunjukkan penurunan, dimana pada triwulan laporan angka Non Performing Loan (NPL) mengalami peningkatan. Outstanding kredit bank umum meningkat sebesar 5,27% sehingga menjadi sebesar Rp9,93 triliun sementara DPK turun sebesar 0,07%. Aset perbankan pada triwulan laporan sebesar Rp15,28 triliun. IV. Perkembangan Keuangan Daerah APBD Provinsi Jambi (tidak termasuk anggaran pemerintah kota dan kabupaten) tahun 2010 sebesar Rp1,50 triliun, turun 7,14% dari APBD tahun lalu yang sebesar Rp ,62 triliun. Dari sisi anggaran pendapatan, jumlah anggaran pendapatan daerah Provinsi Jambi tahun 2010 sebesar Rp1,30
triliun
atau
meningkat
3,82%
dibandingkan
Penerimaan Pajak dan realisasi Belanja Pemerintah pusat di daerah meningkat .... ....
anggaran
pendapatan tahun 2009 yang sebesar Rp1,26 triliun. Penerimaan pajak pusat di wilayah Jambi pada triwulan II- 2010 terealisasi sebesar Rp801,14 miliar, meningkat sebesar 116,98% dibandingkan triwulan sebelumnya. Sedangkan belanja pemerintah pusat di wilayah Jambi pada triwulan II-2010 terealisasi sebesar Rp729,35 miliar, meningkat sebesar 95,64% dibandingkan triwulan sebelumnya.
V. Perkembangan Sistem Pembayaran Pada periode triwulan II-2010, aktivitas pembayaran tunai mengalami peningkatan net outflow. Sementara, nilai nominal kliring serta volume lembar warkat pada periode laporan mengalami penurunan. Namun
2
Di bidang sistem pembayaran, aktivitas pembayaran tunai maupun RTGS mengalami peningkatan....
RINGKASAN EKSEKUTIF demikian,
perkembangan
RTGS
di
Provinsi
Jambi
mengalami
pertumbuhan. VI. Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan NTP Provinsi Jambi menurun.....
Pada periode triwulan laporan, hasil survei ekspektasi konsumen (SEK) menunjukkan bahwa nilai saldo kondisi pengangguran serta ekspektasi masyarakat terhadap kondisi pengangguran masih berada pada level pesimis. Sementara, jumlah pencari kerja berdasarkan jenjang pendidikan pada bulan April 2010 menurun sebesar 17,69% jika dibandingkan dengan Maret 2010. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan (posisi bulan Juni 2010) mengalami penurunan jika dibandingkan triwulan sebelumnya (posisi Maret 2010). Sementara itu, rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup layak (KHL) pada triwulan II tahun 2010 meningkat sebesar 709 bps jika dibandingkan triwulan I tahun 2010. VII. Perkiraan Ekonomi dan Harga Daerah
Laju pertumbuhan PDRB triwulan III-2010 diperkirakan berkisar 6,30-7,30% (y-o-y).....
Laju pertumbuhan kuartalan (q-t-q) PDRB Provinsi Jambi pada triwulan III2010 diperkirakan masih mampu tumbuh positif dibandingkan triwulan II-2010. Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan mendatang diperkirakan pada kisaran 6,30-7,30% (y-o-y). Pengeluaran konsumsi rumah tangga diperkirakan menjadi kontributor utama
pendorong
pertumbuhan
ekonomi
Jambi
pada
triwulan
mendatang. Dari sisi penawaran, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi didorong oleh sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa. Laju inflasi triwulan III2010 diperkirakan berkisar 8±1% (y-o-y).....
Perkembangan harga-harga pada triwulan mendatang diperkirakan masih cukup tinggi. Dengan demikian, inflasi tahunan (y-o-y) diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan laporan. Inflasi Kota Jambi pada Triwulan II-2010 diperkirakan sebesar sebesar 8±1% (y-o-y). Faktor-faktor yang berpotensi akan memberikan tekanan inflasi selama triwulan mendatang antara lain: 1)Meningkatnya demand masyarakat terhadap kebutuhan barang dan jasa terutama terkait dengan datangnya
3
RINGKASAN EKSEKUTIF bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri 1431 H serta perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, 2) Meningkatnya income masyarakat (pembayaran THR) dan menurunnya suku bunga perbankan dapat memicu meningkatnya konsumsi masyarakat, 3) Kondisi infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala akan meningkatkan biaya distribusi dan transportasi barang dan jasa, 4) Tekanan melemahnya Rupiah dapat mempengaruhi inflasi barang impor, 5) Kondisi cuaca di musim pancaroba ini dapat menjadi ancaman dalam produksi pertanian dan pendistribusian barang, serta 6)Potensi kenaikan harga minyak mentah dunia yang diikuti pergerakan harga-harga komoditas bahanbahan pangan (kedelai, jagung, gandum), crude palm oil (CPO) di pasar internasional.
Beberapa
hal
tersebut
diperkirakan
akan
meningkatnya angka inflasi pada periode triwulan III - 2010.
4
memacu
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
A. Umum Perkembangan perekonomian Jambi pada triwulan II-2010 menunjukkan akselerasi pertumbuhan dibandingkan triwulan I-2010. Pertumbuhan ekonomi Jambi triwulan laporan mencapai 2,29% (q-t-q) meningkat dibandingkan triwulan I-2010 yang sebesar 1,05% (q-t-q). Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (q-t-q) Rp miliar
Persen
Nom inal (aksis kiri)
Pertum buhan (aksis kanan)
5,000 3.01
4,500
3.50
3.04
3.00
2.68
4,000
2.29
3,500
2.08
3,000 2,500
1.79 1.55
1.64 1.27
2,000 1,500
2.00
1.57
1.43
1.32
1.34 1.18
1.05
0.96 0.77 0.55
1,000
2.50
1.50 1.00 0.50
500 0
-
6 9 6 0 7 8 8 9 6 7 09 07 08 09 06 10 07 08 -0 -0 -0 -0 -0 .I-0 .I-0 .I-1 .I-0 .I-0 II III III I.II .II .II .II .II .II I .IV .IV .IV .IV rw rw rw rw w. w. w. rw rw rw rw r r r w w w w T T rw T T T r r r r T T rw T T T T T rw T T T T T T
Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) Gubernur Jambi pada triwulan laporan memicu meningkatnya pengeluaran konsumsi pemerintah sementara itu konsumsi rumah tangga juga mengalami peningkatan seiring dengan musim liburan sekolah. Dari sisi produksi, meningkatnya produksi pertanian serta perdagangan, hotel dan restoran memicu terakselerasinya pertumbuhan ekonomi Jambi. Pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan laporan dipicu oleh meningkatnya sektor pertanian serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Membaiknya faktor cuaca pada triwulan laporan ikut memicu meningkatnya
5
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL produksi hasil perkebunan. Sementara itu, meningkatnya konsumsi masyarakat dan pemerintah memicu meningkatnya aktivitas perdagangan di provinsi Jambi. Grafik 1.2. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) % 9.00
8.51 Indonesia
8.75
Jambi
7.64
7.98 7.05 6.68
7.00 6.06
6.73
6.82
6.93
6.74 5.96 5.84
5.00
6.47
6.25 6.21
6.30
5.65 5.43
5.27
6.17 5.69
6.17
5.48
4.50 4.53
4.16 4.08
3.00 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q1V- Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q1V- Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q1V07 08 09
Q1010
Q2010
Sumber: BPS (diolah)
Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi meningkat menjadi sebesar 6,93% (y-o-y) dibandingkan dengan triwulan lalu yang sebesar 6,17%. Pertumbuhan ekonomi Jambi juga masih lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional yang pada triwulan II-2010 yang sebesar 6,17%. Tabel 1.1. Laju Triwulanan (q-t-q) Pertumbuhan Provinsi Jambi Sisi Produksi dan Sisi Penggunaan LAPANGAN USAHA Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Air dan Gas Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan Jasa-Jasa PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO JENIS PENGELUARAN Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Lembaga Swasta Nirlaba Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto Perubahan Stok Ekspor Impor PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
6
2008* I
0.68 0.22 0.11 0.01 0.08 (0.05) 0.04 0.08 0.10 1.27
2009**
II
III
IV
0.63 1.27 0.29 0.03 0.06 0.22 (0.03) 0.45 0.08 3.01
0.49 1.59 0.23 (0.03) 0.03 0.20 0.15 0.25 0.14 3.04
0.60 (0.03) (0.06) 0.04 0.13 0.29 0.13 (0.04) 0.11 1.18
I
0.76 (1.06) 0.12 0.01 0.16 0.07 0.04 0.31 0.15 0.55
2010***
II
iii
IV
I
0.21 0.14 0.09 0.05 0.06 0.55 0.12 0.22 0.12 1.57
0.31 0.05 0.48 (0.00) 0.08 0.55 0.21 0.26 0.14 2.08
0.15 (0.05) 0.27 0.00 0.07 0.36 0.18 0.16 0.20 1.34
0.43 0.03 0.26 0.00 0.04 0.17 0.03 0.04 0.06 1.05
II
iii
IV
I
0.84 0.67 0.02 0.17 0.03 0.85 1.01 1.57
2.68 0.87 0.01 0.27 0.06 5.70 7.51 2.08
0.67 0.99 0.01 0.76 0.02 0.10 1.21 1.34
2008*
2009**
I
II
III
IV
0.48 0.22 0.00 0.09 0.02 -8.42 -8.87 1.27
2.19 0.13 0.01 0.24 0.11 0.90 0.56 3.01
2.58 1.06 0.01 0.18 0.10 -4.14 -3.25 3.04
0.91 0.07 0.05 0.90 0.08 -0.20 0.62 1.18
I
(0.89) (0.74) 0.03 (0.76) 0.04 2.14 -0.74 0.55
II 0.62 0.06 0.44 0.01 0.09 0.47 0.23 0.06 0.30 2.29
2010***
0.30 (0.38) 0.10 (0.98) (0.08) -3.13 -5.22 1.05
II 0.39 0.73 0.05 0.14 0.03 4.12 3.17 2.29
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL B. PDRB Sisi Produksi Perkembangan PDRB Provinsi Jambi menunjukkan bahwa sektor-sektor yang masih memberikan kontribusi cukup besar adalah sektor pertanian, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran (lihat grafik 1.3). Kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan disumbangkan oleh sektor pertanian sebesar 0,62% (q-tq), diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (0,47%/q-t-q) dan sektor industri pengolahan (0,44%/q-t-q). Dari
sisi
distribusinya
(share),
pada
periode
triwulan
laporan
menunjukkan bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar yaitu 45,03% dari jumlah PDRB Provinsi Jambi, diikuti sektor jasa-jasa (tersier) 37,62% dan sektor sekunder sebesar 17,35%. Grafik 1.3. Kontribusi PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (q-t-q) Jasa-Jasa
0.06
Keuangan, Persew aan dan Jasa Keuangan
0.06 0.04
Pengangkutan dan Komunikasi
Trw II-10 Trw I-10
0.23
0.03
Perdagangan, Hotel dan Restoran bangunan
0.30
0.47
0.17 0.04
0.09
0.01 0.00
Listrik, Air dan Gas Industri Pengolahan Pertambangan dan Penggalian
0.44
0.26 0.06 0.03
Pertanian (0.40)
(0.20)
-
0.62
0.43 0.20
0.40
0.60
0.80
Nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp12,37 triliun yang secara sektoral masih didominasi oleh sektor pertanian sebesar 25,97%, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 19,06%, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 15,20%. Dengan demikian, struktur ekonomi regional dalam jangka pendek relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.4).
7
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.4. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan II Tahun 2010 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4.99% Pengangkutan dan Komunikasi 6.76%
Perdagangan, Hotel dan restauran 15.20% Bangunan
Perkebunan, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 25.97%
Jasa-jasa 10.67%
Pertambangan dan Penggalian 19.06%
Industri Pengolahan Listrik dan Air bersih 11.84% 0.77%
4.74%
1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pada triwulan laporan, sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan
dan
perikanan
tumbuh
sebesar
2,03%
(q-t-q),
meningkat
dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 1,40% (q-t-q). Peningkatan laju pertumbuhan sektor ini berasal dari meningkatnya produksi tanaman perkebunan.
Grafik 1.5 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan I tahun 2010 (ha) Grafik 1.6 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan II tahun 2010 (ha) 2,202
460 104 851
621
140 2,904
887
521
515
1,925 3,491
5,947 1,431 32,420
33,553
Padi Sawah Kacang Tanah
Padi Ladang Kacang Hijau
Grafik 1.5
8
Jagung Ubi Kayu
Kedelai Ubi Jalar
Padi Sawah Kacang Tanah
Padi Ladang Kacang Hijau
Grafik 1.6
Jagung Ubi Kayu
Kedelai Ubi Jalar
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.7 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan I tahun 2010 (ha) Grafik 1.8 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan II tahun 2010 (ha) 1,354
404 103 753 1,356
1,288 2,034 2,145
440
468147 780 538
29,251
17,416
47,062
Padi Sawah Kacang Tanah
Padi Ladang Kacang Hijau
Jagung Ubi Kayu
Grafik 1.7
Kedelai Ubi Jalar
Padi Sawah
Padi Ladang
Jagung
Kedelai
Grafik 1.8
Sumber: BPS Provinsi Jambi, 2010
Sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) mengalami pertumbuhan sebesar 1,40% (q-t-q) melambat dibandingkan dengan triwulan lalu yang sebesar 2,14% (q-t-q). Masih berlangsungnya musim panen di triwulan laporan memicu meningkatnya pertumbuhan nilai tambah sektor tabama. Pada triwulan laporan, luas panen komoditas tanaman bahan makanan (tabama) meningkat sebesar 3,39 Kha menjadi sebesar 54,46 Kha. Peningkatan luas panen tersebut terutama disumbangkan oleh meningkatnya luas panen padi sawah sementara luas panen padi ladang mengalami penurunan. Di sisi lain, luas tanam tanaman pangan juga mengalami peningkatan, yaitu dari 43,21 Kha menjadi 44,76 Kha (grafik 1.5grafik 1.8). Nilai Tukar Petani (NTP), mengalami sedikit penurunan dibandingkan 1 triwulan sebelumnya. NTP Juni 2010 dibandingkan NTP Maret 2010 meningkat
sebesar 0,03% menjadi 96,09. Tingginya peningkatan indeks yang dibayarkan petani (0,99%) dibandingkan indeks yang diterima (0,97%) memicu penurunan NTP petani pada triwulan laporan (lihat grafik 1.12). Seiring dengan itu, Nilai Tukar Petani yang masih dibawah 100 menunjukkan bahwa pendapatan petani Jambi masih lebih rendah dibanding harga-harga kebutuhan hidup dan biaya bertani.
1
NTP adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Sehingga NTP merupakan cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani.
9
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.9. Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi Harga (Rp) 10,000 CPO
INTI
TBS 10 TAHUN
8,000
6,790.0 6,373.1
6,000
3,717.2
4,000
2,678.3
2,000
1,290.7
1,403.8
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2007 2008 Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi
2009
2010
Sub sektor perkebunan yang mempunyai share sebesar 12,40% dari PDRB mengalami pertumbuhan positif sebesar 2,71% (q-t-q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,15% (q-t-q). Relatif membaiknya cuaca pada triwulan laporan ikut memicu meningkatnya hasil sadapan karet sehingga produksi meningkat. Namun demikian, produksi kelapa sawit mengalami penurunan pada bulan laporan. Kondisi ini juga diiringi dengan menurunnya harga TBS dan CPO di provinsi Jambi. Harga TBS yang mengalami peningkatan semenjak bulan Oktober 2009, kembali mengalami penurunan di awal triwulan II-2010. Sementara itu, pada bulan Juni 2010, harga TBS 10 tahun dan CPO masing-masing mencapai Rp1.371/kg dan Rp6.506/kg menurun masing-masing sebesar 2,31% dan 4,18% dibandingkan posisi Maret 2010.
10
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.10 Pertumbuhan Indikator Produksi Sub Sektor Hortikultura dan Sub Sektor Tanaman Perkebunan (%) Grafik 1.11 Pertumbuhan Indikator Produksi, Sub Sektor Peternakan dan Sub Sektor Perikanan (%) 100
120
80
100
53.21
80
60
60
40 20 (20)
Q3-08
Q4-08
Q1-09
Q2-09
Q3-09
Q4-09
Q1-10
12.10
40
10.97 (0.31)
20 (20)
(21.57) Produksi Karet
Produksi Kelapa
Produksi Pinang
7.80 3.78 Q2-10
-
Q2-10
Q3-08
Q4-08
Q1-09
Q2-09
Q3-09
Q4-09
Q1-10
(40)
(40) Produksi Hortikultura
13.14
Produksi Kelapa Sawit
Produksi Telur
Produksi Daging
Produksi Perikanan
Grafik 1.11
Grafik 1.10
Grafik 1.12 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi 130
117.94
120
119.21
111.84112.92
119.74
113.92
110
100 1
2
3
4
5
6
7
8
2009
90 indeks terima
indeks bayar
9
10
11
12
1 2 95.14 94.82 94.72 2010
NTP
80
Sumber: BPS Provinsi Jambi,2010.
Meningkatnya pertumbuhan sub sektor perkebunan disumbangkan oleh meningkatnya hasil perkebunan pinang dan karet. Berdasarkan data prompt indikator sub sektor perkebunan selama periode triwulan laporan, produksi pinang meningkat 53,21%, sementara prouksi karet meningkat 10,97%. (lihat grafik 1.10). Realisasi penyaluran pupuk dalam menunjang proses produksi sub sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor tanaman perkebunan pada triwulan laporan sebesar 14.803 ton.2 Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi, penyaluran pupuk bersubsidi sebagian besar didominasi oleh pupuk Urea (63,44%), diikuti oleh pupuk SP-36 (18,78%), NPK Phonska (14,90%), dan ZA (2,87%).
2
Jenis pupuk bersubsidi yang disalurkan terdiri dari SP-36, ZA, NPK Phonska dan Urea.
11
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.13. Distribusi Jenis Pupuk Grafik 1.14. Jumlah dan Pertumbuhan Realisasi Pupuk 2010
Ton TW II
20000
TW I
18000
Persen (%) 80.00 60.00
16000
TW IV
14000 2009
TW III
10000
TW I
8000
20.00 -
6000
TW IV
2008
40.00
12000
TW II
4000
TW III
2000
TW II
0 (Ton)
TW I 0
2000
4000
SP-36/Superphos
6000
8000 ZA
10000
12000
14000
NPK PHONSKA
16000
18000
20000
(20.00) (40.00) TW I
TW II
TW III 2008
TW IV
TW I
TW II
TW III 2009
TW IV
TW I
TW II 2010
Urea
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi
Realisasi Pupuk (Ton) Pertumbuhan Realisasi Pupuk Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi
Grafik 1.13
Grafik 1.14
Pada triwulan laporan, sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya tumbuh melambat yaitu sebesar 0,77% (q-t-q) dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 0,84% (q-t-q). Seiring dengan itu, berdasarkan data indikator produksi , baik produksi daging maupun telur tetap meningkat pada triwulan laporan. Sementara itu sub sektor perikanan mengalami peningkatan sebesar 2,59% (q-tq) meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 0,35% (q-t-q). Sub sektor kehutanan mengalami pertumbuhan sebesar 1,44% (q-t-q). Setelah selalu tumbuh di bawah 1% sejak beberapa tahun terakhir pasca aktifnya pemberantasan penebangan liar (illegal logging), pada triwulan laporan perkembangan sub sektor kehutanan menunjukkan angka yang cukup baik.
2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor perdagangan, hotel dan restoran menunjukkan pertumbuhan mencapai 2,76% (q-t-q); meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 0,97% (q-t-q). Musim liburan sekolah serta penyelenggaraan Pilkada pada triwulan laporan menyebabkan tingginy aktivitas perdagangan di provinsi Jambi serta meningkatnya penggunaan hotel dan restoran. Pada triwulan laporan, sub sektor perdagangan besar dan eceran tumbuh mencapai 2,85% (q-t-q) meningkat dari triwulan sebelumnya 1,03% (qt-q). Sub sektor hotel dan sub sektor restoran masing-masing tumbuh sebesar 2,68% (q-t-q) serta 1,46% (q-t-q).
12
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.15. Perkembangan Indikator produksi Bulanan Sektor PHR Grafik 1.16. Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis Persen (%)
KWH (dalam Ribuan)
(%) Persen 120
45,000 Harga Perdagangan Besar Harga Perdagangan Barang Konstruksi Perdagangan Kendaraan Bermotor Perdagangan Pulsa Tingkat Hunian Hotel Restorasi
100 80 60
30.0
22.41
19.27
40,000
12.96
35,000 30,000
69.82
20,000
(0.46) 0.0
(7.42)
(10.43)
(7.36)
15,000
-10.0
(15.75)
10,000
24.18
20
5,000
12.80 5.59 (0.37)
Q3-08
Q4-08
Q1-09
Q2-09
Q3-09
Q4-09
Q1-10
20.0 10.0
4.43
25,000
40
11.94
8.99
5.61 4.88
-20.0
(25.48)
-
-30.0 I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
Q2-10
(20)
2007
2008 Bisnis
2009
2010
Pertumbuhan Bisnis
Sumber: PLN Jambi, 2008 (diolah)
* Perhitungan perdagangan kendaraan bermotor, perdagangan pulsa dan restorasi sejak tahun 2009 Grafik 1.16
Grafik 1.15
Masih tumbuhnya sektor PHR pada triwulan laporan dikonfirmasi dengan meningkatnya indeks produksi baik sub sektor perdagangan, restorasi dan tingkat hunian hotel. Peningkatan yang cukup signifikan dialami oleh indeks perdagangan kendaraan bermotor dan indeks restorasi yaitu masing-masing sebesar 69,82% dan 24,18%. (lihat grafik 1.16.). Meningkatnya pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran berpengaruh pada meningkatnya konsumsi listrik untuk bisinis. Konsumsi listrik bisnis yang sempat menurun pada triwulan lalu, saat ini mengalami peningkatan sebesar 11,94%. Berdasarkan pangsanya, sektor perdagangan, hotel dan restoran didominasi oleh sub sektor perdagangan besar dan eceran yang mencapai 14,10% terhadap PDRB, diikuti oleh sub sektor restoran dan sub sektor hotel masing-masing sebesar 0,91% dan 0,20%.
3. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh sebesar 0,58% (q-t-q) meningkat jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,23% (q-t-q).
Kondisi
ini
didorong
oleh
meningkatnya
pertumbuhan
hasil
pertambangan migas, non migas dan penggalian masing-masing sebesar 0,38%; 1,34%; 1,44%. Peningkatan produksi migas pada triwulan laporan diperkirakan berasal dari meningkatnya lifting gas alam (LPG).
13
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.17. PDRB Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Lifting Minyak Bumi Grafik 1.19. Lifting Minyak Bumi Barel
Persen (%)
3,000,000
40.00
M inyak Bumi (B arel)
30.00
P ertumbuhan, aksis kanan
2,500,000
20.00 2,000,000
10.00 -
1,500,000
(10.00)
1,000,000
(20.00) 500,000
(30.00) (40.00)
I
II
III
IV
I
II
2006
III
IV
I
II
2007
III
IV
I
2008
II
III
IV
2009
I
II*
2010
Sumber: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi. *: Angka proyeksi Bank Indonesia Jambi untuk triwulan II-2010
Grafik 1.18. Lifting Minyak Bumi BBTU
Persen (%)
16,000
40.00
Lifting Gas A lam (B B TU), aksis kiri P ertumbuhan, aksis kanan
14,000
30.00
12,000
20.00
10,000
10.00
8,000
-
6,000
(10.00)
4,000
(20.00)
2,000
(30.00)
-
(40.00) I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
2006 2007 2008 Sumber: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi. *: Angka proyeksi Bank Indonesia Jambi untuk triwulan II-2010
II
III
2009
IV
I
II* 2010
Meningkatnya hasil produksi penggalian salah satunya dipicu oleh peningkatan produksi bahan galian gol. C. Hal ini dikonfirmasi dari meningkatnya indeks produksi penggalian sebesar 27,24% pada triwulan laporan. Sementara itu perkembangan produksi batu bara relatif belum menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Salah satu kendala dalam pengembangan usaha batu bara di Jambi adalah terkait dengan perizinan. Mudahnya proses izin usaha batu bara diharapkan dapat semakin menggalakkan pengembangan sektor ini yang berpotensi meningkatkan pendapatan asli daerah.
14
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.19. Pertumbuhan Indeks Produksi Batubara dan Bahan Galian Gol. C (%) 50 40 30
27.24
20 10 Q3-08
(10)
Q4-08
Q1-09
Q2-09
Q3-09
Q4-09
(1.80) Q2-10
Q1-10
(20) (30) Produksi Batubara
Produksi Bahan Galian Gol.C
4. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan tumbuh mencapai 3,24% (q-t-q), meningkat bila dibandingkan angka triwulan sebelumnya 1,91% (q-t-q). Melambatnya pertumbuhan pada sektor ini dipicu oleh meningkatnya pertumbuhan sub sektor industri tanpa migas sebesar 3,44% (q-t-q). Grafik 1.20. Volume Penjualan Minyak Bakar Grafik 1.21. Volume Penjualan Minyak Diesel Kilo Liter
(%)
Kilo Liter
250.0
16,000 M. Bakar
14,000
(%)
1,200
80.0
g.Myk. Bakar
M. Diesel
200.0
12,000
60.0
1,000
150.0
10,000
g.Myk. Diesel
40.0
800
20.0
100.0 600
8,000
-
50.0
6,000
400
-
4,000
200
(50.0)
2,000 III
IV
2006
I
II
III
IV
I
II
2007
III
IV
I
II
2008
III
IV
2009
I
(40.0)
-
(100.0) II
(20.0)
(60.0) II
II
III
IV
I
II
2006
2010
III
IV
I
II
2007
III
IV
I
2008
II
III
2009
IV
I
II 2010
Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang
Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang
Grafik 1.21
Grafik 1.20
Grafik 1.22. Perkembangan Total Pemakaian Listrik sektor industri KWH (dalam Ribuan)
Persen (%) 22.21
20,000 18.82
18,000
20.0
16,000
15.0
14,000
6.88
12,000 10,000
25.0
5.39
4.69
3.86 (1.48)
2.16
5.0
(0.16)
(2.21)
0.0
(3.61)
8,000 6,000
10.0
4.49
-5.0
(10.46)
-10.0
4,000 (13.99)
2,000
-15.0
-
-20.0 I
II
III
IV
I
2007
II
III 2008
Industri
IV
I
II
III
IV
2009
I
II 2010
Pertumbuhan Industri
Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo, 2010 (diolah)
15
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Meningkatnya
pertumbuhan
industri
pengolahan
tercermin
dari
meningkatnya konsumsi listrik untuk industri dan minyak bakar. Konsumsi listrik untuk industri meningkat signifikan dengan tumbuh mencapai 22,21% lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 4,40%. Grafik 1.23. Perkembangan Indeks Produksi Industri Karet, CPO, Makanan dan Minuman Grafik 1.24. Perkembangan Indeks Produksi Industri Barang dari Semen, Kayu dan Batu Bata 200
350
150
250
100
150 24.55
50
21.73 11.20
-
Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10 (50)
Industri Karet
Industri CPO
Industri Makanan
Industri Minuman
Grafik 1.23
50 (50)
8.88 8.12 (3.22) Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10
(150) Industri Barang dari Semen
Industri Barang dari Kayu
Industri Batu Bata
Grafik 1.24
Meningkatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan tanpa migas tercermin dari meningkatnya pertumbuhan mayoritas komoditi industri. Komoditi industri pengolahan yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah industri makanan dan minuman yang masing-masing tumbuh sebesar 24,55% dan 24,35%. Sementara itu, industri karet yang merupakan salah satu industri unggulan di Jambi mengalami peningkatan sebesar 21,73%. Meningkatnya hasil perkebunan karet pada triwulan laporan memicu meningkatnya hasil produksi industri karet.
5. Sektor-sektor Lain Sektor listrik, gas, dan air (LGA) bersih tumbuh sebesar 0,97% (q-t-q) pada triwulan laporan atau lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 0,37% (q-t-q). Meningkatnya pertumbuhan sektor ini berasal dari tumbuhnya sub sektor listrik dan air bersih yaitu masing-masing sebesar 1,04% (q-t-q) dan 0,55% (q-t-q). Seiring dengan itu, jumlah konsumsi listrik pada triwulan laporan mengalami peningkatan sebesar 9,20%. Peningkatan konsumsi listrik ini disebabkan oleh meningkatnya semua jenis pelanggan listrik. Sementara itu,
16
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL jumlah pelanggan listrik juga meningkat sebesar 1,19% dibandingkan triwulan lalu. Grafik 1.25. Perkembangan Total Pemakaian Listrik Grafik 1.26. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Persen (%)
KWH (dalam Ribuan) 250,000
25.0 20.0
200,000
400,000
6.0
350,000
5.0
300,000
15.0 150,000
9.20 6.77 6.77
100,000
8.02
7.05
6.99
4.68
(2.64)
250,000
10.0 5.0 0.0
(1.80) (3.49)
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
2008 Total Pemakaian
2009
3.0
2.57
2.14
2.32
0.75
50,000
II
2010
2.0
1.28
100,000
1.19
1.0
0.50 0.41
0.0
I
II
III
IV
I
II
2007
2007
3.10
3.05 2.82
200,000
-5.0 I
4.0
3.41
2.93
(0.05) (2.25)
3.60
150,000
3.60 1.45
50,000
Persen (%)
Pelanggan
III
IV
I
2008 Total Pelanggan
II
III
IV
2009
I
II 2010
Perumbuhan Pelanggan
Pertumbuhan Total Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo, 2009 (diolah)
Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo, 2009 (diolah)
Grafik 1.25
Grafik 1.26
Sementara, sub sektor air bersih tumbuh sebesar 0,55% (q-t-q). Konsumsi air bersih melalu PDAM Kota Jambi pada triwulan laporan sebesar 2,62 juta M² meningkat sebesar 2,86% dari triwulan lalu. Peningkatan ini dipicu oleh meningkatnya konsumsi air baik oleh rumah tangga maupun industri masungmasing sebesar 2,63% dan 6,96%. Grafik 1.27. Perkembangan Total Konsumsi Air Kota Jambi m3
m3
900,000
60,000
850,000 50,000
800,000 750,000
40,000
700,000 650,000
30,000
600,000
Rumah Tangga Industri
550,000 500,000
20,000 10,000
450,000 -
400,000 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2008 2009 Sumber: PDAM Tirta Mayang Kota Jambi, 2009
2010
Sektor bangunan masih menunjukkan pertumbuhan sebesar 1,88% (q-tq), meningkat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 0,77% (q-t-q). Meningkatnya pertumbuhan sektor bangunan dikonfirmasi dengan naiknya
17
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL indeks industri barang dari semen dan indeks industri batu bata masing-masing sebesar 8,12% dan 34,67%. Namun demikian, konsumsi semen mengalami penurunan jika dibandingkan triwulan lalu sebesar 12,07%. Grafik 1.28. Perkembangan PDRB Sektor Bangunan dan Konsumsi Semen 250,000
40.00 30.00
200,000
20.00 150,000
10.00
100,000
(10.00)
50,000
(20.00)
-
(30.00)
TW I
TW II
TW III TW IV
TW I
TW II
2007
TW III TW IV
2008
TW I
TW II
TW III TW IV
2009
PDRB sektor Bangunan (juta Rp), aksis kiri
Konsumsi Semen (ton), aksis kiri
Pert. Konsumsi Semen (%), aksis kanan
Pert. PDRB Bangunan (%), aksis kanan
TW I
TW II
2010
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia dan BPS Provinsi Jambi (diolah)
Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan sebesar 2,98% (q-t-q) pada triwulan laporan, meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,32% (q-t-q). Meningkatnya pertumbuhan sektor ini berasal dari meningkatnya pertumbuhan sub sektor pengangkutan maupun komunikasi masing-masing sebesar 2,83% (q-t-q) dan 4,44% (q-t-q). Memasuki masa liburan sekolah pada bulan Juni lalu, aktivitas transportasi meningkat baik angkutan darat maupun udara. Sementarta itu, menjelang PILKADA Gubernur Jambi, aktivitas transportasi terutama transportasi darat juga meningkat seiring dengan penyelenggaraan kampanye di seluruh kabupaten/kota oleh semua calon. Sektor angkutan udara meningkat 3,23% (q-t-q). Hal ini tercermin dari jumlah lalu lintas penumpang di Bandar Udara Sultan Thaha masih yang mengalami peningkatan baik untuk kedatangan dan keberangkatan masingmasing 8,23% dan 8,88%.
18
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.29. PDRB Sub Sektor Angkutan Udara dan Jumlah Konsumsi Avtur 60
45,000 PDRB sub sektor Angkutan Udara (juta Rp), aksis kiri Konsumsi Avtur (ratusan liter), aksis kiri Pert. Konsumsi Avtur (%), aksis kanan
40,000 35,000
50 40
30,000
30
25,000
20
20,000
10
15,000
-
10,000
(10)
5,000
(20) (30)
TW II TW III TW TW I TW II TW III TW TW I TW II TW III TW TW I TW II TW III TW TW I TW II TW III TW TW I TW II IV IV IV IV IV 2005
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang dan BPS Provinsi Jambi (diolah)
Grafik 1.30. Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang Grafik 1.31. Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang ribu orang
Persen (%)
140
20
120
15
100
10
80
5
60
-
40
(5)
20
(10)
ton
60
900
50
800
40
(15)
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
Persen (%)
1,000
II
700
30
600
20
500
10
400
-
300 200
(10)
100
(20)
-
(30) I
II
III
IV
I
II
2007
2007
2008
2009
III
IV
I
II
2008
III
IV
2009
I
II 2010
2010
Kedatangan Penumpang (aksis kiri)
Keberangkatan Penumpang (aksis kiri)
Datang (aksis kanan)
Berangkat (aksis kanan)
Jumlah Bongkar (aksis kiri)
Jumlah Muat (aksis kiri)
Pertumbuhan Bongkar (aksis kana)
Pertumbuhan Muat (aksis kanan)
Sumber: PT.Angkasa Pura II
Sumber: PT. Angkasa Pura II
Grafik 1.30
Grafik 1.31
Pada triwulan laporan, sub sektor angkutan laut tumbuh sebesar 0,93%. Tumbuhnya sub sektor angkutan tercermin dari meningkatnya arus peti kemas sementara arus barang mengalami penurunan. Total arus barang tercatat sebanyak 1,15 juta ton, menurun 28,92% dibandingkan triwulan sebelumnya.
3
Sedangkan jumlah arus peti kemas berdasarkan perdagangan di Pelabuhan Tungkal dan Pelabuhan Talang Dukuh sebesar 12.494 peti kemas, meningkat 21,05% dibandingkan triwulan sebelumnya.4
3
Total arus barang yang dimaksud terdiri dari impor, ekspor, bongkar dan muat.. Arus Peti kemas diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu: 20”, 40” serta diatas 40”. Arus barang berdasarkan perdagangan yaitu impor, ekspor, bongkar dan muat.
4
19
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.32. Perkembangan Total Arus Peti Kemas Grafik 1.33. Perkembangan Total Arus Barang ribu unit
persen(%)
ribu unit
1800
40
18
1600
30
16
1400
20
14
10
12
1200 1000
0
800
400
-20
4
200
-30
2
-40
0
I
II
III 2007
IV
I
II
III
IV
I
2008 Jumlah Total Arus Barang
II
III
IV
2009
I
II 2010
150 100 50
8 6
0
200
10
-10
600
persen(%)
0 -50 -100 I
II
III
IV
2007
Pertumbuhan
I
II
III
IV
I
2008
III
IV
2009
Jumlah Arus Peti Kemas
Sumber: Pelindo Jambi
II
Pertumbuhan
Sumber: Pelindo Jambi
Grafik 1.32
Grafik 1.33
Perkembangan sub sektor telekomunikasi tercermin dari jasa pos dan telekomunikasi serta jasa penunjang komunikasi masing-masing yang mengalami pertumbuhan sebesar 4,44% (q-t-q) dan 4,45% (q-t-q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,18% (q-t-q) dan 1,79% (q-t-q). Sektor keuangan, persewaan, dan jasa-jasa perusahaan tumbuh sebesar 1,12% (q-t-q) pada triwulan laporan atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar
0,75%
(q-t-q).
Peningkatan
tersebut
terutama
disumbangkan oleh meningkatnya pertumbuhan sub sektor jasa penunjang keuangan. Di sisi lain, sub sektor bank mengalami perlambatan dengan tumbuh sebesar 0,68% (q-t-q) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 0,81% (q-t-q). Sektor jasa-jasa pada triwulan laporan tumbuh 3,47% (q-t-q) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 0,73% (q-t-q). Peningkatan ini terutama dipicu oleh meningkatnya jasa pemerintahan umum sebesar 4,03% (q-t-q). Kondisi ini mencerminkan mulai terakselarasinya belanja pemerintah pada triwulan laporan.
C. PDRB Sisi Pengeluaran Ditinjau dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan laporan terutama didorong oleh meningkatnya konsumsi pemerintah dan rumah tangga. Di samping itu, perdagangan antar daerah dan luar negeri provinsi Jambi yang tercermin dari angka ekspor dan impor juga mengalami
20
I
II 2010
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL peningkatan. Sementara itu lebih tingginya nilai impor (dari luar daerah dan luar negeri) dari pada ekspor (ke luar daerah dan luar negeri) menyebabkan Provinsi Jambi mengalami net impor pada triwulan laporan. Grafik 1.34. Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran terhadap Pertumbuhan (q-t-q) 0.95
Net Ekspor/Impor
2.09 0.03
Perubahan Stok -0.08
Trw II-10
0.05 0.10
Lembaga Swasta Nirlaba
0.73
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah -0.38 Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
-1.00
-0.50
Trw I-10
0.14
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto -0.98
-1.50
5
0.39 0.30
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
Dari sisi distribusinya (share), konsumsi rumah tangga masih mempunyai pangsa yang paling besar, yaitu mencapai 62,96% dari PDRB Jambi pada triwulan II-2010 (lihat grafik 1.34). Selain itu, pengeluaran konsumsi pemerintah dan PMTDB juga memiliki pangsa yang relatif besar dengan masing-masing sebesar 17,94% dan 17,20%. Sedangkan share perubahan stok sebesar 2,56% dan lembaga swasta nirlaba sebesar 0,68%. Grafik 1.35. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan II tahun 20106 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 17.20% Lembaga Swasta Nirlaba 0.68%
Perubahan Stok 2,56%
Net Impor 1.44% Pengeluaran konsumsi rumah tangga 62.96%
Pengeluaran Konsumsi pemerintah 17.94%
5
Yang dimaksud kontribusi ’net ekspor’ adalah nilai kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan dikurangkan dengan nilai kontribusi impor terhadap pertumbuhan pada triwulan laporan. Jika bernilai positif disebut net ekspor, sedangkan jika bernilai negatif disebut net impor. 6 Pangsa (share) net impor sebesar 9,67% merupakan pengurang dari total share PDRB sisi pengeluaran.
21
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1. Pengeluaran Konsumsi Pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga atas dasar harga konstan selama triwulan laporan sebesar 0,54% (q-t-q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya 0,42% (q-t-q). Meningkatnya pertumbuhan konsumsi masyarakat terlihat dari meningkatnya konsumsi listrik rumah tangga sebesar 8,51%. Hal ini didukung juga dengan meningkatnya indeks ekspektasi konsumen (IEK) dibandingkan triwulan sebelumnya. Grafik 1.36. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Grafik 1.37. Konsumsi Listrik Rumah Tangga Persen (%)
KWH (dalam Ribuan)
Indeks 160 Indeks Kondisi Ekonomi
140
Indeks Ekspektasi Konsumen
160,000 140,000 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 -
Indeks Keyakinan Konsumen
120 100 80 60 40
7.87 6.51
I
II
III
IV
I
2007
II
III
IV
2008
I
II
III 2009
IV
I
II 2010
4.98
6.0
4.25
4.0 0.40
0.64
(0.55)
1.15
2.0 0.0
(1.94)
(2.87)
-2.0 -4.0
II
III
IV
I
II
2007
0
10.0 8.0
6.73
1.75
I
20
8.51
8.29
III
IV
I
2008
Rumah Tangga
II
III
IV
2009
I
II 2010
Pertumbuhan RT
Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo, 2009 (diolah)
Grafik 1.36
Grafik 1.37
Meningkatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan juga ditopang oleh meningkatnya daya beli masyarakat terhadap pembelian kendaraan bermotor. Penjualan kendaraan bermotor pada triwulan laporan meningkat signifikan sebesar 30,48% yang terutama didorong oleh meningkatnya penjualan sepeda motor (30,96%) serta sedan, jeep dan minibus (21,26%). Kondisi ini mencerminkan semakin membaiknya konsumsi masyarakat di tahun 2010. Pengeluaran konsumsi pemerintah mengalami peningkatan sebesar 3,78% (q-t-q), dari triwulan sebelumnya yang mengalami penurunan mencapai 1,92% (q-t-q). Terselenggaranya PILKADA Gubernur Jambi pada triwulan laporan memicu meningkatnya pengeluaran pemerintah. Sementara itu, memasuki pertengahan tahun, proyek-proyek pembangunan sudah mulai berjalan sehingga turut mengakselerasi pengeluaran konsumsi pemerintah. Di sisi lain, pengeluaran konsumsi lembaga nirlaba tumbuh mencapai 7,00% (q-t-q), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 17,02% (q-
22
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL t-q). Tingginya pertumbuhan konsumsi swasta pada triwulan lalu dipicu oleh siklus masa tutup buku yang berakhir di bulan Februari-April. Grafik 1.38. Perkembangan Penjualan Premium Grafik 1.39. Perkembangan Penjualan Solar Grafik 1.40. Perkembangan Penjualan Minyak Tanah Grafik 1.41. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Provinsi Jambi Grafik 1.42. Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Grafik 1.43. Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru Kilo Liter
(%)
100,000
20.0
90,000
Premium
Kilo Liter
(%)
120,000
40.0
M. Solar
g.Premium
80,000 70,000
15.0
100,000
10.0
80,000
5.0
60,000
-
40,000
(5.0)
20,000
g.M. Solar 30.0 20.0
60,000
10.0
50,000
-
40,000 30,000 20,000
(10.0) (20.0)
10,000 -
(10.0) II
III
IV
I
II
2006
III
IV
I
II
2007
III
IV
I
II
2008
III
IV
I
2009
-
(30.0)
II
II
2010
III
IV
I
II
2006
Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang
III
I
II
2007
III
IV
I
II
2008
III
IV
I
2009
II 2010
Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang
Grafik 1.38.
Grafik 1.39.
Kilo Liter
(%) 10.0
25,000
M.Tanah
IV
g.M.Tanah
5,000,000
16 14
4,500,000
12.68 11.96
12
5.0
20,000
12.15 4,000,000
11.71 10.98
3,500,000
10
15,000
7.03 (5.0)
6
(10.0) 5,000
(15.0)
-
(20.0) II
III
IV
I
II
2006
III
IV
I
II
2007
III
IV
I
II
2008
III
IV
I
2009
KENDARAAN BERMOTOR
II
2006
2010
2007
Pertumbuhan 43.83
Persen(%)
35,000
25,000
23.64 9.78
20,000 15,000
3.99
8.22 1.61
8.18
(1.58)
(14.21) (33.43)
10,000 (32.52)
5,000 I
II
III
IV
2007 Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
I
II
III
IV
I
2008
Grafik 1.42.
2008
Kredit Konsumsi (juta Rp), aksis kanan
30.48 26.81
1,000,000 500,000
-0.42 TW I TW II TW TW TW I TW II TW TW TW I TW II TW TW TW I TW II TW TW TW I TW II III IV III IV III IV III IV
-2
2009
0
2010
Pertumbuhan Kredit Konsumsi (%),aksis kiri
Grafik 1.41.
40,000
21.56
1,500,000
1.77
Grafik 1.40.
30,000
2,000,000
2.43
0
Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang
unit
2,500,000
5.24
3.33
2
3,000,000
5.48
3.803.60 1.87
4
10,000
9.76
9.01
8.38
8
II
III
2009
IV
I
II 2010
50 40 30 20 10 (10) (20) (30) (40) (50)
unit
SEPEDA MOTOR
Persen(%)
Pertumbuhan
50
40,000 44.35
40
35,000 30,000
21.26
30.96
26.81
25,000
23.49
7.83
10.01 1.05 (1.04)
20,000 15,000
30 20
9.33
10
4.06
(10)
(15.19)
(20)
10,000
(34.04) (32.73)
5,000
(30) (40)
-
(50) I
II
III
IV
2007 Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
I
II
III
IV
I
2008
II
III 2009
IV
I
II 2010
Grafik 1.43.
2. Investasi Pada triwulan laporan, pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) meningkat sebesar 0,95% (q-t-q) setelah pada triwulan lalu turun sebesar 5,99% (q-t-q). Setelah mengalami tren
23
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL penurunan di awal tahun, investasi pada triwulan II-2010 kini mengalami peningkatan. Grafik 1.44. Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru Grafik 1.45. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi Grafik 1.46. Konsumsi Semen Provinsi Jambi unit
2,000,000
20
Persen(%)
1,400
60
1,200
40
15
13.34 1,600,000
11.78 10.28
10
1,000
1,800,000
16.6516.18 14.28
1,400,000
9.65
20
1,200,000
4.28
800
2.33 2.70
5
600 400
II
III
IV
I
II
2007
III
IV
I
II
2008
III
IV
I
2009
TRUCK/PICK UP
2007
2008
2009
2010
-5.85
II
600,000 400,000
2006
(60) I
1,000,000 800,000
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II -5
-
5.92
-0.11
0
(40)
200
1.60 3.26
1.50
(20)
4.85 1.21
200,000 0
-10
2010
Kredit Investasi (juta Rp), aksis kanan
Pertumbuhan
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
Pertumbuhan Kredit Investasi (%),aksis kiri
Grafik 1.45.
Grafik 1.44. (%) 80.0
Ton 60,000 Konsumsi Semen Pertumbuhan
50,000
60.0 40.0
40,000
20.0 30,000 20,000
(20.0)
10,000
(40.0)
-
(60.0) 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11 12
1
2
3
2008
4
5
6
7
2009
8
9 10 11 12
1
2
3
4
5
6
2010
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI), diolah
Grafik 1.46.
Sementara itu, dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) terlihat situasi bisnis masih cukup baik pada triwulan laporan, tercermin dari nilai saldo bersih situasi bisnis dunia usaha sebesar 22,92. Masih relatif baiknya situasi bisnis dunia usaha juga berdampak pada masih tumbuhnya kredit investasi sebesar 13,34% atau sebesar Rp222,28 miliar pada triwulan laporan. Hal ini juga tercermin dari prompt indikator investasi yaitu meningkatnya penjualan kendaraan truck/pick up sebesar 31,75%. Perubahan stok pada triwulan II-2010 mengalami peningkatan sebesar 0,90% (q-t-q) dari triwulan sebelumnya yang menurun sebesar 2,64% (q-t-q). Meningkatnya hasil produksi sektoral pada triwulan laporan ikut memicu
24
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL meningkatnya perubahan stok. Sementara, pangsa stok pada triwulan laporan sebesar 2,56%. 3. Perdagangan Eksternal7 Perkembangan ekspor dan impor Provinsi Jambi (ke/dari luar daerah maupun ke/dari luar negeri) mengalami peningkatan. Ekspor barang (dari luar provinsi maupun luar negeri) meningkat mencapai 8,11% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya yang turun 5,75% (q-t-q). Sementara impor barang (dari luar provinsi maupun luar negeri) meningkat 5,20% jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang turun 7,82% (q-t-q). Pada triwulan laporan, impor Provinsi Jambi mencapai Rp5,99 triliun, lebih tinggi dibandingkan ekspor yang hanya mencapai Rp5,81 triliun. 3.1. Ekspor Impor Antar Daerah Dilihat karakteristiknya, ketergantungan Provinsi Jambi dari daerah (provinsi lain) cukuplah besar. Hal ini dapat dilihat dari pangsa impor yang relatif lebih besar dibandingkan ekspor. Sekitar 95,14% impor Provinsi Jambi berasal dari daerah lain, hanya sekitar 4,86% yang berasal dari luar negeri. Sejalan dengan hal tersebut, perkembangan ekspor juga didominasi oleh ekspor ke luar daerah (provinsi lain) yang mencapai 61,43% dari total ekspor Provinsi Jambi. Grafik 1.47. Pangsa Ekspor Provinsi Jambi triwulan II-2010 Grafik 1.48. Pangsa Impor Provinsi Jambi triwulan II-2010 Ekspor Antar Daerah 61.43%
Ekspor Luar Negeri 38.57%
Impor Luar Negeri 4.86%
Impor Antar Daerah 95.14%
Grafik 1.47
Grafik 1.48
7
Pembahasan dalam perdagangan eksternal dilihat dari ekspor impor Jambi secara keseluruhan yang dirinci menjadi a) ekspor impor antar daerah serta b) ekspor impor luar negeri berdasarkan dokumen pemberitahuan ekspor barang (PEB) dengan sumber data berasal dari DSM, BI.
25
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Ekspor Provinsi Jambi ke luar daerah (provinsi lain) meningkat sebesar 9,25% (q-t-q) sementara ekspor ke luar negeri meningkat sebesar 7,12% (q-t-q). Di sisi lain, pertumbuhan impor Provinsi Jambi dari luar negeri sebesar 8,00% (qt-q) sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan impor ke daerah (provinsi) lain yang sebesar 5,07% (q-t-q). 3.2. Ekspor Impor Luar Negeri Perkembangan ekspor impor luar negeri Provinsi Jambi masih mengalami perkembangan yang baik. Berdasarkan dokumen pemberitahuan ekspor barang (PEB), ekspor Provinsi Jambi sebesar USD 213,68 juta sedangkan impor sebesar USD 30,43 juta pada triwulan laporan.8 Dengan kondisi tersebut, Provinsi Jambi mengalami net ekspor sebesar USD 120,61 juta, meningkat sebesar 24,86% dibandingkan posisi yang sama periode triwulan sebelumnya yang mencapai USD 96,60 juta.9 Ekspor Provinsi Jambi masih didominasi oleh komoditas karet dan CPO.10 Sementara kelompok peralatan mesin dan transport masih mendominasi nilai impor Provinsi Jambi pada triwulan laporan. Grafik 1.49. Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi ribu USD 120,000 Impor
Ekspor
Net
100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 0 1
2
3
4
5
6
7
2008 Sumber: DSM, Bank Indonesia
8
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
6
7
2009
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
2010
Data Bulan April-Mei 2010 (Sumber: Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter, Bank Indonesia). Net ekspor yang dimaksud disini adalah net ekspor bulan dibandingkan net ekspor bulan AprilMei2010 dengan Januari-Februari 2010. 10 Klasifikasi barang menurut Standard International Trading Classification (SITC). 9
26
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.50. Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi 120,000 CRUDE MATERIALS, INEDIBLE
ANIMAL & VEGETABLE OILS&FATS
LAINNYA
100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
1
2
3
4
5
6
2008
7
8
9
10 11 12
1
2
2009
3
4
5
2010
Grafik 1.51. Lima Komoditi Tertinggi Nilai Ekspor Provinsi Jambi Ribu USD 80,000 23 - CRUDE RUBBER 42 - FIXED VEGETABLE OILS & FATS 32 - COAL, COKE AND BRIQUETTES
70,000 60,000
25 - PULP AND WASTE PAPER 64 - PAPER,PAPERBOARD&MFD THEREOF LAINNYA
50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 1
2
3
4
5
6
7
8
2009
9
10
11
12
1
2
3
4
5
2010
Pada triwulan laporan (April-Mei 2010), ekspor ke luar negeri Provinsi Jambi meningkat sebesar 53,96% dibandingkan periode yang sama triwulan sebelumnya (Januari-Februari 2010), yaitu dari USD 138,77 juta menjadi USD 213,68 juta. Berdasarkan komoditasnya, peningkatan ekspor pada triwulan laporan dipicu oleh ekspor karet mentah (crude rubber) sebesar USD 148,17 juta (69,34% dari total ekspor Provinsi Jambi). Meningkatnya produksi karet di triwulan laporan serta terus meningkatnya permintaan karet mentah dari negara mitra dagang serta terus meningkatnya harga internasional karet, memicu peningkatan nilai ekspor Provinsi Jambi.
27
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.52. Perkembangan Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan Ribu USD 35,000 C. UNITED STATES OF AMERICA MALAYSIA C. R.R.C
30,000
SINGAPORE C. JAPAN LAINNYA
25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
2009
3
4
5
2010
Grafik 1.53. Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2009 C. UNITED STATES OF AMERICA
MALAYSIA
C. JAPAN
C. R.R.C
2
3
4
5
2010 #REF! LAINNYA
Berdasarkan jenis komoditasnya, nilai ekspor tertinggi (April-Mei 2010) dicapai oleh komoditas karet mentah (crude rubber) sebesar USD 148,17 juta atau 69,34% dari total ekspor non migas, sementara nilai ekspor lemak nabati dan minyak (fixed, vegetable oil and fats), serta kertas, kertas karton dan olahannya (paper,paperboard&mfd thereof) masing-masing mencapai USD 30,22 juta (14,14% dari total ekspor non migas), dan USD 9,19 juta (2,57% dari total ekspor non migas). Ekspor non migas lain yang cukup besar kontribusinya adalah komoditas pulp dan kertas (pulp and waste paper) serta batu bara dan briket (coal, coke and briquettes) yang masing-masing mencapai USD 6,79 juta (3,18%) serta USD 5,49 juta (2,57%). Berdasarkan struktur ekspor non migas Jambi, terlihat bahwa
28
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ekspor produk primer masih mendominasi terutama komoditas karet mentah, lemak nabati dan minyak, disusul pulp dan kertas. Berdasarkan negara tujuan, meningkatnya ekspor provinsi Jambi pada triwulan laporan dipicu oleh meningkatnya ekspor ke Malaysia dan Ameraka Serikat yang masing-masing meningkat USD 17,90 juta (148,34%) dan USD 16,01 juta (52,39%). Berdasarkan pangsanya negara tujuan ekspor utama provinsi Jambi berada di kawasan Asia yang hampir setara dengan 59,93% total ekspor Provinsi Jambi. Penyumbang utama ekspor ke negara Asia adalah Singapura yang mencapai USD 34,42 juta (16,11%), diikuti Malaysia sebesar USD 29,97 juta (14,02%), dan Jepang sebesar USD 23,17 juta (10,84%). Sementara ekspor ke negara Amerika Serikat sebesar USD 46,56 juta (21,79%) pada triwulan laporan. Dari sisi impor (April-Mei 2010), impor non migas mengalami peningkatan sebesar 67,64% (USD 12,28 juta) jika dibandingkan periode yang sama triwulan sebelumnya (Januari-Februari 2010) sehingga menjadi sebesar USD 30,43 juta. Impor migas luar negeri terbesar adalah untuk perlengkapan dan mesin penghasil daya (power generating machine & equipment) sebesar USD 10,32 juta (33,92%) diikuti dengan Perlengkapan dan mesin industri (General industrial mach & eqpt.) sebesar USD 4,00 juta (13,16%). Peningkatan impor pada triwulan laporan disebabkan oleh meningkatnya sub mesin penghasil daya (power generating machine & equipment) sebesar USD 6,13 juta (meningkat 146,40%). Grafik 1.54. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi 25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
2008 MACHINERY & TRANSPORT EQP
6
7
8
9
10
11
12
1
2009 CHEMICAL
2
3
4
5
2009 LAINNYA
29
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.55. Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi Ribu USD 14,000 12,000
71 - POWER GENERATING MACH. & EQP
72 - MACH.SPECIAL FOR PARTIC.INDS
74 - GENERAL INDUSTRIAL MACH.&EQP
59 - CHEM.MATERIALS& PRODUCTS,NES
LAINNYA
10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
2009
3
4
5
2010
Pangsa impor Provinsi Jambi pada periode triwulan laporan masih didominasi oleh kelompok peralatan mesin dan transport (machinery&transport equipment) yang menguasai 56,33% dari nilai impor. Selain itu, kelompok barang-barang manufaktur juga memberikan kontribusi impor sebesar 26,64% dari total impor Provinsi Jambi dengan komoditas utamanya adalah besi dan baja sebesar USD 7,12 juta. Grafik 1.56. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual Ribu USD 18,000 16,000 14,000
C. CANADA
SINGAPORE
MALAYSIA
C. TAIWAN
C. R.R.C
LAINNYA
C. HONGKONG
12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 1
2
3
4
5
6
7 2009
30
8
9
10
11
12
1
2
3 2010
4
5
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.57. Pangsa Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
2009
3
4
5
2010
LAINNYA
C. R.R.C
C. TAIWAN
MALAYSIA
SINGAPORE
C. CANADA
C. HONGKONG
Berdasarkan negara penjual, impor Provinsi Jambi pada triwulan laporan terutama berasal dari Singapura sebesar USD 14,83 juta (48,72%), diikuti dengan Hongkong sebesar USD 10,88 juta (35,76%) dari total impor pada triwulan laporan (s.d. bulan Mei) sebesar USD 30,43 juta.
31
Halaman ini sengaja dikosongkan
Boks 1. DAMPAK PENYELENGGARAAN PEMILUKADA TERHADAP PEREKONOMIAN JAMBI I. PENDAHULUAN Pemilukada yang diselenggarakan di Provinsi Jambi pada tanggal 19 Juni 2010 bukan saja menjadi media implementasi prinsip demokrasi namun juga berdampak secara
ekonomi.
Dalam
tahapan
pemilukada
biasanya
terjadi
peningkatan
pengeluaran, baik yang dilakukan oleh peserta pemilukada maupun yang bersumber dari pemerintah yang dianggarkan dalam APBD. Kondisi ini berpotensi memberi dampak yang positif bagi kinerja perekonomian terutama yang berasal dari meningkatnya belanja konsumsi beberapa sektor terkait. Ada beberapa sektor yang ditenggarai menerima dampak meningkatnya pengeluaran karena Pemilukada. Sektor dimaksud diantaranya adalah industri pengolahan kertas dan barang cetakan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor
perbankan dan lembaga keuangan
lainnya (jasa perusahaan) serta sektor jasa pemerintahan. Dampak tersebut akan menjadi sangat optimal bila belanja pemilukada tersebut secara maksimal terserap oleh pelaku ekonomi di Provinsi Jambi. Bila mencermati fenomena yang terjadi, tidak semua dana pengeluaran pemilukada dibelanjakan di daerah Provinsi Jambi. Beberapa argumentasi yang dapat menjelaskan fenomena tersebut antara lain, pertama adanya penggunaan jasa konsultan marketing politik yang berasal dari Jakarta. Kedua, kapasitas dan teknik produksi pada sektor ekonomi terkait yang masih terbatas. Dengan demikian terdapat kecenderungan sebagian besar belanja konsumsi dalam pemilukada terjadi diluar Provinsi Jambi. Bila hipotesis ini benar maka pemilukada tidak secara signifikan berdampak terhadap perekonomian Jambi. Untuk lebih mengetahui secara spesifik dampak pemilukada terhadap perekonomian Jambi maka diperlukan sebuah kajian singkat lebih lanjut. II. KERANGKA KONSEPSIONAL Indikator
ekonomi
yang
paling
umum
digunakan
untuk
memahami
perkembangan perekonomian suatu daerah dapat diamati dari perkembangan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Secara konsepsional ada 3 pendekatan dalam perhitungan nilai PDRB yaitu pendekatan produksi (production approach), pendekatan pengeluaran (consumption approach) dan pendekatan pendapatan (income approach). Pendekatan pertama dan kedua merupakan pendekatan yang lebih populer digunakan dalam menganalisis perekonomian suatu daerah guna perumusan kebijakan.
i
Pada pendekatan produksi, perekonomian dikelompokan kedalam sembilan sektor produksi. Nilai PDRB dihitung berdasarkan nilai tambah yang dihasilkan oleh masing-masing sektor produksi. Dalam kasus pemilukada, pengeluaran yang terjadi akan mendorong dan menjadi stimulus pada sektor-sektor yang terkait sehingga diharapkan berdampak terhadap
perekonomian secara keseluruhan. Sedangkan
pendekatan pengeluaran, nilai PDRB dihitung berdasarkan pengeluaran yang dilakukan oleh 4 pelaku ekonomi yaitu rumah tangga (C), swasta (I), pemerintah (G) dan perdagangan luar negeri (X-M). Dampak pengeluaran pemilukada akan terlihat melalui peningkatan
pengeluaran konsumsi pemerintah dan pengeluaran lembaga swasta
nirlaba. Bila
kita
mencoba
melakukan
analisis
dampak
Pemilukada
terhadap
perekonomian maka analisis akan dimulai dari seberapa besar dana yang tersalurkan kepada masyarakat dalam aktivitas pemilukada. Secara substantif, kucuran dana ke masyarakat berasal dari dua sumber yaitu dari dana pemilukada
dan
partai
pengusung
serta
dana
kampanye calon peserta APBD
untuk
membiayai
penyelenggaraan pemilukada. Undang-Undang No.32 Tahun 2004 pasal 112 menyatakan bahwa anggaran penyelenggaraan pemilukada adalah tanggung jawab pemerintah. Ini berarti, pemerintah daerah harus mengalokasikan besaran dana tertentu didalam APBD untuk membiayai penyelenggaraan pemilukada. Bila dikaitkan dengan konsep PDRB, berarti kucuran dana yang dianggarkan dalam APBD ini dihitung sebagai pengeluaran pemerintah (G) yang akan menjadi stimulus dalam perekonomian dan pada akhirnya mempengaruhi besaran perkembangan perekonomian daerah. Pada sisi lain, dalam Undang-Undang No. 32 pasal 83 ayat (1) Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, menyatakan bahwa dana kampanye pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah diperoleh dari pasangan calon yang bersangkutan, partai politik dan/atau gabungan partai politik yang mengusulkan, dan/atau sumbangan pihak-pihak lain yang meliputi sumbangan perseorangan dan/atau badan hukum swasta, serta dapat berupa uang, barang, dan/ atau jasa. Semua dana kampanye tersebut harus dilaporkan secara transparan dan akuntable sesuai dengan Peraturan KPU No. 06 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaporan Dana Kampanye Peserta Pemilihan Umum Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Dalam konsep PDRB, penggunaan dana kampanye yang berasal dari peserta pemilukada ini diperhitungkan sebagai pengeluaran lembaga swasta nirlaba atau non profit. Secara makro, dampak pemilukada terhadap perekonomian akan terlihat dari besaran total dana yang berperan sebagai stimulus dalam perekonomian. Bila logika ini dipakai maka dampak pemilukada secara sederhana dapat diukur dari multiplier effect yang dihasilkan dari kegiatan pemilukada tersebut yaitu dengan menggunakan rumus
ii
ME =
1 xDP . Dimana ME adalah koefisien multiplier effect, MPC adalah marginal 1 − MPC
provensity to consume sedangkan DP adalah besaran total dana pemilukada yang dikucurkan ke masyarakat. Konsep
di
atas
tentu
saja
memerlukan
asumsi
yang
ketat
dalam
implementasinya. Dalam artian, semua dana yang terpakai dalam pemilukada semuanya dilepaskan dalam wilayah daerah tersebut sehingga benar-benar berfungsi sebagai stimulus bagi pelaku ekonomi yang ada. III. DAMPAK PENGELUARAN PEMILUKADA TERHADAP PEREKONOMIAN Secara umum, dampak pemilukada lebih didasarkan pada besaran pengeluaran yang dilakukan oleh peserta pemilukada dan pemerintah daerah yang dianggarkan dalam APBD. Dengan demikian, dalam menganalisis dampak pemilukada tersebut harus beranjak dari kedua hal tersebut. Dampak Dana (Kampanye) Peserta Pemilukada Terdapat beberapa pos pengeluaran yang harus dibiayai oleh peserta pemilukada. Pertama, dana untuk partai pengusung. Dana ini pada prinsipnya akan digunakan oleh partai pengusung untuk menggerakan mesin partai dalam memobilisasi konstituen partai. Pengeluaran dari pos pertama ini diharapkan memberi dampak pada pergerakan sektor transportasi serta sektor riil dalam memenuhi konsumsi. Kecenderungan umum, dana yang dikeluarkan oleh pasangan calon pemilukada berada pada besaran 3 milyar rupiah sehingga secara total diperkirakan sekitar 12 milyar rupiah dana yang dikeluarkan untuk pos ini. Kedua, dana untuk keperluan kampanye, termasuk didalamnya dana untuk membiayai promosi melalui media massa atau media lainnya, tim sukses, mobilitas massa dan mendatangkan hiburan dari luar kota. Besaran dana untuk kegiatan ini pada kisaran 7 milyar rupiah atau 28 milyar rupiah untuk empat pasangan calon. Secara umum hanya sebagian kecil dana yang akan terserap didaerah. Idealnya, diharapkan pengeluaran dari pos ini dapat maksimal terserap oleh pelaku ekonomi lokal. Namun kecenderungan yang terjadi, peralatan kampanye dalam skala besar diproduksi justru di luar Provinsi Jambi. Sehingga dampak pengeluaran dari pos ini menjadi tidak maksimal. Ketiga adalah pengeluaran untuk membiayai konsultan marketing politik. Kegiatan yang harus dibiayai biasanya didahului dengan survey hingga sampai pada kegiatan pencitraan calon. Untuk keperluan ini dibutuhkan dana sebesar 3 milyar rupiah. Hal ini biasanya dilakukan oleh konsultan dari Jakarta. Ini berarti, hampir keseluruhan pengeluaran pos ini tidak terserap oleh pelaku ekonomi lokal. Keempat, dana yang dikeluarkan pada saat pemungutan suara berlangsung. Fenomena riil yang ditemui, peserta pemilukada menyiapkan 2-10 orang saksi pada masing-masing TPS, yang berjumlah sebanyak 700 TPS. Masing-masing saksi diberi uang saku berkisar Rp 100.000,- sampai dengan Rp
iii
250.000,- Bila dipakai skenario minimal maka diperkirakan dana yang akan dikucurkan oleh keempat peserta pemilukada sebanyak 1,26 milyar atau (700x4x3x150.000). Perkiraan diatas menyimpulkan bahwa pengeluaran dana yang dilakukan oleh peserta pemilukada masih belum berdampak optimal. Karena hampir 50% dana yang dikeluarkan untuk pos kedua dan ketiga justru dibelanjakan diluar daerah sehingga lebih bersifat capital out flow. Bila dikalkulasikan secara keseluruhan berarti dana yang terserap dalam perekonomian lokal pada kisaran 33,26 milyar rupiah, sisanya sebesar 20 milyar rupiah bersifat capital out flow. Dampak Anggaran Pemerintah Untuk Pemilukada Sesuai dengan amanah Undang-Undang No.32 Tahun 2004 pasal 112 menyatakan bahwa anggaran penyelenggaraan pemilukada adalah tanggung jawab pemerintah yang dianggarkan dalam APBD. Untuk Provinsi Jambi, dana yang dianggarkan dalam APBD adalah sebesar 50 milyar. Dana tersebut digunakan untuk membiayai semua tahapan pemilukada, baik pengeluaran yang bersifat honor maupun untuk peralatan kegiatan pemilukada. Pengeluaran yang dianggarkan melalui APBD ini diharapkan memiliki dampak terhadap pergerakan ekonomi lokal, terutama yang terkait dengan honor pada saat pelaksanaan pemilukada dan upah tenaga kerja dalam pencetakan kertas suara. Sedangkan bahan pencetakan peralatan pemilukada justru didatangkan dari luar Jambi. Dana yang terserap dari anggaran yang dialokasikan dalam APBD diperkirakan pada kisaran 25% atau 12,5 milyar. Dampak Pemilukada Terhadap Perekonomian Berdasarkan perkiraan yang telah dilakukan, dari total pengeluaran yang dilakukan oleh peserta pemilukada yaitu sebesar 53,26 milyar rupiah dan pengeluaran yang dianggarkan pemerintah sebesar 50 milyar maka diperkirakan dana yang terserap dalam perekonomian Jambi hanya sebesar 45,76 milyar rupiah. Diperkirakan, dari besaran dana tersebut hanya memberi dampak ekonomi yang kecil pada sektor industri pengolahan (industri kertas dan barang cetakan), sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor perbankan dan lembaga keuangan lainnya (jasa perusahaan) dan sektor jasa-jasa (jasa pemerintahan). Bila diskenariokan semua pengeluaran yang terjadi dalam pemilukada terserap oleh semua sektor ekonomi di Provinsi Jambi maka diperkirakan akan memberi dampak multiplier effect sebesar 295,03 milyar rupiah atau akan memberi daya tumbuh ekonomi cukup besar yaitu 1,90%. Namun dikarenakan tidak semua pengeluaran pemilukada terserap oleh pelaku ekonomi lokal yaitu hanya sebesar 45,76 milyar rupiah atau hanya 44,23% maka multiplier effect yang tercipta adalah sebesar 130,74 milyar rupiah atau akan mendorong ekonomi tumbuh hanya sebesar 0,63%.
iv
IV. PENUTUP Ada beberapa hal yang menjadi catatan terhadap dampak pengeluaran pemilukada terhadap perekonomian daerah Provinsi Jambi. 1.
Diperkirakan besaran pengeluaran dana kampanye peserta pemilukada mencapai angka 13,4 milyar rupiah per peserta, melebihi angka 4 milyar seperti yang dilaporkan secara resmi. Sedangkan pengeluaran pemerintah yang dianggarkan dalam APBD 2010 adalah sebesar 50 milyar rupiah.
2.
Dampak pengeluaran pemilukada terhadap kinerja konsumsi daerah tidak terlihat secara significant. Dikarenakan tidak semua pengeluaran pemilukada terkucur didaerah Jambi karena belanja pemilukada hampir 55,77% dibelanjakan di luar Jambi terutama untuk membiayai pencetakan peralatan kampanye, artis penghibur dan konsultan marketing politik.
3.
Bila diasumsikan, semua dana yang dikucurkan dalam kegiatan pemilukada terserap pelaku ekonomi Provinsi Jambi maka diperkirakan akan memberi multiplier effect terhadap perekonomian Jambi sebesar 295,03 milyar rupiah atau dapat mendorong bertambahnya daya tumbuh perekonomian Jambi sebesar 1,90%. Namun dikarenakan perkiraan dana yang terserap oleh pelaku ekonomi Jambi hanya pada kisaran 44,23% maka multiplier effect yang tercipta hanya pada kisaran 130,74 milyar rupiah atau hanya dapat mendorong ekonomi Jambi pada kisaran 0,63%.
v
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB II PERKEMBANGAN HARGA-HARGA
A. Kajian Umum Inflasi Kota Jambi pada triwulan II-2010 mencapai 3,22% (q-t-q), meningkat dibandingkan triwulan I-2010 yang mengalami inflasi sebesar 1,53% (q-t-q). Inflasi yang terjadi di Kota Jambi berasal dari meningkatnya laju inflasi kelompok bahan makanan. Perkembangan harga sub kelompok bumbubumbuan serta sub kelompok daging dan hasil-hasilnya yang cukup tinggi membuat angka inflasi Kota Jambi meningkat cukup signifikan. Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi Persen (%) 20.00
Bulanan (m-t-m)
Triwulanan (q-t-q)
Year to date (y-t-d)
Year on year (y-o-y)
15.00
10.00
5.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2006
2007
2008
2009
2010
(5.00) Sumber: BPS Provinsi Jambi. Sejak Januari 2008 menggunakan IHK tahun dasar 2007=100
Inflasi Kota Jambi pada akhir periode triwulan II-2010 sebesar 7,91% (y-oy) meningkat dari triwulan sebelumnya 3,79% (y-o-y) pada Maret 2010. Sementara, pergerakan inflasi bulanan yang tercatat di bulan April, Mei dan Juni 2010 masing-masing sebesar minus 0,02%(m-t-m), 0,01%(m-t-m) dan 3,23%(mt-m).
33
INFLASI Inflasi yang terjadi pada triwulan laporan terutama disumbangkan oleh inflasi kelompok bahan makanan. Kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar serta kelompok sandang juga mengalami inflasi yang lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Sementara, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami penurunan harga (deflasi) (lihat tabel 2.1.). Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi Triwulan IV-2009
KELOMPOK I
Bahan Makanan
II
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
Triwulan I-2010
Triwulan II-2010
qtq
yoy
qtq
yoy
qtq
yoy
-2.13
-2.12
2.10
2.09
9.14
14.54
3.67
8.92
3.51
8.79
1.40
10.14
III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar
-0.06
3.44
0.83
0.54
1.23
2.10
IV Sandang
1.56
5.23
-0.10
1.62
1.45
3.00
V Kesehatan
5.19
7.66
1.08
8.26
0.67
7.67
VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga
1.30
8.23
0.45
8.56
-0.02
8.65
VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
1.20
-1.02
0.34
3.93
-0.09
3.43
0.58
2.49
1.53
3.79
3.22
7.91
INFLASI Sumb Sumber: BPS (diolah)
Meningkatnya biaya sub kelompok bumbu-bumbuan serta sub kelompok daging dan hasil-hasilnya selama periode triwulan laporan memberikan sumbangan inflasi pada kelompok bahan makanan. Hal ini didorong juga dengan meningkatnya sub kelompok biaya tempat tinggal serta sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya sehingga memicu inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar serta kelompok sandang. Grafik 2.2. Perkembangan Laju Inflasi Kota Jambi Persen 20.00
Kota Jambi
18.00
16.50
16.1016.35 15.12
Nasional
16.00
13.9913.68 12.62
14.00
10.00 8.43
8.46
7.66
7.25
8.00 5.12 4.67
6.00
9.65
8.96
6.67
11.57
10.96 9.92
10.66
12.00
7.52
9.16 7.91
7.42 5.69
4.49
3.79
4.00 1.10
2.00
1.71
2.49
0.00 1
2
3
2003
34
4
1
2
3
2004
4
1
2
3
2005
4
1
2
3
2006
4
1
2
3
2007
4
1
2
3
2008
4
1
2
3
2009
4
1
2
2010
- 34 -
INFLASI Perkembangan inflasi tahunan Kota Jambi dan nasional kembali menunjukkan peningkatan semenjak triwulan III-2009. Pada triwulan laporan Inflasi Kota Jambi secara tahunan (y-o-y) sebesar 7,91% lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional yang sebesar 5,05%. Secara regional, tingkat inflasi di Jambi paling tinggi dibandingkan daerah sekitarnya. Inflasi di Jambi lebih tinggi dibandingkan Bengkulu (7,21%/y-o-y), Padang (6,96%/y-o-y), Pekanbaru (4,58%/y-o-y) serta Palembang (3,62%/y-o-y).12 Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan Kota sekitarnya Y-O-Y
16
Padang
Jambi Pekanbaru
Bengkulu Palembang
14 12 10 8 6 4 2 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
11
1
1
2
3
4
5
2008
6
7
8
9
1
11
1
1
2
3
4
5
6
2009
catatan: mulai bulan Juni 2008, angka inflasi menggunakan tahun dasar 2007
B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang Dilihat per sub kelompok, inflasi tertinggi pada triwulan laporan adalah sub kelompok bumbu-bumbuan serta sub kelompok daging dan hasil-hasilnya. Sementara, sub kelompok yang mengalami penurunan harga (deflasi) terbesar adalah sub lemak dan minyak.
12
Sumber: DSM, Bank Indonesia.
35
INFLASI Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa KELOMPOK/SUBKELOMPOK I. a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. II. a. b. c. III. a. b. c. d. IV. a. b. c. d. V. a. b. c. d. VI. a. b. c. d. e. VII a. b. c. d.
BAHAN MAKANAN PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA DAGING-DAN HASIL-HASILNYA IKAN SEGAR IKAN DIAWETKAN TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA SAYUR-SAYURAN KACANG-KACANGAN BUAH-BUAHAN BUMBU-BUMBUAN LEMAK DAN MINYAK BAHAN MAKANAN LAINNYA MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU MAKANAN JADI MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR BIAYA TEMPAT TINGGAL BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA SANDANG SANDANG LAKI-LAKI SANDANG WANITA SANDANG ANAK-ANAK BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA KESEHATAN JASA KESEHATAN OBAT-OBATAN JASA PERAWATAN JASMANI PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA JASA PENDIDIKAN KURSUS-KURSUS / PELATIHAN PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN REKREASI OLAHRAGA TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN TRANSPOR KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR JASA KEUANGAN INFLASI (UMUM)
Triwulan IV-2009 qtq -2.13 4.87 -10.20 -0.10 1.73 -0.63 8.57 2.94 -3.72 -25.32 2.46 -5.26 3.67 4.43 3.78 1.92 -0.06 0.31 -0.84 1.16 -0.85 1.56 -0.08 -0.04 -0.05 5.78 5.19 7.11 0.36 42.28 -0.28 1.30 0.00 0.00 -0.03 7.67 1.12 1.20 -0.28 0.00 15.02 0.00 0.58
yoy -2.12 4.32 0.14 -7.97 -0.15 0.76 6.78 -13.01 2.12 -13.18 -5.81 -5.43 8.92 7.43 25.24 3.96 3.44 7.66 -0.53 -3.88 -0.14 5.23 1.13 0.95 1.57 16.76 7.66 7.11 9.13 44.89 1.68 8.23 11.53 1.69 1.14 6.51 5.90 -1.02 -4.43 0.39 22.96 0.22 2.49
Triwulan I-2010 qtq 2.10 3.64 9.43 -11.44 -0.08 -2.19 12.24 0.61 3.33 6.96 3.25 8.68 3.51 4.49 2.79 1.72 0.83 1.36 0.71 -0.98 -0.24 -0.10 2.06 -0.14 -0.44 -1.63 1.08 0.00 4.06 0.16 1.01 0.45 0.00 0.00 3.85 -0.78 -0.20 0.34 0.51 0.00 0.02 0.00 1.53
yoy 2.09 10.41 3.86 -14.69 -1.59 0.03 25.81 -6.38 17.84 -2.06 -4.76 4.26 8.79 9.59 13.04 4.63 0.54 1.46 0.17 -2.70 -0.76 1.62 3.13 0.69 0.86 1.72 8.26 7.11 11.78 45.12 2.07 8.56 11.53 1.69 4.16 5.60 5.70 3.93 2.99 0.00 21.27 0.22 3.79
Triwulan II-2010 qtq 9.14 3.03 13.03 -2.25 -2.58 2.08 -3.11 -0.33 8.76 87.46 -3.24 1.41 1.40 1.52 0.43 1.69 1.23 2.02 0.48 0.08 -0.05 1.45 0.69 -0.21 -0.13 4.79 0.67 0.00 1.01 8.26 -0.45 -0.02 0.00 0.00 0.30 -0.40 0.44 -0.09 -0.70 0.00 3.49 0.00 3.22
yoy 14.54 15.52 9.02 -4.77 -1.31 1.77 17.94 2.65 20.71 116.68 -6.89 6.68 10.14 11.21 13.44 5.89 2.10 4.13 0.34 -0.87 -1.44 3.00 3.84 0.94 -0.41 6.68 7.67 7.11 7.47 57.10 0.72 8.65 11.53 1.69 3.83 6.40 6.16 3.43 1.92 0.00 23.32 0.22 7.91
Sumb Sumber: BPS (diolah)
Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.3.), penyumbang pembentukan inflasi terbesar adalah cabe merah; bawang putih; bawang merah (April 2010), udang basah; daging ayam ras; lambak (Mei 2010) serta cabe merah; daging ayam ras; beras (Juni 2010). Sementara itu, deflasi yang dialami kota Jambi pada bulan April 2010 dipicu oleh menurunnya harga daging ayam ras; bayam dan beras.
36
- 36 -
INFLASI Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode triwulan II-2009 10 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI
TW II-2010
10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI
Sumbangan APRIL
TW II-2010 Sumbangan
APRIL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
CABE MERAH BAWANG PUTIH BAWANG MERAH TOMAT SAYUR KOL PUTIH/KUBIS PEPAYA TARIP GUNTING RAMBUT PRIA BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA ROKOK KRETEK FILTER EMAS PERHIASAN Sumbangan 10 Komoditas
0.4374 0.0375 0.0304 0.0283 0.0251 0.0195 0.0191 0.0149 0.0115 0.0110 0.6347
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
UDANG BASAH DAGING AYAM RAS LAMBAK EMAS PERHIASAN JERUK BAYAM BENSIN PETAI CABE MERAH GULA PASIR Sumbangan 10 Komoditas
0.0663 0.0549 0.0390 0.0265 0.0233 0.0232 0.0232 0.0205 0.0153 0.0150 0.3072
CABE MERAH DAGING AYAM RAS BERAS TUKANG BUKAN MANDOR BAWANG MERAH NASI PISANG PEMELIHARAAN/SERVICE ROKOK KRETEK FILTER CABE RAWIT Sumbangan 10 Komoditas
1.3291 0.6779 0.4504 0.2084 0.1131 0.1070 0.0619 0.0459 0.0455 0.0436 3.0828
MEI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
DAGING AYAM RAS BAYAM BERAS MINYAK GORENG UDANG BASAH GABUS CABE RAWIT GULA PASIR KACANG PANJANG TAHU MENTAH Sumbangan 10 Komoditas
-0.2492 -0.1605 -0.0899 -0.0445 -0.0250 -0.0221 -0.0219 -0.0159 -0.0139 -0.0129 -0.6558
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
BERAS NILA PASIR TOMAT BUAH DENCIS GABUS MINYAK GORENG PATIN KACANG PANJANG BAWANG MERAH Sumbangan 10 Komoditas
-0.1370 -0.0941 -0.0379 -0.0262 -0.0260 -0.0232 -0.0191 -0.0186 -0.0107 -0.0087 -0.4015
BENSIN KANGKUNG TONGKOL GULA PASIR PATIN DENCIS BAYAM NANAS MINYAK GORENG DAUN SINGKONG Sumbangan 10 Komoditas
-0.1096 -0.0255 -0.0210 -0.0173 -0.0139 -0.0130 -0.0125 -0.0113 -0.0103 -0.0098 -0.2442
MEI
JUNI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
JUNI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sumber : BPS (diolah)
1. Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan pada triwulan II-2010 mengalami inflasi sebesar 9,14% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok bumbu-bumbuan sebesar 87,46% (q-t-q) serta sub kelompok daging dan hasil-hasilnya sebesar 13,03% (q-t-q).
37
INFLASI Grafik 2.4. Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng (Rp/Kg) 12500
(Ringgit/Ton) 5000
CPO internasional (aksis kiri) Minyak goreng lokal (aksis kanan)
4500
11500
4000
10500
3500
9500
3000
8500
8500 2425 7500
2500 2000
6500
1500
5500
1000
4500
500 0
3500 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 2006
2007
2008
2009
2010
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
Pada triwulan laporan, harga rata-rata crude palm oil (CPO) internasional mengalami penurunan. Selama triwulan II-2010, harga CPO menurun 2,24%. Sejalan dengan hal tersebut, penurunan harga CPO diikuti dengan turunnya harga minyak goreng lokal. Harga rata-rata minyak goreng lokal berdasarkan data dari Disperindag turun 3,84% dibandingkan triwulan lalu. Melambatnya permintaan terhadap CPO menyebabkan harga minyak goreng dalam negeri turun. Grafik 2.5. Perkembangan Harga Tepung Terigu (USD/Bushel)
(Rp/Kg)
1200
8500
Wheat/Gandum (aksis kiri) 1000
8000
Tepung Terigu lokal (aksis kanan)
7500 7500
800
7000 6500 6000
600 5500 464.75 5000
400
4500 4000
200
3500 0
3000 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 2006
2007
2008
2009
2010
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
38
- 38 -
INFLASI Sementara, perkembangan harga tepung terigu merek Segitiga Biru relatif stabil yaitu di harga Rp7.500/kg. Tren penurunan rata-rata harga gandum, yang merupakan bahan baku tepung terigu, di pasar internasional sebesar 1,17% menjadi $464,75/bushel pada triwulan laporan belum diikuti dengan turunnya harga tepung terigu di Jambi.13 Perkembangan harga sub kelompok bumbu-bumbuan pada triwulan laporan mengalami peningkatan sebesar 87,46% (q-t-q) terutama dipengaruhi oleh meningkatnya harga cabe merah (keriting dan biasa) yang cukup signifikan. Terjadinya keterlambatan pasokan cabai di pasar menyebabkan harganya melonjak naik.14 Keterlambatan pasokan cabai lokal ke pasar Angso Duo terkait 15
buruknya kondisi infrastruktur.
Disamping itu, naiknya harga karena supply
cabai di daerah penghasil (sentra cabai) terserang hama serta kondisi jalur transportasi yang belum membaik sehingga turut memicu meningkatnya harga cabai.16 Grafik 2.6. Perkembangan Harga Cabe Merah dan Bawang (Rp/kg)
35000 30000
Cabe Merah Keriting
Cabe merah Biasa
Bawang Putih
Bawang Merah
25000 20000 15000 10000 5000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 2006
2007
2008
2009
2010
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
13
Satu bushel setara dengan 27 kg. Pasokan cabai ke Kota jambi dipasok dari Kerinci, Sarolangun, Sumatra Barat serta Bengkulu (Curup) 15 Sumber: Jambi Ekspres, 14 Juni 2010 16 Terus meningkatnya harga cabai merah juga dipicu oleh siklus tanaman yang sedang memasuki musim tanam sehingga produksi berkurang sementara musim hujan yang melanda menyebabkan hasil panen ada yang membusuk bahkan terserang hama. Tren peningkatan harga cabai merah secara signifikan terjadi semenjak bulan April 2010. 14
39
INFLASI Sub kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami inflasi sebesar 13,03% (q-t-q). Selama bulan Mei dan Juni 2010, daging ayam ras merupakan tiga besar komoditi penyumbang inflasi terbesar. Kenaikan harga daging ayam ras antara lain berasal dari naiknya harga pakan ternak dan harga bibit ayam. Sementara pergerakan harga daging sapi cenderung stabil selama triwulan laporan. Perkembangan harga beras (IR 64) menunjukkan peningkatan pada bulan Juni 2010 sebesar 5,97% dibandingkan Mei 2010. Harga rata-rata beras yang sempat stabil pada level Rp6.450/kg dari Februari-Mei 2010, meningkat menjadi Rp6.835/kg pada Juni 2010. Grafik 2.7. Perkembangan Harga Jagung (USD/Bushel) 800
(Rp/Kg) 7500 7000 6500 6000 5500 5000
Jagung internasional (aksis kiri) Jagung pipilan kering (aksis kanan)
700 600 500 400 300 200 100 0
354.254500 4000 3500 3500 3000 2500 2000 1500 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 2006
2007
2008
2009
Grafik 2.8. Perkembangan Harga Daging (Rp/Kg)
(Rp/Kg)
40000 70000 32000 65000 24000 60000 16000
55000
Ayam Kampung (aksis kiri) Daging Ayam Broiler (aksis kiri) Daging Sapi Murni (aksis kanan)
8000 0
45000 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 2006
2010
2007
2008
2009
2010
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
Grafik 2.9. Perkembangan Harga Beras17 (USD/CWT)
(Rp/Kg)
25
7500 7000 6450
20
6500 6000
15 12.22 10
4500
Beras internasional (aksis kiri) lokal IR 64 (aksis kanan)
4000
0
3500 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 2006
2007
2008
2009
2010
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
17
Cwt maksudnya hundredweight (100 pounds). 1 pounds setara dengan 453,59 gram/0,453 kg. Jadi 100 pounds sekitar 45,3 kg.
40
5500 5000
5
50000
- 40 -
INFLASI Meningkatnya harga beras dipicu oleh menurunnya pasokan beras di wilayah sentra produksi di luar provinsi Jambi (Sumatera Selatan) akibat dilanda banjir. Dengan demikian distribusi beras ke kota Jambi mengalami hambatan 18
sehingga harga meningkat.
2. Kelompok Makanan Jadi Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan II2010 mengalami inflasi sebesar 10,14% (y-o-y) dengan laju inflasi triwulanan sebesar 1,40% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi tercatat pada sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 1,69% (q-t-q), diikuti sub kelompok makanan jadi (1,52%/q-t-q) serta sub kelompok minuman tidak beralkohol (0,43%/q-t-q). Pada triwulan laporan, rokok kretek filter memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi kenaikan harga sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol. Naiknya harga rokok masih dipengaruhi oleh kenaikan cukai rokok yang mulai berlaku 1 Januari 2010 sesuai Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 181/PMK.011/2009 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau.
19
Sementara itu, naiknya harga beras dan harga ayam broiler terutama pada akhir perode triwulan laporan turut mempengaruhi harga nasi yang beranjak naik pada triwulan laporan. Pergerakan komoditas makanan jadi yang memberikan andil terhadap kenaikan inflasi adalah rokok kretek filter (April), gula pasir (Mei) serta nasi dan rokok kretek filter (Juni). 3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan II2010 mengalami inflasi sebesar 1,23% (q-t-q) serta dengan laju inflasi tahunan mencapai 2,10% (y-o-y). Berdasarkan sub kelompoknya, biaya tempat tinggal 18
Sumber: Jambi Independen, 11 Juni 2010. Penduduk Kota Jambi lebih suka mengkonsusmi beras yang berasal dari wilayah lain (Sumatera Selatan) sehingga pengaruh panen terhadap harga beras di Kota Jambi relatif kecil. Sementara itu, beras yang dihasilkan oleh provinsi Jambi cenderung untuk dijual ke provinsi sekitar (Kepulauan Riau, Bengkulu dan Sumatera Barat). 19
Sumber: www.depkeu.go.id. Besaran kenaikan tarif cukai tahun 2010 untuk sigaret adalah, SKM (Sigaret Kretek Mesin) I rata-rata sebesar Rp 20, SKM II sebesar Rp 20, SPM (Sigaret Putih Mesin) I sebesar Rp 35, SPM II sebesar Rp 28, SKT I (Sigaret Kretek Tangan) sebesar Rp 15, SKT II sebesar Rp 15, SKT III sebesar Rp 25.
41
INFLASI mengalami inflasi tertinggi yaitu sebesar 2,02% (q-t-q) diikuti kelompok bahan bakar, penerangan dan air (0,48%/q-t-q) serta perlengkapan rumah tangga (0,08%/q-t-q). Sementara, sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga mengalami deflasi sebesar 0,05% (q-t-q). 4. Kelompok Sandang Kelompok sandang pada triwulan II-2010 mengalami inflasi sebesar 1,45% (q-t-q). Inflasi kelompok sandang disumbangkan oleh sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya 4,79% (q-t-q) dan sub kelompok sandang laki-laki (0,69%/q-t-q). Sementara, sub kelompok wanita serta sub kelompok anak-anak masing-masing mengalami deflasi sebesar 0,21% (q-t-q) dan 0,13% (q-t-q). Grafik 2.10. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional Harga Emas (USD/Troy Ounce)
1400 1300 1200 1100 1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0
1113
1 2 34 5 6 7 8910111212 3 4 5 67 8 91011121 2 3 45 6 7 8 91011121 23 4 5 6 78 91011121 2 3 4 56 7 8 91011121 2 34 5 6 2005
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber: Bloomberg
Harga emas pada triwulan laporan kembali mengalami peningkatan. Harga rata-rata emas (logam mulia) 24 karat di Jambi pada triwulan II-2010 sebesar
Rp331.927,00/gram
meningkat 20
sebelumnya sebesar Rp318.418,00/gram.
20
4,24%
dibandingkan
triwulan
Hal ini sejalan dengan peningkatan
Sumber: BPS Provinsi Jambi.
42
- 42 -
INFLASI harga emas internasional yang mampu mencapai 1242,25/troy ounce pada akhir Juni 2010.21 5. Kelompok Kesehatan Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 7,67% (y-o-y) pada triwulan II-2010 atau dengan laju inflasi triwulanan sebesar 0,67% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok jasa perawatan jasmani sebesar 8,26% (q-t-q) diikuti oleh sub kelompok obatobatan sebesar 1,01% (q-t-q). Sementara itu, sub kelompok jasa kesehatan relatif tidak mengalami perubahan harga. Sedangkan sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika mengalami deflasi sebesar 0,45% (q-t-q). 6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan II-2010 mengalami deflasi sebesar 0,02% (q-t-q). Sub kelompok rekreasi mengalami penurunan
harga
terbesar
yaitu
0,40%
(q-t-q).
Sub
kelompok
perlengkapan/peralatan pendidikan serta sub kelompok olahraga mengalami inflasi. Sementara itu biaya jasa pendidikan dan kursus-kursus relatif tetap pada triwulan laporan. 7. Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Perkembangan
harga
yang
terjadi
pada
kelompok
transportasi,
komunikasi dan jasa keuangan di kota Jambi pada triwulan II-2010 sebesar minus 0,09% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, deflasi terjadi pada sub kelompok transportasi sebesar 0,70% (q-t-q). Sub kelompok sarana dan penunjang transpor mengalami inflasi sebesar 3,49% (q-t-q). Sementara, sub kelompok komunikasi dan pengiriman serta jasa keuangan tidak mengalami perubahan . Perkembangan harga minyak di pasar internasional mengalami tren penurunan selama periode triwulan II-2010. Setelah mampu mencapai harga USD 83,76/barrel pada akhir Maret 2010, harga minyak berangsur turun selama
21
Sumber: Bloomberg. (http://en.wikipedia.org)
1
(satu)
troy
ounce
setara
dengan
31,1034768
gram
43
INFLASI triwulan II-2010. Di akhir Juni 2010, harga minyak internasional sebesar USD 75,63/barrel. Dengan perkembangan tersebut, harga minyak internasional telah turun sebesar 0,24%. Penurunan harga minyak di pasar internasional berdampak baik pada APBN sehingga subsidi bahan bakar tidak melampaui target pemerintah. Implikasinya, pemerintah belum ada rencana untuk menaikkan kembali harga BBM dalam negeri yang dapat memicu kenaikan angka inflasi lebih tinggi lagi. Grafik 2.11. Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional Harga Minyak (USD/Barrel)
150 125 100 83.76
75 50 25 0 1 2 34 5 6 7 891011121 23 4 5 6 78 910111212 3 4 5 67 8 91011121 2 3 4 56 7 8 91011121 2 3 45 6 7 8 91011121 2 34 5 6 2005 Sumber: Bloomberg
44
2006
2007
2008
2009
2010
- 44 -
Boks 2. KONDISI HARGA TERKINI SERTA PERSIAPAN MENJELANG BULAN RAMADHAN
Perkembangan harga Kota Jambi pada bulan Juni 2010 mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu sebesar 3,23% (m-t-m). Dengan demikian inflasi tahunan kota Jambi yang pada bulan Mei 2010 sebesar 4,11% meningkat menjadi 7,91%. Angka tersebut jauh di atas angka inflasi nasional yang mencapai 5,05%. Berdasarkan kelompoknya, inflasi kota Jambi pada bulan Juni terutama disumbangkan oleh kelompok bahan makanan yaitu sebesar 2,78% dengan laju inflasi bulanan sebesar 9,82%. Sementara berdasarkan komoditinya, sumbangan inflasi terbesar pada bulan Juni 2010 berasal dari cabe merah (1,33%); daging ayam ras (0,68%); beras (0,45%). Grafik 1. Sumbangan Inflasi Tiga Komoditas Penyumbang Inflasi Kota Jambi Terbesar di Tahun 2010 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 -0.5 -1.0
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun 0.45
Sumb. Inflasi Beras
0.26
0.11
-0.13
-0.09
-0.14
Sumb. Inflasi Cabe merah
0.75
-0.14
-0.52
0.44
0.02
1.33
Sumb. Inflasi Daging ayam ras
0.14
0.07
0.13
-0.25
0.05
0.68
Inflasi (mtm)
1.95
-0.36
-0.05
-0.02
0.01
3.23
Memasuki bulan Juni 2010, luas panen padi provinsi Jambi masih cukup tinggi, bahkan meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Namun demikian, harga beras di Kota Jambi cenderung mengalami peningkatan dengan kisaran 3,71% - 7,50% dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
I
KHa
25
Luas Panen Padi Sawah (ha)
Luas Panen Padi Ladang (ha)
350
Pertumbuhan Padi Sawah (RHS)
Pertumbuhan Padi Ladang (RHS)
300
20
%
Grafik 2. Luas Panen Padi Provinsi Jambi Tahun 2009-2010
250 200
15
150 100
10
50 0
5
-50 -
2009
Jun
May
Apr
Mar
Feb
Jan
Des
Nov
Okt
Sept
Agust
Jul
Jun
May
Apr
Mar
Feb
Jan
-100
2010
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi
Masyarakat kota Jambi cenderung untuk mengkonsumsi beras bermerek dengan kualitas premium seperti beras putri palembang, padi burung, sepat siam, dan Anggur. Namun, beras-beras jenis tersebut berasal dari provinsi lain seperti Sumatera Selatan. Dengan demikian, menipisnya persediaan beras di wilayah di sentra produksi Sumatera Selatan akan berdampak pada harga beras di Kota Jambi walaupun di provinsi Jambi sendiri masih mengalami musim panen. Lebih lanjut, meningkatnya harga beras di kota Jambi ternyata memicu meningkatnya harga beras di kabupaten-kabupaten sehingga kenaikan harga tersebut menjadi merata di seluruh provinsi Jambi. Sementara itu, di dalam provinsi Jambi sendiri, produksi beras terutama berasal dari Kabupaten Kerinci, Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung Barat dan Merangin. Namun demikian, hasil produksi beras tersebut selain untuk memenuhi kebutuhan lokal juga akan dijual ke daerah di provinsi lain. Petani di Tanjung Jabung sudah menjalin kerjasama dengan Kepulauan Riau sementara beras produksi wilayah Kerinci sebagian dipasarkan di Sumatera Barat.
II
Kilo Ton
Grafik 3. Ketersediaan dan Kebutuhan Beras Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi
120
Ketersediaan
Kebutuhan
Neraca
100 80 60 40 20 0 -20
Kerinci
Tanjabtim Tanjabbar
Merangin Batanghari Sarolangun
bungo
Tebo
Muaro Jambi
Kota Jambi
-40 -60
Sumber: Badan Koordinasi Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Provinsi Jambi
Sementara itu, cabe merah yang merupakan produk dari luar provinsi Jambi juga berfluktuasi mengikuti harga dan pasokan di sentra produksi. Selama bulan Juni 2010, harga cabe merah meningkat sebesar 81,18%. Menurunnya pasokan akibat kurang kondusifnya cuaca juga terjadinya banjir di daerah produsen menyebabkan naiknya harga tersebut. Di sisi lain, daging ayam ras yang merupakan komoditi produksi lokal kota Jambi juga mengalami peningkatan harga. Menurunnya pasokan daging ayam di tingkat penjual juga menjadi faktor utama meningkatnya harga komoditi ini. Menjelang bulan Ramadhan dan hari besar keagamaan, persediaan bahan makanan pokok mencukupi. Namun demikian, harga beberapa komoditi terutama cabe merah dan daging ayam ras dikhawatirkan akan kembali meningkat. Cabe merah merupakan komoditi yang mudah membusuk sehingga fluktuasi harga dapat terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Menurunnya pasokan di saat tingginya permintaan dapat menimbulkan kepanikan bagi masyarakat sehingga memicu semakin tingginya harga. Sementara itu, untuk mengurangi dampak meningkatnya harga beras terutama bagi masyarakat kurang mampu, Pemerintah Daerah akan mengantisipasi dengan mengadakan
operasi
pasar
di
beberapa
kabupaten/kota.
Namun
demikian,
penyelenggaraan operasi pasar tersebut hanya bersifat jangka pendek dalam membantu daya beli masyarakat.
III
REKOMENDASI 1. Dalam jangka panjang, diperlukan upaya untuk meningkatkan kemandirian provinsi Jambi akan pangan, misalnya dengan pengembangan budidaya cabe merah di tingkat rumah tangga, serta pengembangan jagung sebagai pakan ternak. 2. Peningkatan kualitas dan kuantitas beras produksi provinsi Jambi. Dengan demikian diharapkan, beras yang dihasilkan dari kabupaten dapat dikonsumsi oleh masyarakat Kota Jambi sehingga ketergantungan beras akan provinsi lain berkurang. 3. Perlu adanya suatu kajian mengenai peta produksi dan distribusi beras di provinsi Jambi. Saat ini, belum diketahui berapa angka produksi beras yang pasti di setiap kabupaten/kota di provinsi Jambi. Selain itu, diperlukan pula kajian mengenai arah distribusi beras tersebut. 4. Meningkatkan koordinasi antara Bank Indonesia, dinas/instansi terkait melalui optimalisasi Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi Provinsi Jambi.
IV
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Kinerja perbankan pada triwulan II-2010 menunjukkan peningkatan dari sisi aset dan penyaluran kredit sementara penghimpunan dana pihak ketiga mengalami penurunan. Dengan demikian, Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan mengalami peningkatan 439 bps menjadi 86,64%. Dari sisi kualitas kredit yang diberikan menunjukkan penurunan, dimana pada triwulan laporan angka Non Performing Loan (NPL) mengalami peningkatan. A. Perkembangan Kelembagaan22 Secara kelembagaan, jumlah bank yang beroperasi di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Jambi sampai dengan Triwulan II - 2010 tercatat sebanyak 24 (dua puluh empat) bank umum dan 11 (sebelas) BPR, yang terdiri dari 204 kantor bank umum dan 17 kantor BPR. Dari 24 (dua puluh tiga) bank umum yang beroperasi di wilayah Jambi, terdapat 20 (dua puluh) bank konvensional, termasuk diantaranya 1 (satu) Bank Pembangunan Daerah, dan 4 (empat) bank syariah. Pada periode triwulan laporan terdapat penambahan satu buah bank umum yaitu kantor cabang Bank Agro serta 3 (tiga) kantor bank yaitu KCP BNI KLN Thehok, KCP Bank Mandiri Rimbo Bujang
dan KK Bank Muamalat.
Sementara untuk BPR, tidak terdapat penambahan kantor. Berdasarkan sebarannya, jumlah kantor bank umum terbesar masih terdapat di Kota Jambi, yaitu sebanyak 81 (delapan puluh satu) kantor atau 36,65% dari seluruh total kantor bank di Provinsi Jambi. Sementara, untuk kabupaten yang paling sedikit jumlah kantor banknya adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur, yaitu sebanyak 5 (lima) kantor (2,26%).
22
Rincian jumlah Kantor Bank Umum dan BPR per-kabupaten/kota se-Provinsi Jambi dapat dilihat pada halaman lampiran.
45
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Tabel 3.1 Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum dan BPR Provinsi Jambi JUMLAH BANK Kota Jambi Kerinci Bungo Muara Jambi Sarolangun Tebo Merangin Batanghari Tanjung Jabung Barat Tanjung Jabung Timur TOTAL
Trw I 69 19 14 18 13 13 14 12 13 5 190
2009 Trw II Trw III 73 75 20 20 15 16 18 18 13 13 13 13 15 15 12 12 13 13 5 5 197 200
Trw IV 76 21 18 19 15 14 15 14 13 5 210
Trw I 79 21 20 19 16 14 15 14 14 5 217
2010 Trw II 81 21 21 19 16 15 15 14 14 5 221
Pangsa (%) 36.65 9.50 9.50 8.60 7.24 6.79 6.79 6.33 6.33 2.26 100.00
B. Bank Umum23 1. Perkembangan Aset Bank Total aset bank umum di Provinsi Jambi pada triwulan laporan meningkat Rp286,34
miliar
atau
1,91%
namun
melambat
dibandingkan
triwulan
sebelumnya yang mampu tumbuh mencapai 5,46%. Meningkatnya aset perbankan dipicu oleh meningkatnya aset bank swasta sebesar Rp264,20 miliar (6,45%). Sementara itu aset bank syariah meningkat Rp27,40 miliar (meningkat 5,69%). Dengan demikian, total aset bank umum pada triwulan laporan naik menjadi sebesar Rp15.278,71 miliar.
24
Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi Rp miliar
Persen
18,000 20.00
16,000 Jumlah Aset (aksis kiri)
Pertumbuhan q-t-q (%)
14,000
16.00
12,000 12.00 10,000 8,000
8.00
6,000
4.00
4,000 0.00
2,000
-4.00
Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q204 04 04 04 05 05 05 05 06 06 06 06 07 07 07 07 08 08 08 08 09 09 09 09 10 10
23 24
Posisi data bank umum diambil berdasarkan periode Laporan Bank Umum bulan Mei 2010. Bank konvensional termasuk bank milik pemerintah dan bank swasta nasional.
46
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Dilihat dari total pangsa pasar aset bank umum, pangsa aset bank konvensional tercatat sebesar 96,67% sementara aset bank syariah sebesar 3,33% pada triwulan laporan. 2. Perkembangan Dana Masyarakat Jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank umum pada triwulan laporan turun sebesar 0,07%, yaitu dari Rp11.470,94 miliar menjadi Rp11.463,46 miliar. Berdasarkan kelompok bank, pertumbuhan DPK bank umum dialami oleh bank syariah sementara penghimpunan dana oleh bank konvensional mengalami penurunan. DPK bank syariah meningkat sebesar Rp4,70 miliar atau setara dengan 1,83% sementara DPK bank konvensional menurun sebesar Rp12,18 miliar atau sebesar 0,11% dari triwulan sebelumnya. Dengan demikian total DPK bank umum pada triwulan laporan mengalami penurunan sebesar Rp7,48 miliar. Tabel 3.2 Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) URAIAN
2009
2010
Pertumbuhan Nominal Persen (12,181) (0.11) (276,307) (9.59) 196,319 3.57 67,807 2.39
Bank Konvensional 1 Giro 2 Tabungan 3 Simpanan Berjangka
Trw I 10,080,116 2,325,515 4,610,190 3,144,411
Trw II 10,349,880 2,373,677 4,909,160 3,067,043
Trw III 9,998,588 2,047,600 5,002,675 2,948,313
Trw IV 10,597,374 1,929,641 5,904,495 2,763,238
Trw I 11,213,788 2,880,322 5,494,397 2,839,069
Trw II 11,201,607 2,604,015 5,690,716 2,906,876
Bank Syariah 1 Giro 2 Tabungan 3 Simpanan Berjangka
201,046 50,230 103,455 47,361
214,609 48,821 110,390 55,398
232,860 53,782 117,482 61,596
245,135 54,778 131,172 59,185
257,148 52,815 138,017 66,316
261,848 52,111 142,323 67,414
4,700 (704) 4,306 1,098
1.83 (1.33) 3.12 1.66
Jumlah 1 Giro 2 Tabungan 3 Simpanan Berjangka
10,281,162 2,375,745 4,713,645 3,191,772
10,564,489 2,422,498 5,019,550 3,122,441
10,231,448 2,101,382 5,120,157 3,009,909
10,842,509 1,984,419 6,035,667 2,822,423
11,470,936 2,933,137 5,632,414 2,905,385
11,463,455 2,656,126 5,833,039 2,974,290
(7,481) (277,011) 200,625 68,905
(0.07) (9.44) 3.56 2.37
Berdasarkan jenis penghimpunan dana, menurunnya DPK pada triwulan laporan dipicu oleh menurunnya penghimpunan giro masyarakat sebesar Rp277,01 miliar (9,44%). Sementara, penghimpunan dana melalui tabungan dan deposito meningkat masing-masing sebesar Rp200,63 miliar (3,56%) dan Rp68,91 miliar (2,37%). Berdasarkan pangsanya, penghimpunan dana terbesar masih diraih oleh tabungan yaitu sebesar 50,88%, diikuti oleh deposito 25,95% dan giro 23,17%.
47
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Grafik 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi Rp miliar
Rp miliar
6,500 6,000 5,500 5,000 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 0
14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 Q1-03 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10
Giro (aksis kiri)
Simpanan Berjangka (aksis kiri)
Tabungan (aksis kiri)
DPK (aksis kanan)
Berdasarkan golongan pemilik, menurunnya nilai DPK terutama berasal dari golongan pemerintah daerah Rp147,28 miliar, perusahaan swasta sebesar Rp75,17 miliar, serta perorangan sebesar Rp29,03 miliar. Dengan demikian, berdasarkan pangsanya, DPK terbesar masih dikuasai oleh golongan pemilik perorangan yang mencapai 73,54%, diikuti oleh pemerintah daerah (14,73%), dan perusahaan swasta (5,83%). 25
Tabel 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik
(dalam jutaan rupiah) No.
Trw.I-2010
Golongan Pemilik
Nominal
Trw.II-2010 Share
Nominal
Share
Penduduk/Residents 1
Pemerintah
2
Pemerintah Daerah
62,629
0.55
60,776
0.54
1,796,811
15.66
1,649,529
14.73
3
Badan/lembaga pemerintah
78,112
4
Badan Usaha Milik Negara
112,636
0.68
63,509
0.57
0.98
121,301
5
Perusahaan asuransi
272,663
1.08
2.38
269,828
6
Perusahaan swasta
2.41
728,267
6.35
653,151
7
5.83
Yayasan dan Badan Sosial
93,097
0.81
104,099
0.93
8
Koperasi
34,019
0.30
24,508
0.22
9
Perorangan
73.54
8,266,470
72.07
8,237,444
10 Lainnya
25,530
0.22
17,062
0.15
Jumlah
11,470,234
100.00
11,201,207
100.00
Bukan Penduduk/Non-Residents Penduduk dan bukan penduduk
Berdasarkan
lokasi
0 11,470,234
bank,
jumlah
0 11,201,207
dana
masyarakat
perbankan
mengalami penurunan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tebo masing – masing sebesar Rp57,00 miliar (8,42%) dan Rp31,10 miliar (29,97%). Sementara 25
Perhitungan DPK berdasarkan golongan pemilik ada lah perhitungan untuk statistik moneter sehingga terdapat perbedaan dengan perhitungan DPK pada tabel sebelumnya.
48
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH itu, peningkatan DPK tertinggi dialami oleh Kota Jambi yang tumbuh sebesar Rp28,95 miliar (0,37%) diikuti dengan Sarolangun Rp19,53 miliar (28,77%) dan Kerinci Rp12,61 miliar (1,84%). Tabel 3.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Bank (dalam jutaan rupiah) No.
Kota/Kabupaten
Trw.IV-09 Nominal
Trw.I-10
Share
Nominal
Trw.II-10 Share
Pertumbuhan
Nominal
Share
Nominal
Persen
1 Kota Jambi
7,703,930
71.05
7,872,852
68.63
7,901,798
68.93
28,946
2 Batanghari
406,613
3.75
454,127
3.96
459,264
4.01
5,137
1.13
3 Tanjung Jabung Barat
552,483
5.10
677,151
5.90
620,148
5.41
(57,003)
(8.42)
4 Merangin
496,200
4.58
528,091
4.60
532,542
4.65
4,451
0.84
5 Kerinci
579,339
5.34
683,879
5.96
696,486
6.08
12,607
1.84
73,452
0.68
67,893
0.59
87,424
0.76
19,531
28.77
840,254
7.75
829,584
7.23
837,202
7.30
7,618
0.92
52,585
0.48
103,762
0.90
72,662
0.63
(31,100)
(29.97)
6 Sarolangun 7 Bungo 8 Tebo 9 Tanjung Jabung Timur JUMLAH
137,653 10,842,509
0.37
1.27
253,597
2.21
255,929
2.23
2,332
0.92
100.00
11,470,936
100.00
11,463,455
100.00
(7,481)
(0.07)
3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi pada triwulan laporan mengalami percepatan pertumbuhan dengan tumbuh sebesar 5,27% (Rp497,17 miliar), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 3,48%. Total penyaluran kredit pada triwulan laporan sebesar Rp9.931,46 miliar meningkat dari triwulan lalu yang sebesar Rp9.434,29 miliar. Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) URAIAN
2009 TW I
TW II
2010 TW III
TW IV
TW I
TW II
Pertumbuhan Nominal Persen
Kelompok Bank 1 Bank Konvensional 2 Bank Syariah
7,748,152 7,431,265 316,887
8,392,275 8,037,073 355,202
8,869,187 8,482,025 387,162
9,116,912 8,705,998 410,914
9,434,289 8,992,671 441,618
9,931,460 9,457,463 473,997
497,171 464,792 32,379
5.27 5.17 7.33
Jenis Penggunaan 1 Modal Kerja 2 Investasi 3 Konsumsi
7,748,152 2,968,650 1,453,410 3,326,092
8,392,275 3,242,737 1,523,921 3,625,617
8,869,187 3,508,606 1,670,957 3,689,624
9,116,912 3,672,737 1,769,894 3,674,281
9,434,289 3,647,185 1,666,305 4,120,799
9,931,460 3,519,729 1,888,584 4,523,147
497,171 (127,456) 222,279 402,348
5.27 (3.49) 13.34 9.76
Sektor Ekonomi 1 Pertanian 2 Pertambangan 3 Perindustrian 4 Listrik, Gas dan Air 5 Konstruksi 6 Perdagangan, Restoran dan Hotel 7 Pengangkutan, Pergudangan dan Komunikasi 8 Jasa-jasa Dunia Usaha 9 Jasa-jasa Sosial Masyarakat 10 Lain-lain
7,748,152 1,009,514 28,382 377,768 28,020 248,025 2,156,927
8,392,275 1,059,957 31,780 439,771 26,793 244,248 2,385,394
8,869,187 1,208,369 29,409 459,335 26,852 252,991 2,628,817
9,116,912 1,350,288 25,941 438,242 26,852 250,442 2,740,329
9,434,289 993,939 28,484 448,754 27,073 238,904 2,149,003
9,931,460 1,015,331 22,824 471,007 27,007 251,548 2,205,185
497,171 21,392 (5,660) 22,253 (66) 12,644 56,182
5.27 2.15 (19.87) 4.96 (0.24) 5.29 2.61
113,757 302,607 128,091 3,355,061
105,746 316,146 132,964 3,649,476
98,848 326,087 138,022 3,700,457
109,939 340,406 148,433 3,686,040
127,354 336,225 126,424 4,958,129
123,233 376,535 134,989 5,303,801
(4,121) 40,310 8,565 345,672
(3.24) 11.99 6.77 6.97
Berdasarkan Kelompok Bank, peningkatan jumlah kredit dialami baik oleh bank konvensional maupun bank syariah. Penyaluran kredit bank konvensional tumbuh Rp464,75 miliar (5,17%) sementara kredit bank syariah
49
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH tumbuh Rp32,40 miliar (7,33%). Sementara, jika dilihat dari pangsa (share) penyaluran kredit, kelompok bank pemerintah masih mendominasi dengan pangsa sebesar 95,23%, diikuti dengan kelompok bank syariah sebesar 4,77%. Berdasarkan Jenis Penggunaan, peningkatan jumlah kredit dialami oleh kredit konsumsi dan investasi sementara kredit modal kerja mengalami penurunan. Kredit konsumsi meningkat Rp402,35 miliar (9,76%) dari triwulan sebelumnya diikuti dengan kredit investasi yang tumbuh Rp222,28 miliar (13,34%). Sementara itu, kredit modal kerja mengalami penurunan sebesar Rp127,46 miliar (3,49%). Berdasarkan pangsanya, kredit terbesar masih didominasi oleh kredit konsumsi, yaitu sebesar 45,54% dari total kredit pada triwulan laporan. Kemudian diikuti oleh kredit modal kerja sebesar 35,44%, dan kredit investasi sebesar 19,02%. Berdasarkan
Sektor
Ekonomi,
hampir
semua
sektor
ekonomi
mengalami peningkatan jumlah penyaluran kreditnya, kecuali untuk sektor pertambangan, listrik gas dan air, serta pengangkutan, pergudangan dan komunikasi. Secara nominal, peningkatan kredit terbesar dialami oleh sektor lainlain yaitu sebesar Rp345,67 miliar (6,97%), yang kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp56,18 miliar (2,61%) dan sektor jasa dunia usaha sebesar Rp40,31 miliar (11,99%). Pangsa penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit sektor lain-lain, yaitu sebesar 53,40%, yang kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, restoran, dan hotel sebesar 22,20% dan sektor pertanian sebesar 10,22%. Dominasi penyaluran kredit pada ketiga sektor tersebut mencapai 85,83% dari total outstanding kredit. 26 Berdasarkan lokasi Proyek , jumlah kredit yang disalurkan oleh
perbankan di Provinsi Jambi pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan sebesar 1,96%, yaitu dari total kredit sebesar Rp12.011,12 miliar menjadi sebesar
26
Data s.d. bulan Mei 2010. Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Daerah (SEKDA) Provinsi Jambi. Data kredit lokasi proyek termasuk kredit dari BPR serta bank asing dan bank campuran sesuai dengan format SEKDA Provinsi Jambi.
50
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Rp12.246,80 miliar.27 Meningkatnya jumlah kredit ini hampir dialami oleh semua sektor ekonomi kecuali untuk sub sektor pertanian, pertambangan, perindustrian dan pengangkutan. Berdasarkan nominal kredit, peningkatan kredit lokasi proyek pada triwulan laporan terutama dipicu oleh meningkatnya kredit perdagangan sebesar Rp255,84 miliar (11,90%), diikuti dengan sektor jasa dunia usaha Rp44,19 miliar (11,57%) dan sektor lain-lain Rp107,71 miliar (1,83%). Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Provinsi Jambi Sektor Ekonomi Pertanian Pertambangan Perindustrian Perdagangan Jasa-jasa - listrik, gas dan air - konstruksi - pengangkutan - jasa dunia usaha - jasa sosial masyarakat Lain-lain TOTAL
2009 I 1,959,270 97,700 824,440 2,234,779 1,203,112 189,230 295,102 120,743 465,298 132,739 4,085,517 10,404,818
II 2,026,202 105,661 831,221 2,457,387 1,519,917 492,546 298,423 114,564 471,301 143,083 4,301,199 11,241,587
III 2,077,761 158,199 810,173 2,682,693 1,521,339 467,801 312,752 104,524 484,654 151,608 4,380,585 11,630,750
IV 2,218,021 218,987 960,764 2,800,588 1,485,762 415,761 278,993 117,160 510,934 162,914 4,582,113 12,266,234
(dalam jutaan rupiah) 2010 I II 1,831,035 1,673,054 170,809 153,392 872,224 860,872 2,149,467 2,405,303 1,111,385 1,170,268 187,280 188,532 259,019 269,961 156,118 149,501 381,849 426,043 127,119 136,231 5,876,199 5,983,907 12,011,119 12,246,796
Sumber: SEKDA Provinsi Jambi
4. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL) gross Bank Umum di Provinsi Jambi Menurunnya penghimpunan dana pihak ketiga sementara penyaluran kredit perbankan meningkat menyebabkan Loan to Deposits Ratio (LDR)
28
berdasarkan wilayah pelapor dan lokasi proyek mengalami peningkatan. Loan to Deposits Ratio (LDR) berdasarkan wilayah bank pelapor meningkat dari 82,25% menjadi 86,64%, sedangkan LDR berdasarkan lokasi proyek29 meningkat dari 104,71% menjadi 106,83%.
27
Data s.d. bulan Mei 2010. Mulai Mei 2007, data dana/kredit telah menggunakan konsep net, yaitu tidak memasukkan dana/kredit pada pemerintah pusat dan bukan penduduk. Hal ini telah disesuaikan dengan publikasi SEKI (Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia). 28 LDR perbankan adalah rasio antara penyaluran kredit bank umum dengan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun bank umum pada triwulan laporan. 22 LDR berdasarkan lokasi proyek adalah rasio antara kredit yang disalurkan berdasarkan lokasi proyek oleh bank umum dibandingkan dengan penghimpunan DPK bank umum pada triwulan laporan. Data LDR berdasarkan lokasi proyek s.d Mei 2010.
51
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi Rp triliun 14
101.97%
97.77%
12
101.20%
113.68%
106.41%
110.84%
120%
106.83%
104.71%
100%
10 75.41%
72.65%
8
86.69%
79.44%
75.36%
84.08%
86.64% 80%
82.25%
60% 6 40%
4
20%
2 0
0% Q3-08
Q4-08 Q1-09 Q2-09 Kredit Lokasi Proyek (Rp juta) DPK Perbankan (Rp juta) LDR Perbankan Jambi (persen)
Q3-09
Q4-09 Q1-10 Q2-10 Kredit Perbankan Jambi (Rp juta) LDR Lokasi Proyek (persen)
Grafik 3.4 Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Lokasi Proyek per Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi 700 604
Triwulan I-10 Triwulan II-10
600 511
500 400 327
300
459 355
341 297
250 212
200
216
LDR < 100%
150 93
100
98
80
90 59
82
119 79
72
0 Batanghari
Ma. Jambi dan lainnya
Tebo
Saro langun
Merangin
Bungo
Tanjabbar
Tanjabtim
Kota Jambi
Kerinci
Berdasarkan Kabupaten/Kota, Kabupaten Batanghari memiliki LDR tertinggi di antara seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jambi, yaitu sebsar 6030,83%, diikuti oleh Kabupaten Muara Jambi dan lainnya. Sementara itu terdapat lima kabupaten/kota dengan tingkat LDR kurang dari 100% yaitu Bungo (92,99%), Tanjung Jabung Barat (89,71%), Tanjung Jabung Timur (79,81%), Kota Jambi (79,24%) dan Kerinci (72,22%). Kualitas kredit yang diberikan pada triwulan laporan menunjukkan penurunan. Kondisi ini tercermin dari meningkatnya rasio Non Performing Loan (NPL) gross bank umum, yaitu dari 2,38% pada triwulan sebelumnya menjadi 2,48%. Berdasarkan
sektor
ekonomi,
NPL
tertinggi
dialami
oleh
sektor
perindustrian, yaitu sebesar 6,60% yang berarti di atas ketentuan Bank Indonesia
52
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH yang sebesar 5%. Sementara itu, NPL sektor-sektor ekonomi lainnya masih berada dalam kategori baik (dibawah 5%). Tabel 3.7 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi TW III-09 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7 8. 9. 10.
Kredit 1,208,369 29,409 459,335 26,852 252,991
TW IV-09 Nominal NPL Kredit NPL (%) 1,350,288 105,997 7.85 25,941 157 0.61 438,242 32,233 7.36 26,852 250,442 8,371 3.34
2,628,817
2,740,329
94,528
3.45
2,149,003
55,291
2.57
2,205,185
59,151
2.68
98,848 326,087 138,022 3,700,457 8,869,187
109,939 340,406 148,433 3,686,040 9,116,912
202 7,264 712 50,743 300,207
0.18 2.13 0.48 1.38 3.29
127,354 336,225 126,424 4,958,129 9,434,289
2,776 6,660 5,899 90,872 224,614
2.18 1.98 4.67 1.83 2.38
123,233 376,535 134,989 5,303,801 9,931,460
2,837 6,838 5,310 106,912 246,294
2.30 1.82 3.93 2.02 2.48
Sektor Ekonomi Pertanian Pertambangan Perindustrian Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan, Restoran dan Hotel Pengangkutan, Pergudangan dan Komunikasi Jasa-jasa Dunia Usaha Jasa-jasa Sosial Masyarakat Lain-lain JUMLAH
Kredit 993,939 28,484 448,754 27,073 238,904
TW I-10 Nominal NPL NPL (%) 23,376 2.35 285 1.00 31,826 7.09 460 1.70 7,169 3.00
TW II-10 Nominal NPL Kredit NPL (%) 1,015,331 26,142 2.57 22,824 275 1.20 471,007 31,079 6.60 27,007 501 1.86 251,548 7,249 2.88
Dilihat dari spread bunga (grafik 3.8), terlihat bahwa margin keuntungan perbankan di Provinsi Jambi pada triwulan laporan kembali mengalami 30
peningkatan. Margin rata-rata tertimbang
antara suku bunga kredit dengan
suku bunga deposito 3 (tiga) bulan meningkat dari 5,17% menjadi 5,22% pada triwulan laporan. Peningkatan ini dipicu oleh lebih tingginya penurunan suku bunga deposito pada triwulan laporan dibandingkan dengan suku bunga kredit. Grafik 3.5 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi Persen (%)
Margin
Kredit
Deposito 3 Bulan
SBI
2008
Apr
Mei
Mar
Jan
Feb
Des
Okt
Nov
Sept
Jul
2009
Ags
Jun
Apr
Mei
Mar
Jan
Feb
Des
Okt
Nov
Sept
Jul
Agus
Jun
Apr
Mei
Mar
Jan
Feb
7.77 7.49 6.85 6.82 6.92 7.06 7.07 6.73 6.59 6.42 5.95 6.43 6.38 6.36 6.5 6.74 7.15 7.06 5.24 4.89 4.86 4.66 4.69 4.95 5.61 6.02 6.17 5.17 5.24 5.22
Des
20.00 18.00 16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00
2010
Stabilnya angka BI Rate semenjak bulan Agustus 2009 diikuti dengan penurunan suku bunga secara perlahan-lahan oleh perbankan. Pada triwulan laporan, suku bunga kredit turun sebesar 14 bps yaitu menjadi 12,22%, dan suku bunga simpanan turun 19 bps di kisaran 7,00%. 30
Data menggunakan suku bunga rata-rata tertimbang bank umum pemerintah s.d. bulan Mei 2010.
53
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 5. Perkembangan UMKM Seiring dengan pertumbuhan kredit perbankan sebesar 5,27% pada triwulan laporan, kredit UMKM juga mengalami pertumbuhan bahkan sedikit di atas pertumbuhan total kredit yaitu sebesar 6,59%. Hal tersebut menunjukkan bahwa kepercayaan perbankan akan kredit UMKM masih cukup tinggi. Dengan demikian pangsa kredit UMKM terhadap total kredit terus mengalami peningkatan yaitu dari sebesar 83,54% menjadi 84,59% pada triwulan laporan.
Rp Triliun
Grafik 3.6 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
12 10 8 6 4 2 TW I-08 TW II-08 TW III-08 TW IV-08 TW I-09 TW II-09 Total Kredit - Bank Pelapor Kecil Pertumbuhan Total Kredit - Bank Pelapor
TW III-09 TW IV-09 TW I-10 TW II-10 Mikro Menengah Pertumbuhan UMKM (%)
Dilihat dari distribusinya, kredit UMKM sektor usaha kecil memiliki pangsa yang terbesar yaitu 40,36% lalu diikuti sektor usaha mikro sebesar 27,25%, serta sektor usaha menengah sebesar 16,98% dari total kredit perbankan. Grafik 3.7 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
18.41
18.11
15.66
14.85
13.78
13.77
13.87
13.67
16.46
15.41
16.05
16.98
19.96
19.13
19.15
19.05
18.02
17.50
16.93
17.10
25.08
26.65
29.14
30.52
32.11
34.47
35.14
35.64
39.71
40.36
36.55
36.11
36.06
35.57
36.08
34.27
34.06
33.59
27.78
27.25
TW I-08 TW II-08 TW III-08 TW IV-08 TW I-09 TW II-09 TW III-09 TW IV-09 TW I-10 TW II-10 2008 Kredit Besar/Non-UMKM
54
2009 Menengah
Kecil
2010 Mikro
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Berdasarkan komposisinya, pertumbuhan kredit UMKM ditopang oleh meningkatnya pertumbuhan kredit usaha kecil sebesar Rp262,09 miliar (7,00%) diikuti dengan kredit menengah dan mikro yaitu masing-masing sebesar Rp172,42 miliar (11,39%) dan Rp85,24 miliar (3,25%).
C. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kinerja BPR pada triwulan laporan mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya, tercermin dari jumlah aset, DPK dan penyaluran kredit yang mengalami pertumbuhan positif. Jumlah aset seluruh BPR di Provinsi Jambi mencapai sebesar Rp303,89 miliar atau meningkat 3,86% dibanding pada triwulan sebelumnya yang sebesar Rp292,6 miliar. Sementara itu, jumlah penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh BPR di Provinsi Jambi meningkat sebesar Rp12,62 miliar (6,06%), dan penyaluran kredit tumbuh sebesar Rp9,14 miliar (4,77%). Lebih tingginya peningkatan jumlah penghimpunan dana dibandingkan penyaluran kredit pada triwulan laporan menyebabkan Loan to Deposits Ratio (LDR) mengalami penurunan, yaitu menjadi sebesar 90,78% dari sebelumnya sebesar 91,90%. Sementara itu, kualitas kredit menunjukkan perbaikan, yaitu dengan menurunnya persentase Non Performing Loan (NPL) menjadi 7,12%.
55
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
APBD Provinsi Jambi (tidak termasuk anggaran pemerintah kota dan kabupaten) tahun 2010 sebesar Rp1,50 triliun, turun 7,14% dari APBD tahun lalu yang sebesar Rp1,62 triliun. Dari sisi anggaran pendapatan, jumlah anggaran pendapatan daerah Provinsi Jambi tahun 2010 sebesar Rp1,30 triliun atau meningkat 3,82% dibandingkan anggaran pendapatan tahun 2009 yang sebesar 31 Rp1,26 triliun. Dari kondisi tersebut, jumlah defisit anggaran selama tahun 2010
diperkirakan sebesar Rp200,00 miliar yang akan dibiayai dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya. Grafik 4.1. APBD Provinsi Jambi miliar (Rp) 1750 1500
persen (%)
48.92
1291.6 1156.84
1250 34.35 18.60
1000 17.44 750 500
557.77
654.98 557.73 534.655
250
1304.93
1256.89 1,136.13
30
955.96
894.92 776.83
607.84
1504.932
1429.178
47.23
34.34
18.85 11.65
13.69
13.39 10.63
10.65 6.82
(4.14) 2004
10 3.82 (7.14)
0 2003
50
1620.59
2005
2006
2007
2008
2009
Pendapatan (aksis kiri)
Belanja (aksis kiri)
%Pertumbuhan Pendapatan (aksis kanan)
%Pertumbuhan Belanja (aksis kanan)
-10
2010
Sumber: Biro Keuangan (diolah)
Penerimaan pajak pusat di wilayah Jambi pada triwulan II- 2010 terealisasi sebesar Rp801,14 miliar, meningkat sebesar 116,98% dibandingkan triwulan sebelumnya. Sedangkan belanja pemerintah pusat di wilayah Jambi pada triwulan
31
APBD Provinsi Jambi tahun 2010 ini disahkan tanggal 5 Oktober 2009
57
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH II-2010 terealisasi sebesar Rp729,35 miliar, meningkat sebesar 95,64% dibandingkan triwulan sebelumnya. A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Tahun 2010 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Jambi pada tahun 2010 diperkirakan akan meningkat sebesar 3,82% dari tahun 2009. Secara nominal, peningkatan pendapatan tersebut disebabkan oleh meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) maupun Dana Perimbangan dari pusat. Di tahun 2010 PAD sebesar Rp23,50 miliar (3,72%) serta dana perimbangan sebesar Rp24,54 miliar (3,16%). Sementara itu, belanja pada APBD 2010 menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasinya, belanja terbesar diperuntukkan untuk otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian dan persandian yaitu sebesar 34,8% dari total belanja, diikuti oleh urusan pekerjaan umum 17,9%; pendidikan 12,1%; kesehatan 9,4%; pertanian sebesar 6,6%; tenaga kerja 2,2%; perumahan 1,9%; kepegawaian 1,5% serta lainnya 13,7%. Grafik 4.2. Perkembangan Belanja per Dinas 2009-2010 80
600
68.8
60
500 43.5
400
20
16.9
300 200
40
(5.0)
0
(7.4) (17.5)
(17.7)
100
(39.0)
0
-20
Grafik 4.3. Distribusi Belanja APBD Provinsi Jambi Kpgwn Prmhn 1.5% 1.9% Tng Krj 2.2% Pertanian 6.6%
Lainnya 13.7%
Kshtn 9.4%
-40
Pkrjn Umum 17.9%
-60 Otoda
Pkrjn Pnddkn Umum 2009
Kshtn Pertanian 2010
Tng Prmhn Kpgwn Krj Pertumbuhan %), RHS
Otoda 34.8%
Pnddkn 12.1%
B. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah Penerimaan pajak pusat di wilayah Jambi pada triwulan II- 2010 terealisasi sebesar Rp801,14 miliar, meningkat sebesar 116,98% dibandingkan triwulan sebelumnya dan meningkat sebesar 57,40% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu. Secara nominal, penerimaan pajak tertinggi dicapai oleh jenis
58
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH pajak bumi dan bangunan sebesar Rp363,26 miliar, diikuti jenis pajak penghasilan sebesar Rp204,45 miliar. Tabel 4.1. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (dalam juta Rupiah) KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH REALISASI PENDAPATAN I
309,825,440,340 149,463,488,691 144,241,599,007 3,687,606,231 5,807,485,121 6,625,261,290 6,351,103,553
766,844,431,227 204,450,473,043 181,037,982,423 363,261,432,324 10,659,948,287 7,434,595,150 8,098,197,819
Pertumbuhan Nominal 457,018,990,887 54,986,984,352 36,796,383,416 359,573,826,093 4,852,463,166 809,333,860 1,747,094,266
3,097,689,346 3,253,414,207 557,233,933 557,233,933 52,487,470,452 369,221,248,278
2,205,530,389 5,892,667,430 718,380,526 718,380,526 25,477,171,121 801,138,180,693
(892,158,957) 2,639,253,223 161,146,593 161,146,593 (27,010,299,331) 431,916,932,415
Triwulan I 2010
Pendapatan Pajak Dalam Negeri Pendapatan Pajak Penghasilan Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan Pendapatan BPHTB Pendapatan Cukai Pendapatan Pajak Lainnya Pengembalian Pendapatan Pajak dan Cukai
II
Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Pendapatan Bea Masuk Pendapatan Bea Keluar Pendapatan Pajak/Pungutan Ekspor III Penerimaan Sumber Daya Alam Pendapatan Pertambangan Umum Pendapatan kehutanan IV Pendapatan PNPB Lainnya V Pendapatan Hibah Total Realisasi Pendapatan
Triwulan II 2010
(%) 147.51 36.79 25.51 9,750.87 83.56 12.22 27.51 (28.80) 81.12 28.92 28.92 (51.46) 116.98
Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah
Berdasarkan pangsanya, pendapatan pajak dalam negeri memiliki pangsa paling besar yaitu 95,72% dari total penerimaan pajak pada triwulan laporan. Jika dirinci lagi dari pendapatan pajak dalam negeri, maka pendapatan pajak bumi dan bangunan (43,34%) memiliki pangsa paling besar, diikuti pajak penghasilan (25,52%), serta pajak pertambahan nilai (22,26%). Grafik 4.4. Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Grafik 4.5. Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri di Provinsi Jambi
Pendapatan BPHTB 1.39%
Pendapatan Cukai 0.00%
Pendapatan Pajak Lainnya 0.97%
Pendapatan PPh 26.66%
Pendapatan Pajak Perdagangan Int'l 1.01%
Penerimaan SDA 0.09%
Pendapatan PNPB Lainnya 3.18%
Pendapatan Pajak Dalam Negeri 95.72%
Pendapatan PPN 23.61%
Pendapatan PBB 47.37%
Grafik 4.4
Grafik 4.5
Belanja pemerintah pusat di wilayah Jambi pada triwulan II-2010 terealisasi sebesar Rp729,35 miliar, meningkat sebesar 95,64% dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun demikian, belanja pemerintah pusat didaerah turun 8,30%
59
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun lalu. Secara nominal, belanja pemerintah pusat tertinggi adalah untuk belanja gaji dan tunjangan yaitu sebesar Rp271,39 miliar (37,21%), diikuti dengan belanja modal jalan, irigasi dan jaringan yang mencapai Rp117,58 miliar (16,12%). Tabel 4.2. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (dalam juta Rupiah) KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH REALISASI BELANJA I
II
III
IV
Triwulan I 2010
Belanja Pegawai Belanja Gaji dan Tunjangan Belanja Honorarium/Lembur/ Vakasi/Tunj K Belanja Kontribusi Sosial Belanja Barang Belanja Barang Belanja Jasa Belanja Perjalanan Belanja Pemeliharaan Belanja Denda dan Subsidi Perusahaan Belanja Denda Belanja Subsidi Perusahaan Negara Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Sosial Lembaga Pendidikan d
Belanja Lembaga Sosial Lainnya Belanja Lain-Lain Belanja Lain-Lain VI Belanja Modal Belanja Modal Tanah Belanja Modal Peralatan dan Mesin Belanja Modal Gedung dan Bangunan Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan Belanja Pemeliharaan yang dikapitalisasi Belanja Modal Fisik Lainnya Total Realisasi Belanja V
205,004,864,088 203,118,163,260 1,909,364,928 (22,664,100) 45,411,298,738 30,005,124,020 6,288,401,684 9,117,773,034 1,214,571 1,214,571 72,653,304,750 66,604,304,750 6,049,000,000 2,035,022,998 2,035,022,998 47,700,740,640 506,440,000 1,528,616,000 1,204,303,184 44,193,696,936 267,684,520 372,806,445,785
Triwulan II 2010
276,662,079,996 271,391,600,396 5,421,648,664 (151,169,064) 155,602,019,974 106,624,352,377 15,664,863,345 33,312,804,252 158,548,016,170 92,501,551,600 66,046,464,570 3,918,468,518 3,918,468,518 134,617,868,400 1,623,822,400 7,798,631,894 7,179,100,915 117,584,089,391 432,223,800 729,348,453,058
Pertumbuhan Nominal 71,657,215,908 68,273,437,136 3,512,283,736 (128,504,964) 110,190,721,236 76,619,228,357 9,376,461,661 24,195,031,218 (1,214,571) (1,214,571) 85,894,711,420 25,897,246,850 59,997,464,570 1,883,445,520 1,883,445,520 86,917,127,760 1,117,382,400 6,270,015,894 5,974,797,731
(%)
34.95 33.61 183.95 567.00 242.65 255.35 149.11 265.36 #DIV/0! (100.00) (100.00) #DIV/0! 118.23 38.88 991.86 92.55 92.55 182.21 220.63 410.18 496.12
73,390,392,455
166.07
164,539,280 356,542,007,273
#DIV/0! 61.47 95.64
Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah
Meningkatnya belanja pemerintah pusat di Jambi terutama dipicu peningkatan belanja barang sebesar 242,65%, sedangkan belanja modal mengalami peningkatan sebesar 182,21%. Namun demikian porsi belanja modal yang baru 18,46% menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah untuk meningkatkan pembangunan di daerah masih bisa dioptimalkan lagi. Grafik 4.6. Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Belanja Subsidi Perusahaan Negara 0.00% Belanja Lain-Lain 0.51%
Belanja Gaji dan Tunjangan 35.07%
Transfer Dana Bagi Hasil 20.04%
elanja Lembaga Sosial Lainnya 8.53%
Belanja Kontribusi Sosial 0.02%
Belanja Bantuan Sosial Lembaga Pendidikan dan Peribadatan Belanja Pemeliharaan 3.07% 11.95% Belanja Denda 0.00%
60
Belanja Perjalanan 4.30%
Belanja Jasa 2.02%
Belanja Honorarium/Lembur/ Vakasi/Tunj Khusus Belanja Barang 0.70% 13.78%
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH C. Keuangan Pemerintah Daerah Perkembangan simpanan pemerintah daerah di perbankan Jambi mencapai Rp1,74 triliun pada triwulan laporan (posisi Juni 2010), sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp1,79 triliun. Berdasarkan jenisnya, simpanan pemerintah daerah paling besar dalam bentuk giro (79,58%), diikuti dengan deposito (19,61%). Grafik 4.7. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi (dalam miliar Rupiah) 1,800 1,600
Deposito
Giro
1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 0 1
2
3
4
5
6
7
2009
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
2010
Periode semester I tahun anggaran 2010, realisasi belanja pemerintah daerah masih belum terakselerasi dengan optimal. Belanja pemerintah daerah masih terbatas pada realisasi belanja operasional (belanja gaji pegawai dan belanja operasional rutin lainnya). Dampaknya, simpanan pemerintah daerah di perbankan masih cukup tinggi sebesar Rp1,74 triliun (per Juni 2010). Transfer dana perimbangan (khususnya dana alokasi umum/DAU) dari pemerintah pusat yang terus mengalir ke rekening pemerintah daerah belum secara optimal direalisasikan.
61
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Pada periode triwulan II-2010, aktivitas pembayaran tunai mengalami 32
peningkatan net outflow.
Sementara, nilai nominal kliring serta volume lembar
warkat pada periode laporan mengalami penurunan. Namun demikian, perkembangan RTGS di Provinsi Jambi mengalami pertumbuhan. Tabel 5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran melalui KBI Jambi Uraian Nilai Kliring (juta Rp) Volume Kliring (lembar warkat) Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) Aliran Uang Keluar/Ouflows (juta Rp) Net Inflows/ (Net Outflows) (juta Rp) RTGS dari jambi (miliar Rp) RTGS ke Jambi (miliar Rp) Penemuan Uang Palsu - Pecahan Rp100.000,00 - Pecahan Rp50.000,00 - Pecahan Rp20.000,00 - Pecahan Rp10.000,00 Jumlah PTTB (juta Rp) Perbandingan PTTB thd. Inflows (%) Cek dan BGKosong - Lembar - Nominal (juta Rp)
2008 Trw. IV
Trw.I
Trw.II
2009 Trw.III
2010 Trw.IV
Trw.I
2,010,418 1,413,797 1,585,118 1,600,873 1,721,046 1,632,198 60,278 58,349 59,407 61,323 61,397 61,881 558,429 295,018 124,946 179,942.58 387701 217,196 695,552 263,397 923,429 930,375 1,205,071.09 396,030 (137,123) 31,621 (798,483) (750,433) (817,370) (178,834) 7,384 5,511 6,168 6,554 8,032 9,259 19,030 18,792 19,149 13,348 17,998 30,773
Trw.II 1,499,717 57,197 134,582 1,019,262 (884,679) 12,437 30,963
Pertumbuhan (q-t-q) Nominal Persen (132,481) (4,684) (82,614) 623,232 (705,846) 3,178 190
(8.12) (7.57) (38.04) 157.37 394.69 34.32 0.62 394.69 394.69 (0.42) (8.37)
70,922 12.70
29,578 10.03
25,812 20.66
78,279 43.50
148,972 38.42
130,156 59.93
114,152 84.82
(16,004) 25
971 32,389
900 27,286
992 34,355
1,147 29,945
894 24,805
716 19,222
713 17,737
(3) (1,485)
-
-
A. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai A.1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan laporan di Provinsi Jambi mengalami net outflow. Jika dibandingkan pada triwulan yang lalu (q-t-q), outflow di Provinsi Jambi mengalami peningkatan sebesar sebesar Rp623,23 miliar atau 157.37% (Grafik 5.1). Hal ini disebabkan oleh kebutuhan uang kartal
32
Net outflow adalah kondisi dimana aliran uang masuk (inflow) lebih sedikit dibandingkan aliran uang keluar (outflow) pada periode yang sama.
63
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN dalam rangka pembayaran gaji ke-13 pegawai negeri sipil (PNS), POLRI serta 33
pensiunan dan dalam rangka penyelenggaraan Pilkada Gubernur Jambi.
Grafik 5.1 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi Persen
Rp miliar
2,800
1,600 1,400
2,300 1,200 1,800
1,000 800
1,300 600 800
400 200
300 0 -200
-200 Q1-05 Q2-05 Q3-05 Q4-05 Q1-06 Q2-06 Q3-06 Q4-06 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10 Inflo ws
Outflo ws
Net Outflo ws
Pert. Net Outflows (%)
Pada triwulan laporan, aliran kas keluar bersih (net cash outflow) meningkat sebesar Rp705.85 miliar (394,70%). Arus kas masuk (cash inflow) menurun sebesar Rp82.62 miliar (38.04%) menjadi Rp134.58 miliar. A.2. Penyediaan Uang Layak Edar Secara berkala BI melaksanakan pemusnahan terhadap uang yang sudah tidak layar edar (UTLE) melalui kegiatan yang diberi nama Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). Pemberian tanda terhadap uang kartal yang tidak layak edar (lusuh/rusak) yang masuk ke Bank Indonesia ditujukan untuk menjaga kelayakan uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, jumlah ratio PTTB dibandingkan inflows mengalami penurunan sebesar 14,02% (Rp16,004 miliar). A.3. Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan Pada triwulan laporan tidak ditemukan uang palsu pada pecahan berapapun. Untuk menjaga tidak beredarnya uang palsu di Provinsi Jambi, Kantor Bank Indonesia Jambi masih terus melakukan kegiatan Sosialisasi Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah kepada masyarakat.
33
PILKADA Gubernur jambi dilaksanakan tanggal 19 Juni 2010.
64
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN B. Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai B.1. Perkembangan Kliring Lokal Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp1.499.72 miliar atau turun sebesar 8,12% dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal yang sama juga terjadi pada jumlah warkat kliring juga menurun sebesar 7,57%, yaitu dari 61.881 lembar menjadi 57.197 lembar. Di sisi lain, jumlah cek dan BG kosong mengalami penurunan sebesar 0.42%, yaitu dari 716 lembar menjadi 713 lembar. Penurunan tersebut diikuti juga dengan penurunan secara nominal jumlah penolakan sebesar 8,37%, yaitu dari Rp19,22 miliar menjadi Rp17,74 miliar. Grafik 5.2 dan 5.3 Perkembangan Nominal dan Volume Kliring dalam miliar Rupiah 2,000 1,500
1,414
1,585
1,601
1,721
15
12.12 1,000
1,632
Persen 35 1,500 25
7.51
5
0.99 (5.16)
500
(25) Trw.I
Trw.II
Trw.III
Trw.IV
2009 Nilai Kliring
Trw. I
Persen 15
120,000 80,000
58,349
59,407
3.23
40,000
61,397
0.12
57,197
61,881
-
0.79 (7.57)
(15)
Trw.I
Trw.II
Trw. II
2010
61,323
(3.20) 2,89
(5) (15)
-
lembar warkat
Trw.III
Trw.IV
2009 Volume Kliring
Trw. I
Trw. II 2010
Pertumbuhan Volume Kliring
P ertumbuhan Nilai Kliring
Grafik 5.2
Grafik 5.3
B.2. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)34 Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) di Kantor Bank Indonesia Jambi secara total (keluar dan masuk/dari dan ke) meningkat yaitu sebesar 8,41% sehingga menjadi sebesar Rp43,40 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp40,03 triliun. Transfer masuk ke Provinsi Jambi meningkat sebesar Rp0,19 triliun (0,62%) dan
34
Sistem BI-RTGS adalah suatu system transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang Rupiah, yang penyelesaian transaksi dilakukan secara seketika (real time).
65
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN transfer keluar dari Provinsi Jambi meningkat sebesar Rp3,18 triliun (34,32%) pada triwulan II tahun 2010. Tabel 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS (dalam miliar rupiah) Kumulatif Triwulanan Keterangan TW I-07 TW II-07 TW III-07 TW IV-07 TW I-08 TW II-08 TW III-08 TW IV-08 TW I-09 TW II-09 TW III-09 TW IV-09 TW I-10 TW II-10
Dari 5,552.37 5,469.05 6,683.00 6,789.21 5,620.00 6,351.75 7,204.01 7,384.30 5,511.05 6,168.31 6,554.08 8,031.94 9,259.26 12,437.08
Sumber: www.bi.go.id & KBI Jambi
66
Ke 4,540.66 11,659.81 15,264.37 14,003.22 16,025.00 16,874.15 19,314.53 19,030.05 18,792.30 19,149.01 13,347.82 17,997.98 30,772.72 30,962.79
Rata-Rata Harian Dari
Ke
89.55 88.21 102.82 113.15 93.67 100.82 114.35 121.05 93.41 99.49 107.44 127.49 151.79 207.28
73.24 188.06 234.84 233.39 267.08 267.84 306.58 311.97 318.51 308.86 218.82 285.68 504.47 516.05
Pertumbuhan Kumulatif triwulanan Rata-rata harian Dari Ke Dari Ke (28.00) (33.72) (31.48) (36.93) (1.50) 156.79 (1.50) 156.79 22.20 30.91 16.56 24.87 1.59 (8.26) 10.06 (0.62) (17.22) 14.44 (17.22) 14.44 13.02 5.30 7.64 0.28 13.42 14.46 13.42 14.46 2.50 (1.47) 5.86 1.76 (25.37) (1.25) (22.84) 2.10 11.93 1.90 6.51 (3.03) 6.25 (30.29) 8.00 (29.15) 22.55 34.84 18.66 30.56 15.28 70.98 19.06 76.58 34.32 0.62 36.56 2.29
BAB VI KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Pada periode triwulan laporan, hasil survei ekspektasi konsumen (SEK) menunjukkan ekspektasi masyarakat terhadap kondisi pengangguran masih 35 berada pada level pesimis. Sementara, jumlah pencari kerja berdasarkan jenjang
pendidikan pada bulan April 2010 menurun sebesar 17,69% jika dibandingkan 36
dengan Maret 2010.
Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan (posisi bulan Juni 2010) mengalami penurunan jika dibandingkan triwulan sebelumnya (posisi Maret 2010). Sementara itu, rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup layak (KHL) pada triwulan II tahun 2010 meningkat sebesar 709 bps jika dibandingkan triwulan I tahun 2010.
37
A. Ketenagakerjaan Daerah Berdasarkan data ketenagakerjaan terbaru yang dikeluarkan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jambi pada bulan April-2010, jumlah pencari kerja menurun sebesar 17,69% jika dibandingkan bulan maret 2010. Belum adanya rencana kegiatan penerimaan pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan pemerintah daerah seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jambi menyebabkan angka pencari kerja menurun. Penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) merupakan salah satu momentum yang mampu mendorong peningkatan pencari kerja terutama tingkat pendidikan Sarjana. Secara nominal, jumlah pencari kerja didominasi oleh tingkat pendidikan dari SLTA sebanyak 442 orang, diikuti dengan sarjana sebesar 70 orang pada bulan April-2010. Berdasarkan distribusinya (share), pencari kerja dengan jenjang 35
Nilai saldo dibawah 100 artinya berada pada level pesimis. Jika nilai saldo meningkat, berarti masyarakat memandang kondisi pengangguran membaik. 36 Data terbaru dari Disnakertrans Provinsi Jambi baru tersedia s.d. posisi April 2010. 37 Rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup minimum (KHM)/kebutuhan hidup layak (KHL) dinyatakan dalam satuan persen (%).
67
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN pendidikan SLTA merupakan bagian terbesar pencari kerja (71,41%) diikuti oleh lulusan sarjana (S1&S2) sebesar 11,31%. Grafik 6.1. Jumlah Pencari Kerja dan Pertumbuhannya di Provinsi Jambi Grafik 6.2. Jumlah Pencari Kerja per Jenjang Pendidikan di Provinsi Jambi (orang) 4,000
16 7.9 7
Total Pencari Kerja g.pencari kerja
3,500
(%)
orang
200
2,000 1,800 1,600
150
10 7. 0 1
3,000
1,400 1,200 1,000 800 600
9 2 .8 6
100
2,500
6 4 .2 6
2,000
50
2 1. 13
1,500
( 8 .2 8 )
( 10 . 56 )
( 2 .3 3 ) ( 2 8 . 14 )
1,000
( 50 .2 6 )
( 55.6 3 )
( 55. 6 4 )
( 6 5. 9 0 )
-
-
1
(100) 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2009
1
SLTP DI/DII Sarjana
400 200 -
(50)
500
SD SLTA D III/Sarjana Muda
2
3
4
5
2
6
7
8
9
10
11
12
1
2
2009
2010
3
4
2010
Sumber:Dinas Sosnakertrans Provinsi Jambi, 2009
Sumber: Dinas Sosnakertrans Provinsi Jambi, 2009
Grafik 6.2
Grafik 6.1
Berdasarkan survei ekspektasi konsumen, jumlah penganguran saat ini dibandingkan 6 s.d 12 bulan yang lalu masih belum menunjukkan perbaikan. Kondisi ini tercermin dari nilai saldo kondisi pengangguran yang masih berada pada level pesimis (68,67) pada triwulan laporan. Sejalan dengan hal tersebut, nilai saldo ekspektasi konsumen terhadap kondisi pengangguran juga belum menunjukkan perbaikan yang berarti yaitu dari sebesar 67,33 menjadi 68,67. Nilai saldo kondisi pengangguran serta ekspektasi terhadap pengangguran masih berada pada level pesimis menunjukkan bahwa masyarakat memandang kondisi ketenagakerjaan masih kurang kondusif. Grafik 6.3. Grafik Nilai Saldo Ekspektasi Pengangguran dan Kondisi Pengangguran Indeks 120.00 100.00
Ekspektasi pengangguran
Kondisi pengangguran
80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 II
III 2004
IV
I
II
III
IV
I
2005
Sumber: Bank Indoneisa (diolah)
68
II
III
2006
IV
I
II
III
2007
IV
I
II
III
2008
IV
I
II
III
2009
IV
I
II
2010
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN B. Kesejahteraan Pergerakan inflasi Kota Jambi pada triwulan laporan meningkat sebesar 3,22%/q-t-q jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Meningkatnya harga-harga beberapa kebutuhan pokok tersebut pada akhirnya menyebabkan rata-rata triwulanan kebutuhan hidup layak (KHL) di Provinsi Jambi cukup tinggi, yaitumencapai Rp1.086.294,00 pada triwulan II-2010. Grafik 6.4-6.7. Perkembangan Harga Rata-rata Bulanan Beberapa Bahan Kebutuhan Pokok Rp
Rp 160,000
7,000
140,000
6,500
Rp 9,000 8,000
120,000
7,000
6,000
6,000
5,500
5,000
100,000 5,000
4,000 3,000
80,000
4,500
60,000
4,000
2,000 1,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 2007
2008
2009
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2010
2007
Merk Anggur IR 64 (aksis kanan)
Merk King IR 42 (aksis kanan)
Merk Belida
2008
2009
Segi Tiga Biru
2010
Merk Lencana
Perkembangan Harga Beras
Perkembangan Harga Tepung Terigu
Grafik 6.4
Grafik 6.5
Rp
Rp
18,000
40,000
Rp 20,000
32,000
16,000
24,000
12,000
16,000
8,000
8,000
4,000
16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000
-
-
2,000
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2007
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 2007
2008
Bimoli Botol Special
2009
2008
Ayam Kampung (aksis kiri) Kacang Kedelai Impor Bawang Merah
2010
Tanpa Merk
2009
2010
Susu Merk Dancow (aksis kiri) Daging Ayam Broiler (aksis kiri)
Perkembangan Harga Minyak Goreng
Perkembangan Harga Komoditas lainnya
Grafik 6.6
Grafik 6.7
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi, 2009.
Perkembangan harga rata-rata beberapa bahan kebutuhan pokok (lihat Grafik 6.4-6.7) sebagian besar menunjukkan tren peningkatan. Harga rata-rata beras Merek Anggur ukuran 20 kg, mengalami peningkatan harga sebesar Rp2.002/20kg selama periode triwulan laporan, begitu juga dengan beras jenis IR 64 dan IR 42 yang naik mencapai Rp139/kg.
38
Sejalan dengan hal tersebut, peningkatan harga terjadi pada komoditas daging ayam (broiler dan kampung), bawang merah, cabe merah, bawang (putih
38
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi, 2010.
69
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN dan merah). Pada periode triwulan laporan, harga rata-rata cabe (merah dan keriting) mengalami peningkatan pada kisaran
Rp3.257-Rp6.114/kg. Sejalan
dengan hal tersebut, kelompok harga daging ayam, yaitu daging ayam broiler dan daging ayam kampung naik secara rata-rata masing-masing sebesar Rp1.350/kg dan Rp1.331/kg. Sementara, harga rata-rata minyak goreng dan semen mengalami penurunan. Pada triwulan laporan, tantangan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya semakin berat. Hal ini tercermin dari rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup layak (KHL). Sebagaimana diketahui, 39 Upah Minimum Provinsi (UMP) Provinsi Jambi tahun 2010 yang telah ditetapkan
sebesar Rp900.000 per bulan, meningkat 12,50% dibandingkan tahun 2009 sebesar Rp800.000,00. Rasio UMP terhadap rata-rata KHL pada triwulan laporan sebesar 82,85%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan UMP dalam menutupi KHM/KHL masih terbatas. Bagi para pekerja yang mendapatkan upah sesuai dengan UMP atau bahkan dibawah UMP tentunya sangat berat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan, antara lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi pada bulan Juni 2010. Pada bulan Juni 2010, NTP sebesar 96,09 atau sedikit menurun 0,03% 40 dibandingkan bulan Maret 2010 (96,12). NTP yang masih berada dibawah 100
menunjukkan bahwa kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian relatif lebih rendah dibandingkan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian. Indeks harga yang diterima petani (It) dari 5 sub sektor menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Juni 2010, It mengalami peningkatan sebesar 0,97% dibandingkan bulan Maret
39
Biasanya Upah Minimun Provinsi disesuaikan 1 (satu) tahun sekali. NTP adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang atau jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Sehingga, NTP dapat dikatakan sebagai cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. 40
70
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN 2010. Sementara, indeks yang dibayar (Ib) petani juga meningkat sebesar 0,99% dibandingkan bulan Maret 2010. Namun demikian, peningkatan indeks yang dibayar (Ib) yang lebih besar dibandingkan peningkatan indeks yang diterima (It) menyebabkan NTP pada bulan Juni 2010 menurun dibandingkan NTP bulan Maret 2010. Tabel 6.1. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2007=100) 2010 KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK 1 Tanaman Padi Palawija a Indeks Diterima Petani - Padi - Palawija b Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM Nilai Tukar Petani (NTP-P) 2 Hortikultura a Indeks Diterima Petani - Sayur-sayuran - Buah-buahan b Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM Nilai Tukar Petani (NTP-H) 3 Tanaman Perkebunan Rakyat a Indeks Diterima Petani - Tanaman Perkebunan Rakyat b Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 4 Peternakan a Indeks Diterima Petani - Ternak Besar - Ternak Kecil - Unggas - Hasil Ternak b Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 5 Perikanan a Indeks Diterima Petani - Penangkapan - Budidaya b Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) PROVINSI JAMBI a INDEKS YANG DITERIMA (It) b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib) c NILAI TUKAR PETANI (NTPp)
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
PERSENTASE PERUBAHAN (%) (Jun ke Mar)
115.63 109.09 141.09 119.21 118.23 123.29 97.00
117.58 112.04 139.17 119.75 118.80 123.71 98.19
119.30 113.35 142.49 119.75 118.76 123.91 99.63
118.84 113.30 140.44 120.07 118.94 124.85 98.97
119.21 113.30 142.22 120.02 118.92 124.63 99.32
120.01 113.30 146.17 120.96 119.98 125.05 99.22
0.60 -0.04 2.58 1.01 1.03 0.92 -0.41
111.58 114.35 108.23 118.91 117.89 122.79 93.84
111.59 116.01 106.24 119.31 118.47 122.49 93.53
111.56 114.16 108.41 119.26 118.43 122.43 93.54
112.69 116.96 107.53 119.44 118.59 122.64 94.35
111.96 113.93 109.57 119.48 118.58 122.88 93.71
113.71 114.94 112.23 120.35 119.65 123.01 94.49
1.93 0.68 3.52 0.91 1.03 0.47 1.02
111.53 111.53 119.93 119.80 120.42 93.00
112.24 112.24 120.45 120.36 120.81 93.18
113.63 113.63 120.43 120.30 120.89 94.36
117.34 117.34 120.88 120.59 122.01 97.07
116.14 116.14 120.82 120.61 121.64 96.13
114.86 114.86 121.87 121.75 122.31 94.25
1.08 1.08 1.20 1.21 1.17 -0.12
114.56 108.66 112.47 126.85 134.45 117.49 118.18 116.53 97.51
116.01 110.19 112.47 129.10 134.45 118.28 118.97 117.34 98.08
117.18 111.94 112.47 129.51 134.45 118.62 119.15 117.88 98.79
117.41 112.66 115.11 127.38 134.45 118.63 119.07 118.01 98.98
117.41 112.66 115.11 127.38 134.45 118.63 119.08 118.01 98.97
117.61 112.66 115.11 128.23 134.45 119.15 119.87 118.15 98.71
0.37 0.64 2.35 -0.99 0.00 0.45 0.60 0.23 -0.08
107.69 100.52 121.48 117.19 117.65 116.22 91.90
107.56 100.52 121.10 117.75 118.45 116.26 91.35
107.87 100.52 121.99 117.58 118.31 116.05 91.74
107.87 100.52 121.99 117.54 118.24 116.07 91.77
107.87 100.52 121.99 117.51 118.20 116.07 91.79
107.87 100.52 121.99 118.16 119.15 116.07 91.29
0.00 0.00 0.00 0.49 0.71 0.02 -0.49
112.92 119.21 94.72
113.92 119.74 95.14
115.1 119.75 96.12
116.67 120.06 97.18
116.17 120.03 96.79
116.22 120.94 96.09
0.97 0.99 -0.03
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
C. Kemiskinan Dalam rangka turut mensukseskan program pemerintah dalam hal penanggulangan kemiskinan, pemerintah Jambi (melalui Bulog Divre Jambi) secara rutin membagikan beras miskin (raskin) kepada masyarakat yang berhak.
71
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Pada triwulan laporan, penyaluran raskin mencapai sebesar 5.890 ton, meningkat 41
18,27% dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 4.980 ton. Grafik 6.8. Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi 14,000,000
250
12,000,000
200
10,000,000
150
8,000,000
100
6,000,000
50
4,000,000
-
2,000,000
(50)
-
(100) TW TW TW TW I TW TW TW TW I TW TW TW TW I TW TW TRW TW I TW TW TRW TW I TW II III IV II III IV II III IV II III IV II III IV II 2005
2006
2007
Penyaluran Raskin (kg), aksis kiri
2008
2009
2010
Pertumbuhan Raskin (%), aksis kanan
Sumber: Bulog Prov. Jambi
Sumber: Bulog Provinsi Jambi (diolah)
41
Provinsi Jambi pada 2010 mendapat jatah Raskin sekitar 20.000 ton untuk penyaluran selama 10 bulan bagi 133.137 RTS tersebar di dua kota dan sembilan kabupaten dengan harga Rp1.600/Kg.
72
BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
Laju pertumbuhan kuartalan (q-t-q) PDRB Provinsi Jambi pada triwulan III2010 diperkirakan masih mampu tumbuh positif dibandingkan triwulan II-2010. Pengeluaran konsumsi rumah tangga diperkirakan menjadi kontributor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang. Dari sisi penawaran, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi didorong oleh sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa. Perkembangan harga-harga pada triwulan mendatang diperkirakan masih cukup tinggi. Dengan demikian, inflasi tahunan (y-o-y) diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan laporan. Dari sisi permintaan, datangnya bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri 1431 H akan meningkatkan konsumsi masyarakat terhadap bahan pokok sehingga dapat memicu angka inflasi Kota Jambi pada triwulan III-2010 lebih tinggi dari triwulan laporan. Disamping itu, masih adanya kendala jalur distribusi akibat kondisi jalan yang belum baik serta kondisi cuaca dapat mengganggu kelancaran arus distribusi barang sehingga berpotensi meningkatkan angka inflasi. A. Pertumbuhan Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan mendatang diperkirakan pada kisaran 6,3-7,3% (y-o-y). Pengeluaran konsumsi rumah tangga masih menjadi motor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang. Hal ini tercermin dari nilai indeks ekspektasi ekonomi sebesar 111,33 yang masih berada pada level optimis (nilai indeks diatas 100). Sejalan dengan hal tersebut, indeks ekspektasi penghasilan masyarakat juga masih berada pada level yang optimis (145,33) setelah terus tumbuh secara
73
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH optimis.42 Semakin membaiknya perekonomian di Jambi serta pembayaran gaji ke-13 pegawai negeri sipil (PNS), TNI, POLRI meningkatkan harapan akan penghidupan yang lebih baik bagi masyarakat pada triwulan mendatang. Grafik 7.1. Perkembangan Ekspektasi Ekonomi, Ekspektasi Pengangguran dan Ekspektasi Penghasilan Indeks 180
Ekspektasi ekonomi
Ekspektasi pengangguran
Ekspektasi penghasilan
160 140 120 100 80
I
II
III
IV
2007
60
I
II
III
IV
I
2008
II
III 2009
IV
I 2010
40 20
Hasil
Survei
Ekspektasi
Konsumen
(SEK)
pada
triwulan
laporan
menggambarkan rencana konsumsi dalam 6 s.d 12 bulan yang akan datang sebagian besar berada pada level pesimis, kecuali nilai saldo bersih rencana konsumsi barang sandang tercatat sebesar 162,67. Sedangkan indikator lainnya masih bertengger pada level pesimis yaitu: pembelian/perbaikan rumah (48,67); peralatan rumah tangga (54,00); perabotan rumah tangga (56,00); kendaraan bermotor (32,00); serta rekreasi/tamasya (94,00). Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan belanja masyarakat di triwulan III-2010 masih diutamakan untuk memenuhi kebutuhan pokok, dibandingkan dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya.
42
Setelah triwulan II-2008 yang tumbuh pesimis (60,67), indeks ekspektasi penghasilan terus tumbuh pada level optimis.
74
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
Grafik 7.2. Rencana Konsumsi dalam 6-12 bulan yang akan datang Indeks 180 160 140 120 100 I
80
II
III
IV
I
II
2007
60
III
IV
I
II
2008
III
IV
I
2009
II 2010
40 20
Peralatan rumah tangga
Perabotan rumah tangga
Kendaraan bermotor
Barang sandang
Pembelian/perbaikan rumah
Rekreasi/tamasya
Berdasarkan hasil SKDU triwulan II-2010, optimisme responden pada triwulan mendatang diyakini oleh pelaku usaha pada sektor industri pengolahan; sekor perdagangan,hotel dan restoran (PHR); serta sektor jasa-jasa. Hal ini terlihat dari perkiraan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) untuk sektor-sektor tersebut yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (Tabel 7.1). Tabel 7.1. Saldo Bersih Tertimbang Perkembangan Dunia Usaha Saldo Bersih Tertimbang No
Sektor/Subsektor
Triwulan II-2010
Triwulan III-2010*
1
Pertanian
3.51
(0.88)
2
Pertambangan dan Penggalian
(3.82)
(1.27)
3
Industri Pengolahan
1.66
3.87
4
Listrik dan Air Minum
0.20
0.20
5
Bangunan
(1.37)
(1.37)
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
0.85
1.09
7
Pengangkutan dan Komunikasi
1.46
0.97
8
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
2.73
2.73
9
Jasa-jasa Total
1.25
2.50
6.47
7.84
Keterangan : *) Angka perkiraan Keterangan : Saldo Bersih = % naik dikurangi turun Saldo Bersih Tertimbang = Saldo Bersih dikalikan bobot Bobot didasarkan pada Distribusi PDRB Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000
Dari
sisi
penawaran,
perkembangan
sektor
industri
pengolahan
diperkirakan akan meningkat pertumbuhannya seiring dengan datangnya bulan Ramadhan
serta
Lebaran
(terutama
industri
makanan
dan
minuman).
75
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH Perkembangan industri pengolahan baik industri pengolahan hasil komoditi pertanian diperkirakan juga semakin membaik. Sejalan dengan hal tersebut, sektor PHR juga semakin meningkat volume perdagangannya akibat naiknya demand masyarakat terhadap kebutuhan pokok selama bulan Puasa serta menjelang Lebaran. Di sisi lain, sektor jasa-jasa juga diperkirakan akan meningkat. Adanya Pilkada tingkat II (Bupati dan wakil Bupati) di beberapa daerah pada triwulan mendatang akan memicu meningkatnya usaha jasa yang mendukung semua atribut Pilkada. Selain itu, masa bulan Ramadhan serta Lebaran juga ikut mendorong pertumbuhan sektor ini. Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia Jambi, pertumbuhan ekonomi tahunan (y-o-y) Provinsi Jambi pada triwulan III-2010 diperkirakan pada kisaran 6,30%-7,30%. Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi sampai dengan akhir tahun 2010 diperkirakan pada kisaran 6,00-8,00%. Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas pasca krisis ekonomi dunia, diperlukan langkah nyata dan effort yang lebih besar dari Pemerintah Daerah Jambi untuk memacu pertumbuhan ekonominya. Beberapa prasyarat agar pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi bisa tumbuh lebih baik, antara lain melalui: 1. Percepatan
realisasi
APBD
terutama
proyek-proyek
fisik
yang
berorientasi memacu perekonomian. Akselerasi pertumbuhan ekonomi suatu daerah sangat dipengaruhi oleh ketersediaan infrastruktur yang memadai. Infrastruktur merupakan kunci pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah dengan optimal. Sampai dengan triwulan II-2010, perkembangan proyek-proyek fisik dengan dana APBD relatif masih rendah. Pemerintah daerah diharapkan dapat menyegerakan realisasi belanja modal APBD 2010 sehingga mampu mempercepat stimulus pembangunan ekonomi di Jambi. Pembangunan Infrastruktur bidang transportasi (terutama jalan dan jembatan) harus dipercepat dalam rangka meningkatkan pelayanan bagi aktivitas perdagangan serta mengurangi biaya distribusi akibat kurang kondusifnya sarana jalan dan jembatan.
76
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH 2. Peningkatan koordinasi antar kabupaten/kota. Koordinasi pembangunan antar kabupaten/kota diharapkan dapat lebih ditingkatkan. Setiap daerah diharapkan dapat fokus dalam mencapai target pembangunan yang nantinya akan dimanfaatkan oleh daerah-daerah di sekitarnya. Pengembangan yang bersifat one village one product ini diharapkan dapat lebih mengoptimalkan penggunaan sumber-sumber pendanaan yang ada. 3. Pengendalian Inflasi yang Forward Looking. Inflasi pada triwulan II-2010 melonjak cukup tinggi dari perkiraan Bank Indonesia Jambi. Diperlukan keberlangsungan kebijakan penanganan inflasi (pengendalian harga-harga) yang koordinatif antar dinas/instansi terkait secara berkesinambungan sehingga dapat mendukung terciptanya inflasi yang relatif rendah dan stabil melalui pengendalian inflasi yang forward looking diantaranya melalui: a. Koordinasi antara FKPI Provinsi Jambi dengan Tim Pengendalian Inflasi di level pusat yang lebih intensif. b. Meningkatkan kegiatan diseminasi untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat di daerah terkait kondisi dan prospek ekonomi dan resiko tekanan inflasi. c. Pemerintah daerah memberikan perhatian yang lebih kepada komoditas bahan makanan utama yang masih didatangkan dari luar daerah sehingga harganya berpotensi untuk bergejolak. 4. Optimalisasi Penyerapan Tenaga Kerja Daerah. Peningkatan program padat karya (misal: revitalisasi pertanian, perikanan dan peternakan, program pengembangan jalan lingkungan) dapat menjadi solusi untuk peningkatan penyerapan tenaga kerja. Disamping itu, percepatan realisasi APBD pemerintah daerah untuk proyek-proyek fisik (jalan, jembatan dll) diharapkan mampu menyerap tenaga kerja lokal di Jambi untuk mengurangi pengangguran. 5. Kebijakan
Agrobisnis
yang
menguntungkan
bagi
petani
dan
pengusaha. Beberapa hal yang bisa dilaksanakan adalah: -
Percepatan realisasi tersedianya industri hilir (misal industri minyak goreng, sabun dll) yang dapat menopang supply sawit dan karet untuk dioptimalkan menjadi komoditas yang memiliki value added labih baik
77
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH sehingga dapat meningkatkan daya saing Provinsi Jambi dalam sektor perkebunan. -
Perlunya pemberian subsidi dalam pemenuhan stok pupuk dan obat anti serangga/hama yang dapat digunakan untuk mendukung proses produksi sehingga petani tetap dapat mempergunakan jumlah pupuk yang seimbang dan sesuai untuk meningkatkan proses produksi.
-
Pengawasan distribusi pupuk yang komprehensif sehingga tidak terjadi kelangkaan di tingkat petani yang dapat mendorong peningkatan harga pupuk yang sangat memberatkan petani.
-
Penentuan tingkat harga yang saling menguntungkan antara petani dengan pengusaha sehingga terjadi hubungan bisnis yang kondusif. Oleh karena itu, perusahaan harus menghindari pembelian komoditas tersebut melalui toke.
43
Hal ini dikarenakan toke membeli harga komoditas
unggulan Jambi (sawit dan karet) ke petani dibawah harga pasar/harga yang telah ditetapkan sehingga merugikan petani. 6. Penguatan ekspor barang dan jasa. Penguatan ekspor di Jambi dapat dilakukan dengan perbaikan kualitas dan produktivitas komoditas utama ekspor (seperti karet dan kelapa sawit) sehingga dapat tetap menjaga daya saing di pasar internasional yang didukung dengan ketersediaan industri hilir. 7. Pertumbuhan kredit perbankan Mendorong laju pertumbuhan kredit Provinsi Jambi pada triwulan III-2010 berkisar 15-20% (y-o-y) melalui program-program pendampingan kepada usaha mikro dan kecil. B. Proyeksi Inflasi Secara tahunan (y-o-y), perkembangan harga-harga pada triwulan III-2010 diperkirakan relatif meningkat dibandingkan triwulan II-2010. Kondisi ini tercermin dari hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) yang menunjukkan bahwa keyakinan masyarakat terhadap perbaikan harga-harga masih berada pada level pesimis. Hal tersebut tercermin dari seluruh indikator ekspektasi harga yang memiliki nilai dibawah 100 atau berada dalam level pesimis (lihat Grafik 7.3).
43
Toke adalah sebutan bagi tengkulak atau cukong.
78
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH Sedangkan nilai saldo bersih (SB) untuk indikator kenaikan harga umum sebesar 20,67 lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (26,67).44 Grafik 7.3. Saldo Bersih Ekspektasi harga dalam 6-12 bulan yang akan datang Indeks Bahan sandang Perumahan & bahan bangunan Transportasi & komunikasi Harga Umum Bahan makanan
100 80 60 40 20 I
II
III 2007
IV
I
II
III 2008
IV
I
II
III 2009
IV
I
II 2010
Inflasi Kota Jambi pada Triwulan III-2010 diperkirakan sebesar 8,00% ± 1 (y-o-y). Datangnya bulan Ramadhan serta Lebaran serta masih berlangsungnya musim liburan sekolah memicu meningkatnya angka inflasi dari sisi permintaan akibat meningkatnya konsumsi masyarakat. Dari sisi penawaran, rencana kenaikan tarif dasar listrik serta adanya potensi kenaikan harga minyak mentah dunia yang diikuti pergerakan harga-harga komoditas bahan-bahan pangan (kedelai, jagung, gandum), crude palm oil (CPO), di pasar internasional disertai dengan belum membaiknya kondisi jalan dapat memicu meningkatnya angka inflasi Kota Jambi.
44
SB (Saldo Bersih) = (%baik-%buruk)+100%. Nilai dibawah 100% berarti pesimis. Nilai diatas 100% berarti optimis. Saldo Bersih ekspektasi harga merupakan hasil survey dari jawaban pertanyaan ekspektasi terhadap harga barang/jasa pada 6-12 bulan mendatang.
79
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH Grafik 7.4. Perkembangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Jambi periode tahun 2006 s.d. Juni 2010 serta Perkiraan Juli s.d. September 2010 m-t-m (%)
2006
2007
5
2010
2009
2008
4 3 2 1 0 1
-1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
-2
Catatan: Inflasi bulan Juli-September 2010 adalah angka perkiraan
Grafik 7.5. Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi periode tahun 2006 s.d. Juni 2010 serta Perkiraan Juli s.d. September 2010 y-o-y (%) 20
2006
2007
2008
2009
2010
15
10
5
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Catatan: Inflasi Bulan Juli-September2010 merupakan angka perkiraan dengan deviasi 1%
Beberapa faktor-faktor lain yang masih berpotensi akan memberikan tekanan inflasi selama triwulan mendatang serta berpotensi menyebabkan perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara lain 1)Meningkatnya demand masyarakat terhadap kebutuhan barang dan jasa terutama terkait dengan datangnya bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri 1431 H serta perayaan Hari Kemerdekaan
Republik
Indonesia,
2)
Meningkatnya
income
masyarakat
(pembayaran THR) dan menurunnya suku bunga perbankan dapat memicu meningkatnya konsumsi masyarakat, 3) Kondisi infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala akan meningkatkan biaya distribusi dan transportasi barang dan jasa, 4) Tekanan melemahnya Rupiah dapat mempengaruhi inflasi barang impor, 5) Kondisi cuaca di musim pancaroba ini dapat menjadi ancaman dalam produksi pertanian dan pendistribusian barang, serta 6) Potensi kenaikan
80
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH harga minyak mentah dunia yang diikuti pergerakan harga-harga komoditas bahan-bahan pangan (kedelai, jagung, gandum), crude palm oil (CPO) di pasar internasional. Beberapa hal tersebut diperkirakan akan memacu meningkatnya angka inflasi pada periode triwulan III tahun 2010. Sementara,
masih
tercukupinya
stok
beberapa
kebutuhan
pokok
diprakirakan cukup mampu meredam potensi gejolak harga yang terjadi sewaktuwaktu akibat kemungkinan shock di sisi penawaran. Stok beras di Bulog Divre Jambi diprakirakan cukup untuk meredam gejolak harga beras.
81
Halaman ini sengaja dikosongkan
LAMPIRAN
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI
Halaman ini sengaja dikosongkan
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) LAPANGAN USAHA
2009
2010
1. PERTANIAN
I* (2) 2,697,692.70
II* (3) 2,816,726.34
III* (4) 2,888,832.44
IV* (5) 2,947,155.23
I** (6) 3,032,902.90
II** (7) 3,210,751.63
a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas
920,059.35 1,255,285.44 148,622.58 216,967.74 156,757.59 1,615,029.73 1,336,814.01 172,445.40
987,506.80 1,279,405.27 155,852.41 234,889.11 159,072.74 1,828,851.06 1,532,097.69 187,467.98
1,002,255.43 1,322,145.34 159,827.17 239,958.33 164,646.16 2,067,178.10 1,761,428.45 192,573.43
1,003,865.16 1,371,807.24 164,253.66 242,005.27 165,223.89 2,261,571.09 1,971,062.47 177,589.09
1,030,473.94 1,417,308.24 167,894.86 247,458.46 169,767.39 2,309,593.36 2,014,372.87 179,708.99
1,073,111.48 1,533,270.21 173,532.69 254,209.79 176,627.46 2,357,201.69 2,049,121.87 186,755.66
c. Penggalian 3. INDUSTRI PENGOLAHAN
105,770.32 1,203,091.13
109,285.39 1,236,200.31
113,176.22 1,296,004.16
112,919.53 1,337,478.39
115,511.51 1,393,504.56
121,324.16 1,463,937.28
114,034.83 114,034.83
114,948.29 114,948.29
117,112.58 117,112.58
118,415.22 118,415.22
120,394.09 120,394.09
120,995.14 120,995.14
1,089,056.30
1,121,252.02
1,178,891.58
1,219,063.18
1,273,110.47
1,342,942.14
87,294.61 71,056.60
93,306.14 77,013.53
93,695.18 76,913.13
93,746.83 76,933.25
94,707.37 77,676.56
95,725.40 78,599.20
b. Gas c. Air Bersih 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN
16,238.01 493,113.64 1,494,477.94
16,292.61 506,913.35 1,591,195.93
16,782.05 524,079.68 1,680,254.97
16,813.58 539,131.19 1,736,845.63
17,030.81 551,398.94 1,804,028.25
17,126.20 586,038.07 1,879,874.16
a. Perdagangan Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
1,374,992.62 21,508.28 97,977.04 715,779.03
1,469,259.46 21,960.56 99,975.91 740,847.70
1,553,974.97 22,573.73 103,706.27 776,000.05
1,607,473.94 23,380.09 105,991.60 798,781.23
1,672,212.46 23,655.32 108,160.47 809,175.69
1,743,448.01 24,294.21 112,131.93 835,344.67
659,885.17
683,992.44
716,408.82
737,664.67
746,281.14
769,505.17
465,406.90 80,671.26
476,048.14 82,189.64
499,729.05 83,447.37
516,023.38 84,249.14
521,082.60 85,740.90
539,621.34 86,560.83
32,197.45 46,592.19 35,017.37 55,893.87 55,015.82 878.05 522,531.95
33,212.14 56,847.00 35,695.53 56,855.26 55,960.06 895.20 547,770.21
33,818.58 61,934.04 37,479.77 59,591.23 58,660.98 930.25 576,594.69
34,265.54 64,380.99 38,745.62 61,116.56 60,162.76 953.80 597,181.68
35,195.88 64,975.66 39,286.09 62,894.55 61,916.67 977.88 607,241.80
35,227.13 67,456.55 40,639.31 65,839.50 64,825.78 1,013.73 616,592.53
212,093.81 34,987.26 2,341.56 265,053.92 8,055.40 1,061,354.04 912,522.22 628,028.66
227,748.97 35,930.47 2,387.91 273,495.31 8,207.55 1,085,949.30 933,904.32 641,648.75
246,505.29 36,658.47 2,498.91 282,443.12 8,488.89 1,112,711.30 954,152.66 654,863.52
258,177.46 37,463.81 2,586.78 290,215.99 8,737.64 1,150,555.88 985,673.80 677,639.15
264,661.01 38,272.60 2,623.25 292,784.08 8,900.87 1,173,890.66 1,004,684.34 690,105.51
267,073.86 39,073.93 2,807.32 298,654.05 8,983.37 1,319,561.58 1,148,128.94 788,668.78
284,493.56 148,831.82 101,573.42
292,255.57 152,044.98 103,955.92
299,289.14 158,558.64 109,268.72
308,034.64 164,882.08 113,820.51
314,578.83 169,206.32 116,936.67
359,460.16 171,432.64 118,474.63
7,496.30 39,762.10
7,619.00 40,470.06
7,819.86 41,470.06
8,168.90 42,892.68
8,263.76 44,005.88
8,329.99 44,628.03
PDRB Migas
9,890,364.78
10,447,760.33
11,015,350.57
11,462,447.17
11,776,443.53
12,365,027.01
PDRB Tanpa Migas
8,439,515.94
8,800,714.36
9,136,809.55
9,372,969.48
9,641,676.58
10,194,910.00
(1)
a. Industri Migas 1. Pengilangan Minyak Bumi 2. Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Migas **) 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH a. Listrik
a. Pengangkutan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya 3. Angkutan Laut 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 5. Angkutan Udara 6. Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi 1. Pos dan Telekomunikasi 2. Jasa Penunjang Komunikasi 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. a. Bank b. Lembaga Keuangan tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. JASA-JASA a. Pemerintahan Umum 1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 2. Jasa Pemerintah lainnya b. Swasta 1. Sosial Kemasyarakatan 2. Hiburan & Rekreasi 3. Perorangan & Rumahtangga
Keterangan: *angka sementara ** angka sangat sementara
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) LAPANGAN USAHA (1) 1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 3. INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas 1. Pengilangan Minyak Bumi 2. Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Migas **) 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH a. Listrik b. Gas c. Air Bersih 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN a. Perdagangan Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI a. Pengangkutan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya 3. Angkutan Laut 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 5. Angkutan Udara 6. Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi 1. Pos dan Telekomunikasi 2. Jasa Penunjang Komunikasi 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. a. Bank b. Lembaga Keuangan tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. JASA-JASA a. Pemerintahan Umum 1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 2. Jasa Pemerintah lainnya b. Swasta 1. Sosial Kemasyarakatan 2. Hiburan & Rekreasi 3. Perorangan & Rumahtangga PDRB Migas PDRB Tanpa Migas
2009
2010
I* (2) 1,235,487.70 466,009.83 576,519.49 78,063.18 65,683.37 49,211.83 461,553.56 367,608.26 47,215.02 46,730.29 524,604.28 33,032.28 33,032.28
II* (3) 1,243,970.45 470,041.38 580,081.59 78,144.42 65,803.52 49,899.54 466,948.56 368,316.08 50,772.11 47,860.38 528,114.89 33,180.59 33,180.59
III* (4) 1,256,514.56 470,484.01 588,790.11 79,812.89 66,410.54 51,017.01 469,120.23 368,528.26 51,458.00 49,133.97 547,323.88 33,747.74 33,747.74
IV* (5) 1,262,808.61 457,546.65 606,358.89 81,686.80 66,488.67 50,727.59 467,020.54 371,467.84 46,952.15 48,600.55 558,240.57 34,015.21 34,015.21
I** (6) 1,280,521.91 467,342.53 613,318.28 82,370.35 66,583.93 50,906.81 468,082.62 372,129.93 47,015.89 48,936.80 568,908.89 34,227.42 34,227.42
II** (7) 1,306,579.13 473,884.52 629,921.56 83,000.87 67,545.76 52,226.42 470,814.69 373,527.83 47,647.51 49,639.35 587,323.57 34,243.01 34,243.01
491,572.01 30,706.63 25,998.33
494,934.30 32,763.31 28,080.85
513,576.14 32,580.63 27,790.86
530,364.78 32,595.21 27,796.80
534,681.47 32,716.82 27,891.69
553,080.55 33,034.55 28,183.04
4,708.29 191,514.20 657,880.69 599,302.58 10,904.55 47,673.56 307,479.24 280,036.94
4,682.47 193,824.13 679,789.26 621,003.96 11,022.09 47,763.21 312,192.03 284,368.60
4,789.77 197,187.75 702,014.83 642,873.07 11,066.68 48,075.08 320,521.06 291,723.18
4,798.41 199,948.62 716,906.02 656,895.70 11,287.72 48,722.60 327,982.64 298,517.10
4,825.13 201,492.90 723,881.69 663,633.98 11,335.09 48,912.62 329,031.77 298,925.82
4,851.51 205,271.84 743,830.99 682,565.63 11,638.62 49,626.74 338,840.19 307,396.48
182,466.58 39,042.73 16,601.76
183,308.35 39,122.67 16,655.35
24,713.12 17,212.75 27,442.30 27,141.53 300.77 208,813.16 100,831.08 12,014.13 1,189.68 91,169.85 3,608.42 347,710.56 288,597.60 185,191.79 103,405.81 59,112.96 37,742.32 3,415.84 17,954.79
27,935.14 17,347.10 27,823.43 27,517.22 306.21 217,632.43 108,016.90 12,061.11 1,207.83 92,719.97 3,626.61 352,666.34 293,009.38 187,548.93 105,460.45 59,656.96 38,201.80 3,424.93 18,030.23
187,526.48 39,401.84 16,700.28 30,320.51 17,774.07 28,797.87 28,483.59 314.28 228,190.80 116,691.28 12,185.54 1,236.88 94,422.75 3,654.33 358,301.15 296,930.46 189,747.65 107,182.80 61,370.69 39,685.49 3,453.13 18,232.07
192,764.61 39,687.40 16,869.50 30,999.28 18,196.30 29,465.54 29,144.76 320.78 234,882.66 121,985.70 12,444.81 1,279.65 95,449.63 3,722.87 366,467.92 303,627.72 194,097.33 109,530.39 62,840.21 40,748.48 3,560.10 18,531.62
193,216.77 39,757.03 16,890.33 30,862.93 18,198.77 30,105.95 29,779.44 326.51 236,652.20 122,975.22 12,559.74 1,283.55 96,094.53 3,739.16 369,161.34 306,155.58 195,798.72 110,356.87 63,005.75 40,847.90 3,566.95 18,590.89
199,846.01 40,127.37 16,899.88 31,861.17 18,662.05 31,443.71 31,105.99 337.72 239,297.42 123,806.11 12,713.54 1,326.46 97,683.52 3,767.79 381,974.52 318,489.40 203,722.72 114,766.68 63,485.11 41,107.48 3,568.22 18,809.42
3,965,750.03 3,565,109.50
4,027,901.41 3,626,404.74
4,111,754.89 3,709,478.88
4,166,852.79 3,761,369.74
Keterangan: *angka sementara ** angka sangat sementara
4,210,450.13
4,306,966.88
3,804,092.79
3,899,196.04
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)
JENIS PENGELUARAN (1)
TRW.I* (2)
Tahun 2009 TRW.II* TRW.III* (3)
(4)
TRW.IV* (5)
Tahun 2010 TRW. I** TRW.II** (6)
(7)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
6,519,395.74
6,696,182.38
7,138,285.29
7,290,867.80
7,512,483.71
7,811,727.97
2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
1,610,379.42
1,728,185.63
1,838,599.51
2,114,472.58
2,099,584.27
2,212,100.71
54,993.08
59,328.75
61,988.31
63,942.59
76,712.09
83,935.86
1,687,308.54
1,796,877.85
1,905,115.63
2,012,663.91
2,008,190.45
2,120,245.26
272,397.07
284,620.36
298,961.19
302,154.03
304,591.08
315,072.98
6. Ekspor
3,989,331.98
4,896,090.27
5,014,368.76
5,769,824.07
5,402,030.94
5,808,894.62
7. Impor
4,243,441.06
5,013,524.90
5,241,968.12
6,091,477.80
5,627,149.00
5,986,950.39
9,890,364.78
10,447,760.33
11,015,350.57
11,462,447.17
11,776,443.53
12,365,027.01
3. Lembaga Swasta Nirlaba 4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 5. Perubahan Stok
JUMLAH
Keterangan: *angka sementara ** angka sangat sementara
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)
JENIS PENGELUARAN (1) 1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
TRW.I* (2)
Tahun 2009 TRW.II* TRW.III* (3)
(4)
TRW.IV* (5)
Tahun 2010 TRW. I** TRW.II** (6)
(7)
2,845,831.60
2,879,304.21
2,987,170.93
3,014,851.75
3,027,455.71
3,043,767.19
730,776.04
757,456.68
792,630.38
833,262.97
817,296.04
848,213.59
21,920.77
22,674.49
23,107.77
23,557.74
27,567.24
29,496.94
4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
632,388.71
638,963.91
649,984.06
681,290.96
640,483.40
646,567.99
5. Perubahan Stok
123,445.30
124,473.89
126,879.44
127,821.34
124,451.34
125,571.40
6. Ekspor
2,000,919.73
2,034,808.71
2,264,203.78
2,268,206.23
2,137,891.20
2,311,342.65
7. Impor
2,389,532.12
2,429,780.48
2,732,221.46
2,782,138.20
2,564,694.80
2,697,992.88
3,965,750.03
4,027,901.41
4,111,754.89
4,166,852.79
4,210,450.13
4,306,966.89
2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 3. Lembaga Swasta Nirlaba
JUMLAH
Keterangan: *angka sementara ** angka sangat sementara
Jumlah Bank Provinsi Jambi (Bank Umum dan BPR)
A. Jumlah Kantor Bank Umum Bank Umum Kota Jambi Kerinci Bungo Muara Jambi Sarolangun Tebo Merangin Batanghari Tanjung Jabung Barat Tanjung Jabung Timur TOTAL
KP 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
KC 24 3 4 0 2 1 3 2 3 1 43
Trw IV-2009 KCP KK 42 5 15 2 13 12 3 11 11 2 11 11 1 9 3 1 138 14
Total 72 20 17 15 13 14 14 14 12 5 196
KP 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
KC 24 3 4 0 2 1 3 2 3 1 43
Trw I-2010 KCP KK 42 6 15 2 14 0 12 3 12 0 11 2 11 0 11 1 10 0 3 1 141 15
Total 73 20 18 15 14 14 14 14 13 5 200
KP 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
KC 25 3 4 0 2 1 3 2 3 1 44
Trw II-2010 KCP KK 43 6 15 2 14 1 12 3 12 0 12 2 11 0 11 1 10 0 3 1 143 16
Total 75 20 19 15 14 15 14 14 13 5 204
KP 4 1 0 2 0 0 0 0 1 0 8
KC 0 0 1 0 2 0 1 0 0 0 4
Trw IV-2009 KCP KK 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
Total 4 1 1 4 2 0 1 0 1 0 14
KP 6 1 1 2 0 0 0 0 1 0 11
KC 0 0 1 0 2 0 1 0 0 0 4
Trw I-2010 KCP KK 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
Total 6 1 2 4 2 0 1 0 1 0 17
KP 6 1 1 2 0 0 0 0 1 0 11
KC 0 0 1 0 2 0 1 0 0 0 4
Trw II-2010 KCP KK 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
Total 6 1 2 4 2 0 1 0 1 0 17
Trw IV-2009 KCP KK 42 5 15 2 13 0 12 5 11 0 11 2 11 0 11 1 9 0 3 1 138 16
Total 76 21 18 19 15 14 15 14 13 5 210
KP 7 1 1 2 0 0 0 0 1 0 12
KC 24 3 5 0 4 1 4 2 3 1 47
Trw I-2010 KCP KK 42 6 15 2 14 0 12 5 12 0 11 2 11 0 11 1 10 0 3 1 141 17
Total 79 21 20 19 16 14 15 14 14 5 217
KP 7 1 1 2 0 0 0 0 1 0 12
KC 25 3 5 0 4 1 4 2 3 1 48
Trw II-2010 KCP KK 43 6 15 2 14 1 12 5 12 0 12 2 11 0 11 1 10 0 3 1 143 18
Total 81 21 21 19 16 15 15 14 14 5 221
B. Jumlah Kantor BPR BPR Kota Jambi Kerinci Bungo Muara Jambi Sarolangun Tebo Merangin Batanghari Tanjung Jabung Barat Tanjung Jabung Timur TOTAL
C. Jumlah Kantor Bank Umum dan BPR TOTAL Kota Jambi Kerinci Bungo Muara Jambi Sarolangun Tebo Merangin Batanghari Tanjung Jabung Barat Tanjung Jabung Timur TOTAL
KP 5 1 0 2 0 0 0 0 1 0 9
KC 24 3 5 0 4 1 4 2 3 1 47
Indeks Harga Konsumen (IHK) Jambi Tahun Dasar 2007=100
2009 Uraian I UMUM II BAHAN MAKANAN III. MAKANAN JADI, MNMAN, ROKOK & TBK IV. PERUMAHAN V. SANDANG VI. KESEHATAN VII. PENDIDIKAN, REKREASI & OR VIII. TRANSPORT & KOMUNIKASI Sumber: BPS Provinsi Jambi
JAN 115.16 129.27 119.16 109.63 109.84 107.83 106.77 103.55
FEB 115.92 128.65 120.32 113.48 112.12 108.12 106.83 102.06
MAR 114.98 124.26 121.00 113.71 113.25 108.27 106.70 102.07
APR 113.52 119.00 120.95 113.50 113.19 108.65 106.81 102.04
MEI 114.62 122.98 121.02 113.49 112.96 109.44 106.86 102.03
JUN 114.15 120.87 121.19 113.35 113.36 109.58 106.59 102.47
JUL 115.36 123.47 121.24 113.32 113.16 109.23 112.23 103.63
2010 AGS 115.76 124.51 121.59 113.57 112.97 109.44 113.76 103.26
SEP 116.86 126.96 122.68 113.45 113.43 110.24 113.83 104.47
OKT 118.30 130.73 124.44 113.20 113.13 112.84 114.37 104.81
NOV 117.90 126.32 126.21 113.73 113.82 115.84 115.24 105.61
DES 117.54 124.25 127.18 113.38 115.20 115.96 115.31 105.72
JAN 119.83 131.12 128.92 113.93 115.08 116.63 115.50 105.72
FEB 119.40 129.27 129.30 113.83 114.73 116.79 115.87 105.84
MAR 119.34 126.86 131.64 114.32 115.09 117.21 115.83 106.08
APR 119.32 126.41 131.73 114.49 115.37 117.81 115.61 106.15
MEI 119.33 126.07 131.90 114.50 116.00 118.01 115.53 106.30
JUN 123.18 138.45 133.48 115.73 116.76 117.99 115.81 105.98
Halaman ini sengaja dikosongkan
Daftar Istilah Ekspor adalah seluruh barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil. Impor adalah seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil. PDRB atas dasar harga pasar adalah penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian. PDRB atas dasar harga konstan merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya. Bank pemerintah adalah bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari Bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI. Bank swasta adalah perbankan yang sepenuhnya dimiliki oleh swasta nasional sebelum dilakukannya program rekapitalisasi perbankan. Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito. Net Interest Margin (NIM) adalah selisih bersih antara biaya bunga operasional dengan pendapatan bunga operasional. Loan to Deposits Ratio (LDR) adalah rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun. Non Performing Loan (NPL) adalah jumlah kredit yang termasuk dalam kategori kurang lancar, diragukan dan macet sesuai ketentuan Bank Indonesia. Cash inflows adalah jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu. Cash outflows adalah jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu. Net cashflows adalah selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya. Administered prices adalah kelompok barang yang pergerakan harganya ditentukan oleh pemerintah baik secara keseluruhan maupun sebagian.
Aktiva Produktif adalah penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit, penempatan pada antar bank, penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya. Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) adalah pembobotan terhadap aktiva yang dimiliki oleh bank berdasarkan risiko dari masing-masing aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot risikonya. Misalnya kredit yang diberikan kepada pemerintah mempunyai bobot yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang diberikan kepada perorangan. Kualitas Kredit adalah penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur
dan
kelancaran
pembayaran
bunga
dan
pokok.
Kredit
digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu Lancar, Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar, Diragukan dan Macet. Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio antara modal (modal inti dan modal pelengkap) terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang diterima perbankan dari masyarakat, yang berupa giro, tabungan atau deposito. Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima. Konsep ini sama dengan konsep LDR pada bank umum konvensional. Inflasi adalah Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persistent). Inflasi Administered Price adalah Inflasi yang terjadi pergerakan harga barangbarang yang termasuk dalam kelompok barang yang harganya diatur oleh pemerintah (misalnya bahan bakar). Inflasi Inti adalah Inflasi yang terjadi karena adanya gap penawaran aggregat and permintaan agregrat dalam perekonomian, serta kenaikan harga barang impor dan ekspektasi masyarakat. Inflasi Volatile Food adalah Inflasi yang terjadi karena pergerakan harga barang-barang yang termasuk dalam kelompok barang yang harganya bergerak sangat volatile (misalnya beras).
Kliring adalah pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu. Kliring Debet adalah kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang disertai dengan penyampaian fisik warkat debet seperti cek, bilyet giro, nota debet kepada penyelenggaran kliring lokal (unit kerja di Bank Indonesia atau bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia sebagai penyelenggara kliring lokal) dan hasil perhitungan akhir kliring debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit kerja yang menangani SKNBI di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan secara nasional. Kliring Kredit adalah kegiatan kliring untuk transfer kredit antar bank yang dikirim langsung oleh bank peserta ke Sistem Sentral Kliring di KP Bank Indonesia tanpa menyampaikan fisik warkat (paperless). Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara jumlah kredit yang disalurkan terhadap dana yang diterima (giro, tabungan dan deposito). Net Interest Income (NII) adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap pergerakan suku bunga. Dalam laporan ini, NCD diasumsikan terdiri dari 30% giro, 30% tabungan dan 10% deposito berjangka waktu 1-3 bulan. Non Performing Loans/Financing (NLPs/Ls) adalah kredit/pembiayaan yang termasuk dalam kualitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet Penyisihan
Pengghapusan
Aktiva
Produktif
(PPAP)
adalah
suatu
pencadangan untuk mengantisipasi kerugian yang mungkin timbul dari tidak tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP ditentukan dari kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin besar PPAP yang dibentuk. Misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong Kurang Lancar adalah 15% dari jumlah kredit Kurang Lancar (setelah dikurangi agunan), sedangkan untuk kredit Macet, PPAP yang harus dibentuk adalah 100% dari total kredit macet (setelah dikurangi agunan). Rasio
Non
Performing
kredit/pembiayaan
Loans/Financing yang
tergolong
(NPLs/Fs) NPLs/Fs
adalah
rasio
terhadap
total
kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs gross. Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ysb. Rasio Non Performing Loans (NPLs) – Net adalah rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan Penyisihan Pengghapusan Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) adalah proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) adalah sistem kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.