KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur
Triwulan III - 2009
Kantor Bank Indonesia Kupang
Triwulan II - 2009
|
K KA ATTA A PPEEN NG GA AN NTTA AR R
Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian terhadap perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan perumusan kebijakan moneter tersebut. Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholder setempat, yaitu Pemda, DPRD, akademisi, serta masyarakat lainnya. Kajian ini mencakup Makro Ekonomi Regional, Perkembangan Inflasi, Perkembangan Perbankan, Sistem Pembayaran Regional, serta Prospek Perekonomian Daerah pada periode mendatang. Dalam menyusun kajian ini digunakan data baik yang berasal dari intern Bank Indonesia maupun dari ekstern, dalam hal ini dinas/instansi terkait. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam bentuk saran, kritik dan masukan sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerja sama yang telah terjalin dengan baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.
Kupang, Agustus 2009 Bank Indonesia Kupang
Lukdir Gultom Pemimpin
| Kajian Ekonomi Regional NTT
2
Triwulan II - 2009
|
D DA AFFTTA AR R IISSII
HALAMAN JUDUL----------------------------------------------------------------------
1
KATA PENGANTAR --------------------------------------------------------------------
2
DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------
3
RINGKASAN EKSEKUTIF --------------------------------------------------------------
6
MAKRO EKONOMI REGIONAL 1.1 SISI PERMINTAAN ----------------------------------------------------------------- 13 1.2 SISI PENAWARAN ----------------------------------------------------------------- 19 BOKS ------------------------------------------------------------------------------------- 29 PERKEMBANGAN INFLASI 2.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 32 2.2 INFLASI KOTA KUPANG---------------------------------------------------------- 35 2.3 INFLASI MAUMERE --------------------------------------------------------------- 37 PERKEMBANGAN PERBANKAN 3.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 40 3.2 INTERMEDIASI PERBANKAN ---------------------------------------------------- 41 3.3 KREDIT UMKM--------------------------------------------------------------------- 47 3.4 PERKEMBANGAN BPR------------------------------------------------------------ 48 SISTEM PEMBAYARAN 4.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 52 4.2 TRANSAKSI RTGS ----------------------------------------------------------------- 53 4.3 TRANSAKSI KLIRING -------------------------------------------------------------- 54 4.4 TRANSAKSI TUNAI ---------------------------------------------------------------- 55 KEUANGAN DAERAH 5.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 58 5.2 PENDAPATAN DAERAH---------------------------------------------------------- 59 5.3 BELANJA DAERAH ---------------------------------------------------------------- 60
| Kajian Ekonomi Regional NTT
3
Triwulan II - 2009
|
TENAGA KERJA DAN KESEJAHTERAAN 6.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 63 6.2 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN -------------------------------------- 63 6.3 PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN ------------------------------------------ 66 OUTLOOK PEREKONOMIAN 7.1 PERTUMBUHAN EKONOMI ----------------------------------------------------- 70 7.2 INFLASI ------------------------------------------------------------------------------ 71
| Kajian Ekonomi Regional NTT
4
Triwulan II - 2009
|
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian, Statistik dan Survei KBI Kupang Jl. Tom Pello No. 2 Kupang – NTT [0380] 832-047 ; fax : [0380] 822-103 www.bi.go.id
| Kajian Ekonomi Regional NTT
5
Triwulan II - 2009
|
Ringkasan Eksekutif Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II-2009
PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI Perekonomian NTT pada triwulan II-2009 diperkirakan masih tetap tumbuh positif, meskipun relatif tidak sebaik tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2009 diproyeksikan sebesar 4,76%;y-oy, lebih rendah dibandingkan posisi yang sama tahun lalu 5,34%;y-o-y. Secara sektoral, kontribusi pertanian terhadap pembentukan PDRB masih dominan, khususnya untuk subsektor tanaman pangan, disusul dengan sektor jasa-jasa, sektor perdagangan hotel dan restoran, dimana masing-masing sektor diperkirakan tumbuh 2,50%, 8,02% dan 5,98. Periode masa panen tanaman padi yang umumnya terjadi pada bulan Maret dan April menjadi pendorong pertumbuhan sektor pertanian selama triwulan II-2009. Hal ini ditandai dengan mulai masuknya beras lokal pada level pedagang eceran di Kota Kupang. Selain itu, pendorong lainnya berasal dari subsektor tanaman perkebunan, bulan Juni merupakan awal dari musim panen kopi, khususnya kopi Arabika. Akselerasi kinerja sektor pertanian juga ditandai dengan mulai meningkatnya volume pengiriman ikan dan sapi ternak selama bulan April dan Mei di Pelabuhan Tenau Kupang. Kegiatan nasional yang terkait dengan pemilu legislatif maupun presiden menjadi salah satu stimulus bagi aktivitas sektor perdagangan hotel dan restoran. Peningkatan kinerja sektor perdagangan hotel dan restoran ditandai dengan lonjakan signifikan aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Tenau Kupang pada bulan April dan Mei. Sejalan dengan kondisi tersebut, terjadi peningkatan kredit perbankan kepada sektor perdagangan hotel dan restoran serta kebutuhan listrik pada sektor bisnis. Khusus untuk subsektor perhotelan, dimulainya masa liburan musim panas di luar negeri mendorong peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara di Kab. Manggarai Barat. Hal ini tercermin dari peningkatan jumlah kunjungan wisatawan asing di Taman Nasional Komodo. Dari sisi penggunaan, peran konsumsi masih tetap dominan, dimana lebih dari 80% struktur ekonomi NTT dikontribusi konsumsi rumah tangga. Masa liburan sekolah yang dimulai sejak bulan Juni diperkirakan ikut mendorong aktivitas konsumsi, selain pelaksanaan even-even politik terkait kegiatan kampanye. Selain itu, kenaikan gaji PNS, pembayaran gaji ke 13 juga ikut menjadi stimulus bagi kegiatan konsumsi. Kemudian dukungan sektor perbankan pada aktivitas konsumsi masyarakat pada triwulan II tercermin dari struktur kredit yang hampir 70% kredit disalurkan untuk keperluan konsumsi.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
6
Triwulan II - 2009
|
Pertumbuhan kinerja konsumsi selama triwulan II berhasil menaikan angka indeks penjualan riil di wilayah Kota Kupang. Bahkan menjelang back to school season omset penjualan bisa meningkat 30%-40% dibandingkan kondisi normal. Menurut salah satu distributor consumer good di Kota Kupang, nilai penjualan produknya sepanjang Januari hingga Mei tumbuh 30% dibandingkan tahun 2008. Sementara kinerja net ekspor, baik antar pulau maupun luar negeri bagi Provinsi NTT masih tetap akan diwarnai kondisi defisit. Sedangkan investasi yang diharapkan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (sustainable growth) memasuki triwulan II-2009 mulai memberikan perkembangan positif. Pembangunan Hotel Jayakarta, komitmen PT AGB Mining dalam mengeksplorasi logam Mangan, menjadi harapan baru di tengah ketergantungan terhadap investasi pemerintah melalui alokasi belanja modal yang pada tahun 2009 justru mengalami penurunan. Lambatnya perkembangan investasi mengakibatkan tingkat daya serap sektor riil terhadap tenaga kerja sektor formal di NTT masih belum menunjukan perubahan berarti. Secara umum pada posisi bulan Februari 2009, tingkat pengangguran relatif mengalami penuruan, dibandingkan Agustus 2008. Namun demikian perlu menjadi perhatian bahwa sebagian besar tenaga kerja masih bergerak pada sektor informal. PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL Inflasi tahunan NTT pada akhir triwulan II-2009 berada pada level 3,95%;y-o-y. Terjadi penurunan signifikan jika dibandingkan periode yang sama tahun 2008 maupun triwulan sebelumnya. Penurunan tersebut salah satunya disebabkan oleh berlalunya dampak kenaikan harga BBM pada tahun 2008 dalam proses perhitungan IHK (base effect). Namun demikian, secara fundamental, dari sisi eksternal penurunan harga komoditi memberikan insentif terutama untuk barang-barang dengan kandungan impor content yang tinggi. Kemudian dari sisi internal, kelancaran distribusi selama triwulan II cukup mampu meredam fluktuasi harga. Namun demikian, seiring dengan terealisasinya pembayaran gaji ke 13 kepada PNS maka perlu diwaspadai peningkatan demand yang tidak diimbangi sisi penawaran. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kinerja perbankan di Provinsi NTT pada triwulan II tahun 2009 masih menunjukkan perkembangan yang positif. Tekanan krisis keuangan global yang ikut andil dalam mempengaruhi kinerja sistem keuangan di Indonesia, dampaknya diperkirakan relatif tidak dirasakan oleh perbankan di Provinsi NTT secara langsung. Asset bank umum di wilayah NTT tumbuh sebesar 20,77%;y-o-y pada Juni 2009. Sejalan dengan hal tersebut,
| Kajian Ekonomi Regional NTT
7
Triwulan II - 2009
|
penghimpunan dana oleh pihak ketiga juga mengalami perkembangan yang positif dengan 18,64%;y-o-y. Peningkatan tersebut disumbang oleh meningkatnya dana pemerintah dalam bentuk giro sebagai bentuk pencairan dana dari pemerintah pusat untuk dana pembangunan daerah tahun anggaran 2009. Sementara itu dari segi pembiayaan, penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi NTT masih mengalami pertumbuhan positif sebesar 25,84%;y-o-y walaupun akselerasinya melambat dibandingkan triwulan I tahun 2009 sebesar 28,67%;y-o-y. Sehingga kinerja perbankan sebagai lembaga intermediasi, yang tercermin dari rasio LDR, tercatat sebesar 68,67%, dengan kualitas kredit yang relatif baik dan terkendali dibawah level 2%. Tekanan pada perekonomian NTT, sejalan dengan melemahnya aktivitas pada sistem pembayaran. Aktivitas kampanye baik Pemilu legislatif maupun pilpres (pemilihan presiden) yang terjadi bulan April dan Juli 2009 tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan kinerja sistem pembayaran di provinsi NTT. Transaksi menggunakan fasilitas Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) mengalami penurunan nominal transaksi yang signifikan sebesar 15,39% dibandingkan dengan triwulan II-2008 (y-o-y). Sementara itu, transaksi dengan menggunakan fasilitas Real Time Gross Settlement (RTGS) yang menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan periode sama tahun 2008 yaitu sebesar 558,18%. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Kebijakan fiskal bagi provinsi NTT memiliki kontribusi yang penting bagi pendorong (stimulus) pertumbuhan ekonomi. Ketergantungan sektor swasta terhadap anggaran belanja pemerintah, baik provinsi maupun pemerintah pusat relatif tinggi. Pada triwulan I-2009 tingkat realisasi belanja APBD sebesar 10,9%, yang didominasi untuk keperluan belanja rutin. Sementara untuk relaisasi pendapatan relatif lebih baik dengan 30,2%, dimana tingkat realisasi paling tinggi pada pos pajak daerah. OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI Pada triwulan III-2009 diperkirakan perekonomian NTT tetap akan tumbuh positif pada kisaran 4,8% - 5,2% ; y-o-y. Secara sektoral sumber pertumbuhan ekonomi NTT diperkirakan masih bersumber dari ketiga sektor dominan. Pada triwulan III umumnya merupakan puncak masa panen bagi sebagian besar komoditi perkebunan, terutama kopi dan mete. Hal tersebut secara simultan akan mendorong kinerja ekspor, mengingat salah satu komoditi ekspor pertanian merupakan komoditi perkebunan. Sedangkan dari sektor perdagangan, lonjakan aktivitas akan terjadi sebagai respon dari peningkatan konsumsi selama bulan puasa terkait persiapan menjelang hari raya Idul Fitri yang akan jatuh pada bulan September.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
8
Triwulan II - 2009
|
Sementara itu, tekanan inflasi pada triwulan mendatang untuk wilayah Kota Kupang diperkirakan relatif mengalami penurunan pada kisaran 4,23% - 5,25% ; y-o-y. Sehingga secara keseluruhan diharapkan pada akhir tahun inflasi Kota Kupang berada diantara 4,5% – 5,5%. Hal tersebut didasari pada asumsi perkembangan harga minyak yang tidak akan berubah sepanjang tahun 2009. Penurunan harga komoditi diperkirakan masih akan memberikan insentif terutama untuk barang-barang dengan kandungan impor content yang tinggi. Kemudian dari sisi internal, kelancaran distribusi pada triwulan mendatang diperkirakan akan tetap terjaga. Namun demikian, perlu diantisipasi suplai barang menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri guna tetap meredam fluktuasi harga.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
9
Triwulan II - 2009
|
TAB E L INDIK ATOR E K ONOMI TE R P IL IH P R OVINS I NUS A TE NGGAR A TIMUR INFLASI DAN PDRB INDIKATOR
Tw.III-08
Tw.IV-08
Tw.I-09
Tw.II-09
Laju Inflasi Tahunan (yoy %) - NTT
12.39
11.72
8.90
- Kupang
10.45
10.90
8.38
3.95 3.64
- Maumere
22.94
16.17
11.73
5.61
PDRB - Harga Konstan (miliar Rp)
2,941.66
3,022.65
2,782.79
2,942.70
- Pertanian
1,143.51
1,118.62
1,118.03
1,181.27
- Pertambangan dan Penggalian
37.60
39.38
35.37
36.86
- Industri Pengolahan
44.08
44.02
39.48
42.87
- Listrik, gas dan air bersih
11.44
12.13
10.69
11.76
- Bangunan
184.51
194.53
167.18
180.49
- Perdagangan, Hotel dan Restoran
485.91
505.88
460.57
478.68
- Pengangkutan dan komunikasi
214.21
219.84
206.16
226.58
- Keuangan, Persewaan, dan Jasa
104.68
107.67
95.29
101.62
- Jasa
715.68
780.62
650.02
682.57
5.46%
2.77%
4.89%
4.76%
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta)
5.76
11.26
2.32
1.36
Nilai Impor Nonmigas (USD Juta)
1.86
0.09
14.21
0.00
Inflow (miliar Rp)
247.34
273.20
596.39
211.99
Outflow (miliar Rp)
683.34
919.40
164.24
523.52
Netflow (miliar Rp)
-436.00
-646.20
432.15
-311.53
88.67
42.75
29.97
46.82
100
50.00
100.00
400.00
Nominal RTGS (miliar Rp)
21.30
69.26
13.71
69.26
Nominal Kliring (miliar Rp)
373.84
420.70
398.09
373.10
Pertumbuhan PDRB (yoy)
Sistem Pembayaran
MRUK (miliar Rp) Uang Palsu (ribu Rp)
Sumber : Berbagai sumber (diolah) Keterangan : 1)
LPE (Laju Pertumbuhan Ekonomi) PDRB atas dasar harga konstan 2000
2)
(y-o-y) = year on year, thn dasar 2002
3)
Ekspor data dari Bagian PDIE-BI bln Mei 2009 *
| Kajian Ekonomi Regional NTT
10
Triwulan II - 2009
|
P R OVINS I NUS A TE NGGAR A TIMUR PERBANKAN INDIKATOR
Tw.III-08 Tw.IV-08
Tw.I-09
Tw.II-09
Bank Umum Total Aset (Rp Triliun)
9.53
9.94
9.61
10.32
DPK (Rp Triliun)
7.89
8.00
8.23
8.82
- Tabungan (Rp Triliun)
3.59
4.32
3.82
4.03
- Giro (Rp Triliun)
2.55
1.90
2.54
2.81
- Deposito (Rp Triliun)
1.74
1.78
1.91
1.99
Kredit (Rp Triliun)
5.24
5.40
5.52
6.06
- Modal Kerja
1.50
1.50
1.48
1.66
- Konsumsi
3.58
3.74
3.88
4.20
- Investasi
0.16
0.16
0.16
0.20
LDR (%)
66.42
67.51
66.81
66.67
NPLs (%)
1.64
1.39
1.61
1.73
Kredit UMKM (Triliun Rp)
5.20
5.34
5.45
6.00
Total Aset (Rp Miliar)
56.22
68.32
75.08
84.02
DPK (Rp Miliar)
33.48
38.89
44.44
52.08
- Tabungan (Rp Miliar)
14.72
17.52
20.34
23.15
- Deposito (Rp Miliar)
18.76
21.38
24.09
28.93
Kredit (Rp Miliar)
43.88
51.48
59.11
67.97
BPR
- Modal Kerja
23.65
27.80
32.24
37.12
- Konsumsi
19.63
22.34
24.01
26.86
- Investasi Kredit UMKM (Rp Miliar) Rasio NPL Gross (%) LDR (%)
0.60
1.34
2.86
3.99
43.88
51.48
59.11
67.97
3.69
2.61
4.35
3.12
131.07
132.37
133.01
130.52
Sumber : Bank Indonesia Kupang (diolah)
| Kajian Ekonomi Regional NTT
11
Triwulan II - 2009
|
B BA AB B II M MA AK KR RO O EEK KO ON NO OM MII R GIIO ON NA ALL REEG
Sampai dengan akhir semester I-2009, perekonomian Provinsi NTT diperkirakan akan tumbuh positif, meskipun relatif lebih lambat dibandingkan tahun sebelumnya. Pada triwulan II-2009 perekonomian NTT diproyeksikan tumbuh sebesar 4,76% ; y-o-y. Tren melambatnya pertumbuhan ekonomi dibandingkan tahun lalu tidak lepas dari pengaruh turunnya laju pertumbuhan sektor pertanian sebagai sektor unggulan dengan lebih dari 40% sharenya terhadap angka PDRB NTT. Tabel 1.1 Perkembangan Ekonomi Provinsi NTT 2008
NTT PDRB (miliar)
I 2,653.15
y-o-y
5.91%
q-t-q -9.79% Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
II 2,808.97
2009 III 2,941.66
IV 3,022.65
I 2,782.79
II** 2,942.70
5.34%
5.46%
2.77%
4.89%
4.76%
5.87%
4.72%
2.75%
-7.94%
5.75%
Penurunan BBM, secara perlahan memberikan dampak positif terhadap kinerja ekonomi NTT secara makro. Membaiknya tekanan inflasi, baik di Kota Kupang maupun Maumere mulai memberikan stimulus bagi kegiatan ekonomi, khususnya aktivitas konsumsi. Hal tersebut tercermin dari membaiknya angka indeks penjualan riil yang mulai menunjukan peningkatan sejak awal tahun lalu. Demikian hal kemampuan daya beli sebagian masyarakat di pedesaan, yang diperkirakan juga cenderung mengalami peningkatan seiring dengan perbaikan angka nilai tukar petani (NTP). Namun demikian stimulus fiskal yang diharapkan dapat menjadi pemicu (trigger) belum mulai terealisasi sebagaimana mestinya, dan diperkirakan baru akan mencapai puncaknya pada triwulan mendatang. Hal tersebut berakibat pelaku ekonomi yang sangat bergantung kepada anggaran belanja pemerintah belum dapat melakukan aktivitas secara optimal. Secara sektoral, kontribusi pertanian terhadap pembentukan PDRB masih dominan, khususnya untuk subsektor tanaman pangan. Disusul dengan sektor jasa-jasa, sektor perdagangan hotel dan restoran. Kondisi
| Kajian Ekonomi Regional NTT
12
Triwulan II - 2009
|
struktur ekonomi NTT relatif tidak menunjukan perubahan yang berarti, hanya saja tren pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasa relatif lebih cepat dibandingkan primary sector (sektor ekonomi). Hal ini tercermin dari share sektor pertanian yang cenderung menurun, dalam beberapa tahun terakhir, sedangkan di sisi lain dua sektor yang lain justru secara perlahan menunjukkan peningkatan. Dukungan dari sisi permodalan merupakan salah satu pendorong utama, peningkatan kinerja kedua sektor dimaksud. Grafik 1.1 Tren PDRB
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
1.1 Sisi Permintaan Tabel 1.2 PDRB Sisi Permintaan Permintaan (miliar)
2008
2009
I
II
III
2,910
3,130
3,221
3,395
3,053
Investasi
336
346
365
385
339
352
Ekspor
826
879
951
969.68
810.13
889.60
Impor
1,666
1,731
1,799
1,841
1,466
1,783
PDRB
2,653
2,809
2,942
3,023
2,783
2,943
Konsumsi
IV
I
II** 3,303
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
Dari sisi permintaan, kegiatan konsumsi (konsumsi rumah tangga, swasta, maupun pemerintah) memegang peranan sebagai sentral aktivitas ekonomi. Secara tahunan (y-o-y), untuk tahun 2009 konsumsi rumah tangga yang merupakan penggerak terbesar komponen konsumsi, mengalami peningkatan laju pertumbuhan. Hal tersebut memberikan dorongan positif bagi ekonomi dalam jangka pendek (short term period). Sedangkan investasi, yang
| Kajian Ekonomi Regional NTT
13
Triwulan II - 2009
seharusnya
menjadi
pendukung
sustainable
growth
justru
|
menurun
akselerasinya. Grafik 1.2 Struktur PDRB Sisi Permintaan Tw II-09
Grafik 1.3 Komposisi PDRB Sisi Permintaan Tw II-09
Sumber : Proyeksi BI Sumber : Proyeksi BI
1. Konsumsi Kinerja konsumsi mulai menunjukan peningkatan. Pada triwulan II 2009 diperkirakan kegiatan konsumsi masyarakat NTT, swasta, maupun pemerintah secara total tumbuh 5,53%;yoy. Membaiknya laju pertumbuhan konsumsi tidak terlepas dari dampak kenaikan harga BBM tahun lalu yang membuat aktivitas konsumsi saat itu mengalami tekanan cukup berat, sehingga hanya tumbuh 3,06%. Dorongan kegiatan konsumsi yang utama pada periode triwulan II diperkirakan sebagian besar merupakan dampak kenaikan gaji PNS yang dibayarkan pada bulan April lalu. kemudian, pengaruh kegiatan pemilu legislatif maupun presiden yang diperkirakan menghabiskan biaya yang besar tentunya ikut memberikan stimulus, meskipun relatif bersifat sementara. Grafik 1.4 Perkembangan Konsumsi
Sumber : SPE KBI Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT
Grafik 1.5 Konsumsi Listrik Rumah Tangga
Sumber : PT PLN Wilayah NTT
14
Triwulan II - 2009
|
Peningkatan kinerja konsumsi tercermin dari berbagai indikator makro NTT. Indeks penjualan rill dari pedagang eceran di Kota Kupang untuk pakaian terus mengalami pertumbuhan sepanjang tahun 2009. Hal tersebut menunjukan pemulihan daya beli terus mengalami perkembangan positif, sejalan dengan penurunan tekanan inflasi. Peningkatan konsumsi listrik maupun jumlah pelanggan menunjukan terjadinya penambahan jumlah unit rumah yang ada di NTT hal tersebut tentunya menjadi indikator bagi perbaikan kemampuan masyarakat secara menyeluruh. Kemudian volume barang yang masuk melalui pelabuhan Tenau Kupang juga mengindikasikan kondisi serupa. Belum lagi, dukungan dari segi pembiayaan perbankan untuk keperluan konsumtif yang sampai dengan akhir bulan Juni masih terus tumbuh positif meskipun cenderung melambat. Grafik 1.6 Arus Bongkar Pelabuahan Tenau
Sumber : Pelindo
Grafik 1.7 Perkembangan Kredit Konsumsi
Sumber : Bank indonesia Kupang
2. Investasi Pertumbuhan kinerja investasi NTT relatif belum menunjukan perkembangan signifikan. Pada triwulan laporan pertumbuhan investasi di NTT cenderung mengalami penurunan jika melihat pertumbuhan tahun 2008 untuk periode yang sama. Investasi pada triwulan II-2009 diperkirakan tumbuh 1,63%;yoy , lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai 8,65%. Peningkatan kegiatan investasi pada triwulan II tercermin dari peningkatan penjualan seluruh bahan konstruksi untuk penjualan eceran di Kota Kupang. Bahkan penjualan semen di NTT mengalami lonjakan signifikan jika melihat konsumsi tahun sebelumnya. Hal ini menandakan kegiatan investasi di NTT
| Kajian Ekonomi Regional NTT
15
Triwulan II - 2009
|
umumnya direalisasikan dalam bentuk bangunan fisik. Demikian pula dukungan dari sisi perbankan dalam membiayai investasi sepanjang tahun 2009 juga tetap tumbuh positif, meskipun proporsinya relatif kecil. Sampai triwulan II-2009 tren pertumbuhan investasi Investasi yang dilakukan oleh sektor swasta masih perlu ditingkatkan. Sepanjang tahun 2008, pihak BKPMD Provinsi NTT telah mengeluarkan 10 (sepuluh) surat persetujuan untuk melakukan investasi. Dari 10 perusahaan tersebut, terdiri atas 9 perusahaan merupakan perusahaan PMA dan 1 PMDN. Adapun bidang investasi yang dilirik adalah pertambangan, pertanian dan perkebunan (Jatropha, palawija), serta budidaya ikan laut. Namun demikian sampai dengan saat ini praktis baru 1 perusahaan, yaitu PT. Manhattan Capital Jakarta yang telah melakukan realisasi investasi. Grafik 1.8 Perkembangan Investasi
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
Grafik 1.9 Penjualan Bahan Konstruksi
Sumber : SPE KBI Kupang
Faktor keterbatasan infrastruktur maupun dan aspek kepastian hukum diperkirakan menjadi penghambat laju investasi, khususnya oleh swasta. Sebagai ilustrasi, jaminan ketersediaan jaringan listrik di seluruh wilayah NTT masih belum maksimal. Masih banyak wilayah NTT yang belum menikmati listrik tanpa putus atau sesuai kebutuhan. Padahal perannya sangat vital dalam mendukung aktivitas ekonomi terutama sektor industri. Hal tersebut pada akhirnya berdampak kepada biaya operasional yang umumnya dialokasikan paling besar untuk keperluan energi. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, tingkat kepastian hukum di NTT masih perlu diperbaiki karena masih
| Kajian Ekonomi Regional NTT
16
Triwulan II - 2009
|
kentalnya pengaruh adat dan budaya. Pengembangan sistem pelayanan satu atap (one stop service) sampai saat ini kegiatannya masih jauh dari harapan. Grafik 1.10 Perkembangan Kredit Investasi
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Grafik 1.11 Konsumsi Semen
Sumber : ASI
3. Net Ekspor Defisit Neraca perdagangan provinsi NTT yang direfleksikan melalui PDRB ekspor dan PDRB impor terus mengalami peningkatan. Tingginya tingkat konsumsi masyarakat NTT yang tidak diimbangi dengan kemampuan ekspor, mengakibatkan nilai net ekspor PDRB Provinsi NTT selalu negatif, dan bahkan cenderung meningkat. Tingginya tingkat impor barang konsumsi di NTT disebabkan karena sebagian besar kebutuhan konsumsi masyarakat NTT didatangkan dari Pulau Jawa, Bali, maupun Sulawesi (Makasar). Grafik 1.12 Perkembangan Ekspor-Impor
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
| Kajian Ekonomi Regional NTT
Grafik 1.13 Perkembangan Arus Barang Pelabuhan
Sumber : Pelindo
17
Triwulan II - 2009
|
Sementara itu kinerja ekspor NTT masih relatif hanya bergantung pada komoditi-komoditi pertanian dimana bentuk packaging masih dalam bahan mentah, meski saat ini sudah beberapa kali dilakukan pengiriman Mangan namun belum mampu mengimbangi volume impor yang sangat dominan. Belum lagi sebagian besar ekspor NTT ke luar negeri umumnya diantarpulaukan terlebih dulu menuju Surabaya atau Jakarta, sehingga bila melihat struktur ekspor NTT, komposisi ekspor antarpulau sangat mendominasi. Demikian pula jika melihat tren perkembangan arus bongkar muat yang terjadi di pelabuhan Tenau dalam beberapa tahun terakhir. Jumlah barang yang diangkut dari Pelabuhan Tenau jauh dibawah jumlah barang yang datang. Hal ini sangat menggambarkan bahwa Provinsi NTT sangat bergantung kepada suplai barang dari daerah lain, terutama untuk barang-barang konsumtif. Pada triwulan II-2009 angka PDRB net ekspor NTT mencapai minus Rp 893,61 miliar. Jumlah tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan posisi tahun lalu yang mencapai minus Rp 852,02 miliar. Hal ini terjadi dikarenakan akselerasi pertumbuhan impor yang lebih mendominasi sejalan dengan peningkatan konsumsi, jika dibandingkan akselerasi ekspor. Grafik 1.14 Ekspor NTT per Benua
Sumber : DSM BI
Grafik 1.15 Ekspor NTT di Asia
Sumber : DSM BI
Jika melihat komposisi negara tujuan ekspor NTT dalam beberapa tahun terakhir, didominasi oleh negara-negara Asia dan Zona Australia. Khusus sampai semester I-2009 apabila dilihat lebih detail, negara importir terbesar untuk barang-barang asal NTT adalah Cina. Dari 24,94 ribu ton ekspor
| Kajian Ekonomi Regional NTT
18
Triwulan II - 2009
|
barang NTT, 97,31% ditujukan ke Cina. Perkembangan ekspor NTT ke Cina menunjukan tren positif sejak tahun 2000. Terutama sejak dilakukan penelitian mengenai kandungan logam Mangan di wilayah NTT. Komoditi ekspor NTT yang selalu rutin dihasilkan adalah rumput laut dan ikan, dimana masing-masing ditujukan kepada negara Cina dan Jepang. Pada tahun 2008 terjadi penurunan ekspor untuk kedua komoditi tersebut. Penurunan tersebut diindikasikan sebagai salah satu dampak melemahnya kondisi ekonomi dunia saat ini (BOKS). Melemahnya aktivitas ekonomi negara-negara tujuan ekspor mengakibatkan turunnya permintaan komoditi tersebut. Namun seiring dengan membaiknya ekspektasi terhadap perbaikan ekonomi dunia saat ini, tren pertumbuhan ekspor NTT juga terkena imbasnya. Tercermin dari membaiknya kinerja ekspor perikanan sampai dengan akhir semester I-2009. Grafik 1.16 Perkembangan Ekspor Perikanan
Sumber : DSM BI
1.2 Sisi Penawaran Tabel 1.3 Pertumbuhan PDRB Sektoral Sektoral
2008
2009
I
II
III
IV
I
6.57%
6.93%
5.33%
-1.86%
0.36%
2.50%
10.05%
9.73%
4.60%
-5.36%
0.48%
1.19%
Industri Pengolah
2.03%
2.84%
0.23%
-4.41%
-4.16%
0.30%
Listrik,Gas dan Ai
4.50%
3.25%
3.08%
3.33%
8.67%
8.73%
Bangunan (konst
10.28%
8.65%
0.85%
-5.31%
-1.62%
3.03%
Pertanian Pertambangan
II**
Perdagangan & H
6.40%
3.71%
6.43%
5.06%
6.55%
5.98%
Transportasi & Ko
9.31%
8.92%
8.31%
3.73%
7.24%
8.33%
Keuangan dan Pe
9.13%
0.75%
0.31%
2.56%
3.85%
3.10%
Jasa-jasa
1.60%
2.42%
6.63%
11.84%
14.70%
8.02%
PDRB
5.91%
5.34%
5.46%
2.77%
4.89%
4.76%
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
| Kajian Ekonomi Regional NTT
19
Triwulan II - 2009
|
Dominasi sektor unggulan relatif belum mengalami perubahan. Tiga sektor utama yang menjadi penggerak roda ekonomi NTT, yaitu : sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan, sektor perdagangan, hotel & restoran pada triwulan II-2009 diperkirakan tetap tumbuh positif. Sektor-sektor tersebut secara total menyumbang lebih dari 80% angka PDRB pada triwulan II-2009. Pertumbuhan ekonomi NTT tahun sebesar 4,76%;yoy sebagian besar ditopang oleh kinerja sektor jasa dan pertanian, dimana menyumbang hingga 2,82%. Grafik 1.17 Struktur PDRB Sektoral
Grafik 1.18 Sumbangan PDRB Sektoral
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
1. Pertanian Sektor pertanian sebagai prime mover perekonomian NTT pada triwulan II-2009 diindikasikan mengalami ekspansi sebesar 2,50%;yoy. Laju pertumbuhan sektor pertanian diperkirakan didorong oleh kinerja subsektor tanaman pangan sebagai kontributor paling dominan, yang mencapai puncak masa panen untuk periode musim tanam akhir 2008 pada bulan April lalu. Produksi komoditi tanaman pangan (padi) diperkirakan mengalami peningkatan. Berdasarkan angka ramalan (ARAM) oleh BPS Provinsi NTT. Produksi padi sawah akan mengalami peningkatan 30,37% dibandingkan tahun 2008 untuk periode masa panen Januari-April. Peningkatan produksi tersebut selain dikarenakan adanya
pertumbuhan
luas
panen,
juga
disebabkan
oleh
peningkatan
produktivitas lahan.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
20
Triwulan II - 2009
Grafik 1.19 Produksi Padi Sawah NTT
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
|
Grafik 1.20 PDRB Pertanian
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
Kinerja sektor pertanian NTT masih bisa lebih dioptimalkan. Kemampuan sumber daya manusia NTT (khususnya petani) dalam mengelola sektor pertanian juga masih relatif rendah. Sebagian dari mereka masih menggunakan teknologi tradisional dalam menjalankan usaha tani, seperti : mengolah tanah dengan sistem tebas bakar, menggunakan bibit lokal, jarang atau bahkan tidak mengunakan pupuk/pestisida, mengunakan pola tanam campuran yang tidak beraturan. Bahkan kebun-kebun ada yang tidak dipagar sehingga hewan liar bebas keluar merusak tanaman. Kondisi tersebut sebenarnya telah mengurangi produktivitas lahan yang ada. selain itu mengingat tingkat ketergantungannya terhadap kondisi curah hujan relatif sangat tinggi, maka timing penyaluran saprodi (benih atau obat-obatan) ke petani, serta keterediaan pupuk harus selalu terjamin terutama saat masa tanam sudah mulai tiba. Grafik 1.21 Pengiriman Ternak dan Ikan
Sumber : Pelindo
| Kajian Ekonomi Regional NTT
Grafik 1.22 Kredit Sektor Pertanian
Sumber : Bank Indonesia Kupang
21
Triwulan II - 2009
|
Selain subsektor tanaman pangan, dukungan sektor pertanian juga berasal dari subsektor peternakan dan perikanan. Provinsi NTT merupakan salah satu penyuplai hewan ternak guna mencukupi kebutuhan nasional, bahkan untuk komoditi perikanan (ikan dan rumput laut) telah diekspor ke Cina dan Jepang. Belum optimalnya kinerja sektor pertanian juga terlihat dari porsi pembiayaan perbankan di NTT yang tidak lebih dari 1,5% yang ditujukan untuk sektor ini. Sementara di sisi lain, kendala permodalan menjadi salah satu hambatan perkembangan sektor pertanian. 2. Pertambangan Grafik 1.23 PDRB Sektor Pertambangan
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
Grafik 1.24 Kredit Sektor Pertambangan
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Sektor pertambangan pada triwulan II-2009 tumbuh 1,19%;y-o-y. Sebagian besar aktivitas pertamabangan di NTT cenderung didominasi oleh penamabangan batu-batuan. Peningkatan aktivitas pembangunan infrastruktur, khususnya jalan akan mendorong peningkatan kegiatan penambangan batu, pasir ataupun kapur di NTT. Saat ini di wilayah Provinsi NTT sedang dilakukan kajian di beberapa titik yang diperkirakan terdapat kandungan Mangan yang berlokasi di Kab Manggarai. Hasil sampling logam mangan tersebut telah diekspor ke Cina oleh PT Arumbai Mangabekti dan PT Prima Mining Manganese untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Bahkan yang terakhir Merukh Enterprises Corporation sebuah perusahaan swasta nasional yang berusaha di bidang energi dan sumber daya mineral telah melakukan eksplorasi di kep Nusa Tenggara dan Kepulauan Wetar dengan dana internal $125 juta dan dana asing $335 juta
| Kajian Ekonomi Regional NTT
22
Triwulan II - 2009
|
menyampaikan, bahwa berdasarkan hasil eksplorasi tersebut, di wilayah kepulauan NTT ditemukan : 1. Biji besi di Pulau Sumba sebesar 240 miliar to dengan kadar Fe 80%, umumnya 60-66% 2. Batubara 6200-7400 kilokalori dengan cadangan 5 miliar ton 3. 6,6 triliun pound copper metal dan emas sebagai mineral pengikut ± 2 miliar/try ons Untuk tahap eksploitasi, dijadwalkan mulai tahun 2010 akan diproduksi 30 juta ton batubara base on coal offtake contract dengan Cina dan India 3. Industri Pengolahan Tekanan terhadap kinerja sektor industri NTT pada awal tahun 2009, mulai menunjukan pemulihan. Sejak berhentinya operasional produksi PT. Semen Kupang yang merupakan industri terbesar di Provinsi NTT praktis industri di NTT sebagian besar masih berskala menengah ke bawah, sehingga laju pertumbuhannya cenderung lebih lambat. Selain itu hasil pertanian di NTT, baik yang diperdagangkan (diekspor) maupun untuk konsumsi lokal sebagian besar masih dalam bentuk bahan mentah. Sehingga belum ada pengolahan dala bentuk
bahan
setengah
jadi
masih
belum
optimal.
Kondisi
tersebut
mengakibatkan Provinsi NTT kehilangan potensi untuk mendapatkan value added, karena dinikmati oleh daerah lain. Pada triwulan II-2009, sektor industri mengalami tumbuh relatif rendah dengan 0,30%;yoy. Kondisi tersebut relatif lebih baik dibandingkan triwulan I yang mengalami kontraksi. Namun demikian, masih dibawah pertumbuhan tahun lalu, mengingat PT. Semen Kupang berhenti beroperasi pada bulan April 2008.
Lambatnya perkembangan sektor industri bisa
dikarenakan kondisi ketersediaan infrastruktur yang masih terbatas, seperti halnya permintaan energi listrik yang tidak jarang masih belum bisa dipenuhi oleh PLN. Lambatnya kinerja perindustrian NTT juga terlihat dari prompt indicator konsumsi listrik industri yang justru cenderung mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008 lalu. Lambatnya pertumbuhan industri, juga tercermin dari pertumbuhan kredit perbankan untuk sektor tersebut yang terus mengalami penurunan, bahkan pada akhir Juni tercatat mengalami kontraksi.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
23
Triwulan II - 2009
Grafik 1.25 Kredit Sektor Industri
Sumber : Bank Indonesia Kupang
|
Grafik 1.26 Konsumsi Listrik Sektor Industri
Sumber : PLN Wil NTT
4. Listrik dan Air Bersih Sektor listrik dan air bersih pada triwulan laporan tumbuh cukup baik dengan 11,76% ; y-o-y. Pertumbuhan pada triwulan laporan relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sektor ini secara keseluruhan sangat bergantung kepada kinerja subsektor listrik. Peningkatan konsumsi dan jumlah listrik yang signifikan memasuki awal tahun 2009, terutama untuk konsumsi rumah tangga dan sektor bisnis. Grafik 1.27 PDRB Triwulanan
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
Grafik 1.28 Jumlah Pelanggan & Konsumsi Listrik
Sumber : PLN Wilayah NTT
5. Bangunan Pertumbuhan sektor bangunan cenderung melambat. Sebagian besar aktivitas pembangunan di NTT, merupakan bagian dari program kerja pemerintah, sehingga sangat berhubungan dengan struktur alokasi belanja
| Kajian Ekonomi Regional NTT
24
Triwulan II - 2009
|
APBD. Pada tahun 2009, alokasi belanja modal justru mengalami penuruan, hal ini diperkirakan ikut berdampak kepada kinerja sektor bangunan. Pada triwulan II-2009, sektor bangunan tumbuh 3,03% ; y-o-y. Pertumbuhan sektor ini juga ditunjukan dengan meningkatnya konsumsi semen di Provinsi NTT serta tren penjualan bahan konstruksi di Kota Kupang. Melambatnya pertumbuhan kinerja sektor bangunan ikut berdampak terhadap pertumbuhan pembiayaan kredit konstruksi sepanjang tahun 2009. Grafik 1.29 Perkembangan Konsumsi Semen
Sumber : ASI
Grafik 1.30 Kredit Sektor Konstruksi
Sumber : Bank Indonesia Kupang
6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Performance sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) tumbuh relatif lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Membaiknya peningkatan aktivitas konsumsi juga direspon melalui ekspansi sektor PHR. Dengan dominasi subsektor perdagangan sebagai penggerak sektor PHR, praktis kinerja sektor ini sangat mengandalkan kinerja konsumsi. Pertumbuhan sektor PHR tercermin dari meningkatnya jumlah maupun pelanggan listrik bisnis di NTT. Demikian pula dengan perkembangan indeks penjualan riil yang trennya terus membaik sepanjang tahun 2009, setelah mengalami tekanan akibat kenaikan harga BBM pada tahun 2008 lalu. Dari segi pembiayaan, dukungan perbankan terhadap sektor PHR juga ditunjukan dengan pertumbuhan kredit sektor perdagangan yang mencapai 26,26%. Beberapa indikator diatas sejalan dengan peningkatan angka PDRB yang diperkirakan mencapai 5,98% ; yoy pada triwulan II-2009.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
25
Triwulan II - 2009
Grafik 1.31 Kredit Sektor PHR
|
Grafik 1.32 Konsumsi Listrik Bisnis
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Sumber : PLN Wilayah NTT
7. Sektor Angkutan dan Komunikasi Sektor
transportasi
dan
komunikasi
pada
triwulan
II-2009
mengalami pertumbuhan sebesar 8,33% (y-o-y). Tumbuhnya sektor angkutan dan komunikasi didorong oleh subsektor angkutan, maupun subsektor komunikasi. Peningkatan aktivitas sektor transportasi salah satunya dipengaruhi oleh bertambahnya jumlah maskapai penerbangan yang beroperasi di NTT setiap tahunnya. Bahkan pada tahun 2009 maskapai penerbangan Garuda Indonesia telah resmi membuka jalur penerbangan dengan rute Kupang-Denpasar-Jakarta. Rute penerbangan ini mulai diberlakukan pada tanggal 1 Mei 2009. Pembukaan rute baru ini diharapkan dapat semakin mempermudah akses transportasi ke NTT, terutama bagi wisatawan baik mancanegara maupun domestik yang berminat untuk menjadikan provinsi NTT sebagai satu tujuan wisata. Grafik 1.33 PDRB Sektor Angk & Kom
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
| Kajian Ekonomi Regional NTT
Grafik 1.34 Jumlah Penumpang Laut
Sumber : Pelindo diolah
26
Triwulan II - 2009
|
Selain transportasi udara, kondisi geografis NTT yang merupakan kepulauan, jalur transportasi laut juga memega peranan penting. Bagi sebagian masyarakat transportasi laut masih tetap menjadi alternatif pilihan, meskipun trennya cenderung menurun. Hal tersebut terlihat dari tren jumlah penumpang kapal di pelabuhan Tenau Kupang.
8. Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan Laju pertumbuhan sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan diperkirakan relatif meningkat. Pada triwulan II-2009, sektor ini tumbuh sebesar 3,10%;yoy, sementara tahun lalu tumbuh relatif lebih rendah dengan 0,75%;yoy. Dari sisi struktur PDRB sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan, subsektor perbankan memberikan peranan paling tinggi, sehingga kinerja sektor ini praktis sangat bergantung pada kinerja perbankan di NTT. Selama triwulan II2009 kinerja perbankan NTT cukup positif. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya aset, kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) jika dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya. Demikian pula jika dilihat dari segi fungsinya sebagai lembaga intermediasi, dengan tetap memperhatikan kualitas penyaluran kredit yang terkendali. Secara umum kondisi krisis keuangan global belum berdampak pada kinerja perbankan di provinsi NTT. Tabel 1.5 Perkembangan Indikator Perbankan indikator
2008
utama Aset (miliar)
II
III
IV
I
II
8.318,80
8.546,12
9.533,02
9.941,95
9.610,96
10.321,05
y-o-y aset Kredit (miliar)
10,85% 4.293,58
y-o-y kredit DPK (miliar)
2009
I
30,20% 7.162,46
y-o-y DPK
8,26% 4.814,82 30,58% 7.437,54
13,39% 5.238,52 30,68% 7.887,35
16,74% 5.404,28 28,58% 8.004,80
15,53% 5.524,35 28,67% 8.268,80
20,77% 6.059,12 25,84% 8.823,98
7,48%
7,28%
10,45%
9,71%
15,45%
18,64%
LDR
59,95%
64,74%
66,42%
67,51%
66,81%
68,67%
NPL
1,79%
1,62%
1,64%
1,39%
1,61%
1,73%
Sumber : KBI Kupang
9. Sektor Jasa-jasa
Kinerja sektor jasa pada triwulan II-2009, relatif lebih baik dibandingkan tahun lalu. Pertumbuhan selama triwulan II-2009 diperkirakan mencapai 8,02%;yoy, sementara pada triwulan yang sama tahun 2008 sektor jasa hanya tumbuh 2,42%. Sektor jasa merupakan salah satu penggerak utama
| Kajian Ekonomi Regional NTT
27
Triwulan II - 2009
yang
mendukung
pembentukan
kinerja
PDRB
perekonomian
triwulan
II-2009
NTT.
Kontribusinya
mencapai
23,20%%.
|
terhadap Bahkan,
perkembangannya dari waktu ke waktu cenderung mengalami peningkatan. Perkembangan sektor jasa juga tercermin dari pembiayaan perbankan di NTT untuk tersebut. Grafik 1.35 PDRB Sektor Jasa
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
| Kajian Ekonomi Regional NTT
Grafik 1.36 Kredit Sektor Jasa
Sumber : Bank Indonesia Kupang
28
Triwulan II - 2009
|
BOKS. 1
DAMPAK KRISIS TERHADAP KINERJA UMKM NTT
Krisis global
telah berimbas terhadap perekonomian dunia, termasuk
Indonesia. Imbas tersebut akhir-akhir ini semakin dirasakan baik melalui pasar barang dan pasar uang (pasar modal dan perbankan). Di pasar barang, indikasinya terlihat dari adanya pembatalan kontrak ekspor, penundaan pengiriman barang dan kelancaran pembayaran yang sebagian terganggu, khususnya dalam rangka ekspor. Ekspor daerah juga diperkirakan terkena dampaknya mengingat ekspor nasional disumbang oleh ekspor komoditas dari daerah.
Guna
mengetahui
pengaruh
krisis
global
terhadap
kinerja
perekonomian provinsi NTT, maka dilakukan quick survey terhadap pelaku usaha di Kota Kupang. Survei dilakukan dengan
metode purposive sampling
berdasarkan share masing-masing sektor terhadap PDRB. Berdasarkan hasil survei
Persepsi Dampak Krisis terhadap UMKM
tersebut, menunjukkan bahwa sebanyak
66,67%
responden
menyatakan tidak terpengaruh terhadap gejolak krisis global. Sisanya
sebesar
33,33%
menyatakan bahwa penurunan kinerja
usaha
merupakan
mereka
pengaruh
krisis
keuangan global. Dari jumlah
Sumber : Data Primer
tersebut, sebanyak 62,50% adalah pelaku usaha yang bergerak di sektor pertanian, dimana hasil produk akhir yang diperdagangkan adalah komoditas yang berorientasi ekspor. Pengaruh krisis global terhadap kinerja sektor pertanian ditransmisikan lewat penurunan permintaan dan harga jual komoditas ekspor, tercermin dari menurunnya share nilai ekspor NTT terhadap PDRB dibandingkan periode sebelum krisis. Penurunan share ekspor dalam PDRB tidak signifikan berpengaruh terhadap
kinerja
perekonomian
Provinsi
NTT,
diindikasikan
dengan
pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2009 yang masih meningkat sebesar 4,8%. Peningkatan tersebut didorong oleh tren peningkatan konsumsi baik rumah tangga maupun swasta. Salah satu indikator peningkatan konsumsi di
| Kajian Ekonomi Regional NTT
29
Triwulan II - 2009
|
Provinsi NTT adalah meningkatnya arus bongkar muat di Pelabuhan Tenau yang merupakan pusat keluar dan masuknya barang ke Provinsi NTT, khususnya Kota Kupang. Aktivitas bongkar barang di Pelabuhan Tenau Kupang sampai dengan triwulan II-2009, mencatatkan volume sebesar 240.083 ton atau mencapai 46,11% dari total volume bongkar tahun 2008. Diproyeksi, sampai dengan akhir tahun 2009, volume bongkar bernilai sama bahkan melampaui posisi tahun 2008. Hal tersebut didukung oleh faktor cyclical aktivitas pengangkutan yang mencapai puncak pada triwulan III dan triwulan IV dimana terdapat 2 (dua) hari raya keagamaan yang mendorong peningkatan konsumsi masyarakat dan secara langsung berdampak pada peningkatan permintaan.
Sumber : Pelindo Kupang
Sumber : Pelindo Kupang
Selain arus barang, peningkatan aktivitas perekonomian provinsi NTT juga terlihat dari tren peningkatan arus peti kemas yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Pada triwulan II-2009, kinerja peti kemas mencapai 55,83% dari total aktivitas peti kemas tahun 2008. Diperkirakan sampai dengan akhir tahun arus peti kemas jauh diatas tahun 2008, terkait dengan tren pengangkutan yang mulai beralih dari kapal barang menjadi kapal peti kemas. Dari indikator tersebut diatas, terlihat bahwa aktivitas perekonomian tidak mengalami penurunan, bahkan cenderung meningkat dibandingkan dengan periode sebelum krisis terjadi. Oleh karena itu, secara umum krisis ekonomi belum berpengaruh signifikan terhadap aktivitas perekonomian Provinsi NTT. Minimnya pengaruh krisis global terhadap aktivitas perekonomian provinsi NTT disebabkan pola konsumsi di Provinsi NTT didominasi oleh
| Kajian Ekonomi Regional NTT
30
Triwulan II - 2009
|
konsumsi lokal (local consumption). Terlihat dari struktur perekonomian NTT yang memiliki ketergantungan tinggi dari daerah lain untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
31
Triwulan II - 2009
|
B BA AB B II II PPEER RK KEEM MB BA AN NG GA AN N IIN NFFLLA ASSII
2.1 Kondisi Umum Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi NTT Inflasi year on year NTT Kupang Maumere month to month NTT Kupang Maumere year to date NTT Kupang Maumere
2008 I
II
2009 III
IV
I
II
6.5% 6.3% 7.9%
11.7% 10.6% 17.3%
12.4% 10.4% 22.9%
11.7% 10.9% 16.2%
8.9% 8.4% 11.7%
3.9% 3.6% 5.6%
1.3% 0.9% 3.6%
2.3% 2.3% 2.2%
0.6% 0.3% 1.9%
0.7% 1.1% -1.5%
0.1% 0.4% -1.3%
0.2% 0.5% -1.2%
3.4% 3.2% 4.4%
8.8% 8.3% 11.6%
10.4% 8.8% 19.1%
11.7% 10.9% 16.2%
0.8% 0.8% 0.4%
1.2% 1.2% 1.5%
inflasi
pada
Sumber : BPS diolah
Tekanan
akhir
triwulan
II-2009
menunjukan
perkembangan positif. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, terjadi penurunan yang cukup signifikan. Terlebih jika melihat posisi yang sama tahun 2008 lalu. Di Provinsi NTT terdapat dua kota yang ikut memberikan kontribusi terhadap pembentukan angka inflasi nasional. Selain Kupang, sejak tahun 2008 Maumere ibukota Kabupaten Sikka ikut diperhitungkan dengan bobot terhadap inflasi nasional sebesar 0,09%. Kemudian jika melihat kontribusinya terhadap pembentukan inflasi di NTT, Maumere menyumbang 15,5%. Hal ini menunjukan bahwa tingkat inflasi di NTT secara keseluruhan lebih dipengaruhi oleh pergerakan inflasi di Kota Kupang. Secara tahunan tren inflasi di NTT cenderung turun, menjadi 3,9% dari 8,9% pada triwulan I-2009. Tren penurunan inflasi tersebut, terjadi baik di Kota Kupang maupun di Maumere. Jika melihat pergerakan inflasi bulanan, tren penurunan tekanan inflasi di NTT secara keseluruhan mulai terjadi saat memasuki bulan Mei. Dari sisi eksternal, sentimen positif apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika diperkirakan ikut menurunkan tekanan inflasi
| Kajian Ekonomi Regional NTT
32
Triwulan II - 2009
|
yang bersumber dari imported inflation. Sementara dari sisi internal, hambatan dari sisi distribusi sudah mulai kembali normal yang didukung oleh penurunan harga BBM di awal tahun. Kemudian penyebab lain yang ikut mendukung bersumber dari berkurangnya dampak kenaikan IHK akibat kenaikan harga BBM tahun 2008 lalu (base effect). Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi NTT
Sumber : BPS diolah
Tabel 2.2 Inflasi NTT yoy KOMODITI UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K
I 6.5% 8.8% 7.6% 7.8% 5.2% 2.2% 5.5% 1.4%
2008 II 11.7% 16.3% 8.9% 16.0% 7.8% 4.2% 6.0% 3.9%
III 12.4% 15.1% 9.7% 17.3% 6.9% 6.9% 3.5% 7.3%
IV 11.7% 12.4% 12.8% 18.6% 4.3% 8.0% 2.3% 4.5%
2009 I II 8.9% 3.9% 10.8% 8.3% 14.2% 12.1% 12.5% 3.0% 6.5% 3.3% 5.8% 5.1% 2.6% 2.8% -1.2% -7.6%
Sumber : BPS diolah
Pelaksanaan even berskala nasional, pemilu legislatif maupun presiden relatif tidak memberikan tekanan signifikan. Belanja pemerintah untuk mendukung pelaksanaan pemilu yang diperkirakan akan mendongkrak aktivitas konsumsi dalam jangka pendek (shock short term) ternyata tidak direspon dengan peningkatan harga. Meski tren volume penjualan eceran di Kota Kupang cenderung meningkat selama triwulan II (Sumber : SPE KBI Kupang) dukungan dari sisi suplai yang relatif lancar cukup mampu meredam fluktuasi harga. Sumber tekanan inflasi tahunan NTT masih bersumber dari kelompok makanan, baik bahan makanan maupun makanan jadi dimana masing-masing mengalami inflasi sebesar 8,3% dan 12,1%. Sementara
| Kajian Ekonomi Regional NTT
33
Triwulan II - 2009
|
sentimen positif terjadi pada kelompok perumahan yang cenderung menurun dengan 3,0% dan kelompok transportasi yang mengalami deflasi 7,6%. Tabel 2.3 Inflasi NTT ytd KOMODITI UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K
I 3.4% 5.9% 2.5% 5.8% 0.4% 1.6% 0.0% -1.8%
2008 II 8.8% 10.6% 5.3% 14.2% 3.0% 3.5% 0.7% 5.5%
III 10.4% 10.0% 8.6% 15.7% 3.9% 6.8% 1.9% 8.4%
IV 11.7% 12.4% 12.8% 18.6% 4.3% 8.0% 2.3% 4.5%
2009 I II 0.8% 1.2% 4.4% 6.5% 3.8% 4.6% 0.3% -0.9% 2.5% 2.0% -0.5% 0.8% 0.3% 1.3% -7.1% -6.7%
Sumber : BPS diolah
Sampai dengan akhir triwulan II-2009, inflasi NTT tercatat sebesar 1,2%;ytd. Kondisi tersebut tentunya jauh dibawah kondisi tahun 2008 lalu. Selama tahun 2009, sumber tekanan berasal dari kelompok yang sama dengan inflasi tahunan, yaitu bahan makanan dan makanan jadi. Sedangkan sentimen positif juga berasal dari kelompok perumahan dan transportasi, dimana kedua kelompok tersebut mengalami deflasi. Deflasi pada kelompok perumahan disebabkan oleh penurunan rata-rata tarif biaya sewa rumah. Sedangkan penurunan biaya transportasi diperkirakan sangat terkait dengan penuruanan harga BBM awal tahun 2009 lalu. Grafik 2.2 Inflasi NTT vs Nasional
Sumber : BPS diolah
Jika dibandingkan dengan pergerakan inflasi nasional, tingkat inflasi NTT relatif masih lebih tinggi. Pada triwulan II-2009, inflasi tahunan nasional tercatat sebesar 3,7%. Namun demikian, tren pergerakan inflasi NTT masih sejalan dengan inflasi secara Nasional. Hal ini dikarenakan tingkat
| Kajian Ekonomi Regional NTT
34
Triwulan II - 2009
|
ketergantungan NTT terhadap pasokan barang daerah lain (IRIO 2000) yang notabene memiliki kontribusi cukup dominan pada pembentukan inflasi nasional, yaitu Surabaya.
2.2
Inflasi Kota Kupang Grafik 2.3 Inflasi Kota Kupang
Sumber : BPS diolah
Pembentuk inflasi di Kota Kupang relatif tidak mengalami perubahan. Pada dasarnya tingkat inflasi di Kota Kupang sangat dikendalikan oleh : [1] kemompok bahan makanan; [2] makanan, minuman, rokok dan tembakau; [3] kelompok perumahan. Adapun tiga kelompok tersebut menyumbang hingga 70% dari total nilai konsumsi. Hal ini mengakibatkan pergerakan indeks harga konsumen (IHK) pada ketiga kelompok tersebut akan sangat berpengaruh terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan. Pada triwulan II inflasi tahunan Kota Kupang tercatat sebesar 3,6%. Kondisi tersebut jauh lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 8,4%. Tren penurunan laju inflasi terus berlangsung sepanjang tahun 2009. Namun demikian, bila melihat lebih jauh lagi tekanan pada kelompok bahan makanan, dan kelompok minuman, rokok dan tembakau, masih cukup dominan, dimana masing-masing mengalami inflasi sebesar 8,2% dan 13,7%. Di kelompok makanan, inflasi paling tinggi terjadi pada sub kelompok buahbuahan, daging serta ikan segar, serta subkelompok makanan jadi
| Kajian Ekonomi Regional NTT
35
Triwulan II - 2009
|
Perlambatan laju inflasi yang cukup dominan terjadi pada kelompok perumahan, dimana sepanjang tahun 2008 lalu relatif selalu pada kisaran dua sementara diakhir triwulan II-2009 anjlok menjadi 2,2%. Penurunan inflasi kelompok perumahan yang disebabkan oleh menurunnya laju inflasi biaya sewa tempat tinggal. Hal ini cukup berpengaruh besar kepada inflasi Kupang secara total mengingat kontribusinya yang cukup dominan dalam nilai konsumsi Kota Kupang. Penyebab lainnya adalah deflasi pada kelompok transportasi sebesar 8,28% jauh lebih rendah dibandingkan deflasi triwulan sebelumnya yang tercatat 2,4%. Hal ini diperkirakan masih disebabkan oleh berlanjutnya second round effect penurunan harga BBM pada awal tahun kemarin yang pada akhirnya berdampak pada penurunan biaya transportasi. Tabel 2.4 Inflasi Kota Kupang yoy
KOMODITI UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K
2008 2009 I II III IV I 6.28% 10.63% 10.45% 10.90% 8.38% 8.38% 15.49% 11.63% 11.34% 10.80% 7.71% 7.54% 9.09% 12.78% 14.70% 7.69% 15.37% 15.98% 18.13% 11.48% 5.34% 7.20% 6.32% 3.17% 5.83% 1.84% 3.63% 6.44% 7.45% 5.23% 4.27% 4.78% 1.81% 2.12% 2.58% 1.63% 2.62% 5.88% 3.02% -2.40%
II 3.64% 8.17% 13.65% 2.15% 3.25% 5.03% 2.88% -8.28%
Sumber : BPS diolah
Inflasi tahun berjalan Kota Kupang hingga akhir triwulan II-2009 relatif sangat rendah dibandingkan tahun 2008. Sampai dengan bulan Juni 2009 inflasi Kota Kupang relatif rendah dengan 1,2% ; ytd. Sumber tekanan selama tahun 2009 dirasakan paling tinggi oleh kelompok bahan makanan untuk subkelompok yang relatif sama dengan inflasi tahunan yaitu, buahbuahan, daging dan ikan segar. Sedangkan tren deflasi tidak hanya terjadi pada kelompok transportasi namun juga diikuti oleh kelompok perumahan. Tabel 2.5 Inflasi Kota Kupang ytd KOMODITI UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K
I 3.19% 5.61% 2.75% 5.93% -0.05% 1.46% -0.06% -2.28%
2008 II III 8.28% 8.78% 10.22% 7.10% 4.52% 7.86% 13.90% 14.63% 2.00% 2.90% 3.15% 6.29% 0.67% 1.71% 4.39% 7.17%
IV 10.90% 11.34% 12.78% 18.13% 3.17% 7.45% 2.12% 3.02%
2009 I II 0.85% 1.20% 5.10% 7.09% 4.51% 5.33% -0.03% -1.51% 2.52% 2.08% -0.64% 0.83% 0.39% 1.42% -7.42% -7.06%
Sumber : BPS diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT
36
Triwulan II - 2009
|
2.3 Inflasi Maumere Secara umum tingkat inflasi Maumere relatif jauh lebih tinggi dibandingkan inflasi Kota Kupang. Sama halnya dengan kondisi barangbarang di Kota Kupang yang sebagian besar didatangkan dari daerah lain, namun untuk Maumere pelayaran pengangkutan umumnya menggunakan kapal kecil bukan menggunakan kapal kontainer. Hal tersebut pada dasarnya mengakibatkan biaya angkut per unit barang menjadi lebih mahal. Semakin banyak barang yang dimuat maka biaya per unitnya akan menjadi relatif lebih rendah. Grafik 2.4 Inflasi Maumere
Sumber : BPS diolah
Tren menurunya tekanan inflasi sepanjang tahun 2009, juga terjadi di Maumere. Sejak memasuki awal triwulan IV 2008, tekanan inflasi terus cenderung mengalami penurunan. Pada akhir triwulan II-2009, inflasi tahunan Maumere tercatat sebesar 5,6%. Kondisi tersebut anjlok cukup drastis jika dibandingkan triwulan I lalu yang mencapai dua digit 11,7%. Base effect juga terjadi di Maumere, sehingga bisa disimpulkan bahwa kenaikan harga BBM tahun lalu relatif memberikan tekanan signifikan terhadap kenaikan harga secara umum di wilayah NTT. Sampai dengan triwulan II-2009, kelompok bahan makanan masih tetap mendapat tekanan paling dominan dengan 8,7%; yoy, kemudian diikuti oleh kelompok perumahan sebesar 7,3%; yoy. Kemudian sama halnya dengan yang terjadi di Kota Kupang, penurunan harga BBM ternyata cukup berpengaruh menekan laju inflasi pada kelompok transportasi yang terkena
| Kajian Ekonomi Regional NTT
37
Triwulan II - 2009
|
dampak paling pertama sehingga pada triwulan II mengalami deflasi 4,2%;yoy. Inflasi paling tinggi pada kelompok bahan makanan terjadi pada subkelompok buah-buahan dan bumbu-bumbuan yang masing-masing mencapai 39,3% dan 29,7%. Sedangkan di kelompok perumahan, inflasi paling tinggi terjadi pada biaya perlengkapan rumah tangga. Dari kelompok transportasi yang mengalami deflasi, kondisi tersebut disebabkan oleh penurunan harga BBM yang berakibat terhadap turunnya biaya transportasi, jasa pengiriman, dan semua jasa penunjang transportasi. Tabel 2.6 Inflasi Maumere yoy KOMODITI UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K
I 7.92% 10.99% 6.77% 8.47% 4.13% 3.97% 11.98% 0.22%
2008 II III 17.31% 22.94% 21.03% 33.96% 16.46% 13.35% 19.30% 24.44% 11.13% 10.38% 7.39% 9.54% 12.71% 12.93% 10.67% 14.81%
IV 16.17% 18.37% 12.80% 21.22% 10.58% 10.87% 3.05% 12.59%
2009 I 11.73% 10.78% 11.44% 18.14% 10.24% 8.94% 2.86% 5.62%
II 5.61% 8.73% 3.86% 7.32% 3.44% 5.57% 2.65% -4.16%
Sumber : BPS diolah
Sementara jika dilihat pergerakan inflasi Maumere sepanjang tahun 2009 kondisinya juga tidak jauh berbeda, dimana tekanannya cenderung menurun bila dibandingkan tahun 2008 lalu. Selama tahun 2009, sampai dengan semester I secara keseluruhan inflasi hanya tercatat sebesar 1,5%;ytd. Tren penurun tersebut sudah dimulai sejak triwulan I lalu. Jika dibadingkan dengan tahun 2008, inflasi tahun berjalan pada semester I telah mencapai 11,6%. Selama tahun 2009, kembali kelompok bahan makanan mengalami tekanan paling berat, dimana berakibat terjadi inflasi sebesar 3,2%. Kemudian disusul kelompok perumahan dengan 2,3%. Tabel 2.7 Inflasi Maumere ytd
KOMODITI UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K Sumber : BPS diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT
I 4.38% 7.42% 1.20% 4.97% 2.99% 2.19% 0.28% 1.11%
2008 II III 11.64% 19.08% 12.40% 26.09% 9.49% 12.35% 15.52% 21.80% 8.57% 9.27% 5.60% 9.31% 0.94% 2.87% 11.69% 15.08%
IV 16.17% 18.37% 12.80% 21.22% 10.58% 10.87% 3.05% 12.59%
2009 I 0.39% 0.53% -0.03% 2.31% 2.68% 0.41% 0.10% -5.16%
II 1.49% 3.24% 0.81% 2.27% 1.56% 0.55% 0.55% -4.93%
38
Triwulan II - 2009
|
Sama halnya dengan inflasi tahunan, kelompok transportasi tercatat mengalami deflasi cukup besar dengan 4,9%. Tekanan pada kelompok bahan makanan paling tinggi terjadi pada buah-buahan dan beras dimana tercatat sebesar 8,5% dan 8,6%. Sedangkan penyebab deflasi kelompok transportasi relatif sama dengan yang terjadi di Kota Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT
39
Triwulan II - 2009
|
B BA AB B IIIIII PPEER RK KEEM MB BA AN NG GA AN N PPEER RB BA AN NK KA AN N
3.1 Kondisi Umum Kinerja perbankan di Provinsi NTT pada triwulan II-2009 masih bergerak positif. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan aset, kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang meningkat bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008. Iklim perekonomian NTT yang kondusif berdampak pada peningkatan laju pertumbuhan dua indikator kinerja utama perbankan, yaitu aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK). Sementara itu, penyaluran kredit meningkat signifikan bila dibandingkan dengan triwulan I-2008 walaupun laju
pertumbuhannya
mengalami
perlambatan.
Kondisi
tersebut
mengindikasikan bahwa krisis keuangan global yang mempengaruhi stabilitas sistem keuangan secara nasional sampai dengan triwulan II-2009 belum berdampak pada kinerja perbankan di provinsi NTT. Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan indikator utama Aset (miliar) y-o-y aset Kredit (miliar) y-o-y kredit DPK (miliar) y-o-y DPK
2008
2009
I
II
III
IV
I
II
8.318,80
8.546,12
9.533,02
9.941,95
9.610,96
10.321,05
10,85% 4.293,58 30,20% 7.162,46
8,26% 4.814,82 30,58% 7.437,54
13,39% 5.238,52 30,68% 7.887,35
16,74% 5.404,28 28,58% 8.004,80
15,53% 5.524,35 28,67% 8.268,80
20,77% 6.059,12 25,84% 8.823,98
7,48%
7,28%
10,45%
9,71%
15,45%
18,64%
LDR
59,95%
64,74%
66,42%
67,51%
66,81%
68,67%
NPL
1,79%
1,62%
1,64%
1,39%
1,61%
1,73%
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Penyaluran kredit oleh perbankan provinsi NTT posisi triwulan II-2009 mengalami peningkatan. Terlihat dari rasio penyaluran kredit terhadap dana yang dihimpun oleh perbankan (LDR)
yang mencapai
68,67% atau meningkat 6,07% dibandingkan dengan posisi triwulan II2008. Peningkatan nominal kredit yang disalurkan berdampak pada performance kredit perbankan, tercermin dari rasio non performing loan (NPLs) yang relatif meningkat walaupun masih terjaga di level 1,73%. Prinsip kehati - hatian atau prudential banking dalam penyaluran kredit merupakan
| Kajian Ekonomi Regional NTT
40
Triwulan II - 2009
|
salah satu upaya dalam meminimalkan resiko dalam penyaluran kredit. Selain itu, penyaluran kredit oleh perbankan NTT yang sebagian besar berupa kredit konsumsi menjadi salah satu faktor rendahnya rasio NPLs.
3.2 Intermediasi Perbankan
Laju penyerapan Dana Pihak Ketiga (DPK) oleh perbankan NTT mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Secara tahunan, pertumbuhan DPK pada triwulan laporan sebesar 18,64% (y-o-y) atau mencapai Rp 8.823,98 miliar. Pertumbuhan tersebut merupakan akumulasi dari peningkatan rekening giro, deposito dan tabungan. Laju penyerapan dana pada rekening giro dan deposito mengalami peningkatan yang signifikan yaitu masing - masing sebesar 15,65% dan 21,03% pada triwulan II-2009 bila dibandingkan dengan triwulan II-2008 yang hanya sebesar minus 3,77% dan 0,58%. Sementara itu, nominal tabungan juga mengalami pertumbuhan positif walaupun akselerasinya melambat dibandingkan dengan triwulan II-2008 dengan nilai sebesar Rp 4.026,5 miliar. Perlambatan tersebut merupakan dampak tidak langsung (second round effect) dari kenaikan harga BBM pada tahun 2008 yang menyebabkan tekanan hargaharga barang yang berakibat pada meningkatnya alokasi dana untuk konsumsi dan direspon masyarakat dengan menurunkan alokasi saving. Tabel 3.2 Perkembangan Komponen DPK DPK DPK (miliar) y-o-y DPK Giro y-o-y Deposito y-o-y Tabungan y-o-y
2008
2009
I
II
III
IV
I
7.162,46
7.437,54
7.887,35
8.004,80
8.268,80
II 8.823,98
7,48%
7,28%
10,45%
9,71%
15,45%
18,64%
2279,15
2427,78
2554,48
1899,56
2540,89
2807,69
1,69% 1.599,32
-3,77% 1.644,06
-3,98% 3.283,98
0,58% 3.365,70
19,11%
21,26%
-4,91% 1.738,88 10,71% 3.593,98 24,62%
-14,82% 1.785,96 16,49% 4.319,28 22,25%
11,48% 1.912,63 19,59% 3.815,29 16,18%
15,65% 1.989,79 21,03% 4.026,50 19,63%
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Peningkatan dana pada rekening giro adalah pengaruh dari peningkatan aktivitas dunia usaha di Provinsi NTT.
Terkait dengan
meningkatnya minat investor dalam menanamkan modalnya di provinsi NTT, diindikasikan dengan peningkatan komposisi rekening giro pihak swasta dari
| Kajian Ekonomi Regional NTT
41
Triwulan II - 2009
|
5,74% pada triwulan II-2009 menjadi 7,26% pada triwulan II-2009. Untuk memudahkan transaksi kegiatan usahanya, modal tersebut disimpan dalam bentuk rekening giro. Faktor lainnya adalah peningkatan alokasi dana APBD provinsi NTT tahun anggaran 2009 dibandingkan dengan tahun anggaran 2008 dimana dana tersebut sebagian besar dialokasikan dalam bentuk rekening giro. Dana APBD sebagai penggerak utama ekonomi di Provinsi NTT mempunyai kontribusi sebesar 81,72% pada triwulan laporan atau meningkat dibandingkan dengan triwulan II-2008 yang mencapai 76,39% dari total rekening giro. Laju pertumbuhan dana pada rekening deposito mengalami peningkatan yang signifikan pada triwulan II-2009. Tren penurunan BI rate hingga mencapai 7,0% pada akhir triwulan II-2009 yang direspon oleh pihak perbankan dengan menurunkan tingkat suku bunga deposito belum mempengaruhi minat masyarakat provinsi NTT untuk menanamkan dananya dalam rekening deposito. Krisis keuangan yang menimbulkan iklim ketidakpastian dalam berinvestasi membuat masyarakat lebih memilih menempatkan dana pada rekening deposito, yang dinilai lebih aman dibandingkan produk investasi lain seperti : pasar modal, reksadana, insurance linked walaupun imbal jasa yang didapatkan cenderung menurun. Grafik 3.2 DPK Menurut Golongan Pemilik
Grafik 3.1 Komposisi DPK
Giro 31,82%
Tabungan 45,63% Deposito 22,55%
lainnya; 1,46%
Perorangan; 60,46%
Pemerintah; 33,51% Swasta; 4,57%
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan II-2009 relatif sama dibandingkan dengan triwulan II-2008. Struktur DPK masih didominasi
oleh
penempatan
dana
pada
rekening
tabungan
yang
memberikan kontribusi sebesar 45,63% pada triwulan laporan dan relatif
| Kajian Ekonomi Regional NTT
42
Triwulan II - 2009
meningkat
dibandingkan
Fleksibilitas
dan
triwulan
kemudahan
II-2008
dalam
yang
bertransaksi
mencapai
|
45,25%.
khususnya
melalui
Automatic Teller Machine (ATM) masih menjadi faktor utama pemilihan tabungan sebagai sarana penempatan excess liquidity, terkait dengan komposisi pengguna terbesar pada rekening tabungan adalah rekening milik perseorangan dengan kontribusi mencapai 95,15% pada triwulan II-2009. Sejalan dengan hal tersebut, penempatan dana pada rekening deposito yang meningkat cukup signifikan mendorong peningkatan komposisi deposito terhadap DPK. Posisi triwulan II-2009, komposisi rekening deposito terhadap total DPK mencapai 22,55% atau meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun 2008 dengan komposisi 22,10% dari total DPK. Sementara itu, penempatan
dana
pada
rekening
giro
secara
nominal
mengalami
peningkatan walaupun akselerasinya tidak sebesar dua jenis rekening lainnya. Hal tersebut mengakibatkan komposisi rekening giro terhadap total DPK relatif mengalami penurunan dibandingkan posisi triwulan II-2008 yang mencapai 32,64% menjadi 31,82% pada triwulan laporan. Komposisi Dana Pihak Ketiga bila ditinjau dari golongan pemilik
relatif
belum
menunjukkan
perubahan
yang
bersifat
struktural. Secara umum kontribusi masing-masing golongan pemilik tidak mengalami perubahan yang signifikan. Porsi terbesar dalam menyumbang total DPK adalah dana milik perseorangan, yang sebagian besar dialokasikan pada rekening tabungan dan rekening deposito. Komposisi dana milik perseorangan pada triwulan laporan mencapai 60,46% dari total DPK, sementara dana milik pemerintah yang sebagian besar ditempatkan pada rekening giro berkontribusi terhadap pembentukan DPK sebesar 33,61%. Sementara itu, terjadi peningkatan komposisi dana milik pihak swasta dari 3,69% pada triwulan II-2008 menjadi 4,57% pada triwulan II-2009. Peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan aktivitas dunia usaha di provinsi NTT yang secara tidak langsung berdampak pada meningkatnya aktivitas perputaran modal, baik yang diedarkan maupun yang ditempatkan di perbankan dalam bentuk giro, tabungan maupun deposito.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
43
Triwulan II - 2009
Grafik 3.3 Perkembangan Kredit 7.000
nominal
Grafik 3.4 Komposisi Kredit 34%
y-o-y
6.000
32%
5.000
30%
4.000
28%
3.000
26%
2.000
24%
1.000
22%
Rp miliar
|
-
Konsum si 69,24%
Modal kerja 27,44% Investasi 3,32%
20% I
II
III
IV
2007
I
II
III
2008
Sumber : Bank Indonesia Kupang
IV
I
II
2009
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Perkembangan penyaluran kredit perbankan di NTT pada triwulan II-2009 masih mengalami pergerakan yang positif. Posisi outstanding kredit yang telah disalurkan oleh perbankan NTT posisi triwulan II-2009 mencapai Rp 6,06 triliun atau meningkat signifikan sebesar 25,84% dibandingkan dengan posisi triwulan II-2008. Walaupun secara tahunan nominal penyaluran kredit mengalami peningkatan yang signifikan, namun akselerasinya mengalami perlambatan dibandingkan dengan periode sama tahun 2008 yang mencapai 30,58% (y-o-y). Kondisi tersebut merupakan salah satu dampak tidak langsung dari krisis keuangan global yang ditindaklanjuti Bank Indonesia dengan kebijakan menaikkan tingkat BI-rate dalam upaya meminimalkan dampak krisis keuangan terhadap perbankan nasional. Hal tersebut direspon oleh pihak perbankan dengan menaikkan suku bunga kredit perbankan. Walaupun tingkat BI-rate mengalami penurunan hingga level 7,0% pada triwulan laporan, transmisi kebijakan tersebut belum sepenuhnya berjalan lancar. Tingkat suku bunga, khususnya suku bunga kredit masih bertahan di level 15% - 16%, belum mengalami penurunan yang signifikan, bahkan untuk kredit konsumsi relatif mengalami peningkatan suku bunga hingga mencapai level 18,32%. Tingginya suku bunga kredit konsumsi belum mempengaruhi minat masyarakat NTT untuk mengambil pinjaman berjenis kredit konsumsi. Hal tersebut diindikasikan dengan meningkatnya komposisi kredit komposisi yang mencapai 69,24% dari total kredit yang disalurkan oleh perbankan NTT. Sementara itu, pihak pengusaha cenderung menahan diri untuk mengambil kredit terkait dengan tingkat suku bunga kredit modal kerja dinilai terlalu tinggi. Kondisi tersebut
| Kajian Ekonomi Regional NTT
44
Triwulan II - 2009
|
yang menyebabkan komposisi penyaluran kredit untuk modal kerja mengalami penurunan hingga mencapai 27,44% pada triwulan laporan. Sejalan dengan kondisi tersebut, komposisi penyaluran kredit secara sektoral masih terkonsentrasi pada sektor lain-lain yang mencapai 69,58% pada triwulan laporan atau meningkat dibandingkan triwulan II-2008 sebesar 68,49%. Hal tersebut mencerminkan bahwa kredit konsumsi mempunyai peran sangat dominan dalam pembentukan kredit perbankan NTT. Sementara itu, beberapa sektor produktif yang memberikan kontribusi adalah sektor perdagangan dan sektor konstruksi. Bila dibandingkan dengan triwulan II-2008, pada triwulan laporan komposisi penyaluran kredit untuk sektor perdagangan relatif meningkat dari 24,63% menjadi 24,71% pada triwulan
II-2009.
Sementara
untuk
sektor-sektor
lainnya
cenderung
mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan II-2008. Fungsi intermediasi perbankan NTT pada triwulan laporan mengalami pergerakan yang positif dibandingkan dengan triwulan II2008. Hal tersebut tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mengalami peningkatan hingga mencapai 68,67% pada triwulan laporan, sementara posisi LDR pada triwulan II-2008 sebesar 64,74%. Walaupun laju penyaluran kredit perbankan pada triwulan laporan melambat dibandingkan tahun lalu, namun bila dibandingkan dengan laju penyerapan dana pihak ketiga (DPK), akselerasi penyaluran jauh diatas laju perkembangan DPK. Kebutuhan
masyarakat
provinsi
NTT
kucuran
dana
lebih
dominan
dibandingkan dengan alokasi dana untuk saving, kondisi tersebut yang mendorong LDR perbankan NTT tetap tumbuh positif pada triwulan II-2009. Walaupun kredit yang disalurkan sebagian besar merupakan kredit konsumsi, bukan kredit produktif dalam rangka modal kerja dan investasi. Sejalan dengan meningkatnya LDR perbankan NTT, rasio undisbursed loan terhadap total kredit yang disalurkan mencapai 6,03% atau senilai Rp 365,61 miliar. Rasio tersebut lebih baik dibandingkan posisi triwulan II-2008 yang mencapai 6,48% dengan nilai undisbursed loan sebesar Rp 312 miliar.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
45
Triwulan II - 2009
Grafik 3.5 Perkembangan LDR
Grafik 3.6 Perkembangan Undisbursed Loan
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Sumber : Bank Indonesia Kupang
|
Resiko penyaluran kredit yang dicerminkan oleh rasio NPLs (Non Performing Loan Gross) pada triwulan laporan relatif terkendali. Peningkatan outstanding kredit perbankan NTT yang mencapai 25,84% mempengaruhi ratio NPLs, akan tetapi masih berada dalam level aman yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu dibawah level 5,00%. Ratio NPLs perbankan NTT pada triwulan II-2009 berada pada level 1,73% atau senilai Rp 104,69 miliar. Tingkat resiko penyaluran kredit di provinsi relatif kecil, terkait dengan jenis kredit yang disalurkan sebagian besar merupakan kredit konsumsi
yang
ditujukan
kepada
pegawai
negeri
dengan
sistem
pemotongan gaji. Sementara untuk kredit produktif, yaitu kredit modal kerja komposisi terhadap total kredit relatif kecil. Grafik 3.7 Perkembangan NPL
Sumber : Bank Indonesia Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT
Grafik 3.8 NPL Konsumsi dan Modal Kerja
Sumber : Bank Indonesia Kupang
46
Triwulan II - 2009
|
Perkembangan rasio NPLs dari jenis kredit yang disalurkan cenderung bervariasi. Kredit untuk konsumsi mempunyai proporsi yang dominan dibandingkan kredit modal kerja. Namun bila ditinjau dari resiko kredit, penyaluran kredit untuk konsumsi mempunyai tingkat resiko yang lebih kecil bila dibandingkan dengan kredit modal kerja. Hal tersebut tercermin dari rasio NPLs untuk kredit modal kerja lebih tinggi dibandingkan dengan NPLs kredit konsumsi, walaupun secara nominal outstanding kredit konsumsi jauh lebih besar. Sejalan dengan hal tersebut, rasio NPLs kredit modal kerja mengalami kenaikan hingga mencapai 1,05% sementara rasio NPLs kredit konsumsi cenderung menurun hingga mencapai 0,46% pada triwulan laporan. Hal yang sama terjadi pada rasio NPLs secara sektoral, dimana sektor lain-lain memiliki rasio yang lebih rendah dengan 0,52%, dibandingkan sektor perdagangan 0,82% yang notabene digunakan untuk keperluan modal kerja.
3.3 Kredit MKM (Menengah Kecil Mikro)
Penyaluran meningkat
kredit
dibandingkan
MKM posisi
posisi
triwulan
triwulan
II-2009
II-2008
relatif
walaupun
akselerasinya melambat. Penyaluran kredit MKM merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk melihat pertumbuhan UMKM di Provinsi NTT. Secara tahunan, outstanding kredit yang berkategori MKM meningkat sebesar 25,60% (y-o-y) atau senilai Rp 6,00 triliun. Kontribusi penyaluran kredit dengan kategori MKM terhadap total kredit yang disalurkan perbankan NTT mencapai 99,01%, terkait dengan tingginya share kredit konsumsi dalam pembentukan kredit perbankan NTT. Selain itu peningkatan penyaluran kredit dengan kategori MKM merupakan salah satu bentuk concern perbankan terhadap pengembangan UMKM sebagai salah satu penggerak ekonomi daerah.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
47
Triwulan II - 2009
Grafik 3.9 Perkembangan Kredit MKM 7.000.000
35%
6.000.000
30%
5.000.000
25%
4.000.000
20%
3.000.000
15%
2.000.000
10% Kredit UMKM
Rp juta
1.000.000
|
Grafik 3.10 Komposisi Kredit MKM
Menengah 15,83%
Mikro 45,39%
Kecil 38,79%
Total kredit
5%
Kredit UMKM (y-o-y)
-
0%
I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2006
2007
2008
II
2009
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Grafik 3.3 Perkembangan Komponen Kredit MKM KREDIT (Rp miliar) KREDIT UMKM y-o-y MIKRO y-o-y KECIL y-o-y MENENGAH y-o-y
2007 I 3.276 30,78% 2.206 24,54% 668 42,26% 402 52,21%
II
2008 III
3.666 31,93% 2.275 14,58% 919 86,82% 473 56,62%
IV
3.983 29,86% 2.364 14,12% 1.082 69,30% 537 50,58%
4.167 31,14% 2.414 11,51% 1.162 84,14% 591 54,82%
I
II
4.268 30,29% 2.411 9,29% 1.244 86,17% 613 52,62%
4.777 30,29% 2.500 9,89% 1.535 67,09% 742 56,95%
2009 III
IV
5.202 30,59% 2.636 11,49% 1.742 60,96% 824 53,44%
I
5.339 28,11% 2.647 9,67% 1.894 62,98% 798 34,86%
II
5.470 28,15% 2.603 7,97% 2.026 62,90% 813 32,60%
5.999 25,60% 2.723 8,93% 2.327 51,59% 949 27,99%
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Komposisi penyaluran kredit MKM masih didominasi oleh kredit mikro. Kontribusi kredit mikro terhadap total kredit MKM mencapai 45,39% pada triwulan laporan atau menurun dibandingkan dengan posisi tahun sebelumnya yang mencapai 52,33% dari total kredit MKM yang disalurkan. Sementara itu, bila dilihat dari laju pertumbuhannya kredit berkategori dibandingkan
kecil
mencatatkan
kredit
berjenis
pertumbuhan mikro
maupun
yang
paling
menengah
tinggi dengan
pertumbuhan mencapai 51,59%. Perbedaan akselerasi yang signifikan antar jenis kredit bisa merubah struktur kredit MKM perbankan NTT dalam jangka panjang. Kondisi tersebut juga mengindikasikan pergeseran kemampuan (capacitiy) debitur dan peningkatan kapasitas ekonomi secara keseluruhan.
3.4 Perkembangan BPR
Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) triwulan II-2009 masih menunjukkan pergerakan yang positif. Tercermin dari indikator utama kinerja perbankan, yaitu aset, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan
| Kajian Ekonomi Regional NTT
48
Triwulan II - 2009
|
penyaluran kredit yang tumbuh signifikan dibandingkan dengan triwulan II2008. Tren peningkatan aktivitas perekonomian provinsi NTT menjadi pendorong utama pertumbuhan kinerja BPR. Pertumbuhan aset, DPK dan kreidt
BPR
yang
jauh
diatas
rata-rata
pertumbuhan
Bank
Umum
mengindikasikan bahwa masih besar peluang pengembangan BPR, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas BPR. Hal tersebut melatarbelakangi pendirian BPR baru yang berlokasi di Atambua dan secara resmi dibuka pada bulan Juni 2009. Tabel 3.4 Perkembangan Usaha BPR (juta) Indikator (juta) Aset y-o-y aset DPK y-o-y DPK Kredit y-o-y kredit LDR NPLs (nominal) NPLs
2008 I 40,722 61.17% 20,838 100.36% 26,963 39.32% 129.40% 1,431 5.31%
II 48,494 66.77% 27,794 109.09% 36,627 70.11% 131.78% 1,297 3.54%
2009 III 58,285 79.18% 35,399 120.50% 47,704 102.55% 134.76% 1,604 3.36%
IV 68,323 96.08% 38,893 126.58% 51,479 108.80% 132.36% 1,345 2.61%
I 75,097 84.41% 44,438 113.26% 59,111 119.23% 133.02% 2,572 4.35%
II 84,022 73.26% 52,076 87.36% 67,971 85.57% 130.52% 2,118 3.12%
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Pertumbuhan
aset, DPK dan kredit BPR Provinsi meningkat
signifikan walaupun akselerasi penyaluran kredit dan penghimpunan DPK relatif melambat dibanding triwulan II-2008. Perkembangan total aset BPR provinsi NTT posisi triwulan II-2009 mencapai Rp 84,02 miliar atau meningkat sebesar 73,26% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 48,49 miliar. Sementara pertumbuhan outstanding kredit pada triwulan laporan meningkat sebesar 85,57% dari Rp 36,63 miliar pada triwulan II-2008 menjadi sebesar Rp 67,97 miliar. Sejalan dengan hal tersebut, total penghimpunan dana oleh BPR di Provinsi NTT meningkat hingga 87,36% (y-o-y). Peningkatan DPK merupakan kontribusi dari peningkatan nominal dana pada rekening tabungan dan rekening deposito masing-masing sebesar 91,58% dan 84,12%.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
49
Triwulan II - 2009
Grafik 3.11 Pertumbuhan Kinerja BPR
Grafik 3.12 Perkembangan LDR
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Akselerasi
penyaluran
kredit
yang
relatif
|
melambat
dibandingkan dengan jumlah dana yang dihimpun berpengaruh terhadap kinerja intermediasi BPR. Hal tersebut tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) BPR yang mencapai 130,52% yang relatif menurun dibandingkan triwulan II-2008 sebesar 131,78%. Namun LDR BPR Provinsi NTT masih berada diatas level 100% yang mengindikasikan bahwa sumber dana penyaluran kredit tidak hanya berasal dari penghimpunan dana, tetapi juga dari modal BPR. Salah satu faktor yang mendorong tingginya penyaluran kredit BPR adalah kemudahan administrasi dalam pengajuan kredit yang selama ini merupakan masalah yang sering dikeluhkan oleh calon debitur bank umum. Selain itu, linkage program antara bank umum dan BPR juga dinilai sebagai penyebab tingginya penyaluran kredit BPR. Selain LDR, indikator lain untuk menilai kinerja BPR adalah rasio NPLs yang mencerminkan resiko kredit BPR. Pada triwulan II-2009, rasio NPLs relatif terkendali yaitu 3,12% menurun dibandingkan dengan triwulan II-2008 yang mencapai 3,54%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan BPR dalam melakukan assesment terhadap pengajuan kredit relatif baik. Komposisi kredit BPR ditinjau dari sisi penggunaan lebih produktif dibandingkan dengan bank umum. Berbeda dengan bank umum dimana penyaluran kredit didominasi oleh kredit konsumsi, penyaluran kredit BPR cenderung didominasi oleh kredit modal kerja. Posisi triwulan II-2009, kontribusi kredit modal kerja mencapai 54,61% dari total kredit BPR atau meningkat dibandingkan dengan triwulan II-2008 dimana
| Kajian Ekonomi Regional NTT
50
Triwulan II - 2009
|
komposisinya sebesar 50,65%. Berbanding terbalik dengan kredit modal kerja, komposisi kredit untuk konsumsi mengalami penurunan hingga mencapai 39,52% dari total outstanding kredit BPR. Grafik 3.13 Kredit BPR Menurut Penggunaan Grafik 3.14 Komposisi Kredit sektoral BPR
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Secara sektoral, komposisi kredit BPR masih didominasi oleh sektor lain-lain. Struktur kredit BPR belum mengalami perubahan yang signifikan. Sektor pertanian yang memberikan kontribusi terbesar dalam PDRB belum mendapat perhatian khusus, tercermin dari share kredit untuk sektor pertanian hanya sebesar 5,41% dari total penyaluran kredit BPR. Sementara itu, penyaluran kredit pada sektor jasa-jasa mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 137,68% yang berdampak pada peningkatan komposisi kredit pada sektor ini mencapai 25,25%.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
51
Triwulan II - 2009
|
B BA AB B II V V SSIISSTTEEM M PPEEM MB BA AY YA AR RA AN N
4.1 Kondisi Umum Aktivitas sistem pembayaran masih mengalami tekanan pada triwulan II-2009 dibandingkan triwulan II-2008. Penurunan aktivitas sistem pembayaran mengindikasikan terjadinya penurunan aktivitas perekonomian di provinsi NTT pada triwulan laporan dibandingkan tahun lalu. Hal tersebut tercermin dari penurunan volume sistem bayaran yang tercatat dalam transaksi tunai di Kantor Bank Indonesia Kupang. Volume bayaran pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp 523,52 miliar atau mengalami penurunan sebesar 6,89% dibandingkan triwulan II-2008. Kondisi berbeda terjadi pada volume setoran yang mencatatkan kenaikan sebesar 20,97% (y-o-y) pada triwulan laporan. Walaupun terjadi penurunan volume pembayaran dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun wolume bayaran masih jauh lebih besar dibandingkan dengan volume setoran sehingga menyebabkan net inflow bernilai negatif, yang mengindikasikan peredaran uang kartal lebih besar dibandingkan dengan arus uang yang masuk. Walaupun secara tahunan, dari net inflow yang tercatat di KBI Kupang menunjukkan bahwa peredaran uang kartal pada triwulan laporan mengalami penurunan dibandingkan posisi triwulan II-2008. Aktivitas
kampanye
baik
Pemilu
legislatif
maupun
pilpres
(pemilihan presiden) yang terjadi bulan April dan Juli 2009 tidak berpengaruh signifikan terhadap aktivitas sistem pembayaran di provinsi NTT. Secara tahunan, volume uang kartal yang diedarkan tidak mengalami kenaikan bahkan relatif menurun dibandingkan triwulan II-2008. Namun bila dibandingkan dengan triwulan I-2009, terjadi lonjakan permintaan uang kartal yang mencapai 218,75%. Aktivitas kampanye dalam rangka pemilihan presiden (pilpres) yang diadakan pada bulan Juli memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap meningkatnya permintaan akan uang kartal dibandingkan dengan pemilu legislatif yang diadakan pada bulan April. Pada triwulan I-2009, masyarakat cenderung menekan konsumsi sebagai antisipasi kegiatan pilpres pada bulan Juni 2009. Dari data sistem pembayaran terlihat
| Kajian Ekonomi Regional NTT
52
Triwulan II - 2009
|
bahwa konsumsi masyarakat pada pemilihan presiden (pilpres) lebih besar dibandingkan pada pemilu legislatif. Tabel 4.1 Perkembangan Transaksi Tunai Pembayaran Tunai (miliar)
2008 I
setoran
II
2009 III
IV
I
II
527.55
175.25
247.34
273.20
596.39
211.99
-25.53%
-44.84%
-9.20%
17.90%
13.05%
20.97%
359.75
562.25
683.34
919.40
164.24
523.52
y-o-y
58.11%
-7.01%
43.06%
-4.87%
-54.35%
-6.89%
net y-o-y
167.80 -65.10%
-646.20 432.15 -12.05% 157.54%
-311.53 -19.50%
y-o-y bayaran
-387.00 -436.00 34.89% 112.39%
Sumber : KBI Kupang
Tabel 4.2 Perkembangan Transaksi Non Tunai NON TUNAI (juta) PERIODE
2008
2009
TRANSAKSI KLIRING perputaran lembar
I II III IV I II
nominal
11.974 11.915 12.758 13.390 12.517 12.745
418.765 441.091 373.837 420.699 398.095 373.201
TRANSAKSI
cek/BG kosong
RTGS
lembar nominal volume nominal 63 66 71 136 85 134
2.089 1.215 1.727 4.953 3.621 4.362
24 85 57 221 74 221
1.744 10.523 21301 69.264 13.707 69.264
Sumber : KBI Kupang
Aktivitas transaksi pembayaran non tunai pada triwulan II-2009 kondisinya relatif bervariasi. Transaksi menggunakan fasilitas Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) mengalami penurunan nominal transaksi yang signifikan sebesar 15,39% dibandingkan dengan triwulan II-2008 (y-o-y). Sementara itu, transaksi dengan menggunakan fasilitas Real Time Gross Settlement
(RTGS)
yang
menunjukkan
peningkatan
yang
signifikan
dibandingkan periode sama tahun 2008 yaitu sebesar 558,18%. 4.2 Transaksi RTGS Perkembangan
transaksi
menggunakan
sarana
RTGS
mengalami peningkatan yang signifikan. Data yang tercatat di Kantor Bank Indonesia Kupang menunjukkan bahwa terjadi kenaikan sebesar 558,18% untuk transaksi dengan sarana RTGS hingga nominal transaksi pada triwulan laporan mencapai Rp 69,26 miliar. Peningkatan transaksi dengan sarana RTGS menunjukkan bahwa masyarakat cenderung memilih transaksi yang lebih cepat (real time) dengan nominal transaksi yang lebih
| Kajian Ekonomi Regional NTT
53
Triwulan II - 2009
|
besar. Selain itu, meningkatnya anggaran pemerintah (APBD) provinsi NTT tahun anggaran 2009 ikut mempengaruhi kenaikan transaksi dengan RTGS yang pembayarannya (SP2D) sebagian masih melalui Bank Indonesia. Grafik 4.1 Perkembangan Transaksi RTGS
Sumber : KBI Kupang
Nominal transaksi per lembar mengalami kenaikan signifikan. Pada triwulan laporan, tercatat bahwa rata-rata nilai nominal transaksi per lembar dengan sarana RTGS mencapai Rp 313,41 juta per lembar transaksi atau meningkat sebesar 153,15% dibandingkan dengan triwulan II-2008 yang sebesar Rp 123,80 juta per lembar transaksi. Hal tersebut merupakan salah satu indikasi meningkatnya perekonomian di provinsi NTT yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas transaksi keuangan baik dari sisi volume maupun nominal transaksi. 4.3 Transaksi Kliring Perkembangan transaksi dengan sarana SKNBI mengalami penurunan dibandingkan triwulan II-2008. Nominal transaksi kliring pada triwulan laporan mengalami penurunan sebesar 15,39% sehingga total nominal transaksi yang tercatat di Kantor Bank Indonesia Kupang sebesar Rp 373,20 miliar. Walaupun secara nominal transaksi kliring mengalami penurunan, namun dari sisi volume transaksi mengalami kenaikan sebesar 6,97% pada triwulan II-2009 sehingga total volume transaksi kliring mencapai 12,745 lembar. Hal tersebut mengindikasikan bahwa terjadi penurunan rata-rata ratio jumlah nominal transfer per lembar transaksi, dari Rp 37,01 juta per lembar pada triwulan I-2008 menjadi Rp 29,28 juta per lembar pada triwulan laporan atau menurun sebesar 20,90%. Kondisi
| Kajian Ekonomi Regional NTT
54
Triwulan II - 2009
|
tersebut mencerminkan telah terjadi pergeseran preferensi masyarakat dalam memilih sarana transaksi keuangan. Sistem kliring dinilai kurang efektif untuk pengiriman atau transaksi dengan nilai nominal besar. Grafik 4.2 Perkembangan Transaksi Kliring
Sumber : KBI Kupang
Grafik 4.3 Perkembangan Cek/BG Kosong
Sumber : KBI Kupang
Kualitas transaksi dengan sarana kliring cenderung menurun. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya warkat yang ditolak baik dari sisi jumlah warkat maupun nominal warkat. Pada triwulan II-2009, jumlah warkat yang ditolak mengalami peningkatan sebesar 103,03% dibandingkan dengan triwulan II-2008. Kondisi tersebut mengakibatkan prosentase jumlah warkat yang ditolak dengan total warkat transaksi mengalami peningkatan yang signifikan. Pada triwulan II-2008 0,55% dari total jumlah warkat merupakan cek/bilyet giro kosong, sedangkan pada triwulan laporan meningkat menjadi 1,05%. 4.4 Transaksi Tunai Aktivitas kampanye dalam rangka Pemilihan Presiden (Pilpres) yang dilaksanakan pada tanggal 8 Juli 2009 tidak berdampak signifikan terhadap kebutuhan uang beredar di Provinsi NTT. Hal tersebut tercermin dari penurunan jumlah kebutuhan uang beredar pada triwulan laporan dibandingkan dengan triwulan II-2008 (y-o-y). Transaksi setoran (inflow) yang tercatat di Kantor Bank Indonesia Kupang mengalami peningkatan sebesar 20,97% (y-o-y) dari Rp 175,25 miliar pada triwulan II2008 menjadi Rp 211,99 miliar pada triwulan laporan. Sementara itu, pada triwulan II-2009, tercatat bahwa terjadi penurunan transaksi bayaran
| Kajian Ekonomi Regional NTT
55
Triwulan II - 2009
|
(outflow) sebesar 6,89% dari Rp 562,25 miliar pada triwulan II-2008 menjadi sebesar Rp 523,52 miliar pada triwulan laporan. Penurunan tersebut mengindikasikan bahwa kinerja perekonomian pada triwulan II-2009 mengalami sedikit tekanan dibandingkan tahun sebelumnya. Pelaksanaan Pilpres yang diharapkan dapat menggerakkan perekonomian daerah dengan peningkatan konsumsi masyarakat dari aktivitas kampanye ternyata tidak berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di NTT. Secara triwulanan (q-t-q) terjadi peningkatan kebutuhan uang kartal yang signifikan mencapai 218,75%. Tercermin dari peningkatan transaksi bayaran (outflow) dari Rp 164,24 miliar pada triwulan II-2008 menjadi Rp 523,52 miliar pada triwulan laporan. Peningkatan transaksi outflow terkait dengan aktivitas kampanye pemilihan presiden (pilpres) yang dilaksanakan pada tanggal 8 Juli 2009. Peningkatan konsumsi terkait kegiatan kampanye pilpres menyebabkan meningkatnya kebutuhan uang kartal. Bila dibandingkan dengan pemilu legislatif yang dilaksanakan pada tanggal 8 April 2009, aktivitas kampanye pilpres memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap peningkatan aktivitas perekonomian di Provinsi NTT, walaupun kondisinya tidak lebih baik dibandingkan dengan tahun 2008. Selain aktivitas kampanye pilpres, faktor lain yang mendorong peningkatan kebutuhan
uang
beredar
pada
triwulan
laporan
adalah
mulai
direalisasikannya proyek-proyek pemerintah untuk APBD tahun anggaran 2009.
Peningkatan
aktivitas
konsumsi
pada
sektor
bangunan
ikut
mendorong permintaan terhadap uang kartal. Grafik 4.4 Perkembangan Transaksi Tunai
Sumber : KBI Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT
Grafik 4.5 Perkembangan MRUK
Sumber : KBI Kupang
56
Triwulan II - 2009
|
Dalam rangka mendukung kebijakan clean money policy, Kantor Bank Indonesia Kupang secara periodik memusnahkan uang kartal yang tidak layak edar (lusuh/rusak) dan uang yang ditarik dari peredaran. Perkembangan kegiatan pemusnahan uang kartal (MRUK) menunjukkan tren penurunan dibandingkan triwulan II-2008. Jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan selama triwulan II-2009 sebesar Rp 46,82 miliar. Jumlah tersebut turun 40,13% dibandingkan triwulan II-2008 yang mencapai Rp 78,20 miliar. Secara triwulanan (q-t-q) terjadi peningkatan jumlah UTLE yang dimusnahkan sebesar 56,22%. Hal tersebut merupakan hasil positif pelaksanaan kas keliling yang secara rutin dilaksanakan oleh Kantor Bank Indonesia Kupang yang bertujuan menjangkau daerah terpencil untuk pelayanan penukaran uang UTLE. Tren jumlah uang palsu yang berhasil dijaring di KBI Kupang mengalami peningkatan. Jumlah nominal uang palsu yang tercatat sepanjang triwulan II-2009 sebesar Rp. 400.000,00 yang terdiri dari pecahan Rp 100.000,00 dan Rp 50.000,00 masing-masing sebanyak dua lembar. Namun rasio jumlah uang palsu yang ditemukan dibandingkan dengan uang yang diedarkan oleh KBI Kupang relatif menurun dibandingkan posisi yang sama tahun lalu. Pengetahunan masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian uang rupiah menjadi salah satu faktor pendukung yang mampu menghambat beredarnya uang palsu. Oleh karena itu, sampai dengan saat ini Bank Indonesia Kupang selalu giat melakukan sosialisasi mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah di berbagai tempat. Grafik 4.6 Perkembangan Uang Palsu
Grafik 4.7 Rasio Uang Palsu Terhadap Uang Yang Diedarkan
Sumber : KBI Kupang
Sumber : KBI Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT
57
Triwulan II - 2009
|
B AB B V V BA K KEEU UA AN NG GA AN ND AEER RA AH H DA
5.1 Kondisi Umum Kebijakan fiskal bagi provinsi NTT memiliki kontribusi yang penting
bagi
pendorong
(stimulus)
pertumbuhan
ekonomi.
Ketergantungan sektor swasta terhadap anggaran belanja pemerintah, baik provinsi maupun pemerintah pusat belum menunjukan perubahan yang signifikan. Hal ini dikarenakan relatif rendahnya pertumbuhan investasi di NTT dalam beberapa tahun terakhir. Peran anggaran pemerintah terhadap perekonomian NTT tercermin dari share konsumsi pemerintah terhadap pembentukan PDRB. Melalui alokasi belanja modal, belanja barang dan jasa yang
disalurkan
oleh
berbagai
instansi
terkait,
anggaran
pemerintah
ditransmisikan kepada sektor-sektor usaha sebagai salah satu trigger aktivitas perekonomian. Grafik 5.1 APBD Provinsi NTT
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
Komposisis rencana anggaran tahun 2009 agak sedikit berbeda. Target
penerimaan
memang
mengalami
peningkatan
sebesar
1,65%
dibandingkan tahun 2008, namun anggaran belanja justru mengalami penurunan cukup signifikan 9,90%. Pada tahun 2009, anggaran belanja pemerintah daerah NTT hanya sebesar Rp 1,03 miliar, sementara dari sisi
| Kajian Ekonomi Regional NTT
58
Triwulan II - 2009
|
pendapatan, pemerintah daerah Provinsi NTT mentargetkan Rp 954,42 miliar. Tren melambatnya pertumbuhan anggaran pemerintah sudah terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Grafik 5.2 Pertumbuhan APBD Provinsi NTT
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
5.2 Pendapatan Daerah
Struktur rencana penerimaan dalam APBD tahun 2009 relatif tidak mengalami perubahan. Dari rencana sebesar Rp 954,42 miliar, sebagian besar masih bersumber dari pos dana perimbangan, yaitu Rp 730,58 miliar. Yang secara lebih khusus lagi sumber terbesar dari dana alokasi umum sejumlah Rp 616,60 miliar. Sementara dari pos pendapatan asli daerah yang diperkirakan mencapai Rp 223,85 miliar, sebagian besar berasal dari pajak. Sementara bila melihat tingkat realisasi pendapatan pada semester I-2009, secara keseluruhan kondisinya cukup positif, bahkan relatif paling tinggi sejak beberapa tahun terakhir. Grafik 5.3 Realisasi Pendapatan Tahun 2008
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
| Kajian Ekonomi Regional NTT
59
Triwulan II - 2009
|
Namun bila dilihat berdasarkan sumber pendapatannya, masih sangat bergantung kepada bantuan pemerintah pusat, khususnya melaluli alokasi dana alokasi umum. Secara keseluruhan, transfer dana pemerintah pusat ke daerah, yang tercermin dari alokasi dana perimbangan, sampai dengan triwulan I-2009 sudah direalisasikan sebesar 32,64% dari rencana sejumlah Rp 730,58 miliar, atau setara dengan Rp 238,47 miliar. Kemudian khusus untuk dana alokasi umum, terealisasi sebesar 35,29% atau senilai Rp 217,59 miliar. Sedangkan dari sisi pendapatan asli daerah, tingkat realisasinya masih relatif rendah dibandingkan pos dana perimbangan, yaitu sebesar 22,25%, dimana sebagian besar berasal dari pajak daerah senilai Rp 37,6 miliar. Ketergantungan sumber penerimaan daerah terhadap bantuan pemerintah pusat relatif sangat tinggi. Kontribusi dana perimbangan untuk mengisi celah fiskal (fiscal gap) dalam share pos pendapatan daerah terlihat
cukup
mengindikasikan
dominan. bahwa
Dalam pada
era
otonomisasi
daerah-daerah
atau
daerah,
hal
ini
provinsi
tertentu
dukungan pemerintah pusat masih mutlak diperlukan.
5.3 Belanja Daerah
Rencana anggaran belanja tahun 2009, mengalami penurunan sebesar 9,90% dibandingkan rencana tahun sebelumnya. Dari Rp 1,14 triliun menjadi Rp 1,03 triliun. Tidak adanya belanja hibah, dan penurunan alokasi belanja modal dari Rp 224,85 miliar menjadi Rp 168,16 miliar merupakan faktor utama penurunan alokasi belanja tahun 2009. Bila melihat efek yang ditimbulkan dalam menggerakan perekonomian, belanja modal memiliki multiplier effect yang besar, khususnya dalam jangka panjang (long term). Namun demikian, disatu sisi memang diimbangi dengan kenaikan anggaran belanja pegawai sebagai dampak kenaikan gaji PNS, pengaruhnya diperkirakan tidak bersifat sustainable (berkelanjutan) meskipun efeknya bisa langsung dirasakan dalam jangka waktu yang relatif pendek. Kenaikan gaji PNS secara otomatis umumnya akan mengangkat kinerja konsumsi, berbeda dengan belanja modal yang akan memberikan dampak lanjutan lebih besar.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
60
Triwulan II - 2009
|
Realisasi belanja APBD 2009 pada triwulan I sedikit menurun dibandingkan tahun lalu. Pada tahun 2008 lalu untuk periode yang sama anggaran belanja pemerintah daerah sudah terealisasi sebesar 13,05% dari rencana, sedangkan untuk tahun 2009 baru sebesar 10,89% dari total rencana sebesar Rp 1,03 triliun atau sejumlah Rp 111,81 miliar. Dari jumlah tersebut Rp 58,19 miliar digunakan untuk keperluan belanja rutin pembayaran gaji pegawai, kemudian Rp 41,99 miliar digunakan untuk pembiayaan program atau realisasi proyek. Tingkat realisasi anggaran belanja untuk keperluan pelaksanaan program kerja pemerintah daerah relatif masih sangat minim, yaitu sebesar 8,46%. Hal tersebut tentunya berdampak terhadap kinerja sektor-sektor ekonomi yang tingkat ketergantungannya relatif besar terhadap pelaksanaan proyek pemerintah. Grafik 5.4 Realisasi Belanja 2008
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
Kinerja
realisasi
belanja
pemerintah
pada
tahun
2009
seharusnya dapat lebih optimal, sejalan dengan adanya perubahan IV Kepres 80 yang memungkinkan untuk melakukan pelelangan dan tender sebelum memasuki tahun anggaran baru. Hal ini dimaksudkan agar proses realisasi bisa berjalan lebih cepat, sehingga peran anggaran pemerintah sebagai stimulus bisa lebih cepat dirasakan. Namun demikian, dengan perkembangan yang ada sikap ekstra hati-hati dari aparat pemerintah daerah dalam melaksanakan proyek dan belum maksimalnya pemahaman sumber daya manusia terhadap ketentuan yang berlaku menjadi salah satu hambatan. Fenomena tersebut sangat berkaitan dengan masalah-masalah
| Kajian Ekonomi Regional NTT
61
Triwulan II - 2009
|
hukum yang bisa terjadi. Prosedur yang ketat dalam setiap kegiatan pengadaan barang dan jasa menjadi kendala dalam merealisasikan setiap program kerja yang telah direncanakan. Tabel 5.1 Realisasi 2008 dan Rencana 2009 URAIAN PENDAPATAN Pendapatan Asli Daerah 1 Pajak Daerah 2 Retribusi Daerah 3 Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 4 Lain-lain Dana Perimbangan 1 Bagi hasil pajak dan bukan pajak 2 Dana alokasi umum 3 Dana alokasi khusus Lain-lain pendapatan 1 Pendapatan hibah 2 Pendapatan dana darurat 3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemda lain 4 Dana Penyesuaian dan otonomi khusus 5 Bantuan keuangan dari provinsi atau pemda lain BELANJA Belanja tidak Langsung 1 Belanja Pegawai 2 Belanja bunga 3 Belanja subsidi 4 Belanja hibah 5 Belanja bantuan sosial 6 Belanja bagi hasil kepada prov/kab/kota dan desa 7 Belanja bantuan keuangan kepada pemerintah prov/ kab/kota dan desa 8 Belanja tidak terduga Belanja langsung 1 Belanja pegawai/personalia 2 Belanja barang dan jasa 3 Belanja modal
Rencana 2008 938,932,000,000 208,190,685,000 124,472,258,400 31,990,055,250 14,500,000,000
2008 Tw I 216,191,555,783 46,543,367,803 31,767,842,291 5,173,201,555 510,000,000
Rencana 2009 954,424,000,000 223,847,850,000 136,662,800,000 35,345,705,250 14,500,000,000
2009 Tw I 288,281,098,172 49,808,201,003 37,597,262,060 5,360,803,975
37,228,371,350 716,741,315,000 57,563,515,000 616,601,800,000 42,576,000,000 14,000,000,000
9,092,323,957 169,648,187,980 2,724,913,980 154,150,474,000 12,772,800,000
37,339,344,750 730,576,150,000 61,215,350,000 616,601,800,000 52,759,000,000
6,850,134,968 238,472,897,169 2,967,329,169 217,585,668,000 17,919,900,000
1,139,424,850,104 573,536,271,158 278,758,075,920
148,732,546,448 96,862,557,386 45,611,307,386
1,026,623,375,053 530,065,465,400 347,763,137,000
111,813,535,595 69,819,008,369 58,189,814,976
107,706,140,300 53,851,401,800 65,626,115,638 56,594,537,500
27,500,000,000 8,751,250,000
5,025,000,000 46,641,892,900 62,210,698,000 57,424,737,500
921,241,413 6,937,201,980
14,000,000,000
15,000,000,000
11,000,000,000 565,888,578,946 65,294,012,451 275,745,154,620 224,849,411,875
3,770,750,000
11,000,000,000 51,869,989,062 9,907,983,392 41,524,031,670 437,974,000
496,557,909,653 45,564,709,030 282,838,037,091 168,155,163,532
41,994,527,226 4,862,942,600 36,882,424,626 249,160,000
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
| Kajian Ekonomi Regional NTT
62
Triwulan II - 2009
|
B BA AB B V V II TTEEN RA AA AN N NA AG GA AK RJJA A& KEER AH HTTEER &K KEESSEEJJA
6.1 Kondisi Umum Pertumbuhan ekonomi relatif belum signifikan dalam memberikan perbaikan baik dari sisi tenaga kerja maupun kesejahteraan bagi masyarakat NTT, meskipun sudah menunjukan tanda-tanda perbaikan. Hal ini tampak dari daya serap sektor riil terhadap tenaga kerja yang mulai mengalami
peningkatan,
yang
ditandai
dengan
menurunnya
tingkat
pengangguran jika dibandingkan dalam beberapa tahun terakhir. Pada bulan Februari 2009 tingkat pengangguran di NTT mengalami penurunan, bahkan yang terendah sejak tahun 2006 lalu. Secara struktural, dominasi sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB juga tercermin dari kemampuan sektor tersebut dalam memberikan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja. Penurunan harga BBM pada bulan Januari 2009 lalu, mulai memberikan efek peningkatan daya beli masyarakat. Angka indeks penjualan riil yang cenderung mengalami penurunan sejak bulan Desember 2008 lalu (hasil Survei Penjualan Eceran KBI Kupang) berangsur-angsur mulai mengalami peningkatan meski berjalan relatif lambat, yang ditunjukan dengan angka indeks dibawah level 100. Realisasi kenaikan gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS), pemberian gaji ke 13, serta membaiknya angka nilai tukar petani (NTP) memberikan insentif bagi kegiatan konsumsi secara umum. Kemudian tren penurunan tekanan inflasi sepanjang semester I-2009, diperkirakan sedikit memberikan pengaruh positif bagi angka pendapatan riil masyarakat.
6.2 Perkembangan Ketenagakerjaan Pada bulan Februari 2009, tingkat pengangguran terbuka relatif mengalami perbaikan. Berdasarkan data ketenagakerjaan pada bulan Februari 2009, tercatat dari jumlah angkatan kerja di provinsi NTT sebesar 2,34 juta jiwa dan terdapat 65,16 ribu yang menganggur atau secara prosentase tingkat
| Kajian Ekonomi Regional NTT
63
Triwulan II - 2009
|
pengangguran terbuka (TPT) di Provinsi NTT sebesar 2,78%. Kondisi tersebut turun cukup signifikan dibandingkan Februari tahun 2008, yaitu 3,70%. Bahkan bila melihat pergerakan angka TPT Provinsi NTT posisi Februari 2009 merupakan level terendah sejak tahun 2001. Namun demikian, jika diamati lebih lanjut 45,87% dari total angkatan kerja yang berkerja, sebenarnya termasuk dalam kategori setengah menganggur. Bahkan 256,64 ribu jiwa berada pada golongan buruh. Hal ini mengindikasikan peningkatan daya serap tenaga kerja didominasi pada sektor-sektor informal. Grafik 6.1 Perkembangan Tenaga Kerja NTT
Sumber : BPS diolah
Sektor usaha informal pada dasarnya cenderung relatif rentan terhadap gejolak (shock) ekonomi yang terjadi. Tingkat turn over yang mungkin terjadi relatif besar. Hal ini dikarenakan usaha-usaha informal umumnya belum mapan. Namun demikian ditengah kondisi gejolak ekonomi global saat ini usaha-usaha secara umum tersebut justru relatif lebih mampu bertahan, meskipun pada sektor tertentu tetap terkena dampaknya. Jenis usaha informal umumnya berskala UMKM dan segmen pasarnya masih untuk konsumsi lokal, sehingga sangat bergantung pada daya beli masyarakat NTT sendiri untuk menciptakan domestic consumption. Dengan kondisi kualitas sumber daya manusia yang sebagian besar masih terbatas, sektor usaha informal memang menjadi penyelamat, karena relatif lebih mudah dimasuki angkatan kerja baru (free entry).
| Kajian Ekonomi Regional NTT
64
Triwulan II - 2009
|
Tabel 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan KEGIATAN UTAMA Penduduk 15+ Angkatan Kerja Kerja Penganggur Bukan Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja % Tingkatan Pengangguran Terbuka % Setengah Pengangguran Terpaksa Sukarela
2006 Februari Agustus 2,728,429 2,753,967 2,107,262 2,047,931 2,002,355 1,973,187 104,907 74,744 621,167 706,036 73.39% 71.65% 4.98% 3.65% 1,147,943 997,740 523,539 391,936 624,404 605,814
2007 Februari Agustus 2,780,276 2,810,310 2,098,796 2,087,368 2,015,228 2,009,643 83,568 77,725 681,480 722,942 72.48% 71.51% 3.98% 3.72% 868,832 937,560 296,782 333,319 572,050 604,241
2008 Februari Agustus 3,017,928 3,045,015 2,210,876 2,166,919 2,129,110 2,086,105 81,766 80,814 807,052 878,096 70.55% 68.51% 3.70% 3.73% 927,920 943,655 474,660 366,790 453,260 576,865
2009 Februari 3,090,746 2,343,191 2,278,031 65,160 747,555 73.70% 2.78% 1,044,992 453,931 591,061
Sumber : BPS Prov. Nusa Tenggara Timur
Secara struktural, sektor pertanian masih memegang peranan tertinggi dalam menyerap tenaga kerja. Kontribusi sektor pertanian dalam mendominasi pembentukan angka PDRB NTT, sejalan dengan kemampuan sektor tersebut dalam menyerap tenaga kerja. Dari total 2,28 juta yang bekerja, 73,54% atau setara dengan 1,68 juta yang berkecimpung pada sektor pertanian. Jumlah penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian untuk bulan Februari biasanya sedikit lebih tinggi dibandingkan pada bulan Agustus. Hal tersebut dikarenakan, pengaruh adanya musim tanam sektor pertanian pada komoditi-komoditi tertentu yang diperkirakan menyerap tenaga kerja relatif besar. Sektor lain yang cukup memberikan kontribusi dalam menyerap tenaga kerja adalah sektor jasa dan sektor perdagangan. Struktur perekonomian NTT juga direfleksikan dalam struktur tenaga kerja yang ada. Namun demikian, bila dilihat perkembangan dari setiap tahunnya, terdapat indikasi adanya pergeseran struktur tenaga kerja di
Provinsi NTT. Prosentase tenaga kerja pada sektor
pertanian cenderung bergerak turun, sedangkan sektor-sektor yang lain cenderung mengalami peningkatan, antara lain : sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran ataupun sektor industri yang merupakan sektor ekonomi sekunder dan tersier. Tabel 6.2 Struktur Ketenagakerjaan NTT LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA PERTANIAN INDUSTRI PERTAMBANGAN LISTRIK dan AIR KONSTRUKSI PERDAGANGAN TRANSP,PERGUDANGAN & KOMUNIKASI KEUANGAN JASA KEMASYARAKATAN Total
2006 Februari Agustus 1,573,830 1,470,101 122,554 164,428 22,215 3,348 1,087 1,228 32,561 42,703 73,608 93,527 53,308 61,463 4,338 118,854 2,002,355
5,719 130,670 1,973,187
2007 Februari Agustus 1,550,964 1,377,293 110,581 165,430 13,374 17,587 2,320 2,033 50,964 49,955 105,628 131,000 71,760 80,464
2008 Februari Agustus 1,592,982 1,448,074 73,100 140,866 24,042 18,544 2,728 2,626 47,738 47,529 124,662 141,387 97,408 97,102
2009 Februari 1,675,273 109,564 25,364 2,923 36,183 139,000 97,788
6,408 103,229 2,015,228
7,606 158,844 2,129,110
6,464 185,472 2,278,031
7,223 178,658 2,009,643
10,059 179,918 2,086,105
Catatan: *)Lapangan Pekerjaan Utama/Sektor Lainnya: terdiri dari Sektor Pertambangan serta Listrik, Gas dan Air
Sumber : BPS Prov. Nusa Tenggara Timur
| Kajian Ekonomi Regional NTT
65
Triwulan II - 2009
|
Bila melihat perkembangan ketenagakerjaan di NTT selama lebih dari 10 tahun terakhir, menunjukan angka yang positif dengan adanya peningkatan jumlah angkatan kerja. Namun demikian, beberapa gejolak yang pernah melanda Indonesia mengakibatkan terjadinya lonjakan pada angka tingkat pengangguran terbuka (TPT). Lonjakan yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2001 dan 2005. Hal tersebut dikarenakan adanya kebijakan pemerintah yang menaikan harga BBM. Kondisi terebut mengakibatkan terjadinya pembengkakan biaya (high cost economy) yang memaksa pengusaha untuk merumahkan (lay off) sebagian karyawanya guna mempertahankan kelanjutan usahanya. Kemudian krisis ekonomi pada tahun 1998 juga relatif sempat meningkatkan angka TPT di NTT meskipun tidak terlalu signifikan. Hal ini menunjukan bahwa struktur tenaga kerja di NTT masih relatif tahan terhadap gejolak yang berasal dari luar, dikarenakan sektor industri yang berbasis ekspor masih belum dominan dalam struktur perekonomian NTT. Selain itu, NTT juga menjadi salah satu pemasok Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Sejak tahun 2008, sampai dengan akhir semester I-2009, total TKI asal NTT yang bekerja di luar negeri mencapai 14.233 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 14.059 bekerja di Malaysia. Sebagian besar memang masih bekerja pada sektor informal, sedangkan yang bekerja pada sektor formal hanya sebesar 2.383.
6.3 Perkembangan Kesejahteraan Kesejahteraan masyarakat NTT diperkirakan mulai menunjukan perkembangan positif, meskipun belum signifikan. Pada awal tahun 2009, Pemerintah
Provinsi
NTT
berusaha
untuk
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat NTT, dengan menaikkan menaikkan standart Upah Minimum Regional (UMP). Sesuai dengan kesepakatan Dewan Pengupahan NTT pada tahun 2009 UMP mengalami kenaikan 19,23% dibandingkan tahun 2008, yaitu dari Rp. 650.000,00/bulan menjadi Rp. 775.000/bulan.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
66
Triwulan II - 2009
|
Grafik 6.2 Perkembangan UMP NTT 1050000 900000 750000 600000 450000 300000
rupiah
150000 0
2001
2003
2005
2006
2007
2008
2009
UMP
275000
350000
450000
550000
600000
650000
775000
KHL
273979
349612
402989
670560
735000
782,466
879686
Sumber : BPS Prov NTT
Adapun standart KHL yang ditetapkan diatas Rp 850.000 per bulan. Dalam standart KHL terdapat 7 kelompok penentu UMP adalah makanan dan minuman (pangan), sandang (pakaian), perumahan, pendidikan, kesehatan, transportasi, rekreasi serta tabungan. Upah minimum merupakan upah bulanan terendah yang terdiri atas upah pokok dan tunjangan tetap dan hanya berlaku bagi pekerja yang mempunyai masa kerja kurang dari 1 tahun. Dengan kondisi tersebut, secara umum pekerja di NTT relatif masih belum mengalami peningkatan daya beli. Namun demikian, tren perkembangan inflasi yang cenderung menurun diindikasikan memberi sedikit sentimen positif yang ditandai dengan membaiknya indeks penjualan eceran oleh pedagang Kota Kupang. Kemudian perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat NTT, yang didominasi oleh pekerja sektor pertanian, juga tercermin dari indeks nilai tukar petani (NTP) yang sedikit meningkat. Grafik 6.2 Perkembangan UMP NTT
Sumber : www.bps.go.id
| Kajian Ekonomi Regional NTT
67
Triwulan II - 2009
|
Membaiknya tingkat kesejahteraan masyarakat juga berdampak terhadap perkembangan tingkat kemiskinan di NTT. Jumlah penduduk miskin relatif mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008 lalu. Pada bulan Maret 2009, jumlah penduduk miskin tercatat berjumlah 1,01 juta jiwa yang terkonsentrasi di wilayah pedesaan sebesar 903,7 ribu jiwa, sisanya di perkotaan. Secara prosentase, jumlah penduduk miskin di NTT sebesar 23,31%, turun dari tahun 2008 yang mencapai 25,65%. Besarnya jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan, mengandung implikasi bahwa pemerataan pertumbuhan ekonomi belum berjalan sebagaimanamestinya. Tabel 6.3 Penduduk Miskin NTT Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Jumlah Penduduk Miskin (000) Kota Desa Kota+Desa 133.5 1,037.7 1,171.2 148.0 1,125.9 1,273.9 124.9 1,038.7 1,163.6 119.3 979.1 1,098.3 109.4 903.7 1,013.2
Persentase Penduduk Miskin Kota Desa Kota+Desa 17.85 30.46 28.19 18.77 31.68 29.34 16.41 29.95 27.51 15.5 27.88 25.65 14.01 25.35 23.31
Sumber : Diolah dari data survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS
Melalui program raskin (beras miskin) pemerintah berusaha membantu mengangkat kesejahteraan masyarakat. Untuk tahun 2009, alokasi raskin bagi Provinsi NTT mengalami penurunan. Jumlah RTS (Rumah Tanga Sasaran) penerima raskin turun 7,29% dibandingkan tahun 2008 menjadi 577.640 RTS dari yang semula 623.107. Hal tersebut secara simultan ikut berdampak pada berkurangnya jatah beras yang harus disalurkan menjadi 103,98 ribu ton dari 109,04 ribu ton, atau berkurang 4,64%. Jumlah RTS yang paling tinggi berada di Kab. Timor Tengah Selatan dengan 63.287.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
68
Triwulan II - 2009
|
Tabel 6.4 Pagu Raskin 2009 No.
Kabupaten / Kota
Pagu Raskin 2008 Sasaran (RTS PM)
Kuantum (KG)
1
Kota Kupang
12.794
2.302.920
2
Kab. Kupang
55.110
9.919.800
3
Kab. Rote Ndao
19.001
3.420.180
4 5 6
Kab. TTS Kab. Sumba Timur Kab. Ende
64.615 28.645 23.779
11.630.700 5.156.100 4.280.220
7
Kab. Flores Timur
19.016
3.422.880
8
Kab. Lembata
13.819
2.487.420
9
Kab. Sikka
35.508
6.391.440
10
Kab. Belu
49.263
8.867.340
11
Kab. TTU
24.746
4.454.280
12
Kab. Sumba Barat
15.605
2.808.900
13
Kab. Sumba Barat Daya
34.963
6.293.340
14
Kab. Sumba Tengah
11.084
1.995.120
15
Kab. Manggarai
35.194
6.334.920
16
Kab. Manggarai Barat
25.087
4.515.660
17
Kab. Manggarai Timur
32.754
5.895.720
18
Kab. Ngada
8.561
1.540.980
19
Kab. Nagekeo
10.331
1.859.580
20
Kab. Alor
25.336
4.560.480
545.211
98.137.980
JUMLAH Sumber : Bulog NTT
| Kajian Ekonomi Regional NTT
69
Triwulan II - 2009
|
B AB B V VIIII BA O OM MIIA AN N OU UTTLLO OO OK K PPEER REEK KO ON NO
7.1 Pertumbuhan Ekonomi Para pelaku ekonomi memperkirakan akan terjadi peningkatan aktivitas pada triwulan mendatang. Hal tersebut didasari dengan optimisme pada situasi bisnis kedepan. Baik dari sisi volume produksi yang mencerminkan kemampuan sisi penawaran, maupun omset penjualan dari sisi permintaan diproyeksikan oleh sebagian besar pelaku ekonomi akan mengalami peningkatan di triwulan III mendatang. Oleh karena itu diperkirakan, perumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang akan berada pada kisaran 4,8% - 5,2% ; y-o-y, sehingga diharapkan secara keseluruhan pada tahun 2009, pertumbuhan ekonomi NTT bisa mencapai level 4,7% - 5,1%. Grafik 7.1 Tren Pertumbuhan Ekonomi NTT 3,600
3,200
2,800
2,400
2,000
1,600 01
02
03
04
05
06
07
08
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Secara sektoral sumber pertumbuhan ekonomi NTT diperkirakan masih bersumber dari ketiga sektor dominan. Bagi sektor pertanian, periode triwulan III umumnya merupakan puncak masa panen bagi sebagian besar komoditi perkebunan, terutama kopi dan mete. Hal tersebut secara simultan akan mendorong kinerja ekspor, mengingat salah satu komoditi ekspor pertanian
merupakan
komoditi
perkebunan.
Sedangkan
dari
sektor
perdagangan, lonjakan aktivitas akan terjadi sebagai respon dari peningkatan
| Kajian Ekonomi Regional NTT
70
Triwulan II - 2009
|
konsumsi selama bulan puasa terkait persiapan menjelang hari raya Idul Fitri yang akan jatuh pada bulan September. Dukungan peningkatan konsumsi, juga dipengaruhi oleh tingkat realisasi proyek pemerintah, baik secara fisik maupun finansial. Hal tersebut akan menjadi salah satu sentimen positif bagi aktivitas konsumsi secara keseluruhan. Demikian pula panen yang terjadi oleh sebagian besar petani perkebunan akan meningkatkan pendapatan mereka dalam jangka pendek, sehingga akan terjadi excess liquidity dalam jumlah yang cukup besar, namun hanya dalam jangka pendek. Hal tersebut akan tercermin dari peningkatan signifikan pada jumlah uang yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
7.2 Inflasi
Tren perkembangan inflasi sampai dengan triwulan II memberikan ekspektasi positif bagi pelaku ekonomi di NTT. Namun demikian, pada akhir triwulan III mendatang diperkirakan adanya potensi pembalikan, atau dengan kata lain tren penurunan tekanan inflasi selama tahun 2009, sudah mencapai titik terendah (bottom poin) sehingga sangat dimungkinkan terjadi rebound pada periode mendatang. Hal tersebut didasari oleh karena tren penurunan laju inflasi yang terjadi saat ini relatif belum didukung oleh perbaikan fundamental ekonomi, baik secara nasional maupun di NTT secara khusus. Namun demikian, tren inflasi tahun 2009 diproyeksikan akan relatif lebih baik (lebih rendah) dibandingkan tahun 2008 lalu. Oleh karena itu, diperkirakan pada akhir triwulan III mendatang inflasi year on year Kota Kupang akan berada pada kisaran 4,23% 5,25% dengan kecenderungan mendekati batas bawah. Kemudian untuk inflasi year to date atau poin to poin, diproyeksikan antara 2,24% - 3,24%, sehingga secara keseluruhan pada akhir tahun inflasi Kota Kupang berada diantara 4,5% – 5,5%. Hal tersebut didasari pada asumsi perkembangan harga minyak yang tidak akan berubah sepanjang tahun 2009. Mengingat tren perkembangan harga minyak dunia yang cenderung meningkat, seiring dengan membaiknya ekspektasi dunia terhada pemulihan krisis global yang terjadi saat ini. Ditengah rasa optimisme tersebut, terdapat beberapa hal yang tetap harus menjadi perhatian dari sisi internal guna mengantisipasi fluktuasi harga sepanjang triwulan mendatang, yaitu :
| Kajian Ekonomi Regional NTT
71
Triwulan II - 2009
|
1. Realisasi berbagai proyek pemerintah serta puncak periode masa panen komoditi perkebunan, diindikasikan berdampak terhadap pendapatan sebagian masyarakat, yang pada akhirnya memberikan stimulus untuk berbelanja 2. Selanjutnya pada semester II merupakan masa paceklik untuk komoditi tabama khususnya beras maupun jagung, sehingga suplai dari lokal NTT sendiri sudah mulai berkurang 3. Lonjakan
permintaan
lokal
NTT
dikarenakan
peningkatan
konsumsi
menjelang bulan puasa dan dilanjutkan Hari Raya Idul Fitri 4. Pada saat bulan puasa atau menjelang Hari Raya Idul Fitri lonjakan permintaan umumnya terjadi secara nasional, sehingga tidak menutup kemungkinan pasokan untuk NTT menjadi terhambat dikarenakan terjadi peningkatan signifikan di daerah lain. 5. Kemungkinan adanya peluang spekulasi harga oleh para pedagang. Hal ini sesuai
dengan
konfirmasi
hasil
survei
kepada
dunia
usaha
yang
memperkirakan akan terjadi kenaikan harga pada akhir September mendatang. Grafik 7.2 Proyeksi IHK Kota Kupang 130 120 110 100 90 80 70 60 50 2002
2003
2004
2005
2006
IHK FORCAST
2007
2008
2009
IHK
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Dari beberapa peluang tekanan yang mungkin bisa terjadi, terdapat beberapa hal yang
bisa memberikan sentimen positif untuk mengurangi dampaknya
terhadap inflasi Kota Kupang :
| Kajian Ekonomi Regional NTT
72
Triwulan II - 2009
|
1. Nilai tukar rupiah yang cenderung menguat sejak bulan Januari sampai dengan akhir Juli. Hal ini akan berdampak terhadap penurunan komponen biaya impor khususnya impor barang konsumsi. 2. Pada triwulan III, dalam beberapa tahun belakangan kondisi perairan di NTT biasanya relatif mendukung aktivitas pelayaran.
Dengan ketergantungan
yang tinggi terhadap suplai dari daerah lain, kelancaran jalur distribusi, khususnya laut menjadi poin penting.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
73