KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara
Triwulan III – 2008
Kantor Bank Indonesia Manado
0
Kata Pengantar
Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dijelaskan bahwa tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi bank.
Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum otonomi daerah, setiap Kantor Bank Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI Manado dituntut berperan sebagai ”economic intelligent and research unit” yang diharapkan mampu memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini sebagai bahan masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam perumusan dan penetapan kebijakan moneter yang tepat sasaran. Penyajian informasi ekonomi dan keuangan daerah tersebut, disusun dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sulawesi Utara, yang berisi kajian dan analisis meliputi tingkat inflasi, PDRB, dan kinerja produksi kegiatan dunia usaha, perbankan dan sistem pembayaran serta keuangan daerah secara triwulanan.
Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.
Manado, 30 September 2008 BANK INDONESIA MANADO
Jeffrey Kairupan Pemimpin U
U
1
Daftar Isi
RINGKASAN EKSEKUTITF
halaman 4
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
halaman 12
Sisi Permintaan
halaman 12
Sisi Penawaran
halaman 22
Analisis LQ (Location Quatient)
halaman 33
Boks. 1 World Ocean Conference (WOC) Tahun 2009 dan Dampaknya Bagi Perekonomian Sulampua (Sulawesi, Maluku dan Papua)
halaman 35
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
halaman 38
Inflasi Tahunan (Y.o.Y)
halaman 38
Inflasi Bulanan (M.t.M)
halaman 39
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
halaman 43
Fungsi Intermediasi
halaman 43
Risiko Kredit
halaman 54
Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat
halaman 58
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
halaman 61
Keuangan Daerah di Tingkat Provinsi
halaman 62
Keuangan Daerah Sulawesi Utara (Kab/Kota/Provinsi)
halaman 65
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
halaman 69
Perkembangan Aliran Uang Kartal
halaman 69
Penemuan Uang Palsu
halaman 73
Perkembangan Kliring Lokal (Tunai)
halaman 74
RTGS (Real Time Gross Settlement)
halaman 74
Boks. 2 Pola Aliran Uang Kartal di Wilayah Kerja KBI Manado Menjelang dan Saat Perayaan Hari Raya Idul Fitri 1429 H
halaman 76
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN
halaman 78
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Pengangguran
halaman 78
Kemiskinan
halaman 80
Rasio Gini
halaman 82
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
halaman 83
2
PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI
halaman 85
Prospek Pertumbuhan Ekonomi
halaman 85
Prakiraan Inflasi
halaman 93
LAMPIRAN
halaman 95
Daftar Istilah dan Singkatan
halaman 97
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Kantor Bank Indonesia Manado Jl. 17 Agustus No. 56 Ph. 0431-868102, 868103, 868108 Fax. 0431-866933 Email :
[email protected] HTU
UTH
3
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perkembangan Makro Ekonomi Regional Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III – 2008 tumbuh 7,06% (y.o.y)...
Triwulan III - 2008 diwarnai oleh problematika yang terjadi di pasar keuangan global serta dampaknya pada perekonomian Indonesia. Perlambatan ekonomi dunia, saat ini telah dirasakan di beberapa negara industri maju, dan mulai merambat pada negara emerging markets
termasuk
fundamental
Indonesia.
ekonomi
Terlepas
Indonesia,
dari
sentimen
masih
kuatnya
negatif
yang
ditimbulkan dari krisis telah mendorong pelarian modal asing keluar. Hal ini memberi tekanan pada bursa saham dan nilai tukar rupiah. Indeks harga saham mencatat penurunan tajam dan nilai tukar rupiah melemah. Walaupun secara nasional dampak krisis keuangan AS mulai dirasakan namun khusus Sulawesi Utara pengaruhnya belum terlalu besar. Hal ini tercermin dari laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan III – 2008 yang tumbuh 7,06% (y.o.y).
Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh kegiatan ekspor dan investasi...
Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh kegiatan ekspor dan investasi. Membaiknya kinerja ekspor
khususnya
ekspor
antar
negara
didorong
oleh
meningkatnya permintaan terhadap komoditas pertanian antara lain bungkil serta CNO/CCO (minyak mentah dari kopra). Sedangkan meningkatnya kegiatan investasi terutama didorong oleh terus meningkatnya aktivitas permbangunan berbagai sarara dan prasarana fisik penunjang World Ocean Conference (WOC) baik dilakukan oleh pihak pemerintah maupun swasta.
Dari sisi penawaran, pertumbuhan Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi disumbangkan oleh ekonomi disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada bahkan melebihi kinerja pada triwulan seluruh sektor yang ada...
yang sama tahun sebelumnya kecuali sektor pertanian. Tercatat, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) 4
dan sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan andil yang dominan dalam struktur perekonomian Sulawesi Utara.
...struktur perekonomian Sulawesi Dibandingkan Utara mengalami pergeseran...
Sulawesi
periode-periode sebelumnya, struktur ekonomi
Utara
dalam
triwulan
laporan
sedikit
mengalami
pergeseran dimana sebelumnya sektor pertanian selalu menjadi tulang punggung perekonomian namun dalam triwulan ini pertumbuhannya relatif terbatas yaitu hanya 1,72% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan sektor ini terutama disebabkan oleh kontraksi sub sektor tanaman perkebunan yang kemudian menarik ke bawah laju pertumbuhan sektor pertanian secara keseluruhan.
Perkembangan Inflasi Daerah Tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado memperlihatkan peningkatan...
Secara umum, tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado selama
triwulan
III
-
2008
memperlihatkan
peningkatan
dibandingkan periode sebelumnya. Pada September 2008, inflasi Kota Manado tercatat 13,15% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan akhir triwulan lalu yang tercatat sebesar 11,03% (y.o.y) serta periode yang sama tahun lalu sebesar 7,97% (y.o.y). Demikian pula bila dibandingkan dengan laju inflasi Nasional sebesar 12,14% (y.o.y) maka angka inflasi Kota Manado masih jauh lebih tinggi. Secara akumulasi, hingga Septmber 2008 inflasi Kota Manado tercatat sebesar 9,52% (y.t.d) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 6,42% (y.t.d).
Berdasarkan sumber tekanannya, laju inflasi didorong oleh menguatnya permintaan domestik...
Berdasarkan sumber tekananannya, laju inflasi selama triwulan laporan terutama didorong oleh menguatnya permintaan domestik berkenaan dengan persiapan perayaan hari raya keagamaan Idul Fitri dan Lebaran Ketupat. Berdasarkan kelompok barang dan jasa, laju inflasi terutama disumbangkan oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar; serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga selama triwulan laporan di antaranya adalah : semen, air kemasan, tomat sayur, mujair, daging ayam ras 5
dan telur ayam ras. Khusus untuk harga daging ayam ras dan telur ayam ras, peningkatannya lebih disebabkan oleh faktor kenaikan harga jagung dan kedelai di pasar internasional sebagai bahan baku pakan ternak.
Perkembangan Perbankan Daerah Likuiditas perbankan nasional mengalami tekanan...
Likuiditas perbankan nasional mengalami tekanan yang disebabkan oleh sulitnya mendapatkan pinjaman dana di pasar keuangan. Hal ini dipicu oleh bergugurannya beberapa lembaga pembiayaan dunia sebagai dampak krisis subprime mortgage di AS sehingga perbankan semakin hati-hati dalam memberikan pembiayaan. Kondisi serupa juga tercermin pada perbankan Sulawesi Utara tercermin
dari
meningkatnya
persaingan
bank-bank
dalam
merebut dana dengan berusaha menawarkan tingkat bunga yang lebih tinggi kepada masyarakat. Berdasarkan dana yang ada, trend kenaikan suku bunga simpanan sudah dimulai sejak April 2008. Untuk posisi September 2008, tingkat rata-rata suku bunga deposito 1 bulan tercatat sebesar 6,53% per tahun. Kondisi likuiditas perbankan yang ketat juga tercermin dari mulai melambatnya pertumbuhan kredit pada posisi September 2008 walaupun masih tetap tumbuh positif.
Kinerja perbankan di Sulawesi Utara masih cukup baik....
Namun demikian, secara umum kinerja perbankan di Sulawesi Utara masih cukup baik tercermin dari peningkatan total aset, kredit dan dana pihak ketiga, dengan disertai membaiknya berbagai rasio fungsi intermediasi (LDR) dan kualitas kredit (NPL). Total aset perbankan di Sulawesi Utara hingga akhir triwulan laporan mencapai Rp 11.222 milliar naik 13,29% (y.o.y). Kenaikan total aset ini terutama disebabkan oleh meningkatnya jumlah kredit yang berhasil disalurkan dari Rp6.079 milliar di akhir Q3 – 2007 menjadi Rp8.258 milliar pada Q3 -2008 atau naik 35,85% (y.o.y).
...fungsi intermediasi dan kualitas kredit mengalami perbaikan... 6
Sementara itu, total dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun mencapai Rp7.765 milliar atau naik 20,65% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan dana ini lebih lambat dibandingkan triwulan lalu. Salah satu faktornya adalah terus meningkatnya biaya hidup akibat kenaikan harga BBM yang memaksa masyarakat untuk mengurangi saving yang selama ini dilakukannya. Sementara itu, fungsi intermediasi perbankan berjalan baik tercermin dari peningkatan rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) dari dari 93,46% di triwulan III – 2007 menjadi 108,04% pada triwulan III – 2008. Peningkatan rasio LDR ini lebih disebabkan oleh laju pertumbuhan kredit yang lebih significant dibandingkan pertumbuhan dana. Seiring dengan membaiknya fungsi intermediasi perbankan, kualitas kredit juga mengalami perbaikan tercermin dari penurunan rasio NPL (Non Performing Loan) dari 6,29% di triwulan III – 2007 menjadi 3,88% pada triwulan III – 2008.
Kinerja BPR cukup baik tercermin Kinerja BPR cukup baik tercermin dari meningkatnya total aset dari peningkatan total aset, DPK mencapai jumlah Rp191,4 milliar, DPK mencapai Rp142,5 milliar, dam kredit serta membaiknya NPL dan LDR.. dan kredit mencapai Rp150,2 milliar serta membaiknya kualitas
kredit tercermin dari menurunnya rasio NPL dari 4,2% di triwulan III – 2007 menjadi 3,2% pada triwulan III – 2008. Membaiknya kinerja BPR diiringi pula dengan peningkatan fungsi intermediasi tercermin dari rasio LDR yang naik dari 109,3% di triwulan III 2007 menjadi 111,1% pada triwulan III – 2008.
Perkembangan Keuangan Daerah (APBD) Alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat ke kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara terus meningkat...
Alokasi
dana
perimbangan
dari
pemerintah
pusat
ke
kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara terus meningkat. Secara total, jumlah alokasi dana dari pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten dan kota di Sulawesi Utara pada Tahun 2008 mencapai Rp4,33 Triliun atau naik 16,54% dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tingkat provinsi, target penerimaan APBD di Tahun 2008 ditetapkan sebesar Rp847,28 milliar sedangkan target pengeluaran 7
sebesar Rp885,58 milliar. Sampai dengan Q2 – 2008,
kinerja
keuangan daerah di tingkat provinsi menunjukkan hasil yang menggembirakan tercermin dari peningkatan persentase realisasi penerimaan dan pengeluaran dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi penerimaan daerah sampai dengan Q3–2008 mencapai Rp667,55 milliar atau 78,79% dibandingkan target awal Tahun 2008. Pencapaian ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar 74,11%. Sedangkan realisasi pengeluaran daerah sampai dengan Q3 – 2008 mencapai jumlah Rp559,79 milliar atau 63,27% dibandingkan target awal tahun. Pencapaian ini juga masih lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar 55,90%.
Perkembangan Sistem Pembayaran Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado selama triwulan III – 2008 berada pada kondisi net outflow...
Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan III - 2008 berada pada kondisi net outflow sebesar Rp268 milliar yang berarti aliran uang keluar dari khasanah lebih besar dibandingkan aliran uang masuk. Hal ini merupakan salah satu indikasi bahwa perekonomian Sulut kembali bergairah walaupun di akhir Mei 2008 lalu pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk menaikkan harga BBM rata-rata sebesar 28%. Beberapa faktor yang mendorong meningkatnya penggunaan uang kartal selama triwulan laporan adalah (1) Berlangsungnya masa liburan sekolah dan dimulainya tahun ajaran baru bagi para siswa/mahasiswa di awal triwulan laporan yang mendorong peningkatan permintaan secara umum, (2) Berlangsungnya bulan suci puasa yang diikuti dengan perayaan Idul Fitri 1 Syawal 1429 H pada akhir triwulan laporan. Hal ini juga turut mendorong meningkatnya permintaan masyarakat. Meningkatnya permintaan masyarakat
(aggregat
demand)
selanjutnya
ditransmisikan
pada
selama
triwulan
meningkatnya
laporan
kebutuhan
masyarakat akan kebutuhan uang kartal. Mengacu pola aliran
8
uang kartal pada tahun-tahun sebelumnya, kondisi net outflow selama triwulan laporan merupakan suatu pola musiman.
Sementara itu, Bank Indonesia berupaya memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan, melakukan kegiatan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) dalam bentuk pemusnahan terhadap uang yang sudah tidak layak edar. Selama triwulan laporan, rasio PTTB terhadap aliran uang kartal masuk tercatat sebesar 114,74%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 60,02%. Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan laporan sebesar Rp118 milliar atau naik 87,30% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kegiatan kliring lokal (tunai) dan RTGS (Real Time Gross Settlement) memperlihatkan peningkatan aktivitas...
Kegiatan liring lokal (tunai) dan RTGS (Real Time Gross Settlement) menunjukkan perkembangan yang menggembirakan dari waktu ke waktu. Sampai dengan triwulan III – 2008, jumlah rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan tercatat 1.386 lembar atau turun 1,84% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian, secara nominal terjadi peningkatan jumlah ratarata harian kliring dari Rp25,39 milliar di triwulan III – 2007 naik menjadi Rp28,63 milliar pada triwulan III – 2008 atau meningkat 12,76% (y.o.y). Sama halnya dengan perkembangan kliring lokal, RTGS sebagai salah satu sarana penyelesaian transaksi non tunai juga memperlihatkan peningkatan aktivitas transaksi. Selama triwulan I - 2008, perkembangan total volume transaksi melalui RTGS (dari/ke/dalam Kota Manado) mencapai 16.233 lembar atau meningkat 18,38% (y.o.y). Demikian pula dengan nilai nominal penyelesaiannya yang secara tahunan tumbuh 29,50% mencapai jumlah Rp26,2 Triliun. Peningkatan jumlah nominal dan volume transaksi melalui kliring dan RTGS tersebut semakin menegaskan bahwa perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan yang positif.
9
Perkembangan
Ketenagakerjaan
Daerah
dan
Kesejahteraan Masyarakat ...TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) di Sulawesi Utara pada Maret 2008 mengalami penurunan...
Perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada posisi Maret 2008 tidak mengalami perbedaan dibandingkan periode Agustus 2007 sebagaimana tercermin dari rasio TPT (Tingkat Pengangguran
Terbuka)
sebesar
12,35%
mencapai
jumlah
129.302 orang atau sama dengan rasio TPT periode Agustus 2007. Namun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, terdapat sedikit penurunan TPT yaitu dari 13,0% menjadi 12,35%. Menurut sebarannya, TPT penduduk perkotaan lebih tinggi dibandingkan TPT penduduk pedesaan. Membaiknya angka ketenagakerjaan ini ternyata diiringi pula oleh menurunnya angka kemiskinan untuk posisi Maret 2008 yang tercatat 10,10% atau berjumlah 223,5 ribu orang. Angka kemiskinan ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat 11,42%. Berdasarkan lokasinya, sebagian besar masyarakat miskin di Provinsi Sulawesi Utara (67,51%) berdomisili di daerah pedesaan sedangkan sisanya berada di perkotaan. Beberapa sektor/lapangan usaha yang banyak digeluti dan menyerap banyak tenaga kerja diantaranya adalah sektor pertanian, perdagangan dan angkutan.
Outlook Pertumbuhan Ekonomi Perekonomian Sulawesi Utara Tahun 2008 diperkirakan tumbuh 7,0 – 7,2% (y.o.y)...
Perekonomian Sulawesi Utara Tahun 2008 diprakirakan masih dapat tumbuh tinggi di kisaran 7,0 - 7,2% (y.o.y). Faktor pendorong utama adalah ekspor yang mencatat kinerja yang tinggi selama semester pertama didorong oleh meningkatnya harga komoditas serta tetap tingginya pertumbuhan ekonomi negara berkembang dan konsumsi rumah tangga yang masih cukup kuat. Dampak kenaikan harga BBM terhadap konsumsi swasta ternyata tidak
sedalam
prakiraan
semula.
Pertumbuhan
investasi
diprakirakan mengalami peningkatan terutama didorong oleh investasi bangunan seiring dengan kuatnya pertumbuhan konsumsi swasta dan ekspor. Dari sisi penawaran, sektor PHR serta sektor
10
pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tumbuh tinggi seiring dengan konsumsi swasta yang lebih kuat.
Outlook Inflasi Regional Prospek inflasi hingga akhir Tahun Prospek inflasi hingga akhir Tahun 2008 diprakirakan berada pada 2008 diprakirakan berada pada kisaran 9,0 – 11,0% (y.o.y). Namun demikian tekanan inflasi pada kisaran 9,0 – 11,0% (y.o.y)...
triwulan mendatang diperkirakan akan sedikit lebih rendah dibandingkan saat ini. Sumber tekanan inflasi pada triwulan mendatang terutama didorong oleh meningkatnya permintaan masyarakat menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2009. Namun demikian, peningkatan permintaan masyarakat tersebut diperkirakan akan segera diantisipasi oleh pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan bersama-sama dengan Bank Indonesia dan instanasi lainnya yang tergabung dalam Forum Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Sementara itu, para pelaku usaha khususnya distributor kebutuhan pokok, dalam beberapa kesempatan / pertemuan mengatakan bahwa stok barang yang berada di gudang mereka sanggup memenuhi kebutuhan masyarakat hingga 3-4 bulan yang akan mendatang. Selain itu, kecenderungan penurunan harga-harga komoditas internasional yang diikuti oleh turunnya inflasi di negara-negara mitra dagang diprakirakan akan berdampak positif terhadap turunnya inflasi domestik.
11
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Triwulan III - 2008 diwarnai oleh problematika yang terjadi di pasar keuangan global serta dampaknya pada perekonomian Indonesia. Perlambatan ekonomi dunia, saat ini telah dirasakan di beberapa negara industri maju, dan mulai merambat pada negara emerging markets termasuk Indonesia. Gejolak yang terjadi di pasar global, tidak dapat dihindari terasa mengalir dan menyebar pada ekonomi Indonesia. Terlepas dari masih kuatnya fundamental ekonomi Indonesia, sentimen negatif yang ditimbulkan dari krisis telah mendorong pelarian modal asing keluar. Hal ini memberi tekanan pada bursa saham dan nilai tukar Rupiah. Indeks harga saham mencatat penurunan tajam dan nilai tukar rupiah melemah.
Di tengah gejolak keuangan global dan melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia, perekonomian Indonesia pada triwulan III - 2008 masih mencatat pertumbuhan yang tinggi. PDB triwulan III-2008 diprakirakan akan tumbuh sebesar 6,3% (y.o.y), setelah mencatat pertumbuhan sebesar 6,4% (y.o.y) pada triwulan II - 2008. Kegiatan konsumsi rumah tangga diperkirakan menjadi motor pertumbuhan tersebut. Masih tingginya pertumbuhan konsumsi tersebut ditopang oleh masih kuatnya daya beli dan meningkatnya sumber pembiayaan konsumsi. Komponen permintaan domestik lainnya, yaitu investasi, juga menunjukkan pertumbuhan yang tinggi, terutama pada investasi non bangunan. Namun, melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia berimbas pada melemahnya pertumbuhan ekspor Indonesia walaupun masih dalam level yang tinggi. Sementara itu, impor diperkirakan tumbuh tinggi sejalan dengan masih kuatnya permintaan domestik dan kebutuhan ekspor. Walaupun secara nasional dampak krisis keuangan AS mulai dirasakan namun khusus Sulawesi Utara pengaruhnya belum terlalu besar. Hal ini tercermin dari laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang tumbuh 7,06% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,53% (y.o.y).
A. SISI PERMINTAAN Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan III - 2008 terutama didorong oleh kegiatan ekspor dan investasi. Membaiknya kinerja ekspor khususnya ekspor antar negara diakibatkan oleh meningkatanya permintaan terhadap komoditas pertanian antara lain bungkil serta CNO/CCO (minyak mentah dari kopra). 12
Sedangkan meningkatnya kegiatan investasi terutama didorong oleh terus meningkatnya aktivitas permbangunan berbagai sarara dan prasarana fisik penunjang World Ocean Conference (WOC) baik dilakukan oleh pihak pemerintah maupun swasta.
Tabel 1.1. Pertumbuhan dan Kontribusi PDRB Provinsi Sulawesi Utara Menurut Jenis Penggunaan (%) Jenis Penggunaan
2006
Konsumsi Konsumsi Swasta Konsumsi Pemerintah
2.40 2.19
2007 2.56 2.85
2007 Q3 2.44 2.47
2008
Kontribusi 1.74 1.20
Q3*) 2.91 2.30
Kontribusi 2.00 1.07
2.80
2.01
2.37
0.55
4.20
0.93
14.70
19.08
24.75
5.05
12.10
2.89
Stok
81.72
15.35
113.08
0.99
50.24
0.88
Ekspor
19.46
5.76
-1.14
-0.55
72.87
32.54
PMTB
Impor PDRB
21.54
5.23
1.71
0.70
80.00
31.25
6.18
6.47
6.53
6.53
7.06
7.06
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
1. Konsumsi Gejolak perekonomian global yang berimbas pada perekonomian nasional dan regional diperkirakan akan membawa dampak pada penurunan kegiatan konsumsi akibat menurunnya daya beli masyarakat. Belum hilang dari ingatan dampak kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) akhir Mei 2008 lalu, saat ini masyarakat dihadapkan pada potensi penurunan daya beli akibat menurunnya pendapatan serta tingginya tekanan inflasi. Walaupun demikian, hingga akhir triwulan laporan, kegiatan konsumsi di Sulawesi Utara masih tumbuh 2,91% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar 2% terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum. Beberapa even yang mendorong meningkatnya aktivitas konsumsi masyarakat selama triwulan laporan diantaranya adalah berlangsungnya masa liburan sekolah dan tahun ajaran baru serta persiapan perayaan hari raya Idul Fitri 1429 H yang jatuh pada awal Oktober 2008. Selain itu meningkatnya realisasi belanja pemerintah daerah yang hingga triwulan III – 2008 telah mencapai 63,27% dari target awal tahun juga turut memberikan andil bagi peningkatan kegiatan konsumsi khususnya konsumsi pemerintah.
Menurut komponen pembentuknya, peningkatan konsumsi terjadi baik pada kegiatan konsumsi swasta (masyarakat dan perusahaan) maupun konsumsi pemerintah yang masingmasing tumbuh 2,30% (y.o.y0 dan 4,20% (y.o.y). Hal ini antara lain dapat dikonfirmasi melalui hasil Survey Konsumen (SK) Kota Manado yang menunjukkan indeks kondisi ekonomi saat ini kembali berada pada level optimis (indeks > 100) yaitu 105,33 setelah 13
nado
sebelumnya sejak Mei hingga Agustus 2008 selalu berada pada level pesimis ( indeks < 100). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden yaitu masyarakat Kota Manado menilai bahwa kondisi perekonomian saat ini lebih baik dibandingkan 3-6 bulan yang lalu. Namun demikian walaupun indeks kondisi ekonomi mengalami perbaikan, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, posisi indeks pada September 2008 relatif masih lebih rendah. Menurut komponen pembentuknya, indeks penghasilan saat ini dan indeks pembelian barang tahan lama mencatat kenaikan dan telah berada pada level optimis sedangkan indeks ketersediaan lapangan kerja masih berada pada kondisi pesimis.
.
Grafik 1.2. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Grafik 1.1. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen
150
Indeks Keyakinan Ko nsumen 140
160
Ko ndisi Eko no mi Saat Ini
Ko ndisi Eko no mi Saat Ini
P enghasilan Saat Ini
P embelian B arang Tahan Lama
Ketersediaan Lap. Kerja
Ekspektasi Ko nsumen 140
130
120
120
100
110
100
80
90
60
40
80 J FM A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J FM A M J J A S O N D J FM A M J J A S 2005
2006
2007
2008
Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado
J FM A M J J A S O N D J FM A M J J A S O N D J FM A M J J A S O N D J F M A M J J A S 2005
2006
2007
2008
Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado
2. Investasi Di tengah-tengah keterbatasan infrastruktur, pasokan energi, dan meningkatnya tekanan inflasi, kegiatan investasi selama triwulan III – 2008 masih tetap tumbuh positif. Kegiatan investasi yang tercermin dari nilai tambah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh 12,10% (y.o.y) dengan kontribusi 2,89% terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum. Perkembangan kegiatan investasi antara lain dapat dikonfirmasi dengan perkembangan indeks bahan bangunan berdasarkan hasil Survey Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado yang memperlihatkan trend kenaikan dari 187,1 pada September 2007 meningkat menjadi 239,6 atau tumbuh 28%.
14
Grafik 1.3. Pertumbuhan Indeks Bahan Bangunan dan Kredit Konstruksi 140 P ertumbuhan Indeks B ahan B angunan (y.o .y)
120
P ertumbuhan Kredit Ko nstruksi (y.o .y) 100 80 60 40 20 J F M A M J J A S O N D J FM A M J J A S O N D J F M AM J J A S (20)
2006
2007
2008
Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado
Sementara itu, berbagai persiapan terkait dengan penyelenggaraan World Ocean Conference (WOC) di Tahun 2009 antara lain berupa pembangunan berbagai proyek jalan, jembatan, lapangan udara dan infrastruktur lainnya juga turut andil mendorong laju pertumbuhan kegiatan investasi selama triwulan laporan. Melalui penyelenggaraan WOC diperkirakan Sulawesi Utara akan mampu menyerap dana ± Rp 5 – 6 Triliun baik yang berasal dari dana APBN, APBD dan investor swasta, dengan rincian sebagai berikut : 1. Alokasi dana APBD kabupaten/kota/provinsi bagi suksesnya penyelenggaraan WOC yang jumlahnya ± Rp 1,2 Triliun. 2. Alokasi dana APBN melalui beberapa instansi vertikal seperti departemen pekerjaan umum, departemen perhubungan, departemen kesehatan, dll, yang total jumlah dananya hampir mencapai Rp 859 milliar, dengan rincian kegiatan sebagai berikut : Tabel 1.2. Pembangunan Infrastruktur Penunjang WOC K EGI A T A N
TARGET
Pekerjaan Umum Pembangunan Jln Manado-Mapanget 11.8 km Pembangunan Jembatan Soekarno 491 m Pengembangan Air Minum 40 ltr/det Pembangunan Jalan Boulevard II 4 km Pembangunan Drainase dalam kota 25 km Normalisasi dan Perkuatan Tebing Sungai 1 km Pembangunan Jalan Ring Road II 7,7 km Pembangunan Jembatan Sario 25 m Saringan Sampah Hidrolik 3 lokasi Pembangunan RS Taraf Internasional 1 unit Perhubungan Perluasan Apron Bandara Sam Ratulangi 29.622 M2 Perluasan Terminal Penumpang Bandara 9.000 M2 Perluasan Lapangan Parkir Bandara 8.500 M2 Pengadaan Garbarata 2 unit Pemasangan Eskalator 2 unit Pembangunan Dermaga Penyeberangan Bunaken Pembangunan Dermaga Penyeberangan Manado Pengadaan Kapal Penyeberangan Manado-Bunaken TOTAL
Rencana Biaya (dlm Milliar Rp) 66.0 180.0 15.0 40.0 19.5 7.5 146.4 7.5 70.0 150.0 50.0 73.4 6.7 8.0 3.0 6.0 6.0 5.0 859.99
15
3. Dana yang bersumber dari masuknya investor swasta untuk berinvestasi di Provinsi Sulawesi Utara diantaranya dengan melakukan pembangunan delapan hotel baru dengan nilai investasi sebesar Rp 968 milliar serta proses pembangunan Grand Kawanua International City dengan nilai investasi ± Rp1,25 trillun yang peletakan batu pertamanya dilaksanakan pada awal Tahun 2008 dan saat ini sedang dalam proses pengerjaan. Pembangunan Grand Kawanua International City tersebut nantinya akan mengambil konsep hunian di tengah kota dengan berbagai sarana dan prasarana pendukung diantaranya adalah rumah sakit internasional, gedung convention centre yang mampu menampung lebih dari 3000 orang, lapangan golf 18 hole, pusat bisnis serta Hotel Accord (berbintang 5). Semuanya ini diperkirakan akan memberikan nilai tambah yang cukup besar bagi kegiatan investasi. Tabel 1.3. Pembangunan Hotel – Hotel Baru Pendukung WOC No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama Hotel Sintesa Peninsula Novotel Swiss Bell Maleosan Aston Hotel Accord Ibis/Formula I Gran Central 2/Travello Sutan Radja Lucky Inn Total
Investasi Rp 150 Milliar Rp 98 Milliar Rp 91 Milliar Rp 30 Milliar Rp 360 Milliar Rp 30 Milliar Rp 200 Milliar Rp 9 Milliar Rp 968 Milliar
Kapasitas Kamar 300 250 250 110 200 100 250 40 1,500
Ket
Alamat
*5 *5 *4 *4 *5 *4 *5 Melati
Jl. Sudirman Jl. A. Maramis Kayuwatu Jl. Sudirman Jl. Sudirman Jl. Boelevard Jl. Sudirman Kalawat Minut Jl. Monginsidi
Dari sisi pembiayaan, jumlah kredit produktif yang disalurkan guna mendukung kegiatan investasi masih relatif kecil. Namun, trend yang ada menunjukkan perkembangan yang positif di mana pada akhir triwulan laporan kredit produktif (modal kerja dan investasi) yang berhasil disalurkan mencapai Rp4,32 Triliun atau meningkat 51,07% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan kegiatan investasi juga tercermin dari struktur impor Sulawesi Utara dimana hampir seluruhnya merupakan jenis barang modal antara lain dalam bentuk mesin, perkakas dan peralatan lain. Sejak Januari s.d. Agustus 2008, nilai impor barang modal tercatat sebesar USD 8,72 juta dengan volume sebesar 6,18 ribu ton.
16
Grafik 1.5. Nilai Transaksi Impor Barang Modal (USD)
Grafik 1.4. Pertumbuhan Kredit Produkif (%) 60
8,676
(%)
2008*)
44
50
60,821
40 30
2007
951 180
2006
6
2005
5
36,907
20 6,238
10
M anufaktur / B arang M o dal P ertambangan dan P enggalian
4,046
0
2004
0 119
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2006
2007
2008
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum
-
P ertanian, P erikanan dan Kehutanan
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
Sumber : Direktorat Statistik Moneter Bank Indonesia *) s.d. Agustus 2008
3. Ekspor – Impor Nilai tambah kegiatan ekspor Sulawesi Utara pada triwulan III - 2008 tumbuh significant sebesar 72,87% (y.o.y), meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang justru mengalami kontraksi 1,14% (y.o.y). Berdasarkan komponen penyusunnya, membaiknya kinerja ekspor terutama disumbangkan oleh ekspor antar negara yang meningkat 115,97% (y.o.y), sedangkan ekspor antar pulau/provinsi hanya tumbuh 13,71% (y.o.y). Tercatat total ekspor pada periode Januari – Agustus 2008 sebesar USD 514,9 Juta atau meningkat 44,78% (y.o.y) dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2007. Grafik 1.6. Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Sulawesi Utara 1,600
1,200
Vo lume (Ribu To n)
Vo lume (Ribu To n)
Nilai (Juta USD)
1,400
Nilai (Juta USD) 1,000
1,200 800
1,000 600
800 600
400
400 200
200 -
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008* Q1-07
Q2-07
Q3-07
Q4-07
Q1-08
Q2-08
Q3-08*
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. Agustus 2008
Berdasarkan jenisnya, komoditi utama ekspor luar negeri terutama dalam bentuk kelompok bahan makanan dan kelompok minyak nabati dan hewani (animal or vegetable fats and 17
oils) antara lain kopra, minyak kelapa (Virgin Coconut Oil (VCO) dan ikan dengan negara tujuan utama adalah Belanda, Amerika Serikat, dan China. Krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat diperkirakan akan menurunkan kinerja perekonomian negara tersebut yang berimbas pada menurunnya permintaan akan produk impor termasuk produk yang berasal dari Indonesia. Namun, dominasi AS sebagai negara tujuan utama ekspor Sulawesi Utara, sedikit demi sedikit mulai bergeser ke Australia dan pasar negara berkembang seperti China, Korea Selatan dan India. Sehingga dampak krisis keuangan AS diharapkan tidak berpengaruh significant pada kinerja ekspor Sulawesi Utara. Hal yang perlu diantisipasi dan mendapat perhatian adalah perkiraan meluasnya dampak krisis keuangan di AS yang tidak hanya memukul kinerja perekonomian AS namun juga negara lainnya. Tabel 1.4. Komoditi Utama Ekspor Sulawesi Utara (dalam ribu USD) KELOMPOK
2003
2004
Food & Live Animals
59,488
Beverages & Tobacco
-
Crude Materials, Inedible
-
Animal & Vegetable Oils & Fats
95,367
2007
68,547
-
7,624
6
13,127
-
69,520
2006
112,762
39
4,757
Mineral Fuels, Lubricants, etc
2005
4,280
-
-
128,552
2008*) 104,683
-
-
2,107
1,382
-
-
142,611
245,181
186,296
421,595
399,475
Chemical
420
165
2,436
2,492
4,211
3,032
Manufactured Goods
500
1,999
1,094
1,611
566
292
Machinery & Transport Eqp
56
125
25
87
145
81
Misc. Manufactured Articles
253
225
378
234
182
223
Commodities & Transaction Nes TOTAL
-
-
134,995
248,155
7,290
9,810
382,294
273,363
557,359
5,772 514,940
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. Agustus 2008
Grafik 1.7. Negara Tujuan Utama Ekspor Sulawesi Utara
Tujuan Nilai Ekspor
2005
2006
2007
2008*)
382,294
273,363
557,359
514,940
Pangsa Pasar Belanda
22.61
15.98
38.52
31.70
Amerika Serikat
25.41
17.18
14.93
14.90
China
17.91
28.61
12.98
10.14
2.00
4.68
9.52
12.12
Korea Selatan India
3.58
5.49
4.81
7.83
Negara Lainnya
28.50
28.06
19.23
23.31
Total
100.00
100.00
100.00
100.00
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. Agustus 2008
Sementara itu, kegiatan impor tumbuh 80% (y.o.y), naik tajam dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya tumbuh 1,71% (y.o.y). Menurut komponen penyusunnya, 18
impor
antar
pulau/provinsi
merupakan
penyumbang
utama
tercermin
dari
laju
pertumbuhannya sebesar 91,02% (y.o.y) sedangkan impor antar negara cenderung turun bahkan kontraksi. Secara netto, neraca perdagangan berada pada kondisi surplus yang berasal dari transaksi perdagangan luar negeri. Sedangkan untuk transaksi perdagangan antar provinsi umumnya masih berada pada kondisi defisit. Hal ini disebabkan karena hampir 70% barang konsumsi masih harus didatangkan dari luar provinsi terutama dari Kota Makasar dan Kota Surabaya (seperti beras, bawang merah dan cabe).
Selama periode Januari s.d Agustus 2008, nilai impor luar negeri tercatat USD 8,72 juta dengan total volume 6,18 ribu ton. Pencapaian ini jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar USD 53,93 juta. Di satu sisi, besarnya nilai impor mencerminkan masih tingginya tingkat ketergantungan terhadap barang/jasa yang berasal dari negara lain namun berdasarkan strukturnya, ternyata sebagian besar barang yang diimpor tersebut merupakan barang modal yang diperlukan dalam kegiatan investasi. Grafik 1.8. Nilai dan Volume Impor Sulawesi Utara 70 Nilai (Juta USD) 60
Vo lume (Ribu To n)
50 40 30 20 10 2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008*)
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. Agustus 2008
Berdasarkan strukturnya, kegiatan impor sejak Januari 2006 s.d Agustus 2008 memiliki perbedaan yang significant dibandingkan periode sebelum Tahun 2006. Pada periode sebelum Tahun 2006 kegiatan impor lebih didominasi oleh kelompok komoditi bahan makanan yaitu gula dan produk olahannya (sugars dan sugar confectionery) sedangkan untuk periode awal Tahun 2006 hingga Agustus 2008 lebih didominasi oleh barang-barang modal (mesin, perkakas, alat transportasi, dlsb-nya). Meningkatnya komposisi barang impor dalam bentuk mesin, peralatan dan material ini mengindikasikan terus meningkatnya kegiatan investasi di Sulawesi Utara. 19
Tabel 1.5. Komoditi Utama Impor Sulawesi Utara Berdasarkan SITC (dalam USD) KELOMPOK KOMODITI
2003
2006
2007
5,035 0 160 166 101 715 65 -
5,061 6 717 975 7,678 21,833 643 -
6,401 1 964 1,347 349 52,472 418 -
1,458 44 578 333 5,872 435 -
TOTAL 11,363 4,165 6,242 Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d.Agustus 2008
36,912
61,952
8,719
Food and Live Animals Beverages and Tobacco Crude Materials, Ineble Mineral Fuels, Lubricants etc Animal & Vegetable Oil & Fats Chemical Manufactured Goods Machinery & Transport Eqp Misc. Manufactured Articles Commodities & Transaction Nes
6,201 0 26 1,194 445 1,842 1,475 179 -
2004
2005
2,411 114 15 340 297 803 185 -
2008*)
Berdasarkan negara asal barangnya, impor sepanjang Tahun 2008 terutama berasal dari negara China dan Thailand, sedikit berbeda dibandingkan tahun sebelumnya dimana impor lebih banyak berasal dari negara Amerika Serikat, Perancis, dan Vietnam. Secara netto, nilai perdagangan luar negeri berada pada kondisi surplus yang berarti nilai ekspor masih jauh lebih besar dibandingkan nilai impor. Selama periode Januari s.d. Agustus 2008, total surplus perdagangan (net ekspor) tercatat sebesar USD506,2 juta. Grafik 1.9. Negara Asal Impor Sulawesi Utara Tahun 2007
Tahun 2006
Total USD 61,95 Juta
Total USD 36,91 juta 2.36% 6.13% 3.89%
Filipina
A merika Serikat
6.42%
31.01%
P erancis
M alaysia
‘
Vietnam
Vietnam
45.40%
12.98%
A ustralia
Thailand Singapo re
Jerman 68.21%
Negara Lainnya
Negara Lainnya
13.84% 1.72%
4.58%
Total USD 8,72 juta
3.45% 2.25 3.39 7.81
59.46 China
10.61
Thailand Australia Filipina Singapore Negara Lainnya
16.47
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. Agustus 2008
20
Grafik 1.10. Nilai Ekspor dan Impor Luar Negeri Provinsi Sulawesi 70
600 500
60
Nilai Ekspor Nilai Impor
50
400
40 300 30 200
20
100
10 -
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008* Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. Agustus 2008
Perkembangan kegiatan perdagangan antara lain juga dapat dikonfirmasi dengan aktivitas ekspor - impor serta kegiatan bongkar muat barang melalui pelabuhan Bitung yang walaupun sepintas menunjukkan perkembangan yang melambat namun ternyata hal ini lebih disebabkan periode pengamatan yang baru berjalan 2 (dua) bulan. Secara umum, aktivitas perdagangan hingga akhir triwulan laporan diperkirakan akan mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tabel 1.6. Neraca Perdagangan Dalam dan Luar Negeri di Pelabuhan Bitung No. 1
2
Jenis Kegiatan
2006
2007
2007
2008
Q2
Q2*)
Perdagangan Luar Negeri a. Impor
Ton
57,180
51,368
28,807
25,002
b. Ekspor
Ton
447,500
413,285
144,217
106,766
504,680
464,653
173,024
118,446
2,310,395
2,698,362
730,104
869,745
Jumlah Ton Perdagangan Dalam Negeri
-
a. Bongkar
Ton
b. Muat
Ton
803,014
950,690
216,884
209,388
Jumlah
Ton
3,113,409
3,649,052
946,988
1,066,940
3,618,089
4,113,705
1,120,012
1,185,386
Total Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung *)Angka Sementara
Berdasarkan strukturnya, terlihat bahwa untuk perdagangan luar negeri lebih didominasi oleh kegiatan ekspor sedangkan kegiatan impor relatif kecil pangsanya. Sedangkan untuk perdagangan dalam negeri, intensitas kegiatan bongkar lebih tinggi dibandingkan dengan kegiatan muat yang berarti lebih banyak barang-barang yang masuk ke wilayah Sulawesi Utara dibandingkan barang yang keluar. Dengan demikian, benar adanya bahwa tingkat
21
ketergantungan Sulawesi Utara terhadap daerah/provinsi lainnya di luar Sulawesi Utara masih cukup tinggi.
B. SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III - 2008 disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada bahkan melebihi kinerja pada triwulan yang sama tahun sebelumnya kecuali sektor pertanian. Berdasarkan sektornya, sebagian besar sektor selama triwulan laporan menunjukkan perkembangan yang lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tercatat, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dan sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan andil yang dominan dalam struktur perekonomian Sulawesi Utara. Dibandingkan periode-periode sebelumnya, struktur ekonomi Sulawesi Utara dalam triwulan laporan sedikit mengalami pergeseran dimana sebelumnya sektor pertanian selalu menjadi tulang punggung perekonomian namun dalam triwulan ini pertumbuhannya relatif terbatas yaitu hanya 1,72% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan sektor ini terutama disebabkan oleh kontraksi sub sektor tanaman perkebunan yang kemudian menarik ke bawah laju pertumbuhan sektor pertanian secara keseluruhan. Tabel 1.7. Laju Pertumbuhan Masing-Masing Sektor Dalam Perekonomian Sulawesi Utara Lapangan Usaha
2006
2007
2007 Q3
2008
Kontribusi
Q3
Kontribusi
Pertanian
4.70
6.80
5.27
1.41
1.72
0.38
Pertambangan & Penggalian
7.32
8.93
9.04
0.48
10.67
0.58
Industri Pengolahan
6.86
6.33
6.59
0.53
7.84
0.63
Listrik, Gas & Air Bersih
5.28
6.31
6.43
0.05
6.68
0.05
Bangunan
7.82
7.89
8.01
1.32
11.29
1.88
PHR
6.72
6.92
7.39
1.08
10.06
1.44 1.06
Pengangkutan & Komunikasi
5.56
6.30
8.98
0.65
10.17
Keu., Sewa & Jasa Perusahaan
10.28
6.25
6.69
0.46
6.81
0.47
Jasa-Jasa
4.31 6.18
3.68 6.47
3.51 6.53
0.56 6.53
3.68 7.06
0.57 7.06
PDRB Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
1. Pertanian Sektor pertanian tumbuh terbatas selama triwulan laporan sebesar 1,72% (y.o.y). Kinerja tersebut merupakan yang terendah selama kurun waktu beberapa triwulan sebelumnya. Berdasarkan sub sektornya, perlambatan pertumbuhan terutama disumbangkan oleh sub sektor tanaman perkebunan yang mengalami kontraksi sebesar 1,46% (y.o.y) dan perlambatan sub sektor tabama (tanaman bahan makanan) yang hanya tumbuh 3,47% (y.o.y). Terkontraksinya sub sektor perkebunan sebagai akibat dari hampir tidak adanya 22
panen komoditi cengkeh dan menurunnya produksi kelapa yang tidak sebanyak tahun lalu sebagai akibat terserang hama dan banyaknya tanaman yang sudah tua. Sementara melambatnya pertumbuhan sub sektor tabama disebabkan menurunnya produktivitas padi palawija walaupun dari sisi luas panen masih tetap mengalami peningkatan. Sedangkan sub sektor perikanan yang dikhawatirkan akan menurun produksinya sebagai efek kenaikan BBM, masih tetap tumbuh walaupun melambat. Hal ini disebabkan adanya program pemberian subsidi BBM bagi nelayan oleh pemerintah daerah.
Perkembangan sub sektor tabama juga dapat dikonfirmasi dengan data produksi beras dan jagung. Pada Q3 – 2008, jumlah produksi beras diperkirakan mengalami kenaikan sebesar 98% (y.o.y) bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya atau mencapai jumlah 159 ribu ton. Demikian pula halnya dengan komoditi jagung yang selama triwulan laporan mengalami peningkatan produksi sebesar 98,83% (y.o.y) mencapai jumlah 266 ribu ton. Tabel 1.8. Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah dan Produksi Beras
2005 Luas Panen (Ha)
2006
2007
2007
2008
Q3
Q3
Y.o.Y
94,946
90,717
103,189
27,702
42,570
Produksi Gabah (Ton)
432,624
454,903
494,950
140,368
241,496
72.05
Produksi Beras (Ton)
268,227
282,038
276,604
80,280
159,748
98.99
53.67
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 1.9. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Pipilan Kering Jagung 2007 2008 2005 2006 2007 Q3 Q3 Luas Panen (Ha) Produksi Pipilan Kering (Ton)
Y.o.Y
71,644
82,185
121,716
38,112
58,327
53.04
195,305
242,711
403,127
134,270
266,973
98.83
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara
Dari sisi pembiayaan, peran perbankan untuk membiayai sektor pertanian masih relatif terbatas sebesar Rp530 milliar atau hanya 6,27% dari total kredit yang disalurkan. Belum terlalu optimalnya penyaluran kredit di sektor pertanian antara lain disebabkan masih relatif tingginya resiko usaha di sektor tersebut. Walaupun demikian, laju pertumbuhan kredit di sektor pertanian masih cukup tinggi yaitu mencapai 101,13% (y.o.y) pada posisi September 2008.
23
Grafik 1.11. Pertumbuhan Kredit Pertanian 120 (%) 100 80 60 40 20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 -20
2006
2007
2008
Sumber : Lapoaran Bulanan Bank Umum (LBU)
2. Sektor Bangunan Perkembangan sektor bangunan secara konsisten terus menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Selama triwulan laporan sektor bangunan tumbuh 11,29% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar 1,88% terhadap laju pertumbuhan secara umum atau yang tertinggi dari seluruh sektor ekonomi yang ada. Perkembangan sektor ini tercermin dari meningkatnya aktivitas pembangunan sektor properti antara lain Mal Manado Town Square, Mal Boulevard, ITC (Pusat Penjualan Elektronika), perhotelan, ruko dan komplek perumahan. Perkembangan sektor bangunan antara lain dapat dikonfirmasi dengan pertumbuhan indeks penjualan bahan bangunan berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado. Berdasarkan trendnya, pertumbuhan indeks penjualan bahan bangunan masih terus bergerak naik walaupun sempat melambat pada Agustus 2008. Tercatat indeks penjualan bangunan pada akhir triwulan berada pada level 239,6 atau naik sebesar 28% dibandingkan akhir triwulan yang sama tahun sebelumnya. Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit di sektor bangunan mencapai Rp423 milliar atau meningkat 58,36% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian, alokasi kredit sektor bangunan ini relatif kecil bila dibandingkan dengan fakta perkembangan sektor bangunan di Sulawesi Utara. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembiayaan sektor-sektor properti di Sulawesi Utara sebagian besar lebih didominasi oleh pembiayaan di luar sektor perbankan bahkan ada diantaranya yang menggunakan pembiayaan mandiri.
24
Grafik 1.12. Perkembangan Indeks Penjualan Bahan Bangunan dan Pertumbuhan Kredit Konstruksi (%) 140 P ertumbuhan Indeks B ahan B angunan (y.o .y)
120
P ertumbuhan Kredit Ko nstruksi (y.o .y) 100 80 60 40 20 J F M A M J J A S O N D J FM A M J J A S O N D J F M AM J J A S (20)
2006
2007
2008
Sumber : Survei Penjualan Eceran dan Laporan Bulanan Bank Umum
3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor PHR merupakan salah satu sektor yang konsisten mencatat laju pertumbuhan yang cukup tinggi. Pada triwulan III - 2008, laju pertumbuhan sektor ini tercatat sebesar 10,06% (y.o.y) dengan kontribusi 1,44% terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum (kedua terbesar setelah sumbangan sektor bangunan). Berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor ini disumbangkan oleh seluruh sub sektor yang ada dengan kontribusi tertinggi diberikan oleh sub perdagangan besar dan eceran, berikutnya adalah sub sektor hotel dan sub sektor restoran. Perkembangan sub sektor perdagangan besar dan eceran, antara lain dapat dikonfirmasi dengan indeks penjualan eceran dari hasil Survey Penjualan Eceran yang terus memperlihatkan kenaikan indeks yaitu dari indeks 143,9 di akhir triwulan III – 2007 naik menjadi 175,8 di akhir triwulan III – 2008 atau meningkat sebesar 22,2% (y.o.y). Berdasarkan komponen pembentuknya seluruh kelompok mengalami kenaikan yaitu kelompok bangunan, tekstil, alat tulis, kendaraan, dan makanan terkecuali kelompok rumah tangga yang justru mengalami kontraksi.
25
Grafik 1.13. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kota Manado 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 J FM A M J J A S O N D J FM A M J J A S O N D J FM AM J J A S 2006
2007
2008
Sumber : Survey Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado
Perkembangan sub sektor hotel antara lain dapat dikonfimasi melalui data kunjungan wisatawan. Berdasarkan data yang bersumber dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, sampai dengan triwulan III - 2008, tercatat jumlah kunjungan wisatawan manca negara (wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnu) mencapai 170.674 orang atau telah mencapai 48,80% dari pencapaian tahun lalu dan diperkirakan akan terus meningkat seiring gencarnya promosi yang dilakukan pemerintah daerah khususnya menjelang pelakasanaan
World
Ocean
Conference
(WOC)
Tahun
2009
serta
maraknya
penyelenggaraan berbagai kegiatan/even pada tingkat nasional maupun internasional di Provinsi Sulawesi Utara. Sementara itu, perkembangan sub sektor restoran antara lain sejalan dengan banyak bermunculannya restoran, rumah makan, ruko serta mal khususnya di pusat Kota Manado. Tabel 1.10. Perkembangan Jumlah Wisatawan Asing ke Sulawesi Utara 2006 Wisatawan Manca Negara
2007
2008*)
Pencapaian 2008 vs 2007
22,328
25,141
9,519
37.86
316,542
324,587
161,155
49.65
Total 338,870 349,728 Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Utara
170,674
48.80
Wisatawan Nusantara
Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran juga dapat dikonfirmasi melalui peningkatan aktivitas perdagangan dalam negeri berupa kegiatan bongkar muat di pelabuhan Bitung. Tercatat, aktivitas bongkar dan muat mengalami peningkatan frekuensi selama triwulan II – 2008 menjadi 1,06 juta kegiatan dari sebelumnya 946 ribu kegiatan di triwulan yang sama tahun sebelumnya atau terdapat peningkatan sebesar 12,67% (y.o.y).
26
Tabel 1.10. Perkembangan Aktivitas Perdagangan Dalam Negeri Di Pelabuhan Bitung – Provinsi Sulawesi Utara 2007 Jenis Kegiatan 2006 2007 Q2
2008 Q2*)
Bongkar
Ton
2,310,395
2,698,362
730,104
Muat
Ton
803,014
950,690
216,884
209,388
3,113,409
3,649,052
946,988
1,066,940
Jumlah
869,745
Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung *) s.d. Juni 2008
Dari segi pembiayaan, sektor PHR merupakan sektor terbesar kedua (setelah sektor konsumsi) yang mendapat alokasi pembiayaan dari perbankan yaitu sebesar Rp2,59 triliun atau meningkat 42,71% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa penyaluran kredit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran cukup berperan bagi perkembangan ekonomi Sulawesi Utara. Grafik 1.14. Perkembangan Kredit Sektor PHR 60 (%) 50 40 30 20 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2006
2007
2008
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triwulan III - 2008 tumbuh 10,17% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar 1,06% terhadap laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara. Pencapaian ini lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu yang tumbuh 8,98% (y.o.y). Menurut sub sektornya, pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi didukung baik oleh sub sektor pengangkutan maupun sub sektor komunikasi yang masingmasing tumbuh 8,85% (y.o.y) dan 17,88% (y.o.y). Perkembangan sub sektor pengangkutan antara lain terindikasi dari meningkatnya penjualan kendaraan bermotor selama triwulan laporan yang mencapai jumlah 52.580 unit kendaraan atau meningkat 12,52% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
27
Tabel 1.11. Perkembangan Kendaraan Bermotor di Provinsi Sulawesi Utara No
Rincian
Q1-07
A
RODA 4
1
Milik Instansi Pemerintah
2
Milik Pribadi/Perorangan
3
Milik Perusahaan Swasta Jumlah Roda 4
B
RODA 2 dan 3
1
Milik Instansi Pemerintah
2
Milik Pribadi/Perorangan
3
Milik Perusahaan Swasta Jumlah Roda 2 dan 3 Total
Q2-07
Q3-07
Q4-07
Q1-08
Q2-08*)
334
495
408
332
299
443
11,103
10,955
11,406
13,034
12,292
12,128
2,254
2,363
2,475
2,468
2,386
2,501
13,691
13,813
14,289
15,834
14,977
15,073
622
877
984
722
504
711
28,661
32,037
33,147
32,802
32,919
36,797
-
-
-
6
1
29,283
32,914
34,131
33,530
33,424
37,507
42,974
46,727
48,420
49,364
48,401
52,580
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara
Perkembangan sub sektor angkutan ini juga dapat dikonfirmasikan dengan indeks penjualan kendaraan melalui Survey Penjualan Eceran (SPE) dimana terjadi kenaikan indeks walaupun masih tetap dalam kondisi pesimis yaitu dari 42,7 di akhir triwulan III - 2007 naik menjadi 54,9 pada akhir triwulan III – 2008 atau mengalami kenaikan sebesar 28,7% (y.o.y). Grafik 1.15. Indeks Penjualan Kendaraan 200 Pert umbuhan Indeks Kendaraan (y.o.y) Pert umbuhan Kredit Angkutan (y.o.y)
150
100
50
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J FM AM J J A S 2006
2007
2008
(50)
(100)
Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado
Perkembangan sektor pengangkutan juga dapat dikonfirmasi dengan jumlah pemakaian bahan bakar minyak (BBM) khususnya jenis non industri. Selama triwulan laporan, tercatat penggunaan BBM non industri sebesar 136,55 ribu Kilo Liter (KL) meningkat sebesar 74,87% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar 78,08 ribu Kilo Liter (KL). Berdasarkan jenisnya, peningkatan konsumsi BBM tertinggi dialami oleh jenis solar yaitu sebesar 121,17% (y.o.y) sedangkan yang terendah adalah jenis minyak tanah 41,26% (y.o.y).
28
Tabel 1.12. Jumlah Pemakaian Bahan Bakar Minyak (BBM) Non Industri (dalam KL)
Jenis
Q1-07
Q2-07
1 2 3
Premium 43,741 46,261 Minyak Tanah 26,979 28,013 Solar 38,273 54,729 Total 108,993 129,003 Sumber : PT. Pertamina Cabang Manado, Sulawesi Utara
Q3-07 33,011 19,987 25,091 78,089
Q4-07
Q1-08
Q2-08
Q3-08
51,919 31,219 60,356 143,494
48,437 29,098 51,102 128,637
51,123 28,817 58,296 138,236
52,823 28,234 55,495 136,551
Y.o.Y 60.02 41.26 121.17 74.87
Sementara itu, relatif tingginya pertumbuhan sub sektor komunikasi dalam triwulan laporan terutama disebabkan oleh pesatnya penggunaan sarana telepon selular (Mobile Phone) oleh masyarakat yang didukung oleh semakin luasnya wilayah jangkauan. Hal ini antara lain tercermin dari bermunculannya pemain baru dalam provider telekomunikasi yaitu Fren dan Esia serta pesatnya pembangunan sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di beberapa lokasi pada daerah yang sebelumnya terisolir hingga meningkatkan kenyamanan pelanggan dalam berkomunikasi. Selain itu perkembangan berbagai macam fasilitas dan fitur-futur
baru
semakin
memudahkan
dan
memanjakan
para
pengguna
jasa
telekomunikasi. Grafik 1.16. Perkembangan Kredit Sektor Transportasi 90
(%)
80 70 60 50 40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2006
2007
2008
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan sektor angkutan dan telekomunikasi ternyata didukung pula oleh penyaluran kredit di sektor tersebut yang dari waktu ke waktu terus menunjukkan peningkatan. Tercatat jumlah kredit yang disalurkan pada sektor angkutan dan telekomunikasi mencapai Rp85,6 milliar, meningkat 26,46% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, jumlah ini masih relatif kecil dibandingkan total kredit yang berhasil disalurkan sampai akhir triwulan laporan yang mencapai jumlah Rp8,45 triliun.
29
5. Sektor Jasa-jasa Sektor jasa-jasa tumbuh 3,68% (y.o.y) selama triwulan laporan, lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat 3,51% (y.o.y). Menurut komponen pembentuknya, sub sektor jasa pemerintah tumbuh 1,95% (y.o.y) sedangkan sub sektor jasa swasta tumbuh 7,66% (y.o.y). Perkembangan sub sektor jasa pemerintahan seiring dengan meningkatnya persentase realisasi PAD hingga akhir triwulan laporan yang mencapai 99,47% dari target awal tahun atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar 77,27%. Sementara itu, pertumbuhan sub sektor jasa swasta antara lain tercermin dari meningkatnya aktivitas hiburan dan rekreasi seiring dengan berlangsungnya musim liburan sekolah selama triwulan laporan.
6. Sektor Lainnya Dampak kenaikan harga minyak mentah dunia yang diikuti oleh pergerakan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) industri di dalam negeri ternyata tidak terlalu berdampak terhadap perkembangan sektor industri pengolahan. Selama triwulan III – 2008, sektor industri pengolahan tumbuh 7,84% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh 6,59% (y.o.y). Pertumbuhan sektor industri pengolahan antara lain didukung oleh berkurangnya beban pelaku usaha seiring dengan terus menurunnya harga BBM Industri. Perkembangan sektor industri pengolah khususnya industri pengolahan non migas tercermin dari meningkatnya volume ekspor Sulawesi Utara hingga akhir triwulan laporan (periode Januari s.d. Agustus 2008) telah mencapai 514,9 ribu ton. Tabel 1.13. Jumlah Pemakaian Bahan Bakar Minyak (BBM) Industri (dalam KL)
Jenis 1 2 3
Premium Minyak Tanah Solar Total
Q1-07
Q2-07
Q3-07
Q4-07
Q1-08
Q2-08
Q3-08
93 35 27,965 28,093
92 35 11,839 11,966
73 185 19,200 19,458
125 145 11,910 12,179
106 69 12,041 12,216
120 164 15,042 15,326
114 132 14,057 14,303
Y.o.Y 56.16 -28.65 -26.79 -26.49
Sumber : PT. Pertamina Cabang Manado, Sulawesi Utara
Perkembangan sektor indutri pengolahan tak lepas pula dari dukungan pembiayaan oleh perbankan. Sejak awal tahun 2007 hingga akhir triwulan laporan, penyaluran kredit pada sektor industri memperlihatkan trend peningkatan dengan laju pertumbuhan pada akhir triwulan laporan sebesar 51,18% (y.o.y) dengan jumlah realisasi sebesar Rp208,43 milliar.
30
Grafik 1.17. Perkembangan Kredit Sektor Industri 60
(%)
50 40 30 20 10 0 -10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2006
2007
2008
-20 -30
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Sementar itu, sektor listrik, gas dan air bersih tumbuh 6,68% (y.o.y) selama triwulan laporan. Hal ini tak terlepas dari mulai beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Lahendong berkapasitas 20 MW pada pertengahan Desember 2007. Menurut sub sektor pembentuknya, laju pertumbuhan
ini disumbangkan baik oleh sub sektor listrik
maupun sub sektor air bersih yang masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 6,93% (y.o.y) dan 5,76% (y.o.y). Perkembangan sub sektor listrik, antara lain dapat dikonfirmasi melalui data konsumsi listrik yang selama triwulan II – 2008 mencapai 178 MW (Mega Watt) atau meningkat 8,75% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian, peningkatan konsumsi ini tidak seiring dengan data perkembangan pelanggan yang justru mengalami penurunan rata-rata sebesar 20% (y.o.y) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Grafik 1.18. Konsumsi Listrik di Provinsi Sulawesi Utara (dalam Mega Watt) 180 175 170 165 160 155 150 145 140 135 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2006
Q2
Q3
2007
Q4
Q1
Q2*)
2008
Sumber : PT. PLN Kanwil Sulutenggo
31
Tabel 1.14. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik di Provinsi Sulawesi Utara 2006
Sosial, RT dan Publik (dlm ribu) Bisnis dan Industri
2007
2008
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
1,052
1,058
1,160
1,361
1,364
1,366
1,068
1,072
1,078
Q2*) 1,080
37,028
36,990
40,691
48,334
48,645
48,917
37,994
38,353
38,642
38,916
Sumber : PT. PLN Kanwil Sulutenggo
Secara umum, pemenuhan kebutuhan listrik oleh masyarakat dan berbagai perusahaan/unit bisnis belumlah mampu seluruhnya dipenuhi oleh PT. PLN Sulutenggo. Hal ini antara lain tercermin dari tingginya daftar tunggu penyambungan dan penambahan daya aliran listrik yang hingga akhir Desember 2007 masih tercatat sebesar 31,85 MW. Ketidakmampuan PLN untuk memenuhi permintaan masyarakat/unit usaha tersebut disebabkan masih terbatasnya pembangunan infrastruktur kelistrikan baru yang diperkirakan baru akan dipenuhi pada Tahun 2009 y.a.d. Di sisi lain, rata-rata biaya pokok penyedian listrik adalah sebesar Rp1.771/kwh (selama Tahun 2006) atau jauh lebih tinggi dibandingkan harga jualnya yang hanya sebesar 611/kwh. Hal ini menyebabkan kurang tertariknya investor baru untuk menanamkan modalnya khususnya di sektor kelistrikan. Selain itu, rata-rata beban puncak yang mampu dilayani oleh PLN untuk wilayah Sulawesi Utara sebesar 80-90 MW padahal kebutuhan yang ada melebihi jumlah tersebut sehingga menyebabkan terjadinya pemadaman bergilir di beberapa tempat. Kondisi ini akan menyebabkan meningkatnya biaya produksi barang akibat penggunaan mesin-mesin diesel yang relatif ongkos yang dikeluarkan menjadi lebih tinggi.
Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 10,67% (y.o.y) selama triwulan laporan dengan kontribusi sebesar 0,48%.. Berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor ini disumbangkan oleh seluruh sub sektor yang ada yaitu sub sektor minyak dan gas, pertambangan tanpa migas dan penggalian. Khusus untuk sub sektor penggalian, berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh penambangan tradisional/rakyat dan bukan industri berskala besar.
Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh 6,81% (y.o.y) selama triwulan laporan meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,69% (y.o.y). Berdasarkan sub sektornya, percepatan pertumbuhan dialami oleh sub sektor bank dan sub sektor sewa bangunan sedangkan sub sektor lembaga keuangan bukan bank dan sub sektor jasa perusahaan justru mengalami perlambatan pertumbuhan walupun masih tetap positif. Perkembangan sub sektor bank antara lain tercermin dari maraknya 32
pembangunan jaringan kantor dan fasilitas perbankan antara lain : pembukaan kantor cabang baru, penambahan ATM (Anjungan Tunai Mandiri), serta penawaran produk-produk baru yang memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam bertransaksi.
C. Analisis LQ (Location Quatient) Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu wilayah diantaranya dapat dilakukan dengan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi sekaligus memperkuat struktur perekonomian wilayah tersebut. Percepatan laju pertumbuhan dan penguatan struktur perekonomian suatu wilayah pada gilirannya akan dapat dilakukan lebih efektif dengan cara penekanan pembangunan pada sektor yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dalam wilayah tersebut. Pendekatan Analisis LQ (Location Quatient) merupakan salah satu dari alat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan sektor basis dan kecenderungan pertumbuhan sektor basis tersebut dalam struktur perekonomian di suatu wilayah. Sektor basis yang pendekatan perhitungannya dilakukan dengan rasio kontribusi sektor pada salah satu bagian wilayah terhadap kontribusi sektor yang sama dalam wilayah, pada hakekatnya tidak terlepas dari aspek kontribusi. Tabel 1.15. Share Sektor dalam PDRB Sulsel, Sulut, Gorontalo dan Sulampua Periode Tahun 2007 Sulawesi Selatan 30.25
Sulawesi Utara 21.68
Pertambangan & Penggalian
10.03
Industri Pengolahan
SEKTOR Pertanian
Gorontalo
Sulampua
30.58
28.80
5.20
0.96
17.62
14.10
7.60
8.80
9.13
Listrik, Gas & Air Bersih
0.96
0.75
0.59
0.68
Bangunan
4.67
15.71
7.45
6.50
14.98
14.71
13.79
13.05
Pengangkutan & Komunikasi
7.63
11.79
10.33
7.61
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
6.01
6.59
9.90
4.76
11.37
15.97
17.59
11.84
100.00
100.00
100.00
100.00
Perdagangan, Hotel & Restoran
Jasa-Jasa TOTAL
Data yang bersumber dari Biro Pusat Statistik (BPS) se-provinsi Sulawesi, Maluku, dan Papua (SULAMPUA) menunjukkan bahwa pada Tahun 2007, kontribusi utama PDRB SULAMPUA berasal dari sektor pertanian (28,94%), diikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian (17,62%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (13,05%), sektor jasa-jasa (11,84%) dan sektor-sektor lainnya. Struktur perekonomian ini tentunya akan berbeda-beda di masingmasing wilayah sesuai dengan karakteristik masing-masing provinsi.
33
Tabel 1.16. Nilai LQ Sektor-Sektor Unggulan Provinsi Sulawesi Utara Terhadap Zona Sulampua (Basis Tahun 2007) Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keu, Sewa Bangunan & Jasa Perusahaan Jasa-Jasa
Sulawesi Selatan 1.04 0.57 1.56 1.44 0.71 1.15 1.03 1.25 0.97
Sulawesi Utara 0.75 0.29 0.83 1.11 2.42 1.16 1.57 1.31 1.32
Gorontalo 1.08 0.06 0.89 0.84 1.15 1.06 1.40 1.77 1.59
Selanjutnya dengan melakukan perbandingan terhadap masing-masing sektor dalam PDRB ketiga provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Gorontalo dengan sektorsektor dalam PDRB Zona Sulampua sebagai acuan, maka akan diperoleh nilai koefisien LQ. Berdasarkan hasil tersebut, diperolah hasil bahwa terdapat 5 (lima) sektor yang merupakan sektor basis (rasio LQ>1) di Provinsi Sulawesi Utara yaitu (1) sektor bangunan, (2) sektor pengangkutan dan komunikasi, (3) sektor jasa-jasa, (4) sektor keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan serta (5) sektor listrik, gas dan air bersih. Dari 5 (lima) sektor basis tersebut terdapat 3 (tiga) sektor yang secara dominan lebih tinggi dibandingkan sektor basis yang sama di provinsi lainnya yaitu Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Gorontalo yaitu sektor bangunan, sektor PHR dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Dengan demikian, upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Sulawesi Utara diharapkan dapat lebih diarahkan pada sektor-sektor tersebut yang secara umum memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dibandingkan provinsi lainnya di Zona Sulampua.
34
BOX 1. WORLD OCEAN CONFERENCE (WOC) TAHUN 2009 DAN DAMPAKNYA BAGI PEREKONOMIAN SULAMPUA (SECARA UMUM)
Pengantar World Ocean Conference (WOC) atau Konferensi Kelautan Dunia merupakan ajang pertemuan antar negara untuk membahas masalah-masalah kelautan dan maritim. Pertemuan ini rencananya akan dihadiri oleh ± 150 perwakilan kepala negara, para menteri dan pemimpin dunia lainnya dengan jumlah peserta mencapai 3.000 orang, berlangsung mulai tangga 11 – 15 Mei 2009.
Latar Belakang Penyelenggaraan WOC 1. Bentuk keinginan politik di dalam menghasilkan keputusan mengenai persoalan laut dunia. Pelaksanaan WOC 2009 akan menghasilkan plat form dimana para pemimpin dunia dan stakeholders kelautan akan menyatukan komitmen bagi pengembangan sumber daya laut sekaligus memberikan fakta bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar dengan biodiversitas hayati laut yang tinggi dimana pelaksanaan WOC 2009 sekaligus memantapkan peranan Indonesia baik dipentas regional maupun forum internasional. 2. Penurunan gradual sumber daya laut akibat over-fishing, polusi, dan perubahan ikilm dunia telah menjadi perhatian baik nasional maupun Internasional. Dukungan pun datang dari Presiden Republik Indonesia dan Kabinet Indonesia Bersatu, UNEP, Un Habitat Unesco, Global Forum On Oceans, Coasts, And Islands, WWF. TNC, CL, NOAA, NSF, ADB, ONR and L’deo-University Of Columbia, dll.
Sasaran Penyelenggaraan WOC 2009
Memposisikan Indonesia sebagai "Pemain Dunia" di bidang kebaharian
Indonesia menjadi center of excellence untuk penelitian kebaharian
Indonesia dapat menjadi tuan rumah World Summit Rio Tahun 2012
Menjadikan Sulawesi Utara Indonesia sebagai tempat pertemuan kelautan tingkat Internasional pasca 2009
Sulawesi Utara dikenal dunia dan nasional sebagai salah satu tujuan wisata bahari.
Peningkatan industri pariwisata sebagai salah satu sektor penggerak ekonomi daerah dan nasional melalui MICE (Meeting, Incentive, Convention dan Exhibition) yang dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat Sulut.
35
Multiplier Efek Penyelenggaraan WOC Terhadap Perekonomian Sulawesi Utara Penyelenggaraan WOC diperkirakan akan mampu menyerap dana ± Rp 5 – 6 Triliun masuk ke Provinsi Sulawesi Utara baik yang berasal dari dana APBN, APBD dan investor swasta, dengan rincian sebagai berikut : 1. Alokasi dana APBD kabupaten/kota/provinsi di Sulawesi Utara bagi suksesnya penyelenggaraan WOC (World Ocean Conference) yang jumlahnya ± Rp 1,2 Triliun. 2. Alokasi dana APBN ke Provinsi Sulawesi Utara melalui beberapa instansi vertikal seperti departemen pekerjaan umum, departemen perhubungan, departemen kesehatan, dll, yang total jumlah dananya hampir mencapai Rp 859 milliar, dengan rincian kegiatan sebagai berikut : Tabel 1.2. Pembangunan Infrastruktur Penunjang WOC
K EGI A T A N
TARGET
Pekerjaan Umum Pembangunan Jln Manado-Mapanget 11.8 km Pembangunan Jembatan Soekarno 491 m Pengembangan Air Minum 40 ltr/det Pembangunan Jalan Boulevard II 4 km Pembangunan Drainase dalam kota 25 km Normalisasi dan Perkuatan Tebing Sungai 1 km Pembangunan Jalan Ring Road II 7,7 km Pembangunan Jembatan Sario 25 m Saringan Sampah Hidrolik 3 lokasi Pembangunan RS Taraf Internasional 1 unit Perhubungan Perluasan Apron Bandara Sam Ratulangi 29.622 M2 Perluasan Terminal Penumpang Bandara 9.000 M2 Perluasan Lapangan Parkir Bandara 8.500 M2 Pengadaan Garbarata 2 unit Pemasangan Eskalator 2 unit Pembangunan Dermaga Penyeberangan Bunaken Pembangunan Dermaga Penyeberangan Manado Pengadaan Kapal Penyeberangan Manado-Bunaken TOTAL
Rencana Biaya (dlm Milliar Rp) 66.0 180.0 15.0 40.0 19.5 7.5 146.4 7.5 70.0 150.0 50.0 73.4 6.7 8.0 3.0 6.0 6.0 5.0 859.99
3. Dana yang bersumber dari masuknya investor swasta untuk berinvestasi di Provinsi Sulawesi Utara diantaranya dengan melakukan pembangunan delapan hotel baru dengan nilai investasi sebesar Rp 968 milliar serta proses pembangunan Grand Kawanua International City dengan nilai investasi ± Rp1,25 trillun yang peletakan batu pertamanya dilaksanakan pada awal Tahun 2008 dan saat ini sedang dalam proses pengerjaan. Pembangunan Grand Kawanua International City tersebut nantinya akan mengambil konsep hunian di tengah kota dengan berbagai sarana dan prasarana pendukung diantaranya adalah rumah sakit internasional, gedung convention centre yang mampu menampung lebih dari 3000 orang, lapangan golf 18 hole, pusat bisnis serta Hotel Accord (berbintang 5). Semuanya ini diperkirakan akan memberikan nilai tambah yang cukup besar bagi kegiatan investasi. 36
No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Tabel 1.3. Pembangunan Hotel Baru Dalam Rangka WOC Nama Hotel Investasi Kapasitas Ket Alamat Kamar Sintesa Peninsula Rp 150 Milliar 300 *5 Jl. Sudirman Novotel Rp 98 Milliar 250 *5 Jl. A. Maramis Kayuwatu Swiss Bell Maleosan Rp 91 Milliar 250 *4 Jl. Sudirman Aston Hotel Rp 30 Milliar 110 *4 Jl. Sudirman Accord Ibis/Formula I Rp 360 Milliar 200 *5 Jl. Boelevard Gran Central 2/Travello Rp 30 Milliar 100 *4 Jl. Sudirman Sutan Radja Rp 200 Milliar 250 *5 Kalawat Minut Lucky Inn Rp 9 Milliar 40 Melati Jl. Monginsidi Total Rp 968 Milliar 1,500
Aktifitas WOC 2009
Topik Pembahasan WOC 2009
• Seminar and Workshop
• Dampak Perubahan Iklim Dunia
• Working Group Discussion
• Mega biodiversity Sumber Daya Laut
• Senior Official Meeting
• Industri and Jasa Kelautan
• Exhibition
• Penanggulangan Bencana Alam Laut
• Side Event
• Laut sebagai masa depan
• Excursion
37
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Secara umum, tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado selama triwulan III - 2008 memperlihatkan peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Pada September 2008, inflasi Kota Manado tercatat 13,15% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan akhir triwulan lalu yang tercatat sebesar 11,03% (y.o.y) serta periode yang sama tahun lalu sebesar 7,97% (y.o.y). Demikian pula bila dibandingkan dengan laju inflasi Nasional sebesar 12,14% (y.o.y) maka angka inflasi Kota Manado masih jauh lebih tinggi. Secara akumulasi, hingga Septmber 2008 inflasi Kota Manado tercatat sebesar 9,52% (y.t.d) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 6,42% (y.t.d).
A. INFLASI TAHUNAN (Y.O.Y) Sepanjang triwulan III - 2008, laju inflasi bulanan cenderung meningkat terutama disebabkan oleh menguatnya permintaan domestik serta faktor musiman hari raya keagamaan Idul Fitri dan penyelenggaraan Lebaran Ketupat. Secara tahunan, laju inflasi pada akhir triwulan III - 2008 mencapai 13,15% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 11,03% (y.o.y). Namun demikian, pada September 2008 inflasi bulanan Kota Manado tercatat sebesar 0,03% (m.t.m) atau terendah dibandingkan angka inflasi 66 kota di Indonesia yang menjadi objek survei. Sementara itu, berdasarkan kelompok barang dan jasa, perkembangan inflasi pada triwulan III - 2008 terutama disumbangkan oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar; serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau.
Grafik 2.1. Laju Inflasi Kota Manado % (yo y) 18.0 16.0 14.0
Grafik 2.2. Laju Inflasi Nasional % (mtm) 10.0
M .t.M M anado
16.0
M .t.M Nasio nal
14.0
Y.o .Y Nasio nal
8.0
Y.o .Y M anado
12.0
6.0
10.0
% (mtm) 10.0
% (yo y) 18.0
8.0
12.0
6.0
10.0 4.0
8.0
4.0 8.0
6.0
2.0
4.0 0.0 2.0
6.0
2.0
4.0 0.0 2.0
0.0
-2.0
2007
2008
0.0
-2.0
2007
2008
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
38
Laju inflasi IHK Kota Manado disebabkan oleh faktor non fundamental berupa meningkatnya tekanan inflasi volatile food dan administered prices, serta faktor fundamental berupa inflasi inti yang terdiri dari ekspektasi inflasi, tekanan sisi permintaan dan ouput gap. Tekanan dari volatile food sejalan dengan masih tingginya harga komoditas pangan internasional serta pola musiman puasa dan lebaran. Sementara itu, tekanan inflasi yang berasal dari faktor fundamental seperti tercermin pada perkembangan laju inflasi inti juga masih tinggi.
Tabel 2.1. Inflasi Menurut Kelompk Barang/Jasa (Y.o.Y) No.
Kelompok
Mar 1 Bahan Makanan 13.33 2 Makanan Jadi 7.90 3 Perumahan 2.94 4 Sandang 3.59 5 Kesehatan 7.39 6 Pendidikan 2.18 7 Transportasi 0.90 Umum 6.98 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
2007 Jun Sep 12.89 14.05 6.62 7.75 2.38 4.78 2.19 3.92 8.87 10.13 1.70 1.61 1.16 1.17 6.97 7.82
Des 21.14 4.52 5.34 7.39 12.12 3.15 1.18 10.13
Mar 13.58 2.33 6.89 10.31 10.08 2.34 0.52 7.68
2008 Jun 27.35 3.45 13.01 9.13 13.32 1.83 9.91 13.18
Sep 26.69 5.29 11.77 8.02 13.13 2.02 9.95 13.15
Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga selama triwulan laporan di antaranya adalah : semen, air kemasan, tomat sayur, mujair, daging ayam ras dan telur ayam ras. Khusus untuk harga daging ayam ras dan telur ayam ras, peningkatannya lebih disebabkan oleh faktor kenaikan harga jagung dan kedelai di pasar internasional sebagai bahan baku pakan ternak. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga adalah : cabe rawit, cabe merah, deho, cakalang, daun bawang, kangkung, minyak goreng, tude, kacang panjang dan bawang merah. Khusus untuk kelompok bumbu-bumbuan (bawang merah, cabe merah, tomat sayur) yang mengalami deflasi sehubungan dengan masih tercukupinya pasokan. Sementara itu, meskipun panen raya telah berakhir, harga beras realtif stabil, terkait dengan terjaganya stok beras Bulog yang siap melalukan operasi pasar apabila kenaikan harga di luar batas yang wajar.
B. INFLASI BULANAN (M.t.M) Sama halnya dengan perkembangan harga secara tahunan (y.o.y). Laju perubahan harag secara bulanan (m.t.m) Kota Manado selama triwulan III - 2008 juga masih berada pada level yang cukup tinggi walaupun terdapat kecenderungan menurunan. Dampak putaran kedua (Second Round Effect) dari kenaikan harga BBM oleh pemerintah pada akhir Mei 2008 lalu mulai dirasakan oleh masyarakat Sulawesi Utara tercermin dari meningkatnya 39
tekanan inflasi pada kelompok barang dan jasa non transportasi, khususnya pada Bulan Juli dan Agustus 2008. Sementara itu, tekanan harga pada Bulan September 2008 cenderung menurun
walaupun
dibayang-bayangi
oleh
meningkatnya
permintaan
masyarakat
berkenaan dengan berbagai persiapan berkaitan dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri pada awal Oktober 2008. Hal ini tak terlepas dari sinergitas upaya yang dilakukan oleh pemerintah provinsi, kabupaten/kota dan pelaku usaha dalam menjamin ketersediaan stok dan mengamankan jalur distribusi. Tabel 2.2. Inflasi Bulanan Kota Manado No.
Kelompok
Jul 1 Bahan Makanan 0.77 2 Makanan Jadi 0.03 3 Perumahan 0.32 4 Sandang 0.41 5 Kesehatan 0.76 6 Pendidikan 0.09 7 Transportasi 0.04 Umum 0.40 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
2007 Ags 3.79 0.46 2.23 1.02 0.94 0.14 0.00 1.93
Sep 2.72 0.69 0.06 0.49 -0.10 0.00 0.00 1.09
Jun 3.62 1.33 1.12 -0.06 2.07 -0.14 14.21 3.63
2008 Jul Ags 7.70 1.82 0.82 0.24 0.47 0.59 0.71 -1.31 0.74 0.45 0.27 0.05 0.00 0.10 2.33 0.65
Sep -2.89 2.05 1.37 1.81 0.37 0.00 0.00 0.03
Inflasi Juli 2008 Tekanan harga pada Juli 2008 masih berada pada level yang cukup tinggi walaupun menunjukkan kecenderungan menurun bila dibandingkan Bulan Juni lalu. Tercatat inflasi bulanan Kota Manado pada Juli 2008 sebesar 2,33% (m.t.m), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 3,66% (m.t.m). Berdasarkan kelompok barang dan jasa, kenaikan harga tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 7,70% (m.t.m) sedangkan kenaikan terendah terjadi pada kelompok pendidikan sebesar 0,27% (m.t.m). Satu-satunya kelompok barang dan jasa yang tidak mengalami perubahan harga adalah kelompok transportasi. Masih berlanjutnya tekanan harga setelah kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM akhir Mei 2008 lalu menunjukkan bahwa dampak putaran kedua (Second Round Effect) dari kenaikan BBM sudah mulai dirasakan oleh masyarakat terbukti dari tingginya laju inflasi pada kelompok bahan makanan selama bulan laporan sedangkan pada kelompok transportasi cenderung tidak mengalami perubahan harga. Second Round Effect dari kenaikan harga BBM ini diperkirakan akan masih berlanjut dan dirasakan hingga 2-3 bulan mendatang.
40
Inflasi Agustus 2008 Laju inflasi Kota Manado pada Agustus 2008 menunjukkan kecenderungan menurun walaupun pada level yang masih cukup tinggi. Tercatat laju inflasi bulanan Kota Manado pada Agustus 2008 sebesar 0,65% (m.t.m), jauh lebih rendah dibandingkan bulan lalu yang sebesar 2,33% (m.t.m). Berdasarkan kelompok barang dan jasa, kenaikan harga tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 1,82% (m.t.m) sedangkan kenaikan terendah terjadi pada kelompok pendidikan sebesar 0,05% (m.t.m). Satu-satunya kelompok barang dan jasa yang mengalami penurunan harga (deflasi) adalah kelompok sandang sebesar 1,31% (m.t.m). Penurunan tekanan harga selama Agustus 2008 menunjukkan bahwa dampak putaran kedua (second round effect) dari kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) akhir Mei 2008 lalu mulai melemah bila dibandingkan bulan sebelumnya, tercermin dari semakin kecilnya tekanan harga pada kelompok bahan makanan dan makanan jadi. Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga selama Agustus 2008 diantaranya adalah : beras, cabe rawit, minyak goreng, daging ayam ras, cabe merah, kangkung, cakalang asap, tomat sayur, pisang, dan mujair. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga diantaranya adalah : deho, emas perhiasan, bawang merah, malalugis, telur ayam ras, nike, tude, buncis, jahe dan gula pasir.
Inflasi September 2008 Tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado pada September 2008 menunjukkan kecenderungan menurun di tengah-tengah meningkatnya permintaan masyarakat berkenenaan dengan persiapan perayaan hari raya Idul Fitri. Tercatat laju inflasi bulanan pada September 2008 sebesar 0,03% (m.t.m), lebih rendah dibandingkan bulan lalu sebesar 0,65% (m.t.m). Berdasarkan kelompok barang dan jasa, kenaikan harga tertinggi terjadi pada kelompok makanan jadi sebesar 2,05% (m.t.m) sedangkan kenaikan terendah terjadi pada kelompok kesehatan sebesar 0,37% (m.t.m). Kelompok barang dan jasa yang tidak mengalami perubahan harga adalah kelompok pendidikan dan kelompok transportasi. Sementara satu-satunya kelompok yang mengalami penurunan harga (deflasi) adalah kelompok bahan makanan. Penurunan tekanan harga selama September 2008 selain disebabkan oleh semakin kecilnya dampak putaran kedua (second round effect) dari kenaikan harga BBM juga cukup efektifnya upaya pemerintah
provinsi/kab/kota
bersama-sama
dengan
pelaku
usaha
dalam
mengamankan jalur distribusi dan menjamin ketersediaan pasokan barang khususnya
41
bahan kebutuhan pokok menjelang hari raya idul fitri pada awal Oktober 2008. Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada September 2008 diantaranya adalah : semen, air kemasan, tomat sayur, mujair, telur ayam ras, martabak, bahan bakar rumah tangga, sepatu dan cakalang asap. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga diantaranya adalah : cabe rawit, cabe merah, deho, cakalang, daun bawang, kangkung, minyak goreng, tude, kacang panjang, dan bawang merah.
42
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Kinerja perbankan di Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III - 2008 (posisi Agustus 2008) masih cukup baik tercermin dari peningkatan total aset, kredit dan dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun, disertai membaiknya berbagai rasio fungsi intermediasi (LDR) dan kualitas kredit (NPL). Peningkatan rasio LDR ini disebabkan oleh laju pertumbuhan kredit yang lebih significant dibandingkan pertumbuhan dana sedangkan membaiknya kualitas kredit lebih didorong oleh meningkatnya realisasi kredit baru selain upaya restrukturisasi kredit bermasalah. Sementara itu, walaupun tetap tumbuh positif selama triwulan III - 2008, namun pertumbuhan dana tidak lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Salah satu faktor pemicunya adalah terus meningkatnya biaya hidup seiring dengan dampak kenaikan harga BBM pada akhir Mei 2008 yang lalu yang memaksa masyarakat untuk mengurangi saving yang selama ini dilakukan. Selain itu, meningkatnya realisasi belanja pemerintah daerah juga mendorong penurunan dana khususnya yang disimpan dalam bentuk giro. Tabel 3.1. Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara
Komponen
2007 Q1
Q2
2008 Q3 9,905
Q4
Q1
Q2
Q3*)
10,548
10,793
11,691
11,222
Total Aset
8,958
9,319
Tumbuh Y.o.Y (%)
20.76
17.76
21.67
19.59
20.48
25.45
13.29
6,436
6,504
7,070
7,189
7,765
7,644
DPK (Rp Miliar)
5,985
Tumbuh Y.o.Y (%)
18.14
20.88
19.34
17.49
20.12
20.65
17.52
Kredit (Rp Miliar)
5,179
5,638
6,079
6,577
6,823
7,852
8,258
Tumbuh Y.o.Y (%)
20.25
22.04
26.85
29.70
31.74
39.27
35.85
LDR (%)
86.53
87.61
93.46
93.02
94.90
101.13
108.04
NPL (%) Share UMKM NPL UMKM (%)
5.12 62.19
4.91
6.29
3.77
4.86
4.88
3.88
64.42
63.86
61.79
63.09
64.68
64.61
7.62
7.11
5.67
6.01
5.69
4.91
8.23
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
A. FUNGSI INTERMEDIASI 1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter Periode Q3-2008 diwarnai oleh problematika yang terjadi di pasar keuangan AS yang menyebar secara global serta berdampak pada perekonomian Indonesia. Perlambatan ekonomi dunia, saat ini telah dirasakan di beberapa negara industri maju, dan mulai merambat pada negara emerging markets termasuk Indonesia. Gejolak yang terjadi di pasar global, tidak dapat dihindari terasa mengalir dan menyebar pada ekonomi Indonesia. Terlepas dari masih kuatnya fundamental ekonomi Indonesia, sentimen negatif yang 43
ditimbulkan dari krisis telah mendorong pelarian modal asing keluar. Hal ini memberi tekanan pada bursa saham dan nilai tukar Rupiah. Indeks harga saham mencatat penurunan tajam hingga ke level 1.800 pada akhir triwulan serta nilai tukar rupiah yang terdepresiasi hingga pada level Rp9.378 per USD atau turun 1,66% dibandingkan akhir triwulan sebelumnya. Kedua hal tersebut berujung pada sebuah gambaran pesimis tentang prospek perekonomian domestik. Grafik 3.2. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
Grafik 3.1. Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 9600 9500 9400 9300 9200 9100 9000 8900 8800
Sumber : http://finance.yahoo.com/ HTU
UTH
Sumber : www.bi.go.id
Selain itu, likuiditas perbankan nasional juga mengalami tekanan yang disebabkan oleh sulitnya mendapatkan pinjaman dana di pasar keuangan. Hal ini dipicu oleh bergugurannya beberapa lembaga pembiayaan dunia sebagai dampak krisis sub prime mortgage di AS sehingga perbankan semakin hati-hati dalam memberikan pembiayaan. Kondisi serupa juga tercermin pada perbankan Sulawesi Utara tercermin dari meningkatnya persaingan bankbank dalam merebut dana dengan berusaha menawarkan tingkat bunga yang lebih tinggi kepada masyarakat. Berdasarkan dana yang ada, trend kenaikan suku bunga simpanan sudah dimulai sejak April 2008. Untuk posisi September 2008, tingkat rata-rata suku bunga deposito 1 bulan tercatat sebesar 6,53% per tahun. Kondisi likuiditas perbankan yang ketat juga tercermin dari mulai melambatnya pertumbuhan kredit pada posisi September 2008 (walaupun masih tetap tumbuh positif). Tercatat total kredit yang berhasil disalurkan di Provinsi Sulawesi Utara pada September 2008 mencapai Rp8,45 Triliun atau naik sebesar 39,08% (y.o.y). Sementara itu, laju pertumbuhan dana relatif tidak terlalu bervariasi yaitu pada kisaran 15 – 22% (y.o.y). Pada September 2008, jumlah dana yang berhasil dihimpum tercatat Rp7,93 Triliun.
44
Perilaku berjaga-jaga perbankan dalam menghadapi peningkatan permintaan uang kartal menjelang hari raya keagamaan dan masih rendahnya ekspansi rekening pemerintah semakin menambah ketatnya kondisi likuiditas perbankan. Namun, keketatan likuiditas tersebut diperkirakan lebih bersifat temporer. Keketatan kondisi likuiditas ini diperkirakan akan berkurang setelah berakhirnya periode lebaran yang ditandai dengan kembalinya uang kartal ke sistem perbankan dan cenderung ekspansinya rekening pemerintah di triwulan IV2008. Guna mengatasi permasalahan ketatnya kondisi likuiditas tersebut, Bank Indonesia telah melakukan berbagai upaya diantaranya melalui penyempurnaan pelaksanaan operasi moneter. Grafik 3.3. Perkembangan Tingkat Suku Bunga Kredit 1 Bulan
Grafik 3.4. Perkembangan Tingkat Suku Bunga Deposito 1 Bulan
18.0
9.0
16.0
8.0
14.0
7.0
12.0
6.0
10.0
5.0
8.0
4.0
6.0
3.0
4.0
2.0
2.0
1.0
-
-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2007
2008
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2007
2008
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Grafik 3.5. Tingkat Suku Bunga Kredit Menurut Jenis Penggunaan 18.0 17.0 16.0 15.0 14.0 13.0
Modal Kerja Investasi Konsumsi
12.0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2007
2008
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Selain itu, Bank Indonesia dan Pemerintah terus menerus melakukan koordinasi kebijakan serta senantiasa memonitor perkembangan perekonomian dari waktu ke waktu. Dalam kondisi yang masih diselimuti berbagai permasalahan tersebut, inflasi dan stabilitas ekonomi 45
tetap menjadi fokus utama Bank Indonesia. Upaya untuk menyeimbangkan antara pengendalian inflasi dan risiko ketidakstabilan di pasar uang secara umum terus menerus dilakukan. Untuk mengendalikan inflasi, Bank Indonesia mengambil kebijakan pengetatan moneter dengan menaikkan BI Rate sebesar 75 bps selama triwulan III-2008 menjadi 9,25% serta mengoptimalkan seluruh instrumen kebijakan moneter yang tersedia.
2. Penyerapan Dana Masyarakat Kebijakan Bank Indonesia untuk menaikkan BI rate dari Juli s.d September 2008 yaitu masing-masing sebesar 25 bps menjadi 9,25%, ternyata belum terlalu berdampak pada peningkatan dana yang dihimpun perbankan khususnya di Sulawesi Utara. Hingga periode triwulan III - 2008, total dana yang berhasil dihimpun oleh perbankan mencapai Rp7.644 milliar atau naik 17,52% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan jenis simpanannya, kenaikan dana terutama terjadi pada jenis tabungan yang meningkat 26,52%(y.o.y), berikutnya adalah jenis deposito sebesar 13,47% (y.o.y) dan jenis giro yang peningkatannya relatif terbatas sebesar 4,09% (y.o.y).
Grafik 3.6. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Persen) 9,000 Tabungan 8,000
Depo sito
7,000
Giro
6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 Q1
Q2
Q3
Q4
2007
Q1
Q2
Q3*)
2008
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Menurut pangsanya, penempatan dana dalam sistem perbankan masih tetap didominasi oleh jenis simpanan tabungan sebesar 49,62% dari total keseluruhan DPK (dana pihak ketiga) yang berhasil dihimpun, disusul deposito (31,79%) dan giro (18,58%). Secara umum, selama triwulan laporan, preferensi masyarakat dalam menggunakan sistem perbankan tidak mengalami perubahan yang significant. Hal ini dikarenakan masyarakat
46
menganggap sistem perbankan sudah sangat baik dan memiliki resiko yang paling kecil dibandingkan jenis instrumen investasi lainnya.
Berdasarkan kelompok banknya, bank pemerintah menyerap hampir 62,76% dari total DPK sedangkan
sisanya
dihimpun
oleh
bank
swasta
(37,24%).
Berdasarkan
laju
pertumbuhannya, dana di bank pemerintah tumbuh 15,45% (y.o.y) sedangkan dana di bank swasta tumbuh lebih tinggi yaitu sebesar 21,17% (y.o.y). Hal ini tak lepas dari gencarnya promosi yang dilakukan perbankan swasta di Manado dalam menjaring para nasabah baru. Berdasarkan kepemilikannya, dana yang dimiliki pemerintah daerah baik provinsi/kota/kabupaten tercatat sebesar Rp743 milliar atau turun sebesar 20,72% (y.o.y) dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan dana milik swasta justru mengalami peningkatan mencapai jumlah Rp6.900 milliar atau naik sebesar 23,96% (y.o.y).
Grafik 3.8. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kepemilikan (Rp. Milliar)
Grafik 3.7. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun (Rp. Milliar) 8,000
8,000
Swasta
B ank Swasta 7,000
7,000
B ank P emerintah
6,000
6,000
5,000
5,000
4,000
4,000
3,000
3,000
2,000
2,000
1,000
1,000
-
P emerintah
Q1
Q2
Q3
Q4
2007
Q1
Q2
Q3*)
Q1
2008
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Q2
Q3
Q4
2007
Q1
Q2 2008
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total dana pihak ketiga yang dihimpun, sebesar 76,12% atau Rp5.472 milliar berasal dari dari bank-bank yang berlokasi di Kota Manado, selanjutnya adalah Kota Bitung (7,92%), Kabupaten Minahasa (6,35%), Kabupaten
Bolaang Mongondow (5,33%) dan Kabupaten Sangihe – Talaud
(4,28%). Tingginya penghimpunan dana masyarakat di Kota Manado terkait dengan jaringan kantor bank yang sebagian besar terkonsentrasi di Kota Manado, disamping itu sentra pertumbuhan ekonomi daerah berada di Manado tercermin dari maraknya aktifitas pembangunan daerah yang lebih terfokus di sekitar Manado.
47
Q3*)
Grafik 3.9. Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)
Grafik 3.10. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)
9,000 8,000
M inahasa Sangihe Talaud B itung
B o lmo ng M anado
Bitung
4.03
7,000
Q2-08 Q3-07
21.64 21.43
Manado
6,000
Q3-08*)
29.05 28.99
17.10 -6.57 Sangihe Talaud
5,000
-0.15
21.37
4,000
\
-1.67 Bolmong
3,000
12.38
37.51
2,000 1,000
Minahasa
19.94
25.83
19.95 Q1-07
Q2-07
Q3-07
Q4-07
Q1-08
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Q2-08
Q3-08
-10 -5 0 5 10 15 20 25 30 Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
35
40
45
Berdasarkan wilayah administratifnya, sebagian besar kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan yang positif dengan kenaikan tertinggi dialami oleh Kota Manado sebesar 21,64% (y.o.y) mencapai jumlah Rp5.939 milliar. Berikutnya adalah Kabupaten Minahasa yang tumbuh 19,94% (y.o.y) dengan jumlah Rp536 milliar. Pertumbuhan dana terendah terjadi di Kabupaten Bitung yang hanya tumbuh 4,03% (y.o.y). Sementara itu, wilayah yang mengalami penurunan dana pihak ketiga adalah Kabupaten Sangihe Talaud dan Kabupaten Bolmong yang turun masing-masing sebesar 6,57% (y.o.y) dan 1,67% (y.o.y).
3. Penyaluran Kredit Bank Pelapor Fungsi intermediasi perbankan di Sulawesi Utara dari waktu ke waktu terus mencatat kemajuan, tercermin dari terus meningkatnya kredit yang berhasil disalurkan. Hingga triwulan III - 2008, jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp8.258 milliar atau tumbuh 35,85% (y.o.y). Berdasarkan jenis penggunaannya, perkembangan kredit paling significant dialami oleh kredit modal kerja yang sejak awal Tahun 2007 hingga saat ini terus mengalami peningkatan mencapai jumlah Rp3.347 milliar atau naik lebih dari 49,11%. Hal ini seiring pula dengan membaiknya kinerja kredit investasi dan kredit konsumsi yang masing-masing tumbuh pada kisaran 36% dan 26% (y.o.y).
48
50
55
60
Grafik 3.11. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (Persen) 70 60
gKredit
gInvestasi
gM K
gKo nsumsi
50 40 30 20 10 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11 12
1
2
2007
3
4
5
6
7
8
9
2008
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan strukturnya, pangsa kredit modal kerja baru sebesar 40,53% dari total kredit yang disalurkan, atau masih lebih kecil dibandingkan kredit konsumtif yang pangsanya mencapai 49,22%. Belum lagi melihat fakta kecilnya pangsa kredit investasi yang hanya 10,25% dari total kredit yang disalurkan. Grafik 3.12. Panyaluran Kredit di Provinsi Sulawesi Utara (Rp. Milliar) 8,000 7,000
Ko nsumsi Investasi M o dal Kerja
6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 Q1
Q2
Q3
Q4
2007
Q1
Q2
Q3*)
2008
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit produktif selama triwulan ini sebagian besar ditujukan ke sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) mencapai jumlah Rp2.498 milliar dengan pangsa sebesar 30,26% dari total kredit. Disusul penyaluran kredit pada sektor pertanian dan sektor konstruksi masing-masing dengan pangsa 6,44% dan 5%. Dominasi penyaluran kredit pada sektor PHR, selain didorong oleh tingginya tingkat
49
konsumsi masyarakat juga meningkatnya minat wisatawan asing dan domestik untuk berkunjung ke Sulawesi Utara (tercermin dari tingginya tingkat hunian hotel dan terus berlangsungnya pembangunan hotel-hotel baru) sehingga pihak perbankan sangat tertarik untuk membiayai sektor ini.
Sementara itu, berdasarkan pencapaiannya, peningkatan kredit paling significant terjadi di pertambangan yang tumbuh 788% (y.o.y) mencapai jumlah Rp32 milliar. Berikutnya adalah sektor jasa sosial/kemasyarakatan yang tumbuh 276% (y.o.y) dengan outstanding kredit sebesar Rp57 milliar. Sementara itu, penyaluran kredit di sektor PHR dan sektor pertanian pada akhir triwulan laporan tumbuh masing-masing sebesar 37,64% dan 101,69%. Meningkatnya penyaluran kredit di sektor pertanian merupakan bentuk keberhasilan program revitalisasi pertanian yang dilaksanakan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara pada Tahun 2007 lalu yang mendapat dukungan perbankan. Tercatat hingga akhir Tahun 2007, jumlah kredit revitalisasi pertanian yang berhasil disalurkan oleh perbankan selama Tahun 2007 mencapai jumlah Rp11 milliar. Di samping sektor-sektor yang mengalami peningkatan jumlah kredit, terdapat pula beberapa sektor yang pembiayaannya justru mengalami kontraksi yaitu sektor listrik, gas dan air sebesar 22,49% (y.o.y). Grafik 3.13. Panyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi (Rp Milliar) 9,000 8,000
P ertanian P HR Lainnya (Ko nsumsi)
Ko nstruksi Sekto r P ro duktif Lainnya
7,000 6,000 5,000 4,000 584
653
267 264
294 309
309 307
Q3
Q4
Q1
3,000 2,000
542
510
501
1,000 -
210 174
250 199
Q1
Q2 2007
756
735
397 402
413 532
Q2
Q3*)
2008
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan kelompok bank, sampai dengan triwulan laporan, bank umum pemerintah masih terus mendominasi penyaluran kredit dibandingkan dengan bank umum swasta nasional. Kelompok bank pemerintah berhasil menyalurkan Rp5.984 milliar atau mencapai pangsa pasar 72,46% sedangkan kelompok bank swasta menyalurkan Rp2.274 milliar dengan pangsa pasar 27,54%. Selain itu, dominasi pembiayaan oleh bank umum 50
pemerintah terlihat semakin kuat ditinjau dari laju pertumbuhan kreditnya yang tumbuh sebesar 36,26% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit yang disalurkan oleh kelompok bank swasta sebesar 34,80% (y.o.y). Grafik 3.14. Panyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank (Rp. Milliar) 9,000 8,000
B ank Swasta B ank P emerintah
7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2007
Q2
Q3*)
2008
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari total kredit sebesar R8.258 milliar, sebesar 67,21% atau sebesar Rp5.550 milliar disalurkan di wilayah Kota Manado hal ini tidak lepas dari banyaknya jaringan kantor perbankan yang berada di Kota Manado sebagai sentra pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara. Selanjutnya, diikuti oleh Kabupaten Minahasa dengan pangsa pasar sebesar 11,68% (Rp964 milliar), Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar 8,96% (Rp740 milliar), Kota Bitung 6,40% (Rp529 milliar) dan Kabupaten Sangihe – Talaud sebesar 5,75% (Rp475 milliar). Berdasarkan laju pertumbuhan kreditnya, sebagian besar kabupaten dan kota mencatat pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan posisi akhir triwulan sebelumnya. Wilayah dengan laju pertumbuhan kredit tertinggi dialami Kota Manado yaitu sebesar 41,58% (y.o.y) sedangkan yang terendah adalah Kota Bitung sebesar 9,82% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan kredit selama triwulan laporan terjadi sehubungan dengan ketatnya kondisi likuiditas perbankan saat ini sehingga bank cenderung menahan ekspansi kreditnya. Salah satu upaya yang dilakukan oleh perbankan untuk menjamin kecukupan likuiditasnya adalah dengan berusaha menarik dana masyarakat sebesar-besar melalui penawaran bunga yang menggiurkan. Akibatnya perang tarif bunga simpanan pada saat ini tak dapat dihindarkan.
51
Grafik 3.16. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)
Grafik 3.15. Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%) 9,000 8,000 7,000
M inahasa
B o lmo ng
Sangihe Talaud B itung
M anado
9.8 B itung
38.2 29.1 41.6 42.7
M anado
6,000
28.0
5,000
24.0 Sangihe Talaud
4,000
29.9 22.1
3,000
30.1 33.8
B o lmo ng 20.2
2,000 1,000
Q3-08 Q2-08
33.0 30.7
M inahasa
Q3-07
27.2
Q1-07
Q2-07
Q3-07
Q4-07
Q1-08
Q2-08
Q3-08
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
-
10
20
30
40
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Fungsi intermediasi perbankan berjalan baik tercermin dari rasio Loan to Deposit Ration (LDR) yang naik dari 93,46% di triwulan III – 2007 menjadi 108,04% di triwulan III - 2008. Membaiknya rasio LDR ini disebabkan karena peningkatan kredit yang jauh lebih significant dibandingkan pertambahan dana. Berdasarkan wilayah administrasinya, rasio LDR tertinggi dialami oleh Kabupaten Bolmong sebesar 250,53%, disusul oleh Kabupaten Minahasa sebesar 179,88%. Adapun wilayah dengan rasio LDR terendah dialami oleh Kota Manado yaitu sebesar 93,44%. Grafik 3.17. Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota (%) Q3-08
102.3 94.5 96.9
Bitung
Q2-08 Q3-07
93.4 88.3 80.3
M anado
163.1 Sangihe Talaud
141.5 122.8 205.5
Bolmong
167.9 155.4 179.9 175.0 162.2
M inahasa
-
50
100
150
200
250
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Namun demikian, membaiknya fungsi intermediasi perbankan belum sepenuhnya terdistribusi secara merata untuk seluruh sektor ekonomi yang ada. Hal ini merupakan
52
50
konsekuensi dari sikap kehati-hatian perbankan dalam menyalurkan kredit serta faktor risiko yang cukup tinggi di beberapa sektor.
4. Kredit UMKM Perkembangan kredit MKM (Mikro, Kecil dan Menengah) memperlihatkan perkembangan yang cukup baik bahkan dengan laju pertumbuhannya yang lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan kredit secara umum. Sampai dengan triwulan III - 2008, jumlah kredit MKM yang berhasil disalurkan mencapai Rp5.336 milliar dengan laju pertumbuhan sebesar 37,46% (y.o.y). Pencapaian ini sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit secara umum yang di akhir triwulan laporan tumbuh 35,85% (y.o.y). Grafik 3.18. Laju Pertumbuhan Kredit UMKM dan Total Kredit 50 45
(%)
40 35 30 25 20 15 gKredit
10
gUM KM
5 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12
2007
1 2
3
4
5
6
7
8
9
2008
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Menurut pangsanya, sebagian besar atau 62,51% dari total kredit MKM merupakan jenis kredit menengah sedangkan sisanya 32,06% merupakan jenis kredit kecil dan baru sebagian kecil atau hanya 5,43% merupakan jenis kredit mikro. Kecilnya porsi kredit mikro dan kecil terutama disebabkan oleh cukup tingginya rasio kredit bermasalah untuk kedua jenis kredit tersebut yaitu masing-masing sebesar 17,32% dan 6,18%, jauh dari batas toleransi Bank Indonesia sebesar 5% sedangkan kualitas kredit menengah relatif cukup baik yaitu sebesar 3,18%.
53
Grafik 3.20. Non Performing Loan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Rp. Milliar)
Grafik 3.19. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Milliar) 400
6,000 M enengah
M enengah
Kecil
5,000
350
Kecil
M ikro
105
M ikro
300
4,000
250 200
3,000
114
106
106
104
106
119
106
106
49
50
Q2
Q3*)
86 222
150
]
2,000 100
1,000
112
114
47
49
Q1
Q2
99
50
-
216
372
Q1
Q2
237
248
261
Q3
Q4
Q1
2007
279
289
Q2
Q3*)
50
46
48
Q3
Q4
Q1
-
2007
2008
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
2008
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan penyebarannya, penyaluran kredit MKM masih belum merata dan lebih banyak terfokus pada daerah-daerah tertentu. Tercatat Kota Manado menyerap 68,36% dari total kredit MKM yang disalurkan, diikuti kota dan kabupaten lainnya yang rata-rata memiliki pangsa pada kisaran 6,4% – 9,3%. Berdasarkan laju pertumbuhannya, perkembangan kredit MKM di Kabupaten Minahasa merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 61,39% (y.o.y) sedangkan wilayah dengan laju pertumbuhan kredit MKM terendah adalah Kota Manado yang tumbuh 41,87% (y.o.y). Grafik 3.21. Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan Kabupaten/Kota (Persen)
Grafik 3.22. Pertumbuhan Kredit UMKM Berdasarkan Kabupaten/Kota (Persen)
6,000
5,000
M inahasa Sangihe-Talaud B itung
B o lmo ng M anado
41.91 36.00 32.61
B itung
41.87
M anado
23.09 24.27
4,000
48.94 46.46
Sangihe Talaud
3,000
29.67 49.41
2,000
B olmo ng
1,000
M inahasa
34.62 27.93 61.39
-
50.57
0
Q1-07
Q2-07
Q3-07
Q4-07
Q1-08
Q2-08
Q3-08
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
20
40 Q3-07
Q2-08
60 Q3-08
(%) 88.82 80
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
B. RISIKO KREDIT 1. Rasio Kelonggaran Tarik Kredit Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank umum pada triwulan III - 2008 memperlihatkan
peningkatan
dibandingkan
triwulan
sebelumnya.
Tercatat
rasio 54
100
kelonggaran tarik pada triwulan laporan sebesar 9,89% meningkat dibandingkan triwulan lalu yang hanya sebesar 9,03%. Hal ini menunjukkan bahwa perbankan telah menjalankan fungsi intermediasi perbankannya dengan baik namun masih sedikit terkendala oleh kondisi sektor riil yang belum juga kondusif khususnya berkaitan dengan masih terdapatnya beberapa peraturan daerah yang tumpang tindih dan birokrasi yang berbelit-belit. Tercatat jumlah kredit yang telah diambil dan dipergunakan oleh debitur hingga triwulan laporan mencapai 90,11% dari total plapond kredit yang disetujui sebesar Rp8.460 milliar. Adapun dari dari total plapond tersebut baru sebesar Rp326 milliar dilunasi. Grafik 3.23. Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum (milliar) %
M illiar 10,000
12
9,000
10
8,000
8
7,000
6
6,000
4
5,000
2
4,000
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2007
Q2
Q3*)
-
2008
P lafo nd
5,745
6,045
6,603
7,328
7,774
8,460
9,478
Outstanding
5,179
5,638
6,079
6,577
6,823
7,297
7,297
Rasio UL (%)
7.64
6.96
6.70
6.70
9.03
9.89
9.89
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
2. Net Interest Margin (NIM) Net Interest Margin (NIM) adalah varial yang mengukur saldo bersih pendapatan bunga dikurangi biaya bunga. Pada awal tahun nilai NIM akan kembali menurun dan terus meningkat hingga akhir tahun. Pada akhir triwulan III - 2008, total NIM tercatat sebesar Rp377 milliar atau sedikit mengalami penurunan bila dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp416 milliar. Namun demikian secara umum, nilai NIM masih tetap positif yang menunjukkan bahwa pendapatan bunga (antara lain dalam bentuk kredit dan penempatan antar bank) lebih besar dibandingkan dengan biaya bunga (antara lain dalam bentuk tabungan, giro, dan deposito).
Hal ini seiring dengan
peningkatan kredit yang relatif lebih significant dibandingkan peningkatan dana sehingga berdampak pada peningkatan pendapatan bunga. Pada sisi yang lain, repons penurunan suku bunga acuan (BI rate) hingga akhir 2008 yang lalu ternyata lebih cepat diikuti oleh pergerakan suku bunga simpanan dibandingkan suku bunga kredit sehingga beban bunga yang ditanggung bank relatif menurun lebih cepat. Dengan demikian, dampak kebijakan
55
moneter lebih dinikmati oleh bank dari pada masyarakat karena penurunan suku bunga kredit relatif lambat. Grafik 3.24. Net Interest Margin Bank Umum 1,200 NIM B iaya B unga
1,000 800 600 400 200 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2007
Q3*)
2008
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
3. Rasio BOPO Tingkat efisiensi perbankan yang antara lain diukur dengan rasio BOPO mengalami sedikit penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Rasio BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Sampai dengan akhir triwulan III - 2008, tingkat efisiensi operasional perbankan sedikit mengalami penurunan tercermin dari rasio BOPO bank umum yang turun menjadi 72,54% dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tecatat sebesar 76,60%. Grafik 3.25. Rasio Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional Bank Umum M iliar 1,400
% 78
1,200
76
1,000
74
800
72
600
70
400
68
200
66
-
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2007
Q2
Q3*)
2008
BO
210
436
637
850
231
571
PO
281
569
874
1,188
316
831
931
74.81
76.60
72.83
71.56
73.21
68.71
73.66
Rasio
64
686
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
4. Return on Asset (ROA) Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan laba dengan asset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan III - 2008, rasio 56
ROA bank umum tercatat sebesar 1,33%, lebih rendah bila dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,41%. Penurunan rasio ROA ini disebabkan oleh lebih tingginya persentase kenaikan total aset dibandingkan kemampuan bank untuk menghasilkan laba. Tabel 3.2. ROA (Return On Asset) Bank Umum 2007 Q1
2008 Q2
Q3*)
8,958
9,319
9,905
10,548
10,793
11,691
11,222
L/R (Rp Juta)
72
132
244
221
79
174
234
ROA (Persen)
0.81
1.41
2.46
2.09
0.73
1.49
2.09
Aset (Rp Juta)
Q2
Q3
Q4
Q1
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
5. Sensitivitas Resiko Pasar Sensitivitas terhadap resiko pasar adalah tingkat kepekaan aset (aktiva produktif seperti ABA, Surat Berharga dan Kredit) maupun liabilities terhadap volatilitas suku bunga. Aset dan liabilities dimaksud adalah aktiva maupun passiva yang sensitive terhadap perubahan suku bunga. Tingkat sensitivitas dipengaruhi oleh struktur on/off balance sheet antara lain : jenis, karakteristik, jangka waktu, besaran dan rating instrument. Tingkat sensitivitas yang tinggi dapat dilihat dari besarnya perubahan yang diakibatkan oleh volatilitas suku bunga dan nilai tukar. Pendekatan yang biasa digunakan untuk mengukur tingkat sensitivitas tersebut adalah pendekatan melalui perhitungan Net Portofolio Value (NPV), yaitu mengetahui perubahan economic value dari suatu portofolio. Pendekatan lain yang dapat digunakan adalah pendekatan earning, yaitu pendekatan untuk menghitung potensial profit dan loss dari suatu portofolio. Mengingat dalam perhitungan sensitivitas terhadap resiko pasar juga menetapkan potensial loss terhadap ekses modal maka pendekatan yang relevan untuk mengukur tingkat sensitivitas adalah pendekatan earning.
Dalam hal ini diperlukan identifikasi secara tepat atas aset, kewajiban, dan rekening administratif yang mengandung risiko suku bunga dan nilai tukar baik aktivitas fungsional tertentu maupun aktivitas bank secara keseluruhan. Setelah itu dilakukan perhitungan gap position suku bunga maupun nilai tukar. Semakin besar bank memelihara gap position maka semakin tinggi potensial profit dan loss bank. Oleh karena itu diperlukan besaran gap yang sesuai dengan strategi yang diambil dikaitkan dengan perkiraan arah suku bunga (interest rate forecast), tingkat keyakinan manajemen terhadap perkiraan yang dimaksud (degree of confidential) dan preferensi tingkat resiko yang akan diambil (risk appetite). Sensitivitas asets dan liabilities ditunjukkan oleh perubahan NIM bank akibat perubahan 57
suku bunga, sedangkan perubahan NIM dipengaruhi oleh posisi gap bank. Tingkat sensitivitas NIM bank terhadap perubahan suku bunga sangat tergantung kepada karakterisitik instrumen keuangan yang membentuk portofolio bank tersebut, antara lain jatuh tempo (maturity) dan karakteristik suku bunga bank (floating atau fixed). Tabel 3.3. Portofolio Interest Instrument Perbankan di Sulawesi Utara No.
Aktiva
2007
2008
1
Penempatan pada Bank Indonesia
Q1 875,527
2
Penempatan pada Bank Lain
218,982
179,788
325,513
537,735
303,272
514,885
3
Surat Berharga yang Dimiliki
9,995
21,515
20,964
20,000
9,406
47,065
30,503
4
Kredit yang Diberikan
5,178,783
5,638,381
6,078,692
6,576,952
6,572,753
7,852,343
8,454,101
5
Tagihan Lainnya RSA
No. 1
Passiva Giro
Q2 695,867
Q3 594,361
Q4 335,133
Q1 495,073
Q2 285,011
Q3 268,989 736,439
2,829
2,777
2,823
2,846
2,773
1,255
1,437
6,286,116
6,538,328
7,022,353
7,472,666
7,383,277
8,700,559
9,491,469
2007 Q1 2,144,720
Q2 1,311,101
2008 Q3
Q4
1,364,753
1,189,195
Q1 1,282,087
Q2 1,536,988
Q3 1,383,487
2
Tabungan
2,738,769
2,994,238
2,998,019
3,724,885
3,564,430
4,021,549
3,803,628
3
Simpanan Berjangka
2,144,720
2,130,479
2,141,467
2,156,324
2,208,649
2,206,430
2,742,030
4
Kewajiban kepada Bank Indonesia
4,991
5,091
5,102
4,812
4,774
4,779
4,491
5
Kewajiban kepada Bank Lain
118,066
176,283
217,312
697,268
275,456
482,334
620,490 168,801
6
Surat Berharga yang Diterbitkan
208,094
208,732
211,454
170,124
169,434
171,530
7
Pinjaman yang Diterima
11,621
12,265
12,062
11,242
11,329
9,430
9,589
8
Kewajiban Lainnya
66,914
62,041
54,701
67,661
50,643
70,695
87,197
9
Setoran Jaminan
11,871
9,950
10,368
13,357
10,833
10,586
12,364
RSL
7,449,766
6,910,180
7,015,238
8,034,868
7,577,635
8,514,321
8,832,077
GAP
-1,163,650
-371,852
7,115
-562,202
-194,358
186,238
659,392
Sumber : Laporan Bank Umum (LBU)
Perilaku perbankan di Sulawesi Utara hingga triwulan III - 2008 berada pada kondisi positif gap yang berarti RSA > RSL. Dengan demikian, bila diasumsikan pada triwulan mendatang terjadi kenaikan BI rate maka diperkirakan pendapatan bank akan meningkat, hal ini disebabkan oleh peningkatan interest income yang lebih besar dari pada peningkatan interest expense.
C. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT Secara kelembagaan, jumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang beroperasi di wilayah kerja Bank Indonesia Manado sebanyak 20 BPR yang seluruhnya merupakan bank konvensional dengan rincian sebanyak 17 BPR dengan jumlah kantor 37 unit beroperasi di Sulawesi Utara sedangkan 4 BPR dengan jumlah kantor 9 unit beroperasi di Gorontalo.
58
Tabel 3.4. Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Di Sulawesi Utara (Rp Milliar) Komponen
2007 Q1
Q2
2008 Q3
Q4
Q1
Q2
Q3*)
Y.o.Y
Aset
144.7
148.8
152.3
170.6
177.2
186.6
191.4
25.7
DPK
102.4
111.2
116.0
125.9
132.8
135.5
142.5
22.8
Deposito
76.4
80.8
82.9
86.5
96.0
95.4
100.9
21.7
Tabungan
26.0
30.4
33.1
39.5
36.8
40.1
41.6
25.5
110.6
121.7
126.9
130.8
139.8
157.8
158.2
24.7
Modal Kerja
25.8
25.7
28.7
29.1
32.5
35.4
36.8
28.3
Investasi
11.1
11.8
11.7
12.0
12.2
12.4
14.5
23.3
Konsumsi
73.7
84.2
86.5
89.8
95.1
110.1
107.0
23.7
Pertanian
1.9
2.3
2.7
3.1
3.0
2.9
3.4
26.1
Perindustrian
0.8
0.7
0.6
0.6
0.6
0.4
0.4
-27.5 34.4
Kredit Jenis Penggunaan
Sektoral
PHR
19.3
18.9
20.5
21.0
24.3
26.9
27.5
Jasa-jasa
12.8
12.5
13.1
11.5
10.8
11.3
12.2
-7.1
Lain-lain
75.8
87.3
90.0
94.7
101.0
116.3
114.7
27.4
LDR (Persen)
108.0
109.4
109.3
103.9
105.3
116.5
111.1
4.2
3.4
3.5
3.1
3.2
NPL (Persen) 4.3 4.5 Sumber : Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Kinerja BPR selama triwulan III - 2008 cukup menggembirakan tercermin dari meningkatnya total asset, DPK, kredit serta membaiknya kualitas kredit. Total asset BPR tercatat Rp191,4 milliar atau naik 25,7% (y.o.y) dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, DPK yang berhasil dihimpun naik sebesar 22,8% (y.o.y) mencapai jumlah Rp142,5 milliar dan kredit naik 24,7% (y.o.y) mencapai Rp158,2 milliar. Berdasarkan jenisnya, sebagian besar DPK tersebut disimpan dalam bentuk deposito dengan pangsa 70,80% atau sebesar Rp100,9 milliar, sedangkan sisanya dalam bentuk tabungan. Berdasarkan jenisnya, kredit yang disalurkan sebagian besar merupakan kredit konsumsi dengan pangsa 75,08%, selanjutnya kredit modal kerja dengan pangsa 25,81% dan sisanya kredit investasi 10,16%.
Dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya, jenis kredit modal kerja mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 28,3% (y.o.y) berikutnya kredit konsumsi (23,7%) dan kredit invetasi (23,3%). Peningkatan kredit modal kerja hingga akhir triwulan laporan ini sangat menggembirakan, mengingat besarnya porsi kredit konsumsi oleh BPR selama ini. Namun demikian kenaikan kredit konsumsi ini juga merupakan suatu konsekuensi logis dari dominannya kegiatan konsumsi pada PDRB Provinsi Sulawesi Utara yang didukung oleh berbagai kemudahan yang diberikan oleh BPR dalam pengajuan kredit dibandingkan bank umum walaupun bunga yang ditawarkan relatif lebih tinggi. Sementara itu, fungsi
59
intermediasi berjalan cukup baik, tercermin dari rasio LDR (Loan To Deposit Ratio) BPR yang mencapai 111,1%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang berada pada kisaran 109%. Membaiknya performa fungsi intermediasi BPR diimbangi pula dengan membaiknya kualitas kredit tercermin dari menurunnya rasio NPL (Non Performing Loan) dari 4,2% pada triwulan III - 2007 menjadi 3,2% pada triwulan III - 2008.
60
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat bagi Provinsi Sulawesi Utara dari waktu ke waktu menunjukkan trend peningkatan. Hampir seluruh kabupaten/kota/provinsi di Tahun 2008 ini mengalami kenaikan alokasi anggaran dibandingkan tahun sebelumnya terkecuali Kab. Minsel, Kab. Bolmong dan Kab. Sangihe. Persentase kenaikan terbesar terjadi di tingkat provinsi yaitu sebesar 33,77% mencapai jumlah Rp604,70 milliar, sedangkan persentase penurunan terendah dialami oleh Kab. Sangihe sebesar 20,50%. Berdasarkan komponen pembentuknya, dana perimbangan ini meliputi Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH). Secara agregat, jumlah alokasi dana dari pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten dan kota di Sulawesi Utara mencapai Rp4,33 Triliun atau mengalami kenaikan sebesar 16,54%. Tabel 4.1 Dana Perimbangan ke Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2008
Pemprov Manado Bitung Tomohon Minahasa Minsel Minut Bolmong Talaud Sangihe Kotamobagu *) Bolmut*) Sitaro*) Mitra*) TOTAL
Total Dana Perimbangan (J t R ) 608.33 504.13 327.74 293.07 459.47 316.74 361.32 406.96 326.03 297.18 94.66 92.74 120.89 122.79 4,332.07
Naik/Turun (Persen) 33.77 10.52 2.84 16.67 14.52 -12.94 14.52 -16.88 11.65 -20.50 n.a. n.a. n.a. n.a. 16.54
*) Daerah Pemekaran Tahun 2007
Berdasarkan alokasi dana perimbangan di masing-masing kabupaten/kota/provinsi di Tahun 2008, pangsa terbesar terjadi pada tingkat provinsi yaitu sebesar 13,97% dengan jumlah Rp604 milliar naik dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 12,17%. Berikutnya adalah Kota Manado sebesar 11,65% dan Kota Bitung sebesar 7,57%. Alokasi dana terendah diperoleh oleh Kab. Bolmut (Bolaang Mongondow Utara) dengan pangsa 2,14% dari total dana perimbangan di Sulawesi Utara atau sebesar Rp92 milliar.
61
Grafik 4.1. Alokasi Dana Perimbangan Tahun 2007
Grafik 4.2. Alokasi Dana Perimbangan Tahun 2008
2.79%
2.14%
10.06%
Pemprov
Pemprov
12.17%
2.84%
2.19%
Manado 7.86% Bitung 12.28%
Manado
13.97%
Bitung 6.87%
Tomohon Minahasa
Tomohon
11.65%
7.53%
13.18%
Minsel Minut
Minahasa
Bolmong
Minsel 8.58% Minut
Talaud 9.40%
7.57%
Sangihe Kotamobagu
Bolmong
8.49%
6.76% Talaud 9.80%
10.80%
Sangihe
Total : Rp 3,71 Triliun
6.77%
8.35%
Bolmut Sitaro
7.32%
10.62%
Mitra
Total : Rp 4,33 Triliun
A. KEUANGAN DAERAH DI TINGKAT PROVINSI Pada tingkat provinsi, target penerimaan dalam APBD di Tahun 2008 ditetapkan sebesar Rp847,37 milliar atau meningkat sebesar 7,01% dibandingkan tahun lalu. Sedangkan dari sisi pengeluaran ditetapkan sebesar Rp884,71 milliar atau meningkat 7,75% dibandingkan sebelumnya. Sampai dengan triwulan III – 2008,
kinerja keuangan daerah di tingkat
provinsi menunjukkan hasil yang menggembirakan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya tercermin dari peningkatan persentase realisasi baik dari sisi penerimaan maupun pengeluaran. Dari sisi penerimaan, jumlah realisasi anggaran sampai dengan triwulan III - 2008 mencapai Rp667,55 milliar atau 78,79% dari target penerimaan sebesar Rp847,28 milliar. Pencapaian ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp586,75 milliar atau 74,11% dari target penerimaan sebesar Rp791,77 milliar. Sedangkan dari sisi pengeluaran, jumlah realisasi anggaran mencapai Rp559,79 milliar atau 63,27% dari total rencana pengeluaran sebesar Rp884,71 milliar. Pencapaian ini pun lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp458,99 milliar atau 55,90% dari total rencana pengeluaran sebesar Rp821,06 milliar.
62
Tabel 4.2. Kinerja Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 September 2008 (Dalam Milliar Rp) APBD-P 2007
URAIAN A. Penerimaan
Realisasi s.d. 30 Sep 2007 Nominal
APBD 2008
%
Realisasi s.d. 30 Sep 2008 Nominal
%
791.77
586.75
74.11
847.28
667.55
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
240.20
185.59
77.27
238.95
237.68
99.47
1. Pajak Daerah
199.79
149.76
74.96
199.60
213.37
106.90
2. Retrebusi 3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 4. Lain-lain Dana Perimbangan 1. Bagi Hsl. Pajak dan Bkn Pajak 2. Dana Alokasi Umum
78.79
5.31
3.51
66.18
4.99
3.93
78.84
26.87
26.91
100.16
27.00
12.90
47.79
8.23
5.41
65.68
7.35
7.47
101.52
488.57
393.66
80.57
608.33
429.88
70.66
41.57
21.13
50.83
46.52
21.27
45.72
447.00
372.53
83.34
532.92
399.69
75.00
3. Dana Alokasi Khusus
0.00
0.00
28.08
8.42
30.00
4. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA)
0.00
0.00
0.82
0.50
61.12
Lain-Lain Pendapatan yang Sah B. Pengeluaran
63.00
7.50
11.90
0.00
0.50
821.06
458.99
55.90
884.71
559.79
63.27
Konsumsi Pemerintah
669.27
408.89
61.10
738.65
495.31
67.06
1. Belanja Pegawai
311.99
207.93
66.65
373.02
271.36
72.75
2. Belanja Barang dan Jasa
205.33
98.56
48.00
187.17
104.92
56.06
3. Belanja Bantuan Sosial
64.98
45.49
70.01
53.95
38.73
71.78
4. Belanja Bagi Hasil
70.95
48.08
67.77
90.50
62.49
69.05
5. Belanja Bantuan Keuangan
11.00
6.00
54.55
20.00
12.00
60.00
6. Belanja Tidak Terduga
5.02
2.82
56.22
6.00
0.34
5.62
7. Belanja Hibah
0.00
0.00
8.00
5.47
68.41 44.14
Pembentukan Modal Tetap Bruto D. Surplus / Defisit C. Pembiayaan Daerah D. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
151.80
50.10
-29.29
127.76
33.00
146.06
64.48
-37.43
107.76
29.29
37.43
-59.00
0.00
0.00
48.76
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara
1. Penerimaan Daerah Realisasi penerimaan daerah sampai dengan triwulan III – 2008 mencapai Rp667,55 milliar. Berdasarkan komponennya, realisasi penerimaan daerah ini terutama berasal dari dana perimbangan dengan pangsa 64,39%, Penerimaan Asli Daerah (PAD) dengan pangsa 35,61% serta sisanya yang merupakan penerimaan lain-lain. Kinerja pemerintah provinsi dalam
melakukan
berbagai
pemanfaatan
aset-aset
yang
dimiliki
menunjukkan
perkembangan yang cukup baik. Hal ini tercermin dari pencapaian realisasi Penerimaan Asli Daerah (PAD) yang hingga triwulan laporan persentase realisasinya telah lebih dari 75% atau sebesar 99,47% dari target di Tahun 2008 sebesar Rp238,95 milliar. Namun demikian, target PAD tersebut masih relatif kecil bila dibandingkan kebutuhan dana pembangunan tercermin dari masih realatif rendahnya rasio kemandirian fiskal daerah atau perbandingan PAD terhadap total belanja (hanya sebesar 27,01%) yang berarti kegiatan ekonomi dan sosial sebagian besar masih digerakkan oleh dana perimbangan yang berasal dari pusat.
63
2. Pengeluaran Daerah Realisasi pengeluaran daerah sampai dengan triwulan III - 2008 mencapai jumlah Rp559,79 milliar. Jumlah tersebut diperkirakan masih akan lebih besar dikarenakan masih terdapatnya pengeluran yang belum sempat dipertanggungjawabkan dan dilaporkan. Menurut komponen pembentuknya, realisasi pengeluaran daerah terutama berasal dari konsumsi pemerintah sebesar 88,48% sedangkan sisanya merupakan belanja modal. Walaupun secara umum kinerja pengeluaran daerah hingga triwulan laporan masih lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu namun sama halnya seperti periode-periode sebelumnya, pangsa belanja modal di Tahun 2008 masih relatif kecil yaitu hanya sebesar 16,51% selain proses realisinya sering kali terhambat. Hal antara lain disebabkan oleh masih terdapatnya kekhawatiran pejabat pelaksana proyek di daerah berkenaan dengan penegakan hukum yang dirasa berlebihan oleh aparat menyebabkan proses pelaksanaan proyek berjalan lambat. Dengan demikian sebagian besar belanja daerah masih diperuntukkan bagi belanja pegawai semata berupa pembayaran gaji, tunjangan, dlsbnya.
3. Kontribusi APBD Provinsi Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar Realisasi APBD di tingkat provinsi khususnya realisasi belanja daerah sedikit banyak telah memberikan kontribusi bagi pertumbuhan perekonomian. Dengan melakukan identifikasi terhadap pos-pos dalam APBD provinsi ke dalam 2 (dua) kegiatan utama berdasarkan tabel PDRB sisi permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) diperoleh hasil bahwa realisasi komsumsi pemerintah memberikan kontribusi sebesar 2,61% terhadap nilai tambah PDRB Provinsi Sulawesi Utara sedangkan realisasi belanja modal memberikan kontribusi sebesar 0,34%. Relatif rendahnya dampak stimulus fiskal terhadap sektor riil tersebut disebabkan penyajiaan data APBD secara detail dan lengkap baru dapat diperoleh pada tingkat provinsi. Sedangkan di tingkat kabupaten dan kota relatif sulit untuk diperoleh sehingga hanya besaran-besaran pokok saja yang dimiliki. Secara total, realisasi anggaran belanja dan modal dalam APBD provinsi hanya memberikan kontribusi sebesar 2,95% terhadap nilai tambah PDRB Sulawesi Utara. Sementara itu, dampak realisasi APBD provinsi terhadap perkembangan uang beredar sampai dengan Q3 – 2008 berada pada kondisi kontraksi yang berarti jumlah penerimaan pemerintah lebih besar dibandingkan pengeluarannya.
64
Tabel 4.3. Kontribusi APBD Provinsi Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar s.d. 30 September 2008 (Dalam Milliar Rp)
Realisasi APBD s.d. 30 Sep 2008
URAIAN Nominal A. PENERIMAAN RUPIAH Pendapatan Asli Daerah 1. Pajak Daerah 2. Retrebusi 3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 4. Lain-lain Dana Perimbangan 1. Bagi Hsl. Pajak dan Bkn Pajak 2. Dana Alokasi Umum 3. Dana Alokasi Khusus 4. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) Lain-Lain Pendapatan Sah B. PENGELUARAN RUPIAH Konsumsi Pemerintah 1. Belanja Pegawai 2. Belanja Barang dan Jasa 3. Belanja Bantuan Sosial 4. Belanja Bagi Hasil 5. Belanja Bantuan Keuangan 6. Belanja Tidak Terduga 7. Belanja Hibah Pembentukan Modal Tetap Bruto D. SURPLUS/ (DEFISIT) C. PEMBIAYAAN DAERAH E. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
667.55 237.68 213.37 3.93 12.90 7.47 429.88 21.27 399.69 8.42 0.50 0.50 559.79 495.31 271.36 104.92 38.73 62.49 12.00 0.34 5.47 64.48 107.76 -59.00 48.76
% Realisasi 78.79 99.47 106.90 78.84 47.79 101.52 70.66 45.72 75.00 30.00 61.12 63.27 67.06 72.75 56.06 71.78 69.05 60.00 5.62 68.41 44.14
% thd PDRB 3.52 1.25 1.12 0.02 0.07 0.04 2.27 0.11 2.11 0.04 0.00 0.00 2.95 2.61 1.43 0.55 0.20 0.33 0.06 0.00 0.03 0.34
-287.89 -157.61
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara
B. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH SELURUH KABUPATEN/KOTA/PROVINSI DI SULAWESI UTARA Perkembangan kinerja keuangan daerah di seluruh kabupaten/kota/provinsi di Sulawesi Utara mencakup 3 kotamadya, 6 kabupaten dan 1 provinsi yaitu Kota Manado, Kota Bitung, Kota Tomohon, Kab. Minahasa, Kab. Minahasa Selatan, Kab. Minahasa Utara, Kab. Bolaang Mongondow, Kab. Kep. Talaud, Kab. Kep. Tahuna dan Provinsi Sulawesi Utara.
1. Kinerja APBD Seluruh Kabupaten/Kota/Provinsi Tahun 2006 Dari sisi penerimaan, realisasi penerimaan daerah sampai dengan akhir Tahun 2006 telah mencapai Rp 3.643 milliar atau 99,13% terhadap target awal tahun yang ditetapkan sebesar Rp3.675 milliar (untuk seluruh kab/kota/provinsi). Adapun target penerimaan daerah tertinggi berasal dari Provinsi Sulawesi Utara sebesar Rp644 milliar sedangkan yang terendah adalah Kota Tomohon sebesar Rp221 milliar.
65
Berdasarkan pencapaiannya, dari seluruh kab/kota/provinsi yang ada, rasio realisasi penerimaan daerah tertinggi sampai dengan akhir Tahun 2006 dicapai oleh Kab. Minahasa yaitu sebesar 101,31% dari target yang ditetapkan di awal tahun. Sementara itu, Kab. Bolmong tercatat sebagai daerah dengan pencapaian penerimaan terendah yaitu hanya sebesar 88,85%. Grafik 4.3. Target dan Realisasi Penerimaan dalam APBD Tahun 2006 Seluruh Kab/Kota/Provinsi di Sulawesi Utara Target
Realisasi
%
%
110 105 100 95 90 85
Kab. Sangihe *)
Kab. Talaud *)
Kab. Bolmong
Kab. Minut
Kab. Minsel *)
Kab. Minahasa
Kota Tomohon *)
Kota Bitung *)
80 Kota Manado
Prov. Sulut
Miliar Rp 800 700 600 500 400 300 200 100 -
Sumber: Biro Keuangan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara
Dari sisi pengeluaran, jumlah realisasi sampai dengan akhir Tahun 2006 untuk seluruh kab/kota/provinsi di Sulawesi Utara diperkirakan telah mencapai Rp 3.505 milliar atau 92,61% dari target pembelanjaan yang ditetapkan di awal tahun yaitu sebesar Rp3.785 milliar. Belanja daerah ini meliputi belanja aparatur daerah, belanja pelayanan publik, belanja bagi hasil dan batuan keuangan, serta belanja tidak tersangka. Tercatat, Provinsi Sulawesi Utara memiliki rencana belanja tertinggi yaitu sebesar Rp677 milliar sedangkan yang terendah adalah Kota Tomohon sebesar Rp224 milliar. Grafik 4.4. Target dan Realisasi Pengeluaran dalam APBD Tahun 2006 Seluruh Kab/Kota/Provinsi di Sulawesi Utara Target
Realisasi
%
% 120 100 80 60 40 20 Kab. Sangihe *)
Kab. Talaud *)
Kab. Bolmong
Kab. Minut
Kab. Minsel *)
Kab. Minahasa
Kota Tomohon *)
Kota Bitung *)
Kota Manado
Prov. Sulut
Miliar Rp 800 700 600 500 400 300 200 100 -
Sumber: Biro Keuangan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara
66
2. Target APBD Kabupaten/Kota/Provinsi Tahun 2007 Dari tahun ke tahun jumlah dana pembangunan di wilayah Provinsi Sulawesi Utara memperlihatkan peningkatan. Hal ini cukup menggembirakan sebab di satu sisi mengindikasikan terus bertambahnya jumlah alokasi dana (baik yang berasal dari pusat maupun daerah) bagi kepentingan masyarakat Sulawesi Utara. Namun di sisi yang lain menuntut seluruh komponen masyarakat Sulawesi Utara untuk lebih bertanggung jawab dalam pemanfaatan dana-dana tersebut.
Berdasarkan hasil rekapitulasi data APBD seluruh kabupaten/kota/provinsi di Sulawesi Utara, dibandingkan Tahun 2006 yang lalu, target penerimaan dan belanja daerah untuk Tahun 2007 secara total mengalami kenaikan masing-masing sebesar 19,28% dan 18,60%. Berdasarkan wilayah administratifnya, persentase kenaikan anggaran penerimaan tertinggi dialami oleh Kabupaten Talaud dan Kabupaten Minahasa masing-masing sebesar 41,02% dan 23,88%, sedangkan yang terendah dialami pada tingkat provinsi sebesar 13,82% dan Kab. Bolmong sebesar 12,20%. Dari sisi belanja daerah, persentase kenaikan anggaran belanja tertinggi tercatat pada kabupaten minahasa dan kabupaten Talaud masing-masing sebesar 28,28% dan 27,37% sedangkan yang terendah dialami oleh Kabupaten Bolmong dan Kabupaten
Sangihe masing-masing sebesar 14,15% dan 14,67%. Dengan
membandingkan seluruh target penerimaan dan belanja daerah di tingkat kab/kota/provinsi untuk Tahun 2007 dan Tahun 2006, Kabupaten Talaud dan Kabupaten Sangihe tercatat sebagai daerah yang dengan performance APBD yang terbaik. Hal ini dilandasi oleh besarnya laju kenaikan penerimaan yang jauh lebih tinggi dibandingkan laju peningkatan belanja daerah untuk kedua daerah tersebut. Secara gabungan (seluruh kab/kota/provinsi), besarnya target penerimaan APBD Sulawesi Utara di Tahun 2007 mencapai Rp4,38 Triliun dengan target belanja sebesar Rp4,49 Trilliun. Dengan demikian terdapat selisih kekurangan sebesar Rp110 milliar yang akan dibiayai melalui pos pembiayaan daerah.
67
Tabel 4.4. Target Penerimaan dalam APBD Seluruh Kab/Kota/Provinsi di Sulawesi Utara (dalam Milliar Rp) APBD
Penerimaan 2006
2007
% Kenaikan
1
Prov. Sulut
644.08
733.08
13.82
2
Kota Manado
468.69
546.52
16.61
3
Kota Bitung
270.42
322.29
19.18
4
Kota Tomohon
221.81
267.79
20.73
5
Kab. Minahasa
358.98
444.71
23.88
6
Kab. Minsel
339.6
407.17
19.9
7
Kab. Minut
290.47
342.7
17.98
8
Kab. Bolmong
481.59
540.35
12.2
9
Kab. Talaud
249.59
351.97
41.02
10
Kab. Sangihe Total
350.37
427.56
22.03
3,675.58
4,384.14
19.28
Sumber: Biro Keuangan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara
Tabel 4.5. Rencana Belanja dalam APBD Seluruh Kab/Kota/Provinsi di Sulawesi Utara (dalam milliar Rp) Belanja APBD % Kenaikan 2006 2007
1
Prov. Sulut
677.21
778.84
2
Kota Manado
470.11
546.52
16.26
3
Kota Bitung
264.77
321.23
21.33
4
Kota Tomohon
224.98
269.82
19.93
5
Kab. Minahasa
360.18
458.76
27.37
6
Kab. Minsel
340.26
407.17
19.67
7
Kab. Minut
299.37
354.96
18.57
8
Kab. Bolmong
496.98
567.33
14.15
9
Kab. Talaud
276.97
355.31
28.28
10
Kab. Sangihe
375.07
430.1
14.67
3,785.89
4,490.04
18.60
Total
15.01
Sumber: Biro Keuangan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara
68
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
A. Perkembangan Aliran Uang Kartal Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan III - 2008 berada pada kondisi net outflow yang berarti aliran uang keluar dari khasanah lebih besar dibandingkan aliran uang masuk. Hal ini merupakan salah satu indikasi bahwa perekonomian Sulut kembali bergairah walaupun di akhir Mei 2008 lalu pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk menaikkan harga BBM rata-rata sebesar 28%. Beberapa faktor yang mendorong meningkatnya penggunaan uang kartal selama triwulan laporan adalah (1) Berlangsungnya masa liburan sekolah dan dimulainya tahun ajaran baru bagi para siswa/mahasiswa di awal triwulan laporan yang mendorong peningkatan permintaan secara umum, (2) Berlangsungnya bulan suci puasa yang diikuti dengan perayaan Idul Fitri 1 Syawal 1429 H pada akhir triwulan laporan. Hal ini juga turut mendorong meningkatnya permintaan masyarakat. Meningkatnya permintaan masyarakat (aggregat demand) selama triwulan laporan selanjutnya ditransmisikan pada meningkatnya kebutuhan masyarakat akan kebutuhan uang kartal. Mengacu pola aliran uang kartal pada tahun-tahun sebelumnya, kondisi net outflow selama triwulan laporan merupakan suatu pola musiman.
Secara historis, jumlah aliran uang masuk dan keluar ke/dari khasanah Bank Indonesia Manado khususnya sejak awal Tahun 2007 sampai dengan saat ini mengalami penurunan. Hal
ini
dikarenakan
sejak
Desember
Tahun
2006,
Bank
Indonesia
telah
mengimplementasikan kebijakan Focus Group dimana hanya uang lusuh dan tidak layak edar saja yang dapat ditukarkan ke Bank Indonesia, sedangkan uang yang masih layak edar dikelola oleh beberapa bank dalam sebuah group. Hal ini dengan harapan akan terjadi interaksi yang intens antar bank sehingga mendorong efesiensi dan efektifitas manajemen pengedaran uang baik di bank umum maupun di Bank Indonesia.
Jumlah aliran uang masuk turun dibandingkan triwulan sebelumnya dan periode yang sama tahun lalu, sedangkan aliran uang keluar meningkat significant. Aliran uang masuk turun 1,90% (y.o.y) atau sebesar Rp2 milliar sebaliknya aliran uang keluar naik lebih dari 120% (y.o.y) atau sebesar Rp202 milliar. Secara netto, aliran uang kartal selama triwulan laporan berada pada kondisi outflow sebesar Rp268 milliar jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang hanya Rp63 milliar. Secara bulanan, net outflow 69
tertinggi terjadi di Bulan September 2008 sebesar Rp217 milliar, berikutnya di Bulan Juli 2008 sebesar Rp81 milliar. Sedangkan di Bulan Agustus 2008, aliran uang kartal di khasanah Bank Indonesia berada pada kondisi net inflow sebesar Rp31 milliar.
Grafik 5.1. Netflow Aliran Kas Uang Kartal KBI Manado (Rp Milliar) 1,000
Inflo w
IN F LO W
Outflo w
800
Net Flo w
600 400 200 0 -200 -400 -600 -800 -1,000
O UT F LO W Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2007
Q3
2008
Inflo w
428
129
105
253
592
119
103
Outflo w
-29
-453
-168
-928
-87
-337
-370
Net Flo w
400
-324
-63
-676
505
-218
-268
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Dalam upaya memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan, Bank Indonesia melakukan kegiatan berupa Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) dalam bentuk pemusnahan terhadap uang yang sudah tidak layak edar. Selama triwulan laporan, rasio PTTB terhadap aliran uang kartal masuk tercatat sebesar 114,74%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 60,02%. Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan laporan sebesar Rp118 milliar atau naik 87,30% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Selanjutnya, untuk memenuhi kebutuhan likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat setempat (fit to transaction) yang lokasinya jauh dari Manado, Kantor Bank Indonesia Manado secara berkala melaksanakan kegiatan kas titipan di Gorontalo dan Tahuna bekerjasama dengan salah satu bank umum di wilayah tersebut.
70
Grafik 5.2. Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow (Persen) M iliar Inflo w
700
P TTB
%
Rasio
160 140
600
120
500
100 400 80 300 60 200
40
100 -
20 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2007
-
Q3
2008
Inflo w
428
129
105
253
592
119
P TTB
255
118
63
4
305
169
103 118
Rasio
59.56
91.75
60.02
1.48
51.44
142.50
114.74
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Sama halnya dengan kondisi perkasan di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado maka kondisi perkasan di Provinsi Gorontalo yang diwakilkan oleh keberadaan kas titipan di salah satu bank umum juga mengalami net outflow sebesar Rp53 milliar yang berarti aliran uang kartal keluar lebih besar dibandingkan aliran uang kartal masuk. Kondisi tersebut sama halnya dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang juga mengalami net out flow sebesar Rp28 milliar. Net outflow yang terjadi selama triwulan laporan mengindikasikan bahwa even liburan sekolah dan tahun ajaran baru di awal triwulan laporan serta persiapan perayaan idul fitri pada akhir triwulan laporan telah mendorong peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan peningkatan penggunaan uang kartal. Grafik 5.3. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Gorontalo (Rp Milliar) 800 600 IN FLOW
400 200 0 -200 -400
. OUT FLOW
-600 -800
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2007
Q3
2008
Inflo w
366
413
437
549
533
516
702
Outflo w
-284
-404
-466
-557
-463
-672
-755
Netflo w
82
9
-28
-8
70
-156
-53
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
71
Selain di Provinsi Gorontalo, keberadaan kas titipan juga terdapat di salah satu bank umum di Kota Tahuna - Kabupaten Sangihe (wilayah terluar Provinsi Sulawesi Utara yang berbatasan dengan negara tetangga yaitu Filipina). Keberadaan kas titipan di wilayah terluar tersebut merupakan upaya Bank Indonesia untuk melaksanakan kebijakan Clean Money Policy khususnya di wilayah yang jauh dari jangkauan Kantor Bank Indonesia. Secara historis, kegiatan kas titipan Tahuna cenderung mengalami net outflow (kecuali pada awal tahun). Selama triwulam laporan, kas titipan Tahuna mengalami net outflow sebesar Rp32 milliar atau turun 5,88% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sama halnya dengan kondisi perkhasan di Provinsi Gorontalo, net outflow yang terjadi di khasanah titipan di Tahuna mengindikasikan cukup bergairahnya perekonomian di daerah tersebut antara lain tercermin dari meningkatnya realisasi belanja pemerintah dan swasta. Grafik 5.4. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Tahuna (Rp Milliar) 60
IN FLOW
40 20 0 -20 -40 OUT FLOW -60 -80 -100 -120
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2007
Q3
2008
Inflo w
48
12
28
37
51
19
21
Outflo w
-34
-74
-62
-107
-31
-67
-53
Netflo w
14
-62
-34
-69
20
-48
-32
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Posisi kas gabungan Kantor Bank Indonesia Manado sampai dengan akhir triwulan laporan tercatat sebesar Rp595 milliar atau turun dibandingkan posisi kas gabungan pada akhir triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp1.152 milliar. Penurunan posisi kas gabungan ini disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan uang kartal di masyarakat seiring dengan meningkatnya aktivitas perekonomian selama triwulan laporan. Berdasarkan perhitungan rata-rata outflow dan kegiatan PTTB selama Tahun 2007 dan dengan mengambil asumsi tidak ada remise masuk ke Kantor Bank Indonesia Manado, posisi kas gabungan tersebut diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan likuiditas antara 1 sampai 2 bulan mendatang.
72
B. Penemuan Uang Palsu Bila pada triwulan sebelumnya, jumlah penemuan uang palsu yang dilaporkan kepada Bank Indonesia mengalami peningkatan yang significant akibat terungkapnya jaringan pembuat dan pengedar uang palsu beberapa waktu lalu, maka selama jumlah penemuan uang palsu selama triwulan laporan relatif kecil. Total uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado pada Q3-2008 sebanyak 33 lembar, dimana menurut jenis pecahannya, pecahan Rp100.000,- dan Rp50.000,- merupakan jenis pecahan yang paling banyak dipalsukan. Meningkatnya temuan uang palsu dalam beberapa waktu terakhir ini patut diwaspadai seiring dengan maraknya penyelenggaraan Pilkada (pemilihan kepada daerah) di beberapa Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara serta persiapan penyelenggaraan pesta demokrasi yaitu pemilu Tahun 2009. Untuk itu, berbagai upaya telah dan terus dilakukan oleh Bank Indonesia untuk meminimalisir pergerakan pelaku pemalsuan uang diantara dengan cara meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian uang rupiah melalui kegiatan sosialisasi. Selain itu, peran serta aktif masyarakat bersama dengan pihak kepolisian telah berhasil membongkar sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara. Berkaitan dengan komitmen untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian uang rupiah, Bank Indonesia Manado telah secara berkala melaksanakan kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat perbankan, dunia pendidikan, instansi pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat umum terhadap ciri-ciri keaslian uang Rupiah sehingga diharapkan memiliki kemampuan untuk membedakan mana uang rupiah asli dan yang dipalsukan. Melalui kontinuitas pelaksanaan kegiatan tersebut di tahun-tahun mendatang, diharapkan tingkat peredaran uang palsu semakin rendah. Selain itu, berkaitan dengan proses penanganan hukumnya, Bank Indonesia Manado juga menjalin kerjasama dengan instansi penegak hukum antara lain dengan Kepolisian Daerah Sulawesi Utara. Tabel 5.1. Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KBI Manado (Lembar) Pecahan
2003
2004
- Rp100.000,-
3
16
- Rp50.000,-
9
- Rp20.000,- Rp10.000,-
2005
2008
2006
2007
529
44
36
2
1,014
14
73
480
87
162
17
19
16
4
6
10
74
31
6
-
1
-
-
4
13
15
-
2
2
Q1
Q2
Q3
- Rp5.000,-
-
-
1
2
1
-
-
-
- Rp1.000,-
-
-
-
-
-
-
-
-
Total
16
95
1,024
220
245
25
1,035
33
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
73
C. Perkembangan Kliring Lokal (Tunai) Perkembangan
kliring
lokal
(tunai)
terus
menunjukkan
perkembangan
yang
menggembirakan dari waktu ke waktu. Jumlah rata-rata harian lembar warkat
yang
dikliringkan selama triwulan III - 2008 tercatat sebesar 1.386 lembar atau turun sebesar 1,84% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian secara nominal terjadi peningkatan jumlah rata-rata harian kliring dari Rp25,39 milliar di triwulan III – 2007 naik menjadi Rp28,63 milliar pada triwulan III – 2008 atau meningkat 12,76% (y.o.y). Peningkatan rata-rata harian jumlah nominal kliring tersebut semakin menegaskan bahwa perekonomian Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan yang positif. Sementara itu, rata-rata penolakan lembar bilyet cek dan Bilyet Giro (BG) kosong selama triwulan laporan tercatat 0,75% dari total lembar warkat yang dikliringkan atau naik dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar 0,29%. Demikian pula dari segi jumlah nominalnya terdapat kenaikan dari 0,38% pada Q3 - 2007 menjadi 0,70% pada Q3 – 2008 dari total nominal cek dan BG yang dikliringkan. Tabel 5.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di KBI Manado KETERANGAN
2007
2008
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
75,010
84,817
90,390
75,426
76,386
85,075
87,329
1,354
1,428
1,625
1,425
1,634
1,704
1,804
Lembar
1,209
1,368
1,412
1,347
1,273
1,350
1,386
Nominal (Rp Milliar)
21.88
23.02
25.39
25.45
27.24
27.04
28.63
0.29
0.29
0.49
0.53
0.56
0.75
0.28
0.38
0.54
0.88
0.86
0.70
Perputaran Kliring Lembar Nominal (Rp Milliar) Rata-Rata Harian
Rata-Rata Penolakan Cek dan BG Kosong Lembar (%) 0.37 Nominal (%)
0.35
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
D. RTGS (Real Time Gross Settlement) RTGS sebagai salah satu sarana penyelesaian transaksi non tunai, menunjukkan perkembangan yang cukup pesat sejak pertama kali diperkenalkan. Hal ini disebabkan BI RTGS mempunyai keunggulan dalam kecepatan penyelesaian transaksi (seketika) dan resiko settlement-nya dapat diperkecil. Berdasarkan data terakhir yang dimiliki, selama triwulan I 2008, perkembangan total volume transaksi melalui RTGS (dari/ke/dalam Kota Manado) mencapai 16.233 lembar atau meningkat 18,38% (y.o.y) bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Demikian pula dengan nilai nominal penyelesaian transaksi RTGS yang secara tahunan tumbuh sebesar 29,50% mencapai jumlah Rp26,2 Triliun. 74
Tabel 5.3. Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement (Milliar) 2007 Q2
Q3
Q4
Q1
Y.o.Y
11,738
13,437
11,565
13,433
15,976
Volume
6,770
7,478
8,731
14,251
7,225
6.72
Nilai
4,846
6,615
7,549
7,046
6,369
31.42
Volume
5,007
5,944
7,175
12,356
6,481
29.44
Nilai
3,648
4,971
5,615
4,682
3,856
5.71
Volume
1,936
2,553
3,077
7,681
2,527
30.53
TOTAL NIlai 20,232 25,023 24,729 25,161 TRANSAKSI Volume 13,713 15,975 18,983 34,288 Sumber : Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran (DASP) KP Bank Indonesia
26,200
29.50
16,233
18.38
Dari Manado Ke Manado Dalam Kota
Nilai
2008
Q1
36.10
75
BOX 2 Pola Aliran Uang Kartal di Wilayah Kerja KBI Manado Menjelang dan Saat Perayaan Hari Raya Idul Fitri 1429 H
Selama Bulan September 2008, perkembangan sistem pembayaran tunai yang tercemin dari aliran uang kartal melalui khasanah dan kas titipan Bank Indonesia Manado untuk wilayah Provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo berada pada posisi net outflow sebesar Rp343,06 milliar berbeda dibandingkan bulan sebelumnya yang justru mengalami net inflow. Net outflow berarti lebih banyak uang yang keluar dari khasanah BI Manado dibandingkan uang yang masuk ke khasanah BI Manado sedangkan net inflow sebaliknya. Menurut rinciannya, uang kartal yang keluar dari sistem perbankan tercatat sebesar Rp602,44 milliar dan hanya Rp259,38 milliar masuk ke dalam sistem perbankan. Beberapa even yang mendorong meningkatnya kebutuhan masyarakat Sulawesi Utara akan uang kartal selama Bulan September ini adalah datangnya Bulan Suci Ramadhan dan persiapan mejelang hari raya idul fitri pada awal Oktober. Selain itu persiapan penyelenggaraan pesta lebaran ketupat di beberapa wilayah (umumnya dilaksanakan 1 (satu) minggu setelah perayaan idul fitri) turut pula memberikan andil bagi peningkatan kebutuhan masyarakat akan uang kartal. Tabel 1. Perkembangan Aliran Uang Kartal di Wilayah Sulawesi Utara dan Gorontalo (dalam milliard Rp) Khasanah BI Kas Titipan Kas Titipan Total Manado Gorontalo Tahuna Setoran 30.40 221.18 7.80 259.38
Bayaran
248.04
315.28
39.13
602.45
Net Outflow
217.64
94.09
31.33
343.06
Khusus untuk aliran uang kartal yang melalui khasanah Bank Indonesia Manado, selama September 2008 tercatat mengalami net outflow sebesar Rp217,64 milliar dengan rincian sebanyak Rp248,04 milliar keluar dan hanya sebesar Rp30,40 milliar masuk ke dalam khasanah. Fenomena meningkatnya kebutuhan masyarakat akan uang kartal tercermin pula di Provinsi Gorontalo dan Kabupaten Tahuna tempat keberadaan kas titipan Bank Indonesia di salah satu bank umum nasional di wilayah tersebut. Tercatat, kas titipan Bank Indonesia di Provinsi Gorontalo selama September 2008 berada pada posisi net outflow Rp94,09 milliar dengan rincian Rp315,27 milliar keluar dari khasanah kas titipan di Gorontalo dan Rp221,18 milliar kembali masuk ke dalam khasanah. Demikian pula halnya dengan kondisi kas titipan Bank Indonesia salah satu bank umum nasional di Kabupaten Tahuna yang mengalami net outflow sebesar Rp31,32 milliar.
Dibandingkan tahun sebelumnya, kebutuhan masyarakat akan uang kartal menjelang hari raya idul fitri tahun ini ternyata memperlihatkan peningkatan. Hal ini terindikasi dari data perkembangan 76
bayaran bank seminggu menjelang lebaran yang mencapai jumlah Rp236,56 milliar pada tahun ini atau meningkat sebesar 38,51% dibandingkan kondisi yang sama tahun lalu yang hanya sebesar Rp170,79 milliar. Menurut jenisnya, uang pecahan nominal Rp10.000,- mengalami peningkatan permintaan yang significant sebanyak 1467%, berikutnya adalag pecahan Rp5.000,- yang naik 145,87% dan pecahan Rp1.000 yang meningkat 215,55%. Tabel 2 Perkembangan Bayaran Bank Seminggu Menjelang Lebaran (dalam Jutaan Rupiah)
100,000 50,000 20,000 10,000 5,000 1,000 SUB JUMLAH
PERIODE 2007 2008 65,361 54,018 103,142 180,071 1,942 881 52 820 214 526 80 253 170,791 236,569
DEVIASI NOMINAL (11,342) 76,929 (1,061) 767 312 173 65,778
perkembangan
sistem
non
PECAHAN
Sementara
itu,
permbayaran
tunai
% -17.35% 74.59% -54.65% 1467.75% 145.87% 215.55% 38.51%
menjelang
lebaran
juga
memperlihatkan peningkatan, tercemin dari kenaikan jumlah lembar dan nominal warkat yang kliringkan. Tercatat jumlah lembar warkat selama September 2008 sebanyak 29 ribu dengan nilai nominal sebesar Rp609 milliar, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya sebesar 28 ribu lembar warkat dengan nilai nomial Rp582 milliar. Tingginya kebutuhan masyarakat Sulawesi Utara akan uang kartal sebelum dan saat hari raya idul fitri tahun ini ternyata benar-benar telah diantisipasi oleh perbankan dan Bank Indonesia Manado. Beberapa langkah antisipasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia Manado diantaranya adalah : (1) Tetap buka dan beroperasinya perbankan pada saat libur lebaran tanggal 29 September 2008 lalu. (2) Tetap dibukanya loket penukaran uang di Kantor Bank Indonesia Manado pada tanggal 29 September 2008. (3) Meningkatkan frekuensi kegiatan kas keliling oleh KBI Manado di samping beroperasinya Perusahaan Penukaran Uang Pecahan Kecil (PPUPK) yang selama September 2008 tercatat sebanyak 8 kali dengan rincian 7 kali dilaksanakan di dalam kota dan 1 kali dilaksanakan di luar kota (Gorontalo).
77
BAB VI
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada Maret 2008 tidak mengalami perbedaan dibandingkan periode Agustus 2007 sebagaimana tercermin dari rasio TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) sebesar 12,35% atau sama dengan periode Agustus 2007. Namun, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, terdapat sedikit penurunan TPT yaitu dari 13,0% menjadi 12,35%. Menurut sebarannya, TPT penduduk perkotaan lebih tinggi dibandingkan TPT penduduk pedesaan. Membaiknya angka ketenagakerjaan ini ternyata diiringi pula oleh menurunnya angka kemiskinan untuk posisi Maret 2008 yang tercatat 10,10% atau berjumlah 223,5 ribu orang. Pencapaian ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat 11,42%. Berdasarkan lokasinya, sebagian besar masyarakat miskin di Provinsi Sulawesi Utara (67,51%) berdomisili di daerah pedesaan sedangkan sisanya berada di perkotaan.
A. PENGANGGURAN Struktur ketenagakerjaan pada periode Februari 2008 tidak terlalu berbeda bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dari seluruh penduduk usia 15+, jumlah angkatan kerja tercatat 1,04 juta orang (63,12%) masih lebih banyak dibandingkan dengan jumlah bukan angkatan kerja sebanyak 611 ribu orang. Jumlah angkatan kerja ini turun sedikit yaitu sebesar 3,65% (y.o.y) atau sebanyak 39.616 orang dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. . Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Periode Februari 2006 – Februari 2008 Feb-06 Penduduk 15 Thn ke atas Angkatan Kerja Bekerja Mencari Kerja Bukan Angkatan Kerja
Feb-07
Feb-08
1,621,331 1,654,863
1,658,299
990,759 1,086,281
Daerah Kota 635,024
Jenis Kelamin Desa
1,023,275
LK 845,795
PR 812,504
1,046,665
409,668
636,997
731,869
314,796
855,300
944,635
917,363
340,517
576,846
680,349
237,014
135,459
141,646
129,302
69,151
60,151
51,520
77,782
630,572
568,582
611,634
225,356
386,278
113,926
497,708
Sekolah
134,119
126,474
127,274
69,121
58,153
60,094
67,180
Mengurus Rumah Tangga
407,173
359,201
406,055
118,417
287,638
10,741
395,314
89,280
82,907
78,305
37,818
40,487
43,091
35,214
TPAK (persen)
61.10
65.60
63.12
64.51
62.25
86.53
38.74
TPT (persen)
13.70
13.00
12.35
16.88
9.44
7.04
24.71
Setengah Pengangguran Setengah Pengangguran Terpak
296,780 138,683
269,657 125,402
214,237 124,522
57,385 18,418
156,852 71,297
125,654 47,567
88,583 42,148
Setengah Pengangguran Sukare
158,097
144,255
89,715
38,967
85,555
78,087
46,435
Lainnya
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
78
Menurut komponen penyusunnya, jumlah penduduk yang bekerja berdasarkan data terakhir (Februari 2008) mengalami penurunan. Tercatat jumlah penduduk yang bekerja berjumlah 917 ribu orang, turun 2,89% (y.o.y) atau sebanyak 27 ribu orang dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun pada sisi yang lain, jumlah pengangguran mengalami penurunan yaitu dari 141 ribu orang pada Februari 2007 turun 8,71% (y.o.y) menjadi 129 ribu orang pada Februari 2008. . Menurunnya jumlah angkatan kerja selama periode Februari 2007 – Februari 2008 mengakibatkan TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) di Provinsi Sulawesi Utara mengalami penurunan dari 65,6% menjadi 63,12%. TPAK sebesar 63,12% tersebut dapat diartikan bahwa sekitar 63 penduduk Provinsi Sulawesi Utara aktif bekerja dan mencari pekerjaan dari sebanyak 100 orang penduduk yang termasuk ke dalam penduduk usia kerja. Sementara itu, TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) pada Februari 2008 sebesar 12,35%, merupakan yang terendah selama periode Februari 2006 – Februari 2008. Hal ini menunjukkan bahawa dari sekitar 100 orang penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja hanya 12 – 13 orang yang menganggur, selebihnya sudah mempunyai perkerjaan.
Berdasarkan lokasinya, pada periode Februari 2008, TPT penduduk perkotaan tercatat sebesar 16,88% lebih besar dibandingkan TPT penduduk pedesaan yang hanya sebesar 9,44%. Jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia di daerah perkotaan tidak sebanding dengan jumlah orang pencari kerja yang datang dari daerah di luar perkotaan, sehingga menyebabkan angka TPT perkotaan lebih tinggi daripada TPT pedesaan. Bila dilihat dari sisi gender, TPAK perempuan (38,74%) cenderung lebih rendah dari TPAK laki-laki (86,53%). Penduduk perempuan lebih banyak masuk ke dalam kategori bukan angkatan kerja yang sebagian besar kegiatan utamanya adalah mengurus rumah tangga, keadaan ini menyebabkan angka TPAK perempuan biasanya lebih rendah dari pada TPAK laki-laki. Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utara Periode Februari 2006 – Februari 2008
Pertanian
Feb-06
Feb-07
403,179
378,631
363,771
4,756
18,229
49,813
65,290
Pertambangan Industri Listrik, Gas & Air Bersih
Feb-08
Daerah Kota
Jenis Kelamin Desa
LK
PR
36,389
327,382
291,553
72,218
14,806
3,040
11,766
14,336
470
61,270
28,100
33,170
45,051
16,219 1,152
3,123
2,872
3,223
2,321
902
2,071
40,168
54,819
56,406
33,608
22,798
54,826
1,580
154,952
174,127
144,155
87,856
56,299
60,259
83,896
Angkutan
73,350
89,220
136,047
72,023
64,024
130,568
5,479
Keuangan
12,254
12,900
10,127
5,564
4,563
6,930
3,197
Jasa
113,705
148,547
127,558
71,616
55,942
74,755
52,803
TOTAL
855,300
944,635
917,363
340,517
576,846
680,349
237,014
Konstruksi Perdagangan
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
79
Komposisi penduduk yang bekerja menurut sektor lapangan pekerjaan utama pada Februari 2008 relatif sama bila dibandingkan Februari 2007. Sektor lapangan pekerjaan utama penduduk yang bekerja masih paling banyak di sektor pertanian yaitu sebanyak 363 ribu orang (39,7%). Namun bila dibandingkan dengan keadaan Februari 2007, mengalami penurunan sebanyak 14 ribu orang. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh banyak petani penggarap yang berpindah lapangan pekerjaan ke sektor angkutan sebagai tukang ojek. Sektor lain yang mengalami penurunan adalah sektor industri, konstruksi, perdagangan, keuangan dan jasa. Sedangkan sektor yang mengalami kenaikan adalah sektor pertambangan, listrik-air-gas, dan angkutan. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya peningkatan maupun penurunan penduduk yang bekerja di masing-masing sektor lebih disebabkan oleh siklus atau perputaran perekonomian penduduk.
Seperti terlihat pada tabel 6.2, lapangan pekerjaan utama penduduk daerah pedesaan lebih didominasi oleh sektor pertanian (56,8%). Daerah pedesaan merupakan daerah lahan pertanian sehingga lapangan pekerjaan utama penduduknya lebih banyak diwarnai sektor pertanian. Berbeda dengan penduduk daerah pedesaan, penduduk di daerah perkotaan lapangan pekerjaan utamanya lebih banyak terkonsentrasi di sektor perdagangan (25,8%) dan sektor jasa (21,0%).
B. KEMISKINAN Jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode 2004 – 2008 di Provinsi Sulawesi Utara berfluktuasi dari tahun ke tahun. Terjadi peningkatan dari periode Februari 2004 – Maret 2007 dan terjadi penurunan dari periode Maret 2007 – Maret 2008. Tabel 6.3. Sebaran Penduduk Miskin di Kota dan Desa Periode Februari 2004 – Maret 2008 Tahun
Jumlah Penduduk Miskin (000 orang) Kota
Desa
Persentase Penduduk Miskin
Total
Kota
Desa
Total
Februari 2004 Sulawesi Utara Indonesia
36
156,3
192
4.37
11.76
8.93
11,369
24,778
36,147
12.13
20.11
16.66
Juli 2005 Sulawesi Utara Indonesia
46,6
155
202
4.96
12.70
9.34
13,297
23,505
36,801
12.48
20.63
16.69
Juli 2006 Sulawesi Utara Indonesia
61,2
171
233
6.52
14.01
10.76
13568,4
23,821
37,389
12.68
20.84
16.90
Maret 2007 Sulawesi Utara Indonesia
79
171
250
8.31
13.80
11.42
13559,3
23,609
37,168
12.52
20.37
16.58
Maret 2008 Sulawesi Utara Indonesia
73
151
224
7.56
12.04
10.10
12,769
22,195
34,963
11.65
18.93
15.42
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
80
Jumlah penduduk miskin pada Maret 2008 sebesar 223,5 ribu (10,10%). Terjadi penurunan jumlah maupun persentase penduduk miskin baik di perkotaan maupun pedesaan. Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2007 yang berjumlah 250,1 ribu (11,42%), berarti jumlah penduduk miskin menurun sebesar 26,6 ribu orang. Selama periode Maret 2007 – Maret 2008, penduduk miskin di daerah perkotaan terjadi penurunan sekitar 6,3 ribu orang, sementara di daerah pedesaan terjadi penurunan sekitar 20,2 ribu orang.
Secara nasional, juga terjadi penurunan jumlah penduduk miskin dari 36,14 juta orang di Tahun 2004 menjadi 34,96 juta orang pada Maret 2008. Dari periode Februari 2004 sampai Juli 2006 terus terjadi peningkatan penduduk miskin, baik jumlah maupun persentasenya. Namun dari periode Juli 2006 – Maret 2008 terus terjadi penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin. Persentase penduduk miskin di Indonesia pada Juli 2006 sebesar 16,9% dan terus menurun hingga mencapai 15,42% pada Maret 2008. Tabel 6.4. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Provinsi Sulawesi Utara Periode Maret 2007 – Maret 2007 Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Tahun Makanan
Bukan Makanan
Jumlah Persentase Penduduk Miskin Penduduk Miskin
Total
PERKOTAAN Maret 2007
122,841
42,983
165,824
79.00
8.31
Maret 2008
131,456
44,173
175,628
72.70
7.56
Maret 2007
117,516
31,924
149,440
171.00
13.80
Maret 2008
128,498
33,935
162,433
150.90
12.04
Maret 2007
119,827
36,723
156,550
250.10
11.42
Maret 2008
129,781
38,378
168,160
223.50
10.10
PERDESAAN
KOTA & DESA
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Semakin tinggi Garis Kemiskinan, semakin banyak penduduk yang tergolong sebagai penduduk miskin. Selama periode Maret 2007 – Maret 2008, garis kemiskinan naik sebesar 7,41% yaitu dari Rp.156.550,- per kapita per bulan pada Maret 2007 menjadi Rp168.160,- per kapita per bulan pada Maret 2008. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan 81
(perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Pada Maret 2007, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 76,54%, tetapi pada Maret 2008, peranannya meningkat sampai 77,18%. Meningkatnya peranan GKM terhadap GK ini sebagian besar akibat naiknya harga barang-barang kebutuhan pokok yang juga digambarkan oleh inflasi umum selama periode Maret 2007 – Maret 2008.
Selanjutnya penduduk miskin dapat dibedakan menjadi dua yaitu miskin kronis (chronic poor) dan miskin sementara (transient poor). Miskin kronis adalah penduduk miskin yang berpenghasilan jauh di bawah garis kemiskinan dan biasanya tidak memiliki akses yang cukup terhadap sumber daya ekonomi, sedangkan miskin sementara adalah penduduk miskin yang berada dekat garis kemiskinan. Jika terjadi sedikit saja perbaikan dalam ekonomi, kondisi penduduk yang termasuk kategori miskin sementara ini bisa meningkat dan statusnya berubah menjadi penduduk tidak miskin.
C. Rasio Gini Rasio gini merupakan ukuran kemerataan tingkat pendapatan yang dihitung dengan membagi luas antara garis diagonal dan kurva lorent dengan luas segi tiga di bawah garis diagonal. Nilai Rasio Gini terletak antara 0 dan 1, nilai rasio Gini yang mendekati 0 maka tingkat ketimpangan pendapatan sangat rendah, artinya distribuso pendapatan merata dan apabila nilainya mendekati 1 maka tingkat ketimpangan pendapatan tinggi.
Perkembangan angka rasio gini Sulawesi Utara dalam 3 (tiga) tahun terakhir relatif tetap. Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,32, relatif tidak berubah dibandingkan indeks gini Tahun 2005 lalu yang juga sebesar 0,32. Namun demikian berdasarkan strukturnya, persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk berpenghasilan tertinggi menjadi semakin meningkat dari 40,70% menjadi 41,24%. Faktor yang mempengaruhi peningkatan kesenjangan ini adalah dampak kenaikan harga BBM yang menyebabkan kelompok 40% penduduk berpenghasilan rendah terpukul. Fenomena yang menarik adalah terjadinya shifting dari sebagian penduduk di kelompok 40% menengah ke 40% ke bawah dan 20% teratas.
82
Tabel 6.5. Rasio Gini Provinsi Sulawesi Utara Provinsi 40% populasi dengan pendapatan terendah
Sulawesi Utara
2005 40% 20% populasi populasi dengan dengan pendapatan pendapatan moderat tertinggi
20.03
39.27
Rasio Gini
40.70
40% populasi dengan pendapatan terendah
0.32
2007 40% 20% populasi populasi dengan dengan pendapatan pendapatan moderat tertinggi
21.19
37.57
Rasio Gini
41.24
0.32
D. IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sulawesi Utara sampai Tahun 2006 adalah sebesar 74,4, meningkat 0,2 poin dari angka IPM 2005 yang sebesar 74,2. Peningkatan ini ditopang oleh kenaikan angka harapan hidup dari 71,7 tahun menjadi 71,8 tahun dan ratarata pengeluaran riil per kapita dari Rp616.100,- menjadi Rp616.900,-. Adapun komponen penyusun IPM terdiri dari angka harapan hidup, angka melek hurup, rata-rata lama sekolah dan rata-rata pengeluaran riil per kapita. Tabel 6.6. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sulawesi Utara Komponen IPM
2002
2004
2005
2006
Angka Harapan Hidup
70.9
71.0
71.7
71.8
Angka Melek Huruf
98.8
99.1
99.3
99.3
8.6
8.6
8.8
8.8
587.9
611.9
616.1
616.9
71.3
73.4
74.2
74.4
2
2
2
2
Rata-Rata Lama Sekolah Pengeluaran Riil/Kapita (000 Rp) IPM Peringkat Nasional
Berdasarkan wilayah administrasinya, perkembangan komponen IPM di kota/kabupaten di Sulawesi Utara dapat dijelaskan sebagai berikut :
Kota Manado memiliki angka harapan hidup tertinggi yaitu 72 tahun sedangkan terendah di Kota Bitung yang tercatat 69,6 tahun.
Persentase angka melek hurup hampir merata di seluruh daerah
dengan rata-rata
99,08%. Namun terdapat 3 (tiga) daerah dengan persentase melek huruf berada di bawah rata-rata di Provinsi Sulawesi Utara yaitu Kabupaten Bolmong, Sangihe dan Talaud.
Kabupaten Bolmong memiliki rata-rata lama sekolah terendah yaitu selama 7,3 tahun sedangkan tertinggi di Kota Manado dengan rata-rata sekolah selama 10,5 tahun.
Rata-rata jumlah pengeluaran per kapita riil tertinggi di Kota Manado sebesar Rp623 ribu dan terendah di Minahasa Selatan sebesar Rp587 ribu.
83
Dibandingkan dengan daerah lainnya di tingkat nasional, IPM Provinsi Sulawesi Utara kondisinya lebih baik khususnya pada komponen angka harapan hidup, persentase angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Selama kurun waktu 2004 – 2005, IPM Provinsi Sulawesi Utara menduduki peringkat 2 (dua) di tingkat nasional. Tabel 6.7. Sebaran IPM Sulawesi Utara Tahun 2004-2005 KAB/KOTA
IPM 2004
Ranking Nasional 2005
2004
2005
Bolaang Mongondow
70.7
71.6
121
Minahasa
73.5
74.0
47
105 46
Minahasa Selatan
71.2
71.5
96
113
Minahasa Utara
72.7
73.7
69
57
Kepulauan Sangihe
72.8
73.4
67
64
Kepulauan Talaud
71.8
72.3
80
87
Manado
75.9
76.3
8
12
Bitung
73.2
73.6
56
59
Tomohon
72.9
73.3
63
67
Sulawesi Utara
73.4
74.2
2
2
Indonesia
68.7
69.6
84
BAB VII PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI
Perekonomian Sulawesi Utara Tahun 2008 diprakirakan masih dapat tumbuh tinggi di kisaran 7,0 - 7,2% (y.o.y). Faktor pendorong utama adalah ekspor yang mencatat kinerja yang tinggi selama semester pertama didorong oleh meningkatnya harga komoditas serta tetap tingginya pertumbuhan ekonomi negara berkembang dan konsumsi rumah tangga yang masih cukup kuat. Dampak kenaikan harga BBM terhadap konsumsi swasta ternyata tidak
sedalam
prakiraan
semula.
Pertumbuhan
investasi
diprakirakan
mengalami
peningkatan terutama didorong oleh investasi bangunan seiring dengan kuatnya pertumbuhan konsumsi swasta dan ekspor. Dari sisi penawaran, sektor PHR serta sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tumbuh lebih tinggi dari prakiraan semula seiring dengan konsumsi swasta yang lebih kuat. Untuk Tahun 2009, perekonomian Sulawesi Utara diprakirakan tumbuh lebih rendah. Perlambatan pertumbuhan terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan ekspor barang dan jasa sejalan dengan kondisi eksternal yang kurang kondusif. Sementara itu, sisi permintaan domestik tetap kuat. Konsumsi swasta diprakirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun 2008 yang didorong oleh berlangsungnya kegiatan Pemilu, inflasi yang menurun, serta kebijakan pemerintah di bidang pajak penghasilan.
Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi diprakirakan dimotori oleh sektor pertanian, sektor bangunan dan sektor PHR. Dari sisi harga, inflasi tahun 2008 diprakirakan mencapai 9,0 - 11,0% (y.o.y). Tekanan inflasi diprakirakan menurun pada Triwulan IV-2008. Menurunnya tekanan inflasi terkait dengan tingginya pengadaan beras Bulog yang diharapkan dapat membawa inflasi volatile food lebih rendah dibandingkan rata-rata historisnya. Selanjutnya di tahun 2009, inflasi IHK diprakirakan menurun berkisar 6,5-7,5% (y.o.y). Menurunnya inflasi antara lain sebagai dampak dari pelaksanaan kebijakan moneter serta kebijakan Pemerintah yang diprakirakan akan cenderung melakukan stabilisasi harga terkait pelaksanaan Pemilu.
A. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara diprakirakan sekitar 7,0 - 7,2% (y.o.y) pada 2008. Pertumbuhan ekonomi didorong oleh kinerja ekspor karena mencatat pertumbuhan yang signifikan hingga Agustus 2008 yang diprakirakan memberi kontribusi lebih tinggi 85
dibandingkan dengan kontribusi konsumsi swasta dan investasi. Kinerja ekspor hingga triwulan III - 2008, didorong oleh kenaikan harga komoditas non migas. Sementara itu, konsumsi swasta diprakirakan tumbuh tinggi seiring dengan dampak kenaikan harga BBM terhadap konsumsi swasta yang tidak sedalam prakiraan semula. Selain hal tersebut, rangkaian proses Pemilu yang telah dimulai pada pertengahan 2008 juga akan memberi multiplier effect ke konsumsi swasta untuk tumbuh meningkat pada triwulan terakhir 2008. Selanjutnya pada 2009, pertumbuhan ekonomi diprakirakan lebih rendah dari 2008 didorong oleh lebih rendahnya pertumbuhan ekspor karena perkembangan harga komoditas non migas yang melambat serta menurunnya permintaan berkaitan dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi dunia (khususnya negara tujuan ekspor Sulawesi Utara). Dari sisi domestik, konsumsi swasta akan kembali menjadi motor pertumbuhan seiring dengan meningkatnya daya beli masyarakat dan berlanjutnya multiplier effect kegiatan Pemilu. Faktor lainnya yang diprakirakan memberi dampak positif terhadap konsumsi swasta adalah penurunan Pendapatan Tidak Kena Pajak, pengurangan tarif pajak bagi UMKM, Wajib Pajak Pribadi dan Badan, serta pajak deviden, dan peningkatan gaji PNS/TNI/POLRI. Kuatnya konsumsi swasta akan mendorong investasi untuk tetap tumbuh tinggi pada 2009, walaupun sedikit menurun dibanding tahun 2008 karena melambatnya pertumbuhan ekspor.
Prospek Permintaan Agregat Konsumsi rumah swasta tahun 2008 diprakirakan tumbuh pada kisaran 2,8 - 3,0% (y.o.y), lebih tinggi dari pertumbuhan tahun 2007. Pertumbuhan konsumsi swasta yang lebih tinggi ini didorong oleh beberapa faktor. Pertama, pertumbuhan ekspor barang dan jasa yang lebih tinggi dari prakiraan memberikan income effect lebih tinggi ke konsumsi swasta. Kedua, tingkat suku bunga yang relatif rendah mendorong peningkatan kredit konsumsi. Ketiga, pengaruh kenaikan harga BBM pada Mei 2008 terhadap perlambatan pertumbuhan konsumsi swasta ternyata tidak sedalam prakiraan semula.
86
Tabel 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Jenis Penggunaan
2006
Konsumsi
2007
2007
Q4
2008
Kontribusi
Q4*)
Kontribusi
2008
2.40
2.56
3.95
2.67
3.96
2.59
Konsumsi Swasta
2.19
2.85
4.37
1.90
4.38
1.85
2.8-3.0
Konsumsi Pemerintah
2.80
2.01
3.20
0.77
3.20
0.74
3.9 - 4.1
3.2 - 3.4
PMTB
14.70
19.08
23.35
4.59
23.35
5.28 13.0 - 15.0
Stok
81.72
15.35
88.02
0.55
11.28
0.12
Ekspor
19.46
5.76
0.43
0.21
0.43
Impor
21.54
5.23
2.14
0.77
2.14
0.74 54.0 - 56.0
PDRB 6.18 6.47 7.25 *) Perkiraan Bank Indonesia Manado menggunakan Metode Smoothing
7.25
7.45
7.45
11.0 - 13
0.19 45.0 - 47.0 7.0 - 7.2
Dampak kenaikan harga BBM pada Mei 2008 terhadap perlambatan pertumbuhan konsumsi swasta berbeda dibanding saat kenaikan harga BBM Oktober 2005. Masih kuatnya konsumsi swasta antara lain didukung oleh beberapa indikator diantaranya adalah perkembangan kredit. Pada triwulan III-2008, penyaluran kredit konsumsi masih menunjukkan tren yang meningkat. Pada September 2008, kredit konsumsi di Sulawesi Utara tumbuh sebesar 28,4% (y.o.y). Selain itu aktivitas konsumsi swasta khususnya rumah tangga antara lain juga dapat dikonfirmasi melalui hasil Survey Ekspektasi Konsumen (SEK) Kota
Manado
yang
menunjukan
trend
peningkatan
rasa
optimisme
terhadap
perkembangan perekonomian pada triwulan mendatang. Tercatat pada September 2008, indeks ekspektasi konsumen berada pada level 109 (optimis) atau mengalami peningkatan dibandingkan 5 bulan terakhir yang berada pada level pesimis. Menurut komponen pembentuknya, hal yang masih dinilai pesimis oleh responden adalah menyangkut ketersediaan lapangan pekerjaan dimana sebagian besar responden merasa bahwa jumlah lapangan pekerjaan di triwulan mendatang tidak lebih baik dibandingkan saat ini. Grafik 7.1. Indeks Ekspektasi Konsumen Kota Manado 180
Ekspektasi Ko nsumen
Ekspektasi P enghasilan
Ekspektasi Eko no mi
Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja
160
140
120
100
80
60
40 J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J FM A M J J A S O N D J F M A M J J A S 2005
2006
2007
2008
Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado
87
Sementara itu, konsumsi pemerintah pada 2008 diprakirakan tumbuh pada kisaran 3,94,1% (y.o.y), atau lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan konsumsi pemerintah seiring dengan bertambahnya jumlah alokasi dana pusat ke daerah (dana perimbangan) seiring dengan munculnya wilayah administratif baru di Sulawesi Utara.
Investasi pada 2008 diprakirakan tumbuh 13,0 - 15,0% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan tahun 2007 maupun proyeksi sebelumnya. Peningkatan kegiatan investasi seiring dengan terus
berjalannya
pembangunan
infrastuktur
fisik
terkait
dengan
persiapan
penyelenggaraan WOC Tahun 2009 yang dilakukan oleh pemerintah daerah maupun pihak swasta (berupa pembangunan hotel dan pusat perbelanjaan baru). Pertumbuhan konsumsi swasta yang kuat ini diharapkan akan mendorong pertumbuhan investasi non bangunan. Dari sisi pembiayaan, sumber pembiayaan investasi selain bersumber dari dana mandiri juga berasal dari pemerintah baik melalui APBN dan APBD, kredit perbankan, lembaga keuangan non bank, eksternal, serta sumber pembiayaan lainnya. Mengacu Dana Alokasi Khusus yang disalurkan oleh pemerintah pusat ke Sulawesi Utara di Tahun 2008, jumlah dana yang dialokasikan untuk pembangunan sarana dan prasana di Sulawesi Utara mencapai jumlah Rp673 milliar atau meningkat 15,56% (y.o.y) dibandingkan alokasi tahun sebelumnya. Sementara itu, terus meningkatnya pangsa kredit produktif yaitu kredit modal kerja dan investasi yang rata-rata pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan kredit konsumsi juga cukup memberikan optimisme bahkan kegiatan investasi di waktu mendatang akan lebih baik. Tabel 7.2. Dana Alokasi Khusus Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2007 dan 2008 No.
Jenis Penggunaan
2007
2008
Share
1
Pendidikan
144.25
202.48
30.06
2
Kesehatan
99.09
107.75
16.00
3
Kependudukan
11.03
1.64
4
Jalan
93.92
-
128.97
19.15 9.78
5
Irigasi
43.05
65.88
6
Air Minum & Penyehatan Lingkunga
27.28
32.18
4.78
7
Kelautan dan Perikanan
30.78
30.77
4.57
8
Pertanian
46.94
46.94
6.97
9
Prasarana Pemerintahan
7.67
34.81
5.17
10
Lingkungan Hidup
8.65
8.63
1.28
11
Kehutanan
-
4.08
0.61
673.50
100.00
Total
501.63
Sumber : DPJPKPD, Depkeu
Dari sisi eksternal, ekspor barang dan jasa diprakirakan tumbuh 45,0 - 47,0% (y.o.y) pada 2008, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2007. Kinerja ekspor yang menggembirakan tersebut didorong oleh perkembangan harga komoditas internasional yang tinggi pada 88
paling tidak hingga triwulan III - 2008 dan upaya diversifikasi negara tujuan ekspor Sulawesi Utara ke negara-negara berkembang, khususnya di Asia. Komoditas ekspor yang tumbuh tinggi diprakirakan berbasis komoditas primer. Sementara itu, impor barang dan jasa pada 2008 diprakirakan tumbuh sekitar 54,0 - 56,0% (y.o.y). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun 2007 maupun prakiraan terdahulu. Kenaikan impor tersebut sejalan dengan kenaikan pertumbuhan permintaan domestik dan ekspor.
Prospek Penawaran Agregat Pertumbuhan sisi sektoral pada 2008 diprakirakan tetap didorong oleh tiga sektor utama, yaitu sektor pertanian, sektor bangunan dan sektor PHR. Sektor pertanian diprakirakan tumbuh mencapai 6,2-6,4% (y.o.y) pada 2008. Di sektor pertanian, peran subsektor tanaman bahan makanan - khususnya padi – sangat besar. Angka Ramalan II-BPS memprakirakan adanya peningkatan baik dari produksi, luas panen maupun produktivitas. Kebijakan pemerintah daerah berupa program revitalisasi pertanian menjadi pendorong penting pertumbuhan sub sektor tanaman bahan makanan. Untuk mendukung kebijakan tersebut Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara mendapatkan kenaikan alokasi pupuk bersubsidi dari 20.077 ton di Tahun 2008 menjadi 24.000 ton di Tahun 2009. Tabel 7.3. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Lapangan Usaha
2006
2007
2007 Q4
2008
Kontribusi
Q4*)
Kontribusi
2008
Pertanian
4.70
6.80
7.47
1.51
6.35
1.29
Pertambangan & Penggalian
7.32
8.93
9.30
0.49
10.47
0.56
9.2 - 9.4
Industri Pengolahan
6.86
6.33
8.45
0.61
5.88
0.43
5.3 - 5.5
Listrik, Gas & Air Bersih
5.28
6.31
6.58
0.05
7.47
0.05
6.5 - 6.7
Bangunan
7.82
7.89
8.92
1.40
8.32
1.33
7.7 - 7.9
PHR
6.72
6.92
8.03
1.33
9.00
1.50
9.4 - 9.6
Pengangkutan & Komunikasi
5.56
6.30
6.63
0.87
8.91
1.17
7.2 - 7.4
10.28
6.25
6.69
0.42
7.29
0.46
6.5 - 6.7
4.31
3.68
3.79
0.56
4.68
0.67
2.8 - 3.0
Keu., Sewa & Jasa Perusahaan Jasa-Jasa PDRB
6.18
6.47
7.25
7.25
7.45
7.45
6.2 - 6.4
7.0 - 7.2
*) Perkiraan Bank Indonesia Manado menggunakan Metode Smoothing dan Arima
89
Tabel 7.4. Perkembangan Jumlah Produksi Padi dan Palawija di Provinsi Sulawesi Utara Jenis Tanaman
Y.o.Y
ARAM 2008
Tabel 7.5. Tingkat Produktivitas Produksi Padi dan Palawija
Y.o.Y
Jenis Tanaman
2006
2007
Y.o.Y
ARAM 2008
Y.o.Y
2006
2007
Padi Sawah
441,573
473,940
7.33
484,477
2.22 Padi Sawah
49.53
50.14
1.23
50.44
0.60
Padi Ladang
13,329
21,010
57.63
21,630
2.95 Padi Ladang
23.98
24.24
1.08
24.49
1.03
Produktivitas (Ku/Ha)
Produksi (Ton)
Padi (Sawah + Ladang)
454,902
494,950
8.80
506,107
48.03
47.97
-0.12
48.26
0.60
Jagung
242,714
406,759
67.59
462,565
13.72 Jagung
2.25 Padi (Sawah + Ladang)
29.53
35.17
19.10
35.35
0.51 -18.84
Kedelai
4,875
4,562
-6.42
6,222
36.39 Kedelai
14.68
17.14
16.76
13.91
Kacang Tanah
7,205
7,553
4.83
8,232
12.38
13.12
5.98
13.14
0.15
Kacang Hijau
2,078
2,153
3.61
2,057
8.99 Kacang Tanah -4.46 Kacang Hijau
13.8
13.34
-3.33
13.31
-0.22
Ubi Kayu
82,416
74,406
-9.72
81,163
136.86
130.33
-4.77
130.38
0.04
Ubi Jalar
37,345
35,485
-4.98
40,790
99.45
98.08
-1.38
98.08
0.00
9.08 Ubi Kayu 14.95 Ubi Jalar
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 7.6. Rencana Alokasi Pupuk Bersubsidi Tahun 2009
No.
Kabupaten/Kota
Alokasi (Ton)
1
Minahasa
4,230
2
Minut
1,829
3
Minsel
4,114
4
Minteng
2,131
5
Bolmong
4,798
6
Bolmut
2,399
7
Sangihe
8
Talaud
306
9
Sitaro
344
10
Manado
166
11
Bitung
12
Tomohon
13
Kotamobagu Jumlah
826
403 1,356
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 7.7. Penanganan Irigasi Provinsi Melalui DAK (Dana Alokasi Umum) No.
Kegiatan
Rehabilitasi 1 Noongan 2 Lahendong 3 Ranoyapo 4 Ranombolay 5 Talawaan-Meras 6 Buyat 7 Katulidan Sintakan 8 Tombolikat Sita 9 Pusian Molong 10 Lolak-Pinogaluman-Monanow 11 Tangaton-Tumubui-Pangai-Yuyag Peningkatan 1 Buko Tuntung Total
Luas (Ha) 1286 1059 2059 1157 1705 769 650 1076 1171 2040 1476
Lokasi
Volume (Ha)
Langowan Ratahan Tompaso Baru Tombatu Minut Buyat-Ratatotok Passi-Kotamobagu Kotabunan Dumoga Timur Lolak Lolayan
438 94 650 430 400 190 170 250 150 200 250
1166 Pinogaluman
342 3,564
Sumber : Balai Wilayah Sungai Sulawesi I
1,098 24,000
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternaskan Provinsi Sulut
Selain itu, meningkatnya peran dan perhatian pemerintah di sektor pertanian di Tahun 2008 tercermin pula dari meningkatnya alokasi dana bagi pembangunan dan perbaikan sarana irigasi yang mencapai jumlah Rp102,74 milliar baik yang bersumber dari APBN maupun APBD. Secara rinci, penanganan irigasi melalui APBN terbagi 2 (dua) yaitu pembangunan dengan alokasi dana Rp28,35 milliar untuk 10 daerah irigasi dan rehabilitasi jaringan sebanyak 6 lokasi dengan dana Rp8,51 milliar. Sedangkan penanganan irigasi melalui APBD kabupaten, kota dan provinsi se-Sulawesi Utara mencapai jumlah Rp65,87 milliar.
90
Pertumbuhan sektor bangunan diprakirakan meningkat di 2008, mencapai 7,9 - 8,1% (y.o.y). Pertumbuhan sektor ini seiring dengan terus berjalannya aktivitas pembangunan infrastuktur fisik terkait dengan rencana penyelenggaraan WOC baik yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah maupun pihak swasta. Proses pembangunan 8 hotel berbintang 35 di Kota Manado merupakan salah satu contoh kontribusi pihak swasta dalam mendukung kesuksesan pelaksanaan even internasional tersebut. Belum lagi maraknya pembangunan properti residential akhir-akhir ini tentunya semakin menambah tingginya permintaan masyarakat dan pelaku usaha akan komoditi semen. Berdasarkan prognosa yang dibuat oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Utara diperkirakan tingkat kebutuhan semen tertinggi terjadi pada Juni, Juli dan Agustus. Grafik 7.2. Prognosa Kebutuhan Semen Sepanjang Tahun 2008 (dalam ton) 60,000 50,000
Grafik 7.3. Ekspektasi Suku Bunga Kredit 3 dan 6 Bulan y.a.d 180 170
Kebutuhan M asyarakat
160
Proyek Swasta
3 bulan yad 6 bulan yad
150
Proyek Pemerintah
140
40,000
130 120
30,000
110 100
20,000
90 80
10,000
J F M A M J
J A S O N D J F M A M
2007
Jan Feb M ar Apr M ei
Jun
Jul
J J A S
2008
Ags Sep Okt Nov Des
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Utara
Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado
Namun demikian, perkembangan sektor bangunan ini diperkirakan akan sedikit mengalami hambatan sehubungan dengan meningkatnya harga material bangunan yang menyebabkan margin keuntungan kontraktor kian menipis, bahkan mulai banyak yang merugi. Selain itu, kebijakan Bank Indonesia dengan menaikan BI Rate pada besaran 9,25% pada September 2008 guna meredam tekanan inflasi inflasi diperkirakan akan mendorong bergerak naiknya tingkat suku bunga kredit yang akan membebani pelaku usaha. Kondisi ini dipertegas lagi dengan hasil Survey Ekspektasi Konsumen Kota Manado dimana sebagian responden pesimis bahwa suku bunga kredit pada 3 s.d. 6 bulan mendatang akan mengalami penurunan (level indeks > 100 berarti suku bunga optimis naik). Sektor PHR diprakirakan tumbuh sekitar 9,4 - 9,6% (y.o.y) pada tahun 2008. Membaiknya daya beli masyarakat memberikan dorongan positif terhadap kinerja di sektor-sektor penghasil barang. Hal tersebut pada gilirannya berdampak pada peningkatan aktivitas 91
perdagangan besar dan eceran. Kegiatan ini akan semakin meningkat manakala kegiatan terkait Pemilu mulai dilakukan. Meningkatnya aktivitas bisnis masyarakat akan mendorong nilai tambah subsektor hotel dan restoran.Perkembangan sektor PHR ini antara lain dapat dikonfirmasi melalui indeks ekspektasi penjualan dalam 3 - 6 bulan y.a.d dimana masih memperlihatkan tingkat optimisme (level indeks > 100), bahkan cenderung meningkat bila dibandingkan triwulan sebelumnya (khususnya untuk indeks ekspektasi penjulan 3 bulan yang akan datang). Grafik 7.4. Ekspektasi Penjualan 3 dan 6 Bulan y.a.d 180
160
140
120
100 3 bln yad 6 bln yad 80 J
F
M
A M
J
J
A
S
O
N
D
J
F M
2007
A M
J
J
A S
2008
Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado
Sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tetap tumbuh tinggi berkisar 7,2 -7,4% (y.o.y) pada 2008. Sektor pengangkutan dan komunikasi mampu tumbuh relatif tinggi terutama didorong oleh kinerja subsektor komunikasi. Daya beli yang memadai didukung oleh layanan selular yang makin luas dan murah. Meskipun tumbuh tetap tinggi, namun tren pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi berpotensi melambat. Hal tersebut terjadi karena persaingan di industri selular semakin ketat seiring dengan meningkatnya pelaku bisnis di sektor tersebut. Dengan semakin banyak pelaku bisnis di sektor tersebut, margin yang dinikmati setiap pelaku bisnis lambat laun menurun. Sektor industri pengolahan pada 2008 diprakirakan tumbuh pada kisaran 5,3 - 5,5% (y.o.y). Kegiatan dalam rangka persiapan Pemilu diprakirakan akan mendorong aktivitas subsektor industri makanan dan minuman, kertas dan barang cetakan, serta tekstil, barang kulit dan alas kaki. Meningkatnya
pertumbuhan
subsektor
industri
makanan
dan
minuman
tersebut
dikonfirmasi oleh pertumbuhan impor bahan baku untuk industri makanan dan minuman yang cenderung meningkat.
Kinerja sektor keuangan pada tahun 2008 diprakirakan tumbuh sebesar 6,5-6,7% (y.o.y). Saat ini perbankan menghadapi likuiditas yang ketat. Untuk dapat menarik dana pihak 92
ketiga, bank-bank berlomba-lomba menaikkan suku bunga simpanannya, yang akhirnya memperkecil selisih antara bunga pinjaman dan simpanan. Dengan kondisi likuiditas yang ketat, perbankan akan lebih selektif dalam menyalurkan kreditnya, sehingga ekspansi perbankan menjadi terbatas.
B. PRAKIRAAN INFLASI Prospek inflasi hingga akhir Tahun 2008 diprakirakan berada pada kisaran 9 – 11% (y.o.y). Namun demikian tekanan inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan akan sedikit lebih rendah dibandingkan saat ini. Sumber tekanan inflasi pada triwulan mendatang terutama didorong oleh meningkatnya permintaan masyarakat menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2009. Namun demikian, peningkatan permintaan masyarakat tersebut diperkirakan akan segera diantisipasi oleh pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan bersama-sama dengan Bank Indonesia dan instanasi lainnya yang tergabung dalam Forum Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Sementara itu, para pelaku usaha khususnya distributor kebutuhan pokok, dalam beberapa kesempatan / pertemuan mengatakan bahwa stok barang yang berada di gudang mereka sanggup memenuhi kebutuhan masyarakat hingga 3 - 4 bulan yang akan mendatang. Selain itu, kecenderungan penurunan harga-harga komoditas internasional yang diikuti oleh turunnya inflasi di negaranegara mitra dagang diprakirakan akan berdampak positif terhadap turunnya inflasi domestik. Kecenderungan menurunnya tekanan inflasi sejalan dengan hasil survei yang dilaksanakan oleh Kantor Bank Indonesia Manado, dimana sebagian besar penjual atau konsumen optimis bahwa harga barang/jasa pada 3 - 6 bulan mendatang akan mengalami kenaikan namun dengan level yang lebih sama / lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Grafik 7.6. Ekspektasi Harga Menurut Konsumen
Grafik 7.5. Ekspektasi Harga Menurut Penjual 220
180
200 160
3 bulan yad 6 bulan yad
180 140
160 140
120
120 100 3 bulan yad 6 bulan yad 80 J
F M
A M
J
J
A
S O N D
J
F M A M
2007
Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado
2008
J
J
A S
100 80 J F M A M J
J
A S O N D J F M A M
2007
J
J A S
2008
Sumber : Survei Konsumen (SK) Kota Manado
93
Selanjutnya untuk 2009, inflasi diprakirakan menurun mencapai kisaran 6,5%-7,5%. Pendorong utama inflasi masih tetap berasal dari inflasi inti dan administered. Dari sisi inflasi inti, tekanan inflasi dari sisi permintaan yang cukup besar dari 2008 diprakirakan masih berlanjut di 2009, terkait proses penyiapan Pemilu. Tekanan inflasi dari sisi administered diprakirakan masih akan tinggi, terkait konversi minyak tanah ke LPG dan kemungkinan kenaikan barang administered lainnya setelah dibentuknya pemerintahan baru. Di tahun 2009, tekanan inflasi dari sisi volatile food diprakirakan minimal. Dari sisi komponen pembentuk inflasi, ekspektasi inflasi diprakirakan cenderung menurun meskipun masih cukup tinggi. Membaiknya ekspektasi inflasi masyarakat terutama sejalan dengan kecenderungan inflasi yang cenderung menurun. Membaiknya ekspektasi inflasi tersebut terutama terjadi pada konsumen dan pedagang. Dari sisi interaksi permintaan dan penawaran, terdapat indikasi peningkatan permintaan walaupun dampaknya terhadap inflasi ditengarai masih relatif minimal. Namun demikian, tingginya pertumbuhan investasi sejak Q3-2007 diharapkan dapat merespon peningkatan permintaan sehingga dampaknya terhadap inflasi diprakirakan minimal.
Tekanan inflasi dari sisi eksternal diprakirakan akan mereda. Meredanya tekanan inflasi dari sisi eksternal dipicu oleh turunnya harga minyak dan harga komoditas lainnya. Penurunan harga-harga komoditas internasional tersebut berakibat pada lebih rendahnya tekanan inflasi di negara-negara mitra dagang yang pada gilirannya diprakirakan akan mengurangi tekanan inflasi di dalam negeri melalui harga-harga barang impor. Tekanan inflasi dari sisi administered diprakirakan masih akan tinggi. Tingginya inflasi administered terutama terkait program konversi minyak tanah ke LPG yang masih akan berlanjut sampai 2009. Di luar hal tersebut, pemerintah diprakirakan tidak akan meningkatkan harga barang-barang administered sampai dengan terbentuknya pemerintah baru pada Triwulan III - 2009. Sementara itu, tekanan inflasi dari sisi volatile food diprakirakan minimal. Kecenderungan penurunan harga minyak dan komoditas lainnya akan berdampak positif terhadap terkendalinya inflasi volatile food. Di tahun 2009, tingginya produksi bahan makanan di dalam negeri diharapkan dapat berlanjut sejalan dengan program peningkatan produktivitas pertanian melalui pemberian benih hibrida, pupuk bersubsidi, dan perbaikan infrastruktur pertanian.
94
LAMPIRAN I TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH INDIKATOR
2007 Q1
Q2
Q3
Q4
2007
Q1
2008 Q2
Q3*)
MAKRO EKONOMI IHK Kota Manado Laju Inflasi Kota Manado (Y.o.Y)
99.09 6.98
98.64 6.97
101.64 7.82
105.01 10.13
105.01 10.13
106.51 7.68
111.64 13.18
115.01 13.15
PDRB ADHK (Milliar Rp) Pertumbuhan Ekonomi (y.o.y %)
3,189 5.46
3,507 6.41
3,563 6.53
4,148 7.25
14,407 6.47
3,411 6.96
3,760 7.19
3,814 7.06
Pembentukkan Modal Tetap Bruto Perubahan Stok Ekpor Impor
2,098 1,300 98 700 633 47 1,424 1,013
2,358 1,486 111 761 731 56 1,600 1,237
2,450 1,546 116 789 851 62 1,591 1,392
2,712 1,631 120 961 939 45 1,878 1,426
9,619 5,963 444 3,212 3,154 211 6,493 5,069
2,187 1,351 103 733 681 54 2,173 1,686
2,408 1,507 108 793 797 91 2,674 2,210
2,522 1,581 118 822 954 94 2,750 2,505
Sektoral - Pertanian - Pertambangan & Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas, & Air Bersih - Bangunan - Perdagangan, Hotel & Restoran - Pengangkutan & Komunikasi - Keuangan, Persewaan & Jasa - Jasa Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) Nilai Impor Non Migas (USD Juta) Volume Impor Non Migas (ribu ton)
676 169 257 26 513 417 380 215 536 9.23 13.61 0.03 0.00
796 190 264 26 536 503 390 234 568 16.06 22.46 52.13 0.15
783 194 286 27 594 509 372 243 554 388.98 703.56 4.43 11.30
843 222 303 29 663 690 543 259 595 143.09 194.62 2.33 15.41
3,098 775 1,110 108 2,307 2,119 1,685 951 2,253 557.36 934.25 58.92 26.87
712 180 277 27 547 471 415 230 551 143.57 175.22 1.98 3.72
851 209 278 28 583 551 423 250 586 257.20 282.50 1.28 1.23
797 215 308 29 661 560 410 260 574 114.17 105.86 4.11 1.23
Jenis Penggunaan -Konsumsi
- Konsumsi RT - Konsumsi Lembaga Swasta Non Profit - Konsumsi Pemerintah
-
95
LAMPIRAN II TABEL INDIKATOR PERBANKAN TERPILIH INDIKATOR
2007 Q1
2007
Q1
2008 Q2
Q2
Q3
Q4
Q3*)
9,319 6,436 2,994 1,311 2,130 5,638 2,014 3,024 601 87.61 4.91 3,632.38 372.20 1,116.48 2,143.70 4.91
9,905 6,504 2,998 1,365 2,141 6,079 2,245 3,215 619 93.46 6.29 3,881.77 237.45 1,355.41 2,288.91 6.29
10,548 7,070 3,725 1,189 2,156 6,577 2,540 3,363 674 93.02 3.77 4,063.91 248.10 1,344.45 2,471.35 3.77
10,548 7,070 3,725 1,189 2,156 6,577 2,540 3,363 674 93 3.77 4,064 248 1,344 2,471 3.77
10,793 7,189 3,594 1,305 2,291 6,823 2,734 3,420 669 95 4.86 4,305 261 1,445 2,599 6.34
11,691 7,765 4,022 1,537 2,206 7,852 3,274 3,777 802 101 4.88 5,079 279 1,600 3,201 5.11
11,222 7,644 3,793 1,421 2,430 8,258 3,347 4,065 846 108 3.88 5,336 289 1,711 3,336 4.91
149 111 30 81 122 26 84 12 122 4.52 109.39
152 116 33 83 127 29 86 12 127 4.18 109.34
171 126 39 86 131 29 90 12 131 3.38 103.88
171 126 39 86 131 29 90 12 131 3.38 103.88
177 133 37 96 140 33 95 12 131 3.46 105.27
187 136 40 95 158 35 110 12 131 3.13 116.47
191 142 42 101 158 37 107 14 131 3.18 111.06
PERBANKAN Bank Umum : Total Aset (Rp Triliun) DPK (Rp Triliun)
8,958 5,985 - Tabungan (Rp Triliun) 2,739 - Giro (Rp Triliun) 1,102 - Deposito (Rp Triliun) 2,145 5,179 Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan Bank Pelapor - Modal Kerja 1,883 - Konsumsi 2,742 - Investasi 554 LDR 86.52 5.12 NPL Gross (%) 3,221.01 Kredit UMKM (Rp Triliun) 216.24 Kredit Mikro ( < Rp50 juta) Kredit Kecil ( Rp50 juta < X ≤ Rp500 Juta) 1,026.16 Kredit Menengah (Rp500 Juta < X ≤ Rp5 millia 1,978.61 NPL UMKM Gross (%) 5.12 BPR : Total Aset (Rp Triliun) DPK (Rp Triliun)
- Tabungan (Rp Triliun) - Deposito (Rp Triliun)
Kredit (Rp Trilun)
- Modal Kerja - Konsumsi - Investasi
Kredit UMKM (Rp Triliun) Rasio NPL Gross (%) LDR
145 102 26 76 111 26 74 11 111 4.27 108.03
96
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
PDRB M.t.M Q.t.Q Y.o.Y Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Harga Konsumen (IHK) Indeks Kondisi Ekonomi Indeks Ekspektasi Konsumen Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dana Perimbangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Inflasi
Volatile Food Administered Price M1 M2
Mo
Uang Kartal Uang Giral
NIM NPLs
Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu Month to Month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya. Quarter to Quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya. Year on Year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100 Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu. Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100 Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100 Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah. Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi. Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli. Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan. Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu. Salah satu disagregasi inflasi , yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah. Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing). Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat dibank sentral. Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum. Terdiri dari rekening giro masyarakat masyarakat dibank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter. Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar. Singkatan dari non performing loan disebut juga kredit bermasalah, dengan 97
Restrukturisasi kredit UMKM UYD Inflow Outflow Netflow PTTB
kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI. Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan. Singkatan dari Sektor Usaha Mikri, Kecil Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar. Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartalyang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank. Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum. Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI. Selisih antara outflow and inflow. Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalm kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.
98