KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara
Triwulan III – 2009
Kantor Bank Indonesia Manado
0
Kata Pengantar Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dijelaskan bahwa tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Guna mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum otonomi daerah, setiap Kantor Bank Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI Manado dituntut berperan sebagai ”economic intelligent and research unit” yang diharapkan mampu memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini sebagai bahan masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam perumusan dan penetapan kebijakan moneter yang tepat sasaran. Penyajian informasi ekonomi dan keuangan daerah tersebut, disusun dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sulawesi Utara secara triwulanan, yang berisi analisis mengenai kondisi makro ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta prospeknya ekonomi di triwulan mendatang. Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih. Manado, 30 September 2009 BANK INDONESIA MANADO
Ramlan Ginting Pemimpin
1
Daftar Isi RINGKASAN EKSEKUTITF
halaman 4
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
halaman 12
Sisi Permintaan
halaman 13
Sisi Penawaran
halaman 20
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
halaman 32
Inflasi Tahunan (Y.o.Y)
halaman 32
Inflasi Bulanan (M.t.M)
halaman 34
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
halaman 37
Fungsi Intermediasi
halaman 38
Risiko Kredit
halaman 49
Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat
halaman 53
Box: Perkembangan, Peluang, dan Tantangan Penyalur KUR di Prov. Sulut
halaman 55
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
halaman 57
Dana Perimbangan
halaman 57
Perkembangan APBD Provinsi
halaman 59
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
halaman 63
Perkembangan Aliran Uang Kartal
halaman 63
Penemuan Uang Palsu
halaman 67
Perkembangan Kliring Lokal (Tunai)
halaman 68
RTGS (Real Time Gross Settlement)
halaman 68
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN
halaman 70
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Pengangguran
halaman 70
Kemiskinan
halaman 74
Kesejahteraan Petani
halaman 76
Rasio Gini
halaman 77
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
halaman 78
PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI
halaman 80
Prospek Pertumbuhan Ekonomi
halaman 80
Prakiraan Inflasi
halaman 81
Daftar Istilah dan Singkatan
halaman 83
2
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Kantor Bank Indonesia Manado Jl. 17 Agustus No. 56 Ph. 0431-868102, 868103, 868108 Fax. 0431 - 866933 Email :
[email protected];
[email protected]
3
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perkembangan Makro Ekonomi Regional Proses pemulihan yang terjadi pada perekonomian global terus menunjukkan indikasi yang semakin menguat...
Proses pemulihan yang terjadi pada perekonomian global terus menunjukkan indikasi yang semakin menguat dan merata di berbagai negara. Perbaikan yang paling tampak adalah di negaranegara emerging market Asia, terutama China. Sementara di negara maju, kontraksi ekonomi mulai melambat. Dari berbagai indikator makro ekonomi global, terlihat optimisme pemulihan ekonomi global semakin menguat. Perkembangan penjualan eceran, utilisasi kapasitas, dan indeks produksi, mulai meningkat baik di negara maju maupun negara emerging markets. Meski menunjukkan perbaikan, beberapa faktor risiko masih membayangi pemulihan ekonomi. Risiko tingkat pengangguran yang masih tinggi di negara-negara maju menjadi kendala bagi perbaikan kinerja
perekonomian
global
lebih
lanjut.
Mencermati
perkembangan tersebut, ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh sebesar 4,0-4,5% atau lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,5 - 4,0%.
Secara regional, dampak krisis global pada perekonomian Sulut hingga triwulan III 2009 diperkirakan masih minimal...
Secara regional, dampak krisis global pada perekonomian Sulawesi Utara hingga triwulan III 2009 diperkirakan masih minimal dengan laju pertumbuhan ekonomi diperkirakan sebesar 7,73% (y.o.y). Perkiraan ini antara lain dapat dikonfirmasi dari beberapa prompt indicator dan hasil survey yang dimiliki oleh Kantor Bank Indonesia Manado. Krisis ekonomi global ternyata lebih berpengaruh perekonomian
Sulawesi Utara melalui jalur perdagangan luar
negeri. Namun demikian, kontraksi yang terjadi pada ekspor luar negeri masih dapat dikompensasi dengan meningkatnya ekspor antar provinsi yang mengindikasikan terdapatnya peralihan pasar ekspor dari luar negeri ke dalam negeri (domestik). Selain itu, berlangsungnya even bertaraf internasional Bunaken Sail juga turut andil menahan perlambatan ekonomi tercermin dari meningkatnya 4
tingkat kunjungan wisatawan baik dalam dan luar negeri serta tingkat hunian hotel menjelang dan saat penyelenggaran even tersebut. Dari sisi permintaan, Dari sisi permintaan, perekonomian Sulawesi Utara selama perekonomian Sulawesi Utara Triwulan III 2009 diperkirakan lebih dominan didorong oleh selama triwulan III 2009 diperkirakan lebih didominasi oleh kegiatan konsumsi baik konsumsi rumah tangga maupun swasta. kegiatan konsumsi...
Sedangkan kinerja ekspor luar negeri diperkirakan masih akan mengalami trend perlambatan bahkan kontraksi. Indikasi dari masih relatif tinggi kegiatan konsumsi selama triwulan laporan tercermin dari hasil Survey Ekspektasi Konsumen (SEK) dan Survey Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan oleh Bank Indonesia selama periode Juli – September 2009. Beberapa faktor pendorong meningkatnya kegiatan konsumsi adalah : (1) Penyelenggaraan even internasional Bunaken Sail pada
Agustus
2009, (2)
Berlangsungnya bulan suci ramadhan dan hari raya lebaran, serta (3) Berlangsungnya tahun ajaran baru 2009/2010. Dari sisi penawaran, pertumbuhan Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan III 2009 disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada. triwulan III 2009 disumbangkan oleh seluruh sektor... Potensi perlambatan ekonomi yang diperkirakan sebelumnya
sebagai imbas dari krisis ekonomi global pada Oktober 2008 lalu ternyata masih dapat tertolong oleh meningkatnya kegiatan konsumsi
dan
aktivitas
pembangunan
infrastruktur
dan
sarana/prasarana lainnya khususnya yang berkaitan dengan penyelenggaraan WOC, CTI Summit (Mei 2009) dan Bunaken Sail (Agustus 2009) yang membawa multipier effect pada seluruh sektor ekonomi yang ada.
Perkembangan Inflasi Daerah Secara umum, tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado selama triwulan IIi 2009 memperlihatkan adanya trend penurunan...
Secara umum, tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado selama Triwulan III-2009 memperlihatkan adanya trend penurunan dibandingkan periode-periode sebelumnya. Pada September 2009, kota Manado mencatat deflasi sebesar 0,01% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan dengan akhir triwulan lalu yang tercatat sebesar 5
2,25% (y.o.y) dan periode yang sama tahun lalu sebesar 13,15% (y.o.y). Demikian pula jika dibandingkan dengan laju inflasi nasional yang sebesar 2,83% (y.o.y) maka laju inflasi Kota Manado masih lebih rendah. Secara nasional, tekanan inflasi yang terus menurun juga disebabkan oleh hilangnya dampak kenaikan harga BBM...
Secara nasional, tekanan inflasi yang terus menurun juga disebabkan oleh hilangnya dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dari angka inflasi tahunan. Faktor lain yang membantu penurunan inflasi adalah stabilitas dan penguatan rupiah, yang disebabkan meningkatnya kepercayaan sehingga terjadi capital inflow. Fluktuasi harga minyak dunia sampai pada kisaran $70/barrel pada triwulan laporan tidak berdampak pada inflasi nasional, hal ini dikarenakan pemerintah memutuskan untuk tidak menaikkan harga BBM dalam negeri.
Dari sisi regional, trend penurunan Dari sisi regional, trend penurunan laju inflasi Kota Manado lebih laju inflasi Kota Manado lebih dipicu oleh ketersediaan kebutuhan bahan pokok yang masih dipicu oleh ketersediaan kebutuhan bahan pokok... mencukupi menjelang dan pasca hari raya Idul Fitri. Selain itu
angka deflasi Kota Manado juga dipengaruhi oleh realisasi beras miskin (raskin) di provinsi Sulawesi Utara sampai dengan akhir September 2009 yang telah mencapai 75%. Inflasi yang rendah juga dapat terkonfirmasi dengan data Bank Indonesia yang menunjukkan penarikan dana tunai (uang kartal) dari khasanah tahun ini menurun dibandingkan lebaran tahun lalu.
Perkembangan Perbankan Daerah Beberapa indikator kinerja perbankan Sulut pada triwulan III 2009 masih menunjukkan trend perlambatan...
Beberapa indikator kinerja perbankan di Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III-2009 masih menunjukkan trend perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini tercermin dari perlambatan pertumbuhan dari total aset dan kredit yang disalurkan oleh bank. Walaupun angka nominal aset dan kredit menunjukkan adanya peningkatan, namun jika dilihat dari persentase pertumbuhannya cenderung mengalami penurunan. Pada triwulan laporan pertumbuhan aset perbankan hanya sebesar 20,24% (y.o.y) mengalami penurunan dibandingkan periode yang 6
sama tahun lalu sebesar 24,78% (y.o.y). Fungsi intermediasi perbankan juga menunjukkan adanya perlambatan, terlihat dari angka Loan To Deposit Ratio (LDR) sebesar 102,88% lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 106,62%. Penurunan LDR ini tidak dibarengi dengan penurunan jumlah kredit bermasalah, sebaliknya terdapat peningkatan jumlah kredit bermasalah / Non Performing Loan (NPL), dimana pada triwulan laporan angka NPL tercatat 3,58% meningkat tipis dibandingkan dengan posisinya pada periode yang sama tahun lalu sebesar 3,43%. Satu indikator yang menunjukkan peningkatan adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), pertumbuhan DPK tercatat 22,64% (y.o.y) lebih besar baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 21,91% (y.o.y) maupun dengan triwulan sebelumnya sebesar 21,67% (y.o.y) .
Perkembangan Keuangan Daerah (APBD) Alokasi dana dari pemerintah Alokasi dana dari pemerintah pusat ke Sulawesi Utara di Tahun pusat ke Sulawesi Utara di Tahun 2009 diperkirakan mencapai Rp9,22 Triliun atau naik 17,12% 2009 diperkirakan mencapai Rp9,22 Triliun atau naik 17,12%... dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan komponen
penyusunnya, kenaikan dana alokasi pemerintah pusat terutama berasal dari Dana Perimbangan (DAU/DAK) yang naik 23,45% mencapai jumlah Rp5,34 Triliun. Berikutnya adalah Dana Sektoral yang
naik
8,38%
mencapai
Rp3,09
Triliun
dan
Dana
Dekonsentrasi/Tugas Perbantuan yang naik 13,79% mencapai Rp788 milliar. Pada tingkat provinsi, kinerja keuangan pemerintah hingga triwulan III 2009 relatif lebih baik...
Pada tingkat provinsi, kinerja keuangan pemerintah hingga triwulan III 2009 relatif lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sampai dengan September 2009, total pengeluaran pemerintah mencapai Rp656,72 milliar atau mencapai 57,96%
dari
target
pengeluaran
dalam
APBD-P
sebesar
Rp1.133,16 milliar. Sementara itu, total penerimaan pemerintah telah mencapai Rp783,09 milliar atau baru 75,37% dari target penerimaan dalam APBD-P sebesar Rp1.039,06 milliar. Jumlah penerimaan yang lebih besar dibandingkan realisasi menyebabkan 7
keuangan pemerintah hingga triwulan III 2009 mengalami surplus sebesar Rp126,36 milliar.
Perkembangan Sistem Pembayaran Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan III 2009 berada pada kondisi net outflow...
Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan III-2009 berada pada kondisi net outflow, yang berarti aliran uang keluar dari khasanah lebih tinggi dibandingkan aliran uang masuk. Kondisi net outflow yang terjadi pada triwulan laporan merupakan pola musiman berkenaan dengan perayaan hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada bulan September 2009. Jumlah uang aliran uang masuk dan keluar selama triwulan laporan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Aliran uang masuk meningkat 18,61% (y.o.y) atau sebesar Rp19,09 miliar sebaliknya aliran uang keluar justru mengalami penurunan 36,57% (y.o.y) atau sebesar Rp135,446 miliar. Penurunan ini antara lain disebabkan oleh kondisi perbankan di wilayah kerja KBI Manado yang berada pada kondisi long position. Selain itu, outflow juga lebih banyak melalui penukaran, dan hanya sebagian kecil melalui bayaran. Secara netto, aliran uang kartal selama triwulan laporan berada pada kondisi
outflow
sebesar
Rp113,29
miliar
lebih
rendah
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp267,83 miliar. Penemuan uang palsu di wilayah kerja KBI Manado menunjukan penurunan signifikan...
Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Manado menunjukkan penurunan signifikan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Total uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado pada triwulan III-2009 sebanyak 14 lembar yang terdiri dari 4 lembar uang pecahan Rp100.000,-, 6 lembar uang pecahan Rp50.000, dan 4 lembar uang pecahan Rp5.000,-. Jumlah ini jauh lebih kecil dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar 33 lembar. Jika dibandingkan dengan jumlah uang palsu yang ditemukan pada periode-periode sebelumnya terlihat bahwa jumlah uang palsu yang ditemukan pada triwulan IV-2008 sampai dengan triwulan III8
2009 menunjukkan adanya trend penurunan berturut-turut sebanyak 136 lembar, 41 lembar , 18 lembar dan 14 lembar. Penurunan temuan ini mengindikasikan pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian uang rupiah sudah cukup baik. Perkembangan kliring lokal (tunai) Perkembangan kliring lokal (tunai) pada triwulan III-2009 pada triwulan III 2009 menunjukkan peningkatan sebesar 12,84% (y.o.y) mencapai menunjukkan peningkatan sebesar 12,84% (y.o.y) mencapai 93.945 lembar dengan nilai Rp2.036 triliun. Jika dilihat 93.945 lembar...
berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan selama periode laporan tercatat sebanyak 1,566 lembar dengan nilai sebesar Rp33,97 miliar. Angka inipun meningkat 18,62% (y.o.y). Peningkatan rata-rata jumlah nominal kliring tersebut semakin menegaskan bahwa perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan yang positif.
Perkembangan
Ketenagakerjaan
Daerah
dan
Kesejahteraan Masyarakat Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara terus menunjukkan perbaikan, tercermin dari rasio TPT (Tingkat terus menunjukkan perbaikan... Pengangguran Terbuka) sebesar 10,63% atau turun tipis (0,02%) dibandingkan dengan periode Agustus 2008 sebesar 10,65%. Demikian halnya bila dibandingkan terhadap keadaan Februari 2008 yang juga mengalami penurunan sebesar 1,72%. Menurut lapangan pekerjaan, pertanian
masih menjadi sektor lapangan
pekerjaan utama, walaupun saat ini telah terjadi pergeseran ke sektor
lainnya,
terutama
sektor
perdagangan.
Berdasarkan
persebarannya, Manado masih menjadi daerah dengan jumlah angkatan kerja terbesar dan angka pengangguran tertinggi.
Outlook Pertumbuhan Ekonomi Prospek perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan IV 2009 diperkirakan masih akan tumbuh positif...
Prospek perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan IV 2009 diperkirakan masih akan tumbuh positif walaupun masih dibayangbayangi oleh minimnya pasokan listrik, musim kemarau yang lebih panjang dari perkiraan sebelumnya (dampak El Nino) serta belum optimalnya kinerja ekspor khususnya ekspor luar negeri sebagai 9
dampak krisis ekonomi global. Sementara itu, beberapa faktor pendorong laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang diantaranya adalah meningkatnya belanja pemerintah menjelang akhir tahun anggaran, berlangsungnya perayaan hari besar keagamaan (Santa Claus’s Day dan Natal) serta tahun baru 2010. Perekonomian Sulut pada triwulan Perekonomian Sulut pada triwulan IV 2009 diperkirakan akan IV 2009 diperkirakan akan tumbuh sebesar 7,7% – 8,2% (y.o.y). Konsumsi masyarakat tumbuh sebesar 7,7% - 8,2% (y.o.y).... diperkirakan akan meningkat seiring dengan sejumlah faktor
pendukung konsumsi yaitu Santa Claus’s Day tanggal 5 Desember 2009, Natal 25 Desember 2009 dan tahun baru 2010. Suku bunga perbankan yang terus menurun diprediksi juga akan mendorong aktivitas konsumsi masyarakat. Sedangkan aktivitas investasi diperkirakan akan mengalami tekanan seiring dengan belum terselesaikannya defisit listrik yang dialami oleh Sulawesi Utara sehingga minat investor baru tertahan. Perdagangan luar negeri juga diyakini akan berlanjut ke arah perbaikan seiring dengan mulai terdapatnya tanda-tanda pemulihan ekonomi di negaranegara tujuan ekspor utama Sulawesi Utara. Beberapa data yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi Sulut antara lain: (1) Hasil liaison menunjukkan bahwa baik eksportir maupun importir sama-sama optimis akan berlanjutnya perbaikan hingga akhir tahun nanti, (2) Survei kepada pengusaha maupun konsumen juga menunjukkan optimisme terhadap kondisi ekonomi di triwulan mendatang, (3) Ditetapkannya Bitung sebagai salah satu dari dua daerah prioritas pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Indonesia.
Outlook Inflasi Regional Tekanan inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan akan meningkat....
Tekanan inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan akan meningkat. Dari sisi penawaran, trend kenaikan harga minyak dunia yang diikuti oleh kenaikan harga komoditas diperkirakan akan mendorong tekanan harga. Secara regional, musim kemarau yang lebih panjang dari perkiraan (dampak El Nino) akan menyebabkan produksi pertanian mengalami penurunan. Selain 10
itu, defisit listrik yang dialami Sulawesi Utara sejak beberapa bulan terakhir diperkirakan masih akan berlanjut pada beberapa bulan ke depan. Sumber tekanan harga lainnya yang perlu diwaspadai adalah meningkatnya permintaan akan bahan bangunan yang dipicu oleh peningkatan realisasi belanja fisik pemda dan perilaku. Namun demikian, relatif terkendalinya laju inflasi Kota Manado paling tidak hingga September 2009 cukup membangkitkan optimisme bahwa hingga akhir Tahun 2009 laju inflasi Kota Manado akan berada pada kisaran 4-5%.
11
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Perkembangan perekonomian global yang terus menunjukkan pemulihan telah berdampak pada membaiknya ekonomi domestik. Ekonomi Indonesia berpotensi tumbuh lebih baik dari perkiraan semula, baik untuk tahun 2009 maupun tahun 2010. Di tahun 2009, ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh sebesar 4,0-4,5% atau lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,5 - 4,0%. Sementara itu, untuk tahun 2010, pertumbuhan ekonomi diprakirakan mencapai 5,0-5,5%. Proses pemulihan yang terjadi pada perekonomian global terus menunjukkan indikasi yang semakin menguat dan merata di berbagai negara. Perbaikan yang paling tampak adalah di negara-negara emerging market Asia, terutama China. Sementara di negara maju, kontraksi ekonomi mulai melambat. Dari berbagai indikator makro ekonomi global, terlihat optimisme pemulihan ekonomi global semakin menguat. Perkembangan penjualan eceran, utilisasi kapasitas, dan indeks produksi, mulai meningkat baik di negara maju maupun negara emerging markets. Meski menunjukkan perbaikan, beberapa faktor risiko masih membayangi pemulihan ekonomi. Risiko tingkat pengangguran yang masih tinggi di negara-negara maju menjadi kendala bagi perbaikan kinerja perekonomian global lebih lanjut. Di sisi domestik, perekonomian Indonesia menunjukkan perkembangan yang lebih baik seiring dengan terus membaiknya perekonomian global. Pertumbuhan PDB pada triwulan III 2009 diperkirakan mencapai 4,2%, lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelumnya sebesar 3,9%. Dari sisi permintaan, kinerja konsumsi meningkat ditopang oleh pendapatan ekspor yang meningkat, keyakinan konsumen yang lebih kuat, serta faktor musiman menjelang hari raya Idhul Fitri. Kinerja investasi diperkirakan sedikit membaik, meski masih tumbuh rendah. Dari sisi eksternal, pertumbuhan ekspor diperkirakan lebih tinggi sejalan dengan ekonomi negara mitra dagang yang semakin membaik, serta harga komoditas global yang meningkat. Sementara, pertumbuhan impor diperkirakan masih minimal. Di sisi penawaran, sektor industri pengolahan dan perdagangan, hotel dan restoran, tumbuh membaik pada triwulan III-2009 seiring dengan perayaan Idul Fitri.
12
Secara regional, dampak krisis global pada perekonomian Sulawesi Utara hingga triwulan III 2009 diperkirakan masih minimal dengan laju pertumbuhan ekonomi diperkirakan sebesar 7,73% (y.o.y). Perkiraan ini antara lain dapat dikonfirmasi dari beberapa promp indikator dan hasil survey yang dimiliki oleh Kantor Bank Indonesia Manado. Krisis ekonomi global ternyata lebih berpengaruh perekonomian Sulawesi Utara melalui jalur perdagangan luar negeri. Selama Januari s.d. Agustus 2009, nilai dan volume ekspor luar negeri rata-rata turun 47% dan 37% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun demikian, kontraksi yang terjadi pada ekspor luar negeri masih dapat dikompensasi dengan meningkatnya ekspor antar provinsi yang mengindikasikan terdapatnya peralihan pasar ekspor dari luar negeri ke dalam negeri (domestik). Selain itu, berlangsungnya even bertaraf internasional Bunaken Sail juga turut andil menahan perlambatan ekonomi tercermin dari meningkatnya tingkat kunjungan wisatawan baik dalam dan luar negeri serta tingkat hunian hotel menjelang dan saat penyelenggaran even tersebut.
A. SISI PERMINTAAN Dari sisi permintaan, perekonomian Sulawesi Utara selama Triwulan III 2009 diperkirakan lebih dominan didorong oleh kegiatan konsumsi baik konsumsi rumah tangga maupun swasta. Sedangkan kinerja ekspor luar negeri diperkirakan masih akan mengalami trend perlambatan bahkan kontraksi. Indikasi dari masih relatif tinggi kegiatan konsumsi selama triwulan laporan tercermin dari hasil Survey Ekspektasi Konsumen (SEK) dan Survey Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan oleh Bank Indonesia selama periode Juli – September 2009. Beberapa faktor pendorong meningkatnya kegiatan konsumsi adalah : (1) Penyelenggaraan even internasional Bunaken Sail pada Agustus 2009, (2) Berlangsungnya bulan suci ramadhan dan hari raya lebaran, serta (3) Berlangsungnya tahun ajaran baru 2009/2010. Tabel 1.1. La ju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Jenis Penggunaan (%)
Jenis Penggunaan Konsumsi Konsumsi Sw asta Konsumsi Pemerintah PMTB Stok Ekspor Impor PDRB
Q3 2.72 1.84 4.60 15.56 50.24 20.86 20.84 7.88
2008 Sumb. 1.84 0.84 1.00 3.64 0.86 8.99 7.46 7.88
Q4 3.83 4.36 2.86 13.07 48.49 10.51 7.61 8.06
2008 4.06 3.45 5.33 11.70 40.51 18.40 18.44 7.56
Q1 8.53 5.12 15.95 10.03 -19.93 5.96 7.90 7.45
2009 Q2 Q3**) 6.44 5.75 5.16 3.96 9.04 9.42 6.33 4.87 -36.13 71.99 6.90 8.73 -0.78 7.78 8.31 7.73
Sumb. 3.70 1.72 1.98 1.22 1.72 4.22 3.12 7.73
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
13
1. Konsumsi Secara umum, kegiatan konsumsi pada triwulan III 2009 diperkirakan tumbuh cukup baik walaupun sedikit lebih lambat dibandingkan triwulan – triwulan sebelumnya dengan laju pertumbuhan 5,75% (y.o.y dengan kontribusi 3,70% terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum. Beberapa faktor pendorong peningkatan konsumsi diantaranya adalah penyelenggaraan even internasional Bunaken Sail, berlangsungnya bulan suci ramadhan, hari raya lebaran, serta tahun ajaran baru 2009/2010. Pemantauan terhadap berbagai indikator konsumsi menunjukan bahwa tingkat konsumsi masih tetap tumbuh positif. Indeks penjualan ecaran, konsumsi listrik rumah tangga dan angka penjualan kendaran baru, semuanya masih mengindikasikan aktivitas konsumsi yang cukup baik selama triwulan III 2009. Sementara itu sentimen negatif krisis global terhadap tingkat konsumsi masyarakat tidak terlalu berpengaruh karena tidak banyak masyarakat Sulawesi Utara yang memiliki portopolio di aset-aset keuangan modern. Sebagaimana diketahui bahwa dampak terbesar krisis global terhadap sektor privat/rumah tangga umum adalah menurunnya kekayaan berupa aset-aset keuangan. Selain itu, adalah berkurangnya penghasilan rumah tangga (misalnya akibat PHK atau pengurangan jam kerja). Namun demikian dampak tersebut diperkirakan sangat minimal. Meskipun tidak terdapat angka resmi tentang jumlah pekerja yang di – PHK akibat krisis global, kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara tidak banyak mengalami perubahan. Tingkat pengangguran bahkan mencatat penurunan dalam kurun waktu Februari 2008 – Februari 2009 (lihat Bab 6 Tingkat Kesejahteraan Masyarakat). Sebagian besar tenaga kerja di Sulawesi Utara memang berada di sektor pertanian yang kinerjanya relatif tidak terpengaruh oleh krisis ekonomi global. Untuk membiayai aktivitas konsumsi, masyarakat menggunakan tabungannya seperti terlihat pada indikator simpanan perorangan perbankan. Selain itu, seiring dengan menurunnya
suku
bunga
deposito,
masyakat
mempunyai
kecenderungan
untuk
membelanjakan uangnya tercermin dari terus meningkatnya laju pertumbuhan kredit konsumsi yang mencapai 34,35% (y.o.y). Trend kenaikan laju pertumbuhan kredit konsumsi ini cukup kontras bila dibandingkan dengan kinerja kredit modal kerja dan investasi yang sejak krisis ekonomi global terjadi mengalami perlambatan. Sementara itu, suku bunga kredit konsumsi tampak belum merespon suku bunga acuan BI maupun suku bunga deposito yang telah turun siginificant dalam beberapa bulan terakhir. Tingginya suku bunga 14
ini menjadi salah satu faktor perlambatan laju penyaluran kredit konsumsi di samping kebijakan perbankan secara umum yang memang menahan laju ekspansi kreditnya. Hasil Survey Konsumen Kantor Bank Indonesia Manado menunjukkan optimisme masyarakat yang berlanjut terhadap kondisi ekonomi secara umum. Persepsi masyarakat terhadap penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan lalu terus meningkat. Terus membaiknya persepsi masyarakat ini diyakini akan dapat mendorong aktivitas konsumsi masyarakat untuk tumbuh lebih tinggi di periode-periode mendatang.
Grafik 1.2. Indeks Penghasilan Saat Ini
Grafik 1.1. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini 160 150 140 130 120 110 100 90 80 70 60
140 130 120 110 100 90 80 70 60 J
F M A M J
J
A S O N D
J
2008 Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado
F M A M J 2009
J
A S
J
F M A M J
J A S O N D
J
F M A M J
2008
2009
Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado
Sementara itu, perlambatan kegiatan belanja pemerintah antara lain tercermin persentase realisasi belanja pemerintah dalam APBD-P Sulut yang hingga akhir Triwulan III 2009 baru mencapai 57,96%, tidak berbeda jauh dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 57,50%. Namun demikian, kinerja APBD-P pada triwulan mendatang diperkirakan akan lebih baik seiring dengan kenaikan jumlah alokasi dana fiskal pemerintah pusat ke seluruh wilayah di Sulut sebesar 15% mencapai jumlah Rp10,6 Triliun di Tahun 2009.
2. Investasi Secara umum, kegiatan investasi pada triwulan III 2009 diperkirakan tumbuh positif di tengah-tengah tantangan akan defisit listrik yang dialami oleh Provinsi Sulawesi Utara. Cukup baiknya kegiatan investasi selama triwulan laporan antara lain dapat dikonfimasi dengan laju penjualan semen yang tercatat tumbuh 5,46% (y.o.y). Situasi serupa juga tercermin dari laju impor barang modal (capital goods) yang secara rata-rata masih berada di kisaran 5%. Dari sisi pembiayaan perbankan, jumlah kredit produktif yang disalurkan guna mendukung kegiatan investasi memiliki kecenderungan tren yang meningkat, 15
J A S
walaupun porsinya masih relatif kecil dibandingkan total pembiayaan perbankan di Sulawesi Utara. Hingga akhir triwulan III 2009, total kredit produktif (modal kerja dan investasi) yang disalurkan mencapai Rp4,45 Triliun atau meningkat 3,06% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara umum, perkembangan kegiatan investasi di Sulawesi Utara mendapat tantangan bararti dari minimnya pasokan listrik. Hal ini tercermin dari terus berlangsungnya pemadaman bergilir hingga saat ini sehubungan dengan defisit listrik di Sulawesi Utara yang mencapai 30 MW. Berkurangnya daya mampu listrik PLN tersebut disebabkan oleh belum berfungsinya Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Lahendong dan tidak optimalnya Pembangkit Listrik Tenaga Air Tonsea Lama serta Tanggari. Tidak berfungsinya PLTPB Lahendong unit 3 (kapasitas 20 MW) akibat gangguan pipa yang mengalami kebocoran. Sedangkan hilangnya kapasitas 10 MW dikarenakan adanya penurunan debit air Danau Tondano yang berdampak pada menurunnya tekanan turbin di PLTA. Saat ini kebutuhan listrik masyarakat di Sulawesi Utara mencapai 147 MW pada posisi puncak, sedangkan yang dapat disediakan oleh PLN baru 117 MW.
Grafik 1.3. Volume Penjulan Semen dan Pertumbuhannya
Grafik 1.4. Pertumbuhan Kredit Produkif (%)
Ton
%
140.000 120.000
35
vol semen - Y Left
30
g_vol semen - Y Right
25
100.000
20
80.000
15 10
60.000
(%) 60 50 40 30
5 0
40.000
-5 20.000
20 10
-10
0
-15 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2007
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
Q3
2008
Q4
Q1
Q2 2009
Q3
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2007
2008
2009
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum
3. Ekspor – Impor Kinerja ekspor di Triwulan III 2009 diperkirakan akan mengalami perbaikan dengan laju pertumbuhan 8,73% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,90%. Namun demikian membaiknya kinerja ekspor ini terlihat lebih banyak disebabkan oleh membaiknya kinerja ekspor antar provinsi sedangkan untuk ekspor luar negeri masih terus mengalami kontraksi walaupun dengan level kedalaman yang semakin landai. 16
Secara umum, dampak krisis ekonomi global telah menyebabkan menurunnya permintaan dunia sehingga berdampak pada melambatnya kinerja ekspor luar negeri tercermin dari penurunan nilai dan volume ekspor Sulawesi Utara selama periode Januari – Agustus 2009 masing-masing sebesar 47% dan 37% (y.o.y). Tercatat nilai ekspor Sulut ke luar negeri selama selang Januari s.d. Agustus 2009 mencapai USD 272 Juta dengan volume sebesar 355 ribu ton. Tabel 1.1. Komoditi Utama Ekspor Sulut (dlm Ribu Ton)
Grafik 1.5. Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Sulut
Food & Live Animals
180 160
Nilai Ekspor LN (dlm Juta USD)
140
Vol Ekspor LN (dlm Ribu Ton)
Animal & Veg. Oils & Fats
Others
16
66
120
12
100
482
80
591
35
467
60 40
407
13
20
221
393
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
2008
4
5
6
7
8
2009
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. Agustus 2009
327
304
178 2005
121
2006
2007
2008
2009*)
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. Agustus 2009
Berdasarkan jenisnya, komoditi utama ekspor luar negeri terutama dalam bentuk Food & Animals serta Animals & Vegetable Oils & Fats khususnya olahan dari produk kopra, minyak kelapa (Virgin Coconut Oil) dan ikan dengan negara tujuan utama adalah Amerika Serikat, China, dan Belanda. Berbeda dengan triwulan sebelumnya dimana Amerika Serikat posisinya masih berada diurutan ke-2 negara tujuan utama eskpor luar negeri maka pada triwulan laporan negara tersebut kembali naik ke urutan 1 negara tujuan ekspor luar negeri. Hal ini mengindikasikan bahwa pemulihan ekonomi Amerika diperkirakan akan ebih cepat dibandingkan negara-negara lainnya. Tabel 1.2. Pangsa Negara Tujuan Utama Ekspor Luar Negeri Berdasarkan Nilai Ekspornya
2008
2009*) Belanda
20% 28%
Amerika Serikat
21%
22%
Amerika Serikat
China
Korea Selatan 4%
China
Belanda Jepang
7%
India
7%
Jepang 8%
21%
19% 8%
Jerman Negara Lainnya
Negara Lainnya
12%
Korea Selatan
9%
14%
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. Agustus 2009
17
Sementara itu, kegiatan impor selama triwulan III 2009 diperkirakan tumbuh 7,78% (y.o.y). Menurut komponen penyusunnya, nilai tambah kegiatan impor antar pulau/provinsi merupakan kontributor utama dibandingkan impor luar negeri. Tercatat, nilai impor luar negeri selang Januari s.d. Agustus 2009 mencapai USD12,54 juta, meningkat lebih dari 150% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat USD4,99 Juta. Pencapaian ini cukup menggembirakan mengingat sebagian besar impor luar negeri merupakan barang-barang modal yang diperlukan dalam kegiatan investasi di Sulawesi Utara. Grafik 1.6. Perkembangan Nilai dan Volume Impor Sulut
Tabel 1.3. Komoditi Utama Impor Sulut (dlm Ton) 30.000
7.000
Pertanian
Tambang
Manufaktur
Nilai (Ribu USD)
6.000
Volume (Ton)
25.000
5.000
20.000
4.000
23.221
15.000 3.000
10.000
2.000
13.853 5.000
1.000 0
1
2
3
4
5
6
7
8 9 10 11 12 1
2
3
4
5
6
7
8
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia *) s.d. Agustus 2009
12.527
11.875 7.662
22
26
3.287 360
156
10 -
2005
2006
2007
2008
2009*)
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia *) s.d. Agustus 2009
Berdasarkan komoditinya, impor Sulawesi Utara lebih dari 99% didominasi oleh produk barang modal (mesin, perkakas, alat transportasi, dlsb-nya). Meningkatnya komposisi barang impor dalam bentuk mesin, peralatan dan material ini mengindikasikan terus meningkatnya kegiatan investasi di Sulawesi Utara. Sementara itu, menurut negara asal barangnya, impor luar negeri Sulawesi Utara terutama berasal dari negara China, Filipina dan Jepang. Sedikit berbeda dibandingkan Tahun 2008 lalu dimana komodit impor lebih banyak didatangkan dari negara China, Thailand dan Australia.
18
Grafik 1.7. Pangsa Negara Asal Impor Luar Negeri Berdasarkan Nilai Impornya
Tahun 2008
Tahun 2009*) 3,644,40 6,16
10,04 6,72 8,99
‘
49,23
China Thailand Australia
12,62
Filipina Singapore Negara Lainnya
11,47
60,56 12,64
China Filipina Jepang Malaysia Australia Negara Lainnya
13,55 Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. Agustus 2009
Dengan mengacu pada kinerja ekspor dan impor selama triwulan III 2009 maka secara netto neraca perdagangan luar negeri berada pada kondisi surplus perdagangan. Hal ini berarti nilai ekspor lebih tinggi dibandingkan nilai impornya. Sedangkan untuk transaksi perdagangan antar provinsi umumnya masih berada pada kondisi defisit. Hal ini disebabkan karena hampir 70% barang konsumsi masih harus didatangkan dari luar provinsi terutama dari Kota Makasar dan Kota Surabaya. Grafik 1.8. Nilai Impor dan Surplus Perdagangan Luar Negeri Menurut PDRB Sulawesi Utara Jenis Penggunaan
Nilai Impor
Surplus Perdagangan LN
495,4 377,4
659,7
236,5
259,6
4,9
36,9
62,0
10,6
12,5
2005
2006
2007
2008
2009*)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Semantara perkembangan kegiatan perdagangan dalam negeri selama triwulan laporan dapat dikonfirmasi dengan kegiatan ekspor dan impor antar provinsi yang dicatat oleh PT. Pelindo Tbk yaitu melalui Pelabuhan Bitung. Berdasarkan data yang bersumber dari PT. Pelindo IV Bitung intensitas kegiatan impor antar provinsi lebih tinggi dibandingkan dengan kegiatan ekspor antar provinsi yang berarti lebih banyak barang yang masuk ke wilayah Sulawesi Utara dibandingkan barang yang keluar dari Sulawesi Utara. Dengan demikian, 19
dapat disimpulkan bahwa tingkat ketergantungan Sulawesi Utara terhadap daerah/provinsi lainnya di luar Sulawesi Utara masih cukup tinggi. Tabel 1.4. Kegiatan Perdagangan Luar dan Dalam Negeri di Pelabuhan Bitung (dalam USD) 2009*) 2008 2006 2007 2008 Y.o.Y Jan-Sep Jan-Sep
KEGIATAN Impor Antar Provinsi (Ton) Ekspor Antar Provinsi (Ton)
2.310.395 803.014
2.698.362 950.690
3.214.457 917.834
2.326.167 674.826
2.274.576 692.361
Ket
-2,22 Turun 2,60 Meningkat
Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung *) Angka Sementara
B. SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan III 2009 disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada. Dampak krisis ekonomi global hingga triwulan III 2009 relatif minimal tercermin dari perkiraan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 7,73% (y.o.y). Potensi perlambatan ekonomi yang diperkirakan sebelumnya sebagai imbas dari krisis ekonomi global pada Oktober 2008 lalu ternyata masih dapat tertolong oleh meningkatnya
kegiatan
konsumsi
dan
aktivitas
pembangunan
infrastruktur
dan
sarana/prasarana lainnya khususnya yang berkaitan dengan penyelenggaraan WOC, CTI Summit (Mei 2009) dan Bunaken Sail (Agustus 2009) yang membawa multipier effect pada seluruh sektor ekonomi yang ada. Tabel 1.5. Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%) 2008 2009 Lapangan Usaha 2008 Q3 Sumb. Q4 Q1 Q2 Q3**)
Pertanian 1.64 Pertambangan & Penggalian 10.13 Industri Pengolahan 6.47 Listrik, Gas & Air Bersih 8.19 Bangunan 10.77 PHR 12.76 Pengangkutan & Komunikasi10.99 Keu., Sew a & Jasa Perusahaan7.45 Jasa-Jasa 7.25 PDRB 7.88
0.37 0.53 0.51 0.06 1.72 1.80 1.29 0.49 1.10 7.88
1.55 9.87 4.97 8.11 14.02 9.58 12.14 6.85 7.10 8.06
2.66 9.39 6.20 7.53 10.73 10.88 11.02 7.34 5.42 7.56
4.65 5.74 5.43 17.75 7.86 12.37 8.72 7.03 6.50 7.45
4.21 5.75 6.67 18.65 5.77 15.37 14.54 6.94 6.42 8.31
3.66 8.23 6.83 7.63 7.57 12.54 10.82 8.13 6.58 7.73
Sumb. 1.03 0.19 0.53 0.06 1.24 1.85 1.31 0.54 0.99 7.73
Sumber : BPS Provinsi ulawesi Utara, diolah
1. Pertanian Kinerja sektor pertanian pada triwulan III 2009 diperkirakan akan mengalami perlambatan walaupun masih dalam laju pertumbuhan yang positif. Ancaman datangnya musim kemarau panjang (El Nino) yang diperkirakan mulai dirasakan pada akhir September atau awal Oktober 2009 telah menyebabkan produksi pertanian di Sulawesi Utara mengalami penurunan. Dampak yang telah ditimbulkan dari adanya El Nino diantaranya mulai 20
dirasakan oleh para petani jagung dimana di beberapa tempat mengalami kegagalan panen sebagai dampak musim kemarau yang sudah berlangsung selama 2 (dua) bulan. Menurut sejumlah petani di Kabupaten Minahasa, tanaman yang mengalami kegagalan panen adalah tanaman yang ditanam satu hingga dua bulan terakhir karena sudah mulai mengering. Khususnya tanaman jagung, musim kemarau yang disertai tiupan angin kencang menyebabkan tanaman tersebut tidak memperoleh pasokan air dalam tanah yang cukup sehingga kondisi tanaman mengerdil dan potensi kegagalan produksi yang bisa terindari. Untuk mengatasinya, para petani terpaksa menyiram tanaman dengan mengambil air dari sumber mata air yang terdekat dalam upaya merangsang tumbuhan tersebut dapat berbuah. Selain itu, sedikitnya 41 hektar sawah petani di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur mengalami kekeringan dan gagal panen sehingga pendapatan petani mengalami penurunan. Penyebabnya tidak hanya faktor musim kemarau akan tetapi juga disebabkan oleh buruknya jaringan irigasi di daerah tersebut. Pendapatan yang turun ini dikarenakan sebagian besar petani masih mengandalkan sawah tadah hujan. Guna mengatasi hal tersebut, pemerintah setempat berupaya untuk mengucurkan bantuan berupa pemberian bantuan bibit padi gratis, pengadaan pompa air guna mengefektifkan sawah-sawah penyimpan air serta pembangunan jaringan irigasi. Perkembangan kinerja sektor pertanian antara lain dapat dikonfirmasi dengan data perkembangan luas panen tanaman padi dan jagung serta data perkembangan produksi beras dan jagung. Selama triwulan III 2009, perkembangan luas panen tanaman padi dan jagung tidak mengalami pertambahan bahkan mengalami penurunan luas panen. Luas panen tanaman padi pada triwulan III 2009 diperkirakan hanya sebesar 20.482 Ha atau turun 45,2% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Seiring dengan itu, luas panen tanaman jagung juga mengalami penurunan dari 39.636 Ha pada triwulan III 2008 menjadi 32.594 Ha pada triwulan laporan atau turun 17,77% (y.o.y). Penurunan luas areal panen membawa dampak pada menurunnya jumlah produksi padi dan jagung. Jumlah produksi beras pada triwulan III 2009 diperkirakan hanya mencapai 66 ribu ton atau turun 43,35% (y.o.y) dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Demikian pula dengan komoditi jagung, dimana selama triwulan III 2009 diperkirakan produksinya hanya sebesar 139 ribu ton atau turun 12,29% (y.o.y) dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu.
21
Grafik 1.9. Perkembangan Luas Panen Tanaman Padi dan Pertambahannya
Grafik 1.10. Perkembangan Produksi Beras
40.000
100
140.000
120
35.000
80
120.000
100
30.000
60
100.000
25.000
40
20.000
20
15.000
0
10.000
-20
Luas Panen (Ha) - Y Left Pertambahan Luas Panen (%) - Y Right
5.000 0 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2008
Q2
80 60
80.000
40 20
60.000
0
40.000
-40
20.000
-60
0
Produksi Beras (Ton) Kenaikan Produksi Beras (%)
-40 -60
Q1
Q3*)
-20
Q2
Q3
Q4
Q1
2008
2009
Q2
Q3*)
2009
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 1.11. Perkembangan Luas Panen Tanaman Jagung dan Pertambahanya
Grafik 1.12. Perkembangan Produksi Jagung
60.000
60
250.000
120
50
50.000
40
40.000
30 20
30.000
10
20.000
100
200.000
80 150.000
60
100.000
40
0 Luas Panen (Ha) - Y Left Pertambahan Luas Panen (%) - Y Right
10.000
-10 -20
-
-30 Q1
Q2
Q3 2008
Q4
Q1
50.000
Q2
Q3*)
2009
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara
20
Produksi Jagung (Ton) Kenaikan Produksi Jagung (%)
0
-
-20 Q3
Q2
Q3 2008
Q4
Q1
Q2 2009
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara
Dari sisi pembiayaan, peran perbankan di Sulawesi Utara untuk membiayai sektor pertanian masih relatif terbatas. Sampai dengan September 2009, jumlah kredit yang disalurkan pada sektor pertanian baru sebesar Rp355,73 milliar atau hanya 3,56% dari total kredit yang disalurkan. Belum terlalu optimalnya penyaluran kredit di sektor pertanian antara lain disebabkan oleh relatif tingginya resiko usaha di sektor tersebut tercermin dari tingginya NPL (Non Performing Loan) sebesar 7,88% (batas maksimum yang dipersyaratkan BI adalah sebesar 5%). Selain itu, budaya dan perilaku masyarakat yang kurang bijak dan memiliki anggapan bahwa kredit/fasilitas pembiayaan dari bank utamanya Bank Pembangunan Daerah (BPD) merupakan pemberian cuma-cuma masih banyak berkembang di masyarakat. Hal ini membuat perbankan di Sulawesi Utara sangat berhati-hati dalam melakukan pembiayaan di sektor ini. Hal ini tercermin dari terus melambatnya pertumbuhan kredit di 22
sektor pertanian dari yang sebelumnya pernah tumbuh pada kisaran 75-80% (y.o.y) di akhir Tahun 2008, turun menjadi hanya 2,28% (y.o.y) pada Juni 2009 bahkan mengalami kontraksi pada September 2009 sebesar 32,89% (y.o.y) Grafik 1.13. Pertumbuhan Kredit Pertanian
Juta Rp
%
600.000
120 100
500.000
80 400.000 60 300.000
40 20
200.000
Pertanian - Y Left 0
g_Pertanian - Y Right 100.000
-20 0
-40 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 1
2
3
4
2008
5
6
7
8
9
2009
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
2. Sektor Bangunan Kinerja sektor bangunan selama triwulan III 2009 diperkirakan masih akan mengalami perkembangan yang cukup baik. Perkembangan sektor bangunan antara lain dapat dikonfirmasi melalui data volume penjualan semen di Sulawesi Utara yang selama triwulan III 2009 tumbuh 5,46% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Secara bulanan, pertumbuhan volume penjualan semen selama triwulan laporan terutama terjadi pada Juli dan Agustus 2009 yang tercatat masing-masing tumbuh 26,13% dan 70,81% (y.o.y), sedangkan pada September kembali mengalami kontraksi sebesar 38,23% (y.o.y). Grafik 1.14. Volume Penjualan Semen dan Pertumbuhannya
Grafik 1.15. Perkembangan Kredit Konstruksi
Ton
%
140.000 120.000
35
vol semen - Y Left
30
g_vol semen - Y Right
25
100.000
20
80.000
15 10
60.000
5
40.000
0
Juta Rp
%
600.000
80 70
500.000
60 50
400.000
40 300.000
30 20
200.000
-5 20.000
-10
0
-15 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2007
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
Q3
2008
Q4
Q1
Q2 2009
Q3
100.000
Konstruksi Y - Left
10
g_Konstruksi - Y Right
0 -10
0
-20 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2008
2
3
4
5
6
2009
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum
23
7
8
9
Perkembangan sektor bangunan pada triwulan ini sebenarnya terbantu oleh trend penurunan berbagai bahan baku properti seperti besi, batu bata, pasir dan semen. Namun demikian, salah satu tantangan yang masih harus dihadapi oleh dunia usaha adalah sentimen negatif krisis ekonomi global dan relatif tingginya suku bunga kredit perbankan yang tentu saja akan mempengaruhi keputusan bisnis di sektor bangunan. Masih relatif tingginya suku bunga kredit properti tentunya akan menekan kinerja sektor bangunan khususnya pembelian rumah yang menggunakan fasilitas kredit (KPR). Pertumbuhan kredit untuk sektor properti terus mengalami perlambatan hingga akhir triwulan III 2009. Bila pada Tahun 2008, kredit properti sempat tumbuh hingga 60% (y.o.y), maka kini pertumbuhannya terus menurun hingga mengalami kontraksi 9,83% (y.o.y) pada September 2009. Trend penurunan suku bunga BI – Rate ternyata belum ditransmisikan secara sempurna ke suku bunga kredit perbankan. Meskipun kredit BI – rate pada September 2009 telah turun hingga ke level 6,5%, KPR (yang merupakan kredit konsumsi) masih ditawarkan dengan suku bunga rata-rata 15% per tahun. Perbankan terlihat masih sangat hati-hati mengingat mulai munculnya potensi resiko kredit di sektor properti. Dari sisi kualitas, tingkat non – performing loan (NPL) kredit properti mulai menunjukan kecenderungan meningkat khususnya sejak akhir triwulan II 2009 lalu. Grafik 1.16 NPL Kredit Konstruksi 16 14 12 10 8 6 4
NPL Konstruksi
2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2008
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum
2009
3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Pada triwulan III 2009, sektor PHR tetap tampil sebagai sektor paling dominan dalam perekonomian Sulawesi Utara, dengan pangsa 23,93% dari total PDRB serta laju pertumbuhan sebesar 12,54% (y.o.y). Salah satu faktor pendorong baiknya kinerja sektor 24
PHR adalah penyelenggaraan even internasional Bunaken Sail yang berlangsung sejak tanggal 15 – 21 Agustus 2009 yang diperkirakan mampu mempertemukan ± 7.000 awak kapal berbagai negara dari seluruh belahan dunia (belum termasuk pengunjung yang datang baik wisatawan internasional maupun domestik). Kegiatan Bunaken Sail ini antara lain dimeriahkan dengan parade kapal perang, kapal tradisional, kapal negara, kapal layar tiang tinggi, yacht serta pembukaan akses bagi masyarakat umum yang hendak datang dan berkunjung ke kapak-kapal yang sedang bersandar di Pelabuhan Bitung. Di samping itu, kegiatan ini juga dimeriahkan dengan pemecahan rekor dunia selam di bawah laut yang dikuti lebih dari 1.500 penyelam dalam bentuk upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-64 di dalam laut. Baiknya kinerja sektor PHR antara lain dapat dikonfirmasi dengan data kunjungan wisatawan manca negara, jumlah tamu yang menginap, serta data kamar yang terjual. Jumlah kunjungan wisatawan manca negara pada Juli 2009 mencapai 2.615 orang atau naik 46,09% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun lalu, kenaikan tersebut terus berlanjut pada Agustus 2009 yang mencapai 3.223 orang atau meningkat 71,16% (y.o.y). Menurut komposisinya, wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Sulawesi Utara terutama berasal dari Malaysia, Jerman dan Singapore. Seiring dengan data perkembangan jumlah kunjungan wisatawan manca negara, jumlah tamu yang menginap baik manca negara maupun domestik juga memperlihatkan trend yang meningkat. Tercatat pada Agustus 2009, jumla tamu yang menginap mencapai 12.448 orang atau naik 13,70% (y.o.y). Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan dan tamu yang menginap tersebut membawa dampak pada meningkatnya jumlah kamar yang terjual yang pada Agustus 2009 yang tercatat 15.334 atau naik 13,05% (y.o.y). Grafik 1.17. Perkembangan Kunjungan Wisman ke Sulut
Grafik 1.18. Perkembangan Tamu Menginap di Sulut % (y.o.y)
Orang
Orang
% (y.o.y)
3.500
140 14.000
70
3.000
120 12.000 100 10.000
60
g_Wisman Y - Right
2.000
80
1.500
60
1.000
40
500
20 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags
-
2008
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
2009
50 40
8.000
30
6.000 4.000 2.000
20
Nusantara Mancanegara g_Menginap
10 0
-
-10 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags
2.500
Wisman Y-Left
2008
2009
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
25
Grafik 1.19. Perkembangan Kamar Terjual % (y.o.y)
Orang
20.000 18.000
%
3.500.000
60
60 50
16.000 14.000 12.000
40
3.000.000
50
2.500.000 40
30 2.000.000
10.000 8.000 6.000
30
20 1.500.000 10
Kmr Terjual Y - Left
20
Perdagangan Y - Left
1.000.000
-
g_Kmr Terjual Y - Right
g_Perdagangan - Y Right
10
500.000
(10)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags
4.000 2.000 -
Grafik 1.20. Perkembangan Kredit Sektor PHR
Juta Rp
2008
0
0 1
2
3
4
5
2009
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
2008
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
4
5
6
2009
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan kredit perbankan ke sektor perdagangan dan hotel masih mengalami trend penurunan pada triwulan ini. Pada September 2009, tingkat pertumbuhan kredit sektor PHR berada di kisaran 11% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan posisi akhir triwulan lalu sebesar 12,63% (y.o.y). Trend penurunan yang terjadi di tengah perbaikan kinerja ini menunjukkan bahwa perbankan cenderung menahan laju ekspansi kreditnya meskipun situasi mulai berbalik arah. Di sisi lain, pengusaha juga diprediksi masih menghindari tingginya suku bunga kredit yang ditawarkan perbankan. Sektor PHR adalah sektor penerima kredit perbankan terbesar kedua di Sulawesi Utara setelah sektor konsumsi.
4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Walaupun
mengalami
perlambatan
dibandingkan
triwulan
sebelumnya,
sektor
pengangkutan dan komunikasi mencatat pertumbuhan yang cukup baik selama triwulan III 2009 yaitu sebesar 10,82 (y.o.y). Penyelenggaraan berbagai even berskala internasional menyebabkan gaung Kota Manado sebagai salah satu kota tujuan wisata semakin dikenal oleh masyarakat luar. Setelah sukses menyelenggarakan even Konferensi Kelautan Dunia (World Ocean Conference) dan CTI Summit pada Mei 2009 maka pada Agustus 2009, Sulawesi Utara kembali ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan even internasional Bunaken Sail. Hal ini tentunya semakin meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung ke Sulawesi Utara sehingga meningkatkan kinerja sektor pengangkutan dan telekomunikasi. Selain itu, relatif baiknya kinerja sektor ini juga terkait dengan peningkatan kebutuhan masyarakat untuk berpergian di musim liburan sekolah dan perayaan hari raya lebaran yang berlangsung selama triwulan laporan. 26
7
8
9
Sementara itu, dampak krisis ekonomi global yang diperkirakan akan menekan tingkat konsumsi masyarakat ternyata belum terlalu berpengaruh bagi perekonomian Sulawesi Utara tercermin dari terus meningkatnya pemberian ijin kendaraan bermotor baik roda 4 ataupun roda 2 dan 3 yang dikeluarkan oleh Dinas Pendapatan Daerah. Hal menyebabkan rata-rata tingkat pemberian ijin kendaraan bermotor sejak periode setelah krisis ekonomi (Oktober 2008) justru meningkat dibandingkan periode sebelum krisis ekonomi yaitu sebesar 6.031 untuk roda 4 dan 50.790 untuk roda 2 dan 3.
Tabel 1.6. Rata-Rata Pemberian Ijin Kendaraan Bermotor Sebelum dan Setelah Krisis No
Rincian
Rata Before Krisis
Rata After Krisis
A RODA 4 1
Milik Instansi Pemerintah
128
131
2
Milik Pribadi/Perorangan
4,301
5,153
3
Milik Perusahaan Swasta Jumlah Roda 4
842
748
5,271
6,031 -
B RODA 2 1
Milik Instansi Pemerintah
235
402
2
Milik Pribadi/Perorangan
12,257
50,388
3
Milik Perusahaan Swasta Jumlah Roda 2 dan 3
1 12,493
TOTAL 17,764 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara
50,790 56,821
Sementara itu, relatif tingginya pertumbuhan sub sektor komunikasi dalam triwulan laporan terutama disebabkan oleh pesatnya penggunaan sarana telepon selular oleh masyarakat yang didukung oleh semakin luasnya wilayah jangkauan. Hal ini antara lain tercermin dari bermunculannya pemain baru dalam provider telekomunikasi serta pesatnya pembangunan sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di beberapa lokasi pada daerah yang sebelumnya terisolir hingga meningkatkan kenyamanan pelanggan dalam berkomunikasi. Selain itu perkembangan berbagai macam fasilitas dan fitur-futur baru semakin memudahkan dan memanjakan para pengguna jasa telekomunikasi. Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan sektor angkutan dan telekomunikasi ternyata didukung pula oleh penyaluran kredit di sektor tersebut. Tercatat jumlah kredit yang disalurkan di sektor angkutan dan telekomunikasi untuk posisi September 2009 mencapai Rp62,01 milliar. Grafik 1.21. Perkembangan Kredit Sektor Angkutan (%)
27
%
Juta Rp 100.000 90.000
100 80
80.000 60
70.000 60.000
40
50.000 20
40.000 30.000
Angkutan - Y Left
20.000
g_Angkutan - Y Right
0 -20
10.000 0
-40 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2008
2
3
4
5
6
7
8
9
2009
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum
5. Sektor Jasa-Jasa Sektor jasa-jasa diperkirakan tumbuh 6,58% (y.o.y) pada triwulan laporan, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,42% (y.o.y). Peningkatan kinerja sektor jasa-jasa utamanya jasa pariwisata antara lain didorong oleh meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik yang berkunjung ke Sulawesi Utara menjelang dan pada saat penyelenggaraan even internasional Bunaken Sail. Selain itu berlangsungnya masa liburan sekolah pada awal triwulan laporan serta hari raya lebaran juga turut andil dalam meningkatkan kinerja sektor ini khususnya jasa rekreasi dan hiburan. Sedangkan untuk jasa pemerintahan, diperkirakan terdapat sedikit perlambatan tercermin dari penurunan persentase realisasi PAD selama triwulan III 2009 yang baru sebesar Rp208,37 milliar (74,47% dari total target Tahun 2009) atau lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu yang mencapai Rp213,37 milliar (79,75% terhadap total target Tahun 2008).
6. Sektor Lainnya Sektor industri pengolahan diperkirakan akan mengalami perbaikan kinerja pada triwulan III 2009 dengan laju pertumbuhan 6,83% (y.o.y). Situasi ini utamanya terkait dengan mulai pulihnya demand dari pasar luar negeri sebagaimana tercermin dari melandainya penurunan ekspor luar negeri. Selain itu, minimalnya dampaknya krisis ekonomi global terhadap kinerja sektor industri pengolah tercermin dari data jumlah penggunaan BBM Indutri untuk periode setelah krisis (November 2008) yang secara rata-rata justru mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelum krisis. Tercatat jumlah penggunaan BBM Industri selama triwulan II 2009 mencapai 17,59 juta liter atau naik 13,76% (y.o.y) dibandingkan periode 28
yang sama tahun lalu. Berdasarkan jenisnya, kenaikan penggunaan BBM terutama terjadi pada jenis minyak tanah sebesar 84,54% disusul solar (15,70%) dan premium (8,85%) Tabel 1.7. Jumlah Penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) Non Subsidi (dalam KL)
BBM 1 Premium gPremium 2 Minyak Tanah gMinyak Tanah 3 Solar gSolar TOTAL gIndustri
Q1-08
Q2-08
Q3-08
106.00 113.00 14.10 22.83 69.00 145.50 97.14 315.71 12,040.75 14,867.03 -56.94 25.58 12,326.99 15,464.07 -56.12 29.23
Q4-08
123.00 68.49 144.00 -22.16 14,066.00 -26.74 14,379.33 -26.10
Q1-09
87.00 -30.12 176.00 21.38 12,534.25 5.24 12,788.51 5.00
89.43 -15.63 110.00 59.42 13,767.43 14.34 14,010.65 13.66
Q2-09** 123.00 8.85 268.50 84.54 17,200.50 15.70 17,592.00 13.76
Sumber : PT. Pertamina Cabang Manado, Sulawesi Utara
Perkembangan sektor indutri pengolahan tak lepas pula dari dukungan pembiayaan oleh perbankan. Sejak awal Tahun 2007 hingga akhir Tahun 2008, penyaluran kredit pada sektor industri memperlihatkan trend peningkatan walaupun selepas periode tersebut cenderung mengalami perlambatan sebagai dampak krisis ekonomi global Oktober 2008 lalu. Tercatat penyaluran kredit sektor industri pengolahan pada September 2009 hanya mencapai Rp213 milliar naik tipis 2,51% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Grafik 1.22. Perkembangan Kredit Sektor Industri Juta Rp
%
Industri Y - Left
250.000
70
g_Industri - Y Right 60 200.000 50 150.000
40 30
100.000
20 50.000 10 0
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
2008
3
4
5
6
7
8
9
2009
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Sementara itu, pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan III 2009 diperkirakan hanya 7,63% (y.o.y), lebih lambat dibandingkan triwulan lalu yang tercatat 18,65% (y.o.y). Perlambatan kinerja sektor listrik, gas dan air bersih ini terutama didorong oleh krisis listrik yang melanda Sulawesi Utara di mulai sejak awal triwulan laporan dan terus bertambah parah seiring dengan meningkatnya defisit listrik dari 17 MW menjadi 30 29
MW. Berkurangnya daya mampu listrik PLN tersebut disebabkan oleh belum berfungsi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Lahendong dan tidak optimalnya Pembangkit Listrik Tenaga Air Tonsea Lama serta Tanggari. PLTPB Lahendong unit 3 kapasitas 20 MW belum berfungsi akibat gangguan pipa yang mengalami kebocoran. Sedangkan untuk hilangnya kapasitas 10 MW dikarenakan adanya penurunan debet air tondano berdampak pada menurunnya tekanan turbin sehingga output yang dihasilkan terbatas. Adapun kebutuhan listrik masyarakat Sulut mencapai 147 MW pada posisi puncak, sedangkan kemampuan yang ada saat ini hanya 117 MW. Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan III 2009 diperkirakan tumbuh 8,23% (y.o.y). Kencenderungan meningkatnya kinerja sektor ini didorong oleh terus membaiknya harga komoditas pertambangan dan penggalian seiring dengan trend kenaikan harga minyak dunia yang saat ini harganya telah berada pada kisaran USD 80 - an per barel atau jauh meningkat dibandingkan awal krisis Oktober 2008 lalu yang sempat turun hingga USD 30 - an per barel. Berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor ini disumbangkan oleh seluruh sub sektor yang ada yaitu sub sektor minyak dan gas, pertambangan tanpa migas dan penggalian. Khusus untuk sub sektor penggalian, berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh penambangan tradisional/rakyat dan bukan industri berskala besar. Kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan III 2009 diperkirakan tumbuh 8,13% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 6,94% (y.o.y). Keketatan likuiditas yang sebelumnya membayangi perbankan nasional terus berangsur membaik. Sejak April 2009 lalu, laju pengumpulan dana telah menyamai atau bahkan melampaui laju penyaluran kredit di Sulawesi Utara. Selama 2 (dua) tahun terakhir, penyaluran kredit sempat tumbuh jauh melebihi kemampuan bank untuk mengumpulkan dana masyarakat. Akibatnya bank, mengalami keketatan likuiditas yang kemudian mendorong suku bunga perbankan untuk naik. Likuiditas akhirnya kembali normal setelah perbankan giat mengumpulkan dana dari masyarakat dan mengerem laju kreditnya. Dari aspek operasional, perbankan Sulawesi Utara masih mampu membukukan interest margin yang positif meskipun pertumbuhan tahunannya relatif menurun. Hal ini terkait 30
dengan trend laju penyaluran kredit yang saat ini melambat sehingga sumber pendapatan bunga pun relatif menurun. Namun demikian, secara operasional perbankan di Sulawesi Utara masih mampu mendapatkan selisih positif antara biaya dana yang harus dibayarkan dengan pendapatan dari bunga kredit. Dari sisi pendapatan, kinerja perbankan mengalami penurunan dari interest- based income namun mengalami peningkatan dari fee-based income. Perlambatan pada pertumbuhan pendapatan bunga (interest based-income) merupakan dampak dari perlambatan laju penyaluran kredit sehingga sumber pendapatan bunga pun menurun. Di sisi lain, pendapatan non-bunga (fee-based income) meningkat seiring dengan giatnya bank untuk menjual jasa-jasa perbankan seperti ATM, pengelolaan rekening, transaksi ekspor impor, bank garansi serta bisnis baru. Sejumlah bank besar yang memiliki layanan transaksi perbankan yang komprehensif bahkan mampu mencatat pendapatan non-bunga yang meningkat hingga 30% (y.o.y).
31
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Secara umum, tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado selama Triwulan III-2009 memperlihatkan adanya penurunan dibandingkan periode-periode sebelumnya. Pada September 2009, kota Manado mencatat deflasi sebesar 0,01% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan dengan akhir triwulan lalu yang tercatat sebesar 2,25% (y.o.y) dan periode yang sama tahun lalu sebesar 13,15% (y.o.y). Demikian pula jika dibandingkan dengan laju inflasi nasional yang sebesar 2,83% (y.o.y) maka laju inflasi Kota Manado masih lebih rendah.
Grafik 2.1 Laju Inflasi Kota Manado Vs Nasional (Y.o.Y)
Grafik 2.2 Laju Inflasi Kota Manado Vs Nasional (M.t.M)
16
%
4
%
14
YOY Nasional
MTM Manado
YOY Manado
MTM Nasional
3
12 10
2
8 6
1
4 2
Sep
Jul
Jun
Apr
May
Feb
Mar
Des
Jan
Okt
Nop
Sep
2008
2009
Agust
-1
Agust
Sep
Jul
Agust
Jun
May
Apr
Mar
Jan
Feb
Des
Okt
Nop
Sep
Agust
Jul
2008
Jul
0
0
2009
-2
Sumber : BPS Nasional dan Provinsi Sulut, diolah
Sumber : BPS Nasional dan Provinsi Sulut, diolah
A. INFLASI TAHUNAN (Y.o.Y) Inflasi tahunan Kota Manado sepanjang triwulan III-2009 cenderung mengalami trend penurunan yang cukup signifikan. Pada awal triwulan laporan, laju inflasi tahunan tercatat 0,38% (y.o.y), kemudian turun tipis pada Agustus 2009 menjadi 0,37% (y.o.y), dan kembali turun signifikan pada akhir periode menjadi deflasi 0,01% (y.o.y). Kondisi ini sejalan dengan laju inflasi nasional yang juga terus mengalami penurunan. Laju inflasi nasional pada awal triwulan III-2009 tercatat 4,91% (y.o.y), menurun menjadi 4,84% (y.o.y) pada Agustus 2009, dan terus turun hingga mencapai 2,83% (y.o.y) di akhir periode laporan. Berdasarkan penyebabnya, laju inflasi dapat disumbangkan oleh faktor non fundamental yaitu tekanan inflasi volatile food dan administered prices, serta faktor fundamental berupa inflasi inti yang terdiri dari ekspektasi inflasi, tekanan sisi permintaan, dan output gap. Trend 32
penurunan inflasi ini tidak terlepas dari keadaan perekonomian dunia yang cenderung melambat sebagai dampak dari krisis ekonomi global. Konsumen tidak terlalu agresif dalam membelanjakan kebutuhannya, sebagai respon terhadap krisis ekonomi global. Hal ini juga sejalan dengan data Bank Indonesia yang menunjukkan penarikan dana tunai (uang kartal) dari khasanah tahun ini menurun dibandingkan lebaran tahun lalu. Selain itu tekanan inflasi yang terus menurun juga disebabkan oleh hilangnya dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dari angka inflasi tahunan. Perlu dikemukakan di sini bahwa dampak kenaikan harga BBM pada angka inflasi tahunan biasanya bertahan selama satu tahun. Faktor lain yang membantu penurunan inflasi adalah stabilitas dan penguatan rupiah, yang disebabkan meningkatnya kepercayaan sehingga terjadi capital inflow. Fluktuasi harga minyak dunia sampai pada kisaran $70/barrel pada triwulan laporan tidak berdampak pada inflasi nasional, hal ini dikarenakan pemerintah memutuskan untuk tidak menaikkan harga BBM dalam negeri.
Untuk wilayah Kota Manado trend penurunan inflasi ini lebih dipicu oleh ketersediaan kebutuhan bahan pokok yang masih mencukupi menjelang dan pasca hari raya Idul Fitri. Selain itu angka deflasi Kota Manado juga dipengaruhi oleh realisasi beras miskin (raskin) di provinsi Sulawesi Utara sampai dengan akhir September 2009 yang telah mencapai 75%. Berdasarkan Konsumen
hasil (SEK)
Survei kota
Ekspektasi
Manado
pada
September 2009, terlihat bahwa masyarakat masih cenderung optimis terhadap kondisi perekonomian, yang ditunjukkan dengan indeks yang mengalami peningkatan jika dibandingkan
bulan
sebelumnya.
Meningkatnya optimisme konsumen lebih
Grafik 2.3 Indeks Keyakinan Konsumen Berdasarkan SEK Kota Manado Periode Januari-Juni 2009 160
160 139,00
140 120 100
128,50
119,33 104,42
108,75
124,92
126,42
140
140,17 120 100
105,92
80
80
60
60
40
40
20
20
0
Penghasilan Saat ini
Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama Ketersediaan lapangan kerja saat ini
0 Jan Feb Mar Apr May Jun
disebabkan oleh kondisi penghasilan dan
Jul Agust Sep
Indeks Keyakinan Konsumen
2009
ketersediaan lapangan kerja saat ini. Sumber: Bank Indonesia Manado, Laporan SEK Bulan Juni 2009
33
Tabel 2.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa (y.o.y)
No 1 2 3 4 5 6 7
Kelompok B ahan Makanan Makanan J adi P erumahan S andang Kes ehatan P endidikan T rans portas i Umum
Mar 13,58 2,33 6,89 10,31 10,08 2,34 0,52 7,68
2008 J un 27,35 3,45 13,01 9,13 13,32 1,83 9,91 13,18
S ep 26,69 5,29 11,77 8,02 13,13 2,02 9,95 13,15
Mar 21,82 8,03 3,54 6,05 9,16 2,58 1,05 8,85
2009 J un 4,75 7,50 2,07 4,94 5,43 2,03 -8,66 2,25
Sep -0,82 6,15 -0,15 4,67 4,84 2,63 -8,76 -0,01
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Berdasarkan kelompok barang dan jasa, laju inflasi tertinggi dialami oleh kelompok makanan jadi 6,15% (y.o.y), turun dibandingkan akhir triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,50% (y.o.y). Kelompok berikutnya yang mengalami kenaikan harga cukup tinggi adalah kelompok kesehatan dan sandang yang masing-masing mengalami inflasi sebesar 4,84%(y.o.y) dan 4,67% (y.o.y). Beberapa kelompok mencatat angka deflasi salah satunya yang cukup signifikan adalah kelompok bahan makanan deflasi 0,82% (y.o.y). Penurunan yang cukup signifikan pada kelompok bahan makanan antara lain disebabkan karena adanya tambahan persediaan barang kebutuhan pokok sehingga stok di pasar sangat melimpah. Selain itu realisasi raskin di wilayah Sulawesi Utara telah mencapai 75% pada akhir september 2009. Pergerakan harga kelompok lainnya cenderung lebih rendah dibandingkan triwulan lalu adalah kelompok perumahan dan transportasi yang mencatat angka deflasi masing-masing sebesar 0,15% (y.o.y) dan 8,76% (y.o.y). Angka deflasi pada kelompok transportasi lebih disebabkan oleh hilangnya dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dari angka inflasi tahunan (base effect).
B. INFLASI BULANAN (M.t.M) Berbeda dengan inflasi tahunan, laju perkembangan inflasi bulanan pada triwulan III-2009 cenderung mengalami fluktuasi. Pada awal periode, Kota Manado mencatat inflasi sebesar 0,38% (m.t.m), selanjutnya pada bulan Agustus 2009 angka ini meningkat tipis menjadi 0,65% (m.t.m), dan sampai dengan akhir triwulan ketiga inflasi di Kota Manado tercatat sebesar 0,36% (m.t.m).
34
Tabel 2.2. Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa (m.t.m)
No 1 2 3 4 5 6 7
Kelompok
2008 Aug 0,50 0,04 0,15 -0,08 0,02 0,00 0,01 0,65
J ul 7,70 0,82 0,47 0,71 0,74 0,27 0,00 2,33
Bahan Makanan Makanan J adi P erumahan S andang Kes ehatan P endidikan Trans portas i Umum
Sep -2,89 2,05 1,37 1,81 0,37 0,00 0,00 0,03
2009 Aug 1,65 0,72 0,16 0,10 0,18 -0,02 0,14 0,65
J ul 1,62 0,08 0,04 -0,27 0,55 0,19 0,00 0,46
S ep -2,38 1,04 0,04 1,10 0,26 0,74 -0,16 -0,36
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Penurunan inflasi ini secara umum disebabkan oleh perlambatan perekonomian akibat krisis ekonomi global yang juga berdampak terhadap perekonomian dalam negeri dan daerah. Berdasarkan kelompok barang dan jasa, angka deflasi tertinggi selama triwulan III-2009 adalah kelompok bahan makanan sebesar 2,38% pada bulan September 2009. Sementara itu, inflasi tertinggi pada periode laporan terjadi pada kelompok sandang yang terus mengalami peningkatan dari awal periode sampai dengan akhir periode laporan berturutturut sebesar -0,27% (m.t.m), 0,10% (m.t.m) dan 1,10% (m.t.m). JULI 2009
Kota Manado pada Juli 2009 mengalami inflasi
sebesar
sumbangan
0,46%.
TRANSPOR
Total
PENDIDIKAN
sumbangan bahan makanan terhadap
KESEHATAN
bahan
berasal
dan dari
kelompok
terbesar
Inflasi
Grafik 2.4 Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa Juli 2009
makanan.
angka inflasi mencapai 0,43%, dengan
SANDANG -0,27
inflasi terbesar berasal dari sub komoditi
PERUMAHAN
sayur-sayuran. Beberapa komoditas yang
MAKANAN JADI
mengalami kenaikan harga antara lain
BAHAN MAKANAN
0,00 0,00
andil
0,01 0,19
inflasi (mtm)
0,02 0,55 -0,02 0,01 0,04 0,01 0,08 0,43 1,62
tomat sayur, bawang merah, cakalang, -0,50
daun bawang, malalugis, bawang putih,
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
Sumber: BPS Nasional, diolah.
daging ayam ras, kursi, tude dan pepaya.
35
AGUSTUS 2009
Tidak berbeda dengan bulan sebelumnya,
Grafik 2.5 Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa Agustus 2009
Kota Manado pada Agustus 2009 juga
TRANSPOR
mengalami inflasi sebesar 0,65%. Kelompok
PENDIDIKAN
bahan makanan merupakan penyumbang terbesar
dengan
Beberapa
andil
komoditas
sebesar yang
0,02 0,14
0,01 0,18
SANDANG
0,01 0,10
mengalami
0,04 0,16
PERUMAHAN
kenaikan harga selama Agustus 2009 adalah bawang putih, pisang, kendaraan carter,
inflasi (mtm)
KESEHATAN
0,44%.
: beras, tude, bawang merah, air kemasan,
andil
-0,001 -0,02
0,13
MAKANAN JADI
0,44
BAHAN MAKANAN -0,50
minyak goreng, bubur dan telur ayam ras.
0,72
0,00
0,50
1,65 1,00
1,50
2,00
Sumber: BPS Nasional, diolah.
SEPTEMBER 2009
Berbeda dengan bulan-bulan sebelumnya, pada akhir triwulan laporan Kota Manado mengalami deflasi sebesar 0,36%. Deflasi dipicu oleh penurunan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar dan kelompok
Grafik 2.6 Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa September 2009
Berdasarkan andil/sumbangannya, kelompok
andil
-0,02 -0,16
TRANSPOR inflasi (mtm)
PENDIDIKAN
bahan makanan yang selama ini menjadi 0,03 0,74 0,01 0,26
KESEHATAN
0,07
SANDANG
0,18
MAKANAN JADI
-2,38
1,10
yang pada
menyumbangkan September
2009
inflasi justru
mengalami deflasi sebesar 2,38% dengan andil sebesar -0,64%. Adapun komoditas
1,04
-0,64
-3,00 -2,50 -2,00 -1,50 -1,00 -0,50 0,00 0,50 1,00 1,50
Sumber: BPS Nasional, diolah.
kelompok terbesar,
0,01 0,04
PERUMAHAN
BAHAN MAKANAN
transpor, komunikasi, dan jasa keuangan.
yang mengalami kenaikan harga selama September 2009 adalah : gula pasir, minyak goreng, pepaya, cakalang, bawang putih, emas perhiasan, biaya jaringan saluran tv, minuman ringan, apel dan cumi-cumi.
36
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Beberapa indikator kinerja perbankan di Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III-2009 masih menunjukkan trend perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini tercermin dari perlambatan pertumbuhan dari total aset dan kredit yang disalurkan oleh bank. Walaupun angka nominal aset dan kredit menunjukkan adanya peningkatan, namun jika dilihat dari persentase pertumbuhannya cenderung mengalami penurunan. Fungsi intermediasi perbankan juga menunjukkan adanya perlambatan, terlihat dari angka Loan To Deposit Ratio (LDR) yang lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan LDR ini tidak dibarengi dengan penurunan jumlah kredit bermasalah, sebaliknya terdapat peningkatan jumlah kredit bermasalah / Non Performing Loan (NPL), dimana pada triwulan laporan angka NPL meningkat tipis dibandingkan dengan posisinya pada periode yang sama tahun lalu. Satu indikator yang menunjukkan peningkatan adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), dilihat dari angka pertumbuahn yang lebih besar baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu maupun dengan triwulan sebelumnya. Tabel 3.1 Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara Komponen
2007 Q1
Q2
Total Aset
8.958
Tumbuh Y.o.Y (%)
2008 Q3
Q4
Q1
9.319
9.905
10.548
10.793
Q2
2009 Q3
Q4
Q1
Q2
11.691
12.359
13.527
13.635
14.235
14.860
Q3
20,76
17,76
21,67
19,59
20,48
25,45
24,78
28,24
26,33
21,76
20,24
DPK (Rp Miliar)
5.985
6.436
6.504
7.070
7.189
7.765
7.929
8.860
8.907
9.448
9.725
Tumbuh Y.o.Y (%)
18,14
20,88
19,34
17,49
20,12
20,65
21,91
25,31
23,90
21,67
22,64
Kredit (Rp Miliar)
5.179
5.638
6.079
6.577
6.823
7.852
8.454
8.934
9.095
9.627
10.004
Tumbuh Y.o.Y (%)
20,25
22,04
26,85
29,70
31,74
39,27
39,08
35,84
33,30
22,60
18,34
LDR (%)
86,53
87,61
93,46
93,02
94,90
101,13
106,62
100,84
102,11
101,90
102,88
NPL (%)
5,12
4,91
6,29
3,77
4,86
4,88
3,43
2,86
3,86
3,72
3,58
kredit UMKM
3.221
3.632
3.882
4.064
4.305
5.079
5.435
5.727
5.841
6.185
6.270
Share UMKM
62,19
64,42
63,86
61,79
63,09
64,68
64,29
64,10
64,22
64,25
62,67
NPL UMKM (%) 8,23 7,62 Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
7,11
5,67
6,01
5,69
4,91
3,78
4,91
4,96
5,18
Secara keseluruhan, indikator kinerja perbankan mengalami perlambatan yang cukup signifikan dibandingkan triwulan III-2008. Proses pemulihan perekonomian dunia akibat krisis global masih cukup dirasakan oleh perbankan di wilayah Sulawesi Utara, yang tercermin dari perilaku baik para pelaku pasar maupun pihak perbankan antara lain dicerminkan oleh tingkat LDR yang tumbuh melambat. Dengan risiko dan ketidakpastian pemulihan ekonomi global yang masih cukup tinggi, perbankan saat ini melakukan strategi dengan fokus pada penerapan prinsip kehati-hatian dan khusus dalam penyaluran kreditnya 37
saat ini perbankan juga lebih memperhatikan potensi usaha debitur kedepan melalui risk based pricing. A. Fungsi Intermediasi Perbankan 1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter Di tengah risiko dan ketidakpastian pemulihan perekonomian global, serta seiring dengan melemahnya tekanan inflasi, Bank Indonesia tetap mengarahkan perhatian pada upaya menggerakkan sektor riil guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Dalam upaya mengurangi kendala-kendala dalam peningkatan fungsi intermediasi perbankan, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 3 September 2009 memutuskan untuk tetap mempertahankan BI Rate sebesar 6,50%. Pelonggaran kebijakan moneter ini sudah mulai direspon dengan baik oleh pihak perbankan di Sulawesi Utara yang ditandai dengan penurunan rata-rata tingkat suku bunga kredit, walaupun perubahannya relatif tidak terlalu signifikan dikarenakan perbankan di wilayah Sulut masih cenderung berhati-hati dalam menurunkan tingkat suku bunga kreditnya ditengah-tengah kondisi pemulihan ekonomi pasca krisis yang masih dibayangi oleh faktor risiko yang relatif tinggi. Seperti halnya tingkat suku bunga kredit, rata-rata tingkat suku bunga deposito 1 bulan juga sudah mulai mengalami penurunan. Lambatnya pihak perbankan dalam merespon penurunan BI Rate tidak lepas dari adanya penawaran Surat Utang Negara (SUN) seri terbaru yang menawarkan return sekitar 10%, jauh diatas BI rate. Tidak jauh berbeda dengan kondisi perbankan nasional, perbankan di wilayah Sulawesi Utara juga masih diwarnai oleh persaingan tingkat suku bunga antar bank. Dampak dari proses pemulihan krisis ekonomi global masih cukup dirasakan oleh masyarakat Sulut, ditunjukkan melalui pertumbuhan kredit yang cenderung turun. Di sisi lain tingkat pertumbuhan dana masyarakat cenderung mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit, hal inilah yang memyebabkan tingkat LDR berjalan cukup lambat. Tingkat suku bunga kredit yang masih relatif tinggi walaupun sudah menunjukkan adanya penurunan berimplikasi pada penurunan akselerasi pertumbuhan kredit. Berdasarkan data yang ditunjukkan pada grafik dibawah, sampai dengan akhir bulan Agustus tingkat suku bunga kredit terus menurun, namun pada akhir triwulan tingkat suku bunga kredit kembali meningkat. Pihak perbankan masih mematok margin keuntungan bank yang sangat tinggi, disamping sebagai opportunity cost atas risiko yang akan dihadapi bank ketika debitur mengalami gagal bayar (default. Penurunan terjadi pada ketiga suku bunga kredit jenis penggunaan di awal triwulan laporan. Sampai dengan posisi bulan 38
September rata-rata tingkat suku bunga kredit modal kerja mencapai 17,31% per tahun, rata-rata tingkat suku bunga kredit investasi sebesar 17,17% per tahun, dan rata-rata tingkat suku bunga konsumsi sebesar 14,86% per tahun. Sementara untuk tingkat suku bunga deposito di Sulawesi Utara juga menunjukkan kondisi yang sama seperti halnya pada tingkat suku bunga kredit. Trend penurunan dilakukan perbankan sejalan dengan penurunan BI Rate pada bulan Desember 2008 yang terus turun hingga mencapai 6,50% pada bulan September 2009. Pada bulan September 2009 tingkat suku bunga deposito berada pada posisi 6,13%. Grafik 3.1. Perkembangan Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit
Grafik 3.2. Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit Menurut Jenis Penggunaan
17,5
19,0
17,0
18,0
16,5
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
17,0
16,0 16,0
15,5
15,0
15,0 14,5
14,0
Sk. Bunga Kredit
14,0
2008
Sep
Jul
Aug
Jun
Apr
May
Mar
Jan
Feb
Dec
Oct
Nov
Sep
Jul
Aug
Sep
Jul
Aug
Jun
May
Apr
Mar
Jan
Feb
Dec
Oct
Nov
Sep
Jul
Aug
13,0
2009
2009 Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Grafik 3.3. Perkembangan Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Deposito 1 Bulan dan BI Rate
%
14,0 12,0
Sk. Bunga Deposito
10,0
BI Rate
8,0 6,0 4,0 2,0
2008
Sep
Aug
Jul
Jun
May
Apr
Mar
Jan
Feb
Dec
Nov
Oct
Sep
Aug
Jul
-
2009
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Dengan mempertimbangkan perkembangan perekonomian dan melakukan evaluasi yang menyeluruh terhadap perkembangan dan prospek ekonomi dan keuangan, baik domestik maupun global, Rapat dewan Gubernur (RDG) bank Indonesia pada 5 Oktober 2009 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,50%. Selain itu, Bank Indonesia 39
juga melakukan komitmen dengan 14 bank guna menurunkan suku bunga deposito. Kesepakatan tersebut dilakukan untuk menyesuaikan tingkat suku bunga DPK agar selaras dengan BI Rate. Dengan turunnya suku bunga DPK, terutama deposito akan mendorong penurunan suku bunga kredit, sehingga penyaluran kredit yang tinggi akan mendorong sektor riil bergerak cepat. Ke depan, Bank Indonesia akan terus memonitor perkembangan perekonomian global dan domestik dan akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk tetap menjaga stabilitas makroekonomi dengan tetap menjaga iklim yang kondusif bagi perekonomian.
2. Penyerapan Dana Masyarakat Pada akhir triwulan III-2009 posisi Dana Pihak Ketiga (DPK) di wilayah Sulawesi Utara masih berada dalam kecenderungan meningkat. Posisi DPK pada September 2009 tercatat mencapai Rp9.725 miliar meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp7.929 miliar. Pencapaian ini masih menunjukkan pertumbuhan sebesar 22,64% (y.o.y). Berdasarkan jenis simpanannya, kenaikan dana terutama terjadi pada jenis giro yang meningkat 48,50% (y.o.y) kemudian disusul oleh jenis deposito sebesar 24,68% (y.o.y) dan tabungan sebesar 11,78% (y.o.y). Grafik 3.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Persen) 5.000
Giro
Deposito
Tabungan
4.500 4.000 3.500 3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 500 Q1
Q2
Q3 2008
Q4
Q1
Q2
Q3
2009
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Menurut pangsanya, penempatan dana dalam sistem perbankan masih didominasi oleh jenis simpanan tabungan sebesar 43,72% dari total keseluruhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun, disusul kemudian deposito (35,15%) dan giro (21,13%).
40
Grafik 3.5 Share Dana Pihak Ketiga (DPK)
21%
Giro 44%
Deposito Tabungan
35%
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan kelompok banknya, bank pemerintah menyerap hampir 65,75% dari total DPK sedangkan
sisanya
dihimpun
oleh
bank
swasta
(34,25%).
Berdasarkan
laju
pertumbuhannya, dana di bank pemerintah berhasil tumbuh 25,41% (y.o.y) sedangkan dana di bank swasta tumbuh lebih rendah yaitu sebesar 17,66% (y.o.y). Perkembangan pertumbuhan dana di bank pemerintah yang masih dinilai cukup tinggi tidak lepas dari adanya pandangan dalam masyarakat dimana bank pemerintah dinilai lebih aman, terlebih lagi pada kondisi ketidakpastiaan pemulihan perekonomian saat ini. Selain itu, maraknya bank swasta yang baru membuka cabang di Kota Manado berdampak terhadap persaingan antar bank dalam menyaring dana pihak ketiga. Seperti halnya jumlah dana pihak ketiga berdasarkan kelompok bank, jumlah dana pihak ketiga berdasarkan kepemilikannya juga masih tetap tumbuh. Dana yang dimiliki pemerintah daerah baik provinsi/kota/kabupaten tercatat sebesar Rp1.632 miliar atau meningkat sangat signifikan sebesar 79,12% (y.o.y) dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan dana milik swasta juga mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp8.093 miliar atau naik sebesar 15,31% (y.o.y). Grafik 3.6 Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun (Rp. Miliar)
Grafik 3.7 Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kepemilikan (Rp. Miliar)
9.000
Bank Pemerintah
Q3
Bank Swasta 2009
8.000 7.000 6.000
Q2 Q1
5.000 Q4
3.000
Q3
2008
4.000
2.000 1.000 -
Q2 Q1
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3 (1.000)
2008 Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
2009
1.000
3.000
Swasta
5.000
7.000
9.000
Pemerintah
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
41
Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total dana pihak ketiga yang dihimpun, sebesar 71,87% atau Rp6.989 miliar berasal dari bank-bank yang berlokasi di Manado, selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Minahasa (8,17%), Kabupaten Bolaang Mongondow (7,17%), Kota Bitung (6,88%), dan Kabupaten Sangihe Talaud (5,92%). Tingginya penghimpunan dana masyarakat di Kota Manado terkait dengan jumlah jaringan kantor bank yang sebagian besar terkonsentrasi di Kota Manado, disamping itu sentra pertumbuhan ekonomi daerah berada di Manado tercermin dari maraknya aktivitas pembangunan daerah yang terfokus di sekitar Manado. Tabel 3.2 Perkembangan Sebaran DPK per Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Kota/Kabupaten
2008 Q2 513 427 329 5.862 635 7.765
Q1 468 392 315 5.371 644 7.189
Minahas a B olaang Mongondow S angihe T alaud Manado B itung Total
Q3 684 391 343 5.959 552 7.929
Q4 586 448 372 6.872 583 8.860
Q1 833 553 440 6.443 639 8.907
2009 Q2 827 669 473 6.835 642 9.448
Q3 794 697 575 6.989 669 9.725
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Grafik 3.8 Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kabupaten/Kota (Milyar Rupiah) 12.000 10.000
Minahasa
Bolmong
Manado
Bitung
Grafik 3.9 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)
Sangihe Talaud
Bitung
Q3-09
Manado
Q2-09
Sangihe Talaud
Q3-08
8.000 6.000 4.000 2.000 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2008 Bitung
Q2
Q3
Bolmong
2009
644
635
552
583
639
642
669
5.371
5.862
5.959
6.872
6.443
6.835
6.989
Sangihe Talaud
315
329
343
372
440
473
575
Bolmong
392
427
391
448
553
669
697
Minahasa
468
513
684
586
833
827
794
Manado
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Minahasa
0
20
40
60
80
100
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan wilayah administratifnya, pada triwulan laporan seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan yang positif jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan tertinggi dialami oleh kabupaten Bolaang Mongondow sebesar 78,47% (y.o.y) dengan total DPK sebesar Rp697 miliar. Berikutnya adalah Kabupaten Sangihe Talaud yang tumbuh 67,82% (y.o.y) dengan jumlah Rp575 42
miliar, Kota Bitung (21,12%), Kota Manado (17,28%) dan Kabupaten Minahasa mencatat pertumbuhan sebesar 16,07% (y.o.y).
3. Penyaluran Kredit Bank Pelapor Pertumbuhan penyaluran kredit di Sulawesi Utara dari waktu ke waktu terus terus mengalami koreksi, hingga triwulan laporan jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp10.004 miliar atau hanya tumbuh sebesar 18,34% (y.o.y), sangat rendah bila dibandingkan baik dengan pertumbuhannya pada periode yang sama tahun lalu maupun dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang masing-masing sebesar 39,08% (y.o.y) dan 22,60% (y.o.y). Berdasarkan jenis penggunaannya, perkembangan kredit paling signifikan dialami oleh kredit konsumsi mencapai jumlah Rp5.546 miliar atau tumbuh sebesar 34,35%. Pertumbuhan yang cukup signifikan ini dipicu dari tingginya konsumsi masyarakat Sulawesi Utara yang dapat dikonfirmasi dengan data pertumbuhan ekonomi khususnya dari komponen konsumsi yang juga dominan dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi
Sulawesi
utara.
Untuk
jenis
kredit
investasi
dan
kredit
modal
kerja
pertumbuhannya masing-masing sebesar 6,55% (y.o.y) dan 2,19% (y.o.y). Angka ini jauh menurun dibandingkan pertumbuhan pada periode sebelumnya yang tercatat 10,10% (y.o.y) dan 12,91% (y.o.y). Grafik 3.11. Penyaluran Kredit di Provinsi Sulawesi Utara (Rp. Miliar)
Grafik 3.10. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (Persen) 70
9.000
%
60
8.000
50
7.000
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
6.000
40
5.000 30
4.000
2008
Sep
Jul
Aug
Jun
Apr
May
Feb
Mar
Jan
Dec
Oct
1.000 Nov
0 Sep
2.000
Aug
3.000
10
Jul
20
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2008
gTotal Kredit
Q2
Q3
2009
gInvestasi
gModal Kerja
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
2009
gKonsumsi Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan strukturnya, pangsa kredit konsumsi menempati urutan pertama sebesar 55,44% dari total kredit yang disalurkan, hal ini sejalan dengan pertumbuhan kredit konsumsi yang juga paling signifikan dibandingkan pertumbuhan kredit investasi dan modal kerja. Selanjutnya pangsa kredit modal kerja tercatat sebesar 35,39%, dan kemudian diikuti oleh kredit investasi dengan pangsa sebesar 9,18%. Berdasarkan sektor ekonominya, 43
penyaluran kredit produktif selama triwulan ini sebagian besar ditujukan ke sektor lainnya (konsumsi) dengan jumlah Rp5.556 miliar dengan pangsa 55,54%. Selanjutnya diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) mencapai jumlah Rp2.887 miliar dengan pangsa sebesar 28,86% dari total kredit. Disusul penyaluran kredit pada sektor jasa dunia usaha dan sektor konstruksi masing-masing dengan pangsa 4,23% dan 3,82%. Dominasi penyaluran kredit pada sektor PHR, didorong oleh tingginya tingkat konsumsi masyarakat dan meningkatnya wisatawan asing dan domestik untuk berkunjung ke Sulawesi Utara (tercermin dari tingginya tingkat hunian hotel dan terus berlangsungnya pembangunan hotel-hotel baru), ditambah lagi adanya penyelenggaraan event internasional Sail Bunaken yang diselenggarakan pada bulan Agustus, sehingga hal ini menjadi insentif bagi pihak perbankan untuk menyalurkan kredit di sektor ini. Sementara itu berdasarkan pencapaiannya, peningkatan pertumbuhan kredit paling signifikan terjadi di sektor Listrik, Gas dan Air Bersih yang tumbuh 52,80% (y.o.y) dengan jumlah Rp246 juta. Berikutnya adalah sektor Jasa Sosial Kemasyarakatan dan sektor laimmya (konsumsi) yang tumbuh masing-masing sebesar 45,11% (y.o.y) dan 34,12% (y.o.y). Selanjutnya penyaluran kredit di sektor Jasa Dunia Usaha tercatat sebesar Rp423 miliar atau tumbuh 11,99% (y.o.y), diikuti oleh sektor PHR (11,44%), sektor pertambangan (3,44%)
dan sektor perindustrian
(2,51%).
Sementara,
sektor
yang
mengalami
pertumbuhan negatif adalah sektor pertanian (32,89%), sektor transportasi dan komunikasi (27,59%) dan sektor konstruksi (9,83%). Grafik 3.12. Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi (Rp. Miliar)
2009
Q3
Q2
Lainnya (Konsumsi)
Q1
Sektor Produktif Lainnya PHR
Q4
2008
Q3
Konstruksi Q2
Pertanian
Q1
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
44
Berdasarkan kelompok bank, sampai dengan triwulan laporan, bank umum pemerintah masih terus mendominasi penyaluran kredit dibandingkan dengan bank umum swasta nasional. Kelompok bank pemerintah berhasil menyalurkan Rp7.643 miliar atau mencapai pangsa pasar 76,40% sedangkan kelompok bank swasta menyalurkan Rp2.361 miliar dengan pangsa pasar 23,60%. Selain itu dominasi pembiayaan oleh bank umum pemerintah terlihat semakin kuat ditinjau dari laju pertumbuhan kreditnya yang tumbuh sebesar 24,73% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit yang disalurkan oleh kelompok bank swasta yang hanya sebesar 1,51% (y.o.y). Banyaknya bank swasta di wilayah Sulawesi Utara memdorong persaingan yang semakin kuat, yang berdampak terhadap lambatnya pertumbuhan penyaluran kredit oleh bank swasta. Grafik 3.13. Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank (Rp. Miliar) 12.000
Bank Pemerintah
Bank Swasta
10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 Q1
Q2
Q3
Q4
2008
Q1
Q2
Q3
2009
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari total kredit sebesar Rp10.004 miliar, sebesar 65,45% atau sebesar Rp6.548 miliar disalurkan di wilayah Kota Manado hal ini juga tidak lepas dari banyaknya jaringan kantor perbankan yang berada di Kota Manado sebagai sentra pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Utara. Selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Minahasa dengan pangsa pasar sebesar 11,95% (Rp1.195 miliar), Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar 9,85% (Rp.986 miliar), Kota Bitung sebesar 6,75% (Rp.675 miliar), dan Kabupaten Sangihe Talaud sebesar 6,00% (Rp.600 miliar).
45
Grafik 3.14. Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (Milyar Rupiah) 12.000
Bitung Sangihe Talaud Minahasa
10.000
Grafik 3.15. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)
Manado Bolmong
Bitung
8.000
Manado
6.000
Q3-09 Sangihe Talaud
4.000 2.000
Q2-09
Bolmong
Q1
Q2
Q3
Q4
2008 Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Q1
Q2 2009
Q3
Q3-08
Minahasa
-
10
20
30
40
50
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan laju pertumbuhan kreditnya, wilayah dengan laju pertumbuhan kredit tertinggi dialami Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar 29,36% (y.o.y) sedangkan yang terendah adalah Kota Manado sebesar 17,98% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan kredit selama triwulan laporan terjadi karena respon pihak perbankan atas kondisi ketidakpastian pemulihan perekonomian global yang kemudian berdampak pada perilaku perbankan yang lebih memperhitungkan faktor risiko dengan fokus pada prinsip kehati-hatian serta lebih memperhatikan potensi usaha dari debitur kedepan melalui risk based pricing. Fungsi intermediasi perbankan mengalami penurunan tercermin dari angka Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar dari 102,88% pada triwulan laporan, turun dari posisinya di periode yang sama tahun lalu sebesar 106,62%. Perlu digaris bawahi bahwa perhitungan LDR ini hanya membagi jumlah total kredit yang disalurkan dengan jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan. Menurunnya rasio LDR ini disebabkan karena pertumbuhan DPK yang jauh lebih signifikan dibandingkan pertumbuhan kredit yang disalurkan bank. Berdasarkan wilayah administratifnya, rasio LDR terendah dialami oleh Kota Manado sebesar 93,69%. Sedangkan LDR tertinggi dicapai oleh Kabupaten Minahasa sebesar 150,50%, disusul kemudian berturut-turut oleh Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar 141,46%, Kabupaten Sangihe Talaud sebesar 104,28%, dan Kota Bitung sebesar 100,91%.
46
Grafik 3.16. Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota (%) Bitung
Q3-09 Manado
Q2-09 Sangihe Talaud
Q3-08
Bolmong
Minahasa
-
50
100
150
200
250
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
4. Kredit UMKM Perkembangan kredit MKM (Mikro, Kecil dan Menengah) memperlihatkan perkembangan yang relatif melambat yang ditandai dengan laju pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan kredit secara umum. Sampai dengan triwulan III–2009, jumlah kredit MKM yang berhasil disalurkan mencapai Rp6.270 miliar dengan laju pertumbuhan sebesar 15,37% (y.o.y). Pencapaian ini lebih rendah baik bila dibandingkan pertumbuhan kredit secara umum pada triwulan laporan tumbuh 18,34% (y.o.y), maupun dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat mencapai 21,78% (y.o.y). Grafik 3.17. Laju Pertumbuhan Kredit UMKM dan Total Kredit 50 45 40 35 30 25 20 15
gKredit
10
gUMKM
5
Sep
Aug
Jul
Jun
May
Apr
Mar
Feb
Jan
Dec
Nov
Oct
Sep
Aug
Jul
0
2009 Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
47
Menurut pangsanya, sebagian besar atau 61,50% dari total kredit MKM merupakan jenis kredit menengah sedangkan sisanya 32,78% merupakan jenis kredit kecil dan baru sebagian kecil atau hanya 5,71% merupakan jenis kredit mikro. Kecilnya porsi kredit mikro dan kecil terutama disebabkan oleh cukup tingginya rasio kredit bermasalah untuk jenis kredit mikro dan kecil yaitu masing-masing sebesar 17,47% dan 7,26%, jauh dari batas toleransi Bank Indonesia sebesar 5% sedangkan kualitas kredit menengah relatif cukup baik yaitu sebesar 2,92%. Grafik 3.19. Non Performing Loan Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Miliar)
Grafik 3.18. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Miliar) 4.500
Mikro
Kecil
160
Menengah
4.000
140
3.500
120
3.000
Mikro
Kecil
Q2
Q3
Menengah
100
2.500
80
2.000 60
1.500 40
1.000 20
500
-
Q1
Q2
Q3
Q4
2008
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Q1
Q2 2009
Q3
Q1
Q4
2008
Q1
Q2
Q3
2009
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan penyebarannya, penyaluran kredit UMKM masih belum merata dan lebih banyak terfokus pada daerah-daerah tertentu. Tercatat Kota Manado menyerap 67,81% dari total kredit MKM yang disalurkan, diikuti oleh kota dan kabupaten lainnya yang ratarata memiliki pangsa pada kisaran 5,9%-9,6%. Berdasarkan laju pertumbuhannya, perkembangan kredit MKM di Kabupaten Bolaang Mongondow merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 27,02% (y.o.y) sedangkan wilayah dengan laju pertumbuhan kredit MKM terendah adalah Kabupaten Kep.Sangihe Talaud yang tumbuh hanya sebesar 7,26% (y.o.y).
48
7.000 6.000 5.000
Grafik 3.20. Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar) Bitung Manado Sangihe-Talaud
Grafik 3.21. Pertumbuhan Kredit UMKM Berdasarkan Kabupaten/Kota (Persen) Q3-09
Bitung
Bolmong
Q2-09
Minahasa
Q3-08
Manado
4.000 Sangihe Talaud
3.000 2.000
Bolmong
1.000 -
Minahasa
Q1
Q2
Q3
Q4
2008
Q1
Q2 2009
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
(%)
Q3 0
10
20
30
40
50
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
B. RISIKO KREDIT 1. Rasio Kelonggaran Tarik Kredit Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank umum pada triwulan III-2009 memperlihatkan penurunan yang signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tercatat rasio kelonggaran tarik pada triwulan laporan sebesar 5,38% turun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya lalu yang tercatat sebesar 7,94%. Penurunan rasio merupakan suatu awal yang baik untuk lebih mengoptimalkan fungsi intermediasi perbankan. Di tengah-tengah ketidakpastian pemulihan perekonomian dunia yang dampaknya mulai dirasakan sektor riil membuat perbankan lebih berhati-hati dalam menyalurkan kreditnya. Khusus dalam penyaluran kredit saat ini perbankan juga lebih memperhatikan potensi usaha debitur kedepan melalui perhitungan risk based pricing. Kendala-kendala di bidang administrasi terkait penyaluran kredit, dimana masih terdapat beberapa peraturan daerah yang tumpang tindih dan birokrasi yang berbelit-belit perlu untuk dimitigasi. Bank Indonesia selaku regulator perbankan berupaya untuk lebih memudahkan masyarakat dalam memperoleh kredit dari bank melalui penetapan regulasi perbankan yang pada akhirnya bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
49
Grafik 3.22. Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum (Rp. Miliar)
%
Miliar 12.000 11.000 10.000 9.000 8.000 7.000 6.000 5.000 4.000
10 8 6 4 2 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2008 Plafond
12
Q2
Q3
2009
7.774 8.460 9.688 9.920 10.187 10.647 11.031
Outstanding 6.823 7.297 8.454 8.934 9.095 9.627 10.004 Rasio UL (%) 7,86
9,89
7,94
5,95
6,20
5,50
5,38
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
2. Net Interest Margin (NIM) Net Interest Margin (NIM) didefinisikan sebagai salah satu indikator penilaian terkait kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Berdasarkan neraca konsolidasi bank umum, saldo bersih pendapatan bunga setelah dikurangi biaya bunga atau yang biasa disebut Net Interest Margin (NIM). Pada triwulan laporan NIM menunjukkan angka yang positif tercatat sebesar Rp805 miliar atau mengalami peningkatan bila dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp659 miliar. Pendapatan bunga (antara lain dalam bentuk kredit dan penempatan antar bank) pada periode laporan lebih besar dibandigkan dengan biaya bunga (antara lain dalam bentuk tabungan, giro dan deposito). Walaupun pertumbuhan DPK lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit, namun hal tersebut tidak mempengaruhi margin keuntungan bank, karena tingkat suku bunga kredit masih jauh lebih tinggi dibandingkan tingkat suku bunga DPK. Grafik 3.23 Net Interest Margin Bank Umum 1.400
1.000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 -
1.200 1.000 800 600 400 200 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Pend.Bunga 266
560
890
1.242
363
Biaya Bunga
72
748
1.154
147
232
345
119
235
348
NIM
194
413
659
897
244
513
805
2008
Q2
Q3
2009
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
50
3. Rasio BOPO Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Dalam analisis ini maka rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak efisien. Pada triwulan III-2009 rasio BOPO menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Sampai dengan triwulan laporan, tingkat efisiensi operasional perbankan mengalami penurunan yang tercermin dari rasio BOPO bank umum yang naik menjadi 73,40% dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 73,18%. Hal ini dapat diartikan bahwa bank belum cukup efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Grafik 3.24. Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum 1.600
%
Miliar
80
1.400
78
1.200
76
1.000
74
800
72
600
70
400
68
200
66
-
64 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
BO
231
571
776
1.087
322
PO
683
997
316
831
1.061
1.477
423
880
1.358
73,21
68,71
73,18
73,62
76,05
77,62
73,40
2008
Rasio
Q2
Q3
2009
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
4. Return on Asset (ROA) Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan laba dengan asset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan III-2009, rasio ROA bank umum tercatat sebesar 3,09% mengalami peningkatan bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 2,22%. Peningkatan rasio ROA ini lebih disebabkan oleh tingginya presentase kenaikan total aset yang mampu dikelola dengan baik oleh bank untuk menghasilkan laba.
51
Grafik 3.26. Jumlah Asset dan Nilai Laba/Rugi Bank Umum (Juta Rupiah)
Grafik 3.25. Return On Asset Bank Umum (Persen) 3,50
ROA (Persen)
3,09
3,00
16.000
500
14.000
450 400
12.000
2,50
2,22
2,19
2,00
1,78 1,50
1,49
1,00
300
8.000
250
6.000
200 150
4.000
0,99 0,73
0,50
350
10.000
100
2.000
50
-
0,00
Q1
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2008
Q3
Q2
Q3
Q4
Q1
2008
Q2
Q3
2009
Aset (Rp Juta) 10.79311.69112.35913.52713.63514.23514.860
2009
L/R (Rp Juta)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
79
174
274
297
134
253
459
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
5. Sensitivitas Risiko Pasar Sensitivitas aset dan kewajiban ditunjukkan oleh perubahan NIM bank akibat perubahan suku bunga, sedangkan perubahan NIM diperngaruhi oleh posisi gap bank. Tingkat sensitivitas NIM bank terhadap perubahan suku bunga sangat tergantung kepada karakteristik instrumen keuangan yang membentuk portfolio bank tersebut, antara lain jatuh tempo (maturity) dan karakteristik suku bunga bank (floating atau fixed). Tabel 3.3 Portfolio Interest Instrument Perbankan di Sulawesi Utara No.
Aktiva
2009
2008
1
P enempatan pada B ank Indones ia
Q1 495.073
2
P enempatan pada B ank L ain
303.272
514.885
181.097
736.439
882.820
662.912
811.397
3
S urat Berharga yang Dimiliki
9.406
47.065
28.724
30.503
26.997
99.444
118.866
84.048
4
Kredit yang Diberikan
6.572.753
7.852.343
8.258.003
8.454.101
8.934.226
9.095.096
9.627.209
10.004.379
5
T agihan L ainnya
2.773
1.255
1.276
1.437
1.483
1.507
1.678
1.473
RSA
7.383.277
8.700.559
8.616.672
9.491.469
10.171.392
10.416.176
10.835.972
11.341.117
No. 1
Pas s iva Giro
Q2 285.011
Q3 147.572
Q3 268.989
Q4 325.866
Q1 557.217
Q2 276.822
Q3 823.005 428.212
2009
2008 Q1 1.282.087
Q2 1.536.988
Q3
Q3
1.420.546
1.383.487
Q4
Q1
1.496.273
1.794.586
Q2
Q3
1.938.986
2.054.467
2
T abungan
3.564.430
4.021.549
3.793.125
3.803.628
4.341.512
3.779.939
4.200.386
4.251.509
3
S impanan Berjangka
2.208.649
2.206.430
2.429.922
2.742.030
3.022.149
3.332.881
3.308.172
3.418.644
4
Kewajiban kepada B ank Indones ia
4.774
4.779
4.458
4.491
4.352
3.823
3.340
3.215
5
Kewajiban kepada B ank L ain
275.456
482.334
407.649
620.490
1.096.345
358.076
596.771
567.913 161.031
6
S urat Berharga yang Diterbitkan
169.434
171.530
9.536
168.801
162.987
161.087
163.091
7
P injaman yang Diterima
11.329
9.430
65.862
9.589
8.555
8.040
13.742
13.158
8
Kewajiban L ainnya
50.643
70.695
11.385
87.197
74.771
60.921
86.231
65.521
9
S etoran J aminan
10.833
10.586
-
12.364
16.906
17.669
19.950
19.298
R SL
7.577.635
8.514.321
8.142.483
8.832.077
10.223.850
9.517.022
10.330.669
10.554.756
GAP
-194.358
186.238
474.189
659.392
-52.458
899.154
505.303
786.361
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Perilaku perbankan di Sulawesi Utara hingga triwulan III-2009 berada pada kondisi positif gap yang berarti RSA > RSL. Persaingan tingkat suku bunga dimana perbankan masih memasang tingkat suku bunga yang lebih tinggi untuk tingkat suku bunga kredit. 52
Penurunan BI Rate sampai pada posisi 6,50% tidak secara langsung dapat diikuti oleh penurunan tingkat suku bunga dana dan kredit perbankan. Namun pihak perbankan masih mampu untuk mengelola aktiva dan pasivanya sehingga masih dicapai posisi positif gap.
C. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT Secara kelembagaan, jumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang beroperasi di wilayah kerja Bank Indonesia Manado sebanyak 21 BPR yang seluruhnya merupakan bank konvensional dengan rincian sebanyak 17 BPR dengan jumlah kantor 39 unit beroperasi di Sulawesi Utara sedangkan 4 BPR dengan jumlah kantor 8 unit beroperasi di Gorontalo. Tabel 3.4. Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Di Sulawesi Utara (Rp. Miliar) Komponen
2008
2009
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
As et
177,2
186,6
194,5
205,2
207,9
220,4
231,1
DPK
132,8
135,5
143,1
144,0
153,0
160,3
166,9
16,6
96,0
95,4
101,5
100,4
108,8
113,1
117,2
15,5
Depos ito T abungan Kredit
Q3*)
Y.o.Y
Q1
18,8
36,8
40,1
41,6
43,5
44,2
47,2
49,7
19,5
139,8
157,8
161,6
156,9
163,7
181,5
191,7
18,7 33,2
J enis Penggunaan Modal Kerja
32,5
35,4
37,7
36,6
39,6
45,7
50,2
Inves tas i
12,2
12,4
14,5
14,2
14,5
13,5
13,6
-6,4
Kons ums i
95,1
110,1
109,4
106,1
109,5
122,3
128,0
17,0
Sektoral P ertanian
3,0
2,9
3,4
3,3
3,1
3,2
3,6
6,7
P erindus trian
0,6
0,4
0,4
0,4
0,5
0,6
0,6
29,3
P HR
24,3
26,9
27,6
26,4
28,1
28,2
28,5
3,5
J as a-jas a
10,8
11,3
12,7
12,2
14,3
15,1
16,1
26,9 21,6
L ain-lain
101,0
116,3
117,6
114,6
117,7
134,4
143,0
L DR (Pers en)
105,3
116,5
113,0
109,0
107,0
113,2
114,9
NPL (Pers en)
3,5
3,1
3,4
3,3
3,5
3,2
3,3
*) pos is i Agus tus 2009 S umber: Data E kubank, L aporan Bulanan Bank P erkreditan R akyat (L BP R )
Kinerja BPR selama triwulan III-2009 secara umum jika dibandingkan baik dengan periode yang sama tahun lalu dan triwulan sebelumnya mengalami peningkatan tercermin dari naiknya total aset, DPK, dan jumlah kredit yang berhasil disalurkan. Peningkatan beberapa indikator ini juga dibarengi dengan membaiknya rasio LDR dan NPL. Pada triwulan laporan total aset BPR tercatat Rp231,1 miliar, tumbuh 18,8% (y.o.y) dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, DPK yang berhasil dihimpun naik sebesar 16,6% (y.o.y) mencapai Rp166,9 miliar. Berdasarkan jenisnya, sebagian besar DPK tersebut disimpan dalam bentuk deposito dengan pangsa 70,21% atau sebesar Rp117,2 miliar, sedangkan sisanya dalam bentuk tabungan. Berdasarkan jenisnya, kredit yang disalurkan
53
sebagian besar merupakan kredit konsumsi dengan pangsa 66,74%, selanjutnya kredit modal kerja dengan pangsa 26,19% dan sisanya kredit investasi sebesar 7,07%. Terlihat dalam tabel diatas, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya jenis kredit modal kerja mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 33,2% (y.o.y) kemudian disusul oleh kredit konsumsi (17%). Sebaliknya kredit investasi mengalami pertumbuhan yang negatif sebesar 6,4%. Peningkatan pertumbuhan kredit modal kerja ini sebagian besar didorong oleh tumbuhnya sektor perdagangan dan retail, dimana nasabah yang mengajukan kredit modal kerja di BPR umumnya digunakan untuk usaha jenis retail. Dari sisi melambatnya kredit konsumsi yang dirasakan BPR lebih disebabkan adanya pengaruh dari penurunan daya beli masyarakat. Namun demikian kredit konsumsi masih tetap tumbuh karena merupakan suatu konsekuensi logis dari dominannya kegiatan konsumsi pada PDRB Provinsi Sulawesi Utara yang didukung oleh berbagai kemudahan yang diberikan oleh BPR dalam pengajuan kredit dibandingkan bank umum walaupun bunga yang ditawarkan relatif lebih tinggi. Sementara itu, fungsi intermediasi yang tercermin dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) BPR yang mencapai 114,9% mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 113,0%. Perhitungan LDR ini berbeda dengan cara perhitungan penentuan tingkat kesehatan BPR, dimana dalam perhitungan LDR ini hanya membagi total kredit dengan total Dana Pihak Ketiga, sedangkan dalam penilaian tingkat kesehatan BPR (total kredit dibagi dengan total dana yang diterima bank), dimana total DPK hanya sebagai salah satu komponen dari jumlah dana yang diterima. Peningkatan rasio LDR ini juga diikuti dengan penurunan pada kualitas kredit yang dicerminkan oleh turunnya rasio NPL (Non Performing Loan) dari 3.4% di triwulan III-2008 menjadi 3,3% pada triwulan III-2009.
54
BOX PERKEMBANGAN, PELUANG DAN TANTANGAN PENYALURAN KUR DI PROVINSI SULAWESI UTARA Sejak diluncurkan oleh Presiden R.I Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 5 November 2007, posisi jumlah KUR maupun jumlah debitor KUR di Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan.
Perkembangan Nilai Realisasi KUR dan Jumlah Debitur di Prov. Sulut Januari s/d Agustus 2009
Perkembangan Nilai Realisasi KUR per Bank di Prov. Sulut Januari s/d Agustus 2009
Sumber : Kementrian Koperasi & UMKM (data diolah)
Nilai realisasi KUR selama tahun 2009 menunjukkan trend yang semakin meningkat. Penyaluran KUR didominasi oleh BRI
yang menguasai pangsa rata-rata 64% dari total realisasi yang
dilakukan oleh bank penyalur KUR di provinsi ini. Dilihat dari sektor ekonomi, maka sektor PHR adalah yang paling tinggi menyerap KUR, disusul oleh sektor pertanian dan jasa sosial. Penyaluran KUR di sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran hampir mencapai pangsa 50%, sedangkan realisasi di sektor pertanian hanya mencapai pangsa 10% dari total realisasi KUR. Jika dibandingkan dengan keseluruhan nilai baki debet kredit UMKM bulan Agustus 2009, nilai outstanding KUR hanya mencapai 2% dari total kredit UMKM, yakni sebesar Rp. 127 Milyar. Keberhasilan KUR dalam memberikan akses pembiayaan yang lebih baik kepada UMKM saat ini harus disertai dengan upaya akselerasi dimasa mendatang. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dievaluasi penyaluran KUR selama ini baik dari sisi perbankan maupun UMKM penerima KUR. Berdasarkan hasil quick survey yang dilakukan pada perbankan Sulut, diketahui :
-
KUR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan laba bank.
55
-
KUR dapat meningkatkan permintaan tehadap kredit UMKM sehingga target kredit UMKM lebih mudah tercapai.
-
KUR menaikkan rasio NPL kredit perbankan, dimana rasio NPL KUR adalah berkisar antara 5% s/d 10% dari total nilai realisasi KUR.
-
Rata-rata bank penyalur KUR memitigasi resiko gagal bayar dengan menaikkan agunan kredit, dan melakukan upaya analisis kredit yang lebih ketat.
-
Kriteria debitur yang ditetapkan bank penyalur KUR adalah kreditur yang memiliki usaha potensial dengan cash flow yang mantap.
-
Kendala dalam menyalurkan KUR adalah kesulitan dalam memperoleh debitur yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, dan sebagian debitur masih beranggapan bahwa KUR merupakan dana bantuan pemerintah yang pengembaliannya dapat ditangguhkan.
-
Bunga maksimal penyaluran KUR adalah 16%.
Sedangkan berdasarkan survei yang dilakukan kepada sejumlah UMKM penerima KUR diperoleh hasil sebagai berikut : -
Prosedur KUR relatif mudah dan tidak berbelit-belit.
-
Lama waktu permohonan KUR disetujui adalah 8-12 minggu
-
Bank meminta agunan untuk KUR, dan 60% dari responden menyatakan bahwa agunan yang diminta lebih dari 100% dari nilai realisasi kredit.
-
Prosedur KUR yang paling sulit dipenuhi adalah pembuatan analisa kredit.
Hasil inventarisasi tersebut menggambarkan belum adanya pemahaman yang seragam terhadap skim KUR, baik oleh para petugas bank di lapangan maupun masyarakat, sehingga mungkin saja masih ada beberapa penyimpangan dan persepsi yang keliru tentang KUR, misalnya: tentang ketentuan agunan, persyaratan administrasi, sumber dana KUR, beroperasinya para calo KUR Mikro, dan ketidaktertiban pelaporan KUR oleh bank penyalur sehingga mempersulit upaya monitoring. Kendala penyaluran tersebut dapat disikapi degan strategi percepatan penyaluran KUR, diantaranya melanjutkan sosialisasi, evaluasi dan monitoring , meningkatkan linkage program dalam rangka percepatan penyaluran KUR (khususnya untuk KUR dibawah Rp5 juta), pengembangan produk KUR, penyeragaman dalam penyaluran program kredit baik yang melalui PKBL maupun kredit program lainnya.
56
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Alokasi dana dari pemerintah pusat ke Provinsi Sulawesi Utara pada Tahun 2009 diperkirakan mencapai Rp9,22 Triliun atau naik 17,12% dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan komponen penyusunnya, kenaikan dana alokasi pemerintah pusat terutama berasal dari Dana Perimbangan (DAU/DAK) yang naik 23,45% mencapai jumlah Rp5,34 Triliun berikutya adalah Dana Sektoral yang naik 8,38% mencapai Rp3,09 Triliun dan Dana Dekonsentrasi/Tugas Perbantuan yang naik 13,79% mencapai Rp788 milliar. Tabel 4.1. Perkembangan Alokasi Dana Pusat ke Sulawesi Utara 2005 Sektoral Dekonsentrasi/Tugas Perbantuan Perimbangan (DAU/DAK) TOTAL
2006
2007
2008
2009F
927 1,853
1,478 1,094 3,074
2,271 613 3,734
2,850 693 4,328
3,089 788 5,343
2,779
5,646
6,618
7,872
9,220
Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Daerah Depkeu
4.1. Dana Perimbangan Alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat bagi Provinsi Sulawesi Utara di Tahun 2009 menunjukkan peningkatan sebesar 23,45% dibandingkan dengan Tahun 2008. Secara agregat, jumlah alokasi dana dari pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten dan kota di Sulawesi Utara mencapai Rp5,34 Triliun. Hampir seluruh kabupaten/kota/provinsi di Tahun 2009 menerima peningkatan alokasi anggaran dibandingkan tahun lalu, kecuali Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa Utara (Minut) dan Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong). Tingkat pertumbuhan tertinggi alokasi anggaran terjadi di Kabupaten Bolmong Utara sebesar 187,47%, sedangkan penurunan tertinggi terjadi di Kabupaten Bolmong sebesar 16,96%.
57
Tabel 4.2. Dana Perimbangan ke Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009 Total Dana Total Dana Perimbangan Perimbangan (Juta Rp) th. (Juta Rp) th. 2008 2009 Pemprov Manado Bitung Tomohon Minahasa Minsel Minut Bolmong Talaud Sangihe Kotamobagu Bolmut Sitaro Mitra Boltim Bosel TOTAL *) Daerah Pemekaran Tahun 2008
604.70 504.13 327.74 293.07 459.47 316.74 361.32 406.96 326.03 297.18 94.66 92.74 120.89 122.79 n.a. n.a. 4,328.44
668.99 516.13 335.57 284.38 465.44 359.70 335.43 337.93 344.78 419.46 265.69 266.61 286.80 335.43 54.22 66.88 5,343.44
Naik/Turun (Persen)
10.63 2.38 2.39 (2.97) 1.30 13.56 (7.16) (16.96) 5.75 41.14 180.67 187.47 137.24 173.17
23.45
Berdasarkan alokasi dana perimbangan di masing-masing kabupaten/kota/provinsi di Tahun 2009, pangsa terbesar terjadi pada tingkat provinsi dengan jumlah Rp668,99 milliar dengan pangsa 12,52%, naik 10,63% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Berikutnya adalah Kota Manado sebesar Rp516,13 miliar dengan pangsa 9,66% dari total anggaran, Kabupaten Minahasa sebesar Rp.465,44 dengan pangsa 8,71% dan Kabupaten Sangihe sebesar Rp419,46 miliar dengan pangsa 7,85%. Alokasi dana terendah diperoleh oleh Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan pangsa 1,01% dari total dana perimbangan atau sebesar Rp54,22 milliar. Grafik 4.1 Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2008
Sumber : Biro Keuangan Daerah & Website Depkeu
Grafik 4.2 Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2009
Sumber : Biro Keuangan Daerah & Website Depkeu
58
Grafik 4.3 Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2009
Sumber : Biro Keuangan Daerah & Website Depkeu
Berdasarkan komponennya, alokasi dana perimbangan di masing – masing wilayah Sulawesi Utara pada APBD Tahun 2009 sebagian besar terdiri dari Dana Alokasi Umum. Secara agregat, pangsa dari DAU, DAK dan Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak berturutturut
sebesar 76,84%, 16,79% dan 6,36%. Dana Bagi Hasil merupakan bagian dana
perimbangan untuk mengatasi masalah ketimpangan vertikal (antara Pusat dan Daerah) yang dilakukan melalui pembagian hasil antara Pemerintah Pusat dan Daerah penghasil, dari sebagian penerimaan perpajakan (nasional) dan penerimaan sumber daya alam. Rendahnya pangsa Dana Bagi Hasil di Sulawesi Utara mencerminkan bahwa kontribusi Provinsi Sulawesi Utara terhadap penerimaan negara, baik dari segi pajak maupun pengelolaan sumber daya alam masih kecil.
4.2. Perkembangan APBD Provinsi Kinerja keuangan pemerintah hingga triwulan III 2009 relatif lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sampai dengan September 2009, total pengeluaran pemerintah mencapai Rp656,72 milliar atau mencapai 57,96% dari target pengeluaran dalam APBD-P sebesar Rp1.133,16 milliar. Sementara itu, total penerimaan pemerintah telah mencapai Rp783,09 milliar atau baru 75,37% dari target penerimaan dalam APBD-P sebesar Rp1.039,06 milliar. Jumlah penerimaan yang lebih besar dibandingkan realisasi menyebabkan keuangan pemerintah hingga triwulan III 2009 mengalami surplus sebesar Rp126,36 milliar.
59
Tabel 4.3. Kinerja Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 September 2009 (dalam Miliar Rp) Realisasi APBD s.d. 30 Sep 2008
APBD-P 2008
Nominal PENERIMAAN RUPIAH Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah Retrebusi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Lain-lain Dana Perimbangan Bagi Hsl. Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) Lain-Lain Pendapatan Sah PENGELUARAN RUPIAH Konsumsi Pemerintah Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Belanja Bantuan Keuangan Belanja Tidak Terduga Belanja Hibah Pembentukan Modal Tetap Bruto SURPLUS/ (DEFISIT) PEMBIAYAAN DAERAH
924,74 296,42 267,55 5,13 12,90 10,83 609,83 48,02 532,92 28,08 0,82 18,50 973,58 791,34 386,14 196,87 59,80 108,13 29,50 2,00 8,90 182,24 -48,83 48,83
668,05 237,675 213,373 3,934 12,902 7,466 429,88 21,27 399,69 8,42 0,50 0,50 559,79 495,31 271,36 104,92 38,73 62,49 12,00 0,34 5,47 64,48 108,26 -59,00
APBD-P 2009
% Realisasi 72,24 80,18 79,75 76,66 100,02 68,93 70,49 44,29 75,00 30,00 61,12 2,70 57,50 62,59 70,28 53,30 64,76 57,79 40,68 16,85 61,49 35,38
Realisasi APBD s.d. 30 Sep 2009 Nominal
1.039,06 317,32 279,83 10,09 16,30 11,10 668,99 57,48 558,63 52,88 0,00 52,75 1.133,16 849,19 355,38 252,86 57,13 145,72 10,00 4,00 24,11 283,97 -94,10 94,10
783,09 241,78 208,37 5,03 16,37 12,00 535,99 22,81 465,53 47,64 0,00 5,32 656,72 511,63 248,97 127,36 42,89 76,27 0,00 1,45 14,68 145,10 126,36 -80,90
% Realisasi 75,37 76,19 74,47 49,89 100,42 108,11 80,12 39,69 83,33 90,10 0,00 10,09 57,96 60,25 70,06 50,37 75,09 52,34 0,00 36,33 60,90 51,10
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
1. Penerimaan Provinsi Total realisasi penerimaan provinsi hingga triwulan III 2009 mencapai Rp783,09 milliar, atau 75,37% dari target penerimaan dalam APBD-P. Berdasarkan komponen pembentuknya, sumber penerimaan ini terutama berasal dari dana perimbangan (utamanya Dana Alokasi Umum) dengan pangsa 68,45% disusul Penerimaan Asli Daerah (PAD) dengan pangsa 30,42%. Namun, kinerja pemerintah provinsi dalam melakukan berbagai pemanfaatan aset-aset yang dimiliki hingga triwulan III 2009 terlihat belum terlalu optimal. Hal ini tercermin dari menurunnya prosentase realisasi Penerimaan Asli Daerah (PAD) dari 80,18% pada triwulan III 2008 menjadi hanya 76,19% pada triwulan III 2009 dengan nominal sebesar Rp241,78 milyar. Berdasarkan komponen pembentuknya, PAD ini terutama bersumber dari penerimaan pajak sebesar 86,18% sedangkan sisanya
dalam bentuk retribusi, hasil
pengelolaan kekayaan daerah dan lain-lain. 60
Pencapaian PAD hingga triwulan III 2009 tersebut masih relatif kecil bila dibandingkan kebutuhan dana pembangunan di Sulawesi Utara tercermin dari relatif rendahnya rasio kemandirian fiskal daerah yaitu perbandingan PAD terhadap total belanja yang hanya 30,87%. Hal ini berarti kegiatan ekonomi dan sosial sebagian besar masih digerakkan oleh dana perimbangan yang berasal dari pemerintah pusat.
2. Pengeluaran Provinsi Realisasi pengeluaran provinsi sampai dengan triwulan III 2009 mencapai Rp656,72 milliar atau 57,96% dibandingkan rencana pengeluaran dalam APBD-P Tahun 2009. Pencapaian ini sedikit lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang saat itu mencapai 57,50%. Menurut komponen pembentuknya, pengeluran provinsi terutama didominasi untuk belanja pegawai dengan pangsa 37,91% atau sebesar Rp248,97 milliar sedangkan pangsa belanja modal sebesar 22,09% atau sebesar Rp145,1 miliar. Dibandingkan tahun lalu, maka target belanja modal di Tahun 2009 sebesar Rp283,97 milliar meningkat sebesar 55,82%. Hal ini tentunya sangat menggembirakan sehubungan dengan meningkatnya kegiatan investasi pemerintah di Sulawesi Utara dan tidak semata-mata dialokasikan untuk belanja pegawai (pembayaran gaji, tunjangan, dan lain sebagainya).
3. Kontribusi APBD Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar Realisasi APBD di tingkat provinsi khususnya realisasi belanja daerah sedikit banyak telah memberikan kontribusi bagi pertumbuhan perekonomian. Dengan melakukan identifikasi terhadap pos-pos dalam APBD-P provinsi ke dalam 2 (dua) kegiatan utama berdasarkan tabel PDRB sisi permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) diperoleh hasil bahwa realisasi komsumsi pemerintah memberikan kontribusi sebesar 2,70% terhadap nilai tambah PDRB Provinsi Sulawesi Utara sedangkan realisasi belanja modal memberikan kontribusi sebesar 0,76%. Kontribusi di tingkat kabupaten dan kota relatif sulit untuk diperoleh sehingga hanya besaran-besaran pokok saja yang dimiliki. Secara total, realisasi anggaran belanja pemerintah dalam APBD-P provinsi hanya memberikan kontribusi sebesar 3,46% terhadap nilai tambah PDRB Sulawesi Utara. Sementara itu, dampak realisasi APBD provinsi terhadap perkembangan uang beredar sampai dengan triwulan III 2009 berada pada kondisi kontraksi yang berarti jumlah penerimaan pemerintah lebih besar dibandingkan jumlah pengeluarannya.
61
Tabel 4.4. Kontribusi APBD Provinsi Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar s.d. 31 September 2009 (dalam Milliar Rp)
URAIAN
APBD 2009
Realisasi APBD s.d. 30 Sep 2009
APBD-P 2009 Nominal
A. PENERIMAAN RUPIAH Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah Retrebusi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Lain-lain Dana Perimbangan Bagi Hsl. Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) Lain-Lain Pendapatan Sah B. PENGELUARAN RUPIAH Konsumsi Pemerintah Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Belanja Bantuan Keuangan Belanja Tidak Terduga Belanja Hibah Pembentukan Modal Tetap Bruto D. SURPLUS/ (DEFISIT) C. PEMBIAYAAN DAERAH
1.028,71 309,72 275,62 7,60 16,50 10,00 668,99 56,52 558,63 52,88 0,96 50,00 1.121,51 878,82 397,78 221,12 58,41 167,63 10,00 7,50 16,38 242,69 -93,08 91,73
1.039,06 317,32 279,83 10,09 16,30 11,10 668,99 57,48 558,63 52,88 52,75 1.133,16 849,19 355,38 252,86 57,13 145,72 10,00 4,00 24,11 283,97 -94,10 94,10
783,09 241,78 208,37 5,03 16,37 12,00 535,99 22,81 465,53 47,64 5,32 656,72 511,63 248,97 127,36 42,89 76,27 1,45 14,68 145,10 126,36 -80,90
% Realisasi 75,37 76,19 74,47 49,89 100,42 108,11 80,12 39,69 83,33 90,10 10,09 57,96 60,25 70,06 50,37 75,09 52,34 36,33 60,90 51,10 -134,28 -85,96
% thd PDRB 4,13 1,27 1,10 0,03 0,09 0,06 2,83 0,12 2,45 0,25 0,03 3,46 2,70 1,31 0,67 0,23 0,40 0,01 0,08 0,76
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
62
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional. Sistem pembayaran tersebut terbagi dua yaitu pembayaran secara tunai menggunakan uang kartal, serta pembayaran non tunai melalui transaksi kliring dan RTGS. Untuk menjalankan fungsi penyelenggaraan pembayaran tunai Bank Indonesia senantiasa berusaha untuk menyediakan sejumlah pecahan yang sesuai dengan nominal yang mencukupi dalam kondisi tepat waktu dan layak edar. Sementara itu, untuk transaksi non tunai, Bank Indonesia mengarahkan transaksi pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan konsumen. BI bukan semata peduli akan terciptanya efisiensi dalam sistem pembayaran, tapi juga kesetaraan akses hingga ke urusan perlindungan konsumen. Yang dimaksud terciptanya sistem pembayaran, itu artinya memberi kemudahan bagi pengguna untuk memilih metode pembayaran yang dapat diakses ke seluruh wilayah dengan biaya serendah mungkin. Sementara yang dimaksud dengan kesetaraan akses, BI akan memperhatikan penerapan asas kesetaraan dalam penyelenggaraan sistem pembayaran. Sedangkan aspek perlindungan konsumen dimaksudkan penyelenggara wajib mengadopsi asas-asas perlindungan konsumen secara wajar dalam penyelenggaraan sistemnya.
A. Perkembangan Aliran Uang Kartal Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan III-2009 berada pada kondisi net outflow, yang berarti aliran uang keluar dari khasanah lebih tinggi dibandingkan aliran uang masuk. Kondisi net outflow yang terjadi pada triwulan laporan merupakan pola musiman berkenaan dengan perayaan hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada bulan September 2009. Jumlah uang aliran uang masuk dan keluar selama triwulan laporan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Aliran uang masuk meningkat 18,61% (y.o.y) atau sebesar Rp19,09 miliar sebaliknya aliran uang keluar justru mengalami penurunan 36,57% (y.o.y) atau sebesar Rp135,446 miliar. Penurunan ini antara lain disebabkan oleh kondisi perbankan di wilayah kerja KBI Manado yang berada pada kondisi long position. Selain itu, outflow juga lebih banyak melalui penukaran, dan hanya 63
sebagian kecil melalui bayaran. Secara netto, aliran uang kartal selama triwulan laporan berada pada kondisi outflow sebesar Rp113,29 miliar lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp267,83 miliar. Secara bulanan, net outflow tertinggi terjadi pada bulan September 2009 sebesar Rp88,63 miliar, berikutnya di bulan Juli 2009 sebesar Rp63,19 miliar. Sedangkan di bulan Agustus 2009, aliran uang kartal di khasanah Bank Indonesia berada pada kondisi net inflow sebesar Rp38,53 miliar. Kondisi pada triwulan laporan yang mengalami net outflow mencerminkan bahwa aktivitas perekonomian lebih bergairah pada triwulan ini, hal ini didorong oleh adanya penyelenggaraan event Sail Bunaken yang telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 serta pola musiman berkenaan dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri. Grafik 5.1. Netflow Aliran Kas Uang Kartal KBI Manado (Rp. Miliar) 800
600 400 200 0 -200 -400 -600 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2008 Inflow (+)
Q2
Q3
2009
592
119
103
217
613
160
122
Outflow (-)
-87
-337
-370
Net Flow
505
-218
-268
-428
-18
-355
-235
-211
595
-195
-113
Sumber : Bank Indonesia Manado, diolah
Dalam upaya memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan, Bank Indonesia melakukan kegiatan berupa Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) dalam bentuk pemusnahan terhadap uang yang sudah tidak layak edar. Selama triwulan laporan, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 402,99%, jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat hanya sebesar 114,74%. Tingginya rasio PTTB pada triwulan laporan disebabkan oleh kebijakan yang ditetapkan oleh Kantor Pusat Bank Indonesia di bulan Juli dimana uang diatas pecahan nominal 20.000 keatas belum saatnya untuk diracik sehingga terjadi penumpukan uang tidak layak edar dari triwulan sebelumnya. Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan laporan
64
sebesar Rp490,29 miliar atau naik 316,58% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Grafik 5.2 Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow (Persen) 700
440
Miliar
Inflow (+)
PTTB
% 420 400
Rasio
380 360 340 320 300 280 260 240 220 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 -
600 500 400 300 200 100 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Inflow (+)
592
119
103
217
613
PTTB
305
160
122
169
118
102
53
78
490
2008
Rasio
Q2
Q3
2009
51,44 142,50 114,74 46,91
8,57
49,00 402,99
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Dalam perannya sebagai regulator di daerah yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor Bank Indonesia Manado melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas titipan ini dilakukan khususnya untuk daerah yang lokasinya cukup jauh dari Kantor Bank Indonesia. Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan Kantor Bank Indonesia Manado bekerjasama dengan salah satu bank umum di wilayah Gorontalo dan Tahuna. Grafik 5.3. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Gorontalo (Rp. Miliar) 800 600 400 200 0 -200 -400 . -600 -800 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2008
Q2
Q3
2009
Inflow
533
516
702
615
621
542
645
Outflow
-463
-672
-755
-560
-443
-611
-566
Netflow
70
-156
-53
55
178
-69
80
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
65
Kondisi aliran kas titipan di Gorontalo menunjukkan posisi net inflow. Sepanjang triwulan III-2009 posisi aliran kas titipan Gorontalo menunjukkan nilai net inflow sebesar Rp80 miliar. Net inflow yang terjadi selama triwulan laporan lebih disebabkan oleh tingkat kelusuhan uang yang cukup besar sehingga meningkatkan posisi setoran. Grafik 5.4 Netflow Kas Tititpan KBI Manado di Tahuna (Rp. Miliar) 80 60 40 20 0 -20 -40 -60 -80 -100 -120 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2008
Q2
Q3
2009
Inflow
51
19
23
36
57
27
40
Outflow
-31
-67
-71
-100
-39
-78
-63
Netflow
20
-48
-49
-63
18
-51
-23
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Selain di provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuna-Kabupaten Sangihe. Keberadaan kas titipan di kota tersebut merupakan upaya Bank Indonesia untuk melaksanakan kebijakan clean money policy, khususnya untuk wilayah yang letaknya jauh dari jangkauan Kantor Bank Indonesia. Secara historis, kegiatan kas titipan Tahuna cenderung mengalami net outflow (kecuali pada awal tahun). Kondisi kas titipan Tahuna pada triwulan laporan menunjukkan adanya aliran uang keluar dari dalam khasanah yang lebih besar daripada aliran uang masuk ke khasanah dengan nilai net outflow sebesar Rp23 miliar. Kondisi ini mengalami penurunan 52,53% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat outflow sebesar Rp49 miliar. Kondisi net outflow yang terjadi di khasanah titipan di Tahuna mengindikasikan kembali bergairahnya perekonomian di daerah tersebut antara lain tercermin dari meningkatnya realisasi belanja pemerintah dan swasta.
66
B. Penemuan Uang Palsu Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Manado menunjukkan adanya penurunan yang signifikan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Total uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado pada triwulan III2009 sebanyak 14 lembar yang terdiri dari 4 lembar uang pecahan Rp100.000,-, 6 lembar uang pecahan Rp50.000, dan 4 lembar uang pecahan Rp5.000,-. Jumlah ini jauh lebih kecil dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar 33 lembar. Jika dibandingkan dengan jumlah uang palsu yang ditemukan pada periode-periode sebelumnya terlihat bahwa jumlah uang palsu yang ditemukan pada triwulan IV-2008 sampai dengan triwulan III-2009 menunjukkan adanya trend penurunan berturut-turut sebanyak 136 lembar, 41 lembar , 18 lembar dan 14 lembar. Penurunan temuan ini mengindikasikan pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian uang rupiah sudah cukup baik.
Tabel 5.1 Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KBI Manado (Rp Miliar) Pecahan
2007 Q1
Q2
2008 Q3
Q4
2009
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3 4
- Rp100.000,-
22
2
7
5
2
1014
14
1
14
5
- Rp50.000,-
105
38
14
5
17
19
16
135
23
12
6
- Rp20.000,-
23
1
4
3
6
0
1
0
3
0
4
- Rp10.000,-
7
3
4
1
0
2
2
0
0
0
0
- Rp5.000,-
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
- Rp1.000,Total
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
157
44
29
15
25
1.035
33
136
41
18
14
Sumber: Bank Indonesia Manado, diolah
Bank Indonesia telah dan akan terus berupaya untuk meminimalisir pergerakan pelaku pemalsuan uang melalui kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah. Kegiatan sosialisasi tidak hanya dilakukan di Kantor Bank Indonesia, serta pihak perbankan, namun juga dilakukan di pusat perbelanjaan di kota Manado. Hal tersebut dilakukan mengingat pusat perbelanjaan juga sangat rentan terhadap kegiatan peredaran uang palsu karena tingginya tingkat perputaran uang yang digunakan untuk melakukan transaksi. Selain itu, pihak Bank Indonesia juga menjalin kerjasama dengan pihak Kepolisian Daerah Sulawesi Utara dalam upaya penanganan proses hukum. Peran serta aktif masyarakat bersama dengan pihak kepolisian diperlukan untuk dapat membongkar sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara.
67
C. Perkembangan Kliring Lokal (Tunai) Perkembangan kliring lokal (tunai) pada triwulan III-2009 sebanyak 93.945 lembar dengan nilai Rp2.036 triliun atau meningkat jumlahnya sebesar 12,84% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sama halnya jika dibandingkan dengan periode sebelumnya, terlihat adanya peningkatan jumlah warkat maupun nominal transaksi. Jika dilihat berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan selama periode laporan tercatat sebanyak 1,566 lembar dengan nilai sebesar Rp33,97 miliar. Angka inipun meningkat 18,62% (y.o.y). Peningkatan rata-rata jumlah nominal kliring tersebut semakin menegaskan bahwa perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan yang positif. Tabel 5.2 Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong KETER ANGAN
2008 Q1
Perputaran Kliring a. L embar 76.386 1.634 b. Nominal (R p miliar) R ata-rata perputaran kliring per hari 1.273 a. L embar 27,24 b. Nominal (R p miliar) Pers entas e rata-rata penolakan 0,51 a. L embar (%) 0,83 b. Nominal (%)
2009 Q2
Q2
Q3
Q4
Q1
Q3
85.075 1.703
87.329 1.804
85.612 1.803
83.172 1.762
90.363 1.891
93.945 2.036
1.350 27,04
1.386 28,63
1.451 30,57
1.409 29,90
1.457 30,45
1.566 33,97
0,56 0,58
0,75 0,80
0,98 1,49
0,87 0,79
0,91 0,92
1,02 1,14
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan tercatat 1.02% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 0,75% maupun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,91%. Demikian pula halnya dari segi jumlah nominalnya terdapat kenaikan dari 0,80% pada triwulan III-2008 menjadi 1,14% pada triwulan III-2009 dari rata-rata nominal cek dan BG yang dikliringkan per hari.
D. RTGS (Real Time Gross Settlement) RTGS sebagai salah satu sarana penyelesaian transaksi non tunai, mempunyai keunggulan dalam kecepatan penyelesaian transaksi (seketika) dan resiko settlement-nya dapat diperkecil. Berdasarkan data terakhir yang dimiliki, selama triwulan III-2009 rata-rata perkembangan volume transaksi melalui RTGS (dari dan ke wilayah Sulawesi Utara) mencapai 1.454 transaksi dengan nilai rata-rata Rp656,65 miliar atau mengalami penurunan 17,01% dibandingkan rata-rata nilainya di triwulan II-2008. Perkembangan nilai 68
dan volume RTGS di wilayah Sulawesi Utara terus mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh lambatnya proses penyelesaian transaksi sejak dioperasikannya RTGS secara sentralisasi melalui Kantor Pusat Bank Indonesia.
Tabel 5.3. Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement (Rp. Milliar)
FROM Bulan Jul
Nilai (Miliar Rp) 200.54
TO
Volume
Nilai (Miliar Rp)
833
492.11
FROM + TO Volume
Nilai (Miliar Rp)
Volume
873
692.65
1706
Aug
220.49
850
524.68
835
745.17
1685
Sep
233.86
1004
701.89
1147
935.75
2151
Rata-rata Tw. III-08
218.30
896
572.89
952
791.19
1847
Okt
204.55
841
488.21
952
692.76
1793
Nov
202.07
715
449.31
957
651.38
1672
Dec
300.83
1042
637.31
2127
938.14
3465
Rata-rata Tw. IV-08
235.82
866
524.94
1345
760.76
2310
Jan
196.05
619
490.73
1275
686.78
1894
Feb
220.92
716
435
784
655.92
1500
Mar
278.32
751
563.45
835
841.77
1586
Rata-rata Tw. I-09
231.76
695
496.39
965
728.16
1660
Apr
254.13
845
623.87
994
878
1839
May
250.57
946
515.09
849
765.66
1795
Jun
156.81
479
494.57
830
651.38
1309
Rata-rata Tw. II-09
220.50
757
544.51
891
765.01
1648
Jul
127.73
420
539.12
1388
666.85
1808
Aug
130.87
502
502
800
632.87
1302
Sep
143.68
460
526.54
792
670
1252
Rata-rata Tw. III-09 Pertumbuhan (y.o.y)
134.09
461
522.55
993
656.65
1454
-38.57%
-48.57%
-8.79%
4.38%
-17.01%
-21.29%
Sumber : www.bi.go.id, diolah
69
BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada Februari 2009 mengalami perbaikan dibandingkan periode Agustus 2008 tercermin dari rasio TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) sebesar 10,63% atau turun tipis (0,02%) dibandingkan dengan periode Agustus 2008 sebesar 10,65%. Demikian halnya bila dibandingkan terhadap keadaan Februari 2008 yang juga mengalami penurunan sebesar 1,72%. Menurut lapangan pekerjaan, pertanian masih menjadi sektor lapangan pekerjaan utama, walaupun telah terjadi pergeseran ke sektor lainnya, terutama sektor perdagangan. Berdasarkan persebarannya, Manado masih menjadi daerah dengan jumlah angkatan kerja terbesar dan angka pengangguran tertinggi.
A. PENGANGGURAN Struktur ketenagakerjaan pada periode Februari 2009 tidak terlalu berbeda bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dari seluruh penduduk usia 15+, jumlah angkatan kerja tercatat 1.077.155 orang (63,91%) masih lebih banyak dibandingkan dengan jumlah bukan angkatan kerja sebanyak 608.347 orang. Jumlah angkatan kerja ini turun sedikit yaitu sebesar 2,91% (y.o.y) atau sebanyak 30.490 orang dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Periode Februari 2006 – Februari 2009 J enis Kegiatan P enduduk 15 T hn ke atas
F eb-06
Ags-06
F eb-07
Agt-07
F eb-08
Ags-08
F eb-09
1.621.331
1.639.282
1.654.863
1.672.655
1.658.299
1.669.313
1.685.502
990.759
970.416
1.086.281
1.036.499
1.046.665
1.020.952
1.077.155
B ekerja
855.300
828.550
944.635
908.503
917.363
912.198
962.627
Mencari Kerja
135.459
141.866
141.646
127.996
129.302
108.754
114.528
630.572
668.866
568.582
636.156
611.634
648.361
608.347
S ekolah
134.119
135.456
126.474
135.611
127.274
135.318
133.770
Mengurus R umah T angga
407.173
443.542
359.201
398.195
406.055
406.882
371.568
89.280
89.868
82.907
102.350
78.305
106.161
103.009
T P AK (pers en)
61,10
59,20
65,60
61,97
63,12
61,16
63,91
T P T (pers en)
13,70
14,60
13,00
12,35
12,35
10,65
Angkatan Kerja
B ukan Angkatan Kerja
Lainnya
S etengah P engangguran S etengah P engangguran T erpaks a S etengah P engangguran S ukarela
10,63
296.780 138.683
258.838 114.537
269.657 125.402
250.435 120.060
214.237 124.522
260.650 128.580
254.457 124.806
158.097
144.301
144.255
130.375
89.715
132.070
129.651
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
70
Menurut komponen penyusunnya, jumlah penduduk yang bekerja berdasarkan data terakhir (Februari 2009) mengalami peningkatan. Tercatat jumlah penduduk yang bekerja berjumlah 962.627 orang, meningkat 4,93% (y.o.y) atau sebanyak 45.264 orang dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Jumlah pengangguran mengalami penurunan yaitu dari 129.302 orang pada Februari 2008 turun 11,43% (y.o.y) menjadi 114.528 orang pada Februari 2009. Penurunan jumlah pengangguran ini belum menggambarkan kondisi penyerapan tenaga kerja yang semakin membaik, karena apabila dilihat komponennya, maka penurunan ini selain disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah penduduk yang bekerja, juga disebabkan karena terjadinya pergeseran dari penduduk yang mencari kerja menjadi bukan angkatan kerja (Ibu Rumah Tangga). Meningkatnya jumlah angkatan kerja selama periode Februari 2008 – Februari 2009 mengakibatkan TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) di Provinsi Sulawesi Utara mengalami peningkatan dari 63,12% menjadi 63,91%. TPAK sebesar 63,91% tersebut dapat diartikan bahwa sekitar 64 penduduk Provinsi Sulawesi Utara aktif bekerja dan mencari pekerjaan dari sebanyak 100 orang penduduk yang termasuk ke dalam penduduk usia kerja. Sementara itu, TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) pada Februari 2009 sebesar 10,63%, merupakan angka yang terendah selama periode Februari 2006 – Februari 2009. Hal ini menunjukkan bahwa dari sekitar 100 orang penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja hanya 10-11 orang yang menganggur, selebihnya sudah mempunyai perkerjaan. Penurunan
tingkat
pengangguran
ini
terkonfirmasi dari hasil survey konsumen yang
Grafik 6.1 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini Berdasarkan SK September 2009
diselenggarakan di kota Manado. Dari hasil
Sep Agust
survey konsumen tersebut, konsumen rumah menilai
ketersediaan
lapangan
pekerjaan saat ini masih cukup baik. Sampai
128,5 110,0
Jul
123,5
Jun 2009
tangga
140,5
May
112,0
Apr
dengan data bulan September 2009, indeks ketersedian lapangan kerja saat ini cukup optimis, dicerminkan dengan indeks 140,5 (diatas angka 100).
84,5
Mar
67,0
Feb
66,5
Jan
100,5 0,0
20,0
40,0
60,0
80,0 100,0 120,0 140,0 160,0
Indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini Sumber: Bank Indonesia, Survei Konsumen September 2009
71
Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Periode Februari 2006 – Februari 2009 L apangan Pekerjaan Utama P ertanian P ertambangan Indus tri Lis trik, Gas & Air B ers ih Kons truks i P erdagangan Angkutan Keuangan
F eb-06
Ags-06
F eb-07
Agt-07
F eb-08
Ags-08
F eb-09
403.179
341.347
378.631
373.329
363.771
362.615
4.756
10.402
18.229
8.703
14.806
12.804
386.873 19.048
49.813
42.273
65.290
44.497
61.270
43.846
57.094
3.123
3.888
2.872
1.338
3.223
3.951
4.312
40.168
65.268
54.819
61.209
56.406
67.121
53.091
154.952
131.614
174.127
164.718
144.155
163.693
175.012
73.350
111.385
89.220
86.287
136.047
90.561
102.115
12.254
12.021
12.900
15.627
10.127
13.850
14.496
J as a
113.705
110.352
148.547
152.795
127.558
153.757
150.586
TOTAL Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
855.300
828.550
944.635
908.503
917.363
912.198
962.627
Komposisi penduduk yang bekerja menurut sektor lapangan pekerjaan utama pada Februari 2009 relatif sama bila dibandingkan Februari 2008. Sektor lapangan pekerjaan utama penduduk yang bekerja masih paling banyak di sektor pertanian yaitu sebanyak 386.873 orang (40,19%). Mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan keadaan Februari 2008 sebanyak 23.102 orang. Sektor lain yang mengalami penurunan adalah sektor industri, konstruksi dan angkutan. Sedangkan sektor yang mengalami kenaikan adalah sektor pertambangan,
listrik-air-gas,
perdagangan,
keuangan
dan
jasa.
Data
tersebut
menggambarkan bahwa walaupun sektor utama lapangan pekerjaan penduduk Sulawesi Utara masih paling banyak di sektor pertanian, namun telah terjadi pergeseran ke sektor lainnya, terutama ke sektor perdagangan yang ditunjukkan pada peningkatan jumlah pekerja yang cukup signifikan di sektor ini, yakni sebesar 30.857 orang. Pergeseran ini terjadi terkait dengan banyaknya pembangunan infrastruktur di kota Manado dalam rangka WOC di tahun 2009. Adanya penyelenggaraan WOC ini membawa efek lanjutan dimana wilayah Sulawesi Utara menjadi salah satu kota tujuan wisata Indonesia sehingga lebih memacu pertumbuhan di sektor PHR. Jika dilihat berdasarkan pertumbuhannya, sektor yang mengalami pertumbuhan tenaga kerja yang signifikan adalah sektor listrik, gas dan air bersih yang tumbuh 33,79% (y.o.y) dengan jumlah pekerja meningkat sebanyak 1.089 orang.
72
Grafik 6.2 Indeks Ketersediaan Tenaga Kerja Saat Ini Pertanian Pertambangan
15,64%
Industri 1,51%
Listrik, Gas & Air Bersih Konstruksi
40,19% 10,61%
Perdagangan Angkutan 0,45%
18,18%
1,98% 5,52%
Keuangan
5,93%
Jasa Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Tabel 6.3. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Periode Februari 2006 – Februari 2009 S tatus Pekerjaan
Feb-06
Ags-06
Feb-07
Agt-07
Feb-08
Ags -08
Feb-09
Daerah
J enis Kelamin
B erus aha S endiri
220.812
309.039
297.042
315.364
328.437
282.696
287.238
Kota 111.466
Des a 175.772
LK 206.316
PR 80.922
B erus aha Dibantu B uruh T idak T etap B uruh T idak Dibayar
194.660
121.471
153.860
114.577
148.096
134.423
130.426
24.000
106.426
104.703
25.723
B erus aha Dibantu B uruh T etap-B uruh Dibayar B uruh/Karyawan
23.328
34.312
35.758
33.664
27.657
31.026
41.175
13.440
27.735
36.130
5.045 84.175
253.991
227.826
282.174
286.099
246.547
264.692
279.163
170.395
108.768
194.988
P ekerja Bebas P ertanian
27.554
38.801
42.346
48.666
50.688
60.824
64.141
3.669
60.472
56.108
8.033
P ekerja Bebas Non P ertanian
15.653
30.787
28.943
25.065
34.629
47.802
39.899
19.825
20.074
34.603
5.296
P ekerja T ak Dibayar
119.302
66.314
104.512
85.068
81.309
90.735
120.585
24.742
95.843
37.446
83.139
TOTAL
855.300
828.550
944.635
908.503
917.363
912.198
962.627
367.537
595.090
670.294
292.333
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Seperti terlihat dalam tabel, dari seluruh penduduk usia 15+ yang bekerja, terutama berada di daerah desa dan berjenis kelamin laki-laki. Status pekerjaan penduduk masih didominasi oleh berusaha sendiri sebanyak 287.238 orang (29,84%), dan buruh/karyawan/pegawai sebanyak 279.163 orang (29%). Status pekerjaan penduduk yang bekerja terkecil adalah pekerja bebas non pertanian sebanyak 39.899 orang (4,14%). Status pekerjaan penduduk yang bekerja di daerah perkotaan terbanyak adalah sebagai buruh/karyawan/pegawai sebesar 170.395 orang (46,36%) dan berusaha sendiri sebesar 111.466 orang (30,33%). Sedangkan untuk daerah perdesaan, status pekerjaan penduduk yang bekerja sebagian besar
adalah
berusaha
sendiri
yaitu
sebesar
175.772
(29,54%)
dan
buruh/karyawan/pegawai sebesar 108.768 orang (18,28%). Penduduk laki-laki yang bekerja paling
banyak
berstatus
berusaha
sendiri
yaitu
sebesar
206.316
orang
dan
buruh/karyawan/pegawai sebesar 194.988 orang, sedangkan penduduk perempuan yang bekerja paling banyak berstatus buruh/karyawan/pegawai yaitu sebesar 84.175 orang dan pekerja yang tidak dibayar sebanyak 83.139 orang. 73
Grafik 6.4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Sulut dan Nasional Februari 2007 - Februari 2009
Grafikl 6.3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Provinsi Sulawesi Utara Februari 2006 - Februari 2009 68
TPT Nasional (persen)
66
65,60
64
63,91
63,12
62 61,97
61,10
61,16
60
10,63
Ags08
8,39
Feb08
8,46
10,65
12,35 9,11
Agt07
59,20
TPT Sulut (persen) 8,14
Feb09
12,35
58
9,75
Feb07
TPAK_Sulut(%)
13,00
56 Feb-06
Ags-06
Feb-07
Agt-07
Feb-08
Ags-08
Feb-09
-
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
5
10
15
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) provinsi Sulawesi Utara selama kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir terus mengalami penurunan. Namun bila dibandingkan dengan TPT nasional sebesar 8,14%, TPT provinsi Sulawesi Utara sepanjang periode Februari 2007 sampai dengan Februari 2009 masih termasuk cukup tinggi dan berada di urutan ke enam tertinggi di antara provinsi lainnya di Indonesia.
B. KEMISKINAN Jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode Februari 2004 – Maret 2009 di Provinsi Sulawesi Utara cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun. Terjadi peningkatan dari periode Februari 2004 – Maret 2007 dan terjadi penurunan dari periode Maret 2007 – Maret 2009. Tabel 6.4. Sebaran Penduduk Miskin di Kota dan Desa Periode Februari 2004 – Maret 2009 Tahun
J umlah P enduduk Mis kin (000 orang)
P ers entas e P enduduk Mis kin
Kota
Des a
Total
Kota
Des a
Total
S ulawes i Utara Indones ia J uli 2005
35,9 11.369,0
156,3 24.777,9
192,2 36.146,9
4,37 12,13
11,76 20,11
8,93 16,66
S ulawes i Utara Indones ia J uli 2006
46,4 13.297,4
155,0 23.504,7
201,5 36.800,9
4,96 12,48
12,70 20,63
9,34 16,69
S ulawes i Utara Indones ia
61,2 13.568,4
171,4 23.820,9
232,6 37.389,3
6,52 12,68
14,01 20,84
10,76 16,90
F ebruari 2004
Maret 2007 S ulawes i Utara Indones ia Maret 2008 S ulawes i Utara
79,0
171,0
250,1
8,31
13,80
11,42
13.559,3
23.609,0
37.168,3
12,52
20,37
16,58
72,7
150,9
223,5
7,56
12,04
10,10
Indones ia Maret 2009
12.768,5
22.194,8
34.963,3
11,65
18,93
15,42
S ulawes i Utara Indones ia
79,25 11.910,0
140,31 20.620,0
219,57 32.530,0
8,14 10,72
11,05 17,35
9,79 14,15
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
74
Jumlah penduduk miskin pada Maret 2009 sebesar 219,57 ribu (9,79%). Terjadi penurunan jumlah maupun persentase penduduk miskin dibandingkan Maret 2008 yang berjumlah 223,5 ribu (10,10%). Penurunan ini lebih disebabkan oleh turunnya jumlah penduduk miskin di kawasan perdesaan. Jika pada posisi Maret 2008 jumlah penduduk miskin di perdesaan berjumlah 150,9 ribu (12,04%), pada periode Maret 2009 jumlah berkurang cukup signifikan menjadi 140,31 ribu (11,05%). Sebaliknya, di perkotaan jumlah penduduk miskin mengalami peningkatan, jika pada periode Maret 2008 jumlahnya tercatat 72,7 ribu (7,56%), pada periode Maret 2009 jumlahnya meningkat mencapai 79,25 ribu (8,14%). Secara nasional, juga terjadi penurunan jumlah penduduk miskin dari 34,96 juta orang pada Maret 2008 menjadi 32,53 juta orang pada Maret 2009. Jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan turun lebih tajam daripada di daerah perkotaan. Selama periode Maret 2008 Maret 2009, penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 1,57 juta orang, sementara di daerah perkotaan berkurang 0,86 juta orang. Persentase penduduk miskin di perkotaan dan perdesaan pada periode Maret 2008 - Maret 2009 tidak banyak berubah, masingmasing mengalami penurunan sebesar 0,93% dan 0,58%. Penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin selama periode Maret 2008-Maret 2009 antara lain disebabkan oleh laju inflasi yang relatif stabil, rata-rata harga beras nasional yang relatif rendah, turunnya rata-rata upah riil harian buruh tani, panen raya, peningkatan NTP dan meningkatnya pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga. Tabel 6.5. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Provinsi Sulawesi Utara Periode Februari 2004 – Maret 2009
Garis Kemis kinan (R p/Kapita/Bln) B ukan Makanan Total Makanan P E RKOTAAN Tahun
J umlah P enduduk Mis kin
P ers entas e P enduduk Mis kin
Maret 2008
131.456
44.173
175.628
72,68
7,56
Maret 2009 P E RDE S AAN
146.007
47.244
193.251
79,25
8,14
Maret 2008
128.498
33.935
162.433
150,86
12,04
Maret 2009 141.599 KOTA & DE S A
36.672
178.271
140,31
11,05
Maret 2008 Maret 2009
38.378 41.260
168.160 184.772
223,55 219,57
10,10 9,79
129.781 143.512
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Semakin tinggi Garis Kemiskinan, semakin banyak 75
penduduk yang tergolong sebagai penduduk miskin. Selama periode Maret 2008 – Maret 2009, garis kemiskinan naik sebesar 9,88% yaitu dari Rp.168.160,- per kapita per bulan pada Maret 2008 menjadi Rp184.772,- per kapita per bulan pada Maret 2009. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Pada Maret 2008, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 77,18%, tetapi pada Maret 2009, peranannya meningkat mencapai 77,67%. Selanjutnya penduduk miskin dapat dibedakan menjadi dua yaitu miskin kronis (chronic poor) dan miskin sementara (transient poor). Miskin kronis adalah penduduk miskin yang berpenghasilan jauh di bawah garis kemiskinan dan biasanya tidak memiliki akses yang cukup terhadap sumber daya ekonomi, sedangkan miskin sementara adalah penduduk miskin yang berada dekat garis kemiskinan. Jika terjadi sedikit saja perbaikan dalam ekonomi, kondisi penduduk yang termasuk kategori miskin sementara ini bisa meningkat dan statusnya berubah menjadi penduduk tidak miskin. Pada periode Maret 2008 - Maret 2009, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) cenderung tidak berubah. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung sama dengan kondisi periode yang lalu mendekati garis kemiskinan begitu pula dengan ketimpangan pengeluaran diantara
Tabel 6.6. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan di Sulawesi Utara menurut Daerah, Maret 2008 - Maret 2009
Tahun Kota Des a Total Indeks Kedalaman Kemis kinan (P1) Maret 2008 1,08 1,87 1,53 Maret 2009 1,27 1,77 1,55 Indeks Keparahan Kemis kinan (P2) Maret 2008 0,30 0,45 0,38 Maret 2009 0,32 0,39 0,36 Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
penduduk miskinnya.
C.
Kesejahteraan Petani
Realisasi beras miskin yang telah mencapai 75% di bulan September 2009 menjadikan tingkat kesejahteraan petani pada triwulan III-2009 menurun dibandingkan triwulan II-2009. Kondisi ini diindikasikan oleh Nilai Tukar Petani (NTP) yang menunjukkan perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani. NTP di Sulawesi Utara pada bulan Agustus 2009 (triwulan III-2009) tumbuh negatif sebesar 1,73% (y.o.y), turun dibandingkan pertumbuhan NTP pada bulan Juni 2009 (triwulan II-2009) yang 76
sebesar 0,95% (y.o.y). Penurunan pertumbuhan NTP tersebut disebabkan oleh penurunan signifikan pada indeks harga yang harus diterima petani dari 4,37% (y.o.y) menjadi -0,59% (y.o.y).
No 1 2 2.1
2.2
Tabel 6.7 Nilai Tukar Petani di Sulawesi Utara Bulan Juni dan Agustus 2009 (2007=100) J un-09 S ektor, Kelompok, dan S ub Kelompok P ertumbuhan Indeks (y.o.y)
Indeks Harga yang Diterima P etani Indeks Harga yang Dibayar P etani Kons ums i R umah tangga - B ahan Makanan - Makanan J adi - P erumahan - S andang - Kes ehatan - P endidikan, R ekreas i & Olahraga - T rans portas i dan Komunikas i B iaya P roduks i & P enambahan B arang Modal - B ibit - Obat-obatan dan P upuk - S ewa L ahan, P ajak & Lainnya - T rans portas i - P enambahan B arang Modal - Upah B uruh Tani Nilai Tukar P etani (NTP )
120,09 119,38 121,43 127,86 120,51 116,54 110,57 115,01 110,08 109,40 113,27 109,65 113,70 110,21 115,62 116,88 109,35 100,60
4,37% 3,39% 3,86% 3,20% 9,75% 341,00% 3,53% 3,55% 8,63% -2,83% 2,78% 0,56% 5,02% 0,72% -0,75% 6,95% 1,73% 0,95%
Aug-09 Indeks 120,30 119,93 122,08 129,30 120,38 116,16 110,53 115,99 111,49 108,89 113,57 109,96 114,95 110,21 115,74 116,97 109,35 100,31
P ertumbuhan (y.o.y) -0,59% 1,18% 1,00% -1,24% 6,41% 3,26% 2,38% 2,91% 7,42% -3,18% 2,52% 0,03% 5,22% 0,27% -1,38% 4,96% 2,48% -1,73%
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
D. Rasio Gini Rasio gini merupakan ukuran kemerataan tingkat pendapatan yang dihitung dengan membagi luas antara garis diagonal dan kurva lorent dengan luas segi tiga di bawah garis diagonal. Nilai Rasio Gini terletak antara 0 dan 1, nilai rasio Gini yang mendekati 0 maka tingkat ketimpangan pendapatan sangat rendah, artinya distribuso pendapatan merata dan apabila nilainya mendekati 1 maka tingkat ketimpangan pendapatan tinggi. Perkembangan angka rasio gini Sulawesi Utara dalam 3 (tiga) tahun terakhir relatif tetap. Berdasarkan data terakhir pada tahun 2007 indeks gini tercatat 0,32, relatif tidak berubah dibandingkan indeks gini Tahun 2005 lalu yang juga sebesar 0,32. Namun demikian berdasarkan strukturnya, persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk berpenghasilan tertinggi menjadi semakin meningkat dari 40,70% menjadi 41,24%. Faktor yang mempengaruhi peningkatan kesenjangan ini adalah dampak kenaikan harga BBM yang menyebabkan kelompok 40% penduduk berpenghasilan rendah terpukul. Fenomena yang menarik adalah terjadinya shifting dari sebagian penduduk di kelompok 40% menengah ke 40% ke bawah dan 20% teratas. 77
Tabel 6.7. Rasio Gini Provinsi Sulawesi Utara 2005 40% populasi 40% populas i 20% populas i dengan dengan dengan pendapatan pendapatan pendapatan terendah moderat tertinggi
P rovins i
S ulawes i Utara 20,03 Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
E.
2007
39,27
40% populas i 40% populas i 20% populas i dengan dengan dengan pendapatan pendapatan pendapatan terendah moderat tertinggi
R as io Gini
40,70
0,32
21,19
37,57
R as io Gini
41,24
0,32
IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sulawesi Utara sampai Tahun 2007 adalah sebesar 76,0, meningkat 1,6 poin dari angka IPM 2006 yang sebesar 74,4. Peningkatan ini ditopang oleh kenaikan angka harapan hidup dari 71,8 tahun menjadi 74,4 tahun dan ratarata pengeluaran riil per kapita dari Rp616.900,- menjadi Rp619.400,-. Adapun komponen penyusun IPM terdiri dari angka harapan hidup, angka melek hurup, rata-rata lama sekolah dan rata-rata pengeluaran riil per kapita. Tabel 6.8. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sulawesi Utara Periode 2002 - 2007
Komponen IP M Angka Harapan Hidup Angka Melek Huruf R ata-R ata L ama S ekolah P engeluaran R iil/Kapita (000 R p) IP M P eringkat Nas ional
2002 70,9 98,8 8,6 587,9 71,3 2
2004 71,0 99,1 8,6 611,9 73,4 2
2005 71,7 99,3 8,8 616,1 74,2 2
2006 71,8 99,3 8,8 616,9 74,4 2
2007 74,4 99,3 8,8 619,4 76,0 2
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Berdasarkan
wilayah
perkembangan
administrasinya,
komponen
IPM
di
kota/kabupaten di Sulawesi Utara dapat dijelaskan sebagai berikut :
Kota
Manado
dan
Kab.Kepulauan
Sangihe memiliki angka harapan hidup tertinggi yaitu 75,6 tahun sedangkan terendah
di
Kabupaten
Minahasa
Tenggara yang tercatat 71,7 tahun.
Persentase angka melek hurup hampir
Tabel 6.9. Komponen Penyusun IPM di Kab/Kota di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2007 KAB/KOT A/P R OV. Bolaang Mongondow Minahasa Kepulauan S angihe Kepulauan Talaud Minahasa S elatan Minahasa Utara Bolaang Mongondow Utara Kepulauan S iau Minahasa Tenggara Manado Bitung Tomohon Kotamobagu Sulawes i Utara
Angka Harapan Hidup 74,6 75,5 75,6 74,2 75,3 75,3 72,7 73,0 71,7 75,6 73,6 75,3 74,8 74,4
Angka Melek Huruf 98,6 99,5 98,5 99,3 99,4 99,7 98,3 99,3 99,5 99,8 98,9 99,8 99,5 99,3
R ata-rata L ama S ekolah 7,4 8,8 7,7 8,5 8,5 9,1 7,1 8,1 8,2 10,6 9,2 9,6 8,8 8,8
P engeluaran per Kapita (000 R p) 607,3 616,0 623,9 619,0 606,0 617,8 615,1 601,3 618,2 626,0 623,6 616,2 614,8 619,4
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
78
merata di seluruh daerah dengan rata-rata 99,20%. Namun terdapat 4 (tiga) daerah dengan persentase melek huruf berada di bawah rata-rata di Provinsi Sulawesi Utara yaitu Kabupaten Bolmong, Sangihe, Bolaang Mongondow Utara dan Bitung.
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara memiliki rata-rata lama sekolah terendah yaitu selama 7,1 tahun sedangkan tertinggi di Kota Manado dengan rata-rata sekolah selama 10,6 tahun.
Rata-rata jumlah pengeluaran per kapita riil tertinggi di Kota Manado sebesar Rp626 ribu dan terendah di Kepulauan Siau sebesar Rp601,3 ribu.
Dibandingkan dengan daerah lainnya di tingkat nasional, IPM Provinsi Sulawesi Utara kondisinya lebih baik khususnya pada komponen angka harapan hidup, persentase angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Selama kurun waktu 2002 – 2007, IPM Provinsi Sulawesi Utara menduduki peringkat 2 (dua) di tingkat nasional. Tabel 6.10. Sebaran IPM Sulawesi Utara Tahun 2006 -2007
IP M KAB /KOTA/P R OV. B olaang Mongondow Minahas a Kepulauan S angihe Kepulauan T alaud Minahas a S elatan Minahas a Utara B olaang Mongondow Utara Kepulauan S iau Minahas a T enggara Manado B itung T omohon Kotamobagu S ulawes i Utara
2006 71,8 74,2 73,8 73,0 72,3 74,2 70,5 70,8 70,8 76,4 73,7 74,7 72,6 74,4
R anking Nas ional 2007 74,0 76,4 76,0 75,6 75,3 76,7 73,3 73,3 74,1 78,6 76,1 77,0 75,9 76,0
2006 126 57 66 81 100 55 184 168 167 14 68 44 92 2
2007 118 54 63 67 77 42 147 145 113 8 59 34 65 2
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
79
BAB VII PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI
Prospek perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan IV 2009 diperkirakan masih akan tumbuh positif walaupun masih dibayang-bayangi oleh minimnya pasokan listrik, musim kemarau yang lebih panjang dari perkiraan sebelumnya (dampak El Nino) serta belum optimalnya kinerja ekspor khususnya ekspor luar negeri sebagai dampak krisis ekonomi global. Sementara itu, beberapa faktor pendorong laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang diantaranya adalah meningkatnya belanja pemerintah menjelang akhir tahun anggaran, berlangsungnya perayaan hari besar keagamaan (Santa Claus’s Day dan Natal) serta tahun baru 2010. Sementara itu, tekanan inflasi Kota Manado pada triwulan mendatang diperkirakan akan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Kenaikan harga minyak internasional, defisit listrik sebesar 30 MW yang belum terselesaikan serta musim kemarau yang lebih panjang diperkirakan akan memberikan tekanan harga dari sisi penawaran (supply side). Sedangkan dari sisi permintaan (demand side), meningkatnya belanja pemerintah, berlangsungnya perayaan hari besar keagamaan (Santa Claus Day’s, Natal serta tahun baru 2010 merupakan beberapa faktor yang mendorong tekanan tekanan terhadap harga.
A. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Perekonomian Sulut pada triwulan IV 2009 diperkirakan akan tumbuh sebesar 7,7% – 8,2% (y.o.y). Konsumsi masyarakat diperkirakan akan meningkat seiring dengan sejumlah faktor pendukung konsumsi yaitu Santa Claus’s Day tanggal 5 Desember 2009, Natal 25 Desember 2009 dan tahun baru 2010. Suku bunga perbankan yang terus menurun diprediksi juga akan mendorong aktivitas konsumsi masyarakat. Sedangkan aktivitas investasi diperkirakan akan mengalami tekanan seiring dengan belum terselesaikannya defisit listrik yang dialami oleh Sulawesi Utara sehingga minat investor baru tertahan. Perdagangan luar negeri juga diyakini akan berlanjut ke arah perbaikan seiring dengan mulai terdapatnya tanda-tanda pemulihan ekonomi di negara-negara tujuan ekspor utama Sulawesi Utara. Dari hasil Liason diketahui bahwa baik eksportir maupun importir samasama optimis akan berlanjutnya perbaikan hingga akhir tahun nanti. Hasil survei kepada pengusaha maupun konsumen juga menunjukkan optimisme terhadap kondisi ekonomi di triwulan mendatang. Faktor lain yang patut diperhitungkan dampaknya terhadap perekonomian pada triwulan IV 2009 adalah ditetapkannya Bitung sebagai salah satu dari 80
dua daerah prioritas pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Indonesia, membuka peluang yang luar biasa bagi perekonomian daerah ini. Penetapan ini juga diharapkan secara langsung akan memutus mata rantai panjangnya perjalanan pengiriman barng ke luar negeri yang selama ini harus dilakukan melalui Jakarta dan Singapura. Prospek meningkatnya konsumsi pada triwulan antara lain dapat dikonfirmasi dengan optimismen Indeks Ekspektasi Konsumen dari hasil SEK Kota Manado periode September 2009 yang menunjukkan hasil bahwa ekspektasi konsumen pada 3-6 bulan y.a.d relatif lebih baik dibandingkan periode Juni 2009 baik indeks ekspektasi penghasilan, ekonomi dan ketersediaan lapangan kerja. Grafik 7.1. Ekspektasi Konsumen 3-6 y.a.d
160 150 140 130 120 110 100 90 80 70 60 J
F M A M J J
A S O N D J
2008
F M A M J
J A S
2009
Sumber: Survei Konsumen, KBI Manado
Secara keseluruhan, perekonomian Sulawesi Utara diperkirakan tumbuh cukup tinggi yaitu dikisaran 7,5–8,0% untuk Tahun 2009. Pencapaian ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nasional yang hanya ditargetkan sebesar 4,0 – 4,5%. Meskipun tidak lepas dari dampak krisis ekonomi global, ekonomi Sulawesi Utara masih mampu tumbuh positif dan cukup tinggi karena karakteristiknya yang didominasi oleh konsumsi dan beberapa even internasional yang sempat berlangsug di Sulawesi Utara.
B. PRAKIRAAN INFLASI Tekanan inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan akan meningkat. Dari sisi penawaran, trend kenaikan harga minyak dunia yang diikuti oleh kenaikan harga komoditas diperkirakan akan mendorong tekanan harga. Secara regional, musim kemarau yang lebih 81
panjang dari perkiraan (dampak El Nino) akan menyebabkan produksi pertanian mengalami penurunan. Hal ini pada tahap lebih lanjut akan menyebabkan harga komoditi pertanian meningkat oleh karena di sisi lain terjadi kecenderung peningkatan permintaan seiring dengan berlangsungnya perayaan hari besar keagamaan dan tahun baru 2010. Selain itu, defisit listrik yang dialami Sulawesi Utara sejak beberapa bulan terakhir diperkirakan masih akan berlanjut pada beberapa bulan ke depan seiring dengan pernyatakan pihak Kanwil PLN Sulutenggo bahwa perbaikan kerusakan yang terjadi pada beberapa pembangkit listrik di Sulawesi Utara membutuhkan waktu minimal 3 bulan. Hal ini tentu saja akan menyebabkan beban pelaku usaha meningkat dan akan mengkonversi kenaikan biaya produksi tersebut pada komponen harga jual produk yang menjadi beban konsumen. Sumber tekanan harga lainnya yang perlu diwaspadai adalah meningkatnya permintaan akan bahan bangunan. Tahun anggaran yang akan segera berakhir diperkirakan akan menyebabkan realisasi belanja pemerintah daerah dipacu pada triwulan terakhir antara lain dalam bentuk pembangunan infrastuktur. Di sisi yang lain, terdapat kebiasaan masyarakat Sulawesi Utara yang gemar merenovasi/memperbaiki rumah menjelang hari natal dan tahun baru sehingga permintaan terhadap bahan bangunan akan meningkat. Namun demikian, relatif terkendalinya laju inflasi Kota Manado paling tidak hingga September 2009 cukup membangkitkan optimisme bahwa hingga akhir Tahun 2009 laju inflasi Kota Manado akan berada pada kisaran 4-5%. .
82
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
PDRB M.t.M Q.t.Q Y.o.Y Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Harga Konsumen (IHK) Indeks Kondisi Ekonomi Indeks Ekspektasi Konsumen Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dana Perimbangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Inflasi
Volatile Food Administered Price M1 M2
Mo
Uang Kartal Uang Giral
NIM NPLs
Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu Month to Month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya. Quarter to Quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya. Year on Year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100 Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu. Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100 Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100 Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah. Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi. Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli. Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan. Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu. Salah satu disagregasi inflasi , yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah. Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing). Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat dibank sentral. Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum. Terdiri dari rekening giro masyarakat masyarakat dibank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter. Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar. Singkatan dari non performing loan disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI. 83
Restrukturisasi kredit UMKM UYD Inflow Outflow Netflow PTTB
Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan. Singkatan dari Sektor Usaha Mikri, Kecil Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar. Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartalyang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank. Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum. Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI. Selisih antara outflow and inflow. Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalm kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.
84