KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
Triwulan I - 2010
Kantor Bank Indonesia Palembang
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya ”Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2010” dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-Nya serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya.
Palembang, Mei 2010
Ttd
Endoong Abdul Gani Pemimpin
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GRAFIK
ix
INDIKATOR EKONOMI
xiii
RINGKASAN EKSEKUTIF
1
BAB 1
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
7
1.1. Sisi Penawaran
8
1.1.1. Sektor Pertanian
SUPLEMEN 1
9
1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
10
1.1.3. Sektor Industri Pengolahan
11
1.1.4. Sektor Listrik, Gas, dan Air
11
1.1.5. Sektor Bangunan
12
1.1.6. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
12
1.1.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
13
1.1.8. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa
14
1.1.9. Sektor Jasa – Jasa
14
MEMBAIKNYA KONDISI USAHA DI BANGKA BELITUNG
15
1.2. Sisi Permintaan
17
1.2.1. Konsumsi SUPLEMEN 2
18
OPTIMISME KONSUMEN PANGKALPINANG TERJAGA DIDUKUNG OLEH PENINGKATAN HARGA TIMAH 1.2.2. Investasi
19 20
Daftar Isi
1.2.3. Ekspor dan Impor BAB 2
PERKEMBANGAN INFLASI PANGKALPINANG
23
2.1. Inflasi Kota Pangkalpinang
23
2.2. Inflasi Kota Pangkalpinang per Kelompok Barang
25
SUPLEMEN 3
TIM PENGENDALIAN INFLASI DAERAH BANGKA BELITUNG
27
BAB 3
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
29
3.1. Kondisi Umum
29
3.2. Kelembagaan
30
3.3. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)
30
3.3.1. Penghimpunan DPK
30
3.3.2. Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota
31
3.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan
32
3.4.1.
Penyaluran Kredit/Pembiayaan Secara Sektoral
32
3.4.2.
Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan
33
3.4.3.
Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten
34
3.4.4.
Penyaluran Kredit/Pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
35
3.5. Perkembangan Suku Bunga Perbankan di Bangka Belitung
iv
20
36
3.5.1. Perkembangan Suku Bunga Simpanan
36
3.5.2. Perkembangan Suku Bunga Pinjaman
37
3.5.3 Perkembangan Spread Suku Bunga
38
3.6. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan
38
3.7. Rentabilitas Perbankan
39
3.8. Kelonggaran Tarik
40
3.9. Risiko Likuiditas
40
Daftar Isi
BAB 4
BAB 5
BAB 6
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
41
4.1. Realisasi Dana Kegiatan Pembangunan APBD 2010
41
4.2. Dana Alokasi Umum (DAU) Kabupaten/Kota
42
4.3. Dana Bagi Hasil (DBH) Kabupaten/Kota
43
4.4. Realisasi Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
43
4.4.1. Realisasi Dana Tugas Pembantuan
44
4.4.2. Realisasi Dana Dekonsentrasi
45
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
47
5.1. Aliran Uang Masuk dan Aliran Uang Keluar Serta Perkembangan Kegiatan Kliring Lokal dan Real Time Gross Settlement (RTGS)
47
5.1.1. Aliran Uang Masuk dan Uang Keluar
47
5.1.2. Perkembangan Kegiatan Kliring Lokal
48
5.1.3. Perkembangan Real Time Gross Settlement (RTGS)
48
5.2. Penyediaan Uang Layak Edar
49
PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
51
6.1. Kondisi Ketenagakerjaan
51
6.1.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka
52
6.1.2. Lapangan Pekerjaan
52
6.1.3. Pekerja Menurut Status Pekerjaan Utama
53
6.1.4. Upah Minimum
54
6.2. Nilai Tukar Petani (NTP)
54
6.3. Kemiskinan
55
6.3.1. Jumlah Penduduk dan Penduduk Miskin
55
v
Daftar Isi
6.3.2. Upaya Penanggulangan Kemiskinan di Bangka Belitung SUPLEMEN 4
BAB 7
SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN BANGKA BELITUNG
58
61
7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
62
7.1.1. Sisi Penawaran
62
7.1.2. Sisi Permintaan
66 67
DAFTAR ISTILAH
PEREKONOMIAN
OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH
7.2. Proyeksi Inflasi
vi
PENOPANG
55
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Bangka Belitung (%)
8
Tabel 1.2
Pertumbuhan Sektor Ekonomi Triwulanan Bangka Belitung (%)
8
Tabel 1.3
Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Bangka Belitung (%)
9
Tabel 1.4
Pertumbuhan Tahunan Sisi Permintaan Bangka Belitung (%)
17
Tabel 1.5
Pertumbuhan Triwulanan Sisi Permintaan Bangka Belitung (%)
17
Tabel 1.6
Kontribusi Sisi Permintaan Terhadap Pertumbuhan Sektor Ekonomi
17
Tahunan Bangka Belitung (%) Tabel 2.1
Statistika Deskriptif Inflasi Tahunan Pangkalpinang, Palembang dan Nasional, 2008–2010
23
Tabel 2.2
Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Pangkalpinang per Kelompok Barang
25
Tabel 3.1
Perkembangan DPK Perbankan per Wilayah Bangka Belitung (Rp Juta)
32
Tabel 3.2
Perkembangan Kredit Sektoral Bangka Belitung (Rp Juta)
32
Tabel 3.3
Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan Bangka Belitung (Rp Juta)
34
Tabel 3.4
Indikator Kinerja Perbankan terkait Laba Triwulan I 2010
40
Tabel 4.1
Realisasi Dana Kegiatan Pembangunan APBD 2010 (Rupiah)
42
Tabel 4.2
Alokasi Dana Alokasi Umum (DAU) Kabupaten/Kota di Bangka
42
Belitung Tahun 2009-2010 Tabel 4.3
Alokasi Dana Bagi Hasil (DBH) Kabupaten/Kota di Bangka Belitung
43
Tahun 2010 Tabel 4.4
Realisasi Dana Tugas Pembantuan yang dilaksanakan oleh SKPD Bangka Belitung Tahun Anggaran 2010
44
Daftar Tabel
Tabel 4.5
Realisasi Dana Dekonsentrasi yang dilaksanakan oleh SKPD Bangka
45
Belitung Tahun Anggaran 2010
viii
Tabel 5.1
Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Bangka Belitung
48
Tabel 6.1
Ketenagakerjaan Bangka Belitung
52
Tabel 6.2
Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan di Bangka Belitung
53
Tabel 7.1
Perkiraan Kebutuhan Tenaga Listrik Wilayah Bangka Belitung
64
Tabel 7.2
Proyek Pembangkit Sistem di Bangka
64
Tabel 7.3
Proyek Pembangkit Sistem di Belitung
65
Tabel 7.4
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Tahun 2010
67
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1
Nominal dan Pertumbuhan PDRB serta Survei Konsumen Bangka Belitung
7
Grafik 1.2
Indikator Pertumbuhan Sektor Pertanian
9
Grafik 1.3
Indikator Pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Penggalian
10
Grafik 1.4
Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan
11
Grafik 1.5
Indikator Pertumbuhan Sektor Listrik, Gas, dan Air
11
Grafik 1.6
Indikator Pertumbuhan Sektor Bangunan
12
Grafik 1.7
Indikator Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
12
Grafik 1.8
Indikator Pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
13
Grafik 1.9
Indikator Pertumbuhan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa
14
Grafik 1.10
Pertumbuhan Sektor Jasa-Jasa
14
Grafik 1.11
Indikator Pertumbuhan Konsumsi
18
Grafik 1.12
Indikator Pertumbuhan Investasi
20
Grafik 1.13
Indikator Ekspor Bangka Belitung
20
Grafik 1.14
Indikator Impor Bangka Belitung
22
Grafik 2.1
Perkembangan Inflasi Pangkalpinang, Palembang dan Nasional
23
Grafik 2.2
Indikator Tekanan Inflasi
24
Grafik 2.3
Kontribusi Inflasi
25
Grafik 2.4
Inflasi Kelompok Bahan Makanan, Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau
25
Grafik 2.5
Inflasi Beberapa Kelompok Barang
26
Grafik 3.1
Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Bangka Belitung
29
Grafik 3.2
Jumlah Kantor Bank dan ATM di Bangka Belitung
30
Daftar Grafik
x
Grafik 3.3
Perkembangan Komponen DPK Perbankan di Bangka Belitung
31
Grafik 3.4
Komposisi DPK Perbankan Triwulan I 2010 di Bangka Belitung
31
Grafik 3.5
Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Bangka Belitung Triwulan I 2010
33
Grafik 3.6
Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Bangka Belitung
34
Grafik 3.7
Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Bangka Belitung Triwulan I 2010
34
Grafik 3.8
Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Bangka Belitung Triwulan I 2010 Berdasarkan Wilayah
35
Grafik 3.9
Penyaluran Kredit UMKM Perbankan Bangka Belitung Menurut Penggunaan
35
Grafik 3.10
Penyaluran Kredit UMKM menurut Plafon Kredit
36
Grafik 3.11
Perkembangan Suku Bunga Simpanan Perbankan Bangka Belitung
37
Grafik 3.12
Perkembangan Suku Bunga Kredit Perbankan Bangka Belitung
37
Grafik 3.13
Perkembangan Spread Suku Bunga Perbankan Bangka Belitung
38
Grafik 3.14
Perkembangan NPL Perbankan Bangka Belitung
38
Grafik 3.15
Perkembangan NPL per Kelompok Barang
39
Grafik 3.16
Komposisi NPL menurut Sektor Ekonomi
39
Grafik 3.17
Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Bangka Belitung
40
Grafik 3.18
Perkembangan Risiko Likuiditas Perbankan Bangka Belitung
40
Grafik 4.1
Pengaturan Wewenang dan Pemerintahan
43
Grafik 5.1
Perkembangan Outflow, Perputaran Kliring, RTGS, dan Pertumbuhan Ekonomi Tahunan
47
Grafik 5.2
Perkembangan Perkasan Pangkalpinang (Inflow, Outflow, & Net In-Out)
47
Grafik 5.3
Perkembangan RTGS Bangka Belitung
48
Grafik 5.4
Perkembangan Penarikan Uang Lusuh di Pangkalpinang
49
Grafik 5.5
Perkembangan Denominasi Penarikan Uang Lusuh di Pangkalpinang (Lembar)
49
Indikator Ekonomi
Grafik 6.1
Perkembangan Indeks Penghasilan dan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 2008-2010
52
Grafik 6.2
Perkembangan TPAK dan TPT
52
Grafik 6.3
Perkembangan Nilai Tukar Petani 2009-2010 (Indeks)
55
Grafik 7.1
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bangka Belitung
61
Grafik 7.2
Produksi Timah
63
Grafik 7.2
Ekspektasi Konsumen 6 Bulan Kedepan
66
Grafik 7.3
Proyeksi Inflasi Bangka Belitung
67
xi
Daftar Grafik
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
x
INDIKATOR EKONOMI
A. INFLASI & PDRB
*) Data PDRB dan pertumbuhan ekonomi Tw.I 2010 proyeksi Kantor Bank Indonesia Palembang
Indikator Ekonomi
B. PERBANKAN
*) Data Statistik Ekonomi Keuangan Daerah (SEKDA) s.d Februari 2010 ** Total Aset Bank Pelapor *** DPK Berdasarkan Lokasi Penghimpun Dana
xiv
Indikator Ekonomi
C. SISTEM PEMBAYARAN KETERANGAN 1. Perputaran Kliring: a. Nominal (Rp juta) b. Warkat (lembar) 2. Perputaran perhari a. Nominal (Rp juta) b. Warkat (lembar) 3. Penolakan cek/BG a. Nominal (Rp juta) b. Warkat (lembar) Jumlah hari 4. Penolakan cek/BG > Nominal (%) > Warkat (%)
2009 I
II
III
IV
2009
2010 I
494,956 14,700
471,253 16,204
620,381 18,370
653,988 19,398
2,240,577 68,672
674,539 18,970
8,389 249
7,601 261
10,515 311
10,381 308
9,220 283
11,058 311
4,967 199 59
5,283 144 62
8,498 274 59
7,594 193 63
26,341 810 243
4,207 160 61
1.00% 1.35%
1.12% 0.89%
1.37% 1.49%
1.16% 0.99%
1.18% 1.18%
0.62% 0.84%
xv
Indikator Ekonomi
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
xvi
I/10
RINGKASAN EKSEKUTIF Kajian Ekonomi Regional Bangka Belitung
Abstraksi Laju pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung hingga triwulan I 2010 ada pada level yang cukup baik. Pertumbuhan ekonomi tetap tinggi walaupun mengalami perlambatan secara tahunan. Di saat produksi timah terindikasi menurun, perekonomian masih dapat didorong oleh aktivitas konsumsi rumah tangga. Inflasi cenderung mulai meningkat terutama disebabkan oleh kendala distribusi dan seiring kenaikan harga timah, namun dengan realisasi yang masih konsisten dengan proyeksi inflasi Bank Indonesia tahun 2010. Perbankan Bangka Belitung menunjukkan perlambatan secara siklikal pada awal tahun, dan mengindikasikan adanya excess demand kredit perbankan. Perkembangan sistem pembayaran mengkonfirmasi tingginya aktivitas perekonomian melalui peningkatan transaksi tunai dan non tunai. Optimisme masyarakat atas lapangan kerja terlihat membaik walaupun terdapat indikasi penurunan kesejahteraan di kalangan grass-root. Pada triwulan II 2010, aktivitas perekonomian Bangka Belitung diperkirakan lebih intens secara riil. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan didorong baik oleh permintaan domestik maupun perdagangan internasional. Ekspor diperkirakan meningkat karena kenaikan harga timah dan volume perdagangan dunia yang diprediksi lebih tinggi dari perkiraan semula. Di samping itu, potensi peningkatan kredit perbankan dan baiknya outlook perekonomian Indonesia akan mendorong aktivitas permintaan domestik. Inflasi diperkirakan mengalami peningkatan seiring ekspektasi excess demand komoditas pangan dan energi, serta rencana kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL). Perbankan diperkirakan akan semakin meningkatkan kreditnya yang dipicu oleh perbaikan prospek dunia usaha. Frekuensi dan nilai transaksi tunai maupun non tunai diprediksi tidak mengalami banyak perubahan.
Ringkasa an Eksekutif
t 2010 0 pemuliha an ekonom mi dunia diperkirakan d n tetap Pada tahun berlangsung sehin ngga akan memberikkan dorong gan bagi Bangka Belitung g baik melalui m perm mintaan domestik d m maupun ekksternal. Perekon nomian Bangka Belitung di triwulaan I 2010 diperkirakan tumbuh secara tahunan seebesar 6,52 2% (yoy) namun men nurun 0,35% % (qtq) dibanding triwulan n sebelumnya. Meskipun demikkian pertum mbuhan nan dengaan mengh hilangkan faktor mu usiman (qttq, sa) triwulan diperkirakan sebesaar 0,84% attau lebih ting ggi dari triw wulan sebelu umnya. Hampir seluruh seektor ekono omi diperkirakan tumbuh cukup p tinggi, meskipu un terdapatt beberapa sektor meengalami peerlambatan. Sektor pertamb bangan daan penggalian serta sektor ind dustri pengolahan mengalaami perlam mbatan terkkait dengan n kondisi cuaca c yang g masih kurang kondusif, sehingga mengurangi m produksi pasir p timah.. Sektor pertaniaan meski mengalami m p perlambatan n namun tetap tumbuh h cukup tinggi, didorong oleh peningkkatan produ uksi tanamaan bahan makanan m dan harrga komodittas yang me embaik. Sektor keuangaan, persewaaan, dan jasa peerusahaan m masih tumb buh seiring dengan prospek p pemulihan ekonom mi, saham, dan perbaikaan rating Ind donesia. Pertumb buhan ekon nomi masih didorong oleh permintaaan domesttik, yaitu konsum msi rumah tangga. Pertumbuhan n tahunan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2010 masih m cukup p tinggi meski sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnyya. Sementara itu konsu umsi swastaa nirlaba dan pemerintah p mengalami percep patan perrtumbuhan. Pada perdagaangan luar negeri, ekspor pada triwulan I 2010 diperkirakan mulai tu umbuh seteelah mengalami kontrak ksi sejak triw wulan III 200 08. Hasil Survei S Konssumen Ban nk Indonessia Palembang menunjukkan konsum men optimis dalam mem mandang peerekonomian Bangka Belitung, B namun dengan leveel yang sedikit lebih ren ndah dari triw wulan sebelumnya. ngkalpinang pada triwu ulan I 2010 tercatat Inflasi taahunan (yoyy) Kota Pan sebesar 4,38%,. In nflasi Kota Pangkalpinaang ini massih di dalam m range proyekssi yang dibu uat Bank In ndonesia Palembang dii awal tahu un yakni 4,98±1% %. Tekanan n inflasi pad da triwulan I 2010 terutama disebaabkan oleh kendala distribussi, yakni ko ondisi perairan Bangkaa Belitung kkurang kondusif di bulan Januari J dan n Februari yang y menyebabkan keerap terham mbatnya pasokan n barang ke Bangkaa Belitung. Hal ini terkonfirmaasi oleh menuru unnya arus bongkar b di pelabuhan Pangkalbalaam pada triwulan I 2010. Sumber S tekkanan lainnyya berasal dari membaaiknya peng ghasilan saat in ni, yang terkonfirmas t si dari haasil Survei Konsumen n yang menunjukkan adan nya peningkaatan indeks penghasilan n saat ini dib banding 2
Ringka asan Eksekutiff
enam bulan yang lalu. Selaain itu, harg ga timah seb bagai motorr penggerakk ekonomi Bangka Belitung juga teruss mengalam mi peningkatan dengan n tend densi pergerakan hargaa timah di pasar intern nasional seaarah dengan n inflaasi tahunan,, meski terdaapat lag 4-5 5 bulan. Seca ara umum, kinerja perbankan di Bangka Beelitung pada a triwulan I 2010 (hingga bulan b Februari) dari beb berapa indikkator sepertti total aset,, penghimpunan dana dan n penyaluraan kredit/peembiayaan mengalami sediikit penurun nan secara trriwulanan. Totaal aset perbankan Bang gka Belitung g sedikit men ningkat den ngan kisaran n mod derat dari triwulan yaang sama pada tahu un sebelum mnya sejalan n dengan terjadin nya peningkkatan secara triwulanan. Penghim mpunan DPK K men ningkat seccara tahun nan terutam ma didoron ng oleh peningkatan p n simp panan tabu ungan, kendati menurrun secara triwulanan n. Adapun n penyaluran kre edit/pembiaayaan meng galami pen ningkatan tipis t secara a tahu unan yang sangat dip pengaruhi oleh o perubahan triwulanan yang g men nurun. Pertu umbuhan DPK dan kredit banyak didorong oleh aktivitass perb bankan di Pangkalpinang, di saaat wilayah Bangka dan d wilayah h Belittung justru mengalami penurunan. Di sisi lain,, suku bung ga simpanan n dan suku bunga pinjaaman berg gerak secaara berlaw wanan dan n mem mperlebar spread, s yang g mengindikasikan terjjadinya exce ess demand d kred dit. Terccatat terjadii net-outflow w kegiatan kas titipan di Pangkallpinang dan n peningkatan nilai transaksi Real Time Gross G Settleement (RTGS S) dibanding g triw wulan sebelu umnya. Aliraan uang keluar dapat m mencerminkan kegiatan n pereekonomian mengingat penggunaaan uang kartal yang masih m sangatt dom minan di Bangka Belitung. Peningkataan transaksi kliring g men ngindikasikaan adanya peningkatan p n kegiatan perekonom mian Bangkaa Belittung. Survvei Konsum men yang d dilakukan Kantor Bankk Indonesia Palembang g mem mberikan indikasi baahwa masyyarakat sem makin optiimis dalam m mem mandang pe enghasilan saat ini dan n dalam meemandang ketersediaan k n tenaaga kerja baaik saat ini m maupun enaam bulan yan ng akan dattang. Indeeks NTP di Bangka B Belittung pada bulan b Februaari 2010 tercatat sedikitt men nurun diban nding bulan n Desemberr. Penurunan nilai inde eks tersebutt men nunjukkan tingkat kesejahteraan petani mengala ami sedikitt penurunan karrena nilai pendapatan p n yang diteerima petan ni menurun n seda angkan biaya yang harrus dibayar oleh petani naik.
3
Ringkasa an Eksekutif
Pertumb buhan ekon nomi tahunaan (yoy) Ban ngka Belitun ng pada triw wulan II 2010 diproyeksikan n dalam kissaran 5,13 ± 1% dan n secara triw wulanan %. Pertumbuhan terseb but diperkiraakan akan didorong d (qtq) sebesar 1,95% n internasion nal. baik oleeh permintaaan domestikk maupun perdagangan Beberap pa faktor yang diperkiirakan dapaat memberikan stimulu us pada perekon nomian melalui permintaan domesstik, yaitu: (1) ( Adanya potensi peningk katan pend dapatan kaarena men ningkatnya harga ko omoditas khususn nya timah yang mem micu pening gkatan kon nsumsi, (2)) Masih rendahn nya tingkatt inflasi yaang dapat mempertahankan daaya beli masyaraakat, (3) PPotensi pen ningkatan penyaluran p kredit perrbankan karena meningkaatnya kegia iatan invesstasi dan baiknya outlook perekon nomian Indo onesia. Meskipu un demikian, terdapatt pula poteensi yang patut diperhatikan karena dapat meembuat perrtumbuhan ekonomi lebih rendah dari perkiraa an, yaitu: (1) Nilai tukar t Rupiaah yang berpotensi b s semakin terapressiasi yang dapat d menu urunkan nett ekspor, (2 2) Potensi kenaikan k Tarif Daasar Listrik (TTDL). Pertumb buhan Bang gka Belitung g dari sisi permintaan p diperkirakan n masih didomin nasi oleh ko onsumsi. Paada triwulan n I 2010 ko onsumsi, khususnya konsum msi rumah tangga diiperkirakan tetap kuaat terkait dengan membaiknya daya beli dan ad danya perayyaan Cheng g Beng pada bulan April. Hasil H Survei Konsumen Bank Indon nesia Palemb bang menunjukkan bahwa ekspektasi masyarakatt terhadap penghasilan n, kondisi ekonomi e enam bulan b akan d datang, dan n ketersediaaan lapangan n kerja enam m bulan yang akkan datang d dalam level optimis. Ekspor produk-pro oduk ungg gulan Bang gka Belitung dipredikssi akan mengalaami peningkkatan seiring g dengan haarga komod ditas dan ekkspektasi perekon nomian dun nia yang membaik. IM MF dan WTO O merevisi ke atas prakiraa an pertumb buhan tahu unan volum me perdagaangan dunia pada tahun 2010. 2 Selain n itu proyekksi pertumb buhan ekon nomi negaraa tujuan ekspor Bangka Belitung unttuk tahun 2010 2 meng galami penin ngkatan dibandingkan realisasi tahun 2009. Messkipun dem mikian, peningkatan ekspor diprediksi akan terb batas karen na nilai tu ukar Rupiah yang cenderu ung terus terapresiasi hingga perten ngahan tahu un 2010. Berdasaarkan proyeksi dan den ngan memp pertimbangkkan perkem mbangan harga serta deterrminan uta ama inflasi di Bangkka Belitung, maka diperkirakan inflasi tahunan (yyoy) pada triwulan II 2010 akan meeningkat %. menjadi 6,29±0,5% Ekspekttasi inflasi seecara rasional mulai triw wulan II 201 10 akan men ningkat, terutam ma terkait perubahan iklim yang berpoteensi menim mbulkan 4
Ringka asan Eksekutiff
ketaatnya suplai komoditas pangan ke depan, walaupun pada triwulan II 2010 suplai pan ngan masih relatif baik karena adan nya musim panen. p Dari sisi pereko onomian do omestik, pen ningkatan tekanan t inflasi tersebutt utam manya disebabkan oleh investasi dan konsumsi yang diindikasikan d n akan meningkat pada seektor swasta sebagai antisipasi membaiknya m a pendapatan maasyarakat daan optimism me dunia usaaha. Di sisi s lain, Pem merintah daan DPR telaah sepakat menaikkan Tarif Dasarr Listrrik (TDL) dengan d rataa-rata kenaaikan 10%. Berdasark kan simulasi deteerministik, diperkirakaan kenaikan TDL seebesar rata-rata 10% % berd dampak seecara langssung dalam m meningkkatkan besa aran inflasi bulaanan sebesaar 0,37% pada bulan n dimana kkenaikan TD DL tersebutt terjaadi. Pengaruh tersebutt belum termasuk pen ngaruh tidaak langsung g sepe erti kenaikaan harga beberapa jenis barang g yang terjadi akibatt kenaikan biayaa energi maaupun antissipasi kenaikan biaya energi e yang g dipeerkirakan terjadi dalam waktu dekaat.
5
Ringkasa an Eksekutif
Halamaan ini sengajja dikosongkan This page p is inten ntionally blank
6
Bab 1
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
• Perekonomian Bangka Belitung triwulan I 2010 diproyeksi tumbuh cukup tinggi meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. • Seluruh komponen penawaran (PDRB), tetap tumbuh signifikan. • Dari sisi permintaan, pertumbuhan terutama ditopang oleh konsumsi khususnya konsumsi rumah tangga. Ekspor mulai tumbuh setelah terkontraksi sejak triwulan III 2008
Pada tahun 2010 pemulihan ekonomi dunia diperkirakan akan tetap berlangsung
Grafik 1.1 Nominal dan Pertumbuhan PDRB serta Survei Konsumen Bangka Belitung
sehingga akan memberikan dorongan bagi perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
(selanjutnya
disebut
Bangka
Belitung) baik melalui permintaan domestik maupun eksternal. Perekonomian Bangka Belitung di triwulan I 2010 diperkirakan tumbuh secara tahunan sebesar 6,52% (yoy) namun menurun 0,35% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Meskipun demikian pertumbuhan
triwulanan
Survei Konsumen Bangka Belitung
dengan
menghilangkan faktor musiman (qtq, sa) diperkirakan sebesar 0,84% lebih tinggi dari triwulan sebelumnya 0,76%. Hasil Survei 1
Konsumen
Kantor Bank Indonesia (KBI)
Palembang menunjukkan konsumen optimis dalam memandang perekonomian Bangka
Sumber : BPS Bangka Belitung dan Survei Konsumen KBI Palembang
Belitung, namun dengan level yang sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya.
1
Survei Konsumen menghasilkan beberapa indeks yang mencerminkan optimisme atau pesimisme konsumen, antara lain IKK. Konsumen dikatakan optimis jika indeks berada di atas 100 sebaliknya apa bila di bawah 100, konsumen berada dalam kondisi pesimis.
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
1.1. Sisi Penawaran Hampir seluruh sektor ekonomi diperkirakan tumbuh cukup tinggi, meskipun terdapat beberapa sektor mengalami perlambatan. Sektor pertambangan dan penggalian serta sektor industri pengolahan mengalami perlambatan terkait dengan kondisi cuaca yang masih kurang kondusif, sehingga mengurangi produksi pasir timah. Sektor pertanian meski mengalami perlambatan namun tetap tumbuh cukup tinggi, didorong oleh peningkatan produksi tanaman bahan makanan dan harga komoditas yang membaik. Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan masih tumbuh seiring dengan prospek pemulihan ekonomi, saham, dan perbaikan rating Indonesia. Tabel 1.1 Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Bangka Belitung (%)
*) Proyeksi Kantor Bank Indonesia Palembang Sumber : BPS Bangka Belitung , diolah Tabel 1.2 Pertumbuhan Sektor Ekonomi Triwulanan Bangka Belitung (%)
*) Proyeksi Kantor Bank Indonesia Palembang Sumber : BPS Bangka Belitung , diolah
Dilihat dari kontribusi sektoral, pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung masih didominasi oleh sektor primer, diikuti oleh sektor tersier, dan sektor sekunder. Sektor pertanian merupakan sektor dengan kontribusi penyumbang pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung yang terbesar diikuti dengan sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran.
8
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Tabel 1.3 Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Bangka Belitung (%)
*) Proyeksi Kantor Bank Indonesia Palembang Sumber : BPS Bangka Belitung , diolah
1.1.1
Sektor Pertanian Sektor pertanian pada triwulan I
Grafik 1.2 Indikator Pertumbuhan Sektor Pertanian
2010 diproyeksikan tumbuh cukup tinggi yaitu sebesar 11,77% (yoy), meski melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 13,19% (yoy). Sub sektor tanaman bahan makanan pada triwulan ini mengalami dibanding
peningkatan triwulan
yang
diperkirakan pertumbuhan sama
tahun
sebelumnya. Peningkatan ini sejalan dengan meningkatnya produksi padi, jagung, dan kacang
tanah
pada
tahun
2010
jika
dibandingkan tahun 2009. Berdasarkan hasil penghitungan Angka Ramalan I (ARAM I 2010), produksi sampai
April
padi di bulan Januari
tahun
2010
diperkirakan
mencapai 7.664 ton Gabah Kering Giling (GKG) atau naik 68,85% dibandingkan dengan produksi periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan produksi tersebut terjadi karena peningkatan luas panen akibat pencetakan lahan sawah baru di
Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah
Kabupaten Bangka seluas 100 hektar dan 9
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.2 Indikator Pertumbuhan Sektor Pertanian (Lanjutan)
Kabupaten
Bangka
hektar.
Berdasarkan
Bangka
Belitung
Selatan
seluas
informasi terjadi
dari
600 BPS
peningkatan
produktivitas padi terkait program bantuan benih dari Cadangan Benih Nasional (CBN) dan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT). Adanya program CBN juga
Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah
mendongkrak produksi jagung dan kacang tanah.
Sub
sektor
perkebunan
diperkirakan sedikit mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya akibat faktor cuaca
yang
menyebabkan
menurunnya
produksi karet. Namun dibanding periode Sumber :
yang sama tahun sebelumnya, diperkirakan
Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Pangkalpinang
mengalami
peningkatan,
menguatnya
Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan Wilayah Perairan Sumatera
harga
sejalan
komoditas
dengan unggulan
Bangka Belitung yaitu karet, Crude Palm Oil (CPO),
dan
perikanan
lada
putih.
Sub
diperkirakan
sektor
mengalami
penurunan dibanding triwulan sebelumnya, akibat kondisi laut pada bulan Januari dan Februari yang tidak kondusif bagi para Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan
nelayan untuk melaut. 1.1.2
Grafik 1.3 Indikator Pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor
Pertambangan
dan
Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian diproyeksikan tumbuh 4,17% (yoy). Faktor utama
pertumbuhan
menguatnya
harga
berasal timah
internasional, namun sayangnya pasir
Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah
timah
dari
dari
di
pasar produksi
penambangan
darat
diperkirakan mengalami penurunan akibat 10
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
tingginya
curah
hujan
dan
adanya
pengurangan kuota solar bersubsidi untuk
Grafik 1.3 Indikator Pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Penggalian (Lanjutan)
tahun 2010 dari BPH Migas. Jika diasumsikan konsumsi solar sama seperti konsumsi tahun 2009, maka hanya 86,94% konsumsi yang terpenuhi.
Sama
halnya
dengan
timah,
produksi kaolin juga mengalami penurunan akibat tingginya curah hujan, namun tidak sampai mempengaruhi produksi kaolin.
Sumber : Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Grafik 1.4 Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan
1.1.3
Sektor Industri Pengolahan Pertumbuhan tahunan sektor industri
pengolahan
diproyeksikan
sebesar
4,17%
(yoy). Pada umumnya industri pengolahan di Bangka Belitung menggunakan bahan dasar
Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah
timah dan karet, namun industri pengolahan timah hingga saat ini lebih mendominasi dibanding
industri
crumb
rubber.
Grafik 1.5 Indikator Pertumbuhan Sektor Listrik, Gas, dan Air
Faktor
penghambat pertumbuhan adalah rendahnya input produksi industri, yaitu pasir timah dan getah karet akibat tingginya curah hujan. 1.1.4
Sektor Listrik, Gas, dan Air
Sektor listrik, gas, dan air (LGA)
Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah
diproyeksikan tumbuh 9,29% (yoy) turun dari 10,54% (yoy) di triwulan IV 2009. Secara triwulanan sektor ini turun 1,59% (qtq). Sub sektor
listrik
masih
menjadi
pendorong
pertumbuhan sektor LGA, namun sub sektor ini diperkirakan turun dibanding triwulan sebelumnya terkonfirmasi dari penjualan listrik Sumber : PLN Wilayah Bangka Belitung
11
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.5 Indikator Pertumbuhan Sektor Listrik, Gas, dan Air (Lanjutan)
yang turun tipis 1,04% (qtq). Pada sub sektor gas diperkirakan juga terjadi penurunan sejalan dengan konsumsi elpiji di wilayah Bangka Belitung yang turun 1,25% (qtq). 1.1.5
Sektor bangunan diproyeksi tumbuh
Sumber : Pertamina Grafik 1.6 Indikator Pertumbuhan Sektor Bangunan
Sektor Bangunan
sebesar 5,02% (yoy). Realisasi pengadaan semen tumbuh 18,70% (yoy). Pembangunan pada triwulan I 2010 lebih dominan dilakukan oleh
sektor
swasta
dibanding
pemerintah
dikarenakan pada awal tahun pemerintah baru menyusun rencana kerja. Banyak pengembang Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah
di tahun 2010 yang membangun perumahan diantaranya di Pangkalpinang dan Manggar. Dalam pembiayaan pengembang bekerjasama dengan perbankan melalui Kredit Perumahan Rakyat (KPR). 1.1.6
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Grafik 1.7 Indikator Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Sektor
Perdagangan,
Hotel,
dan
Restoran Sektor perdagangan, hotel, dan restoran diproyeksikan
tumbuh
2,93%
(yoy)
naik
dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,43% (yoy). Pendorong utama pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran adalah sub sektor perdagangan besar dan eceran terkait membaiknya pendapatan masyarakat dan adanya perayaan Imlek. Berdasarkan hasil survei
yang
dilakukan
Bank
Indonesia
Palembang terjadi peningkatan 15% pada subsektor perdagangan. Sub sektor hotel dan Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah
12
restoran diperkirakan mengalami penurunan
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
yang
tercermin
dari
rata-rata
jumlah
wisatawan dan Tingkat Penghunian Kamar (TPK)
hotel
berbintang
yang
Grafik 1.7 Indikator Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (Lanjutan)
menurun
dibanding
triwulan
sebelumnya.
dibanding
triwulan
yang
Namun
sama
tahun
sebelumnya terjadi kenaikan. 1.1.7
Sektor
Pengangkutan
dan
Sumber : PT Pelindo Cabang Pelabuhan Pangkalbalam dan Tanjungpandan , diolah
Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi
Grafik 1.8 Indikator Pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
pada triwulan I 2010 diprediksi tumbuh 8,69% (yoy) naik dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh
1,35%
pengangkutan peningkatan
(yoy).
Sub
diperkirakan
sektor
mengalami
pertumbuhan
dilihat
dari
pertumbuhan tahunan jumlah penumpang baik
melalui
udara
maupun
laut
yang
Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah
mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Meski secara triwulanan terjadi penurunan, namun hal ini lebih dikarenakan faktor
musiman.
Pada
angkutan
laut
penurunan secara triwulanan terjadi akibat tidak kondusifnya perairan Bangka Belitung, pada bulan Januari rute Pangkalbalam – Tanjungpandan tidak beroperasi selama dua minggu. Pada subsektor komunikasi tarif komunikasi
yang
semakin
murah
Sumber: PT. Angkasa Pura Bandara Depati Amir, PT Pelindo Pelabuhan Pangkalbalam, PT Pelindo Pelabuhan Tanjungpandan, dan PT Pelindo Pelabuhan 35 Ilir, diolah
seiring
berbagai promo dari sejumlah operator seluler tetap mampu menjaga kinerja sub sektor ini tumbuh cukup tinggi selain didorong juga dengan adanya provider telekomunikasi seluler yang baru.
13
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.9 Indikator Pertumbuhan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa
1.1.8
Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Sektor keuangan, persewaan, dan jasa
diprediksi tumbuh secara tahunan 9,26% (yoy) namun turun secara triwulanan sebesar 1,12% (qtq). Pada sub sektor keuangan, terlihat kinerja perbankan di Bangka Belitung pada triwulan I Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah
2010 (hingga bulan Februari) dari beberapa indikator seperti total aset, penghimpunan dana dan penyaluran kredit/pembiayaan mengalami sedikit penurunan. Pada sub sektor Persewaan dan
Jasa,
diperkirakan
juga
akan
sedikit
mengalami penurunan.
Grafik 1.10 Pertumbuhan Sektor Jasa-Jasa
1.1.9
Sektor Jasa – Jasa Sektor jasa-jasa relatif tidak mengalami
perubahan yang signifikan. Sub sektor jasa pemerintahan umum pada triwulan I diperkirakan belum tumbuh secara signifikan. Penyumbang pertumbuhan dominan diperkirakan berasal dari sub sektor jasa swasta, yaitu berasal dari jasa Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah
hiburan dan rekreasi terkait dengan adanya perayaan Imlek dan beberapa kegiatan berskala nasional. Selain itu jasa perorangan dan rumah tangga juga memberikan kontribusi yang cukup besar, terlihat dari konsumsi rumah tangga yang masih cukup kuat.
14
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Suplemen 1
MEMBAIKNYA KONDISI USAHA DI BANGKA BELITUNG2 Berdasarkan informasi dari pelaku usaha di Bangka Belitung, secara umum perkembangan usaha semakin membaik dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan kinerja ditunjukkan oleh meningkatnya harga jual, rencana realisasi investasi maupun optimisme terhadap kondisi usaha dan perekonomian secara umum ke depan. Meskipun demikian, terdapat beberapa pelaku usaha yang menyatakan bahwa kondisi usaha mengalami penurunan disebabkan oleh ketersediaan bahan baku dan regulasi yang multi tafsir. Peningkatan kinerja dunia usaha yang dimulai pada semester II 2009, saat ini secara umum menunjukkan peningkatan ke arah yang menggembirakan dan mampu tumbuh lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Semakin membaiknya harga komoditas unggulan terutama di sub sektor tanaman perkebunan, menjadi penopang meningkatnya kinerja dunia usaha serta berdampak langsung dan tidak langsung dalam peningkatan permintaan dan daya beli masyarakat. Meskipun terdapat beberapa kendala yang membatasi pengembangan usaha, antara lain pasokan bahan baku dan meningkatnya persaingan. Ke depan, diperkirakan tingkat penjualan domestik akan semakin meningkat seiring dengan semakin meningkatnya daya beli masyarakat dan membaiknya harga komoditas unggulan. Penjualan ekspor saat ini secara umum menunjukkan peningkatan dibanding awal tahun lalu seiring dengan meningkatnya harga jual dan kebutuhan timah pada triwulan I dan II di Amerika dan Eropa untuk persiapan panen buah-buahan yang berlangsung pada bulan Agustus dan September. Semakin membaiknya harga komoditas unggulan terutama di sub sektor tanaman perkebunan maupun pertambangan, menjadi penopang utama meningkatnya kinerja dunia usaha maupun peningkatan permintaan dan daya beli masyarakat. Peluang peningkatan ekspor masih terbuka meskipun terdapat kendala keterbatasan bahan baku pada industri pengolahan timah, regulasi yang mengatur pertambangan pada Undang Undang Mineral dan Batu Bara (Minerba) Nomor 4 Tahun 2009 yang tidak sepenuhnya sesuai dengan karateristik penambangan timah, yaitu : (i) Kriteria untuk penetapan Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) salah satunya adalah mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungai. Daerah pertambangan di daerah aliran sungai, bertentangan dengan Peraturan Daerah, (ii) Izin Pertambangan Rakyat (IPR) terutama diberikan kepada penduduk setempat. Apabila penambangan timah dilakukan oleh bukan penduduk setempat akan menimbulkan kerawanan sosial. Kapasitas utilisasi pelaku usaha secara umum mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya meskipun masih belum mencapai kapasitas optimal. Keterbatasan pasokan, regulasi, peraturan pemerintah dan kepastian hukum menjadi faktor pembatas dalam peningkatan produksi. Hal yang menggembirakan adalah bahwa di tengah 2
Diperoleh dari hasil Business Survey yang merupakan kegiatan pemantauan kondisi usaha dengan mewawancarai lansung pelaku usaha.
15
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
keterbatasan peningkatan usaha, beberapa pelaku usaha masih optimis untuk meningkatkan kapasitas utilisasinya ke depan dengan perluasan area, penambahan fasilitas serta kamar dan peralatan. Rata-rata pelaku usaha menyatakan bahwa investasi yang dilakukan pada tahun ini lebih bersifat rutin seperti perawatan dan peremajaan peralatan maupun mesin serta melanjutkan investasi tahun sebelumnya. Namun demikian, terdapat pelaku usaha yang pada tahun ini merealisasikan investasi dengan nilai yang cukup besar seperti pembangunan pabrik baru, perluasan area usaha dan peningkatan fasilitas pelayanan. Untuk tahun-tahun mendatang rata-rata pelaku usaha belum berencana untuk melakukan investasi meskipun tidak menutup kemungkinan apabila kondisi usaha semakin membaik dan permintaan terhadap produk meningkat. Jumlah tenaga kerja secara umum relatif tetap, penambahan tenaga kerja hanya bersifat menggantikan tenaga kerja yang pensiun. Namun beberapa pelaku usaha menyatakan terjadi peningkatan jumlah tenaga disebabkan oleh ekspansi usaha yang dilakukan. Ke depannya, pelaku usaha belum berencana untuk menambah tenaga kerja, kecuali yang sifatnya replacement. Secara umum, biaya mengalami peningkatan pada kisaran yang bervariasi terutama pada biaya tenaga kerja yang mengacu pada ketentuan pengupahan daerah setempat serta biaya energi dan bahan baku seiring dengan meningkatnya harga jual di pasar dunia terutama untuk timah. Harga jual pada triwulan I 2010 secara umum meningkat dibanding tahun sebelumnya terutama untuk komoditas timah yang harganya berfluktuasi mengikuti harga timah dunia. Selain itu, untuk jasa angkutan udara, terdapat rencana kenaikan tarif airport tax dari sebesar Rp 8.000 menjadi Rp 15.000 yang akan diberlakukan pada tahun ini. Margin usaha secara umum masih relatif tetap dibanding tahun sebelumnya karena peningkatan usaha dan peningkatan harga umumnya diiringi oleh peningkatan biaya operasional. Selain itu, menguatnya nilai tukar rupiah di sisi lain berdampak pada penurunan pendapatan eksportir maupun pelaku usaha yang bertransaksi dengan valuta asing. Fluktuasi nilai tukar dirasakan berpengaruh terhadap pendapatan usaha. Di sisi lain, bagi perusahaan yang orientasi penjualan untuk pasar domestik dan tidak menggunakan komponen impor, perubahan nilai tukar relatif tidak berpengaruh terhadap operasional perusahaan. Terkait dengan pembiayaan, sebagian besar pelaku usaha menggunakan dana internal untuk operasional perusahaan, meskipun demikian beberapa pelaku usaha juga menggunakan pembiayaan perbankan untuk modal kerja maupun investasi terutama dari perbankan lokal dengan kisaran yang bervariasi. Tingkat suku bunga pinjaman dalam rupiah menurut pelaku usaha masih tinggi dan selisihnya cukup tinggi dibandingkan suku bunga acuan (BI rate). Beberapa faktor yang dinilai oleh pelaku usaha masih menjadi kendala dan pembatas dalam pengembangan usaha antara lain: (i) Keterbatasan listrik, (ii) Keterbatasan pasokan bahan baku, (iii) Kebijakan, regulasi pemerintah dan law enforcement yang multi tafsir, (iv) Pembiayaan, dan (ix) Masih rendahnya daya saing. 16
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
1.2. Sisi Permintaan Pertumbuhan ekonomi masih didorong oleh permintaan domestik, yaitu konsumsi rumah tangga. Pertumbuhan tahunan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2010 masih cukup tinggi meski sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu konsumsi swasta nirlaba dan pemerintah mengalami percepatan pertumbuhan. Pada perdagangan luar negeri, ekspor pada triwulan I 2010 diperkirakan mulai tumbuh setelah mengalami kontraksi sejak triwulan III 2008. Tabel 1.4 Pertumbuhan Tahunan Sisi Permintaan Bangka Belitung (%)
*) Proyeksi Kantor Bank Indonesia Palembang Sumber : BPS Bangka Belitung , diolah Tabel 1.5 Pertumbuhan Triwulanan Sisi PermintaanBangka Belitung (%)
*) Proyeksi Kantor Bank Indonesia Palembang Sumber : BPS Bangka Belitung , diolah Tabel 1.6 Kontribusi Sisi Permintaan Terhadap Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Bangka Belitung (%)
*) Proyeksi Kantor Bank Indonesia Palembang Sumber : BPS Bangka Belitung , diolah
17
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
1.2.1.
Konsumsi Konsumsi pada triwulan I 2010 diperkirakan mengalami perbaikan kinerja,
meskipun konsumsi rumah tangga tumbuh sedikit melambat yang terkonfirmasi dari adanya penurunan indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama. Meski demikian diperkirakan perlambatan ini tidak terlampau besar, terlihat dari pendaftaran kendaraan baru yang meliputi truk, mobil, dan sepeda motor masih mengalami peningkatan yaitu 6,78% (qtq) dan penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi naik tipis 0,43% (qtq). Konsumsi swasta diperkirakan mengalami peningkatan terkonfirmasi dari penggunaan listrik untuk bisnis yang naik 28,30% (yoy). Grafik 1.11 Indikator Pertumbuhan Konsumsi
18
Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah
Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah
Sumber : Pertamina
Sumber : PLN, Wilayah Bangka Belitung
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Suplemen 2
OPTIMISME KONSUMEN PANGKALPINANG TERJAGA DIDUKUNG OLEH PENINGKATAN HARGA TIMAH Tingkat Keyakinan Konsumen Pangkalpinang yang dicerminkan dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) hasil Survey Konsumen Bank Indonesia Palembang sepanjang triwulan I tahun 2010 menunjukkan optimis kecuali di bulan Januari yang memperlihatkan pesimis. Penyebab terbesar terjadi penurunan adalah penurunan ketersediaan lapangan kerja baik saat ini maupun enam bulan yang akan datang. Hal ini diperkirakan terjadi karena belum normalnya operasi penambangan rakyat selain itu juga dari segi pekerja formal belum adanya penambahan lapangan kerja baru. Pada bulan Februari dan Maret keyakinan konsumen menunjukkan optimisme kembali. Berdasarkan Structural Equation Model Indeks Keyakinan Ekonomi Saat Ini (IKESI) maupun Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) di bulan Maret 2010 relatif sama kuatnya dalam pembentukan IKK. IKK dicerminkan oleh IKESI sebesar 0,93 dan IEK sebesar 0,88. Dimana IKESI dan IEK sangat dicerminkan oleh penghasilan masyarakat, IKESI dicerminkan oleh penghasilan saat ini sebesar 0,51 dan IEK dicerminkan oleh ekspektasi penghasilan sebesar 0,56. Mulai beroperasinya penambangan rakyat dan peningkatan harga timah di pasar internasional meningkatkan pendapatan masyarakat, yang terkonfirmasi dari peningkatan indeks penghasilan saat ini.
Grafik 1 Pembentuk Keyakinan Konsumen
Grafik 2 Pembentuk Indeks Keyakinan Konsumen Berdasarkan Structural Equation Model, Maret 2010
Grafik 3 Indeks Penghasilan
19
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
1.2.2. Investasi Investasi
pada
triwulan
I
2010
Grafik 1.12 Indikator Pertumbuhan Investasi
diprediksi tidak mengalami perubahan yang signifikan dibanding triwulan sebelumnya, tetap tumbuh pada kisaran 8%. Diperkirakan pendorong swasta.
utama
investasi
Indikator
investasi
berasal
dari
nonbangunan
Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah
seperti impor barang modal menunjukkan ada sedikit perbaikan, demikian pula investasi bangunan (realisasi pengadaan semen, grafik 1.6).
1.2.3.
Ekspor dan Impor
Grafik 1.13 Indikator Ekspor Bangka Belitung
a. Ekspor Berdasarkan data nilai ekspor non migas
menurut
kelompok
Standard
International Trade Classification (SITC) Bank Indonesia, total nilai ekspor non migas di Bangka Belitung dari sampai
Februari
bulan Desember 2009
2010
tercatat
sebesar
US$337,70 juta, atau naik tajam 99,91% (yoy) dibanding sebelumnya.
periode Hal
yang ini
sama sejalan
tahun dengan
pertumbuhan tahunan ekspor di triwulan I 2010 yang diperkirakan mulai tumbuh 0,98% (yoy) setelah terkontraksi sejak triwulan III 2008. Perbaikan ini didukung oleh terus menguatnya
harga
komoditas
unggulan
Bangka Belitung di pasar internasional. Timah
20
Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
sebagai penyumbang terbesar ekspor Bangka Belitung, harganya mengalami peningkatan tajam yaitu sebesar 57,74% (yoy), namun sayangnya peningkatan ini tidak dapat diikuti dengan peningkatan produksinya, dikarenakan adanya tingginya curah hujan yang mengurangi jumlah pasir timah dari penambangan darat. Sama halnya dengan timah, hampir semua komoditas lainnya juga mengalami penurunan volume ekspor, sehingga naiknya ekspor bergantung pada kenaikan harga di pasar internasional. Berdasarkan negara tujuan, pasar ekspor terbesar tetap ke wilayah Asia, diikuti oleh Eropa, dan Amerika. Negara tujuan ekspor terbesar adalah Singapura yaitu 67,31%. Grafik 1.13 Indikator Ekspor Bangka Belitung (Lanjutan)
Sumber : Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
Sumber : Bloomberg
Sumber : Bloomberg
Sumber : Bloomberg
21
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
b. Impor Berdasarkan data nilai impor non migas
menurut
kelompok
Standard
Grafik 1.14 Indikator Impor Bangka Belitung
International Trade Classification (SITC) Bank Indonesia, total nilai impor non migas di Bangka Belitung dari bulan Desember 2009 sampai dengan bulan Februari 2010 tercatat sebesar US$17,87 juta, naik sebesar 9,52% dibanding
bulan
September
sampai
Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah
November 2009, dan jika dibanding periode yang sama tahun sebelumnya naik tajam sebesar 498,34%. Adanya peningkatan impor dimulai tahun 2009 ini terkait dengan adanya pembelian kapal isap dan kapal keruk oleh para pelaku timah. Diperkirakan peningkatan ini akan terus berlanjut di tahun 2010, terkait dengan masih adanya pembelian kapal isap dan kapal keruk di tahun 2010. Grafik 1.14 Indikator Impor Bangka Belitung (Lanjutan)
22
Bab 2
PERKEMBANGAN INFLASI PANGKALPINANG
Tekanan inflasi di triwulan I 2010 dipicu faktor distribusi dan peningkatan konsumsi terkait perayaan Imlek.
2.1. Inflasi Kota Pangkalpinang
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Pangkalpinang,Palembang, dan Nasional
Inflasi
tahunan
(yoy)
Kota
Pangkalpinang pada triwulan I 2010 tercatat sebesar 4,38%, lebih tinggi dari inflasi nasional dan Kota Palembang yang masing-masing hanya mencapai
3,43%
dan
2,50%.
Inflasi
Kota
Pangkalpinang ini masih di dalam range proyeksi yang dibuat Bank Indonesia Palembang di awal
tahun yakni 4,98±1%. Inflasi tahunan Kota Pangkalpinang secara historis lebih fluktuatif dibandingkan dengan inflasi nasional dan Kota Palembang. Dari data tahun 2008 sampai 2010 angka standar deviasi Kota Pangkalpinang mencapai 6,21%, lebih tinggi
Sumber: BPS, diolah Tabel 2.1 Statistika Deskriptif Inflasi Tahunan Pangkalpinang,Palembang dan Nasional 2008 - 2010
dibandingkan
angka
standar
deviasi
nasional yang tercatat 4,01% dan Palembang sebesar 5,29%. Inflasi Kota Pangkalpinang sangat dipengaruhi oleh ketergantungan yang tinggi Bangka Belitung terhadap pasokan barang dari kota lain terutama Kota Palembang dan Jakarta. Sementara
pengangkutan
barang-barang
menggunakan jalur laut, pada musim penghujan Sumber: BPS ,diolah
dan ombak tinggi, kondisi perairan dan cuaca sering kurang kondusif yang berdampak pada ketersediaan pasokan dan harga barang tersebut.
2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang
Tekanan inflasi pada triwulan I 2010 terutama disebabkan kendala distribusi, yakni kondisi perairan Bangka Belitung kurang kondusif di bulan Januari dan Februari (gelombang laut mencapai 3,5 meter dan kecepatan angin mencapai 55km/jam) yang menyebabkan kerap terhambatnya pasokan barang ke Bangka Belitung. Hal ini terkonfirmasi oleh menurunnya arus bongkar di pelabuhan Pangkalbalam sebesar 11,87% (qtq) pada triwulan I 2010. Sumber tekanan lainnya berasal dari membaiknya penghasilan saat ini, hal ini terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumen yang menunjukkan adanya peningkatan indeks penghasilan saat ini dibanding enam bulan yang lalu dari 123,00 pada triwulan IV 2009 menjadi 125,17. Selain itu, harga timah sebagai motor penggerak ekonomi Bangka Belitung juga terus mengalami peningkatan, naik 14,24% (qtq). Pada grafik 2.2 dapat dilihat tendensi pergerakan harga timah di pasar internasional searah dengan inflasi tahunan, meski terdapat lag 4-5 bulan. Grafik 2.2 Indikator Tekanan Inflasi
Sumber: BPS Bangka Belitung dan Bloomberg, diolah
Event Analysis Inflasi Kota Pangkalpinang
Sumber: BPS Bangka Belitung, diolah
Sumber: PT Pelindo, diolah
24
Survei Konsumen
2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang
2.2. Inflasi Kota Pangkalpinang per Kelompok Barang Peningkatan inflasi tahunan Pangkalpinang pada
triwulan I 2010 dibanding
triwulan IV 2009 terjadi pada hampir semua kelompok barang dan jasa, kecuali kelompok sandang dan kesehatan yang mengalami penurunan. Tabel 2.2 Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Pangkalpinang per Kelompok Barang
Grafik 2.3 Kontribusi Inflasi
Sumber: BPS Bangka Belitung
Sumber: BPS Bangka Belitung,diolah
Inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan I 2010 tercatat 5,52% (yoy),
Grafik 2.4 Inflasi Kelompok Bahan Makanan dan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau
naik tajam dari triwulan sebelumnya 0,54% (yoy).
Tekanan
inflasi
berasal
dari
berkurangnya pasokan terutama dari Pulau Jawa
dan
Palembang
akibat
kurang
kondusifnya kondisi perairan dan belum masuknya musim panen padi. Namun pada
Sumber: BPS, Bangka Belitung , diolah
bulan Maret pasokan bahan makanan sudah mulai kembali normal, harga beras turun 3,99% (mtm). Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau naik dari 7,23% (yoy) di triwulan IV 2009 menjadi 8,25% (yoy). Tekanan berasal dari peningkatan permintaan terkait perayaan
Sumber: Disperindag, Bangka Belitung , diolah
Imlek. Inflasi di bulan Januari terutama disebabkan oleh naiknya harga gula sebesar 15% (mtm), namun di bulan Maret harga komoditas ini sudah mulai mengalami penurunan sebesar 2,48% (mtm). Sumber: BPS, Bangka Belitung , diolah
25
2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang
Grafik 2.5 Inflasi Beberapa Kelompok Barang
Kelompok
perumahan,
air,
listrik, gas, dan bahan bakar relatif tidak mengalami perubahan dibanding triwulan sebelumnya. Inflasi kelompok sandang turun dari 5,12% (yoy)
di
triwulan IV 2009 menjadi 1,93% (yoy). Penurunan ini terkait dengan turunnya harga emas perhiasan seiring dengan melemahnya
harga
internasional.
emas
Inflasi
kesehatan mengalami
di
pasar
kelompok penurunan dari
5,8% (yoy) di triwulan IV 2009 menjadi 1,37%
(yoy).
Penurunan
ini
lebih
dikarenakan faktor siklikal, dimana inflasi pada triwulan yang sama pada tahun sebelumnya
yang
tinggi.
Kelompok
pendidikan, rekreasi, dan olah raga relatif
tidak
dibanding
mengalami triwulan
perubahan sebelumnya.
Kelompok transportasi, keuangan, dan jasa keuangan pada triwulan I 2010 mengalami inflasi sebesar 2,17% (yoy). Selama
triwulan
perubahan
pada
ini,
hanya sub
terjadi
kelompok
transportasi, sedangkan sub kelompok komunikasi dan pengiriman serta sub
kelompok jasa keuangan tidak mengalami perubahan.
Terjadi
peningkatan
angkutan udara di bulan Januari 2010.
Sumber: BPS Bangka Belitung, Bloomberg, diolah
26
tarif
2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang
Suplemen 3
TIM PENGENDALIAN INFLASI DAERAH BANGKA BELITUNG Pengendalian inflasi merupakan suatu prasyarat utama dalam mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah. Di samping itu, pengendalian inflasi juga mendukung tujuan Pemerintah Daerah karena pengaruhnya yang besar terhadap kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan perekonomian. Bank Indonesia, sebagai otoritas moneter, hanya mampu mengendalikan inflasi melalui jumlah uang beredar yang kemudian mempengaruhi kondisi permintaan dan sebagian kecil kondisi penawaran. Selain itu, kebijakan tersebut mempunyai efek nasional, dan tidak secara langsung dapat terdiferensiasi ke masing-masing daerah yang mempunyai karakteristik dan kondisi yang berbeda. Berdasarkan hal tersebut, agar pengendalian inflasi daerah dapat berjalan efektif, efisien, dan menyeluruh, Bank Indonesia melakukan koordinasi dengan Dinas/Instansi terkait dan beberapa pelaku usaha strategis di seluruh provinsi di Indonesia dan beberapa kabupaten di Indonesia (grafik 1) melalui pembentukan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Sampai saat ini telah terbentuk TPID di 38 provinsi/kabupaten/kota di Indonesia. Grafik 1 Bangka Belitung merupakan Koordinasi Bank Indonesia dengan Pemerintah dalam TPID salah satu provinsi yang sudah Rekomendasi Bank Pemerintah membentuk TPID melalui Nota Indonesia Pusat Kesepahaman antara Gubernur Tim Pengendalian Tercapainya Inflasi IHK nasional yang rendah dan Inflasi Kep. Bangka Belitung dengan stabil. Pemerintah Kantor Bank Pemimpin Bank Indonesia Daerah Indonesia Palembang Nomor Forum yang atau Tim Pengendalian 580/001/VII/2010 dan Nomor Inflasi daerah yang ada Inflasi Daerah rendah dan stabil. 12/4/DKM/Pg tanggal 29 Maret Tujuan: 1. Tercukupinya pasokan dan lancarnya distribusi. 2010 tentang Peningkatan 2. Kebijakan pemda yang juga memperhatikan ekonomi dan inflasi daerah. 3. Munculnya komitmen untuk mengendalikan inflasi di daerah. 4. Monitoring atas kondisi terkini ekonomi dan harga di daerah. Pertumbuhan dan Rekomendasi Pengembangan Perekonomian Bangka Belitung. Pada bulan April 2010 telah dilaksanakan Rapat Koordinasi Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (RAKORNAS TPID) di Bali yang dihadiri oleh 38 TPID yang telah terbentuk dari seluruh wilayah Indonesia. RAKORNAS TPID ini dimaksudkan untuk memperkuat komitmen, memperluas jejaring sekaligus mempererat kerjasama antara TPI dan TPID maupun antar TPID. Disamping itu, juga dimaksudkan sebagai wahana untuk berbagi informasi terkait dengan strategi yang ditempuh TPID terutama beberapa daerah yang telah dianggap berhasil dalam mengendalikan inflasi.
27
2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang
Bangka Belitung merupakan provinsi yang berbnetuk kepulauan, dimana hampir 90% kebutuhan bahan makanannya dipenuhi dari Pulau Jawa dan Sumatera Selatan. Diperlukan koordinasi antar instansi dan badan untuk menjaga tekanan inflasi yang berasal dari pasokan bahan makanan, untuk itu perlunya dibentuk tim yang dapat melakukan kegiatan pengendalian inflasi. Urgensi lain pembentukan TPID di Bangka Belitung adalah adanya kecenderungan peningkatan tekanan inflasi di tahun 2010, dikarenakan : • Peningkatan pendapatan masyarakat yang memicu peningkatan permintaan, dan selanjutnya meningkatkan inflasi • Potensi terganggunya produksi bahan makanan, kenaikan harga komoditas pangan dan energi. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang terdiri dari Bank Indonesia, dinas/instansi terkait dan beberapa pelaku usaha strategis di Bangka Belitung mempunyai tugas sebagai berikut: 1. Melakukan pemantauan inflasi, pemetaan permasalahan di sekitar pergerakan inflasi komoditas barang dan jasa strategis, serta proyeksi pergerakan inflasi ke depan. Komoditas strategis yaitu komoditas bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat dan beberapa komoditas penting lainnya yang memiliki bobot tertinggi dalam penghitungan inflasi Bangka Belitung. Pemantauan inflasi dilakukan oleh semua anggota TPID sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing; 2. Kegiatan pengendalian inflasi komoditas strategis, disesuaikan dengan kewenangan dan tanggung jawab masing-masing instansi anggota TPID. Bentuk-bentuk pengendalian inflasi, antara lain operasi pasar, perbaikan distribusi barang, moral suasion, dan pembentukan ekspektasi masyarakat yang kondusif terhadap inflasi. Dalam melakukan pengendalian inflasi, TPID dapat meminta bantuan kepada pihak lain; 3. Memberikan informasi dan atau rekomendasi kepada Gubernur Kep. Bangka Belitung, Walikota/Bupati se-Bangka Belitung, Pemimpin Bank Indonesia Palembang, dan lembaga/instansi/pihak terkait.
28
Bab 3
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
• Pertumbuhan kinerja perbankan di Bangka Belitung mengalami perlambatan yang disebabkan oleh faktor siklikal. • Suku bunga pinjaman dan suku bunga simpanan bergerak secara berlawanan dan memperlebar spread, yang mengindikasikan terjadinya excess demand kredit. 3.1. Kondisi Umum Secara umum, kinerja perbankan di Bangka Belitung pada triwulan I 2010 (hingga
Grafik 3.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Bangka Belitung
bulan Februari) dari beberapa indikator seperti total aset, penghimpunan dana dan penyaluran kredit/pembiayaan
mengalami
sedikit
penurunan secara triwulanan. Laba perbankan Bangka Belitung mengalami penurunan cukup signifikan pada triwulan ini, yang ditunjukkan oleh adanya penurunan Return on Assets (ROA) secara tahunan dari 0,61% menjadi 0,38%. Di
sisi lain, rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) mengalami penurunan dari 123,48% menjadi 122,90%. Secara tahunan, total aset perbankan Bangka Belitung sedikit meningkat dengan kisaran moderat sebesar 4,04% dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya (yoy), yaitu dari
Rp7,71 triliun menjadi Rp8,02 triliun. Sejalan dengan terjadinya peningkatan
secara triwulanan sebesar 1,91% (qtq), pertumbuhan tahunan mengalami percepatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat sebesar 1,89% (yoy) dari Rp7,69 triliun menjadi Rp7,83 triliun, namun mengalami penurunan sebesar 2,27% secara triwulanan (qtq). Peningkatan DPK terutama didorong oleh peningkatan simpanan tabungan yang meningkat sebesar 19,87% (yoy). Penyaluran kredit/pembiayaan mengalami peningkatan tipis sebesar 3,22% (yoy) dari Rp3,35 triliun menjadi Rp3,45 triliun, yang sangat dipengaruhi oleh perubahan triwulanan yang menurun sebesar 7,21% (qtq).
3. Pe erkembangan Perbankan P Daeerah
Penyaluran Kredit Mikro, M Kecil,, dan Menengah (MKM M) secara tah hunan (yoy) tercatat men ngalami pen ningkatan se ebesar 10,27 7% dari Rp1 1,78 triliun menjadi seb besar Rp1,96 6 triliun. Sem mentara itu, secara triwu ulanan (qtq)), realisasi kredit MKM mengalami penurunan sebesar 13,9 96%. Peningkkatan
DPK
yang
dibarengi
dengan
peningkkatan
pen nyaluran
kred dit/pembiayaaan secara triwulanan t y yang lebih kecil telah menyebabka m an penurunan Loan to Deposit D Ratio o (LDR) dari sebesar 46,,45% pada triwulan IV 2009 menjaadi sebesar 44,10% 4 pada triwulan I 2010. gaan 3.2.. Kelembag Grafik k 3.2 Ju umlah Kantor B Bank dan ATM di Bangka Belitung
Jumlah bank b yang beroperasi di Provvinsi Bangkaa Belitung sampai s den ngan triw wulan I 201 10 sebanyaak
19 bank b
dengan jumlah h kantor bank b seban nyak 7 kantor 107
y yang terdiri dari 2 Kantor
Pusaat BPR/S, 21 2 Kantor Cabang
B Bank
Umu um Konven nsional, 2 Kantor K Cab bang Bank Umum Syariah dan d 5 Kantor bang BPR/S, 61 Kantor Cabang Peembantu Baank Umum Konvensional, serta 16 6 Kantor Cab Kas Bank Umum, dan 1 Kantor K Kas BPR. Sementara itu jumlah Anjun ngan Tunai Mandiri (ATM M) tercatat ssebanyak 99 9 unit.
3.3.. Penghimp punan Dana a Pihak Kettiga (DPK) 3.3..1 Penghim mpunan DPK K DPK meengalami peeningkatan tahunan t seb besar 1,89% % (yoy). Giro o tercatat menurun m tajam dari Rp2,37 triliun menjadi m seb besar Rp1,56 6 triliun ataau sebesar 3 34,28%. Ta abungan men ngalami
p peningkatan
sebesar
19,87%
menjadi
Rp3,95
triliun.
Simpanan
berjangka/depo osito mening gkat dari Rp2,03 triliun menjadi Rp2,33 triliu un atau me eningkat %. sebeesar 14,89% Secara triwulanan t ( (qtq), pengh himpunan DPK D mengalaami penurun nan sebesarr 2,27% yang g disebabkaan oleh pen nurunan tabungan seb besar 8,67% %. Namun, giro dan deposito d massih mengalami peningkaatan masing g-masing seb besar 1,75% % dan 7,70% % (qtq).
30 0
3. Perkemban ngan Perbanka an Daerah
Grafik 3.3 Perkemban ngan Kompone en DPK Perbank kan di Bangka Belitung
Grafik 3.4 Komposisi DPK Perbankan Triwulan I 2010 d Bangka Belitung di
Berdasaarkan pangssa masing-m masing komp ponen simpanan terhad dap total DPK yang hasil dihimpun, tabungaan masih tercatat dengan pangsa terbesar t yaittu sebesar 50,41%, 5 berh kendati menuru un dibanding triwulan sebelumnya s yang sebessar 53,94%.. Sementaraa itu giro m ng memiliki pangsa sebesar 19,85% % dan 29,74 4%. dan deposito masing-masin
3.3..2. Penghim mpunan DP PK Menurutt Kabupate en/Kota Saat inii sistem pelaporan ban nk yang dikkelola Kantor Bank Ind donesia Palembang men ngelompokkkan wilayah h Bangka Belitung teerdiri dari Pangkalpinaang, Bangkka, dan Belittung.
Berd dasarkan
laju
umbuhan pertu
secara
tahunan
(yo oy),
pertum mbuhan
penghimpunan DPK Pangkalpinang tercatat t paliing tinggi yakni y sebesaar 22,92% dengan unan yang ju uga paling tinggi, t yaitu u 12,61%. PPenghimpun nan DPK pangsa pertumbuhan tahu K B Bangka men nurun drastiss sebesar 22 2,55% dari sebesar Rp2 2,86 triliun menjadi di Kabupaten sebeesar Rp2,21 triliun pad da triwulan ini. Kabupaaten Belitun ng juga men ngalami pen nurunan tipiss sebesar 0,4 45% (yoy). Sama h halnya deng gan pertumb buhan tahu unan, Kabup paten Bang gka dan Kab bupaten Belittung tercataat mengalam mi penurunaan DPK secaara triwulan nan. DPK di Kabupaten Bangka dan Kabupaten n Belitung mengalami penurunaan masing-m masing seb besar 22,80 0% dan 8% dengan n andil pertumbuhan masing-masing sebesaar minus 6,44% dan 0,40%. 2,08 Perttumbuhan D DPK di Kota Pangkalpinaang mengalami peningkatan sebessar 13,91% dengan andil pertumbu uhan sebesaar 7,33%. Berdasarkan B n pangsa, DPK Kota Paangkalpinang masih merrupakan wilayah dengan pangsa terbesar yyakni sebesaar 52,70% dari total DPK di Bangka Belitung, disusul berturut-tur b ut oleh Kab bupaten Bangka dan Kabupaten K Belitung massing-masing sebesar 28,,27% dan 19,03%. 31
3. Pe erkembangan Perbankan P Daeerah
Tabel 3.1 Perkembang gan DPK Perban nkan per Wilay yah Ban ngka Belitung (Rp ( Juta)
Wila ayah Pangka alpinang Belitung ngka Ban
200 09 I 3,331,608 3 1,497,594 2,859,206 2
II 3,592,702 1,566,651 2,951,908
III 3 3,722,065 1 1,535,452 2 2,822,842
2010 IV 3,624,412 1,522,507 2,868,475
I* 4,128,557 1,490,783 2,214,482
3.4.. Penyalura an Kredit/Pembiayaan n 3.4..1. Penyaluran Kredit//Pembiayaa an Secara S Sektoral Laju peertumbuhan n kredit/pem mbiayaan teercatat mengalami peeningkatan sebesar 3,22 2% dari tah hun sebelum mnya (yoy), yaitu y dari Rp p3,35 triliun n menjadi Rp3,45 triliun n. Selain sekttor lain-lain,, peningkataan tertinggi terjadi pad da kredit sekktor jasa sossial masyaraakat dan kred dit sektor peertambangan masing-m masing sebessar 203,07% % dan 40,17 7%. Tabel 3.2 Perke embangan Kred dit Sektoral Ban ngka Belitung (Rp ( Juta)
Sektor
2 2009
2010
n Pertanian
I 141,401
II 142,151
III 131,049
IV 191,016
I* 111,963
Pertamba angan
261,316
275,727
358,178
282,007
366,286
Perindusttrian
634,341
604,504
531,446
430,375
263,208
Perdagan ngan
793,069
891,815
933,185
994,114
618,295
Jasa-jasa
587,540
625,881
579,107
338,512
376,660
Listrik, Gas dan Air
10,192
10,461
9,952
9,782
9,593
ksi Konstruk
421,708
456,202
393,619
189,025
183,800
Pengangkutan
35,563
36,464
33,788
29,448
34,231
nia Usaha Jasa Dun
88,252
91,803
110,925
78,974
52,584
Jasa Sosial M Lain-laink
31,825
30,951
30,823
31,283
96,452
929,454
1,037,78 2
1,152,74 8
1,190,280
1,357,804
p n kredit secara s tahunan, sekttor perdagaangan dan n sektor Pada pertumbuha perindustrian m mencatat an ndil pertumbuhan negaatif masing-masing seb besar minuss 4,98% gitupun seccara triwulanan, sekttor perdagangan dan n sektor dan minus 4,40%. Beg perindustrian yyang berpeeran pada pertumbuhan kredit masing-massing sebesaar minus 5% dan 3,55%. 3 Perrtumbuhan kredit seccara tahunan utaman nya didorong oleh 7,55
32 2
3. Perkemban ngan Perbanka an Daerah
perttumbuhan kredit k di sektor jasa sosiial masyarakkat dan sekttor pertambangan deng gan andil perttumbuhan ttahunan maasing-masing g sebesar 6 6,33% dan 4,76%, dan secara triwulanan perttumbuhan kredit juga banyak diidorong oleeh kedua sektor s terseebut masing g-masing sebeesar 6,49% dan 3,54% %. sektor
Selain perd dagangan dalaam
memiliki
penyaluran
lain-lain,
sektor
pangsa
terbesar
kredit
yaitu
Gra afik 3.5 Pa angsa Penyaluran Kredit Sekttoral B Bangka Belitun ng Triwulan I 2010
s sebesar
29,0 01%. Urutan kedua dan ketiga dittempati oleh h
penyalu uran
kredit
di
sektor
perindustrian dan sektor pe ertambangaan yaitu 8 massing-masing sebesar 12,56% dan 8,23%. Selaain itu, pen nyaluran kreedit di sekttor jasa konstruksi
daan
sektor
pertanian
juga
mpunyai pangsa yang cukup c besar, yaitu mem massing-masing sebesar 5,5 52% dan 5,5 57%.
an Menuru ut Penggun naan 3.4..2. Penyaluran Kredit//Pembiayaa Setiap jenis penyyaluran kreedit/pembiayyaan menu urut pengg gunaan me engalami peningkatan dibandingkan n dengan periode p yan ng sama tahun sebelu umnya (yoy)). Kredit konsumsi tercaatat mengallami pening gkatan palin ng tinggi yaakni sebesaar 27,85% menjadi 9 triliun, yang kemudiaan diikuti oleh o kredit investasi deengan peningkatan sebeesar Rp1,19 sebeesar 18,39% %. Sementarra itu, kreditt modal kerja mengalam mi penurunaan sebesar 13,72%. Secara ttriwulanan (qtq), penya aluran kredit/pembiayaan untuk modal m kerja tercatat men ngalami pen nurunan cukup tajam sebesar 16,,47%. Kred dit konsumsi tercatat menurun m sebeesar 5,31% %. Berbeda dengan du ua jenis krredit lainnyaa, kredit in nvestasi me engalami peningkatan tajjam sebesarr 20,57%. Dari seg gi komposissi, penyaluraan kredit beerdasarkan penggunaan n masih did dominasi h kredit mo odal kerja, yakni sebeesar 46,33% %, diikuti kredit k konsu umsi yakni sebesar oleh 34,3 39%, dan kredit investaasi dengan pangsa p sebeesar 19,27% %.
33
3. Pe erkembangan Perbankan P Daeerah
Grafik k 3.7 Pangssa Penyaluran K Kredit/Pembiay yaan Menurut Pe enggunaan Ban ngka Belitung Triwulan I 201 10
Grafik 3.6 3 Pertumbuh han Kredit Menurut Penggun naan Bangka Belitung
an Menuru ut Kabupaten 3.4..3. Penyaluran Kredit//Pembiayaa h penyaluran kredit, Ko ota Pangkalp pinang dan K Kabupaten Belitung Berdasaarkan daerah tercatat sebagaai wilayah yang y paling dominan m mendorong penyaluran kredit/pem mbiayaan n (yoy) yaknii dengan an ndil pertumb buhan masing-masing sebesar s 3,03 3% dan secaara tahunan 2,22 2%. Semen ntara itu, penyaluran p kredit/pembiayaan pada Kabupaaten Bangka a justru men ncatat andil pertumbuhan tahunan sebesar min nus 1,43%. Tabel 3.3 Perke embangan Pen nyaluran Kreditt/Pembiayaan Perbankan P Ban ngka Belitung (Rp ( Juta)
W Wilayah Pangka alpinang
2 2009 I 1,465,129
II 1,538,127
2010 0 III 1,510,57 79
IV 1,357,135
I* 1,563,2 248
Belitung
376,315
459,772
487,274 4
562,00 07
441,715
Bangka a
1,501,202
1,575,715
1,299,17 70
1,804,232
1,449,8 897
4,707
4,474
4,247
78
63
Dati II lainnya
*Data sampaai bulan Februarii 2010
dit/pembiayaaan di Kabu upaten Bang gka dan Secara triwulanan (qtq), penyyaluran kred Kab bupaten Belitung tercatat dengan n andil perttumbuhan masing-massing sebesar minus 8,24 4% dan minus m 2,74 4%. Semen ntara itu, Kota Pangkalpinang masih men ndorong perttumbuhan kkredit dengaan andil perttumbuhan triwulanan sebesar 6,87 7%.
34 4
3. Perkemban ngan Perbanka an Daerah
Menuru ut
kom mposisinya,
Pangkalpinang penyaluran
tercatat
kredit
Kota
Graffik 3.8 Komp posisi Penyalurran Kredit Perb bankan B Bangka Belitung g Triwulan I 20 010 Berdasark kan Wilayah
mendominasi
perb bankan
di
Bangka
u sebesar 45,25%. Kemudian Belittung, yaitu disu usul oleh Kabupaten Baangka dan Kabupaten K Belittung, pangsa
yaitu u sebessar
masing--masing 41,97 7%
m mempunyai
dan
12,79%.
Sedangkan Datti II lainnyaa mempunyyai pangsa g sangat kecil mendeka ati nol. yang 3.4..4. Penyaluran Kredit//Pembiayaa an Usaha M Mikro Kecil Menengah h (UMKM) Realisassi kredit Usaaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) seecara tahunan (yoy) tercatat mengaalami pertu umbuhan yaang bervariasi. Kredit mikro men ngalami pen nurunan dit meneng gah masing g-masing drasstis sebesarr 36,23%, sedangkan kredit keccil dan kred men ngalami peeningkatan sebesar 48,16% 4 daan 19,66% %. Berdasarrkan penggunaan, perttumbuhan tertinggi t diccapai oleh kredit invesstasi sebesaar 28,89%, diikuti oleh kredit konsumsi 22,17 7%. Di sisi laain, kredit modal m kerja mengalami m penurunan sebesar 7,21%. Sementara itu, secaara triwulan nan q), realisasi kredit k UMK KM mengalaami (qtq
Grafik 3. 9 Penyalura an Kredit UMKM Perbankan Bangka Belitu ung Menurut Penggu unaan
penurunan seb besar 13,26 6% dibanding wulan triw
seb belumnya.
nan Penurun
tersebut didoro ong oleh perkembang p gan pada pada kettiga jenis krredit menurrut Kredit modaal kerja, kredit penggunaan. K inveestasi,
daan
kreditt
konsum msi
men ngalami peenurunan masing-masi m ng
sebeesar 20,17% %, 9,22% daan 8,85%. Menuru ut penggunaaan, kredit yang y diberikkan banyak digunakan d u untuk konsu umsi dan mod dal kerja. Kredit konsumsi tercatatt sebesar Rp p1,08 triliun n atau deng gan pangsa sebesar 55,2 24%, semen ntara kredit modal kerja tercatat sebesar Rp0,,70 triliun atau dengan n pangsa sebeesar 35,59% %. Sementarra itu, kreditt investasi teercatat sebeesar Rp0,18 triliun atau dengan pangsa sebesarr 9,16%. 35
3. Pe erkembangan Perbankan P Daeerah
Secara triwulanan (qtq), reaalisasi penyyaluran kreedit usaha mikro meengalami penurunan drastis sebesarr 38,97%, kredit usaha menengah juga men ngalami pen nurunan sebeesar 7,28% %. Di sisi lain, kredit usaha u kecil masih men ngalami ken naikan tipis sebesar 0,35 5%. ut Menuru
kompossisinya,
kreedit
kecil
mem mpunyai pangsa terttinggi yaitu u sebesar
Grafik 3 3.10 Penyaluran Kre P edit UMKM Menurut Plaffon Kredit
48,8 88% dari kkeseluruhan kredit Mikkro, Kecil, dan Menengah (MKM). Ke emudian, kredit mikro dan
menenga ah
kredit
mpunyai mem 30,6 68%.
p pangsa Ke
seb besar
depan
masin ng-masing 20,4 44%
diprediksi
dan
pangsa
penyaluran kreedit kecil akan a semakin besar dit MKM lain nnya. dibaandingkan segmen kred
angan Suku u Bunga Ba ank Umum Konvensio onal di Bang gka Belitun ng 3.5.. Perkemba Suku bu unga bank umum konvvensional yaang terdiri dari d suku bu unga simpan nan dan suku u bunga pin njaman pada a triwulan I 2010 tercatat mengalaami pertumb buhan deng gan arah yang g berbeda.
3.5..1. Perkemb bangan Suk ku Bunga Simpanan S Suku bun nga simpanaan yang terdiri dari sukku bunga simpanan yan ng berjangk ka waktu 1 bu ulan, 3 bulaan, 6 bulan, 12 bulan, dan 24 bulaan, secara rata-rata r meengalami peenurunan bila dibandingkkan dengan triwulan seb belumnya. Rata-rata suku bu unga simpaanan tercaatat sebesaar 7,23%, menurun apabila d tingkat suku bu unga simpan nan pada triw wulan sebeelumnya (qttq) yang dibaandingkan dengan tercatat sebesaar 7,39% maupun m apabila dibandingkan den ngan periode yang sam ma tahun oy), yang seb besar 8,74% %. sebeelumnya (yo
36 6
3. Perkemban ngan Perbanka an Daerah
Bila dibandingkan n dengan triwulan
Grafik 3.11 Perkembangan Suku Bun nga Simpanan Bangka Belitu ung
seebelumnya, berdasarkkan jangkaa waktu siimpanan, jeenis simpan nan dengan n jangka w waktu 1 bu ulan, 6 bullan, dan 12 bulan m mengalami penurunan suku bunga, dan jeenis simpan nan dengan n jangka waktu w 3 bulan
dan n
24
b bulan
meengalami
peningkatan atau relatiif tetap. Peenurunan uku bunga a yang secara relatiff paling su drastis terjad di pada jenis simpanan dengan
u 12 bulan. jaangka waktu
Suku bu unga simpaanan yang tertinggi t saaat ini dicataat oleh suku bunga sim mpanan dengan jangka waktu 12 bulan, yakn ni sebesar 8 8,19%. Seda angkan sukku bunga sim mpanan g memiliki rate r paling rendah adalaah jangka w waktu 1 bulaan yakni sebesar 6,56%. yang
3.5..2. Perkemb bangan Suk ku Bunga Pinjaman P Perkembangan tingkat suku bunga pinjaman yang terdiri dari suku bungaa kredit dal mod
kerja,
kredit
nvestasi, in
Grafik 3..12 Perkembangan Suku u Bunga Kreditt Bangka Belitung
maupun m
konsumsi, secara rata-rata mengalami sedikit peningkatan wulan triw
bila
ndingkan diban
sebeelumnya,
n namun
d dengan menurun
cuku up signifikaan bila dibaandingkan dengan d tahu un sebelumnya. Penuru unan paling dalam pada tiga triwu ulan terakhiir ini terjadii untuk u bunga kreedit investasi. suku
Rata-ratta tingkat su uku bunga pinjaman p tercatat sebessar 14,07%,, meningkatt apabila dibaandingkan dengan d ting gkat suku bu unga pinjam man pada trriwulan sebeelumnya (qttq) yang sebeesar 13,74% % dan menu urun jauh dengan d tahu un sebelumn nya (yoy) yaang tercatat sebesar 16,0 01%. gunaan, sukku bunga kredit yang tertinggi t paada triwulan n I 2010 Berdasaarkan pengg adalah suku bu unga kredit konsumsi, yaitu sebesaar 14,47%. Sementaraa itu kredit investasi ngan suku bunga b teren ndah, yakni sebesar 13 3,76%. Suku u bunga tercatat sebagaai kredit den 37
3. Pe erkembangan Perbankan P Daeerah
kred dit konsumsi dan kreedit modal kerja men ngalami ken naikan dibaandingkan triwulan sebeelumnya, masing-masin m ng dari 12,98% menjadi 14,47% % dan darri 13,83% menjadi 13,9 99%. 3.5..3. Perkemb bangan Sprread Suku Bunga Spread d suku bu unga bank umum Grafik 3.13 Perkemban ngan Spread Su uku Bunga B Bangka Belitung g
konvensional, yaitu seelisih antara suku bunga krediit dan suku u bunga simpanan perbankan teercatat men ngalami peningkatan dari 6,35% menjadi pada triwulaan I 2010 d naikan suku u bunga pinjaman p 6,85%. Ken d penurunan suku bunga bersamaan dengan m n semakin lebarnya siimpanan menyebabkan sp pread
sukku
bunga.
Hal
ni in
juga
mengindikasikan adanyya excess demand m kredit.
Kredit/Pem 3.6.. Kualitas Penyaluran P mbiayaan Tingkat Non-Perfo orming Grafik 3.14 erkembangan NPL N Perbankan Bangka Belitung Pe
g gross
Loa an (NPL)
perbankan Ban ngka Belitun ng pada
trriwulan I 20 010 mencap pai 3,50%, menurun m dibandingkan n kondisi tahun seb belumnya gkat diban ndingkan namun sedikit mening trriwulan
sebelumnya.
NPL
net
(sudah
m memperhitun ngkan PPA AP) tercatatt sedikit m meningkat
dibandin ngkan
triwulan
seebelumnya. Tingkat NPL net posisi triwulan I 2010 tercattat sebesar 0,43%, 0 lebih h rendah n dibandingkan
tahun
sebelumnya
yang
seebesar 3,32%.
38 8
3. Perkemban ngan Perbanka an Daerah
Grafik 3.15 Perkembangan NPL per Kelo ompok Bank
Perubaahan NPL G Gross pada periode trriwulan I 20 010 secara umum sam ma pada seetiap kelom mpok bank, yaitu relattif tetap. Bank
pemerintah
peningkatan NPL
m mengalami darri
sedikit
3,72% menjadi
gitupun Bank Umum Swasta 3,78%. Beg N Nasional
( (BUSN)
peningkatan NPL
m mengalami darri
sedikit
0,28% menjadi
0,30%. Dilihaat persentase
dari NPL
seektor gro oss
ekon nominya, bank
umum
konvensional terbesar masih bersumber Grafik 3.16 Komposisi NPLL menurut Sekttor Ekonomi
dari
or sekto
perdagaangan,
hottel
dan
restoran yaakni sebesaar 89,32%,, sedikit menurun dibanding d trriwulan sebe elumnya yang
meencapai
91,02%.
Sektor
pertambang gan tercatatt menyumba ang NPL sebesar tercatat
1,35%
dan n
sektor
lain-lain
NPL
sebesar
m menyumban ng
7,30%. Meenurunnya dominasi NPL N dari sektor perd dagangan in ni dapat diseebabkan oleh pembaayaran jasaa perdagang gan dan aktivitas pe erekonomian pada triwulan I 2010 ini.
3.7.. Rentabilittas Perbank kan Bank peemerintah mampu m men ncatat keunttungan sebeesar Rp29,2 2 miliar, lebih tinggi dibaandingkan B BUSN yang hanya h mamp pu mencetak laba sebessar Rp723 ju uta. Return on Asset (R ROA) Bank Pemerintah P sebesar 0,49%, lebih ttinggi dibandingkan BUSSN yang han nya mencap pai 0,04%. Beban operrasional pad da BUSN daan Bank Pem merintah relattif lebih beesar dibandiingkan pendapatan op perasionalnyya, yang tercermin dari BOPO massing-masing sebesar 290 0,67% dan 106,04%.
39
3. Pe erkembangan Perbankan P Daeerah
Tabel 3.4. In ndikator Kinerja Perbankan n terkait Laba a Triwulan I 2010 2 No
or Indikato
An ngka Rasio Bank Pemerintaah
onal terhadap Rasio Beeban Operasio Pendapatan Operasional (BOPO) R Return on Asseet (ROA)
1 2 4
untungan (dala am juta Rp) Keu
BUSN
106.04 0.49
29 90.67 0.04
161 29,1
723
3.8.. Kelonggaran Tarik Dari LB BU KBI Paleembang dip peroleh info ormasi
bah hwa
undissbursementt
Grafik 3.17 Perkembangan Un ndisbursed Loa an P Perbankan Ban ngka Belitung
loan
(kredit yang belum ditarik oleh debitur) pada wulan I 2010 tercatatt sebesar Rp0,29 triw triliu un atau 11,,18% dari plafon p kredit yang diseetujui oleh perbankan,, menurun drastis dibaandingkan
tahun
seebelumnya
yang
sebeesar Rp1,00 0 triliun attau 41,56% %, dan dibaandingkan dengan d triw wulan sebelumnya yang g sebesar Rp p1,18 triliun n atau 43,47 7%.
3.9.. Risiko Liku uiditas Risiko Grrafik 3.18 Perkembang gan Risiko Likuiiditas Bang gka Belitung
likuiditas
bank
umum
konvvensional di d Bangka Belitung triwu ulan Rasio o
pada
I 201 10 adalah sebesar 121,37%.
tersebutt
dibandingkan
tercatat rasio
at meningka
likkuiditas
jika
triwulan t
ng tercatat sebesar 101,,66%. sebeelumnya yan Menurun nnya
r rasio
likuiditas
meru upakan dampak dari kenaikan aktiva likuid d < 1 bulan n sebesar 3,6 64% (qtq) menjadi m sebeesar Rp7,10 0 triliun yan ng disertai dengan penu urunan passiva likuid < 1 bulan n, yaitu sebeesar 40 0
13,19 9%
(qtq)
menjadi
sebesar
Rp5,,85 triliun.
Bab 4
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Anggaran belanja kegiatan pembangunan APBD 2010 Bangka Belitung baru terealisasi 5,30%, sementara itu rata-rata realisasi dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan masingmasing sebesar 4,96% dan 5,92%.
4.1 Realisasi Dana Kegiatan Pembangunan APBD 2010 Berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Bangka 1
Belitung, dana kegiatan pembangunan yang berasal dari APBD pada triwulan I 2010 baru terealisasi sebesar 5,30% atau Rp32,35 miliar. Dinas Pekerjaan Umum mendapat alokasi anggaran terbesar, yakni 33,89% dari total anggaran dengan realisasi sebesar 1,02%. Dinas kesehatan merupakan instansi dengan realiasasi terbesar yaitu sebesar 17,24%. 1
Tabel 4.1 Realisasi Dana Kegiatan Pembangunan APBD 2010 (Rupiah)
Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bangka Belitung
1
Tidak memperhitungkan APBD yang dialokasikan pada Sekertariat DPRD, Kantor Penghubung, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
4. Perkembangan Keuangan Daerah
kasi Umum (DAU) Kab bupaten/Ko ota 4.2. Dana Alok Dana Alo okasi Umum m (DAU) meerupakan saalah satu traansfer dana pemerintah h pusat ntah daerah h (provinsi dan kabup paten/kota) yang bersu umber dari APBN, kepaada pemerin dialo okasikan deengan tujuaan pemerattaan kemampuan keu uangan anttar daerah untuk mend danai kebuttuhan daeraah dalam ran ngka pelaksanaan desentralisasi. DAU bersifat “Block Gran nt” yang berrarti penggu unaannya diserahkan keepada daeraah sesuai deengan priorittas dan kebu utuhan daeerah untuk peningkataan pelayan nan kepadaa masyarakkat dalam rangka pelakksanaan oto onomi daeraah. Perhitungan besarnyya DAU yang g diberikan mengikuti persamaan p b berikut : DAU U = Alokasi Dasar (AD) + Celah Fiskal (CF), Alok kasi Dasar (AD) ( dihitung berdasarrkan realisassi gaji Pegaw wai Negeri Sipil Daerah h tahun sebelumnya (t-1) yang meliputi gaji po okok dan tu unjangan-tu unjangan yaang melekatt sesuai gan peraturaan penggajiaan PNS yang g berlaku, dan deng Celah Fiskal (C CF) dihitung dari selisih kebutuhan fiskal terhaadap kemam mpuan fiskaal suatu daera ah. Data Jenderal
d dari
Direkktorat Perimban ngan
Tabel 4.2 Alokasi Da ana Alokasi Um mum (DAU) Kabupaten/Kota di Bangka Belitun ng Tahun 2009 - 2010
unjukkan baahwa Keuaangan menu Kabu upaten
B Bangka
m masih
tercaatat sebagai penerima DAU terbeesar dengan alokasi dana tahun 2010 seb besar Rp27 72,13 d taahun miliar, namun dibanding 9 menurun sebesar 2,23% 2009
Sum mber : Direktoratt Jenderal Perimb bangan Keuangaan,Departemen Keuangan n
(yoy).
4 42
4. Perkemban ngan Keuangan n Daerah
4.3. Dana Bagii Hasil (DBH H) Kabupatten/Kota Dana Baagi Hasil (DB BH) adalah dana yang bersumber dari pendaapatan APBN N yang okasikan kep pada daerah h dengan memperhatikan potensi daerah d penghasil berdaasarkan dialo angkka persentasse tertentu untuk mend danai kebuttuhan daeraah dalam raangka pelakksanaan desentralisasi. Daana Bagi Ha asil terdiri daari DBH Pajaak dan DBH Sumber Dayya Alam (SD DA). DBH Pajaak terbagi atas a kompo onen: (i) Pajjak Penghassilan (PPh) W Wajib Pajak k Orang B dan Bangunan (PB BB), dan Pribaadi Dalam Negeri (WPOPPDN) dan PPPh Pasal 21, (ii) Pajak Bumi (iii) Bea B Perolehaan Hak Atass Tanah dan n Bangunan (BPHTB). DBH SDA A diperoleh berdasarka an persentasse tertentu antara Pem merintah Pussat dan Daerrah dari : (i) Sekto or Kehutan nan, (ii) PPertambangaan Umum,, (iii) Peri rikanan, (iv) Pertambang P gan Minyak dan d Gas Bum mi, dan (v) Pertambang gan Panas B Bumi. Data daari Direktorrat Jenderal
Perimbangan
Keuaangan
menunjukkan
bahw wa
Kabupaaten
Tab bel 4.3 Alok kasi Dana Bagi Hasil Kabupate en/Kota 010 di Bangka Beliitung Tahun 20
Bangka
meru upakan daerah penerim ma DBH terbesar pada tahun 0 dengan alokasi DB BH 2010 Pajakk sebesar Rp27,02 R miliar dan
DBH
SDA
sebessar
Sumb ber : Direktorat Jenderal J Perimbaangan Keuangan n Departemen Keuangan K
6,77 miliar. Rp36
4.4 Realisasi Dana D Dekon nsentrasi da an Tugas Pembantua P n Prinsip-p prinsip wew wenang peme erintahan deng gan
pengaturan
dan
Grafik 4.1 Pengaturan Wewenang W dan Pemerintahan n
penugasan
di
Indonesia
sesuaai
beberaapa
landassan
hukum m
yang berlaku saaat ini (grafik 4.1), yaitu:
Sumber : Departemen Keeuangan RI
43
4. Perkembangan Keuangan Daerah
a. UU No. 32 tahun 2004 teentang Pem merintahan D Daerah. b. UU No. 33 taahun 2004 tentang Peerimbangan Keuangan antara Pem merintah Pussat dan Peemerintah Daerah. D c. PPP No. 20 tah hun 2004 teentang Renccana Kerja Peemerintah. d. PPP No. 21 Taahun 2004 tentang t Pen nyusunan Reencana Kerja dan Angg garan Kemeenterian Negara atau Lembaga. L e. PPP No. 38 taahun 2007 tentang Peembagian U Urusan Pemerintahan aantara Pemeerintah, Peemerintahan n Daerah Pro opinsi, dan Pemerintahaan Daerah Kabupaten K aatau Kota. f. PPP No. 7 tahu un 2008 ten ntang Dekon nsentrasi dan n Tugas Pem mbantuan. 4.4.1 1. Realisasii Dana Tug gas Pemban ntuan Dana tug gas pemban ntuan adalaah dana yan ng berasal dari APBN yyang dilaksanakan oleh daerah dan n desa yang g mencakup p semua pen nerimaan daan pengeluaaran dalam rangka gas pemban ntuan. Terdapat 6 dep partemen/keementrian/leembaga di Bangka B pelakksanaan tug Belitu ung yang mendapatka m an dana tu ugas pembaantuan. Dan na tugas p pembantuan dapat digun nakan untuk membiayyai kegiatan yang bersifat fisik yaitu seperti p pengadaan barang seperti tanah, bangunan, b p peralatan daan mesin, jaalan, irigasi,, serta baraang bantuan n sosial da masyarakkat. Berdasaarkan data dari d Bapped da Bangka Belitung B yang dapat dibeerikan kepad garan sampaai akhir Aprril 2009 dari tiga instansi yang sudaah melapor rata-rata reealisasi angg p tingg gi angka rrealisasinya adalah adalaah sebesar 9,52%, dimana instaansi yang paling Depaartemen Perrtanian dengan SKPD Pelaksana P Badan Ketah hanan Pangaan yaitu terrealisasi sebessar 27,89%. Tabel 4.4 R Realisasi Dana Tugas Pemban ntuan yang dila aksanakan oleh h SKPD Bangka a Belitung Tahu un Anggaran 2010
Sumber : Badan Peren ncanaan Pemban ngunan Daerah Bangka B Belitung g
4 44
4. Perkemban ngan Keuangan n Daerah
4.4.2 2. Realisasii Dana Dek konsentrasii Dana deekonsentrasi mencakup p semua penerimaan p dan pengeluaran Gu ubernur dalam m melaksanakan tugas pemerin ntah pusatt, namun tidak term masuk dana a yang dialo okasikan un ntuk instanssi vertikal pusat p di daaerah. Dana ini berassal dari Anggaran Pend dapatan Belaanja Negaraa (APBN) unttuk membiaayai kegiatan pemerintaah pusat di daerah yang bersifat no on fisik dan menunjang sub kegiataan bersifat fisik, f maksim mal 25% da ari total garan kegiatan. Terdap pat 19 insttansi di Ban ngka Belitung yang m mendapatkan n dana angg deko onsentrasi, d dengan totaal pagu dan na Rp224,7 79 miliar ata au sedikit turun t 8,87% % (yoy) diban nding tahun n sebelumn nya. Berdasaarkan data dari Badan n Perencanaaan Pemban ngunan Daerrah (Bapped da) Bangka Belitung da ari tiga belaas instansi yang y sudah melapor ra ata-rata realissasi anggaraan sampai akhir a April 2009 adalaah sebesar 4,96%, 4 dim mana instansi yang paling tinggi an ngka realisaasinya adalaah Departemen Pendid dikan Nasio onal yaitu sebesar s 13,45%. Tabel 4.5 Realisasi Dan na Dekonsentrasi yang dilakssanakan oleh S SKPD Bangka Be elitung Tahun Anggaran 2010 0 NO
SKPD Pelaksana P
Deparrtemen/Kementterian/Lembaga a
1
Departemen Da alam Negeri*)
2
Departemen Pe ertanian
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Departemen Pe erindustrian Departemen Pe erdagangan Departemen En nergi dan Sumberr Daya Mineral Departemen Pe endidikan Nasiona al Departemen Ke esehatan Departemen Te enaga Kerja dan Trasmigrasi*) T Departemen So osial Departemen Ke ehutanan*) Departemen Ke elautan dan Perik kanan Departemen Pe ekerjaan Umum*)) Kementerian Ne egara Lingkungan Hidup Kementerian Ne egara Koperasi dan d UKM Perpustakaan Nasional N RI Arsip Nasional RI R Kementerian Ne egara Pemuda da an Olah Raga Departemen Ke ebudayaan dan Pariwisata*) P Badan Koordina asi Penanaman Modal*) M TOTAL
Bappe eda dan Statistik Badan n Kesbangpol dan n Linmas Badan n Diklat BPMPD D Provinsi Sekrettariat Daerah Badan n Ketahanan Pang gan Dinas Pertanian,Perkeb bunan dan Petern nakan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Dinas Pertambangan dan d Energi Dinas Pendidikan Provinsi Dinas Kesehatan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas Kesejahteraan So osial Dinas Kehutanan Dinas Kelautan dan Perikanan Dinas PU Badan n Lingkungan Hid dup Daerah (BLHD D) Dinas Koperasi dan UK KM n Arsip dan Perpu ustakaan Daerah Badan Badan n Arsip dan Perpu ustakaan Daerah Dinas Pemuda dan Ola ah Raga Dinas Kebudayaan dan n Pariwisata BKPMD
Pagu Dana (RP) 19 95,000,000 155,338,000 24 41,400,000 3,818,155,000 72 21,942,000 1,651,330,000 8,46 68,128,000 957,770,000 1,18 81,772,000 1,00 00,000,000 154,810,615,000 16,56 67,789,000 3,351,105,000 10,316,874,000 1,871,263,000 5,776,708,000 1,40 00,000,000 00,000,000 50 3,53 30,194,000 2,02 29,525,000 8 83,514,000 3,973,675,000 2,04 40,000,000 150,000,000 92,097,000 224,79
*)Belum m melaporkan pada Bappeda B
Sumbeer : Badan Perencanaan Pemban ngunan Daerah Bangka B Belitung
45
4. Perkembangan Keuangan Daerah
Halaman in ni sengaja dikosongka d an This page e is intentio onally blank
4 46
Bab 5
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Peningkatan kegiatan sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai merupakan indikator tumbuhnya perekonomian.
5.1.
Aliran
Uang
Masuk
dan
Uang
Keluar
serta
Perkembangan
Kegiatan Kliring Lokal dan Real Time Gross Settlement (RTGS) Tercatat Grafik 5.1 Perkembangan Outflow, Perputaran Kliring, RTGS, dan Pertumbuhan Ekonomi Tahunan
terjadi net-outflow 1
kegiatan kas titipan di Pangkalpinang dan peningkatan nilai transaksi Real Time
Gross
Settlement
(RTGS)
dibanding triwulan sebelumnya, yang memperlihatkan adanya pertumbuhan perekonomian yang cukup signifikan.
5.1.1. Aliran Uang Masuk dan Uang Keluar Grafik 5.2 Perkembangan Perkasan Pangkalpinang (Inflow, Outflow, & Net In-Out)
Berdasarkan
data
perkasan
Kota Pangkalpinang, di triwulan I 2010 aliran uang masuk (inflow)
tercatat
Rp1.038,71 miliar, sedangkan aliran uang
keluar
(outflow)
Rp1.186,21
miliar, sehingga terjadi net-outflow sebesar Rp147,50 miliar. Aliran uang keluar dapat mencerminkan kegiatan perekonomian mengingat penggunaan uang
kartal
yang
masih
sangat
1
Layanan kebutuhan uang kartal bagi perbankan di wilayah-wilayah tertentu tidak dapat sepenuhnya dilayani oleh BI. Untuk itu, BI melakukan kerjasama kas titipan di bank tertentu yang bertindak sebagai pengelola kas titipan.
5. Perkembangan Sistem Pembayaaran
ngka Belitun ng. Net-outfflow yang tercatat t pad da triwulan I 2010 dib banding dominan di Ban ulan sebelum mnya mengalami sedikiit penurunan yang men nunjukkan aadanya penurunan triwu kegiaatan ekonom mi dibandin ng triwulan sebelumnyaa. Namun dibanding d trriwulan yang g sama tahun sebelumn nya naik taja am, sehingg ga dapat dikatakan kegiatan pereekonomian Bangka B ung triwulan I 2010 teetap memp perlihatkan adanya pen nguatan perrekonomian n meski Belitu tidakk sebesar triw wulan sebelumnya dikarenakan fakktor musimaan. 5.1.2 2. Perkembangan Keg giatan Klirin ng Lokal Dari sisi nominal aktivitas a perputaran kliring pada triwulan I 2010 men ngalami penin ngkatan sebesar 3,14% (qtq) dibandingkan n dengan triwulan t IV 2009, yaittu dari Rp65 53,98 miliar menjadi Rp p674,54 milliar. Peningkkatan transaaksi tersebu ut mengindik kasikan adan nya peningkatan kegiataan perekono omian Bang gka Belitung g. Kenaikan perputaran n kliring ini juga diikuti dengan penu urunan peno olakan cek/b bilyet giro daari Rp7,59 m miliar di triw wulan IV 2009 9 menjadi Rp4,21miliar, sehingga menurunkan rasio nom minal penarikan cek/bilyyet giro kosong terhadap p perputaran n kliring darri 1,16% meenjadi 0,62% %. Tabel 5.1 Perputara an Kliring dan Cek/Bilyet Giro o Kosong Bang gka Belitung
5.1.3 3. Perkembangan Rea al Time Gross Settleme ent (RTGS) G Grafik 5.3 Perkembangan RTGS Bangka Belitung P
n RTGS Berdasarkkan data perrkembangan Bangkka Belitung, di triwulan n I 2010 nilai dan volum me RTGS baaik dari maaupun ke Bangka B Belitun ng mengalami pening gkatan dib banding period de yang sama tahun sebelumnyaa. Nilai RTGS dari Bangka Belitung tercatat naik sebesaar 53,58% (yoy) dan untuk nilai RTTGS ke
4 48
5. 5 Perkembang gan Sistem Pem mbayaran
Bang gka Belitung naik 75,15%. Untuk volume v RTGSS dari Bangk ka Belitung naik 36,35% % (yoy) dan volume dari Bangka Belitung B naik 27,97%.. Meskipun demikian dari pertum mbuhan triwu ulanan baik nilai maup pun volume RTGS tidakk mengalam mi perubahaan yang sign nifikan, nilai RTGS hanyaa tumbuh tipis sedangkkan volume RTGS sedikit turun dibanding triw wulan IV 9. 2009 5.2. Penyediaa an Uang Layak Edar pembayaran tunai, Dalam sistem p Grafik 5.4 Perke embangan Penarikan Uang Lu usuh di Pangka alpinang
B Bank
Ind donesia
s selain
be ertugas
m menyediaka n uang daalam jumlah h yang c cukup, juga a senantiassa menjagaa agar k kualitas uang yang bereedar di masyyarakat t terjaga kualiitasnya. Upaaya yang dila akukan m melalui keg giatan yan ng disebut clean m money
po olicy,
yaitu u
menarikk
dan
m memusnahk kan atau meelakukan ke egiatan Grafik 5.5 Perk kembangan De enominasi Pena arikan Uang Lu usuh di Pan ngkalpinang (Le embar)
P Pemberian Tanda T Tidak Berharga (PTTB) u uang
yang g
tidak
llayak
edar
dan
m mengganti dengan yyang layak edar. B Berdasarkan data rataa-rata uang g lusuh d dari tahun 2009 sampai 2010 didapat d b bahwa deno ominasi Rp1.000 meru upakan p pecahan
u uang
yang
paling
banyak
d diberikan tanda PTTB B, diikuti dengan d p pecahan Rp5 5.000 dan R Rp10.000. Jumlah penarikan p u uang lusuh selama triw wulan I 20 010 tercatatt sebesar Rp30,73 miliar, naik 26,3 31% (qtq) dari d triwulan sebelumn nya sebesar Rp24,32 m miliar. Kenaikan ini juga diikuti den ngan naiknyya rasio anttara uang lusuh l yang ditandai PTTTB dengan n uang uk (inflow) dari d 2,73% di d triwulan IV 2009 men njadi 2,95% % di triwulan n I 2010. masu
49
5. Perkembangan Sistem Pembayaaran
Halaman ini i sengaja d dikosongkan n This page is intentio onally blank
5 50
Bab 6
PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
• Masyarakat optimis terhadap kondisi perekonomian, demikian pula terhadap penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja. • Upah Minimum Propinsi Bangka Belitung 2010 meningkat 7,1%, namun peningkatan tersebut tidak diikuti oleh indeks Nilai Tukar Petani (NTP) yang justru turun 0,71%.
Grafik 6.1 Perkembangan Indeks Penghasilan dan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 2008-2010
Berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan Kantor Bank Indonesia Palembang, masyarakat Pangkalpinang pada triwulan I 2010
tetap
optimis
memandang
perekonomian, meskipun optimismenya tidak setinggi triwulan sebelumnya. Angka Indeks Keyakinan
Konsumen
(IKK)
yang
masih
berada pada level optimis atau sebesar 105,17, sejalan dengan optimisme konsumen terhadap perekonomian, selain itu masyarakat juga semakin optimis dalam memandang penghasilan saat ini. Dalam memandang ketersediaan tenaga kerja baik saat ini maupun enam bulan yang akan datang masyarakat juga semakin optimis.
6.1. Kondisi Ketenagakerjaan Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Bangka Belitung, jumlah angkatan kerja Agustus 2009 mencapai 539.410 orang. Pada kurun waktu 3 tahun terakhir sektor primer masih tetap menjadi tumpuan utama dalam penyerapan tenaga kerja dengan lebih dari 50% dari total angkatan kerja yang bekerja, yang diikuti dengan sektor tersier dimana rata-rata tenaga kerja yang terserap sebesar 33,95%. Dan terakhir sektor sekunder, ratarata menyerap 10,03% tenaga kerja.
6. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
Tabel 6.1 Ketenagakerjaan Bangka Belitung
Sumber : BPS Propinsi Bangka Belitung
6.1.1.Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Grafik 6.2 Perkembangan TPAK dan TPT
dan Tingkat Pengangguran Terbuka Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan perbandingan antara jumlah penduduk yang masuk angkatan kerja dibanding dengan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas. TPAK pada bulan
Agustus
2009 tercatat sebesar 65,05%, menunjukkan penduduk
usia
bekerja
atau
penduduk
berusia 15 tahun ke atas yang aktif secara ekonomi sebesar 65,05%. TPAK tertinggi pada
Kabupaten
Bangka
Selatan,
yaitu
sebesar 68,23% melebihi TPAK Bangka Belitung. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada bulan Agustus 2009 tercatat sebesar 6,14%, yang menunjukkan dari 100 orang angkatan kerja terdapat 6 pencari kerja Sumber : BPS Propinsi Bangka Belitung
yang aktif maupun pasif.
6.1.2. Lapangan Pekerjaan Ketenagakerjaan di Bangka Belitung pada bulan Agustus 2009 jika dibanding tahun-tahun sebelumnya memiliki pola yang sama, penyerapan tenaga kerja terbesar masih berada pada sektor primer, diikuti dengan sektor tersier, dan terakhir sektor sekunder. Sektor primer menyerap tenaga kerja sebesar 52,04%, sektor tersier 37,88%, dan sekunder 10,08%.
52
6. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
Penyerapan tenaga kerja terbesar di sektor primer pada Agustus 2009 terjadi di sektor pertanian, yaitu 31,28% sedangkan sektor pertambangan menyerap 20,76%. Pada sektor sekunder, penyerapan tenaga kerja pada sektor industri pengolahan tercatat sebesar 4,94%, sektor bangunan 4,92%, dan sektor listrik, gas, dan air 0,22%. Di sektor tersier, sektor perdagangan, hotel dan restoran masih tetap menjadi sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam penyerapan tenaga kerja yaitu sebesar 18,97%. Ke depan sektor ini diperkirakan akan meningkat, terkait dengan terselenggaranya program Visit Babel Archi 2010. Tabel 6.2 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan di Bangka Belitung
Sumber : BPS Bangka Belitung
6.1.3. Pekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Terdapat dua kelompok besar yang membedakan pekerja menurut status pekerjaan utama, yaitu : a. Kelompok Pekerja Formal Kelompok pekerja formal merupakan pekerja yang termasuk dalam kelompok : •
Pekerja yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh atau karyawan tercatat sebesar 28.439 orang di bulan Agustus 2009.
•
Buruh atau karyawan tercatat sebesar 171.118 orang di bulan Agustus 2009.
b. Kelompok Pekerja Informal di bulan Agustus 2009 tercatat sebesar 306.727 orang, dimana terdiri atas kelompok : (i) berusaha sendiri 46,74%, (ii) berusaha dibantu buruh tidak tetap atau tidak dibayar 19,89%, (iii) pekerja bebas pertanian 5,13%, (iv) pekerja bebas bukan pertanian 11,15%, (v) pekerja tidak dibayar 17,10%.
53
6. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
1
6.1.4. Upah Minimum
Upah Minimum Provinsi Kep. Bangka Belitung 2010 berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor 188.44/533/TK.T/2009 adalah sebesar Rp910.000 atau naik 7,1% dibanding tahun 2009. Sementara itu Upah Minimum Kota Pangkalpinang 2010 tercatat sebesar Rp1.232.500 naik 3,14% dibanding tahun 2009. Untuk Upah Minimum Sektoral Kota (UMSK) Zona I yaitu Kota Pangkalpinang adalah sebagai berikut : a. UMSK Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel sebesar Rp1.278.000 b. UMSK Industri Pengolahan, Pertambangan, dan Galian sebesar Rp1.365.000 c. UMSK Konstruksi dan Bangunan sebesar Rp1.346.000 d. UMSK Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi sebesar Rp1.278.000 e. UMSK Niaga, Asuransi, Bank, dan Jasa sebesar Rp1.302.000 Upah Minimum pada Kabupaten Bangka, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Barat, dan Kabupaten Belitung tahun 2010 sebesar Rp1.060.000. Untuk Upah Minimum Sektoral Kota (UMSK) Zona II yang meliputi Kabupaten Bangka, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Barat, dan Kabupaten Belitung adalah sebagai berikut : a. UMSK Pertanian, Perkebunan, Perikanan, dan Peternakan sebesar Rp1.105.500 b. UMSK Pertambangan dan Penggalian sebesar Rp1.172.500 c. UMSK Industri Pengolahan, Pertambangan, dan Galian sebesar Rp1.105.500 d. UMSK Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel sebesar Rp1.105.500 e. UMSK Konstruksi dan Bangunan sebesar Rp1.172.500 f. UMSK Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi sebesar Rp1.105.500 g. UMSK Niaga, Asuransi, Bank, dan Jasa sebesar Rp1.105.500
6.2. Nilai Tukar Petani (NTP) Tingkat kesejahteraan petani dapat dilihat dari Nilai Tukar Petani (NTP), yang diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. IT menunjukkan hasil yang diperoleh petani dengan menjual produk pertaniannya, sedangkan IB merupakan pengeluaran petani dalam memenuhi produk yang dibutuhkan dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Perbandingan kedua indeks ini dapat memperlihatkan apakah peningkatan 1
54
Data Upah Minimum berasal dari Asosiasi Pengusaha Indonesia
6. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
pengeluaran untuk
kebutuhan
petani dapat dikompensasi
dengan
pertambahan
pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin sejahtera tingkat kehidupan petani. Indeks NTP di Bangka Belitung
Grafik 6.3 Perkembangan Nilai Tukar Petani 2009-2010 (Indeks)
pada bulan Februari 2010 tercatat sebesar 94,29, atau sedikit menurun dibanding
bulan
Desember
yaitu
sebesar 94,96. Penurunan nilai indeks tersebut
menunjukkan
tingkat
kesejahteraan petani mengalami sedikit Sumber: BPS Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
penurunan karena nilai pendapatan yang
diterima
sedangkan
petani
menurun
biaya yang harus dibayar
oleh petani naik. Kenaikan biaya petani berasal dari kenaikan subkelompok konsumsi rumah tangga dan subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal. 6.3. Kemiskinan 6.3.1. Jumlah Penduduk dan Penduduk Miskin Berdasarkan data BPS Bangka Belitung jumlah penduduk di Bangka Belitung tahun 2009 adalah sebesar 1.138.129 jiwa dimana terdapat 76.600 penduduk miskin. Dibanding tahun 2008 terdapat penurunan 11,65% jumlah penduduk miskin.
6.3.2. Upaya Penanggulangan Kemiskinan di Bangka Belitung 2
a. Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Dalam rangka mempercepat penurunan jumlah penduduk miskin di Indonesia, Presiden Republik Indonesia membentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) yang merupakan forum terdiri dari semua unsur, mulai dari pemerintah pusat dan daerah, lembaga keuangan dan perbankan, usaha nasional, kelompok swadaya masyarakat, akademisi, dan unsur masyarakat lainnya. TKPK merupakan forum lintas pelaku yang berfungsi sebagai wadah koordinasi dan sinkronisasi untuk melakukan penajaman 2
Sumber : http://www.tnp2k.wapresri.go.id/tim-nasional-percepatan-penanggulangan-kemiskinan/tkpk-daerah.html
55
6. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
kebijakan, strategi dan program penanggulangan kemiskinan. TKPK mempunyai tugas untuk melakukan langkah-langkah konkret untuk mempercepat pengurangan jumlah penduduk miskin. TKPK ada yang mencakup nasional dan ada pula yang mencakup daerah, biasa disebut Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD), selain itu di daerah juga terdapat penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan (SPKD). Di Bangka Belitung TKPKD dan SKPD di tingkat propinsi, serta 5 TKPK dan 3 SKPD di tingkat kabupaten atau kota. Pada tahun 2009, TKPK Bangka Belitung telah melaksanakan : (i) Pelaksanaan lokakarya, (ii) Pelaksanaan in service training, (iii) Supervisi dan monitoring, (iv) Pelatihan pada masyarakat dan kepala desa.
b. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) - Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW)
3
PNPM-PISEW merupakan program dengan tujuan : (i) Mempercepat pembangunan sosial ekonomi masyarakat yang berbasis sumberdaya lokal, (ii) Mengurangi kesenjangan antar wilayah, pengentasan kemiskinan daerah perdesaan, (iii) Memperbaiki pengelolaan pemerintahan, dan (iv) Penguatan institusi di perdesaan Indonesia. Kesemuanya ini diharapkan bisa dilakukan melalui: 1. Peningkatan pelayanan dasar dalam bidang infrastruktur sosial dan ekonomi di wilayah perdesaan. 2. Peningkatan kapasitas aparat pemerintah daerah dan masyarakat dalam melaksanakan pengembangan sosial ekonomi di wilayahnya. Penerima
manfaat
dari
program
ini
meliputi
masyarakat
desa,
lembaga
kemasyarakatan desa, dan pemerintah kabupaten, kecamatan dan pemerintah desa. Sasaran-sasaran pelaksanaan PNPM-PISEW mencakup : 1. Terbangunnya infrastruktur perdesaan yang meliputi pembangunan sarana dan infrastruktur: transportasi, produksi pertanian, pemasaran pertanian, air bersih, sanitasi, pendidikan, dan kesehatan. 2. Meningkatnya usaha ekonomi masyarakat.
3
56
Sumber : http://www.pnpm-pisew.org
6. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
3. Terbentuknya kawasan strategis kabupaten, kelompok usaha masyarakat, dan institusi Kelompok Diskusi Sektor (KDS) serta menguatnya fungsi KDS di lokasi yang telah memilikinya. 4. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam berperan sebagai fasilitator dalam melaksanakan pembangunan. 5. Meningkatnya kapasitas masyarakat dalam melaksanakan pembangunan. PNPM-PSEW terdapat pada sembilan provinsi di Indonesia, salah satunya adalah Bangka Belitung. Pada tahun 2009 pagu dana program di Bangka Belitung sebesar Rp31,5 miliar dimana dialokasikan di Kabupaten Bangka sebesar Rp9 miliar, Kabupaten Belitung Rp6 miliar, Kabupaten Bangka Selatan Rp10,5 miliar, dan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) sebesar Rp6 miliar. Sampai akhir tahun 2009, realisasi anggaran dan kegiatan 100% telah terlaksana.
57
6. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
Suplemen 4 SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN PENOPANG PEREKONOMIAN BANGKA BELITUNG Salah satu metode dalam mengetahui sektor ekonomi unggulan yang terdapat pada suatu daerah adalah analisa Locational Quotient (LQ). Besaran nilai LQ dapat digunakan sebagai indikator awal untuk melihat sektor ekonomi yang potensial (sektor basis) dan yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Analisa dilakukan dengan pendekatan PDB, PDRB total. Nilai LQ suatu sektor memperlihatkan : (i) sektor tersebut merupakan sektor basis jika LQ bernilai lebih besar dari satu, (ii) sektor tersebut hanya memenuhi wilayah itu sendiri jika LQ bernilai sama dengan satu, (iii) sektor tersebut tidak cukup memenuhi wilayahnya sendiri jika LQ bernilai kurang dari satu. Berdasarkan penghitungan LQ sektor unggulan Bangka Belitung adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor pertanian, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Selain itu pendekatan jumlah tenaga kerja nasional dan daerah juga dilakukan pada kajian ini untuk memperlihatkan spesialisasi tenaga kerja daerah dibanding nasional. a. Sektor Pertambangan dan Penggalian LQ sektor pertambangan berdasarkan data tahun 2000 sampai 2009 selalu bernilai lebih dari satu, hal ini memperlihatkan sektor ini merupakan sektor basis dimana selain menopang perekonomian Bangka Belitung juga dapat memenuhi daerah lain. Timah yang dihasilkan Bangka Belitung bukan hanya memenuhi kebutuhan di Indonesia namun juga di dunia, mengingat produsen terbesar pasir timah kedua di dunia adalah Bangka Belitung. Sementara itu LQ dengan pendekatan tenaga kerja bernilai kurang dari satu, yang memperlihatkan share tenaga kerja pada sektor ini di Bangka Belitung jauh lebih besar daripada share Nasional. Berdasarkan LQ dengan pendekatan PDB dan tenaga kerja terlihat ketergantungan perekonomian Bangka Belitung terhadap sektor pertambangan dan penggalian khususnya pada komoditas timah. Timah merupakan sumber daya yang tidak terbarukan dan berdasarkan informasi dari US Geological Survey 2006, disebutkan bahwa cadangan terukur timah di Indonesia adalah sekitar 800.000 sampai 900.000 ton. Dengan tingkat produksi rata-rata sekitar 60.000 ton/tahun, atau setara dengan 90.000 ton/tahun pasir timah, cadangan tersebut akan mampu bertahan sekitar 10 - 12 tahun lagi, atau hingga tahun 2017 – 2019. Untuk itu pemerintah daerah telah mempersiapkan usaha diversifikasi perekonomian, yaitu ke sektor pertanian dan perdagangan hotel dan restoran. Pada tahun 2010 telah ditetapkan program Visit Babel Archi 2010, diharapkan sektor pariwisata dapat mendorong perekonomian Bangka Belitung, mengingat kondisi alam Bangka Belitung yang mirip dengan Bali.
58
6. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
Grafik 1 LQ (PDB-PDRB) Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2 LQ (Tenaga Kerja) Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sumber: BPS, diolah
b. Sektor Pertanian Grafik 3 LQ (PDB-PDRB) Sektor Pertanian Nilai LQ sektor pertanian berdasarkan pendekatan PDB bernilai lebih dari satu (data tahun 2000-2009), hal ini memperlihatkan bahwa sektor ini merupakan salah satu sektor basis. Sektor pertanian didominasi oleh subsektor perikanan dan perkebunan. Kedepan diperkirakan akan terjadi peningkatan LQ sektor pertanian terkait usaha pemerintah Sumber: BPS, diolah daerah mengurangi ketergantungannya pada timah yaitu dengan mengembangkan perkebunan (lada, karet, kelapa sawit), perikanan baik darat maupun laut, dan peningkatan produksi padi. Share tanaman bahan makanan terhadap pertanian masih kecil, untuk itu peningkatan padi diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Bangka Belitung terhadap pasokan pangan dari Jakarta dan Sumatera Selatan. Sementara itu nilai LQ dengan pendekatan tenaga kerja kurang dari satu, hal ini memperlihatkan tenaga kerja di Bangka Belitung kurang terspesialisasi pada sektor pertanian dibanding pada level nasional.
Grafik 4 LQ (Tenaga Kerja) Sektor Pertanian
Sumber: BPS, diolah
Grafik 5 Rata-Rata Share Pembentuk Sektor Pertanian 2000-2009 (PDRB ADHB)
Sumber: BPS, diolah
59
6. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
c. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor lain yang merupakan sektor basis adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran ditunjukkan dengan nilai LQ yang berada diatas satu. Meskipun demikian tenaga kerja yang terserap pada sektor ini lebih kecil dibanding penyerapan tenaga kerja sektor ini di Indonesia. Kedepan penyerapan tenaga kerja pada sektor ini diperkirakan akan meningkat mengingat akan dijadikannya pariwisata menjadi sektor unggulan di Bangka Belitung. Grafik 6 LQ (PDB-PDRB) Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Sumber: BPS, diolah
60
Grafik 7 LQ (Tenaga Kerja) Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Sumber: BPS, diolah
Bab 7 •
•
OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH
Pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung diperkirakan meningkat seiring dengan pulihnya perekonomian domestik dan internasional. Faktor tersebut adalah penopang utama ekspor Bangka Belitung tumbuh lebih tinggi. Tekanan inflasi diperkirakan naik diakibatkan meningkatnya konsumsi seiring membaiknya daya beli masyarakat dan adanya kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL).
Berdasarkan International Monetary Fund (IMF) pemulihan ekonomi dunia menunjukkan tendensi lebih kuat dibanding perkiraan sebelumnya. Hasil proyeksi pertumbuhan World Economic Outlook (WEO) yang dikeluarkan oleh IMF menunjukkan adanya perbaikan perekonomian di tahun 2010. Setelah terkontraksi sebesar 0,6% di tahun 2009, pertumbuhan dunia di tahun 2010 diprediksi akan mencapai 4,2%. Perbaikan yang paling tampak terjadi di Asia, sementara itu perbaikan di Eropa diperkirakan relatif tertinggal terkait dengan masih tingginya level pengangguran dan persoalan defisit di beberapa negara Eropa. Prospek perekonomian Indonesia diperkirakan akan lebih baik dari perkiraan semula terkait dengan pemulihan yang terjadi pada negara mitra dagang Indonesia yang diperkirakan mendorong ekspor Indonesia. Dari permintaan domestik, masih kuatnya konsumsi baik rumah tangga maupun swasta serta iklim investasi yang membaik merupakan faktor pendorong pertumbuhan ekonomi. Perbaikan iklim investasi tercermin pada peningkatan sorveign credit rating Indonesia beberapa lembaga pemeringkat internasional. Sejalan
dengan
perekonomian
dunia
perekonomian
Bangka
perbaikan
dan
Indonesia,
Belitung
Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bangka Belitung
juga
diproyeksikan akan mengalami perbaikan. Faktor pendorong perbaikan diperkirakan berasal dari meningkatnya ekspor yang pada akhirnya diharapkan mendorong pendapatan masyarakat tinggi.
menjadi
lebih
*) Hasil Proyeksi KBI Palembang Sumber : BPS Propinsi Bangka Belitung dan proyeksi BI Palembang
7. Outtlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daaerah
7.1. Proyeksi Pe ertumbuha an Ekonomi Pertumb buhan eko onomi tahu unan (yoy) di Bangka a Belitung pada triwulan II 2010 0 diproyek ksikan tum mbuh dalam kisaran 5,13 ± 1%, 1 secara triwulanan n (qtq) pertu umbuhan diproyeksikan n tumbuh seebesar 1,95% %. ng diperkirak kan dapat m memberikan n stimulus paada perekon nomian Beberapaa faktor yan melalui permintaaan domesttik, yaitu: (1 1) Adanya p potensi pen ningkatan p pendapatan karena h komod ditas khusussnya timah yyang memiccu peningkaatan konsum msi, (2) meniingkatnya harga Masiih rendahnyya tingkat in nflasi yang dapat mem mpertahank kan daya beeli masyarak kat, (3) Poten nsi peningka katan penyalluran kreditt perbankan n karena meeningkatnya kegiatan in nvestasi dan meningkatn m nya outlook perekonom p ian Indonessia. Meskipun demikian, terdapat pula potenssi yang patu ut diperhatikan karena a dapat mem mbuat pertum mbuhan eko onomi lebih h rendah daari perkiraan n, yaitu: (1) nilai tukar Rupiah yang g berpotenssi semakin terapresiasi yang dapaat menurun nkan net ekkspor, (2) potensi p kenaaikan Tarif Dasar Listriik (TDL) da an kenaikan n Upah Miinimum Pro ovinsi (UMPP) yang menaambah bebaan perusahaaan.
1 Sisi Penaw waran 7.1.1 Pertumbuhan ekono omi Bangkaa Belitung dilihat dari sisi penaw waran masih h tetap didom minasi oleh sektor prim mer terutama a sektor perrtanian dan sektor penggalian, kem mudian sekto or sekunder yaitu sektorr pengolahaan yang berb basis pada sumber dayaa alam. a. Se ektor Pertanian Kinerja ssektor pertaanian dipred diksi tumbu uh secara signifikan, teerutama did dukung oleh
sub sekktor perkeb bunan yan ng mengalaami perbaikan yang signifikan terkait
ngkatan harrga komoditas unggulaan Bangka Belitung di pasar internasional meeskipun penin masih belum seetinggi di tahun t 2008 8. Peningkattan harga komoditas unggulan Bangka B ung seperti karet, CPO, lada putih diperkirakaan akan meningkatkan kinerja sub b sektor Belitu perkeebunan. Su ub sektor tanaman baahan makan nan diperkirakan juga akan men ngalami sedikkit peningkaatan karena di bulan Ap pril masih m merupakan periode p pan nen. Sementtara itu penin ngkatan jug ga terkait deengan Prioritas Pemban ngunan oleh h Pemerintaah Provinsi Bangka B Belitu ung tahun 2010 yang kedua, yaittu peningkaatan kesejah hteraan massyarakat da an daya
6 62
7. Outlook Pertu umbuhan Ekon nomi dan Inflassi Daerah
saing g pada sekto or pertanian n yang terdirri atas : (i) Meningkatny M ya luas lahaan persawah han, (ii) Meniingkatnya ju umlah produ uksi padi, (iiii) Meningkaatnya produ uksi tanaman n hortilkutu ura, dan (iv) Meningkatn M nya minat masyarakat m m membudiday yakan tanam man lada daan karet. Seelain itu padaa ketahanan pangan targetnya adalah meeningkatnyaa ketersediaaan pangan bagi masyyarakat sebaanyak 131.289 ton beraas/tahun. Pada sub b sektor perrikanan, dip perkirakan aakan terjadi sedikit peningkatan baaik dari perikkanan darat ataupun perikanan laut. Hal ini tterkait deng gan kondusifnya perairan dan mulaai naiknya konsumsi k du unia sehingg ga dapat meningkatkan n permintaaan dunia te erhadap ikan dari Bangkka Belitung meskipun belum ke posisi sebeelum krisis keuangan global. ngunan oleh h Pemerintaah Provinsi B Bangka Belittung tahun 2010 yang kedua Prioritas Pemban n daya sain ng pada sekktor kelautaan dan yaitu peningkatan kesejahtteraan masyyarakat dan nya produkssi perikanan n tangkap, (ii) Terbang gunnya perikkanan terdirri atas : (i) Meningkatn etalaase kelautan wilayah baarat, (iii) Meeningkatnya jumlah nelaayan menjad di 43.306 nelayan, (iv) Meningkatn nya jumlah h perahu nelayan. n Pro ogram yang g sudah dilaksanakan Dinas Kelau utan dan Perikanan P ad dalah : (i) Program peengembang gan budi daaya perikanaan, (ii) Progrram pengem mbangan perikanan p taangkap, (iv) v) Program optimalisasii pengelolaa an dan pemaasaran prod duksi perikan nan, (v) Pro ogram pengeembangan budi b daya laaut, air payaau, dan air tawar, t (vi) Program pemberdaya p aan masyarrakat dalam m pengawasan pengen ndalian sumb ber daya kelautan. Sementara itu bebeerapa kend dala yang dihadapi dalam peng gembangan perikanan adalah : (i) Sarana dan prasaarana peng golahan ika an dan pemaasaran ikan yang belum m memadai, (ii) Harga bahan b bakar minyak un ntuk nelayan n, yang tingg gi, (iii) Bellum memad dainya pen ndamping te teknologi, kelembagaa k n, dan lem mahnya peng gawasan, (iv v) Sulitnya modal m dan masih m sedikittnya investassi pada perikkanan. b. Se ektor Pertambangan dan d Penggalian Harga
timah
terus
men nunjukkan
perbaaikan dan diperkirakan d n akan teruss berlanjut
Grafik 7.2 Produkssi Timah
di trriwulan II 2 2010. Curaah hujan ya ang tidak tingg gi akan meeningkatkan hasil penaambangan daratt dan mulaii beroperasiinya kapal keruk k dan kapal isap diharaapkan dapaat meningkaatkan hasil penaambangan laaut.
Sumber : Deepartemen Energ gi dan Sumber Daya D Mineral
63
7. Outtlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daaerah
c. Se ektor Industri Pengola ahan m a iklim usaaha pada sektor s perttambangan dan peng ggalian, Mulai membaiknya diperrkirakan memberikan m pengaruh yang baik bagi pertumbuhan n sektor industri i peng golahan men ngingat mayoritas indu ustri pengolaahan di Ban ngka Belitun ng berbahan n dasar timah h. Sementara itu untukk industri pengolahan karet diperkkirakan jugaa akan men ngalami penin ngkatan seiring dengan n berkurang gnya curah hujan yang akan menin ngkatkan produksi karett. d. Se ektor Listrik k, Gas, dan n Air Sektor Listrik, Gas, dan d Air (LGA A) diperkirakkan tetap mengalami m pertumbuhan n. Pada sub sektor s listrikk yang merupakan sub sektor s domiinan, pemerrintah daeraah Bangka Belitung B teruss berupaya m menambah kapasitas lisstriknya. Untuk memen nuhi pertumbuhan perm mintaan tenag ga listrik sam mpai tahun 2019 diperlukan tambaahan kapasittas pemban ngkit sebesar 311,5 MW,, yang terdirri dari PLTD sebesar 40,5 MW dan PLTU P sebesaar 252,MW. Tabel 7.1 Perkiraa an Kebutuhan Tenaga T Listrik W Wilayah Bangk ka Belitung
No
Uraaian
2010
2011 1
2012
2 2013
2014
2015
20 016
2017
2018
2019
1
Demand (GWh)
483
553 3
622
686
758
837
92 20
1012
1116
1230
2
Produksi (GWh)
491
561
632
697
770
850
93 35
1028
1133
1250
3
Beban Punccak (MW)
96
110 0
120
131
145
161
17 77
16
216
239 9
Sumbeer : PT PLN Wilayyah Bangka Belittung Tabel 7.2 em di Bangka Proyek Pembangkit Siste
No
Uraian
Jenis
Capacity (MW W)
Pemilik
COD (Ta ahun)
PLTD
1 x 15
PLN
200 09
PLTD
16
Sewa
2010
2
Relokasi mesin m miirless dari d Sukamerin ndu PLTD sewaa HSD
3
PLTD sewaa MFO
PLTD
2x5
Sewa
2010
4
Relokasi mesin m miirless dari d P.Baai
PLTD
1 x 2,5
PLN
2010
5
PLTU Listrindo (Cangkan ng Sawit)
PLTD
1x5
IPP
2010
6
PLTU Air A Anyir (Perpres)
PLTU
2 x 30
PLN
2010/2 2011
7
PLTU Bang gka Manunggaal Power
PLTU
2 x 10
IPP
2013
8
PLTU Sung gailiat
PLTU
2 x 30
PLN
2013
9
PLTU New w Bangka 3
PLTU
2x7
IPP
2013
10
PLTU New w Bangka 4
PLTU
2 x 30
PLN
2016
1
Sumbeer : PT PLN Wilayyah Bangka Belittung
6 64
7. Outlook Pertu umbuhan Ekon nomi dan Inflassi Daerah
Tabel 7.3 Proyek Pem mbangkit Sistem di Belitung
No
Jenis
Capacity (M MW)
Pemiliik
COD (T Tahun)
1
PLTD sewaa HSD
Uraian n
PLTD
7
Sewaa
2010
2
PLTU Mem mpaya (Biomasssa)
PLTU
1x7
IPP
2009//2010
3
PLTU Suge e (Perpres)
PLTU
2 x 16,5 5
PLN
2011
4
PLTU Belittung New (IPP))
PLTU
2x6
PLN
2016//2017
Sumbeer : PT PLN Wilayyah Bangka Belittung
Pada tab bel 7.2 dan n 7.3 dapatt dilihat pro oyek pembaangkit sistem di Bangka dan Belitu ung saat in ni. Sementaara itu pem mbangunan saluran traansmisi direncanakan sebagai s berikkut : a. Sistem Bangkka sedang dibangun sisttem transmisi 150 kV sepanjang 27 78 kms dan Gardu Induk dengan n kapasitas 270 2 MVA. d sisstem transm misi 70 kV sepanjang s 9 95 kms dan Gardu b. Sistem Bangkka sedang dibangun n kapasitas 140 1 MVA. Induk dengan Berdasarrkan data daari PLN Bangka Belitun ng, untuk reencana peng gembangan sistem but dibutuh hkan investaasi PLN sebeesar US$66 60,7 juta, deengan rincia an : (i) kelisttrikan terseb Invesstasi pemban ngkit sebesaar US$158,8 85 juta, (ii) Investasi I traansmisi sebeesar US$67,0 06 juta, (iii) Investasi I disttribusi sebessar US$349,99 juta.
e. Se ektor Bangunan Sektor bangunan paada triwulan n II 2010 diperkirakan akan mengalami penin ngkatan terkaait dengan mulainya pembanguna p an perumah han oleh pengembang g swasta. Dari D sisi pemeerintah daeerah, priorittas pemban ngunan Ban ngka Belitu ung pada ttahun 2010 0 yang perta ama adalah peningkataan infrastrukktur perhubu ungan, kese ehatan, energi, sosial, budaya, b saran na, dan praasarana berbasis tata ruang. Prioritas pembangunan ini dititikbeeratkan kepada proyek-p proyek strattegis dalam rangka mendukung peeningkatan daya saing daerah upun regional, dengan sasaran s : baik di tingkat nasional mau M an sarana, prasarana, p dan fasilitas perhubunga p an : 1. Meningkatka a Darat a. Pembang gunan jemb batan Baturu usa II dan III, pembangu unan jalan lingkar timur Pulau Bangka, bertambahn nya status : (i) jalan neg gara dari 53 30,65 km m menjadi 572,81 km, m menjadi 540,25 5 km, (iii) jalan n negara kond disi baik (ii) jalan provinsi dari 519,17 km njadi 408 km m, (iv) jalan provinsi kon ndisi baik m menjadi 393,8 8 km. dari 364,,05 km men 65
7. Outtlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Da aerah
b Udara b. bangan dan n peningka atan saranaa dan prassarana band dara Depatti Amir Pengemb Pangkalp pinang dan HAS Hanand djoeddin. c Laut c. han Tanjung g Betu di Beelitung. Peningkaatan Pelabuh 2. Pembanguna P an rumah sakit s provinsi, perluasan kantor gubernur, peembangunan Balai L Latihan Kerja Industri (BLKI), ( pembangunan sport centrre,dan Gedu ung Dinas Tenaga T K Kerja. f. Se ektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran R Sektor peerdagangan n, hotel, dan n restoran diperkirakan akan tumbu uh meningk kat. Sub sekto or perdagan ngan diperkirakan mengalami peningkatan teerkait mulai ramainya aktivitas a ekon nomi Bangka Belitung. Selain itu sub sektor hotel dan restoran yaang sangat terkait deng gan pariwisaata juga dipeerkirakan akkan mengalaami peningkkatan karenaa adanya pe erayaan Chen ng Beng di bulan Ap pril dan libu ur sekolah di bulan Juni J yang diperkirakan n akan meniingkatkan tingkat huniaan hotel secara tajam.
7.1.2 2 Sisi Permiintaan Pertumbuhaan Belitung g
Grafik 7.3 7 Ekspekta asi Konsumen 6 Bulan Kedep pan
dari
Bangka B
sisi
perm mintaan
diperkiraakan masih h didominasi oleh konsum msi. Pada ttriwulan I 2010 konsum msi,
khususnya
ko onsumsi
rumah tangga diperkirakan tetap erkait deng gan memb baiknya kuat te daya
b beli
dan
adanya
pe erayaan
Cheng Beng pada bulan Apriil. Hasil Survei
n Konsumen
Kantor
Bank
Indon nesia Palem mbang menu unjukkan ba ahwa ekspeektasi masyarakat terhadap pengh hasilan, kond disi ekonomi enam bulaan akan datang, dan ketersediaan k n lapangan kerja enam m bulan yang akan datan ng dalam levvel optimis.
6 66
7. Outlook Pertu umbuhan Ekon nomi dan Inflassi Daerah
Ekspor
produk-p produk
un nggulan
Bangka
Belitung B
d diprediksi
akan
mengalami pen ningkatan seiring dengan harga komoditas dan d ekspekttasi perekon nomian duniaa yang mem mbaik. IMF pada p bulan April 2010 merevisi ke e atas prakirraan pertum mbuhan tahunan (yoy) vo olume perda agangan du unia pada taahun 2010 menjadi seb besar 7,0%. World perkirakan vvolume perrdagangan dunia pada a tahun Tradee Organisattion (WTO) juga memp 2010 0 meningkatt tajam yaitu u 9,5% (yoyy). Selain itu u proyeksi pertumbuha p n ekonomi negara tujuaan ekspor Baangka Belitu ung untuk tahun 2010 0 mengalam mi peningkatan diband dingkan realissasi tahun 2009 2 (tabel 7.4). Meskkipun demikkian, pening gkatan eksp por diprediksi akan terba atas karena nilai tukar Rupiah yan ng cenderun ng terus terapresiasi hin ngga perten ngahan tahun 2010. Tabel 7.4 Proyeksi Pe ertumbuhan Ek konomi Negara a Tujuan Ekspo or Tahun 2010
1
1
Nega ara
Prroyeksi 2009
Proyeksi 2010 2
AS
-2,4
3,1
Uni Eropa E
-4 4,1
1,0
Cina
8,7
10,0
India a
5,7
8,8
Jepang
-5 5,2
1,9
Mala aysia
-1,7
4,7
Singapura
-2,0
5,7
1
I IMF World Econom mic Outlook, April 2010
Tekanan n dari sisi impor dip prediksi ak kan terjadi di triwulan I 2010 0, yang sehubungan babkan oleh h: (1) Menin ngkatnya peendapatan masyarakat m n dengan se emakin diseb baikn nya harga ko omoditas un nggulan, (2)) Adanya apresiasi Rupiaah yang menyebabkan barang impo or relatif lebiih kompetitiif dibanding gkan sebelum mnya.
7.2. Proyeksi In nflasi Inflasi
tahunan
d diperkirakan n
meng galami
peeningkatan,
ekspeektasi
keenaikan
didorong g
h harga
akan
Grafik 7.4 4 Proyek ksi Inflasi Bang gka Belitung
oleh
kom moditas,
perkiiraan terjadiinya excess demand komoditas pang gan di tahun 2010, serta adanya potensi kenaikan Tarif D Dasar Listrik (TDL) ( pada triwulan t
Sumber: BPS B Popinsi Bang gka Belitung dan n p proyeksi BI Palem mbang
67
7. Outtlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Da aerah
gan mempeertimbangkaan perkemb bangan II ataau III 2010. Berdasarkkan proyekssi dan deng hargaa serta deteerminan utama inflasi di Bangka Beelitung, makka diperkirakkan inflasi taahunan (yoy) pada triwulan II 2010 akan a meningkat menjad di 6,29±0,5%. Ekspektaasi inflasi yaang bersifatt adaptif teerbilang rendah karenaa rendahnya a inflasi n 2009. Seh hingga inflassi pada triw wulan II 2010 lebih dido orong oleh adanya sepanjang tahun d faktor permintaan dan penaw waran yang terjadi ekspeektasi rasional kondisi ke depan dan secarra riil. Eksp pektasi inflaasi secara rasional mu ulai triwulaan II 2010 akan men ningkat, teruttama terkaitt perubahan n iklim yang berpotensi menimbulkkan ketatnyaa suplai kom moditas pang gan ke depaan, walaupun pada triw wulan II 2010 0 suplai pan ngan masih relatif baik karena adan nya musim panen. p Dari sisi perekonom mian domesttik, peningkkatan tekan nan inflasi ttersebut uta amanya babkan oleh h investasi dan d konsum msi yang diindikasikan akan menin ngkat pada sektor diseb swassta sebagai aantisipasi me embaiknya pendapatan p n masyarakat dan optim misme dunia usaha. Pemerinttah dan DPR R telah sepaakat menaikkkan Tarif Dasar Listrik (TDL) ( denga an ratarata kenaikan 10 0%. Berdassarkan simulasi determiinistik, diperkirakan bahwa kenaik kan TDL ung dalam meningkatkkan besaran n inflasi sebessar rata-rataa 10% berrdampak secara langsu bulan nan sebesar 0,37% pada p bulan dimana keenaikan TD DL tersebut terjadi. Pengaruh terseebut belum termasuk pengaruh p tid dak langsun ng seperti kenaikan harrga beberap pa jenis baran ng yang terrjadi akibat kenaikan biaya energi maupun an ntisipasi kenaikan biaya energi yang diperkirakaan terjadi daalam waktu dekat.
6 68
DAFTAR ISTILAH Mtm
Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya
Qtq
Quarter to quarter perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya
Yoy
Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya
Share Of Growth
Kontribusi suatu sektor ekonomi terhadap total pertumbuhan PDRB
Investasi
Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal
Sektor ekonomi dominan
Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan
Migas Omzet
Minyak dan Gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri minyak dan gas Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi
Share effect
Kontribusi pangsa sektor atau subsektor terhadap total PDRB
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Dengan skala 1-100
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu
Indeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Indeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktifitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
Dana Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.
Indeks Pembangunan Manusia
Ukuran kualitas pembangunan manusia, yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 hal kualitas hidup, yaitu pendidikan, kesehatan, daya beli
APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPR, dan ditetapkan dengan peraturan daerah
Andil inflasi
Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan
Bobot inflasi
Besaran yang menunjukan pengaruh suatu komoditas, terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut Dalah keseluruhan barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil. Seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil
Ekspor Impor
PDRB atas dasar harga berlaku
Penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian
PDRB atas dasar harga konstan
Merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya
Bank Pemerintah
Bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito
Loan to Deposits Ratio (LDR)
Rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun
Cash inflows
Jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu
Cash Outflows
Jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu
Net Cashflows
Selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya
Aktiva Produktif
Penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit, penempatan pada antar bank, penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia(SBI), dan surat-surat berharga lainnya. Pembobotan terhadap aktiva yang dimiliki oleh bamk berdasarkan risiko dari masingmasing aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot risikonya. Misalnya kredit yang diberikan kepada pemerintah mempunyai bobot yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang diberikan kepada perorangan
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)
Kualitas Kredit
Penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu lancar, Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar, Diragukan dan Macet
Capital Adequacy Ratio (CAR)
Rasio antara modal (modal inti dan modalpelengkap) terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)
Financing to Deposit Ratio (FDR)
Rasio antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima. Konsep ini sama dengan konsep LDR pada bank umum konvensional
Inflasi
Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persistent)
Kliring
Pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu
Kliring Debet
Kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang disertai dengan penyampaian fisik warkat debet seperti cek, bilyet giro, nota debet kepada penyelenggara kliring lokal (unit kerja di Bank Indonesia atau bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia sebagai penyelenggara kliring lokal) dan hasil perhitungan akhir kliring debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit kerja yang menagani SKNBI di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan secara nasional
Non Performing Loans/Financing (NPLs/Ls)
Kredit atau pembiayaan yang termasuk dalam kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)
Suatu pencadangan untuk mengantisipasi kerugia yang mungkin timbul dari tidak tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP ditentukan dari kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin besar PPAP yang dibentuk, misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong Kurang Lancar adalah 15 % dari jumlah Kredit Kurang Lancar (setelah dikurangi agunan), sedangkan untuk kedit Macet, PPAP yang harus dibentuk adalah 100% dari totsl kredit macet (setelah dikurangi agunan)
Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs)
Rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs, gross. Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ybs.
Rasio Non Performing Loans (NPLs) – NET
Rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan penyisihan penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit
Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS)
Proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)
Sistem kliring bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.
Industri
Suatu kegiatan yang mengubah barang dasar menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau barang yang kurang nilainya, menjadi yang lebih tinggi nilainya termasuk kegiatan jasa industri, pekerjaan perakitan (assembling) dari bagian suatu industri.
Pekerja
Orang yang biasanya bekerja diperusahaan/usaha tersebut.
Pekerja Dibayar
Oorang yang biasanya bekerja diperusahaan/usaha dengan mendapatkan upah/gaji dan tunjangan-tunjangan lainnya baik berupa uang maupun barang.
Pekerja Tidak Dibayar
Pekerja pemilik dan pekerja keluarga yang ikut aktif dalam pengelolaan perusahaan tetapi tidak mendapatkan upah/gaji, tidak termasuk mereka yang bekerja kurang dari 1/3 jam kerja yang biasa di perusahaan.
Input
Biaya antara yang dikeluarkan dalam kegiatan proses produksi/proses industri yang berupa bahan baku, bahan bakar, barang lainnya diluar bahan baku/penolong, jasa industri, sewa gedung dan biaya jasa non industri lainnya.
Output
Nilai keluaran yang dihasilkan dari kegiatan proses produksi/proses industri yang berupa nilai barang yang dihasilkan, tenaga listrik yang dijual, jasa industri yang diterima, keuntungan jual beli, pertambahan stok barang setengah jadi dan penerimaan-penerimaan lainnya.
Nilai Tambah/Value Added
Selisih nilai output dengan nilai input atau biasa disebut dengan nilai tambah menurut harga pasar.
Produktivitas
Rasio antara nilai out put dengan jumlah tenaga kerja baik yang dibayar maupun yang tidak dibayar.
Tingkat Efisiensi
Ratio antara nilai tambah atas dasar harga pasar terhadap output produksi.
Intensitas Tenaga Kerja
Suatu rasio antara biaya upah/gaji yang dikeluarkan untuk tenaga kerja terhadap nilai tambah.
Gross Margin
Persentase value added dikurangi biaya tenaga kerja dibagi output.
Usaha
Kegiatan yang menghasilkan barang/jasa dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual/ditukar dan atau menunjang kehidupan dan menanggung resiko.
Perusahaan
Suatu unit usaha yang diselenggarakan/ dikelola secara komersil yaitu yang menghasilkan barang dan jasa sehomogen mungkin, umumnya terletak pada satu lokasi dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi, bahan baku, pekerja dan sebagainya yang digunakan dalam proses produksi.
Perusahaan Industri
Diklasifikasikan menjadi empat kategori berdasarkan jumlah tenaga kerja tanpa memperhatikan penggunaan mesin maupun nilai dari aset yang dimiliki.
Jasa Industri
Kegiatan dari suatu usaha yang melayani sebagian proses industri suatu usaha industri atas dasar kontrak atau balas jasa ( fee ).