BANK INDONESIA
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 2011
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar – Bali, 80234 Tel. (0361) 248982 – 88 Fax. (0361) 222988
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
■ Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bali Triwulan III-2011. Laporan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan baik intern Bank Indonesia maupun pihak ekstern (external stakeholders) akan informasi perkembangan ekonomi, serta perkembangan moneter, perbankan, dan sistem pembayaran di Provinsi Bali. Bank Indonesia menilai bahwa perekonomian daerah mempunyai posisi dan peran yang strategis dalam konteks pembangunan ekonomi nasional dan upaya menstabilkan nilai rupiah. Hal ini didasari oleh fakta semakin meningkatnya proporsi inflasi daerah dalam menyumbang inflasi nasional. Oleh sebab itu, Bank Indonesia memiliki perhatian yang besar terhadap upaya-upaya mendorong pertumbuhan ekonomi daerah karena berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satu wujud dari kepedulian Bank Indonesia terhadap dinamika perekonomian daerah adalah melalui desiminasi hasil-hasil kajian kepada stakeholders, sebagaimana kajian yang berada di tangan Saudara. Melalui diseminasi ini diharapkan informasi mengenai perekonomian daerah dapat dipahami secara luas kepada stakeholders. Masing-masing pihak dapat memanfaatkan informasi yang ada untuk mengambil perannya dalam upaya perbaikan kinerja ekonomi di masa depan. Kami juga berharap ide-ide konstruktif yang bermula dari kajian ini akan memberikan nilai tambah serta dapat menjadi stimulus upaya-upaya pengembangan daerah melalui kajian-kajian lanjutan. Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan khususnya Pemerintah Daerah Provinsi Bali, Badan Pusat Statistik (BPS), perbankan, akademisi, dan instansi pemerintah lainnya. Kami menyadari bahwa cakupan dan analisis dalam Kajian Ekonomi Regional masih jauh dari sempurna, sehingga saran, kritik dan dukungan informasi/data dari Bapak/Ibu sekalian sangat diharapkan guna peningkatan kualitas analisis kajian. Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi Regional ini bermanfaat bagi para pembaca.
Denpasar,
November 2011
BANK INDONESIA DENPASAR
Jeffrey Kairupan Pemimpin
1
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
■ DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI
2
DAFTAR GRAFIK
4
DAFTAR TABEL
6
DAFTAR BOKS
6
Tabel Indikator Ekonomi
7
Ringkasan Umum
9
BAB 1. EKONOMI MAKRO REGIONAL
13
1.1. SISI PENAWARAN
13
1.1.1. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
14
1.1.2. Sektor Pertanian
16
1.1.3. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
17
1.1.4. Sektor Jasa-jasa
18
1.1.5. Sektor Industri Pengolahan
19
1.1.6. Sektor Lainnya
20
1.2. SISI PERMINTAAN
23
1.2.1. Konsumsi
23
1.2.2. Investasi
25
1.2.3. Ekspor Impor
25
BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI
33
2.1. KONDISI UMUM
33
2.2. INFLASI BULANAN M-T-M
36
2.3. DISAGREGASI INFLASI
41
BAB 3. PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
43
3.1. PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM
43
3.1.1. Kondisi Umum
43
3.1.2. Pelaksanaan Fungsi Intermediasi
44
3.1.2.1. Penghimpunan Dana
45
3.1.2.2. Penyaluran Kredit
46
3.1.2.3. Non Performing Loan (NPL)
48
3.2. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
2
49
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Halaman 3.3 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
51
3.3.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai
51
3.3.1.1. Perkembangan Aliran Masuk/Keluar dan Kegiatan Penukaran
51
3.3.1.2. Perkembangan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)
53
3.3.1.3. Uang Palsu
53
3.3.2. Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai
53
3.3.2.1. Kliring Lokal
54
3.3.2.2. Real Time Gross Settlement (RTGS)
55
3.1.2.3. Uang Palsu
59
BAB 4. KEUANGAN PEMERINTAH
61
4.1. REALISASI PENDAPATAN
61
4.2. REALISASI BELANJA
62
BAB 5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
65
5.1. PERKEMBANGAN NTP PROVINSI BALI
65
5.2. PENGURANGAN ANGKA PENGANGGURAN
66
BAB 6. PROSPEK PEREKONOMIAN
71
7.1. MAKRO EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV-2011
71
7.2. INFLASI REGIONAL TRIWULAN IV-2011
73
3
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
■ DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 1.1. Kontribusi Sektor Ekonomi PDRB Provinsi Bali
14
Grafik 1.2. Kunjungan Wisman ke Bali
14
Grafik 1.3. Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama Menginap Kamar Hotel
15
Grafik 1.4. Asal Wisman yang Berkunjung ke Bali
15
Grafik 1.5. Penerimaan Visa on Arrival
16
Grafik 1.6. Transaksi Valas di 15 PVA di Bali
16
Grafik 1.7. Kredit Sektor Pertanian
17
Grafik 1.8. Jumlah Penumpang Pesawat
18
Grafik 1.9. Jumlah Penumpang Laut
18
Grafik 1.10. Kredit Sektor Jasa
18
Grafik 1.11. Perkembangan Industri Besar dan Sedang
19
Grafik 1.12. Nilai Ekspor Makanan dan Minuman
19
Grafik 1.13. Nilai Ekspor Tekstil
20
Grafik 1.14. Kredit Sektor Industri
20
Grafik 1.15. Kredit Bank Umum
21
Grafik 1.16. Kredit Bank Perkreditan Rakyat
21
Grafik 1.17. Indeks Harga Properti Residensial
21
Grafik 1.18. Konsumsi Semen
21
Grafik 1.19. Kredit Sektor Bangunan
22
Grafik 1.20. Konsumsi Listrik di Bali
22
Grafik 1.21. Jumlah Pelanggan Listrik
22
Grafik 1.22. Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air
23
Grafik 1.23. Indeks Keyakinan Konsumen
24
Grafik 1.24. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
24
Grafik 1.25. Nilai Tukar Petani
24
Grafik 1.26. Kredit Konsumsi
24
Grafik 1.27. Impor Barang Modal
25
Grafik 1.28. Kredit Investasi
25
Grafik 1.29. Perkembangan Nilai Ekspor Bali
26
Grafik 1.30. Perkembangan Volume Ekspor Bali
26
Grafik 1.31. Pangsa Nilai Ekspor Provinsi Bali
26
Grafik 1.32. Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama Bali
27
Grafik 1.33. Negara Pembeli Utama Ekspor Bali
27
Grafik 1.34. Perkembangan Nilai Impor Bali
28
4
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Halaman Grafik 1.35. Perkembangan Volume Impor Bali
28
Grafik 1.36. Pangsa Impor Provinsi Bali Berdasarkan Negara Asal
28
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Denpasar
34
Grafik 2.2. Perubahan Harga Komoditas Pangan
34
Grafik 2.3. Perkembangan Harga Beras Premium
34
Grafik 2.4. Perkembangan Harga Emas
35
Grafik 2.5. Jumlah Penumpang Udara
35
Grafik 2.6. Inflasi Bulanan Denpasar (% m-t-m) Juli 2011
37
Grafik 2.7. Inflasi Bulanan Denpasar (% m-t-m) Agustus 2011
38
Grafik 2.8. Inflasi Bulanan Denpasar (% m-t-m) September 2011
39
Grafik 2.9. Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan
40
Grafik 2.10. Disagregasi Inflasi (%y-o-y)
41
Grafik 2.11. Disagregasi Inflasi (%m-t-m)
41
Grafik 3.1. Pertumbuhan Tahunan Aset, Dana, Kredit
44
Grafik 3.2. Komposisi, Kredit, DPK dan Aset Menurut Kelompok Bank
44
Grafik 3.3. Perkembangan LDR Bank Umum
44
Grafik 3.4. Komposisi DPK Bank Umum
45
Grafik 3.5. Pertumbuhan DPK
45
Grafik 3.6. Pertumbuhan Kredit Perbankan
46
Grafik 3.7. Komposisi Kredit
46
Grafik 3.8. Kredit Berdasarkan Sektor
47
Grafik 3.9. Pertumbuhan Aset, Kredit, dan LDR
50
Grafik 3.10. Komposisi Kredit terhadap Aset dan Pertumbuhan Kredit
50
Grafik 3.11. Perkembangan Uang Kartal di Bali
52
Grafik 3.12. Perkembangan Kegiatan Kas Keliling
52
Grafik 3.13. Perkembangan Kegiatan PTTB
53
Grafik 3.14. Perkembangan Kliring
55
Grafik 3.15. Perkembangan Tolakan Cek/BG Kosong
55
Grafik 3.16. Perkembangan Transaksi RTGS From
56
Grafik 3.17. Perkembangan Transaksi RTGS To
56
Grafik 3.18. Perkembangan Transaksi RTGS From - To
56
Grafik 4.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Bali 2009 - 2011
61
Grafik 4.2. Realisasi Belanja Daerah Provinsi Bali 2009 - 2011
62
Grafik 5.1. NTP Provinsi Bali dan Nasional 2010 – 2011
65
Grafik 5.2. Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja
66
5
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Halaman Grafik 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali
72
Grafik 6.2. Perkembangan Kegiatan Usaha
72
Grafik 6.3. Perkembangan dan Proyeksi Inflasi Bali Triwulan IV-2011
73
Grafik 6.4. Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa
74
Grafik 6.5. Ekspektasi Harga oleh Pedagang
74
■ DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari sisi penawaran, 2009 – 2011 (% y-o-y)
13
Tabel 1.2. Produksi dan Luas Panen Padi – Palawija per subround di Bali, 2010 – 2011
17
Tabel 1.3. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Permintaan, 2009 – 2011
23
Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang (%)
33
Tabel 2.2. Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang
37
Tabel 3.1. Perkembangan Usaha Bank Umum di Bali (dalam miliar Rp)
44
Tabel 3.2. Perkembangan Kredit Menurut Sektor
47
Tabel 3.3. Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Bali
49
Tabel 3.4. Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali
52
Tabel 3.5. Perkembangan Perputaran Kliring, Cek/BG Kosong di Bali
54
Tabel 3.6. Perkembangan Transaksi RTGS di Bali
55
Tabel 4.1. APBD Provinsi Bali
63
■ DAFTAR BOKS Halaman Boks A. Bajir di Thailand membawa Berkah?
29
Boks B. Optimisme Pengembangan Pariwisata di Bali
32
Boks C. Sektor Unggulan Bali menurut Perbankan
57
Boks D. PT. Jamkrida Bali Mandara : Oase di Tengah Kegalauan
59
Boks E. Peran Industri Pariwisata Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
68
6
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
■ Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Bali I. PDRB DAN INFLASI
Indikator
2009
2010
2011
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
7.77
5.64
4.34
3.73
4.85
5.74
6.18
6.50
6.01
6.42
6.54
7.75
8.24
3.53
3.40
1.27
3.00
0.09
2.70
2.83
1.50
2.75
12.00
11.60
2.98
(3.66)
7.61
14.98
26.31
28.52
22.29
15.07
4.54
EKONOMI MAKRO REGIONAL Produk Domestik Regional Bruto (%) Berdasarkan Sektor : - Pertanian - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan
9.51
3.18
4.61
4.74
6.54
6.43
6.04
5.36
4.10
3.67
1.36
- Listrik, Gas, dan Air Bersih
4.61
5.05
5.06
4.13
6.10
6.78
6.90
7.71
6.84
7.94
6.85
- Bangunan
1.00
0.89
0.97
0.79
5.12
6.64
8.20
9.48
7.50
7.48
7.29
- Perdagangan, Hotel, dan Restoran
10.03
7.31
5.38
2.59
4.17
5.17
7.52
8.63
8.23
9.04
8.59
- Pengangkutan dan Komunikasi
11.93
5.81
2.30
1.05
2.65
3.92
8.15
8.30
4.26
6.23
6.97
- Keuangan dan Persewaan
2.58
(0.47)
2.76
5.58
9.45
9.88
6.84
4.02
4.29
5.99
6.31
- Jasa-jasa
3.09
4.13
6.50
8.65
10.04
9.57
9.00
6.04
8.05
9.24
10.54
- Konsumsi Rumah Tangga
18.89
23.67
19.96
12.21
5.68
9.83
12.53
11.21
13.07
9.76
5.39
- Konsumsi Lembaga Nirlaba
19.52
23.26
15.27
3.80
4.22
6.15
8.02
8.01
7.74
6.71
7.54
3.66
13.48
11.58
12.69
9.12
5.39
14.88
10.44
23.25
16.66
7.49
10.01
8.00
8.42
5.71
19.48
20.75
16.31
11.92
12.05
8.58
11.20
Berdasarkan Permintaan :
- Konsumsi Pemerintah - Investasi/PMTB - Ekspor
2.88
6.90
12.89
22.41
29.66
17.82
11.43
15.74
8.31
10.95
9.73
- Impor
31.05
13.95
20.55
13.15
21.04
12.05
6.45
8.38
12.64
9.37
8.45
130.60
141.38
142.73
141.68
151.32
190.07
206.30
166.43
148.56
160.74
145.29
37.85
43.89
89.78
46.23
42.68
117.74
92.67
50.14
32.81
36.36
31.77
27.49
33.52
149.24
26.60
26.20
30.68
23.01
49.08
27.52
33.16
40.83
6.30
14.86
4.09
2.99
3.31
2.52
1.88
12.14
9.36
5.78
1.69
113.84
113.15
115.15
116.33
117.98
119.47
123.97
125.75
127.33
128.37
129.42
8.93
5.80
4.39
4.37
3.64
5.59
7.66
8.10
7.93
7.45
4.40
Ekspor Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Impor Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) Volume Impor Nonmigas (ribu ton) Indeks Harga Konsumen Denpasar Laju Inflasi Denpasar (% yoy)
7
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
s II. PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Indikator
2009 I
II
2010 III
IV
I
II
III
IV
I
2011 II
III
PERBANKAN Bank Umum : Total Aset (Rp Triliun)
33.35
33.84
35.49
36.57
36.34
38.09
39.90
43.71
44.52
47.11
48.92
DPK (Rp Triliun)
29.37
29.50
31.36
32.25
32.30
33.65
35.73
37.85
38.54
40.34
42.80
6.79
6.81
7.18
6.47
6.41
7.01
7.72
7.29
7.93
8.70
8.87
12.89
13.05
13.94
15.25
14.71
15.29
16.31
17.86
17.95
18.49
19.76
- Giro (Rp Triliun) - Tabungan (Rp Triliun) - Deposito (Rp Triliun) Kredit (Rp Triliun) - lokasi bank
9.68
9.64
10.25
10.53
11.18
11.35
11.71
12.70
12.66
13.15
14.18
16.75
17.27
18.31
19.50
20.35
21.78
22.98
24.83
25.35
27.14
28.73 11.78
- Modal Kerja
7.08
7.21
7.71
8.19
8.41
8.90
9.52
10.55
10.54
11.18
- Investasi
2.61
2.62
2.81
3.10
3.45
3.88
4.00
4.41
4.46
4.97
5.53
- Konsumsi
7.06
7.44
7.80
8.21
8.49
8.99
9.46
9.87
10.35
10.99
11.42
Kredit UMKM (Rp Triliun)
11.10
9.74
9.20
10.06
10.53
11.58
12.16
- Modal Kerja
6.49
6.77
7.35
8.06
8.25
8.82
9.25
- Investasi
1.46
2.00
1.84
1.98
2.25
2.74
2.88
- Konsumsi
3.15
0.97
0.02
0.02
0.02
0.02
0.03
Loan to Deposit Ratio (%)
57.03
58.53
58.39
60.47
63.00
64.74
64.31
65.61
65.79
67.28
67.13
2.30
2.03
3.05
2.70
2.53
2.45
2.53
1.92
2.16
2.17
1.96
Total Aset (Rp Triliun)
2.39
2.49
2.49
2.69
2.83
2.96
3.14
3.43
3.72
3.96
4.34
DPK (Rp Triliun)
1.53
1.62
1.67
1.81
1.95
2.01
2.13
2.33
2.56
2.67
2.95
0.54
0.57
0.58
0.63
0.66
0.67
0.70
0.74
0.80
0.81
0.86
NPL gross (%) BPR :
- Tabungan (Rp Triliun) - Deposito (Rp Triliun) Kredit (Rp Triliun)
0.99
1.04
1.08
1.18
1.29
1.34
1.44
1.59
1.76
1.87
2.09
1.53
1.62
1.67
1.81
1.95
2.01
2.13
2.67
2.86
3.10
3.27
- Modal Kerja
1.05
1.09
1.13
1.16
1.22
1.27
1.30
1.40
1.48
1.64
1.71
- Investasi
0.13
0.14
0.14
0.15
0.16
0.18
0.19
0.21
0.23
0.25
0.27
- Konsumsi
1.29
0.66
0.70
0.75
0.81
0.85
0.91
0.99
1.05
1.15
1.21
Kredit UMKM (Rp Triliun)
1.53
1.62
1.67
1.81
1.95
2.01
2.13
2.67
2.86
3.10
3.27
Rasio NPL gross (%)
4.65
6.87
6.99
5.97
6.47
3.94
4.22
3.67
4.43
3.66
3.47
79.09
81.30
83.97
81.95
82.22
83.42
83.36
81.03
80.72
82.92
79.54
Inflow (Rp Triliun)
980
323
251
659
972
584
909
744
1,397
1,299
2,347
Outflow (Rp Triliun)
471
529
1,221
1,067
535
1,023
1,815
1,631
1,111
2,166
3,092
LDR (%) SISTEM PEMBAYARAN Transaksi Tunai
RTGS RTGS From : Nominal Transaksi RTGS From (Milyar Rp)
13,005 16,374
8,147 13,876
14,178 16,533 19,449 23,571 20,341
23,092 25,017
Volume Transaksi RTGS From (Lembar)
12,166 14,112 13,473 14,855
14,264 15,402 16,239 19,490 15,626
15,789 17,076
RTGS To : Nominal Transaksi RTGS To (Milyar Rp) Volume Transaksi RTGS To (Lembar)
7,473
8,354
7,557
9,507
11,815 14,238 14,605 16,964
9,378 10,976 11,222 11,207
12,553 11,241
16,122 17,570 19,362 20,809 18,347
8,198
18,257 19,334
RTGS From-To : Nominal Transaksi RTGS To (Milyar Rp)
2,370
2,681
2,008
3,064
2,845
2,905
3,278
3,547
3,357
3,411
3,429
Volume Transaksi RTGS To (Lembar)
3,119
3,775
3,457
4,106
4,048
4,216
4,424
4,704
4,751
4,468
4,686
8,879
Kliring : Nominal Kliring (Milyar Rp)
4,959
6,291
6,775
7,137
7,046
7,147
7,817
8,347
8,766
7,922
Volume Kliring (Ribu Lembar)
342
433
449
441
446
435
458
450
489
439
461
Nominal Tolakan Cek/BG Kosong (Milyar Rp)
227
173
188
193
198
173
175
341
197
183
219
7,344
7,048
7,455
7,284
7,019
7,540
7,168
7,484
8,125
7,280
8,286
Volume Tolakan Cek/BG Kosong (Ribu Lemba
8
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Ringkasan Umum EKONOMI MAKRO REGIONAL Perekonomian Bali pada triwulan III-2011 tumbuh sebesar 6,42% (y-o-y). Sektor PHR masih menjadi pendorong utama pertumbuhan di sisi penawaran.
Konsumsi dan investasi menjadi pendorong utama pertumbuhan di sisi permintaan
Perekonomian Bali di triwulan III-2011 mengalami percepatan pertumbuhan, dari sebesar 6,42% (y-o-y) di triwulan II-2011 menjadi 6,54%(y-o-y). Dari sisi penawaran, seluruh sektor ekonomi mampu tumbuh positif pada triwulan III-2011, dan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi di triwulan III-2011 lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Sektor PHR sebagai sektor dominan dalam struktur ekonomi Bali masih memberikan andil terbesar di triwulan III, diikuti oleh sektor jasa dan pengangkutan. Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga masih memberikan share dan sumbangan (andil) terbesar di triwulan III, meskipun andilnya tidak setinggi triwulan sebelumnya. Kegiatan konsumsi di triwulan III diantaranya dipengaruhi oleh banyaknya perayaan hari raya keagamaan, libur nasional dan pergantian tahun ajaran baru anak sekolah dan universitas yang mempengaruhi pola konsumsi masyarakat di triwulan III. Pertumbuhan investasi di triwulan III-2011 juga masih kuat dan memberikan andil cukup tinggi bagi pertumbuhan ekonomi di sisi permintaan. Masih baiknya prospek perekonomian kedepan menjadi faktor utama optimisme pelaku usaha mengenai kondisi perekonomian kedepan
PERKEMBANGAN INFLASI Tekanan inflasi masih bertahan pada level yang rendah, dengan penahan utama pada ksub kelompok bumbubumbuan
Berdasarkan disagregasinya, volatile food masih terus mengalami perlambatan
Sepanjang triwulan III-2011 tekanan Inflasi Kota Denpasar masih bertahan pada level yang rendah sebesar 0,81% (q-t-q), mendekati level inflasi triwulan sebelumnya sebesar 0,82% (q-t-q). Penahan laju inflasi pada triwulan III masih terjadi pada sub kelompok komoditas bumbu-bumbuan, sedangkan sumber tekanan inflasi terjadi pada sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya. Secara tahunan, inflasi tahunan tercatat sebesar 4,39% (y-o-y), terendah dalam satu tahun terakhir, jauh di bawah inflasi triwulan sebelumnya sebesar 7,45% (y-o-y). Meskipun melemah, inflasi tersebut masih lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional pada periode yang sama yang mencapai 4,61% (y-o-y). Berdasarkan disagregasinya, komoditas volatile food terus mengalami perlambatan laju inflasi, walaupun memberikan tekanan yang terbesar pada triwulan III-2011. Hal yang sama juga terjadi untuk komoditas administered price dan komoditas inti / core yang cenderung mengalami pelambatan laju inflasi.
9
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kinerja perbankanterus mengalami peningkatan seiring dengan kegiatan perekonomian yang lebih cepat
Sistem pembayaran tunai di Bali mengalami net outflow dengan peningkatan transaksi signifikan
Dari sisi non tunai, RTGS dan kliring juga mengalami peningkatan transaksi
Kinerja perbankan sampai dengan triwulan III-2011 secara konsisten mengalami peningkatan. Seluruh indikator kinerja perbankan menunjukkan pertumbuhan tahunan yang cukup besar, baik dari sisi aset, pengerahan dana masyarakat maupun kredit yang disalurkan. Pertumbuhan yang tinggi pada pengerahan dana dan ekspansi kredit menunjukkan bahwa pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan berjalan dengan baik. Seiring dengan peningkatan kinerja, tingkat LDR keseluruhan perbankan (bank umum dan BPR) di Bali mampu bertahan pada kisaran 68,22%, menunjukkan pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan yang berjalan dengan baik. Sementara itu dari perkembangan sistem pembayaran, transaksi pembayaran tunai mengalami net outflow, dengan peningkatan transaksi relatif signifikan di masing-masing jenis transaksi. Hal ini mengindikasikan tingginya kebutuhan uang tunai untuk transaksi di masyarakat seiring maraknya hari raya keagamaan, tahun ajaran baru bagi sekolah dan universitas, serta masa puncak kunjungan wisatawan (Juli – September). Dari sisi pembayaran non tunai baik menggunakan kliring maupun RTGS juga mengalami peningkatan di triwulan III-2011. Peningkatan tersebut mengindikasikan meningkatnya kebutuhan transaksi berjumlah besar di masyarakat, yang diperkirakan turut dipengaruhi oleh mulai direalisasikannya sejumlah proyek pemerintah dan swasta.
KEUANGAN DAERAH Realisasi pendapatan mencapai 76,54% terutama disumbang oleh pajak daerah.
Sementara itu realisasi belanja baru sebesar 41,28%
Pada tahun anggaran 2011, Anggaran Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Bali mencapai Rp 2,14 triliun meningkat 10,57% dibandingkan anggaran 2010 Perubahan. Realisasi pendapatan sampai dengan triwulan III – 2011 mencapai 76,54%, terutama bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan yang masing-masing memberikan kontribusi sebesar 56,10% dan 33,89%. Sementara itu, Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Bali pada tahun 2011 sebesar Rp 2,48 triliun meningkat 4,10% dibandingkan anggaran 2010 Perubahan. Realisasi belanja sampai dengan triwulan III – 2011 sebesar 41,28%. Realisasi belanja daerah yang paling jauh dengan target adalah belanja modal dan belanja bantuan sosial dengan pencapaian masing-masing sebesar 16,33% dan 32,01%.
10
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN NTP yang menggambarkan kesejahteraan petani mengalami penurunan
Tingkat pengangguran juga mengaami penurunan.
Nilai Tukar Petani (NTP) yang menggambarkan kesejahteraan petani pada akhir triwulan III – 2011 mengalami penurunan 0,19% dibandingkan akhir triwulan sebelumnya. Inflasi perdesaan juga tercatat relatif tinggi yaitu 0,40% (m-t-m) pada akhir triwulan III – 2011 lebih tinggi dibandingkan inflasi perdesaan nasional sebesar 0,29% (m-t-m). Dari sisi ketenagakerjaan, angka pengangguran di Provinsi Bali Agustus 2011 sebesar 2,32% lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,06%.
PROSPEK PEREKONOMIAN Prospek perekonomian di akhir tahun 2011 diwarnai optimism bahwa perekonomian Bali masih mampu tumbuh tinggi.
Tekanan inflasi diperkirakanakan menurun akibat base effect serta stabilnya pasokan
Prospek perekonomian di akhir tahun 2011 diwarnai oleh optimisme bahwa perekonomian Bali masih mampu tumbuh tinggi di triwulan IV-2011. Pertumbuhan ekonomi di triwulan IV-2011 diperkirakan berada di kisaran 6,25% - 6,75% (y-o-y), dan dengan perkiraan tersebut mengakibatkan pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun diperkirakan berada di kisaran 6,15% - 6,65% (y-o-y). Di sisi penawaran, sektor PHR diperkirakan masih akan memberikan andil terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Bali di triwulan IV-2011, diikuti sektor jasa dan sektor pengangkutan dan transportasi. Sementara itu di sisi penawaran, perekonomian Bali masih ditopang oleh konsumsi (terutama konsumsi rumah tangga), yang didorong oleh tingginya aktivitas perekonomian di akhir tahun. Di sisi pergerakan harga, laju inflasi pada triwulan IV-2011 diperkirakan masih relatif terjaga dengan perkiraan inflasi berada di kisaran 4,5 ± 1% (y-o-y). Selain akibat base effect inflasi, pasokan diperkirakan masih relatif stabil meskipun tekanan volatile food akan sedikit meningkat terutama di beberapa komoditas bahan makanan. Namun perlu diwaspadai faktor ekspektasi inflasi kedepan yang meningkat.
11
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Halaman ini sengaja dikosongkan
12
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Bab 1
Ekonomi Makro Regional
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali mengalami percepatan di triwulan III-2011, dengan angka pertumbuhan mencapai 6,54% (y-o-y). Di sisi penawaran, sektor utama Bali yaitu sektor PHR masih memberikan andil terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Bali yang utamanya didorong oleh kinerja industri pariwisata yang meningkat sehubungan dengan puncak kunjungan wisatawan pada periode Juli – September 2011. Sejalan dengan pertumbuhan di sektor PHR, sektor pengangkutan dan komunikasi juga memberikan andil besar bagi pertumbuhan ekonomi Bali. Sementara itu di sisi permintaan, konsumsi rumah tangga dan investasi menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi di triwulan III-2011.
1.1. SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, seluruh sektor ekonomi mampu tumbuh positif pada triwulan III-2011, dan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi di triwulan III-2011 lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Sektor jasa merupakan sektor yang memiliki angka pertumbuhan tertinggi pada triwulan III-2011, yakni sebesar 10,54% (y-o-y), dengan andil terhadap perekonomian Bali sangat kecil, yakni sebesar 0,14%. Sementara itu sektor utama dalam perekonomian Bali, yaitu sektor PHR mampu mencatatkan pertumbuhan tinggi pada triwulan III-2011, yakni sebesar 8,59% (y-o-y). Kondisi tersebut mengakibatkan sektor PHR masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Bali di triwulan III, dengan andil terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai 2,76%. Selain PHR, Sektor lain yang memberikan andil tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2011 adalah sektor jasa dan pengangkutan, dengan andil masing-masing mencapai 1,46% dan 0,78%. Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari sisi penawaran, 2009 – 2011 (% y-o-y) Sektor Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas & Air Bangunan Perdg, Hotel & Rest. Pengangkutan & Kom. Keuangan & Persewaan Jasa-Jasa PDRB
2009 2010 2011 2009 2010 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 7.75 8.24 3.53 3.40 5.68 1.27 3.00 0.09 2.70 1.76 2.83 1.50 2.75 7.61 14.98 26.31 28.52 19.43 22.29 15.07 4.54 12.00 11.60 2.98 (3.66) 5.27 9.51 3.18 4.61 4.74 5.43 6.54 6.43 6.04 5.36 6.08 4.10 3.67 1.36 4.61 5.05 5.06 4.13 4.71 6.10 6.78 6.90 7.71 6.88 6.84 7.94 6.85 1.00 0.89 0.97 0.79 0.91 5.12 6.64 8.20 9.48 7.37 7.50 7.48 7.29 10.03 7.31 5.38 2.59 6.24 4.17 5.17 7.52 8.63 6.39 8.23 9.04 8.59 11.93 5.81 2.30 1.05 5.09 2.65 3.92 8.15 8.30 5.77 4.26 6.23 6.97 2.58 (0.47) 2.76 5.58 2.63 9.45 9.88 6.84 4.02 7.47 4.29 5.99 6.31 3.09 4.13 6.50 8.65 5.64 10.04 9.57 9.00 6.04 8.60 8.05 9.24 10.54 7.77 5.64 4.34 3.73 5.33 4.85 5.74 6.18 6.50 5.83 6.01 6.42 6.54
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali
13
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Jika
dilihat
dari
kontribusi
Grafik 1.1 Kontribusi Sektor Ekonomi PDRB Provinsi Bali
(share)
masing-masing sektor terhadap perekonomian Bali, sektor PHR memang memiliki kontribusi terbesar dengan share mencapai 32,74%.
Keuangan 7%
Dominasi tersebut diikuti sektor pertanian 14,34%.
Share
ketiganya
Pertambangan 1% Industri 10% LGA 1%
Pengangkutan 11%
dengan share 18,82%, serta sektor jasa-jasa sebesar
Pertanian 19%
Jasa 14%
adalah
Bangunan 4%
sebesar 65,90% terhadap pembentukan PDRB di sisi penawaran.
PHR 33%
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, diolah
1.1.1. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor perdagangan masih tumbuh tinggi pada triwulan III-2011, walaupun tidak setinggi triwulan sebelumnya. Pertumbuhan di sektor ini sebesar 8,59% (y-o-y), sedikit menurun dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2011 yang mencapai 9,04% (y-o-y). Peningkatan kinerja sektor PHR terutama didorong oleh subsektor perdagangan dan subsektor hotel yang keduanya memberikan sumbangan 2,40% terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali pada triwulan III-2011. Kondisi tersebut terjadi seiring meningkatnya aktivitas perdagangan dan pariwisata yang merupakan ujung tombak ekonomi Bali. Aktivitas pariwisata yang terus meningkat
Grafik 1.2 Kunjungan Wisman ke Bali
diindikasikan oleh jumlah kunjungan wisman ke % y-o-y
Bali yang juga terus meningkat. Jumlah kunjungan
80
sepanjang triwulan III-2011 sebanyak 780.613
60
orang, atau meningkat 9,42% (y-o-y). Secara
40
kumulatif mulai Januari hingga Sepember 2011,
20
jumlah kunjungan mencapai 2.052.083 orang,
0
atau meningkat 10,36% dibanding periode yang
200,000
-20
sama tahun 2010. Jumlah kunjungan ke Bali
0
-40
tersebut
orang Jumlah Wisman g Jumlah Wisman (RHS)
1,000,000 800,000 600,000 400,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
mendominasi
keseluruhan
jumlah
kunjungan wisman ke Indonesia dengan share 2006
2007
2008
2009
2010
2011
sebesar 36,97%. Dominasi tersebut diikuti pintu
Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah
masuk melalui Soekarno Hatta sebesar 25,36%.
Hal tersebut semakin memperkuat posisi Bali sebagai pintu masuk utama wisatawan ke Indonesia. Tidak hanya wisatawan mancanegara, wisatawan domestik yang datang ke Bali pun diperkirakan juga terus meningkat. Musim libur sekolah pada Juli serta perayaan hari raya Idul Fitri di awal September yang diikuti dengan penetapan cuti bersama oleh pemerintah diperkirakan mempengaruhi perilaku wisatawan domestik untuk berlibur ke Bali. 14
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Meningkatnya jumlah wisman yang datang ke Bali mengakibatkan rata-rata tingkat penghunian kamar juga mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Rata-rata tingkat penghunian kamar hotel bintang untuk triwulan III-2011 sebesar 66,48% dengan rata-rata masa tinggal 3,47 hari. Jumlah tersebut meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 65,80% dengan rata-rata masa tinggal 3,45 hari. Sementara itu untuk hotel non bintang, rata-rata tingkat penghunian kamar pada triwulan III-2011 adalah sebesar 39,60% dengan rata-rata lama tinggal 2,56 hari, meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 33,53% dengan rata-rata lama tinggal2,47 hari. Grafik 1.3 Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama Menginap Kamar Hotel TPK Bintang (LHS) TPK Non Bintang (LHS) Rata-rata menginap Bintang (RHS) Rata-rata menginap Non Bintang (RHS)
% 90 80
Grafik 1.4 Asal Wisman yang Berkunjung ke Bali
Hari 5
Other Nationality 27%
Australia 30%
4
70 60
3
50 40
2
30 20
South of Korea 4%
1
UK 4% Taiwan 5%
10 0
PRC 9%
Germany 4%
0 I
II III IV
I
II III IV
I
II III IV
I
Malaysia 5%
France 5%
Japan 7%
II III
Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali 2008
2009
2010
2011
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali
Sepanjang triwulan III-2011, kunjungan wisman jika di breakdown berdasarkan asal negaranya didominasi oleh wisman asal Australia (30,09%), diikuti China (9,33%), Jepang (6,81%), Prancis (5,37%) dan Malaysia (4,87%). Dominasi wisman asal Australia tersebut meningkat cukup pesat dengan kontribusi yang juga semakin meningkat dari waktu ke waktu. Selain diakibatkan oleh dekatnya jarak dan kemudahan transportasi antara Bali dan Australia, meningkatnya jumlah kunjungan wisman asal Australia juga diakibatkan oleh masih positifnya perekonomian di negara tersebut. Tren menguatnya dólar Australia juga menjadi insentif tambahan bagi wisawatan untuk melakukan perjalanan wisata. Prompt indicator lain seperti Visa on Arrival (VoA) juga mengindikasikan pertumbuhan di sector PHR. Penerimaan VoA pada triwulan III-2011 sebesar 16,44 juta dólar AS, atau meningkat 6,72% (y-o-y) dibanding penerimaan periode yang sama tahun 2010 yang mencapai 15,40 juta dólar AS. Trnsaksi valas di 15 authorized Money changer di Bali juga mencatatkan pertumbuhan sebesar 11,90% (y-o-y), dengan jumlah transaksi pada triwulan III-2011 tercatat sebesar 177,82 juta dólar AS.
15
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Grafik 1.5 Penerimaan Visa on Arrival ribu USD 18,000
Penerimaan VoA g Penerimaan Voa
Grafik 1.6 Transaksi Valas di 15 PVA di Bali % y-o-y
% y-o-y 80.0
200.00
60.0
160.00
40.0
120.00
20.00
20.0
80.00
15.00
0.0
40.00
Juta USD
Transaksi Valas (Juta USD) growth valas (% yoy) - (RHS)
35.00
16,000 14,000
30.00 25.00
12,000 10,000 8,000 6,000
10.00
4,000
5.00
2,000 0
0.00
-20.0
2007
2008
2009
2010
0.00 I
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
II
III
2009
2011
Sumber : PT Bank Rakyat Indonesia
IV
I
II
III
2010
IV
I
II
III
2011
Sumber : 15 Pedagang Valuta Asing di Bali
Namun industri pariwisata sebagai pendorong utama sektor PHR masih menemui kendala, terutama dalam hal penyediaan infrastruktur publik misalnya dalam bentuk jalan raya, bandara, dsb. Keterbatasan penyediaan infrastruktur tersebut mengakibatkan beberapa masalah bagi pariwisata Bali, yaitu kemacetan dan keterbatasan kapasitas bandara yang membayangi
perkembangan industri pariwisata di Bali dan
menjadi hambatan utama bagi pertumbuhan di sektor PHR. Selain penyediaan infrastruktur, masalah keamanan juga menjadi perhatian penting bagi perkembangan sektor ini, mengingat industri pariwisata sangat sensitif dengan isu keamanan.
1.1.2. Sektor Pertanian Kinerja sektor pertanian mengalami percepatan pertumbuhan di triwulan III-2011, dengan angka pertumbuhan mencapai 2,75% (y-o-y). Realisasi tersebut meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,50% (y-o-y). Meningkatnya kinerja sektor pertanian terutama didorong oleh pertumbuhan di subsektor tanaman bahan makanan yang meningkat dari 2,02% (y-o-y) pada triwulan II menjadi sebesar 6,34% (y-o-y) pada triwulan III-2011. Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) III BPS Provinsi Bali, luas panen dan produksi padi meningkat pada subround II-2011 (periode Mei – Agustus 2011), walaupun dalam level yang rendah. Produksi padi di subround II mencapai 246,57 ribu ton, atau meningkat 0,60% dibanding realisasi periode yang sama tahun lalu. Luas panen juga meningkat 0,89% (y-o-y) dengan luas mencapai 46,02 ribu ha. Peningkatan produksi komoditas pertanian tersebut mengakibatkan kinerja sektor pertanian masih positif sepanjang triwulan III-2011.
16
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Tabel 1.2. Produksi dan Luas Panen Padi – Palawija per subround di Bali, 2010 – 2011 Jan - April Mei - Agustus Sep - Des Jan - Des Komoditas/tahun L. Panen Produksi L. Panen Produksi L. Panen Produksi L. Panen Produksi (ha) (ton) (ha) (ton) (ha) (ton) (ha) (ton) Padi ARAM III 2011 55,272 317,839 46,016 246,571 49,807 287,753 151,095 852,163 ATAP 2010 51,459 307,328 45,609 245,103 55,122 316,730 152,190 869,160 Jagung ARAM III 2011 18,576 45,381 1,199 4,921 2,754 13,993 22,529 64,295 ATAP 2010 22,629 49,852 1,913 5,728 2,164 10,775 26,706 66,354 Kedelai ARAM III 2011 535 591 2,094 2,408 3,062 3,828 5,691 6,827 ATAP 2010 901 1,124 2,362 2,355 1,565 2,075 4,827 5,555 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali
Sementara itu subsektor lainnya, seperti subsektor tanaman perkebunan dan subsektor peternakan justru mengalami kontraksi pertumbuhan di triwulan III-2011 masing-masing sebesar 0,62% dan 1,86%. Hal tersebut diakibatkan oleh permasalahan musim yang mengakibatkan kurang maksimalnya panen pada triwulan III. Prompt indicator berupa rata-rata nilai tukar petani pada triwulan III-2011 tercatat sebesar 106,68, sedikit menurun dari rata-rata NTB triwulan sebelumnya yang mencapai 106,80. Kondisi tersebut mengindikasikan meningkatnya indeks yang dibayar petani (Ib) dibandingkan indeks yang diterima petani (It). Grafik 1.7 Kredit Sektor Pertanian
Prompt indicator lain sektor pertanian berupa penyaluran kredit bank umum ke % y-o-y
miliar Rp Kredit Sektor Pertanian g Kredit Sektor Pertanian
700
60
600 40
500
kegiatan
usaha
pertanian,
perburuan
dan
kehutanan serta untuk kegiatan usaha perikanan yang dikucurkan ke masyarakat juga masih menunjukkan pertumbuhan positif. Penyaluran
400 20 300 200
kredit di triwulan III-2011 realisasinya mencapai Rp 589,73 miliar, atau tumbuh 8,09% (y-o-y).
0
Masih positifnya pertumbuhan kredit di sektor
100 0
-20 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2007
2008
2009
2010
pertanian
ini
mengindikasikan
masih
berprospeknya sektor pertanian.
2011
Sumber : Bank Indonesia, diolah
1.1.3. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Seiring meningkatnya aktivitas industri pariwisata, sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan III-2011 tumbuh 6,97% (y-o-y). Angka tersebut meningkat dari triwulan sebelumnya yang mencapai 6,23% (y-o-y). Meningkatnya pertumbuhan di sektor pengangkutan dan komunikasi diakibatkan oleh peningkatan kinerja angkutan udara dan angkutan laut di subsektor pengangkutan, serta peningkatan 17
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
pos dan telekomunikasi di subsektor komunikasi. Pertumbuhan di sektor ini juga dikonfirmasi oleh prompt indicator berupa jumlah penumpang pesawat di Bandara Ngurah Rai yang meningkat baik untuk kedatangan maupun keberangkatan, masing-masing sebesar 7,37% dan 7,26% (y-o-y), serta meningkatnya penumpang angkutan laut di triwulan III-2011 sebesar 4,13% (y-o-y).
Grafik 1.8 Jumlah Penumpang Pesawat % y-o-y 60
Ribu Orang
2000
Grafik 1.9 Jumlah Penumpang Laut
Kedatangan g Kedatangan
Keberangkatan g Keberangkatan
Ribu Orang 100
1600
40
1200
20
60
800
0
40
400
-20
0
-40
Arus Penumpang (ribu orang) g penumpang (yoy) - (RHS)
% y-o-y
IV
III
60 50 40 30 20 10 0 (10) (20) (30)
80
20 0 I
II
III
I
II
III
IV
I
II
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 2009
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2010 2011 Sumber : PT. Pelindo III, diolah
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
1.1.4. Sektor Jasa-jasa Sektor
jasa-jasa
mengalami
Grafik 1.10 Kredit Sektor Jasa
pertumbuhan meningkat di triwulan III-2011, Milyar Rp
dengan angka pertumbuhan mencapai 10,54% (y-o-y).
Pertumbuhan
dibanding
triwulan
tersebut
sebelumnya
g kredit (RHS)
% y-o-y 80
tinggi
1,200
70
tumbuh
1,000
lebih yang
Kredit Jasa
1,400
60 50
800
9.24% (y-o-y).
40 600
Prompt indicator di sektor jasa-jasa seperti
30
400
penyaluran kredit bank umum di sektor jasa
200
(penyaluran kredit untuk kegiatan administrasi
-
20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
pemerintahan & jamsos ; jasa pendidikan ; jasa
2010
kesehatan dan kegiatan sosial, jasa kemasyarakatan, sosbud
dan
perorangan
perorangan yang
lainnya
melayani
;
rumah
serta
Sumber : Bank Indonesia, diolah
jasa
tangga)
mengalami pertumbuhan 24,60% (y-o-y), dengan realisasi kredit yang disalurkan mencapai Rp 1,23 triliun.
18
2011
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
1.1.5. Sektor Industri Pengolahan Kinerja sektor industri pengolahan makin melambat meskipun masih tumbuh positif di triwulan III-2011. Sektor industri mampu tumbuh 1,36% (y-o-y), melambat dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 3,67% (y-o-y). Melambatnya kinerja sektor ini terutama diakibatkan oleh kontraksi pada subsektor makanan, minuman dan tembakau sebesar 3,95% (y-o-y), serta subsektor barang kayu dan hasil hutan lainnya yang mengalami kontraksi 2,34% (y-o-y). Hal tersebut dikonfirmasi dengan perkembangan industri sedang dan besar di Bali, dimana industri makanan dan minuman mengalami kontraksi 4,41% (q-t-q), atau secara tahunan kontraksi 1,92% (y-o-y). Berdasarkan informasi contact Liaison, industri pengalengan ikan yang merupakan salah satu jenis industri makanan dan minuman dilaporkan mengalami penurunan produksi. Tren penurunan produksi memang sudah terlihat semenjak 2008 akibat resesi yang dialami oleh negara mitra dagang utama (Amerika dan Eropa) yang diiringi dengan tren apresiasi kurs Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat. Penurunan permintaan juga tampak dari hasil SKDU yang menunjukkan kapasitas produksi terpakai untuk industri makanan, minuman dan tembakau semakin menurun dalam 3 tahun terakhir. Namun berdasarkan informasi Contact Liaison, untuk tahun 2011 kondisi tersebut juga turut dipengaruhi oleh cuaca buruk dan anomali yang mengakibatkan gangguan pasokan komoditas. Grafik 1.12 Nilai Ekspor Makanan dan Minuman
Grafik 1.11 Perkembangan Industri Besar dan Sedang Indeks 15
Indeks Produksi
Makanan & Minuman
Tekstil
Pakaian Jadi
10
5
0 II -5
III 2010
IV
I
II
III
Food & Beverages
50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
g Food & Beverages (RHS)
I
2011
% y-o-y
Juta Dolar AS
II
III
IV
I
2009
II
III
2010
IV
I
30 25 20 15 10 5 0 (5) (10) (15) (20) (25) II
III
2011
-10
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, diolah
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Sejalan dengan kontraksi di subsector makanan, minuman dan tembakau, ekspor untuk produk tersebut juga mengalami kontraksi. Ekspor di triwulan III-2011 sebesar 32,87 juta dolar AS, mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 19,39% (y-o-y). Hal ini memperkuat informasi yang diterima mengenai penurunan permintaan dari Negara tujuan ekspor.
19
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Sementara itu kinerja subsektor lain yakni subsektor tekstil, meskipun masih mampu tumbuh positif sebesar 3,18% (y-o-y) juga mengalami tren menurun. Hal tersebut juga dikonfirmasi oleh perkembangan industri sedang dan besar untuk tekstil yang mengalami kecenderungan penurunan pertumbuhan dalam 2 triwulan berturut-turut.
Contact Liaison Bank Indonesia Denpasar juga menyatakan bahwa penurunan
permintaan untuk tekstil juga dipengaruhi oleh krisis keuangan global. Sejak 2008, memang telah terlihat kecenderungan penurunan permintaan dari pembeli utama yang umumnya merupakan buyer lama. Saat ini usaha yang dilakukan oleh pemilik usaha adalah switching pasar untuk mengantisipasi penurunan lebih lanjut. Grafik 1.13 Nilai Ekspor Tekstil Juta Dolar AS
Textile
Grafik 1.14 Kredit Sektor Industri
g Textile (RHS)
miliar Rp
% y-o-y
8
45
7
40
6
35
1,200
30
5
25
4
20
3
Nominal Kredit
g kredit (RHS)
% yoy 55
1,000
45
800
35
600
25
400
15
200
5
15
2
10
1
5
0
0 I
II
III
IV
2009
I
II
III
IV
2010
I
II
III
0
-5 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2011
2007 Sumber : Bank Indonesia
2008
2009
2010
2011
Sumber : Bank Indonesia
Namun demikian prompt indicator lain berupa penyaluran kredit bank umum ke sektor industri menunjukkan pertumbuhan pada triwulan III-2011, dengan penyaluran sebesar Rp 999,76 miliar. Realisasi tersebut meningkat 30,92% dibanding realisasi periode yang sama tahun 2010 yang mencapai Rp 763,63 miliar.
1.1.6. Sektor Lainnya Sektor keuangan dan persewaan di triwulan III-2011 sebesar 6,31% (y-o-y), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 5,99% (y-o-y). Lebih tingginya pertumbuhan terutama didorong oleh meningkatnya kinerja subsektor lembaga keuangan bank yang meningkat dari 9,70% menjadi 13,30% (y-o-y) di triwulan III-2011. Pertumbuhan positif juga dikonfirmasi oleh indikator-indikator pembiayaan. Prompt indicator sektor ini seperti outstanding kredit yang disalurkan oleh bank umum pada triwulan III-2011 tercatat sebesar Rp 28,73 triliun, atau tumbuh 25,03% dibanding periode yang sama tahun lalu. Sementara itu penyaluran kredit BPR juga terus meningkat dengan realisasi kredit yang dikucurkan oleh BPR ke masyarakat mencapai Rp 3,27 triliun, atau meningkat 31,32% (y-o-y). 20
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011 Grafik 1.15 Kredit Bank Umum Triliun Rp 30
Kredit Bank Umum
Grafik 1.16 Kredit Bank Perkreditan Rakyat
g Kredit (RHS)
% y-o-y 40
25 30
Triliun Rp 3.5
Kredit BPR
g Kredit (RHS)
% y-o-y 40
3.0 30
2.5
20 15
20
2.0
20
1.5
10 10 5
1.0
10
0.5
0
0
0.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2007
2008
2009
2010
0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2011
2007
Sumber : Bank Indonesia, diolah
2008
2009
2010
2011
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Meskipun tidak secepat triwulan sebelumnya, pertumbuhan di sektor bangunan masih relatif tinggi dan stabil. Pertumbuhan pada triwulan III-2011 mencapai 7,29% (y-o-y), sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,48% (y-o-y). Masih positifnya permintaan di sektor bangunan juga diindikasikan dari hasil Survey Harga Properti Residensial yang menunjukkan peningkatan indeks sebesar 0,40% (q-t-q), atau secara tahunan sebesar 1,67% (y-o-y). Peningkatan permintaan terutama ditunjukkan untuk property tipe kecil dan menengah. Grafik 1.18 Konsumsi Semen
Grafik 1.17 Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) Indeks
Indeks Harga Properti Residensial (IHPR)
142
g IHPR (yoy) - (RHS)
140
g IHPR (qtq) - (RHS)
% 6
Ribu Ton 400
% y-o-y 100
350
80
200
3
150
2
100
130
1
50
128
0
134 132
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2008
2009
2010
II III
60
250
4
136
40 20 0 -20
0
-40 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2007
2011
2008
2009
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : Bank Indonesia
21
g (y-o-y) - (RHS)
300
5
138
I
Konsumsi Semen
2010
2011
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Grafik 1.19 Kredit Sektor Bangunan Prompt indicator sektor bangunan seperti penyaluran
kredit
ke
sektor
konstruksi
800
mengalami pertubuhan positif di triwulan III-2011.
700
Penyaluran kredit tumbuh 41,17% (y-o-y) dengan
400 300
positif di triwulan III. Konsumsi semen di Provinsi Bali
200
tercatat 327,23 ribu ton, atau meningkat 7,04% (y-
100
tersebut
pertumbuhan
mengindikasikan
prompt
potensi
indicator
60 40 20 0 -20
0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
peningkatan
kinerja sektor ini kedepannya.
80
500
konsumsi semen juga mengalami pertumbuhan
Positifnya
100
Kredit Sektor Bangunan g Kredit Sektor Bangunan - (RHS)
600
realisasi mencapai Rp 678,53 miliar. Indikator lain
o-y).
% y-o-y
miliar Rp
juga
2007
2008
2009
2010
2011
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan III-2011 juga menunjukkan pertumbuhan relatif tinggi. Pertumbuhan pada triwulan III-2011 sebesar 6,85% (y-o-y), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,94% (y-o-y). Beberapa prompt indicator sektor ini seperti hasil SKDU di sektor LGA yang menunjukkan saldo bersih tertimbang positif juga mengkonfirmasi pertumbuhan di sektor ini.
Grafik 1.20 Konsumsi Listrik di Bali juta KWH 1000
Konsumsi Listrik
Grafik 1.21 Jumlah Pelanggan Listrik Ribu Unit
% y-o-y 16 g Konsumsi Listrik (RHS)
800
2500
12
600
8
400
4
% y-o-y Jumlah Pelanggan
g Jumlah Pelanggan (RHS)
8
2400
7
2300
6 5
2200
4 2100
3
2000
2
1900
1
0
200
-4
0
1800
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 2006
2007
2008
2009
0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2010 2011
2006
Sumber : PLN Distribusi Bali
2007
2008
2009
2010 2011
Sumber : PLN Distribusi Bali
Prompt indicator lain berupa penyaluran kredit Listrik, Gas, dan Air oleh bank umum ke masyarakat meningkat cukup signifikan di triwulan III-2011. Penyaluran kredit LGA mencapai Rp 33,88 triliun, atau meningkat 182,43% (y-o-y). Angka tersebut jauh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 0,98% (y-o-y), dengan realisasi pengucuran kredit sebesar Rp 12,40 triliun.
22
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011 Grafik 1.22 Kredit Sektor Listrik, Gas, dan Air miliar Rp % y-o-y Kredit Sektor Listrik 36.0 300 g Kredit Sektor Listrik - (RHS) 32.0 28.0 200 24.0 20.0 100 16.0 12.0 0 8.0 4.0 0.0 -100 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2007
2008
2009
2010
2011
Sumber : Bank Indonesia, diolah
1.2. SISI PERMINTAAN Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi seluruh komponen mampu tumbuh positif di triwulan III-201. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada investasi dan ekspor yang tumbuh masing-masing sebesar 11,20% dan 9,73% (y-o-y). Namun demikian konsumsi rumah tangga masih memberikan share dan sumbangan (andil) terbesar di triwulan III, meskipun andilnya tidak setinggi triwulan sebelumnya. Pertumbuhan investasi juga masih kuat dan memberikan andil cukup tinggi bagi pertumbuhan ekonomi di sisi permintaan. Sementara itu net ekspor juga memberikan andil positif sebesar 1,29% di triwulan III-2011. Tabel 1.3. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Permintaan, 2009 – 2011 (% y-o-y) Komponen Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Nirlaba Konsumsi Pemerintah Investasi/PMTB Ekspor Impor PDRB
Tw I 18.89 19.52 3.66 10.01 2.88 31.05 7.77
2009 Tw II Tw III 23.67 19.96 23.26 15.27 13.48 11.58 8.00 8.42 6.90 12.89 13.95 20.55 5.64 4.34
Tw IV 12.21 3.80 12.69 5.71 22.41 13.15 3.73
Total 2009 18.38 14.85 10.44 7.93 11.46 18.84 5.33
Tw I 5.68 4.22 9.12 19.48 29.66 21.04 4.85
2010 Tw II Tw III 9.83 12.53 6.15 8.02 5.39 14.88 20.75 16.31 17.82 11.43 12.05 6.45 5.74 6.18
Tw IV 11.21 8.01 10.44 11.92 15.74 8.38 6.50
Total 2010 9.89 6.62 10.01 16.92 18.08 11.39 5.83
2011 Tw I Tw II Tw II 13.07 9.76 5.39 7.74 6.71 7.54 23.25 16.66 7.49 12.05 8.58 11.20 8.31 10.95 9.73 12.64 9.37 8.45 6.01 6.42 6.54
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali
1.2.1. Konsumsi Konsumsi masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi di sisi permintaan, meskipun pertumbuhannya tidak setinggi triwulan sebelumnya. Pada triwulan III-2011 konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,39% (y-o-y), melambat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9,76% (y-o-y). Kegiatan konsumsi di triwulan III diantaranya dipengaruhi oleh banyaknya perayaan hari raya
23
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
keagamaan, libur nasional dan pergantian tahun ajaran baru anak sekolah dan universitas yang mempengaruhi pola konsumsi masyarakat di triwulan III. Grafik 1.23 Indeks Keyakinan Konsumen
Grafik 1.24 Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Indeks = 100
Indeks 130
Indeks Kondisi Ekonomi Supply Lap. Kerja Indeks = 100
140
Penghasilan Saat Ini Konsumsi Durable Goods
120
120
100
110 100
80
90
60
80 70
40
60
20
50 I
II
III
IV
I
II
2009
III
IV
I
2010
II
I
III
2011
II
III
IV
I
2009
II
III
IV
I
2010
II 2011
Sumber : Survey Bank Indonesia
Sumber : Survey Bank Indonesia
Seiring positifnya pertumbuhan konsumsi, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari hasil survey Bank Indonesia Denpasar juga mengalami peningkatan dan berada di level optimis. Rata-rata IKK pada triwulan III2011 sebesar 108,22, meningkat dari rata-rata triwulan sebelumnya yang sebesar 96,08. Dari komponen pembentuknya, peningkatan IKK terutama didorong oleh meningkatnya Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dengan komponen utama yang meningkat adalah penghasilan yang akan datang dan supply lapangan kerja di masa mendatang. Prompt indicator lain berupa kredit konsumsi juga tumbuh tinggi di triwulan III-2011. Realisasi penyaluran kredit konsumsi ke masyarakat mencapai Rp11,42 triliun, dengan angka pertumbuhan sebesar 20,76% (y-o-y). Namun demikian rata-rata nilai tukar petani pada triwulan III-2011 tercatat sebesar 106,68, sedikit menurun dari rata-rata triwulan sebelumnya yang sebesar 106,80. Dari grafik dapat dilihat bahwa komponen indeks yang diterima petani menunjukkan tren meningkat, mengindikasikan meningkatnya daya beli petani dan diperkirakan turut mempengaruhi perilaku konsumen. Grafik 1.25 Nilai Tukar Petani
Grafik 1.26 Kredit Konsumsi
150 140
% yoy
miliar Rp
NTP Indeks yg Diterima Petani Indeks yg Dibayar Petani Garis 100
Indeks
Nominal Kredit g Kredit Konsumsi (RHS)
12,000
40 35
10,000
30
130
8,000
120
25
6,000
20
110
10 2,000
90 80
5
0
I
II
III
IV
2009
I
II 2010
III
IV
I
II
III
0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2011
2007
Sumber : Badan Pusat Statistik
2008
Sumber : Bank Indonesia
24
15
4,000
100
2009
2010
2011
III
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
1.2.2. Investasi Komponen investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto) tumbuh meningkat dan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi di sisi permintaan. Investasi tumbuh 11,20% (y-o-y) pada triwulan III-2011, meningkat dari triwulan sebelumnya yang mencapai 8,58% (y-o-y). Pertumbuhan tersebut mengakibatkan andil investasi pada pertumbuhan ekonomi juga meningkat, dari 2,19% di triwulan lalu menjadi 2,88% di triwulan III-2011. Masih baiknya prospek perekonomian kedepan menjadi faktor utama optimism pelaku usaha mengenai kondisi kedepan, seperti yang diindikasikan hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang menunjukkan peningkatan ekspektasi situasi bisnis 6 bulan yang akan datang. Seiring pertumbuhan investasi, impor barang modal ke Bali pada triwulan III-201 juga menunjukkan peningkatan drastis sebesar 100,28% (y-o-y), dengan realisasi impor barang modal sebesar 11,64 juta dolar AS. Hal ini sesuai dengan perkiraan sebelumnya bahwa impor akan mencapai puncaknya menjelang akhir tahun. Grafik 1.27 Impor Barang Modal
Grafik 1.28 Kredit Investasi % y-o-y
Ribu USD ($) 14,000
miliar Rp
g impor barang modal (rhs)600.00
Impor Barang Modal
6,000
12,000
500.00
10,000
400.00
8,000
300.00
6,000
200.00
3,000
4,000
100.00
2,000
2,000
0.00
1,000
0 II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2007
2008
2009
2010
g kredit investasi (yoy) - (RHS)
5,000 4,000
(100.00) I
% y-o-y Nominal
II III
0
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 -5
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2011
2007
2008
2009
2010
2011
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia Prompt indicator berupa kredit investasi juga tumbuh tinggi di triwulan III-2011 sebesar 25,38% (y-
o-y), dengan realisasi penyaluran kredit mencapai Rp 5,53 triliun. Hasil penjualan semen yang mengalami pertumbuhan 7,04% (y-o-y) dengan realiasi penjualan mencapai 327,23 ribu ton di triwulan III-2011 juga mengindikasikan meningkatnya aktivitas investasi di Bali dari sisi bangunan. Masih baiknya prospek perekonomian Bali diperkirakan mendorong meningkatnya indikator-indikator investasi tersebut.
1.2.3. Ekspor Impor Ekspor Kinerja ekspor dalam komponen PDRB Bali tumbuh tinggi pada triwulan III-2011 dengan pertumbuhan ekspor mencapai 9,73% (y-o-y), meskipun sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,95% (y-o-y). Masih tingginya ekspor terutama ditopang oleh komponen ekspor antar daerah. Namun dari sisi perdagangan internasional, ekspor justru mengalami kontraksi di triwulan III25
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
2011. Apresiasi kurs rupiah terhadap dolar mengakibatkan realisasi perdagangan internasional Bali di triwulan III-2011 kontraksi 29,57% (y-o-y), dengan realisasi ekspor 145,29 juta dolar AS. Volume ekspor juga mengalami penurunan 65,71% (y-o-y), dengan realisasi ekspor mencapai 31,77 ribu ton. Grafik 1.30 Perkembangan Volume Ekspor Bali
Grafik 1.29 Perkembangan Nilai Ekspor Bali % y-o-y
juta USD
Nilai Ekspor
240
g Nilai Ekspor (RHS)
200
50
Ribu Ton 140
40
120
30
120
10
80
0
60
0 I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2007
2008
2009
2010
150 100
0
40
(20)
40
% y-o-y 200
50
(10)
80
g Volume Export (RHS)
100
20
160
Volume Export
(30)
20
(40)
-
II III
-50 -100 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2011
2007
Sumber : Bank Indonesia, diolah
2008
2009
2010
2011
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Dari lima jenis komoditas ekspor utama di Bali yang memiliki porsi 65,88% terhadap keseluruhan nilai ekspor di Provinsi Bali, komoditas ikan dan udang, komoditas perhiasan dan komoditas kayu & barang dari kayu mengalami kontraksi pertumbuhan di triwulan III-2011. Ikan dan udang yang memberikan share terbesar di triwulan III-2011 mencapai 17,57%, justru mengalami kontraksi terbesar. Kontraksi pertumbuhan pada ikan dan udang sebesar 28,53% (y-o-y), diikuti perhiasan (6,79%) dan kayu & barang dari kayu (1,65%). Dari contact Liaison KBI Denpasar, kegiatan
Grafik 1.31 Pangsa Nilai Ekspor Provinsi Bali
penangkapan ikan memang diwarnai oleh masalah keterbatasan
Ikan dan Udang 17.57%
Lainnya 34.12%
diakibatkan
oleh
penangkapan di laut lepas. Selain itu tren apresiasi kurs
Rupiah
menjadi
kendala
tersendiri
yang
mempengaruhi penurunan permintaan dari Negara
Perhiasan / Permata 13.88%
tujuan ekspor.
Pakaian Jadi Bukan Rajutan 14.28%
Sumber : Bank Indonesia, diolah
26
yang
kendala cuaca dan anomali iklim yang mengganggu Kayu, Barang dari Kayu 11.28%
Perabot, Penerangan Rumah 8.86%
pasokan
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Grafik 1.32 Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama Bali 03 44 62 71 94
% y-o-y 80 60
-
Grafik 1.33 Negara Pembeli Utama Ekspor Bali US 19.77%
Other Countries 40.21%
Ikan dan Udang Kayu, Barang dari Kayu Pakaian Jadi Bukan Rajutan Perhiasan / Permata Perabot, Penerangan Rumah
Japan 13.39%
40 20 Hongkong 6.68%
0 I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2007
2008
2009
2010
II III
Australia 10.83% Singapore 9.11%
(20) 2011
Sumber : Bank Indonesia, diolah
(40)
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Berdasarkan Negara pembelinya, ekspor terbesar di triwulan III-2011 masih didominasi oleh Amerika Serikat (19,77%), diikuti Jepang (13,39%), Australia (10,83%) dan Singapore (9,11%). Namun demikian realisasi ekspor kepada tiga Negara pembeli terbesar justru mengalami kontraksi relatif tinggi pada triwulan III-2011. Ekspor ke Amerika Serikat kontraksi 25,23% (y-o-y) dengan realisasi mencapai 28,73 dolar AS, ekspor ke Jepang kontraksi 28,38% (y-o-y) dengan realisasi sebesar 19,46 juta dolar AS, dan ekspor ke Australia kontraksi 14,28% (y-o-y) dengan realisasi 15,73 juta dolar AS. Krisis keuangan global menjadi penyebab utama tren penurunan ekspor semenjak 2008. Apresiasi kurs yang terjadi juga menjadi penyebab ekspor menjadi kurang menarik untuk dilakukan. Upaya yang dilakukan oleh contact Liaison diantaranya melakukan upaya switching pasar tujuan ekspor untuk mencegah terjadinya penurunan lebih lanjut.
Impor
Komponen Impor pada triwulan III-2011 tumbuh 8,45% (y-o-y), masih mampu tumbuh tinggi meskipun tidak secepat triwulan sebelumnya yang mencapai 9,37%(y-o-y). Masih tingginya impor terutama diakibatkan oleh tingginya sub komponen impor antar daerah, mengingat Bali merupakan pulau yang memiliki ketergantungan cukup tinggi dengan daerah lainnya. Dari sisi perdagangan international, nilai impor pada triwulan III tercatat sebesar 40,83 jta dólar AS, dan megalami pertumbuhan signifikan mencapai 77,46% (y-o-y). Namun disaat nilai impor mengalami peningkatan, volumenya justru mengalami kontraksi 10,15% (y-o-y), dengan realisasi impor mencapai 1,69 ribu ton. Impor pada triwulan III-2011 didominasi oleh produk-produk industria (share 99,75%), dengan komoditas impor seperti komputer dan suku cadang mesin. Sementara itu impor produk pertanian belum banyak dilaksanakan di triwulan III-2011.
27
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Grafik 1.34 Perkembangan Nilai Impor Bali
Grafik 1.35 Perkembangan Volume Impor Bali % y-o-y
juta USD 160
Nilai Impor
g Nilai Impor (RHS)
% y-o-y Ribu Ton 800 16 Volume Impor g volume impor (RHS) 700 14 600 12 500 10 400 300 8 200 6 100 4 0 2 (100) (200) 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
400 300
120 200 100
80
0 40 (100) (200)
0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2007
2008
2009
2010
2011
Sumber : Bank Indonesia
2007
perak dan platinum (16,95%), automatic data (16,44%),
serta
parts
and
accessories (13,75%). Selain Hongkong impor dari
Singapura
(share
RRC 7%
data
processing
Germany Taiwan 4% 5% Hongkong 29%
Other Countries 11%
28,99%), dengan komoditas utama adalah automatic
2011
Australia 4%
28,99%) dengan komoditas utama adalah
didominasi
2010
Grafik 1.36 Pangsa Impor Provinsi Bali berdasarkan Negara Asal
2011 masih didominasi oleh Hongkong (share
juga
2009
Sumber : Bank Indonesia
Negara asal impor pada triwulan III-
processing
2008
USA 12%
machines
Singapore 28%
(26,83%), perak dan platinum (14,95%), dan part-part mesin (6,77%). Sumber : Bank Indonesia
Impor juga berasal dari Amerika Serikat (share 14%) dengan komoditas utama yang diimpor adalah produk konstruksi pabrik, part dan peralatannya (21,93%), mesin non elektris (17,26%), dan instrument pengukuran (8,46%).
28
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Boks A.
Banjir di Thailand membawa Berkah? Setelah diterpa krisis politik yang sempat melumpuhkan aktivitas bisnis dan pariwisata di pusat Kota Bangkok, aktivitas pariwisata di Thailand kembali terhambat oleh banjir yang melanda sejak Juli 2011. Banjir tidak hanya mengancam industri pariwisata Thailand saja namun juga mengancam Negara-negara di Asia Tenggara lainnya seperti Laos, Kamboja, Vietnam dan Filiphina. Para ahli memperkirakan bahwa sejak Juli 2011, curah hujan di kawasan Asia Tenggara meningkat hingga 50% menyebabkan banjir yang menewaskan hingga 700jiwa dan merugikan lebih dari 8 juta orang lainnya. Meskipun musim hujan biasanya terjadi pada low season kunjungan wisatawan, banjir kali ini tetap berdampak pada kinerja industri pariwisata pada Negara-negara tersebut. Negara yang paling parah terkena dampak banjir adalah Thailand dengan korban jiwa mencapai 427 orang. Aliran Sungai Chao Praya yang membelah Thailand mulai dari Provinsi Nakhon Sawan mengalir ke Selatan sejauh 372 kilometer melalui jantung Kota Bangkok dan bermuara di Teluk Thailand meluap membanjiri lingkungan di sekitarnya. Beberapa kota utama seperti Bangkok, Pathum Tani, Nonthaburi dan kota wisata terkemuka Ayutthaya terendam banjir. Pemerintah Thailand terpaksa mengeluarkan travel warning pada tanggal 2 November 2011 untuk mencegah korban jiwa dari warga Negara asing. Banjir di Thailand dan travel warning ini diharapkan memberikan hikmah tersembunyi berupa limpahan wisatawan yang mengalihkan tujuan wisatanya dari Thailand ke Negara lainnya seperti Indonesia. Sebagai salah satu negara tujuan wisata dunia, kinerja industri pariwisata Thailand cukup mengagumkan. Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Thailand melonjak dari angka 9,51 juta orang pada tahun 2000 menjadi 15,80 juta orang pada tahun 2010. Pada periode yang sama, kunjungan wisman ke Indonesia hanya meningkat dari 5,06 juta orang menjadi 7 juta orang (lihat Gambar 1). Bahkan kunjungan wisman pada tahun 2009 – 2010 masih tetap di atas 15 juta orang meskipun krisis politik sedang melanda Thailand. Lebih dari separuh kunjungan wisman ke Thailand berkunjung ke Bangkok baik sebagai tujuan utama maupun titik awal kedatangan ke Thailand. Grafik 1. Kunjungan Wisman ke Thailand, Indonesia dan Bali 2000-2010 Juta Orang 18 16
Thailand
Indonesia
Bali
14 12 10 8 6 4 2 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), Tourism Authority od Thailand (TAT)
29
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Namun demikian dikeluarkannya travel warning pada 2 November 2011 lalu diharapkan terdapat limpahan wisatawan yang mengalihkan kunjungannya dari Thailand ke Indonesia khususnya ke Bali. Data Tourism Authority of Thailand (TAT) menunjukkan bahwa sebagian besar wisman yang mengunjungi Bangkok berasal dari Eropa dan Asia Timur seperti China dan Jepang (lihat Gambar 2). Berdasarkan kompisis asal wisman ini, pariwisata Bali berharap mendapat limpahan wisman asal China dan Jepang yang jaraknya relatif lebih dekat dan wisman asal Eropa. Grafik 2. Sebaran Asal Wisman di Bangkok Oceania Asia Selatan 5% 10%
Timur Tengah 6% Afrika 1% China; 10%
Amerika 7%
Korea Selatan; 6% Asia Timur 32%
Taiwan; 4% Jepang; 10%
Eropa 38%
Hongkong; 3%
Sumber : Tourism Authority od Thailand (TAT)
Sampai dengan bulan September 2011, kunjungan wisman ke Bali pada tahun 2011 mencapai 2,05 juta orang meningkat 10,36% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Untuk memperoleh indikasi awal adanya dampak limpahan wisman dengan tujuan wisata awal Bangkok Thailand, pantauan difokuskan pada peningkatan kunjungan wisatawan asal China, Eropa dan Malaysia. Wisman asal Jepang tidak dipantau dengan alasan terjadi penurunan jumlah kunjungan pasca gempa besar yang melanda Jepang Utara pada Mei 2011. Sementara Malaysia dimasukkan dalam lingkup pantauan dengan alasan tingkat kunjungan wismannya cukup tinggi (7,56% dari total wisman ke Bali), tidak termasuk daerah bencana serta berlokasi relatif dengan Indonesia dan Thailand. Identifikasi awal, menunjukkan belum terdapat limpahan wisman akibat bencana banjir di Thailand (lihat Gambar 3). Pertumbuhan kunjungan wisman yang tinggi pada saat banjir melanda (area berwarna biru) hanya ditunjukkan oleh wisman asal China dengan rata-rata pertumbuhan tahunan selama periode banjir sebesar 24,76%. Namun demikian pertumbuhan yang tinggi sudah dimulai sejak Mei 2011 atau sebelum banjir melanda dengan pertumbuhan sebesar 26,98%. Sementara untuk kunjungan wisman lainnya kenaikannya relatif tidak mencolok.
30
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Grafik 3. Pertumbuhan Kunjungan Wisman ke Bali Jan – Sep 2011 Juta Orang 70 60 China
50
Eropa
Malaysia
Total
40 30 20 10 0 -10
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
-20
Sumber : Badan Pusat Statistik
Beberapa analisis awal yang dapat dikembangkan mengenai tidak adanya indikasi awal limpahan wisman dari tujuan wisata Thailand adalah : •
Banjir terjadi saat masa low season sehingga tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada penurunan jumlah kunjungan wisman di Thailand.
•
Masih terdapat alternatif daerah tujuan wisata selain Bali di Asia Tenggara dan Selatan yang tidak mengalami banjir seperti Malaysia, Singapura maupun India sehingga pilihan pengalihan tujuan wisata masih tersedia.
•
Tidak seluruh daerah tujuan wisata di Thailand terkena banjir seperti di kawasan Pattaya ataupun Chiang Mai sehingga wisman masih dapat berkunjung ke wilayah Thailand yang lain. Bandara Utama Suvarnabhumi di Bangkok dilaporkan masih dapat digunakan. Meskipun akhirnya pemerintah Thailand mengeluarkan travel warning pada 2 November 2011, jumlah wisman yang sempat menikmati pariwisata Thailand relatif banyak sebelum travel warning diumumkan.
31
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Boks B.
Optimisme Pengembangan Pariwisata di Bali Bali sebagai pusat kegiatan pariwisata di Indonesia merupakan tempat yang menarik bagi pemilik modal untuk berinvestasi di Bali. Salah satu bentuk investasi yang marak dilakukan adalah pembangunan hotel sebagai penyedia akomodasi bagi para wisatawan. Data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menunjukkan jumlah kamar hotel di Bali pada tahun 2009 mencapai 46.014 buah, namun yang ilegal sekitar 17.000 unit dan pada tahun 2011 telah meningkat lebih dari 55.000 unit. Hasil liaison Bank Indonesia Denpasar selama tahun 2011 menunjukkan sekurang-kurangnya terdapat 17 pembangunan perhotelan sedang berlangsung di wilayah Kuta. Maraknya pertumbuhan hotel didukung dengan tingginya ekspektasi kunjungan wisatawan di Bali. Sebagai informasi, jumlah kunjungan wisman ke Bali sejak 2 tahun terakhir mengalami kenaikan sebesar 22,66% dan naik 10,36% dibandingkan periode September 2010 (y-o-y). Tingkat hunian hotel juga mengalami peningkatan yang didukung oleh hasil Survei Harga Properti Komersial (SPKom) 2011 yang dilaksanakan bulan September 2011 dengan melibatkan 72 perhotelan bintang 3, 4, dan 5 di wilayah Denpasar, Badung, dan Gianyar yang menyatakan adanya kenaikan tingkat hunian. Hotel bintang 5, bintang 4, dan bintang 3 menyatakan adanya kenaikan tingkat hunian dibandingkan tahun sebelumnya masingmasing sebesar 20,64%; 9,35%; dan 7,5%. Kenaikan hunian ini didukung oleh pemasaran hotel yang intensif (dinyatakan oleh 25% responden) dan kenaikan kunjungan wisatawan (dinyatakan oleh 24% responden) (lihat Gambar 1). Ramainya kunjungan wisman ke Bali tidak
Grafik 1. Kenaikan Tingkat Hunian Hotel KETIDAKSTAB ILAN LOKASI DESTINASI STRATEGIS LAIN 3% 2% MARKET/PAS AR BARU 5%
KURS AUD YANG MENGUAT 5% HIGH SEASON 13%
hanya karena didukung oleh kegiatan pemasaran yang efektif, namun juga karena faktor keamanan Bali yang terus dijaga. Diperkirakan dengan adanya
REPEATER GUEST 2%
bencana banjir yang melanda Negara Thailand bulan Oktober 2011 akan memberikan dampak yang positif bagi peningkatan kunjungan wisman
KEAMANAN 11% PERBAIKAN FASILITAS/RE NOVASI 8%
ke Bali periode TW IV 2011.
TK. KUNJUNGAN/ DEMAND 24%
MARKETING/ PROMOSI/AD V 25%
Alasan Kenaikan Tk. Hunian - Hotel
Namun
demikian,
dibalik
optimisme
peningkatan kunjungan wisman di masa depan, PERSAINGAN PASAR 2%
tingginya pertumbuhan hotel tetap berpotensi
Sept 2011
menimbulkan ekses negatif. Suplai kamar hotel yang
Sumber : Hasil Survey
berlebihan
berpotensi
menimbulkan
persaingan yang tidak sehat. Hal ini dinyatakan oleh 12,5% responden yang mengindikasikan adanya penurunan tingkat hunian hotel akibat persaingan antarhotel. Pemerintah daerah sebagai regulator perlu memikirkan langkah strategis selanjutnya untuk mencegah persaingan yang tidak sehat yang dapat mematikan sektor perhotelan sebagai salah satu pendukung industri pariwisata.
32
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Bab 2
Perkembangan Inflasi
Sepanjang triwulan III-2011 tekanan Inflasi Kota Denpasar masih bertahan pada level yang rendah sebesar 0,81% (q-t-q), mendekati level inflasi triwulan sebelumnya sebesar 0,82% (q-t-q). Penahan laju inflasi pada triwulan III masih terjadi pada sub kelompok komoditas bumbu-bumbuan, sedangkang sumber tekanan inflasi terjadi pada sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya. Puncak inflasi terjadi pada bulan Juli yang dipicu oleh perayaan hari keagamaan dan berlalunya puncak panen padi di Bali.
2.1. KONDISI UMUM Pada triwulan III-2011, inflasi tahunan tercatat sebesar 4,39% (y-o-y), terendah dalam satu tahun terakhir, jauh di bawah inflasi triwulan sebelumnya sebesar 7,45% (y-o-y). Meskipun melemah, inflasi tersebut masih lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional pada periode yang sama yang mencapai 4,61% (y-o-y). Rendahnya tekanan inflasi pada triwulan III-2011 disebabkan oleh terjadinya kecenderungan penurunan harga pada sub kelompok bumbu-bumbuan, buah-buahan, komunikasi, sandang dan sub kelompok ikan segar yang umumnya terjadi pada bukan Agustus dan September. Sementara sub kelompok padi-padian, barang pribadi, makanan jadi, transport dan biaya tempat tinggal cenderung memberikan tekanan inflasi yang cukup kuat. Sampai dengan akhir triwulan III inflasi tahun berjalan sebesar 2,91% (y-t-d).
No. 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 2.1 Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang (%) 2010 Kelompok Barang Tw II Tw III Tw IV Bahan Makanan 14.43 15.04 18.32 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, & Tembakau 8.14 11.43 10.20 Perumahan, Air, Listrik, Gas, & Bahan Bakar 4.71 7.83 7.31 Sandang 1.73 1.74 2.92 Kesehatan 1.29 1.13 1.13 Pendidikan, Rekreasi, & Olahraga (2.75) 4.81 4.57 Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 0.51 0.22 0.25 UMUM 5.59 7.66 8.10
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
33
2011 Tw I 16.93 10.00 6.69 4.64 1.99 4.63 1.09 7.93
Tw II 10.01 11.03 8.56 5.49 2.96 5.87 1.86 7.45
Tw III 5.86 6.79 4.07 7.84 2.67 0.87 2.04 4.39
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Denpasar
Grafik 2.2 Perubahan Harga Komoditas Pangan
12 m-t-m
q-t-q
y-o-y
TOMAT SAYUR
10 8
CABE MERAH
6
BAWANG PUTIH
4
CABE RAWIT
2
BAWANG MERAH
0 -2
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9 2008
2009
2010
DAGING AYAM RAS
2011
SAWI HIJAU Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
IKAN BANDENG
YoY
TEMPE
YtD
Inflasi sebesar 4,39% (y-o-y) atau 0,82% (q-t-q)
DAGING SAPI
terutama bersumber pada kelompok bahan makan,
EMAS PERHIASAN
yang inflasi sebesar 5,86% (y-o-y) dengan sumbangan
MINYAK GORENG
0,36% (q-t-q) dan kelompok makanan jadi dengan
IKAN KEMBUNG/GEMBUNG
inflasi 6,79% (y-o-y) dan sumbangan sebesar 0,17% (q-
BERAS
t-q). Pada triwulan III-2011, sumber inflasi pada kelompok
bahan
makanan,
didominasi
oleh
TELUR AYAM RAS
sub
kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya yang memiliki andil sebesar 0,93% dengan perubahan harga
‐0.6
‐0.4
‐0.2
0
0.2
0.4
0.6
Sumber : SBH Bank Indonesia, diolah
tercatat sebesar 15,35% (q-t-q) dan 15,17 (y-o-y). Tekanan inflasi yang tinggi pada sub kelompok ini lebih
Grafik 2.3 Perkembangan Harga Beras Premium
disebabkan oleh peningkatan harga beras yang yang cukup signifikan pada triwulan III, dengan rata-rata peningkatan seluruh kualitas mencapai Rp 657,00. Peningkatan harga tersebut telah mendorong inflasi beras 16,45% (q-t-q) dengan sumbangan terhadap inflasi triwulan III sebesar 0,93%. Tingginya peningkatan harga beras terutama terjadi karena berlalunya puncak panen pada bulan April dan Mei, yang menyebabkan berkurangnya pesokan ke pasaran dan berkurangnya cadangan beras yang berada di masyarakat (rumah
Rp / kg 15000 13000
IR 64 - Putri Sejati
IR 64 - C4 Beras Bali
Rojolele (Premium)
11000 9000 7000 5000 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2009
2010
2011
Sumber : SBH Bank Indonesia, diolah
tangga). Hal ini terutama terjadi pada kelompok beras dengan kualitas medium dan premium. Tingginya inflasi pada kelompok beras kualitas medium dan premium, terjadi karena tingginya permintaan terhadap kedua jenis kualitas beras tersebut. Pola permintaan yang relatif tinggi dan stabil
34
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, tingkat pendapatan masyarakat, khususnya Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, yang relatif tinggi, dengan pola permintaan yang tidak elastis terhadap harga; permintaan industri khususnya hotel dan restoran yang cukup tinggi terkait dengan tingginya kegiatan pariwisata; serta jalur distribusi yang cukup maju dan luas. Sementara, beras dengan kualitas di bawah medium, relative kurang diminati dan cenderung tidak mengalami peningkatan harga yang signifikan. Hal ini dipengaruhi oleh adanya kontinuitas penyediaan beras kualitas di bawah medium oleh BULOG melalui mekanisme pembagian raskin maupun mekanisme operasi pasar terbuka (OPT). Selain beras, komoditas lain yang menyumbang inflasi dalam kelompok bahan makanan adalah komoditas kangkung sebesar 0,05% dengan inflasi sebesar 12,16% (q-t-q), diikuti oleh komoditas kacang panjang dan daging babi yang masing-masing memliki sumbangan sebesar 0,02% dan inflasi sebesar 7,28% (q-t-q) dan 2,13% (q-t-q). peningkatan harga pada komoditas-komoditas tersebut terjadi karena peningkatan permintaan oleh masyarakat terkait dengan perayaan hari raya keagamaan. Selain disebabkan oleh permintaan, inflasi juga dipengaruhi oleh penawaran yang cenderung melemah untuk komoditas sayursayuran terkait dengan kondisi cuaca, dimana tidak terjadi hujan pada triwulan III-2011. Komoditas lain selain bahan makanan
Grafik 2.4 Perkembangan Harga Emas
yang memberikan sumbangan besar terhadap pembentukan inflasi triwulan III adalah komoditas
Rp / gram 390000
emas yang menyumbang inflasi sebesar 0,12%
370000
dengan laju inflasi sebesar 14,81% (q-t-q). Inflasi
350000
emas mendorong inflasi sub kelompok barang
330000
pribadi dan sandang lainnya hingga mencapai
310000
26,52% (y-o-y). Tingginya inflasi emas dipicu oleh
290000
24 Karat - tanpa ongkos pembuatan 22 Karat - tanpa ongkos pembuatan
270000
peningkatan harga emas yang cukup tinggi sejak
250000 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
tahun 2010. Permintaan yang terjaga dengan
2009
indikasi yang terus meningkat dikonfirmasi dari bobot konsumsi emas yang cenderung megalami
2010
Sumber : SBH Bank Indonesia, diolah
peningkatan sepanjang tahun 2011, dari 0,008%
Grafik 2.5 Jumlah Penumpang Udara
menjadi 0,0092%. Bobot konsumsi yang terus meningkat tersebut terjadi karena peningkatan
350000
harga emas yang diikuti dengan permintaan. Hal
300000
ini diperkirakan terjadi karena, adanya perubahan
250000 200000
pola investasi masyarakat dari instrument investasi
150000
tradisional seperti tabungan, deposito dan property
100000
beralih pada instrument emas. Selain sebagai
50000
instrument investasi permintaan emas yang tetap
0 JANUARI
terjaga juga dipengaruhi oleh permintaan untuk
FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI
Internasional Kedatangan Domestik Kedatangan
konsumsi khususnya untuk menghadapi hari raya.
Sumber : SBH Bank Indonesia, diolah
35
2011
JUNI
JULI
AGUSTUS
Internasional Keberangkatan Domestik Keberangkatan
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Meskipun dipengaruhi faktor musiman, komoditas jasa angkutan udara tecatat memiliki sumbangan yang cukup besar dalam pembentukan inflasi pada triwulan III-2011, sebesar 0,10% dengan laju inflasi sebesar 25,72% (q-t-q), sedangkan sub kelompok transport tercatat memiliki inflasi sebesar 3,34% (y-o-y). tingginya inflasi jasa angkutan udara pada triwulan III-2011 dipengaruhi oleh tingginya permintaan jasa penerbangan akibat peningkatan kegiatan pariwisata, khususnya peningkatan kunjungan wisatawan domestik yang memanfaatkan jasa pesawat udara. Peningkatan ini dipengaruhi oleh masuknya periode puncak kunjungan sehubungan dengan libur tahun ajaran sekolah dan perayaan hari besar keagamaan. Walaupun kelompok bahan makanan tercatat memberikan sumbangan inflasi terbesar sepanjang triwulan III-2011, namun sub kelompok bumbu-bumbuan, yang merupakan bagian dari kelompok bahan makanan, tercatat memberikan sumbangan deflasi terbesar, yaitu 0,55% dengan laju deflasi 19,34% (q-t-q) atau 11,59% (y-o-y). Selain bumbu-bumbuan, sub kelompok buah-buahan juga mengalami deflasi sebesar 2,30% (q-t-q) namun secara tahunan tercatat inflasi sebesar 3,15% (y-o-y). deflasi pada sub kelomok bumbu-bumbuan dan sub kelompok buah-buahan dipengaruhi oleh penurunan harga pada komoditas cabe rawit deflasi sebesar 49,36% (q-t-q), tomat buah deflasi sebesar 47,61% (q-t-q), bawang putih deflasi sebesar 23,90% (q-t-q), bawang merah deflasi sebesar 18,00% (q-t-q) dan cabe merah deflasi sebesar 14,53% (q-t-q). Deflasi pada komoditas ini telah terjadi sejak triwulan sebelumnya dan merupakan kelanjutan dari proses penyesuaian harga setelah mengalami peningkatan pada periode sebelumnya. Penyesuaian ini terjadi seiiring dengan peningkatan pasokan untuk komoditas-komoditas tersebut.
2.2.
INFLASI BULANAN M-T-M Inflasi tercatat sepanjang triwulan III-2011, inflasi tertinggi terjadi di bulan Juli, dan
terendah di bulan Agustus. Inflasi Juli tercatat tertinggi sebesar 0,78% (m-t-m). Tingginya inflasi pada bulan Juli dipicu oleh inflasi yang cukup tinggi pada kelompok bahan makanan yang mencapai 3,09% (m-tm), dengan sumbangan terhadap pembentukan inflasi sebesar 0,56%, merupakan inflasi tertinggi sepanjang tahun 2011. Selain kelompok bahan makanan inflasi juga terjadi pada kelompok makanan jadi sebesar 0,26% (m-t-m), kelompok kesehatan sebesar 0,23% (m-t-m), kelompok transportasi, pendidikan dan perumahan masing-masing sebesar 0,09% (m-t-m), 0,08 (m-t-m) dan 0,02% (m-t-m). sementara kelompok sandang tercatat mengalami deflasi sebesar 0,42% (m-t-m).
36
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Tabel 2.2 Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang No.
Kelompok Barang
Jul 3.09 0.26 0.02 (0.42) 0.23 0.08 0.09 0.78
1 2 3 4 5 6 7
Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Perumahan, Air, Lisrik, Gas, dan Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan UMUM Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Grafik 2.6 Inflasi Bulanan Kota Denpasar (% m-t-m) Juli 2011
Inflasi kelompok bahan makanan pada Juli terutama dipicu oleh kenaikan harga beras, yang diikuti antara lain oleh komoditas daging ayam ras,
% (m-t-m)
telur ayam ras, kacang panjang, nangka serta
3.5
daging babi. Beras sebagai penyumbang inflasi
3.0
dengan
sumbangan
Bahan Makanan Perumahan Kesehatan Transpor
1.5
sebesar
1.0
0,55%. Inflasi yang tinggi ini, terjadi karena
0.5
berkurangnya pasokan beras kualitas medium dan
0.0
premium di pasaran. Hal ini diperkirakan terjadi
-0.5
0.77 0.24
0.25 0.02
0.08 0.08
(0.42)
-1.0
karena jumlah penyerapan hasil panen yang kurang optimal oleh industri pengolahan gabah.
UMUM Makanan Jadi Sandang Pendidikan
2.0
sebesar Rp250 sehingga tercatat inflasi sebesar (m-t-m)
3.09
2.5
tertinggi, rata-rata mengalami peningkatan harga 9,80%
III-2011 Agust Sep (0.97) (0.54) 0.24 0.53 0.32 0.03 1.93 1.63 (0.07) 0.02 (0.01) 0.04 0.24 (0.01) 0.01 0.03
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap penyediaan beras premium dari luar pulau serta sifat permintaan yang cenderung tidak elastis terhadap perubahan harga menyebabkan pola pembentukan harga beras relatif lebih mudah untuk mengalami peningkatan. Selain beras masih terdapat 39 komoditas dalam kelompok bahan makanan yang mengalami inflasi. Penyumbang inflasi terbesar kedua dalam kelompok bahan makanan adalah komoditas daging ayam ras sebesar 0,14% dengan laju inflasi 10,33% (m-t-m) . Peningkatan harga daging ayam ras pada bulan Juli ratarata mencapai Rp2.400, selain daging ayam ras, telur ayam ras juga tercatat mengalami peningakatan yang cukup besar yaitu 7,00 % (m-t-m) dengan sumbangan sebesar 0,07%. Peningkatan yang cukup tinggi pada ke dua komoditas ini dipengaruhi oleh peningakatan permintaan yang cukup besar baik dari permintaan industri maupun permintaan dari rumah tangga yang dipicu oleh perayaan hari besar keagamaan dan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan khususnya domestic yang secara langsung meningkatkan permintaan terhadap komoditas bahan makanan dan makanan jadi.
37
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Peningkatan harga juga terjadi pada sub kelompok sayur-sayuran yang sebesar 0,69% (m-t-m). komoditas yang menyumbang inflasi terbesar adalah kacang panjang dan nangka muda, masing-masing sebesar 0,03% dan 0,027% dengan laju inflasi masing-masing sebesar 10,63% (m-t-m) dan 22,85% (m-tm). fenomena yang paling mempengaruhi inflasi pada kedua jenis sayuran tersebut adalah perayaan hari besar keagamaan, diamana kedua jenis komoditas tersebut merupakan prasyarat dalam pelaksanaan upacara agama. Selain kedua komoditas ini, komoditas lain yang peningkatannya disebabkan oleh peningkatan permintaan terkait dengan upacara agama adalah komoditas daging babi yang mengalami inflasi 2,36% (mt-m), komoditas pisang sebesar 4,95% (m-t-m) , serta komoditas jeruk sebesar 4,60% (m-t-m) . Pada bulan Juli terjadi fenomena inflasi musiman untuk komodias jasa pendidikan. Sub kelompok pendidikan mencatat inflasi 0,41% (m-t-m), meskipun rendah namun memiliki sumbangan yang cukup tinggi sebesar 0,017%. Komoditas yang tercatat mengalami inflasi adalah jasa pendidikan sekolah dasar yang dengan inflasi 1,57% (m-t-m), dengan sumbangan 0,017%. Peningkatan biaya sekolah dasar diperkirakan terjadi pada sekolah swasta yang pada umumnya melakukan penyesuaian atau peningkatan tarif dan biaya pendidikan pada setiap awal tahun ajaran. Terkait dengan pergantian tahun ajaran sekolah, pada bulan Juli juga terjadi liburan sekolah. Fenomena liburan sekolah berpengaruh pada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan domestik ke Bali, dan sebagai dampaknya biaya jasa transportasi, khususnya angkutan udara mengalami peningkatan. Inflasi jasa angkutan udara tercatat sebesar 4,27% (m-t-m) dengan sumbangan 0,017%. Pada bulan Agustus, tekanan harga menjadi
Grafik 2.7 Inflasi Bulanan Kota Denpasar (% m-t-m) Agustus 2011
sangat lambat dan inflasi hanya tercatat sebesar 0,01% (m-t-m). Kelompok bahan makanan yang pada Juli tercatat mengalami inflasi tertinggi, pada
% (m-t-m) 2.5
Agustus mengalami deflasi 0,97% (m-t-m) dengan
2.0
sumbangan terhadap pembentukan inflasi sebesar -
1.5
0,23%. Deflasi terjadi pada sub kelompok bumbu-
1.0
bumbuan sebesar 10,59% (m-t-m), diikuti dengan
0.5
sub kelompok buah-buahan sebesar 4,30% (m-t-m),
0.0
sub kelompok sayur-sayuran sebesar 0,87% (m-t-m), dan sub kelompok ikan segar serta ikan diawetkan. Komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terhadap deflasi bagi kelompok bahan makanan
1.93
0.24 0.32
0.02
-0.5 -1.0 -1.5
(0.97)
(0.07) UMUM Makanan Jadi Sandang Pendidikan
-
0.24
Bahan Makanan Perumahan Kesehatan Transpor
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
adalah bawang putih dengan deflasi sebesar 14,43% (m-t-m), bawang merah sebesar 10,88% (m-t-m), cabe rawit sebesar 20,86% (m-t-m), nangka muda sebesar 18,44% (m-t-m) serta tomat buah sebesar 32,80% (m-t-m). Deflasi pada komoditas tersebut lebih disebabkan karena penyesuaian kembali harga barang setelah mengalami peningkatan pada periode sebelumnya, serta kembali normalnya permintaan masyarakat terhadap komoditas tersebut. Sementara sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya masih tercatat mengalami inflasi sebesar 1,89% (m-t-m), dengan sumbangan terhadap pembentukan inflasi sebesar 0,12%. Komoditas 38
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
penymbang inflasi terbesar masih tercatat pada komoditas beras sebesar 0,12% dengan inflasi 1,99% (m-tm). Fenomena peningkatan harga beras masih merupakan lanjutan dari menipisnya pasokan beras kualitas medium dan premium di pasaran. Komoditas lain yang turut mendorong inflasi adalah tepung beras dan tepung terigu yang mengalami inflasi sebesar 5,00% (m-t-m), dan 3,19% (m-t-m). Adapun kelompok komoditas yang memberikan sumbangan terbesar dalam pembentukan inflasi Agustus adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar dengan sumbangan sebesar 0,09% dan laju inflasi 0,32% (m-t-m). Komoditas yang paling berpengaruh pada inflasi kelompok ini adalah peningkatan upah pembantu rumah tangga sebesar 1,88%(m-t-m) dengan sumbangan terhadap inflasi sebesar 0,03%. Peningkatan upah pembantu diperkirakan terjadi akibat fenomena hari libur perayaan Idul Fitri yang memyebabkan penyediaan jasa pembatu rumah tangga berkurang. Selain itu, inflasi pada kelompok ini juga didorong oleh biaya sewa rumah yang mengalami peningkatan 0,26% (m-t-m), dengan sumbangan sebesar 0,02%. Kelompok sandang tercatat sebagai kelompok dengan sumbangan terbesar kedua dalam pembentukan inflasi Agustus, sebesar 0,07% dengan laju inflasi 1,97%. Komoditas penyumbang terbesar adalah komoditas emas yang mengalami infasi sebesar 7,91% (m-t-m) dengan sumbangan 0,07%. Tingginya inflasi emas selain dipengaruhi oleh faktor harga emas internasional (imported inflation) juga dipengaruhi oleh faktor ekspektasi masyarakat yang tinggi terhadap kemungkinan peningkatan harga emas. Akibatnya, meskipun harga emas cenderung meningkat namun permintaan emas juga ikut mengalami peningkatan. Bulan Agustus juga diwarnai dengan fenomena peningkatan tarif angkutan khususnya angkutan antar kota. Peningkatan tarif yang ditentukan oleh pemerintah tersebut telah mendorong inflasi pada komoditas jasa angkutan antar kota sebesar 15,67% (m-t-m) dengan sumbangan 0,04%. Peningkatan tarif ini terjadi terkait dengan perayaan Idul Fitri yang cenderung meningkatkan permintaan terhadap jasa angkutan, baik darat, udara maupun angkutan air. Sama halnya dengan kelompok bahan makanan yang mengalami deflasi, kelompok kesehatan dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga juga tercatat mengalami deflasi maupun dalam level yang rendah.
Deflasi
pada
kelompok
kesehatan
Grafik 2.8 Inflasi Bulanan Kota Denpasar (% m-t-m) September 2011
sebesar 0,07% (m-t-m), terutama disebabkan oleh deflasi pada sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika sebesar 0,28% (m-t-m). Komoditas dengan deflasi terbesar adalah kapas
% (m-t-m) 2.0
1.63
1.5
sebesar 11,86% (m-t-m). Sementara untuk kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga, deflai
disebabkan
perlengkapan/peralatan
oleh
sub
pendidikan
kelompok sebesar
0.04% (m-t-m). Tekanan inflasi yang rendah berlanjut
1.0 0.54 0.5 0.03
0.04 -0.01 (0.54)
-1.0
UMUM Makanan Jadi Sandang Pendidikan
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
39
0.02
-0.5
hingga September yang tercatat sebesar 0,03% (m-t-m). Laju inflasi tertahan oleh deflasi pada
0.03
0.0
Bahan Makanan Perumahan Kesehatan Transpor
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
kelompok bahan makanan sebesar 0,54% (m-t-
Grafik 2.9 Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan
m) dengan sumbangan deflasi sebesar 0,13% dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,01% (m-t-m). Deflasi kelompok bahan makanan masih berlanjut hingga September, sub kelompok bumbu-
Rp / kg 80000
Cabe Merah Besar
Cabe Merah Keriting
Cabe Rawit
Bawang Merah
Bawang Putih 60000
40000
bumbuan secara konsisten masih mengalami kecenderungan penurunan harga dengan laju
20000
deflasi 6,85% (m-t-m) dan sumbangan sebesar 0,17%.
Komoditas
yang
0 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
memberikan
2009
sumbangan terbesar adalah bawang putih sebesar 0,08% dengan deflasi 8,09% (m-t-m),
2010
2011
Sumber : Bank Indonesia
diikuti dengan bawang merah sebesar 0,05% dengan deflasi 11,06% (m-t-m) dan cebe rawit sebesar 0,04% dengan laju deflasi 23,26% (m-t-m). Deflasi pada komoditas tersebut terjadi karena meningkatnya jumlah pasokan baik yang berasal dari dalam pulau, luar pulau maupun impor. Sub kelompok komoditas lain yang memberikan sumbangan deflasi adalah sub kelompok daging dan hasil-hasilnya dengan laju deflasi sebesar 5,18% (m-t-m) dan sumbangan sebesar 0,16%. Deflasi pada sub kelompok ini, terutama disebabkan oleh deflasi pada komoditas daging ayam ras yang mengalami deflasi sebesar 10,49% (m-t-m) dan sumbangan sebesar 0,16%. Penurunan harga daging ayam ras diperkirakan terjadi akibat penurunan permintaan seiring dengan berlalunya hari besar keagamaan. Komoditas lain yang cukup mempengaruhi deflasi kelompok bahan makanan adalah komoditas telur ayam ras dengan laju deflasi 7,89% (m-t-m) dengan sumbangan sebesar 0,08%. Penurunan harga ini diperkirakan karena berlalunya Idul Fitri yang sempat menekan permintaan pada bulan Agustus, dan pada September permintaan mulai berkurang dan cenderung pada kondisi normal. Meskipun sebagian besar komoditas bahan makanan mengalami deflasi, namun beras tercatat mengalami inflasi yang cukup tinggi sebesar 3,99% (m-t-m) dengan sumbangan terhadap inflasi sebesar 0,25%. Inflasi beras yang terus berlanjut sejak puncak panen di bulan Mei, mengindikasikan bahwa pembentukan harga beras sangat tergantung pada penyediaan pasokan, khususnya yang berasal dari luar daerah. Selain komoditas bahan makanan yang cukup bergejolak, inflasi bulan September juga didorong oleh inflasi pada komoditas jasa angkutan udara dengan laju inflasi 19,28% (m-t-m) dan sumbangan sebesar 0,08%, dan diikuti dengan komoditas emas sebesar 5,24% (m-t-m). Inflasi pada jasa angkutan udara selain disebabkan oleh peningkatan tuslah terkait dengan perayaan lebaran, juga disebabkan peningkatan volume pengguna jasa penerbangan ke Bali, terkait dengan libur hari raya. Sementara inflasi pada komoditas emas lebih dipicu oleh faktor ekspektasi yang masih kuat akan peningkatan nilai emas di masa yang akan datang sehingga permintaan cenderung mengalami peningkatan.
40
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
2.3. DISAGREGASI INFLASI Komoditas volatile food terus mengalami perlambatan laju inflasi, walaupun memberikan tekanan yang terbesar pada triwulan III-2011. Hal yang sama juga terjadi untuk komoditas administered price dan komoditas inti / core yang cenderung mengalami pelambatan laju inflasi. Laju inflasi kelompok volatile food masih tercatat paling tinggi sebesar 5,37% (y-o-y), walaupun tekanan inflasi pada komoditas pangan secara tahunan mengalami pelemahan dari 9,71% (y-o-y) pada triwulan sebelumnya. Demikian pula, dilihat dalam triwulan berjalan, kelompok ini mengalami inflasi terbesar yaitu 1,62% (q-t-q). Inflasi kelompok ini lebih disebabkan oleh meningkatnya harga pangan utama yaitu beras yang mengalami inflasi sebesar 16,45% (q-t-q) sebagai akibat dari berlalunya puncak panen dan mulai berkurangnya cadangan beras di masyarakat. Selain beras, inflasi kelompok ini juga didorong oleh inflasi pada komoditas kangkung dan kacang panjang yang masing-masing sebesar 12,16% (q-t-q) dan 7,28% (q-tq) dengan sumbangan inflasi dalam triwulan III masing-masing sebesar 0,05% dan 0,02%. Selain mencatatkan inflasi yang cukup tinggin, beberapa komoditas juga tercatat deflasi yang cukup besar antara lain bawang putih, cabe rawit dan bawang merah masing-masing sebesar 23,86% (q-t-q), 49,36% (q-t-q) dan 17,97% (q-t-q). Grafik 2.10 Desagregasi Inflasi (% y-o-y)
Grafik 2.11 Desagregasi Inflasi (% m-t-m)
% yoy 25 20
% mtm 8
Inflasi IHK (yoy) Inflasi Core (yoy) Inflasi Volatile (yoy) Inflasi Adm Price (yoy)
Inflasi IHK (mtm) Inflasi Core (mtm) Inflasi Volatile (mtm) Inflasi Adm Price (mtm)
6 4
15
2 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5 -2 0 2008
2009
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
2009
2010
-4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
-5
2008
-6
2010
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Sementara tekanan inflasi pada kelompok komoditas
administered price, yang pembentukan
harganya diatur oleh pemerintah cenderung mengalami pelambatan dari kisaran 7,61% (y-o-y) pada triwulan II menjadi 4,62% (y-o-y), atau sebesar 0,56% (q-t-q). Tekanan inflasi terbesar pada kelompok ini terjadi sepanjang triwulan III yang disebabkan oleh peningkatan cukai rokok biak rokok kretek maupun filter dengan laju inflasi masing-masing sebesar 1,38% (q-t-q) dan 2,40% (q-t-q) . Inflasi kelompok inti pada triwulan III, juga mengalami pelambatan dari 6,52% (y-o-y) pada tiwulan II-2011 inflasi menjadi 3,94% (y-oy) atau sebesar 0,60% (q-t-q). Tekanan inflasi inti terbesar terjadi pada komoditas emas dengan laju inflasi 14,81% (q-t-q) dengan sumbangan sebesar 0,12%, yang dikarenakan oleh tingginya permintaan emas sebagai sarana investasi dan kecenderungan peningkatan harga emas di 41
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
pasar internasional. Selain emas, jasa angkutan udara juga memberikan andil besar dalam pembentukan inflasi kelompok inti sebesar 0,10% dengan laju 25,72% (q-t-q) yang disebabkan oleh tingginya permintaan terhadap jasa angkutan udara tersebut terkait dengan hari libur sekolah dan hari libur keagamaan.
42
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Bab 3
Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kinerja perbankan sampai dengan triwulan III-2011 secara konsisten mengalami peningkatan. Seluruh indikator kinerja perbankan menunjukkan pertumbuhan tahunan yang cukup besar, baik dari sisi aset, pengerahan dana masyarakat maupun kredit yang disalurkan. Peningkatan transaksi perbankan terjadi sebagai akibat dari peningkatan aktivitas perekonomian Bali yang tercatat tumbuh tinggi. Seiring dengan peningkatan kinerja, tingkat LDR keseluruhan perbankan (bank umum dan BPR) di Bali mampu bertahan pada kisaran 68,22%, menunjukkan pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan yang berjalan dengan baik.
3.1. PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM 3.1.1. Kondisi Umum Secara umum aset bank umum pada triwulan II-2011 mencapai Rp 48.920 miliar, tumbuh sebesar 22,62% (y-o-y). Pertumbuhan asset yang cukup besar ini umumnya didorong oleh pengerahan dana masyarakat (DPK), dan transfer dana dari bank di luar Bali atau rekening antar kantor pasiva. Peningkatan DPK ditunjukkan oleh peningkatan nominal sebesar Rp 2.461 miliar dengan 39.894 penambahan rekening dalam triwulan III-2011. Demikian pula transaksi antar kantor khususnya yang masuk dalam sistem perbankan di Bali tercatat mengalam peningkatan, seiring peningkatan kebutuhan dana dari kantor cabang bank yang berkantor pusat di luar Bali. Peningkatan asset yang didorong oleh DPK dan transfer dana antar kantor memungkinkan perbankan untuk melakukan ekspansi secara lebih luas, yang ditunjukkan oleh peningkatan kredit yang tersalur ke masyarakat. Namun demikian pembentukan aset perbankan di Bali, penghimpunan dana dan pengerahan kredit masih sangat dipengaruhi oleh bank-bank pemerintah (termasuk Bank Pembangunan Daerah). Peran perbankan pemerintah dalam pembentukan asset mencapai 58,37%, mencapai Rp 28.553 miliar, dalam pembentukan DPK sebesar 58,83%, mencapai 25,179% serta penyaluran kredit sebesar 67,38%, mencapai 19,360 miliar. Tingginya porsi perbankan pemerintah khususnya dalam penyaluran kredit disebabakan oleh beberapa faktor antara lain, jaringan kantor lebih luas dan besar, fasilitas dan pelayanan yang ditawarkan relatif lebih menarik, skim dan jenis produk relatif lebih beragam dan inovatif serta sentiment positif masyarakat terhadap bank-bank milik pemerintah. Sementara, walaupun bank swasta nasional memiliki jumlah kantor paling besar namun terkonsentrasi di Denpasar dan Badung, memiliki share dalam pembentukan aset sebesar 38,94% mencapai Rp 19.049 miliar. Sedangkan dana pihak ketiga mencapai Rp 16.321 miliar atau 38,13%. Sementara dari sisi penyaluran kredit meskipun mampu tumbuh signifikan, namun pangsanya masih relatif lebih kecil dibandingkan dengan kemampuan penghimpunan dana, sebesar Rp 9.185 miliar atau sebesar 31,97% dari total kredit perbankan.
43
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Tabel 3.1. Perkembangan Usaha Bank Umum Di Bali 2010
(dalam miliar Rp) INDIKATOR
Tr. I 36,098 32,299 11,179 6,414 14,707 20,348 8,250 3,468 8,630 16,853 84.14% 2.56% 61.55%
Asset Dana Pihak Ketiga Deposito Giro Tabungan Kredit Umum Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit MKM Pangsa kredit MKM NPL (Gross)% LDR
Tr. II 36,759 33,649 11,350 7,013 15,285 21,783 8,926 3,778 9,080 17,934 83.86% 2.48% 63.56%
Tr. III 39,897 35,735 11,709 7,719 16,306 22,981 9,519 4,005 9,457 18,750 83.06% 2.56% 63.17%
Tr. IV 43,706 37,848 12,703 7,287 17,858 24,832 10,546 4,414 9,873 19,964 81.81% 1.95% 64.47%
2011 Tr. II 47,111 40,340 13,146 8,703 18,491 27,140 11,176 4,968 10,995 22,549 83.09% 2.17% 67.28%
Tr. I 44,517 38,536 12,656 7,931 17,949 25,354 10,538 4,463 10,353 20,584 83.16% 2.20% 64.24%
Tr. III 48,920 42,801 14,177 8,867 19,757 28,733 11,779 5,534 11,421 23,671 82.38% 1.96% 67.13%
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.2 Komposisi Kredit, DPK dan Aset Menurut Kelompok Bank
Grafik 3.1 Pertumbuhan Tahunan Aset, DPK dan Kredit 35.00 30.00
0.65% Kredit
25.00
31.97% 67.38%
%
20.00 3.04%
15.00 10.00
Asset
5.00
Kredit
DPK
DPK
38.13% 58.83%
2.69%
-
Aset
I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2006
2007
2008
2009
2010
38.94%
II III
58.37%
2011
(%)
0%
20%
40%
60%
Asing Campurang
80%
Swasta
100%
Pemerintah
Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia
3.1.2. Pelaksanaan Fungsi Intermediasi Grafik 3.3 Perkembangan LDR Bank Umum
Triwulan III-2011 yang diperkirakan menjadi puncak kegiatan perekonomian di Bali, juga ditandai
69
67.28 67.13 64.74 65.79 63.00
66
dengan meningkatnya kebutuhan dana di sektor riil, seiring
dengan
peningkatan
kebutuhan
dana
tersebut, tingkat pendapatan faktor-faktor produksi juga mengalami peningkatan. Tingginya transaksi perekonomian pengerahan
ini dana
terefleksi masyarakat
oleh
peningkatan
khususnya
yang
63 60
58.93
% 57
55.8 55.7 55.9 55.4 53.9 54.2
54
53.1
48 45 I
II
III IV
I
II
III IV
2007
bersumber dari DPK perorangan yang diikuti dengan Sumber : Bank Indonesia
44
58.39
55.59
51
2006
56.6
I
II
III IV
2008
I
II
III IV
2009
I
II
III IV
2010
I
II 2011
III
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
peningkatan ekspansi kredit khususnya kepada debitur perusahaan. Ekspansi kredit pada triwulan III-2011 tercatat meningkat sebesar 25,03% (y-o-y) atau sebesar Rp 5.752 miliar. Sedangkan pertumbuhan dana mencapai 19,78% (y-o-y), pertumbuhan dana yang lebih lambat dibanding ekspansi kredit menyebabkan LDR bank umum Bali pada triwulan III-2011 mampu bertahan pada level yang cukup tinggi pada kisaran kisaran 67,13%. Pembentukan LDR tertinggi terjadi pada kelompok bank pemerintah yang mencapai 76,89%, diikuti oleh bank swasta nasional sebesar 56,28% dan bank asing sebesar 14,38%. Sementara itu tiga bank lokal, yang berkantor pusat di Bali memiliki LDR sebesar 93,41%. Hal ini menunjukkan bahwa bank pemerintah lebih ekspansif dalam penyaluran kredit dibanding bank swasta, demikian pula dengan bank yang berkantor pusat. Tingkat LDR juga dapat memberikan indikasi sifat kegiatan suatu bank, dimana fokus usaha bank pemerintah dan bank lokal adalah penyaluran kredit, sementara fokus usaha beberapa bank swasta adalah menghimpun dana dengan penyaluran pada cabang lain, serta skim kredit bank pemerintah dan bank lokal yang lebih bervariasi.
3.1.2.1.
Penghimpunan Dana
Pertumbuhan ekonomi dan peningkatan jumlah rekening tabungan menyebabkan DPK tumbuh sebesar Rp 7.067 miliar atau 19,78% (y-o-y), dan meningkat 6,10% dari triwulan sebelumnya. Sesuai dengan kondisi perekonomian yang tengah tumbuh, maka pengendapan DPK terbesar terjadi pada simpanan dalam bentuk tabungan mencapai Rp 19.757 miliar dengan laju pertumbuhan sebesar 21,17% (y-o-y) dan sumbangan terhadap pembentukan DPK sebesar 46,16%. Sementara itu simpanan berjangka yang mencapai Rp 14.177 miliar mampu tumbuh 21,07% (y-o-y). Simpanan dalam bentuk giro, pada triwulan sebelumnya mampu tumbuh 24,10% (y-o-y), pada triwulan III mengalami pelambatan menjadi 14,86% (y-o-y). Peningkatan yang tinggi pada tabungan dan deposito yang diiringi dengan pelambatan giro mengindikasikan adanya aliran yang kuat di faktor-faktor produksi terkait dengan kegiatan perekonomian. Grafik 3.4 Komposisi DPK Bank Umum
Grafik 3.5 Pertumbuhan DPK 45,000
30
Nominal DPK (Rhs)
Pertumbuhan DPK 40,000
25 35,000
%
25,000
15 20,000 10
(miliar Rp)
30,000
20
15,000 10,000
5 5,000 -
I
II
III 2008
Sumber : Bank Indonesia
I
II
III 2009
Sumber : Bank Indonesia
45
IV
IV
I
II
III 2010
IV
I
II 2011
III
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Komposisi DPK dari waktu ke waktu belum belum menunjukkan adanya perubahan yang signifikan, sebagian besar penempatan simpanan dilakukan dalam bentuk tabungan, sebesar 46,16%, diikuti oleh deposito sebesar 33,12% dan giro sebesar 20,72%. Dominasi yang besar dalam bentuk tabungan menunjukkan DPK yang mampu dihimpun dari masyarakat lebih didominasi oleh perorangan terkait dengan struktur perekonomian Bali yang sangat didominasi oleh kegiatan usaha skala MKM dan minim kegiatan industri besar. Kondisi tersebut menyebabkan simpanan dalam bentuk tabungan menjadi pilihan yang paling ideal, mengingat kemudahan dalam bertransaksi.
3.1.2.2 Penyaluran Kredit Ekspansi kredit perbankan pada triwulan III-2011 tumbuh sebesar 25,03% (y-o-y), meningkat dibandingkan triwulan II-2011 yang tercatat tumbuh sebesar 24,59% (y-o-y).
Demikian pula secara
triwulanan, sepanjang triwulan III-2011, kredit meningkat sebesar 5,87%. Peningkatan aktivitas perekonomian yang tengah mencapai puncaknya diperkirakan menjadi alasan peningkatan ekspansi kredit yang disalurkan baik ke masyarakat maupun kepada dunia usaha, baik dalam bentuk kredit produktif maupun konsumtif. Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit Perbankan
Grafik 3.7 Komposisi Kredit 35
30,000
30
25,000
25
20,000
20
15,000
15
10,000
10
Modal kerja 40.99%
Konsumsi 39.75%
(Miliar rupiah)
(%)
35,000
5,000
Kredit
Investasi 19.26%
5
Pertumbuhan kredit (Rhs)
-
0 I
II
III
2007
IV
I
II
III
2008
IV
I
II
III
2009
IV
I
II
III
2010
IV
I
II
III
2011
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia
Secara nominal, kredit mencapai Rp 28.733 miliar dan mencapai 58,74% dari total aset meningkat triwulan sebelumnya sebesar 57,61%. Ekspansi kredit pada triwulan III-2011 yang cukup tinggi diperkirakan karena adanya kebutuhan dana untuk kegiatan perdagangan dan berkembangnya sektor usaha bangunan, properti, dan akomodasi, serta kebutuhan pendidikan. Peningkatan ekspansi kredit pada sektor-sektor tersebut diperkirakan karena industri pariwisata sebagai pendorong utama perekonomian sedang telah memasuki periode peak season, sehingga sektor-sektor ekonomi turunannya ikut tumbuh bersama peningkatan industri ini. Jenis kredit yang mengalami pertumbuhan terbesar adalah kredit jenis investasi sebesar 38,17% (yo-y), dan mencapai Rp 1.529 miliar dengan total posisi kredit sebesar Rp 5.534 mliar. Peningkatan kredit investasi terutama didorong oleh peningkatan pada sektor real estate dan usaha persewaan, sektor industri 46
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
olahan serta sektor perdagangan eceran yang tumbuh relatif stabil. Peningkatan kegiatan investasi diperkirakan sebagai akibat dari pertumbuhan perekonomian yang membutuhkan tambahan infrastruktur. Sebagian besar pendanaan jenis kredit investasi disalurkan untuk kegiatan pembangunan jenis rumah tinggal dan pembangunan jenis rumah took. Kedua jenis perumahan tersebut tengah mengalami peningkatan permintaan khususnya di tahun 2011, mengingat dibukanya pusat-pusat aktivitas bisnis yang baru, baik di daerah perkotaan maupun di daerah yang relative di luar kota. Perluasan pusat aktivitas bisnis di Bali terjadi cukup cepat mengingat dukungan pemerintah dalam penyediaan infrastuktur yang cukup memedai. Hal tersebut juga terjadi sebagai akibat dari upaya pemerintah daerah dalam perluasan dan pemerataan pembangunan yang berdampak pada peningkatan kinerja perbankan. Sementara untuk kredit jenis modal kerja yang mencapai Rp 11.779 miliar, dan tumbuh sebesar 23,74% (y-o-y) atau 5,39% (q-t-q). Pertumbuhan yang cukup besar pada kredit sektor ini ditopang oleh meningkatnya kegiatan perdagangan, khususnya perdagangan sekala kecil dan menengah (eceran) yang mengalami peningkatan cukup besar. Sementara kredit jenis konsumsi, tercatat tumbuh sebesar 20,76% (yo-y), peningkatan ini diperkirakan karena peningkatan konsumsi masyarakat seiring dengan perayaan hari keagamaan dan pergantian tahun ajaran sekolah. Selain untuk kebutuhan tersebut kredit konsumsi juga didorong oleh pembelian kendaraan khususnya kendaraan roda dua. Tabel 3.2. Perkembangan Kredit Menurut Sektor (dalam miliar Rp) 2010 2011 Kategori Tr. I Tr. II Tr. III Tr. IV Tr. I Tr. II Perdagangan Penyedia akomodasi dan makan minum Real estate, sewa dan Konstruksi Pertanian dan perikanan Industri olahan Bukan Lapangan Usaha Lainnya
6,019 1,715 915 522 652 8,489 1,992
6,212 1,878 966 534 692 8,993 2,469
6,434 1,968 1,241 546 764 9,457 2,566
6,784 2,233 1,541 512 850 9,873 3,037
6,869 1,844 1,721 519 850 10,353 3,198
Tr. III
7,180 7,689 2,014 2,276 1,846 2,029 593 590 900 1,000 10,995 11,421 3,612 3,730
Sumber : Bank Indonesia
Secara sektoral, kredit produktif didominasi Grafik 3.8 Kredit Berdasar Sektor
oleh kredit untuk kegiatan perdagangan yang mencapai Rp 7.689 miliar dengan andil sebesar 26,76%, diikuti kegiatan peyediaan akomodasi dan
Perdagangan 13%
40%
8% 7%
makan minum sebesar Rp 2.276 miliar dangan andil
Penyedia akomodasi dan makan minum
27%
7,92%.
Real estate, sewa dan Konstruksi
disalurkan
untuk
sektor
perdagangan umumnya disalurkan untuk kredit perdagangan eceran yang mencapai Rp 5.529 miliar dengan andil 72,76% dari total kredit perdangan
Bukan Lapangan Usaha
dan 18,96% dari total kredit. Penyaluran kredit
untuk perdagangan eceran umumnya dilakukan
Sumber : Bank Indonesia
kepada pedagang barang kebutuhan sehari-hari. 47
yang
Pertanian dan perikanan Industri olahan
3% 2%
Kredit
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Kredit yang terbesar kedua disalurkan kepada sektor konstruksi, serta sektor real estate dan usaha persewaan yang mencapai Rp 2.029 miliar atau 7,06% dari total kredit. Penyaluran kredit sektor ini umumnya didominasi untuk pembangunan perumahan dan pembangunan pertokoan dengan jenis rumah toko. Penyaluran kredit untuk sektor ini tercatat meningkat sebesar 54,23% (y-o-y), yang didukung oleh peningkatan kebutuhan perumahan, terkait dengan tingginya migrasi ke Bali, khusunya di daerah-daerah tujuan wisata seperti Kota dan Kabupaten Denpasar, Kabupaten Badung, Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Gianyar. Sementara kredit untuk pertanian, peternakan dan perikanan hanya sebesar Rp 590 miliar atau 2,05%, lebih rendah dari penyaluran triwulan sebelumnya sebesar Rp 593 miliar. Penurunan penyaluran kredit diperkirakan terjadi seiring dengan berlalunya puncak panen, sehingga kebutuhan dana oleh petani dapat ditekan. selain itu kegiatan usaha budidaya sapi potong, budidaya badi dan unggas, merupakan jenis usaha yang mendapatkan kredit paling besar dari perbankan, terlihat tidak mengalami peningkatan. Konsentrasi kredit kepada kedua unit usaha tersebut disesuaikan dengan karakteristik pertanian dan perikanan serta tingkat risiko sektor pertanian di Bali. Sedangkan andil kredit untuk kegitan yang diklasifikasikan bukan lapangan usaha atau konsumsi yang mencapai Rp 11,421 miliar adalah sebesar 39,75%. Kredit bukan lapangan usaha umumnya disalurkan untuk kredit kepemilikan rumah yang mencapai Rp 6.021 miliar atau 21,84% dari total kredit atau 52,72% dari kredit bukan lapangan usaha.
3.1.2.3 Non Performing Loan (NPL) Kualitas pengamanan kredit perbankan dapat dikatan mengalami peningkatan, jumlah kredit yang dikategorikan dalam non performing loan (NPL), mengalami penurunan dari Rp 588 miliar pada triwulan II menjadi Rp 563 miliar. Rasio NPL pada triwulan III-2011 tercatat sebesar 1,96% lebih baik disbanding triwulan sebelumnya sebesar 2,17%. Peningkatan kualitas rasio NPL diperkirakan karena perbankan semakin selektif dalam melakukan ekspansi kredit serta peningkatan kualitas pengawasan kredit. Secara nominal, sektor ekonomi yang paling besar menyumbang NPL adalah kredit sektor perdagangan besar dan eceran sebesar Rp 138 milyar dengan rasio NPL sebesar 1,80%, diikuti dengan sektor penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar Rp 99 miliar dengan rasio NPL 4,35%. Sementara nominal NPL kredit sektor lain-lain sebesar Rp 87 miliar dengan rasio NPL sebesar 0,77%. Nominal NPL yang tercatat mengalami penurunan menunjukkan perbankan mampu memperbaiki kinerja kreditnya, termasuk dalam penanganan kredit bermasalah. Sebagai dampaknya kredit yang digolongkan bermasalah dapat dikurangi. Sektor dengan rasio NPL tertinggi dimiliki oleh kredit sektor jasa pendidikan dengan rasio NPL sebesar 13,07%, diikuti sektor konstruksi dan jasa kesehatan dengan rasio NPL masing-masing sebesar 11,27% dan 5,93%. Sementara kredit untuk sektor pertanian yang penyalurannya relatif rendah 2,05% dari total kredit memiliki rasio NPL 2,64%. Dua sektor utama lainnya yaitu sektor industri pengolahan dan sektor
48
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan masing-masing memiliki rasio NPL sebesar 1,12% dan 3,42%. Adapun sektor konsumsi, yang menguasai 39,75% kredit di Bali tercatat memiliki rasio NPL sbesar 0,77%. Dengan andil yang besar dan risiko kredit yang rendah, dapat dikatakan bahwa penyaluran kredit sektor lain-lain relatif lebih aman dibandingkan sektor produktif lainnya terutama sektor konstruksi. Hal ini yang menjadi salah satu pertimbang bank untuk memberikan porsi yang lebih besar dalam penyaluran kredit disbanding sektor lain. Rendahnya risiko kredit konsumsi dipengaruhi oleh, golongan debitur yang relatif sangat aman karena merupakan golongan pegawai dengan gaji relative tetap, sebagian besar dialokasikan untuk kepemilikan rumah/tempat tinggal dan kendaraan bermotor umumnya telah direncanakan skema pembayarannya oleh debitur, sehingga kelancaran pembayarannya relatif cukup terjaga.
3.2. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Sejalan dengan peningkatan kinerja bank umum, BPR juga mencatatkan terjadinya peningkatan kegiatan usaha pada triwulan III-2011. Aset BPR tercatat tumbuh sebesar 38,17% (y-o-y) meningkat dibanding periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 33,52%. Seluruh indikator kinerja perbankan menunjukkan terjadinya peningkatan, selain aset, DPK dan kredit masing-masing tumbuh sebesar 38,51% (yo-y) dan 31,32% (y-o-y). Pertumbuhan aset perbankan pada triwulan III-2011 sangat dipengaruhi oleh meningkatnya DPK yang mampu dihimpun oleh BPR, hal ini mengindikasikan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap BPR tetap terjaga. Peningkatan pada sisi DPK memungkinkan BPR untuk meningkatkan ekspansi kreditnya, namun karena pertumbuhan DPK yang jauh lebih cepat dibanding kredit maka pada triwulan III– 2011 loan to deposit ratio tercatat melambat pada kisaran 79,54% lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 82,94%. Tabel 3.3. Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Bali (dalam miliar Rp) 2010 INDIKATOR 1. Total Aset 2. Dana Pihak Ketiga a. Tabungan b. Deposito 3. Kredit 4. LDR (%) 5. NPLs gross (%)
Tr. I 2,826 1,952 660 1,292 2,231 82.22 6.47
Tr. II 2,963 2,013 671 1,342 2,359 83.42 3.94
Tr. III 3,142 2,133 698 1,435 2,487 83.36 4.22
Sumber : Bank Indonesia
49
Tr. IV 3,431 2,331 743 1,588 2,666 81.07 3.67
Tr. I 3,718 2,559 799 1,759 2,862 80.74 4.43
2011 Tr. II 3,956 2,670 805 1,865 3,103 82.94 3.66
Tr. III 4,341 2,954 861 2,094 3,266 79.54 3.47
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Grafik 3.10 Komposisi Kredit terhadap Aset dan Pertumbuhan Kredit
Grafik 3.9 Pertumbuhan Aset, Kredit dan LDR 86% 82
84%
KREDIT
82%
80
80%
78
(%)
76%
III
IV
2008
Sumber : Bank Indonesia
I
II
III
2009
IV
I
II
III
2010
IV
I
II 2011
20 15
komposisi Kredit
10
72
72% II
25
76 74
74%
I
35 30
LDR (aksis kanan)
78%
40
5
Pertumbuhan Kredit (Rhs)
70
III
I
II
III
IV
I
2008
(%)
ASET
(LDR)
(miliar Rp)
5000 4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0
II
III
IV
2009
I
II
III
0 IV
I
2010
II
III
2011
Sumber : Bank Indonesia
Peningkatan ekspansi kredit dan penghimpunan dana menunjukkan terjadinya peningkatan pelaksanaan fungsi intermediasi BPR. DPK BPR yang berbentuk dari deposito dan tabungan tumbuh sebesar Rp 821 miliar. Dari jenisnya, DPK umumnya didominasi oleh simpanan dalam bentuk deposito yang mencapai Rp 2.094 miliar dengan andil 70,87%. Deposito tercatat tumbuh sebesar 45.90%, jauh lebih tinggi dibanding dengan pertumbuhan tabungan yang hanya mencapai 23.30% pada periode yang sama, hal ini didorong oleh tingginya suku bunga deposito yang ditawarkan oleh BPR. BPR sebagai lembaga keuangan skala kecil, dengan infrastruktur dan jasa yang terbatas, instrument suku bunga deposito menjadi satu-satunya daya tarik untuk menarik minat deposan. Hal ini berpotensi menyebabkan BPR tidak beroperasi secara efisien dan memicu suku bunga kredit. Sementara kredit tumbuh sebesar Rp 779 miliar atau sebesar 31,32% dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Dilihat dari komposisi kredit terhadap aset BPR, komposisi kredit terhadap aset mengalami penurunan dari 78,43% pada triwulan II-2011 menjadi
75,22% pada triwulan III-2011.
Meskipun tercatat mengalami penurunan, namun komposisi kredit terhadap asset masih tergolong tinggi, hal ini karena BPR sangat terkonsentrasi pada penyaluran kredit dalam mengelola aktiva produktifnya. Penyebaran kredit yang disalurkan oleh BPR dapat dikatakan tidak merata, konsentrasi penyaluran kredit dilakukan untuk sektor perdagangan yang mencapai Rp 1.135 miliar atau 34,75% dari total kredit. Fokus kredit lainnya adalah kredit konsumsi dan kredit kepada sektor yang belum jelas batasannya masingmasing sebesar Rp 876 miliar atau 26,82% dan Rp 516 miliar atau 15,79%. Sementara penyaluran kredit untuk sektor lainnya relatif cukup rendah dengan rata-rata andil untuk 15 sektor lainnya tidak lebih dari 2%. Konsentrasi kredit pada jenis konsumsi dan sektor perdagangan berpotensi menimbulkan risiko kredit yang cukup besar, mengingat kredit konsumsi BPR umumnya bukan merupakan kredit dengan pola pelunasan yang terjamin seperti pola pemotongan gaji bagi kredit konsumsi yang terdapat di bank umum. Meskipun kredit mengalami pertumbuhan yang tinggi, namun kualitas kredit dapat dijaga oleh bank, hal ini diindikasikan dari penurunan rasio NPL dari 3,66% pada triwulan II-2011 menjadi 3,47% pada triwulan III-2011. Penurunan rasio NPL ditengah ekspansi yang tinggi menunjukkan BPR dapat semakin selektif dan berhati-hati dalam alokasi aktiva produktifnya. Selain itu hal ini juga menujukkan fungsi monitoring kredit yang berjalan dengan baik sehingga kredit non perform dapat ditekan dan dikurangi. 50
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
3.3
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Sementara itu dari perkembangan sistem pembayaran, transaksi pembayaran tunai mengalami net
outflow, dengan peningkatan transaksi relatif signifikan di masing-masing jenis transaksi. Hal ini mengindikasikan tingginya kebutuhan uang tunai untuk transaksi di masyarakat seiring maraknya hari raya keagamaan, tahun ajaran baru bagi sekolah dan universitas, serta masa puncak kunjungan wisatawan (Juli – September). Seiring peningkatan transaksi tunai, realisasi transaksi non tunai baik menggunakan kliring maupun RTGS juga mengalami peningkatan di triwulan III-2011. Peningkatan tersebut mengindikasikan meningkatnya kebutuhan transaksi berjumlah besar di masyarakat, yang diperkirakan turut dipengaruhi oleh mulai direalisasikannya sejumlah proyek pemerintah dan swasta.
3.3.1 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai 3.3.1.1
Perkembangan Aliran Masuk/Keluar dan Kegiatan Penukaran
Aliran uang kartal antara Bank Indonesia dengan perbankan di wilayah Bali pada triwulan III-2011 kembali mengalami net outflow. Kondisi tersebut terjadi karena aliran uang keluar (outflow) dari Bank Indonesia ke masyarakat lebih tinggi dibandingkan aliran uang masuk (inflow) ke Bank Indonesia. Hal ini mengingikasikan bahwa kebutuhan uang tunai untuk transaksi mulai meningkat, yang terjadi seiring dengan mulai meningkatnya aktivitas perekonomian yang dilakukan oleh masyarakat di triwulan III-2011 sehubungan perayaan Hari Raya Idul Fitri, masuknya tahun ajaran baru, serta periode puncak kunjungan wisatawan. Dari masing-masing jenis transaksi yang dilaksanakan, baik transaksi masuk ke Bank Indonesia (inflow) maupun transaksi keluar dari Bank Indonesia (outflow) mengalami peningkatan signifikan. Transaksi yang masuk ke Bank Indonesia (inflow) sepanjang triwulan III-2011 mencapai Rp 2.347 miliar, meningkat meningkat 80,74% dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 1.299 miliar. Sementara itu aliran uang keluar dari Bank Indonesia (outlow) yang diakibatkan oleh penarikan bank-bank umum tercatat sebesar Rp 3.092 miliar, atau meningkat 42,75% dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 2.166 miliar. Namun lebih tingginya transaksi outflow mengakibatkan terjadinya net outflow sepanjang triwulan III-2011 sebesar Rp 745 miliar. Tingginya transaksi pada triwulan III ini mengindikasikan bahwa kebutuhan transaksi menggunakan uang kartal meningkat. Banyaknya perayaan hari raya keagamaan seperti Galungan dan Kuningan Idul Fitri, momen pergantian tahun ajaran baru sekolah dan universitas, serta puncak kunjungan wisatawan pada periode Juli – September diperkirakan turut mempengaruhi meningkatnya kebutuhan uang kartal di masyarakat.
51
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Tabel 3.4. Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali (Miliar Rp) INDIKATOR
I 980 471 508 41 622
Inflow Outflow Net flow Penukaran Uang Palsu (dalam lembar)
2009 II III 323 251 529 1,221 (206) (970) 68 120 669 469
IV 659 1,067 (408) 73 450
2010 II III 584 909 1,023 1,815 (440) (906) 72 94 537 875
I 972 535 437 73 606
IV 744 1,631 (888) 84 904
I 1,397 1,111 286 84 1,017
2011 II 1,299 2,166 (868) 92 881
III 2,347 3,092 (745) 111 982
Sumber : Bank Indonesia Denpasar
Berdasarkan denominasinya, masyarakat Bali pada umumnya menggunakan uang kertas dalam transaksi tunai yang dilakukan. Hal tersebut diindikasikan dari dominasi uang kertas baik berupa inflow maupun outflow yang rata-ratanya mencapai 99,89%. Untuk transaksi tunai menggunakan uang kertas, transaksi inflow didominasi oleh pecahan Rp 100.000,- dengan nominal mencapai Rp 1.307,77 miliar atau 55,72% dari keseluruhan inflow uang kertas, diikuti pecahan Rp 50.000,- dengan nominal mencapai Rp 953,84 miliar atau 40,64% dari keseluruhan transaksi inflow uang kertas. Sementara itu transaksi outflow juga didominasi oleh kedua pecahan tersebut dengan nomial transaksi masing-masing sebesar Rp 1.581,73 miliar (51,26%) dan Rp 1.319,82 miliar (42,77%). Peningkatan outflow yang cukup tinggi di triwulan III-2011 mengakibatkan kenaikan transaksi outflow hampir di seluruh pecahan mata uang kertas, terutama pada mata uang pecahan besar yakni Rp 100.000,- dan Rp 50.000,- yang mengalami peningkatan nominal sangat signifikan di triwulan III-2011 (masing-masing meningkat 28,58% dan 64,32% (q-t-q)). Sementara itu untuk uang logam, transaksi inflow didominasi oleh uang pecahan Rp 500,- dengan nominal mencapai Rp 101,0 juta (80,17% dari keseluruhan transaksi inflow uang logam). Sementara itu transaksi outflow didominasi oleh pecahan Rp 1.000,- dengan nominal mencapai Rp 3,11 miliar (46,65% dari keseluruhan transaksi outflow uang logam), diikuti pecahan Rp 500,- dengan nominal mencapai Rp 2,28 miliar (34,10% dari keseluruhan transaksi outflow uang logam). Grafik 3.11. Perkembangan Uang Kartal di Bali 3,500
Inflow
Outflow
Grafik 3.12. Perkembangan Kegiatan Kas Keliling
2,500 2,000 Miliar Rp
1,500 1,000 500 (500)
(1,000)
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2007
2008
2009
2010
Nominal
10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 -
3,000
I
Frekuensi
Miliar Rp
Net flow
II III
35 30 25 20 15 10 5 -
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2011
2007
(1,500)
Sumber : Bank Indonesia Denpasar
Frekuensi
2008
2009
2010
2011
Sumber : Bank Indonesia Denpasar
Selain aliran uang baik inflow maupun outflow, kebutuhan uang kartal juga tercermin dari besarnya kegiatan penukaran yang dilakukan. Kegiatan penukaran uang pecahan kecil yang sudah dicabut dilakukan dengan membuka loket penukaran di Kantor Bank Indonesia Denpasar, serta dengan menggunakan sarana
52
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
kas keliling untuk menjangkau penukaran uang di daerah yang relatif jauh dari Kantor Bank Indonesia atau di pusat-pusat transaksi di suatu daerah. Total kegiatan penukaran yang dilaksanakan pada triwulan III-2011 mencapai Rp 110,91 miliar, dengan rata-rata penukaran sebesar Rp 1,88 miliar per hari. Volume penukaran tersebut meningkat 11,46% dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu frekuensi kas keliling yang dilakukan oleh Bank Indonesia Denpasar pada triwulan III-2011 sebanyak 16 kali, dengan nominal transaksi sebesar Rp 8,07 miliar.
3.3.1.2
Perkembangan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)
Selain melakukan pengedaran uang, Bank
Grafik 3.13. Perkembangan Kegiatan PTTB
Indonesia juga melakukan kebijakan clean money
policy
untuk
menjaga
dan
Frekuensi
Miliar Rp 1,600,000
mempertahankan uang yang beredar dalam
Inflow
PTTB
1,400,000
1,400,000
keadaan layak edar. Bank Indonesia melakukan
1,200,000
1,200,000
1,000,000
1,000,000
pemberian tanda tidak berharga (PTTB) pada uang
800,000
800,000
yang telah dicabut dan tidak layak edar. Pada
600,000
triwulan III-2011, jumlah uang yang dimusnahkan
400,000
600,000 400,000 200,000
200,000
menurun 18,57% dibanding transaksi triwulan
-
pada
triwulan
III-2011
tidak
diikuti
2007
dengan
meningkatnya jumlah uang tidak layak edar, yang mengindikasikan
meningkatnya
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
sebelumnya. Meningkatnya transaksi perekonomian
2008
2009
2010
2011
Sumber : Bank Indonesia Denpasar
kepedulian
masyarakat terhadap kebijakan clean money policy.
3.3.1.3
Uang Palsu
Penemuan
uang
palsu
di
wilayah
kerja
KBI
Denpasar
mengalami
peningkatan
dibandingkan periode sebelumnya. Sepanjang triwulan III-2011, uang palsu yang ditemukan tercatat sebanyak 982 lembar, meningkat 11,46% dibanding triwulan sebelumnya yang sebanyak 881 lembar. Jika dilihat dari prosentasenya berdasarkan pecahannya, temuan terbesar adalah pecahan Rp 100.000,- (74,54%) diikuti uang pecahan Rp 50.000,- (24,03%). Untuk meminimalisir peredaran uang palsu di Bali, KBI Denpasar terus berupaya memberikan sosialisasi cirri-ciri keaslian nilai rupiah kepada masyarakat.
3.3.2 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI Semakin berkembangnya perekonomian domestik turut mendorong peningkatan kebutuhan terhadap transaksi non tunai, sehingga membutuhkan dorongan kebijakan yang ditempuh oleh Bank Indonesia terkait pembayaran non tunai, yang diarahkan pada terciptanya sistem pembayaran yang efektif, 53
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
efisien, aman dan handal. Untuk itu Bank Indonesia secara terus menerus melakukan penyempurnaan dan pengembangan terhadap sistem pembayaran non tunai, baik melalui kliring maupun Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (RTGS), antara lain melalui kebijakan untuk mengurangi risiko pembayaran dan peningkatan kualitas, serta kapasitas pelayanan sistem pembayaran.
3.3.2.1
Kliring Lokal
Sepanjang triwulan III-2011 perkembangan transaksi non tunai menggunakan kliring mengalami peningkatan baik dari sisi jumlah transaksi maupun nominalnya. Transaksi kliring pada triwulan III-2011 sebanyak 461 ribu lembar, dengan nilai transaksi mencapai Rp 8.879 miliar. Dari sisi volume, transaksi menggunakan kliring meningkat 22 ribu lembar, atau meningkat 4,97% (q-t-q) dibanding volume triwulan sebelumnya yang sebanyak 439 ribu lembar. Sementara itu dari sisi nominal, transaksi meningkat 12,08% (q-t-q) dibanding nominal transaksi triwulan II-2011 yang mencapai Rp 7.922 miliar. Meningkatnya nominal dan volume transaksi masyarakat menggunakan kliring mengindikasikan meningkatnya kebutuhan masyarakat untuk menggunakan transaksi non tunai. Peningkatan aktivitas perekonomian sehubungan dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri dan masuknya tahun ajaran baru sekolah dan universitas diperkirakan turut berdampak pada peningkatan transaksi non tunai menggunakan kliring. Tabel 3.5. Perkembangan Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong (Miliar Rp) KETERANGAN
2009 I
II
2010 III
IV
I
II
2011 III
IV
I
II
III
PERPUTARAN KLIRING 342
433
449
441
446
435
458
450
489
439
461
Nominal Kliring
Lembar (Ribuan Lembar)
4,959
6,291
6,775
7,137
7,046
7,147
7,817
8,347
8,766
7,922
8,879
- Rata-rata lembar per hari (Satuan)
5,805
6,982
7,477
7,117
7,435
7,371
6,365
7,384
8,020
7,198
7,812
84
101.36
113
115
117
121.13
109
137
144
130
150
7,344
7,048
7,455
7,284
7,019
7,540
7,168
7,484
8,125
7,280
8,286
227
173
188
193
198
173
175
341
197
183
219
41
71.22
124
117
117
127.80
100
123
133
119
140
1.28
1.80
3.13
3.12
3.31
2.94
2.43
5.59
3.22
3.00
3.71
- Rata-rata nominal per hari TOLAKAN CEK/BG KOSONG Lembar (Satuan) Nominal Cek/ BG kosong - Rata-rata lembar per hari (Satuan) - Rata-rata nominal per hari
Sumber : Bank Indonesia Denpasar
Sementara itu penolakan cek/bilyet giro kosong pada triwulan III-2011 sebanyak 8.286 lembar dengan nominal penolakan sebesar Rp 219 miliar. Lembar penolakan tersebut mengalami peningkatan 19,88% dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 7.280 lembar. Nominal penolakan cek/bilyet giro kosong juga mengalami peningkatan 19,88% dibanding nominal penolakan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp 183 miliar. Secara umum, nominal penolakan tersebut mencapai 2,47% dari keseluruhan transaksi kliring yang dilakukan pada triwulan III-2011, dengan jumlah lembar yang ditolak sebesar 1,80% dari keseluruhan lembar kliring yang ditransaksikan. Meningkatnya tolakan di triwulan III-2011 terjadi seiring dengan meningkatnya transaksi kliring yang dilakukan. Namun demikian jumlah tolakan tersebut masih
54
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
terbilang rendah, dan mengindikasikan bahwa sistem pembayaran yang diselenggarakan dapat dikatakan handal. Grafik 3.14. Perkembangan Kliring Miliar Rp
Grafik 3.15. Perkembangan Tolakan Cek/BG Kosong
Ribu Lembar Nominal Kliring
10,000
Lembar (Ribuan Lembar)
600
8,000
Lembar (dlm satuan)
Miliar Rp
400
500
6,000
Nominal Cek/ BG kosong
Lembar (Satuan)
8,000
300
7,000 6,000
250
400
5,000
200
4,000
0 II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
3,000
100
2,000
50
1,000
200 I
4,000
150
300
2,000
II III
0
0 2007
2008
2009
2010
9,000
350
2011
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2007
Sumber : Bank Indonesia Denpasar
2008
2009
2010
2011
Sumber : Bank Indonesia Denpasar
3.3.2.2
Real Time Gross Settlement (RTGS)
Perkembangan transaksi non tunai lainnya dengan menggunakan RTGS juga meningkat pada triwulan III-2011. Total transaksi RTGS yang meliputi transaksi keluar (RTGS from), transaksi masuk (RTGS to) serta transaksi antara (RTGS from – to) sepanjang triwulan III-2011 sebanyak 41.096 transaksi, dengan nominal mencapai Rp 39.688 miliar, jumlah tersebut meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebanyak 39.056 transaksi dengan nominal mencapai Rp 38.514 miliar. Dilihat dari jenis transaksinya, nominal transaksi pengiriman uang keluar Bali (RTGS from) meningkat Rp 1.925 miliar, atau meningkat 8,34% dibanding triwulan sebelumnya. Transaksi antara (RTGS from – to) juga meningkat Rp 18 miliar, atau mengalami peningkatan 0,52% terhadap triwulan sebelumnya. Sementara itu transaksi masuk (RTGS to) mengalami penurunan Rp 1.311 miliar dibanding triwulan sebelumnya, atau menurun 10,45% (q-t-q). Tabel 3.6. Perkembangan Transaksi RTGS (Miliar Rp) KETERANGAN
2009 I
II
2010 III
IV
I
II
2011 III
IV
I
II
III
RTGS From RTGS (From)
13,005
16,374
8,147
13,876
14,178
16,533
19,449
23,571
20,341
23,092
25,017
Volume
12,166
14,112
13,473
14,855
14,264
15,402
16,239
19,490
15,626
15,789
17,076
To
7,473
8,354
7,557
9,507
8,198
9,378
10,976
11,222
11,207
12,553
11,241
11,815
14,238
14,605
16,964
16,122
17,570
19,362
20,809
18,347
18,257
19,334
RTGS (From - To)
2,370
2,681
2,008
3,064
2,845
2,905
3,278
3,547
3,357
3,411
3,429
Volume
3,119
3,775
3,457
4,106
4,048
4,216
4,424
4,704
4,751
4,468
4,686
RTGS (To) Volume From - To
Sumber : Bank Indonesia Denpasar
55
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Dari sisi volume, transaksi RTGS juga mengalami peningkatan sepanjang triwulan III-2011. Peningkatan terjadi di seluruh jenis transaksi RTGS, baik RTGS from, RTGS to, maupun RTGS from-to yang masing-masing mengalami peningkatan 8,15%, 5,90%, dan 4,88% (q-t-q). Meningkatnya transaksi di triwulan III-2011 baik dari sisi volume maupun nominal transaksi mengindikasikan meningkatnya kebutuhan transaksi non tunai dengan pecahan besar yang dilakukan oleh masyarakat. Peningkatan tersebut terjadi seiring dengan meningkatnya aktivitas perekonomian sepanjang triwulan III-2011 dan mulai direalisasikannya proyek-proyek baik oleh pemerintah maupun swasta.
Grafik 3.16. Perkembangan Transaksi RTGS From
Grafik 3.17. Perkembangan Transaksi RTGS To Miliar Rp
Volume
Miliar Rp 25,000 RTGS (From)
Volume
15,000 10,000
10,000
5,000
8,000
15,000
6,000
10,000
-
2008
2009
2010
5,000
2,000 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2007
20,000
4,000
5,000
0
0
I II III IV I II III IV I 2007
2011
Sumber : Bank Indonesia Denpasar
2008
Grafik 3.18. Perkembangan Transaksi RTGS From – To Volume
Miliar Rp RTGS (To)
6,000
Volume
5,000
4,000
4,000
3,000
3,000 2,000
2,000
1,000
1,000 0
0
I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2007
2008
2009
2010
Sumber : Bank Indonesia Denpasar
56
II III IV I
II III IV I
2009
2010
Sumber : Bank Indonesia Denpasar
5,000
25,000
Volume
10,000
20,000
15,000
RTGS (To)
12,000
25,000
20,000
Volume
14,000
30,000
II III 2011
II III 2011
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Boks C.
Sektor Unggulan Bali Menurut Perbankan Provinsi Bali sebagai pusat kegiatan pariwisata di Indonesia mempunyai potensi pengembangan sektor unggulan. Namun demikian, penentuan sektor unggulan sangat ditentukan oleh banyak persepsi dari masing-masing agen ekonomi. Tulisan kali ini akan mengulas singkat sektor unggulan menurut presepsi perbankan sebagai penyalur kredit bagi sektor usaha. Bank Indonesia Denpasar telah melaksanakan survey terhadap lebih dari seratus lembaga perbankan yang berkantor di Bali baik berupa bank umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Jumlah total bank yang berlokasi di Bali sebanyak 45 bank umum dan 137 BPR. Proses pembersihan data menyebabkan sebanyak 77 responden terdiri dari 27 bank umum dan 50 BPR yang dapat dianalisis. Sebagian besar responden mempekerjakan tenaga kerja asal bali dengan prosentase rata-rata 94,6% dari total tenaga kerja yang dipekerjakan. Meskipun terdapat beberapa responden yang memiliki nasabah hingga warga Negara asing, proporsi nasabah asal Bali relatif besar dengan rata-rata proporsi hingga 87,32%. Sementara rata-rata proporsi nasabah luar Bali hanya sebesar 16,67%. Hal ini menunjukkan sebagian besar aktivitas perbankan di Bali berada di Provinsi Bali. Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor unggulan menurut perbankan harus mempunyai pasar yang strategis, menarik bagi kredit perbankan dan penyerapan tenaga kerjanya tinggi (lihat Tabel 1). Sektor usaha yang paling cocok dengan kriteria tersebut adalah sektor perdagangan dan kerajinan. Untuk sektor perdagangan, jumlah bank yang mengalokasikan kredit pada sektor tersebut mencapai lebih dari 90% dari total responden. Alasan utamanya adalah perputaran uang yang cepat dan return usaha yang tinggi sehingga proses pengembalian kreditnya relatif lebih lancar. Sementara untuk sektor kerajinan, beberapa bank belum mengalokasikan kredit yang relatif besar terutama pada kerajinan yang berbahan baku lokal. Anggapan bahwa kinerja sektor kerajinan sangat berfluktuasi mengikuti permintaan wisatawan menjadi hambatan alokasi kredit yang lebih besar. Tabel 1. Sektor Unggulan menurut Perbankan Bali Peringkat
Kriteria Utama
Persentase Bank dengan Alokasi Besar pada Sektor Tersebut
1
Mempunyai pasar strategis
Perdagangan
92,86
2
Menarik bagi kredit perbankan
Perdagangan
91,53
3
Penyerapan tenaga kerja
Kerajinan
52,17
4
Produksi berkelanjutan
Kerajinan
58,33
5
Sumbangan ekonomi
Perhotelan
56,67
6
Diminati wisatawan
Kerajinan
58,07
7
Infrastruktur produksi kuat
Kerajinan
52,94
8
Dukungan pemerintah
Peternakan
47,37
9
Kandungan lokal
Kerajinan lokal
41,46
Sumber: data diolah
57
Sektor
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa sektor perdagangan selain menjadi alokasi kredit terbesar perbankan (dinyatakan oleh 85,71% responden) juga menjadi sektor usaha yang dapat memberikan keuntungan terbesar (dinyatakan oleh 63,63% responden). Sektor lainnya yang dianggap memberikan keuntungan tersbesar selain perdagangan adalah sektor perhotelan namun proporsi responden yang menyatakannya jauh lebih sedikit yaitu hanya sebesar 10,39%. Alokasi penyaluran kreditnya juga tidak besar terutama disebabkan oleh kekawatiran kinerja pariwisata Bali yang rentan akan isu-isu keamanan. Grafik 1. Presepsi Perbankan terhadap Sektor Usaha Bali Perdagangan Konveksi Peternakan/pertanian Kerajinan Bahan Makanan Asuransi Pasar Modal Koperasi Angkutan Restoran Perhotelan Perbankan
Penyaluran Kredit yg Dihindari Risiko Tinggi
0
10
20
30
40
Sumber : Survey Bank Indonesia Denpasar, diolah
Sektor yang dianggap memberikan resiko paling tinggi adalah sektor peternakan/pertanian dan sektor pasar modal yang masing-masing dinyatakan oleh 29 dan 25 responden (lihat Gambar1A). Sementara untuk sektor yang paling dihindari untuk penyaluran kredit juga berada pada sektor pasar modal dan peternakan/pertanian yang dinyatakan oleh 33 dan 17 responden. Resiko penyakit dan gangguan cuaca menyebabkan premi resiko sektor ini menjadi tinggi. Konsistensi hasil produksi juga menjadi tantangan bagi peningkatan penyaluran kredit perbankan pada sektor peternakan/pertanian di masa mendatang. Demikian pula ketidakpastian yang tinggi pada keuntungan transaksi pasar modal menyebabkan resiko penyaluran kredit perbankan pada sektor pasar modal dianggap tinggi. Persepsi perbankan tentang sektor unggulan ini dapat menjadi modal dasar bagi rencana pengembangan sektor unggulan dengan dukungan kredit perbankan. Untuk sektor-sektor yang potensial namun alokasi kredit perbankannya masih terhambat perlu diupayakan peningkatan kinerja usaha secara berkelanjutan sehingga diharapkan dapat menarik minat sektor perbankan untuk menyalurkan kreditnya.
58
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Boks D.
PT. Jamkrida Bali Mandara: Oase di Tengah Kegalauan UMKM Daerah Pendirian Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah (PPKD) di setiap daerah sangat diperlukan untuk melengkapi infrastruktur pendukung lembaga keuangan sebagaimana diamanatkan oleh PP No. 2 Tahun 2008 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 222/PMK.010/2008. Pendirian PPKD merupakan salah satu upaya meminimalisir asymmetric information di kalangan perbankan melalui penyebaran risiko kredit di antara PPKD dan perbankan. Dengan demikian, eksistensi PPKD dapat memberikan ruang yang lebih luas kepada bank untuk melakukan ekspansi kredit. Pada tahap selanjutnya, UMKM yang memiliki usaha bagus (feasible) namun tidak dapat memenuhi persyaratan perbankan (bankable) dapat mendapatkan kredit perbankan dengan jaminan dari PPKD. Sampai saat ini, baru dua Provinsi di Indonesia yang memiliki PPKD yaitu Provinsi Jawa Timur dan Bali. PPKD Provinsi Bali bernama PT. Jamkrida Bali Mandara, dengan proporsi Pemerintah Provinsi Bali sebesar Rp 49,925 miliar, Pemerintah Kabupaten Bangli Rp 500 juta, dan Pemerintah Kabupaten Karangasem Rp 75 juta sehingga total modal disetor Rp 50,5 miliar. Keberhasilan PPKD daerah dalam mendukung ekspansi kredit di daerah dapat menjadi contoh positif bagi pengembangan lembaga serupa di seluruh Provinsi di Indonesia. Proses
pendirian
PT.
Jamkrida
Bali
Mandara dimulai dari diskusi intensif antara DPRD Provinsi Bali dengan Pemda Provinsi Bali, Bank Indonesia
Denpasar,
akademisi,
BPD
Bali,
pewakilan UMKM dan stakeholders terkait. Dari hasil diskusi tersebut, terbitlah Peraturan Daerah No.2 Tahun 2010 tentang Perseroan Terbatas Penjaminan Kredit Daerah Provinsi Bali tanggal 27 April 2010. Setelah terbitnya Perda tersebut, Bank Penandatanganan Prasasti Persemian PT. Jamkrida Bali Mandara (Kiri – Kanan): Wakil Gubernur Bali; Deputi PBI Denpasar, Kepala Biro Pembiayaan & Penjaminan Bapepam –LK; Ketua DPRD Provinsi Bali; Gubernur Bali
Indonesia Denpasar memfasilitasi kunjungan kerja ke PT. Jamkrida Jawa Timur dengan peserta Asisten II Provinsi Bali, Kepala Biro Perekonomian Provinsi Bali, Anggota DPRD Komisi II Provinsi Bali dan perwakilan dari Bank Indonesia Denpasar pada
tangal 13-14 April 2011. Rangkaian kegiatan selanjutnya adalah fit and proper test 29 calon pengurus yang dilakukan oleh tim penilai termasuk Pemimpin Bank Indonesia Denpasar pada tanggal 29 Oktober 2010. Penjaminan kredit yang telah dilakukan oleh PT. Jamkrida Bali Mandara Sampai dengan 31 Juli 2011 mencapai Rp 12,58 Miliar dengan total 197 nasabah. Penjaminan terbesar di Kabupaten Buleleng sebesar Rp 5,6 miliar atau 45% dari keseluruhan dengan jumlah nasabah sebanyak 113 orang. Rata-rata kredit yang 59
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
dijamin per nasabah berkisar antara Rp 25 juta hingga Rp 125 juta dan sebagian besar nasabah adalah pengusaha UMKM yang layak usaha namun mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses kredit ke perbankan. Manajemen PPKD menargetkan dapat menjamin total nilai kredit antara Rp150 juta hingga Rp 250 miliar. Penjaminan kredit UMKM merupakan upaya jangka panjang untuk meningkatkan peran financial intermediares lembaga keuangan. Manfaatnya bagi perekonomian daerah baru dapat dirasakan ketika UMKM yang mendapatkan pembiayaan kredit dapat berkembang sehingga dapat menyumbngkan output bagi perekonomian daerah serta meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Peran pemerintah daerah dalam membina UMKM yang potensial untuk menghasilkan kinerja yang berkelanjutan sangat mempermudah proses pemberian kredit pada UMKM. Pembinaan dapat dilakukan melalui pemberian bimbingan teknis, pendampingan hingga upaya pemasaran yang berkelnajutan. Sinergi antara pemerintah daerah, perbankan dan PPKD diharapkan dapat menjadi ujung tombak bagi upaya pengembangan UMKM di Bali.
60
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Keuangan Pemerintah
Bab 4
Pada tahun anggaran 2011, Anggaran Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Bali mencapai Rp 2,14 triliun meningkat 10,57% dibandingkan anggaran 2010 Perubahan. Realisasi pendapatan sampai dengan triwulan III – 2011 mencapai 76,54%. Sementara itu, Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Bali pada tahun 2011 sebesar Rp 2,48 triliun meningkat 4,10% dibandingkan anggaran 2010 Perubahan. Realisasi belanja sampai dengan triwulan III – 2011 sebesar 41,28%.
4.1
REALISASI PENDAPATAN Anggaran Pendapatan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali pada tahun 2011 sebesar Rp 2,14
triliun bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan yang masing-masing memberikan kontribusi sebesar 56,10% dan 33,89%. Realisasi pendapatan daerah sampai dengan triwulan III – 2011 mencapai Rp1,64 triliun atau 76,54% lebih rendah dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 79,23%. Realisasi pendapatan daerah sebagian besar disumbang oleh pajak daerah yang merupakan bagian dari Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp1,19 triliun (realisasinya mencapai 95,40%). Sementara sisanya disumbangkan oleh dana perimbangan dengan realisasi sebesar Rp0,42 triliun (realisasinya mencapai 60,03% dari rencana) dan lain-lain pendapatan yang sah sebesar Rp24,84 miliar (13,21% dari rencana). Penelusuran lebih lanjut menunjukkan bahwa hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan keuangan daerah lain telah terealisasi sebesar Rp67,90 miliar melebihi rencana sebelumnya yang hanya sebesar Rp64,23 miliar. Apabila melihat realisasi tahun sebelumnya yang mencapai lebih dari
Grafik 4.1 Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Bali 2009 - 2011
210%, rencana untuk tahun 2012 mendatang dapat diperbesar. Pajak daerah merupakan realisasi
%
pendapatan terbesar pada sisi jumlah dengan
100
besaran mencapai Rp1,10 triliun. Besarnya pajak
90
2009
daerah didominasi oleh pajak kendaraan bermotor.
80
2010
70
2011
Perkembangan triwulan
III
selama
realisasi tiga
pendapatan
tahun
60 50
terakhir
40
menunjukkan pola yang hampir serupa (lihat
30
Gambar 5,1). Realisasi yang tinggi baru dicapai
20 10
pada triwulan III. Terdapat penurunan agresifitas
0
realisasi pendapatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
NAmun
demikian,
penurunan
Tw I
Sumber : Pemda Provinsi Bali
61
Tw II
Tw III
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
agresifitas ini diperkirakan tidak akan menyebabkan realisasi pendapatan pada akhir tahun berada di bawah target yang telah ditetapkan.
4.2
REALISASI BELANJA Anggaran Belanja Daerah Pemprov Bali 2011 sebesar 2,48 triliun rupiah lebih besar
daripada anggaran pendapatan daerah. Realisasi belanja daerah masih dibawah realisasi pendapatan yaitu hanya sebesar Rp1,03 triliun atau 41,28% dari yang direncanakan. Apabila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, realisasi belanja tahun ini relatif lebih bagus. Realisasi belanja triwulan III- 2010 hanya sebesar 34,65% dari rencana. Peningkatan ini menunjukkan perbaikan kinerja Pemprov Bali dalam mempercepat pencairan dana sebagai injeksi pada perekonomian. Realisasi belanja daerah yang paling jauh Grafik 4.2 Realisasi Belanja Daerah Provinsi Bali
dengan target adalah belanja modal dan belanja bantuan sosial dengan pencapaian masing-masing
2009 - 2011
sebesar
%
16,33%
dan
32,01%.
Sebagaimana
periode sebelumnya, realisasi anggaran belanja
60 2009 50
2010
40
2011
terbesar adalah belanja yang sifatnya rutin yaitu belanja
bantuan
keuangan
kepada
Prov/Kab/Kota/Desa dan belanja hibah dengan
30
realisasi masing-masing sebesar 68,72% dan
20
64,73% dari rencana. Belanja modal sebagai
10
representasi
0 Tw I
Tw II
dari
investasi
pemerintah
masih
direalisasikan dalam skala kecil yaitu hanya sebesar
Tw III
16,33% dari rencana. Realisasi ini jauh lebih kecil
Sumber : Pemda Provinsi Bali
dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 25,09%. Rendahnya realisasi belanja modal kemungkinan disebabkan oleh proses tender yang seringkali menyulitkan pelaksanaan realisasi anggaran. Realisasi belanja triwulan III selama tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa realisasi pada periode laporan lebih baik dibandingkan tahun 2010 namun masih lebih rendah dibandingkan pada tahun 2009 (lihat Gambar 5.2). Sayangnya, realisasi belanja modal justru paling rendah dibandingkan realisasi tahun 2009 dan tahun 2010. Realisasi belanja modal pada triwulan III – 2011 hanya sebesar 16,33% lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2010 dan 2009 masing-masing sebesar 25,09% dan 36,07%. Untuk mempercepat realisasi belanja model diperlukan proses trender yang lebih cepat dan efisien.
62
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Tabel 4.1. APBD Provinsi Bali (dalam juta rupiah)
URAIAN
APBD 2011
REALISASI APBD TW I 2011
REALISASI APBD TW II 2011
%
REALISASI APBD TW III 2011
%
%
PENDAPATAN DAERAH
2,143,518
554,391
25.86
1,232,796
57.51
1,640,691
PEND. ASLI DAERAH (PAD)
1,249,492
344,668
27.58
803,574
64.31
1,192,013
95.40
- Pendapatan Pajak Daerah
1,101,873
325,225
29.52
668,621
60.68
1,101,873
100.00
- Retribusi Daerah
24,778
4,911
19.82
11,872
47.91
32,845
132.56
- Hsl PMD & Hsl Pengel. Kek. Daerah yg dipisahkan
64,229
328
0.51
65,792
102.43
67,904
105.72
- Lain-Lain PAD yg Sah
58,611
14,204
24.23
57,288
97.74
70,088
119.58
DANA PERIMBANGAN
706,007
209,723
29.71
367,483
52.05
423,836
60.03
- Bagi hasil pajak dan bukan pajak
124,113
16,466
13.27
34,057
27.44
43,687
35.20
- Dana Alokasi Umum (DAU)
560,674
186,891
33.33
327,060
58.33
373,782
66.67
- Dana Alokasi Khusus (DAK)
21,221
6,367
30.00
6,367
30.00
6,366
30.00
- Dana Penguatan Infrastruktur Daerah LAIN-LAIN PENDAPATAN YG SAH - Pendapatan Hibah - Dana bagi hsl pajak dr Prov & pemda lainnya - Dana Penyesuaian & otonomi khusus - Bantuan Keuangan dr Prov atau Pemda lain
-
-
-
188,019
-
-
61,739
32.84
3,538
-
-
1,571
44.39
103,226
-
-
49,483
47.94
-
-
10,685
-
-
-
81,255
-
-
76.54
-
-
24,842
13.21
-
-
11,156
10.81 -
13,685
16.84
- Sumbangan Pihak Ketiga
-
-
-
-
-
-
- Alokasi Kurang Bayar DAK
-
-
-
-
-
-
BELANJA DAERAH
2,483,316
150,513
BELANJA TIDAK LANGSUNG
1,721,709 644,936
- Belanja Pegawai - Belanja Barang - Belanja Subsidi - Belanja Hibah
4,480
6.06
574,566
23.14
1,025,006
41.28
125,685
7.30
464,651
26.99
778,926
45.24
85,119
13.20
209,184
32.43
337,507
52.33
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
216,814
33,595
15.49
- Belanja Bantuan Sosial
324,818
6,972
2.15
- Belanja Bagi Hsl kpd Prov/Kab/Kota & Pemda
475,287
-
-
- Belanja Bantuan Keuangan kpd Prov/Kab/Kota/Desa
35,373
-
-
14,613
- Belanja Tidak Terduga
20,000
-
-
BELANJA LANGSUNG
761,607
- Belanja Pegawai - Belanja Barang dan Jasa - Belanja Modal
24,827
3.26
89,383
140,342
64.73
42,170
12.98
103,968
32.01
109,301
23.00
172,801
36.36
41.31
24,308
68.72
109,915
14.43
246,080
30,523
933
3.06
6,708
21.98
13,325
43.66
23,618
4.96
96,464
20.24
191,183
40.12
0.11
6,743
2.65
41,572
16.33
276 403,879
658,230
PENERIMAAN DAERAH
340,379
730,821
704,385
704,385
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA)
340,379
730,821
704,385
704,385
615,684
PEMBIAYAAN
PENGELUARAN DAEARAH
-
-
-
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
-
-
-
-
Penguatan Modal Pemerintah Daerah
-
-
-
-
SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA)
-
340,379
730,821
704,385
704,385
580.83
1,134,699.52
1,362,615.57
1,320,070.00
Sumber : Pemda Provinsi Bali
63
32.31
476,585 254,499
PEMBIAYAAN NETTO
-
41.23
(339,798)
SURPLUS/(DEFISIT)
-
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Halaman ini sengaja dikosongkan
64
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Bab 5
Ketenagakerjaan & Kesejahteraan
Nilai Tukar Petani (NTP) yang menggambarkan kesejahteraan petani pada akhir triwulan III – 2011 mengalami penurunan 0,19% dibandingkan akhir triwulan sebelumnya. Inflasi perdesaan juga tercatat relatif tinggi yaitu 0,40% (m-t-m) pada akhir triwulan III – 2011 lebih tinggi dibandingkan inflasi perdesaan nasional sebesar 0,29% (m-t-m). Angka pengangguran di Provinsi Bali Agustus 2011 sebesar 2,32% lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,06%.
5.1. PERKEMBANGAN NTP PROVINSI BALI Perkembangan NTP selama triwulan III – 2011 lebih rendah dibandingkan akhir triwulan sebelumnya. NTP Bali cenderung mengalami penurunan sejak pertengahan triwulan II – 2011 (lihat Gambar 6.1). Meskipun sejak awal 2010 terdapat kecenderungan peningkatan angka NTP Bali dan selalu berada di atas NTP Nasional, fluktuasinya relatif lebih besar apabila dibandingkan dengan peningkatan NTP Nasional. Peningkatan NTP Nasional yang konsisten menyebabkan perbedaan antara keduanya semakin tipis.
Grafik 5.1. NTP Provinsi Bali dan Nasional 2010 - 2011
Sumber : BPS Penurunan NTP mengindikasikan terjadinya penurunan daya beli atau kesejahteraan petani yang sebagian besar adalah penduduk desa. Data inflasi perdesaan menunjukkan bahwa inflasi di perdesaan pada akhir triwulan III – 2011 relatif tinggi yaitu 0,40% (m-t-m) lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi perdesaan nasional sebesar 0,29% (m-t-m). Inflasi perdesaan juga lebih tinggi dibandingkan inflasi umum Denpasar sebesar 0,13% (m-t-m). Selama triwulan III – 2011 angka inflasi bulanan di perdesaan selalu lebih tinggi dibandingkan inflasi umum Denpasar. Hal ini menunjukkan masyarakat di perdesaan mengalami kenaikan harga yang lebih tinggi disbanding perkotaan. 65
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin khusunya di perdesaan, pemerintah daerah Bali telah melaksanakan program-program seperti bedah rumah dan Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM). Bali mentargetkan pelaksanaan program bedah rumah pada 800 unit rumah dengan pola swakelola. Pola ini dipilih untuk mengatasi ketidaksesuaian spefisikasi rumah jika dikerjakan dalam pola tender. Berdasarkan data pemerintah provinsi Bali jumlah rumah tidak layak huni di Bali mencapai 13.000 unit. Sementara itu untuk program JKBM, pada triwulan III – 2011 ini telah dilaksanakan diseluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Bali sejak bergabungnya Kabupaten Jembaran dalam program JKBM ini pada Oktober 2011. Tercatat sebanyak 1,5 juta masyarakat Bali telah terlayani program JKBM melalui puskesmas dan ruumah sakit.
5.2
PENGURANGAN ANGKA PENGANGGURAN Tingkat pengangguran di Bali pada Agustus 2011berada pada level 2,32% atau sebanyak 52.380
orang. Jika bandingkan periode sebelumnya yang mencapai 2,86% (Agustus 2010) dan 3,06% (Agustus 2010), telah terjadi penurunan tingkat pengangguran. Sebagian besar pekerja bekerja di bidang pertanian dalam arti luas dengan proporsi mencapai 34,24% diikuti dengan sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi yang serupa dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan proporsi 23,77%. Sebagian besar pengangguran (75% dari total pengangguran) bertempat tinggal di perkotaan. Pemerintah daerah terus berupaya melaksanakan program-program kerja yang bertujuan untuk penyediaan lapangan kerja baru sehingga dapat menekan tingkat pengangguran. Jumlah pekerja yang bekerja di sektor formal meningkat yaitu 43,57% dari total pekerja yang ada di Bali lebih tinggi dibandingkan peropde yang sama tahun sebelumnya sebesar 35,76. Jumlah pekerja yang bekerja di sektor informal masih lebih banyak dibandingkan dengan sektor formal.
Grafik 5.2. Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja
Sumber : SKDU Tw III – 2011
66
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan III – 2011 menunjukkan penggunaan tenaga kerja masih relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya. Nilai survey yang menunjukkan angka dibawah nol dapat diartikan bahwa lebih banyak perusahaan yang menjadi responden yang menyatakan bahwa jumlah karyawan tetapnya mengalami penurunan. Hasil penelusuran lebih lanjut menunjukkan bahwa kehilangan karyawan tidak segera diantisipasi dengan perekrutan karyawan baru karena jumlah karyawan masih mampu memenuhi kebutuhan proses produksi. Untuk perkiraan penggunaan tenaga kerja triwulan IV – 2011 mendatang, hasil survey menunjukkan terdapat rencana peningkatan penggunaan tenaga kerja. Hasil survei menunjukkan bahwa dunia usaha masih belum bekerja pada kapasitas penuh. Penggunaan kapasitas produksi mengalami peningkatan hingga 71,13% pada Triwulan III – 2011 lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya berada pada level 67,77%. Peningkatan penggunaan kapasitas produksi sudah terjadi sejak akhir tahun 2010 dan mulai mendekati titik tertinggi penggunaan kapasitas produksi selama tiga tahun terakhir. Penggunaan kapasitas produksi tertinggi terjadi pada awal tahun 2010 yang mencapai 81,30%. Penggunaan kapasitas produksi yang belum optimal menyebabkan relatif kecilnya penyerapan tenaga kerja baru untuk menggantikan tenaga kerja sebelumnya yang mengundurkan diri atau telah masuk masa pensiun.
67
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Boks E.
Peran Pertumbuhan Industri Pariwisata terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Sektor perdagangan, hotel dan restoran (phr) sebagai kontributor utama output perekonomian Bali juga diharapkan menjadi penggerak peningkatan kesejahteraan masyarakat. Penggunaan tabel matriks Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Provinsi dilakukan untuk menganalisis lebih lanjut peran sektor phr terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tabel SNSE Provinsi Bali yang digunakan adalah yang terdapat dalam Inter Regional Social Accounting Matrices (IRSAM) 2005 1 dengan yang diproyeksikan dua tahun ke depan. Analisis difokuskan pada dampak injeksi pada sektor phr serta sektor transportasi dan komunikasi (transkom) pada neraca produksi dan neraca institusi. Hasil analisis pada neraca produksi menunjukkan bahwa injeksi sektor phr akan meningkatkan kenaikan pendapatan yang 70% nya dinikmati oleh pemilik modal (lihat Gambar 1B). Sementara untuk sektor-sektor lainnya distribusi pendapatan yang dinikmati relatif kecil yaitu berada di bawah 10%. Bagian yang paling besar kedua adalah sektor produksi, operator dan buruh kasar dengan peningkatan hanya sebesar 11%. Hasil ini menunjukkan adanya ketimpangan distribusi hasil industri pariwisata yang sebagian besar dinikmati oleh pemilik modal. Grafik 1. Dampak Injeksi Sektor PHR pada Neraca Produksi
Sementara dampak injeksi sektor phr pada neraca institusi menunjukkan bahwa institusi perusahaan merupakan pihak yang mendapatkan manfaat terbesar dari peningkatan aktivitas sektor phr dan masyarakat golongan atas di kota dengan bagian dari pendapatan hingga 36% dan 19% (lihat Gambar 2B). Ketimpangan kesejahteraan ditunjukkan oleh rendahnya bagian pendapatan yang dinikmati masyarakat di desa. Golongan atas dan golongan rendah di desa hanya masing-masing sebesar 10% dan 8%. Bahkan golongan rendah di kota masih mendapatkan bagian lebih besar dibandingkan golongan atas di desa.
1
IRSAM 2005 yang dikembangkan oleh Budy P. Resosudarmo, Djoni Hartono dan Arief A. Yusuf dalam proyek koordinasi antara Bappenas, AusAID, CSIRO dan Bank Dunia 68
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Grafik 2. Dampak Injeksi Sektor PHR pada Neraca Institusi
Sumber : SNSE 2005 diolah Analisis dengan menggunakan injeksi sektor transkom sebagai salah satu sektor utama dalam industri pariwisata pada neraca produksi menunjukkan hasil yang relatif sama dengan injeksi pada sektor phr. Bagian terbesar dari peningkatan pendapatan tetap menjadi milik pemilik modal mencapai 73% (lihat Gambar 3B). Bagian pendapatan terbesar berikutnya adalah pada sektor tata usaha, penjualan dan jasa-saja serta sektor produksi, operator, buruh kasar dengan kenaikan masing-masing sebesar 10% dan 7%. Hasil ini juga menunjukkan ketimpangan distribusi hasil dari peningkatan kinerja industri pariwisata. Grafik 3. Dampak Injeksi Sektor Transkom pada Neraca Produksi
Sumber : SNSE 2005 diolah
69
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Analisis injeksi sektor transkom pada neraca institusi juga menunjukkan ketimpangan distribusi pendapatan. Bagian distribusi pendapatan bagi golongan atas di desa sebesar 10% masih lebih rendah dibandingkan golongan rendah di kota sebesar 13%. Bagian terbesar masih berada pada perusahaan dan golongan atas kota masing-masing sebesar 37% dan 20%. Grafik 2. Dampak Injeksi Sektor Transkom pada Neraca Institusi
Sumber : SNSE 2005 diolah Berbagai kombinasi analisis di atas menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan yang cukup lebar dalam distribusi hasil-hasil dari industri pariwisata. Pembangunan destinasi wisata yang masih terpusat pada wilayah selatan Bali (Kuta dan Jimbaran) menyebabkan pemerataan hasil-hasil pariwisata relatif sulit untuk diwujudkan. Pengembangan desa wisata yang bertujuan mendekatkan aktivitas pariwisata pada lingkungan perdesaan dan masyarakat desa merupakan terobosan positif dalam upaya memeratakan distribusi kue pariwisata ke seluruh Provinsi Bali.
70
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Bab 6 Prospek Perekonomian Prospek perekonomian di akhir tahun 2011diwarnai optimisme. Pertumbuhan ekonomi di triwulan IV-2011 diperkirakan berada di kisaran 6,25% - 6,75% (y-o-y). Dengan perkiraan tersebut, pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun diperkirakan berada di kisaran 6,15% - 6,65% (y-o-y). Di sisi penawaran, sektor PHR diperkirakan masih akan memberikan andil terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Bali di triwulan IV2011, diikuti sektor jasa dan sektor pengangkutan dan transportasi.Tingginya prospek di triwulan IV diakibatkan oleh indikasi peningkatan industry pariwisata di akhir tahun yang merupakan puncak kunjungan wisatawan (peak season). Sementara itu di sisi penawaran, perekonomian Bali masih ditopang oleh konsumsi (terutama konsumsi rumah tangga), yang didorong oleh tingginya aktivitas perekonomian di akhir tahun. Investasi diperkirakan juga tumbuh tinggi akibat direalisasikannya proyek-proyek investasi. Di sisi pergerakan harga, laju inflasi pada triwulan IV-2011 diperkirakan masih relatif terjaga dengan perkiraan inflasi berada di kisaran 4,5 ± 1% (y-o-y).Selain akibat base effect inflasi, pasokan diperkirakan masih relatif stabil meskipun tekanan volatile food akan sedikit meningkat terutama di beberapa komoditas bahan makanan. Namun perlu diwaspadai faktor ekspektasi inflasi kedepan yang meningkat, seperti yang diindikasikan dengan meningkatnya Indeks Ekspektasi Konsumen dari hasil survey yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
6.1
MAKRO EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV-2011 Pada triwulan IV-2011 perekonomian Bali diperkirakan masih mampu tumbuh tinggi.
Angka pertumbuhan diperkirakan berada di kisaran 6,25% - 6,75% (y-o-y). Dengan perkiraan tersebut, pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun diperkirakan berada di kisaran 6,15% - 6,65% (y-o-y). Optimisme pertumbuhan ekonomi di triwulan IV diindikasikan oleh hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh KBI denpasar, yang menunjukkan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) positif sebesar 20,84% yang menunjukkan optimism pelaku usaha dalam memandang kegiatan usaha pada triwulan IV-2011.
71
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Grafik 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali
Grafik 6.2 Perkembangan Kegiatan Usaha % y-o-y
Miliar Rp 8,000
PDRB (LHS)
10
growth (yoy) (RHS)
8
7,500
Total Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan Perdaganga, Hotel, dan Restoran Jasa-jasa Pengangkutan dan Komunikasi
SBT 50 40 30
6
20
7,000 4 6,500
6,000 I
II
III
2009
IV
I
II
III
2010
Sumber : Badan Pusat Statistika, diolah
IV
I
II
III
2011
IV*
10
2
0
0
(10)
I
(20)
II
III IV
2007
I
II
III IV
2008
I
II
III IV
2009
I
II
III IV
2010
I
II
III IV*
2011
(30)
Sumber : Survey Kegiatan Dunia Usaha, Bank Indonesia Denpasar Keterangan : Tw I-2007 s.d Tw III-2011 adalah angka realisasi Tw IV-2011 adalah angka ekspektasi
Sektor PHR diperkirakan akan memberikan andil terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Bali di triwulan IV-2011, diikuti sektor jasa dan sektor pengangkutan dan transportasi. Hasil SKDU juga menunjukkan ketiga sektor tersebut mengalami perkembangan positif. Peningkatan di sektor PHR terutama didorong oleh meningkatnya kunjungan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, yang diperkirakan mengakibatkan pertumbuhan tinggi di sektor ini terutama di subsector hotel dan restoran, dan menopang pertumbuhan ekonomi di sisi penawaran. Kunjungan wisman diperkirakan akan mencapai puncaknya seiring momen pergantian tahun. Peningkatan aktivitas pariwisata diperkirakan juga berdampak pada sektor pengangkutan, terutama pada subsector angkutan udara. Sementara itu kinerja sektor dominan lain di Bali, yakni sektor pertanian, diperkirakan akan masih tumbuh positif meskipun dalam level yang relatif rendah. Produksi tanaman bahan makanan diperkirakan akan sedikit meningkat seiring masuknya masa panen kedua (periode Oktober – November), meskipun jumlahnya tidak setinggi panen di awal tahun. Di sisi permintaan, perekonomian Bali masih ditopang oleh konsumsi (terutama konsumsi rumah tangga). Masih kuatnya konsumsi masyarakat didorong oleh tingginya aktivitas perekonomian di akhir tahun seiring perayaan Hari Raya Natal dan momen pergantian tahun. Investasi diperkirakan juga akan meningkat karena proyek-proyek pemerintah mulai direalisasikan, dan akan tercermin dari realisasi belanja APBD Provinsi Bali yang hingga triwulan III-2011 baru sebesar 41,27% dengan realisasi belanja modal baru sebesar 16,34%. Sementara itu ditengah ketidakpastian perekonomian global, diperkirakan masih akan terjadi net ekspor dengan komponen utama yang meningkat adalah ekspor antar daerah. Dari hasil survey lain KBI Denpasar, yakni survey konsumen, Indeks Ekspektasi Konsumen juga berada di level optimis dengan rata-rata sebesar 117,28, meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 106,22. Peningkatan tersebut didorong oleh optimisme konsumen mengenai peningkatan penghasilan, supply lapangan kerja, dan kegiatan usaha 6 bulan kedepan.
72
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
6.2
INFLASI REGIONAL TRIWULAN IV-2011 Inflasi di akhir tahun diperkirakan
akan berada di level rendah, dengan perkiraan inflasi berada di kisaran 4,5 ± 1% (yo-y).
Level
proyeksi
tersebut
dibawah
Grafik 6.3 Perkembangan dan Proyeksi Inflasi Bali Tw IV-2011 % (y-o-y) 15 13
ekspektasi inflasi dari hasil Survey Kegiatan
9
Dunia
7
Usaha
(SKDU),
dimana
60,49%
responden memiliki ekspektasi bahwa inflasi triwulan IV-2011 akan berada di level 5-7%. Rendahnya perkiraan inflasi tahunan lebih (base
effect),
akibat
10.76
9.28
9.43
5
9.62
7.71 4.05
5.91 7.12
5.31 4.3 3.77
3
8.93
7.93 7.66
8.10 4.37 5.59 4.39 3.64
5.80
4.40
1 -1
diakibatan oleh adanya factor teknikal tahun dasar
11.57
11
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV* 2006
2007
2008
2009
2010
2011
berakhirnya
pengaruh kebijakan administered pemerintah
Sumber : Badan Pusat Statistik Keterangan : *) Angka proyeksi
di tahun 2011 (kenaikan TDL pada Juli 2010), serta berakhirnya efek gangguan cuaca dan anomali iklim yang mengakibatkan tekanan inflasi terutama di komoditas yang tergolong kedalam volatile food. Pada triwulan IV-2011 dampak tersebut diperkirakan tidak terjadi dan tidak mempengaruhi kenaikan harga-harga secara abnormal. Potensi tekanan inflasi pada triwulan IV-2011 dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas ekonomi di akhir tahun, yang terutama didorong oleh industri pariwisata yang merupakan ujung tombak ekonomi Bali. Aktivitas ekonomi diperkirakan meningkat seiring perayaan hari raya keagamaan (Natal) serta masuknya periode peak season kunjungan wisatawan domestic dan mancanegara pada Desember 2011 (momen pergantian tahun 2011 – 2012). Kondisi tersebut diperkirakan akan mempengaruhi peningkatan harga barang dan jasa, terutama pada sub kelompok bahan makanan dan makanan jadi. Dampak ikutan dari peningkatan industri pariwisata juga berdampak pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan, terutama pada subsektor transport dengan dampak terbesar pada komoditas angkutan udara. Dari sisi supply, secara umum tekanan volatile food diperkirakan akan sedikit meningkat di akhir tahun. Berdasarkan hasil Survey Pemantauan Harga, pergerakan harga di sub kelompok padi-padian memang cenderung mengalami peningkatan harga sejak Juni 2011, dan diperkirakan akan terus terjadi hingga akhir tahun. Selain itu, curah hujan yang tinggi diperkirakan juga akan berpengaruh pada peningkatan harga pada subkelompok bumbu-bumbuan. Sementara itu tekanan administered price diperkirakan masih relatif minim. Potensi kenaikan harga BBM hingga akhir tahun sangat kecil. Harga minyak dunia pun memiliki kecenderungan menurun seiring kekhawatiran atas kondisi perekonomian Amerika Serikat dan Eropa.
73
KER Provinsi Bali Triwulan III-2011
Grafik 6.4 Ekspektasi Konsumen thd Harga Barang dan Jasa Indeks
Grafik 6.5 Ekspektasi Harga oleh Pedagang
% yoy
200
10
190
9
180
8
170
7
160
6
150
5
Indeks 200
%yoy
160 120
4
140
Indeks Ekspektasi Harga Pedagang 3 bln yad Indeks Ekspektasi Harga Pedagang 6 bln yad Inflasi IHK aktual (yoy) - RHS
80
3
130 Ekspektasi Harga 3 bln yad. Ekspektasi Harga 6 bln yad. Inflasi (yoy) - RHS
120 110
2
40
1 0
0
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2009
2010
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
2009
2011
2010
2011
Sumber : Survey Konsumen KBI Denpasar Sumber : Survey Konsumen KBI Denpasar
Faktor yang harus diwaspadai dari pergerakan infasi adalah faktor ekspektasi masyarakat. Hasil Survey Konsumen KBI Denpasar juga mengindikasikan peningkatan ekspektasi inflasi oleh masyarakat, dimana sebagian besar responden berpendapat bahwa akan terjadi kenaikan harga baik untuk periode 3 maupun 6 bulan kedepan. Hasil senada juga ditunjukkan oleh hasil Survey Pedagang Eceran yang mengindikasikan peningkatan ekspektasi inflasi oleh pedagang, baik untuk periode 3 maupun 6 bulan mendatang.
74