KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara
Triwulan I – 2008
Kantor Bank Indonesia Manado
0
Kata Pengantar
Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dijelaskan bahwa tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi bank.
Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum otonomi daerah, setiap Kantor Bank Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI Manado dituntut berperan sebagai ”economic intelligent and research unit” yang diharapkan mampu memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini sebagai bahan masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam perumusan dan penetapan kebijakan moneter yang tepat sasaran. Penyajian informasi ekonomi dan keuangan daerah tersebut, disusun dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sulawesi Utara, yang berisi kajian dan analisis meliputi tingkat inflasi, PDRB, dan kinerja produksi kegiatan dunia usaha, perbankan dan sistem pembayaran serta keuangan daerah secara triwulanan.
Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.
Manado, 31 Maret 2008 BANK INDONESIA MANADO
Jeffrey Kairupan Pemimpin 1
Daftar Isi
RINGKASAN EKSEKUTITF
halaman 4
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
halaman 20
Sisi Permintaan
halaman 21
Sisi Penawaran
halaman 30
Analisis LQ (Location Quatient)
halaman 39
Boks. 1 : Revitalisasi Pertanian dan Dukungan Pembiayaan Fiskal di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2008 Boks. 2 : Kredt Ketahan Pangan dan Energi (KKP – E)
halaman 42
Box 3 : Tinjauan Liason Sektor Properti di Kota Manado
halaman 45
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
halaman 48
halaman 43
Inflasi Tahunan (Y.o.Y)
halaman 48
Inflasi Bulanan (Q-t-Q)
halaman 52
Inflasi Zona Sulampua
halaman 54
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
halaman 56
Fungsi Intermediasi
halaman 57
Risiko Kredit
halaman 67
Perkembangan Bank Umum Syariah
halaman 71
Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat
halaman 72
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Halaman 74
Keuangan Daerah di Tingkat Provinsi
halaman 75
Keuangan Daerah Sulawesi Utara (Kab/Kota/Provinsi)
halaman 77
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
halaman 81
Perkembangan Aliran Uang Kartal
halaman 81
Penemuan Uang Palsu
halaman 85
Perkembangan Kliring Lokal (Tunai)
halaman 86
RTGS (Real Time Gross Settlement)
halaman 86
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN
halaman 88
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Pengangguran
halaman 89
Kemiskinan
halaman 91
Rasio Gini
halaman 92
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
halaman 92
2
PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH
halaman 94
Pertumbuhan Ekonomi
halaman 94
Inflasi
halaman 99
LAMPIRAN
halaman 101
Daftar Istilah dan Singkatan
halaman 103
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Kantor Bank Indonesia Manado Jl. 17 Agustus No. 56 Ph. 0431-868102, 868103, 868108 Fax. 0431-866933 Email :
[email protected]
3
RINGKASAN EKSEKUTIF
Pada triwulan I – 2008, perekonomian Sulawesi Utara tumbuh 6,02% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya…
Secara umum, stabilitas makro ekonomi dan stabilitas sistem keuangan Indonesia masih terjaga di tengah kondisi perekonomian global yang belum kondusif. Relatif terjaganya stabilitas nasional tersebut berimplikasi positif bagi kelanjutan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Utara. Pada triwulan I – 2008, perekonomian tumbuh 6,02% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang hanya tumbuh 5,51% (y.o.y). Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh membaiknya kinerja ekspor disamping aktivitas konsumsi yang tetap tinggi dan meningkatnya investasi. Dari sisi penawaran, sebagian besar sektor menunjukkan perkembangan yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Tercatat, sektor pertanian, sektor bangunan dan sektor PHR (Perdagangan, Hotel dan Restoran) merupakan sektor-sektor dominan yang memberikan andil bagi pertumbuhan ekonomi.
Tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado selama triwulan I – 2008 memperlihatkan penurunan.…
Tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado selama triwulan I 2008
memperlihatkan
penurunan
dibandingkan
triwulan
sebelumnya. Secara akumulasi, hingga Maret 2008 inflasi Kota Manado tercatat sebesar 1,04% (y.t.d) lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 3,34% (y.t.d). Sementara itu, secara tahunan inflasi Kota Manado tercatat 7,68% (y.o.y), lebih lambat dibandingkan akhir triwulan lalu yang tercatat sebesar 10,13% (y.o.y). Menurut sumber tekanannya, inflasi Kota Manado berasal dari sisi permintaan maupun penawaran.
PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan I – 2008 cukup menggembirakan tercermin dari laju pertumbuhan sebesar 6,02% (y.o.y). Pencapaian ini masih lebih rendah dibandingkan triwulan 4
sebelumnya yang tercatat 6,82% (y.o.y), namun masih lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 5,41% (y.o.y).
Kegiatan konsumsi selama triwulan laporan sedikit mengalami perlambatan walaupun masih tetap tumbuh positif…
Kegiatan konsumsi selama triwulan laporan sedikit mengalami perlambatan walaupun masih tetap tumbuh positif sebesar 2,02% (y.o.y). Peningkatan konsumsi terutama disumbangkan oleh konsumsi swasta yaitu rumah tangga dan perusahaan sedangkan konsumsi
pemerintah
relatif
belum
banyak
menunjukkan
perkembangan yang berarti, atau jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Beberapa even yang mendorong
peningkatan
aktivitas
konsumsi
rumah
tangga
diantaranya adalah perayaan hari besar keagamaan seperti Cap Go Meh (Tahun Baru China, Hari Nyepi, Maulid Nabi dan Paskah. Perlambatan pertumbuhan konsumsi masyarakat antara lain tercermin dari menurunnya indeks berbagai indikator ekonomi berdasarkan hasil Survey Konsumen (SK) Kota Manado diantaranya indeks penghasilan, indeks ketepatan waktu pembelian
barang
tahan lama, serta indeks ketersediaan lapangan kerja.
Di tengah-tengah keterbatasan infrastuktur, pasokan listrik dan kenaikan harga bahan bangunan seperti semen dan seng, kegiatan investasi mengalami perlambatan pertumbuhan …
Di tengah-tengah keterbatasan infrastruktur, pasokan listrik, dan kenaikan harga bahan bangunan seperti semen dan seng, kegiatan investasi mengalami perlambatan pertumbuhan walaupun masih pada level yang positif. Kegiatan investasi yang tercermin dari nilai tambah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh 7,50% (y.o.y) dengan kontribusi 1,49% terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum. Perkembangan kegiatan investasi antara lain dapat dikonfirmasi dengan perkembangan indeks bahan bangunan dari hasil Survey Penjualan Eceran Kota Manado yang memperlihatkan trend kenaikan indeks.
Sementara itu, berbagai persiapan terkait dengan penyelenggaraan World Ocean Conference (WOC) di Tahun 2009 antara lain berupa pembangunan berbagai proyek jalan, jembatan, lapangan udara
5
dan infrastruktur lainnya juga turut andil mendorong laju pertumbuhan kegiatan investasi selama triwulan laporan. Dari sisi pembiayaan, jumlah kredit produktif yang disalurkan masih relatif kecil. Namun demikian berdasarkan trend yang ada menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Peningkatan kegiatan investasi juga tercermin dari struktur impor Sulawesi Utara dimana hampir seluruhnya merupakan jenis barang modal.
Perkembangan nilai tambah kegiatan ekspor dan impor menunjukkan peningkatan...
Perkembangan
nilai
tambah
kegiatan
ekspor
dan
impor
menunjukkan peningkatan tercermin dari selisih bersih (netto) kontribusi kegiatan ekspor dan impor yang tercatat sebesar 3,71% terhadap laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara secara umum. Secara gabungan (antar provinsi maupun antar negara), transaksi perdagangan berada pada kondisi surplus. Surplus perdagangan ini terutama
berasal
dari
transaksi
perdagangan
luar
negeri,
sedangkan untuk transaksi perdagangan antar provinsi umumnya masih berada pada kondisi defisit. Hal ini disebabkan karena hampir 70% barang konsumsi masih harus didatangkan dari luar Provinsi Sulawesi Utara terutama dari Kota Surabaya dan Kota Makassar (seperti beras, bawang merah dan cabe). Membaiknya kinerja perdagangan selama triwulan laporan antara lain didukung oleh relatif stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar US walaupun masih dibayang-bayangi oleh trend peningkatan biaya produksi akibat kenaikan harga minyak dunia dan tingginya inflasi baik di dalam negeri dan maupun dunia.
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada…
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I – 2008, disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada. Hampir seluruh sektor mencatat perkembangan yang positif melebihi kinerja di triwulan sebelumnya kecuali sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa yang mengalami perlambatan. Menurut kontribusinya, sektor pertanian, bangunan dan PHR (perdagangan, hotel dan restoran) merupakan lokomotif pertumbuhan.
6
Sektor pertanian tumbuh 5,61% (y.o.y) dengan kontribusi 1,19% terhadap laju pertumbuhan secara umum...
Sektor pertanian tumbuh 5,61% (y.o.y) dengan kontribusi 1,19% terhadap laju pertumbuhan secara umum. Berdasarkan sub sektornya, laju pertumbuhan sektor pertanian disumbangkan oleh seluruh sub sektor yang ada dengan laju pertumbuhan tertinggi dialami oleh sub sektor peternakan dan sub sektor tanaman bahan. Beberapa faktor yang mendorong perkembangan sub sektor tanaman bahan makanan antara lain mulai memasukinya musim panen padi di beberapa daerah serta dampak lanjutan program revitalisasi pertanian yang dicanangkan oleh pemerintah provinsi Tahun 2007 lalu. Perkembangan sub sektor tanaman bahan makanan selama triwulan laporan antara lain dapat dikonfirmasi dengan
data
perkembangan
komoditi
beras
dan
jagung.
Sementara itu, perkembangan sub sektor peternakan terutama didominasi oleh peternakan kuda dan babi. Dari sisi pembiayaan, peran perbankan untuk membiayai sektor pertanian khususnya sub sektor tanaman pangan dan sub sektor perikanan masih relatif kecil yaitu hanya sebesar 4,28% dengan jumlah nominal Rp 281 milliar. Belum terlalu optimalnya penyaluran kredit di sektor pertanian antara lain disebabkan masih relatif tingginya resiko usaha di sektor tersebut.
Sektor bangunan tumbuh 7,79% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar 1,24%...
Sektor bangunan tumbuh 7,79% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar 1,24%. Andil sektor ini merupakan yang tertinggi dibandingkan sektor-sektor lainnya. Perkembangan sektor ini tercermin dari meningkatnya aktivitas pembangunan sektor properti antara lain Mal Manado Town Square, Mal Boulevard, ITC (Elektronik Centre), perhotelan, ruko dan komplek perumahan. Perkembangan sektor bangunan antara lain dapat dikonfirmasi dengan indeks penjualan bahan bangunan berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado. Berdasarkan trend, terlihat bahwa indeks penjualan bahan bangunan terus mengalami kenaikan hingga ke level 215,69 pada akhir triwulan laporan. Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit di sektor bangunan mencapai Rp282 milliar atau meningkat 37,56% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
7
Namun demikian, alokasi kredit sektor bangunan ini relatif kecil dibandingkan total kredit yang disalurkan.
Sektor PHR (perdagangan, hotel dan restoran) tumbuh 7,24% (y.o.y) dengan kontribusi 0,96%...
Sektor PHR (perdagangan, hotel dan restoran) tumbuh 7,24% (y.o.y) dengan kontribusi 0,96%. Berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor ini disumbangkan oleh seluruh sub sektor yang ada yaitu sub perdagangan besar dan eceran, sub sektor restoran serta sub sektor hotel. Perkembangan sub sektor perdagangan besar dan eceran, antara lain dapat dikonfirmasi dengan indeks penjualan eceran hasil Survey Penjualan Eceran yang terus memperlihatkan kenaikan indeks mencapai 154,91 pada akhir triwulan laporan. Perkembangan sub sektor hotel antara lain dapat dikonfimasi melalui data kunjungan wisatawan baik manca negara (wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnu) yang meningkat 137,15% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan perkembangan sub sektor restoran antara lain sejalan dengan banyak bermunculannya restoran, rumah makan, ruko serta mal khususnya di pusat Kota Manado. Kinerja sektor PHR juga dapat dikonfirmasi melalui peningkatan aktivitas perdagangan dalam negeri berupa kegiatan bongkar muat di pelabuhan Bitung yang mengalami peningkatan frekuensi selama triwulan I – 2008 sebesar 12,67% (y.o.y). Dari segi pembiayaan, sektor PHR merupakan sektor terbesar kedua (setelah sektor konsumsi) yang mendapat alokasi pembiayaan mencapai jumlah Rp1,98 triliun atau meningkat 40,77% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 6,68% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar 0,80%...
Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 6,68% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar 0,80%. Menurut sub sektornya, pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi didukung baik oleh sub sektor pengangkutan maupun sub sektor komunikasi. Perkembangan
sub
sektor
angkutan
antara
lain
dapat
dikonfirmasikan dengan indeks penjualan kendaraan melalui Survey Penjualan Eceran (SPE) dimana terjadi kenaikan indeks
8
walaupun masih tetap dalam kondisi pesimis. Perkembangan sektor pengangkutan juga dapat dikonfirmasi dengan jumlah pemakaian bahan bakar minyak (BBM) khususnya jenis non industri. Selama triwulan I - 2008, tercatat penggunaan BBM non industri meningkat 18,02% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, relatif tingginya pertumbuhan sub sektor komunikasi dalam triwulan laporan terutama disebabkan oleh pesatnya penggunaan sarana telepon selular (Mobile Phone) oleh masyarakat yang didukung oleh semakin luasnya wilayah jangkauan. Hal ini antara lain terbukti pesatnya pembangunan sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di beberapa lokasi pada daerah yang sebelumnya terisolir. Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan sektor angkutan dan telekomunikasi ternyata didukung pula oleh kredit yang disalurkan pada sektor ini yang tercatat sebesar Rp84,85 milliar atau meningkat sebesar 79,80% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sektor jasa tumbuh melambat yaitu sebesar 3,31% (y.o.y)...
Sektor jasa-jasa selama triwulan laporan mengalami perlambatan khususnya untuk sub sektor jasa pemerintahan. Tercatat sektor jasa-jasa tumbuh 3,31% (y.o.y), sedikit melambat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 3,76% (y.o.y). Perlambatan sub sektor jasa pemerintahan ternyata seiring pula dengan turunnya persentase realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sulawesi Utara hingga triwulan laporan bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, untuk sub sektor jasa swasta justru mengalami mengalami peningkatan sedikit bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Peningkatan sub sektor ini antara lain sebagai dampak cukup banyaknya terdapat hari libur nasional selama triwulan laporan yang dimanfaatkan masyatakat untuk melaksanakan kegiatan rekreasi dan sosial.
9
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Secara umum, tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado selama tripulan I -2008 memperlihatkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya…
Secara umum, tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado selama triwulan I - 2008 memperlihatkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya dan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara akumulasi, hingga Maret 2008 inflasi Kota Manado tercatat sebesar 1,04% (y.t.d) lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar 3,34% (y.t.d). Sementara itu, secara tahunan inflasi Kota Manado tercatat 7,68% (y.o.y), lebih lambat dibandingkan akhir triwulan lalu yang tercatat sebesar 10,13% (y.o.y) namun demikian dibandingkan angka inflasi periode yang sama tahun lalu sebesar 6,98% (y.o.y) maka laju perbahan harga selama triwulan laporan relatif masih lebih tinggi.
Berdasarkan sumber tekanannya, inflasi Kota Manado berasal baik dari sisi permintaan maupun penawaran…
Berdasarkan sumber tekanannya, inflasi Kota Manado berasal baik dari sisi permintaan maupun penawaran. Dari sisi permintaan, faktor seasonal berupa perayaan Tahun Baru Imlek 2559 dan terdapatnya
banyak
hari
libur
nasional
menyebabkan
meningkatnya permintaan masyarakat khususnya untuk barang dan jasa tertentu. Selin itu, tingginya permintaan bahan bangunan (kelompok)
tercermin
dari
maraknya
pembangunan
pusat
perbelanjaan, hotel, ruko dan mal serta meningkatnya aktivitas pembangunan infrastruktur milik pemerintah menjelang even World Ocean Conference Tahun 2009 juga memberikan andil bagi peningkatan tekanan inflasi. Dari sisi penawaran, faktor eksternal berupa kenaikan harga minyak dunia yang terus berlanjut bahkan hingga ke level USD 110 / barrel menyebabkan peningkatan biaya produksi barang dan jasa secara umum. Kenaikan harga minyak dunia ini, juga telah direspon oleh Pertamina dengan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) industri pada kisaran 5-8 persen per 1 Maret 2008. Sementara itu beberapa faktor yang sifatnya regional dan memberikan tekanan harga selama triwulan laporan diantaranya adalah faktor iklim/cuaca (cenderung hujan disertai angin kencang) yang
menyebabkan terhambatnya pasokan
beberapa komoditi khususnya untuk komoditi yang harus dipasok
10
dari luar wilayah. Selain itu, masih sering berlangsungnya pemadaman
listrik serta banyaknya pungli (pungutan liar)
menyebabkan pelaku usaha mengalami kesulitan untuk menjual barang/jasanya pada tingkat yang wajar.
Laju inflasi Zona Sulampua pada triwulan I – 2008 menunjukkan kecenderungan meningkat …
Laju inflasi
Zona Sulampua pada akhir triwulan I - 2008
menunjukkan
kecenderungan
meningkat
bila
dibandingkan
triwulan sebelumnya. Secara tahunan (y.o.y), laju inflasi Zona tercatat sebesar 8,17% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan akhir triwulan sebelumnya sebesar 7,39% (y.o.y) dan laju inflasi nasional yang tercatat 8,17% (y.o.y). Menurut kotanya, inflasi di Kota Ternate dan Jayapura merupakan yang tertinggi yaitu masingmasing sebesar 12,94% (y.o.y) dan 11,99% (y.o.y) sedangkan inflasi terendah dialami oleh Kota Ambon sebesar 7,05% (y.o.y). Secara umum, inflasi kota-kota di Zona Sulampua relatif lebih tinggi dibandingkan dibandingkan inflasi nasional.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Kinerja perbankan pada Q1 - 2008 cukup baik tercermin dari meningkatnya total aset, kredit dan DPK yang disertai dengan membaiknya rasio fungsi intermediasi (LDR) dan kualitas kredit (NPL)…
Kinerja perbankan pada triwulan I - 2008 cukup baik tercermin dari meningkatnya total aset, kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang
berhasil
dihimpun,
disertai
membaiknya rasio
fungsi
intermediasi (LDR) dan kualitas kredit (NPL). Peningkatan rasio LDR ini disebabkan oleh laju pertumbuhan kredit yang lebih significant dibandingkan
pertumbuhan
dana.
Sedangkan
membaiknya
kualitas kredit lebih disebabkan oleh persentase meningkatnya jumlah realisasi kredit baru yang lebih tinggi dibandingkan akibat proses restrukturisasi kredit bermasalah.
DPK (Dana Pihak Ketiga) tumbuh 17,88% (y.o.y) lebih tinggi sedikit dibandingkan triwulan sebelumya…
DPK tumbuh 17,88% (y.o.y) lebih tinggi sedikit dibandingkan triwulan sebelumnya (akhir Tahun 2007) yang tumbuh 17,49% (y.o.y). Peningkatan DPK tersebut terjadi pada semua jenis penempatan dana di perbankan, yakni giro, tabungan dan deposito, dengan kenaikan tertinggi terjadi pada rekening tabungan
dan
giro
sedangkan
untuk
jenis
deposito
11
pertumbuhannya
relatif
landai
hanya
2,43%.
Berdasarkan
trendnya, perlambatan pertumbuhan deposito mulai terlihat di awal Tahun 2007 dan berlangsung hingga saat ini sebagai dampak terus menurunnya BI Rate.
Kredit secara tahunan tumbuh 26,92% (y.o.y) dengan kenaikan terbesar dialami oleh jenis kredit modal kerja yang tumbuh 34,36% (y.o.y)…
Kredit secara tahunan tumbuh 26,92% (y.o.y) yang disumbangkan baik oleh jenis kredit investasi, modal kerja dan konsumsi (walaupun dalam persentase yang bervariasi). Berdasarkan jenis penggunaannya, peningkatan kredit terbesar terjadi pada kredit modal kerja yang tumbuh 34,36% (y.o.y), disusul kredit konsumsi 23,49% (y.o.y) dan kredit investasi 18,59% (y.o.y). Namun demikian, pangsa kredit modal kerja ternyata hanya 38,49% dari total kredit yang disalurkan, atau masih lebih kecil dibandingkan kredit konsumtif yang pangsanya mencapai 51,52% pada triwulan I-2008. Belum lagi melihat fakta kecilnya pangsa kredit investasi yang hanya 9,99% dari total kredit yang disalurkan.
Fungsi intermerdiasi perbankan berjalan baik tercermin dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang meningkat menjadi 93,16% pada triwulan I - 2008…
Fungsi intermediasi perbankan berjalan baik tercermin dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang meningkat dari 86,53% di triwulan I – 2008 menjadi 93,16% pada triwulan I - 2008. Meningkatnya
rasio
LDR
pertumbuhan
kredit
yang
ini
terutama
lebih
disebabkan
significant
oleh
dibandingkan
pertumbuhan dana. Peningkatan jumlah kredit ini ternyata juga diiringi dengan membaiknya kualitas kredit yang disalurkan tercermin dari menurunnya rasio kredit bermasalah (NPL) dari 5,12% pada triwulan I - 2007 menjadi 5,03% pada triwulan I 2008.
Jumlah kredit MKM (Mikro, Kecil dan Menengah) pada triwulan I – 2008 mencapai Rp4,19 triliun, meningkat sebesar 30,13% (y.o.y)…
Jumlah kredit MKM (Mikro, Kecil dan Menengah) pada triwulan I 2008 mencapai Rp4,19 Triliun, meningkat sebesar 30,13% (y.o.y) dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Menurut pangsanya, sebagian besar atau 60,49% dari total kredit MKM merupakan jenis kredit menengah sedangkan sisanya 33,46% merupakan jenis kredit kecil dan baru sebagian kecil atau hanya 6,05% merupakan
12
jenis kredit mikro. Kecilnya porsi kredit mikro dan kecil terutama disebabkan oleh cukup tingginya rasio kredit bermasalah untuk kedua jenis kredit tersebut.
Kiprah perbankan syariah masih relatif kecil tercermin dari total aset perbankan syariah yang kurang dari 5% dari total asset perbankan secara keseluruhan…
Kiprah perbankan syariah masih relatif kecil bila dibandingkan perbankan konvensional tercermin dari total aset perbankan syariah yang kurang dari 5% total asset perbankan di Sulawesi Utara. Saat ini jumlah bank syariah di wilayah Sulawesi Utara baru 2 (dua) bank yaitu Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat. Pada triwulan I - 2008, total aset perbankan syariah mencapai Rp82,29 milliar atau naik 11,87% (y.o.y) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Demikian pula dengan DPK yang tumbuh 38,28% (y.o.y) mencapai jumlah Rp64,23 milliar. Namun demikian, dari keseluruhan jumlah DPK tersebut baru sebagain kecil yang disalurkan kembali kepada masyarakat sebagai pembiayaan tercermin dari rendahnya rasio FDR (Finance to Deposit Ratio) yang hanya sebesar 25,25% dengan jumlah nominal pembiayaan sebesar Rp16,22 milliar.
Kinerja BPR di Sulawesi Utara cukup menggembirakan, tercermin dari meningkatnya aset, DPK dan kredit diringi dengan meningkatnya fungsi intermediasi perbankan dan membaiknya kualitas kredit…
Jumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang beroperasi di wilayah kerja Bank Indonesia Manado tercatat sebanyak 16 BPR yang keseluruhannya merupakan jenis bank konvensional. Kinerja BPR selama triwulan I – 2008 cukup baik tercermin dari peningkatan total aset, DPK, kredit serta membaiknya kualitas kredit. Total aset BPR tercatat sebesar Rp176,2 milliar, dengan jumlah dana dan kredit masing-masing sebesar Rp131,7 milliar dan Rp135,0 milliar. Membaiknya kinerja BPR diiringi pula dari membaiknya fungsi intermediasi dan kualitas kreditnya tercermin dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) yang naik menjadi sebesar 102,5% dan rasio NPL (Non Performing Loan) yang turun dari 4,3% pada triwulan I – 2007 menjadi 2,6% di akhir triwulan laporan. Namun demikian, secara
keseluruhan
pangsa
BPR
masih
jauh
lebih
kecil
dibandingkan bank umum.
13
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH (APBD) Dari waktu ke waktu, alokasi dana pembangunan bagi masyarakat di wilayah Sulawesi Utara yang berasal dari pemerintah pusat maupun daerah mengalami peningkatan...
Alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat bagi Provinsi Sulawesi Utara dari waktu ke waktu menunjukkan trend peningkatan. Hampir seluruh kabupaten/kota/provinsi di Tahun 2008 ini mengalami kenaikan alokasi anggaran dibandingkan tahun sebelumnya terkecuali Kab. Minsel, Kab. Bolmong dan Kab. Sangihe. Persentase kenaikan terbesar terjadi di tingkat provinsi yaitu
sebesar
33,77%
mencapai
jumlah
Rp604,70
milliar,
sedangkan persentase penurunan dialami oleh Kab. Sangihe sebesar 20,50%. Berdasarkan komponen pembentuknya, dana perimbangan ini meliputi Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH). Secara agregat, jumlah alokasi dana dari pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten dan kota di Sulawesi Utara mencapai Rp4,33 Triliun atau mengalami kenaikan sebesar 16,54%. Di tingkat provinsi, target penerimaan dalam APBD di Tahun 2008 ditetapkan sebesar Rp847,37 milliar atau meningkat 7,01% dibandingkan tahun lalu…
Pada tingkat provinsi, target penerimaan dalam APBD di Tahun 2008 ditetapkan sebesar Rp847,37 milliar atau meningkat sebesar 7,01% dibandingkan tahun lalu. Sedangkan dari sisi pengeluaran ditetapkan sebesar Rp884,71 milliar atau meningkat 7,75% dibandingkan sebelumnya. Selama triwulan I – 2008,
kinerja
keuangan daerah di tingkat provinsi menunjukkan hasil yang menggembirakan tercermin dari peningkatan persentase realisasi baik
dari
sisi
penerimaan
maupun
pengeluaran.
Dari
sisi
penerimaan, jumlah realisasi anggaran sampai dengan triwulan I – 2008, tercatat Rp223,44 milliar. Pencapaian ini jauh lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp58,06 milliar. Sedangkan dari sisi pengeluaran, jumlah realisasi anggaran sampai dengan triwulan I – 2007, tercatat Rp154,35 milliar atau 17,45% dari total rencana pengeluaran sebesar Rp884,71 milliar. Pencapaian ini juga jauh lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp106,73 milliar. atau 13,70% dari total rencana pengeluaran sebesar Rp821,06 milliar.
14
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan aliran uang kartal di Bank Indonesia Manado selama triwulan I – 2008 berada pada kondisi net inflow...
Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan I - 2008 kembali berada pada kondisi net inflow yang berarti aliran uang masuk ke khasanah lebih besar dibandingkan aliran uang keluar. Hal ini merupakan pola musiman setelah pada triwulan sebelumnya mengalami net outflow akibat meningkatnya penggunaan uang kartal sehubungan dengan terdapatnya perayaan hari-hari besar keagamaan seperti lebaran, natal dan Tahun Baru 2008 serta meningkatnya realisasi belanja perusahaan dan belanja pemerintah dalam membiayai berbagai kegiatan dan proyek yang ada menjelang berakhirnya tutup tahun anggaran 2007.
Jumlah aliran uang masuk dan keluar selama triwulan mengalami kenaikan dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya...
Jumlah aliran uang masuk dan keluar selama triwulan laporan mengalami kenaikan dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Aliran uang masuk meningkat sebesar Rp163,86 milliar atau 3,82% (y.o.y) sedangkan aliran uang keluar meningkat sebesar Rp58,21 milliar atau 20,30% (y.o.y). Secara netto, aliran uang kartal berada pada kondisi net inflow sebesar Rp505,44 milliar lebih tinggi bila dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar Rp399,79 milliar. Secara bulanan, net inflow hanya terjadi di Bulan Januari 2008 sebesar Rp520,60 milliar, sedangkan di 2 (dua) bulan berikutnya mengalami net outflow masing-masing sebesar Rp419 juta dan Rp14,74 milliar.
Sementara itu, Bank Indonesia berupaya memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan, melakukan kegiatan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) dalam bentuk pemusnahan terhadap uang yang sudah tidak layak edar. Selama triwulan laporan, rasio PTTB terhadap aliran uang kartal masuk tercatat sebesar 51,44%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang Rasio PTTB terhadap aliran uang masuk tercatat sebesar 51,44%, lebih rendah...
tercatat sebesar 59,96%. Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan laporan sebesar Rp304,7
15
milliar atau naik 19,39% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia pada triwulan I – 2008 turun…
Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia pada tiwulan I - 2008 sebanyak 25 lembar atau turun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 157 lembar. Berdasarkan jumlah lembarannya, selama triwulan laporan, jenis pecahan Rp50.000,- merupakan jenis pecahan yang paling banyak dipalsukan yaitu sebanyak 68% dari total keseluruhan lembar uang palsu yang ditemukan. Berkurangnya jumlah penemuan uang palsu disebabkan pelaku pemalsuan uang sudah semakin sempit pergerakannya sehubungan dengan meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian uang rupiah yang secara intensif disosialisasikan oleh KBI Manado. Selain itu, peran serta aktif masyarakat bersama dengan pihak kepolisian telah berhasil membongkar sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara.
Perkembangan kliring lokal (tunai) terus menunjukkan perkembangan yang menggembirakan…
Perkembangan
kliring
lokal
(tunai)
terus
menunjukkan
perkembangan yang menggembirakan dari waktu ke waktu. Jumlah rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan selama triwulan I - 2008 tercatat sebesar 1.273 lembar atau meningkat sebesar 5,29% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Bahkan secara nominal, jumlah rata-rata harian kliring naik
sebesar
24,50%
mencapai
jumlah
Rp27,24
milliar.
Peningkatan rata-rata harian lembar dan nominal kliring tersebut semakin menegaskan bahwa perekonomian Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan yang positif. Sementara itu, ratarata penolakan lembar bilyet cek dan Bilyet Giro (BG) kosong selama triwulan laporan tercatat sebesar 0,53% dari total lembar warkat yang dikliringkan atau meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 0,37%. Demikian pula dari segi jumlah nominalnya terdapat kenaikan dari
16
0,35% menjadi 0,88% dari total nominal cek dan BG yang dikliringkan.
Selama triwulan I – 2008, total volume transaksi melalui RTGS dari/ke/dalam Kota Manado meningkat 18,38% (y.o.y)…
Selama triwulan I - 2008, total volume transaksi melalui RTGS (dari/ke/dalam Kota Manado) mencapai 16.233 lembar atau meningkat 18,38% (y.o.y) bila dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya.
Demikian
pula
dengan
nilai
nominal
penyelesaian transaksi RTGS yang secara tahunan tumbuh sebesar 29,50% mencapai jumlah Rp26,2 Triliun.
PERKEMBANGAN
KETENAGAKERJAAN
DAERAH
DAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Secara umum tingkat kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara di Tahun 2007 menunjukkan perkembangan yang lebih baik…
Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara di Tahun 2007 menunjukkan perkembangan yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya tercermin dari menurunnya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Namun, membaiknya angka ketenagakerjaan tersebut, masih terus dibayang-bayangi oleh menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat tercermin dari tingginya
angka
kemiskinan
dibandingkan
tahun-tahun
sebelumnya, paling tidak kondisi ini berlangsung hingga Maret 2007. Salah satu program kerja pemerintah daerah yang diperkirakan cukup memberikan dampak positif bagi berkurangnya TPT adalah Program Revitalisasi Pertanian yang dicanangkan oleh pemerintah provinsi yang mendapat dukungan dari masyarakat perbankan khususnya dari sisi pembiayaan.
Perkembangan tingkat pengangguran memperlihatkan perkembangan yang menurun, tercermin dari angka TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka)…
Perkembangan perkembangan
tingkat yang
pengangguran
menurun,
tercermin
memperlihatkan dari
Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) yang turun menjadi 12,35% di Tahun 2007 dari sebelumnya sebesar 14,62% di Tahun 2006. Beberapa sektor/lapangan usaha yang banyak digeluti dan menyerap banyak tenaga kerja diantaranya adalah sektor pertanian, perdagangan dan jasa. Sementara itu, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja /TPAK menunjukkan
peningkatan
menjadi
sebesar
61,97%
dari 17
sebelumnya 59,20%. Meningkatnya TPAK ini disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk yang memperoleh pekerjaan yang lebih cepat dibandingkan pertambahan jumlah penduduk berusia 15 tahun ke atas.
Namun demikian, angka kemiskinan belum menunjukkan perkembangan yang menggembirakan paling tidak hingga Maret 2007 bahkan cenderung meningkat….
Namun
demikian,
angka
kemiskinan
belum
menunjukkan
perkembangan yang menggembirakan paling tidak hingga Maret 2007 bahkan cenderung meningkat dibandingkan periode-periode sebelumnya. Bila pada Februari 2004, angka kemiskinan baru tercatat sebesar 192,2 ribu orang dengan persentase 8,93% terhadap total penduduk maka pada Maret 2007 angka tersebut sudah jauh bertambah menjadi 250 ribu orang dengan rasion 11,42%. Berdasarkan wilayahnya, sebagian besar penduduk miskin tersebut berada di daerah pedesaan sedangkan sisanya berada diperkotaan. Struktur kemiskinan ini sedikit demi sedikit mulai mengalami pergeseran dimana bila Februari 2004 hampir 81,32% penduduk miskin merupakan orang-orang yang tinggal di desa maka pada Maret 2007 prosentase tersebut terus berkurang hingga hanya 68,40%. Dengan demikian, peningkatan jumlah penduduk miskin secara significant lebih banyak terjadi di wilayah perkotaan dibandingkan pedesaan.
OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II – 2008 diperkirakan akan mengalami perlambatan dibandingkan triwulan I – 2008…
Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II – 2008 diperkirakan akan mengalami sedikit perlambatan dibandingkan triwulan I 2008. Beberapa faktor penyebab melambatnya pertumbuhan ekonomi
pada
triwulan
mendatang
diantaranya
adalah
meningkatnya tekanan ekonomi yang disebabkan oleh kenaikan harga minyak dunia yang berlanjut pada kenaikan harga barang dan
jasa
secara
umum
atau
inflasi.
Namun
demikian,
perkembangan ekonomi pada triwulan mendatang diperkirakan masih tetap positif yaitu sebesar 6,26% (y.o.y). Dari sisi permintaan, sektor konsumsi rumah tangga dan aktivitas ekspor diperkirakan akan menjadi pendorong utama pertumbuhan
18
ekonomi walaupun
dengan
trend
yang
sedikit
melambat.
Pertumbuhan sektor konsumsi rumah tangga antara lain ditopang oleh masih relatif tingginya daya beli masyarakat walaupun dalam bulan-bulan terakhir memperlihatkan trend penurunan. Hal ini antara
lain
dapat
dikonfirmasi
melalui
indeks
ekspektasi
penghasilan dari hasil Survey Ekspektasi Konsumen (SEK) Kota Manado periode Maret 2008. Tingginya daya beli masyarakat antara lain bersumber dari kenaikan gaji, upah minimum provinsi (UMP), serta penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan. Selain itu berlangsungnya liburan sekolah pada akhir triwulan mendatang diperkirakan akan mendorong laju konsumsi masyarakat.
OUTLOOK INFLASI REGIONAL Dengan memperhatikan besaran inflasi selama triwulan I – 2008 serta sumber-sumber tekanan inflasi pada triwulan mendatang maka diperkirakan laju inflasi pada triwulan II – 2008 masih tetap cukup tinggi…
Kenaikan harga minyak dunia yang diikuti oleh kenaikan harga berbagai komoditas pangan di tingkat internasional di perkirakan akan berdampak pada kenaikan harga barang dan jasa secara umum pada tingkat nasional dan regional termasuk di Provinsi Sulawesi Utara. Selain itu, kelangkaan minyak tanah akibat tidak berjalan baiknya kebijakan konversi energi dari minyak tanah ke LPG diperkirakan akan menyebabkan lonjakan harga khususnya terhadap bahan-bahan kebutuhan pokok. Dengan memperhatikan besaran inflasi selama triwulan I – 2008 serta sumber-sumber tekanan inflasi pada triwulan mendatang maka diperkirakan laju inflasi pada triwulan II – 2008 masih tetap akan tinggi. Hal ini sejalan dengan hasil survei yang dilaksanakan oleh Kantor Bank Indonesia Manado, dimana sebagian besar penjual atau konsumen optimis bahwa harga barang/jasa pada 3-6 bulan mendatang akan mengalami kenaikan dengan level yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Selain berbagai faktor eksternal, meningkatnya tekanan harga pada triwulan mendatang juga dipengaruhi oleh masih terdapatnya kebutuhan pokok yang harus sepenuhnya didatangkan dari luar Provinsi Sulawesi Utara.
19
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Secara umum, stabilitas makro ekonomi dan stabilitas sistem keuangan Indonesia masih terjaga di tengah kondisi perekonomian global yang belum kondusif. Kondisi fundamental ekonomi dan risiko perekonomian yang masih terjaga tercermin dari membaiknya pasar keuangan domestik dan peningkatan sovereign rating Indonesia. Hal tersebut ditandai dengan kenaikan aliran masuk modal asing yang selanjutnya mendukung penguatan nilai tukar rupiah dan menahan peningkatan inflasi lebih lanjut. Sementara itu, tekanan faktor eksternal yang ditunjukkan oleh perlambatan perekonomian global, peningkatan harga komoditas pangan dan energi, serta kenaikan tekanan inflasi dunia diperkirakan akan dapat mendorong perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik dan meningkatkan tekanan inflasi. Namun demikian secara regional khususnya Provinsi Sulawesi Utara berbagai faktor perlambatan tersebut masih dapat dinetralisir sehubungan dengan meningkatnya kinerja ekspor secara significant selama triwulan laporan.
Relatif terjaganya stabilitas nasional tersebut berimplikasi positif bagi kelanjutan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Utara. Pada triwulan I - 2008, perekonomian tumbuh 6,02% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 5,51% (y.o.y). Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh membaiknya kinerja ekspor selain kegiatan konsumsi dan investasi. Peningkatan ekspor diperkirakan dipicu oleh kecenderungan meningkatnya harga komoditas pertanian di pasaran Internasional sehingga menarik petani dan para pelaku usaha termasuk eksportir untuk meningkatkan penjualan produksinya ke luar negeri. Kondisi ini terjadi sehubungan dengan terus meningkatnya permintaan masyarakat dunia akan komoditas pertanian sebagai sumber bahan baku energi alternatif di tengah-tengah meningkatnya harga minyak dunia.
Dari
sisi
penawaran,
menurut
sektornya,
sebagian
besar
sektor
menunjukkan
perkembangan yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Tercatat, sektor pertanian, sektor bangunan dan sektor PHR memberikan andil yang paling dominan. Perkembangan sektor pertanian selama Tahun 2007 tak terlepas dari keberhasilan program revitalisasi pertanian yang dijalankan oleh pemerintah daerah yang mendapat dukungan dari masyarakat perbankan khususnya dari sisi pembiayaan. 20
A. SISI PERMINTAAN Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan I - 2008 relatif cukup baik tercermin dari laju pertumbuhan sebesar 6,02% (y.o.y). Pencapaian ini masih lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,82% (y.o.y), namun masih lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu sebesar 5,41% (y.o.y). Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan ekonomi terutama disumbangkan oleh kegiatan ekspor disamping kegiatan konsumsi dan investasi yang walaupun tumbuh lebih lambat namu tetap tumbuh positif. Tabel 1.1. Pertumbuhan dan Kontribusi PDRB Provinsi Sulawesi Utara Menurut Jenis Penggunaan (Persen) JENIS PENGGUNAAN Konsumsi
2005
2006
2007
Q1-07 Tumbuh
Q1-08
Kontribusi
Tumbuh
Kontribusi
4.76
2.37
3.50
2.84
1.94
2.02
1.35
Konsumsi Swasta
4.05
2.15
2.89
2.37
1.08
2.07
0.91
Konsumsi Pemerintah
6.27
2.80
4.71
3.78
0.87
1.93
0.44
PMTB
13.11
14.70
19.08
10.52
1.99
7.50
1.49
Stok
-22.00
81.72
15.35
-29.84
-0.72
-33.13
-0.53
0.85
19.46
5.59
14.28
5.86
53.15
23.63
2.81
21.54
6.97
11.92
3.67
60.93
19.92
4.90
6.16
6.42
5.41
5.41
6.02
6.02
Ekspor Impor PDRB
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
1. Konsumsi Kegiatan konsumsi selama triwulan laporan sedikit mengalami perlambatan walaupun masih tetap tumbuh positif sebesar 2,02% (y.o.y). Peningkatan konsumsi terutama disumbangkan oleh konsumsi swasta yaitu rumah tangga dan perusahaan sedangkan konsumsi pemerintah relatif belum banyak menunjukkan perkembangan yang berarti, atau jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Beberapa even yang mendorong peningkatan aktivitas konsumsi rumah tangga diantaranya adalah perayaan hari besar keagamaan seperti Cap Go Meh (Tahun Baru China, Hari Nyepi, Maulid Nabi dan Paskah.
Perlambatan pertumbuhan konsumsi masyarakat antara lain tercermin dari menurunnya indeks berbagai indikator ekonomi berdasarkan hasil Survey Konsumen (SK) Kota Manado diantaranya indeks penghasilan, indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama, serta indeks ketersediaan lapangan kerja. Penurunan indeks penghasilan dari 148,5 pada Desember 2007 menjadi hanya sebesar 85,0 pada Maret 2008 menunjukkan menurunnya rasa optimisme masyarakat terhadap peningkatan penghasilan saat ini dibandingkan 3-6 bulan yang lalu. Hal ini menandakan telah terjadinya penurunan daya beli masyarakat akibat terus meningkatnya harga barang dan jasa secara umum sebagai dampak kenaikan harga 21
minyak dunia dan faktor-faktor lainnya khususnya dari sisi penawaran. Bahkan rasa optimisme tersebut telah sampai pada tahap pesimis di akhir triwulan laporan karena nilai indeks hanya sebesar 85 atau jauh di bawah dari indeks netral sebesar 100 (angka indeks > 100 berarti optimis).
.
Grafik 1.2. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Grafik 1.1. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen
150
160
Indeks Keyakinan Ko nsumen 140
nado
Ko ndisi Eko no mi Saat Ini
Ko ndisi Eko no mi Saat Ini
Penghasilan Saat Ini
P embelian B arang Tahan Lama
Ketersediaan Lap. Kerja
140
Ekspektasi Ko nsumen 130
120
120
110
100
100
80 90
60
80 J FM A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M 2005
2006
Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado
2007
2008
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A SO N D J FM A M J J A S O N D J FM 2005
2006
2007
2008
Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado
Selain itu, perlambatan pertumbuhan kegiatan konsumsi juga tercermin dari menurunnya indeks ketersedian lapangan kerja pada triwulan laporan yang terus turun hingga pada level pesimis. Bila pada Desember 2007, angka indeks masih berada pada level optimis sebesar 115 maka pada Maret 2008 mengalami penurunan significant hingga berada pada level pesimis sebesar 96 yang berarti sebagian besar masyarakat menganggap bahwa ketersediaan lapangan kerja saat ini lebih buruk dibandingkan 3-6 bulan yang lalu. Hal ini merupakan dampak lanjutan dari berbagai macam efisiensi yang dilakukan para pelaku usaha guna mengatasi kenaikan biaya operasional dan biaya tenaga kerja.
Sementara itu, konsumsi pemerintah hanya tumbuh tipis 1,93% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 3,78% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan konsumsi pemerintah antara lain dapat dikonfirmasi dengan kinerja keuangan pemerintah daerah yang hingga akhir triwulan I-2008 persentase jumlah realisasinya diperkirakan lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu.
2. Investasi Di tengah-tengah keterbatasan infrastruktur, pasokan listrik, dan kenaikan harga bahan bangunan seperti semen dan seng, kegiatan investasi selama triwulan I – 2008 mengalami perlambatan pertumbuhan walaupun masih pada level yang positif. Kegiatan investasi yang 22
tercermin dari nilai tambah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh 7,50% (y.o.y) dengan kontribusi 1,49% terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum. Pencapaian ini masih lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh 10,52% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar 1,99%. Perkembangan kegiatan investasi selama triwulan laporan antara lain dapat dikonfirmasi dengan perkembangan indeks bahan bangunan dari hasil Survey Penjualan Eceran Kota Manado yang memperlihatkan trend kenaikan indeks dari 176,9 pada posisi Maret 2007 naik menjadi 215,7 pada posisi Maret 2008. Namun demikian, menurut komponen penyusunnya, kenaikan indeks bahan bangunan lebih disebabkan oleh peningkatan penjualan bahan konstruksi kayu dan perlengkapan konstruksi dibandingkan komoditi lain seperti semen, pasir, bahan konstruksi logam serta bahan konstruksi tanah liat yang justru sedikit mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal paling tidak tercermin dari data volume penjualan semen pada 3 (tiga) distributor utama di Sulawesi Utara yang mengalami penurunan sebesar -25% sebagai dampak terganggunya pasokan semen dari produsen yang mendorong kenaikan harga akhir-akhir ini. Grafik 1.4. Penjualan Semen di 3 Distributor Utama (Ton)
Grafik 1.3. Indeks Penjualan Bahan Bangunan 250
200
Indeks Bangunan
160,000
Growt h Kredit Konstruksi
140,000
To tal
70
Tumbuh Y.o .Y (%)
60 50
120,000 150
40
100,000
30
80,000
20
60,000
10
100
0
40,000
50
-10
20,000 -
-20
J FM A M J J A S O N D J FM A M J J A S O N D J FM A M J J A S O N D J F 2005
2006
Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado
2007
2008
-30 Q1
Q2
Q3
Q4
2007
Q1 2008
Sumber : Disperindag Provinsi Sulut
Sementara itu, berbagai persiapan terkait dengan penyelenggaraan World Ocean Conference (WOC) di Tahun 2009 antara lain berupa pembangunan berbagai proyek jalan, jembatan, lapangan udara dan infrastruktur lainnya juga turut andil mendorong laju pertumbuhan kegiatan investasi selama triwulan laporan. Beberapa proyek yang harus segera dijalankan diantaranya adalah pelebaran jalan Manado – Mapanget yang menelan biaya Rp66 milliar, pembangunan jembatan Soekarno senilai Rp180 milliar dan proyekproyek lainnya yang secara keseluruhan menghabiskan biaya sebesar Rp854,99 milliar. 23
Tabel 1.2. Pembangunan Infrastruktur Penunjang WOC (World Ocean Conference) Jenis Kegiatan
Target
Pekerjaan Umum Pembangunan Jln Manado-Mapanget Pembangunan Jembatan Soekarno Pengembangan Air Minum Pembangunan Jalan Boulevard II Pembangunan Drainase dalam kota Normalisasi dan Perkuatan Tebing Sungai Tondano Pembangunan Jalan Ring Road II Pembangunan Jembatan Sario Saringan Sampah Hidrolik Pembangunan RS Taraf Internasional
Rencana Biaya
11,8 km 491 m 40 ltr/det 4 km 25 km 1 km 7,7 km 25 m 3 lokasi 1 unit
Perhubungan Perluasan Apron Bandara Sam Ratulangi Perluasan Terminal Penumpang Bandara Perluasan Lapangan Parkir Bandara Pengadaan Garbarata Pemasangan Eskalator Pembangunan Dermaga Penyeberangan Bunaken Pembangunan Dermaga Penyeberangan Manado Sumber : Harian Manado Post
29.622 M2 9.000 M2 8.500 M2 2 unit 2 unit
Rp66 M Rp180 M Rp15 M Rp40 M Rp19,5 M Rp7,5 M Rp146,4 M Rp7,5 M Rp70 M Rp150 M
Rp50 M Rp73,4 M Rp6,69 M Rp8 M Rp3 M Rp6 M Rp6 M
Dari sisi pembiayaan, jumlah kredit produktif yang disalurkan guna mendukung kegiatan investasi masih relatif kecil. Namun, melihat trend yang ada menunjukkan perkembangan yang positif di mana bila pada akhir triwulan sebelumnya tumbuh 39,24% (y.o.y) maka pada akhir triwulan laporan mencapai 43% (y.o.y) dengan jumlah baki debet sebesar Rp3,1 triliun. Peningkatan kegiatan investasi juga tercermin dari struktur impor Sulawesi Utara dimana hampir seluruhnya merupakan jenis barang modal antara lain dalam bentuk mesin, perkakas dan peralatan lain. Sejak Januari s.d. Februari 2008, nilai impor barang modal tercatat sebesar USD 984 ribu. Grafik 1.6. Nilai Transaksi Impor Barang Modal (USD)
Grafik 1.5. Pertumbuhan Kredit Produkif (%) 50 (%)
70,000 M anufaktur / B arang M o dal
45
60,000
40
P ertambangan dan P enggalian P ertanian, P erikanan dan Kehutanan
50,000
35 30
40,000
25 30,000
20 15
20,000
10 10,000
5 0 J FM A M J J A S O N D J FM A M J J A S O N D J FM A M J J A S O N D J F 2005
2006
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum
2007
2008
2004
2005
2006
2007
2008*)
Sumber : Direktorat Statistik Moneter Bank Indonesia *) s.d. Febuari 2008
24
3. Ekspor – Impor Kinerja perdagangan Provinsi Sulawesi Utara khususnya perdagangan luar negeri mencatat kemajuan yang sangat significant selama triwulan I – 2008. Kenaikan harga berbagai komoditas pangan di pasaran Internasional sebagai dampak dari meningkatnya jumlah permintaan serta efek dari terus meningkatnya harga minyak mentah dunia telah menambah minat para eksportir untuk menambah volume penjualannya ke luar negeri. Hal ini tercermin dari kenaikan nilai tambah kegiatan ekspor luar negeri. Namun demikian, seiring dengan itu tingkat ketergantungan Provinsi Sulawesi Utara terhadap daerah lain ternyata juga masih cukup tinggi.
Perkembangan nilai tambah kegiatan ekspor dan impor selama triwulan laporan menunjukkan peningkatan. Secara gabungan (antar provinsi maupun antar negara), transaksi perdagangan berada pada kondisi surplus. Surplus perdagangan ini terutama berasal dari transaksi perdagangan luar negeri, sedangkan untuk transaksi perdagangan antar provinsi umumnya masih berada pada kondisi defisit. Hal ini disebabkan karena hampir 70% barang konsumsi masih harus didatangkan dari luar Provinsi Sulawesi Utara terutama dari Kota Surabaya dan Kota Makassar (seperti beras, bawang merah dan cabe). Membaiknya kinerja perdagangan selama triwulan laporan antara lain didukung oleh relatif stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar US walaupun masih dibayang-bayangi oleh trend peningkatan biaya produksi akibat kenaikan harga minyak dunia dan tingginya inflasi baik di dalam negeri dan maupun dunia.
Kegiatan ekspor selama triwulan laporan tumbuh 53,15% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar 23,63%, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya tumbuh 14,28% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar 5,86%. Membaiknya kinerja ekspor tersebut
diiringi
pula
oleh
meningkatnya
kegiatan
impor
khususnya
terhadap
barang/komoditi yang berasal dari provinsi/daerah lain sebagaimana tercermin laju pertumbuhan impor sebesar 60,93% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar 19,92%. Sementara itu, realisasi jumlah nilai ekspor luar negeri Januari s.d. Februari 2008 mencapai nilai USD114,31 juta dengan volume 138,67 ribu ton atau meningkat significant dibandingkan periode yang sama tahun lalu (Januari s.d. Februari 2007) yang hanya sebesar USD 4,90 juta. Menurut jenisnya, komoditi utama ekspor luar negeri terutama dalam bentuk kelompok bahan makanan (baik nabati maupun hewani) dan kelompok minyak nabati dan hewani (animal or vegetable fats and oils) antara lain kopra, minyak kelapa (Virgin Coconut
25
Oil (VCO) dan ikan dengan negara tujuan utama adalah Belanda, China, Korea Selatan dan Amerika Serikat. Grafik 1.7. Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Sulawesi Utara 1,600.00
1,200.00
Vo lume (Ribu To n)
Vo lume (Ribu To n) Nilai (Juta USD)
Nilai (Juta USD)
1,400.00
1,000.00
1,200.00
800.00
1,000.00 800.00
600.00
600.00
400.00
400.00
200.00
200.00 -
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Q1-08*)
Q1-06
Q2-06
Q3-06
Q4-06
Q1-07
Q2-07
Q3-07
Q4-07
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. Februari 2008
Kegiatan perdagangan luar negeri Sulawesi Utara terutama bertumpu pada sumber daya alam yang dimilikinya. Dengan demikian, perkembangan industri pengolahan harus terus digalakkan oleh pemerintah daerah agar komoditi yang diekspor tidak semata-mata mengandalkan bahan mentah/baku namun juga bahan setengah jadi/barang jadi sehingga nilai tambahnya menjadi lebih tinggi, serta menambah penyediaan lapangan kerja baru. Tabel 1.3. Komoditi Utama Ekspor Sulawesi Utara (dalam ribu USD) KELOMPOK KOMODITI Food and Live Animals Beverages and Tobacco Crude Materials, Ineble Mineral Fuels, Lubricants etc Animal & Vegetable Oil & Fats Chemical Manufactured Goods Machinery & Transport Eqp Misc. Manufactured Articles Commodities & Transaction Nes TOTAL
2003
2004
2005
2006
2007
59,488 4,757 69,520 420 500 56 253 134,995
95,367 39 7,624 142,611 165 1,999 125 225 248,155
112,762 13,127 245,181 2,436 1,094 25 378 7,290 382,294
68,547 6 4,280 186,296 2,492 1,611 87 234 9,810 273,363
128,552 2,107 421,595 4,211 566 145 182 557,359
2008*) 21,357 315 91,833 561 34 7 204 114,312
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. Februari 2008
26
Q1-08*)
Grafik 1.8. Negara Tujuan Utama Ekspor Sulawesi Utara (dalam ribu USD) Tahun 2007
Tahun 2006 Total Rp273 milliar
Total Rp557 milliar 15.32%
23.81% 28.61%
B elanda
China
A merika Serikat
3.91%
A merika Serikat
38.52%
B elanda
4.81%
4.25%
Ko rea Selatan 4.68%
India
9.52%
Jerman
Filipina
Negara Lainnya
Negara Lainnya
5.49%
China Ko rea Selatan
India
17.18%
12.98%
15.98%
14.93%
Q1-2008 Total Rp114 milliar
7.49% 1.83% 2.66%
B elanda
11.96%
36.21%
China Ko rea Selatan A merika Serikat Jepang
14.17%
Vietnam Negara Lainnya 25.69%
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia s.d. Februari 2008
Membaiknya kinerja ekspor luar negeri diiringi pula dengan masih tingginya nilai realisasi impor non migas. Selama Januari s.d Februari 2008, nilai impor luar negeri tercatat USD 990 ribu dengan volume 80 ton, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar USD 31 ribu. Di satu sisi, besarnya nilai impor mencerminkan masih tingginya tingkat ketergantungan terhadap barang/jasa yang berasal dari negara lain namun berdasarkan strukturnya, ternyata sebagian besar barang yang diimpor tersebut merupakan barang modal yang diperlukan dalam kegiatan investasi. Grafik 1.9. Nilai dan Volume Impor Sulawesi Utara Nilai (Juta USD) - y kiri Vo lume (Ribu To n) - y kanan
70
80 70
60
60
50
50
40
40 30
30
20
20
10
10
-
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007 2008*)
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. Februari 2008
27
Berdasarkan strukturnya, kegiatan impor sejak Januari 2006 s.d Februari 2008 memiliki perbedaan yang significant dibandingkan periode sebelum Tahun 2006. Pada periode sebelum Tahun 2006 kegiatan impor lebih didominasi oleh kelompok komoditi bahan makanan yaitu gula dan produk olahannya (sugars dan sugar confectionery) sedangkan untuk periode awal Tahun 2006 hingga awal Tahun 2008 lebih didominasi oleh barangbarang modal (mesin, perkakas, alat transportasi, dlsb-nya). Meningkatnya komposisi barang impor dalam bentuk mesin, peralatan dan material ini mengindikasikan terus meningkatnya kegiatan investasi di Sulawesi Utara. Tabel 1.4. Komoditi Utama Impor Sulawesi Utara Berdasarkan SITC (dalam USD) KELOMPOK KOMODITI
2003 6,201 0 26 1,194 445 1,842 1,475 179 11,363
Food and Live Animals Beverages and Tobacco Crude Materials, Ineble Mineral Fuels, Lubricants etc Animal & Vegetable Oil & Fats Chemical Manufactured Goods Machinery & Transport Eqp Misc. Manufactured Articles Commodities & Transaction Nes TOTAL
2004
2005
2,411 114 15 340 297 803 185 4,165
2006
5,035 0 160 166 101 715 65 6,242
5,061 6 717 975 7,678 21,833 643 36,912
2007 6,401 1 964 1,347 349 52,472 418 61,952
2008*) 7,221 2,488 97,372 865,172 19,406 991,659
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d.Februari 2008
Grafik1.10. Negara Asal Impor Sulawesi Utara (dalam ribu USD) Tahun 2007
Tahun 2006
Total Rp61 milliar
Total Rp36 milliar 2.36% 6.13% 3.89%
Filipina
A merika Serikat
6.42%
31.01%
P erancis
M alaysia
‘
Vietnam
Vietnam
45.40%
12.98%
A ustralia
Thailand Singapo re
Jerman 68.21%
Negara Lainnya
Negara Lainnya
13.84% 1.72%
4.58%
3.45%
5.08% 0.73% 1.29%
Q1-2008 Total Rp1 milliar
2.33%
A ustralia
9.47%
Singapo re Filipina Jerman Jepang Negara Lainnya 81.10%
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. Februari 2008
28
Berdasarkan negara asal barangnya, impor sepanjang Tahun 2008 terutama berasal dari negara Australia dan Singapore, sedikit berbeda dibandingkan tahun sebelumnya dimana impor lebih banyak berasal dari negara Amerika Serikat, Perancis, dan Vietnam. Secara netto, nilai perdagangan luar negeri berada pada kondisi surplus yang berarti nilai ekspor masih jauh lebih besar dibandingkan nilai impor. Selama periode Januari s.d. Februari 2008, jumlah surplus perdagangan (net ekspor) tercatat sebesar USD113,3 juta.
Grafik 1.11. Nilai Perdagangan Ekspor dan Impor Sulawesi Utara 600
Net Ekspo r
Nilai Ekspo r
Nilai Impo r
500 400 300 200 100 2000 Net Ekspo r
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007 2008*)
208.75 27.58 98.85 123.63 243.99 376.05 236.45 495.41 113.32
Nilai Ekspo r 221.81 27.73 115.53 135.00 248.15 382.29 273.36 557.36 114.31 Nilai Impo r
13.06
0.15
16.67
11.36
4.17
6.24
36.91
61.95
0.99
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. Febuari 2008
Perkembangan kegiatan perdagangan antara lain juga dapat dikonfirmasi dengan aktivitas ekspor impor serta bongkar muat barang melalui pelabuhan Bitung yang walaupun sepintas menunjukkan perkembangan yang melambat namun ternyata hal ini lebih disebabkan periode pengamatan yang baru berjalan 2 (dua) bulan. Secara umum, aktivitas perdagangan hingga akhir triwulan laporan diperkirakan akan mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tabel 1.5. Neraca Perdagangan Dalam dan Luar Negeri di Pelabuhan Bitung 2007 Jenis Kegiatan 2006 2007 Q1
No. 1
2
2008 Q1*)
Perdagangan Luar Negeri a. Impor
Ton
57,180
51,368
9,978
b. Ekspor
Ton
447,500
413,285
122,517
90,701
-
Jumlah Ton Perdagangan Dalam Negeri
504,680
464,653
132,495
90,701
a. Bongkar
Ton
2,310,395
2,698,362
549,669
654,800
b. Muat
Ton
803,014
950,690
220,222
212,611
Jumlah
Ton
3,113,409
3,649,052
769,891
867,411
3,618,089
4,113,705
902,386
958,112
Total Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung *) s.d. Februari 2008
29
Berdasarkan strukturnya, terlihat bahwa untuk perdagangan luar negeri lebih didominasi oleh kegiatan ekspor sedangkan kegiatan impor relatif kecil pangsanya. Sedangkan untuk perdagangan dalam negeri, intensitas kegiatan bongkar lebih tinggi dibandingkan dengan kegiatan muat yang berarti lebih banyak barang-barang yang masuk ke wilayah Sulawesi Utara dibandingkan barang yang keluar. Dengan demikian, benar adanya bahwa tingkat ketergantungan Sulawesi Utara terhadap daerah/provinsi lainnya di luar Sulawesi Utara masih cukup tinggi.
B. SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I - 2008 disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada. Hampir seluruh sektor mencatat perkembangan positif yang melebihi kinerja pada triwulan sebelumnya kecuali sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa yang mengalami perlambatan. Menurut kontribusinya, sektor pertanian, bangunan dan PHR (perdagangan, hotel dan restoran) merupakan lokomotif pertumbuhan. Tabel 1.6. Laju Pertumbuhan Masing-Masing Sektor Dalam Perekonomian Sulawesi Utara JENIS PENGGUNAAN
2005
2006
2007
Q1-07 Tumbuh
Q1-08
Kontribusi
Tumbuh
Kontribusi
6.15
4.67
6.55
4.28
0.91
5.61
1.19
-0.72
7.27
7.30
7.27
0.37
7.72
0.40
2.23
6.86
5.86
4.24
0.34
5.23
0.42
13.82
5.28
6.31
6.23
0.05
6.26
0.05
Bangunan
5.06
6.97
7.51
6.52
1.03
7.79
1.24
PHR
7.41
7.78
7.72
6.31
0.83
7.24
0.96
Pengangkutan & Komunikasi
5.83
5.56
6.88
6.78
0.80
6.68
0.80
Keu., Sewa & Jasa Perusahaan
5.64
10.03
7.47
6.25
0.42
5.86
0.40
Jasa-Jasa
2.79
4.21
3.21
3.76
0.64
3.31
0.55
4.90
6.16
6.42
5.41
5.41
6.02
6.02
Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih
PDRB
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
1. Pertanian Sektor pertanian tumbuh 5,61% (y.o.y) pada triwulan laporan dengan andil sebesar 1,19% terhadap laju pertumbuhan secara umum. Berdasarkan sub sektornya, laju pertumbuhan sektor pertanian disumbangkan oleh seluruh sub sektor yang ada dengan laju pertumbuhan tertinggi dialami oleh sub sektor peternakan dan sub sektor tanaman bahan makanan masing-masing sebesar 6,87% (y.o.y) dan 6,56% (y.o.y). Beberapa faktor yang mendorong perkembangan sub sektor tanaman bahan makanan antara lain mulai memasukinya musim panen padi di beberapa daerah serta dampak lanjutan program revitalisasi pertanian yang dicanangkan oleh pemerintah provinsi Tahun 2007 lalu. Sedangkan, perkembangan sub sektor peternakan terutama didominasi oleh peternakan kuda dan babi. 30
Perkembangan sub sektor tanaman bahan makanan selama triwulan laporan antara lain dapat dikonfirmasi dengan data perkembangan komoditi beras dan jagung. Pada triwulan I – 2008, jumlah produksi beras diperkirakan mengalami kenaikan sebesar 55,08% (y.o.y) bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya atau mencapai jumlah 109.563 ton. Demikian pula halnya dengan komoditi jagung yang selama triwulan laporan mengalami peningkatan produksi sebesar 77,58% (y.o.y) mencapai jumlah 153.878 ton. Tabel 1.7. Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah dan Produksi Beras 2007 2008 2005 2006 2007 Q1 Q1*) Luas Panen (Ha) 94,946 90,717 103,189 30,076 36,202 Produksi Gabah (Ton) 432,624 454,903 494,950 129,703 173,909 Produksi Beras (Ton) 268,227 282,038 276,604 70,648 109,563
Y.o.Y 20.37 34.08 55.08
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 1.8. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Pipilan Kering Jagung 2007 2008 2005 2006 2007 Q1 Q1*) Luas Panen (Ha) Produksi Pipilan Kering (Ton)
Y.o.Y
71,644
82,185
121,716
29,085
39,721
36.57
195,305
242,711
403,127
86,653
153,878
77.58
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara
Dari sisi pembiayaan, peran perbankan untuk membiayai sektor pertanian khususnya sub sektor tanaman pangan dan sub sektor perikanan menunjukkan perkembangan yang lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat, penyaluran kredit pada sektor pertanian tumbuh significant sebesar 67,11% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian, pangsa kredit pertanian masih relatif kecil dibandingkan total kredit yang berhasil disalurkan yaitu hanya sebesar 4,28% dengan jumlah nominal Rp 281 milliar. Belum terlalu optimalnya penyaluran kredit di sektor pertanian antara lain disebabkan masih relatif tingginya resiko usaha di sektor tersebut. Grafik 1.12. Pertumbuhan Kredit Pertanian 80
(%)
70 60 50 40 30 20 10 0 -10
J F MA M J J A S O ND J FM AM J J A S ON D J F MA M J J A S O ND J F 2005
2006
2007
2008
Sumber : Lapoaran Bulanan Bank Umum (LBU)
31
2. Sektor Bangunan Perkembangan sektor bangunan secara konsisten terus menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Selama triwulan I - 2008, sektor bangunan tumbuh 7,79% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar 1,24% terhadap laju pertumbuhan secara umum. Andil sektor ini merupakan yang tertinggi dibandingkan sektor-sektor lainnya. Perkembangan sektor ini tercermin dari meningkatnya aktivitas pembangunan sektor properti antara lain Mal Manado Town Square,
Mal Boulevard, ITC (Elektronik Centre), perhotelan, ruko dan
komplek perumahan. Perkembangan sektor bangunan antara lain dapat dikonfirmasi dengan indeks penjualan bahan bangunan berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado. Berdasarkan trend, terlihat bahwa indeks penjualan bahan bangunan terus mengalami kenaikan hingga ke level 215,69 pada akhir triwulan laporan atau meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang berada pada indeks 179,93. Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit di sektor bangunan mencapai Rp282 milliar atau meningkat 37,56% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian, alokasi kredit sektor bangunan ini relatif kecil bila dibandingkan dengan fakta perkembangan sektor bangunan di Sulawesi Utara. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembiayaan sektor-sektor properti di Sulawesi Utara sebagian besar lebih didominasi oleh pembiayaan di luar sektor perbankan bahkan ada diantaranya yang menggunakan pembiayaan mandiri.
250
Grafik 1.13. Perkembangan Indeks Penjualan Bahan Bangunan dan Pertumbuhan Kredit Konstruksi (%)
200
150
100
50
J F M A M J J A S ON D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M 2005
2006
2007
2008
Sumber : Survei Penjualan Eceran dan Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) merupakan salah satu sektor yang konsisten mencatat laju pertumbuhan yang cukup tinggi. Di triwulan I -2008, laju pertumbuhan sektor ini tercatat sebesar 7,24% (y.o.y) dengan kontribusi 0,96% terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum. Berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor ini 32
disumbangkan oleh seluruh sub sektor yang ada yaitu sub perdagangan besar dan eceran, sub sektor restoran serta sub sektor hotel dengan kontribusi tertinggi disumbangkan oleh sub sektor perdagangan besar dan eceran. Perkembangan sub sektor perdagangan besar dan eceran, antara lain dapat dikonfirmasi dengan indeks penjualan eceran hasil Survey Penjualan Eceran yang terus memperlihatkan kenaikan indeks yaitu dari indeks 129,50 di akhir triwulan I – 2007 naik menjadi 154,91 di akhir triwulan I – 2008. Berdasarkan komponen pembentuknya, komoditi yang konsisten mengalami kenaikan indeks adalah alat tulis, bahan bangunan, dan makanan sedangkan untuk komoditi tekstil, kebutuhan rumah tangga dan kendaraan cenderung stagnan. Grafik 1.14. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kota Manado 250
200
Indeks P enjualan
B angunan
Tekstil
Rumah Tangga
A lat Tulis
Kendaraan
M akanan
150
100
50
J F MAM J J A S ON D J FM AM J J A S OND J FMA M J J A S O ND J FM 2005
2006
2007
2008
Sumber : Survey Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado
Perkembangan sub sektor hotel antara lain dapat dikonfimasi melalui data kunjungan wisatawan. Berdasarkan data yang bersumber dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, selama triwulan I -2008, tercatat jumlah kunjungan wisatawan manca negara (wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnu) meningkat 137,15% menjadi 99.256 orang dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya sebanyak 41.854 orang. Sedangkan perkembangan sub sektor restoran antara lain sejalan dengan banyak bermunculannya restoran, rumah makan, ruko serta mal khususnya di pusat Kota Manado. Tabel 1.9. Perkembangan Jumlah Wisatawan Asing ke Sulawesi Utara Triwulan I 2007 Wisatawan Manca Negara
Triwulan I 2008
Y.o.Y
4,854
5,336
9.93
Wisatawan Nusantara
37,000
93,920
153.84
Total
41,854
99,256
137.15
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Utara
Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran juga dapat dikonfirmasi melalui peningkatan aktivitas perdagangan dalam negeri berupa kegiatan bongkar muat di 33
pelabuhan Bitung. Tercatat, aktivitas bongkar dan muat mengalami peningkatan frekuensi selama triwulan I – 2008 menjadi 867.411 kegiatan dari sebelumnya 769.891 kegiatan di triwulan yang sama tahun sebelumnya atau terdapat peningkatan sebesar 12,67% (y.o.y). Tabel 1.10. Perkembangan Aktivitas Perdagangan Dalam Negeri Di Pelabuhan Bitung – Provinsi Sulawesi Utara JENIS KEGIATAN
2006
2007
2007
2008
Q1
Q1*)
Perdagangan Dalam Negeri a. Bongkar
Ton
2,310,395
2,698,362
549,669
b. Muat
Ton
803,014
950,690
220,222
654,800 212,611
Jumlah Ton 3,113,409 Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung *) s.d. Februari 2008
3,649,052
769,891
867,411
Dari segi pembiayaan, sektor PHR merupakan sektor terbesar kedua (setelah sektor konsumsi) yang mendapat alokasi pembiayaan dari perbankan Sulawesi Utara yaitu sebesar Rp1,98 triliun atau meningkat 40,77% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa penyaluran kredit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran cukup berperan bagi perkembangan ekonomi Sulawesi Utara. Grafik 1.15. Perkembangan Kredit Sektor PHR 45
(%)
40 35 30 25 20 15 10 5 J F M AM J J A S ON D J F M AM J J A S ON D J F M AM J J A S ON D J F 2005 2006 2007
4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triwulan I - 2008 tumbuh 6,68% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar 0,80% terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum. Pencapaian ini sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu yang tumbuh 6,78% (y.o.y). Menurut sub sektornya, pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi didukung baik oleh sub sektor pengangkutan maupun sub sektor komunikasi yang masingmasing tumbuh 6,43% (y.o.y) dan 8,89% (y.o.y). Perkembangan sub sektor angkutan antara lain dapat dikonfirmasikan dengan indeks penjualan kendaraan melalui Survey
34
Penjualan Eceran (SPE) dimana terjadi kenaikan indeks walaupun masih tetap dalam kondisi pesimis yaitu dari 38,25 di akhir Q1-2007 naik menjadi 44,67 pada akhir triwulan I - 2008. Grafik 1.16. Indeks Penjualan Kendaraan 120 100 80 60 40 20 J F M A M J J A S ON D J F M AM J J A S ON D J F M AM J J A S ON D J F M 2005 2006 2007 2008
Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado
Perkembangan sektor pengangkutan juga dapat dikonfirmasi dengan jumlah pemakaian bahan bakar minyak (BBM) khususnya jenis non industri. Selama triwulan I - 2008, tercatat penggunaan BBM non industri sebesar 128,6 ribu Kilo Liter (KL) meningkat sebesar 18,02% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar 108,9 ribu Kilo Liter (KL). Berdasarkan jenisnya, peningkatan jumlah pemakaian BBM dialami oleh jenis Solar yaitu sebesar 33,52% (y.o.y) sedangkan yang terendah adalah jenis minyak tanah yang hanya naik 7,85% (y.o.y). Sementara itu, jenis premium mengalami kenaikan jumlah pemakaian sebesar 10,74% (y.o.y) atau mencapai jumlah penggunaan sebesar 48,4 ribu Kilo Liter (KL). Tabel 1.11. Jumlah Pemakaian Bahan Bakar Minyak (BBM) di Sulawesi Utara (dalam KL)
NON INDUSTRI Q1-2007 1 2 3
Premium Minyak Tanah Solar TOTAL
43,741 26,979 38,273 108,993
Q2-2007 46,261 28,013 54,729 129,003
Q3-2007 33,011 19,987 25,091 78,089
Q4-2007 51,919 31,219 60,356 143,494
Q1-2008 48,437 29,098 51,102 128,637
Y.o.Y 10.74 7.85 33.52 18.02
Sumber : PT. Pertamina Cabang Manado, Sulawesi Utara
Sementara itu, relatif tingginya pertumbuhan sub sektor komunikasi dalam triwulan laporan terutama disebabkan oleh pesatnya penggunaan sarana telepon selular (Mobile Phone) oleh masyarakat yang didukung oleh semakin luasnya wilayah jangkauan. Hal ini antara lain terbukti pesatnya pembangunan sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di beberapa lokasi pada daerah yang sebelumnya terisolir hingga meningkatkan kenyamanan pelanggan dalam berkomunikasi. Selain itu perkembangan berbagai macam fasilitas dan 35
fitur-futur
baru
semakin
memudahkan
dan
memanjakan
para
pengguna
jasa
telekomunikasi. Grafik 1.17. Pertumbuhan Kredit Sektor Transportasi 100
(%)
80 60 40 20 0 J F M A M J J A S ON D J F M AM J J A S ON D J F M A M J J A S O N D J F -20 2005
2006
2007
2008
-40
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan sektor angkutan dan telekomunikasi ternyata didukung pula oleh kredit yang disalurkan pada sektor ini yang tercatat sebesar Rp84,85 milliar atau meningkat sebesar 79,80% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah ini masih relatif kecil dibandingkan total kredit yang berhasil disalurkan sampai akhir triwulan laporan yang mencapai jumlah Rp6,57 triliun. Namun demikian, berdasarkan trend yang ada, perkembangan kredit di sektor angkutan dan telekomunikasi dari waktu ke waktu terus menunjukkan peningkatan.
5. Sektor Jasa-jasa Sektor jasa-jasa selama triwulan I – 2008 sedikit mengalami perlambatan khususnya untuk sub sektor jasa pemerintahan. Tercatat sektor jasa-jasa tumbuh 3,31% (y.o.y) selama triwulan laporan atau sedikit melambat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 3,76% (y.o.y). Perlambatan sub sektor jasa pemerintahan ternyata seiring pula dengan turunnya persentase realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sulawesi Utara hingga triwulan laporan bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, untuk sub sektor jasa swasta justru mengalami mengalami peningkatan sedikit bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Peningkatan sub sektor ini antara lain sebagai dampak cukup banyaknya terdapat hari libur nasional selama triwulan laporan yang dimanfaatkan masyatakat untuk melaksanakan kegiatan rekreasi dan sosial.
36
6. Sektor Lainnya Dampak kenaikan harga minyak mentah dunia yang diikuti oleh pergerakan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) industri di dalam negeri ternyata tidak terlalu berdampak terhadap perkembangan sektor industri pengolahan. Selama triwulan I – 2008, sektor industri pengolahan tumbuh 5,23% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar 0,42% terhadap laju pertumbuhan umum Provinsi Sulawesi Utara. Pencapaian ini relatif lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya tumbuh 4,24% (y.o.y). Membaiknya perkembangan sektor industri pengolah khususnya industri pengolahan non migas antara lain tercermin dari meningkatnya volume ekspor Sulawesi Utara selama triwulan laporan (periode Januari s.d. Februari 2008) yang mencapai 138 ribu ton dari sebelumnya (periode Januari s.d. Februari 2007) yang hanya sebesar 8 ribu ton. Salah satu faktor yang mendorong meningkatnya kegiatan ekspor ke luar negeri diantaranya adalah naiknya harga berbagai komoditas pangan dunia yang menyebabkan eksportir dan pelaku usaha tertarik untuk menambah volume ekspor khususnya untuk produk-produk pertanian.
Perkembangan sektor indutri pengolahan tak lepas pula dari dukungan pembiayaan oleh perbankan. Sejak awal tahun 2007 hingga akhir triwulan laporan, penyaluran kredit pada sektor industri memperlihatkan trend peningkatan dengan laju pertumbuhan pada akhir triwulan laporan sebesar 36,04% (y.o.y) dengan jumlah realisasi sebesar Rp169 milliar. Grafik 1.18. Perkembangan Kredit Sektor Industri 40
(%)
30 20 10 0 J FM AM J J A S ON D J F MA M J J A S O ND J FM AM J J A S ON D J F -10
2005
2006
2007
2008
-20 -30 -40
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Di tengah-tengah keterbatasan pasokan listrik selama ini, sektor listrik, gas dan air bersih tumbuh 6,28% (y.o.y) selama triwulan laporan. Hal ini tak terlepas dari mulai beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Lahendong berkapasitas 20 MW pada pertengahan Desember 2007. Menurut sub sektor pembentuknya, laju pertumbuhan ini
37
disumbangkan baik oleh sub sektor listrik maupun sub sektor air bersih masing-masing sebesar 6,36% (y.o.y) dan 5,88% (y.o.y). Perkembangan sub sektor listrik, antara lain dapat dikonfirmasi melalui data konsumsi listrik yang selama triwulan I – 2008 mencapai 178 MW (Mega Watt) atau meningkat 8,75% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian, peningkatan konsumsi ini tidak seiring dengan data perkembangan pelanggan yang justru mengalami penurunan rata-rata sebesar 20% (y.o.y) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Grafik 1.20. Konsumsi Listrik di Provinsi Sulawesi Utara 180 175 170 165 160 155 150 145 140 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2006
Q3
Q4
2007
Q1 2008
Sumber : PT. PLN Kanwil Sulutenggo
Tabel 1.12. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik di Provinsi Sulawesi Utara 2006 Sosial, RT dan Publik (dlm ribu) Bisnis dan Industri
2007
2008
Q1 1,052
Q2 1,058
Q3 1,160
Q4 1,361
Q1 1,364
Q2 1,366
Q3 1,068
Q4 1,072
Q1 1,078
37,028
36,990
40,691
48,334
48,645
48,917
37,994
38,353
38,642
Y.o.Y -20.98 -20.56
Sumber : PT. PLN Kanwil Sulutenggo
Secara umum, pemenuhan kebutuhan listrik oleh masyarakat dan berbagai perusahaan/unit bisnis belumlah mampu seluruhnya dipenuhi oleh PT. PLN Sulutenggo. Hal ini antara lain tercermin dari tingginya daftar tunggu penyambungan dan penambahan daya aliran listrik yang hingga akhir Desember 2007 masih tercatat sebesar 31,85 MW. Ketidakmampuan PLN untuk memenuhi permintaan masyarakat/unit usaha tersebut disebabkan masih terbatasnya pembangunan infrastruktur kelistrikan baru yang diperkirakan baru akan dipenuhi pada Tahun 2009 y.a.d. Di sisi lain, rata-rata biaya pokok penyedian listrik adalah sebesar Rp1.771/kwh (selama Tahun 2006) atau jauh lebih tinggi dibandingkan harga jualnya yang hanya sebesar 611/kwh. Hal ini menyebabkan kurang tertariknya investor baru untuk menanamkan modalnya khususnya di sektor kelistrikan. Selain itu, rata-rata beban puncak
38
yang mampu dilayani oleh PLN untuk wilayah Sulawesi Utara sebesar 80-90 MW padahal kebutuhan yang ada melebihi jumlah tersebut sehingga menyebabkan terjadinya pemadaman bergilir di beberapa tempat. Kondisi ini akan menyebabkan meningkatnya biaya produksi barang akibat penggunaan mesin-mesin diesel yang relatif ongkos yang dikeluarkan menjadi lebih tinggi.
Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 7,72% (y.o.y) selama triwulan laporan dengan kontribusi sebesar 0,4% terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum. Berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor ini disumbangkan oleh seluruh sub sektor yang ada yaitu sub sektor minyak dan gas, pertambangan tanpa migas dan penggalian. Khusus untuk sub sektor penggalian, berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh penambangan tradisional/rakyat dan bukan industri berskala besar.
Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan walaupun masih tetap tumbuh positif sebesar 5,86% (y.o.y) namun menunjukkan perlambatan dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,25% (y.o.y). Berdasarkan sub sektornya, perlambatan pertumbuhan dialami oleh sub sektor bank, lembaga keuangan non bank dan jasa perusahaan sedangkan sub sektor sewa bangunan justru mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi. Perkembangan sub sektor bank antara lain tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas perbankan antara lain : pembukaan kantor cabang baru, penambahan ATM (Anjungan Tunai Mandiri), serta penawaran produk-produk baru yang memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam bertransaksi.
C. Analisis LQ (Location Quatient) Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu wilayah diantaranya dapat dilakukan dengan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi sekaligus memperkuat struktur perekonomian wilayah tersebut. Percepatan laju pertumbuhan dan penguatan struktur perekonomian suatu wilayah pada gilirannya akan dapat dilakukan lebih efektif dengan cara penekanan pembangunan pada sektor yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dalam wilayah tersebut. Pendekatan Analisis LQ (Location Quatient) merupakan salah satu dari alat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan sektor basis dan kecenderungan pertumbuhan sektor basis tersebut dalam struktur perekonomian di suatu
39
wilayah. Sektor basis yang pendekatan perhitungannya dilakukan dengan rasio kontribusi sektor pada salah satu bagian wilayah terhadap kontribusi sektor yang sama dalam wilayah, pada hakekatnya tidak terlepas dari aspek kontribusi. Tabel 1.13. Share Sektor dalam PDRB Sulsel, Sulut, Gorontalo dan Sulampua Periode Tahun 2007 Sulawesi Selatan 30.25
Sulawesi Utara 21.68
Pertambangan & Penggalian
10.03
5.20
Industri Pengolahan
14.10
7.60
8.80
9.13
0.96
0.75
0.59
0.68
SEKTOR Pertanian
Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan
Gorontalo
Sulampua
30.58
28.80
0.96
17.62
4.67
15.71
7.45
6.50
14.98
14.71
13.79
13.05
Pengangkutan & Komunikasi
7.63
11.79
10.33
7.61
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
6.01
6.59
9.90
4.76
Perdagangan, Hotel & Restoran
Jasa-Jasa TOTAL
11.37
15.97
17.59
11.84
100.00
100.00
100.00
100.00
Data yang bersumber dari Biro Pusat Statistik (BPS) se-provinsi Sulawesi, Maluku, dan Papua (SULAMPUA) menunjukkan bahwa pada Tahun 2007, kontribusi utama PDRB SULAMPUA berasal dari sektor pertanian (28,94%), diikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian (17,62%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (13,05%), sektor jasa-jasa (11,84%) dan sektor-sektor lainnya. Struktur perekonomian ini tentunya akan berbeda-beda di masingmasing wilayah sesuai dengan karakteristik masing-masing provinsi. Tabel 1.14. Nilai LQ Sektor-Sektor Unggulan Provinsi Sulawesi Utara Terhadap Zona Sulampua (Basis Tahun 2007) Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keu, Sewa Bangunan & Jasa Perusahaan Jasa-Jasa
Sulawesi Selatan 1.04 0.57 1.56 1.44 0.71 1.15 1.03 1.25 0.97
Sulawesi Utara 0.75 0.29 0.83 1.11 2.42 1.16 1.57 1.31 1.32
Gorontalo 1.08 0.06 0.89 0.84 1.15 1.06 1.40 1.77 1.59
Selanjutnya dengan melakukan perbandingan terhadap masing-masing sektor dalam PDRB ketiga provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Gorontalo dengan sektorsektor dalam PDRB Zona Sulampua sebagai acuan, maka akan diperoleh nilai koefisien LQ. Berdasarkan hasil tersebut, diperolah hasil bahwa terdapat 5 (lima) sektor yang merupakan sektor basis (rasio LQ>1) di Provinsi Sulawesi Utara yaitu (1) sektor bangunan, (2) sektor pengangkutan dan komunikasi, (3) sektor jasa-jasa, (4) sektor keuangan, sewa bangunan 40
dan jasa perusahaan serta (5) sektor listrik, gas dan air bersih. Dari 5 (lima) sektor basis tersebut terdapat 3 (tiga) sektor yang secara dominan lebih tinggi dibandingkan sektor basis yang sama di provinsi lainnya yaitu Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Gorontalo yaitu sektor bangunan, sektor PHR dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Dengan demikian, upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Sulawesi Utara diharapkan dapat lebih diarahkan pada sektor-sektor tersebut yang secara umum memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dibandingkan provinsi lainnya di Zona Sulampua.
41
BOKS. 1 REVITALISASI PERTANIAN & DUKUNGAN PEMBIAYAAN FISKAL DI PROVINSI SULAWESI UTARA PERIODE TAHUN 2008 Pendahuluan Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan di Provinsi Sulawesi Utara. Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi selama 2 (dua) tahun terakhir yang menunjukkan perkembangan yang cukup significant. Besarnya kontribusi sektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Utara tidak lepas dari kebijakan Pemerintah Provinsi yang telah menetapkan program Revitalisasi Pertanian sebagai program unggulan/prioritas pembangunan daerah sebagaimana tertuang dalam RPJMD Tahun 2005 – 2010. Tujuan Revitalisasi Pertanian Pelaksanaan program revitalisasi pertanian di Provinsi Sulawesi Utara secara umum diharapkan mencapai tujuan sebagaimana amanat RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2005 – 2010, sebagai berikut : 1. Meningkatkan produktifitas dan produksi pertanian 2. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani 3. Mengurangi kemiskinan 4. Membuka lapangan kerja baru 5. Meningkatkan ketahanan pangan 6. Meningkatkan daya saing ekonomi 7. Melestarikan lingkungan hidup. Agenda Revitalisasi Pertanian Pelaksanaan program revitalisasi pertanian di Provinsi Sulawesi Utara diharapkan mencapai tujuannya pada tahun 2010, dengan agenda: 1. Penataan infrastruktur pertanian/pedesaan 2. Pengembangan kelembagaan petani dan penyuluh pertanian 3. Pengembangan teknologi pertanian 4. Pembiayaan pertanian 5. Pemasaran hasil/produk pertanian Sedangkan komoditas unggulan pertanian meliputi: Tanaman Pangan : Padi, jagung dan kedelai Hortilkultura : Kentang,cabe, bawang merah,tanaman hias, Peternakan : Sapi potong, babi, ayam buras, kuda pacu dan itik. Dukungan Pembiayaan Fiskal 1. Pagu APBN Tahun 2008 sebesar Rp146,14 milliar 2. APBD Provinsi sebesar Rp105 milliar 3. APBD Kabupaten/Kota (DAU) sebesar Rp15,07 milliar 4. Pagu Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun 2008 sebesar Rp46,94 milliar 5. Pembiayaan Deptan lainnya LM3 dan DPM - LUEP Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) sebanyak 214 desa @ Rp100 juta = Rp21,4 milliar Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) sebesar Rp91,23 milliar terdiri dari : - Pengembangan padi, jagung dan kedelai : Rp29,87 milliar - Pengembangan ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan sorgum : Rp11,82 milliar - Pengembangan cabai, bawang merah, kentang, pisang dan jahe : Rp42,85 milliar - Pengembangan pangan, gabah, jagung dan kedelai : Rp5,34 milliar - Pengembangan peternakan : Rp1,34 milliar
42
BOKS. 2 KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI (KKP – E)
Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP – E) adalah jenis kredit investasi dan atau modal kerja yang diberikan oleh Bank Pelaksana kepada petani/peternak melalui kelompok tani atau koperasi. Pola penyaluran kredit yang digunakan KKP – E adalah executing dengan sumber pendanaan 100% berasal dari bank sehingga resikonya ditanggung oleh perbankan. Tujuan : Meningkatkan ketahanan pangan nasional Membantu petani/peternak di bidang permodalan sehingga produktivitas dan pendapatan petani menjadi lebih baik. Sasaran : Petani tanaman pangan : padi, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan sorgum Petani hortikultura : bawang merah, cabai, kentang, jahe dan pisang Petani perkebunan : budidaya tebu Peternak sapi potong, sapi perah, pembibitan sapi, ayam ras, ayam buras, itik dan burung puyuh Koperasi pengadaan pangan gabah, jagung dan kedelai. Suku Bunga, Jangka Waktu dan Plafond Suku bunga : sebesar suku bunga komersial dikurangi subsidi yang dibayar pemerintah. Petani tebu => 8% per tahun dan petani tanaman pangan, peternakan, hortikultura dan pengadaan pangan => 7% per tahun. Jangka waktu : disesuaikan dengan siklus usaha dan paling lama 5 (lima) tahun Besaran kredit : Plafond kredit maksimum per debitur (petani/peternak) maksimum Rp25 juta. Persyaratan (1) Petani pemilik dat atau penggarap dengan luas garapan maksimal 4 ha. (2) Usia minimal 21 tahun / sudah menikah (3) Menjadi anggota kelompok tani (4) Bersedia mengikuti petunjuk PPL/dinas terkait setempat. Prosedur Penyaluran Bank Pelaksana
4
7
3 1 Bank Pelaksana
Kel. Tani/Koperasi
2 5
6 Petani
Keterangan : 1. Kel. Tani menyusun RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) dibantu PPL/dinas terkait 2. RDKK disahkan oleh dinas teknis/PPL 43
3. 4. 5. 6. 7.
RDKK diajukan langsung kepada bank Bank meneliti dokumen RDKK dan bila layak akad kredit dengan kel. Tani Kel. Tani meneruskan KKP - E kepada petani Petani mengembalikan kredit kepada kel. Tani Kel. Tani mengembalikan KKP – E langsung kepada bank sesuai jadwal
Bank Pelaksana 1. PT. BRI (Persero), Tbk 2. PT. BNI (Persero), Tbk 3. PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk 4. PT. Bank Bukopin 5. PT. BCA, Tbk 6. PT. Bank Danamon, Tbk 7. PT. Agroniaga, Tbk 8. PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk 9. PT. Bank Niaga, Tbk 10. BPD Sumut, Sumbar, Sumsel, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Bali, Sumsel, Kalsel dan Papua Peran Stakeholders 1. Melakukan upaya intermediasi akses permodalan kepada bank 2. Identifikasi petani yang layak dibiayai KKP – E 3. Membantu mencarikan penjamin pasar atau penjamin kredit (avalis) 4. Melakukan bimbingan dan pengawasan agar kredit dimanfaatkan secara optimal dan tepat sasaran
44
BOKS. 3 TINJAUAN LIASON SEKTOR PROPERTI DI KOTA MANADO
Kenaikan harga minyak dunia sejak akhir tahun 2004 yang mendorong pemerintah menaikkan harga BBM nasional sebanyak 2 kali pada tahun 2005 telah menyebabkan meningkatnya tekanan inflasi baik nasional maupun regional. Indikasi meningkatnya tekanan inflasi tercermin dari meningkatnya harga bahan baku di sektor properti termasuk di Kota Manado. Seiring hal tersebut, suku bunga acuan BI rate kembali dinaikkan untuk mengantisipasi tekanan inflasi. Kombinasi faktor-faktor di atas telah memicu menurunnya pertumbuhan sektor properti tidak terkecuali di Kota Manado. Kenaikan harga bahan baku dan melemahnya daya beli masyarakat di tahun 2006 merupakan kombinasi penyebab penurunan pertumbuhan sektor properti, namun seiring menurunnya suku bunga serta relative stabilnya harga mendorong pertumbuhan yang lebih baik sektor properti pada tahun 2007 lalu. Selanjutnya pengusaha berharap agar tingkat suku bunga dapat diturunkan kembali sehingga mendorong pertumbuhan yang lebih baik termasuk di sektor properti di Kota Manado. Kondisi Terkini Properti (Non Residen dan Residen) merupakan gambaran Liaison KBI Manado di bulan Maret 2008 yang mewawancarai 2 pengusaha properti dengan pangsa tertinggi di Kota Manado yaitu PT Ciputra Internasional (Properti Residen) dan PT Megasurya Nusalestari (Properti Non Residensial) yang termasuk anggota Real Estate Indonesia (REI) Sulut. Grafik 1 Pertumbuhan Tahunan Penjualan Komponen Bahan Bangunan Tahun 2005-2007 140 120 100 80
Persen
60 40 20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 (20)
2006
2007
2008
(40) Semen (60)
Pasir Bahan konstruksi dari kayu
(80)
Perlengkapan kostruksi
Sumber: SPE Kota Manado
Dalam kurun waktu 2 tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan tahunan penjualan komponen bahan bangunan relatif meningkat. Setelah tumbuh negatif di awal tahun 2006, pertumbuhan penjualan komoditi semen menunjukkan pertumbuhan positif di akhir tahun 2006 hingga tahun 2007. Pola yang sama juga terjadi pada komoditi pasir, kayu dan peralatan konstruksi. Pertumbuhan negatif tertinggi tercatat pada bulan Januari 2006 (-24,54%), hal ini diperkirakan merupakan dampak langsung kenaikan harga BBM tahun 2005 yang berpengaruh kepada penurunan penjualan semen. Pertumbuhan negatif ini terjadi hingga bulan september 2006, namun setelah itu penjualan semen mencatat pertumbuhan tahunan positif seiring membaiknya keadaan perekonomian yang berdampak kepada membaiknya permintaan masyarakat, dengan rata-rata pertumbuhan penjualan berkisar 30%. 45
Kenaikan harga semen rata-rata pada triwulan I tahun 2008 dibanding rata-rata triwulan I tahun 2007 di Kota Manado mencapai 42,85%. Kenaikan harga semen di Kota Manado disebabkan antara lain: berkurangnya pasokan semen yang keseluruhannya berasal dari luar daerah akibat kendala transportasi/faktor cuaca dan meningkatnya kebutuhan semen. Berdasarkan data/informasi DISPERINDAG Provinsi Sulawesi Utara, selama triwulan I tahun 2007 hingga triwulan I tahun 2008, harga semen telah melonjak dari rata-rata Rp.35.000,-/zak di triwulan I tahun 2007 menjadi rata-rata Rp.50.000,-/zak pada triwulan I tahun 2008. Trend kenaikan harga ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga beberapa bulan ke depan mengingat meningkatnya permintaan masyarakat dan mulai direalisasikannya proyek-proyek pemerintah. Berdasarkan hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Sulut, kenaikan harga komponen bahan bangunan berdampak signifikan kepada turunnya realisasi pembangunan properti tipe residensial. Indikasi ini dapat dilihat dari gabungan data 14 perusahaan pengembang baik skala kecil, menengah dan besar (termasuk PT Ciputra Internasional) yang merupakan anggota REI Sulut, menunjukkan terjadi penurunan realisasi pembangunan perumahan sebesar 46% atau dari 941 unit di tahun 2005 menjadi 508 unit di tahun 2006. Namun demikian, membaiknya permintaan masyarakat sebagai dampak stabil dan rendahnya suku bunga memberikan pengaruh positif terhadap realisasi pembangunan yang meningkat kembali sebesar 32% dibandingkan tahun 2006 atau menjadi sebesar 674 unit rumah berbagai tipe.
Grafik 2
Grafik 3 Realisasi Kredit Kepada Properti dan Total Kredit
Realisasi Pembangunan Properti Residensial di Sulut 1200
100%
1000
80% 60%
Unit
800
40% 600
20% 400
0% 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2
200
2006
2007
2008
0 2000
2001
2002
2003
2004
Sumber : Survei Harga Properti Residen Sulut
2005
2006
2007
Kredit Properti
Total Kredit
Sumber : LBU KBI Manado
Penyaluran kredit perbankan ke sektor properti di Sulawesi Utara relatif stabil dalam 2 tahun terakhir. Kenaikan harga produk properti akibat kenaikan harga bahan baku relatif tidak berpengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit kepada sektor properti, hal ini ditandai dengan persentase pangsa kredit properti terhadap total kredit yang relatif tidak berubah berkisar antara 12% - 15%, meskipun secara nominal mengalami kenaikan. Tercatat hingga bulan Februari 2008 total kredit yang disalurkan sebesar Rp1,1 Triliun dari total kredit sebesar Rp8,01 Triliun atau meningkat sebesar 50% dibandingkan akhir tahun 2006. Dampak Kenaikan Harga Semen dan bahan bangunan lainnya di Sulut mendorong peningkatan harga jual produk properti oleh pengembang baik tipe residen maupun non residen. Kenaikan harga jual produk ini didorong oleh keinginan pengembang untuk mempertahankan margin keuntungan yang didapatnya meskipun tidak mengalami kenaikan margin keuntungan. Hal 46
ini tercermin dari hasil wawancara dengan contact liaison yang seluruhnya menyatakan mempertahankan margin keuntungan yang diperoleh dengan cara menaikkan harga produk. Stabilnya Suku Bunga di level yang rendah sepanjang tahun 2007 merupakan satu-satunya faktor yang dominan didalam mempengaruhi tingkat penjualan properti di Sulut dibandingkan tahun 2006, meskipun biaya bahan baku mengalami peningkatan. Rendahnya suku bunga tersebut telah mendorong penjualan properti melalui skim kredit perbankan meningkat. Beberapa hal penting yang diperoleh melalui contact liaison.
Penjualan rata-rata di tahun 2007 meningkat berkisar antara15%-40% dibandingkan tahun 2006. Penjualan rata-rata tahun 2007 tersebut meningkat di atas rata-rata tahun sebelumnya, sebagian besar pembeli adalah berasal dari domestik (Sulut) dengan menggunakan skim kredit perbankan 60%. Hal ini menandakan bahwa permintaan masyarakat terhadap produk properti mengalami perbaikan setelah sempat turun di tahun 2006 sebagai dampak turunnya daya beli masyarakat akibat kenaikan harga BBM tahun 2005.
Kenaikan rata-rata biaya produksi terbesar disebabkan kenaikan harga bahan baku terutama semen dan bahan bangunan lainnya mengalami kenaikan berkisar 50% - 100% dibandingkan tahun 2006. Struktur biaya masih didominasi oleh biaya bahan bangunan yang mencapai 70% dari total biaya produksi atau relatif sama dibandingkan tahun sebelumnya, diikuti oleh biaya tenaga kerja 30%.
Rata-rata margin keuntungan dipertahankan pada level tetap dibandingkan tahun sebelumnya yaitu berkisar antara 5% - 12,5%. Hal ini berpengaruh kepada kenaikan harga jual produk sebagai dampak kenaikan harga bahan baku terutama bahan bangunan. Meskipun rata-rata margin keuntungan dipertahankan tetap namun secara total mengalami peningkatan, hal ini disebabkan total penjualan mengalami peningkatan sebagaimana tersebut diatas.
47
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Secara umum, tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado selama triwulan I - 2008 memperlihatkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya dan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara akumulasi, hingga Maret 2008 inflasi Kota Manado tercatat sebesar 1,04% (y.t.d) lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 3,34% (y.t.d). Sementara itu, secara tahunan inflasi Kota Manado tercatat 7,68% (y.o.y), lebih lambat dibandingkan akhir triwulan lalu yang tercatat sebesar 10,13% (y.o.y) namun demikian dibandingkan angka inflasi periode yang sama tahun lalu sebesar 6,98% (y.o.y) maka laju perbahan harga selama triwulan laporan relatif masih lebih tinggi.
A. INFLASI TAHUNAN (Y.O.Y) Inflasi Tahunan Kota Manado sedikit mengalami perlambatan dibandingkan periode-periode sebelumnya. Hingga akhir Maret 2008, inflasi tahunan Kota Manado tercatat 7,68% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,13% (y.o.y). Demikian pula bila dibandingkan laju inflasi Zona Sulampua dan Nasional yang masingmasing sebesar 8,44% (y.o.y) dan 8,17% (y.o.y), maka laju inflasi Kota Manado masih relatif lebih rendah. Kondisi ini berbeda bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dimana laju inflasi Kota Manado relatif lebih tinggi dibandingkan inflasi Zona Sulampua dan inflasi nasional.
Grafik 2.1. Inflasi Manado, Zona Sulampua dan Nasional (Y.o.Y) 20
M anado
18
Sulampua
16
Nasional
14 12 10 8 6 4 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 2005
2006
2007
2008
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
48
Berdasarkan sumber tekanannya, inflasi Kota Manado berasal baik dari sisi permintaan maupun penawaran. Dari sisi permintaan, faktor seasonal berupa perayaan Tahun Baru Imlek 2559 dan terdapatnya banyak hari libur nasional menyebabkan meningkatnya permintaan masyarakat khususnya untuk barang dan jasa tertentu. Dari sisi penawaran, faktor eksternal berupa kenaikan harga minyak dunia yang terus berlanjut bahkan hingga ke level USD 110 / barrel menyebabkan meningkatnya biaya produksi barang dan jasa secara umum. Kenaikan harga minyak dunia ini, juga telah direspon oleh Pertamina dengan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) industri pada kisaran 5-8 persen per 1 Maret 2008. Sementara itu beberapa faktor yang sifatnya regional dan memberikan tekanan harga selama triwulan laporan diantaranya adalah faktor iklim/cuaca (cenderung hujan disertai angin kencang) yang menyebabkan terhambatnya pasokan beberapa komoditi khususnya untuk komoditi yang harus dipasok dari luar wilayah Sulawesi Utara. Selain itu, masih sering berlangsungnya pemadaman listrik serta banyaknya pungli (pungutan liar) menyebabkan pelaku usaha mengalami kesulitan untuk menjual barang/jasanya pada tingkat yang wajar. Tabel 2.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa (Y.o.Y) No. 1 2 3 4 5 6 7
Kelompok Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transportasi Umum
Mar 23.25 8.12 9.18 8.82 6.75 10.40 30.72 16.08
2006 Jun Sep 22.43 23.31 7.25 5.28 11.25 9.95 10.15 8.55 3.67 3.74 10.35 3.01 30.31 30.47 15.98 15.15
Des 13.52 5.23 -1.60 4.06 1.41 1.38 0.12 5.09
Mar 13.33 7.90 2.94 3.59 7.39 2.18 0.90 6.98
2007 Jun Sep 12.89 14.05 6.62 7.75 2.38 4.78 2.19 3.92 8.87 10.13 1.70 1.61 1.16 1.17 6.43 7.79
Des 21.14 4.52 5.34 7.39 12.12 3.15 1.18 10.13
2008 Mar 13.58 2.33 6.89 10.31 10.08 2.34 0.52 7.68
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Tabel 2.2. Sumbangan Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa (Y.o.Y) No. 1 2 3 4 5 6 7
Kelompok Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transportasi Umum
Mar 7.12 1.44 2.05 0.61 0.28 0.54 4.00 16.08
2006 Jun Sep 6.78 7.23 1.31 0.95 2.49 2.17 0.71 0.59 0.16 0.16 0.54 0.17 3.95 3.86 15.98 15.15
Des 4.17 0.87 -0.35 0.26 0.06 0.07 0.02 5.09
Mar 4.33 1.30 0.62 0.23 0.29 0.11 0.13 6.98
2007 Jun Sep 4.11 4.67 1.11 1.27 0.51 0.99 0.15 0.25 0.34 0.38 0.08 0.08 0.17 0.17 6.43 7.79
Des 7.04 0.75 1.11 0.48 0.46 0.15 0.17 10.13
2008 Mar 4.67 0.39 1.39 0.65 0.39 0.11 0.07 7.68
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Menurut kelompoknya, inflasi tertinggi dialami kelompok bahan makanan dengan laju 13,58% diikuti oleh kelompok sandang dan kelompok kesehatan masing-masing dengan laju inflasi 10,31% dan 10,08%. Kelompok dengan laju perubahan harga terendah adalah kelompok
transportasi.
Berdasarkan
sumbangannya,
kelompok
bahan
makanan
memberikan andil terbesar yaitu 4,67% terhadap laju inflasi tahunan Kota Manado secara umum yang tercatat 7,68% (y.o.y). Berikutnya adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar dengan andil sebesar 1,39%. Tingginya permintaan bahan bangunan 49
(kelompok) tercermin dari maraknya pembangunan pusat perbelanjaan, hotel, ruko dan mal serta meningkatnya aktivitas pembangunan infrastruktur milik pemerintah menjelang even World Ocean Conference Tahun 2009 menyebabkan harga-harga komoditi pada kelompok perumahan terus bergerak naik. Tekanan harga pada kelompok perumahan air, listrik, gas dan bahan bakar juga disebabkan oleh sempat terganggunya pasokan gas elpiji ke wilayah Sulawesi Utara. Akibatnya, harga eceran tabung gas elpiji mengalami kenaikan yang cukup significant yaitu rata-rata sebesar 50%. Untuk tabung 12 kg naik dari Rp90.000,- menjadi Rp135.000,- sedangkan tabung 50 kg naik dari Rp460.000,- menjadi Rp600.000,- per tabung. Harga ini jauh lebih tinggi dibandingkan harga eceran tabung gas elpji di jawa yang hanya berkisar pada harga Rp60.000,- s.d. Rp70.000,- untuk ukuran tabung 12 kg.
Tingginya harga tersebut disebabkan belum ada depot elpiji di wilayah Sulawesi Utara sehingga kebutuhan tabung gas elpiji harus dipasok dari Makassar – Sulawesi Selatan sehingga komponen biaya transportasi dari Makassar ke Manado menjadi mahal yaitu sekitar Rp80.000,- per tabung ukuran 12 kg. Hal ini masih ditambah lagi dengan adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh Pertamina Makassar terkait pembatasan pengangkutan gas elpiji ke Manado khususnya untuk memenuhi unsur keamanan sehingga pasokan relatif terbatas akhir-akhir ini.
Kelompok penyumbang inflasi berikutnya adalah kelompok sandang yang memberikan andil sebesar 0,65%. Salah satu komoditi yang tercatat mengalami kenaikan harga sangat significant dan memberikan sumbangan yang cukup besar adalah emas perhiasan. Kenaikan harga emas ini lebih disebabkan oleh kekhawatiran penguatan harga minyak yang akan mendorong inflasi dan sebagai perlindungan dari melemahnya pasar kredit AS. Berikutnya adalah kelompok kesehatan dan kelompok makanan jadi dengan sumbangan sebesar 0,39% terhadap laju inflasi Kota Manado secara umum. Kenaikan harga pada kelompok kesehatan terutama disumbangkan oleh sub kelompok jasa kesehatan dan perawatan jasmani dan kosmetik. Kecenderungan terus meningkatnya biaya kesehatan menyebabkan semakin meningkatnya beban hidup khususnya bagi masyarakat kecil. Kenaikan tarif dokter umum, dokter specialis dan tarif laboratorium merupakan beberapa bentuk pelayanan kesehatan yang sering mengalami kenaikan harga.
50
Hasil forum diskusi inflasi Kota Manado yang diselenggarakan secara periodik setiap bulannya, untuk periode Bulan Januari – Maret 2008, memperlihatkan bahwa sumbersumber tekanan inflasi Kota Manado terutama berasal dari kelompok bahan makanan (beras, ikan, daging, dlsb), bahan bangunan (semen dan seng) dan kesehatan. Adapun faktor-faktor penyebab meningkatnya harga pada kelompok/komoditi tersebut antara lain disarikan dalam tabel di bawah ini. Tabel 2.3. Kelompok/Komoditi Penyumbang Inflasi dan Faktor Penyebab Kenaikan Harga NO. 1
KELOMPOK/KOMODITI
FAKTOR PENYEBAB KENAIKAN HARGA
Bahan Bangunan
Faktor eksternal berupa kenaikan harga minyak dunia; Faktor dometik dan regional, kesulitan sarana transportasi laut (kapal-kapal tua banyak di jual ke China) serta Faktor iklim/cuaca yang menghambat distribusi 2 Beras Meningkatnya motif berjaga-jaga masyarakat sehubungan dengan pemberitaan mengenai terjadinya kelangkaan pangan dunia 3 Ikan Faktor iklim/cuaca, banyaknya pungli dan meningkatnya aktivitas penjualan ikan di laut (selanjutnya di ekspor ke luar negeri) 4 Tahu, Tempe dan Kecap Kesulitan bahan baku (impor) 5 Minyak Tanah Semakin berkurangnya pasokan seiring dengan implementasi program pemerintah berupa konversi minyak tanah ke gas. 6 Tepung Terigu Kenaikan harga gandum sebagai bahan baku utama di luar negeri 7 Minyak Goreng Kenaikan harga kelapa sawit dunia, kemasan, biaya transportasi dan kenaikan harga minyak bumi 8 Daging (sapi, ayam dan babi) Kenaikan harga pakan ternak 9 Bawang Merah dan Cabe Merah Tingginya permintaan dan kurangnya stok akibat struktur pasar yang oligopoli 10 Kelompok Kesehatan Kenaikan biaya transportasi (biaya kontainer), naiknya biaya operasional (gaji karyawan dan BBM) dan masih tingginya retribusi/pungutan di lapangan. Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Selanjutnya dengan melakukan disagregasi inflasi, laju perubahan harga tahunan Kota Manado terutama disumbangkan oleh kelompok inflasi inti (core inflation) dan inflasi volatile food. Sedangkan kelompok inflasi administered cenderung tidak banyak mengalami perubahan. Menurut definisinya, inflasi inti adalah kelompok barang dan jasa yang pembentukkan harganya lebih dominan dipengaruhi oleh kebijakan moneter (bank sentral) sedangkan inflasi volatile food adalah kelompok barang/komoditi yang pergerakan harganya cenderung berfluktuatif misalnya kelompok bahan makanan dan makanan jadi. Laju inflasi kelompok volatile food pada akhir triwulan I - 2008 tercatat sebesar 15,67% (y.o.y) dengan andil 4,40%. Sedangkan kelompok inflasi inti (core inflation) mengalami inflasi sebesar 6,34% (y.o.y) dengan andil 3,16% terhadap laju inflasi Kota Manado secara umum. Tabel 2.4. Disagregasi Inflasi (Y.o.Y) Mar-07 Inflasi Andil 1 Inflasi Inti 5.78 2.92 2 Inflasi Administered 2.82 0.65 3 Inflasi Volatile Food 12.83 3.41 Inflasi IHK 6.98 6.98 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah No.
Disagregasi Inflasi
Jun-07 Inflasi Andil 5.61 2.83 2.36 0.53 11.71 3.06 6.43 6.43
Sep-07 Inflasi Andil 7.65 3.80 2.40 0.53 12.56 3.45 7.79 7.79
Des-07 Inflasi Andil 6.78 3.40 1.89 0.42 23.01 6.30 10.13 10.13
Mar-08 Inflasi Andil 6.34 3.16 0.53 0.12 15.67 4.40 7.68 7.68
51
Menurut komoditinya, penyumbang tertinggi inflasi tahunan Kota Manado diakhir triwulan I - 2008 adalah minyak goreng, beras, cabe rawit, bawang merah dan emas perhiasan. Sementara komoditi dengan sumbangan deflasi tertinggi diantaranya adalah daun bawang, tude, bawang putih, tomat buah dan ikan mujair. Tabel 2.5. Komoditi Penyumbang Deflasi Tertinggi
Tabel 2.4. Komoditi Penyumbang Inflasi Tertinggi No. Kelompok Komoditi
Bobot
Laju Inflasi Y.o.Y
Sumbangan Y.o.Y
No. Kelompok Komoditi
Bobot
Laju Deflasi Y.o.Y
Sumbangan Y.o.Y
1
Minyak Goreng
0.013
87.22
1.16
1
Daun Bawang
0.010
-30.83
-0.31
2
Beras
0.120
5.49
0.66
2
Tude
0.019
-9.15
-0.17
3
Cabe Rawit
0.001
321.81
0.46
3
Bawang Putih
0.004
-33.33
-0.13
4
Bawang Merah
0.006
69.54
0.42
4
Tomat Buah
0.003
-37.50
-0.11
5
Emas Perhiasan
0.005
59.53
0.31
5
Mujair
0.006
-9.93
-0.05
6
Malalugis
0.008
37.12
0.30
6
Tomat Sayur
0.004
-7.74
-0.03
7
Sewa Rumah
0.027
9.30
0.25
7
Rokok Kretek Filter
0.033
-0.91
-0.03
8
Semen
0.007
37.12
0.25
8
Kol Putih/Kubis
0.001
-38.69
-0.02
9
Daging Ayam Ras
0.007
33.38
0.22
9
Labu Parang/Manis/Me
0.001
-24.52
-0.02
0.008
22.12
0.18
0.001
-11.96
10 Susu Bubuk
10 Hand Body Lotion
Sumbangan 10 komoditi dengan andil inflasi tertinggi
4.21
Sumbangan 10 komoditi dengan andil deflasi terbesar
Laju Inflasi Umum
7.68
Laju Inflasi Umum
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
-0.02 -0.89 7.68
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
B. INFLASI TRIWULANAN (Q.t.Q) Secara triwulanan, inflasi Kota Manado mengalami perlambatan dibandingkan akhir triwulan sebelumnya. Tercatat, laju inflasi Kota Manado pada triwulan I - 2008 sebesar 1,04% (q.t.q), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya dan periode yang sama tahun sebelumnya yang masing-masing tercatat 3,49% (q.t.q) dan 3,34% (q.t.q). Laju perubahan harga ini juga relatif lebih rendah dibandingkan laju inflasi Zona Sulampua (Sulawesi, Maluku dan Papua) maupun nasional
yang tercatat masing-masing sebesar
3,19% (q.t.q) dan 3,41% (q.t.q). Berdasarkan faktor penyebabnya, sumber tekanan inflasi selama triwulan laporan berasal baik dari sisi permintaan maupun penawaran khususnya sebagai dampak kenaikan harga minyak dunia dan iklim yang menghambat pendistribusian barang khususnya ke wilayah Indonesia Timur.
52
Grafik 2.2. Inflasi Manado, Zona Sulampua dan Nasional (Q.t.Q) 12 11
M anado
10
Sulampua
9
Nasional
8 7 6 5 4 3 2 1 0 -1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 2005
2006
2007
2008
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Dengan melakukan disagregasi inflasi, teridentifikasi bahwa sumber tekanan inflasi pada triwulan laporan terutama berasal dari kelompok inflasi inti (core inflation) dengan andil sebesar 1,08% terhadap laju inflasi triwulanan Kota Manado yang tercatat 1,04% (q.t.q). Kondisi ini berbeda bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan periode yang sama tahun sebelumnya dimana tekanan inflasi lebih banyak disumbangkan oleh kelompok inflasi volatile food. Sementara itu, perkembangan harga barang/komoditi yang termasuk dalam kelompok inflasi administered prices cenderung tidak banyak mengalami perubahan harga sehubungan tidak adanya kebijakan tata niaga yang dikeluarkan pemerintah selama triwulan laporan dan kalaupun ada perubahan harga tersebut lebih banyak terjadi di tingkat pengecer. Tabel 2.6. Disagregasi Inflasi (Q.t.Q) No. 1 2 3
Disagregasi Inflasi Inflasi Inti Inflasi Administered Inflasi Volatile Food Inflasi IHK
Mar-07 Inflasi Andil 2.64 1.33 1.63 0.37 6.02 1.65 3.34 3.34
Jun-07 Inflasi Andil 0.23 0.10 0.21 0.04 -2.10 -0.60 -0.46 -0.46
Sep-07 Inflasi Andil 2.52 1.26 0.06 0.01 7.88 2.17 3.45 3.45
Des-07 Inflasi Andil 1.25 0.64 -0.01 0.00 9.86 2.85 3.49 3.49
Mar-08 Inflasi Andil 2.21 1.08 0.27 0.06 -0.31 -0.09 1.04 1.04
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Menurut kelompoknya, inflasi tertinggi selama triwulan laporan terjadi pada kelompok kesehatan dan kelompok sandang masing-masing sebesar 3,80% (q.t.q) dan 3,45% (q.t.q), sedangkan inflasi terendah dialami oleh kelompok transportasi dengan laju 0,05% (q.t.q). Namun demikian, berdasarkan andilnya, sumber tekanan inflasi terbesar justru terjadi pada kelompok perumahan dengan andil 0,46% terhadap laju inflasi triwulanan Kota Manado sebesar 1,04% (q.t.q). Berikutnya adalah kelompok sandang dengan andil 0,22% dan 53
kelompok kesehatan dengan andil 0,15%. Kondisi ini berbeda bila dibandingkan triwulan sebelumnya dan periode yang sama tahun sebelumnya dimana sumber tekanan inflasi justru berasal dari kelompok bahan makanan. Tabel 2.7. Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa (Q.t.Q) No. 1 2 3 4 5 6 7
Kelompok Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transportasi Umum
Mar 6.97 0.48 -3.61 1.17 -0.17 0.63 -0.07 1.52
2006 Jun Sep -1.80 6.34 1.73 0.12 0.90 0.26 1.96 0.24 -0.10 0.44 0.32 0.32 0.14 0.04 0.05 2.15
Des 1.62 2.84 0.91 0.64 1.23 0.12 0.01 1.29
Mar 6.79 3.02 0.83 0.71 5.72 1.41 0.71 3.34
2007 Jun Sep -2.18 7.44 0.52 1.18 0.36 2.61 0.59 1.94 1.27 1.61 -0.15 0.23 0.40 0.04 -0.46 3.45
Des 7.94 -0.24 1.44 3.99 3.06 1.63 0.02 3.49
2008 Mar 0.12 0.86 2.32 3.45 3.80 0.61 0.05 1.04
Des 2.79 -0.04 0.29 0.25 0.12 0.08 0.00 3.49
2008 Mar 0.04 0.14 0.46 0.22 0.15 0.03 0.01 1.04
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Tabel 2.8. Sumbangan Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa (Q.t.Q) No.
2006
Kelompok
Mar Utara, Jun Sumber : BPS Provinsi Sulawesi diolah Sep 1 2 3 4 5 6 7
Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transportasi Umum
2.15 0.08 -0.80 0.08 -0.01 0.03 -0.01 1.52
-0.58 0.28 0.19 0.13 0.00 0.02 0.02 0.05
2.02 0.02 0.06 0.02 0.02 0.02 0.01 2.15
Des 0.54 0.47 0.19 0.04 0.05 0.01 0.00 1.29
Mar 2.26 0.50 0.17 0.05 0.22 0.07 0.10 3.34
2007 Jun Sep -0.75 2.52 0.09 0.20 0.07 0.53 0.04 0.12 0.05 0.06 -0.01 0.01 0.06 0.01 -0.46 3.45
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Berdasarkan komoditinya, minyak goreng, cabe rawit, emas perhiasan, beras dan semen merupakan penyumbang terbesar inflasi Kota Manado. Sedangkan komoditi ikan dan sayursayuran justru mengalami penurunan harga (deflasi) selama triwulan. Tabel 2.9. Sepuluh Komoditi Penyumbang Inflasi Tertinggi No.
Kelompok Komoditi
Bobot
Laju Inflasi Q.t.Q
1 Minyak Goreng 0.017 38.51 2 Cabe Rawit 0.004 50.83 3 Emas Perhiasan 0.006 20.68 4 Beras 0.118 1.12 5 Semen 0.007 16.30 6 Kangkung 0.004 20.54 7 Cabe Merah 0.003 22.67 8 Susu Bubuk 0.009 8.07 9 Pisang 0.006 10.63 10 Roti Tawar 0.005 11.11 Sumbangan 10 komoditi dengan andil inflasi tertinggi Laju Inflasi Umum
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Tabel 2.10. Sepuluh Komoditi Penyumbang Deflasi Tertinggi
Sumbangan Q.t.Q
No.
Kelompok Komoditi
Bobot
Laju Inflasi Q.t.Q
Sumbangan Q.t.Q
0.027 -20.19 0.649 1 Cakalang 0.014 -23.12 0.189 2 Malalugis 0.012 -17.53 0.134 3 Bawang Merah 0.003 -50.00 0.131 4 Tomat Buah 0.005 -29.32 0.121 5 Tomat Sayur 0.017 -3.87 0.091 6 Tude 0.001 -31.11 0.078 7 Sawi Hijau 0.005 -6.74 0.071 8 Telur Ayam Ras 0.001 -17.31 0.068 9 Kacang Panjang 0.012 -1.82 0.056 10 Deho 1.59 Sumbangan 10 komoditi dengan andil deflasi terbesar 1.04 Laju Inflasi Umum
-0.55 -0.32 -0.21 -0.17 -0.14 -0.07 -0.04 -0.03 -0.02 -0.02 -1.57 1.04
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
C. INFLASI ZONA SULAMPUA (SULAWESI, MALUKU DAN PAPUA) Laju inflasi Zona Sulampua pada akhir triwulan I - 2008 menunjukkan kecenderungan meningkat bila dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara tahunan (y.o.y), laju inflasi Zona 54
tercatat sebesar 8,17% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan akhir triwulan sebelumnya sebesar 7,39% (y.o.y) dan laju inflasi nasional yang tercatat 8,17% (y.o.y). Menurut kotanya, inflasi di Kota Ternate dan Jayapura merupakan yang tertinggi yaitu masing-masing sebesar 12,94% (y.o.y) dan 11,99% (y.o.y) sedangkan inflasi terendah dialami oleh Kota Ambon sebesar 7,05% (y.o.y). Secara umum, inflasi kota-kota di Zona Sulampua relatif lebih tinggi dibandingkan dibandingkan inflasi nasional.
Secara triwulan, laju inflasi zona pada triwulan I - 2008 tercatat 3,41% (q.t.q), meningkat dibandingkan Q4-2007 yang tercatat sebesar 2,09% (q.t.q). Berdasarkan andilnya, Kota Makassar merupakan penyumbang inflasi tertinggi dengan andil sebesar 1,87% terhadap inflasi zona (dengan pangsa 54,83%), diikuti oleh Kota Jayapura dengan andil 0,36% dan kota-kota lainnya di Zona Sulampua. Sementara itu berdasarkan perubahan harganya, selama triwulan laporan tercatat Kota Jayapura mengalami inflasi tertinggi yaitu 6,50% (y.o.y) disusul Kota Ternate 4,71% (y.o.y) dan kota-kota lain. Satu-satunya kota yang mengalami deflasi selama triwulan laporan adalah Kota Gorontalo yaitu sebesar -0,04%. Tabel 2.11. Perkembangan Harga di Zona Sulampua dan Nasional Y.t.D Y.o.Y Jan-Mar 2008 (%) Zona/Kota Bobot Kota Inflasi (%) Sumbangan Sulampua 7.27 3.19 3.19 8.44 Manado 1.27 1.04 0.18 7.68 Palu 0.68 1.49 0.14 9.09 Makassar 3.06 4.45 1.87 7.96 Kendari 0.50 2.90 0.20 8.41 Gorontalo 0.46 -0.04 0.00 8.33 Ambon 0.58 2.92 0.23 7.05 Ternate 0.32 4.71 0.21 12.94 Jayapura 0.40 6.50 0.36 11.99 Indonesia 100 3.41 8.17 Sumber : Direktorat Statistik Moneter, Bank Indonesia
55
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Kinerja perbankan di Provinsi Sulawesi Utara hingga triwulan I - 2008 (posisi Februari 2008) cukup baik tercermin dari meningkatnya total aset, kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun, disertai membaiknya berbagai rasio fungsi intermediasi (LDR) dan kualitas kredit (NPL). Peningkatan rasio LDR ini disebabkan oleh laju pertumbuhan kredit yang lebih significant dibandingkan pertumbuhan dana. Sedangkan membaiknya kualitas kredit lebih disebabkan oleh meningkatnya jumlah realisasi kredit baru dibandingkan restrukturisasi kredit-kredit yang bermasalah.
Sementara itu, walaupun tetap tumbuh positif selama triwulan I - 2008, namun pertumbuhan DPK tidak lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini diperkirakan sebagai dampak genjarnya promosi penjualan ORI seri 4 (Obligasi Republik Indonesia) oleh pemerintah yang menyebabkan beralihnya sebagian kecil dana masyarakat di sistem perbankan untuk pembelian ORI seri 4 (tercermin dari relatif landainya pertumbuhan deposito). Untuk jenis simpanan lainnya yaitu tabungan dan giro justru mengalami peningkatan yang berarti. Hal ini memperlihatkan tingginya motif berjaga-jaga dan motif transaksi oleh masyarakat dalam memanfaatkan sistem perbankan dibandingkan motif berinvestasi, paling tidak dalam kurun waktu awal Tahun 2007 hingga saat ini. Tabel 3.1. Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara
Komponen
2006
2007
2008
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Total Aset
7,418
7,914
8,141
8,820
8,958
9,319
9,905
10,548
Q1
Tumbuh Y.o.Y (%) DPK (Rp Miliar) Tumbuh Y.o.Y (%) Kredit (Rp Miliar) Tumbuh Y.o.Y (%) LDR (%) NPL (%) Share UMKM NPL UMKM (%)
23.96
25.92
22.96
16.35
20.76
17.76
21.67
19.59
15.67
5,066 16.01 4,307 24.39 85.02 5.78 63.01 8.22
5,324 18.58 4,620 25.10 86.78 5.71 62.84 10.11
5,450 12.46 4,792 22.84 87.93 6.08 62.17 8.8
6,018 14.94 5,071 22.99 84.26 4.84 59.69 7.91
5,985 18.14 5,179 20.25 86.53 5.12 62.19 8.23
6,436 20.88 5,638 22.04 87.61 4.91 64.42 7.62
6,504 19.34 6,079 26.85 93.46 6.29 63.86 7.11
7,070 17.49 6,577 29.70 93.02 3.77 61.79 5.67
7,055 17.88 6,573 26.91 93.16 5.03 63.77 6.47
10,362
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
56
A. FUNGSI INTERMEDIASI 1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter Secara umum respon perbankan terhadap kebijakan moneter yang diambil Bank Indonesia cukup baik. Konsistensi BI Rate pada level 8,0% sejak tanggal 6 Desember 2007 yang lalu ternyata diikuti oleh pergerakan penurunan suku bunga deposito 1 bulan dan suku bunga kredit yang masing-masing tercatat sebesar 6,81% dan 14,93%. Tingkat bunga ini relatif lebih rendah bila dibandingkan posisi akhir triwulan sebelumnya, dimana suku bunga deposito 1 bulan dan kredit masing-masing tercatat sebesar 7,03% dan 15,23%. Sepanjang kurun waktu Januari s.d. Desember 2007, rata-rata suku bunga deposito 1 bulan berada pada posisi 7,62% sedangkan suku bunga kredit tertimbang berada pada besaran 15,87% atau turun dibandingkan rata-rata tingkat suku bunga tahun lalu. Namun demikian terlihat bahwa penurunan suku bunga dana ternyata lebih sensitif terhadap BI Rate dibandingkan dengan penurunan suku bunga pinjaman. Grafik 3.1. Perkembangan Suku Bunga
20.0 18.0
Penjaminan Dep. 1Bulan
Kredit
Deposito 1Bln
BI Rate
16.0 14.0 12.0 10.0 8.0 6.0 4.0 2.0 J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F 2006 2007 2008 Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
2. Penyerapan Dana Masyarakat Tidak berubahnya BI Rate yaitu tetap di level 8% sejak 6 Desember 2007 ternyata masih tetap direspon positif oleh masyarakat dalam menempatkan dananya ke dalam sistem perbankan. Selama triwulan I - 2008, tercatat DPK mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 17,88% (y.o.y) lebih tinggi sedikit dibandingkan triwulan sebelumnya (akhir Tahun 2007) yang tumbuh 17,49% (y.o.y). Peningkatan DPK tersebut terjadi pada semua jenis penempatan dana di perbankan, yakni giro, tabungan dan deposito, dengan kenaikan tertinggi terjadi pada rekening tabungan dan giro masing-masing sebesar 30,15% dan 57
16,34%. Sedangkan untuk jenis deposito pertumbuhannya relatif landai yaitu hanya tumbuh 2,43%. Berdasarkan trendnya, perlambatan pertumbuhan deposito mulai terlihat di awal Tahun 2007 dan berlangsung hingga saat ini sebagai dampak terus menurunnya BI Rate. Grafik 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Persen)
DP K Giro
80 70
Depo sito Tabungan
60 50 40 30 20 10 0
J FM A M J J A S ON D J FM A M J J A S O N D J FM A M J J A S O N D J F -10 2005
2006
2007
2008
-20 -30
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan jenisnya, penempatan dana dalam sistem perbankan didominasi oleh jenis tabungan dengan pangsa 50,52%, mencapai jumlah Rp3.564 miliar, disusul deposito (31,31%) dengan jumlah nominal Rp2.209 milliar dan giro (18,17%) atau sebesar Rp1.282 milliar. Sejak Agustus 2006, perkembangan tabungan menunjukkan trend peningkatan yang cukup berarti, berbeda halnya dengan deposito dan giro. Secara umum, selama triwulan laporan, preferensi masyarakat dalam menggunakan sistem perbankan tidak mengalami perubahan yang significant walaupun pada periode tersebut berlangsung promosi penjualan ORI seri 4. Hal ini dikarenakan masyarakat menganggap sistem perbankan sudah sangat baik dan memiliki resiko yang paling kecil dibandingkan jenis instrumen investasi lainnya. Khusus untuk jenis simpanan giro, dimulainya dropping dana pemerintah pusat ke daerah menyebabkan dana yang tersimpan dalam rekening giro kembali meningkat di triwulan I - 2008 setelah sebelumnya sempat menurun di akhir Tahun 2007 terkait dengan perilaku musiman pelunasan kredit jenis rekening koran untuk modal kerja.
58
Grafik 3.3. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Milliar Rp) 8,000 Tabungan 7,000
Deposito Giro
6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2006
Q3
Q4
2007
Q1 2008
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan kelompok bank penghimpun dana, bank pemerintah menyerap hampir 62,19% dari total DPK sedangkan sisanya dihimpun oleh bank swasta. Berdasarkan laju pertumbuhannya, bank pemerintah dan bank swasta mengalami perkembangan yang cukup baik yaitu masing-masing sebesar 17,29% (y.o.y) dan 18,84% (y.o.y). Hal ini tak lepas dari gencarnya promosi yang dilakukan perbankan Manado dalam menjaring para nasabah baru. Berdasarkan kepemilikannya, dana yang dimiliki pemerintah daerah baik provinsi/kota/kabupaten tercatat sebesar Rp770 milliar atau turun sebesar 3,88% (y.o.y) dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan dana milik swasta justru mengalami peningkatan mencapai jumlah Rp6.285 milliar atau naik sebesar 21,23% (y.o.y).
8,000
Grafik 3.4. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun (Rp. Milliar) B ank Swasta
7,000
Grafik 3.5. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kepemilikan (Rp. Milliar) 8,000 Swasta
7,000
B ank P emerintah
6,000
6,000
5,000
5,000
4,000
4,000
3,000
3,000
2,000
2,000
1,000
1,000
Pemerintah
-
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2006
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Q2
Q3 2007
Q4
Q1 2008
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2006
Q2
Q3
Q4
2007
Q1 2008
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
59
Berdasarkan wilayah penghimpunan dana, dari keseluruhan total DPK, sebesar 75,33% atau Rp5.315 milliar berasal dari dari bank-bank yang berlokasi di Kota Manado, selanjutnya adalah Kota Bitung (8,16%), Kabupaten Minahasa (6,54%), Kabupaten
Bolaang
Mongondow (5,40%) dan Kabupaten Sangihe – Talaud (4,56%). Tingginya penghimpunan dana masyarakat di Kota Manado terkait dengan jaringan kantor bank yang sebagian besar terkonsentrasi di Kota Manado, disamping itu sentra pertumbuhan ekonomi daerah berada di Manado tercermin dari maraknya aktifitas pembangunan daerah yang lebih terfokus di sekitar Manado. Grafik 3.7. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)
Grafik 3.6. Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kabupaten/Kota s.d. November 2007 (%) 8,000 7,000
M inahasa Sangihe Talaud B itung
B o lmo ng M anado
Q1-08
Bit ung
Q4-07 Q1-07
6,000
M anado
5,000 Sangihe Talaud
4,000 3,000
Bolmong
2,000 1,000
M inahasa
Q1-06
Q2-06
Q3-06
Q4-06
Q1-07
Q2-07
Q3-07
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Q4-07
Q1-08
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan laju pertumbuhan dana secara tahunan, seluruh kabupaten/kota di Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan yang positif dengan kenaikan tertinggi dialami oleh Kota Bitung sebesar 27,3% (y.o.y), berikutnya ada Kota Manado dan Kabupaten Minahasa yang masing-masing tumbuh 18,3% (y.o.y) dan 18,1% (y.o.y). Wilayah dengan laju pertumbuhan dana terendah adalah Kabupaten Bolaang Mongondow yang hanya tumbuh 7,7% (y.o.y). 3. Penyaluran Kredit Bank Pelapor Berdasarkan data historis yang ada, terlihat bahwa secara umum trend penyaluran kredit menunjukkan peningkatan. Hal ini menandakan bahwa fungsi intermediasi perbankan telah berjalan cukup baik. Berdasarkan jenis penggunaannya, perkembangan kredit paling significant dialami oleh kredit modal kerja yang sejak awal Tahun 2007 mencatat pertumbuhan yang terus meningkat. Hal yang hampir sama dialami oleh kredit konsumsi yang tumbuh relatif stabil pada kisaran 20% (y.o.y). Namun demikian, kondisi sedikit
60
55
60
berbeda dialami oleh jenis kredit investasi yang walaupun tumbuh positif namun trend pertumbuhannya menunjukkan perlambatan. Grafik 3.8. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (Persen) 70
Kredit Invest asi
60
M odal Kerja Konsumsi
50 40 30 20 10 -
J FM A M J J A S O N D J FM A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M (10)
2005
2006
2007
2008
(20)
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Pada triwulan I-2008, kredit tahunan perbankan tumbuh 26,92% (y.o.y). Pertumbuhan ini disumbangkan baik oleh jenis kredit investasi, modal kerja dan konsumsi (walaupun dalam persentase yang bervariasi). Berdasarkan jenis penggunaannya, peningkatan kredit terbesar terjadi pada kredit modal kerja yang tumbuh 34,36% (y.o.y), disusul kredit konsumsi 23,49% (y.o.y) dan kredit investasi 18,59% (y.o.y). Namun demikian, pangsa kredit modal kerja
ternyata hanya 38,49% dari total kredit yang disalurkan, atau masih lebih kecil
dibandingkan kredit konsumtif yang pangsanya mencapai 51,52% pada triwulan I-2008. Belum lagi melihat fakta kecilnya pangsa kredit investasi yang hanya 9,99% dari total kredit yang disalurkan. Grafik 3.9. Panyaluran Kredit di Provinsi Sulawesi Utara (Rp. Milliar) 7,000
Konsumsi Invest asi
6,000
M odal Kerja 5,000
4,000
3,000
2,000
1,000
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2006
Q2
Q3 2007
Q4
Q1 2008
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
61
Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit produktif selama triwulan ini sebagian besar ditujukan ke sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar 30,24% dari total kredit sebesar Rp6.573. Disusul kredit jasa dunia usaha dengan pangsa 5,24%, kredit konstruksi (4,30%) dan kredit pertanian (4,29%). Selain tingginya tingkat konsumsi masyarakat Sulawesi Utara, tingginya minat wisatawan asing dan domestik untuk berkunjung ke Sulawesi Utara (tercermin dari tingginya tingkat hunian hotel dan terus berlangsungnya pembangunan hotel-hotel baru) menyebabkan pihak perbankan di Sulawesi Utara sangat tertarik untuk membiayai sektor PHR ini.
Sementara itu, berdasarkan pencapaiannya, peningkatan kredit paling significant terjadi pada sektor jasa dunia usaha yang tumbuh 99,03% (y.o.y) mencapai jumlah Rp344,38 milliar atau meningkat dibandingkan pencapaian akhir triwulan sebelumnya yang tumbuh 81,71% (y.o.y). Berikutnya adalah kredit sektor angkutan yang tumbuh 79,80% (y.o.y), kredit sektor pertanian 67,11% (y.o.y), dan kredit sektor PHR 40,77% (y.o.y). Meningkatnya kredit pertanian pada triwulan laporan merupakan bentuk keberhasilan program revitalisasi pertanian yang dilaksanakan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara pada Tahun 2007 lalu yang mendapat dukungan perbankan. Tercatat hingga akhir Tahun 2007, jumlah kredit revitalisasi pertanian yang berhasil disalurkan oleh perbankan selama Tahun 2007 mencapai jumlah Rp11 milliar. Selain sektor-sektor yang mengalami peningkatan kredit, terdapat pula beberapa sektor yang pembiayaannya justru mengalami kontraksi yaitu sektor listrik, gas dan air sebesar -45,03% (y.o.y) dan sektor jasa sosial sebesar -79,13% (y.o.y). Grafik 3.10. Panyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi (Rp Milliar) 7,000 6,000
P ertanian P HR Lainnya (Ko nsumsi)
Ko nstruksi Sekto r P roduktif Lainnya
5,000 4,000 3,000
415
423
438
181 178
212 193
225 199
208 181
210 174
250 199
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2,000 393
584
620
267 264
294 309
283 282
Q3
Q4
510
501
542
1,000 -
2006
2007
Q1 2008
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
62
Berdasarkan kelompok bank, hingga saat ini bank umum milik pemerintah masih terus mendominasi penyaluran kredit dibandingkan dengan bank umum swasta nasional. Kelompok bank pemerintah berhasil menyalurkan kredit hingga triwulan laporan mencapai Rp4.721 milliar dengan pangsa mencapai 71,83% sedangkan selebihnya disalurkan oleh kelompok bank swasta sebesar Rp1.851 milliar. Meskipun bank swasta mencatat pangsa yang lebih kecil dibandingkan bank pemerintah, namun dilihat dari sisi pertumbuhan bank swasta justru mengalami pertumbuhan yang lebih significant selama triwulan laporan yaitu tumbuh 35,44%, lebih tinggi dibandingkan kredit yang disalurkan bank pemerintah yang hanya tumbuh sebesar 23,86%. Grafik 3.11. Panyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank (Rp. Milliar) 7,000
Bank Swasta Bank Pemerintah
6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2006
Q2
Q3 2007
Q4
Q1 2008
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari jumlah kredit yang berhasil disalurkan sebesar Rp6.573 milliar, sebesar 65,58% atau sebesar Rp4.310 milliar disalurkan di wilayah Kota Manado hal ini tidak lepas dari banyaknya jaringan kantor perbankan yang berada di Kota Manado sebagai sentra pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara. Selanjutnya, diikuti oleh Kabupaten Minahasa sebesar 11,49% atau sebesar Rp755 milliar, Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar 9,20% atau Rp604 milliar, Kota Bitung 7,77% atau sebesar Rp511 milliar dan Kabupaten Sangihe – Talaud sebesar 5,96% atau sebesar Rp392 milliar.
Berdasarkan pertumbuhannya, seluruh kabupaten dan kota pada triwulan laporan mencatat pertumbuhan kredit yang lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya walaupun pada level yang masih tetap positif. Rata-rata pertumbuhan kredit di setiap wilayah kabupaten/kota berada pada range 20-28% (y.o.y) pada triwulan ini. Wilayah dengan laju
63
pertumbuhan kredit tertinggi dialami Kota Bitung yaitu sebesar 28,90% (y.o.y) sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Sangihe Talaud sebesar 20,41% (y.o.y). Grafik 3.13. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)
Grafik 3.12. Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota TRIWULAN I - 2008 (%) 7,000 6,000 5,000
28.90 B itung M anado Sangihe Talaud B o lmo ng M inahasa
35.66
B itung 13.26 28.88 30.83
M anado 22.09 20.41
4,000
Sangihe Talaud
23.78 Q1-08
17.85
3,000
Q4-07 22.42 24.05
B o lmo ng
2,000
Q1-07
16.90 22.05
1,000
M inahasa
27.39 19.20
Q1-06
Q2-06 Q3-06
Q4-06
Q1-07
Q2-07
Q3-07
Q4-07
Q1-08
-
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
5
10
15
20
25
30
35
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Fungsi intermediasi perbankan berjalan baik tercermin dari rasio Loan To Deposit (LDR) yang naik dari 86,53% di triwulan I – 2007 menjadi 93,16% pada triwulan I - 2008. Membaiknya rasio LDR ini disebabkan karena peningkatan kredit yang lebih significant dibandingkan pertambahan dana. Berdasarkan wilayah administrasinya, rasio LDR tertinggi dialami oleh Kab. Minahasa yaitu sebesar 163,62%, disusul oleh Kab. Bolmong sebesar 158,57%. Adapun wilayah dengan rasio LDR terendah dialami oleh Kota Manado yaitu hanya sebesar 81,10%. Grafik 3.14. Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota (%) 88.72 B itung
Q1-08
100.74 87.64
Q4-07 Q1-07
81.10 78.49 74.42
M anado
121.82 129.60
Sangihe Talaud
110.67 158.57 156.99
B o lmo ng 139.44
163.61 M inahasa
187.29 158.31 -
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
64
40
Namun demikian, membaiknya fungsi intermediasi perbankan belum sepenuhnya terdistribusi secara merata untuk seluruh sektor ekonomi yang ada. Hal ini merupakan konsekuensi dari sikap kehati-hatian perbankan dalam menyalurkan kredit serta faktor risiko yang cukup tinggi di beberapa sektor. Guna lebih mendorong perkembangan perekonomian secara nasional maupun regional didukung oleh relatif membaiknya kondisi makro ekonomi, Bank Indonesia sejak September 2007 ini telah menurunkan suku bunga (BI rate) sebesar 25 bps menjadi 8,0% yang bertahan hingga akhir triwulan laporan. Kebijakan tersebut diharapkan mampu menjadi stimulus dan insentif bagi perekonomian meskipun kebijakan tersebut perlu juga didukung dengan kebijakan di bidang fiskal, investasi dan sektor riil.
4. Kredit UMKM Perkembangan kredit MKM (Mikro, Kecil dan Menengah) memperlihatkan perkembangan yang cukup baik tercermin dari laju pertumbuhannya yang sejak Mei 2007 selalu lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit secara total. Pada triwulan 1-2008, jumlah kredit MKM yang disalurkan mencapai Rp4,19 Triliun dengan laju pertumbuhan tahunan sebesar 30,13% (y.o.y) atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahunan total kredit yang hanya sebesar 26,76% (y.o.y).
Grafik 3.15 Perkembangan Kredit UMKM dan Total Kredit 40
(%)
35 30 25 20 15 10 5
Kredit
UM KM
0 J FMAM J J A S OND J FMAM J J A S OND J FMA M J J A S 2005 2006 2007
1112 1 2 2008
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Menurut pangsanya, sebagian besar atau 60,49% dari total kredit MKM merupakan jenis kredit menengah sedangkan sisanya 33,46% merupakan jenis kredit kecil dan baru sebagian kecil atau hanya 6,05% merupakan jenis kredit mikro. Kecilnya porsi kredit mikro dan kecil terutama disebabkan oleh cukup tingginya rasio kredit bermasalah untuk kedua
65
jenis kredit tersebut yaitu masing-masing sebesar 18,55% dan 8,51%, jauh dari batas toleransi Bank Indonesia sebesar 5%. Sedangkan kualitas kredit menengah relatif cukup baik yaitu sebesar 4,13%.
Grafik 3.16. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Milliar)
Grafik 3.17. Non Performing Loan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Rp. Milliar) M enengah
400
M enengah
4,500
Kecil 350
Kecil
4,000
M ikro
M ikro
105
300
3,500
250
3,000 2,500
102 114
106
106
200
105
99
80
86
2,000
222
150 137
1,500 100
1,000
111
104
99
114
112
119
99
50
500 -
165
185
190
190
216
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
372
237
248
254
Q2
Q3
Q4
Q1
2006
2007
39
55
44
41
47
49
50
46
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
47
Q1
2006
2008
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Q1
2007
2008
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan penyebarannya, penyaluran kredit MKM masih belum merata dan lebih banyak terfokus pada daerah-daerah tertentu. Tercatat Kota Manado menyerap 67,64% dari total kredit MKM yang disalurkan, diikuti kota dan kabupaten lainnya yang rata-rata memiliki pangsa pada kisaran kurang dari 9%. Berdasarkan laju pertumbuhannya, perkembangan kredit MKM di Kabupaten Minahasa merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 42,96% (y.o.y) sedangkan wilayah dengan laju pertumbuhan kredit MKM terendah adalah Kota Manado yang hanya tumbuh 27,01% (y.o.y). Grafik 3.18. Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan Kabupaten/Kota (Persen) 4,500
Grafik 3.19. Pertumbuhan Kredit UMKM Berdasarkan Kabupaten/Kota (Persen)
B itung
4,000 3,500
M anado Sangihe-Talaud
35.06 34.92
B itung 12.35
B o lmo ng M inahasa
27.01
M anado
3,000
32.71 19.59
2,500
31.78 Sangihe Talaud
37.54 19.65
2,000 1,500
38.29 35.87
B o lmo ng 16.24
1,000
42.96 500
42.79 (%)
M inahasa 19.73
Q1-06
Q2-06 Q3-06 Q4-06
Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Q1-08
0
10
20 Q1-07
Q4-07
30 Q1-08
40
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
66
50
B. RISIKO KREDIT 1. Rasio Kelonggaran Tarik Kredit Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank umum pada TRIWULAN I - 2008 memperlihatkan
peningkatan
dibandingkan
triwulan
sebelumnya.
Tercatat
rasio
kelonggaran tarik pada TRIWULAN I - 2008 sebesar 9,03% meningkat dibandingkan triwulan lalu yang hanya sebesar 6,70%.
Hal ini menunjukkan perbankan sudah
menjalankan fungsi intermediasi perbankannya dengan baik namun terkendala oleh kondisi sektor riil yang belum juga kondusif khususnya berkaitan dengan masih terdapatnya beberapa peraturan daerah yang tumpang tindih dan birokrasi yang berbelit-belit. Tercatat jumlah kredit yang telah diambil dan dipergunakan oleh debitur hingga triwulan laporan sebesar 90,97% dari total plapond kredit yang disetujui atau sebesar Rp6,88 Trilliun. Dan dari jumlah tersebut, sebesar Rp313 milliar telah dilunasi. Grafik 3.20. Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum (milliar) M illiar 8,000
%
6,000 4,000 2,000 -
Q1
Q2
Q3 2006
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2007
Q1 2008
Outstanding
4,307 4,620 4,792 5,071 5,179 5,638 6,079 6,577 6,573
P lafo nd
4,952 5,207 5,458 5,687 5,745 6,045 6,603 7,328 7,572
Rasio (P ersen)
6.92 6.66 7.39
6.96 7.64 6.96 6.70
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 -
6.70 9.03
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
2. Net Interest Margin (NIM) Net Interest Margin (NIM) adalah varial yang mengukur saldo bersih pendapatan bunga dikurangi biaya bunga. Pada awal tahun nilai NIM akan kembali menurun dan terus meningkat hingga akhir tahun. Pada akhir TRIWULAN I - 2008, total NIM tercatat sebesar Rp124 milliar atau sedikit mengalami penurunan bila dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp126 milliar. Namun demikian secara umum, nilai NIM masih tetap positif yang menunjukkan bahwa pendapatan bunga (antara lain dalam bentuk kredit dan penempatan antar bank) lebih besar dibandingkan dengan biaya bunga (antara lain dalam bentuk tabungan, giro, dan deposito).
Hal ini seiring dengan 67
peningkatan kredit yang relatif lebih significant dibandingkan peningkatan dana sehingga berdampak pada peningkatan pendapatan bunga. Pada sisi yang lain, repons penurunan suku bunga acuan (BI rate) ternyata lebih cepat diikuti oleh pergerakan suku bunga simpanan dibandingkan suku bunga kredit sehingga beban bunga yang ditanggung bank relatif menurun lebih cepat. Dengan demikian, dampak kebijakan moneter lebih dinikmati oleh bank dari pada masyarakat karena penurunan suku bunga kredit relatif lambat. Grafik 3.21. Net Interest Margin Bank Umum 1,200 NIM B iaya B unga
1,000 800 600 400 200 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
2006
Q4
Q1
2007
2008
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
3. Rasio BOPO Tingkat efisiensi perbankan yang antara lain diukur dengan rasio BOPO mengalami sedikit penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Rasio BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Sampai dengan akhir TRIWULAN I 2008, tingkat efisiensi operasional perbankan sedikit mengalami penurunan tercermin dari rasio BOPO bank umum yang turun menjadi 72,80% dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tecatat sebesar 87,28%. Grafik 3.22. Rasio Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional Bank Umum %
M iliar 1,400
BO
PO
140
Rasio
1,200
120
1,000
100
800
80
600
60
400
40
200
20
-
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2006
Q2
Q3
Q4
2007
Q1 2008
BO
272
571
651
891
210
436
637
850
152
PO
312
469
814
1,115
281
569
874
1,188
209
Rasio
87.28
121.81 79.97 79.90 74.81 76.60 72.83
-
71.56 72.80
68
4. Return on Asset (ROA) Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan laba dengan asset yang dimilikinya. Sampai dengan akhir TRIWULAN I - 2008, rasio ROA bank umum tercatat sebesar 0,51%, lebih rendah bila dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,81%. Penurunan rasio ROA ini disebabkan oleh kenaikan total aset yang lebih cepat dibandingkan kemampuan bank untuk menghasilkan laba. Hal ini terindikasi antara lain dari menurunnya jumlah laba yang berhasil dihimpun perbankan sebesar -27,77% (y.o.y) menjadi Rp53 milliar bila dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Tabel 3.2. ROA (Return On Asset) Bank Umum
2008
2007 Q1
Q2
Q3
Q4
Q2 10,362
8,958
9,319
9,905
10,548
L/R (Rp Juta)
72
132
244
221
53
ROA (Persen)
0.81
1.41
2.46
2.09
0.51
Aset (Rp Juta)
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
5. Sensitivitas Resiko Pasar Sensitivitas terhadap resiko pasar adalah tingkat kepekaan aset (aktiva produktif seperti ABA, Surat Berharga dan Kredit) maupun liabilities terhadap volatilitas suku bunga. Aset dan liabilities dimaksud adalah aktiva maupun passiva yang sensitive terhadap perubahan suku bunga. Tingkat sensitivitas dipengaruhi oleh struktur on/off balance sheet antara lain : jenis, karakteristik, jangka waktu, besaran dan rating instrument. Tingkat sensitivitas yang tinggi dapat dilihat dari besarnya perubahan yang diakibatkan oleh volatilitas suku bunga dan nilai tukar. Pendekatan yang biasa digunakan untuk mengukur tingkat sensitivitas tersebut adalah pendekatan melalui perhitungan Net Portofolio Value (NPV), yaitu mengetahui perubahan economic value dari suatu portofolio. Pendekatan lain yang dapat digunakan adalah pendekatan earning, yaitu pendekatan untuk menghitung potensial profit dan loss dari suatu portofolio. Mengingat dalam perhitungan sensitivitas terhadap resiko pasar juga menetapkan potensial loss terhadap ekses modal maka pendekatan yang relevan untuk mengukur tingkat sensitivitas adalah pendekatan earning.
Dalam hal ini diperlukan identifikasi secara tepat atas aset, kewajiban, dan rekening administratif yang mengandung risiko suku bunga dan nilai tukar baik aktivitas fungsional tertentu maupun aktivitas bank secara keseluruhan. Setelah itu dilakukan perhitungan gap position suku bunga maupun nilai tukar. Semakin besar bank memelihara gap position 69
maka semakin tinggi potensial profit dan loss bank. Oleh karena itu diperlukan besaran gap yang sesuai dengan strategi yang diambil dikaitkan dengan perkiraan arah suku bunga (interest rate forecast), tingkat keyakinan manajemen terhadap perkiraan yang dimaksud (degree of confidential) dan preferensi tingkat resiko yang akan diambil (risk appetite). Sensitivitas asets dan liabilities ditunjukkan oleh perubahan NIM bank akibat perubahan suku bunga, sedangkan perubahan NIM dipengaruhi oleh posisi gap bank. Tingkat sensitivitas NIM bank terhadap perubahan suku bunga sangat tergantung kepada karakterisitik instrumen keuangan yang membentuk portofolio bank tersebut, antara lain jatuh tempo (maturity) dan karakteristik suku bunga bank (floating atau fixed). Tabel 3.3. Portofolio Interest Instrument Perbankan di Sulawesi Utara No.
Aktiva
2007
2008
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
1
Penempatan pada Bank Indonesia
875,527
695,867
594,361
335,133
495,073
2
Penempatan pada Bank Lain
218,982
179,788
325,513
537,735
303,272
3
Surat Berharga yang Dimiliki
9,995
21,515
20,964
20,000
9,406
4
Kredit yang Diberikan
5,178,783
5,638,381
6,078,692
6,576,952
6,572,753
5
Tagihan Lainnya RSA
No.
Passiva
1
Giro
2 3 4
Kewajiban kepada Bank Indonesia
5
2,829
2,777
2,823
2,846
2,773
6,286,116
6,538,328
7,022,353
7,472,666
7,383,277
2007 Q1
Q2
2008 Q3
Q4
Q1
2,144,720
1,311,101
1,364,753
1,189,195
1,282,087
Tabungan
2,738,769
2,994,238
2,998,019
3,724,885
3,564,430
Simpanan Berjangka
2,144,720
2,130,479
2,141,467
2,156,324
2,208,649
4,991
5,091
5,102
4,812
4,774
Kewajiban kepada Bank Lain
118,066
176,283
217,312
697,268
275,456
6
Surat Berharga yang Diterbitkan
208,094
208,732
211,454
170,124
169,434
7
Pinjaman yang Diterima
11,621
12,265
12,062
11,242
11,329
8
Kewajiban Lainnya
66,914
62,041
54,701
67,661
50,643
9
Setoran Jaminan
11,871
9,950
10,368
13,357
10,833
7,449,766
6,910,180
7,015,238
8,034,868
7,577,635
-1,163,650
-371,852
7,115
-562,202
-194,358
RSL GAP Sumber : Laporan Bank Umum (LBU)
Perilaku perbankan di Sulawesi Utara padatriwulan I - 2008 menunjukkan kebijakan negatif gap yang berarti RSA < RSL. Dengan demikian, bank akan merugi bila SBI turun karena penurunan biaya bunga akan lebih besar dibandingkan penurunan pendapatan bunga. Bila diasumsikan pada triwulan mendatang terjadi penurunan suku bunga (BI Rate) maka diperkirakan pendapatan bank akan menurun. Sebaliknya, apabila suku bunga naik maka pendapatan akan meningkat karena peningkatan interest expense lebih besar dari pada peningkatan interest income.
70
C. PERKEMBANGAN BANK UMUM SYARIAH Secara umum, kiprah perbankan syariah masih relatif kecil bila dibandingkan perbankan konvensional tercermin dari total aset perbankan syariah yang kurang dari 5% total asset perbankan di Sulawesi Utara. Saat ini jumlah bank syariah di wilayah Sulawesi Utara baru 2 (dua) bank yaitu Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat. Tabel 3.4. Indikator Kinerja Bank Umum Syariah (Rp Milliar) Q1-07
Q2-07
Q3-07
Q4-07
Q1-08
Y.o.Y
Aset
73,559
79,172
79,295
82,797
82,294
11.87
DPK
46,454
48,115
48,542
62,386
64,237
38.28 142.31
Pembiayaan
6,694
8,881
9,449
12,267
16,220
FDR (%)
14.41
18.46
19.47
19.66
25.25
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Pada triwulan I - 2008, total aset perbankan syariah mencapai Rp82,29 milliar atau naik 11,87% (y.o.y) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Demikian pula dengan DPK yang tumbuh 38,28% (y.o.y) mencapai jumlah Rp64,23 milliar. Namun demikian, dari keseluruhan jumlah DPK tersebut baru sebagain kecil yang disalurkan kembali kepada masyarakat sebagai pembiayaan tercermin dari rendahnya rasio FDR (Finance to Deposit Ratio) yang hanya sebesar 25,25% dengan jumlah nominal pembiayaan sebesar Rp16,22 milliar.
Secara sektoral, sebagian besar pembiayaan pada triwulan laporan diberikan kepada sektor produktif (kredit investasi dan modal kerja) dengan pangsa sebesar 89,05% (y.o.y) sedangkan sisanya di sektor konsumsi. Namun, menurut kinerjanya pembiayaan di sektor konsumsi mencatat pertumbuhan tertinggi yaitu naik hingga lebih 3 (tiga) kali lipat dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan pembiayaan untuk kredit produktif hanya meningkat 134% (y.o.y). Sementara itu, berdasarkan jenisnya, sebagian besar dana pihak ketiga disimpan dalam bentuk dana investasi terikat sebesar 96,45% sedangkan sisanya dalam bentuk dana simpan wadiah. Berdasarkan komponen pembentuknya, dana investasi terikat ini meliputi tabungan deposito mudarabah yang selama triwulan laporan meningkat hingga lebih dari 100% mencapai jumlah Rp13,41 milliar dan tabungan mudharabah yang juga mengalami kenaikan sebesar 6,85% mencapai jumlah Rp14,99 milliar.
71
D. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT Secara kelembagaan, jumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang beroperasi di wilayah kerja Bank Indonesia Manado sebanyak 20 BPR yang seluruhnya merupakan bank konvensional dengan rincian sebanyak 16 BPR dengan jumlah kantor 34 unit beroperasi di Sulawesi Utara sedangkan 4 BPR dengan jumlah kantor 9 unit beroperasi di Gorontalo. Tabel 3.5. Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Di Sulawesi Utara (Rp Milliar) Komponen
2007
2008
Y.o.Y
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Aset
144.7
148.8
152.3
170.6
176.2
21.7
DPK
102.4
111.2
116.0
125.9
131.7
28.6
Deposito
76.4
80.8
82.9
86.5
94.1
23.1
Tabungan
26.0
30.4
33.1
39.5
37.6
44.8
110.6
121.7
126.9
130.8
135.0
22.0 21.6
Kredit Jenis Penggunaan Modal Kerja
25.8
25.7
28.7
29.1
31.4
Investasi
11.1
11.8
11.7
12.0
12.2
9.7
Konsumsi
73.7
84.2
86.5
89.8
91.4
24.0
Sektoral Pertanian
1.9
2.3
2.7
3.1
3.0
60.5
Perindustrian
0.8
0.7
0.6
0.6
0.6
-18.5
PHR
19.3
18.9
20.5
21.0
23.9
23.7
Jasa-jasa
12.8
12.5
13.1
11.5
10.4
-19.4 28.0
Lain-lain
75.8
87.3
90.0
94.7
97.0
LDR (Persen)
108.0
109.4
109.3
103.9
102.5
NPL (Persen) 4.3 4.5 Sumber : Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
4.2
3.4
2.6
Kinerja BPR selama triwulan I - 2008 cukup menggembirakan tercermin dari meningkatnya total asset, DPK (dana pihak ketiga), kredit serta membaiknya kualitas kredit. Total asset BPR tercatat Rp176,2 milliar atau naik 21,7% (y.o.y) dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, jumlah DPK yang berhasil dihimpun naik sebesar 28,6% (y.o.y) mencapai jumlah Rp131,7 milliar dan kredit naik 21,6% (y.o.y) mencapai Rp135 milliar. Berdasarkan jenisnya, sebagian besar DPK disimpan dalam bentuk deposito dengan pangsa sebesar 71,43% atau sebesar Rp94,1 milliar, sedangkan sisanya dalam bentuk tabungan. Berdasarkan jenisnya, kredit yang disalurkan sebagian besar merupakan kredit konsumsi dengan pangsa 67,72%, selanjutnya kredit modal kerja dengan pangsa 23,27% dan sisanya kredit investasi 9,01%.
Dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya, jenis kredit konsumsi mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 24% (y.o.y) berikutnya kredit modal kerja (21,6%) dan kredit invetasi (9,7%). Peningkatan kredit konsumsi ini seiring dengan pertumbuhan 72
ekonomi daerah yang masih bertumpu pada sektor konsumsi serta berbagai kemudahan yang diberikan oleh BPR dalam pengajuan kredit dibandingkan bank umum walaupun bunga yang diberikan relatif lebih tinggi. Sementara itu, fungsi intermediasi berjalan cukup baik, tercermin dari rasio LDR (Loan To Deposit Ratio) BPR yang mencapai 102,5%. Membaiknya performa fungsi intermediasi BPR diimbangi pula dengan membaiknya kualitas kredit tercermin dari menurunnya rasio NPL (Non Performing Loan) dari 4,3% pada triwulan I-2007 menjadi 2,6% padatriwulan I - 2008.
73
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat bagi Provinsi Sulawesi Utara dari waktu ke waktu menunjukkan trend peningkatan. Hampir seluruh kabupaten/kota/provinsi di Tahun 2008 ini mengalami kenaikan alokasi anggaran dibandingkan tahun sebelumnya terkecuali Kab. Minsel, Kab. Bolmong dan Kab. Sangihe. Persentase kenaikan terbesar terjadi di tingkat provinsi yaitu sebesar 33,77% mencapai jumlah Rp604,70 milliar, sedangkan persentase penurunan terendah dialami oleh Kab. Sangihe sebesar 20,50%. Berdasarkan komponen pembentuknya, dana perimbangan ini meliputi Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH). Secara agregat, jumlah alokasi dana dari pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten dan kota di Sulawesi Utara mencapai Rp4,33 Triliun atau mengalami kenaikan sebesar 16,54%. Tabel 4.1 Dana Perimbangan ke Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2008
Pemprov Manado Bitung Tomohon Minahasa Minsel Minut Bolmong Talaud Sangihe Kotamobagu *) Bolmut*) Sitaro*) Mitra*) TOTAL
Total Dana Perimbangan (J t R ) 608.33 504.13 327.74 293.07 459.47 316.74 361.32 406.96 326.03 297.18 94.66 92.74 120.89 122.79 4,332.07
Naik/Turun (Persen) 33.77 10.52 2.84 16.67 14.52 -12.94 14.52 -16.88 11.65 -20.50 n.a. n.a. n.a. n.a. 16.54
*) Daerah Pemekaran Tahun 2007
Berdasarkan alokasi dana perimbangan di masing-masing kabupaten/kota/provinsi di Tahun 2008, pangsa terbesar terjadi pada tingkat provinsi yaitu sebesar 13,97% dengan jumlah Rp604 milliar naik dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 12,17%. Berikutnya adalah Kota Manado sebesar 11,65% dan Kota Bitung sebesar 7,57%. Alokasi dana terendah diperoleh oleh Kab. Bolmut (Bolaang Mongondow Utara) dengan pangsa 2,14% dari total dana perimbangan di Sulawesi Utara atau sebesar Rp92 milliar.
74
Grafik 4.1. Alokasi Dana Perimbangan Tahun 2007
Grafik 4.2. Alokasi Dana Perimbangan Tahun 2008
2.79%
2.14%
10.06%
Pemprov
Pemprov
12.17%
2.84%
2.19%
Manado 7.86%
Bitung 6.87%
Bitung 12.28%
Manado
13.97%
Tomohon Minahasa
Tomohon
11.65%
7.53%
13.18%
Minsel Minut
Minahasa
Bolmong
Minsel
Talaud
8.58%
9.40%
Minut
7.57%
Sangihe Kotamobagu
Bolmong
8.49%
6.76% 9.80%
10.80%
6.77%
8.35%
Talaud
Sitaro 7.32%
Sangihe
Total : Rp 3,71 Triliun
Bolmut
10.62%
Mitra
Total : Rp 4,33 Triliun
A. KEUANGAN DAERAH DI TINGKAT PROVINSI Pada tingkat provinsi, target penerimaan dalam APBD di Tahun 2008 ditetapkan sebesar Rp847,37 milliar atau meningkat sebesar 7,01% dibandingkan tahun lalu. Sedangkan dari sisi pengeluaran ditetapkan sebesar Rp884,71 milliar atau meningkat 7,75% dibandingkan sebelumnya. Selama triwulan I – 2008,
kinerja keuangan daerah di tingkat provinsi
menunjukkan hasil yang menggembirakan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya tercermin dari peningkatan persentase realisasi baik dari sisi penerimaan maupun pengeluaran. Dari sisi penerimaan, jumlah realisasi anggaran sampai dengan triwulan I – 2008, tercatat Rp223,44 milliar atau 26,37% dari target penerimaan sebesar Rp847,27 milliar. Pencapaian ini jauh lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp58,06 milliar atau 7,92% dari target penerimaan sebesar Rp791,77 milliar. Sedangkan dari sisi pengeluaran, jumlah realisasi anggaran sampai dengan triwulan I – 2007, tercatat Rp154,35 milliar atau 17,45% dari total rencana pengeluaran sebesar Rp884,71 milliar. Pencapaian ini juga jaun lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp106,73 milliar atau 13,70% dari total rencana pengeluaran sebesar Rp821,06 milliar.
75
Tabel 4.2. Kinerja Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 31 Maret 2008 (Dalam Milliar Rp) URAIAN A.
Nominal
% Realisasi
Realisasi APBD s.d. 31 Maret 2008
APBD 2008
% thd PDRB
Nominal
% thd PDRB
791.77
58.06
7.92
1.23
847.28
223.44
26.37
4.07
Pendapatan Asli Daerah
240.20
46.31
21.26
0.98
238.95
79.70
33.36
1.45
1. Pajak Daerah
199.79
42.13
23.62
0.89
199.60
56.13
28.12
1.02
5.31
0.81
16.39
0.02
4.99
0.33
6.51
0.01
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
26.87
0.00
0.00
0.00
27.00
12.90
47.79
0.24
8.23
3.37
42.61
0.07
7.35
10.34
140.66
0.19
488.57
11.76
2.41
0.25
608.33
143.74
23.63
2.62
41.57
0.00
0.00
0.00
47.33
2.09
4.40
0.04
2. Dana Alokasi Umum
447.00
11.76
2.63
0.25
532.92
133.23
25.00
2.43
3. Dana Alokasi Khusus
0.00
0.00
0.00
0.00
28.08
8.42
30.00
0.15
4. Lain-lain
Dana Perimbangan 1. Bagi Hsl. Pajak dan Bkn Pajak
Lain-Lain Pendapatan yang Sah
63.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
821.06
106.73
13.70
2.26
884.71
154.35
17.45
2.81
Konsumsi Pemerintah
669.27
104.50
16.55
2.21
738.65
147.15
19.92
2.68
1. Belanja Pegawai
311.99
55.45
17.62
1.17
373.02
60.74
16.28
1.11
2. Belanja Barang dan Jasa
205.33
19.64
10.80
0.42
187.17
24.57
13.13
0.45
2. Belanja Bantuan Sosial
64.98
15.38
27.61
0.33
53.95
14.17
26.26
0.26
3. Belanja Bagi Hasil
70.95
12.42
18.83
0.26
90.50
45.12
49.86
0.82
4. Belanja Bantuan Keuangan
11.00
0.00
0.00
0.00
20.00
1.25
6.25
0.02
5.02
1.61
26.85
0.03
6.00
0.00
0.00
0.00
8.00
1.30
16.25
0.02
7.20
4.93
0.13
4.93
0.13
PENGELUARAN RUPIAH
5. Belanja Tidak Terduga 6. Belanja Hibah
Pembentukan Modal Tetap Bruto
151.80
2.23
1.51
0.05
146.06
1.51
0.05
Belanja Modal SURPLUS/ (DEFISIT)
151.80
2.23
146.06
7.20
0.00
-48.67
0.00
69.09
C.
PEMBIAYAAN DAERAH
-29.29
48.67
-37.43
-9.50
D.
Sisa Lebih Tahun Berkenan
0.00
0.00
0.00
59.59
D.
% Realisasi
PENERIMAAN RUPIAH
2. Retrebusi
B.
Realisasi APBD s.d. 31 Maret 2007
APBD-P 2007
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara *) PDRB Q1 - 2008 (Harga Berlaku)
1. Penerimaan Daerah Realisasi penerimaan daerah selama triwulan I – 2008 mencapai Rp223,44 milliar. Berdasarkan komponennya, realisasi penerimaan daerah ini terutama berasal dari dana perimbangan dengan pangsa 64,33%, Penerimaan Asli Daerah (PAD) dengan pangsa 35,66% serta sisanya yang merupakan penerimaan lain-lain. Kinerja pemerintah provinsi dalam
melakukan
berbagai
pemanfaatan
aset-aset
yang
dimiliki
menunjukkan
perkembangan yang cukup baik. Hal ini antara lain tercermin dari pencapaian realisasi Penerimaan Asli Daerah (PAD) yang selama triwulan laporan telah mencapai jumlah persentase realisasi sebesar 41,85% dari target Tahun 2008 sebesar Rp238,95 milliar. Namun demikian, target PAD tersebut masih relatif kecil bila dibandingkan kebutuhan dana pembangunan tercermin dari rasio kemandirian fiskal daerah (perbandingan PAD terhadap total belanja) yang hanya sebesar 35,66% yang berarti kegiatan ekonomi dan sosial sebagian besar masih digerakkan oleh dana perimbangan yang berasal dari pusat.
2. Pengeluaran Daerah Realisasi pengeluaran daerah selama triwulan I - 2008 mencapai jumlah Rp154,35 milliar. Jumlah tersebut diperkirakan masih akan lebih besar dikarenakan masih terdapatnya pengeluran yang belum sempat dipertanggungjawabkan dan dilaporkan. Menurut 76
komponen pembentuknya, pengeluaran daerah selama triwulan laporan terutama berasal dari konsumsi pemerintah sebesar 95,33% sedangkan sisanya merupakan belanja modal. Walaupun secara umum kinerja pengeluaran daerah pada triwulan laporan masih lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu namun sama halnya seperti periode-periode sebelumnya, pangsa belanja modal masih relatif kecil yaitu hanya sebesar 4,66% disamping realisinya sering kali terhambat. Hal antara lain disebabkan oleh masih terdapatnya kekhawatiran pejabat pelaksana proyek di daerah berkenaan dengan penegakan hukum yang dirasa berlebihan oleh aparat menyebabkan proses pelaksanaan proyek berjalan lambat. Hal lainnya yang perlu mendapat perhatian adalah masih relatif kecilnya pangsa belanja modal terhadap komponen belanja daerah yang tidak lebih dari 5%. Dengan demikian sebagian besar belanja daerah masih diperuntukkan bagi belanja pegawai semata berupa pembayaran gaji, tunjangan, dlsbnya.
3. Kontribusi APBD Provinsi Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar Realisasi APBD di tingkat provinsi khususnya realisasi belanja daerah sedikit banyak telah memberikan kontribusi bagi pertumbuhan perekonomian. Dengan melakukan identifikasi terhadap pos-pos dalam APBD provinsi ke dalam 2 (dua) kegiatan utama berdasarkan tabel PDRB sisi permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) diperoleh hasil bahwa realisasi anggaran konsumsi pemerintah memberikan pangsa 2,68% terhadap nilai tambah kegiatan pengeluaran pemerintah sedangkan terhadap Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) hanya memberikan pangsa 0,13%. Relatif rendahnya dampak stimulus fiskal terhadap sektor riil tersebut disebabkan penyajiaan data APBD secara detail dan lengkap baru dapat diperoleh pada tingkat provinsi. Sedangkan di tingkat kabupaten dan kota relatif sulit untuk diperoleh sehingga hanya besaran-besaran pokok saja yang dimiliki. Secara total, realisasi anggaran belanja dan modal dalam APBD provinsi hanya memberikan kontribusi sebesar 2,81% terhadap PDRB Sulawesi Utara. Sementara itu, dampak realisasi APBD provinsi terhadap perkembangan uang beredar sampai triwulan I – 2008 berada pada kondisi kontraksi yang berarti jumlah penerimaan pemerintah lebih besar dibandingkan pengeluarannya.
B. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH SELURUH KABUPATEN/KOTA/PROVINSI DI SULAWESI UTARA Perkembangan kinerja keuangan daerah di seluruh kabupaten/kota/provinsi di Sulawesi Utara mencakup 3 kotamadya, 6 kabupaten dan 1 provinsi yaitu Kota Manado, Kota
77
Bitung, Kota Tomohon, Kab. Minahasa, Kab. Minahasa Selatan, Kab. Minahasa Utara, Kab. Bolaang Mongondow, Kab. Kep. Talaud, Kab. Kep. Tahuna dan Provinsi Sulawesi Utara.
1. Kinerja APBD Seluruh Kabupaten/Kota/Provinsi Tahun 2006 Dari sisi penerimaan, realisasi penerimaan daerah sampai dengan akhir Tahun 2006 telah mencapai Rp 3.643 milliar atau 99,13% terhadap target awal tahun yang ditetapkan sebesar Rp3.675 milliar (untuk seluruh kab/kota/provinsi). Adapun target penerimaan daerah tertinggi berasal dari Provinsi Sulawesi Utara sebesar Rp644 milliar sedangkan yang terendah adalah Kota Tomohon sebesar Rp221 milliar.
Berdasarkan pencapaiannya, dari seluruh kab/kota/provinsi yang ada, rasio realisasi penerimaan daerah tertinggi sampai dengan akhir Tahun 2006 dicapai oleh Kab. Minahasa yaitu sebesar 101,31% dari target yang ditetapkan di awal tahun. Sementara itu, Kab. Bolmong tercatat sebagai daerah dengan pencapaian penerimaan terendah yaitu hanya sebesar 88,85%. Grafik 4.4. Target dan Realisasi Penerimaan dalam APBD Tahun 2006 Seluruh Kab/Kota/Provinsi di Sulawesi Utara Target
Realisasi
%
%
110 105 100 95 90 85
Kab. Sangihe *)
Kab. Talaud *)
Kab. Bolmong
Kab. Minut
Kab. Minsel *)
Kab. Minahasa
Kota Tomohon *)
Kota Bitung *)
80 Kota Manado
Prov. Sulut
Miliar Rp 800 700 600 500 400 300 200 100 -
Sumber: Biro Keuangan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara *) Diasumsikan Seluruh Target Penerimaan Tercapai 100%
Dari sisi pengeluaran, jumlah realisasi sampai dengan akhir Tahun 2006 untuk seluruh kab/kota/provinsi di Sulawesi Utara diperkirakan telah mencapai Rp 3.505 milliar atau 92,61% dari target pembelanjaan yang ditetapkan di awal tahun yaitu sebesar Rp3.785 milliar. Belanja daerah ini meliputi belanja aparatur daerah, belanja pelayanan publik, belanja bagi hasil dan batuan keuangan, serta belanja tidak tersangka. Tercatat, Provinsi Sulawesi Utara memiliki rencana belanja tertinggi yaitu sebesar Rp677 milliar sedangkan yang terendah adalah Kota Tomohon sebesar Rp224 milliar. 78
Grafik 4.4. Target dan Realisasi Pengeluaran dalam APBD Tahun 2006 Seluruh Kab/Kota/Provinsi di Sulawesi Utara Target
Realisasi
%
% 120 100 80 60 40 20 Kab. Sangihe *)
Kab. Talaud *)
Kab. Bolmong
Kab. Minut
Kab. Minsel *)
Kab. Minahasa
Kota Tomohon *)
Kota Bitung *)
Kota Manado
Prov. Sulut
Miliar Rp 800 700 600 500 400 300 200 100 -
Sumber: Biro Keuangan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara *) Diasumsikan Seluruh Target Penerimaan Tercapai 100%
2. Target APBD Kabupaten/Kota/Provinsi Tahun 2007 Dari tahun ke tahun jumlah dana pembangunan di wilayah Provinsi Sulawesi Utara memperlihatkan peningkatan. Hal ini cukup menggembirakan sebab di satu sisi mengindikasikan terus bertambahnya jumlah alokasi dana (baik yang berasal dari pusat maupun daerah) bagi kepentingan masyarakat Sulawesi Utara. Namun di sisi yang lain menuntut seluruh komponen masyarakat Sulawesi Utara untuk lebih bertanggung jawab dalam pemanfaatan dana-dana tersebut.
Berdasarkan hasil rekapitulasi data APBD seluruh kabupaten/kota/provinsi di Sulawesi Utara, dibandingkan Tahun 2006 yang lalu, target penerimaan dan belanja daerah untuk Tahun 2007 secara total mengalami kenaikan masing-masing sebesar 19,28% dan 18,60%. Berdasarkan wilayah administratifnya, persentase kenaikan anggaran penerimaan tertinggi dialami oleh Kabupaten Talaud dan Kabupaten Minahasa masing-masing sebesar 41,02% dan 23,88%, sedangkan yang terendah dialami pada tingkat provinsi sebesar 13,82% dan Kab. Bolmong sebesar 12,20%. Dari sisi belanja daerah, persentase kenaikan anggaran belanja tertinggi tercatat pada kabupaten minahasa dan kabupaten Talaud masing-masing sebesar 28,28% dan 27,37% sedangkan yang terendah dialami oleh Kabupaten Bolmong dan Kabupaten
Sangihe masing-masing sebesar 14,15% dan 14,67%. Dengan
membandingkan seluruh target penerimaan dan belanja daerah di tingkat kab/kota/provinsi untuk Tahun 2007 dan Tahun 2006, Kabupaten Talaud dan Kabupaten Sangihe tercatat sebagai daerah yang dengan performance APBD yang terbaik. Hal ini dilandasi oleh 79
besarnya laju kenaikan penerimaan yang jauh lebih tinggi dibandingkan laju peningkatan belanja daerah untuk kedua daerah tersebut. Secara gabungan (seluruh kab/kota/provinsi), besarnya target penerimaan APBD Sulawesi Utara di Tahun 2007 mencapai Rp4,38 Triliun dengan target belanja sebesar Rp4,49 Trilliun. Dengan demikian terdapat selisih kekurangan sebesar Rp110 milliar yang akan dibiayai melalui pos pembiayaan daerah.
Tabel 4.4. Target Penerimaan dalam APBD Seluruh Kab/Kota/Provinsi di Sulawesi Utara (dalam Milliar Rp) Penerimaan APBD % Kenaikan 2006 2007
1
Prov. Sulut
644.08
733.08
13.82
2
Kota Manado
468.69
546.52
16.61
3
Kota Bitung
270.42
322.29
19.18
4
Kota Tomohon
221.81
267.79
20.73
5
Kab. Minahasa
358.98
444.71
23.88
6
Kab. Minsel
339.6
407.17
19.9
7
Kab. Minut
290.47
342.7
17.98
8
Kab. Bolmong
481.59
540.35
12.2
9
Kab. Talaud
249.59
351.97
41.02
10
Kab. Sangihe
350.37
427.56
22.03
3,675.58
4,384.14
19.28
Total
Sumber: Biro Keuangan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara
Tabel 4.5. Rencana Belanja dalam APBD Seluruh Kab/Kota/Provinsi di Sulawesi Utara (dalam milliar Rp)
APBD
Belanja 2006
2007
% Kenaikan
1
Prov. Sulut
677.21
778.84
2
Kota Manado
470.11
546.52
16.26
3
Kota Bitung
264.77
321.23
21.33
4
Kota Tomohon
224.98
269.82
19.93
5
Kab. Minahasa
360.18
458.76
27.37
6
Kab. Minsel
340.26
407.17
19.67
7
Kab. Minut
299.37
354.96
18.57
8
Kab. Bolmong
496.98
567.33
14.15
9
Kab. Talaud
276.97
355.31
28.28
10
Kab. Sangihe
375.07
430.1
14.67
3,785.89
4,490.04
18.60
Total
15.01
Sumber: Biro Keuangan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara
80
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
A. Perkembangan Aliran Uang Kartal Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan I - 2008 kembali berada pada kondisi net inflow yang berarti aliran uang masuk ke khasanah lebih besar dibandingkan aliran uang keluar. Hal ini merupakan pola musiman setelah pada triwulan sebelumnya mengalami net outflow akibat meningkatnya penggunaan uang kartal sehubungan dengan terdapatnya perayaan hari-hari besar keagamaan seperti lebaran, natal dan Tahun Baru 2008 serta meningkatnya realisasi belanja perusahaan dan belanja pemerintah dalam membiayai berbagai kegiatan dan proyek yang ada menjelang berakhirnya tutup tahun anggaran 2007.
Secara historis, jumlah aliran uang masuk dan keluar ke/dari khasanah Bank Indonesia Manado khususnya sejak awal Tahun 2007 sampai dengan saat ini mengalami penurunan. Hal
ini
dikarenakan
sejak
Desember
Tahun
2006,
Bank
Indonesia
telah
mengimplementasikan kebijakan Focus Group dimana hanya uang lusuh dan tidak layak edar saja yang masuk ke Bank Indonesia, sedangkan uang yang masih layak edar dikelola oleh beberapa bank dalam sebuah group. Hal ini dengan harapan akan terjadi interaksi yang intens antar bank sehingga mendorong efesiensi dan efektifitas manajemen pengedaran uang baik di bank umum maupun di Bank Indonesia.
Jumlah aliran uang masuk dan keluar selama triwulan laporan mengalami kenaikan dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Aliran uang masuk meningkat sebesar Rp163,86 milliar atau sebesar 3,82% (y.o.y) sedangkan aliran uang keluar meningkat sebesar Rp58,21 milliar atau naik sebesar 20,30%. Secara netto, aliran uang kartal berada pada kondisi net inflow sebesar Rp505,44 milliar lebih tinggi bila dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar Rp399,79 milliar. Secara bulanan, net inflow hanya terjadi di Bulan Januari 2008 sebesar Rp520,60 milliar, sedangkan di 2 (dua) bulan berikutnya mengalami net outflow masing-masing sebesar Rp419 juta dan Rp14,74 milliar.
81
Grafik 5.1. Netflow Aliran Kas Uang Kartal KBI Manado (Rp Milliar) 2,000
Inflow Outflow Net Flow
1,500 1,000 500 0 -500 -1,000
Q1
Q2
Q3 2006
Q4
Q1
Q2
Q3 2007
Q4
Q1 2008
1,087.3 1,000.3 1,233.6 1,048.19 428.47 128.97 105.14 252.51 592.33 847.58 1,115.98 1,298.5 1,554.81 28.68 452.86 167.99 928.43 86.89 Net Flow 239.80 -115.62 -64.88 -506.62 399.79 -323.88 -62.86 -675.92 505.44 Inflow Outflow
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Sementara itu, Bank Indonesia juga berupaya memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan, melakukan kegiatan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) dalam bentuk pemusnahan terhadap uang yang sudah tidak layak edar. Selama triwulan laporan, rasio PTTB terhadap aliran uang kartal masuk tercatat sebesar 51,44%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 59,96%. Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan laporan sebesar Rp304,7 milliar atau naik 19,39% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sebagaimana diketahui, penerapan Focus Group (FG) oleh Bank Indonesia bertujuan agar uang yang disetorkan kembali ke Bank Indonesia merupakan uang yang benar-benar sudah tidak layak lagi untuk diedarkan atau digunakan. Selanjutnya, untuk memenuhi kebutuhan likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat setempat (fit to transaction) yang lokasinya jauh dari Manado, Kantor Bank Indonesia Manado secara berkala melaksanakan kegiatan kas titipan di Gorontalo dan Tahuna bekerjasama dengan salah satu bank umum di wilayah tersebut.
82
Grafik 5.2. Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow (Persen) M iliar
Rasio
1,400
Inflo w
Rasio
P TTB
100
1,200 80 1,000 800
60
600
40
400 20 200 -
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2006 Rasio
9.87
36.50
13.63
Q3
Q4
Q1
2007 10.07
59.56
91.75
-
2008
60.02
1.48
51.44
Inflo w
1,087.3 1,000.3 1,233.6 1,048.1 428.47 128.97 105.14 252.51 592.33
P TTB
107.33 365.16 168.10 105.54 255.21 118.33
63.11
3.73
304.70
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Sama halnya dengan kondisi perkasan di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado, kondisi perkasan di Provinsi Gorontalo (diwakilkan dengan keberadaan kas titipan di salah satu bank umum disana) juga mengalami net inflow sebesar Rp70,31 milliar yang berarti aliran uang kartal masuk lebih besar dibandingkan aliran uang kartal keluar. Bila dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya terjadi penurunan net inflow sebesar 14,27% dengan jumlah nominal sebesar Rp11,7 milliar. Net inflow yang terjadi selama triwulan laporan merupakan pola musiman setelah pada triwulan sebelumnya (akhir Tahun 2007) terjadi peningkatan penggunaan uang kartal di masyarakat berkenaan dengan banyak terdapatnya perayaan hari-hari besar keagamaan seperti lebaran, natal dan Tahun Baru 2008. Grafik 5.3. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Gorontalo (Rp Milliar) 600 Inflo w Outflo w
500
Netflo w 400 300 200 100 0 -100
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2006
Q3
Q4
2007
Q1 2008
Inflo w
258.04
303.15
111.56
522.47
365.74
413.10
437.31
548.97
532.88
Outflo w
261.81
293.17
103.67
526.97
283.74
404.00
465.60
556.96
462.57
Netflo w
-3.77
9.97
7.89
-4.50
82.01
9.10
-28.30
-7.98
70.31
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
83
Selain di Provinsi Gorontalo, keberadaan kas titipan juga terdapat di salah satu bank umum di Kabupaten Sangihe (dengan ibukota Tahuna). Keberadaan kas titipan di wilayah terluar Provinsi Sulawesi Utara tersebut (hampir berbatasan dengan negara tetangga yaitu Filipina), sebagai upaya melaksanakan kebijakan Clean Money Policy khususnya di wilayah yang jauh dari jangkauan Kantor Bank Indonesia. Secara historis, kegiatan kas titipan Tahuna cenderung mengalami net outflow (terkecuali di awal tahun). Pada triwulan I - 2008, kas titipan Tahuna mengalami net inflow sebesar Rp20,01 milliar atau meningkat 40,16% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sama halnya seperti yang terjadi pada kasanah titipan di Provinsi Gorontalo, net inflow yang terjadi di kasanah titipan di Tahuna lebih disebabkan oleh kembali masuknya aliran uang kartal ke dalam sistem perbankan setelah sebelumnya banyak ditarik keluar oleh masyarakat guna keperluan pembiayaan berbebagai kebutuhan dalam menghadapi pesta perayaan berbagai hari besar keagamaan seperti lebaran, natal dan Tahun Baru 2008. Selain itu, meningkatnya realisasi belanja pemerintah menjelang akhir tahun anggaran juga menjadi pemicu meningkatnya kebutuhan uang kartal di triwulan sebelumnya. Grafik 5.4. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Tahuna (Rp Milliar) 120
Inflo w
100
Outflo w
80
Netflo w
60 40 20 0 -20 -40 -60 -80
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2006 Inflo w
28.17
13.73
Outflo w
30.70
41.45
Netflo w
-2.53
-27.71
22.82
Q2
Q3
Q4
2007 12.21
Q1 2008
54.28
47.82
27.83
37.29
51.50
55.27
94.27
33.55
73.96
62.01
106.66
31.49
-32.46
-39.99
14.27
-61.76
-34.17
-69.37
20.01
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Posisi kas gabungan Kantor Bank Indonesia Manado sampai dengan akhir triwulan laporan tercatat sebesar Rp1,41 trilliun atau meningkat dibandingkan posisi kas gabungan pada akhir triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp882,02 milliar. Naiknya posisi kas gabungan disebabkan oleh melonjaknya saldo kas titipan di Provinsi Gorontalo dan Tahuna sehubungan dengan kembali masuknya aliran uang kartal. Berdasarkan perhitungan ratarata outflow dan kegiatan PTTB selama Tahun 2006 dan dengan mengambil asumsi tidak
84
ada remise masuk ke Kantor Bank Indonesia Manado, posisi kas gabungan tersebut diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan likuiditas antara 3 sampai 4 bulan mendatang.
B. Penemuan Uang Palsu Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia pada tiwulan I - 2008 sebanyak 25 lembar atau turun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 157 lembar, walaupun masih lebih banyak dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak 15 lembar. Berdasarkan jumlah lembarannya, selama triwulan laporan, jenis pecahan Rp50.000,- merupakan jenis pecahan yang paling banyak dipalsukan yaitu sebanyak 68% dari total keseluruhan lembar uang palsu yang ditemukan. Berkurangnya jumlah penemuan uang palsu disebabkan pelaku pemalsuan uang sudah semakin sempit pergerakannya sehubungan dengan meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian uang rupiah yang secara intensif disosialisasikan oleh KBI Manado. Selain itu, peran serta aktif masyarakat bersama dengan pihak kepolisian telah berhasil membongkar sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara.
Berkaitan dengan komitmen untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian uang rupiah, Bank Indonesia Manado telah secara berkala melaksanakan kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat perbankan, dunia pendidikan, instansi pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat umum terhadap ciri-ciri keaslian uang Rupiah sehingga diharapkan memiliki kemampuan untuk membedakan mana uang rupiah asli dan yang dipalsukan. Melalui kontinuitas pelaksanaan kegiatan tersebut di tahun-tahun mendatang, diharapkan tingkat peredaran uang palsu semakin rendah. Selain itu, berkaitan dengan proses penanganan hukumnya, Bank Indonesia Manado juga menjalin kerjasama dengan instansi penegak hukum antara lain dengan Kepolisian Daerah Sulawesi Utara. Tabel 5.1. Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KBI Manado (Lembar) Pecahan
2002
2003
2004
2005
2006
2008
2007
Q1
- Rp100.000,-
3
3
16
529
44
36
2
- Rp50.000,-
4
9
73
480
87
162
17
- Rp20.000,-
1
4
6
10
74
31
6
- Rp10.000,-
-
-
-
4
13
15
-
- Rp5.000,-
-
-
-
1
2
1
-
- Rp1.000,-
-
-
-
-
-
-
-
Total
8
16
95
1,024
220
245
25
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
85
C. Perkembangan Kliring Lokal (Tunai) Perkembangan
kliring
lokal
(tunai)
terus
menunjukkan
perkembangan
yang
menggembirakan dari waktu ke waktu. Jumlah rata-rata harian lembar warkat
yang
dikliringkan selama triwulan I - 2008 tercatat sebesar 1.273 lembar atau meningkat sebesar 5,29% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Bahkan secara nominal, jumlah rata-rata harian kliring naik sebesar 24,50% mencapai jumlah Rp27,24 milliar. Peningkatan rata-rata harian lembar dan nominal kliring tersebut semakin menegaskan bahwa perekonomian Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan yang positif.
Sementara itu, rata-rata penolakan lembar bilyet cek dan Bilyet Giro (BG) kosong selama triwulan laporan tercatat sebesar 0,53% dari total lembar warkat yang dikliringkan atau meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 0,37%. Demikian pula dari segi jumlah nominalnya terdapat kenaikan dari 0,35% menjadi 0,88% dari total nominal cek dan BG yang dikliringkan. Tabel 5.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di KBI Manado 2007
2006
KETERANGAN Q1
Q2
Q3
2008
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Perputaran Kliring Lembar
84,463
93,075
88,942
73,802
75,010
84,817
90,390
75,426
76,386
1,185
1,287
1,339
1,221
1,354
1,428
1,625
1,425
1,634
Lembar
1,361
1,502
1,412
1,407
1,209
1,368
1,412
1,347
1,273
Nominal (Rp Milliar)
19.13
20.73
21.26
23.15
21.88
23.02
25.39
25.45
27.24
Nominal (Rp Milliar) Rata-Rata Harian
Rata-Rata Penolakan Cek dan BG Kosong Lembar (%)
0.40
0.43
0.12
0.50
0.37
0.29
0.29
0.49
0.53
Nominal (%)
0.35
0.50
0.27
0.74
0.35
0.28
0.38
0.54
0.88
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
D. RTGS (Real Time Gross Settlement) RTGS sebagai salah satu sarana penyelesaian transaksi non tunai, menunjukkan perkembangan yang cukup pesat sejak pertama kali diperkenalkan. Hal ini disebabkan BI RTGS mempunyai keunggulan dalam kecepatan penyelesaian transaksi (seketika) dan resiko settlement-nya dapat diperkecil. Selama triwulan I - 2008, perkembangan total volume transaksi melalui RTGS
(dari/ke/dalam Kota Manado) mencapai 16.233 lembar atau
meningkat 18,38% (y.o.y) bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Demikian pula dengan nilai nominal penyelesaian transaksi RTGS yang secara tahunan tumbuh sebesar 29,50% mencapai jumlah Rp26,2 Triliun. 86
Tabel 5.3. Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement (Milliar) 2007 Q2
Q3
Q4
Q1
Y.o.Y
11,738
13,437
11,565
13,433
15,976
Volume
6,770
7,478
8,731
14,251
7,225
6.72
Nilai
4,846
6,615
7,549
7,046
6,369
31.42
Volume
5,007
5,944
7,175
12,356
6,481
29.44
Nilai
3,648
4,971
5,615
4,682
3,856
5.71
Volume
1,936
2,553
3,077
7,681
2,527
30.53
TOTAL NIlai 20,232 25,023 24,729 25,161 TRANSAKSI Volume 13,713 15,975 18,983 34,288 Sumber : Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran (DASP) KP Bank Indonesia
26,200
29.50
16,233
18.38
Dari Manado Ke Manado Dalam Kota
Nilai
2008
Q1
36.10
87
BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara di Tahun 2007 menunjukkan perkembangan yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya tercermin dari menurunnya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Namun, membaiknya angka ketenagakerjaan tersebut, masih terus dibayang-bayangi oleh menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat tercermin dari tingginya angka kemiskinan dibandingkan tahuntahun sebelumnya, paling tidak kondisi ini berlangsung hingga Maret 2007. Salah satu program kerja pemerintah daerah yang diharapkan akan memberikan dampak positif bagi berkurangnya TPT adalah Program Revitalisasi Pertanian yang dicanangkan oleh pemerintah provinsi yang mendapat dukungan dari masyarakat perbankan khususnya dari sisi pembiayaan.
Di Tahun 2006 yang lalu pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara dirasa kurang berkualitas karena masih diiringi oleh tingginya angka kemiskinan dan pengangguran atau yang lebih dikenal dengan Paradoc of Growth. Kondisi ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga Tahun 2007 bila tidak ada upaya-upaya konkret dari pemerintah daerah untuk mengatasinya.
Salah satu faktor penyebab meningkatnya angka pengangguran dan
kemiskinan adalah pertumbuhan angkatan kerja yang jauh melebihi tingkat penyerapannya di dunia kerja. Kondisi ini masih diperparah lagi dengan dampak kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM di akhir Tahun 2005 lalu yang berdampak sangat besar terhadap masyarakat dan juga pelaku usaha sehingga terpaksa melakukan pengurangan jumlah tenaga kerja (downsizing). Tak jarang terdapt beberapa perusahaan yang terpaksa menghentikan usahanya karena tidak mampu lagi menanggung tingginya biaya operasional yang tinggi.
Pada perkembangan selanjutnya, pemerintah daerah Sulawesi Utara di Tahun 2007 telah mencanangkan kembali program revitalisasi pertanian. Pada tahap awal program ini lebih difokuskan pada pengembangan tanaman jagung dan rumput laut. Berbagai kemudahan diberikan oleh pemda antara lain dalam bentuk pemberian bantuan pupuk dan benih secara gratis kepada petani/kelompok tani yang prospektif. Program revitalisasi pertanian ini ternyata mendapat dukungan pula dari masyarakat perbankan di Sulawesi Utara dengan fasilitasi Bank Indonesia Manado. Wujud dari peran serta perbankan antara lain adalah 88
pembentukkan skim kredit jagung dan rumput laut dengan bunga yang relatif rendah. Selain itu dibentuk pula pola penjaminan bagi usaha kecil (UMKM) yang melibatkan Askrindo, BPD Sulut dan Pemda Sulut. Seluruh usaha ini sedikit banyak ternyata telah menampakkan hasil, paling tidak tercermin dari menurunnya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari 14,62% di akhir Tahun 2006 menjadi 12,35% pada Agustus 2007.
A. PENGANGGURAN Perkembangan tingkat pengangguran di Sulawesi Utara memperlihatkan perkembangan yang menurun, tercermin dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang turun menjadi 12,35% di Tahun 2007 dari sebelumnya sebesar 14,62% di Tahun 2006. Beberapa sektor/lapangan usaha yang banyak digeluti dan menyerap banyak tenaga kerja di Sulawesi Utara diantaranya adalah sektor pertanian, perdagangan dan jasa. Namun demikian, dari segi jumlah, angka pengangguran dirasakan masih cukup tinggi yaitu sebanyak 127 ribu orang dari jumlah sebesar 1,03 juta penduduk Sulawesi Utara yang termasuk dalam kelompok angkatan kerja. Berdasarkan definisinya, seluruh penduduk berusia 15 tahun ke atas yang telah bekerja atau sedang mencari kerja digolongkan ke dalam angkatan kerja sedangkan penduduk berusia 15 tahun ke atas yang masih sekolah dan ibu rumah tangga masuk dalam kelompok bukan angkatan kerja.
Sementara itu, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja/TPAK (rasio angkatan kerja dibandingkan dengan jumlah penduduk 15 tahun ke atas) di Tahun 2007 tercatat sebesar 61,97% atau naik dibandingkan akhir tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 59,20%. Meningkatnya TPAK ini disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk yang memperoleh pekerjaan yang lebih cepat dibandingkan pertambahan jumlah penduduk berusia 15 tahun ke atas. Tabel 6.1. Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja di Provinsi Sulawesi Utara
Penduduk 15 Thn ke atas Angkatan Kerja
2004
2005
2006
1,756,509
1,601,686
1,639,268
2007 *) 1,672,655
984,152
998,398
970,415
1,036,499
Mencari Kerja
107,410
140,275
141,865
127,996
Bekerja
797,347
858,093
828,550
908,503 636,156
Bukan Angkatan Kerja
782,357
603,288
668,853
TPAK (persen)
56.03
62.33
59.20
61.97
TPT (persen)
10.91
14.05
14.62
12.35
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara *) Agustus 2007
89
Berdasarkan persebarannya, dari jumlah sebanyak 13 kabupaten dan kota di Sulawesi Utara, tercatat jumlah angkatan kerja terbanyak terdapat di Kota Manado sebanyak 206.622 orang, diikuti oleh Kabupaten Minahasa sebesar 154.204 orang. Demikian pula berdasarkan jumlah pekerjanya, Kota Manado tercatat memiliki jumlah pekerja terbanyak sebesar 166.262 orang diikuti Kota Manado (181.833 orang) dan Kabupaten Minahasa (132.261 orang).
Namun demikian, walaupun berdasarkan jumlah angkatan kerja dan
pekerjanya Kabupaten Bolmong memiliki jumlah terbanyak, berdasarkan rasio TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) Kabupaten Bolmong justru berada di urutan ke 3 terendah dari seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara setelah Kota Bitung dan Kabupaten Kepulauan Talaud masing-masing dengan rasio 61,83% dan 62,73%.
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara *) Agustus 2007
Sementara itu, jumlah pengangguran terbanyak terdapat di Kota Manado sebanyak 40.360 orang, disusul Kabupaten Minahasa sebanyak 17.669 orang dan Kabupaten Minahasa Utara sebanyak 11.030 orang, sedangkan terendah tercatat di Kabupaten Kep. Talaud sebanyak 3.815 orang. Namun demikian, berdasarkan rasio Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), Kota Manado tercatat yang tertinggi yaitu sebesar 19,53% diikuti Kota Bitung sebesar 13,85% dan Kabupaten Minahasa Utara sebesar 13,68%. Adapun wilayah yang memiliki rasio TPT terendah adalah Kabupaten Bolmong sebesar 7,33%. Hal ini berarti kemampuan penyerapan tenaga kerja Kabupaten Bolmong lebih besar dibandingkan daerah lainnya di Sulawesi Utara. Rasio TPT adalah perbandingan jumlah pengangguran di suatu wilayah terhadap jumlah angkatan kerjanya.
90
12.35
9.84
9.55
TPAK
Tomohon Kota Kotamobagu
13.85 Bitung
19.53 9.30 Mitra
Manado
7.39
7.71
13.68
9.37
15.16
11.46
Minut Bolmong Utara Kep. Sitaro
1,036,499
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara *) Agustus 2007
-
TPT
Minsel
127,996
89,623 154,204 50,736 41,606 77,311 80,650 54,675 34,165 58,614 206,622 78,758 41,137 68,398
45 40 35 30 25 20 15 10 5
9.17
908,503
6,573 17,669 7,691 3,815 7,244 11,030 4,039 2,633 5,449 40,360 10,911 4,049 6,533
(%)
Jumlah Angkatan Kerja
Kep. Talaud
Sulawesi Utara
83,050 136,535 43,045 37,791 70,067 69,620 50,636 31,532 53,165 166,262 67,847 37,088 61,865
Pengangguran
Sangihe
Bolmong Minahasa Sangihe Kep. Talaud Minsel Minut Bolmong Utara Kep. Sitaro Mitra Manado Bitung Tomohon Kota Kotamobagu
Bekerja
7.33
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kabupaten/Kota
Bolmong
No.
Grafik 6.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka
Minahasa
Tabel 6.2. Angkatan Kerja di Kab/Kota Se – Sulawesi Utara Tahun 2007
B. KEMISKINAN Hingga Maret 2007, angka kemiskinan di Sulawesi Utara belum menunjukkan perkembangan yang menggembirakan bahkan cenderung meningkat dibandingkan tahuntahun sebelumnya. Bila pada Februari 2004, angka kemiskinan baru tercatat sebesar 192,2 ribu orang dengan persentase 8,93% terhadap total penduduk Sulawesi Utara maka pada Maret 2007, angka tersebut sudah jauh bertambah menjadi 250 ribu orang dengan rasio 11,42%. Berdasarkan wilayahnya, sebagian besar penduduk miskin tersebut berada di daerah pedesaan sedangkan sisanya berada di perkotaan. Struktur kemiskinan ini sedikit demi sedikit mulai mengalami pergeseran dimana bila pada Februari 2004 hampir 81,32% penduduk miskin Sulawesi Utara merupakan orang-orang yang tinggal di desa maka pada Maret 2007 prosentase tersebut terus berkurang hingga hanya 68,40%. Dengan demikian, peningkatan jumlah penduduk miskin secara significant lebih banyak terjadi di wilayah perkotaan dibandingkan di wilayah pedesaan.
Dibandingkan angka kemiskinan nasional, persentase penduduk miskin di Sulawesi Utara relatif masih jauh lebih rendah baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Sebagai ilustrasi, persentase angka kemiskinan di Sulawesi Utara pada Maret 2007 tercatat 11,42% sedangkan angka kemiskinan nasional sebesar 16,58%. Namun demikian, angka kemiskinan secara nasional cenderung tidak banyak mengalami perubahan yaitu berada pada kisaran 16% dari total penduduk Indonesia, sedangkan angka kemiskinan di Sulawesi Utara terus meningkat dari 8,93% pada Februari 2004 naik hingga 11,42% pada Maret 2007. Namun demikian, implementasi program revitalisasi pertanian oleh pemerintah daerah di awal Tahun 2007 yang mendapat dukungan pula dari masyarakat perbankan diharapkan akan mampu menurunkan angka kemiskinan Sulawesi Utara pada akhir Tahun 2007 ini. Tabel 6.3. Sebaran Penduduk Miskin di Kota dan Desa Periode
Feb 2004
Sulawesi Utara Indonesia
Sulawesi Utara Indonesia Sulawesi Utara Jul 2006 Indonesia Sulawesi Utara Mar 2007 Indonesia Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara Jul 2005
Jumlah Penduduk Miskin (000 Orang)
Persentase Penduduk Miskin
Kota 35.9 11,369.0
Desa 156.3 24,777.9
Total 192.2 36,146.9
Kota 4.37 12.13
Desa 11.76 20.11
Total 8.93 16.66
46.4 13,297.4 61.2 13,568.4 79.0 13,559.3
155.0 23,504.7 171.4 23,820.9 171.0 23,609.0
201.4 36,802.1 232.6 37,389.3 250.0 37,168.3
4.96 12.48 6.52 12.68 8.31 12.52
12.70 20.63 14.01 20.84 13.80 20.37
9.34 16.69 10.76 16.90 11.42 16.58
91
C. Rasio Gini Rasio gini merupakan ukuran kemerataan tingkat pendapatan yang dihitung dengan membagi luas antara garis diagonal dan kurva lorent dengan luas segi tiga di bawah garis diagonal. Nilai Rasio Gini terletak antara 0 dan 1, nilai rasio Gini yang mendekati 0 maka tingkat ketimpangan pendapatan sangat rendah, artinya distribuso pendapatan merata dan apabila nilainya mendekati 1 maka tingkat ketimpangan pendapatan tinggi.
Perkembangan angka rasio gini Sulawesi Utara dalam 3 (tiga) tahun terakhir relatif tetap. Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,32, relatif tidak berubah dibandingkan indeks gini Tahun 2005 lalu yang juga sebesar 0,32. Namun demikian berdasarkan strukturnya, persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk berpenghasilan tertinggi menjadi semakin meningkat dari 40,70% menjadi 41,24%. Faktor yang mempengaruhi peningkatan kesenjangan ini adalah dampak kenaikan harga BBM yang menyebabkan kelompok 40% penduduk berpenghasilan rendah terpukul. Fenomena yang menarik adalah terjadinya shifting dari sebagian penduduk di kelompok 40% menengah ke 40% ke bawah dan 20% teratas. Tabel 6.4. Rasio Gini Provinsi Sulawesi Utara Provinsi 40% populasi dengan pendapatan terendah
Sulawesi Utara
20.03
2005 20% 40% populasi populasi dengan dengan pendapatan pendapatan tertinggi moderat
39.27
40.70
Rasio Gini
0.32
40% populasi dengan pendapatan terendah
21.19
2007 20% 40% populasi populasi dengan dengan pendapatan pendapatan tertinggi moderat
37.57
41.24
Rasio Gini
0.32
D. IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sulawesi Utara sampai Tahun 2006 adalah sebesar 74,4, meningkat 0,2 poin dari angka IPM 2005 yang sebesar 74,2. Peningkatan ini ditopang oleh kenaikan angka harapan hidup dari 71,7 tahun menjadi 71,8 tahun dan ratarata pengeluaran riil per kapita dari Rp616.100,- menjadi Rp616.900,-. Adapun komponen penyusun IPM terdiri dari angka harapan hidup, angka melek hurup, rata-rata lama sekolah dan rata-rata pengeluaran riil per kapita.
92
Tabel 6.5. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sulawesi Utara Komponen IPM
2002
2004
2005
2006
Angka Harapan Hidup
70.9
71.0
71.7
71.8
Angka Melek Huruf
98.8
99.1
99.3
99.3
8.6
8.6
8.8
8.8
587.9
611.9
616.1
616.9
71.3
73.4
74.2
74.4
2
2
2
2
Rata-Rata Lama Sekolah Pengeluaran Riil/Kapita (000 Rp) IPM Peringkat Nasional
Berdasarkan wilayah administrasinya, perkembangan komponen IPM di kota/kabupaten di Sulawesi Utara dapat dijelaskan sebagai berikut :
Kota Manado memiliki angka harapan hidup tertinggi yaitu 72 tahun sedangkan terendah di Kota Bitung yang tercatat 69,6 tahun.
Persentase angka melek hurup hampir merata di seluruh daerah
dengan rata-rata
99,08%. Namun terdapat 3 (tiga) daerah dengan persentase melek huruf berada di bawah rata-rata di Provinsi Sulawesi Utara yaitu Kabupaten Bolmong, Sangihe dan Talaud.
Kabupaten Bolmong memiliki rata-rata lama sekolah terendah yaitu selama 7,3 tahun sedangkan tertinggi di Kota Manado dengan rata-rata sekolah selama 10,5 tahun.
Rata-rata jumlah pengeluaran per kapita riil tertinggi di Kota Manado sebesar Rp623 ribu dan terendah di Minahasa Selatan sebesar Rp587 ribu.
Dibandingkan dengan daerah lainnya di tingkat nasional, IPM Provinsi Sulawesi Utara kondisinya lebih baik khususnya pada komponen angka harapan hidup, persentase angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Selama kurun waktu 2004 – 2005, IPM Provinsi Sulawesi Utara menduduki peringkat 2 (dua) di tingkat nasional. Tabel 6.6. Sebaran IPM Sulawesi Utara Tahun 2004-2005 KAB/KOTA
IPM 2004
Ranking Nasional 2005
2004
2005
Bolaang Mongondow
70.7
71.6
121
Minahasa
73.5
74.0
47
105 46
Minahasa Selatan
71.2
71.5
96
113
Minahasa Utara
72.7
73.7
69
57
Kepulauan Sangihe
72.8
73.4
67
64
Kepulauan Talaud
71.8
72.3
80
87
Manado
75.9
76.3
8
12
Bitung
73.2
73.6
56
59
Tomohon
72.9
73.3
63
67
Sulawesi Utara
73.4
74.2
2
2
Indonesia
68.7
69.6
93
BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH
A. PERKIRAAN EKONOMI Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan mendatang diperkirakan akan mengalami sedikit perlambatan dibandingkan triwulan I - 2008. Beberapa faktor penyebab melambatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang diantaranya adalah meningkatnya tekanan ekonomi yang disebabkan oleh kenaikan harga minyak dunia yang berlanjut pada kenaikan harga barang dan jasa secara umum atau inflasi. Namun demikian, perkembangan ekonomi pada triwulan mendatang diperkirakan masih tetap positif yaitu sebesar 6,26% (y.o.y). Tabel 7.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II - 2008 Berdasarkan Jenis Penggunaan Q2-07 2005
2006
Tumbuh
Kontribusi
2.90 2.52 3.67 15.56 9.24 12.41 12.17 6.38 *) Perkiraan Bank Indonesia Manado menggunakan Metode Smoothing dan Arima Konsumsi Konsumsi Swasta Konsumsi Pemerintah PMTB Stok Ekspor Impor PDRB
4.76 4.05 6.27 13.11 -22.00 0.85 2.81 4.90
2.37 2.15 2.80 14.70 81.72 19.46 21.54 6.16
Q2-08*)
2007 3.50 2.89 4.71 19.08 15.35 5.59 6.97 6.42
2.03 1.19 0.84 2.99 0.16 5.35 4.14 6.38
Tumbuh
1.36 0.69 2.73 12.24 0.33 12.39 7.98 6.26
Kontribusi
0.92 0.32 0.61 2.55 0.01 5.64 2.86 6.26
Tabel 7.2. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II - 2008 Berdasarkan Lapangan Usaha 2005 Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan PHR Pengangkutan & Komunikasi Keu., Sewa & Jasa Perusahaan Jasa-Jasa PDRB
6.15 -0.72 2.23 13.82 5.06 7.41 5.83 5.64 2.79 4.90
2006 4.67 7.27 6.86 5.28 6.97 7.78 5.56 10.03 4.21 6.16
2007 6.55 7.30 5.86 6.31 7.51 7.72 6.88 7.47 3.21 6.42
Tumbuh
Q2-07 Kontribusi
Q2-08*) Tumbuh Kontribusi
8.29 6.22 5.18 5.95 6.89 6.81 6.50 7.84 2.95
1.85 0.33 0.39 0.04 1.04 0.99 0.73 0.52 0.49
4.36 9.20 2.46 8.15 6.44 9.09 7.34 8.18 5.36
0.99 0.49 0.18 0.06 0.97 1.33 0.82 0.55 0.86
6.38
6.38
6.26
6.26
*) Perkiraan Bank Indonesia Manado menggunakan Metode Smoothing dan Arima
1. Prospek Permintaan Agregat Dari sisi permintaan, sektor konsumsi rumah tangga dan aktivitas ekspor diperkirakan akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi walaupun dengan trend yang sedikit melambat. Pertumbuhan sektor konsumsi rumah tangga antara lain ditopang oleh masih relatif tingginya daya beli masyarakat walaupun dalam bulan-bulan terakhir memperlihatkan trend penurunan. Hal ini antara lain dapat dikonfirmasi melalui indeks ekspektasi 94
penghasilan dari hasil Survey Ekspektasi Konsumen (SEK) Kota Manado periode Maret 2008. Tingginya daya beli masyarakat antara lain bersumber dari kenaikan gaji, upah minimum provinsi (UMP), serta penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan. Selain itu berlangsungnya liburan sekolah pada akhir triwulan mendatang diperkirakan akan mendorong laju konsumsi masyarakat. Grafik 7.1. Indeks Ekspektasi Konsumen Kota Manado 180
Ekspektasi Ko nsumen
Ekspektasi P enghasilan
Ekspektasi Eko no mi
Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja
160
140
120
100
80
60 J F M A M J J A S ON D J FM AM J J A SO N D J F M A M J J A SO N D J FM 2005
2006
2007
2008
Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado
Realisasi investasi diperkirakan semakin meningkat seiring dengan kelanjutan berbagai proyek infrastruktur pemerintah dan swasta guna mensukseskan even WOC (World Ocean Conference) Tahun 2009 dan Manado sebagai kota pariwisata dunia 2010. Dari sisi belanja fiskal, meningkatnya alokasi DIPA ke Sulawesi Utara dari Pemerintah Pusat yang mencapai jumlah Rp 4,33 triliun di Tahun 2008 atau naik 16,54% diperkirakan akan meningkatkan sumbangan belanja pemerintah daerah dalam PDRB Sulawesi Utara. Berdasarkan komponen penyusunannya, DIPA sebagian besar disalurkan dalam bentuk DAU (Dana Alokasi Umum) dengan pangsa sebesar 79,2% sedangkan sisanya dalam bentuk DAK (Dana Alokasi Khusus) dan DBH (Dana Bagi Hasil) masing-masing dengan pangsa 15,6% dan 15,2%.
Dari sisi pembiayaan, sumber pembiayaan investasi selain bersumber dari dana pribadi juga berasal dari pemerintah baik APBN dan APBD, kredit perbankan, lembaga keuangan non bank, eksternal, serta sumber pembiayaan lainnya. Mengacu Dana Alokasi Khusus yang disalurkan oleh pemerintah pusat ke Sulawesi Utara di Tahun 2008, jumlah dana yang dialokasikan untuk pembangunan sarana dan prasana di Sulawesi Utara mencapai jumlah Rp673 milliar atau meningkat 15,56% dibandingkan alokasi tahun sebelumnya. Sementara 95
itu, terus meningkatnya pangsa kredit produktif yaitu kredit modal kerja dan investasi yang rata-rata pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan kredit konsumsi juga cukup memberikan optimisme bahkan kegiatan investasi di waktu mendatang akan lebih baik. Hal ini antara lain didukung oleh terus bergerak turunnya tingkat suku bunga.
Tabel 7.3. Dana Alokasi Khusus Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2007 dan 2008 No.
Jenis Penggunaan
2007
2008
Share
1
Pendidikan
144.25
202.48
30.06
2
Kesehatan
99.09
107.75
16.00
3
Kependudukan
4
Jalan
5
Irigasi
43.05
65.88
9.78
6
Air Minum & Penyehatan Lingkunga
27.28
32.18
4.78
7
Kelautan dan Perikanan
30.78
30.77
4.57
8
Pertanian
46.94
46.94
6.97
9
Prasarana Pemerintahan
7.67
34.81
5.17
10
Lingkungan Hidup
8.65
8.63
1.28
11
Kehutanan
93.92
Total
501.63
11.03
1.64
128.97
19.15
4.08
0.61
673.50
100.00
Sumber : DPJPKPD, Depkeu
2. Prospek Penawaran Agregat Dari sisi penawaran, sektor pertanian, sektor bangunan dan sektor PHR (Perdagangan, Hotel dan Restoran) diperkirakan masih akan menjadi lokomotif pertumbuhan Sulawesi Utara. Sektor pertanian pada triwulan mendatang diperkirakan tumbuh 4,36% (y.o.y). Pertumbuhan sektor pertanian ini antara lain dapat dikonfirmasi dengan angka ramalan (ARAM) tanaman padi dan palawija di Tahun 2008 yang diperkirakan mengalami peningkatan. Tabel 7.4. Perkembangan Jumlah Produksi Padi dan Palawija di Provinsi Sulawesi Utara Jenis Tanaman
Y.o.Y
ARAM 2008
Y.o.Y
Tabel 7.5. Tingkat Produktivitas Produksi Padi dan Palawija
Jenis Tanaman
2006
2007
Y.o.Y
ARAM 2008
Y.o.Y
2006
2007
Padi Sawah
441,573
473,940
7.33
484,477
2.22 Padi Sawah
49.53
50.14
1.23
50.44
0.60
Padi Ladang
13,329
21,010
57.63
21,630
2.95 Padi Ladang
23.98
24.24
1.08
24.49
1.03
Produktivitas (Ku/Ha)
Produksi (Ton)
Padi (Sawah + Ladang)
454,902
494,950
8.80
506,107
Jagung
242,714
406,759
67.59
462,565
Kedelai
4,875
4,562
-6.42
6,222
Kacang Tanah
7,205
7,553
4.83
8,232
Kacang Hijau
2,078
2,153
3.61
2,057
Ubi Kayu
82,416
74,406
-9.72
81,163
Ubi Jalar
37,345
35,485
-4.98
40,790
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara
2.25 Padi (Sawah + Ladang)
48.03
47.97
-0.12
48.26
0.60
13.72 Jagung 36.39 Kedelai
29.53
35.17
19.10
35.35
0.51
14.68
17.14
16.76
13.91
-18.84
8.99 Kacang Tanah -4.46 Kacang Hijau
12.38
13.12
5.98
13.14
0.15
13.8
13.34
-3.33
13.31
-0.22
136.86
130.33
-4.77
130.38
0.04
99.45
98.08
-1.38
98.08
0.00
9.08 Ubi Kayu 14.95 Ubi Jalar
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara
96
Selain itu, meningkatnya peran dan perhatian pemerintah di sektor pertanian di Tahun 2008 tercermin pula dari meningkatnya alokasi dana bagi pembangunan dan perbaikan sarana irigasi yang mencapai jumlah Rp102,74 milliar baik yang bersumber dari APBN maupun APBD. Secara rinci, penanganan irigasi melalui APBN terbagi 2 (dua) yaitu pembangunan dengan alokasi dana Rp28,35 milliar untuk 10 daerah irigasi dan rehabilitasi jaringan sebanyak 6 lokasi dengan dana Rp8,51 milliar. Sedangkan penanganan irigasi melalui APBD kabupaten, kota dan provinsi se-Sulawesi Utara mencapai jumlah Rp65,87 milliar. Tabel 7.6. Penanganan Irigasi Provinsi Melalui DAK (Dana Alokasi Umum) 2008 Kegiatan
No.
Rehabilitasi 1 Noongan 2 Lahendong 3 Ranoyapo 4 Ranombolay 5 Talawaan-Meras 6 Buyat 7 Katulidan Sintakan 8 Tombolikat Sita 9 Pusian Molong 10 Lolak-Pinogaluman-Monanow 11 Tangaton-Tumubui-Pangai-Yuyag Peningkatan 1 Buko Tuntung Total Sumber : Balai Wilayah Sungai Sulawesi I
Luas (Ha) 1286 1059 2059 1157 1705 769 650 1076 1171 2040 1476
Lokasi
Volume (Ha)
Langowan Ratahan Tompaso Baru Tombatu Minut Buyat-Ratatotok Passi-Kotamobagu Kotabunan Dumoga Timur Lolak Lolayan
1166 Pinogaluman
438 94 650 430 400 190 170 250 150 200 250 342 3,564
Tabel 7.7. Proyek Irigasi di Sulawesi Utara Sumber Dana APBN 2008 No.
Kegiatan
Lokasi
Pembangunan 1 Bakan (lanjutan) Bolmong 2 Torosik (lanjutan) Bolmong 3 Lolak (lanjutan) Bolmong 4 Otam (lanjutan) Bolmong 5 Nunuk (bendung & jarin Talaud 6 Pinaingan Talaud 7 Halabolu Bolmong 8 Bontane (lanjutan) Talaud 9 Bowonbaru (lanjutan) Talaud 10 Lalue (lanjutan) Talaud Total Rehabilitasi Jaringan 1 Maelang Bolmong 2 Ayong Bolmong 3 Pusian Bolmong 4 Salongo Bolmong 5 Moayat Bolmong 6 Noongan Minahasa Total Sumber : Balai Wilayah Sungai Sulawesi I
Alokasi (Milliar) 2.25 2.00 2.00 1.75 8.25 1.75 1.85 4.00 2.00 2.50 28.35 1.50 2.00 1.84 0.80 1.37 1.00 8.51
Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) diperkirakan tumbuh 9,09% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Selain didorong oleh perbaikan permintaan, bisnis ritel pada periode-periode mendatang juga diperkirakan semakin prospektif seiring dengan bertahannya tingkat suku bunga pada level 8% di tengah-tengah 97
meningkatnya tekanan inflasi. Perkembangan sektor PHR dapat dikonfirmasi dengan indeks ekspektasi penjualan dalam 3-6 bulan y.a.d yang masih tetap memperlihatkan optimisme peningkatan. Grafik 7.2 Ekspektasi Penjualan 3 dan 6 Bulan y.a.d 170 3 bln yad
160
6 bln yad
150 140 130 120 110 100 90 80 70 J
F
M
A
M
J
J
A
S
O
2007
N
D
J
F
M
2008
Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado
Sektor bangunan diperkirakan tumbuh 6,44% (y.o.y) tercermin dari terus berlangsungnya pembangunan mal, hotel, apartemen, IT center dan kompleks perumahan. Selain di dukung oleh meningkatnya permintaan, tumbuhnya sektor bangunan juga disebabkan oleh relatif stabilnya suku bunga pada level 8% sejak pertengahan Tahun 2007. Namun demikian ke depan diperkirakan penurunan tingkat suku bunga sedikit tertahan sehubungan dengan tingginya angka inflasi dan tekanan harga minyak yang terus bergerak naik. Kondisi ini dipertegas lagi dengan hasil Survey Ekspektasi Konsumen Kota Manado yang menunjukkan pesimisme bahwa suku bunga kredit pada 3 s.d. 6 bulan mendatang akan mengalami penurunan. Grafik 7.3. Ekspektasi Suku Bunga Kredit 3 dan 6 Bulan y.a.d 170 160
3 bulan yad
150
6 bulan yad
140 130 120 110 100 90 80 J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M 2006 2007 2008
Sumber : Survei Konsumen (SK) Kota Manado
Sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuh 7,34% (y.o.y) pada triwulan mendatang. Menurut sub sektornya, peningkatan sub sektor komunikasi antara lain 98
ditandai dengan terus berlangsungnya pembangunan menara BTS (Base Tranceiver System) oleh provider telekomunikasi khususnya di daerah-daerah yang selama ini terisolir. Selain itu, penawaran berbagai produk dan tarif yang semakin kompetitif serta hadirnya provider telekomunikasi baru diperkirakan akan meramaikan persaingan jasa telekomunikasi yang telah ada selama ini. Hal yang sama terjadi pada kinerja sub sektor pengangkutan yang diperkirakan akan mengalami peningkatan dimana pada akhir triwulan mendatang intensitas dan frekuensi masyarakat dalam melaksanakan perjalanan diperkirakan akan meningkat sehubungan dengan terdapatnya liburan sekolah.
B. OUTLOOK INFLASI Kenaikan harga minyak dunia yang diikuti oleh kenaikan harga berbagai komoditas pangan di tingkat internasional di perkirakan akan berdampak pada kenaikan harga barang dan jasa secara umum pada tingkat nasional dan regional termasuk di Provinsi Sulawesi Utara. Selain itu, kelangkaan minyak tanah akibat tidak berjalan baiknya kebijakan konversi energi dari minyak tanah ke LPG diperkirakan akan menyebabkan lonjakan harga khususnya terhadap bahan-bahan kebutuhan pokok.
Dengan memperhatikan besaran inflasi selama tahun 2007 serta sumber-sumber tekanan inflasi pada triwulan mendatang maka diperkirakan laju inflasi Kota Manado pada triwulan mendatang akan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan hasil survei yang dilaksanakan oleh Kantor Bank Indonesia Manado, dimana sebagian besar penjual atau konsumen optimis bahwa harga barang/jasa pada 3-6 bulan mendatang akan mengalami kenaikan dengan level yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Grafik 7.5. Ekspektasi Harga Menurut Konsumen
Grafik 7.4. Ekspektasi Harga Menurut Penjual 170
220
160
200
3 bulan yad 6 bulan yad
150
180
140 130
160
120
140
110 3 bulan yad
100
120
6 bulan yad
100
90 80
80 J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M 2006 2007 2008
Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M 2006 2007 2008 Sumber : Survei Konsumen (SK) Kota Manado
99
Selain berbagai faktor eksternal, meningkatnya tekanan harga pada triwulan mendatang juga dipengaruhi oleh masih terdapatnya kebutuhan pokok yang harus sepenuhnya didatangkan dari luar Provinsi Sulawesi Utara. Beberapa komoditi tersebut diantaranya adalah gula pasir, mentega, susu kental manis, dan terigu.
100
LAMPIRAN I TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH INDIKATOR
2007
2007
2008 Q1
Q1
Q2
Q3
Q4
IHK Kota Manado Laju Inflasi Kota Manado (Y.o.Y)
146.21 6.98
145.58 6.43
150.61 7.79
155.86 10.13
PDRB - ADHK (Milliar Rp) Pertumbuhan PDRB (y.o.y %)
3,186 5.41
3,506 6.38
3,560 6.46
4,147 7.21
14,398 6.42
3,377 6.02
Pembentukkan Modal Tetap Bruto Perubahan Stok Ekpor Impor
2,126 1,310 98 719 633 51 1,416 1,042
2,374 1,482 111 781 731 62 1,597 1,258
2,472 1,547 116 810 851 68 1,595 1,426
2,731 1,624 120 987 939 30 1,874 1,426
9,704 5,963 444 3,297 3,154 211 6,482 5,152
2,169 1,333 103 733 681 34 2,169 1,676
Sektoral - Pertanian - Pertambangan & Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas, & Air Bersih - Bangunan - Perdagangan, Hotel & Restoran - Pengangkutan & Komunikasi - Keuangan, Persewaan & Jasa - Jasa Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) Nilai Impor Non Migas (USD Juta) Volume Impor Non Migas (ribu ton)
674 167 256 26 507 424 382 217 533 9.23 13.61 0.03 0.00
794 188 263 26 529 511 393 236 566 16.06 22.46 52.13 0.15
789 191 285 27 587 518 365 246 551 388.98 703.56 4.43 11.30
843 220 301 29 657 698 546 262 592 143.09 194.62 5.36 11.30
3,100 765 1,105 108 2,280 2,150 1,685 961 2,242 557.36 138.68 61.95 26.87
712 179 270 27 547 454 407 230 551 114.31 138.68 0.99 0.08
MAKRO EKONOMI
Jenis Penggunaan -Konsumsi
- Konsumsi RT - Konsumsi Lembaga Swasta Non Profit - Konsumsi Pemerintah
-
155.86 10.13
157.48 7.68
101
LAMPIRAN II TABEL INDIKATOR PERBANKAN TERPILIH
INDIKATOR
2007
2007
2008 Q1
Q1
Q2
Q3
Q4
8,958 5,985 2,739 1,102 2,145 5,179 1,883 2,742 554 86.52 5.12 3,221.01 216.24 1,026.16 1,978.61 5.12
9,319 6,436 2,994 1,311 2,130 5,638 2,014 3,024 601 87.61 4.91 3,632.38 372.20 1,116.48 2,143.70 4.91
9,905 6,504 2,998 1,365 2,141 6,079 2,245 3,215 619 93.46 6.29 3,881.77 237.45 1,355.41 2,288.91 6.29
10,548 7,070 3,725 1,189 2,156 6,577 2,540 3,363 674 93.02 3.77 4,063.91 248.10 1,344.45 2,471.35 3.77
10,548 7,070 3,725 1,189 2,156 6,577 2,540 3,363 674 93 4 4,064 248 1,344 2,471 3.77
10,362 7,055 3,564 1,282 2,209 6,573 2,530 3,387 657 93.16 5.03 4,191.40 253.66 1,402.38 2,535.37 5.03
Kredit UMKM (Rp Triliun) Rasio NPL Gross (%) LDR
145 102 26 76 111 26 74 11 111 4.27 108.03
149 111 30 81 122 26 84 12 122 4.52 109.39
152 116 33 83 127 29 86 12 127 4.18 109.34
171 126 39 86 131 29 90 12 131 3.38 103.88
171 126 39 86 131 29 90 12 131 3.38 103.88
176 132 38 94 135 31 91 12 135 2.63 102.48
Bank Syariah Total Aset (Rp Milliar) DPK (Rp Milliar) Pembiayaan FDR
73,559 46,454 6,694 14.41
79,172 48,115 8,881 18.46
79,295 48,542 9,449 19.47
82,797 62,386 12,267 19.66
82,797 62,386 12,267 19.66
82,294 64,237 16,220 25.25
PERBANKAN Bank Umum : Total Aset (Rp Triliun) DPK (Rp Triliun)
- Tabungan (Rp Triliun) - Giro (Rp Triliun) - Deposito (Rp Triliun)
Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan Bank Pelapor
- Modal Kerja - Konsumsi - Investasi
LDR NPL Gross (%) Kredit UMKM (Rp Triliun) Kredit Mikro ( < Rp50 juta) Kredit Kecil ( Rp50 juta < X ≤ Rp500 Juta) Kredit Menengah (Rp500 Juta < X ≤ Rp5 milliar) NPL UMKM Gross (%) BPR : Total Aset (Rp Triliun) DPK (Rp Triliun)
- Tabungan (Rp Triliun) - Deposito (Rp Triliun)
Kredit (Rp Trilun)
- Modal Kerja - Konsumsi - Investasi
102
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
PDRB M.t.M Q.t.Q Y.o.Y Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Harga Konsumen (IHK) Indeks Kondisi Ekonomi Indeks Ekspektasi Konsumen Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dana Perimbangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Inflasi
Volatile Food Administered Price M1 M2
Mo
Uang Kartal Uang Giral
NIM NPLs
Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu Month to Month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya. Quarter to Quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya. Year on Year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100 Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu. Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100 Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100 Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah. Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi. Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli. Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan. Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu. Salah satu disagregasi inflasi , yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah. Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing). Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat dibank sentral. Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum. Terdiri dari rekening giro masyarakat masyarakat dibank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter. Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar. Singkatan dari non performing loan disebut juga kredit bermasalah, dengan 103
Restrukturisasi kredit UMKM UYD Inflow Outflow Netflow PTTB
kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI. Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan. Singkatan dari Sektor Usaha Mikri, Kecil Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar. Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartalyang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank. Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum. Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI. Selisih antara outflow and inflow. Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalm kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.
104