KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA
TRIWULAN II 2015
KATA PENGANTAR
Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, meng.atur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi bank. Pelaksanaan tugas pokok tersebut ditujukan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Sejalan dengan undang-undang tersebut, keberadaan Kantor Bank Indonesia di daerah merupakan bagian dari jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia yang berperan sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang ekonomi dan moneter, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Kajian Ekonomi Regional yang pokok bahasannya terdiri atas Perkembangan Ekonomi, Perkembangan Inflasi Regional, Kinerja Perbankan dan Sistem Pembayaran Provinsi Maluku Utara dan Prospek Ekonomi. Kajian ini diolah berdasarkan data dan informasi di daerah untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan moneter Bank Indonesia dan diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi bagi penentu kebijakan di daerah. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui beberapa kendala. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas dan manfaat laporan ini menjadi lebih baik di waktu yang akan datang. Akhirnya, kepada pihak-pihak yang membantu tersusunnya laporan ini, kami sampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih.
Ternate, 14 Agustus 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA
Budiyono Kepala Perwakilan
ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK
i iii iv iv
INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI MALUKU UTARA
iv
RINGKASAN UMUM
xi
BAB I
PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH 1.1 Kondisi Umum 1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan 1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran
1 2 2 10
BAB II
KEUANGAN PEMERINTAH 2.1 Struktur APBD 2.2 Realisasi Pendapatan APBD 2.3 Realisasi Belanja APBD 2.4 Rekening Pemerintah
17 18 19 21 23
BAB III
INFLASI DAERAH 3.1 Kondisi Umum 3.2 Perkembangan Inflasi Kota Ternate 3.3 Faktor-Faktor Penggerak Inflasi 3.4 Koordinasi Pengendalian Inflasi di Maluku Utara
25 26 27 32 38
BAB IV
KINERJA PERBANKAN DAN PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 4.1 Kinerja Perbankan 4.2 Stabilitas Sistem Keuangan 4.3 Perkembangan Sistem Pembayaran
43 43 50 52
BOKS
KEWAJIBAN PENGGUNAAN UANG RUPIAH DI WILAYAH NKRI
55
BAB V
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan 5.2 Nilai Tukar Petani (NTP) 5.3 Persepsi Tingkat Kesejahteraan
61 62 63 65
BAB VI
PROSPEK PEREKONOMIAN 6.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi 6.2 Outlook Inflasi Daerah
67 68 71
DAFTAR TABEL 1 Tabel 2 Tabel
1.1
Perkembangan Industri Manufaktur Kecil
16
2.1
Realisasi Pendapatan APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I 2015 Realisasi Belanja APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I 2015
20
Statistik Inflasi Per Kelompok Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) Andil Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Sub Kelompok Barang dan Jasa Laju Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) Komoditas Pendorong & Penahan Laju Inflasi Bulanan (MTM) Kota Ternate Kegiatan TPID Provinsi Maluku Utara dan TPID Kota Ternate
27 29
Tabel
2.2
3 Tabel Tabel
3.1 3.2
Tabel
3.3
Tabel
3.4
Tabel
3.5
Tabel
3.6
4 Tabel Tabel Tabel
4.1 4.2 4.3
Kegiatan Kas Keliling Triwulan II 2014 Perkembangan Cek/BG Kosong Perkembangan RTGS Maluku Utara
51 53 54
5 Tabel Tabel
5.1 5.2
Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara Nilai Tukar Petani (NTP) Wilayah Sulampua
62 65
iv
23
29 30 32 37
DAFTAR GRAFIK 1 Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 1.13 1.14 1.15 1.16 1.17 1.18 1.19
Grafik
1.20
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
1.21 1.22 1.23 1.24 1.25 1.26 1.27 1.28 1.29 1.30
2 Grafik Grafik Grafik
2.1 2.2 2.3
Grafik
2.4
Grafik 3 Grafik
Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan Pertumbuhan dan Andil Struktur PDRB Sisi Permintaan Struktur PDRB Sisi Penggunaan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Indeks Pendapatan Rumah Tangga (IPRT Perkembangan Kredit Konsumtif Lokasi Proyek Volume Bongkar Bahan Pokok (Ton Volume Barang konsumsi lainnya (Ton) Jumlah Kendaraan Roda 4 Baru (unit) Jumlah Kendaraan Roda 2 Baru (unit) Konsumsi KwH Rumah Tangga Volume Barang Bahan Strategis (Ton) Perkembangan Konsumsi Semen Perkembangan PMA di Maluku Utara Perkembangan PMDN di Maluku Utara Perkembangan Giro Pemerintah Perkembangan Volume Ekspor Perkembangan Nilai Ekspor Perkembangan Volume Muat Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate Perkembangan Volume Bongkar Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate Perkembangan Volume Impor Perkembangan Nilai Impor Perkembangan Sektoral PDRB Sisi Penawaran Andil Pertumbuhan Sektoral PDRB Sisi Penawaran Struktur PDRB Sisi Penawaran Volume Tangkapan Ikan Ternate Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan Perkembangan TPK Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan
3 3 4 4 4 5 5 5 6 6 6 7 7 8 8 9 9 9 10
18 19 21
2.5
Perubahan Struktur APBD Akun Pendapatan Tahun 2014 dan 2015 Perubahan Struktur APBD Akun Belanja Tahun 2014 dan 2015 Perbandingan Sisi Pendapatan Realisasi APBD Triwulan I 2014 dan Triwulan I 2015 Perbandingan Sisi Realisasi APBD Triwulan I 2014 dan Triwulan I 2015 Perkembangan APBD Maluku Utara (dalam juta rupiah)
3.1
Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate, Sulampua & Nasional
26
10 10 11 11 11 12 13 13 14 15
22 24
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8
4 Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8
Andil Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Komoditas Laju Inflasi Bulanan (mtm) Kota Ternate, Sulampua & Nasional Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Pergerakan Harga Emas Internasional Nilai Ikan Tangkap Volume Ikan Tangkap Pergerakan harga Premium dan Solar
28 31 33 34 35 35 36
Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara (miliar rupiah) Perkembangan DPK (miliar rupiah) Perkembangan Kredit di Maluku Utara (miliar rupiah) Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara Perkembangan Bank Syariah Perkembangan BPR/BPRs Perkembangan NPL Perbankan Perkembangan Transaksi Tunai di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Malut 4.9 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) 4.10 Perkembangan Kliring Maluku Utara
40 41 43 44 45 46 47 50
Grafik Grafik Grafik
5.1 5.2 5.3
Sebaran Tenaga Kerja di Maluku Utara Perkembangan NTP Maluku Utara Perkembangan Persepsi Kesejahteraan Masyarakat Maluku Utara
63 64 65
6 Grafik
6.1
Perkembangan PDRB Malut dan Proyeksinya
68
Grafik Grafik
50 52
5
vi
INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI MALUKU UTARA A.Inflasi dan PDRB
INDIKATOR
Tw.1 112.16 8.8
2014 Tw.2 Tw.3 114.28 9.75
2015 Tw.4
Tw.1
Tw.2
117.01 5.4
122.30 9.34
121.04 7.92
123.67 8.22
4,684.0 1,151.2 506.6 260.0 3.2
4,743.5 1,171.6 458.3 257.0 3.5
4,858.7 1,175.3 477.1 264.5 4.1
4,925.9 1,152.5 487.7 272.9 4.6
4,930.0 1180.3 510.9 274.7 4.1
5,053.6 1199.7 536.9 275.7 4.3
4.2 290.0
4.3 302.1
4.4 299.4
4.5 315.1
4.4 308.7
4.6 322.0
805.0 257.0 21.0 193.4 130.2 5.4 16.0
828.9 262.3 21.0 200.1 136.0 5.5 16.1
865.5 273.9 21.3 210.1 131.1 5.7 16.6
878.1 274.9 21.6 209.5 151.7 5.7 16.4
888.5 275.7 21.1 216.1 152.0 5.8 16.6
909.6 284.5 21.5 219.1 142.1 5.8 16.8
745.2
773.9
795.2
818.0
159.6 99.2 36.8
163.3 101.9 37.7
169.6 105.7 39.2
166.8 106.8 39.1
760.4 165.6 105.1 40.0
792.2 171.0 107.0 40.8
B.Perbankan
INDIKATOR Bank Umum: Total Aset (Rp miliar) DPK (Rp miliar) - Tabungan - Giro - Deposito Kredit (Rp miliar) - Modal Kerja - Konsumsi - Investasi LDR Kredit UMKM (Rp miliar) Kredit Mikro (Rp miliar) Kredit Kecil (Rp miliar) Kredit Menengah (Rp miliar) NPL
viii
2013
2014
2015
Tw.1
Tw.2
Tw.3
Tw.4
Tw.1
Tw.2
Tw.3
Tw.4
Tw.1
Tw.2
5,906.5
5,959.3
6,262.2
6,602.5
6,461.5
6,650.5
6,783.5
7,147.6
7,105.4
7,439.8
4,792.5
4,743.5
4,923.3
4,830.8
5,080.1
5,355.7
5,571.7
5,216.8
5,743.1
6,236.4
2,513.8
2,598.4
2,786.2
3,170.7
2,942.7
2,821.0
2,956.6
3,270.2
3,001.2
1,836.7
1,390.6
1,282.5
1,290.5
779.2
1,183.2
1,509.2
1,528.5
839.1
1,485.5
3,073.0
888.2
862.6
846.6
880.9
954.2
1,025.5
1,086.6
1,107.5
1,256.4
1,326.7
4,025.0
4,375.9
4,508.4
4,631.5
4,712.9
4,819.2
4,937.6
5,066.9
5,202.9
5,428.0
1,185.2
1,279.0
1,278.5
1,295.9
1,279.7
1,263.1
1,311.3
1,328.6
1,370.4
1,457.2
2,469.4
2,623.3
479.1
483.5
2,950.5
3,069.6
3,150.4
465.2
462.8
469.0
370.5
473.5
479.1
483.5
482.7
486.5
475.9
3,273.1
3,369.7
3,501.8
83.99
92.25
91.57
95.87
92.77
89.98
88.62
97.13
90.59
87.04
2,923.8
1,432.3
1,417.3
1,452.4
1,351.2
1,405.9
1,390.2
1,398.9
1,427.7
1,519.7
235.7
256.0
249.1
266.4
272.0
336.7
300.5
345.0
355.4
370.7
790.4
840.6
820.5
830.0
740.4
726.5
744.4
729.3
728.3
762.3
282.5
335.8
347.7
355.9
338.8
342.7
345.3
324.6
344.0
386.8
2.53
2.84
3.17
2.78
3.08
2.95
2.93
2.29
2.53
2.33
Ringkasan Umum Pertumbuhan Ekonomi Daerah Perekonomian Maluku Utara menunjukkan adanya perkembangan dengan mencatatkan
pertumbuhan
sebesar
2,51%
(qtq)
jauh
meningkat
dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 0,10% (qtq). Sementara itu, secara tahunan perekonomian Malut tumbuh sebesar 6,54% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan I-2015 sebesar 5,25% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,67% (yoy). Dengan pertumbuhan tersebut maka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Utara atas dasar harga berlaku tahun dasar 2010 pada triwulan II 2015 tercatat sebesar Rp 6.566,3 miliar. Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari membaiknya kondisi ekspor dan konsumsi rumah tangga yang meningkat. Serupa dengan triwulan sebelumnya, pengeluaran konsumsi pemerintah kembali menjadi faktor penghambat pertumbuhan tahunan pada triwulan laporan. Sementara dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara triwulan laporan terutama bersumber dari peningkatan kinerja pada sektor pertambangan, konstruksi, transportasi, dan administrasi pemerintah.
Keuangan Pemerintah Anggaran pendapatan dan belanja dalam APBD Provinsi Maluku Utara 2015 mengalami peningkatan sebesar masing-masing 12,86% dan 16,42% dari APBD 2014. Namun demikian, karena adanya keterlambatan pengesahan APBD serta pergantian pimpinan beberapa SKPD strategis, hingga akhir semester I-2015 realisasi belanja APBD Provinsi Maluku Utara baru mencapai 10,51% dan secara nominal turun 42,97% (yoy). Kondisi tersebut menyebabkan komponen
konsumsi pemerintah pada PDRB Provinsi Maluku Utara triwulan laporan mengalami penurunan sebesar 1,66% (yoy)
Inflasi Daerah Laju kenaikan harga barang dan jasa secara tahunan di Provinsi Maluku Utara pada triwulan II 2015 tercatat sebesar 8,22% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 7,92% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 9,75% (yoy). Peningkatan tekanan inflasi pada triwulan laporan disebabkan oleh penyesuaian kembali harga premium dan solar pada awal triwulan laporan. Kenaikan tersebut kemudian diikuti dengan penyesuaian sejumlah tarif moda angkutan sehinga menambah tekanan inflasi administered prices dari 12,35% (yoy) menjadi 15,10% (yoy) pada triwulan ini. Sementara itu, peningkatan tekanan juga terjadi pada inflasi inti yang tercatat 6,05% (yoy), sedikit lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 5,91% (yoy) karena pelemahan nilai tukar yang berdampak pada kenaikan harga beberapa barang impor serta penyesuaian ongkos produksi beberapa produk manufaktur. Di lain sisi, penurunan tekanan inflasi terjadi pada inflasi volatile food pada triwulan laporan yang sebesar 7,97% (yoy) lebih rendah dari triwulan I 2015 yang mencapai 9,69% (yoy). Penurunan ini dipengaruhi oleh kondisi pasokan sayur-mayur, beras, dan ikan segar yang lebih baik dibandingkan tahun 2014.
Kinerja Perbankan dan Perkembangan Sistem Pembayaran Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, secara umum kinerja perbankan di Maluku Utara pada triwulan II-2015 masih menunjukkan kinerja yang positif. Total aset bank umum di Provinsi Maluku Utara pada triwulan II-2015 tercatat sebesar Rp 7,44 triliun, meningkat 4,71% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Secara tahunan, aset tumbuh sebesar 9,97% (yoy). Kondisi ini
x
seiring dengan tingginya pertumbuhan kredit maupun DPK yang diimbangi dengan penurunan NPL. Jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh perbankan di Maluku Utara pada triwulan II-2015 mencapai Rp 6,24 triliun, meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 8,59% (qtq). Secara tahunan, pertumbuhan DPK mencapai 16,44% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2015 yang pertumbuhannya sebesar 13,05 % (yoy). Dari sisi penyaluran dana, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan di Maluku Utara pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp5,43 triliun atau meningkat 4,33% (qtq). Secara tahunan, penyaluran kredit tumbuh 12,63% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencapai 10,40% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, peran intermediasi perbankan yang diukur melalui tingkat LDR (Loans to Deposit Ratio) masih berada di level yang sangat tinggi yakni 87,04%. Dari sisi stabilitas sistem keuangan, ketahanan sektor korporasi maupun rumah tangga masih relatif baik yang terindikasi dari rasio NPL yang masih berada pada level yang rendah pada kedua kelompok tersebut. Rasio NPL pada triwulan laporan tercatat hanya sebesar 2,33%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,53% Pada triwulan laporan, transaksi tunai yang melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara mengalami net outflow. Sementara itu, terjadi penurunan nilai transaksi non tunai melalui fasilitas kliring. Di lain sisi, seiring meningkatnya aktivitas perekonomian pada triwulan laporan, transaksi nilai besar melalui RTGS menunjukan peningkatan.
Ketenagakerjaan dan kesejahteraan Membaiknya kinerja perekonomian pada triwulan laporan menyebabkan masyarakat optimis terhadap kondisi ketenagakerjaan dalam enam bulan ke depan. Sementara itu, di tengah meningkatnya laju inflasi pada triwulan II-2015, persepsi masyarakat mengenai kesejahteraan dirinya masih positif walaupun
sedikit lebih rendah dari triwulan I-2015. Di lain sisi, kesejahteraan petani terindikasi menurun yang tercermin dari penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) Maluku Utara tercatat sebesar 101,22, turun 2,9% (yoy).
Prospek Perekonomian Perekonomian Malut pada triwulan III 2015 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari triwulan laporan dan berada pada kisaran 6,36% - 6,86% (yoy) dengan kecenderungan bias ke bawah. Sementara perekonomian Malut selama tahun 2015 diperkirakan akan mengalami pertumbuhan pada kisaran 6,0% 6,5% (yoy). Dari sisi permintaan, PMTB dan pengeluaran pemerintah menjadi penggerak utama ekonomi Malut diperkirakan akan meningkat. Sementara itu, ekspor baik luar negeri maupun antar daerah diprediksi masih tumbuh positif karena faktor baseline effect. Dari sisi penawaran, sektor industri pengolahan, pertanian, dan pertambangan diprediksi akan tumbuh meningkat menyusul melimpahnya produksi bahan baku pada triwulan laporan Laju inflasi kota Ternate diperkirakan masih berada di dalam trend menurun. Penurunan tekanan inflasi terutama dipengaruhi oleh kondisi pasokan pangan strategis yang relatif lebih baik dibandingkan tahun 2014. Potensi inflasi masih dapat muncul akibat dampak pelemahan Rupiah, peningkatan tekanan permintaan saat Idul Adha di Bulan September 2015, serta penyesuaian dampak kenaikan tarif PLN untuk golongan tertentu pada Juni 2015 yang lalu. Dengan mempertimbangkan kondisi terkini serta potensi inflasi ke depan, inflasi pada triwulan III-2015 diproyeksikan pada kisaran 8,03% ± 1% (yoy) lebih rendah dari triwulan laporan yang mencapai 8,22% (yoy)
xii
Pertumbuhan Yoy Tw II
6,54% “Kinerja realisasi pendapatan maupun belanja pemerintah mengalami penurunan”
Perekonomian
Maluku
Utara
menunjukkan
adanya
perkembangan dengan mencatatkan pertumbuhan sebesar
Pertumbuhan QtQ Tw II
2,51%
2,51% (qtq) jauh meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 0,10% (qtq).
Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari ekspor dan konsumsi rumah tangga. Dari sisi lapangan usaha terutama bersumber dari peningkatan kinerja pada sektor pertambangan, konstruksi, transportasi, dan administrasi pemerintah.
1
PERTUMBUHAN EKONOMI
“Pantai Sulamadaha” Courtesy : gambarwisata.com
1
PERTUMBUHAN EKONOMI 1.1 Kondisi Umum Perekonomian Maluku Utara menunjukkan adanya perkembangan dengan mencatatkan pertumbuhan sebesar 2,51% (qtq) jauh meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 0,10% (qtq). Sementara itu, secara tahunan perekonomian Malut tumbuh sebesar 6,54% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan I-2015 sebesar 5,25% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,67% (yoy). Dengan pertumbuhan tersebut maka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Utara atas dasar harga berlaku pada triwulan II 2015 tercatat sebesar Rp 6.566,3 miliar. Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari ekspor dan konsumsi rumah tangga. Serupa dengan triwulan sebelumnya, pengeluaran konsumsi pemerintah kembali menjadi faktor penghambat pertumbuhan tahunan pada triwulan laporan. Dari sisi lapangan usaha atau penawaran, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara triwulan laporan terutama bersumber dari peningkatan kinerja pada sektor pertambangan, konstruksi, transportasi, dan administrasi pemerintah.
1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan Dari sisi permintaan (penggunaan), faktor pendorong pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan disumbang oleh komponen ekspor. Tingginya pertumbuhan ekspor sebesar 38,22% (yoy) turut memberikan andil paling dominan dalam pertumbuhan yaitu sebesar 28,85%. Sementara itu, komponen konsumsi rumah tangga juga mengalami akselerasi dari triwulan sebelumnya. Konsumsi rumah tangga memberikan andil kedua terbesar pada pertumbuhan ekonomi Malut triwulan laporan dengan andil sebesar 2,19%. Di lain sisi, komponen konsumsi pemerintah kembali menjadi penahan laju pertumbuhan karena mengalami penyusutan sebesar 3,13% (yoy) dengan andil sebesar -0,44%. Masih tingginya ketergantungan Maluku Utara terhadap pasokan dari luar provinsi menyebabkan pertumbuhan impor juga meningkat sehingga neraca perdagangan Maluku Utara masih mengalami net impor. Namun demikian, seiring dengan meningkatnya produksi lokal
2
PERTUMBUHAN EKONOMI beberapa komoditas unggulan Maluku Utara, ekspor mencatatkan pertumbuhan yang lebih tinggi sehingga terjadi penurunan net impor.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.1 Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.2 Pertumbuhan dan Andil Struktur PDRB Sisi Permintaan
Dengan perkembangan tersebut, struktur perekonomian Maluku Utara dari sisi permintaan (penggunaan) pada triwulan II 2015 masih didominasi oleh konsumsi, khususnya konsumsi rumah tangga yang memiliki pangsa sebesar 58,66%, menyusut dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 59,32%. Sementara konsumsi pemerintah memiliki pangsa yang tergerus menjadi 26,71%, serupa dengan pangsa investasi (PMTB) yang mengalami sedikit pengikisan pangsa sebesar 0,23% menjadi sebesar 26,48%. Di lain sisi, masih tingginya
PERTUMBUHAN EKONOMI ketergantungan Maluku Utara terhadap pasokan dari luar provinsi menyebabkan terjadinya net impor sehingga menjadi pangsa negatif bagi struktur perekonomian Maluku Utara .
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.3 Struktur PDRB Sisi Penggunaan
1.2.1 Konsumsi Masyakat dan LNPRT Konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan tercatat tumbuh 3,64% (yoy) terakselerasi dari triwulan sebelumnya sebesar 3,46%. Kondisi yang sama juga terjadi pada konsumsi lembaga non profit yang pada triwulan ini tumbuh 2,88% (yoy) dimana pada triwulan sebelumnya mencatat pertumbuhan 2,31%. Konsumsi masyarakat kembali memberikan andil kedua terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Maluku Utara yakni sebesar 2,19%.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.4 Indeks Tendensi Konsumen (ITK)
4
PERTUMBUHAN EKONOMI Tendensi meningkatnya pertumbuhan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan terkonfirmasi dari meningkatnya tendensi konsumen (ITK) pada triwulan II 2015 yang meningkat pada angka 103,8 dibandingkan triwulan I 2015 yang mencapai 103,20. Peningkatan kondisi ekonomi konsumen ini didukung oleh meningkatnya indeks penerimaan rumah tangga (IPRT) dari 100,98 pada triwulan I-2015 menjadi 105,61 pada triwulan laporan. Meningkatnya intensitas konsumsi masyarakat di Maluku Utara dibandingkan triwulan lalu juga terlihat dari pergerakan kegiatan bongkar muat selama triwulan II 2015 di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate pada sebagian besar komoditas, terutama kegiatan bongkar bahan pokok dan barang konsumsi yang dikirim dari luar daerah seperti Surabaya, Makassar dan Bitung (Manado). Volume bongkar barang konsumsi pada triwulan laporan tumbuh 44,7% (yoy) lebih tinggi signifikan dari triwulan sebelumnya 2,0% (yoy).
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.5 Indeks Pendapatan Rumah Tangga (IPRT)
Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate
Grafik 1.7 Volume Bongkar Bahan Pokok (Ton)
Sumber : LBU, diolah
Grafik 1.6 Perkembangan Kredit Konsumtif Lokasi Proyek
Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate
Grafik 1.8 Volume Barang konsumsi lainnya (Ton)
PERTUMBUHAN EKONOMI Peningkatan konsumsi masyarakat dibandingkan triwulan lalu juga terkonfirmasi dari jumlah kendaraan baru roda empat yang meningkat baik secara triwulanan sebesar 11,4% (qtq) maupun tahunan sebesar 82,1% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, konsumsi listrik rumah tangga (KwH) mengalami pertumbuhan tahunan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu 11,2% (yoy), naik dari 9,9% (yoy).
Sumber : Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah
Grafik 1.9 Jumlah Kendaraan Roda 4 Baru (unit)
Sumber : Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah
Grafik 1.10 Jumlah Kendaraan Roda 2 Baru (unit)
Sumber : Sumber : PLN Provinsi Maluku Utara
Grafik 1.11 Konsumsi KwH Rumah Tangga
1.2.2 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Pertumbuhan investasi atau modal tetap domestik bruto (PMTB) pada triwulan II 2015 tercatat sebesar 7,27% (yoy). PMTB tumbuh sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang
6
PERTUMBUHAN EKONOMI mencapai 8,02% (yoy). Kondisi ini ditengarai oleh belum optimalnya pembangunan infrastruktur dan kapasitas produksi yang disesuaikan dengan perkiraan beberapa perusahaan swasta. Melambatnya perkembangan kegiatan investasi juga terindikasi dari total volume pengadaan semen di Maluku Utara yang turun sebesar 29,36% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,9% (yoy). Adapun peningkatan konsumsi semen ini juga disebabkan melambatnya realisasi proyek investasi pemerintah akibat belum optimalnya penyerapan anggaran. Di samping itu, penurunan pengadaan semen pada triwulan ini merupakan imbas dari tingginya pasokan semen dimana pasokan terkonsentrasi pada bulan akhir triwulan sebelumnya, sehingga konsumsi semen masih menggunakan stok lama.
Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate
Grafik 1.12 Volume Barang Bahan Strategis (Ton)
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (ASI)
Grafik 1.13 Perkembangan Konsumsi Semen
Ditengah melambatnya pertumbuhan PMTB, kinerja arus investasi ke Maluku Utara menunjukkan kinerja yang positif. Indikator investasi yang sebagian direpresentasikan dari foreign direct investment (FDI) dan domestic direct investment (DDI) tercatat meningkat. Perkembangan FDI tercatat sebesar Rp 141 miliar (asumsi rerata kurs rupiah terhadap USD sebesar Rp.12.000/USD) tumbuh 17,54%, dimana pada triwulan sebelumnya mencatat pertumbuhan negatif. Hal ini merupakan prospek positif untuk perkembangan kompenen PMTB pada triwulan mendatang.
PERTUMBUHAN EKONOMI
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal
Grafik 1.14 Perkembangan PMA di Maluku Utara
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal
Grafik 1.15 Perkembangan PMDN di Maluku Utara
1.2.3 Pengeluaran Pemerintah Secara tahunan, konsumsi pemerintah pada triwulan II 2015 menyusut 1,42% (yoy). Penyusutan ini masih merupakan dampak lanjutan dari terlambatnya penetapan APBD Provinsi Maluku Utara 2015 yang baru disahkan pada akhir Februari 2015. Selain itu, melambatnya penyerapan APBN yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur
ditengarai menjadi
penyebab menurunnya konsumsi pemerintah. Namun demikian, komponen pengeluaran pemerintah pada triwulan sebelumnya mengalami penyusutan yang lebih dalam yakni sebesar 4,88% (yoy). Dengan demikian, kinerja pengeluaran pemerintah pada triwulan laporan relatif membaik yang dikonfirmasi dengan adanya peningkatan konsumsi pemerintah secara triwulanan sebesar 5,84% (qtq). Membaiknya kinerja pengeluaran pemerintah terkonfirmasi dengan perkembangan saldo giro pemerintah. Pada akhir triwulan II 2015 giro pemerintah tercatat sebesar Rp 681 miliar. Jumlah ini tumbuh sebesar 52,10% (yoy) pada triwulan I 2015 menjadi sebesar 9,08% (yoy) pada triwulan II 2015. Menurunnya giro milik pemerintah menjadi indikator realisasi belanja yang terakselerasi lebih baik pada triwulan laporan. Penjelasan lebih lanjut terkait pengeluaran pemerintah ini dapat dilihat pada bab keuangan pemerintah.
8
PERTUMBUHAN EKONOMI
Sumber : LBU, diolah
Grafik 1.16 Perkembangan Giro Pemerintah
1.2.4 Kegiatan Ekspor – Impor Neraca perdagangan Maluku Utara secara keseluruhan (antar daerah dan luar negeri) pada triwulan laporan menunjukkan net impor sebesar Rp848.40 miliar atau turun 33,08% (yoy). Ekspor tercatat tumbuh positif sebesar 46,41% (yoy) seiring peningkatan ekspor antar daerah khususnya komoditas kopra, kelapa, dan rempah-rempah serta faktor baseline effect ekspor komoditas pertambangan. Di sisi lain impor juga mengalami pertumbuhan sebesar 22,52% (yoy) seiring meningkatnya rencana investasi pada periode mendatang.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.17 Perkembangan Volume Ekspor
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.18 Perkembangan Nilai Ekspor
PERTUMBUHAN EKONOMI
Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate
Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate
Grafik 1.19 Perkembangan Volume Muat Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate
Grafik 1.20 Perkembangan Volume Bongkar Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate
Tingginya konsumsi masyarakat khususnya pada barang habis konsumsi yang didatangkan dari luar daerah, menghasilkan perkembangan impor Maluku Utara yang mencatat pertumbuhan sebesar 22,52% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 25,17% (yoy) Berdasarkan data BPS, nilai impor luar negeri Maluku Utara mengalami kenaikan sebesar 289,34% (yoy) kendati demikian volume impor mencatat penurunan sebesar 14,82%.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.21 Perkembangan Volume Impor
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.22 Perkembangan Nilai Impor
1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Penawaran Dari sisi penawaran, sebagian besar kinerja positif pada peningkatan pertumbuhan ekonomi triwulan laporan merupakan andil dari lonjakan pertumbuhan sektor pertambangan yang mengalami peningkatan kinerja yang signifikan dibandingkan triwulan lalu serta
10
PERTUMBUHAN EKONOMI pertumbuhan industri pengolahan. Sementara itu, walaupun tumbuh sedikit melambat, sektor perdagangan besar dan eceran masih tumbuh sangat tinggi sehingga kembali memberikan andil terbesar dalam pertumbuhan ekonomi triwulan laporan yakni sebesar 1,70%.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.23 Perkembangan Sektoral PDRB Sisi Penawaran
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.24 Andil Pertumbuhan Sektoral PDRB Sisi Penawaran
PERTUMBUHAN EKONOMI Dengan perkembangan tersebut, struktur perekonomian Maluku Utara di triwulan I 2015 masih didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang menyumbang 25,39% dari total PDRB. Kemudian pada triwulan ini msaih bertahan di peringkat kedua yaitu sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 17,35%, dan berikutnya administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib yang menunjukkan pangsa sebesar 16,31%. Sementara itu, sektor lainnya memiliki pangsa dibawah 10%.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.25 Struktur PDRB Sisi Penawaran
1.3.1 Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pada triwulan II 2015, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan tumbuh sebesar 2,39% (yoy) tumbuh lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 2,53%. Perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan lalu ini disebabkan oleh berakhirnya masa panen raya padi lokal dan tanaman hortikultura (cabai dan bawang merah) yang pada tahun ini terjadi pada awal triwulan I-2015. Perlambatan juga disebabkan oleh penundaan panen akibat faktor permintaan dimana permintaan ekspor untuk komoditas pala, cengkeh, dan kopra menurun akibat melimpahnya panen kelapa di daerah produksi lain serta berlebihnya stok cengkeh pada produsen rokok. Kualitas hasil panen rempah-rempah yang dinilai kurang baik pada periode triwulan II 2015 ini. Di lain sisi, subsektor perikanan menunjukan perbaikan kinerja secara
12
PERTUMBUHAN EKONOMI relatif. Pada triwulan laporan hasil tangkapan ikan mencapai 1754 ton atau turun 4,52% (yoy). Kondisi ini lebih baik daripada triwulan I-2015 di mana hasil tangkapan ikan tercatat turun 32,32% (yoy).
Sumber : Pelabuhan Perikanan Kota Ternate
Grafik 1.26 Volume Tangkapan Ikan Ternate
Sumber : LBU, diolah
Grafik 1.27 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian
Kinerja sektor pertanian juga tercermin dari peningkatan kredit yang dikucurkan oleh perbankan. Total kredit yang disalurkan selama triwulan laporan adalah Rp15,67 miliar, tumbuh melambat 29,08% (yoy) dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya, 33,75% (yoy).
1.3.2 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor masih tumbuh tinggi sebesar 9,75% (yoy) walaupun sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang sebesar 10,37% (yoy). Perlambatan pada sektor perdagangan dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas sandang, elektronik, obat-obatan sehingga penjualan untuk komoditas tersebut turun. Kondisi ini adalah dampak penguatan nilai dolar yang mengakibatkan komoditas ekspor maupun produk manufaktur berbahan baku ekspor mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan.
PERTUMBUHAN EKONOMI
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.28 Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.29 Perkembangan TPK
Meskipun mengalami perlambatan pertumbuhan, tingkat penghunian kamar sebagai salah satu indikator aktivitas pendatang yang cenderung melakukan aktivitas di sektor perdagangan mengalami akselerasi. Selain itu jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan pada sektor ini masih mengalami akselerasi. Berdasarkan lokasi proyek, kredit yang disalurkan triwulan laporan tercatat sebesar Rp 58,29 miliar atau meningkat 11,33% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,12%. Dengan demikian, kinerja sektor ini pada triwulan mendatang diperkirakan masih cukup tinggi.
1.3.3 Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan pada triwulan II 2015 tumbuh sebesar 7,26% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,67% (yoy). Pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan ditopang oleh tingginya produksi sektor pertanian yang merupakan bahan mentah dari sebagian besar industri pengolahan di Maluku Utara yaitu kopra dan olahan hasil laut. Panen kelapa pada triwulan lalu membuat input produksi yang berkesinambungan pada kinerja industri pengolahan bulan ini. Selain itu melimpahnya tangkapan ikan pada triwulan ini, secara spontan meningkatkan industri pengolahan ikan. Demikian pula dengan komoditas pertanian berupa hasil bumi seperti cengkeh yang sebelumnya mengalami keterlambatan produksi akibat curah hujan yang masih tinggi, telah dapat berproduksi pada triwulan II seiring datangnya musim kemarau.
14
PERTUMBUHAN EKONOMI Peningkatan kinerja pada sektor ini juga terlihat dari pertumbuhan outstanding kredit yang dikucurkan perbankan yang tumbuh sebesar 8,67%, dimana pada triwulan sebelumnya sempat terjadi koreksi sebesar 3,80% (yoy).
Sumber : LBU, diolah
Grafik 1.30 Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan
Peningkatan pertumbuhan sektor industri juga tercermin dari pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil yang pada triwulan II 2015 tumbuh sebesar 8,67% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,41% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang pada triwulan laporan juga meningkat dari 13,87% (yoy) menjadi 21,79% (yoy). Hampir seluruh industri mencatat pertumbuhan positif yang signifikan. Meningkatnya pertumbuhan industri skala mikro dan kecil terutama terjadi pada industri pakaian jadi yang tumbuh pesat dari 19,33% (yoy) menjadi 40,09% (yoy).
PERTUMBUHAN EKONOMI Jenis Industri Industri Makanan Industri Minuman Industri Pakaian Jadi Industri Kayu Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Logam Dasar Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya Industri Alat Angkutan Lainnya Industri Furnitur Industri Pengolahan Lainnya
Pertumbuhan Triwulan I 2015 Pertumbuhan Triwulan II 2015
qtq 1.61 4.08 -8.18 -3.48 5.87 0.96 4.38 -2.02 0.64 0.51 0.96
yoy 8.75 38.92 19.33 14.61 0.12 0.53 15.02 22.91 3.19 25.72 6.41
qtq 13.24 7.62 10.25 -0.62 5.55 13.03 11.45 -2.06 6.42 13.92 10.78
yoy 21.71 37.75 40.09 3.95 9.59 24.58 36.87 12.15 8.45 37.98 19.87
Tabel 1.1 Perkembangan Industri Manufaktur Kecil
1.3.4 Sektor Pertambangan Dengan adanya baseline effect akibat kontraksi pertumbuhan yang terjadi pada periode yang sama tahun sebelumnya pasca diberlakukannya UU Minerba, sektor pertambangan kian menunjukkan perkembangan positif. Pada triwulan laporan sektor ini tumbuh positif sebesar 17,15% (yoy) naik signifikan dari triwulan sebelumnya sebesar 0,46% (yoy), dan memberikan andil tertinggi yaitu sebesar 1,66%. Pertumbuhan ini bersumber dari tambang emas serta tambang nikel milik beberapa perusahaan besar yang tetap beroperasi secara terbatas. Hasil produksi bijih nikel dikirimkan untuk diolah lebih lanjut ke smelter terdekat seperti smelter milik PT Antam di Pomalaa Sulawesi Tenggara.
16
Realisasi Pendapatan Tw II
45,8% “Kinerja realisasi pendapatan maupun belanja pemerintah mengalami penurunan”
Anggaran pendapatan dan belanja dalam APBD Provinsi Maluku Utara 2015 mengalami peningkatan sebesar masingmasing 12,86% dan 16,42% dari APBD 2014.
Realisasi Belanja Tw II
22,3%
Namun demikian, karena adanya keterlambatan pengesahan APBD serta pergantian pimpinan beberapa SKPD strategis, hingga akhir semester I-2015 realisasi belanja APBD Provinsi Maluku Utara baru mencapai 10,51% dan secara nominal turun 42,97% (yoy). Kondisi tersebut menyebabkan komponen konsumsi pemerintah pada PDRB Provinsi Maluku Utara triwulan laporan mengalami penurunan sebesar 1,66% (yoy) .
2
KEUANGAN PEMERINTAH
“Festival Teluk Jailolo” Courtesy : wisataindonesia.co.id
17
KEUANGAN PEMERINTAH 2.1 Struktur APBD Anggaran pendapatan Pemprov Maluku Utara dalam APBD 2015 adalah sebesar Rp1,83 triliun atau meningkat 12,86% dari anggaran pendapatan pada APBD 2014.Sementara itu, anggaran belanja pada APBD 2015 tercatat sebesar Rp1,82 triliun atau meningkat 16,42% dari anggaran belanja tahun sebelumnya. Pada anggaran pendapatan, kenaikan anggaran terutama bersumber dari pendapatan transfer sebesar 34,8% (yoy). Pendapatan transfer adalah pendapatan yang didapatkan dari pemerintah pusat sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku. Secara struktur pendapatan transfer ini masih menjadi sumber pendapatan terbesar pemerintah Maluku Utara yaitu sebesar 82,6% pada APBD 2015, dikarenakan pendapatan asli daerah belum dapat menjadi tonggak utama keuangan daerah mengingat belum optimalnya penyerapan pajak, masih rendahnya pendapatan perusahaan daerah, serta dampak penerapan UU Minerba pada sektor pertambangan nikel di Maluku Utara. Sementara itu, meningkatnya pendapatan transfer dipengaruhi oleh pengalihan subsidi energi pada APBN 2015 pada dana untuk pembangunan daerah serta fokus pembangunan pemerintah pusat terhadap daerah di kawasan Indonesia Timur.
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
Grafik 2.1 Perubahan Struktur APBD Akun Pendapatan Tahun 2014 dan 2015
18
KEUANGAN PEMERINTAH Kenaikan juga terjadi pada anggaran belanja seiring adanya kenaikan pada anggaran pendapatan. Kenaikan terbesar terdapat pada belanja modal yaitu sebesar 16,0% (yoy). Kenaikan pada nominal belanja modal tersebut menjadi harapan meningkatnya pembangunan sarana publik/infrastruktur pada triwulan mendatang. Secara struktural, pangsa dari anggaran belanja tidak mengalami banyak perubahan.
Meskipun mengalami penurunan, belanja
operasional masih mendominasi struktur belanja dengan pangsa sebesar 67,6%.
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
Grafik 2.2 Perubahan Struktur APBD Akun Belanja Tahun 2014 dan 2015
2.2 Realisasi Pendapatan APBD Jumlah total realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Maluku Utara, hingga akhis semester I 2015 mencapai Rp 837,06 miliar, mencapai 45,79% dari total target anggaran pendapatan 2015 yang sebesar Rp1.827,93 miliar, atau masih di bawah target per semester sebesar 50%. Nominal realisasi tersebut menurun apabila dibandingkan realisasi pendapatan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 52,78% (yoy). Berdasarkan komponen pembentuknya, realisasi tertinggi pendapatan pemerintah Provinsi Maluku Utara berasal dari komponen transfer pemerintah pusat-dana bagi hasil bukan pajak sebesar 55,17%, diikuti dana penyesuaian dengan realisasi sebesar 32,62%. Dengan demikian, pendapatan Pemprov, Pemerintah kabupaten dan kota di Maluku Utara sebagian besar bukan berasal dari pendapatan dari daerah itu sendiri, melainkan bergantung pada dana perimbangan.
KEUANGAN PEMERINTAH Realisasi seluruh komponen pendapatan pada semester I tahun 2015, baik Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan/Transfer, maupun Pendapatan Lain-lain mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2014. Serupa dengan triwulan lalu, kinerja penerapan anggaran pendapatan terendah kembali ditunjukkan oleh pendapatan lain-lain (hibah). Realisasi pendapatan hibah sampai dengan akhir semester I-2015 hanya sebesar 29,80%. Pada periode yang sama tahun sebelumnya mencapai >50%.
Uraian Pendapatan PAD Pajak daerah Retribusi daerah Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Lain-lain PAD yang sah Pendapatan Transfer Transfer pemerintah pusat-dana perimbangan Dana Bagi Hasil Pajak/ Dana Bagi Hasil Bukan Pajak DAU DAK Transfer pemerintah pusat-lainnya Dana penyesuaian Lain-lain pendapatan yang sah Pendapatan Hibah
Anggaran Pemprov Realisasi s/d (%) Realisasi Maluku Utara TW II 2015 1,827,927,649,000 837,058,227,522 248,646,493,000 169,135,747,000 47,240,121,000 634,493,000 31,636,132,000 1,509,281,156,000 1,309,937,956,000 58,194,166,000 75,957,780,000 1,061,177,950,000 114,608,060,000 199,343,200,000 199,343,200,000 70,000,000,000 70,000,000,000
45.79%
90,501,362,322 66,324,566,749 21,650,024,370
19,054,056,296 41,902,941,368 530,588,952,000 34,382,418,000 99,767,850,000 99,767,850,000 20,860,647,536
36.40% 39.21% 45.83% 0.00% 7.99% 48.08% 0.00% 32.74% 55.17% 50.00% 30.00% 50.05% 50.05% 29.80%
20,860,647,536
29.80%
2,526,771,203 725,696,217,664
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
Tabel 2.1 Realisasi Pendapatan APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I 2015 – data per 25 Juni 2015 (dalam rupiah)
Realisasi PAD hingga akhir semester I-2015 baru mencapai 36,4% lebih rendah dari realisasi pada tahun 2014 yang sudah mencapai 45,2%. Kondisi tersebut ditengarai disebabkan oleh perusahaan tambang nikel masih beroperasi terbatas sembari menunggu selesainya pembangunan smelter. Perusahaan-perusahaan tersebut selama ini menjadi lumbung PAD Maluku Utara melalui pajak maupun retribusi daerah. Sementara itu, komponen pendapatan transfer yang seyogyanya dapat menjadi penentu pencapaian target anggaran juga tidak menunjukkan kinerja yang memuaskan. Pos pendapatan yang memegang 86,70% hanya mencatatkan realisasi sebesar 48%, Kondisi ini berbeda dengan periode sama tahun sebelumnya yang menunjukkan kinerja sebesar 54,12%.
20
KEUANGAN PEMERINTAH
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
Grafik 2.3 Perbandingan Sisi Pendapatan Realisasi APBD Triwulan I 2014 dan Triwulan I 2015
2.3 Realisasi Belanja APBD Total realisasi belanja daerah sampai dengan akhir semseter I 2015 mencapai Rp 406,24 miliar atau sebesar 22,27% dari anggaran sebesar 1.824,43 miliar. Jumlah realisasi tersebut jauh lebih rendah dibandingkan realisasi belanja pada periode yang sama di tahun 2014 sebesar 38,89%. Dari sisi komponen pembentuknya, tingkat realisasi tertinggi belanja daerah terjadi pada belanja transfer bagi hasil sebesar 63,51% dengan pangsa 14,45% dari keseluruhan realisasi belanja semester I 2015. Kemudian disusul dengan komponen belanja hibah sebesar 44,15% dengan pangsa sebesar 27,7% terhadap total realisasi semester I 2015. Sementara realisasi terbesar secara nominal terdapat pada pos belanja pegawai. Realisasi seluruh komponen belanja pada semester I 2015, baik Belanja Operasional maupun Belanja Modal mengalami penurunan dibandingkan kondisi yang sama pada tahun sebelumnya. Realisasi belanja modal menjadi sumber utama perlambatan kinerja APBD dengan realisasi hanya sebesar 9,1% hingga akhir semester I-2015. Kondisi ini sangat berbeda dengan semester I-2014 di mana realisasi belanja model sudah mencapai 39%.
KEUANGAN PEMERINTAH
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
Grafik 2.4 Perbandingan Sisi Realisasi APBD Triwulan I 2014 dan Triwulan I 2015
Rendahnya realisasi belanja modal pada semester I-2015 adalah imbas lanjutan dari keterlambatan pengesahan APBD 2015 yang baru terlaksana pada akhir Februari 2015. Kondisi ini berdampak pada terlambatnya dropping dana ke SKPD-SKPD serta pemerintah kabupaten kota. Akibat keterlambatan dropping, keseluruhan proses lelang juga mundur. Kondisi ini diperparah dengan kondisi politik jelang pilkada kabupaten dan kota serta maraknya penggantian pimpinan SKPD. Rendahnya realisasi juga dialami oleh komponen belanja lainnya. Belanja barang yang juga memerlukan proses pengadaan hanya mencatat realisasi sebesar 11,92%. Sementara itu, realisasi belanja pegawai yang sifatnya rutin hanya mencapai 30,59% dari pagu APBD 2015.
22
KEUANGAN PEMERINTAH Uraian
Anggaran Pemprov Maluku Utara
Belanja Belanja operasi Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan sosial Belanja Bantuan keuangan kpd Prov/Kab/Kota dan Pemdes Belanja modal Belanja tanah Belanja peralatan dan mesin Belanja bangunan dan gedung Belanja jalan, irigasi dan jaringan Belanja aset tetap lainnya Belanja tak terduga Belanja tidak terduga Transfer Transfer Bagi hasil ke kab/kota/desa Bagi hasil pajak
Realisasi s/d (%) Realisasi TW II 2015
1,824,427,649,000
406,238,240,191
1,232,912,385,180 417,884,617,000 510,286,360,180 5,000,000,000 255,261,783,000 43,579,625,000 900,000,000 497,060,351,350 10,515,045,000 57,240,936,500 148,675,334,200 278,819,094,650 1,809,941,000 2,000,000,000 2,000,000,000 92,454,912,470 92,454,912,470 92,454,912,470
302,532,746,002 127,831,775,902 60,817,994,100 112,687,976,000 1,195,000,000 44,988,876,940 2,195,210,000 5,666,913,130 6,398,180,300 30,728,573,510 58,716,617,249 58,716,617,249 58,716,617,249
22.27% 13.73% 30.59% 11.92% 0.00% 44.15% 2.74% 0.00% 9.05% 20.88% 9.90% 4.30% 11.02% 0.00% 0.00% 0.00% 63.51% 63.51% 63.51%
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
Tabel 2.2 Realisasi Belanja APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I 2015 (dalam rupiah) – data per 25 Juni 2015
Rendahnya realisasi juga dialami oleh komponen belanja lainnya. Belanja barang yang juga memerlukan proses pengadaan hanya mencatat realisasi belanja sebesar 11,92%. Sementara itu, walaupun tetap lebih rendah, realisasi belanja pegawai yang sifatnya rutin hanya mencapai 30,59% dari pagu APBD 2015. Dari sisi komponen pembentuknya, tingkat realisasi tertinggi belanja daerah terjadi pada belanja transfer bagi hasil sebesar 63,51% dengan pangsa 14,45% dari keseluruhan realisasi belanja triwulan II-2015. Kemudian disusul dengan komponen belanja hibah sebesar 44,15% dengan pangsa sebesar 27,7% terhadap total realisasi triwulan II 2015. Sementara realisasi terbesar secara nominal terdapat pada pos belanja pegawai.
2.4 Rekening Pemerintah Dana pemerintah yang tersimpan di perbankan hingga akhir triwulan II 2015 tercatat sebesar Rp. 1,12 triliun, nominal tersebut merupakan nominal dana pemerintah tertinggi selama
KEUANGAN PEMERINTAH lebih dari tiga tahun terakhir. Jumlah ini tumbuh signifikan sebesar 42,05% (yoy) melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 60,33% (yoy). Perlambatan terutama terjadi pada simpanan giro. Berdasarkan data LBU, giro milik Pemda tumbuh 42,05% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 60,33% (yoy). Kondisi ini terutama disebabkan oleh masih rendahnya realisasi pendapatan pemda selama tahun 2015. Hal ini menyebabkan giro milik pemda tetap tumbuh melambat di tengah rendahnya realisasi belanja Pemda.
Sumber : Data Perbankan
Grafik 2.5 Perkembangan APBD Maluku Utara (dalam juta rupiah)
24
Inflasi YoY Tw II
8,22% “Tekanan Inflasi pada triwulan II 2015 meningkat”
Inflasi QtQ Tw II
Laju kenaikan harga barang dan jasa secara tahunan di Provinsi Maluku Utara pada triwulan II 2015 tercatat sebesar 8,22%
(yoy),
lebih
tinggi
dibandingkan
inflasi
triwulan
2,17%
sebelumnya sebesar 7,92% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 9,75% (yoy).
Secara bulanan, selama triwulan kedua Provinsi Maluku Utara mengalami tiga kali inflasi berturut-turut yaitu sebesar 0,62% (mtm), 0,65% (mtm) dan menutup triwulan II dengan inflasi bulanan sebesar 0,89%.
3
INFLASI
25
INFLASI 2.1 Kondisi Umum Laju kenaikan harga barang dan jasa secara tahunan di Provinsi Maluku Utara yang direpresentasikan oleh Kota Ternate pada triwulan II 2015 tercatat sebesar 8,22% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 7,92% (yoy). Akan tetapi, angka tersebut masih lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 9,75% (yoy). Angka inflasi triwulan II 2015 ini lebih tinggi dibandingkan dengan angka Nasional sebesar 7,26% (yoy). Secara bulanan, selama triwulan kedua Provinsi Maluku Utara mengalami tiga kali inflasi berturut-turut yaitu sebesar 0,62% (mtm), 0,65% (mtm) dan menutup triwulan II dengan inflasi bulanan sebesar 0,89%. Dengan demikian, hingga akhir triwulan II-2015, Maluku Utara mengalami inflasi sebesar 2,03% (ytd). 12
Malut
Nasional
10
8.22
Malut
7.26
Nasional
8 6 4
2 0 1
3
5
7
2012
9 11 1
3
5
7
2013
9 11 1
3
5
7
2014
9 11 1
3
5
2015
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 3.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate & Nasional
Peningkatan tekanan inflasi pada triwulan laporan disebabkan oleh penyesuaian kembali harga premium dan solar pada awal triwulan laporan. Kenaikan tersebut kemudian diikuti dengan penyesuaian sejumlah tarif moda angkutan sehinga menambah tekanan inflasi administered prices dari 12,35% (yoy) menjadi 15,10% (yoy) pada triwulan ini. Sementara itu, peningkatan tekanan juga terjadi pada inflasi inti yang tercatat 6,05% (yoy), sedikit lebih tinggi
26
INFLASI dari triwulan sebelumnya sebesar 5,91% (yoy) karena pelemahan nilai tukar yang berdampak pada kenaikan harga beberapa barang impor serta penyesuaian ongkos produksi beberapa produk manufaktur. Di lain sisi, penurunan tekanan inflasi terjadi pada inflasi volatile food pada triwulan laporan yang sebesar 7,97% (yoy) lebih rendah dari triwulan I 2015 yang mencapai 9,69% (yoy). Penurunan ini dipengaruhi oleh kondisi pasokan sayur-mayur, beras, dan ikan segar yang lebih baik dibandingkan tahun 2014.
Tw II 2014 YoY
2014 YoY
Tw I 2015 Tw II 2015 Tw II 2015 YoY YoY QTQ
UMUM Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Tabel 3.1 Statistik Inflasi Per Kelompok
3.2 Perkembangan Inflasi Kota Ternate 3.2.1 Inflasi Tahunan (yoy) Inflasi tahunan Provinsi Maluku Utara pada triwulan laporan meningkat dari 7,92% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 8,22% (yoy). Penyumbang tekanan inflasi tahunan datang dari ketiga kelompok disagregasi baik volatile foods, administered prices, maupun core inflation.
INFLASI
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 3.2 Andil Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Komoditas
Peningkatan terutama disumbang oleh kelompok yang dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah (administered prices) yaitu kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan yang memiliki bobot inflasi signifikan, dengan inflasi sebesar 14,20% (yoy). Kebijakan pemerintah pada tanggal 28 Maret 2015 untuk menaikkan harga bahan bakar bersubsidi, (setelah sempat diturunkan pada triwulan sebelumnya), secara responsif meningkatkan tekanan inflasi pada triwulan laporan. Dampak dari peningkatan harga BBM tersebut memberikan efek lanjutan yang lebih besar pada kelompok transpor berupa kenaikan tarif angkutan dalam kota yang menunjukkan andil inflasi tahunan yang dominan. Sejalan dengan kenaikan sepanjang triwulan tersebut, sewa sepeda motor yang menjadi barang substitusi angkutan umum turut mengalami peningkatan tarif yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Sumbangan peningkatan inflasi tahunan terbesar disusul oleh kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar dengan tingkat inflasi sebesar 4,89% (yoy) dengan andil 1,60%. Tarif listrik yang memiliki bobot besar dalam konsumsi rumah tangga mengalami penyesuaian tarif sehingga meningkatkan tekanan inflasi tahunan pada kelompok ini. Peningkatan inflasi tahunan terbesar juga ditunjukkan oleh kelompok sandang yang pada triwulan laporan yang mengalami inflasi tahunan tertinggi diantara kelompok lainnya yaitu sebesar 22,40% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya juga menunjukkan inflasi tahunan
28
INFLASI yang mencapai 18.58% (yoy). Peningkatan inflasi pada kelompok sandang merupakan implikasi dari penyesuaian ongkos produksi akibat pelemahan Rupiah dan kenaikan tarif listrik serta BBM. Di lain sisi, permintaan untuk komoditas sandang khususnya pakaian muslim sudah meningkat sejak bulan Mei 2015 seiring majunya awal bulan puasa.
Kelompok Barang dan Jasa
I
II
2013
III
IV
I
II
2014
III
IV
I
2015
II
Andil
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah
Tabel 3.2 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Barang & Jasa Inflasi
Andil
Barang & Jasa Inflasi
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah
Tabel 3.3 Andil Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Sub Kelompok Barang dan Jasa
Andil
INFLASI 3.2.2 Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi triwulan laporan menunjukkan inflasi sebesar 2,17% (qtq) jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2015 yang mengalami deflasi sebesar 1,03% (qtq). Tingkat inflasi ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata inflasi triwulanan Kota Ternate selama tiga tahun terakhir yang sebesar 1,77% (qtq). Penyebab inflasi berasal dari kelompok transpor dan kelompok bahan makanan.
Kelompok Barang dan Jasa
2013 I
II
2014 III
IV
I
II
2015 III
IV
I
II
Andil
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah
Tabel 3.4 Laju Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Inflasi triwulanan terbesar sekaligus andil inflasi triwulanan paling dominan terjadi pada kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 6,53% (qtq). Pada triwulan sebelumnya kelompok tersebut menunjukkan angka deflasi terbesar baik dibandingkan kelompok lainnya maupun dibandingkan angka historisnya yaitu sebesar 8,54% (qtq). Hal ini dipicu oleh dampak kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM bersubsidi pada akhir triwulan I dimana dampak kebijakan tersebut bergulir pada triwulan ini. Penurunan ini segera direspon pelaku usaha khususnya usaha angkutan dalam kota, serta dampak lanjutan yang berdampak pada usaha perdagangan bahan makanan akibat mahalnya distribusi. Disamping kelompok transpor, penyumbang inflasi pada triwulan laporan juga datang dari kelompok bahan makanan, khususnya bahan makanan pokok yang tergolong dalam kelompok volatile foods. Kondisi ini disebabkan faktor musiman bulan puasa yang pada tahun 2015 dimulai pada tanggal 18 Juni 2015 sehingga terjadi peningkatan tekanan permintaan khususnya untuk komoditas bahan makanan. Hal ini terindikasi dari kelompok bahan makanan yang mengalami inflasi sebesar 2,58% (qtq) jauh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 1,19% (qtq). Kondisi diperparah dengan tingginya curah hujan selama bulan Mei dan Juni sehingga pasokan bumbu-bumbuan dari lokal Maluku Utara serta hasil tangkapan ikan tidak sebanyak triwulan I-2015.
30
INFLASI 3.2.3 Inflasi Bulanan (mtm) Laju inflasi bulanan (mtm) kota Ternate pada triwulan II 2015 mengalami tren yang meningkat, dimana pada April 2015, Kota Ternate mengalami inflasi sebesar 0,62% (mtm), kemudian pada bulan Mei 2015 kembali terjadi inflasi sebesar 0,65% (mtm) dan kemudian triwulan II ditutup dengan lonjakan inflasi yang lebih tinggi yaitu sebesar 0,89% (mtm). Selama tiga bulan berturut-turut Kota Ternate memiliki inflasi bulanan yang lebih tinggi dibandingkan kondisi inflasi di level Nasional (grafik 3.2). 7
Nasional
Malut
6 5
Malut
4 3
0.89
2 1 0
-1 -2
1
3
5
7
9
11
2012
1
3
5
7
2013
9
11
1
3
5
7
2014
9
11
1
3
5
2015
0.54 Nasional
-3
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 3.3 Laju Inflasi Bulanan (mtm) Kota Ternate, Sulampua & Nasional
Bahan makanan masih mendominasi karakteristik inflasi ketiga bulan tersebut. Penyumbang inflasi seperti komoditas ikan, aneka cabai maupun bawang, sering ditemui pada faktor penyebab inflasi pada triwulan ini meskipun bukan menjadi penyumbang inflasi yang utama. Sementara itu, penyebab inflasi bulanan yang utama masih berkaitan dengan dampak kenaikan administered prices dan kenaikan harga sandang. Pada bulan April 2015, paska kebijakan harga BBM bersubsidi pada akhir Maret 2015, pasar segera merespon pernyataan kebijakan tersebut dalam kurun waktu kurang dari satu bulan. Inflasi pada bulan April merupakan sumbangan dari kelompok yang berkaitan dengan kebijakan tersebut, yaitu kelompok transpor yang terdiri atas kenaikan harga bensin maupun angkutan dalam kota, serta tarif sewa sepeda motor yang merupakan moda transportasi darat utama selain angkutan umum. Sementara itu pada bulan Mei 2015, komoditas yang berkaitan dengan tempat tinggal memberikan dampak yang signifikan. Komoditas papan, maupun sewa rumah menjadi
INFLASI penyumbang terbesar. Para pemilik rumah sewa menyesuaikan tarif seiring dengan peningkatan berbagai biaya dan bahan bangunan. Di samping itu kegiatan renovasi rumah meningkat jelang Idul Fitri sehingga permintaan bahan bangunan juga meningkat. Sementara itu, pada bulan Mei harga beberapa komoditas volatile foods serempak meningkat seperti aneka rica (cabai) yang naik hingga kisaran 20%, bawang, tomat, dan aneka ikan laut olahan. Tingginya curah hujan selama bulan Mei 2015 menyebabkan rendahnya kualitas panen komoditas barito sehingga pasokan ke pasar berkurang dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Seiring dengan meningkatnya tekanan permintaan selama bulan Ramadhan, bulan Juni 2015 mengalami inflasi tertinggi selama triwulan laporan. Komoditas penyumbang inflasi bulan sebelumnya yaitu barito (bawang, rica/cabai, tomat), sayur mayur, ikan segar, dan daging ayam ras kembali memberikan sumbangan inflasi. Pada bulan Juni 2015, tingginya tekanan permintaan juga berdampak pada meningkatnya harga rokok, beberapa komoditas sandang, dan makanan olahan.
MEI
APRIL No. 1 2 3 4 5
Komoditas Angkutan Dalam Kota Tarip Sewa Motor Bensin Bawang Merah Mie
Andil 0.44% 0.36% 0.12% 0.09% 0.06%
No. 1 2 3 4 5
Komoditas Papan Sewa Rumah Lolosi Baju Kaos Berkerah Cabai Rawit
JUNI Andil 0.12% 0.07% 0.06% 0.06% 0.05%
No. 1 2 3 4 5
Komoditas Selar/Tude Mie Rokok Putih Celana Pendek Pakaian Bayi
Andil 0.27% 0.14% 0.08% 0.08% 0.07%
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Tabel 3.5 Komoditas Pendorong & Penahan Laju Inflasi Bulanan (MTM) Kota Ternate
3.3 Faktor-faktor Penggerak Inflasi Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan inflasi secara tahunan dipengaruhi oleh gejolak harga yang terjadi pada tiga kelompok pengeluaran. Pada triwulan laporan, kelompok administered price dan core menjadi faktor utama peningkatan inflasi tahunan.
3.3.1 Faktor Fundamental Tekanan inflasi inti (core inflation) tahunan pada triwulan II 2015 meningkat tipis dari 5,91% (yoy) menjadi 6,05% (yoy). Peningkatan tekanan inflasi inti terutama disumbang oleh komoditas aneka sandang khususnya sandang wanita.
32
INFLASI Peningkatan tekanan pada komoditas sandang terutama disebabkan oleh dampak lanjutan dari kenaikan TTL yang menyebabkan biaya energi di pabrik tekstil meningkat. Di samping itu, banyaknya bahan baku tekstil yang berasal dari produk impor juga menyebabkan biaya bahan baku meningkat signifikan seiring dolar yang semakin terapresiasi. Kedua faktor ini menyebabkan indutri manufaktur khususnya pakaian menyesuaikan harga produknya.
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.4 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika
Penguatan nilai dolar AS juga mulai meningkatkan harga komoditas impor seperti produk obat dan elektronik. Selama triwulan laporan, Dollar Amerika terus mengalami apresiasi. Pada Tw II2015, Nilai Rupiah terhadap dolar Amerika (kurs jual) tercatat sebesar Rp.13.399, dololar terapresiasi signifikan sebesar 12,51% (yoy) dibandingkan rata-rata pada periode yang sama. Faktor pendorong inflasi inti lainnya adalah harga emas perhiasan. Harga emas mengalami kenaikan seiring terapresiasinya harga dolar terhadap rupiah Hal ini terkonfirmasi dari data harga emas aneka tambang (Antam), dimana harga pembelian emas pada akhir triwulan II 2015 adalah Rp.508.000/gr, atau meningkat 1,28% (yoy).
INFLASI
Sumber : World Bank
Grafik 3.5 Pergerakan Harga Emas Internasional
3.3.2 Non Fundamental Volatile foods Tekanan inflasi yang dialami kelompok volatile foods pada triwulan laporan mengalami retardasi dari 9,69% (yoy) pada triwulan I menjadi 7,97% (yoy) pada triwulan ini. Secara umum, penurunan tekanan inflasi volatile food dipengaruhi oleh kondisi pasokan pangan strategis selama 2015 khususnya pada triwulan laporan yang lebih baik daripada tahun 2014. Sesuai dengan informasi dari BPS Provinsi Maluku Utara dan Dinas Pertanian Provinsi, produksi beras, bawang merah, dan cabai merah pada tahun 2015 diperkirakan meningkat. Berkurangnya tekanan inflasi volatile food disebabkan oleh terjaganya pasokan sayur mayur seiring meningkatnya panen di sentra produksi dalam provinsi. Pada triwulan laporan subkelompok sayur-sayuran mencatatkan deflasi sebesar 7,13% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami inflasi sebesar 2,55% (yoy). Penurunan tekanan inflasi juga terjadi pada subkelompok umbi-umbian dan hasilhasilnya khususnya komoditas beras. Meningkatnya panen beras pada sentra-sentra produksi di Maluku Utara dan provinsi sekitarnya berhasil mempertahankan stabilitas harga beras sehingga inflasi komoditas ini turun dari 6,95% (yoy) menjadi 5,4% (yoy). Kondisi ini juga terkonfirmasi dari posisi stok bulog Divre Ternate pada bulan Juni 2015 (sebelum penyaluran) yang mencapai 5,6 ribu ton jauh lebih tinggi dari kondisi pada periode yang sama tahun 2014 yang hanya mencapai 4,5 ribu ton.
34
INFLASI Meredanya tekanan inflasi year on year pada triwulan II juga dipicu oleh menurunnya tekanan inflasi pada kelompok komoditas ikan segar yang merupakan makanan favorit warga Maluku Utara. Tingkat inflasi kelompok ikan segar pada triwulan laporan turun dari 22,99% (yoy) menjadi 14,20% (yoy).
Sumber: PPN Kota Ternate, diolah
Grafik 3.6 Nilai Ikan Tangkap
Sumber: PPN Kota Ternate, diolah
Grafik 3.7 Volume Ikan Tangkap
Pelemahan tekanan ini juga ditunjukkan dengan menurunnya harga rata-rata ikan segar dari nelayan pada triwulan II, dapat dilihat pada grafik 3.5. Penurunan harga ikan di pelabuhan ini dikarenakan melimpahnya tangkapan dibandingkan triwulan yang lalu. Berdasarkan data PIPP tersebut, hasil tangkapan ikan pada triwulan II 2015 dilaporkan mencapai 1754 ton, naik sebesar 36% dari triwulan I. Berdasarkan data BMKG, kondisi gelombang laut pada akhir triwulan II 2015 relatif lebih rendah dibandingkan triwulan lalu, yaitu pada kirsaran ketinggian 1,5 m – 2 m. Kondisi gelombang ini cukup konduisif bagi peningkatan hasil tangkapan ikan tertentu seperti ikan tongkol dan ikan lolosi.
Administered Prices Inflasi yang dialami oleh kelompok administered prices pada akhir triwulan II 2015 tercatat meningkat dari 12,35% (yoy) menjadi 15,10% (yoy). Penyesuaian harga BBM bersubsidi di penghujung triwulan pertama menyebabkan peningkatan pada tekanan inflasi kelompok ini. Dengan kenaikan harga premium dan solar pada bulan Maret, inflasi komoditas bensin pada akhir triwulan II-2015 mengalami peningkatan dari 6,29% (yoy) menjadi 12,82% (yoy). Demikian pula dengan inflasi solar yang naik dari 17,54% (yoy) menjadi 25,45% (yoy).
INFLASI
Sumber: Pertamina, diolah
Grafik 3.8 Pergerakan harga Premium dan Solar
Selain berdampak langsung pada kenaikan komoditas bensin dan solar, peningkatan pada kelompok ini turut meningkatkan harga komoditas administered prices lainnya yakni subkelompok transport. Kenaikan terjadi pada tarif angkutan dalam kota dan sewa sepeda motor (ojek) yang merupakan moda transportasi darat preferensi utama masyarakat Maluku Utara. Fluktuasi harga BBM berpotensi menyebabkan dampak lanjutan yang signifikan. Dampak penyesuaian harga komoditas terkait fluktuasi bahan bakar cenderung inelastis ke atas. Sebagai contoh, ketika harga BBM turun, komoditas tarif angkutan dalam kota di lapangan tidak mengalami banyak perubahan Kondisi berbeda ketika harga BBM dinaikkan, komoditas tersebut dengan cepat merespon melalui kenaikan tarif yang langsung diikuti dengan kenaikan harga bahan makanan. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu lebih tegas dalam menerapkan kebijakan perubahan tarif pasca perubahan harga BBM.
3.4 Koordinasi Pengendalian Inflasi di Maluku Utara Selama triwulan II 2015, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Maluku Utara dan TPID Kota Ternate telah melakukan 2 kali rapat koordinasi (high level meeting). Selain untuk melakukan evaluasi terhadap kondisi stok pangan strategis, rapat juga dilaksanakan
36
INFLASI untuk merumuskan program-program TPID dalam rangka menahan lonjakan inflasi saat bulan puasa dan Idul Fitri.
No 1
Koordinator TPID
Kota
Ternate
Kegiatan – Sidak harga dan stok pangan ke pasar-pasar di Ternate
Dipimpin langsung Walikota Ternate 2
Disperindag Kota Ternate
Pasar Murah dan bazar sembako
3
TPID Kota Ternate
Himbauan walikota Ternate kepada masyarakat untuk tidak berbelanja secara berlebihan melalui media massa cetak dan elektronik. Konferensi pers dipimpin langsung oleh Walikota Ternate.
4
TPID Provinsi Maluku Utara
Himbauan
tokoh
agama
kepada
pedagang
dan
masyarakat agar tidak melakukan penimbunan barang dan aktivitas spekulasi harga 5
Bank Indonesia
Fasilitasi pertemuan petani klaster bawang dan cabai merah di Halmahera Timur dengan asosiasi pemasok Kota Ternate
Tabel 3.6 Program Pengendalian Inflasi Puasa – Idul Fitri TPID Provinsi Maluku Utara dan Kota Ternate
Adapun langkah strategis jangka panjang yang dilakukan untuk mengendalikan gejolak harga kebutuhan pokok adalah meningkatkan koordinasi antar kabupaten kota dalam mengelola dan mendistribusikan produksi bahan pangan strategis sehingga dapat mengurangi ketergantungan Maluku Utara akan komoditas impor dari provinsi lain. Langkah awal dari strategi ini telah ditempuh dengan kegiatan roadshow TPID Kota Ternate ke Kabupaten Halmahera Barat, Halmahera Utara, dan Halmahera Tengah. Pada kegiatan ini selain sosialisasi dan koordinasi antar pemda juga sekaligus mempertemukan petani dari sentra produksi dengan pedagang dari Ternate. Sementara itu, TPID Provinsi Maluku Utara melalui Disperindagprov juga mulai mensosialisasikan pentingnya TPID ke beberapa Kabupaten. Strategi tersebut sudah membuahkan hasil. Saat ini, TPID Tidore sudah terbentuk dan TPID Kabupaten Halmahera Timur sedang dalam proses pembentukan.
INFLASI
38
Pertumbuhan DPKYoy Tw II
“Kinerja positif sektor perbankan & transaksi tunai mengalami net outflow”
Secara umum kinerja perbankan di Maluku Utara pada triwulan II-2015 menunjukkan kinerja yang positif. Fungsi intermediasi perbankan juga berada pada level yang tinggi yang disertai dengan peningkatan kredit dan DPK.
16,44% Penyaluran kredit YoyY Tw II
12,63%
Dari sisi stabilitas sistem keuangan, ketahanan sektor korporasi maupun rumah tangga masih relatif baik yang terindikasi dari rasio NPL yang masih berada pada level yang rendah pada kedua kelompok tersebut.
4
KINERJA PERBANKAN & PEKEMBANGAN SITEM PEMBAYARAN
“Pantai Sulamadaha, Ternate” Courtesy : jalan2.com
39
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
4.1 Kinerja Perbankan 4.1.1 Perkembangan Aset Perbankan Total aset bank umum di Provinsi Maluku Utara pada triwulan II-2015 tercatat sebesar Rp7,44 triliun, meningkat 4,71% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Secara tahunan, aset sebesar 9,97% (yoy). Kondisi ini seiring dengan tingginya pertumbuhan kredit maupun DPK yang diimbangi dengan penurunan NPL.
Sumber : LBU, diolah
Grafik 4.1 Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara (miliar rupiah)
Dari segi kepemilikan, bank milik pemerintah maupun swasta mengalami peningkatan pertumbuhan. Bank milik pemerintah tercatat tumbuh 12,73% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 11,19% (yoy). Begitu juga dengan bank milik swasta yang tumbuh meningkat dari 3,41% (yoy) menjadi 6,79% (yoy). Berdasarkan jenis operasinya, volume usaha perbankan konvensional dan syariah sama-sama menunjukan peningkatan kinerja. Aset perbankan konvensional tercatat tumbuh meningkat dari 9,97% (yoy) menjadi 11,98% (yoy). Sementara itu, perbankan syariah tumbuh melambat dari 9,91% (yoy) menjadi 9,78% (yoy).
40
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN 4.1.2 Intermediasi Perbankan Jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh perbankan di Maluku Utara pada triwulan II-2015 mencapai Rp 6,24 triliun, meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 8,59% (qtq). Secara tahunan, pertumbuhan DPK mencapai 16,44% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2015 yang pertumbuhannya sebesar 13,05 % (yoy).
Sumber : LBU, diolah
Grafik 4.2 Perkembangan DPK (miliar rupiah)
Peningkatan pertumbuhan terjadi pada jenis simpanan tabungan. Pada triwulan laporan, jumlah simpanan dalam bentuk tabungan tercatat sebesar Rp3,07 triliun atau tumbuh meningkat dari 1,99% (yoy) menjadi 8,94% (yoy). Masuknya THR dan gaji ke -13 ke rekening masyarakat Malut khususnya PNS pada akhir Juni 2015 menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan pada triwulan laporan. Hal ini terkonfirmasi dari meningkatnya pertumbuhan simpanan tabungan milik individu dari sebelumnya menyusut 1,29% (yoy) menjadi 3,63% (yoy). Sementara itu, simpanan dalam bentuk deposito pada akhir triwulan laporan mencapai Rp1,33 triliun, meningkat sebesar 5,60% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara tahunan, deposito masih tumbuh tinggi yakni mencapai 29,36% (yoy), namun sedikit lebih rendah dari triwulan II-2015 yang tumbuh sebesar 21,27% (yoy). Melambatnya pertumbuhan deposito disebabkan oleh meningkatnya penggunaan dana milik sendiri para pelaku usaha baik BUMN, lembaga keuangan nonbank, maupun swasta non lembaga keuangan. Deposito milik
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN individu juga tumbuh melambat dari 22,21% (yoy) menjadi 17,52% (yoy) seiring meningkatnya konsumsi masyarakat jelang lebaran khususnya untuk pengeluaran besar seperti renovasi rumah dan pembelian kendaran baru. Simpanan giro juga tercatat tumbuh melambat. Pada akhir triwulan laporan jumlah simpanan giro di perbankan Maluku Utara mencapai Rp1,84 triliun, tumbuh melambat dari 25,55% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 21,69% (yoy). Perlambatan juga dipengaruhi oleh meningkatnya penggunaan giro milik individu untuk keperluan biaya operasional usahanya. Sementara itu giro milik pemda yang menguasai 37,68% simpanan giro di Maluku Utara tumbuh melambat dari 52,10% (yoy) menjadi 9,08% (yoy). Dari sisi penyaluran dana, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan di Maluku Utara pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp5,43 triliun atau meningkat 4,33% (qtq). Secara tahunan, penyaluran kredit tumbuh 12,63% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencapai 10,40% (yoy). Peningkatan pertumbuhan terutama dipengaruhi oleh meningkatnya kembali aktivitas di sektor pertambangan serta perkembangan sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan yang cukup tinggi pada triwulan laporan. Di samping itu, persepsi pelaku usaha mengenai perekonomian lokal yang juga turut mempengaruhi perkembangan kredit pada triwulan laporan. Dari jenis penggunaannya, peningkatan penyaluran kredit terutama terjadi pada kredit modal kerja yang tumbuh meningkat dari 7,09% (yoy) pada triwulan I-2015 menjadi 15,37% (yoy) pada triwulan II-2015. Peningkatan terutama terjadi kredit untuk sektor perdagangan besar dan eceran seiring masih tingginya pertumbuhan sektor tersebut. Meningkatnya intensitas konsumsi masyarakat, kenaikan harga barang-barang impor, serta meningkatnya perdagangan antar pulau memicu kenaikan kebutuhan modal para pelaku sektor pedagangan di Maluku Utara. Kredit untuk sektor perdagangan besar dan eceran yang menguasai 70,32% kredit produktif perbankan Maluku Utara, tercatat tumbuh 11,77% (yoy) pada triwulan II-2015 setelah pada triwulan sebelumnya hanya tumbuh 6,96% (yoy).
42
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Sumber : LBU, diolah
Grafik 4.3 Perkembangan Kredit di Maluku Utara (miliar rupiah)
Sementara itu, kredit produktif lainnya yakni kredit investasi pada triwulan laporan masih mengalami penurunan sebesar 3,61% (yoy) namun tidak sedalam penurunan pada triwulan sebelumnya sebesar 4,12% (yoy). Adanya potensi perbaikan pertumbuhan kredit investasi terutama dipengaruhi oleh persepsi para pelaku usaha seiring meningkatnya kepastian pembangunan smelter di Maluku Utara. Di lain sisi, kredit konsumsi yang menguasai 64,51% dari total keseluruhan kredit, tercatat tumbuh 14,08% (yoy) pada triwulan laporan, sedikit melambat dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang mencapai 14,21% (yoy). Perlambatan dipicu oleh kontraksi pada KPR, kredit kendaraan bermotor, dan kredit elektronik. Suku bunga jenis kredit tersebut masih tinggi bahkan ada yang menunjukan peningkatan. Perbankan masih menilai bahwa profil risiko pada saat ini cukup tinggi sehingga belum menurunkan suku bunga kreditnya. Dengan perkembangan tersebut, peran intermediasi perbankan yang diukur melalui tingkat LDR (Loans to Deposit Ratio) masih berada di level yang tinggi yakni 87,04%. Tingkat LDR tersebut sedikit 90,59%.
mengalami penurunan dari triwulan IV-2014 yang mencapai
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Sumber : LBU, diolah
Grafik 4.4 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara
4.1.3 Perkembangan Bank Syariah Perbankan syariah secara umum memiliki share aset sebesar 5,11% dari seluruh perbankan umum di Maluku Utara pada triwulan laporan. Kecilnya jumlah ini ditengarai karena masih kecilnya preferensi masyarakat Maluku Utara untuk menggunakan layanan bank syariah. Terbatasnya jaringan baik kantor maupun ATM juga menjadikan kelompok ini kurang dikenal masyrakat. Seiring dengan kinerja perbankan secara umum yang mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, perbankan syariah juga menunjukkan kinerja yang positif diiringi dengan terakselerasinya pertumbuhan di beberapa aspek. Aset perbankan syariah di Maluku Utara pada triwulan II-2015 tercatat sebesar Rp370,83 miliar. Secara tahunan, volume usaha perbankan syariah pada triwulan laporan tumbuh 9,78% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,91% (yoy) seiring turunnya penyaluran dana oleh kelompok tersebut. Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh perbankan syariah pada triwulan II-2015 tercatat Rp325,48 miliar atau meningkat 6,45% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Secara tahunan, DPK perbankan syariah tumbuh 17,39% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulanan
44
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN sebelumnya yang mencapai 16,40% (yoy). Percepatan pertumbuhan didorong oleh meningkatnya pertumbuhan deposito. Deposito syariah tercatat tumbuh 43,28% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya 11,88% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan deposito syariah ditengarai dipicu oleh tingginya rate bagi hasil pada simpanan jenis ini. Di lain sisi, tabungan syariah tumbuh 8,03% (yoy) pada triwulan laporan, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 14,79% (yoy). Warga Malut yang memiliki tabungan pada kelompok bank ini banyak menggunakan dananya untuk pembayaran biaya ibadah haji dan keperluan sehari-hari khususnya selama bulan puasa dan Idul Fitri. Giro syariah juga menunjukkan pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, melambat dari 81,94% (yoy) menjadi 22,17%. Sama halnya dengan tabungan, perlambatan giro lebih disebabkan banyaknya penggunaan dana milik sendiri untuk keperluan rumah tangga dan usaha.
Sumber : LBU, diolah
Grafik 4.5 Perkembangan Bank Syariah
Penyaluran pembiayaan oleh bank syariah di Maluku Utara pada triwulan II-2015 tercatat sebesar Rp197,56 miliar, meningkat 0,28% (qtq). Pembiayaan syariah turun 1,39% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya masih tumbuh positif sebesar 0,64% (yoy). Perlambatan terutama dipengaruhi oleh pembiayaan konsumtif yang mengalami kontraksi sebesar 17,68% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya juga menurun sebesar 12,25% (yoy).
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Penyusutan pembiayaan syariah ini masih dipengaruhi oleh menurunnya penyaluran pembiayaan untuk kepemilikan rumah. Sementara itu, pembiayaan produktif masih tumbuh positif sebesar 32,05% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 25,31% (yoy). Akselerasi ini disebabkan oleh meningkatnya pembiayaan modal kerja sebesar 49,77% (yoy) seiring membaiknya kinerja beberapa sektor utama. Melambatnya pertumbuhan pembiayaan menyebabkan peran intermediasi bank syariah yang tercermin dari angka FDR (financing to deposit ratio) mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada triwulan sebelumnya. Pada triwulan I-2015 angka FDR sebesar 64,43%, maka pada triwulan laporan angka FDR turun ke level 60,70%. Dari sisi risiko pembiayaan, non performing finances (NPF’s) mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya dari 4,97% menjadi 4,51% pada triwulan laporan. Peningkatan NPF ini didorong oleh turunnya kualitas pembiayaan pada sektor pengangkutan dan sektor perdagangan besar dan eceran.
4.1.4 Bank Perkreditan Rakyat Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Maluku Utara pada triwulan II-2015 menunjukkan kinerja positif yang tercermin dari meningkatnya pertumbuhan Aset dan Kredit/Pembiayaan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Aset BPR/S secara tahunan tumbuh 43,03% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 42,78% (yoy) seiring meningkatnya pertumbuhan penghimpunan dan penyaluran dana BPR/BPRS di Maluku Utara.
Sumber : LBU, diolah
Grafik 4.6 Perkembangan BPR/BPRs
46
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN DPK pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp 28,36 miliar atau tumbuh 31,32% (yoy), lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan deposito dan tabungan pada triwulan laporan masing-masing mencapai 51,13% (yoy) dan 7,88% (yoy) meningkat dibandingkan pada triwulan sebelumnya yang masing-masing tercatat sebesar 49,81% (yoy) dan 5,09% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan simpanan di BPR/BPRS dipicu oleh penawaran tingkat suku bunga yang menarik serta gencarnya BPR/BPRS dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Dari sisi penyaluran dana, pada triwulan laporan BPR/BPRS di Maluku Utara berhasil mencatatkan kredit sebesar Rp41,04 miliar atau tumbuh 42,83% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 42,60% (yoy). Sama halnya dengan bank umum, peningkatan kredit terutama terjadi untuk debitur yang beroperasi di sektor perdagangan besar dan eceran
4.2 Stabilitas Sistem Keuangan 4.2.1 Ketahanan Sektor Korporasi Daerah dan Sektor Rumah Tangga Secara umum, ketahanan sektor korporasi daerah dan sektor rumah tangga masih berada dalam kondisi yang cukup baik. Risiko kredit yang dicerminkan dengan perkembangan Non Performing Loan (NPL) pada triwulan laporan masih berada di dalam batas aman. Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian risiko kredit terindikasi mulai menurun. Rasio NPL pada triwulan laporan tercatat hanya sebesar 2,33%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,53%.
Sumber : LBU, diolah
Grafik 4.7 Perkembangan NPL Perbankan
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Membaiknya risiko kredit berasal dari meningkatnya ketahanan sektor rumah tangga. Rasio NPL untuk kredit yang disalurkan untuk penggunaan konsumtif pada triwulan laporan sangat rendah yakni pada level 0,72%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya 0,79%. Penurunan NPL terjadi pada jenis kredit multiguna. Kredit multiguna yang menguasai 50,34% dari total NPL kredit konsumtif, rasio NPLnya turun dari 0,98% pada triwulan sebelumnya menjadi 0,80%. Perbaikan kinerja tersebut adalah dampak positif dari membaiknya gaji PNS pada tahun 2015. Di lain sisi, potensi risiko kredit muncul dari sektor korporasi.
NPL kredit sektor
korporasi meningkat dari 3,36% pada triwulan sebelumnya menjadi 5,27% pada triwulan laporan. Meningkatnya NPL terutama disebabkan oleh terhambatnya perkembangan sektor transportasi serta kegiatan sewa menyewa mesin sipil, alat transportasi darat, dan alat transportasi air akibat kinerja sektor pertambangan nikel yang belum normal. Selain itu, turunnya permintaan masyarakat akan perumahan menyebabkan pembangunan beberapa perumahan di Maluku Utara tertunda. NPL sektor real estate dan usaha persewaan meningkat dari 3,44% menjadi 5,63%. Sementara itu NPL sektor transportasi meningkat dari 4,83% menjadi 5,05%. Sektor perdagangan masih mendominasi 63,57% kredit yang kualitasnya kurang baik di Maluku Utara. NPL pada sektor ini tercatat sebesar 4,72%, turun dari triwulan sebelumnya yang mencapai 5,18%. Sementara itu, rasio NPL korporasi yang masih cukup tinggi berasal dari sektor konstruksi. Terhambatnya pembangunan perumahan serta beberapa bangunan perusahaan menyebabkan NPL pada sektor konstruksi di akhir triwulan laporan mencapai 10,72%.
4.2.2 Pengembangan Akses Keuangan Kredit UMKM yang disalurkan perbankan Malut pada triwulan laporan tercatat Rp 1,52 triliun. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 8,10% (yoy) pada triwulan II-2015 lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,66% (yoy). Peningkatan ini salah satunya dipicu oleh kebijakan perbankan yang meningkatkan target penyaluran kredit bagi debitur UMKM di tahun 2015. Kondisi tersebut tercermin dari meningkatnya debitur UMKM yang pada triwulan laporan yang tercatat sebesar 20,5 ribu orang atau tumbuh sebesar 3,62% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, peningkatan terjadi pada kredit modal kerja. Kredit modal kerja yang diterima debitur UMKM pada triwulan II-2015 mengalami tumbuh sebesar
48
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN 11,96% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,21% (yoy). Di lain sisi, kredit investasi untuk debitur UMKM mengalami penurunan sebesar 1,08% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya juga turun 1,73% (yoy). Pertumbuhan kredit modal kerja pada debitur UMKM didominasi oleh Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran yang memiliki pangsa sebesar 72,33% pada triwulan laporan. Sektor tersebut tumbuh sebesar 9,66% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,94% (yoy). Kredit modal kerja juga mengalami peningkatan pada sektor konstruksi dari yang sebelumnya turun sebesar 20,03% (yoy) pada triwulan I-2015 kemudian tumbuh 7% (yoy) pada triwulan laporan. Dari sisi kualitas kredit, risiko kredit untuk debitur UMKM pada triwulan laporan tergolong tinggi yakni sebesar 5,77%, namun demikian kondisi ini sudah membaik dari triwulan sebelumnya yang mencapai 6,51%. Perbaikan NPL terjadi pada sektor perdagangan dan sektor konstruksi seiring tingginya aktivitas ekonomi pada kedua sektor tersebut.. Masih tingginya NPL kredit untuk debitur UMKM menjadi indikasi bahwa pemerintah perlu untuk membuat program-program pendampingan UMKM unggulan daerah sehingga jumlah UMKM yang bankable dan feasible semakin banyak. Adanya Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) yang dibiayai oleh pemda juga bisa menjadi salah satu solusi dalam menciptakan UMKM berkualitas dan layak mendapat akses pembiayaan bank yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Malut secara umum.
4.3 Perkembangan Sistem Pembayaran Pada triwulan laporan, transaksi tunai yang melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara mengalami net outflow. Sementara itu, terjadi penurunan nilai transaksi non tunai baik yang melalui fasilitas kliring. Di lain sisi, seiring meningkatnya aktivitas perekonomian pada triwulan laporan, transaksi nilai besar melalui RTGS menunjukan peningkatan. Namun demikian, dari sisi kualitas transaksi masih sangat terjaga dengan sedikitnya temuan uang palsu dan rendahnya rasio cek dan BG kosong pada triwulan laporan
4.3.1 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai Aliran uang kartal pada triwulan II-2015 di Maluku Utara menunjukkan net outlow (uang yang keluar lebih besar daripada jumlah uang yang masuk dari khasanah Kantor Perwakilan
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara). Pada triwulan laporan, aliran uang masuk (inflow) tercatat sebesar Rp161,78 miliar, sementara aliran uang keluar (outflow) sebesar Rp513,18 miliar sehingga menghasilkan net outflow sebesar Rp351,39 miliar. 800.00
Inflow
Outflow
Netflow
600.00 400.00
200.00 0.00 -200.00 -400.00 -600.00 RP Miliar
I
II
III
2012
IV
I
II
III
IV
I
II
2013
III
IV
2014
I
II
2015
Sumber: Unit Operasional Kas KPw BI Maluku Utara Grafik 4.8 Perkembangan Transaksi Tunai di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Malut
Jumlah uang masuk (inflow) turun 10,68% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,18% (yoy). Sementara itu, jumlah uang keluar (outflow) meningkat 24,39% (yoy) setelah sebelumnya turun 0,002% % (yoy) pada triwulan I-2015. Adapun net outflow pada triwulan II-2015 tercatat mengalami peningkatan sebesar 51,84% (yoy).
Sumber: Unit Operasional Kas KPw BI Maluku Utara Grafik 4.9 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)
50
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Agar uang tunai yang layak edar selalu diperoleh masyarakat, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara mengimplementasikan kebijakan Clean Money Policy secara rutin melaksanakan kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar (UTLE). Proses pemusnahan tersebut selalu dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan dalam rangka menjamin ketersediaan uang layak edar (ULE) di masyarakat. Selama triwulan laporan terdapat 4,12 juta lembar UTLE yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, turun 22,08% (qtq) dan secara tahunan turun 10,49% (yoy). Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya uang rupiah, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara melakukan sosialisasi agar masyarakat mampu memperlakukan uang rupiah dengan lebih baik lagi sehingga usia edar uang lebih panjang dan pada akhirnya dapat menekan biaya pembuatan.
Sumber: Unit Operasional Kas KPw BI Maluku Utara Tabel 4.1 Kegiatan Kas Keliling Triwulan I-2015
Untuk menyediakan uang rupiah dalam kondisi yang masih relatif baru dan layak edar, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara (KPw BI Provinsi Malut) juga melakukan kegiatan kas keliling secara rutin ke berbagai kabupaten/kota di wilayah Provinsi Maluku Utara. Selama triwulan II-2015 Unit Operasional Kas KPw BI Provinsi Malut telah melaksanakan 7 kali kas keliling ke luar Kota Ternate. Pada triwulan II-2015, ditemukan uang palsu di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara sebanyak 19 lembar, jumlah ini sedikit lebih banyak
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN dibandingkan triwulan sebelumnya dimana terdapat temuan sebanyak 11 lembar. Uang palsu yang beredar mayoritas masih berupa pecahan Rp50.000 sebanyak 9 lembar. Sisanya berupa 4 lembar pecahan Rp100.000. Dalam rangka melindungi masyarakat dari tindak kriminial pemalsuan uang, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Maluku Utara secara periodik melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang keaslian uang rupiah dan meminimalisir temuan uang palsu. Sosialisasi dilakukan di pusat-pusat perbelanjaan seperti pasar (baik modern maupun tradisional), pusat pendidikan seperti universitas dan sekolah atau kepada Pemerintah Daerah. Selain kegiatan sosialisasi secara langsung, Bank Indonesia juga melakukan publikasi tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah melalui media massa baik cetak maupun elektronik.
4.3.2 Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai Pemulihan sektor pertambangan Maluku Utara yang berjalan lambat terindikasi dengan penyusutan yang terjadi pada transaksi nontunai baik kliring maupun RTGS. Secara tahunan, keduanya mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 24,71% (yoy) dan 0,09% (yoy).
4.3.2.1 Perkembangan Kegiatan Kliring Transaksi nontunai melalui fasilitas kliring pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp282,34 miliar, atau turun 29,92%(yoy) setelah pada triwulan sebelumnya juga mengalami penurunan sebesar 20,90% (yoy). 9000.00
800000.00
Nominal (Rp Juta, RHS) Jumlah warkat (lembar)
8000.00
700000.00
7000.00
600000.00
6000.00
500000.00
5000.00
400000.00
4000.00
300000.00
3000.00 2000.00
200000.00
1000.00
100000.00
0.00
0.00 I
II
III
2012
IV
I
II
III
IV
I
2013
II
III
2014
IV
I
2015
Sumber: ULNKP2SP KPw BI Maluku Utara Grafik 4.10 Perkembangan Kliring Maluku Utara
52
II
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Sementara itu, di tengah melambatnya kondisi perekonomian, rasio cek dan bilyet giro (BG) kosong masih terjaga di level yang sangat rendah. Pada triwulan laporan, jumlah cek dan bilyet giro kosong tercatat sebesar 29 lembar atau turun 24,32% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 0,15% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, jumlah rasio lembaran cek BG kosong terhadap cek BG yang diserahkan pada triwulan II-2015 adalah sebesar 0,57%, lebih rendah dari rasio triwulan I-2015 sebesar 0,60%.
Sumber: ULNKP2SP KPw BI Maluku Utara
Tabel 4.2 Perkembangan Cek BG Kosong Sebagai penjelasan tambahan, penolakan kliring dapat terjadi karena bank tertagih tidak bersedia membayar tagihan karena beberapa sebab sebagai berikut: 1.
Kesalahan administratif seperti warkat yang sudah kadaluarsa (untuk bilyet giro, terjadi apabila warkat tersebut sudah melebihi tanggal jatuh temponya), belum waktunya ditarik, endorsement tidak menuruti peraturan, bea materai belum dipenuhi, tanda tangan tidak sama dengan spesimenatau meragukan, perbaikan atau coretan tidak ditandatangani oleh penarik, salah pengisian pada kolom-kolom yang tersedia, dan data nomor dan nama pemegang rekening tidak sesuai,
2.
Kesalahan pencatatan seperti penulisan angka untuk jumlah tidak sama dengan penulisan jumlah dalam huruf,
3.
Terjadi pemblokiran oleh pihak-pihak yang berwenang,
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN 4.
Saldo rekening nasabah yang tidak cukup (bila terjadi saldo nasabah tidak cukup, bank akan memberikan peringatan kepada nasabahnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan memberikan tembusan kepada Bank Indonesia, dan sekiranya kejadian kembali berulang, maka nama nasabah tersebut akan masuk dalam daftar hitam bank-bank peserta kliring sampai permasalahan tersebut diselesaikan menurut peraturan yang berlaku).
4.3.2 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Selaras dengan mulai meningkatnya, transaksi nilai besar melalui RTGS mengalami peningkatan. Total transaksi RTGS pada triwulan II-2015 tercatat sebesar Rp2,78 triliun atau meningkat 3,36% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya turun 0,09% (yoy). Meningkatnya aktivitas ekonomi khususnya pada sektor pertambangan dan infrastruktur diperkirakan menjadi pemicu utama peningkatan ini.
Sumber: Website Bank Indonesia, diolah
Tabel 4.3 Perkembangan RTGS Maluku Utara (Rp Miliar)
54
KEWAJIBAN PENGGUNAAAN
UANG RUPIAH DI WILAYAH NKRI ISU POKOK-POKOK PENGATURAN PBI KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI NKRI 1.
Mayoritas Kewajiban penggunaan Rupiah di wilayah NKRI.
2.
Kewajiban pencantuman harga (kuotasi) barang dan/atau jasa hanya dalam Rupiah.
3.
Pengecualian kewajiban penggunaan Rupiah.
4.
Larangan menolak Rupiah.
5.
Pengecualian transaksi nontunai menggunakan Rupiah berdasarkan persetujuan BI.
6.
Pengecualian terhadap KUPVA dan pembawaan UKA ke luar/ke dalam wilayah Pabean RI.
7.
Laporan dan pengawasan kepatuhan.
8.
Sanksi :
9.
Ketentuan peralihan (masa berlakunya perjanjian tertulis pada transaksi nontunai).
10. Masa berlaku kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi nontunai. 55
BOKS “Transaksi Dengan Menggunakan Mata Uang Asing Tidak Diperkenankan Di Wilayah NKRI”
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang & Peraturan Bank Indonesia No.17/3/PBI/2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pencantuman harga barang/jasa di wilayah NKRI dalam valuta asing, pembayaran/penyelesaian transaksi di wilayah NKRI dengan valuta asing (dolarisasi), atau penggunaan mata uang selain rupiah masih banyak terjadi di Indonesia. Kini praktik tersebut dilarang keras untuk dilakukan.
Konsekuensi hukum pidana
membayangi para pelaku usaha yang masih melakukan praktik tersebut.
LANDASAN HUKUM UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (sebagaimana diubah terakhir dengan UU Nomor 6 Tahun 2009) UU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang
LATAR BELAKANG Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat memiliki Rupiah sebagai salah satu simbol kedaulatan negara yang harus dihormati dan dibanggakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Rupiah merupakan alat pembayaran yang sah sehingga wajib digunakan dalam kegiatan perekonomian di wilayah NKRI guna mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Di samping sebagai identitas dan simbol kedaulatan Negara penggunaan uang rupiah sangat penting bagi perekonomian bangsa. Karena pada gilirannya, efek laten penggunaan valas dalam negeri dapat merugikan perekonomian domestik.
56
BOKS Transaksi valas di pasar domestik, baik tunai maupun non tunai, oleh pelaku ekonomi akan menambah tekanan demand valas di pasar domestik.
Hal ini tercermin dari statistik LLD untuk transaksi valas antar residen dan Currency Substitution Ratio.
Meningkatnya tekanan demand valas menyebabkan depresiasi nilai tukar Rupiah.
Depresiasi Rupiah akan mengganggu kestabilan makroekonomi, yang tercermin dari meningkatnya tekanan inflasi, baik melalui jalur langsung (peningkatan harga barang impor) maupun jalur tidak langsung.
Selain itu, depresiasi Rupiah juga akan menimbulkan currency mismatch yang akan mengganggu balance sheet bank (terutama karena ada eksposur terhadap ULN valas), sehingga
akan
berdampak
pada ketidakstabilan
sistem
keuangan,
yang
berpotensi
menimbulkan krisis keuangan dan ekonomi
KONDISI SAAT INI
Mayoritas transaksi antar residen dalam valas adalah dalam rangka transaksi barang (70%) & jasa (13%)
Penggunaan valas untuk transaksi barang di dalam negeri menunjukkan tren yang meningkat
Mayoritas valas yang digunakan adalah USD (96,4%)
BOKS PENJELASAN POKOK-POKOK PENGATURAN PBI KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NKRI 1. Ketentuan Umum
Kewajiban penggunaan Rupiah di Wilayah NKRI menganut asas territorial
Transaksi dan pembayaran merupakan satu kesatuan. Terhadap transaksi yang dilakukan di Wilayah NKRI maka penerimaan pembayarannya wajib dalam Rupiah.
2. Kewajiban Pencantuman Harga Barang dan/atau Jasa Dalam Rupiah Pelaku usaha wajib mencantumkan harga barang dan/atau jasa hanya dalam Rupiah dan dilarang mencantumkan harga barang dan/atau jasa secara dual quotation
3. Pengecualian Penggunaan Rupiah a) Transaksi dalam rangka APBN b) Hibah Internasional c) Simpanan di Bank dalam valuta asing d) Perdagangan Internasional e) Pembiayaan Internasional f)
58
Transaksi lain yang diperbolehkan menggunakan valas dalam Undang-Undang
BOKS 4. Larangan Menolak Rupiah Setiap pihak dilarang menolak untuk menerima Rupiah sebagai
pembayaran/
menyelesaikan kewajiban, kecuali: a) Terdapat keraguan atas keaslian Rupiah untuk transaksi tunai b) Telah diperjanjian secara tertulis, hanya untuk:
transaksi yang dikecualikan dari kewajiban penggunaan Rupiah.
proyek infrastruktur strategis dan mendapat persetujuan BI.
5. Pengecualian
transaksi
nontunai
menggunakan
Rupiah
berdasarkan
persetujuan BI a) Proyek infrastruktur strategis dan mendapatkan persetujuan BI b) BI dapat mengambil kebijakan tertentu dengan tetap memperhatikan kewajiban penggunaan Rupiah
6. Pengecualian Terhadap Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing (KUPVA) dan Pembawaan Uang Kertas Asing (UKA) ke Luar / ke Dalam Wilayah Pabean RI a) KUPVA yang diselenggarakan sesuai peraturan perundang-undangan, dan b) Pembawaan UKA ke luar / ke dalam wilayah pabean RI yang dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan tidak dikategorikan sebagai transaksi yang wajib menggunakan Rupiah
7. Laporan dan pengawasan kepatuhan a) Bank Indonesia berwenang untuk meminta laporan, keterangan, dan/atau data kepada setiap pihak yang terkait pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah b) Bank Indonesia melakukan pengawasan terhadap kepatuhan setiap pihak dalam melaksanakan kewajiban penggunaan Rupiah
BOKS 8. Sanksi a) Terhadap pelanggaran kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi tunai, dikenakan sanksi pidana sebagaimana diatur dalam UU Mata Uang (kurungan maks. 1 Tahun & denda maksimal Rp200 juta) b) Terhadap pelanggaran kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi nontunai, BI berwenang mengenakan sanksi administratif:
teguran tertulis
denda berupa kewajiban membayar 1% dari nilai transaksi, maks. 1 milyar
Larangan untuk ikut dalam lalu lintas pembayaran
c) Terhadap
pelanggaran
kewajiban
kuotasi
dalam
Rupiah
dan
kewajiban
penyampaian laporan dikenakan sanksi adminstratif berupa teguran tertulis
9. Ketentuan Peralihan Perjanjian tertulis untuk transaksi nontunai yang disusun dalam valuta asing selain: • transaksi yang dikecualikan; atau • proyek infrastruktur strategis dan telah mendapatkan persetujuan BI yang dibuat sebelum tanggal 1 Juli 2015, tetap berlaku sampai berakhirnya perjanjian tersebut.
10. Masa Berlaku Kewajiban Penggunaan Rupiah Ketentuan kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi tunai mulai berlaku sejak diundangkannya UU Mata Uang tanggal 28 Juni 2011 Ketentuan kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi nontunai mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2015.
Korespondensi Penyampaian permohonan untuk proyek infrastruktur strategis dan/atau surat menyurat: Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran Kompleks Perkantoran Bank Indonesia Gedung D lantai 5 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350
Informasi selengkapnya & informasi kurs acuan: Kunjungi website www.bi.go.id
60
Penginkatan tenaga kerja Yoy
2,77% NTP Yoy
“Optimisme kondisi ketenagakerjaan yang disebabkan oleh kinerja perekonomian”
-2,9%
Membaiknya kinerja perekonomian pada triwulan laporan menyebabkan
masyarakat
optimis
terhadap
kondisi
ketenagakerjaan dalam enam bulan ke depan.
Di tengah meningkatnya laju inflasi pada triwulan II-2015, persepsi masyarakat mengenai kesejahteraan dirinya masih positif walaupun sedikit lebih rendah dari triwulan I-2015.
5
KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN
“Masjid Al Munawar, Ternate” Courtesy : iloveindonesian.files.wordpress.com
61
KEUANGAN PEMERINTAH 5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan Berdasarkan data BPS, jumlah angkatan kerja pada bulan Februari 2015 tercatat sebesar 519 ribu jiwa atau meningkat 2,77% (yoy). Jumlah angkatan kerja di Maluku Utara yang bekerja pada akhir Februari 2015 tercatat mencapai 490.2 ribu jiwa. Perbaikan kinerja pada sektor utama menyebabkan terjadi peningkatan jumlah angkatan kerja yang bekerja sebesar 3,23% (yoy).
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Tabel 5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara
Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Maluku Utara pada triwulan II-2015 menunjukkan adanya
perkembangan ke arah yang lebih baik.
Seiring dengan
meningkatnya perekonomian di Provinsi Maluku Utara, pelaku usaha menilai penggunaan tenaga kerjanya pada triwulan laporan lebih tinggi. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) di Provinsi Maluku Utara, Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penggunaan tenaga kerja menunjukkan angka positif yakni sebesar 3,62%. Tingginya pertumbuhan pada Sektor Perdagangan Besar dan Eceran serta Sektor Pertambangan dan Penggalian ditengarai mendorong penyerapan tenaga kerja pada triwulan laporan
62
KEUANGAN PEMERINTAH
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 5.1 SBT Indikator Tenaga Kerja
Masyarakat juga optimis bahwa penyerapan tenaga kerja pada periode mendatang cukup baik. Optimisme ini tergambar dari hasil Survei Konsumen (SK). Persepsi masyarakat terhadap ketenagakerjaan dalam enam bulan ke depan yang tercermin dari SBT SK pada indeks ketersediaan lapangan kerja yang menunjukkan nilai yang positif yakni sebesar 110.
5.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Pada akhir triwulan II 2015, Nilai Tukar Petani (NTP) Maluku Utara tercatat sebesar 101,22, menurun 2,9% (yoy). Secara tahunan, kenaikan indeks yang diterima petani lebih rendah daripada indeks yang dibayar petani sehingga terjadi penurunan NTP pada akhir triwulan laporan. Penurunan NTP ini disebabkan oleh menurunnya harga komoditas pertanian khususnya tanaman perkebunan akibat berlebihnya pasokan di pasar pada triwulan laporan. Di lain sisi, Tingkat inflasi yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni 2,17% (qtq), juga mendongkrak indeks yang dibayar petani sehingga tingkat kesejahteraan petani menurun Turunnya NTP Malut didorong oleh hortikultura, perkebunan rakyat, dan perikanan. Seiring dengan pergerakan laju inflasi yang meningkatkan indeks harga yang dibayar petani serta berkurangnya indeks harga yang dibayar petani akibat banyaknya pasokan di masa panen raya terutama dirasakan pada subsektor tanaman perkebunan rakyat. Surplus
KEUANGAN PEMERINTAH suplai komoditas pertanian ini salah satunya dipengaruhi oleh panen raya beberapa komoditas seperti cengkeh, biji pala, kelapa, dan sagu .
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 5.2 Perkembangan NTP Maluku Utara
NTP Maluku Utara memiliki nilai lebih tinggi daripada NTP Nasional. NTP tersebut berada pada peringkat kelima di wilayah Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat). Pada Juni 2015, dari 10 provinsi di wilayah Sulampua, enam provinsi mengalami peningkatan kesejahteraan petani yang ditandai dengan NTP di atas 100. Sedangkan empat provinsi lain yaitu Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan Papua terindikasi mengalami penurunan kesejahteraan petani dengan NTP yang lebih kecil dari 100.
64
KEUANGAN PEMERINTAH
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Wilayah Sulampua
5.3 Persepsi Tingkat Kesejahteraan Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin di Maluku Utara pada September 2014 turun 0,92% (yoy) menjadi 84,79 ribu jiwa. Dengan perkembangan ini, persentase penduduk miskin turun dari 7,64%pada September 2013 menjadi 7,41% pada September 2014. Dengan demikian, persentase penduduk miskin di Maluku Utara selama enam tahun terakhir (2009-2014) secara umum terus mengalami penurunan. Seiring dengan meningkatnya kinerja sektor utama, kondisi kesejahteraan penduduk Maluku Utara selama semester I-2015 diperkirakan membaik.
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Maluku Utara, diolah
Grafik 5.3 Perkembangan Persepsi Kesejahteraan Masyarakat Maluku Utara
KEUANGAN PEMERINTAH
Berdasarkan hasil survei konsumen yang dilaksanakan Kantor Perwakilan BI Provinsi Maluku Utara, di tengah meningkatnya laju inflasi persepsi masyarakat terhadap kesejahteraan dirinya selama triwulan laporan masih berada pada tingkat positif. Indeks penghasilan saat ini berdasarkan SK tercatat pada indeks yang cukup tinggi yakni 128 walaupun sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 134.
.
66
Proyeksi Ekonomi Tw III
6,36% 6,86% “Pertumbuhan ekonomi diproyeksikan terakselerasi dengan tekanan inflasi yang melemah”
Perekonomian Malut pada triwulan III 2015 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari triwulan laporan dan berada pada kisaran 6,36% - 6,86% (yoy) dengan kecenderungan bias ke
Proyeksi Inflasi Tw III
8,03% %
bawah.
Dengan mempertimbangkan kondisi terkini serta potensi inflasi ke depan, inflasi pada triwulan III-2015 diproyeksikan pada kisaran 8,03% ± 1% (yoy) lebih rendah dari triwulan laporan yang mencapai 8,22% (yoy).
6
PROSPEK PEREKONOMIAN
67
PROSPEK PEREKONOMIAN >> 6.1 Prospek Pertumbuhan ekonomi Perekonomian Malut pada triwulan III 2015 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari triwulan laporan dan berada pada kisaran 6,36% - 6,86% (yoy) dengan kecenderungan bias ke bawah.
Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi selama tahun 2015 adalah
sebesar 6,0% – 6,5% (yoy). Dari sisi permintaan, PMTB dan pengeluaran pemerintah menjadi penggerak utama ekonomi Malut diperkirakan akan meningkat. Sementara itu, ekspor baik luar negeri maupun antar daerah diprediksi masih tumbuh positif karena faktor baseline effect. Dari sisi penawaran, sektor industri pengolahan, pertanian, dan pertambangan diprediksi akan tumbuh meningkat menyusul melimpahnya produksi bahan baku pada triwulan laporan
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 6.1 Perkembangan PDRB Malut dan Nasional Serta Proyeksinya
6.1.1 Sisi Permintaan Pada triwulan III 2015, komponen sisi permintaan diproyeksikan tumbuh sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan II 2014. Peningkatan terjadi terutama pada komponen PMTB dan konsumsi pemerintah. Konsumsi
pemerintah
diperkirakan
tumbuh
meningkat
dibandingkan
triwulan
sebelumnya. Untuk mengejar target realisasi APBD 2015, berbagai realisasi yang seharusnya terlaksana pada triwulan I dan II 2015 akan dikejar seluruhnya pada triwulan III dan triwulan IV
68
PROSPEK PEREKONOMIAN >> 2015 sehingga meningkatkan realisasi belanja pemerintah pusat maupun daerah. Adapun fenomena ini akan didukung dengan formasi pemerintahan yang baru serta event seperti Pilkada. Komponen pembentukan modal tetap bruto pada triwulan III 2015 diperkirakan turut serta menjadi faktor peningkatan pertumbuhan. Komponen ini akan tumbuh lebih cepat sebagai implikasi dari perlambatan pada triwulan II akibat jatuhnya bulan Ramadhan pada bulan Juni. Berbagai proyek yang harus selesai seusai target, akan memacu realisasi investasi yang pada gilirannya akan meningkatkan perkembangan sektor tersebut pada periode yang memasuki semester kedua ini. Berdasarkan hasil liaison beberapa proyek pembangkit listrik dan smelter juga diperkirakan dimulai pada awal triwulan II-2015. Di lain sisi, kinerja komponen konsumsi masyarakat diperkirakan sedikit melambat pada triwulan ketiga 2015 usai dorongan permintaan yang cukup tinggi seiring dengan jatuhnya awal musim liburan sekolah dan bulan Ramadhan. Peralihan preferensi konsumsi menjadi kegiatan menabung serta investasi sedikit banyak akan berkontribusi bagi melambatnya intensitas konsumsi masyarakat. Selain itu, faktor meningkatnya tekanan inflasi pada komodotas pangan khususnya bulan Juli dan Agustus disinyalir turut serta menghambat pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Sementara itu, net import yang terjadi pada neraca perdagangan Maluku Utara diperkirakan kembali mengalami penurunan. Impor baik antar daerah maupun luar negeri diperkirakan masih tumbuh tinggi karena adanya peningkatan kebutuhan untuk konsumsi masyarakat dan investasi. Melambatnya net import lebih disebabkan karena meningkatnya kinerja ekspor Maluku Utara. Ekspor luar negeri diperkirakan masih tumbuh positif akibat faktor baseline effect (tingkat ekspor pada periode sama tahun sebelumnya sudah mengalami penurunan yang sangat signifikan). Ekspor antar daerah juga diperkirakan meningkat seiring meningkatnya produksi perikanan, tabama, dan pertambangan.
6.1.2 Sisi Penawaran Pada
triwulan
II
2015,
pertumbuhan
akan
didorong
oleh
sektor
pertanian,
pertambangan, transportasi, industri pengolahan, administrasi pemerintah, serta sektor pengadaan listrik dan gas. Sementara itu, sektor yang diperkirakan tumbuh melambat yakni sektor perdagangan besar dan eceran dan sektor informasi dan komunikasi.
PROSPEK PEREKONOMIAN >> Pertumbuhan sektor pertanian yang sedikit meningkat pada triwulan III 2015 merupakan implikasi dari panen komoditas tabama, khusunya padi sawah. Dinas pertanian juga memperkirakan adanya peningkatan produksi, meskipun adanya risiko El Nino. Seiring dengan meningkatnya kinerja sektor pertanian, sektor industri pengolahan Maluku Utara yang sebagian besar mengolah produk pertanian diperkirakan ikut terakselerasi. Tingginya produksi ikan dan tabama turut serta meningkatkan produk hilirisasi pertanian seperti pengolahan ikan, kopra, dan penggilingan padi. Sektor pertambangan diperkirakan kembali mengalami akselerasi dengan adanya baseline effect. Di samping itu, Mulai bangkitnya sektor pertambangan dengan hadirnya pembangunan smelter juga menjadi cikal bakal pertumbuhan yang sedang berada di titik terendah ini. Selain itu, karakteristik pertambangan yang seyogyanya dapat berproduksi dalam kurun waktu yang lebih panjang, membuat pertumbuhan pada triwulan ini menjadi indikator tingginya produksi pada triwulan III 2015. Laju sektor administrasi pemerintah yang memiliki kinerja yang cukup baik pada triwulan II, diperkirakan akan berlanjut dengan adanya beberapa event pemerintah seperti persiapan pilkada serentak yang mulai gencar dilaksanakan saat ini. Ditambah dengan ketertinggalan realisasi anggaran Pemda pada triwulan lalu, disinyalir akan meningkatkan pengeluaran sektor pemerintahan pada sisa triwulan ini.
60.00%
48.06%
50.00% SKDU
40.00%
36.19%
30.00% 20.00% 10.00% 0.00% II
III 2014
IV
I
II 2015
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Maluku Utara, diolah
Grafik 6.2 Perkembangan Ekspektasi Kinerja Ekonomi
70
III
PROSPEK PEREKONOMIAN >> Proyeksi meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi triwulan III-2015 juga terkonfirmasi dari hasil SKDU. Ekspektasi pelaku usaha terhadap kinerja perekonomian triwulan mendatang terindikasi meningkat. Saldo Bersih Tertimbang (SBT) ekspektasi pelaku usaha tercatat meningkat dari 36,19 menjadi 48,06.
6.2 Outlook Inflasi Daerah Laju inflasi kota Ternate diperkirakan masih berada di dalam trend menurun. Penurunan tekanan inflasi terutama dipengaruhi oleh kondisi pasokan pangan strategis yang relatif lebih baik dibandingkan tahun 2014. Panen padi dan beberapa tanaman hortikultura diperkirakan terjadi pada akhir triwulan III 2015. Sementara itu, berdasarkan hasil liaison, BMKG memperkirakan kondisi lautan pada triwulan mendatang relatif stabil sehingga mendukung produktifitas penangkapan ikan. Dengan kondisi tersebut, tekanan dari kelompok volatile food diperkirakan relatif berkurang. Dari komponen inti, seiring berakhirnya puasa pada awal Juli, intensitas konsumsi masyarakat selama sisa triwulan III 2015 diperkirakan berkurang dan lebih rendah dari periode yang sama di tahun 2014. Harga emas juga diperkirakan mengalami penurunan. Sementara itu, ekspektasi masyarakat terhadap inflasi juga terkendali. Kondisi ini terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumen di mana indeks pengeluaran 3 bulan mendatang turun dari 164 menjadi 160. 165.0 164.0 164.0
Indeks Pengeluaran 3 bulan mendatang
163.0 162.0 161.0
160.8 160.0
160.0 159.0
158.0 IV 2014
I
II 2015
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia Maluku Utara, diolah
Grafik 6.3 Perkembangan Ekspektasi Kinerja Ekonomi
PROSPEK PEREKONOMIAN >> Tekanan dari inflasi administered price juga diperkirakan relatif minimal. Pemerintah belum ada rencana untuk menaikan kembali beberapa tarif komoditas administered price. Harga BBM juga berpotensi diturunkan seiring dengan terus menurunnya harga minyak dunia akibat berlebihnya stok di pasar internasional. Walaupun berada di dalam trend menurun, masih terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan inflasi Kota Ternate. Efek melemahnya Rupiah diperkirakan dapat berdampak pada penyesuaian produk impor, produk manufaktur berbahan baku impor, dan avtur pesawat. Sementara itu, tekanan permintaan diperkirakan dapat meningkat khususnya di bulan September 2015 dengan adanya hari raya Idul Adha yang pada tahun ini jatuh di triwulan III2015. Hari Raya Idul Adha biasanya diikuti dengan budaya syukuran untuk melepas calon jemaah haji sehingga permintaan untuk bahan makanan tertentu biasanya meningkat. Potensi inflasi lainnya juga datang dari dampak lanjutan kenaikan tarif PLN golongan tertentu pada Juni 2015 yang lalu. Kebijakan ini dapat berdampak pada kenaikan tarif sewa rumah, pendidikan, ataupun jasa lainnya. Dengan mempertimbangkan kondisi terkini serta potensi inflasi ke depan, inflasi pada triwulan III-2015 diproyeksikan pada kisaran 8,03% ± 1% (yoy) lebih rendah dari triwulan laporan yang mencapai 8,22% (yoy). Sementara laju inflasi kota Ternate hingga akhir tahun 2015 diperkirakan sebesar 5,43% ±1%(yoy).
72
PROSPEK PEREKONOMIAN >>