KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi
Triwulan II - 2009
Kantor Bank Indonesia Jambi
Halaman ini sengaja dikosongkan
KATA PENGANTAR Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Jambi triwulan II tahun 2009 dapat diselesaikan dengan baik. KER merupakan salah satu terbitan periodik sebagai sarana bagi Bank Indonesia Jambi dalam membangun komunikasi dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal maupun stakeholers eksternal sehingga para pemangku kepentingan seperti pelaku usaha, perbankan dan terutama Pemerintah Daerah Jambi (provinsi dan kabupaten/kota) dapat memperoleh masukan untuk mengambil keputusan dan kebijakan yang sesuai dengan perkembangan yang ada. KER mencakup beberapa aspek seperti perkembangan ekonomi makro regional, perkembangan inflasi daerah, perkembangan perbankan, perkembangan keuangan daerah, perkembangan sistem pembayaran, ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan serta perkiraan ekonomi dan inflasi daerah. Berdasarkan asesmen atas data dan informasi, pada triwulan II tahun 2009 akselerasi pertumbuhan tahunan (y-o-y) ekonomi Provinsi Jambi masih tumbuh walaupun mengalami pelambatan. Perkembangan inflasi tahunan Kota Jambi mengalami tren penurunan selama periode triwulan laporan. Perkembangan perbankan terutama dari sisi kredit dan dana yang dihimpun menunjukkan peningkatan. Begitu juga dengan perbaikan fungsi intermediasi perbankan yang tercermin dari meningkatnya Loan to deposits ratio (LDR) sehingga menjadi sebesar 77,80%. Namun demikian, ratio Non-Performing Loan (NPL) gross perbankan pada triwulan laporan mengalami penurunan. Pembenahan sektor riil secara langsung diperlukan sebagai upaya akselerasi penyaluran kredit perbankan serta dalam rangka menghadapi dampak dari krisis global. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan yang akan datang sangat tergantung pada peningkatan konsumsi rumah tangga dan pengeluaran konsumsi pemerintah melalui percepatan realisasi belanja APBD. Di sisi lain, pergerakan harga barang dan jasa secara umum perlu mendapatkan perhatian khusus terkait dengan datangnya bulan Ramadhan dan Lebaran. Dalam penyusunan KER triwulan II tahun 2009, kami banyak memperoleh support dari berbagai pihak seperti dinas-dinas pemerintah daerah, instansi, perbankan, BUMN/BUMD dan pelaku usaha. Oleh karena itu, kami menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak. Kami mengharapkan kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. Seiring dengan keterbatasan yang ada, kami mengharapkan kritik dan saran dalam meningkatkan kualitas KER ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, untuk kemakmuran masyarakat Jambi. Jambi, Juli 2009
Halaman ini sengaja dikosongkan
DAFTAR ISI Daftar Isi ... .................................................................................................. Daftar Tabel ........................................................................................... Daftar Grafik ........................................................................................... Ringkasan Eksekutif ....................................................................................... BAB I.
Perkembangan Ekonomi Makro Regional .................................. A. Umum ............................................................................... B. PDRB Sisi Produksi ............................................................... C. PDRB Sisi Pengeluaran ......................................................... Boks 1 : Perkembangan Sektor Pertambangan dan Pendukungnya di Provinsi Jambi BAB II. Perkembangan Harga-Harga...................................................... A. Kajian Umum ................................................................... B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang .................................. Boks 2 : Launching Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi Provinsi Jambi BAB III. Perkembangan Perbankan Daerah ............................................. A. Perkembangan Kelembagaan ........................................... B. Bank Umum ..................................................................... C. Bank Perkreditan Rakyat...................................................... Boks 4 : Survei Kredit Perbankan Jambi : Tantangan Di Tahun 2009 BAB IV Keuangan Pemerintah Daerah ............................................... A. Realisasi Pendapatan Daerah ............................................. B. Realisasi Belanja Daerah ....................................................... C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah ................................ D. Keuangan Pemerintah Daearah ........................................... BAB V Perkembangan Sistem Pembayaran ......................................... A. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai ............................... B. Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai ..................... BAB VI Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan .............................. A. Keternagakerjaan Daerah .................................................... B. Kesejahteraan...................................................................... C. Kemiskinanan...................................................................... BAB VII Perkiraan Ekonomi dan Harga Daerah........................................ A. Pertumbuhan Ekonomi .......................................................... B. Proyeksi Inflasi ...................................................................... Lampiran Daftar Istilah
i
i ii iii 1 5 5 7 22
35 35 38 49 49 50 62 65 66 67 67 70 71 71 72 75 75 78 80 85 85 93
DAFTAR TABEL
1.1
Laju Triwulanan (q-t-q) Pertumbuhan Provinsi Jambi Sisi Produksi dan Sisi Penggunaan
2.1
Perkembangan Inflasi Kota Jambi
2.2
Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Tahunan (y-o-y) serta tahunan Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa
2.3
7 36 39
Sumbangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode triwulan I-2009
40
3.1
Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi
51
3.2
Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik
52
3.3
Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Bank
53
3.4
Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi
53
3.5
Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Provinsi Jambi
55
3.6
Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi
56
3.7
Tabel Persetujuan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan di Provinsi Jambi 56
3.8
Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum Provinsi Jambi
59
3.9
Komposisi Pendapatan Bunga Bank Umum Provinsi Jambi
61
4.1
Realisasi APBD Provinsi Jambi Semester I Tahun 2009
65
4.2
Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
68
4.3
Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
69
5.1
Perkembangan Sistem Pembayaran Provinsi Jambi
71
5.2
Perkembangan Transaksi RTGS
74
6.1
Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2007=100)
79
6.2
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Sumatera dan Total Indonesia 81
6.3
Garis Kemiskinan Provinsi Jambi
81
6.4
Garis Kemiskinan Menurut Komponen
82
6.5
Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan
82
7.1
Saldo Bersih Tertimbang Perkembangan Dunia Usaha
89
ii
DAFTAR GRAFIK 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 1.13 1.14 1.15 1.16 1.17 1.18 1.19 1.20 1.21 1.22 1.23 1.24 1.25 1.26 1.27 1.28 1.29 1.30 1.31 1.32 1.33 1.34 1.35
Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (q-t-q) Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) Kontribusi PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (q-t-q) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan I Tahun 2009 Luas Tanam Sektor Tabama triwulan IV Tahun 2008 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan I Tahun 2009 Luas Panen Sektor Tabama Trwulan IV Tahun 2008 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan I Tahun 2009 Perkembangan harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi Pertumbuhan Indikator Produksi Sub Sektor Tanaman Perkebunan (%) Pertumbuhan Indikator Produksi Sub Sektor Hortikultura, Sub Sektor Peternakan dan Sub Sektor Perikanan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi Pertumbuhan Indeks terima dan Indeks Bayar Petani Distribusi Jenis Pupuk Jumlah dan Pertumbuhan Realisasi Pupuk Perkembangan Indikator produksi Bulanan Sektor PHR Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis PDRB Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Lifting Minyak Bumi Pertumbuhan Lifting Gas Alam Indeks Produksi Batubara dan Bahan Galian Gol. C PDRB Industri Pengolahan Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri Indeks Produksi Industri CPO, Karet, Kopra Makanan dan Minuman Indeks Produksi Industri Barang dari Kayu, Barang dari Semen, dan Batu Bata Perkembangan Total Pemakaian Listrik Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Perkembangan Total Konsumsi Air Kota Jambi Perkembangan PDRB Sektor Bangunan dan Konsumsi Semen Perkembangan Kredit KPR Perkembangan Kredit Ruko/Rukan PDRB Sub Sektor Angkutan Udara Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang Perkembangan Total Arus Peti Kemas Perkembangan Kunjungan Kapal
5 6 8 8 9 9 9 9 10 11 11 11 11 12 12 13 13 15 15 15 16 16 17 17 18 18 18 19 20 20 20 21 21 21 21
iii
1.36 1.37 1.38 1.39 1.40 1.41 1.42 1.43 1.44 1.45 1.46 1.47 1.48 1.49 1.50 1.51 1.52 1.53 1.54 1.55 1.56 1.57 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6
iv
Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran Terhadap Pertumbuhan (q-t-q) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan I tahun 2009 Indeks Kondisi Ekonomi Konsumsi Listrik Rumah Tangga Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru Perkembangan Penjualan Premium dan Solar Perkembangan Penjualan Minyak Tanah Nominal dan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Provinsi Jambi Pertumbuhan Pendaftaran Sedan, Jeep, Minibus Baru Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi Konsumsi Semen Provinsi Jambi Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi Lima Komoditi Tertinggi Nilai Ekspor Provinsi Jambi Perkembangan Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual Pangsa Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual Perkembangan Inflasi Kota Jambi Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Kota Jambi Periode Tahun 2003 s.d Juni 2009 Perkembangan Laju Inflasi Kota Jambi Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan Kota Sekitarnya Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng Perkembangan Harga Tepung Terigu Perkembangan Harga Cabe Merah dan Bawang Perkembangan Harga Jagung Perkembangan Harga Daging Perkembangan Harga Beras Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Lokasi Proyek per kabupaten/kota di Provinsi Jambi Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi
23 23 24 24 25 25 25 25 26 26 26 26 27 28 28 28 30 30 31 32 32 34 35 36 37 38 41 42 43 43 43 44 45 46 50 52 57 58 59 60
3.7 3.8 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 5.1 5.2 5.3 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 6.7 7.1 7.2 7.3 7.4 7.5
Perkembangan Laba Rugi Triwulanan Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum Provinsi Jambi Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi Perkembangan Belanaja APBD Provinsi Jambi Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri di Provinsi Jambi Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Di Provinsi Jambi Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah di Provinsi Jambi Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi Perkembangan Nominal Perkembangan Volume Kliring Jumlah Pencari Kerja per Jenjang Pendidikan di Provinsi Jambi Grafik Nilai Saldo Ekspektasi Pengangguran dan Kondisi Pengangguran Perkembangan Harga Beras Perkembangan Harga Tepung Terigu Perkembangan Harga Minyak Goreng Perkembangan Harga Komoditas Lainnya Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi Perkembangan Ekspektasi Ekonomi, Ekspektasi Pengangguran dan Ekspektasi Penghasilan Rencana Konsumsi dalam 6-12 Bulan yang akan datang Saldo Bersih Ekspektasi Harga dalam 6-12 bulan yang akan datang Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (y-t-d) Kota Jambi Periode Tahun 2003 s.d 2009 (Juni) serta Perkiraan Juli s.d Desember 2009 Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Periode Tahun 2003 s.d 2009 (Juni) serta Perkiraan Juli s.d Desember 2009
61 62 66 67 68 68 70 70 72 73 73 76 77 77 77 77 77 80 86 87 92 93 93
v
Halaman ini sengaja dikosongkan
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH a. Inflasi dan PDRB 2008
INDIKATOR
TRW.I
MAKRO Indeks Harga Konsumen Kota Jambi
Trw.II
2009 Trw.III
Trw.IV
TRW.I
TRW.II
103.8
112.91
114.9
114.68
114.98
114.15
5.89
13.99
13.68
11.47
9.16
1.10
3,692,923 1,133,291 395,477 514,125 30,089 176,847 641,483 298,889 173,095 329,626
3,796,013 1,176,045 384,917 536,509 30,672 182,753 665,046 304,310 181,344 334,418
3,889,689 1,205,712 388,051 552,411 31,109 185,183 689,747 311,188 187,655 338,633
3,947,084 1,205,126 503,518 521,872 30,406 185,235 652,731 309,883 196,554 341,760
3,977,714 1,207,280 506,756 528,139 30,716 192,367 657,479 311,529 199,584 343,866
4,025,187 1,213,048 509,916 531,676 30,720 194,687 681,347 313,564 201,963 348,266
Nilai Ekspor Non Migas (USD ribu) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)
241,506 311,024
251,334 374,057
311,030 665,155
209,987 437,162
135,430 350,397
90,612 214,488
Nilai Impor Nonmigas (USD Ribu) 3) Volume Impor Nonmigas (ribu ton)
34,269 80,358
35,842 18,100
29,826 27,115
21,592 18,243
26,514 11,209
17,376 8,707
Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi 1)
PDRB - Harga Konstan (Juta Rp) - Pertanian - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas, dan Air Bersih - Bangunan - Perdagangan Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Persewaan dan Jasa - Jasa 2)
Catatan Angka sementara 2) Pengklasifikasian komoditi menggunakan 21 kelompok barang berdasarkan SITC 2 digit yang berlaku.Data Trw.II-2009 s.d May 2009 3) Pengklasifikasian komoditi dalam statistik impor menggunakan SITC 2 digit yang berlaku data Trw.I-2009 s.d Bulan May 2009 1)
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH b. Perbankan INDIKATOR
TAHUN 2007 Tw.II Tw.III
PERBANKAN A. Bank Umum : a. Bank Umum Konvensional: Total Aset (Rp Juta) DPK(Rp Juta) - Tabungan - Giro - Deposito
9,413,252 8,065,441 2,411,518 2,294,901 3,359,022
10,083,592 8,601,267 3,617,731 2,626,409 2,357,127
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi proyek - Modal Kerja - Konsumsi - Investasi - Dana - LDR
7,179,554 3,003,634 2,259,769 1,916,151 8,038,672 89.31
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor cabang - Modal Kerja - Konsumsi - Investasi - LDR (%) Kredit UMKM (Rp Juta) Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp Juta) - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi Kredit Kecil (Rp 50 < x ≤ Rp500 juta) (Rp Juta) - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi Kredit Menengah (Rp500 juta < x ≤ Rp5 miliar) ((Rp Juta) - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi Total Kredit MKM (Rp Juta) NPL MKM gross (%) - NPL MKM Gross Nominal - PPAP NPL MKM net (%)
Tw.II-08
TAHUN 2008 Tw.III-08
11,707,242 10,186,986 4,743,800 2,778,635 2,664,551
12,088,126 9,960,462 4,545,503 2,442,357 2,972,602
7,638,734 3,018,863 2,582,007 2,037,864 8,613,144 88.69
12,599,263 3,608,379 6,776,342 2,214,542 10,291,998 122.42
10,111,910 3,799,215 3,768,119 2,544,576 10,104,502 100.07
4,733,545 2,079,992 1,909,516 744,037 58.69
5,099,981 2,111,673 2,136,652 851,656 59.29
5,974,336 2,832,943 1,844,313 1,297,080 58.65
1,890,283 252,369 140,517 1,497,397 1,040,725 575,767 97,161 367,797 830,028 594,976 190,730 44,322 3,761,036 4.19 157,702 82,829 1.99
2,064,789 275,830 187,368 1,601,591 1,191,908 603,578 111,092 477,238 952,253 663,514 230,916 57,823 4,208,950 3.75 157,714 89,512 1.62
b. Bank Umum Syariah: Total Aset (Rp Juta) DPK(Rp Juta) - Tabungan - Giro - Deposito
164,219 114,179 39,492 25,566 49,121
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor cabang - Modal Kerja - Konsumsi - Investasi - LDR Kredit UMKM (Rp Juta) Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp Juta) - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi Kredit Kecil (Rp 50 < x ≤ Rp500 juta) (Rp Juta) - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi Kredit Menengah (Rp500 juta < x ≤ Rp5 miliar) (Rp Juta) - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi Total Kredit MKM (Rp Juta) NPL MKM gross (%) - NPL MKM Gross Nominal - PPAP NPL MKM nett (%)
Tw.IV-08
TAHUN 2009 1) Tw.I-09 Tw.II-09
11,980,624 10,080,116 2,325,515 4,610,190 3,144,411
12,565,570 10,176,887 2,279,416 4,651,034 3,246,437
9,880,319 3,766,949 3,846,508 2,266,862 9,923,195 99.57
9,947,046 3,664,993 3,988,832 2,293,221 10,256,857 96.98
10,231,361 3,819,935 4,058,495 2,352,931 10,342,544 98.92
7,513,877 2,997,699 3,078,659 1,437,519 75.44
7,317,897 2,843,934 3,081,939 1,392,024 74.13
7,431,265 2,796,879 3,244,468 1,389,918 73.72
7,748,461 2,920,719 3,406,570 1,421,172 76.14
2,465,015 445,626 252,883 1,766,506 1,749,407 806,683 101,299 841,425 1,259,201 810,725 363,534 84,942 5,473,623 2.61 142,879 76,912 1.21
2,671,276 489,528 292,801 1,888,947 2,064,029 925,001 116,776 1,022,252 1,362,338 861,039 405,381 95,918 6,097,643 2.18 132,681 66,584 1.08
2,657,187 495,314 283,163 1,878,710 2,173,654 932,339 134,280 1,107,035 1,367,048 893,036 377,819 96,193 6,197,889 3.43 212,612 105,294 1.73
2,679,522 519,998 213,936 1,945,588 2,287,884 947,879 118,670 1,221,335 1,252,103 857,389 317,169 77,545 6,219,509 3.39 211,068 125,542 1.38
2,763,338 536,659 295,851 1,930,828 2,561,011 969,840 188,668 1,402,503 1,305,778 862,696 369,843 73,239 6,630,127 3.64 241,272 137,864 1.56
173,390 125,935 55,201 44,884 25,850
242,624 174,435 90,398 54,130 29,907
282,612 179,179 99,495 46,918 32,766
314,308 197,210 49,508 101,896 45,806
353,385 201,046 50,230 103,455 47,361
394,006 211,416 47,930 107,137 56,349
111,250 67,286 35,020 8,944 97.43
122,763 73,387 40,534 8,842 97.48
203,218 96,171 62,999 44,048 116.50
248,295 116,378 71,542 60,375 138.57
275,289 140,903 71,431 62,955 139.59
316,887 171771 81624 63492 157.62
334,093 190,196 78,714 65,183 158.03
14,321 1,245 564 12,512 46,322 24,163 3,490 18,669 45,171 36,442 4,890 3,839 105,814 0.74 787 5 0.74
16,357 1,560 531 14,266 56,324 29,740 3,922 22,662 45,021 37,026 4,389 3,606 117,702 1.36 1,596 495 0.94
34,124 2,221 6,629 25,274 95,169 36,438 26,333 32,398 65,037 48,624 11,086 5,327 194,330 1.35 2,623 815 0.93
38,062 3,457 7,226 27,379 125,491 49,070 37,026 39,395 76,292 55,401 16,123 4,768 239,845 2,575 1,543 1,032 0.21
43,484 8,518 7,582 27,384 144,082 66,500 39,068 38,514 79,809 57,971 16,305 5,533 267,375 2,340 1,542 798 0.28
51,689 13,505 7,987 30197 166,221 87512 38,597 40112 91,579 63356 16,908 11315 309,489 4,377 3518 858 0.86
49,542 15776 8,234 25,532 182,173 101,240 40,113 40,820 95,333 66,135 16,836 12,362 327,048 6,218 4,933 1,284 1.12
11,913,790 9,872,159 2,316,927 4,884,047 2,671,185
INDIKATOR B. BPR : Total Aset (Rp Juta) DPK (Rp Juta) - Tabungan (Rp Juta) - Deposito (Rp Juta) Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi proyek - Modal Kerja - Konsumsi - Investasi Kredit UMKM (Rp Juta) Rasio NPL Gross (%) - NPL Gross (Nominal) - PPAP Rasio NPL Net (%) LDR (%) Catatan : Data s.d Bulan Mei 2009
1)
TAHUN 2007 Tw.II Tw.III 179,973 129,841 25,054 104,787 132,330 33,630 85,436 13,264 132,330 3.23 5,901 1,373 3.42 101.92
202,352 147,779 26,311 121,468 143,816 47,359 78,793 17,664 143,816 7.33 7,277 1,543 3.99 97.32
Tw.II-08 218,789 56,323 7,988 48,335 169,202 52,990 90,221 25,991 169,202 5.75 9,727 3,106 3.91 300.41
TAHUN 2008 Tw.III-08 224,221 145,396 30,049 115,347 176,549 51,524 93,300 31,725 176,549 6.08 10,737 3,153 4.30 121.43
Tw.IV-08 208,173 162,567 30,418 132,149 169,823 44,811 95,232 29,780 169,823 5.73 9,727 3,402 3.72 104.46
TAHUN 2009 Tw.I-09 Tw.II-091) 217,933 162,982 31,554 131,428 165,515 43,295 94,338 27,881 165,515 8.26 13,668 4,707 5.41 101.55
217,844 164,415 31,709 132,706 168,953 44,785 97,041 27,126 168,953 14,481 4,552 5.88 102.76
Halaman ini sengaja dikosongkan
RINGKASAN EKSEKUTIF PEREKONOMIAN J AMBI
I. Perekonomian Provinsi Jambi triwulan II tahun 2009 ditandai tumbuhnya laju pertumbuhan ekonomi sebesar 1,19% (q-t-q).....
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Perekonomian Provinsi Jambi pada triwulan II tahun 2009 menunjukkan pertumbuhan sebesar 1,19% (q-t-q), meningkat dibandingkan dengan triwulan I tahun 2009 yang mencapai 0,78% (q-t-q). Namun demikian secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi tumbuh melambat yaitu sebesar 6,41% (y-o-y) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 8,43%. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan II tahun 2009 yang diperkirakan berkisar 3,7-4,0%.1 Pada triwulan laporan, pertumbuhan ekonomi secara triwulanan (q-t-q) dipicu oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), sektor pertanian, dan sektor jasa-jasa. Ditinjau dari sisi pengeluaran, peningkatan PDRB Provinsi Jambi pada triwulan laporan terutama berasal dari meningkatnya pengeluaran konsumsi pemerintah serta konsumsi rumah tangga dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara, pertumbuhan ekspor dan impor mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. II.
Pada triwulan II 2009, Provinsi jambi mengalami inflasi sebesar 1,10% (yo-y) ..........
Perkembangan Harga-Harga
Pada triwulan II tahun 2009, Kota Jambi mengalami deflasi sebesar 0,72% (q-t-q), menurun dibandingkan triwulan I tahun 2009 yang sebesar 0,26% (q-t-q). Pergerakan inflasi bulanan yang tercatat di bulan April, Mei, dan Juni 2009 masing-masing sebesar minus 1,27%(m-t-m), 0,97%(m-t-m) dan minus 0,41% (m-t-m). Dengan perkembangan tersebut, angka inflasi tahunan (y-o-y) Kota Jambi juga bergerak menurun dari 9,16% (y-o-y) pada Maret 2009 menjadi 1,10% (y-o-y). Inflasi tahunan Kota Jambi ini lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 3,65%.
1
Angka perkiraan dari Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II-2009, Bank Indonesia.
1
RINGKASAN EKSEKUTIF Deflasi yang terjadi pada triwulan laporan terutama berasal dari sumbangan angka deflasi kelompok bahan makanan serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Menurunnya harga bahan kebutuhan pokok seperti beras, cabe merah, bayam, ikan patin selama periode triwulan laporan memberikan sumbangan penurunan harga (deflasi) pada kelompok bahan makanan. III. Perkembangan Perbankan Daerah Kinerja
perbankan
pada
triwulan
II
tahun
2009
menunjukkan
peningkatan baik dari segi penghimpunan dana maupun penyaluran kredit. Fungsi intermediasi yang tercermin dari nilai Loan to deposits ratio (LDR)
perbankan
juga
menunjukkan
peningkatan
dari
triwulan
sebelumnya menjadi 77,80%. Namun demikian, kualitas kredit yang
Kinerja perbankan mulai membaik ditandai dengan meningkatnya jumlah penghimpunan dana, penyaluran kredit serta rasio LDR....
diberikan memburuk yang tercermin dari meningkatnya rasio NonPerforming Loan (NPL) gross. Outstanding kredit bank umum meningkat sebesar 4,32% sehingga menjadi sebesar Rp8,08 triliun. Sementara, DPK meningkat sebesar 1,04%. Memburuknya kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan ditandai dengan meningkatnya Non Performing Loan (NPL) gross perbankan pada triwulan laporan menjadi sebesar 3,82%. Sementara itu, aset perbankan pada triwulan laporan sebesar Rp12,94 triliun. IV. Perkembangan Keuangan Daerah Realisasi pendapatan provinsi Jambi di semester pertama tahun 2009 adalah sebesar Rp`506,80 miliar atau setara dengan 40,32% dari rencana pendapatan APBD yang sebesar Rp1,26 triliun sementara realisasi belanja pemerintah provinsi Jambi pada semester pertama tahun 2009 adalah sebesar Rp389,63 miliar atau sebesar 24,04% dari anggaran belanja APBD yang sebesar Rp1,62 triliun Hal ini menunjukkan bahwa akselerasi belanja pemerintah provinsi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Jambi belum menunjukkan kontribusi yang optimal. Sementara, simpanan pemerintah daerah di perbankan Jambi mencapai Rp1,96 triliun pada triwulan laporan (Mei 2009).
2
Realisasi belanja pada triwulan II 2009 adalah sebesar 24,04% dari APBD Provinsi Jambi tahun 2009....
RINGKASAN EKSEKUTIF V. Perkembangan Sistem Pembayaran Di bidang sistem pembayaran, aktivitas pembayaran tunai maupun non tunai mengalami peningkatan....
Aktivitas sistem pembayaran di Jambi mengalami peningkatan baik untuk aktivitas pembayaran tunai maupun non tunai. Pada triwulan laporan, nilai transaksi kliring meningkat sebesar 12,12%. Sementara itu, aliran kas keluar meningkat sebesar Rp250,58 miliar sedangkan kas masuk menurun sebesar Rp57,65 miliar sehingga secara secara total, aliran kas masih menunjukkan lebih tingginya aliran kas keluar dibandingkan aliran kas masuk. VI. Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
NTP Provinsi Jambi meningkat.....
Jumlah pencari kerja berdasarkan jenjang pendidikan meningkat 2,97% jika dibandingkan dengan triwulan I tahun 2009. Sejalan dengan hal tersebut, hasil survei ekspektasi konsumen (SEK) pada periode triwulan laporan
mulai
pengangguran
menunjukkan serta
ekspektasi
perbaikan
nilai
masyarakat
saldo
kondisi
terhadap
kondisi
pengangguran. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan (posisi bulan Mei 2009) mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya (posisi Maret 2009). Sementara itu, rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup minimum (KHM)/kebutuhan hidup layak (KHL) pada triwulan II tahun 2009 menurun sebesar 672 bps jika dibandingkan triwulan I tahun 2009. VII. Perkiraan Ekonomi dan Harga Daerah Laju pertumbuhan PDRB triwulan III tahun 2009 diperkirakan berkisar 5,00-6,00% (y-o-y).....
Laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi pada triwulan III tahun 2009 diperkirakan masih tumbuh positif, pada kisaran 5,00-6,00% (y-o-y). Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah diperkirakan menjadi kontributor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang.
Dari sisi penawaran, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi masih disumbangkan oleh sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan serta sektor pengangkutan dan komunikasi.
3
RINGKASAN EKSEKUTIF Perkembangan harga-harga pada triwulan III tahun 2009 diperkirakan akan meningkat dibandingkan dengan triwulan II 2009. Pada triwulan mendatang angka inflasi secara tahunan diperkirakan akan berada pada kisaran sebesar 1,50%-2,50%/y-o-y (skenario optimis) atau sebesar 2,51%-3,51%/y-o-y (skenario pesimis). Faktor-faktor yang berpotensi akan memberikan tekanan inflasi selama triwulan mendatang antara lain
1)Meningkatnya demand masyarakat terhadap kebutuhan barang dan jasa terutama terkait dengan datangnya bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri 1430 H serta perayaan Hari Kemerdekaan Republik
Indonesia,
2)
Meningkatnya
income
masyarakat
(pembayaran THR) dan menurunnya suku bunga perbankan dapat memicu
meningkatnya
konsumsi
masyarakat,
3)
Kondisi
infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala akan meningkatkan biaya distribusi dan transportasi barang dan jasa, 4) Tekanan melemahnya Rupiah dapat mempengaruhi inflasi barang impor, 5) Kondisi cuaca di musim pancaroba ini dapat menjadi ancaman dalam produksi pertanian dan pendistribusian barang, serta 6)Potensi kenaikan harga minyak mentah dunia yang diikuti pergerakan harga-harga komoditas bahan-bahan pangan (kedelai, jagung, gandum), crude palm oil (CPO) di pasar internasional. Beberapa hal tersebut diperkirakan akan memacu meningkatnya angka inflasi pada periode triwulan III tahun 2009.
4
Pada triwulan III tahun 2009, inflasi Kota Jambi diperkirakan pada kisaran 1,50%2,50%/y-o-y (skenario optimis) atau sebesar 2,51%-3,51%/y-o-y (skenario pesimis)
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
A. Umum Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan II tahun 2009 yang dicerminkan oleh PDRB atas dasar harga konstan tahun 20002 meningkat dibandingkan triwulan I tahun 2009. Pertumbuhan ekonomi Jambi di triwulan laporan yaitu sebesar 1,19% (q-t-q) meningkat setelah mengalami pelambatan semenjak triwulan III tahun 2008 (3,07%/q-t-q), diikuti pelambatan pada triwulan IV-2008 (1,25%/q-t-q) yang terus berlanjut pada triwulan I tahun 2009 menjadi sebesar 0,78%(q-t-q). Namun demikian, pertumbuhan ini menurun jika dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal yang sama pada tahun 2008 yang sebesar 3,11% (q-t-q). Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (q-t-q) Rp miliar
Persen
4,500 Nominal (aksis kiri) Pertumbuhan (aksis kanan)
4,000
3.16
3.11
3.50 3.07
3.00
3,500 2.50
2.14
3,000 2,500
2.00
1.69 1.43
2,000 1,500
1.06
1.15
1.25
1.19
1.50
0.96
0.92
0.78
0.77
1.00
1,000 0.50
500
-
0
Memasuki musim liburan dan terselenggaranya pemilihan umum (pemilu) baik legislatif maupun presiden pada triwulan laporan menyebabkan kembali
2
Angka PDRB Provinsi Jambi triwulan II tahun 2009 adalah angka sementara proyeksi Bank Indonesia Jambi.
5
PERKEMBANGAN EKONOMI M AKRO REGIONAL menggeliatnya
perekonomian
Jambi.
Kondisi
tersebut
tercermin
dari
meningkatnya sekor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan laporan. Dari sisi permintaan, membaiknya daya beli masyarakat tercermin dari meningkatnya pengeluaran konsumsi rumah tangga pada periode triwulan laporan. Sementara penyelenggaraan pemilu menyebabkan jumlah konsumsi pemerintah meningkat pada triwulan laporan. Grafik 1.2. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) 8.83
%
8.15
Indonesia
8.43
Jambi
8.00
6.25 6.00
8.53
5.87 6.13
5.73 5.74
5.77 5.63 5.63
5.06
5.13
6.696.51 5.90 6.08
5.65 5.89 4.97
6.09
6.80 6.39
6.25 6.28
6.41 6.416.46
6.10
6.41 5.20
4.38
4.90
4.60^
4.00
4.00 3.70
2.00 TW I TW II TW TW TW I TW II TW TW TW I TW II TW TW TW I TW II TW TW TW I TW II III IV III IV III IV III IV 2005
2006
2007*
2008**
2009**
Sumber: BPS (diolah) ^): Perkiraan berdasarkan Laporan Kebijakan Moneter (LKM) triwulan II-2009 oleh Bank Indonesia
Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi tumbuh melambat yaitu sebesar sebesar 6,41% (y-o-y) dibandingkan dengan triwulan lalu yang sebesar 8,43%. Melambatnya pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi secara tahunan tersebut
salah satunya disebabkan oleh tingginya pertumbuhan
ekonomi Provinsi Jambi pada periode yang sama tahun 2008 (sebesar 6,80%/y-oy). Namun demikian, pertumbuhan ekonomi Jambi masih lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang pada triwulan II tahun 2009 diperkirakan berkisar 3,7-4,00%.3
3
Sumber : Laporan Kebijakan Moneter (LKM) triwulan II-2009, BI.
6
PERKEMBANGAN EKONOMI M AKRO R EGIONAL Secara triwulanan (q-t-q), pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan laporan dipicu oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pertanian dan jasa-jasa. Di sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan laporan terutama berasal dari meningkatnya pengeluaran konsumsi pemerintah, rumah tangga serta akselerasi konsumsi lembaga swasta. Sementara ekspor mengalami penurunan yang disertai dengan menurunnya jumlah impor. Tabel 1.1. Laju Triwulanan (q-t-q) Pertumbuhan Provinsi Jambi Sisi Produksi dan Sisi Penggunaan LAPANGAN USAHA Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Air dan Gas Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan Jasa-Jasa PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO JENIS PENGELUARAN Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Lembaga Swasta Nirlaba Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto Perubahan Stok Ekspor Impor PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
2007* II
1.40 (7.78) 1.41 7.07 8.59 (0.28) 1.96 9.52 2.24 0.77
IV
1.01 0.25 0.15 3.71 4.99 2.54 1.19 3.54 1.43 1.43
(0.37) (1.84) 2.65 0.02 2.60 1.32 0.99 9.20 1.07 0.96
I
2.05 2.06 1.20 1.12 1.58 (0.76) 0.03 1.73 1.11 1.15
II
III
0.82 0.15 1.23 0.64 0.85 14.22 11.84 0.77
1.42 1.96 0.74 1.48 0.83 9.17 8.17 1.43
III
2.04 11.70 2.12 3.93 1.34 1.40 0.56 9.71 0.85 3.11
2007* II
2009**
2008**
III
1.62 13.50 1.68 (3.79) 0.54 1.24 2.04 5.02 1.57 3.07
IV
I
II
2.07 (0.27) (0.44) 5.89 2.80 1.77 2.29 (0.70) 1.22 1.25
0.18 0.64 1.20 1.02 3.85 0.73 0.53 1.54 0.62 0.78
0.48 0.62 0.67 0.02 1.21 3.63 0.65 1.19 1.28 1.19
IV
I
II
(4.38) 0.09 5.59 (2.24) 2.78 1.83 -5.43 0.78
0.44 2.19 3.44 1.32 0.82 -0.25 -0.58 1.19
2009**
2008** IV
I
4.22 0.09 5.83 1.14 3.29 0.16 5.39 0.54 8.59 0.78 20.01 -12.56 23.94 -11.44 0.96 1.15
II
2.84 0.66 2.76 1.42 3.55 2.57 1.29 3.11
III
3.40 5.60 1.03 1.07 3.38 -7.94 -5.54 3.07
2.15 0.34 9.24 5.60 2.53 -1.38 1.15 1.25
B. PDRB Sisi Produksi Perkembangan PDRB Provinsi Jambi menunjukkan bahwa sektor-sektor yang masih memberikan kontribusi cukup besar adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, pertanian dan sektor jasa-jasa (lihat grafik 1.3). Kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan disumbangkan oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi sebesar 0,60% (q-tq) pada periode triwulan laporan, diikuti oleh sektor pertanian (0,15%/q-t-q) serta sektor jasa-jasa yang memiliki kontribusi sebesar 0,11%/q-t-q.
7
PERKEMBANGAN EKONOMI M AKRO REGIONAL
Grafik 1.3. Kontribusi PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (q-t-q) 0.11 0.05
Jasa-Jasa
Perdagangan, Hotel dan Restoran
0.06
0.18
0.00 0.01
Listrik, Air dan Gas Industri Pengolahan
0.09
Pertambangan dan Penggalian
0.08 0.08
Pertanian (0.60)
(0.40)
sisi
(0.20)
distribusinya
0.60
0.12
bangunan
Dari
Trw I-09
0.05 0.04
Pengangkutan dan Komunikasi
(0.80)
Trw II-09
0.06 0.08
Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan
0.05 -
(share),
0.16
0.15 0.20
pada
0.40
0.60
periode
0.80
triwulan
1.00
laporan
menunjukkan bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar yaitu 43,05% dari jumlah PDRB Provinsi Jambi, diikuti sektor jasa-jasa (tersier) sebesar 38,26% dan sektor sekunder sebesar 18,69%. Grafik 1.4. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan II Tahun 2009 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4.93% Pengangkutan dan Komunikasi 7.07%
Perdagangan, Hotel dan restauran 15.56% Bangunan 4.94%
Jasa-jasa 10.70%
Industri Pengolahan Listrik dan Air bersih 12.82% 0.93%
Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 25.51%
Pertambangan dan Penggalian 17.55%
Nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp10,20 triliun yang secara sektoral masih didominasi oleh sektor pertanian sebesar 25,51%, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 17,55%, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 15,56%. Dengan demikian,
8
PERKEMBANGAN EKONOMI M AKRO R EGIONAL struktur ekonomi regional dalam jangka pendek relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.4). 1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Secara triwulanan, sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan tumbuh sebesar 0,48% (q-t-q), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 0,18% (q-t-q). Peningkatan laju pertumbuhan sektor ini berasal dari meningkatnya pertumbuhan sub sektor tanaman bahan pangan dan perkebunan. Grafik 1.5 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan I tahun 2009 (ha) Grafik 1.6 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan II tahun 2009 (ha) 523 2,606
746
128
918 987
1,404
541
196
1,009
1,258
3,476
11,771
10,655 28,108
Padi Sawah
Padi Ladang
Kacang Tanah
Jagung
Kacang Hijau
Ubi Kayu
Kedelai Ubi Jalar
32,927
Padi Sawah
Padi Ladang
Jagung
Kedelai
Kacang Tanah
Kacang Hijau
Ubi Kayu
Ubi Jalar
Grafik 1.6
Grafik 1.5
Grafik 1.7 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan I tahun 2009 (ha) Grafik 1.8 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan II tahun 2009 (ha) 505
160 901
1,048
105
89 1,075
1,016
836
147
4,190
552
2,410 10,933
896 2,203
Padi Sawah Kedelai
Padi Ladang Kacang Tanah
Grafik 1.7
Jagung Kacang Hijau
Padi Sawah
Padi Ladang
Jagung
Kedelai
Kacang Tanah
Kacang Hijau
Grafik 1.8
Sumber: BPS Provinsi Jambi, 2009
Selama triwulan laporan, terdapat penambahan luas tanam padi (grafik 1.5-grafik 1.6) yaitu dari 28,11 Kha pada triwulan lalu menjadi 32,93 Kha pada triwulan laporan. Penambahan luas tanam ini dialami oleh hampir semua komoditas tabama kecuali untuk padi sawah. Meningkatnya pertumbuhan sub sektor tabama pada triwulan laporan dipicu oleh membaiknya kondisi cuaca pada triwulan laporan. Hujan deras yang melanda beberapa daerah sentra padi provinsi Jambi pada triwulan lalu menyebabkan berkurangnya hasil panen pada triwulan
9
PERKEMBANGAN EKONOMI M AKRO REGIONAL lalu. Hal ini menyebabkan walaupun luas area panen padi menurun namun hasil produksi padi mengalami peningkatan di triwulan laporan. Pada triwulan laporan (s.d. bulan Mei 2009), Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.4 NTP Mei 2009 dibandingkan NTP Maret 2009 meningkat sebesar 0,51% menjadi 94,78. Hal ini dikarenakan terjadinya penurunan indeks yang dibayarkan oleh petani sebesar 0,70%, semenstara indeks yang diterima petani juga mengalami penurunan sebesar 0,18% (lihat grafik 1.12 dan 1.13). Sementara itu, sub sektor perkebunan yang mempunyai share sebesar 10,86% dari PDRB mengalami pertumbuhan positif sebesar 0,62% (q-t-q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif 1,81% (q-tq). Meningkatnya pertumbuhan sub sektor ini antara lain didukung oleh meningkatnya produksi komoditas ini dengan membaiknya cuaca di Jambi. Hujan lebat yang mendera Jambi di triwulan lalu menyebabkan menurunnya hasil produksi perkebunan triwulan lalu. Selain itu, kembali meningkatnya harga komoditas ini meningkatkan gairah para petani dalam memanen hasil perkebunan. Grafik 1.9. Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi Harga (Rp) 10,000.00 9,000.00
CPO
INTI
TBS #VALUE!
8,730.7
8,000.00 6305.715
7,000.00 6,000.00 5,005.5
5,000.00
4578.6
4,000.00 2570.89
3,000.00 1,913.3
2,000.00
1853.6 1269.42
1,000.00 887.9
-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2006 2007 Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi
4
2008
2009
Data NTP s.d. bulan Mei 2009. NTP adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Sehingga NTP merupakan cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani.
10
PERKEMBANGAN EKONOMI M AKRO R EGIONAL Sementara, setelah mengalami tekanan harga yang mencapai titik terendahnya di bulan November 2008 maka harga tandan buah segar (TBS) serta CPO Jambi mulai meningkat kembali. Pada triwulan laporan Harga TBS 10 tahun dan CPO masing-masing mencapai Rp1.432,16/ kg dan Rp6.930,83/kg pada Juni 2009 meningkat masing-masing sebesar 12,82% dan 9,91% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Meningkatnya pertumbuhan sub sektor perkebunan disumbangkan oleh meningkatnya hasil perkebunan kelapa sawit dan karet yang merupakan komoditas perkebunan utama Jambi. Berdasarkan data prompt indikator sub sektor perkebunan selama periode triwulan laporan, sub sektor perkebunan sawit mengalami peningkatan sebesar 11,20% sementara produksi karet tumbuh sebesar 4,14%. (lihat grafik 1.10) Grafik 1.10 Pertumbuhan Indikator Produksi Sub Sektor Tanaman Perkebunan (%) Grafik 1.11 Pertumbuhan Indikator Produksi Sub Sektor Hortikultura, Sub Sektor Peternakan dan Sub Sektor Perikanan (5) 80 70 60 50 40 30 20 10 (10) (20)
25.88 11.20 4.14 TW-II
TW-I (12.57) TW-II
TW-III(15.73) TW-IV
(14.82)
2009
70 60 50 40 30 20 10 (10) (20)
32.32 0.40 TW-II
TW-III
TW-IV
(6.16) TW-II (14.76)
TW-I 2009
Produksi Karet
Produksi Kelapa Sawit
Produksi Kelapa
Produksi Pinang
Produksi Perikanan
Produksi Telur
Produksi Daging
Produksi Hortikultura
Grafik 1.10
Grafik 1.11
Grafik 1.12 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi Grafik 1.13 Pertumbuhan Indeks terima dan Indeks Bayar Petani Persen (%)
NTP
8.0
140 130
2005
2006
2007
2008x
2008y
2009
g.indeks diterima
6.0
g.indeks bayar
4.0 2.0
120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
110
(2.0) 2006
2007
2008
2009
(4.0)
100
(6.0)
90
(8.0) (10.0)
80 1
2
3
4
5
6
7
8
9
sumber: BPS Provinsi Jambi, 2008 keterangan: 2008x adalah NTP menggunakan tahun dasar 1993 2008y adalah NTP menggunakan tahun dasar 2007 Sejak Mei 2008, BPS mulai menggunakan NTP tahun dasar 2007
10
11
12
(12.0) Sumber: BPS Provinsi Jambi Mulai Mei 2008 menggunakan NTP tahun dasar 2007
Grafik 1.13 Grafik 1.12 Sumber: BPS Provinsi Jambi,2009.
11
PERKEMBANGAN EKONOMI M AKRO REGIONAL Meningkatnya sektor pertanian pada triwulan laporan juga dapat dilihat dari meningkatnya realisasi penyaluran pupuk dalam menunjang proses produksi sub sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor tanaman perkebunan pada triwulan laporan.5 Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi, penyaluran pupuk bersubsidi sebesar 16.473 ton atau meningkat sebesar 1,73% dibandingkan triwulan sebelumnya (16.193 ton). Penggunaan pupuk bersubsidi sebagian besar didominasi oleh pupuk Urea (66,16%), diikuti oleh pupuk SP-36 (16,09%), NPK Phonska (14,44%), dan ZA (3,31%).
2006
2007
2008
2009
Grafik 1.14. Distribusi Jenis Pupuk Grafik 1.15. Jumlah dan Pertumbuhan Realisasi Pupuk Ton
TW II TW I TW IV TW III TW II TW I TW IV TW III TW II TW I TW IV TW III TW II TW I TW IV TW III TW II
Persen (%) 80.00
25000
60.00
20000
40.00 15000 20.00 10000 5000
(20.00) (40.00)
0
(Ton) 0
5000 SP-36
10000 ZA
15000 NPK PHONSKA
20000
25000
TW II TW III TW TW I TW II TW III TW TW I TW II TW III TW TW I TW II TW III TW TW I TW II IV IV IV IV 2006
2007
Realisasi Pupuk (Ton)
2008
2009
Pertumbuhan Realisasi Pupuk
Urea
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi
Grafik 1.14
Grafik 1.15
Sub sektor perikanan kembali mengalami pertumbuhan negatif sebesar 0,39% (q-t-q) setelah pada triwulan sebelumnya juga mengalami penurunan sebesar 1,43% (q-t-q). Hal ini tercermin dari menurunnya indeks produksi perikanan sebesar 14,76%. Kondisi cuaca yang relatif kurang baik juga merupakan hambatan nelayan untuk berlayar. Sub sektor kehutanan mengalami peningkatan pertumbuhan yaitu sebesar 0,18% (q-t-q) dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 0,13% (q-t-q). Namun demikian, aktivitas penebangan liar (illegal logging) yang mengalami penurunan drastis dibandingkan dengan periode tahun-tahun sebelumnya menyebabkan terbatasnya pertumbuhan sektor ini. Selama 8 (delapan) triwulan terakhir sub sektor kehutanan tumbuh dibawah level 1%.
5
Jenis pupuk bersubsidi yang disalurkan terdiri dari SP-36, ZA, NPK Phonska dan Urea.
12
PERKEMBANGAN EKONOMI M AKRO R EGIONAL Pada triwulan laporan, sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya mengalami penurunan yaitu negatif 1,74% (q-t-q) setelah pada triwulan lalu tumbuh sebesar 1,76% (q-t-q).
2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar 3,63% (q-t-q); meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 0,73% (q-tq). Meningkatknya angka pertumbuhan tersebut disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan sub sektor perdagangan besar dan eceran serta sub sektor hotel. Sub sektor perdagangan besar dan eceran tumbuh sebesar 3,90% (q-tq) pada triwulan laporan, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,74% (q-t-q) sedangkan sub sektor hotel tumbuh sebesar 2,03% (q-t-q). Sementara sub sektor restoran tumbuh sedikit melambat menjadi 0,61% (q-t-q). Datangnya musim liburan serta berlangsungnya Pemilu baik legislatif dan presiden memacu aktivitas perekonomian pada periode triwulan laporan baik dari sisi perdagangan, hotel maupun restoran. Grafik 1.16. Perkembangan Indikator produksi Bulanan Sektor PHR Grafik 1.17. Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis 35 30 25 20 15 10 5 (5) (10) (15)
24.8430.01
15,000,000
25.0 20.0 15.0 10.0 5.0 0.0 -5.0 -10.0 -15.0 -20.0
12,000,000 9,000,000 6,000,000 TRW.I
TRW.II
Trw III
2008
0.03 TRW.II
TRW.I 2009
3,000,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
Restorasi Harga Perdagangan Besar (aksis kanan) Tingkat Hunian Hotel*
* Perhitungan tingkat hunian hotel sejak tahun 2009 Grafik 1.16
2008 Bisnis (KWH)
2009 Pertumbuhan
Grafik 1.17
Meningkatnya sektor PHR pada triwulan laporan juga dikonfirmasi dengan meningkatnya indeks produksi baik sub sektor perdagangan besar, restorasi dan tingkat hunian hotel. Peningkatan yang cukup signifikan dialami oleh indeks restorasi dan tingkat hunian hotel yaitu masing-masing sebesar
13
PERKEMBANGAN EKONOMI M AKRO REGIONAL 30,01% dan 24,84%. Sementara itu, indeks produksi perdagangan besar masih tumbuh yaitu sebesar 0,03% (lihat grafik 1.16.). Meningkatnya perkembangan sub sektor perdagangan hotel dan restoran didukung juga dengan meningkatnya konsumsi listrik sektor bisnis sebesar 12,03% pada triwulan laporan (posisi April-Mei 2009 dibandingkan dengan posisi Januari-Februari 2009). Sektor perdagangan, hotel dan restoran berdasarkan pangsanya didominasi oleh sub sektor perdagangan besar dan eceran yang mencapai 14,41% terhadap PDRB, diikuti oleh sub sektor restoran dan sub sektor hotel masing-masing sebesar 1,00% dan 0,15%.
3. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh sedikit melambat yaitu sebesar 0,62% (q-t-q) jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 0,64% (q-t-q). Pelambatan ini dipicu oleh melambatnya pertumbuhan sub sektor penggalian dan sub sektor minyak dan gas bumi yang tumbuh masing-masing sebesar 1,19% (q-t-q) dan 0,27% (q-t-q) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh masing-masing sebesar 4,01% (q-t-q) dan 0,84% (q-t-q). Di sisi lain, sub sektor pertambangan non migas mengalami pertumbuhan sebesar 2,09% setelah pada triwulan lalu mengalami penurunan pertumbuhan sebesar minus 2,31% (q-t-q). Berdasarkan hasil liaison Bank Indonesia, eksplorasi migas di Jambi mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan tahun lalu. Hal ini disebabkan sudah mulai tuanya sumur yang ada sementara perizinan sumur baru sulit didapatkan.
14
PERKEMBANGAN EKONOMI M AKRO R EGIONAL Grafik 1.18. PDRB Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Lifting Minyak Bumi Grafik 1.19 Pertumbuhan Lifting Gas Alam ribu barrel
juta rupiah
3500
450,000
BBTU
Persen (%)
14,000
40.00 Lifting Gas Alam (BBTU), aksis kiri
400,000
3000
Pertumbuhan, aksis kanan
12,000
30.00
350,000 2500 300,000 250,000
2000
200,000
1500
20.00
10,000
10.00 8,000 6,000
150,000
(10.00)
1000
4,000
100,000
(20.00)
500
50,000
2,000
-
(30.00)
0 I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I*
II*
(40.00)
II
2005
2006
PDRB sub sektor minyak dan gas bumi
2007
Lifting Minyak Bumi
2008
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I*
II*
2009
2005 2006 2007 Sumber: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi. *: Angka proyeksi Bank Indonesia Jambi untuk bulan Juni 2009
2 per. Mov. Avg. (Lifting Minyak Bumi)
2008
2009
Keterangan: *) angka perkiraan Bank Indonesia Jambi untuk bulan Juni 2009 Sumber: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi dan BPS Provinsi Jambi (diolah)
Grafik 1.19
Grafik 1.18
Meningkatnya pertumbuhan sub sektor pertambangan tanpa migas (2,09%/q-t-q) berasal dari meningkatnya aktivitas pertambangan batu bara. Banyaknya pembukaan pertambangan baru berdampak meningkatnya volume pertambangan batu bara di Jambi. Hal tersebut juga dikonfirmasi dengan meningkatnya indeks produksi batu bara sebesar 8,07% pada triwulan laporan.
Grafik 1.20. Indeks Produksi Batubara dan Bahan Galian Gol. C 30 25 20 15 10 5 (5) (10) (15) (20)
8.07 5.36 TRW.I
TRW.II 2008
Produksi Batubara
Trw III
TRW.I
TRW.II 2009
Produksi Bahan Galian Gol.C
4. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan tumbuh melambat yaitu sebesar 0,67% (q-tq) bila dibandingkan angka triwulan sebelumnya 1,20% (q-t-q). Melambatnya pertumbuhan pada sektor ini dipicu oleh melambatnya pertumbuhan baik sub sektor industri migas ataupun tanpa migas yang tumbuh masing-masing sebesar 0,45% (q-t-q) dan 0,68% (q-t-q).
15
PERKEMBANGAN EKONOMI M AKRO REGIONAL
Grafik 1.21. PDRB Industri Pengolahan Grafik 1.22. Perkembangan Total Pemakaian Listrik sektor industri 3.00
600,000
2.50
500,000
2.00
400,000
1.50
300,000
1.00
200,000
0.50
100,000
-
TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV 2005
2006
2007
PDRB industri pengolahan (juta Rp), aksis kanan
2008
I
II 2009
Pertumbuhan (%), aksis kiri
Sumber: BPS Provinsi Jambi. ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Grafik 1.21 25.0 20.0 15.0 10.0 5.0 0.0 -5.0 -10.0 -15.0 -20.0 -25.0
5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 2008
2009
Industri (KWH)
pertumbuhan
Grafik 1.22
Pertumbuhan sub sektor industri migas terutama masih didorong dengan peningkatan
pengilangan
minyak
bumi
yang
produknya antara
lain meliputi LPG. Dengan demikian melambatnya pertumbuhan sub sektor pertambangan migas di Jambi memicu pelambatan industri migas. Melambatnya
16
PERKEMBANGAN EKONOMI M AKRO R EGIONAL produksi sektor industri pengolahan juga tercermin dari menurunnya konsumsi listrik sub sektor industri pada periode triwulan laporan yang meningkat sebesar 2,52% (posisi Januari-Februari 2009 dibandingkan dengan April-Mei 2009). Melambatnya perkembangan industri tanpa migas pada triwulan laporan antara lain disebabkan oleh mulai melambatnya perkembangan produksi barang dari
karet,
semen,
serta
minuman.
Namun
sebaliknya,
meningkatnya
pertumbuhan produksi makanan dan CPO pada triwulan laporan menyebabkan masih tumbuhnya industri pengolahan pada triwulan laporan. Meningkatnya hasil perkebunan kelapa sawit menyebabkan meningkatnya industri pengolahan CPO pada triwulan laporan sementara memasuki masa liburan ikut mendongkrak perkembangan industri pengolahan makanan (lihat grafik 1.23).
Grafik 1.23. Indeks Produksi Industri CPO, Karet, Kopra, Makanan dan Minuman Grafik 1.24 Indeks Produksi Industri Barang dari Kayu, Barang dari Semen, dan Batu Bata 160 140 120 100 80 60 40 20 (20) (40)
250 200 150 100 50 -
TW-II
TW-III
TW-IV
2008
TW-I
TW-II 2009
Produksi Kopra
Produksi Karet
Produksi Makanan
Produksi Minuman
Grafik 1.23
Produksi CPO
(50)
TW-II
TW-III
TW-IV
TW-I
TW-II
(100) 2008
2009
Produksi Batu Bata dan Genteng Produksi Barang dari Semen Produksi Barang dari Kayu
Grafik 1.24
5. Sektor-sektor Lain Sektor listrik, gas, dan air bersih meningkat sebesar 0,02% (q-t-q) pada triwulan laporan atau lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 1,02% (q-t-q). Menurunnya pertumbuhan sektor ini berasal dari menurunnya sub sektor listrik menjadi sebesar minus 0,02% (q-t-q) serta melambatnya pertumbuhan sub sektor air bersih menjadi sebesar 0,20% (qt-q).
17
PERKEMBANGAN EKONOMI M AKRO REGIONAL Grafik 1.25. Perkembangan Total Pemakaian Listrik Grafik 1.26. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik 80,000,000
350,000 340,000 330,000 320,000 310,000 300,000 290,000 280,000
10.0 5.0
60,000,000
0.0 40,000,000 -5.0 20,000,000
-10.0 -15.0
-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 2008
1.60 1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 -
2008
2009
Total (KWH)
2009
Total Pelanggan
Pertumbuhan
Pertumbuhan (%)
Grafik 1.26
Grafik 1.25
Masih tumbuhnya pertumbuhan sektor air bersih juga terlihat dari masih meningkatnya volume penjualan air selama periode triwulan laporan. Penjualan air yang tercatat di PDAM Kota Jambi menunjukkan peningkatan sebesar 1,92% selama triwulan laporan.
Grafik 1.27. Perkembangan Total Konsumsi Air Kota Jambi m3
m3 50,000 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 -
900,000 800,000 700,000 600,000 500,000 400,000 Rumah Tangga
300,000
Industri
200,000 100,000 4
5
6
7
8
9
10
11
12
2008
1
2
3
4
5
6
2009
Sumber: PDAM Tirta Mayang Kota Jambi, 2009
Sektor bangunan juga menunjukkan pelambatan dengan tumbuh sebesar
1,21%
(q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai
3,85% (q-t-q). Pelambatan sektor bangunan dikonfirmasi dengan menurunnya indeks perumahan rakyat serta produksi batu bata dan genteng yaitu masingmasing sebesar 38,44% dan 59,06% pada triwulan laporan. Hal yang senada
18
PERKEMBANGAN EKONOMI M AKRO R EGIONAL juga ditunjukkan oleh jumlah konsumsi semen yang mengalami penurunan sebesar 20,02% pada triwulan laporan. Grafik 1.28. Perkembangan PDRB Sektor Bangunan dan Konsumsi Semen 250,000
40.00 30.00
200,000 20.00 150,000
10.00
100,000
(10.00)
50,000 (20.00) -
(30.00)
TW II TW IIITW IV TW I TW II TW IIITW IV TW I TW II TW IIITW IV TW I TW II TW IIITW IV TW I TW II 2005
2006
2007
2008
2009
PDRB sektor Bangunan (juta Rp), aksis kiri
Konsumsi Semen (ton), aksis kiri
Pert. Konsumsi Semen (%), aksis kanan
Pert. PDRB Sktr Bangunan (%), aksis kanan
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia dan BPS Provinsi Jambi (diolah)
Pembangunan
properti
residensial
(perumahan)
oleh
developer
(perusahaan pengembang) dan masyarakat umum maupun properti komersial (ruko, hotel) masih terus berlanjut pada triwulan laporan walaupun semakin terbatas. Permintaan kredit KPR6 masih menunjukkan pelambatan pertumbuhan walaupun dibandingkan triwulan sebelumnya. Kredit KPR tumbuh sebesar 2,85% (Rp25,21miliar), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 4,90%. Sementara itu kredit
Ruko/Rukan
mengalami
peningkatan pertumbuhan pada triwulan laporan yaitu sebesar 3,84% setelah mengalami penurunan pada triwulan sebelumnya (minus 2,30%).7 Melambatnya pertumbuhan kredit KPR mencerminkan melambatnya minat
masyarakat
pertumbuhan
kredit
terhadap
permintaan
ruko/rukan
yang
perumahan.
meningkat
Namun
mencerminkan
demikian bahwa
permintaan masyarakat akan bangunan untuk usaha sudah mulai membaik kembali.
6
Yang dimaksud kredit KPR adalah kredit untuk membeli atau memperbaiki/memugar rumah atau apartemen. Sedangkan kredit Ruko/Rukan adalah kredit yang diberikan dalam rangka pemilikan rumah dan toko (Ruko) atau rumah dan kantor (Rukan) 7 Posisi kredit KPR dan kredit Ruko/Rukan pada triwulan II tahun 2009 s.d. bulan Mei 2009.
19
PERKEMBANGAN EKONOMI M AKRO REGIONAL Grafik 1.29. Perkembangan Kredit KPR Grafik 1.30. Perkembangan Kredit Ruko/Rukan juta Rp
Persen
1,000,000
80,000
25.00
KPR
800,000
Persen
juta Rp
30.00
100.00 Ruko/Rukan
80.00
Pertumbuhan
60,000
60.00
20.00 600,000
40.00
15.00
40,000 20.00
400,000 10.00
-
20,000
200,000
5.00
-
(20.00)
II
III IV 2004
I
II
III IV
I
2005
II
III IV
I
2006
II
III IV
2007
I
II III IV
I
2008
2009
(40.00)
-
II
II III IV I 2004
II III IV I
II III IV I
II III IV
2005
2006
2007
Grafik 1.29
I
II III IV I 2008
II
2009
Grafik 1.30
Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan sebesar 0,65% (q-t-q) pada triwulan laporan atau lebih tinggi bila dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,53% (q-t-q). Meningkatnya angka pertumbuhan sektor ini terutama berasal meningkatnya pertumbuhan sub sektor pengangkutan. Dari sub sektor pengangkutan, pertumbuhan angkutan sungai, angkutan udara dan jasa angkutan mengalami peningkatan pertumbuhan sementara angkutan rel dan jalan raya mengalami pelambatan. Meningkatnya pertumbuhan sub sektor pengakutan terutama terkait dengan masa high season di musim liburan ini sehingga demand masyarakat dalam
menggunakan
moda
transportasi
udara
cenderung
meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang merupakan masa low season. Grafik 1.31. PDRB Sub Sektor Angkutan Udara Grafik 1.32. Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang Grafik 1.33. Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang 30.00
45,000 PDRB sub sektor Angkutan Udara (juta Rp), aksis kiri
40,000
Pertumbuhan (%), aksisi kanan
20.00
35,000 10.00 30,000 25,000
-
20,000
(10.00)
15,000 (20.00) 10,000 (30.00)
5,000
(40.00)
TW II TW III TW TW I TW II TW III TW TW I TW II TW III TW TW I TW II TW III TW TW I TW II IV IV IV IV 2005
2006
2007
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
Grafik 1.31
20
2008
2009
PERKEMBANGAN EKONOMI M AKRO R EGIONAL orang
kg
Persen (%)
120000 100000 80000 60000 40000 20000 0 II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
2005 2006 Kedatangan Penumpang (aksis kiri)
2007 2008 Keberangkatan Penumpang (aksis kiri)
Datang (aksis kanan)
Berangkat (aksis kanan)
IV
I
Persen (%)
25.00
1000000
70.00
20.00
900000
60.00
15.00
800000
50.00
10.00
700000
40.00
5.00
600000
30.00
-
500000
20.00
(5.00)
400000
(10.00)
300000
-
(15.00)
200000
(10.00)
(20.00)
100000
(20.00)
(25.00)
0
10.00
(30.00)
II
II
2009
III
IV
I
II
III
IV
I
2005 Jumlah Bongkar (aksis kiri) 2006
II
III
I
II
III
IV
I
2007 Jumlah Muat (aksis kiri) 2008
Pertumbuhan Bongkar (aksis kana)
Sumber: PT. Angkasa Pura II
IV
II 2009
Pertumbuhan Muat (aksis kanan)
Sumber: PT.Angkasa Pura II
Grafik 1.32
Grafik 1.33
Meningkatnya sektor angkutan udara tercermin dari meningkatnya lalu lintas penumpang di Bandar Udara Sultan Thaha. Baik jumlah penumpang menuju dan dari Jambi di bandara tersebut mengalami peningkatan di triwulan laporan yaitu masing-masing sebesar 10,42% dan 15,51%. Cenderung meningkatnya demand masyarakat menggunakan jasa angkutan udara selama periode triwulan laporan direspon pihak maskapai penerbangan dengan meningkatkan tarif angkutan udara. Grafik 1.34. Perkembangan Total Arus Peti Kemas Grafik 1.35. Perkembangan Kunjungan Kapal unit
persen(%)
unit
18000
200.00
1800
50.00
1600
40.00
1400
30.00
1200
20.00
1000
10.00
16000
150.00
14000 12000
100.00
10000
50.00
8000 6000
0.00
4000
-50.00
2000 0
-100.00 II
III
IV
I
II
III
IV
I
2007 Jumlah Arus Peti Kemas
II
III
2008 Pertumbuhan
IV
I
II 2009
persen(%)
800
0.00
600
-10.00
400
-20.00 -30.00
200
-40.00
0 II
III
IV
I
II
III
IV
I
2007 Unit
II
III 2008
IV
I
II 2009
Pertumbuhan
Sumber: Pelindo Jambi
Sumber: Pelindo Jambi
Grafik 1.34
Grafik 1.35
Pada triwulan laporan, sub sektor angkutan laut tumbuh sebesar 0,20%. Sementara, perkembangan arus peti kemas dan kunjungan kapal pada triwulan laporan menunjukkan perkembangan yang baik. Jumlah unit kapal bersandar
21
PERKEMBANGAN EKONOMI M AKRO REGIONAL sebesar 1151 unit.8 Sedangkan jumlah arus peti kemas berdasarkan perdagangan di Pelabuhan Tungkal dan Pelabuhan Talang Dukuh sebesar 9.780 peti kemas.9 Perkembangan sub sektor telekomunikasi tercermin dari jasa pos dan telekomunikasi serta jasa penunjang komunikasi masing-masing yang mengalami pertumbuhan sebesar 1,38% (q-t-q) dan 1,81% (q-t-q), melambat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya masing-masing sebesar 2,68% (q-t-q) dan 1,84% (q-t-q). Sektor keuangan, persewaan, dan jasa-jasa perusahaan tumbuh sebesar 1,19% (q-t-q) pada triwulan laporan atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,54% (q-t-q). Pelambatan tersebut terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan semua sub sektor kecuali untuk sewa bangunan. Sub sektor bank tumbuh sebesar 0,82% (q-t-q) begitu juga dengan sub sektor lembaga keuangan bukan bank tumbuh sebesar 0,39% (q-t-q). Sektor
jasa-jasa
pada
triwulan
laporan
mengalami
percepatan
pertumbuhan menjadi sebesar 1,28% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,62% (q-t-q). Pertumbuhan ini dipicu oleh meningkatnya pertumbuhan sub
sektor
pemerintahan
umum
(1,53%/q-t-q)
yang
disebabkan
mulai
terealisasinya belanja pembangunan proyek-proyek pemerintah walaupun masih dalam tahap terbatas. Sedangkan perkembangan sub sektor swasta tumbuh melambat
yang
disebabkan
oleh
jasa perorangan
dan
rumah
tangga
dibandingkan triwulan sebelumnya.
C. PDRB Sisi Pengeluaran Ditinjau dari sisi pengeluaran, meningkatnya pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan laporan didorong oleh meningkatnya kontribusi pengeluaran konsumsi pemerintah serta
8
konsumsi rumah tangga. Di sisi lain,
Kunjungan kapal yang dimaksud adalah pelayaran luar negeri, pelayaran dalam negeri dan pelayaran rakyat. 9 Arus Peti kemas diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu: 20”, 40” serta diatas 40”. Arus barang berdasarkan perdagangan yaitu impor, ekspor, bongkar dan muat.
22
PERKEMBANGAN EKONOMI M AKRO R EGIONAL ekspor provinsi Jambi mengalami penurunan yang diikuti dengan penurunan impor sehingga secara net ekspor masih tumbuh positif. Grafik 1.36. Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran terhadap Pertumbuhan (q-t-q) 0.21
Net Ekspor/Impor
4.21 0.03 0.09
Perubahan Stok
0.42
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
0.02
Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga -3.00
-2.00
-1.00
Trw I-09
0.02 0.03
Lembaga Swasta Nirlaba
-4.00
Trw II-09
0.22
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto -0.38
-3.20
10
0.00
0.30
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Dari sisi distribusinya (share), konsumsi rumah tangga masih mempunyai pangsa yang paling besar, yaitu mencapai 67,74% dari PDRB Jambi pada triwulan II tahun 2009 (lihat grafik 1.37). Selain itu, pengeluaran konsumsi pemerintah dan PMTDB juga memiliki pangsa yang relatif besar dengan masing-masing sebesar 17,96% dan 18,32%. Sedangkan share perubahan stok sebesar 2,72% dan lembaga swasta nirlaba sebesar 0,68%. Grafik 1.37. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan II tahun 200911 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 18.32%
Perubahan Stok 2,72%
Net Impor 7.43%
Lembaga Swasta Nirlaba 0.68% Pengeluaran Konsumsi pemerintah 17.96% Pengeluaran konsumsi rumah tangga 67.74%
10
Yang dimaksud kontribusi ’net ekspor’ adalah nilai kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan dikurangkan dengan nilai kontribusi impor terhadap pertumbuhan pada triwulan laporan. Jika bernilai positif disebut net ekspor, sedangkan jika bernilai negatif disebut net impor. 11 Pangsa (share) net impor sebesar 8,86% merupakan pengurang dari total share PDRB sisi pengeluaran.
23
PERKEMBANGAN EKONOMI M AKRO REGIONAL 1. Pengeluaran Konsumsi Pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga atas dasar harga konstan selama triwulan laporan 0,44% (q-t-q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh minus 3,20% (q-t-q). Setelah mengalami penurunan konsumsi sebagai dampak dari krisis ekonomi global dimana masyarakat cenderung mengurangi konsumsi barang dan jasa maka pada periode triwulan laporan konsumsi masyarakat mulai membaik. Hal ini ditunjukkan juga dengan meningkatnya daya beli masyarakat yang diindikasikan oleh meningkatnya pembelian kendaraan bermotor pada triwulan laporan (Grafik 1.39). mengalami
Sementara, konsumsi listrik rumah tangga (RT) juga
peningkatan
sebesar
2,98%
(posisi
Januari-Februari
2009
dibandingkan dengan April-Mei 2009). Grafik 1.38. Indeks Kondisi Ekonomi Grafik 1.39. Konsumsi Listrik Rumah Tangga Indeks
(%)
120.00
120.00 100.00
100.00
50,000,000
10.0
40,000,000
5.0
30,000,000
0.0
80.00 80.00
60.00 40.00
60.00
20,000,000
-5.0
10,000,000
-10.0
20.00 40.00
(20.00)
20.00 (40.00)
-
-15.0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
(60.00)
0.00 II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
2008 2005
2006
2007
Kondisi ekonomi saat ini dibandingkan 6 - 12 bln yg lalu
Grafik 1.38
2008
Pertumbuhan (%)
2009
2009
Rumah Tangga (KWH)
pertumbuhan
Grafik 1.39
Penjualan kendaraan bermotor pada triwulan laporan meningkat sebesar 8,22%. Hal ini didorong oleh meningkatnya penjualan mobil baru (sedan, jeep, minibus) sebesar 50,17%, begitu juga dengan penjualan sepeda motor yang meningkat 9,33%. Hal ini mencerminkan bahwa konsumsi masyarakat terhadap kendaraan bermotor mulai membaik setelah mengalami penurunan semenjak triwulan III tahun 2008. Di sisi lain, penyaluran kredit konsumsi tumbuh sebesar 4,79%, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu mencapai 5,48% (q-t-q). Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan konsumsi rumah tangga untuk membeli barang
24
PERKEMBANGAN EKONOMI M AKRO R EGIONAL tahan lama (durable goods) melalui fasilitas pinjaman yang disediakan oleh bank masih dalam kondisi baik walaupun sedikit melambat. Pada periode triwulan laporan, pengeluaran konsumsi pemerintah tumbuh sebesar
2,19%
(q-t-q),
meningkat
dibandingkan
pertumbuhan
triwulan
sebelumnya sebesar 0,09% (q-t-q). Meningkatnya pengeluaran konsumsi pemerintah pada triwulan laporan terkait dengan mulai terealisasinya belanja Pemerintah Daerah pada triwulan laporan serta penyelengaraan Pemilu. Sementara, pengeluaran konsumsi lembaga nirlaba juga tumbuh sebesar 3,44% (q-t-q) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,59% (q-t-q). Grafik 1.40. Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru Grafik 1.41. Perkembangan Penjualan Premium dan Solar Grafik 1.42. Perkembangan Penjualan Minyak Tanah Grafik 1.43. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Provinsi Jambi Grafik 1.44. Pertumbuhan Pendaftaran Sedan, Jeep, Minibus Baru Grafik 1.45. Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru unit
Ribu Liter
Persen(%)
Persen (%)
90,000
50 40 30 20 10 8.22 (10) (20) (30) (33.43) (40) (50) (60)
40,000 35,000
36.26
21.56 23.64
29.89
26.81
30,000
9.78
14.98
25,000
11.95
8.79
1.61 (1.58)
20,000 (14.21) (19.40)
15,000
(32.52)
10,000 5,000
(49.37)
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
200.00
80,000 150.00 70,000 60,000
100.00
50,000 50.00 40,000 30,000
-
20,000 (50.00) 10,000 (100.00)
-
II
1
2005
2006
2007
KENDARAAN BERMOTOR
2008
2009
2
3
4
1
2
2006
3
4
1
2
2007
Konsumsi Premium (aksis kiri)
Pertumbuhan
4
1
2* 2009
Konsumsi Solar (aksis kiri)
Premium (aksis kanan)
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
3 2008
Solar (aksis kanan)
Sumber: Pertamina Wira Penjualan Jambi * Triwulan II 2009 adalah angka perkiraan Bank Inonesia
Grafik 1.41.
Grafik 1.40. Ribu Liter 30,000
(%) 300.0 250.0
25,000
200.0 20,000
150.0
15,000
12.68
50.0 -
5,000
(50.0)
-
11.96
12
3,500,000
11.71 10.98
3,000,000
10
2,500,000
8.38
8
7.03
100.0
10,000
4,000,000
14
2,000,000
5.48
6
5.24
3.80 3.60 4
1,500,000
4.79 2.43
1.87
1,000,000
3.33
2
500,000
(100.0) TW - TW - TW - TW - TW - TW - TW - TW - TW - TW - TW - TW - TW - TW - TW - TW - TW II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II* 2006 M.Tanah/Kerosine
2007
2008 Pertumbuhan
Sumber: Pertamina Wira Penjualan Jambi * Angka perkiraan * Angka perkiraan ……………………….
Grafik 1.42.
2009
0
0 TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I 2006
2007
Kredit Konsumsi (juta Rp), aksis kanan
2008
2009
Pertumbuhan Kredit Konsumsi (%),aksis kiri
Grafik 1.43.
25
PERKEMBANGAN EKONOMI M AKRO REGIONAL unit
Persen(%)
1,000 126.41
unit
150
Persen(%)
40,000
900 800
50
100 50.17 8.94 (5.47) (15.88)
2.16 8.46
500 400
35.73
34.25
31.19
600
6.62
12.38
(1.04) (15.19) (19.17)
15,000
-
300
20 10 9.33 -
23.49 10.01 1.05
20,000
3.62 (3.49) (4.65) (13.23)
(9.42)
16.31
12.03
25,000
50
40 30
21.26
29.06
30,000
700
26.81
36.69
35,000
(10) (20)
(32.73)
10,000 (65.01)
200
(50)
(34.04)
5,000
100
-
-
(100) II
III
IV
I
II
2005
III
IV
I
II
2006
III
IV
I
II
2007
Sedan, Jeep, Minibus
III
IV
2008
I
II
II
III
IV
I
2005
2009
II
III
IV
I
2006
II
III
IV
I
II
2007
SEPEDA MOTOR
Pertumbuhan
(30) (40) (50) (60)
(50.50) III
IV
2008
I
II
2009
Pertumbuhan
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
Grafik 1.45.
Grafik 1.44.
2. Investasi Pada triwulan laporan, pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) meningkat sebesar 1,32% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh minus 2,24% (q-t-q) yang mencerminkan bahwa kondisi investasi mulai terealisasi dengan baik dalam mendukung percepatan perekonomian Jambi. Grafik 1.46. Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru Grafik 1.47. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi Grafik 1.48. Konsumsi Semen Provinsi Jambi unit
Persen(%)
1,400
80
1,600,000
20 Kredit Investasi (juta Rp), aksis kanan
18
Pertumbuhan Kredit Investasi (%),aksis kiri
1,200
60
16
1,000
40
14
800
20
12
600
-
10
400
(20)
8
200
(40)
6
-
(60)
4
16.65
1,400,000
16.18 1,200,000
14.28 1,000,000
11.78 10.28
800,000
II
III 2005
IV
I
II
III
IV
2006 TRUCK/PICK UP
I
II
III
IV
2007
II
III
2008 Pertumbuhan
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
Grafik 1.46.
26
I
IV
I
II
2009
600,000
4.28
2
1.50
2.33 2.70
400,000
3.26
2.27
1.60
1.21
0 -2
-0.11 TW I
TW II TW III TW IV TW I 2006
TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I 2007
2008
Grafik 1.47.
TW II
2009
200,000 0
PERKEMBANGAN EKONOMI M AKRO R EGIONAL Ton
(%) 100.0
45,000 40,000
80.0
Konsumsi Semen
35,000
Pertumbuhan
60.0
30,000
40.0
25,000
20.0
20,000
-
15,000 10,000
(20.0)
5,000
(40.0) (60.0)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 2005
2006
2007
2008
2009
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI), diolah
Grafik 1.48.
Sementara itu, dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) terlihat situasi bisnis masih cukup baik pada triwulan laporan, tercermin dari nilai saldo bersih situasi bisnis dunia usaha sebesar 30,56. Masih relatif baiknya situasi bisnis dunia usaha juga berdampak pada masih tumbuhnya kredit investasi sebesar 2,27% atau sebesar Rp32,95 miliar pada triwulan laporan. Perubahan stok pada triwulan I tahun 2009 mengalami pertumbuhan sebesar 0,82% (q-t-q), lebih rendah bila dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 2,78% (q-t-q). Sementara, pangsa stok pada triwulan laporan sebesar 2,72%.
3. Perdagangan Eksternal Jumlah perdagangan eksternal ke luar Provinsi Jambi mengalami penurunan sebesar 0,25% (q-t-q) menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,83% (q-t-q). Sementara pertumbuhan impor barang baik yang berasal dari luar provinsi maupun luar negeri masih mengalami penurunan yaitu sebesar 0,58% (q-t-q).
27
PERKEMBANGAN EKONOMI M AKRO REGIONAL
Grafik 1.49. Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi ribu USD 350,000 Impor
300,000
Ekspor
Net
250,000
261,972
207,237 200,000 147,469
135,753
150,000
149,230
101,075 107,288 72,175 34,232
188,395
145,898 123,888
145,699
100,000 50,000
215,491
116,657
105,291
70,869
73,849
0 TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II* 2005
2006
2007
2008
2009
Keterangan: *) S.d. Mei 2009
Berdasarkan dokumen pemberitahuan ekspor barang (PEB), ekspor Provinsi Jambi sebesar USD 90,61 juta sedangkan impor sebesar USD 19,74 juta pada triwulan laporan.12 Dengan kondisi tersebut, Provinsi Jambi mengalami net ekspor sebesar USD 70,87 juta, menurun sebesar 0,62% dibandingkan posisi yang sama periode triwulan sebelumnya yang mencapai USD 71,31 juta.13 Ekspor Provinsi Jambi masih didominasi oleh komoditas karet dan CPO.14 Sementara kelompok peralatan mesin dan transport masih mendominasi nilai impor Provinsi Jambi pada triwulan laporan. Grafik 1.50. Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi dalam Ribu USD 120,000
EKSPOR 100,000
CRUDE MATERIALS, INEDIBLE ANIMAL & VEGETABLE OILS&FATS
80,000
60,000
40,000
20,000
1
2
3
4
5
6
7
2007
12
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
2008
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
2009
Data s.d. bulan Mei 2009 (Sumber: Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter, Bank Indonesia). Net ekspor yang dimaksud disini adalah net ekspor bulan April-Mei 2009 dibandingkan net ekspor bulan Januari-Februari 2009. 14 Klasifikasi barang menurut Standard International Trading Classification (SITC). 13
28
PERKEMBANGAN EKONOMI M AKRO R EGIONAL Grafik 1.51. Lima Komoditi Tertinggi Nilai Ekspor Provinsi Jambi Ribu USD 90,000 23 - CRUDE RUBBER 80,000
25 - PULP AND WASTE PAPER
42 - FIXED VEGETABLE OILS & FATS
63 - WOOD AND CORK MANUFACTURES
32 - COAL, COKE AND BRIQUETTES
LAINNYA
70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 1
2
3
4
5
6
7
2006
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2007
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2008
2
3
4
5
2009
Pada triwulan laporan (April-Mei 2009), ekspor ke luar negeri Provinsi Jambi meningkat sebesar 3,78% dibandingkan periode yang sama triwulan sebelumnya (Januari-Februari 2009), yaitu dari USD 87,31 juta menjadi USD 90,61 juta. Berdasarkan komoditasnya peningkatan ekspor pada triwulan laporan dipicu oleh meningkatnya ekspor karet mentah (crude rubber) sebesar USD 14,20 juta (43,72%) setelah mengalami penurunan pada triwulan lalu. Hal tersebut dipicu dari mulai membaiknya permintaan karet mentah oleh
Singapura di
triwulan. Selain itu, meningkatnya ekspor Jambi juga dipicu oleh meningkatnya ekspor CPO ke Belanda sebesar USD 10,33 juta. Berdasarkan jenis komoditasnya, nilai ekspor tertinggi (April-Mei 2009) dicapai oleh komoditas karet mentah (crude rubber) sebesar USD 46,67 juta atau 51,51% dari total ekspor non migas, sementara nilai ekspor lemak nabati dan minyak (fixed, vegetable oil and fats), serta pulp dan kertas (pulp and waste paper) masing-masing mencapai USD 18,37 juta (20,27% dari total ekspor non migas), dan USD 3,61 juta (19,55% dari total ekspor non migas).
29
PERKEMBANGAN EKONOMI M AKRO REGIONAL Grafik 1.52. Perkembangan Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan Ribu USD 40,000 C. UNITED STATES OF AMERICA
SINGAPORE
MALAYSIA
C. JAPAN
C. R.R.C
C. SOUTH KOREA
LAINNYA
35,000
30,000
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
Grafik 1.53. Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan 100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0% 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
2006
C. UNITED STATES OF AMERICA
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
2007
SINGAPORE
MALAYSIA
6
7
8
9
10
11
2008
C. JAPAN
C. R.R.C
12
1
2
3
4
5
2009
C. SOUTH KOREA
LAINNYA
Ekspor non migas lain yang cukup besar kontribusinya adalah komoditas batubara, kokas dan briket (coal, coke and briquettes), serta barang-barang kayu dan gabus (wood and cork manufactures) yang masing-masing mencapai USD 5,43 juta (5,99%) serta USD 5,51 juta (6,08%). Berdasarkan struktur ekspor non migas Jambi, terlihat bahwa ekspor produk primer masih mendominasi terutama komoditas karet mentah, lemak nabati dan minyak, serta batubara disusul produk hasil industri pengolahan (barang-barang kayu serta kertas dan olahannya). Berdasarkan negara tujuan, ekspor Provinsi Jambi sebagian besar ke negara-negara dikawasan Asia yang hampir setara dengan 69,87% total ekspor Provinsi Jambi. Penyumbang utama ekspor dari negara Asia adalah Singapore yang mencapai USD 14,48 juta (15,98%), diikuti dengan Republik Rakyat China (RRC) sebesar USD 14,02 juta (15,48%), Jepang sebesar USD 12,08 juta
30
PERKEMBANGAN EKONOMI M AKRO R EGIONAL (13,34%) serta Malaysia sebesar USD 8,75 juta (9,65%). Sementara ekspor ke negara Amerika Serikat sebesar USD 11,21 juta (12,37%) pada triwulan laporan. Dari sisi impor (April-Mei 2009), impor non migas mengalami peningkatan sebesar 23,41% (USD 3,76 juta) jika dibandingkan periode yang sama triwulan sebelumnya (Januari-Februari 2009) sehingga menjadi sebesar USD 19,74 juta. Pada triwulan laporan, impor terbesar terjadi pada sub kelompok peralatan dan mesin daya generator (Power Generating Mach & Eqp) sebesar USD 12,25 juta (62,04%).
Peningkatan
impor
pada
triwulan
laporan
disebabkan
oleh
meningkatnya sub kelompok tersebut sebesar USD 11,69 juta. Meningkatnya pertumbuhan impor Jambi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 0,86% menunjukkan bahwa perekonomian Jambi kembali menggeliat. Grafik 1.54. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi dalam Ribu USD 35,000 IMPOR MACHINERY & TRANSPORT EQP CHEMICAL
30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 0 1
2
3
4
5
6
7
2007
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
2008
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
2009
31
PERKEMBANGAN EKONOMI M AKRO REGIONAL Grafik 1.55. Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi Ribu USD
35,000
71 - POWER GENERATING MACH. & EQP 72 - MACH.SPECIAL FOR PARTIC.INDS 74 - GENERAL INDUSTRIAL MACH.&EQP 59 - CHEM.MATERIALS& PRODUCTS,NES 56 - FERTILIZERS MANUFACTURED LAINNYA
30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
2006
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
2007
6
7
8
9 10 11 12 1
2
2008
3
4
5
2009
Pangsa impor Provinsi Jambi pada periode triwulan laporan masih didominasi oleh kelompok peralatan mesin dan transport (machinery&transport equipment) yang menguasai 87,75% dari nilai impor. Selain itu, kelompok bahan kimia (chemical) juga memberikan kontribusi impor sebesar 4,57% dari total impor Provinsi Jambi dengan komoditas utamanya adalah bahan kimia organik dan non organik masing-masing sebesar USD 390,45 ribu dan USD 262,39 ribu.
Grafik 1.56. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual Ribu USD 40,000 35,000
C. CANADA
SINGAPORE
MALAYSIA
C. HONGKONG
C. TAIWAN
C. R.R.C
LAINNYA
30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
(5,000) 2006
32
2007
2008
2009
4
5
PERKEMBANGAN EKONOMI M AKRO R EGIONAL Grafik 1.57. Pangsa Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual 100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0% 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
2006
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
2007
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2008
C. CANADA
SINGAPORE
MALAYSIA
C. TAIWAN
C. R.R.C
LAINNYA
2
3
4
5
2009
C. HONGKONG
Berdasarkan negara penjual, impor Provinsi Jambi pada triwulan laporan terutama berasal dari Republik Rakyat Cina (RRC) sebesar USD 14,64 juta (74,16%), diikuti dengan Singapura sebesar USD 3,44 juta (17,40%) dari total impor pada triwulan laporan (s.d. bulan Mei) sebesar USD 19,74 juta.
33
Halaman ini sengaja dikosongkan
Boks 1. PERKEMBANGAN SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENDUKUNGNYA DI PROVINSI JAMBI
Sektor pertambangan merupakan sektor dengan pangsa kedua terbesar di Jambi (17,55%). Krisis ekonomi yang melanda dunia yang akhirnya berimbas pada perekonomian Jambi juga tak luput dirasakan oleh sektor ini. Dampak yang paling terasa bagi sektor ini adalah menurunnya harga jual produk (lihat grafik 1). Grafik 1. Perkembangan Harga Komoditas 160 140
Minyak bumi (USD/barrel)
120
Batubara (USD/mt)
100 80 60 40 20
Jan-09
Apr-09
Jul-08
Oct-08
Apr-08
Jan-08
Jul-07
Oct-07
Jan-07
Apr-07
Jul-06
Oct-06
Jan-06
Apr-06
Jul-05
Oct-05
Jan-05
Apr-05
Jul-04
Oct-04
Jan-04
Apr-04
0
Sumber: Bloomberg
Berdasarkan hasil liaison dengan pelaku usaha di bidang pertambangan seperti migas dan batu bara, penjualan komoditas ini relatif masih cukup baik walaupun mengalami penurunan harga. Untuk perusahaan migas, jumlah penjualan bergantung kepada besar produksi perusahaan yang berarti bergantung kepada kemampuan sumur dalam menghasilkan minyak. Sementara itu, penurunan pesanan dirasakan oleh perusahaan batubara akibat menurunnya permintaan dari perusahaan pembeli. Batubara merupakan salah satu bahan bakar dalam industri sehingga ketika terjadi penurunan produksi usaha pembeli akan berimbas pula dalam penggunaan batubara sebagai bahan bakarnya. Namun demikian ke depannya prospek batubara akan membaik terkait dengan masih besarnya peluang pasar usaha ini serta mulai membaiknya kondisi ekonomi. Hasil liaison yang dilakukan terhadap distributor alat berat menunjukkan bahwa terjadi penurunan penjualan sebagai dampak dari krisis global. Sebagai perusahaan dengan pembeli utama industri maka jumlah penjualannya sangat bergantung dengan
I
kondisi usaha pembeli. Pembeli utama alat berat merupakan perusahaan kehutanan, perkebunan dan pertambangan. Perusahaan kehutanan dan perkebunan yang terkena imbas krisis akibat menurunnya harga jual dan permintaan dunia mengambil langkah antisipasi dengan mengurangi investasi ekspansi mereka. Hal tersebut berdampak pada menurunnya permintaan akan alat-alat berat di Jambi. Namun tidak demikian yang terjadi untuk pembeli dari sektor pertambangan. Potensi pertambangan yang masih cukup besar membuat permintaan dari sektor ini tidak sejatuh dibandingkan dengan sektor kehutanan. Ke depannya contact dalam usaha distributor ini memandang positif akan perkembangan penjualan seiring dengan mulai membaiknya usaha pembeli. Terkait dengan biaya operasional semua contact menyatakan terdapat penurunan dalam biaya yang diakibatkan oleh berkurangnya produksi ataupun penjualan namun demikian biaya tenaga kerja tetap mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya Upah Minimum Provinsi (UMP) 2009. Dampak dari krisis ekonomi global ini terutama dirasakan pada turunnya harga jual produk sektor pertambangan. Harga jual minyak bumi bahkan turun mencapai 74% dari harga tertingginya. Namun menurut contact harga jual di titik terendah pun masih di atas harga pokok produksi minyak bumi. Di sisi lain harga jual batubara saat ini sudah mengalami peningkatan sebesar 27% dibandingkan akhir tahun 2008. Menurunnya penjualan dan produksi dari beberapa perusahaan tersebut tidak serta merta membuat perusahaan melakukan kebijakan dalam tenaga kerja. Sampai dengan saat ini tidak ada pegawai dari perusahaan migas, pertambangan, maupun distributor alat berat yang dirumahkan. Investasi bagi perusahaan migas sangat tergantung dengan perizinan. Contact menyatakan untuk dapat memperoleh izin pengetesan sebuah sumur minyak, perusahaan harus melalui 30 (tiga puluh) aparat pemerintah daerah. Sementara bagi perusahaan batubara, hambatan dalam berinvestasi berasal dari kesulitan pembebasan tanah dari penduduk setempat serta kondisi dan kapasitas jalan yang belum memadai untuk dilalui truk pengangkut yang membuat kondisi jalan relatif cepat rusak.
Kesimpulan dan Rekomendasi Permasalahan yang ditemui dalam usaha pertambangan ini adalah mengenai perizinan. Sulitnya perusahaan mendapatkan izin untuk mengembangkan usaha dan panjangnya birokrasi yang harus ditempuh membuat banyaknya waktu dan biaya yang terserap. Oleh sebab itu diperlukan peninjauan kembali mengenai jalur proses perizinan sehingga proses ini dapat berlangsung secara lebih efisien.
II
Permasalahan kondisi jalan yang cepat rusak perlu ditindaklanjuti baik oleh pemerintah daerah maupun perusahaan pertambangan sendiri. Saat ini belum semua perusahaan pertambangan di Jambi telah memiliki izin operasi dan baru beberapa perusahaan saja yang sudah menyumbangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi penerimaan PEMDA. Oleh sebab itu penggalakan izin operasi dan penyetoran PAD harus terus ditingkatkan yang nantinya dari dana tersebut diharapkan dapat dibelanjakan kembali dalam bentuk perbaikan jalan dsb.
III
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB II PERKEMBANGAN HARGA-HARGA
A. Kajian Umum Inflasi Kota Jambi pada triwulan II tahun 2009 sebesar -0,72% (q-t-q), menurun dibandingkan triwulan I tahun 2009 yang mengalami inflasi sebesar 0,26% (q-t-q). Deflasi yang terjadi di Kota Jambi pada triwulan laporan berasal dari menurunnya laju inflasi kelompok bahan makanan serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi Persen (%) 25.00
Bulanan (m-t-m)
Triwulanan (q-t-q)
Year to date (y-t-d)
Year on year (y-o-y)
20.00
15.00
10.00
5.00
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
(5.00) Sumber: BPS Provinsi Jambi. Sejak Januari 2008 menggunakan IHK tahun dasar 2007=100
Perkembangan inflasi Kota Jambi secara tahunan terus mengalami tren penurunan yang signifikan. Inflasi Kota Jambi pada akhir periode triwulan II-2009 sebesar 1,10% (y-o-y) dari sebelumnya 9,16% (y-o-y) pada Maret 2009. Sementara, pergerakan inflasi bulanan yang tercatat di bulan April, Mei dan Juni 2009 masing-masing sebesar minus 1,27%(m-t-m), 0,97%(m-t-m) dan minus 0,41%(m-t-m).
35
INFLASI Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Kota Jambi Periode Tahun 2003 s.d. Juni 2009 y-t-d (%) 20
15
2003
2004
2005
2007
2008
2009
2006
10
5
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
-5
Dari perkembangan diatas, inflasi Kota Jambi s.d. bulan Juni 2009 secara kumulatif berada pada level minus 0,46% (y-t-d), terendah dalam 6 tahun terakhir. Sementara, deflasi yang terjadi pada triwulan laporan terutama berasal dari sumbangan angka deflasi kelompok bahan makanan serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (lihat tabel 2.1.). Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi KELOMPOK
Triwulan III-2008
Triwulan IV-2008
Triwulan I-2009
Triwulan II-2009
qtq
yoy
qtq
yoy
qtq
yoy
qtq
yoy
-2.73
-3.14 7.66
I
Bahan Makanan
2.95
26.07
-1.19
18.56
-2.11
9.93
II
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
1.07
11.65
2.63
14.77
3.63
15.41
0.16
III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar
2.23
7.99
0.88
7.93
3.74
11.55
-0.32
6.65
IV Sandang
0.21
6.14
1.16
5.51
3.45
6.46
0.10
4.98
V Kesehatan
0.67
6.33
0.84
8.61
0.52
8.91
1.21
3.28
VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga
1.28
4.95
0.82
5.38
0.15
5.54
-0.10
2.17
VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
0.81
11.04
-3.40
6.81
-4.44
1.19
0.39
-6.57
1.76
13.68
-0.19
11.57
0.26
9.16
-0.72
1.10
INFLASI Sumber : BPS (diolah)
Menurunnya harga bahan kebutuhan pokok seperti beras, cabe merah, bayam, ikan patin selama periode triwulan laporan memberikan sumbangan penurunan harga (deflasi) pada kelompok bahan makanan. Sementara itu, penurunan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar disebabkan oleh menurunnya angka inflasi sub kelompok yang terutama disumbangkan oleh menurunnya haraga komoditas pasir dan semen.
36
- 36 -
INFLASI Perkembangan inflasi Kota Jambi dan nasional pada triwulan laporan terus mengalami tren penurunan semenjak triwulan IV-2008. Inflasi Kota Jambi secara tahunan (y-o-y) menurun signifikan sebesar 806 bps menjadi 1,10% jika dibandingkan periode triwulan I-2009. Sementara, angka inflasi nasional menurun sebesar 427 bps menjadi sebesar 3,65%(y-o-y) (lihat grafik 2.3). Penurunan ini terjadi karena basis perhitungan inflasi kuartal kedua (Juni) tahun lalu sudah tinggi.15 Disamping itu, kondisi stok bahan makanan yang relatif mencukupi, distribusi yang relatif lancar serta tidak terjadinya gangguan pada sisi supply membuat angka inflasi tidak bergejolak dan relatif rendah pada triwulan laporan. Grafik 2.3. Perkembangan Laju Inflasi Kota Jambi Grafik 2.4. Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan Kota sekitarnya Persen 18.00
17.11 Kota Jambi
Nasional
16.50
16.00
16.1016.35
15.74 13.9913.68
15.53 15.12 14.55
14.00 12.00
12.62
8.46
8.43
12.14
9.92
9.65 10.00
11.57
10.96
10.66 8.96 9.06
7.66
7.25
8.00
8.817.40
7.428.17 7.52
6.20 6.00 7.12 6.83
5.065.11 6.83 5.12
4.00
11.069.16
11.03
6.67
6.27 6.40
6.95
6.6 6.52
7.92
5.69 6.59
5.77
3.65
4.67 4.49
2.00
1.10
0.00 1
2
3
2003
4
1
2
3
2004
4
1
2
3
2005
4
1
2
3
2006
4
1
2
3
2007
4
1
2
3
2008
4
1
2
2009
Grafik 2.3
15
Base line inflasi pada Juni 2008 sangat tinggi yaitu 2,46% (untuk Nasional) serta 4,19% (untuk Kota Jambi) yang disebabkan oleh kenaikan harga BBM pada 15 Mei 2008.
37
INFLASI Y-O-Y
30 Bengkulu Jambi Padang Palembang Pekanbaru
25
20
15
10
5
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
catatan: mulai bulan Juni 2008, angka inflasi menggunakan tahun dasar 2007
Grafik 2.4
Perkembangan secara regional, tingkat inflasi di Jambi paling rendah dibandingkan daerah sekitarnya. Inflasi di Jambi lebih rendah dibandingkan Pekanbaru (3,68%/y-o-y), Bengkulu (3,29%/y-o-y), Palembang (2,92%/y-o-y) serta Padang (2,80%/y-o-y) pada triwulan laporan.16
B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang Dilihat per sub kelompok, deflasi tertinggi pada triwulan laporan adalah sub kelompok bumbu-bumbuan dan sub kelompok ikan segar. Sementara itu, sub kelompok yang mengalami inflasi terbesar adalah sub kelompok daging dan hasil-hasilnya serta sub kelompok buah-buahan. Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.3.), penyumbang pembentukan deflasi terbesar adalah cabe merah; daging ayam ras; udang basah (April 2009), tempe; jeruk; pisang (Mei 2009) serta cabe merah; minyak goreng; bayam (Maret 2009). Kelompok bahan makanan merupakan penyumbang utama deflasi selama periode triwulan laporan.
16
Sumber: DSM, Bank Indonesia.
38
- 38 -
INFLASI Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa KELOMPOK/SUBKELOMPOK I. a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. II. a. b. c. III. a. b. c. d. IV. a. b. c. d. V. a. b. c. d. VI. a. b. c. d. e. VII a. b. c. d.
BAHAN MAKANAN PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA DAGING-DAN HASIL-HASILNYA IKAN SEGAR IKAN DIAWETKAN TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA SAYUR-SAYURAN KACANG-KACANGAN BUAH-BUAHAN BUMBU-BUMBUAN LEMAK DAN MINYAK BAHAN MAKANAN LAINNYA MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU MAKANAN JADI MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR BIAYA TEMPAT TINGGAL BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA SANDANG SANDANG LAKI-LAKI SANDANG WANITA SANDANG ANAK-ANAK BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA KESEHATAN JASA KESEHATAN OBAT-OBATAN JASA PERAWATAN JASMANI PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA JASA PENDIDIKAN KURSUS-KURSUS / PELATIHAN PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN REKREASI OLAHRAGA TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN TRANSPOR KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR JASA KEUANGAN INFLASI (UMUM)
Triwulan III-2008
Triwulan IV-2008
Triwulan I-2009
Triwulan II-2009
qtq 2.95 1.83 3.18 15.45 12.07 5.94 -6.74 -0.02 9.95 -19.99 10.83 -3.35 1.07 1.73 0.04 0.12 2.23 2.39 2.72 0.00 1.81 0.21 0.01 0.19 -2.48 2.91 0.67 0.00 1.18 0.00 1.28 1.28 1.76 0.00 1.73 0.00 0.00 0.81 0.86 0.00 2.20 1.78 1.76
qtq -1.19 -2.86 -12.90 6.31 1.31 -2.77 2.54 7.71 0.43 11.24 -9.10 1.03 2.63 2.26 2.12 3.70 0.88 0.31 0.00 7.62 0.94 1.16 0.61 0.49 -0.01 3.43 0.84 0.00 3.49 0.00 0.69 0.82 0.00 0.00 4.91 0.29 -0.37 -3.40 -5.03 0.68 -0.09 0.00 -0.19
qtq -2.11 -2.07 5.51 -4.45 1.37 -1.48 -4.75 -6.51 -10.46 -5.19 2.10 -1.42 3.63 2.44 13.88 1.07 3.74 7.55 0.01 -2.19 0.38 3.45 0.09 0.12 0.26 12.91 0.52 0.00 1.60 0.00 0.63 0.15 0.00 0.00 0.83 0.07 -0.01 -4.44 -6.73 0.39 1.42 0.00 0.26
qtq -2.73 -1.53 7.68 -12.43 -2.85 0.33 3.36 -9.10 6.18 -15.27 -1.03 -0.90 0.16 0.04 0.08 0.47 -0.32 -0.59 0.31 -1.77 0.64 0.10 0.00 -0.46 1.15 -0.09 1.21 0.00 5.05 0.00 0.88 -0.10 0.00 0.00 0.62 -1.15 0.00 0.39 0.34 0.00 1.77 0.00 -0.72
yoy 26.07 21.05 28.20 45.30 26.16 12.68 9.01 60.82 24.38 -1.64 55.42 19.36 11.65 15.90 2.49 7.78 7.99 9.90 7.33 2.18 5.26 6.14 1.89 1.74 -0.67 24.52 6.33 13.19 1.88 5.63 1.74 4.95 6.28 0.00 3.15 4.83 -1.92 11.04 22.32 -13.33 1.56 3.57 13.68
yoy 18.56 9.58 13.49 47.19 28.29 10.25 -3.13 72.26 13.04 0.43 37.38 18.98 14.77 18.61 5.09 12.02 7.93 7.90 7.33 9.96 8.00 5.51 2.02 2.22 0.26 18.63 8.61 15.88 5.50 5.64 3.49 5.38 6.00 0.00 8.27 3.41 -0.37 6.81 15.31 -12.74 2.11 3.57 11.57
yoy 9.93 10.45 15.62 31.33 29.76 5.63 -2.83 5.05 7.04 -18.79 17.13 18.15 15.41 16.80 19.08 10.53 11.55 15.97 7.29 6.74 5.54 6.46 2.40 1.44 0.80 21.21 8.91 15.88 6.86 2.43 4.14 5.54 6.00 0.00 9.17 3.46 -0.38 1.19 6.17 -12.40 3.56 1.78 9.16
yoy -3.14 -4.61 2.10 2.69 11.82 1.82 -5.86 -8.49 4.98 -28.49 1.80 -4.61 7.66 6.61 16.43 5.43 6.65 9.80 3.04 3.40 3.82 4.98 0.71 0.32 -1.10 20.09 3.28 0.00 11.77 0.00 3.52 2.17 1.76 0.00 8.28 -0.79 -0.38 -6.57 -10.35 1.07 5.40 1.78 1.10
Sumber : BPS (diolah)
Sementara, penyumbang pembentukan inflasi terbesar secara bulanan selama periode triwulan laporan adalah pisang; petai; pepaya (April 2009), daging ayam ras; cabe merah; minyak goreng (Mei 2009), daging ayam ras; petai; tomat buah (Juni 2009).
39
INFLASI Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode triwulan II-2009 10 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI
TW II-2009
10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI
Sumbangan APRIL
TW II-2009 Sumbangan
APRIL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pisang Petai Pepaya Jeruk Seragam Sekolah Anak Keramik Susu Bubuk Nanas Kentang Obat Dengan Resep Sumbangan 10 Komoditas
0.0420 0.0367 0.0316 0.0302 0.0119 0.0082 0.0082 0.0078 0.0069 0.0058 0.1893
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Daging Ayam Ras Cabe Merah Minyak Goreng Bayam Kangkung Ikan Nila Kacang Panjang Tomat Sayur Daun Singkong Udang Basah Sumbangan 10 Komoditas
0.3793 0.1482 0.1354 0.1200 0.1004 0.0557 0.0504 0.0400 0.0363 0.0343 1.1000
Daging Ayam Ras Petai Tomat Buah Bawang Putih Bahan Pelumas/Oli Pemeliharaan/Service Emas Perhiasan Tahu Mentah Pisang Genteng Sumbangan 10 Komoditas
0.2096 0.0575 0.0377 0.0373 0.0358 0.0239 0.0220 0.0205 0.0195 0.0194 0.4832
MEI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Cabe Merah Daging Ayam Ras Udang Basah Bayam Ikan Nila Tempe Beras Ikan Teri (diawetkan) Ikan Saluang Tomat Sayur Sumbangan 10 Komoditas
-0.3430 -0.2778 -0.1919 -0.0630 -0.0548 -0.0522 -0.0460 -0.0385 -0.0332 -0.0294 -1.1298
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tempe Jeruk Pisang Tomat Buah Tahu Mentah Semen Ikan Dencis Kentang Ikan Patin Pasir Sumbangan 10 Komoditas
-0.0567 -0.0370 -0.0327 -0.0254 -0.0181 -0.0176 -0.0171 -0.0163 -0.0147 -0.0127 -0.2483
Cabe Merah Minyak Goreng Bayam Ikan Nila Beras Kangkung Udang Basah Ikan Dencis Ikan Patin Cumi-Cumi Sumbangan 10 Komoditas
-0.1881 -0.1807 -0.1225 -0.0795 -0.0725 -0.0690 -0.0611 -0.0474 -0.0363 -0.0254 -0.8825
MEI
JUNI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
JUNI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sumber : BPS (diolah)
1. Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan pada triwulan II tahun 2009 mengalami deflasi sebesar 2,73% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, deflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok bumbu-bumbuan sebesar 15,27% (q-t-q) serta sub kelompok ikan segar sebesar 12,43% (y-o-y).
40
- 40 -
INFLASI Grafik 2.5. Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng (Ringgit/Ton) 12500
5000
11397
4500
CPO internasional (aksis kiri)
4000
Minyak goreng lokal (aksis kanan)
11500
3972
10500
3500
9500
3000
8268
2500
2103
2000
8500
2244
7500 6500
1500
5500
1000
4500
500 0
8583
3500 (Rp/Kg) 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 2006
2007
2008
2009
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
Sementara itu, tren peningkatan kembali harga crude palm oil (CPO) di pasar internasional s.d. bulan April 2009 diikuti juga oleh harga minyak goreng curah (tanpa merek) yang meningkat. Namun demikian, penurunan harga CPO internasional di 2 bulan terakhir periode triwulan laporan juga turut membuat harga minyak goreng curah kembali menurun pada bulan Juni 2009. Harga CPO internasional pada tahun 2008 yang sempat mencapai titik terendah sebesar 1.560 ringgit/ton (Oktober 2008), berangsur-angsur mengalami peningkatan menjadi sebesar 1.685 ringgit/ton pada Desember 2008 dan menjadi 2.716 ringgit/ton bulan April 2009. Sejalan dengan perkembangan tersebut, harga rata-rata minyak goreng curah (tanpa merek) di Provinsi Jambi juga mengalami peningkatan dari Rp6.897/kg pada bulan Desember 2008 menjadi Rp8.641/kg pada bulan April 2009. Bahkan pada bulan Mei 2009, harga minyak goreng curah sempat menyentuh level Rp9.323/kg (harga tertinggi pada tahun 2009). Sementara, perkembangan harga tepung terigu merek Segitiga Biru yang sempat menurun pada periode triwulan I-2009 menjadi sebesar Rp7.000/kg mulai bergerak naik pada triwulan laporan menjadi sebesar Rp7.467/kg. Namun
41
INFLASI demikian, hal ini bertolak belakang dengan pergerakan harga gandum di pasar internasional yang merupakan bahan baku tepung terigu. Selama periode triwulan
laporan,
harga
gandum
bergerak
cukup
fluktuatif
dari
USD
524,25/bushel (April 2009), 637,25/bushel (Mei 2009), 511,25/bushel (Juni 2009).17 Grafik 2.6. Perkembangan Harga Tepung Terigu (Rp/Kg)
(USD/Bushel) 1200
8500
Wheat/Gandum (aksis kiri) 1000
8000
7467
Tepung Terigu lokal (aksis kanan)
7500
7000
7000 800
6500 6000
600
532.75
5500
511.25
5000
400
4500 4000
200
3500 0
3000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2006
2007
2008
2009
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
Perkembangan sub kelompok bumbu-bumbuan pada triwulan laporan mengalami deflasi antara lain dipengaruhi oleh tren menurunnya harga cabai merah keriting dan cabai merah biasa yang penggunaannya sebagai salah satu bahan baku beberapa komoditas makanan jadi cukup dominan diwilayah Jambi.
17
Satu bushel setara dengan 27 kg.
42
- 42 -
INFLASI Grafik 2.7. Perkembangan Harga Cabe Merah dan Bawang (Rp/kg)
25000
20000
15000
10000
5000
Cabe Merah Keriting Bawang Putih
Cabe merah Biasa Bawang Merah
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2006
2007
2008
2009
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
Sub kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami inflasi sebesar 2,10% (y-o-y) dan 7,68% (q-t-q).
Harga rata-rata daging ayam relatif
mengalami peningkatan selama periode triwulan laporan sehingga berkontribusi terhadap inflasi sub kelompok daging dan hasil-hasilnya. Sementara pergerakan harga daging sapi relatif stabil selama triwulan laporan. Sementara itu, harga beras cenderung stabil selama triwulan laporan. Grafik 2.8. Perkembangan Harga Jagung Grafik 2.9. Perkembangan Harga Daging (USD/Bushel)
(Rp/Kg) 7500
800
724.75 700
Jagung internasional (aksis kiri)
7000
Jagung pipilan kering (aksis kanan)
6500
(Rp/Kg)
(Rp/Kg)
40000 70000 32000
6000
600
5500 500
404.8
400
65000 24000
5000 4500
347.75
60000 16000
55000
4000
300
3500
3500
200
3000 2500
100
2000
0
Ayam Kampung (aksis kiri) Daging Ayam Broiler (aksis kiri) Daging Sapi Murni (aksis kanan)
8000
50000
0
45000 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
1500 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2006
2007
2008
2009
2006
2007
2008
2009
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
Grafik 2.8
Grafik 2.9
43
INFLASI Grafik 2.10. Perkembangan Harga Beras18 (USD/CWT)
(Rp/Kg) 6500
25
6000
6000
20
5500 15
12.41
5000
10 4500 5
Beras internasional (aksis kiri)
4000
lokal IR 64 (aksis kanan) 0
3500 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 2006
2007
2008
2009
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
2. Kelompok Makanan Jadi Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan II tahun 2009 mengalami inflasi sebesar 7,66% (y-o-y) dengan laju inflasi triwulanan sebesar 0,16% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi tercatat pada sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 0,47% (q-t-q), diikuti sub kelompok minuman yang tidak beralkohol (0,08%/q-tq) serta sub kelompok makanan jadi (0,04%/q-t-q). 3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan II tahun 2009 mengalami inflasi sebesar minus 0,32% (q-t-q) atau dengan laju inflasi tahunan mencapai 6,65% (y-o-y). Berdasarkan sub kelompoknya, sub kelompok perlengkapan rumah tangga mengalami deflasi tertinggi sebesar 1,77% (q-t-q), diikuti dengan sub kelompok biaya tempat tinggal sebesar 0,59%/q-t-q. Sementara, sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air serta sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga masing-masing mengalami inflasi sebesar 0,31%/q-t-q dan 0,64%/q-t-q pada triwulan laporan. 18
Cwt maksudnya hundredweight (100 pounds). 1 pounds setara dengan 453,59 gram/0,453 kg. Jadi 100 pounds sekitar 45,3 kg.
44
- 44 -
INFLASI 4. Kelompok Sandang Kelompok sandang pada triwulan II tahun 2009 mengalami inflasi sebesar 4,98% (y-o-y) atau dengan laju inflasi triwulanan mencapai 0,10% (q-tq). Inflasi pada kelompok sandang pada triwulan laporan disumbangkan oleh sub kelompok sandang anak-anak yang mulai meningkat harganya dikarenakan mulai memasuki tahun ajaran baru sekolah. Sementara, sub kelompok sandang wanita dan sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya mengalami deflasi pada triwulan laporan masing-masing sebesar 0,46% (q-t-q) dan 0,09% (q-t-q). Grafik 2.11. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional Harga Emas (USD/Troy Ounce)
1100 1000 900
926.6
800 700 600 500 400 300 200 100 0 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 2005
2006
2007
2008
2009
Sumber: Bloomberg
Komoditas utama penyumbang deflasi pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya pada triwulan laporan adalah emas perhiasan. Harga ratarata emas (logam mulia) 24 karat di Jambi pada bulan Maret 2009 sebesar Rp302.648,79/gram menurun dibandingkan bulan Maret 2009 yang mencapai Rp324.088,86/gram.19 5. Kelompok Kesehatan Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 3,28% (y-o-y) pada triwulan II tahun 2009 atau dengan laju inflasi triwulanan sebesar 1,21% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok obat-obatan sebesar 5,05% (q-t-q), diikuti sub kelompok perawatan jasmani dan 19
Sumber: BPS Provinsi Jambi.
45
INFLASI kosmetika (0,88%/q-t-q). Sementara itu, sub kelompok jasa perawatan jasmani serta sub kelompok jasa kesehatan relatif tidak mengalami perubahan harga. 6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan II tahun 2009 mengalami deflasi sebesar 0,10% (q-t-q). Sub kelompok rekreasi mengalami deflasi triwulanan tertinggi sebesar 1,15% (q-t-q). Sementara, sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan
mengalami inflasi sebesar 0,62%/q-t-q).
Sementara itu, sub kelompok yang lain relatif tidak mengalami perubahan harga. 7. Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Perkembangan harga yang terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan di kota Jambi pada triwulan I tahun 2009 sebesar 0,39% (q-tq) dengan laju inflasi tahunan sebesar minus 6,57% (y-o-y). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi terjadi pada sub kelompok transportasi sebesar 0,34% (q-tq) yang memiliki bobot relatif besar terhadap pembentukan inflasi Kota Jambi serta sub kelompok sarana dan penunjang transportasi (1,77%/q-t-q). Sementara, sub kelompok komunikasi dan pengiriman serta sub kelompok jasa keuangan relatif tidak mengalami perubahan harga pada triwulan laporan. Grafik 2.12. Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional Harga Minyak (USD/Barrel)
150
140
125
100
100.64 69.89
75
49.66
50
44.6 25
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 2005
2006
2007
2008
2009
Sumber: Bloomberg
46
- 46 -
INFLASI Sementara harga minyak di pasar internasional mengalami tren peningkatan sejak awal tahun 2009 dari sebesar USD 41,68/barrel (Januari 2009) menjadi USD 69,89/barrel (Juni 2009). Namun demikian, dibandingkan posisi yang sama tahun lalu, harga minyak sudah mengalai penurunan 50% dari harga tertingginya pada Juni 2008 sebesar USD 140/barrel. Selama periode triwulan laporan harga minyak di pasar internasional masih berada pada kisaran aman dari target pemerintah sehingga tidak ada rencana pemerintah untuk menaikkan kembali harga BBM dalam negeri. Perkembangan inflasi di sub kelompok transportasi terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga pada bahan pelumas/oli serta angkutan udara. Memasuki masa high season, penyedia jasa penerbangan mulai menaikkan tarifnya. Demand masyarakat terhadap permintaan tiket pesawat untuk berlibur meningkat cukup signifikan dibandingkan pada masa low season pada triwulan I-2009.20 Meningkatnya demand tersebut berimbas pada harga tiket pesawat yang relatif lebih mahal.
20
Pada periode triwulan II-2009 mulai memasuki masa high season dikarenakan terdapat perayaan hari besar keagamaan serta memasuki musim liburan sekolah sehingga minat masyarakat untuk berlibur keluar daerah cukup tinggi.
47
Halaman ini sengaja dikosongkan
Boks 2. LAUNCHING FORUM KOORDINASI PENGENDALIAN INFLASI PROVINSI JAMBI
Tingginya angka inflasi Provinsi Jambi yang direpresentasikan melalui inflasi Kota Jambi selama tahun 2008 yaitu sebesar 11,57% menyisakan kekhawatiran terhadap perkembangan inflasi pada tahun-tahAun berikutnya. Oleh sebab itu, dalam rangka mengantisipasi potensi tekanan inflasi pada waktu-waktu mendatang, Bank Indonesia Jambi berinisiatif untuk mengadakan Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi (FKPI) Provinsi Jambi. Untuk mendukung kelancaran berjalannya forum ini secara hukum,
maka
forum
ini
telah
dilegalkan
melalui
Keputusan
Gubernur
No.188/Kep.Gub/Ekbang/2009 tanggal 4 Mei 2009 tentang Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi Provinsi Jambi. Untuk itu, pada tanggal 25 Juni 2009, telah diselenggarakan launching Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi Provinsi Jambi yang dibuka secara resmi oleh Asisten II SekDa Provinsi Jambi. Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus menerus. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi adalah ketidakseimbangan permintaan dan pasokan (output gap), nilai tukar rupiah, ekspektasi inflasi, dampak administered price, serta pasokan dan kelancaran distribusi barang. Untuk dapat menangani semua faktor tersebut diperlukanlah kerjasama antara pemerintah daerah dan dinas/instansi terkait. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter berperan dalam mengendalikan inflasi dari sisi permintaan, ekspektasi inflasi serta menjaga kestabilan nilai rupiah. Sementara itu Pemerintah daerah berperan dalam menjaga kecukupan pasokan dan kelancaran distribusi. Selain pentingnya koordinasi dalam dinas/instansi di suatu daerah, koordinasi forum koordinasi di daerah dengan tim pengendalian inflasi nasional juga diperlukan. Tujuan dari koordinasi ini adalah: a. Tercukupinya pasokan dan lancarnya distribusi b. Meningkatkan kesadaran terhadap kebijakan Pemda yang memperhatikan inflasi daerah c. Meningkatkan komitmen dalam mengendalikan inflasi di daerah d. Monitoring kondisi terkini ekonomi dan sumber-sumber tekanan harga di daerah Berdasarkan kelompoknya, kelompok bahan makanan merupakan kelompok yang memiliki pergerakan harga yang paling volatile dibandingkan dengan kelompokkelompok lainnya. Hal ini disebabkan oleh tingginya ketergantungan kelompok ini
I
akan alam dan juga daerah lain sebagai pemasoknya. Berikut ini adalah tabel asal komoditas beserta jalur distribusinya: Tabel 1. Distribusi Kelompok Bahan Makanan Jambi Komoditas Beras Gula pasir Minyak goreng Daging sapi Daging ayam ras Telor Susu Garam Tepung terigu Kedelai Cabe merah Bawang merah Minyak tanah
Asal Barang Lokal, Sumbar, Sumsel, Jabar/Jakarta Lampung, Sumsel, Riau (Impor), Sumut, Jakarta Sumsel, Sumut, Jakarta Lokal, Lampung Lokal, Sumsel, Medan, Lampung Lokal, Sumut Jakarta Surabaya Sumsel , Jakarta Lokal, Sumut, Jakarta (Impor) Lokal, Sumbar, Sumsel, Jakarta, Jawa Brebes, Jateng Lokal
Distribusi Melalui Darat/laut Darat/laut Darat/laut Darat Darat Darat Darat Laut Darat/laut Darat Darat/laut Darat Darat
Dengan kondisi seperti di atas, maka infrastruktur yang baik sangat diperlukan untuk mengurangi bergejolaknya harga. Untuk itu, Bappeda Prov. Jambi telah mencanangkan beberapa pembangunan infrastruktur yang diharapkan dapat mempermudah akses distribusi barang. Dengan demikian biaya-biaya yang timbul dalam proses distribusi barang dapat berkurang sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Dari sisi pembeli, infrastruktur yang baik juga dapat mengurangi bergejolaknya harga sehingga nilai inflasi dapat ditekan. Pembangunan infrastuktur yang sedang dan akan dijalankan adalah:1.) Memperpendek jarak tempuh Sei. Penuh – Muara Sabak, 2.) Pembangunan jembatan Batanghari II, 3.) Pembangunan pelabuhan Muara Sabak, serta 4.) Rencana pembangunan jembatan Muara Sabak Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Dalam menangani inflasi, terdapat beberapa strategi yang dapat dilaksanakan. Pertama adalah pendekatan moneter namun peluang pelaksanaannya relatif kecil mengingat instrumen moneter lebih berada pada tingkat nasional/pusat. Pendekatan kedua adalah pendekatan fiskal yaitu melalui pengaturan siklus pencairan APBD. Pendekatan terakhir adalah pendekatan sektor riil. Pendekatan ini dapat dilaksanakan dengan tiga cara yaitu: 1.) upaya pengembangan sektor ekonomi penghasil komoditas yang berkontribusi besar terhadap inflasi, 2.) Perbaikan sarana infrastruktur untuk mengurangi biaya transportasi, dan 3.) Penggalakan program untuk mengendalikan konsumsi masyarakat seperti program Ayo ke Bank.
II
KESIMPULAN 1. Inflasi dipengaruhi oleh beberapa hal seperti keseimbangan permintaan dan pasokan (output gap), nilai tukar rupiah, ekspektasi inflasi, perubahan dalam administered, serta pasokan dan distribusi barang. Oleh sebab itu untuk dapat mengendalikan perubahan harga maka diperlukan koordinasi antara Bank Indonesia, Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, dan Departemen/Dinas Teknis. 2. Terbentuknya forum koordinasi pengendalian inflasi bukan berarti serta merta harus menyelesaikan semua masalah di tingkat provinsi akan tetapi dapat juga memberikan masukan kepada pihak pemerintah pusat. 3. Bahan makanan merupakan salah satu kelompok dengan sumbangan inflasi yang tertinggi dan tergantung akan pasokan dari luar provinsi Jambi oleh sebab itu perlu mendapat perhatian lebih dari pemerintah provinsi. 4. Dari sisi permintaan, tingginya inflasi kota Jambi disebabkan oleh tingginya konsumsi masyarakat.
REKOMENDASI 1. Forum
Koordinasi
Pengendalian
Inflasi
Provinsi
Jambi
harus
berkoordinasi dengan Tim Pengendalian Inflasi Pusat. Mengingat adanya pembatasan kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah maka perlu adanya koordinasi antara kedua belah pihak. 2. Meningkatkan kegiatan diseminasi untuk memberikan pemahamam kepada masyarakat di daerah terkait kondisi dan prospek ekonomi dan risiko tekanan inflasi. Hal ini bertujuan untuk menggiring persepsi masyarakat sehingga tekanan inflasi dari sisi permintaan dapat dikurangi. 3. Mempersiapkan dana terkait dengan biaya operasional FKPI. Saat ini dana yang tersedia terkait dengan penyelenggaraan FKPI hanya untuk biaya pertemuan
saja.
Akan
tetapi
belum
terdapat
biaya
dalam
lebih
kepada
mengimplementasikan rekomendasi-rekomendasi yang dibuat. 4. Pemerintah
daerah
harus
memberikan
perhatian
komoditas utama yang masih mengimpor dari daerah lain seperti cabai merah, bawang merah dan beras. Dengan kondisi ketergantungan Jambi akan pasokan dari daerah lain maka diperlukan upaya-upaya untuk mengendalikan gejolak harga tersebut.
III
5. Percepatan pembangunan infrastruktur provinsi Jambi yang telah dilaksanakan saat ini. Dengan terealisasinya pembangunan infrastruktur tersebut maka diharapkan biaya terkait dengan transportasi dapat menurun dan gejolak harga dapat diredam.
IV
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Kinerja perbankan pada triwulan II tahun 2009 menunjukkan peningkatan baik dari segi penghimpunan dana maupun penyaluran kredit. Fungsi intermediasi yang tercermin dari nilai Loan to deposits ratio (LDR) perbankan juga menunjukkan peningkatan dari triwulan sebelumnya. Namun demikian kualitas kredit yang diberikan memburuk yang tercermin dari meningkatnya rasio NonPerforming Loan (NPL) gross. A. Perkembangan Kelembagaan Secara kelembagaan, jumlah bank yang beroperasi di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Jambi sampai dengan Triwulan II tahun 2009 tercatat sebanyak 23 (dua puluh tiga) bank umum dan 8 (delapan) BPR yang terdiri dari 177 kantor bank umum termasuk BRI unit dan 14 kantor BPR. Pada periode triwulan laporan tidak terdapat penambahan bank umum maupun BPR baru, namun terdapat penambahan 6 (enam) kantor cabang pembantu (KCP). Enam kantor cabang pembantu yang bertambah yaitu KCP BNI Kayu Aro, KCP CIMB Niaga Sipin, KCP BTPN Merangin, KCP Danamon Bangko, KCP BTPN Ma. Bungo dan KCP BTPN Sipin. Dari 23 (dua puluh tiga) bank umum yang beroperasi di wilayah Jambi, terdiri dari 5 (lima) bank pemerintah diantaranya 1 (satu) Bank Pembangunan Daerah, dan 18 (delapan belas) bank swasta nasional. Dilihat dari sebarannya, jumlah kantor bank terbesar masih di Kota Jambi sebanyak 68 (enam puluh delapan) buah (35,60%), sedangkan untuk kabupaten yang paling sedikit kantor banknya adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebanyak 4 (empat) kantor (2,09%).
49
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH B. Bank Umum21 1. Perkembangan Aset Bank Aset bank umum di Provinsi Jambi pada triwulan laporan mengalami peningkatan sebesar Rp604,61 miliar (4,90%) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan aset triwulan lalu yang sebesar 0,87%. Peningkatan aset ini dipicu oleh meningkatnya aset kelompok bank pemerintah sebesar Rp543,99 miliar (6.60%) diikuti oleh peningkatan aset bank syariah sebesar Rp19,66 miliar (5,56%). Dengan demikian secara total, aset bank umum pada triwulan laporan menjadi sebesar Rp12.938,62 miliar. Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi Rp miliar 14,000 12,000
Persen Jumlah Aset (aksis kiri)
Pertumbuhan (%)
20.00 16.00
10,000
12.00
8,000
8.00
6,000 4,000
4.00
2,000
0.00 -4.00
Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q204 04 04 04 05 05 05 05 06 06 06 06 07 07 07 07 08 08 08 08 09 09
Dari total pangsa pasar aset bank umum, aset bank pemerintah merupakan yang terbesar hingga mencapai
67,92%, diikuti oleh aset bank
swasta yang memiliki pangsa sebesar 29,20% dan aset bank syariah yang memiliki pangsa sebesar 2,88% pada triwulan laporan. 2. Perkembangan Dana Masyarakat Jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun oleh perbankan pada triwulan laporan meningkat sebesar 1,04%, yaitu dari Rp10.281,16 miliar menjadi Rp10.388,30 miliar pada triwulan laporan. Berdasarkan kelompok bank, pertumbuhan DPK dirasakan oleh ketiga kelompok bank yaitu bank pemerintah, bank swasta dan bank syariah22. Secara 21 22
Data s.d. bulan Mei 2009 Bank Syariah termasuk bank syariah milik pemerintah dan swasta nasional
50
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH nominal, peningkatan DPK terbesar dialami oleh kelompok bank pemerintah dengan peningkatan sebesar Rp96,68 miliar atau setara dengan 1,47% diikuti oleh bank syariah dengan peningkatan sebesar Rp10,37 miliar (5,16%). Dengan demikian pada triwulan laporan, peningkatan DPK perbankan adalah sebesar Rp107,14 miliar atau setara dengan 1,04% dibandingkan dengan triwulan lalu. Tabel 3.1 Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
URAIAN
2008 Trw III
2009 Trw IV
Trw I
Trw II
Pertumbuhan Nominal Persen
Bank Konvensional Bank Pemerintah 1 Giro 2 Tabungan 3 Simpanan Berjangka
6,792,549 2,038,788 3,117,628 1,636,133
6,475,385 1,795,255 3,405,548 1,274,582
6,582,172 1,843,254 3,071,431 1,667,487
6,678,855 1,757,489 3,116,963 1,804,403
96,683 (85,765) 45,532 136,916
1.47 (4.65) 1.48 8.21
Bank Swasta Nasional 1 Giro 2 Tabungan 3 Simpanan Berjangka
3,370,587 529,799 1,470,180 1,370,608
3,396,774 521,672 1,478,499 1,396,603
3,497,944 482,261 1,538,759 1,476,924
3,498,032 521,927 1,534,071 1,442,034
88 39,666 (4,688) (34,890)
0.00 8.23 (0.30) (2.36)
Bank Syariah 1 Giro 2 Tabungan 3 Simpanan Berjangka
179,179 46,918 99,495 32,766
197,210 49,508 101,896 45,806
201,046 50,230 103,455 47,361
211,416 47,930 107,137 56,349
10,370 (2,300) 3,682 8,988
5.16 (4.58) 3.56 18.98
Jumlah 1 Giro 2 Tabungan 3 Simpanan Berjangka
10,342,315 2,615,505 4,687,303 3,039,507
10,069,369 2,366,435 4,985,943 2,716,991
10,281,162 2,375,745 4,713,645 3,191,772
10,388,303 2,327,346 4,758,171 3,302,786
107,141 (48,399) 44,526 111,014
1.04 (2.04) 0.94 3.48
Berdasarkan jenis penghimpunan dana, peningkatan DPK pada triwulan laporan dipicu oleh meningkatnya simpanan berjangka sebesar Rp111,01 miliar (3,48%) diikuti oleh tabungan dengan peningkatan sebesar Rp44,53 miliar (0,94%). Meningkatnya jumlah simpanan berjangka tersebut disumbangkan oleh meningkatnya simpanan berjangka oleh kelompok bank pemerintah. Di sisi lain, jumlah simpanan dalam bentuk giro mengalami penurunan sebesar Rp48,40 miliar (2,04%). Penurunan tersebut dipicu oleh menurunnya jumlah giro bank pemerintah sebesar Rp85,77 miliar (4,65%). Berdasarkan pangsanya, penghimpunan dana terbesar masih diraih oleh tabungan yaitu sebesar 45,80%, diikuti oleh deposito 31,79% dan giro 22,40%.
51
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Grafik 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi Rp miliar
Rp miliar 12,000
5,500 5,000 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 0
10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q203 03 03 03 04 04 04 04 05 05 05 05 06 06 06 06 07 07 07 07 08 08 08 08 09 09 Giro (aksis kiri)
Simpanan Berjangka (aksis kiri)
Tabungan (aksis kiri)
DPK (aksis kanan)
Berdasarkan golongan pemilik, secara nominal, kenaikan DPK berasal dari meningkatnya penghimpunan dana dari koperasi (Rp39,61 miliar), perorangan (Rp36,16 miliar), Pemerintah Daerah (Rp30,85 miliar) dan lembaga pemerintah (Rp28,77 miliar). Tabel 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik (dalam jutaan rupiah) No.
Golongan Pemilik
Trw.III-2008 Nominal
Trw.I-2009
Trw.IV-2008
Share
Nominal
Share
Nominal
Trw.II-2009
Share
Nominal
Share
Penduduk/Residents 1
Pemerintah
2
Pemerintah Daerah
103,771
1.00
46,278
0.46
57,054
0.55
56,070
0.54
2,159,113
20.88
1,149,512
11.42
1,925,290
18.73
1,956,135
18.83
3 4
Badan/lembaga pemerintah
81,264
0.79
82,116
0.82
85,805
0.83
114,578
1.10
Badan Usaha Milik Negara
117,853
1.14
161,482
1.60
128,686
1.25
136,879
5
1.32
Perusahaan asuransi
33,633
0.33
28,532
0.28
34,878
0.34
45,368
0.44
6
Perusahaan swasta
510,312
4.93
944,732
9.38
599,417
5.83
568,834
5.48
7
Yayasan dan Badan Sosial
69,040
0.67
70,675
0.70
65,650
0.64
72,481
0.70
8
Koperasi
35,327
0.34
31,832
0.32
30,218
0.29
69,826
0.67
9
Perorangan
7,182,635
69.45
7,484,153
74.33
7,287,671
70.88
7,323,827
70.50
10
Lainnya
49,367
0.48
70,057
0.70
66,493
0.65
44,305
0.43
Jumlah
10,342,315
100.00
10,069,369
100.00
10,281,162
100.00
10,388,303
100.00
Bukan Penduduk/Non-Residents Penduduk dan bukan penduduk
10,342,315
10,069,369
10,281,162
10,388,303
Berdasarkan pangsanya, DPK terbesar adalah untuk golongan pemilik perorangan yang mencapai 70,50%; diikuti oleh milik Pemerintah Daerah sebesar 18,83% dan perusahaan swasta sebesar 5,48%. Berdasarkan lokasi bank, jumlah dana masyarakat di perbankan mengalami peningkatan di Kota jambi, Kabupaten Kerinci, Bungo, Tebo, Muara Jambi, dan Tanjabtim. Peningkatan tertinggi (secara nominal) terjadi di Kota Jambi sebesar Rp98,50 miliar (1,51%) diikuti oleh Kabupaten Bungo sebesar
52
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Rp23,21 miliar (4,66%). Sementara itu penurunan DPK tertinggi dialami oleh Kabupaten Batanghari yaitu sebesar Rp32,60 miliar (7,43%) serta Sarolangun sebesar Rp26,87 miliar (6,47%). Tabel 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Bank (dalam jutaan rupiah) No.
Kota/Kabupaten
Trw.IV-08 Nominal
Trw.I-09 Share
Nominal
Trw.II-09 Share
Nominal
Pertumbuhan Share
Nominal
Persen
1 Kota Jambi
6,565,145
65.20
6,532,783
63.54
6,631,281
63.83
98,498
1.51
2 Batanghari
378,105
3.76
438,569
4.27
405,968
3.91
(32,601)
(7.43)
3 Tanjung Jabung Barat
808,880
8.03
893,786
8.69
885,001
8.52
(8,785)
(0.98)
4 Merangin
362,023
3.60
396,441
3.86
388,644
3.74
(7,797)
(1.97)
5 Kerinci
456,561
4.53
488,497
4.75
509,039
4.90
20,542
4.21
6 Sarolangun
395,553
3.93
415,582
4.04
388,714
3.74
(26,868)
(6.47)
7 Bungo
573,476
5.70
498,076
4.84
521,288
5.02
23,212
4.66
89,476
0.89
130,557
1.27
147,587
1.42
17,030
13.04
170,825
1.70
210,389
2.05
221,049
2.13
10,660
5.07
251,184
2.49
261,321
2.54
274,590
2.64
13,269
5.08
(19)
(0.13)
8 Tebo 9 Muara Jambi 10 Tanjung Jabung Timur 11 Lainnya (Others ) JUMLAH
18,141 10,069,369
15,161
0.18 100.00
10,281,162
15,142
0.15 100.00
10,388,303
0.15 100.00
107,141
1.04
3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi mengalami percepatan pertumbuhan yaitu meningkat sebesar 4,32% dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan lalu yang sebesar 2,04%. Dengan demikian total penyaluran kredit pada triwulan laporan adalah sebesar Rp8.082,55 miliar meningkat dari triwulan lalu yang sebesar Rp7.748,15 miliar. Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) URAIAN
2007 TW I
TW II
2009
2008 TW III
TW IV
TW I
TW II
Pertumbuhan Nominal Persen
Kelompok Bank 1 Bank Pemerintah 2 Bank Swasta 3 Bank Syariah
4,481,416 3,181,450 1,192,608 107,358
6,921,211 4,648,746 2,069,247 203,218
7,513,877 5,076,829 2,188,753 248,295
7,593,187 5,236,482 2,081,416 275,289
7,748,152 5,434,083 1,997,182 316,887
8,082,554 5,734,161 2,014,300 334,093
334,402 300,078 17,118 17,206
4.32 5.52 0.86 5.43
Jenis Penggunaan 1 Modal Kerja 2 Investasi 3 Konsumsi
4,481,416 2,014,669 741,092 1,725,655
6,921,211 2,861,846 1,303,493 2,755,872
7,513,877 2,997,699 1,437,519 3,078,659
7,593,187 2,984,839 1,454,979 3,153,369
7,748,152 2,968,650 1,453,410 3,326,092
8,082,554 3,110,915 1,486,355 3,485,284
334,402 142,265 32,945 159,192
4.32 4.79 2.27 4.79
4,481,416 756,418 7,654 391,749 37,843 140,952 1,124,236
6,921,211 817,879 25,816 404,713 32,963 298,263 2,019,320
7,513,877 963,654 15,914 396,307 31,341 333,238 2,088,594
7,593,187 1,006,549 34,866 379,269 29,330 276,370 2,145,985
7,748,152 1,009,514 28,382 377,768 28,020 248,025 2,156,927
8,082,554 1,018,776 28,687 415,789 26,792 248,139 2,299,997
334,402 9,262 305 38,021 (1,228) 114 143,070
4.32 0.92 1.07 10.06 (4.38) 0.05 6.63
75,717 139,402 63,818 1,743,627
165,956 252,956 119,731 2,783,614
158,151 282,890 129,248 3,114,540
115,177 303,999 129,212 3,172,430
113,757 302,607 128,091 3,355,061
109,650 297,302 133,262 3,504,160
(4,107) (5,305) 5,171 149,099
(3.61) (1.75) 4.04 4.44
Sektor Ekonomi 1 Pertanian 2 Pertambangan 3 Perindustrian 4 Listrik, Gas dan Air 5 Konstruksi 6 Perdagangan, Restoran dan Hotel 7 Pengangkutan, Pergudangan dan Komunikasi 8 Jasa-jasa Dunia Usaha 9 Jasa-jasa Sosial Masyarakat 10 Lain-lain
53
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Berdasarkan Kelompok Bank, peningkatan jumlah kredit dipicu oleh meningkatnya penyaluran kredit bank pemerintah yaitu sebesar Rp300,08 miliar (5,52%), diikuti oleh penyaluran kredit bank syariah sebesar Rp17,21 miliar (5,43%) dan bank swasta Rp17,12 miliar (0,86%). Dilihat dari pangsa (share) penyaluran kredit, kelompok bank pemerintah masih mendominasi dengan pangsa sebesar 70,94% dari total penyaluran kredit perbankan, diikuti dengan kelompok bank swasta (24,92%) serta kelompok bank syariah (4,13%). Berdasarkan Jenis Penggunaan, peningkatan jumlah kredit dialami oleh semua jenis kredit. Kredit modal kerja dan kredit investasi mengalami percepatan pertumbuhan pada triwulan laporan yaitu dengan pertumbuhan masing-masing sebesar
Rp142,27 miliar (4,79%) serta kredit investasi (2,27%). Kondisi ini
mengindikasikan mulai kembalinya kepercayaan perbankan untuk membiayai usaha masyarakat baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sementara itu, kredit konsumsi mengalami sedikit perlambatan pertumbuhan yaitu sebesar 4,79% (Rp159,19 miliar) dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh sebesar 5,48%. Kondisi tersebut menandakan bahwa daya beli masyarakat masih cukup baik. Berdasarkan pangsanya, kredit terbesar dialokasikan untuk kredit konsumsi yaitu 43,12%, diikuti oleh kredit modal kerja 38,49% dan kredit investasi 18,39% dari total kredit pada triwulan laporan. Berdasarkan
Sektor
Ekonomi,
hampir
semua
sektor
ekonomi
mengalami peningkatan jumlah penyaluran kredit kecuali untuk sektor listrik, gas, air; pengangkutan dan komunikasi; serta jasa dunia usaha. Secara nominal, peningkatan kredit terbesar dialami oleh sektor lain-lain yaitu sebesar Rp149,10 miliar(4,44%) diikuti dengan PHR yaitu sebesar Rp143,07 miliar (6,63%). Pangsa penyaluran kredit tetap didominasi oleh kredit sektor lain-lain sebesar 43,35% terhadap outstanding kredit, diikuti sektor perdagangan, restoran dan hotel sebesar 28,46%, serta sektor pertanian sebesar 12,60%. Penyaluran kredit ketiga sektor tersebut mendominasi penyaluran kredit yang mencapai 84,42% dari total outstanding kredit.
54
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Berdasarkan lokasi Proyek23, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan di Provinsi Jambi juga mengalami peningkatan yaitu tumbuh sebesar 5,18% dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp10,40 miliar menjadi Rp10,94 miliar.24 Meningkatnya
jumlah kredit ini hampir dialami oleh semua
sektor ekonomi kecuali untuk sub sektor industri, pengangkutan dan jasa usaha. Berdasarkan nominal kredit, peningkatan kredit lokasi proyek pada triwulan laporan terutama dipicu oleh meningkatnya kredit sub sektor listrik, gas dan air sebesar Rp301,68 miliar (159,43%), diikuti dengan sektor perdagangan sebesar Rp143,03 miliar (6,40%), serta sektor lain-lain sebesar Rp72,18 miliar (1,77%). Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) Sektor Ekonomi
2007
2008
Pertanian Pertambangan Perindustrian Perdagangan
III 1,871,828 237,500 732,566 1,563,112
IV 1,917,934 276,405 896,895 1,663,031
I 1,367,665 116,753 887,248 1,807,987
II 1,828,219 111,867 898,945 2,108,819
Jasa-jasa - listrik, gas dan air - konstruksi - pengangkutan - jasa dunia usaha - jasa sosial masyarakat Lain-lain TOTAL
694,526 41,814 240,282 105,097 224,588 82,745 2,637,307 7,736,839
788,990 82,728 193,339 132,967 260,437 119,519 2,813,917 8,357,173
852,274 86,777 245,164 132,352 264,041 123,940 3,113,757 8,145,685
1,170,425 95,242 395,155 131,514 422,392 126,122 3,436,538 9,554,812
III 1,962,425 68,288 956,173 2,185,613
IV 1,993,259 103,673 885,244 2,247,894
1,250,435 1,232,322 111,225 174,412 400,845 334,814 129,041 123,644 474,273 464,894 135,051 134,558 3,865,525 3,971,675 10,288,458 10,434,067
2009 I 1,959,270 97,700 824,440 2,234,779 1,203,112 189,230 295,102 120,743 465,298 132,739 4,085,517 10,404,818
II 1,982,076 99,726 820,122 2,377,811 1,506,202 490,910 301,094 115,893 456,021 142,284 4,157,702 10,943,639
Sumber: SEKDA Provinsi Jambi
4. Undisbursed Loan dan Persetujuan Kredit Baru Jumlah undisbursed loan (kredit yang belum ditarik) pada triwulan laporan menunjukkan
penurunan
sebesar
8,11%.
Pada
triwulan
laporan,
total
undisbursed loan sebesar Rp685,84 miliar atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp746,39 miliar. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan plafon kredit oleh perbankan sudah lebih optimal. Berdasarkan jenis penggunaan, proporsi undisbursed loan terbesar terdapat pada kredit modal kerja, yaitu mencapai 87,20% dari total undisbursed loan. Jika berdasarkan sektor ekonomi, undisbursed loan terbesar adalah sektor 23
Data s.d. bulan Mei 2009. Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Daerah (SEKDA) Provinsi Jambi. Data kredit lokasi proyek yang dimaksud masih memasukkan kredit dari BPR serta bank asing dan bank campuran sesuai dengan format SEKDA Provinsi Jambi. 24 Data s.d. Bulan Mei 2009. Mulai Mei 2007, Data dana/kredit telah menggunakan konsep net, yaitu tidak memasukkan dana/kredit pada pemerintah pusat dan bukan penduduk. Hal ini telah disesuaikan dengan publikasi SEKI (Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia).
55
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH perdagangan, restoran dan hotel (43,21%), diikuti oleh sektor perindustrian (23,76%), serta sektor pertanian (12,15%). Tabel 3.6 Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
2008
Kategori Jenis Penggunaan 1 investasi 2 konsumsi 3 modal kerja Total Sektor Ekonomi 1 Pertanian 2 Pertambangan 3 Perindustrian 4 Listrik, Gas dan Air 5 Konstruksi 6 Perdagangan, Restoran dan Hotel Pengangkutan, Pergudangan dan 7 komunikasi 8 Jasa-jasa Dunia Usaha 9 Jasa-jasa Sosial Masyarakat 10 Lain-lain Total
2009
TW I
TW II
TW III
79,604 4,594 502,731 586,929
98,903 6,794 431,847 537,544
643,949
670,424
746,386
85,921 1,878 598,036 685,835
78,361 2,465 24,677 108 38,669 354,788
76,635 68 28,764 376 43,796 306,068
84,701 282 31,328 527 53,939 399,954
77,478 138 41,418 556 54,226 428,239
76,241 109 220,993 228 64,010 315,323
83,324 18 162,988 15 74,454 296,337
25,614 39,140 18,513 4,594 586,929
21,423 38,085 15,499 6,830 537,544
28,031 33,718 6,038 5,431 643,949
23,456 36,317 2,488 6,108 670,424
25,900 36,897 2,364 4,321 746,386
24,999 39,437 2,385 1,878 685,835
79,836 5,241 558,872
TW IV 86,730 6,038 577,656
TW I 64,087 3,744 678,555
TW II
Jumlah persetujuan kredit pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, persetujuan kredit meningkat sebesar 16,10%. Meningkatnya jumlah persetujuan kredit pada periode triwulan laporan dipicu oleh meningkatnya persetujuan kredit baru untuk kredit konsumsi yaitu sebesar Rp58,81 miliar (58,81%). Kondisi ini mencerminkan sudah kembali membaiknya kondisi perekonomian dengan meningkatnya daya beli konsumsi masyarakat. Tabel 3.7 Tabel Persetujuan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
Jenis Kredit 1. Modal Kerja 2. Investasi 3. Konsumsi Jumlah
56
Tw III 08 Rp. Juta %
Tw IV 08 Rp. Juta %
158,460 60,673 217,735 436,868
577,496 813,882 151,167 1,542,545
36.27 13.89 49.84 100.00
37.44 52.76 9.80 100.00
Tw I 09 Rp. Juta % 106,494 48,559 188,236 343,289
31.02 14.15 54.83 100.00
Tw II 09 Rp. Juta % 102,019 49,498 247,046 398,563
25.60 12.42 61.98 100.00
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL) gross Bank Umum di Provinsi Jambi Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan25 di Provinsi Jambi mengalami peningkatan baik dilihat dari kredit berdasarkan lokasi proyek maupun wilayah pelapor. LDR berdasarkan lokasi proyek26 meningkat dari 99,55% menjadi 103,69% sedangkan LDR berdasarkan wilayah pelapor meningkat dari 75,36% menjadi 77,80%. Peningkatan rasio LDR mencerminkan meningkatnya fungsi intermediasi perbankan di daerah dan mulai meningkatnya kepercayaan perbankan untuk menyalurkan . Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi Rp juta 12,000,000 10,000,000
83.95%
87.15%
86.94%
88.05%
83.26%
8,000,000 58.18%
59.23%
59.84%
60.40%
90.63%
62.78%
97.77%
66.80%
101.97% 99.55% 103.69%
75.41% 72.65%
110% 90%
75.36%
77.80% 70%
6,000,000
50%
4,000,000
30%
2,000,000
10% -10%
Q1-07
Q2-07
Kredit Lokasi Proyek (Rp juta) LDR Lokasi Proyek (persen)
Q3-07
Q4-07
Q1-08
Q2-08
Q3-08
Kredit Perbankan Jambi (Rp juta) LDR Perbankan Jambi (persen)
Q4-08
Q1-09
Q2-09
DPK Perbankan (Rp juta)
25
LDR perbankan disini maksudnya rasio antara kredit yang disalurkan oleh bank umum dibandingkan dengan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang dilakukan bank umum pada triwulan laporan. 26 Yang dimaksud LDR berdasarkan lokasi proyek adalah rasio antara kredit yang disalurkan berdasarkan lokasi proyek oleh bank umum dibandingkan dengan penghimpunan DPK bank umum pada triwulan laporan.
57
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Grafik 3.4 Loan to deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Lokasi Proyek per kabupaten/kota di Provinsi Jambi 400 Triwulan I-09 350 300
Triwulan II-09 289 274 246 247
250
205 221
223 210
200 154
150
LDR < 100%
162 110
100
121 118 119 79
84
50
63 63
47
50
0 Tebo
Ma. Jambi Batanghari dan lainnya
Bungo
Merangin Saro langun
Kerinci
Kota Jambi Tanjabbar Tanjabtim
Berdasarkan Kabupaten/Kota, Kabupaten Tebo memiliki LDR tertinggi yaitu 274% di antara sepuluh kota/kabupaten di Provinsi Jambi, diikuti oleh Kabupaten Muara Jambi dan lainnya. Sementara itu, terdapat 3 (tiga) kabupaten/kota dengan tingkat LDR kurang dari 100% dengan LDR terendah di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat masingmasing sebesar 50% dan 63%. Kualitas kredit mengalami penurunan pada triwulan laporan. Kondisi ini tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) gross bank umum yang mengalami peningkatan dari 3,35% pada triwulan sebelumnya menjadi 3,82% pada triwulan laporan. Peningkatan rasio NPL terjadi pada semua sektor ekonomi dengan peningkatan terbesar adalah untuk sektor perindustrian. Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi adalah pada sektor pertanian sebesar 11,71% diikuti dengan sektor perindustrian sebesar 8,91% yang berarti sudah jauh di atas ketentuan Bank Indonesia yang sebesar 5%. Pada triwulan laporan, kenaikan NPL sektor perindustrian terutama disumbangkan oleh sub sektor industri kayu dan hasil-hasil kayu yang meningkat sebesar Rp36,08 miliar (177,33%).
Sementara itu, NPL sektor-sektor ekonomi lainnya masih berada
dalam kategori baik (dibawah 5%).
58
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Tabel 3.8 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum Provinsi Jambi No
Sektor Ekonomi
1. 2. 3. 4. 5.
Pertanian Pertambangan Perindustrian Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan, Restoran dan Hotel Pengangkutan, Pergudangan dan Komunikasi Jasa-jasa Dunia Usaha Jasa-jasa Sosial Masyarakat Lain-lain JUMLAH
6. 7 8. 9. 10.
Kredit 1,006,549 34,866 379,269 29,330 276,370
TW IV-08 Nominal NPL NPL (%) 103,377 10.27 13,091 3.45 2,659 0.96
TW I-09 Nominal NPL Kredit 1,009,514 113,883 28,382 377,768 13,607 28,020 248,025 3,343
NPL (%) 11.28 3.60 1.35
TW II-09 Nominal NPL Kredit 1,018,776 119,297 28,687 415,789 37,058 26,792 248,139 3,586
NPL (%) 11.71 8.91 1.45
2,145,985
49,912
2.33
2,156,927
74,583
3.46
2,299,997
83,549
3.63
115,177 303,999 129,212 3,172,430 7,593,187
289 5,261 724 38,841 214,154
0.25 1.73 0.56 1.22 2.82
113,757 302,607 128,091 3,355,061 7,748,152
112 6,152 373 47,592 259,645
0.10 2.03 0.29 1.42 3.35
109,650 297,302 133,262 3,504,160 8,082,554
192 10,704 555 53,878 308,819
0.18 3.60 0.42 1.54 3.82
6. Perkembangan UMKM Seiring dengan kredit perbankan yang mengalami peningkatan yaitu sebesar 5,37% pada triwulan laporan, kredit UMKM juga mengalami pertumbuhan walaupun sedikit di bawah pertumbuhan total kredit yaitu sebesar 4,15%. Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan perbankan akan kredit UMKM masih cukup tinggi. Dengan demikian pangsa kredit UMKM terhadap total kredit mengalami sedikit penurunan yaitu dari sebesar 86,22% menjadi 86,08% pada triwulan laporan. Grafik 3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi Miliar Rp
Persen
9,000 7,000 11.89
5,000 3,000 2,000
16.00 14.00
14.86
6,000 4,000
18.00
15.29
8,000
3.60
9.82 7.80 8.11
12.00
11.81 7.81
7.02
7.06
3.09
1,000
10.00 8.56
8.00
6.13 1.06 2.02
3.32 2.04
6.00 4.324.00 4.15
-
2.00 0.00
TW I-07 TW II-07 TW III-07 TW IV-07 TW I-08 TW II-08 TW III-08 TW IV-08 TW I-09 TW II-09 Total Kredit - Bank Pelapor Mikro Menengah Pertumbuhan Total Kredit - Bank Pelapor
Total Kredit UMKM Kecil Pertumbuhan UMKM (%)
Kualitas penempatan dana perbankan daerah dalam bentuk kredit UMKM menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini dicerminkan dari meningkatnya rasio NPL UMKM pada triwulan laporan yaitu dari 3,21%
59
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH menjadi 3,54%. Namun, kualitas kredit UMKM ini lebih baik dibandingkan dengan kualitas kredit perbankan secara total yang memiliki NPL sebesar 3,82%. Dilihat dari distribusinya, kredit UMKM sektor usaha mikro masih memiliki pangsa yang terbesar yaitu 34,81% lalu diikuti sektor usaha kecil sebesar 33,94%, serta sektor usaha menengah sebesar 17,34% dari total kredit perbankan. Grafik 3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
24.94
24.77
25.27
21.82
21.43
20.19
17.16
17.73
18.41
18.11
15.66
14.85
13.78
13.92
18.06
19.09
19.42
19.96
19.13
18.02
17.34
16.42
18.02
19.05
17.16
18.35
19.15
16.00 16.97
17.47
17.57
19.10
18.54
22.44
23.90
25.23
25.08
26.65
29.14
30.52
32.11
33.94
42.09
40.60
40.73
40.73
42.01
39.31
39.85
37.63
36.55
36.11
36.06
35.57
36.08
34.80
TW I-06 TW II-06 TW III- TW IV- TW I-07 TW II-07 TW III- TW IV- TW I-08 TW II-08 TW III- TW IV- TW I-09 TW II-09 06 06 07 07 08 08 Kredit Besar/Non-UMKM Menengah Kecil Mikro
Berdasarkan komposisinya, pertumbuhan kredit UMKM ditopang oleh meningkatnya pertumbuhan kredit usaha kecil yaitu sebesar 10,25%. Sementara kredit usaha mikro dan menengah mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 0,62% dan 0,34%. Berdasarkan jenis penggunaan, kredit UMKM masih didominasi oleh kredit konsumsi yang pangsanya mencapai 50,10%, diikuti kredit modal kerja sebesar 36,69% serta kredit investasi sebesar 13,22%. 7. Profitabilitas27 Kondisi profitabilitas (net) perbankan di Provinsi Jambi pada triwulan laporan menunjukkan sedikit penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Selama periode triwulan II tahun 2009 perbankan di Provinsi Jambi mencatat laba bersih (net) sebesar Rp160,19 miliar meningkat sebesar Rp65,29 miliar jika dibandingkan dengan triwulan I-2009.
27
Data s.d. bulan Juni 2009
60
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Grafik 3.7 Perkembangan Laba Rugi Triwulanan Miliar Rp 201 200 L/R (sblm transfer & pajak)
L/R (net) 145 145 129 120
150 117 100
91
85 85
89 7475
50
130
174 160
156 156 138 9595
90
34 35 4 5
6
Tw II-06Tw III 06 Tw IV Tw I 07 Tw II 07 Tw III 07 Tw IV Tw I 08 Tw II 08 Tw III 08 Tw IV Tw I 09 Tw II 09 06 07 08
Berdasarkan komposisinya, pendapatan terbesar pada triwulan ini adalah untuk pendapatan kredit. Pendapatan kredit pada triwulan laporan menunjukkan pertumbuhan sebesar 5,41%. Sementara itu pendapatan dari SBI dan surat berharga lainnya juga menunjukkan peningkatan dibandingakan dengan triwulan sebelumnya. Tabel 3.9 Komposisi Pendapatan Bunga Bank Umum Provinsi Jambi Jenis Aset SBI dan surat berharga Kredit Lainnya Total
Tw I 07 Tw II 07 Tw III 07 Tw IV 07 Tw I 08 Tw II 08 Tw III 08 Tw IV 08 Tw I 09 497 7,054 10,174 8,303 6,464 10,084 10,263 9,556 4,486 178,247 185,941 183,797 239,429 225,243 252,895 284,822 304,546 310,599 37 113 (41) 636 228 365 425 82 83 187,259 198,479 195,825 232,624 231,935 263,344 295,510 314,184 315,168
Tw I 09 5,793 328,360 124 334,277
Dilihat dari spread bunga (grafik 3.9), terlihat bahwa margin keuntungan perbankan di Provinsi Jambi terus meningkat pada triwulan laporan. Margin ratarata tertimbang antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito 3 (tiga) bulan meningkat yaitu dari 5,61% pada triwulan lalu menjadi 6,17% pada triwulan laporan. Kenaikan ini dipicu oleh semakin menurunnya suku bunga deposito 3 bulan seiring dengan penurunan BI-rate sementara respon untuk menurunkan suku bunga pinjaman lebih lambat. Hal ini menyebabkan beban bunga yang ditanggung pada triwulan ini relatif lebih kecil dibandingkan triwulan sebelumnya.
61
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Grafik 3.8 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum Provinsi Jambi Persen (%) Margin
4.14 4.484.57 4.89
5.55 5.97 6.28 6.626.79
Kredit
Deposito 3 Bulan
6.8 6.91 7.39 7.19 7.737.73 7.1 7.07 6.856.826.92 7.067.07 6.736.59 6.42 5.95
SBI
5.24 4.894.86 4.664.69 4.95 5.61 6.026.17
Jul Agus Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei
20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
2006
2007
2008
2009
Trend menurunnya BI rate semenjak bulan Desember 2008 sudah direspon oleh perbankan dengan menurunkan suku bunga simpanannya sejak bulan Februari lalu. Suku bunga simpanan turun dari 9,4% pada triwulan lalu menjadi 8,76% pada triwulan laporan sedangkan suku bunga pinjaman belum menunjukkan penurunan suku bunga yang berarti yaitu hanya turun 8 basis poin pada triwulan laporan yaitu dari 15,01% pada triwulan lalu menjadi 14,93% pada triwulan laporan. C. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)28 Berbeda dengan bank umum yang mengalami percepatan pertumbuhan pada triwulan laporan, kinerja BPR mengalami perlambatan yang tercermin dari menurunnya pertumbuhan jumlah DPK dan kredit serta menurunnya aset perbankan. Jumlah aset seluruh BPR di Provinsi Jambi mencapai Rp217,84 miliar, menurun sebesar 0,04% dibanding pada triwulan sebelumnya yang sebesar Rp217,93 miliar. Di sisi lain, jumlah penghimpunan dana BPR di Provinsi Jambi mengalami perlambatan dengan tumbuh sebesar Rp1,43 miliar (0,88%) dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh sebesar 11,98%. Dalam triwulan II ini, jumlah penyaluran kredit juga mengalami perlambatan, yaitu tumbuh sebesar Rp3,44 miliar (2,08%). Dengan demikian 28
Data s.d. Bulan Mei 2009.
62
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH fungsi intermediasi BPR di Provinsi Jambi yang dicerminkan dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) sedikit meningkat menjadi 102,76% dari sebelumnya 101,55%. Di sisi lain, kualitas kolektabilitas kredit menunjukkan penurunan yang ditunjukkan dengan meningkatnya persentase Non Performing Loan, yaitu dari 8,26% menjadi sebesar 8,57%.
63
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Realisasi pendapatan provinsi Jambi di semester pertama tahun 2009 adalah sebesar Rp`506,80 miliar atau setara dengan 40,32% dari rencana pendapatan APBD yang sebesar Rp1,26 triliun. Realisasi pendapatan ini menurun sebesar 25,79% dibandingkan dengan tahun 2008. Sementara dari sisi belanja, pengeluaran pemerintah provinsi Jambi pada semester pertama tahun 2009 adalah sebesar Rp389,63 miliar atau sebesar 24,04% dari anggaran belanja APBD yang sebesar Rp1,62 triliun. Realisasi ini meningkat sebesar 19,17% dibandingkan dengan realisasi tahun 2008. Tabel 4.1. Realisasi APBD Provinsi Jambi Semester I Tahun 2009 (Dalam miliar Rp) URAIAN
PENDAPATAN Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Pendapatan Transfer Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya Dana Penyesuaian Lain-lain Pendapatan yang Sah Pendapatan Dana Darurat BELANJA Belanja Operasi Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Keuangan Belanja Modal Belanja Tanah Belanja Peralatan dan Mesin Belanja Bangunan dan Gedung Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan Belanja Aset Tetap Lainnya Belanja Tak Terduga Belanja Tak Terduga Transfer Transfer Bagi Hasil Ke Kab/Kota/Desa Bagi Hasil Pajak Bagi hasil Retribusi Surplus/(Defisit)
ANGGARAN 2008
REALISASI SMT.I-2008
REALISASI SMT.II-2008
Nominal
Nominal
1,261.47 454.44 380.94 28.73 5.22 39.56 802.03 748.33 148.00 107.07 468.80 24.45 53.70 53.70 5.00 5.00 1,615.96 801.25 433.79 342.84 6.00 3.59 6.78 8.25 608.70 1.49 66.12 95.16 431.43 14.49 7.20 7.20 198.81 198.81 198.81
682.90 289.78 256.82 8.83 0.15 23.98 388.12 365.62 58.45 26.37 273.47 7.34 22.50 22.50 5.00 5.00 326.96 215.14 171.07 39.03 0.00 2.50 1.04 1.50 25.30 0.51 2.97 5.87 15.95 0.00 0.00 0.00 86.52 86.52 86.52
(354.49)
355.94
65
Persen
54.14 63.77 67.42 30.72 2.88 60.62 48.39 48.86 39.49 24.63 58.33 30.00 41.90 41.90 100.00 100.00 20.23 26.85 39.44 11.38 0.00 69.59 15.39 18.18 4.16 34.28 4.49 6.17 3.70 0.00 0.00 0.00 43.52 43.52 43.52
1,436.80 626.53 527.01 27.29 6.30 65.93 805.27 745.86 130.39 122.22 468.80 24.45 59.41 59.41 5.00 5.00 1,404.98 645.67 351.30 278.27 5.98 3.59 3.28 3.25 560.26 0.50 61.55 91.28 393.39 13.54 0.28 0.28 198.77 198.77 198.77 31.82
Persen
113.90 137.87 138.35 94.98 120.83 166.67 100.40 99.67 88.10 114.15 100.00 100.00 110.63 110.63 100.00 100.00 86.94 80.58 80.98 81.17 99.73 100.00 48.40 39.39 92.04 33.48 93.08 95.92 91.18 93.38 3.93 3.93 99.98 99.98 99.98
ANGGARAN 2009
1,256.89 480.31 423.79 27.78 4.73 24.01 776.58 776.58 137.00 130.95 473.51 35.12 0.00 0.00 0.00 0.00 1,620.58 985.99 413.54 422.98 0.00 3.50 31.16 114.80 453.65 2.84 70.65 77.62 278.44 24.11 10.00 10.00 170.95 170.95 170.46 0.485 (363.70)
REALISASI SMT.I-2009 Nominal
506.80 202.98 176.14 8.67 0.28 17.89 303.82 303.82 8.64 40.70 236.75 17.72 0.00 0.00 0.00 0.00 389.63 251.94 188.33 56.40 0.00 3.50 0.71 3.00 52.74 0.00 10.05 7.91 31.93 2.85 0.81 0.81 84.14 84.14 0.00 0.00 117.17
Persen
40.32 42.26 41.56 31.21 5.92 74.49 39.12 39.12 6.31 31.08 50.00 50.47 0.00 0.00 0.00 0.00 24.04 25.55 45.54 13.33 0.00 100.00 2.28 2.61 11.63 0.00 14.23 10.19 11.47 11.82 8.06 8.06 49.22 49.22 0.00 0.000
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
A. Realisasi Pendapatan Daerah Realisasi pendapatan selama semester pertama tahun 2009 mengalami penurunan dibandingkan dengan posisi yang sama tahun lalu. Dalam semester pertama ini, realisasi pendapatan Provinsi Jambi baru mencapai 40,32% dari APBD atau setara dengan Rp`506,80 miliar, menurun sebesar 25,79% dibandingkan pencapaian semester pertama tahun 2008 yang mencapai Rp682,90 miliar atau sebesar 54,14%. Menurunnya pendapatan daerah ini dipicu oleh menurunnya baik Pendapatan Asli Daerah (PAD) maupun pendapatan transfer dari pusat. Pendapatan asli daerah (PAD) di semester pertama ini adalah sebesar Rp202,98 miliar atau mencapai 42,26% dari anggaran dan menurun sebesar 29,95% dari tahun 2008 yang sebesar Rp289,78 miliar (63,77%). Sementara itu, besarnya dana transfer dari pusat baru sebesar 39,12% dari anggaran atau sebesar Rp303,82 miliar menurun dibandingkan realisasi tahun lalu yang sebesar Rp388,12 miliar. Grafik 4.1. Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi miliar (Rp) 1600 1400
persen (%) 150 Pendapatan (aksis kiri)
Realisasi Pendapatan (aksis kiri)
125
% Realisasi Pendapatan (aksis kanan)
1200 100
1000 800
75
600
50
400 25
200
0
0 TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV SMT I SMT II SMT I SMT II SMT I 2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Sumber: Biro Keuangan (diolah) Mulai tahun 2007, laporan realisasi APBD per-semester
Dari segi nominal realisasi pendapatan, komponen pendapatan transfer merupakan komponen pendapatan tertinggi yaitu sebesar Rp303,82 miliar, kemudian diikuti oleh pendapatan asli daerah sebesar Rp202,98 miliar. Tingginya komponen pendapatan transfer menunjukkan masih tingginya ketergantungan provinsi akan transfer dana dari pusat.
66
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH B. Realisasi Belanja Daerah Realisai belanja pemerintah Provinsi Jambi semester pertama tahun 2009 meningkat jika dibandingkan dengan posisi yang sama di tahun 2008. Namun demikian, belanja pemerintah belum direalisasikan secara optimal dengan baru terealisasi sebesar 24,04% atau sebesar Rp389,63 miliar. Grafik 4.2. Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi miliar (Rp) 1800 1600 1400
persen (%) 150 Belanja (aksis kiri)
Realisasi Belanja (aksis kiri)
% Realisasi Belanja (aksis kanan)
125 100
1200 1000
75
800
50
600 400
25
200 0
0 TW I TW II TW III TW IV
TW I TW II TW III TW IV
TW I TW II TW III TW IV
2004 2005 Sumber:2003 Biro Keuangan Mulai tahun 2007, laporan realisasi APBD per-semester
TW I TW II TW III TW SMT I SMT SMT I SMT SMT I IV II II 2006
2007
2008
2009
Berdasarkan jenis belanja, realisasi belanja terbesar secara nominal adalah untuk belanja operasi yaitu sebesar Rp251,94 miliar diikuti dengan belanja modal sebesar Rp52,74 miliar. Belanja operasi terealisasi sebesarRp251,94 miliar setara dengan 25,55% dari anggaran dengan komposisi biaya terbesar untuk belanja pegawai yaitu sebesar Rp188,33 miliar diikuti dengan belanja barang sebesar Rp56,40 miliar. Dari sisi belanja modal, pengeluaran terbesar dari komponen belanja ini adalah untuk belanja jalan, irigasi dan jaringan yaitu sebesar Rp31,93 miliar (terealisasi 11,47%). Sementara itu, belanja transfer terealisasi sebesar Rp84,14 miliar (49,22%) di semester pertama ini. Belanja transfer merupakan transfer bagi hasil pajak ke kabupaten/kota/desa di Provinsi Jambi.
C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah Penerimaan pajak pusat di wilayah Jambi pada triwulan II tahun 2009 terealisasi sebesar Rp508,98 meningkat sebesar 38,28% dibandingkan triwulan sebelumnya akan tetapi menurun sebesar 32,80% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu. Secara nominal, penerimaan pajak tertinggi dicapai
67
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH oleh jenis pajak penghasilan sebesar Rp212,33 miliar, diikuti jenis pajak pertambahan nilai sebesar Rp143,88 miliar. Tabel 4.2. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (dalam juta Rupiah) KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH REALISASI PENDAPATAN I
Pendapatan Pajak Dalam Negeri Pendapatan Pajak Penghasilan Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan Pendapatan BPHTB Pendapatan Cukai Pendapatan Pajak Lainnya II Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Pendapatan Bea Masuk Pendapatan Pajak/Pungutan Ekspor III Penerimaan Sumber Daya Alam Pendapatan Pertambangan Umum IV Pendapatan PNPB Lainnya V Pendapatan Hibah Total Realisasi Pendapatan
Triwulan I Triwulan II 2008 2008 420,992 732,892 181,020 148,101 228,523 207,285 1,434 364,869 4,276 5,734 72 20 5,668 6,883 28,151 13,828 3,439 24,712 1 1 19,060 468,204
4,538 9,290 10,728 757,448
Triwulan III 2008 443,162 179,675 229,473 19,799 7,021 5 7,190 9,923 4,483 5,440 14,923 468,009
Triwulan Triwulan I Triwulan II 2009 IV 2008 2009 769,731 337,177 479,363 216,139 165,404 212,331 256,227 139,189 143,883 284,504 22,930 112,047 6,418 4,063 4,284 6,443 5,591 6,819 9,623 2,197 5,207 6,331 3,292 16,507 795,860
2,197 28,701 368,075
5,003 204 1 1 24,398 508,981
Pertumbuhan Nominal (%) 142,187 42.17 46,927 28.37 4,694 3.37 89,116 388.64 221 5.44 1,229 21.97 3,010 137.05 2,807 204 1 1 (4,303) 140,906
127.77 (14.99) 38.28
Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah
Berdasarkan pangsanya, pendapatan pajak dalam negeri memiliki pangsa paling besar yaitu 94,18% dari total penerimaan pajak pada triwulan laporan. Jika dirinci lagi dari pendapatan pajak dalam negeri, maka pendapatan pajak penghasilan memiliki pangsa paling besar (44,29%), diikuti pajak pertambahan nilai (30,02%), serta pajak bumi dan bangunan (23,37%).
Grafik 4.3. Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Grafik 4.4. Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri di Provinsi Jambi Pendapatan BPHTB 0.89%
Pendapatan Cukai 0.00%
Pendapatan Pajak Lainnya 1.42% Pendapatan PPh 44.29%
Pendapatan PBB 23.37%
Pendapatan PNPB Lainnya 4.79%
Pendapatan Hibah 0.00%
Pendapatan Pajak Dalam Negeri 94.18%
Pendapatan Pajak Perdaganga n Int'l 1.02%
Pendapatan PPN 30.02%
Grafik 4.5
Grafik 4.6
Belanja pemerintah pusat di wilayah Jambi pada triwulan II tahun 2009 terealisasi sebesar Rp799,37 miliar, meningkat sebesar 89,12% dibandingkan triwulan sebelumnya dan meningkat sebesar 38,10% jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun lalu. Secara nominal, belanja pemerintah pusat tertinggi adalah untuk belanja pegawai yaitu sebesar Rp266,22 miliar, diikuti
68
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH dengan belanja modal yang mencapai Rp177,73 miliar. Meningkatnya belanja pemerintah pusat di Jambi menujukkan bahwa pada triwulan laporan pemerintah mulai mengakselerasi realisasi belanja di Provinsi Jambi. Tabel 4.3. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (dalam juta Rupiah) REALISASI BELANJA I
II
III
IV
V VI
Belanja Pegawai Belanja Gaji dan Tunjangan Belanja Honorarium/Lembur/ Vakasi/Tunj Khusus Belanja Kontribusi Sosial Belanja Barang Belanja Barang Belanja Jasa Belanja Perjalanan Belanja Pemeliharaan Belanja Denda dan Subsidi Perusahaan Belanja Denda Belanja Subsidi Perusahaan Negara Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Sosial Lembaga Pendidikan dan Peribadatan Belanja Lembaga Sosial Lainnya Belanja Lain-Lain Belanja Lain-Lain Belanja Modal Belanja Modal Tanah Belanja Modal Peralatan dan Mesin Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Triwulan I Triwulan II Triwulan Triwulan Triwulan I Triwulan I 2008 2008 III 2008 IV 2008 2009 2009 148,019 241,373 253,737 157,626 170,352 266,221 143,909 223,989 234,308 122,121 168,341 260,354 4,182 17,518 19,560 35,897 2,046 6,032 (72) (133) (132) (392) (35) (165) 26,680 74,394 81,720 117,693 45,525 133,703 16,282 44,349 47,091 62,891 26,096 76,162 2,589 6,914 9,206 13,686 4,586 10,003 4,583 15,952 16,670 30,569 6,289 22,509 3,226 7,179 8,753 10,546 8,553 25,029 121 600 846 2,227 4,049 4,049 121 120 4 4,049 4,049 480 842 2,227 36,305 63,913 128,138 303,146 63,751 157,520
Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan Belanja Pemeliharaan yang dikapitalisasi Belanja Modal Fisik Lainnya Total Realisasi Belanja
Pertumbuhan Nominal (%) 95,869 56.28 92,014 54.66 3,986 194.78 (131) 376.62 88,178 193.69 50,066 191.85 5,416 118.10 16,220 257.93 16,475 192.62 93,768 147.08
34,712 1,592 1,686 1,686 119,897 27 2,844 1,438
53,940 9,973 4,190 4,190 194,354 1,071 10,247 8,238
94,170 33,968 22,196 22,196 211,364 934 20,508 20,271
204,155 98,991 36,621 36,621 260,010 2,721 72,977 46,160
62,600 1,152 62,364 62,364 76,647 3,358 395
142,732 14,788 60,149 60,149 177,730 751 9,605 12,755
80,132 13,636 (2,215) (2,215) 101,083 751 6,246 12,359
128.01 1,184.13 (3.55) (3.55) 131.88 185.99 3,126.77
111,650
163,832
157,229
129,583
72,579
151,965
79,386
109.38
114 3,824 332,707
109 10,857 578,826
561 11,861 698,001
2,556 6,013 877,323
315 422,688
2,655 799,371
2,340 376,683
743.55 89.12
Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah
Pada triwulan laporan realisasi belanja modal sudah mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 131,88% dibandingkan dengan triwulan lalu. Namun demikian porsi belanja modal yang baru 22,23% menunjukkan
bahwa
pengeluaran
pemerintah
untuk
meningkatkan
pembangunan di daerah masih bisa dioptimalkan lagi. Berdasarkan pangsanya, share tertinggi dari realisasi belanja masih diperuntukkan bagi belanja pegawai yaitu sebesar 33,30% diikuti dengan belanja modal yang mencapai 22,23%, belanja bantuan sosial yang mencapai 19,70% serta belanja lain-lain 7,52%.
69
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Grafik 4.5. Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi belanja denda dan subsidi perusahaan negara 18.13%
belanja modal 14.75% belanja lain-lain 15.08%
belanja barang 10.77% belanja bantuan sosial 0.96%
belanja pegawai 40.30%
D. Keuangan Pemerintah Daerah Perkembangan simpanan pemerintah daerah di perbankan Jambi mencapai Rp1,96 triliun pada triwulan laporan, meningkat sebesar 1,60% dibandingkan
triwulan
sebelumnya.
Berdasarkan
pangsanya,
simpanan
pemerintah daerah di perbankan paling besar dalam bentuk giro (62,55%), diikuti dengan deposito sebesar 36,89%. Grafik 4.6. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi (dalam juta Rupiah) 1,800,000
Deposito
Giro
1,600,000 1,400,000 1,200,000 1,000,000 800,000 600,000 400,000 200,000 Jan- Feb- Mar- Apr- May- Jun- Jul- Aug- Sep- Oct- Nov- Dec- Jan- Feb- Mar- Apr- May08 08 08 08 08 08 08 08 08 08 08 08 09 09 09 09 09
Simpanan pemerintah daerah (secara total) terus mengalami penurunan di bulan Mei setelah terus meningkat dari bulan Februari 2009. Mulai menurunnya simpanan pemerintah daerah ini mengindikasikan pemerintah daerah baru mulai merealisasikan anggaran belanja semenjak tengah tahun berjalan.
70
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Pada periode triwulan laporan, aktivitas pembayaran di Jambi mengalami peningkatan baik untuk aktivitas pembayaran tunai maupun non tunai. Aktivitas pembayaran tunai tercermin meningkatnya aliran uang keluar/outflows dari kas Bank Indonesia yang berasal dari setoran dan pembayaran kepada bank-bank umum. Sementara, perkembangan pembayaran non-tunai dilihat dari aktivitas kliring dan RTGS. Tabel 5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran Provinsi Jambi (dalam miliar rupiah) Uraian Nilai Kliring (miliar Rp) Volume Kliring (lembar warkat) Aliran Uang Masuk/Inflows (miliar Rp) Aliran Uang Keluar/Ouflows (miliar Rp) Net Inflows/ (Net Outflows) (miliar Rp) RTGS dari Jambi (miliar Rp) RTGS ke Jambi (miliar Rp) RTGS total (miliar Rp) Penemuan Uang Palsu - Pecahan Rp100.000,00 - Pecahan Rp50.000,00 - Pecahan Rp20.000,00 - Pecahan Rp10.000,00 Jumlah PTTB (miliar Rp) Perbandingan PTTB thd. Inflows (%) Cek dan BG Kosong - Lembar - Nominal (miliar Rp)
Trw.I 1,670.79 60,526 270.14 732.44 (462.30) 5,620.00 16,025.00 21,645.00
2008 Trw.II
2009 Trw. IV
1,931.68 67,008 129.61 1,242.07 (1,112.46) 6,351.75 16,874.15 23,225.90
2,066.99 68,947 226.79 1,191.14 (964.35) 7,204.01 19,314.53 26,518.54
2,010.42 60,278 558.43 695.55 (137.12) 7,384.30 19,030.05 26,414.35
1,413.80 58,349 295.02 263.40 31.62 5,511.05 18,792.30 24,303.35
1,585.12 59,407 124.95 923.43 (798.48) 6,168.31 19,149.01 25,317.32
1
70.92 12.70
29.58 10.03
971 32.39
900 27.29
79.43 29.40
1 63.85 49.27
63.71 28.09
545 13.45
557 14.72
808 28.49
-
Trw.I
Pertumbuhan (q-t-q) Nominal Persen
Trw. III
Trw.II
25.81 20.66
171.32 1,058 (170.07) 660.03 (830.10) 657.26 356.71 1,013.97 (3.77) 11
12.12 1.81 (57.65) 250.58 (2,625.18) 11.93 1.90 4.17 (12.73) 106.05
992 34.36
92 7.07
10.22 25.91
A. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai A.1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi Pada triwulan laporan, perkembangan aktivitas pembayaran tunai mengalami peningkatan dari sisi pembayaran (outflow) sementara aktivitas penerimaan (inflow) mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode triwulan
sebelumnya.
Jika
dilihat
pergerakan
outflow
secara
bulanan
menunjukkan bahwa di bulan Juni 2009 outflow mampu mencapai sebesar Rp384,98 miliar atau sebesar 41,69% dari total outflow triwulan laporan. Peningkatan outflow ini merupakan dampak dari masa liburan sekolah.
71
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Grafik 5.1 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi Rp miliar
Persen 2,800
1,600 1,400
2,300
1,200 1,000
1,800
800
1,300
600 400
800
200
300
0 -200
-200 Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q203 03 03 03 04 04 04 04 05 05 05 05 06 06 06 06 07 07 07 07 08 08 08 08 09 09 Inflows
Outflows
Net Outflows
Pert. Net Outflows (%)
Pada triwulan laporan, aliran kas keluar bersih (net cash outflow) meningkat tajam sebesar Rp830,10 miliar (2625,18%). Peningkatan net cash outflow tersebut ditandai oleh meningkatnya aliran kas keluar (cash outflow) sebesar 250,58%, yaitu dari Rp263,40 miliar menjadi Rp923,43 miliar sementara aliran kas masuk mengalami penurunan
sebesar 57,65% yaitu dari
Rp295,02miliar menjadi Rp124,95 miliar. A.2. Penyediaan Uang Layak Edar Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang tidak layak edar (lusuh/rusak) yang masuk ke Bank Indonesia ditujukan untuk menjaga kelayakan uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, jumlah ratio PTTB dibandingkan inflows sebesar 20,66% (Rp25,81 miliar). A.3. Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan Pada triwulan laporan tidak ditemukan uang palsu pada pecahan berapapun. Untuk menjaga tidak beredarnya uang palsu di Provinsi Jambi, Kantor Bank Indonesia Jambi masih terus melakukan kegiatan Sosialisasi Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah kepada masyarakat. B. Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai B.1. Perkembangan Kliring Lokal Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan laporan sebesar Rp1.585,12 miliar atau meningkat sebesar 12,12% dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp1.413,80 miliar. Peningkatan tersebut
72
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN diikuti juga dengan meningkatnya jumlah warkat kliring sebesar 1,81%, yaitu dari 58.349 lembar menjadi 59.407 lembar. Di sisi lain, jumlah nominal penolakan kliring juga mengalami peningkatan sebesar 0,30%, yaitu dari Rp27,29 miliar menjadi Rp34,36 miliar. Peningkatan jumlah nominal penolakan kliring diikuti juga dengan peningkatan cek dan BG kosong. Pada triwulan laporan, jumlah lembar cek dan BG kosong meningkat sebesar 11,35%, yaitu dari 900 lembar menjadi 992 lembar. Grafik 5.2 dan 5.3 Perkembangan Nominal dan Volume Kliring dalam miliar Rupiah 2,500 2,000
2,067
1,932
Persen 35 2,010
15.61
1,414
1,585
7.00
1,000
15 12.12 5
(2.74)
(4.41)
(15)
-
(25) Trw.II
Trw. III Trw. IV
80,000
67,008 68,947 60,526 60,278 58,349 59,4071.81 2.89 0.96 (3.20)
40,000
(5)
500
Trw.I
15 10.71
25
1,671
1,500
Persen
lembar warkat 120,000
Trw.I
(12.57)
Trw.I
Trw.II
Trw. III Trw. IV
Nilai Kliring
(15) Trw.II
Trw.II 2008
2008
Trw.I
2009
Volume Kliring
2009 Pertumbuhan Volume Kliring
Pertumbuhan Nilai Kliring
Grafik 5.2
Grafik 5.3
B.2. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) di Kantor Bank Indonesia Jambi secara total (keluar dan masuk/dari dan ke) meningkat yaitu sebesar 4,17% sehingga menjadi sebesar Rp25,32 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp24,30 triliun. Transfer keluar dari Provinsi Jambi meningkat sebesar Rp657,26 miliar (11,93%) dan transfer masuk ke Provinsi Jambi meningkat sebesar Rp356,71 miliar (1,90%) pada triwulan II tahun 2009.
73
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Tabel 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS (dalam miliar rupiah)
Kumulatif Triwulanan Keterangan TW TW TW TW TW TW TW TW TW TW TW
IV-06 I-07 II-07 III-07 IV-07 I-08 II-08 III-08 IV-08 I-09 II-09
Dari
Ke
7,711.43 5,552.37 5,469.05 6,683.00 6,789.21 5,620.00 6,351.75 7,204.01 7,384.30 5,511.05 6,168.31
6,850.96 4,540.66 11,659.81 15,264.37 14,003.22 16,025.00 16,874.15 19,314.53 19,030.05 18,792.30 19,149.01
Sumber: www.bi.go.id & KBI Jambi
74
Rata-Rata Harian Dari 130.70 89.55 88.21 102.82 113.15 93.67 100.82 114.35 121.05 93.41 99.49
Ke 116.12 73.24 188.06 234.84 233.39 267.08 267.84 306.58 311.97 318.51 308.86
Pertumbuhan Kumulatif triwulanan Rata-rata harian Dari Ke Dari Ke 19.46 38.01 27.56 47.37 (28.00) (33.72) (31.48) (36.93) (1.50) 156.79 (1.50) 156.79 22.20 30.91 16.56 24.87 1.59 (8.26) 10.06 (0.62) (17.22) 14.44 (17.22) 14.44 13.02 5.30 7.64 0.28 13.42 14.46 13.42 14.46 2.50 (1.47) 5.86 1.76 (25.37) (1.25) (22.84) 2.10 11.93 1.90 6.51 (3.03)
BAB VI KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Pada periode triwulan laporan, jumlah pencari kerja berdasarkan jenjang pendidikan meningkat 2,97% jika dibandingkan dengan triwulan I tahun 2009. Sejalan dengan hal tersebut, hasil survei ekspektasi konsumen (SEK) pada periode triwulan laporan mulai menunjukkan perbaikan nilai saldo kondisi pengangguran serta ekspektasi masyarakat terhadap kondisi pengangguran.29 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan (posisi bulan Mei 2009) mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya (posisi Maret 2009). Sementara itu, rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup minimum (KHM)/kebutuhan hidup layak (KHL) pada triwulan II tahun 2009 menurun sebesar 672 bps jika dibandingkan triwulan I tahun 2009.30 A. Ketenagakerjaan Daerah Berdasarkan data ketenagakerjaan yang dikeluarkan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jambi pada triwulan II tahun 2009 (data sementara, s.d. bulan April 2009), jumlah pencari kerja meningkat 2,97% dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni meningkat 2.082 orang.31 Secara nominal, jumlah pencari kerja didominasi oleh tingkat pendidikan dari sarjana sebanyak 2.705 orang, atau meningkat 20,18% dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan distribusinya (share), pencari kerja dengan jenjang pendidikan SMA merupakan bagian terbesar pencari kerja (59,01% dari jumlah pencari kerja) diikuti oleh lulusan sarjana (S1) sebesar 22,35%.
29
Nilai saldo pengangguran meningkat artinya masyarakat menilai saat ini jumlah pengangguran mulai turun. 30 Rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup minimum (KHM)/kebutuhan hidup layak (KHL) dinyatakan dalam satuan persen (%). 31 Mulai tahun 2008, jumlah pencari kerja dihitung berdasarkan pertambahannya.
75
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN K ESEJAHTERAAN Grafik 6.1. Jumlah Pencari Kerja per Jenjang Pendidikan di Provinsi Jambi 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 (5.00) (10.00)
50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 Tidak tamat dan Tamat SD
SLTP dan sederajat
SMU dan sederajat
Trw.I-09
Diploma / Akta I/II
Trw.II-09
Akademi / Akta III
Sarjana (S1)
Pertumbuhan (RHS)
Berdasarkan survei ekspektasi konsumen, jumlah penganguran saat ini dibandingkan 6 s.d 12 bulan yang lalu menunjukkan perbaikan. Kondisi ini tercermin dari meningkatnya nilai saldo kondisi pengangguran dari sebesar 52,67 pada triwulan I tahun 2009 menjadi 70,67 pada triwulan II tahun 2009. Sedangkan nilai saldo ekspektasi konsumen terhadap kondisi pengangguran juga membaik yang ditunjukkan dengan peningkatan nilai saldo yaitu dari sebesar Grafik 6.2. Grafik Nilai Saldo Ekspektasi Pengangguran dan Kondisi Pengangguran Indeks 120.00
Ekspektasi pengangguran
Kondisi pengangguran
100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 II
III 2004
IV
I
II
III
2005
IV
I
II
III
2006
IV
I
II
III
2007
IV
I
II
III
IV
I
2008
II 2009
Sumber: Bank Indoneisa (diolah)
64,00 menjadi 66,00. Namun demikian, walaupun menunjukkan perbaikan, nilai saldo kondisi pengangguran serta ekspektasi terhadap pengangguran masih berada pada level pesimis pada triwulan laporan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat memandang kondisi ketenagakerjaan masih kurang kondusif.
76
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN K ESEJAHTERAAN B. Kesejahteraan Pergerakan inflasi Kota Jambi pada triwulan laporan mulai mengalami penurunan signifikan menjadi sebesar 1,10%/y-o-y. Namun demikian, pergerakan inflasi yang cukup tinggi pada bulan-bulan sebelumnya tentunya merupakan cerminan kenaikan harga barang dan jasa yang cukup tinggi. Meningkatnya harga-harga beberapa kebutuhan pokok tersebut pada akhirnya menyebabkan naiknya kebutuhan hidup minimum (KHM)/kebutuhan hidup layak (KHL) per bulan di Provinsi Jambi sebesar 8,35%, yaitu dari Rp918.121,00 menjadi Rp994.828,80. Grafik 6.3-6.6. Perkembangan Harga Rata-rata Bulanan Beberapa Bahan Kebutuhan Pokok Rp
Rp
140,000
8,000
6,500
7,000
6,000
6,000
120,000
100,000
Rp
7,000
5,500 5,000
5,000 4,000 3,000
80,000 4,500
2,000 60,000
4,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2007
2008
Merk Anggur IR 64 (aksis kanan)
2009
Merk King IR 42 (aksis kanan)
1,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
Merk Belida
2007
2008
Segi Tiga Biru
Perkembangan Harga Beras
2009
Merk Lencana
Perkembangan Harga Tepung Terigu
Grafik 6.3
Grafik 6.4
Rp
Rp
18,000
40,000
Rp 20,000
32,000
16,000
24,000
12,000
16,000
8,000
8,000
4,000
16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000
-
-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2007
2008
Bimoli Botol Special
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2009
Tanpa Merk
Perkembangan Harga Minyak Goreng
Grafik 6.5
2007
2008
Ayam Kampung (aksis kiri) Kacang Kedelai Impor Bawang Merah
2009
Susu Merk Dancow (aksis kiri) Daging Ayam Broiler (aksis kiri)
Perkembangan Harga Komoditas lainnya
Grafik 6.6
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi, 2008.
Perkembangan harga beberapa bahan kebutuhan pokok (lihat Grafik 6.2) mengalami perkembangan yang cukup beragam. Harga rata-rata beras ukuran 20 kg, yaitu Merek Anggur, Merek King dan Merek Belida mengalami penurunan harga pada kisaran Rp1.065-Rp5.496/20kg selama periode triwulan
77
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN K ESEJAHTERAAN laporan.32 Penurunan harga juga terjadi pada komoditas daging ayam, telur ayam dan cabe merah. Pada periode triwulan laporan, harga rata-rata tepung terigu dan bawang merah mengalami kenaikan masing-masing sebesar Rp102/kg dan Rp740/kg. Begitu juga dengan harga rata-rata minyak goreng curah (tanpa merek) dan susu merek dancow yang meningkat masing-masing sebesar Rp928/kg dan Rp172/400 gram. Pada triwulan laporan, tantangan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya semakin berat. Sebagaimana diketahui, Upah Minimum Provinsi (UMP)33 Provinsi Jambi tahun 2009 yang telah ditetapkan sebesar Rp800.000, atau meningkat sebesar 7,82% dibandingkan tahun 2008. Namun, meningkatnya harga bahan-bahan kebutuhan pokok pasca kenaikan harga BBM serta selama bulan Ramadhan menyebabkan rasio UMP terhadap KHM/KHL mengalami penurunan dari 87,13% pada triwulan I tahun 2009 menjadi 80,42% pada triwulan I tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan UMP dalam menutupi KHM/KHL relatif semakin menurun. Bagi para pekerja yang mendapatkan upah sesuai dengan UMP atau bahkan dibawah UMP tentunya sangat berat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan, antara lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi pada bulan Mei 2009.
Pada bulan Mei 2009, NTP sebesar 94,78 atau meningkat 0,51%
dibandingkan bulan Maret 2009 (94,30).34 Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian relatif lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian. Indeks harga yang diterima petani (It) dari 5 sub sektor menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan 32
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi, 2008. Biasanya Upah Minimun Provinsi disesuaikan 1 (satu) tahun sekali. 34 NTP adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang atau jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Sehingga, NTP dapat dikatakan sebagai cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. 33
78
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN K ESEJAHTERAAN Mei 2009, It mengalami penurunan sebesar 0,18% dibandingkan bulan Maret 2009. Namun demikian, penurunan indeks yang dibayar (Ib) yang lebih besar dibandingkan penurunan indeks yang diterima (It) menyebabkan NTP pada bulan Mei 2009 masih relatif lebih baik dibandingkan NTP bulan Maret 2009. Tabel 6.1. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2007=100) 2009
2008 KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK 1 Tanaman Padi Palawija a Indeks Diterima Petani - Padi - Palawija b Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM Nilai Tukar Petani (NTP-P) 2 Hortikultura a Indeks Diterima Petani - Sayur-sayuran - Buah-buahan b Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM Nilai Tukar Petani (NTP-H) 3 Tanaman Perkebunan Rakyat a Indeks Diterima Petani - Tanaman Perkebunan Rakyat b Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 4 Peternakan a Indeks Diterima Petani - Ternak Besar - Ternak Kecil - Unggas - Hasil Ternak b Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 5 Perikanan a Indeks Diterima Petani - Penangkapan - Budidaya b Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) PROVINSI JAMBI a INDEKS YANG DITERIMA (It) b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib) c NILAI TUKAR PETANI (NTPp)
PERSENTASE PERUBAHAN (%) (Desember Ke Februari)
DES
JAN
FEB
Mar
Apr
Mei
112.72 108.6 128.79 116.98 116.23 120.12 96.36
112.72 108.6 128.79 116.87 116.1 120.12 96.45
119.44 115.89 133.29 117.05 116.09 121.05 102.05
120.36 116.82 134.17 117.13 116.21 121 102.76
118.24 114.63 132.3 116.3 115.23 120.82 101.66
116.08 112.67 129.35 116.43 115.23 121.45 99.7
-3.56 -3.55 -3.59 -0.60 -0.84 0.37 -2.98
113.01 115.27 110.28 116.89 115.88 120.72 96.69
109.28 108.45 110.28 116.82 115.8 120.72 93.54
109.09 108.11 110.28 116.77 115.79 120.52 93.42
108.57 107.68 109.64 116.93 115.91 120.81 92.85
107.11 105.02 109.64 116.09 114.93 120.53 92.26
107.02 105 109.47 116.26 114.94 121.31 92.05
-1.43 -2.49 -0.16 -0.57 -0.84 0.41 -0.86
92.84 92.84 118.19 117.66 120.24 78.55
92.84 92.84 117.98 117.39 120.24 78.7
96.47 96.47 117.86 117.22 120.32 81.85
104.3 104.3 117.71 117.33 119.19 88.61
110.49 110.49 116.78 116.52 117.77 94.61
107.53 107.53 116.59 116.17 118.23 92.23
3.10 3.10 -0.95 -0.99 -0.81 4.09
108.42 102.43 109.84 118.78 131.19 114.89 114.89 114.9 94.37
108.42 102.43 109.84 118.78 131.19 114.8 114.73 114.9 94.44
109.38 102.43 109.84 122.92 131.19 114.83 114.78 114.9 95.25
109.26 102.43 109.84 122.16 132.29 114.9 114.93 114.86 95.09
109.65 103.07 109.84 122.16 132.29 113.86 114.18 113.4 96.3
109.65 103.07 109.84 122.16 132.29 114.55 114.02 115.29 95.72
0.36 0.62 0.00 0.00 0.00 -0.30 -0.79 0.37 0.66
104.55 100.52 112.31 115.19 115.28 113.97 90.77
104.55 100.52 112.31 114.84 115.25 113.97 91.05
106.07 100.52 116.75 114.57 114.84 113.98 92.59
107.44 100.52 120.74 115.02 115.21 114.63 93.41
107.79 100.52 121.76 114.54 114.21 115.25 94.1
107.21 100.52 120.07 114.74 114.01 116.27 93.44
-0.21 0.00 -0.55 -0.24 -1.04 1.43 0.03
104.11 117.18 88.85
103.47 117.03 88.41
107.01 117.02 91.45
110.36 117.04 94.3
112.01 116.16 96.43
110.16 116.22 94.78
-0.18 -0.70 0.51
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
Sementara itu, dari 5 sub sektor NTP, sebanyak 3 sub sektor masih mengalami peningkatan indeks yaitu perkebunan rakyat (4,09%), peternakan (0,66%),
serta
perikanan
(0,03%).
Indeks
harga
yang
diterima
(Ib)
79
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN K ESEJAHTERAAN mencerminkan fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada bulan Mei 2009, Ib mengalami penurunan sebesar 0,70% dari sebesar 117,04 menjadi 116,22. C. Kemiskinan35 Dalam rangka turut mensukseskan program pemerintah dalam hal penanggulangan kemiskinan, pemerintah Jambi (melalui Bulog Divre Jambi) secara rutin membagikan beras miskin (raskin) kepada masayarakat yang berhak. Pada triwulan laporan, penyaluran raskin sebesar 9.888 ton atau meningkat sebesar 217,98% dibandingkan triwulan sebelumnya. Grafik 6.7. Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi 14,000,000
250
12,000,000
200
10,000,000
150
8,000,000
100
6,000,000
50
4,000,000
-
2,000,000
(50)
-
(100) TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TRW TW I TW II IV 2005
2006 Penyaluran Raskin (kg), aksis kiri
2007
2008
2009
Pertumbuhan Raskin (%), aksis kanan
Sumber: Bulog Prov. Jambi
Sumber: Bulog Provinsi Jambi (diolah)
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang telah dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009, penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan) sebesar 249,69 ribu atau mencapai 8,77% dari total penduduk Provinsi Jambi (lihat tabel 6.2).36 Angka ini
35
Data-data kemiskinan (s.d. bulan Maret 2009) berdasarkan Berita Resmi statistik (BRS) BPS Provinsi Jambi No.35/07/15/Th.III, 1 Juli 2009. 36 Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach), dimana kemiskinan dipandang sebagai ketidakmakmuran dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Kebutuhan dasar makanan setara dengan 2100 kalori per kapita sehari dan kebutuhan dasar bukan makanan, yaitu kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan.
80
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN K ESEJAHTERAAN masih dibawah rata-rata penduduk miskin di Indonesia yang mencapai 14,15% (32,53 juta penduduk). Sedangkan dari 10 (sepuluh) provinsi di Sumatera, persentase penduduk miskin di Jambi menempati urutan ke-3 (tiga) paling rendah. Persentase penduduk miskin tertinggi adalah Provinsi Nangroe Aceh Darusalam (NAD) sebesar 21,80%, diikuti Lampung (20,22%), dan Bengkulu (18,59%). Di sisi lain, berdasarkan jumlah penduduk miskin, Provinsi Lampung merupakan provinsi yang paling besar jumlah penduduk miskinnya yang mencapai 1,55 juta penduduk, diikuti Sumatera Utara (1,49 juta penduduk) dan Sumatera Selatan (1,16 juta penduduk). Tabel 6.2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Sumatera dan Total Indonesia (Rp/Kapita/Bulan)
% Penduduk Miskin 2007 2008 2009 1 NAD 26.65 23.53 21.8 2 Sumatera Utara 13.9 12.55 11.51 3 Sumatera Barat 11.9 10.67 9.54 4 Riau 11.2 10.63 9.48 5 Jambi 10.27 9.32 8.77 6 Sumatera Selatan 19.15 17.73 16.28 7 Bengkulu 22.13 20.64 18.59 8 Lampung 22.19 20.98 20.22 9 Bangka Belitung 9.54 8.58 7.46 10 Kepulauan Riau 10.3 9.18 8.27 INDONESIA 16.58 15.42 14.15 Sumber: BPS Provinsi Jambi dan BPS Pusat (diolah)
No
Provinsi
Penduduk Miskin (000) 2007 2008 2009 1,083.6 959.7 892.9 1,768.4 1,613.8 1,499.7 529.2 477.2 429.2 574.5 566.7 527.5 281.9 260.3 249.7 1,330.8 1,249.6 1,167.9 370.6 352.0 324.1 1,660.7 1,591.6 1,558.3 95.1 86.7 76.6 148.4 136.4 128.2 37,171.0 34,963.3 32,530.0
Garis kemiskinan (GK) Provinsi Jambi pada tahun 2009 sebesar Rp199.623 atau mengalami peningkatan dibandingkan GK tahun 2008 yang sebesar Rp182.229 (lihat tabel 6.3).
37
Peningkatan ini terjadi karena dipengaruhi oleh
Tabel 6.3. Garis kemiskinan Provinsi Jambi (Rp/Kapita/Bulan)
Daerah Kota Pedesaan Kota + Perdesaan
Garis Kemiskinan Mar-07 Mar-08 214,769 223,527 152,019 162,434 172,349 182,229
Mar-09 244,516 178,107 199,623
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
inflasi (inflasi maret 2008 ke inflasi Maret 2009 sebesar 9,16%) dan kenaikan volume pengeluaran. Peranan konsumsi kebutuhan dasar makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan konsumsi kebutuhan 37
Garis kemiskinan (GK) adalah suatu batasan untuk memilah antara penduduk miskin dan penduduk tidak miskin, berupa rata-rata pengeluaran per kapita per bulan. GK terdiri dari garis kemiskinan makanan (GKM) dan garis kemiskinan bukan makanan (GKBM).
81
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN K ESEJAHTERAAN dasar bukan makanan. Dari tabel 6.4 terlihat juga bahwa sumbangan garis kemiskinan makanan (GKM) terhadap GK sebesar 77,32% pada Maret 2009. Tabel 6.4. Garis kemiskinan Menurut Komponen (Rp/Kapita/Bulan) Garis Kemiskinan Maret 2008
Maret 2007 Wilayah
Jambi Kota Perdesaan Kota + Desa Indonesia Kota Perdesaan Kota + Desa
Non Makanan Makanan
Total
% GK Non Makanan Makanan Makanan
Total
Maret 2009 % GK Non Makanan Makanan Makanan
% GK Makanan
Total
158,562 122,700 134,319
56,207 29,318 38,030
214,769 152,018 172,349
73.83 80.71 77.93
165,345 129,973 141,434
58,182 32,462 40,769
223,527 162,435 182,203
73.97 80.02 77.62
181,805 141,191 154,350
62,711 36,916 45,273
244,516 178,107 199,623
74.35 79.27 77.32
132,258 116,265 123,992
55,683 30,572 42,704
187,941 146,837 166,696
70.37 79.18 74.38
143,897 127,207 135,270
60,999 34,624 47,366
204,896 161,831 182,636
70.23 78.60 74.07
155,909 139,331 147,339
66,214 40,503 52,923
222,123 179,834 200,262
70.19 77.48 73.57
Sumber: BPS Provinsi Jambi dan BPS Pusat (diolah)
Indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan indeks keparahan kemiskinan (P2) merupakan salah satu dimensi lain yang perlu diperhatikan dari tingkat kemiskinan.38 Dari tabel 6.5, terlihat bahwa P1 maupun P2 di daerah perkotaan Provinsi Jambi lebih tinggi dari di pedesaan. Hal ini menunjukkan bahwa kesenjangan pengeluaran penduduk miskin di perkotaan terhadap garis kemiskinannya lebih tinggi daripada di pedesaan dan penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin di perkotaan lebih bervariasi atau heterogen dari Tabel 6.5. Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)
Daerah Jambi Kota Desa Kota+ Desa Indonesia Kota Desa Kota+ Desa
Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan Mar-07 Mar-08 Mar-09 P1 P2 P1 P2 P1 P2 3.08 1.31 1.88
0.98 0.32 0.54
2.74 0.99 1.56
0.85 0.2 0.41
2.31 0.94 1.38
0.67 0.22 0.36
2.15 3.78 2.99
0.57 1.09 0.84
2.07 3.42 2.77
0.56 0.95 0.76
1.91 3.05 2.50
0.52 0.82 0.68
Ket: P1 = Indeks Kedalaman Kemiskinan P2 = Indeks Keparahan Kemiskinan
Sumber: BPS Provinsi Jambi dan BPS Pusat (diolah)
pedesaan. Kondisi ini berbeda jika dibandingkan kondisi nasional yang P1 dan P2 nya lebih tinggi di pedesaan. Indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan di Jambi juga masih lebih baik jika dibandingkan dengan indeks nasional yang pada 38
Indeks kedalaman kemiskinan atau poverty gap index (P1) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Sedangkan indeks keparahan kemiskinan atau distributionally sensitive index (P2) memberikan gambaran penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin.
82
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN K ESEJAHTERAAN tahun 2007, tahun 2008 serta tahun 2009 selalu lebih tinggi dibandingkan Provinsi Jambi.
83
Halaman ini sengaja dikosongkan
B AB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
Laju pertumbuhan kuartalan (q-t-q) PDRB Provinsi Jambi pada triwulan III tahun 2009 diperkirakan tumbuh sedikit meningkat dibandingkan triwulan II tahun 2009. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah diperkirakan menjadi kontributor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang. Dari sisi penawaran, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi masih disumbangkan oleh sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Perkembangan harga-harga pada triwulan mendatang diperkirakan akan terjadi inflasi dengan besaran yang relatif lebih tinggi dibanding triwulan laporan (q-t-q). Masih adanya potensi kenaikan harga minyak mentah dunia yang diikuti pergerakan harga-harga komoditas bahan-bahan pangan (kedelai, jagung, gandum), crude palm oil (CPO) di pasar internasional serta datangnya bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri 1430 H dapat memicu angka inflasi Kota Jambi pada triwulan III tahun 2009 lebih tinggi dari triwulan laporan. A. Pertumbuhan Ekonomi Laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi pada triwulan mendatang diperkirakan masih tumbuh melambat yaitu sebesar 5,0-6,0% (y-o-y). Namun demikian, secara kuartalan (q-t-q), pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2009. Pengeluaran konsumsi rumah tangga masih menjadi motor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Jambi. Hal ini tercermin dengan terus meningkatnya indeks ekspektasi ekonomi yang meningkat menjadi 146,67 dibandingkan triwulan laporan yang sebesar 139,33.
85
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH Sementara, masih optimisnya ekspektasi penghasilan terkait dengan ekspektasi
meningkatnya
kondisi
ekonomi
pada
triwulan
mendatang.
Pembayaran THR pada triwulan mendatang juga meningkatkan ekspektasi bertambahnya income masyarakat (terutama pegawai negeri sipil/PNS dan karyawan perusahaan). Kondisi ini juga menunjukkan bahwa masyarakat yakin bahwa pada triwulan mendatang income yang didapatkannya relatif meningkat sehingga konsumsi terhadap barang dan jasa juga semakin besar. Menurunnya suku bunga perbankan juga berpotensi mendorong konsumsi masyarakat dibandingkan dengan menyimpan dananya di perbankan. Grafik 7.1. Perkembangan Ekspektasi Ekonomi, Ekspektasi Pengangguran dan Ekspektasi Penghasilan
Indeks 180.00 Ekspektasi ekonomi Ekspektasi pengangguran Ekspektasi penghasilan
160.00 140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 I
II
III
IV
I
2004
II
III
IV
I
2005
II
III
2006
IV
I
II
III
IV
I
2007
II
III
IV
2008
I
II
2009
Sementara, dari hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) pada triwulan laporan, nilai saldo rencana konsumsi dalam 6 s.d 12 bulan yang akan datang berada pada level pesimis kecuali nilai saldo rencana konsumsi barang sandang yang
sebesar
163,33.
Sedangkan
nilai
saldo
indikator
lainnya
yaitu:
pembelian/perbaikan rumah (65,33), peralatan rumah tangga (60,67), perabotan rumah tangga (52,67), (77,33).
Hal
kendaraan
bermotor (24,00), serta rekreasi/tamasya
ini menunjukkan bahwa kecenderungan belanja masyarakat di
triwulan III tahun 2009 terutama untuk memenuhi kebutuhan pokok terlebih dahulu dibandingkan dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya.
86
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH Grafik 7.2. Rencana Konsumsi dalam 6-12 bulan yang akan datang Indeks 180.00 160.00 140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 I
II
III
IV
I
2004
II
III
IV
I
2005
II
III
IV
2006
I
II
III
2007
IV
I
II
III
IV
2008
Peralatan rumah tangga
Perabotan rumah tangga
Kendaraan bermotor
Barang sandang
Pembelian/perbaikan rumah
Rekreasi/tamasya
I
II 2009
Sementara itu, pengeluaran konsumsi Pemerintah Daerah pada triwulan mendatang diperkirakan mulai terakselerasi lebih cepat sehingga mampu memberikan kontribusi yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi. Pada triwulan mendatang, realisasi untuk proyek-proyek fisik Pemerintah Daerah diperkirakan akan semakin meningkat yang tentunya berdampak pada meningkatnya aktivitas perekonomian serta penyerapan tenaga kerja sehingga mampu mendorong perekonomian. Berdasarkan hasil SKDU triwulan II-2009, tercermin bahwa optimisme responden pada triwulan mendatang di sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik dan air minum, sektor bangunan, sektor listrik dan air, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa masih menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Hal ini terlihat dari perkiraan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) untuk sektor tersebut yang masih positif (Tabel 7.1). Dari sisi penawaran, perkembangan sektor pertanian pada triwulan mendatang diperkirakan masih tetap tumbuh positif. Mulai membaiknya harga komoditas perkebunan seperti kelapa sawit menjadi pendorong tumbuhnya sektor pertanian pada triwulan mendatang. Sub sektor tanaman bahan makanan juga diperkirakan tumbuh positif yang didorong membaiknya hasil panen
87
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH tanaman bahan makanan (tabama). Sektor industri pengolahan diperkirakan akan meningkat pertumbuhannya sejalan dengan pertumbuhan sektor pertanian. Membaiknya harga komoditas unggulan provinsi Jambi (sawit) diperkirakan akan mendukung pertumbuhan sektor industri pengolahan. Tabel 7.1. Saldo Bersih Tertimbang Perkembangan Dunia Usaha Saldo Bersih Tertimbang No
Sektor/Subsektor
Triwulan II-2009 1.34
Triwulan III-2009*
1
Pertanian
2
Pertambangan dan Penggalian
1.43
2.85
3
Industri Pengolahan
-1.38
-0.69
4
Listrik dan Air Minum
-0.20
0.40
5
Bangunan
-0.69
0.69
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
-1.63
-0.54
7
Pengangkutan dan Komunikasi
0.46
0.46
8
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
2.37
2.37
9
Jasa-jasa Total
2.67
2.13
4.25
3.82
12.46
Nilai lifting minyak bumi diperkirakan akan meningkat sejalan dengan membaiknya harga minyak mentah di pasar internasional sehingga mendorong perusahaan minyak bumi meningkatkan produksinya. Begitu juga dengan sektor penggalian dan sektor bangunan diperkirakan meningkat pertumbuhannya sejalan dengan peningkatan akselerasi realisasi APBD Pemerintah Jambi pada periode triwulan III-2009. Hal ini didorong oleh masih meningkatnya permintaan pembangunan properti residensial (perumahan) oleh perusahaan pengembang (developer) dan masyarakat umum serta pembangunan properti komersial seperti hotel dan ruko (rumah toko) serta perkiraan meningkatnya pengeluaran konsumsi pemerintah, terutama untuk belanja modal. Sektor perdagangan, hotel dan restoran juga diperkirakan akan meningkat seiring dengan peningkatan pada sektor pertanian dan industri pengolahan serta dipicu oleh bulan puasa dan perayaan hari besar keagamaan serta tahun ajaran baru sekolah yang berlangsung pada periode triwulan III-2009. Perayaan tersebut akan memicu aktivitas perdagangan, tingkat kunjungan restoran serta kapasitas hunian hotel. Sektor pengangkutan dan komunikasi juga
88
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH diprakirakan masih tumbuh positif terutama didorong oleh aktivitas sub sektor angkutan. Proyeksi Bank Indonesia Jambi, pertumbuhan ekonomi tahunan (y-o-y) Provinsi Jambi pada triwulan III tahun 2009 diperkirakan pada kisaran 5,00%5,50% (skenario pesimis) atau sebesar 5,51%-6,00% (skenario optimis). Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi sampai dengan akhir tahun 2009 diperkirakan pada kisaran 4,00%-5,00% (skenario pesimis) atau sebesar 5,01%6,00% (skenario optimis). Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas ditengah tantangan krisis ekonomi dunia, diperlukan langkah nyata dan effort yang lebih besar dari Pemerintah Daerah Jambi untuk memacu pertumbuhan ekonominya. Beberapa prasyarat agar pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi bisa tumbuh lebih baik, antara lain melalui: 1. Percepatan
realisasi
APBD
terutama
pada
sektor
yang
dapat
menstimulus perekonomian Jambi. Realisasi belanja APBD Provinsi Jambi sampai dengan semester I-2009 baru terealisasi sebesar 24,04%. Bahkan, realisasi belanja modal baru terealisasi 11,63% atau baru mencapai Rp52,74 miliar dari total anggaran belanja modal sebesar Rp453,65 miliar. Dengan sisa satu semester terakhir tahun 2009, percepatan realisasi belanja APBD 2009 memerlukan akselerasi yang lebih tinggi sehingga mampu mempercepat stimulus pembangunan ekonomi di Jambi. Stimulus yang diberikan terutama untuk sektor-sektor yang berdampak tinggi terhadap perokonomian Jambi serta ketenagakerjaan seperti sektor pertanian, industri manufaktur, perikanan dan kelautan, migas dan pertambangan, kehutanan, jasa perdagangan, jasa pariwisata, jasa angkutan, jasa tenaga kerja dan UMKM. 2. Pengendalian Inflasi yang Forward Looking. Telah terbentuknya Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi (FKPI) Provinsi Jambi sangat berguna dalam memberikan rekomendasi yang berguna bagi pengambil kebijakan di daerah untuk mengendalikan angka inflasi daerah. Dengan demikian, diperlukan kebijakan penanganan inflasi (pengendalian harga-harga)
yang
koordinatif
antar
dinas/instansi
terkait
secara
89
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH berkesinambungan sehingga dapat mendukung terciptanya inflasi yang relatif rendah dan stabil melalui pengendalian inflasi yang forward looking diantaranya melalui: a. Koordinasi antara FKPI Provinsi Jambi dengan Tim Pengendalian Inflasi di level pusat. b. Meningkatkan kegiatan diseminasi untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat di daerah terkait kondisi dan prospek ekonomi dan resiko tekanan inflasi. c. Pemerintah daerah memberikan perhatian yang lebih kepada komoditas bahan makanan utama yang masih didatangkan dari luar daerah sehingga harganya berpotensi untuk bergejolak. 3. Optimalisasi Penyerapan Tenaga Kerja Daerah. Dengan
terealisasinya
belanja
modal
pemerintah
untuk
kegiatan
pembangunan, terutama untuk proyek-proyek fisik serta program percepatan ekonomi lainnya diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan tenaga kerja lokal sehingga mampu membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Jambi yang berdampak pada menurunnya angka pengangguran dan kemiskinan, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. 4. Penguatan ekspor barang dan jasa. Penguatan ekspor di Jambi dapat dilakukan dengan perbaikan kualitas dan produktivitas komoditas utama ekspor (seperti karet dan kelapa sawit) sehingga dapat tetap menjaga daya saing di pasar internasional yang didukung dengan ketersediaan industri hilir. Selain itu, untuk mempermudah jalur transportasi dapat dilakukan dengan percepatan pembangunan jalan dan jembatan dari dan ke pelabuhan Muara Sabak. 5. Kebijakan
Agrobisnis
yang
menguntungkan
bagi
petani
dan
pengusaha. Belum tersedianya industri hilir dalam skala besar menyebabkan pergerakan harga komoditas unggulan (sawit dan karet) sangat terpengaruh dengan kondisi pasar dunia. Hal dapat kita lihat semenjak terjadinya krisis global, harga sawit dan karet terus menurun dalam beberapa bulan terakhir sehingga menyebabkan tingkat pendapatan sebagian besar petani menurun. Beberapa hal yang bisa dilaksanakan adalah:
90
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH -
Percepatan realisasi tersedianya industri hilir (misal industri minyak goreng, sabun dll) yang dapat menopang supply sawit dan karet untuk dioptimalkan menjadi komoditas yang memiliki value added lebih baik sehingga dapat meningkatkan daya saing Provinsi Jambi dalam sektor perkebunan dan dapat menjadi buffer ketika harga komoditas sedang turun.
-
Perlunya pemberian subsidi dalam pemenuhan stok pupuk dan obat anti serangga/hama yang dapat digunakan untuk mendukung proses produksi sehingga petani tetap dapat mempergunakan jumlah pupuk yang seimbang dan sesuai untuk meningkatkan proses produksi.
-
Pengawasan distribusi pupuk yang komprehensif sehingga tidak terjadi kelangkaan di tingkat petani yang dapat mendorong peningkatan harga pupuk yang sangat memberatkan petani.
-
Penentuan tingkat harga yang saling menguntungkan antara petani dengan pengusaha sehingga terjadi hubungan bisnis yang kondusif. Oleh karena itu, perusahaan harus menghindari pembelian komoditas tersebut melalui toke.39
6. Pertumbuhan kredit perbankan Mendorong laju pertumbuhan kredit Provinsi Jambi pada triwulan III tahun 2009 berkisar 15-20% (y-o-y) melalui program-program pendampingan kepada usaha mikro dan kecil. Jika beberapa prasyarat diatas belum terpenuhi dan dampak dari melambatnya perekonomian dunia semakin terasa memburuk di Provinsi Jambi, maka peluang perekonomian Provinsi Jambi dipacu tumbuh lebih tinggi dibanding triwulan laporan sulit tercapai. B. Proyeksi Inflasi Perkembangan harga-harga pada triwulan III tahun 2009 diperkirakan relatif meningkat dibandingkan triwulan II tahun 2009. Kondisi ini tercermin dari hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) yang menunjukkan bahwa keyakinan masyarakat terhadap perbaikan harga-harga semakin pesimis. Hal
39
tersebut
Toke bisa juga diartikan tengkulak atau cukong.
91
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH tercermin dari seluruh indikator ekspektasi harga yang memiliki nilai dibawah 100 atau berada dalam level pesimis (lihat Grafik 7.3). Sedangkan nilai saldo bersih (SB) untuk indikator kenaikan harga umum sebesar 37,33, sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (22,22).40 Grafik 7.3. Saldo Bersih Ekspektasi harga dalam 6-12 bulan yang akan datang Indeks 110.00
90.00
Bahan sandang
Perumahan & bahan bangunan
Transportasi & komunikasi
Harga Umum
Bahan makanan 70.00
50.00
30.00
10.00
-10.00
I
II
III
2004
IV
I
II
III
2005
IV
I
II
III
2006
IV
I
II
III
2007
IV
I
II
III
2008
IV
I
II
2009
Dalam periode 5 tahun terakhir, perkembangan laju inflasi tahun kalender/y-t-d (lihat grafik 7.4) pada bulan Desember berkisar antara 4,67% (y-td) s.d 16,50% (y-t-d). Inflasi Kota Jambi pada Triwulan III-2009 diperkirakan sebesar 1,50%-2,50%/y-o-y (skenario optimis) atau sebesar 2,51%-3,51%/y-o-y (skenario pesimis). Pada triwulan mendatang tekanan inflasi dirasakan terutama dalam masa persiapan menjelang bulan Ramadhan dan menyambut perayaan Idul Fitri 1430 H.
40
SB (Saldo Bersih) = (%baik-%buruk)+100%. Nilai dibawah 100% berarti pesimis. Nilai diatas 100% berarti optimis. Saldo Bersih ekspektasi harga merupakan hasil survey dari jawaban pertanyaan ekspektasi terhadap harga barang/jasa pada 6-12 bulan mendatang.
92
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH Grafik 7.4. Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (y-t-d) Kota Jambi periode tahun 2003 s.d. 2009 (Juni) serta Perkiraan Juli s.d. Desember 2009 y-t-d (%) 20
15
10
2003
2004
2005
2006
2007 2009 optimis
2008 2009 pesimis
5
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
-5
Catatan: Inflasi bulan Juli-Desember 2009 adalah angka perkiraan
Sementara itu laju inflasi sampai dengan tahun 2009 diperkirakan akan sebesar 2,90%-4,00%/y-o-y (skenario optimis) atau sebesar 4,01%-5,10%/y-o-y (skenario pesimis). Tekanan inflasi dalam tahun 2009 ini akan dirasakan terutama pada bulan Juli (tahun ajaran sekolah baru serta berlangsungnya pemilu presiden), Agustus dan September (puasa dan hari raya Idul Fitri), serta Desember (natal dan libur akhir tahun). Grafik 7.5. Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi periode tahun 2003 s.d. 2009 (Juni) serta Perkiraan Juli s.d. Desember 2009 y-o-y (%) 25 2003 2006 2009 optimis
20
2004 2007 2009 pesimis
2005 2008
15
10
5
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Catatan: Inflasi bulan Juli-Desember 2009 adalah angka perkiraan
93
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH Beberapa faktor-faktor lain yang masih berpotensi akan memberikan tekanan inflasi selama triwulan mendatang serta berpotensi menyebabkan perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara lain 1)Meningkatnya demand masyarakat terhadap kebutuhan barang dan jasa terutama terkait dengan datangnya bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri 1430 H serta perayaan Hari Kemerdekaan
Republik
Indonesia,
2)
Meningkatnya
income
masyarakat
(pembayaran THR) dan menurunnya suku bunga perbankan dapat memicu meningkatnya konsumsi masyarakat, 3) Kondisi infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala akan meningkatkan biaya distribusi dan transportasi barang dan jasa, 4) Tekanan melemahnya Rupiah dapat mempengaruhi inflasi barang impor, 5) Kondisi cuaca di musim pancaroba ini dapat menjadi ancaman dalam produksi pertanian dan pendistribusian barang, serta 6)Potensi kenaikan harga minyak mentah dunia yang diikuti pergerakan harga-harga komoditas bahan-bahan pangan (kedelai, jagung, gandum), crude palm oil (CPO) di pasar internasional. Beberapa hal tersebut diperkirakan akan memacu meningkatnya angka inflasi pada periode triwulan III tahun 2009. Sementara,
masih
tercukupinya
stok
beberapa
kebutuhan
pokok
diprakirakan cukup mampu meredam potensi gejolak harga yang terjadi sewaktuwaktu akibat kemungkinan shock di sisi penawaran. Stok beras di Bulog Divre Jambi diprakirakan cukup untuk meredam gejolak harga beras.
94
LAMPIRAN
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI
Halaman ini sengaja dikosongkan
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
LAPANGAN USAHA
2007* I
II
2008* III
IV
I
II
2009** III
IV
I
II
1. PERTANIAN
1,989,061.62
2,071,069.41
2,137,348.25
2,169,378.70
2,278,172.35
2,366,987.60
2,459,512.73
2,537,018.18
2,565,735.91
2,600,677.95
a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
665,418.98 948,476.04 103,722.77 169,876.09 101,567.75 1,611,696.95
696,847.71 975,220.89 109,982.39 176,258.53 112,759.88 1,448,251.21
717,375.61 987,681.15 120,824.20 184,074.21 127,393.08 1,495,188.34
742,835.30 1,013,933.27 126,890.83 196,939.98 88,779.32 1,525,057.30
790,955.35 1,035,722.06 128,869.16 198,954.96 123,670.81 2,369,157.08
838,396.09 1,058,898.07 132,928.56 204,498.56 132,266.32 3,208,173.73
875,628.75 1,092,230.50 136,627.55 212,044.32 142,981.62 3,473,284.26
910,876.55 1,094,475.31 139,897.13 215,104.23 176,664.96 1,600,266.68
943,591.26 1,084,787.06 142,893.71 219,138.92 175,324.95 1,614,334.37
953,102.39 1,107,174.88 141,273.74 223,712.63 175,414.32 1,788,893.28
a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 3. INDUSTRI PENGOLAHAN
1,483,794.19 57,202.28 70,700.48 858,527.87
1,297,111.69 59,592.70 91,546.82 914,699.44
1,339,095.82 62,450.15 93,642.37 959,582.79
1,367,460.85 64,800.54 92,795.92 1,071,914.43
2,131,475.58 143,246.66 94,434.84 1,106,944.62
2,943,563.09 167,931.41 96,679.24 1,163,434.22
3,167,228.02 207,326.93 98,729.31 1,231,215.84
1,220,404.22 277,742.63 102,119.84 1,231,227.22
1,232,750.80 272,808.83 108,774.74 1,259,649.38
1,398,032.98 280,516.68 110,343.62 1,306,971.88
90,829.43 90,829.43 767,698.44 64,544.49
98,844.49 98,844.49 815,854.95 71,147.20
100,161.18 100,161.18 859,421.61 76,235.82
105,738.90 105,738.90 966,175.53 77,915.34
111,258.70 111,258.70
120,071.65 120,071.65
108,466.62 108,466.62
995,685.91 79,097.73
107,913.43 107,913.43 1,055,520.79 85,814.71
1,111,144.19 83,810.28
1,122,760.61 93,153.42
109,780.39 109,780.39 1,149,868.99 94,387.18
111,654.75 111,654.75 1,195,317.13 94,739.58
a. Listrik b. Gas c. Air Bersih 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN
52,314.03 12,230.47 315,315.27 1,147,501.02
58,407.33 12,739.87 354,188.89 1,146,148.57
63,217.72 13,018.10 393,721.76 1,203,828.61
64,385.90 13,529.44 409,246.04 1,276,434.19
65,387.48
70,656.56
67,555.65
76,289.14
13,710.25 423,266.64 1,306,734.74
15,158.15 435,005.87 1,359,997.32
16,254.63 446,648.65 1,420,703.12
16,864.28 466,934.14 1,452,867.70
77,247.71 17,139.47 486,185.54 1,493,845.91
77,414.44 17,325.14 503,988.59 1,586,688.68
a. Perdagangan Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
1,049,520.50 12,332.87 85,647.65 556,578.21
1,051,998.09 12,567.62 81,582.86 578,021.10
1,105,075.94 12,821.13 85,931.54 594,893.15
1,172,229.60 13,521.95 90,682.63 615,801.33
1,200,190.23 13,759.24 92,785.28 618,790.01
1,249,498.83 14,511.71 95,986.79 634,474.84
1,307,683.68 14,621.61 98,397.83 658,074.19
1,339,333.17 14,695.41 98,839.11 680,989.73
1,378,992.66 15,075.64 99,777.61 704,259.48
1,469,198.30 15,677.16 101,813.22 720,847.63
a. Pengangkutan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya 3. Angkutan Laut 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 5. Angkutan Udara 6. Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi 1. Pos dan Telekomunikasi 2. Jasa Penunjang Komunikasi 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH.
517,507.98 370,046.66 55,284.96 26,590.02 38,726.97 26,859.38 39,070.23 38,324.41 745.82 297,743.06
536,153.27 376,569.74 58,245.14 27,733.52 46,064.18 27,540.68 41,867.83 41,098.14 769.69 330,785.08
549,481.97 386,247.91 60,789.85 28,120.51 45,803.40 28,520.31 45,411.17 44,627.56 783.61 345,002.76
569,854.48 -
571,656.86
585,314.74
608,439.38
630,572.93
652,429.02
668,125.55
399,995.31 63,452.60 28,643.77 48,559.42 29,203.38 45,946.85 45,151.46 795.40 391,298.97
408,401.42 63,792.84 29,227.28 40,332.58 29,902.75 47,133.15 46,324.20 808.96 403,888.80
421,950.64 66,264.75 29,951.52 36,384.99 30,762.85 49,160.10 48,332.04 828.05 446,879.48
440,670.18 67,794.83 30,164.87 38,279.32 31,530.18 49,634.80 48,796.48 838.32 474,578.91
456,706.53 67,997.94 30,209.36 43,400.27 32,258.82 50,416.80 49,571.05 845.76 480,418.56
465,664.41 70,896.96 30,824.76 52,197.79 32,845.10 51,830.46 50,966.23 864.23 490,868.62
476,311.54 72,231.37 31,796.19 54,305.26 33,481.19 52,722.08 51,840.96 881.12 502,193.52
a. Bank b. Lembaga Keuangan tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. JASA-JASA
86,883.19 25,461.44 983.70 178,456.31 5,958.42 832,904.52
109,461.05 27,256.60 1,281.85 186,447.57 6,338.01 879,560.22
117,834.98 28,436.88 1,428.26 190,742.15 6,560.49 914,414.10
143,506.30 29,109.80 1,921.69 210,151.07 6,610.10 951,671.14
148,243.29 29,688.96 1,967.14 217,288.89 6,700.51 972,886.31
180,486.71 30,484.82 2,033.50 226,998.15 6,876.29 992,233.42
197,951.47 31,070.76 2,101.62 236,426.04 7,029.01 1,012,262.84
192,555.05 31,630.91 2,125.04 246,835.21 7,272.34 1,033,863.40
197,466.66 32,434.44 2,211.51 251,310.60 7,445.40 1,046,300.06
200,005.07 33,008.83 2,279.30 259,314.30 7,586.02 1,090,629.01
713,109.70 481,160.60 231,949.10 119,794.82 80,684.15 6,700.83 32,409.84
754,179.46 513,473.07 240,706.40 125,380.76 84,918.23 6,603.94 33,858.58
783,766.07 537,344.52 246,421.55 130,648.03 88,386.34 6,730.14 35,531.55
815,435.35 559,480.43 255,954.93 136,235.79 93,222.06 6,828.54 36,185.19
833,856.20 571,314.96 262,541.24 139,030.11 95,138.31 7,124.14 36,767.66
850,804.49 582,389.64 268,414.85 141,428.93 96,535.59 7,229.56 37,663.78
867,152.58 595,095.24 272,057.33 145,110.26 98,960.66 7,336.85 38,812.75
886,876.32 608,132.47 278,743.85 146,987.08 100,592.66 7,367.30 39,027.11
896,961.72 614,628.80 282,332.92 149,338.35 102,644.59 7,393.92 39,299.84
939,262.89 642,902.64 296,360.25 151,366.12 105,007.25 7,495.39 38,863.47
a. Industri Migas 1. Pengilangan Minyak Bumi 2. Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Migas **) 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
a. Pemerintahan Umum 1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 2. Jasa Pemerintah lainnya b. Swasta 1. Sosial Kemasyarakatan 2. Hiburan & Rekreasi 3. Perorangan & Rumahtangga PDRB Migas
7,673,873.03
7,793,871.12
8,120,215.57
8,488,717.43
9,558,938.27
10,693,001.20
11,260,090.81
9,576,739.05
9,755,566.45
10,195,630.12
PDRB Tanpa Migas
6,099,249.40
6,397,914.94
6,680,958.57
7,015,517.69
7,316,203.98
7,641,524.68
7,972,791.14
8,247,868.22
8,413,035.26
8,685,942.39
Keterangan: * angka sementara ** angka sangat sementara
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
LAPANGAN USAHA 1. PERTANIAN
2007* I
II
2008* III
IV
I
II
2009** III
1,093,332.08
1,108,631.26
1,119,802.25
1,115,682.88
1,138,534.97
1,161,802.13
1,180,632.56
a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
396,728.94 517,014.58 70,629.08 67,586.44 41,373.03 429,974.20
404,743.40 517,964.84 72,922.82 68,622.40 44,377.80 396,510.22
407,116.08 518,359.35 76,704.44 69,132.56 48,489.81 397,513.39
411,908.00 519,033.89 78,932.09 69,489.82 36,319.08 390,208.73
415,167.90 523,435.29 79,166.51 69,681.68 51,083.59 398,238.51
428,478.31 531,417.71 79,347.94 69,863.92 52,694.27 444,841.89
437,572.75 538,352.04 79,765.66 70,141.18 54,800.93 504,880.40
a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 3. INDUSTRI PENGOLAHAN
375,713.08 18,282.23 35,978.89 478,465.41
334,175.77 18,620.05 43,714.40 485,228.18
334,320.48 19,216.40 43,976.51 485,945.27
327,114.70 19,431.47 43,662.57 498,821.40
312,835.24 41,362.48 44,040.80 504,812.70
352,240 48,090.03 44,512.03 515,501.10
a. Industri Migas 1. Pengilangan Minyak Bumi 2. Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Migas **) 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
30,731.02 30,731.02 447,734.39 25,569.59
32,464.27 32,464.27 452,763.91 27,378.62
32,385.71 32,385.71 453,559.56 28,395.62
33,189.24 33,189.24 465,632.16 28,400.02
33,805.43 33,805.43 471,007.27 28,717.71
IV 1,205,126.00 450,618.23
I
II
1,207,279.85
1,213,047.89
542,748.74 80,082.75 70,256.58 61,419.70 503,517.63
461,952.52 532,944.12 81,493.84 70,346.82 60,542.55 506,755.76
465,948.98 536,236.98 80,078.66 70,475.50 60,307.77 509,915.95
401,473.50 58,430.27 44,976.62 524,158.66
381,152.93 76,796.08 45,568.63 521,871.93
384,341.96 75,018.94 47,394.86 528,138.60
385,369.36 76,586.04 47,960.56 531,676.30
32,984.05 32,984.05 482,517.05 29,847.18
35,310.24 35,310.24 488,848.42 28,714.94
31,513.18 31,513.18 490,358.75 30,405.57
31,786.38 31,786.38 496,352.22 30,715.71
31,929.10 31,929.10 499,747.20 30,720.33
25,882.04 4,833.67 192,366.87 657,478.78
25,877.14 4,843.19 194,687.09 681,346.56
600,730.40 7,938.79 48,809.59 311,528.76
624,136.94 8,100.33 49,109.28 313,564.03
a. Listrik b. Gas c. Air Bersih 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN
21,026.22
22,765.16
23,737.77
23,717.76 -
24,006.24 -
25,047.06 -
23,988.60 -
25,634.77 -
4,543.37 148,836.73 607,670.12
4,613.47 161,618.12 605,980.22
4,657.84 169,680.38 621,385.86
4,682.26 174,088.20 629,576.19
4,711.47 176,847.49 624,794.01
4,800.12 179,216.33 633,531.60
4,726.34 180,183.25 641,400.16
4,770.79 185,235.31 652,730.56
a. Perdagangan Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
552,059.59 7,507.07 48,103.46 283,266.63
552,408.40 7,517.83 46,054.00 288,818.20
567,160.46 7,592.42 46,632.97 292,253.60
575,249.67 7,610.60 46,715.92 295,141.06
570,034.61 7,679.09 47,080.31 295,235.15
577,788.71 7,872.17
585,193.13 7,881.52
596,331.31 7,919.32
47,870.72 296,902.87
48,325.51 302,955.99
48,479.93 309,883.03
a. Pengangkutan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya 3. Angkutan Laut 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 5. Angkutan Udara 6. Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi 1. Pos dan Telekomunikasi 2. Jasa Penunjang Komunikasi 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH.
258,644.23 168,451.00 34,866.72 16,013.26 23,486.93 15,826.33 24,622.40 24,341.12 281.28 136,381.74
263,621.00 169,320.87 35,718.00 16,087.32 26,277.97 16,216.83 25,197.20 24,913.38 283.83 149,362.49
266,166.12
269,213.77
269,045.24
270,456.79
276,313.83
283,015.50
283,943.67
171,042.84 36,733.22 16,144.59 25,787.97 16,457.50 26,087.48 25,803.39 284.09 154,646.57
172,739.34 37,338.30 16,210.45 26,425.67 16,500.02 25,927.29 25,643.08 284.21 168,880.38
174,173.07 37,404.42 16,259.87 24,621.67 16,586.21 26,189.91 25,902.97 286.94 171,802.42
176,718.31 38,232.65 16,304.56 22,425.29 16,775.98 26,446.07 26,155.54 290.53 188,479.57
181,044.19 38,776.02 16,373.93 23,020.94 17,098.76 26,642.15 26,349.31 292.85 197,934.46
184,579.16 38,702.07 16,391.52 26,161.99 17,180.75 26,867.53 26,573.03 294.50 196,554.41
186,092.71 39,042.73 16,441.49 25,161.20 17,205.53 27,585.10 27,285.18 299.91 199,584.05
285,595.84 186,951.20 39,122.67 16,655.08 25,425.74 17,441.15 27,968.19 27,662.86 305.33 201,963.18
a. Bank b. Lembaga Keuangan tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. JASA-JASA
41,367.48 10,405.63 684.17 80,630.56 3,293.90 311,073.42
52,117.42 10,763.07 830.95 82,289.13 3,361.92 318,046.70
56,104.48 10,913.80 885.63 83,352.33 3,390.32 322,579.49
68,327.30 10,999.11 1,048.28 85,095.03 3,410.66 326,016.09
70,582.71 11,125.60 1,054.72 85,612.95 3,426.43 329,625.68
85,934.69 11,275.85 1,059.95 86,759.95 3,449.13 332,418.32
94,250.15 11,429.86 1,075.47 87,675.10 3,503.88 337,632.80
91,680.76 11,483.76 1,084.06 88,736.48 3,569.35 341,759.51
93,010.13 11,615.97 1,108.80 90,238.31 3,610.83 343,865.84
93,774.44 11,661.39 1,125.72 91,772.59 3,629.03 348,266.07
256,499.15 163,789.58 92,709.57 54,574.27 35,062.22 3,315.48 16,196.57
262,437.70 167,627.80 94,809.90 55,609.00 35,741.06 3,304.91 16,563.03
266,094.80 170,081.20 96,013.60 56,484.70 36,175.63 3,309.92 16,999.15
269,078.93 172,078.09 97,000.84 56,937.16 36,428.88 3,312.52 17,195.75
272,143.73 173,818.82 98,324.92 57,481.95 36,735.40 3,381.09 17,365.46
274,528.74 175,156.65 99,372.09 57,889.57 36,934.29 3,390.09 17,565.20
278,902.23 178,397.30 100,504.93 58,730.57 37,460.78 3,405.61 17,864.18
282,807.21 180,658.10 102,149.10 58,952.30 37,650.84 3,410.80 17,890.65
284,248.99 181,727.03 102,521.96 59,616.84 38,243.43 3,415.84 17,957.57
288,599.12 184,040.08 104,559.04 59,666.95 38,709.00 3,424.94 17,533.02
3,977,714.21 3,561,585.88
4,025,187.39 3,607,888.93
a. Pemerintahan Umum 1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 2. Jasa Pemerintah lainnya b. Swasta 1. Sosial Kemasyarakatan 2. Hiburan & Rekreasi 3. Perorangan & Rumahtangga PDRB Migas
3,514,569.93
3,541,574.02
3,592,202.42
3,626,814.95
3,668,608.65
3,782,541.00
3,898,493.21
3,947,083.94
PDRB Tanpa Migas
3,108,125.83
3,174,933.98
3,225,496.23
3,266,511.01
3,321,967.98
3,397,317.11
3,461,709.47
3,534,417.83
Keterangan: * angka sementara ** angka sangat sementara
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)
JENIS PENGELUARAN
TRW.I
Tahun 2007* Trw III TRW.II
Tahun 2008*
TRW IV
TRW.I
TRW.II
Tahun 2009**
TRW.III
TRW.IV
TRW.I
TRW.II
1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
4,866,331.22
5,054,038.84
5,143,526.02
5,362,984.79
5,890,110.21
6,283,403.82
6,623,739.77
6,925,016.75
6,753,058.53
6,906,931.61
2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
1,178,122.83
1,287,214.26
1,317,634.96
1,401,431.72
1,423,090.35
1,552,700.32
1,646,598.73
1,661,562.58
1,740,379.42
1,830,785.63
34,490.24
34,972.19
35,270.51
36,840.63
37,006.41
43,313.53
43,956.92
48,822.66
64,993.08
69,728.75
1,333,220.34
1,346,258.56
1,376,069.58
1,458,032.28
1,469,136.49
1,528,691.70
1,550,858.78
1,665,205.57
1,787,308.54
1,867,877.85
188,326.68
190,713.77
193,163.69
211,999.97
215,220.36
234,252.11
242,781.13
254,198.61
272,397.07
277,620.36
6. Ekspor
2,743,266.93
3,152,800.55
3,488,996.14
4,309,260.82
4,395,052.77
5,892,318.72
6,026,406.01
5,921,120.24
6,279,331.98
6,486,538.87
7. Impor
2,669,885.22
3,272,127.05
3,434,445.33
4,291,832.77
3,870,678.34
4,841,678.99
4,874,250.54
6,899,187.36
7,141,902.18
7,243,852.95
7,673,873.03
7,793,871.12
8,120,215.57
8,488,717.43
9,558,938.27
10,693,001.20
11,260,090.81
9,576,739.05
9,755,566.45
10,195,630.12
3. Lembaga Swasta Nirlaba 4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Br 5. Perubahan Stok
JUMLAH
Keterangan: * angka sementara ** angka sangat sementara
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Penggunaan (Juta Rupiah) JENIS PENGELUARAN 1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
TRW.I
Tahun 2007* Trw III TRW.II
Tahun 2008*
TRW IV
TRW.I
TRW.II
Tahun 2009**
TRW.III
TRW.IV
TRW.I
TRW.II
2,486,536.57
2,506,873.23
2,542,451.51
2,649,850.47
2,652,358.72
2,727,745.21
2,820,494.97
2,881,003.20
2,754,885.78
2,766,949.20
652,040.28
653,044.93
665,847.30
704,685.99
712,712.34
717,390.97
757,531.41
760,080.06
760,776.04
777,456.68
17,351.77
17,564.37
17,694.07
18,277.02
18,305.69
18,810.17
19,003.69
20,759.32
21,920.77
22,674.49
565,373.86
568,973.82
577,420.72
608,517.48
611,827.09
620,494.64
627,133.93
662,253.13
647,388.71
655,963.91
99,935.64
100,782.53
101,616.12
110,345.96
111,211.14
115,153.58
119,040.19
122,055.65
125,445.30
126,473.89
6. Ekspor
1,572,840.26
1,796,464.19
1,961,121.28
2,353,570.11
2,058,062.35
2,110,946.55
1,943,275.78
1,916,407.45
1,951,505.19
1,946,545.99
7. Impor
1,879,508.44
2,102,129.05
2,273,948.58
2,818,432.08
2,495,868.69
2,528,000.12
2,387,986.74
2,415,474.88
2,284,207.57
2,270,876.77
3,514,569.93
3,541,574.02
3,592,202.42
3,626,814.95
3,668,608.65
3,782,541.00
3,898,493.21
3,947,083.94
3,977,714.21
4,025,187.39
2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 3. Lembaga Swasta Nirlaba 4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Br 5. Perubahan Stok
JUMLAH
Keterangan: * angka sementara ** angka sangat sementara
Indeks Harga Konsumen (IHK) Jambi Tahun Dasar 2007=100 URAIAN
2008
2009
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGS
SEP
OKT
NOV
DES
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
I UMUM
103.80
104.09
105.33
105.79
108.37
112.91
114.23
114.65
114.90
114.87
114.79
114.68
115.16
115.92
114.98
113.52
114.62
114.15
II BAHAN MAKANAN
109.92
110.78
113.04
114.69
121.20
124.79
128.97
129.56
128.47
127.83
125.64
126.94
129.27
128.65
124.26
119.00
122.98
120.87
III. MAKANAN JADI, MNMAN, ROKOK & TBK
102.50
102.50
104.84
105.40
106.34
112.57
112.66
113.69
113.77
114.18
116.51
116.76
119.16
120.32
121.00
120.95
121.02
121.19
IV. PERUMAHAN
101.71
101.76
101.94
102.24
103.02
106.28
106.78
106.74
108.65
108.92
109.14
109.61
109.63
113.48
113.71
113.50
113.49
113.35
V. SANDANG
104.50
105.05
106.38
108.92
107.41
107.98
108.76
108.04
108.21
108.00
108.58
109.47
109.84
112.12
113.25
113.19
112.96
113.36
99.17
99.23
99.41
99.43
99.68
106.10
106.33
106.33
106.81
106.79
106.82
107.71
107.83
108.12
108.27
108.65
109.44
109.58
VII. PENDIDIKAN, REKREASI & OR
101.10
101.10
101.10
101.30
103.72
104.33
105.67
105.67
105.67
105.51
106.30
106.54
106.77
106.83
106.70
106.81
106.86
106.59
VIII. TRANSPORT & KOMUNIKASI
100.20
100.26
100.87
99.21
101.67
109.68
109.40
110.17
110.57
110.74
110.66
106.81
103.55
102.06
102.07
102.04
102.03
102.47
VI. KESEHATAN
Sumber: BPS Provinsi Jambi
Daftar Istilah Ekspor adalah seluruh barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil. Impor adalah seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil. PDRB atas dasar harga pasar adalah penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian. PDRB atas dasar harga konstan merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya. Bank pemerintah adalah bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari Bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI. Bank swasta adalah perbankan yang sepenuhnya dimiliki oleh swasta nasional sebelum dilakukannya program rekapitalisasi perbankan. Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito. Net Interest Margin (NIM) adalah selisih bersih antara biaya bunga operasional dengan pendapatan bunga operasional. Loan to Deposits Ratio (LDR) adalah rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun. Non Performing Loan (NPL) adalah jumlah kredit yang termasuk dalam kategori kurang lancar, diragukan dan macet sesuai ketentuan Bank Indonesia. Cash inflows adalah jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu. Cash outflows adalah jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu. Net cashflows adalah selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya. Administered prices adalah kelompok barang yang pergerakan harganya ditentukan oleh pemerintah baik secara keseluruhan maupun sebagian.
Aktiva Produktif adalah penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit, penempatan pada antar bank, penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya. Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) adalah pembobotan terhadap aktiva yang dimiliki oleh bank berdasarkan risiko dari masing-masing aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot risikonya. Misalnya kredit yang diberikan kepada pemerintah mempunyai bobot yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang diberikan kepada perorangan. Kualitas Kredit adalah penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur
dan
kelancaran
pembayaran
bunga
dan
pokok.
Kredit
digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu Lancar, Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar, Diragukan dan Macet. Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio antara modal (modal inti dan modal pelengkap) terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang diterima perbankan dari masyarakat, yang berupa giro, tabungan atau deposito. Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima. Konsep ini sama dengan konsep LDR pada bank umum konvensional. Inflasi adalah Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persistent). Inflasi Administered Price adalah Inflasi yang terjadi pergerakan harga barangbarang yang termasuk dalam kelompok barang yang harganya diatur oleh pemerintah (misalnya bahan bakar). Inflasi Inti adalah Inflasi yang terjadi karena adanya gap penawaran aggregat and permintaan agregrat dalam perekonomian, serta kenaikan harga barang impor dan ekspektasi masyarakat. Inflasi Volatile Food adalah Inflasi yang terjadi karena pergerakan harga barang-barang yang termasuk dalam kelompok barang yang harganya bergerak sangat volatile (misalnya beras).
Kliring adalah pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu. Kliring Debet adalah kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang disertai dengan penyampaian fisik warkat debet seperti cek, bilyet giro, nota debet kepada penyelenggaran kliring lokal (unit kerja di Bank Indonesia atau bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia sebagai penyelenggara kliring lokal) dan hasil perhitungan akhir kliring debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit kerja yang menangani SKNBI di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan secara nasional. Kliring Kredit adalah kegiatan kliring untuk transfer kredit antar bank yang dikirim langsung oleh bank peserta ke Sistem Sentral Kliring di KP Bank Indonesia tanpa menyampaikan fisik warkat (paperless). Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara jumlah kredit yang disalurkan terhadap dana yang diterima (giro, tabungan dan deposito). Net Interest Income (NII) adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap pergerakan suku bunga. Dalam laporan ini, NCD diasumsikan terdiri dari 30% giro, 30% tabungan dan 10% deposito berjangka waktu 1-3 bulan. Non Performing Loans/Financing (NLPs/Ls) adalah kredit/pembiayaan yang termasuk dalam kualitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet Penyisihan
Pengghapusan
Aktiva
Produktif
(PPAP)
adalah
suatu
pencadangan untuk mengantisipasi kerugian yang mungkin timbul dari tidak tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP ditentukan dari kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin besar PPAP yang dibentuk. Misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong Kurang Lancar adalah 15% dari jumlah kredit Kurang Lancar (setelah dikurangi agunan), sedangkan untuk kredit Macet, PPAP yang harus dibentuk adalah 100% dari total kredit macet (setelah dikurangi agunan). Rasio
Non
Performing
kredit/pembiayaan
Loans/Financing yang
tergolong
(NPLs/Fs) NPLs/Fs
adalah
rasio
terhadap
total
kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs gross. Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ysb. Rasio Non Performing Loans (NPLs) – Net adalah rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan Penyisihan Pengghapusan Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) adalah proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) adalah sistem kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.