KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Timur
Triwulan IV - 2010
Kantor Bank Indonesia Samarinda
KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Kalimantan Timur (Kaltim) periode triwulan IV-2010 dapat terselesaikan. Buku KER ini mengulas perkembangan ekonomi, perbankan, keuangan daerah, sistem pembayaran, dan outlook Kaltim dalam rangka pemberian informasi yang komprehensif kepada para stakeholders Bank Indonesia. Kami mengharapkan publikasi ini dapat menjadi salah satu sumber rujukan bagi pemangku kebijakan, akademisi, pelaku usaha, perbankan, masyarakat, dan pihak-pihak lainnya yang membutuhkan serta memiilki perhatian terhadap perkembangan ekonomi Kalimantan Timur. Asesmen singkat kami terhadap perkembangan ekonomi dan keuangan daerah Kalimantan Timur (Kaltim) selama triwulan IV-2010, adalah sebagai berikut: 1. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2010 mengalami pertumbuhan yang positif sebesar 2,36%(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III-2010 yang mengalami pertumbuhan sebesar 3,76%(yoy). Pertumbuhan ekonomi Kaltim tersebut juga lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 6,1%(yoy). 2. Laju inflasi triwulanan Kaltim pada triwulan IV-2010 mencapai 7,28% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 7,45% (yoy). Laju inflasi tahunan Kaltim ini lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi tahunan nasional yang tercatat sebesar 6,96% (yoy). Angka inflasi Kaltim tersebut merupakan gabungan inflasi (IHK) yang terjadi di Samarinda, Balikpapan, dan Tarakan, masingmasing sebesar 7,00%(yoy), 7,38%(yoy) dan 7,92%(yoy). 3. Kinerja
usaha
perbankan
Kaltim
masih
menunjukkan
perkembangan
yang
menggembirakan. a) Dari sisi penghimpunan dana, simpanan dana masyarakat pada bank-bank umum se-Kaltim selama periode laporan mencapai Rp 49.912 milyar, mengalami peningkatan sebesar 1,11%(qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. b) Sementara dari sisi penyaluran dana, total kredit atas dasar lokasi kantor selama triwulan IV-2010 mencapai sebesar Rp 32.532 milyar, meningkat sebesar 8,46% (qtq) atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan kredit pada Triwulan III-2010 sebesar 6,61%. Berdasarkan lokasi proyek, kredit yang disalurkan sistem perbankan secara nasional untuk Kaltim tercatat menurun sebesar -0,81%(qtq) dibandingkan dengan posisi kredit pada Triwulan sebelumnya sehingga posisinya menjadi Rp 46.302 milyar pada triwulan IV-2010 (s.d posisi November). c)
Berdasarkan perkembangan kegiatan intermediasi perbankan diatas diketahui bahwa rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) Kaltim atas dasar lokasi proyek mencapai 92,77%, lebih tinggi dibandingkan dengan LDR atas dasar lokasi kantor di Kaltim yang sebesar 65,18%.
d) Pembiayaan berskala mikro, kecil, dan menengah (MKM) yang berhasil disalurkan bank umum yang berkantor di Kaltim selama periode laporan mencapai 63,75% atau Rp 20.696 milyar dari total kredit sebesar Rp 32.532 milyar. Secara triwulanan, pertumbuhan kredit MKM Kaltim pada triwulan laporan mengalami peningkatan 18,48%(qtq) atau memiliki arah yang sama jika dibandingkan dengan pertumbuhan total kredit yang naik sebesar 8,46%.
i
4. Dengan mencermati berbagai faktor, perekonomian Kalimantan Timur pada triwulan I2011 diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang positif, dengan perkiraan laju pertumbuhan berkisar antara 2% s.d. 3%(yoy). Dari sisi permintaan pertumbuhan positif perekonomian Kaltim masih didukung oleh kinerja ekspor Kalimantan Timur dan semakin mengeliatnya kegiatan investasi seiring dengan meningkatnya
pembangunan berbagai infrastruktur
di Kaltim
yang mulai
dilakukan. Sedangkan dari sisi penawaran pertumbuhan ekonomi Kaltim masih didukung oleh perkembangan positif di sektor pertambangan dan penggalian yang diperkirakan masih tinggi karena stabilnya permintaan dan meningkatnya harga komoditas unggulan Kaltim yaitu batubara dan minyak mentah di pasar internasional. Adapun faktor yang berpotensi menghambat kinerja sektor pertambangan dan penggalian adalah prakiraan tingginya curah hujan di wilayah Kaltim pada periode triwulan pertama tahun 2011. Akhirnya kami menyadari bahwa buku kajian ini masih belum sempurna, sehingga memerlukan perbaikan secara terus menerus. Oleh karena itu, masukan dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi peningkatan kualitas publikasi ini di masa mendatang.
Dalam
penyusunan
kajian
ini,
kami
banyak
memperoleh
bantuan
data/informasi dari berbagai pihak seperti perbankan dan instansi pemerintah daerah, BUMN maupun swasta sehingga kajian ini menjadi lebih informatif. Atas seluruh bantuan tersebut kami mengucapkan banyak terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya. Harapan kami, hubungan baik yang terjalin selama ini terus berlangsung bahkan dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. Samarinda, Februari 2011 BANK INDONESIA SAMARINDA
Androecia Darwis Pemimpin
ii
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR
.......................................................................................
i
DAFTAR ISI ........................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL
.....................………………………………………………....................................
vi
...............................................................................................
viii
DAFTAR GRAFIK
RINGKASAN EKSEKUTIF ………………………………..……………………………………………………………. I.
Gambaran Umum ……………………….……………………………………………………………
1
II.
Asesmen Perekonomian ..................................................................
1
III.
Asesmen Inflasi ………………………………………………………………………………………
2
IV.
Asesmen Perbankan dan Sistem Pembayaran ....................................
2
1. Perbankan ..............................................................................
2
2. Sistem Pembayaran .................................................................
3
Perkiraan ………………………………………………………………………………………………..
3
PERKEMBANGA N EKONOMI MAKRO REGIONAL …………………………….…….
5
1.1 Gambaran Umum ............................................................................
5
1.2 Perkembangan Indikator PDRB Sisi Permintaan ...................................
5
1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga .......................................................
6
1.2.2 Pengeluaran Pemerintah ..........................................................
8
1.2.3 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) ……………………
8
1.2.4 Ekspor dan Impor ...……............................................................
8
V.
BAB I
1
1.3 Perkembangan Indikator PDRB Sisi Penawaran ………………………………………
11
1.3.1 Sektor Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan ………………
12
1.3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian ……………………………………………….
13
1.3.3 Sektor Industri Pengolahan ………………………………………………………………
14
1.3.4 Sektor Listrik dan Air Bersih ………………………………………………………………
14
1.3.5 Sektor Bangunan …………………………………………..................................
15
1.3.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran …………............................
15
1.3.7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi .........................................
16
1.3.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan .......................
16
1.3.9 Sektor Jasa-jasa ......................................................................
16
Boks. 1 Analisis Efisiensi Sektoral Perekonomian Kalimantan Timur
BAB II EVALUASI PERKEMBANGAN INFLASI …………………………………………………………. 2.1
Gambaran Umum ……………………………………………………….………………………..
2.2. Inflasi Triwulanan (qtq)………………………………………………………………..…….. 2.2.1 Inflasi Triwulanan Kota Samarinda (qtq)…….……………………………... 2.2.2 Inflasi Triwulanan Kota Balikpapan (qtq)……………………………………..
iii
22 22 24 24 25
2.2.3 Inflasi Triwulanan Kota Tarakan (qtq)……………………………………………
25
2.3. Inflasi Tahunan (yoy).............................………………………………………………
26
2.3.1 Inflasi Tahunan Kota Samarinda …………………………………………………….
26
2.3.2 Inflasi Tahunan Kota Balikpapan …..........................................
27
2.3.3 Inflasi Tahunan Kota Tarakan ……………………………………………………..
27
Boks. 2 Persistensi Inflasi Kota Samarinda
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH….…………………………………………………
36
3.1 Gambaran Umum ………………………………………………………………………………………
36
3.2 Perkembangan Usaha Bank Umum …………………………………………………………
37
3.2.1 Total Aset dan Aktiva Produktif ………………………………………………………
37
3.2.2 Penghimpunan Dana Masyarakat …………………………………………….….
37
3.2.3 Penyaluran Kredit Bank Umum ……………………………………………………….
38
a.
Kredit Bank Umum ber-kantor di Kaltim ….….………………………….
39
b.
Kredit Bank Umum berlokasi proyek di Kaltim …………………………
40
3.3 Perkembangan Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM)…………………………
42
3.4 Perkembangan Usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ……………………………
44
a. Perkembangan Aset BPR ……………………………………………………………
44
b. Perkembangan Dana Pihak Ketiga BPR ………………………………………..
44
c. Penyaluran Kredit/Pembiayaan BPR ……..………………………………………
45
3.5 Asesmen Risiko Perbankan ……………………………………….……………..…………..
45
3.5.1 Risiko Kredit ……………………………………………………………………………………..
45
3.5.2 Risiko Likuiditas ....................................................................
47
3.5.3 Risiko Pasar .........................................................................
47
BAB IV KEUANGAN DAERAH …………………................………………… ........................... 4.1 Gambaran Umum ...........................................................……………...... 4.2 Pendapatan .....................................................……………………………….... 4.3 Belanja …………………………………….……………………………………………………………….
48 48 49 51
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN …………………………………………………….
54
5.1 Gambaran Umum ……………………. ………………………………………………… ……………
54
5.2 Perkembangan Transaksi Tunai …………………………………………….………………..
54
5.2.1 Perkembangan Peredaran Uang Kartal …………………………………………… 5.3 Perkembangan Transaksi Non-Tunai ………………………………………………………
54 56
5.3.1 Perkembangan Transaksi Kliring …………………………………………………….
56
5.3.2 Perkembangan Transaksi BI-RTGS …………………………………………………
56
BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN …
58
6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Kalimantan Timur ……………………………..
58
6.2 Kesejahteraan…………………………………………………………………………………………………
60
iv
BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH ......................................
62
7.1 Prospek Perekonomian Daerah Triwulan I-2010 ....................................
62
7.2 Prospek Perkembangan Inflasi ............................................................
62
LAMPIRAN
64
v
DAFTAR TABEL Halaman 1.1
Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan Kalimantan Timur ..........................
6
1.2
Komoditas Utama Ekspor non Migas Kaltim Triwulan IV-2010……………………
10
1.3
Komoditas Impor Non Migas Utama dan Negara Asal Impor Utama Kaltim Triwulan IV-2010 (HS 2 Dijit, dalam juta USD) .....................................
11
Pertumbuhan PDRB Sektoral Kalimantan Timur .........……........................
12
B1.1
Hasil Pengolahan Data Panel dengan Stata 10……………………………………………
19
B1.2
Data Growth Cycle Perekonomian Kalimantan Timur…………………………………..
20
B1.3
Kompilasi Growth Cycle Sektoral Kaltim………………………………………………………
21
2.1
Inflasi di Kalimantan Timur Triwulan IV-2010………………………………………………
22
2.2
Inflasi Triwulanan (qtq) di Kota Samarinda............................................
24
2.3
Andil Inflasi Tertinggi per Komoditas Kota Samarinda…………………………………
24
2.4
Inflasi Triwulanan (qtq) di Kota Balikpapan............................................
25
2.5
Andil Inflasi Tertinggi per Komoditas Kota Balikpapan………………………………
25
2.6
Inflasi Triwulanan (qtq) di Kota Tarakan …………………………………………………..
26
2.7
Andil Inflasi Tertinggi per Komoditas Kota Tarakan………………………………………
26
2.8
Inflasi tahunan kota Samarinda menurut kelompok barang dan jasa…………
27
2.9
Inflasi tahunan kota Balikpapan menurut kelompok barang dan jasa…………
27
2.10
Inflasi tahunan kota Tarakan menurut kelompok barang dan jasa…….………
28
2.11
Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Nasional, Kaltim & Kota………………….
28
2.12
Daftar komoditas dengan Andil Inflasi Terbesar…………………………………………
29
B2.1
Parameter Persistensi Inflasi Menurut Kelompok Komoditas………………………
32
B2.2
Parameter Persistensi Inflasi Menurut Disagregasi………………………………………
33
B2.3
Parameter Inflasi Menurut Kelompok Komoditas Terpilih……………………………
34
B2.4
Mapping Komoditas Berdasarkan Tingkat Persistensi dan Andil Inflasi………
35
3.1
Perkembangan Jumlah aset Bersih dan Aktiva Produktif Bank Umum…………
37
3.2
Perkembangan Penghimpunan Dana pada Bank Umum………………………………
38
3.3
Perkembangan Kredit Bank Umum berkantor di Kaltim………………………………
40
3.4
Jumlah kredit Bank Umum Berlokasi Proyek di Kaltim…………………………………
41
3.5
Perbandingan Kredit Lokasi Proyek dan DPK Kab/Kota………………………………..
42
3.6
Perkembangan Kredit Bank Umum Menurut Skala Kredit……………………………
43
3.7
Perkembangan Kredit MKM Bank Umum………………………………………………………
43
3.8
Perkembangan Kredit MKM Bermasalah Bruto (Gross-NPLs)……………………….
44
3.9
Perkembangan Usaha BPR di Kalimantan Timur…………………………………………
45
3.10
Perkembangan Kolekbilitas Kredit Bank Umum……………………………………………
46
3.11
Perkembangan Kredit Bermasalah Bruto (Gross-NPLs) Bank Umum…………..
46
3.12
Struktur Jangka Waktu DPK……………………………………………………………………………
47
4.1
Realisasi Komponen Pendapatan APBD Kaltim Triwulan IV-2010………………
50
4.2
Realisasi Komponen Belanja APBD Kaltim Triwulan IV-2010………………………
52
5.1
Perkembangan Transaksi RTGS di Kalimantan Timur…………………………………..
57
6.1
Perkembangan Ketenagakerjaan di kalimantan Timur…………………………………
58
1.4
vi
6.2
Perkembangan Sex Ratio Kaltim Hasil Sensus Penduduk 2010……………………
6.3
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama………………………………………………………………………………………………………………
vii
59
60
DAFTAR GRAFIK 1.1
Pertumbuhan PDB Nasional vs PDRB Kaltim (yoy)…………………………………………………..
5
1.2
Indeks Kenyakinan Konsumen......................................................................
6
1.3
Indeks Kondisi Ekonomi..........................................................................…...
7
1.4
Indeks Ekspektasi Konsumen ........................................................................
7
1.5
Kredit Konsumsi..........................................................................................
7
1.6
Pengeluaran Pemerintah...............................................................................
7
1.7
Realisasi Investasi & Konsumsi Listrik………………………………………………………………………
8
1.8
Kredit Investasi........................................................................................
8
1.9
Nilai Ekspor Non Migas Kaltim…………………………………………………………………..………………
9
1.10
Perkembangan Share Negara Tujuan Utama Ekspor Non Migas Kaltim …………………
9
1.11
Nilai Impor Non Migas Kaltim…………………………………………………………….…………………………
10
1.12
Perkembangan Share Negara Asal Utama Impor Non Migas Kaltim…………………….
11
1.13
Indeks Produksi Padi………………………………………………………………………………………………………
12
1.14
Indeks Produksi Sawit.....................................................................................
12
1.15
Kredit Sektor Pertanian ...................................................................................
13
1.16
Indeks Produksi Pertambangan Batubara..................................... ............……….
13
1.17
Kredit Sektor Pertambangan…………………………………………………………………………………………
13
1.18
Produksi Kilang Minyak………………………………………………………………………………………………….
14
1.19
Kredit Sektor Industri………………………………………………………………………………………………….
14
1.20
Kredit Sektor Listrik dan Air………………………………………………………………………………………
14
1.21
Indeks Nilai Bangunan………………………………………………………………………………………………..
15
1.22
Indeks Sektor Perdagangan………………………………………………………………………………………
15
1.23
Kredit Perdagangan……………………………………………………………………………………………………….
15
1.24
Indeks Jumlah Penumpang…………………………………………………………………………………………..
16
1.25
Perkembangan Kredit Kaltim………………………………………………………………………………………
16
1.26
Indeks Upah Gaji Pemerintah Umum…………………………………………………………………………
17
B1.1
Pertumbuhan Kaltim-Migas-Nasional……………………………………………………………………….
18
B1.2
Efisiensi Sektoral Hasil Running Stata v.10………………………………………………………………
19
B1.3
Growth cycle Perekonomian Kalimantan Timur………………………………………………………
20
B1.4
Sinkronisasi Sektoral Provinsi Kalimantan Timur……………………………………………………
21
2.1
Laju Inflasi Kaltim dan Nasional (yoy)………………………………………………………………………
22
2.2
Disagregasi Inflasi Inti dan Non Inti Kaltim (yoy)……………………………………………………..
23
2.3
Disagregasi Inflasi Inti dan Non Inti Kaltim (mtm)……………………………………………………..
23
3.1
Kinerja Triwulan Kegiatan Usaha Perbankan (qtq)…………………………………………………
36
3.2
Kinerja Tahunan Kegiatan Usaha Perbankan Kaltim dan Nasional (yoy)………………
36
3.3
Perkembangan Simpanan Masyarakat…………………………………………………………………………
38
3.4
Suku Bungan Kredit………………………………………………………………………………………………………
38
3.5
Perkembangan Kredit Bank Umum berkantor di Kaltim…………………………………………
39
3.6
Perkembangan Kredit Lokasi Proyek…………………………………………………………………………
40
3.7
Perkembangan Aset BPR………………………………………………………………………………………………
44
3.8
Perkembangan DPK BPR………………………………………………………………………………………………
44
3.9
Perkembangan Kredit/Pembiayaan BPR……………………………………………………………………….
45
3.10
Perkembangan Bunga Kredit dan Rasio NPLs………………………………………………………….
47
4.1
Pendapatan APBD Kalimantan Timur Triwulan IV-2010…………………………………………
48
vi ii
4.2
Belanja APBD Kalimantan Timur Triwulan IV-2010…………………………………………………..
49
4.3
Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kalimantan Timur Triwulan IV-2010……………………
50
4.4
Pendapatan Transfer Kalimantan Timur Triwulan IV-2010………………………………………
51
4.5
Belanja Operasi (RP Miliar) Triwulan IV-2010…………………………………………………………
52
4.6
Belanja Modal (RP Miliar) Triwulan IV-2010…………………………………………………………...
53
5.1
Peredaran Uang Kartal di Kaltim…………………………………………………………………………………
54
5.2
Peredaran Uang Kartal di Wilker KBI..................................................................
55
5.3
Perkembangan PTTB per Wilker KBI..................................................................
55
5.4
Perkembangan Transaksi Kliring di Kaltim.........................................................
56
5.5
Perkembangan Transaksi RTGS di Kaltim............................................................
56
5.6
Perkembangan RTGS per wilayah kerja KBI........................................................
57
6.1
Komposisi Jenis Kelamin Angkatan Kerja Kalimantan Timur..................................
58
6.2
Perkembangan Jaminan Hari Tua Jamsostek.......................................................
60
6.3
Indeks Penghasilan dan Ekspektasi Penghasilan..................................................
61
7.1
Indeks Ekspektasi Konsumen............................................................................
62
7.2
Harga Komoditas Minyak dan Batubara..............................................................
62
7.3
Harga Komoditas Gula.....................................................................................
63
7.4
Harga Minyak Kelapa Sawit..............................................................................
63
7.5
Perkembangan Bulanan Harga Komoditas Utama Kota Samarinda (1)....................
63
7.6
Perkembangan Bulanan Harga Komoditas Utama Kota Samarinda (2)....................
63
ix
RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN E KONOMI REGIONAL PROVINS I KAL IMANTAN TIMUR PERIODE TRIWUL AN IV-2010 I.
Gambaran Umum Laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur triwulan IV-2010 mengalami pertumbuhan yang positif sebesar 2,36% (yoy), namun lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III-2010 yang tumbuh sebesar 3,76%. Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi Kaltim secara tahunan pada triwulan IV-2010 dipengaruhi oleh peningkatan kinerja ekspor Kaltim karena masih tingginya permintaan yang berasal dari negara-negara pembeli utama komoditas ekspor primer Kaltim yang dipicu oleh perekonomian global yang terus membaik. Berdasarkan sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi didorong oleh pertumbuhan positif sektor pertambangan dan penggalian yang dipengaruhi oleh tingginya produksi yang didorong oleh faktor masih baiknya permintaan dan semakin meningkatnya harga hasil komoditas pada sektor tersebut di pasar internasional pada triwulan IV-2010. Sementara itu, laju perubahan harga barang dan jasa di Kalimantan Timur pada periode laporan mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan III2010. Penurunan ini dipengaruhi oleh menurunnya permintaan masyarakat seiring berakhirnya masa liburan dan hari raya Idul Fitri pada triwulan sebelumnya. Perkembangan intermediasi perbankan di Kalimantan Timur pada triwulan IV-2010 menunjukkan perkembangan yang positif. Total aset perbankan mengalami peningkatan secara tahunan sebesar 14,46%(yoy). Sementara itu penyaluran pinjaman juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi secara tahunan baik kredit atas dasar lokasi kantor sebesar 30,25% maupun kredit atas dasar lokasi proyek sebesar 27,13%(yoy). Perekonomian Kalimantan Timur pada triwulan I-2011 diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang positif, dengan perkiraan laju pertumbuhan berkisar antara 2% s.d. 3% (yoy). Salah satu indikator yang menjadi arah pertumbuhan positif tersebut adalah Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) hasil Survey Konsumen Bank Indonesia yang masih berada di atas level optimis (100), yaitu sebesar 123,83. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya ekspektasi membaiknya kondisi perekonomian
dan
ekspektasi
terhadap
penghasilan.
Dari
sisi
permintaan
pertumbuhan positif masih didukung oleh kinerja ekspor Kalimantan Timur dan semakin
mengeliatnya
kegiatan
investasi
seiring
dengan
meningkatnya
pembangunan infrastruktur di Kaltim yang mulai dilakukan. Sedangkan dari sisi penawaran pertumbuhan ekonomi Kaltim masih didukung oleh perkembangan positif di sektor pertambangan dan penggalian yang diperkirakan masih tinggi karena
1
Perkembangan Ekonomi M akro Regional
stabilnya permintaan dan meningkatnya harga komoditas unggulan Kaltim yaitu batubara dan minyak mentah di pasar internasional. Tekanan terhadap laju perkembangan harga barang dan jasa pada triwulan I-2011 diperkirakan akan mengalami peningkatan, yang dipengaruhi oleh adanya tren peningkatan beberapa harga komoditas pangan dan bahan dasar makanan jadi di pasar dunia seperti gula dan minyak sawit. Selain itu dari data pemantauan harga Disperindagkop Provinsi Kalimantan Timur mayoritas bahan makanan kebutuhan pokok di Samarinda mengalami peningkatan pada awal tahun 2011.
II.
Asesmen Perekonomian Laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur pada triwulan IV-2010 tumbuh secara positif, yaitu sebesar 2,36%(yoy), namun lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III-2010 yang mengalami pertumbuhan sebesar 3,76%(yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Kaltim pada triwulan laporan disumbangkan secara positif oleh semua komponen. Kontribusi pertumbuhan PDRB tertinggi berasal dari ekspor sebesar 1,40%, diikuti oleh investasi sebesar 1,05%, serta konsumsi rumah tangga sebesar 0,75% . Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Kaltim pada periode laporan ini berasal dari sektor pertambangan dan penggalian sebesar 2,14%, diikuti oleh kontribusi sektor bangunan 0,85% dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 0,66%. Peningkatan pada sektor pertambangan dan penggalian sebagai sektor yang paling dominan dalam perekonomian Kaltim (pangsa 48,19%) dipengaruhi oleh masih tingginya produksi tambang yang disebabkan oleh masih stabilnya
permintaan
dan
meningkatnya
harga
komoditas
ungulan
hasil
pertambangan Kaltim seperti minyak dan batubara di pasar internasional.
III.
Asesmen Inflasi Laju perkembangan inflasi tahunan di Kalimantan Timur pada triwulan IV2010, yang dihitung dari perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK), tercatat sebesar 7,28%(yoy); lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III-2010 sebesar 7,45% (yoy). Laju Inflasi Kaltim ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan laju inflasi tahunan nasional yang sebesar 6,96%(yoy). Berdasarkan kelompok komoditasnya, laju inflasi tertinggi terjadi pada kelompok komoditas bahan makanan yaitu sebesar 12,99%(yoy); diikuti oleh kelompok komoditas pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 11,92%, dan kelompok komoditas sandang sebesar 7,98%. Sementara kelompok komoditas transportasi, komunikasi dan jasa keuangan merupakan kelompok komoditas yang mengalami tingkat inflasi terendah, yaitu sebesar 1,71%. Laju inflasi triwulanan di Kota Samarinda triwulan IV-2010 mencapai 0,75%(qtq), lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi pada triwulan III-2010 yang sebesar 3,28%. Laju inflasi tertinggi tercatat pada kelompok komoditas sandang yaitu sebesar 2,97%(qtq), yang dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan komoditas
2
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
emas perhiasan sehingga meningkatkan harga komoditas tersebut yang terjadi pada bulan November dan Desember 2010. Laju inflasi triwulanan di Kota Balikpapan pada triwulan IV-2010 tercatat mengalami deflasi sebesar 0,21%(qtq), berbeda arah jika dibandingkan dengan triwulan III-2010 yang mengalami inflasi sebesar 4,14%. Kelompok komoditas yang mengalami peningkatan laju inflasi tertinggi adalah kelompok sandang yaitu sebesar 1,11%(qtq) karena meningkatnya harga emas perhiasan pada Desember 2010. Laju Inflasi triwulanan di Kota Tarakan triwulan IV-2010 mengalami kenaikan 1,47%(qtq), lebih rendah jika dibandingkan dengan laju inflasi pada triwulan III2010 yang sebesar 5,23%. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok komoditas pendidikan,
rekreasi,
dan
olahraga
yang
mencapai
14,17%
(qtq)
karena
meningkatnya terif akademi/perguruan tinggi keperawatan di Tarakan.
IV.
Asesmen Perbankan dan Sistem Pembayaran 1. Perbankan Kegiatan intermediasi perbankan Kaltim selama triwulan IV-2010 dari sisi penghimpunan dana menunjukkan peningkatan sebesar 14,21%(yoy) sehingga posisinya menjadi Rp 49.912 milyar. Menurut jenis simpanan, peningkatan dana pada triwulan laporan berasal dari tabungan yang tumbuh sebesar 19,82% dan; deposito yang tumbuh sebesar 26,02%(yoy); sedangkan giro mengalami kontraksi 5,64%(yoy). Jumlah kredit yang dikucurkan bank umum yang berkantor di Kaltim pada triwulan laporan mencapai Rp 32.532 milyar atau mengalami peningkatan sebesar 30,25%(yoy). Sementara itu berdasarkan lokasi proyek, kredit yang disalurkan sistem perbankan secara nasional untuk Kaltim tercatat meningkat sebesar 27,13% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya (s.d posisi November), atau mencapai Rp. 46.302 milyar. Berdasarkan perkembangan kegiatan intermediasi perbankan diatas diketahui bahwa rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) Kaltim atas dasar lokasi proyek mencapai 92,77%, lebih tinggi dibandingkan dengan LDR atas dasar lokasi kantor di Kaltim yang sebesar 65,18%. Perkembangan BPR di wilayah Kalimantan Timur pada triwulan IV-2010 menunjukkan
perkembangan
yang
positif.
Perkembangan
jumlah
aset
dan
penghimpunan dana mengalami peningkatan masing-masing sebesar 21,87% dan 23,05%(yoy). Jumlah aset meningkat menjadi Rp 271,09 milyar dan DPK meningkat menjadi Rp 176,52 milyar. Penyaluran kredit BPR juga mengalami peningkatan, yaitu sebesar 20,34%(yoy), menjadi Rp 178,02 milyar.
2. Sistem Pembayaran Transaksi tunai antara perbankan di Kalimantan Timur dengan Kantor Bank Indonesia Samarinda dan Balikpapan, pada triwulan IV-2010 mencapai Rp 5.316 milyar
atau
mengalami
pertumbuhan
yang
cukup
tinggi
sebesar
46,91%
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
3
Perkembangan Ekonomi M akro Regional
Jumlah uang kartal yang beredar tersebut terdiri dari jumlah inflow sebesar Rp 1.348 milyar dan jumlah outflow sebesar Rp 3.696 milyar; sehingga pada triwulan IV-2010 ini, wilayah Kalimantan Timur mengalami net outflow sebesar Rp 2.620 milyar. Meningkatnya jumlah peredaran uang kartal di wilayah Kalimantan Timur
pada
periode
berjalan
ini
dipengaruhi
oleh
meningkatnya
aktivitas
penggunaan uang kartal oleh masyarakat. Sementara itu jumlah uang kartal yang dikategorikan dalam Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) pada triwulan berjalan mencapai Rp 412 milyar atau naik 110,57%(yoy). Sementara itu jumlah transaksi kliring di Kalimantan Timur triwulan IV-2010 tercatat sebesar Rp 5.170 milyar, mengalami
pertumbuhan
sebesar
11,50%(yoy);
sedangkan
transaksi
RTGS
mencapai Rp 51.160 milyar, atau mengalami pertumbuhan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 26,11%(yoy).
V.
Outlook 1. Perekonomian Perekonomian Kalimantan Timur pada triwulan I-2011 diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang positif, dengan perkiraan laju pertumbuhan berkisar antara 2% s.d. 3%(yoy). Salah satu indikator yang menjadi arah pertumbuhan positif tersebut dapat terlihat dari hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan Bank Indonesia Samarinda pada bulan Januari 2010 yaitu Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang masih berada di atas level optimis (100), yaitu sebesar 123,83. Hal ini dipengaruhi oleh komponen-komponen IEK yang seluruhnya meningkat dan berada di atas level optimis, terutama disebabkan ekspektasi membaiknya kondisi perekonomian dan ekspektasi terhadap penghasilan.
2. Inflasi Tekanan terhadap laju perkembangan harga barang dan jasa pada triwulan I-2011 diperkirakan akan mengalami peningkatan, yang dipengaruhi oleh adanya tren peningkatan beberapa harga komoditas pangan di pasar dunia seperti gula dan bahan dasar beberapa produk makanan jadi yaitu minyak sawit. Selain itu berdasarkan pemantauan harga di bulan Januari 2011, yang dilakukan oleh Disperindagkop Prov. Kaltim, beberapa komoditas utama atau bahan kebutuhan pokok di kota Samarinda mayoritas mengalami peningkatan yang cukup tinggi diantaranya cabe merah besar, minyak goreng, daging ayam boiler, dan telur ayam. Faktor pendorong inflasi pada triwulan depan antara lain keterbatasan pasokan bahan makanan seperti beras, sayuran, bumbu-bumbuan, serta ikan segar yang disebabkan
faktor
cuaca
buruk
sehingga
menyebabkan
gagal
panen
dan
mengganggu arus distribusi kebutuhan pokok dari Jawa dan Sulawesi Selatan.
4
BAB I
1.1
PERK EM BA N G A N EK ON OM I M A K RO REGI ON A L
Gambaran Umum Perekonomian Kalimantan Timur pada triwulan IV-2010 tumbuh secara positif, yaitu sebesar 2,36%(yoy), namun lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III-2010 yang mengalami pertumbuhan sebesar 3,76% dan PDB Nasional yang tumbuh sebesar 6,1% (Grafik 1.1). Secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi Kaltim pada triwulan IV2010 tumbuh sebesar 0,75%(qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,46%. Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi Kaltim secara tahunan pada triwulan IV-2010 dipengaruhi oleh peningkatan ekspor Kaltim karena masih tingginya permintaan yang berasal dari negara-negara pembeli utama komoditas ekspor primer Kaltim yang dipicu oleh perekonomian global yang terus membaik. Selain itu semakin menggeliatnya perekonomian Kalimantan Timur pada triwulan IV-2010 juga didukung oleh pertumbuhan investasi yang cukup tinggi. Berdasarkan sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi didorong oleh pertumbuhan positif sektor pertambangan dan penggalian yang dipengaruhi oleh tingginya produksi yang didorong oleh faktor masih baiknya permintaan dan harga hasil komoditas pada sektor tersebut di pasar internasional pada triwulan IV-2010.
(% yoy)
Kaltim
Nasional
8 6 4 2 0 -2
QI
Q II
Q III
Q IV
QI
2006 Kaltim
Q II
Q III Q IV
QI
2007
Q II
QIII
QIV
2008
QI
Q II
QIII
2009
QIV
QI
Q II
QIII
QIV
2010
1.65 2.33 3.83 3.57 0.17 0.37 1.23 3.10 6.62 6.82 4.58 1.44 0.33 -0.2 2.84 5.59 6.82 7.04 3.76 2.36
Nasional 5.0
5.0
5.9
6.1
6.0
6.3
6.5
6.5
6.28
6.4
6.3
5.5
4.53 4.08 4.16 5.43 5.69 6.19 5.8
6.1
Grafik 1.1 Pertumbuhan PDB Nasional dan PDRB Kaltim (yoy) Sumber : BPS Kaltim, diolah
1.2 Perkembangan Indikator PDRB Sisi Permintaan Dari sisi permintaan, pertumbuhan PDRB pada triwulan laporan disumbangkan secara positif oleh semua komponen. Kontribusi pertumbuhan PDRB tertinggi berasall dari ekspor sebesar 1,40%, diikuti oleh investasi sebesar 1,05%, serta konsumsi rumah tangga sebesar 0,75% (Tabel 1.1).
5
Perkembangan Ekonomi M akro Regional
Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan Kalimantan Timur Pert umbuhan (% yoy) Jenis Penggunaan
Kontribusi Pert umbuhan
2010 QI
QII
2010 QIII
Q IV
QI
QII
QIII
Q IV
Konsumsi Rumah Tangga
3.72
4.93
5.40
5.46
0.49
0.64
0.75
0.75
Makanan
3.48
3.63
3.30
3.07
0.23
0.23
0.22
0.20
Non Makanan
3.97
6.21
7.47
7.82
0.27
0.41
0.53
0.55
Pengeluaran KLSN
6.33
6.24
5.21
5.17
0.01
0.01
0.01
0.01
Pengeluaran Pemerintah
3.93
3.07
3.64
5.93
0.21
0.17
0.21
0.35
Pemb. Modal Tet ap Domestik Bruto
4.34
4.14
4.45
7.35
0.57
0.56
0.64
1.05
Perubahan Stok
2.92
3.85
4.04
5.81
0.02
0.03
0.03
0.05
Ekspor
15.51
14.17
1.78
1.30
17.23
15.86
1.88
1.40
Ekspor LN
13.29
13.14
2.48
1.34
10.37
10.30
1.88
1.03
Ekspor Antar Daerah
20.63
16.47
0.20
1.19
6.82
5.53
0.06
0.38
Impor
23.96
20.31
0.24
2.88
10.51
9.13
0.10
1.23
Impor LN
31.47
23.15
-2.95
3.65
7.74
5.71
-0.63
0.86
Impor Antar Daerah
16.91
17.45
3.42
2.06
3.27
3.54
0.67
0.40
8.67
8.86
3.13
- 0.16
5.83
5.93
2.04
-0.11
6.82
7.04
3.76
2.36
6.82
7.04
3.76
2.36
Ekspor Neto PDRB
Sumber : BPS Kaltim, diolah
1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Rumah Tangga di Kalimantan Timur pada triwulan IV-2010 mengalami ekspansi sebesar 5,46%(yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 5,40%. Meningkatnya konsumsi rumah tangga pada periode laporan ini dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan masyarakat karena faktor musiman hari raya natal dan menjelang pergantian tahun baru 2011 serta ekspektasi meningkatnya pendapatan karena peningkatan UMP/UMK. Berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh Bank Indonesia Samarinda pada triwulan IV tahun 2010, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) secara umum menunjukkan peningkatan optimisme masyarakat Kaltim. Secara rata-rata triwulanan, IKK masih berada diatas level optimis 100 yaitu sebesar 119,67 atau lebih tinggi dibandingkan rata-rata triwulan sebelumnya yang sebesar 117,75(Grafik 1.2). 160
Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Ekspektasi Konsumen
Indeks Kondisi Ekonomi Garis 100
140 120 100 80 60 40 20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2008
2009
2010
Grafik 1.2 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Sumber : Survey Konsumen Bank Indonesia
Indeks Keyakinan Konsumen yang menunjukkan peningkatan optimisme pada triwulan laporan ini masih didukung oleh Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) yang berasal dari relatif stabilnya ketersediaan lapangan kerja saat ini, serta dari Indeks Ekspektasi
6
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Konsumen (IEK) berasal dari relatif stabilnya ekspektasi terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 1.3 dan Grafik 1.4. Penghasilan Saat Ini
Pembelian Durable Goods
Ekspektasi Penghasilan
Ekspektasi Ekonomi
Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini
Garis 100
Ekspektasi Ketersediaan Lap.Kerja
Garis 100
160
180
140
160
120
140 120
100
100 80
80
60
60
40
40
20
20 0
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 2008
2009
2008
2010
2009
2010
Grafik 1.3 Indeks Kondisi Ekonomi
Grafik 1.4 Indeks Ekspektasi Konsumen
Sumber : Survey Konsumen Bank Indonesia
Sumber : Survey Konsumen Bank Indonesia
Peningkatan kegiatan konsumsi masih (Rp milyar)
Konsumsi
(yoy)
g (yoy)
12000
60%
didukung
oleh
pertumbuhan
positif
kredit konsumsi pada triwulan IV-2010
10000 8000
40%
yang
mengalami
peningkatan
pertumbuhan secara tahunan sebesar
6000 4000
20%
38,74%, atau meningkat dari Rp. 7,98 trilyun pada triwulan IV-2009 menjadi
2000 0
0% I
II
III
IV
2008
I
II
III
IV
I
II
2009
III
IV
2010
Rp. 11,08 trilyun pada triwulan IV2010
(Grafik
kredit
Grafik 1.5 Kredit Konsumsi
1.5).
konsumsi
Perkembangan
juga
mengalami
peningkatan secara triwulanan yaitu
Sumber : LBU Bank Indonesia
sebesar
3,32%(qtq)
dibandingkan
triwulan sebelumnya dimana kredit yang tersalurkan sebesar Rp. 10,48 trilyun. 1.2.2 Pengeluaran Pemerintah 220 200
Pengeluaran
80% Konsumsi Pemda (APBD)
g (yoy)
triwulan 60%
180 160
40%
Pemerintah
IV-2010
pertumbuhan
sebesar
pada
mengalami 5,93%
(yoy),
lebih tinggi jika dibandingkan dengan
140
pertumbuhan pada triwulan III-2010
120
20%
yang tercatat sebesar 3,64%.
100 80
0% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
dipengaruhi
oleh
pertumbuhan 2009
Hal ini
meningkatnya
belanja
pemerintah
2010
Grafik 1.6 Pengeluaran Pemerintah Sumber : Prompt Indicator BPS
daerah
selama
sebagaimana
triwulan
dapat
dilihat
IV-2010 pada
peningkatan konsumsi Pemda secara tahunan yang masih relatif tinggi (Grafik 1.6), yang disebabkan oleh peningkatan realisasi terutama belanja operasi dalam bentuk belanja pegawai dan belanja barang pada triwulan akhir 2010. Sementara itu belanja modal menunjukkan peningkatan
7
Perkembangan Ekonomi M akro Regional
realisasi keuangan dan fisik secara tahunan relatif melambat, disebabkan oleh tertundanya jadwal beberapa kegiatan proyek pembangunan infrastruktur fisik yang seharusnya dilakukan pada triwulan IV-2010 karena mundurnya jadwal tahap lelang pekerjaan dan persiapan pekerjaan lainnya di awal pelaksanaan proyek.
1.2.3 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) Kalimantan Timur pada triwulan IV-2010 mengalami ekspansi sebesar 7,35%(yoy), setelah tumbuh 4,45% pada triwulan III-2010. Faktor positif yang turut menjadi pendorong pertumbuhan PMTDB pada periode berjalan ini dapat terlihat dari Indeks Realisasi Investasi dan Indeks Konsumsi Listrik Industri yang menunjukkan tren peningkatan dibandingkan periode sebelumnya (Grafik 1.7). Dari sisi pembiayaan perbankan, penyaluran kredit investasi perbankan pada triwulan IV-2010 mencapai Rp. 8,72 trilyun, atau mengalami pertumbuhan sebesar 30,60(yoy) dari Rp. 6,68 trilyun pada triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini relatif sama jika dibandingkan dengan pertumbuhan secara tahunan pada triwulan III-2010 yang meningkat sebesar 30,72%(yoy) (Grafik 1.7). Selain peran perbankan dalam pembiayaan investasi di Kalimantan Timur, peran investasi yang dilakukan oleh swasta diperkirakan juga mengalami peningkatan yang tinggi diantaranya ditunjukkan dengan pembukaan beberapa perusahaan di kawasan industri
Kariangau
di
Balikpapan
serta
pembangunan
beberapa
infrastruktur
perhubungan yang melibatkan swasta nasional maupun asing. 130
(Rp milyar)
Investasi
(yoy)
g (yoy)
10000
80%
120 8000 60%
110 6000
100
40% 4000
90 Realisasi Investasi
20%
Konsumsi Listrik Industri
2000
80 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2009
2010
0
0% I
II
III
2008
Grafik 1.7 Realisasi Investasi dan Konsumsi Listrik
IV
I
II
III
2009
IV
I
II
III
IV
2010
Grafik 1.8 Kredit Investasi Sumber : LBU Bank Indonesia
Sumber : LBU Bank Indonesia
1.2.4 Ekspor dan Impor Laju pertumbuhan ekspor Kalimantan Timur pada triwulan IV-2010, diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan yaitu 1,30%(yoy), tumbuh lebih rendah jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekspor triwulan III-2010 yaitu sebesar 1,78%. Pertumbuhan positif terlihat juga dari perkembangan ekspor Pelabuhan Samarinda, yang pada triwulan IV-2010 tumbuh sebesar 64%(yoy) dengan volume ekspor pada triwulan laporan mencapai 10,71 juta ton. Berdasarkan data ekspor non migas yang berasal dari Ditjen Bea dan Cukai yang diolah oleh Bank Indonesia, ekspor non migas Kalimantan Timur triwulan IV-2010 (data sampai dengan November
2010) mencapai USD 1.950 juta, mengalami
8
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
pertumbuhan secara tahunan sebesar 6,62% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, yang tercatat sebesar USD 1.829 juta. Pertumbuhan ini mengalami perlambatan jika dibandingkan pertumbuhan secara tahunan pada triwulan III-2010 yang mencapai 35,25%(yoy). (Juta USD)
Nilai Ekspor
4,000
(yoy)
g Nilai Ekspor
140% 120%
3,500
100%
3,000
80%
2,500
60% 2,000 40% 1,500
20%
1,000
0%
500
-20%
0
-40% 1
2
3
4*
1
2
2007
3
4*
1
2
2008
3
4*
1
2
2009
3
4*
2010
Grafik 1.9 Nilai Ekspor Nonmigas Kaltim Sumber : Ditjen Bea Cukai, diolah *)periode Okt-Nov
Share 30% MALAYSIA
C. INDIA
C. R.R.C
C. SOUTH KOREA
C. TAIWAN
C.JAPAN
20%
10%
0% 1
2
3 2007
4*
1
2
3 2008
4*
1
2
3 2009
4*
1
2
3
4*
2010
Grafik 1.10 Perkembangan Share Negara Tujuan Utama Ekspor Non Migas Kaltim Sumber : Ditjen Bea Cukai, diolah *)periode Okt-Nov
Berdasarkan negara tujuan utama ekspor Kalimantan Timur pada triwulan laporan, China memiliki pangsa terbesar yaitu 27,78%, diikuti oleh Jepang (15,39%), dan Taiwan (11,81%) (Grafik 1.10). Berdasarkan komoditasnya, ekspor bahan bakar mineral masih menjadi komoditas andalan ekspor non migas Kalimantan Timur dengan pangsa pasar terbesar, yaitu mencapai 86,45% dengan nilai USD 1.686 juta (Tabel 1.2). Nilai ekspor komoditas ini mengalami ekspansi sebesar 8,13% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, sehingga ekspansi ekspor komoditas bahan bakar mineral memberikan kontribusi sebesar 7,03% terhadap pertumbuhan ekspor non migas Kaltim pada triwulan laporan.
9
Perkembangan Ekonomi M akro Regional
Tabel 1.2 Komoditas Utama Ekspor non Migas Kaltim Triwulan IV-2010 (HS2 Digit, dalam USD s.d November 2010) Kom odit as
Nilai (USD)
27 - Mineral fuels, mineral oil products
Pan gsa
Grow th (yoy)
Kont ribusi
1,686,115,738
86.45
8.13
15 - Animal or vegt. fats and oils
101,841,934
5.22
139.65
7.29
44 - Wood and articles of wood
59,385,802
3.04
-5.31
-0.16
03 - Fish,crustaceans,molusca,ot h.invert
31,868,383
1.63
7.04
0.12
29 - Organic chemicals
13,135,963
0.67
-45.64
-0.31
7,158,652
0.37
-60.39
-0.22
50,990,516
2.61
-45.05
-1.18
1,950,496,987
100
6.62
6.62
84 - Nuclear react.,boilers,mech. appli. lainnya Tot al
7.03
Sumber : Ditjen Bea Cukai, diolah
Sementara itu, pertumbuhan kegiatan impor Kalimantan Timur pada triwulan IV-2010 mengalami pertumbuhan sebesar 2,88%(yoy); lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III-2010 yang mengalami pertumbuhan secara tahunan sebesar 0,24%. Berdasarkan data yang tercatat di Bea Cukai, nilai impor non-migas Kaltim selama triwulan IV-2010 (data sampai dengan November 2010) berjumlah USD 247,45 juta, atau mengalami peningkatan 2,03%(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang turun 26,56%(yoy)
(Grafik
1.11). Komoditas impor terbesar
Kalimantan Timur pada triwulan IV-2010 adalah komoditas nuclear react., boilers, dan mechanical appl. (pangsa 32,86%) dengan impor sebesar USD 81,32 juta atau meningkat 2,78%(yoy), diikuti oleh komoditas fertilizer dengan nilai 27,60 juta (pangsa 11,16%) atau meningkat 3,45%(yoy) (Tabel 1.3). Sementara berdasarkan negara asal impor, mayoritas berasal dari Amerika Serikat yaitu sebesar USD 48,45 juta (pangsa 19,58%), diikuti oleh Cina yaitu sebesar USD 39,59 juta (16,00%), dan Singapura sebesar USD 37,82 juta (15,29%) sebagaimana dapat dilihat pada Grafik 1.12. (Juta USD)
Nilai Impor
600
(yoy)
g Nilai Impor
250% 200%
500
150%
400
100% 300 50% 200
0%
100
-50%
0
-100% 1
2
3 2007
4*
1
2
3 2008
4*
1
2
3
4*
2009
1
2
3
4*
2010
Grafik 1.11 Nilai Impor Nonmigas Kaltim Sumber : Ditjen Bea Cukai, diolah
10
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Tabel 1.3 Komoditas Impor Non Migas Utama dan Negara Asal Impor Utama Kaltim Triwulan IV-2010 (HS2 Dijit, dalam USD s.d November 2010) Komoditas
Nil ai (USD)
Pangsa
Grow th (YoY)
Kontri busi
84 - Nuclear react .,boilers,mech. appli.
81,322,695
32.86
2.78
0.91
31 - Fert ilizers
27,606,789
11.16
3.45
0.39
73 - Articles of iron and steel
18,237,036
7.37
66.27
4.88
38 - Miscellaneous chemical products.
13,190,063
5.33
122.49
6.53
40 - Rubber and articles t hereof
17,378,638
7.02
-23.24
-1.63
5,570,992
2.25
40.59
0.91
84,149,392
34.01
-9.74
-3.31
247,455,606
100
2.03
2.03
36 - Explosives;matches;pyrotechnic prod Lainnya Total Sumber : Ditjen Bea Cukai, diolah
Secara keseluruhan, perdagangan komoditas non migas Kalimantan Timur pada triwulan IV-2010 masih mengalami net export (jumlah ekspor non migas Kaltim melebihi besar dibandingkan dengan jumlah impor non migas Kaltim) sebesar USD 1.703 juta, atau mengalami peningkatan sebesar 7,32%(yoy). (Share) 60%
SINGAPORE
C. USA
C. JAPAN
C. R.R.C
GERMANY
40%
20%
0% 1
2
3
4*
2006
1
2
3
2007
4*
1
2
3
4*
1
2
2008
3
4*
1
2009
2
3
4*
2010
-20%
Grafik 1.12 Perkembangan Share Negara2x Asal Utama Impor Nonmigas Kaltim Sumber : Ditjen Bea Cukai, diolah
1.3 Perkembangan Indikator PDRB Sisi Penawaran Kontribusi terbesar bagi pertumbuhan ekonomi Kaltim dari sisi penawaran pada periode triwulan IV-2010 berasal dari sektor pertambangan dan penggalian sebesar 2,14%,
diikuti
oleh
kontribusi
sektor
bangunan
sebesar
0,85%,
dan
sektor
perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 0,66%. Pertumbuhan positif pada sektor pertambangan dan penggalian sebagai sektor yang paling dominan dalam perekonomian Kaltim (pangsa 48,19%) dipengaruhi oleh masih tingginya produksi tambang yang disebabkan oleh meningkatnya harga beberapa komoditas hasil pertambangan seperti minyak dan batubara di pasar internasional. Faktor penghambat dari pertumbuhan sektor ini adalah faktor curah hujan yang meningkat sehingga kurang mendukung terhadap kegiatan operasional pertambangan pada triwulan-IV 2010.
11
Perkembangan Ekonomi M akro Regional
Table 1.4. Pertumbuhan PDRB Sektoral Kalimantan Timur Pertumbuhan (%yoy) LAPANGAN USAHA
Kontribusi
2010 QI
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
Q II
2010 QIII
Q IV
QI
Q II
QIII
Q IV
6.46
3.78
1.54
-0.26
0.41
0.22
0.09
Pertambangan dan Penggalian
10.40
11.92
7.68
4.44
4.98
5.68
3.67
2.14
Industri Pengolahan
-0.48
-0.99
-5.49
-4.87
-0.12
-0.25
-1.32
-1.17
Listrik, Gas, dan Air Bersih
-0.01
5.95
5.36
5.36
4.65
0.02
0.01
0.02
0.01
Bangunan
10.91
9.79
9.95
10.08
0.85
0.77
0.84
0.85
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
11.32
11.57
10.64
8.70
0.78
0.82
0.81
0.66
9.74
9.86
9.24
8.15
0.31
0.31
0.31
0.27
11.07
9.92
8.51
7.44
0.00
0.00
0.00
0.00
Jasa-jasa
7.45
7.80
8.19
6.59
0.01
0.01
0.01
0.01
PDRB
6.82
7.04
3.76
2.36
6.82
7.04
3.76
2.36
12.20
12.79
10.68
7.78
6.94
7.33
6.44
4.64
Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa-jasa Perusahaan
PDRB TANPA MIGAS
Sumber : BPS Kaltim, diolah
Sebagai sektor terbesar kedua pembentuk PDRB Kaltim, sektor industri pengolahan (pangsa 24,05%) mengalami penurunan pada triwulan IV-2010 yaitu sebesar -4,87% (yoy), sehingga berkontribusi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi secara total dari sisi penawaran sebesar -1,17%. Beberapa hal penyebab penurunan kinerja pada sektor ini masih dipengaruhi oleh semakin terbatasnya sumber gas, sehingga produksi LNG mengalami penurunan serta produksi kilang minyak yang juga mengalami penurunan produksi.
1.3.1 Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan pada triwulan IV-2010 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -0,26%(yoy), memiliki arah yang berbeda jika dibandingkan dengan triwulan III-2010 yang tumbuh sebesar 1,54%. Kontraksi pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh menurunnya produktivitas pada sub sektor tanaman bahan makanan seperti padi sawah dan padi ladang (Grafik 1.13) dikarenakan baru dimulainya masa tanam sehingga menyebabkan menurunnya luas panen (masa tanam yang biasa terjadi pada bulan Agustus dan September bergeser ke bulan November dan Desember), sehingga masa panen raya diperkirakan akan terjadi di sekitar bulan April 2011. 120
200
110
180
100
160 140
90
120
80 100
70
Padi Sawah
Padi Ladang
60
80
Produksi Kelapa Sawit (TBS)
Produksi Karet
Produksi Lada
60 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2009
2010
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2009
2010
Grafik 1.13 Indeks Produksi Padi
Grafi k 10. Indeks Produksi Tanaman Perkebunan Grafik 1.14 Indeks Produksi Sawit
Sumber : Prompt Indicator BPS
Sumber : Prompt Indicator BPS
12
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Sementara itu dari subsektor perkebunan (Rp milyar)
Kredit Pertanian
(yoy)
g (yoy)
6000 5000
100%
terjadi
peningkatan
80%
Buah
Segar
60%
meskipun
40%
terlihat
20%
(Grafik 1.14). Salah satu indikator yang
0%
menunjukkan
4000
produksi
(TBS)
sedikit
Tandan
Kelapa
Sawit
melambat.
Hal
ini
3000 2000 1000 0 I
II
III
IV
2008
I
II
III
IV
I
II
2009
III
pada
indeks
produksi
sawit
penurunan pertumbuhan
IV
sektor pertanian juga dapat dilihat dari
2010
penyaluran kredit lokasi proyek pada
Grafik 1.15 Kredit Sektor Pertanian Sumber : LBU Bank Indonesia
sektor
pertanian di
triwulan IV-2010
mencapai Rp. 5.649 milyar, meningkat sebesar 54,38% atau melambat dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang mencapai 80,37%(yoy) (Grafik 1.15).
1.3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2010 mengalami pertumbuhan
yang
melambat,
yaitu
mencapai
4,44%(yoy)
atau
lebih
rendah
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III-2010 yang tumbuh sebesar 7,68%(yoy). Faktor penghambat yang menyebabkan melambatnya sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan laporan adalah curah hujan yang terus berada pada tingkat menengah level atas (201-300mm) di kawasan Kalimantan Timur selama bulan Oktober sampai dengan Desember 2010, sehingga mengganggu aktivitas/operasional kegiatan pertambangan. Perlambatan sektor pertambangan dan penggalian juga terlihat dari Indeks Produksi Batubara yang menunjukkan adanya tren melambat (Grafik 1.16). 160 150
40% Produksi Batubara
g (yoy)
140
(Rp milyar)
Kredit Pertambangan
(yoy)
g (yoy)
10000
160%
8000
120%
6000
80%
4000
40%
2000
0%
30%
130 120
20%
110 100
10%
90
0%
80 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2009
2010
0
-40% I
II
III
2008
IV
I
II
III
2009
IV
I
II
III
IV
2010
Grafik 1.16 Indeks Produksi Pertambangan Batubara
Grafik 1.17 Kredit Sektor Pertambangan
Sumber : Prompt Indicator BPS
Sumber : LBU Bank Indonesia
Selain itu perkembangan sektor pertambangan dan penggalian yang melambat juga ditunjukkan oleh perkembangan kinerja kredit lokasi proyek sektor pertambangan dan penggalian yang secara tahunan tumbuh sebesar 51,31%(yoy) atau lebih rendah jika dibandingkan dengan peningkatan kredit pertambangan secara tahunan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 69,87%(yoy) (Grafik 1.17). Sementara itu faktor positif yang masih mendorong pertumbuhan pada sektor pertambangan dan penggalian
13
Perkembangan Ekonomi M akro Regional
ini didukung oleh masih tingginya harga dan permintaan komoditas pertambangan dan penggalian terutama minyak dan batubara di pasar internasional sehingga perusahaan tetap berusaha untuk mengoptimalkan produksinya.
1.3.3 Sektor Industri Pengolahan Sektor ini mengalami kontraksi pertumbuhan pada triwulan IV-2010, yaitu sebesar -4,87%, masih tumbuh negatif seperti pertumbuhan yang terjadi pada triwulan III-2010 yang sebesar -5,49%(yoy). Penurunan yang terjadi pada sektor ini terutama dipengaruhi oleh menurunnya produksi LNG, yang memiliki pangsa terbesar dalam industri pengolahan (pangsa 69% terhadap industri pengolahan), karena jumlah pasokan gas yang semakin terbatas. Selain itu produksi pengilangan minyak pada triwulan laporan ini juga mengalami penurunan produksi sebagaimana dialami oleh produksi kilang minyak Pertamina Balikpapan pada triwulan IV-2010 yang turun 15,68%(yoy). Penurunan industri pengolahan minyak ditunjukkan oleh penurunan Perkembangan Produksi Kilang Minyak Pertamina Balikpapan (Grafik 1.18). Selain itu penurunan kinerja juga ditunjukkan oleh melambatnya kredit lokasi proyek sektor industri yang mencapai Rp. 2.199 milyar tumbuh 9,51% atau lebih rendah dari pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang sebesar 42,45%(yoy) (Grafik 1.19).
(Rp milyar)
Vol. Produksi (barrel)
(Juta barrel) 9 8
g. Produksi yoy
g (yoy) 20% 10%
7
Kredit Sektor Industri
(yoy)
g (yoy)
4000
120%
3000
80%
2000
40%
1000
0%
0%
6 5
-10%
4 3
-20% -30%
2 1
-40%
0
-50% 7
8
9
10 11 12
1
2
3
4
5
2009
6
7
8
9
0
10 11 12
-40% I
II
III
IV
I
II
2008
2010
III
IV
I
II
2009
III
IV
2010
Grafik 1.18 Produksi Kilang Minyak
Grafik 1.19 Kredit Sektor Industri
Sumber : Pertamina UPV Balikpapan
Sumber : Prompt Indicator BPS
1.3.4 Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Sektor listrik, gas, dan air bersih pada
mengalami
laporan
600
pertumbuhan
sebesar
500
4,65%(yoy), dibandingkan
lebih dengan
jika
400
pertumbuhan
300
lambat
sektor ini pada triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 5,36%. Salah
satu
menunjukkan
(Rp milyar)
triwulan
periode
indikator
yang
perlambatan
kinerja
sektor ini adalah penyaluran kredit
Listrik, Gas dan Air
(% yoy)
g (yoy)
80%
40%
0%
-40% 200 -80%
100
0
-120% I
II
III
2008
IV
I
II
III
2009
IV
I
II
III
IV
2010
Grafik 1.20 Kredit Sektor Listrik dan Air Sumber : LBU Bank Indonesia
14
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
berdasarkan lokasi proyek perbankan pada triwulan IV-2010 mencapai Rp. 256,25 milyar atau mengalami pertumbuhan negatif secara tahunan sebesar -48,36%. Pertumbuhan ini semakin menurun jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III-2010 yang juga tumbuh negatif sebesar -39,44%(yoy) (Grafik 1.20).
1.3.5 Sektor Bangunan Sektor bangunan pada triwulan IV-2010 mengalami pertumbuhan sebesar 10,08%(yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III-2010 yang mampu tumbuh sebesar 9,95%. Peningkatan pertumbuhan tersebut dapat terlihat dari indeks nilai bangunan tempat tinggal dan
125 120
nilai
bangunan
campuran
yang
mengalami kenaikan pada triwulan IV-2010
115
(Grafik 1.21). Namun demikian peningkatan
110
sektor bangunan ini kurang didukung oleh
105
kinerja kredit konstruksi yang disalurkan
100 Nilai Bangunan Tempat Tinggal 95
oleh
Nilai Bangunan Campuran
perbankan
ke
Kalimantan
Timur
90 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2009
2010
Grafik 1.21 Indeks Nilai Bangunan Sumber : Prompt Indicator BPS
triwulan IV-2010 yang mencapai Rp 2.782 milyar, atau justru mengalami penurunan sebesar 25,56%(yoy).
1.3.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan IV-2010 mengalami pertumbuhan yang positif mencapai 8,70% atau melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan III-2010 yang tumbuh sebesar 10,64%. Faktor penyebab melambatnya pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan ini adalah menurunnya permintaan masyarakat terutama terhadap kamar terjual (hotel) dan omset restoran akibat faktor musiman berakhirnya masa liburan dan hari raya Idul Fitri. Perlambatan permintaan kamar terjual dan omset restoran ini terlihat dari Indeks Sektor Perdagangan yang melambat di triwulan IV-2010 (Grafik 1.22). 140
(Rp milyar)
Kredit Perdagangan
(yoy)
g (yoy)
8000
130
60%
7000 6000
120
40%
5000 4000
110
Indeks Harga Perdagangan Besar 100
3000
Malam Kamar Terjual (Hotel)
2000
Omzet Restoran
1000
90
20%
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2009
2
3
4
5
6
7
8 9 10 11 12
0% I
II
III
2008
2010
IV
I
II
III
2009
IV
I
II
III
IV
2010
Grafik 1.22 Indeks Sektor Perdagangan
Grafik 1.23 Kredit Perdagangan
Sumber : Prompt Indicator BPS
Sumber : LBU Bank Indonesia
Faktor
positif
pendorong
pertumbuhan
pada
sektor
perdagangan
adalah
peningkatan kredit lokasi proyek perbankan yang disalurkan di Kalimantan Timur pada triwulan IV-2010 yang mencapai Rp 7.401 milyar, mengalami pertumbuhan sebesar
15
Perkembangan Ekonomi M akro Regional
18,20%(yoy) atau sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 17,46% secara tahunan (Grafik 1.23).
1.3.7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor 140
komunikasi
pengangkutan pada
triwulan
dan IV-2010
130
mengalami pertumbuhan sebesar 8,15%
120
(yoy), lebih lambat jika dibandingkan
110
dengan pertumbuhan pada triwulan III-
Jumlah Penumpang Angkutan Laut
100
Jumlah Penumpang Angkutan Darat
90
2010
Jumlah Penumpang Angkutan Udara 80 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2009
yang
pendorong
sebesar
9,24%.
melambatnya
Faktor
pertumbuhan
sektor ini dipengaruhi oleh menurunnya
2010
Grafik.11 Indeks Sektor Angkutan Grafik 1.24 Indeks Jumlah Penumpang
Sumber : Prompt Indicator BPS
aktivitas
perjalanan
disebabkan
oleh
masyarakat berakhirnya
yang faktor
musiman liburan hari raya pada triwulan sebelumnya. Melambatnya pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi terlihat dari perkembangan Indeks Jumlah Penumpang Angkutan Laut, Darat, dan Udara yang menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan periode sebelumnya (Grafik 1.24).
1.3.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor keuangan, persewaan dan (Rp milyar)
Kredit
g Kredit
(% yoy)
jasa perusahaan pada triwulan IV-2010
50000
50%
40000
40%
30000
30%
20000
20%
10000
10%
sebesar
0%
pertumbuhan
ini
mengalami
sebesar
pertumbuhan
7,44%
(yoy),
positif
mengalami
perlambatan jika dibandingkan dengan
0 I
II
III
2008
IV
I
II
III
2009
IV
I
II
III
IV
2010
Grafik 1.25 Perkembangan Kredit Kaltim Sumber : LBU Bank Indonesia
pertumbuhan pada
triwulan
8,51%. sektor
III-2010
Perlambatan keuangan,
persewaan, dan jasa perusahaan ini pada triwulan IV-2010 ini ditunjukkan oleh penyaluran kredit perbankan yang
mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu mencapai Rp 46.301 milyar, tumbuh sebesar 27,13%(yoy) atau lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 36,65%(yoy) (Grafik 1.25).
1.3.9 Sektor Jasa-jasa Sektor ini pada periode laporan mengalami pertumbuhan yang positif sebesar 6,59%(yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahunan pada triwulan III-2010 sebesar 8,19%. Perlambatan pada sektor jasa ini salah satunya dipengaruhi oleh pelaksanaan beberapa proyek pembangunan yang masih tertunda.
16
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Boks 1. ANALISIS EFISIENSI SEKTORAL PEREKONOMIAN KALIMANTAN TIMUR
Tujuan Analisis Para pemangku kebijakan di daerah perlu untuk mengetahui tingkat efisiensi sektoral dari perekonomian daerahnya yang kemudian dibandingkan dengan peran masingmasing sektor tersebut dalam pertumbuhan ekonomi. Sebagai faktor pendukung analisis efisensi sektoral dibutuhkan informasi mengenai siklus bisnis masing-masing sektor, khususnya untuk melihat ketahanan masing-masing sektor yang terjadi selama kurun waktu 2000–2009. Berbagai informasi ini akan bermanfaat untuk memahami karakteristik ekonomi daerah dari sisi sektoral sebagai referensi dalam menyusun kebijakan dan pemberian insentif pada salah satu sektor utama di daerah. Pemahaman yang tepat tentang efektivitas sektoral di daerah dapat membantu para pengambil kebijakan dalam membangun perekonomian daerah yang berkualitas. Analisis efisiensi sektoral ini secara spesifik bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi sektoral pada perekonomian daerah serta memperkirakan business cycle masing-masing sektor ekonomi. Dari hasil analisis ini juga berupaya merumuskan implikasi kebijakan pemerintah daerah untuk memelihara dan mencapai pertumbuhan sektor ekonomi daerah yang sustainable.
Teori Efisiensi Sektoral Tingkat
efisiensi
Sektoral
dalam
suatu
perekonomian
dapat
diukur
dengan
menggunakan fungsi stochastic frontier production karena memiliki kelebihan dalam memperbolehkan
adanya
perbedaan
teknologi
antar
sektor
dan
permasalahan
heteroskedastisitas yang dapat muncul pada jenis data panel. Sejak fungsi dari stochastic frontier production ditemukan oleh Aigner, Lovell dan Schmidt (1977) dan Meusen and van den Broeck (1977), model ini telah banyak berkembang sampai dengan saat ini. Fungsi ini memperhitungkan faktor teknik inefisiensi yang turut mempengaruhi tingkat output pada proses
produksi.
Pada
perkembangan
selanjutnya
Schmidt
dan
Sickles
(1984)
mengembangkan model stochastic frontier production function dengan panel data:
............................................. (1) Keterangan: yit = ouput x = input v = statistical noise u > 0 adalah firm effect mewakili technical inefficiency Model tersebut dapat dituliskan kembali sebagai berikut: .................................................. (2) dimana, αi = α - uit Model Stochastic Frontier dikembangkan juga oleh Limam dan Miller (2003) dengan memasukan faktor produktifitas dari faktor input, seperti capital dan labor. Model Limam dan Millar menggunakan asumsi fungsi produksi Cobb Douglas, dimana aggregat output
17
Perkembangan Ekonomi M akro Regional
diproduksi dengan menggunakan aggregat kapital stok secara fisik dan labor. Persamaannya sebagai berikut:
.................................................. (3) dimana, Yit = output perusahaan/sektor ke i pada waktu t K it = Kapital perusahaan/sektor ke i pada waktu t L it = Labor perusahaan/sektor ke i pada waktu t At = Aeξ t, dimana ξ mengukur rate technical progress b1it = elastisitas output terhadap kapital b2it = elastisitas output terhadap labor
Hasil Analisis Efisiensi Sektoral Apabila
dilihat
perekonomian Kalimantan Timur selama
periode
2001-2010,
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur (growth PDRB Kaltim) mayoritas bergerak secara fluktuatif pada pertumbuhan antara 0 sampai dengan 5%. Mayoritas pertumbuhan ekonomi tersebut berada dibawah pertumbuhan nasional yang relatif lebih stabil bergerak di sekitar 5%. Akan tetapi apabila dilihat pertumbuhan ekonomi non migas Kaltim yang cukup didominasi
oleh
perkembangan
pertambangan
batubara
selama
periode
tersebut,
pertumbuhan bergerak diantara 5% sampai dengan 15% yang berarti mayoritas berada diatas pertumbuhan ekonomi nasional (Grafik 4.1) PDRB Kaltim
PDRB Kaltim non Migas
PDB Nasional
30 25 20 15 10 5 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
(5) 2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Grafik B1.1 Pertumbuhan Kaltim-Migas-Nasional Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan Stata versi 10 menggunakan panel data 9 sektor selama tahun 2002–2008, hasil yang didapatkan (Tabel 5.1) faktor produksi (kapital dan tenaga kerja) memberikan kontribusi positif pada output. Dengan melihat t-ratio keduanya, faktor kapital memberikan kontribusi yang signifikan pada α 5%, sedangkan faktor tenaga kerja tidak signifikan. Koefisien kapital memiliki nilai 0.79 berarti penambahan 1% kapital akan meningkatkan output sebesar 0.79%. Kontribusi pengaruh kapital yang tinggi diduga disebabkan oleh dominasi sektor pertambangan dan industri pengolahan yang sifatnya padat modal dalam struktur perekonomian Kaltim.
18
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Tabel B1.1 Hasil Pengolahan Data Panel dengan Stata 10
Hasil pengolahan data juga mencatatkan nilai efisiensi dari masing-masing sektor sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.2. Sektor pertambangan dan industri pengolahan memiliki nilai efisiensi yang paling tinggi dibandingkan sektor lainnya. Selanjutnya adalah sektor bangunan dan perdagangan yang berada di peringkat ketiga dan keempat. 1 0.9 0.8
Pertanian
0.7
Pertambangan Industri Pengolahan
0.6
Listrik, Gas, Air Bersih
0.5
Bangunan
0.4
Perdagangan, Hotel
0.3
Angkutan, Komunikasi
0.2
Keuangan
0.1
Jasa
0 2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Grafik B1.2 Efisiensi Sektoral Hasil Running Stata v.10 Sektor pertambangan dan industri pengolahan (didominasi industri pengolahan migas) memiliki nilai efisiensi yang tinggi karena dalam perekonomian Kalimantan Timur disebabkan sektor ini menghasilkan output yang sangat besar. Besarnya output pada kedua sektor ini disebabkan semakin meningkatnya perekonomian dunia terutama di beberapa negara berkembang di Asia seperti China, Korea Selatan, dan India, yang berimplikasi terhadap kenaikan permintaan bahan baku energi seperti minyak, gas, dan batubara. Dari sisi input sektor-sektor tersebut menggunakan input yang relatif kecil khususnya input tenaga kerja karena kedua sektro tersebut merupakan sektor yang padat modal. Selain itu kebanyakan pertambangan batubara di Kaltim saat ini masih berupa pertambangan terbuka sehingga modal yang diperlukan untuk kegiatan eksplorasi juga belum terlalu besar dibandingkan dengan pertambangan tertutup.
19
Perkembangan Ekonomi M akro Regional
Hasil Analisis Siklus Bisnis Siklus pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur secara keseluruhan memiliki periode fase ekspansi yang lebih lama dibandingkan fase kontraksinya yaitu secara rata-rata selama 16 bulan dibanding 9 bulan fase kontraksi. Fase ekspansi perekonomian terjadi pada bulan Januari 2003 sampai dengan Maret 2005 selama 26 bulan, pada bulan Desember 2005 sampai dengan Oktober 2006 selama 10 bulan, dan pada bulan Maret 2007 sampai dengan April 2008 selama 13 bulan (Tabel 5.3).
Grafik B1.3 Growth cycle Perekonomian Kalimantan Timur Tabel B1.2 Data Growth cycle Perekonomian Kalimantan Timur Fase/Siklus Ekspansi
Titik Balik (Periode) Trough
Peak
Jan-03
Mar-05
Kontraksi
Mar-05
Cycle
Jan-03
Ekspansi
Des-05
Kontraksi Des-05
Ekspansi
Mar-07
Kontraksi Cycle
Fase
Des-05
Okt-06
9 35 10
Mar-07
5
Mar-07 Apr-08 Apr-08
Mar-07
Cycle
26
Des-05
Okt-06
Cycle
Durasi (Bulan)
Trough
15 13
Apr-09
12
Apr-09
25
Ekspansi
16
Kontraksi
9
Cycle
25
Perekonomian Kalimantan Timur berada pada fase kontraksi pada bulan Maret 2005 sampai dengan Desember 2005 selama 9 bulan, pada bulan Oktober 2006 sampai dengan Maret 2007 selama 5 bulan dan pada bulan April 2008 sampai dengan April 2009 selama 12 bulan. Durasi dari siklus pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur secara keseluruhan mengalami penurunan, hal ini terlihat dari periode ekspansi yang semakin menurun (26 ke 10 ke 13) dan periode kontraksi yang semakin meningkat (9 ke 5 ke 12). Kinerja pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur yang kurang baik ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kondisi prasarana fisik dan nonfisik yang belum dapat mendukung percepatan pembangunan ekonomi daerah. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur mempunyai dua sektor perekonomian
yaitu
sektor
Pertambangan
dan
sektor
Industri
pendorong
Pengolahan.
Sektor
selanjutnya disusul oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restauran (PHR) dan sektor
20
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Pertanian. Keempat sektor utama tersebut mengalami perbaikan yang terlihat pada periode di fase ekspansi semakin panjang dan fase kontraksi yang memendek. Secara keseluruhan, mayoritas growth cycle PDRB Kalimantan Timur relatif membaik dari siklus sebelumnya.
Tabel B1.3 Kompilasi Growth Cycle Sektoral Kaltim Sektor
Durasi Ekspansi
Kontraksi
Cycle
Pertanian
14
15
29
Industri
10
12
21
PHR
17
8
25
Pertambangan
11
13
25
LGA
8
19
41
Jasa
12
16
28
Keuangan
12
18
31
Bangunan
14
19
37
Angkutan
21
37
66
PDRB
23
8
36
Hasil Sinkronisasi seluruh sektor, Growth cycle sektoral yang memiliki kemiripan dengan growth cycle PDRB Kalimantan Timur adalah sektor Pertambangan, Industri Pengolahan, Pertanian dan Perdagangan, Hotel dan Restauran (PHR). Dengan demikian, pertumbuhan keempat sektor ini dapat menjadi program prioritas Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, dari sisi regulasi maupun pembangunan infrastruktur pendukungnya.
Grafik B1.4 Sinkronisasi Sektoral Provinsi Kalimantan Timur Implikasi Kebijakan Perekonomian Kalimantan Timur cukup didominasi oleh sektor pertambangan dan industri pengolahan. Oleh karena itu prioritas utama pemerintah dan investor tentu saja harus diarahkan pada sektor pertambangan dan industri pengolahan, disusul oleh pengembangan sektor pertanian, sektor bangunan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang memiliki prospek yang cukup baik di masa yang akan datang mengingat sektor pertambangan Kalimantan Timur sangat didominasi oleh migas dan batubara yang merupakan unrenewable resources. Diperlukan perhatian khusus untuk mengembangkan sektor-sektor renewable yang memiliki nilai efisiensi dan fase ekspansi masih cukup rendah dengan berbagai kebijakan yang mampu mendorong perluasan usaha dan penambahan investasi pada sektor-sektor tersebut.
21
BAB II
EV A LUA SI PERK EM BA N GA N I N FLA SI
2.1 Gambaran Umum Laju perkembangan perubahan harga barang dan jasa tahunan di Kalimantan Timur pada triwulan IV-2010, yang dihitung dari perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK), tercatat sebesar 7,28% (yoy); lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III-2010 sebesar 7,45% (yoy). Akan tetapi, laju Inflasi Kaltim ini masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan laju inflasi tahunan nasional yang sebesar 6,96% (yoy). Berdasarkan kelompok komoditasnya, laju inflasi tertinggi terjadi pada kelompok komoditas bahan makanan yaitu sebesar 12,99% (yoy); diikuti oleh kelompok komoditas pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 11,92%, dan kelompok komoditas sandang sebesar 7,98%. Sementara kelompok komoditas transportasi, komunikasi dan jasa keuangan merupakan kelompok komoditas yang mengalami tingkat inflasi terendah, yaitu sebesar 1,71% (Tabel 2.1). Kaltim
% (YoY)
Nasional
16 14 12 10 8 6 4 2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2007
2008
2009
2010
Grafik 2.1 Laju Inflasi Kaltim dan Nasional (yoy) Sumber : BPS Kaltim, diolah
Tabel 2.1 Inflasi di Kalimantan Timur Triwulan IV-2010 Inf lasi (Q2-2010)
In f lasi (Q3-2010)
Qt Q
YoY
Qt Q
Yo Y
Qt Q
YoY
BAHAN MAKANAN
0.36
8.33
8.20
13.66
-1.33
12.99
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU
-0.05
8.12
1.55
6.74
1.34
6.26
PERUMAHAN
0.68
3.00
2.02
3.97
1.27
4.88
SANDANG
1.93
7.43
2.46
7.64
2.14
7.98
KESEHATAN
1.02
5.52
1.59
4.91
1.27
5.02
PENDIDIKAN, REKREASI & OLAH RAGA
0.07
9.53
9.52
11.69
1.56
11.92
TRANSPORT & KOMUNIKASI
0.04
1.85
1.02
2.42
0.19
1.71
U M UM
0.39
5.84
3.89
7.45
0.47
7.28
KELOM POK
Inf l asi (Q4-2010)
Sumber : BPS Kaltim, diolah
22
Evaluasi Perkembangan Inf lasi
(% yoy)
Administered
Volatile Foods
Core
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 8 -0 n Ja
8 -0 b e F
8 -0 r a M
8 -0 r p A
8 -0 y a M
8 -0 n Ju
8 -0 l u J
8 -0 g u A
8 -0 p e S
8 -0 t c O
8 -0 v o N
8 -0 c e D
9 -0 n Ja
9 -0 b e F
9 -0 r a M
9 -0 r p A
9 -0 y a M
9 -0 n Ju
9 -0 l u J
9 -0 g u A
9 -0 p e S
9 -0 t c O
9 -0 v o N
9 -0 c e D
0 -1 n Ja
0 -1 b e F
0 -1 r a M
0 -1 r p A
0 -1 y a M
0 -1 n Ju
0 -1 l u J
0 -1 g u A
0 -1 p e S
0 -1 t c O
0 -1 v o N
0 -1 c e D
Grafik 2.2 Disagregasi Inflasi Inti dan Non Inti Kaltim (yoy) Sumber : BPS Kaltim, diolah
Identifikasi awal terhadap peningkatan laju inflasi tahunan di Kaltim menunjukkan bahwa kelompok volatile food mengalami peningkatan yang cukup tinggi pada akhir triwulan IV-2010, dengan laju inflasi secara tahunan 13,02%, relatif sama jika dibandingkan dengan laju inflasi volatile food pada triwulan sebelumnya yang sebesar 13,92% (yoy) (Grafik 2.2). Secara bulanan pergerakan inflasi volatile food pada triwulan IV, dipicu oleh kenaikan inflasi bulanan yang cukup tinggi pada bulan Desember 2010 yang mengalami peningkatan sebesar 1,34%, lebih tinggi dibandingkan kenaikan inflasi pada bulan Oktober (deflasi 3,60%) dan November 2010 (inflasi 0,76%) (Grafik 2.3). Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan harga beras, minyak goreng, semua jenis cabe, bawang merah, bawang putih, kacang-kacangan, sayuran, dan semua jenis ikan. (% mtm)
6
Core
Volatile Foods
Administered
4
2
0
-2
-4
Grafik 2.3 Disagregasi Inflasi Inti dan Non Inti Kaltim (mtm) Sumber : BPS Kaltim, diolah
Berdasarkan kota pembentuk inflasi Kaltim, inflasi tahunan tertinggi pada triwulan laporan terjadi di Tarakan yakni sebesar 7,92% (yoy), diikuti oleh kota Balikpapan dan Samarinda masing-masing sebesar 7,38% (yoy) dan 7,00% (yoy). Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Inflasi Kaltim pada triwulan-IV 2010 dari sisi permintaan dan penawaran, antara lain : Dari sisi permintaan, meningkatnya permintaan masyarakat yang didorong oleh pola konsumsi musiman yang meningkat karena tingginya konsumsi pada perayaan hari
23
Evaluasi Perkembangan Inf lasi
raya natal dan menjelang Tahun Baru 2011 pada triwulan IV-2010. Selain itu juga meningkatnya ekspektasi masyarakat terhadap peningkatan gaji akibat peningkatan UMP/UMK juga menambah tekanan inflasi dari sisi permintaan. Dari sisi penawaran, terbatasnya pasokan beberapa komoditas bahan makanan seperti terutama komoditas beras, bawang merah, dan cabe rawit yang disebabkan oleh gagal panen akibat cuaca dan curah yang tidak menentu, serta banjir yang terjadi di beberapa daerah sentra penghasil komoditas tersebut di Jawa, sehingga menyebabkan meningkatnya harga komoditas tersebut yang sangat tinggi pada triwulan-IV 2010.
2.2 Inflasi Triwulanan (qtq) 2.2.1 Inflasi Triwulanan Kota Samarinda (qtq) Laju perkembangan harga komoditas barang dan jasa triwulanan di Kota Samarinda pada triwulan IV-2010 mencapai 0,75% (qtq), lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi pada triwulan III-2010 yang sebesar 3,28%. Laju inflasi tertinggi tercatat pada kelompok komoditas sandang yaitu sebesar 2,97% (qtq), yang dipengaruhi oleh meningkatnya harga komoditas emas perhiasan; diikuti oleh kelompok komoditas makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (2,34%) karena peningkatan harga tempe dan nasi yang terjadi pada bulan Desember 2010 (Tabel 2.2 dan Tabel 2.3). Sementara itu, kelompok komoditas bahan makanan merupakan kelompok komoditas yang mengalami deflasi yaitu sebesar 0,66% (qtq). Tabel 2.2 Inflasi Triwulanan (qtq) di Kota Samarinda Inf l asi Qt Q (% )
KELOM POK
Q4-0 9
Q1-1 0
Q2-1 0
Q3-10
Q4-10
BAHAN MAKANAN
-0.60
2.98
1.50
7.68
-0.66
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU
1.18
5.13
-0.74
0.88
2.34
PERUMAHAN
0.06
0.87
0.78
2.31
1.04
SANDANG
2.26
1.55
3.03
2.90
2.97
KESEHATAN
0.84
1.38
1.13
2.30
0.93
PENDIDIKAN, REKREASI & OLAH RAGA
0.12
0.51
0.05
2.86
0.23
TRANSPORT & KOMUNIKASI
0.14
0.60
0.07
0.88
0.03
UM U M
0.29
2.07
0.74
3.28
0.75
Sumber : BPS Kaltim, diolah
Tabel 2.3 Andil Inflasi Tertinggi per Komoditas Kota Samarinda OCT OBER KOMODITI
NOVE MBER ANDIL
KOMODITI
DE SEMBER ANDIL
KOMODITI
ANDIL
BAWANG MER AH
0.11
LAYANG
0.15
BER AS
0.31
EMAS PERHIASAN
0.08
BA WA NG MERA H
0.14
TEMPE
0.11
SEWA RUMA H
0.08
UDANG BAS AH
0.09
SEWA RUMAH
0.09
ROKOK KR ETEK FILTER
0.07
BERA S
0.08
EMAS PERHIASAN
0.08
BERAS
0.05
GAB US
0.06
NASI
0.08
GULA PASIR
0.03
TOMA T SAYUR
0.04
MINYA K GOR ENG
0.07
MINYAK GOR ENG
0.03
EMA S PERHIASAN
0.04
CABE R AWIT
0.05
ROKOK KR ETEK
0.03
JAGUNG MANIS
0.03
KELA PA
0.04
SHAMP O
0.02
KA CANG P ANJANG
0.02
AIR K EMASAN
0.03
KANGKUNG
0.02
BA NDENG
0.02
PATIN
0.03
Sumber : BPS Kaltim, diolah
24
Evaluasi Perkembangan Inf lasi
2.2.2 Inflasi Triwulanan Kota Balikpapan (qtq) Laju inflasi triwulanan di Kota Balikpapan pada triwulan IV-2010 tercatat mengalami deflasi sebesar 0,21% (qtq), berbeda arah jika dibandingkan dengan triwulan III-2010 yang sebesar 4,14%. Kelompok komoditas yang mengalami peningkatan laju inflasi tertinggi adalah kelompok komoditas sandang yaitu sebesar 1,11%
(qtq)
karena
kenaikan emas
perhiasan. Selanjutnya,
sub
kelompok
komoditas kesehatan, kelompok transportasi dan komunikasi, serta kelompok komoditas makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau memiliki peningkatan inflasi masing-masing sebesar 0,84%, 0,58%, dan 0,56% (qtq), sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.4 dan Tabel 2.5. Tabel 2.4 Inflasi Triwulanan (qtq) di Kota Balikpapan Inf l asi Qt Q (% )
KELOM POK
Q4-09
Q1-10
Q2-10
Q3-1 0
Q4-10
BAHAN MAKANAN
-2.12
8.24
2.01
7.73
-2.02
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU
2.37
1.47
0.46
1.26
0.56
PERUMAHAN
0.71
0.62
0.51
1.61
0.17
SANDANG
0.56
0.59
0.64
2.50
1.11
KESEHATAN
1.22
0.80
0.15
0.42
0.84
PENDIDIKAN, REKREASI & OLAH RAGA
2.64
0.76
0.09
17.59
0.17
TRANSPORT & KOMUNIKASI
2.09
0.35
0.00
1.10
0.58
UM U M
0.69
2.55
0.76
4.14
-0.21
Sumber : BPS Kaltim, diolah
Tabel 2.5 Andil Inflasi Tertinggi per Komoditas Kota Balikpapan OCTOBER KOMODITI
NOVEMBER ANDIL
KOMODITI
DE SEMBER ANDIL
KOMODITI
ANDIL
GULA PAS IR
0.06
BERA S
0.09
BER AS
0.22
BAWANG MERAH
0.05
LAYANG
0.08
ANGKUTAN UDARA
0.14
MIE
0.04
BAWA NG MERAH
0.03
SANTA N JADI
0.05
TOMAT SAYUR
0.03
UDANG BAS AH
0.02
MINYAK GOR ENG
0.05
MINYA K GOR ENG
0.02
T E H MANIS
0.01
SEWA RUMA H
0.04
SENG
0.01
KETIMUN
0.01
EMAS PERHIASAN
0.04
DAGING AYAM RAS
0.01
CABE RAWIT
0.01
BAWANG MERAH
0.03
KETIMUN
0.01
GULA PASIR
0.01
DAGING AYAM RAS
0.03
KER AMIK
-0. 01
BENSIN
0.01
CABE R AWIT
0.03
KENTANG
-0. 01
KANGK UNG
0.01
BANDENG
0.02
Sumber : BPS Kaltim, diolah
2.2.3 Inflasi Triwulanan Kota Tarakan (qtq) Inflasi triwulanan di Kota Tarakan triwulan IV-2010 mengalami kenaikan 1,47% (qtq), lebih rendah jika dibandingkan dengan laju inflasi pada triwulan III-2010 yang mengalami laju inflasi sebesar 5,23%. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok komoditas pendidikan, rekreasi, dan olahraga yang mencapai 14,17% (qtq) karena meningkatnya tarif akademi/perguruan tinggi (akademi keperawatan), diikuti oleh kelompok komoditas makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (4,68%) yang disebabkan oleh kenaikan harga rokok kretek dan rokok kretek filter di Tarakan. Sementara itu kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar -0.21% (qtq).
25
Evaluasi Perkembangan Inf lasi
Meskipun demikian beberapa
harga komoditas bahan makanan mengalami
kenaikan pada triwulan IV-2010, seperti harga cabe rawit, bawang merah, bawang putih, ikan layang, dan daging ayam ras. Tabel 2.6 Inflasi Triwulanan (qtq) di Kota Tarakan In f l asi Qt Q ( %)
KELOM POK
Q4-09
Q1-10
Q2-10
Q3-10
Q4-10
BAHAN MAKANAN
2.31
6.38
-7.15
11.19
-1.64
MAKANAN JADI, MINUM AN, ROKOK & TEMBAKAU
2.27
2.16
0.93
4.68
0.03
PERUMAHAN
0.69
1.22
0.87
2.18
5.35
SANDANG
3.70
1.77
1.31
0.64
1.72
KESEHATAN
2.24
0.51
3.06
2.21
3.59
PENDIDIKAN, REKREASI & OLAH RAGA
0.63
-0.25
0.09
-0.21
14.17
TRANSPORT & KOMUNIKASI
-0.03
0.25
0.07
1.29
-0.44
UM U M
1.66
2.89
-1.77
5.23
1.47
Sumber : BPS Kaltim, diolah
Tabel 2.7 Andil Inflasi Tertinggi per Komoditas Kota Tarakan OCT OBER KOMODITI
NOVEMBER ANDIL
KOMODITI
DESEMBER ANDIL
KOMODITI
ANDIL
BER AS
0.16
SEWA RUMAH
1.14
BIAYA JAR INGAN SAL TV
0.43
BAHAN BAKAR RMH TANGGA
0.09
AKADEMI/PT
0.07
BERAS
0.41
RAWON
0.08
BAWANG MERAH
0.06
BAWANG PUTIH
0.23
LEMARI PAKAIAN
0.04
BAWANG PUTIH
0.05
BAWANG MERAH
0.15
DOKTER UMUM
0.04
UDANG BASAH
0.05
CABE RAWIT
0.13
PISANG
0.03
BERAS
0.03
KANGKUNG
0.12
CABE RAWIT
0.03
BATU BATA/BATU TELA
0.02
MINYAK GORENG
0.11
CABE MERAH
0.02
KULKAS/LEMARI ES
0.01
BAYAM
0.07
EMAS PERHIASAN
0.02
BISKUIT
0.01
RAWON
0.07
DOKTER SPESIALIS
0.01
EMAS PERHIASAN
0.01
EMAS PERHIASAN
0.07
Sumber : BPS Kaltim, diolah
2.3 Inflasi Tahunan (yoy) 2.3.1 Inflasi Tahunan Kota Samarinda Laju inflasi Kota Samarinda secara tahunan pada triwulan IV-2010 tercatat sebesar 7,00% (yoy), atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan laju inflasi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 6,51%. Kelompok komoditas dengan laju inflasi terbesar adalah kelompok komoditas bahan makanan (11,81%), diikuti kelompok komoditas sandang yaitu sebesar 10,86, diikuti oleh kelompok komoditas makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (7,74%). Laju inflasi pada bahan makanan dipengaruhi oleh meningkatnya harga beras, bumbu-bumbuan dan sayuran yang disebabkan pergeseran musim panen padi, serta gagal panen pada komoditas sayuran/tanaman holtikultura dan bumbu-bumbuan yang terjadi pada beberapa sentra penghasil akibat cuaca yang kurang baik pada triwulan IV-2010. Sementara itu, inflasi tahunan terendah terjadi pada kelompok komoditas transportasi, komunikasi dan jasa keuangan, serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga masing-masing sebesar 1,59% dan 3,68%.
26
Evaluasi Perkembangan Inf lasi
Tabel 2.8 Inflasi Tahunan Kota Samarinda Menurut Kelompok Barang & Jasa KELOM POK
In f l asi Yo Y ( % ) Q4-09
Q1-10
Q2-10
Q3-10
Q4-10
BAHAN MAKANAN
5.97
6.52
7.66
11.88
11.81
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU
7.57
9.86
7.95
6.52
7.74
PERUMAHAN
4.67
2.15
2.20
4.07
5.09
SANDANG
5.54
4.48
9.87
10.09
10.86
KESEHATAN
6.64
6.13
7.25
5.77
5.87
PENDIDIKAN, REKREASI & OLAH RAGA
1.35
2.24
1.21
3.57
3.68
TRANSPORT & KOMUNIKASI
-2.99
1.47
1.21
1.70
1.59
UM U M
4.06
4.65
4.99
6.51
7.00
Sumber : BPS Kaltim, diolah
2.3.2 Inflasi Tahunan Kota Balikpapan Laju inflasi tahunan di Kota Balikpapan pada triwulan laporan mencapai 7,38% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada triwulan III-2010 yang mencapai 8,35%. Laju inflasi tahunan Kota Balikpapan ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi tahunan nasional sebesar 6,96%. Laju inflasi tertinggi di kota ini tercatat terjadi pada kelompok komoditas pendidikan, rekreasi dan olahraga yaitu sebesar 18,79% (yoy), yang dipengaruhi oleh meningkatnya biaya pendidikan pada tahun ajaran baru 2010. Kelompok komoditas lainnya yang juga memiliki tingkat inflasi yang cukup tinggi pada triwulan IV-2010 adalah kelompok komoditas bahan makanan (16,54%). Sementara itu, inflasi terendah terjadi pada kelompok komoditas transportasi dan komunikasi, yaitu sebesar 2,04%. Tabel 2.9 Inflasi tahunan Kota Balikpapan menurut Kelompok Barang & Jasa KELOM POK
In f lasi Yo Y (% ) Q4-09
Q1-10
Q2-10
Q3-10
Q4-10
BAHAN MAKANAN
-3.06
5.81
9.46
16.42
16.54
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU
9.92
8.48
7.03
5.67
3.80
PERUMAHAN
5.08
4.55
3.85
3.50
2.94
SANDANG
3.22
1.97
3.35
4.35
4.92
KESEHATAN
3.07
3.02
2.60
2.61
2.22
PENDIDIKAN, REKREASI & OLAH RAGA
19.80
20.80
20.53
21.72
18.79
TRANSPORT & KOMUNIKASI
-1.55
3.23
3.21
3.57
2.04
UM U M
3.60
6.21
6.70
8.35
7.38
Sumber : BPS Kaltim, diolah
2.3.3 Inflasi Tahunan Kota Tarakan Laju inflasi tahunan di Kota Tarakan pada triwulan IV-2010 mencapai 7,92% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan dengan laju inflasi tahunan pada triwulan III-2010 yang sebesar 8,12%. Berdasarkan kelompok komoditasnya, kelompok komoditas pendidikan, rekreasi, dan olahraga merupakan kelompok komoditas dengan laju inflasi tertinggi yaitu sebesar 13,76% (yoy); diikuti oleh kelompok komoditas perumahan (9,91%). Faktor pendorong meningkatnya inflasi di Kota Tarakan secara tahunan masih dipengaruhi oleh ketergantungan yang tinggi terhadap suplai kebutuhan dari luar
27
Evaluasi Perkembangan Inf lasi
beberapa barang kebutuhan yang sulit dipenuhi dan tingkat permintaan yang semakin meningkat. Sementara inflasi terendah terjadi pada kelompok komoditas transportasi dan komunikasi yaitu sebesar 1,16% (yoy). Tabel 2.10 Inflasi tahunan Kota Tarakan menurut Kelompok Barang & Jasa Inf l asi YoY (% )
KELOM POK
Q4-09
Q1-10
Q2-10
Q3-10
Q4-10
BAHAN M AKANAN
9.89
14.69
7.57
12.37
8.03
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU
15.93
18.04
11.85
10.38
7.96
PERUMAHAN
2.64
3.58
3.48
5.04
9.91
SANDANG
10.62
7.33
9.82
7.60
5.54
KESEHATAN
6.72
7.18
7.52
8.25
9.67
PENDIDIKAN, REKREASI & OLAH RAGA
3.51
3.26
1.12
0.27
13.76
TRANSPORT & KOMUNIKASI
-3.28
1.11
0.21
1.58
1.16
UM U M
7.21
9.73
6.37
8.12
7.92
Sumber : BPS Kaltim, diolah
Apabila dilihat inflasi tahun kalender (Tabel 2.7) sampai dengan triwulan IV tahun 2010 inflasi kumulatif Kaltim sekaligus inflasi tahunan Kaltim mencapai 7,28%, lebih tinggi dari inflasi kumulatif/inflasi tahunan di 2009 (4,31%). Dibandingkan dengan inflasi kumulatif nasional sampai dengan triwulan IV tahun 2010 yang tercatat 6,96 (ytd), inflasi kumulatif Kaltim juga lebih tinggi. Dari ketiga kota di Kaltim, Kota Tarakan memiliki laju inflasi tertinggi di 2010 yaitu 7,92%, diikuti oleh laju inflasi Balikpapan (7,38%), dan Samarinda (7,00%). Tabel 2.11 Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Nasional, Kaltim, dan Kota INFLASI KALENDER JANUARI-DESEMBER TAHUN Smr
Bpp
Trk
Kaltim
Nasional
2006
6.50
5.52
-
6.04
6.60
2007
9.18
7.27
-
8.30
6.59
2008
12.69
11.30
19.85
13.06
11.06
2009
4.06
3.60
7.21
4.31
2.78
2010
7.00
7.38
7.92
7.28
6.96
Sumber : BPS Kaltim, diolah
Komoditas yang memiliki andil inflasi terbesar selama 2010 di tiga kota di Kalimantan Timur mayoritas berasal dari kelompok komoditas bahan makanan diantaranya komdoitas beras, minyak goreng, bawang merah, bawang putih, berbagai jenis sayuran dan berbagai jenis ikan. Mayoritas faktor penyebab kenaikan harga berbagai komododitas tersebut adalah keterbatasan jumlah stock yang disebabkan oleh faktor cuaca yang menyebabkan gagal panen/berkurangnya jumlah produktifitas petani. Selain bahan makanan, kelompok lain yang memiliki andil inflasi cukup besar selama tahun 2010 adalah kelompok sandang yang berasal dari peningkatan harga komoditas emas perhiasan, serta dari kelompok perumahan yang disebabkan oleh kenaikan harga sewa rumah akibat kenaikan tarif dasar listrik pada bulan Juli 2010.
28
Evaluasi Perkembangan Inf lasi
Tabel 2.12 Daftar Komoditas dengan Andil Inflasi Terbesar TARAKAN
BALIKPAPAN
SAMARINDA
BERAS
BERAS
BERAS
IKAN LAYANG
IKAN LAYANG
EMAS PERHIASAN
CABE RAWIT
GULA PASIR
IKAN GABUS
BAWANG MERAH
CABE RAWIT
SEWA RUMAH
BAWANG PUTIH
DAGING AYAM RAS
DAGING AYAM RAS
EMAS PERHIASAN
BAWANG MERAH
BAWANG MERAH
ROKOK KRETEK FILTER
TOMAT SAYUR
TOMAT SAYUR
IKAN KEMBUNG
KETIMUN
JAGUNG MANIS
BANDENG
BAWANG PUTIH
CABE RAWIT
CABE MERAH, KANGKUNG
TONGKOL, UDANG BASAH, BANDENG
BAWANG PUTIH, CABE MERAH, LAYANG
: Muncul 5x atau lebih sebagai andil inflasi terbesar per bulan selama 2010 : Muncul 4x sebagai andil inflasi terbesar per bulan selama 2010 : Muncul 3x sebagai andil inflasi terbesar per bulan selama 2010
29
Evaluasi Perkembangan Inf lasi
Boks 2. PERSISTENSI INFLASI KOTA SAMARINDA
Latar Belakang Persistensi inflasi adalah kecepatan tingkat inflasi untuk kembali ke tingkat keseimbangannya semula setelah timbulnya shock atau goncangan terhadap barang tersebut. Persistensi inflasi ini menjadi penting artinya untuk dipelajari secara lebih lanjut karena besarnya manfaat yang diperoleh dalam pencapaian target inflasi yang rendah dan stabil. Inflasi dengan tingkat persistensi barang yang tinggi akan menyulitkan upaya otoritas moneter dalam mencapai target inflasi yang diharapkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya preventif dan antisipatif terhadap perubahan perilaku inflasi yang terjadi baik yang timbul akibat perubahan substansial maupun akibat terjadinya shock dalam perekonomian. Shock yang terjadi dalam perekonomian dengan tingkat persistensi inflasi yang tinggi akan membutuhkan
waktu
yang
lama
dan
biaya
moneter
yang
besar
dalam
upaya
mengembalikan tingkat inflasi pada level yang diharapkan. Secara umum salah satu tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengukur tingkat persistensi inflasi di kota Samarinda. Persistensi inflasi dapat didefinisikan sebagai kecepatan tingkat inflasi untuk kembali ketingkat equilibriumnya setelah timbulnya suatu shock. Derajat persistensi yang tinggi menunjukkan lambatnya tingkat inflasi untuk kembali ke tingkat alamiahnya. Sebaliknya derajat persistensi yang rendah menunjukkan cepatnya tingkat inflasi untuk kembali ke tingkat alamiahnya (baseline) setelah terjadinya shock.
Pengukuran Tingkat Persistensi Inflasi 1) Autoregressive model Sejalan
dengan
arah
penelitian
yang
lebih
difokuskan
pada
proses
pembentukan inflasi, penelitian ini akan menggunakan metode yang lazim digunakan untuk mengestimasi persistensi inflasi, dengan melihat proses univariate autoregressive (AR) time series model. Marques (2004), menyatakan bahwa model AR merupakan pengukur persistensi inflasi yang cukup baik, serta berkaitan langsung dengan koefisien mean reversion sebagai alternatif pengukuran tingkat persistensi inflasi sebagaimana dijabarkan :
K
t j tj t j1
t
: tingkat inflasi bulanan pada saat t
: konstanta hasil proses estimasi
K j j 1
: jumlah koefisien AR
t
: random error term
Tingkat persistensi inflasi dihitung dengan menjumlahkan koefisien AR. Persistensi inflasi dikatakan tinggi apabila tingkat inflasi saat ini sangat dipengaruhi oleh nilai lag-nya, sehingga koefisiennya mendekati 1. Dalam hal ini, inflasi dikatakan mendekati unit root process. Untuk memperoleh hasil estimasi , di
30
Evaluasi Perkembangan Inf lasi
setiap series inflasi perlu ditentukan jumlah lag variable dependen yang sesuai. Dalam penentuannya, akan digunakan Akaike Information Criterion(AIC). Dalam mengukur persistensi dengan AR model, dapat dipertimbangkan pula persamaan ekuivalen berikut (Levin dan Piger, 2004): K 1
t t 1 j t j t j 1
Dimana parameter dinamik
j
merupakan transformasi sederhana dari koefisien
AR dari persamaan (1).
2) Metode Rolling Regression dan Bootstrap Untuk subsample dengan jumlah cukup banyak, teknik estimasi fungsi regresi dengan hanya menggunakan penjumlahan autoregressive menjadi tidak efisien lagi. Untuk menjawab kebutuhan ini, diperlukan suatu teknik regresi yang disebut sebagai regresi bergulir (rolling regression). Ide dasar dari rolling regression adalah ingin mengetahui stabilitas parameter estimasi (dalam hal ini adalah koefisien estimasi persistensi inflasi) untuk subsample (periode waktu) yang berbeda
selama
periode
observasi.
Dengan
menggunakan
metode
roolling
regression, kita dapat mengetahui stabilitas parameter estimasi untuk subsample yang berbeda (Indra, 2010). Kemudian untuk melengkapi uji kestabilan di atas, dilakukan juga uji robustness melalui bootstrapping, yaitu metode berbasis resampling
data
sampel
dengan
syarat
pengembalian
pada
data
dalam
menyelesaikan statistic ukuran suatu sampel dengan harapan sampel tersebut mewakili data populasi sebenarnya.
Gambaran Umum Inflasi Kota Samarinda Berdasarkan data historis, inflasi kota Samarinda selalu memiliki kecenderungan berada dalam level yang tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata inflasi bulanan pada periode tahun 2000 sampai dengan bulan Juli tahun 2010 yang mencapai 0,75%(mtm) dan inflasi tahunan pada periode yang sama sebesar 9,04%(yoy). Sementara itu tingkat fluktuasi inflasi bulanan dan inflasi tahunan menunjukkan level yang tinggi tercermin dari nilai standar deviasi masing-masing sebesar 0,99(mtm) dan 3,78(yoy). Berdasarkan kelompok barang, inflasi paling besar disumbangkan oleh kelompok bahan makanan, diikuti oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang masing-masing memberikan sumbangan rata-rata sebesar 7,78% dan 2,32% (Grafik 4.4). Sementara itu, berdasarkan disagregasinya, inflasi volatile food memiliki tingkat fluktuasi yang lebih tinggi dibandingkan administered price dan core inflation.
31
Evaluasi Perkembangan Inf lasi
Persistensi Inflasi Secara Umum & Menurut Kelompok Barang Dari hasil estimasi seluruh sampel pengamatan/observasi dalam kurun periode Januari 2000 sampai dengan Juli 2010
dengan menggunakan pendekatan Autoregressive
(AR), tingkat persistensi inflasi di kota Samarinda mencapai 0,772. Sementara itu, hasil perhitungan derajat persistensi inflasi pada tujuh kelompok komoditas menunjukkan persistensi inflasi yang tinggi pada kelompok transportasi dan komunikasi, dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga dengan derajat persistensi mencapai 0,905 dan 0,895. Tabel B2.1 Parameter Persistensi Inflasi Menurut Kelompok Komoditas Rolling Bootsrap Std Dev Regress
Mean
Waktu Untuk Kembali ke Kesimbangan
0.7724
0.7256
0.7507
3.78
9.04
3.39
V
Bahan Makanan
0.8095
0.8066
0.8357
6.56
9.04
4.25
Makanan Jadi, Minuman, Rokok
0.8763
0.8448
0.8645
4.08
11.23
7.08
Perumahan, Listrik, Air Minum
0.8673
0.8230
0.8503
4.08
9.12
Sandang
0.7763
0.7174
0.7806
4.13
7.41
Kesehatan
0.8406
0.8661
0.8338
3.60
Pendidikan, Rekreasi, Olahraga
0.8950
0.7902
0.8850
Transportasi dan Komunikasi
0.9053
0.8446
0.9028
KOMODITAS
Umum
OLS
White Noise
Uji Stab
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
6.54
V
V
X
V
3.47
V
V
V
V
6.98
5.27
V
X
V
V
5.32
8.36
8.52
V
V
V
V
9.16
7.76
9.56
V
V
V
V
Autokol Heteros
Per Kelompok Komoditi
Tingginya derajat persistensi inflasi pada beberapa kelompok komoditas yaitu kelompok komoditas transportasi dan komunikasi, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga, dan kelompok makanan jadi terkait dengan perubahan harga pada ketiga kelompok komoditas tersebut tidak sering terjadi (tidak fluktuatif) yang tercermin dari nilai standar deviasi pada tiga kelompok komoditas tersebut yang lebih rendah bila dibandingkan kelompok komoditas lainnya. Selain itu, karakteristik komoditas dalam kelompok dimaksud diantaranya ada yang merupakan komoditas administered price atau komoditas yang harganya ditentukan oleh pemerintah sehingga tidak terlalu sering terjadi perubahan harga. Namun demikian, karakter komoditas administered price yang bersifat strategis bagi masyarakat cenderung cukup signifikan memberikan efek multiplier terhadap komoditas lainnya, melalui jalur ekspektasi masyarakat yang menjadikan informasi kenaikan harga pada komoditas administered price sebagai acuan masyarakat dalam memandang tingkat kenaikan harga yang akan terjadi pada komoditas lainnya. Waktu yang dibutuhkan oleh masing–masing kelompok komoditas untuk menyerap 50% shock yang terjadi sebelum kembali pada inflasi rata-rata (nilai keseimbangan) setelah terjadi shock atau gangguan pada tingkat harga tercermin oleh ke-3 kelompok komoditas dengan persistensi tertinggi dalam menyerap 50% shock berada dalam kisaran waktu 7-10 bulan, sementara sisanya akan diserap secara gradual dan semakin menurun hingga akhirnya dampak kejutan tersebut mengecil dan mendekati nol.
32
Evaluasi Perkembangan Inf lasi
Persistensi Berdasarkan Disagregasi Inflasi Kota Samarinda Pengukuran derajat persistensi inflasi selain dilakukan untuk kelompok komoditas, juga dilakukan pengukuran dan analisa persistensi inflasi berdasarkan disagregasi inflasi yang tercermin pada tabel di bawah ini. Tabel B2.2 Parameter Persistensi Inflasi Menurut Disagregasi KOMODITAS
OLS
Waktu Untuk Kembali ke Autokol Heteros Kesimbangan
Rolling Bootsrap Std Dev Regress
Mean
2.48
7.32
6.40
V
White Noise
Uji Stab
V
V
V
Per Komponen Disagregasi Core Inflation
0.8649
0.7136
0.872
Volatile Food
0.5709
0.5003
0.6335
5.92
10.79
1.33
V
V
V
V
Administered Price
0.8969
0.6827
0.8767
10.47
11.30
8.70
V
V
V
V
Hasil perhitungan derajat persistensi inflasi berdasarkan disagregasi inflasi terlihat bahwa derajat persistensi inflasi pada kelompok volatile food sebesar 0,570,
cenderung lebih
rendah dibandingkan dengan kelompok inflasi inti dan kelompok administered price dengan derajat persistensi yang masing-masing sebesar 0,864 dan 0,896. Komoditas-komoditas volatile food di kota Samarinda sebagian besar dipasok dari luar Kaltim seperti beras, minyak goreng, bawang merah, cabe, daging sapi, dan sebagainya sehingga perubahan harga yang terjadi pada komoditas-komoditas tersebut sangat ditentukan oleh kondisi dan situasi di daerah sumber pasokan, faktor distribusi, sarana infrastruktur khususnya infrastruktur transportasi dan penunjangnya dan faktor cuaca yang turut menentukan. Sementara itu untuk komoditas volatile food yang di suplai dari Kaltim sendiri seperti ikan layang dan kembung (ikan laut) juga menunjukkan tingkat persistensi yang tinggi sebagai akibat dari rantai distribusi yang panjang sehingga menyebabkan harga komoditas ikan tersebut cenderung selalu dalam level yang cukup tinggi. Selanjutnya tingginya derajat persistensi pada kelompok administered price memberikan konfirmasi bahwa sifat perubahan harga pada kelompok komoditas ini hanya dapat ditentukan oleh kebijakan pemerintah saja dan tidak berfluktuatif. Namun demikian, dampak yang ditimbulkan oleh tingginya persistensi pada administered price secara langsung maupun tidak langsung berpotensi tinggi dalam pembentukan ekspektasi inflasi masyarakat atas komoditas–komoditas lainnya.
Persistensi inflasi Berdasarkan Komoditas Terpilih Dalam rangka mendalami karakteristik inflasi di kota Samarinda maka perhitungan persistensi inflasi tidak hanya dilakukan pada inflasi umum, kelompok komoditas dan disagregasi inflasi, namun juga diperlukan informasi mengenai karakteristik persistensi inflasi pada tingkatan komoditas. Dalam penelitian ini dipilih 31 (tiga puluh satu) komoditas yang memberikan sumbangan yang mencapai sebesar 54,15% dari inflasi di kota Samarinda. Komoditas–komoditas tersebut antara lain : beras, minyak goreng, rokok kretek filter, sewa rumah, minyak tanah, tarif listrik dan sebagainya.
33
Evaluasi Perkembangan Inf lasi
Diperoleh hasil mayoritas komoditas memiliki derajat persistensi inflasi berada diatas tingkat persistensi inflasi umum yang mencapai 0,7724. Beberapa komoditas yang memiliki tingkat persistensi di bawah inflasi umum merupakan beberapa komoditas yang terdapat pada kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi, antara lain daging ayam ras, ikan layang, ikan tongkol, cabe rawit, nasi, gula pasir dan rokok kretek. Waktu tertinggi yang dibutuhkan untuk menyerap 50% shock terdapat pada komoditas minyak goreng, emas dan tarif listrik yaitu masing-masing 16,7 bulan, 27,3 bulan dan 28,6 bulan. Tabel B2.3 Parameter Inflasi Menurut Kelompok Komoditas Terpilih KOMODITAS
OLS
Rolling Regression
Bootstrap
Inflasi YOY Rata-rata
Std Dev
Waktu Kembali ke Rata-rata Keseimbangan
Bahan Makanan 10101
Beras
0.8964
0.8862
0.8984
9.47
11.59
8.7
10209
Daging Ayam Ras
0.6485
0.5707
0.6620
6.28
13.67
1.8
10216
Daging Sapi
0.8566
0.5199
0.8618
9.86
4.97
6.0
10346
Layang
0.7698
0.5735
0.7651
10.51
26.13
3.3
10381
Tongkol
0.6926
0.7409
0.6579
11.88
16.61
2.3
10515
Telur Ayam Ras
0.8389
0.5934
0.8348
3.84
11.40
5.2
10904
Bawang Putih
0.8425
0.8655
0.8560
15.31
28.27
5.3
10930
Cabe Rawit
0.7149
0.7101
0.7284
29.53
32.17
2.5
11004
Minyak Goreng
0.9435
0.8649
0.9460
23.62
21.46
16.7
Makanan Jadi, Minuman, Rokok, Tembakau 20121
Ikan Bakar
0.7819
0.7499
0.7844
19.87
15.60
3.6
20130
Kue Basah
0.8913
0.8834
0.8834
10.23
16.17
8.2
20133
Snack
0.8552
0.7381
0.8237
6.47
6.75
5.9
20138
Nasi
0.7633
0.5319
0.7664
6.98
5.37
3.2
20206
Gula Pasir
0.7261
0.6771
0.7148
11.10
13.79
2.7
20310
Rokok Kretek
0.7405
0.5574
0.7894
18.20
11.59
2.9
20311
Rokok Kretek Filter
0.8910
0.8659
0.8815
14.22
9.47
8.2
20312
Rokok Putih
0.8315
0.5778
0.8357
14.37
8.30
4.9
Perumahan, Listrik, Air Minum 30154
Sewa Rumah
0.7979
0.4525
0.8229
8.92
8.66
3.9
30159
Tukang Bukan Mandor
0.8400
0.5807
0.8546
13.40
7.26
5.3
30216
Minyak Tanah
0.7958
0.8279
0.8075
31.24
50.35
3.9
30216
Kontrak Rumah
0.9156
0.5701
0.9201
9.21
6.58
10.8
30221
Tarip Listrik
0.9662
0.8224
0.9642
15.21
20.45
28.6
0.9647
0.7714
0.9984
18.89
22.19
27.3
0.8314
0.5446
0.7404
13.11
37.24
4.9
Sandang 40405
Emas Kesehatan
50109
Tarif Rumah Sakit
Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 60103
SLTP
0.9226
0.9226
0.9314
29.28
21.83
11.9
60104
SLTA
0.9292
0.8660
0.9353
20.81
20.30
13.1
60105
Akademi/Perguruan Tinggi
0.9325
0.8746
0.9497
4.44
3.21
13.8
Transportasi dan Komunikasi 70103
Angkutan Dalam Kota
0.8561
0.8410
0.8656
20.46
28.24
5.9
70108
Bensin
0.8469
0.6027
0.8769
23.75
37.34
5.5
70119
Sepeda Motor
0.8140
0.5807
0.8096
3.31
4.70
4.4
70208
Tarif Telepon
0.8307
0.7932
0.8296
7.21
12.29
4.9
34
Evaluasi Perkembangan Inf lasi
Untuk mempermudah proses analisa hasil pengukuran derajat persistensi inflasi pada tingkat komoditas, maka dilakukan pengelompokan/mapping dari 31 komoditas terpilih dengan kriteria berdasarkan atas nilai derajat persistensi inflasi dan nilai rata-rata andil inflasi tahunan dari masing-masing komoditas. Mapping ini menggunakan treshold derajat persistensi inflasi umum (2000:01–2008:05) dengan nilai sebesar 0,7724 (membutuhkan waktu 3,4 bulan untuk menyerap 50% shock) dan andil inflasi secara prosentase diatas 1,5% terhadap inflasi secara umum. Tabel B2.4 Mapping Komoditas Berdasakan Tingkat Persistensi dan Andil Inflasi KEL
MAPPING
KOMODITAS
I
Persistensi Tinggi – Andil Tinggi
Beras, Minyak Goreng, Rokok Kretek Filter, Tarif Listrik, Sewa Rumah, Kontrak Rumah, Minyak Tanah, Angkutan Dalam Kota, Bensin, Sepeda Motor, Tarif Telepon
II
Persistensi Tinggi – Andil Rendah
Tarif Rumah Sakit, Rokok Putih, Telur Ayam Ras, Tukang Bukan Mandor, Bawang Putih, Snack, Daging Sapi, Kue Basah, SLTP, SLTA, Akademi/PT, Emas, Ikan Bakar
III
Persistensi Rendah – Andil Tinggi
Daging Ayam Ras, Gula Pasir, Nasi
IV
Persistensi Rendah –Andil Rendah
Tongkol, Layang, Cabe Rawit, Ikan Bakar
Hasil pengelompokan 31 komoditas terpilih menunjukkan hasil bahwa terdapat 4 kelompok komoditas dengan menggunakan kriteria derajat persistensi inflasi dan nilai ratarata inflasi tahunan. Kelompok I merupakan kelompok komoditas yang harus menjadi perhatian karena merupakan kelompok dengan tingkat persistensi inflasi yang berada diatas level persistensi inflasi umum dan tingkat rata-rata andil inflasi tahunannya yang secara prosentase diatas 1,5%. Adapun komoditas yang termasuk dalam ketegori tersebut adalah komoditas beras, minyak goreng, rokok kretek filter, tarif listrik, sewa rumah, kontrak rumah, minyak tanah, angkutan dalam kota, bensin, sepeda motor, dan tarif telepon. Komoditas bahan makanan yang memiliki tingkat persistensi sangat tinggi pada kelompok ini adalah komoditas minyak goreng dengan tingkat persistensi inflasi mencapai 0,9435. Tingginya nilai persistensi inflasi dan andil inflasi tahunan rata-rata komoditas minyak goreng yang termasuk dalam kelompok volatile food
ini disebabkan oleh fluktuasi harga
yang terjadi pada komoditas ini cenderung rigid (dalam koridor yang sempit) dengan tingkat harga yang cenderung selalu berada dalam level yang tinggi sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk kembali pada tingkat rata-rata/keseimbangan.
35
BAB III
PERKEM BA NGA N PERBA NKA N DA ERA H
3.1. Gambaran Umum Kinerja kegiatan usaha perbankan di Kaltim pada triwulan IV-2010 secara umum masih menunjukkan peningkatan baik secara triwulanan (qtq) maupun secara tahunan (yoy). Hal ini tercermin dari pertumbuhan positif yang dialami sebagian besar indikator utama kegiatan usaha perbankan meliputi aset, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dan penyaluran kredit perbankan.
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
0%
10%
10%
20%
30%
40% Nasional
3.56% Aset -0.30%
17.07%
Nasional
Aset
Kaltim
14.47%
Kaltim
16.62%
3.18%
DPK
DPK
14.21%
1.11%
22.11%
2.85%
Kred it
Kred it 8.46%
30.25% (Pertumbuhan yoy)
(Pertumbuhan qtq)
Grafik 3.1 Kinerja triwulanan Kegiatan Usaha Perbankan Kaltim dan Nasional (qtq) Sumber: LBU Bank Indonesia
Grafik 3.2 Kinerja tahunan Kegiatan Usaha Perbankan Kaltim dan Nasional (yoy) Sumber: LBU Bank Indonesia
Apabila dibandingkan dengan data nasional (s.d November 2010) menurut pertumbuhan
triwulanan (qtq),
indikator kegiatan usaha perbankan dari sisi
pertumbuhan DPK dan penyaluran kredit di Kaltim dan nasional menunjukkan perkembangan yang searah. Jumlah DPK dan kredit yang disalurkan bank umum secara nasional mengalami pertumbuhan positif masing-masing sebesar 3,18% dan 2,85%, dimana pada periode yang sama bank umum di Kaltim mengalami peningkatan DPK dan pertumbuhan kredit masing-masing sebesar 1,11% dan 8,46%. Sementara itu dari sisi total aset secara nasional mengalami peningkatan 3.56%, berbeda dengan total aset di Kaltim yang secara triwulanan mengalami penurunan 0,30%.
Apabila
dilihat
pertumbuhan
secara
tahunan
(yoy)
menunjukkan
perkembangan kinerja yang positif dan searah dimana jumlah aset, DPK dan kredit bank umum di Kaltim mengalami peningkatan yang cukup tinggi masing-masing sebesar 14,47%, 14,21% dan 30,25%, searah dengan pertumbuhan nasional yang mengalami peningkatan masing-masing sebesar 17,07%, 16,62% dan 22,11%. Perkembangan kinerja BPR di Kaltim menunjukkan perkembangan yang positif. Hal ini terlihat dari pertumbuhan jumlah aset BPR yang mencapai 21,87% (yoy).
36
Perkembangan Perbankan Daerah
Demikian juga halnya dengan pertumbuhan DPK yang mencapai 23,05%(yoy), sementara kredit BPR juga mampu tumbuh sebesar 20,34%(yoy) atau mengalami peningkatan pertumbuhan jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 17,96%. Asesmen
terhadap
risiko-risiko
yang
dihadapi
perbankan
daerah,
memperlihatkan terjadinya penurunan risiko (peningkatan kualitas kredit), begitu pula dengan risiko likuiditas dalam kondisi yang sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya.
3.2. Perkembangan Usaha Bank Umum 3.2.1 Total Aset dan Aktiva Produktif Total aset bersih (net assets) bank umum di Kaltim pada triwulan IV-2010 tercatat Rp 63.765 milyar, mengalami penurunan 0,30% (qtq) dibandingkan posisi triwulan sebelumnya (Tabel 3.1). Menurut kelompok bank, penurunan jumlah aset bersih yang dialami oleh bank pemerintah (pangsa 68,06%) sebesar 4,10%(qtq) sedangkan bank swasta mencatat peningkatan aset bersih sebesar 8,89%(qtq). Jika dibandingkan dengan posisi triwulan IV-2009, total aset perbankan secara tahunan mencatat pertumbuhan sebesar 14,46%. Tabel 3.1 Perkembangan Jumlah Aset Bersih dan Aktiva Produktif Bank Umum di Kaltim Keterangan
Posi si (dalam Rp milyar) Tw 1-10
Tw 2-10
Tw 3-10
Juml ah Aset Bersih
60,375
61,816
63,958
Bank Pemerintah
44,076
44,614
Bank Swasta
16,299
17,202
Aktiva Produkt if
Komposisi
Tw 4-10
Pertumb. Tw 4-10
Tw 3-10
Tw 4-10
qtq
63,765
100.00%
100.00%
- 0.30%
yoy
45,253
43,397
70.75%
68.06%
-4.10%
8.81%
18,705
20,368
29.25%
31.94%
8.89%
28.72%
14.46%
34,216
35,931
37,897
37,753
100.00%
100.00%
- 0.38%
24.45%
Penempatan pada Bank Indonesia
1,183
5,936
5,840
1,856
15.41%
4.92%
-68.22%
-21.65%
Penempatan pada Bank Lain
6,138
1,102
1,413
2,759
3.73%
7.31%
95.26%
87.69%
Surat berharga yang dimiliki
1,135
745
636
572
1.68%
1.52%
-10.06%
-62.14%
25,749
28,135
29,995
32,532
79.15%
86.17%
8.46%
30.25%
11
13
13
34
0.03%
0.09%
161.54%
240.00%
Kredit yang diberikan Lainnya
Sumber : LBU Bank Indonesia
Dilihat dari komposisinya, aktiva produktif bank umum di Kaltim masih didominasi oleh kredit yang diberikan dengan pangsa sebesar 86,17%, sedikit meningkat jika dibandingkan dengan triwulan-III 2010. Sementara itu penempatan pada Bank Indonesia sedikit mengalami penurunan sebesar 68,22% dibandingkan triwulan sebelumnya, sedangkan penempatan pada bank lain meningkat sebesar 95,26% jika dibandingkan triwulan-III 2010.
3.2.2 Penghimpunan Dana Masyarakat Dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh bank umum di Kaltim pada triwulan IV-2010 mencapai Rp 49.912 milyar, atau meningkat 1,11% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jika dibandingkan dengan posisi triwulan IV-2009, penghimpunan dana pihak ketiga tumbuh 14,21% (yoy).
37
Perkembangan Perbankan Daerah
Peningkatan triwulan
laporan
dana
pada
berasal
dari
DPK (sumbu kiri)
g (yoy)
g (qtq)
60
tabungan, sementara giro dan deposito mengalami kontraksi. Berdasarkan
pertumbuhan
triwulanan mencatat
(qtq),
tabungan
pertumbuhan
tinggi
40%
50
30%
) p R 40 n iu ilr 30 t( K 20 P D
20% 10% 0%
10 0
-10%
sebesar 15,66%. Sementara itu deposito 6,71%;
menurun sedangkan
mengalami
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2006
sebesar giro
kontraksi
juga
2007
2008
2009
2010
Grafik 3.3 Perkembangan Simpanan Masyarakat Sumber: LBU Bank Indonesia
sebesar
10,67%. Menurut kelompok bank, peningkatan positif simpanan secara triwulanan terjadi pada kelompok bank swasta, yaitu sebesar 9,40% dengan peningkatan besar pada tabungan dan deposito, sedangkan bank milik pemerintah mengalami penurunan sebesar 2,27% dengan penurunan pada giro dan deposito. Tabel 3.2. Perkembangan Penghimpunan Dana pada bank Umum di Kaltim Jeni s Simpanan
Posisi 2010 (dalam Rp milyar)
Komposisi
Tw 1-10
Tw2-10
Tw 3-10
Tot al DPK
46,588
47,825
49,366
49,912 100.00% 100.00%
Giro
14,428
13,456
13,305
11,886
26.95%
23.81%
-10.67%
-5.64%
Tabungan
18,007
18,646
19,601
22,670
39.71%
45.42%
15.66%
19.82%
Deposito
14,153
15,724
16,460
15,356
33.34%
30.77%
-6.71%
26.02%
Bank Pemerint ah
33,226
34,341
35,094
34,298 100.00% 100.00%
-2.27%
12.67%
Giro
11,818
10,915
10,621
9,137
30.26%
26.64%
-13.97%
-10.20%
Tabungan
12,343
12,814
13,275
15,545
37.83%
45.32%
17.10%
18.14%
Deposito
9,065
10,611
11,198
9,615
31.91%
28.03%
-14.14%
35.29%
13,363
13,485
14,272
15,614 100.00% 100.00%
9.40%
17.74%
Giro
2,610
2,541
2,684
2,749
18.81%
17.61%
2.42%
13.60%
Tabungan
5,664
5,831
6,326
7,124
44.32%
45.63%
12.61%
23.66%
Deposito
5,088
5,113
5,262
5,740
36.87%
36.76%
9.08%
13.04%
Bank Sw ast a
Tw 4-10
Tw 3-10
Pert .Tw 4-10
Tw 4-10
qtq
yoy
1.11%
14.21%
Sumber : LBU Bank Indonesia
3.2.3 Penyaluran Kredit Bank Umum Penyaluran
kredit
bank K. Inv
umum di Kaltim triwulan IV-2010
K. Kons
KMK
BI-rate
20 18
menunjukkan
pertumbuhan
positif. Peningkatan pertumbuhan kredit
diperkirakan
disebabkan
oleh menurunnya tingkat bunga pinjaman. Akan tetapi, penurunan
) (%16 a g 14 n u B 12 u k u S 10 8 6 1
2
3
2007
suku
bunga
pinjaman
4
1
2
3
2008
4
1
2
3
4
1
2
2009
3
4
2010
tersebut
masih relatif kecil seiring dengan
Grafik 3.4 Suku Bunga Kredit Sumber: LBU Bank Indonesia
38
Perkembangan Perbankan Daerah
suku bunga BI-rate selama triwulan laporan yang dipertahankan tetap sebesar 6.5% (Grafik 3.4). a. Kredit Bank Umum ber-kantor di Kaltim Jumlah disalurkan
kredit
bank
berkantor
di
yang
umum Kaltim
pada
triwulan IV-2010 mencapai Rp. 32.532
milyar
(tabel
Kredit
yang
3.3).
pada
triwulan
g (qtq) 40%
) p 30 R
30%
n u i ilr 20 t( ti d e r 10 K
Secara triwulanan, pertumbuhan kredit
g (yoy)
40
20%
10%
0
0% 1 2
laporan
3
4
1
2006
2
3
4
1
2
2007
3 4
2008
1
2
3
4
2009
1
2
3
4
2010
tercatat 8,46% (qtq) atau lebih Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum berkantor di Kaltim Sumber: LBU Bank Indonesia
tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III-
2010 sebesar 6,61%. Jika dibandingkan dengan posisi triwulan IV-2009, penyaluran kredit pada triwulan IV-2010 telah tumbuh sebesar 30,25% (yoy) atau
meningkat
jika
dibandingkan
pertumbuhan
tahunan
pada
triwulan
sebelumnya yang sebesar 27,48% (Grafik 3.5). Menurut kelompok bank, kredit yang disalurkan bank umum pemerintah mencapai Rp. 20.352 milyar (pangsa 62,56%) atau mengalami peningkatan 8,92% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, penyaluran kredit oleh bank umum swasta pada triwulan laporan mencapai Rp. 12.179 milyar atau meningkat sebesar 7,71% dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit modal kerja, investasi, dan konsumsi mengalami pertumbuhan yang positif secara triwulanan (qtq). Kredit Modal
Kerja
sebagai
pangsa
terbesar
(39,13%)
mencatat
pertumbuhan
triwulanan sebesar 8,20% menjadi Rp 12.728 milyar. Selanjutnya kredit konsumsi (pangsa 34,07%) meningkat sebesar 5,72% menjadi Rp 11.084 milyar. Sementara itu kredit investasi (pangsa 26,80%) mengalami pertumbuhan triwulanan terbesar yaitu sebesar 12,54% menjadi Rp 8.719 milyar. Menurut sektor ekonomi, pertumbuhan tahunan kredit tertinggi terjadi pada sektor pertambangan sebesar 37,22%, diikuti sektor jasa sosial sebesar 20,17%, sektor pertanian 14,33%, dan sektor jasa dunia usaha 13,48% (yoy). Sementara itu kredit sektoral yang mengalami kontraksi adalah kredit di sektor listrik, gas, dan air yang turun sebesar 3,02% (yoy). Sementara itu, beberapa sektor yang mengalami pertumbuhan positif dan cukup tinggi secara tahunan antara lain sektor jasa sosial (489,19%), sektor perindustrian
(38,04%),
sektor
angkutan
(29,92),
(27,08%), serta sektor pertanian (26,92%).
sektor
pertambangan
Nisbah pinjaman terhadap
simpanan bruto (Gross-LDR) bank umum yang berkantor di Kaltim meningkat dari 60,76% pada triwulan III tahun 2010 menjadi 65,18% pada triwulan III2010.
39
Perkembangan Perbankan Daerah
Tabel 3.3. Perkembangan Kredit Bank Umum berkantor di Kaltim Posisi 2010 (dalam Rp milyar)
Ket erangan
Tw 1-10
Kredit
Tw 2-10
Komposisi
Pert . Tw 4-10
Tw 3-10
Tw 4-10
Tw 3-10
Tw 4-10
qtq
yoy
25,749.1
28,135
29,994.0
32,532.5
100.00%
100.00%
8.46%
30.25%
16,546.1
17,889
18,686.0
20,352.7
62.30%
62.56%
8.92%
25.44%
9,203.0
10,247
11,308.0
12,179.7
37.70%
37.44%
7.71%
39.19%
Modal Kerja
9,983.2
10,677
11,763.6
12,728.6
39.22%
39.13%
8.20%
23.45%
Investasi
6,694.4
7,622
7,747.4
8,719.2
25.83%
26.80%
12.54%
30.60%
Konsumsi
9,071.6
9,836
10,484.4
11,084.6
34.96%
34.07%
5.72%
38.74%
Kelompok Bank Bank Pemerintah Bank Swasta Jenis Penggunaan
Sekt or Ekonomi Pertanian
857.5
913
1,132.9
1,295.3
3.78%
3.98%
14.33%
26.92%
Pertambangan
1,209.0
1,274
1,236.4
1,696.6
4.12%
5.22%
37.22%
27.08%
Perindustrian
1,056.4
1,119
1,067.1
1,141.5
3.56%
3.51%
6.97%
38.04%
157.7
172
163.7
158.8
0.55%
0.49%
-3.02%
19.46%
Konstruksi
2,514.9
2,757
2,687.6
2,699.3
8.96%
8.30%
0.44%
-7.75%
Perdagangan
5,162.1
5,396
6,084.7
6,449.1
20.29%
19.82%
5.99%
14.66%
Angkutan
1,423.4
1,589
1,615.2
1,726.1
5.39%
5.31%
6.87%
29.92%
Jasa Dunia Usaha
2,482.5
2,736
3,077.4
3,492.2
10.26%
10.73%
13.48%
0.36%
883.4
1,511
1,495.6
1,797.2
4.99%
5.52%
20.17%
489.19%
10,001.7
10,620
11,434.7
12,076.4
38.12%
37.12%
5.61%
51.02%
55.27%
58.77%
60.76%
65.18%
Listrik, Gas dan Air
Jasa Sosial Lain-Lain LDR
Sumber : LBU Bank Indonesia
b. Kredit bank umum berlokasi proyek di Kaltim Jumlah kredit yang disalurkan Kredit (sb kanan)
g (yoy)
g (qtq) 50%
50
40%
) 40 p R n u ilir 30 t( it d e r 20 K
30% 20% 10%
secara
nasional
untuk
proyek
yang
berlokasi
Kaltim
pada
periode
membiayai di
wilayah
laporan
(s.d
November 2010) tercatat sebesar Rp
0% 10 -10% -20%
0 1
2
3
2006
4
1
2
3
2007
4
1
2
3
2008
4
1
2
3
2009
4
1
2
3
4*
2010
Grafik 3.6 Perkembangan Kredit Lokasi Proyek di Kaltim Sumber: LBU Bank Indonesia
46.302 milyar, mengalami penurunan sebesar 0,81% (qtq) dibandingkan dengan posisi kredit pada triwulan sebelumnya (Tabel 3.6). Begitu juga jika dibandingkan dengan triwulan IV
tahun 2009, kredit berdasarkan lokasi proyek mengalami pertumbuhan sebesar 27,13% (yoy) atau mengalami penurunan pertumbuhan dibanding triwulan sebelumnya yang meningkat sebesar 36,06% (Grafik 3.6). Berdasarkan kelompok bank (Tabel 3.4), penurunan pertumbuhan secara triwulanan dialami bank swasta yang mengalami penurunan kredit secara triwulanan sebesar 1,45%. Begitu pula bank pemerintah juga mengalami penurunan yang lebih kecil sebesar 0,07%. Menurut sektor ekonomi, beberapa sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan kredit yang positif yaitu sektor angkutan sebesar 6,99%, sektor perdagangan (6,85%), sektor jasa dunia usaha (6,06%), dan sektor konstruksi (2,13%). Pertumbuhan negatif terjadi pada
40
Perkembangan Perbankan Daerah
sektor perindustrian (-17,92%), sektor listrik, gas, dan air bersih (-5,09%), serta sektor pertambangan (-1,50%). Apabila dilihat komposisi pinjaman menurut penggunaan, kredit modal kerja memiliki pangsa yang tertinggi yaitu sebesar 46,63%, diikuti oleh kredit investasi sebesar 31,31%, dan kredit konsumsi 22,07%. Sedangkan menurut sektor ekonomi, pangsa terbesar adalah kredit pada sektor pertambangan dan perdagangan dengan pangsa masing-masing sebesar 19,67% dan 15,99%. Tabel 3.4. Jumlah Kredit Bank Umum Berlokasi Proyek di Kaltim Ket erangan
Posisi 2010 (dalam Rp milyar) Tw 1-10
Kredit Lokasi Proyek
Tw 2-10
39,808
44,961
Bank Pemerintah
18,595
Bank Swasta
21,214
Modal Kerja Investasi Konsumsi
Tw 3-10
Komposisi
Tw 4-10*
Pert . Tw 4-10*
Tw 3-10
Tw 4-10*
qt q
yoy
46,682
46,302
100.00%
100.00%
-0.81%
27.13%
21,054
21,626
21,611
46.33%
46.67%
-0.07%
55.83%
23,907
25,056
24,691
53.67%
53.33%
-1.45%
9.49%
18,365
21,098
22,457
21,589
48.11%
46.63%
-3.86%
26.96%
12,271
13,862
13,675
14,495
29.29%
31.31%
6.00%
25.72%
9,172
10,000
10,550
10,218
22.60%
22.07%
-3.15%
29.56%
Pertanian
4,031
4,410
5,570
5,650
11.93%
12.20%
1.44%
54.38%
Pertambangan
7,827
9,294
9,247
9,108
19.81%
19.67%
-1.50%
51.31%
Perindust rian
2,231
3,318
2,680
2,199
5.74%
4.75%
-17.92%
9.51%
362
302
270
256
0.58%
0.55%
-5.09%
-48.36%
Konstruksi
2,774
2,819
2,724
2,782
5.84%
6.01%
2.13%
-25.56%
Perdagangan
5,798
6,105
6,927
7,401
14.84%
15.99%
6.85%
18.20%
Angkutan
2,314
2,482
2,466
2,638
5.28%
5.70%
6.99%
47.84%
Jasa Dunia Usaha
3,364
3,794
3,831
4,063
8.21%
8.78%
6.06%
-4.93%
876
1,503
1,497
1,468
3.21%
3.17%
-1.94%
448.56%
10,231
10,933
11,469
10,735
24.57%
23.18%
-6.40%
35.71%
85.45%
85.91%
94.56%
92.77%
Kelompok Bank
Jenis Penggunaan
Sektor Ekonomi
Listrik, Gas dan Air
Jasa Sosial Lain-Lain LDR - lokasi proyek
Sumber : LBU Bank Indonesia
Menurut
kabupaten/kota,
penyaluran
kredit
terkonsentrasi
untuk
membiayai proyek di kota Samarinda dan kota Balikpapan yang merupakan pusat bisnis di Kalimantan Timur. Jumlah kredit yang dikucurkan untuk proyek di kota Samarinda mencapai Rp 14.009 milyar (pangsa 30,26%) dan di kota Balikpapan (termasuk Kabupaten Penajam Paser Utara) sebesar Rp 12.802 milyar (pangsa 27,65%). Sementara itu, alokasi kredit terkecil diperoleh Kabupaten Malinau sebesar Rp. 163 milyar (pangsa 0,35%). Apabila dilihat dari nisbah pinjaman terhadap simpanan (LDR), nisbah tertinggi terjadi di kota Kutai Kartanegara sebesar 224,95%, diikuti oleh Kabupaten Kutai Barat (175,31%), Kabupaten Bontang sebesar 172,80%, Kabupaten Pasir (150,45%) dan kabupaten Berau (106%). Sedangkan LDR terendah terjadi pada Kabupaten Malinau, Tarakan, dan Bulungan dengan nisbah masing-masing sebesar 24,98%, 33,15% dan 35,79% (Tabel 3.5).
41
Perkembangan Perbankan Daerah
Tabel 3.5. Perbandingan Kredit Lokasi Proyek dan DPK menurut Kab/Kota di Kaltim
Kabupat en/Kot a
Nominal* (Rp milyar) Kredit
Tarakan
DPK
Pangsa Kredit
DPK
LDR
1,394.6
4,207.3
3.01%
8.43%
14,009.8
19,492.5
30.26%
39.05%
71.87%
5,792.7
3,352.2
12.51%
6.72%
172.80%
12,802.0
13,057.9
27.65%
26.16%
98.04%
1,535.3
1,020.5
3.32%
2.04%
150.45%
Nunukan
324.1
596.2
0.70%
1.19%
54.36%
Malinau
163.8
655.5
0.35%
1.31%
24.98%
Kutai Timur
1,719.3
1,161.1
3.71%
2.33%
148.07%
Kutai Kartanegara
Samarinda Bontang Balikpapan Pasir
33.15%
5,396.4
2,398.9
11.65%
4.81%
224.95%
Kutai Barat
521.2
297.3
1.13%
0.60%
175.31%
Bulungan
637.4
1,780.9
1.38%
3.57%
35.79%
Berau
2,005.7
1,892.1
4.33%
3.79%
106.00%
Kalt im
46,302.3
49,912.6
100.00%
100.00%
92.77%
Sumber : LBU Bank Indonesia
3.3. Perkembangan Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Penyaluran kredit berskala mikro, kecil dan menengah (MKM) oleh bank umum di Kaltim pada Triwulan IV-2010 mencapai Rp 20.696 milyar atau dengan pangsa 63,75% terhadap total kredit (Tabel 3.6). Secara triwulanan, pertumbuhan kredit MKM Kaltim pada triwulan laporan mengalami peningkatan sebesar 18,48% atau searah dengan pertumbuhan total kredit yang naik sebesar 8,46%(qtq). Menurut skalanya, tingkat pertumbuhan tertinggi kredit MKM terjadi pada kredit berskala kecil (Rp. 50 juta s.d Rp. 500 juta) yang tumbuh sebesar 51,24%. Sedangkan kredit berskala menengah (Rp. 500 juta s.d Rp. 5 milyar) sebagai pangsa terbesar kredit MKM juga mengalami peningkatan sebesar 4,20%(qtq). Berdasarkan kelompok bank, kredit MKM yang disalurkan bank pemerintah pada triwulan laporan tercatat Rp 12.355 milyar atau mengalami peningkatan sebesar 5,33% jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kenaikan juga terjadi pada jumlah kredit MKM yang dikucurkan bank swasta yang tercatat Rp 8.341 milyar atau mengalami peningkatan sebesar 4,10% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Tabel 3.7). Menurut jenis penggunaan, kredit modal kerja dan kredit investasi yang telah disalurkan masing-masing berjumlah Rp. 7.254 milyar (pangsa 35,05%) dan Rp. 2.513 milyar (pangsa 12,14%). Dilihat dari pertumbuhan secara triwulanan, kredit investasi tumbuh paling tinggi yaitu sebesar 8,79%. Sedangkan kredit modal kerja mengalami peningkatan yang lebih kecil yaitu sebesar 1,80% (qtq). Secara sektoral, distribusi penyaluran kredit MKM terutama untuk membiayai tiga sektor utama, yaitu sektor perdagangan (pangsa 21,91%), sektor jasa dunia usaha
(pangsa
6,37%)
dan sektor
konstruksi (pangsa
4,82%).
Dilihat
dari
42
Perkembangan Perbankan Daerah
pertumbuhan secara triwulanan, pertumbuhan tertinggi pada sektor jasa dunia usaha yang tumbuh sebesar 18,31%, diikuti oleh sektor perdagangan (1,91%). Sedangkan sektor perindustrian, sektor angkutan, dan sektor pertanian mengalami pertumbuhan negatif
yang
cukup
besar
masing-masing
sebesar
73,26%,
14,73%,
dan
13,86%(qtq). Tabel 3.6. Perkembangan Kredit Bank Umum Menurut Skala Kredit di Kaltim Posisi 2010 (dalam Rp milyar )
Skala Kredit
Komposisi
Tw 2-10
Tw 3-10
Tw 4-10
M ikro (s.d Rp 50 jt)
3,744
4,027
4,301
4,396
14.34%
15.94%
2.20%
10.42%
Kecil (Rp 50 jt s.d 500 jt)
6,286
7,056
5,486
8,297
18.29%
21.99%
51.24%
51.08%
M enengah (Rp 500 jt s.d 5 miliar)
6,632
7,177
7,680
8,003
25.60%
25.83%
4.20%
24.08%
16,661
18,260
17,468
20,696
58.23%
63.75%
18.48%
29.98%
9,088
9,875
12,528
11,836
41.77%
36.25%
-5.52%
30.74%
25,749
28,135
29,995
32,532
100.00%
100.00%
8.46%
30.25%
Kredit UMKM (s.d Rp 5 miliar) Besar (> Rp 5 miliar) Total
Tw 3-10
Tw 4-10
Pert . Tw 4-10
Tw 1- 10
qt q
yoy
Sumber : LBU Bank Indonesia
Tabel 3.7. Perkembangan Kredit MKM Bank Umum Menurut Kelompok Bank, Jenis Penggunaan dan Sektor Ekonomi di Kaltim Ket erangan
Kredit MKM
Posisi 2010 (dalam Rp milyar) Tw1-10
Tw 2-10
Tw 3-10
Komposisi
Tw4-10
Pert . Tw 4-10
Tw 3-10
Tw 4-10
qt q
yoy
16,661
18,260
19,742
20,696
100.00%
100.00%
4.83%
29.33%
10,146
11,045
11,730
12,355
59.41%
59.70%
5.33%
26.31%
6,516
7,215
8,012
8,341
40.59%
40.30%
4.10%
34.08%
Modal Kerja
6,069
6,434
7,126
7,254
36.10%
35.05%
1.80%
17.84%
Investasi
1,934
2,187
2,310
2,513
11.70%
12.14%
8.79%
20.35%
Konsumsi
8,658
9,639
10,306
10,929
52.20%
52.81%
6.05%
40.87%
Pertanian
164
176
227
231
1.15%
1.11%
1.56%
-42.30%
Pertambangan
231
204
240
244
1.22%
1.18%
1.50%
12.17%
Perindust rian
312
341
370
365
1.88%
1.76%
-1.45%
69.59%
17
12
24
15
0.12%
0.07%
-36.42%
0.70%
916
981
1,075
998
5.44%
4.82%
-7.13%
-4.01%
3,611
3,890
4,450
4,535
22.54%
21.91%
1.91%
12.25%
409
473
491
495
2.49%
2.39%
0.75%
23.44%
1,096
1,039
1,114
1,318
5.64%
6.37%
18.31%
-25.61%
Kelompok Bank Bank Pemerintah Bank Swasta Jenis Penggunaan
Sekt or Ekonomi
Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan Angkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Lain-Lain
417
772
796
759
4.03%
3.67%
-4.67%
454.29%
9,488
10,372
10,955
11,736
55.49%
56.71%
7.13%
51.13%
Sumber : LBU Bank Indonesia
Kualitas kredit MKM yang disalurkan bank umum di Kaltim selama triwulan IV 2010 menunjukkan kinerja yang membaik seperti terlihat dari persentase kredit bermasalah bruto (gross-non performing loans/NPLs) yang sebesar 2,38% atau lebih kecil jika dibandingkan dengan persentase NPLs pada triwulan sebelumnya yang sebesar 2,64%. Jika dilihat menurut sektor ekonomi, persentase NPLs tertinggi terjadi pada sektor konstruksi (6,17%) dan sektor jasa sosial (5,52%). Sedangkan sektorsektor lainnya mencatat persentase NPLs di bawah 5% pada triwulan IV-2010 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.8.
43
Perkembangan Perbankan Daerah
Tabel 3.8. Perkembangan Kredit MKM Bermasalah Bruto (Gross-NPLs) menurut Sektor Ekonomi Kaltim Posi si (Rp miliar)
Ket erangan
Tw 1- 10
NPLs Kredit UMKM
Tw 2-10
Tw 3-10
qtq Tw 4-10
402.261
482.67
520.602
492.909
Tw 3-10
Nisbah NPL Tw 4-10
Tw 3-10
Tw 4-10
7.86%
-5.32%
2.64%
2.38%
Sektor Ekonomi Pertanian
8.512
5.967
9.082
7.823
52.20%
-13.86%
4.00%
3.39%
14.252
7.442
5.036
5.706
-32.33%
13.30%
2.10%
2.34%
Perindustrian
6.539
8.653
20.072
5.367
131.97%
-73.26%
5.42%
1.47%
Listrik, Gas dan Air
-
-
Pertambangan
-
-
-
-
Konstruksi
52.739
91.642
65.694
61.604
-28.31%
Perdagangan
94.775
111.332
141.113
132.727
9.122
16.403
24.816
21.160
Jasa Dunia Usaha
23.655
28.072
34.342
Jasa Sosial
20.011
44.013
172.656
169.146
Angkutan
Lain-Lain
-
-
-6.23%
6.11%
6.17%
26.75%
-5.94%
3.17%
2.93%
51.29%
-14.73%
5.05%
4.27%
40.971
22.34%
19.30%
3.08%
3.11%
39.738
41.872
-9.71%
5.37%
4.99%
5.52%
180.709
175.679
6.84%
-2.78%
1.65%
1.50%
Sumber : LBU Bank Indonesia
1
3.4 Perkembangan Usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR) a. Perkembangan Aset BPR di Kaltim Jumlah Rp Milyar
Total As et
(yoy)
grow th (yoy)
300
50%
aset
BPR
di
wilayah
Kalimantan Timur pada triwulan IV-2010 mengalami pertumbuhan sebesar 21,87%
250
40%
(yoy), dengan total nilai mencapai Rp.
200 30%
271,09 milyar (Grafik 3.7). Pertumbuhan
150 20%
ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan
10%
pertumbuhan pada triwulan III-2010 yang
0%
sebesar 18,68% (yoy). Sementara secara
100 50 Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV 2008
2009
triwulanan,
2010
aset
BPR
juga
meningkat
cukup tinggi dibandingkan dengan jumlah Grafik 3.7 Perkembangan Aset BPR Sumber: Simwas BPR Bank Indonesia
aset
pada
mencapai
triwulan Rp.
239,78
III-2010
yang
milyar
atau
meningkat sebesar 13,06% (qtq). b. Perkembangan Dana Pihak Ketiga BPR di Kaltim Jumlah dana pihak ketiga (DPK) D ep o s ito
Rp Milyar
Tab u n g an
g ro wth DPK
200
(yoy) 40%
BPR di Kalimantan Timur pada triwulan IV-
180 160 30%
2010
mengalami
pertumbuhan
sebesar
140
23,05% (yoy), dengan nilai Rp 176,52
120 100
20%
80 60 10% 40 20 -
0% Q I
Q II
Q III Q IV
2008
QI
Q II
Q III Q IV
2009
Q I
Q II
Q III Q IV
2010
Grafik 3.8 Perkembangan DPK BPR Sumber: Simwas BPR Bank Indonesia
1
milyar
(Grafik
3.8).
Pertumbuhan
ini
mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III2010
yang
Peningkatan triwulan
tumbuh
sebesar
pertumbuhan
IV-2010
17,96%.
DPK
dipengaruhi
pada oleh
Tidak termasuk BPR/S di kota Balikpapan (2 BPR/S)
44
Perkembangan Perbankan Daerah
meningkatnya pertumbuhan jumlah tabungan yang hanya meningkat sebesar 30,38% menjadi Rp 71,56 milyar setelah triwulan sebelumnya tumbuh -6,15% (yoy), begitu pula deposito yang tumbuh sebesar 7,29% (yoy) menjadi Rp 104,95 milyar setelah triwulan sebelumnya tumbuh 5,89% (yoy).
c. Penyaluran Kredit/Pembiayaan BPR di Kaltim Penyaluran kredit oleh BPR pada Rp Milyar
Investasi
Konsumsi
200
Modal Kerja
growth kredit
(yoy)
triwulan IV-2010 mencapai Rp 178,02
60%
milyar,
160
sebesar
40% 120
atau
mengalami
20,34%
triwulan
pertumbuhan
(yoy)
IV-2009
dibandingkan
(Grafik
3.9).
80 20%
Pertumbuhan
ini
lebih
tinggi
jika
40
dibandingkan pertumbuhan tahunan pada -
0% QI
Q II Q III Q IV
QI
2008
Q II Q III Q IV 2009
QI
triwulan III-2010 yang tumbuh sebesar
Q II Q III Q IV 2010
13,02%. Peningkatan pertumbuhan kredit
Grafik 3.9 Perkembangan Kredit BPR
ini terutama disebabkan oleh peningkatan
Sumber: Simwas BPR Bank Indonesia
pertumbuhan
pada
komponen
kredit
modal kerja sebagai pangsa terbesar yang tumbuh sebesar 22,12%(yoy) menjadi Rp. 101,67 milyar, setelah pada triwulan sebelumnya hanya tumbuh sebesar 11,23%(yoy) atau mencapai Rp. 94,01 milyar. Tabel 3.9. Perkembangan Usaha BPR di Kaltim INDIKATOR
Posisi 2010 (dalam Rp milyar) Tw 1-10
Tw 2-10
Tw 3-10
TW3-2010
Tw 4-10
qtq
TW4-2010
yoy
qtq
yoy
Tot al Aset (Rp M iliar)
220.48
234.23
239.78
271.09
2.37%
18.68%
13.06%
21.87%
DPK (Rp Miliar)
141.98
150.86
152.71
176.52
1.23%
17.96%
15.59%
23.05%
Tabungan
60.29
58.48
54.89
71.56
-6.15%
9.19%
30.38%
10.65%
Giro
-
-
-
Deposito
81.69
92.38
97.82
104.95
5.89%
23.52%
7.29%
33.21%
Kredit (Rp Miliar)
-
-
-
-
155.47
163.49
166.17
178.02
1.64%
13.02%
7.13%
20.34%
Modal Kerja
85.18
90.51
94.01
101.67
3.87%
11.23%
8.15%
22.12%
Konsumsi
55.44
56.09
54.71
59.98
-2.46%
13.28%
9.62%
18.99%
Investasi
14.85
16.89
17.46
16.37
3.36%
22.81%
-6.26%
14.68%
19.00
17.62
17.78
16.68
109.50%
108.37%
108.82%
100.85%
Rasio NPL Gross (%) LDR
Sumber : Simwas BPR Bank Indonesia
3.5. Asesmen Risiko Perbankan 3.5.1 Risiko Kredit Secara umum, risiko kredit yang dihadapi perbankan daerah Kaltim mengalami penurunan karena terdapat sedikit penurunan persentase kredit bermasalah bruto (Gross-NPLs) untuk jenis penggunaan kredit modal kerja, investasi, dan konsumsi, serta sebagian sektor ekonomi yang dibiayai. Kualitas kredit yang disalurkan bank umum di Kaltim pada triwulan laporan mengalami peningkatan, tercermin dari nisbah NPLs pada triwulan IV-2010
45
Perkembangan Perbankan Daerah
sebesar 2,22% atau lebih rendah jika dibandingkan nisbah NPLs triwulan III-2010 sebesar
2,55% (Tabel
3.10). Dilihat
dari pertumbuhannya,
jumlah
kredit
bermasalah tercatat mengalami penurunan sebesar 5,30%(qtq) bila dibandingkan dengan posisi triwulan III-2010. Tabel 3.10. Perkembangan Kolektibiltas Kredit Bank Umum di Kaltim Kolektibilitas (Rp Milliar)
Sektor
Tw 1-10
1-Lancar
Tw 2-10
Tw3-10
Komposisi Tw 4-10
Tw 3-10
Tw 4-10
Pert. Tw 4-10 qtq
yoy
22,987
25,045
26,636
29,836
88.80%
91.71%
12.02%
31.90%
2,025
2,403
2,596
1,973
8.66%
6.07%
-24.00%
8.15%
311
154
206
125
0.69%
0.38%
-39.57%
24.50%
88
189
139
138
0.47%
0.42%
-1.36%
49.35%
5-Macet
338
343
418
461
1.39%
1.42%
10.33%
35.67%
NPLs (3+4+5)
737
687
763
723
2.55%
2.22%
-5.30%
35.94%
25,749
28,135
29,995
32,532
100.00%
100.00%
8.46%
30.25%
2-Dalam Perhatian Khusus 3-Kurang lancar 4-Diragukan
Tot al Kredit
Sumber : LBU Bank Indonesia
Risiko kredit menurut jenis penggunaan masih tercatat pada rasio NPLs dibawah 5%. Risiko kredit tertinggi terjadi pada kredit konsumsi, yang persentase NPLs-nya pada triwulan laporan mencapai 4,28%. Persentase NPLs kredit konsumsi tersebut mengalami peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan persentase NPLs pada triwulan sebelumnya yang sebesar 1,66%.Sementara itu, persentase NPLs kredit modal kerja dan kredit investasi tercatat masing-masing sebesar 3,11% dan 1,84%. Berdasarkan sektor ekonomi, nisbah NPLs tercatat relatif rendah (dibawah 5%). Nisbah NPLs tertinggi adalah sektor angkutan dan sektor konstruksi yang mencapai nisbah NPLs masing-masing sebesar 4,37% dan 4,36% (Tabel 3.11). Tabel 3.11. Perkembangan Kredit Bermasalah Bruto Bank Umum di Kaltim Ket erangan
Nominal NPL (Rp M ili ar) Tw 1-10
Tw 2-10
Tw 3-10
Pert. Tw 4-10 Tw 4-10
+/- (Rp M)
qtq
Ni sbah NPL (%) Tw 3-10
Tw 4-10
Jenis Penggunaan Modal Kerja
466
396
411
396
-14.67
-3.57%
3.49%
3.11%
Investasi
106
122
179
164
-14.36
-8.03%
2.31%
1.84%
Konsumsi
166
168
174
162
-11.80
-6.78%
1.66%
4.28%
Sektor Ekonomi Pertanian
9
6
9
14
5.40
59.49%
0.80%
1.12%
88
50
47
42
-5.36
-11.35%
3.82%
2.47%
Perindustrian
7
9
20
5
-14.71
-73.26%
1.88%
0.47%
Listrik, Gas & Air
0
0
0
0
0.00
0.00%
0.00%
0.00%
250
179
132
118
-14.66
-11.07%
4.93%
4.36%
Perdagangan
99
116
154
151
-3.01
-1.95%
2.53%
2.34%
Angkutan
42
41
85
75
-9.46
-11.15%
5.25%
4.37%
Jasa Dunia Usaha
43
52
71
89
18.09
25.33%
2.32%
2.56%
Jasa Sosial
20
51
56
52
-4.44
-7.88%
3.77%
2.89%
Lain-Lain
180
184
188
176
-12.34
-6.56%
1.64%
1.45%
737
687
764
723
-40.48
-5.30%
2.55%
2.22%
Pertambangan
Konst ruksi
Total
Sumber : LBU Bank Indonesia
46
Perkembangan Perbankan Daerah
3.5.2 Risiko Likuiditas Asesmen risiko likuiditas bertujuan untuk melihat paparan risiko likuiditas yang dihadapi bank umum di Kaltim ditinjau dari kecukupan likuiditas, struktur kepemilikan simpanan dan profil jangka waktu dan sebaran nominal serta rekening simpanan. Berdasarkan profil jangka waktu, struktur simpanan terkonsentrasi tinggi pada simpanan jangka pendek dengan pangsa 92,55% (Tabel 3.12). Struktur simpanan yang didominasi oleh simpanan berjangka pendek tersebut rentan terhadap penarikan dana secara tiba-tiba (sudden withdrawal), terutama oleh nasabah besar. Prosentase simpanan jangka pendek pada triwulan IV-2010 ini mengalami sedikit penurunan jika dibandingkan dengan posisi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 93,66%.
Tabel 3.12 Struktur Jangka Waktu DPK Perbankan di Kaltim Posisi Nominal (miliar Rp)
Keter angan
Tw 1-10
Tw 2-10
Tw 3-10
Komposisi Tw 4-10
Tw 3-10
Tw 4-10
Jangka pendek Giro
14,428
13,456
13,307
11,887
26.96%
23.82%
Tabungan
18,007
18,646
19,594
22,670
39.70%
45.42%
Simpanan berjangka s.d 3 bulan
10,823
12,450
13,331
11,636
27.01%
23.31%
43,258
44,552
46,232
46,193
93.66%
92.55%
Total DPK s.d 3 bulan Jangka menengah panjang Total DPK > 3 bulan Total DPK
3,330
3,274
3,127
46,588
47,825
49,359
3,719 49,912
6.34%
7.45%
100.00%
100.00%
Sumber : LBU Bank Indonesia
3.5.3 Risiko Pasar Berdasarkan analisis grafis yang menghubungkan antara suku bunga kredit
dengan
rasio
NPLs
dalam
periode triwulan I-2006 s.d triwulan
18
8
16
7
14
6
12
5
10
IV-2010
(Grafik
3.10),
terlihat
pergerakan yang searah antara nisbah NPLs dengan suku bunga kredit. Hal ini didukung oleh hasil penghitungan koefisien
korelasi2
kedua
variabel
4
8
3
6 4
Bunga Kredit (sumbu kiri)
2
Gross NPLs (sumbu kanan)
2 1
0
0 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2006
2007
2008
2009
2010
tersebut yang hanya 0,6468. Oleh karenanya persentase terhadap
dapat
dikatakan
bahwa
cukup
sensitif
NPLs perubahan
tingkat
Grafik 3.10 Perkembangan Bunga Kredit dan Rasio NPLs Sumber: LBU Bank Indonesia
bunga
kredit.
2
Angka koefisen korelasi berkisar 0 s.d 1, makin mendekati angka 1 berarti derajat hubungan antara kedua variabel makin tinggi, sebaliknya makin mendekati angka 0 menunjukkan hubungan yang makin lemah
47
BAB IV
KEUA NGA N DA ERA H
4.1 Gambaran Umum
Realisasi APBD Kalimantan Timur sampai dengan triwulan IV-2010 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan realisasi APBD triwulan IV-2009. Secara prosentase, realisasi
komponen
pendapatan
APBD
Kaltim
pada
triwulan
IV-2010
mengalami
peningkatan, begitu juga realisasi komponen belanja yang mengalami peningkatan diatas prosentase realisasi belanja pada APBD triwulan IV tahun sebelumnya. Komponen pendapatan pada realisasi APBD provinsi Kalimantan Timur pada triwulan IV-2010 secara total mencapai Rp. 6,94 trilyun atau mengalami kenaikan nilai 31,55% jika dibandingkan dengan pendapatan pada realisasi APBD Triwulan IV-2009 yang sebesar Rp. 5,28 trilyun. Apabila dilihat realisasi per komponen pendapatan, prosentase realisasi tertinggi dicapai oleh komponen lain-lain pendapatan yang sah dan pendapatan asli daerah dengan prosentase masing-masing sebesar 286,89% dan 114,81%. Sedangkan tingkat realisasi komponen pendapatan transfer sebesar 107,30%. (Rp Milyar) 8,000 6,927.37
6,000 4 ,308.46
4,050.19
4,000 3,122 .06 2,066. 94 2 ,151.16
2,000
7.02
Pendapatan Asli Daerah
Pen dapatan Transfer
2008
2009
8.06
0.8 8
Lain-lain Pendapatan yang Sah
201 0
Grafik 4.1 Pendapatan APBD Kaltim Sumber : Biro Keuangan Pemprov Kaltim, diolah
Komponen belanja pada realisasi APBD Kaltim triwulan IV-2010 secara prosentase mencapai 86,14% atau mengalami sedikit peningkatan jika dibandingkan dengan realisasi belanja pada APBD triwulan IV-2009 sebesar 83,81%. Apabila dilihat realisasi perkomponen belanja, prosentase realisasi tertinggi dicapai oleh belanja transfer sebesar 99,72% atau lebih tinggi dibandingkan prosentase realisasi belanja transfer pada triwulan IV-2009 yang sebesar 80,22%. Sementara itu komponen belanja operasi jika dilihat dari prosentasi realisasinya juga mengalami peningkatan, dari 84,41% pada triwulan IV-2009 menjadi 85,12% pada triwulan IV-2010.
48
Keuangan Daerah
(Rp Milyar) 5 ,000 4 ,000
3,978.04 3,669.00 3,267.88
3 ,000 1,863.10 1,654.36 1,616.98
2 ,000
901.35
1 ,000
715.98 716.58
1.00
0.01
-
Be lanja Operasi
Belanja Modal 2008
Belanja Tak Terduga 2009
Transfer
2010
Grafik 4.2 Belanja APBD Kaltim Sumber : Biro Keuangan Pemprov Kaltim, diolah *) Data sementara, memungkinkan perubahan beberapa SKPD
4.2 Pendapatan Komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada realisasi APBD triwulan IV-2010 tercatat sebesar Rp 2,61 trilyun (Tabel 4.1) atau mengalami peningkatan sebesar 21,70% jika dibandingkan realisasi APBD triwulan IV-2009 yang sebesar Rp 2,15 trilyun. Dari jumlah tersebut, kontribusi utama berasal dari pendapatan pajak daerah sebesar Rp 2,02 trilyun (Grafik 4.3) dengan tingkat prosentasi realisasi sebesar 122,14% dari jumlah pendapatan pajak daerah pada rencana APBD tahun 2010 yang sebesar Rp 1,65 trilyun. Komponen pendapatan pajak daerah ini memiliki kontribusi yang besar yaitu mencapai 77,30% keseluruhan pendapatan asli daerah. Komponen lainnya yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap pendapatan asli daerah adalah lain-lain PAD yang sah yang berasal dari optimalisasi pemanfaatan dana kas daerah, pendapatan dari denda pajak, denda retribusi dan denda pengembalian, serta pendapatan rumah sakit umum di Samarinda, Balikpapan, dan Tarakan, dengan nilai realisasi sampai dengan triwulan IV-2010 sebesar Rp 446 milyar atau 92,50% dari yang direncanakan pada APBD 2010. Sedangkan pada komponen yang berasal dari Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, serta Retribusi Daerah yang terdiri dari retribusi jasa umum dan retribusi jasa usaha dan perijinan memilki tingkat realisasi yang cukup tinggi masing-masing sebesar 108,09% dan 75,54%. Komponen Pendapatan Transfer (Dana Perimbangan) APBD Kaltim Triwulan IV-2010 tercatat sebesar Rp 4,30 trilyun atau memiliki prosentase realisasi sebesar 107,30%. Dana perimbangan ini mayoritas berasal dari komponen dana Bagi Hasil Bukan Pajak (dana Bagi Hasil SDA) dengan nilai Rp 3,62 trilyun atau prosentase kontribusi sebesar 84,04% dari total Dana Perimbangan realisasi triwulan IV-2010 (Grafik 4.4). Bagi Hasil pertambangan gas bumi/alam, bagi hasil pertambangan minyak bumi, dan iuran eksplorasi-eksploitasi (royalti) memiliki kontribusi yang sangat dominan pada komponen dana Bagi Hasil SDA (Dana Perimbangan) APBD Kaltim.
49
Keuangan Daerah
Tabel 4.1 Realisasi Komponen Pendapatan APBD Kaltim Semester IV-2010 JUM LAH (RP milyar)
URAIAN
APBD
Pendapatan
Deviasi
REALISASI
% Realisasi
6,303.24
6,947.72
644.49
110.22
Pendapatan Asl i Daerah
2,280.36
2,618.03
337.67
114.81
Pendapatan Pajak Daerah
1,657.00
2,023.87
366.87
122.14
13.46
10.17
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan
127.32
137.61
10.30
108.09
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
482.59
446.38
(36.20)
92.50
4,015.48
4,308.46
292.99
107.30
4,015.48
4,308.30
292.82
107.29
629.87
653.81
23.94
103.80
3,351.97
3,620.85
268.88
108.02
33.64
33.64
0.00
100.00
-
0.16
0.16
-
0.16
0.16
7.40
21.23
13.83
Pendapatan Retribusi Daerah
Pendapatan Transf er Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA)
(3.29)
75.54
Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Transfer Pemerintah Pusat Lainnya Dana Penyesuaian
Lain-lain Pendapatan yang Sah Pendapatan Hibah
7.40
0.88
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah dari Pihak Ketiga
-
11.20
11.20
(6.52)
Penerimaan dari Penabrak Jembatan Mahulu
-
9.15
9.15
286.89 11.89
Sumber: Biro Keuangan Pemprov. Kaltim, diolah. 446.38
Lain-lain PAD yang Sah
484.73 250.11
Pendapatan Hasil Pe ngelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
137.61 121.1 0 73.58 10.17
Pendapatan Retribusi Daerah
5.62 181.61 2,023.87
Pendapatan Pajak Daerah
1,53 9.70 1,561.64
-
500
2010
1,000
2009
1,500
2,000
2,500
2008
Grafik 4.3 Realisasi Pendapatan Asli Daerah (Rp milyar) Sumber : Biro Keuangan Pemprov Kaltim, diolah
50
Keuangan Daerah
Dana Penyesuaian
0.16 0.29 -
Transfer Pemerint ah Pusat Lainnya
0.16 0.29 33.64 3.81 -
Dana Alokasi Khusus Dana Alokasi Umum
17.87 126.24
Dana Bagi Hasil Buk an Pajak (SDA)
2,523.4 7
3,620.85 3,375.77
653.81 576.62 548.18
Dana Bagi Hasil Pajak -
1,000 2010
2009
2, 000
3,000
4,000
2008
Grafik 4.4 Realisasi Pendapatan Transfer (Rp milyar) Sumber : Biro Keuangan Pemprov Kaltim, diolah
4.3 Belanja Komponen belanja pada realisasi APBD provinsi Kalimantan Timur triwulan IV-2010 menunjukkan nilai realisasi mencapai Rp 5,78 trilyun atau secara prosentase realisasi mencapai 86,14%. Realisasi ini mengalami peningkatan secara prosentase jika dibandingkan dengan realisasi belanja pada APBD triwulan IV-2009 yang mencapai 83,81%. Apabila dilihat per-komponen belanja, prosentase realisasi belanja operasi, belanja modal, dan transfer masing-masing sebesar 85,12%, 82,41%, dan 99,72% (Tabel 4.2). Komponen Belanja Operasi APBD Kaltim Triwulan IV-2010 mencapai realisasi sebesar Rp 3,26 trilyun (85,12%) atau secara prosentase mengalami peningkatan jika dibandingkan Belanja Operasi triwulan IV-2009 sebesar 84,41%. Jika dilihat per-komponen Belanja Operasi, Belanja Bantuan Keuangan memiliki kontribusi terbesar yaitu 35,81% dengan nilai realisasi pada triwulan IV-2010 mencapai Rp 1,17 trilyun atau secara prosentase sebesar 97,87% dari total rencana Belanja Bantuan Keuangan pada APBD Kaltim 2010 (Grafik 4.5). Belanja Pegawai memiliki kontribusi terbesar kedua setelah Belanja Bantuan Keuangan, dengan nilai realisasi pada triwulan IV-2010 mencapai Rp 838 milyar atau mencapai 80,29% dari total Belanja Pegawai APBD Kaltim 2010. Jika dibandingkan dengan realisasi Belanja Operasi, realisasi komponen Belanja Modal APBD Kaltim triwulan IV-2010 memiliki pencapaian realisasi sebesar Rp 1,61 trilyun atau secara prosentase mencapai 82,41 %. Belanja jalan, irigasi, dan jaringan memiliki kontribusi terbesar pada komponen belanja modal dengan tingkat realisasi mencapai Rp 848 milyar atau secara prosentase mencapai 87,54% (Grafik 4.6). Angka realisasi Belanja Moda inil mengalami penurunan jika dibandingkan dengan realisasi Belanja Modal pada APBD triwulan IV-2009 yang mencapai Rp 1,86 trilyun (84,28%). Hal ini mengindikasikan menurunnya realisasi kegiatan proyek pembangunan infrastruktur di Kalimantan Timur jika dibandingkan dengan kegiatan proyek pembangunan infrastruktur yang dilakukan pada tahun lalu.
51
Keuangan Daerah
Tabel 4.2 Realisasi Komponen Belanja APBD Kaltim Triwulan IV Tahun 2010 JUM LAH (RP milyar)
URAIAN
APBD
Belanja
Deviasi
REALISASI
% Realisasi
6,717.22
5,786.22
(931.01)
86.14
3,839.15
3,267.88
(571.27)
85.12
Belanja Pegawai'
1,043.89
838.12
(205.77)
80.29
Belanja Barang
1,037.88
799.65
(238.23)
77.05
435.50
356.17
(79.33)
81.78
Belanj a Operasi
Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Keuangan
Belanj a M odal
126.36
103.86
(22.49)
82.20
1,195.52
1,170.08
(25.44)
97.87
1,962.05
1,616.98
(345.07)
82.41
Belanja Tanah
91.33
51.27
(40.06)
56.14
Belanja Peralatan dan Mesin
291.60
221.84
(69.76)
76.08
Belanja Bangunan dan Gedung
590.87
481.10
(109.76)
81.42
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
968.71
848.04
(120.67)
87.54
19.55
14.73
(4.82)
75.33
Belanj a Tak Terduga
12.13
-
(12.13)
0.00
Belanja Tak Terduga
12.13
-
(12.13)
0.00
903.89
901.35
(2.53)
99.72
903.89
901.35
(2.53)
99.72
903.89
901.35
(2.53)
99.72
Belanja Aset Tetap L:ainnya
Transf er Transfer Bagi Hasil Ke Kab./Kota/Desa Bagi Hasil Pajak
Sumber: Biro Keuangan Pemprov. Kaltim, diolah. *) Data sementara, memungkinkan perubahan beberapa SKPD
1,170.08
Belanja Bantuan Keuangan
1,650.63 1,496.66 103.86 189.79 124.69
Belanja Bant uan Sosial
356.17 410.14
Belanja Hibah Belanja Subsidi
1,166.16
799.65 660.64 554.86
Belanja Barang
838.12 757.81 635.68
Belanja Pegaw ai -
400
2010
800
2009
1,200
1,600
2,000
2008
Grafik 4.5 Realisasi Belanja Operasi (Rp milyar) Sumber : Biro Keuangan Pemprov Kaltim, diolah *) Data sementara, memungkinkan perubahan beberapa SKPD
52
Keuangan Daerah
14.73 6.44 63.86
Belanja Aset Tetap Lainnya
848.04 864.70
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 623.74 481.10
Belanja Bangunan dan Gedung
704.55 747.93 221.84 216.38 188.42
Belanja Peralatan dan Mesin 51.27 71.02 30.41
Belanja Tanah -
200
2010
400
2009
600
800
1,000
2008
Grafik 4.6 Realisasi Belanja Modal (Rp milyar) Sumber : Biro Keuangan Pemprov Kaltim, diolah *) Data sementara, memungkinkan perubahan beberapa SKPD
53
BAB V
PERKEM BA NGA N SISTEM PEM BA YA RA N
5.1. Gambaran Umum Perkembangan sistem pembayaran pada triwulan IV-2010 menunjukkan perkembangan yang positif. Sistem pembayaran tunai dilihat dari perkembangan peredaran uang kartal, yaitu jumlah uang kartal yang masuk dan keluar dari kas Bank In Samarinda dan Balikpapan, menunjukkan adanya penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan jumlah uang kartal yang masuk dalam kategori PTTB juga mengalami peningkatan. Sementara itu perkembangan sistem pembayaran non tunai, yang dilihat dari perkembangan transaksi kliring dan RTGS di wilayah Kalimantan Timur, mengalami peningkatan
dibandingkan
dengan
periode
yang
sama
tahun
sebelumnya.
Meningkatnya transaksi keuangan di Kalimantan Timur pada triwulan IV-2010, diakibatkan oleh kondisi perekonomian yang semakin membaik.
5.2. Perkembangan Transaksi Tunai 5.2.1. Perkembangan Pengedaran Uang Kartal Transaksi tunai antara perbankan di Kalimantan Timur dengan Kantor Bank Indonesia Samarinda dan Balikpapan, pada triwulan IV-2010 mencapai Rp 5,316 milyar Outflow
(Rp Milyar) 6,000
Inflow
Growth (yoy)
pertumbuhan 200%
4,000
atau
100%
0%
sebesar
46,91%
dibandingkan dengan periode yang sama
pada
Pertumbuhan 2,000
mengalami
tinggi
tahun
sebelumnya.
tahunan
ini
dibandingkan
lebih
dengan
pertumbuhan di triwulan III-2010 -
-100% Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV 2008
2009
2010
yang
mengalami
sebesar
40,30%
Dibandingkan sebelumnya,
Grafik 5.1 Peredaran Uang Kartal di Kaltim Sumber : Bank Indonesia
pertumbuhan (Grafik
dengan
5.1).
triwulan
perkembangan
transaksi tunai di Kaltim Triwulan IV-2010
mengalami
peningkatan
sebesar 31,51%(qtq). Dari nominal transaksi tunai pada periode laporan tersebut, jumlah uang yang keluar dari kas Bank Indonesia di Kalimantan Timut mencapai Rp 3.969 milyar. Jumlah ini mengalami pertumbuhan sebesar 35,28% (yoy). Sedangkan jumlah uang kartal yang masuk ke kas Bank Indonesia dari perbankan mencapai Rp. 1.348 milyar atau naik sebesar 96,72% (yoy). Secara keseluruhan, pada
54
Perkembangan Sist em Pembayaran
triwulan IV-2010, Kalimantan Timur mengalami net outflow (jumlah uang yang masuk lebih kecil dibandingkan uang yang keluar) sebesar Rp 2.620,74 milyar
In flow Smr
( Rp Milyar)
In flow Bpp
Outflow Smr
Ou tflow Bpp
3,000 2,250 1,500 750 QI
Q II
Q III Q IV
QI
Q II
2008
Q III Q IV
QI
Q II
2 009
Q III Q IV
2010
G rafik 5 .2 Peredaran u ang Kartal di Wilker KBI
Grafik 5.2 Peredaran Uang Kartal di Wilker KBI Sumber : Bank Indonesia
Dari jumlah uang kartal yang masuk ke kas Bank Indonesia di wilayah Kalimantan Timur, terdapat uang kartal yang masuk dalam kategori Uang Tidak Layak Edar (UTLE), yaitu uang yang menurut klasifikasi Bank Indonesia sudah tidak layak untuk menjadi alat pembayaran karena mengalami kelusuhan atau rusak. Jenis uang yang termasuk dalam UTLE tersebut kemudian masuk dalam klasifikasi untuk dimusnahkan atau Bank Indonesia melakukan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). Jumlah uang yang termasuk dalam kategori PTTB ini pada triwulan IV-2010 mencapai Rp 412,68 milyar atau mengalami pertumbuhan sebesar 81,56%(yoy) dibandingkan triwulan IV-2009 (Grafik 5.2). Sedangkan secara triwulanan, jumlah PTTB ini mengalami pertumbuhan sebesar 110,57%.
(Rp milyar)
Smr
Bpp
Kaltim
Growth (yoy) Kaltim
500
300%
400
200%
300 100% 200 0%
100 -
-100% QI
Q II
Q III
2008
Q IV
QI
Q II
Q III
Q IV
2009
QI
Q II
Q III
Q IV
2010
Grafik 5.3 Perkembangan PTTB per Wilker KBI Sumber : Bank Indonesia
55
Perkembangan Sist em Pembayaran
5.3 Perkembangan Transaksi Non-Tunai 5.3.1. Perkembangan Transaksi Kliring ( Rp Milyar)
Nilai
Transaksi
Growth yoy 50%
6,000
2010 4,000
0%
Kliring
di
Wilayah
Kalimantan Timur pada Triwulan IVmengalami
pertumbuhan
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya (Grafik 5.4).
2,000
Jumlah transaksi kliring triwulan IV-50%
-
QI QII QIII QIV QI QII QIII QIV QI QII QIII QIV 2008
2009
2010 mencapai Rp 5.170,58 milyar, bila
2010
dibandingkan
yang
Grafik 5.4 Perkembangan Transaksi Kliring
sama
mengalami
Sumber : Bank Indonesia
dengan
tahun
triwulan
sebelumnya
pertumbuhan
11,50%
(yoy). Volume transaksi pada triwulan
IV-2010 mencapai 164.040 bilyet, jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2009 mengalami penurunan transaksi sebesar 10,74%(yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya dimana volume transaksi kliring di Kaltim pada triwulan IV-2010 mengalami penurunan 10,24%(qtq).
5.3.2 Perkembangan Transaksi BI-RTGS Nilai Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) di Kaltim pada Triwulan IV-2010 mencapai Rp 51.160 miyar, atau mengalami pertumbuhan sebesar 26,11%(yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan transaksi RTGS periode berjalan dipengaruhi oleh pertumbuhan yang terjadi pada nilai transaksi yang masuk ke Kaltim sebesar 29,41%(yoy) dan nilai transaksi
keluar
dari
Kaltim
yang
juga
mengalami
pertumbuhan
sebesar
22,75%(yoy). Selain karena peningkatan nilai transaksi baik yang keluar maupun yang masuk ke Kaltim, pertumbuhan RTGS juga dipengaruhi oleh pertumbuhan volume transaksi RTGS yang tumbuh sebesar 24,63% (yoy) dari 56.325 transaksi pada periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 70.197 transaksi (Grafik 5.5). Jumlah
Growth qtq
Growth yoy
(Rp. Trilyun) 60
100%
40
50%
20
0%
-
-50% Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV QI 2007
2008
2009
QII Q III Q IV 2010
Grafik 5.5 Perkembangan Transaksi RTGS di Kaltim Sumber: Bank Indonesia
56
Perkembangan Sist em Pembayaran
Secara
triwulan,
transaksi
RTGS
pada
triwulan
IV-2010
mengalami
pertumbuhan sebesar 12,19%(qtq), sedangkan pertumbuhan volume transaksi mencapai 48,93%(qtq) dari 47.135 menjadi 70.197. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan nilai transaksi maupun volume transaksi yang keluar ke Kaltim maupun yang masuk ke Kaltim (Tabel 5.1). Tabel 5.1 Perkembangan Transaksi RTGS di Kalimantan Timur (Rp Milyar) 2009
Transaksi RTGS
2010 QII
Q IV-2010
Q IV
QI
Q III
Q IV
Q-t-Q
Y-o-Y
Jumlah (dlm Milyar Rp.)
20,122
15,520
18,690
21,593
24,700.16
14.39%
22.75%
Volume
22,288
25,114
26,619
20,228
30,802.00
52.27%
38.20%
Jumlah (dlm Milyar Rp.)
20,448
17,623
22,235
24,010
26,460.33
10.20%
29.41%
Volume
34,037
34,762
36,670
26,907
39,395.00
46.41%
15.74%
Keluar Kaltim
Masuk Ke Kaltim
Total Jumlah (dlm Milyar Rp.)
40,570
33,143
40,925
45,603
51,160
12.19%
26.11%
Volume
56,325
59,876
63,289
47,135
70,197
48.93%
24.63%
Sumber : Bank Indonesia
Berdasarkan Lokasi Kantor Bank Indonesia di Kalimantan Timur, nilai transaksi RTGS di Samarinda pada periode Triwulan IV-2010 mencapai Rp. 37.047 milyar atau tumbuh sebesar 25,25% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara nilai transaksi RTGS di Balikpapan tercatat sebesar Rp. 14.122 milyar atau tumbuh sebesar 28,41% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya (Grafik 5.6). Sam arinda
Balikpapan
Kaltim
g Kaltim
(Rp trilyun)
(yoy)
60
100%
40
50%
20
0%
-
-50% QI
Q II
Q III Q IV
2008
QI
Q II
Q III Q IV
2009
QI
QII
QIII
QIV
2010
Grafik 5.6 Perkembangan RTGS per Wilker KBI Sumber: Bank Indonesia
57
PERKEM BA NGA N KETENA GA KERJA A N DA ERA H
BA B VI
DA N KESEJA HTERA A N
6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Kalimantan Timur Perkembangan jumlah penduduk Kalimantan Timur yang berusia 15 tahun ke atas, berdasarkan survei ketenagakerjaan bulan Agustus 2010, berjumlah 2.482.319 orang, mengalami peningkatan sebesar 9,44%(yoy) dibandingkan data bulan Agustus 2009 atau bertambah sebanyak 214.089 orang. Pertambahan tersebut dipengaruhi oleh pertambahan jumlah laki-laki 119.802 orang atau tumbuh sebesar 10,01%(yoy) dan perempuan 94.287 atau tumbuh sebesar 8,80%(yoy). Dari keseluruhan jumlah penduduk usia 15 tahun keatas, yang termasuk dalam kategori angkatan kerja berjumlah 1.648.455 orang. Jumlah ini mengalami pertumbuhan sebesar 12,83%(yoy) atau bertambah sebanyak 187.459 orang dari periode yang sama tahun sebelumnya, sehingga Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mencapai 66,41%, lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Agustus 2009 yang sebesar 64,41%. Jumlah pengangguran di Kalimantan Timur mengalami peningkatan sebesar 5,27%(yoy) menjadi 166.557
orang,
dan
Tingkat
Pengangguran
Terbuka
(TPT)
mengalami
penurunan
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu dari 10,83% menjadi 10.10% (Tabel 6.1) . Tabel 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Kalimantan Timur 2009
Kegi at an Utama
2010
Februari
Agust us
Februari
2
3
4
1
Agustus 5
1 Penduduk 15+
2,242,398
2,268,230
2,307,357
2,482,319
2 Angkatan Kerja
1,488,456
1,460,996
1,535,040
1,648,455
1,323,369
1,302,772
1,374,563
1,481,898
165,087
158,224
160,477
166,557
753,942
807,234
772,317
833,864
4 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%)
66.38
64.41
66.53
66.41
5 Tidak Pengangguran terbuka (% )
11.09
10.83
10.45
10.10
Bekerja Penganggur 3 Bukan Angkatan Kerja
Sumber : BPS Prov. Kalimantan Timur, diolah.
Berdasarkan
jenis
kelaminnya,
komposisi angkatan kerja di Kalimantan Timur didominasi oleh laki-laki sebesar
68,43%,
sedangkan angkatan kerja perempuan sebesar
Perempuan, 31.57% Laki-Laki, 68.43%
31,57%. Pertumbuhan jumlah angkatan kerja penduduk
perempuan
17,40%(yoy),
sedangkan pada penduduk laki-laki mengalami pertumbuhan sebesar 10,84%(yoy).
Grafik 6.1 Komposisi Jenis Kelamin Angkatan Kerja Kalimantan Timur Sumber : BPS Prov Kaltim, diolah
58
Perkembangan Ket enagakerjaan Daerah
Dari 1.648.455 orang total angkatan kerja Kalimantan Timur,
atas dasar
Kota/Kabupaten kebanyakan terkonsentrasi di Kota Samarinda sebanyak 338.192 orang, Kabupaten Kutai Kartanegara 294.620 orang dan Kota Balikpapan 259.391 orang dengan jumlah pengangguran secara absolut terbesar adalah Kabupaten Kutai Kartanegara 33.980 orang, Kota Samarinda 31.196 orang, dan Kota Balikpapan sebesar 30.494 orang.
Namun
demikian, prosentase pengangguran terbuka tertinggi di Kalimantan Timur adalah Kota Bontang 12,77%, Kabupaten Kutai Timur 12,71% dan Kota Balikpapan 11.76%. Tabel 6.2 Penduduk yang Bekerja, Presentase Pengangguran dan Partisispasi Angkatan Kerja menurut Kabupaten/Kota di Kaltim Agustus 2010
Agustus 2010 Kabupaten/Kota 1
Total Penduduk 15+
Angkatan Kerja
Bekerja
Pengangguran
Bukan Angkatan Kerja
TPAK
TPT
2
3
4
5
6
7
8
Kab. Pasir
160,384
99,383
92,607
6,776
61,001
61.97
6.82
Kab. Kutai Barat
114,616
84,971
78,196
6,775
29,645
74.14
7.97
Kab. Kutai Kartanegara
435,511
294,620
260,640
33,980
140,891
67.65
11.53
Kab. Kutai Timur
177,158
121,630
106,174
15,456
55,528
68.66
12.71
Kab. Berau
122,121
83,484
75,693
7,791
38,637
68.36
9.33
Kab. Malinau
40,681
30,711
29,520
1,191
9,970
75.49
3.88
Kab. Bulungan
76,152
51,784
47,063
4,721
24,368
68.00
9.12
Kab. Nunukan
94,049
61,190
56,494
4,696
32,859
65.06
7.67
Kab. PPU
97,983
66,543
60,035
6,508
31,440
67.91
9.78
Kab. TanaTidung
10,794
7,218
6,350
868
3,576
66.87
12.03
Kota Balikpapan
400,887
259,391
228,897
30,494
141,496
64.70
11.76
Kota Samarinda
522,475
338,192
306,996
31,196
184,283
64.73
9.22
Kota Tarakan
133,005
89,360
80,915
8,445
43,645
67.19
9.45
Kota Bontang
96,503
59,978
52,318
7,660
36,525
62.15
12.77
2,482,319
1,648,455
1,481,898
166,557
833,864
66.41
10.10
TOTAL Catatan: 1.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah rasio jumlah angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja (15+).
2.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah rasio jumlah penganggur terbuka terhadap jumlah angkatan kerja.
Sumber: BPS Prov. Kalimantan Timur, diolah.
Dilihat dari status pekerjaan utama 1.481.898 orang pekerja, status pekerjaan utama terbanyak sebagai buruh/karyawan sebesar 699.370 orang atau 47,19%, diikuti posisi kedua jenis kegiatan berusaha sendiri sebesar 314.953 orang atau
21,25%, dan
berusaha dibantu buruh tidak tetap sebesar 190.359 orang atau 12,85% (Tabel 6.3).
59
Prospek perekonomian Daerah
Tabel 6.3 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama
2009
Status Pekerjaan Utama
2010
Februari
Agustus
Februari
Agustus
2
3
4
5
1 Berusaha Sendiri
252,668
262,263
264,123
314,953
Berusaha dibantu buruh tidak tetap
213,058
218,248
192,357
190,359
37,600
34,899
32,212
44,813
550,585
563,645
611,684
699,370
Pekerja Bebas di Pertanian
36,652
21,853
31,728
24,305
Pekerja Bebas di Non Pertanian
33,807
32,181
23,151
28,198
198,999
169,683
219,308
179,900
1,323,369
1,302,772
1,374,563
1,481,898
Berusaha dibantu buruh tetap Buruh/Karyawan
Pekerja Tak Dibayar TOTAL
Sumber: BPS Prov. Kalimantan Timur, diolah.
Apabila ditinjau dari perkembangan pencairan Jaminan Hari Tua (JHT) kondisi ketenagakerjaan di Kalimantan Timur menunjukkan sedikit penurunan. Indikasi ini terlihat dari pencairan JHT secara nominal yang mengalami sedikit peningkatan dari Rp 11,74 milyar pada triwulan III-2010 menjadi Rp 12,35 milyar pada triwulan IV-2010 atau mengalami peningkatan sebesar 5,22% (qtq) (Grafik 6.2). (R p Jut a) 2 0,00 0
J am in a n Hari Tu a
y -o- y
(% ) 300 250
1 6,00 0
200 1 2,00 0
150
8,00 0
100 50
4,00 0
0
-
- 50 Q I Q II Q III Q Q I Q II Q III Q IV IV 20 08
20 09
Q I Q II Q III Q IV 2 01 0
Grafik 6.2 Perkembangan Nominal Jaminan Hari Tua (JHT) di Samarinda Sumber : PT. Jamsostek Kantor Cabang Samarinda
6.2 Kesejahteraan Kondisi kesejahteraan masyarakat di triwulan IV-2010 diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini terjadi karena tingkat penghasilan masyarakat Kaltim memiliki kecenderungan meningkat (Grafik 6.3). Kondisi tersebut tercermin dari naiknya Indeks Penghasilan Saat Ini menurut Survei Konsumen Bank Indonesia. Indeks tersebut meningkat dari rata-rata 136,83 pada triwulan III-2010 menjadi rata-rata 137,83 pada triwulan IV-2010. Penghasilan yang meningkat serta inflasi Kaltim yang relatif terkendali
merupakan indikator yang mendukung tingkat kesejahteraan masyarakat,
60
Perkembangan Ket enagakerjaan Daerah
sehingga berdampak pada naiknya ekspektasi konsumen terhadap penghasilan periode berikutnya. Hal ini dapat dilihat dari tetap tingginya ekspektasi penghasilan Kaltim walaupun dengan tingkat yang lebih rendah.
200 Penghasilan Saat Ini
Ekspektasi Penghasilan
160 120 80 40 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 2008
2009
2010
Grafik 6.3 Indeks Penghasilan dan Ekspektasi Penghasilan Sumber : Survey Konsumen Bank Indonesia
61
BAB VII
PROSPEK PEREKONOM IA N DA ERA H
7.1 Prospek Perekonomian Daerah Triwulan IV-2010 Perekonomian Kalimantan Timur pada triwulan I-2011 diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang positif, dengan perkiraan laju pertumbuhan berkisar antara 2% s.d. 3% (yoy). Salah satu indikator yang menjadi arah pertumbuhan positif tersebut dapat terlihat dari hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan Bank Indonesia Samarinda pada bulan Januari 2010 yaitu Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang masih berada di atas level optimis (100), yaitu sebesar 123,83. Hal ini dipengaruhi oleh komponen-komponen IEK yang seluruhnya meningkat dan berada di atas level optimis (Grafik 7.1), terutama disebabkan
ekspektasi membaiknya kondisi perekonomian
dan ekspektasi terhadap
penghasilan. Dari sisi permintaan pertumbuhan positif masih didukung oleh kinerja ekspor Kalimantan
Timur
dan
semakin
mengeliatnya
kegiatan
investasi
seiring
dengan
meningkatnya pembangunan infrastruktur di Kaltim yang mulai dilakukan. Sedangkan dari sisi penawaran pertumbuhan ekonomi Kaltim masih didukung oleh perkembangan positif di sektor pertambangan dan penggalian yang diperkirakan masih tinggi karena stabilnya permintaan dan meningkatnya harga komoditas unggulan Kaltim yaitu batubara dan minyak mentah di pasar internasional (Grafik 7.2). Faktor yang berpotensi menghambat kinerja sektor pertambangan dan penggalian adalah tingginya curah hujan di wilayah Kaltim pada periode triwulan pertama tahun 2011.
USD Ekspektasi Penghasilan
Ekspektasi Ekonomi
Ekspektasi Ketersediaan Lap.Kerja
Garis 100
minyak wti
coal
160
180
140
160
120
140
100
120
90.19
80
100
60
74.3
80
40
60 40
20
20
1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1
2005 2008
2009
2010
Grafik 7.1 Indeks Ekspektasi Konsumen Sumber : Survey Konsumen BI
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2011
Grafik 7.2 Harga Komoditas Minyak dan Batubara Sumber : Datastream Bloomberg
7.2 Prospek Perkembangan Inflasi Tekanan terhadap laju perkembangan harga barang dan jasa pada triwulan I-2011 diperkirakan akan mengalami peningkatan, yang dipengaruhi oleh adanya tren peningkatan beberapa harga komoditas pangan di pasar dunia seperti gula dan bahan dasar beberapa produk makanan jadi yaitu minyak sawit (Grafik 7.3 dan Grafik 7.4). Selain itu berdasarkan pemantauan harga di bulan Januari, yang dilakukan oleh Disperindagkop Prov. Kalimantan
62
Prospek Perekonomian Daerah
Timur, beberapa komoditas utama atau bahan kebutuhan pokok di kota Samarinda mayoritas mengalami peningkatan yang cukup tinggi diantaranya cabe merah besar, minyak goreng, daging ayam boiler, dan telur ayam (Grafik 7.5 dan Grafik 7.6). Faktor pendorong inflasi pada triwulan depan antara lain keterbatasan pasokan bahan makanan seperti beras, sayuran, bumbu-bumbuan, serta ikan segar yang disebabkan faktor cuaca yang kurang mendukung
sehingga
menyebabkan
gagal
panen
dan
mengganggu
arus
distribusi
kebutuhan pokok dari Jawa dan Sulawesi Selatan. USD/metricton 1,400
USD/pound 40 35.39
1,237.80
1,200
30
1,000 800
20
600 601.84
400
12.29
10
200 -
0
1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2005
2011
Grafik 7.3 Harga Komoditas Gula
2006
2007
2008
2009
2010 2011
Grafik 7.4 Harga Minyak Kelapa Sawit
Sumber : Datastream Bloomberg (mtm) 80%
60%
Cabe Merah Besar
Minyak Goreng
Tepung Terigu
Beras Bengawan
Gula Pasir (DN)
Bawang Merah
40%
20%
0% n aJ -20%
b eF
ra r p M A
lu J
y n a u M J
g p u eS A
2009
tc v c n e a O o N D J
b eF
ra r p M A
y n lu a u J M J
g u A
p eS
tc v c n e a O o N D J
2010
2011
Grafik 7.5 Perkembangan Bulanan Harga Komoditas Utama Kota Samarinda (1) Sumber : Disperindagkop Provinsi Kaltim (mtm) 40%
Daging Ayam Boiler
Telur Ayam Boiler
Daging Sapi
30% 20% 10% 0% -10% -20%
l g p t v c n b r r y n l g p t v c n n b r r ya n u e c o e a e a p a u u u e c o e a Ja Fe aM p A M Ju J u A S O N D J F M A M J J A S O N D J 2009
2010
2011
Grafik 7.6 Perkembangan Bulanan Harga Komoditas Utama Kota Samarinda (2)
Sumber : Disperindagkop Provinsi Kaltim
63
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH 1. Inflasi dan PDRB INDIKATOR
2009
2010
Total
QI
Q II
Q III
Q IV
MAKRO EKONOMI Indeks Harga Konsumen (IHK)
125.03
129.89
130.5
Kota Sam arinda
121.60
124.12
125.04
129.14
130.11
Kota Balikpapan
118.55
121.57
122.50
127.57
127.30
Kota Tarakan
131.39
135.19
132.80
139.74
141.80
5.84
7.45
7.28
Laju Inf lasi Tahunan (yoy,%)
121.65
4.30
124.54
5.96
Kota Sam arinda
4.06
4.65
4.99
6.51
7.00
Kota Balikpapan
3.60
6.21
6.70
8.35
7.38
Kota Tarakan
7.21
9.73
105,368.81
27,436
27,570
27,694
27,900
6,947.07
1,897.24
1,787.47
1,741.20
1,723.23
Pertambangan & Penggalian
42,262.88
11,293.22
11,361.85
11,523.14
11,677.17
Industri Pengolahan
31,666.16
7,769.58
7,785.44
7,620.41
7,546.33
PDRB - harga konstan (miliar Rp) Pertanian
Listrik, gas dan air bersih
6.37
8.12
7.00
337.69
86.65
88.23
90.24
90.52
Bangunan
3,977.67
1,039.88
1,078.80
1,113.69
1,149.94
Perdagangan, Hotel dan Restoran
8,897.65
2,373.26
2,426.60
2,494.79
2,539.08
Pengangkutan dan Komunikasi
5,851.25
1,540.75
1,579.42
1,621.23
1,649.72
Keuangan, Persewaan dan Jasa
3,277.74
866.26
883.50
902.39
926.65
Jasa
2,150.70
562.01
572.04
583.26
594.73
Pertumbuhan PDRB (yoy,%)
2.13
6.82
7.04
Nilai Ekspor Nonmigas (USD juta)*
9,809.18
2,847.50
3,221.59
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)*
144,279
45,853
Nilai Impor Nonmigas (USD juta)*
2,681.45
Volume Impor Nonmigas (ribu ton)*
Keterangan (*): Data sampai dengan November 2010
655.48
425.99 260.96
3.76 3,399.77
2.36 1,950.50
45,815
47,035
25,972
390.07
395.13
247.46
344.30
304.33
136.90
2. Perbankan INDIK AT OR
2 009
2010
To tal
QI
Q II
Q III
Q IV
PERB AN KA N B ank Um um: To tal Aset (R p t riliun )
53.15
60.38
D PK ( Rp trili un)
61.81
63.9 6
63.77
43.70
46.58
47.83
49.3 7
49.91
Tabungan (Rp trili un)
18.92
18.01
18.65
19.6 0
22.67
Giro (Rp trili un)
12.60
14.43
13.46
13.3 1
11.88
Depo sito (R p t ril iun )
12.19
14.15
15.72
16.4 6
15.36
36.42
39.81
41.09
46.4 8
46.30
17.00
18.36
21.10
22.4 6
21.59 10.22
K redi t ( Rp triliu n) - berdasa rk an lo ka si proyek * Mo dal Kerj a Kon sumsi
7.89
9.17
10.00
10.4 5
In vestasi
11.53
12.27
13.86
13.5 7
14.50
83 .34%
85.46%
85.8 3%
94 .16%
92.77%
24.98
26.30
28.13
30.0 0
32.53
10.31
9.98
10.68
11.7 6
12.73
Kon sumsi
7.99
9.07
9.84
10.4 8
11.08
In vestasi
6.68
6.69
7.62
7.7 5
8.72
60 .76%
65.18%
LDR K redi t ( Rp triliu n) - berd asarkan lo kasi ka nt or ca b Mo dal Kerj a
LDR
57 .15%
55.27%
58.7 7%
K redi t M KM (R p triliu n) K redi t M ikro (
3.98
3.74
4.03
4.30 1
4.38
Kredit Mo dal Kerja
0.56
0.55
0.54
0.66 1
0.67
Kredit In vest asi
0.14
0.09
0.10
0.05 8
0.07
Kredit Kon sumsi
3.29
3.10
3.39
3.58 1
3.64
K redi t K ecil (R p 50 jut a < X ? Rp 500 jut a ) (R p t ri liun )
5.49
6.29
7.06
7.76 0
8.29
Kredit Mo dal Kerja
1.48
1.49
1.53
1.73 3
1.72
Kredit In vest asi
0.61
0.47
0.52
0.54 1
0.60
Kredit Kon sumsi
3.40
4.33
5.00
5.48 6
5.96
6.45
6.63
7.18
7.68 0
8.00
Kredit Mo dal Kerja
4.09
4.03
4.36
4.73 1
4.85
Kredit In vest asi
1.33
1.38
1.57
1.71 0
1.82
K redi t M enen ga h (Rp 500 jut a < X < ? R p 5 mili ar) (Rp triliun)
Kredit Kon sumsi
1.03
1.22
1.25
1.23 8
1.32
15.92
16.66
18.26
1 9.74 1
20.68
2.56
2.41
2.64 0
2.38
To tal Aset (R p mi liar)
2 22.44
220.48
234.23
23 9.78
271.09
D PK ( Rp mili ar)
1 43.46
141.98
150.86
15 2.71
176.52
64.67
60.29
58.48
5 4.89
To tal Kred it MK M (Rp trili un) N PL MK M gross ( %)
2.64
N PL MK M nett (%)
BP R:
Tabungan Giro Depo sito
-
-
-
71.56 -
-
78.79
81.69
92.38
9 7.82
104.95
1 47.93
155.47
163.49
16 6.17
178.02
Mo dal Kerj a
83.25
85.18
90.51
94.0 1
101.67
Kon sumsi
50.40
55.44
56.09
54.7 1
59.98
In vestasi
14.27
14.85
16.89
17.4 6
1 47.93
155.47
18.00
19.00
K redi t ( Rp mili ar)
K redi t U M KM (Rp mil ia r) R asio NP L G ross (%) R asio NP L N ett (%) L DR
163.49
16 6.17
16.37 178.02
17.62
17.7 8
16.68
1 08.3 7%
108 .81%
100.85%
0 103 .12%
109.50%
3. Sistem Pembayaran INDIK ATOR
2009 To tal
2010 QI
Q II
Q III
Q IV
SISTEM PEMBAYARAN Posisi Kas Gabungan (Rp triliun) Inflow (Rp triliun)
10.45
1.10
2.31
0.66
1.62 0.17
7.52 0.91
5.31 1.34
8.15
0.44
1.45
6.606
3.96
Pemusnahan Uang (Rp miliar)
491.28
233.55
108.39
365.20
412.68
Nominal Transaksi RTGS (Rp triliun)
138.68
33.14
40.92
45.603
51.16
199,592.00
59,876
63289
47135
0.58
0.55
0.68
0.76
0.85
831.63
998
1,055
786
1,169
1.98
0.56
0.53
0.55
0.64
170,201.00
48,089
45306
44083
47880
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
709.17
801
755
735
798
Outflow (Rp triliun)
Volume Transaksi RTGS (transaksi) Rata-rata harian nominal transaksi RTGS Rata-rata harian volume transaksi RTGS (transaksi) Nominal Kliring Kredit (Rp triliun) Volume Kliring Kredit (transaksi) Rata-rata harian Nom inal Kliring Kredit (Rp triliun) Rata-rata harian Volume Kliring Kredit (transaksi) Nominal Kliring Debet (Rp triliun) Volume Kliring Debet (transaksi) Rata-rata harian Nom inal Kliring Debet (Rp triliun) Rata-rata harian Volume Kliring Debet (transaksi) Nominal Kliring Pengembalian (Rp triliun) Volume Kliring Pengembalian Rata-rata harian Nom inal Kliring Pengembalian Rata-rata harian Volume Kliring Pengembalian
70,197
18.18
4.74
4.89
4.927
5.38
697,674.00
190,841
191,645
187,878
169,784
0.08
0.079
0.082
0.082
0.089
2,906.98
3,181
3,194
3,131
2,829
0.66
0.18
16,309.00
5,067
4,910
0.01
0.003
0.004
0.22
0.15 5117 0.002
0.21 5744 0.003
271.82
84
82
85
Nominal Tolakan Cek/BG Kosong
0.42
0.16
0.19
0.134
0.165
Volume Tolakan Cek/BG Kosong
12,197.00
4,119
3824
4116
4339
0.01
0.003
0.003
0.002
0.002
203.28
69
64
69
72
Rata-rata harian Nom inal Tolakan Cek/BG Kosong Rata-rata harian Volume Tolakan Cek/BG Kosong
95