KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara
Triwulan IV – 2011
Kantor Bank Indonesia Manado
0
Kata Pengantar Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 6 Tahun 2009 , dijelaskan bahwa tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Guna mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum otonomi daerah, setiap Kantor Bank Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI Manado dituntut berperan sebagai ”economic intelligent and research unit” yang diharapkan mampu memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini sebagai bahan masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam perumusan dan penetapan kebijakan moneter yang tepat sasaran. Penyajian informasi ekonomi dan keuangan daerah tersebut, disusun dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sulawesi Utara secara triwulanan, yang berisi analisis mengenai kondisi makro ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta prospeknya ekonomi di triwulan mendatang. Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.
Manado, 31 Desember 2011 BANK INDONESIA MANADO
Ramlan Ginting Pemimpin
1
Daftar Isi KATA PENGANTAR
halaman 1
DAFTAR ISI
halaman 2
RINGKASAN EKSEKUTIF
halaman 5
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
halaman 12
Sisi Permintaan
halaman 12
Sisi Penawaran
halaman 20
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
halaman 32
Inflasi Tahunan (yoy)
halaman 33
Inflasi Triwulanan (qtq)
halaman 33
Inflasi Bulanan (mtm)
halaman 34
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi
halaman 37
Boks 1: Asymetric Price Transmission Komoditas Volatile Foods Kota Manado
halaman 42
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
halaman 46
Struktur Aset Perbankan Sulawesi Utara
halaman 46
Perkembangan Kantor Bank
halaman 47
Perkembangan Bank Umum Konvensional
halaman 48
Stabilitas Sistem Perbankan
halaman 54
Perkembangan Perbankan Syariah
halaman 58
Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat
halaman 59
Boks 2: Peranan Kredit UMKM Dalam Mendukung Sektor Ekonomi Unggulan di
halaman 61
Sulawesi Utara
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
halaman 64
Dana Perimbangan di Sulawesi Utara
halaman 65
APBD di Tingkat Provinsi
halaman 67
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
halaman 72
Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai
halaman 72
Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai
halaman 77
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN
halaman 80
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah
halaman 80
2
Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
halaman 83
PROSPEK PEREKONOMIAN
halaman 89
Prospek Ekonomi Makro
halaman 89
Prakiraan Inflasi
halaman 93
Prospek Perbankan
Halaman 97
Daftar Istilah dan Singkatan
halaman 98
3
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Kantor Bank Indonesia Manado Jl. 17 Agustus No. 56 Ph. 0431-868102, 868103, 868108 Fax. 0431 - 866933 Email :
[email protected];
[email protected];
[email protected] website : www.bi.go.id Publikasi ini dapat diunduh dalam bentuk softfile pada: http://www.bi.go.id/web/id/DIBI/Info_Publik/Ekonomi_Regional/
4
RINGKASAN EKSEKUTIF Perkembangan Makro Ekonomi Regional Perekonomian Sulawesi Utara sepanjang tahun 2011 terus menguat...
Perekonomian Sulawesi Utara sepanjang tahun 2011 terus menguat, setelah tumbuh 7,73% (yoy) pada triwulan III-2011, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan laporan tumbuh signifikan pada level yang relatif tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar 8,30% (yoy).
Berdasarkan hasil pemantauan pada indikator pertumbuhan, sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR) masih menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi tertinggi...
Berdasarkan hasil pemantauan pada indikator pertumbuhan, sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (PHR) masih menjadi salah satu penyumbang pertumbuhan ekonomi tertinggi pada triwulan laporan, hal ini ditandai dengan maraknya MICE yang dilaksanakan di Sulawesi Utara serta peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru. Selain itu, menjelang akhir tahun 2011 berbagai proyek fisik baik yang dikerjakan pemerintah maupun swasta diperkirakan meningkat, hal ini mendorong tumbuhnya Sektor Bangunan menjadi lebih tinggi. Di sisi lain, meski Sektor Pertanian menjadi salah satu sektor yang berkontribusi tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Sulut namun pertumbuhannya diperkirakan melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun demikian, adanya panen raya padi pada beberapa sentra produksi di Sulut yang diproyeksikan akan terjadi pada bulan mendatang, diperkirakan akan mampu menahan perlambatan.
Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan IV2011 terutama ditopang oleh aktivitas konsumsi...
Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan IV2011 terutama ditopang oleh aktivitas konsumsi serta membaiknya kinerja investasi. Kegiatan konsumsi, baik konsumsi swasta maupun pemerintah masih mengalami pertumbuhan positif. Faktor 5
pendorong pertumbuhan positif kegiatan konsumsi diantaranya: (1) peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat menjelang perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru, (2) peningkatan realisasi proyek fisik pemerintah menjelang akhir tahun anggaran yang selanjutnya akan
berdampak
terhadap
membaiknya
kinerja
investasi.
Sementara itu, kinerja ekspor di triwulan IV-2011 juga tercatat mengalami
pertumbuhan
positif
yang
ditandai
dengan
peningkatan ekspor komoditi unggulan Sulawesi Utara khususnya produk kelapa dan turunannya. Perkembangan Inflasi Daerah Tekanan inflasi Kota Manado sepanjang tahun 2011 tercatat sangat rendah …
Tekanan inflasi Kota Manado sepanjang tahun 2011 tercatat sangat rendah. Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada Desember 2011 tercatat 0,67% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, tercatat sebesar 7,38% (yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,79% (yoy). Secara bulanan, tekanan
inflasi
menunjukkan
Kota fluktuasi
Manado yang
sepanjang terutama
triwulan
IV-2011
dipengaruhi
oleh
pergerakan harga kelompok bahan makanan. Pada Oktober 2011 Kota Manado tercatat mengalami inflasi 0,33% (mtm), kemudian mengalami deflasi cukup tajam pada November 2011 sebesar 0,40% (mtm). Pada akhir triwulan IV 2011 tekanan inflasi Kota Manado kembali mengalami peningkatan yang terutama didorong oleh faktor musiman perayaan Hari Raya Natal & Tahun Baru sehingga tercatat mengalami inflasi sebesar 0,94% (mtm) pada Desember 2011. Berdasarkanfaktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi yang rendah secara tahunan terutama didorong oleh stabilnya tingkat inflasi kelompok inti...
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi yang rendah secara tahunan terutama didorong oleh stabilnya tingkat inflasi kelompok inti (core inflation) dan kelompok administered price. Sementara kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) memberikan sumbangan yang negatif terhadap inflasi tahunan.
6
Perkembangan Perbankan Daerah Kondisi perekonomian yang cukupbaik menjadi salah satu pendukung kuatnya pertumbuhan kinerja perbankan di Sulawesi Utara padatriwulan IV-2011…
Kondisi perekonomian yang cukup baik menjadi salah satu pendukung kuatnya pertumbuhan kinerja perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan IV-2011. Aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan outstanding kredit mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi penghimpunan dana, pertumbuhan DPK terutama terjadi pada jenis giro. Sejalan dengan itu, kredit bertumbuh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, terutama jenis kredit investasi. Pertumbuhan kredit yang lebih cepat daripada pertumbuhan DPK menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi Utara berada pada level 112,43% di akhir tahun 2011. Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan seperti aspek risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%.
Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan positif...
Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan mengalami
pertumbuhan positif.
Total aset bank umum syariah secara tahunan, sampai dengan posisi Desember 2011 meningkat sebesar 57,82% (yoy), sejalan dengan pertumbuhan kredit sebesar 48,08%. Sementara itu, DPK tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 50,31% (yoy) pada triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut, Financing to Deposit Ratio (FDR) menjadi 188,51% pada triwulan IV-2011.
Sejalan dengan kinerja bank umum (konvensional dan syariah) di Sulut, kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan IV-2011…
Sejalan dengan kinerja bank umum (konvensional dan syariah) di Sulut, kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara padatriwulan IV-2011 juga
menunjukkan
perkembangan
yang
menggembirakan,
tercermin dari pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Aset BPR pada Desember 2011 mengalami pertumbuhan positif sebesar 62,12% 7
(yoy), menjadi Rp651,7 miliar. Pertumbuhan aset BPR pada periode laporan terutama didorong oleh pertumbuhan kredit tercatat 58,09% (yoy) atau mencapai Rp455,8 miliar.
Secara sektoral,
kredit terutama disalurkan pada sektor lain-lain (konsumsi) dengan pangsa 81,04% dan sektor PHR dengan pangsa 9,85%. Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar kredit yang disalurkan BPR merupakan kredit konsumsi dengan pangsa mencapai 75,73% dari total kredit. Perkembangan Keuangan Daerah (APBD) Kinerja keuangan pemerintah pada akhir tahun anggaran 2011secara umum tercatat lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya...
Kinerja keuangan pemerintah Provinsi pada akhir tahun anggaran 2011 secara umum tercatat lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya, salah satunya tercermin dari realisasi pendapatan sebesar 101,9%, melebihi target yang ditetapkan dalam APBD-P 2011. Namun demikian, pencapaian pendapatan ini tercatat masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 104,1%. Di sisi belanja, Provinsi Sulawesi Utara menganggarkan dana yang cukup besar. Alokasi belanja Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp1,44 triliun atau meningkat 32,02% dari tahun sebelumnya. Namun demikian, peningkatan alokasi belanja ini tidak diikuti dengan peningkatan realisasinya. Sampai dengan akhir tahun anggaran 2011, realisasi belanja daerah tercatat hanya sebesar 89,1% lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya tercatat 94,9% dari total anggaran. Perkembangan Sistem Pembayaran
Pada triwulan IV-2011, nilai transaksi sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai (kliring) di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan...
Pada triwulan IV-2011, nilai transaksi sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai (kliring) di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan. Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan IV2011 di wilayah kerja KBI Manado menunjukkan terjadinya net outflow. KBI Manado mengalami net outflow sebesar Rp1.139 miliar, lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp513 miliar. Sementara itu, pada sistem pembayaran non tunai (kliring) sepanjang triwulan laporan tercatat mengalami peningkatan, tercermin dari jumlah jumlah warkat yang 8
dikliringkan sebanyak 91.789 lembar dengan nilai Rp2.279 miliar atau meningkat jumlahnya sebesar 2,53% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, perkembangan penyelesaian transaksi melalui BIRTGS selama triwulan IV-2011 mencapai Rp3.162 miliar atau mengalami peningkatan...
Sementara itu, perkembangan penyelesaian transaksi melalui Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) selama triwulan IV-2011
(dari
dan
ke
wilayah
Sulawesi
Utara)
mencapai
Rp3.162miliar atau mengalami peningkatan nilai sebesar 11,23% (yoy). Namun demikian dari sisi jumlah transaksi, volume RTGS pada triwulan laporan sedikit mengalami penurunan sebesar 2,62% (yoy) dari 6.515 transaksi di triwulan IV-2010 turun menjadi 6.344 transaksi pada triwulan IV-2011. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Masyarakat Seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi domestik dan meningkatnya kapasitas perekonomian Sulut, kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara terus menunjukkan perkembangan yang menggembirakan...
Seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi domestik dan meningkatnya kapasitas perekonomian Sulawesi Utara, kondisi ketenagakerjaan
di
Sulawesi
Utara
terus
menunjukkan
perkembangan yang menggembirakan, ditandai oleh membaiknya berbagai indikator ketenagakerjaan pada periode laporan. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Sulawesi Utara secara konstan mengalami penurunan selama beberapa tahun terakhir. Searah dengan TPT yang direlease oleh BPS, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia Manado menunjukkan terjadinya penurunan tingkat pengangguran, terindikasi dari nilai positif Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penggunaan tenaga kerja oleh dunia usaha Sulawesi Utara pada triwulan IV 2011. Selanjutnya, Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh KBI Manado menunjukkan masyarakat Sulawesi Utara masih optimis terhadap ketersediaan lapangan kerja yang ditunjukkan oleh berlanjutnya tren peningkatan indeks ketersediaan lapangan kerja pada periode laporan.
Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus meningkat..
Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus meningkat. Kondisi ini ditandai oleh turunnya tingkat kemiskinan yang 9
didukung
oleh
kenaikan
Nilai
Tukar
Petani
(NTP),
indeks
penghasilan dan ekspektasi penghasilan masyarakat Sulut.
Outlook Pertumbuhan Ekonomi Memasuki tahun 2012, perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan pertama diperkirakan berpotensi mengalami pertumbuhan pada kisaran 7,21% 7,41% (yoy)…
Memasuki tahun 2012, perekonomian Sulawesi Utara pada triuwlan pertama diperkirakan berpotensi mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun 2011, yakni dalam kisaran 7,21% - 7,41% (yoy). Beberapa faktor yang mendorong laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan I-20112 diantaranya adalah kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP), gaji PNS/TNI/Polri per 1 Januari 2011, dan pembangunan infrastuktur swasta serta terpilihnya Kota Manado sebagai tempat perhelatan event internasional ASEAN Tourism Forum (ATF) yang berlangsung pada tanggal 8-15 Januari 2012. Dari sisi permintaan, aktivitas konsumsi dan membaiknya kinerja investasi diperkirakan akan mendorong Sementara
pertumbuhan dari
sisi
pengangkutan
dan
pertumbuhan
positif
ekonomi
penawaran, komunikasi yang
pada
sektor
triwulan PHR
diprediksi
didorong
oleh
akan
serta
I-2012. sektor
mengalami
penyelenggaraan
beberapa event berskala nasional maupun internasional di Sulawesi Utara. Sektor bangunan juga diperkirakan akan tetap tumbuh positif sejalan dengan maraknya pembangunan proyek fisik pemerintah dan swasta yang sedang berjalan. Outlook Inflasi Regional Pada triwulan I 2011, laju inflasi Kota Manado diperkirakan akan berada pada level moderat, yakni berada pada kisaran 0,04%±1% (yoy). …
Pada triwulan I 2011, laju inflasi Kota Manado diperkirakan akan berada pada level moderat, yakni berada pada kisaran 0,04%±1% (yoy). Dari sisi fundamental, tekanan inflasi relatif terjaga didukung oleh melandainya tekanan inflasi yang bersumber dari sisi eksternal maupun domestik. Namun demikian, terdapat tendensi kenaikan ekspektasi masyarakat Sulut terkait beberapa kebijakan pemerintah di tahun 2012.
10
Dari Dari sisi non fundamental tekanan inflasi volatile foods diperkirakan akan meningkat sebagai faktor anomali cuaca dan. …
sisi
non
fundamental
tekanan
inflasi
volatile
foods
diperkirakan akan meningkat sebagai faktor anomali cuaca dan perkiraan curah hujan yang tinggi pada triwulan I-2012 yang berpotensi menimbulkan gagal panen dan berkurangnya pasokan perikanan tangkap. Sementara itu, inflasi kelompok administered price diperkirakan bersumber pada kenaikan cukai rokok dan kenaikan harga bahan bakar rumah tangga terkait konversi minyak tanah ke LPG.
Prospek Perbankan Sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi domestik, kinerja intermediasi perbankan di Sulawesi Utara padatahun 2012 diperkirakan akan membaik…
Sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi domestik, kinerja intermediasi perbankan di Sulawesi Utara pada tahun 2012 diperkirakan akan membaik. Hasil rekapitulasi Rencana Bisnis Bank (RBB) 2012 menunjukkan optimisme
perbankan Sulawesi Utara
untuk terus meningkatkan pertumbuhan penyaluran kreditnya pada
kisaran
36%
(yoy).
Dari
sisi
penghimpunan
dana,
pertumbuhan yang ditargetkan perbankan di Sulawesi Utara mencapai sekitar 41% (yoy). Sementaraitu, kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 6% pada triwulan I-2012 …
Sementara itu, kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 6% pada triwulan I 2012 diperkirakan memberikan dampak pada penambahan kapasitas perekonomian Provinsi Sulawesi Utara melalui transmisi suku bunga perbankan.
11
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Perekonomian Sulawesi Utara sepanjang tahun 2011 terus menguat, setelah tumbuh 7,73% (yoy) pada triwulan III-2011, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan laporan tumbuh signifikan pada level yang relatif tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar 8,30% (yoy). Berdasarkan hasil pemantauan pada indikator pertumbuhan, sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (PHR) masih menjadi salah satu penyumbang pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan, hal ini ditandai dengan maraknya MICE yang dilaksanakan di Sulawesi Utara serta peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru. Selain itu, menjelang akhir tahun 2011 berbagai proyek fisik baik yang dikerjakan pemerintah maupun swasta diperkirakan meningkat, hal ini mendorong tumbuhnya Sektor Bangunan menjadi lebih tinggi. Di sisi lain, meski Sektor Pertanian menjadi salah satu sektor yang berkontribusi tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Sulut namun pertumbuhannya diperkirakan melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun demikian, adanya panen raya padi pada beberapa sentra produksi di Sulut yang diproyeksikan akan terjadi pada bulan mendatang, diperkirakan akan mampu menahan perlambatan. Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara (yoy) 9.00 % 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2010
Q1
Q2
Q3
Q4
2011
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
1.1 SISI PERMINTAAN Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan IV-2011 terutama ditopang oleh aktivitas konsumsi serta membaiknya kinerja investasi. Kegiatan konsumsi, baik 12
konsumsi swasta maupun pemerintah masih mengalami pertumbuhan positif. Faktor pendorong pertumbuhan positif kegiatan konsumsi diantaranya: (1) peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat menjelang perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru, (2) peningkatan realisasi proyek fisik pemerintah menjelang akhir tahun anggaran yang selanjutnya akan berdampak terhadap membaiknya kinerja investasi. Sementara itu, kinerja ekspor di triwulan IV-2011 juga tercatat mengalami pertumbuhan positif yang ditandai dengan peningkatan ekspor komoditi unggulan Sulawesi Utara khususnya produk kelapa dan turunannya. Tabel 1.1. Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (% yoy) Jenis Penggunaan
Q3 8.98 7.28 12.39 -0.19 17.94 26.29 31.41 7.31
Konsumsi Konsumsi Swasta Konsumsi Pemerintah PMTB Stok Ekspor Impor PDRB
2010 Sumb Q4 5.55 10.03 3.01 7.96 2.54 13.74 -0.05 1.14 0.27 13.43 10.66 9.87 9.12 12.65 7.31 7.02
Sumb 6.22 3.16 3.06 0.27 0.21 4.61 4.29 7.02
2010 8.24 6.71 11.21 3.39 14.46 13.87 16.08 7.16
Q1 5.48 4.62 7.12 11.64 10.16 9.02 9.42 6.99
Sumb 3.78 2.09 1.69 2.51 0.10 4.36 3.77 6.99
2011 Sumb Q3 4.42 7.34 2.54 7.47 1.87 6.37 2.80 15.87 0.02 25.31 -0.75 -16.58 -0.65 -19.62 7.14 7.73
Q2 6.92 6.06 8.58 13.90 1.48 -1.46 -1.75 7.14
Sumb 4.47 3.09 1.37 3.73 0.42 -7.93 -7.04 7.73
Q4 8.13 8.21 8.00 16.73 18.79 6.19 10.95 8.30
2011
Sumb 5.18 3.29 1.89 3.74 0.31 2.97 3.90 8.30
6.58 6.65 6.46 14.67 14.95 -0.38 0.31 7.39
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
1.1.1 Konsumsi Kegiatan konsumsi selama triwulan IV-2011 mengalami pertumbuhan positif sebesar 8,13% (yoy) dengan kontribusi sebesar 5,18% terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Dibandingkan pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya, maka kinerja kegiatan konsumsi selama triwulan laporan tercatat mengalami sedikit perlambatan. Namun demikian, kinerja konsumsi masih tercatat sebagai kontributor utama pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan IV-2011. Faktor pendorong pertumbuhan positif kegiatan konsumsi swasta didukung oleh faktor musiman perayaan Hari Raya Idul Adha, Natal, Santa Claus Daya, pesta kembang api serta persiapan perayaan Tahun Baru 2012. Sementara pertumbuhan konsumsi pemerintah lebih banyak didorong oleh realisasi proyek fisik pemerintah daerah yang terus mengalami peningkatan menjelang akhir tahun anggaran.
Kinerja konsumsi swasta pada triwulan laporan salah satunya terindikasi
Grafik 1.2. Indeks Ekonomi Saat Ini
melalui 200
Indeks Ekonomi Saat Ini (IEK) berdasarkan
Kondisi Ekonomi Saat Ini
Penghasilan Saat Ini
Pembelian Barang Tahan Lama
Ketersediaan Lap. Kerja
180 160
hasil Survei Konsumen (SK) di Kota Manado
140 120
pada
triwulan
IV-2011.
Sebagaimana
100
terlihat pada grafik 1.2, pada akhir triwulan
60
laporan (Desember 2011) IEK mencapai
20
80
40
J
139,42.
Jika
dilihat
berdasarkan
F
M
A
M
J
J
2010
A
S
O
N
D
J
F
M
A
M
J
J
A
S
O
N
D
2011
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Manado.
13
komponennya, optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian saat ini tercermin dari positifnya nilai indeks seluruh komponen penyusun Indeks Ekonomi Saat Ini yang meliputi Indeks Penghasilan Saat Ini (125) , Indeks Pembelian Barang Tahan Lama/Durable Goods (164) serta Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (180,5). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi usaha yang semakin membaik berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja yang lebih besar, yang selanjutnya mendorong kenaikan penghasilan masyarakat, dan naiknya konsumsi rumah tangga. Grafik 1.3. Indeks Nilai Tukar Petani Per Sub-Sektor
Disamping itu, pertumbuhan konsumsi selama triwulan laporan tidak lepas dari
115
membaiknya daya beli petani seiring
110
dengan meningkatnya harga komoditas dunia. Hal ini tercermin dari peningkatan
NTP
batas minimum sejahtera
105
Pangan
100 Holtikultura
95
Perkebunan
Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan IV90
2011 mencapai 104,19 atau tumbuh 3,27%
(yoy).
Peningkatan
terutama
terjadi pada subsektor perkebunan rakyat
Peternakan
Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2010
Q1
Q2
Q3
2011
Q4 Perikanan
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
dan pangan. Peningkatan subsektor perkebunan rakyat merupakan imbas kenaikan harga komoditas unggulan Sulut (Pala, Cengkih, dan Kopra) apabila dibandingkan tahun lalu. Sementara itu, sub sektor yang masih berada dibawah batas minimum sejahtera adalah perikanan sebagai dampak turunnya produksi perikanan karena faktor cuaca buruk. Dalam Indeks NTP yang ditunjukan pada grafik 1.3., sepanjang tahun 2009 sampai akhir triwulan IV-2011 NTP Sulawesi Utara selalu berada dalam kategori sejahtera (indeks > 100). Indeks NTP digunakan sebagai salah satu indikator konsumsi karena berdasarkan komposisinya, sekitar 35% masyarakat di Sulawesi Utara bermata pencaharian bertani, sehingga tingkat kesejahteraan petani mampu memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap aktivitas konsumsi rumah tangga.
Selanjutnya, pertumbuhan positif kegiatan konsumsi selama triwulan laporan juga dapat dikonfirmasi melalui penjualan kendaraan roda empat di wilayah Kota Manado yang mengalami kenaikan sebagaimana data yang disajikan oleh salah satu dealer utama penjualan kendaraan roda empat di Kota Manado. Selama triwulan IV-2011 penjualan kendaraan roda empat mengalami terus mengalami pertumbuhan positif hingga mencapai 47,15% (yoy) pada triwulan laporan. Adanya peningkatan penghasilan pada triwulan
14
laporan direspon oleh masyarakat dengan melakukan pembelian barang dan jasa khususnya pembelian barang tahan lama. Sementara itu, data pernyaluran kredit konsumsi oleh perbankan Sulut tetap menunjukkan pertumbuhan positif, meskipun melambat apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada Desember 2011, kredit konsumsi yang berhasil disalurkan bank umum mencapai Rp8.258 miliar, atau tumbuh sebesar 13,73% (yoy), melambat apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat mengalami pertumbuhan 22,25% (yoy). Grafik 1.5. Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum
Grafik 1.4. Perkembangan Penjualan Kendaraan Roda Empat Total Sales (Unit) - left axis
1400
gSales (% yoy) - right axis
70 60
1200
50 1000
40
800
30 20
Kredit_Konsumsi (Rp miliar) - left axis
gKredit_Konsumsi (% yoy) - right axis
9,000
40
8,000
35
7,000
30
6,000
25
5,000 20
600
10
4,000
400
0
3,000
-10
2,000
10
-20
1,000
5
-30
-
200 0 Q1
Q2
Q3
Q4
2009
Q1
Q2
Q3
Q4
2010
Q1
Q2
Q3
Q4
15
0 Q2
Q3
Q4
Q1
2011
Sumber : Dealer utama penjualan kendaraan roda empat
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
Q4
2011
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Sejalan dengan pertumbuhan positif konsumsi swasta, kegiatan konsumsi pemerintah selama triwulan IV-2011 juga tumbuh positif sebesar 8% (yoy), namun tercatat mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 10,03% (yoy). Perlambatan ini antara lain dapat dikonfirmasi dengan realisasi anggaran belanja di triwulan IV-2011 yang hanya mencapai 89,1% dari target belanja APBD-P 2011 sebesar Rp1.443 miliar, atau lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang menghasilkan pencapaian sebesar 94,9% dengan target yang lebih rendah yakni Rp1.198 miliar.
1.1.2 Investasi Pada triwulan IV-2011, investasi di Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif sebesar 16,73% (yoy). Faktor pendorong pertumbuhan kinerja investasi pada triwulan IV-2011 diantaranya
pembangunan
berbagai
infrastruktur
fisik
pemerintah
diantaranya
pembangunan lapangan terbang perintis di Miangas, pembangunan pelabuhan perikanan di Sitaro dan rencana pembangunan jalan lingkar Pulau Lembeh di Bitung. Sementara itu beberapa proyek swasta yang hingga saat ini masih berjalan seperti investasi di bidang 15
properti dan pembangunan Manado Town Square (Mantos) II yang rencananya akan dibuka pada awal Desember 2011. Selain itu, peran perbankan dalam penyaluran pembiayaan untuk kegiatan investasi juga terus mengalami peningkatan. Sampai akhir triwulan IV-2011, jumlah kredit investasi tercatat sebesar Rp2.478 miliar atau tumbuh 84,80% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2010 yang hanya tumbuh 38,36% (yoy). Pencapaian pertumbuhan kredit investasi ini pada tahap selanjutnya diharapkan dapat mendorong kinerja investasi di Sulawesi Utara. Grafik 1.6. Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum Kredit_Investasi (Rp miliar) - left axis
gKredit_Investasi (% yoy) - right axis
3,000
140
2,500
120 100
2,000
80 1,500 60 1,000
40
500
20
-
0 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2009
Q3
Q4
Q1
Q2
2010
Q3
Q4
2011
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
1.1.3
Ekspor – Impor
Kinerja perdagangan Sulawesi Utara pada triwulan IV-2011 tercatat mengalami pertumbuhan positif sebesar 6,19% (yoy). Indikasi pertumbuhan positif kinerja ekspor Sulut terutama disumbang oleh perdagangan antar negara. Nilai ekspor luar negeri Sulawesi Utara sepanjang tahun 2011 tercatat sebesar USD 749,68 ribu atau meningkat sebesar 99,4% (yoy). Tabel 1.2. Perkembangan Ekspor Sulawesi Utara (Juta USD) Nilai FOB 2011
Uraian Jan Total Ekspor Migas Non Migas
2.04 2.04
Jan-Des 2011
Jan-Des 2010
% Growth (yoy) 99.4
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
54.64
26.00
171.10
51.80
48.70
59.40
36.50
64.90
71.60
48.50
114.50
749.68
375.90
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
54.64
26.00
171.10
51.80
48.70
59.40
36.50
64.90
71.60
48.50
114.50
749.68
375.90
99.4
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Jika dilihat berdasarkan sektor usahanya, kinerja ekspor luar negeri Sulut terutama disumbang oleh ekspor dari sektor industri dengan pangsa sebesar 96%, sisanya 16
merupakan ekspor hasil sektor pertanian. Sementara itu berdasarkan jenisnya, komoditi utama ekspor luar negeri pada triwulan IV-2011 terutama didominasi dalam bentuk Lemak dan Minyak Hewani dengan pangsa mencapai 77% kemudian daging olahan dan ikan olahan dengan pangsa mencapai 8%, sisanya dalam bentuk ikan&udang (7%), ampas/sisa industri (4%), berbagai produk kimia (3%) dan produk lainnya (1%). Grafik 1.7. Pangsa Sektor Utama Ekspor Sulut
Grafik 1.8. Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulut
Pertambangan&lainnya 4% Industri
4% 3%
0%
1% Lemak & minyak hewan/nabati
7%
Pertanian
Daging & Ikan olahan
8%
Ikan & Udang Ampas/ Sisa industri Makaknan
77%
96%
Berbagai produk kimia Lainnya
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Komposisi negara tujuan ekspor Sulut sampai dengan triwulan IV-2011 mengalami pergeseran bila dibandingkan pada tahun 2010. Negara tujuan utama ekspor Sulut sampai dengan triwulan laporan adalah Belanda (33,83%), Amerika Serikat (21,10%), Korea Selatan (17,13%), dan Cina (15,63%). Sedangkan pada tahun 2010 negara tujuan ekspor utama Sulut adalah Cina (30,95%), Amerika Serikat (28,07%), Korea Selatan (16,44%), dan Belanda (13,53%).
Grafik 1.10. Negara Tujuan Ekspor Tahun 2011
Grafik 1.9. Negara Tujuan Ekspor Tahun 2010
0%5% 1% 5%
14%
2%4% 2% 4%
Belanda
Belanda
Amerika Serikat Korea Selatan Cina 31%
28%
34%
Korea Selatan
16%
Cina
Jepang
Jepang
Jerman
Jerman
Filipina Lainnya 16%
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Amerika Serikat
Filipina
17% 21%
Lainnya
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
17
Namun demikian, meskipun terus mengalami
Grafik 1.11. Perkembangan Kegiatan Muat di Pelabuhan Bitung
pertumbuhan positif (6,19%), kinerja ekspor
Muat (Ribu ton) - left axis
Sulawesi Utara selama triwulan IV-2011 tercatat mengalami perlambatan dibandingkan periode
gMuat (% yoy) - right axis
900
280
800
230
700
180
600
yang sama tahun lalu yang tumbuh sebesar
laporan
adalah
30
300
-20
200
mengkonfirmasi perlambatan kinerja ekspor triwulan
80
400
9,87% (yoy). Salah satu indikator yang dapat
pada
130
500
-70
100 0
penurunan
-120 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
volume ekspor antar daerah/provinsi . Hal ini
2009
dapat tercermin dari kegiatan muat barang
2010
2011
Sumber : PT. PELINDO IV (Persero) Bitung
melalui pelabuhan Bitung. Kegiatan muat didefinisikan sebagai kegiatan pengiriman barang dari Sulawesi Utara ke luar provinsi. Selama triwulan IV-2011, volume barang asal Sulawesi Utara yang dikirim (muat) ke pasar domestik sebesar 199 ribu ton, tumbuh -11,01% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sama halnya dengan kinerja ekspor, kegiatan impor Sulawesi Utara pada triwulan IV-2011 juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 10,95% (yoy). Pertumbuhan positif ini terutama didorong oleh peningkatan kinerja baik impor antar negara maupun antar pulau/provinsi. Pertumbuhan kinerja impor luar negeri antara lain dapat dikonfirmasi dengan data nilai impor selama tahun 2011 yang tercatat mencapai USD 144,36 juta meningkat dibanding tahun 2010 sebesar USD71,30 juta atau tumbuh sebesar 102,5%. Tabel 1.3. Impor Sulut (Juta USD) Nilai CIF ( Ribu USD) Uraian
2011 Jan
Total Impor Migas Non Migas
22.09 22.09
Feb 5.59 5.59
Mar 37.07 37.07
Apr 5.50 5.50
May 3.80 3.80
Jun 2.60 2.60
Jul
Aug
0.90
13.40
0.90
13.40
Sep 7.00 7.00
Oct 12.00 12.00
Nov 6.40 6.40
Dec 28.00
Jan-Des 2011
Jan-Des 2010
% Growth (yoy)
144.36
71.30
102.5
144.36
71.30
102.5
28.00
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Berdasarkan jenisnya, kegiatan impor luar negeri pada tahun 2011 lebih banyak didominasi oleh impor barang konsumsi dengan pangsa sebesar 36%, sisanya sebesar 33% berupa barang modal dan 32% berupa impor bahan baku/penolong. Sementara berdasarkan komoditinya, impor komoditas gandum-ganduman merupakan komoditi impor terbanyak dengan pangsa 31% dari total nilai impor. Beberapa komoditas impor Sulut lainnya 18
diantaranya kapal laut, besi baja dan mesin-mesin dengan pangsa berturut-turut 22%, 18% dan 17%. Grafik 1.13. Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulut
Grafik 1.12. Pangsa Jenis Barang Impor Sulut Bahan Baku/Penolong
Barang Konsumsi
4%
Barang Modal
8%
Gandum-ganduman 31% Kapal laut
18%
33%
32%
Mesin-mesin Besi&Baja
17%
22% Peralatan Listrik
36%
Lainnya
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Berdasarkan negara asal barangnya, barang impor sampai dengan Desember 2011 lebih dominan didatangkan dari negara Vietnam (26%), Jepang (15%), Cina (13%), Australia (10%), Malaysia (10%) dan Taiwan (9%). Sedangkan negara asal impor Sulut pada tahun 2010 adalah Cina (53,60%), Australia (15,84%), dan Vietnam (9,28%). Hal ini sejalan dengan jenis barang impor pada tahun 2011 yang lebih banyak didominasi oleh bahan konsumsi yakni berupa komoditi beras dengan negara asal barang dari negara Vietnam. Grafik 1.14. Negara Asal Impor Tahun 2010
10%
9%
2% 2%
Grafik 1.15. Negara Asal Impor Tahun 2011
Vietnam 7%
Vietnam
16% 26%
Jepang Cina
16%
Cina
10%
Australia
Australia Malaysia
Malaysia
10% 15%
Taiwan 54%
Sumber : BPS Prov. Sulut, diolah
Lainnya
Jepang
10% 13%
Taiwan Lainnya
Sumber : BPS Prov. Sulut, diolah
Sementara itu pertumbuhan kinerja impor antar daerah/pulau dapat dikonfirmasi dengan kegiatan bongkar barang melalui pelabuhan Bitung. Kegiatan bongkar didefinisikan sebagai masuknya barang dari luar provinsi ke Sulawesi Utara. Selama triwulan IV-2011, volume
19
barang yang masuk ke Sulawesi Utara (bongkar) mencapai 849 ribu ton naik 15,49% (yoy) apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 735 ribu ton.
Grafik 1.16. Perkembangan Kegiatan Bongkar di Pelabuhan Bitung Bongkar (Ribu ton) - left axis
gBongkar (% yoy) - right axis
3,500
30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 -50 -60 -70 -80
3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2009
2010
2011
Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung
1.2 SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2011 disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada dengan tingkat pertumbuhan total sebesar 8,30% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,77% (yoy). Pertumbuhan terutama terjadi sebagai multiplier effect penyelenggaraan event berskala internasional dan nasional pada triwulan laporan yang pada tahap selanjutnya akan mendorong aktivitas pada sektor penopang pertumbuhan ekonomi Sulut. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan IV-2011 adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) yang tercatat tumbuh 18,52% (yoy) dengan sumbangan sebesar 3,46% terhadap total pertumbuhan. Selanjutnya, sektor bangunan, sektor jasa dan sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan menjadi kontributor pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan dengan sumbangan masing-masing sebesar 2,16%, 1,49% dan 0,60% terhadap total pertumbuhan. Di sisi lain sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang melambat, hal ini diantaranya disebabkan oleh gangguan cuaca ekstrim yang menyebabkan terjadinya bencana longsor dan banjir di beberapa sentra penghasil padi serta serangan hama dan minimnya infrastruktur pendukung juga turut memberikan andil terhadap melambatnya kinerja sektor pertanian Sulawesi Utara.
20
Tabel 1.4. Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%) Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan PHR Pengangkutan & Komunikasi Keu., Sewa & Jasa Perusahaan Jasa-Jasa PDRB
Q3 17.40 0.44 6.63 4.77 -4.87 8.92 7.08 6.77 7.21 7.04
2010 Sumb Q4 3.40 10.31 0.02 2.10 0.51 7.48 0.04 7.35 -0.79 0.86 1.35 11.11 0.97 12.41 0.45 8.26 1.08 6.54 7.04 7.77
Sumb 1.84 0.11 0.58 0.05 0.15 2.00 1.57 0.52 0.94 7.77
2010 11.28 0.90 6.48 5.02 2.11 8.59 8.17 9.73 6.17 7.16
Q1 6.58 5.89 6.03 4.81 8.31 8.79 7.24 5.31 5.89 6.99
Sumb 1.29 0.31 0.47 0.04 1.39 1.31 0.89 0.36 0.93 6.99
Q2 6.65 5.88 6.93 5.33 13.59 6.36 3.27 7.13 6.46 7.14
2011 Sumb. Q3 1.42 2.42 0.30 7.90 0.52 6.33 0.04 7.22 1.97 15.76 1.00 12.97 0.43 2.55 0.47 6.51 0.98 8.20 7.14 7.73
Sumb 0.52 0.39 0.49 0.06 2.26 1.83 0.35 0.43 1.39 7.73
Q4 1.00 2.44 -3.07 6.29 13.41 18.52 3.57 9.87 10.36 8.30
Sumb 0.18 0.11 -0.24 0.05 2.16 3.46 0.48 0.60 1.49 8.30
2011 -2.28 2.80 3.71 5.93 11.61 21.03 4.10 6.59 8.10 7.39
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
1.2.1 Pertanian Kinerja sektor pertanian pada triwulan IV-2011 menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 1% (yoy) dengan sumbangan sebesar 0,18% terhadap total pertumbuhan ekonomi Sulut. Pencapaian ini tercatat mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 10,31% (yoy). Perlambatan ini antara lain disebabkan oleh: (i) bencana banjir dan longsor yang disertai angin kencang yang melanda sebagian besar sentra penghasil padi; (ii) serangan hama tungro dan kepinding di beberapa kawasan sentra penghasil padi di Sulut (Minahasa Tenggara dan Bolaang Mongondow); (iii) penurunan penyerapan pupuk bersubsidi, dan (iv) tidak berfungsinya sarana irigasi di sentra produksi padi di Kabupaten Bolaang Mongondow. Tabel 1.5. Realisasi Penyaluran Pupuk Bersubsidi per September 2011
Kab/Kota Bolaang Mongondow Bolmong Timur Bolmong Selatan Bolmong Utara Kotamobagu Minahasa Minahasa Selatan Minahasa Tenggara Minahasa Utara Kepulauan Sangihe Sitaro Kepulauan Talaud Manado Bitung Tomohon Total
Realisasi (Ton) Urea NPK Pelangi 679 92 505 219 60 121 6 7 73 1,786
15 2 4 13 10 3 5 1 2 54
Ket: Tanda (-) tidak ada realisasi/permintaan Sumber: PT. Pupuk Kaltim Kantor Pemasaran Sulut dan Gorontalo
21
Perlambatan kinerja sektor pertanian antara lain juga dapat dikonfirmasi dengan data dari Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah, Padi dan Pipilan Jagung Kering di Provinsi Sulawesi Utara, dimana pada triwulan IV-2011 luas panen padi hanya tercatat sebesar 26.659 hektar lebih rendah dibandingkan luas panen pada triwulan IV-2010 sebesar 26.718 hektar atau turun -0,22% (yoy). Sejalan dengan penurunan luas panen, produksi beras yang dihasilkan juga hanya sebesar 87.217 ton atau turun -0,08% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sebaliknya, produksi pipilan jagung kering pada triwulan laporan tercatat mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari 85.785 ton pada triwulan IV-2010 menjadi 328.233 ton pada triwulan laporan atau naik sebesar 282,62%. Tabel 1.6. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Hasil Pertanian Prov. Sulut 2009
KOMPONEN
Q1
2011
2010
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah dan Beras Luas Panen (Ha)
31,873
36,150
20,339
27,642
30,258
38,597
24,198
26,718
28,898
24,959
41,568
26,659
142,923
169,105
98,691
138,341
140,922
185,420
119,571
138,117
136,155
117,088
204,854
138,001
90,041 106,536 62,175 Perkembangan Luas Panen dan Produksi Pipilan Kering Jagung
87,155
89,063
117,185
75,569
87,290
86,050
74,000
129,468
87,217
Produksi Gabah (Ton) Produksi Beras (Ton) Luas Panen (Ha)
22,310
35,138
33,754
35,147
29,759
36,226
32,565
23,380
32,600
15,295
75,590
90,147
Produksi Jagung (Ton)
80,136
125,561
120,302
124,963
108,759
132,339
119,262
85,785
118,875
56,181
277,093
328,233
Sumber: Distanak Provinsi Sulawesi Utara
Sementara itu, dari sisi pembiayaan, peran perbankan
untuk
membiayai
Grafik 1.17. Pertumbuhan Kredit Pertanian
sektor
Pertanian (Rp miliar) - left axis
450
pertanian semakin menunjukkan adanya
150
gPertanian (% yoy) - right axis
400
100
350
tren
peningkatan.
Sampai
dengan
300
yang
250
disalurkan pada sektor pertanian mencapai
150
Desember
2011,
jumlah
kredit
50
200
0
100
Rp366 milliar atau tumbuh 76,60% (yoy)
-50
50 -100
-
dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun demikian, jika dibandingkan dengan total kredit yang disalurkan bank,
Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
Q4
2011
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
jumlah kredit pertanian hanya mencapai 2,30% dari total kredit yang disalurkan. Belum terlalu optimalnya penyaluran kredit di sektor pertanian antara lain disebabkan oleh relatif tingginya resiko usaha di sektor tersebut tercermin dari tingginya NPL (Non Performing Loan) di sektor pertanian yang mencapai 5,37% pada triwulan laporan.
22
1.2.2 Sektor Bangunan Kinerja sektor bangunan (konstruksi) selama triwulan IV-2011 mencatat pertumbuhan sebesar 13,41% (yoy) dengan sumbangan sebesar 2,16% terhadap total pertumbuhan. Pertumbuhan ini tercatat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu tercatat sebesar 0,86% (yoy). Beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan di sektor bangunan diantaranya adalah penyelesaian beberapa proyek pemerintah seperti: - Pekerjaan peningkatan kualitas dan pelebaran sejumlah jalan di Manado; - Proyek air bersih “Mahlimbukar” di Tomohon senilai Rp57 milyar; - Proyek pembangunan lapangan terbang perintis di Mianggas senilai Rp6 milyar untuk pekerjaan konstruksi awal dan pembebasan lahan; - Pembangunan pelabuhan perikanan di Sitaro senilai Rp6 milyar yang saat ini baru memasuki tahap awal pembangunan (diperkirakan proyek pembangunan akan berlangsung lebih dari 1 tahun); - Rencana pembangunan jalan lingkar Pulau Lembeh di Bitung, yang dianggarkan sebesar Rp30 milyar; -
Sejumlah proyek perikanan di Kab.Bolaang Mongondow.
Selanjutnya, proyek swasta juga menunjukan indikasi peningkatan menjelang akhir tahun 2011. Salah satu proyek swasta yang terus melakukan proses pengerjaan sampai dengan November 2011 adalah pembangunan Manado Town Square (Mantos) II yang rencananya akan dibuka pada awal Desember 2011. Disamping maraknya pembangunan berbagai pusat
perdagangan
baru,
Sulawesi
Utara
juga
terus
menunjukan
peningkatan
pembangunan berbagai proyek perumahan khususnya di Kota Manado. Pertumbuhan sektor konstruksi juga tercermin pada peningkatan data penjualan semen di Provinsi Sulawesi Utara. Selama triwulan laporan, penjualan semen tercatat mencapai 167,950 ton atau mengalami pertumbuhan 6,45% (yoy). Selain itu, hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) juga memperlihatkan kenaikan indeks penjualan bahan konstruksi sebesar 97,97% (yoy) dari 119,93 pada Desember 2010 menjadi 237,43 pada Desember 2011.
23
Grafik 1.19. Perkembangan Indeks Penjualan Bahan Konstruksi
Grafik 1.18. Perkembangan Data Penjualan Semen Volume (ton) - left axis
180,000
g_semen (%) - right axis
Indeks Bahan konstruksi
70
700
1,400
600
40
1,200
500
30
1,000
60
140,000
50
120,000 100,000
800
10
60,000
400 300
20
80,000
gBahan konstruksi (%) -right axis
1,600
160,000
200
0
600
40,000
-10
400
0
20,000
-20
200
-100
0
-200
2009
2010
2011
2009
Sumber : Data Asosiasi Semen Indonesia
Dari
sisi
terhadap
pembiayaan, sektor
menunjukkan menggembirakan.
ini
Nop
Jul
Sep
Mei
Jan
2011
Grafik 1.20. Perkembangan Kredit Konstruksi
perbankan (konstruksi)
perkembangan Hal
2010
Sumber : Survei Penjualan Eceran KBI Manado
peran
bangunan
Mar
Q4
Nop
Q3
Jul
Q2
Sep
Q1
Mei
Q4
Jan
Q3
Mar
Q2
Nov
Q1
Jul
Q4
Sep
Q3
Jan
Q2
Mei
-30 Q1
Mar
0
100
tercermin
600
yang
500
dari
400
Konstruksi (Rp miliar) - left axis
70
gKonstruksi (% yoy) - right axis
60 50 40 30
300
20
jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan
10 200
sampai dengan Desember 2011 tercatat sebesar
Rp521
miliar
atau
mengalami
pertumbuhan positif sebesar 37,84% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
0 -10
100
-20 -30
Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2010
Q1
Q2
Q3
Q4
2011
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
1.2.3 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan IV-2011 menunjukan pertumbuhan positif sebesar 18,52% (yoy) dengan kontribusi sebesar 3,46% terhadap total pertumbuhan. Pertumbuhan sektor ini terutama terjadi pada sub sektor perdagangan sebagai akibat tingginya aktivitas konsumsi masyarakat menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru, serta subsektor hotel yang didorong oleh penyelenggaraan beberapa event diantaranya : a. Pelaksanaan The 19th Biennial General Conference of Association of Asian Social Science Research Councils (AASSREC) pada tanggal 16-19 Oktober 2011 yang akan dihadiri oleh 12 negara diantaranya Australia, Jepang, Cina, Bangladesh, New Zeland, Malaysia, Filipina dan Amerika Serikat dan sekitar 300 peneliti ilmu sosial. b. Pertemuan Asosiasi Bapelkes Indonesia (ABI) yang akan berlangsung pada 12-14 Oktober 2011 dengan peserta 23 Bapelkes se-Indonesia. 24
c. Rapat Kerja dan Seminar Ilmiah Nasional Ikatan Pustakawan Indonesia pada tanggal 1113 Oktober 2011 yang menghadirkan sekitar 300 pustakawan se-Indonesia. d. Pemilihan bintang radio ASEAN pada tanggal 19-23 Oktober 2011 dengan peserta sebanyak 200 perwakilan RRI dari seluruh Indonesia serta perwakilan dari negara ASEAN.
e. Konferensi Pemimpin Perusahaan Penyedia Industri Listrik se-Asia Timur dan Pasifik Barat (Association of the Electricity Supply Industry of East Asia and The Western Pacific (AESIEAP) pada tanggal 31 Okt – 1 November 2011 yang dihadiri oleh 35 CEO dari berbagai perusahaan di Asia Pasifik dan kurang lebih perwakilan dari 15 negara. Maraknya berbagai perhelatan yang diselenggarakan di Kota Manado selama triwulan laporan antara lain dapat dikonfirmasi melalui perkembangan data pariwisata yang secara umum memperlihatkan tren peningkatan diantaranya adalah data wisatawan mancanegara, data jumlah tamu dan lama tamu menginap, Tingkat Penghunian Kamar (TPK), dan jumlah kamar terjual. Grafik 1.21. Data Wisatawan Mancanegara Wisman (org) - left axis
10,000
gWisman (% yoy) - right axis
Grafik 1.22. Data Lama Tamu Menginap 80.00 60.00
8,000
Menginap (org) - left axis
60,000
60.00
gMenginap (% yoy) - right axis
50.00
50,000
40.00 20.00
4,000
-
30,000
(20.00)
20,000
(40.00)
10,000
2,000 -
(60.00) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2009
2010
40.00
40,000
6,000
30.00 20.00 10.00 (10.00)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2011
2009
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.24. Jumlah Kamar Terjual 5 5 4 4 3 3 2 2 1 1 -
TPK (%) - left axis Ratas Menginap (hari) - right axis
50 40 30 20 10 -
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2009
2010
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
2011
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.23. TPK dan Lama Menginap 60
2010
2011
90,000
Kmr Terjual (unit) - left axis
80.00
80,000
gKmr Terjual (% yoy) - right axis
70.00 60.00
70,000
50.00
60,000
40.00
50,000
30.00
40,000
20.00
30,000
10.00
20,000
-
10,000
(10.00) (20.00)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2009
2010
2011
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
25
Dari
segi
merupakan
pembiayaan, sektor
sektor
ekonomi
Grafik 1.25. Perkembangan Kredit Sektor PHR
PHR
terbesar
Kredit_PHR (Rp miliar) - left axis
5,000
50
gKredit_PHR (% yoy) - right axis
mendapatkan alokasi pembiayaan dari
4,500
45
4,000
40
perbankan.
bulan
3,500
35
3,000
30
Desember 2011 kredit sektor PHR yang
2,500
25
2,000
20
telah disalurkan bank umum mencapai
1,500
15
1,000
10
Rp4.610 miliar atau tumbuh 40,55%
500
Sampai
dengan
dibandingkan periode yang sama tahun
5 0
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2009
lalu.
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
Q4
2011
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
1.2.4. Sektor lainnya A. Sektor Jasa-jasa Grafik 1.26. Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa
Kinerja sektor jasa pada triwulan III-2011 tumbuh positif sebesar 10,36% (yoy), dengan sumbangan sebesar 1,49% terhadap total
Kredit_Jasa (Rp miliar) - left axis
900
gJasa (% yoy) - right axis
50
800
40
700 30
pertumbuhan triwulan laporan. Kinerja sektor
600 500
20
jasa yang cukup stabil ditopang oleh aktivitas
400
10
300
sub
sektor pemerintahan umum. Apabila
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya kinerja sektor jasa-jasa
0
200 -10
100 -
-20 Q1
Q2
Q3
2009
mengalami peningkatan yang tercermin dari
Q4
Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2011
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
kinerja penyaluran kredit perbankan di sektor ini. Sampai dengan bulan Desember 2011 kredit sektor jasa-jasa tercatat sebesar Rp825 miliar atau tumbuh 18,99% (yoy). B. Sektor Industri Pengolahan Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan IV-2011 mengalami penurunan dengan yang mencatat pertumbuhan -3,07%. Penurunan ini dapat dikonfirmasi melalui data pertumbuhan industri manufaktur di Sulut yang juga mengalami penurunan -5,26% (yoy). Berdasarkan jenisnya, penurunan ini terdapat pada jenis industri Makanan dan Minuman. Sentra industri di Sulawesi Utara didominasi oleh pengolahan produk kelapa dan turunannya serta pengolahan produk perikanan yang keduanya merupakan bagian dari jenis industri makanan. Lokasi industri tersebar di Kota Bitung, Kota Manado, Kabupaten 26
Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow, Kota Kotamobagu dan Kota Tomohon. Mayoritas industri pengolahan berlokasi di Kota Bitung dan Kota Manado.
Grafik 1.27. Perkembangan Pertumbuhan Industri Sulut dan Nasional 30 % Sulut
25
Nasional
20 15 10 5 0 -5 -10 Tw. I-11
Tw. II-11
Tw. III-11
Tw. IV-11
2011
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Tabel 1.7. Perkembangan Industri di Sulawesi Utara Berdasarkan Jenisnya Pertumbuhan 2011 (%) Jenis Industri Makanan dan Minuman
Kimia dan Barang dari Bahan Kimia Logam Dasar
Furnitur dan Pengolahan Lainnya
qtq Tw. I 15.85
yoy Tw. II Tw. III 4.61 -3.40
Tw. I -2.29
Tw. II -0.84
Tw. III 1.21
Tw. IV -2.97
Tw. IV -4.85
-9.22
-8.03
-1.43
-14.56
39.9
16.00
3.46
2.11
4.33
-0.16
2.78
-20.42
-5.53
5.72
9.32
18.79
5.99
-1.99
1.27
12.24
14.69
8.38
5.82
-20.01
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Penurunan kinerja sektor industri juga ditandai oleh penurunan jumlah pelanggan listrik di sektor industri. Berdasarkan data PLN, jumlah pelanggan listrik di sektor industri pada triwulan IV-2011 tercatat 368 pelanggan, turun dari periode yang sama tahun lalu sebesar 371 atau tumbuh negatif 0,81% (yoy). Indikator lainnya yang mendukung penurunan kinerja sektor industri adalah perlambatan pertumbuhan kredit yang disalurkan oleh perbankan. , dari sisi Dukungan perbankan terhadap industri pengolahan merupakan salah satu faktor pendorong pertumbuhan sektor ini. Sampai dengan akhir triwulan IV-2011 jumlah kredit yang disalurkan sebesar Rp388 miliar atau tumbuh sebesar 11,65% (yoy) lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 47,52% (yoy).
27
Grafik 1.28. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Kelompok Bisnis dan Industri
Grafik 1.29. Perkembangan Kredit Sektor Industri
380 378
450
Kredit_Industri (Rp miliar) - left axis
50
400
gKredit_Industri (%yoy) - right axis
45 40
350
376
35
300
374
30
250
372
25
200
370
20
150
368 Industri (Mwatt)
366 364
15
100
10
50
5
-
0 Q1
362 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q2
Q3
Q4
2009
Sumber : PLN Kanwil Suluttenggo
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2010
Q3
Q4
2011
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
C. Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan Sementara itu, untuk kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan IV-2011 tumbuh 9,87% (yoy). Perkembangan sektor keuangan, persewaan dan jasa antara lain tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas perbankan antara lain: pembukaan kantor cabang pembantu baru, penambahan ATM (Anjungan Tunai Mandiri), serta penawaran produk-produk baru yang memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam bertransaksi. Selain itu, pengaruh meningkatnya laju konsumsi dan aktivitas sistem pembayaran di wilayah Sulawesi Utara juga turut berkontribusi pada pertumbuhan sektor ini. Tabel 1.8. Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Umum dan BPR di Sulawesi Utara Data Bank
2010
2011
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Jumlah Bank umum
24
25
25
25
25
25
25
Q4 25
Jumlah kantor bank umum*)
206
215
219
225
227
234
242
246
Jumlah BPR
13
14
14
16
16
17
17
17
Jumlah kantor BPR
39
39
41
43
43
46
46
48
Ket: *) termasuk kantor unit Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
D. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Salah satu multiplier effect dari adanya penyelenggaraan berbagai event berskala nasional maupun internasional di Tahun 2011 adalah semakin dikenalnya Kota Manado sebagai salah satu kota tujuan wisata baik secara internasional maupun nasional. Hal ini berpengaruh pada meningkatnya minat wisatawan untuk berkunjung ke Sulawesi Utara hingga pada tahap lanjut mampu mendorong kinerja sektor pengangkutan dan telekomunikasi. Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan IV-2011 mengalami 28
pertumbuhan
3,57%
(yoy),
dengan
sumbangan
sebesar
0,48%
terhadap
total
pertumbuhan. Pertumbuhan yang positif pada sub sektor pengangkutan pada triwulan laporan tercermin dari tingginya arus penumpang yang keluar/masuk dari/ke Bandar Udara Sam Ratulangi Manado baik asal/tujuan domestic maupun internasional. Sampai dengan periode laporan, arus penumpang dan kargo yang berangkat (keluar) dari wilayah Sulawesi Utara tercatat mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 7,15% (yoy) dan 14,16% (yoy). Sejalan dengan itu, arus penumpang yang masuk ke wilayah Sulawesi Utara juga mengalami pertumbuhan sebesar 6,77% (yoy). Peningkatan pada arus masuk bertepatan dengan maraknya event domestik dan internasional yang diselenggarakan di Sulawesi Utara serta arus kedatangan masyarakat yang akan merayakan perayaan Natal dan Idul Fitri di Sulawesi Utara. Tabel 1.9. Perkembangan Lalu Lintas Penumpang dan Kargo di Bandara Sam Ratulangi Jenis Kedatangan/ Pengangkutan Keberangkatan Penumpang Kargo
Datang Berangkat Datang Berangkat
2011 2010 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 174,013 208,221 218,514 229,908 203,160 213,389 229,846 245,468 183,275 205,865 219,567 216,486 213,108 216,771 232,520 231,954 1,378,294 1,715,793 1,844,427 1,957,143 1,783,877 1,656,261 1,808,789 1,957,167 941,772 1,270,119 1,400,768 1,011,539 1,208,615 1,098,530 945,969 1,154,768
Growth (YoY)
6.77% 7.15% 0.001% 14.16%
Sumber: PT. Angkasa Pura II, Sulawesi Utara
Grafik 1.30. Perkembangan Kredit Sektor Transportasi & Komunikasi
Sejalan dengan pertumbuhan positif sektor ini, keberpihakan perbankan yang diwujudkan dalam penyaluran kredit di sektor juga
pengangkutan dan komunikasi memperlihatkan
peningkatan.
Kredit_Angk&Kom (Rp miliar) - left axis
160
80
120
60
100
40
80
20
adanya
Sampai dengan akhir
triwulan IV-2011 jumlah kredit yang
60
0
40
-20
20
-40
-
-60 Q1
disalurkan mencapai Rp145 miliar, atau
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2009
tumbuh 28,17% (yoy) dibandingkan
100
gKredit_Angk&Kom (% yoy) - right axis
140
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2011
Sumber : Bank Indonesia Manado
periode yang sama tahun lalu. E. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2011 tumbuh 2,44% (yoy) dengan sumbangan sebesar 0,11% terhadap total pertumbuhan. Berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh penambangan tradisional/rakyat dan bukan industri berskala besar. Namun demikian, saat ini terdapat beberapa perusahaan 29
PMA yang telah membuka usaha pertambangan emas di berbagai wilayah di Sulawesi Utara. Dukungan perbankan terhadap sektor pertambangan juga terus mengalami perbaikan, jika dilihat berdasarkan trennya, pembiayaan yang diberikan oleh pihak perbankan terhadap sektor pertambangan pengalami penurunan yang cukup signifikan pada awal tahun 2009, dan selanjutnya mulai mengalami peningkatan pada triwulan II2011. Pada triwulan laporan, jumlah kredit yang disalurkan pada sektor pertambangan tercatat sebesar Rp89 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 142,33% (yoy). Tabel 1.10. Daftar Investasi PMA Sektor Pertambangan No.
Nama Perusahaan
Rencana Investasi ( US$ )
Bidang Usaha
1
PT. Bumi Sulawesi Persada Mining
Pertambangan Nikel dan emas
2 3 4 5 6
PT. Pertambangan Bumi Indonesia PT. Arafura Mandiri Semangat PT. Tambang Tondano Nusajaya PT. Meares Soputan Mining PT. Avocet Mining Services
Pertambangan emas dan perak serta nikel Pertambangan emas Pertambangan emas Pertambangan emas Jasa Pertambangan
Tenaga Kerja
Realisasi Investasi ( US$ )
WNI
WNA
-
50 100 100 50
-
2.000.000 1.995.349,53 610 120.100.000 182.000.000 600
Asal Negara Hongkong/ RRC Hongkong/RRC Australia Singapura Singapura Inggris
Lokasi Bolmong Bolmong Bolmong Minahasa Minahasa Manado
Sumber : BKPM Regional Sulut
Grafik 1.31. Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan Kredit_Pertambangan (Rp miliar) - left axis
100
200
gKredit_pertambangan (% yoy) - right axis
90 80
150
70 60
100
50 40
50
30 20
0
10 -
-50 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2009
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2010
Q3
Q4
2011
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
F. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Sementara itu, sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan IV-2011 tumbuh positif 6,29% (yoy). Jika dilihat dari jumlah penjualan listrik serta jumlah pelanggan di
Grafik 1.32. Perkembangan Jumlah Pemakaian dan Supply Listrik di Sulawesi Utara 300 Jumlah Pemakaian (MW) - left axis
250 Jumlah listrik yang tersedia (MW) - left axis
200 150
triwulan IV-2011, terdapat pertumbuhan positif
dalam
jumlah
pelanggan
dan
100 50 -
pemakaian listrik pada triwulan laporan. Jumlah pelanggan listrik pada triwulan IV-
Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2011
Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah
30
2011 sebesar 451.984 pelanggan atau tumbuh 10,47% (yoy) dengan jumlah pemakaian 187 MW atau tumbuh 2% dibandingkan periode yang sama tahun 2010. Sementara itu, pada triwulan IV-2011, kapasitas listrik yang tersedia adalah sebesar 270 MW atau tumbuh 21,08% dibandingkan triwulan yang sama tahun 2010. Tingkat pertumbuhan kapasitas listrik tersedia didukung oleh pembangunan sejumlah pembangkit listrik di wilayah Sulawesi Utara.
31
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Tekanan inflasi Kota Manado sepanjang tahun 2011 tercatat sangat rendah.Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada Desember 2011 tercatat 0,67% (yoy) jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, tercatat sebesar7,38% (yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,79% (yoy). Secara bulanan, tekanan inflasi Kota Manado sepanjang triwulan IV-2011 menunjukkan fluktuasi yang terutama dipengaruhi oleh pergerakan harga kelompok bahan makanan. Pada Oktober 2011 Kota Manado tercatat mengalami inflasi 0,33% (mtm), kemudian mengalami deflasi cukup tajam pada November 2011 sebesar 0,40% (mtm). Pada akhir triwulan IV 2011 tekanan inflasi Kota Manado kembali mengalami peningkatan yang terutama didorong oleh faktor musiman perayaan Hari Raya Natal & Tahun Baru sehingga tercatat mengalami inflasi sebesar 0,94% (mtm) pada Desember 2011.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi yang rendah secara tahunan terutama didorong oleh stabilnya tingkat inflasi kelompok inti (core inflation) dan kelompok administered price. Sementara kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) memberikan sumbangan yang negatif terhadap inflasi tahunan.
Grafik 2.1. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (yoy) 16
%
Grafik 2.2. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (qtq) 5
14
%
4
12 10
3
8
2
6 4
1
2 0
0 -2
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 -1
2008
2009
2010
2011
2008
2009
2010
2011
-2 qtq Manado
yoy Manado
yoy Nasional
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
qtq Nasional
-3
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
32
2.1. PERKEMBANGAN INFLASI 2.1.1
INFLASI TAHUNAN (yoy)
Secara tahunan, tren penurunan inflasi Kota Manado selama tahun 2011 terus berlanjut hingga tercatat sebesar 0,67% (yoy) pada akhir triwulan IV 2011, jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya tercatat sebesar 6,28% (yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,79% (yoy) pada Desember 2011. Tren penurunan tekanan inflasi sepanjang tahun 2011 terutama disumbangkan oleh deflasi bahan makanan yang disebabkan oleh kondisi pasokan yang memadai. Puncak permintaan masyarakat Kota Manado pada perayaan Natal 2011 dan Tahun Baru 2012 yang jatuh di akhir triwulan IV 2011 memberikan tekanan relatif minimal terhadap inflasi tahunan Kota Manado. Berdasarkan kelompoknya, inflasi disumbang oleh hampir seluruh kelompok yang ada. Kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga mengalami inflasi tertinggi dibandingkan kelompok lainnya, tercatat sebesar 9,06% (yoy) yang terutama terjadi pada sub kelompok pendidikan. Sementara itu, kelompok bahan makanan tercatat mengalami deflasi sebesar 3,17% (yoy) karena melimpahnya pasokan, baik pasokan lokal maupun pasokan impor. Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) No 1 2 3 4 5 6 7
Kelompok Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Umum
Q1 21.82 8.03 3.54 6.05 9.16 2.58 1.05 8.85
2009 Q2 4.75 7.5 2.07 4.94 5.43 2.03 -8.66 2.25
Q3 -0.82 6.15 -0.15 4.67 4.84 2.63 -8.76
Q4 5.82 4.88 0.44 6.37 4.12 1.81 -5.33
-0.01
2.31
Q1 -2.19 8.13 1.45 2.83 4.98 1.97 1.63 1.84
2010 Q2 Q3 6.39 18.14 5.96 4.83 1.83 2.58 6.84 7.02 2.56 1.87 1.75 1.19 2.60 3.26 4.21 7.38
Q4 15.23 5.36 2.35 5.15 0.96 1.62 0.59 6.28
Q1 21.69 0.43 1.85 5.03 0.61 0.91 0.80 6.90
2011 Q2 Q3 14.72 -1.23 1.50 1.45 2.14 1.58 4.28 8.33 2.62 3.21 0.86 9.70 -0.38 -0.86 5.15 1.24
Q4 -3.17 1.21 1.63 5.56 5.20 9.06 0.49 0.67
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
2.1.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq) Searah dengan inflasi tahunan, tekanan inflasi Kota Manado selama triwulan IV2011tercatatlebih rendahdibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara triwulanan, Kota Manado pada triwulan IV-2011mencatat inflasi 0,87% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2010 yang mengalami inflasi sebesar 1,44% (qtq). Namun demikian, tekanan inflasi pada triwulan laporan meningkat dibandingkan triwulan III 2011 yang tercatat mengalami deflasi sebesar -0,06% (yoy) .
33
Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) No 1 2 3 4 5 6 7
Kelompok
2009 Q2 Q3 -7.86 0.84 1.07 1.85 -0.29 0.23 -1.93 0.92 2.32 0.99 0.22 0.91 0.28 -0.02
Q1 6.58 1.54 -0.26 3.97 1.18 0.57 -7.03
Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Umum
1.18
-2.08
Q4 6.86 0.34 0.77 3.36 -0.42 0.10 1.57
0.74
2.50
Q1 -1.50 4.68 0.74 0.52 2.02 0.72 -0.20 0.72
2010 Q2 Q3 0.23 11.98 -0.95 0.77 0.09 0.96 1.89 1.09 -0.04 0.32 0.01 0.36 1.23 0.62 0.20 3.81
Q4 4.23 0.84 0.55 1.56 -1.32 0.52 -1.06 1.44
Q1 4.03 -0.22 0.24 0.40 1.66 0.02 0.02 1.31
2011 Q2 Q3 -5.51 -3.59 0.10 0.72 0.38 0.41 1.17 5.02 1.96 0.90 -0.04 9.15 0.05 0.13 -1.43 -0.05
Q4 2.18 0.60 0.60 -1.03 0.59 -0.06 0.29 0.87
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Berdasarkan kelompoknya, inflasi terutama terjadi pada kelompok bahan makanan yaitu sebesar 2,18% (qtq). Inflasi secara triwulanan pada kelompok bahan makanan didorong oleh peningkatan tekanan inflasi pada sub kelompok sayur-sayuran, sub kelompok padipadian, umbi-umbian dan hasil-hasilnya, serta sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya seiring oleh peningkatan permintaan untuk memenuhi kebutuhan menjelang Hari Raya Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. Namun demikian, peningkatan permintaan direspon oleh memadainya pasokan sehingga dapat meredam laju inflasi pada level dibawah rata-rata historisnya selama empat tahun terakhir
Grafik 2.3. Inflasi Triwulanan Sub Kelompok Bahan Makanan TriwulanIIV-2011
2.01
Lainnya
0.12
Lemak & Minyak Bumbu - bumbuan (8.26)
(0.24)
Buah - buahan
(2.37)
Kacang - kacangan
12.52
Sayur-sayuran
4.55
Telur, Susu & Hasil-hasilnya
(0.42)
Ikan Diawetkan
0.81
Ikan Segar
(2.16)
Daging & Hasil-hasilnya
6.23
Padi-padian, Umbi-umbian & Hasilnya
-10
-5
0
5
10
15
Sub Kelompok
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
2.1.3 INFLASI BULANAN (mtm) Secara bulanan, tekanan inflasi Kota Manado sepanjang triwulan IV-2011 menunjukkan fluktuasi yang terutama dipengaruhi oleh pergerakan harga kelompok bahan makanan. Tingkat inflasi Kota Manado sepanjang triwulan IV 2011 lebih rendah dibandingkan dengan tingkat inflasi nasional (Grafik 2.4).Pada Oktober 2011 Kota Manado tercatat mengalami 34
inflasi 0,33% (mtm), kemudian mengalami deflasi cukup tajam pada November 2011sebesar 0,40% (mtm). Pada akhir triwulan IV 2011 tekanan inflasi Kota Manado kembali mengalami peningkatan yang terutama didorong oleh faktor musiman perayaan Hari Raya Natal & Tahun Baru sehingga tercatat mengalami inflasi sebesar 0,94% (mtm) pada Desember 2011. Grafik 2.4 Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (mtm) 4
%
3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112 -1
2009
2010
2011
-2 -3
mtm Manado
mtm Nasional
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
OKTOBER 2011
Pada awal triwulan IV-2011, Kota Manado tercatat mengalami inflasi sebesar 0,33% (mtm). Inflasi
Grafik 2.5. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang & Jasa Oktober 2011
terutama terjadi pada kelompok bahan makanan
Transportasi
sebesar 1,23% (mtm) dengan sumbangan sebesar
Pendidikan
0,35% terhadap total inflasi bulanan. Berdasarkan
0.01 0.11 0.00 -0.03 0.00 0.11
Kesehatan Sandang
sub kelompoknya, sayur-sayuran mengalami inflasi
Makanan jadi
kelompok bumbu-bumbuan dan sub kelompok padi-
Bahan Makanan
masing mengalami inflasi sebesar 5,09% (mtm) dan
-1.18
0.03 0.13 0.01 0.05 0.35
Perumahan
sebesar 6,84% (mtm). Kemudian diikuti oleh sub
padian, umbi-umbian dan hasilnya yang masing-
-0.08
1.23 -2
Andil
-1
0
1
2
Inflasi (mtm) Okt 2011
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
0,82% (mtm). Tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan merupakan pengaruh berkurangnya pasokan sayur dan bumbu-bumbuan pada awal triwulan laporan.Harga komoditas beras meningkat seiring dengan berlalunya musim panen beras di Sulut yang mengalami puncaknya pada Agustus 2011. Selain itu, beberapa wilayah sentra padi di Sulut mengalami gagal panen akibat (1) terserang hama tungro/padi
35
menguning (Minahasa Utara, Ollot-Bolaang Itang) dan (2) hujan lebat yang menyebabkan longsor (Ratahan-Tombatu-Minsel). NOVEMBER 2011 Tekanan inflasi Kota Manado pada November
Grafik 2.6. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa November 2011
2011 menurun tajam dibandingkan dengan bulan
0.00 0.03
Transportasi
mengalami
0.00
Pendidikan
0.00
Sandang Perumahan Makanan jadi
-2
-1
Andil
sebesar
tercatat
0,4%
(mtm).
November
2011
sedikit
pergeseran
dibandingkan
menunjukkan dengan
pola
musiman pergerakan harga beberapa tahun
-0.49
Bahan Makanan -1.72
deflasi
sehingga
Tekanan inflasi yang sangat rendah pada
0.02 0.49 0.02 0.26 0.04 0.14 0.02 0.14
Kesehatan
sebelumnya,
0
1
Inflasi (mtm) Nov 2011
terakhir dan rata-rata inflasi bulanan pada periode yang sama selama 3 (tiga) tahun
Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.
terakhir. Harga komoditas kelompok bahan makanan yang meningkat pada bulan sebelumnya mengalami penurunan sehingga pada November 2011 kelompok ini mengalami deflasi 1,72% (mtm) dengan andil -0,49% terhadap inflasi bulanan secara keseluruhan. Penurunan harga terutama terjadi pada komoditas cabai rawit, bawang merah, bawang putih, dan daging ayam ras. DESEMBER2011 Pada
akhir
triwulan
IV–2011,
laju
perkembangan harga barang dan jasa secara umum
kembali
dibandingkan
mengalami
bulan
peningkatan
sebelumnya
hingga
Grafik 2.7. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa Desember 2011
0.00 -0.03 0.00 -0.01 -0.01 -0.11
Pendidikan Kesehatan
menyentuh angka inflasi 0,94% (mtm). Inflasi
Sandang
pada Desember 2011 terutama disebabkan
Perumahan
oleh (1) Meningkatnya permintaan bahan
Makanan jadi
makanan menjelang perayaan Natal 2011 dan
0.02 0.15
Transportasi
0.08 0.33 0.07 0.41 0.77
Bahan Makanan -1
Tahun Baru 2012 (2) Terdongkraknya harga
Andil
0
1
2.71 2
3
Inflasi (mtm) Des 2011
semen seiring realisasi proyek fisik pemerintah di akhir tahun anggaran (3) Meningkatnya harga
rokok
kretek
sebagai
Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.
pengaruh 36
meroketnya harga cengkeh pada akhir triwulan IV 2011 dan rencana kenaikan cukai rokok pemerintah pada awal tahun 2012.
2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi yang rendah secara tahunan terutama didorong oleh stabilnya tingkat inflasi kelompok inti (core inflation) dan kelompok administered price sepanjang tahun 2011. Sementara itu, tkelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) memberikan sumbangan yang negatif terhadap inflasi. Grafik 2.8. Sumbangan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya
Grafik 2.9. Pergerakan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya 8.00
12.00 10.00
6.00
8.00
4.00
6.00
2.00
4.00
0.00 1
2.00 -2.00
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
2010
6
7
8
9 10 11 12
2011
0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 -2.00
2009
-4.00
Volatile
2010
-4.00
2011 -6.00
Administered
CORE
IHK
Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah.
UMUM
Volatile
Administered
Core
Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah.
2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL Inflasi Inti (core inflation) pada Desember 2011 tercatat 3,04% (yoy) dengan sumbangan 1,58% terhadap total inflasi tahunan pada akhir triwulan IV-2011. Tekanan inflasi inti relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan periode yang sama tahun lalu, tercatat sebesar 3,08% (yoy) dengan sumbangan 1,65% terhadap total inflasi tahunan di akhir triwulan IV2010. Jika dibandingkan dengan dibandingkan triwulan sebelumnya, tekanan inflasi inti menunjukkan tren penurunan dimana inflasi inti tercatat sebesar 3,32% (yoy) dengan sumbangan 1,74% terhadap total inflasi triwulan III 2011. Dari sisi domestik, sumber inflasi pada triwulan laporan diperkirakan antara lain berasal dari faktor perayaan Hari Natal dan Tahun Baru yang jatuh pada akhir triwulan IV 2011 yang merupakan periode puncak konsumsi masyarakat Sulut sepanjang tahun 2011. Dari sisi eksternal, tekanan inflasi relatif minimal seiring dengan penguatan Rupiah dan melandainya harga komoditas internasional. Ekspektasi masyarakat pada akhir triwulan IV 2011 tercatat mengalami peningkatan.
37
Namun demikian, apresiasi nilai tukar Rupiah serta berbagai kebijakan pemerintah di bidang moneter dan fiskal menjaga inflasi inti dalam level yang relatif stabil sepanjang tahun 2011.
Interaksi Permintaan dan Penawaran
Puncak konsumsi masyarakat Sulut yang terjadi pada triwulan IV 2011 sehubungan dengan perayan Hari Natal 2011 dan Tahun Baru 2012 berpotensi menimbulkan tekanan inflasi cukup tinggi pada periode laporan. Bank Indonesia Manado bersama-sama dengan Pemerintah Daerah dan stakeholders lainnya yang tergabung dalam wadah Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Prov. Sulut melakukan berbagai upaya dalam mengantisipasi lonjakan harga di akhir tahun, diantaranya operasi pasar dan pemantauan stok dalam rangka menjamin ketersediaan pasokan. Berbagai upaya tersebut dapat meredam kenaikan harga barang dan jasa yang disebabkan oleh tekanan permintaan di akhir tahun.Selain itu, berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado, persentase kapasitas produksi dari dunia usaha menujukkan peningkatan dari 62,97% pada triwulan IV-2010 menjadi 97,5% pada triwulan laporan. Tingginya permintaan masyarakat di respon dengan baik oleh peningkatan penggunaan kapasitas produksi sehingga mampu menjamin ketersediaan pasokan, hal inilah yang pada tahap selanjutnya mampu menahan laju inflasi Kota Manado. Grafik 2.10. Perkembangan Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran dan Kapasitas Produksi %
indeks
Kapasitas Produksi (left axis)
120
600
Indeks Riil Penjualan (right axis) 100
500
80
400
60
300
40
200
20
100
0
0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1* 2008
2009
2010
2011
2012
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado dan Survei Pedagang Eceran (SPE)KBI Manado
Ekspektasi Inflasi
Ekspektasi masyarakat Sulut terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang terbilang cukup tinggi. Hal ini tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia 38
Manado pada periode laporan yang ditandai oleh angka indeks ekspektasi konsumen terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang masing-masing sebesar 193 dan 190,5 pada Desember 2011 (Grafik 2.11). Selanjutnya dari sisi ekspektasi pedagang, berdasarkan hasil Survei Pedagang Eceran (SPE) KBI Manado, sebagian besar pedagang di Sulut juga memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang (Grafik 2.12). Tingginya ekspektasi masyarakat Sulut merupakan salah satu dampak dari kebijakan pemerintah terkait BBM bersubsidi (rencana pembatasan BBM bersubsidi jenis bensin dan solar serta kebijakan konversi minyak tanah ke LPG) dan rencana kenaikan TDL pada April 2012. Namun demikian, kebijakan penurunan BI Rate dari 6,75% pada September 2011 menjadi 6,0% pada Oktober dan November 2011 mampu mengendalikan ekspektasi inflasi dan kembali mengarahkan ekspektasi ke level yang lebih rendah, tercermin dari indeks ekspektasi inflasi konsumen dan pedagang eceran pada akhir triwulan IV 2011 yang lebih rendah dibandingkan dengan indeks pada awal triwulan IV 2011.
Grafik 2.11. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado
Grafik 2.12. Perkembangan Indeks Ekspektasi Pedagang Eceran Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado
250.00
250.00
200.00
200.00
150.00
150.00
100.00
100.00
50.00
50.00
0.00 1
3
5
7
9
11
1
2008
3
5
7
9
11
1
2009
3
5
7
9
11
2010
1
3
5
7
9
11
2011
0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 2008
Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yad
2009
2011
Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yad
Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yad
Sumber : Survei Konsumen (SK) KBI Manado
2010
Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yad
Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) KBI Manado
Eksternal
Sementara itu, dari sisi eksternal, tekanan inflasi inti relatif terkendali sebagai dampak nilai tukar Rupiah selama tahun 2011 yang secara rata-rata mengalami apresiasi 3,56% dibandingkan rata-rata 2010. Bank Indonesia telah menempuh berbagai langkah kebijakan untuk membatasi tekanan terhadap nilai tukar Rupiah sehingga tetap sejalan dengan fundamental maupun daya saing mata uang di kawasan. Untuk menjaga keseimbangan pasar domestik, Bank Indonesia terus memonitor perkembangan nilai tukar Rupiah dan memastikan kecukupan likuiditas Rupiah dan valas. Disamping itu, melandainya harga emas internasional pada akhir tahun 2011 yang ditransmisikan pada penurunan harga emas
39
perhiasan domestik juga merupakan salah satu faktor yang membawa inflasi inti pada level yang relatif terkendali.
Grafik 2.13. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Rp/USD
9,200 9,000
USD/OZ
8,800 8,600 8,400 8,200 8,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2010
2011
1800
45
1600
40
1400
35
1200
30
1000
25
800
20
600
15
400
10
200
5
0
IV
I
II
2010
III
IV
2011 Harga Emas
Sumber:Bank Indonesia
%
9,400
Grafik 2.14. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional
yoy (axis kanan)
Sumber:Bloomberg
2.2.2 Non Fundamental
Volatile foods
Kelompok volatile foodspada Desember 2011 tercatat mengalami deflasi -3,32% (yoy) dengan sumbangan -0,97% (yoy) terhadap inflasi umum. Rendahnya inflasi volatile foods tersebut terkait dengan melimpahnya pasokan, termasuk yang bersumber dari impor (antar negara). Volume impor bahan pangan khususnya komoditas hortikultura antara lain bawang merah, bawang putih, dan kentang meningkat cukup tinggi terutama memasuki triwulan III 2011. Selain itu, kebijakan impor yang dilakukan oleh BULOG untuk komoditas beras menjaga stabilisasi harga domestik. Kondisi cuaca yang lebih kondusif juga turut mendorong peningkatan produksi komoditas pangan terutama aneka bumbu seperti cabai dan bawang. Pada tahun 2011, intensitas curah hujan cenderung lebih rendah dibandingkan tahun 2010 sehingga kondusif bagi produksi beragam komoditas bumbu. Sementara itu, komoditas cabai merah sepanjang tahun 2011 tidak menunjukkan gejolak harga yang signifikan sebagaimana tahun sebelumnya didorong oleh berlimpahnya pasokan dari Gorontalo dan Palu.
40
Grafik 2.15. Perkembangan Harga Komoditas Beras di Kota Manado s.d. Desember 2011
Grafik 2.16. Perkembangan Harga Komoditas Cabe Rawit dan Bawang Merah di Kota Manado Rp/kg
Rp/kg 11,000
110,000 90,000
10,500
70,000
10,000 9,500
50,000
9,000
30,000
8,500
10,000 I III I III I III V II IV II IV I III I III I III V II IV II IV II IV II IV
8,000
Jan Feb I
III Jan
I
III Feb
I
III V II IV II IV I Mar
April
Mei
III Juni
I
III Juli
I
Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
III V II IV II IV II IV II IV Agst
Sept
Okt
Nov
Des Cabe Rawit (merah)
Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KBI Manado
Bawang Merah
Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KBI Manado
Administered Price
Inflasi kelompok administered prices pada Desember 2011 tercatat cukup rendah tercatat sebesar 0,1% (mtm) atau 0,35% (yoy) dengan sumbangan 0,07% (yoy). Inflasi administered prices pada Desember utamanya berasal dari komoditas rokok yang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,01% (mtm). Selain rokok, komoditas administered prices lainnya yang memberikan sumbangan terhadap inflasi adalah bahan bakar rumah tangga yakni sebesar 0,02% (mtm) terkait masih berlanjutnya program konversi minyak tanah ke gas elpiji.
41
ASYMETRIC PRICE TRANSMISSION KOMODITAS VOLATILE FOODS KOTA MANADO Perkembangan inflasi Kota Manado secara historis selama 3 (tiga) tahun terakhir menunjukkan bahwa inflasi terutama disumbangkan oleh kelompok bahan makanan. Sementara itu, berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi terutama disumbangkan oleh kelompok volatile foods. Sumber instabilitas yang berpengaruh pada fluktuasi harga komoditas volatile foods di Sulut sarat dengan permasalahan di sisi penawaran, salah satunya adalah pola tata niaga yang terindikasi mengalami pergerakan harga yang tidak simetris . Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Vavra dan Goodwin (2005) ditemukan adanya pergerakan data yang asimetris pada komoditas pertanian. Pergerakan harga yang tidak simetris ini telah menimbulkan adanya dugaan penyalahgunaan market power dan perilaku oligopolistik. Ketika terjadi kenaikan harga pada tingkat hulu secara serta merta direfleksikan dengan terjadinya kenaikan harga pada tingkat hilir, namun tidak diikuti dengan pola yang sama ketika terjadi penurunan harga. Fenomena ini kemudian dikenal dengan istilah Asymmetric Price Transmission (APT) atau sering juga disebut sebagai fenomena rocket and feathers yang menyebabkan harga yang seharusnya lebih murah menjadi lebih tinggi. Salah satu metode yang digunakan untuk membuktikan pergerakan harga yang asimetrik dilakukan dengan pendekatan Houck. Houck dalampenelitiannyamengembangkan model pengujian APT berdasarsegmentasivariabelhargamenjadiharganaikdanhargaturun
Δ P rt = α
0
+ α 1 Δ P ft+ + Δ P ft− + ε
t
dimana:
Δ Prt : Turunanpertamahargaditingkatritel Δ P ft+
ΔP
− ft
: Pergerakanharganaikditingkatritel : Pergerakanhargaturunditingkathulu
Dalam rangka melakukan pengujian terhadap indikasi terhadap terjadinya transmisi harga yang tidak simetris pada komoditas volatile foods di Kota Manado, dipergunakan pendekatan houck terhadap 5 komoditas terpilih (Bawang Merah, Beras, Cabai Rawit, Gula Pasir dan Minyak Goreng) dengan menggunakan data di tingkat produsen dan ritel.
42
Sebelum dilaksanakan estimasi melalui pendekatan houck, maka terlebih dahulu dilakukan uji Granger Causality untuk menunjukkan pengaruh pergerakan harga di tingkat produsen terhadap pergerakan harga di tingkat ritel. Secara umum, hasil uji kausalitas Granger menujukkan bahwa pengaruh harga di tingkat produsen memberikan pengaruh pada harga di tingkat konsumen.
Hasil Uji Kausalitas Granger Komoditas Terpilih
Pertanian Bawang Merah Beras Cabai Rawit Industri Gula Pasir Minyak Goreng
Signifikan pada α =5% Signifikan pada α =10% Signifikan pada α =10% Signifikan pada α =5% Signifikan pada α =1%
Setelah mendapatkan hasil signifikan pada pengujian granger, kemudian dilakukan estimasi Asymmetric Price Transmission dengan menggunakan pendekatan Houck. Hasil estimasi adalah sebagai berikut :
***) Signifikanpadaα =1% **) Signifikanpadaα =5% *) Signifikanpadaα =10%
Tujuan pendekatan houck adalah untuk mengetahui adanya asimetri harga di tingkat produsen dan konsumen, dan bukan membentuk model yang benar untuk proyeksi. Oleh sebab itu, hasil estimasi yang menunjukkan R² rendah, sepanjang bersifat BLUE dapat diterima. Adapun model yang bersifat BLUE adalah model yang terbebas dari masalah autokorelasi dan heteroskedastisitas (Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews,2007). Nilai R² yang rendah pada hasi estimasi ini menunjukkan kurangnya independent variable untuk menjelaskan dependent variable dimana dalam pendekatan houck
hanya menggunakan dua variabel
independent, yakni akumulasi delta harga naik dan akumulasi delta harga turun di tingkat produsen.
43
Semua komoditas telah terbebas dari masalah autokorelasi yang ditunjukkan dengan nilai statistik Durbin Watson (1,54
2,46) tidak dapat diputuskan apakah terjadi masalah autokorelasi/tidak dengan menggunakan nilai statistik DW. Namun demikian, komoditas dimaksud telah diestimasi ulang dengan menggunakan metode Breusch-Godfrey dengan uji Langrage Multiplier (LM) dimana hasil uji menujukkan bahwa komoditas bawang merah dan beras terbebas dari masalah autokorelasi. Selanjutnya Uji White menujukkan bahwa semua komoditas telah terbebas dari masalah heteroskedastisitas. Secara umum seluruh komoditas menunjukkan pergerakan harga naik di produsen berpengaruh signifikan terhadap kenaikan harga di tingkat hilir. Namun demikian penurunan harga di tingkat hulu belum tentu direspon dengan penurunan harga di tingkat hilir. Kondisi ini mengindikasikan terjadinya fenomena downward price rigidity yang berpotensi untuk mengakibatkan inflasi menjadi lebih persisten. Disamping itu, fenomena downward price rigidity mencerminkan adanya distribusi pendapatan yang tidak merata di masing-masing lini dalam jalur distribusi tata niaga komoditas pertanian, dimana petani merupakan pihak yang memiliki tingkat kesejahteraan paling rendah diantara para pelaku dalam tata niaga dimaksud. Mencermati fenomena yang terjadi, diperlukan upaya dalam meningkatkan bargaining power petani, diantaranya dapat dicapai melalui pengoptimalan Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang Komoditi Agro.
44
Halaman ini sengaja dikosongkan
45
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Kondisi perekonomian yang cukup baik menjadi salah satu pendukung kuatnya pertumbuhan kinerja perbankan Sulawesi Utara pada triwulan IV-2011. Aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan outstanding kredit mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi penghimpunan dana, pertumbuhan DPK terutama terjadi pada jenis giro. Sejalan dengan itu, kredit bertumbuh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, terutama kredit investasi. Pertumbuhan kredit yang lebih cepat daripada pertumbuhan DPK menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi Utara berada pada level 112,43% di akhir tahun 2011. Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan seperti aspek risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%. Tabel 3.1 Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara Komponen Total Aset Tumbuh Y.o.Y (%) DPK (Rp Miliar) Tumbuh Y.o.Y (%) Kredit outstanding (Rp Miliar) Tumbuh Y.o.Y (%) LDR (%) NPL (%)
2009 Q1 13,635 26.33 8,907 23.90 9,095 33.30 102.11 3.86
Q2 14,235 21.76 9,448 21.67 9,627 22.60 101.90 3.72
Q3 14,860 20.24 9,725 22.64 10,004 18.34 102.88 3.58
2010 Q4 14,769 9.17 9,987 12.72 10,485 17.36 104.98 2.83
Q1 14,783 8.42 9,953 11.74 10,867 19.48 109.18 3.53
Q2 15,914 11.79 10,604 12.24 11,631 20.81 109.68 3.46
Q3 16,731 12.58 11,114 14.28 12,119 21.14 109.05 3.48
2011 Q4 17,534 18.72 11,428 14.43 12,909 23.12 112.95 3.13
Q1 18,242 23.40 11,797 18.53 13,397 23.28 113.56 3.74
Q2 19,467 22.33 12,601 18.83 14,403 23.83 114.30 3.64
Q3 20,465 22.32 13,298 19.66 15,107 24.65 113.60 3.46
Q4 21,244 21.16 14,138 23.71 15,896 23.14 112.43 2.66
Sumber : Bank Indonesia Manado
3.1. STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA Aset perbankan Sulawesi Utara, baik bank umum konvensional, bank umum syariah maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada triwulan IV-2011 tumbuh positif, lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Total aset perbankan Sulut pada triwulan IV 2011 mencapai Rp21.244 miliar atau tumbuh 21,16% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan pertumbuhan tahun lalu yang tercatat hanya sebesar 18,72% (yoy). Struktur aset perbankan Sulawesi Utara masih didominasi oleh aset bank umum konvensional dengan pangsa mencapai 94,4% dari total aset perbankan. Sementara itu, pangsa bank umum syariah dan BPR konvensional masing-masing sebesar 2,15% dan 46
2,91%. Apabila dilihat pertumbuhan pangsa asetnya, BPR terus menunjukkan tren pertumbuhan yang positif dan meningkat. Lebih lanjut, dari keseluruhan aset bank, sebesar 69,23% merupakan aset bank pemerintah dan sisanya sebesar 30,77% merupakan aset bank swasta.
Grafik 3.1. Pangsa Aset Perbankan Sulawesi Utara Tw. IV-2011
Pemerintah 69.23%
BU Syariah 2.15% Bank Umum Konvensional 94.40%
BPR Konvensional 2.91%
Swasta 30.77%
BPR Konvensional
Bank Umum Syariah
Bank Umum Konvensional Pemerintah
Bank Umum Konvensional Swasta
Sumber: Bank Indonesia Manado
Grafik 3.2. Pertumbuhan Pangsa Aset Perbankan Sulawesi Utara Tw. IV-2011 (%) Total Asset BPR Konvensional (left axis) Total Asset BU Syariah (left axis) Bank Umum Konvensional (right axis)
3.50
98.00 97.50
3.00
97.00
2.50
96.50
2.00
96.00 95.50
1.50
95.00
1.00
94.50 94.00
0.50
93.50
-
93.00 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2009
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2011
Sumber: Bank Indonesia Manado
3.2. PERKEMBANGAN KANTOR BANK Secara kelembagaan, perbankan Sulawesi Utara pada triwulan laporan terdiri dari 25 bank umum konvensional, 3 bank umum syariah, dan 17 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Berdasarkan jaringan kantornya, bank umum konvensional memiliki 246 kantor dan bank 47
umum syariah memiliki 13 kantor, sementara itu BPR terdiri dari 48 kantor. Jumlah bank umum dan BPR konvensional di Sulawesi Utara mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan triwulan lalu. Sepanjang tahun 2011 terdapat penambahan 21 kantor bank umum konvensional, 5 kantor BPR dan 1 kantor bank umum syariah yang menggambarkan semakin besarnya aktivitas perekonomian di Sulawesi Utara.
3.3. PERKEMBANGAN BANK UMUM KONVENSIONAL 3.3.1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter Sepanjang tahun 2011 kinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang cukup baik ditengah kondisi pelemahan ekonomi global. Pada triwulan IV-2011, perekonomian mengalami pertumbuhan tinggi terutama didukung oleh permintaan domestik yang masih kuat dan kinerja ekspor yang masih terjaga. Nilai tukar Rupiah cenderung menguat dimana secara rata-rata pada tahun 2011 Rupiah menguat sebesar 3,56% (yoy). Tingkat inflasi berada pada level yang rendah bersumber dari terjaganya inflasi inti pada level yang rendah, inflasi bahan pangan yang rendah, dan minimalnya inflasi administered prices. Mencermati risiko memburuknya ekonomi global dan dalam upaya terus menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta memberikan stimulus untuk perekonomian domestik sejalan dengan tekanan inflasi ke depan yang semakin rendah sekaligus sebagai langkah perbaikan terhadap struktur suku bunga (term structure) jangka pendek, menengah dan panjang, Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan untuk menetapkan BI Rate menjadi 6%. Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga perbankan di Sulawesi Utara terus berlanjut. Namun demikian, penyesuaian terhadap kenaikan suku bunga pinjaman di Sulawesi Utara masih dalam kisaran yang relatif terbatas, ditandai oleh tren penurunan suku bunga perbankan hingga akhir triwulan IV-2011 dalam kisaran rendah. Berdasarkan data yang bersumber dari Bank Indonesia, sampai dengan akhir Desember 2011, rata-rata tingkat suku bunga kredit tercatat sebesar 13,53% atau sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 13,67%. Menurut jenis penggunaannya, ratarata tingkat suku bunga kredit modal kerja mencapai 13,53% per tahun, rata-rata kredit investasi sebesar 13,87% per tahun dan rata-rata kredit konsumsi sebesar 13,42% per tahun. Sementara itu, rata-rata tingkat suku bunga deposito 1 bulan sampai dengan Desember 2011 tercatat sebesar 6,58%, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,81%.
48
Grafik 3.3. Perkembangan Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit, Deposito dan BI Rate (%)
Grafik 3.4. Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit Menurut Jenis Penggunaan (%)
2011 Sk. Bunga Kredit (Left Axis)
BI Rate (Right Axis)
Sk. Bunga Deposito (Right Axis)
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
Sumber: Bank Indonesia Manado
Sumber: Bank Indonesia Manado
3.3.2. Penyerapan Dana Masyarakat Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perbankan di wilayah Sulawesi Utara pada triwulan IV-2011 menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 23,71% (yoy) menjadi Rp14.138 miliar. Berdasarkan jenis simpanannya, kenaikan dana terjadi pada jenis giro yang tumbuh 24,75% (yoy) kemudian disusul oleh tabungan sebesar 24,61% (yoy) dan deposito sebesar 21,55% (yoy). Lebih lanjut, komponen giro yang mengalami pertumbuhan berasal dari pihak swasta. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan perbankan dalam menjaring dana dari masyarakat semakin membaik. Grafik 3.6. Share Dana Pihak Ketiga (DPK)
Grafik 3.5. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Rp. Miliar) 8,000
Giro
Deposito
Tabungan
17.44%
7,000 6,000 5,000
52.92%
4,000 3,000
29.64%
2,000 1,000 Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2011
Sumber: Bank Indonesia Manado
Giro
Deposito
Tabungan
Sumber: Bank Indonesia Manado
Menurut pangsanya, penempatan dana dalam sistem perbankan masih didominasi oleh jenis simpanan tabungan sebesar 52,92% dari total keseluruhan Dana Pihak Ketiga (DPK), disusul kemudian deposito (29,64%) dan giro (17,44%).
49
Des
Okt
Nov
Sep
Jul
Aug
Jun
Apr
Mei
Mar
Jan
Feb
Dec
Oct
Sep
Nov
2011
Jul
Jun
Des
Okt
Nov
Sep
Juli
Aug
17.5 17.0 16.5 16.0 15.5 15.0 14.5 14.0 13.5 13.0 Aug
2010
Jun
Apr
Mei
Jan
Feb
Mar
Des
Okt
Feb
Nov
5.50
Sep
13.0
Jul
6.00
Aug
14.0
Jun
6.50
Apr
7.00
15.0
May
16.0
Mar
7.50
Jan
17.0
Berdasarkan kelompok banknya, bank pemerintah menyerap 63,92% dari total DPK sedangkan
sisanya
dihimpun
oleh
bank
swasta
(36,08%).
Berdasarkan
laju
pertumbuhannya, dana di bank pemerintah berhasil tumbuh 25,19% (yoy) sedangkan dana di bank swasta tumbuh sebesar 21,17% (yoy).
Grafik 3.7. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun (Rp. Miliar) 9,000 Bank Pemerintah
8,000
Bank Swasta
7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2009
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2011
Sumber: Bank Indonesia Manado
Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total dana pihak ketiga yang dihimpun, sebesar 74,19% atau Rp10.489 miliar berasal dari bank-bank yang berlokasi di Manado, selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Minahasa (6,92%), Kota Bitung (6,82%), Kabupaten Bolaang Mongondow (6,81%), dan Kabupaten Sangihe Talaud (5,26%).
Tabel 3.2. Perkembangan Sebaran DPK per Kabupaten/Kota (Rp. Miliar) Sebaran DPK
Minahasa Bolmong Sangihe Talaud Manado Bitung Total
Q1 833 553 440 6,443 639 8,907
2009 Q2 Q3 827 794 669 697 473 575 6,835 6,989 642 669 9,448 9,725
Q4 686 632 488 7,509 673 9,987
Q1 841 795 559 7,320 705 10,220
2010 Q2 Q3 905 923 885 948 594 680 7,520 7,830 701 734 10,604 11,114
Q4 800 891 614 8,375 748 11,428
Q1 1,000 1,011 736 8,275 775 11,797
2011 Q2 Q3 1,067 1,078 1,047 1,054 763 802 8,890 9,478 834 887 12,601 13,298
Sumber: Bank Indonesia Manado
50
Q4 978 962 744 10,489 965 14,138
Grafik 3.8. Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Grafik 3.9. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kab/Kota (%)
16,000
Bitung
14,000 12,000 10,000 8,000
Manado
6,000 4,000 2,000 -
Bitung Manado
Sangihe Talaud Q1
Q2 Q3 2009
Q4
Q1
Q2 Q3 2010
Q4
Q1
Q2 Q3 2011
Q4
639
642
673
705
701
748
775
834
965
669
734
887
6,443 6,835 6,989 7,509 7,320 7,520 7,830 8,375 8,275 8,890 9,478 10,48
Sangihe Talaud
440
473
575
488
559
594
680
614
Bolmong
553
669
697
632
795
885
948
891
1,011 1,047 1,054
962
Minahasa
833
827
794
686
841
905
923
800
1,000 1,067 1,078
978
Bolmong
Minahasa
736
763
802
Bolmong
744
Minahasa Bitung
Manado
Sangihe Talaud
0
10 Q3-11
Sumber: Bank Indonesia Manado
20 Q4-10
30
40
50
Q4-11
Sumber: Bank Indonesia Manado
Berdasarkan wilayah administratifnya, DPK yang berhasil dihimpun pada triwulan laporan seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan tertinggi dialami oleh Kota Bitung sebesar 28,91% (yoy) dan yang terendah dialami oleh Kota Bolmong (8,04%). Selanjutnya Kota Manado, Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud, Kabupaten Minahasa, dan Kabupaten Bolaang Mongondow tumbuh masing-masing sebesar 25,24% (yoy), 22,21% (yoy) dan 21,26% (yoy).
3.3.3. Penyaluran Kredit Bank Pelapor Pertumbuhan kredit bank umum konvensional di Sulawesi Utara terus menunjukkan adanya tren peningkatan. Pada triwulan IV-2011, jumlah kredit secara umum tercatat Rp15.896 miliar atau tumbuh 23,14% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit paling signifikan dialami oleh kredit investasi yang mencapai jumlah Rp2.478 miliar atau tumbuh 84,8% (yoy). Sementara itu, untuk jenis kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-masing sebesar Rp5.160 miliar dan Rp8.258 miliar atau tumbuh 19.81% (yoy) dan 13.73% (yoy). Tingginya pertumbuhan kredit investasi dan modal kerja pada periode laporan diperkirakan didorong oleh meningkatnya minat pelaku usaha untuk berinvestasi di Sulut, hal ini tercermin dari pembangunan infrastruktur penunjang serta sarana dan prasarana daerah yang terus ditingkatkan seiring dengan semakin banyaknya perhelatan berskala nasional dan internasional yang dilaksanakan di Sulawesi Utara.
51
Grafik 3.11. Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (Rp. Miliar)
Grafik 3.10. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (%) 140
gModal Kerja (%) gKonsumsi (%)
gInvestasi (%) gTotal Kredit (%)
Q3
2011
120 100
Q1 Q4
2010
80 60 40
Q3 Q2 Investasi
Q1 Q4
2009
20 0 Q1 -20
Q2
Q2
Q3
Q4
Q1
2009
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
Q4
Modal Kerja
Q3 Q2
Konsumsi
Q1
2011
-
2,000
4,000
6,000
8,000
Sumber: Bank Indonesia Manado
Berdasarkan strukturnya, pangsa kredit konsumsi menempati urutan pertama sebesar 51,95% dari total kredit yang disalurkan. Selanjutnya pangsa kredit modal kerja tercatat sebesar 32,46%, kemudian diikuti oleh kredit investasi dengan pangsa sebesar 15,59%. Mendominasinya share kredit konsumsi dibandingkan jenis kredit lainnya searah dengan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang terutama didorong oleh aktivitas konsumsi. Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit produktif selama triwulan ini sebagian besar ditujukan ke sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar 29% dari total kredit. Sementara itu, berdasarkan kelompok bank, sampai dengan triwulan laporan, bank umum pemerintah mendominasi penyaluran kredit dibandingkan dengan bank umum swasta nasional. Kelompok bank pemerintah berhasil menyalurkan Rp11.566 miliar atau mencapai pangsa pasar 72,76% sedangkan sisanya disalurkan oleh kelompok bank swasta sebesar Rp4.329 miliar dengan pangsa pasar 37,43% dari total kredit. Grafik 3.12. Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi
Grafik 3.13. Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank 18,000
3.71%
16,000
7.98%
14,000
3.28%
12,000 10,000
29.00%
56.02%
8,000 6,000 4,000 2,000 -
Lainnya (Konsumsi) Perdagangan, Hotel & Restoran
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2009
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2010
Q3
Q4
2011
Konstruksi Jasa Dunia Usaha
Bank Swasta
Bank Pemerintah
Sektor Lainnya
Sumber: Bank Indonesia Manado
Sumber: Bank Indonesia Manado
52
Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari total kredit sebesar Rp15.896 miliar, tercatat 66,31% atau sebesar Rp10.541 miliar disalurkan di wilayah Kota Manado. Selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Minahasa dengan pangsa pasar sebesar 12,11% (Rp1.926 miliar), Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar 9,42% (Rp1.497 miliar), Kota Bitung sebesar 6,16% (Rp.980 miliar) dan Kabupaten Sangihe Talaud sebesar 5,99% (Rp.953 miliar).
Grafik 3.14. Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Grafik 3.15. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)
18,000 16,000
Bitung Q4 2011
14,000 12,000
Manado
10,000
Q3 2011
8,000
Sangihe Talaud
6,000
Q4 2010
4,000 2,000
Bolmong
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2009
Sangihe Talaud
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
Bitung
Bolmong
Q2
Q3
Q4
2011
Minahasa
Manado
Minahasa -
10
20
30
40
Sumber: Bank Indonesia Manado
Berdasarkan laju pertumbuhan kreditnya, wilayah dengan laju pertumbuhan kredit tertinggi dialami Kota Manado sebesar 29,55% (yoy) sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Minahasa 16,61% (yoy). Sementara itu Kota Bitung, Kabupaten Sangihe Talaud dan Kabupaten Bolmong masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 21,93% (yoy), 17,92% (yoy) dan 16,76% (yoy).
3.3.4. Kredit MKM Pertumbuhan kredit MKM (Mikro, Kecil dan Menengah) yang disalurkan oleh bank umum konvensional
di
Sulawesi
Utara
mengalami
peningkatan.
Hal
ini
mencerminkan
keberpihakan perbankan terhadap UMKM. Sampai dengan triwulan IV-2011, posisi kredit MKM tercatat Rp14.148 miliar atau tumbuh 23,08% (yoy). Jika dilihat berdasarkan skalanya, kredit kecil (di atas Rp50 juta namun di bawah Rp500 juta) memiliki pangsa terbesar yakni 59,05%, kredit menengah (di atas Rp500 juta namun di bawah Rp5 miliar) pangsanya mencapai 23,25%, dan sisanya 17,7% merupakan kredit mikro (di bawah Rp50 juta).
. 53
Grafik 3.16. Laju Pertumbuhan Kredit UMKM dan Total Kredit (%) 90.00 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2009
Q2
Q3
Q4
Q1
2010 Kredit Umum
Q2
Q3
Q4
2011 Kredit UMKM
Sumber: Bank Indonesia Manado
Jika melihat pangsa kredit MKM terhadap penyaluran kredit perbankan secara keseluruhan pada triwulan IV-2011, pangsa kredit MKM tercatat 89% (yoy). Kenaikan pangsa kredit MKM ditopang oleh semakin membaiknya kualitas kredit yang disalurkan tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) sebesar 2,4% pada akhir triwulan IV-2011.
Grafik 3.17. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Miliar)
Grafik 3.18. Non Performing Loan Kredit UMKM (Rp. Miliar) 2011
Q4
9,000 8,000 7,000
Q3 Q2 Menengah
Q1
6,000
Q4
2010
5,000 4,000 3,000
Q2
2,000
Q1
1,000
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2009
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
2011
Q4
2009
-
Kecil
Q3
Mikro
Q3 Q2 Q1
Mikro
Kecil
Menengah
-
50
100
150
200
Sumber: Bank Indonesia Manado
3.4 STABILITAS SISTEM PERBANKAN Stabilitas sistem perbankan di Sulawesi Utara sampai dengan triwulan IV 2011 relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga, berada pada tingkat dibawah batas ketentuan BI yaitu 5%. Sementara itu, aspek penyerapan dana yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) berada pada level sedikit diatas 100%. Sedangkan volatilitas kurs diperkirakan tidak akan berdampak besar terhadap risiko pasar, karena paparan tehadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi. Sementara itu, perkembangan indikator lainnya (Kelonggaran tarik, NIM, ROA dan BOPO) menunjukkan perkembangan yang positif. 54
3.4.1
Risiko Kredit
Pada triwulan IV-2011 risiko kredit perbankan Sulawesi Utara masih terkendali yang tercermin dari indikator Non Performing Loans (NPLs) dan konsentrasi kredit secara keseluruhan. Ratio NPLs (bruto) tetap terjaga pada level dibawah batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (5%) tercatat sebesar 2.66%. Dengan nilai NPLs yang relatif terjaga maka terdapat peluang untuk terus meningkatkan kinerja penyaluran kredit, terutama pada sektor-sektor yang produktif. Lebih lanjut, terdapat penurunan NPLs pada hampir semua sektor ekonomi terutama pada sektor pertanian. Hal ini tidak lepas dari upaya-upaya perbankan dalam perbaikan kualitas kredit. Selain itu, perbaikan kualitas kredit pertanian pada triwulan laporan diperkirakan merupakan dampak membaiknya kemampuan debitur dalam mengembalikan pinjamannya seiring dengan naiknya harga beberapa komoditi perkebunan seperti cengkih, kopra dan pala. Sementara itu, apabila dilihat dari indikator konsentrasi kredit secara keseluruhan, dapat terlihat bahwa sebagian besar kredit disalurkan pada sektor yang memiliki tingkat NPL yang relatif rendah yakni sektor lainnya (Konsumsi) dengan pangsa mencapai 56,02% dari total kredit memiliki tingkat NPL sebesar 1,38%.
Grafik 3.19. Kredit & NPLs Sektoral Tw. IV-2011 8,000
56.00 52.00 48.00 44.00 40.00 36.00 32.00 28.00 24.00 20.00 16.00 12.00 8.00 4.00 0.00 -4.00 -8.00
Kredit (Rp miliar)
7,000
NPL (%)
6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 1
2
3
4
5
6
7
8
Keterangan : 1 = Pertanian 2 = Pertambangan 3 = Industri 4 = Listrik, Gas, dan Air Bersih 5 = Konstruksi 6 = PHR 7 = Transportasi&Komunikasi 8 = Jasa-jasa 9 = Lainnya (Konsumsi)
9
Sumber: Bank Indonesia Manado
3.4.2
Risiko Likuiditas
Indikator risiko likuiditas perbankan Sulawesi Utara, yaitu konsentrasi jangka waktu sumber dana dan tingkat Loan Deposit Ratio (LDR) menunjukkan bahwa risiko likuiditas pada triwulan laporan cukup terkendali. Dilihat berdasarkan konsentrasi jangka waktu sumber pembiayaannya, DPK di Sulawesi Utara masih
didominasi oleh dana-dana jangka pendek (tabungan dan giro) yang
berpotensi menciptakan maturity mismatch karena kredit yang disalurkan perbankan jangka 55
waktunya relatif lebih panjang daripada penempatan dana masyarakat. Hal ini ditandai oleh pangsa rata-rata 3 tahun terakhir dari tabungan tercatat sebesar 51,96% dari total kredit secara keseluruhan. Kondisi ini perlu dikelola dengan baik oleh perbankan, dimana perbankan dituntut untuk mampu memproyeksikan profil DPK-nya. Selanjutnya angka Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan laporan tercatat 112,43%. Perlu digaris bawahi bahwa perhitungan LDR ini hanya membagi jumlah total kredit yang disalurkan dengan jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan. Meningkatnya rasio LDR ini disebabkan karena pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK yang berhasil dihimpun bank. Berdasarkan wilayah administratifnya, rasio LDR terendah
dialami
oleh
Kota
Manado
sebesar
100,49%. Sedangkan LDR tertinggi dicapai oleh
Grafik 3.20. Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota
Bitung
Q3 2011
Kabupaten Minahasa sebesar 196,95%, disusul
Q4 2010
Manado
kemudian berturut-turut oleh Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar 155,56%, Kabupaten Sangihe
Sangihe Talaud
Talaud sebesar 128,04%, dan Kota Bitung sebesar
Bolmong
Q4 2011
101,58%. Tingginya rasio LDR di wilayah-wilayah Minahasa
tersebut mengindikasikan bahwa wilayah tersebut -
merupakan kawasan yang sedang berkembang dan membutuhkan
banyak
kucuran
dana,
50
100
150
200
250
Sumber: Bank Indonesia Manado
yang
diantaranya diperoleh dari penyaluran kredit oleh perbankan di wilayah tersebut.
3.4.3 Risiko Pasar Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan Sulawesi Utara relatif terkendali yang tercermin dari rendahnya tingkat fluktuasi suku bunga. Tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) yang cenderung tetap, menyebabkan pergerakan suku bunga perbankan di Sulut pun bergerak dalam batasan yang relatif kecil. Sementara itu, pergerakan kurs diperkirakan tidak akan berdampak besar terhadap kinerja perbankan Sulawesi Utara, karena minimnya transaksi valuta asing di perbankan Sulawesi Utara.
56
3.4.4 Indikator perbankan lainnya
Rasio Kelonggaran Tarik Kredit
Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank umum pada triwulan IV-2011
Grafik 3.21. Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum
memperlihatkan
Rp Miliar
adanya kecenderungan peningkatan. Tercatat rasio
%
20,000
7
18,000
6
16,000
5
14,000
kelonggaran tarik pada Desember 2011 sebesar
4
12,000 3
10,000
3,5%, mengalami kenaikan dibandingkan periode
2
8,000
1
6,000 4,000
yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 2,48%.
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2009 Plafond
Hal ini mencerminkan bertambahnya jumlah kredit
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2010
Q3
Q4
2011
10,1 10,6 11,0 11,7 12,9 13,7 14,1 15,1 15,5 16,5 17,4 18,2
Outstanding 9,09 9,62 10,0 10,4 10,8 11,6 12,1 12,9 13,3 14,4 15,1 15,8 Rasio UL (%) 6.20 5.50 5.38 6.31 0.69 0.74 2.60 2.48 2.59 2.41 3.31 3.50
yang tidak dicairkan oleh nasabah, sehingga risiko
Sumber: Bank Indonesia Manado
idle money pada perbankan Sulawesi Utara lebih besar.
Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin (NIM) didefinisikan sebagai
Grafik 3.22. Net Interest Margin Bank Umum (Rp Miliar)
salah satu indikator penilaian terkait kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Berdasarkan
1,800
3,000
1,600
neraca konsolidasi bank umum, saldo bersih
2,500 1,400 1,200
2,000
pendapatan bunga setelah dikurangi biaya bunga
1,000 1,500 800
atau yang biasa disebut Net Interest Margin (NIM)
600
1,000
400 500 200
pada triwulan laporan menunjukkan angka yang
-
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2009
positif
sebesar
Rp1.633
miliar,
mengalami
peningkatan bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp1.447 miliar.
Pend.Bunga
Q3
Q4
Q1
2010
363
748
Biaya Bunga
78
235
348
456
205
420
NIM
285
513
1,154 1,580 805
1,125
535 330
697
Q3
Q4
2011
1,117 1,707 2,323 630
Q2
876
1,077 1,447
640
1,294 1,995
2,752
253
527
813
1,119
414
766
1,182
1,633
Sumber: Bank Indonesia Manado
Rasio BOPO
Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak efisien. Sampai dengan triwulan laporan, tingkat efisiensi operasional perbankan menurun yang tercermin dari peningkatan rasio BOPO bank umum dari 70,94% pada triwulan yang sama tahun sebelumnya menjadi 78,75% pada triwulan laporan. Hal ini dapat diartikan bahwa bank masih belum efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.
57
-
-
Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan laba dengan aset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan IV-2011, rasio ROA bank umum tercatat sebesar 3,22%, mengalami penurunan bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 4,19%. Grafik 3.23. Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum
Grafik 3.24. Return On Asset Bank Umum 25,000
%
Rp Miliar 3,500
20,000
3,000 2,500
15,000
2,000 10,000
1,500 1,000
5,000
500 -
Q4
Q1
Q2 Q3 2010
Q2 Q3 2009
BO
322
683
985 1,40 1,90 512 1,11 1,97 2,56
Aset (Rp Juta) - Left Axis 13,63 14,23 14,86 14,76 14,78 15,91 16,69 17,50 18,24 19,46 20,46 21,24
PO
423
880 1,35 1,85 609 1,29 1,97 2,68 761 1,51 2,41 3,25
L/R (Rp Juta) - Right Axis 134 253 459 428 168 316.3 533 734 215 430 416 684.2
997 1,32 446
Q4
Q1
Q2 Q3 2011
-
Q1
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2009
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
Q4
800 750 700 650 600 550 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 -
2011
Rasio 76.0 77.6 73.4 71.5 73.2 76.2 71.1 70.9 67.3 73.6 81.8 78.7
Sumber: Bank Indonesia Manado
Sumber: Bank Indonesia Manado
3.5 PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan positif. Total aset bank umum syariah secara tahunan, sampai dengan posisi Desember 2011 meningkat sebesar 57,82% (yoy), sejalan dengan pertumbuhan kredit sebesar 48,08%. Sementara itu, DPK tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 50,31% (yoy) pada triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut, Financing to Deposit Ratio (FDR) menjadi 188,51% pada triwulan IV-2011. Tabel 3.3. Indikator Utama Perbankan Syariah di Sulawesi Utara (Rp miliar) 2009
2010
2011
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Asset
129.31
142.58
149.30
161.37
165.76
199.25
288.12
304.69
331.31
330.49
347.06
480.87
DPK
155.29
167.43
164.40
94.68
83.20
90.29
104.37
125.46
128.38
133.03
138.95
188.58
Giro
11.94
13.78
14.80
13.71
7.89
9.10
11.85
13.81
13.12
12.14
12.76
16.73
Tabungan
91.70
101.52
98.27
61.22
50.51
59.52
67.33
79.98
76.95
34.87
35.88
68.68
Deposito
51.65
52.12
51.33
19.76
24.80
21.68
25.20
31.67
38.30
86.02
90.31
103.16
120.94
134.27
139.50
145.25
150.07
185.92
217.44
240.06
246.04
285.07
322.15
355.48
114.90
127.07
129.54
133.15
135.83
170.57
199.82
215.85
217.87
243.62
248.81
259.58
Investasi
2.41
2.74
2.73
2.84
2.99
3.33
3.55
3.60
3.62
3.96
5.71
10.92
Konsumsi
3.63
4.45
7.23
9.26
11.25
12.02
14.07
20.61
24.55
37.49
67.63
84.98
0.08
0.08
0.08
0.15
0.18
0.21
0.21
0.19
0.19
0.21
0.23
0.19
Kredit Modal Kerja
FDR (%)
Q2
Q3
Q4
Sumber: Bank Indonesia Manado
58
3.6 PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT
Tabel 3.4. Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sulawesi Utara (Rp. Miliar) Komponen Aset DPK Deposito Tabungan Kredit Jenis Penggunaan Modal Kerja Investasi Konsumsi Sektoral Pertanian Perindustrian PHR Jasa-jasa Lain-lain LDR (Persen) NPL (Persen)
2009
2010
2011
Q1 207.9
Q2 220.4
Q3 237.8
Q4 241.1
Q1 272.0
Q2 301.9
Q3 334.3
Q4 402.0
Q1 430.6
Q2 496.2
Q3 563.1
Q4 651.7
153.0 108.8 44.2 163.7
160.3 113.1 47.2 181.5
171.5 120.3 51.2 195.6
170.9 119.7 51.3 202.7
192.8 135.7 57.0 212.3
221.8 155.2 66.7 230.3
255.0 189.7 65.4 246.8
281.8 207.0 74.8 288.3
308.4 236.5 71.9 322.5
348.5 267.9 80.6 383.6
395.0 318.6 76.4 420.1
439.5 346.5 92.9 455.8
39.6 14.5 109.5
45.7 13.5 122.3
51.0 13.4 131.2
54.4 13.5 134.8
56.4 13.1 142.8
63.3 14.1 152.9
74.1 12.3 160.5
81.9 10.9 195.5
104.4 15.7 202.4
92.4 14.1 277.1
100.1 13.2 306.8
98.1 12.5 345.2
3.1 0.5 28.1 14.3 117.7 107.0 3.45
3.2 0.6 28.2 15.1 134.4 113.2 3.18
3.9 0.5 31.6 18.1 141.5 114.0 3.32
4.4 0.6 31.7 16.2 149.8 118.6 2.90
4.8 0.6 34.1 18.6 154.2 110.1 3.39
4.5 0.7 37.8 18.5 168.6 103.8 3.84
4.8 0.9 41.4 20.5 179.2 96.8 4.37
4.4 3.9 43.8 18.7 217.5 102.3 4.24
4.5 5.4 41.8 53.6 217.2 104.6 4.71
4.7 3.6 46.2 33.6 295.4 110.1 3.85
5.6 2.8 49.5 33.2 329.0 106.3 4.16
5.7 2.3 44.9 33.5 369.4 103.7 3.92
Sumber: Bank Indonesia Manado
Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan IV-2011 menunjukkan pertumbuhan positif yang tercermin dari pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Aset BPR pada Desember 2011 mengalami pertumbuhan positif sebesar 62,12% (yoy), menjadi Rp651,7 miliar. Pertumbuhan aset BPR pada periode laporan terutama didorong oleh pertumbuhan kredit tercatat 58,09% (yoy) atau mencapai Rp455,8 miliar.
Secara sektoral, kredit terutama
disalurkan pada sektor lain-lain (konsumsi) dengan pangsa 81,04% dan sektor PHR dengan pangsa 9,85%. Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar kredit yang disalurkan BPR merupakan kredit konsumsi dengan pangsa mencapai 75,73% dari total kredit. Hal ini diperkirakan tidak lepas dari kegiatan konsumsi masih menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi daerah disamping meningkatnya aktivitas ekonomi khususnya di sektor konsumsi yang didorong oleh kenaikan pendapatan sebagian besar masyarakat di Sulawesi Utara. Sejalan dengan hal tersebut, DPK juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 55,92%(yoy) dengan jumlah nominal sebesar Rp439,5 miliar. Berdasarkan komponen pembentuknya, deposito masih mendominasi DPK BPR dengan pangsa 78,86%. Pertumbuhan DPK BPR jauh lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan DPK bank umum. Hal ini diduga terkait dengan masih relatif lebih menariknya suku bunga simpanan di BPR dibandingkan suku bunga perbankan. Melihat kondisi tersebut, diperlukan perhatian lebih pada penataan ulang efisiensi BPR, terutama bagaimana dapat menekan 59
suku bunga pinjaman yang saat ini berada pada tingkat yang cukup tinggi akibat tingginya suku bunga sumber dana pembiayaan BPR. Fungsi intermediasi pada BPR juga menunjukkan pertumbuhan positif, tercermin dari rasio LDR yang tercatat sebesar 103,7% pada triwulan IV-2011. Sejalan dengan membaiknya fungsi intermediasi, kualitas kredit BPR juga mengalami perbaikan seperti ditunjukkan oleh tren penurunan persentase kredit bermasalah (NPL gross) sepanjang tahun 2011 hingga tercatat sebesar 3,92% pada triwulan IV-2011.
60
PERANAN KREDIT UMKM DALAM MENDUKUNG SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DI SULAWESI UTARA Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), suatu usaha dikategorikan UMKM apabila memenuhi kriteria tertentu dari sisi kekayaan bersih (aset) dan hasil penjualan tahunan (omzet) usaha. Dengan mengacu pada kriteria UMKM menurut UU No. 20 Tahun 2008, kredit perbankan yang disalurkan ke UMKM di Sulawesi Utara pada triwulan IV-2011 mencapai Rp 5.744 Miliar atau sebesar 36,13% dari total kredit perbankan. Jika dibandingkan dengan triwulan IV-2010, kredit UMKM mengalami pertumbuhan positif sebesar 38,35% (yoy), atau berada di atas pertumbuhan total kredit sebesar 23,14% (yoy). Ini menunjukkan semakin besarnya perhatian perbankan terhadap UMKM di Sulawesi Utara. Kriteria UMKM Menurut UU No. 20 Tahun 2008 Kriteria Usaha
Aset
Omzet
Usaha Mikro
Max. 50 jt
Max. 300 jt
Usaha Kecil
Rp 50 - 500 jt
Rp 300 jt - 2,5 M
Rp 500 jt - 10 M
Rp 2,5 M - 50 M
Usaha Menengah
Sumber: UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Kredit UMKM yang Disalurkan Perbankan di Sulawesi Utara Triwulan IV - 2010
Uraian
Triwulan IV - 2011
Pertumb. (yoy)
Nominal (Juta)
Share
Nominal (Juta)
Share
Rp
12,908,680
100.00%
Rp
15,895,650
100.00%
23.14%
Rp
4,151,584
32.16%
Rp
5,743,841
36.13%
38.35%
Kredit Mikro
Rp
1,030,668
7.98%
Rp
1,076,067
6.77%
4.40%
Kredit Kecil
Rp
1,719,661
13.32%
Rp
2,408,779
15.15%
40.07%
Kredit Menengah
Rp
1,401,255
10.86%
Rp
2,258,996
14.21%
61.21%
Rp
8,757,096
67.84%
Rp
10,151,809
63.87%
15.93%
Total Kredit Kredit UMKM
Bukan Kredit UMKM
Sumber: Bank Indonesia Manado
Kredit UMKM terhadap Total Kredit
Pertumbuhan (yoy) Kredit UMKM pada Tw IV-2011
61
Secara sektoral, penyaluran kredit UMKM terfokus pada sektor unggulan Sulawesi Utara, yaitu sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) (64,22%), sektor Bangunan (6,57%), dan sektor Pertanian (5,15%). Meskipun secara umum porsi kredit UMKM terhadap total kredit masih sebesar 36,13%, namun porsi kredit UMKM terhadap total kredit pada ketiga sektor unggulan mencapai lebih dari 70%, yang artinya kredit perbankan pada ketiga sektor tersebut sebagian besar disalurkan kepada UMKM. Sementara itu, kredit UMKM di ketiga sektor mengalami pertumbuhan yang sangat baik, dengan sektor PHR, sektor Bangunan, dan sektor Pertanian masing-masing tercatat tumbuh sebesar 42,64% (yoy), 41,00% (yoy), dan 70,18% (yoy). Sejalan dengan hal itu, laju pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan IV-2011 di sektor PHR, sektor Bangunan, dan sektor Pertanian masing-masing mencatat pertumbuhan 18,52% (yoy), 13,41% (yoy), dan 1,00% (yoy), dengan sumbangan sebesar 3,46%, 2,16%, dan 0,18% terhadap total pertumbuhan. Dengan melihat pertumbuhan serta porsi kredit UMKM di ketiga sektor tersebut, ini menjadi indikasi bahwa kredit UMKM turut berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Utara. Hal ini juga mencerminkan upaya perbankan di Sulawesi Utara dalam mendukung perekonomian melalui penyaluran kredit ke UMKM. Kredit UMKM Menurut Sektor Ekonomi Triwulan IV - 2010
Kredit UMKM Sektoral
Triwulan IV - 2011
Pertanian
Nominal (Juta) Rp 173,702
Pertambangan & Penggalian
Rp
7,101
0.17%
Rp
38,449
0.67%
Industri Pengolahan
Rp
142,358
3.43%
Rp
196,556
3.42%
Listrik, Gas & Air Bersih
Rp
1,788
0.04%
Rp
28,113
0.49%
Bangunan
Rp
267,707
6.45%
Rp
377,477
6.57%
PHR
Rp
2,586,202
62.29%
Rp
3,688,933
64.22%
Pengangkutan & Komunikasi
Rp
83,067
2.00%
Rp
133,642
2.33%
Keu., Sewa & Jasa Perusahaan
Rp
131,704
3.17%
Rp
133,174
2.32%
Jasa-Jasa
Rp
184,991
4.46%
Rp
205,225
3.57%
Lainnya Jumlah
Share 4.18%
Nominal (Juta) Rp 295,606
Share 5.15%
Rp
572,963
13.80%
Rp
646,667
11.26%
Rp
4,151,584
100.00%
Rp
5,743,841
100.00%
Sumber: Bank Indonesia Manado
Kredit UMKM Sektor Ekonomi Unggulan Triwulan IV - 2011 Sektor Ekonomi
Total Kredit Perbankan (Juta)
Kredit UMKM (Juta)
Share
Pertumb. Kredit UMKM (yoy)
Pertumb. Ekonomi Sektoral (yoy)
Pertanian
Rp
366,155
Rp
295,606
80.73%
70.18%
1.00%
Bangunan
Rp
521,295
Rp
377,477
72.41%
41.00%
13.41%
PHR
Rp
4,610,185
Rp
3,688,933
80.02%
42.64%
18.52%
Sumber: Bank Indonesia Manado
62
Halaman ini sengaja dikosongkan
63
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan pemerintah daerah dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, meningkatkan output, mencapai pertumbuhan dan stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum. Selain itu, APBD merupakan kebijakan operasional yang menjadi turunan dari strategi pembangunan pemerintah daerah yang telah ditetapkan, sehingga dapat terlihat arah keberpihakan pemerintah daerah. APBD seharusnya menggambarkan angka-angka ekonomis yang mencerminkan kebutuhan masyarakat untuk memecahkan masalah dan meningkatkan kesejahteraannya. Pada hakikatnya anggaran daerah merupakan alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat.
Pembahasan dan analisa kinerja APBD dalam laporan ini meliputi perkembangan kinerja anggaran pemerintah daerah di tingkat Provinsi, sedangkan kinerja anggaran untuk 15 Kabupaten/Kota yang ada di Sulawesi Utara belum dapat tersajikan dalam laporan karena terkendala oleh keterbatasan data yang diperoleh.
Transfer dana dari pemerintah pusat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) ke Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara pada Tahun 2011 mencapai Rp7,15 triliun atau naik 25,82% dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan komponen penyusunnya, kenaikan transfer dana dari pemerintah pusat terutama berasal dari Dana Penyesuaian sebesar Rp1,15 triliun dan Dana Alokasi Umum sebesar Rp4,96 triliun atau naik masing-masing sebesar 421,33% dan 12,01% dibandingkan alokasi anggaran tahun 2010. Sejalan dengan itu, DAK juga mengalami peningkatan 1,35% (yoy) atau mencapai Rp709,18 miliar pada periode laporan. Tabel 4.1. Perkembangan Transfer Dana Pusat Ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara Dana Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak Dana Alokasi Umum (DAU) Dana Alokasi Khusus (DAK) Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus TOTAL
2007 3,796,133 222,918 3,071,594 501,621 160,774 3,956,907
2008 4,375,802 274,401 3,427,845 673,556 280,370 4,656,172
2009 5,282,510 335,993 4,059,322 887,196 393,844 5,676,354
2010 5,462,060 330,894 4,431,419 699,748 221,120 5,683,180
2011 5,997,653 324,688 4,963,779 709,185 1,152,757 7,150,410
Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu
64
4.1.
Dana Perimbangan di Sulawesi Utara
4.1.1
Struktur Dana Perimbangan di Sulawesi Utara
Alokasi dana perimbangan yang terdiri atas Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pemerintah pusat bagi Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara Tahun 2011 meningkat sebesar 12,05% dibandingkan dengan Tahun 2010. Secara agregat, jumlah alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten dan kota di Sulawesi Utara mencapai Rp5,67 triliun. Seluruh Kabupaten/Kota bahkan di tingkat Provinsi di Tahun 2011 mengalami peningkatan alokasi anggaran dibandingkan tahun lalu.
Tabel 4.2. Dana Perimbangan ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara Daerah Sulawesi Utara Bolaang Mongondow Minahasa Sangihe Bitung Manado Kepualuan Talaud Minahasa Selatan Tomohon Minahasa Utara Kotamobagu Bolaang Mongondow Utara Kepualuan Sitaro Minahasa Tenggara Bolmong Timur Bolmong Selatan TOTAL
DAK 2010 2011 17,439 29,288 42,412 52,681 41,869 50,652 56,607 60,702 25,800 28,000 28,014 42,959 45,112 45,301 44,944 43,241 20,799 34,560 39,959 47,726 45,704 27,514 43,760 45,454 40,859 46,520 35,234 44,095 53,204 56,185 46,889 54,309 628,605 709,185
DAU 2010 2011 558,635 619,711 295,800 320,510 374,744 409,491 286,315 322,079 274,296 304,672 420,481 482,454 256,908 278,873 289,949 331,072 219,721 247,394 266,587 307,575 201,553 223,190 208,127 228,525 222,678 256,258 220,929 254,096 161,164 182,376 176,192 195,503 4,434,079 4,963,779
Sumber : BAPPEDA Sulut, diolah
Berdasarkan alokasi dana perimbangan di masing-masing kabupaten/kota/provinsi di Tahun 2011, Provinsi Sulawesi Utara mendapatkan alokasi terbesar yakni Rp648,99 miliar dengan pangsa 11,44%. Berikutnya adalah Kota Manado sebesar Rp525,41 miliar dengan pangsa 9,26% dari total anggaran, Kabupaten Minahasa sebesar Rp.460,14 miliar dengan pangsa 8,11% dan Kabupaten Sangihe sebesar Rp382,78 miliar dengan pangsa 6,75%. Alokasi dana terendah diperoleh oleh Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan pangsa 4,21% dari total dana perimbangan atau sebesar Rp238,56 milliar.
65
Grafik 4.2. Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2011
Grafik 4.1. Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2010 4.23%
4.41%
5.06%
4.21%
11.44%
11.38% 6.68%
5.21% 4.98%
8.23%
4.88% 6.77% 6.06%
Provinsi
Bolmong
Minahasa
Sangihe
Bitung
Manado
Kep. Talaud
6.61%
Minsel
Tomohon
Minut
Kotamobagu
Bolmut
Kep. Sitaro
5.93% 4.75%
4.40%
Boltim
Minteng
5.26% 5.34% 4.83%
8.11%
4.42% 6.75% 6.26% 5.86%
Bolsel
4.97%
8.86%
6.58%
6.60%
Provinsi
Bolmong
Minahasa
Sangihe
Bitung
Manado
Kep. Talaud
Minsel
Tomohon
Minut
Kotamobagu
Bolmut
Kep. Sitaro
Minteng
Boltim
Bolsel
9.26% 5.71%
5.97%
Sumber: BAPPEDA Sulut, diolah
Sumber: BAPPEDA Sulut, diolah
Grafik 4.3. Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2011 700,000 600,000 500,000 400,000 300,000 200,000 DAU 100,000
DAK Dana Perimbangan
-
Sumber: BAPPEDA Sulut, diolah
Berdasarkan komponennya, alokasi dana perimbangan di masing – masing kabupaten/kota di Sulawesi Utara pada APBD Tahun 2011 sebagian besar berasal dari Dana Alokasi Umum dengan pangsa mencapai 87,50%.
4.1.2.
Struktur Belanja (Alokasi Dana Perimbangan)
Struktur Belanja Pemerintah Daerah di Provinsi Sulawesi Utara secara umum didominasi oleh belanja tidak langsung (belanja pegawai) tercermin dari Rasio APBD 2011 Belanja Tidak Langsung yang rata-rata berada diatas 30%. Rasio terbesar terjadi pada Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim) tercatat 70,29% sedangkan rasio terendah terjadi pada Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) tercatat 33,22%.
66
Tingginya Rasio APBD 2011 Belanja Tidak Langsung mencerminkan bahwa kinerja belanja APBD masih didorong pembelanjaan gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) seiring dengan semakin meningkatnya jumlah PNS di Sulut. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan sektor konsumsi semakin dominan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Sulut. Untuk menggiatkan kinerja kegiatan produktif perlu didukung oleh aktivitas belanja modal dan belanja tidak langsung. Tabel 4.3. Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2011
Daerah
DAU (Rp miliar)
Belanja Tidak
Rasio APBD
Jumlah
Langsung
Belanja Tdk
PNS
(Rp miliar)
Langsung (%)
(Orang)
Prov. Sulut
619,70
689,40
53,12
6.115
Manado
482,45
514,40
64,10
8.760
Bitung
304,67
277,50
66,73
4.445
Tomohon
247,39
191,20
55,23
3.287
Minahasa
409,49
411,22
70,25
7.167
Minsel
331,07
265,68
65,02
6.300
Minut
307,57
260,08
59,28
4.330
Mitra
254,09
217,03
53,42
2.612
Bolmong
320,51
273,20
56,70
5.067
Kotamobagu
223,19
171,70
51,22
2.808
Bolmut
228,52
127,70
33,22
1.593
Boltim
182,37
244,24
70,29
1.300
Bolsel
195,50
118,55
40,44
1.235
Sangihe
322,07
318,42
69,71
5.125
Sitaro
256,09
170,52
40,24
3.112
Talaud
278,87
229,55
59,94
4.183
Jumlah
4.963,55
4.480,39
57,39
67.439
Sumber : Biro Keuangan Prov. Sulut
4.3.
APBD di Tingkat Provinsi
4.2.1. Pendapatan Daerah di Tingkat Provinsi Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara meningkatkan target pendapatan secara umum. Hal ini tercermin dari peningkatan target pendapatan pada APBD P 2011 dibandingkan APBD P 2010 dan APBD 2011 (sebelum perubahan). Peningkatan terutama berasal dari meningkatnya anggaran alokasi transfer pemerintah pusat ke daerah (dana perimbangan). Sampai dengan periode laporan, total target dana perimbangan mencapai Rp823,04 miliar, mengalami peningkatan 30,42% dibandingkan tahun lalu atau naik 1,91% dibandingkan target APBD 2011 (sebelum perubahan). Peningkatan ini sejalan dengan komitmen 67
pemerintah pusat untuk meningkatkan kapasitas daerah serta mengurangi kesenjangan publik. Tabel 4.4. Ringkasan Perubahan APBD tahun 2011
No I
II
III
APBD 2011 (Rp Juta) 1,259,702 451,755 807,647 300 1,297,908 892,324 223,584 10,000 172,000 38,207 40,207 40,207
Uraian Pendapatan Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Lain-lain PAD yang Sah Belanja Belanja Operasi Belanja Modal Belanja Tidak Terduga Transfer (Ke Kab/Kota/Desa) Pembiayaan Penerimaan Daerah - SILPA
APBD-P 2011 (Rp Juta) 1,339,429 516,085 823,044 300 1,443,703 967,734 269,321 1,500 205,147 104,273 109,273 109,273
Bertambah/ (Berkurang) 6.3% 14.2% 1.9% 0.0% 11.2% 8.5% 20.5% -85.0% 19.3% 172.9% 171.8% 171.8%
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Sejalan
dengan
itu,
Pemerintah
Provinsi
Sulawesi Utara juga meningkatkan target Pendapatan Asli Daerah (PAD) menjadi Rp516 miliar pada APBD P 2011, meningkat 32,41%
Grafik 4.4. Komposisi Pendapatan Daerah Prov. Sulawesi Utara
1,600,000
74%
1,400,000
72% 70%
1,200,000
68%
1,000,000
66%
800,000
64%
dengan target PAD
600,000
62%
pada APBD 2011 (sebelum perubahan). Hal
200,000
dibandingkan tahun lalu atau meningkat 14,24% dibandingkan
60%
400,000
58% 56%
-
ini merupakan komitmen Pemerintah Provinsi Sulut
dalam
Pemerintah
mengurangi ketergantungan Provinsi
terhadap
Pemerintah
54% 2007
2008
2009
2010
2011
Dana Perimbangan PAD Proporsi Dana Perimbangan thd Total Pendapatan Provinsi
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Pusat mengingat masih besarnya rasio dana perimbangan dibandingkan total pendapatan Provinsi Sulut yang menandakan kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat Sulawesi Utara sebagian besar masih digerakkan oleh dana yang berasal dari pemerintah pusat (grafik 4.3). Namun demikian, proporsi Dana Perimbangan terhadap Total Pendapatan Provinsi menunjukkan tren penurunan selama 5 (lima) tahun terakhir hingga tercatat sebesar 61% pada tahun 2011.
68
Tabel 4.5. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 31 Desember 2011 (dlm jutaan rupiah)
Uraian PENDAPATAN Pendapatan Asli Daerah - Pajak Daerah - Retribusi Daerah - Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah - Lain-lain Dana Perimbangan - Dana Bagi Hasil Pajak - Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) - Dana Alokasi Umum - Dana Alokasi Khusus Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya
APBD-P 2010 (Rp Juta) 1,112,727 389,762 349,132 11,195 13,554 15,882 631,074 54,035 965 558,635 17,439 91,890
Realisasi APBD Tw. IV-2010 Nominal 1,158,636 418,702 373,703 11,899 13,554 19,547 650,530 63,163 11,146 558,781 17,439 89,404
% 104.1 107.4 107.0 106.3 100.0 123.1 103.1 116.9 1,154.7 100.0 100.0 97.3
Proporsi APBDAPBD-P 2011 P 2011 (Rp Juta) (%) 1,339,429 516,085 467,523 6,591 23,000 18,970 722,359 72,659 701 619,711 29,288 100,685
100.0 38.5 90.6 1.3 4.5 3.7 53.9 10.1 0.1 85.8 4.1 7.5
Realisasi APBD Tw. IV-2011 Nominal 1,365,112 534,495 477,202 8,868 23,107 25,317 729,361 67,382 12,980 619,711 29,288 100,685
% 101.9 103.6 102.1 134.5 100.5 133.5 101.0 92.7 1851.8 100.0 100.0 100.0
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Sementara itu, tingkat realisasi pendapatan pada akhir tahun anggaran triwulan IV 2011 tercatat telah melebihi target yang telah ditetapkan pada APBD-P 2011, namun demikian masih lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Tingkat pendapatan secara umum pada triwulan laporan terealisasi 101,9% dari total target pendapatan lebih rendah dibandingkan pencapaian tahun lalu yang tercatat sebesar 104,1%.
Apabila dilihat berdasarkan komponennya, pencapaian terbesar terjadi pada komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan realisasi sebesar 103,6%. Realisasi PAD terutama bersumber dari hasil retribusi daerah dengan realisasi mencapai 134,5% dari target yang ditetapkan. Selanjutnya pada komponen Dana Perimbangan, realisasi terbesar berasal dari Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) yang tercatat mengalami penambahan sebesar Rp12,28 miliar atau naik signifikan sebesar 1.851%.
4.2.2. Belanja Daerah di Tingkat Provinsi Di sisi belanja, Provinsi Sulawesi Utara menganggarkan dana yang cukup besar. Alokasi belanja Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp1,44 triliun atau meningkat 32,02% dari tahun sebelumnya. Namun demikian, peningkatan alokasi belanja ini tidak diikuti dengan peningkatan realisasinya.
69
Tabel 4.6. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 31 Desember 2011 (dlm jutaan rupiah)
Uraian BELANJA Belanja Operasi
- Belanja Pegawai - Belanja Barang - Belanja Hibah - Belanja Bantuan Sosial - Belanja Bantuan Keuangan Belanja Modal - Belanja Tanah - Belanja Peralatan dan Mesin - Belanja Bangunan dan Gedung - Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan - Belanja Aset Tetap Lainnya Belanja Tak Terduga Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa)
APBD-P 2010 (Rp Juta) 1,198,753 869,647 386,877 305,342 125,929 47,500 4,000 189,039 13,800 39,830 33,402 98,888 3,119 2,500 137,566
Realisasi APBD Proporsi APBD Tw. IV-2010 2010 Nominal % (%) 100.0 1,137,379 72.5 834,620 44.5 377,291 35.1 292,498 14.5 114,014 5.5 46,817 0.5 4,000 15.8 164,360 7.3 4,771 21.1 35,034 17.7 26,006 52.3 95,534 1.6 3,016 0.2 1,298 11.5 137,100
APBD-P 2011 (Rp Juta) 94.9 96.0 97.5 95.8 90.5 98.6 100.0 86.9 34.6 88.0 77.9 96.6 96.7 51.9 99.7
Proporsi APBD 2011 (%)
1,443,703 967,734 485,082 397,869 43,783 39,720 1,280 269,321 24,300 72,696 40,945 126,576 4,805 1,500 205,147
100.0 67.0 50.1 41.1 4.5 4.1 0.1 18.7 9.0 27.0 15.2 47.0 1.8 0.1 14.2
Realisasi APBD Tw. IV-2011 Nominal 1,285,798 863,841 424,508 369,650 39,085 29,554 1,044 233,618 6,822 67,162 38,905 116,189 4,540 799 187,540
% 89.1 89.3 87.5 92.9 89.3 74.4 81.5 86.7 28.1 92.4 95.0 91.8 94.5 53.3 91.4
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Total belanja daerah yang dianggarkan dalam APBD-P 2011 adalah sebesar Rp1,44 triliun, mengalami peningkatan dibandingkan total belanja pada APBD-P 2010 yang tercatat sebesar Rp1,19 triliun. Namun, peningkatan pada alokasi anggaran belanja ini tidak diikuti dengan peningkatan realisasinya. Sampai dengan akhir tahun anggaran realisasi belanja tercatat sebesar 89,1% dari total anggaran atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya tercatat 94,9% dari total anggaran.
Menurut komponen pembentuknya, belanja Provinsi terdiri atas belanja operasi, belanja modal dan belanja tak terduga dengan pangsa masing-masing 67%, 18,7% dan 0,1%. Belanja operasi didominasi oleh belanja pegawai dengan pangsa 50,1% dan belanja barang 41,1%, sisanya merupakan belanja hibah (4,5%), belanja bantuan sosial (4,1%), dan belanja bantuan keuangan (0,1%). Sementara itu belanja modal terutama didominasi oleh belanja jalan, irigasi dan jaringan sebesar 47%.
Sementara itu, berdasarkan tingkat realisasinya, tingkat realisasi belanja operasi (89,3%) tercatat lebih tinggi dibandingkan realisasi belanja modal (86,7%). Hal ini sejalan dengan struktur perekonomian Sulawesi Utara yang masih lebih banyak didorong oleh sektor konsumsi dibandingkan investasi (consumption driven growth).
4.2.3. Pangsa APBD Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar Peran keuangan daerah terhadap perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan IV-2011 tercatat mengalami peningkatan. Dengan melakukan identifikasi terhadap pos-pos belanja dalam APBD provinsi ke dalam 2 (dua) kegiatan utama berdasarkan tabel PDRB sisi permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan belanja modal diperoleh hasil bahwa realisasi 70
konsumsi pemerintah memiliki pangsa sebesar 9% terhadap PDRB harga berlaku Provinsi Sulawesi Utara di triwulan IV-2011, sedangkan realisasi belanja modal hanya memiliki pangsa sebesar 2%. Kontribusi di tingkat kabupaten dan kota relatif sulit untuk diperoleh sehingga hanya besaran-besaran pokok saja yang dimiliki. Sementara itu, dampak realisasi APBD provinsi terhadap perkembangan uang beredar sampai dengan posisi 31 Desember 2011 berada pada kondisi kontraksi yang berarti jumlah pendapatan pemerintah lebih besar dibandingkan jumlah pengeluaran (belanja pemerintah).
Tabel 4.7. Kontribusi APBD Provinsi Terhadap Sektor Riil s.d. 31 Desember 2011 (dlm jutaan rupiah)
Uraian PENDAPATAN Pendapatan Asli Daerah - Pajak Daerah - Retribusi Daerah - Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah - Lain-lain Dana Perimbangan - Dana Bagi Hasil Pajak - Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) - Dana Alokasi Umum - Dana Alokasi Khusus Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya BELANJA Konsumsi Pemerintah - Belanja Pegawai - Belanja Barang - Belanja Hibah - Belanja Bantuan Sosial - Belanja Bantuan Keuangan - Belanja Tak Terduga - Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) Pembentukan Modal Tetap Bruto (Blnj Modal)
Realisasi APBD Tw.IV-2011 % thd PDRB (Rp Juta) 1,339,429 11.45 516,085 4.41 467,523 4.00 6,591 0.06 23,000 0.20 18,970 0.16 722,359 6.18 72,659 0.62 701 0.01 619,711 5.30 29,288 0.25 100,685 0.86 1,285,798 11.00 1,052,180 9.00 424,508 3.63 369,650 3.16 39,085 0.33 29,554 0.25 1,044 0.01 799 0.01 187,540 1.60 233,618 2.00
Sumber: Biro Keuangan Daerah Sulawesi Utara, diolah
71
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Sistem pembayaran adalah sistem yang berkaitan dengan kegiatan pemindahan dana dari satu pihak kepada pihak lain yang melibatkan berbagai komponen sistem pembayaran. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembayaran tunai, kliring, maupun Real Time Gross Settlement (RTGS). Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional baik tunai maupun non tunai merupakan salah satu tugas Bank Indonesia yang diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undang-undang Republik Indonesia No.6 tahun 2009. Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar (clean money policy). Sementara itu kebijakan di bidang instrumen pembayaran non tunai tetap diarahkan untuk menyediakan sistem pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan konsumen. Sebagai representasi Bank Indonesia di daerah, fungsi mengatur kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai di Sulawesi Utara dijalankan oleh Kantor Bank Indonesia (KBI) Manado.
Pada triwulan IV-2011, nilai transaksi sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai (kliring) di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan. Namun demikian, untuk aktivitas transaksi pembayaran melalui Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan laporan mengalami sedikit penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
5.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai 5.1.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow) Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan IV-2011 di wilayah kerja KBI Manado menunjukkan terjadinya net outflow. KBI Manado mengalami net outflow sebesar Rp1.139 miliar, lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp513 miliar.
72
Aktivitas transaksi tunai di Sulawesi Utara yang dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan IV-2011 mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini tercermin pada peningkatan jumlah uang kartal yang dikeluarkan Kantor Bank Indonesia Manado (outflow), yakni dari Rp896 miliar pada triwulan IV-2010 menjadi Rp1.521 miliar pada triwulan laporan. Peningkatan jumlah uang kartal yang keluar dari Kantor Bank Indonesia Manado ini tidak diimbangi dengan jumlah aliran uang kartal yang masuk. Aliran uang kartal yang masuk dari masyarakat dan perbankan ke Kantor Bank Indonesia Manado (inflow) pada triwulan IV-2011 mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya maupun triwulan sebelumnya. Secara nominal, jumlah uang kartal yang masuk ke KBI Manado adalah sebesar Rp382 miliar, mengalami penurunan 0,42% (yoy) atau turun 61,39% (qtq). Secara total aliran uang kartal di KBI Manado menunjukkan adanya net outflow Rp1.139 miliar dimana secara nominal uang kartal yang keluar (Rp1.521 miliar) lebih besar dari uang kartal yang masuk (Rp382 miliar). Hal ini tidak terlepas dari aktivitas konsumsi masyarakat Sulawesi Utara yang meningkat pada perayaan hari raya Natal dan menjelang perayaan tahun baru.
Secara bulanan, sepanjang triwulan IV-2011 KBI Manado selalu mengalami net outflow sebesar Rp72,02miliar pada Oktober 2011, Rp163,28 miliar pada November 2011 dan kembali meningkat menjadi Rp903,7 miliar pada Desember 2011. Grafik 5.1. Netflow Aliran Kas Uang Kartal KBI Manado miliar
1,500 1,000 500 (500) (1,000) (1,500) (2,000) Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2009
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
Q4
2011
Inflow (+)
613
160
303
482
383
750
327
Outflow (-)
-18
-355 -235 -687 -0.77 -525
-799
-896
-155
-510 -1,24 -1,52
Net Flow
595
-195 -113 -453
-317
-513
595
-183
122
235
617
616
-222
989
382
-252 -1,13
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
73
5.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar Dalam melaksanakan strategi clean money policy, Bank Indonesia Manado melaksanakan kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar dengan melakukan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang telah lusuh/rusak. Proses pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan.
Selama triwulan IV-2011, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 108,52%, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat 123,68%. Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan laporan adalah sebesar Rp414 miliar. Budaya dan perilaku masyarakat yang kurang baik dalam memperlakukan uang kertas seperti melipat, mengokot (men-staples), meremas dan mencorat-coret akan mempercepat kelusuhan uang kertas. Selain itu, karena faktor iklim tropis yang lembab juga akan mempercepat tingkat kelusuhan uang kertas. Grafik 5.2. Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow 1,200 Miliar
%
440 400
1,000
360 320
800
280 240
600
200 160
400
120 80
200
40 -
Q1
Q2
Inflow
613
160
PTTB
53
78
Q3
Q4
Q1
Q2
122
235
617
303
490
209
261
297
2009
Rasio
8.57 49.0 402.
Q3
Q4
Q1
Q2
482
383
750
327
989
382
309
474
326
329
376
414
2010
Q3
Q4
2011
89.1 42.3 97.8 64.1 123.
43.5 100.
37.9 108.
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
5.1.3. Perkembangan Kas Titipan Dalam perannya sebagai regulator di daerah yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor Bank Indonesia Manado melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas titipan ini dilakukan 74
khususnya untuk daerah yang lokasinya cukup jauh dari Kantor Bank Indonesia. Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan Kantor Bank Indonesia Manado bekerjasama dengan salah satu bank umum di wilayah Gorontalo dan Tahuna. Grafik 5.3. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Gorontalo (Rp. Miliar) 800 600 400 200 0 -200 -400 -600
.
-800 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2009
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2010
Q3
Q4
2011
Inflow
621
542
645
629
672
547
726
649
779
739
553
646
Outflow
-443
-611
-566
-673
-537
-586
-652
-716
-638
-773
-339
-828
Netflow
178
-69
80
-44
135
-39
74
-67
141
-34
214
-181
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Sejalan dengan kondisi aliran kas di Sulawesi Utara, kondisi aliran kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan IV-2011 menunjukkan posisi net outflow sebesar Rp181 miliar. Pada triwulan laporan jumlah kas titipan yang masuk (inflow) di Gorontalo tercatat Rp646 miliar, sedangkan jumlah kas keluar (outflow) tercatat lebih tinggi yaitu sebesar Rp828 miliar. Grafik 5.4. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Tahuna (Rp. Miliar) 150 100 50 0 -50 -100 -150 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2009
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
Q4
2011
Inflow
57
27
40
108
40
39
24
20
77
29
35
45
Outflow
-39
-78
-63
-111
-50
-97
-105
-131
-63
-71
-29
-119
Netflow
18
-51
-23
-3.49
-11
-58
-81
-110
14
-42
6
-74
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Selain di Provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuna, Kabupaten Kepulauan Sangihe. Pada triwulan IV-2011, kas titipan di Tahuna juga mengalami net 75
outflow sebesar Rp74 miliar, setelah mengalami net inflow sebesar Rp6 miliar pada triwulan sebelumnya.
5.1.4. Penemuan Uang Palsu Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan IV2011 menunjukkan peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Total uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado pada triwulan IV2011 tercatat sebanyak 114 lembar atau secara nominal tercatat sebesar Rp7,91 juta , lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 49 lembar atau secara nominal hanya sebesar Rp4,02juta. Secara historis, pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan selama dua tahun terakhir adalah uang kertas pecahan Rp100,000 dan Rp50,000 atau sekitar 60% dari seluruh pecahan uang palsu yang ditemukan. Terjadinya peningkatan temuan uang palsu merupakan dorongan bagi KBI Manado terus berupaya menekan perkembangan peredaran uang palsu, diantaranya melalui sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan masyarakat. Kegiatan sosialisasi tidak hanya dilakukan di Kantor Bank Indonesia, kalangan perbankan, di instansi-instansi pemerintah daerah, akademisi dan sekolah-sekolah namun juga dilakukan di pusat perbelanjaan dan sentra perekonomian di kota Manado. Hal tersebut dilakukan mengingat pusat perbelanjaan juga sangat rentan terhadap kegiatan peredaran uang palsu karena tingginya tingkat perputaran uang yang digunakan untuk melakukan transaksi. Selain itu, secara represif pihak Bank Indonesia juga menjalin kerjasama dengan pihak Kepolisian Daerah Sulawesi Utara dalam upaya penanganan proses hukum. Peran serta aktif masyarakat bersama dengan pihak kepolisian diperlukan untuk dapat membongkar sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara. Tabel 5.1. Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KBI Manado Pecahan
2010 Q1
Q2
2011 Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
- Rp100.000,-
14
-
94
35
12
21
73
58
- Rp50.000,-
19
3
10
8
8
32
32
35
- Rp20.000,-
-
-
2
6
5
6
14
15
- Rp10.000,-
1
-
-
-
1
16
7
6
- Rp5.000,-
3
-
-
-
-
-
-
-
- Rp1.000,-
-
-
-
-
-
-
-
-
106
49
26
75
126
114
Total 37 3 Sumber: Bank Indonesia Manado, diolah
76
5.2. Perkembangan Alat Pembayaran Non-Tunai Berkembangnya
perekonomian
domestik
telah
berdampak
terhadap
peningkatan
kebutuhan masyarakat akan ketepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi. Berdasarkan latar belakang tersebut, Bank Indonesia secara terus menurus melakukan penyempurnaan dan pengembangan terhadap sistem yang telah ada, termasuk diantaranya melalui penyelenggaraan kliring dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).
5.2.1. Perkembangan Kliring (Tunai) Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara (tunai) selama triwulan IV-2011 mengalami peningkatan, jumlah warkat yang dikliringkan sebanyak 91.789 lembar dengan nilai Rp2.279 miliar atau meningkat jumlahnya sebesar 2,53% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan, selama periode laporan tercatat sebanyak 1.434 lembar warkat dengan nilai sebesar Rp35,62 miliar atau tumbuh sebesar 9,53% (yoy). Peningkatan rata-rata jumlah nominal kliring tersebut semakin menegaskan bahwa perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif yang berkelanjutan.
Tabel 5.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di Wilayah Sulawesi Utara
KETERANGAN
2010 Q1
Q2
Perputaran Kliring a. Lembar 75,799 80,399 b. Nominal (Rp miliar) 1,658 1,674 Rata-rata perputaran kliring per hari a. Lembar 1,221 1,299 b. Nominal (Rp miliar) 26.73 27.08 Persentase rata-rata penolakan a. Lembar (%) 1.02 2.16 b. Nominal (%) 1.01 2.44
2011 Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
82,862 1,914
89,523 2,083
80,909 1,915
86,567 2,093
91,486 2,167
91,789 2,279
1,315 30.39
1,400 32.52
1,310 31.01
1,418 34.31
1,501 35.55
1,434 35.62
1.72 1.54
1.33 1.82
1.78 1.99
1.71 2.23
1.57 1.40
1.67 2.12
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan tercatat 1,67% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 1,33%.
77
5.2.2. RTGS (Real Time Gross Settlement) Implementasi sistem BI-RTGS di Indonesia yang bermanfaat sebagai sarana penyelesaian akhir transaksi pembayaran semakin menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Hal ini dikarenakan BI-RTGS mempunyai keunggulan dalam kecepatan penyelesaian transaksi (seketika) dan resiko settlement-nya dapat diperkecil. Perkembangan penyelesaian transaksi RTGS selama triwulan IV-2011 (dari dan ke wilayah Sulawesi Utara) mencapai Rp3.162miliar atau mengalami peningkatan nilai sebesar 11,23% (yoy). Namun demikian dari sisi jumlah transaksi,
volume RTGS pada triwulan laporan sedikit mengalami penurunan sebesar
2,62% (yoy) dari 6.515 transaksi di triwulan IV-2010 turun menjadi 6.344 transaksi pada triwulan IV-2011. Tabel 5.3. Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement Periode Jan Feb Mar Tw I-2010 Apr Jul Agust Sep Tw III-2010 Oct Nov Dec Tw IV-2010 Jan Feb Mar Tw I-2011 Apr Mei Jun Tw II-2011 Jul Aug Sep Tw III-2011 Oct Nov Dec Tw IV-2011 Pertumbuhan (YoY %)
TO FROM + TO FROM Nilai Nilai Nilai Volume Volume Volume (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) 183 694 709 1,102 892 1,796 192 638 553 1,339 746 1,977 239 833 727 1,120 966 1,953 615 2,165 1,989 3,561 2,604 5,726 214 740 582 968 796 1,708 240 832 767 1,120 1,007 1,952 244 795 684 1,324 928 2,119 186 666 606 1,121 792 1,787 670 2,293 2,056 3,565 2,727 5,858 234 885 590 1,115 824 2,000 242 933 667 1,226 909 2,159 284 1,018 825 1,338 1,110 2,356 761 2,836 2,082 3,679 2,843 6,515 226 887 673 1,085 899 1,972 220 826 583 1,063 803 1,889 251 981 760 1,366 1,011 2,347 697 2,694 2,016 3,514 2,712 6,208 241 745 456 1,012 698 1,757 229 870 639 1,034 868 1,904 257 861 709 1,219 966 2,080 727 2,476 1,804 3,265 2,531 5,741 234 875 684 1,201 918 2,076 262 887 839 1,322 1,101 2,209 230 833 759 1,104 988 1,937 725 2,595 2,282 3,627 3,007 6,222 232 936 590 1,121 821 2,057 372 1,226 881 1,167 1,254 2,393 336 997 750 897 1,087 1,894 940 3,159 2,222 3,185 3,162 6,344 23.61 11.39 6.70 -13.43 11.23 -2.62
Sumber : www.bi.go.id, diolah
78
Halaman ini sengaja dikosongkan
79
BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi domestik dan meningkatnya kapasitas perekonomian
Sulawesi
Utara,
kondisi
ketenagakerjaan
di
Sulawesi
Utara
terus
menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, ditandai oleh membaiknya berbagai indikator ketenagakerjaan pada periode laporan. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Sulawesi Utara secara konstan mengalami penurunan selama beberapa tahun terakhir. Searah dengan TPT yang direlease oleh BPS, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia Manado menunjukkan terjadinya penurunan tingkat pengangguran, terindikasi dari nilai positif Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penggunaan tenaga kerja oleh dunia usaha Sulawesi Utara pada triwulan IV 2011. Selanjutnya, Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh KBI Manado menunjukkan masyarakat Sulawesi Utara masih optimis terhadap ketersediaan lapangan kerja yang ditunjukkan oleh berlanjutnya tren peningkatan indeks ketersediaan lapangan kerja pada periode laporan. Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus meningkat. Kondisi ini ditandai oleh turunnya tingkat kemiskinan yang didukung oleh kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP), indeks penghasilan dan ekspektasi penghasilan masyarakat Sulut.
6.1. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH Berbagai
indikator
ketenagakerjaan
pada
triwulan
IV-2011
di
Sulawesi
Utara
mengindikasikan adanya peningkatan penyerapan jumlah tenaga kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengalami peningkatan dari 63,31% pada Agustus 2010 menjadi 65,32% pada Agustus 2011. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) terus mengalami penurunan, pada Februari 2010 tercatat sebesar 9,61% turun menjadi 8,62% pada Agustus 2011. Hal ini mengindikasikan adanya jumlah lapangan kerja di Sulawesi Utara.
80
Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan di Sulawesi Utara F e b- 0 9
A gs - 0 9
F e b- 10
A ug- 10
F e b- 11
A ug- 11
Penduduk 15 Thn ke atas
1,685.5
1,694.1
1,710.9
1,637.4
1,651.0
1,659.8
Angkatan Kerja
1,077.2
1,051.1
1,074.3
1,036.6
1,068.4
1,084.2
Bekerja
962.6
940.2
961.6
936.9
970.2
990.7
Mencari Kerja
114.5
111.0
112.6
99.6
98.2
93.5
Bukan Angkatan Kerja
608.3
643.0
636.7
600.8
582.6
575.6
TPAK
63.91
62.0
62.79
63.31
64.71
65.32
TPT
10.63
10.56
10.48
9.61
9.19
8.62
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Berdasarkan lokasinya, tingkat pengangguran terutama terjadi di wilayah perkotaan. Persentase tingkat pengangguran di daerah perkotaan tercatat sebesar 11,37% atau sekitar 57,3 ribu orang. Sementara itu, di daerah pedesaan tingkat pengangguran tercatat sebesar 6,24% atau 36,2 ribu orang. Dibandingkan dengan posisi Februari 2011, baik pedesaan maupun perkotaan mencatat penurunan tingkat pengangguran meski secara absolut mencatat kenaikan jumlah pengangguran. Tabel 6.2. Pengangguran Terbuka Menurut Daerah Agustus 2011
Februari 2011 Daerah
Jumlah (ribu jiwa)
Perkotaan
%
Agustus 2011 Jumlah (ribu jiwa)
%
54.60
11.40
57.30
11.37
Pedesaan
43.60
7.40
36.20
6.24
Sulawesi Utara
98.20
9.16
93.50
8.62
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Berdasarkan sektornya, sektor pertanian (pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan) masih merupakan lapangan pekerjaan utama sebagian besar penduduk yang bekerja yaitu sebanyak 321,1 ribu orang (32,4%). Namun, bila dibandingkan dengan posisi yang sama tahun sebelumnya terjadi penurunan sebesar 10.2% (yoy). Penurunan tenaga kerja pada sektor tersebut diperkirakan beralih ke sektor lainnya yang justru mengalami peningkatan yaitu Industri, Perdagangan dan Jasa Kemasyarakatan. Sementara itu, se ktor Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan menempati urutan kedua dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 207,8 ribu orang (21%).
81
Grafik 6.1. Share Penduduk Yang Bekerja Di Sulawesi Utara Menurut Lapangan Usaha Agustus 2011
Tabel 6.3. Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Lapangan Usaha Lapangan Pekerjaan Utama Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan Industri
2009
2010
2011
35
Februari 386.9
Agustus 345.6
Februari 333.0
Agustus 357.6
Februari 338.9
Agustus 321.1
57.1
57.5
57.5
50.6
69.2
66.0
175.0
173.4
178.3
172.7
186.7
196.2
30 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan
25
Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Lainnya *
150.6 193.1
200.8
209.9
173.8
193.3
207.8
Total
962.6
940.2
961.6
936.9
970.2
990.7
20
Industri
15
162.9
183.0
182.3
182.1
199.6
Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan
10 5 -
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Berdasarkan status pekerjaannya, dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pendekatan pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan identifikasi ini, pada Agustus 2011 sebesar 390,1 ribu orang (39,4%) bekerja pada kegiatan formal dan 600,6 ribu orang (60.6%) bekerja pada kegiatan informal. Dari 990.7 ribu orang yang bekerja pada Agustus 2011, status pekerjaan utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan sebesar 347.7 ribu orang (35.1%), diikuti oleh berusaha sendiri sebesar 270.8 ribu orang (27,3%), dan berusaha dibantu buruh tidak tetap sejumlah 114.5 ribu orang (11.6%).
Tabel 6.4. Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Status Pekerjaan S t a t us P e k e rja a n
F e b- 0 9
A gs - 0 9
F e b- 10
A ug- 10
F e b- 11
A gs - 11
Berusaha Sendiri
287.2
286.7
259.6
242.9
250.2
270.8
Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap - Buruh Tidak Dibayar Berusaha Dibantu Buruh Tetap-Buruh Dibayar Buruh/Karyawan
130.4
129.3
128.0
102.4
131.9
114.5
41.2
42.9
41.0
45.9
47.0
42.4
279.2
284.8
322.3
332.7
335.9
347.7
64.1
48.0
52.0
74.3
43.3
55.1 60.3
Pekerja Bebas Pertanian Pekerja Bebas Non Pertanian Pekerja Tak Dibayar T o tal
39.9
55.1
58.5
40.4
52.3
120.6
93.4
100.3
98.6
109.6
99.9
9 6 2 .6
9 4 0 .2
9 6 1.6
9 3 6 .9
9 7 0 .2
9 9 0 .7
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Membaiknya kondisi ketenagakerjaan pada periode laporan juga sejalan dengan hasil survei yang dilakukan oleh KBI Manado. Berdasarkan survei yang dilakukan, jumlah pelaku usaha yang menyatakan melakukan penambahan jumlah tenaga kerja masih meningkat. Hal ini 82
tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penggunaan tenaga kerja hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilaksanakan KBI Manado pada periode laporan, tercatat sebesar 18,54. Penambahan tenaga kerja terutama terjadi pada sektor bangunan (SBT=11,6), diikuti oleh sektor pertanian (SBT=0,94) dan sektor pengangkutan dan komunikasi (SBT=0,86). Sementara itu, pada sektor lainnya jumlah tenaga kerja relatif tetap. Perkembangan ketenagakerjaan juga dapat dikonfirmasi melalui sikap optimisme masyarakat terhadap ketersediaan lapangan kerja yang tercermin dari indeks ketersediaan lapangan kerja hasil Survei Konsumen (SK) KBI Manado yang masih berada diatas level optimis. Pada akhir triwulan IV-2011, angka indeks ketersediaan lapangan kerja tercatat sebesar 180, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya tercatat sebesar 168,5. Grafik 6.3. Perkembangan SBT Tenaga Kerja
Grafik 6.2. Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja 160
Penghasilan Saat Ini
Titik optimis =100
Ekspektasi Penghasilan
200
20.00
180
140
160
15.00
120 140 100
120
80
100
60
80
10.00
5.00
60
40
40 20
20
0
0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4* 2008
J F MAM J J A S O N D J F MAM J J A S O N D J F MAM J J A S O N D 2009
2010
2009
2010
2011
(5.00)
2011
Sumber: Survei Konsumen KBI Manado
Realisasi Penggunaan Tenaga Kerja
Bangunan
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor Pertanian
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado
6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara
pada
semester
pertama
tahun
2011
menunjukkan
perkembangan
yang
menggembirakan. Hal ini tercermin dari indeks penghasilan dan ekspektasi penghasilan hasil Survei Konsumen (SK) KBI Manado yang berada pada level optimis yakni masingmasing tercatat sebesar 125 dan 182,5. Peningkatan indeks tersebut tidak lepas dari tambahan penghasilan (THR) yang diperoleh sebagian masyarakat menjelang perayaan Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. Rencana kenaikan Upah Minimum Provinsi tahun 2012 juga diperkirakan turut andil dalam meningkatkan ekspektasi masyarakat. Apabila ditinjau kondisi kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor ekonomi dominan Sulawesi Utara sekaligus sebagai sektor penyerap tenaga kerja terbesar dapat dilihat bahwa tren kesejahteraan petani mulai mengalami peningkatan. Hal ini tercermin 83
dari pertumbuhan NTP yang merupakan perbandingan antara indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar oleh petani untuk keperluan konsumsi rumah tangga dan biaya produksi.
Grafik 6.4. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Nilai Tukar Petani (indeks)
105.00
batas minimum sejahtera
4%
Nilai Tukar Petani (growth yoy)
104.00
3%
103.00
2%
102.00 1% 101.00 0% 100.00 -1%
99.00
-2%
97.00
-3%
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
98.00
2009
2010
2011
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 6.5. Perkembangan Indeks Yang Diterima dan Dibayar Petani
105.00
Nilai Tukar Petani (indeks)
batas minimum sejahtera
140.00
104.00
Indeks Dibayar Petani
Indeks Diterima Petani
135.00
103.00
130.00
102.00 125.00 101.00 120.00 100.00 115.00
99.00
110.00
97.00
105.00
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
98.00
2009
2010
2011
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Rata-Rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara selama triwulan IV-2011 sebesar 104,19, lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 100,88. Kedua komponen, baik Indeks yang Diterima Petani (IT) maupun Indeks yang Dibayar Petani (IB) mengalami peningkatan, namun karena kenaikan IT lebih besar dibandingkan kenaikan IB, maka terjadi kenaikan NTP pada triwulan IV-2011. Adapun 84
kenaikan IB terutama datang dari naiknya harga bahan makanan dan makanan jadi (untuk kelompok konsumsi rumah tangga), serta harga penambahan barang modal dan obatobatan serta pupuk (untuk kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal). Tabel 6.5. Komponen Indeks Dibayar Petani (IB) Indeks Rincian Indeks Diterima Petani Indeks Dibayar Petani Konsumsi Rumah Tangga Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga Transportasi dan Komunikasi BPPBM Bibit Obat-obatan & Pupuk Sewa Lahan, Pajak & Lainnya Transportasi Penambahan Barang Modal Upah Buruh Tani Nilai Tukar Petani (indeks)
Q2 123.41 121.89 124.42 132.36 125.90 116.30 111.98 115.97 112.58 109.50 114.34 110.38 115.32 110.63 117.76 117.71 110.04 101.24
2010 Q3 126.75 125.71 129.29 140.99 128.14 117.81 113.26 116.97 112.77 109.70 115.01 110.58 115.81 110.65 117.88 118.66 110.99 100.83
Q4 128.61 127.48 131.39 144.01 130.21 118.68 114.89 118.44 112.98 110.68 115.89 110.65 117.20 110.93 118.34 119.84 111.79 100.88
Growth (%) Q2 133.50 129.06 133.14 146.09 132.98 119.56 116.87 119.95 113.09 111.64 117.08 111.15 118.94 111.61 119.32 121.17 112.86 103.44
2011 Q3 134.69 130.00 134.30 147.92 133.46 120.34 116.97 120.68 113.43 112.31 117.32 111.18 119.01 111.78 119.78 121.41 113.15 103.61
Q4 135.72 130.27 134.60 147.96 133.93 121.14 117.06 121.35 113.75 112.26 117.48 111.21 118.90 111.80 119.80 121.65 113.44 104.19
yoy
qtq
5.53% 2.19% 2.45% 2.74% 2.86% 2.07% 1.89% 2.46% 0.68% 1.43% 1.37% 0.51% 1.46% 0.78% 1.24% 1.51% 1.47% 3.27%
0.76% 0.21% 0.23% 0.02% 0.35% 0.66% 0.08% 0.55% 0.28% -0.04% 0.13% 0.03% -0.09% 0.01% 0.02% 0.19% 0.26% 0.56%
Sumber : BPS Prov. Sulut
Tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara kembali mengalami penurunan pada tahun 2011. Berdasarkan Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada bulan September 2011 diketahui Tingkat Kemiskinan di Sulawesi Utara sebesar 8,46% atau sebanyak 194,72 ribu jiwa, mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 9,1% atau sebanyak 206,72 ribu jiwa. Penurunan angka kemiskinan pada tahun 2011 ini merupakan lanjutan dari tren yang terjadi sejak tahun 2007. Tahun tersebut adalah titik balik setelah terjadi peningkatan pada beberapa periode sebelumnya. Penurunan ini juga sejalan dengan tren perkembangan tingkat kemiskinan pada tingkat nasional. Apabila dibandingkan dengan tingkat kemiskinan nasional sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara selalu berada dibawah angka nasional.
85
Grafik 6.6. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Nasional dan Prov. Sulut 18
Grafik 6.7. Persebaran Penduduk Miskin Provinsi Sulut 25
%
16
20
14 12
15
10 8
10
6 4
5
2 0
Juli 06
Mar 07
Mar 08
Mar 09
Mar 10
Mar 11
Sep 11
Sulut
10.76
11.42
10.10
9.79
9.1
8.51
8.46
Nasional
16.90
16.58
15.42
14.15
13.33
12.49
0 Juli 06 Mar 07 Desa
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Mar 08
Mar 09
Mar 10
Mar Sep 11 11
Kota
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 6.6. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Sulawesi Utara
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Tahun Makanan
Bukan Makanan
Total
Jumlah Penduduk Miskin
% Penduduk Miskin
Perdesaan Maret 2007
117,516
31,924.00
149,440
171.00
13.80
Maret 2008 Maret 2009
128,498 141,599
33,935.00 36,672.00
162,433 178,271
150.90 140.31
12.04 11.05
Maret 2010 Maret 2011
149,372 163,264
38,724.00 42,977
188,096 206,241
130.35 117.65
10.14 9.37
Sept 2011
171,952
44,544
216,496
116.58
9.25
Maret 2007 Maret 2008
119,827 129,781
36,723.00 38,378.00
156,550 168,160
250.10 223.50
11.42 10.10
Maret 2009 Maret 2010
143,512 150,595
41,260.00 43,739.00
184,772 194,334
219.57 206.72
9.79 9.10
47,859.00 49,898.00
212,823 221,278
194.90 194.72
8.51 8.46
Kota & Desa
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Maret 2011 Sept 2011
164,964 171,380
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan. Semakin tinggi Garis Kemiskinan, semakin banyak penduduk yang tergolong sebagai penduduk miskin. Selama periode Maret 2010 – September 2011, garis kemiskinan meningkat sebesar Rp.8.455,- yaitu dari Rp. 212.823,- per kapita per bulan pada Maret 2010 menjadi Rp. 221.278,- per kapita per bulan pada September 2011. Walaupun terjadi 86
peningkatan nilai Garis Kemiskinan,
tingkat kemiskinan mengalami penurunan. Hal ini
mengindikasikan bahwa tingkat pendapatan sebagian penduduk miskin khususnya penduduk miskin transient pada Maret 2011 mengalami peningkatan dengan laju yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan Garis Kemiskinan sehingga sebagian dari mereka (sekitar 200 orang) mampu keluar dari kemiskinan. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Pada bulan Maret 2011, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 77,51 persen, pada bulan September 2011, peranannya sedikit mengalami penurunan menjadi 77,45 persen. Dengan kata lain peningkatan Garis Kemiskinan dari Maret 2011 ke September 2011 lebih disebabkan karena kenaikan harga yang lebih tinggi pada komoditi non makanan dibandingkan pada komoditi makanan. Tabel 6.7. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Menurut Daerah di Sulawesi Utara
Tahun
Kota
Desa
Total
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Maret 2007 1.30 Maret 2008 1.08
2.33 1.87
1.88 1.53
Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 September 2011
1.77 1.16 1.16 1.22
1.55 1.14 1.14 1.21
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Maret 2007 0.31 Maret 2008 0.30 Maret 2009 0.32
0.60 0.45 0.39
0.47 0.38 0.36
Maret 2011 September 2011
0.19 0.25
0.24 0.28
1.27 1.12 1.11 0.20
0.30 0.31
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Pada periode Maret 2011-September 2011, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami perubahan yang cukup berarti. Nilai indeks (P1) menunjukkan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin besar rata-rata kesenjangan terhadap garis kemiskinan. Indeks ini digunakan sebagai dasar penghitungan berapa subsidi yang diperlukan untuk mengentaskan penduduk miskin. Sementara itu nilai indeks (P2) 87
menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Dengan naiknya indeks P1 berarti selama periode Maret 2011-September 2011 ada indikasi bahwa rata-rata jarak kedalaman kemampuan konsumsi penduduk miskin semakin bergerak turun menjauh dari garis kemiskinan. Sedangkan naiknya indeks P2 menunjukkan bahwa variasi pengeluaran konsumsi penduduk miskin semakin tidak merata atau semakin tinggi ketimpangannya. Kedalaman kemiskinan di perdesaan dan perkotaan tidak berbeda signifikan terlihat dari nilai indeks P1 yang hampir sama yakni 1,204 berbanding 1,218. Sedangkan dari sisi ketimpangan pengeluaran, penduduk miskin di perkotaan cenderung memiliki tingkat ketimpangan yang lebih tinggi dibandingkan penduduk miskin di perdesaan yang ditunjukkan dari disparitas nilai indeks P2 dimana di perdesaan 0,247 sedangkan di perkotaan mencapai 0,312.
88
BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN 7.1.
Prospek Ekonomi Makro Memasuki tahun 2012, perekonomian Sulawesi Utara pada triuwlan pertama
diperkirakan berpotensi mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun 2011, yakni dalam kisaran 7,21% - 7,41% (yoy). Beberapa faktor yang mendorong laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan I-20112 diantaranya adalah kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP), gaji PNS/TNI/Polri per 1 Januari 2011, dan pembangunan infrastuktur swasta serta terpilihnya Kota Manado sebagai tempat perhelatan event internasional ASEAN Tourism Forum (ATF) yang berlangsung pada tanggal 8-15 Januari 2012. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
Grafik 7.1. Perkembangan Realisasi dan Ekspektasi Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Sulawesi Utara
yang dilakukan secara triwulanan oleh Bank Indonesia Manado menunjukkan adanya
60.00
Realisasi Kegiatan Usaha
Perkiraan Kegiatan Usaha
50.00
optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi dan peningkatan ekspektasi pelaku usaha terhadap dunia usaha yang ditandai dengan
40.00
30.00
20.00
10.00
kenaikan indikator ekspektasi kegiatan usaha
Q1
pada triwulan I-2012 dengan persentase Saldo
Bersih
Tertimbang
(SBT)
sebesar
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1*
(10.00) 2008
2009
2010
2011
2012
(20.00)
(30.00)
12,02%, lebih tinggi dari realisasi kegiatan kegiatan usaha pada triwulan I-2011 dengan
(40.00)
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha KBI Manado Triwulan IV-2011
SBT sebesar negatif 5,56%. Dari sisi permintaan, potensi peningkatan pertumbuhan ekonomi didorong oleh kegiatan konsumsi dan membaiknya kinerja investasi Sulawesi Utara. Peningkatan konsumsi swasta pada triwulan laporan dipengaruhi oleh semakin membaiknya daya beli masyarakat sebagai dampak dari kenaikan UMP dan remunerasi yang diberikan pada PNS/TNI/Polri per Januari 2012. Kondisi ini antara lain dapat dikonfirmasi melalui hasil Survei Konsumen di Kota Manado, yang menunjukkan optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi 6 bulan mendatang tercermin dari kenaikan seluruh komponen pembentuk Indeks Ekspektasi Konsumen yakni indeks ekspektasi ekonomi, indeks ekspektasi penghasilan dan indeks 89
ekspektasi ketersediaan tenaga kerja. Peningkatan kinerja konsumsi juga tercermin dari semakin menjamurnya pusat-pusat perbelanjaan di Kota Manado, peresmian Manado Town Square (Mantos) II serta pusat grosir M-Walk telah mendorong peningkatan aktivitas belanja masyarakat.
Grafik 7.3. Indeks Ekspektasi Konsumen
Grafik 7.2. Perkembangan Upah Minimum Provinsi (UMP) Sulut 2012
1,250,000
200 Ekspektasi Penghasilan
Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja
Ekspektasi Ekonomi
180
2011
1,050,000 160
2010
1,000,000
2009
140 120
929,000
100
2008
845,000
2007
80 60
750,000
40
2006
J
713,500
F M A M J
J
A S
O N D
J
F M A M J
2010
0
500,000
1,000,000
J
A S
O N D
2011
J 2012
1,500,000
Sumber: Survei Konsumen (SK) KBI Manado
Sumber: Survei Konsumen (SK) KBI Manado
Selanjutnya kinerja investasi diawal tahun 2012 diperkirakan terus tumbuh positif seiring dengan semakin pesatnya perkembangan perekonomian Sulawesi Utara. Sektor yang berpotensi mendatangkan investor salah satunya adalah sektor pertambangan. Saat ini tercatat terdapat 5 (lima) investor yang masuk Sulawesi Utara di bidang pertambangan emas. Indikator lainnya yang menunjukkan peningkatan kinerja investasi adalah hasil Survei Penjualan Eceran yang memperlihatkan kenaikan indeks penjualan bahan konstruksi sebesar sebesar 148,15% (yoy) dari 73,10 pada Januari 2011 menjadi 181,39 pada Januari 2012. Grafik 7.4. Indeks Bahan Konstruksi Indeks Bahan konstruksi
gBahan konstruksi (%) -right axis
1,600
700
1,400
600
1,200
500 400
1,000
300 800 200 600
100
2009
2010
Jan
Nop
Jul
2011
Sep
Mei
Jan
Mar
Nop
Jul
Sep
Mei
Jan
Mar
Nov
Jul
-200
Sep
0
Mei
-100
Jan
0
200
Mar
400
2012
Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) KBI Manado
90
Perkembangan ekspor pada triwulan I-2012 diperkirakan tumbuh positif meskipun tidak setinggi periode yang sama tahun lalu. Sebagai komoditi unggulan ekspor, komoditi pertanian perkebunan (kelapa dan turunannya, cengkih, biji pala dan fuli) masih mendominasi volume ekspor Sulut. Namun demikian, saat ini komoditi rumput laut juga menjadi komoditi ekspor dengan target pasar Eropa dan Asia khususnya China. Dari sisi penawaran, sektor PHR serta sektor pengangkutan dan komunikasi diprediksi akan mengalami pertumbuhan positif yang didorong oleh penyelenggaraan beberapa event berskala nasional maupun internasional di Sulawesi Utara. Sektor bangunan juga diperkirakan akan tetap tumbuh positif sejalan dengan maraknya pembangunan proyek fisik pemerintah dan swasta yang sedang berjalan.
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran pada Januari 2012 diindikasikan meningkat, terutama didorong oleh subsektor perdagangan dan subsektor hotel akibat meningkatnya aktivitas perdagangan dan penyelenggaraan event di Sulawesi Utara. • Peningkatan aktivitas pada sektor perdagangan merupakan respon dari adanya kenaikan sumber pendapatan masyarakat seperti kenaikan UMP dari Rp1.050 ribu pada tahun 2011 menjadi Rp1.250 ribu pada tahun 2012. Selain itu rencana kenaikan gaji PNS sebesar 10% yang akan direalisasikan pada awal tahun juga turut berdampak terhadap peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat. • Pelaksanaan event ASEAN Tourism Forum (ATF) yang berlangsung pada tanggal 8-15 Januari 2012 diperkirakan akan berdampak terhadap kinerja sektor PHR pada triwulan laporan. Pertemuan ATF diprediksikan akan mendatangkan sebanyak 2.000 orang termasuk peserta forum yang tang terdiri dari menteri pariwisata 10 Negara ASEAN dan pejabat negara Mitra ASEAN yang akan mengikuti acara travel exchange selama penyelenggaraan ATF. Multiplier effect yang dihasilkan dari pelaksanaan ATF diantaranya: -
Pameran potensi pariwisata (travel exchange) diramaikan oleh 390 peserta dari 10 Negara ASEAN yang umumnya adalah pengusaha pariwisata menempati sebanyak 438 stan bersaing menarik minat pengunjung dengan menawarkan potensi pariwisata dari masing-masing negara melalui produk tour and travel.
-
Pelaksanaan North Sulawesi Tourism, Trade and Investment Expo (NSTTI Expo) 2012 yang digelar pada tanggal 10-15 Januari menjadi salah satu rangkaian acara ATF. Pada acara ini ditawarkan beberapa potensi pariwisata dan investasi serta produk-produk UMKM Sulawesi Utara.
91
-
Peningkatan transaksi money changer hingga mencapai 50% selama pelaksanaan ATF. Perhelatan ATF telah menarik perhatian wisatawan asing yang berasal dari Australia, Amerika dan Eropa untuk menghadiri pameran travel exchange.
-
Kenaikan tingkat hunian hotel di Kota Manado selama acara ATF berlangsung dari 8-15 Januari 2012.
Sektor Bangunan Perkembangan sektor bangunan diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan proyek investasi baik swasta maupun pemerintah. Sejumlah proyek direncanakan akan dibangun di awal tahun 2012 ini diantaranya: -
Waduk Kuwil Sawangan di Kabupaten Minahasa Utara yang bernilai Rp800 miliar.
-
Proyek pengaspalan ruas jalan Mooat-Atoga dengan nilai proyek sebesar Rp9 miliar.
-
Proyek perbaikan jalan, pembangunan GOR dan Kantor Bupati Kabupaten Minahasa Selatan dengan nilai Rp21.5 miliar.
-
Pembangunan infrastruktur jalan di Kabupaten Kepulauan Sitaro dengan nilai proyek sebesar Rp10 miliar.
-
Pembangunan jalan Remboken-IPDN sebesar Rp3 miliar
Sektor Pertanian Memasuki awal tahun 2012, kinerja sektor pertanian diperkirakan akan tumbuh positif. Namun demikian terdapat beberapa faktor yang dapat menurunkan kinerja sektor pertanian diantaranya: • Kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No.87/Permentan/SR.130/12/2011. Kenaikan harga ini disebabkan oleh adanya pengurangan subsidi pemerintah terhadap pupuk, HET mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2012. • Penurunan kuota pupuk urea untuk kawasan Sulawesi Utara dari 29.000 ton pada tahun 2011 menjadi hanya 25.000 ton di tahun 2012. Penurunan kuota ini disebabkan oleh realisasi penyerapan pupuk di tahu 2011 yang hanya mencapai 20.230 ton. • Kondisi cuaca yang sedang memasuki musim hujan diperkirakan akan menggangu hasil produksi pertanian. Curah hujan yang tinggi di beberapa sentra pertanian seperti di Kabupaten Minahasa Tenggara diperkirakan akan menurunkan hasil produksi padi pada awal tahun 2012.
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pertumbuhan
sektor
Pengangkutan
dan
Komunikasi
diawal
tahun
2012
menunjukkan
kecenderungan yang meningkat sebagai multilpier effect pelaksanaan event ASEAN Tourism Forum. Pelaksanaan ASEAN Tourism Forum di Manado telah meningkatkan frekuensi tamu undangan
92
maupun wisatawan yang berkunjung ke Manado, hal ini telah berdampak terhadap tingginya permintaan terhadap sektor pengangkutan khususnya pengangkutan udara. selain itu, rencana pembukaan jalur penerbangan Manado-Davao dan direct flight Manado-Malaysia pada awal tahun 2012 juga diperkirakan turut berkontribusi terhadap peningkatan kinerja sektor pengangkutan. Pembukaan jalur penerbangan ini didasarkan pada data tahun 2011 dimana ASEAN telah menarik lebih dari 73.8 juta pengunjung, atau tumbuh sebesar 12.29%. Intra ASEAN travel merupakan penyumbang utama atau sebesar 43% dari jumlah kedatangan internasional.
7.2.
Prakiraan Inflasi
Pada triwulan I 2011, laju inflasi Kota Manado diperkirakan akan berada pada level moderat, yakni berada pada kisaran 0,04%±1% (yoy). Dari sisi
fundamental, tekanan inflasi
Grafik 7.5. Perkembangan & Perkiraan Inflasi Kota Manado
14 12 10 8
relatif terjaga didukung oleh melandainya tekanan inflasi
6 4
yang bersumber
dari sisi eksternal maupun domestik.
Namun demikian, terdapat tendensi kenaikan ekspektasi
2 0 Q1 -2
masyarakat Sulut terkait beberapa kebijakan pemerintah di tahun 2012.
Q2
Q3
2008
Q4
Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
2011
Q4 Q1*) 2012
Ket: *Proyeksi Inflasi Bank Indonesia Manado Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara
Dari sisi non fundamental tekanan inflasi volatile foods diperkirakan akan meningkat sebagai faktor anomali cuaca dan perkiraan curah hujan yang tinggi pada triwulan I 2012 yang berpotensi menimbulkan gagal panen dan berkurangnya pasokan perikanan tangkap. Sementara itu, inflasi kelompok administered price diperkirakan bersumber pada kenaikan cukai rokok dan kenaikan harga bahan bakar rumah tangga terkait konversi minyak tanah ke LPG.
Faktor Fundamental Tekanan inflasi fundamental relatif stabil, didukung oleh melandainya tekanan inflasi yang bersumber dari sisi eksternal maupun domestik. Dari sisi eksternal, tekanan inflasi global cenderung menurun seiring dengan tren penurunan harga komoditas internasional ditengah prospek ketidakpastian perekonomian global yang rentan memicu kembali terjadinya gejolak harga komoditas. Sementara dari sisi domestik, faktor utama penurunan tekanan inflasi pada awal tahun 2012 adalah berkurangnya aktivitas konsumsi masyarakat seiring berlalunya perayaan Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. Hal ini ditandai oleh penurunan Indeks Penjualan Riil yang tercatat sebesar 172,75 pada Januari 2012 atau turun 50,52% dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 349,14. Namun demikian, perlu diwaspadai tekanan inflasi yang bersumber dari meningkatnya ekspektasi masyarakat 93
sehubungan dengan kebijakan pemerintah terkait BBM bersubsidi (rencana pembatasan BBM bersubsidi jenis bensin dan solar serta kebijakan konversi minyak tanah ke LPG) , rencana kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) pada April 2012 dan kebijakan pemerintah terkait pembatasan peredaran gula rafinasi. Grafik 7.6. Indeks Penjualan Riil
Grafik 7.7. Interaksi Permintaan dan Penawaran
,600.00
%
,400.00
indeks
Kapasitas Produksi (left axis)
120
600
Indeks Riil Penjualan (right axis)
,200.00
100
500
800.00
80
400
600.00
60
300
400.00
40
200
20
100
,000.00
200.00
2008
2010
Bahan konstruksi
Jan
Jul
Sep
2011
Nop
Jan
Mei
Mar
Jul
Sep
Nop
Jan
2009
Indeks Riil Penjualan
Mei
Mar
Jul
Nov
Sep
Jan
Mei
Mar
Jul
Sep
Nov
Mei
Jan
2007
Mar
Jul
Sep
Nov
Jan
Mei
Mar
0.00
0
0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*
2012
Makanan & tembakau
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber : Survei Konsumen (SK) Kota Manado
Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) Kota Manado
Grafik 7.8. Perkembangan Harga Komoditas Internasional
CPO
Terigu USD/Barel
USD/Barel
9
1,430
8
1,230
7 1,030
6
830
5
630
4 3
430
2
230
1 -
30 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2011
1
1*
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2011
2012
Karet
1* 2012
Emas
USD C ent / Kg
USD/pound
600
2,000.00 1,800.00 1,600.00 1,400.00 1,200.00 1,000.00 800.00 600.00 400.00 200.00 0.00
550 500 450 400 350 300 250 200
1
150 1
2
3
4
5
6
7
2011
8
9
10
11
12
1*
2
3
4
5
6
7 2011
8
9
10
11
12
1* 2012
2012
Sumber : Bloomberg, diolah
94
Faktor Non Fundamental Dari sisi non fundamental, tekanan inflasi volatile foods diperkirakan akan meningkat. Berdasarkan pantauan di sejumlah pasar tradisional dan modern di Kota Manado melalui Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan KBI Manado menunjukkan adanya tren peningkatan harga beberapa komoditas volatile foods (terutama beras dan ikan segar). Faktor yang diperkirakan meningkatkan laju inflasi kelompok volatile foods pada triwulan I 2012 diantaranya : •
Inflasi tahunan Kota Manado pada akhir tahun 2011 mencapai titik terendah selama 5 tahun terakhir, dimana tingkat harga komoditas volatile foods mencapai level yang sangat rendah sebagai pengaruh kondisi suplai yang mencukupi. Namun demikian, kondisi tersebut menimbulkan "low based effect" yang berpotensi menimbulkan inflasi cukup tinggi di tahun 2012 apabila harga bergerak pada tingkat normal (kembali pada kisaran rata-rata historisnya).
•
Anomali cuaca yang terus berlanjut dan perkiraan curah hujan yang tinggi pada triwulan I 2012 berpotensi menimbulkan gagal panen dan berkurangnya pasokan perikanan tangkap.
•
Berkurangnya pasokan luar daerah
Namun demikian, laju kenaikan inflasi kelompok volatile foods dapat diredam oleh kecukupan pasokan beras terkait rencana pengadaan beras oleh Bulog Divre Sulut dan program swasembada beras serta ketahanan pangan di Provinsi Sulawesi Utara Tabel 7.1. Prognosa Kebutuhan Beras Sulut
1
Divre Manado
Jan*) Stok Ketahanan (Ton) (Bln) 8,287 7.73
2
SD Bolmong
1,364
3.26
953
2.28
1,743
4.17
1,632
3.91
1,622
3.88
2,611
6.25
3
SD Tahuna
2,019
4.47
2,608
5.78
2,197
4.87
2,586
5.73
2,375
5.26
2,764
6.12
No
Divre/Sub Divre di Sulut
Feb*) Mar*) Stok Ketahanan Stok Ketahanan (Ton) (Bln) (Ton) (Bln) 12,235 11.41 16,183 15.09
Apr*) Stok Ketahanan (Ton) (Bln) 20,331 18.95
May*) Stok Ketahanan (Ton) (Bln) 25,079 23.38
Jun*) Stok Ketahanan (Ton) (Bln) 28,227 26.32
Sumber : BULOG Divre Sulut, diolah
95
Gambar 7.1. Perkiraan Curah Hujan Februari & Maret 2012
Tekanan inflasi kelompok administered price pada triwulan I 2012 diperkirakan terutama disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar rumah tangga. Harga minyak tanah non subsidi mengalami kenaikan 1,2% searah dengan kenaikan harga minyak tanah dunia. Kebijakan konversi minyak tanah ke LPG masih belum berjalan dengan optimal yang ditandai oleh masih banyaknya kepala keluarga di Sulut yang belum mendapat jatah LPG 3 kg dan beredarnya LPG 3 kg dengan harga diatas ketetapan pemerintah. Sementara itu, harga rokok kretek diperkirakan mengalami peningkatan yang dipicu oleh kenaikan cukai rokok sebesar 16% berdasarkan PMK Nomor 167/PMK.011/2011 tentang Perubahan Ketiga Atas PMK Nomor 181/PMK.011/2009 Tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau, dengan ketentuan tarif cukainya mulai berlaku pada 1 Januari 2012. Mencermati keberhasilan pengendalian inflasi pada tahun 2011 dan menyadari semakin beratnya tantangan menjaga stabilitas harga pada umumnya dan pengendalian inflasi pada khususnya, selain pengendalian inflasi dari sisi moneter, juga diperlukan penguatan rumusan bauran kebijakan lintas sektor yang bersifat kolaboratif dan sinergis. Melalui wadah Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), pada tahun 2012 Bank Indonesia akan memperkuat koordinasi dan kerjasama baik secara vertikal yakni antara pemerintah pusatdaerah maupun secara horisontal antar pemerintah daerah dan antar lembaga terkait baik di tingkat pusat dan daerah, dalam rangka mendukung stabilitas harga khususnya melalui penguatan program kerja ketahanan pangan dan pemanfaatan informasi harga pangan strategis di daerah
96
7.3.
Prospek Perbankan
Sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi domestik, kinerja intermediasi perbankan di Sulawesi Utara pada tahun 2012 diperkirakan akan membaik. Hasil rekapitulasi Rencana Bisnis Bank (RBB) 2012 menunjukkan optimisme perbankan Sulawesi Utara untuk terus meningkatkan pertumbuhan penyaluran kreditnya pada kisaran 36% (yoy). Untuk mencapai target tersebut, perbankan akan lebih fokus pada usaha-usaha yang merupakan potensi daerah dan melakukan peningkatan pelayanan serta perbaikan infrastruktur kredit. Berdasarkan jenis usahanya, estimasi pertumbuhan baki debit kredit terutama terjadi pada kredit menengah yang diperkirakan tumbuh pada kisaran 45% (yoy). Selanjutnya diikuti oleh pertumbuhan baki debit kredit kecil dan mikro yang diperkirakan tumbuh masing-masing sebesar 37% (yoy) dan 26% (yoy).
Dari sisi penghimpunan dana, pertumbuhan yang ditargetkan perbankan di Sulawesi Utara mencapai sekitar 41% (yoy). Tingginya target pertumbuhan ini dapat dicapai dengan menerapkan berbagai upaya diantaranya mempertahankan nasabah yang telah ada dan menjaring nasabah baru melalui penambahan jumlah karyawan, kantor cabang dan fiturfitur dalam mengoptimalkan kemudahan bertransaksi. Grafik 7.9. Indeks Ekspektasi Tingkat Suku Bunga (SBT)
Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 6% pada 180.00
triwulan I 2012 diperkirakan memberikan dampak
160.00 140.00
pada
penambahan
kapasitas
perekonomian
Provinsi Sulawesi Utara melalui transmisi suku
120.00 100.00 80.00
bunga perbankan yang pada tahap selanjutnya
60.00
akan memberikan dampak pada membaiknya funsi
20.00
40.00
Feb Apr Jun Agust Okt Des Feb Apr Jun Agust Okt Des Feb Apr Jun Agust Okt Des Feb Apr Jun Agust Okt Des Feb Apr Jun Agust Okt Des Feb Apr Juni Agust Okt Des
-
intermediasi perbankan. Hal ini ditandai oleh tren
2007
penurunan suku bunga kredit di perbankan Sulut. Selain itu, berdasarkan hasil Survei Konsumen
2008
2009
2010
2011
Sumber : Survei Konsumen Kota Manado
(SK) Bank Indonesia Manado menunjukkan adanya penurunan indeks ekspektasi masyarakat terhadap tingkat bunga, tercermin dari indeks ekspektasi terhadap suku bunga 6 bulan yang akan datang pada Desember 2011 sebesar 116, atau lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, tercatat sebesar 131.
97
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
PDRB mtm qtq yoy Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Harga Konsumen (IHK) Indeks Kondisi Ekonomi Indeks Ekspektasi Konsumen Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dana Perimbangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Inflasi
Volatile Foods Administered Price M1 M2
Mo
Uang Kartal Uang Giral
NIM NPLs
Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu month to month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya. quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya. year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100 Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu. Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100 Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100 Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah. Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi. Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli. Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan. Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu. Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah. Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing). Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat di bank sentral. Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum. Terdiri dari rekening giro masyarakat di bank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter. Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar. Singkatan dari Non Performing Loans disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.
98
Restrukturisasi kredit UMKM UYD Inflow Outflow Netflow PTTB
Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan. Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar. Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartal yang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank. Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum. Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI. Selisih antara outflow dan inflow. Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.
99