KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan
Triwulan IV - 2008
Kantor Bank Indonesia Palembang
Daftar Isi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya ”Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008” dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-Nya serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya.
Palembang, Februari 2009
Ttd
Endoong Abdul Gani Pemimpin
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
i
Daftar Isi
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
ii
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Daftar Isi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GRAFIK
ix
INDIKATOR EKONOMI
xiii
RINGKASAN EKSEKUTIF
1
BAB I
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
11
1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Tahunan
11
KONDISI USAHA DI TENGAH KRISIS: PERSPEKTIF PENGUSAHA
13
1.2. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Triwulanan
17
1.3. Perkembangan PDRB Dari Sisi Penggunaan
25
1.4. Struktur Ekonomi
28
1.5. Perkembangan Ekspor Impor
29
1.5.1. Perkembangan Ekspor
29
1.5.2. Perkembangan Impor
32
SUPLEMEN 1
SUPLEMEN 2
BAB II
SUPLEMEN 3
PENGARUH MELEMAHNYA HARGA KOMODITAS DUNIA TERHADAP PDRB PERKEBUNAN SUMATERA BAGIAN SELATAN
34
PERKEMBANGAN INFLASI KOTA PALEMBANG
42
2.1. Inflasi Tahunan
42
2.2. Upaya Tim Pengendali Inflasi Daerah
45
2.3. Inflasi Bulanan
47
2.4. Pemantauan Harga oleh Bank Indonesia Palembang
51
PROYEKSI INFLASI PALEMBANG TAHUN 2009
55
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
iii
Daftar Isi
BAB III
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
59
3.1. Kondisi Umum
59
3.2. Kelembagaan
60
3.3. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)
61
3.3.1. Penghimpunan DPK
61
3.3.2. Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota
62
3.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan
63
3.4.1. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Secara Sektoral
63
3.4.2. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan
64
3.4.3. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten
65
3.4.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) 3.5. Perkembangan Suku Bunga Perbankan di Sumatera Selatan
Suplemen 4
BAB IV
BAB V
iv
67 68
3.5.1. Perkembangan Suku Bunga Simpanan
68
3.5.2. Perkembangan Suku Bunga Pinjaman
69
3.5.3 Perkembangan Spread Suku Bunga
70
3.6. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan
70
3.7. Kelonggaran Tarik
71
3.8. Resiko Likuiditas
72
3.9. Perkembangan Bank Umum Syariah
72
RINGKASAN PENELITIAN PERATURAN DAERAH DAN PERATURAN PUSAT DALAM RANGKA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) UNGGULAN DAERAH PROPINSI SUMATERA SELATAN
74
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
79
4.1. Realisasi APBD Tahun 2008
79
4.2. APBD Tahun 2009
82
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
87
5.1. Perkembangan Kliring
87
5.2. Perkembangan Perkasan
89
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Daftar Isi
5.3. Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau
91
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
93
6.1. Ketenagakerjaan
93
6.2. Pengangguran
95
6.3. Pendapatan per Kapita
97
6.4. Jumlah Penduduk Miskin Sumatera Selatan
99
6.5. Nilai Tukar Petani
99
6.3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
101
Suplemen 5
INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN PALEMBANG MENINGKAT
103
BAB VII
OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH
113
7.1. Pertumbuhan Ekonomi
113
7.2. Inflasi
116
7.3. Perbankan
117
BAB VI
DAFTAR ISTILAH
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
v
Daftar Isi
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
vi
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Daftar Tabel
DAFTAR TABEL Tabel 1.1
Laju Pertumbuhan Tahunan (yoy) Sektoral PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%)
12
Laju Pertumbuhan Triwulanan (qtq) Sektoral PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%)
18
Realisasi Luas Tanam (LT) dan Luas Panen (LP) Propinsi Sumatera Selatan (dalam Ha)
24
Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 Menurut Penggunaan Tahun 2007-2008 (%)
25
Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 Menurut Penggunaan Tahun 2007-2008 (%)
27
Struktur Ekonomi Sektoral Propinsi Sumatera Selatan Tahun 20072008
28
Struktur Ekonomi Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan Tahun 20072008
29
Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Propinsi Sumatera Selatan (USD)
30
Perkembangan Bulanan Nilai Ekspor Komoditas Utama Propinsi Sumatera Selatan (Juta USD)
30
Statistika Deskriptif Inflasi Tahunan Palembang dan Nasional Januari 2003 – Desember 2008
45
Pokok-pokok Upaya Pengendalian Inflasi yang dikoordinasikan melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah
46
Pertumbuhan DPK Perbankan Propinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Juta)
62
Tabel 3.2
Perkembangan Kredit Sektoral Propinsi Sumatera Selatan (Rp Triliun)
63
Tabel 3.3
Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan Propinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Juta)
66
Tabel 3.4
Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Selatan (Rp Juta)
73
Tabel 4.1
Perbandingan Realisasi APBD Sumsel Tahun 2008/2007 (Rp Miliar)
79
Tabel 4.2
Realisasi APBD Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2008
80
Tabel 4.3
APBD Sumsel 2009 & Realisasi APBD Tahun 2008 (Rp Miliar)
83
Tabel 4.4
Realisasi APBD Sumsel 2008 & APBD Sumsel Tahun 2009
84
Tabel 5.1
Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Propinsi Sumatera Selatan
88
Tabel 1.2 Tabel 1.3 Tabel 1.4 Tabel 1.5 Tabel 1.6 Tabel 1.7 Tabel 1.8 Tabel 1.9 Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 3.1
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
vii
Daftar Tabel
Tabel 5.2
Kegiatan Perkasan di Sumsel (Rp Miliar)
89
Tabel 5.3
Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau (Rp Miliar)
91
Tabel 6.1
Banyaknya Pekerja per Sektor Ekonomi
93
Tabel 6.2
Tingkat Pengangguran di Propinsi Sumsel Tahun 2007-2008 (persen)
96
Tabel 6.3
Pendapatan Per Kapita Propinsi Sumsel Tahun 2007-2008 Atas Dasar
Tabel 6.4
viii
Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2000 (Rupiah)
98
Jumlah Penduduk Miskin Sumsel Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2004-2007
99
Tabel 6.5
Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Sumatera Selatan Jan-Ags 2008 100
Tabel 6.6
Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Modal Petani
101
Tabel 6.7
IPM 2005-2006 Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan
102
Tabel 7.1
Leading Economic Indicator Propinsi Sumsel Triwulan IV 2008
114
Tabel 7.2
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara
115
Tabel 7.3
Prediksi Beberapa Indikator Perekonomian pada Triwulan I 2009
118
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Daftar Grafik
DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1
PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 Dengan Migas
11
Grafik 1.2
Perkembangan Jumlah Konsumsi BBM Propinsi Sumsel
16
Grafik 1.3
PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 Dengan Migas
17
Perkembangan Penumpang Angkutan Laut Pelabuhan Boom Baru Propinsi Sumatera Selatan
19
Grafik 1.5
Perkembangan Konsumsi Semen Propinsi Sumsel
19
Grafik 1.6
Perkembangan Harga Karet di Pasar Internasional
20
Grafik 1.7
Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional
20
Grafik 1.8
Perkembangan Harga Batu Bara di Pasar Internasional
21
Grafik 1.9
Perkembangan Harga Minyak Bumi di Pasar Internasional
21
Grafik 1.10
Perkembangan Konsumsi Listrik Propinsi Sumatera Selatan (juta KWH)
21
Grafik 1.11
Perkembangan Curah Hujan di Sumatera Selatan
23
Grafik 1.12
Pertumbuhan Triwulanan Kinerja Sub Sektor Pertanian Triwulan IV 2008 (%)
23
Kontribusi Sektor Ekonomi ADHK 2000 Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
23
Grafik 1.14
Perkembangan Kegiatan Usaha
26
Grafik 1.15
Perkembangan Situasi Bisnis
27
Grafik 1.16
Struktur Ekonomi Propinsi Sumatera Selatan
28
Grafik 1.17
Perkembangan Nilai Ekspor Propinsi Sumatera Selatan
31
Grafik 1.18
Perkembangan Volume Ekspor Propinsi Sumatera Selatan
31
Grafik 1.19
Perkembangan Ekspor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan
31
Pangsa Ekspor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Sept-Nov 2008
32
Grafik 1.21
Perkembangan Nilai Impor Propinsi Sumatera Selatan
32
Grafik 1.22
Perkembangan Volume Impor Propinsi Sumatera Selatan
32
Grafik 1.23
Perkembangan Impor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal
33
Grafik 1.4
Grafik 1.13
Grafik 1.20
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
ix
Daftar Grafik
Grafik 1.24
Pangsa Impor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Sept-Nov 2008
33
Grafik 2.1
Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Palembang
41
Grafik 2.2
Inflasi Tahunan (yoy) Kota Palembang per Kelompok Pengeluaran Triwulan IV 2008
42
Grafik 2.3
Perkembangan Harga Komoditas Strategis di Pasar Internasional
43
Grafik 2.4
Perkembangan Inflasi Tahunan per Kelompok Barang dan Jasa di Palembang
44
Grafik 2.5
Perbandingan Inflasi Tahunan Palembang dan Nasional
45
Grafik 2.6
Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Palembang
47
Grafik 2.7
Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Palembang per Kelompok Barang dan Jasa
48
Inflasi Bulan desember 2008 (mtm) per Sub Kelompok pada Kelompok Bahan Makanan di Palembang
49
Event Analysis Inflasi Kota Palembang Desember 2007 - Desember 2008
49
Perbandingan Inflasi Bulanan dan Ekspektasi Harga Konsumen 3 Bulan YAD
50
Perbandingan Inflasi Bulanan (mtm) Palembang dan Nasional Tahun 2007-2008 (persen)
50
Grafik 2.12
Pergerakan Harga Bulanan Sesuai SPH
51
Grafik 2.13
Pergerakan Harga Beras di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/Kg)
52
Grafik 2.14
Pergerakan Harga Minyak Goreng di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/Kg)
52
Pergerakan Harga Daging Sapi di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/Kg)
53
Grafik 2.16
Pergerakan Harga Emas di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/gram)
53
Grafik 2.17
Pergerakan Inflasi Bulanan dan Tingkat Harga Sesuai SPH di Kota Palembang (Sept 2007-Sept 2008)
54
Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Propinsi Sumatera Selatan
59
Grafik 3.2
Jumlah Kantor Bank dan ATM di Propinsi Sumatera Selatan
60
Grafik 3.3
Pertumbuhan DPK Perbankan di Propinsi Sumatera Selatan
61
Grafik 3.4
Komposisi DPK Perbankan Tw IV 2008 di Propinsi Sumatera Selatan
61
Grafik 3.5
Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Propinsi Sumatera Selatan Tw IV 2008
64
Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan
65
Grafik 2.8 Grafik 2.9 Grafik 2.10 Grafik 2.11
Grafik 2.15
Grafik 3.1
Grafik 3.6 x
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Daftar Grafik
Grafik 3.7
Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan Tw IV 2008
65
Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Propinsi Sumatera Selatan Tw IV 2008 Berdasarkan Wilayah
66
Penyaluran Kredit UMKM Perbankan Propinsi Sumatera Selatan Menurut Penggunaan
67
Grafik 3.10
Penyaluran Kredit UMKM Menurut Plafond Kredit
68
Grafik 3.11
Perkembangan Suku Bunga Simpanan Perbankan Sumatera Selatan
68
Grafik 3.12
Perkembangan Suku Bunga Kredit Perbankan Sumatera Selatan
69
Grafik 3.13
Perkembangan Spread Suku Bunga Perbankan Sumatera Selatan
70
Grafik 3.14
Perkembangan NPL Perbankan Sumatera Selatan
70
Grafik 3.15
Komposisi NPL Menurut Sektor Ekonomi
71
Grafik 3.16
Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Sumatera Selatan
71
Grafik 3.17
Perkembangan Resiko Likuiditas Perbankan Sumsel
72
Grafik 4.1
Perbandingan Anggaran & Realisasi APBD Tahun 2008 Propinsi Sumatera Selatan
82
Rasio Sumber Pembiayaan Realisasi APBD Tahun 2008 Propinsi Sumatera Selatan
82
Grafik 5.1
Perkembangan Triwulanan Perputaran Kliring Sumsel
87
Grafik 5.2
Perkembangan Bulanan Jumlah Perputaran Kliring Sumsel
88
Grafik 5.3
Perkembangan Jumlah Cek/Bilyet Giro Kosong Sumsel
88
Grafik 5.4
Perkembangan Kegiatan Perkasan Sumsel 2007-2008
90
Grafik 5.5
Perkembangan Penarikan Uang Lusuh oleh KBI Palembang
90
Grafik 5.6
Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau Secara Bulanan Tahun 2007-2008
92
Persentase Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Propinsi Sumsel Triwulan IV 2008
94
Persentase Pengangguran Terselubung (Setengah Pengangguran) Menurut Lapangan Pekerjaan di Propinsi Sumsel Triwulan IV 2008
96
Grafik 6.3
Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini
97
Grafik 6.4
Indeks Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan Yang Lalu
98
Grafik 6.5
Indeks Harga yang Diterima, Indeks Harga yang Dibayar dan Nilai Tukar Petani 100
Grafik 7.1
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan
113
Grafik 7.2
Proyeksi Inflasi Tahunan Sumatera Selatan
116
Grafik 3.8 Grafik 3.9
Grafik 4.2
Grafik 6.1 Grafik 6.2
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
xi
Daftar Grafik
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionallay blank
xii
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Indikator Ekonomi
INDIKATOR EKONOMI
A. INFLASI DAN PDRB
INDIKATOR MAKRO Indeks Harga Konsumen Laju Inflasi - Tahunan (yoy) PDRB - harga konstan (miliar Rp)
2007
2008
TW IV
TW I
TW II
TW III
TW IV
170.24
175.54
112.66*
116.26*
115.92*
8.20
10.87
13.96*
14.19*
11.15*
14,115
14,059
14,356
15,231
14,434
- Pertanian - Pertambangan & penggalian - Industri pengolahan - Listrik, gas dan air bersih - Bangunan - Perdagangan, hotel dan restoran - Pengangkutan dan komunikasi - Keuangan, persewaan dan jasa - Jasa
2,697 3,411 2,530 69 1,083 1,958 682 562 1,122
2,693 3,368 2,504 69 1,068 1,949 682 585 1,141
2,880 3,385 2,514 70 1,083 1,998 690 589 1,147
3,340 3,419 2,621 71 1,124 2,118 738 606 1,193
2,654 3,444 2,498 70 1,138 2,038 776 607 1,208
Pertumbuhan PDRB - Tahunan (yoy) % - Triwulanan (qtq) %
7.01 (2.48)
8.17 (0.40)
4.97 2.12
5.23 6.09
2.26 (5.23)
Ekspor Impor Nilai ekspor nonmigas (USD Juta) Nilai impor nonmigas (USD Juta) Volume ekspor nonmigas (ribu ton) Volume impor nonmigas (ribu ton)
Sept 07-Nov 07 Des 07-Feb 08 Mar 08-Mei 08 Jun 08-Ags 08 Sep 08-Nov 08 730.22 688.95 744.16 710.66 730.23 52.43 35.47 56.18 55.59 81.74 841.54 104.38
763.43 94.25
845.84 98.14
696.28 64.70
736.43 126.12
*) Tahun dasar 2007
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
xiii
Indikator Ekonomi
B. PERBANKAN versi SEKDA INDIKATOR
2007 Tw IV
Tw I
Tw II
2008 Tw III
Total Perbankan Total Aset (Triliun Rp)
32.89
31.04
33.87
DPK (Triliun Rp) - Tabungan - Giro - Deposito
24.14 10.18 4.76 9.20
23.20 10.17 4.49 8.54
24.77 11.05 5.15 8.57
Kredit (Triliun Rp) - Berdasarkan Penggunaan - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi
16.58 8.05 3.27 5.26
17.22 7.72 3.64 5.86
20.41 9.59 4.30 6.52
16.58 2.04 0.03 2.48 3.69 0.42 1.19 0.25 0.99 0.22 5.26
17.22 2.13 0.04 2.36 3.77 0.39 1.18 0.25 1.01 0.23 5.86
20.41 2.59 0.29 3.07 4.42 0.38 1.42 0.27 1.18 0.27 6.52
10.61 4.24 1.16 5.21
11.33 4.31 1.20 5.82
68.67%
Kredit (Triliun Rp) - Berdasarkan Sektor ekonomi Pertanian Pertambangan Perindustrian Perdagangan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Pengangkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Masyarakat Lain-lain Kredit UMKM (Juta Rp) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi LDR NPL Gross NPL Nett NPL Kredit UMKM % Kelongaran Tarik
12.95 5.08 1.39 6.47
35.64 26.54 11.16 5.31 10.07 21.97 10.24 4.57 7.15 21.97 2.84 0.27 3.06 4.90 0.37 1.57 0.26 1.30 0.23 7.16 14.30 5.67 1.54 7.08
37.11 28.84 10.92 5.14 12.78 21.97 9.79 4.83 7.35 21.97 2.93 0.34 2.72 4.92 0.45 1.56 0.27 1.22 0.22 7.36 14.48 5.71 1.53 7.24
74.23%
82.40%
82.76%
76.17%
1.73% 0.42% 2.39%
1.94% 0.48% 2.65%
2.05% 0.77% 2.74%
1.77% 0.40% 2.32%
1.85% 0.75% 2.15%
14.59%
14.21%
13.20%
14.46%
17.85%
*) Data Sekda s.d November 2008
xiv
Tw IV*
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Indikator Ekonomi
2007 Tw IV
INDIKATOR
Tw I
Tw II
2008 Tw III
Tw IV*
BPR/BPRS Total Aset (Triliun Rp)
0.34
0.39
0.39
0.41
0.40
DPK (Triliun Rp) - Tabungan - Deposito
0.26 0.09 0.17
0.31 0.11 0.20
0.31 0.11 0.19
0.33 0.12 0.20
0.30 0.11 0.19
0.21 0.11 0.02 0.08 79.24% 0.02 8.06%
0.22 0.12 0.02 0.08 71.66% 0.02 7.41%
0.26 0.13 0.03 0.09 83.59% 0.02 7.34%
0.28 0.15 0.03 0.10 86.72% 0.02 6.89%
0.29 0.15 0.03 0.11 94.19% 0.02 6.25%
0.80 0.52 0.27 0.04 0.21 0.64
0.84 0.54 0.28 0.05 0.21 0.74
0.92 0.55 0.32 0.05 0.18 0.84
1.03 0.59 0.33 0.05 0.22 0.95
1.09 0.61 0.33 0.05 0.23 0.97
Kredit (Triliun Rp) - Berdasarkan Penggunaan - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi LDR Nominal NPL (Triliun Rp) NPL Perbankan Syariah Total Aset (Triliun Rp) DPK (Triliun Rp) - Tabungan - Giro - Deposito Pembiayaan (Triliun Rp) FDR
123.44% 137.42% 151.47% 159.82% 158.71%
*) Data LBU November 2008
C. SISTEM PEMBAYARAN KETERANGAN 1. Perputaran Kliring: a. Nominal (Rp juta) b. Warkat (lembar) 2. Perputaran perhari a. Nominal (Rp juta) b. Warkat (lembar) 3. Penolakan cek/BG a. Nominal (Rp juta) b. Warkat (lembar) Jumlah hari 4. Penolakan cek/BG > Nominal (%) > Warkat (%) 5. Mutasi kas (juta rupiah) a. Aliran uang masuk/inflow b. Aliran uang keluar/outflow Net Flow: Inflow (Outflow)
2007 Tw IV
2008 Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
5,674,793 178,616
6,043,615 184,740
6,820,688 193,385
7,256,214 200,315
5,837,900 155,642
94,580 2,977
100,727 3,079
108,265 3,070
113,378 3,130
100,653 2,683
50,898 1,705 60
49,211 1,589 60
63,882 1,731 63
84,384 2,707 64
80,756 2,803 58
0.90% 0.95%
0.81% 0.86%
0.94% 0.90%
1.16% 1.35%
1.38% 1.80%
1,776,091 2,848,477 (1,072,387)
1,092,299 1,414,098 (321,799)
986,835 1,416,709 2,693,779 2,500,109 (1,706,945) (1,083,400)
1,101,367 2,053,075 (951,708)
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
xv
Indikator Ekonomi
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
xvi
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN IV 2008
Perekonomian Sumatera Selatan pada triwulan IV 2008 telah terpengaruh krisis finansial global melalui penurunan harga komoditas unggulan di pasar internasional. Pertumbuhan ekonomi melemah dan diperkirakan akan terus melemah pada triwulan berikutnya. Kinerja perbankan mencerminkan respon pelakupelaku ekonomi terhadap krisis dengan menghindari risiko dan mempertahankan suku bunga. Perkembangan sistem pembayaran juga menunjukkan indikasi penurunan aktivitas ekonomi secara signifikan. Kesejahteraan masyarakat mengalami tendensi penurunan melalui penurunan PDRB per kapita, nilai tukar petani yang mencapai defisit, dan perkembangan ketenagakerjaan yang tidak begitu baik bila faktor musiman diperhitungkan. Kendati demikian, tekanan inflasi yang menurun, baik dari sisi permintaan maupun penawaran, telah membantu mempertahankan daya beli masyarakat. Terlepas dari berbagai hambatan perekonomian yang sebagian besar merupakan faktor eksternal, kondisi perekonomian dan tingkat kestabilan harga di Sumatera Selatan pada triwulan I 2009 diperkirakan masih ditopang permintaan domestik yang tetap terjaga sebagai dampak dari penurunan harga BBM, penurunan BI rate, dan aktivitas pentas politik sehubungan dengan akan diselenggarakannya Pemilihan Umum Legislatif..
Ringkasan Eksekutif
Perkembangan Ekonomi Makro Regional Laju pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) Sumatera Selatan pada triwulan IV 2008 diperkirakan sebesar 2,26% (dengan migas) atau 2,80% (tanpa migas).
Laju pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) Sumatera Selatan pada triwulan IV 2008 diperkirakan sebesar 2,26% (dengan migas) atau 2,80% (tanpa migas). Laju pertumbuhan ekonomi tahunan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,23% (dengan migas), dan sebesar 6,10% (tanpa migas). Penyebab utama penurunan ini adalah harga komoditas dunia yang menurun dan menurunkan nilai ekspor komoditas unggulan Sumatera Selatan. Kontraksi pertumbuhan paling tinggi terjadi di sektor pertanian dan industri pengolahan masing-masing sebesar 1,60% (yoy) dan 1,25% (yoy). Hal ini konsisten dengan menurunnya harga produk-produk sektor tersebut yang anjlok di pasar komoditas internasional pada triwulan IV 2008. Di lain pihak, pertumbuhan masih dapat ditopang oleh sektor pengangkutan dan telekomunikasi yang tumbuh sebesar 13,79%, sektor keuangan, persewaan, dan jasa keuangan sebesar 7,97%, serta sektor jasa-jasa sebesar 7,72%. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 (secara kumulatif) mengalami peningkatan sebesar 5,10% (yoy). Meskipun angka pertumbuhannya berada di atas 5%, namun tercatat masih lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan kumulatif tahun 2007 yang tercatat sebesar 5,84% (yoy). Total PDRB Sumatera Selatan pada tahun 2008 tercatat sebesar Rp58,08 triliun.
Pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumatera Selatan secara tahunan (yoy) dari sisi penggunaan didominasi oleh konsumsi dan investasi.
Secara triwulanan (qtq), pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan diperkirakan mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 5,23% (dengan migas) atau sebesar 6,85% (tanpa migas). Seperti terkonfirmasi oleh Survei Konsumen Palembang, pertumbuhan perekonomian saat ini disertai dengan menurunnya keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian. Selain itu, kontraksi tersebut juga terpengaruh oleh faktor siklikal yang biasa terjadi pada triwulan IV. Kinerja ekonomi sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh paling tinggi yakni sebesar 5,18% dibandingkan triwulan sebelumnya. Relatif baiknya sektor ini terutama didorong oleh peningkatan sub sektor telekomunikasi yang tumbuh mencapai 6,53% (qtq) dan sub sektor pengangkutan tercatat tumbuh sebesar
2
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Ringkasan Eksekutif
4,25% (qtq). Hal ini didorong oleh: (1) terjadinya lonjakan permintaan jasa telekomunikasi ditengah bertambahnya operator seluler dan meningkatnya kompetisi antar operator, (2) meningkatnya frekuensi arus barang dan jasa serta penumpang terkait dengan perayaan Idul Fitri, dan moment libur panjang pada perayaan natal serta tahun baru. Pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumatera Selatan secara tahunan (yoy) dari sisi penggunaan didominasi oleh konsumsi dan investasi. Pertumbuhan konsumsi tercatat sebesar 1,99% (yoy). Pertumbuhan konsumsi rumah tangga, konsumsi swasta nirlaba, serta konsumsi pemerintah masing-masing tercatat sebesar 1,17%, 4,58% dan 7,86%. Kontribusi konsumsi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tercatat paling tinggi yakni mencapai 68,66%.
PDRB Sumatera Selatan masih ditopang oleh sektor primer yakni sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa sebesar 44 38 persen
Berdasarkan kelompok sektor, PDRB Sumatera Selatan masih ditopang oleh sektor primer yakni sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa sebesar 42,25%. Pangsa sektor primer tersebut sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 44,38%. Penurunan pangsa di sektor primer ini terjadi pada sektor pertanian dari sebesar 21,93% menjadi 18,39%. Sektor sekunder mengalami peningkatan pangsa menjadi 25,68% dari triwulan sebelumnya yang sebesar 25,05%. Pangsa sektor tersier juga sedikit meningkat dari sebesar 30,58% pada triwulan sebelumnya menjadi 32,08%. Ekspor Sumatera Selatan selama tiga bulan terakhir (data hingga Sept-Nov 2008) tercatat sebesar USD653,21 juta atau menurun sebesar 10,55% (yoy). Sementara itu dibandingkan periode triwulan sebelumnya (qtq), nilai ekspor tercatat menurun sebesar 8,08 % dari sebesar USD710,63 juta. Berdasarkan komoditas, pangsa nilai ekspor terbesar dicatat oleh komoditas karet yakni sebesar 73,98 %.
Ekspor Sumatera Selatan menurun, sedangkan Impor meningkat secara tahunan
Realisasi impor periode triwulan IV tercatat sebesar USD81,74 juta, meningkat sebesar 55,92% (yoy). Dibandingkan triwulan sebelumnya (qtq) terjadi peningkatan impor sebesar 47,05% dari sebesar USD55,59 juta. Peningkatan nilai impor secara triwulanan ini terkait dengan meningkatnya impor pupuk dan bahan kimia yang banyak digunakan untuk menunjang sektor pertanian.
Kajian Ekonomi Regional Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
3
Ringkasan Eksekutif
Perkembangan Inflasi Inflasi tahunan kota Palembang pada Triwulan IV 2008 menurun menjadi 11,15% (yoy).
Inflasi tahunan tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan yakni sebesar 15,90%.
Inflasi tahunan kota Palembang pada triwulan IV 2008 mencapai 11,15 persen (yoy), mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yang mencapai 14,19 persen. Inflasi Kota Palembang secara bulanan (mtm) pada bulan Desember 2008 tercatat sebesar 0,19 persen. Penurunan inflasi ini disebabkan oleh jatuhnya harga komoditas yang menyebabkan penurunan pendapatan dan daya beli masyarakat, dan kebijakan pemerintah dalam hal penurunan harga BBM. Berdasarkan kelompok barang, kelompok bahan makanan mencatat inflasi tahunan yang tertinggi yaitu 15,90%. Urutan kedua dan ketiga dicatat oleh kelompok perumahan, air, listrik & bahan bakar serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau mg-masing sebesar 13,66% dan 12,86%. Di sisi lain, inflasi terendah terjadi pada kelompok transportasi dan komunikasi serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga masing-masing sebesar 4,38% dan 6,70%. Berdasarkan Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan KBI Palembang, terdapat tendensi penurunan harga barang/komoditas sebesar 10,42% dibandingkan triwulan sebelumnya. Setelah mengalami tren kenaikan harga secara terusmenerus sejak awal tahun 2008, tendensi penurunan harga terjadi pada bulan Oktober dan November 2008, mengikuti penurunan harga komoditas di pasar internasional yang menurunkan pendapatan per kapita propinsi Sumatera Selatan.
Perkembangan Perbankan Daerah Kinerja perbankan di Propinsi Sumatera Selatan pada triwulan IV 2008 (November 2008) dilihat dari beberapa variabel menunjukkan perkembangan positif sekaligus menunjukkan respon masyarakat dan investor akibat krisis global
4
Total aset perbankan Sumatera Selatan meningkat sebesar 12,82% (yoy) atau sebesar 4,13% (qtq) menjadi Rp37,11 triliun. Peningkatan yang tinggi tersebut berasal dari peningkatan DPK bank Pemerintah yang secara triwulanan meningkat sebesar 12,52%. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat sebesar 19,46% (yoy) atau 8,66% (qtq) menjadi Rp28,84 triliun. Peningkatan DPK tersebut terutama dikontribusikan oleh peningkatan simpanan berjangka yang meningkat sebesar 38,91% (yoy) dan 26,91% (qtq), yang antara lain disebabkan oleh : (1) adanya krisis
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Ringkasan Eksekutif
global yang membuat investor cenderung menghindari risiko, (2) adanya peningkatan suku bunga simpanan, (3) adanya peningkatan jaminan simpanan dari LPS sampai dengan Rp2 Miliar. Peningkatan yang masif tersebut juga membuat komposisi DPK didominasi oleh simpanan berjangka. Penyaluran kredit/pembiayaan mengalami peningkatan sebesar 32,51% (yoy) atau sebesar 0,02% (qtq). Meningkatnya penyaluran kredit/pembiayaan ini terutama terkait dengan peningkatan kredit di sektor pertambangan dan sektor pertanian masing-masing sebesar 1.066,94% dan 49,64% (yoy). Kendati pertumbuhan triwulanan sangat lemah, namun secara tahunan, tidak terdapat satu sektor ekonomi pun yang mengalami penurunan jumlah kredit. Kredit investasi mengalami peningkatan tertinggi yaitu sebesar 47,78% (yoy) menjadi sebesar Rp4,83 triliun. Kredit modal kerja dan kredit konsumsi mencatat pertumbuhan masing-masing sebesar 21,56% dan 39,78% (yoy). Kendati demikian, penyaluran kredit/pembiayaan untuk modal kerja tercatat mengalami penurunan sebesar 4,42% (qtq). Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat sebesar 76,17%, menurun dari triwulan sebelumnya yang sebesar 82,76%.
Perkembangan kredit secara triwulanan sangat lambat, hanya sebesar 0,02% (perbankan) dan 1,32% (UMKM)
Realisasi kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) tercatat mengalami peningkatan sebesar 36,55% (yoy) atau 1,32% (qtq). Berdasarkan penggunaan, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh kredit konsumsi sebesar 39,00%(yoy) atau 2,29% (qtq). Kemudian diikuti oleh kredit modal kerja dan kredit investasi masing-masing sebesar 34,79% dan 31,95% (yoy). Berdasarkan plafon kredit, realisasi penyaluran kredit kecil mencatat pertumbuhan tertinggi baik secara tahunan maupun triwulanan. Rata-rata suku bunga simpanan mengalami penurunan, sedangkan rata-rata suku bunga pinjaman mengalami peningkatan. Rata-rata suku bunga simpanan tercatat sebesar 9,18%, sedangkan rata-rata tingkat suku bunga pinjaman tercatat sebesar 15,85%. Hal ini menyebabkan spread suku bunga kembali ke kisaran 6,67% setelah pada triwulan sebelumnya mencapai 2,05%. Berdasarkan lamanya simpanan, suku bunga simpanan 1 bulan masih tercatat sebagai suku bunga paling tinggi yakni sebesar 10,08%, sedangkan suku bunga simpanan 24 bulan tercatat sebagai yang terendah yaitu sebesar 7,00%. Hal ini menunjukkan ekspektasi
Kajian Ekonomi Regional Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Sebaran suku bunga semakin melebar setelah sebelumnya menyempit hingga mencapai 2,05%
5
Ringkasan Eksekutif
penurunan suku bunga di masa depan. Suku bunga kredit yang tertinggi dan mencatat peningkatan tertinggi pada triwulan IV 2008 adalah suku bunga kredit modal kerja yaitu sebesar 17,18%. NPL dan undisbursed loan mengalami peningkatan, sedangkan rasio likuiditas menurun. NPL gross pada triwulan IV 2008 (November 2008) tercatat sebesar 1,85% dari total kredit yang disalurkan, meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 1,77%. Sementara itu, NPL net tercatat sebesar 0,75 % dari total kredit, meningkat dari triwulan yang lalu yang sebesar 0,40 %. NPL gross terbesar masih bersumber dari sektor perdagangan, hotel dan restoran (29,51%) dan sektor konstruksi (20,92%). Undisbursed loan (kredit yang belum direalisasikan oleh debitur) pada triwulan IV 2008 tercatat sebesar 17,85% dari plafon kredit yang disetujui oleh perbankan, meningkat baik secara tahunan maupun triwulanan. Risiko likuiditas bank umum masih tergolong sangat likuid dengan rasio likuiditas sebesar 113,52%. Namun demikian, rasio tersebut menurun baik dibandingkan tahun sebelumnya maupun triwulan sebelumnya yang masing-masing tercatat sebesar 179,90 % dan 128,19 %. Perkembangan perbankan umum Syariah menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Pada triwulan IV 2008 (data November 2008) total aset tercatat sebesar Rp1.089,66 miliar, meningkat sebesar 35,47% (yoy) atau sebesar 5,43% (qtq). Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat sebesar Rp613,50 miliar, meningkat 18,12% (yoy) atau sebesar 3,45% (qtq). Penyaluran pembiayaan secara tahunan (yoy) juga mengalami peningkatan yang tinggi yakni sebesar 50,45% (yoy) namun hanya meningkat 1,77% (qtq) dengan pangsa terbesar dicapai oleh piutang murabahah, yaitu sebesar 61,17%. Finance to Deposit Ratio (FDR) meningkat dari sebesar 127,83% pada triwulan sebelumnya menjadi 157,23%. Perkembangan Keuangan Daerah Realisasi penerimaan APBD Sumatera Selatan 2008 mencapai 94,80%.
6
Realisasi penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2008 mencapai 94,80%. pencapaian penerimaan pada tahun ini secara nominal mengalami peningkatan sebesar 16,16% dibandingkan realisasi penerimaan APBD pada tahun 2007. Realisasi penerimaan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Ringkasan Eksekutif
dari komponen Dana Perimbangan tercatat sebesar Rp1.390,32 miliar atau menyumbang sebesar 56,04% dari total realisasi penerimaan. Realisasi belanja Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2008 mencapai 82,91%, dengan realisasi belanja terbesar pada pos belanja langsung yang mencapai 59,28% dari total belanja dan terealisasi sebesar 85,85% dari anggaran tahun 2008. Pada pos belanja langsung, komponen belanja modal masih tercatat sebagai pengeluaran paling besar yang mencapai 56,70%. Besarnya pengeluaran untuk belanja modal mengindikasikan bahwa tingginya komitmen pemerintah daerah yang direpresentasikan dengan bergulirnya berbagai proyek pembangunan infrastruktur yang tersebar di seluruh pelosok wilayah Sumatera Selatan.
Realisasi belanja Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan tercatat sebesar 82,91%
Perkembangan Sistem Pembayaran Perputaran kliring di Sumatera Selatan pada triwulan IV 2008 menunjukkan penurunan baik secara tahunan maupun triwulanan yang mengindikasikan menurunnya transaksi non tunai. Jumlah warkat yang dikliringkan tercatat sebanyak 155.642 lembar dengan nominal sebesar Rp5,84triliun. Volume warkat menurun 12,86% (yoy) dan 22,30% (qtq). Secara triwulanan, jumlah nominal kliring menurun 19,55% (qtq) meskipun secara tahunan meningkat tipis sebesar 2,87% (yoy).
Perkembangan sistem pembayaran menunjukkan penurunan transaksi tunai dan non tunai.
Kegiatan perkasan KBI Palembang mencatat terjadinya penurunan baik inflow maupun outflow, yang mengindikasikan menurunnya transaksi tunai. Inflow tercatat sebesar Rp1,10 triliun, menurun sebesar 37,99% (yoy) atau 22,26% (qtq). Outflow tercatat sebesar Rp2,05 triliun, menurun sebesar 27,92% (yoy) atau 17,88% (qtq). Net-outflow selama triwulan IV 2008 sebesar Rp0,95 triliun, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya maupun tahun sebelumnya.
Perkembangan Kesejahteraan
Ketenagakerjaan
Daerah
dan
Jumlah pengangguran mengalami peningkatan dari 206,971 orang menjadi 207,288 orang. Jumlah angkatan kerja tercatat sebanyak 3.453.238 orang atau meningkat sebesar 0,18% dibandingkan triwulan sebelumnya. Meningkatnya jumlah angkatan
Kajian Ekonomi Regional Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
7
Ringkasan Eksekutif
kerja yang relatif tidak sepenuhnya dapat diikuti oleh penyerapan tenaga kerja ke dalam sektor-sektor usaha yang ada terkait dengan situasi bisnis yang kurang kondusif akibat adanya krisis finansial global. Berdasarkan sektor ekonomi, konsentrasi tenaga kerja masih terdapat di sektor pertanian yang menyerap 55,49% tenaga kerja. Daya serap sektor sekunder (manufaktur) pada triwulan IV sebesar 9,33%. Sektor industri memberi kontribusi paling besar dalam sektor manufaktur ini yakni mencapai 5,61%, kemudian disusul sektor konstruksi sebesar 3,52%. Kontribusi sektor tersier (jasa) tercatat meningkat menjadi 34,12%. Sektor perdagangan masih merupakan sektor dengan daya serap terbesar setelah pertanian. Secara umum dapat disebutkan bahwa sampai saat ini transformasi tenaga kerja dari sektor primer yang produktivitasnya rendah ke sektor sekunder dan tersier yang produktivitasnya lebih tinggi masih berjalan lamban. Pendapatan regional per kapita atas dasar harga berlaku (dengan migas) Propinsi Sumatera Selatan menurun drastis sebesar 12,96% (qtq) menjadi sebesar Rp.3.807.053. Jika tanpa memperhitungkan komponen migas, pendapatan per kapita juga menurun sebesar 8,05% yaitu dari Rp2.890.656 menjadi Rp2.657.878. Dengan mengeliminasi faktor perubahan harga, pendapatan perkapita atas dasar harga konstan 2000 (dengan migas) pada triwulan IV mencapai Rp1.697.078. Angka ini mengalami penurunan sebesar 5,53% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp1.796.483. Hasil survei konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Palembang mengkonfirmasi terjadinya penurunan pendapatan perkapita masyarakat Sumatera Selatan.
Pendapatan perkapita (dengan migas) anjlok sebesar 12,96% (qtq)
Nilai tukar petani menurun hingga level defisit
8
Nilai tukar petani pada triwulan IV 2008 (November 2008) mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya sampai pada level defisit yaitu dari sebesar 102,24 menjadi sebesar 96,45. Penurunan nilai tukar terjadi karena penurunan indeks harga yang diterima petani melebihi kenaikan indeks harga yang dibayar petani. Indeks yang diterima petani mengalami koreksi cukup tajam dari 116,79 pada triwulan sebelumnya menjadi 110,97, sedangkan indeks yang dibayar petani mengalami sedikit kenaikan dari 114,23 menjadi 115,05.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Ringkasan Eksekutif
Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2009 diperkirakan berada pada kisaran 0,29 ± 1% (yoy) atau secara triwulanan diperkirakan terkontraksi sebesar 2,32 ± 1% (qtq). Selain faktor siklikal, angka proyeksi pertumbuhan triwulanan didasarkan pada beberapa faktor yakni realisasi belanja pemerintah daerah yang masih sangat rendah di awal tahun, penurunan tingkat permintaan masyarakat dibandingkan triwulan sebelumnya serta melemahnya permintaan dunia atas komoditas unggulan propinsi Sumatera Selatan.
Pertumbuhan ekonomi tw I 2009 diprediksi sebesar 0,29±1% (yoy)
Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan masih dapat ditopang oleh permintaan domestik. Stimulus pada permintaan domestik diperkirakan berasal dari: (1) adanya kegiatankegiatan politik terkait dengan Pemilihan Umum 2009 yang berpotensi mempertahankan tingkat permintaan dari kelompok grass-root, (2) sinyal dari pemerintah untuk mempercepat realisasi APBD pada triwulan pertama, sehingga stimulus pertumbuhan yang berasal dari kebijakan pemerintah diprediksi lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya, (3) dimulainya musim panen yang menyerap tenaga kerja secara temporer, (4) relatif rendahnya tingkat inflasi dan adanya penurunan harga BBM yang dapat mempertahankan daya beli masyarakat. Diperkirakan inflasi tahunan pada triwulan I 2009 akan turun menjadi 9,88 ± 1% (yoy), sedangkan inflasi triwulanan diperkirakan akan mencapai 2,01 ± 1% (qtq). Tekanan inflasi yang berasal dari perubahan biaya juga diperkirakan akan menurun yang disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: (1) permintaan domestik yang menurun menyusul adanya penurunan daya beli masyarakat sehubungan dengan krisis global, (2) nilai tukar Rupiah yang relatif stabil pada masa krisis global dan adanya ekspektasi apresiasi Rupiah pada tahun 2009, (3) penurunan harga BBM oleh pemerintah.
Inflasi tw I 2009 diprediksi sebesar 9,88±1% (yoy)
Walaupun perekonomian masih lesu, kinerja perbankan pada triwulan I 2009 diperkirakan akan cukup baik. Hal ini didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut: (1) penurunan BI rate sebesar 75 basis poin (akumulasi) dalam dua bulan berturut-turut berikut ekspektasi penurunan yang lebih lanjut dimasa depan diperkirakan akan tetap meningkatkan ekspansi kredit sebesar 7,44% ± 1% (qtq)
Kajian Ekonomi Regional Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
9
Ringkasan Eksekutif
(2) meskipun persentase NPL diperkirakan akan meningkat sehubungan dengan menurunnya pendapatan masyarakat, hal tersebut diprediksi hanya akan bersifat temporer terkait dengan ekspektasi penurunan suku bunga di masa depan, (3) pencapaian Indonesia atas indikator-indikator makroekonomi tahun 2008 yang relatif baik dan stabil dibandingkan negara-negara lainnya, berikut tingkat suku bunga yang relatif tinggi, dapat membuat penanaman modal di Indonesia cukup atraktif di mata investor asing pada tahun 2009.
10
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
1
1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Tahunan Laju pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) Sumatera Selatan pada triwulan IV 2008 diperkirakan sebesar 2,26% (dengan migas) atau 2,80% (tanpa migas). Laju pertumbuhan ekonomi tahunan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,23% (dengan migas) dan sebesar 6,10% (tanpa migas). Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 tercatat sebesar Rp58,08 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 5,10% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Grafik 1.1 PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Propinsi Sumsel ADHK 2000 Dengan Migas 1 5 .4 0
7 .0 1
Rp Triliun
4 .9 7 1 4 .3 6
1 4 .4 0 1 4 .2 0
1 4 .4 3
5 4
1 4 .1 2
1 4 .0 6
3
1 4 .0 0 2 .2 6
1 3 .8 0
2 1
1 3 .6 0
-
1 3 .4 0 Tw . IV
Tw . I
2007 No mina l P D R B
Tw . II
Tw . III
Sumatera
diperkirakan sebesar Rp14,43 triliun
6 5 .2 3
1 4 .6 0
Propinsi
(ADHK) 2000 pada triwulan IV 2008
7
1 4 .8 0
(PDRB)
Selatan Atas Dasar Harga Konstan
8
8 .1 7
Persen
1 5 .0 0
Bruto
9
1 5 .2 3
1 5 .2 0
Produk Domestik Regional
(dengan migas) atau Rp11,08 triliun (tanpa migas). Sementara itu PDRB atas dasar harga berlaku tercatat sebesar
Rp32,09
triliun
(dengan
Tw . IV
2008 L a ju P e rtumbuha n Ta huna n (y o y )
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
migas) atau Rp22,49 triliun (tanpa migas).
Menurunnya laju pertumbuhan ekonomi Sumsel terkonfirmasi dari hasil survei bisnis yang mengisyaratkan terjadinya penurunan aktivitas ekonomi di Sumatera Selatan sebagai dampak langsung maupun tidak langsung dari krisis finansial global, yang tercermin dari menurunnya permintaan dan omset penjualan/produksi perusahaan. Sementara itu, pelaku usaha di industri pengolahan berbasis sumber daya alam (SDA) dan berorientasi pasar ekspor, khususnya karet, batu bara, dan minyak bumi, pada triwulan IV 2008 sedang menghadapi situasi penurunan harga komoditas di pasar dunia. Berdasarkan hasil estimasi,
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
pengaruh harga komoditas dunia tersebut terbukti sensitif dalam mempengaruhi PDRB sektoral (lihat Suplemen 2. Pengaruh melemahnya harga komoditas dunia terhadap
PDRB perkebunan Sumatera Bagian Selatan) Dampak krisis juga dirasakan oleh pelaku usaha melalui nilai tukar Rupiah yang terdepresiasi terhadap US Dollar yang menyebabkan meningkatnya harga bahan baku yang diimpor. Para pelaku usaha memprediksikan bahwa krisis finansial global masih akan berdampak terhadap perekonomian tahun 2009. Kondisi tersebut mempengaruhi secara negatif pencapaian usaha, keputusan investasi, dan penyerapan tenaga kerja di tahun 2009. Secara konsisten, tidak terdapat rencana investasi yang akan dilakukan di tahun 2009, para pelaku usaha ingin terlebih dahulu mencermati perkembangan perekonomian, khususnya kestabilan nilai tukar (lihat Suplemen 1. Kondisi Usaha di Tengah Krisis: Perspektif Pengusaha). Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Tahunan (yoy) Sektoral PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%) 2007
Lapangan Usaha Pertanian
ditandai oleh pertumbuhan tahunan tertinggi pada sektor pengangkutan dan
komunikasi
Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keu., Persewaan & Jasa Perusahaan
yang
tumbuh
Tw. IV
Tw. I
Tw.II
Tw. III
Tw. IV
10.26
12.18
3.37
3.44
-1.60
1.55
2.49
0.64
2.05
0.97
2.95
5.55
4.68
4.91
-1.25
Kemudian
7.95
7.22
6.83
4.00
0.68
keuangan, persewaan, dan jasa
8.16
7.59
6.10
5.85
5.13
keuangan sebesar 7,97%, serta
10.50
10.52
7.21
6.90
4.05
sebesar 13,79%, yang pada tahun sebelumnya
Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih
Jasa-jasa
2008
Kinerja perekonomian sektoral
(triwulan
IV
2007)
tercatat tumbuh sebesar 14,77%. diikuti
oleh
sektor
sektor jasa-jasa sebesar 7,72%. Sebaliknya, sektor ekonomi yang
14.77
15.55
12.80
13.63
13.79
10.05
9.94
7.90
8.76
7.97
13.96
14.64
12.76
10.74
7.72
mengalami pertumbuhan
penurunan/kontraksi secara
tahunan
adalah sektor pertanian dan sektor
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
industri pengolahan yakni masingmasing sebesar 1,60% dan 1,25%.
Kontraksi pertumbuhan yang terjadi pada kedua sektor tersebut diyakini sebagai dampak penurunan harga-harga komoditas ekspor Sumatera Selatan karena krisis global.
12
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Suplemen 1
KONDISI USAHA DI TENGAH KRISIS: PERPEKTIF PENGUSAHA* Aktivitas ekonomi di Sumatera Selatan pada triwulan IV 2008 mengalami penurunan sebagai dampak langsung maupun tidak langsung dari krisis global. Hal tersebut tercermin dari menurunnya permintaan dan omset perusahaan yang secara simultan mempengaruhi pendapatan masyarakat. Walaupun demikian, pada triwulan IV 2008 dampak tersebut secara umum masih relatif kecil karena masih terdapat kontrak penjualan dengan harga lama dan adanya fluktuasi konsumsi domestik dalam jangka pendek, sehingga masih dapat disiasati dengan efisiensi penggunaan energi tanpa menambah jumlah pengangguran secara signifikan. Namun, pemakaian tenaga kerja lepas sudah mulai dikurangi untuk meminimalkan biaya operasional. Dampak krisis global diprediksi akan masih terasa sampai dengan Semester I 2009. Dampak krisis juga dirasakan oleh pelaku usaha melalui nilai tukar Rupiah yang terdepresiasi terhadap US Dollar, sehingga menyebabkan meningkatnya harga bahan baku impor. Namun, pada triwulan IV 2008 efek tersebut juga belum sepenuhnya dirasakan mengingat kontrak masih didasarkan atas harga pada periode-periode sebelumnya. Para pelaku usaha berekspektasi bahwa krisis finansial global masih menyebabkan lesunya keadaan perekonomian tahun 2009. Umumnya pelaku usaha mengatakan, tidak terdapat rencana investasi yang secara pasti akan dilakukan pada 2009, pelaku usaha ingin terlebih dahulu mencermati perkembangan perekonomian, khususnya kestabilan nilai tukar. Harga jual dan margin pada tahun 2009 juga diperkirakan akan menurun. Permintaan domestik beberapa pelaku usaha mengalami perubahan yang bervariasi. Penjualan barang kebutuhan pokok masih menunjukkan peningkatan tahunan dalam batas wajar, sebaliknya penjualan produk otomotif dan elektronik mengalami penurunan drastis. Beberapa department store mengalami penurunan omset penjualan berkisar 40%-50%. Sementara itu, penjualan produk pakaian dan semen cenderung tetap, dan sektor industri pengolahan mengalami sedikit penurunan permintaan domestik. Permintaan terhadap jasa pergudangan secara umum mengalami penurunan dalam kategori normal pada kisaran 10%. Meningkatnya suku bunga kredit dan penurunan pertumbuhan ekonomi di negaranegara maju yang biasanya sebagai pembeli barang-barang ekspor dari Sumatera Selatan telah mengakibatkan adanya stagnasi aliran barang-barang/turnover barang menjadi menurun. Jumlah penggunaan tenaga kerja di beberapa pelaku usaha tidak mengalami perubahan yang berarti. Efisiensi dalam pemakaian tenaga kerja disiasati melalui pengaturan jam kerja tenaga kerja paruh waktu, namun belum menyebabkan PHK bagi tenaga kerja tetap. Menurut Disnakertrans Sumatera Selatan, sampai saat ini belum terlihat gejolak signifikan pada bidang ketenagakerjaan di Sumatera Selatan terkait dengan krisis global. Menurut Disnakertrans, masih terdapat peluang kerja di luar negeri, misalnya di Afrika Selatan yakni di bidang kontruksi, sehubungan negara tersebut akan menjadi tuan rumah Piala Dunia, sedangkan di Jepang masih membutuhkan tenaga suster/perawat dalam jumlah yang cukup banyak namun hanya dapat terpenuhi sebagian kecil karena kendala bahasa dan biaya keberangkatan. *) Diperoleh dari hasil Business Survey yang merupakan kegiatan pemantauan kondisi usaha dengan mewawancarai langsung pelaku usaha
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
13
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kondisi investasi perusahaan pelaku usaha tidak mengalami perubahan. Salah satu pelaku usaha mengemukakan bahwa pada tahun 2008 investasi yang dilakukan tidak optimal karena adanya kenaikan suku bunga kredit. Untuk tahun 2009, hanya beberapa pelaku usaha yang berencana meningkatkan investasi, namun sulit untuk memastikan investasi tersebut karena sangat bergantung dari perkembangan nilai tukar rupiah terhadap US Dollar. Secara umum, tidak terdapat kendala teknis dari pembiayaan perbankan bagi dunia usaha. Walaupun beberapa pelaku usaha mengkhawatirkan adanya perubahan suku bunga kredit terkait dengan BI rate yang sempat mengalami kenaikan beberapa waktu lalu.
14
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Selama triwulan IV 2008, sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan terutama ditopang oleh sub sektor komunikasi yang tumbuh sebesar 23,13%. Pertumbuhan di sub sektor komunikasi terutama didorong oleh terus bertambahnya operator, semakin beragamnya layanan komunikasi dan gencarnya para operator komunikasi selular melakukan promo yang menjurus kepada perang tarif layanan jasa telekomunikasi. Selain itu juga, para operator berupaya memperluas jangkauan layanan mereka hingga ke seluruh wilayah Sumatera Selatan. Sub sektor pengangkutan tumbuh sebesar 8,00%, atau mengalami peningkatan pertumbuhan apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,06%. Kondisi usaha di sub sektor pengangkutan tumbuh cukup baik pada triwulan ini terutama terkait dengan meningkatnya frekuensi arus barang dan jasa sehubungan dengan perayaan Idul Fitri, Natal, dan liburan akhir tahun ini. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa masing-masing tercatat tumbuh sebesar 7,97% dan 7,72%. Namun demikian, apabila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahunan pada triwulan sebelumnya ternyata mengalami perlambatan yang disebabkan oleh lesunya perekonomian secara makro. Sektor bangunan serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) masing-masing tercatat tumbuh sebesar 5,13% dan 4,05%. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, pertumbuhan tahunan di kedua sektor tersebut tercatat mengalami perlambatan terutama pada sub sektor perdagangan besar dan eceran yang pada triwulan sebelumnya tercatat tumbuh sebesar 6,90%. Sementara itu, sub sektor hotel & restoran pada triwulan IV 2008 mengalami pertumbuhan tahunan yang relatif tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan pada triwulan sebelumnya, masing-masing sebesar 16,33% dan 14,71%. Sektor pertambangan dan penggalian tercatat mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 0,97%, menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya tercatat sebesar 2,05%. Rendahnya pertumbuhan tahunan di sektor ini terutama disebabkan oleh stagnannya pertumbuhan tahunan sub sektor pertambangan minyak dan gas bumi yang tercatat sebesar 0,23%. Relatif kecilnya pertumbuhan sektor ini erat kaitannya dengan semakin terbatasnya kegiatan eksplorasi & produksi, sementara sumur-sumur minyak yang saat ini diandalkan semakin menurun produktivitasnya.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
15
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.2 Perkembangan Jumlah Konsumsi BBM Propinsi Sumsel
Ribu Liter
200 180 160 140 120 100 80 60 40
189.68 161.78
134.74
62.97
167.05
132.00
57.37
190.25 167.61
141.45
154.56 139.92
46.36 54.27
31.10
20 Tw IV
Tw I
2007
Tw II
Tw III
Tw IV
2008 Premium
Solar
M. Tanah
Sumber: Pertamina UPMS II Palembang
Sektor listrik, gas dan air bersih (LGA) mencatat pertumbuhan relatif rendah yaitu sebesar 0,68%. Rendahnya pertumbuhan ekonomi di sektor ini terutama disebabkan oleh terkontraksinya pertumbuhan di sub sektor listrik yakni sebesar 1,25% jauh di bawah pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,64%. Secara keseluruhan, sub sektor penopangnya yakni sektor listrik, air, dan gas, mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan ini. Namun di sisi lain, sub sektor gas kota dan sub sektor air bersih tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 4,17% dan 9,60%. Selain kelima sektor ekonomi di atas, dua sektor unggulan Sumatera Selatan yakni sektor pertanian dan sektor industri pengolahan tercatat mengalami kontraksi pertumbuhan masing-masing di atas 1%. Kondisi sektor industri pengolahan tercatat mengalami kontraksi pertumbuhan secara tahunan sebesar 1,25%. Kontraksi pertumbuhan yang terjadi terutama disebabkan oleh turunnya pertumbuhan ekonomi tahunan sub sektor industri pengolahan tanpa migas yang mencapai 2,15%. Semakin banyaknya kompetitor yang bergerak dalam industri ini dan tidak diimbangi oleh jumlah bahan baku yang semakin terbatas, merupakan salah satu penyebab beberapa perusahaan mengalami kerugian. Selain itu, krisis global juga telah menurunkan produksi industri pengolahan. Sektor pertanian merupakan sektor ekonomi yang mengalami kontraksi paling tinggi yakni sebesar 1,60% atau mengalami penurunan yang cukup signifikan apabila dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
16
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
3,44%. Kondisi krisis yang berkepanjangan telah menyebabkan hampir seluruh sektor industri di dunia mengalami kelesuan yang pada gilirannya menyebabkan permintaan bahan baku industri dari negara berkembang seperti Indonesia mengalami penurunan. Di sektor tanaman bahan makanan, pada triwulan IV ini sebagian besar daerah produsen beras masih belum memasuki masa musim panen. Musim panen diperkirakan akan terjadi pada akhir triwulan I 2009. Tercatat tiga sub sektor penopang sektor pertanian mengalami kontraksi pertumbuhan, yaitu sub sektor kehutanan, sub sektor tanaman perkebunan, dan sub sektor bahan makanan yang masing-masing terkontraksi sebesar 2,17%, 2,96%, serta 4,02%. Trend menurunnya pertumbuhan sub sektor perkebunan telah terdeteksi sejak akhir triwulan III 2008 yang ditandai dengan turunnya harga komoditas unggulan Sumatera Selatan secara berangsur-angsur di pasar internasional seperti CPO dan karet. Krisis di AS telah menyebabkan para importir sawit menahan pembelian sehingga harga Tandan Buah Segar (TBS) di tingkat petani mengalami penurunan.
1.2. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Triwulanan
ekonomi
Sumatera
Selatan
diperkirakan
mengalami
Grafik 1.3 PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB Propinsi Sumsel ADHK 2000 Dengan Migas
kontraksi
15.40
15.23
5.83
7.00
15.00
5.00
migas) atau sebesar 6,85% (tanpa
14.80
4.00
migas). Beberapa indikator seperti jumlah arus penumpang dan barang, konsumsi listrik, serta perkembangan konsumsi semen mengkonfirmasi hal
Rp Triliun
pertumbuhan sebesar 5,23% (dengan
15.20
14.60
6.09
3.00
14.47 14.36
14.40 14.12
14.20
ekonomi
pengangkutan
dan
sektor
komunikasi
1.00
14.06
(0.40)
13.80
(1.00)
13.60
(2.00) (2.48)
13.40
Tw. IV 2007
Kinerja
2.00
2.12
14.00
Tw. III
tersebut.
6.00
Persen
Secara triwulanan (qtq), pertumbuhan
Nominal PDRB
(3.00) Tw. I
Tw. II
Tw. III
2008 Laju Pertumbuhan Tahunan (yoy)
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
tumbuh paling tinggi yakni sebesar 5,18% dibandingkan triwulan sebelumnya. Relatif baiknya sektor ini terutama didorong oleh peningkatan sub sektor telekomunikasi yang tumbuh mencapai 6,53%, melebihi pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 5,77%.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
17
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Bertambahnya
jumlah
dan
tarif
perang
persaingan seluler
industri
diyakini
pemicu
di
tengah
komunikasi
telah
lonjakan
operator
menjadi
permintaan.
Selain penyedia layanan telepon tetap (fixed phone) yang telah lama
hadir,
pada
saat
ini
setidaknya terdapat 4 operator seluler berbasis teknologi Global System for Mobile (GSM) dan 5 operator seluler berbasis teknologi Code Division Multiple Access (CDMA) yang melayani kebutuhan komunikasi masyarakat Sumatera
Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Triwulanan (qtq) Sektoral PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%) Lapangan Usaha
2007
2008
Tw. III
Tw. I
Tw.II
Tw. III
Tw. IV
(16.47)
(0.16)
6.95
15.97
(20.54)
1.80
(1.25)
0.48
1.02
0.73
1.25
(1.04)
0.40
4.29
(4.70)
1.92
(0.60)
1.41
1.22
(1.33)
Bangunan
1.99
(1.38)
1.41
3.78
1.29
PHR Pengangkutan & Komunikasi Keu., Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa
(1.18)
(0.48)
2.54
6.01
(3.82)
5.03
(0.06)
1.25
6.91
5.18
0.99
4.01
0.74
2.78
0.26
4.07
1.74
0.49
4.08
1.23
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan LGA
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Selatan. Sub sektor pengangkutan tercatat tumbuh sebesar 4,25% (qtq). Meningkatnya frekuensi arus barang dan jasa serta penumpang terkait dengan perayaan Idul Fitri yang jatuh pada awal bulan Oktober, moment libur panjang pada perayaan natal dan liburan sekolah serta perayaan tahun baru menjadi penyebab tumbuhnya kinerja triwulanan sub sektor pengangkutan, baik angkutan darat, laut maupun udara. Kondisi sektor bangunan sampai dengan triwulan IV 2008 masih cukup baik dengan tingkat pertumbuhan triwulanan sebesar 1,29%. Kondisi pertumbuhan triwulanan pada saat ini cenderung menurun dibandingkan dengan pertumbuhan triwulanan pada triwulan sebelumnya sebesar 3,78%. Menurunnya kinerja sektor bangunan ini sangat erat kaitannya dengan krisis ekonomi yang mempengaruhi kinerja para pengembang, terkait dengan meningkatnya harga bahan bangunan hingga 40%, yang mengharuskan para pengembang untuk mengkalkulasi ulang realisasi bisnisnya.
18
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
120,000
304,015
310,000
2,500,000
300,000
100,000
2,000,000
60,000 1,000,000
40,000
Ton
1,500,000
20 15
14.22
290,000
Ton
80,000
Orang
Grafik 1.5 Perkembangan Konsumsi Semen Propinsi Sumsel
280,000 270,000 260,000
10 276,168
271,458
266,1620.82 263,997 (1.55) (2.75)
(5)
250,000 500,000
20,000 -
-
Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 2007 Arus Penumpang (Axis Kiri)
2008 Arus Barang Bongkar
(9.16)
240,000
TwIV
TwI
2007
TwII
5
TwIII
Persen
Grafik 1.4 Perkembangan Penumpang Angkutan Laut Pelabuhan Boom Baru Propinsi Sumsel
(10) (15)
TwIV
2008 Jumlah (ton)
Pertumbuhan (qtq)
Arus Barang Muat
Sumber : PT. Pelindo II Boom Baru, diolah
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah
Berdasarkan data dari Asosiasi Semen Indonesia, sampai dengan bulan triwulan IV 2008 terjadinya penurunan penjualan semen sebesar 9,16% (qtq). Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha, kondisi penjualan perumahan di sektor bangunan pada triwulan IV ini mengalami penurunan dalam kisaran angka 10% yang disebabkan karena masih tingginya suku bunga KPR. Sektor jasa-jasa mencatat pertumbuhan triwulanan sebesar 1,23% atau mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan triwulanan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,08%. Dari jasa pelabuhan penyeberangan diperoleh informasi mengenai terjadinya peningkatan permintaan layanan penyeberangan namun tidak ditunjang dengan cukup tersedia kapal yang dapat melayani jalur penyeberangan Palembang-Mentok sehingga menyebabkan terjadinya antrian, penumpukkan barang dan penumpang, serta keterlambatan distribusi barang ke Pulau Bangka. Di sektor jasa lainnya, penyedia jasa pergudangan juga mengemukakan bahwa sejak akhir triwulan III 2008 telah terjadi penurunan turn-over keluar-masuk barang di gudang. Turunnya turn-over menyebabkan barang-barang cenderung mengalami stagnasi akibat krisis global. Penurunan turn-over pada akhirnya akan menggerus profit margin perusahaan.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
19
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Sektor pertambangan dan penggalian dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa merupakan sektor ekonomi yang juga mengalami pertumbuhan triwulanan walaupun tidak begitu besar yakni masing-masing sebesar 0,73% dan 0,26%. Namun demikian, pertumbuhan secara triwulanan pada triwulan ini lebih rendah bila dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang masing-masing mencatat pertumbuhan sebesar 1,02% dan 2,78%. Tendensi penurunan harga batu bara dan juga minyak bumi yang merupakan salah satu komoditas unggulan Sumsel di pasar internasional semakin memperberat kondisi usaha pelaku bisnis ditengah kondisi stagnanasi kapasitas produksi yang dialami kedua komoditas tersebut. Kinerja pertumbuhan produksi batu bara saat ini masih stagnan dengan produksi per tahun sebesar 10 juta ton. Optimalisasi kapasitas produksi tidak terpakai sebesar 2 juta ton, tidak dapat dilaksanakan karena terbatasnya pengangkutan ke pelabuhan. Kondisi pertumbuhan sub sektor pertambangan minyak bumi juga masih relatif stagnan.
Menurunnya
harga
minyak
di
pasar
internasional
diperkirakan
akan
mempengaruhi tingkat keuntungan perusahaan yang bergerak di sub sektor ini, apalagi dari sisi produksi juga mengalami tendensi penurunan sebagai akibat penurunan produktivitas sumur-sumur minyak di Sumatera Selatan.
Grafik 1.6 Perkembangan Harga Karet di Pasar Internasional
Grafik 1.7 Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional 1,200
350 317.88
300
865.65
248.63 220.59
200 150
USD/Metrik Ton
260.72 228.88
USD/kg
1077.91 1095.81 1,000
285.23
262.95 250
328.94
800 716.62 600
836.97
749.56
556.60 454.68
400
100 200
50
0
0 Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2007
Sumber: Bloomberg
20
Tw II
Tw III
2008
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
2007
Sumber: Bloomberg
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Tw III
2008
Tw IV
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.8 Perkembangan Harga Batu Bara di Pasar Internasional
Grafik 1.9 Perkembangan Harga Minyak Bumi di Pasar Internasional
140
140
120
120
114.94
118.33
101.10
100 80
100
USD/Barrel
USD/Metrik Ton
124.07
79.86
72.81
60 40.98
44.25
40
43.92
50.30
80 63.21 60 40
20
20
0 Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
2007
Tw III
0
Tw IV
Tw I
2008
Tw II Tw III Tw IV
Tw I
2006
Sumber: Bloomberg
Tw II Tw III Tw IV 2007
Tw I
Tw II Tw III 2008
Sumber: Bloomberg
Selain kelima sektor di atas, empat sektor ekonomi lainnya yakni sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor industri pengolahan, dan sektor pertanian tercatat mengalami penurunan pertumbuhan apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Grafik 1.10 Perkembangan Konsumsi Listrik Propinsi Sumatera Selatan (juta KWH)
Sektor listrik, gas, dan air bersih mencatat kontraksi pertumbuhan triwulanan mengalami
sebesar
1,33%
700
pertumbuhan
600
dibandingkan triwulan sebelumnya yang
500
tercatat
perlambatan
atau
tumbuh
sebesar
1,22%.
Kontraksi pertumbuhan di sektor ini
Bisnis
300
Industri
konsumsi
-
gas
sehingga pertumbuhan di sub sektor gas
Pemerintah
200 100
terhadap
Rumah Tangga
400
terutama disebabkan oleh menurunnya masyarakat
Sosial
Total
Tw IV 2007
Tw I
Tw II
Tw III Tw IV
2008
mengalami kontraksi sebesar 7,64 %. Sub sektor listrik pun tercatat mengalami
Sumber : PLN Sumbagsel
penurunan sebesar 1,58%.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
21
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Krisis global diperkirakan menjadi penyebab kontraksi pertumbuhan yang cukup tinggi di sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) akibat rendahnya daya beli masyarakat terutama yang berada di pedesaan yang sangat tergantung pada sektor pertanian sebagai mata pencahariannya. Berdasarkan informasi dari beberapa swalayan di wilayah Sumatera Selatan diperoleh informasi telah terjadi penurunan rata-rata omset penjualan sebesar 25% s.d 80%. Penurunan omset khususnya terjadi pada swalayan atau toko yang menjual produk home appliances dan fashion, khususnya yang berada di luar Palembang dan mempunyai customer base kalangan petani perkebunan. Penurunan omset penjualan sudah terasa sejak Oktober 2008 menyusul penurunan harga karet dan sawit yang begitu tajam yang menyebabkan penurunan pendapatan sebagian masyarakat. Sektor Industri Pengolahan mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 4,70% dibandingkan triwulan sebelumnya. Kontraksi pertumbuhan di sub sektor industri pengolahan tanpa migas bahkan mencapai 5,93%. Omset penjualan perusahaanperusahaan di industri pengolahan ini mengalami penurunan dalam kisaran 10% akibat rendahnya harga di pasar internasional. Menurut informasi dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia, industri pengolahan sawit di Sumatera Selatan saat ini juga sedang mengalami stagnasi usaha. Hal tersebut disebabkan karena menurunya permintaan CPO belakangan ini sehingga menyebabkan tangki penimbunan stok berada dalam kapasitas maksimal dan tidak dapat lagi menerima pasokan bahan baku dari petani. Kondisi tersebut telah memaksa dirumahkannya sekira 9.800 pegawai harian lepas. Kendala yang dihadapi oleh sebagian besar pelaku usaha sawit diantaranya adalah : (1) Harga pupuk yang terus melambung, terutama pupuk impor, (2) Biaya bahan bakar produksi yang relatif masih tinggi. Dari industri pengolahan karet, tingkat produksi karet alam cenderung menurun akibat musim hujan (musim gugur daun) sehingga menyebabkan pasokan bahan baku industri berkurang. Semakin banyaknya kompetitor yang bergerak dalam industri yang tidak diimbangi oleh jumlah pasokan bahan baku yang semakin terbatas, menyebabkan kenaikan harga bahan baku karet yang diakui oleh para pengusaha akan menekan profit margin. Sektor pertanian diperkirakan mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi triwulanan tertinggi dibanding triwulan III 2008 yakni sebesar 20,54% yang disebabkan karena menurunnya pertumbuhan triwulanan yang tinggi pada sub sektor tanaman perkebunan dan sub sektor tanaman bahan makanan yang masing-masing turun sebesar 28,43% dan 27,25%. 22
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kondisi curah hujan yang tinggi dalam beberapa waktu terakhir mendorong 20
450
18
400
16
350
14
300
12
250
10
200
8
150
6
100
4
50
2
0
0
produksi
2007 Curah Hujan
buah
sawit
sehingga
meningkatkan volume produksi di sub hari
500
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov
mm
Grafik 1.11 Perkembangan Curah Hujan di Sumatera Selatan
sektor ini. Namun demikian penurunan harga
komoditas
sawit
di
pasar
internasional serta gejolak keuangan di AS telah menyebabkan harga komoditas sub sektor ini mengalami penurunan di tingkat
2008
domestik serta menghambat pertumbuhan
Hari Hujan
Sumber: Stasiun Klimatologi Kenten
secara keseluruhan.
Pada awal triwulan IV 2008, Gabungan Pengusaha Karet Indonesia menyatakan bahwa secara umum kondisi perkaretan di Sumatera Selatan ini masih cukup baik, meskipun memang terdapat penurunan produksi dan ekspor yang dipengaruhi oleh faktor musiman dimana sedang berlangsung musim hujan dan gugur daun, atau masa paceklik untuk bahan baku. Dalam rangka mengantisipasi dampak dari krisis keuangan di AS, Gapkindo mengemukakan : (1) menghimbau petani untuk mengurangi frekuensi sadap dari sehari sekali menjadi 2 hari sekali atau dari 2 hari sekali menjadi 3 hari sekali, sehingga stok getah karet dapat disimpan di pohon, dan (2) memberi informasi kepada pasar bahwa Gapkindo Sumatera Selatan akan mengurangi ekspor untuk memberikan opini kepada pasar agar harga tidak dipermainkan. Grafik 1.12 Pertumbuhan Triwulanan Kinerja Sub Sektor Pertanian Triwulan IV 2008 (%)
Grafik 1.13 Kontribusi Sektor Ekonomi ADHK 2000 Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008 8 .3 7 %
4 .2 1 % 1 8 .3 9 %
Perikanan
0.18 5 .3 8 %
Kehutanan
-0.60 1 4 .1 2 %
Peternakan
2 3 .8 6 %
5.16 7 .8 9 %
0 .4 8 %
Perkebunan
-28.43
-27.25
Tabama
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
1 7 .3 1 %
P e r t a n ia n In d u s tri Bangunan A n g k u ta n J a s a - ja s a
P e rta m b a n g a n LG A PHR Keu. Sew a
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
23
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Rata-rata harga CPO dunia pada triwulan IV tercatat sebesar USD454,68/metrik ton, menurun sebesar 47,48% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, harga CPO tercatat mengalami penurunan sebesar 45,68% dari sebesar USD836,97/metrik ton menjadi sebesar USD454,68/metrik ton. Sementara itu, harga karet dunia juga menunjukkan trend penurunan, dimana pada triwulan ini tercatat sebesar USD220,59/kg atau menurun sebesar 11,28% dibandingkan dengan rata-rata harga pada triwulan IV 2007 sebesar USD248,63/kg atau menurun sebesar 32,94% dibandingkan harga pada triwulan sebelumnya sebesar USD328,94/kg. Sub sektor yang mengalami pertumbuhan secara triwulanan pada sektor pertanian adalah sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya. Sub sektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 5,16% dibandingkan triwulan sebelumnya. Rendahnya kinerja pertumbuhan triwulanan sub sektor tanaman bahan makanan pada triwulan IV 2008 karena periode tersebut merupakan masa tanam. Menurut informasi dari Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumatera Selatan diperoleh keterangan bahwa luas tanam dan luas panen padi di Sumatera Selatan pada tahun 2008 masingmasing tercatat sebesar 738.210 Ha dan 730.133 Ha. Tabel 1.3 Realisasi Luas Tanam (LT) dan Luas Panen (LP) Propinsi Sumatera Selatan (dalam Ha) REALISASI No
Kabupaten/ Kota
Tw I LT
1 Palem bang 2 M usi Banyuasin 3 Banyuasin 4 O gan Ilir 5 O gan Kom ering Ilir
SASARAN
Tw II LP
LT
Tw III LP
LT
Total
Tw IV LP
LT
LP
45
47
5,484
5
845
5,723
LP
LT
86
1,233
6,460
7,008
4,765
22,004
17,305
23,050
1,772
13,438
41,181
5,796
65,023
64,288
29,391
101,004
31,108
47,725
6,534
29,479
126,721
6,374
193,754
184,582
267
2,120
36,368
815
8,127
33,684
2,081
10,552
46,843
47,171
7,958
44,487
51,690
18,155
9,454
48,674
43,697
12,099
112,799
123,415 112,866
24,255
41,916
39,552
29,934
5,675
35,750
46,820
5,266
116,302
7 O gan Kom ering Ulu
1,188
5,086
1,637
3,229
361
1,509
8,792
639
11,978
10,463
8 O KU Selatan
4,050
5,416
6,396
3,132
1,134
4,644
6,139
1,179
17,719
14,371
9 M uara Enim
4,192
16,262
20,737
7,868
3,360
18,752
22,863
8,685
51,152
51,567
10 Lahat
6,050
13,932
6,564
7,307
4,190
6,665
18,285
4,088
35,089
31,992
11 M usi Rawas
11,438
20,861
10,010
14,303
11,940
7,196
21,232
12,067
54,620
54,427
12 Pagar Alam
1,556
1,664
1,587
1,748
1,442
1,435
1,679
1,370
6,264
6,217
13 Prabum ulih
0
799
502
430
23
303
234
222
759
1,754
948
784
1,263
1,013
1,141
1,206
623
1,084
3,975
4,087
6 O KU Tim ur
14 Lubuk Linggau 15 Em pat Lawang
5,721
5,763
2,177
4,673
2,578
3,650
4,997
1,840
15,473
15,926
Jum lah
101,824
282,145
232,380
163,387
58,576
212,108
345,430
72,494
738,210
730,133
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Sumatera Selatan
24
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
1.3 Perkembangan PDRB dari Sisi Penggunaan Pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumatera Selatan secara tahunan (yoy) dari sisi penggunaan masih didominasi oleh konsumsi dan investasi. Pertumbuhan konsumsi tercatat sebesar 1,99% (yoy). Pertumbuhan konsumsi rumah tangga, konsumsi swasta nirlaba, serta konsumsi pemerintah masing-masing tercatat sebesar 1,17%, 4,58% dan 7,86%. Namun demikian, seperti terkonfirmasi oleh Survei Konsumen Palembang, keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian pada triwulan IV 2008 berada pada kisaran pesimis yakni di bawah 100 (lihat Suplemen 4. Indeks Keyakinan Konsumen Palembang Meningkat). Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 Menurut Penggunaan Tahun 2007 –2008 (%) 2008
2007
Penggunaan
IV
I
II
III
IV
9.52
1.17
8.38
7.47
4.58
12.08
11.92
7.86
(14.38)
(12.63)
38.03
13.82
11.99
8.90
(5.71)
9.67
8.66
8.58
8.46
8.17
4.97
5.23
2.26
1. Konsumsi Rumah Tangga
6.92
7.36
2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba
7.77
8.36
3. Konsumsi Pemerintah
9.15
9.31
4. Investasi
0.16
(0.15)
5. Ekspor Barang dan Jasa
10.60
6. Impor Barang dan Jasa
8.88
TOTAL
7.01
7.04
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Dari kegiatan perdagangan, ekspor tercatat mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,71%, mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan tahunan pada triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,90%. Sementara itu, impor mencatat pertumbuhan tahunan sebesar 8,46%, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,58%. Turunnya nilai ekspor sangat erat kaitannya dengan memburuknya kegiatan usaha para pelaku usaha di Sumatera Selatan pada triwulan ini. Kondisi krisis ekonomi global yang berimbas pada menurunnya permintaan dunia terhadap komoditas/produk unggulan Sumatera Selatan menyebabkan sebagian besar para pelaku usaha yang bergantung pada sektor tersebut mengalami kerugian yang cukup besar.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
25
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.14 Perkembangan Kegiatan Usaha
Sumber : SKDU KBI Palembang
Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan IV 2008 mengindikasikan terjadinya penurunan kegiatan usaha dari triwulan dari persepsi kalangan dunia usaha dibanding triwulan sebelumnya yang tercermin dengan penurunan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT)1 menjadi -9,07% dibandingkan dengan triwulan III 2008 yang sebelumnya tercatat sebesar 18.98% (lihat grafik 1.14) Ditinjau dari sektor ekonomi, sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan hotel dan restoran mengalami penurunan. Sektor pertanian bersaldo nol, sedangkan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan memiliki SBT 0,75%. Penurunan kegiatan usaha di triwulan IV terlihat dari penurunan indikator usaha seperti volume produksi maupun pesanan. Secara triwulanan (qtq), komponen yang mengalami pertumbuhan paling tinggi adalah investasi yang tercatat meningkat sebesar 19,01%. Berdasarkan keterangan dari Badan Penanaman Modal Daerah (BPMD) Propinsi Sumsel, pertumbuhan investasi tersebut tidak terlepas dari adanya kucuran dana realisasi penanaman modal beberapa investor yang bergerak di sektor pertanian (perkebunan), sektor pertambangan, sektor bangunan, serta sektor telekomunikasi pada akhir tahun 2008 ini. Meningkatnya investasi tidak terlepas dari semakin membaiknya situasi dan kondisi bisnis di Sumatera Selatan. Secara umum situasi bisnis pada triwulan IV 2008 mengalami 1
SBT adalah selisih antara jawaban meningkat (optimis) dengan jawaban menurun (pesimis) yang dikalikan dengan bobot masing-masing sektor ekonomi. 26
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
sedikit kenaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal tersebut terindikasikan melalui nilai saldo bersih sebesar 28,57% untuk triwulan ini, diatas angka triwulan lalu yang tercatat sebesar 26,09%. Grafik 1.15 Perkembangan Situasi Bisnis
Sumber : SKDU KBI Palembang
Kondisi investasi pada triwulan I 2009 juga berpeluang membaik seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian dunia yang diperkirakan mulai pulih pada triwulan I 2009. Hal tersebut yang mendasari keyakinan bahwa kegiatan investasi akan akan sedikit membaik. Tabel 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 Menurut Penggunaan Tahun 2007 –2008 (%) Penggunaan
2008
2007
III
IV
1. Konsumsi Rumah Tangga
2.67
(0.60)
2.22
4.98
(5.15)
2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba
3.76
(0.06)
1.78
1.82
0.97
3. Konsumsi Pemerintah
5.16
(2.34)
3.89
4.89
1.35
(24.67)
9.47
(6.58)
13.42
19.01
5. Ekspor Barang dan Jasa
2.59
(1.57)
4.69
3.01
(11.17)
6. Impor Barang dan Jasa
2.06
2.15
1.61
2.50
1.95
TOTAL
(2.48)
(0.40)
2.12
6.09
(5.23)
4. Investasi
IV
I
II
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
27
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
1.4. Struktur Ekonomi Berdasarkan kelompok sektor, PDRB Sumsel masih ditopang oleh sektor primer yakni sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa sebesar 42,25%. Pangsa sektor primer tersebut sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 44,38%. Penurunan pangsa di sektor primer ini terjadi pada sektor pertanian dari sebesar 21,93% menjadi 18,39%. Sektor
Grafik 1.16 Struktur Ekonomi Propinsi Sumatera Selatan
sekunder
mengalami
peningkatan pangsa menjadi 25,68%
50
dari
45
triwulan
sebelumnya
sebesar
40
25,05%. Peningkatan pangsa di sektor
35
Persen
30
sekunder
25 20
tersebut
disebabkan
peningkatan pangsa pada seluruh sub
15 10
sektor. Sektor industri pengolahan, sektor
5 0 Tw. IV 2007
Tw. I 2008
Tw. II 2008
Primer
Tw. III 2008
LGA, serta sektor bangunan masing-
Tw. IV 2008
Sekunder
masing mengalami peningkatan pangsa
Tersier
sebesar 0,10%, 0,02%, dan 0,51%.
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
Tabel 1.6 Struktur Ekonomi Sektoral Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2007 – 2008 Sektor
2008
2007 IV
I
II
III
IV
1. Pertanian
19.11%
19.16%
20.06%
21.93%
18.39%
2. Pertambangan
24.17%
23.96%
23.58%
22.45%
23.86%
43.28%
43.12%
43.64%
44.38%
42.25%
17.92%
17.81%
17.51%
17.21%
17.31%
4. Listrik, Gas, Air
0.49%
0.49%
0.49%
0.46%
0.48%
5. Bangunan
7.67%
7.60%
7.54%
7.38%
7.89%
Sektor Primer 3. Industri
26.09%
25.89%
25.54%
25.05%
25.68%
6. Perdagangan
13.87%
13.86%
13.92%
13.91%
14.12%
7. Pengangkutan
4.83%
4.85%
4.81%
4.85%
5.38%
8. Keuangan
3.98%
4.16%
4.10%
3.98%
4.21%
9. Jasa-Jasa
7.95%
8.12%
7.99%
7.84%
8.37%
Sektor Tersier
30.64%
30.99%
30.82%
30.58%
32.08%
Total
100%
100%
100%
100%
100%
Sektor Sekunder
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
28
oleh
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Pangsa sektor tersier sedikit meningkat dari sebesar 30,58% pada triwulan sebelumnya menjadi 32,08%. Hal tersebut disebabkan karena terjadinya peningkatan pangsa dari seluruh sub sektor pada sektor ini. Dari sisi penggunaan, secara struktural konsumsi masih memperlihatkan peran yang dominan pada PDRB Sumatera Selatan dengan kontribusi sebesar 68,66%, yang meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 68%. Kontribusi konsumsi rumah tangga tercatat sebesar 59,24%, meningkat apabila dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 59,19%. Demikian pula dengan konsumsi pemerintah meningkat menjadi sebesar 8,26% dari sebesar 7,72% pada triwulan III-2008. Adapun konsumsi swasta nirlaba tercatat mengalami peningkatan pangsa dari sebesar 1,09% menjadi 1,16%. Tabel 1.7 Struktur Ekonomi Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2007 – 2008 2008 2007 Penggunaan IV I II III IV
I. Komponen Internal
84.31 85.58 84.32 84.63 89.54
a. Komponen Konsumsi
68.84 68.57 68.76 68.00 68.66
1. Konsumsi Rumah Tangga
59.88 59.76 59.82 59.19 59.24
2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba
1.14
1.14
1.14
1.09
1.16
3. Konsumsi Pemerintah
7.83
7.68
7.81
7.72
8.26
b. PMTDB
15.47 17.01 15.56 16.63 20.88
II. Komponen Eksternal
15.69 14.42 15.68 15.37 10.46
a. Ekspor Barang dan Jasa
44.59 44.07 45.18 43.87 41.12
b. Impor Barang dan Jasa
28.91 29.65 29.50 28.50 30.66
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
1.5. Perkembangan Ekspor Impor 1.5.1. Perkembangan Ekspor Ekspor Sumatera Selatan selama tiga bulan terakhir (Sept-November 2008) tercatat sebesar USD653,21 juta atau menurun sebesar 10,55% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang sebesar USD730,22 juta. Sementara itu dibanding periode triwulan sebelumnya (qtq), nilai ekspor tercatat menurun sebesar 8,08 % dari sebesar USD710,63
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
29
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
juta. Berdasarkan komoditas, pangsa nilai ekspor terbesar dicatat oleh komoditas karet adalah sebesar 73,98%. Tabel 1.8 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Propinsi Sumatera Selatan (USD) Sept 07-Nov 07
Des 07-Feb 08
Mar 08-Mei 08
Jun 08-Ags 08
08 Sept 08-Nov 09
Total Ekspor
730,220,771
688,945,339
744,155,718
710,630,374
653,212,746
Karet
377,628,590
401,333,994
508,521,822
514,331,784
483,273,250
7,731,700
7,855,573
12,250,891
18,537,224
23,287,647
Sawit
113,696,698
193,606,184
161,562,467
126,317,476
96,563,950
Lain-lain
231,163,783
86,149,588
61,820,538
51,443,890
50,087,899
Batubara
Sumber : DSM Bank Indonesia
Tabel 1.9 Perkembangan Bulanan Nilai Ekspor Komoditas Utama Propinsi Sumatera Selatan (Juta USD) 2007
2008
Jan- Nov 07
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Total Ekspor
2,422.66
253.59
239.71
279.51
200.80
263.86
268.56
223.17
218.89
288.13
167.09
197.99
Jan-Nov 08 YoY (%) 2,601.30
7.37
Karet
1,285.25
127.24
158.49
160.10
159.24
189.18
153.39
190.58
170.35
234.74
136.22
112.31
1,791.86
39.42
22.02
2.23
1.83
2.90
5.48
3.87
5.78
3.56
9.20
7.46
4.78
11.05
58.13
163.94
Sawit
318.29
92.03
56.75
99.13
15.02
47.41
93.56
7.16
25.60
22.81
13.02
60.73
533.22
67.53
Lain-lain
797.10
32.10
22.63
17.38
21.06
23.39
15.83
21.87
13.75
23.12
13.07
13.90
218.08
(72.64)
Batubara
Sumber : DSM Bank Indonesia
Sampai dengan November 2008, nilai ekspor Sumsel tercatat sebesar USD 2.601,30 juta atau meningkat sebesar 7,37% dibandingkan dengan posisi yang sama pada tahun sebelumnya sebesar USD2.422,66 Berdasarkan volume, ekspor pada periode September-November 2008 tercatat sebesar 726,43 ribu ton atau menurun sebesar 12,49% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar 841,54 ribu ton atau meningkat sebesar 5,77% periode Juni-Agustus 2008 (qtq) yang tercatat sebesar 696,28 ribu ton.
30
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.17 Perkembangan Nilai Ekspor Propinsi Sumatera Selatan
20.11
USD Juta
720 700
11.01
688.95
680
710.63 11.06 8.01
900
25
800
20
700
15
600
10
8.03
5 653.21
660 640
(4.51)
(5.65)
-
300
(5)
200
620
(8.08) (10.55)(10)
600
(15) Sept 07-Nov Des 07-Feb Mar 08-Mei 08 Jun 08-Ags Sept 08-Nov 07 08 08 08
Nilai Ekspor
10.79
763.43
696.28 3.40
10 736.43 5.77 5 (5)
(5.78) (9.28)
500 400
15
845.84
841.54
(15.45)
(17.50)
(17.68)
(10) (12.49) (15)
Persen
25.56 730.22
30
Ribu Ton
740
744.16
Persen
760
Grafik 1.18 Perkembangan Volume Ekspor Propinsi Sumatera Selatan
(20) (25)
100
(30)
(30.04)
(35)
Sept 07-Nov Des 07-Feb Mar 08-Mei 08 Jun 08-Ags Sept 08-Nov 07 08 08 08
Volume Ekspor Pertumbuhan Tahunan (yoy)
Pertumbuhan Tahunan (yoy) Pertumbuhan Triwulanan (qtq)
Pertumbuhan Triwulanan (qtq)
Sumber : DSM Bank Indonesia
Sumber : DSM Bank Indonesia
Grafik 1.19 Perkembangan Ekspor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan
Grafik 1.20 Pangsa Ekspor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Sept-Nov 2008
800 700 600
57.40 24.85 31.53
USD Juta
119.20
74.38 22.02 29.53 23.77
97.94 33.57 32.58 33.87
75.96 34.04 29.31 32.80
500
67.74 41.48 31.26 43.24
400 300 497.24
539.25
546.19
538.52
200
USA 6.35% Lainnya 10.37%
China 4.79% Malaysia 6.62%
469.50
100 08 07 08 08 i 08 7-Nov Des 07-Feb Mar 08-Me Jun 08-Ags 8-Nov Sept 0 Sept 0
Singapur a 71.88%
Singapura Malaysia China USA Lainnya Sumber : DSM Bank Indonesia
Sumber : DSM Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
31
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Berdasarkan negara tujuan ekspor, pada triwulan ini negara Singapura merupakan tujuan utama ekspor Sumatera Selatan dengan pangsa sebesar 71,88%, diikuti oleh Malaysia sebesar 6,62 %, Amerika Serikat sebesar 6,35%, dan China sebesar 4,79%.
1.5.2. Perkembangan Impor Realisasi impor periode triwulan ini tercatat sebesar USD81,74 juta, meningkat sebesar 55,92% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar USD52,43 juta. Dibandingkan periode Juni-Agustus 2008 terjadi peningkatan impor sebesar 47,05% dari sebesar USD55,59 juta. Peningkatan nilai impor secara triwulanan ini terkait dengan meningkatnya impor pupuk dan bahan kimia yang banyak digunakan untuk menunjang sektor pertanian.
Grafik 1.21 Perkembangan Nilai Impor Propinsi Sumatera Selatan
70
USD Juta
33.02 56.18
52.43 25.45
55.92 47.05
(1.05)
30
10
120
40
100
20 35.47 (4.48)
20
60
-
(46.98)
Sept 07-Nov 07 Des 07-Feb 08 Mar 08-Mei 08 Jun 08-Ags 08 Sep 08-Nov 08
Nilai Impor Pertumbuhan Tahunan (yoy) Pertumbuhan Triwulanan (qtq)
Sumber : DSM Bank Indonesia
80
94.94 94.25
40
(3.06)
20.46
20.84 20
4.12
(40)
20
(60)
-
100
60 46.33
60 40
120
80
98.14
64.70
(20) (32.35)
126.12 104.38
55.59
50 40
140
(14.35)
(9.70)
(9.29)
Persen
58.39
80
Persen
80
60
81.74
60.91
Ribu Ton
90
Grafik 1.22 Perkembangan Volume Impor Propinsi Sumatera Selatan
(20)
(34.07)
(40) (60)
Sept 07-Nov 07Des 07-Feb 08 Mar 08-Mei 08 Jun 08-Ags 08Sep 08-Nov 08
Volume Impor Pertumbuhan Tahunan (yoy) Pertumbuhan Triwulanan (qtq)
Sumber : DSM Bank Indonesia
Berdasarkan negara asal, pangsa impor Sumatera Selatan yang terbesar masih berasal dari negara China yakni sebesar 10,17%, diikuti oleh Malaysia sebesar 10,48% diikuti oleh China sebesar 10,17%, dan Singapura sebesar 3,86%.
32
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.23 Perkembangan Impor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal
Grafik 1.24 Pangsa Impor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal Sept-Nov 2008
90 80 70
USD Juta
60
40
20.60 30.37
30 20 10 -
Lainnya 73.86%
60.38
50
1.83 5.15 3.88 11.19
2.28 20.35 2.46 5.41 4.93 2.32
12.38 6.52
21.14 9.22 11.76 1.49
14.40
11.98
3.15 8.57 1.34 8.31
Singapur a Malaysia 3.86% 10.48%
USA China 1.63% 10.17%
08 08 08 07 i 08 7-Nov Des 07-Feb Mar 08-Me Jun 08-Ags Sep 08-Nov Sept 0
China USA Malaysia Singapura Lainnya Sumber : DSM Bank Indonesia
Sumber : DSM Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
33
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Suplemen 2
PENGARUH MELEMAHNYA HARGA KOMODITAS DUNIA TERHADAP PDRB PERKEBUNAN SUMATERA BAGIAN SELATAN Kasus gagal bayar subprime mortgage yang terjadi di AS menyebabkan tergerusnya asetaset finansial global yang telah saling terkait satu sama lain pada era bubble economy. Nilai aset yang jatuh sedemikian rupa membuat perusahaan-perusahaan berkelas internasional bangkrut dan juga merugikan investor dalam jumlah besar. Hal ini berpengaruh pada memburuknya nilai kekayaan, realokasi portofolio dan flight to quality, serta lesunya permintaan berbagai komoditas akibat daya beli yang menurun. Sebagai konsekuensinya, harga berbagai komoditas di pasar dunia mengalami penurunan. Hal ini berimbas pada nilai tambah sektor riil, termasuk juga komoditas unggulan ekspor di Sumatera Bagian Selatan. Penurunan harga CPO, karet, dan berbagai komoditas unggulan lainnya menyebabkan penurunan PDRB, khususnya PDRB Perkebunan di Sumbagsel. Menurunnya penjualan produk hilir dari karet yang juga sebagai akibat dari menurunnya permintaan dunia, mempunyai andil besar dalam menurunnya ekspor karet Sumbagsel. Gambar 1. Transmisi Krisis Global terhadap PDRB Perkebunan Sumbagsel
34
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Walaupun secara bersamaan nilai tukar Rupiah mengalami depresiasi akibat derasnya capital outflow, hal ini tidak dapat mempertahankan nilai tambah ekspor komoditi, khususnya sawit dan karet. Untuk menjelaskan secara formal sensitivitas antara perubahan harga karet dan sawit dunia terhadap PDRB perkebunan, perlu juga dimasukkan beberapa variabel penjelas tambahan untuk mengisolasi pengaruh-pengaruh variabel lainnya terhadap PDRB perkebunan, sehingga kemungkinan koefisien yang dihasilkan bias atau inefisien semakin kecil. Sesuai dengan pola transmisi di atas, setidaknya satu variabel lain, yaitu nilai tukar, harus disertakan. Melemahnya permintaan dunia tidak hanya terjadi pada CPO dan karet, namun juga terjadi pada berbagai komoditi lainnya. Sehingga seringkali harga antar komoditi mempunyai korelasi yang kuat. Tabel 1. Matriks Korelasi Harga Komoditas Unggulan Sumbagsel di Pasar Internasional COAL COAL COFFEE CPO IDR RUB TIMAH
1.00
COFFEE
CPO
IDR
RUB
TIMAH
WTI
0.45
0.44
0.22
0.33
0.60
0.72
1.00
0.94
0.02
0.83
0.88
0.90
1.00
-0.03
0.75
0.83
0.89
1.00
-0.18
-0.14
0.16
1.00
0.89
0.75
1.00
0.88
WTI
1.00
Merujuk pada Gujarati, dua variabel memiliki tingkat korelasi yang kuat jika mempunyai angka korelasi di atas 0.8. Maka, harga kopi mempunyai korelasi yang kuat dengan harga CPO, karet, timah, dan minyak. Kemudian harga CPO mempunyai korelasi yang kuat dengan harga timah dan minyak. Selain itu, harga karet juga mempunyai korelasi yang kuat dengan harga timah. Berdasarkan korelasi tersebut, tidak seluruh harga komoditi dapat digunakan secara bersamaan dalam regresi. Harga komoditas yang dipergunakan hanya CPO dan karet sebagai komoditas unggulan di Sumbagsel, tingkat korelasi keduanya di bawah 0.8. Merujuk pada pola data, berbeda dengan propinsi lainnya, PDRB perkebunan Sumsel sangat sensitif terhadap faktor musiman. Sehingga, variabel dummy perlu disertakan untuk memperkecil residual dan mencegah parameter variabel independen yang tidak efisien. Karena data yang digunakan adalah panel, maka variabel dummy tersebut harus di terapkan di seluruh cross-section, namun tanpa dikenakan restriksi antar cross-section. Untuk simplifikasi model, variabel independen disederhanakan menjadi hanya harga komoditas dan nilai tukar. Dengan kata lain, seluruh variabel lainnya yang secara simultan mempengaruhi PDRB perkebunan dianggap sudah terwakili oleh kedua variabel tersebut atau mengikuti pola stokastik error. Hal ini dimungkinkan, walaupun tidak sempurna, jika mempertimbangkan kerangka pikir di atas. Data yang digunakan masing-masing sebagai berikut : (1) data PDRB perkebunan riil yang diperoleh dari BPS, (2) rerata harga dunia CPO dan karet yang diperoleh dari Bloomberg, dan (3) rerata nilai tukar IDR/USD yang diperoleh dari Bank Indonesia. Cross-section yang digunakan adalah Sumatera Selatan, Bandar
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
35
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Lampung, dan Bangka Belitung, sedangkan time series yang digunakan adalah kuartalan sejak Q1 2005 sampai dengan Q3 2008. Tidak diikutsertakannya Bengkulu dikarenakan data PDRB Bengkulu tidak memilah sektor pertanian sampai dengan sektor perkebunan. Berdasarkan penjelasan di atas, spesifikasi model yang digunakan secara formal adalah sebagai berikut: Model 1, Koefisien umum:
Model 1, Koefisien spesifik:
Model 2, Koefisien umum:
Model 2, Koefisien spesifik:
Dimana Y merupakan PDRB perkebunan riil, Pcpo merupakan harga CPO dunia, Prub harga karet dunia, ER adalah nilai tukar, D merupakan variabel dummy kuartalan, dan u adalah stokastik error. Nilai µ=0 untuk model pertama dan 1 untuk model kedua. K=3 adalah jumlah dummy, dan t adalah waktu. a, b, c, d, dan e merupakan parameter. Nilai D1, D2, dan D3 adalah 1 berturut-turut pada kuartal 2, 3, dan 4, serta bernilai 0 pada observasi lainnya. Hal ini untuk mengakomodasi faktor musiman yang mempengaruhi PDRB perkebunan. Huruf m mendenotasikan cross-section, dan huruf t mendenotasikan waktu. Elemen perkalian antara harga dan nilai tukar dapat dijelaskan sebagai harga di dalam nilai tukar domestik, dalam hal ini Rupiah. Regresi dilakukan dengan menggunakan metode data panel. Karena jumlah cross-section yang lebih kecil dibandingkan jumlah parameter, dank arena terdapat spesifikasi koefisien yang spesifik menurut cross-section, maka penggunaan efek acak (random effect) tidak dimungkinkan. Karena itu, metode yang digunakan adalah efek tetap (fixed effect) tanpa terlebih dahulu memilih metode dengan menggunakan uji Hausman.
36
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Tabel 2. Hasil Estimasi Model 1 Variabel
Koefisien umum Sumsel
Lampung
Koefisien spesifik Babel
Sumsel
Lampung
Babel
harga CPO
0.18549*
0.20862**
0.11730***
0.23054
Harga karet
0.12615***
0.09552**
0.08680***
0.19613*
Nilai tukar
0.88528*
-0.13796
0.18274
2.61105**
Dummy Q2
0.34593***
-0.02853
0.05831
0.33136***
-0.02691*
0.071263
Dummy Q3
0.62846***
-0.03362
0.16579
0.61295***
-0.02671
0.174397
Dummy Q3
0.31145***
-0.03652
0.10435
0.31387***
-0.03009***
0.095505
R2
0.982330
0.984255
DW stat
1.580979
2.124439
S.E
0.087406
0.082507
* Signifikan pada nilai kritis 10% ** Signifikan pada nilai kritis 5% *** Signifikan pada nilai kritis 1%
Grafik 2. Perbandingan Nilai Actual dan Fitted PDRB Sektor Perkebunan Sumbagsel Berdasarkan Model 1 Sumatera Selatan Lampung Bangka-Belitung YREAL_PAL
YREAL_BAB
YREAL_LAM
2000000
950000
360000
900000
320000
850000
280000
800000
240000
750000
200000
1800000 1600000 1400000 1200000 1000000 800000 600000 05:1
05:3
06:1
06:3
07:1
YREAL_PAL (Baseline)
07:3
08:1
08:3
700000 05:1
05:3
06:1
06:3
07:1
07:3
08:1
Actuals
YREAL_LAM (Baseline)
Actuals
08:3
160000 05:1
05:3
06:1
06:3
07:1
YREAL_BAB (Baseline)
07:3
08:1
08:3
Actuals
Estimasi tersebut menghasilkan statistik R yang cukup tinggi, menunjukkan bahwa lebih dari 98% variasi pada data dapat diterangkan oleh model. Angka DW statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada kedua regresi. Hasil estimasi menunjukkan bahwa secara keseluruhan, penurunan harga CPO internasional sebesar 1% akan menurunkan PDRB perkebunan Sumbagsel sebesar 0.19%. Penurunan harga karet internasional akan menurunkan PDRB perkebunan Sumbagsel sebesar 0.13%. Lebih sensitifnya perubahan harga CPO dalam mempengaruhi PDRB dapat disebabkan karena adanya perbedaan elastisitas permintaan antara komoditas CPO dan karet. Kemudian, dapat diperkirakan pula bahwa depresiasi Rupiah sebesar 1% akan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
37
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
meningkatkan PDRB perkebunan Sumbagsel sebesar 0.88% karena menjadikan komoditi ekspor Sumbagsel menjadi lebih kompetitif di pasar internasional. Secara spesifik menurut propinsi, penurunan harga CPO sebesar 1% akan menurunkan PDRB perkebunan Sumatera Selatan dan Bandar Lampung masing-masing sebesar 0.21% dan 0.12%. Sedangkan penurunan harga karet sebesar 1% akan menurunkan PDRB perkebunan Sumatera Selatan, Bandar Lampung, dan Bangka Belitung masing-masing sebesar 0.1%, 0.09%, dan 0.2%. Sedangkan untuk variabel nilai tukar, depresiasi Rupiah sebesar 1% akan meningkatkan PDRB perkebunan Bangka Belitung sebesar 2.61%. Selain itu, hasil estimasi mengindikasikan bahwa faktor musiman sangat signifikan dalam mempengaruhi pola PDRB perkebunan di Sumatera Selatan. Regresi dengan koefisien spesifik menjelaskan bahwa terdapat sedikit faktor musiman pada pola pergerakan PDRB perkebunan Bandar Lampung. Tabel 3. Hasil estimasi model 2 Koefisien umum
Variabel Sumsel harga CPO*
Lampung
Koefisien spesifik Babel
Sumsel
Lampung
Babel
0.18011*
0.21276***
0.11750***
0.210059
0.11572***
0.10355**
0.08719***
0.156434
Nilai tukar Harga karet* Nilai tukar Dummy Q2
0.33917***
-0.03529
0.05155
0.33657***
-0.0267*
0.045521
Dummy Q3
0.62178***
-0.0403
0.15911
0.61809***
-0.02647
0.148966
Dummy Q3
0.31419***
-0.03377**
0.10710
0.31175***
-0.03019***
0.105952
2
R
0.987295
0.988106
DW stat
1.501594
1.612991
S.E
0.088298
0.091546
* Signifikan pada nilai kritis 10% ** Signifikan pada nilai kritis 5% *** Signifikan pada nilai kritis 1%
Berbeda dengan sebelumnya, pada model kedua ini, diasumsikan pergerakan nilai tukar Rupiah sebagai variabel yang blended dengan harga. Dengan kata lain, dalam mengambil keputusan atas impor, importir hanya memperdulikan nilai riil yang harus dibayarkan, tanpa memperdulikan fluktuasi dan ekspektasi perubahan nilai tukar pada triwulan berikutnya. Berdasarkan hasil estimasi, penurunan harga CPO dalam Rupiah sebesar 1% akan menurunkan PDRB perkebunan SUmbagsel sebesar 0.18%, sedangkan penurunan harga karet dalam Rupiah sebesar 1% akan menurunkan PDRB perkebunan Sumbagsel sebesar 0.11%. Kemudian secara spesifik, penurunan harga CPO dalam Rupiah sebesar 1% akan menurunkan PDRB perkebunan Sumsel dan Bandar Lampung masing-masing sebesar 0.21% dan 0.12%, sedangkan penurunan harga karet dalam Rupiah sebesar 1% akan
38
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
menurunkan PDRB perkebunan Sumatera Selatan dan Bandar Lampung masing-masing sebesar 0.1% dan 0.09%. Seperti model sebelumnya, faktor musiman juga tampak signifikan di Sumatera Selatan dan Bandar Lampung, dengan momentum pertumbuhan tertinggi pada kuartal ketiga untuk Sumatera Selatan dan kuartal pertama untuk Bandar Lampung. Grafik 3. Perbandingan Nilai Actual dan Fitted PDRB Sektor Perkebunan Sumbagsel Berdasarkan Model 2 Sumatera Selatan Lampung Bangka-Belitung YREAL_PAL
YREAL_LAM
2000000
YREAL_BAB
960000
1800000
360000
920000
320000
1600000
880000
1400000
280000
1200000
840000
1000000
800000
240000 800000 600000 05:1
200000
760000 05:3
06:1
06:3
07:1
07:3
YREAL_PAL (Baseline)
08:1
08:3
Actuals
720000 05:1 05:3 06:1 06:3 07:1 07:3 08:1 08:3
160000 05:1 05:3 06:1 06:3 07:1 07:3 08:1 08:3
YREAL_LAM (Baseline)
YREAL_BAB (Baseline)
Actuals
Actuals
Berdasarkan seluruh regresi yang telah dilakukan, hasil koefisien yang dihasilkan adalah konsisten antara satu regresi dengan regresi lainnya. Kesimpulan umum yang dihasilkan adalah: Pertama, perubahan harga CPO lebih berpengaruh terhadap perubahan PDRB perkebunan Sumbagsel dibandingkan perubahan harga karet. Namun, perbedaan sensitivitas ini dapat dipengaruhi oleh tingkat korelasi yang berbeda antara harga CPO dan harga karet terhadap harga komoditi lain yang juga signifikan dalam mempengaruhi PDRB perkebunan Sumsel. Kedua, depresiasi Rupiah mampu meningkatkan PDRB perkebunan jika diperhatikan melalui data rata-rata triwulanan. Ketiga, terdapat faktor musiman yang signifikan dalam mempengaruhi PDRB perkebunan di Sumsel dan Bandar Lampung. Menurunnya permintaan dunia secara drastis mengancam sektor perkebunan di Sumbagsel. Padahal, Sumbagsel masih sangat bergantung pada sektor perkebunan. Di saat pasar secara natural tidak dapat memenuhi harapan industri, maka peran pemerintah dan bank sentral sangat krusial dalam menjaga kelangsungan industri tersebut pada jangka pendek, baik misalnya melalui pelonggaran ketentuan perkreditan melalui pengurangan bobot risiko. Sementara itu, dalam jangka panjang, Sumbagsel harus mendiversifikasi sektor penyumbang PDRB dan mengoptimalkan perdagangan antar daerah.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
39
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
40
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
PERKEMBANGAN INFLASI KOTA PALEMBANG
2
2.1. Inflasi Tahunan 1
Inflasi tahunan kota Palembang pada triwulan IV 2008 adalah sebesar 11,15% (yoy), atau mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan inflasi pada Tw-III lalu yang mencapai 14,19%. Namun demikian angka tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan inflasi pada triwulan yang sama tahun 2007 yang hanya sebesar 10,87%. Penurunan tekanan inflasi tersebut tidak
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Palembang
terlepas dari krisis finansial global yang pada
penurunan
komoditi
internasional,
yang
langsung
menurunkan
komoditi
ekspor
Sumatera
Selatan.
komoditi
menyebabkan
harga
14.00
nilai
tambah
12.00
unggulan
propinsi
10.00
Anjloknya
harga
penurunan
pendapatan dan daya beli masyarakat terutama yang menggantungkan mata pencahariannya pada usaha perkebunan khususnya
karet
16.00
secara
dan
kelapa
sawit.
Persen
berdampak
8.00 6.00
14.19 13.96 10.87
11.15
9.24 8.21
6.55 6.84
4.00 2.00 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 2007
2008
Menurunnya inflasi pada triwulan IV 2008 didukung juga oleh kebijakan pemerintah yang telah menurunkan harga Bahan
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan *) Tahun Dasar 2007 = 100
Bakar Minyak (BBM) pada awal Desember 2008. Berdasarkan kelompok barang, kelompok bahan makanan mengalami inflasi tahunan tertinggi yaitu 15.90%. Urutan kedua dan ketiga dicatat oleh kelompok 1
Penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Indonesia sejak 1 Juli 2008 menggunakan tahun dasar 2007 (sebelumnya tahun dasar 2002) yang didasarkan pada hasil Survei Biaya Hidup (SBH) 2007. Cakupan kota bertambah dari 45 kota menjadi 66 kota. Paket komoditas secara nasional naik dari 744 pada tahun 2002 menjadi 774 di tahun 2007, sementara paket komoditas untuk kota Palembang juga bertambah dari 314 komoditas menjadi 360 komoditas.
Perkembangan Inflasi Kota Palembang
perumahan, air, listrik & bahan bakar serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau yaitu masing-masing sebesar 13,66% dan 12,86%. Di sisi lain, inflasi terendah terjadi pada kelompok transportasi dan komunikasi serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga masing-masing sebesar 4,38% dan 6,70%. Grafik 2.2 Inflasi Tahunan (yoy) Kota Palembang per Kelompok Pengeluaran Triwulan IV 2008
Persen
18.00 16.00
Umum
14.00
Bahan Makanan
12.00
Makanan Jadi
10.00
Perumahan
8.00 6.00
Sandang
4.00
Kesehatan
2.00
Pendidikan
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
Seperti pada triwulan III 2008, penyebab inflasi tahunan di kelompok bahan makanan antara lain karena tingginya inflasi pada sub kelompok kacang-kacangan, sub kelompok lemak dan minyak serta sub kelompok daging & hasil-hasilnya. Keterkaitan yang erat antara harga komoditi kacang-kacangan di pasar dunia yang mempengaruhi harga komoditi tersebut di pasar nasional umumnya dan juga Sumatera Selatan khususnya menyebabkan peningkatan harga yang terjadi di pasar internasional berpengaruh pula terhadap kenaikan harga komoditi tersebut di Sumatera Selatan, begitupun sebaliknya. Pada pasar internasional, harga beberapa komoditi mengalami penurunan cukup tajam sebagai dampak lanjutan dari terjadinya krisis perumahan di Amerika Serikat. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, pada triwulan IV 2008 harga terigu mengalami penurunan dari 7,48 USD/bushel menjadi 4,70 USD/bushel, atau mengalami penurunan sebesar 42,44% (yoy). Harga beras mengalami penurunan dari 614,15 USD/metrik ton menjadi
547,21 USD/metrik ton. Kemudian, harga emas mengalami penurunan dari
868,54 USD/oz menjadi 797,17 USD/oz, dan harga kedelai mengalami penurunan dari 13,16 USD/bushel menjadi 8,65 USD/bushel, atau mengalami penurunan sebesar 15,42% (yoy). 42
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Inflasi Kota Palembang
Grafik 2.3 Perkembangan Harga Komoditas Strategis (yoy) di Pasar Internasional
8.17 10.17 8.29
USD/Bushel
8 6 4
4.83
5.43
70.41
21.22
7.48
71.80 37.71
4.70
10.33
2 0
(42.44)
800 700 600 500
332.92
400 315.19 300
396.55 337.49
100
60 40 20
Harga Beras Sumber : Bloomberg, diolah
Perkembangan Harga Kedelai
45
16
40
14
35
12
30 25 20 15 10 5 -
Persen USD/Bushel
USD/OZ
62.14
Tw Tw Tw Tw I Tw Tw Tw II III IV II III IV
Perkembangan Harga Emas
Sumber : Bloomberg, diolah
80
-
Sumber : Bloomberg, diolah
Harga Emas
100
0
Harga Terigu
Tw Tw Tw Tw I Tw Tw Tw II III IV II III IV
120
84.47
32.80 16.41 13.03 9.36
200
Tw II Tw Tw Tw I Tw II Tw Tw III IV III IV
42.23 1000 868.54 900 34.41 797.17 800 790.07 700 681.70 924.95 600 667.58 897.30 28.56 27.41 500 400 9.78 300 200 6.46 100 0 0.90
140
696.45 120.96 614.15 547.21
10 8 6
100
81.21 82.90 13.16 66.06 13.59 12.77 50.98 10.23
31.15
80 60
59.20 8.65
40 20
8.27 7.43
-
4
Persen
10
140 120 100 80 60 40 20 (20) (40) (60)
USD/Metrik Ton
124.12
Persen
12
Perkembangan Harga Beras
Persen
Perkembangan Harga Terigu
(20) (15.42) (40)
2 0
Tw Tw Tw Tw I Tw Tw Tw II III IV II III IV Harga Kedelai
Sumber : Bloomberg, diolah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
43
Perkembangan Inflasi Kota Palembang
Bila dibandingkan dengan triwulan III 2008, inflasi tahunan di seluruh kelompok mengalami penurunan kecuali untuk kelompok pendidikan yang meningkat menjadi 6,70%. Kelompok barang yang mengalami penurunan inflasi tahunan paling drastis hingga menjadi 15,90% dari yang semula 24,97% adalah kelompok bahan makanan. Hal tersebut terkait dengan penurunan harga komoditi dunia dalam 3 bulan terakhir pada tahun 2008. Selain itu, cuaca juga mendukung pencapaian panen di beberapa sentra produksi beras. Penurunan laju inflasi juga diikuti oleh kelompok barang lainnya yang disebabkan oleh mulai menurunnya permintaan seiring adanya penurunan daya beli masyarakat. Grafik 2.4 Perkembangan Inflasi Tahunan per Kelompok Barang dan Jasa di Palembang
30 25
Persen
20 15.90 13.66 12.86 11.15 9.34 7.69 6.70 4.38
15 10 5 Tw IV 07 Umum
Tw I 08
Tw II 08* Tw III 08* Bahan Makanan
Tw IV 08*
Makanan Jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transportasi & Komunikasi
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan *) Tahun Dasar 2007 = 100
Inflasi tahunan kota Palembang secara historis lebih fluktuatif dibandingkan nasional yang ditunjukkan oleh angka standar deviasi Palembang dan Nasional masingmasing sebesar 4,34% dan 3,62%. Rata-rata inflasi kota Palembang dan inflasi nasional pada periode Januari 2003 sampai dengan Desember 2008 masing-masing sebesar 10,57% dan 8,89%, sehingga Kota Palembang memiliki kecenderungan tingkat inflasi lebih tinggi dari nasional dengan selisih rata-rata 1,75%.
44
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Inflasi Kota Palembang
Grafik 2.5 Perbandingan Inflasi Tahunan Palembang dan Nasional
Tabel 2.1 Statistika Deskriptif Inflasi Tahunan Palembang dan Nasional, Januari 2003 Desember 2008 Palembang
Nasional
Selisih
Rata-rata Standar Deviasi
10.57%
8.89%
1.75%
4.34
3.62
1.22
Maksimum
19.92%
17.11%
4.53%
4.13%
5.11%
-0.98%
Minimum
Sumber: BPS, diolah
Palembang
Nasional
Sumber: Biro Pusat Statistik
2.2 Upaya Tim Pengendali Inflasi Daerah Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2008 telah melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut: 1. Pemaparan mengenai upaya pengendalian inflasi di daerah oleh Tim Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia dan pembahasan mengenai langkahlangkah yang telah ditempuh setiap instansi dalam rangka pengendalian inflasi, telah dilaksanakan pada 26 Maret 2008 dengan beberapa substansi yang diperoleh pada diskusi tersebut adalah sebagai berikut: a. Harga beras dipengaruhi oleh kondisi/harga di propinsi tetangga dan tata niaga yang tidak sehat. b. Infrastruktur
juga
disinyalir
sebagai
faktor
yang
berpengaruh
terhadap
pembentukan inflasi. Berkaitan dengan hal tersebut, Dinas Perhubungan Propinsi Sumatera Selatan telah memiliki program rutin yang diyakini dapat menekan inflasi, diantaranya adalah pengaturan distribusi barang dan survei-survei volume beban kendaraan. 2. Penjelasan dari kepala pasar tradisional mengenai perkembangan pasokan barang, banyaknya pedagang, tendensi kenaikan harga, dan informasi terkait dengan aktivitas pasar lainnya yang telah dilaksanakan pada 13 Mei 2008. Beberapa hal yang diperoleh dari penjelasan tersebut adalah sebagai berikut:
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
45
Perkembangan Inflasi Kota Palembang
a. Tidak terdapat penimbunan di pasar tradisional. Penentu naik turunnya harga adalah faktor musiman, terutama untuk komoditas yang tidak tahan lama seperti sayuran dan buah-buahan. b. Rencana kenaikan harga BBM bukan faktor utama penyebab naiknya harga suatu komoditas, namun isu tersebut digunakan oleh oknum untuk menimbun komoditas yang bisa bertahan lama, seperti beras, terigu dan minyak goreng. 3. Identifikasi upaya-upaya yang telah dilakukan oleh dinas-dinas dan instansi terkait dalam rangka pengendalian inflasi beserta kendala yang dihadapi, serta formulasi rekomendasi kebijakan untuk Gubernur Sumatera Selatan dalam rangka pengendalian inflasi yang telah dilaksanakan pada 14 Mei 2008. 4. Identifikasi upaya-upaya dalam rangka mengantisipasi kenaikan harga-harga pada bulan puasa, lebaran, Natal, dan tahun baru yang telah dilaksanakan pada 26 Agustus 2008. Tabel 2.2 Pokok-Pokok Upaya Pengendalian Inflasi yang Dikoordinasikan melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah Area Langkah-langkah yang diambil Pasokan • Pengadaan (pembelian) beras • Pemetaan lokasi pangkalan mitan. • Menjaga ketahanan stok Sembako • Konversi mitan ke LPG. • Tindakan pemutusan hubungan usaha bagi pangkalan yang melakukan penimbunan. • Mengusulkan peningkatan kuota Sumatera Selatan atas tabung LPG 12 Kg. • Pembinaan ke petani nelayan melalui pendamping pembudidaya Distribusi • Mempercepat penyaluran raskin • Mengatur rute jaringan lintas angkutan barang di Palembang. • Memberikan prioritas angkutan barang sembako di pelabuhan 35 Ilir. • Mempermudah Perijinan untuk distributor • Koordinasi dengan pihak terkait antara lain dengan pihak pelabuhan • Meningkatkan jumlah distributor • Pengaturan operasional Pelabuhan Penyeberangan 35 Ilir Harga • Monitoring harga Sembako setiap hari pada 7 pasar yang berbeda • Operasi pasar minyak goreng dan kedelai • Himbauan penurunan margin • Menghapus pungutan-pungutan di jalan • Pengawasan tarif angkutan • Merencanakan formula penyesuaian tarif angkutan dalam kota. • Penetapan HET sembako dilakukan apabila terjadi kenaikan yg signifikan. • Koordinasi dengan pengusaha angkutan darat (khususnya ekspedisi angkutan barang) untuk mengenakan tarif angkutan yang realistis.
46
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Inflasi Kota Palembang
Area Pembiayaan Infrastruktur
• • • • • • • •
Langkah-langkah yang diambil Bantuan modal usaha melalui APBN beserta bimbingan teknis di lapangan Pembinaan pembiayaan/penguatan modal investasi di 14 kabupaten/kota. Peningkatan kelas jalan Pengerukan alur pelayaran di Sungai Musi Perbaikan infrastruktur jalan raya dan jembatan. Pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi dan rawa. Mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan jaringan yang sudah ada (sarana dan SDM). Pembangunan dermaga, dermaga sungai dan suku cadang timbangan
2.3. Inflasi bulanan Inflasi bulanan kota Palembang pada bulan
Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Palembang
Desember 2008 tercatat sebesar 0.19% (mmengalami
peningkatan
apabila
dibandingkan bulan November 2008 yang deflasi
sebesar
0.40
3.5
%.
3
Walaupun pada bulan Desember 2008
2.5
terjadi lonjakan permintaan sehubungan
2
dengan perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru, namun pada awal bulan tersebut pemerintah telah menurunkan harga
BBM,
sehingga
inflasi
bulanan
Desember 2008 hanya mengalami sedikit
Persen
mengalami
4
1.5 1
0.5 0
!" #
%$t-m),
-0.5 -1
peningkatan dibandingkan November 2008 dan lebih rendah dibandingkan Desember
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan *) Tahun Dasar 2007 = 100
tahun 2007 yang tercatat sebesar 1,61%. Inflasi bulanan yang tertinggi pada bulan Desember 2008 terjadi pada kelompok sandang dan bahan makanan masing-masing sebesar 2,06% dan 1,34%. Perayaan hari Natal, tahun baru, libur panjang, dan promosi pada akhir tahun telah menyebabkan tingginya permintaan domestik pada kelompok sandang dan bahan makanan. Hal tersebut berdampak pada naiknya harga-harga pada kedua kelompok barang tersebut. Kelompok bahan makanan sempat mengalami inflasi bulanan yang tinggi pada bulan Desember 2008 setelah sebelumnya mencatat deflasi pada bulan Oktober dan November.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
47
Perkembangan Inflasi Kota Palembang
Tingginya
inflasi
kelompok
bahan
makanan
di
bulan
Desember
2008
dikontribusikan terutama oleh kenaikan harga cabe merah, beras dan kentang. Cabe merah telah memberikan sumbangan inflasi yang signifikan, yaitu 0,16%. Di bulan yang sama sub kelompok bumbu-bumbuan tercatat mengalami inflasi tertinggi di antara kelompok bahan makanan, yaitu sebesar 9,73%, disusul oleh sub kelompok sayur-sayuran serta sub kelompok lemak dan minyak masing-masing sebesar 3,01% dan 2,59%. Rendahnya inflasi pada kelompok transportasi terkait dengan penurunan harga BBM yang dilakukan pemerintah pada bulan Desember 2008. Penurunan harga BBM tersebut dilakukan pemerintah seiring dengan penurunan harga minyak di pasar internasional hingga sempat berada dibawah USD 40/barrel setelah sebelumnya sempat menyentuh level USD 140/barrel.
Grafik 2.7 Perkembangan Inflasi Bulanan Palembang) per Kelompok Barang dan Jasa 20
Umum Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transportasi & Komunikasi
15
Persen
10 5
2007
Des*
Nov*
Okt*
Sep*
Aug*
Jul*
Jun*
May
Apr
Mar
Feb
Jan
(5)
Dec
-
2008 Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan *) Tahun Dasar 2007 = 100
48
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Inflasi Kota Palembang
Grafik 2.8 Inflasi Bulan Desember 2008 (mtm) per Sub Kelompok pada Kelompok Bahan Makanan di Palembang 12.00
BAHAN MAKANAN
10.00
Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya
8.00
Daging dan Hasil-hasilnya
6.00
Ikan Segar
4.00
2.59
Ikan Diawetkan
2.00 Telur, Susu dan Hasilhasilnya
-
&
(2.00)
'
&
'
Sayur-sayuran
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
Grafik 2.9 Event Analysis Inflasi Kota Palembang Desember 2007 – Desember 2008 Kenaikan harga rokok dan kacangkacangan
4 3.5
Jatuhnya harga komoditas akibat krisis global
Kenaikan harga BBM Hari raya 15.19 Idul fitri 3.41 14.48 14.24 14.01 14.19 13.96
12.81
3
Persen
2 1.5
12.03 Panen 2.38 Kenaikan padi 10.87 harga 1.83 kedelai 1.61 8.98 8.67 8.21
11.15
10.00 1.56 1.32
8.00 1.05
0.91
1
0.79
6.00
0.35
0.5
12.00
Persen
2.5
Natal, tahun 16.00 baru, Penurunan harga 14.00 BBM
0.19 -0.09
4.00
0 -0.5 -1
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nov
Des
2.00
-0.4
2007
2008
mtm (axis kiri)
-
yoy (axis kanan)
Sumber: Diolah dari BPS Propinsi Sumatera Selatan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
49
Perkembangan Inflasi Kota Palembang
Tingginya bobot kelompok bahan makanan pada perhitungan inflasi menyebabkan pergerakan inflasi umum secara bulanan mengikuti pola pergerakan harga kelompok bahan makanan. Hal tersebut terjadi pada triwulan IV 2008. Secara umum inflasi kota Palembang memiliki pola pergerakan yang searah dengan inflasi nasional. Namun, data historis menunjukkan bahwa inflasi kota Palembang lebih fluktuatif dibandingkan dengan inflasi nasional. Pengaruh peningkatan harga komoditas sampai dengan pertengahan tahun 2008 terlihat lebih sensitif meningkatkan inflasi Palembang dibandingkan inflasi nasional, dan penurunan harga komoditas sekitar triwulan IV 2008 juga terlihat lebih sensitif menurunkan inflasi Palembang dibandingkan inflasi nasional. Kemudian, pengaruh kenaikan harga BBM pada bulan Mei 2008 juga lebih sensitif meningkatkan inflasi Palembang dibandingkan inflasi nasional, namun hal ini tidak tampak terjadi sebaliknya ketika pemerintah menurunkan harga BBM pada akhir tahun, dimana inflasi bulanan Palembang tercatat sebesar 0,19%, sedangkan inflasi bulanan nasional lebih rendah yakni sebesar 0,04%.
Grafik 2.10 Perbandingan Inflasi Bulanan dan Ekspektasi Harga Konsumen 3 Bulan YAD 300 250
2.00
200
1.00
150
-
100
(2.00) inflasi bulanan
2.5 2 1.5 1 0.5
50
0 Survei Konsumen
Sumber: BPS dan Survei Konsumen BI
3
0 -0.5
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
3.00
4 3.5
Persen
4.00
(1.00)
Grafik 2.11 Perbandingan Inflasi Bulanan (mtm) Palembang dan Nasional Tahun 2007-2008
-1 2007 Palembang
2008 Nasional
Sumber: Badan Pusat Statistik
50
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Inflasi Kota Palembang
Berdasarkan hasil survei konsumen yang dilaksanakan setiap bulan oleh KBI Palembang di Palembang, terdapat pergerakan yang seiring antara laju inflasi bulanan dengan jumlah konsumen yang memprediksikan kenaikan harga pada 3 bulan yang akan datang dengan laju inflasi. Hal ini merupakan salah satu indikator bahwa masyarakat masih 2
bersikap adaptif dalam pembentukan ekspektasinya . 2.4. Pemantauan Harga oleh Bank Indonesia Palembang Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan KBI Palembang secara umum dapat disimpulkan bahwa terjadi tendensi penurunan harga barang/komoditas sebesar 10,42% dibandingkan posisi triwulan sebelumnya. Setelah mengalami tren kenaikan harga secara terus-menerus sejak awal tahun 2008, tendensi penurunan harga terjadi pada bulan Oktober dan November 2008, mengikuti penurunan harga komoditas di pasar internasional yang menurunkan pendapatan per kapita sebesar 12,96% secara triwulanan pada triwulan IV 2008. Namun demikian, kenaikan harga karena faktor musiman terlihat menjelang akhir tahun, yang secara jelas ditunjukkan oleh meningkatnya harga cabe merah dan harga daging sapi. Berbeda dengan kedua jenis barang tersebut, harga minyak goreng dan daging ayam menunjukkan penurunan secara tipis. Grafik 2.12 Pergerakan Tingkat Harga Bulanan Sesuai SPH 80,000 70,000
Beras Daging Ayam Daging Sapi Bawang Merah Cabe Merah
Rupiah/Kg
60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Sumber : SPH KBI Palembang 2
Hal ini dikenal sebagai adaptive expectation, dimana ekspektasi inflasi pada suatu periode dibentuk berdasarkan inflasi periode sebelumnya.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
51
Perkembangan Inflasi Kota Palembang
Bila dibandingkan triwulan sebelumnya (qtq), harga beras mengalami penurunan masing-masing sebesar 6,03 % di pasar Cinde dan sebesar 10,42 % di pasar Lemabang. Grafik 2.13 Pergerakan Harga Beras di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/Kg) Pasar Cinde
2007
2008
8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des
8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 -
Pasar Lemabang
2007
Sumber : SPH KBI Palembang
2008
Sumber : SPH KBI Palembang
Grafik 2.14 Pergerakan Harga Minyak Goreng di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/Kg) Pasar Lemabang
Pasar Cinde
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des 2007
2008
Sumber : SPH KBI Palembang
52
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des
15,500 15,000 14,500 14,000 13,500 13,000 12,500 12,000 11,500 11,000
14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 -
2007
2008
Sumber : SPH KBI Palembang
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Inflasi Kota Palembang
Di kedua pasar tersebut, harga daging sapi mengalami perlambatan kenaikan, bahkan sedikit menurun pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2008 setelah sebelumnya mempunyai tendensi peningkatan pada akhir triwulan III 2008. Grafik 2.15 Pergerakan Harga Daging Sapi di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/kg) Pasar Cinde
Pasar Lemabang 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 -
70,000 60,000 50,000 40,000 30,000
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des
20,000 10,000
2007
Des
Okt
Nov
Sept
Jul
Agust
Mei
Jun
Apr
Mar
Jan
Feb
Des
-
2007
2008
2008 Sumber : SPH KBI Palembang
Sumber : SPH KBI Palembang
Grafik 2.16 Pergerakan Harga Emas di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/Gram)
Pasar Cinde
Pasar Lemabang 250,000
250,000
200,000
200,000
150,000
150,000
100,000
100,000
50,000
50,000
2008
Sept Okt Nov Des
Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust
Des Jan 2007
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des
-
-
2007
2008
Sumber : SPH KBI Palembang Sumber : SPH KBI Palembang
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
53
Perkembangan Inflasi Kota Palembang
Hasil SPH juga menunjukkan sedikit peningkatan harga emas di pasar Cinde dan Lemabang pada bulan Desember 2008. Namun, pada periode triwulan IV 2008, pola pergerakan harga emas pada kedua pasar tersebut berbeda. Di pasar Cinde, harga emas sempat menurun drastis pada bulan Oktober 2008 setelah sebelumnya memperlihatkan tendensi kenaikan drastis pada bulan September 2008 sedangkan di pasar Lemabang, harga emas cenderung meningkat secara gradual pada triwulan IV 2008. Hasil SPH yang dilakukan oleh KBI Palembang secara independen di Kota Palembang menunjukkan pola pergerakan harga yang cukup konvergen dengan hasil survei inflasi yang dilakukan secara bulanan oleh BPS. Hal ini menunjukkan bahwa hasil SPH Kota Palembang dapat
dijadikan
sebagai salah satu
petunjuk
dalam
memperkirakan
perkembangan inflasi di kota Palembang. Grafik 2.17 Pergerakan Inflasi Bulanan dan Tingkat Harga Sesuai SPH di Kota Palembang (Sept 2007 – Sept 2008) 4
8 6
3 2
2
1
-
Persen
Persen
4
(2) Des
Nov
Okt
Sept
Agust
Jul
Jun
Mei
Apr
Mar
Feb
Jan
-1
Des
0
(4) (6)
2008
Inflasi BPS, Bulanan (Axis Kiri) Inflasi SPH, Bulanan (Axis Kanan)
Keterangan : Data dan informasi diolah dari BPS Propinsi Sumatera Selatan dan SPH Bank Indonesia Palembang
54
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Inflasi Kota Palembang
Suplemen 3
PROYEKSI INFLASI PALEMBANG TAHUN 2009
Secara umum, pada tahun 2009, tekanan inflasi dari sisi domestik diprediksi mengalami penurunan terkait dengan beberapa hal, yaitu: (1) adanya penurunan harga komoditas unggulan Sumatera Selatan sejak Oktober 2008 yang berpengaruh terhadap menurunnya pendapatan masyarakat, (2) adanya penurunan harga BBM domestik yang ditetapkan oleh pemerintah, (3) adanya ekspektasi apresiasi Rupiah yang berpotensi menurunkan biaya bahan baku impor. Di sisi lain, kegiatan-kegiatan politik yang terkait dengan Pemilu legislatif dan Pemilihan Capres/Cawapres pada tahun 2009 dapat memicu kenaikan harga. Namun, hal ini diperkirakan tidak terlalu signifikan dalam mempengaruhi inflasi. Dalam memperkirakan inflasi Kota Palembang tahun 2009, dilakukan pertimbangan melalui isu kualitatif dan metode kuantitatif. Adanya perubahan tahun dasar pembentukan Indeks Harga Konsumen (IHK) menjadi 2007=100 dari yang semula 2002=100 dapat menyebabkan nilai inflasi tahunan yang tidak konsisten. Sejak bulan Juni tahun 2008, BPS tidak lagi menyediakan data IHK dengan tahun dasar 2002. Padahal, proyeksi dengan metode ekonometrik mengharuskan adanya jumlah observasi yang cukup panjang. Untuk itu, dilakukan penyesuaian IHK seperlunya sebelum dilakukan proses estimasi. Proyeksi IHK dan Inflasi Palembang 2009 menggunakan sampel 2002:1 sampai dengan 2008:4 melalui basis atheoretical ARIMA dengan 4 penyesuaian data yang berbeda, yaitu: • Model 1: Dengan data IHK yang menggunakan SBH 2002, dilakukan penyesuaian IHK mulai 2008:2 dengan menggunakan angka inflasi yoy berdasarkan SBH 2007. Proyeksi mengacu pada perubahan qtq keluaran baseline IHK. • Model 2: Dengan data IHK yang menggunakan SBH 2002, dilakukan penyesuaian IHK mulai 2008:2 dengan menggunakan angka inflasi yoy berdasarkan SBH 2007. Proyeksi mengacu pada keluaran baseline IHK. • Model 3: Dengan data IHK yang menggunakan SBH 2002. Proyeksi mengacu pada perubahan qtq keluaran baseline IHK, dengan penyesuaian angka yoy untuk proyeksi 2009:1 berdasarkan angka estimasi multiplier yoy antara SBH 2002 dan SBH 2007. • Model 4: Dengan data IHK yang menggunakan SBH 2002. Proyeksi mengacu pada keluaran baseline IHK, dengan penyesuaian angka yoy untuk proyeksi 2009:1 berdasarkan angka estimasi multiplier yoy antara SBH 2002 dan SBH 2007. Hasil proyeksi setiap triwulan dapat dilihat pada grafik 1, grafik 2, dan grafik 3.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
55
Perkembangan Inflasi Kota Palembang
Grafik 1. Proyeksi IHK per Triwulan Tahun 2009 128.00
Harga komoditas sedikit naik, sektor riil stagnan, masih ada pengaruh BBM turun, kampanye parpol
126.00 124.00 122.00
putaran kedua kampanye capres/ cawapres, idul fitri
120.00 118.00 putaran pertama kampanye capres/ cawapres
116.00
capres/ cawapres sudah terpilih, mulai terdapat efek pernurunan BI rate sejak Tw 4 2008
114.00 112.00 110.00
Tw 4 - 08
Tw 1 - 09
Tw 2 - 09
Tw 3 - 09
Tw 4 - 09
model 1
115.92
117.80
120.29
123.10
125.20
model 2
115.92
117.89
120.41
122.72
124.65
model 3
115.92
118.56
122.91
125.18
125.62
model 4
115.92
118.74
122.92
124.59
125.90
Sumber: hasil estimasi berdasarkan data BPS
Grafik 2. Proyeksi Inflasi Tahunan (yoy) per Triwulan Tahun 2009 11.00
4.00
10.50
3.50
10.00
3.00
9.50 8.50
2.00
8.00
1.50
7.50
1.00
7.00
0.50
6.50 6.00
Tw I 09
Tw 2 09
Tw 3 09
Tw 4 09
9.54
7.91
6.76
8.01
model 2
9.62
7.94
6.32
model 3
10.10
9.09
7.66
10.24
9.10
7.15
model 1
model 4
Proyeksi Inflasi qtq
2.50
9.00
Sumber: Hasil Estimasi
56
Grafik 3. Proyeksi Inflasi Triwulanan (qtq) per Triwulan Tahun 2009
Tw I - 09
Tw 2 09
Tw 3 09
Tw 4 09
model 1
1.62
2.11
2.33
1.71
7.86
model 2
1.70
2.14
1.92
1.58
8.37
model 3
2.28
3.67
1.84
0.35
8.61
model 4
2.43
3.52
1.35
1.05
Sumber: Hasil Estimasi
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Inflasi Kota Palembang
Pada triwulan I 2009, diprediksi terjadi penurunan inflasi yoy dibandingkan triwulan sebelumnya, yang disebabkan oleh adanya penurunan konsumsi domestik karena menurunnya aktivitas sektor riil dan adanya pengaruh lanjutan dari penurunan harga BBM. Sehingga pada triwulan I 2009, Inflasi secara tahunan (yoy) diproyeksikan sebesar 9,88 ± 1%. Pada triwulan II 2009, diprediksi akan terjadi peningkatan inflasi triwulanan yang disebabkan oleh adanya kampanye capres/cawapres putaran pertama, namun terjadi penurunan inflasi secara tahunan karena tingginya inflasi pada triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Sehingga, inflasi tahunan pada periode tersebut diproyeksikan sebesar 8,51% ± 1%. Pada triwulan III 2009, inflasi secara triwulanan relatif tidak berubah dibandingkan sebelumnya. terjadi tekanan inflasi yang disebabkan oleh adanya kampanye Capres/Cawapres putaran kedua, dan adanya hari raya Idul Fitri pada minggu ketiga bulan September. Sehingga, inflasi tahunan pada periode tersebut diproyeksikan sebesar 6,97% ± 1%. Pada triwulan IV 2009, akan terdapat tekanan inflasi melalui tingginya realisasi pengeluaran pemerintah dan adanya hari raya Natal serta libur akhir tahun. Di sisi lain, efek riil adanya penurunan BI rate pada akhir tahun 2008 akan mulai muncul dan menurunkan proteksi terhadap inflasi. Pada akhir tahun 2009, inflasi diproyeksikan sebesar 8,21% ± 1%.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
57
Perkembangan Inflasi Kota Palembang
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
58
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
3 3.1. Kondisi Umum
Kinerja perbankan di Propinsi Sumatera Selatan secara tahunan (yoy) pada triwulan IV 2008 (November 2008) dilihat dari beberapa indikator (total aset, penghimpunan dana dan penyaluran kredit/pembiayaan yang diberikan) masih menunjukkan perkembangan positif. Total aset perbankan Sumatera Selatan meningkat sebesar 12,82% dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya (yoy), yaitu dari Rp32,89 triliun menjadi Rp37,11 triliun. Peningkatan aset perbankan terutama disebabkan meningkatnya jumlah penghimpunan dana dan laba yang diperoleh perbankan. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga
Grafik 3.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Propinsi Sumatera Selatan
(DPK) yang terdiri dari simpanan deposito, tabungan, dan giro meningkat sebesar 19,46%
dari
Rp24,14
triliun
40.00
pada
35.00
triwulan yang sama tahun sebelumnya
deposito sebesar 38,91% dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Penyaluran
kredit/
pembiayaan
Rp Triliun
disumbang oleh peningkatan simpanan
25.00 20.00
24.14
21.97
10.00 5.00 -
2007
Rp21,97
21.97
28.84
15.00
triliun pada triwulan yang sama pada menjadi
24.77
37.11
17.22
16.58
Tw IV
sebelumnya
23.20
26.54
20.41
mengalami peningkatan dari Rp16,58 tahun
31.04
30.00
menjadi Rp28,84 triliun. Peningkatan DPK pada triwulan IV 2008 tersebut terutama
35.64
33.87
32.89
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2008
Aset
DPK
Kredit
triliun atau meningkat sebesar 32,51%. Penyaluran Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) secara tahunan (yoy) tercatat mengalami peningkatan sebesar Rp4,23 triliun atau sebesar 36,55% dari Rp10,61 triliun menjadi sebesar Rp14,84 triliun. Sementara itu, secara triwulanan (qtq), realisasi kredit MKM mengalami peningkatan sebesar Rp0,19 triliun atau sebesar 1,32%
Perkembangan Perbankan Daerah
Secara triwulanan ((qtq), peningkatan
yang
kredit/pembiayaan.
cukup kup Total
kinerja
baik aset
dilihat
meningkat
perbankan Sumatera dari
beberapa
sebesar
Selatan
indikator
4,13%
mengalami
kecuali
dibandingkan
pada
triwulan
sebelumnya. Jumlah DPK meningkat sebesar 8,66% dibandingkan triwulan sebelumnya. Dilihat dari pangsanya, peningkatan total ase aset perbankan terutama berasal dari peningkatan kinerja bank peme pemerintah, dimana total aset bank pemerintah emerintah secara triwulanan wulanan meningkat sebesar 5,56%,, dan penghimpunan DPK bank Pemerintah yang secara triwulanan wulanan meningkat sebesar 12,52%. Tidak seperti total aset dan DPK, DPK penyaluran kredit perbankan Sumatera Selatan hanya meningkat sebesar 0,02% dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan DPK tersebut dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu: (1) adanya krisis global yang membuat investor cenderung menghinda menghindari ri resiko, (2) adanya peningkatan suku bunga simpanan, dan (3) adanya peningkatan jaminan simpanan dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sampai dengan Rp2 Milyar. Perilaku investor yang sangat khawatir dan menghindari resiko investasi menyebabkan terjadi pemindahan DPK ke bank pemerintah, yang diyakini lebih terjamin dan berisiko lebih rendah. Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di wilayah Sumatera Selatan pada triwulan IV 2008 tercatat sebesar 76,17% 76,17%, menurun dari LDR pada triwulan sebelumnya yang sempat mencapai 82,76%,, namun secara triwulanan meningkat dibanding tahun sebelumnya sebesar 69,77% %. Selain itu, rasio Non-Performing Loan (NPL) menunjukkan sedikit peningkatan dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari sebesar 1,77 77% menjadi 1,85%, namun meningkat dibandingkan tahun sebel sebelumnya umnya yang tercatat sebesar 1,73%. 1,73 3.2. Kelembagaan Jumlah bank yang beroperasi di Propinsi Sumatera
Selatan
sampai
dengan
Grafik 3.2 Jumlah Kantor Bank dan ATM di Propinsi Sumatera Selatan
triwulan IV 2008 berjumlah 52 Bank 468
dengan jumlah kantor bank sebanyak 441 kantor yang terdiri dari 4 Kantor
283
Wilayah Bank Umum Konvensional, 1
52
Kantor Pusat Bank Pemerintah ah Daerah, 18 Kantor Pusat BPR/S, 56 Kantor Cabang 60
JML
23
KP / KWL
69
KC
66
KCP
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
KK
ATM
Perkembangan Perbankan Daerah
Bank Umum Konvensional, 7 Kantor Cabang Bank Umum Syariah dan 4 Kantor Cabang BPR/S, 237 Kantor Cabang Pembantu Bank Umum Konvensional, 21 Kantor Cabang Pembantu antu Bank Umum Syariah, serta 66 Kantor Kas Bank Umum dan BPR. Jumlah Anjungan Tunai Mandiri (ATM) tercatat sebanyak 468 unit.
3.3. Penghimpunan Dana Pihak Ket Ketiga (DPK) 3.3.1 Penghimpunan DPK peningkatan. Simpanan giro tercatat sedikit DPK secara tahunan (yoy)) mengalami peningkat meningkat dari Rp4,76 6 triliun menjadi sebesar Rp5,14 triliun atau terjadi peningkatan p sebesar 8,00%. Simpanan nan deposito meningkat dari Rp9,20 triliun menjadi Rp12,78 Rp triliun atau meningkat sebesar 38,91 38,91%. Simpanan n tabungan meningkat dari Rp10,18 triliun menjadi Rp10,92 triliun atau meningkat sebesar 7,23%. Secara ecara triwulanan (qtq), penghimp penghimpunan unan DPK mengalami peningkatan kecuali untuk tabungan. Jumlah umlah giro men menurun sebesar 3,31% dibandingkan triwulan sebelumnya. Jumlah tabungan menurun sebesar 2,12 % dibandingkan triwulan sebelumnya, dan jumlah simpanan berjangka mengalami peningkatan 26,91% dibandingkan triwulan sebelumnya.
Grafik 3.3 Pertumbuhan DPK Perbankan di Propinsi Sumatera Selatan
Grafik 3.4 Komposisi DPK Perbankan Triwulan IV 2008 di Propinsi Sumatera Selatan
14.00
Rp Triliun
12.00 10.00
12.78 10.18 9.20
10.17
4.76
4.49
10.92
8.57
8.54
8.00 6.00
11.16 10.07
11.05
44.33% 5.31
5.15
17.81%
5.14
4.00
37.86%
2.00 Tw IV
Tw I
2007
Giro
Tw II
Tw III
Tw IV
2008
Tabungan
Deposito
Giro
Tabungan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Deposito
61
Perkembangan Perbankan Daerah
Berdasarkan pangsa masing-masing simpanan terhadap total DPK yang berhasil dihimpun, simpanan deposito mempunyai pangsa terbesar yaitu sebesar 44,33 % diikuti oleh tabungan sebesar 37,86 % dan simpanan giro sebesar 17,81 %. Sejak tahun sebelumnya, komposisi DPK selalu didominasi oleh tabungan. 3.3.2. Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota Saat ini sistem pelaporan bank yang dikelola Bank Indonesia Palembang masih mengelompokkan daerah berdasarkan 11 kabupaten/kota. Berdasarkan laju pertumbuhan secara tahunan (yoy). Laju pertumbuhan penghimpunan DPK Musi Rawas tercatat mengalami pertumbuhan paling tinggi yakni sebesar 727,12 % dari sebesar Rp3,61 miliar menjadi Rp29,82 miliar. Penghimpunan DPK di Kota Palembang sebagai Ibukota propinsi Sumatera Selatan tercatat tumbuh sebesar 16,58% dari sebesar Rp17,11 triliun menjadi sebesar Rp19,95 triliun. Kabupaten yang tercatat mengalami peningkatan DPK secara tahunan yang terendah adalah Kabupaten Musi Banyuasin dengan peningkatan sebesar 4,51%. Tabel 3.1 Pertumbuhan DPK Perbankan Propinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Juta) 2007
2008
Prabumulih
Tw IV 959,248
Tw I 906,349
Tw II 970,880
Tw III 1,007,161
1,026,505
Pagar Alam
329,253
305,480
366,532
410,353
401,972
1,143,114
1,241,037
1,391,816
1,377,708
1,319,165
602,944
673,660
741,031
773,940
746,281
17,108,535
16,485,719
17,262,656
18,607,803
19,945,556
Ogan Komering Ulu
471,945
488,806
478,699
504,927
493,274
Ogan Komering Ilir
633,587
777,485
892,291
739,407
865,711
Musi banyuasin
846,279
751,344
1,052,942
945,175
884,447
3,606
4,181
9,606
60,818
29,823
1,469,022
981,977
979,473
1,427,797
2,435,346
574,938
581,692
621,094
686,748
692,248
Lubuklinggau Baturaja Palembang
Musi Rawas Lematang Ilir Ogan Tengah Lahat
Tw IV
Berbeda dengan pertumbuhan tahunan, kabupaten Musi Rawas yang mencatat pertumbuhan tahunan tertinggi justru mengalami penurunan penghimpunan DPK cukup signifikan dari Rp60,82 miliar menjadi Rp29,82 miliar atau menurun sebesar 50,96%. DPK Kota Palembang mengalami peningkatan dari Rp18,61 triliun atau meningkat sebesar 62
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Perbankan Daerah
7,19%. Wilayah yang mencatat peningkatan dalam menghimpun DPK paling tinggi adalah Kabupaten Lematang Ilir Ogan Tengah yang tercatat mengalami peningkatan dari Rp1,24 triliun menjadi Rp2,44 triliun atau meningkat sebesar 97,03%. Berdasarkan pangsa, DPK Kota Palembang tercatat sebagai daerah dengan pangsa DPK terbesar yakni sebesar 69,16% dari total DPK Sumatera Selatan, kemudian daerah yang mempunyai pangsa paling kecil adalah kabupaten Musi Rawas dengan pangsa sebesar 0,1%. 3.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan 3.4.1. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Secara Sektoral Laju pertumbuhan kredit/pembiayaan perbankan tercatat mengalami peningkatan sebesar 32,51% dari tahun sebelumnya. Meningkatnya penyaluran kredit/pembiayaan dari Rp16,58 triliun menjadi Rp21,97 triliun ini antara lain terkait dengan peningkatan kredit di sektor pertambangan dan sektor pertanian dengan pertumbuhan tahunan masing-masing sebesar 1066,94% dan 43,36%. Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Sektoral Propinsi Sumatera Selatan (Rp Triliun)
Pertanian
2007 Tw IV 2.04
Tw I 2.13
Tw II 2.59
2008 Tw III 2.84
Tw IV 2.93
Pertambangan
0.03
0.04
0.29
0.27
0.34
Perindustrian
2.48
2.36
3.07
3.06
2.72
Perdagangan
3.69
3.77
4.42
4.90
4.92
LGA
0.42
0.39
0.38
0.37
0.45
Konstruksi
1.19
1.18
1.42
1.57
1.56
Pengangkutan
0.25
0.25
0.27
0.26
0.27
Jasa Dunia Usaha
0.99
1.01
1.18
1.30
1.22
Jasa Sosial
0.22
0.23
0.27
0.23
0.22
Lain-lain
5.26
5.86
6.52
7.16
7.36
Total Kredit
16.58
17.22
20.41
21.97
21.97
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
63
Perkembangan Perbankan Daerah
Kredit pada sektor lain lain-lain mengalami alami 39,81% sebelumnya.
peningkatan
sebesar
dibandingkan
tahun
Kredit
pada
Grafik 3.5 Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
sektor
1.53%
13.33% 33.49%
perdagangan mengalami peningkatan
12.36%
sebesar 33,10% dibandingkan tahun 22.38%
sebelumnya. Pertumbuhan kredit yang
7.09%
cukup baik juga dialami oleh sektor
1.00%
dunia usaha, sektor konstruksi konstruksi, dan
5.56% 1.21%
sektor perindustrian masing ing-masing sebesar
23,70%,
30,64% %,
dan
Pertanian
2.05%
Pertambangan
Perindustrian
Perdagangan
Listrik, Gas dan Air
Konstruksi
9,49%.. Pada triwulan IV tahun 2008
Pengangkutan
Jasa Dunia Usaha
ini, tidak terdapat satu sektor ekonomi
Jasa Sosial Masyarakat
Lain-lain
pun
yang
mengalami
penurunan
jumlah kredit secara tahunan. Menurut komposisinya, selain sektor lain lain-lain, lain, penyaluran kredit didominasi pada sektor perdagangan, erdagangan, yaitu sebesar 22,38 22,38% dan disusul oleh penyaluran kredit pada sektor pertanian dan sektor perindustrian ma masing-masing sebesar 13,33% dan 12,36%. 12,36 Kemudian, pada urutan berikutnya adalah penyaluran kredit pada sektor konstruksi dan sektor jasa dunia usaha saha masing masing-masing sebesar 7,09% dan 5,56%.. Sektor listrik, gas dan air, sektor pengangkutan, sektor pertambangan dan sektor jasa sosial masyarakat mempunyai pangsa yang kecil, yyakni masing-masing sebesar 2,05%, 1,21%,, 1,53%, 1,53 dan 1,00%. 3.4.2. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Seluruh penyaluran kredit/pembiayaan menurut penggunaan mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya ((yoy). ). Kredit investasi tercatat mengalami peningkatan paling ling tinggi yakni sebesar 47,78% menjadi sebesar Rp4,83 Rp4, triliun. Kredit modal kerja mencatat catat pertumbuhan sebesar 21,56%, sedangkan kredit redit konsumsi tercatat tumbuh sebesar 39,78 39,78%. Secara triwulanan (qtq qtq), ), penyaluran kredit/pembiayaan untuk modal kerja tercatat mengalami engalami penurunan sebesar 4,42% setelah pada triwulan sebelumnya mencatat peningkatan an tertinggi yakni sebesar 20,10%. Kredit investasi nvestasi mencatat peningkatan 64
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Perbankan Daerah
tertinggi, yakni sebesar 5,60 5,60%, kemudian disusul oleh kredit investasi yang mengalami peningkatan sebesar 2,80%. Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan 12.00
Rp Triliun
10.24
9.59
10.00 8.05
8.00
7.72 5.86
5.26
6.00
3.27
4.00
3.64
9.79 7.15
6.52
4.57
4.30
Grafik 3.7 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan Triwulan T IV 2008
7.35
33.47%
44.56%
4.83
21.96%
2.00 Tw IV
Tw I
Tw II
2007
Modal kerja
Tw III 2008
Investasi
Tw IV
Modal kerja
Investasi
Konsumsi
Konsumsi
Dari segi komposisi, penyaluran kredit berdasarkan penggunaan pada triwulan IV 2008 ini masih didominasi oleh kredit m modal kerja, yakni sebesar 47,31%,, kemudian diikuti kredit it konsumsi yakni sebesar 31,95 31,95%, dan kredit investasi asi dengan pangsa sebesar 20,74%. 3.4.3. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten Menurut daerah penyaluran kredit, wilayah Lematang Ilir Logan Tengah dan wilayah Lahat tercatat mengalami peningkatan penyaluran kredit/pembiayaan secara tahunan ((yoy) yang signifikan yakni masing-masing masing sebesar 88,10% dan 83,38%. Wilayah ilayah yang mengalami pertumbuhan penyaluran kredit/pembiayaan yang paling rendah adalah Kota Palembang dengan pertumbuhan sebesar 24,53%.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
65
Perkembangan Perbankan Daerah
Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan Propinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Juta) 2007
2008
Tw IV 677,125
Tw I 661,416
Tw II 856,965
Tw III 869,557
Tw IV
Prabumulih Pagar Alam
148,918
160,856
216,527
249,659
267,813
Lubuklinggau
466,554
474,199
582,124
659,163
680,947
Baturaja
223,067
209,347
353,318
375,782
375,314
10,397,330
10,601,396
12,321,469
13,188,073
12,947,657
Ogan Komering Ulu
860,923
883,257
1,038,884
1,144,495
1,155,366
Ogan Komering Ilir
843,993
899,331
1,071,326
1,218,853
1,269,910
1,429,902
1,504,852
1,720,060
1,818,250
1,781,536
Musi Rawas
383,468
400,277
608,707
598,916
612,925
Lematang Ilir Ogan Tengah
707,656
928,589
1,069,057
1,203,594
1,331,093
Lahat
357,603
433,798
544,211
638,464
655,777
82,793
62,809
26,388
374
317
Palembang
Musi banyuasin
lainnya
890,409
Secara triwulanan (qtq), ), penyaluran kredit/pembiayaan di wilayah Lematang Ilir Ogan Tengah tercatat mengalami peningkatan tertinggi yakni sebesar 10,59%,, dan disusul oleh penyaluran kredit/pembiayaan di wilayah pagar alam yang mengalami pertumbuhan sebesar 7,27%.. Wilayah Musi Banyuasin tercatat mengalami penurunan penyaluran kredit sebesar 2,02%.. Penyebaran kredit/pembiayaan berdasarkan wilayah di Propinsi Sumatera Selatan didominasi oleh kota Palembang dengan pangsa kredit sebesar 58,94% %. Grafik 3.8 Komposisi Penyaluran Kredi Kredit Perbankan an Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008 Berdasarkan Wilayah 0.00% 2.99% 2.79% 6.06%
4.05%
1.22% 3.10%
8.11% 5.78%
5.26%
66
58.94%
1.71%
Prabumulih Pagar Alam Lubuklinggau Baturaja Palembang Ogan Komering Ulu Ogan Komering Ilir Musi banyuasin Musi Rawas Lematang Ilir Ogan Tengah Lahat lainnya
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Perbankan Daerah
3.4.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Realisasi kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) secara tahunan ((yoy yoy) tercatat mengalami peningkatan sebesar Rp4,23 triliun atau sebesar 36,55% dari Rp10,61 Rp10, triliun menjadi sebesar Rp14,84 triliun. Berdasarkan penggunaan, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh kredit konsumsi sebesar 39,00%.. Kemudian diikuti oleh kredit modal kerja dan kredit investasi masing-masing masing sebesar 34,79% dan 31,95%. Sementara itu, secara triwulanan ((qtq), realisasi kredit MKM mengalami peningkatan sebesar Rp0,18 triliun atau sebesar 1,32% dibanding triwulan sebelumnya. Pertumbuhan tersebut didominasi oleh pertumbu pertumbuhan kredit konsumsi sebesar 2,29%. 2,29 Menurut penggunaan, kredit yang diberikan banyak digunakan untuk konsumsi dan modal kerja. Kredit konsumsi tercatat sebesar Rp Rp7,24 triliun atau dengan pangsa sebesar 50,00%.. Kredit Modal Kerja tercatat sebesar Rp5, Rp5,71 1 triliun atau dengan pangsa sebesar 39,43%.
Rp Triliun
Grafik 3.9 Penyaluran Kredit UMKM Perbankan Propinsi Sumatera Selatan Menurut Penggunaan
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
5.21
5.82
6.47
7.08
7.24
1.16
1.20
1.39
1.54
1.53
4.24
4.31
5.08
5.67
5.71
Tw IV
Tw I
Tw II
2007
Tw III
Tw IV
2008 Modal kerja
Investasi
Konsumsi
Berdasarkan plafon kredit, realisasi penyaluran kredit kecil mencatat pertumbuhan tertinggi baik secara tahunan maupun triwulanan. Secara tahunan (yoy), ), perkembangan realisasi penyaluran kredit mikro (plafon sd. Rp50 juta) juta),, kecil (plafon Rp51 juta s.d. Rp500 juta), dan menengah (Rp501 juta s.d. Rp5 miliar) masing masing-masing masing tercatat sebesar 24,75%, 58,94%, dan 28,93%. Secara ecara triwulanan (qtq), perkembangan rea realisasi lisasi penyaluran kredit Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
67
Perkembangan Perbankan Daerah
mikro menurun sebesar 0,60%, sedangkan kredit kecil dan kredit menengah masingmasing meningkat sebesar 4,32% dan 0,13%. Grafik 3.10 Penyaluran Kredit UMKM Menurut Plafond Kredit 6.00 5.00 4.00 3.00
4.47
4.13
3.60 3.26
3.27 3.21
4.77 4.36 3.82
5.18 4.98 4.14
5.15 5.19 4.14
Tw III
Tw IV
2.00 1.00 Tw IV
Tw I
Tw II
2007
2008
Mikro
Kecil
Menengah
3.5. Perkembangan Suku Bunga Perbankan di Sumatera Selatan Suku bunga perbankan yang terdiri dari suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman pada triwulan IV 2008 tercatat mengalami pertumbuhan yang bertolak belakang. Suku bunga simpanan tercatat mengalami penurunan, sedangkan suku bunga kredit tercatat mengalami peningkatan. 3.5.1.
Perkembangan
Suku
Bunga
Simpanan Suku bunga simpanan yang terdiri dari
Grafik 3.11 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Perbankan Sumatera Selatan
suku bunga simpanan 1 bulan, 3 bulan, 6
25.00
bulan, 12 bulan, dan 24 bulan, secara
20.00
rata-rata
peningkatan
15.00
dibandingkan dengan periode yang sama
10.00
tahun
mengalami sebelumnya
mengalami
(yoy)
penurunan
namun
dibandingkan
12.91 8.18
7.83
7.65
5.00 Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
triwulan sebelumnya (qtq). 2007 1 Bln 12 Bln
68
9.18
3 Bln
2008 6 Bln
24 Bln
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Rata2
Tw IV
Perkembangan Perbankan Daerah
Rata-rata suku bunga simpanan tercatat sebesar 9,18%, menurun dibandingkan tingkat suku bunga simpanan pada triwulan sebelumnya (qtq) yang sebesar 12,91%. Namun, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) tercatat meningkat dari sebesar 8,18%. Walaupun mengalami tingkat penurunan suku bunga yang tertinggi dibandingkan dengan suku bunga simpanan lainnya, namun berdasarkan lamanya simpanan, suku bunga simpanan 1 bulan masih tercatat sebagai suku bunga paling tinggi yakni sebesar 10,08%. Suku bunga simpanan yang terendah dicatat oleh suku bunga simpanan 24 bulan, yakni sebesar 7,00%. Hal ini mencerminkan adanya ekspektasi penurunan suku bunga di masa depan. 3.5.2. Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Perkembangan tingkat suku bunga pinjaman yang terdiri dari suku bunga kredit modal kerja, kredit investasi, maupun konsumsi, secara rata-rata mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) maupun dibandingkan triwulan sebelumnya (qtq). Rata-rata pinjaman
tingkat
tercatat
suku
sebesar
bunga
15,85%,
meningkat apabila dibandingkan dengan tingkat
suku
bunga
pinjaman
Grafik 3.12 Perkembangan Suku Bunga Kredit Perbankan Sumatera Selatan
pada
triwulan sebelumnya (qtq) yang sebesar dengan tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar 15,81%. Berdasarkan penggunaan, suku bunga kredit yang tertinggi
dan
mencatat
peningkatan
Persen
14,96% maupun apabila dibandingkan
19.00 18.00 17.00 16.00 15.00 14.00 13.00 12.00 11.00 10.00
15.81
tertinggi pada triwulan IV 2008 adalah
Tw IV
suku bunga kredit modal kerja, yaitu
2007
sebesar 17,18%. Kredit investasi tercatat sebagai
kredit
dengan
suku
bunga
15.56
15.40
Tw I
Tw II
Tw III
15.85 14.96
Tw IV
2008
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
Rata2
terendah, yaitu 14,45%.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
69
Perkembangan Perbankan Daerah
3.5.3. Perkembangan Spread Suku Bunga Spread suku bunga perbankan, yaitu
Grafik 3.13
selisih antara suku bunga kredit dan suku
Perkembangan Spread Suku Bunga Perbankan Sumatera Selatan
bunga
simpanan
perbankan
tercatat
mengalami peningkatan signifikan pada 7.63
triwulan IV 2008 menjadi 6,67% setelah
7.91
7.58
6.67
pada triwulan sebelumnya mengalami penurunan drastis dari 7,91% menjadi 2.05
2,05%. Hal ini mencerminkan keadaan perbankan yang kembali normal pada triwulan
IV
2008
setelah
sempat
mengalami mengalami sedikit gejolak pada triwulan III akibat krisis finansial global. 3.6. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan Berdasarkan data LBU KBI Palembang, jumlah
Non-Performing
perbankan
Sumatera
Loan
(NPL)
selatan
pada
Grafik 3.14 Perkembangan NPL Perbankan Sumatera Selatan
sebesar
2.50%
Rp294,97 miliar, menurun sebesar 0,31%
2.00%
triwulan
IV
2008
adalah
(qtq) namun meningkat sebesar 22,24% (yoy).
NPL
gross
(belum
memperhitungkan PPAP) pada triwulan IV 2008 (November 2008) tercatat sebesar 1,85% dari total kredit yang disalurkan, sementara pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar 1,77%. Sementara itu, NPL net sudah memperhitungkan PPAP)
0.40 0.35 0.30 0.25 0.20 0.15 0.10 0.05 0.00
1.50% 1.00% 0.50% 0.00% Tw IV 2007
Tw I
Tw II
Tw III
2008 NPL nominal (axis kanan) Persentase NPL gross Persentase NPL net
tercatat sebesar 0,75 % dari total kredit meningkat dari NPL Net pada triwulan yang lalu tercatat sebesar 0,40 %.
70
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Tw IV
Perkembangan Perbankan Daerah
Dilihat dari sektor ekonominya, persentase NPL gross terbesar masih bersumber
dari
sektor
perdagangan,
hotel dan restoran yakni sebesar 29,51%, meskipun
menurun
dari
Grafik 3.15 Komposisi NPL menurut Sektor Ekonomi 0.55% 4.74%
18.90%
16.47%
triwulan
0.01% 5.55% 0.00% 20.92%
sebelumnya yang mencapai 31,94 %.
29.51%
Sektor konstruksi tercatat menyumbang NPL sebesar 20,92%, Sektor ektor lain lain-lain tercatat
menyumbang
NPL
sebesar
3.34% Pertanian Industri Konstruksi Angkutan Jasa Sosial
18,90%,, sedangkan sektor pertanian yang juga merupakan salah satu sektor unggulan
Sumatera
menyumbang
NPL
meningkat
Selatan sebesar
dibandingkan
tercatat
Pertambangan Listrik Perdagangan Jasa Umum Lain-lain lain
16,47%, triwulan
sebelumnya yang sebesar 15,05 15,05%. 3.7. Kelonggaran Tarik Dari
LBU
KBI
Palembang
diperoleh
Grafik 3.16 Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Sumatera Selatan
informasi bahwa undisbursement loan (kredit yang belum direalisasikan oleh
3.00
debitur) pada triwulan IV 2008 tercatat
2.80
sebesar Rp2,85 triliun atau 17,85% dari
2.60
plafon
kredit
perbankan,
yang
disetujui
meningkat
oleh
2.40 2.20
dibandingkan
2.00
dengan tahun sebelumnya yang tercatat
1.80
sebesar Rp2,04 triliun atau 15,53%, maupun dibandingkan dengan triwulan
19.00% 18.00% 17.00% 16.00% 15.00% 14.00% 13.00% 12.00% Tw IV 2007
Tw I
Tw II
Tw III Tw IV
2008
sebelumnya yang tercatat sebesar Rp2,42
Nominal Kelonggaran Tarik
triliun atau 14,46%. Hal ini terutama
Persentase Kelongaran Tarik
disebabkan
oleh
suku
bunga
meningkat
dan
adanya
yang
ekspektasi
penurunan suku bunga di masa depan.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
71
Perkembangan Perbankan Daerah
3.8. Risiko Likuiditas Risiko likuiditas bank umum di Propinsi
Grafik 3.17 Perkembangan Resiko Likuiditas Perbankan Sumatera Selatan
Sumatera Selatan pada triwulan IV 2008 tergolong sangat likuid dengan besaran angka rasio likuiditas sebesar 113,52%. 45
Namun demikian, rasio tersebut tercatat
40
menurun baik dibandingkan dengan rasio tahun
sebelumnya
maupun
triwulan sebelumnya yang masing-masing tercatat sebesar 179,90% dan 128,19%. Jumlah aktiva likuid < 1 bulan tercatat sebesar Rp34,89 triliun atau menurun sebesar 16,15% dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp41,61 triliun. Di sisi lain, jumlah pasiva likuid < 1 bulan tercatat sebesar Rp30,74 triliun atau
Rp Triliun
likuiditas
35
41.61 179.90%
189.27% 39.22
200%
40.34 169.26% 29.52
30
20
23.13
21.31 23.17
180% 160% 140%
30.74
120%
113.52%
100%
128.19%
25
34.89
80%
23.02
15
60%
10
40%
5
20% 0%
0 Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Aktiva Likuid < 1 bulan Pasiva Likuid < 1 bulan Rasio Likuiditas
meningkat sebesar 32,90% dari tahun sebelumnya
yang
tercatat
sebesar
Rp23,13 triliun. 3.9. Perkembangan Bank Umum Syariah Perkembangan bank umum Syariah menunjukkan kinerja yang menggembirakan dilihat dari indikator aset, penghimpunan DPK maupun penyaluran pembiayaan. Pada triwulan IV 2008 (hingga November 2008) total aset tercatat sebesar Rp1.089,66 miliar, meningkat sebesar 35,47% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar Rp804,34 miliar atau secara triwulanan meningkat sebesar 5,43% dibandingkan posisi triwulan sebelumnya (qtq) yang tercatat sebesar Rp1.033,51 miliar. Penghimpunan DPK tercatat sebesar Rp613,50 miliar, meningkat 18,12% dibanding triwulan IV 2007 (yoy) yang sebesar Rp519,39 miliar atau meningkat sebesar 3,45% dibandingkan triwulan sebelumnya (qtq) yang tercatat sebesar Rp593,06 miliar. Dana investasi tidak terikat mendominasi pangsa penghimpunan DPK yakni sebesar 90,04% atau sebesar Rp552,41 miliar yang terdiri dari komponen tabungan mudharabah sebesar Rp314,13 miliar dengan
72
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Perbankan Daerah
pangsa sebesar 51,20% dari total DPK dan deposito mudharabah sebesar Rp238,28 miliar atau dengan pangsa sebesar 38,84%. Sejalan dengan peningkatan aset dan penghimpunan DPK, penyaluran pembiayaan secara tahunan (yoy) juga mengalami peningkatan yang tinggi yakni sebesar 50,45% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau hanya meningkat tipis sebesar 1,77% dibandingkan posisi triwulan sebelumnya (qtq). Dari total penyaluran pembiayaan yang mencapai Rp964,60 miliar, pangsa terbesar dicapai oleh piutang murabahah sebesar 61,17% atau sebesar Rp590,09 miliar, diikuti oleh pembiayaan mudharabah sebesar Rp264,48 miliar dengan pangsa 27,42% dan pembiayaan musyarakah sebesar Rp71,91 miliar dengan pangsa 7,45%. Sementara itu, piutang qardh dan piutang istishna pangsanya masih relatif kecil yakni masing-masing sebesar 3,49% dan 0,47%. Pertumbuhan penyaluran pembiayaan yang lebih besar dibanding pertumbuhan penghimpunan DPK menyebabkan angka Finance to Deposit Ratio (FDR) meningkat dari sebesar 127,83% pada triwulan sebelumnya menjadi 157,23%. Tabel 3.4 Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Selatan (Rp Juta) 2007 2008 INDIKATOR Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV* Total Aset 804,344 842,396 915,243 1,033,505 1089,660 Dana Pihak Ketiga 519,390 536,641 553,707 593,064 613,504 1. Simpanan Wadiah 48,678 54,798 54,640 57,580 61,097 - Giro Wadiah 44,131 49,697 50,329 48,754 44,564 - Tabungan Wadiah 4,547 5,101 4,311 8,826 16,533 2. Dana Investasi tidak terikat 470,712 481,843 499,067 535,484 552,407 - Tabungan Mudharabah 260,706 271,919 314,323 320,200 314,131 - Deposito Mudharabah 210,006 209,924 184,744 215,284 238,276 Komposisi Pembiayaan 641,126 737,437 838,681 947,832 964,599 - Piutang Murabahah 367,477 411,351 477,313 567,266 590,088 - Piutang Istishna 6,563 6,544 6,285 4,619 4,490 - Piutang Qardh 17,618 28,717 26,143 32,108 33,640 - Pembiayaan Mudharabah 219,873 253,071 268,576 274,888 264,475 - Pembiayaan Musyarakah 29,595 37,754 60,364 68,951 71,906 *) Data s.d November 2008
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
73
Perkembangan Perbankan Daerah
Suplemen 4
RINGKASAN PENELITIAN PERATURAN DAERAH DAN PERATURAN PUSAT DALAM RANGKA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) UNGGULAN DAERAH PROPINSI SUMATERA SELATAN
Bank Indonesia Palembang bekerjasama dengan Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya pada Desember 2008 telah menyelesaikan satu penelitian yang berjudul Kajian Identifikasi Peraturan Daerah dan Peraturan Pusat Dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Unggulan Daerah di Provinsi Sumatera Selatan. Tujuan dari penelitian tersebut adalah mengidentifikasi peraturan pemerintah pusat dan daerah yang dinilai kurang mendukung pengembangan UMKM yang terkait dengan komoditi unggulan di Sumatera Selatan. Berbagai kalangan menilai bahwa pengembangan UMKM menghadapi berbagai kendala dalam hal pendirian dan pengembangan usaha, antara lain perizinan, retribusi, dan kesulitan akses kredit/pembiayaan ke lembaga keuangan. Total sampel penelitian yang diwawancarai dan mengisi kuesioner sebanyak 254 responden dengan penentuan responden secara judgemental sampling. Distribusi responden per wilayah survei terdiri dari 10 kabupaten/kota: Banyuasin dan Musi Banyuasin sebanyak 45 responden, Muara Enim dan Prabumulih sebanyak 41 responden, Lahat dan Pagar Alam sebanyak 41 responden, Ogan Komering Ilir dan Ogan Ilir sebanyak 43 responden, Ogan Komering Ulu Timur sebanyak 41 responden, dan Kota Palembang sebanyak 43 responden. Metode pengumpulan data melalui: (i) pengisian kuesioner dan (ii) focus group discussion (FGD). Pengumpulan data difokuskan pada komoditas-komoditas unggulan berskala UMKM di masing-masing kabupaten, sehingga dapat diidentifikasi kendalakendala yang dihadapi dalam pengembangan komoditas-komoditas tersebut. FGD dilakukan di 7 kota masing-masing: (i) Pangkalan Balai, (ii) Muara Enim, (iii) Kayu Agung, (iv) Lahat, (v) Palembang, (vi) Inderalaya, dan (vii) Martapura. Tabel. 1 Area Penelitian dan Masing-Masing Komoditi Unggulan No. Kabupaten/Kota Komoditas Unggulan 1 Banyuasin Kelapa Sawit 2 Musi Banyuasin Kelapa Sawit 3 Ogan Komering Ilir Sapi 4 Ogan Ilir Sapi 5 Lahat Kopi 6 Pagar Alam Kopi 7 Ogan Komering Ulu Timur Padi 8 Muara Enim Karet 9 Prabumulih Karet 10 Kota Palembang Ayam
74
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Perbankan Daerah
Data yang dihimpun oleh kuesioner kemudian diolah mellalui metode statistik dekriptif yang hasilnya kemudian dibawa ke FGD di Kabupaten/Kota. Penelitian tersebut menghasilkan beberapa kesimpulan yang berintikan kendala dan beberapa peraturan yang dinilai menghambat UMKM sebagai berikut: 1. Sertifikasi dan Labelisasi Benih/Bibit. Terdapat beberapa peraturan yang dinilai kurang mendukung antara lain: a. Perda Pemprov No. 4 tahun 2002 tentang Retribusi Jasa Pelayanan dan Pengawasan Mutu Barang. b. Perda No. 19 tahun 2004 tentang Retribusi, Registrasi usaha Prevenian, Sertifikasi dan Pengujian Benih Tanaman serta Penggunaan sarana proteksi tanah. c. Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No.36/Permentan/OT.140/2/2007 Tentang Perizinan Usaha Perkebunan. d. Permentan No.39/OT/140/8/2007 Tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Unggul. Perda dan Perpus ini dinilai tidak kondusif bagi UMKM dalam usaha penangkar benih karet, sawit, dan padi. Isu strategis dalam berusaha adalah mahalnya harga bijih/bibit sawit, adanya bejih/bibit illegal (palsu). 2. Sertifikasi Lahan. Keterbatasan dana bantuan sertifikasi lahan, birokrasi dalam pengurusan sertifikat, mahalnya biaya pengurusan sertifikat, dan lemahnya koordinasi lintas sektoral menyebabkan sebagian besar UMKM tidak bankable, karena terkendala agunan pinjaman. 3. Skim Kredit UMKM. Skim Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) belum tersosialisasi dengan baik kepada masyarakat dan UMKM. 4. Distribusi Pupuk. Sering terjadi kelangkaan pupuk pada saat musim tanam hal ini mengganggu hasil panen. Kelangkaan pupuk terjadi antara lain karena lemahnya fungsi perencanaan, koordinasi, dan pengawasan dalam mata rantai distribusi pupuk bersubsidi. 5. Perizinan Usaha. Untuk usaha mikro dan kecil umumnya tidak memerlukan izin usaha. Namun bagi UMKM yang mau akses ke perbankan umumnya memerlukan perizinan, seperti: SIUP, TDP, SITU, dan NPWP. Proses memperoleh perizinan usaha rumit, lama dan biayanya mahal. Rekomendasi A. Kepada Pemerintah Propinsi 1. Peraturan Pusat yang menyangkut sertifikasi benih dan pembibitan yang selanjutnya diatur dalam Perda Propinsi secara bertahap perlu dilimpahkan kepada Kabupaten/Kota, karena untuk lebih mendekatkan dan mempercepat pelayanan kepada masyarakat sesuai semangat otonomi daerah. 2. Dalam jangka pendek Pemerintah Propinsi perlu membuka kantor perwakilan administrasi di kabupaten yang mengurus dokumen sertifikasi dan labelisasi bibit karet serta program pelatihan SDM terkait sertifikasi benih/bibit. Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
75
Perkembangan Perbankan Daerah
3. Pemda perlu mengusulkan kepada Menteri Perdagangan dan Menteri Pertanian untuk
menerbitkan produk hukum yang mengharuskan perusahaan penghasil bijih sawit untuk memberikan layanan khusus pengadaan bijih sawit bagi UMKM. 4. Dalam distribusi pupuk bersubsidi perlu ditingkatkan fungsi perencanaan, koordinasi, pengawasan, dan penegakan hukum (law enforcement) agar kasus kelangkaan pupuk di daerah dapat diatasi. 5. Pemerintah Propinsi perlu memfasilitasi pengembangan bijih/benih/bibit unggul bersertifikat secara perwilayahan.
sentra
pengadaan
6. Pemerintah Propinsi perlu memperbanyak sentra penangkaran benih/bibit berlabel yang dikelola oleh kelompok tani. B. Kepada Pemerintah Kabupaten/Kota 1. Pemerintah Kabupaten/Kota perlu meningkatkan forum koordinasi lintas dinas, lintas sektoral dengan pemerintah propinsi dan pemerintah pusat dalam pembinaan dan pengembangan UMKM di daerahnya. 2. Pemerintah Kabupaten/Kota perlu meningkatkan alokasi dana bantuan sertifikasi tanah bagi UMKM dalam APBD tahunannya. 3. Pemerintah Kabupaten/Kota perlu meningkatkan kegiatan sosialisasi perda terkait UMKM baik melalui program temu wicara/pelatihan UMKM maupun informasi melalui media cetak dan elektronika. 4. Bagi Pemerintah Kabupaten yang belum memiliki LPKD (Lembaga Penjamin Kredit Daerah) perlu mempertimbangkan berdirinya lembaga seperti itu di daerahnya agar aksesibilitas UMKM kepada sektor perkreditan dapat ditingkatkan dalam rangka mendukung pengembangan UMKM di daerahnya. 5. Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota pembuatan Perda-Perda baru, yaitu:
perlu
mempertimbangkan
kemungkinan
a. Perda yang khusus mengatur Pembinaan dan Pengembangan usaha UMKM; b. Perda yang mengatur tentang fasilitasi dan insentif bagi perusahaan yang memproduksi benih/bijih/bibit berkualitas, termasuk pengadaan lahannya. c. Perda pengembangan usaha perkopian (perkebunan dan industri pengolahan skala UMKM) di Lahat dan Pagar Alam; d. Perda tentang Pengembangan Usaha Padi (usaha penangkaran benih lokal, harga gabah pada saat panen raya, dan pengadaan pupuk); e. Perda tentang Pengembangan Usaha Sapi di Ogan Komering Ilir dan Ogan Ilir (sebagai insentif bagi usaha pembiakan sapi); f.
Perda tentang Rumah Potong Hewan di Ogan Komering Ilir dan Ogan Ilir;
g. Perda tentang Pengembangan Usaha Ternak Ayam;
h. Perda yang menyangkut Penjaminan Kredit dari Pemkab/Pemkot bagi UMKM untuk akses kepada perbankan;
76
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Perbankan Daerah
i.
Perda Tentang Pendirian Pusat atau Balai Pembibitan di kabupaten/kota, untuk menghasilkan benih/bibit dan pelatihan sertifikasi bagi petani;
j.
Perda Tentang Pengaturan Pelayanan Perizinan Satu Atap;
k. Pendirian Badan Usaha Milik Daerah yang berfungsi menampung pembelian beras dan/atau kopi dan sawit pada saat panen raya; C. Kepada Pemerintah Pusat 1. Pemerintah Pusat perlu meningkatkan alokasi bantuan dana untuk Program sertifikasi lahan bagi UMKM, agar jumlah UMKM yang bankable meningkat. 2. Pemerintah Pusat perlu meningkatkan sosialisasi dan pemberian informasi mengenai Peraturan Pusat kepada UMKM. 3. Perum Bulog perlu meningkatkan pembelian beras pada musim panen raya. 4. Pemerintah Pusat perlu mempertimbangkan kemudahan impor biji benih sawit bersertifikat untuk UMKM. 5. Pemerintah Pusat perlu mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya mengatasi kelangkaan pupuk bersubsidi.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
77
Perkembangan Perbankan Daerah
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
78
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
4
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
4.1. Realisasi APBD Tahun 2008 Berdasarkan data yang diperoleh dari Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan, realisasi penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2008 mencapai 94,80%, sedangkan realisasi belanja pemerintah kurang dari 90%. Tabel 4.1 Perbandingan Realisasi APBD Sumsel Tahun 2008/2007 (Rp Miliar)
TA. 2007 Penerimaan
Anggaran
Realisasi
2,241.04
2,135.83
TA. 2008 %
Anggaran
Realisasi
%
95.31
2,617.01
2,480.91
94.80
PAD Dana Perimbangan Lain-lain
897.16
847.97
94.52
1,040.32
1,080.23
103.84
1,335.85
1,280.90
95.89
1,568.03
1,390.32
88.67
8.04
6.96
86.62
8.65
10.36
119.69
Belanja
2,557.66
2,328.23
91.03
2,718.47
2,253.92
82.91
296.60
192.40
64.87
101.46
101.05
99.59
-
-
-
328.04
Pembiayaan Surplus/Defisit
-
-
Sumber : Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan, diolah
Realisasi penerimaan APBD Sumatera Selatan tahun 2008 tersebut tidak begitu jauh berbeda dibandingkan dengan realisasi pada tahun sebelumnya yang mencapai 95,31%. Namun demikian, pencapaian penerimaan pada tahun ini secara nominal mengalami peningkatan sebesar 16,16% dibandingkan realisasi penerimaan APBD pada tahun 2007. Realisasi penerimaan dari komponen Dana Perimbangan tercatat sebesar Rp1.390,32 miliar atau menyumbang sebesar 56,04% dari total realisasi penerimaan. Komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) tercatat sebesar Rp1.080,23 miliar atau mencapai 43,54% dari total penerimaan, diikuti oleh realisasi lain-lain pendapatan yang sah sebesar Rp10,36 miliar dengan pangsa sebesar 0,42%.
Perkembangan Keuangan Daerah
Perbandingan antara PAD dengan Dana Perimbangan daerah Sumatera Selatan saat ini adalah 1 : 1,29 yang artinya besar PAD hanya sebesar 0,78% dari Dana Perimbangan yang diterima, sehingga pada masa yang akan datang diperlukan terobosan untuk memacu Pendapatan Asli Daerah secara proporsional dengan kondisi masyarakat maupun dunia usaha sehingga geliat sektor riil dan pertumbuhan ekonomi dapat tetap terjaga.
Tabel 4.2 Realisasi APBD Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2008
No
Uraian
Anggaran (Juta Rp)
Realisasi (Juta Rp)
1 Pendapatan
2,617,007.90
2,480,910.47
94.80
1.1 PAD
1,040,323.65
1,080,228.02
103.84
897,944.35 12,324.67
982,694.98 12,859.22
109.44 104.34
- Hasil Pengelolaan Yang Dipisahkan
42,059.64
25,902.10
61.58
- Lain-lain PAD Yang Sah
87,995.00
58,771.71
66.79
1,568,030.17
1,390,324.71
88.67
1,022,254.03
799,067.23
78.17
545,776.13
591,257.48
108.33
- Pajak Daerah - Retribusi Daerah
1.2 Dana Perimbangan - Bagi Hasil Pjk/ Non Pajak - Dana Alokasi Umum (DAU) - Dana Alokasi Khusus (DAK)
-
-
#DIV/0!
- Dana Perimbangan dari Propinsi
-
-
0.00
1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah - Pendapatan Hibah - Bantuan Keuangan dari Pemda Lain
8,654.08
10,357.74
119.69
8,644.85
10,348.51
119.71
-
-
9.23
9.23
99.99
2,718,469.71
2,253,922.56
82.91
Belanja Tidak Langsung
1,162,103.63
917,733.03
78.97
Belanja Langsung
1,556,366.08
1,336,189.52
85.85
-101,461.81
226,987.91
-223.72
101,461.81
101,048.46
99.59
- Penerimaan Daerah
101,461.81
101,048.46
99.59
- Pengeluaran Daerah
0.00
0.00
0.00
328,036.36
- Dana Tunjangan Pendidikan 2 Belanja
Surplus/Defisit 3 Pembiayaan
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
Sumber : Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan
80
(%)
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Keuangan Daerah
Dari empat komponen pembentuk Pendapatan Asli Daerah, yaitu : (1) Pajak Daerah, (2) Retribusi Daerah, (3) Hasil Perusahaan Daerah & Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, serta (4) lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah, hanya komponen pajak daerah dan retribusi daerah yang realisasinya mencapai lebih dari 100%, yakni masing-masing sebesar 109,44% dan 104,34%. Saat ini terdapat beberapa jenis pajak daerah yang umumnya ditetapkan dengan peraturan daerah (termasuk Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan) yaitu : (1) Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), (2) Pajak Hotel dan Restoran, (3) Pajak Hiburan dan Tontonan, (4) Pajak Reklame, (5) Pajak Penerangan Jalan, dan (6) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB). Berbagai jenis pajak daerah ini merupakan sumber utama PAD, sehingga ke depan pos-pos ini perlu dioptimalkan, namun perlu diantisipasi agar tidak menimbulkan gejolak baru di masyarakat dan mendistorsi kegiatan perekonomian di daerah. Langkah yang perlu dipertimbangkan untuk meningkatkan penerimaan pajak dalam jangka pendek adalah memfokuskan pada intensifikasi pemungutan pajak yaitu mengoptimalkan jenisjenis pungutan pajak daerah dan retribusi daerah yang sudah ada. Selain itu, optimalisasi perusahaan daerah maupun kekayaan daerah merupakan salah satu alternatif yang penting dilakukan dalam rangka peningkatan PAD mengingat realisasi pos ini pada tahun 2008 hanya mencapai 61,58%. Ke depan, rendahnya realisasi komponen tersebut perlu mendapat perhatian dari pihak terkait karena pemberdayaan setiap sumber daya yang dimiliki oleh daerah dalam era otonomi daerah sekarang ini merupakan syarat mutlak terwujudnya kemandirian dalam menggerakkan roda pemerintah untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Realisasi belanja Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2008 mencapai 82,91%, dengan realisasi belanja terbesar pada pos belanja langsung yang mencapai 59,28% dari total belanja dan terealisasi sebesar 85,85% dari anggaran tahun 2008. Pada pos belanja langsung, komponen belanja modal masih tercatat sebagai pengeluaran paling besar yang mencapai 56,70%. Besarnya pengeluaran untuk belanja modal mengindikasikan bahwa tingginya komitmen pemerintah daerah yang direpresentasikan dengan bergulirnya berbagai proyek pembangunan infrastruktur yang tersebar di seluruh pelosok wilayah Sumatera Selatan.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
81
Perkembangan Keuangan Daerah
Grafik 4.1 Perbandingan Anggaran & Realisasi APBD Tahun 2008 Propinsi Sumatera Selatan 3,000
Grafik 4.2 Rasio Sumber Pembiayaan Realisasi APBD Tahun 2008 Propinsi Sumatera Selatan
Anggaran Realisasi Tahun 2008
2,500
Lain-lain Pendapat an yg Sah 0.40%
Rp Miliar
2,000 1,500
Pembiay aan Daerah 3.91%
PAD 41.84%
1,000 500
Be la nj a
Pe r im ba
ng an
PA D
Dana Perimban gan 53.85%
D
an a
Pe nd ap at
an
-
Sumber : Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan
Sumber : Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan
Realisasi penerimaan pembiayaan daerah dari sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA) tahun sebelumnya tercatat sebesar 99,59% atau terealisasi sebesar Rp101,05 miliar. Sehingga dengan juga memperhitungkan jumlah surplus pada realisasi APBD, pada tahun anggaran 2008 terdapat sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA) sebesar Rp328,04 miliar atau meningkat sebesar 224,63% dari SILPA tahun sebelumnya.
4.2. APBD Tahun 2009 Berdasarkan data Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan, penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Propinsi Sumatera Selatan
pada tahun 2009
direncanakan sebesar Rp2.681,67 miliar atau meningkat sebesar 8,09% dari realisasi tahun sebelumnya yang mencapai Rp2.480,91 miliar. Adapun belanja pemerintah daerah direncanakan sebesar Rp2.751,67 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 22,08% dari realisasi tahun 2008 yang mencapai Rp2.253,92 miliar.
82
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Keuangan Daerah
Tabel 4.3 APBD Sumsel 2009 & Realisasi APBD Tahun 2008 (Rp Miliar)
TA. 2008 Anggaran
Realisasi
TA. 2009 %
Anggaran
Penerimaan
2,617.01
2,480.91
94.80
2,681.67
PAD Dana Perimbangan Lain-lain
1,040.32
1,080.23
103.84
1,171.64
1,568.03
1,390.32
88.67
1,500.61
8.65
10.36
119.69
9.42
Belanja
2,718.47
2,253.92
82.91
2,751.67
Pembiayaan
101.46
101.05
99.59
70.00
Surplus/Defisit
-
328.04
-
-
Sumber : Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan, diolah
Target penerimaan APBD Sumatera Selatan tahun 2009 masih ditopang oleh komponen Dana Perimbangan sebesar 55,96% atau sebesar Rp1.500,61 miliar, meningkat sebesar 7,93% dari realisasi tahun sebelumnya. Komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) tercatat sebesar Rp1.171,64 miliar atau mencapai 43,69% dari total penerimaan APBD Sumsel, diikuti oleh pendapatan lain-lain yang sah sebesar Rp9,42 miliar dengan pangsa sebesar 0,35%. Dana Perimbangan merupakan andalan utama sumber pembiayaan pembangunan wilayah Sumatera Selatan dengan pangsa sebesar 55,96% dari total penerimaan, namun kontribusinya menurun sebesar 0,08% apabila dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya. Menyikapi rendahnya penerimaan dari hasil perusahaan daerah dan pengelolaan kekayaan alam yang dipisahkan pada realisasi APBD tahun sebelumnya, Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan telah menetapkan anggaran penerimaan dari komponen tersebut sebesar Rp40,60 miliar atau meningkat sebesar 56,74% dibandingkan realisasi tahun 2008, namun dilihat kontribusinya hanya sebesar 1,51% dari total penerimaan pada anggaran 2009.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
83
Perkembangan Keuangan Daerah
Tabel 4.4 Realisasi APBD Sumsel 2008 & APBD Sumsel Tahun 2009
No
Uraian
Pening Realisasi 2008 Anggaran 2009 katan (Juta Rp) (Juta Rp) (%)
1 Pendapatan
2,480,910.47
2,681,672.32
8.09
1.1 PAD
1,080,228.02
1,171,643.28
8.46
982,694.98 12,859.22
1,035,104.83 12,968.45
5.33 0.85
- Hasil Pengelolaan Yang Dipisahkan
25,902.10
40,600.00
56.74
- Lain-lain PAD Yang Sah
58,771.71
82,970.00
41.17
1,390,324.71
1,500,609.79
7.93
- Bagi Hasil Pjk/ Non Pajak
799,067.23
993,253.91
24.30
- Dana Alokasi Umum (DAU)
591,257.48
507,355.88
-14.19
- Pajak Daerah - Retribusi Daerah
1.2 Dana Perimbangan
- Dana Alokasi Khusus (DAK)
-
-
- Dana Perimbangan dari Propinsi
-
-
1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah - Pendapatan Hibah - Bantuan Keuangan dari Pemda Lain - Dana Tunjangan Pendidikan 2 Belanja Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Surplus/Defisit
10,357.74
9,419.25
-9.06
10,348.51
9,410.02
-9.07
-
-
9.23
9.23
0.01
2,253,922.56
2,751,672.32
22.08
917,733.03
1,213,428.89
32.22
1,336,189.52
1,538,243.43
15.12
226,987.91
-70,000.00 -130.84
101,048.46
70,000.00
-30.73
- Penerimaan Daerah
101,048.46
70,000.00
-30.73
- Pengeluaran Daerah
0.00
0.00
328,036.36
0.00
3 Pembiayaan
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
Sumber : Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan
Secara umum alokasi APBD tahun 2009 berada di atas realisasi APBD tahun 2008 baik dari sisi pendapatan maupun sisi belanja pemerintah. Beberapa pos baik di sisi pendapatan maupun belanja mengalami penurunan anggaran. Di sisi pendapatan, Dana Alokasi Umum dan pendapatan masing-masing menurun sebesar 14,19% dan 9,06%. Di sisi belanja, pos belanja hibah, belanja bantuan sosial, dan belanja modal masing-masing mengalami penurunan sebesar 69,53%, 3,09%, dan 15,98%.
84
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Keuangan Daerah
Grafik 4.3 Perbandingan Realisasi APBD 2008 & APBD 2009 Propinsi Sumatera Selatan 3,000
Lain-lain Pendapat an yg Sah 0.34%
Realisasi APBD 2008 Rencana APBD 2009
2,500 2,000 Rp Miliar
Grafik 4.4 Rasio Sumber Pembiayaan APBD Tahun 2009 Propinsi Sumatera Selatan Pembiay aan Daerah 2.54%
PAD 42.58%
1,500 1,000
Dana Perimban gan 54.53%
500
B el an ja
P er im ba ng an
P A D
D an a
P en da pa ta n
-
Sumber : Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan
Sumber : Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan
Pos pengeluaran untuk belanja daerah pada tahun 2009 meningkat sebesar 22,08% dibandingkan realisasi tahun 2008. Komponen belanja tidak langsung meningkat paling signifikan mencapai 32,22% sedangkan komponen biaya langsung tercatat meningkat sebesar 15,12%. Pada komponen biaya langsung, sub komponen biaya pegawai tercatat meningkat secara signifikan yakni mencapai 179,34% dibandingkan realisasi APBD tahun 2008. Peningkatan gaji PNS yang secara gradual akan dilakukan pada tahun 2009 didentifikasi merupakan salah satu penyebab naiknya pos tersebut.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
85
Perkembangan Keuangan Daerah
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
86
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Sistem Pembayaran
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
5
Sebagai konsekuensi terjadinya pesimisme ekonomi akibat krisis finansial global, perkembangan sistem pembayaran, dilihat dari sisi tunai dan non tunai menunjukkan adanya indikasi penurunan frekuensi maupun nilai aktivitas ekonomi melalui penurunan tingkat perputaran kliring dan net outflow di Sumatera Selatan pada triwulan IV 2008.
5.1. Perkembangan Kliring Perputaran kliring di Sumatera Selatan pada triwulan IV 2008 menunjukkan penurunan
dari
segi
jumlah
Grafik 5.1 Perkembangan Triwulanan Perputaran Kliring Sumsel
warkat
maupun nominalnya baik secara tahunan maupun triwulanan. Jumlah warkat yang dikliringkan tercatat sebanyak 155.642 lembar
dengan
Rp5,84triliun. volume
nominal
Secara
warkat
sebesar
tahunan
menurun
(yoy),
12,86%
dibanding triwulan IV 2007 yang tercatat sebanyak 178.616 lembar dan secara nominal meningkat 2,87% dari sebesar Rp5,67 triliun. Aktivitas kliring merupakan salah satu indikator geliat perekonomian yang merupakan proxy intensitas transaksi ekonomi yang bersifat non tunai. Secara triwulanan (qtq) terjadi penurunan volume warkat sebesar 22,30% dari sebanyak 200.315 lembar dan berdasarkan nilai nominalnya menurun 19,55% dari sebesar Rp7,26 triliun, yang menunjukkan dampak krisis finansial global terhadap aktivitas perekonomian Sumsel pada triwulan IV 2008, baik dari sisi frekuensi transaksi maupun nilai transaksi secara triwulanan.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
87
Perkembangan Sistem Pembayaran
Sementara itu, cek/bilyet giro (BG) kosong yang dikliringkan tercatat sebanyak 2.803 lembar dengan nominal sebesar Rp80,76 miliar. Angka tersebut dilihat dari jumlah warkat dan nilai nominalnya mengalami penurunan secara triwulanan dan peningkatan secara tahunan. Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) jumlah warkat cek/BG kosong meningkat sebesar 64,40% dari sebanyak 1.705 lembar, sedangkan dari sisi nominal tercatat meningkat sebesar 58,66% dari sebesar Rp50,90 miliar. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, jumlah cek/BG kosong yang dikliringkan meningkat sebesar 3,55% dari sebanyak 2.707 lembar dan dari sisi nominal menurun sebesar 4,30% dari sebesar Rp84,38 miliar. Tabel 5.1 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Propinsi Sumatera Selatan
Perputaran Kliring 1. Lembar Warkat 2. Nominal (Triliun Rp) Cek/Bilyet Giro Kosong 1. Lembar Warkat 2. Nominal (Miliar Rp)
2008
2007
Ketarangan
IV
I
II
III
178,616 1.93
186,973 1.97
194,299 1.78
200,315 5.67
155,642 5.84
1,705 50.90
1,589 49.21
1,731 63.88
2,707 84.38
2,803 80.76
Grafik 5.3 Perkembangan Jumlah Cek/Bilyet Giro Kosong Sumsel
Grafik 5.2 Perkembangan Bulanan Jumlah Perputaran Kliring Sumsel
36.50
1,240
2.50
70.00
31.50
1,040
65.00
26.50
2.10
55.00
1.90
840
21.50
Miliar
Triliun
60.00
640
16.50
440
50.00
11.50
1.70
45.00
6.50
240
1.50
40.00
1.50
40
des feb apr juni agt okt des 2007
2008 nominal
lembar
des feb apr juni agt okt des 2007
2008 nominal
lembar
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
lembar
75.00
ribu lembar
2.70
2.30
88
IV
Perkembangan Sistem Pembayaran
Secara bulanan, aktivitas kliring tertinggi terjadi pada bulan Desember 2008 dengan jumlah warkat sebanyak 60.419 lembar dengan nominal sebesar Rp2,17 triliun. Pada bulan Oktober tercatat sebanyak 51.300 lembar senilai Rp.1,94 triliun dan di bulan November turun drastis menjadi 43.923 lembar senilai Rp1,73 triliun. Sementara itu, dari jumlah cek/bilyet giro kosong, aktivitas perputaran warkat maupun nominal yang tertinggi terjadi pada bulan Desember 2008 yakni sebanyak 1.078 lembar senilai Rp32,65 miliar, sedangkan pada bulan November 2008 tercatat sebanyak 780 lembar senilai Rp20,70 miliar dan pada bulan September 2008 sebanyak 945 lembar senilai Rp27,41 miliar.
5.2. Perkembangan Perkasan Kegiatan perkasan yang juga merupakan salah satu proxy dari aktivitas perekonomian melalui transaksi tunai. Dalam triwulan IV 2008 kegiatan perkasan di KBI Palembang mencatat inflow sebesar Rp1,10 triliun, menurun sebesar 37,99% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar Rp1,78 triliun. Apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq), jumlah tersebut menunjukkan penurunan sebesar 22,26%. Pada periode yang sama, outflow tercatat sebesar Rp2,05 triliun atau menurun sebesar 27,92% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy), dan tercatat mengalami penurunan sebesar 17,88% dari sebesar Rp1,41 triliun apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq). Dengan membandingkan angka inflow dan outflow maka terjadi net-outflow selama triwulan IV 2008 sebesar Rp0,95 triliun, sedangkan pada periode yang sama tahun sebelumnya tercatat net-outflow sebesar Rp1,07 triliun. Net-outflow pada triwulan ini juga tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp 1,83 miliar.
Keterangan Inflow Outflow Net Inflow (Net Outflow)
Tabel 5.2 Kegiatan Perkasan di Sumsel (Rp Miliar) 2008 2007
IV 1,776.09 2,848.48 (1,072.39)
I II III 1,092.30 986.83 1,416.71 1,414.10 2,693.78 2,500.11 (321.80) (1,706.94) (1,083.40)
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
IV 1,101.37 2,053.08 (951.71)
89
Perkembangan Sistem Pembayaran
dibandingkan
transaksi
dengan
outflow triwulan
sebelumnya mengindikasikan minimnya kebutuhan masyarakat terhadap uang dalam bentuk tunai pada bulan Oktober 2008. Pada periode Oktober 2008 jumlah
Grafik 5.4 Perkembangan Kegiatan Perkasan Sumsel 2007- 2008
1,500.00 1,000.00 500.00
tercatat sebesar Rp0,10 triliun, jauh di bawah jumlah distribusi uang pada bulan
Miliar
uang yang didistribusikan ke masyarakat
‐ (500.00)
Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Menurunnya
September yang tercatat sebesar Rp1,65
2008 dan Desember 2008, nilai outflow dan
inflow
mulai
kembali
(1,000.00) 2007 (1,500.00)
seperti
Outflow
biasanya. Melalui
kegiatan
2008
Inflow
Net Inflow
Grafik 5.5 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh oleh KBI Palembang
perkasan,
dilakukan pula penarikan uang lusuh di
70
700.00
60
600.00
50
500.00
40
400.00
30
300.00
26,72% dari Rp620,36 miliar menjadi
20
200.00
Rp454,60 miliar. Penarikan uang lusuh
10
100.00
KBI Palembang sebagai wujud dari clean
triwulanan, pada triwulan IV 2008, uang lusuh yang ditarik tercatat menurun
tersebut
juga
menurun
16,03%
Persen
money policy Bank Indonesia. Secara
0
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya,
yang
tercatat
Miliar
triliun. Namun, pada bulan November
Tw IV
Tw I
Tw II
2007
Tw III
Tw IV
2008
sebesar
Rp541,37 miliar.
Nilai (axis kanan)
% terhadap inflow
Menurut proporsinya terhadap inflow, nilai penarikan uang lusuh juga mengalami penurunan sebesar 27,06% secara triwulanan dan sebesar 8,34% secara tahunan. Perkembangan tersebut juga mendukung adanya indikasi berkurangnya frekuensi transaksi tunai dalam perekonomian pada triwulan IV 2008.
90
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Sistem Pembayaran
5.3. Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau Selain kegiatan perkasan yang dilaksanakan di Kota Palembang, di Sumatera Selatan juga terdapat kegiatan kas titipan yang dilaksanakan di Kota Lubuk Linggau. Kas titipan tersebut dilaksanakan mulai tahun 2005 yang ditandai dengan penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) antara Bank Indonesia Palembang dengan PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Linggau yang ditunjuk sebagai bank penyelenggara kas titipan. Pertimbangan penyelenggaraan kas titipan di Lubuk Linggau dilatarbelakangi oleh relatif tingginya kebutuhan terhadap uang tunai serta jarak yang cukup jauh dari Kota Palembang.
Keterangan
Tabel 5.3 Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau (Rp Miliar) 2008 2007
IV
I
II
III
IV
Inflow
367.48
338.46
173.29
414.01
317.50
Outflow
429.65
346.68
417.78
451.38
220.32
Net Inflow (Net Outflow)
(62.16)
(8.22)
(244.49)
(37.37)
97.18
Aktivitas kas titipan pada triwulan IV 2008 tercatat semakin menurun. Kegiatan inflow tercatat sebesar Rp317,50 miliar atau menurun sebesar 48,72% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar Rp367,48 miliar,. Demikian pula apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq) tercatat mengalami penurunan sebesar 51,19%. Outflow tercatat sebesar Rp220,32 miliar, mengalami penurunan sebesar 13,60% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar Rp429,65 miliar. Secara triwulanan (qtq), besar outflow tercatat mengalami peningkatan sebesar 23,31% dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp451,38 miliar. Secara keseluruhan, pada triwulan ini tercatat net-inflow sebesar Rp97,18 miliar, berbeda dari triwulan-triwulan sebelumnya yang selalu mencatat net outflow. Kondisi net inflow yang tercatat memberikan indikasi menurunnya aktivitas perekonomian di Sumatera Selatan pada triwulan IV 2008. Secara bulanan (mtm) jumlah inflow pada bulan Oktober 2008 mengalami peningkatan tajam, sedangkan outflow mengalami penurunan yang sangat signifikan, sehingga tercatat net inflow sebesar Rp162,95 milyar. Hal ini menunjukkan berkurangnya
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
91
Perkembangan Sistem Pembayaran
transaksi perekonomian di Sumsel. Pada bulan November dan Desember, aktivitas kas titipan kembali mencatat net outflow. Grafik 5.6 Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau Secara Bulanan Tahun 2007-2008
250 200 100 50
(100) (150) 2007
2008 Outflow
92
Inflow
Net Inflow (Net Outflow)
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Dec
Nov
Oct
Sep
Aug
Jul
Jun
May
Apr
Mar
Feb
(50)
Jan
Des
Rp Miliar
150
6
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Penurunan harga komoditi unggulan ekspor propinsi Sumatera Selatan sebagai akibat dari adanya krisis finansial global telah berdampak pada penurunan kesejahteraan masyarakat. Hal ini tercermin dari penurunan PDRB per kapita dan Nilai Tukar Petani (NTP) secara cukup signifikan. Meskipun tingkat pengangguran belum mengalami penurunan yang tinggi, namun terdapat tendensi mulai meningkatnya pengangguran sebagai konsekuensi krisis tersebut.
6.1. Ketenagakerjaan Secara umum, kondisi ketenagakerjaan di Propinsi Sumatera Selatan tidak mengalami banyak perubahan dibandingkan dengan triwulan-triwulan sebelumnya. Meskipun beberapa indikator ketenagakerjaan selama beberapa triwulan terakhir menunjukkan sedikit fluktuasi, namun secara umum tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Berbagai permasalahan dasar masih mewarnai kondisi ketenagakerjaan di daerah ini, seperti lambannya transformasi tenaga kerja dari sektor primer ke sektor sekunder, produktivitas tenaga kerja yang masih relatif rendah, serta masih tingginya angka pengangguran. Tabel 6.1 Banyaknya Pekerja per Sektor Ekonomi SEKTOR 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas dan Air Kontruksi Perdagangan Transportasi Lembaga Keuangan Jasa Jumlah
2007 Tw IV Jumlah 1,933,405 22,453 113,422 19,801 81,094 482,544 117,880 18,780 277,032 3,066,411
Tw I Jumlah 1,978,361 25,639 132,342 9,467 108,761 471,520 149,554 19,910 266,703 3,162,257
2008 Tw II Jumlah 1,970,189 29,792 161,239 7,600 111,071 482,370 149,028 25,018 278,780 3,215,087
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Tw III Jumlah 1,835,852 33,915 183,085 5,631 113,373 492,940 148,126 38,357 388,752 3,240,031
Tw IV Jumlah 1,801,303 34,247 182,179 6,381 114,285 521,337 146,000 40,166 400,052 3,245,950
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Jumlah angkatan kerja propinsi Sumatera Selatan tercatat sebesar 3,453,238 orang atau meningkat sebesar 0,18 persen dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebanyak 3,447,002 orang. Peningkatan angkatan kerja tersebut selain terkait dengan peningkatan jumlah penduduk usia kerja, juga disebabkan oleh semakin bertambahnya jumlah penduduk yang menyelesaikan jenjang pendidikan yang ditempuh dan siap memasuki dunia kerja. Dugaan tersebut dikonfirmasi oleh data peningkatan jumlah penduduk yang bekerja dari 3.240.031 orang menjadi 3.245.950 orang, atau sebesar 0,18%. Namun, jumlah penduduk yang menganggur mengalami peningkatan dari 206,971 orang menjadi 207,288 orang. Meningkatnya jumlah angkatan kerja yang relatif tidak sepenuhnya dapat diikuti oleh penyerapan tenaga kerja ke dalam sektor-sektor usaha yang ada terkait dengan situasi bisnis yang kurang kondusif akibat adanya krisis finansial global. Sementara itu, berdasarkan sektor ekonomi, distribusi sektoral menunjukkan bahwa konsentrasi tenaga kerja masih terdapat di sektor pertanian yang menyerap 55,49% tenaga kerja, meskipun angka ini sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 56,66%, namun tetap membuktikan bahwa sektor pertanian masih tetap menjadi tumpuan utama bagi sebagian besar masyarakat Sumatera Selatan. Dalam satu tahun terakhir jumlah penduduk yang bekerja di sektor
pertanian
fluktuasi.
mengalami
Meskipun
Grafik 6.1 Persentase Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
demikian,
Jasa-jasa
fluktuasinya relatif kecil dari waktu
Keuangan
ke waktu dan perubahannya relatif lamban serta cenderung mengalami penurunan.
Ini
lambannya
menunjukkan
transformasi
maupun
menunjukkan sektor
tersier
sekaligus
pertanian
masih
serta bahwa
menjadi
1.24 4.50 16.06
Perdagangan Bangunan
tenaga
kerja dari sektor primer ke sektor sekunder
Pengangkutan
12.32
Listrik, Gas, dan Air Industri Pengolahan Pertambangan
3.52 0.20 5.61 1.06
Pertanian
andalan bagi penduduk sebagai mata pencaharian.
94
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2008
55.49
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Di tengah kondisi ekonomi yang masih terbatas lapangan kerja di sektor-sektor formal, sektor pertanian tetap menjadi pilihan penduduk karena sifatnya yang fleksibel dan tidak membutuhkan keahlian yang tinggi. Para pekerja di sektor ini lebih mudah untuk keluar masuk jika ada peluang kerja yang lebih baik. Daya serap sektor sekunder (manufaktur) pada triwulan IV sebesar 9,33%, mengalami kenaikan sebesar 0,01 persen dibandingkan dengan angka pada triwulan sebelumnya yang mencapai 9,32 persen. Sektor industri memberi kontribusi paling besar dalam sektor manufaktur ini yakni mencapai 5,61%, kemudian disusul sektor konstruksi sebesar 3,52%. Dibandingkan triwulan sebelumnya daya serap sektor industri relatif stabil, begitu juga dengan sektor konstruksi. Dua sektor lainnya yaitu sektor pertambangan dan sektor listrik, gas dan air, mempunyai daya serap yang relatif kecil. Secara umum dapat dikatakan bahwa daya serap tenaga kerja sektor-sektor tersebut relatif masih rendah. Kontribusi sektor tersier (jasa) tercatat meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu dari 32,97% menjadi 34,12%. Peningkatan di sektor tersebut bersumber dari adanya peningkatan kontribusi sektor-sektor terkait, kecuali sektor transportasi yang memiliki kontribusi tetap pada dua triwulan terakhir, yaitu sebesar 4,50%. Sektor perdagangan masih merupakan sektor dengan daya serap terbesar setelah pertanian. Secara umum dapat disebutkan bahwa sampai saat ini transformasi tenaga kerja dari sektor primer yang produktivitasnya rendah ke sektor sekunder dan tersier yang produktivitasnya lebih tinggi masih berjalan lamban. Sektor-sektor ekonomi belum sepenuhnya mampu menyediakan kesempatan kerja bagi pencari kerja yang jumlahnya terus meningkat. Kondisi tersebut mengakibatkan masih tingginya pengangguran di Sumatera Selatan.
6.2. Pengangguran Masalah
pengangguran
merupakan
masalah
yang
melekat
pada
aspek
ketenagakerjaan. Penduduk yang menganggur a d a l a h p e n d u d u k y a n g sedang mencari pekerjaan ditambah penduduk yang sedang mempersiapkan usaha (tidak bekerja), yang mendapat pekerjaan tetapi belum mulai bekerja, serta yang tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
95
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Tabel 6.2 Tingkat Pengangguran di Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2007 – 2008 (persen) 2007 2008 IV Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Tingkat Setengah Pengangguran
I
II
III
IV
9.34
8.45
7.77
6.00
6.00
34.94
34.47
34.20
38.37
38.80
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Selama kurun waktu triwulan IV 2007 hingga triwulan IV 2008 ini Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sumatera
Selatan
Grafik 6.2 Persentase Pengangguran Terselubung (Setengah Pengangguran) Menurut Lapangan Pekerjaan di Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
menunjukkan yang
jasa Jasa-
ditunjukkan dengan semakin kecilnya
ngan Keua utan angk Peng an gang Perda unan Bang
kecenderungan
persentase
menurun
Tingkat
Pengangguran
Terbuka menjadi sekitar 6,00 persen pada saat ini. Namun, pengangguran
tingkat mengalami
setengah sedikit
peningkatan. Tingkat pengangguran
Air , dan , Gas ik r t is L an golah i Pen r t s u Ind gan mban Perta nian Perta
30.50 3.70 7.29 25.05 7.83 44.30 16.61 7.22 57.21
berubah dari sebesar 38,37 menjadi 38,80 pada triwulan ini.
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Berdasarkan sektor ekonominya, persentase tingkat setengah pengangguran terbesar terjadi pada sektor pertanian yakni sebesar 57,21% terkait dengan karakteristik sektor pertanian yang sangat dipengaruhi oleh musim sehingga beban kerjanya juga mengikuti siklus musim. Tingkat setengah pengangguran secara konvensional biasanya diukur berdasarkan jam kerja. Seseorang dikatakan sebagai setengah pengangguran jika dia bekerja kurang dari jam kerja normal (< 35 jam seminggu). Meskipun jumlah jam kerja per minggu tidak sepenuhnya dapat memberikan gambaran tingkat produktivitas, terutama bagi mereka yang memang menghendaki jam kerja rendah, namun demikian jam kerja yang rendah merupakan salah satu indikasi pemanfaatan tenaga kerja yang kurang optimal.
96
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2008
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
rumah
tangga
menilai
ketersediaan lapangan kerja saat ini menjadi lebih buruk. Setelah mengalami peningkatan pada bulan Oktober hingga mencapai indeks
79,70,
namun
ketersediaan
lapangan turun
kerja hingga
75.30
70 65
63.33
60 55
53.33
50 45 40
mencapai 63,33 pada bulan Desember.
Des
berangsur-angsur
kemudian
76.33
75
Nilai tersebut juga jauh lebih rendah dari
2007
Dec
konsumen
79.70
Nov
Palembang. Dari hasil survei tersebut,
83.00
80
Oct
kota
Sep
di
Aug
diselenggarakan
85
Jul
yang
90
Jun
terkonfirmasi dari hasil survei konsumen
Mei
Selatan
Apr
Sumatera
Mar
di
Feb
pengangguran
Grafik 6.3 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini
jumlah
Jan
Meningkatnya
2008
Desember tahun lalu yang mencapai 83,00.
6.3. Pendapatan per Kapita Pendapatan regional per kapita atas dasar harga berlaku (dengan migas) Propinsi Sumatera Selatan tercatat sebesar Rp.3.807.053 atau menurun sebesar 12,96% dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar Rp.4.373.686. Jika tanpa memperhitungkan komponen migas, pendapatan per kapita juga menurun sebesar 8,05% yaitu dari Rp2.890.656 menjadi Rp2.657.878. Dengan mengeliminasi faktor perubahan harga, maka didapat besaran pendapatan perkapita atas dasar harga konstan tahun 2000. Pada Tw-IV ini, pendapatan perkapita atas dasar harga konstan 2000 (dengan migas) mencapai Rp1.697.078. Angka ini mengalami penurunan sebesar 5,53% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp1.796.483. Sementara itu, pendapatan per kapita regional atas dasar konstan tanpa migas mengalami penurunan sebesar 7,15% dari Rp1.398.508 menjadi Rp1.298.584.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
97
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Tabel 6.3 Pendapatan Per Kapita Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2007-2008 Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2000 (Rupiah) 2008
2007
PDRB
IV
I
II
III
IV
Harga Berlaku Dengan migas
3,656,596
3,692,181
4,050,657
4,373,686
3,807,053
Tanpa migas
2,385,407
2,414,467
2,606,623
2,890,656
2,657,878
Dengan migas
1,680,196
1,668,895
1,698,719
1,796,483
1,697,078
Tanpa migas
1,278,896
1,274,409
1,303,124
1,398,508
1,298,584
Harga Konstan
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
Hasil Grafik 6.4 Indeks Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan Yang Lalu 150 140
oleh
130
132.33
Indeks
133.3
120
120.0
110
123.0
100 Dec
Nov
Oct
Sep
Aug
Jul
Jun
May
Apr
Mar
Feb
Jan
Des
90
2007
Bank
Indonesia
Palembang 140.33
141.3
konsumen
yang secara bulanan dilakukan
148.00
143.7
survei
2008 Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yang lalu
terhadap
konsumen rumah tangga di Sumatera
selatan
mengkonfirmasi
terjadinya
penurunan
pendapatan
perkapita
masyarakat
Sumatera
Selatan
secara
triwulanan.
Ekspektasi penghasilan 6 bulan yad
Indeks penghasilan saat ini
pada
bulan
Desember
relatif sedikit meningkat dibandingkan indeks penghasilan saat ini pada bulan September yang sebesar 120,00. Hal yang patut diperhatikan adalah konsumen di Sumatera Selatan memandang pesimis terhadap ekspektasi penghasilan pada enam bulan yang akan datang. Hal tersebut dapat terlihat dari menurunnya indeks ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang dari 148,00 pada bulan Oktober 2008 menjadi 132,33 pada bulan Desember 2008.
98
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2008
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
6.4. Jumlah Penduduk Miskin Sumatera Selatan Walaupun Propinsi Sumatera Selatan termasuk salah satu propinsi yang kaya di Indonesia, tetapi jumlah penduduk miskinnya termasuk tinggi. Jumlah penduduk miskin tertinggi di Propinsi Sumatera Selatan terdapat di Kabupaten Musi Banyuasin, yaitu sebanyak 165.600 orang, sedangkan jumlah penduduk miskin terendah adalah di Kota Prabumulih yaitu sebanyak 10.000 orang (data tahun 2007).
Tabel 6.4 Jumlah Penduduk Miskin Sumatera Selatan Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2004-2007 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Kabupaten/Kota OKU OKI Muaraenim Lahat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan Ilir Empat Lawang Palembang Prabumulih Pagaralam Lubuklinggau Sumatera Selatan
2004 201,4 218,9 138,3 160,2 164 164,4 147,3 124,1 15,8 16,9 28 1.379
Jumlah Penduduk Miskin (dalam ribuan) 2005 2006 45,2 46,1 161,6 174,1 140,3 140,7 162,6 163,1 166,4 166,9 171,3 171,8 149,5 149,9 58,8 67,8 102,8 103,1 85,5 82,7 125,9 126,3 15,5 12,3 15,2 13,7 28,4 28,5 1.429 1.446,9
2007 40,6 152,7 128,5 94,9 160,3 165,6 136,8 61,2 90,7 79,6 49,7 124,4 10 11,2 25,6 1.331,8
Sumber : Sakernas BPS
6.5. Nilai Tukar Petani Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan indikator untuk menunjukkan kemampuan daya beli petani. Perkembangan NTP selama Januari 2008 sampai November 2008 cukup fluktuatif. NTP pada Tw-IV 2008 (November 2008) mengalami penurunan dari Tw-III 2008 sampai pada level defisit yaitu dari sebesar 102,24 menjadi sebesar 96,45. Penurunan nilai tukar terjadi karena penurunan indeks harga yang diterima petani melebihi kenaikan indeks harga yang dibayar petani. Indeks yang diterima petani mengalami koreksi cukup tajam dari 116,79 pada triwulan sebelumnya menjadi 110,97, sedangkan indeks yang dibayar petani mengalami sedikit kenaikan dari 114,23 menjadi 115,05.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
99
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani mengalami peningkatan dari 115,07 menjadi 115,61. Konsumsi petani paling tinggi masih digunakan untuk konsumsi pendidikan, rekreasi dan olah raga yang indeksnya mencapai 122,71. Konsumsi terendah para petani ada pada makanan jadi yang terlihat dari indeksnya sebesar 109,40.
Grafik 6.5 Indeks Harga yang Diterima, Indeks Harga yang Dibayar dan Nilai Tukar Petani 120 115.05
115
Indeks
110 105 100
110.97
108.22 104.17 103.89
95
96.45
90 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
2008
Indeks Diterima Petani
Indeks Dibayar Petani
Nilai Tukar Petani
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Tabel 6.5 Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Sumatera Selatan Jan-Ags 2008 Sektor, Kelompok dan Sub Kelompok
Sep
Okt
Nop
Mar
Jun
Agt
Konsumsi Rumah Tangga
104.14
106.6
111.13
113.47
115.09
115.07
115.61
0.47
1. Bahan Makanan
102.62
105.4
110.32
113.65
115.63
115.45
115.84
0.34
2. Makanan Jadi
103.77
106.1
108.10
109.48
110.26
109.05
109.40
0.32
3. Perumahan
102.75
105.3
112.26
114.09
117.84
121.6
121.44
-0.13
4. Sandang
111.10
116.1
116.07
117.63
117.36
113.55
114.20
0.57
5. Kesehatan 6. Pendidikan,Rekreasi dan Olahraga 7. Transportasi dan Komunikasi
107.74
109.2
113.95
113.82
113.82
113.94
116.05
1.85
116.77
118.1
118.27
119.12
119.12
119.12
122.71
3.01
100.29
99.44
110.15
111.12
111.12
111.12
111.20
0.07
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
100
%Nop thd Okt
Jan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2008
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Biaya produksi dan penambahan modal petani mengalami sedikit peningkatan. Hal ini tercermin dari kenaikan indeks biaya produksi dan penambahan modal dari sebesar 112,43 menjadi 113,69. Peningkatan indeks tertinggi terjadi pada upah buru tani dari 114,14 menjadi 118,76. Terkait dengan penurunan harga BBM, pengeluaran pada transportasi tercatat mengalami penurunan indeks sebesar 0,76% dari 117,21 menjadi sebesar 116,32. Tabel 6.6 Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Modal Petani Sektor,Kelompok dan Sub Kelompok Biaya Produksi dan Penambahan Modal 1. Bibit 2. Obat-obatan dan pupuk 3. Sewa lahan, pajak dan lainnya
Jan
Mar
Jun
Ags
Sep
Okt
Nop
%Nop thd Okt
103.22
103.6
109.39
111.21
111.55
112.43
113.69
1.12
97.09
95.22
115.61
115.66
115.67
115.64
115.87
0.20
100.07
101.3
108.01
109.79
111.44
112.77
112.61
-0.14
104.94
104.9
106.14
106.83
106.99
107.18
107.29
0.10
4. Transportasi 5. Penambahan barang modal
102.42
99.11
116.16
117.29
116.14
117.21
116.32
-0.76
102.68
103.8
107.48
108.25
108.76
109.04
108.92
-0.11
6. Upah buruh tani
107.92
109
109.37
113.14
113.33
114.14
118.76
4.05
6.6. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. HDI digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah wilayah adalah wilayah maju, wilayah berkembang atau wilayah terbelakang, serta untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Sumatera Selatan, 15 kabupaten dan kota yang berada di wilayah Sumatera Selatan tercatat memiliki IPM antara 65 hingga 74 pada tahun 2006. Kota Palembang sebagai ibu kota propinsi tercatat sebagai wilayah yang memiliki angka IPM paling tinggi yakni sebesar 74,30. Secara umum, wilayah perkotaan rata-rata memiliki IPM yang tinggi sebagaimana juga ditunjukkan oleh IPM kota Prabumulih dan Pagaralam yang menduduki peringkat dua dan tiga dengan IPM sebesar 71,70 dan 71,10. Secara garis besar tidak terdapat perubahan yang begitu signifikan antara peringkat IPM tahun 2005 dengan IPM 2006. Hanya terdapat beberapa kota yang mengalami
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
101
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
penurunan maupun peningkatan ranking IPM. Kabupaten Empat Lawang yang merupakan daerah pemekaran baru tercatat memiliki angka IPM 66,60 atau menempati peringkat ke14.
Tabel 6.7 IPM 2006-2007 Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan Penduduk No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kabupaten/Kota Palembang Prabumulih Pagaralam OKU OKU Selatan Muara Enim OKI Musi Banyuasin Lahat Banyuasin Lubuklinggau Ogan Ilir OKU Timur Empat lawang Musi Rawas
Juni 2005
Juni 2006
1,338,793 130,340 114,562 255,246 317,277 632,222 626,828 469,175 545,754 733,828 174,452 356,983 556,010 474,430
1,369,239 132,752 115,553 259,292 322,307 643,924 672,192 484,245 550,478 757,398 178,074 365,333 564,824 484,281
IKK
PDRB/KAPITA (ADHB
2005
2006
114.15 114.23 118.06 114.20 113.67 115.05 114.42 115.30 116.94 115.99 117.54 113.33 113.14 118.49
137.04 138.15 142.03 137.53 136.94 137.41 137.93 139.40 141.17 139.31 141.19 136.69 138.53 142.42
2005 18,299,536 12,527,589 6,220,869 12,511,678 4,325,679 15,480,019 5,405,682 36,012,743 7,674,760 7,966,130 6,597,214 5,567,214 4,685,796 8,682,544
2006 21,610,411 14,029,649 6,869,367 14,087,874 5,222,268 20,485,483 6,109,002 39,159,940 10,130,237 9,280,813 7,286,987 6,118,237 5,433,742 5,890,034 9,676,459
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
102
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2008
IPM 2005
2006
73.60 71.10 69.90 69.90 68.80 68.70 68.80 68.70 67.60 67.20 66.30 66.00 65.40 65.00
74.30 71.70 71.10 70.90 70.00 69.10 69.00 69.00 68.40 68.10 68.00 67.20 67.50 66.60 65.60
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Suplemen 5
INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN PALEMBANG MENINGKAT I. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Triwulan IV - 2008 Tingkat Keyakinan Konsumen Palembang selama triwulan IV - 2008 secara umum sedikit mengalami peningkatan dibanding dengan triwulan III - 2008. Rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan IV - 2008 mencapai 106.18 atau meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 94.81, sedangkan rata-rata Indeks Keyakinan Ekonomi Saat ini (IKESI) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) masing-masing mencapai 97.52 dan 114.85, meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 87.59 dan 102.04. Dibandingkan dengan indeks triwulan yang sama tahun 2007, IKK, IKESI, dan IEK mengalami penurunan. Hal tersebut mencerminkan keyakinan konsumen kota Palembang memburuk dibanding triwulan yang sama tahun lalu. Grafik 1 IKK, IKESI, IEK periode 2007-2008 120
104.67 97.28
100
89.89
80 60
Pesimis
Indeks
Optimis
140
40 20
2007
Des
Nov
Okt
Sep
Agust
Juli
Juni
Mei
Apr
Mar
Feb
Jan
Des
-
2008
IKK
IKE
IEK
Selama triwulan IV - 2008, beberapa hal yang menjadi concern bagi konsumen Palembang antara lain; tingkat penghasilan, ketersediaan tenaga kerja, perkiraan harga barang dan jasa (lihat grafik 2). Grafik 2 Pembentuk Keyakinan Konsumen periode 2007-2008
Optimis
160 140 132.3 123.0
120
106.7 Indeks
100 83.3 75.0 63.3
80
Ekspektasi penghasilan 6 bulan yad Ketersediaan lapangan kerja saat ini Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yad
40 20
2007
Des
Nov
Okt
Sep
Agust
Juli
Juni
M ei
Apr
M ar
Feb
Jan
Ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama
0 Des
Pesimis
60
Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yang lalu
Kondisi ekonomi 6 bulan yad
2008
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
103
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
II. Keyakinan Konsumen Bulan Oktober 2008 IKK pada bulan Oktober 2008 tercatat sebesar 114.94, sedangkan IKESI dan IEK masingmasing 106.67 dan 123.22. Angka Indeks Penghasilan saat ini dibandingkan dengan 6 bulan yang lalu sebesar 133.3, indeks Ekspektasi Penghasilan 6 bulan yang akan datang sebesar 148. Indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini sebesar 79.7, indeks Ketersediaan Lapangan Kerja 6 bulan yang akan datang sebesar 109, indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama sebesar 107, dan indeks Kondisi Ekonomi 6 bulan yang akan datang sebesar 112.7.
2.1 Pendapat Responden terhadap Kondisi Ekonomi Dari 300 responden, sebanyak 47.33 % atau 142 responden berpendapat bahwa kondisi ekonomi saat ini lebih buruk dibandingkan dengan kondisi 6 bulan yang lalu, 35 % atau 105 responden berpendapat kondisi ekonomi saat ini sama dengan kondisi 6 bulan yang lalu, dan hanya 17.67 % atau 53 responden yang berpendapat kondisi ekonomi lebih baik. Dengan demikian, menurut sebagian besar responden kondisi ekonomi pada bulan Juli 2008 lebih buruk dibandingkan 6 bulan yang lalu (lihat Tabel 1).
Tabel 1 Pendapat Konsumen Terhadap Kondisi Ekonomi Saat Ini Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Kondisi Ekonomi Saat Ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Responden Rp 1juta-Rp3 Juta 47 88 114 249 Rp3-5 juta 3 14 25 42 >Rp 5 juta 3 3 3 9 Jumlah Responden 53 105 142 300
2.2 Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja Angka indeks mengenai ketersediaan lapangan kerja merupakan indeks yang terendah yakni 79.7. Sebagian besar atau sekitar 45 % responden berpendapat bahwa ketersediaan lapangan kerja saat ini lebih buruk daripada kondisi 6 bulan yang lalu. Sementara itu, jumlah responden yang berpendapat ketersediaan lapangan pekerjaan sama seperti 6 bulan silam sebanyak 30.33 % atau 91 responden, sedangkan yang berpendapat lebih baik hanya 24.67 % atau 74 responden. Indeks ketersediaan lapangan kerja dalam satu tahun terakhir selalu berada dalam level pesimis. Hal ini menunjukkan bahwa masalah ketenagakerjaan merupakan aspek yang mendapatkan perhatian serius di mata konsumen (lihat Tabel 2).
104
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2008
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Tabel 2 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan saat ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Responden Rp 1juta-Rp3 Juta 59 76 114 249 Rp3-5 juta 15 12 15 42 >Rp 5 juta 0 3 6 9 Jumlah Responden 74 91 135 300
2.3 Pendapat Responden terhadap Penghasilan Sebanyak 52 % atau 156 responden berpendapat bahwa penghasilan mereka cenderung tetap dibandingkan 6 bulan yang lalu. Sementara 40.67 % atau 122 responden berpendapat lebih baik, dan yang menyatakan lebih buruk sebanyak 7.33 % atau 22 responden. Berdasarkan informasi tersebut, maka sebagian besar responden penghasilannya tidak mengalami perubahan (lihat Tabel 3). Tabel 3 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Penghasilan Saat ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Responden Rp 1juta-Rp3 Juta 101 132 16 249 Rp3-5 juta 18 18 6 42 >Rp 5 juta 3 6 0 9 Jumlah Responden 122 156 22 300
2.4 Perkiraan Perkembangan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Mendatang Harga barang/jasa pada 3 bulan yang akan datang diperkirakan akan mengalami peningkatan. Hal tersebut tercermin dari 81.67 % atau 245 responden berpendapat bahwa harga barang dan jasa pada 3 bulan mendatang akan mengalami kenaikan. Sebanyak 9.33 % atau 28 responden berpendapat akan stabil dan 9 % atau 27 responden berpendapat akan mengalami penurunan harga barang dan jasa di 3 bulan mendatang (lihat Tabel 4).
Tabel 4 Pendapat Konsumen Terhadap Perkiraan Harga Barang/Jasa 6 Bulan Yang Akan Datang Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Prakiraan Harga Barang/Jasa Secara Umum pada 6 bulan yang akan datang Pengeluaran per Bulan Naik Tetap Turun Jumlah Responden Rp 1juta-Rp3 Juta 199 25 25 249 Rp3-5 juta 38 2 2 42 >Rp 5 juta 8 1 0 9 Jumlah Responden 245 28 27 300 Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
105
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
III. Keyakinan Konsumen Bulan November 2008 IKK pada bulan November 2008 tercatat sebesar 106.33, sedangkan IKESI dan IEK masingmasing 96 dan 116.67. Indeks Penghasilan saat ini dibandingkan dengan 6 bulan yang lalu sebesar 120, indeks Ekspektasi Penghasilan 6 bulan yang akan datang sebesar 140.3, indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini sebesar 75.3, indeks Ketersediaan Lapangan Kerja 6 bulan yang akan datang sebesar 99.7, indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama sebesar 92.7, dan indeks Kondisi Ekonomi 6 bulan yang akan datang sebesar 110.
3.1 Pendapat Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Sebanyak 55.67 % atau 167 responden berpendapat bahwa kondisi ekonomi saat ini lebih buruk dibandingkan dengan kondisi 6 bulan yang lalu, 31.33 % atau 94 responden berpendapat kondisi ekonomi saat ini sama dengan kondisi 6 bulan yang lalu, dan hanya 13 % atau 39 responden yang berpendapat kondisi ekonomi lebih baik. Dengan demikian, menurut sebagian besar responden kondisi ekonomi pada bulan November 2008 lebih buruk dibandingkan 6 bulan yang lalu (lihat Tabel 5).
Tabel 5 Pendapat Konsumen Terhadap Kondisi Ekonomi Saat Ini Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Kondisi Ekonomi Saat Ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Responden Rp 1juta-Rp3 Juta Rp3-5 juta >Rp 5 juta Jumlah Responden
34 4 1 39
82 10 2 94
143 22 2 167
259 36 5 300
3.2 Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja Angka indeks mengenai ketersediaan lapangan kerja merupakan indeks yang terendah yakni 75.3. Sebagian besar atau sekitar 46.67 % responden berpendapat bahwa ketersediaan lapangan kerja saat ini lebih buruk daripada kondisi enam bulan yang lalu. Sementara itu, jumlah responden yang berpendapat ketersediaan lapangan pekerjaan sama seperti 6 bulan silam sebanyak 31.33 % atau 94 responden, sedangkan yang berpendapat lebih baik hanya 22 % atau 66 responden. Indeks ketersediaan lapangan kerja dalam satu tahun terakhir selalu berada dalam level pesimis. Hal ini menunjukkan bahwa masalah ketenagakerjaan merupakan aspek yang mendapatkan perhatian serius di mata konsumen (lihat Tabel 6).
106
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2008
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Tabel 6 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan saat ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Responden Rp 1juta-Rp3 Juta 58 77 124 259 Rp3-5 juta 8 14 14 36 >Rp 5 juta 0 3 2 5 Jumlah Responden 66 94 140 300
3.3 Pendapat Responden terhadap Penghasilan Sebanyak 53.33 % atau 160 responden berpendapat bahwa penghasilan mereka cenderung tetap dibandingkan 6 bulan yang lalu. Sementara 33.33 % atau 100 responden berpendapat lebih baik, dan yang menyatakan lebih buruk sebanyak 13.33 % atau 40 responden. Berdasarkan informasi tersebut, maka sebagian besar responden penghasilannya tidak mengalami perubahan di bandingkan 6 bulan yang lalu (lihat Tabel 7). Tabel 7 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Penghasilan Saat ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Responden Rp 1juta-Rp3 Juta 89 136 34 259 Rp3-5 juta 10 21 5 36 >Rp 5 juta 1 3 1 5 Jumlah Responden 100 160 40 300
3.4 Perkiraan Perkembangan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Mendatang Harga barang/jasa pada 3 bulan yang akan datang diperkirakan akan mengalami peningkatan. Hal tersebut tercermin dari 60 % atau 180 responden berpendapat bahwa harga barang dan jasa pada 3 bulan mendatang akan mengalami kenaikan dan sebanyak 26 % atau 78 responden berpendapat akan stabil dan hanya 14 % atau 42 responden yang berpendapat akan turun (lihat Tabel 8). Tabel 8 Pendapat Konsumen Terhadap Perkiraan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Yang Akan Datang Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Prakiraan Harga Barang/Jasa Secara Umum pada 3 bulan yang akan datang Pengeluaran per Bulan Naik Tetap Turun Jumlah Responden Rp 1juta-Rp3 Juta 153 67 39 259 Rp3-5 juta 23 10 3 36 >Rp 5 juta 4 1 0 5 Jumlah Responden 180 78 42 300
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
107
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
IV. Keyakinan Konsumen Bulan Desember 2008 IKK pada bulan Desember tercatat sebesar 98.83, sedangkan IKESI dan IEK masing-masing 89.89 dan 104.67. Indeks Penghasilan Saat Ini dibandingkan dengan 6 bulan yang lalu sebesar 123, Indeks Ekspektasi Penghasilan 6 bulan Yang Akan Datang sebesar 132.3, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini sebesar 63.3, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja 6 bulan Yang Akan Datang sebesar 75, Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama sebesar 83.3, dan Indeks Kondisi Ekonomi 6 bulan Yang Akan Datang sebesar 106.7.
4.1 Pendapat Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Sebanyak 55 % atau 165 responden berpendapat bahwa kondisi ekonomi saat ini lebih buruk dibandingkan dengan kondisi 6 bulan yang lalu, 26.67 % atau 80 responden berpendapat kondisi ekonomi saat ini sama dengan kondisi 6 bulan yang lalu, dan hanya 18.33 % atau 55 responden yang berpendapat kondisi ekonomi lebih baik. Dengan demikian, pendapat konsumen tentang buruknya kondisi perkonomian belum mengalami perubahan selama triwulan IV - 2008 bahkan terus mengalami penurunan (lihat Tabel 9).
Tabel 9 Pendapat Konsumen Terhadap Kondisi Ekonomi Saat Ini Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Kondisi Ekonomi Saat Ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Responden Rp 1juta-Rp3 Juta 51 64 140 255 Rp3-5 juta 3 11 21 35 >Rp 5 juta 1 5 4 10 Jumlah Responden 55 80 165 300
4.2 Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja Sebagian besar atau sekitar 51.67 % responden berpendapat bahwa ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini lebih buruk dengan kondisi enam bulan yang lalu. Sementara itu, jumlah responden yang berpendapat ketersediaan lapangan pekerjaan tidak mengalami berubah daripada kondisi 6 bulan silam sebanyak 33.33 % atau 100 responden, sedangkan yang berpendapat lebih baik hanya 15 % atau 45 responden. Indeks ketersediaan lapangan kerja dalam satu tahun terakhir selalu berada dalam level pesimis. Tidak berbeda dengan pendapat konsumen terhadap kondisi perekonomian, kondisi ketenagakerjaan pun dinilai mengalami penurunan menurut sebagian besar konsumen sepanjang triwulan IV – 2008 (lihat Tabel 10).
108
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2008
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Tabel 10 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan saat ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Responden Rp 1juta-Rp3 Juta 38 86 131 255 Rp3-5 juta 6 11 18 35 >Rp 5 juta 1 3 6 10 Jumlah Responden 45 100 155 300
4.3 Pendapat Responden terhadap Penghasilan Sebanyak 50.33 % atau 151 responden berpendapat bahwa penghasilan mereka cenderung tetap dibandingkan 6 bulan yang lalu. Sementara 36.33 % atau 109 responden berpendapat lebih baik, dan yang menyatakan lebih buruk sebanyak 13.33 % atau 40 responden. Berdasarkan informasi tersebut, maka sebagian besar responden penghasilannya tidak mengalami perubahan atau dengan kata lain konstan (lihat Tabel 11). Tabel 11 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Penghasilan Saat ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Responden Rp 1juta-Rp3 Juta 90 132 33 255 Rp3-5 juta 14 16 5 35 >Rp 5 juta 5 3 2 10 Jumlah Responden 109 151 40 300
4.4 Prakiraan Perkembangan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Mendatang Harga barang/jasa pada 3 bulan mendatang diperkirakan akan mengalami peningkatan oleh sebagian besar konsumen. Hal tersebut tercermin dari 52 % atau 156 responden berpendapat bahwa harga barang dan jasa pada 3 bulan mendatang akan mengalami kenaikan, sebanyak 36.67 % atau 110 responden berpendapat akan stabil dan 11.33 % atau 34 responden yang menyatakan harga akan turun (lihat Tabel 12). Tabel 12 Pendapat Konsumen Terhadap Perkiraan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Yang Akan Datang Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Prakiraan Harga Barang/Jasa Secara Umum pada 3 bulan yang akan datang Pengeluaran per Bulan Naik Tetap Turun Jumlah Responden Rp 1juta-Rp3 Juta 128 96 31 255 Rp3-5 juta 21 12 2 35 >Rp 5 juta 7 2 1 10 Jumlah Responden 156 110 34 300
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
109
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
V. Profil Responden 5.1 Profil Responden Bulan Oktober 2008 Profil responden pada bulan Oktober 2008 secara rinci dapat dilihat pada tabel 13.
5.2 Profil Responden Bulan November 2008 Profil responden pada bulan November 2008 secara rinci dapat dilihat pada tabel 14.
5.3 Profil Responden Bulan Desember 2008 Profil responden pada bulan Desember 2008 secara rinci dapat dilihat pada tabel 15.
Tabel 13 Profil Responden Survei Konsumen Kota Palembang Periode Bulan Oktober 2008 Pengeluaran per Bulan Profil Responden Rp 1jutaRp3-5 >Rp 5 Rp3 Juta juta juta SMA 69 14 1 Akademi/D.III 29 7 2 Pendidikan Laki-Laki Sarjana/S1 55 11 1 Pasca Sarjana 4 0 2 Subtotal 157 32 6 Jenis Kelamin SMA 34 5 1 Akademi/D.III 21 0 0 Pendidikan Perempuan Sarjana/S1 36 3 1 Pasca Sarjana 1 2 1 Subtotal 92 10 3 SMA 103 19 2 50 7 2 Total responden Berdasarkan Latar Akademi/D.III Belakang Pendidikan Sarjana/S1 91 14 2 Pasca Sarjana 5 2 3 249 42 9 Total Responden
110
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2008
Total 84 38 67 6 195 40 21 40 4 105 124 59 107 10 300
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Tabel 14 Profil Responden Survei Konsumen Kota Palembang Periode Bulan November 2008 Pengeluaran per Bulan Profil Responden Rp 1jutaRp3-5 >Rp 5 Rp3 Juta juta juta SMA 82 6 1 Akademi/D.III 25 4 0 Pendidikan Laki-Laki Sarjana/S1 49 10 1 Pasca Sarjana 5 4 2 Subtotal 161 24 4 Jenis Kelamin SMA 38 4 0 Akademi/D.III 19 2 0 Pendidikan Perempuan Sarjana/S1 35 6 1 Pasca Sarjana 6 0 0 Subtotal 98 12 1 SMA 120 10 1 Akademi/D.III 44 6 0 Total responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Sarjana/S1 84 16 2 Pasca Sarjana 11 4 2 259 36 5 Total Responden
Total 89 29 60 11 189 42 21 42 6 111 131 50 102 17 300
Tabel 15 Profil Responden Survei Konsumen Kota Palembang Periode Bulan Desember 2008 Pengeluaran per Bulan Profil Responden SMA Akademi/D.III Pendidikan Laki-Laki Sarjana/S1 Pasca Sarjana Subtotal Jenis Kelamin SMA Akademi/D.III Pendidikan Perempuan Sarjana/S1 Pasca Sarjana Subtotal SMA Total responden Berdasarkan Latar Akademi/D.III Belakang Pendidikan Sarjana/S1 Pasca Sarjana Total Responden
Rp 1jutaRp3 Juta 70 27 35 5 137 62 20 31 5 118 132 47 66 10 255
Rp3-5 juta 6 0 8 4 18 4 2 8 3 17 10 2 16 7 35
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
>Rp 5 juta 1 0 7 1 9 1 0 0 0 1 2 0 7 1 10
Total 77 27 50 10 164 67 22 39 8 136 144 49 89 18 300
111
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Tabel 16 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Palembang 2007
Indeks Keyakinan Konsumen Kondisi Ekonomi Saat Ini Ekspektasi Konsumen
112
2008
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Agus t
Sep
Okt
Nov
Des
112.0 6
106.8 9
99.72
98.89
87.11
91.22
79.94
91.78
94.83
97.83
114.9 4
106.33
97.28
109.5 6
101.6 7
94.67
92.44
83.67
93.00
84.00
85.33
86.22
91.22
106.6 7
96.00
89.89
114.5 6
112.1 1
104.78
105.3 3
90.56
89.44
75.89
98.22
103.44
104.44
123.2 2
116.67
104.6 7
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2008
7
OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH
7.1. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi propinsi Sumatera Selatan masih tetap tergantung pada sektor primer yaitu terutama sektor pertanian dan industri pengolahan yang berbasis pada sumber daya alam. Pada triwulan I diperkirakan kinerja sektor pertanian masih akan mengalami penurunan dibanding triwulan yang sama tahun 2007, hal ini disebabkan dengan harga komoditas unggulan Sumsel di pasar internasional yang masih rendah akibat adanya krisis finansial global. Sesuai dengan karakteristik siklikal, pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan triwulan I 2009 diperkirakan akan mengalami kontraksi pertumbuhan. Berdasarkan proyeksi dan mempertimbangkan kondisi ekonomi terkini, diperkirakan pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) pada triwulan I 2009 akan berada pada kisaran 0,29 ± 1%. Sedangkan secara triwulanan (qtq) pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan terkontraksi pada kisaran 2,32 ± 1%. Angka proyeksi pertumbuhan triwulanan didasarkan pada beberapa faktor yakni realisasi belanja pemerintah daerah yang masih sangat rendah di awal tahun, penurunan tingkat permintaan masyarakat dibandingkan triwulan sebelumnya serta melemahnya permintaan dunia atas komoditas unggulan propinsi Sumatera Selatan. Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I* 2007
PDRB riil (axis kanan)
2008
Pertumbuhan (yoy)
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan *Hasil proyeksi KBI Palembang
2009
Pertumbuhan (qtq)
Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah
Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan IV 2008 yang dilakukan KBI Palembang, diperkirakan akan terjadi penurunan nilai penjualan pada triwulan I 2009. Akan tetapi berdasarkan hasil survei diperkirakan pula bahwa akan terjadi peningkatan volume produksi karena dimulainya musim panen. Volume pesanan dan harga jual pada umumnya diperkirakan meningkat pada triwulan I 2009. Di sisi lain, penggunaan tenaga kerja diperkirakan relatif tetap. Tabel 7.1 Leading Economic Indicator Propinsi Sumsel Triwulan IV 2008 Aspek
Pertumbuhan
Kegiatan Usaha (umum)
Turun
Volume produksi
Turun
Meningkat
Nilai penjualan
Tetap, melambat
Menurun
Kapasitas produksi
Tetap, melambat
Tenaga kerja
Meningkat
Tetap
Volume pesanan
Meningkat namun melambat
Meningkat
Harga jual
Meningkat namun melambat Meningkat
Meningkat
Kondisi keuangan Akses kredit
Meningkat
Situasi bisnis
Meningkat
Ekspektasi triwulan mendatang
Keterangan
Kegiatan usaha pada sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan hotel dan restoran mengalami penurunan, kegiatan usaha pada sektor pertanian stabil, kegiatan usaha pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sedikit meningkat Penurunan terjadi khususnya pada sektor industri pengolahan, ekspektasi meningkat karena adanya musim panen Akibat penurunan permintaan Terjadi pada hampir seluruh sektor ekonomi yang mengalami penurunan produksi akibat adanya penurunan permintaan Penambahan tenaga kerja temporer dalam menghadapi masa panen Sebagai akibat dari menurunnya permintaan dunia untuk beberapa komoditi Pesanan domestik di sektor perdagangan juga menurun
Karena efisiensi biaya dan penurunan harga solar industri
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Palembang
Kinerja ekspor produk-produk unggulan Sumsel pada triwulan I 2009 diperkirakan akan mengalami penurunan yang disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: (1) masih rendahnya 114
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah
pertumbuhan ekonomi negara-negara
importir
(2)
faktor musiman yang masih
berpengaruh pada penurunan produksi karet yang pada gilirannya membatasi kinerja industri pengolahan karet (3) adanya kendala bahan baku yang membatasi tingkat produktivitas, (4) kapasitas produksi yang sulit untuk ditingkatkan, (5) peremajaan mesin juga masih terkendala oleh investasi, serta (6) implementasi kebijakan maupun peraturan pemerintah yang kurang mendukung kinerja ekspor. Tabel 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara Negara
Proyeksi 2009 (%)
Negara
Proyeksi 2009 (%)
Negara Maju
0,5
Singapura
3,5
Amerika Serikat
0,1
Hongkong
3,5
Uni Eropa
0,2
Taiwan
2,5
Jepang
0,5
RRC
9,3
Inggris
-0,1
Thailand
4,5
Belanda
1,0
Malaysia
4,8
Korea Selatan
3,5
Vietnam
5,5
Sumber: International Monetary Fund (IMF)
Efisiensi produksi yang dilakukan oleh pengusaha sehubungan dengan melemahnya permintaan dunia dan masih rendahnya harga komoditas di pasar internasional, pada Tw I 2009 akan berpotensi terjadi: (1) meningkatnya tingkat pengangguran pada sektor-sektor yang terkait erat dengan komoditas sawit dan karet (2) Menurunnya tingkat investasi tetap, sehingga juga menurunkan nilai tambah sektor bangunan. Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan masih dapat ditopang oleh permintaan domestik. Stimulus pada permintaan domestik diperkirakan berasal dari: (1) adanya kegiatan-kegiatan politik terkait dengan Pemilihan Umum 2009 yang berpotensi mempertahankan tingkat permintaan dari kelompok grass-root, (2) Sinyal dari pemerintah untuk mempercepat realisasi APBD pada triwulan pertama, sehingga stimulus pertumbuhan yang berasal dari kebijakan pemerintah diprediksi lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya, (3) Dimulainya musim panen yang menyerap tenaga kerja secara temporer, (4) relatif rendahnya tingkat inflasi dan adanya penurunan harga BBM yang dapat mempertahankan daya beli masyarakat.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
115
Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah
7.2. Inflasi Mempertimbangkan kondisi perekonomian terkini dan pergerakan harga serta ketersediaan barang dan jasa, perkembangan inflasi pada triwulan I 2009 diperkirakan akan berada pada level yang relatif rendah dibanding triwulan IV 2008, dengan catatan tidak terdapat perubahan harga pada barang-barang administered price. Penurunan tingkat inflasi diperkirakan akan berasal dari kelompok bahan makanan terkait dengan permintaan domestik yang menurun menyusul adanya penurunan daya beli masyarakat sehubungan dengan krisis global. Selain kelompok bahan makanan, kelompok makanan juga diperkirakan akan mengalami sedikit tekanan inflasi terkait dengan permintaan masyarakat sehubungan dengan adanya perayaan tahun baru Imlek. Tekanan inflasi dari sisi penawaran juga diperkirakan menurun pada kelompok bahan makanan terutama beras. Hal ini terkait bahwa pada sub sektor tanaman bahan makanan terutama padi, di beberapa sentra produksi beras, diperkirakan akan mulai memasuki musim panen pada akhir triwulan I, meskipun terdapat faktor yang berpotensi membatasi meningkatnya pasokan yaitu tingginya curah hujan yang menyebabkan banjir dan mengakibatkan puso. Inflasi pada kelompok transportasi secara triwulanan pada triwulan I 2009 diperkirakan akan mendekati nol karena adanya
kebijakan
pemerintah
Grafik 7.2 Proyeksi Inflasi Tahunan Sumatera Selatan
dalam
menurunkan harga BBM pada Desember 2008 dan Januari 2009, dan adanya penurunan tarif angkutan umum menyusul penurunan harga tersebut. Pada masa yang akan datang, tekanan inflasi yang berasal dari perubahan biaya juga diperkirakan akan menurun yang disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: (1) nilai tukar Rupiah yang relatif stabil pada masa krisis global dan adanya ekspektasi apresiasi Rupiah pada tahun 2009, (2)
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan *Hasil proyeksi KBI Palembang
penurunan harga BBM oleh pemerintah.
116
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah
Diproyeksikan inflasi tahunan pada triwulan I 2009 akan berada pada level yang lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Hal yang masih perlu diwaspadai hingga saat ini adalah ketersediaan pasokan barang dan jasa dan faktor distribusi karena adanya ekspektasi kenaikan harga beberapa barang tertentu beberapa bulan ke depan. Berdasarkan proyeksi dan dengan mempertimbangkan perkembangan harga serta determinan utama inflasi di Sumatera Selatan, maka diperkirakan inflasi tahunan (yoy) pada triwulan I 2009 akan turun menjadi 9,88 ± 1%, sedangkan inflasi triwulanan (qtq) diperkirakan akan mencapai 2,01 ± 1%. 7.3. Perbankan Berdasarkan kondisi perekonomian, diperkirakan kinerja perbankan pada triwulan I 2009 akan mengalami sedikit peningkatan dibandingkan triwulan IV 2008, baik dari penghimpunan dana pihak ketiga maupun penyaluran kredit. Penurunan BI rate sebesar 75 basis poin (akumulasi) dalam dua bulan berturut-turut berikut ekspektasi penurunan yang lebih lanjut dimasa depan diperkirakan akan tetap meningkatkan ekspansi penyaluran kredit. Berdasarkan proyeksi teknikal dan dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian terkini berikut ekspektasi di masa depan, diperkirakan pertumbuhan kredit pada triwulan I 2009 akan mencapai 7,44% ± 1% (qtq). Hal ini diharapkan akan memberikan iklim yang kondusif bagi pengembangan sektor riil dari sisi pembiayaan. Kemudian, berkaitan dengan adanya efisiensi produksi dan potensi meningkatnya pengangguran akibat penurunan harga komoditas di pasar internasional, persentase NPL diperkirakan akan meningkat pada berbagai jenis kredit menurut penggunaan. Namun, hal tersebut diperkirakan hanya akan bersifat temporer terkait dengan ekspektasi penurunan suku bunga di masa depan. Pencapaian Indonesia atas indikator-indikator makroekonomi tahun 2008 yang relatif baik dan stabil dibandingkan negara-negara lainnya, berikut tingkat suku bunga yang relatif tinggi, dapat membuat penanaman modal di Indonesia cukup atraktif di mata investor asing pada tahun 2009. Namun, mengingat prospek bisnis yang belum baik sehubungan dengan masih lesunya pasar komoditas dunia, penanaman modal tersebut hanya akan bersifat jangka pendek dan banyak terhenti di sektor finansial. Hal ini berpotensi menimbulkan peningkatan DPK dan penurunan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada perbankan. Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
117
Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah
Tabel 7.3 Prediksi Beberapa Indikator Perekonomian pada Triwulan I 2009 Indikator
Prediksi
Faktor penyebab
Ekspor
Rendah
Harga komoditas dunia relatif rendah
Impor
Rendah
Harga komoditas dunia relatif rendah
Pertumbuhan
Rendah
Harga komoditas dunia relatif rendah, namun masih terdapat permintaan domestik
Inflasi
Rendah
Penurunan harga BBM
Pengangguran
Moderat
Adanya efisiensi produksi sehubungan dengan menurunnya permintaan dunia, namun terdapat musim panen
Investasi
Rendah
Penyesuaian rencana bisnis dan produksi sehubungan dengan menurunnya permintaan dunia
Konsumsi domestik
Moderat
Kredit perbankan
Moderat
Terdapat potensi stimulus dari kegiatan politik dan kebijakan pemerintah, walaupun penghasilan masyarakat menurun Prediksi tingginya NPL dan penurunan suku bunga kredit
*Prediksi mempertimbangkan kondisi terkini, ekspektasi, dan karakteristik siklikal secara relatif terhadap keadaan normal
118
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
DAFTAR ISTILAH Mtm
Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya
Qtq
Quarter to quarter perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya
Yoy
Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya
Share Of Growth
Kontribusi suatu sektor ekonomi terhadap total pertumbuhan PDRB
Investasi
Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal
Sektor ekonomi dominan
Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan
Migas
Minyak dan Gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri minyak dan gas
Omzet
Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi
Share effect
Kontribusi pangsa sektor atau subsektor terhadap total PDRB
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Dengan skala 1-100
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu
Indeks Kondisi Ekonomi Indeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100 Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktifitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
Dana Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.
Indeks Pembangunan Manusia
Ukuran kualitas pembangunan manusia, yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 hal kualitas hidup, yaitu pendidikan, kesehatan, daya beli
APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPR, dan ditetapkan dengan peraturan daerah
Andil inflasi
Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan
Bobot inflasi
Besaran yang menunjukan pengaruh suatu komoditas, terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut
Ekspor
Dalah keseluruhan barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil mau
Impor
Seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil
PDRB atas dasar harga berlaku
Penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian
PDRB atas dasar harga konstan
Merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya
Bank Pemerintah
Bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito
Loan to Deposits Ratio (LDR)
Rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun
Cash inflows
Jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu
Cash Outflows
Jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu
Net Cashflows
Selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya
Aktiva Produktif
Penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit, penempatan pada antar bank, penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia(SBI), dan surat-surat berharga lainnya.
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)
Pembobotan terhadap aktiva yang dimiliki oleh bamk berdasarkan risiko dari masing-masing aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot risikonya. Misalnya kredit yang diberikan kepada pemerintah mempunyai bobot yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang diberikan kepada perorangan
Kualitas Kredit
Penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu lancar, Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar, Diragukan dan Macet
Capital Adequacy Ratio (CAR)
Rasio antara modal (modal inti dan modalpelengkap) terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)
Financing to Deposit Ratio (FDR)
Rasio antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima. Konsep ini sama dengan konsep LDR pada bank umum konvensional
Inflasi
Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persistent)
Kliring
Pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu
Kliring Debet
Kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang disertai dengan penyampaian fisik warkat debet seperti cek, bilyet giro, nota debet kepada penyelenggara kliring lokal (unit kerja di Bank Indonesia atau bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia sebagai penyelenggara kliring lokal) dan hasil perhitungan akhir kliring debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit kerja yang menagani SKNBI di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan secara nasional
Non Performing Loans/Financing (NPLs/Ls)
Kredit atau pembiayaan yang termasuk dalam kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)
Suatu pencadangan untuk mengantisipasi kerugia yang mungkin timbul dari tidak tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP ditentukan dari kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin besar PPAP yang dibentuk, misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong Kurang Lancar adalah 15 % dari jumlah Kredit Kurang Lancar (setelah dikurangi agunan), sedangkan untuk kedit Macet, PPAP yang harus dibentuk adalah 100% dari totsl kredit macet (setelah dikurangi agunan)
Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs)
Rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs, gross. Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ybs.
Rasio Non Performing Loans (NPLs) – NET
Rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan penyisihan penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit
Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS)
Proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)
Sistem kliring bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.