KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan
Triwulan III - 2009
Kantor Bank Indonesia Banjarmasin
Kata Pengantar
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Kalimantan Selatan periode triwulan III2009 ini dapat hadir di tangan pembaca. Publikasi triwulanan Kantor Bank Indonesia Banjarmasin ini mengulas perkembangan terakhir berbagai variabel makro ekonomi di tingkat provinsi, meliputi perkembangan ekonomi, inflasi, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, indikator kesejahteraan, serta prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi triwulan mendatang. Kami mengharapkan publikasi ini dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi pemangku kebijakan, akademisi, pelaku usaha, perbankan, masyarakat, dan pihakpihak lainnya yang memerlukan dan menaruh perhatian terhadap peekonomian Provinsi Kalimantan Selatan. Dalam edisi ini dapat kami sampaikan bahwa kinerja perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III2009 menunjukkan adanya indikasi pemulihan setelah sempat terimbas efek krisis global. Laju pertumbuhan ekonomi diperkirakan meningkat dari 4,20% (yoy) pada triwulan II2009 menjadi 7,22% (yoy) yang ditopang pertumbuhan sektor pertanian dan sektor pertambangan, serta konsumsi masyarakat dan konsumsi Pemerintah Daerah. Kinerja ekspor meskipun masih mengalami penurunan namun angka penurunannya semakin kecil. Sementara itu, angka inflasi pada triwulan III2009 lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, dari 4,78% (yoy) menjadi 4,31% (yoy), terutama dipengaruhi oleh kondisi daya beli masyarakat yang tidak sekuat tahun sebelumnya serta pasokan barang kebutuhan pokok yang cukup lancar. Kinerja perbankan secara umum tidak sebaik triwulan sebelumnya karena adanya perlambatan pada beberapa indikator, serta kenaikan rasio kredit bermasalah (NPL). Asset perbankan tumbuh 12,45% (yoy) setelah mencatat pertumbuhan sebesar 18,16% pada triwulan sebelumnya. Perlambatan ini didorong oleh melambatnya pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) maupun penyaluran kredit. Sementara itu secara kumulatif transaksi uang tunai selama triwulan laporan menurun sebagaimana diindikasikan oleh tingginya aliran uang tunai yang masuk (inflow) ke BI Banjarmasin. Transaksi non tunai untuk nilai besar melalui sarana BI RTGS mengalami perlambatan. Sementara itu transaksi non tunai melalui sarana kliring mencatat kenaikan tipis ddari triwulan sebelumnya. Prospek ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan IV2009 diperkirakan akan tumbuh cukup tinggi seiring pulihnya perekonomian dari efek krisis ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
i
Kata Pengantar
global. Namun demikian, karena berakhirnya musim panen raya dan adanya gangguan cuaca, laju pertumbuhan ekonomi di triwulan IV2009 diproyeksikan sedikit lebih rendah dari triwulan laporan yakni pada kisaran 6,5%7% (yoy). Sementara tekanan inflasi diperkirakan lebih tinggi dibanding triwulan III2009, yakni pada kisaran 5,5%+1% (yoy) . Akhirnya, kami berharap semoga publikasi ini bermanfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkan, meskipun kami menyadari masih banyak langkahlangkah penyempurnaan yang perlu kami lakukan. Saran dan kritik kami nantikan untuk penyempurnaan lebih lanjut. Selanjutnya kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan, semoga hubungan baik ini dapat terus terbina di masa yang akan datang. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan kemudahan kepada kita dalam mengupayakan hasil kerja yang terbaik bagi kepentingan bangsa dan negara.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Banjarmasin, November 2009 BANK INDONESIA BANJARMASIN
Bramudija Hadinoto Pemimpin
ii
Daftar Isi
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................... DAFTAR TABEL ......................................................................................... DAFTAR GRAFIK ....................................................................................... KETERANGAN DAN SUMBER DATA .......................................................
i iii v vii x
RINGKASAN EKSEKUTIF ………………………………………………………
1
BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL .................... 1. Kondisi Umum …………………………………….…………. ........ 2. Sisi Penawaran ……………………………………….……............. 2.1 Sektor Ekonomi Dominan .................................................... 2.1.1 Sektor Pertanian ......................................................... 2.1.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian ........................ 2.1.3 Sektor Industri Pengolahan ........................................ 2.1.4 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ................... 2.1.5 Sektor Ekonomi Non-Dominan................................... 3. Sisi Permintaan .......................................................................... . 3.1 Konsumsi ..................................................... ....................... 3.2 Kegiatan Ekspor Impor ......................................................... 3.3 Investasi ...............................................................................
11 12 12 14 14 16 18 20 22 27 28 31 35
BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI ……….………… ................................ 1. Kondisi Umum …………………………………….…………. ....... 2. Inflasi Berdasarkan Kelompok……………………………….…….. 2.1 Inflasi Triwulanan ..................................................... .......... 2.2 Inflasi Bulanan ..................................................................... 2.2 Inflasi Tahunan .................................................................... Boks 1. Tantangan dan Prospek Pengendalian Inflasi di Kalimantan Selatan..............................................................................................
38 38 40 40 42 50
BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN …………………………............... 1. Perkembangan Bank Umum.................................. ...................... 1.1 Total Aset .......................................................................... 1.2 Intermediasi Perbankan .................................... ................. 1.2.1 Penghimpunan Dana Masyarakat ............................. 1.2.2 Penyaluran Kredit .................................................... 1.2.3 Kualitas Kredit ......................................................... 1.2.4 Kredit UMKM ........................................................... 2. Perkembangan Bank Syariah ........................................... ........... 3. Perkembangan Industri BPR ....................................................... .
58 59 59 60 61 63 68 69 71 74
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
55
iii
iii
Daftar Isi
4. Stabilitas Sistem Keuangan Regional ...........................................
76
Boks 2. Program KUR dari Sudut Pandang Pelaku UMKM di Kalimantan Selatan ..........................................................................
78
Boks 3. Program KUR dari Sudut Pandang Bank Penyalur di Kalimantan Selatan ..........................................................................
80
BAB 4. KEUANGAN DAERAH ………………………... .............................. 1. APBD Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2009 ............ ............. 2. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2009 .......................... ...................................................... 3. Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2009
83 83
BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ……………………... .. 1. Sistem Pembayaran Tunai ........................................................... 1.1 Aliran Uang Masuk/Keluar (Cash Inflow/Outflow)............... 1.2 Perkembangan Penukaran Uang Rupiah ............................ 1.3 Peracikan Uang Kertas (PTTB) ........................................... 1.4 Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan …………….... 2. Sistem Pembayaran Non-Tunai ................................................... 2.1 Transaksi Kliring ................................................................... 2.2 Transaksi RTGS ....................................................................
91 91 91 93 95 96 97 97 98
BAB 6. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT.... 1. Ketenagakerjaan …....……. ......................................................... 2. Kesejahteraan .......... ...................................................................
100 100 102
BAB 7. PROSPEK EKONOMI ............................................................. 1. Perkiraan Kondisi Makro Ekonomi …....……. .............................. 2. Perkiraan Inflasi .......... ................................................................
104 104 106
LAMPIRAN ...................................................................... ..................
108
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
iv
86 88
iv
Daftar Tabel
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Tabel 1.2 Tabel 1.3 Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 5.6 Tabel 5.7 Tabel 6.1
Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan (y-o-y) sektoral atas dasar harga konstan ..................................................................................... Produksi Tabama Kalimantan Selatan ................................................. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan (y-o-y) sisi permintaan atas dasar harga konstan triwulanan .......................................................... Inflasi IHK triwulanan (q-t-q) Kalimantan Selatan ................................ Inflasi IHK bulanan (m-t-m) Kalimantan Selatan .................................. Komoditas utama penyumbang dan penahan inflasi bulan Juli 2009 ... Komoditas utama penyumbang dan penahan inflasi bulan Agustus 2009 ..................................................................................... Komoditas utama penyumbang dan penahan inflasi bulan September 2009 .................................................................................. Inflasi IHK tahunan (y-o-y) Kalimantan Selatan ................................... Perkembangan aset bank umum Kalimantan Selatan .......................... Beberapa indikator kinerja bank umum Kalimantan Selatan ............... Perkembangan NPL bank umum Kalimantan Selatan .......................... Perkembangan kinerja bank umum syariah ........................................ Perkembangan kinerja BPR Kalimantan Selatan ................................... Perkembangan rata-rata suku bunga sejumlah bank umum ................ Perubahan APBD Pemerintah Propinsi ............................................... Efektivitas Keuangan Daerah (EKD) Pemerintah Propinsi dan Kab/Kota semester I-2008 dan semester I-2009 .................................................. Perkembangan aliran uang kartal melalui KBI Banjarmasin ................ Perkembangan penukaran uang pecahan rupiah ................................ Perkembangan nominal uang palsu .................................................... Rata-rata harian transaksi kliring ......................................................... Perkembangan triwulanan jumlah penolakan warkat kliring ............... Rata-rata harian penarikan cek/BG kosong .......................................... Perkembangan transaksi melalui BI-RTGS di Kalimantan Selatan ........ Perubahan nilai tukar petani (NTP) propinsi Kalimantan Selatan (2007=100) ........................................................................................
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
13 15 27 40 43 45 47 49 50 60 61 68 72 74 77 84 86 92 94 97 97 98 98 99 103
v
Halaman ini sengaja dikosongkan
Daftar Grafik
DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Grafik 1.2 Grafik 1.3 Grafik 1.4 Grafik 1.5 Grafik 1.6 Grafik 1.7 Grafik 1.8 Grafik 1.9 Grafik 1.10 Grafik 1.11 Grafik 1.12 Grafik 1.13 Grafik 1.14 Grafik 1.15 Grafik 1.16 Grafik 1.17 Grafik 1.18 Grafik 1.19 Grafik 1.20 Grafik 1.21 Grafik 1.22 Grafik 1.23 Grafik 1.24 Grafik 1.25 Grafik 1.26 Grafik 1.27
Pertumbuhan kredit lokasi proyek sektor pertanian Kalimantan Selatan Perkembangan harga batubara internasional ..................................... Volume ekspor batubara Kalimantan Selatan menurut negara tujuan utama .......................................................................... Pertumbuhan kredit lokasi proyek sektor pertambangan Kalimantan Selatan ............................................................................. Perkembangan volume ekspor kayu olahan (ribu ton).......................... Pertumbuhan penggunaan listrik sektor industri Kalimantan Selatan ... Pertumbuhan kredit perbankan ke sektor industri berdasarkan lokasi proyek ...................................................................................... Pertumbuhan konsumsi listrik sektor bisnis ......................................... Pertumbuhan kredit sektor perdagangan berdasarkan lokasi proyek .... Perkembangan penjualan rumah di Kalimantan Selatan ...................... Perkembangan kredit konstruksi berdasarkan lokasi proyek di Kalimantan Selatan ............................................................................ Perkembangan kredit sektor angkutan berdasarkan lokasi proyek di Kalimantan Selatan ............................................................................ Perkembangan penyaluran kredit perbankan Kalimantan Selatan ....... Indeks Keyakinan Konsumen – Survei Konsumen Bank Indonesia ....... Indeks Kondisi Saat Ini – Survei Konsumen Bank Indonesia ................ Indeks Ekspektasi Konsumen – Survei Konsumen Bank Indonesia ....... Pendaftaran kendaraan roda 2 baru di Kalimantan Selatan ................. Pendaftaran kendaraan roda 4 baru di Kalimantan Selatan ................. Perkembangan kredit konsumsi perbankan Kalimantan Selatan (berdasarkan lokasi proyek) ................................................................ Perkembangan nilai dan volume ekspor Kalimantan Selatan .............. Perkembangan nilai dan volume ekspor batubara Kalimantan Selatan Perkembangan nilai dan volume ekspor kayu olahan Kalimantan Selatan Perkembangan nilai dan volume ekspor karet Kalimantan Selatan ...... Pangsa negara tujuan ekspor Kalimantan Selatan Jan-Mei 2009 ......... Pangsa negara tujuan ekspor Kalimantan Selatan Jan-Agustus 2009 .... Perkembangan nilai impor non-migas Kalimantan Selatan .................. Perkembangan volume impor non migas Kalimantan Selatan .............
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
vi
16 17 17 18 19 19 20 21 22 23 23 25 26 29 29 29 30 30 30 33 33 33 33 34 34 35 35
Daftar Grafik
Grafik 1.28 Grafik 1.29 Grafik 1.30 Grafik 2.1 Grafik 2.2 Grafik 2.3 Grafik 2.4 Grafik 2.5 Grafik 2.6 Grafik 2.7 Grafik 2.8 Grafik 2.9 Grafik 2.10 Grafik 2.11 Grafik 2.12 Grafik 2.13 Grafik 2.14 Grafik 3.1 Grafik 3.2 Grafik 3.3 Grafik 3.4 Grafik 3.5 Grafik 3.6 Grafik 3.7 Grafik 3.8 Grafik 3.9 Grafik 3.10 Grafik 3.11 Grafik 3.12 Grafik 4.1 Grafik 4.2 Grafik 4.3 Grafik 4.4 Grafik 4.5 Grafik 4.6 Grafik 4.7
Perkembangan penyaluran kredit investasi perbankan berdasarkan lokasi proyek ............................................................................................... Perkembangan pengadaan semen Kalimantan Selatan ........................ Perkembangan impor barang modal Kalimantan Selatan .................... Perkembangan Inflasi Kalimantan Selatan .......................................... Inflasi tahun kalender (y-t-d) s/d triwulan III-2009 ............................... Inflasi tahun kalender trw III-2009 (y-t-d) menurut kelompok pengeluaran ....................................................................... Inflasi bulan Juli 2009 ........................................................................ Inflasi bulanan kelompok bahan makanan ......................................... Inflasi bulan Agustus 2009 ................................................................. Inflasi bulan September 2009 .............................................................. Inflasi tahunan kota Banjarmasin ......................................................... Inflasi tahunan menurut kelompok ..................................................... Inflasi tahunan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan ... Inflasi tahunan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar Inflasi tahunan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau ..................................................................................... Perkembangan harga gula pasir di kota Banjarmasin .......................... Perkembangan harga emas perhiasan di kota Banjarmasin .................. Perkembangan DPK Kalimantan Selatan .............................................. Perkembangan DPK Kalimantan Selatan menurut jenis simpanan ........ Perkembangan DPK kelompok BUP dan BUS...................................... Distribusi penyaluran kredit (lokasi bank) pada sektor-sektor ekonomi Perkembangan DPK, kredit, dan LDR bank umum Kalsel .................... Distribusi undisbursed loan sektor-sektor ekonomi .............................. Perkembangan undisbursed loan di Kalimantan Selatan ...................... Perkembangan kredit MKM di Kalimantan Selatan .............................. Perkembangan dana, pembiayaan, dan FDR bank syariah Kalsel ......... Perkembangan NPF bank syariah Kalsel .............................................. Perkembangan kredit dan NPL BPR ..................................................... Pertumbuhan DPK, pertumbuhan kredit, dan LDR BPR ....................... Realisasi pos penerimaan APBD Propinsi dan Kab/Kota ...................... Realisasi pos belanja APBD Propinsi dan Kab/Kota.............................. EKD Pemerintah Propinsi dan Kab/Kota ............................................... KKD Pemerintah Propinsi dan Kab/Kota .............................................. Perkembangan realisasi belanja bulanan APBD Pemerintah Propinsi .. Proporsi belanja pada APBD Pemerintah Propinsi ............................... Proporsi belanja dan belanja modal Pemerintah Propinsi dan Kab/Kota
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
vii
36 37 37 38 39 40 43 43 45 48 50 51 52 52 52 53 53 62 62 63 64 66 67 67 70 73 73 75 75 84 85 87 87 88 88 89
Daftar Grafik
Grafik 4.8 Grafik 5.1 Grafik 5.2 Grafik 5.3 Grarik 5.4 Grafik 5.5 Grafik 6.1 Grafik 6.2 Grafik 6.3 Garfik 6.4 Grafik 7.1 Grafik 7.2
Realisasi belanja modal Pemerintah Propinsi dan Kab/Kota ................. Perkembangan aliran uang masuk dan keluar ..................................... Nominal Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ............................. Perkembangan nominal uang palsu .................................................... Perkembangan transaksi kliring ......................................................... Pertumbuhan rata-rata transaksi per bulan melalui RTGS ................... Trend kasus pencairan jaminan hari tua (JHT) .................................... Perkembangan realisasi penggunaan tenaga kerja .............................. Perkembangan ekspektasi penggunaan tenaga kerja ........................... Perkembangan nilai tukar petani (NTP) .............................................. Perkembangan realisasi dan ekspektasi kegiatan dunia usaha berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulanan ... Perkembangan ekspektasi konsumen dan ekspektasi harga 6 bulan yang akan datang berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) ................
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
89 93 95 96 97 97 100 101 102 102 105 107
viii
Halaman ini sengaja dikosongkan
KETERANGAN DAN SUMBER DATA Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Selatan berisi kajian mengenai perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan berjalan, yang diterbitkan secara berkala setiap triwulan oleh Kantor Bank Indonesia (KBI) Banjarmasin. Bab I
Angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan angka perkiraan atas dasar tahun 2000 bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk kepraktisan, beberapa nama sektor dan subsektor disingkat sesuai kelaziman. Untuk data ekspor dan impor nonmigas Kalimantan Selatan, bersumber dari Dokumen Pemberitahuan Ekspor/Impor Barang yang diolah Bagian PDIE-Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia, yang tercantum pula pada buku Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) Kalimantan Selatan.
Bab II
Perkembangan inflasi regional dari pergerakan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Kota Banjarmasin. Data IHK bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan, dioleh lebih lanjut untuk keperluan analisis.
Bab III
Data perbankan bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) bank-bank yang berlokasi di wilayah Kalimantan Selatan, khusus untuk data penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek bersumber dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) Kalimantan Selatan.
Bab IV
Data keuangan daerah hanya mencakup data keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan yang bersumber dari Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan.
Bab V
Data sistem pembayaran merupakan data di wilayah kerja KBI Banjarmasin . Untuk data transaksi tunai bersumber dari Direktorat Pengedaran Uang, Bank Indonesia. Untuk data transaksi non-tunai melalui BI-RTGS bersumber dari Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, sedangkan data transaksi non tunai melalui kliring bersumber dari data kliring Bank Indonesia Banjarmasin.
Bab VI
Data ketenagakerjaan daerah bersumber dari Survei Ketenagakerjaan Nasional (Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan. Sedangkan angka kesejahteraan menggunakan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang bersumber dari data Badan Pusat Statistik Pusat.
Bab VII
Prospek perekonomian regional dibuat atas dasar perkembangan indikator ekonomi dan moneter dengan didukung oleh hasil survey yang dilakukan KBI Banjarmasin.
Buku ini diterbitkan pada akhir periode triwulan laporan sehingga angka yang disajikan dalam triwulan dimaksud sebagian diantaranya merupakan angka sementara hasil estimasi. Selanjutnya, adakalanya angka yang menunjukkan penjumlahan tidak selalu sama besarnya dengan penjumlahan angka-angka yang bersangkutan karena pembulatan.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
ix
Visi Bank Indonesia Menjadi Lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil.
Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang Negara Indonesia yang berkesinambungan.
Nilai-nilai Strategi Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan.
Visi Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Mewujudkan Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya melalui peningkatan perannya sebagai economic intelligence dan unit penelitian.
Misi Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Berperan aktif dalam pelaksanaan kebijakan Bank Indonesia dalam mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran secara efektif dan efisien dan peningkatan kajian ekonomi regional serta koordinasi dengan pemerintah daerah serta lembaga terkait.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
x
RINGKASAN EKSEKUTIF
Ringkasan Eksekutif
RINGKASAN EKSEKUTIF Pada triwulan III-2009, laju pertumbuhan ekonomi provinsi ini melonjak cukup tinggi yaitu dari 4,2% (y-o-y) pada triwulan II2009 menjadi 7,22% (y-o-y). Membaiknya kinerja
dua
sektor
ekonomi
unggulan
yakni
Pada triwulan III2009, ekonomi Kalimantan Selatan tumbuh 7,22% (y-oy), jauh lebih tinggi dibandingkan trwulan sebelumnya sebesar 4,2% (y-o-y).
pertanian dan pertambangan menjadi pendorong lonjakan pertumbuhan tersebut. Sementara itu dari sisi permintaan laju pertumbuhan ekonomi didorong oleh konsumsi masyarakat yang masih tumbuh dan konsumsi Pemerintah Daerah yang meningkat.
Sementara
mengalami
penurunan
itu
ekspor
walaupun
masih
dengan
laju
yang semakin rendah. Sebagai
pendorong
pertumbuhan
ekonomi
di
triwulan laporan, sektor pertanian mencatat laju sebesar
14,24%
(y-o-y),
jauh
lebih
tinggi
dibandingkan dibandingkan triwulan II-2009 yang hanya
tumbuh
Peningkatan dipengaruhi bahan
sebesar
3,83%
(y-o-y).
kinerja sektor pertanian terutama oleh
kinerja
makanan
subsektor
(tabama)
dan
tanaman subsektor
Dari sisi penawaran, laju pertumbuhan ditopang oleh dua sektor ekonomi dominan yaitu sektor pertanian dan sektor pertambangan.
perkebunan. Subsektor tabama pertumbuhannya melonjak
hingga
Tingginya
laju
mencapai
21,18%
pertumbuhan
(y-o-y).
subsektor
ini
dipengaruhi meningkatnya produktivitas tanaman pertanian khususnya komoditas jagung dan jalar.
Sementara,
subsektor
ubi
perkebunan
pertumbuhannya meningkat dari 5,21% ( y-o-y) Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
1
Ringkasan Eksekutif
pada
triwulan
Membaiknya
II-2009
tingkat
menjadi
harga
untuk
6,23%. komoditas
minyak sawit (CPO) dan karet mendorong petani untuk
meningkatkan
perkebunan
mereka
produktivitas sehingga
lahan
memperbaiki
kinerja subsektor ini. Kinerja sektor pertambangan mengalami perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya
Kinerja sektor pertambangan yang menjadi salah satu sektor andalan perekonomian Kalimantan Selatan, pada triwulan laporan mengalami peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan
triwulan
sebelumnya
yakni
dari 0,53% (y-o-y) menjadi 4,51% (y-o-y). Meningkatnya permintaan ekspor batu bara dari Jepang, Cina, India, Korea Selatan, dan kawasan ASEAN menjadi pendorong utama membaiknya kinerja sektor pertambangan. Volume ekspor komoditas batu bara.
Sayangnya meskipun
kondisi sektor ini sudah menunjukkan pemulihan dukungan pembiayaan sektor perbankan kepada sektor ini masih terus mengalami penurunan. Meningkatnya kinerja sektor perdagangan terutama terkait meningkatnya konsumsi masyarakat pada bulan Puasa dan Hari Raya Idul Fitri
Sektor
ekonomi
dominan
sektor
perdagangan,
lainnya
hotel
dan
yakni
restoran
(PHR) di triwulan III-2009 pertumbuhannya relatif
stabil
yakni
6,18%
(y-o-y)
atau
sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,13% (y-o-y). Meningkatnya aktivitas sektor PHR di triwulan laporan terutama dipengaruhi oleh meningkatnya konsumsi masyarakat pada bulan Puasa dan Hari Raya Idul Fitri. Sektor Industri Pengolahan menjadi satusatunya
sektor
ekonomi
dominan
yang
mengalami perlambatan pertumbuhan yakni 2
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Ringkasan Eksekutif
dari 4,23% (y-o-y) menjadi 0,14% (y-o-y). Menurunnya ekspor kayu olahan sebesar 19,5% (y-o-y) menjadi pendorong melambatnya laju pertumbuhan sektor ini. Sementara
itu
kinerja
nondominan menunjukkan rendah
sektor
secara
keseluruhan
perkembangan
dibanding
ekonomi
triwulan
yang
lebih
Pertumbuhan sektor industri pengolahan melambat karena penurunan ekspor kayu olahan
Kinerja sektor ekonomi lainnya mengalami perlambatan
sebelumnya.
Kinerja di sektor bangunan pada triwulan III2009 mencatat laju pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan sektor ekonomi non dominan lainnya sebesar 6,32% (y-o-y). Namun demikian, laju pertumbuhan tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan
perkembangan
di
triwulan
sebelumnya yang tumbuh 6,51% (y-o-y). Relatif stabilnya
pertumbuhan
di
sektor
ini
terkait
dengan masih tingginya kebutuhan masyarakat terhadap
rumah
pertumbuhan,
tinggal.
Melambatnya
diperkirakan
terkait
laju
dengan
berkurangnya waktu kerja untuk pembangunan rumah karena faktor bulan puasa dan masa libur hari raya Idul Fitri. Dari
sisi
permintaan,
masih
konsumsi
masyarakat
dan
pengeluaran penopang
pemerintah
tumbuhnya
meningkatnya
daerah
pertumbuhan
menjadi ekonomi
Kalimantan Selatan. Konsumsi rumah tangga
Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan ekonomi masih didorong oleh konsumsi masyarakat dan pengeluaran Pemerintah Daerah.
mencatat laju pertumbuhan sebesar 4,84%(y-oy), masih tumbuh positif walaupun lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan di triwulan II2009
yang
mencapai
6,18%%
(y-o-y).
Pertumbuhan konsumsi masyarakat ini terutama ditopang oleh faktor musiman bulan puasa dan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
3
Ringkasan Eksekutif
hari raya Idul Fitri yang mendorong masyarakat untuk
lebih
meningkatkan
konsumsi
pada
barang-barang kebutuhan pokok. Sementara itu perlambatan
konsumsi
masyarakat
lebih
disebabkan oleh masih terbatasnya pengeluaran masyarakat
untuk
barang-barang
konsumtif
dibandingkan periode yang sama di tahun 2008. Pengeluaran Pemerintah Daerah mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
Pengeluaran Pemerintah Daerah mencatat laju pertumbuhan yang lebih tinggi yaitu sebesar
5,95%
(y-o-y)
dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,48%
(y-o-y).
Meningkatnya
ekspansi
keuangan pemerintah disebabkan oleh semakin intensifnya
penyelesaian
berbagai
proyek
infrastruktur pemerintah daerah. Aktivitas yang
investasi
mengalami
terindikasi
dari
penurunan komponen
pembentukan modal tetap bruto (PMTB) Aktivitas investasi yang terindikasi dari pembentukan modal tetap bruto (PMTB) turun 0,86% (y-o-y)
yang turun sebesar 0,86% (y-o-y) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 41,95%
(y-o-y).
Belum
stabilnya
kondisi
ekonomi yang secara umum masih dalam tahap pemulihan menyebabkan beberapa pihak masih menunda kegiatan investasinya. Pertumbuhan Ekspor masih mengalami penurunan namun tidak sebesar triwulan sebelumnya
Kondisi pertumbuhan ekspor di triwulan III2009
diperkirakan
masih
mengalami
penurunan sebesar 5,9% (y-o-y). Meskipun masih mengalami penurunan, kondisi ini lebih baik
dibanding
triwulan
sebelumnya
yang
mencatat penurunan sebesar 28,44% (y-o-y). Sedikit membaiknya kondisi ekspor ini terutama didorong oleh meningkatnya volume ekspor ke luar negeri khususnya untuk komoditas batu bara 4
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Ringkasan Eksekutif
dan
bijih
besi.
Dilihat
dari
volumenya,
pertumbuhan ekspor ke luar negeri Kalimantan Selatan pada triwulan III-2009 (Juli-Agustus) memang mencatat kenaikan sebesar 18,31% (yo-y),
jauh
lebih
baik
dibanding
triwulan
sebelumnya yang mengalami penurunan sebesar 2,52% (y-o-y).
ASESMEN INFLASI Tekanan inflasi di Kalimantan Selatan pada triwulan
III-2009
permintaan peningkatan, akhir
sebetulnya namun
triwulan
4,31%
sebelumnya sebesar
sisi
inflasi
pada
tercatat
sebesar
lebih
rendah
sedikit
angka
dari
mengalami
angka
laporan
(y-o-y),
dibandingkan
khususnya
inflasi
triwulan
4,78% (y-o-y). Angka
inflasi ini masih jauh lebih tinggi dari angka
Tekanan inflasi dari sisi permintaan menguat akibat faktor musiman bulan Puasa dan Hari Raya Idul Fitri, namun angka inflasi pada akhir triwulan laporan lebih rendah dari triwulan sebelumnya yakni 4,31% (y-o-y)
inflasi nasional yang pada akhir triwulan III-2009 hanya mencapai 2,83% (y-o-y). Faktor musiman bulan Puasa dan hari Raya Idul Fitri menyebabkan konsumsi masyarakat akan kebutuhan meningkatkan
pokok
meningkat
tekanan
dari
sisi
sehingga permintaan.
Sementara itu, angka inflasi yang lebih rendah salah
satunya
tekanan
dari
disebabkan sisi
oleh
penawaran
melemahnya
yakni
pasokan
Selatan
sampai
hanya
tercatat
barang yang memadai. Laju
inflasi
dengan
Kalimantan
September
2009
sebesar 2,42% (y-t-d), jauh lebih rendah dibandingkan
periode
yang
sama
tahun
2008 yang mencapai 9,59%. Sementara itu Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
5
Ringkasan Eksekutif
Laju inflasi terbesar terjadi pada kelompok makanan jadi sebesar 11,19%. Deflasi terbesar terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan yakni sebesar -6,28%.
inflasi tahunan tertinggi pada periode laporan terjadi pada kelompok makanan jadi (11,19%), diikuti
oleh
kelompok
sandang
(9,11%),
kelompok bahan makanan (7,01%), kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga (5,20%) dan kelompok kesehatan (3,94%). Kelompok lainnya mengalami
deflasi.
Kelompok
transpor,
komunikasi, dan jasa keuangan mengalami laju deflasi terbesar yakni -6,28% (y-o-y) diikuti kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar -0,72% (y-o-y). Inflasi yang tinggi pada kelompok makanan jadi disebabkan oleh meningkatnya harga gula
internasional
konsumsi
gula
serta
oleh
meningkatnya
masyarakat
selama
bulan puasa dan lebaran. Sedangkan deflasi pada
kelompok
transportasi
disebabkan
oleh
turunnya harga sarana penunjang transport dan transport masyarakat
lainnya yang
serta belum
kondisi
daya
benar-benar
beli pulih
menyebabkan jumlah pemudik tidak sebanyak tahun sebelumnya
PERKEMBANGAN PERBANKAN Kinerja Perbankan di triwulan III-2009 masih menunjukkan terjadinya perlambatan pada indikator pertumbuhan asset, DPK, dan kredit.
Kinerja perbankan di Provinsi Kalimantan Selatan sampai dengan akhir triwulan III2009 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan
sebelumnya.
Aset
perbankan
di
triwulan laporan tumbuh sebesar 12,45% (y-o-y) atau lebih rendah dari triwulan II-2009 yang mencapai
18,16%
(y-o-y).
Melambatnya
pertumbuhan aset perbankan di triwulan laporan tersebut dipengaruhi oleh kegiatan pengumpulan 6
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Ringkasan Eksekutif
dana pihak ketiga (DPK) dan penyaluran kredit yang
pada
triwulan
laporan
mengalami
perlambatan akibat kondisi perekonomian yang masih dalam tahap pemulihan. Laju pertumbuhan DPK pada triwulan III2009
mencapai
11,39%
(y-o-y),
lebih
rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya
sebesar
Meningkatnya
13,98%
pengeluaran
Laju pertumbuhan DPK melambat dari 13,98% (y-o-y) menjadi 11,39% (y-o-y)
(y-o-y).
masyarakat
untuk
membeli berbagai barang kebutuhan pokok untuk menyambut bulan Puasa dan Hari Raya Idul Fitri telah
menjadi
pendorong
melambatnya
pertumbuhan DPK. Di
sisi
lain
melambat
laju
dari
pertumbuhan
21,41%
kredit
(y-o-y)
pada
triwulan II-2009 menjadi 14,06% (y-o-y). Masih belum pulihnya kondisi sektor perkebunam dan kehutanan menyebabkan laju penyaluran kredit ke sektor pertanian melambat. Daya beli
Laju pertumbuhan kredit melambat dari 21,41% (y-o-y) menjadi 14,06% (y-oy)
masyarakat yang relatif lebih lemah dibandingkan tahun
sebelumnya
juga
menyebabkan
perlambatan pada kredit konsumtif (sektor lainlain).
Sementara
pertambangan
itu
masih
kredit
di
sektor
terus
mengalami
umum
naik
penurunan. LDR 75,33%
kelompok pada
bank
triwulan
II-2009
77,21% pada triwulan laporan.
dari
menjadi Dampak
krisis global diindikasikan mempengaruhi kualitas portofolio kredit perbankan di Kalimantan Selatan yang ditunjukkan dengan meningkatnya rasio NPL. Rasio NPL gross bank umum mengalami
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
7
Ringkasan Eksekutif
kenaikan
dari
3,73%
pada
triwulan
II-2009
menjadi 4,63% pada triwulan III-2009.
SISTEM PEMBAYARAN Transaksi
pembayaran
di
Kalimantan
Selatan pada triwulan III-2009 mengalami Perkembangan transaksi pembayaran secara tunai di Kalimantan Selatan pada triwulan III- 2009 mengalami mengalami nett cash inflow.
perkembangan
yang
bervariasi
bila
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dari sisi transaksi uang tunai, total aliran uang kartal
masuk
Banjarmasin
dan
sebesar
keluar
melalui
KBI
Rp993,64
miliar,
turun
5,84% dari triwulan II-2009 yang mencapai Rp1,06 triliun. Jumlah uang kartal yang keluar (outflow) turun sebesar 19,06%, sementara uang tunai yang masuk (inflow) naik 5,47%, sehingga secara akumulatif di triwulan III-2009 terjadi net cash inflow sebesar Rp202,37 miliar. Transaksi pembayaran non tunai dengan Transaksi BI-RTGS di triwulan laporan mencatat penurunan 9,5% (q-t-q)
nilai besar (di atas Rp100 Juta)
melalui
sarana
laporan
BI-RTGS
pada
menunjukkan
penurunan
dibandingkan Penurunan
ini
triwulan
triwulan antara
lain
9,5% sebelumnya.
disebabkan
oleh
melambatnya aktivitas korporasi besar dalam menghadapi libur panjang perayaan Hari Raya Idul Fitri. Rata-rata harian nilai transaksi kliring pada triwulan laporan mengalami kenaikan tipis sebesar 1,91% dibanding triwulan sebelumnya
Sementara pembayaran kliring
itu
perkembangan
non-tunai
mengalami
melalui
peningkatan.
transaksi sarana Rata-rata
harian nilai transaksi kliring di triwulan laporan mencapai Rp49,4 miliar, naik 1,91% dari triwulan sebelumnya sebesar Rp48,5 miliar.
8
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Ringkasan Eksekutif
PROSPEK EKONOMI Di
triwulan
Kalimantan
IV-2009
Selatan
perekonomian
diperirakan
tumbuh
positif seiring pulihnya kondisi ekonomi dari efek krisis global. Namun demikian, laju pertumbuhan
pada
diproyeksikan
triwulan
akan
dibandingkan
sedikit
IV-2009
lebih
lambat
pertumbuhan
triwulan
sebelumnya yakni pada kisaran 6,5% - 7% (y-o-y). Musim panen raya yang telah berakhir serta adanya gangguan cuaca berakibat pada melambatnya
pertumbuhan
sektor
Pada triwulan IV2009 laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan diperkirakan sedikit melambat dari triwulan sebelumnya yakni pada kisaran 6,5%- 7,0% (y-o-y).
pertanian
yang merupakan sektor ekonomi dengan pagsa terbesar
dalam
perekonomian
Kalimantan
Selatan. Hal inilah yang menjadi faktor penyebab melambatnya pertumbuhan ekonomi provinsi ini setelah pada triwulan laporan tumbuh cukup tinggi. Secara tahunan, laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan tahun 2009 diperkirakan
akan
berada
pada
kisaran
5,3% - 6,0% (y-o-y). Dari sisi permintaan, pertumbuhan masih akan didorong oleh konsumsi masyarakat dan
pemerintah.
Meningkatnya
komponen
konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh faktor musiman
Hari
pergantian akan
tahun.
semakin
anggaran
Raya
Idul
Sementara
intensif
2009
Adha,
dalam
mengingat
itu
Natal,
Konsumsi masyarakat dan pemerintah akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi
dan
pemerintah
merealisasikan
pergantian
tahun
sudah di depan mata. Kondisi triwulan
ekspor
Kalimantan
IV-2009
Selatan
diperkirakan
pada akan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
9
Ringkasan Eksekutif
Kondisi ekspor diperkirakan semakin membaik pada triwulan IV-2009
membaik. Permintaan ekspor untuk beberapa komoditas
unggulan
Kalimantan
Selatan
khususnya batu bara diperkirakan meningkat seiring pulihnya perekonomian global. Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi di triwulan
IV-2009
ditopang Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2009 diperkirakan akan ditopang terutama oleh sektor perdagangan, pertambangan, dan industri pengolahan
oleh
pertambangan,
diperkirakan sektor
dan
akan
perdagangan,
industri
pengolahan.
Faktor musiman hari raya keagamaan dan liburan akhir tahun serta turunnya suku bunga kredit konsumtif diperkirakan akan mendorong kinerja sektor
perdagangan.
Kinerja
sektor
industri
pengolahan akan didorong oleh produksi pada indutri karet dan CPO yang diperkirakan akan meningkat
seiring
internasional.
membaiknya
Sementara
itu,
harga
meningkatnya
permintaan batu bara baik dari dalam maupun luar
negeri
akan
mendorong
kinerja
sektor
pertambangan. Sektor keuangan (perbankan) akan membaik seiring turunnya suku bunga.
Dukungan sektor perbankan diperkirakan membaik bunga.
seiring
turunnya
Membaiknya
diperkirakan
akan
kondisi
tingkat
suku
perekonomian
meningkatkan
permintaan
kredit baik dari sektor konsumtif maupun sektor produktif.
PROSPEK INFLASI Laju inflasi kota Banjarmasin pada triwulan Laju inflasi triwulan II-2009 meningkat dengan kisaran 5,5%+ 1%
IV-2009 diperkirakan sedikit lebih tinggi dibandingkan
triwulan
laporan.
Pengaruh
faktor musiman yakni Hari raya Idul Adha, Natal, dan Tahun Baru meningkatkan tekanan dari sisi permintaan. Membaiknya daya beli masyarakat
10
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Ringkasan Eksekutif
seiring pulihnya ekonomi dari dampak krisis ekonomi global diperkirakan menjadi salah satu faktor naiknya tekanan inflasi. Tekanan
inflasi
dari
sisi
penawaran
diperkirakan juga akan menguat, terkait turunnya
pasokan
bahan
makanan
(terutama beras) seiring berakhirnya musim panen
raya
padi.
Potensi
kenaikan
harga
diperkirakan juga muncul dari pengaruh kenaikan harga gas elpiji serta kenaikan harga minyak mentah dunia yang akan mempengaruhi biaya produksi di sektor industri. Namun komitemen pemerintah untuk selalu menjaga ketersediaan stok
kebutuhan
menhan
laju
pertimbangan
pokok
inflasi. tersebut
diharapkan
Dengan laju
mampu
pertimbanganinflasi
Hari raya keagamaan dan perayaan tahun baru akan meningkatkan tekanan inflasi dari sisi permintaan, sementara sisi penawaran didorong oleh turunnya pasokan beras serta naiknya harga elpiji dan harga munyak mentah dunia
pada
triwulan IV-2009 diroyeksikan berada pada kisaran 5,5%+1% (y-o-y).
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
11
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
1
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
1. KONDISI UMUM Di tengah kondisi pemulihan dari gejolak krisis ekonomi global, ekonomi Kalimantan Selatan di triwulan III-2009 mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi. Laju pertumbuhan di triwulan laporan diperkirakan mencapai 7,22% (y-o-y), lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya pada kisaran 3,5%4,0% (y-o-y). Peningkatan produksi sektor pertanian yang lebih tinggi dari perkiraan dan indikasi mulai pulihnya sektor pertambangan menjadi penyebab pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Dari
sisi
penawaran,
adanya
lonjakan
pertumbuhan
ekonomi Kalimantan Selatan terutama dipengaruhi oleh kinerja sektor ekonomi dominan khususnya sektor pertanian yang mampu mencatat produktivitas lebih tinggi dari perkiraan. Meningkatnya produktivitas
sektor
pertanian
terutama
dipengaruhi
oleh
penggunaan bibit unggul serta perluasan lahan pada beberapa komoditas
lahan
pertumbuhan
juga
pertanian. ditopang
Selain oleh
itu,
membaiknya
membaiknya
kinerja
laju sektor
pertambangan seiring dengan meningkatnya permintaan ekspor dari negara-negara Jepang, China dan India. Pertumbuhan ekonomi dari sisi penggunaan, dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi pemerintah daerah seiring penyelesaian berbagai proyek infrastruktur mendekati akhir tahun anggaran 2009. Selain
itu,
pertumbuhan
ekonomi
juga
ditopang
oleh
masih
positifnya pertumbuhan konsumsi masyarakat yang bersumber dari meningkatnya pendapatan karena pemberian tunjangan hari raya menjelang perayaan hari raya Idul Fitri. Kinerja ekspor juga mulai 12
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
membaik meskipun laju pertumbuhan masih mengalami penurunan apabila dibandingkan periode yang sama di tahun 2008. Membaiknya ekspor sejalan dengan mulai pulihnya permintaan ekspor dari negara-negara tujuan ekspor utama seperti Jepang, China, India, ASEAN dan Korea Selatan. Di sisi lain, aktivitas investasi di Kalimantan Selatan pada triwulan laporan menunjukkan penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi perekonomian yang masih belum stabil serta sikap investor yang masih menunggu terbentuknya pemerintahan pasca Pilpres.
2. SISI PENAWARAN Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan (y-o-y) Sektoral Atas Dasar Harga Konstan Pertumbuhan Trw 1Trw 22009 2009*
Trw 32009**
Kontribusi Trw 2Trw 32009 2009
3.83%
14.24%
1.03%
3.98%
-1.38%
0.53%
4.51%
0.12%
0.96%
4.85%
3.40%
4.23%
0.14%
0.45%
0.01%
2.96%
4.66%
4.41%
7.46%
5.21%
0.04%
0.02%
Bangunan
5.61%
7.48%
6.35%
6.51%
6.32%
0.33%
0.33%
Perdagangan
7.66%
5.65%
5.04%
6.13%
6.18%
0.87%
0.89%
Pengangkutan
9.12%
4.83%
4.67%
6.25%
5.44%
0.51%
0.44%
Keuangan
2.98%
6.38%
10.24%
5.17%
3.89%
0.20%
0.16%
Jasa
5.35%
4.98%
5.48%
7.64%
5.00%
0.65%
0.42%
Total
9.68%
2.99%
3.25%
4.20%
7.22%
4.20%
7.22%
Trw 32008
Trw 42008
Pertanian
15.78%
2.14%
3.49%
Pertambangan
13.09%
-2.44%
Industri
0.08%
Listrik
Sumber: BPS Prov.Kalsel, diolah. *) Angka sementara **) Angka proyeksi Bank Indonesia Banjarmasin
Aktivitas laporan
ekonomi
diperkirakan
Kalimantan
tumbuh
lebih
Selatan tinggi
di
triwulan
dibandingkan
triwulan II-2009. Dari sisi sektoral, walaupun ekonomi mulai pulih dari dampak krisis ekonomi global, namun kinerja ekonomi masih belum mampu menyamai laju pertumbuhan pada periode yang sama di tahun 2008.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
13
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi di triwulan laporan
terutama
dipengaruhi
oleh
melonjaknya
kinerja
sektor pertanian dari 3,83% (y-o-y) pada triwulan II-2009 menjadi 14,24% (y-o-y). Melonjaknya kinerja sektor pertanian terutama dipengaruhi oleh peningkatan kinerja di subsektor tanaman bahan makanan (tabama) karena adanya penggunaan tanaman bibit unggul serta perluasan lahan pertanian untuk beberapa komoditas. Sementara itu perkembangan sektor ekonomi dominan lainnya juga menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan triwulan II2009.
Sektor
pertambangan,
yang
menjadi
penopang
utama
ekonomi Kalimantan Selatan mulai mencatat pertumbuhan positif sebesar 4,51% (y-o-y) lebih tinggi dari triwulan II-2009 yang mencatat pertumbuhan sebesar 0,53% (y-o-y). Mulai membaiknya kinerja sektor pertambangan terkait dengan semakin pulihnya permintaan ekspor batu bara dari Jepang, China, India dan Korea Selatan.
Kinerja
yang
cukup
baik
juga
ditunjukkan
oleh
perkembangan sektor perdagangan yang mencatat pertumbuhan sebesar 6,18% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang sebesar 6,13% (y-o-y). Meskipun beberapa sektor telah menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik, kinerja sektor industri pengolahan di triwulan laporan tumbuh melambat yaitu dari 4,23% (y-o-y) di triwulan II2009 menjadi 0,14% (y-o-y). Melambatnya kinerja di sektor ini terutama dipengaruhi oleh masih sepinya pesanan ekspor baru terhadap komoditas kayu olahan.
2.1 Sektor Ekonomi Dominan 2.1.1. Sektor Pertanian Kinerja sektor pertanian Kalimantan Selatan di triwulan laporan mengalami lonjakan pertumbuhan yang cukup tinggi mencapai 14,24% (y-o-y) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,83% (y-o-y). Adanya lonjakan pertumbuhan di sektor pertanian mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi
14
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
di triwulan laporan ke level yang lebih optimistik, mengingat pangsa
sektor
pertanian
yang
cukup
besar
dalam
perekonomian Kalimantan Selatan, mencapai 22,56%. Ditinjau dari
subsektor
penyusunnya,
lonjakan
pertumbuhan
di
sektor
pertanian terutama dipengaruhi oleh sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) yang tumbuh mencapai 21,18% (y-o-y). Lonjakan dipengaruhi
pertumbuhan
oleh
peningkatan
di
sub
sektor
produktivitas
tabama
terutama
tanaman
pertanian
khususnya adalah komoditas jagung dan komoditas ubi jalar. Berdasarkan data angka ramalan (ARAM) III-2009, produktivitas masing-masing komoditas diperkirakan mengalami kenaikan sebesar 23,83%
dan
18,04%.
Untuk
komoditas
jagung,
produksinya
diperkirakan meningkat dari 95,1 ribu ton di tahun 2008 menjadi 117,7 ribu ton di tahun 2009. Peningkatan produksi jagung terutama dipengaruhi oleh adanya penggunaan varietas jagung hibrida yang memiliki tingkat produktivitas lebih baik daripada varietas lokal. Sedangkan peningkatan produksi ubi kayu dipengaruhi oleh adanya kenaikan luas lahan untuk memenuhi kebutuhan pabrik Tapioka di Kabupaten Tanah Laut. Tabel 1.2. Produksi Tanaman Bahan Makanan (Tabama) Kalimantan Selatan
Tanaman Bahan Makanan Padi Jagung Kacang Hijau Kacang Tanah Kedelai Ubi Kayu Ubi Jalar TOTAL
ATAP 2008 Produksi Luas Panen (ton) (Ha) 1,954,283 507,319 95,064 20,115 1,529 1,482 16,476 14,161 3,818 3,260 119,085 8,123 25,903 2,417 2,216,158 556,877
ARAM III 2009 Growth Produksi Luas Panen Produksi Luas Panen (ton) (Ha) (ton) (Ha) 2,003,292 498,811 2.51% ‐1.68% 117,715 23,669 23.83% 17.67% 1,623 1,563 6.15% 5.47% 16,249 13,569 ‐1.38% ‐4.18% 4,146 3,582 8.59% 9.88% 129,591 8,756 8.82% 7.79% 30,577 2,666 18.04% 10.30% 2,303,193 552,616 3.93% ‐0.77%
*) ATAP : Angka Tetap; ARAM : Angka Ramalan III Sumber: BPS Provinsi Kalsel, Dinas Pertanian Propinsi Kalsel
Selain pertumbuhan di subsektor tabama, laju pertumbuhan sektor pertanian juga ditopang oleh pertumbuhan di subsektor Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
15
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
perkebunan yang mencatat kenaikan dari 5,21% (y-o-y) pada triwulan
II-2009
pertumbuhan
menjadi
subsektor
6,23%
(y-o-y).
pekebunan
Membaiknya
dipengaruhi
oleh
laju mulai
membaiknya tingkat harga baik untuk komoditas minyak sawit (CPO) maupun karet. Dengan tingkat harga yang lebih baik, petani
dan
perusahaan mendorong produktivitas dari lahan perkebunan mereka. Grafik 1.1. Pertumbuhan Kredit Lokasi Proyek Sektor Pertanian Kalimantan Selatan y-o-y
y-o-y
20%
100% g. PDRB Sektor Pertanian (y-o-y) - aksis kiri
15%
80%
g. Kredit Pertanian (y-o-y) - aksis kanan
60% 10%
40% 20%
5%
0% 0% -20% -40%
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep
-5%
2007
2008
2009
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum Bank Indonesia, diolah
Sementara itu dukungan pembiayaan perbankan untuk sektor pertanian di triwulan III-2009 masih mencatat pertumbuhan yang relatif tinggi sebesar 34,04% (y-o-y), meskipun lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 56,32% (y-o-y). Masih tingginya pertumbuhan di sektor pertanian sebagian besar adalah untuk mendukung aktivitas pembukaan lahan perkebunan yang bersifat jangka panjang dan berkelanjutan.
2.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian Di sektor pertambangan, aktivitas produksi komoditas batu bara Kalimantan Selatan mulai menunjukkan pemulihan dari imbas krisis ekonomi global. Laju pertumbuhan mencatat pertumbuhan positif sebesar 4,51% (y-o-y) setelah pada triwulan II-2009 laju 16
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
pertumbuhan hanya tumbuh sebesar 0,53% (y-o-y). Membaiknya kinerja sektor pertambangan Kalimantan Selatan di triwulan laporan menjadi
salah
satu
pendorong
peningkatan
laju
pertumbuhan
ekonomi Kalimantan Selatan di triwulan laporan. Membaiknya aktivitas
Grafik 1.2. Perkembangan Harga Batubara Internasional
ekspor
bahan
tambang,
khususnya
untuk
160 140
komoditas batu bara
100
terutama dipengaruhi
60
oleh
meningkatnya
permintaan
ekspor
Harga Batubara Int'l (US$/ton)
120
80
40 20 0
dari beberapa negara utama
antara
lain
Sumber: Bloomberg (diolah)
Jepang, China, India, Korea Selatan dan kawasan ASEAN seiring mulai pulihnya kondisi ekonomi di beberapa negara tersebut. Membaiknya permintaan dunia juga tercermin dari pegerakan harga komoditas batu bara yang juga meningkat yaitu dari US$48/ton di akhir bulan Juni menjadi US$52,3/ton di bulan September 2009. Meningkatnya aktivitas
sektor
pertambangan Kalimantan
Selatan
juga tercermin dari laju
pertumbuhan
volume
ekspor
Grafik 1.3. Volume Ekspor Batubara Kalimantan Selatan menurut Negara Tujuan Utama 3,500 n o T 3,000 u b i R 2,500
periode
China Jepang
2,000 1,500 1,000 500 ‐
komoditas batu bara di
India A SEA N Kore a Se latan
Juli-
1
2
3
4
5
6
7
2008
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
6
7
8
2009
Agustus 2009 yang mencatat kenaikan 15,61% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2009 yang masih mengalami kontraksi sebesar 2,52% (y-o-y).
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
17
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.4. Pertumbuhan Kredit Lokasi Proyek Sektor Pertambangan Kalimantan Selatan y-o-y
y-o-y
14%
100% g. PDRB Sektor Pertambangan (aksis kiri) g. Kredit Pertambangan (aksis kanan)
12%
80%
10% 60%
8% 6%
40%
4%
20%
2%
0%
0% -20%
-2% -4%
-40% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2007
2008
2009
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum Bank Indonesia, diolah
Meskipun kondisi sektor pertambangan sudah menunjukkan pemulihan, kepada
namun
sektor
demikian
ini
masih
dukungan
terus
pembiayaan
mengalami
perbankan
penurunan.
Laju
pertumbuhan kredit sektor pertambangan mengalami penurunan sebesar 28,51% (y-o-y), lebih buruk dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2009 yang masih mencatat kenaikan 0,91% (y-o-y). Penurunan kredit sektor pertambangan diperkirakan terkait masih adanya beberapa perusahaan kuasa pertambangan yang masih belum pulih, baik karena belum pulihnya permintaan maupun karena terkendala belum selesainya pembangunan jalan khusus tambang batu bara.
2.1.3. Sektor Industri Pengolahan Di
sektor
industri
pengolahan,
pertumbuhan
pada
triwulan laporan tercatat lebih lambat yaitu dari 4,23% (y-oy) pada triwulan II-2009 menjadi hanya sebesar 0,43% (y-oy).
Melambatnya
laju
pertumbuhan
sektor
industri
Kalimantan Selatan terutama dipengaruhi oleh menyusutnya pertumbuhan di subsektor industri olahan kayu sebesar 2,78% (y-o-y) dibandingkan pertumbuhan di triwulan II2009 yang masih mencatat pertumbuhan positif sebesar 2,83% (y-o-y).
18
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Ribu Ton
Grafik 1.5. Perkembangan Volume Ekspor Kayu Olahan (Ribu Ton) 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
140% 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% ‐20% ‐40% ‐60% ‐80%
Vol.Ekspor Kayu Olahan g.Volume (y‐o‐y)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 2007
2008
2009
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Turunnya laju pertumbuhan di sektor industri olahan kayu masih dipengaruhi oleh kondisi permintaan ekspor yang masih belum pulih. Hal ini terindikasi dari pertumbuhan volume ekspor produk kayu olahan Kalimantan Selatan yang pada periode Juli-Agustus 2009 mencatat penurunan sebesar 19,50% (y-o-y) dibandingkan periode yang sama di tahun 2008. Melambatnya laju pertumbuhan industri juga tercermin dari penggunaan listrik sektor industri pada triwulan laporan yang mencatat penurunan sebanyak 5,35% (y-o-y). Grafik 1.6. Pertumbuhan Penggunaan Listrik Sektor Industri Kalimantan Selatan % yoy
% yoy 20%
6% 5%
g. PDRB Sektor Industri (aksis kiri)
10%
g. Kons. Listrik Industri
4%
0%
3%
-10%
2%
-20%
1%
-30% -40%
0% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2007
2008
2009
Sumber: PT PLN wilayah Kalsel-Teng, diolah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
19
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Sementara itu melambatnya pertumbuhan di sektor industri juga
dipengaruhi
oleh
subsektor
industri
kimia
yang
tumbuh
melambat dari 5,07% (y-o-y) di triwulan II-2009 menjadi 2,48% (yo-y).
Melambatnya
pertumbuhan
di
subsektor
ini
terutama
dipengaruhi oleh relatif berfluktuasinya permintaan ekspor komoditas karet olahan. Pada triwulan laporan (periode Juli-Agustus 2009), volume ekspor karet Kalimantan Selatan mencatat penurunan yang cukup dalam mencapai 51,52% (y-o-y), sehingga diperkirakan berdampak terhadap turunnya produktivitas industri pengolahan karet. Dengan melihat fluktuasi kondisi sektor industri di Kalimantan Selatan, ekspansi kredit perbankan ke sektor ini menunjukkan trend yang menurun. Laju pertumbuhan kredit ke sektor industri bahkan menyusut hingga 7% (y-o-y) di posisi Agustus 2009, setelah pada akhir triwulan II2009
masih
mencatat
pertumbuhan
positif
sebesar
2,42%
(y-o-y).
Diharapkan dengan mulai pulihnya ekonomi negara China, India dan Korea Selatan
dari
imbas
krisis
ekonomi
global,
dapat
memperbaiki
laju
pertumbuhan sektor industri pengolahan Kalimantan Selatan ke depan. Grafik 1.7. Pertumbuhan Kredit Perbankan ke Sektor Industri Berdasarkan Lokasi Proyek y-o-y 6.00% 5.00%
y-o-y 40.00%
g. PDRB Sektor Industri (y-o-y) - aksis kiri g. Kredit Industri (y-o-y) aksis kanan
30.00% 20.00%
3.00%
10.00%
2.00%
0.00%
1.00%
-10.00%
0.00%
-20.00%
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep
4.00%
2007
2008
2009
Sumber: Bank Indonesia, diolah
2.1.4. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Perkembangan
di
sektor
perdagangan,
hotel
dan
restoran (PHR) Kalimantan Selatan pada triwulan laporan
20
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
relatif
stabil
dengan
laju
pertumbuhan
yang
sedikit
meningkat yaitu dari 6,13% (y-o-y) di triwulan II-2009 menjadi 6,18% (y-o-y). Laju pertumbuhan di sektor PHR terutama ditopang oleh pertumbuhan di subsektor perdagangan besar dan kecil yang tumbuh 6,17% (y-o-y), sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,13% (y-o-y). Relatif stabilnya laju pertumbuhan terutama ditopang oleh meningkatnya konsumsi masyarakat pada bulan puasa dan hari raya Idul Fitri. Seringnya pelaksanaan event buka puasa bersama di bulan puasa juga berdampak terhadap kenaikan kinerja subsektor restoran yang tumbuh lebih tinggi dari 6,25% (y-o-y) di triwulan II-2009 menjadi 6,46% (y-o-y). Meningkatnya
aktivitas di sektor perdagangan
terlihat dari konsumsi listrik sektor bisnis Kalimantan Selatan seperti toko, pasar, pusat perbelanjaan, hotel, restoran dan pusat bisnis lainnya, yang mencatat kenaikan 6,71% (y-o-y) yaitu dari 51 juta KwH di triwulan III-2008 menjadi 54,4 juta KwH. Grafik 1.8. Pertumbuhan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis % yoy
% yoy
14% 90% 12%
70%
g. PDRB Sektor Perdagangan (aksis kiri) g. Listrik Sektor Bisnis
10%
50%
8%
30%
6%
10%
4%
-10%
2%
-30% -50%
0% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2007
2008
2009
Sumber: PT. (Persero) PLN Wilayah Kalselteng
Kinerja subsektor hotel pada triwulan laporan mengalami perlambatan dari 5,74% (y-o-y) pada triwulan II-2009 menjadi 4,93% (y-o-y). Perlambatan ini terkait dengan momentum bulan puasa
yang
menyebabkan
penurunan
aktivitas
hiburan
dan
pertemuan bisnis/kedinasan yang diselenggarakan di hotel, termasuk
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
21
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
adanya larangan aktivitas hiburan malam, di samping adanya libur panjang menjelang dan sesudah hari raya Idul Fitri. Dengan meningkatnya kinerja sektor PHR, pembiayaan bank ke sektor ini mulai menunjukkan peningkatan. Indikasi ini terlihat dari laju pertumbuhan kredit perbankan di triwulan III-2009 (posisi Agustus) ke sektor PHR yang mencatat pertumbuhan sebesar 5,71% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di triwulan II-2009 yang tumbuh 1,58% (y-o-y). Aktivitas konsumsi masyarakat yang relatif
stabil
diikuti
dengan
membaiknya
aktivitas
sektor
pertambangan diperkirakan manjadi faktor utama perbankan untuk mulai meningkatkan ekspansi ke sektor perdagangan. Di sisi lain, tingkat suku bunga kredit yang cenderung menurun juga menjadi salah satu pertimbangan para pelaku bisnis untuk berani mengambil fasilitas kredit dari bank. Grafik 1.9. Pertumbuhan Kredit Sektor Perdagangan Berdasarkan Lokasi Proyek y-o-y
y-o-y
9.00%
50.00%
8.00%
45.00%
7.00%
40.00% 35.00%
6.00%
30.00%
5.00%
25.00%
4.00%
20.00%
3.00%
15.00%
2.00%
g. PDRB Sektor Perdagangan (y-o-y) - aksis kiri
10.00%
1.00%
g. Kredit Perdagangan (y-o-y) - aksis kanan
5.00%
0.00%
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep
0.00%
2007
2008
2009
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum Bank Indonesia, diolah
2.1.5. Sektor Ekonomi Non-Dominan Kinerja sektor-sektor ekonomi di luar sektor ekonomi dominan secara keseluruhan menunjukkan perkembangan yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Kinerja sektor bangunan pada triwulan III-2009 mencatat laju pertumbuhan sebesar 6,32% (y-o-y), sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,51% (y-o-y). Pertumbuhan di 22
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
sektor ini diperkirakan terkait dengan masih tingginya kebutuhan masyarakat terhadap rumah tinggal. Perlambatan laju pertumbuhan, diperkirakan
terkait
dengan
berkurangnya
waktu
kerja
untuk
pembangunan rumah karena faktor bulan puasa dan masa libur hari raya Idul Fitri. Masih tingginya permintaan konsumen terhadap perumahan di Kalimantan Selatan dikonfirmasi dari hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia Banjarmasin triwulan III-2009 yang menunjukkan mulai pulihnya penjualan rumah. Laju penjualan rumah tumbuh 23,31% (y-o-y) setelah pada triwulan sebelumnya mencatat penurunan 19,99% (y-o-y). Total rumah yang terjual pada triwulan laporan mencapai 2.798 unit, mengalami kenaikan sebanyak 14,2% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 2.450 unit. Grafik 1.10. Perkembangan Penjualan Rumah di Kalimantan Selatan 140.00% 120.00% 100.00% 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00% -20.00% -40.00%
3,500.0 3,000.0 2,500.0
Penjualan Rumah Pertumbuhan y-o-y (%)
2,000.0 1,500.0 1,000.0 500.0
T1 .2 0 T2 06 .2 0 T3 06 .2 0 T4 06 .2 0 T1 06 .2 0 T2 07 .2 0 T3 07 .2 0 T4 07 .2 0 T1 07 .2 0 T2 08 .2 0 T3 08 .2 0 T4 08 .2 0 T1 08 .2 0 T2 09 .2 0 T3 09 .2 00 9
0.0
Sumber : SHPR BI Banjarmasin Trw III-2009
Grafik 1.11. Perkembangan Kredit Konstruksi Berdasarkan Lokasi Proyek di Kalimantan Selatan y-o-y
y-o-y
9%
g. PDRB Sektor Bangunan y-o-y (aksis kiri)
8%
g. Kredit Konstruksi (y-o-y) - aksis kanan
100% 80%
7% 6%
60%
5%
40%
4% 3%
20%
2%
0%
1%
-20%
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep
0%
2007
2008
2009
Sumber : Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
23
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Walaupun pasar perumahan mulai menunjukkan pemulihan, dukungan pembiayaan dari perbankan masih relatif terbatas. Hal ini terindikasi dari perkembangan aliran kredit ke sektor konstruksi yang melambat dari 35,89% (y-o-y) di triwulan II-2009 menjadi 7,23% (y-o-y). Masih tingginya tingkat suku bunga diperkirakan menjadi salah satu hambatan bagi pengembang untuk meningkatkan sumber pembiayaan dari perbankan. Melambatnya laju pertumbuhan juga terjadi pada sektor listrik, gas dan air bersih Kalimantan Selatan yaitu dari 7,46% (y-oy) di triwulan II-2009 menjadi 5,21% (y-o-y). Penurunan kinerja di sektor ini sangat erat kaitannya dengan kondisi musim kemarau yang melanda wilayah Kalimantan Selatan sehingga berdampak terhadap turunnya ketinggian air waduk Riam Kanan dari level normal 58-60 meter menjadi 54,81 meter. Dengan menyusutnya air, dari 3 buah turbin pembangkit listrik berkapasitas 3 x 10 MW, hanya satu turbin yang bisa dioperasikan. Dengan tidak beroperasinya dua buah turbin pembangkit, pasokan listrik di wilayah Kalimantan Selatan dan Tengah mengalami gangguan. Kinerja
sektor
pengangkutan
dan
komunikasi
di
triwulan III-2009 juga mencatat pertumbuhan yang lebih rendah, yaitu dari 6,25% (y-o-y) di triwulan II-2009 menjadi 5,44%
(y-o-y).
pengangkutan
di
Melambatnya triwulan
laju
III-2009
pertumbuhan terutama
berasal
sektor dari
melambatnya kinerja subsektor angkutan laut yang tumbuh 3,17% (y-o-y) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,49% (y-o-y). Hal ini terutama dipengaruhi oleh turunnya minat penumpang untuk menggunakan moda transportasi kapal laut pada saat liburan hari raya Idul Fitri karena waktu libur yang relatif lebih sempit. Selain itu, penurunan ini juga terkait kebijakan pembatasan jumlah penumpang kapal oleh Ditjen Perhubungan Laut maksimal sebanyak 1.500 orang per kapal dari sebelumnya yang bisa mencapai 3.000 orang. Sementara
24
itu
kinerja
subsektor
angkutan
darat
masih
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi yaitu dari 4,82% (y-oy) pada triwulan II-2009 menjadi 6,59% (y-o-y). Pertumbuhan di subsektor ini dipengaruhi oleh faktor musiman hari raya Idul Fitri seiring
meningkatnya
aktivitas
transportasi
masyarakat
untuk
melakukan kunjungan ke sanak keluarga dan bersilaturahmi di kampung halaman. Selain faktor musiman, telah selesainya sebagian besar pembangunan jalan khusus batu bara serta mulai membaiknya permintaan batu bara juga berdampak pada meningkatnya aktivitas pengiriman oleh angkutan (truk) batu bara menuju pelabuhan khusus. Indikasi ini terlihat dari lonjakan penyaluran kredit sektor angkutan pada triwulan III-2009 yang mencapai 40,06% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 15,41% (y-o-y). Grafik 1.12. Perkembangan Kredit Sektor Angkutan Berdasarkan Lokasi Proyek di Kalimantan Selatan y-o-y
y-o-y 10%
80%
9%
70%
8%
60%
7% 6%
50%
5%
40%
4%
30%
3%
g. PDRB Sektor Angkutan (y-o-y) - aksis kiri
2%
g. Kredit Angkutan y-o-y (aksis kanan)
20% 10%
0%
0%
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep
1%
2007
2008
2009
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Bank Indonesia, diolah
Melambatnya
pertumbuhan,
juga
ditunjukkan
oleh
sektor jasa-jasa yang pada triwulan laporan tumbuh 5% (y-oy) setelah pada triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,64% (yo-y). Melambatnya laju pertumbuhan di sektor jasa-jasa terutama dipengaruhi oleh melambatnya aktivitas jasa Pemerintahan Umum seiring dengan adanya masa libur perayaan hari raya Idul Fitri. Namun
demikian,
sampai
dengan
akhir
tahun,
pengeluaran
pemerintah daerah akan semakin meningkat menjelang berakhirnya tahun anggaran 2009.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
25
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.13. Perkembangan Penyaluran Kredit Perbankan Kalimantan Selatan
Rp Miliar
Pertumbuhan Kredit Kalimantan Selatan 14,000
50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 ‐ 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2008
2
3
4
5
6
7
8
2009
Nominal Kredit
g. Kredit (y‐o‐y)
Sumber : Bank Indonesia Banjarmasin
Kinerja
sektor
keuangan,
persewaan
dan
jasa-jasa
perusahaan pada triwulan laporan tumbuh lebih lambat yaitu dari 5,17% (y-o-y) pada triwulan II-2009 menjadi 3,89% (yo-y). Melambatnya kinerja di sektor ini terutama dipengaruhi oleh melambatnya kinerja subsektor bank dari 4,63% (y-o-y) di triwulan II-2009 menjadi hanya sebesar 0,79% (y-o-y). Melambatnya kinerja bank
Kalimantan
Selatan
di
triwulan
laporan
sejalan
dengan
lambatnya laju ekspansi penyaluran kredit yang mulai berdampak terhadap tingkat profitabilitas bank. Kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian serta masih tingginya risiko menjadi pertimbangan bank untuk membatasi laju ekspansi kredit mereka, terutama pada sektor ekonomi yang dinilai berisiko tinggi. Masih tingginya risiko kredit tercermin dari kenaikan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) perbankan Kalimantan Selatan dari 3,73% di triwulan II-2009 menjadi 3,95% pada posisi bulan Agustus 2009. Ekspansi kredit perbankan Kalimantan Selatan (lokasi bank), pada triwulan laporan tercatat tumbuh 16% (y-o-y) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 21,41% (y-o-y). 26
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
3. SISI PENGGUNAAN Dari
sisi
penggunaan,
pertumbuhan
ekonomi
Kalimantan Selatan di triwulan III-2009 masih didominasi oleh konsumsi masyarakat dan pengeluaran pemerintah. Sementara itu, perkembangan pada komponen ekspor masih mencatat penurunan walaupun dengan laju yang semakin rendah. Konsumsi masyarakat masih tumbuh positif, walaupun sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Meningkatnya konsumsi masyarakat pada triwulan laporan terutama dipengaruhi oleh faktor musiman bulan puasa dan hari raya Idul Fitri. Di sisi lain, ekspansi keuangan pemerintah tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya
seiring
dengan
semakin
intensifnya
penyelesaian berbagai proyek infrastruktur Pemerintah Daerah. Tabel 1.3 Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan (y-o-y) Sisi Permintaan Atas Dasar Harga Konstan Triwulanan
Trw 32008 Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Investasi (PMTB) Net Ekspor Ekspor Impor Total
Trw 42008
Pertumbuhan Trw 1Trw 22009 2009*
Trw 32009**
8.27%
7.48%
11.34%
6.18%
4.84%
4.83% 57.27% 61.48% 45.00% 19.99% 9.68%
1.94% 8.55% -4.91% -3.48% -1.32% 2.99%
11.96% 52.93% -95.52% -20.55% 131.99% 3.25%
5.48% 41.95% -42.07% -28.44% 12.45% 4.20%
5.95% -0.86% -8.88% -5.90% 0.16% 7.22%
Sumber: BPS Provinsi Kalsel, diolah. *) Angka sementara **) Angka perkiraan
Pada komponen net ekspor, laju pertumbuhan di triwulan III2009 masih menunjukkan penurunan meskipun dengan tingkat yang lebih rendah. Masih turunnya pertumbuhan ekspor Kalimantan Selatan dipengaruhi oleh kondisi pasar global yang masih belum stabil karena masih dalam tahap pemulihan dari imbas krisis ekonomi global. Namun demikian, permintaan beberapa komoditas ekspor utama Kalimantan Selatan seperti batu bara, bijih besi dan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
27
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
CPO mulai menunjukkan kenaikan, terutama permintaan yang berasal dari Jepang, China, India dan Korea Selatan. Aktivitas
investasi
yang
tercermin
dari
komponen
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan III-2009 juga mencatat kontraksi. Kondisi pasar global yang belum stabil serta sikap
wait
and
see
pelaku
usaha
terhadap
pembentukan
pemerintahan nasional yang baru, menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terbatasnya aktivitas investasi di triwulan laporan.
3.1. Konsumsi Pertumbuhan konsumsi masyarakat Kalimantan Selatan di triwulan III-2009 masih tumbuh positif dengan laju pertumbuhan mencapai 4,84% (y-o-y) atau lebih lambat dibandingkan
pertumbuhan
triwulan
sebelumnya
yang
tumbuh 6,18% (y-o-y). Melambatnya pertumbuhan konsumsi masyarakat
dipengaruhi
oleh
masih
terbatasnya
pengeluaran
masyarakat, khususnya untuk barang-barang konsumsi tahan lama (durable goods). Kondisi perekonomian yang belum stabil serta tingkat suku bunga yang masih relatif tinggi, menjadi salah satu faktor melambatnya konsumsi masyarakat. Disamping itu adanya faktor musiman bulan puasa dan hari raya Idul Fitri juga mendorong masyarakat untuk lebih memprioritaskan pengeluaran konsumsi untuk barang-barang kebutuhan pokok. Melambatnya pertumbuhan konsumsi masyarakat terindikasi dari perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang sedikit melemah di akhir September 2009. Melemahnya IKK menunjukkan adanya
penurunan
dipengaruhi
oleh
optimisme
konsumen.
melambatnya
Penurunan
perkembangan
indeks
terutama kondisi
ekonomi saat ini (IKE) terkait dengan persepsi konsumen terhadap masih rendahnya ketersediaan lapangan kerja serta adanya persepsi untuk menunda pembelian barang tahan lama karena kondisi ekonomi yang belum kondusif. Pesimisme konsumen juga terjadi pada
28
kondisi
perekonomian
ke
depan
yang
ditandai
dengan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
pelemahan indeks ekspektasi konsumen (IEK) di bulan September 2009. Grafik 1.14. Indeks Keyakinan Konsumen– Survei Konsumen Bank Indonesia (y-o-y)
Grafik 1.15. Indeks Kondisi Saat Ini – Survei Konsumen Bank Indonesia
Indeks 160 140 120 100 80 60 40 20 -
12% 10% 8% 6% g.Konsumsi RT (%) IKK Banjarmasin
4% 2% 0%
2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9
Indek
(y-o-y) 12%
8% 6% g.Konsumsi RT (%) IKE Banjarmasin
4% 2% 0%
2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9 2007
2007
2008
16 14 12 10 80 60 40 20 -
10%
2008
2009
2009
Grafik 1.16. Indeks Ekspektasi Konsumen – Survei Konsumen Bank Indonesia (y-o-y)
Indeks 160 140 120 100 80 60 40 20 -
12% 10% 8% 6% g.Konsumsi RT (%) IEK Banjarmasin
4% 2% 0%
2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9 2007
2008
2009
Masih terbatasnya konsumsi masyarakat terhadap barangbarang tahan lama dikonfirmasi oleh laju penjualan kendaraan bermotor yang masih bergerak pada trend yang menurun. Untuk jenis kendaraan roda 2, laju penjualan sampai dengan triwulan III2009 masih mencatat penurunan sebesar 25,9% (y-o-y) dengan jumlah kendaraan yang terjual mencapai 32,7 ribu unit. Secara triwulanan, jumlah penjualan kendaraan roda 2 tersebut lebih tinggi dibandingkan penjualan di triwulan sebelumnya yang mencapai 28,7 ribu unit, atau tumbuh positif 13,80% (q-t-q). Sementara untuk jenis kendaraan roda 4, laju penjualan di triwulan III-2009 juga menyusut 37,1% (y-o-y) dengan total penjualan mencapai 1.558 unit. Apabila dibandingkan penjualan pada triwulan II-2009 yang mencapai 1.595 unit, penjualan kendaraan roda 4 mengalami penurunan sebesar 2,32% (q-t-q). Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
29
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.17. Pendaftaran Kendaraan Roda 2 baru di Kalimantan Selatan 12%
100%
10%
80% 60%
8%
Grafik 1.18. Pendaftaran Kendaraan Roda 4 baru di Kalimantan Selatan 12%
100% 80%
10%
60% 8%
40%
40% 6%
6%
20%
20% 4% 2%
0% g.Konsumsi RT (aksis kiri) g. roda 2 baru (y-o-y)
0%
-20%
2%
-40%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2008
0%
4%
-60%
2008
Sumber: Dispenda Prov. Kalimantan Selatan,
dengan
-40%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2009
Sejalan
-20%
g.Konsumsi RT (aksis kiri) g. roda 4 baru (y-o-y)
2009
Sumber: Dispenda Prov. Kalimantan Selatan,
melambatnya
konsumsi
masyarakat,
penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan Kalimantan Selatan di triwulan laporan juga mengalami perlambatan. Meskipun melambat, laju pertumbuhan masih berada pada level yang cukup tinggi sebesar 25,92% (y-o-y) atau sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan di triwulan II-2009 sebesar 27,28% (y-o-y). Masih relatif tingginya pertumbuhan kredit konsumsi diperkirakan terkait dengan mulai diturunkannya tingkat suku bunga, mengingat relatif rendahnya tingkat risiko di sektor konsumtif. Grafik 1.19. Perkembangan Kredit Konsumsi Perbankan Kalimantan Selatan (Berdasarkan Lokasi Proyek) y-o-y
y-o-y
12%
60%
10%
50%
8%
40%
6%
30%
4%
g. PDRB Konsumsi (y-o-y) - aksis kiri g. Kredit Konsumsi (y-o-y)
2%
20% 10% 0%
Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep
0%
2007
2008
2009
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum, diolah
30
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
3.2. Kegiatan Ekspor Impor Ekspor Kalimantan Selatan di triwulan III-2009 diperkirakan masih
mencatat penurunan
sebesar
5,9% (y-o-y), lebih
baik
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami penurunan sebesar 28,44% (y-o-y). Kecenderungan membaiknya kinerja ekspor tersebut seiring mulai membaiknya permintaan luar negeri. Hal ini terindikasi dari perkembangan volume ekspor luar negeri yang di triwulan III-2009 (Juli-Agustus 2009) mencatat pertumbuhan positif sebesar 18,31% (y-o-y) yaitu dari 12 juta ton pada periode JuliAgustus 2008 menjadi 14,2 juta ton di periode Juli-Agustus 2009. Laju pertumbuhan tersebut juga lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2009 yang mencatat penurunan sebesar 3,60%. Peningkatan volume ekspor Kalimantan Selatan pada periode ini (Juli-Agustus) terutama ditopang oleh kenaikan volume ekspor komoditas batu bara sebesar 15,61% (y-o-y) yaitu dari 11,6 juta ton pada periode Juli-Agustus 2008 menjadi 13,4 juta ton. Komoditas batu bara sendiri memiliki pangsa 95,2% dari total volume ekspor Kalimantan Selatan. Laju pertumbuhan volume ekspor batu bara juga
lebih
tinggi
dibandingkan
triwulan
II-2009
yang
masih
mengalami penurunan sebesar 2,52% (y-o-y). Membaiknya volume ekspor batu bara terutama dipengaruhi oleh mulai membaiknya perekonomian beberapa negara Asia, sehingga konsumsi bahan bakar
cenderung
meningkat.
Sumber
permintaan
batu
bara
Kalimantan Selatan terutama berasal dari negara China, India, Jepang dan Korea Selatan. Selain batu bara, komoditas tambang lain yang mencatat kenaikan volume ekspor adalah komoditas bijih besi yang di periode laporan (Juli-Agustus 2009) mencatat pertumbuhan sebesar 130,4% (y-o-y) yaitu dari 241,5 ribu ton di periode Juli-Agustus 2008 menjadi 556,4 ribu ton. Meningkatnya permintaan ekspor bijih besi terkait dengan mulai pulihnya ekonomi China, sehingga kebutuhan bahan
baku
besi
untuk
membangun
infrastruktur
mengalami
kenaikan. Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
31
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Di sisi lain, ekspor komoditas berbasis agribisnis Kalimantan Selatan
menunjukkan
perkembangan
yang
bervariasi.
Untuk
komoditas karet, laju pertumbuhan volume ekspor di periode JuliAgustus 2009 menunjukkan penurunan sebesar 51,52% (y-o-y) yaitu dari 83,4 ribu ton pada periode Juli-Agustus 2008 menjadi 50,1 ribu ton. Laju penurunan ekspor karet tersebut cenderung berkurang dibandingkan triwulan II-2009 yang mencatat kontraksi sebesar 67,72% (y-o-y). Turunnya permintaan otomotif dunia sebagai imbas krisis ekonomi global diperkirakan masih mempengaruhi rendahnya permintaan karet mentah sebagai bahan baku ban dan suku cadang (spare parts). Sementara itu, perkembangan volume ekspor komoditas CPO Kalimantan Selatan di triwulan laporan menunjukkan perkembangan positif. Volume ekspor komoditas ini mengalami peningkatan dari 10,3 ribu ton pada triwulan III-2008 menjadi 32,2 ribu ton di periode Juli-Agustus 2009 atau mencatat pertumbuhan 213,71% (y-o-y). Relatif
tingginya
volume
ekspor
didorong
oleh
meningkatnya
kebutuhan CPO di Malaysia dan China. Membaiknya volume ekspor luar negeri di triwulan laporan (Juli-Agustus 2009) juga diikuti dengan meningkatnya kontribusi devisa dari aktivitas tersebut. Nilai ekspor Kalimantan Selatan pada periode Juli-Agustus 2009 tercatat sebesar US$839,8 juta, tumbuh 20,15% (y-o-y). Sampai dengan bulan Agustus 2009, nilai ekspor luar negeri Kalimantan Selatan telah mencapai US$3,1 miliar, lebih tinggi 17,59% dibandingkan nilai ekspor pada periode yang sama di tahun 2008.
32
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.21. Perkembangan Nilai & Volume Ekspor Batubara Kalimantan Selatan
Grafik 1.20. Perkembangan Nilai & Volume Ekspor Kalimantan Selatan 18 n To a 16 t u J 14 12
1,000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 ‐
Volume Nilai
10 8 6 4 2 ‐ 1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 1
2 3 4 5 6 7
2008
$ S U a t u J
800
Nilai
700 500 400
6
300
4
200
2
100 ‐
‐
8
1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 1
2 3 4 5 6 7
2008
8
2009
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.22. Perkembangan Nilai & Volume Ekspor Kayu Olahan Kalimantan Selatan 30
Volume Nilai
25 20
$ S U a t u J
Grafik 1.23. Perkembangan Nilai & Volume Ekspor Karet Kalimantan Selatan 0 n To a 0 t u J 0
40
Volume
35
Nilai
30 25
0 15
20
0 10
‐
‐ 2
3
4
5
6
7
2008
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
6
7
8
15
0
5
1
S$ U a t u J
600
8
2009
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
900
Volume
10
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
n To a t u J
16 n o Ta 14 t u J 12
10
0
5
‐
‐ 1
2
3
4
2009
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
5
6
7
2008
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
6
7
8
2009
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Dilihat dari negara tujuan ekspor, komoditas dari Kalimantan Selatan pada periode Januari-Agustus 2009 terutama di ekspor ke negara Jepang dengan pangsa 18,41% dan nilai ekspor US$568,1 juta, diikuti negara-negara ASEAN dengan pangsa 18,05% dan nilai ekspor US$557,2 juta. Posisi Jepang kembali menjadi pasar utama produk eskpor Kalimantan Selatan setelah pada periode Jan-Mei 2009 berada pada posisi nomor dua dengan pangsa hanya sebesar 14,53%. Kembalinya Jepang sebagai negara tujuan ekspor utama Kalimantan Selatan menjadi indikasi bahwa pergerakan ekonomi di negara maju mulai membaik.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
33
$ S U a t u J
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.24. Pangsa Negara Tujuan Ekspor Kalimantan Selatan Jan – Mei 2009 INGGRIS 2.46% AMERIKA 3.42%
CHILE 3.16%
Grafik 1.25. Pangsa Negara Tujuan Ekspor Kalimantan Selatan Jan-Agustus 2009 PAKISTAN 2%
LAINNYA SLOVENIA 4.76% 1.38%
AMERIKA 3% SPANYOL 5%
ASEAN 20.40%
KOREA SELATAN 3.56%
CHILE ITALIA 1% 1%
LAINNYA 6% JEPANG 18.41%
HONGKONG 6%
CHINA 7.41%
ASEAN 18.05%
TAIWAN 8%
JEPANG 14.53% HONGKONG 7.61% TAIWAN 8.86% SPANYOL 9.29%
KOREA SELATAN CINA 8% 10%
INDIA 13.15%
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Sedangkan
arus
INDIA 14%
barang
impor
yang
masuk
ke
Kalimantan Selatan pada periode laporan (Juli-Agustus 2009) dari sisi volume mencatat kontraksi pertumbuhan sebesar 67,03%
(y-o-y)
atau
lebih
rendah
dibandingkan
perkembangan di triwulan II-2009 yang mencatat kontraksi sebesar 0,53% (y-o-y). Turunnya volume impor luar negeri Kalimantan Selatan didorong oleh relatif kecilnya pembelian alat pengangkutan kegiatan
baru
(impor
pertambangan
barang
dan
sektor
modal)
untuk
mendukung
perkebunan.
Perusahaan
tambang dan perkebunan saat ini lebih banyak memanfaatkan peralatan yang ada sambil menunggu kondisi ekonomi global yang lebih baik. Sedangkan komoditas impor yang mengalami kenaikan cukup tinggi di periode laporan adalah pupuk, yang tumbuh 36,52%, yaitu dari 9,2 ribu ton pada periode Jan-Agustus 2008 menjadi 12,6 ribu ton. Seiring dengan itu laju pertumbuhan nilai impor Kalimantan Selatan
pada
triwulan
laporan
(Juli-Agustus
2009)
mengalami
penurunan sebesar 37,40% (y-o-y), yaitu dari US$63,3 ribu ton pada periode yang sama di tahun 2008 menjadi US$39,6 ribu ton. Laju pertumbuhan tersebut lebih lambat dibandingkan pertumbuhan di triwulan II-2009 yang mencapai 54,65% (y-o-y).
34
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.26. Perkembangan Nilai Impor Non Migas Kalimantan Selatan
Grafik 1.27. Perkembangan Volume Impor Non Migas Kalimantan Selatan
(y‐o‐y)
Juta US$ 140 NILAI IMPOR (aksis kiri)
3000%
Ribu Ton 60
2500%
50
100
2000%
40
80
1500%
30
60
1000%
20
40
500%
10
20
0%
120
0
‐500%
0
1800% 1600% 1400% 1200% 1000% 800% 600% 400% 200% 0% ‐200%
Vol Impor (aksis kiri) g. vol. Impor (y‐o‐y)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
2008 2008
2009
2009
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
3.3. Investasi Kinerja investasi di Kalimantan Selatan pada triwulan III-2009
menunjukkan
penurunan
dibandingkan
triwulan
sebelumnya. Kondisi ini terindikasi dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang mengalami penurunan sebesar 0,86%
(y-o-y),
sebelumnya
yang
lebih
rendah
tumbuh
positif
dibandingkan 41,95%
triwulan
(y-o-y).
Masih
berfluktuasinya kondisi perekonomian yang secara umum masih dalam tahap pemulihan dari gejolak krisis ekonomi global menjadi salah satu faktor masih terbatasnya aktivitas investasi baru di triwulan laporan. Mulai membaiknya permintaan ekspor beberapa komoditas utama Kalimantan Selatan, masih belum mendorong pelaku usaha untuk meningkatkan investasi mereka. Hal ini dikonfirmasi dari hasil kegiatan Liaison ke beberapa perusahaan yang menunjukkan bahwa dalam situasi krisis, pelaku usaha saat ini lebih mengoptimalkan kapasitas produksi yang ada dibandingkan melakukan kegiatan investasi.
Beberapa
perusahaan
juga
telah
menunda
kegiatan
investasi yang akan direalisasikan pada tahun ini sampai pulihnya situasi ekonomi. Belum
pulihnya
iklim
investasi
juga
tercermin
dari
perkembangan penyaluran kredit investasi oleh perbankan pada Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
35
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
triwulan III-2009 (posisi Agustus) yang mengalami perlambatan. Laju pertumbuhan kredit investasi di triwulan laporan hanya tercatat 9,95%
(y-o-y),
jauh
lebih
rendah
dibandingkan
pertumbuhan
triwulan sebelumnya yang mencapai 32,96% (y-o-y). Kebijakan bank yang lebih ketat dalam penyaluran kredit investasi serta tingkat suku
bunga
yang
masih
relatif
tinggi
menjadi
faktor
utama
melambatnya laju pertumbuhan kredit investasi. Grafik 1.28. Perkembangan Penyaluran Kredit Investasi Perbankan Berdasarkan Lokasi Proyek y-o-y 70%
y-o-y 120%
60%
g. PDRB PMTB (aksis kiri) g. Kredit Investasi (aksis kanan)
50%
100% 80%
40% 30%
60%
20%
40%
10% 20%
0%
0%
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep
-10%
2007
2008
2009
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) BI Banjarmasin
Meskipun kondisi perekonomian masih dalam tahap pemulihan dari gejolak krisis ekonomi global, investasi di sektor bangunan dan konstruksi telah mulai menunjukkan gambaran yang lebih baik. Indikasi ini terlihat dari meningkatnya pengadaan semen ke wilayah Kalimantan Selatan mencapai 17,82% (y-o-y) setelah pada triwulan sebelumnya
mengalami
penurunan
sebesar
3,65%
(y-o-y).
Meningkatnya pengadaan semen terutama terkait dengan kebutuhan untuk pembangunan kawasan properti di Kalimantan Selatan yang masih
tetap
berkembang
serta
pembangunan
proyek-proyek
infrastruktur Pemerintah Daerah.
36
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.29. Perkembangan Pengadaan Semen Kalimantan Selatan (y‐o‐y)
Ribu Ton 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% ‐10% ‐20%
Supply Semen (aksis kiri) g. Supply Semen (y‐o‐y)
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 2005
2006
2007
2008
2009
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (ASI)
Penurunan kegiatan investasi di triwulan III-2009 (periode Juli-Agustus) juga terindikasi dari penurunan nilai impor barang modal yang mencapai 54,93% (y-o-y), setelah pada triwulan sebelumnya masih mencatat pertumbuhan positif sebesar 48,3% (yo-y). Selain turunnya impor barang modal, penurunan investasi juga dikonfirmasi dari turunnya impor alat transportasi industri pada periode
Juli-Agustus
2009
yang
mengalami
kontraksi
sebesar
31,89% (y-o-y), jauh lebih rendah dibandingkan triwulan II-2009 yang mencatat pertumbuhan positif sebesar 63,55% (y-o-y). Grafik 1.30. Perkembangan Impor Barang Modal Kalimantan Selatan (y ‐o‐y)
(y‐o‐y) 1000%
100% g. PMTB (y‐o‐y), aksis kiri g. Nilai Impor Barang Modal g. Nilai Impor Alat Transport Industri
80%
800%
60%
600%
40%
400%
20%
200% 0%
0%
‐200%
‐20% T1
T2
T3
2007
T4
T1
T2
T3
T4
2008
T1
T2
T3*
2009
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
37
Halaman ini sengaja dikosongkan
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
2P
ERKEMBANGAN
INFLASI 3
1. KONDISI UMUM Secara umum tekanan inflasi di Kalimantan Selatan pada triwulan III-2009 menunjukkan kecenderungan yang meningkat, meskipun angka inflasi berada pada level yang lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya. Inflasi tahunan Kalimantan Selatan yang tercermin dari perubahan Indeks harga Konsumen (IHK) Kota Banjarmasin pada September 2009 mencapai 4,31%, sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan II-2009 yang tercatat sebesar 4,78% (y-o-y). Namun demikian angka ini masih berada di atas inflasi nasional yang mencapai 2,83% (y-o-y). Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Kalimantan Selatan
Tekanan
inflasi
yang
meningkat
pada
periode
laporan
terutama didorong oleh sisi permintaan, terkait dengan faktor musiman bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Sementara itu sisi penawaran relatif kondusif karena pasokan barang pada umumnya memadai. Tekanan inflasi terutama terjadi pada kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, dan kelompok sandang. 38
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Meningkatnya tekanan inflasi pada kelompok makanan jadi terutama dipengaruhi
oleh
harga
gula
internasional
dan
meningkatnya
konsumsi gula oleh masyarakat selama bulan puasa dan lebaran. Pada kelompok sandang tekanan harga dipengaruhi oleh pergerakan harga emas internasional dan pakaian anak-anak, terkait dengan faktor kebiasaan membeli baju baru untuk lebaran. Kelompok
pengeluaran
yang
mengalami
inflasi
tahunan
tertinggi pada periode laporan adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dengan laju inflasi sebesar 12,79% (y-o-y), diikuti oleh kelompok sandang (11,19%), kelompok bahan makanan (7,01%), kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga (5,20%), dan kelompok kesehatan (3,94%), sedangkan kelompok lainnya mengalami deflasi. Deflasi terbesar terjadi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan, dengan angka deflasi sebesar -6,28% (y-o-y) sementara kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar tercatat mengalami deflasi yang relatif kecil, yaitu sebesar -0,72% (y-o-y). Secara keseluruhan laju inflasi Kalimantan Selatan sampai dengan akhir triwulan III-2009 mencapai 2,42% (y-t-d), meningkat cukup signifikan dibandingkan triwulan II-2009 yang mencapai 0,64%, namun jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2008 yang mencapai 9,59%
(y-t-d).
laju
inflasi
terutama pergerakan yang
Kenaikan
Grafik 2.2 Inflasi Tahun Kalender (y‐t‐d) Sampai dengan Triwulan III‐2009
tersebut
didorong indeks
meningkat
oleh harga pada
kelompok bahan makanan, kelompok dan
makanan
kelompok
jadi,
sandang.
Sampai dengan September 2009,
kelompok
bahan
makanan mengalami inflasi sebesar 2,80% (y-t-d) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
39
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
-1,70% (y-t-d). Kelompok makanan jadi mencatat inflasi sebesar 9,69% (y-t-d) dan kelompok sandang sebesar 7,68% (y-t-d). Grafik 2.3 Inflasi Tahun Kalender (y‐t‐d) Trw III‐2009 Menurut Kelompok Pengeluaran
2. INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK 2.1. Inflasi Triwulanan Inflasi sebesar
triwulanan
1,77%
pada
(q-t-q),
akhir
meningkat
triwulan cukup
III-2009
tinggi
tercatat
dibandingkan
triwulan II-2009 yang sebesar 0,34% (q-t-q), namun masih lebih rendah dibandingkan inflasi pada periode yang sama di tahun 2008 yang mencapai 2,23% (q-t-q). Tabel 2.1 Inflasi IHK Triwulanan (q‐t‐q) Kalimantan Selatan Kelompok Bahan makanan Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi dan olahraga Transpor, komunikasi dan jasa keuangan UMUM
2008 Q.3 Q.4 3.70 4.10 1.43 2.82 1.29 1.25 ‐0.23 3.26 2.26 3.10 4.62 0.31 2.72 ‐2.63 2.23 1.85
Q.1 0.83 1.82 ‐0.96 8.43 0.09 0.96 ‐3.71 0.30
2009 Q.2 ‐2.51 5.26 ‐0.93 ‐2.57 0.64 2.72 0.20 0.34
Q.3 4.57 2.34 ‐0.07 1.93 0.08 1.12 ‐0.24 1.77
Sumber : BPS Propinsi Kalsel
Tekanan
inflasi
yang
meningkat
pada
periode
laporan
terutama dipengaruhi oleh kenaikan permintaan masyarakat selama bulan Puasa dan Idul Fitri sementara sisi pasokan secara umum relatif memadai, meskipun terjadi sedikit gangguan pasokan ikan segar akibat faktor alam (cuaca). Selain dari pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR), sebagian besar dana yang digunakan oleh 40
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
masyarakat untuk membeli berbagai barang kebutuhan pokok berasal dari simpanan (khususnya tabungan) yang ada di bank. Banyaknya masyarakat yang menarik dananya di bank menyebabkan pertumbuhan
Dana
Pihak
Ketiga
(DPK)
khususnya
milik
perseorangan di bank umum melambat, yaitu dari 20,49% (y-o-y) pada triwulan sebelumnya menjadi 10,07% (y-o-y) pada periode laporan
(lihat
bab
3).
Kenaikan
permintaan
masyarakat
ini
terindikasi pula dari masih meningkatnya pertumbuhan di sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR), yaitu 6,13% (y-o-y) menjadi 6,17% (y-o-y), terutama didorong oleh pertumbuhan di subsektor perdagangan dan restoran (lihat bab 2). Dari 7 (tujuh) kelompok pengeluaran, terdapat 2 (dua kelompok) kelompok yang mengalami deflasi yang relatif kecil sementara 5 (lima) kelompok lainnya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan yang mengalami inflasi sebesar 4,57% (q-t-q) dan kelompok makanan jadi sebesar 2,34% (q-t-q). Konsumsi masyarakat terhadap bahan makanan dan makanan jadi meningkat selama bulan puasa dan menyambut lebaran. Pasar wadai yang menjual beraneka ragam makanan khas Banjar yang secara khusus dibuka selama bulan Ramadhan setiap tahunnya selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat. Pada kelompok bahan makanan, inflasi terutama terjadi pada subkelompok ikan segar yang mengalami inflasi sebesar 16,77% (qt-q). Kenaikan harga ikan terjadi pada ikan laut maupun ikan air tawar (sungai) seperti ikan gabus, ikan kembung, ikan tongkol, dan ikan nila. Kenaikan
harga
ikan
laut
terutama
dipengaruhi
oleh
keterbatasan pasokan akibat kondisi cuaca yang tidak menentu dan gelombang laut yang tidak bisa diduga. Sementara kenaikan harga ikan air tawar antara lain dipengaruhi oleh menurunnya debit air di kawasan
Riam
Kanan (Kabupaten
Banjar) yang menyebabkan
turunnya kadar oksigen di air sehingga banyak ikan di keramba yang mati. Di sisi lain, tekanan permintaan terhadap komoditas ikan segar
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
41
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
relatif besar, mengingat preferensi konsumsi masyarakat Banjar terhadap ikan sangat besar. Pada
kelompok
non-makanan,
kelompok
sandang
dan
kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga mengalami inflasi masing-masing sebesar 1,93% (q-t-q) dan 1,12% (q-t-q). Kenaikan inflasi pada kelompok sandang didorong oleh kenaikan harga emas perhiasan dan juga sandang (pakaian) anak-anak sedangkan inflasi pada kelompok pendidikan lebih didorong oleh kenaikan biaya pendidikan khususnya biaya SLTA. Di sisi lain, deflasi terjadi pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang dipicu oleh menurunnya biaya penyelenggaraan rumahtangga dan bahan bakar rumahtangga. Pada kelompok transpor, meskipun terjadi kenaikan harga tiket angkutan baik angkutan udara, laut, maupun antar kota terkait dengan banyaknya masyarakat yang mudik menjelang Lebaran, namun turunnya harga sarana penunjang transpor dan transpor lainnya mampu menahan laju inflasi pada kelompok ini. Selain itu, daya beli masyarakat yang relatif masih terbatas seiring dengan kondisi perekonomian
yang
melambat
akibat
pengaruh
krisis
global
membuat jumlah masyarakat yang mudik lebaran tidak sebanyak tahun lalu.
2.2. Inflasi Bulanan Inflasi
bulanan
selama
triwulan
III-2009
menunjukkan
kecenderungan yang meningkat, meskipun berada pada level inflasi yang rendah. Pada bulan Juli 2009 Kota Banjarmasin mengalami inflasi sebesar 0,26% (m-t-m) sementara pada bulan Agustus dan September 2009 laju inflasi meningkat, masing-masing menjadi sebesar 0,54% (m-t-m) dan 0,96% (m-t-m).
42
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Tabel 2.2. Inflasi IHK Bulanan (m‐t‐m) Kalimantan Selatan Juli
Kelompok
Inflasi
Bahan makanan Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi dan olahraga Transpor, komunikasi dan jasa keuangan UMUM
1.05 ‐0.05 0.03 ‐0.42 0.00 0.01 0.26 0.26
Andil 0.2475 ‐0.0100 0.0080 ‐0.0306 0.0000 0.0005 0.0404 0.26
Agustus Inflasi Andil 1.62 1.33 ‐0.28 ‐0.70 ‐0.02 1.11 ‐0.58 0.54
0.3844 0.3026 ‐0.0607 ‐0.0503 ‐0.0007 0.0586 ‐0.0904 0.54
September Inflasi Andil 1.84 1.05 0.18 3.08 0.10 0.00 0.08 0.96
0.4437 0.2417 0.0378 0.2198 0.0036 0.0000 0.0121 0.96
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan
Inflasi Bulan Juli 2009 Pergerakan indeks harga barang dan jasa mengalami inflasi yang relatif kecil pada bulan Juli 2009. Inflasi yang terjadi pada bulan ini terutama disebabkan oleh kenaikan indeks harga yang cukup
besar
pada
kelompok bahan makanan sebesar dan
1,05%
(m-t-m)
kelompok
tanspor,
komunikasi,
dan
Grafik 2.4 Inflasi Bulan Juli 2009
jasa
keuangan sebesar 0,26% (m-t-m),
sementara
kelompok lainnya
pengeluaran
mengalami
inflasi
yang relatif rendah bahkan mengalami deflasi. Inflasi
Grafik 2.5 Inflasi Bulanan Kelompok Bahan Makanan
pada
kelompok bahan makanan dipengaruhi oleh kenaikan indeks
harga
subkelompok bumbuan subkelompok (2,30%),
pada bumbu(3,67%),
padi-padian subkelompok
telur, susu dan hasilnya (1,59%), dan subkelompok ikan segar Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
43
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
(1,46%). Kenaikan harga pada kelompok ini antara lain dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan masyarakat terkait dengan perayaan hari besar keagamaan (Isra Mi’raj) dan khitanan yang banyak dilakukan pada musim liburan sekolah. Sementara pada kelompok transpor, terjadinya inflasi dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga pada subkelompok transpor yang disumbang oleh komoditas sepeda motor dengan andil inflasi sebesar 0,0081%. Di sisi lain, pada bulan ini terjadi deflasi pada kelompok sandang dan kelompok makanan jadi. Deflasi pada kelompok sandang terutama terjadi pada subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya. Dalam hal ini, terkait dengan harga komoditas emas perhiasan yang cenderung menurun. Pada kelompok makanan jadi, penurunan harga gula pasir terjadi seiring dengan mulai lancarnya pasokan gula, khususnya dari Pulau Jawa. Hal ini karena hampir seluruh daerah penghasil gula telah
masuk
masa
panen
terutama
daerah
Lampung
yang
produktivitasnya cukup tinggi dibandingkan daerah penghasil gula lainnya. Berdasarkan sumbangannya terhadap inflasi, bahan makanan memberikan andil inflasi terbesar yakni 0,2475% diikuti oleh kelompok
transpor,
0,0404%.
Sementara
pendidikan,
dan
komunikasi, andil
kelompok
dan
kelompok kesehatan
jasa
keuangan
perumahan, terhadap
sebesar kelompok
inflasi
secara
keseluruhan sangat kecil. Dilihat dari komoditasnya, inflasi pada bulan ini terutama disumbang oleh komoditas beras (0,1307%), bawang merah (0,0945%), ikan Kembung/Gembung (0,0547%), telur ayam ras (0,0458%), dan ikan bawal (0,0411%). Di sisi lain, kelompok sandang pada bulan ini mengalami deflasi -0,42%, dengan andil deflasi sebesar -0,0306%. Sementara itu, setelah memberikan andil inflasi yang cukup tinggi selama tahun 2009, kelompok makanan jadi memberikan andil deflasi sebesar -0,01%, dengan laju deflasi sebesar -0,05% (m-t-m). Dilihat dari sumbangannya, komoditas yang memberikan andil deflasi terbesar 44
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
pada bulan ini adalah ikan Gabus (-0,1073%), daging ayam ras (-0,0585%), emas perhiasan (-0,0405%), gula pasir (-0,0304%), dan sabun detergen bubuk (-0,0236%). Tabel 2.3. Komoditas Utama Penyumbang dan Penahan Inflasi Bulan Juli 2009 Periode
Komoditas Penyumbang Inflasi No. Komoditas Andil
Juli
Komoditas Penahan Inflasi No. Komoditas Andil
1
Beras
0.1307
1
Ikan Gabus
‐0.1073
2
Bawang merah
0.0945
2
Daging ayam ras
‐0.0585
3
Ikan Kembung/Gembung
0.0547
3
Emas perhiasan
‐0.0405
4
Telur ayam ras
0.0458
4
Gula pasir
‐0.0304
5
Ikan Bawal
0.0411
5
Sabun detergen bubuk
‐0.0236
6
Sepeda motor
0.0360
6
Cabe merah
‐0.0128
7
Ikan Bandeng
0.0336
7
Ikan Patin
‐0.0110
8
Bahan bakar RT
0.0216
8
Ikan Sepat
‐0.0110
9
Labu parang/manis/merah
0.0207
9
Kol putih/kubis
‐0.0106
0.0198
10
Ikan Sepat/Siap
‐0.0095
10 Ikan Nila Sumber : BPS Propinsi Kalsel
Inflasi Bulan Agustus 2009 Tekanan inflasi yang meningkat masih berlanjut di bulan Agustus 2009. Inflasi pada bulan ini mencapai 0,54% (m-t-m), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 0,26% (m-tm). Tekanan inflasi terutama berasal dari kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman,
rokok,
dan
Grafik 2.6 Inflasi Bulan Agustus 2009
tembakau dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga.
Hal
dipengaruhi konsumsi yang
ini oleh
masyarakat cenderung
meningkat menjelang dan selama
bulan
Puasa
Ramadhan yang dimulai pada akhir bulan Agustus 2009 dan dimulainya tahun ajaran baru. Kelompok bahan makanan mengalami inflasi bulanan tertinggi sebesar 1,62% (m-t-m), diikuti oleh kelompok makanan jadi Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
45
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
(1,33%) dan kelompok pendidikan (1,11%). Sementara itu, empat kelompok pengeluaran lainnya mengalami deflasi pada tingkat yang bervariasi. Deflasi terbesar terjadi pada kelompok sandang sebesar -0,70% (m-t-m), diikuti oleh kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar -0,58%, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar -0,28%, dan kelompok kesehatan dengan deflasi sebesar -0,02%. Inflasi pada kelompok bahan makanan terutama didorong oleh kenaikan indeks harga pada subkelompok ikan segar. Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga yang dilakukan oleh Bank Indonesia Banjarmasin,
pergerakan
harga-harga
ikan
segar
yang
biasa
dikonsumsi oleh masyarakat Banjar yaitu ikan gabus, ikan kembung, ikan tongkol, ikan nila selama bulan Agustus cenderung meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara itu indeks harga kelompok makanan jadi pada bulan ini kembali mengalami inflasi yang cukup tinggi sebesar 1,33% (m-t-m), setelah pada bulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar -0,05% (m-t-m). Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga pada subkelompok minuman yang tidak beralkohol sebesar 4,10% (m-t-m), khususnya komoditas gula pasir. Meskipun pasokan gula pada bulan ini dapat dikatakan aman seiring dengan membaiknya pasokan gula dari daerah penghasil, namun pergerakan harga gula internasional yang terus melambung mulai berpengaruh terhadap meningkatnya harga gula di Kalimantan Selatan. Kelompok ini memberikan andil inflasi sebesar 0,303%. Pada kelompok pendidikan, inflasi yang mencapai 1,11% (m-tm) disebabkan oleh pembayaran biaya-biaya pendidikan, yaitu biaya SLTP-SLTA dan akademi/perguruan tinggi, sejalan dengan baru dimulainya tahun ajaran baru. Kelompok ini memberikan andil inflasi sebesar 0,0586%. Di sisi lain deflasi terbesar pada bulan ini terjadi pada kelompok sandang, yaitu sebesar -0,70% (m-t-m). Deflasi ini dipengaruhi 46
oleh
menurunnya
harga
pada
komoditas
emas
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
perhiasan. Namun demikian, pergerakan harga komoditas lain pada kelompok
sandang
cenderung
meningkat,
yaitu
subkelompok
sandang laki-laki yang mengalami inflasi sebesar 0,32%. Hal ini terkait dengan meningkatnya permintaan terhadap komoditas sarung katun. Pada bulan Ramadhan atau menjelang Idul Fitri, biasanya sebagian masyarakat membeli sarung dalam jumlah besar untuk diberikan kepada pihak yang membutuhkan, seperti anak-anak Panti Asuhan. Komoditas utama penyumbang inflasi pada bulan ini adalah gula pasir (0,1240%), nasi (0,0962%), beras (0,0886%), ikan gabus (0,0833%), dan ikan kembung/gembung (0,0485%). Sementara komoditas yang menahan laju inflasi terbesar adalah angkutan udara (-0,0782%), emas perhiasan (-0,0550%), bahan bakar rumahtangga (-0,0441%),
bawang
merah
(-0,0348)
dan
ikan
bandeng
(-0,0220%). Tabel 2.4. Komoditas Utama Penyumbang dan Penahan Inflasi Bulan Agustus 2009 Periode Agustus
Komoditas Penyumbang Inflasi No. Komoditas Andil
No.
Komoditas Penahan Inflasi Komoditas Andil
1
Gula pasir
0.1240
1
Angkutan udara
‐0.0782
2
Nasi
0.0962
2
Emas perhiasan
‐0.0550
3
Beras
0.0886
3
Bahan bakar RT
‐0.0441
4
Ikan Gabus
0.0833
4
Bawang merah
‐0.0348
5
Ikan Kembung/Gembung
0.0485
5
Ikan Bandeng
‐0.0220
6
Jeruk nipis/limau
0.0480
6
Labu parang/manis/merah
‐0.0206
7
Biaya SLTA
0.0467
7
Ban luar motor
‐0.0131
8
Rokok kretek filter
0.0458
8
Terong panjang
‐0.0119
9
Udang basah
0.0383
9
Tomat sayur
‐0.0111
0.0240
10
Cabe rawit
‐0.0097
10 Ikan Sepat Siam Sumber : BPS Propinsi Kalsel
Inflasi Bulan September 2009 Memasuki bulan September 2009, pergerakan indeks harga konsumen (IHK) di Kalimantan cenderung meningkat, meskipun angka inflasi bulanan masih berada pada level yang relatif rendah. Tekanan inflasi pada bulan ini lebih disebabkan oleh sisi permintaan, terutama berkaitan dengan faktor musiman bulan Ramadhan dan perayaan hari raya Idul Fitri. Secara bulanan inflasi bulan September 2009 yang mencapai 0,96% merupakan inflasi tertinggi selama Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
47
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
triwulan III-2009. Inflasi yang cukup tinggi terutama terjadi pada kelompok sandang sebesar 3,08% (m-t-m), diikuti oleh kelompok bahan makanan (1,84%) dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok Grafik 2.7 Inflasi Bulan September 2009
dan
(1,05%).
tembakau
Dari
ketiga
kelompok tersebut andil inflasi
terbesar
disumbang oleh kelompok bahan makanan (0,44%), diikuti
oleh
makanan dan
kelompok
jadi
(0,24%)
kelompok
sandang
(0,22%). Kenaikan inflasi kelompok bahan makanan terdeteksi pada kenaikan indeks harga subkelompok ikan segar yang mengalami inflasi tinggi hingga mencapai 9,61% (m-t-m), dari sebelumnya 4,99% (m-t-m). Kenaikan tersebut dipicu oleh meningkatnya harga ikan gabus, ikan saluang, ikan nila, udang basah, ikan bandeng, dan ikan mas, terkait dengan pasokan yang relatif terbatas. Berdasarkan hasil
survei
pemantauan
harga
pada
bulan
September
2009,
kenaikan harga ikan Gabus, udang basah, dan ikan asin telang masing-masing sebesar 18,26%, 16,23%, dan 10,58% dibandingkan bulan sebelumnya. Ketiga komoditas tersebut memiliki bobot yang cukup
besar
dalam
perhitungan
inflasi,
sehingga
pergerakan
harganya akan cukup berpengaruh terhadap inflasi kelompok ini. Sementara itu, setelah mengalami deflasi pada bulan Juli dan Agustus 2009, kelompok sandang kembali mengalami inflasi yang cukup tinggi di bulan September ini. Inflasi terutama terjadi pada subkelompok sandang pribadi dan sandang lain (5,29%) dan subkelompok sandang anak-anak (5,15%). Selain faktor musiman meningkatnya permintaan sandang dalam menyambut lebaran Idul Fitri, kenaikan inflasi terutama dipengaruhi oleh faktor eksternal kenaikan harga emas internasional yang mencapai level di atas US$1.000 per ounce pada bulan September 2009, seiring dengan 48
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
adanya sentimen positif terhadap perkembangan ekonomi dunia dan melemahnya nilai tukar US Dollar. Beberapa komoditas penyumbang inflasi pada kelompok ini adalah emas perhiasan (0,1454%), baju kaos/t-shirt
anak-anak
(0,0278%),
seragam
sekolah
anak
(0,0268%), celana dalam wanita (0,0073%), baju kaos/t-shirt wanita (0,0059%), dan lain-lain. Pada kelompok makanan jadi, inflasi terutama masih terjadi pada
subkelompok
minuman
yang
tidak
beralhokol
(5,36%),
khususnya terkait dengan komoditas gula pasir. Sama halnya dengan
bulan
sebelumnya,
inflasi
pada
kelompok
ini
lebih
dipengaruhi oleh faktor eksternal kenaikan harga gula internasional, meskipun dari sisi permintaan juga meningkat mengingat pola konsumsi masyarakat yang cenderung meningkat selama bulan Puasa dan Idul Fitri. Tabel 2.5. Komoditas Penyumbang dan Penahan Inflasi Bulan September 2009 Periode
Komoditas Penyumbang Inflasi Andil
No.
1
Ikan Gabus
0.3756
1
Bawang merah
‐0.0538
2
Gula pasir
0.2028
2
Daging ayam ras
‐0.0388
3
Emas perhiasan
0.1454
3
Ikan Layang
‐0.0238
4
Ikan Saluang
0.0398
4
Ikan Kembung/Gembung
‐0.0225
5
Ikan Nila
0.0314
5
Telur ayam ras
‐0.0172
6
Baju kaos/t‐shirt
0.0278
6
Ikan Tongkol
‐0.0129
7
Seragam sekolah anak
0.0268
7
Mie kering instant
‐0.0128
8
Telur itik
0.0243
8
Ikan Patin
‐0.0110
9
Udang basah
0.0239
9
Kentang
‐0.0096
10 Ikan Bandeng Sumber : BPS Propinsi Kalsel
0.0162
10
Ikan Selar
‐0.0066
September
No.
Komoditas
Komoditas Penahan Inflasi Komoditas
Andil
Bila dibandingkan dengan pola historisnya, pergerakan inflasi pada saat bulan Puasa dan Idul fitri di tahun ini relatif lebih rendah dibandingkan
dengan
tahun-tahun
sebelumnya
yang
biasanya
cenderung tinggi. Selain karena pasokan barang yang memadai, hal ini nampaknya juga dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang menjadi lebih terbatas akibat kondisi perekonomian yang terimbas krisis ekonomi global.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
49
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Secara umum, komoditi penyumbang inflasi pada bulan ini adalah
ikan
gabus,
(0,3756%),
gula
pasir
(0,2028%),
emas
perhiasan (0,1454%), ikan saluang (0,0398%), ikan nila (0,0314%) dan baju kaos/t-shirt (0,0278%).
2.3 Inflasi Tahunan Secara tahunan laju inflasi Kalimantan Selatan (y-o-y) pada triwulan III-2009 masih mengalami pergerakan yang menurun dan berada pada level yang cukup
rendah,
Grafik 2.8. Inflasi Tahunan Kota Banjarmasin
yaitu
sebesar 4,31% (y-o-y). Angka
inflasi
rendah
lebih
dibandingkan
triwulan yang
ini
sebelumnya
mencapai
4,78%
(y-o-y)
namun
masih
jauh
lebih
tinggi
dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 2,83% (y-o-y). Tabel 2.6. Inflasi IHK Tahunan (y‐o‐y) Kalimantan Selatan Kelompok Bahan makanan Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi dan olahraga Transpor, komunikasi dan jasa keuangan UMUM
2008 Q.3 Q.4 16.47 15.56 8.26 9.52 14.76 16.13 4.04 8.57 6.65 8.72 4.93 5.06 10.03 7.45 11.25 11.62
Q.1 9.11 8.07 9.07 10.32 6.01 6.20 2.89 7.66
2009 Q.2 6.12 11.78 0.63 8.83 6.20 8.83 ‐3.50 4.78
Q.3 7.01 12.79 ‐0.72 11.19 3.94 5.20 ‐6.28 4.31
Sumber : BPS Provinsi Kalsel, diolah
50
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Menurunnya
inflasi
tahunan
terutama
dipengaruhi
oleh
penurunan indeks harga (deflasi) yang terjadi pada kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar -6,28% (y-o-y), khususnya pada subkelompok transpor yang mengalami deflasi sebesar -8,49%% (y-o-y). Dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga mengalami deflasi sebesar -5,04% (y-o-y), deflasi yang semakin besar pada subkelompok ini disebabkan karena harga BBM tidak mengalami gejolak dan lebih rendah bila dibandingkan dengan kondisi di tahun 2008 yang mengalami inflasi cukup tinggi akibat adanya kenaikan harga BBM pada Mei 2008. Selain itu, tidak ada antrian bensin yang panjang karena kelangkaan pasokan yang sering terjadi pada tahun sebelumnya. Grafik 2.9. Inflasi Tahunan Menurut Kelompok
Selain kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan, deflasi juga terjadi pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (-0,72%). Deflasi terutama terjadi pada subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air (-4,46%) dan subkelompok penyelenggaraan RT (-0,31%). Hal ini terutama didukung oleh terjaganya pasokan bahan bakar rumahtangga, baik gas elpiji maupun minyak tanah.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
51
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Grafik 2.10. Inflasi Tahunan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Grafik 2.11. Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Di sisi lain, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dan kelompok sandang mengalami inflasi tahunan yang sangat tinggi, dengan laju inflasi masing-masing sebesar 12,79% (yo-y) dan 11,19% (y-o-y) sedangkan kelompok pengeluaran lainnya mengalami inflasi dengan kisaran dibawah 10%. Pergerakan inflasi yang tinggi pada kelompok makanan jadi selama tahun 2009 didorong kenaikan inflasi yang signifikan pada subkelompok minuman yang tidak beralkohol, khususnya komoditas gula pasir. Pada periode laporan, inflasi pada subkelompok ini bahkan mencapai 28,70% (y-o-y). Meskipun dari sisi pasokan dapat Grafik 2.12. Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
dikatakan
aman
seiring
dengan lancarnya pasokan dari daerah penghasil dan tidak
terjadi
permainan pedagang
adanya
harga besar,
oleh namun
harga gula yang tinggi di pasar
dunia
ternyata
memberikan dampak yang besar
terhadap
inflasi.
Namun berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) Bank Indonesia Banjarmasin, harga gula pasir di Kota Banjarmasin sejak Juli hingga September 2009 tidak mengalami kenaikan yang berarti
52
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
dibandingkan dengan kenaikan harga pada periode sebelumnya. Hal ini tidak terlepas dari kegiatan Operasi Pasar yang dilakukan pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan (berdasarkan keputusan Menperindag) salah
satu
sebagai
upaya
mengatasi harga
untuk
pergerakan
gula
yang
merangkak operasi
Grafik 2.13. Perkembangan Harga Gula Pasir di Kota Banjarmasin
naik.
pasar
jumlah
terus Dalam
tersebut,
gula
yang
disediakan adalah sebesar 24
ton
dengan
harga
Rp7.500/kg.
Sumber : Survei Pemantauan Harga BI Banjarmasin
Pada kelompok sandang, inflasi yang meningkat terlihat dari kenaikan indeks harga yang sangat tinggi pada subkelompok barang pribadi
dan
sandang
lainnya,
yaitu
mencapai
16,61%
Grafik 2.14. Perkembangan Harga Emas Perhiasan di Kota Banjarmasin
(y-o-y),
khususnya
terjadi
pada
komoditas
emas
perhiasan.
Berdasarkan
hasil SPH, terlihat bahwa pergerakan
harga
emas
perhiasan di Banjarmasin meningkat signifikan pada bulan
September
dibandingkan
Sumber : Survei Pemantauan Harga BI Banjarmasin
2009
bulan-bulan
sebelumnya.
Pergerakan
ini
sejalan
dengan kenaikan harga emas internasional yang menembus harga tertinggi selama tahun 2009 di awal bulan September 2009 yang didorong oleh optimisme membaiknya kondisi perekonomian dunia dan juga pergerakan nilai tukar US Dollar yang masih cenderung melemah. Secara
keseluruhan,
perkembangan
inflasi
tahunan
Kalimantan Selatan yang relatif stabil selama periode laporan Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
53
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
terutama ditunjang oleh faktor kecukupan pasokan dan distribusi yang semakin membaik. Berbagai sarana infrastruktur khususnya infrastruktur pelabuhan terus dibenahi. Terminal khusus barang di pelabuhan Trisakti yang direncanakan akan diresmikan pada bulan Oktober 2009 diharapkan semakin mendukung kelancaran distribusi.
54
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Boks 1. Tantangan dan Prospek Pengendalian Inflasi di Kalimantan Selatan Inflasi merupakan fenomena yang umum terjadi dalam suatu perekonomian. Di Indonesia, pergerakan inflasi nasional sangat dipengaruhi oleh pergerakan inflasi daerah, dimana 77,51% inflasi nasional disumbang oleh inflasi daerah diluar DKI Jakarta sehingga pengendalian inflasi daerah termasuk Kalimantan Selatan memegang peranan yang sangat penting dalam pengendalian inflasi nasional. Dalam hal ini inflasi daerah yang rendah dan stabil akan mendorong terwujudnya inflasi nasional yang rendah dan stabil pula. Inflasi tidak selamanya merupakan fenomena moneter, tetapi juga dapat disebabkan oleh faktor non-moneter, seperti aspek produksi, distribusi, struktur pasar, dan lain-lain. Hal ini memberikan konsekuensi bahwa pengendalian inflasi yang merupakan tugas pokok Bank Indonesia tidak selalu dapat dikendalikan dengan kebijakan moneter sehingga diperlukan adanya koordinasi dengan Pemerintah Daerah maupun pihak-pihak terkait lainnya. Untuk mendukung kelancaran upaya pengendalian inflasi daerah tersebut, maka sejak tahun 2008 Bank Indonesia dan Pemerintah
Daerah
Propinsi
Kalimantan
Selatan
telah
mulai
membentuk Tim Pengendalian Inflasi Daerah Kalimantan Selatan (TPID) melalui Surat Keputusan (SK) Gubernur Kalimantan Selatan No. 188.44/0275/KUM/2008, dan telah diperbaharui dengan SK No. 188.44/030/KUM/2009
tentang
Pembentukan
Tim
Pengendalian
Inflasi Daerah Propinsi Kalimantan Selatan Tahun Anggaran 2009. 1 1
TPID Kalsel erdiri dari tim pengarah dan tim pelaksana, dimana tugas pokok tim
pengarah adalah (1) mengevaluasi permasalahan yang terkait dengan perkembangan laju inflasi dan harga-harga kebutuhan pokok di Kalimantan Selatan, (2) mengkoordinasikan kegiatan pengendalian inflasi daerah oleh para pihak terkait dengan Pemerintah Kab/Kota di Kalimantan Selatan, dan (3) melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan kepada Gubernur Kalimantan Selatan. Adapun tugas pokok tim pelaksana TPID adalah (1) mengidentifikasi dan merumuskan berbagai permasalahan yang berdampak signifikan terhadap perkembangan harga-harga, (2) melakukan pemantauan harga komoditas strategis termasuk sembilan bahan pokok (sembako), (3) melakukan pengendalian harga komoditas strategis yang disesuaikan dengan kewenangan dan tanggung jawab para pihak dalam TPID, dan (4) memberikan bahan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
55
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Boks 1. Tantangan dan Prospek Pengendalian Inflasi di Kalimantan Selatan Secara umum, TPID bertujuan untuk (1) meminimalkan gangguan (shock) dari sisi pasokan dan distribusi barang di daerah, (2) meminimalkan tekanan inflasi yang timbul akibat dampak kebijakan pemerintah (administered price), dan (3) membentuk ekspektasi masyarakat melalui diseminasi sehingga mendekati inflasi yang telah ditentukan. terkait,
TPID
seperti
Perdagangan
Kalsel
beranggotakan
Bank
Indonesia,
Propinsi
Kalsel,
berbagai
Dinas
Biro
dinas/instansi
Perindustrian
Perekonomian,
dan Dinas
Pertanian/Peternakan, Dinas Perhubungan, Pertamina, dan lain-lain. Perkembangan inflasi Kalimantan Selatan yang relatif rendah dan stabil selama tahun 2009 tidak terlepas dari peran berbagai pihak, termasuk TPID. Awareness dari seluruh elemen pemerintah terhadap pengendalian inflasi pun semakin meningkat, yang ditandai dengan peran pimpinan Pemerintah Daerah dalam TPID. Selama tahun 2009, TPID Kalsel telah melakukan pertemuan secara rutin setiap triwulan. Sebagai langkah awal dalam pengendalian inflasi, TPID bersama dengan BPS telah melakukan identifikasi komoditaskomoditas utama dan persisten menyumbang inflasi dan potensi tekanan inflasi. Dalam pada itu sebagai upaya untuk meminimalkan tekanan inflasi dari sisi pasokan, TPID telah meningkatkan sinergi dengan faktor pemberdayaan sektor riil dalam wadah Tim Fasilitasi Percepatan Pemberdayaan Ekonomi Daerah (TFPPED) yang dibentuk oleh Pemda Propinsi Kalsel. Dalam hal ini, TFPPED menindaklanjuti masukan-masukan dari TPID yang terkait dengan komoditas utama penyumbang inflasi, seperti daging ayam ras dan beras. Meskipun pada saat ini pergerakan laju inflasi relatif rendah dan stabil, namun upaya pengendalian inflasi masih harus terus dilakukan, terutama karena angka inflasi Kalimantan Selatan masih
pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai langkah-langkah pengendalian inflasi daerah kepada Gubernur Kalimantan Selatan.
56
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Boks 1. Tantangan dan Prospek Pengendalian Inflasi di Kalimantan Selatan berada di atas angka inflasi nasional. Selain itu, karakteristik Kalimantan Selatan yang memiliki ketergantungan yang tinggi dengan
wilayah
lain
khususnya
Jawa
dan
adanya
preferensi
konsumen terhadap jenis komoditas tertentu membuat wilayah Kalsel
rentan
terhadap
gejolak
pasokan.
Adanya
keterkaitan
antardaerah ini mendorong perlunya koordinasi antar daerah yang lebih kuat, terutama dengan daerah penghasil. Hal ini dapat dijembatani melalui koordinasi antar Tim Pengendalian Inflasi (TPI), baik antar daerah (TPID) maupun dengan TPI yang ada di pusat. Ke depan, diharapkan peran TPID dapat mengarah pada memberikan solusi dan langkah konkrit untuk mengatasi inflasi, disamping upaya untuk membentuk ekspektasi inflasi masyarakat secara sistematis dan sinergis. Hal ini dapat dilakukan melalui penguatan kinerja internal TPID.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
57
Halaman ini sengaja dikosongkan
3P
ERKEMBANGAN
Kinerja
perbankan
di
PERBANKAN DAERAH Provinsi
Kalimantan
Selatan
sampai dengan akhir triwulan III-2009 secara umum masih relatif
baik,
dibandingkan berlawanan
meskipun dengan dengan
mengalami
perlambatan
triwulan
sebelumnya.
pertumbuhan
ekonomi
bila
Hal
ini
Kalimantan
Selatan yang pada triwulan ini mengalami lonjakan yang cukup drastis dari 4,2% pada triwulan II-2009 menjadi 7,22% pada triwulan laporan. Indikasi meredanya dampak krisis global, khususnya terhadap sektor-sektor ekonomi dominan, belum cukup mendorong peningkatan laju pertumbuhan indikator-indikator kinerja usaha perbankan. Adanya faktor musiman Bulan Puasa dan Hari Raya Idul Fitri serta kondisi ekonomi yang masih berada dalam tahap pemulihan
sehingga
menyebabkan
risiko
perlambatan
dinilai pada
masih
relatif
pertumbuhan
tinggi,
beberapa
indikator perbankan. DPK kelompok bank umum maupun BPR pertumbuhannya tidak setinggi periode sebelumnya, yakni masingmasing 11,39% (y-o-y) dan 32,56% (y-o-y). Hal yang sama juga terjadi pada kredit, yakni untuk bank umum hanya mencapai 14,06% (y-o-y) dan BPR 40,88% (y-o-y). Meskipun
penghimpunan
DPK
dan
penyaluran
kredit
mengalami perlambatan, namun laju pertumbuhan kredit yang masih lebih tinggi dari laju pertumbuhan DPK telah mempertahankan rasio penyaluran kredit terhadap DPK (LDR) pada level yang cukup tinggi, yakni mencapai 77,21% untuk bank umum dan 150,55% untuk BPR. LDR yang cukup tinggi tersebut diikuti dengan kenaikan rasio kredit bermasalah baik untuk bank umum yang
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
naik dari 3,71% menjadi 4,63% dan BPR yang naik dari 3,34% menjadi 4,88%.
1. PERKEMBANGAN BANK UMUM Berbeda
dengan
pertumbuhan
ekonomi
Kalimantan
Selatan yang mengalami lonjakan cukup tinggi, kinerja bankbank umum yang beroperasi di Kalimantan Selatan pada triwulan laporan menunjukkan perlambatan pada berbagai indikatornya. Volume usaha (total aset), DPK, maupun kredit yang diberikan mengalami pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Calon debitur nampaknya masih
menunggu
kondisi
ekonomi
yang
lebih
stabil
sebelum
mengajukan permohonan kredit dalam jumlah besar. Di lain sisi pihak
perbankan
juga
masih
berhati-hati
dalam
menyalurkan
kreditnya karena situasi ekonomi yang masih dalam tahap pemulihan dinilai berisiko tinggi. Sementara itu, kualitas kredit mengalami penurunan yang diindikasikan oleh peningkatan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL). Dari sisi kelembagaan juga relatif tidak berubah, hanya terdapat penambahan 1 kantor cabang pembantu, 1 kantor BRI unit, dan 1 kantor kas. 1.1. Total Aset Sampai dengan akhir triwulan III-2009 total aset bank umum Kalimantan Selatan mencapai Rp20,24 triliun, naik 2,39% (q-t-q) dari posisi akhir triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp19,76 triliun. Dilihat secara tahunan, pertumbuhan aset bank umum Kalimantan Selatan mengalami perlambatan yang terutama didorong oleh perlambatan yang terjadi pada kelompok bank umum swasta nasional
(BUS).
Setelah
mencatat
pertumbuhan
sebesar
18,16% (y-o-y) pada akhir triwulan II-2009, total aset bank umum di Kalimantan Selatan pertumbuhannya melambat menjadi 12,45% (y-o-y). Kelompok BUS mencatat perlambatan pertumbuhan dari 17,6% (y-o-y) menjadi 5,35% (y-o-y), sedangkan Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
59
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
pertumbuhan
aset
kelompok
bank
umum
pemerintah
(BUP)
melambat dari 18,38% (y-o-y) menjadi 15,41% (y-o-y). Tabel 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum Kalimantan Selatan (Miliar Rp) Tw 1‐08 Tw 2‐08 Tw 3‐08 Tw 4‐08 Tw 1‐09 Tw 2‐09 Tw 3‐09 Kelompok Tw 4‐07 Bank BU 11.097,04 11.213,30 11.991,87 12.691,21 12.979,02 13.948,40 14.195,41 14.646,85 Pemerintah BU Swasta 4.161,68 4.408,39 4.735,11 5.304,90 5.485,40 5.666,05 5.568,70 5.588,95 Total
15.258,72 15.621,69 16.726,98 17.996,11 18.464,42 19.614,45 19.764,11
20.235,80
Sumber: Bank Indonesia
Secara
umum
perlambatan
ini
disebabkan
oleh
melambatnya pertumbuhan DPK dan kredit yang terjadi pada semua kelompok bank. Kelompok BUS mengalami perlambatan yang
lebih
besar
bahkan
pertumbuhan
kredit
kelompok
ini
mengalami penyusutan pada triwulan laporan.
1.2. Intermediasi Perbankan Pada triwulan III-2009 LDR bank umum tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan LDR kali ini lebih disebabkan karena pertumbuhan kredit yang lebih besar dari pertumbuhan DPK sementara secara individual kedua indikator ini sama-sama mengalami perlambatan pertumbuhan. Melambatnya pertumbuhan DPK antara lain terkait dengan momentum bulan Puasa dan hari raya Idul Fitri yang pada tahun 2009 jatuh dalam triwulan laporan. Meningkatnya pengeluaran masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhan pokok dan liburan (mudik)
dalam
rangka
menyambut
hari
raya
menyebabkan
masyarakat cenderung tidak menambah simpanan atau bahkan mengambil simpanannya yang ada di perbankan. Searah dengan laju pertumbuhan dana, penyaluran kredit oleh bank umum juga melambat. Kondisi ekonomi yang dirasa masih belum
stabil
perkembangan
menyebabkan lebih
lanjut
para
sebelum
pengusaha mengambil
menunggu
risiko
dengan
meminjam tambahan modal dari perbankan. Perbankan sendiri juga 60
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
masih sangat hati-hati dalam menyalurkan kreditnya karena menilai risiko kredit masih relatif tinggi. Tabel 3.2. Beberapa Indikator Kinerja Bank Umum Kalimantan Selatan Uraian
Satuan
2007
2008
Tw 4
Tw 1
Tw 2
2009 Tw 3
Tw 4
Tw 1
Tw 2
Tw 3
DPK Rp miliar 12.839,13 13.366,06 13.868,41 15.455,90 16.071,48 17.204,12 17.193,98 17.216,20 Pertumbuhan
(y‐o‐y)
18,42%
20,73%
18,71%
25,50%
25,18%
28,71%
23,98%
11,39%
4,10%
3,76%
6,94%
3,98%
7,05%
‐0,06%
0,13%
(q‐t‐q)
4,25%
Kredit Rp miliar (Lokasi Bank)
9.111,77
(y‐o‐y)
31,45%
35,01%
41,30%
45,96%
30,86%
31,14%
21,41%
14,06%
(q‐t‐q)
14,11%
3,17%
13,48%
9,25%
1,89%
3,81%
5,06%
2,63%
70,97%
70,33%
73,81%
75,41%
73,89%
71,65%
75,33%
77,21%
4,27%
3,86%
5,24%
4,56%
3,65%
4,02%
3,71%
4,63%
Pertumbuhan LDR (Lokasi Bank) NPL gross
9.400,38 10.667,96 11.654,74 11.874,87 12.327,61 12.951,82 13.293,06
1.2.1. Penghimpunan Dana Masyarakat Pertumbuhan
DPK
pada
triwulan
laporan
tidak
setinggi
triwulan sebelumnya. Secara triwulanan, DPK pada posisi akhir triwulan III-2009 mencatat penyusutan sebesar -0,03% (q-t-q) lebih buruk
dibanding
triwulan
II-2009
yang
masih
mencatat
pertumbuhan sebesar 0,1% (q-t-q). Sementara itu secara tahunan DPK
tumbuh
dibandingkan
sebesar
11,39%
pertumbuhan
(y-o-y),
triwulan
lebih
sebelumnya
rendah yang
mencapai 23,98% (y-o-y). Seluruh jenis simpanan mengalami perlambatan laju pertumbuhan. Deposito mencatat pertumbuhan tertinggi dibanding jenis simpanan lainnya yakni sebesar 20,61% (y-o-y) selama triwulan laporan, namun masih lebih rendah dari pertumbuhan periode sebelumnya yang mencapai 38,34% (y-o-y). Sementara tabungan dan giro masing-masing tumbuh sebesar 8,4% (y-o-y) dan 9,12% (y-o-y), juga lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 14,86% (y-o-y) dan 13,87% (y-o-y).
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
61
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Grafik 3.2. Perkembangan DPK Kalimantan Selatan Menurut Jenis Simpanan
Grafik 3.1. Perkembangan DPK Kalimantan Selatan
Melambatnya
pertumbuhan
DPK
terutama
disebabkan
jatuhnya bulan Puasa dan hari raya Idul Fitri pada akhir triwulan laporan. Di hari besar keagamaan tersebut animo masyarakat dalam membeli berbagai barang kebutuhan pokok dan barang kebutuhan lainnya
sangat
tinggi.
Tingginya
pengeluaran
masyarakat
ini
berdampak pada turunnya pertumbuhan DPK khususnya pada jenis simpanan tabungan yang merupakan jenis simpanan yang paling likuid. Penggunaan dana yang cukup tinggi oleh masyarakat ini tercermin dari melambatnya pertumbuhan DPK milik perseorangan dari 20,49% (y-o-y) menjadi 10,07% (y-o-y). Sementara itu tingginya penggunaan dana Pemda pada triwulan
ini
juga
turut
menjadi
faktor
melambatnya
laju
pertumbuhan DPK. Hal ini ditunjukan dengan melambatnya laju pertumbuhan giro yang milik pemerintah daerah. Pertumbuhan dana milik pemda mengalami perlambatan dari 22,54% (y-o-y) menjadi 10,08% (y-o-y). Ditinjau
dari
kelompok
bank,
secara
triwulanan
DPK
kelompok BUP mengalami pertumbuhan lebih tinggi yakni mencapai 12,65% (y-o-y), sedangkan kelompok BUS hanya tumbuh sebesar 8,26% (y-o-y). Selain preferensi masyarakat untuk menyimpan dananya di bank pemerintah, transfer gaji pegawai/
karyawan
instansi
pemerintah
maupun
perusahaan
kebanyakan dipercayakan kepada bank-bank plat merah, sehingga adanya tambahan dana berupa pembayaran Tunjangan Hari Raya 62
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
menjelang
hari
raya
Idul
Fitri
menjadi
faktor
pendorong
pertumbuhan jumlah simpanan di bank-bank tersebut.
Grafik 3.3. Perkembangan DPK Kelompok BUP dan BUS
1.2.2. Penyaluran Kredit Aktivitas mengalami
penyaluran
perlambatan
baik
kredit secara
bank-bank
umum
triwulanan
ataupun
tahunan. Pada akhir triwulan III-2009 total kredit tercatat Rp13,3 triliun atau meningkat sebesar 2,63% (q-t-q), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 5,06% (q-t-q). Secara tahunan penyaluran kredit hanya tumbuh sebesar 14,06% (y-o-y) setelah tumbuh sebesar 21,41% (y-o-y) di periode sebelumnya. Melambatnya laju penyaluran kredit pada triwulan laporan
terutama
disebabkan
oleh
terus
menyusutnya
pertumbuhan kredit pada kelompok bank umum swasta. Pertumbuhan kredit kelompok BUS menyusut sebesar -10,59 (y-o-y) setelah pada triwulan sebelumnya masih mencatatkan pertumbuhan sebesar 3,2% (y-o-y). Sementara itu kelompok BUP tumbuh sebesar 24,29% (y-o-y), sedikit melambat dari triwulan sebelumnya yang mencapai 29,19% (y-o-y). Kelompok BUS memang cenderung lebih selektif dalam memilih debitur dan berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa BUS, respon untuk menurunkan suku bunga pinjaman cenderung menunggu langkah dari bank-bank besar milik pemerintah.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
63
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Grafik 3.4. Distribusi Penyaluran Kredit (Lokasi Bank) pada Sektor‐Sektor Ekonomi
Secara banyak
sektoral
berubah
distribusi
namun
laju
penyaluran
kredit
pertumbuhannya
belum
melambat
hampir pada semua sektor kecuali sektor jasa-jasa dunia usaha. Beberapa sektor seperti industri; pertambangan; listrik, gas, dan air; konstruksi; dan jasa sosial masyarakat bahkan mengalami penyusutan. Kredit
yang
mengalami
disalurkan
penyusutan
ke
sejak
sektor
akhir
pertambangan
triwulan
I-2009
terus bahkan
penyusutan tersebut cenderung membesar. Pada triwulan III2009 kredit yang disalurkan ke sektor dominan ini menyusut sebesar -11,12% (y-o-y) lebih besar dari penyusutan di triwulan beberapa
sebelumnya triwulan
-10,38%
(y-o-y).
mendatang
Diperkirakan
pertumbuhan
kredit
pada sektor
pertambangan akan meningkat, mengingat pada triwulan laporan sektor ini mulai pulih yang terlihat dari meningkatnya volume ekspor batu
barai.
pertambangan
Belum pada
diresponnya triwulan
perbaikan
laporan
terkait
kinerja
sektor
dengan
masih
berlakunya kebijakan beberapa bank untuk menghindari atau lebih selektif terhadap sektor-sektor yang diindikasikan terimbas krisis global. Kredit
yang
disalurkan
ke
sektor
pertanian
yang
merupakan sektor dengan pangsa penyaluran kredit terbesar ketiga di Kalimantan Selatan pada triwulan laporan pertumbuhannya melambat cukup signifikan dari 53,75% (y-o-y) menjadi 64
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
28,82% (y-o-y). Perlambatan ini disebabkan karena subsektor perkebunan (kelapa sawit dan karet) serta kehutanan (kayu) masih dalam tahap pemulihan setelah terkena dampak krisis global. Hal ini terindikasi dengan melambatnya pertumbuhan kredit pada kedua subsektor tersebut.
Selain itu musim tanam yang belum dimulai
juga turut mendorong melambatnya pertumbuhan kredit di sektor ini. Sementara kredit yang dialokasikan ke sektor lain-lain yang
bersifat
konsumtif
yang
memiliki
pangsa
terbesar
(37,55% dari total kredit), laju pertumbuhannya di triwulan laporan juga mengalami perlambatan yaitu dari 29,88% (y-oy)
pada
keperluan
triwulan
II-2009
konsumsi
menjadi
nampaknya
24,4%(y-o-y). masyarakat
Untuk
cenderung
menggunakan dananya sendiri, dibanding harus meminjam pada bank mengingat bunga pinjaman yang dianggap masih terlalu tinggi. Berdasarkan
jenis
penggunaan,
seluruh
jenis
kredit
mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan laporan. Pertumbuhan kredit terbesar terjadi pada kredit konsumsi yang mencapai 24,81% (y-o-y), namun laju pertumbuhannya melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 30,02% (y-o-y). Daya beli masyarakat yang tidak sekuat tahun sebelumnya serta tingkat suku bunga kredit konsumsi yang dinilai masih tinggi menyebabkan masyarakat menunda keinginannya untuk membeli barang-barang tahan lama. Kredit modal kerja pertumbuhannya melambat dari triwulan II-2009 sebesar 7,21% (y-o-y) menjadi 1,25% (y-o-y) di triwulan III-2009. Untuk membiayai operasional usaha, pengusaha nampaknya mengoptimalkan penggunaan dananya sendiri. Sejalan dengan menyusutnya pertumbuhan investasi (PMTB) Kalimantan Selatan, kredit investasi juga mengalami perlambatan
pertumbuhan.
Pada
triwulan
III-2009
pertimbuhannya hanya mencapai 24,81% setelah pada triwulan II2009 tumbuh 30,02% (y-o-y).
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
65
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Meskipun
laju
pertumbuhan
kredit
dan
DPK
keduanya
mengalami perlambatan, namun laju peningkatan nilai nominal kredit yang lebih besar dibanding DPK menyebabkan nisbah kredit terhadap DPK atau Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum mengalami sedikit kenaikan dari 75,33% pada akhir triwulan II-2009 menjadi 77,21% pada akhir triwulan laporan. LDR bank umum yang cukup tinggi tersebut belum mengindikasikan perbaikan fungsi intermediasi perbankan yang berarti dari triwulan sebelumnya, mengingat pertumbuhan kredit yang lebih rendah.
Grafik 3.5. Perkembangan DPK, Kredit, dan LDR Bank Umum Kalsel
Sementara itu fasilitas pinjaman bank umum kepada nasabah yang belum ditarik (undisbursed loan) pada posisi akhir triwulan III-2009 tercatat sebesar Rp2,26 triliun, naik 6,19% (q-t-q) dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai Rp2,13 triliun. Apabila dibandingkan dengan total kucuran kredit maka rasio antara undisbursed loan terhadap total kredit mencapai 17,03% atau lebih besar dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 16,43%. Meningkatnya rasio undisbursed loan terhadap total kredit menjadi indikasi bahwa daya realisasi kredit menurun. Nasabah khususnya dari sektor perkebunan nampaknya masih menunggu kondisi ekonomi yang lebih stabil sebelum mencairkan kreditnya mengingat risiko pasar yang masih cukup tinggi pasca krisis ekonomi 66
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
global. Sebagian besar dari undisbursed loan pada periode laporan masih
berasal
dari
sektor
pertanian,
khususnya
subsektor
perkebunan, dan sektor perdagangan hotel dan restoran (PHR). Subsektor perkebunan mendominasi 43,21% dari seluruh undisbursed loan yang ada, sementara pangsa undisbused loan dari sektor PHR sebesar 26,84%.
Grafik 3.6. Distribusi Undisbursed Loan Sektor‐Sektor Ekonomi
Grafik 3.7. Perkembangan Undisbursed Loan di Kalimantan Selatan
Selama triwulan laporan, kredit ekspor yang diberikan oleh bank umum di Kalimantan Selatan turun sebesar 7,7% (q-t-q) dari Rp408,72 miliar menjadi Rp377,23 miliar, setelah pada triwulan II2009 meningkat 4,98% (q-t-q). Secara tahunan kredit ekspor pada posisi akhir triwulan laporan turun sebesar 12,46% (yo-y). Penurunan ini lebih besar dibanding periode sebelumnya yang juga turun sebesar 5,59% (y-o-y). Penurunan kredit ekspor pada triwulan laporan, terutama disebabkan oleh penurunan kredit ekspor pada sektor industri pengolahan khususnya sektor industri pengolahan kayu. Selama ini industri pengolahan kayu merupakan pengguna utama kredit ekspor di Kalimantan Selatan. Penurunan kredit ekspor pada industri pengolahan kayu ini terkait dengan masih rendahnya permintaan ekspor untuk barang-barang olahan dari bahan baku ini. Meskipun begitu, seiring dengan turunnya suku bunga pinjaman serta pulihnya kondisi ekonomi khususnya dari sektor-sektor
dominan
penyaluran
kredit
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
pada
triwulan 67
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
mendatang akan kembali meningkat. Meningkatnya permintaan baik dari dalam maupun luar negeri serta turunnya tingkat risiko di mata para perbankan akan menjadi pendorong pertumbuhan kredit di triwulan berikutnya. 1.2.3 Kualitas Kredit Peningkatan LDR pada triwulan ini tidak diikuti oleh perbaikan kualitas kredit. Rasio NPL gross mengalami kenaikan dari 3,73% pada triwulan II-2009 menjadi 4,63%. Secara nominal nilai kredit bermasalah mengalami kenaikan dari Rp482,73 miliar menjadi Rp616,03 miliar. Dilihat menurut kelompok bank, kenaikan rasio NPL terjadi pada kelompok bank umum pemerintah maupun kelompok bank umum swasta. Rasio NPL kelompok BUS naik dari 0,87% menjadi 1,29%, sedangkan kelompok BUP mencatat kenaikan rasio NPL dari 4,65% menjadi 5,63%. Tabel 3.3. Perkembangan NPL Bank Umum Kalimantan Selatan NPL Kredit Nominal NPL NPL %
2007
2008
Trw IV 389.342 4,27%
2009
Trw I
Trw II
Trw III
Trw IV
362.771
559.331
531.971
433.198
3,86%
5,24%
4,56%
3,65%
Trw I
Trw II
Trw III
495.890
482.733
616.027
4,02%
3,73%
4,63%
NPL Per Kelompok Bank Bank Pemerintah
5,23%
4,73%
6,88%
6,15%
4,82%
5,15%
4,65%
5,63%
Bank Swasta
1,87%
1,70%
1,25%
0,74%
0,56%
0,71%
0,87%
1,29%
NPL per jenis penggunaan Modal Kerja
6,05%
5,02%
7,94%
7,15%
6,45%
7,48%
6,75%
7,65%
Investasi
4,01%
4,30%
5,73%
4,82%
2,71%
2,72%
2,81%
5,21%
Konsumsi
1,79%
2,00%
1,48%
1,19%
0,89%
1,19%
1,17%
1,22%
Pertanian
1,47%
1,04%
1,01%
0,97%
0,38%
0,36%
0,43%
0,59%
Pertambangan
1,42%
8,80%
8,39%
8,01%
7,85%
8,79%
9,60%
15,32% 23,55%
NPL per sektor ekonomi
Industri pengolahan
12,36%
4,56%
23,74%
23,95%
27,78%
27,79%
24,71%
Listrik,Gas dan Air
0,00%
0,00%
0,00%
0,11%
0,12%
0,00%
0,00%
0,00%
Konstruksi
0,47%
0,58%
11,34%
8,19%
8,56%
13,96%
12,14%
11,50%
Perdagangan
6,92%
6,97%
6,04%
5,14%
2,06%
2,51%
2,72%
3,83%
Pengangkutan
6,47%
6,22%
4,91%
4,86%
0,85%
0,65%
0,84%
11,12%
Jasa Dunia Usaha
2,46%
1,70%
1,20%
1,19%
1,17%
1,58%
1,53%
1,87%
Jasa Sosial Masyarakat
2,22%
2,81%
2,19%
1,71%
1,08%
1,85%
1,33%
1,81%
Lain-lain
1,86%
2,06%
1,53%
1,23%
0,94%
1,25%
1,24%
1,29%
Sumber : Bank Indonesia
68
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Berdasarkan sektor ekonomi, meningkatnya rasio NPL pada triwulan laporan terutama disumbang oleh kenaikan rasio
NPL
pada
sektor
pengangkutan,
perdagangan,
konstruksi, dan pertambangan. Kenaikan rasio NPL yang paling tinggi
terjadi
pada
sektor pengangkutan
dari
0,84%
menjadi
11,12%. Sementara itu sektor industri pengolahan masih mencatat rasio NPL yang cukup tinggi, yakni mencapai 23,55%. Rasio tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 24,71%, yang terutama disumbang oleh industri pengolahan kayu yang saat ini masih mendapat tekanan usaha terkait dengan semakin langkanya bahan baku, meningkatnya biaya produksi, dan berkurangnya permintaan karena persaingan dengan produk Cina. Sementara itu rasio NPL menurut jenis penggunaan kredit mencatat peningkatan pada semua komponen, baik kredit
modal
kerja,
investasi,
maupun
konsumsi.
Secara
persentase peningkatan NPL tertinggi terjadi pada kredit investasi yakni dari 2,81% menjadi 5,21% atau hampir dua kali lipatnya. Sementara itu rasio NPL kredit modal kerja masih bertahan pada level relatif tinggi dan meningkat dari 6,75% pada triwulan II-2009 menjadi 7,65%.
1.3. Kredit UMKM Pada triwulan laporan laju peningkatan kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan total kredit, mengakibatkan pangsa kredit UMKM terhadap total kredit bank umum di Kalimantan Selatan mengalami kenaikan tipis dari 66,96% menjadi 68,34%. Namun demikian, kredit UMKM yang disalurkan bank umum Kalimantan Selatan bergerak pada tren pertumbuhan yang terus melambat sejak triwulan IV-2008. Pada triwulan III-2009 kredit UMKM hanya tumbuh 19,12% (y-o-y) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 24,2% (y-o-y).
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
69
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Grafik 3.8. Perkembangan Kredit MKM di Kalimantan Selatan
Dilihat dari skala usaha yang dibiayai, sebagian besar kredit UMKM disalurkan kepada usaha kecil, dengan tingkat pertumbuhan 38,98% (y-o-y), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 56,31% (y-o-y). Penyaluran kredit kepada usaha menengah
juga
mengalami
perlambatan
yakni
9,52%
(y-o-y)
menjadi 11,98% (y-o-y) pada triwulan laporan. Sementara itu penyaluran kredit kepada usaha mikro pertumbuhannya meningkat dari 9,52% (y-o-y) menjadi 11,98% (y-o-y) pada triwulan laporan. Berdasarkan sektor ekonomi, sebagian besar kredit UMKM diserap oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor ekonomi
lain-lain (konsumtif)
yang
secara keseluruhan
mendominasi tidak kurang dari 79,46% portofolio kredit UMKM. Sektor konsumsi yang menyerap lebih dari separuh kredit UMKM, terutama didorong oleh kredit-kredit di luar kredit kepemilikan rumah/ruko dan kendaraan bermotor. Sementara untuk sektor PHR kredit UMKM terutama disalurkan untuk perdagangan eceran. Kondisi ini tidak banyak berubah dibanding periode-periode sebelumnya. Melambatnya
pertumbuhan
kredit
UMKM,
antara
lain
disebabkan oleh semakin selektifnya perbankan dalam memilih calon debiturnya, sementara pelaku UMKM sendiri masih ragu untuk mengajukan permohonan kredit baru ke bank terkait dengan kondisi usahanya Perbankan 70
yang
belum
cenderung
banyak
berkembang
meningkatkan
dalam
penerapan
tahun
prinsip
ini.
kehati-
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
hatiannya mengingat kondisi perekonomian yang dinilai berisiko tinggi. Dalam survei yang dilakukan Bank Indonesia Banjarmasin, mayoritas responden perbankan merasa kesulitan menemukan calon debitur yang potensial dan didukung administrasi keuangan yang baik (selengkapnya lihat boks, KUR dari sudut pandang pelaku UMKM dan bank penyalur). Kondisi ini sebenarnya memperlihatkan bahwa upaya
untuk
memperluas
akses
UMKM
kepada
pembiayaan
perbankan masih menghadapi banyak kendala di lapangan, terutama persoalan klasik kesulitan memenuhi persyaratan administrasi bank, pemenuhan agunan, dan suku bunga. Oleh karena itu sosialisasi perbankan dan administrasi usaha yang bankable sangat diperlukan oleh pelaku UMKM. Selain itu program khusus kredit UMKM seperti KUR perlu diperluas dan dikembangkan sehingga lebih mudah diterima oleh pelaku UMKM dan tidak terlalu berisiko bagi bank penyalur.
2. PERKEMBANGAN BANK SYARIAH Pada
triwulan
laporan
perkembangan
kegiatan
perbankan syariah Kalimantan Selatan dari sisi aset, DPK, dan pembiayaan secara umum masih menunjukkan pertumbuhan, meskipun
dengan
kecenderungan
melambat,
khususnya
pertumbuhan pembiayaan. Perlambatan kinerja perbankan syariah juga terlihat dari penurunan FDR dan peningkatan rasio NPF. Total aset kelompok bank umum syariah di triwulan III-2009 tercatat
Rp1,1
triliun
atau
naik
6,27%
(q-t-q)
dari
triwulan
sebelumnya. Secara tahunan aset perbankan syariah tumbuh sebesar 23,6% (y-o-y), sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 22,37% (y-o-y). Menguatnya pertumbuhan volume usaha perbankan syariah tersebut dipengaruhi oleh perkembangan dana pihak ketiga yang Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
71
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
tumbuh meningkat dari 31,96% (y-o-y) pada triwulan II2009
menjadi
komponen
32,88%
dana
berpindahnya
(y-o-y).
pihak
ketiga
sebagian
dana
salah
Meningkatnya satunya
masyarakat
pertumbuhan
disebabkan
dari
bank
oleh
umum
konvensional karena sistem bagi hasil memberikan tawaran yang relatif lebih menarik dibanding sistem bunga dari bank umum konvensional
yang
cenderung
menurun.
Sosialisasi
mengenai
perbankan syariah yang semakin gencar dilakukan di daerah juga turut memacu pertumbuhan DPK bank syariah. Meningkatnya pertumbuhan DPK terutama dipengaruhi oleh pertumbuhan yang terjadi pada simpanan dalam bentuk deposito. Deposito bank syariah tumbuh 55,22% (y-o-y) lebih tinggi dari pertumbuhannya pada triwulan II-2009 yang hanya sebesar 49,88%. Sementara itu simpanan dalam bentuk tabungan mengalami perlambatan pertumbuhan dari triwulan sebelumnya sebesar 46% (y-o-y) menjadi 34,77% (y-o-y). Perlambatan pertumbuhan dana pada tabungan juga terkait dengan faktor musiman terkait momentum meningkatnya kebutuhan dana oleh masyarakat dalam rangka menyambut Hari Raya Idul Fitri. Tabel 3.4. Perkembangan Kinerja Bank Umum Syariah Keterangan Asset (juta Rp) Pembiayaan (juta Rp)
Posisi TW I‐2008 TW II‐200 TW III‐2008 TW IV‐2008 TW I ‐ 2009 TW II‐2009 TW III‐2009 989.481 991.745 1.048.230 1.113.927 759.683 856.586 901.264 606.388 680.073
773.968
780.379
774.323
823.658
839.364
714.198
771.678
798.381
Dana (juta Rp)
533.896 584.773
600.838
700.225
FDR (%)
113,58% 116,30%
128,81%
111,45%
108,42%
106,74%
105,13%
4,38%
0,88%
1,43%
2,02%
13,82%
NPF (%)
5,74%
4,81%
.
Pembiayaan
perbankan
syariah
(Murabahah,
Qardh,
Mudharabah dan Musyarakah) menunjukkan pertumbuhan yang melambat. Jumlah dana yang telah disalurkan perbankan syariah sampai akhir triwulan III-2009 mencapai Rp839,36 miliar atau tumbuh 8,45% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 21,11% (y-o-y).
72
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Pembiayaan dari perbankan syariah lebih banyak disalurkan pada sektor-sektor produktif yaitu untuk kegiatan investasi dan modal kerja dibandingkan pembiayaan yang bersifat konsumtif. Hal ini terlihat dari pembiayaan modal kerja dan investasi yang masih tumbuh meskipun lajunya melambat sedangkan kredit konsumsi menunjukkan terjadinya penyusutan.
Kredit modal
kerja tumbuh sebesar 13,28% (y-o-y) lebih rendah dari triwulan II2009
yang
mencapai
32,87%
(y-o-y).
Begitu
juga
dengan
pertumbuhan kredit investasi dari 60,79% (y-o-y) menjadi 26,23% (y-o-y). Pembiayaan yang bersifat produktif terutama disalurkan untuk sektor pertambangan, sektor komunikasi, angkutan, serta jasa-jasa penunjang kegiatan pertambangan dan transportasi.
Grafik 3.9. Perkembangan Dana, Pembiayaan, dan FDR Bank Syariah Kalsel
Grafik 3.10. Perkembangan NPF Bank Syariah Kalsel
Laju pertumbuhan DPK yang jauh lebih rendah dibandingkan dana pihak ketiga, mendorong rasio financing to deposit ratio (FDR) pada triwulan III-2009 turun menjadi 105,13% setelah pada sebelumnya mencapai 106,74%. Sementara itu rasio kredit
bermasalah
meningkat
cukup
tajam
dari
2,02%
menjadi 13,82%. Peningkatan ini disebabkan oleh penurunan usaha nasabah-nasabah yang terkait dengan pertambangan batu bara. Prospek
perkembangan
kinerja
perbankan
syariah
pada
triwulan mendatang diperkirakan akan mengalami peningkatan baik untuk pertumbuhan DPK ataupun pembiayaan. Mulai pulihnya sektor-sektor unggulan di provinsi Kalimantan Selatan akan menjadi pemicu
tumbuhnya
pembiayaan
perbankan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
syariah
sementara 73
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
masyarakat yang menyimpan dananya di bank syariah diperkirakan juga akan meningkat sehingga DPK akan kembali meningkat seiring dengan gencarnya sosialisasi konsep ekonomi syariah di masyarakat.
3. PERKEMBANGAN INDUSTRI BPR Selama triwulan laporan kinerja BPR secara umum mengalami perlambatan baik dari sisi DPK ataupun kredit. LDR rata-rata industri BPR mengalami peningkatan yang dibarengi dengan turunnya kualitas kredit yang tercermin dari peningkatan rasio NPL. Tabel 3.5. Perkembangan Kinerja BPR Kalimantan Selatan (Juta Rp) Indikator
2007
2008
2009
Tw 4 2007 27
Tw 1 2008 25
Tw 2 2008 25
Tw 3 2008 25
Tw 4 2008 25
Tw 1 2009 25
Tw 2 2009 23
Tw 3 2009 23
‐ Badan Hukum PD
20
20
20
20
20
20
18
18
‐ Badan Hukum PT
7
5
5
5
5
5
5
5
Total Aset
167.348
173.180
172.872
220.208
278.729
286.007
293.374
281.642
Dana Pihak Ketiga
107.212
93.864
89.251
101.386
154.973
175.999
172.535
147.465
‐ Tabungan
38.310
38.050
41.672
43.221
52.279
56.401
55.522
53.679
‐ Deposito
68.901
54.154
47.577
58.166
102.695
119.598
117.013
93.787
Kredit
117.036
122.196
136.649
157.583
194.158
238.374
230.582
222.008
LDR
109,16%
130,18%
153,11%
155,43% 125,29% 135,44% 133,64% 150,55%
NPL
4,88%
5,45%
5,21%
Jumlah BPR
4,33%
3,07%
3,20%
3,34%
4,88%
Sumber: Bank Indonesia
Dari sisi kelembagaan, sampai dengan akhir triwulan III2009 tidak terjadi perubahan jumlah maupun jaringan kantor BPR yang beroperasi di Kalimantan Selatan. Jumlah BPR masih sebanyak 23 bank, terdiri dari 18 BPR milik pemerintah daerah atau berbadan hukum Perusahaan Daerah (PD) dan 5 BPR milik swasta (berbentuk PT). BPR yang tersebar di tujuh kabupaten di Kalimantan Selatan tersebut terdiri dari 22 BPR konvensional dan 1 BPR Syariah. Total aset industri BPR Kalimantan Selatan pada triwulan III2009 tercatat sebesar Rp281,64 miliar, tumbuh 27,9% (y-o-y) lebih rendah 74
dibandingkan
pertumbuhan
triwulan
sebelumnya
yang
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
mencapai
69,71%
(y-o-y).
Pertumbuhan
yang
melambat
ini
disebabkan oleh laju pertumbuhan dana pihak ketiga BPR dan penyaluran kredit yang melambat pada periode laporan. Dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh industri BPR Kalimantan Selatan pada triwulan III-2009, baik dalam bentuk tabungan maupun deposito, laju pertumbuhannya lebih
lambat
apabila
dibandingkan
dengan
triwulan
sebelumnya. Perlambatan terutama didorong oleh simpanan jenis deposito yang pertumbuhannya mencapai 61,24% (y-o-y) setelah pada triwulan sebelumnya mencatat lonjakan sebesar 145,94% (y-oy). Sementara simpanan jenis tabungan laju pertumbuhannya melambat dari 33,24% (y-o-y) menjadi 24,2% (y-o-y). Dari sisi penyaluran dana, sampai dengan akhir triwulan III2009 industri BPR telah mengucurkan kredit sebesar Rp222,01 miliar, turun 3,72% (q-t-q) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp230,58 miliar. Secara tahunan pertumbuhan kredit pada triwulan laporan tercatat sebesar 40,88% lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 68,74% (y-o-y).
Grafik 3.11. Perkembangan Kredit dan NPL
Grafik 3.12. Pertumbuhan DPK, Pertumbuhan Kredit, dan LDR BPR
Pada triwulan III-2009 LDR industri BPR mencapai 150,55% meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 133,64%.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
75
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Peningkatan LDR tersebut dibarengi dengan peningkatan rasio NPL dari 3,34% menjadi 4,88% Pangsa
pasar
BPR
yang
semakin
tergeser
dengan
banyaknya bank umum yang membuka jaringan kantor yang menangani segmen kredit UMKM. Usaha untuk meningkatkan kinerja industri BPR di triwulan mendatang akan lebih berat. Penghimpunan dana dan penyaluran kredit masih akan tumbuh namun akan lebih rendah dari pertumbuhan pada triwulan-triwulan sebelumnya. 4. STABILITAS SISTEM KEUANGAN REGIONAL Secara umum kondisi stabilitas sistem keuangan regional Kalimantan Selatan pada triwulan III-2009 masih terjaga, namun perlu mendapat perhatian khusus karena terjadinya kenaikan NPL seiring naiknya LDR. Fungsi intermediasi perbankan nampaknya masih cukup baik dengan rasio LDR yang cukup tinggi dan mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya. Namun demikian, perlu
diwaspadai
risiko-risiko
yang
mungkin
terjadi
akibat
pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dari pertumbuhan dana pihak ketiga. Hal ini menyebabkan likuiditas perbankan menjadi lebih ketat sehingga rentan terhadap risiko likuiditas. Selain risiko likuiditas, resiko lain yang berpotensi dihadapi oleh perbankan adalah risiko kredit, terutama akibat efek pasca krisis global. Kemampuan debitur untuk membayar pinjamannya menjadi berkurang karena performa usahanya terganggu. Akibatnya perusahaan-perusaan tersebut mengalami kesulitan pembayaran saat pinjamannya jatuh tempo sehingga meningkatkan rasio NPL semua kelompok bank (bank umum konvensional, bank umum syariah, dan BPR) di periode ini. Kebijakan Bank Indonesia untuk menurunkan BI rate menjadi 6,5% pada Agustus 2009 dan bertahan pada akhir periode laporan dilakukan
dengan
mempertimbangkan
kondisi
makro
ekonomi
nasional dan tekanan inflasi yang cenderung mereda. Kebijakan
76
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
tersebut
juga
diharapkan
dapat
membantu
menggerakkan
perekonomian yang melambat karena dampak krisis global. Kebijakan penurunan BI-rate ini juga diikuti dengan tindakan persuasif BI dengan mengajak 14 bank umum nasional (pemerintah dan swasta) yang diikuti oleh kantor bank asing untuk bersamasama menurunkan suku bunga simpanan dan pinjaman. Dengan turunnya suku bunga perbankan diharapkan pertumbuhan kredit mengalami berdasarkan
peningkatan. hasil
Langkah
wawancara
yang
ini
terlihat
dilakukan
efektif Bank
karena
Indonesia
Banjarmasin pada 14 cabang bank-bank tersebut sudah terlihat adanya penurunan suku bunga simpanan dan pinjaman walaupun belum terlalu signifikan (lihat tabel 3.6). Suku bunga perbankan khususnya pinjaman diperkirakan masih akan kembali turun pada bulan-bulan berikutnya. Tabel 3.6. Perkembangan Rata-rata Suku Bunga Sejumlah Bank Umum
Rata-Rata Selisih Agust-09 Sep-09 Penurunan Suku Bunga Rata-rata Suku Bunga Pinjaman Responden Kredit Konsumtif 13,34% 12,33% 0,93% Kredit Modal Kerja 15,48% 14,49% 0,92% Kredit Investasi 15,33% 14,44% 0,83% KPR 12,73% 11,95% 0,71% Rata-rata Suku Bunga Simpanan Responden Tabungan 2,61% 2,55% 0,05% Deposito 3 Bulan 7,26% 6,26% 0,93% Giro 1,98% 1,94% 0,04% Hasil Wawancara Bank Indonesia Banjarmasin, diolah.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
77
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Boks 2 Quick Survey “Program KUR dari Sudut Pandang Pelaku UMKM di Kalimantan Selatan” Survei yang bertujuan untuk mengetahui gambaran umum pengaruh Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi kemajuan usaha pelaku UMKM ini diikuti oleh 25 responden yang merupakan debitur KUR dari berbagai daerah di Kalimantan Selatan. Survei ini hanya dimaksudkan untuk menangkap informasi yang bersifat indikatif, bukan untuk menyimpulkannya sebagai kondisi yang berlaku umum. Pelaksanaan survei dengan responden dan lokasi yang berbeda dimungkinkan memberikan hasil yang berbeda. Berdasarkan informasi responden yang disurvei, sebagian besar (85%) menyatakan mengalami peningkatan kondisi usaha dengan adanya pembiayaan KUR. Perbaikan kondisi usaha debitur ditunjukkan oleh meningkatnya aset (di luar tanah dan bangunan), serta meningkatnya omzet penjualan. Hal ini dinyatakan oleh 75% responden. Sementara itu tidak kurang dari 88% responden menilai bahwa taraf hidup keluarganya semakin membaik semenjak menerima KUR.
Dari sudut pandang pelaku UMKM, KUR nampaknya memang menjadi alternatif pembiayaan yang membawa angin segar bagi kondisi usaha mereka. Waktu yang dibutuhkan bagi suatu permohonan KUR untuk disetujui juga dinilai cepat bagi sebagian besar responden. Menurut 44% responden perbankan menyetujui suatu permohonan KUR dalam jangka waktu kurang dari 2 minggu. Prosedur untuk memperoleh KUR dinilai oleh 68% responden cukup bersahabat bagi pelaku UMKM. Hanya 24% responden yang menilai prosedur untuk memperoleh cukup berbelit-belit dan agak sulit dipenuhi. Prosedur yang dirasa masih cukup sulit untuk dipenuhi oleh para pelaku UMKM adalah prosedur terkait legalitas usaha dan perizinan (52% responden) dan prosedur untuk membuat analisis
78
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Boks 2 Quick Survey “Program KUR dari Sudut Pandang Pelaku UMKM di Kalimantan Selatan” kebutuhan kredit (24% responden). Sementara itu, sekitar 24% responden merasa bahwa tidak ada prosedur KUR yang sulit dipenuhi.
Pembagian risiko penjaminan skim KUR adalah 30% bank pelaksanan dan 70% Lembaga Penjamin Kredit. Dengan pembagian risiko seperti itu diharapkan bank tidak akan mensyaratkan agunan yang terlalu besar sehingga UMKM yang basis modalnya relatif lemah tidak akan kesulitan memenuhi prosedur agunan tersebut. Sayangnya kondisi di lapangan berbicara lain agunan yang disyaratkan bank-bank penyalur masih relatif tinggi. Survei mencatat bahwa 76% responden nilai agunannya berkisar antara 50%-100% dari nilai pinjamannya, bahkan sekitar 4% responden mengaku bahwa nilai agunan yang disyaratkan bank melebihi nilai pinjamannya. Secara umum mayoritas responden merasa program KUR sangat efektif sebagai alternatif pembiayaan bagi UMKM. Oleh karena itu responden menginginkan agar program KUR diteruskan. Selain itu untuk meningkatkan efektifitas pembiayaan dari program KUR responden mengharapkan agar plafond KUR dinaikkan dan jangka waktu kreditnya diperpanjang. (Sumber: Hasil survei Bank Indonesia Banjarmasin, 2009)
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
79
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Boks 3 Quick Survey “Program KUR dari Sudut Pandang Bank Penyalur di Kalimantan Selatan” Survei yang dilakukan terhadap kantor-kantor cabang bank penyalur KUR di Banjarmasin ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai dampak KUR terhadap bank penyalur. Jumlah responden sebanyak 6 responden. Sesuai tujuannya, survei ini hanya dimaksudkan untuk menangkap informasi yang bersifat indikatif, bukan untuk menyimpulkannya sebagai kondisi yang berlaku umum. Pelaksanaan survei dengan responden dan lokasi yang berbeda dimungkinkan memberikan hasil yang berbeda. Dari hasil survei, program KUR dinilai memberikan dampak yang positif bagi bank-bank penyalur, walaupun tidak signifikan. KUR mampu meningkatkan laba 67% responden walaupun pada level yang tidak signifikan terkait dengan meningkatnya permintaan kredit dari pelaku UMKM yang menilai KUR sebagai alternatif pembiayaan yang prosedurnya cukup mudah. Program KUR secara umum dinilai tidak membebani bank penyalur oleh hampir seluruh responden (83%). Tidak kurang dari 83% responden juga menyatakan target pencapaian kreditnya cukup terbantu dengan adanya KUR. Rasio NPL KUR juga cenderung tidak meningkatkan rasio NPL bank penyalur, sehingga kualitas kredit bank penyalur tetap terjaga.
80
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Boks 3 Quick Survey “Program KUR dari Sudut Pandang Bank Penyalur di Kalimantan Selatan”
Dalam mengelola KUR, setiap bank pelaksana memiliki strategi tersendiri untuk mengurangi terjadinya risiko kredit. Strategi yang paling banyak diterapkan adalah dengan melakukan prosedur pemeriksaan dan analisis kredit yang lebih ketat (62,5% responden), serta menghindari debitur dari sektor usaha tertentu (25%). Untuk mendukung strategi ini, mayoritas responden menempatkan potensi perkembangan usaha yang didukung dengan kemantapan cash flow usaha sebagai prioritas utama dalam memilih debitur KUR. Program KUR dinilai kurang efektif dalam meningkatkan intermediasi perbankan oleh karena 50% responden menyatakan bahwa program ini belum cukup efektif. Bank penyalur masih menemui banyak kendala dalam penyaluran KUR. Menurut 28,57% responden, mereka mengalami kesulitan dalam memperoleh calon debitur yang usahanya layak dan didukung pemenuhan administrasi usaha yang memadai. Peraturan pemerintah terkait KUR yang terlalu banyak juga membatasi ruang gerak program ini (28,57% responden).
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
81
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Boks 3 Quick Survey “Program KUR dari Sudut Pandang Bank Penyalur di Kalimantan Selatan”
Untuk meningkatkan efektifitas program KUR di masa mendatang maka responden memiliki beberapa usulan khususnya terkait dengan pengubahan beberapa peraturan pemerintah yang mengatur mengenai KUR. Beberapa saran untuk pengembangan KUR adalah sebagai berikut; 1. Penyaluran KUR tidak perlu harus ke nasabah yang benar-benar belum memiliki pinjaman di bank. 2. Debitur KUR boleh mengajukan permohonan KUR kembali bila kreditnya sudah lunas. 3. Jangka waktu kredit diperpanjang. 4. Komitmen lembaga penjaminan kredit harus ditingkatkan. 5. Sosialisasi mengenai KUR oleh pemerintah harus ditingkatkan untuk memberikan penjelasan yang lebih baik pada masyarakat. 6. Pemerintah lebih intensif dalam memberikan pelatihan atau sosialisasi penyusunan laporan keuangan bagi UMKM sehingga UMKM menjadi lebih bankable. (Sumber: Hasil survei Bank Indonesia Banjarmasin, 2009)
82
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
BAB IV KEUANGAN DAERAH
Bab 4 – Keuangan Daerah
4
KEUANGAN DAERAH
1. Kondisi APBD Kalimantan Selatan Tahun 2009 1 Secara
umum
APBD
Pemerintah
Provinsi
dan
Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan pada tahun 2009 mengalami peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut cukup menstimulir aktivitas
perekonomian
daerah,
sehingga
membantu
meredam perlambatan pertumbuhan ekonomi akibat krisis global. Anggaran pada pos pendapatan APBD Perubahan yang disahkan pada triwulan laporan mengalami kenaikan 20,6% dari Rp1.508 miliar menjadi Rp1.819 miliar. Perubahan ini menjadikan anggaran pendapatan naik sebesar Rp181,01 miliar dari anggaran awal Rp1.638,46 miliar. Peningkatan yang cukup signifikan terjadi pada
komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu dari
Rp779,65 milliar menjadi Rp945,31 milliar atau naik sebesar 21,2%. Konfirmasi yang dilakukan terhadap dinas terkait menginformasikan bahwa salah satu sumber dari peningkatan anggaran ini nantinya akan berasal dari pajak alat berat yang akan semakin diintensifkan pada semester II-2009 ini. Sementara itu meskipun pos Lain–lain Pendapatan yang Sah meningkat hingga 318,8%, yaitu dari Rp19,38 miliar menjadi Rp81,17
miliar,
namun
peningkatan
tersebut
tidak
terlalu
memberikan dampak yang signifikan pada pos pendapatan secara keseluruhan, mengingat kontribusi komponen tersebut relatif kecil. 1
Merupakan gambaran dari kompilasi APBD Provinsi dan 9 Kabupaten/Kota dari 13 Kabupaten/Kota yang ada. Belum memasukkan Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Tanah Bumbu, dan Kabupaten Balangan.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
83
Bab 4 – Keuangan Daerah
Tabel 4.1. Perubahan APBD Pemerintah Propinsi 2008 dan 2009
APBD APBD–P 2008 2009 2008 2009 Pendapatan 1.382,79 1.638,46 1.508,42 1.819,47 Pendapatan Asli Daerah 695,60 853,48 779,65 945,31 Dana Perimbangan 687,19 756,01 709,34 792,98 Lain‐lain Pendapatan yang Sah ‐ 28,96 19,38 81,17 Belanja 1.378,95 1.628,17 1.705,90 2.245,04 Belanja Langsung 718,35 825,18 1.250,80 1.011,68 Belanja Tidak Langsung 660,60 802,98 455,10 1.233,35
Uraian Pos APBD
Perubahan APBD APBD‐P 18,5% 20,6% 22,7% 21,2% 10,0% 11,8% 318,8% 18,1% 31,6% 14,9% ‐19,1% 21,6% 171,0%
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan
Kenaikan
pada
pos
anggaran
belanja
lebih
tinggi
dibanding dengan pos pendapatan, yaitu mencapai 31,60%, dari Rp1.705,9 milliar pada APBD-P tahun 2008 menjadi Rp2.245,04 milliar dalam APBD-P tahun 2009. Peningkatan belanja yang menyebabkan anggaran 2009 menjadi defisit sebesar Rp425 milliar tersebut akan dibebankan pada pos pembiayaan daerah. Peningkatan pos belanja terjadi pada komponen Belanja Tidak Langsung yang mencapai 171%, yakni dari Rp802,98 milliar menjadi Rp1.233,35 milliar. Sedangkan komponen Belanja Langsung justru turun 19,1% dari Rp1.250,8 milliar menjadi Rp1.011,68 milliar.
Grafik 4.1. Realisasi Pos Penerimaan APBD Propinsi dan Kabupaten/Kota
Sementara itu sampai dengan semester I-2009 rata-rata tingkat realisasi pos pendapatan Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan relatif tinggi, yaitu mencapai hingga 52,80%. Pada tingkat Kabupaten/Kota, persentase realisasi 84
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 4 – Keuangan Daerah
penerimaan tertinggi dicapai oleh Kabupaten Tanah Laut, dengan realisasi mencapai 56,30% atau sebesar Rp277,19 milliar dari target penerimaan tahun 2009 sebesar Rp492,71 milliar. Namun demikian, pencapaian
Kabupaten
Tanah
Laut
tersebut
masih
di
bawah
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan yang mencapai 59,77% atau sebesar Rp979,36 milliar dari target awal sebesar Rp1.638,46 milliar. Realisasi
belanja
pemerintah
Provinsi
dan
Kabupaten/Kota sebagai salah satu komponen pendorong perekonomian daerahnya selama semester I–2009 masih relatif
rendah,
yaitu
rata-rata
hanya
30,60%.
Namun
diperkirakan pada triwulan III dan IV-2009 akan mulai meningkat signifikan. Pada tingkat Kabupaten/Kota, persentase realisasi belanja tertinggi dicapai oleh Kabupaten Banjar, dengan realisasi mencapai 38,10% atau sebesar Rp282,16 milliar dari target belanja tahun 2009 sebesar Rp740,76 milliar. Sementara Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan merealisasikan lebih tinggi, yaitu mencapai 43,30% atau sebesar Rp704,99 milliar dari target Rp1.628,16 milliar.
Grafik 4.2. Realisasi Pos Belanja APBD Propinsi dan Kabupaten/Kota
Berdasarkan hasil Quick Survey “Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Realisasi Belanja Daerah”, masih relatif rendahnya realisasi belanja ini pada umumnya disebabkan oleh masalah birokrasi. Permasalahan yang juga ditemui di berbagai Kabupaten/Kota adalah Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
85
Bab 4 – Keuangan Daerah
padatnya agenda politik berupa pilkada dan pilleg sehingga menyita perhatian pemerintah, disamping koordinasi antar SKPD terkait yang masih perlu terus ditingkatkan. 2. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2009 Kemampuan pemerintah daerah di Kalimantan Selatan pada
umumnya
merealisasikan
berada
pada
Pendapatan
Asli
kategori
efektif
Daerah
(PAD)
dalam selama
semester I-2009, karena rata-rata rasio efektivitas keuangan daerah (EKD) hampir mencapai 50%, yaitu mencapai sekitar 47,4%. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintahan provinsi maupun kabupaten/kota di Kalimantan Selatan cukup proaktif dalam merealisasikan sumber–sumber pendapatan yang telah ditargetkan berdasarkan potensi riil daerah. Efektivitas keuangan yang tertinggi pada semester tersebut dicapai oleh Kabupaten Hulu Sungai Utara dengan angka rasio EKD sebesar 60,2% yang menjadikan Pemerintah Kabupaten ini berada pada kategori sangat efektif bersama dengan Kabupaten Tanah Laut dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Tiga kabupaten/kota termasuk dalam kategori efektif, yakni Kota Banjarbaru, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, dan Kota Banjarmasin, sedangkan yang cukup efektif adalah Kabupaten Tapin, Kabupaten Tabalong, dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Rasio EKD adalah rasio yang menunjukkan kemampuan pemerintah daerah
dalam
merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan Tabel 4.2. Efektivitas Keuangan Daerah (EKD) Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/ Kota di Kalsel, Semester I-2009.
86
dengan
target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 4 – Keuangan Daerah
daerah.
Rasio
ini
dihitung
dengan
membagi
realisasi
penerimaan dengan
daerah
target
yang
PAD telah
direncanakan. Pengkategorian daerah Grafik 4.3. EKD Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/ Kota di Kalsel, Semester I-2009 (%)
berdasarkan
efektivitas
keuangan
daerahnya
diatur
dalam
Kepmendagri
No.690.900-327. Sementara
tingkat
kemampuan
Pemerintah
Provinsi
Kalimantan Selatan dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan berada
pada
kategori
yang
tinggi
dengan
rasio
Kemampuan
Keuangan Daerah (KKD) sebesar 78,4%. Sebaliknya secara umum kemampuan Pemerintah Kabupaten/Kota berada pada kategori yang rendah karena rata–rata rasionya hanya mencapai 5,57%.
Grafik 4.4. KKD Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan Semester I-2009 (dalam %)
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
87
Bab 4 – Keuangan Daerah
Rasio KKD ini menggambarkan sejauhmana ketergantungan daerah terhadap sumber dana eksternal. Semakin tinggi rasio ini berarti tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern (pemerintah pusat dan/atau provinsi) semakin rendah, demikian pula sebaliknya. Rasio
KKD
Kabupaten/Kota
di
Kalimantan
Selatan
yang
umumnya masih rendah, mengindikasikan rendahnya kemampuan dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan
masyarakat.
Hal
ini
juga
menunjukkan
bahwa
ketergantungan terhadap dana eksternal masih cukup besar. Daerah perlu berupaya meningkatkan kemampuan keuangan daerahnya, terutama daerah-daerah yang memiliki sumber daya alam yang melimpah.
Ke
meningkatkan
depan,
target
PAD
pemerintah di
daerah
kabupaten/kota masing–masing
perlu dengan
menggali sumber–sumber pendapatan daerah.
3. Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalimantan Selatan 2009 Rata-rata Kalimantan
realisasi
Selatan
per
belanja bulan
Pemerintah
pada
triwulan
Provinsi III-2009
mengalami penurunan 0,08% (q-t-q) dibandingkan dengan triwulan lalu, yaitu dari Rp156,922 miliar menjadi Rp144,349 miliar. Hal ini perlu mendapat perhatian pemerintah daerah untuk meningkatkan
Grafik 4.5. Perkembangan Realisasi Belanja Bulanan APBD Pemprov Kalsel
88
realisasinya,
Grafik 4.6. Proporsi Belanja pada APBD Pemprov Kalsel
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 4 – Keuangan Daerah
mengingat anggaran belanja pada APBD-Perubahan tahun 2009 telah ditingkatkan hingga 37,9%. Selama triwulan III-2009 ini realisasi belanja tertinggi terjadi pada bulan Juli 2009 yaitu sebesar Rp179,75 milliar, sedangkan yang terendah adalah pada bulan Agustus 2009 yaitu sebesar Rp101,22 milliar. Sementara hingga periode triwulan laporan, Pemerintah Propinsi
Kalimantan Selatan
telah
melakukan realisasi belanja
dengan didominasi oleh komponen belanja operasi yang proporsinya mencapai 75%, sedangkan belanja modal sebesar 24,82%. Hal ini tidak
jauh
berbeda
dengan
realisasi
pada
pos
belanja
Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan yang dalam semester I-2009 masih didominasi oleh belanja operasi sebesar 75,3%.
Grafik 4.7. Proporsi Belanja Operasi dan Belanja Modal Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota
Grafik 4.8. Realisasi Belanja Modal Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota di Kalimantan Selatan
Kinerja pemerintah dalam mendukung perekonomian daerah melalui
realisasi
belanja
modal
paling
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
efektif
dilakukan
oleh
89
Bab 4 – Keuangan Daerah
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, dengan pencapaian sebesar 26,8%.
Sedangkan
Pemerintah
Kabupaten/Kota
masih
perlu
menunjukkan kinerja yang lebih tinggi lagi untuk merealisasikan belanja modalnya, mengingat realisasi pada semester I-2009 masih relatif rendah.
90
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
5
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Volume
peningkatan
transaksi pada
pembayaran
bulan
tunai
terakhir
menunjukkan
triwulan
III-2009
bertepatan dengan bulan Puasa dan Idul Fitri, namun secara keseluruhan
triwulan
III-2009
total
aliran
uang
tunai
(masuk/keluar) melalui Kantor Bank Indonesia Banjarmasin mengalami Sementara melalui
penurunan itu
dibanding
volume
sarana
triwulan
transaksi
kliring
sebelumnya.
pembayaran
non-tunai
menurun,
meskipun
sedikit
dikompensasi dengan adanya peningkatan volume transaksi melalui BI-RTGS. 1. TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI 1.1 Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) Total aliran uang kartal masuk dan keluar melalui Kantor Bank Indonesia (KBI) Banjarmasin selama triwulan III-2009 mencapai Rp993,64 miliar, turun 5,84% dari triwulan II-2009 yang mencapai Rp1,06 triliun. Aliran uang keluar (outflow) mencapai puncaknya pada bulan September 2009, terkait dengan momentum bulan Puasa dan hari raya Idul Fitri. Pada bulan tersebut outflow mencapai Rp371,05 miliar, tertinggi selama sembilan bulan pertama tahun 2009. Namun pada bulan Juli dan Agustus 2009, aliran uang masuk (inflow)
ke
KBI
Banjarmasin
lebih
dominan,
sehingga
secara
keseluruhan dalam triwulan III-2009 terjadi net-inflow sebesar Rp202,37 miliar, lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2009 yang hanya Rp79,18 miliar. Selama
triwulan
III-2009
aktivitas
ekonomi
cenderung
meningkat yang antara lain juga berdampak pada meningkatnya
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
91
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
kebutuhan
masyarakat
terhadap
uang
kartal.
Namun
kondisi
likuiditas perbankan Kalimantan Selatan yang memadai dan terjaga, menyebabkan
kebutuhan
masyarakat
dapat
dipenuhi
oleh
perbankan. Sementara itu dalam triwulan laporan perbankan juga diberikan kesempatan menyetorkan kelebihan likuiditas ke KBI Banjarmasin, sehingga terjadi aliran uang masuk bersih (net inflow) yang meningkat dari triwulan sebelumnya. Tabel 5.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal Melalui KBI Banjarmasin BULAN
OUTFLOW
TOTAL FLOW
Januari
806.497.137.045
10.553.222.815
817.050.359.860
795.943.914.230
Februari
267.187.157.300
65.377.720.008
332.564.877.308
201.809.437.292
Maret
174.006.541.250
89.081.744.367
263.088.285.617
84.924.796.883
1.247.690.835.595
165.012.687.190
1.412.703.522.785
1.082.678.148.405
April
265.495.238.380
165.403.459.868
430.898.698.248
100.091.778.512
Mei
246.205.227.750
105.236.223.795
351.441.451.545
140.969.003.956
Juni
55.524.850.440
217.410.410.790
272.935.261.230
-161.885.560.350
567.225.316.570
488.050.094.453
1.055.275.411.023
79.175.222.118
Juli
225.306.962.040
8.225.489.785
233.532.451.825
217.081.472.255
Agustus
279.913.542.400
16.360.040.600
296.273.583.000
263.553.501.800
September
92.782.486.000
371.051.566.958
463.834.052.958
-278.269.080.958
Trw III-09
598.002.990.440
395.637.097.343
993.640.087.783
202.365.893.097
2.412.919.142.605
1.048.699.878.986
3.461.619.021.591
1.364.219.263.620
Trw I-09
INFLOW
Trw II-09
Total
NETFLOW
Secara keseluruhan dalam triwulan laporan, aliran uang tunai masuk dan keluar (total flow) melalui KBI Banjarmasin mencapai puncaknya pada bulan September 2009, yakni mencapai Rp463,83 miliar
yang
disebabkan
oleh
tingginya
outflow.
Selain
faktor
musiman bulan Puasa dan hari raya keagamaan, aliran uang keluar yang cukup besar tersebut juga dipengarui oleh mulai meningkatnya aktivitas
pelaksanaan
proyek-proyek
pemerintah,
antara
lain
penyelesaian jalan Trans Kalimantan dan proyek-proyek fisik lainnya. Sementara itu aliran uang tunai masuk (inflow) menunjukkan kecenderungan stabil. Kestabilan ini ditunjukkan oleh peningkatan yang relatif rendah, yaitu hanya sekitar 5,47% (q-t-q), dari
92
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Rp567,23 miliar pada triwulan sebelumnya menjadi Rp598,0 miliar pada triwulan laporan.
Grafik 5.1. Perkembangan Aliran Uang Masuk dan Keluar
1.2 Perkembangan Penukaran Uang Rupiah Salah
satu
tugas
BI
dalam
sistem
pembayaran
tunai
khususnya pengedaran uang adalah menjamin tersedianya uang kartal dalam jumlah yang cukup dan jenis pecahan yang sesuai, serta dalam kondisi layak edar. Berkaitan dengan hal tersebut, KBI Banjarmasin berupaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara optimal, antara lain dengan meningkatkan frekuensi kegiatan Kas Keliling maupun penukaran uang, khususnya pada waktu menjelang lebaran. Pada triwulan III-2009, jumlah nominal uang yang telah ditukarkan oleh masyarakat baik melalui penukaran di loket
Bank
Indonesia
peningkatan
hingga
maupun
109,4%,
Kas
yaitu
Keliling dari
mengalami
Rp33,55
miliar
menjadi Rp70,24 miliar. Penukaran akan jenis uang kertas pada umumnya mengalami peningkatan, terutama untuk pecahan dengan nominal kecil, seperti Rp10.000, Rp5.000 dan Rp1.000. Sementara penukaran uang rupiah pecahan baru Rp2000 cukup mendominasi, dengan nilai penukaran hingga Rp11,38 miliar. Animo masyarakat Kalimantan
Selatan
untuk
memperoleh
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
uang
rupiah
pecahan 93
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Rp2.000 yang bergambar pahlawan nasional Pangeran Antasari tersebut sangat tinggi, karena Pangeran Antasari merupakan simbol kepahlawanan yang menjadi kebanggaan masyarakat Kalimantan Selatan. Tabel 5.2. Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Rupiah Kertas
Tw3-2008
Tw4-2008
Tw1-2009
Tw2-2009
Tw3-2009
100.000
1.070.000
580.000
1.340.000
14.741.900
7.523.300
50.000
3.825.000
440.000
1.150.000
16.554.800
8.845.000
20.000
4.922.000
492.000
946.000
1.035.000
10.706.000
10.000
15.916.000
10.448.500
10.140.770
638.960
15.116.000
5.000
16.124.000
11.799.500
10.976.000
249.340
13.928.060
2.000
-
-
-
-
11.384.800
1.000
8.370.300
4.642.545
5.695.100
332.646
1.867.500
Sub Total
50.227.300
28.402.545
30.247.870
33.552.646
69.370.660
Tw3-2008
Tw4-2008
Tw1-2009
Tw2-2009
Tw3-2009
Logam 1.000
8.000
-
53.000
-
-
500
739.500
902.500
727.000
175
608.000
200
488.400
109.000
241.600
74
155.100
100
400.000
-
47.400
351
104.400
50 Sub Total
17.750
9.000
16.000
3
8.150
1.653.650
1.020.500
1.085.000
603
875.650
Jenis
Tw3-2008
Tw4-2008
Tw1-2009
Tw2-2009
Tw3-2009
Kertas
50.227.300
28.402.545
30.247.870
33.552.646
69.370.660
Logam
1.653.650
1.020.500
1.085.000
603
875.650
Total
51.880.950
29.423.045
31.332.870
33.553.249
70.246.310
Selain keinginan memperoleh uang pecahan rupiah baru, peningkatan volume penukaran tersebut juga terkait dengan tradisi tahunan untuk menyediakan uang pecahan kecil selama perayaan Idul Fitri. Meskipun volume penukaran uang meningkat, namun kebutuhan masyarakat terhadap uang layak edar dan pecahan yang dibutuhkan masih tetap tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut Bank
Indonesia
terus
memberikan
perhatian
agar
ke
depan
masyarakat semakin memperoleh kemudahan.
94
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
1.3. Peracikan Uang Kertas Salah
satu
aktivitas
perkasan
KBI
Banjarmasin
adalah
melakukan kegiatan sortasi penerimaan uang dari setoran bank, setoran non bank, dan penukaran. Kegiatan tersebut menghasilkan pengelompokkan uang menjadi uang layak edar, uang tidak layak edar, dan uang yang dicabut/ditarik dari peredaran. Uang yang tidak layak edar dan uang dengan emisi yang dicabut/ditarik dari peredaran selanjutnya akan dimusnahkan atau dikenal dengan pemberian tanda tak berharga (PTTB).
Grafik 5.2. Nominal Pemberian Tanda Tidak Berharga
Pada periode triwulan III-2009, jumlah nominal PTTB tersebut tercatat sebesar Rp92,05 miliar atau mengalami peningkatan
43,75%
(q-t-q)
dibandingkan
triwulan
sebelumnya yang mencapai Rp64,44 miliar. Volume PTTB tertinggi dalam triwulan III-2009 terjadi pada bulan Agustus 2009, dimana nominal PTTB mencapai hingga Rp54,07 miliar, jauh di atas rata–rata PTTB tiap bulan sebesar Rp31,19 miliar. Tingginya volume PTTB pada bulan tersebut disebabkan oleh adanya kebijakan menerima setoran bank-bank yang memiliki kelebihan likuiditas, termasuk
setoran
uang
tidak
layak
edar
dan
uang
yang
dicabut/ditarik dari peredaran. Tingginya volume PTTB tersebut juga tercermin dari aliran uang kartal masuk (inflow) bulan Agustus 2009 yang tercatat sebesar Rp279,91 miliar, tertinggi selama triwulan III2009. Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
95
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
1.4. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan Pada
triwulan
laporan
jumlah
uang
palsu
yang
ditemukan dan dilaporkan di wilayah Kalimantan Selatan mengalami peningkatan yaitu dari Rp5,14 juta pada triwulan II-2009
menjadi
ditemukan
pada
Rp25,54
triwulan
ini
juta.
Jumlah
terdiri
dari
uang
94
palsu
lembar
yang
pecahan
Rp100.000, 42 lembar pecahan Rp50.000, 659 lembar pecahan Rp20.000 dan 2 lembar Rp 5.000. Jumlah temuan uang palsu dalam triwulan laporan yang tertinggi terjadi pada bulan Juli 2009 sebesar Rp17 juta, sedangkan pada bulan Agustus 2009 hanya sejumlah Rp250 ribu dan bulan September sebesar Rp7,7 juta. Secara nominal, jumlah uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan tersebut relatif kecil, namun terdapat indikasi adanya upaya pengedar uang palsu untuk memanfaatkan event pemilihan Capres/Cawapres di bulan Juli 2009 dan hari besar keagamaan yang juga berlangsung pada triwulan laporan.
Grafik 5.3. Perkembangan Nominal Uang Palsu
KBI
Banjarmasin
terus
melakukan
upaya
untuk
mensosialisikan ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada masyarakat, terutama pada kelompok masyarakat yang sering berinteraksi dengan
uang
antara
supermarket/rumah
lain
sakit,
kasir
pedagang
bank
umum/BPR,
tradisional,
serta
kasir aparat
pemerintah dan pelajar. 96
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Tabel 5.3. Perkembangan Nominal Uang Palsu
2. TRANSAKSI PEMBAYARAN NON-TUNAI 2.1. Transaksi Kliring Nilai
rata-rata
harian
transaksi
non-tunai
melalui
kegiatan kliring pada triwulan III-2009 mengalami kenaikan 1,91% dibandingkan dengan triwulan yang lalu, dari Rp48,5 miliar per hari menjadi Rp49,4 miliar per hari. Sementara itu dalam periode yang sama volume transaksi mengalami penurunan dari 1.467 lembar per hari di triwulan II-2008 menjadi 1.194 lembar per hari.
Tabel 5.4. Rata-rata Harian Transaksi Kliring
Tw1 ‐ 2008
Volume (lembar) 1.560
Nominal (Juta Rp) 49.318
Tw2 ‐ 2008
1.635
54.908
Tw3 ‐ 2008
1.618
57.047
Tw4 ‐ 2008
1.583
57.228
Tw1 ‐ 2009
1.289
30.077
Tw2 ‐ 2009
1.467
48.516
Tw3 ‐ 2009
1.194
49.442
Periode
Grafik 5.4 Perkembangan Transaksi Kliring
Meningkatnya nilai transaksi keuangan melalui sarana kliring
menjadi
indikasi
pergerakan
aktivitas
ekonomi
di
masyarakat. Khusus pada triwulan laporan, kenaikan nilai Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
97
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
transaksi
kliring
terutama
berasal
dari
kegiatan
transfer
pembayaran tunjangan hari raya (THR) menjelang hari raya Idul Fitri. Sementara itu jumlah warkat kliring yang
Tabel 5.5. Perkembangan Triwulanan Jumlah Kliring Pengem gembalian
ditolak/dikembalikan mencapai 1.666 lembar dengan nilai mencapai Rp159,86 miliar. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, baik dari sisi jumlah warkat maupun nominalnya mengalami kenaikan. Jumlah
Volume
Periode
(lembar)
Nominal (Juta Rp)
Tw1 - 2008
1.188
38.266
warkat mengalami kenaikan sebanyak 65 lembar atau
Tw2 - 2008
1.210
47.212
naik 4,06%, sementara dari nilai nominal mengalami
Tw3 - 2008
1.442
62.564
kenaikan hingga Rp84,68 miliar atau 112,65%.
Tw4 - 2008
1.657
62.789
Tw1 - 2009
1.480
71.224
Tw2 - 2009
1.601
75.177
Tw3 - 2009
1.666
159.862
Seiring
peningkatan
transaksi
kliring,
persentase penarikan cek/bliyet giro kosong secara nilai nominal turut mengalami kenaikan
dari 1,9% menjadi 2,0%, atau dari Rp937 juta menjadi Rp973 juta. Sedangkan dari sisi jumlah warkat cek/bilyet giro kosong di triwulan III-2009, rata-rata hariannya mencapai 8 lembar per hari atau
mengalami
penurunan
dibandingkan
triwulan
sebelumnya
sebesar 19 lembar per hari. Tabel 5.6. Rata-rata Harian Penarikan Cek/BG Kosong Kosong
Periode
Penarikan Cek/BG Kosong
Kliring Total
Persentase
Volume (lembar)
Nominal (Juta Rp)
Volume (lembar)
Nominal (Juta Rp)
Volume
Nominal
Tw 1 - 2008
13
435
1.560
49.318
0,8%
0,9%
Tw 2 - 2008
13
500
1.635
54.908
0,8%
0,9%
Tw 3 - 2008
16
694
1.618
57.047
1,0%
1,2%
Tw 4 - 2008
20
795
1.583
57.228
1,3%
1,4%
Tw 1 - 2009
22
796
1.289
30.077
1,7%
2,6%
Tw 2 - 2009
19
937
1.467
48.516
1,3%
1,9%
Tw 3 - 2009
8
973
1.194
49.442
0,7%
2,0%
2.2. Transaksi RTGS Nilai transaksi non-tunai melalui sarana Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) mencatat penurunan
98
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
dibandingkan triwulan sebelumnya. Nilai nominal transaksi BIRTGS di triwulan III-2009 tercatat sebesar Rp26,34 triliun atau mengalami penurunan 9,5% dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp29,12 triliun. Meskipun secara nilai nominal turun, tidak demikian halnya dengan jumlah volume transaksi yang mengalami kenaikan 1,6% atau dari 34,5 ribu transaksi pada triwulan II-2009 menjadi 35,1 ribu transaksi pada triwulan laporan. Tabel 5.7. Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS Di Kalimantan Selatan
Periode
Transfer Keluar dari Kalsel Nilai (Miliar)
Volume
Transfer Masuk Ke Kalsel Nilai (Miliar)
Volume
Transfer antarbank di Kalsel Nilai Volume (Miliar)
TOTAL Nilai
Volume
(Miliar)
Tw2-08
10.100
9.992
8.317
14.625
2.643
2.151
21.060
26.768
Tw3-08
13.060
12.984
8.919
16.203
2.431
2.704
24.410
31.891
Tw4-08
14.077
13.136
7.919
15.726
1.968
2.831
23.964
31.693
Tw1-09
16.552
15.669
6.241
13.258
1.719
2.599
24.512
31.526
Tw2-09
19.886
17.220
7.291
14.539
1.948
2.826
29.125
34.585
Tw3-09
17.268
16.482
7.673
16.536
1.407
2.110
26.349
35.128
Adanya
penurunan
nilai
transaksi
melalui
BI-RTGS
ini
diperkirakan berasal dari tertundanya aktivitas transaksi bisnis yang dilakukan
oleh
perusahaan–perusahaan
di
Kalimantan
Selatan
sehubungan dengan adanya jadwal libur panjang menjelang dan sesudah Hari Raya Idul Fitri. Meskipun demikian, rata–rata transaksi perbulan menunjukkan kecenderungan terus meningkat setelah sempat menurun sejak adanya krisis keuangan global. Hal tersebut ditunjukkan
oleh
pertumbuhan rata–rata
nilai
nominal transaksi yang
cenderung
meningkat
sejak
triwulan I-2009. Grafik 5.5. Pertumbuhan Rata–rata Transaksi perBulan Melalui RTGS
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
99
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Bab 6 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
6
KETENAGAKERJAAN KESEJAHTERAAN
DAN
1. Ketenagakerjaan Kondisi terakhir ketenagakerjaan Kalimantan Selatan menunjukkan indikasi
kecenderungan
penurunan
Pemutusan
membaik, Hubungan
tercermin Kerja
dari
(PHK),
sejalan dengan aktivitas sektor ekonomi dominan (pertanian dan pertambangan) yang meningkat di triwulan III-2009. Indikasi ini antara lain terlihat dari berlanjutnya trend penurunan kasus pencairan Jaminan Hari Tua (JHT) selama triwulan laporan. Turunnya kasus tersebut mengindikasikan bahwa sektor usaha di Kalimantan Selatan saat ini telah berada pada kondisi yang relatif lebih baik dibandingkan masa-masa awal krisis global. Selama triwulan III-2009, kasus pencairan JHT mencatat penurunan yang cukup signifikan.
Grafik 6.1 Trend kasus pencairan Jaminan Hari Tua (JHT) Sumber : Jamsostek Propinsi Kalimantan Selatan
100
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2009
Bab 6 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Perbaikan kesempatan kerja juga terlihat dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Triwulan III-2009 yang melaporkan
realisasi
perkembangan
penggunaan
tenaga
kerja dengan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) positif 2,71. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan penggunaan tenaga kerja
di
sebagian
besar
perusahaan,
setelah
pada
triwulan
sebelumnya mencatat SBT negatif. Optimisme pada triwulan ini terutama ditopang oleh sektor industri pengolahan dengan nilai 2,75, setelah pada triwulan sebelumnya memiliki nilai negatif 9,53. Perkembangan yang lebih baik juga dialami sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan dengan nilai SBT sebesar 2,37, setelah sebelumnya mencatat nilai SBT sebesar 0,00.
Grafik 6.2 Perkembangan Realisasi Penggunaan Tenaga Kerja Sumber : SKDU – KBI Banjarmasin
Sementara ekspektasi dunia usaha terhadap perkembangan penggunaan tenaga kerja juga semakin membaik. Hal ini tercermin dari hasil survei yang menyatakan bahwa penggunaan tenaga kerja di sebagian besar perusahaan pada triwulan mendatang akan meningkat (SBT sebesar 10,71). Ekspektasi terhadap perbaikan kondisi ketenagakerjaan ini terjadi pada hampir seluruh sektor, terutama pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2009
101
Bab 6 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Grafik 6.3 Perkembangan Ekspektasi Penggunaan Tenaga Kerja Sumber : SKDU – KBI Banjarmasin
2. Kesejahteraan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Selatan pada bulan September 2009 menunjukkan kenaikan 3,46% dari 116,57 pada Bulan Juni 2009 menjadi 122.00 pada bulan September 2009. Peningkatan ini merupakan kelanjutan dari kenaikan yang telah terjadi sejak periode sebelumnya. Dengan kenaikan ini, NTP Provinsi Kalimantan Selatan selama periode Triwulan III-2009 berada di atas rata–rata nasional.
Gambar 6.4. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan
102
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2009
Bab 6 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kenaikan NTP tersebut mengindikasikan kesejahteraan petani di Provinsi Kalimantan Selatan juga semakin membaik. Peningkatan kesejahteraan petani terutama terkait dengan mulai meningkatnya pertanian perkebunan rakyat, khususnya karet dan kelapa sawit (crude palm oil) seiring dengan membaiknya permintaan ekspor terhadap komoditas tersebut. Tabel 6.1. Perubahan Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan
Tahun 2009
Sektor, Kelompok, dan Subkelompok
Indeks Harga yang Diterima Petani Tanaman bahan Makanan Padi Palawija Sayuran Buah‐buahan Penangkapan ikan Budidaya Ternak besar
Juni
Sept
116.57
122.00
Persentase Perubahan 4.66%
110.95 123.97 141.82 135.59 96.13 115.76 105.86
116.56 128.48 147.56 138.52 100.78 118.35 107.25
5.06% 3.64% 4.05% 2.16% 4.84% 2.24% 1.31%
Ternak kecil
113.49
117.73
3.74%
Unggas Hasil ternak
126.07 128.93
130.31 135.46
3.36% 5.06%
Tanaman Perkebunan Rakyat
110.25
121.02
9.77%
Indeks Harga yang Dibayar Petani
117.11
Konsumsi Rumah Tangga Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi, & olahraga Transportasi dan Komunikasi Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal Bibit Obat‐obatan dan Pupuk Sewa lahan, pajak, dan lainnya Tranportasi Penambahan barang modal
117.79 123.39 113.05 111.57 116.02 109.42 105.46 112.23 115.76 108.94 120.64 103.34 125.69 116.38
119.36 124.43 116.91 111.88 119.30 110.17 107.95 113.50 116.50 109.20 120.80 103.34 125.98 118.88
1.33% 0.84% 3.41% 0.28% 2.83% 0.69% 2.36% 1.13% 0.64% 0.24% 0.13% 0.00% 0.23% 2.15%
Upah buruh tani
115.86
116.77
0.79%
Nilai Tukar Petani Sumber
:
99.54 BPS
Propinsi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2009
118.47
102.98 Kalimantan
1.16%
3.46% Selatan
103
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB VII PROSPEK EKONOMI
Bab 7 – Prospek Ekonomi
7
PROSPEK EKONOMI
1. Perkiraan Kondisi Makro Ekonomi Dengan melihat perkembangan ekonomi di triwulan laporan, prospek
ekonomi
Kalimantan
Selatan
di
triwulan
IV-2009
diperkirakan akan tumbuh positif seiring pulihnya kondisi ekonomi dari efek krisis ekonomi global. Permintaan ekspor komoditaskomoditas utama Kalimantan Selatan diperkirakan akan semakin membaik yang diikuti dengan meningkatnya pembiayaan dari sektor perbankan. Selain itu konsumsi pemerintah juga masih tetap intensif menjelang berakhirnya tahun anggaran 2009. Laju pertumbuhan ekonomi di triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh pada kisaran
6,5%-7,0%
(y-o-y) * ,
sedikit
lebih
lambat
dibandingkan pertumbuhan di triwulan laporan. Melambatnya laju
pertumbuhan
di
triwulan
IV-2009
lebih
dipengaruhi
oleh
melambatnya kinerja sektor pertanian seiring telah berakhirnya musim panen raya serta adanya gangguan cuaca. Secara tahunan, laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan tahun 2009 diperkirakan akan berada pada kisaran 5,3%-6,0% (y-o-y). Prospek
membaiknya
laju
pertumbuhan
ekonomi
pada
triwulan IV-2009 juga ditopang oleh optimisme pelaku usaha yang lebih baik. Hal ini tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), yaitu pada indikator ekspektasi kegiatan usaha yang mengalami kenaikan dari 26,95 pada triwulan III-2009 menjadi 42,69. Kenaikan ekspektasi ini dipengaruhi oleh faktor perkiraan meningkatnya permintaan serta serta kondisi musim/cuaca yang mendukung.
*
Angka proyeksi Bank Indonesia Banjarmasin
104
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 7 – Prospek Ekonomi
Grafik 7.1. Perkembangan Realisasi dan Ekspektasi Kegiatan Dunia Usaha Berdasarkan Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Triwulanan )T B S( g n a b m it r e T ih sr e B o d la S n ag an b m e kr e P
50 40 30 20 10 0 ‐1 0
T1
‐2 0
T2
T3
T4
T1
2006
T2
T3
T4
T1
2007
T2
T3
T4
T1
2008
T2
T3
T4
2009
‐3 0 ‐4 0 ‐5 0 R e a lis a s i K e g ia ta n U s a h a
Secara
sektoral,
laju
E k s p e k ta s i K e g ia ta n U s a h a
pertumbuhan
ekonomi
pada
triwulan IV-2009 akan dipengaruhi oleh perkembangan di sektor
pertambangan,
perdagangan
dan
sektor
industri
pengolahan. Sementara kinerja sektor pertanian diperkirakan akan tumbuh melambat seiring faktor musiman berakhirnya masa panen raya tanaman padi serta gangguan cuaca seiring dimulainya musim hujan. Walaupun secara keseluruhan, kinerja sektor pertanian melambat, namun beberapa komoditas seperti jagung dan padi masih menunjukkan kenaikan produktivitas dibandingkan periode yang sama di tahun 2008 terutama karena penggunaan bibit jagung hibrida serta cairan trichoderma pada lahan tanaman padi. Di sektor pertambangan, laju pertumbuhan di akhir tahun 2009 diperkirakan meningkat dengan kisaran 10%12%
(y-o-y)
seiring
membaiknya
permintaan
dunia
menjelang datangnya musim dingin serta berangsur pulihnya situasi perekonomian global. Di sisi lain, permintaan pasar domestik diperkirakan mengalami kenaikan seiring penyelesaian beberapa proyek pembangunan PLTU 10.000 MW. Pertumbuhan
ekonomi
juga
ditopang
oleh
kinerja
sektor perdagangan, hotel dan restoran seiring membaiknya konsumsi
masyarakat.
Masih
kuatnya
konsumsi
masyarakat
dipengaruhi oleh membaiknya nilai tukar rupiah yang diikuti dengan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
105
Bab 7 – Prospek Ekonomi
turunnya suku bunga kredit di sektor konsumtif. Peningkatan konsumsi masyarakat juga akan dipengaruhi oleh faktor musiman perayaan hari raya keagamaan dan liburan akhir tahun. Perbaikan kinerja juga dialami oleh sektor industri pengolahan
yang
didorong
oleh
peningkatan
kinerja
di
subsektor industri kimia. Peningkatan kinerja di subsektor industri kimia ditopang oleh membaiknya produksi industri pengolahan karet dan CPO seiring membaiknya tingkat harga internasional. Sementara itu, dukungan sektor perbankan terhadap perekonomian akan semakin meningkat seiring turunnya tingkat suku bunga pada triwulan mendatang. Hal ini juga akan ditopang dengan mulai membaiknya kondisi perekonomian dari gejolak krisis ekonomi global, sehingga permintaan kredit baik dari sektor
konsumtif
maupun
sektor
produktif
diperkirakan
akan
meningkat.
2. Perkiraan Inflasi Laju inflasi Kota Banjarmasin pada triwulan IV-2009 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan laju inflasi di triwulan laporan. Dari sisi permintaan, tekanan inflasi terutama dipengaruhi oleh adanya faktor perayaan hari raya Idul Adha, Natal serta masa pergantian
tahun.
Membaiknya
daya
beli
masyarakat
seiring
pulihnya ekonomi dari dampak krisis ekonomi global diperkirakan menjadi salah satu faktor naiknya tekanan inflasi. Sementara dari sisi penawaran, tekanan inflasi akan muncul dari turunnya pasokan bahan makanan seiring telah berakhirnya musim panen raya padi. Namun demikian, pasokan bahan makanan masih relatif aman seiring komitmen Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan untuk menjaga stok berbagai kebutuhan pokok pada tingkat yang aman. Potensi kenaikan harga juga muncul dari pengaruh kenaikan harga gas elpiji sebesar Rp100 /kg serta kenaikan harga minyak mentah dunia yang akan mempengaruhi biaya produksi di sektor industri.
106
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
Bab 7 – Prospek Ekonomi
Ditinjau dari kelompok penyusunnya, tekanan inflasi terutama berasal dari kelompok makanan jadi dan kelompok bahan makanan. Pada kelompok makanan jadi, kenaikan harga diperkirakan terkait dengan kenaikan harga elpiji serta kenaikan harga bahan baku seiring
kenaikan
harga
BBM
industri.
Pada
kelompok
bahan
makanan, adanya perayaan hari raya Idul Adha diperkirakan akan mendorong kenaikan pada harga daging sapi seiring melonjaknya permintaan
hewan
kurban.
Dalam
mengantisipasi
lonjakan
permintaan, Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan telah menyiapkan persediaan sebanyak 8.000 ekor sapi, 500 ekor kerbau dan 700 ekor kambing. Dengan mencukupinya stok persediaan daging, diharapkan tekanan inflasi dari komoditas daging tidak terlalu tinggi, yakni hanya pada kisaran maksimal 10%. Grafik 7.1. Perkembangan Ekspektasi Konsumen dan Ekspektasi Harga 6 Bulan Yang Akan Datang Berdasarkan Hasil Survei Konsumen (SK) 180 170 160 150 140 130 Ekspektasi Harga 3 bln mendatang
120 110 100 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
2008
5
6
7
8
9
2009
Sumber : Survei Konsumen, BI Banjarmasin
Berdasarkan hasil Survei Konsumen, ekspektasi konsumen terhadap harga dalam 3 bulan yang akan datang cenderung meningkat, sementara ekspektasi konsumen terhadap harga dalam 6 bulan mendatang masih relatif stabil. Dengan mempertimbangkan hal-hal
di
atas,
laju
inflasi
pada
triwulan
IV-2009
diperkirakan berada pada kisaran 5,5%+ 1% (y-o-y).
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2009
107
Halaman ini sengaja dikosongkan
LAMPIRAN
Lampiran
LAMPIRAN Tabel Lampiran 1. Indikator Makro Terpilih Provinsi Kalimantan Selatan Indikator Kalimantan Selatan
Satuan
Periode
Triwulan III-2008
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan Pertumbuhan Ekonomi (y-o-y)
Triwulan Triwulan I- Triwulan 2009 II-2009 IV-2008
Triwulan III-2009
Rp triliun
12,39
11,66
11,16
13,62
15,43
Rp triliun
7,44
6,89
6,31
7,39
7,98
(%)
9,68
2,99
4,03
4,27
7,22
Atas dasar y-o-y
(%)
11,25
11,06
7,66
4,78
4,31
Atas dasar y-t-d
(%)
9,59
11,06
0,3
0,64
2,42
Inflasi
Sumber : BPS Kalimantan Selatan *) Angka pengangguran menggunakan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
Tabel Lampiran 2. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Kalimantan Selatan Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku (Juta Rp) Trw-I 2008
Trw-II 2008
Trw-III
Trw-IV
2008
2008
Trw-I
Trw-II
*)
**)
Trw-III
2.404.291
2009 1.938.116
2009 3.464.935
2009**) 4.403.381
2.604.072
2.379.339
2.579.793
2.814.690
3.080.540
1.156.033
1.166.317
1.262.236
1.298.407
1.400.338
1.431.376
62.697
66.173
68.725
67.255
72.954
75.734
627.897
675.698
737.733
820.377
739.644
813.068
925.851
1.551.954
1.649.006
1.774.296
1.867.762
1.781.389
1.953.562
1.953.562
Pengangkutan
927.706
1.024.686
1.080.374
1.163.680
1.077.987
1.197.715
1.281.891
Keuangan
463.491
561.251
621.064
550.195
569.306
665.589
743.123
936.549
1.044.415
1.103.507
1.146.820
1.107.379
1.235.585
1.296.860
Sektor Pertanian
1.690.291
2.932.324
3.243.394
Pertambangan
2.426.724
2.532.140
Industri
1.132.202 60.205
Listrik Bangunan Perdagangan
Jasa-jasa PDRB
9.817.018 11.638.249 12.396.930 11.663.425 11.159.274 13.618.437 15.427.620
Sumber : BPS Kalimantan Selatan *) Angka sementara **) Angka sangat sementara
108
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan TriwulaIn III-2009
Lampiran
Tabel Lampiran 3. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Kalimantan Selatan Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rp) Trw-I 2008
Trw-II
Trw-III
Trw-IV
2008
2008
2008
Sektor Pertanian
1.130.316
1.905.304
2.082.584
Pertambangan
Trw-I **)
Trw-II **)
Trw-III **)
1.530.178
2009 1.169.750
2009 1.978.341
2009 2.379.143
1.514.343
1.563.474
1.587.196
1.435.502
1.493.505
1.571.758
1.658.731
Industri
755.185
755.892
754.386
808.393
780.874
787.844
755.437
Listrik
32.626
33.621
34.965
35.800
34.066
36.128
36.788
Bangunan
346.708
358.621
385.516
422.564
368.730
381.960
409.862
Perdagangan
978.986
1.008.139
1.071.060
1.114.409
1.028.373
1.069.982
1.137.288
Pengangkutan
550.589
580.819
603.256
639.670
576.309
617.148
636.068
Keuangan
241.455
278.911
300.137
269.005
266.171
293.325
311.811
Jasa-jasa
566.031
599.082
624.061
639.670
597.049
644.872
655.289
6.116.238
7.083.862
7.443.160
6.895.192
6.314.827
7.381.358
7.980.418
PDRB
Sumber : BPS Kalimantan Selatan *) Angka sementara **) Angka sangat sementara
Tabel Lampiran 4. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Kalimantan Selatan Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan (y-o-y)
Sektor Pertanian
Trw-I 2008 3,65
Trw-II 2008 2,63
Trw-III 2008 15,78
Trw-IV 2008
Trw-I 2009*)
(%) Trw-II 2009**)
Trw-III 2009**)
2,14
3,49
3,83
14,24
Pertambangan
6,73
12,64
13,09
-2,44
-1,38
0,53
4,51
Industri Listrik
4,54 6,9
0,9 2,6
0,08 2,96
4,85 4,66
3,4 4,41
4,23 7,46
0,14 5,21
Bangunan
6,11
2,99
5,61
7,48
6,35
6,51
6,32
Perdagangan Pengangkutan
7,66 5,17
7,49 6,71
7,66 9,12
5,65 4,83
5,04 4,67
6,13 6,25
6,18 5,44
Keuangan
6,3
7,69
2,98
6,38
10,24
5,17
3,89
Jasa-jasa
8,32 5,97
8,24 6,22
5,35 9,68
4,98 2,99
5,48 3,25
7,64 4,2
5 7,22
PDRB
Sumber : BPS Kalimantan Selatan *) Angka sementara **) Angka sangat sementara
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2009
109
Lampiran
Tabel Lampiran 5. Indeks Harga Konsumen Provinsi Kalimantan Selatan Berdasarkan Tahun Dasar 2007=100 Tahun Dasar
2007 = 100
Periode
IHK
Bahan Makanan
Makanan Jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transport
Jan-08
105.95
109.98
105.00
109.25
103.15
102.01
104.92
100.39
Feb-08
106.49
111.20
105.27
109.43
104.59
103.27
104.92
100.43
Mar-08
107.1
113.32
106.91
107.35
105.96
104.30
104.79
100.90
Apr-08
106.92
112.42
107.61
109.79
104.25
104.37
104.77
97.96
May-08
107.74
112.63
108.04
111.45
103.68
104.40
104.77
100.02
Jun-08
110.41
113.59
108.80
115.27
104.65
104.78
105.04
107.80
Jul-08
111.65
115.72
109.72
115.75
105.53
107.21
108.63
108.38
Aug-08
111.51
114.68
110.28
115.98
103.40
107.15
109.89
108.46
Sep-08
112.87
117.79
110.36
116.76
104.41
107.15
109.89
110.73
Oct-08
114.44
121.94
112.17
117.10
105.70
109.41
109.81
110.65
Nov-08
115
121.68
113.59
117.84
106.43
110.34
109.81
110.97
Dec-08
114.96
122.62
113.47
118.22
107.81
110.47
110.23
107.82
Jan-09
114.82
122.64
114.19
118.33
109.59
110.48
110.26
104.75
Feb-09
114.78
121.17
115.00
118.19
114.20
110.51
110.66
103.55
Mar-09
115.3
123.64
115.54
117.09
116.90
110.57
111.29
103.82
Apr-09
115.08
124.30
116.32
115.89
114.15
110.62
109.69
103.82
May-09
115.28
122.96
118.48
115.94
112.74
111.26
110.71
104.08
Jun-09
115.69
120.54
121.62
116.00
113.89
111.28
114.32
104.03
Jul-09
115.99
121.8
121.56
116.04
113.41
111.28
114.33
104.30
Agt-09
116.62
123.77
123.18
115.71
112.62
111.26
115.60
103.70
Sept-09
117.74
126.05
124.47
115.92
116.09
111.37
115.60
103.78
Sumber : BPS Kalimantan Selatan
110
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan TriwulaIn III-2009
Lampiran
Tabel Lampiran 6. Indikator Perkembangan Bank Umum Kalimantan Selatan Indikator
Trw-I 2008
Trw-II 2008
Trw-I 2009
Trw-II 2009
15.259
15.622
16.727
17.996
18.464
19.614
19.764
20.236
12.839
13.366
14.453
15.456
16.071
17.204
17.221
17.216
Tabungan
6.411
6.506
7.149
7.581
8.322
8.030
8.132
8.272
Giro
3.747
4.214
4.477
4.539
4.087
5.184
5.160
4.920
2.681
2.646
2.827
3.336
3.662
3.990
3.928
4.024
9.112
9.400
10.668
11.655
11.875
12.328
12.952
13.293
Modal Kerja
4.262
3.878
4.586
4.869
4.985
4.763
4.917
4.933
Investasi
2.011
2.500
2.469
2.834
2.778
3.249
3.337
3.374
Konsumsi
2.838
3.022
3.613
3.952
4.112
4.316
4.698
4.669
Pertanian
975
1.090
1.045
1.257
1.369
1.585
1.607
1.619
Pertambangan
506
518
542
562
552
506
485
500
Industri Listrik, Gas & Air
885
737
800
792
767
798
758
777
37
53
49
45
41
38
35
30
Konstruksi
466
452
502
705
694
552
649
683
2.390
2.449
2.781
2.757
2.743
2.786
2.944
2.829
Angkutan Jasa Dunia Usaha
340
388
442
479
4.706
492
467
658
590
612
783
953
961
1.102
1.142
1.120
Jasa Sosial
66
53
56
92
96
90
100
86
2.858
3.048
3.668
4.012
4.177
4.378
4.763
4.991
NPL - Gross (%)
4,08%
3,94%
5,24%
4,56%
3,65%
4,02%
3,73%
3,71%
LDR (%)
68.9% 70,97% 73,81% 75,41% 73,89% 71,65% 75,33% 77,21%
Total Aset (Rp Miliar) Total DPK (Rp Miliar)
Deposito Total Kredit lokasi bank (Rp Miliar)
Trw-IV 2007
Trw-III 2008
Trw-IV 2008
Trw-III 2009
Jenis Penggunaan (Rp Miliar) :
Sektor Ekonomi (Rp Miliar):
Perdagangan
Lainnya
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Kalimantan Selatan, diolah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2009
111
Lampiran
Tabel Lampiran 7. Indikator Perkembangan Bank Umum Konvensional Kalimantan Selatan Indikator
Trw-IV 2007
Trw-I 2008
Trw-II 2008
Trw-III 2008
Trw-IV 2008
Trw-I 2009
Trw-II 2009
Trw-III 2009
Total Aset (Rp Miliar) Total DPK (Rp Miliar)
14.557
14.862
15.870
17.095
17.474
18.623
18.716
19.122
12.370
12.832
13.868
14.855
15.371
16.490
16.449
16.418
Tabungan
3.678
4.117
4.357
4.439
7.881
7.569
7.634
7.780
Giro
6.121
6.189
6.808
7.216
3.995
5.096
5.073
4.825
Deposito
2.571
2.526
2.703
3.200
3.496
3.825
3.742
3.813
8.526
8.794
9.988
10.881
11.095
11.553
12.152
13.293
Modal Kerja
4.076
3.708
4.385
4.620
4.736
4.519
4.666
4.648
Investasi
1.804
2.278
2.276
2.582
2.516
2.992
3.065
3.113
Konsumsi
2.646
2.808
3.327
3.679
3.843
4.043
4.422
4.693
Pertanian
975
1.088
1.043
1.252
1.363
1.579
1.602
1.614
Pertambangan
328
354
394
412
415
369
362
382
Industri Listrik, Gas & Air
882
736
799
790
767
797
757
772
37
53
49
45
42
38
35
30
Konstruksi
465
448
495
697
685
544
642
662
2.355
2.422
2.745
2.718
2.710
2.755
2.913
2.799
Angkutan Jasa Dunia Usaha
286
337
388
429
420
442
418
531
472
477
647
751
733
874
889
877
Jasa Sosial
61
45
47
47
50
49
48
36
2.666
2.834
3.381
3.739
3.908
4.105
4.487
4.751
NPL - Gross (%)
4,08%
3,94%
5,27%
4,58%
3,85%
4,02%
3,83%
4,02%
LDR (%)
68.9%
68.5%
72.0% 73.25% 72,18% 71,65% 73,88%
75,85%
Total Kredit lokasi bank (Rp Miliar) Jenis Penggunaan (Rp Miliar) :
Sektor Ekonomi (Rp Miliar):
Perdagangan
Lainnya
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Kalimantan Selatan, diolah
112
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan TriwulaIn III-2009
Lampiran
Tabel Lampiran 8. Indikator Perkembangan Bank Umum Syariah Kalimantan Selatan Indikator Total Aset (Rp Miliar) Total DPK (Rp Miliar)
Trw-IV 2007 701,27
Trw-I 2008 759,68
Trw-II 2008 856,59
Trw-III 2008 901,26
Trw-IV 2008 989,48
Trw-I 2009 991,75
Trw-II 2009
Trw-III 2009
1048,23
1113,93
469
533
585
601
700
714
772
798
69,78
97,36
119,71
99,88
92,62
88,34
87,49
95,46
Tabungan
289,46
316,70
340,53
365,06
441,63
460,50
497,55
491,98
Deposito
110,06
119,83
124,53
135,90
165,97
163,36
186,64
210,95
585,80
606,39
680,07
773,97
780,38
774,32
823,66
839,36
Modal Kerja
186,70
170,47
200,93
248,57
248,88
243,72
266,97
281,59
Investasi
206,97
222,36
192,36
251,91
262,45
257,35
309,30
317,98
Konsumsi
192,13
213,56
286,79
273,50
269,04
273,26
247,39
239,80
0,50
1,54
2,22
5,09
6,05
5,70
5,38
5,44
Pertambangan
175,56
164,49
147,80
150,37
137,28
136,85
141,98
117,67
Industri Listrik, Gas & Air
0,97
1,25
1,09
1,21
1,01
0,84
0,93
5,52
0,09
0,07
0,10
0,10
0,10
0,09
0,08
0,17
Giro
Total Kredit lokasi bank (Rp Miliar) Jenis Penggunaan (Rp Miliar) :
Sektor Ekonomi (Rp Miliar): Pertanian
Konstruksi
1,22
3,52
7,00
7,33
9,10
7,47
7,79
20,16
Perdagangan
24,21
27,43
36,39
38,78
33,21
30,91
32,60
29,46
Angkutan Jasa Dunia Usaha
52,34
51,53
53,51
49,78
50,00
49,93
103,44
127,88
105,39
135,47
136,36
202,86
228,30
228,34
229,69
243,83
Jasa Sosial
4,79
7,54
8,81
44,97
45,95
40,90
54,39
49,45
183,68
213,56
286,79
273,50
269,04
273,26
247,39
239,80
5,35%
5,74%
4,81%
4,38%
0,88%
1,43%
2,02%
13,82%
124,82%
113,58%
116,30%
128,81%
111,45%
108,42% 106,74%
105,13%
Lainnya NPF - Gross (%) FDR (%)
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Kalimantan Selatan, diolah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2009
113
Lampiran
Tabel Lampiran 9. Indikator Perkembangan Sistem Pembayaran Provinsi Kalimantan Selatan Indikator
Tw. IV2007
Tw.I2008
Tw.II2008
Tw.III2008
Tw.IV2008
Tw.I2009
Tw.II2009
Tw.III2009
Posisi Kas Gabungan (Rp miliar)
1,628
913
778
1,015
1,444
1,412
1,055
993
Inflow (Rp miliar)
677
826
257
339
958
1,087
567
598
Outflow (Rp miliar)
951
87
521
676
486
164
488
395
BI-RTGS (Rp miliar)
17,275
19,075
21,062
24,411
23,965
24,513
29,12 6
26,348
From
10,237
13,316
10,101
13,061
14,078
16,552
19,88 6
17,268
To
7,689
6,961
8,317
8,919
7,920
6,241
7,291
7,673
From-to
2,116
1,850
2,644
2,431
1,968
1,719
1,948
1,407
Perputaran Kliring (Rp miliar)
2,655
2,910
3,459
3,594
3,434
2,970
3153
3,069
Sumber : Bank Indonesia, diolah
114
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan TriwulaIn III-2009