KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA
TRIWULAN III 2015
KATA PENGANTAR
Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, meng.atur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi bank. Pelaksanaan tugas pokok tersebut ditujukan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Sejalan dengan undang-undang tersebut, keberadaan Kantor Bank Indonesia di daerah merupakan bagian dari jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia yang berperan sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang ekonomi dan moneter, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Kajian Ekonomi Regional yang pokok bahasannya terdiri atas Perkembangan Ekonomi, Perkembangan Inflasi Regional, Kinerja Perbankan dan Sistem Pembayaran Provinsi Maluku Utara dan Prospek Ekonomi. Kajian ini diolah berdasarkan data dan informasi di daerah untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan moneter Bank Indonesia dan diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi bagi penentu kebijakan di daerah. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui beberapa kendala. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas dan manfaat laporan ini menjadi lebih baik di waktu yang akan datang. Akhirnya, kepada pihak-pihak yang membantu tersusunnya laporan ini, kami sampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih.
Ternate, 18 November 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA
Dwi Tugas Waluyanto Kepala Perwakilan
ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK
i iii iv iv
INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI MALUKU UTARA
iv
RINGKASAN UMUM
xi
BAB I
PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH 1.1 Kondisi Umum 1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan 1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran
1 2 2 11
BOKS
MENINGKATKAN PEREKONOMIAN MALUKU UTARA MELALUI KEPARIWISATAAN
19
BAB II
KEUANGAN PEMERINTAH 2.1 Struktur APBD 2.2 Realisasi Pendapatan APBD 2.3 Realisasi Belanja APBD 2.4 Rekening Pemerintah
31 31 33 35 37
BAB III
INFLASI DAERAH 3.1 Kondisi Umum 3.2 Perkembangan Inflasi Kota Ternate 3.3 Faktor-Faktor Penggerak Inflasi 3.4 Koordinasi Pengendalian Inflasi di Maluku Utara
39 40 42 47 51
BAB IV
KINERJA PERBANKAN DAN PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 4.1 Kinerja Perbankan 4.2 Stabilitas Sistem Keuangan 4.3 Perkembangan Sistem Pembayaran
53 54 62 64
BAB V
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan 5.2 Nilai Tukar Petani (NTP) 5.3 Persepsi Tingkat Kesejahteraan
71 72 72 74
BAB VI
PROSPEK PEREKONOMIAN 6.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi Tw IV-2015 6.2 Prospek Inflasi Daerah Tw IV-2015 6.3 Prospek Ekonomi dan Inflasi 2016
77 78 81 82
DAFTAR TABEL 1 Tabel Tabel 2 Tabel
1.1 1.1
Pertumbuhan dan Andil PDRB Sisi Penggunaan Perkembangan Industri Manufaktur Kecil
3 17
2.1
Realisasi Pendapatan APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I 2015 Realisasi Belanja APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I 2015
34
Statistik Inflasi Per Kelompok Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) Andil Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Sub Kelompok Barang dan Jasa Laju Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) Komoditas Pendorong & Penahan Laju Inflasi Bulanan (MTM) Kota Ternate Kegiatan TPID Provinsi Maluku Utara dan TPID Kota Ternate
41 42
Tabel
2.2
3 Tabel Tabel
3.1 3.2
Tabel
3.3
Tabel
3.4
Tabel
3.5
Tabel
3.6
4 Tabel Tabel Tabel
4.1 4.2 4.3
Kegiatan Kas Keliling Triwulan II 2014 Perkembangan Cek/BG Kosong Perkembangan RTGS Maluku Utara
66 68 69
5 Tabel Tabel
5.1 5.2
Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara Nilai Tukar Petani (NTP) Wilayah Sulampua
72 73
iv
36
43 44 47 52
DAFTAR GRAFIK 1 Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 1.13 1.14 1.15
Grafik
1.16
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
1.17 1.18 1.19 1.20 1.21 1.22 1.23 1.24 1.25
2 Grafik Grafik Grafik
2.1 2.2 2.3
Grafik
2.4
Grafik 3 Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
Struktur PDRB Sisi Penggunaan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Indeks Pendapatan Rumah Tangga (IPRT) Perkembangan Kredit Konsumtif Lokasi Proyek Volume Bongkar Bahan Pokok (Ton) Volume Barang konsumsi lainnya (Ton) Jumlah Kendaraan Roda 4 Baru (unit) Jumlah Kendaraan Roda 2 Baru (unit) Perkembangan Konsumsi Semen Perkembangan PMA di Maluku Utara Perkembangan PMDN di Maluku Utara Perkembangan Giro Pemerintah Perkembangan Volume Ekspor Perkembangan Nilai Ekspor Perkembangan Volume Muat Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate Perkembangan Volume Bongkar Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate Perkembangan Volume Impor Perkembangan Nilai Impor Perkembangan Sektoral PDRB Sisi Penawaran Andil Pertumbuhan Sektoral PDRB Sisi Penawaran Struktur PDRB Sisi Penawaran Volume Tangkapan Ikan Ternate Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan
4 5 5 5 6 6 6 6 7 8 8 9 10 10 10
32 33 35
2.5
Perubahan Struktur APBD Akun Pendapatan Tahun 2014 dan 2015 Perubahan Struktur APBD Akun Belanja Tahun 2014 dan 2015 Perbandingan Sisi Pendapatan Realisasi APBD Triwulan I 2014 dan Triwulan I 2015 Perbandingan Sisi Realisasi APBD Triwulan I 2014 dan Triwulan I 2015 Perkembangan APBD Maluku Utara (dalam juta rupiah)
3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9
Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate, Sulampua & Nasional Disagregasi Inflasi Maluku Utara Andil Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Komoditas Laju Inflasi Bulanan (mtm) Kota Ternate, Sulampua & Nasional Pergerakan Harga Emas Internasional Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Nilai Ikan Tangkap Volume Ikan Tangkap Pergerakan harga Premium dan Solar
40 42 43 46 48 49 50 50 51
10 11 11 11 12 13 14 14 15 16
36 37
4 Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara (miliar rupiah) Perkembangan DPK (miliar rupiah) Perkembangan Kredit di Maluku Utara (miliar rupiah) Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara Perkembangan Bank Syariah Perkembangan BPR/BPRs Perkembangan NPL Perbankan Perkembangan Transaksi Tunai di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Malut 4.9 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) 4.10 Perkembangan Kliring Maluku Utara
54 55 57 58 59 61 62 65
Grafik Grafik Grafik
5.1 5.2 5.3
Sebaran Tenaga Kerja di Maluku Utara Perkembangan NTP Maluku Utara Perkembangan Persepsi Kesejahteraan Masyarakat Maluku Utara
73 74 75
6 Grafik Grafik
6.1 6.2
Perkembangan PDRB Malut dan Proyeksinya Perkembangan PDRB Malut dan Proyeksinya
78 81
Grafik Grafik
4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8
65 67
5
vi
INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI MALUKU UTARA A.Inflasi dan PDRB
INDIKATOR
2014 Tw.1 112.16 8.8
Tw.2 114.28 9.75
Tw.1
2015 Tw.2
Tw.3
Tw.4
Tw.3
117.01 5.4
122.30 9.34
121.04 7.92
123.67 8.22
124.73 6.6
4,684.0 1,151.2 506.6 260.0 3.2
4,743.5 1,171.6 458.3 257.0 3.5
4,858.7 1,175.3 477.1 264.5 4.1
4,925.9 1,152.5 487.7 272.9 4.6
4,930.0 1180.3 510.9 274.7 4.1
5,053.6 1199.7 536.9 275.7 4.3
1203.7 514.9 272.9 4.2
4.2 290.0
4.3 302.1
4.4 299.4
4.5 315.1
4.4 308.7
4.6 322.0
4.7 342.7
805.0 257.0 21.0 193.4 130.2 5.4 16.0
828.9 262.3 21.0 200.1 136.0 5.5 16.1
865.5 273.9 21.3 210.1 131.1 5.7 16.6
878.1 274.9 21.6 209.5 151.7 5.7 16.4
888.5 275.7 21.1 216.1 152.0 5.8 16.6
909.6 284.5 21.5 219.1 142.1 5.8 16.8
934.4 290.6 21.8 224.3 152.4 6 17.3
745.2
773.9
795.2
818.0
159.6 99.2 36.8
163.3 101.9 37.7
169.6 105.7 39.2
166.8 106.8 39.1
760.4 165.6 105.1 40.0
792.2 171.0 107.0 40.8
859.4 182.7 112.9 42.5
1.30 2.51 4.55 1154.08
3.10 6.52 6.40 3620.00
1.28 2.62 20.81 14194.58
2.86 5.82 10.05 2279.90
4.10 8.23 3.04 16648.81
21.84 660.00 1.18 301.22
3.26 5.25 2.58 0.00
B.Perbankan
INDIKATOR
viii
2014 Tw.1
Tw.2
Tw.3
Tw.4
Tw.1
2015 Tw.2
6,461.5 5,080.1 2,942.7 1,183.2 954.2 4,712.9 1,279.7 2,950.5 482.7 92.77 1,351.2 272.0 740.4 338.8 3.08
6,650.5 5,355.7 2,821.0 1,509.2 1,025.5 4,819.2 1,263.1 3,069.6 486.5 89.98 1,405.9 336.7 726.5 342.7 2.95
6,783.5 5,571.7 2,956.6 1,528.5 1,086.6 4,937.6 1,311.3 3,150.4 475.9 88.62 1,390.2 300.5 744.4 345.3 2.93
7,147.6 5,216.8 3,270.2 839.1 1,107.5 5,066.9 1,328.6 3,273.1 465.2 97.13 1,398.9 345.0 729.3 324.6 2.29
7,105.4 5,743.1 3,001.2 1,485.5 1,256.4 5,202.9 1,370.4 3,369.7 462.8 90.59 1,427.7 355.4 728.3 344.0 2.53
7,439.8 6,236.4 3,073.0 1,836.7 1,326.7 5,428.0 1,457.2 3,501.8 469.0 87.04 1,519.7 370.7 762.3 386.8 2.33
Tw.3
7,728.8 6,522.3 3,371.8 1,710.1 1,440.4 5,524.2 1,453.2 3,605.1 465.9 84.70 1,563.9 372.0 798.1 393.8 2.1
Ringkasan Umum Pertumbuhan Ekonomi Daerah Perekonomian Maluku Utara konsisten menunjukkan perkembangan positif dengan perekonomian yang kembali tumbuh meningkat. Pada triwulan III-2015, PDRB Maluku Utara tercatat tumbuh 2,65% (qtq) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2015 sebesar 2,51% (qtq). Secara tahunan, perekonomian Malut tumbuh sebesar 6,77% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan II-2015 sebesar 6,54% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,73% (yoy). Dengan pertumbuhan tersebut maka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Utara atas dasar harga berlaku pada triwulan III 2015 tercatat sebesar Rp 6,8 triliun. Dari
sisi
permintaan,
meningkatnya
pertumbuhan
ekonomi
bersumber dari konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi (PMTB), dan ekspor luar negeri. Dari sisi lapangan usaha atau penawaran, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara triwulan laporan terutama bersumber dari peningkatan kinerja pada sektor pertanian, konstruksi, jasa keuangan dan administrasi pemerintah.
Keuangan Pemerintah Anggaran pendapatan dan belanja dalam APBD Provinsi Maluku Utara 2015 mengalami peningkatan sebesar masing-masing 12,86% dan 16,42% dari APBD 2014. Namun demikian, karena adanya keterlambatan pengesahan APBD serta pergantian pimpinan beberapa SKPD strategis, hingga akhir triwulan III-2015 realisasi belanja APBD Provinsi Maluku Utara baru mencapai 58,59% dan secara nominal turun 60,20% (yoy). Kendati belum mencapai target, kondisi tersebut cukup mencerminkan progress yang signifikan dibandingkan triwulan
lalu. Progres tersebut menyebabkan komponen konsumsi pemerintah pada PDRB Provinsi Maluku Utara triwulan laporan mengalami pertumbuhan sebesar 5,91% (yoy), jauh meningkat dibandingkan triwulan lalu yang mengalami kontraksi sebesar 1,42% (yoy).
Inflasi Daerah Laju kenaikan harga barang dan jasa secara tahunan di Provinsi Maluku Utara pada triwulan III 2015 tercatat sebesar 6,60% (yoy), lebih
rendah
dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 8,22% (yoy). Turunnya tekanan inflasi pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya disebabkan oleh penurunan harga pada hampir seluruh kelompok penyumbang inflasi, terutama kelompok bahan makanan dan sandang. Berakhirnya siklus puasa dan hari raya Idul Fitri yang lebih awal pada tahun ini serta dukungan pasokan yang relatif lebih stabil selama triwulan III-2015 (relatif dibandingkan triwulan III-2014) menjadi faktor utama penurunan tekanan inflasi pada komoditas yang terkait dengan bahan makanan khususnya bumbu-bumbuan dan ikan segar. Di samping itu, penurunan tarif listrik untuk pelanggan nonsubsidi serta deflasi pada tarif angkutan udara turut menjadi faktor turunnya nflasi pada akhir triwulan laporan.
Kinerja Perbankan dan Perkembangan Sistem Pembayaran Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, secara umum kinerja perbankan di Maluku Utara pada triwulan III-2015 masih menunjukkan kinerja yang positif. Total aset bank umum di Provinsi Maluku Utara pada triwulan III-2015 tercatat sebesar Rp7,73 triliun, meningkat 3,89% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Secara tahunan, aset tumbuh sebesar 14,32% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,16% (yoy). Kondisi ini seiring dengan meningkatnya pertumbuhan DPK, turunnya NPL dan pengembangan jaringan kantor bank milik pemerintah.
x
Jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh perbankan di Maluku Utara pada triwulan III-2015 mencapai Rp 6,52 triliun, meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 8,59% (qtq). Secara tahunan, pertumbuhan DPK mencapai 16,97% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II2015 yang pertumbuhannya sebesar 16,44 % (yoy). Dari sisi penyaluran dana, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan di Maluku Utara pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp5,52 triliun atau meningkat 1,77% (qtq). Secara tahunan, penyaluran kredit tumbuh 11,88% (yoy), sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,63% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, peran intermediasi perbankan yang diukur melalui tingkat LDR (Loans to Deposit Ratio) masih berada di level yang tinggi yakni 84,70%. Dari sisi stabilitas sistem keuangan, ketahanan sektor korporasi maupun rumah tangga masih relatif baik yang terindikasi dari rasio NPL yang masih berada pada level yang rendah pada kedua kelompok tersebut. Rasio NPL pada triwulan laporan tercatat hanya sebesar 2,07%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,33%. Pada triwulan laporan, transaksi tunai yang melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara mengalami net outflow. Sementara itu, seiring meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi, transaksi non tunai nilai besar menunjukan peningkatan.
Ketenagakerjaan dan kesejahteraan Membaiknya kinerja perekonomian pada triwulan laporan menyebabkan masyarakat optimis terhadap kondisi ketenagakerjaan dalam enam bulan ke depan. Sementara itu, di tengah meningkatnya laju inflasi pada triwulan III-2015, persepsi masyarakat mengenai kesejahteraan dirinya masih positif walaupun sedikit lebih rendah dari triwulan II-2015. Di lain sisi, kesejahteraan petani terindikasi menurun yang tercermin dari penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) Maluku Utara tercatat sebesar 101,00, turun 3,0% (yoy).
Prospek Perekonomian Perekonomian Malut pada triwulan akhir 2015 diperkirakan tumbuh melambat dari triwulan laporan dan berada pada kisaran 6,36% - 6,86% (yoy) dengan kecenderungan bias ke atas. Dengan pertumbuhan tersebut, maka diproyeksikan pertumbuhan ekonomi Maluku Utara selama tahun 2015 adalah sebesar 5,72% – 6,72% (yoy). Dari sisi permintaan, hampir seluruh komponen diperkirakan mengalami perlambatan. Dari sisi penawaran, sektor industri pertanian, pertambangan dan akomodasi diprediksi akan tumbuh meningkat menyusul melimpahnya produksi bahan baku pada triwulan laporan. Laju inflasi kota Ternate diperkirakan masih berada di dalam trend menurun. Penurunan tekanan inflasi terutama dipengaruhi oleh kondisi pasokan pangan strategis yang relatif lebih baik dibandingkan tahun 2014. Hilangnya efek kenaikan BBM yang terjadi dipenghujung tahun 2014 lalu dan sempat diturunkannya kembali harga BBM pada awal tahun akan mengurangi tekanan yang signifikan terhadap inflasi tahunan pada penghujung tahun ini. Dengan mempertimbangkan kondisi terkini serta potensi inflasi ke depan, inflasi pada triwulan IV-2015 diproyeksikan lebih rendah dari triwulan laporan yang mencapai 6,60% (yoy) yakni pada kisaran 4,78% ± 1% (yoy) dengan kecenderungan bias ke atas.
xii
Pertumbuhan Yoy Tw III
“Pertumbuhan Ekonomi Maluku Utara Kembali Meningkat”
6,77% Pertumbuhan QtQ Tw III
Perekonomian Maluku Utara kembali tumbuh meningkat sebesar 6,77% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan II-
%
2015 sebesar 6,54% (yoy).
2,65
Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari konsumsi rumah tangga dan pemerintah, investasi, serta ekspor luar negeri. Dari sisi lapangan usaha pertumbuhan bersumber dari peningkatan kinerja pada sektor pertanian,
konstruksi,
jasa
keuangan,
dan
administrasi
pemerintah.
1
PERTUMBUHAN EKONOMI
“PantaiSulamadaha” Courtesy :gambarwisata.com
1
PERTUMBUHAN EKONOMI 1.1 Kondisi Umum Perekonomian Maluku Utara kembali tumbuh meningkat. Pada triwulan III-2015, PDRB Maluku Utara tercatat tumbuh2,65% (qtq)lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan II2015 sebesar 2,51% (qtq). Secara tahunan, perekonomian Malut tumbuh sebesar 6,77% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan II-2015 sebesar 6,54% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,73% (yoy). Dengan pertumbuhan tersebut maka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Utara atas dasar harga berlaku pada triwulan III 2015 tercatat sebesar Rp 6,8 triliun. Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi (PMTB), dan ekspor luar negeri. Dari sisi lapangan usaha atau penawaran, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara triwulan laporan terutama bersumber dari peningkatan kinerja pada sektor pertanian, konstruksi, jasa keuangan dan administrasi pemerintah.
1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan Dari sisi permintaan (penggunaan), faktor pendorong pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan disumbang oleh konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, PMTB, dan ekspor luar negeri. Tingginya pertumbuhan PMTB (investasi) pada triwulan laporan yakni sebesar 11,04% (yoy) turut memberikan andil paling dominan pada pertumbuhan yakni sebesar 2,96%. Sumber pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan juga masih disumbang oleh permintaan domestik khususnya konsumsi rumah tangga. Komponen pengeluaran ini memberikan andil pertumbuhan kedua terbesar yakni 2,84%. Sementara itu, setelah menjadi salah satu faktor penghambat laju pertumbuhan pada triwulan sebelumnya, komponen konsumsi pemerintah pada triwulan laporan tumbuh positif sebesar 5,91% (yoy) dan memberikan andil sebesar 1,82%. Penahan laju pertumbuhan pada triwulan laporan adalah perdagangan antar daerah. Impor antar daerah meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat pada triwulan laporan karena besarnya ketergantungan Maluku Utara pada pasokan barang-barang
2
PERTUMBUHAN EKONOMI konsumsi dari luar provinsi. Kondisi ini menyebabkan net impor antar daerah yang semakin besar.
Pertumbuhan
Komponen Konsumsi RT Konsumsi LNPRT Konsumsi Pemerintah PMTB Perubahan Inventory Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri Net Ekspor Antar Daerah
Tw II 3.64 2.88 -1.42 7.27 -87.02 45.27 400.47 -39.71 6.54
Tw III 4.74 3.94 5.91 11.04 80.46 239.01 22.47 0.29 6.77
Andil
Tw II 2.19 0.04 -0.44 2.00 -6.10 0.14 2.85 11.56 6.54
Tw III 2.84 0.05 1.82 2.96 -1.43 0.74 0.16 -0.05 6.77
Tabel 1.1 Pertumbuhan dan Andil PDRB Sisi Penggunaan
Dengan perkembangan tersebut, struktur perekonomian Maluku Utara dari sisi permintaan (penggunaan) pada triwulan III 2015 masih didominasi oleh konsumsi, khususnya konsumsi rumah tangga yang memiliki pangsa sebesar 59,50%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 58,66%. Konsumsi pemerintah juga mengalami peningkatan pangsa dari 30,12% menjadi 32,62%. Adapun pangsa investasi (PMTB) hanya meningkat tipis dari 26,48% menjadi 26,79%. Di lain sisi, masih tingginya ketergantungan Maluku Utara terhadap pasokan dari luar provinsi menyebabkan terjadinya net impor antar daerah sehingga menjadi pangsa negatif sebesar 16,67% bagi struktur perekonomian Maluku Utara .
PERTUMBUHAN EKONOMI
Komponen PDRB Sisi Pengeluaran
STRUKTUR PDRB 59.50%
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi LNPRT
1.22%
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
32.62%
Pembentukan Modal Tetap Bruto
26.79%
Perubahan Inventori
-3.62% -16.67%
Net Ekspor Antar Daerah
-0.3
-0.2
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
-0.1
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
Pangsa Grafik 1.1 Struktur PDRB Sisi Penggunaan
1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga dan LNPRT Konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan tercatat tumbuh 4,74% (yoy) terakselerasi dari triwulan sebelumnya sebesar 3,64%. Kondisi yang sama juga terjadi pada konsumsi lembaga non profit yang pada triwulan ini tumbuh 3,89% (yoy)
dimana
pada
triwulan sebelumnya mencatat pertumbuhan 2,31%. Dengan demikian, konsumsi masyarakat kembali memberikan andil kedua terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Maluku Utara yakni sebesar 2,89%. Meningkatnya pertumbuhan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan terkonfirmasi dari Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada triwulan III 2015 yang mencapai 108,94 lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2015 yang mencapai 103,81. Peningkatan kondisi ekonomi konsumen ini didukung oleh meningkatnya indeks penerimaan rumah tangga (IPRT) dari 105,61 pada triwulan II-2015 menjadi 111,75 pada triwulan laporan. Tingginya konsumsi masyarakat pada triwulan laporan dipicu oleh musim liburan sekolah, hari raya Idul Fitri, serta hari raya Idul Adha yang tahun ini seluruhnya berlangsung pada triwulan III-2015. Di samping itu, dimulainya masa kampanye pilkada kabupaten dan kota turut meningkatkan aktivitas masyarakat selama triwulan laporan. Dari sisi pendapatan, penyesuaian renumerasi PNS, pemberian THR atau gaji ke-13, dan panen beberapa komoditas
4
PERTUMBUHAN EKONOMI perkebunan pada akhir triwulan II-2015 efektif meningkatkan pendapatan masyarakat Maluku Utara dan mendukung peningkatan konsumsi pada triwulan laporan.
TENDENSI KONSUMEN
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.2 Indeks Tendensi Konsumen (ITK)
Meningkatnya intensitas konsumsi masyarakat di Maluku Utara dibandingkan triwulan lalu juga terlihat dari pergerakan kegiatan bongkar muat selama triwulan III-2015 di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate pada sebagian besar komoditas, terutama kegiatan bongkar bahan pokok dan barang konsumsi yang dikirim dari luar daerah seperti Surabaya, Makassar dan Bitung (Manado). Volume bongkar barang konsumsi pada triwulan laporan tumbuh 84,92% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya 44,67% (yoy).
PENDAPATAN RUMAH TANGGA
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.3 Indeks Pendapatan Rumah Tangga (IPRT)
Sumber : LBU, diolah
Grafik 1.4 Perkembangan Kredit Konsumtif Lokasi Proyek
PERTUMBUHAN EKONOMI BARANG KONSUMSI
BAHAN POKOK 1600% 1400% 1200% 1000% 800% 600% 400% 200% 0% -200%
30 000 ton
25 20 15 10 5
0 I
II
III
IV
I
II
2013
III
IV
I
2014
II
000 ton
35
120
100%
100
50%
80
0%
60 -50%
40
-100%
20 0
-150% I
III
II
g_yoy
Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate
IV
I
II
2013
2015
Bahan Pokok
III
III
IV
2014
I
II
III
2015
Barang konsumsi lainnya
g_yoy
Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate
Grafik 1.5 Volume Bongkar Bahan Pokok (Ton)
Grafik 1.6 Volume Barangkonsumsilainnya (Ton)
Peningkatan konsumsi masyarakat dibandingkan triwulan lalu juga terkonfirmasi dari jumlah kendaraan baru roda empat dan roda dua yang mengalami peningkatan. Kendaraan roda empat baru tumbuh 84,7% (yoy) pada triwulan laporan lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 29,9% (yoy). Sementara itu, kendaraan roda dua tumbuh 14,5% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 11% (yoy).
KENDARAAN RODA 2
KENDARAAN RODA 4 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 -
100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% -60% I
II
III
IV
2014
Jumlah kendaraan
I
II
III
2015
g_yoy
2,500
20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% -15% -20% -25%
2,000 1,500 1,000 500 I
II
III
IV
2014
I
II
III
2015 Kendaraan Roda 2
g_yoy
Sumber : DinasPendapatandanPengelolaanAset Daerah
Grafik 1.7 JumlahKendaraanRoda 4 Baru (unit)
6
Grafik 1.8JumlahKendaraanRoda 2 Baru (unit)
PERTUMBUHAN EKONOMI 1.2.2 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Pertumbuhan investasi atau modal tetap domestik bruto (PMTB) pada triwulan III 2015 tercatat sebesar 11,04% (yoy). PMTB tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,27% (yoy). Pembangunan smelter, pelabuhan Ternate, pasar, perbaikan jalan, dan pembelian mesin yang dilakukan beberapa perusahaan swasta menjadi pemicu tingginya pertumbuhan PMTB pada triwulan laporan.
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (ASI)
Grafik 1.9 Perkembangan Konsumsi Semen
Meningkatnya perkembangan kegiatan investasi juga terindikasi dari total volume pengadaan semen di Maluku Utara yang meningkat sebesar 62,64% (yoy) jauh lebih tinggi 3,9% (yoy). Selain investasi swasta, meningkatnya. Di tengah melambatnya pertumbuhan PMTB, kinerja arus investasi ke Maluku Utara khususnya dari investor asing menunjukkan kinerja yang positif. Investasi dari investor asing yang direpresentasikan dari foreign direct investment (FDI) tercatat meningkat. Perkembangan FDI tercatat sebesar USD 88,7 juta atau tumbuh 128,02% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 17,54% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan investasi dari investor dalam negeri yang diindikasikan oleh angka PMDN mengalami penurunan sebesar 61,93% (yoy).
PERTUMBUHAN EKONOMI INVESTASI ASING
INVESTASI DALAM NEGERI
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal
Grafik 1.10 Perkembangan PMA di Maluku Utara
Grafik 1.11 Perkembangan PMDN di Maluku Utara
1.2.3 Pengeluaran Pemerintah Secara tahunan, konsumsi pemerintah pada triwulan III 2015 tumbuh 5,91% (yoy) jauh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya di mana komponen ini mengalami penyusutan sebesar 1,42%
(yoy).
Meningkatnya
pertumbuhan
konsumsi
pemerintah
seiring
dengan
terealisasikannya pembayaran THR, meningkatnya pengeluaran pemerintah untuk persiapan pilkada, serta terealisasikannya program pemerintah baik pusat maupun daerah terkait pengembangan pertanian dan infrastruktur di Maluku Utara. Membaiknya kinerja pengeluaran pemerintah juga terkonfirmasi oleh perkembangan saldo giro milik pemerintah daerah. Pada akhir triwulan laporan, giro pemerintah tercatat sebesar Rp548 miliar. Jumlah ini turun sebesar 7,37% (yoy) pada triwulan laporan setelah pada triwulan sebelumnya masih tumbuh positif sebesar 9,08% (yoy). Turunnya pertumbuhan giro milik pemerintah menjadi indikator realisasi belanja yang terakselerasi lebih baik pada triwulan laporan. Penjelasan lebih lanjut terkait pengeluaran pemerintah ini dapat dilihat pada bab keuangan pemerintah.
8
PERTUMBUHAN EKONOMI Giro Milik Pemda
Rp Juta
800,000 700,000 600,000 500,000 400,000 300,000 200,000 100,000 0
80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00%
-20.00% -40.00% -60.00% I
II
III
IV
I
2013
II
III
IV
I
2014
II
III
2015
Sumber : LBU, diolah
giro milik pemda
g-yoy
Grafik 1.12 Perkembangan Giro Pemerintah
1.2.4 Kegiatan Ekspor – Impor Neraca perdagangan Maluku Utara secara keseluruhan (antar daerah dan luar negeri) pada triwulan laporan menunjukkan net impor sebesar Rp 798 miliar atau turun 3,11% (yoy). Penurunan net impor terutama dipengaruhi oleh membaiknya kinerja ekspor luar negeri dan melambatnya pertumbuhan impor luar negeri. Komponen ekspor luar negeri dalam data PDRB tercatat tumbuh positif sebesar 238,86% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 45,27% (yoy). Peningkatan terjadi pada ekspor komoditas kopra seiring dengan meningkatnya produksi kelapa sepanjang tahun 2015. Total volume ekspor pada triwulan laporan mencapai 8,23 ribu ton atau tumbuh 230,09% (yoy). Di lain sisi, impor luar negeri tumbuh melambat dari 400,47% (yoy) menjadi 22,41% (yoy). Melambatnya impor luar negeri seiring dengan melambatnya impor barang modal karena melambatnya perkembangan investasi baru seiring perkembangan kinerja ekonomi global yang tidak menentu.
VOLUME EKSPOR
7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 -
I
II
II
IV
I
250.00% 200.00% 150.00% 100.00% 50.00% 0.00% -50.00% -100.00% -150.00% II
2013
II
IV
I
2014
II
250
U$ Juta
(000) ton
PERTUMBUHAN EKONOMI 50%
150
0%
100
-50%
50
-100%
-
III
I
II
II
IV
I
2014 g_yoy (RHS)
II 2015
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.14 Perkembangan Nilai Ekspor
SELURUH BARANG 100% 80%
10,000 8,000
40%
6,000
20% 0%
4,000
-20% 2,000
-40%
0
-60% I
II
III
2014 total muat barang
IV
I
g_yoy
II
III
2015
000 ton
60% 000 ton
IV
Nilai ekspor
MUAT BARANG
2013
II
2013
12,000
IV
II
g_yoy (RHS)
Grafik 1.13 Perkembangan Volume Ekspor
III
-150% I
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
II
100%
200
2015
Volume ekspor
I
NILAI EKSPOR
180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
60% 40% 20% 0% -20% -40% -60% -80% -100% -120% I
II
III
IV
I
2013
II
III
Grafik 1.15 Perkembangan Volume Muat Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate
I
2014
Jumlah total bongkar Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate
IV
II
III
2015
g_yoy
Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate
Grafik 1.16 Perkembangan Volume Bongkar Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate
Tingginya konsumsi masyarakat khususnya pada barang habis konsumsi yang didatangkan dari luar daerah selama triwulan laporan, menghasilkan perkembangan net impor antar daerah yang meningkat. Pada triwulan laporan, net impor antar daerah tumbuh sebesar 0,28% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang turun sebesar 39,71% (yoy) .
10
PERTUMBUHAN EKONOMI
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.17 Perkembangan Volume Impor
Grafik 1.18 Perkembangan Nilai Impor
1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Penawaran Dari sisi penawaran, meningkatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan terutama dipicu oleh meningkatnya kinerja sektor administrasi pemerintah, sektor konstruksi, dan sektor pertanian. Sementara itu, walaupun tumbuh melambat, sektor perdagangan besar dan eceran masih tumbuh sangat tinggi sehingga kembali memberikan andil terbesar dalam pertumbuhan ekonomi triwulan laporan yakni sebesar 1,42%.
ANDIL PERTUMBUHAN
Perdagangan 21%
Transportasi 5%
1,42 Pertambanga n 12% Pertanian 9%
0,89
PDRB 0,59
0,92
Lainnya 15%
6,77%
Konstruksi 13%
Jasa keuangan 6%
1,32
Administrasi Pemerintahan 19%
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.19 AndilPertumbuhan Sektoral PDRB Sisi Penawaran
PERTUMBUHAN EKONOMI PERTUMBUHAN PDRB (yoy) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya
2.42 3.18 3.91
5.94 6.08
2.39
14.44
7.96
6.78
4.25
0.00 Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
7.94
5.00
16.23
6.26
8.08 7.73 6.83 8.34 10.00 %
15.00
20.00
Grafik 1.20 Perkembangan Sektoral PDRB Sisi Penawaran
Dengan perkembangan tersebut, struktur perekonomian Maluku Utara di triwulan III 2015 masih didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang menyumbang 24,57% dari total PDRB. Sementara itu, sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor yang memiliki andil pertumbuhan terbesar pada triwulan laporan memiliki pangsa sebesar 17,56%. Seiring dengan tingginya pertumbuhan pada triwulan laporan, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib mengalami kenaikan pangsa dari 16,31% menjadi 17,35% Sementara itu, sektor lainnya memiliki pangsa dibawah 10%.
12
PERTUMBUHAN EKONOMI STRUKTUR EKONOMI SEKTORAL
Pertambangan dan Penggalian , 9.30
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, 25.39 Lainnya, 13.35
Perdagangan Besar dan Eceran, 17.35 Transportasi dan Pergudangan , 6.12
PDRB
Administrasi Pemerintahan, 16.31
Konstruksi, 6.65 Industri Pengolahan, 5.00
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.21 StrukturPDRB Sisi Penawaran
1.3.1 Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pada triwulan III 2015, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan tumbuh sebesar 2,42% (yoy) tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencapai 2,39% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan triwulan laporan dibandingkan triwulan lalu ini disebabkan oleh meningkatnya hasil panen tabama. Peningkatan produksi ini terindikasi dari masih positifnya estimasi pertumbuhan produksi padi Maluku Utara berdasarkan ARAM II yakni sebesar 77.102 ton GKG atau tumbuh 6,98% (yoy) akibat adanya peningkatan luas panen sebesar 4,18% (yoy) serta peningkatan produktifitas sebesar 2,68% (yoy). Di lain sisi, subsektor perikanan menunjukan perbaikan kinerja seiring kondisi gelombang yang lebih baik serta efektifnya program pemerintah dalam memberikan bantuan sarana prasarana penangkapan ikan bagi nelayan Malut. Pada triwulan laporan hasil tangkapan
PERTUMBUHAN EKONOMI ikan mencapai 2167 ton atau tumbuh 13,73% (yoy). Kondisi ini lebih baik daripada triwulan II2015 di mana hasil tangkapan ikan tercatat turun 4,52% (yoy). Dari subsektor perkebunan, produksi kelapa juga mengalami peningkatan. Kondisi ini terindikasi dari meningkatnya pertumbuhan ekspor kopra. Volume ekspor kopra pada triwulan laporan tercatat mencapau erlambatan juga disebabkan oleh penundaan panen akibat factor permintaan dimana permintaan ekspor untuk komoditas pala, cengkeh, dan kopra menurun akibat melimpahnya panen kelapa di daerah produksi lain serta berlebihnya stok cengkeh pada produsen rokok. Kualitas hasil panen rempah-rempah yang dinilai kurang baik pada periode triwulan II 2015 ini.
2,500
2,167.41 1,837
2,000
1754
1,500
13.73%
1287
ton
KREDIT PERTANIAN
g_yoy
1,000 500
30%
45 40 20% 35 30 10% 25 0% 20 15 -10% 10 5 -20% 0 -30%
-
60% 40% 20% 0% -20% -40% -60% -80% -100% -120%
Rp. Miliar
Volume Tangkap
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
-40% I
II
III
IV
2014
I
II 2015
Sumber : PelabuhanPerikanan Kota Ternate
Grafik 1.22 Volume TangkapanIkan Ternate
III
2013
2014 Baki Debet
2015 g_yoy
Sumber : LBU, diolah
Grafik 1.23 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian
Kinerja sektor pertanian juga tercermin dari peningkatan kredit yang dikucurkan oleh perbankan ke Maluku Utara. Total kredit (lokasi proyek) yang disalurkan ke sektor pertanian selama triwulan laporan adalah Rp18,29 miliar, tumbuh meningkat dari 29,08% (yoy) menjadi 40,71% (yoy).
1.3.2 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor tumbuh sebesar 9,75% (yoy) melambat dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang
14
PERTUMBUHAN EKONOMI sebesar 7,96% (yoy). Melambatnya pertumbuhan sektor perdagangan di tengah meningkatnya konsumsi masyarakat disebabkan masih terhambatnya pengembangan sarana prasarana perdagangan serta perbaikan kinerja ekspor luar negeri yang berlangsung lambat seiring belum beroperasinya smelter hingga triwulan laporan. Perlambatan sektor perdagangan juga dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas impor akibat menguatnya dolar Amerika Serikat. Kondisi tersebut secara signifikan menyebabkan impor luar negeri tumbuh melambat seperti yang dijelaskan pada sub-bab sebelumnya.
Rp. Miliar
KREDIT PERDAGANGAN 1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 0
50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% I
II
III IV
I
2013
II
III IV
2014 Baki Debet
I
II
III
2015 g_yoy
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.24 Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan
Jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan pada sektor ini juga tercatat tumbuh melambat. Berdasarkan lokasi proyek, kredit yang disalurkan pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp 1,39 miliar atau meningkat 8,02% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 11,33% (yoy). Dengan demikian, kinerja sektor ini pada triwulan mendatang diperkirakan masih cukup tinggi.
1.3.3 Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan pada triwulan III 2015 tumbuh sebesar 3,18% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,26% (yoy). Melambatnya pertumbuhan pada sektor ini dipengaruhi oleh turunnya produksi dan harga rempah rempah seperti cengkeh dan pala. Kondisi ini menyebabkan proses produksi minyak atsiri maupun produk olahan lainnya dari komoditas tersebut mengalami penurunan.
PERTUMBUHAN EKONOMI Di lain sisi, harga kopra tercatat mulai mengalami peningkatan. Hal ini menyebabkan petani cenderung menjual komoditasnya dalam bentuk kelapa segar dan kopra. Industri lainnya terkait komoditas kelapa menjadi turun produktivitasnya akibat kesulitan bahan baku. Melambatnya kinerja sektor industri pengolahan juga tercermin dari tingkat penyaluran kredit pada sektor tersebut. Berdasarkan lokasi proyek kredit yang disalurkan pada sektor ini mencapai Rp41,72 miliar tumbuh 5,51% (yoy) lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 8,67% (yoy).
Rp. Miliar
KREDIT INDUSTRI PENGOLAHAN 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
15% 10% 5% 0% -5% -10% -15% -20% -25% I
II
III
2013
IV
I
II
III
IV
2014 Baki Debet
I
II
III
2015 g_yoy
Sumber : LBU, diolah
Grafik 1.25 Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan
Melambatnya pertumbuhan sektor industri juga tercermin dari pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil yang pada triwulan III 2015 tumbuh sebesar 14,88% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 19,87% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang pada triwulan laporan juga tercatat turun sebesar 1,03% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya masih tumbuh positif sebesar 5,42% (yoy). Hampir seluruh industri tercatat tumbuh melambat. Beberapa bahkan mencatatkan pertumbuhan negatif seperti industri kayu, industri pakaian jadi, dan industri alat angkut lainnya (perbaikan kapal).
16
PERTUMBUHAN EKONOMI
Jenis Industri Industri Makanan Industri Minuman Industri Pakaian Jadi Industri Kayu Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Logam Dasar Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya Industri Alat Angkutan Lainnya Industri Furnitur Industri Pengolahan Lainnya
Pertumbuhan Triwulan II 2015 Pertumbuhan Triwulan III 2015
qtq
yoy
qtq
yoy
13.24 7.62 10.25 -0.62 5.55 13.03 11.45 -2.06 6.42 13.92 10.78
21.71 37.75 40.09 3.95 9.59 24.58 36.87 12.15 8.45 37.98 19.87
0.36 2.97 -33.05 -3.31 -2.55 -3.69 0.85 -10.15 18.95 -5.97 -1.94
21.40 20.43 -15.03 -3.64 16.48 16.89 28.37 -6.70 20.03 14.26 14.88
Tabel 1.2 Perkembangan IndustriManufaktur Kecil
1.3.5 Sektor Pertambangan dan sektor lainnya Akibat adanya baseline effect, sektor pertambangan pada triwulan laporan masih menunjukan pertumbuhan yang cukup tinggi yakni sebesar 7,93% (yoy). Namun demikian pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 17,15% (yoy). Perlambatan ditengarai karena adanya penurunan produksi salah satu perusahaan tambah emas seiring penurunan harga emas di pasar internasional. Belum beroperasinya smelter hingga triwulan laporan menyebabkan produksi nikel cenderung stagnan karena hanya berasal dari produksi salah satu perusahaan BUMN yang memiliki smelter di Pulau Sulawesi. Perusahaan tersebut saat ini mengirimkan hasil produksinya ke Sulawesi untuk diproses oleh smelter miliknya. Sementara itu, sektor lainnya yang menjadi sumber peningkatan pertumbuhan adalah sektor administrasi pemerintah dan sektor kontruksi. Sektor administrasi pemerintah tercatat tumbuh 8,08% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 2,36% (yoy) seiring meningkatnya realisasi belanja operasi khususnya untuk pembayaran THR, pelaksanaan program, serta persiapan Pilkada Kabupaten/Kota. Sementara itu, seiring meningkatnya PMTB serta realisasi pembangunan infrastruktur oleh pemerintah sektor konstruksi tumbuh meningkat dari 6,56%(yoy) menjadi 14,45% (yoy).
PERTUMBUHAN EKONOMI
18
BOKS EDISI KHUSUS
MENINGKATKAN PEREKONOMIAN MALUKU UTARA MELALUI KEPARIWISATAAN ISU
BOKS edisi khusus ini disajikan sebagai concern Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Maluku Utara
terhadap perkembangan terkini, dan dalam rangka menyambut Diseminasi KEKR Triwulan III : Dari Pariwisata kita tingkatkan Perekonomian Maluku Utara”. Adapun topik tersebut disajikan bagi segenap stakeholders eksternal Bank Indonesia, Instansi Pemerintahan, pelaku usaha, dan lainnya. 19
BOKS “Dengan Mengoptimalkan Potensi Pariwisata, Kita Tingkatkan Perekonomian Maluku Utara”
Pariwisata tidak dapat dipandang sebagai sektor yang memberikan efek parsial semata, tetapi pariwisata merupakan pintu gerbang bagi sektor lainnya serta mampu meningkatkan investasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan putaran perekonomian. Dukungan pemerintah, peningkatan sektor perdagangan dan akomodasi, serta beragam potensi yang ada memperkuat sektor ini untuk dapat mengantarkan pada kondisi perekonomian yang lebih baik ke depan.
LATAR BELAKANG Melihat pertumbuhan ekonomi Maluku Utara yang ada dan menangkap perubahan yang terjadi di eksternal, maka dibutuhkan kajian sektoral yang dapat membantu perbaikan ekonomi yang berkesinambungan. Pariwisata, suatu sektor yang dapat memberikan manfaat bagi sektor lainnya serta perekonomian secara menyeluruh dipandang penting untuk dapat ditinjau. Penelitian dari Harvard University mengemukakakn bahwa dimana terdapat perubahan kecil pada sisi pariwisata di daerah terpencil, maka dapat mendatangkan keuntungan signifikan. Sehingga di tengah potensi yang melimpah yang tersebar di beberapa daerah terpencil di Provinsi Maluku Utara yang kini masih belum optimal dikelola, menjadikan isu pariwisata semakin menarik untuk diperdalam. Pariwisata telah menjadi isu nasional. Pemerintahan saat ini juga dinilai concern terhadap perkembangan pariwisata Nasional. Peningkatan target wisman sebanyak 10 juta wisman dan 220 juta wisatawan domestik per tahun dan bahkan ditingkatkan lagi menjadi 12 juta orang untuk wisman, dapat dikatakan merupakan target yang cukup fantasits. Tidak hanya target yang meningkat, peningkatan APBN untuk kepariwisataan juga melambung hingga Rp 2,4 triliun dari sebelumnya Rp 1,6 triliun. per bulan Agustus 2015. Meskipun terdapat kenaikan target, secara aktual performa kunjungan wisatawan skala nasional dapat melampaui target di
20
BOKS atas 100%. Hal tersebut dapat mendasari
bahwa animo kebijakan pemerintah terhadap
pariwisata disambut dengan baik oleh kenaikan performa setiap daerah dalam memasarkan destinasinya. Keadaan pasar pariwisata yang sudah jenuh karena terkonsentrasi pada tempat yang sama v selama dekade terakhir seperti Bali, NTB, membuka peluang destinasi baru di Indonesia. Kepopuleran ‘Pesona Indonesia’ di mata dunia sudah merambah hingga ke Indonesia Timur, contohnya adalah kepopuleran tempat wisata di Provinsi Papua Barat dan Maluku. Sehingga tidak menutup kemungkinan dengan beberapa dukungan tambahan, Maluku Utara dapat menjadi destinasi favorit wisatawan domestik hingga mancanegara.
BAGAIMANA PARIWISATA DAPAT MENINGKATKAN PEREKONOMIAN Pariwisata sebagai pintu gerbang dapat memberikan multiplier effect terhadap perekonomian. Perekonomian bukanlah sesuatu hal yang bersifat inersia dan stagnan, tetapi perekonmian dapat memberikan efek yang contagious /menular dan semakin membesar. Berdasarkan penelitian dari World Bank, pariwisata dapat mengurangi kemiskinan suatu daerah melalui; direct effects yaitu pendapatan dari pengusaha setempat; indirect effects yaitu melalui value chain pariwisata; dan dynamic effects seperti pembangunan infrastruktur, perekonomian, konsumsi, dan pertumbuhan UMKM. Pariwisata bukan hanya mengenai akomodasi dan restoran semata, tetapi dapat mencakup sektor yang lain. Misalnya dari sektor transportasi sebagai sektor yang terkena dampak pertama kali, kemudian penyediaan akomodasi dan makan minum, sektor perdagangan dengan bertambahnya wisatawan yang mengkonsumsi barang lokal, bahkan sektor pertanian juga ikut terkena dampak tidak langsung. Contohnya, apabila sejumlah wisatawan datang untuk berkunjung maka perusahaan maskapai, perhotelan itu pusat perbelanjaan mendapatken eksternalitas positif. Sektor pertanian khususnya hokikultura sebagai pemasok bahan maknan serta sektor listrik gas dan air turut naik seiring suatu daerah yang semakin ramai. Pariwisata
juga membuka gerbang
pengetahuan bagi eksternal untuk mengenal suatu daerah. Maka tidak menutup kemungkinan dari antara wisatawan tersebut berminat untuk berinvestasi terhadap jenis usaha lainnya.
BOKS Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh tim peneliti Bank Indonesia dalam riset Growth Diagnostic – Computable General Equilibrium yang menggunakan perangkat model Indoterm, dapat disimpulkan bahwa peningkatan pariwisata seperti melalui pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus di beberapa daerah (dalam kasus ini menggunakan contoh Provinsi Nusa Tenggara Barat) yang mampu mendorong peningkatan wisatawan asing dapat meningkatkan (secara diferensiasi kumulatif) pertumbuhan ekonomi secara signifikan .
BAGAIMANA KONDISI PARIWISATA DI MALUKU UTARA Pariwisata di Maluku Utara dikenal dengan wisata bahari, budaya dan sejarah. Hampir keseluruhan kota kabupaten di Maluku utara memiliki destinasi wisata tersendiri. Tetapi sebelum masuk ke dalam kepariwisataan Maluku Utara secara substansial, maka perlu ditinjau kondisi perekonomian Maluku Utara yang berkaitan dengan pariwisata.
Perspektif ekonomis Salah satu indikator dari perkembangan sektor pariwisata adalah pertumbuhan sektor akomodasi dan penyediaan makan minum. Akomodasi yang merepresentasikan perkembangan industri penginapan serta penyediaan makan minum yang menggambarkan restoran sedikit banyak dapat menjadi indikasi peningkatan output yang dihasilkan atas respon dari berkembangnya pariwisata setempat. Berdasarkan data PDRB tahun dasar 2010 publikasi BPS, pertumbuhan sektor akomodasi dan penyediaan makanan dan minum
Malut terlihat memiliki rata-rata yang lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan PDRB, dan pada tahun 2014 menunjukkan kenaikan yang signifikan. Hal ini cukup menggambarkan adanya potensi pengembangan pada sektor ini.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.26 Perkembangan Sektor Akomodasi & Penyediaan Makan Minum Malut
22
BOKS Sementara itu, apabila dibandingkan dengan beberapa Provinsi di Kawasan Indonesia Timur, di tengah pertumbuhan sektor akomodasi Maluku Utara, proporsi sektor ini tidak terlalu menggembirakan. Maluku Utara mencatatkan proporsi sektor akomodasi terendah di antara provinsi lain kawasan Indonesia Timur yang mulai fokus mengembangkan pariwisata. Keseluruhan provinsi pembanding mencatatkan tren yang meningkat, menunjukkan bahwa sektor akomodasi semakin menjadi andalan di Indonesia Timur. Provinsi Bali yang merupakan tolok ukur terdepan pada sektor pariwisata memimpin dengan pangsa sebesar 23,1%. Kemudian, Sulawesi Utara yang memiliki identitas sebagai wisata bahari yang mirip dengan Maluku Utara memiliki pangsa 2,1%, dan Maluku provinsi serumpun Maluku Utara mencatat pangsa 1,8%, lebih tinggi dibandingkan Maluku Utara yang hanya sebesar 0,5%.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.27 Perkembangan Pangsa Sektor Akomodasi Terhadap PDRB beberapa Provinsi KTI
Perspektif Daya Saing Meninjau daya saing pariwisata di Kawasan Timur Indonesia dapat dilakukan melalui perspektif tourism competitiveness. Indeks ini digunakan untuk melakukan asesmen competitiveness yang berdasarkan adaptasi dari beberapa indikator yang digunakan OECD dalam melakukan asesmen terhadap tourism competitiveness antar Negara. Pengukuran terhadap indeksi daya saing ini diukur berdasarkan lima aspek, yaitu :
Governance of Tourism ; perhatian pemerintah terhadap pariwisata
BOKS
Quality of Tourism Service : quality of life & welcome visitors
Assesibility/Connectivity : infrastructure & geo strategic position
Natural and Cultural Resource
Human Resource Development : education, skill and training
Berdasarkan sejumlah aspek tersebut maka pengukuran dilakukan dengan menggunakan indikator seperti lama tinggal, IPM, jumlah penerbangan maskapai,
APBD, jumlah KPPN,
jumlah tamu, dan jumlah kamar sehingga dihasilkan suatu indeks keseluruhan yang digunakan sebagai perbandingan. Adapun hasil total dari indeks tersebut adalah sebagai berikut ;
Provinsi
Indeks
Bali Sulawesi Selatan NTB Sulawesi Utara Sulawesi Tenggara Nusa Tenggara Timur Papua Maluku Sulawesi Tengah Maluku Utara Papua Barat Gorontalo Sulawesi Barat
9.20 5.70 5.59 4.87 4.48 4.26 4.16 3.91 3.86 3.77 2.86 2.76 1.50
Tabel 1.3 Peringkat Daya Saing Pariwisata Daerah di KTI
Maluku Utara memiliki indeks yang kurang menggembirakan dengan hasil di bawah rata-rata dan termasuk dalam provinsi yang memiliki indeks terkecil. Maluku Utara hanya berada di atas provinsi pengembangan baru dengan infrastruktur yang masih minim seperti Gorontalo, Sulawesi Barat dan Papua Barat.
24
BOKS Apabila ditinjau terhadap sejumlah provinsi yang memiliki nilai terendah di KTI, memiliki kesamaan yaitu fasilitas pendukung dan asesibilitas yang disinyalir dapat menghambat perkembangan sektor pariwisata. Sementara untuk yang mendapatkan skor tertinggi memiliki kesamaan yaitu ketersediaan fasilitas, kedekatan secara spasial dan kedekatan dengan Pulau Jawa.
Analisa SWOT Setelah membandingkan daya saing dengan provinsi lain, maka analisa perlu dilengkapi dengan analisa yang berfokus kepada Provinsi Maluku Utara. Maluku Utara secara provinsi memiliki berbagai peluang dan tantangan, berikut ini analisa SWOT (Strength, Weaknesess, Oportunity dan Threats) hasil analisa dari tim peneliti Bank Indonesia KPw Prov. Maluku Utara :
BOKS Potensi Spasial Hampir seluruh daerah
kota/kabupaten di Maluku Utara memiliki potensi pariwisata.
Sementara, apabIla ditinjau berdasarkan RPJMD yang telah dirancan oleh Bappeda, terdapat konsep dan rencana pembangunan destinasi Pariwisata
yang
terbagi atas klaster
pengembangan sebagai berikut ;
Klaster A : Ternate – Tidore : “Pengembangan Culture and Urban Tourism’ Kawasan pengembangan Pulau Ternate dengan sub kawasan : Swering, Danau Tolire, Benteng Tolukko, Batu Angus, Pantai Sulamadaha, Kraton Ternate, dan Danau Laguna.
Klaster B : Morotai – Tobelo : “Pengembangan Marine Heritage Tourism” Kawasan pengembangan Pulau Morotai dengan sub kawasan : Morotai, Dodola, Sumsum.
Klaster C : Guraici : “Pengembangan Marine Tourism” Kawasan pengembangan Kepulauan Guraici dengan sub kawasan : Pulau Leilei, Pulau Guraici, pulau Makian dan kawasan Bacan.
Sementara itu berdasarkan kebijakan Pemerintah, khususnya Kementrian Pariwisata, telah menetapkan 10 destinasi prioritas Indonesia dimana Pulau Morotai, Kab. Pulau Morotai termasuk di dalamnya.
Pemerintah berencana menerapakan Sustainable Tourism Development Kawasan Morotai dimana akan didukung infrastuktur dan business Plan serta melakukan koordinasi pembangunan infrastruktur daerah.
26
BOKS Berikut ini gambaran masterplan pariwisata Pulau Morotai yang ditetapkan oleh Kementrian Pariwisata :
Produk Pasar
Destinasi wisata bahari Supporting : destinasi wisata budaya Jepang, Eropa Timur Tengah, Asia Timur Taman Laut Selat Morotai, Pulau Rao, Pulau Zum-zum
Core Utama Potensial DTW
Bandara Sultan Babullah Ternate, Sam Ratulangi Manado, Pelabuhan Ahmad Yan, Pelabuhan Imam Lastori
Komponen Akses/Hub Destinasi Fasilitas Pariwisata (tour base)
Pertumbuhan Kunjungan
Jumlah Wisman
2012 618
2013 500
-19.09%
Devisa Wisman (USD)
500,000
Ternate, Tidore
Investasi (juta USD)
3,600
Proyeksi Wisman
Proyeksi Devisa (juta USD)
500,000
500
Sumber : Kementrian Pariwisata
Tabel 1.4 Realisasi dan Perkiraan Kinerja KEK Morotai
Sejauh ini di Morotai, untuk mengakomodir para wisatawan telah hadir resort yang merupakan rintisan pihak swasta. Selain itu terdapat akses penerbangan dari Ternate langsung ke Morotai. Akan tetapi jika melihat angka, performa pariwisata Morotai tergolong belum mencapai harapan. Pertumbuhan kunjungan Morotai mencatat angka negatif, sementara itu progres pembangunan infrastruktur yang direncanakan belum mencapai target. Kondisi ini cukup kontras dengan destinasi pengembangan lainnya. Wakatobi yang juga termasuk didalamnya dan menawarkan jenis wisata bahari yang serupa. Wakatobi mencatat kenaikan kunjungan pada tahun 2013 sebesar 52,13 persen dengan devisa sebessar 3,32 juta USD. Secara perkiraan ke depan, nilai investasi proyek KEK Morotai yang lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan Wakatobi, diproyeksikan hanya akan menghasilkan devisa dan jumlah kunjungan yang sama dengan Wakatobi. Selain itu, destinasi lainnya seperti Labuan Bajo yang merupakan wisata alam di Provinsi NTT, juga mencatat pertumbuhan kunjungan yang lebih baik, yaitu sebesar 29,01% dengan angka devisa yang fantastis yaitu sebesar 54,14 juta USD. Dari beberapa destinasi ini kita dapat belajar dari provinsi lain bagaimana meningkatkan citra destinasi agar menghasilkan kinerja kunjungan yang menghasilkan.
BOKS BAGAIMANA BENCHMARK DAERAH PARIWISATA LAINNYA Berikut ini berbagai strategi yang dilakukan berbagai daerah di KTI untuk meningkatkan sektor pariwisata yang telah dirangkum tim peneliti Bank Indonesia :
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI LANGKAH PENGEMBANGAN Berdasarkan kajian yang telah disampaikan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : Sektor pariwisata berpengaruh signifikan terhadap perekonomian Sektor pariwisata Maluku Utara berkembang, namun masih tertinggal dibandingkan daerah lainnya dan memiliki daya saing yang belum kompetitif Sektor pariwisata Maluku Utara memiliki potensi yang besar serta memiliki peluang yang prospektif Perlu dilakukan langkah-langkah seperti daerah lainnya untuk dapat meningkatkan pariwisata Maluku Utara
28
BOKS Seperti yang telah disampaikan, pariwisata merupakan suatu sektor yang tidak dapat berdiri sendiri. Begitupula dengan implementasi kebijakan terkait pengembangan kepariwisataan, dipelukan sinergi dan koordinasi antar lembaga. Sehingga berangkat dari hal tesebut, rekomendasi berikut ini ditujukan bagi stakeholders yang terlibat, dari pemerintah maupun pihak swasta; JANGKA PENDEK
Membentuk tim teknis yang terdiri dari berbagai instansi yang capable untuk dapat fokus bersinergi terhadap isu pengembangan pariwisata
Menentukan identitas/jatidiri pariwisata pada spesifik daerah. Contoh: untuk kabupaten A pariwisata syariah/religi, untuk kabupaten B pariwisata alam
Menyusun pemetaan potensi daerah wisata per daerah, melakukan FGD untuk memetakan daerah potensial baru serta membuatkan prioritas
Pembuatan calendar event dan mempromosikannya secara nasional dan internasional
Menyusun materi guidance, paket tour atau
sejenisnya yang dapat memberikan
rekomendasi bagi wisatawan untuk menikmati rangkaian obyek wisata yang dimiliki dengan itenary efisien namun komprehensif
Menyusun grand design “marketing mix” bagi potensi daerah dan membuat tim khusus (miniatur dari VITO : Visit Indonesia Tourism Officer) yang berfungsi mempromosikan pariwisata melalui berbagai media
Berkoordinasi antar lembaga untuk dapat menyalurkan bantuan teknis maupun finansial bagi UMKM yang membuka usaha di tempat wisata untuk meningkatkan keragaman menu dan peningkatan estetika
Sertifikasi kompetensi tenaga kerja pariwisata dan membuka lowongan tenaga lepas yang dapat menunjang pariwisata, contoh : jasa penerjemah, jasa tour guide, jasa pengemudi lepas, jasa pelatih selam, serta mempromosikan jasa tenaga kerja tersebut ke para wisatawan
BOKS JANGKA MENENGAH PANJANG
Meningkatkan kualitas kebersihan melalui waste management, kemanan dan ketertiban dengan bekerjasama dengan aparatur pemerintah kota/kabupaten
Pembangunan fasilitas umum yang terjamin perawatannya, seperti toilet, spot foto, tempat duduk dan lainnya
Menyediakan/mempromosikan sarana transportasi khussunya laut dan udara pada daerah wisata terpencil
Menggandeng pihak swasta dalam pembangunan infrastruktur
Mempermudah perijinan untuk pembangunan cottage/fasilitas yang berkecimpung di sektor pariwisata
Perbaikan dan pembangunan infrastruktur pendukung (bandara, jalan, pelabuhan, hotel, rumah sakit)
Bagaimanapun juga pariwisata bukan sekedar destinasi. Pariwsata juga mencakup akses, amenitas, serta atraksi. Pemerintah daerah khususnya dinas pariwisata, tidak dapat bekerja sendiri. Di berbagai tempat, pariwisata menjadi isu penting yang ditangani oleh beragam instansi. Tata kelola kepariwisataan seperti di Manado, Sulawesi Utara telah membentuk suatu kelembagaan DMO (Destination Management Organizaton) yang secara efektif melibatkan unsur masyarakat, industri, akademisi, dan unsur pemerintah. sehingga, belajar dari langkah daerah tersebut, isu kepariwisataan ini juga perlu melibatkan jajaran vertikal untuk bersamasama fokus dan serius dalam menangani pariwisata Maluku Utara. Adapun pembahasan mengenai kepariwisataan tidak cukup hanya berhenti pada cakupan boks ini saja. Tetapi ke depan, perlu kajian lebih lanjut dan lebih lebih dalam mengenai branding dan bagaimana memasarkan pariwisata Maluku Utara. Tentunya diperlukan forum dan diskusi lanjut dengan pihak lain untuk menghasilkan kajian dan rekomendasi yang tepat guna dan berdampak luas.
30
Realisasi Pendapatan Tw III
71,04% “Kinerja realisasi pendapatan maupun belanja pemerintah mengalami penurunan”
Realisasi Belanja Tw III
Hingga akhir triwulan laporan, realisasi pendapatan pemerintah mencapai 71,04% atau secara nominal meningkat 6,24% (yoy).
58,59
Hingga akhir triwulan III-2015 realisasi belanja APBD Provinsi
%
Maluku Utara baru mencapai 58,59%. Namun demikian, secara nominal jumlah realisasi belanja pemerintah daerah hingga akhir triwulan laporan masih mengalami kenaikan tipis sebesar 0,06% (yoy)
2
KEUANGAN PEMERINTAH
“Festival Teluk Jailolo” Courtesy : wisataindonesia.co.id
31
KEUANGAN PEMERINTAH 2.1 Struktur APBD Anggaran pendapatan Pemprov Maluku Utara dalam APBD 2015 adalah sebesar Rp1,83 triliun atau meningkat 12,86% dari anggaran pendapatan pada APBD 2014. Sementara itu, anggaran belanja pada APBD 2015 tercatat sebesar Rp1,82 triliun atau meningkat 16,42% dari anggaran belanja tahun sebelumnya. Pada anggaran pendapatan, kenaikan anggaran terutama bersumber dari pendapatan transfer sebesar 34,8% (yoy). Pendapatan transfer adalah pendapatan yang didapatkan dari pemerintah pusat sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku. Secara struktur pendapatan transfer ini masih menjadi sumber pendapatan terbesar pemerintah Maluku Utara yaitu sebesar 82,6% pada APBD 2015, dikarenakan Pendapatan Asli Daerah belum dapat menjadi tonggak utama keuangan daerah mengingat belum optimalnya penyerapan pajak, masih rendahnya pendapatan perusahaan daerah, serta dampak penerapan UU Minerba pada sektor pertambangan nikel di Maluku Utara. Sementara itu, meningkatnya pendapatan transfer dipengaruhi oleh pengalihan subsidi energi pada APBN 2015 pada dana untuk pembangunan daerah serta fokus pembangunan pemerintah pusat terhadap daerah di kawasan Indonesia Timur.
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
Grafik 2.1 Perubahan Struktur APBD Akun Pendapatan Tahun 2014 dan 2015
32
KEUANGAN PEMERINTAH Kenaikan juga terjadi pada anggaran belanja seiring adanya kenaikan pada anggaran pendapatan. Kenaikan terbesar terdapat pada belanja modal yaitu sebesar 16,0% (yoy). Kenaikan pada nominal belanja modal tersebut menjadi harapan meningkatnya pembangunan sarana publik/infrastruktur pada triwulan mendatang. Secara struktural, pangsa dari anggaran belanja tidak mengalami banyak perubahan. Meskipun mengalami penurunan, belanja operasional masih mendominasi struktur belanja dengan pangsa sebesar 67,6%.
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
Grafik 2.2 Perubahan Struktur APBD Akun Belanja Tahun 2014 dan 2015
2.2 Realisasi Pendapatan APBD Jumlah total realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Maluku Utara, hingga akhir triwulan III-2015 mencapai Rp1.298,56 miliar, atau 71,04% dari total target anggaran pendapatan 2015 yang sebesar Rp1.827,93 miliar, atau masih di bawah target per triwulan III sebesar 75%. Pencapaian tersebut meningkat apabila dibandingkan dengan realisasi pendapatan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 70,34%. Secara nominal, realisasi pendapatan tersebut juga meningkat sebesar 6,24% (yoy). Berdasarkan komponen pembentuknya, realisasi tertinggi pendapatan Pemerintah Provinsi Maluku Utara berasal dari komponen Transfer Pemerintah Pusat-Dana Alokasi Umum sebesar 61,29%, diikuti Dana Penyesuaian yang menyumbang sebesar 13,34% dari total pendapatan. Dengan demikian, pendapatan Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan Kota di Maluku Utara sebagian besar bukan berasal dari pendapatan dari daerah itu sendiri, melainkan bergantung pada dana perimbangan.
KEUANGAN PEMERINTAH Meski secara umum realisasi seluruh komponen pendapatan pada triwulan III tahun 2015 lebih tinggi dibandingkan dengan dengan tahun sebelumnya, realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pendapatan Lain-lain mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2014.
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
Tabel 2.1 Realisasi Pendapatan APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan III-2015 – data per 30 September 2015 (dalam rupiah)
Realisasi PAD hingga akhir semester III-2015 baru mencapai 40,32%, lebih rendah dari realisasi pada tahun 2014 yang sudah mencapai 56,11%. Kondisi tersebut ditengarai disebabkan oleh perusahaan tambang nikel masih beroperasi terbatas sembari menunggu selesainya pembangunan smelter. Lesunya aktivitas perusahaan tambang ini diikuti dengan berhentinya perusahaan-perusahaan pendukung sektor pertambangan seperti jasa sewa alat berat, jasa angkut, jasa pengiriman, jasa restoran dan akomodasi, serta perusahaan pendukung lainnya. Perusahaan-perusahaan tersebut selama ini menjadi lumbung PAD Maluku Utara melalui pajak maupun retribusi daerah. Sementara itu, berkat komitmen yang tinggi dari pemerintah pusat, realisasi komponen pendapatan transfer menunjukkan kinerja yang lebih tinggi. Komponen pendapatan yang menguasai 82,57% dari keseluruhan anggaran pendapatan ini, mencatatkan realisasi sebesar 76,73%, lebih tinggi dari pencapaian pada periode yang sama di tahun 2014 sebesar 75,77%. Secara nominal realisasi pendapatan transfer meningkat 28,74% (yoy).
34
KEUANGAN PEMERINTAH
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
Grafik 2.3 Perbandingan Sisi Pendapatan Realisasi APBD Triwulan III-2014 dan Triwulan III-2015
2.3 Realisasi Belanja APBD Total realisasi belanja daerah sampai dengan akhir triwulan III-2015 mencapai Rp1.068,94 miliar atau 58,59% dari total anggaran belanja sebesar 1.824,43 miliar. Jumlah realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan realisasi belanja pada periode yang sama di tahun 2014 sebesar 60,72%. Namun demikian, secara nominal realisasi belanja hingga akhir triwulan laporan masih meningkat tipis sebesar 0,06% (yoy). Berdasarkan pangsanya, penyumbang tertinggi belanja daerah berasal dari komponen belanja pegawai dengan pangsa 29,79% dari keseluruhan realisasi belanja triwulan III-2015. Kemudian disusul dengan komponen Belanja Barang dengan pangsa sebesar 20,95% terhadap total realisasi triwulan III-2015. Rendahnya realisasi belanja daerah pada triwulan III-2015 terutama dipengaruhi oleh komponen Belanja Modal. Hingga akhir triwulan laporan, realisasi komponen tersebut baru mencapai 34,27% dari yang dianggarkan, jauh lebih rendah dibandingkan pencapaian pada periode yang sama di tahun sebelumnya yakni mencapai 57,65%. Secara nominal, realisasi belanja modal hingga akhir triwulan laporan turun 60,20% (yoy). Rendahnya realisasi Belanja Modal pada triwulan III-2015 adalah imbas lanjutan dari keterlambatan pengesahan APBD 2015 yang baru terlaksana pada akhir Februari 2015. Kondisi ini berdampak pada terlambatnya
KEUANGAN PEMERINTAH dropping dana ke SKPD-SKPD serta pemerintah kabupaten kota. Akibat keterlambatan dropping, keseluruhan proses lelang juga mengalami kemunduran..
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
Grafik 2.4 Perbandingan Sisi Realisasi APBD Triwulan III 2014 dan Triwulan III 2015
Di lain sisi, realisasi komponen belanja operasi sudah mencapai 64,99% dari anggaran. Pencapaian ini lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2014 yang realisasinya baru mencapai 61,65%. Meningkatnya aktivitas Pemda, pencairan THR, serta persiapan kampanye pilkada kabupaten/kota menjadi akselerator realisasi komponen ini.
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
Tabel 2.2 Realisasi Belanja APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan III-2015 (dalam rupiah) – data per 30 September 2015
36
KEUANGAN PEMERINTAH 2.4 Rekening Pemerintah Dana pemerintah daerah yang tersimpan di perbankan hingga akhir triwulan III-2015 tercatat sebesar Rp. 1,08 triliun. Sesuai dengan siklusnya jumlah tersebut turun 3,13% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya seiring meningkatnya realisasi belanja pemerintah daerah. Secara
tahunan,
dana
milik
pemerintah
daerah
tersebut
tumbuh
29,67
% (yoy) sedikit lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 31,63% (yoy). Kondisi ini disebabkan adanya pergeseran puncak realisasi anggaran pemerintah provinsi Maluku Utara yang pada tahun ini benar-benar terpusat pada triwulan III-2015 pasca keterlambatan pengesahan APBD Provinsi Maluku Utara. Dana Pemda yang tersimpan dalam bentuk giro tercatat turun 7,37% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya masih tumbuh positif sebesar 9,08% (yoy). Sementara itu, simpanan likuid lainnya yakni tabungan tercatat tumbuh melambat dari 130,92% (yoy) menjadi 118,83% (yoy) Selain tingginya realisasi anggaran pada triwulan laporan, penurunan juga ditengarai karena adanya shifting penempatan dana Pemda di perbankan ke dalam bentuk deposito. Bunga deposito yang lebih tinggi diharapkan menjadi salah satu alternatif pendapatan daerah lainnya. Hal ini terindikasi dari terus meningkatnya pertumbuhan dana milik Pemda yang disimpan dalam bentuk deposito. Pada triwulan III-2015, deposito milik Pemda mencapai Rp 313,5 miliar atau tumbuh 268% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan II-2015 sebesar 265% (yoy)
Sumber : Data Perbankan
Grafik 2.5 Perkembangan APBD Maluku Utara (dalam juta rupiah)
KEUANGAN PEMERINTAH
38
Inflasi Yoy Tw III
6,60% “Tekanan Inflasi pada triwulan III 2015 menurun”
Inflasi Qtq Tw III
Laju kenaikan harga barang dan jasa secara tahunan di Provinsi Maluku Utara pada triwulan III 2015 tercatat sebesar 6,60% (yoy), lebih
rendah
dibandingkan
inflasi
triwulan
0,86%
sebelumnya sebesar 8,22% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,40% (yoy).
Secara bulanan, selama triwulan kedua Provinsi Maluku Utara mengalami dua kali inflasi yang cukup tinggi yaitu sebesar 0,90% (mtm), 1,56% (mtm) dan menutup triwulan III dengan deflasi sebesar 1,58%.
3
INFLASI
39
INFLASI 2.1 Kondisi Umum Laju kenaikan harga barang dan jasa secara tahunan di Provinsi Maluku Utara yang direpresentasikan oleh Kota Ternate pada triwulan III 2015 tercatat sebesar 6,60% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 8,22% (yoy). Sementara inflasi tahun kalender Kota Ternate mencatat angka sebesar 1,99% (ytd). Pencapaian tersebut juga lebih baik dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 2,70% (ytd). Adapun angka inflasi tahunan Kota Ternate triwulan III 2015 ini lebih rendah dibandingkan dengan angka inflasi Nasional sebesar 6,83% (yoy). Secara bulanan, selama awal triwulan ketiga Provinsi Maluku Utara mengalami dua kali inflasi berturut-turut yaitu sebesar 0,90% (mtm), 1,56% (mtm) dan menutup triwulan III dengan deflasi sebesar 1,58%. Sehingga dengan adanya inflasi bulanan dan deflasi, hingga akhir triwulan III-2015, Maluku Utara mengalami inflasi sebesar 1,99% (ytd). Inflasi kalender Malut tersebut menempati posisi ke-40 daerah inflasi tertinggi pada skala Nasional, dimana angka ini lebih rendah dibandingkan inflasi tahun kalender Nasional sebesar 2,24% (ytd).
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 3.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate & Nasional
Turunnya tekanan inflasi pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya disebabkan oleh penurunan harga pada hampir seluruh kelompok penyumbang inflasi, terutama kelompok bahan makanan dan sandang. Berakhirnya siklus puasa dan hari raya Idul Fitri yang lebih awal pada tahun ini serta dukungan pasokan yang relatif lebih stabil selama triwulan III-
40
INFLASI 2015 (relatif dibandingkan triwulan III-2014) menjadi faktor utama penurunan tekanan inflasi pada komoditas yang terkait dengan bahan makanan khususnya bumbu-bumbuan dan ikan segar. Dengan demikian, inflasi volatile foods pada triwulan laporan tercatat sebesar 4,69% (yoy) lebih rendah dari triwulan II 2015 yang mencapai 7,97% (yoy) Sementara itu beberapa tarif yang tergolong dalam administered prices juga tercatat turun seperti tarif listrik dan tarif angkutan. Masih rendahnya harga minyak dunia yang menjaga harga bahan bakar bersubsidi serta menurunkan tarif listrik memberikan kontribusi pada meredanya tekanan pada inflasi administered prices menjadi 12,02% (yoy) dari 15,10% (yoy) pada triwulan sebelumnya Di lain sisi, inflasi inti yang tercatat 5,44% (yoy), mengalami penurunan tekanan yang lebih sedikit dibandingkan kelompok lainnya. Meskipun konsumsi masyarakat kembali normal setelah siklus bulan Ramadhan, peningkatan nilai mata uang asing masih berdampak pada kenaikan harga beberapa barang impor serta penyesuaian ongkos produksi beberapa produk manufaktur.
Tw III 2014 YtD
2014 YoY
UMUM Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Tabel 3.1 Statistik Inflasi Per Kelompok
Tw II 2015 YoY
Tw III 2015 YoY
Tw III 2015 YtD
Tw III 2015 QTQ
INFLASI 3.2 Perkembangan Inflasi Kota Ternate 3.2.1 Inflasi Tahunan (yoy) Inflasi tahunan Provinsi Maluku Utara pada triwulan laporan mereda dari 8,22% (yoy) pada triwulan sebelumnya, menjadi 6,60% (yoy). Turunnya tekanan inflasi terutama disebabkan oleh menurunnya inflasi kebutuhan primer yaitu komoditas yang termasuk dalam kelompok bahan makanan dan sandang yang mencatat inflasi tahunan yang lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Kelompok Barang dan Jasa
II
2014 III
IV
I
2015
II
III
Andil
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah
Tabel 3.2 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Berdasarkan disagregasinya, penurunan tekanan inflasi disumbang oleh ketiga kelompok inflasi, dengan penurunan tekanan terbesar adalah pada kelompok volatile foods. Hal tersebut serupa dengan kelompok komoditas kontributor penurunan tekanan inflasi yaitu bahan makanan. Kelompok administered prices juga menunjukkan penurunan inflasi tahunan (year on year) yang cukup siginifikan, sehingga inflasi administered prices memperlihatkan angka yang cukup kontras dibandingkan dengan beberapa bulan sebelumnya.
Grafik 3.2 Disagregasi Inflasi Maluku Utara
42
INFLASI Penurunan tekanan inflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan terutama terjadi pada subkelompok buah-buahan, bumbu dan kacang-kacangan. Sayuran pelengkap makanan seperti tomat, wortel dan ketimun mengalami penurunan tekanan inflasi dibandingkan triwulan lalu. Hal ini salah satunya didukung oleh ketersediaan sayuran dari dalam propinsi dapat terjaga dengan pasokan yang mencukupi. Kondisi ini berbeda dengan daerah lain di wilayah Indonesia yang dilanda oleh fenomena El-Nino sehingga mengalami kekeringan pada sebagian lahan pertaniannya.
Melimpahnya pasokan juga terkonfirmasi dari lonjakan jumlah sayuran dan
bumbu-bumbuan seperti cabai dan tomat yang diekspor ke luar Malut pada bulan September yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu. Serupa dengan bahan makanan, kelompok sandang juga menunjukkan pelemahan tekanan inflasi, khususnya pada komoditas yang terkait dengan sandang pria seperti kemeja, sandal dan lainnya yang sebagian besar merupakan barang impor. Adapun meredanya tekanan inflasi pada kedua kelompok ini dikarenakan berakhirnya bulan Ramadhan yang jatuh pada triwulan lalu sehingga permintaan pada kedua kelompok tersebut berangsur menurun.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 3.3 Andil Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Komoditas
INFLASI Barang & Jasa Inflasi
Andil
Barang & Jasa Inflasi
Andil
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah
Tabel 3.3 Andil Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Sub Kelompok Barang dan Jasa
3.2.2 Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi triwulan laporan menunjukkan inflasi sebesar 0,86% (qtq) jauh lebih rendah dibandingkan triwulan II-2015 yang mengalami inflasi sebesar 2,17% (qtq). Tingkat inflasi ini jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi triwulanan Kota Ternate selama tiga tahun terakhir yang sebesar 1,81% (qtq). Siklus inflasi triwulanan pada periode ini mengalami siklus yang normal sesuai dengan siklus konsumsi paska hari raya. Penurunan tekanan inflasi terutama disebabkan oleh turunnya inflasi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan
dan
kelompok
bahan
makanan.
Sementara
penyebab
inflasi
triwulanan
disumbangkan tertinggi oleh inflasi pada kelompok pendidikan rekreasi dan olahraga.
Kelompok Barang dan Jasa
2014 I
II
2015 III
IV
I
II
III
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah
Tabel 3.4 Laju Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
44
Andil
INFLASI Penurunan tekanan inflasi triwulanan yang drastis juga terjadi pada kelompok sandang dan pangan, yang pada triwulan lalu mencatat lonjakan inflasi yang cukup signifikan akibat tingginya permintaan pada pra dan saat bulan Ramadhan. Tingkat konsumsi yang cukup besar pada triwulan lalu, mendeselerasi intensitas konsumsi masyarakat pada triwulan ini khususnya barang yang tidak habis konsumsi seperti pakaian sehingga memperkecil tekanan inflasi kelompok sandang pada triwulan ini. Di lain sisi, inflasi pada triwulan ini sebagian besar disumbang oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang juga mengalami peningkatan tekanan inflasi triwulanan. Peningkatan harga rokok, beberapa jenis minuman seperti teh, dan beberapa jenis makanan jadi disebabkan oleh meningkatnya permintaan selama bulan September 2015 untuk keperluan syukuran keberangkatan calon jamaah haji. Selain itu, penyumbang inflasi triwulanan pada periode laporan juga datang dari kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yang mengalami lonjakan inflasi triwulanan yang cukup signifikan. Kondisi ini terjadi seiring dengan faktor musiman tahun ajaran baru yang jatuh pada triwulan laporan, atau tepatnya sekitar bulan Juli-Agustus, sehingga terjadi penyesuaian biaya pendidikan. Hal ini terkonfimasi dari inflasi pada subkelompok
pendidikan yang
mengalami inflasi sebesar 7,19% (qtq), dimana diantaranya terdiri atas kenaikan biaya sekolah untuk seluruh tingkatan sekolah dari kelompok bermain hingga perguruan tinggi dengan kenaikan berkisar antara 0,24% - 23,53%.
3.2.3 Inflasi Bulanan (mtm) Laju inflasi bulanan (mtm) kota Ternate pada triwulan III 2015 mengalami tren yang fluktuatif, dimana pada bulan Juli 2015, Kota Ternate mengalami inflasi sebesar 0,90% (mtm), kemudian pada bulan Agustus 2015 kembali terjadi inflasi sebesar 1,56% (mtm) dan kemudian triwulan III ditutup dengan deflasi yang cukup dalam yaitu sebesar deflasi 1,58% (mtm). Pola inflasi nasional memiliki pola yang searah dengan inflasi Kota Ternate, dimana baik Kota Ternate maupun inflasi nasional mengalami dua kali kenaikan dan kemudian ditakhiri dengan penurunan level inflasi. Kendati selama dua bulan terakhir Kota Ternate memiliki inflasi bulanan yang lebih tinggi dibandingkan kondisi inflasi di level Nasional dengan gap yang cukup
INFLASI besar, deflasi pada akhir triwulan III Kota Ternate lebih dalam dibandingkan nasional yang mencatat deflasi sebesar 0,05%.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 3.4 Laju Inflasi Bulanan (mtm) Kota Ternate, Sulampua & Nasional
Bahan makanan khususnya ikan dan beras masih mendominasi karakteristik inflasi ketiga bulan tersebut. Penyumbang inflasi seperti komoditas ikan cakalang, daging ayam dan beras beberapa kali ditemukan sebagai faktor penyebab inflasi pada triwulan ini meskipun bukan menjadi penyumbang inflasi yang utama. Sementara itu, penyebab inflasi bulanan yang utama masih berkaitan dengan faktor musiman. Pada bulan Juli 2015, masih dalam periode hari raya Idul Fitri, perusahaan maskapai memanfaatkan tingginya permintaan pada momentum ‘arus balik’ dengan peningkatan tarif, sehingga peringkat pertama andil inflasi bulan Juli ditempati oleh tarif angkutan udara. Selain itu tingginya permintaan rokok seiring seremoni pra keberangkatan haji yang berlaku dimasyarakat Maluku Utara menjadikan rokok putih maupun kretek sebagai komoditas penyumbang inflasi bulanan. Komoditas tersebut disusul dengan kenaikan harga ikan cakalang akibat cuaca yang kurang kondusif. Selama triwulan III-2015, inflasi bulanan tertinggi terjadi pada bulan Agustus 2015 yakni 1,58% (mtm). Inflasi pada bulan ini terkonsentrasi pada komoditas ikan. Kenaikan harga ikan segar pada bulan Agustus 2015 cukup fantastis dimana hampir seluruh jenis ikan tangkapan laut mencapai kenaikan pada kisaran 10 hingga 40 persen. Pada minggu pertama hingga minggu ketiga di bulan Agustus tercatat adanya gelombang laut yang relatif tinggi sehingga aktivitas nelayan untuk melaut relatif berkurang. Kelangkaan pasokan langsung terlihat di sentra
46
INFLASI perdagangan ikan pada awal bulan Agustus. Dari sisi permintaan, adanya syukuran wisuda 2 universitas serta syukuran keberangkatan calon jamaah haji meningkatkan intensitas permintaan untuk komoditas ikan segar yang menjadi komoditas pangan favorit warga Maluku Utara. Kondisi tersebut mengantarkan jenis ikan konsumsi utama masyarakat Malut yaitu cakalang, malalugis serta selar/tude menempati tiga posisi inflasi teratas pada bulan Agustus. Selain ikan, komoditas substitusinya seperti daging ayam juga mengalami kenaikan IHK hingga 22,32% (mtm). Kenaikan harga daging ayam ras disebabkan oleh kurangnya pasokan komoditas tersebut dari Pulau Jawa. Pada bulan Agustus 2015 sempat terjadi pemogokan pedagang ayam di area Jawa akibat tingginya harga ayam ras seiring meningkatnya harga DOC, pakan ternak, dan vaksin ayam. Kemudian pada bulan September 2015, kontras dengan bulan sebelumnya, tekanan deflasi mengembalikan sejumlah komoditas yang pada bulan sebelumnya mengalami inflasi contohnya komoditas perikanan. Bahkan, ketiga komoditas penyumbang inflasi teratas bulan lalu kini mencatat deflasi paling dalam yang antara lain adalah cakalang, malalugis, selar. Selain disebabkan oleh produksi tangkapan ikan yang tinggi pada bulan ini, kondisi ini disinyalir terjadi sebagai implikasi mekanisme pasar dimana permintaan berkurang seiring harga yang terus melonjak pada bulan sebelumnya, sehingga penjual harus menekan harga ke bawah.
AGUSTUS
JULI No. 1 2 3 4 5
Komoditas Angkutan Udara Rokok Putih Rokok Kretek Filter Cakalang/Sisik Cakalang Asap
Andil mtm 0,27% 0,12% 0,11% 0,08% 0,06%
No. 1 2 3 4 5
Komoditas Cakalang/Sisik Malalugis/Sohiri Selar/Tude Pasir Daging Ayam Ras
SEPTEMBER Andil mtm 0,53% 0,31% 0,24% 0,14% 0,12%
No. 1 2 3 4 5
Komoditas Cakalang/Sisik Malalugis/Sohiri Selar/Tude Angkutan Udara Tongkol/Ambu-Ambu
Andil mtm -0.81% -0.30% -0.25% -0.23% -0.08%
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Tabel 3.5 Komoditas Pendorong & Penahan Laju Inflasi Bulanan (MTM) Kota Ternate
3.3 Faktor-faktor Penggerak Inflasi Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan inflasi secara tahunan melemah baik pada kelompok administered prices dan volatile foods, serta core inflation. Kendati masih relatif stabil dan terjaga, beberapa gejolak masih terjadi secara signifikan pada masing-masing kelompok inflasi.
INFLASI 3.3.1 Faktor Fundamental Core inflation Tekanan inflasi inti (core inflation) tahunan pada triwulan III 2015 turun dari 6,05% (yoy) menjadi 5,44% (yoy). Penurunan tekanan terutama terjadi komoditas kelombok makanan jadi dan kelompok sandang. Turunnya tekanan inflasi inti disebabkan oleh menghilangnya efek penyesuaian harga produk makanan jadi dan kelompok sandang yang sempat mengalami kenaikan akibat efek kenaikan tarif listrik berkala di tahun 2014. Penurunan tekanan inflasi inti juga dipengaruhi oleh turunnya harga komoditas emas perhiasan. Hal ini terindikasi dari harga emas dunia yang mengalami penurunan lebih dalam dibandingkan dengan penurunan triwulan sebelumnya, yaitu turun sebesar 9,93% (yoy) pada triwulan ini.
Sumber : World Bank
Grafik 3.6 Pergerakan Harga Emas Internasional
Meskipun mengalami penurunan tekanan, penurunan inflasi inti tidak sebesar kelompok lainnya. Hal ini disebabkan oleh nilai mata uang asing yang semakin melambung pada triwulan ini dan terus memberikan tekanan pada inflasi inti. Industri yang menggunakan bahan baku impor serta sektor perdagangan yang menjual barang-barang impor seperti elektronik dan perlengkapan rumah tangga beberapa kali menyesuaikan harga setelah kenaikan harga bahan baku mengikis margin keuntungan. Selama triwulan laporan, Dollar Amerika terus mengalami apresiasi. Pada akhir Tw III-2015, Nilai Rupiah terhadap dolar Amerika (kurs jual) tercatat
48
INFLASI sebesar Rp.14.657 atau terapresiasi signifikan sebesar 20,62% (yoy) dibandingkan rata-rata pada periode yang sama, dimana nilai tukar pada triwulan sebelumnya sebesar Rp.13.399,
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.5 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika
3.3.2 Non Fundamental Volatile foods Tekanan inflasi yang dialami kelompok volatile foods pada triwulan laporan mengalami retardasi dari 7,97% (yoy) pada triwulan II menjadi 4,69% (yoy) pada triwulan ini. Berkurangnya tekanan inflasi volatile food disebabkan oleh terjaganya pasokan buah-buahan dan bumbubumbuan seiring meningkatnya panen di sentra produksi dalam provinsi. Kedua subkelompok ini mengalami deflasi sebesar 1,37% (yoy) dan 0,66% (yoy). Deflasi juga tercatat terjadi pada subkelompok kacang-kacangan, serta lemak dan minyak seiring dengan lancarnya pasokan dari Manado dan Surabaya.. Subkelompok ikan segar yang menjadi salah satu penyumbang terbesar pada meredanya tekanan inflasi volatile foods year on year pada triwulan laporan seiring meningkatnya stok pada kelompok komoditas ikan segar yang merupakan makanan favorit warga Maluku Utara. Berdasarkan data PIPP yang mewakili hasil tangkapan nelayan, hasil tangkapan ikan pada triwulan III 2015 dilaporkan mencapai 2.167 ton dengan pertumbuhan
INFLASI 13,73% (yoy), jauh meningkat dibandingkan tangkapan triwulan sebelumnya sebesar 1.754 ton dengan pertumbuhan negatif 4,52% (yoy).
Sumber: PPN Kota Ternate, diolah
Grafik 3.7 Nilai Ikan Tangkap
Sumber: PPN Kota Ternate, diolah
Grafik 3.8 Volume Ikan Tangkap
Administered prices Inflasi yang dialami oleh kelompok administered prices pada akhir triwulan III 2015 tercatat melemah dari 15,10% (yoy) menjadi 12,02% (yoy). Penurunan tekanan inflasi terjadi pada beberapa subkelompok terutama subkelompok transport serta subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air. Pada subkelompok transpor, turunya beberapa tarif angkutan terutama angkutan udara disebabkan oleh berakhirnya peak season akibat hari raya Idul Fitri dan keberangkatan jamaah haji yang bergeser ke depan (Juli-Agustus 2015). Dengan perkembangan tersebut serta stabilnya harga avtur seiring melemahnya harga minyak dunia, tarif angkutan udara yang mencatat deflasi sebesar 20,37% (yoy). Bukan hanya angkutan udara, sarana transportasi jarak jauh yang biasa digunakan masyarakat untuk mobilitas selama lebaran seperti angkutan laut juga mengalami penurunan tarif. Sementara itu, implikasi kebijakan pemerintah juga efektif pada turunnya subkelompok pada bahan bakar, penerangan dan air. Tarif PLN nonsubsidi (golongan R2, R3, B2, B3, I3, dan I4) diturunkan seiring turunnya harga minyak mentah Indonesia. Dengan adanya penurunan
50
INFLASI tersebut inflasi tahunan pada tarif listrik tercatat sebesar 14,33% (yoy), turun dari triwulan sebelumnya yang mencatat inflasi sebesar 24,44% (yoy).
Sumber: Pertamina, diolah
Grafik 3.9 Pergerakan harga Premium dan Solar
Sementara itu BBM bersubsidi yang selama ini menjadi penyumbang inflasi terbesar di Maluku Utara terpantau stabil. Belum ada isu terkait kenaikan harga bahan bakar seiring turunnya harga minyak mentah dunia. Ketersediaan bahan bakar di Maluku Utara juga terpantau relatif stabil dan tidak menunjukkan adanya kelangkaan, sehingga tarif angkutan dalam kota serta barang substitusinya terpantau masih di dalam range yang terjaga.
3.4 Koordinasi Pengendalian Inflasi di Maluku Utara Selama triwulan III 2015, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Maluku Utara dan TPID Kota Ternate telah melakukan 2 kali rapat koordinasi (high level meeting). Selain untuk melakukan evaluasi terhadap kondisi stok pangan strategis, rapat juga dilaksanakan untuk merumuskan program-program TPID triwulan IV 2015 serta program TPID provinsi Maluku Utara dalam rangka menjaga stabilitas inflasi dalam jangka menengah – panjang.
INFLASI No
Koordinator
Kegiatan
1
TPID Provinsi Maluku Utara
High Level Meeting PIHPS dan perumusan strategi pengendalian inflasi Maluku Utara Jangka Menengah Panjang
2
TPID Kota Ternate
High Level Meeting evaluasi inflasi 2015 dan perumusan langkah pengendalian inflasi triwulan IV-2015
3
Pokjanas TPID
Rakornas TPID
Tabel 3.6 Program Pengendalian Inflasi Puasa – Idul Fitri TPID Provinsi Maluku Utara dan Kota Ternate
Strategi sosialisasi peran TPID yang telah dilaksanakan TPID Provinsi Maluku Utara melalui roadshow ke berbagai kabupaten kota di Maluku Utara telah mendapat tanggapan positif. Saat ini, TPID Kota Tidore Kepulauan dan TPID Halmahera Timur telah resmi terbentuk. Sementara itu dalam rangka meningkatkan koordinasi pemerintah kota Ternate dengan pemerintah provinsi Jawa Timur untuk menjaga ketersediaan suplai dari Jawa Timur ke Ternate, pada bulan Oktober akan dilakukan pertemuan delegasi dagang antara kedua pemda. Pertemuan tersebut diikuti dengan pembentukan atase perdagangan Jawa Timur di Kota Ternate.
52
“Kinerja positif sektor perbankan & kenaikan transaksi tunai serta RTGS seiring meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi”
Secara umum kinerja perbankan di Maluku Utara pada triwulan
III-2015
menunjukkan
kinerja
yang
Pertumbuhan DPKYoy Tw III
16,97%
positif
khususnya pada perkembangan volume usaha dan
penghimpunan dana. Fungsi intermediasi perbankan juga
Penyaluran kredit Yoy Tw III
tercatat masih berada pada level yang tinggi.
Dari sisi stabilitas sistem keuangan, ketahanan sektor
11,88%
korporasi maupun rumah tangga masih relatif baik yang terindikasi dari rasio NPL yang berada pada level yang rendah dan cenderung mengalami penurunan.
4
KINERJA PERBANKAN & PEKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
“Pantai Sulamadaha, Ternate” Courtesy : jalan2.com
53
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
4.1 Kinerja Perbankan 4.1.1 Perkembangan Aset Perbankan Total aset bank umum di Provinsi Maluku Utara pada triwulan III-2015 tercatat sebesar Rp7,73 triliun, meningkat 3,89% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Secara tahunan, aset tumbuh sebesar 14,32% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,16% (yoy). Kondisi ini seiring dengan meningkatnya pertumbuhan DPK, turunnya NPL dan pengembangan jaringan kantor bank milik pemerintah.
AKTIVA PERBANKAN
9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0
7,439.76
7,728.84
35% 30% 25% 20% 15%
14.32%10%
13.16%
5%
0% 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
1
2014
Sumber: LBU diolah
2
3
4
5
6
7
8
9
2015 AKTIVA
yoy
Grafik 4.1 Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara (miliar rupiah)
Dari segi kepemilikan, peningkatan pertumbuhan terutama dipengaruhi oleh ekspansi bank milik pemerintah. Kelompok bank “pelat merah” ini tercatat tumbuh 15,26% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 12,73% (yoy). Sementara itu, bank milik swasta tercatat tumbuh 6,59% (yoy) sedikit lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 6,79% (yoy). Berdasarkan jenis operasinya, perbankan konvensional tercatat lebih agresif dalam melakukan ekspansi. Aset perbankan konvensional tercatat tumbuh meningkat dari 11,98%
54
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN (yoy) menjadi 14,21% (yoy). Sementara itu, perbankan syariah tumbuh melambat dari 9,91% (yoy) menjadi 9,78% (yoy).
4.1.2 Intermediasi Perbankan Jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh perbankan di Maluku Utara pada triwulan III-2015 mencapai Rp 6,52 triliun, meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 8,59% (qtq).
Secara
tahunan,
pertumbuhan
DPK
mencapai
16,97%
(yoy),
meningkat
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2015 yang pertumbuhannya sebesar 16,44 % (yoy).
DPK PERBANKAN
Rp Miliar
7,000
35%
6,000
30%
5,000
25%
4,000
20%
3,000
15%
2,000
10%
1,000
5%
0
0% 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
2014 Giro
5
6
7
8
9
2015 Tabungan
Deposito
gDPK_yoy-RHS
Sumber : LBU, diolah
Grafik 4.2 Perkembangan DPK (miliar rupiah)
Peningkatan pertumbuhan terutama terjadi pada jenis simpanan tabungan. Pada triwulan laporan, jumlah simpanan dalam bentuk tabungan tercatat sebesar Rp3,37 triliun atau tumbuh meningkat dari 8,94% (yoy) menjadi 14,04% (yoy). Akselerasi terutama terjadi pada simpanan milik perseorangan yang tumbuh sebesar 8,53% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 3,63% (yoy). Sementara itu, simpanan dalam bentuk deposito pada akhir triwulan laporan mencapai Rp1,44 triliun, meningkat sebesar 8,57% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN tahunan, deposito tumbuh sebesar 32,56% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 29,36% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan deposito pada triwulan laporan disumbang oleh peningkatan deposito yang disimpan para pelaku usaha swasta. Deposito milik swata non lembaga keuangan tercatat tumbuh 193,23% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 99,74% (yoy). Kondisi ini dapat menjadi indikasi bahwa pendapatan para pelaku usaha swasta meningkat sehingga dapat menyimpan deposito dalam jumlah yang lebih besar. Sementara itu, deposito milik Pemda juga tercatat tumbuh meningkat dari 265,55% (yoy) menjadi 267,67% (yoy). Bunga deposito yang relatif tinggi menyebabkan adanya fenomena shifting penempatan dana pemerintah dari giro menjadi deposito dalam rangka mendapatkan tambahan pendapatan daerah. Di lain sisi, simpanan giro tercatat tumbuh melambat. Pada akhir triwulan laporan jumlah simpanan giro di perbankan Maluku Utara mencapai Rp1,70 triliun, tumbuh melambat dari 21,69% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 11,54% (yoy). Perlambatan dipengaruhi oleh meningkatnya realisasi anggaran belanja pemerintah di tengah melambatnya realisasi pendapatan pemerintah. Giro milik Pemda tercatat mengalami kontraksi sebesar 7,37% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya masih tumbuh positif sebesar 9,08% (yoy). Melambatnya giro juga dipicu oleh meningkatnya penggunaan dana milik sendiri oleh berbagai perusahaan swasta. Giro milik sektor swasta tercatat tumbuh melambat dari 39,46% (yoy) menjadi 29,52% (yoy). Dari sisi penyaluran dana, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan di Maluku Utara pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp5,52 triliun atau meningkat 1,77% (qtq). Secara tahunan, penyaluran kredit tumbuh 11,88% (yoy), sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,63% (yoy). Pelambatan laju penyaluran kredit terutama dipengaruhi oleh kredit kredit modal kerja yang tumbuh 10,83% (yoy) pada triwulan laporan lebih rendah dari pertumbuhan triwulan II2015 sebesar 15,37% (yoy) pada triwulan II-2015. Kredit modal kerja yang disalurkan ke sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan tercatat tumbuh melambat seiring dengan lesunya kinerja pada kedua sektor ini selama triwulan laporan. Adanya El Nino, ancaman gelombang tinggi pada akhir tahun, serta harga komoditas di pasar internasional yang belum mengalami kenaikan yang signifikan menyebabkan ekspektasi pelaku usaha di sektor perdagangan cenderung turun sehingga mempengaruhi permintaan terhadap kredit. Hal ini terkonfirmasi dari hasil SKDU di mana ekspektasi kinerja sektor perdagangan sedikit mengalami penurunan dari 12,01% menjadi 11,34%. Di lain sisi, berakhirnya masa panen komoditas perkebunan serta
56
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN faktor El nino menyebabkan pasokan bahan baku komoditas industri pengolahan di Maluku Utara juga terbatas. Hal ini menyebabkan ruang ekspansi produksi menjadi terbatas dan suntikan kredit modal kerja menjadi suatu keperluan yang sangat sekunder. Sementara itu, kredit produktif lainnya yakni kredit investasi pada triwulan laporan masih mengalami penurunan sebesar 3,61% (yoy) namun tidak sedalam penurunan pada triwulan sebelumnya sebesar 3,61% (yoy). Adanya potensi perbaikan pertumbuhan kredit investasi terutama dipengaruhi oleh persepsi para pelaku usaha seiring meningkatnya kepastian pembangunan smelter di Maluku Utara..
Rp Miliar
PERKEMBANGAN KREDIT 6,000
25%
5,000
20%
4,000
15%
3,000 10%
2,000
5%
1,000 0
0%
1
2
3
4
5
Sumber : LBU, diolah
6
7
8
9 10 11 12 1
2
2014
Modal Kerja
3
4
5
6
7
8
9
2015 Investasi
Konsumsi
gKredit_yoy-RHS
Grafik 4.3 Perkembangan Kredit di Maluku Utara (miliar rupiah)
Di lain sisi, seiring dengan meningkatnya konsumsi rumah tangga, kredit konsumsi yang menguasai 64,51% dari total keseluruhan kredit, tercatat tumbuh 14,43% (yoy) pada triwulan laporan, lebih tinggi dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang mencapai 14,08% (yoy). Adanya momen liburan sekolah, hari raya Idul Fitri, dan Idul Adha yang kali ini seluruhnya berada pada triwulan III-2015 meningkatkan intensitas pembelian masyarakat akan berbagai barang konsumsi secara signifikan khususnya untuk kendaran bermotor dan elektronik. Kredit kendaraan bermotor tercatat tumbuh 499,56% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 447,56% (yoy). Sementara itu, kredit untuk barang elektronik tumbuh 7,71% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya hanya tumbuh 0,01% (yoy) Dengan perkembangan tersebut, peran intermediasi perbankan yang diukur melalui tingkat LDR (Loans to Deposit Ratio) masih berada di level yang tinggi yakni 84,70%.
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Tingkat LDR tersebut sedikit mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya yang mencapai 87,04%.
Rp Miliar
PERKEMBANGAN LDR 7,000
105%
6,000
100%
5,000
95%
4,000
90%
3,000
85%
2,000
80%
1,000 0
75% 1
2
3
4
5
Sumber : LBU, diolah
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
2014
DPK (Milyar Rp)
4
5
6
7
8
9
2015 Kredit (Milyar Rp)
LDR-RHS
Grafik 4.4 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara
4.1.3 Perkembangan Bank Syariah Perbankan syariah secara umum memiliki share aset sebesar 5,13% dari seluruh perbankan umum di Maluku Utara pada triwulan laporan. Kecilnya jumlah ini ditengarai karena masih kecilnya preferensi masyarakat Maluku Utara untuk menggunakan layanan bank syariah. Terbatasnya jaringan baik kantor maupun ATM juga menjadikan kelompok ini kurang dikenal masyarakat. Seiring dengan turunnya pertumbuhan pembiayaan dari bank syariah, volume usaha kelompok bank syariah juga mengalami perlambatan. Aset perbankan syariah Maluku Utara pada triwulan III-2015 tercatat sebesar Rp396,46 miliar. Secara tahunan, volume usaha perbankan syariah pada triwulan laporan tumbuh 9,17% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,78% (yoy). Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh perbankan syariah pada triwulan III-2015 tercatat Rp352,88 miliar atau meningkat 8,42% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Secara tahunan, DPK perbankan syariah tumbuh 20,22% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulanan
58
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN sebelumnya yang mencapai
17,39% (yoy). Percepatan pertumbuhan didorong oleh
meningkatnya pertumbuhan tabungan syariah. Tabungan syariah di Maluku Utara tercatat mencapai Rp224,85 miliar atau tumbuh 13,84% (yoy) pada triwulan laporan, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,03% (yoy). Intensitas pencairan tabungan kembali normal pasca berakhirnya masa liburan sekolah dan hari raya Idul Fitri di bulan Juli 2015. Di lain sisi, deposito syariah tercatat tumbuh 10,28% (yoy) lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya 24,74% (yoy). Mulai turunnya rate bagi hasil deposito syariah menyebabkan adanya shifting jenis simpanan dari deposito ke simpanan yang lebih likuid yakni tabungan. Giro syariah juga menunjukkan pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, melambat dari 21,01% (yoy) menjadi 9,42%. Selain meningkatnya realisasi dana milik pemerintah daerah, perlambatan ini juga disebabkan oleh meningkatnya penggunaan dana milik sendiri oleh BUMN, BUMD, dan perusahaan swasta.
PERKEMBANGAN BANK SYARIAH 80%
350,000
70%
300,000
60%
Rp Miliar
400,000
250,000
50%
200,000
40%
150,000
30%
100,000
20%
50,000
10%
0
0% 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
2014
5
6
7
8
9
2015
Sumber : LBU, diolah
DPK (Juta)
4
Pembiayaan (Juta)
FDR
Grafik 4.5 Perkembangan Bank Syariah
Penyaluran pembiayaan oleh bank syariah di Maluku Utara pada triwulan III-2015 tercatat sebesar Rp189,48 miliar, turun 4,09% (qtq). Secara tahunan, pembiayaan syariah turun 5,59% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya juga turun sebesar 1,39% (yoy). Perlambatan terutama dipengaruhi oleh pembiayaan investasi yang mengalami kontraksi sebesar 6,18%
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya masih tumbuh positif sebesar 15,57% (yoy). Kondisi harga komoditas yang belum membaik menyebabkan pelaku usaha di sektor perdagangan tidak mengajukan permohonan kredit untuk periode yang panjang. Di lain sisi, tingginya NPF pada pembiayaan syariah sektor perdagangan menyebabkan perbankan cenderung hati-hati dalam menyalurkan kredit jenis ini. Pada akhir triwulan III-2015 NPF sektor perdagangan di Malut mencapai 14,44%. Pembiayaan syariah produktif lainnya yakni pembiayaan modal kerja masih tumbuh positif sebesar 14,87% (yoy) namun lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 49,77% (yoy). Perlambatan ini seiring dengan melambatnya sektor pertanian dan perdagangan yang merupakan pangsa terbesar dari pembiayaan jenis ini. Sementara itu, pembiayaan konsumtif kembali mengalami penyusutan sebesar 12,20% (yoy). Penyusutan ini tidak sedalam triwulan sebelumnya yang mencapai 17,68% (yoy). Penyusutan kembali disebabkan oleh minimnya pembiayaan untuk kepemilikan rumah. Turunnya pertumbuhan pembiayaan menyebabkan peran intermediasi bank syariah yang tercermin dari angka FDR (financing to deposit ratio) mengalami penurunan. Pada triwulan laporan, FDR perbankan syariah Maluku Utara tercatat sebesar 53,70% lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 60,70%. Dari sisi risiko pembiayaan, non performing finance (NPF) mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya dari 4,51% menjadi 4,08% pada triwulan laporan. Hal ini menunjukan bahwa kualitas pembiayaan syariah mengalami perbaikan. Penurunan NPF terutama berasal dari pembiayaan konsumtif yang kualitasnya membaik seiring kondisi penerimaan masyarakat yang juga meningkat.
4.1.4 Bank Perkreditan Rakyat Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Maluku Utara pada triwulan III-2015 masih tumbuh positif namun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset BPR/S secara tahunan tumbuh 18,40% (yoy) lebih rendah dari triwulan
sebelumnya
sebesar
48,03%
(yoy)
seiring
penghimpunan dan penyaluran dana BPR/BPRS di Maluku Utara.
60
melambatnya
pertumbuhan
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
PERKEMBANGAN BPR 70,000
Rp Miliar
60,000
50,000 40,000 30,000
20,000 10,000 0 I
II
III
2013
Sumber : LBU, diolah
Aset (Juta Rp)
IV
I
II
III
IV
I
2014 DPK (Juta Rp)
II
III
2015 Kredit (Juta Rp)
Grafik 4.6 Perkembangan BPR/BPRs
DPK pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp 28,02 miliar atau tumbuh 23,70% (yoy), lebih rendah daripada triwulan sebelumnya yang tumbuh 31,32% (yoy). Pertumbuhan deposito dan tabungan pada triwulan laporan masing-masing mencapai 23,47% (yoy) dan 29,80% (yoy) lebih rendah dibandingkan pada triwulan sebelumnya yang masing-masing tercatat sebesar 37,70% (yoy) dan 46,62% (yoy). Melambatnya pertumbuhan DPK BPR/BPRS disebabkan oleh besarnya penarikan dana pada triwulan laporan seiring meningkatnya konsumsi masyarakat. Hal ini juga menjadi indikasi bahwa BPR/BPRS masih sangat tergantung pada nasabah lama sehingga pertumbuhan DPKnya sangat sensitif terhadap kondisi konsumsi masyarakat. Dari sisi penyaluran dana, pada triwulan laporan BPR/BPRS di Maluku Utara berhasil mencatatkan kredit sebesar Rp41,98 miliar atau tumbuh 32,97% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 42,83% (yoy). Sama halnya dengan bank umum, perlambatan kredit terutama terjadi untuk debitur yang beroperasi di sektor perdagangan besar dan eceran.
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN 4.2 Stabilitas Sistem Keuangan 4.2.1 Ketahanan Sektor Korporasi Daerah dan Sektor Rumah Tangga Secara umum, ketahanan sektor korporasi daerah dan sektor rumah tangga masih berada dalam kondisi yang cukup baik. Risiko kredit yang dicerminkan dengan perkembangan Non Performing Loan (NPL) pada triwulan laporan masih berada di dalam batas aman. Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian risiko kredit terindikasi mulai menurun. Rasio NPL pada triwulan laporan tercatat hanya sebesar 2,07%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,33%.
Rp . juta
PERKEMBANGAN NPL 6,000
4%
5,000
3% 3%
4,000
2%
3,000
2%
2,000
1%
1,000
1%
0
0% 1
2
3
4
5
6
Sumber : LBU, diolah
7
8
9 10 11 12 1
2
3
2014
Kredit (Milyar Rp)
4
5
6
7
8
9
2015 NPL's-RHS
Grafik 4.7 Perkembangan NPL Perbankan
Membaiknya risiko kredit berasal dari seluruh sektor baik rumah tangga maupun produktif. NPL untuk kredit ke sektor rumah tangga terjaga di level yang rendah yakni sebesar 0,61% kembali membaik dari triwulan sebelumnya yang mencapai 0,72%. Sementara itu NPL pada sektor produktif membaik dari 5,43% menjadi 4,80%. Penurunan NPL sektor rumah tangga terjadi seiring membaiknya kondisi pendapatan masyarakat khususnya pasca penyaluran THR di Bulan Juni dan Juli 2015. Penurunan NPL sektor rumah tangga terjadi pada jenis kredit multiguna dan kredit untuk kendaraan bermotor. Kredit multiguna yang menguasai 50,34% dari total NPL kredit konsumtif, rasio NPLnya turun dari 0,80% pada triwulan sebelumnya menjadi 0,56%. NPL kredit untuk kepemilikan kendaraan bermotor turun dari 0,15% menjadi 0,09%.
62
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Dari sektor produktif/korporasi, penurunan NPL terjadi pada kredit modal kerja maupun investasi. Di samping membaiknya kinerja ekonomi pada triwulan laporan, penurunan NPL tersebut adalah hasil dari strategi perbankan dalam menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit untuk sektor tertentu. NPL kredit modal kerja tercatat turun dari 4,98% menjadi 4,59%. Penurunan terutama terjadi pada sektor perdagangan, sektor pertanian, sektor perikanan, dan sektor real estate. Perbaikan NPL sektor pertanian dan perikanan adalah efek membaiknya hasil produksi kedua sektor tersebut pada triwulan II-2015. Sementara itu, seiring meningkatnya konsumsi masyarakat, kinerja pelaku usaha di sektor perdagang dan sektor real estate juga membaik. Sektor perdagangan masih mendominasi 63,57% kredit yang kualitasnya kurang baik di Maluku Utara. Seiring dengan meningkatnya konsumsi rumah tangga dan aktivitas ekspor, NPL pelaku usaha sektor perdagangan pada akhir triwulan laporan tercatat sebesar 4,72%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 5,18%. Sementara itu, rasio NPL korporasi yang masih cukup tinggi berasal dari sektor konstruksi. Terhambatnya pembangunan perumahan salah satu bank serta tunggakan pembayaran vendor pembangun proyek infrastruktur pemerintah menyebabkan NPL pada sektor konstruksi di akhir triwulan laporan masih di atas 2 digit yakni mencapai 10,69%.
4.2.2 Pengembangan Akses Keuangan Kredit UMKM yang disalurkan perbankan Malut pada triwulan laporan tercatat Rp 1,56 triliun. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 12,49% (yoy) pada triwulan III-2015 lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,10% (yoy). Peningkatan ini salah satunya dipicu oleh kebijakan perbankan yang meningkatkan target penyaluran kredit bagi debitur UMKM di tahun 2015. Kondisi tersebut tercermin dari meningkatnya jumlah debitur UMKM yang pada
triwulan laporan yang tercatat sebesar 21,24 ribu orang atau tumbuh
sebesar 6,03% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 3,67%. Seiring dengan meningkatnya kinerja ekonomi Malut, peningkatan kredit UMKM terjadi baik pada kredit modal kerja maupun kredit investasi. Kredit modal kerja yang diterima debitur UMKM pada triwulan III-2015 tumbuh sebesar 16,60% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,96% (yoy). Sementara itu, kredit investasi untuk debitur
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN UMKM setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 1,08% (yoy) pada triwulan laporan tumbuh positif sebesar 2,14% (yoy). Secara sektoral, pertumbuhan kredit pada debitur UMKM didominasi oleh Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran yang memiliki pangsa sebesar 71,99% pada triwulan laporan. Sektor tersebut tumbuh sebesar 11,51% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,66% (yoy). Sektor lainnya yang mengalami peningkatan kredit untuk debitur UMKM adalah sektor konstruksi. Seiring gencarnya pembangunan ruko dan infrastruktur lainnya di Maluku Utara kredit ke sektor konstruksi tumbuh meningkat dari 7% (yoy) menjadi 19,63% (yoy). Dari sisi kualitas kredit, NPL debitur UMKM pada triwulan laporan tercatat sebesar 5,29%, sudah membaik dari triwulan sebelumnya yang mencapai 5,77%. Sama halnya dengan kredit secara umum, perbaikan NPL terjadi pada sektor perdagangan yakni dari 4,87% menjadi 4,29%. Masih tingginya NPL kredit untuk debitur UMKM menjadi indikasi bahwa pemerintah perlu untuk membuat program-program pendampingan UMKM unggulan daerah sehingga jumlah UMKM yang bankable dan feasible semakin banyak. Adanya Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) yang dibiayai oleh Pemda juga bisa menjadi salah satu solusi dalam menciptakan UMKM berkualitas dan layak mendapat akses pembiayaan bank yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Malut secara umum.
4.3 Perkembangan Sistem Pembayaran Pada triwulan laporan, transaksi tunai yang melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara mengalami net outflow. Sementara itu, seiring meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi, transaksi non tunai nilai besar menunjukan peningkatan. Walaupun transaksi baik tunai maupun nontunai terindikasi meningkat, kualitas transaksi masih sangat terjaga dengan sedikitnya temuan uang palsu dan rendahnya rasio cek/BG kosong pada triwulan laporan
4.3.1 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai Aliran uang kartal pada triwulan III-2015 di Maluku Utara menunjukkan net outlow (uang yang keluar lebih besar daripada jumlah uang yang masuk dari khasanah Kantor
64
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara). Pada triwulan laporan, aliran uang masuk (inflow) tercatat sebesar Rp388,12 miliar, sementara aliran uang keluar (outflow) sebesar Rp831,62 miliar sehingga menghasilkan net outflow sebesar Rp443,50 miliar.
PERKEMBANGAN TRANSAKSI TUNAI 1000.00 800.00
600.00 400.00 200.00 0.00 -200.00
-400.00 -600.00 I RP Miliar
II
III
IV
I
2012
II
III
IV
I
2013 Inflow
II
III
IV
I
2014 Outflow
II
III
2015 Netflow
Sumber: Unit Operasional Kas KPw BI Maluku Utara Grafik 4.8 Perkembangan Transaksi Tunai di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Malut
Seiring dengan meningkatnya kinerja perekonomian triwulan III-2015, volume transaksi tunai di Maluku Utara terindikasi meningkat. Jumlah uang masuk (inflow) meningkat 21,63% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya turun 10,68% (yoy). Sementara itu, jumlah uang keluar (outflow) meningkat hingga 64,79% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 24,39% (yoy). Adapun net outflow pada triwulan III-2015 tercatat mengalami peningkatan sebesar 48,07% (yoy).
Sumber: Unit Operasional Kas KPw BI Maluku Utara Grafik 4.9 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Agar uang tunai yang layak edar selalu diperoleh masyarakat, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara mengimplementasikan kebijakan Clean Money Policy secara rutin melaksanakan kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar (UTLE). Proses pemusnahan tersebut selalu dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan dalam rangka menjamin ketersediaan uang layak edar (ULE) di masyarakat. Selama triwulan laporan terdapat 3,78 juta lembar UTLE yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, turun 8,55% (qtq) dan secara tahunan turun 25,91% (yoy). Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya uang rupiah, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara melakukan sosialisasi agar masyarakat mampu memperlakukan uang rupiah dengan lebih baik lagi sehingga usia edar uang lebih panjang dan pada akhirnya dapat menekan biaya pembuatan.
Bulan
Lokasi Tidore, Sofifi Juli Subaim, Buli, Maba (Haltim) Weda, Wiroro (Halteng) Agustus Jailolo, Ibu September Sanana, Mangoli, Taliabu Sumber: Unit Operasional Kas KPw BI Maluku Utara Tabel 4.1 Kegiatan Kas Keliling Triwulan I-2015
Untuk menyediakan uang rupiah dalam kondisi yang masih relatif baru dan layak edar, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara (KPw BI Provinsi Malut) juga melakukan kegiatan kas keliling secara rutin ke berbagai kabupaten/kota di wilayah Provinsi Maluku Utara. Selama triwulan III-2015 Unit Operasional Kas KPw BI Provinsi Malut telah melaksanakan 5 kali kas keliling ke luar Kota Ternate. Pada triwulan III-2015, ditemukan uang palsu di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara sebanyak 9 lembar, jumlah ini sedikit lebih sedikit dibandingkan triwulan sebelumnya dimana terdapat temuan sebanyak 15 lembar. Uang palsu yang beredar mayoritas masih berupa pecahan Rp50.000 sebanyak 7 lembar. Sisanya berupa 2 lembar pecahan Rp100.000. Dalam rangka melindungi masyarakat dari tindak kriminial pemalsuan uang, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Maluku Utara secara periodik melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang keaslian uang rupiah dan
66
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN meminimalisir temuan uang palsu. Sosialisasi dilakukan di pusat-pusat perbelanjaan seperti pasar (baik modern maupun tradisional), pusat pendidikan seperti universitas dan sekolah atau kepada Pemerintah Daerah. Selain kegiatan sosialisasi secara langsung, Bank Indonesia juga melakukan publikasi tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah melalui media massa baik cetak maupun elektronik.
4.3.2 Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai Pemulihan sektor pertambangan Maluku Utara yang berjalan lambat terindikasi dengan penyusutan yang terjadi pada transaksi nontunai baik kliring maupun RTGS. Secara tahunan, keduanya mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 24,71% (yoy) dan 0,09% (yoy).
4.3.2.1 Perkembangan Kegiatan Kliring Transaksi nontunai melalui fasilitas kliring pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp381,27 miliar, atau turun 37,45%(yoy) setelah pada triwulan sebelumnya juga mengalami penurunan sebesar 20,93% (yoy).
PERKEMBANGAN KLIRING
12000.00
Nominal (Rp Juta, RHS)
800000.00
Jumlah warkat (lembar) 700000.00
10000.00
600000.00 8000.00
500000.00
6000.00
400000.00 300000.00
4000.00
200000.00 2000.00
100000.00
0.00
0.00 I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
IV
I
II
III
2015
Sumber: ULNKP2SP KPw BI Maluku Utara Grafik 4.10 Perkembangan Kliring Maluku Utara
Sementara itu, di tengah melambatnya kondisi perekonomian, rasio cek dan bilyet giro (BG) kosong masih terjaga di level yang sangat rendah. Pada triwulan laporan, jumlah cek dan
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN bilyet giro kosong tercatat sebesar 28 lembar atau turun 31,71% (yoy). Adapun rasio nilai cek BG kosong terhadap cek BG yang diserahkan pada triwulan III-2015 adalah sebesar 0,94%, lebih rendah dari rasio triwulan II-2015 sebesar 1,59%.
Sumber: ULNKP2SP KPw BI Maluku Utara
Tabel 4.2 Perkembangan Cek BG Kosong
4.3.2 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Selaras dengan meningkatnya kinerja perekonomian, transaksi nilai besar melalui RTGS mengalami peningkatan. Total transaksi RTGS pada triwulan III-2015 tercatat sebesar Rp2,28 triliun atau meningkat 4,77% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 3,36% (yoy). Meningkatnya aktivitas ekonomi khususnya pada sektor pertambangan terkait pembangunan smelter, sektor pertanian seiring meningkatnya produksi padi dan komoditas perkebunan serta transfer untuk keperluan pembangunan infrastruktur diperkirakan menjadi pemicu utama peningkatan ini.
68
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Sumber: Website Bank Indonesia, diolah
Tabel 4.3 Perkembangan RTGS Maluku Utara (Rp Miliar)
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
70
Peningkatan angkatan kerja yang bekerja Yoy
5,82% NTP Yoy
“Optimisme kondisi ketenagakerjaan yang masih terjaga oleh kinerja perekonomian”
-3,0%
Seiring dengan meningkatnya kinerja ekonomi, jumlah tenaga kerja yang bekerja tumbuh 5,82% (yoy).
Angka kemiskinan tercatat menurun seiring meredanya tekanan inflasi dan terjaganya kinerja sektor ekonomi utama. Namun demikian, kesejahteraan petani terindikasi mengalami penurunan
akibat
harga
komoditas
perkebunan
yang
cenderung rendah.
5
KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN
“Masjid Al Munawar, Ternate” Courtesy : iloveindonesian.files.wordpress.com
71
KESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN 5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan Berdasarkan data BPS, jumlah angkatan kerja pada bulan Agustus 2015 tercatat sebesar 513,6 ribu jiwa atau meningkat 6,67% (yoy). Peningkatan ini sedikit lebih tinggi dibandingkan peningkatan tahunan bulan Februari 2015. Jumlah angkatan kerja di Maluku Utara yang bekerja pada akhir Agustus 2015 tercatat mencapai 482.5 ribu jiwa. Penambahan jumlah angkatan kerja yang disertai dengan perkembangan kinerja sektor utama yang masih positif menyebabkan terjadi peningkatan jumlah angkatan kerja yang bekerja sebesar 5,82% (yoy) lebih tinggi dari februari 2015 yang tumbuh sebesar 5,31% (yoy). Kendati demikian, angka pengangguran tercatat sebesar 31,06 ribu jiwa meningkat meningkat 21,80% (yoy)
Jenis Kegiatan Utama Penduduk 15 Tahun Keatas Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran Bukan Angkatan Kerja TPAK TPT
2011 687.3 463.6 437.9 25.7 223.7 67.5% 5.6%
2012 702.5 466.1 443.9 22.2 236.4 66.3% 4.8%
2013 Agustus 719.5 463.2 445.4 17.9 256.3 64.4% 3.9%
2014 753.8 481.5 456.0 25.5 272.3 63.9% 5.3%
2015 773.18 513.6 482.54 31.06 259.58 66.43 6.05
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Tabel 5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara Agustus (ribu jiwa)
Masyarakat juga optimis bahwa penyerapan tenaga kerja pada periode mendatang cukup baik. Optimisme ini tergambar dari hasil Survei Konsumen (SK). Persepsi masyarakat terhadap ketenagakerjaan dalam enam bulan ke depan yang tercermin dari SBT SK pada indeks ketersediaan lapangan kerja yang menunjukkan nilai yang positif.
5.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Pada akhir triwulan III 2015, Nilai Tukar Petani (NTP) Maluku Utara tercatat sebesar 101,00, menurun 3,0% (yoy) dan turun 0,2% (qtq). Adapun penurunan ini lebih dalam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara tahunan, kenaikan indeks yang diterima petani lebih rendah daripada indeks yang dibayar petani sehingga terjadi penurunan NTP pada akhir triwulan laporan.
72
KESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 5.1 Perkembangan NTP Maluku Utara
Pada triwulan ini, NTP Maluku Utara memiliki nilai lebih rendah daripada NTP Nasional. NTP tersebut berada pada peringkat kelima di wilayah KTI Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat). NTP secara nasional mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan triwulan lalu, begitu pula NTP KTI yang cenderung menghasilkan komoditas pertanian yang seragam secara keseluruhan meningkat tipis.
Pada September 2015, dari 10 provinsi di wilayah Sulampua, kini tujuh provinsi
mengalami peningkatan kesejahteraan petani yang ditandai dengan NTP di atas 100. Sedangkan tiga provinsi lain yaitu Sulawesi Tengah, Papua dan Sulawesi Utara terindikasi mengalami penurunan kesejahteraan petani dengan NTP yang lebih kecil dari 100. Peringkat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Provinsi SulSel SulBar Gorontalo Papua Barat Maluku Utara SulTra Maluku SulTeng Papua Sulut Nasional
NTP 106.43 105.82 103.80 101.06 101.00 100.72 100.56 98.50 96.67 95.89 102.33
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Wilayah Sulampua
KESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN Turunnya NTP Malut didorong oleh tanaman pangan dan perkebunan rakyat. Penurunan NTP ini disebabkan oleh menurunnya harga komoditas pertanian khususnya tanaman perkebunan akibat berlebihnya pasokan di pasar pada triwulan laporan. Surplus suplai komoditas pertanian ini salah satunya dipengaruhi oleh panen raya beberapa komoditas seperti cengkeh, biji pala, kelapa, dan sagu. Di lain sisi, pelemahan Rupiah juga mendongkrak indeks yang dibayar petani khususnya untuk pembelian pestisida maupun pupuk yang memiliki komponen impor sehingga tingkat kesejahteraan petani menurun.
Grafik 5.2 Perkembangan NTP Maluku Utara
5.3 Tingkat Kesejahteraan Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin di Maluku Utara pada Maret 2015 turun 3,32% (yoy) menjadi 79,90 ribu jiwa. Dengan perkembangan ini, persentase penduduk miskin turun dari 7,30% pada Maret 2014 menjadi 6,84% pada Maret 2015. Dengan demikian, persentase penduduk miskin di Maluku Utara selama enam tahun terakhir (2009-2014) secara umum terus mengalami penurunan. Seiring dengan meningkatnya kinerja sektor utama, kondisi kesejahteraan penduduk Maluku Utara selama semester II-2015 diperkirakan semakin membaik. Indikator lain dari persepsi kemiskinan yaitu indeks kedalaman kemiskinan, mengalami penurunan. Indeks yang mengindikasikan gap antara pengeluaran penduduk miskin dengan garis kemiskinan semakin menunjukkan perbaikan, dimana indeks turun cukup dalam dari 1,102 menjadi 0,703. Artinya penduduk miskin semakin memiliki harapan untuk keluar dari kemiskinan dengan semakin mendekatnya peduduk miskin dengan batas kemiskinan.
74
KESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN Selain kedalaman kemiskinan, indeks keparahan kemiskinan (P2) juga mengalami perbaikan dimana indeks tersebut turun dari 0,245 pada periode sebelumnya menjadi 0,126. Artinya, ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin semakin mengecil. Sehingga dengan perbaikan kondisi pada kedua indeks tersebut semakin dimungkinkan penduduk miskin dapat mendekati garis kemiskinan secara masif.
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Maluku Utara, diolah
Grafik 5.3 Perkembangan Persepsi Kesejahteraan Masyarakat Maluku Utara
Berdasarkan hasil survei konsumen yang dilaksanakan Kantor Perwakilan BI Provinsi Maluku Utara, dengan laju inflasi yang ada dan meningkatnya pertumbuhan beberapa sektor ekonomi, persepsi masyarakat terhadap kesejahteraan dirinya selama triwulan laporan masih berada pada tingkat positif. Indeks penghasilan saat ini berdasarkan SK tercatat pada indeks yang masih positif yakni 119 walaupun sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 128.
.
KESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN
76
Proyeksi Ekonomi Tw IV
6,06% 6,56% “Pertumbuhan ekonomi diproyeksikan terakselerasi dengan tekanan inflasi yang melemah”
Perekonomian Malut pada triwulan IV 2015 diperkirakan tumbuh lebih rendah dari triwulan laporan dan berada pada
Proyeksi Inflasi Tw III
4,78% ± 1%%
kisaran 6,06% - 6,56% (yoy) dengan kecenderungan bias ke atas.
Dengan mempertimbangkan kondisi terkini serta potensi inflasi ke depan, inflasi pada triwulan III-2015 diproyeksikan pada kisaran 4,78% ± 1% (yoy) lebih rendah dari triwulan laporan yang mencapai 6,60% (yoy).
6
PROSPEK PEREKONOMIAN
77
PROSPEK PEREKONOMIAN >> 6.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi Tw IV-2015 Perekonomian Malut pada triwulan akhir 2015 diperkirakan tumbuh melambat dari triwulan laporan dan berada pada kisaran 6,06% - 6,56% (yoy) dengan kecenderungan bias ke atas.
Dengan pertumbuhan tersebut, maka diproyeksikan pertumbuhan ekonomi
Maluku Utara selama tahun 2015 adalah sebesar 5,97% – 6,57% (yoy). Dari sisi permintaan, hampir seluruh komponen diperkirakan mengalami perlambatan terkecuali komponen konsumsi. Dari sisi penawaran, sektor industri pertanian, pertambangan dan akomodasi diprediksi akan tumbuh meningkat menyusul melimpahnya produksi bahan baku pada triwulan laporan.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 6.1 Perkembangan PDRB Malut dan Nasional Serta Proyeksinya
6.1.1 Sisi Permintaan Pada triwulan IV 2015, komponen sisi permintaan diproyeksikan tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan III 2014. Perlambatan terjadi pada hampir setiap komponen terkecuali konsumsi rumah tangga. Setelah mengalami peningkatan pada triwulan sebelumnya yang disebabkan oleh realisasi ekspansif pada penghujung semester pertama, konsumsi pemerintah di akhir semester dua ini diperkirakan akan mengalami perlambatan. Realisasi anggaran yang cukup tinggi pada triwulan ketiga sehingga menempatkan Pemprov Maluku utara sebagai salah satu Pemda
78
PROSPEK PEREKONOMIAN >> dengan realisasi anggaran tertinggi di Indonesia, akan mempersulit untuk mengejar standar yang setara dengan triwulan laporan. Event Pilkada yang akan hadir dan sedikit banyak akan mengalihkan fokus realisasi anggaran juga akan memperlambat realisasi belanja modal. Bersambut dari perkiraan turunnya realisasi belanja modal pemerintah di penghujung semester 2, akan berpengaruh pada terhambatnya ekspansi komponen pembentukan modal tetap bruto pada triwulan IV 2015 diperkirakan turut serta menjadi faktor perlambatan pertumbuhan. Komponen yang sudah tumbuh lebih cepat pada triwulan laporan sebagai implikasi dimulainya kembali kegiatan paska hari raya Idul Fitri diperkirakan akan tidak sejajar dengan realisasi yang ada pada triwulan IV. Kemudian telah selesainya smelter feronikel yang dibangun 2 perusahaan dan mencapai progress pembangunan akhir diperkirakan turut serta memperlambat kinerja komponen investasi pada PDRB triwulan keempat. Sementara itu, net import yang terjadi pada neraca perdagangan Maluku Utara diperkirakan mengalami peningkatan. Ekspor luar negeri diperkirakan melambat seiring mulai berakhirnya faktor baseline effect dari komponen ekspor (tingkat ekspor pada periode sama tahun sebelumnya sudah mengalami penurunan yang sangat signifikan). Ekspor antar daerah juga diperkirakan meningkat seiring
meurunnya produksi pertanian dan perkebunan akibat
curah hujan yang sangat sedikit pada triwulan ini. Sementara impor baik antar daerah maupun luar negeri diperkirakan tumbuh tinggi karena adanya peningkatan kebutuhan untuk konsumsi masyarakat dan investasi. kebutuhan investor untuk pembangunan infrastruktur dan fasilitas yang dipersiapkan pada awal tahun 2016 akan meningkatkan impor sehingga dapat memperdalam net impor pada triwulan depan. Di tengah perlambatan beberapa komponen sisi permintaan tersebut, komponen konsumsi masyarakat diperkirakan meningkat pada triwulan keempat 2015 usai dorongan permintaan yang cukup tinggi seiring event Pilkada kabupaten dan kota, dimulainya musim liburan sekolah, hari raya natal dan tahun baru dengan libur nasional yang cukup panjang, serta seremoni kepulangan jamaah yang telah menunaikan ibadah haji. Inflasi komoditas konsumsi pokok yang cukup mereda pada triwulan ini juga turut menyumbang peningkatan konsumsi masyarakat pada triwulan depan.
6.1.2 Sisi Penawaran Pada
triwulan
IV
2015,
pertumbuhan akan didorong
oleh sektor
pertanian,
pertambangan, perdagangan, administrasi pemerintah, serta sektor akomodasi. Sementara itu, sektor yang diperkirakan tumbuh melambat yakni sektor industri pengolahan dan konstruksi.
PROSPEK PEREKONOMIAN >> Pertumbuhan sektor pertanian yang akan mengalami peningkatan tipis pada triwulan IV 2015 merupakan implikasi dari panen komoditas tabama dan kenaikan produksi perikanan. Angka ARAM dari BPS serta perkiraan dari Dinas pertanian terkait adanya peningkatan produksi memperkuat perkitaan ini. Akan tetapi rendahnya curah hujan di beberapa daerah serta berakhirnya masa panen komoditas perkebunan menjadi risiko yang membayangi kinerja pada sektor ini ke depan. Seiring dengan berkurangnya produksi sektor perkebunan yang terkendala oleh faktor cuaca, sektor industri pengolahan Maluku Utara yang sebagian besar mengolah produk perkebunan diperkirakan ikut terdeselerasi. Produksi kopra olahan diperkirakan lebih rendah dari triwulan laporan. Perlambatan juga diperkirakan terjadi pada sektor konstruksi seiring melambatnya proyek investasi baru pada triwulan IV-2015. Fokus pemerintah daerah yang beralih pada pelaksanaan pilkada Kabupaten/Kota serentak diperkirakan sedikit menahan laju investasi baru selama triwulan mendatang. Selain itu peningkatan curah hujan pasca berakhirnya el nino diperkirakan menghambat proses konstruksi perumahan dan infrastruktur yang tengah berlangsung. Sumber pertumbuhan masih akan berasal dari sektor perdagangan. Sektor ini diperkirakan meningkat seiring beroperasinya beberapa pasar baru serta adanya pelaksanaan kampanye dan pilkada kabupaten kota. Sumber pertumbuhan lainnya berasal dari sektor pertambangan yang diperkirakan kembali mengalami akselerasi dengan tingkatan yang lebih tinggi akibat faktor baseline effect dan rencana dimulainya produksi dari beberapa perusahaan tambang nikel untuk mendukung operasional perangkat smelternya pada awal tahun 2016. Sementara itu, sektor administrasi pemerintah yang memiliki kinerja yang cukup baik pada triwulan dua dan ketiga terutama kontribusi dari belanja rutin, diperkirakan akan terus berlanjut dengan adanya beberapa event pemerintah khususnya pelaksanaan pilkada serentak pada bulan Desember 2015.
80
PROSPEK PEREKONOMIAN >>
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Maluku Utara, diolah
Grafik 6.2 Perkembangan Ekspektasi Kinerja Ekonomi
Proyeksi melambatnya laju pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2015 juga terkonfirmasi dari hasil SKDU. Ekspektasi pelaku usaha terhadap kinerja perekonomian triwulan mendatang terindikasi menurun baik dibandingkan dengan triwulan lalu maupun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Saldo Bersih Tertimbang (SBT) ekspektasi pelaku usaha tercatat menurun dari 48,06 menjadi 27,89.
6.2 Prospek Inflasi Daerah Tw IV-2015 Laju inflasi kota Ternate diperkirakan masih berada di dalam trend menurun. Penurunan tekanan inflasi terutama dipengaruhi oleh kondisi pasokan pangan strategis yang relatif lebih baik dibandingkan tahun 2014. Hilangnya efek kenaikan BBM yang terjadi dipenghujung tahun 2014 lalu dan sempat diturunkannya kembali harga BBM pada awal tahun akan mengurangi tekanan yang signifikan terhadap inflasi tahunan pada penghujung tahun ini. Panen padi dan beberapa tanaman hortikultura telah menghasilkan produksi yang melimpah membaik dibandingkan tahun lalu. Sementara itu, kondisi tangkapan ikan juga relatif terjaga dengan baik dengan meningkatnya jumlah tangkapan yang mulai terindikasi sejak triwulan III 2015. Dengan kondisi tersebut, tekanan dari kelompok volatile food diperkirakan relatif berkurang. Tekanan dari inflasi administered prices juga diperkirakan relatif minimal. Pemerintah belum ada rencana untuk menaikan kembali beberapa tarif komoditas administered prices.
PROSPEK PEREKONOMIAN >> Harga BBM juga diperkirakan stabil seiring dengan terus menurunnya harga minyak dunia akibat berlebihnya stok di pasar internasional. Selain itu penurunan tariff listrik yang disertai dengan dukungan paket kebijakan pemerintah pusat dapat memberikan ekspetasi yang positif bagi inflasi yang diatur pemerintah ini. Akan tetapi tetap terdapat risiko peningkatan inflasi administered prices yaitu isu kenaikan cukai rokok. Wacana pemerintah untuk menaikkan cukai rokok diperkirakan dapat meningkatkan tekanan inflasi kelompok ini secara signifikan. Selain itu Peraturan Daerah terkait minuman keras juga dapat berisiko ke depan. Komponen inflasi inti diperkirakan menjadi faktor pendorong inflasi pada triwulan mendatang. Dampak lanjutan penguatan mata uang asing diperkirakan masih berpotensi menyisakan efek peningkatan inflasi pada beberapa komoditas produk manufaktur dan produk impor. Selain dampak penguatan mata uang asing, masih terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan inflasi Kota Ternate. Tekanan permintaan diperkirakan dapat meningkat khususnya di akhir tahun 2015 dengan adanya kampanye dan pilkada Kota Ternate serta beberapa libur panjang yang dapat meningkatkan barang konsumsi tersier dan peningkatan harga tiket transportasi udara dan laut Di samping itu, ancaman gelombang tinggi dengan kondisi yang lebih buruk dari Desember 2014 dimungkinkan terjadi sebagai penanda awal La Nina. Dengan mempertimbangkan kondisi terkini serta potensi inflasi ke depan, inflasi pada triwulan IV-2015 diproyeksikan lebih rendah dari triwulan laporan yang mencapai 6,60% (yoy) yakni pada kisaran 4,78% ± 1% (yoy) dengan kecenderungan bias ke atas.
6.3 Prospek Ekonomi Dan Inflasi 2016 Dengan
mempertimbangkan
proyeksi
pertumbuhan
ekonomi
triwulan
IV-2015,
perekonomian Maluku Utara selama tahun 2015 diperkirakan tumbuh 5,97% (yoy) – 6,57 (yoy) atau lebih tinggi dari tahun 2014 yang tumbuh sebesar 5,49% (yoy). Akselerasi pertumbuhan ekonomi Maluku Utara diperkirakan berlanjut pada tahun 2016 seiring membaiknya perekonomian global. Untuk memanfaatkan kesempatan tersebut secara optimal, pemerintah daerah perlu mengakselerasi pembangunan infrastruktur serta program pengembangan sektor utama. Dari sisi penawaran, faktor yang mempengaruhi peningkatan pertumbuhan ekonomi Maluku Utara tahun 2016 adalah meningkatnya kinerja sektor pertambangan, administrasi
82
PROSPEK PEREKONOMIAN >> pemerintah, dan sektor pertanian. Produksi tambang nikel dan emas diperkirakan meningkat. Satu buah smelter nikel dari perusahaan tambang milik swasta juga diperkirakan akan beroperasi sehingga produksi nikel perusahaan tersebut diperkirakan kembali berjalan normal. Sektor administrasi pemerintah juga tumbuh meningkat seiring potensi peningkatan anggaran dan realisasi APBD tahun 2016. Sementara itu, produksi tabama dan tanaman hortikultura tahun 2016 diperkirakan meningkat seiring gencarnya program pemerintah daerah dalam melakukan budidaya komoditas tanaman penyumbang inflasi. Kondisi ini diperkirakan dapat meningkatkan kinerja sektor pertanian. Namun demikian, ancaman La Nina dapat mengganggu jumlah produksi tahun 2016 seiring dengan meningkatnya kemungkinan gagal panen akibat curah hujan yang berlebihan. Dari sisi permintaan, faktor akselerasi pertumbuhan diperkirakan berasal dari meningkatnya pertumbuhan ekspor luar negeri, melambatnya impor antar daerah, serta meningkatnya konsumsi pemerintah. Namun demikian, potensi sengketa hasil pilkada kabupaten kota dapat
mengganggu penyerapan anggaran pemerintah khususnya pada
semester I-2016. Dengan mempertimbangkan berbagai kondisi tersebut, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara tahun 2016 diperkirakan sebesar 6,26% (yoy) – 6,76% (yoy). Di lain sisi, selama tidak ada kenaikan harga BBM, inflasi Maluku Utara tahun 2016 diperkirakan lebih rendah dari tahun 2015. Tekanan inflasi kelompok volatile food diperkirakan lebih rendah seiring dengan meningkatnya produksi lokal komoditas tabama dan tanaman hortikultura. Ekspektasi inflasi yang terkendali dan Rupiah yang kembali menguat diperkirakan mampu menjaga level inflasi inti. Potensi tekanan inflasi berasal dari kemungkinan terjadinya La Nina yang dapat merusak hasil panen. Dengan memperhatikan kondisi terkini serta mempertimbangkan potensi risiko tersebut, inflasi pada tahun 2016 diperkirakan sebesar 4,48%±1% (yoy).
PROSPEK PEREKONOMIAN >>
84