KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
Triwulan I - 2008
Kantor Bank Indonesia Palembang
Daftar Isi
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya penyusunan ”Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008” dapat diselesaikan. Kajian ini disusun selain untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia, juga untuk kebutuhan pihak eksternal yang menyajikan berbagai informasi berkaitan dengan perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan laporan ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan penyajian laporan sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-Nya serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran didalam pengembangan ekonomi regional.
Palembang, Mei 2008
Ttd
Zainal Abidin Hasni Pemimpin
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
i
Daftar Isi
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
ii
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Daftar Isi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GRAFIK
ix
INDIKATOR EKONOMI
xiii
RINGKASAN EKSEKUTIF
1
BAB I
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
9
1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Tahunan (y-o-y)
9
MENYIASATI IKLIM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS BERAS
11
1.2. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Triwulanan (q-to-q)
13
1.3. Perkembangan PDRB Sisi Penggunaan
18
MASYARAKAT BABEL CUKUP OPTIMIS TERHADAP KONDISI EKONOMI SAAT INI
20
1.4. Perkembangan Ekspor
28
1.5. Investasi PMA dan PMDN
30
BAB II
PERKEMBANGAN INFLASI PANGKALPINANG
33
SUPLEMEN 3
BABEL PERLU STRATEGI PAMUNGKAS UNTUK PERANGI INFLASI: Tim Pengendalian Inflasi Daerah Sebuah Alternatif
34
SUPLEMEN 1
SUPLEMEN 2
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
iii
Daftar Isi
BAB III
2.1. Inflasi Tahunan (y-o-y)
38
2.2. Inflasi Triwulanan (q-to-q)
41
2.3. Disaggregasi Inflasi
43
2.4. Komoditas Penyumbang Inflasi
44
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
45
3.1. Kondisi Umum
45
3.2. Kelembagaan
46
3.3. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)
47
3.3.1.
Penghimpunan DPK Secara Umum
47
3.3.2.
Penghimpunan DPK Menurut Wilayah
48
3.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan 3.4.1. SUPLEMEN 4
SUPLEMEN 5
BAB IV
iv
Penyaluran Kredit/Pembiayaan Secara Sektoral
KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN BABEL TRIWULAN I 2008 TETAP EKSPANSIF
49 49
51
3.4.2.
Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan
57
3.4.3.
Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Wilayah
58
3.4.4.
Penyaluran Kredit/Pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah
59
SUDAH SAATNYA BABEL PUNYA LEMBAGA PENJAMINAN KREDIT DAERAH
60
3.5. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan
64
3.6. Kelonggaran Tarik
65
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
67
4.1. Realisasi APBD
67
4.2. Dana Alokasi Umum Tahun 2008
69
4.3. Dana Alokasi Khusus Tahun 2008
70
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Daftar Isi
BAB V
SUPLEMEN 6
BAB VI
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
73
5.1. Aliran Uang Masuk dan Aliran Uang Keluar
73
MENDETEKSI PERKASAN
GELIAT
PEREKONOMIAN
BABEL
KEGIATAN 74
5.2. Penyediaan Uang Layak Edar
76
5.3. Perkembangan Jumlah Temuan Uang Palsu
76
5.4. Perkembangan Kegiatan Kliring Lokal
77
PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
79
6.1. PDRB per Kapita
79
6.2. Jumlah Penduduk dan Penduduk Miskin
80
6.3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
81
6.4. Kondisi Ketenagakerjaan
82
6.4.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Pengangguran Terbuka
BAB VII
DARI
Kerja
dan
Tingkat 82
6.4.2. Lapangan Pekerjaan
82
6.4.3. Pengangguran Terselubung
84
PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH
85
7.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi
85
7.2. Perkiraan Inflasi
86
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
v
Daftar Isi
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
vi
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Daftar Tabel
DAFTAR TABEL Tabel 1.1
Laju Pertumbuhan Tahunan (y-o-y) PDRB Propinsi Kepulauan Bangka Belitung (persen)
10
Laju Pertumbuhan Triwulanan (q-to-q) PDRB Propinsi Kepulauan Bangka Belitung (persen)
16
Pertumbuhan Tahunan PDRB Menurut Penggunaan Propinsi Kep. Bangka Belitung Triwulan I 2008
18
Pertumbuhan Ekspor Non Migas Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Berdasarkan Negara Tujuan (US$ juta)
30
Tabel 1.5
Peringkat Realisasi Investasi PMDN Tahun 2007
31
Tabel 2.1
Persentase Penyumbang Inflasi Babel Berdasarkan Kelompok Tw I 2008
44
Tabel 2.2
Ranking Penyumbang Inflasi Babel Berdasarkan Komoditas Tw I 2008
44
Tabel 3.1
Pertumbuhan Kredit Sektoral Propinsi Kep. Bangka Belitung (Rp Triliun)
49
Tabel 4.1
Realisasi APBD Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Semester I Tahun 2007
67
Dana Alokasi Umum (DAU) Kota/Kabupaten dan Propinsi Kep. Bangka Belitung
69
Dana Alokasi Khusus (DAK) Kota/Kabupaten dan Propinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2008 (Rp Miliar)
70
Dana Alokasi Khusus (DAK) Kota/Kabupaten dan Propinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2007 (Rp Miliar)
71
Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
77
Tabel 6.1
Jumlah Penduduk Propinsi Babel Hasil Susenas 2005
80
Tabel 6.2
Jumlah Penduduk Miskin Propinsi Babel & Nasional Hasil Susenas 2005 (Ribu Orang)
81
Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan di Propinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2006-2007
83
Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja dan Setengah Pengangguran menurut Lapangan Pekerjaan di Propinsi Kep. Bangka Belitung Tahun Agustus 2007
84
Leading Economic Indicator Pertumbuhan Babel
85
Tabel 1.2 Tabel 1.3 Tabel 1.4
Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 5.1
Tabel 6.3
Tabel 6.4
Tabel 7.1
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
vii
Daftar Tabel
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
viii
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III 2007
Daftar Grafik
DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1
Pertumbuhan Perekonomian Tahunan (y-o-y) Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
9
Pertumbuhan Perekonomian Triwulanan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
15
Grafik 1.3
Realisasi Pengadaan Semen Propinsi Babel 2007-2008 (dalam ton)
15
Grafik 1.4
Struktur Ekonomi Propinsi Kep. Bangka Belitung
17
Grafik 1.5
Kontribusi Sektor Ekonomi ADHK 2000 Propinsi Kep. Bangka Belitung Triwulan I 2008
18
IKK, IKESI & Indeks Ketepatan Waktu Pembelian (Konsumsi) Barang Tahan Lama
19
Kontribusi Komponen Penggunaan Propinsi Kep. Bangka Belitung Triwulan I 2008
19
Grafik 1.8
Pertumbuhan Ekspor Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
28
Grafik 1.9
Perkembangan Harga Timah di Pasar Internasional
29
Grafik 1.10
Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional
29
Grafik 1.11
Perkembangan Harga Karet di Pasar Internasional
29
Grafik 1.12
Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional
29
Grafik 2.1
Perbandingan Inflasi Bulanan (m-t-m) di Pangkalpinang dan Nasional (persen)
33
Grafik 2.2
Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Pangkalpinang
38
Grafik 2.3
Perkembangan Harga Terigu di Pasar Internasional
39
Grafik 2.4
Perkembangan Harga Beras di Pasar Internasional
39
Grafik 2.5
Perkembangan Harga Kedelai di Pasar Internasional
39
Grafik 2.6
Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional
39
Grafik 2.7
Perkembangan Inflasi Tahunan per Kelompok Barang dan Jasa di Pangkalpinang
40
Grafik 2.8
Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-to-q) Pangkalpinang
41
Grafik 2.9
Perkembangan Inflasi Triwulanan per Kelompok Barang dan Jasa di Pangkalpinang
42
Komposisi Inflasi Berdasarkan Jenis Inflasi di Kota Pangkalpinang Triwulan I 2008
43
Perkembangan Inflasi Berdasarkan Inflasi Inti (y-o-y) di Pangkalpinang
43
Grafik 1.2
Grafik 1.6 Grafik 1.7
Grafik 2.10 Grafik 2.11
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
ix
Daftar Grafik
Grafik 2.12
Event Analysis Inflasi Pangkalpinang
44
Grafik 3.1
Perkembangan Aset, DPK dan Kredit Perbankan Propinsi Kep. Bangka Belitung
45
Grafik 3.2
Jumlah Kantor Bank dan ATM di Propinsi Kep. Bangka Belitung
45
Grafik 3.3
Pertumbuhan DPK Perbankan di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
47
Grafik 3.4
Komposisi DPK Perbankan Triwulan I 2008 di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
47
Pertumbuhan Tahunan DPK Perbankan (per Kepulauan Bangka Belitung
48
Grafik 3.5 Grafik 3.6
Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Propinsi Kep. Bangka Belitung Tw I 2008
50
Grafik 3.7
Pertumbuhan Kredit Penggunaan Propinsi Kep. Bangka Belitung
57
Grafik 3.8
Pangsa Penyaluran Kredit Penggunaan Propinsi Kep. Bangka Belitung Tw I 2008
57
Pertumbuhan Kredit Perbankan Propinsi Kep. Bangka Belitung Berdasarkan Wilayah
58
Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Propinsi Kep. Bangka Belitung Tw I 2008 Berdasarkan Wilayah
58
Penyaluran Kredit UMKM Perbankan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Menurut Penggunaan
59
Grafik 3.12
Penyaluran Kredit UMKM Menurut Plafond Kredit (Rp Triliun)
59
Grafik 3.13
Perkembangan NPL Perbankan Bangka Belitung
64
Grafik 3.14
NPL Perbankan Bangka Belitung Tw I 2008 Berdasarkan Sektor Ekonomi
64
Grafik 3.15
Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Bangka Belitung
65
Grafik 4.1
Perbandingan Anggaran & Realisasi APBD Semester I Tahun 2007 Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
68
Rasio Realisasi Sumber Pembiayaan APBD Semester I Tahun 2007 Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
68
Grafik 5.1
Perkembangan Kas Titipan Pangkalpinang
73
Grafik 5.2
Perkembangan PTTB di Pangkalpinang
76
Grafik 6.1
Perkembangan PDRB Per Kapita Penduduk Babel
79
Grafik 6.2
Perkembangan TPAK dan TPT Propinsi Kep. Bangka Belitung
82
Grafik 7.1
Ekspektasi Perubahan Harga dan Penghasilan
86
Grafik 3.9 Grafik 3.10 Grafik 3.11
Grafik 4.2
x
wilayah) Propinsi
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Indikator Ekonomi
INDIKATOR EKONOMI
A. INFLASI & PDRB INDIKATOR
TAHUN 2007
TAHUN 2008
TW I
TW II
TW III
TW IV
TW I
154.41
152.90
153.93
154.44
164.52
MAKRO Indeks Harga Konsumen Laju Inflasi - Tahunan (yoy)
5.63
4.77
3.24
2.64
6.54
- Triwulanan (qtq)
2.62
(0.98)
0.67
0.33
6.52
2,295
2,339
2,347
2,431
2,428
- Pertanian
512
540
539
598
599
- Pertambangan & penggalian
377
368
343
351
351
- Industri pengolahan
518
530
538
540
532
- Listrik, gas dan air bersih
12
12
12
12
12
- Bangunan
128
129
134
138
137
- Perdagangan, hotel dan restoran
445
452
468
476
472
- Pengangkutan dan komunikasi
80 78
81 79
83
84
- Keuangan, persewaan dan jasa
78 77
80
83
- Jasa
148
151
152
154
158
PDRB - harga konstan (miliar Rp)
Pertumbuhan PDRB - Tahunan (yoy) %
4.50
2.79
3.40
3.16
5.75
- Triwulanan (qtq) %
(0.56)
1.91
0.32
3.58
(0.14)
Nilai ekspor nonmigas (USD Juta)
49.20
123.08
560.77
41.86
636.23
Volume ekspor nonmigas (ribu ton)
88,811
15,435
122,456
300,708
285,405
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
xiii
Indikator Ekonomi
B. PERBANKAN TW I
TAHUN 2007 TW II TW III
Bank Umum : Total Aset (Triliun Rp)
5.41
5.91
DPK (Triliun Rp) - Tabungan - Giro - Deposito
5.07 2.23 1.44 1.39
TW IV
Tahun 2008 TW I*
6.23
6.84
6.79
5.77 2.45 1.72 1.60
6.35 2.59 1.98 1.78
6.74 2.99 1.78 1.97
6.89 3.02 1.93 1.94
2.50 1.72 0.30 0.48 49.40%
2.43 1.66 0.28 0.50 42.18%
1.73 0.92 0.27 0.54 27.24%
1.84 0.99 0.34 0.51 27.29%
1.86 0.98 0.31 0.57 26.96%
Kredit (Triliun Rp) - Berdasarkan sektor ekonomi Pertanian Pertambangan Industri Listrik, gas dan air Konstruksi Perdagangan Pengangkutan Jasa dunia usaha Jasa sosial Lainnya
2.50 0.21 0.95 0.06 0.00 0.28 0.43 0.02 0.04 0.02 0.48
2.43 0.21 0.81 0.06 0.00 0.30 0.47 0.02 0.05 0.01 0.50
1.73 0.19 0.09 0.06 0.00 0.31 0.45 0.02 0.05 0.01 0.54
1.84 0.26 0.09 0.12 0.00 0.14 0.60 0.03 0.07 0.02 0.51
1.86 0.14 0.14 0.08 0.00 0.20 0.60 0.02 0.09 0.03 0.57
Kredit UMKM (Triliun Rp) Kredit Mikro (< Rp 50 Juta) (Triliun Rp) - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi
1.14 0.47 0.06 0.05 0.36
1.19 0.50 0.07 0.05 0.38
1.25 0.53 0.08 0.06 0.39
1.23 0.48 0.08 0.02 0.38
1.26 0.53 0.08 0.03 0.42
Kredit Kecil (Rp 50 <X ≤ Rp 500 Juta) (Triliun Rp) - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi
0.27 0.17 0.02 0.09
0.28 0.17 0.02 0.09
0.31 0.17 0.02 0.11
0.30 0.17 0.03 0.10
0.30 0.17 0.02 0.11
Kredit Menengah (Rp 500 Juta <X ≤ Rp 5 Miliar) (Triliun Rp) - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi
0.40 0.33 0.06 0.01
0.41 0.35 0.05 0.01
0.41 0.33 0.05 0.02
0.46 0.37 0.06 0.03
0.42 0.33 0.06 0.03
NPL gross (%) NPL net (%)
1.81 0.40
1.83 0.41
2.31 0.28
2.23 0.50
2.44 0.44
Kelonggaran Tarik (%)
11.08
19.84
50.97
43.27
44.05
INDIKATOR
Kredit (Triliun Rp) - Berdasarkan Penggunaan - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi - LDR
* Data Tw I s.d Bulan Feb 2008
xiv
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Indikator Ekonomi
C. SISTEM PEMBAYARAN KETERANGAN SISTEM PEMBAYARAN 1. Perputaran Kliring: a. Nominal (Rp juta) b. Warkat (lembar) 2. Perputaran perhari a. Nominal (Rp juta) b. Warkat (lembar) 3. Penolakan cek/BG a. Nominal (Rp juta) b. Warkat (lembar) Jumlah hari 4. Penolakan cek/BG > Nominal (%) > Warkat (%) 5. Mutasi kas (juta rupiah) Remise masuk Remise keluar PTTB a. Aliran uang masuk/inflow b. Aliran uang keluar/outflow Net Flow: Inflow (Outflow)
TAHUN 2007 TW I
TW II
655,665 21,958
482,526 14,261
9,786 328
TAHUN 2008
TW III
TW IV
TW I
396,927 13,405
523,573 15,441
544,517 16,409
24,126 713
6,202 209
8,726 257
9,075 273
2,430 96 67
1,674 60 62
2,495 89 64
6,494 121 60
3,214 93 60
0.37% 0.44%
0.35% 0.42%
0.63% 0.66%
1.24% 0.78%
0.59% 0.57%
114,550 13,371 767,484 615,587 151,898
163,060 30,514 644,602 818,229 (173,627)
428,115 20,824 810,483 776,824 33,659
347,760 14,678 712,032 882,438 (170,406)
405,364 24,307 1,041,306 976,226 65,080
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
xv
Indikator Ekonomi
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
xvi
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Ringkasan Eksekutif
RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional Pertumbuhan ekonomi Propinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) secara tahunan (y-o-y) pada triwulan I 2008 diproyeksikan sebesar 5,75 persen, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
yang
sebesar
3,48
persen.
Begitupun
apabila
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,31 persen. Tingginya angka pertumbuhan ekonomi tahunan pada
Pertumbuhan ekonomi Propinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) secara tahunan (y-o-y) pada triwulan I 2008 diproyeksikan sebesar 5,75 persen.
triwulan I 2008 tidak terlepas dari tingginya harga komoditas unggulan Babel seperti timah dan karet. Sektor pertanian mencatat pertumbuhan paling tinggi sebesar 16,97 persen, diikuti oleh sektor keuangan, persewaan, & jasa perusahaan sebesar 8,03 persen. Sektor ekonomi yang mengalami kontraksi adalah sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami kontraksi sebesar 6,80 persen. Pertumbuhan ekonomi Babel secara triwulanan (q-to-q) pada triwulan I 2008 diproyeksikan mengalami kontraksi sebesar 0,14 persen, lebih rendah apabila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi triwulanan pada triwulan sebelumnya yang mencapai 3,06 persen.
Sektor
industri
pengolahan,
sektor
bangunan,
sektor
Sektor pertanian mencatat pertumbuhan paling tinggi sebesar 16,97 persen. Pertumbuhan ekonomi Babel secara triwulanan (q-to-q) pada triwulan I 2008 diproyeksikan mengalami kontraksi sebesar 0,14 persen.
perdagangan, hotel, dan restoran (PHR), serta sektor listrik, gas dan air (LGA) terkontraksi masing-masing sebesar 1,47 persen, 0,87 persen, 0,73 persen, dan 0,21 persen.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
1
Ringkasan Eksekutif
Berdasarkan sektor, PDRB triwulan I Babel masih ditopang oleh sektor primer yakni sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa sebesar 39,12 persen
Laju pertumbuhan PDRB Babel secara tahunan (y-o-y) dari sisi penggunaan menunjukkan bahwa investasi mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 482,30 persen.
Berdasarkan sektor, PDRB triwulan I Babel masih ditopang oleh sektor primer yakni sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa sebesar 39,12 persen. Sektor sekunder mengalami penurunan pangsa menjadi 28,04 persen dari sebesar 28,38 persen pada triwulan sebelumnya. Pangsa sektor tersier meningkat dari sebesar 32,58 persen pada triwulan IV 2007 menjadi 32,84 persen di triwulan I 2008 ini. Laju pertumbuhan PDRB Babel secara tahunan (y-o-y) dari sisi penggunaan pada triwulan I 2008 menunjukkan bahwa investasi mengalami kontraksi pertumbuhan yang sangat signifikan yakni sebesar 482,30 persen. Komponen yang mengalami pertumbuhan tahunan paling tinggi adalah net ekspor yang tumbuh sebesar 24,06 persen. Bertolak belakang dengan pertumbuhan ekonomi secara tahunan, pertumbuhan ekonomi dari sisi penggunaan secara triwulanan (q-to-q) pada triwulan I hanya terjadi pada komponen konsumsi swasta nirlaba dan komponen permintaan domestik secara net. Berdasarkan data nilai ekspor non migas menurut kelompok
Nilai ekspor non migas di Propinsi Babel pada triwulan I 2008 (s/d Februari 2008) tercatat sebesar US$636,23 juta
SITC dari Bank Indonesia, total nilai ekspor non migas di Propinsi Babel pada triwulan I 2008 (s/d Februari 2008) tercatat sebesar US$636,23 juta, meningkat sebesar 1.419,82 persen dibandingkan triwulan sebelumnya. Timah merupakan komoditas penyumbang ekspor terbesar pada triwulan I 2008 dengan nilai ekspor sebesar US$570,62 juta atau memiliki pangsa sebesar 89,69 persen.
Persetujuan rencana investasi di Babel tercatat sebesar Rp1.686,90 miliar untuk Penanaman PMDN dan sebesar US$86,80 juta untuk PMA.
Berdasarkan data dari BKPM sampai dengan bulan Desember 2007, persetujuan rencana investasi di Babel tercatat sebesar Rp1.686,90 miliar untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan sebesar US$86,80 juta untuk Penanaman Modal Asing (PMA). Adapun realisasi investasi di Babel pada tahun 2007 ini tercatat sebesar Rp313,7 miliar untuk PMDN sedangkan PMA sampai saat ini belum terealisasi. Investasi PMDN dengan nominal sebesar Rp313,7 miliar.
2
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Ringkasan Eksekutif
Perkembangan Inflasi Pangkalpinang Kota Pangkalpinang mengalami inflasi tahunan (y-o-y) sebesar 6,54 persen dan inflasi triwulanan (q-to-q) sebesar 6,52 persen pada triwulan I 2008. Laju inflasi tahunan (y-o-y) tertinggi pada triwulan I 2008 terjadi pada kelompok sandang sebesar 13,85 persen. Selain keenam
Kota Pangkalpinang mengalami inflasi tahunan (y-o-y) sebesar 6,54 persen dan inflasi triwulanan (q-to-q) sebesar 6,52 persen triwulan I 2008.
kelompok lainnya yang mengalami inflasi, pada triwulan ini satusatunya
kelompok
komoditas
yang
mengalami
deflasi adalah
kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,27 persen. Tekanan inflasi triwulanan (q-to-q) tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan yang mengalami inflasi sebesar 11,23 persen. Dibandingkan triwulan sebelumnya, kelompok barang yang mengalami deflasi yaitu kelompok transportasi, komunikasi dan jasa
Tekanan inflasi triwulanan (q-to-q) tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan yang mengalami inflasi sebesar 11,23 persen.
keuangan mengalami deflasi sebesar 0,0025 persen. Berdasarkan disaggregasi inflasi, Inflasi yang terjadi di kota Pangkalpinang disumbangkan oleh inflasi inti dengan pangsa sebesar 49,30 persen dan pangsa inflasi non inti sebesar 50,70 persen. Inflasi inti secara tahunan (yoy) tercatat sebesar 6,93 persen, inflasi barang
Pangsa inflasi inti sebesar 49,30 persen dan pangsa inflasi non inti sebesar 50,70 persen.
volatile foods tercatat sebesar 11,07 persen, sedangkan administered prices tercatat mengalami deflasi sebesar 1,23 persen. Tingginya inflasi inti disebabkan karena inflasi yang terjadi pada kelompok sandang, bahan makanan, dan makanan jadi yang cukup tinggi selain dari pengaruh inflasi yang tinggi dari sektor pendidikan, rekreasi, dan olah raga. Penyumbang inflasi terbesar di Pangkalpinang pada triwulan I 2008 adalah kelompok bahan makanan sebesar 39,53 persen. Komoditas penyumbang inflasi tertinggi di kelompok ini adalah beras sebesar 6,42 persen. Sedangkan penyumbang inflasi terendah adalah
Komoditas penyumbang inflasi tertinggi di kelompok ini adalah beras sebesar 6,42 persen.
kelompok kesehatan sebesar 2,47 persen.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
3
Ringkasan Eksekutif
Perkembangan Perbankan Secara tahunan (y-o-y), industri perbankan di Propinsi Babel masih menunjukkan trend peningkatan, kecuali penyaluran kredit.
Industri perbankan Propinsi Babel secara tahunan (y-o-y) pada triwulan I 2007 dilihat dari beberapa variabel menunjukkan perkembangan positif, kecuali pada penyaluran kredit/pembiayaan. Jumlah aset perbankan Babel meningkat sebesar 25,45 persen, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat sebesar 35,92 persen, sedangkan penyaluran kredit mengalami penurunan sebesar 25,83 persen. Secara triwulanan (q-to-q), industri perbankan di Propinsi Babel masih menunjukkan tren peningkatan, kecuali pada aset. Jumlah aset menurun sebesar 0,76 persen. Dimana jumlah simpanan DPK meningkat sebesar 2,26 persen dan penyaluran kredit/pembiayaan meningkat sebesar sebesar 1,02 persen.
Realisasi kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) secara tahunan (y-o-y) tercatat mengalami peningkatan sebesar Rp0,04 triliun atau 6,41 persen, NPL gross pada triwulan I 2008 (Februari 2008) tercatat sebesar 2,44 persen.
Realisasi kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) secara tahunan (y-o-y) tercatat mengalami peningkatan sebesar Rp0,04 triliun atau 6,41 persen, sementara itu secara triwulanan (q-to-q) mengalami penurunan sebesar Rp0,03 triliun atau sebesar 5,24 persen. Menurut penggunaan, kredit yang diberikan banyak digunakan untuk kegiatan modal kerja dan kegiatan konsumsi. Berdasarkan data LBU KBI Palembang, jumlah NPL gross (belum memperhitungkan pencadangan risiko) pada triwulan I 2008 (Februari 2008) tercatat sebesar 2,44 persen, sedangkan NPL net tercatat sebesar 0,44 persen. Jumlah bank yang beroperasi di Propinsi Kepulauan Bangka
Jumlah bank yang beroperasi di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung sampai triwulan I 2008 adalah 12 Bank yang memiliki 79 kantor bank.
Belitung sampai dengan triwulan I 2008 adalah 12 Bank dengan memiliki 79 kantor bank sebagai jaringannya yang terdiri dari 2 Kantor Pusat BPR, masing-masing Konvensional dan Syariah, 14 Kantor Cabang Bank Umum Konvensional, 1 Kantor Cabang Bank Umum Syariah dan 4 Kantor Cabang BPR/S, 42 Kantor Cabang Pembantu dan 16 Kantor Kas. Jumlah Anjungan Tunai Mandiri (ATM) tercatat sebanyak 69 unit.
4
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Ringkasan Eksekutif
Kondisi Keuangan Daerah Realisasi penerimaan pemerintah pada semester I 2007 telah mencapai 50,43 persen dengan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang baru mencapai 45,56 persen dan realisasi Dana Perimbangan sebesar
Realisasi penerimaan pemerintah pada semester I 2007 telah mencapai 50,43 persen.
53,22 persen. Realisasi belanja Pemprop Babel di semester I 2007 berada dibawah rata-rata realisasi penerimaan. Realisasi belanja Pemprop Babel tercatat sebesar 8,96 persen dengan realisasi belanja terbesar pada belanja pegawai yang mencapai 25,27 persen.
Realisasi belanja Pemprop Babel tercatat sebesar 8,96 persen dengan realisasi belanja terbesar pada belanja pegawai yang mencapai 25,27 persen.
Kondisi Sistem Pembayaran Perkembangan kas titipan Pangkalpinang pada triwulan I 2008 menunjukkan jumlah aliran uang masuk (inflow) sebesar Rp1,04 triliun atau
meningkat
sebesar
35,68
persen
dibandingkan
tahun
sebelumnya (y-o-y). Di sisi lain, aliran uang keluar (outflow) mengalami
Kegiatan kas titipan di Babel mengalami netinflow sebesar Rp0,07 triliun.
peningkatan sebesar Rp0,58 triliun atau sebesar 58,58 persen, sehingga pada triwulan I 2008 kegiatan kas titipan di Pangkalpinang mengalami net-inflow sebesar Rp0,07 triliun. Jumlah penarikan uang lusuh selama triwulan I 2008 tercatat sebesar Rp24,31 miliar, meningkat sebesar 81,78 persen dari tahun lalu (y-o-y) yang tercatat sebesar Rp13,37 miliar. Rasio antara uang lusuh yang ditandai Pemberian Tanda Tidak berharga (PTTB) dengan
Jumlah penarikan uang lusuh selama triwulan I 2008 tercatat sebesar Rp24,31 miliar.
uang masuk (inflow) tercatat sebesar 2,33 persen, meningkat dari rasio pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,74 persen ataupun dengan rasio pada triwulan sebelumnya yang sebesar 2,06 persen. Aktivitas perputaran kliring pada triwulan I 2008 secara tahunan (y-o-y) mengalami penurunan baik dari jumlah warkat maupun nominal dibandingkan dengan triwulan I 2007, sedangkan secara triwulanan mengalami peningkatan baik dari jumlah warkat maupun nominal.
Aktivitas perputaran kliring pada triwulan I 2008 secara tahunan (y-o-y) mengalami penurunan baik dari jumlah warkat maupun nominal.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
5
Ringkasan Eksekutif
Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat PDRB per kapita atas dasar harga berlaku penduduk Babel pada triwulan I 2008 tercatat sebesar Rp4.351.745.
PDRB per kapita atas dasar harga berlaku penduduk Babel pada triwulan I 2008 mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan triwulan maupun tahun sebelumnya. PDRB per kapita penduduk Babel pada triwulan I 2008 tercatat sebesar Rp4.351.745, meningkat sebesar 3,02 persen dari PDRB per kapita triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp4.224.049. Sedangkan apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terjadi peningkatan sebesar 14,63 persen. Namun demikian, apabila didasarkan atas harga konstan tahun 2000, PDRB per kapita pada triwulan I 2008 mengalami penurunan sebesar 1,35 persen dibanding triwulan sebelumnya. Sedangkan apabila dibandingkan tahun sebelumnya tercatat mengalami peningkatan sebesar 6,24 persen. Kondisi ketenagakerjaan Babel pada akhir tahun 2007 (sensus Agustus 2007) belum mengalami perubahan yang berarti dibanding kondisi awal tahun 2007 (sensus Februari 2007). Pada bulan Agustus 2007 jumlah angkatan kerja mencapai 507.962 orang, turun sebanyak 3.610 orang dibanding kondisi Februari 2007. Sektor primer masih menjadi tumpuan utama dalam penyerapan tenaga kerja dengan lebih dari 50 persen tenaga kerja terserap di sektor ini. Jumlah pengangguran terselubung di Propinsi Babel pada Agustus 2007 tercatat sebesar 34,8 persen Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah
Pertumbuhan ekonomi Babel pada triwulan mendatang diperkirakan akan mengalami peningkatan sebesar 2,53 persen ± 0,5 (q-to-q) atau sebesar 6,40 persen ± 0,5 secara tahunan (y-o-y).
6
Berdasarkan pemantauan Bank Indonesia Palembang, pertumbuhan ekonomi Babel pada triwulan mendatang diperkirakan akan mengalami
peningkatan.
Bank
Indonesia
Palembang
memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Propinsi Babel pada triwulan II 2008 secara triwulanan (q-to-q) mengalami peningkatan sebesar 2,53 persen ± 0,5. atau secara tahunan (y-o-y) diproyeksikan meningkat sebesar 6,40 persen ± 0,5.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Ringkasan Eksekutif
Stimulan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I selain dipengaruhi oleh meningkatnya produksi/ekspor timah dan sektor perkebunan juga diperkirakan dipengaruhi oleh meningkatnya sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dan juga sektor transportasi. Inflasi
di
Pangkalpinang
pada
triwulan
mendatang
diperkirakan akan mengalami peningkatan dibandingkan saat ini. Meningkatnya beberapa komoditas pokok di pasar dunia seperti terigu, kedelai, dan CPO diperkirakan akan menjadi salah satu faktor kuat penyebab terjadinya inflasi di triwulan II 2008. Inflasi kota Pangkalpinang pada triwulan II 2008 diproyeksikan lebih tinggi dibanding triwulan I 2008 yaitu meningkat sebesar 4,86 persen ± 0,5 (q-to-q). Sementara itu, inflasi tahunan (y-o-y) pada triwulan II 2008 diproyeksikan sebesar 12,83 persen ± 0,5. Tekanan inflasi pada triwulan II 2008 diperkirakan masih bersumber dari kelompok bahan makanan, makanan jadi, rokok dan minuman beralkohol, sandang,
Inflasi kota Pangkalpinang pada triwulan II 2008 diproyeksikan meningkat sebesar 4,86 persen ± 0,5 (q-to-q). Sementara itu, inflasi tahunan (y-o-y) diproyeksikan sebesar 12,83 persen ± 0,5.
serta transportasi dan komunikasi.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
7
Ringkasan Eksekutif
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
8
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
1
1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Tahunan (y-o-y) Pertumbuhan ekonomi Propinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) secara tahunan (y-o-y) pada triwulan I 2008 diproyeksikan sebesar 5,75 persen. Tingginya angka pertumbuhan ekonomi tahunan pada triwulan I 2008 tidak terlepas dari tingginya harga komoditas unggulan Babel seperti timah dan karet di pasar dunia. Pertumbuhan
tahunan
pada
Grafik 1.1 Pertumbuhan Perekonomian Tahunan (y-o-y) Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
triwulan I 2008 ini diproyeksikan lebih tinggi
dibandingkan
pertumbuhan
8.00
tahunan pada periode yang sama tahun
7.00
sebelumnya yang tercatat sebesar 3,48 Begitupun
dibandingkan
dengan
6.00
apabila pertumbuhan
tahunan pada triwulan sebelumnya
5.00 Persen
persen.
4.00
2.00
Kinerja pertumbuhan ekonomi Babel
1.00
lebih tinggi terkait dengan realisasi anggaran (belanja modal pemerintah) yang mencapai puncaknya pada akhir
4.11
5.75 5.31
4.80
4.30 3.48
3.00
yang tercatat sebesar 5,31 persen.
diperkirakan berpeluang untuk tumbuh
6.83
3.33
-
(0.07) Tw. I Tw. Tw. Tw. Tw. I Tw. Tw. Tw. Tw. I (1.00) II III IV II III IV 2006
2007
2008
Sumber : BPS Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
tahun. Sektor pertanian mencatat pertumbuhan paling tinggi yaitu sebesar 16,97 persen, diikuti oleh sektor keuangan, persewaan, & jasa perusahaan sebesar 8,03 persen, dan sektor jasa-jasa sebesar 6,89 persen. Tingginya pertumbuhan di sektor pertanian tidak terlepas dari kontribusi sub sektor tanaman perkebunan yang tumbuh sebesar 29,43 persen. Konsistensi tingginya harga komoditas karet dan sawit di pasar dunia merupakan
Kajian Ekonomi Ekonomi Regional Regional Propinsi Propinsi Kepulauan Kepulauan Bangka Bangka Belitung Belitung Triwulan Triwulan III I 2008 Kajian 2007
9
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
pendorong utama tingginya pertumbuhan di sub sektor perkebunan. Sub sektor tanaman bahan makanan tercatat hanya tumbuh sebesar 6,45 persen, padahal sub sektor ini tercatat menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Faktor cuaca yang semakin tidak kondusif diperkirakan menjadi salah satu penyebab pelambatan di sub sektor ini. Untuk sub sektor tanaman bahan makanan, dalam hal ini padii, pemerintah propinsi pada tahun 2008 merencanakan untuk mencetak sawah baru yang selama ini tergantung dari daerah lain. Berdasarkan data yang dihimpun dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura di beberapa kabupaten diketahui bahwa target produksi beras 5.833 ton atau menargetkan kenaikan sebesar 27 persen lebih tinggi dari realisasi produksi tahun 2007 yang sebesar 4.590 ton (lihat Suplemen 1. Menyiasati Iklim Untuk Meningkatkan Produktivitas Beras). Sektor bangunan, sektor pengangkutan & komunikasi, serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) tumbuh relatif tinggi dibandingkan triwulan yang sama pada tahun 2007, yakni masing-masing tercatat sebesar 6,72 persen, 6,60 persen, dan 6,05 persen. Relatif tingginya ketiga sektor tersebut tidak terlepas dari semakin Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Tahunan (y-o-y) PDRB Propinsi Kepulauan Bangka Belitung (persen) Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keu., Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa
2007
membaiknya
kondisi
perekonomian Babel secara makro dibandingkan
dengan
2008
tahun lalu. Kondisi perekonomian
Tw.I
Tw. II
Tw. III
Tw. IV
Tw.I
yang tercermin dari meningkatnya
(0.98)
2.59
1.43
18.50
16.97
pertumbuhan
3.70
2.87
(6.04)
(13.51)
(6.80)
perdagangan besar dan eceran
2.24
4.35
5.42
5.49
2.60
sebesar
4.12
3.88
4.27
2.43
1.96
5.58
5.33
7.11
8.37
6.72
6.92
7.62
7.96
6.40
6.05
7.28
8.06
8.98
7.35
6.60
2.62
2.80
3.10
3.15
8.03
10.45
10.32
6.65
5.59
6.89
6,17
sub
persen,
sektor
secara
langsung maupun tidak langsung berkorelasi dengan meningkatnya pertumbuhan pengangkutan
sub sebesar
sektor 5,92
persen, peningkatan pada sub sektor komunikasi sebesar 10,98 persen, maupun meningkatkan permintaan di sektor bangunan.
Sumber : BPS Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
10
kondisi
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Suplemen 1
MENYIASATI IKLIM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS BERAS Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menyerap tenaga kerja yang paling besar selain sub sektor pertambangan dan penggalian. Berdasarkan data dari data terakhir BPS Propinsi Bangka Belitung, persentase penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor pertanian pada bulan Agustus 2007 sebanyak 34,4 persen atau sebanyak 163.541 orang, dari total penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja sebanyak 475.006 orang. Sub sektor tanaman bahan makanan terutama padi merupakan salah satu sub sektor yang banyak digeluti oleh masyarakat, selain tentu saja sub sektor lain yang sedang naik daun yakni sub sektor tanaman perkebunan. Secara nasional sasaran kuantitatif pembangunan pertanian di antaranya adalah peningkatan produksi komoditas pertanian utama untuk tahun 2008 dan 2009 (lihat Tabel 1. Target Kenaikan Produksi Komoditas Pertanian 2008 - 2009). Tabel 1 Target Kenaikan Produksi Komoditas Pertanian 2008 - 2009 No.
Komoditas
Target Kenaikan 2008
Kenaikan Tahun 2009 (%/tahun)
1
Padi
60 – 61 juta ton
2
Jagung
15,9 – 16,5 juta ton
5
3
Kedelai
0,85 – 0,90 juta ton
6,5
4
Tebu (gula)
2,74 juta ton
7,09
5
Daging (sapi)
372 ribu ton
3,01
4,23
Sumber : Ditjen PLA Departemen Pertanian
Berdasarkan informasi dari Dinas tanaman pangan dan hortikultura 4 (empat) kabupaten/kota di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, pada tahun 2007 realisasi produksi beras tercatat sebesar 4.590 ton dan pada tahun 2008 ditargetkan mencapai 5.833 ton atau rata-rata meningkat sebesar 27,08 persen. Berdasarkan informasi dari 4 (empat) Kabupaten di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, target produksi beras pada tahun 2008 meningkat dengan kisaran peningkatan antara 20 – 80 persen (lihat Tabel 2. Realisasi Produksi Beras 2007 dan Target Produksi 2008 Propinsi Kepulauan Bangka Belitung (Ton)) Tabel. 2 Realisasi Produksi Beras 2007 dan Target Produksi 2008 Propinsi Kepulauan Bangka Belitung (Ton) No.
Kabupaten/Kota
2007
2008
Kenaikan (%)
1
Bangka Barat
1,168
1,422
2
Bangka
1,620
2,216
36.75
3
Belitung
727
1,306
79.64
4 Belitung Timur 1,075 889 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten di Propinsi Kep. Bangka Belitung
21.75
-17.34
Dalam rangka mencapai target produksi beras, salah satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah kondisi iklim dimana sektor pertanian secara umum dan produksi beras secara khusus sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Terkait dengan isu yang berkembang
Kajian Ekonomi Ekonomi Regional Regional Propinsi Propinsi Kepulauan Kepulauan Bangka Bangka Belitung Belitung Triwulan Triwulan III I 2008 Kajian 2007
11
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
saat ini yakni tentang pengaruh perubahan iklim terutama karena terjadinya pemanasan global yang menyebabkan terjadinya pergeseran karakteristik periode musim hujan dan musim kemarau. Pergeseran karakteristik periode musim juga berpengaruh terhadap pergeseran musim tanam yang telah terjadi selama 5 tahun terakhir dimana awal musim tanam bergeser 1-2 minggu, bahkan pantai utara pulau Jawa, musim tanam bergeser 1-2 bulan. Selain pergeseran musim tanam, dampak lain adalah terjadinya kekeringan di beberapa daerah sekaligus banjir di daerah lain pada waktu yang sama dengan intensitas dan luasan yang semakin meningkat. Berdasarkan data dari Direktur Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air (Ditjen PLA) Departemen Pertanian, bencana banjir dan kekeringan yang terjadi di Indonesia pada musim hujan periode Oktober 2007 hingga Februari 2008 seluas 22.270 hektar yang terkena banjir, 77.792 hektar mengalami puso (gagal panen) dan kerugian yang ditanggung sebanyak 501.194 ton gabah kering panen. Tabel 3. Bencana Banjir dan Kekeringan Kekeringan (hektar)
Banjir (hektar) Tahun
Terkena
Puso
Kerugian *)
Terkena 180.701
Puso
Kerugian *)
1998
143.344
33.152
275.952
32.557
310.929
2006
322.476
136.080
866.796
267.088
63.034
527.224
2007
196.261
72.362
485.709
295.552
17.348
365.944
MH 2007/2008 **) 22.720 77.792 *) Gabah Kering Panen (dalam ton) **) Periode Oktober 2007 – Februari 2008 Sumber : Ditjern PLA Departemen Pertanian
501.194
-
-
-
Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh DirJen Pengelolaan Lahan dan Air Departemen Pertanian yang disampaikan pada acara ”Round Table Discussion & Exhibition Penyusunan Rencana Aksi Migitasi dan Antisipasi Dampak Pemanasan Global di Regional sumatera dan Kalimantan untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan” yang diselenggarakan di Palembang tanggal 14-15 Maret 2008, langkah yang perlu dilakukan oleh instansi terkait dalam rangka adaptasi terhadap perubahan iklim tersebut dengan manajemen usaha tani terpadu yang terdiri dari : a. Manajemen Data dan Informasi 1. Mengefektifkan pemanfaatan informasi prakiraan iklim sebagai bahan analisis terjadinya perubahan iklim. 2. Meningkatkan optimalisasi pemanfaatan data pengamatan dari stasiun yg ada untuk mempelajari fenomena iklim & sumberdaya air wilayah dg akurasi, validasi dan kontinuitasnya. 3. Meningkatkan pemanfaatan peta wilayah rawan kekeringan sbg informasi awal memantau kekeringan dalam iklim normal. 4. Mengembangkan sistem deteksi dini kekeringan (early detection system for draught) secara spasial dan temporal. 5. Pengembangan sistem data base tanah, air dan iklim di setiap tingkat daerah otonomi. 6. Sosialisasi Cetak Biru Pengelolaan Banjir dan Kekeringan. 12
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
b. Manajemen Teknologi Usaha Tani 1. Melakukan analisis dampak anomali iklim terhadap pergeseran musim. 2. Pengembangan kalender tanam untuk mengoptimalkan saat dan masa tanam. 3. Melakukan pengaturan dan penerapan pola tanam berdasarkan kondisi agroklimat setempat. 4. Melakukan percepatan tanam dengan menerapkan teknologi tepat guna antara lain dengan sistem usaha tani Tanpa Olah Tanah (TOT). 5. Introduksi teknologi budidaya hemat air dengan penerapan System Rice Intensification (SRI) yang dapat mereduksi gas rumah kaca hingga 45 persen dan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dengan mengintroduksi sistem irigasi berselang yang menurunkan emisi gas metan 80 persen. 6. Menginstruksi varietas padi genjah yang toleran dengan salinitas, kekeringan dan rendaman. c. Manajemen Sarana dan Pra Sarana irigasi 1. Memperbaiki saluran irigasi untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan air irigasi dengan rehabilitasi/ perbaikan prasarana irigasi. 2. Meningkatkan pemanfaatan potensi sumber daya air alternatif baik air permukaan atau air tanah dg teknologi pompa. 3. Mobilisasi pompa dengan gerakan partisipatif bagi daerah yang masih tersedia sumber air. 4. Mengoptimalkan sistem gilir-giring dalam distribusi air irigasi. 5. Pengembangan Tata Air Mikro dengan memanfaatkan susutnya air rawa pada musim kemarau. d. Manajemen Konservasi 1. Meningkatkan daya dukung DAS dg mencegah kerusakan & memperbaiki catchment area melalui upaya konservasi lahan. 2. Melakukan konservasi air dg pemanenan hujan dan aliran permukaan. 3. Mengembangkan Teknologi Dam Parit yang dibangun pd alur sungai untuk menambah kapasitas tampung sungai, memperlambat laju aliran & meresapkan air ke dalam tanah (recharging). 4. Mengembangkan Sumur Resapan. e. Manajemen Kelembagaan 1. Memberdayakan kelompok tani dalam mengatur jadwal tanam dan menentukan awal musim tanam. 2. Meningkatkan kemampuan petugas lapang sebagai pendamping petani melalui pelatihan, sekolah lapangan dan bentuk transfer teknologi lainnya.
Kajian Ekonomi Ekonomi Regional Regional Propinsi Propinsi Kepulauan Kepulauan Bangka Bangka Belitung Belitung Triwulan Triwulan III I 2008 Kajian 2007
13
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Dengan target yang telah ditetapkan baik oleh pemerintah di tingkat pusat, propinsi maupun kabupaten/kota untuk meningkatkan produksi beras tersebut dan tantangan yang dihadapi akibat perubahan iklim sebagai dampak dari pemanasan global, diperlukan sinergi dari semua pihak terkait untuk secara bersama berkomitmen dan bertindak mencapai target tersebut.
14
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Sektor industri pengolahan dan sektor listrik, gas, dan air (LGA) tercatat mengalami peningkatan di bawah 3 (tiga) persen, yakni masing-masing sebesar 2,60 persen dan 1,96 persen dibandingkan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Satu-satunya sektor ekonomi yang mengalami
kontraksi adalah sektor pertambangan dan
penggalian yang mengalami kontraksi sebesar 6,80
persen. Penyebab kontraksi yang
terjadi pada sektor tersebut adalah menurunnya pertumbuhan sub sektor pertambangan non migas sebesar 10,33 persen sebagai dampak dari menurunnya aktivitas penambangan pasir. Adapun penggalian timah sebagai sektor andalan Babel tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 1,74 persen. 1.2. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Triwulanan (q-to-q) Pertumbuhan ekonomi Babel secara triwulanan (q-to-q) pada triwulan I 2008 diproyeksikan mengalami kontraksi sebesar 0,14 persen, lebih rendah apabila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi triwulanan pada triwulan sebelumnya yang mencapai 3,06 persen. Kontraksi
pertumbuhan
pada
triwulan
ini
merupakan
akumulasi
dari
kontraksi
pertumbuhan beberapa sektor ekonomi seperti sektor industri pengolahan, sektor bangunan,
sektor
perdagangan,
hotel,
dan
restoran (PHR), serta sektor
listrik, gas dan air (LGA) yang terkontraksi masing-masing sebesar 1,47 persen, 0,87 persen, 0,73 persen, dan 0,21 persen. Grafik 1.2 Pertumbuhan Perekonomian Triwulanan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
Grafik 1.3 Realisasi Pengadaan Semen Propinsi Babel Realisasi Pengadaan Semen Propinsi Bangka-Belitung 2007-2008(dalam (dalam ton) ton), 2007-2008
4.00 3.50
3.58
70,000
3.00
60,000
2.50 Persen
2.00
50,000 1.91
40,000
1.50
30,000
1.00
20,000
0.50
(0.50)
10,000
0.32
Tw. I Tw. II Tw. III (0.56) 2007
Tw. IV
(0.14) Tw. I 2008
(1.00)
Sumber : BPS Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
Realisasi
Tw I 2007
Tw II 2007
Tw III 2007
Tw IV 2007
Tw I 2008
46,785
48,700
61,975
64,601
38,396
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
Kajian Ekonomi Ekonomi Regional Regional Propinsi Propinsi Kepulauan Kepulauan Bangka Bangka Belitung Belitung Triwulan Triwulan III I 2008 Kajian 2007
15
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kontraksi pertumbuhan sektor bangunan di Pangkalpinang terindikasi dari rendahnya realisasi pengadaan semen Propinsi Babel hingga Februari 2008 berdasarkan data dari Asosiasi Semen Indonesia. Realisasi semen hinggan Februari 2008 baru mencapai 38.396 ton, lebih rendah dibanding triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar 46.785 ton. Pada triwulan I 2008, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan menjadi sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan paling tinggi sebesar 4,13 persen. Tingginya aktivitas di bidang keuangan (perbankan) dan jasa perusahaan diprediksi merupakan
penyebab
tingginya
pertumbuhan
sektor
ini
dibandingkan
triwulan
sebelumnya. Sektor Jasa-jasa serta sektor pengangkutan dan komunikasi tercatat mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 2,80 persen dan 1,19 persen. Selain itu, perayaan Imlek yang terjadi pada bulan Februari ini diperkirakan menjadi penyebab peningkatan sub sektor transportasi sebesar 0,91 persen dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan
Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Triwulanan (q-to-q) PDRB Propinsi Kepulauan Bangka Belitung (persen) Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keu., Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa
2007
ekonomi
pada Sektor pertanian serta sektor 2008
pertambangan
penggalian
yang
dan
merupakan
Tw.I
Tw. II
Tw. III
Tw. IV
Tw.I
1.40
5.41
(0.10)
10.97
0.10
(7.18)
(2.22)
(6.72)
2.15
0.03
1.30
2.32
1.45
0.31
(1.47)
0.25
0.55
1.47
0.15
(0.21)
0.66
0.81
3.98
2.70
(0.87)
(0.40)
1.50
3.52
1.68
(0.73)
smelter baru hasil joint venture
1.90
1.61
1.69
1.95
1.19
dengan negara Cina & Singapura
(0.58)
1.12
1.30
1.29
4.13
sektor unggulan Propinsi Babel diprediksi
hanya
tumbuh
di
bawah angka 1 (satu) persen dibandingkan
1.77
1.03
1.13
Sumber : BPS Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
2.80
triwulan
sebelumnya (q-to-q). Pembukaan
beberapa
yang mampu mengolah sampah timah
1.55
dengan
belum
berkadar mampu
pertumbuhan
0,11
persen
mendorong
ekonomi
secara
signifikan di sektor tersebut pada 16
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
triwulan I 2008 ini. Pertumbuhan ekonomi di sektor pertambangan dan penggalian tumbuh sebesar 0,03 persen dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q-to-q). Pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian meningkat sebesar 1,10 persen, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi triwulanan pada triwulan sebelumnya yang mencapai 10,97 persen. Kondisi cuaca yang masih belum kondusif bagi sub sektor tanaman perkebunan menjadi penyebab kontraksi pertumbuhan di sub sektor ini sebesar 0,67 persen (q-to-q). Terjadinya kontraksi pertumbuhan di sektor industri pengolahan sangat terkait erat dengan kontraksi pertumbuhan ekonomi yang terjadi di sub sektor tanaman perkebunan dan sub sektor penggalian, karena industri pengolahan yang berada di Babel di dominasi oleh industri pengolahan yang mempergunakan bahan baku yang berasal dari kedua sub sektor tersebut. Begitupun dengan sektor LGA yang sangat terkait dengan industri pengolahan menjadi terkontraksi pada triwulan ini. Berdasarkan kelompok sektor, PDRB triwulan I Babel masih ditopang oleh sektor primer yakni sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa sebesar 39,12 persen. Pangsa sektor primer tersebut sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 39,04 persen. Peningkatan pangsa di sektor primer ini terjadi pada sektor pertanian sebesar dari 24,61 persen menjadi 24,67 persen. Sektor penurunan
sekunder
pangsa
Grafik 1.4 Struktur Ekonomi Propinsi Kep. Bangka Belitung
mengalami
menjadi
28,04
50
persen dari sebesar 28,38 persen pada triwulan
sebelumnya.
40
Penurunan
sektor
sekunder
tersebut
persen
30
pangsa
20
disebabkan penurunan pangsa pada sub sektor industri pengolahan dan sektor
bangunan.
Sektor
industri
pengolahan mengalami penurunan dari
10
Tw . I 2007
P r im e r
triwulan sebelumnya
yang
tercatat
T w . II 2007
T w . III 2007
T w . IV 2007
S ekunder
Tw . I 2008
T e r s ie r
Sumber: BPS Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
sebesar 22,20 persen menjadi 21,91 persen. Sektor bangunan mengalami penurunan pangsa menjadi sebesar 5,62 persen dari sebesar 5,66 persen pada triwulan sebelumnya. Sedangkan sektor LGA tercatat tidak mengalami perubahan pangsa yakni tetap sebesar 0,51 persen. Kajian Ekonomi Ekonomi Regional Regional Propinsi Propinsi Kepulauan Kepulauan Bangka Bangka Belitung Belitung Triwulan Triwulan III I 2008 Kajian 2007
17
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Pangsa sektor tersier meningkat dari
Grafik 1.5 Kontribusi Sektor Ekonomi ADHK 2000 Propinsi Kep. Bangka Belitung Triwulan I 2008 3 .4 2 %
2 4 .6 7 %
3 .4 4 % 1 9 .4 6 %
P e r ta n ia n In d u s tr i Bangunan A n g k u ta n J a s a - ja s a
menjadi 32,84 persen di triwulan I 2008 ini. Hal tersebut
6 .5 2 %
5 .6 2 % 0 .5 1 %
sebesar 32,58 persen pada triwulan IV 2007
disebabkan
karena
terjadinya
peningkatan pangsa dari seluruh sub sektor pada sektor tersier ini, kecuali sub sektor PHR.
2 1 .9 1 %
1 4 .4 6 %
Sub sektor PHR tercatat mengalami penurunan
P e r ta m b a n g a n LGA PHR Keu. Sewa
Sedangkan sub sektor pengangkutan, sub
pangsa
menjadi
sebesar
19,46
persen.
sektor keuangan, serta sub sektor jasa-jasa masing-masing tercatat berpangsa sebesar 3,44
Sumber : BPS Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
persen, 3,42 persen, dan 6,52 persen. 1.3. Perkembangan PDRB Sisi Penggunaan Laju pertumbuhan PDRB Babel secara tahunan (y-o-y) dari sisi penggunaan pada triwulan 2008 menunjukkan bahwa investasi mengalami kontraksi pertumbuhan yang sangat Tabel 1.3 Pertumbuhan PDRB Menurut Penggunaan Propinsi Kep. Bangka Belitung Triwulan I 2008 No
1
2
3 4
Lapangan Usaha
Konsumsi Rumah Tangga Swasta Nirlaba Pemerintah Investasi PMTDB Perubahan Stok Permintaan Domestik Ekspor Netto Ekspor Barang & Jasa Impor Barang & Jasa PDRB
signifikan persen.
yakni
sebesar
Komponen
lapangan
Pertumbuhan Tahunan (y-o-y)
Pertumbuhan Triwulanan (q-to-q)
%
%
11.15 11.49 3.89 9.61 -482.30 5.25 78.25
-1.43 -1.54 0.65 -0.89 -51.30 -0.52 -25.47
yang
-3.23
11.74
terlepas dari peningkatan tahunan
24.06
-14.58
ekspor
17.09
-11.21
mencapai 17,09 persen.
5.84
-4.06
5.75
-0.14
usaha
lainnya
yang mengalami
kontraksi adalah permintaan domestik terkontraksi
sebesar
3,23
persen. Komponen yang mengalami pertumbuhan tahunan paling tinggi adalah net ekspor yang tumbuh sebesar
24,06
pertumbuhan
persen. net
barang
Tingginya
ekspor
dan
jasa
tidak
yang
Komponen konsumsi tercatat mengalami
pertumbuhan
sebesar 11,15
persen.
Sumber : BPS Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
18
482,30
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
tahunan Konsumsi
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
rumah tangga masih membukukan peningkatan tahunan yang paling tinggi di sektor ini dengan peningkatan sebesar 11,49 persen. Bertolak belakang dengan pertumbuhan ekonomi secara tahunan, pertumbuhan ekonomi dari sisi penggunaan secara triwulanan (q-to-q) pada triwulan I hanya terjadi pada komponen konsumsi swasta nirlaba dan komponen permintaan domestik secara net. Komponen konsumsi swasta nirlaba tercatat meningkat sebesar 0,65 persen, sedangkan permintaan domestik secara net tercatat meningkat sebesar 11,74 persen. Selain itu, konsumsi rumah tangga tercatat mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 1,54 persen, hal tersebut sesuai dengan hasil Survei Konsumen yang dilakukan KBI Palembang dimana konsumen menunjukkan rasa pesimisme terhadap ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang
yang bersifat
Pangkalpinang
tahan lama . Namun demikian, hasil Survei Konsumen di
menunjukkan
masih
Grafik 1.6 IKK, IKESI & Indeks Ketepatan Waktu Pembelian adanya rasa optimisme dari konsumen (Konsumsi) Barang Tahan Lama
terhadap kondisi ekonomi saat ini (lihat Optimis
140
Ini). Kontraksi pertumbuhan secara triwulanan
tertinggi
dialami
oleh
Indeks
Optimis terhadap Kondisi Ekonomi Saat
120 100 80
Pesimis
Suplemen 2. Masyarakat Babel Cukup
60 40 20 Mar Apr Mei Juni JuliAgustSep Okt Nov Des Jan Feb Mar
komponen investasi yang terkontraksi sebesar kontribusi
51,30
persen.
terhadap
penggunaan, memberikan
Berdasarkan
PDRB
komponen andil
sebesar
dari
sisi
2007
2008
Ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Keyakinan Konsumen
Sumber : Survei Konsumen KBI Palembang
ekspor 59,02
persen, dengan pangsa ekspor luar negeri terhadap PDRB sebesar 42,06 persen. Impor memiliki pangsa sebesar
Grafik 1.7 Kontribusi Komponen Penggunaan Propinsi Kep. Bangka Belitung Triwulan I 2008 Net Ekspor, 38.61
Konsum si R T, 58.81
20,41 persen, sehingga menyebabkan net ekspor menjadi sebesar 38,61 persen.
Perubah an Stok, (22.00) PM TD B, 14.94
Konsum si Pemerint
Konsum si Swasta, 0.81
Sumber : BPS Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
Kajian Ekonomi Ekonomi Regional Regional Propinsi Propinsi Kepulauan Kepulauan Bangka Bangka Belitung Belitung Triwulan Triwulan III I 2008 Kajian 2007
19
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Suplemen 2
MASYARAKAT BABEL CUKUP OPTIMIS TERHADAP KONDISI EKONOMI SAAT INI I. Kondisi Umum Optimisme Konsumen Pangkalpinang selama triwulan I – 2008 secara umum meningkat dibanding dengan triwulan IV - 2007. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada akhir triwulan I - 2008 mencapai 110.22, sedangkan Indeks Keyakinan Ekonomi Saat ini (IKESI) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) masing-masing mencapai 103.44 dan 117.00. Grafik 1 IKK, IKESI, IEK, periode 2007-2008 120 100 80 Pesimis
Indeks
Optimis
140
60 40 20 Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar 2007 IKK
2008 IKE
IEK
Selama triwulan I - 2008, beberapa hal yang menjadi concern bagi konsumen Pangkalpinang masing-masing; tingkat penghasilan, ketersediaan tenaga kerja, perkiraan harga barang & jasa ke depan (lihat grafik 2). Grafik 2 Pembentuk Keyakinan Konsumen periode 2007-2008 Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yang lalu
Optimis
180 160
Ekspektasi penghasilan 6 bulan yad
140
Pesimis
Indeks
120
Ketersediaan lapangan kerja saat ini
100 80 60
Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yad
40 20
2007
20
2008
Mar
Jan
Feb
Des
Okt
Nov
Sep
Juli
Agust
Mei
Juni
Apr
Mar
0
Ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama Kondisi ekonomi 6 bulan yad
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
II. Keyakinan Konsumen Bulan Januari 2008 IKK pada bulan Januari mencapai 100.17, sedangkan IKESI dan IEK masing-masing 91.83 dan 108.50. Indeks Penghasilan saat ini dibandingkan dengan 6 bulan yang lalu sebesar 125, indeks Ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang sebesar 134, indeks Ketersediaan lapangan kerja saat ini sebesar 78, indeks Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yang akan datang sebesar 95.50, indeks Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama sebesar 72.50, dan indeks Kondisi ekonomi 6 bulan yang akan datang sebesar 96. 2.1 Pendapat Responden terhadap Kondisi Ekonomi Sebagian besar responden (sebesar 38.5 persen) berpendapat bahwa kondisi ekonomi saat ini lebih buruk dibandingkan dengan kondisi 6 bulan yang lalu, 38 persen mengatakan kondisi ekonomi saat ini sama dengan kondisi 6 bulan yang lalu, dan hanya 23.5 persen mengatakan kondisi ekonomi lebih baik (lihat Tabel 1). Tabel 1 Pendapat Responden terhadap Kondisi Ekonomi Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden Kondisi Ekonomi Saat Ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan Lebih Lebih Jumlah Sama Baik Buruk Responden Rp 1juta-Rp3 Juta
39
63
65
167
Rp3-5 juta
8
11
11
30
>Rp 5 juta
0
2
1
3
Jumlah Responden
47
76
77
200
2.2 Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja Indeks B6 mengenai ketersediaan lapangan pekerjaan merupakan indeks yang terendah yakni 78. Sebagian besar responden (sebesar 43.5 persen) mengatakan bahwa ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini lebih buruk daripada kondisi enam bulan yang lalu. Sementara itu, jumlah responden yang menyatakan ketersediaan lapangan pekerjaan sama seperti 6 bulan silam sebanyak 35 persen, sedangkan yang berpendapat lebih baik sebanyak 21.5 persen. Responden SK pada bulan Januari sebagian besar (sebesar 84 persen) merupakan responden yang pengeluarannya berkisar Rp1 sd. 3 juta. Secara umum, untuk semua kelas berdasarkan pengeluaran per bulan, responden berpendapat bahwa ketersediaan lapangan kerja saat ini lebih buruk (lihat tabel 2).
Kajian Ekonomi Ekonomi Regional Regional Propinsi Propinsi Kepulauan Kepulauan Bangka Bangka Belitung Belitung Triwulan Triwulan III I 2008 Kajian 2007
21
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Tabel 2 Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden
Pengeluaran per Bulan
Ketersediaan Lapangan Pekerjaan saat ini dibanding 6 bulan yang lalu Lebih Baik
Sama
Lebih Buruk
Jumlah Responden
Rp 1juta-Rp3 Juta
35
57
75
167
Rp3-5 juta
7
13
10
30
>Rp 5 juta
1
0
2
3
Jumlah Responden
43
70
87
200
2.3 Pendapat Responden terhadap Penghasilan Sebagian besar responden (sebesar 62 persen) menyatakan bahwa penghasilan mereka cenderung tetap dibandingkan 6 bulan yang lalu. Sementara yang menyatakan naik 31.5 persen, sedangkan yang menyatakan lebih buruk sebanyak 6.5 persen. Lebih banyaknya persentase responden yang menyatakan penghasilan lebih baik daripada 6 bulan yang lalu besar kemungkinan ditopang adanya penyesuaian penghasilan antara lain melalui penyesuaian penghasilan dan kenaikan Upah Minimum Propinsi. Tabel 3 Pendapat Responden terhadap Penghasilannya Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden Penghasilan Saat ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan Lebih Lebih Jumlah Sama Baik Buruk Responden Rp 1juta-Rp3 Juta
54
102
11
167
Rp3-5 juta
9
19
2
30
>Rp 5 juta
0
3
0
3
Jumlah Responden
63
124
13
200
2.4 Perkiraan Perkembangan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Mendatang Sebagian besar responden (sebesar 86 persen) menyatakan bahwa harga barang dan jasa pada tiga bulan mendatang akan mengalami kenaikan dan 13.5 persen responden mengatakan stabil, sedangkan hanya sebagian kecil berpendapat akan mengalami penurunan.
22
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Tabel 4 Pendapat Responden terhadap Perkiraan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Mendatang Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden Prakiraan Harga Barang/Jasa Secara Umum pada 3 bulan yang akan datang Pengeluaran per Bulan Jumlah Naik Tetap Turun Responden Rp 1juta-Rp3 Juta
143
23
1
167
Rp3-5 juta
27
3
0
30
>Rp 5 juta
2
1
0
3
172
27
1
200
Jumlah Responden
III. Keyakinan Konsumen Bulan Februari 2008 IKK pada bulan Februari mencapai 115.33, sedangkan IKESI dan IEK masing-masing 112.83 dan 117.83. Indeks Penghasilan saat ini dibandingkan dengan 6 bulan yang lalu sebesar 130, indeks Ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang sebesar 136.50, indeks Ketersediaan lapangan kerja saat ini sebesar 119.50, indeks Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yang akan datang sebesar 114.50, indeks Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama sebesar 89, dan indeks Kondisi ekonomi 6 bulan yang akan datang sebesar 102.50. 3.1 Pendapat Responden terhadap Kondisi Ekonomi Sebagian besar responden (sebesar 40.5 persen) berpendapat bahwa kondisi ekonomi saat ini tetap dibandingkan dengan kondisi 6 bulan yang lalu, 39.5 persen mengatakan kondisi ekonomi saat ini lebih buruk dengan kondisi 6 bulan yang lalu, dan hanya 20 persen mengatakan kondisi ekonomi lebih baik (lihat tabel 5). Tabel 5 Pendapat Responden terhadap Kondisi Ekonomi Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden Kondisi Ekonomi Saat Ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan Lebih Lebih Jumlah Sama Baik Buruk Responden Rp 1juta-Rp3 Juta
30
68
65
163
Rp3-5 juta
10
12
12
34
>Rp 5 juta
0
1
2
3
Jumlah Responden
40
81
79
200
Kajian Ekonomi Ekonomi Regional Regional Propinsi Propinsi Kepulauan Kepulauan Bangka Bangka Belitung Belitung Triwulan Triwulan III I 2008 Kajian 2007
23
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
3.2 Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja Sebagian besar responden (sebesar 44 persen) mengatakan bahwa ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini lebih baik daripada kondisi enam bulan yang lalu. Sementara itu, jumlah responden yang menyatakan ketersediaan lapangan pekerjaan sama sebanyak 31.5 persen, sedangkan lebih baik sebanyak 24.5 persen. Responden SEK pada bulan Februari sebagian besar (sebesar 81.5 persen) merupakan responden yang pengeluarannya berkisar Rp1 sd. 3 juta. Secara umum, untuk semua kelas berdasarkan pengeluaran per bulan, responden berpendapat bahwa ketersediaan lapangan kerja saat ini lebih baik (lihat tabel 6). Tabel 6 Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden
Pengeluaran per Bulan
Ketersediaan Lapangan Pekerjaan saat ini dibanding 6 bulan yang lalu Lebih Baik
Sama
Lebih Buruk
Jumlah Responden
Rp 1juta-Rp3 Juta
67
48
48
163
Rp3-5 juta
20
13
1
34
>Rp 5 juta
1
2
0
3
Jumlah Responden
88
63
49
200
3.3 Pendapat Responden terhadap Penghasilan Lima puluh sembilan persen responden mengatakan penghasilan mereka cenderung tetap dibandingkan 6 bulan yang lalu, yang menyatakan naik 35.5 persen, dan yang menyatakan lebih buruk sebanyak 5.5 persen (lihat tabel 7). Tabel 7 Pendapat Responden terhadap Penghasilannya Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Penghasilan Saat ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan Lebih Lebih Jumlah Sama Baik Buruk Responden
24
Rp 1juta-Rp3 Juta
53
101
9
163
Rp3-5 juta
17
15
2
34
>Rp 5 juta
1
2
0
3
Jumlah Responden
71
118
11
200
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
3.4 Perkiraan Perkembangan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Mendatang Sebagian besar responden (sebesar 86 persen) menyatakan bahwa harga barang dan jasa pada tiga bulan mendatang akan mengalami kenaikan dan 14 persen responden mengatakan stabil dan tidak ada yang berpendapat akan mengalami penurunan. Pada setiap kelompok responden berdasarkan jumlah pengeluaran per bulan, sebagian besar responden mengatakan harga akan naik, terlebih lagi pada responden pada kelompok pengeluaran Rp1 sd. 3 juta (lihat tabel 8). Tabel 8 Pendapat Responden terhadap Perkiraan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Mendatang Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden Prakiraan Harga Barang/Jasa Secara Umum pada 3 bulan yang akan datang Pengeluaran per Bulan Jumlah Naik Tetap Turun Responden Rp 1juta-Rp3 Juta
141
22
0
163
Rp3-5 juta
28
6
0
34
>Rp 5 juta
3
0
0
3
172
28
0
200
Jumlah Responden
IV. Keyakinan Konsumen Bulan Maret 2008 IKK pada bulan Maret mencapai 115.17, sedangkan IKESI dan IEK masing-masing 105.67 dan 124.67. Indeks Penghasilan saat ini dibandingkan dengan 6 bulan yang lalu sebesar 134, indeks Ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang sebesar 152.50, indeks Ketersediaan lapangan kerja saat ini sebesar 97.50, indeks Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yang akan datang sebesar 104.50, indeks Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama sebesar 86, dan indeks Kondisi ekonomi 6 bulan yang akan datang sebesar 117. 4.1 Pendapat Responden terhadap Kondisi Ekonomi Sebagian besar responden (sebesar 37.5 persen) berpendapat bahwa kondisi ekonomi saat ini tetap dibandingkan dengan kondisi 6 bulan yang lalu, 35 persen mengatakan kondisi ekonomi saat ini lebih buruk dengan kondisi 6 bulan yang lalu, dan hanya 27.5 persen mengatakan kondisi ekonomi lebih baik (lihat tabel 9).
Kajian Ekonomi Ekonomi Regional Regional Propinsi Propinsi Kepulauan Kepulauan Bangka Bangka Belitung Belitung Triwulan Triwulan III I 2008 Kajian 2007
25
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Tabel 9 Pendapat Responden terhadap Kondisi Ekonomi Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden Kondisi Ekonomi Saat Ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan Lebih Lebih Jumlah Sama Baik Buruk Responden Rp 1juta-Rp3 Juta 43 63 59 165 Rp3-5 juta 11 12 10 33 >Rp 5 juta 1 0 1 2 Jumlah Responden 55 75 70 200
4.2 Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja Sebagian besar responden (sebesar 38 persen) mengatakan bahwa ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini lebih buruk daripada kondisi enam bulan yang lalu. Sementara itu, jumlah responden yang menyatakan ketersediaan lapangan pekerjaan lebih baik sebesar 35 persen, sedangkan yang berpendapat tetap sebesar 27 persen. Responden SK pada bulan Maret sebagian besar (sebesar 82.5 persen) merupakan responden yang pengeluarannya berkisar Rp1 sd. 3 juta. Secara umum, untuk semua kelas berdasarkan pengeluaran per bulan, responden berpendapat bahwa ketersediaan lapangan kerja saat ini lebih buruk (lihat tabel 10). Tabel 10 Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden Pengeluaran per Bulan
Rp 1juta-Rp3 Juta Rp3-5 juta >Rp 5 juta Jumlah Responden
Ketersediaan Lapangan Pekerjaan saat ini dibanding 6 bulan yang lalu Lebih Baik
Sama
Lebih Buruk
Jumlah Responden
56 14 0 70
42 11 1 54
67 8 1 76
165 33 2 200
4.3 Pendapat responden terhadap penghasilan Empat puluh tujuh persen responden mengatakan penghasilan mereka cenderung tetap dibandingkan 6 bulan yang lalu, yang menyatakan naik 43.5 persen, dan yang menyatakan lebih buruk sebanyak 9.5 persen (lihat tabel 11).
26
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Tabel 11 Pendapat Responden terhadap Penghasilannya Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden Penghasilan Saat ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan Rp 1juta-Rp3 Juta Rp3-5 juta >Rp 5 juta Jumlah Responden
Lebih Baik 69 17 1 87
Sama 81 12 1 94
Lebih Buruk 15 4 0 19
Jumlah Responden 165 33 2 200
4.4 Perkiraan Perkembangan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Mendatang Sebagian besar responden (sebesar 81.5 persen) menyatakan bahwa harga barang dan jasa pada tiga bulan mendatang akan mengalami kenaikan dan 17.5 persen responden mengatakan stabil, sedangkan hanya sebagian kecil berpendapat akan mengalami penurunan. Pada setiap kelompok responden berdasarkan jumlah pengeluaran per bulan, sebagian besar responden mengatakan harga akan naik, terlebih lagi pada responden pada kelompok pengeluaran Rp1 sd. 3 juta. (lihat tabel 12) Tabel 12 Pendapat Responden terhadap Perkiraan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Mendatang Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden Prakiraan Harga Barang/Jasa Secara Umum pada 3 bulan yang akan datang Pengeluaran per Bulan Jumlah Naik Tetap Turun Responden Rp 1juta-Rp3 Juta Rp3-5 juta >Rp 5 juta Jumlah Responden
134 29 0 163
30 4 1 35
1 0 1 2
165 33 2 200
Tabel 13 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Pangkalpinang IKK IKESI IEK
Jan 100.17 92.67 107.67
Feb 111.92 103.83 120.00
Mar 91.67 89.17 94.17
Apr 109.83 104.50 115.17
Mei 111.92 103.83 120.00
2007 Juni Juli 113.75 95.58 107.67 88.83 119.83 102.33
Agust 103.50 105.17 101.83
Sep 101.58 93.33 109.83
Okt 97.92 87.50 108.33
Nov 104.00 96.67 111.33
Des 106.75 100.33 113.17
Jan 100.17 91.83 108.50
2008 Feb 115.33 112.83 117.83
Kajian Ekonomi Ekonomi Regional Regional Propinsi Propinsi Kepulauan Kepulauan Bangka Bangka Belitung Belitung Triwulan Triwulan III I 2008 Kajian 2007
Mar 115.17 105.67 124.67
27
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
1.4. Perkembangan Ekspor Berdasarkan data nilai ekspor non migas menurut kelompok SITC dari Bank Indonesia, total nilai ekspor non migas di Propinsi Babel pada triwulan I 2008 (s/d Februari 2008) tercatat sebesar US$636,23 juta, meningkat sebesar 1.419,82 persen dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut terutama disumbang oleh peningkatan pada ekspor timah yang tercatat meningkat sebesar 4.393,45 persen dibandingkan triwulan IV 2007. Timah pun masih merupakan komoditas penyumbang ekspor terbesar pada triwulan I 2008 dengan nilai ekspor sebesar US$570,62 juta atau memiliki pangsa sebesar 89,69 persen dari total nilai ekspor Babel. Grafik 1.8 Pertumbuhan Ekspor Propinsi Kepulauan Bangka Belitung 700 600 500
Total Ekspor
dampak
luar
Timah
dari
negeri,
Singapura.
Minyak Sawit Karet
(Juta USD)
triwulan I 2008 diperkirakan merupakan meningkatnya
produksi
timah Babel yang kemudian di ekspor ke
Rempah-rempah
terutama Selain
peningkatan
400
ke
negara
disebabkan
produksi,
tingginya
oleh nilai
ekspor timah juga tidak terlepas dari
300
tingginya harga timah di pasar dunia.
200
Harga timah pada triwulan I 2008 secara
100
rata-rata
(100)
Tingginya nilai ekspor timah pada
Tw I
Tw II
Tw III 2007
Tw IV
Tw I 2008
berada
pada
kisaran
US$
17.130,6 untuk setiap metrik ton. Pada triwulan berikutnya, harga timah di pasar internasional
diprediksi
akan
tetap
meningkat. Komoditas minyak sawit dan rempah-rempah mengikuti nilai ekspor timah dengan nilai ekspor sebesar US$ 32,84 juta dan US$ 18,54 juta. Nilai ekspor komoditas minyak sawit mengalami peningkatan sebesar 81,72 persen dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, hal ini disebabkan selain karena volumenya yang meningkat sebesar 72,81 persen juga disebabkan karena terus melambungnya harga CPO di pasar internasional.
28
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.9 Perkembangan Harga Timah di Pasar Internasional
Grafik 1.10 Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional 19,871
1148.52
1,200
16,414
1,000 887.78
15,072 13,734
13,983
USD / Metrik Ton
USD / Metrik Ton
1,400
21,000 20,000 19,000 18,000 17,000 16,000 15,000 14,000 13,000 12,000 11,000 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 -
768.51
800
600
750.04
566.43
400
200
-
Mar Apr May Jun
Mar Apr
Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar 2007
May Jun
Jul
Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar
2007
2008
2008
Grafik 1.12 Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional
Grafik 1.11 Perkembangan Harga Karet di Pasar Internasional 350
120 300
298.16
256.35 241.52
229.97
USD / Barel
USD Cent / Metrik Ton
250
94.90
100
270.63
200
150
100
80 60
67.30 60.60 63.95
79.61 85.90 74.05 79.1890.41 74.02 75.94 67.49 72.38 66.33 71.21 63.51 63.79
105.34 93.0095.39 102.99 91.76 93.00 85.53 86.45
58.10 40 20
50
0
Mar Apr May Jun
Jul
Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar
2007
2008
Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar 2007
WTI
2008
Minas
Kajian Ekonomi Ekonomi Regional Regional Propinsi Propinsi Kepulauan Kepulauan Bangka Bangka Belitung Belitung Triwulan Triwulan III I 2008 Kajian 2007
29
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Komoditas rempah-rempah mengalami peningkatan nilai ekspor sebesar 239,03 persen dibandingkan triwulan sebelumnya, sedangkan komoditas karet tercatat mengalami ekspor sebesar US$ 7,81 juta setelah pada triwulan sebelumnya tercatat tidak mengalami ekspor. Berdasarkan negara tujuan, pola ekspor masih terlihat seperti triwulan
sebelumnya
wilayah
Asia
masih
dimana tetap
Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekspor Non Migas Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Berdasarkan Negara Tujuan (US$ Juta) 2007 2008 Wilayah Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I -
0.01
0.08
0.05
-
1.39
1.36
3.44
1.54
3.14
46.08
110.78
525.56
32.63
573.36
-
-
5.33
-
5.54
Eropa
1.73
10.92
26.35
7.64
54.19
Total
49.20
123.08
560.77
41.86
636.23
Afrika
mendominasi tujuan ekspor dengan
Amerika
pangsa
Asia
sebesar
90,12
persen
menurut nilai atau sebesar US$ 573,36 juta, kemudian diikuti oleh
Australia
Eropa dengan pangsa sebesar 8,52 persen atau sebesar US$ 54,19 juta.
1.5. Investasi PMA dan PMDN Berdasarkan data dari BKPM sampai dengan bulan Desember 2007, persetujuan rencana investasi di Babel tercatat sebesar Rp1.686,90 miliar untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan sebesar US$86,80 juta untuk Penanaman Modal Asing (PMA). Adapun realisasi investasi di Babel pada tahun 2007 ini tercatat sebesar Rp313,7 miliar untuk PMDN sedangkan PMA sampai saat ini belum terealisasi. Investasi PMDN dengan nominal sebesar Rp313,7 miliar tersebut tercatat terealisasi pada bulan Juli 2007. Pada tahun sebelumnya tercatat realisasi investasi untuk PMA di wilayah Babel sebesar US$0,6 juta, sedangkan untuk PMDN tidak tercatat adanya realisasi investasi. Dari segi peringkat, realisasi investasi PMDN di wilayah Babel menduduki peringkat ke-15 dengan pangsa sebesar 0,9 persen dari total realisasi PMDN di Indonesia. Jauh berada di bawah nilai realisasi investasi PMDN di Jawa Barat yang menduduki peringkat pertama dengan nilai realisasi investasi PMDN yang mencapai Rp11.347,9 miliar atau dengan pangsa sebesar 32,5 persen.
30
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Berdasarkan peringkat realisasi investasi di pulau Sumatera, Propinsi Babel tercatat menduduki peringkat ke-5 di bawah Propinsi Jambi, Riau, Sumatera Utara, dan Propinsi Sumatera Selatan. Tabel 1.5 Peringkat Realisasi Investasi PMDN Tahun 2007 Nilai Jumlah No Lokasi (Rp % Proyek miliar) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Jabar Jambi Jakarta Riau Sulteng Jatim Sumut Banten Sumsel Sulut Sulteng Kalteng Kaltim Kalsel Babel Kalbar Jateng Lampung Kepri Yogya
35 3 34 11 1 17 6 22 5 1 2 2 3 4 1 2 4 2 2 1
11,347.9 4,751.8 4,218.0 3,095.3 2,768.9 1,724.7 1,521.3 1,068.7 811.5 624.0 487.6 447.0 440.0 384.0 287.0 276.5 163.8 97.1 33.1 15.7
32.5 13.6 12.1 8.9 7.9 4.9 4.4 3.1 2.3 1.8 1.4 1.3 1.3 1.1 0.9 0.8 0.8 0.5 0.3 0.1
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal
Kajian Ekonomi Ekonomi Regional Regional Propinsi Propinsi Kepulauan Kepulauan Bangka Bangka Belitung Belitung Triwulan Triwulan III I 2008 Kajian 2007
31
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
32
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Perkembangan Inflasi Pangkalpinang
PERKEMBANGAN INFLASI PANGKALPINANG
2
Pola inflasi secara bulanan (m-t-m) yang terjadi di kota Pangkalpinang pada triwulan I 2008 dapat dikatakan hampir sama dengan pola inflasi yang terjadi secara nasional dengan kecenderungan inflasi Babel yang lebih tinggi selama 2 (dua) bulan pertama selama kurun waktu triwulan I 2008. Pada bulan Maret 2008, kota Pangkalpinang tercatat mengalami inflasi bulanan yang lebih rendah dibandingkan inflasi nasional, yaitu sebesar 0,05 persen. Hal ini dapat diartikan bahwa gejolak inflasi di kepulauan Bangka Belitung (Babel) mulai relatif membaik dari sisi volatilitas. Namun demikian jika dilihat dari rentang waktu yang lebih panjang, inflasi rata-rata Pangkalpinang lebih tinggi daripada angka rata-rata inflasi nasional yaitu sebesar 9,42 persen, sedangkan nasional sebesar 9,05 persen (lihat Suplemen 3. Babel Perlu Strategi Pamungkas Untuk Perangi Inflasi).
Grafik 2.1 Perbandingan Inflasi Bulanan (m-t-m) di Pangkalpinang dan Nasional (persen)
5
4
3
2
1
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar
0
-1
2006
2007 P angk alpinang
2008
N a sional
Sumber: BPS Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
33
Perkembangan Inflasi Pangkalpinang
Suplemen 3
BABEL PERLU STRATEGI PAMUNGKAS UNTUK PERANGI INFLASI: Tim Pengendalian Inflasi Daerah Sebuah Alternatif Tujuan Bank Indonesia sebagai diamanatkan oleh undang-undang yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut BI mempunyai tugas utama yakni menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi bank. Dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter tersebut, BI berwenang menetapkan sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah. Tingkat inflasi mencerminkan kenaikan harga barang-barang secara umum. Inflasi dipengaruhi oleh banyak faktor yang secara garis besar dibagi menjadi dua yakni tekanan inflasi yang berasal dari sisi permintaan dan sisi penawaran. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter hanya mampu untuk mempengaruhi inflasi dari sisi permintaan, yang lazim disebut dengan inflasi inti (core inflation) atau underlying inflation, yang bersifat permanen dan persisten. Tingka inflasi inilah yang menjadi acuan Bank Indonesia dalam menetapkan kebijakan moneter. Dalam merumuskan kebijakan moneter, Bank Indonesia menggunakan inflasi inti sebagai sasaran operasional dikarenakan inflasi inti dapat memberikan sinyal yang tepat dalam memformulasikan kebijakan moneter. Melalui inflasi inti, Bank Indonesia akan mengetahui kecenderungan inflasi yang bersifat jangka menengah dan jangka panjang. Kemudian melalui inflasi IHK, akan diperoleh informasi mengenai inflasi jangka pendek yang belum tentu direspon dengan kebijakan suku bunga. Inflasi non inti (non core inflation) secara definisi dapat diartikan inflasi oleh gangguan dari penawaran dan berada di luar kendali otoritas moneter bersifat sesaat atau sering disebut noises inflation. Terhadap inflasi non inti tersebut, kebijakan moneter oleh Bank Indonesia tidak akan berdampak apa-apa, karena yang diperlukan adalah kebijakan lain yakni kebijakan fiskal dan sektor riil. Sehingga koordinasi antar lembaga sangat penting dalam menangani inflasi non inti. Sebagai contoh, respon kebijakan terhadap kenaikan inflasi yang disebabkan oleh tindak kriminal penimbunan oleh oknum tertentu jelas berbeda dengan kasus inflasi yang disebabkan oleh depresiasi nilai rupiah. Kenaikan inflasi karena tindak kriminal spekulasi harus ditindaklanjuti dengan upaya pemberantasan spekulan atau meninjau kembali kebijakan tata niaga beras. Contoh lain, kenaikan inflasi karena naiknya harga karena pasokan terganggu akibat serangan hama wereng atau tikus, jelas harus direspon dengan upaya dinas-dinas terkait untuk menemukan cara efektif untuk memberantas hama. Inflasi yang rendah dan stabil merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkesinambungan. Inflasi daerah yang mempunyai kontribusi yang relatif besar yakni sebesar 73 persen dari inflasi. Sumber tekanan inflasi di daerah sangat tergantung dan dipengaruhi oleh karakteristik daerah masing-masing. Dengan mempertimbangkan besarnya kontribusinya serta dalam rangka mendukung pencapaian sasaran inflasi nasional, pengendalian inflasi di daerah merupakan sebuah keharusan dan bukan hanya menjadi tanggung jawab Bank Indonesia melainkan juga kebutuhan dari Pemerintah Daerah dan institusi terkait di daerah, khususnya inflasi yang disebabkan oleh gangguan penawaran. 34
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008 Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III 2007
Perkembangan Inflasi Pangkalpinang
Secara umum penyebab inflasi di setiap kota relatif identik yakni (1) tekanan nilai tukar, (2) tingginya ekspektasi dan (3) adanya kenaikan administered price. Namun ada pula faktor-faktor lain yang membentuk perilaku pembentukan harga di suatu daerah, antara lain, adalah faktor shocks pasokan terjadi karena berbagai hal yaitu (1) kelangkaan pasokan, (2) buruknya infrastruktur untuk distribusi, (3) rantai distribusi (span of distribution) yang panjang, (4) perilaku penimbunan dan pungli, serta (5) pengaruh musiman. Inflasi volatile food ditengarai menjadi penyebab tingginya inflasi di daerah.
yoy %
Grafik 1 Rata-Rata Inflasi Nasional dan 34 Daerah, 2004-2007
12.00 Total bobot untuk 34 kota yang inflasi rata-ratanya diatas nasional sebesar 50,9%
11.00 10.00 9.00 8.00 7.00 6.00
Rata-rata Inflasi Kota (tahun 2004-2007) Nasional
(sumber : BPS)
DENPASAR BATAM SURAKARTA AMBON SURABAYA MALANG SAMPIT JAKARTA CIREBON MAKASSAR PALANGKARAYA SEMARANG PONTIANAK PURWOKERTO PANGKAL PINANG SERANG/CILEGON JEMBER MATARAM BALIKPAPAN BANDUNG KEDIRI SAMARINDA MANADO BANDAR LAMPUNG BANJARMASIN TERNATE PEKANBARU PALU TEGAL YOGYAKARTA LHOKSEUMAWE SIBOLGA BENGKULU PEMATANG SIANTAR KUPANG GORONTALO JAMBI MEDAN PADANG TASIKMALAYA PADANG SIDEMPUAN JAYAPURA PALEMBANG KENDARI BANDA ACEH
5.00
Kondisi dan faktor-faktor penyebab inflasi di daerah Secara umum tekanan inflasi disebabkan oleh dua faktor utama yaitu faktor fundamental dan non-fundamental. Faktor fundamental merupakan faktor pembentuk inflasi inti dan merupakan komponen inflasi bersifat permanen, terdiri dari: (1) ekspektasi inflasi, (2) kesenjangan penawaran dan permintaan serta (3) faktor eksternal. Sementara itu, faktor non-fundamental yang merupakan komponen inflasi bersifat sementara dan pembentuk inflasi non inti (kejutan) dapat berupa kejutan (shock) yaitu: (1) kejutan (shock) pasokan dan (2) kebijakan kenaikan administered prices (tarif dasar listrik), cukai rokok serta harga BBM (Bagan 1).
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
35
Perkembangan Inflasi Pangkalpinang
Bagan 1. Faktor-Faktor Penyebab Tekanan Inflasi Faktor Fundamental
Ekspektasi inflasi Kesenjangan permintaan dan penawaran Eksternal
Inflasi Inti
Komponen inflasi bersifat permanen
Inflasi IHK
Faktor non-fundamental SHOCKS Kejutan (shocks) pasokan Kebijakan administered prices (TDL, cukai rokok, harga BBM)
Inflasi Non Inti (Kejutan)
Komponen inflasi bersifat sementara
Fokus dan Strategi Pengendalian Inflasi di Daerah Dalam kurun waktu 2004-2007, rata-rata inflasi kota Pangkalpinang berada sedikit di atas angka rata-rata angka inflasi nasional. Angka rata-rata inflasi Pangkalpinang dalam kurun waktu tersebut sebesar 9,42 persen, sedangkan angka rata-rata inflasi nasional sebesar 9.05 persen. Pangkalpinang merupakan salah satu dari 34 daerah yang inflasinya di atas angka inflasi nasional. Kondisi ini seharusnya membuat semua pihak yang terkait mulai memikirkan upaya-upaya untuk membawa kembali inflasi Pangkalpinang ke bawah angka nasional. Karena sebagaimana yang kita pahami bersama bahwa inflasi menjadikan daya saing ekonomi suatu daerah menjadi lebih rendah dibanding daerah yang mempunyai infasi rendah. Grafik 2
Perbandingan Pangkalpinang dandan Inflasi Nasional PerbandinganRata-Rata Rata-rataInflasi Inflasi Pangkalpinang Inflasi Nasional (y-o-y, dalam%) %), 2004-2005 (y-o-y, dalam Tahun 2004-2005 25 20 15 10 5
Jan-04 Feb-04 Mar-04 Apr-04 May-04 Jun-04 Jul-04 Aug-04 Sep-04 Oct-04 Nov-04 Dec-04 Jan-05 Feb-05 Mar-05 Apr-05 May-05 Jun-05 Jul-05 Aug-05 Sep-05 Oct-05 Nov-05 Dec-05 Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06 May-06 Jun-06 Jul-06 Aug-06 Sep-06 Oct-06 Nov-06 Dec-06 Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 May-07 Jun-07 Jul-07 Aug-07 Sep-07 Oct-07 Nov-07 Dec-07
0
Pangkapinang
36
Nasional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008 Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III 2007
Perkembangan Inflasi Pangkalpinang
Saat ini Bank Indonesia di beberapa daerah, termasuk di Propinsi Sumatera Selatan, telah membentuk Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang bertujuan akhir untuk mengendalikan inflasi. Tidak berbeda dengan daerah lain, upaya untuk mengendalikan inflasi di Pangkalpinang pun membutuhkan mekanisme koordinasi serupa dari pihak terkait yang di dalamnya termasuk Bank Indonesia. Dibutuhkan pula komitmen bersama dari pihak-pihak tersebut untuk memerangi inflasi. Komitmen bersama inilah yang harus diformalkan ke dalam sebuah kelembagaan, yakni TPID, dan tim tersebut seyogyanya dapat diupayakan berdiri di Babel Beberapa hal yang dapat dijadikan fokus bersama adalah: 1. Mengamankan kecukupan pasokan dan kelancaran distribusi, terutama untuk barang kebutuhan pokok. 2. Meminimalkan gangguan harga yang bersumber dari administered prices di daerah. 3. Mendapatkan level UMP dan tingkat pengeluaran APBD, termasuk gaji pegawai yang konsisten dengan pengendalian sasaran inflasi nasional namun tetap menjaga daya beli di daerah 4. Memberikan pemahaman kondisi dan prospek ekonomi serta risiko tekanan inflasi daerah dari sisi permintaan dan penawaran. Sementara itu strategi yang dapat diterapkan dalam memerangi bahaya inflasi sebagai berikut: • Memperkuat aspek kelembagaan antara Pemerintah Daerah dan Bank Indonesia, terutama dalam rangka menanamkan komitmen pihak terkait untuk bersamasama mengendalikan inflasi di daerah. • Mengidentifikasi sumber kelangkaan pasokan barang kebutuhan pokok a.l. : (a) Menjamin kelancaran dan memperpendek jalur distribusi; (b) Memperbaiki manajemen stok; (c) Memperbaiki infrastruktur di daerah; (d) Menghapus perilaku penimbunan dan pungli. • Meneliti analisis/skenario kenaikan administered prices terhadap inflasi daerah. • Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi penetapan UMP, termasuk mengkaji peran inflasi dalam penetapan UMP, pengeluaran PEMDA, dan pengaruhnya terhadap daya beli masyarakat. • Melakukan diseminasi untuk memberikan pemahaman masyarakat di daerah terkait kondisi dan prospek ekonomi serta risiko tekanan inflasi
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
37
Perkembangan Inflasi Pangkalpinang
2.1. Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Pangkalpinang mengalami inflasi tahunan (y-o-y) sebesar 6,54 persen pada triwulan I 2008. Laju inflasi tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka inflasi tahunan pada triwulan
sebelumnya
sebesar
2,64
persen.
Peningkatan
angka
inflasi
tersebut
mencerminkan terjadinya ketidakstabilan harga barang dan jasa yang juga menjadi sinyal tidak terpenuhinya ketersediaan barang dan jasa dalam jumlah yang cukup. Laju inflasi tahunan (y-o-y)
Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Pangkalpinang
tertinggi terjadi
7.00 6.54
pada
triwulan kelompok
I
2008
sandang
sebesar 13,85 persen. Laju Inflasi di kelompok ini terutama disumbangkan
6.00 5.63 5.00
Persen
pada
oleh sub kelompok barang pribadi
4.77
dan sandang lainnya yang mengalami
4.00
inflasi sebesar 46,67 persen sebagai
3.24
3.00
2.64
akibat
2.00
dari
naiknya
harga
emas
sebesar 52,14 persen. Naiknya harga 1.00
emas merupakan dampak dari resesi
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2007
Sumber: BPS Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
Tw I
ekonomi secara global sebagai akibat
2008
dari peningkatan harga komoditas pangan di dunia secara persisten dalam tiga bulan terakhir. Komoditas
emas masih menjadi pilihan bagi banyak orang untuk berinvestasi. Laju inflasi tahunan kelompok bahan makanan mencapai 11,95 persen pada triwulan I 2008 ini. Penyebab inflasi di kelompok ini terutama disebabkan karena tingginya inflasi pada komoditas tempe dan tahu mentah yang masing-masing sebesar 78,57 persen dan 62,50 persen, sehingga mengakibatkan sub kelompok kacang-kacangan mengalami inflasi sebesar 59,77 persen. Penyebab tingginya tahu dan tempe adalah peningkatan harga yang signifikan harga kacang kedelai yang merupakan komoditas impor. Selain itu, konsistensi tingginya harga minyak goreng dan telur merupakan penyebab lain dari tingginya inflasi kelompok bahan makanan. Inflasi terendah pada sektor bahan makanan dialami oleh sub kelompok sayur-sayuran yang mengalami inflasi sebesar 1,81 persen.
38
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008 Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III 2007
Perkembangan Inflasi Pangkalpinang
Grafik 2.3 Perkembangan Harga Terigu di Pasar Internasional
Grafik 2.4 Perkembangan Harga Beras di Pasar Internasional
12 10.87
10
9.01 7.58
6
5.27
4.54
4
US$/MT
2
2007
2008
356.98
2008
Grafik 2.6 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional 1,200
16 14
1,000
12.89
12
11.18
10 7.20
7.84
US$/OZ
US$/Bushel
318.67
Sumber : Bloomberg, diolah
Grafik 2.5 Perkembangan Harga Kedelai di Pasar Internasional
6
313.07
2007
Sumber : Bloomberg, diolah
8
309.73
Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar
Mar
Feb
Dec Jan
Oct
Nov
Sep
Jul
Aug
Apr
May Jun
Mar
-
439.98
8.95
4
960.89
800 600
654.46
655.43
713.61
807.11
400 200
2 Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar
-
2007 Sumber : Bloomberg, diolah
2008
Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar
US$/Bushel
8
500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 -
2007
2008
Sumber : Bloomberg, diolah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
39
Perkembangan Inflasi Pangkalpinang
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga mengalami inflasi sebesar 11,56 persen. Penyumbang inflasi pada kelompok ini terutama adalah sub kelompok jasa pendidikan yang mengalami inflasi sebesar 14,07 persen terkait dengan peningkatan biaya pendidikan SLTA sebesar 21,35 persen. Selain itu, biaya bimbingan belajar mengalami inflasi tertinggi pada di kelompok ini dengan inflasi sebesar 26,12 persen, sedangkan inflasi terendah dicatat sub kelompok olah raga sebesar 0,73 persen. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau tercatat mengalami inflasi sebesar 9,76 persen. Laju inflasi tersebut disumbangkan oleh sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol yang mengalami inflasi sebesar 12,89 persen yang disebabkan peningkatan harga rokok kretek filter mengalami inflasi sebesar 14,82 persen. Inflasi terendah di kelompok ini terjadi pada sub kelompok minuman yang tidak beralkohol sebesar 1,07. Pada sub kelompok minuman yang tidak beralkohol, gula pasir tercatat mengalami deflasi sebesar 0,26 persen. Komoditas yang mengalami inflasi tertinggi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau adalah komoditas pecel yang mengalami inflasi sebesar 87,50 persen. Grafik 2.7 Perkembangan Inflasi Tahunan per Kelompok Barang dan Jasa di Pangkalpinang
Persen
16 14
13.85
12
11.95 11.56
10
9.76
8 6 5.02 4 2
0.44
0 Tw I 07
Tw II 07
Tw III 07
Tw IV 07
Tw I 08
-2 -4
Bahan makanan
Makanan jadi
Perumahan
Kesehatan
Pendidikan
Transpor
Sandang
Sumber: BPS Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
40
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008 Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III 2007
-0.27
Perkembangan Inflasi Pangkalpinang
Laju inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau tercatat sebesar 5,02 persen terutama disumbangkan oleh sub kelompok jasa perawatan jasmani yang mengalami inflasi sebesar 32,83 persen terkait dengan kenaikan harga pada tarif gunting rambut pria sebesar 50,00 persen. Sub kelompok obat-obatan tercatat mengalami inflasi terendah sebesar 0,98 persen. Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar tercatat mengalami inflasi sebesar 0,44 persen. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok biaya tempat tinggal yang mengalami inflasi sebesar 6,75 persen dengan peningkatan harga komoditas batu bata sebesar 28,50 persen. Satu-satunya kelompok komoditas yang mengalami deflasi adalah kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Kelompok ini mengalami deflasi sebesar 0,27 persen. Terjadinya deflasi di kelompok tersebut terutama disebabkan karena terjadinya penurunan harga angkutan udara sebesar 31,68 persen sehingga menyebabkan sub kelompok transportasi mengalami deflasi sebesar 0,38 persen.
2.2. Inflasi Triwulanan (q-to-q) Secara
triwulanan
Pangkalpinang
(q-to-q)
tercatat
Kota Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-to-q) Pangkalpinang
mengalami
inflasi sebesar 6,52 persen pada triwulan I 2008. Inflasi yang terjadi di Pangkalpinang
disumbangkan terjadi
pada
makanan sebesar
yang 11,23
oleh
inflasi
kelompok
bahan
mengalami
inflasi
persen.
inflasi
sub
karena
6.52
Tingginya
tingginya
kelompok
6
yang
inflasi pada kelompok ini terutama disebabkan
7
terutama
laju
kacang-
kacangan dan ikan segar masing-
5 4 Persen
kota
3
2.62
2 1
0.67
0 -1
Tw I
Tw II
Tw III
0.33 Tw IV
-0.98 2007
Tw I 2008
-2
masing sebesar 52,79 persen dan Sumber: BPS Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
41
Perkembangan Inflasi Pangkalpinang
30,46 persen. Seperti telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya, tingginya harga kacang kedelai merupakan penyebab terjadinya inflasi pada sub kelompok kacang-kacangan. Adapun penyebab inflasi di sub kelompok ikan segar adalah faktor cuaca yang tidak kondusif pada triwulan I ini menyebabkan aktivitas nelayan berkurang sehingga menyebabkan berkurangnya pasokan ikan segar di pasaran. Kelompok sandang serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mencatat inflasi masing-masing sebesar 7,51 persen dan 7,08 persen. Penyebab utama inflasi pada kelompok sandang adalah komoditas emas yang mengalami inflasi sebesar 27,24 persen. Sedangkan penyebab inflasi kelompok makanan jadi terutama disebabkan oleh meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap komoditas makanan jadi, minuman, dan rokok terkait dengan perayaan Imlek di bulan Februari 2008. Selain ketiga kelompok tersebut, kelompok lainnya hanya mengalami inflasi triwulanan dibawah tiga persen. Bahkan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami deflasi sebesar 0,0025 persen. Kelompok kesehatan, kelompok perumahan, dan kelompok pendidikan masing-masing mengalami inflasi sebesar 2,79 persen, 2,20 persen dan 0,29 persen. Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Triwulanan per Kelompok Barang dan Jasa di Pangkalpinang 12 11.23 10 8
7.51 7.08
Persen
6 4
2.79
2
2.20
0
0.29 0.00 Tw I 07
Tw II 07
Tw III 07
Tw IV 07
Tw I 08
-2 -4
Bahan makanan
Makanan jadi
Perumahan
Kesehatan
Pendidikan
Transpor
Sandang
Sumber: BPS Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
42
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008 Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III 2007
Perkembangan Inflasi Pangkalpinang
2.3. Disaggregasi Inflasi
Grafik 2.10 Komposisi Inflasi Berdasarkan Jenis Inflasi di Kota Pangkalpinang Triwulan I 2008
Inflasi yang terjadi di kota Pangkalpinang disumbangkan oleh inflasi inti dengan
9.02%
49.30%
pangsa sebesar 49,30 persen dan pangsa inflasi non inti sebesar 50,70 persen. Inflasi inti secara tahunan (yoy) tercatat sebesar
41.68%
6,93 persen, inflasi barang volatile foods
Inti
Non Inti Administered
Non Inti Volatile
tercatat sebesar 11,07 persen, sedangkan Sumber: BPS Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
administered prices tercatat mengalami deflasi sebesar 1,23 persen.
Tingginya inflasi inti disebabkan karena inflasi yang terjadi pada kelompok sandang, bahan makanan, dan makanan jadi yang cukup tinggi selain dari pengaruh inflasi yang tinggi dari sektor pendidikan, rekreasi, dan olah raga.
Grafik 2.11 Perkembangan Inflasi Berdasarkan Inflasi Inti (y-o-y) di Pangkalpinang Inflasi Tahunan (yoy) Core (yoy) Non Core (yoy) Volatile (yoy) Administered (yoy)
14 12 10 8
persen
6 4 2 (2)
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2007
1
2
3
2008
(4) (6)
Sumber: BPS Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
43
Perkembangan Inflasi Pangkalpinang
2.4. Komoditas Penyumbang Inflasi Berdasarkan kelompok barang, penyumbang inflasi terbesar di Pangkalpinang pada triwulan I 2008 adalah kelompok bahan makanan sebesar 39,53 persen. Komoditas penyumbang inflasi tertinggi di kelompok ini adalah beras sebesar 6,42 persen. Sedangkan penyumbang inflasi terendah adalah kelompok kesehatan sebesar 2,47 persen. Tabel 2.1 Persentase Penyumbang Inflasi Babel Berdasarkan Kelompok Tw I 2008 KELOMPOK BARANG
Tabel 2.2 Rangking Penyumbang Inflasi Babel Berdasarkan Komoditas Tw I 2008
PERSENTASE
KELOMPOK BARANG
PERSENTASE
BAHAN MAKANAN
39.53
MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU
19.34
PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR
20.45
Beras
6.42
SANDANG
4.79
Rokok Kretek Filter
3.91
KESEHATAN
2.47
Bensin
3.83
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA
4.12
Tarip Listrik
2.72
TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN
9.30
Selar
2.46
Kontrak Rumah
Sumber: BPS Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah
7.64
Mie
2.42
Kerisi
2.25
Minyak Tanah
1.96
Daging Ayam Ras
1.91
Sumber: BPS Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah
Pada triwulan I 2008 tercatat beberapa peristiwa penting yang menyebabkan terjadinya inflasi baik secara bulanan (q-to-q) maupun secara tahunan (y-o-y). Meningkatnya harga kedelai pada bulan Januari 2008 tercatat sebagai peristiwa penting yang menyebabkan terjadinya inflasi bulanan maupun tahunan menjadi tinggi. Grafik 2.12 Event Analysis Inflasi Pangkalpinang 8
m tm yo y
7 6
5.63
7.25
5.53
5
4.77
Persen
k e n a ik a n h a r g a b a h a n m a ka n a n , s u s u , d a n ta h u n a ja r a n b a r u
3 2 1
0.71
4 . 3 14 . 8 1
4.44
4.12
4
6.54
k e n a ik a n h a r g a k e d e l a i s ebagai bahan baku te m p e /ta h u
3.45
0.52
k e n a ik a n h a rg a m e n je l a n g Id u l Ad h a & N a ta l
3.24 2.46
2.64
2.45
2.07
k e n a ik a n h a r g a m e n je l a n g Id u l F i tr i
0.60
0.07
0.15
0.15
0.04
Oct
Nov
Dec
0.05
M ar (1 )
A pr
M ay
(0 . 6 8 )
(0 . 3 8 )
Ju n
Ju l
A ug (0 . 4 4 ) 2007
S ep
Ja n
Feb 2008
(2 )
Sumber: BPS Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah
44
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008 Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III 2007
M ar
Perkembangan Perbankan Daerah
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
3
3.1. Kondisi Umum Industri perbankan di Propinsi Babel secara tahunan (y-o-y) pada triwulan I 2007 dilihat dari beberapa
variabel
menunjukkan
perkembangan
positif,
kecuali
penyaluran
kredit/pembiayaan yang mengalami penurunan. Jumlah aset perbankan Babel meningkat sebesar 25,45 persen dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya (y-o-y), yaitu dari Rp5,41 triliun menjadi Rp6,79 triliun. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat sebesar 35,92 persen dari Rp5,07 triliun pada triwulan yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp6,89triliun atau meningkat sebesar Rp1,82 triliun. Penyaluran kredit/pembiayaan mengalami kontraksi dari Rp2,50 triliun pada triwulan yang sama pada tahun sebelumnya menjadi Rp1,86 triliun atau turun sebesar 25,83 persen. Secara
triwulanan
(q-to-q),
Grafik 3.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Propinsi Kep. Bangka Belitung
Industri perbankan di Propinsi Babel triwulan
menunjukkan kecuali
I
2008
tren
pada
aset.
masih
7
peningkatan, Jumlah
6 5
aset
menurun sebesar Rp0,05 triliun atau 0,76 persen dibandingkan triwulan IV
Rp Triliun
pada
3
triliun,
0
DPK
meningkat sebesar Rp0,15 triliun atau sebesar 2,26
persen
dari
6.89 6.79
5.77
5.07
2.50
2.43
Tw I
Tw II
Tw III
1.86
1.84
1.73
2 1
simpanan
5.41
6.84 6.74
4
2007 yang tercatat sebesar Rp6,84 jumlah
6.35 6.23
5.91
Tw IV
Tw I
2007
posisi
Aset
2008
Dana Pihak Ketiga
Kredit
triwulan IV 2007. Jumlah penyaluran kredit/pembiayaan meningkat sebesar Rp0,02 triliun atau sebesar 1,02 persen dari posisi triwulan IV 2007. Meningkatnya penyaluran kredit /pembiayaan
tersebut
terutama
disebabkan
karena
meningkatnya
penyaluran
kredit/pembiayaan pada sektor pertambangan yang meningkat sebesar 54,49 persen.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
45
Perkembangan Perbankan Daerah
Dengan kondisi demikian, rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di wilayah Babel pada triwulan I 2008 tercatat sebesar 26,96 persen, menurun dari LDR pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 27,29 persen. Namun demikian rasio LDR tersebut masih jauh dari rasio yang ideal yaitu sebesar 85-90 persen. Penyaluran Kredit Mikro Kecil Menengah (MKM) secara tahunan (y-o-y) tercatat mengalami peningkatan sebesar Rp0,11 triliun atau sebesar 9,65 persen menjadi sebesar Rp1,26 triliun. Sementara itu secara triwulanan meningkat sebesar Rp21,76 miliar atau sebesar 1,76 persen dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp1,23 triliun. Tingkat rasio Non-Performing Loan (NPL) triwulan I 2008 menunjukkan peningkatan dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari sebesar 2,38 persen menjadi 2,72 persen. Namun demikian, rasio NPL tersebut masih berada di bawah toleransi 5 persen sebagaimana yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
3.2. Kelembagaan Grafik 3.2 Jumlah Kantor Bank dan ATM di Propinsi Kep. Bangka Belitung
Jumlah bank yang beroperasi di Propinsi Kepulauan
Bangka
Belitung
sampai
dengan triwulan I 2008 adalah 12 Bank 100
dengan memiliki 79 kantor bank sebagai 79
80
69
jaringannya yang terdiri dari 2 Kantor Pusat BPR, masing-masing Konvensional
60
dan Syariah, 14 Kantor Cabang Bank 42
Umum Konvensional, 1 Kantor Cabang
40
20
Bank Umum Syariah dan 4 Kantor
19
16
12
Cabang
2
42
Kantor
KC
KCP
KK
JML
ATM
Anjungan Tunai Mandiri (ATM) tercatat sebanyak 69 unit.
46
Cabang
Pembantu dan 16 Kantor Kas. Jumlah
0 JUMLAH KP/KWL BANK
BPR/S,
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Perkembangan Perbankan Daerah
3.3. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga 3.3.1 Penghimpunan DPK Secara Umum Simpanan DPK yang terdiri dari simpanan giro, simpanan tabungan, dan simpanan deposito secara tahunan (y-o-y) mengalami peningkatan. Simpanan giro meningkat dari Rp1,44 triliun menjadi Rp1,93 triliun atau meningkat sebesar 33,60 persen. Simpanan deposito meningkat dari Rp1,39 triliun menjadi Rp1,94 triliun atau meningkat sebesar 39,46 persen. Simpanan tabungan meningkat dari Rp2,23 triliun menjadi Rp3,02 triliun atau meningkat sebesar 35,20 persen. Sementara
itu,
dibandingkan
Grafik 3.3 Pertumbuhan DPK Perbankan di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
dengan triwulan sebelumnya (q-to-q), penghimpunan DPK
perbankan pada
triwulan
ini
2008
mengalami
peningkatan sebesar Rp0,15 triliun atau sebesar 2,26 persen. Simpanan giro meningkat sebesar 8,19 persen dari Rp1,78 triliun menjadi Rp1,93 triliun. Simpanan
tabungan
2.99
3
Rp. Triliun
I
4
1.98
2
1.72 1.44
1.39
simpanan
deposito
mengalami penurunan sebesar 1,35 persen dari Rp1,97 triliun menjadi RP1,94 triliun.
1.60
0 Tw I
Tw II
pangsa
Tw III
tabungan
terhadap
DPK,
tetap
memiliki
Tw IV
2007
Giro
Tabungan
Tw I 2008
Deposito
Grafik 3.4 Komposisi DPK Perbankan Tw I 2008 di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
masing28.01%
28. 16%
masing
1.97 1.93 1.94
1
Rp2,99 triliun menjadi Rp3,02 triliun.
Berdasarkan
1.78 1.78
mengalami
peningkatan sebesar 1,10 persen dari
Sedangkan
2.59
2.45
2.23
3.02
simpanan pangsa
terbesar yakni sebesar 43,83 persen diikuti oleh simpanan deposito sebesar 28,16
persen
dan
simpanan
giro
43.83%
sebesar 28,01 persen. Giro
Tabungan
Depos ito
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
47
Perkembangan Perbankan Daerah
3.3.2. Penghimpunan DPK Menurut Wilayah Grafik 3.5 Pertumbuhan DPK Perbankan (per wilayah) Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
Berdasarkan
laju
pertumbuhan
penghimpunan DPK secara tahunan (y-o-y), pada triwulan I 2008 ini laju pertumbuhan
4
B elitung
penghimpunan DPK Kodya Pangkalpinang
B angka
3.51 3.44
tercatat
P angkalpinang
mengalami
pertumbuhan
paling
3.02 3
tinggi yakni sebesar 51,92 persen dari sebesar
2.71
2.28
Rp Triliun
2 .26
2.21
2.14
Rp2,26 triliun menjadi Rp3,44 triliun. Diikuti
2 .0 1 2
oleh
1 .8 4
Kabupaten
Bangka
yang
tumbuh
sebesar 23,92 persen dari sebesar Rp1,84 1 .16
1.13
1.08
1.0 5 1
triliun
0.9 6
menjadi
Kabupaten 0 Tw I
Tw II
T w III 200 7
T w IV
Tw I
sebesar
Belitung
Rp2,28
tercatat
triliun.
mengalami
peningkatan DPK sebesar 21,23 persen dari
20 08
Rp0,96 triliun menjadi Rp1,16 triliun. Penghimpunan DPK secara triwulanan (q-to-q) berdasarkan kabupaten/kota di Propinsi Babel pada triwulan I 2008 menunjukkan wilayah Belitung mengalami peningkatan paling tinggi dari Rp1,08 triliun menjadi Rp1,16 triliun atau meningkat sebesar 7,84 persen. Wilayah Bangka mengalami peningkatan dari Rp2,14 triliun menjadi Rp2,28 triliun atau meningkat sebesar 6,67 persen. Berbeda dengan pertumbuhan DPK secara triwulanan di dua wilayah lainnya, pertumbuhan DPK di wilayah Pangkalpinang tercatat mengalami penurunan dari Rp3,51 triliun menjadi Rp3,44 triliun atau menurun sebesar 2,14 persen. Berdasarkan lokasi, DPK Kota Pangkalpinang pada triwulan I 2008 tercatat sebagai wilayah yang memperoleh DPK terbesar yakni sebesar 49,93 persen dari total DPK Babel, kemudian diikuti oleh Kabupaten Bangka sebesar 33,17 persen dan Kabupaten Belitung sebesar 16,90 persen. Pada triwulan I 2008 ini laju pertumbuhan penghimpunan DPK secara tahunan (y-o-y) Kodya Pangkalpinang tercatat mengalami pertumbuhan paling tinggi yakni sebesar 51,92 persen dari sebesar Rp2,26 triliun menjadi Rp3,44 triliun. Diikuti oleh Kabupaten Bangka yang tumbuh sebesar 23,92 persen dari sebesar Rp1,84 triliun menjadi sebesar Rp2,28 triliun. Kabupaten Belitung tercatat mengalami peningkatan DPK sebesar 21,23 persen dari Rp0,96 triliun menjadi Rp1,16 triliun.
48
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Perkembangan Perbankan Daerah
3.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan 3.4.1. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Secara Sektoral Laju pertumbuhan kredit/pembiayaan perbankan pada triwulan I 2008 tercatat mengalami penurunan sebesar 25,83 persen dari tahun sebelumnya (y-o-y). Menurunnya penyaluran kredit/pembiayaan dari Rp2,50 triliun menjadi Rp1,86 triliun ini terkait dengan menurunnya kredit di sektor Pertambangan serta
sektor
LGA
Tabel 3.1 Pertumbuhan Kredit Sektoral Propinsi Kep. Bangka Belitung (Rp Triliun)
masing-
masing sebesar 85,09 persen
2007
dan 80,04 persen. Menurunnya
2008
Sektor Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Pertanian
0.21
0.21
0.19
0.26
0.14
Pertambangan
0.95
0.81
0.09
0.09
0.14
Perindustrian
0.06
0.06
0.06
0.12
0.08
LGA
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Konstruksi
0.28
0.30
0.31
0.14
0.20
Perdagangan
0.43
0.47
0.45
0.60
0.60
tinggi
Pengangkutan & Komunikasi
0.02
0.02
0.02
0.03
0.02
diperkirakan menjadi salah satu
Jasa Dunia Usaha
0.04
0.05
0.05
0.07
0.09
penyebab
Jasa-jasa Sosial
0.02
0.01
0.01
0.02
0.03
Lain-lain
0.48
0.50
0.54
0.51
0.57
Total kredit
2.50
2.43
1.73
1.84
1.86
kredit di sektor pertambangan sangat erat kaitannya dengan lesunya
aktivitas
penggalian
timah dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya. Faktor tidak menentunya cuaca yang ditambah dengan curah hujan
yang
kegiatan pelaku
lebih
terganggunya produksi usaha
sehingga belum
memerlukan tambahan kredit. Harga timah yang jauh lebih tinggi dibanding tahun lalu menjadi insentif tersendiri bagi para pelaku usaha di sektor tersebut (terutama pemain besar), sehingga menyebabkan kondisi keuangan para pelaku usaha menjadi surplus sehingga tidak memerlukan bantuan perbankan dalam membiayai kegiatan produksi (operasional). Sektor lainnya yang mengalami penurunan adalah sektor Pertanian, sektor Kontruksi, dan sektor Pengangkutan masing-masing sebesar 31,31 persen, 29,30 persen, dan 4,34 persen. Sektor Jasa Dunia Usaha dan sektor Perdagangan tercatat mengalami peningkatan kredit tertinggi dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 105,61 persen dan 37,52 persen. Hal tersebut merupakan dampak turunan dari tingginya harga timah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
49
Perkembangan Perbankan Daerah
yang mendorong pertumbuhan perekonomian secara makro di Babel sehingga menggerakkan berbagai sektor PHR dan sektor jasa yang terkait dibanding tahun sebelumnya. Sektor Jasa Sosial, sektor Perindustrian dan sektor Lain-lain tercatat mengalami peningkatan penyaluran kredit/pembiayaan masing-masing sebesar 37,59 persen, 19,34 persen, dan 17,67 persen. Secara triwulanan (q-to-q), sektor LGA dan sektor Pertanian tercatat mengalami penurunan penyaluran kredit paling tinggi masing-masing sebesar 57,21 persen dan 44,98 persen. Menurunnya penyaluran kredit di kedua sektor tersebut diperkirakan terkait erat dengan kondisi cuaca dan di triwulan I 2008 yang kurang kondusif sehingga menurunkan aktivitas di kedua sektor tersebut. Curah hujan yang tinggi menyebabkan aktivitas di sektor pertanian menjadi terganggu. Sektor lainnya yang mengalami penurunan penyaluran kredit secara triwulanan adalah sektor Perindustrian, sektor Pengangkutan dan sektor Perdagangan masing-masing sebesar 35,41 persen, 35,01 persen, dan 1,09 persen. Adanya pembukaan smelter baru yang merupakan joint venture antara pengusaha lokal dengan pengusaha dari negara Cina dan Singapura pada triwulan I 2008 merupakan salah satu penyebab meningkatnya penyaluran kredit sektor Pertambangan di triwulan I 2008.
Sektor
Pertambangan
tercatat
mengalami
peningkatan
penyaluran
kredit/pembiayaan secara triwulanan (q-to-q) paling tinggi sebesar 54,49 persen. Peningkatan kredit pada triwulan I 2008 tercermin pula dari hasil Survei Kredit Perbankan di wilayah Babel yang dilakukan oleh Bank Indonesia Palembang (lihat Suplemen 4. Kredit/Pembiayaan Perbankan Babel Triwulan I 2008 Tetap Ekspansif). Grafik 3.6 Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Propinsi Kep. Bangka Belitung Tw I 2008 Pertamba Pertanian ngan 7.65% 7.69% Lain-lain 30.45% Jasa Sosial 1.36%
LGA 0.00%
sisi
kontribusi,
sektor
perdagangan, sektor Lain-lain, dan sektor konstruksi masih mendominasi penyaluran kredit pada triwulan I 2008 ini dengan pangsa
masing-masing
sebesar
32,13
persen, 30,45 persen, dan 10,77 persen.
Jasa. Pengang Usaha kutan 4.87% 1.03%
50
Perindust rian 4.05%
Dari
Perdagan gan 32.13%
Konstruks i 10.77%
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Perkembangan Perbankan Daerah
Suplemen 4
KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN BABEL TRIWULAN I 2008 TETAP EKSPANSIF Hasil Survei Kredit Perbankan (SKP) di wilayah Bangka Belitung pada triwulan I 2008 menunjukkan proyeksi perkembangan kredit/pembiayaan yang menggembirakan. Survei Kredit/pembiayaan Perbankan wilayah Bangka Belitung triwulan I 2008 menyertakan 20 bank yang terdiri dari bank umum dan syariah (bank pelapor Laporan Bank Umum atau Syariah – LBU/S) serta bank perkreditan rakyat (BPR/S) sebagai responden. Dari 20 bank responden, tercatat sebanyak 14 bank yang mengembalikan kuesioner tersebut. Secara garis besar, permintaan kredit perbankan diproyeksi mengalami peningkatan seiring dengan bergulirnya roda perekonomian di awal tahun. Dengan minimnya investasi, secara otomatis menyebabkan roda perekonomian Babel hanya digerakkan oleh investasi yang telah ada sehingga kredit modal kerja menjadi primadona pada triwulan ini. Perkiraaan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Triwulan I-2008 Perkiraan permintaan kredit/pembiayaan perbankan di triwulan I 2008 menunjukkan arah positif, selama triwulan I rata-rata terjadi peningkatan pada kisaran 1 persen sd.10 persen (lihat Tabel 1). Dari hasil survei tercatat sebanyak 11 kantor bank mengatakan kreditnya tumbuh dalam kisaran 1 persen sd. 10 persen, 1 kantor bank mengatakan bahwa kreditnya meningkat tajam di atas 10 persen (BPR), sedangkan 1 kantor bank mengatakan kreditnya relatif konstan. Sebaliknya terdapat 1 kantor bank mengalami penurunan tajam. Tabel 1 Permintaan Kredit/Pembiayan di Triwulan I-2008 dibanding Triwulan sebelumnya Permintaan kredit dibanding Tw sebelumnya Status Bank
Menurun
Meningkat
Meningkat (>1% sd.
Sama (-1% sd
Menurun (-
tajam (>10%)
10%)
1%)
1% sd. -10%)
Bank Pemerintah
0
6
0
0
BUSN
0
4
1
0
1
BPR/BPRS
1
1
0
0
0
1
11
1
0
1
Total
tajam (>10%) 0
Sebagian besar kantor bank mengatakan bahwa penyaluran kredit pada triwulan I berupa kepada modal kerja (lihat Tabel 2). Secara lebih rinci, penggunaan kredit sebagian besar diperuntukkan bank kepada modal kerja (9 kantor bank), kemudian disusul untuk konsumsi
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
51
Perkembangan Perbankan Daerah
(4
kantor
bank),
dan
kemudian
investasi
(1
kantor
bank).
Pola
penyaluran
kredit/pembiayaan berdasarkan jenis penggunaan yang lebih berat kepada kredit modal kerja merupakan ciri dari perbankan Bangka Belitung yang sudah berlangsung cukup lama. Tabel 2 Penyaluran Kredit/Pembiayan Berdasarkan Penggunaan Tw I-2008 Prioritas jenis penggunaan kredit
Status Bank
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
Bank Pemerintah
5
0
2
BUSN
2
1
2
2
0
0
9
1
4
BPR/BPRS Total
Peningkatan kredit/pembiayaan perbankan menurut para responden terutama disebabkan oleh peningkatan prospek usaha debitur (50 persen) kemudian rendahnya tingkat suku bunga yang menopang terciptanya ekspansi kredit (33,33 persen). Selain itu, alasan persyaratan kredit yang ringan juga merupakan faktor yang telah mendorong ekspansi kredit (8.33 persen), dan faktor lainnya (8.33 persen). Tabel 3 Alasan Utama Peningkatan Permintaan Kredit Pada Triwulan I-2008 Alasan utama peningkatan permintaan kredit (jika naik) Tingkat Status Bank
Persyaratan kredit ringan
suku bunga kredit rendah
Bank Pemerintah
0
1
Prospek Usaha Nasabah yang meningkat 5
Lainlain
Kondisi perekonomian membaik
0
0
BUSN
0
3
0
1
0
BPR/BPRS
1
0
1
0
0
1
4
6
1
0
Total
Penyaluran Kredit/Pembiayaan Baru Triwulan I-2008 Sebagian besar bank yang disurvei (11 bank) mengatakan bahwa pada triwulan I telah terjadi pemberian kredit baru yang besarnya bervariasi namun dalam kisaran 1 persen sd. 10 persen (lihat Tabel 4 dan 5). Pemberian kredit baru merupakan salah satu indikasi peningkatan intermediasi kredit. Namun dari sisi magnitude, laju pertumbuhan kredit masih dirasakan tidak terlalu tinggi.
52
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Perkembangan Perbankan Daerah
Tabel 4 Pemberian Kredit Baru Triwulan I-2008 Apakah ada pemberian kredit baru dalam
Status Bank
triwulan laporan Ya
Tidak ada
Bank Pemerintah
6
2
BUSN
3
1
BPR/BPRS
2
0
11
3
Total
Dalam triwulan laporan, terdapat 1 bank yang mengalami peningkatan penyaluran kredit baru di atas 10 persen. Sebagian besar kredit baru tumbuh pada kisaran 1 persen sd. 10 persen atau secara prosentase sebanyak 72.72 persen. Terdapat pula kantor bank yang mengalami penurunan jumlah kredit baru yang disalurkan pada triwulan I-2008 dibandingkan triwulan IV-2007. Penurunan tersebut terjadi di 1 kantor bank. Tabel 5 Jumlah Realisasi Penyaluran Kredit Baru Pada Triwulan I-2008 Jumlah realisasi penyaluran kredit baru Status Bank
Sama (-
Menurun (-
Menurun
1% sd
1% sd. -
tajam (>-
1%)
10%)
10%)
5
1
0
0
2
0
0
1
1
1
0
0
0
1
8
1
0
1
Meningkat
Meningkat
tajam (>10%)
(>1% sd. 10%)
Bank Pemerintah
0
BUSN
0
BPR/BPRS Total
Peningkatan kredit baru menurut perbankan paling dominan disebabkan oleh membaiknya kualitas portfolio kredit. Jumlah kantor bank yang mengatakan demikian sebanyak 7 kantor bank atau sebanyak 77.78 persen. Faktor pendukung kedua adalah permodalan bank yang cukup, yakni sebanyak 2 kantor bank yang menjawab atau secara prosentase sebanyak 22.22 persen (lihat Tabel 6).
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
53
Perkembangan Perbankan Daerah
Tabel 6 Alasan Internal Peningkatan Realisasi Penyaluran Kredit Baru Alasan Internal peningkatan realisasi penyaluran kredit baru
Permodalan bank cukup
Kualitas portfolio kredit meningkat
Likuiditas berlebih
Lainnya
Bank Pemerintah
2
3
0
0
BUSN
0
2
0
0
BPR/BPRS Total
0 2
2 7
0 0
0 0
Status Bank
Secara lebih rinci, seluruh peningkatan kredit/pembiayaan baru pada triwulan I ini didukung oleh membaiknya prospek usaha debitur (lihat Tabel 7). Tabel 7 Alasan Eksternal Peningkatan Realisasi Penyaluran Kredit Baru Alasan eksternal peningkatan realisasi penyaluran kredit baru Prospek Status Bank
usaha
Rendahnya
nasabah
risiko usaha
membaik
Kondisi
Kondisi
ekonomi
keamanan
membaik
membaik
Lain-lain
Bank Pemerintah
5
0
0
0
0
BUSN
2
0
0
0
0
BPR/BPRS
2
0
0
0
0
Total
9
0
0
0
0
Prioritas penyaluran kredit baru pada triwulan I, didominasi oleh kredit modal kerja serta konsumsi dan investasi (lihat Tabel 8). Hal tersebut terjadi secara umum hampir di semua kelompok bank; bank pemerintah, bank swasta umum nasional dan BPR/S. Tabel 8 Penyaluran Kredit Baru Berdasarkan Penggunaan Prioritas penggunaan dalam penyaluran kredit baru
Status Bank Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
Bank Pemerintah
6
0
0
BUSN
1
0
2
2
0
0
9
0
2
BPR/BPRS Total
54
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Perkembangan Perbankan Daerah
Sektor ekonomi paling banyak mendapat kucuran kredit/pembiayaan baru dari perbankan adalah sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR), kemudian disusul oleh sektor pertanian dan sektor lain-lain (konsumsi). Prosentase bank yang mengalokasikan kredit ke sektor PHR mencapai 90.1 persen. Sedangkan sisanya adalah sektor konstruksi sebesar 9.9 persen yang diberikan oleh 1 bank (lihat Tabel 9). Tabel 9 Sektor Ekonomi Paling Banyak Mendapat Kredit Baru Pada Triwulan I-2008 Sektor Ekonomi Listrik, Status Bank
Pertanian
Pertambangan &
Industri
Air, &
Penggalian
Pengolahan
Air
Jasa-
Transportasi, Konstruksi
PHR
Pergudangan, dan Komunikasi
Bersih
jasa dunia usaha
Jasa-jasa sosial /
Lainnya
masyarakat
Bank Pemerintah
0
0
0
0
0
6
0
0
0
0
BUSN
0
0
0
0
1
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
1
10
0
0
0
0
BPR Total
Perkiraaan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Triwulan II-2008 Tidak berbeda dengan triwulan I, permintaan kredit/pembiayaan pada triwulan II nanti diperkirakan meningkat pada kisaran 1 persen sd. 10 persen atau sebanyak 85.71 persen dari perbankan (lihat Tabel 10). Sedangkan yang memprediksi relatif konstan sebanyak 2 kantor bank atau sebanyak (14.29 persen). Tabel 10 Perkiraan Permintaan Kredit Triwulan Mendatang Perkiraan permintaan kredit di Tw mendatang Status Bank
Sama (-
Menurun (-
Menurun
1% sd
1% sd. -
tajam (>-
1%)
10%)
10%)
5
1
0
0
5
1
0
0
0
2
0
0
0
0
12
2
0
0
Meningkat
Meningkat
tajam (>10%)
(>1% sd. 10%)
Bank Pemerintah
0
BUSN
0
BPR/BPRS Total
Untuk triwulan yang sama, diprediksikan juga penyaluran kredit berdasarkan penggunaan masih pada kredit modal kerja, kemudian secara bersamaan adalah kredit konsumsi dan kredit investasi (lihat Tabel 11). Didominasinya penyaluran kredit pada modal kerja dan bukannya pada konsumsi merupakan salah satu cerminan bahwa kegiatan investasi baru belum banyak tumbuh di Bangka Belitung. Selain itu, dapat juga merupakan indikasi bahwa
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
55
Perkembangan Perbankan Daerah
kegiatan ekonomi masih dijalankan oleh pelaku-pelaku usaha lama atau belum adanya pelaku usaha baru yang memanfaatkan pembiayaan perbankan dari Bangka Belitung. Tabel 11 Prioritas Jenis Penggunaan Kredit Triwulan Mendatang Prioritas jenis penggunaan kredit pada Tw mendatang
Status Bank Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
Bank Pemerintah
5
1
1
BUSN
1
2
2
2
0
0
8
3
3
BPR/BPRS Total
Faktor utama yang dikemukakan oleh kalangan perbankan yang diperkirakan menopang pertumbuhan kredit pada triwulan II-2008 adalah tingkat suku bunga kredit yang rendah dan meningkatnya prospek usaha nasabah. Jumlah kantor bank yang mengatakan demikian adalah sebanyak masing-masing 4 atau secara prosentase masing-masing sebesar 33.33 persen. Persyaratan kredit yang ringan serta faktor lainnya juga dianggap merupakan faktor yang diperkirakan mendorong peningkatan kredit di triwulan mendatang. Hal tersebut dikemukakan oleh masing-masing 2 kantor bank atau sebanyak 16.67 persen (lihat Tabel 12).
Tabel 12 Alasan Utama Peningkatan Kredit Triwulan Mendatang Alasan utama peningkatan kredit di Tw mendatang (jika naik) Tingkat Status Bank
Persyaratan kredit ringan
Usaha
bunga
Nasabah
kredit
yang
rendah
meningkat
Lain-
Perekonomian
lain
membaik
Bank Pemerintah
1
2
2
1
0
BUSN
0
2
1
1
0
BPR/BPRS
1
0
1
0
0
2
4
4
2
0
Total
56
Prospek
suku
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Perkembangan Perbankan Daerah
3.4.2. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Secara tahunan (y-o-y) terjadi peningkatan untuk penyaluran kredit konsumsi dan kredit investasi, sedangkan kredit modal kerja tercatat mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kredit konsumsi tercatat mengalami peningkatan sebesar 17,72 persen
sedangkan
kredit
Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit Penggunaan Propinsi Kep. Bangka Belitung
investasi tercatat meningkat sebesar 2,61 persen.
Kredit
modal
kerja
tercatat
2
mengalami penurunan sebesar 43,05 persen
1.72
1.66
modal kerja diindikasikan terkait dengan menurunnya kredit di sektor pertambangan dan sektor pertanian di tahun ini. Sebagai
Rp. Triliun
dibanding tahun lalu. Menurunnya kredit 1
salah satu leading indicator perekonomian
0.92
0.48
0.50
0.54
0.30
0.28
0.27
Babel, menurunnya aktivitas dikedua sektor tersebut
berdampak
negatif
terhadap
0.99
0.51 0.34
0.98
0.57 0.31
0 Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2007
penyaluran kredit modal kerja yang biasanya KMK
digunakan sebagai biaya operasional di kedua
Investasi
2008 Konsumsi
sektor tersebut. Secara triwulanan (q-to-q) terlihat bahwa hanya kredit konsumsi yang mengalami peningkatan penyaluran kredit/pembiayaan sebesar 10,53 persen, sedangkan kredit investasi dan kredit modal kerja tercatat mengalami penurunan masing-masing sebesar 6,82 persen dan 1,23 persen. Dari segi komposisi penyaluran kredit berdasarkan penggunaan, pada triwulan I
Grafik 3.8 Pangsa Penyaluran Kredit Penggunaan Propinsi Kep. Bangka Belitung Tw I 2008
2008 ini masih didominasi oleh kredit modal kerja, yakni sebesar Rp0,98 triliun (sebesar
K onsum si 30.45%
KMK 52.72%
52,72 persen), diikuti kredit konsumsi sebesar Rp0,56 triliun (sebesar 30,45 persen), dan kredit
investasi
sebesar
(sebesar 16,84 persen).
Rp0,31
triliun
Investasi 16.84%
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
57
Perkembangan Perbankan Daerah
3.4.3. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Wilayah Untuk penyaluran kredit menurut wilayah, pada periode triwulan I 2008 ini wilayah Pangkalpinang tercatat
mengalami penurunan penyaluran tahunan
Grafik 3.9 Pertumbuhan Kredit Perbankan Propinsi Kep. Bangka Belitung Berdasarkan Wilayah
(y-o-y)
kredit/pembiayaan secara yang
signifikan
yakni
sebesar 36,20 persen. Wilayah Bangka mengalami
2
persen,
penurunan
sedangkan
sebesar
wilayah
17,38 Belitung
Rp Triliun
tercatat mengalami penurunan penyaluran 1.18 1.04
kredit sebesar 13,62 persen.
1.07
1.07
1
0.85 0.68
0.61 0.29
0.28
0.27
0.88 0.75
0.28
0.86
Secara
penyaluran kredit/pembiayaan di wilayah Pangkalpinang
Tw II
Tw III
Tw IV
2007
Belitung
Bangka
(q-to-q),
0.24
0 Tw I
triwulanan
tercatat
mengalami
Tw I
peningkatan, sedangkan dikedua wilayah
2008
lainnya tercatat mengalami penurunan.
Pangkalpinang
Wilayah Pangkalpinang tercatat mengalami peningkatan penyaluran kredit/pembiayaan
sebesar 11,43 persen. Sedangkan
wilayah
Belitung dan Bangka tercatat mengalami
kontraksi penyaluran kredit/pembiayaan masing-masing sebesar 13,63 persen dan 2,29 persen. Penyebaran berdasarkan
kredit/pembiayaan
wilayah
di
Propinsi
Babel
didominasi oleh wilayah Bangka dengan pangsa kredit sebesar 46,39 persen atau sebesar
Rp0,86
triliun,
diikuti
wilayah
Grafik 3.10 Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Propinsi Kep. Bangka Belitung Tw I 2008 Berdasarkan Wilayah Pangkalpin ang 40.55%
Belitung 13.06%
Pangkalpinang sebesar 40,55 persen atau Rp0,75 triliun, dan wilayah Belitung sebesar 13,06 persen atau Rp0,24 triliun.
58
Bangka 46.39%
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Perkembangan Perbankan Daerah
3.4.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah Realisasi kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) secara tahunan (y-o-y) tercatat mengalami peningkatan sebesar Rp0,04 triliun atau 6,41 persen, dari Rp1,14 triliun menjadi Rp1,26
triliun.
Sementara
itu,
secara
Grafik 3.11 Penyaluran Kredit UMKM Perbankan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Menurut Penggunaan
triwulanan (q-to-q) mengalami penurunan sebesar Rp0,03 triliun atau sebesar 5,24 dibanding
triwulan
sebelumnya.
1.4
Menurut penggunaan, kredit yang diberikan
1.2
banyak digunakan untuk kegiatan modal kerja dan kegiatan konsumsi. Kredit Modal Kerja tercatat sebesar Rp0,59 triliun atau
0.4
kredit konsumsi mencapai Rp0,55 triliun atau
-
kredit/pembiayaan
di
sektor
1.25
0.55 0.47
0.59 0.49
0.58 0.53
0.50
0.13
0.12
0.14
0.11
1.26
1.23
0.62
0.6
0.2
penyaluran
1.19
0.8
dengan pangsa sebesar 46,89 persen, dan
sebesar 44,13 persen. Untuk meningkatkan
1.14
1.0 Rp Triliun
persen
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Investasi
0.11 Tw I
2007 KMK
0.59 0.55
2008 Konsumsi
Total MKM
UMKM, diperlukan adanya langkah khusus terkait
kelemahan
UMKM
dalam
hal
ketidakmampuan menyediakan agunan kredit
Grafik 3.12 Penyaluran Kredit UMKM Menurut Plafond Kredit (Rp Triliun)
(lihat Suplemen 5. Sudah Saatnya Babel Punya Lembaga Penjaminan Kredit Daerah). Berdasarkan plafon kredit, realisasi
0.60 0. 53
0.50 0. 47
penyaluran kredit mikro (plafon sd. Rp50 juta)
0.40
triwulan I 2008 tercatat sebesar Rp0,53 triliun
0.30
atau berpangsa sebesar 42,40 persen, kredit
0. 50
0.27
0.46
0.41
0.40
0.28
0. 53 0. 48
0.42
0.41 0.31
0.30
0.30
0.20
kecil (plafon Rp51 juta s.d. Rp500 juta) tercatat
sebesar
Rp0,30
triliun
atau
berpangsa sebesar 23,95 persen, dan kredit menengah (Rp501 juta s.d. Rp5 miliar)
0.10 0.00 Tw I
T w II T w III T w IV T w I 2007
tercatat sebesar Rp0,42 triliun atau dengan pangsa sebesar 33,65 persen.
Mi kr o
Keci l
2008 Menengah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
59
Perkembangan Perbankan Daerah
Suplemen 5
SUDAH SAATNYA BABEL PUNYA LEMBAGA PENJAMINAN KREDIT DAERAH Lembaga penjaminan kredit merupakan salah satu infrastruktur sektor finansial yang kehadirannya diperlukan dalam rangka meningkatkan akses kepada layanan perbankan bagi pengusaha golongan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), memitigasi risiko kredit, dan meningkatkan fungsi intermediasi perbankan pada umumnya. Kini, isu mengenai kehadiran lembaga penjaminan kredit bukan hanya merupakan isu nasional, tetapi juga merupakan isu yang berkembang di daerah. Lembaga penjaminan kredit di daerah lebih dikenal sebagai Lembaga Penjaminan Kredit Daerah (LPKD). Isu ini berkembang seiring dengan kritik terhadap kualitas pertumbuhan ekonomi yang belum dapat menjawab dua isu penting yakni: pro poor dan pro job. Kedua isu penting tersebut diyakini dapat teratasi salah satunya melalui peningkatan kapasitas UMKM. Peningkatan kapasitas UMKM antara lain dengan meningkatkan akses para pengusahanya untuk mendapat layanan kredit perbankan. Pemerintah pada tanggal 26 Januari 2008 mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 2 Tahun 2008 tentang Lembaga Penjaminan. Lembaga penjamin yang dimaksud dalam PP tersebut adalah kegiatan pemberian jaminan atas pemenuhan kewajiban finansial penerima kredit dan/atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Lembaga penjaminan juga telah menjadi salah satu pilar dalam mencapai visi Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yakni mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk mencapai visi tersebut, API mempunyai enam pilar yakni masing-masing: (i) struktur perbankan yang sehat, (ii) sistem pengaturan yang efektif, (iii) sistem pengawasan yang independen dan efektif, (iv) industri perbankan yang kuat, (v) infrastruktur pendukung yang mencukupi, (vi) perlindungan konsumen. Pilar kelima dari API adalah infrastruktur pendukung yang mencukupi dimana pengembangan skim penjaminan kredit adalah untuk meningkatkan akses kredit bagi masyarakat. Tinjauan teoritis Bebczuk (2003) menjelaskan bahwa dalam setiap pemberian kredit sebenarnya terdapat ketidakpastian (uncertainty) yakni, pertama, terhadap kemampuan membayar debitur. Ketidakpastian ini diantisipasi melalui melakukan estimasi kemungkinan kembalinya pinjaman secara penuh (probability of full reimbursement) dan penyesuaian pengenaan suku bunga. Kedua, kemungkinan debitur untuk melanggar perjanjian kredit yang sulit untuk diketahui oleh lender. Dalam hal ini, debitur dapat berupaya untuk mengelabui lender mengenai kondisi usahanya sebenarnya, atau ketika pinjaman sudah diberikan maka debitur kemungkinan dapat saja menggunakan dana tersebut untuk kepentingan yang lain atau menyembunyikan hasil usaha yang sebenarnya dari proyek atau bidang usahanya yang dibiayai. Permasalahan-permasalahan dimaksud dikenal sebagai asymmetric information problem.
60
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Perkembangan Perbankan Daerah
Lebih lanjut Bebczuk menjelaskan asymmetric information problem terdiri dari beberapa bentuk yakni: (i) adverse selection, (ii) moral hazard, dan (iii) monitoring cost. Adverse selection adalah permasalahan pada lender ketika lender atau dapat juga disebut bank, tidak mampu membedakan proyek-proyek dengan masing-masing risiko yang melekat. Moral hazard adalah permasalahan yang terjadi ketika debitur menggunakan dana dari bank untuk kepentingan penggunaan lain di luar yang telah diperjanjikan dengan bank. Selanjutnya, monitoring cost, adalah permasalahan dimana debitur mengambil keuntungan atas ketidakmampuan bank dalam menilai pendapatan sebenarnya dari usaha yang dibiayai bank, dengan mengatakan pendapatan yang diterima lebih rendah daripada kondisi sebenarnya. Berdasarkan kerangka waktu, terjadinya asymmetric problem dijelaskan oleh tabel 1. Tabel 1 Bentuk dan Kerangka Waktu Terjadinya Asymmetric Information Problem Setelah penyaluran Kerangka Waktu Sebelum penyaluran kredit kredit Adverse selection Monitoring costs Pemilihan proyek atau bidang usaha yang akan dibiayai Moral hazard Setelah pemilihan proyek atau bidang usaha
Dalam kondisi terjadi asymmetric information problem, terdapat beberapa mekanisme proteksi yang biasa dilakukan oleh bank dalam rangka memitigasi risiko, masing-masing sebagai berikut: (i) credit rationing, (ii) signalling yang dalam bentuk agunan (colleteral), internal funds, dan contractual clauses. Credit rationing merupakan kondisi bahwa bank secara sengaja tidak merespon permintaan kredit antara lain dengan cara menaikkan suku bunga dikarenakan bank merasa proyek-proyek yang akan dibiayai beresiko tinggi atau secara ekstrim melakukan penjatahan penyaluran kredit. Credit rationing merupakan mekanisme yang tidak efisien, namun merupakan cara yang paling mudah bagi bank untuk meminimalisasi resiko. Mekanisme yang lain untuk menghilangkan asymmetric information adalah agunan, internal funds, dan credit rationing. Debitur yang mempunyai agunan biasanya menggunakannya agar proyeknya menjadi lebih prospektif di mata bank. Kemampuan debitur menyediakan agunan merupakan salah satu signal dari debitur bahwa proyeknya cukup aman untuk dibiayai oleh bank. Penggunaan sebagian dana pribadi debitur (internal funds) dalam pembiayaan sebuah proyek juga merupakan signal dari debitur bahwa resiko proyeknya sebagian sudah dimitigasi. Terakhir, contractual clauses adalah bentuk mekanisme memitigasi asymmetric information. Dalam perjanjian kredit pada umumnya berisi beberapa klausula yang dirancang untuk mengamankan hak dari bank. Bunyi klausula-klausula dari perjanjian kredit biasa sangat tergantung pada sifat resiko yang melekat dari proyek yang dibiayai bank (low risk atau high risk). Signal untuk proyek yang beresiko rendah biasanya berupa pengenaan tingkat suku bunga yang relatif rendah, atau yang disebut sebagai klausula positif (positive clauses). Di sisi lain, untuk proyek yang beresiko tinggi maka biasanya terdapat klausula negatif (negative clauses), misalnya dimungkinkannya bank untuk mengatur debitur untuk meminta persetujuan terlebih dahulu sebelum mengambil kebijakan strategis perusahaan, semisal membagikan deviden, pemindahan aset, atau penerbitan surat utang.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
61
Perkembangan Perbankan Daerah
Grafik 1. Kondisi Asymmetric Information Problem dan Mekanisme Penghapusannya
Secara grafis asymmetric information secara sederhana dideskripsikan sebagai berikut:
Pada grafik di atas, dijelaskan bahwa asymmetric information problem terjadi pada titik merah yang ditandai dengan rendahnya pasokan kredit dan tingginya suku bunga bunga. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, terjadinya asymmetric information problem disebabkan oleh adverse selection, moral hazard, atau monitoring cost. Asymmetric information problem menyebabkan mekanisme pasar tidak berjalan sempurna sehingga faktor produksi, dalam hal ini sumber pembiayaan, tidak teralokasi sebagaimana semestinya. Jika kondisi tersebut tidak dikoreksi maka terjadilah apa yang disebut dengan kegagalan pasar (market failure). Untuk meniadakan kegagalan pasar harus dilakukan koreksi. Koreksi atas kegagalan pasar dalam pasar keuangan adalah tugas pemerintah (pusat maupun daerah) dan pihak-pihak terkait termasuk Bank Indonesia. Koreksi atas kegagalan pasar memindah titik keseimbangan dari titik merah menuju titik biru atau titik ekuilibirum baru. Di ekuilibirum baru, tingkat suku bunga lebih rendah dan pasokan kredit lebih banyak. Hal tersebut ditandai dengan pergeseran kurva penawaran kredit dari S0 ke S1 dan pergeseran kurva permintaan kredit dari D0 ke D1, sehingga kredit bergeser dari L0 menuju L1. Peran LPKD dalam menghilangkan asymmetric information guna meningkatkan fungsi intermediasi bank (UMKM) dan penciptaan lapangan pekerjaan Bank Indonesia memandang bahwa pendirian LPKD di Babel merupakan suatu kebutuhan yang memiliki prioritas utama untuk melengkapi infrastruktur (institutional infrastructure) pendukung lembaga keuangan sebagaimana diamanatkan oleh PP No. 2 Tahun 2008 dan API. Diharapkan pendirian LPKD di Babel dapat meminimalisir asymmetric information di kalangan perbankan atau dengan kata lain resiko pemberian kredit sudah dapat
62
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Perkembangan Perbankan Daerah
dimitigasi atau disebar antara LPKD dan perbankan. Sehingga dengan demikian, eksistensi LPKD dapat memberikan ruang yang lebih luas kepada bank untuk melakukan ekspansi kredit. Bagi Babel, ekpansi kredit perbankan sangat diperlukan untuk menggerakkan perekonomian setempat. Hal ini dikarenakan selama ini loan to deposit ratio Babel masih rendah, yakni di bawah 50 persen. Selain untuk memacu pertumbuhan ekonomi, ekspansi kredit perbankan diharapkan juga dapat menjalankan roda usaha serta menciptakan lapangan pekerjaan. Angka pengangguran di Babel selama kurun waktu 2004-2007 cukup tinggi yakni berkisar 6 persen. Grafik 2. Pengangguran, PDRB, dan Okun’sLaw di Babel Tahun 2004-2007
Rekomendasi kebijakan Untuk mempercepat terbentuknya LPKD di Babel terdapat beberapa langkah yang dapat ditempuh oleh Pemerintah Daerah : 1. Meminta persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk pendirian LPKD yang statusnya sebagai Badan Usaha Milik Daerah. 2. Bekerja sama dengan perusahaan penjaminan yang sudah ada, misalnya ASKRINDO, serta melibatkan satu bank umum yang fokus membiayai UMKM. Kerja sama tersebut dituangkan dalam memorandum of understanding (MoU) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang mengatur, antara lain, penentuan mekanisme kerja sama, misalnya cakupan risk-sharing, besarnya premi, mekanisme pembayaran penjaminan, dan sebagainya. 3. Berkoordinasi dengan Bank Indonesia Pusat maupun Palembang untuk meminta fasilitasi dalam hal penjajakan pendirian LPKD
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
63
Perkembangan Perbankan Daerah
3.5. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan Berdasarkan data LBU KBI Palembang, NPL gross (belum memperhitungkan PPAP) pada triwulan I 2008 (Februari 2008) tercatat sebesar Rp36,16 miliar atau sebesar 2,59 persen dari total kredit yang disalurkan, sementara pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar 1,92 persen. Sementara itu, NPL net (sudah memperhitungkan PPAP) pada triwulan I 2008 tercatat sebesar Rp1,80 miliar atau sebesar 0,17 persen dari total kredit, sedangkan NPL Net (sudah memperhitungkan PPAP) pada triwulan yang lalu tercatat sebesar Rp13,78 miliar atau sebesar 0,85 persen dari total kredit. Grafik 3.13 Perkembangan NPL Perbankan Bangka Belitung
Grafik 3.14 NPL Perbankan Bangka Belitung Tw I 2008 Berdasarkan Sektor Ekonomi
3.0%
12
NPL Gross NPL Nett
2.0% 1.81%
2.23%
1.83%
1.5%
25
23.09
8 Rp Miliar
2.31%
20 15
6
2.71
1.0%
2 0.41%
0.50%
0.44%
Tw I
Tw II
Tw III 2007
Tw IV
Tw I 2008
1.56
-
0.352.68
0
0.28%
0.0%
0.81
5 0 -5
Pe Pe rta rta n Pe mba ian rin ng du an st ria n Ko LG ns A tru ks i An PH Ja gk R sa uta . Ja Us n sa ah So a La sia in l -la in
0.40%
10
8.50
4
0.5%
30
29.56
10
2.44%
(%)
2.5%
35
30.74
Nominal NPL
% NPL
Dilihat dari sektor ekonominya, NPL gross terbesar di triwulan I 2008 berasal dari sektor lain-lain yang tercatat sebesar 30,74 persen. Pangsa tersebut menurun dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 31,70 persen. Di sektor lain, NPL sektor perdagangan tercatat sebesar 29,56 persen. Sektor pertambangan sebagai primadona di Babel tercatat memiliki NPL sebesar 23,09 persen.
64
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Perkembangan Perbankan Daerah
3.6. Kelonggaran Tarik Dari
LBU
bahwa
Palembang
diperoleh
undisbursement
loan
0.7
(kredit yang belum direalisasikan oleh
0.6
debitur) pada triwulan I 2008 tercatat sebesar 44,05 persen dari plafon kredit yang disetujui oleh perbankan, meningkat dibanding tahun sebelumnya yang tercatat hanya sebesar 43,27 persen.
0.63
0.65 60%
50.97%
50%
0.64
0.5 Rp Triliun
informasi
KBI
Grafik 3.15 Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Bangka Belitung
0.4 0.3 0.2 0.1
0.33 0.19
43.27% 44.05%
19.84%
11.08%
0
40% 30% 20% 10% 0%
Tw I
Tw II Tw III Tw IV Tw I 2007 2008 Nominal Kelonggaran Tarik Persentase Kelonggaran Tarik
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
65
Perkembangan Perbankan Daerah
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
66
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Perkembangan Keuangan Daerah
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
4 4.1. Realisasi APBD
Berdasarkan data yang diperoleh dari Biro Keuangan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), realisasi penerimaan Propinsi Babel pada semester I tahun 2007 telah mencapai lebih dari 50 persen. Akan tetapi, realisasi belanja pemerintah masih sangat rendah sekali yakni sebesar 8,96 persen. Realisasi
penerimaan
pemerintah pada semester I 2007 telah mencapai 50,43 persen, kondisi tersebut lebih rendah
jika
dibandingkan
Tabel 4.1 Realisasi APBD Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Semester I Tahun 2007 Realisasi Anggaran No Uraian Smt I (Juta (%) (Juta Rp) Rp) 1 Pendapatan
dengan realisasi pada semester
- Pajak Daerah
yang sama tahun sebelumnya
- Retribusi Daerah
yang tercatat sebesar 54,66 persen. Asli
Realisasi Daerah
rendah dibandingkan semester I 2006
yang
Perimbangan
- Bagi Hasil Pjk/ Non Pajak - DAU 2 Belanja 3 Pembiayaan
285,453 50.43
206,285
93,991 45.56
189,999
81,365 42.82
854
789 92.39
15,432
11,837 76.70
359,785
191,462 53.22
40,428
5,171 12.79
319,357
186,291 58.33
825,890
Surplus/Defisit
tercatat
sebesar 53,69 persen. Realisasi Dana
Dana Perimbangan
telah
mencapai 45,56 persen, lebih
tahun
- Lain-lain PAD Yang Sah
Pendapatan (PAD)
566,070
PAD
74,011
8.96
-259,820
211,442 -81.38
270,137
288,659 106.86
- Penerimaan Daerah
289,085
288,659 99.85
- Pengeluaran Daerah
18,948
0
0.00
Sumber : Diolah dari data Biro Keuangan Propinsi Kepulauan Babel
tercatat
sebesar 53,22 persen, juga lebih rendah bila dibandingkan realisasi pada semester I tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 67,36 persen. Satu hal yang menarik adalah, bahwa pencapaian retribusi daerah telah mencapai 92,39 persen dari rencana anggaran di awal tahun, jauh lebih besar apabila dibandingkan dengan realisasi pada tahun sebelumnya. Realisasi Lain-lain PAD
yang
sah
telah
mencapai 76,71 persen, lebih rendah
dibandingkan realisasi pada tahun sebelumnya yang mencapai 236,61 persen. Besarnya
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
67
Perkembangan Keuangan Daerah
realisasi PAD maupun PAD lainnya yang sah menunjukkan kinerja yang baik dari pemerintah daerah dalam mengatur sumber PAD nya. Realisasi Dana Perimbangan telah mencapai 53,22 persen dengan realisasi Dana Alokasi umum (DAU) yang telah mencapai 58,33 persen. Adapun realisasi dana bagi hasil pajak/bukan pajak yang baru mencapai 12,79 persen sangat terkait erat dengan isu nasional mengenai lambatnya kolektibilitas pajak pemerintah pusat dan birokrasi transfer dana bagi hasil yang dialami oleh sebagian besar propinsi terutama propinsi-propinsi yang berada di luar Pulau Jawa. Grafik 4.1 Perbandingan Anggaran & Realisasi APBD Semester I Tahun 2007 Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
Grafik 4.2 Rasio Realisasi Sumber Pembiayaan APBD Semester I Tahun 2007 Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
900000 800000 700000 600000 Juta Rp
1 6 .3 7 % 3 3 .3 5 %
500000 400000 300000
5 0 .2 8 % 200000 100000 0 Pendapatan
PAD
Realisasi Smt I 2007
Dana Perimbangan
Belanja
P AD
D a na P e rimba nga n
P e mbia y a a n
APBD 2007
Sumber : Biro Keuangan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
Sumber : Biro Keuangan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
Dari grafik 4.1 terlihat bahwa realisasi belanja Pemprop Babel di semester I 2007 berada dibawah rata-rata realisasi penerimaan. Realisasi belanja Pemprop Babel tercatat sebesar 8,96 persen dengan realisasi belanja terbesar pada belanja pegawai yang mencapai 25,27 persen. Realisasi belanja pemerintah Babel pada semester I 2007 ini tercatat lebih rendah dibandingkan realisasi belanjaq pada semester yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 17,85 persen. Rendahnya realisasi belanja tersebut salah satunya disebabkan oleh penangguhan belanja modal terkait dengan belum ditariknya biaya pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur yang biasanya direalisasikan pada triwulan III tahun berjalan.
68
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Perkembangan Keuangan Daerah
4.2. Dana Alokasi Umum Tahun 2008 Berdasarkan hasil rapat kerja pemerintah dengan Panitia Anggaran DPR RI tanggal 08 Oktober 2007, telah disepakati alokasi Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus serta Dana Penyeimbang DAU untuk Tahun Anggaran 2008. Untuk Propinsi Babel telah disetujui Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp391,05 miliar, meningkat sebesar 22,45 persen dibanding tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp319,36 miliar. Dari tujuh kota/kabupaten yang terdapat di wilayah Babel, Kabupaten Bangka tercatat mendapatkan DAU paling tinggi di tahun 2008 yakni sebesar Rp280,70 miliar atau mengalami peningkatan DAU sebesar 16,78 persen dibandingkan tahun 2007 yang tercatat sebesar Rp240,38 miliar.
Tabel 4.2 Dana Alokasi Umum (DAU) Kota/Kabupaten dan Propinsi Kep. Bangka Belitung
NO
KABUPATEN / KOTA
DAU (Rp Ribu)
Peningkatan (%)
2007 319,357,000
2008 391,045,440
1 Kab. Bangka
240,378,000
280,703,630
16.78
2 Kab. Belitung
218,195,000
245,522,870
12.52
3 Kota Pangkalpinang
216,914,000
239,742,242
10.52
4 Kab. Bangka Selatan
190,478,000
230,204,601
20.86
5 Kab. Bangka Tengah
169,892,000
205,620,247
21.03
6 Kab. Bangka Barat
188,769,000
228,461,981
21.03
7 Kab. Belitung Timur
192,853,000
220,654,059
14.42
Propinsi Bangka Belitung
22.45
Sumber : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan-Depkeu
DAU paling rendah diperoleh Kab. Bangka Tengah yang tercatat sebesar Rp205,62 miliar. Meskipun demikian, jumlah DAU yang diterima Kab. Bangka Tengah tersebut mengalami peningkatan paling tinggi (selain peningkatan yang diperoleh Kab. Bangka Barat) yakni sebesar 21,03 persen bila dibandingkan DAU yang diterima pada tahun 2007.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
69
Perkembangan Keuangan Daerah
4.3. Dana Alokasi Khusus Tahun 2008 Untuk Propinsi Babel telah disetujui Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp22,03 miliar, dengan alokasi untuk bidang struktur irigasi mencapai 56,63 persen atau sebesar Rp12,47 miliar. Selain itu, alokasi untuk infrastruktur jalan mencapai 9,56 miliar atau sebesar 43,40 persen. Dari tujuh kota/kabupaten yang terdapat di wilayah Babel, Kabupaten Bangka tercatat mendapatkan DAK paling tinggi di tahun 2008 yakni sebesar Rp53,14 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 19,80 persen dibandingkan tahun 2007 yang tercatat sebesar Rp44,36 miliar. DAK paling rendah diperoleh Kota Pangkalpinang yang tercatat sebesar Rp36,84 miliar.
Tabel 4.3 Dana Alokasi Khusus (DAK) Kota/Kabupaten dan Propinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2008 (Rp Miliar) KABUPATEN / KOTA
Pendid Keseha Kependu ikan tan dukan
Infrastruktur Jalan
Irigasi
Air Bersih
Perikan Pertani Prasara an na an
Lingkun Kehuta gan nan Hidup
Propinsi Bangka Belitung Kab. Bangka 19.19
-
-
9.56
12.47
8.18
-
10.82
2.31
2.74
2.99
4.46
-
1.03
1.42
53.14
Kab. Belitung
13.79
8.75
-
8.93
2.04
2.51
8.89
3.64
-
0.82
0.97
50.33
14.31
6.63
-
7.40
2.29
2.64
2.84
-
0.73
12.69
8.46
-
9.50
3.38
2.41
3.11
2.45
-
0.75
0.89
43.63
13.18
8.76
-
8.40
1.90
2.28
2.77
2.65
0.75
1.01
43.98
14.51
10.23
-
10.03
2.30
2.67
2.98
3.03
-
0.83
0.91
47.48
12.90
8.42
-
7.95
1.83
2.30
3.07
2.63
-
0.73
0.80
40.62
Kota Pangkalpinang Kab. Bangka Selatan Kab. Bangka Tengah Kab. Bangka Barat Kab. Belitung Timur
-
-
-
-
-
2.29
-
Sumber : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan-Depkeu
70
Total
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
-
-
22.03
36.84
Perkembangan Keuangan Daerah
Tabel 4.4 Dana Alokasi Khusus (DAK) Kota/Kabupaten dan Propinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2007 (Rp Miliar) KABUPATEN / KOTA
Infrastruktur
Pendid Keseha ikan tan
Jalan
Irigasi
Air Bersih
Perikan Pertani Prasara an an na
Lingkun gan Total Hidup
Propinsi Bangka Belitung Kab. Bangka 14.46
8.18
8.88
1.81
2.55
2.99
4.46
-
1.03
44.36
Kab. Belitung
10.64
7.53
7.31
1.67
2.35
8.89
3.64
-
0.82
42.83
10.94
6.63
6.00
2.16
2.64
2.84
-
0.73
31.93
9.59
6.40
8.26
2.96
2.23
3.11
2.45
2.02
0.75
37.76
9.92
6.64
6.67
1.51
2.13
2.77
2.65
1.02
0.75
34.06
11.54
8.27
8.67
1.95
2.53
2.98
3.03
1.13
0.83
40.92
10.08
6.47
6.21
1.47
2.15
3.07
2.63
2.10
0.73
34.91
Kota Pangkalpinang Kab. Bangka Selatan Kab. Bangka Tengah Kab. Bangka Barat Kab. Belitung Timur
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Sumber : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan-Depkeu
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
71
Perkembangan Keuangan Daerah
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
72
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Perkembangan Sistem Pembayaran
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
5
5.1. Aliran Uang Masuk dan Aliran Uang Keluar Perkembangan
kas
Grafik 5.1 Perkembangan Kas Titipan Pangkalpinang
titipan
Pangkalpinang pada triwulan I 2008
1.5
menunjukkan jumlah aliran uang masuk 1.040.98
(inflow) sebesar Rp1,04 triliun atau sebesar
35,68
persen
dibandingkan tahun sebelumnya (y-o-y) yang tercatat sebesar Rp0,77 triliun. Di
Rp Triliun
meningkat
1.0
0.64
0.82
0.81 0.78
0.88 0.71
0.5
-
sisi lain, aliran uang keluar (outflow) mengalami peningkatan sebesar Rp0,58
0.77 0.62
(0.5)
0.15 Tw I
0.03 Tw II(0.17) Tw III
0.07 Tw IV(0.17) Tw I
2007
2007
2007
Inflow
2007
Outflow
2008
Net Inflow (Outflow)
triliun atau sebesar 58,58 persen, yaitu dari Rp0,62 triliun menjadi Rp0,98 triliun. Sehingga pada triwulan I 2008 kegiatan kas titipan di Pangkalpinang mengalami net-inflow sebesar Rp0,07 triliun atau terkontraksi sebesar 57,16 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q-to-q), aliran uang masuk (inflow) tercatat mengalami peningkatan sebesar 46,24 persen dari Rp0,71 triliun menjadi Rp1,04 triliun, sedangkan aliran uang keluar (outflow) tercatat mengalami peningkatan sebesar 10,63 persen dari Rp0,88 triliun menjadi sebesar Rp0,98 triliun. Terjadinya net inflow pada triwulan I 2008 sangat erat kaitannya dengan kontraksi pertumbuhan yang terjadi di Babel pada periode tersebut. Terjadinya net inflow maupun net outflow di Babel dapat dijadikan indikasi mengenai kondisi ekonomi/pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Babel (lihat Suplemen 6. Mendeteksi Geliat Perekonomian Babel dari Kegiatan Perkasan).
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
73
Perkembangan Sistem Pembayaran
Suplemen 6
MENDETEKSI GELIAT PEREKONOMIAN BABEL DARI KEGIATAN PERKASAN Halo Babel! Apa kabar? Setelah sempat melambat karena terpukul oleh kenaikan harga bahan bakar Oktober 2005 silam dan penertiban timah di triwulan akhir 2006, perekonomian Babel mulai menunjukkan titik terang. Pertumbuhan ekonomi tahun 2007 menunjukkan peningkatan yang cukup memadai dan bahkan mencatat angka di atas 5 persen. Selama ini pertumbuhan Babel selalu berada di bawah pertumbuhan perekonomian nasional. Kinerja perekonomian yang mulai kinclong tersebut diiringi pula dengan meroketnya harga komoditas primer andalan Babel (timah dan karet) di pasaran internasional. Apa indikasi perekonomian Babel tengah menuju perbaikan? Selain angka pertumbuhan ekonomi yang secara rutin dirilis oleh BPS Babel, terdapat indikator lain yakni kegiatan Kas Titipan (KT) di Pangkalpinang. Bank Indonesia dalam rangka menjalankan fungsi pengedaran uang di Bangka-Belitung menyelenggrakan kegiatan KT. Penyelenggaraan KT di Pangkalpinang bekerja sama dengan Bank Mandiri Cabang Pangkalpinang. Bank Indonesia Palembang menitipkan sejumlah dana tunai untuk memenuhi kebutuhan likuiditas perbankan di Babel serta dalam rangka melakukan clean money policy agar uang di masyarakat selalu dalam kondisi yang baik. Denyut dinamika perekonomian salah satu dapat dideteksi oleh magnitude dari net-outflow uang kas yang keluar dari KT. Net-outflow merupakan selisih dari inflow (uang tunai yang masuk dari perbankan ke KT) dan outflow (uang tunai yang keluar dari KT ke perbankan yang kemudian beredar di perekonomian setempat). Net-outflow merupakan kondisi jumlah outflow lebih besar daripada inflow. Sudah menjadi tipikal Babel, jika perekonomian setempat sedang bergairah selalu ditandai dengan tingginya net-outflow. Net-outflow mencirikan bahwa kebutuhan uang tunai meningkat karena kebutuhan untuk transaksi maupun konsumsi.
1.Pangkalpinang Perkembangan Grafik Perkasan Perkembangan Perkasan Pangkalpinang (Inflow, Outflow, & Net In-Out), 2004-2008 (Inflow, Outflow, & Net In-Out), 2004-2008 1,200.00 1,000.00
dalam miliar
800.00 600.00
outflow inflow
400.00
Net In-Out
200.00 1
(200.00)
2
3
2004
4
1
2
3
2005
4
1
2
3
2006
4
1
2
3
2007
4
1 2008
(400.00)
74
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Perkembangan Sistem Pembayaran
Berdasarkan grafik, selama kurun waktu 2004-2008, terlihat bahwa net-outflow (yang diwakili oleh grafik batang merah di bawah sumbu horizontal) terutama terjadi pada periode 2004 dan 2005. Pada periode 2004 dan 2005, KT Pangkalpinang selalu mengalami net-outflow. Namun ketika Pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak pada Oktober 2005 yang berakibat perekonomian mengalami penurunan kinerja, net-outflow mengalami penurunan. Pada Tw-I 2006, net-outflow sebesar Rp37,22 miliar yang sebelumnya pada Tw-IV 2007 tercatat sebesar Rp166,14 miliar). Penurunan net-outflow terjadi hingga semester pertama 2006. Bahkan setelah Pemerintah Daerah menertibkan kegiatan penambangan timah pada triwulan IV-2007, KT Pangkalpinang mengalami netinflow sebesar Rp1,93 miliar. Kondisi tersebut berlangsung pada Tw-I dimana net-inflow mencapai Rp151,90 miliar, saat itu orang menyebut bahwa para pengusaha tambang timah inkonvensional ‘lagi tiarap’ sambil menunggu kepastian hukum di bidang penambangan. Pada semester II 2007, seiring dengan peningkatan kinerja ekonomi, kegiatan KT mulai mengalami net-outflow yang mencapai sebesar Rp173,63 miliar dan pada Tw-IV netoutflow tercatat mencapai Rp170,41 miliar. Nilai-nilai net-outflow memang masih berada di bawah rata-rata net-outflow pada periode 2004 dan 2005 yang mencapai di atas Rp200 miliar. Kendati demikian hal tersebut merupakan indikasi bahwa perekonomian Babel kembali menggeliat. Sementara itu, terjadi net-inflow pada Tw-I 2008, kemungkinan terkait erat dengan APBD Pemerintah Daerah yang masih dalam proses birokrasi di Departemen Dalam Negeri, sehingga perekonomian belum dapat berjalan optimal. Tabel 1 Perkembangan Kegiatan Kas Titipan Pangkalpinang, 2004-2008 (dalam miliar Rp) Tahun
2004
2005
2006
2007
Triwulan
Outflow
Inflow
1
408.43
320.39
(88.03)
2
705.92
434.12
(271.81)
3
870.79
565.73
(305.06)
4
706.53
481.64
(224.89)
1
816.90
540.97
(275.92)
2
759.57
469.25
(290.33)
3
818.03
533.83
(284.20)
4
556.72
390.58
(166.14)
1
361.48
324.26
(37.22)
2
584.46
556.20
(28.27)
3
806.40
725.60
(80.80)
4
763.76
765.69
1.93
1
615.59
767.48
151.90
2
818.23
644.60
(173.63)
3
776.82
810.48
33.66
4
882.44
712.03
(170.41)
1 976.23 1,041.31 2008 Keterangan: angka dalam kurun berarti net-outflow, sebaliknya net-inflow
Net In-Out
65.08
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
75
Perkembangan Sistem Pembayaran
5.2. Penyediaan Uang Layak Edar Bank Indonesia selain menyediakan uang dalam jumlah yang cukup, juga senantiasa menjaga agar kualitas uang yang dipegang masyarakat terjaga kualitasnya dengan cara melakukan clean money policy, yaitu menarik dan memusnahkan uang yang tidak layak edar dan mengganti dengan yang layak edar. Jumlah penarikan uang lusuh selama triwulan I 2008 tercatat sebesar Rp24,31 miliar, meningkat sebesar 81,78 persen dari tahun lalu (y-o-y) yang tercatat sebesar Rp13,37 miliar. Grafik 5.2 Perkembangan PTTB di Pangkalpinang 35
5.00%
4.73%
4.50%
30 30.51
24.31
Rp Miliar
25 20.82
20 15 10
13.37
2.57%
3.50% 3.00%
14.68
2.33%
2.06%
1.74%
4.00%
2.50%
Tw I
Tw II
Tw III
2007 Jumlah PTTB
Tw IV
sebelumnya
dengan
(q-to-q)
triwulan
telah
terjadi
peningkatan penarikan uang lusuh sebesar 65,60 persen dari sebesar Rp14,68 miliar menjadi sebesar Rp24,31 miliar. Rasio antara uang lusuh yang ditandai Pemberian
2.00%
Tanda Tidak berharga (PTTB) dengan uang
1.50%
masuk
1.00%
5
Dibandingkan
(inflow)
tercatat
sebesar
2,33
0.50%
persen, meningkat dari rasio pada tahun
0.00%
sebelumnya yang tercatat sebesar 1,74
Tw I 2008 Rasio PTTB
persen ataupun dengan rasio pada triwulan sebelumnya yang sebesar 2,06 persen.
5.3. Perkembangan Jumlah Temuan Uang Palsu Sampai dengan triwulan I 2008 ini kantor Bank Indonesia Palembang tidak mendapatkan laporan adanya temuan uang palsu dari wilayah Babel. Kantor Bank Indonesia Palembang mencatat hampir selama 2 (dua) tahun terakhir sejak tahun 2005 tidak diperoleh laporan penemuan uang palsu di wilayah Bangka Belitung. Dalam rangka menanggulangi peredaran uang palsu, Kantor Bank Indonesia Palembang bekerja sama dengan pihak terkait, antara lain pihak kepolisian dan kejaksaan, melakukan tindakan preventif melalui sosialisasi mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada masyarakat dan penyebaran informasi melalui media massa baik cetak maupun elektronik, serta sosialisasi kepada perbankan, perguruan tinggi, instansi pemerintahan, pelajar, kasir pasar swalayan dan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). 76
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Perkembangan Sistem Pembayaran
5.4. Perkembangan Kegiatan Kliring Lokal Dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
non-tunai, Bank
Indonesia mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk terciptanya sistem pembayaran yang efisien, cepat dan aman, yang salah satunya melalui kliring. Aktivitas perputaran kliring pada triwulan I 2008 secara tahunan (y-o-y) mengalami penurunan baik dari jumlah warkat maupun nominal dibandingkan dengan triwulan I 2007. Dari segi jumlah warkat, perputaran kliring triwulan ini mengalami penurunan sebesar 25,27 persen atau sebanyak 5.549 lembar. Dari segi nominal, perputaran kliring mengalami penurunan sebesar 16,95 persen atau sebesar Rp0,11 triliun. Sementara itu, untuk jumlah penarikan cek/bilyet giro kosong juga terjadi penurunan dalam jumlah warkat. Jumlah warkat cek/bilyet giro kosong menurun sebanyak 3 lembar atau sebesar 3,13 persen, yaitu dari 96 lembar menjadi 93 lembar. Dari sisi nominal mengalami peningkatan sebesar Rp0,78 miliar atau sebesar 32,27 persen menjadi sebesar Rp3,21 miliar. Tabel 5.1 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
2007
Keterangan
2008
Tw-I
Tw-II
Tw-III
Tw-IV
Tw-I
- Lembar warkat
21,958
14,261
13,405
15,441
16,409
- Nominal (juta Rp)
655,665
482,526
396,927
523,573
544,517
96
60
89
121
93
2.430
1.674
2.495
6.494
3,214
Perputaran Kliring
Cek/Bilyet Giro Kosong - Lembar warkat - Nominal (juta Rp)
Secara triwulanan, perputaran kliring pada triwulan I 2008 mengalami peningkatan baik dari jumlah warkat maupun nominal. Jumlah warkat meningkat sebesar 6,27 persen atau sebanyak 968 lembar, sedangkan dari segi nominal mengalami peningkatan sebesar 4,00 persen atau sebesar Rp20,94 miliar dari posisi triwulan IV 2007 yang tercatat sebesar Rp523,57 miliar.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
77
Perkembangan Sistem Pembayaran
Rasio penarikan cek/bilyet giro kosong pada triwulan I 2008 adalah sebesar 0,57 persen dalam lembar dan sebesar 0,59 persen dari segi nominal. Dibandingkan tahun sebelumnya, rasio penarikan cek/bilyet giro kosong mengalami peningkatan baik dari segi jumlah warkat maupun nominal, dimana pada tahun sebelumnya rasio penarikan cek/bilyet giro kosong tercatat sebesar 0,44 persen dari segi jumlah warkat dan sebesar 0,37 persen dari segi nominal. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, jumlah penarikan cek/bilyet giro kosong mengalami penurunan baik dalam jumlah warkat maupun nominal. Jumlah warkat cek/bilyet giro kosong pada triwulan IV 2007 tercatat sebesar 0,78 persen dalam jumlah warkat dan sebesar 1,24 persen dari sisi nominal.
78
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
6
6.1. PDRB per Kapita PDRB per kapita atas dasar harga berlaku penduduk Babel pada triwulan I 2008 mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan triwulan maupun tahun sebelumnya. PDRB per kapita penduduk Babel pada triwulan I 2008 tercatat sebesar Rp4.351.745, meningkat sebesar 3,02 persen dari PDRB per kapita triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp4.224.049. Sedangkan apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terjadi peningkatan sebesar 14,63 persen. Namun demikian, apabila didasarkan atas harga konstan tahun 2000, PDRB per kapita pada triwulan I 2008 mengalami penurunan sebesar 1,35 persen dibanding triwulan sebelumnya.
Sedangkan apabila dibandingkan tahun
sebelumnya tercatat mengalami peningkatan sebesar 6,24 persen. Meningkatnya PDRB per kapita penduduk Babel tidak terlepas dari kontribusi sektor penggalian timah yang diiringi oleh sektor-sektor andalan lainnya. Terlebih lagi saat ini harga timah terus melambung tinggi sebagai dampak dari berkurangnya supply timah di pasar dunia. Grafik 6.1 Perkembangan PDRB per Kapita Penduduk Babel 5,000,000
Rupiah
4,000,000 3,000,000 2,000,000
4,351,745 4,224,049 4,074,930 3,937,692 3,796,188 2,143,511 2,172,769 2,137,068 2,080,013 2,017,560
1,000,000 Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2007
Harga Berlaku
Tw I 2008
Harga Konstan
Sumber : BPS Propinsi Bangka Belitung
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
79
Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
6.2. Jumlah Penduduk dan Penduduk Miskin Jumlah penduduk Propinsi Babel pada tahun 2005 sebesar 1.043.456 jiwa (hasil Susenas 2005) menunjukkan peningkatan 1,16 persen dari tahun 2000, dengan jumlah penduduk sebesar 899.095 jiwa (hasil Sensus Penduduk 2000). Jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2005 sebanyak 534.667 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 508.789 jiwa. Tabel 6.1 Jumlah Penduduk Propinsi Babel Hasil Susenas 2005
NO KABUPATEN / KOTA
KELOMPOK UMUR
JUMLAH
1 BANGKA
0-14 15-64 65+ 74.541 164.37 7.922
246.837
2 BANGKA BARAT
41868 100.53
5.46
147.855
3 BANGKA TENGAH
44.768 85.621 2.991
133.38
4 BANGKA SELATAN
47.485 97.225 4.206
148.916
5 BELITUNG
37.009 90.596 5.322
132.927
6 BELITUNG TIMUR
23.972 59.146 4.262
87.38
7 PANGKALPINANG
40.008 99.808 6.345
146.161
JUMLAH
309.65
697.3 36.51 1.043.456
Sumber : BPS Propinsi Bangka Belitung
Mayoritas jumlah penduduk Babel terkonsentrasi di Pulau Bangka dengan total jumlah penduduk sebanyak 823.149 atau sebesar 78,89 persen. Kabupaten yang memiliki jumlah penduduk terbanyak adalah Kab. Bangka yang memiliki pangsa sebesar 23,66 persen, sedangkan Kota Pangkalpinang sebagai ibu kota propinsi dihuni oleh sekitar 14,13 persen penduduk Babel. Berdasarkan data kemiskinan hasil Susenas BPS pada bulan Juni 2007, jumlah penduduk miskin di Babel tercatat sebanyak 95.100 orang atau sekitar 9,54 persen dari jumlah total penduduk miskin yang ada di Indonesia. Jumlah penduduk miskin terbesar berada diwilayah pedesaan yakni sebanyak 56.600 orang atau sebesar 59,52 persen. Dibandingkan dengan hasil Susenas BPS tahun 2005, jumlah penduduk miskin di Babel mengalami penurunan sebesar 0,10 persen dengan jumlah penduduk miskin di desa yang berkurang sebesar 1,7 persen namun dengan diiringi peningkatan penduduk miskin diperkotaan sebanyak 2,4 persen. 80
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
Tabel 6.2 Jumlah Penduduk Miskin Propinsi Babel & Nasional Hasil Susenas 2005 (ribu orang)
Babel Nasional
Kota 37.7 13 297.4
2005 Desa 57.6 23 504.7
Total 95.2 36 800.9
Kota 38.6 13 559.3
2007 Desa 56.6 23 609.0
Perubahan (%) Total Kota Desa Total 95.1 2.4 - 1.7 - 0.1 37 168.3 2.0 0.4 1.0
Sumber : Badan Pusat Statistik
Peningkatan jumlah penduduk miskin di wilayah perkotaan yang diiringi dengan penurunan jumlah penduduk miskin di pedesaan dapat dijadikan suatu indikasi bahwa pengembangan wialayah pedesaan kurang begitu optimal sehingga menyebabkan banyak penduduk miskin yang pindah ke wilayah perkotaan. Hal ini diperkuat dengan semakin banyaknya jumlah pekerja informal di wilayah perkotaan yang disinyalir merupakan para pendatang dari pedesaan.
6.3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup , melek huruf , pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. HDI digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah wilayah adalah wilayah maju , wilayah berkembang atau wilayah terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. Dari 33 propinsi yang diukur IPM-nya, Propinsi Babel menempati peringkat IPM nomor 12 dengan nilai IPM sebesar 70,7 pada tahun 2005 atau berada di atas rata-rata IPM Indonesia yang tercatat sebesar 69,6. Angka harapan hidup di Babel mencapai 68,1 tahun dengan pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan sebesar Rp619.900. Dalam bidang pendidikan, rata-rata lama sekolah tercatat sebesar 6,6 tahun. Namun demikian, persentase angka melek huruf propinsi Babel telah mencapai 95,4 persen atau di atas angka melek huruf nasional yang tercatat sebesar 90,9 persen.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
81
Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
6.4. Kondisi Ketenagakerjaan Berdasarkan data BPS Babel, kondisi ketenagakerjaan Babel pada akhir tahun 2007 belum mengalami perubahan yang berarti dibanding kondisi awal tahun 2007 (sensus Februari 2007). Pada bulan Agustus 2007 jumlah angkatan kerja mencapai 507.962 orang, turun sebanyak 3.610 orang dibanding kondisi Februari 2007. Sektor primer masih menjadi tumpuan utama dalam penyerapan tenaga kerja dengan lebih dari 50 persen tenaga kerja terserap di sektor ini.
6.4.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka Dari struktur angkatan kerja juga dapat dilihat Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang merupakan perbandingan antara jumlah penduduk yang masuk angkatan kerja dibanding dengan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas. TPAK pada Agustus tahun 2007 mengalami
penurunan
apabila
Grafik 6.2 Perkembangan TPAK dan TPT Propinsi Kep. Bangka Belitung
dibandingkan dengan TPAK pada Agustus 2006. Begitu pula apabila dibandingkan dengan TPAK bulan Februari, TPAK pada
persen. Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT)
pada
Agustus
menunjukkan
penurunan
baik
dibandingkan
dengan
Agustus
2007 apabila 2006
maupun apabila dibandingkan dengan TPT pada Februari 2007.
Persen
Agustus 2007 ini tercatat turun sebesar 1,2
80 70 60 50 40 30 20 10 -
66.33
66.46
8.83 8.69
Feb 06
Agt 06
67.50
66.30
7.40
6.50
Feb 07
TPAK
Agt 07 TPT
6.4.2. Lapangan Pekerjaan Kondisi ketenagakerjaan apabila dilihat dari persentase penyerapan tenaga kerja di sektor ekonomi menunjukkan pola yang tidak jauh berbeda antara akhir 2007 dengan awal 2007. Pada tabel 6.3 memperlihatkan terjadi perubahan persentase struktur penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama di setiap sektor. Sektor primer merupakan sektor ekonomi yang terbesar kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja. Penyerapan terbesar di sektor primer diberikan sektor pertanian, sedangkan sektor industri pengolahan
82
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
memberikan kontribusi terbesar di sektor sekunder. Selain itu, sektor perdagangan memberikan kontribusi terbesar di sektor tersier. Dalam penyerapan tenaga kerja pada akhir 2007 dibanding awal 2007 terjadi penurunan persentase sektor primer sebesar 0,1 persen dikarenakan pekerja yang beralih dari sektor pertambangan dan penggalian ke sektor lain. Pada sektor sekunder terjadi peningkatan sebesar 0,1 persen sedangkan pada sektor tersier menunjukkan penurunan sebesar 0,1 persen.
Tabel 6.3 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan di Propinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2006-2007 Februari 2006
Agustus 2006
Februari 2007
Agustus 2007*)
Sektor Absolut
%
%
Absolut
%
Sektor Primer
260,120
57.9
253,620
59.4
62,383
55.4
262,667
55.3
Pertanian
129,556
28.8
122,895
28.8
37,693
29.1
163,541
34.4
Pertambangan
130,564
29.1
130,725
30.6
124,690
26.3
99,126
20.9
Sektor Sekunder
44,727
10.0
36,388
8.5
47,636
10.1
48,549
10.2
Industri
20,076
4.5
15,873
3.7
24,459
5.2
25,545
5.4
1,328
0.3
794
0.2
1,193
0.3
1,512
0.3
23,323
5.2
19,721
4.6
21,984
4.6
21,492
4.5
144,540
32.2
137,320
32.1
63,884
34.6
163,790
34.5
PHR
82,833
18.4
68,858
16.1
91,529
19.3
88,714
18.7
Pengakutan
14,675
3.3
15,065
3.5
17,085
3.6
14,849
3.1
4,687
1.0
4,260
1.0
6,610
1.4
5,277
1.1
42,345
9.4
49,137
11.5
48,660
10.3
54,950
11.6
449,387
100
427,328
100
473,903
100
475,006
100
LGA Bangunan Sektor Tersier
Keuangan Jas-jasa Total
Absolut
%
Absolut
Sumber : Sakernas BPS, *) Angka Sangat Sangat Sementara
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
83
Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
6.4.3. Pengangguran Terselubung Pengangguran terselubung atau setengah pengangguran merupakan angkatan kerja yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu. Angka ini dapat dipergunakan untuk melihat produktivitas secara umum. Pekerja yang bekerja kurang dari 35 jam secara umum dapat diartikan memiliki produktivitas kurang dibanding tenaga kerja yang bekerja lebih atau sama dengan 35 jam selama seminggu. Permasalahan ketenagakerjaan di Babel secara detail dibahas di Suplemen 3. Dengan mengacu pada tabel 6.4 tertera bahwa pengangguran terselubung di Propinsi Babel pada Agustus 2007 adalah sebesar 34,8 persen. Hal ini dapat diartikan bahwa dari setiap 100 orang pekerja terdapat 35 orang pekerja yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu. Jika dilihat menurut sektor, persentase pengangguran terselubung tertinggi terdapat di sektor primer, tepatnya di sektor pertanian yang mencapai 52,2 persen. Keadaan ini menggambarkan bahwa penyerapan tenaga kerja di sektor ini hanya bersifat penyerapan paruh waktu atau sekedar membantu bekerja. Tabel 6.4 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja dan Setengah Pengangguran menurut Lapangan Pekerjaan di Propinsi Kep. Bangka Belitung Agustus 2007
Sektor
Bekerja
Setengah Pengangguran Jumlah
%
Sektor Primer
262,667
106,581
40.6
Pertanian
163,541
85,368
52.2
Pertambangan
99,126
21,213
21.4
Sektor Sekunder
48,549
13,366
27.5
Industri
25,545
9,809
38.4
1,512
398
26.3
21,492
3,159
14.7
163,790
45,192
27.6
PHR
88,714
23,066
26.0
Pengakutan
14,849
2,925
19.7
5,277
1,013
19.2
54,950
18,188
33.1
475,006
165,139
34.8
LGA Bangunan Sektor Tersier
Keuangan Jas-jasa Total
Sumber : Sakernas BPS, *) Angka Sangat Sangat Sementara
84
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah
PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH
7
7.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan pemantauan Bank Indonesia Palembang, pertumbuhan ekonomi Babel pada triwulan mendatang diperkirakan akan mengalami peningkatan. Meningkatnya angka pertumbuhan diprediksi terkait erat dengan mulai meningkatnya kinerja/produksi di sektor penggalian timah dan sektor pertanian (khususnya sub sektor perkebunan) yang akan memasuki akhir musim hujan. Bagi kedua sektor andalan Babel dimaksud, tingginya curah hujan sangat berpengaruh karena bagi usaha penggalian timah kegiatan menjadi terhenti dikarenakan tergenangnya lahan-lahan penggalian timah oleh air hujan. Di sisi lain bagi komoditas perkebunan karet, tingginya curah hujan menurunkan hasil sadapan karet. Pada triwulan II mendatang diharapkan curah hujan semakin rendah sehingga menyebabkan aktivitas penambangan dan penggalian serta penyadapan karet menjadi lebih produktif. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
mengisyaratkan
adanya
peningkatan dua leading sectors (timah dan
pertanian).
Selain
itu,
sektor
Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) dan sektor Transportasi diperkirakan juga mengalami
peningkatan.
Adanya
perayaan Cheng Beng diprediksi akan memberikan andil terhadap peningkatan dari sektor PHR dan sektor Transportasi.
Tabel 7.1 Leading Economic Indicator Pertumbuhan Babel Sektor/Sub Sektor Pertanian a. Tanaman bahan makanan b. Perkebunan
Produksi
Harga
Penjualan/Ekspor
+ +
+ ++
0 +
Pertambangan a. Penggalian
+
+++
++
PHR a. Perdagangan eceran b. Hotel
++ ++
+ ++
++ ++
Pengangkutan a. Pengangkutan Udara
++
++
++
Keterangan +++ Sangat Baik ++ Baik + Cukup Baik 0 Normal - Cukup Buruk -- Buruk --- Sangat Buruk
Sumber : Survey Kegiatan Dunia Usaha KBI Palembang, diolah
Kajian Ekonomi Ekonomi Regional Regional Propinsi Propinsi Kepulauan Kepulauan Bangka Bangka Belitung Belitung Triwulan Triwulan III I 2008 Kajian 2007
85
Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah
Bank Indonesia Palembang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Propinsi Babel pada triwulan II 2008 secara triwulanan (q-to-q) mengalami peningkatan sebesar 2,53 persen ± 0,5. atau secara tahunan (y-o-y) diproyeksikan meningkat sebesar 6,40 persen ± 0,5. Kalkulasi proyeksi angka pertumbuhan dengan memperhatikan dinamika terkini pada perekonomian setempat, antara lain meliputi perkembangan situasi usaha di sektor-sektor unggulan (penambangan timah, perkebunan, jasa dan perdagangan, serta transportasi), dan melalui kegiatan survey rutin dan liaison program yang merupakan kegiatan pendalaman hasil-hasil survey kepada para pelaku usaha.
7.2. Perkiraan Inflasi Inflasi di Pangkalpinang pada triwulan mendatang diperkirakan akan mengalami peningkatan dibandingkan saat ini. Meningkatnya beberapa komoditas pokok di pasar dunia seperti terigu, kedelai, dan CPO diperkirakan akan menjadi salah satu faktor kuat penyebab terjadinya inflasi di triwulan II 2008. Berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) bulan Maret 2008 di Pangkalpinang diperoleh informasi bahwa tingkat optimisme konsumen terhadap kenaikan harga barang secara umum pada 3 bulan yang akan datang sangat tinggi yang juga diikuti dengan keoptimisan pada peningkatan penghasilan, atas dasar tersebut diperkirakan akan terjadi peningkatan inflasi pada triwulan yang akan datang. Grafik 7.1 Ekspektasi Perubahan Harga dan Penghasilan 200
Optimis
160 140
180.50
172.50 160.50
163.50
160.00
152.50
139.0
133.5
129.0
126.0
120 100 80 Pesimis
Indeks Keyakinan
180
60 40 20 Mar
Apr
Mei
Juni
Juli Agust Sep 2007
Ekspektasi Penghasilan Pada 6 Bulan Mendatang
86
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
2008 Perubahan Harga Umum pada 3 Bulan Mendatang
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008
Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah
Dengan
metode
serupa
yang
dipergunakan
dalam
perhitungan
proyeksi
pertumbuhan ekonomi, inflasi (q-to-q) kota Pangkalpinang pada triwulan II 2008 diproyeksikan lebih tinggi dibanding triwulan I 2008 yaitu meningkat sebesar 4,86 persen ± 0,5. Sementara itu, inflasi tahunan (y-o-y) pada triwulan II 2008 diproyeksikan sebesar 12,83 persen ± 0,5. Tekanan inflasi pada triwulan II 2008 diperkirakan masih bersumber dari kelompok bahan makanan, makanan jadi, rokok dan minuman beralkohol, sandang, serta transportasi dan komunikasi.
Kajian Ekonomi Ekonomi Regional Regional Propinsi Propinsi Kepulauan Kepulauan Bangka Bangka Belitung Belitung Triwulan Triwulan III I 2008 Kajian 2007
87
Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
88
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2008