KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi
Triwulan III - 2009
Kantor Bank Indonesia Jambi
Halaman ini sengaja dikosongkan
KATA PENGANTAR Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Jambi triwulan III tahun 2009 dapat diselesaikan dengan baik. KER merupakan salah satu terbitan periodik Bank Indonesia Jambi sebagai sarana untuk membangun komunikasi dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal maupun stakeholers eksternal. Dengan demikian, para pemangku kepentingan seperti pelaku usaha, perbankan dan terutama Pemerintah Daerah Jambi (provinsi dan kabupaten/kota) diharapkan dapat memperoleh masukan dalam menetapkan kebijakan pengembangan ekonomi daerah. KER mencakup beberapa aspek seperti perkembangan ekonomi makro regional, inflasi daerah, perbankan, keuangan daerah, sistem pembayaran, ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan. Publikasi ini juga memuat perkiraan ekonomi dan inflasi daerah. Berdasarkan asesmen atas data dan informasi, pada triwulan III tahun 2009 akselerasi pertumbuhan tahunan (y-o-y) ekonomi Provinsi Jambi terus meningkat. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi masih dibayangi oleh kecenderungan peningkatan inflasi. Tingkat inflasi Kota Jambi (y-o-y) mengalami peningkatan selama periode triwulan laporan. Perkembangan perbankan terutama dari sisi kredit dan aset menunjukkan kinerja yang memuaskan. Berlangsungnya perbaikan fungsi intermediasi perbankan tercermin pada meningkatnya angka Loan to deposits ratio (LDR) sehingga menjadi 84,84%. Namun demikian secara gross angka tersebut relatif tetap. Pembenahan sektor riil secara terus menerus diperlukan sebagai upaya akselerasi penyaluran kredit perbankan serta dalam rangka menghadapi dampak dari krisis global. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan yang akan datang sangat tergantung pada peningkatan konsumsi rumah tangga dan pengeluaran konsumsi pemerintah melalui realisasi belanja APBD. Di sisi lain, pergerakan harga barang dan jasa secara umum perlu mendapatkan perhatian khusus terkait dengan datangnya hari raya Idul Adha serta Natal dan tahun baru. Dalam penyusunan KER triwulan III tahun 2009 ini, kami banyak memperoleh support dari dinas-dinas pemerintah daerah, instansi, perbankan, BUMN/BUMD dan pelaku usaha. Oleh karena itu, kami menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak. Semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. Seiring dengan keterbatasan yang ada, kami mengharapkan kritik dan saran dalam meningkatkan kualitas KER ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, untuk kemakmuran masyarakat Jambi. Jambi, Oktober 2009
Halaman ini sengaja dikosongkan
DAFTAR ISI Daftar Isi ................................................................................................... Daftar Tabel .......................................................................................... Daftar Grafik .......................................................................................... Ringkasan Eksekutif ..................................................................................... BAB I.
Perkembangan Ekonomi Makro Regional ................................. A. Umum ............................................................................. B. PDRB Sisi Produksi.............................................................. C. PDRB Sisi Pengeluaran........................................................ Boks 1 : Pelaksanaan Percepatan Kredit Program Revitalisasi Perkebunan BAB II. Perkembangan Harga-Harga..................................................... A. Kajian Umum ................................................................. B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang ................................. Boks 2 : Penelusuran Sumber Pembentukan Inflasi di Kota Jambi Boks 3 : Perkembangan Harga Menjelang Hari Besar Keagamaan BAB III. Perkembangan Perbankan Daerah ............................................ A. Perkembangan Kelembagaan .......................................... B. Bank Umum ................................................................... C. Bank Perkreditan Rakyat .................................................... BAB IV Keuangan Pemerintah Daerah .............................................. A. Pendapatan Tahun 2009 .................................................... B. Anggaran Belanja Tahun 2009 ........................................... C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah ............................... D. Keuangan Pemerintah Daearah ......................................... BAB V Perkembangan Sistem Pembayaran ....................................... A. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai .............................. B. Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai ..................... BAB VI Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan ............................. A. Keternagakerjaan Daerah................................................... B. Kesejahteraan .................................................................... C. Kemiskinanan .................................................................... BAB VII Perkiraan Ekonomi dan Harga Daerah....................................... A. Pertumbuhan Ekonomi......................................................... B. Proyeksi Inflasi..................................................................... Lampiran Daftar Istilah
i
i ii iii 1 5 5 7 23 35 35 38
47 47 48 60 61 61 63 64 66 69 69 70 73 73 75 78 79 79 86
DAFTAR TABEL
1.1
Laju Triwulanan (q-t-q) Pertumbuhan Provinsi Jambi Sisi Produksi dan Sisi Penggunaan
2.1
Perkembangan Inflasi Kota Jambi
2.2
Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Tahunan (y-o-y) serta tahunan Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa
2.3
7 36 38
Sumbangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode triwulan I-2009
39
3.1
Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi
49
3.2
Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik
50
3.3
Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Bank
51
3.4
Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi
51
3.5
Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Provinsi Jambi
53
3.6
Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi
54
3.7
Tabel Persetujuan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan di Provinsi Jambi 54
3.8
Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum Provinsi Jambi
56
3.9
Komposisi Pendapatan Bunga Bank Umum Provinsi Jambi
59
4.1
Pendapatan APBD-P Provinsi Jambi Tahun 2009
62
4.2
Belanja APBD-P Provinsi Jambi Tahun 2009
63
4.3
Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
64
4.4
Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
65
5.1
Perkembangan Sistem Pembayaran Provinsi Jambi
69
5.2
Perkembangan Transaksi RTGS
72
6.1
Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2007=100)
77
7.1
Saldo Bersih Tertimbang Perkembangan Dunia Usaha
82
ii
DAFTAR GRAFIK 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 1.13 1.14 1.15 1.16 1.17 1.18 1.19 1.20 1.21 1.22 1.23 1.24 1.25 1.26 1.27 1.28 1.29 1.30 1.31 1.32 1.33 1.34 1.35
Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (q-t-q) Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) Kontribusi PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (q-t-q) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan I Tahun 2009 Luas Tanam Sektor Tabama triwulan II Tahun 2009 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan III Tahun 2009 Luas Panen Sektor Tabama Trwulan II Tahun 2009 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan III Tahun 2009 Perkembangan harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi Pertumbuhan Indikator Produksi Sub Sektor Hortikultura dan Sub Sektor Tanaman Perkebunan (%) Pertumbuhan Indikator Produksi Sektor Peternakan dan Sub Sektor Perikanan (%) Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi Pertumbuhan Indeks terima dan Indeks Bayar Petani Distribusi Jenis Pupuk Jumlah dan Pertumbuhan Realisasi Pupuk Perkembangan Indikator produksi Bulanan Sektor PHR Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis PDRB Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Lifting Minyak Bumi Pertumbuhan Indeks Produksi Batubara dan Bahan Galian Gol. C (%) Volume Penjualan Minyak Bakar dan Minyak Diesel Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri Perkembangan Total Pemakaian Listrik Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Perkembangan Total Konsumsi Air Kota Jambi Perkembangan PDRB Sektor Bangunan dan Konsumsi Semen Perkembangan Kredit KPR Perkembangan Kredit Ruko/Rukan PDRB Sub Sektor Angkutan Udara Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang Perkembangan Total Arus Peti Kemas Perkembangan Kunjungan Kapal Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran Terhadap Pertumbuhan (q-t-q) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan III tahun 2009 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
5 6 8 8 9 9 9 9 10 11 11 11 11 12 12 13 13 15 16 16 17 18 18 19 19 20 20 20 21 21 22 22 23
24 25
iii
1.36 1.37 1.38 1.39 1.40 1.41 1.42 1.43 1.44 1.45 1.46 1.47 1.48 1.49 1.50 1.51 1.52 1.53 1.54 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 4.1
iv
Konsumsi Listrik Rumah Tangga Perkembangan Penjualan Premium Perkembangan Penjualan Solar Perkembangan Penjualan Minyak Tanah Nominal dan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Provinsi Jambi Pertumbuhan Pendaftaran Sedan, Jeep, Minibus Baru Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi Konsumsi Semen Provinsi Jambi Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi Lima Komoditi Tertinggi Nilai Ekspor Provinsi Jambi Perkembangan Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual Pangsa Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual Perkembangan Inflasi Kota Jambi Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Kota Jambi Periode Tahun 2003 s.d September 2009 Perkembangan Laju Inflasi Kota Jambi Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan Kota Sekitarnya Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng Perkembangan Harga Tepung Terigu Perkembangan Harga Cabe Merah dan Bawang Perkembangan Harga Jagung Perkembangan Harga Daging Perkembangan Harga Beras Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Lokasi Proyek per kabupaten/kota di Provinsi Jambi Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi Perkembangan Laba Rugi Triwulanan Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum Provinsi Jambi Perkembangan Pendapatan APBD-P Provinsi Jambi
25 26 26 26 26 26 26 27 27 27 28 29 29 30 31 32 32 32 33 35 36 37 38 40 41 41 42 42 42 44 46 48 50 55 56 57 58 59 60 62
4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 5.1 5.2 5.3 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 6.7 6.8 7.1 7.2 7.3 7.4 7.5
Perkembangan Belanaja APBD-P Provinsi Jambi Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri di Provinsi Jambi Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Di Provinsi Jambi Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah di Provinsi Jambi Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi Perkembangan Nominal Perkembangan Volume Kliring Jumlah Pencari Kerja dan Pertumbuhannya di Provinsi Jambi Jumlah Pencari Kerja per Jenjang Pendidikan di Provinsi Jambi Grafik Nilai Saldo Ekspektasi Pengangguran dan Kondisi Pengangguran Perkembangan Harga Beras Perkembangan Harga Tepung Terigu Perkembangan Harga Minyak Goreng Perkembangan Harga Komoditas Lainnya Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi Perkembangan Ekspektasi Ekonomi, Ekspektasi Pengangguran dan Ekspektasi Penghasilan Rencana Konsumsi dalam 6-12 Bulan yang akan datang Saldo Bersih Ekspektasi Harga dalam 6-12 bulan yang akan datang Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (y-t-d) Kota Jambi Periode Tahun 2003 s.d 2009 (September) serta Perkiraan Oktober s.d Desember 2009 Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Periode Tahun 2003 s.d 2009 (September) serta Perkiraan Oktober s.d Desember 2009
64 65 65 66 67 70 71 71 74 74 75 75 75 75 75 78 80 81 86 87 87
v
Halaman ini sengaja dikosongkan
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH a. Inflasi dan PDRB 2008
INDIKATOR
TRW.I
MAKRO Indeks Harga Konsumen Kota Jambi
Trw.II
Trw.III
Trw.IV
TRW.I
2009 TRW.II
TRW.III
103.8
112.91
114.9
114.68
114.98
114.15
116.86
5.89
13.99
13.68
11.47
9.16
1.10
1.71
3,692,923 1,133,291 395,477 514,125 30,089 176,847 641,483 298,889 173,095 329,626
3,796,013 1,176,045 384,917 536,509 30,672 182,753 665,046 304,310 181,344 334,418
3,889,689 1,205,712 388,051 552,411 31,109 185,183 689,747 311,188 187,655 338,633
3,947,084 1,205,126 503,518 521,872 30,406 185,235 652,731 309,883 196,554 341,760
3,972,917 1,207,280 493,616 528,139 31,238 192,367 657,479 311,529 207,405 343,866
4,027,216 1,215,629 490,655 531,676 33,325 194,687 679,693 316,580 216,206 348,766
4,122,011 1,239,365 492,216 551,045 33,141 201,065 702,769 325,304 222,741 354,365
Nilai Ekspor Non Migas (USD ribu) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)
241,506 311,024
251,334 374,057
311,030 665,155
209,987 437,162
135,430 350,397
132,722 304,581
102,083 193,976
Nilai Impor Nonmigas (USD Ribu) 3) Volume Impor Nonmigas (ribu ton)
34,269 80,358
35,842 18,100
29,826 27,115
21,592 18,243
24,146 10,204
23,329 25,710
10,644 26,247
Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi 1)
PDRB - Harga Konstan (Juta Rp) - Pertanian - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas, dan Air Bersih - Bangunan - Perdagangan Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Persewaan dan Jasa - Jasa 2)
Catatan Angka sementara 2) Pengklasifikasian komoditi menggunakan 21 kelompok barang berdasarkan SITC 2 digit yang berlaku.Data Trw.III-2009 s.d Agustus 2009 3) Pengklasifikasian komoditi dalam statistik impor menggunakan SITC 2 digit yang berlaku data Trw.III-2009 s.d Bulan Agustus 2009 1)
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH b. Perbankan INDIKATOR PERBANKAN A. Bank Umum : a. Bank Umum Konvensional: Total Aset (Rp Juta) DPK(Rp Juta) - Tabungan - Giro - Deposito
Tw.I-08
10,858,876 9,336,038 4,378,165 2,559,966 2,397,907
TAHUN 2008 Tw.II-08 Tw.III-08
Tw.IV-08
Tw.I-09
TAHUN 2009 Tw.II-09
1)
Tw.III-09
11,707,242 10,186,986 4,743,800 2,778,635 2,664,551
12,088,126 9,960,462 4,545,503 2,442,357 2,972,602
11,913,790 9,872,159 2,316,927 4,884,047 2,671,185
11,980,624 10,080,116 2,325,515 4,610,190 3,144,411
12,658,318 10,349,880 4,909,160 2,373,677 3,067,043
12,905,398 10,163,906 4,858,959 2,261,559 3,043,388
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi proyek - Modal Kerja - Konsumsi - Investasi - Dana - LDR
7,990,991 2,997,922 3,025,125 1,967,944 9,579,712 83.42
9,390,586 3,608,379 3,343,080 2,439,127 10,291,998 91.24
10,111,910 3,799,215 3,768,119 2,544,576 10,104,502 100.07
10,267,448 3,766,949 3,875,945 2,624,554 9,923,195 103.47
10,235,363 3,664,993 3,988,832 2,581,538 10,256,857 99.79
11,066,183 3,953,360 4,201,873 2,910,950 10,460,659 105.79
11,359,945 4,315,390 4,329,687 2,714,868 10,364,085 109.61
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor cabang - Modal Kerja - Konsumsi - Investasi - LDR (%)
5,849,490 2,276,632 2,426,131 1,146,727 62.65
5,974,336 2,832,943 1,844,313 1,297,080 58.65
7,513,877 2,997,699 3,078,659 1,437,519 75.44
7,317,897 2,843,934 3,081,939 1,392,024 74.13
7,431,265 2,796,879 3,244,468 1,389,918 73.72
8,037,073 3,042,475 3,545,072 1,449,526 77.65
8,432,684 3,194,008 3,704,041 1,534,635 82.97
Kredit UMKM (Rp Juta) Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp Juta) - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi Kredit Kecil (Rp 50 < x ≤ Rp500 juta) (Rp Juta) - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi Kredit Menengah (Rp500 juta < x ≤ Rp5 miliar) ((Rp Juta) - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi Total Kredit MKM (Rp Juta) NPL MKM gross (%) - NPL MKM Gross Nominal - PPAP NPL MKM net (%)
2,169,860 324,480 213,936 1,631,444 2,169,860 324,480 213,936 1,631,444 1,147,411 692,347 317,169 137,895 5,487,131 2.55 139,918 69,378 1.29
2,465,015 445,626 252,883 1,766,506 1,749,407 806,683 101,299 841,425 1,259,201 810,725 363,534 84,942 5,473,623 2.61 142,879 76,912 1.21
2,671,276 489,528 292,801 1,888,947 2,064,029 925,001 116,776 1,022,252 1,362,338 861,039 405,381 95,918 6,097,643 2.18 132,681 66,584 1.08
2,657,187 495,314 283,163 1,878,710 2,173,654 932,339 134,280 1,107,035 1,367,048 893,036 377,819 96,193 6,197,889 3.43 212,612 105,294 1.73
2,679,522 519,998 213,936 1,945,588 2,287,884 947,879 118,670 1,221,335 1,252,103 857,389 317,169 77,545 6,219,509 3.39 211,068 125,542 1.38
2,824,914 562,019 299,945 1,962,950 2,702,120 997,225 196,378 1,508,517 1,361,529 888,604 399,320 73,605 6,888,563 3.77 259,531 155,129 1.52
2,873,912 610,817 319,380 1,943,715 2,961,712 1,024,056 251,021 1,686,635 1,400,199 934,370 392,138 73,691 7,235,823 3.68 266,292 162,520 1.43
b. Bank Umum Syariah: Total Aset (Rp Juta) DPK(Rp Juta) - Tabungan - Giro - Deposito
230,467 159,250 77,112 52,201 29,937
242,624 174,435 90,398 54,130 29,907
282,612 179,179 99,495 46,918 32,766
314,308 197,210 49,508 101,896 45,806
353,385 201,046 103,455 50,230 47,361
394,006 214,609 110,390 48,821 55,398
416,233 219,796 109,312 52,405 58,079
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor cabang - Modal Kerja - Konsumsi - Investasi - LDR
176,132 99624 57073 19435 110.60
203,218 96,171 62,999 44,048 116.50
248,295 116,378 71,542 60,375 138.57
275,289 140,903 71,431 62,955 139.59
316,887 171771 81624 63492 157.62
355,202 200,262 80,545 74,395 165.51
376,920 217,076 83,845 75,999 171.49
Kredit UMKM (Rp Juta) Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp Juta) - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi Kredit Kecil (Rp 50 < x ≤ Rp500 juta) (Rp Juta) - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi Kredit Menengah (Rp500 juta < x ≤ Rp5 miliar) (Rp Juta) - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi Total Kredit MKM (Rp Juta) NPL MKM gross (%) - NPL MKM Gross Nominal - PPAP NPL MKM nett (%)
32,358 6,564 475 25319 79,110 38647 12898 27565 55,314 45063 6062 4189 166,782 1.71 2848 532 1.39
34,124 2,221 6,629 25,274 95,169 36,438 26,333 32,398 65,037 48,624 11,086 5,327 194,330 1.35 2,623 815 0.93
38,062 3,457 7,226 27,379 125,491 49,070 37,026 39,395 76,292 55,401 16,123 4,768 239,845 2,575 1,543 1,032 0.21
43,484 8,518 7,582 27,384 144,082 66,500 39,068 38,514 79,809 57,971 16,305 5,533 267,375 2,340 1,542 798 0.28
51,689 13,505 7,987 30197 166,221 87512 38,597 40112 91,579 63356 16,908 11315 309,489 4,377 3,518 858 0.86
50,957 16,622 8,301 26,034 190,415 108,216 41,307 40,892 106,965 68,559 24,787 13,619 348,337 8,795 6,803 1,991 1.38
55,554 18,354 8,667 28,533 209,627 124,666 42,800 42,161 105,240 67,557 24,532 13,151 370,421 12,895 10,125 2,768 1.99
INDIKATOR B. BPR : Total Aset (Rp Juta) DPK (Rp Juta) - Tabungan (Rp Juta) - Deposito (Rp Juta) Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi proyek - Modal Kerja - Konsumsi - Investasi Kredit UMKM (Rp Juta) Rasio NPL Gross (%) - NPL Gross (Nominal) - PPAP Rasio NPL Net (%) LDR (%) Catatan : Data s.d Bulan Agustus 2009
1)
Tw.I-08 221,537 168,149 29,638 138,511 150,637 43,180 85,787 21,670 150,637 1,710 10,169 2,996 4.76 89.59
TAHUN 2008 Tw.II-08 Tw.III-08 218,789 56,323 7,988 48,335 169,202 52,990 90,221 25,991 169,202 5.75 9,727 3,106 3.91 300.41
224,221 145,396 30,049 115,347 176,549 51,524 93,300 31,725 176,549 6.08 10,737 3,153 4.30 121.43
Tw.IV-08 208,173 162,567 30,418 132,149 169,823 44,811 95,232 29,780 169,823 5.73 9,727 3,402 3.72 104.46
Tw.I-09 217,933 162,982 31,554 131,428 165,515 43,295 94,338 27,881 165,515 8.26 13,668 4,707 5.41 101.55
TAHUN 2009 Tw.II-09 218,360 163,937 31,739 132,198 172,440 46,089 29,529 96,822 172,440 8.13 14,021.60 4,373 5.60 105.19
Tw.III-091) 232,985 177,124 32,486 144,638 173,640 45,813 29,772 98,056 173,640 8.48 14,720.26 4,391 5.95 98.03
Halaman ini sengaja dikosongkan
RINGKASAN EKSEKUTIF PEREKONOMIAN JAMBI
I. Perekonomian Provinsi Jambi triwulan II tahun 2009 ditandai tumbuhnya laju pertumbuhan ekonomi sebesar 2,35% (q-t-q).....
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Perekonomian
Jambi
pada
triwulan
III-2009
menunjukkan
tren
peningkatan setelah mengalami penurunan pada periode triwulan III2008 sampai dengan triwulan I-2009. Pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan laporan sebesar 2,35% (q-t-q) meningkat jika dibandingkan triwulan II-2009 yaitu sebesar 1,37% (q-t-q) serta triwulan I-2009 yang hanya mencapai 0,65% (q-t-q). Memasuki bulan Ramadhan 1430 H dan musim liburan sekolah pada triwulan laporan menyebabkan kembali menggeliatnya perekonomian Jambi. Pada triwulan laporan, pertumbuhan ekonomi secara triwulanan (q-t-q) dipicu oleh sekor pertanian; perdagangan, hotel dan restoran serta industri pengolahan. Ditinjau dari sisi pengeluaran, peningkatan PDRB Provinsi Jambi pada triwulan laporan terutama disebabkan oleh meningkatnya pengeluaran konsumsi rumah tangga yang menandakan semakin membaiknya daya beli masyarakat dan akselerasi belanja pemerintah pada proyek-proyek fisik yang semakin meningkatkan konsumsi pemerintah. II.
Pada triwulan III 2009, Provinsi jambi mengalami inflasi sebesar 1,71% (y-o-y) ..........
Perkembangan Harga-Harga
Pada triwulan III-2009, Kota Jambi mengalami inflasi mencapai 2,37% (q-t-q), meningkat dibandingkan triwulan II-2009 yang mengalami deflasi 0,72% (q-t-q). Pergerakan inflasi bulanan yang tercatat pada Juli, Agustus, dan September 2009 masing-masing sebesar 1,06%(m-t-m), 0,35%(m-t-m) dan 0,95% (m-t-m). Dengan perkembangan tersebut, angka inflasi tahunan (y-o-y) Kota Jambi juga bergerak meningkat dari 1,10% (y-o-y) pada Juni 2009 menjadi 1,71% (y-o-y). Inflasi tahunan Kota Jambi ini lebih rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar 2,83%. Inflasi yang terjadi pada triwulan laporan terutama berasal dari sumbangan angka inflasi kelompok bahan makanan serta kelompok pendidikan,
rekreasi
dan
olahraga.
Meningkatnya
harga
bahan
kebutuhan pokok seperti daging ayam, cabe merah, bawang merah, ikan
1
RINGKASAN EKSEKUTIF dan beras selama periode triwulan laporan memberikan sumbangan inflasi pada kelompok bahan makanan. III. Perkembangan Perbankan Daerah Kinerja
perbankan
peningkatan
dari
pada sisi
triwulan aset
dan
III
tahun
penyaluran
2009
menunjukkan
kredit
sementara
penghimpunan dana mengalami penurunan. Dengan demikian, fungsi intermediasi yang tercermin dari Loan to deposits ratio (LDR) perbankan
Kinerja perbankan membaik ditandai dengan meningkatnya jumlah aset, penyaluran kredit serta rasio LDR....
juga menunjukkan peningkatan dari triwulan sebelumnya menjadi 84,84%. Di sisi lain, kualitas kredit yang diberikan relatif stabil dari triwulan lalu yang tercermin dari rasio Non-Performing Loan (NPL) gross. Outstanding kredit bank umum meningkat sebesar 4,97% sehingga menjadi sebesar Rp8,81 triliun sementara, DPK menurun sebesar 1,71%. Kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan relatif stabil dari triwulan lalu tercermin dari
rasio Non Performing Loan (NPL) gross perbankan
pada triwulan laporan sebesar 3,99%. Sementara itu, aset perbankan pada triwulan laporan sebesar Rp13,32 triliun. IV. Perkembangan Keuangan Daerah APBD-P Provinsi Jambi (tidak termasuk anggaran pemerintah kota dan kabupaten) tahun 2009 sejumlah Rp 1,67 triliun bertambah 3,05% dari APBD pada awal tahun ini sejumlah 1,62 triliun. Dari sisi anggaran pendapatan, jumlah anggaran perubahan pendapatan 2009 sejumlah
Anggaran Belanja Perubahan Provinsi Jambi tahun 2009 adalah sebesar Rp1,67 triliun ....
Rp1.292,67 miliar atau naik 2,85% dibandingkan anggaran pendapatan pada awal tahun yaitu Rp1.256,89 miliar. Sementara, simpanan pemerintah daerah di perbankan Jambi mencapai Rp1,42 triliun pada triwulan laporan (Agustus 2009). V. Perkembangan Sistem Pembayaran Aktivitas sistem pembayaran di Jambi mengalami peningkatan baik untuk aktivitas pembayaran tunai maupun non tunai. Pada triwulan laporan, nilai transaksi kliring meningkat sebesar 0,99%. Sementara itu, aliran kas keluar meningkat sejumlah Rp6,95 miliar sedangkan kas masuk meningkat Rp55 miliar sehingga secara keseluruhan aliran kas masih menunjukkan aliran kas keluar lebih tinggi dibandingkan aliran kas masuk.
2
Di bidang sistem pembayaran, aktivitas pembayaran tunai maupun non tunai mengalami peningkatan....
RINGKASAN EKSEKUTIF VI. Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan NTP Provinsi Jambi meningkat.....
Hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) pada periode triwulan laporan mulai menunjukkan perbaikan nilai saldo kondisi pengangguran serta ekspektasi masyarakat terhadap kondisi pengangguran. Sementara, jumlah pencari kerja berdasarkan jenjang pendidikan pada Juli 2009 menurun 8,28% jika dibandingkan dengan Juni 2009 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan (posisi bulan Agustus 2009) mengalami penurunan jika dibandingkan triwulan sebelumnya (posisi Juni 2009). Sementara itu, rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup minimum (KHM)/kebutuhan hidup layak (KHL) pada triwulan III tahun 2009 menurun sebesar 361 bps jika dibandingkan triwulan II tahun 2009. VII. Perkiraan Ekonomi dan Harga Daerah
Laju pertumbuhan PDRB triwulan IV-2009 diperkirakan berkisar 5,20-5,70% (y-o-y).....
PDRB Provinsi Jambi pada triwulan IV-2009 diperkirakan masih tumbuh positif, pada kisaran 5,20-5,70% (y-o-y). Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah diperkirakan menjadi kontributor utama
pendorong
pertumbuhan
ekonomi
Jambi
pada
triwulan
mendatang.
Dari sisi penawaran, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi masih disumbangkan oleh sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor pertambangan dan penggalian. Pada triwulan IV 2009, inflasi Kota Jambi diperkirakan pada kisaran 1,50%2,50%/y-o-y (skenario optimis) atau sebesar 2,51%-3,50%/y-o-y (skenario pesimis)
Pada triwulan IV-2009 diperkirakan akan terjadi inflasi dengan besaran yang relatif lebih rendah dibanding triwulan laporan (q-t-q). Namun demikian, inflasi tahunan (y-o-y) diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan laporan yaitu pada kisaran 1,50%-2,50%/y-o-y (skenario optimis) atau 2,51%-3,50%/y-o-y (skenario pesimis). Faktor-faktor yang berpotensi akan memberikan tekanan inflasi selama triwulan mendatang antara lain 1) Meningkatnya demand masyarakat terhadap kebutuhan barang dan jasa terutama terkait dengan datangnya perayaan hari besar keagamaan (Idul Adha dan Natal) serta tahun baru 2010. 2) Menurunnya suku
bunga
perbankan
dapat
memicu
meningkatnya
konsumsi
masyarakat, 3) Akselerasi belanja pemerintah daerah yang semakin cepat dapat memicu kenaikan harga barang-barang material dan jasa tukang.
3
RINGKASAN EKSEKUTIF 4) Kondisi infrastruktur (jalan, jembatan) yang sebagian masih buruk akan meningkatkan biaya distribusi dan transportasi barang dan jasa, 5) Kondisi cuaca di musim pancaroba ini dapat menjadi ancaman dalam produksi pertanian dan pendistribusian barang, serta 6) Potensi kenaikan harga minyak mentah dunia yang diikuti pergerakan harga-harga komoditas bahan pangan (kedelai, jagung, gandum), crude palm oil (CPO) di pasar internasional.
4
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
A. Umum Perkembangan perekonomian Jambi pada triwulan III-2009 menunjukkan tren peningkatan yang semakin membaik setelah mengalami penurunan di periode triwulan III-2008 sampai dengan triwulan I-2009. Setelah tumbuh pada level terendahnya dalam 3 tahun terakhir pada periode triwulan I-2009 akibat dari dampak krisis global, perekonomian Jambi mulai pulih dan terus membaik. Hal ini dapat terlihat dari tren pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi yang 1
meningkat sampai dengan triwulan III tahun 2009.
Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (q-t-q) Rp miliar
Persen
4,500 N o m ina l ( a k s is k iri) P e rt um buha n ( a k s is k a na n)
4,000
3.11
3.16
3.50 3.07
3.00
3,500
2.35 2.14
3,000 2,500
2.00
1.69 1.43
2,000
1.15
1.06
1,500
2.50
1.37
1.25
1.50
0.96
0.92 0.77
0.65
1,000
1.00 0.50
500 0
-
9 6 8 7 9 6 7 8 8 6 7 09 06 08 07 -0 -0 -0 -0 -0 -0 -0 .I-0 .I-0 .I-0 .I-0 .II .II .II .II .II I .II I .II I .II I .IV .IV .IV T rw T rw T rw T rw T rw T rw T rw T rw T rw T rw T rw T rw T rw T rw T rw
Pertumbuhan ekonomi Jambi di triwulan laporan sebesar 2,35% (q-t-q) meningkat jika dibandingkan triwulan II tahun 2009 yang sebesar 1,37% (q-t-q) serta triwulan I tahun 2009 yang hanya mencapai 0,65% (q-t-q). Namun
1
Angka PDRB Provinsi Jambi triwulan III tahun 2009 yang dicerminkan oleh PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 adalah angka sementara proyeksi Bank Indonesia Jambi.
5
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL demikian, pertumbuhan ini menurun jika dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal yang sama pada tahun 2008 yang sebesar 3,07% (q-t-q). Memasuki bulan Ramadhan 1430 H dan musim liburan sekolah pada triwulan laporan menyebabkan kembali menggeliatnya perekonomian Jambi. Kondisi
tersebut
tercermin
dari
meningkatnya
sekor
pertanian,
sektor
perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan pada triwulan laporan. Dari sisi permintaan, membaiknya daya beli masyarakat tercermin dari meningkatnya pengeluaran konsumsi rumah tangga pada periode triwulan laporan. Sementara, menjelang periode akhir tahun anggaran 2009, akselerasi belanja pemerintah pada proyek-proyek fisik semakin meningkatkan konsumsi pemerintah pada triwulan laporan. Grafik 1.2. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) %
8.83 8.15
Indonesia
8.00
8.29
Jambi
6.25 6.00
8.53
5.87
5.73 5.74
5.77 5.63 5.63
5.06
6.696.51
6.13 5.90
6.08 6.09
5.13
6.80 6.39
6.25 6.28
6.10
6.47
6.41 6.416.46
5.65 5.89 4.97
5.73
5.20 4.38
4.90
4.40
4.20
4.00 4.00
2.00 TW I TW TW TW TW I TW TW TW TW I TW TW TW TW I TW TW TW TW I TW TW II III IV II III IV II III IV II III IV II III 2005
2006
2007*
2008**
2009**
Sumber: BPS (diolah) ^): Perkiraan berdasarkan Laporan Kebijakan Moneter (LKM) triwulan III-2009 oleh Bank Indonesia
Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi tumbuh melambat yaitu sebesar sebesar 5,73% (y-o-y) dibandingkan dengan triwulan lalu yang sebesar 6,47%. Melambatnya pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi secara tahunan tersebut salah satunya disebabkan oleh tingginya pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada periode yang sama tahun 2008 (sebesar 8,83%/y-o-y). Namun demikian, pertumbuhan ekonomi Jambi masih lebih tinggi dibandingkan
6
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang pada triwulan III tahun 2009 diperkirakan berkisar 4,20%.2 Secara triwulanan (q-t-q), pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan laporan dipicu oleh sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan. Di sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi
Provinsi
Jambi
pada
triwulan
laporan
terutama
berasal
dari
meningkatnya pengeluaran konsumsi rumah tangga serta pengeluaran konsumsi pemerintah. Tabel 1.1. Laju Triwulanan (q-t-q) Pertumbuhan Provinsi Jambi Sisi Produksi dan Sisi Penggunaan LAPANGAN USAHA Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Air dan Gas Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan Jasa-Jasa PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO JENIS PENGELUARAN Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Lembaga Swasta Nirlaba Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto Perubahan Stok Ekspor Impor PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
2008** I
0.63 0.22 0.17 0.01 0.08 (0.13) 0.00 0.08 0.10 1.15
II
III
0.63 1.27 0.29 0.03 0.06 0.24 0.05 0.45 0.08 3.11
0.50 1.59 0.23 (0.03) 0.03 0.21 0.16 0.25 0.14 3.07
2009** IV
0.63 (0.03) (0.06) 0.04 0.13 0.29 0.18 (0.04) 0.11 1.25
I
II
II
0.05 (0.25) 0.16 0.02 0.18 0.12 0.04 0.27 0.05 0.65
0.21 (0.07) 0.09 0.05 0.06 0.56 0.13 0.22 0.12 1.37
0.59 0.04 0.48 (0.00) 0.16 0.57 0.22 0.16 0.14 2.35
2008** I
0.09 1.14 0.16 0.54 0.78 -12.56 -11.44 1.15
II
III
2.84 0.66 2.76 1.42 3.55 2.57 1.29 3.11
3.40 5.60 1.03 1.07 3.38 -7.94 -5.54 3.07
2009** IV
2.15 0.34 9.24 5.60 2.53 -1.38 1.15 1.25
I
(1.25) (3.86) 5.59 (4.51) 1.14 1.42 -3.78 0.65
II
1.13 3.65 3.44 1.04 0.83 2.66 2.78 1.37
II
3.17 4.64 1.91 1.72 1.93 3.47 4.80 2.35
B. PDRB Sisi Produksi Perkembangan PDRB Provinsi Jambi menunjukkan bahwa sektor-sektor yang masih memberikan kontribusi cukup besar adalah sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor industri pengolahan (lihat grafik 1.3). Kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan disumbangkan oleh sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi sebesar 0,59% (q-t-q) pada periode triwulan laporan, diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (0,57%/q-t-q) serta sektor industri pengolahan yang memiliki kontribusi sebesar 0,48%/q-t-q. 2
Sumber : Laporan Kebijakan Moneter (LKM) triwulan III-2009, BI.
7
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.3. Kontribusi PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (q-t-q) 0.12 0.14
Jasa-Jasa
Trw II-09
0.22 0.16
Keuangan, Persew aan dan Jasa Keuangan
Trw III-09
0.13
Pengangkutan dan Komunikasi
0.22 0.56 0.57
Perdagangan, Hotel dan Restoran bangunan
0.06
Listrik, Air dan(0.00) Gas
0.05 0.09
Industri Pengolahan (0.07) Pertambangan dan Penggalian
0.16
0.48
0.04 0.21
Pertanian (0.80)
(0.60)
Dari
(0.40)
sisi
(0.20)
distribusinya
-
(share),
0.20
0.59 0.40
pada
periode
0.60
0.80
triwulan
1.00
laporan
menunjukkan bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar yaitu 43,62% dari jumlah PDRB Provinsi Jambi, diikuti sektor jasa-jasa (tersier) sebesar 37,64% dan sektor sekunder sebesar 18,74%. Grafik 1.4. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan III Tahun 2009 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 5.04% Pengangkutan dan Komunikasi 7.00%
Perdagangan, Hotel dan restauran 15.41% Bangunan 4.79%
Jasa-jasa 10.19%
Industri Pengolahan Listrik dan Air bersih 13.02% 0.93%
Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 24.71%
Pertambangan dan Penggalian 18.91%
Nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp10,94 triliun yang secara sektoral masih didominasi oleh sektor pertanian sebesar 24,71%, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 18,91%, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 15,41%. Dengan demikian,
8
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL struktur ekonomi regional dalam jangka pendek relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.4). 1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Secara triwulanan, sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan tumbuh sebesar 1,95% (q-t-q), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 0,69% (q-t-q). Peningkatan laju pertumbuhan sektor ini berasal dari meningkatnya pertumbuhan seluruh sub sektor pertanian. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sub sektor tanaman bahan pangan serta perikanan. Grafik 1.5 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan II tahun 2009 (ha) Grafik 1.6 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan III tahun 2009 (ha) 196 1,404
1,258
1,009
457
541
348
122 851
1,102
2,840
3,476
16,135
10,655 32,927 32,903
Padi Sawah
Padi Ladang
Jagung
Kedelai
Kacang Tanah
Kacang Hijau
Ubi Kayu
Ubi Jalar
Padi Sawah
Padi Ladang
Jagung
Kedelai
Kacang Tanah
Kacang Hijau
Ubi Kayu
Ubi Jalar
Grafik 1.6
Grafik 1.5
Grafik 1.7 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan II tahun 2009 (ha) Grafik 1.8 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan III tahun 2009 (ha) 552 896
147
836
1,075
546
237 854
1,733
1,759
2,203
2,650 4,190
7,894
29,887
Padi Sawah Kacang Tanah
Padi Ladang Kacang Hijau
Jagung Ubi Kayu
Grafik 1.7
Kedelai Ubi Jalar
33,750
Padi Sawah
Padi Ladang
Jagung
Kedelai
Kacang Tanah
Kacang Hijau
Ubi Kayu
Ubi Jalar
Grafik 1.8
Sumber: BPS Provinsi Jambi, 2009
9
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Selama triwulan laporan, terdapat penambahan luas tanam padi (grafik 1.5-grafik 1.6) yaitu dari 51,46 Kha pada triwulan lalu menjadi 54,76 Kha pada triwulan laporan. Penambahan luas tanam terutama disumbangkan oleh komoditas padi ladang. Sementara, luas panen komoditas tanaman bahan makanan (tabama) pada triwulan laporan meningkat kecuali untuk komoditas kacang tanah. Pada triwulan laporan (s.d. bulan Agustus 2009), Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya.3 NTP Agustus 2009 dibandingkan NTP Mei 2009 menurun sebesar 1,14% menjadi 94,69. Hal ini dikarenakan terjadinya penurunan indeks yang diterima oleh petani sebesar 0,51%, sementara indeks yang dibayarkan petani mengalami peningkatan sebesar 0,64% (lihat grafik 1.12 dan 1.13). Grafik 1.9. Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi Harga (Rp) 10,000.00 9,000.00
CPO
INTI
TBS 10 TAHUN
8,000.00 7,000.00
6,354
6,000.00 5,000.00 4,000.00
2,649
3,000.00 2,000.00
1,296
1,000.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2006
2007
2008
2009
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi
Sementara itu, sub sektor perkebunan yang mempunyai share sebesar 10,46% dari PDRB mengalami pertumbuhan positif sebesar 1,50% (q-t-q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif 0,62% (q-tq). Meningkatnya pertumbuhan sub sektor ini antara lain didukung oleh 3
Data NTP s.d. bulan Agustus 2009. NTP adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Sehingga NTP merupakan cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani.
10
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL meningkatnya produksi komoditas perkebunan (karet, kelapa dan pinang) dengan membaiknya cuaca di Jambi. Selain itu, kembali meningkatnya harga komoditas karet dan sawit meningkatkan gairah para petani dalam memanen hasil perkebunan. Sementara, setelah mengalami pelemahan harga pada bulan Juli 2009 maka harga tandan buah segar (TBS) serta CPO Jambi mulai berangsur meningkat kembali di akhir periode triwulan laporan. Pada bulan September 2009, harga TBS 10 tahun dan CPO masing-masing mencapai Rp1.296/kg dan Rp6.354/kg meningkat masing-masing sebesar 9,06% dan 8,20% dibandingkan posisi Juli 2009. Grafik 1.10 Pertumbuhan Indikator Produksi Sub Sektor Hortikultura dan Sub Sektor Tanaman Perkebunan (%) Grafik 1.11 Pertumbuhan Indikator Produksi, Sub Sektor Peternakan dan Sub Sektor Perikanan (5) 120
700
100
600
80 64.89
60 40
36.45
20
31.94 11.58 (2.80) (14.76) (14.82) TRW.II Trw III 11.20 4.14
-
(8.89) Trw III TRW IV
TRW.II
(20) (40)
TRW.I
2008
2009
500 400 300 200
61.21 32.32
100
(60)
-
(80)
(100)
0.40 2.51 25.88 TRW.II
(100)
Trw III
TRW IV
TRW.I
TRW.II
2008 Produksi Hortikultura Produksi Kelapa Sawit
2009
Produksi Telur Produksi Pinang
Produksi Karet Produksi Kelapa
32.23 21.05 12.09 Trw III
Produksi Daging Ubi Jalar
Grafik 1.11
Grafik 1.10
Grafik 1.12 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi Grafik 1.13 Pertumbuhan Indeks terima dan Indeks Bayar Petani Persen (%)
NTP 140
8.0
130
2005
2006
2008y
2009
2007
2008x
6.0 4.0
120
2.0 -
110
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
(2.0)
100
2006
2007
2008
2009
(4.0) (6.0)
90
(8.0)
80 1
2
3
4
5
6
7
8
9
sumber: B P S P ro vinsi Jambi, 2008 keterangan: 2008x adalah NTP menggunakan tahun dasar 1993 2008y adalah NTP menggunakan tahun dasar 2007 Sejak M ei 2008, B P S mulai menggunakan NTP tahun dasar 2007
Grafik 1.12
10
11
12
g.indeks diterima g.indeks bayar
(10.0) (12.0) Sumber: BPS Provinsi Jambi Mulai Mei 2008 menggunakan NTP tahun dasar 2007
Grafik 1.13
Sumber: BPS Provinsi Jambi,2009.
11
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Meningkatnya pertumbuhan sub sektor perkebunan disumbangkan oleh meningkatnya hasil perkebunan karet, kelapa dan pinang. Berdasarkan data prompt indikator sub sektor perkebunan selama periode triwulan laporan, produksi karet mengalami peningkatan sebesar 11,58%, produksi kelapa meningkat 64,89% serta produksi pinang tumbuh sebesar 12,09%. (lihat grafik 1.10) Realisasi penyaluran pupuk dalam menunjang proses produksi sub sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor tanaman perkebunan pada triwulan laporan sebesar 13.879 ton.4 Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi, penyaluran pupuk bersubsidi sebagian besar didominasi oleh pupuk Urea (66,16%), diikuti oleh pupuk SP-36 (16,09%), NPK Phonska (14,44%), dan ZA (3,31%).
2006
2007
2008
2009
Grafik 1.14. Distribusi Jenis Pupuk Grafik 1.15. Jumlah dan Pertumbuhan Realisasi Pupuk TW III TW II TW I TW IV TW III TW II TW I TW IV TW III TW II TW I TW IV TW III TW II TW I TW IV TW III TW II
Ton
Persen (%)
25000
80.00
60.00
20000
40.00 15000 20.00 10000 5000
(Ton) 0
5000
SP-36/Superphos
10000
ZA
15000
NPK PHONSKA
20000
25000
Urea
(20.00)
0
(40.00) TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III 2006
2007
Realisasi Pupuk (Ton)
2008
2009
Pertumbuhan Realisasi Pupuk
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi
Grafik 1.15 Grafik 1.14
Sub sektor perikanan kembali mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 2,24% (q-t-q) setelah pada triwulan sebelumnya juga mengalami pertumbuhan sebesar 1,40% (q-t-q). Hal ini tercermin juga dari meningkatnya indeks produksi perikanan sebesar 45,60% pada triwulan laporan. Meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap hasil perikanan selama bulan Ramadhan 1430 H turut meningkatkan produksi ikan selama periode triwulan laporan. Sementara, kondisi cuaca yang relatif baik mempengaruhi hasil tangkapan ikan.
4
Jenis pupuk bersubsidi yang disalurkan terdiri dari SP-36, ZA, NPK Phonska dan Urea.
12
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Sub sektor kehutanan mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 0,92% (q-t-q) dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 0,18% (q-t-q). Sub sektor kehutanan yang sempat menjadi primadona bagi pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi mulai menurun kontribusinya semenjak aparat keamanan mulai intensif dalam memberantas penebangan liar (illegal logging). Hal ini tercermin dari pertumbuhan sub sektor kehutanan yang tumbuh dibawah level 1% selama 9 (sembilan) triwulan terakhir. Pada triwulan laporan, sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya mengalami peningkatan sebesar 2,14% (q-t-q) setelah pada triwulan lalu tumbuh sebesar 0,10% (q-t-q). Meningkatnya permintaan terhadap komoditas hasil peternakan (daging ayam dan daging sapi) terutama menghadapi bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1430 H memicu peningkatan output hasil peternakan pada triwulan laporan.
2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar 3,40% (q-t-q); meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 3,38% (q-tq). Meningkatknya angka pertumbuhan tersebut disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan seluruh sub sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sub sektor perdagangan besar dan eceran tumbuh sebesar 3,52% (q-tq) pada triwulan laporan. Setelah mampu tumbuh cukup tinggi pada triwulan sebelumnya (3,62%/q-t-q), akselerasi sub sektor perdagangan besar dan eceran berlanjut pada triwulan laporan. Sub sektor hotel dan sub sektor restoran masingmasing
tumbuh
sebesar
1,33%
(q-t-q)
serta
2,13%
(q-t-q).
Masih
berlangsungnya musim liburan yang diikuti dengan pelaksanaan bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri 1430 H memacu aktivitas perekonomian pada periode triwulan laporan baik dari sisi perdagangan, hotel maupun restoran.
13
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.16. Perkembangan Indikator produksi Bulanan Sektor PHR Grafik 1.17. Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis Persen (%)
KWH (dalam Ribuan)
120
40,000
100
50.0
41.97
40.0
35,000
80 62.92
60
4.70
20 TRW.II
Trw III
TRW IV
TRW.I
2008
TRW.II0.10
5.65
20,000
29.99 15.32 3.32 Trw III
2009
30.0
19.27
22.41
25,000
40
(20)
30,000
20.0
8.99
5.61
4.43
4.88
1.78
(0.46)
15,000
(7.36)
10.0 0.0
(7.42)
(10.43)
-10.0
10,000 (25.48)
5,000
-20.0
-
Restorasi Harga Perdagangan Besar (aksis kanan) Tingkat Hunian Hotel*
* Perhitungan tingkat hunian hotel sejak tahun 2009 Grafik 1.16
-30.0 II
III 2006
IV
I
II
III
IV
I
II
2007
Bisnis
III 2008
IV
I
II
III
2009
Pertumbuhan Bisnis
Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang M uara Bungo, 2009 (diolah)
Grafik 1.17
Meningkatnya sektor PHR pada triwulan laporan juga dikonfirmasi dengan meningkatnya indeks produksi baik sub sektor perdagangan besar, restorasi dan tingkat hunian hotel. Peningkatan yang cukup signifikan dialami oleh indeks restorasi dan indeks perdagangan besar yaitu masing-masing sebesar 62,92% dan 15,32%. Sementara itu, indeks tingkat hunian hotel masih tumbuh yaitu sebesar 3,32% (lihat grafik 1.16.). Pemadaman bergilir yang sempat dilakukan oleh PLN Provinsi Jambi turut berpengaruh pada konsumsi listrik sub sektor perdagangan hotel dan restoran yang pada triwulan laporan sedikit menurun dibandingkan triwulan II-2009. Sektor perdagangan, hotel dan restoran berdasarkan pangsanya didominasi oleh sub sektor perdagangan besar dan eceran yang mencapai 14,70% terhadap PDRB, diikuti oleh sub sektor restoran dan sub sektor hotel masing-masing sebesar 0,97% dan 0,15%.
3. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh meningkat sebesar 0,32% (q-t-q) jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang menurun sebesar 0,60% (q-t-q). Peningkatan ini dipicu oleh tumbuhnya pertumbuhan sub sektor penggalian dan sub sektor pertambangantanpa migas yang tumbuh masingmasing sebesar 2,66% (q-t-q) dan 1,35% (q-t-q). Di sisi lain, sub sektor minyak
14
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL dan gas bumi mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 0,22% setelah pada triwulan lalu juga mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 2,62% (q-t-q). Berdasarkan hasil liaison Bank Indonesia, eksplorasi migas di Jambi mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan tahun lalu. Hal ini disebabkan sudah mulai tuanya sumur yang ada sementara perizinan sumur baru sulit didapatkan. Grafik 1.18. PDRB Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Lifting Minyak Bumi ribu barrel
juta rupiah 450,000
3500
400,000
3000
350,000 2500 300,000 250,000
2000
200,000
1500
150,000 1000 100,000 500
50,000 -
0 I
II
III
2005
IV
I
II
III
IV
2006
I
II
III
IV
2007
PDRB sub sektor minyak dan gas bumi
Lifting Minyak Bumi
I
II
III
2008
IV
I
II*
III*
2009
2 per. Mov. Avg. (Lifting Minyak Bumi)
Keterangan: *) angka perkiraan Bank Indonesia Jambi untuk bulan Maret 2009 serta triwulan III-2009. Sumber: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi dan BPS Provinsi Jambi (diolah)
Grafik 1.18
Masih tumbuhnya pertumbuhan sub sektor pertambangan tanpa migas (1,35%/q-t-q) berasal dari meningkatnya aktivitas pertambangan batu bara. Banyaknya pembukaan pertambangan baru berdampak meningkatnya volume pertambangan batu bara di Jambi. Hal tersebut juga dikonfirmasi dengan meningkatnya indeks produksi batu bara sebesar 9,55% pada triwulan laporan.
15
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.19. Pertumbuhan Indeks Produksi Batubara dan Bahan Galian Gol. C (%) 120 100 80 60 40 20
5.36
(20)
9.55
5.29
TRW.II
(40)
Trw III
TRW IV
TRW.I
(10.77) Trw III
TRW.II
2008
2009
Produksi Batubara
Produksi Bahan Galian Gol.C
4. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan meningkat sebesar 3,64% (q-t-q) bila dibandingkan
angka triwulan sebelumnya
0,67% (q-t-q). Meningkatnya
pertumbuhan pada sektor ini dipicu oleh tumbuhnya pertumbuhan baik sub sektor industri migas ataupun tanpa migas yang tumbuh masing-masing sebesar 1,71% (q-t-q) dan 3,77% (q-t-q). Grafik 1.20. Volume Penjualan Minyak Bakar dan Minyak Diesel Grafik 1.21. Perkembangan Total Pemakaian Listrik sektor industri 8,000 Volume penjualan minyak diesel (Kilo Liter) Volume penjualan minyak bakar (Kilo Liter)
7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 TW I
TW II
TW III
TW IV
TW I
2006
TW II
TW III
TW IV
2007
Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang.
Grafik 1.20
16
TW I
TW II
TW III
2008
TW IV
TW I
TW II 2009
TW III
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Persen (%)
KWH (dalam Ribuan) 18,000 16,000
25.0 16.68
20.0
14,000
15.0
12,000
3.86
6.88
2.16
10,000 0.11
10.0
5.39
4.69
5.0
(0.16)
(1.48)
(2.21)
8,000
(3.61)
6,000
0.0 -5.0
4,000
-10.0
(13.99)
(10.46)
(14.83)
2,000
-15.0
-
-20.0 II
III 2006
IV
I
II
III
IV
I
II
2007
III
IV
2008
Industri
I
II
III
2009
Pertumbuhan Industri
Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang M uara Bungo, 2009 (diolah)
Grafik 1.21
Pertumbuhan sub sektor industri migas terutama masih didorong dengan peningkatan
pengilangan
minyak
bumi
yang
produknya antara
lain meliputi LPG. Dengan demikian, meningkatnya pertumbuhan sub sektor pertambangan migas di Jambi memicu peningkatan industri migas. Namun demikian, konsumsi listrik sektor industri pada triwulan laporan menurun 3,61%. Pemadaman bergilir akibat dari kapasitas listrik PLN Jambi yang tidak mencukupi menyebabkan konsumsi listrik menurun. Untuk tetap menjalan aktivitas usahanya, industri menggunakan genset. Meningkatnya perkembangan industri tanpa migas pada triwulan laporan terutama bersumber dari perkembangan industri sektor CPO, makanan dan minuman. Meningkatnya pertumbuhan produksi makanan dan CPO pada triwulan laporan menyebabkan masih tumbuhnya industri pengolahan pada triwulan laporan. Meningkatnya hasil perkebunan kelapa sawit menyebabkan meningkatnya industri pengolahan CPO pada triwulan laporan. Sementara, tingginya demand masyarakat produk makanan dan minuman pada bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1430 H mendongkrak perkembangan industri pengolahan makanan dan minuman.
17
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 5. Sektor-sektor Lain Sektor listrik, gas, dan air bersih menurun sebesar 0,55% (q-t-q) pada triwulan laporan atau lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 6,68% (q-t-q). Menurunnya pertumbuhan sektor ini berasal dari menurunnya sub sektor listrik menjadi sebesar minus 1,03% (q-t-q). Relatif terganggunya pasokan listrik untuk interkoneksi Sumatera pada triwulan laporan menyebabkan kapasitas daya listrik di Provinsi Jambi kembali berkurang sehingga kebijakan PLN untuk pemadaman secara bergilir (bagi industri dan rumah tangga) mulai dilakukan kembali. Dampak dari hal tersebut tentunya
menyebabkan
konsumsi
listrik
semakin
rendah
sehingga
laju
pertumbuhan sub sektor listrik pada triwulan laporan menurun.5 Grafik 1.22. Perkembangan Total Pemakaian Listrik Grafik 1.23. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Persen (%)
KWH (dalam Ribuan)
25.0
250,000
20.0
200,000
Pelanggan
Persen (%)
400,000
6.0
350,000
5.0
300,000 15.0
150,000 8.73
100,000
4.68
5.43
8.02
7.05
6.77
5.0 0.0
(3.49)
-5.0
2006
IV
I
II
III
IV
I
2.32
II
2007
Total Pemakaian
III
2008
I
II
III
2009
Pertumbuhan Total
Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang M uara Bungo, 2009 (diolah)
Grafik 1.22
IV
2.57
3.0
150,000 100,000
(1.80) (2.64)
III
4.0 3.05
2.82
2.93
200,000 2.14
1.45 (2.25)
II
250,000
6.77
1.21
50,000
10.0
6.99
3.41 3.60
2.0 1.01 0.76
50,000
0.75 0.37
0.50
0.41
II
III
-
1.0 0.0
II
III 2006
IV
I
II
III
IV
I
II
2007
Total Pelanggan
III
2008
IV
I
2009
Perumbuhan Pelanggan
Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang M uara Bungo, 2009 (diolah)
Grafik 1.23
Sementara, sub sektor air bersih tumbuh sebesar 2,29% (q-t-q). Masih tumbuhnya pertumbuhan sektor air bersih juga terlihat dari masih meningkatnya volume penjualan air selama periode triwulan laporan. Penjualan air yang tercatat di PDAM Kota Jambi menunjukkan peningkatan sebesar 0,14% selama triwulan laporan.
5
Periode September 2009 Provinsi Jambi kembali defisit daya listrik. Turunnya debit air pada beberapa PLTA di wilayah Sumatera turut mempengaruhi kontribusi pasokan listrik ke Provinsi Jambi. Pemadaman di bulan September juga terkait dengan terbatasnya kemampuan PLTG Selincah (kapasitas terpasang 60 MW) sementara kebutuhan listrik masyarakat jambi mencapai 70-80 MW.
18
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.24. Perkembangan Total Konsumsi Air Kota Jambi 3
m3
m
850,000
60,000
800,000
50,000
750,000
40,000
700,000 650,000
30,000
600,000 550,000
20,000
Rumah Tangga Industri
500,000
10,000
450,000
-
400,000 4
5
6
7
8
9
10 11 12
1
2
3
2008
4
5
6
7
8
9
2009
Sumber: PDAM Tirta Mayang Kota Jambi, 2009
Sektor bangunan menunjukkan peningkatan dengan pertumbuhan sebesar
3,28%
(q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai
1,21% (q-t-q). Peningkatan sektor bangunan dikonfirmasi dengan meningkatnya indeks barang dari semen serta indeks produksi batu bata pada triwulan laporan. Hal yang senada juga ditunjukkan oleh jumlah konsumsi semen yang mengalami peningkatan sebesar 27,66% pada triwulan laporan. Grafik 1.25. Perkembangan PDRB Sektor Bangunan dan Konsumsi Semen 250,000
40.00 30.00
200,000 20.00 150,000
10.00
100,000
(10.00)
50,000 (20.00) -
(30.00)
TW II TW III 2005
TW TW I TW II TW IV III
TW TW I TW II TW IV III
2006
TW TW I TW II TW IV III
2007
TW TW I TW II TW IV III
2008
2009
P DRB sekto r B angunan (juta Rp), aksis kiri
Ko nsumsi Semen (to n), aksis kiri
P ert. Ko nsumsi Semen (%), aksis kanan
P ert. P DRB B angunan (%), aksis kanan
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia dan BPS Provinsi Jambi (diolah)
19
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pembangunan
properti
residensial
(perumahan)
oleh
developer
(perusahaan pengembang) dan masyarakat umum maupun properti komersial (ruko, hotel) masih terus berlanjut pada triwulan laporan walaupun semakin 6
terbatas. Permintaan kredit KPR masih menunjukkan pelambatan pertumbuhan walaupun dibandingkan triwulan sebelumnya. Kredit KPR tumbuh sebesar 3,66% (Rp33,73 miliar), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 4,19%. Sementara itu kredit
Ruko/Rukan
mengalami
peningkatan pertumbuhan pada triwulan laporan yaitu sebesar 7,55%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (5,83%).7 Grafik 1.26. Perkembangan Kredit KPR Grafik 1.27. Perkembangan Kredit Ruko/Rukan Persen
juta Rp 1,200,000
30.00
KPR
1,000,000
Persen
juta Rp 80,000
100.00
Ruko/Rukan Pertumbuhan
25.00
Pertumbuhan
60,000
800,000
20.00
600,000
15.00
400,000
10.00
80.00 60.00 40.00
40,000 20.00 -
20,000 200,000
5.00
-
II
III
IV
I
2004
II
III
2005
IV
I
II
III
2006
IV
I
II
III
2007
IV
I
II
III
IV
2008
I
II 2009
III
(20.00) -
(40.00) II
III
IV
2004
Grafik 1.26
I
II
III
2005
IV
I
II
III
2006
IV
I
II
III IV
2007
I
II
III
2008
IV
I
II
III
2009
Grafik 1.27
Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan sebesar 2,76% (q-t-q) pada triwulan laporan, melanjutkan tren positif triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,62% (q-t-q). Meningkatnya angka pertumbuhan sektor
ini
terutama
berasal
meningkatnya
pertumbuhan
sub
sektor
pengangkutan. Dari sub sektor pengangkutan, pertumbuhan angkutan jalan raya dan angkutan udara masing-masing mengalami pertumbuhan 2,30% dan 8,54% (q-t-q). Meningkatnya pertumbuhan sub sektor pengangkutan terutama terkait dengan masa pulang kampung (mudik) saat sebelum dan sesudah Idul Fitri 1430 H sehingga demand masyarakat dalam menggunakan moda transportasi udara cenderung meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Perkembangan yang 6
Yang dimaksud kredit KPR adalah kredit untuk membeli atau memperbaiki/memugar rumah atau apartemen. Sedangkan kredit Ruko/Rukan adalah kredit yang diberikan dalam rangka pemilikan rumah dan toko (Ruko) atau rumah dan kantor (Rukan) 7 Posisi kredit KPR dan kredit Ruko/Rukan pada triwulan II tahun 2009 s.d. bulan Mei 2009.
20
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL sama juga terjadi pada angkutan jalan raya. Minat pemudik masih cukup tinggi menggunakan jasa bus antar kota dalam provinsi (AKDP) maupun antar kota antar provinsi (AKAP). Penggunaan jasa travel maupun sewa mobil dalam rangka keperluan mudik oleh masyarakat juga semakin meningkat. Grafik 1.28. PDRB Sub Sektor Angkutan Udara dan Jumlah Konsumsi Avtur Grafik 1.29. Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang Grafik 1.30. Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang 45,000
60.00 PDRB sub sekt or Angkut an Udara (jut a Rp), aksis kiri
40,000
50.00
Konsumsi Avt ur (ratusan liter), aksis kiri Pert . Konsumsi Avt ur (%), aksis kanan
35,000
40.00
30,000
30.00
25,000
20.00
20,000
10.00
15,000
-
10,000
(10.00)
5,000
(20.00)
-
(30.00) TW II TW III
TW TW I TW II TW TW TW I TW II TW TW TW I TW II TW IV III IV III IV III
2005
2006
2007
TW TW I TW II TW IV III
2008
2009
Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang dan BPS Provinsi Jambi (diolah)
Grafik 1.28 orang
Persen (%)
120000 100000 80000 60000 40000 20000 0 II
III 2005
IV
I
II
III
IV
I
2006
II
III
IV
I
2007
II
III
IV
2008
I
II
Keberangkatan Penumpang (aksis kiri)
Datang (aksis kanan)
Berangkat (aksis kanan)
Persen (%)
1000000
70.00
20.00
900000
60.00
15.00
800000
50.00
10.00
700000
40.00
5.00
600000
30.00
-
500000
20.00
(5.00)
400000
10.00
(10.00)
300000
-
(15.00)
200000
(10.00)
(20.00)
100000
(25.00)
0
III
2009
Kedatangan Penumpang (aksis kiri)
kg
25.00
Sumber: PT. Angkasa Pura II
(20.00) (30.00) II
III
IV
2005
I
II
III
IV
I
II
2006
III
IV
I
II
2007
III
IV
2008
I
II
III
2009
Jumlah Bongkar (aksis kiri)
Jumlah Muat (aksis kiri)
Pertumbuhan Bongkar (aksis kana)
Pertumbuhan Muat (aksis kanan)
Sumber: PT.Angkasa Pura II
Grafik 1.29
Grafik 1.30
Meningkatnya sektor angkutan udara tercermin dari meningkatnya lalu lintas penumpang di Bandar Udara Sultan Thaha. Baik jumlah penumpang menuju dan dari Jambi di bandara tersebut mengalami peningkatan di triwulan laporan
sebesar
2,09%.
Cenderung
meningkatnya
demand
masyarakat
menggunakan jasa angkutan udara selama periode triwulan laporan direspon pihak maskapai penerbangan dengan meningkatkan tarif angkutan udara.
21
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.31. Perkembangan Total Arus Peti Kemas Grafik 1.32. Perkembangan Kunjungan Kapal unit
persen(%)
18000
200.00
16000
150.00
14000
100.00
12000 10000
50.00
8000
0.00
6000 4000
-50.00
2000
unit 1800
persen(%) 50.00
1600
40.00
1400
30.00
1200
20.00
1000
10.00
800
0.00
600
-10.00
400
-20.00
200
-100.00
0 II
III
IV
I
II
2006
III
IV
I
2007
II
III
IV
I
2008
Jumlah Arus Peti Kemas
II
III
2009 Pertumbuhan
Sumber: Pelindo Jambi
-30.00
0
-40.00 II
III
IV
I
2006
II
III
IV
I
2007
Unit
II
III
IV
I
2008
II
III
2009
Pertumbuhan
Sumber: Pelindo Jambi
Grafik 1.32
Grafik 1.31
Pada triwulan laporan, sub sektor angkutan laut tumbuh sebesar 0,71%. Perkembangan arus peti kemas dan kunjungan kapal masih menunjukkan perkembangan
yang
baik
walaupun
melambat
dibandingkan
triwulan
sebelumnya. Jumlah unit kapal bersandar sebesar 1112 unit, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu mencapai 1151 unit.8 Sedangkan jumlah arus peti kemas berdasarkan perdagangan di Pelabuhan Tungkal dan Pelabuhan Talang Dukuh sebesar 10.157 peti kemas.9 Perkembangan sub sektor telekomunikasi tercermin dari jasa pos dan telekomunikasi serta jasa penunjang komunikasi masing-masing yang mengalami pertumbuhan sebesar 3,51% (q-t-q) dan 2,64% (q-t-q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,38% (q-t-q) dan 1,81% (q-t-q). Sektor keuangan, persewaan, dan jasa-jasa perusahaan tumbuh sebesar 3,02% (q-t-q) pada triwulan laporan atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,24% (q-t-q). Pelambatan tersebut terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan sub sektor bank yang memiliki pangsa cukup besar pada sektor keuangan, persewaan dan jasa-jasa. Sub sektor bank tumbuh melambat sebesar 4,33% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu mencapai 7,13% (q-t-q).
8
Kunjungan kapal yang dimaksud adalah pelayaran luar negeri, pelayaran dalam negeri dan pelayaran rakyat. 9 Arus Peti kemas diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu: 20”, 40” serta diatas 40”. Arus barang berdasarkan perdagangan yaitu impor, ekspor, bongkar dan muat.
22
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Sektor
jasa-jasa
pada
triwulan
laporan
mengalami
percepatan
pertumbuhan menjadi sebesar 1,61% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,43% (q-t-q). Pertumbuhan ini dipicu oleh meningkatnya pertumbuhan sub sektor swasta (2,88%/q-t-q) yang antara lain disumbangkan oleh jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan dan rekreasi serta jasa perorangan dan rumah tangga. Sementara, sub sektor pemerintahan umum tumbuh sebesar 1,34% (q-tq). Mulai terealisasinya belanja pembangunan proyek-proyek pemerintah walaupun masih dalam tahap terbatas mendukung pertumbuhan sub sektor pemerintahan umum.
C. PDRB Sisi Pengeluaran Ditinjau dari sisi pengeluaran, meningkatnya pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan laporan terutama didorong oleh meningkatnya kontribusi pengeluaran konsumsi rumah tangga serta konsumsi
pemerintah.
Ekspor Provinsi Jambi (ke luar daerah dan luar negeri) mengalami peningkatan pada triwulan laporan yang diikuti juga dengan lebih tingginya peningkatan impor (dari luar daerah dan luar negeri) sehingga Provinsi Jambi mengalami net impor. Grafik 1.33. Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran terhadap Pertumbuhan (q-t-q)
(1.13)
(0.32) Net Ekspor/Impor 0.03 0.06
Perubahan Stok Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
-3.00
-2.00
Trw III-09
0.17 0.27
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
0.67 0.87
Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
0.81
-1.00
Trw II-09
0.02 0.01
Lembaga Sw asta Nirlaba
-4.00
10
0.00
2.27 1.00
2.00
3.00
10
Yang dimaksud kontribusi ’net ekspor’ adalah nilai kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan dikurangkan dengan nilai kontribusi impor terhadap pertumbuhan pada triwulan laporan. Jika bernilai positif disebut net ekspor, sedangkan jika bernilai negatif disebut net impor.
23
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Dari sisi distribusinya (share), konsumsi rumah tangga masih mempunyai pangsa yang paling besar, yaitu mencapai 71,41% dari PDRB Jambi pada triwulan III tahun 2009 (lihat grafik 1.34). Selain itu, pengeluaran konsumsi pemerintah dan PMTDB juga memiliki pangsa yang relatif besar dengan masing-masing sebesar 16,81% dan 17,42%. Sedangkan share perubahan stok sebesar 2,74% dan lembaga swasta nirlaba sebesar 0,57%. Grafik 1.34. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan III tahun 200911 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 17.42%
Perubahan Stok 2,74%
Net Impor 8.95%
Lembaga Swasta Nirlaba 0.57% Pengeluaran Konsumsi pemerintah 16.81% Pengeluaran konsumsi rumah tangga 71.41%
1. Pengeluaran Konsumsi Pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga atas dasar harga konstan selama triwulan laporan sebesar 3,17% (q-t-q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,13% (q-t-q). Hal ini disebabkan mulai membaiknya tingkat konsumsi barang dan jasa masyarakat. Hal ini ditunjukkan juga dengan meningkatnya indeks keyakinan konsumen (IKK) dan indeks kondisi ekonomi (IKE) dibandingkan triwulan sebelumnya. Meningkatnya daya beli masyarakat juga diindikasikan oleh meningkatnya pembelian kendaraan bermotor sebesar 43,83% serta masih tumbuhnya konsumsi listrik rumah tangga (RT) sebesar 4,25% pada triwulan laporan (Grafik 1.39 dan grafik 1.44).
11
Pangsa (share) net impor sebesar 8,86% merupakan pengurang dari total share PDRB sisi pengeluaran.
24
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.35. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Grafik 1.36. Konsumsi Listrik Rumah Tangga Indeks
Persen (%)
KWH (dalam Ribuan)
140.00
140,000
Indeks Kondisi Ekonomi 120.00
Indeks Ekspektasi Konsumen
120,000
6.51
100,000
4.98 4.25
3.13
80,000
80.00
8.0
6.73
6.74
Indeks Keyakinan Konsumen 100.00
10.0
8.29 7.87
6.0 4.0
1.75
60,000
(0.55)
40,000 40.00
0.0
(1.94)
20,000
20.00
2.0
0.64
0.48
60.00
-2.0
(2.87)
-
-4.0 II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
0.00 I
II
III
2004
IV
I
II
III
IV
I
2005
II
III
2006
IV
I
II
III
IV
2007
I
II
III
2008
IV
I
II
III
2006
2007
2008
2009
2009
Rumah Tangga
Pertumbuhan RT
Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang M uara Bungo, 2009 (diolah)
Grafik 1.35
Grafik 1.36
Penjualan kendaraan bermotor pada triwulan laporan meningkat sebesar 43,83%. Hal ini didorong oleh meningkatnya penjualan minibus/combi/micro 17,65%, penjualan truck/pick up sebesar 49,87% serta penjualan sepeda motor yang meningkat 44,35%. Hal ini mencerminkan bahwa konsumsi masyarakat terhadap kendaraan bermotor mulai membaik setelah sempat mengalami penurunan pertumbuhan semenjak semenjak triwulan III-2008 sampai dengan triwulan I-2009. Di sisi lain, penyaluran kredit konsumsi tumbuh sebesar 4,48%, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu mencapai 9,01% (q-t-q). Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan konsumsi rumah tangga untuk membeli barang tahan lama (durable goods) melalui fasilitas pinjaman yang disediakan oleh bank masih dalam kondisi baik walaupun sedikit melambat. Pada periode triwulan laporan, pengeluaran konsumsi pemerintah tumbuh sebesar
4,64%
(q-t-q),
meningkat
dibandingkan
pertumbuhan
triwulan
sebelumnya sebesar 3,65% (q-t-q). Meningkatnya pengeluaran konsumsi pemerintah pada triwulan laporan terkait dengan mulai terealisasinya belanja Pemerintah Daerah terutama pembangunan proyek-proyek fisik. Sementara, pengeluaran konsumsi lembaga nirlaba juga tumbuh sebesar 1,91% (q-t-q) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,44% (q-t-q).
25
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.37. Perkembangan Penjualan Premium Grafik 1.38. Perkembangan Penjualan Solar Grafik 1.39. Perkembangan Penjualan Minyak Tanah Grafik 1.40. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Provinsi Jambi Grafik 1.41. Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Grafik 1.42. Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru Kilo Liter
(%)
80,000
20.0
70,000
Premium
Kilo Liter
(%) 40.0
100,000 90,000
g.Premium
15.0
60,000 10.0
50,000
5.0
40,000
M. Solar
g.M. Solar
80,000 70,000
30.0 20.0
60,000 10.0
50,000 40,000
30,000
-
20,000
-
30,000 20,000
(5.0)
10,000 -
(10.0) I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
(10.0)
10,000 -
(20.0) I
III
II
III
2006
2006
2006
2007
2008
IV
I
2006
III
IV
I
II
2007
III
IV
I
II
2008
2009
Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang
Grafik 1.38.
Grafik 1.37. Kilo Liter
(%)
25,000
10.0
4,000,000
14
12.68 11.96
12
g.M.Tanah 5.0
20,000
15,000
3,500,000
11.71 10.98
3,000,000
10
9.01
8.38
8
2,500,000
7.03 (5.0)
2,000,000
5.48
6
5,000
II
III
2006
IV
I
II
2006
III
IV
I
II
2007
III
IV
I
II
2008
(10.0)
4
(15.0)
2
(20.0)
0
5.24
3.80 3.60
10,000
I
2.43
III
0
2006
2007
35,000
35,000
8.22 (1.58)
(14.21) (19.40)
(32.52)
10,000
(33.43)
5,000
43.83
60
-
20,000
(20)
15,000
(40)
(49.37) II
III
IV
I
II
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
2006 KENDARAAN BERMOTOR
2007
2008
2009
9.33
(15.19) (19.17)
(20)
(32.73)
10,000
(34.04)
(60) III 2005
IV
I
II
III
IV
2006
I
II
III
IV
I
2007
II
III
IV
2008
I
II
III
2009
Pertumbuhan
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
SEPEDA MOTOR
Pertumbuhan
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
Grafik 1.41.
Grafik 1.42.
2. Investasi Pada triwulan laporan, pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) meningkat sebesar 1,72%
26
(40)
(50.50)
II
2005
20
23.49 10.01 1.05
12.38
(1.04)
5,000 III
16.31
12.03
(60)
-
21.26
29.06
25,000
44.35 40
26.81
36.69 30,000
1.61
20,000 15,000
40,000
20
9.78
11.95
Persen(%)
unit
60 40
21.56 23.64 26.81
14.98
2009
Grafik 1.40. Persen(%)
8.79
2008
Kredit Konsumsi (juta Rp), aksis kanan Pertumbuhan Kredit Konsumsi (%),aksis kiri
unit
29.89
500,000
TW I TW II TW IIITW IV TW I TW II TW IIITW IV TW I TW II TW IIITW IV TW I TW II TW III
2009
40,000
25,000
1,000,000
3.33
Grafik 1.39.
30,000
1,500,000
4.48
1.87
Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang
36.26
III
2009
Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang
M.Tanah
II
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,04% (q-t-q) yang mencerminkan bahwa kondisi investasi mulai terealisasi dengan baik dalam mendukung percepatan perekonomian Jambi. Grafik 1.43. Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru Grafik 1.44. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi Grafik 1.45. Konsumsi Semen Provinsi Jambi unit
Persen(%)
18
1,400
80
16
1,200
60
14
1,000
40
800
20
600
-
400
(20)
200
(40)
1,800,000
16.6516.18
1,600,000
14.28
12
1,400,000
11.78 10.28
10
1,200,000 1,000,000
8 800,000 6
-
(60) II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
2
2006
2007
TRUCK/PICK UP
2008
4.85
1.50
5.69
1.21
1.60 3.26
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III
2009
2006
2007
2008
600,000 400,000
-0.11
0
III -2
2005
4.28 2.33 2.70
4
200,000 0
2009
Kredit Investasi (juta Rp), aksis kanan Pertumbuhan Kredit Investasi (%),aksis kiri
Pertumbuhan
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
Grafik 1.44.
Grafik 1.43.
(%) 100.0
Ton 45,000 40,000
Konsumsi Semen
80.0
Pert umbuhan
35,000
60.0
30,000
40.0
25,000 20.0
20,000
-
15,000 10,000
(20.0)
5,000
(40.0)
-
(60.0) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2005
2006
2007
2008
2009
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI), diolah
Grafik 1.45.
Sementara itu, dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) terlihat situasi bisnis masih cukup baik pada triwulan laporan, tercermin dari nilai saldo bersih situasi bisnis dunia usaha sebesar 26,39. Masih relatif baiknya situasi bisnis dunia usaha juga berdampak pada masih tumbuhnya kredit investasi sebesar 5,69% atau sebesar Rp70,51 miliar pada triwulan laporan. Hal ini juga tercermin dari prompt indikator investasi yaitu meningkatnya penjualan kendaraan
27
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL truck/pick up sebesar 49,87% serta meningkatnya konsumsi semen sebesar 27,66% pada triwulan laporan. Perubahan stok pada triwulan III tahun 2009 mengalami pertumbuhan sebesar 1,93% (q-t-q), lebih tinggi bila dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 0,83% (q-t-q). Sementara, pangsa stok pada triwulan laporan sebesar 2,74%.
3. Perdagangan Eksternal Jumlah perdagangan eksternal ke luar Provinsi Jambi mengalami peningkatan
sebesar
3,47%
(q-t-q),
meningkat
dibandingkan
triwulan
sebelumnya yang sebesar 2,66% (q-t-q). Sementara pertumbuhan impor barang baik yang berasal dari luar provinsi maupun luar negeri mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi mencapai 4,80% jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya tubuh 2,78% (q-t-q). Hal ini menyebabkan Provinsi Jambi mengalami net impor pada triwulan laporan. Grafik 1.46. Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi ribu USD 350,000 Impor
Ekspor
Net
300,000 250,000
261,972 207,237 215,491
200,000 147,469 135,753
150,000
149,230
50,000
107,288 72,175 34,232
188,395 114,292 109,393
145,699
101,075 100,000
145,898 123,888
105,291
91,439
73,849
0 TW I TW II TW III TW IV TW I
2005
TW II TW III TW IV TW I
2006
TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I
2007
2008
TW II
TW III*
2009
Keterangan: *) S.d. Agustus 2009
Berdasarkan dokumen pemberitahuan ekspor barang (PEB), ekspor Provinsi Jambi sebesar USD 102,08 juta sedangkan impor sebesar USD 10,64 juta
28
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL pada triwulan laporan.12 Dengan kondisi tersebut, Provinsi Jambi mengalami net ekspor sebesar USD 91,44 juta, meningkat sebesar 22,73% dibandingkan posisi yang sama periode triwulan sebelumnya yang mencapai USD 74,51 juta.13 Ekspor Provinsi Jambi masih didominasi oleh komoditas karet dan CPO.14 Sementara kelompok peralatan mesin dan transport masih mendominasi nilai impor Provinsi Jambi pada triwulan laporan. Grafik 1.47. Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi dalam Ribu USD 120,000
EKSPOR CRUDE MATERIALS, INEDIBLE ANIMAL & VEGETABLE OILS&FATS
100,000
80,000
60,000
40,000
20,000
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
2007
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
2008
5
6
7
8
2009
Grafik 1.48. Lima Komoditi Tertinggi Nilai Ekspor Provinsi Jambi Ribu USD 90,000
80,000
23 - CRUDE RUBBER
25 - PULP AND WASTE PAPER
42 - FIXED VEGETABLE OILS & FATS
63 - WOOD AND CORK MANUFACTURES
32 - COAL, COKE AND BRIQUETTES
LAINNYA
70,000
60,000
50,000
40,000
30,000
20,000
10,000
1 2
3
4
5
6
7
2006
8
9 10 11 12
1 2
3
4
5
6
7
2007
8
9 10 11 12
1 2
3
4
5
6
7
2008
8
9 10 11 12
1 2
3
4
5
6
7
8
2009
12
Data s.d. bulan Agustus 2009 (Sumber: Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter, Bank Indonesia). 13 Net ekspor yang dimaksud disini adalah net ekspor bulan Juli-Agustus 2009 dibandingkan net ekspor bulan April-Mei 2009. 14 Klasifikasi barang menurut Standard International Trading Classification (SITC).
29
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pada triwulan laporan (Juli-Agustus 2009), ekspor ke luar negeri Provinsi Jambi meningkat sebesar 11,10% dibandingkan periode yang sama triwulan sebelumnya (April-Mei 2009), yaitu dari USD 91,88 juta menjadi USD 102,08 juta. Berdasarkan komoditasnya, peningkatan ekspor pada triwulan laporan dipicu oleh ekspor karet mentah (crude rubber) sebesar USD 66,58 juta (65,22% dari total ekspor Provinsi Jambi). Membaiknya permintaan karet mentah dan CPO dari negara mitra dagang serta tren peningkatan harga internasional karet dan CPO memicu peningkatan nilai ekspor Provinsi Jambi. Berdasarkan jenis komoditasnya, nilai ekspor tertinggi (Juli-Agustus 2009) dicapai oleh komoditas karet mentah (crude rubber) sebesar USD 66,58 juta atau 65,22% dari total ekspor non migas, sementara nilai ekspor lemak nabati dan minyak (fixed, vegetable oil and fats), serta kertas, kertas karton dan olahannya (paper,paperboard&mfd thereof) masing-masing mencapai USD 17,69 juta (17,33% dari total ekspor non migas), dan USD 4,54 juta (4,45% dari total ekspor non migas). Grafik 1.49. Perkembangan Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan Ribu USD 40,000
35,000
C. UNITED STATES OF AM ERICA M ALAYSIA
SINGAPORE C. JAPAN
C. R.R.C LAINNYA
C. SOUTH KOREA
30,000
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 2006
30
5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2007
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 2008
3 4 5 6 7 8 2009
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.50. Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan 100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0% 1
2
3
4
5
6
7
2006
8
9
10 11 12
1
2
3
4
5
6
7
2007
C. UNITED STA TES OF A M ERICA M A LA YSIA C. R.R.C LA INNYA
8
9
10
11 12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
2008
1
2
3
4
5
6
7
8
2009
SINGA P ORE C. JA P A N C. SOUTH KOREA
Ekspor non migas lain yang cukup besar kontribusinya adalah komoditas batubara, kokas dan briket (coal, coke and briquettes), serta barang-barang kayu dan gabus (wood and cork manufactures) yang masing-masing mencapai USD 4,37 juta (4,28%) serta USD 3,55 juta (3,48%). Berdasarkan struktur ekspor non migas Jambi, terlihat bahwa ekspor produk primer masih mendominasi terutama komoditas karet mentah, lemak nabati dan minyak, serta batubara disusul produk hasil industri pengolahan (barang-barang kayu serta kertas dan olahannya). Berdasarkan negara tujuan, ekspor Provinsi Jambi sebagian besar ke negara-negara dikawasan Asia yang hampir setara dengan 66,02% total ekspor Provinsi Jambi. Penyumbang utama ekspor dari negara Asia adalah Malaysia yang mencapai USD 18,20 juta (18,61%), diikuti dengan Singapura sebesar USD 14,93 juta (14,63%), dan Jepang sebesar USD 13,03 juta (12,76%). Sementara ekspor ke negara Amerika Serikat sebesar USD 17,33 juta (16,98%) pada triwulan laporan. Dari sisi impor (Juli-Agustus 2009), impor non migas mengalami penurunan sebesar 38,74% (USD 6,73 juta) jika dibandingkan periode yang sama triwulan sebelumnya (April-Mei 2009) sehingga menjadi sebesar USD 10,64 juta. Pada triwulan laporan, impor terbesar terjadi pada sub kelompok mesin industri
31
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL tertentu/khusus (mach.special for partic. Inds) sebesar USD 4,21 juta (39,54% dari total impor Provinsi Jambi), diikuti oleh pulp dan kertas (pulp and waste paper) sebesar USD 1,10 juta (10,35%), lalu pupuk dan mineral alam lainnya (crd.fertilizers&crd.minerals) sebesar USD 889,38 ribu (8,36%) serta peralatan dan mesin daya generator (Power Generating Mach & Eqp) sebesar USD 860,82 ribu (8,09%).
Peningkatan
impor
pada
triwulan
laporan
disebabkan
oleh
meningkatnya sub kelompok mesin dan transport sebesar USD 5,17 juta. Grafik 1.51. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi dalam Ribu USD 35,000 IMPOR MACHINERY & TRANSPORT EQP CHEMICAL
30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
1
2
3
4
5
2007
6
7
8
9
10 11 12
1
2
3
4
2008
5
6
7
2009
Grafik 1.52. Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi Ribu USD 35,000
71 - POWER GENERATING MACH. & EQP 30,000
72 - MACH.SPECIAL FOR PARTIC.INDS 74 - GENERAL INDUSTRIAL MACH.&EQP 59 - CHEM.MATERIALS& PRODUCTS,NES
25,000
56 - FERTILIZERS MANUFACTURED LAINNYA
20,000
15,000
10,000
5,000
1 2
3 4
5
6
7
2006
32
8 9 10 11 12 1 2
3
4 5
6
7
2007
8
9 10 11 12
1 2
3
4
5 6
7
2008
8
9 10 11 12
1 2 3
4
5
2009
6 7
8
8
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pangsa impor Provinsi Jambi pada periode triwulan laporan masih didominasi oleh kelompok peralatan mesin dan transport (machinery&transport equipment) yang menguasai 48,59% dari nilai impor. Selain itu, kelompok bahan mentah dan olahannya juga memberikan kontribusi impor sebesar 23,30% dari total impor Provinsi Jambi dengan komoditas utamanya adalah pulp dan kertas serta pupuk dan mineral alam lainnya masing-masing sebesar USD 1,10 juta dan USD 889,38 ribu.
Grafik 1.53. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual Ribu USD 40,000
35,000
C. CA NADA
SINGA PORE
M A LAY SIA
C. TAIWAN
C. R.R.C
LA INNY A
C. HONGKONG
30,000
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
1
2
3
4
5
2006
(5,000)
6
7
8
9
10 11 12
1
2
3
4
5
6
2007
7
8
9
10 11 12
2008
1
2
2009
Grafik 1.54. Pangsa Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual 100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0% 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
2006
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2007
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
2008
C. CA NA DA
SINGA P ORE
M A LA YSIA
C. TA IWA N
C. R.R.C
LA INNYA
12
1
2
2009
C. HONGKONG
33
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Berdasarkan negara penjual, impor Provinsi Jambi pada triwulan laporan terutama berasal dari Malaysia sebesar USD 3,11 juta (29,21%), diikuti dengan Hongkong sebesar USD 3,01 juta (28,27%) serta Singapura sebesar USD 1,84 juta yang mencapai 18,36% dari total impor pada triwulan laporan (s.d. bulan Agustus) sebesar USD 10,64 juta.
34
Boks 1. PELAKSANAAN PERCEPATAN KREDIT PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN DI PROVINSI JAMBI TAHUN 2009
Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan dan pemberdayaan ekonomi daerah sangat penting. Hal ini mendorong Tim Fasilitasi Percepatan dan Pemberdayaan Ekonomi Daerah (TFPPED) Provinsi Jambi untuk meningkatan penyaluran kredit program revitalisasi perkebunan di Provinsi Jambi sejak tahun 2007. Percepatan pertumbuhan penyaluran kredit ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat terutama melalui sub sektor karet yang merupakan salah satu komoditas unggulan di provinsi Jambi. Tim Fasilitasi Percepatan dan Pemberdayaan Ekonomi Daerah Jambi yang telah ditetapkan melalui SK Gubernur Nomor 229/Kep.Gub/DISBUN/2007. Tanggal 14 Juni 2007, menempatkan BI sebagai Ketua. Kegiatan utama Tim diarahkan untuk melakukan percepatan program antara lain melalui kegiatan pertemuan koordinasi, asistensi teknis yang kemudian ditindaklanjuti dengan pembentukan pokja di tingkat kabupaten. Pada 2007, kegiatan penyaluran kredit revitalisasi perkebunan masih berupa tahapan sosialisasi dan identifikasi, sehingga sampai dengan akhir tahun belum terjadi pencairan kredit. Pelaksanaan penyaluran kredit program ini mulai menunjukkan perkembangan pada tahun berikutnya, namun dalam pelaksanaannya dinilai masih berjalan lambat karena menghadapi berbagai kendala baik teknis di lapangan maupun dari sisi prosedur dan aturan yang berlaku di instansi-instansi terkait. Melalui Dinas Perkebunan, Pemerintah Daerah telah memproyeksikan luas lahan petani yang akan memperoleh kredit revitalisasi perkebunan mencapai 3.000 hektar. Namun sampai dengan Desember 2008, target tersebut baru terealisasi sejumlah 308 hektar atau sekitar 10,27%. Tahun 2009, perkembangan pelaksanaan kredit program ini sudah mulai mengalami peningkatan. Terjadi
kenaikan hampir
47.37% dibandingkan dengan realisasi di tahun sebelumnya. Meskipun pelaksanaan kredit program 2009 dinilai cukup baik, namun apabila dibandingkan dengan target yang ditetapkan, realisasi tersebut masih kecil, hanya sekitar 14% dari target luasan lahan. Perkembangan realisasi kredit program revitalisasi perkebunan menunjukkan adanya peningkatan pada 2009.
I
Tabel 1. Perkembangan Pelaksanaan KPEN-RP (Komoditas Karet) Target Luas (Ha)
Akumulasi Realisasi Luas Lahan (Ha)
Akumulasi Plafond Kredit (Rp Juta)
Akumulasi Pencairan (Rp Juta)
Jml Petani (KK)
2007
-
-
-
-
-
2008
3.000
308,00
6.487,60
3.773,15
154
2009
3.000
762,39
19.902,29
6.387,42
357
Tahun
Berdasarkan identifikasi di lapangan, kendala utama yang masih dihadapi dalam proses pelaksanaan kredit program revitalisasi perkebunan adalah: 1. Biaya sertifikasi lahan yang ditanggung petani dirasakan masih cukup memberatkan. 2. Proses sertifikasi lahan petani dirasakan masih berjalan lambat dan tidak ada keseragaman di masing-masing kabupaten baik dalam hal biaya sertifikat maupun waktu penyelesaian sertifikat. 3. Belum adanya kesepakatan bersama antar instansi terkait (misalnya BRI dan BPN) dalam prosedur pembayaran biaya sertifikasi. Di satu sisi, BPN mempersyaratkan biaya sertifikat harus dibayar 100% setelah kredit cair, sementara dari sisi BRI, 50% biaya sertifikat dibayar setelah kredit cair, sedangkan 50% sisanya dibayarkan setelah sertifikat selesai. 4. Koordinasi dan kerjasama antar instansi terkait di tingkat kabupaten dirasakan masih lemah. Langkah
awal
yang
dilakukan
untuk
menyelesaikan
permasalahan-
permasalahan tersebut adalah melalui asistensi dan workshop yang telah dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2009 dan berhasil meraih beberapa kesepakatan. Salah satu point penting dalam kesepakatan tersebut adalah pembentukan kelompok kerja (Pokja) di tingkat kabupaten. Pokja ini diharapkan dapat menjadi wadah koordinasi dan kerjasama pihak-pihak terkait, sehingga akselerasi dalam penyaluran kredit dapat ditingkatkan. Kesepakatan untuk pembentukan POKJA, telah ditindaklanjuti di beberapa Kabupaten. Sampai dengan Oktober 2009, koordinasi dalam rangka pembentukan pokja telah dilaksanakan di 4 kabupaten, yaitu kabupaten Tanjung Jabung Barat, kabupaten Batanghari, kabupaten Muara Jambi dan Kabupaten Sarolangun. Selain kemajuan dari sisi pelaksanaan teknis di lapangan, terdapat kemajuan dalam kebijakan pelaksanaan kredit program revitalisasi perkebunan. Pada 2009 subsidi bunga yang
II
diberikan kepada petani meningkat dari 6% menjadi 8%. Peningkatan subsidi bunga kredit ini tentunya diharapkan akan semakin menambah animo masyarakat untuk dapat memperoleh fasilitas kredit guna mengembangkan tanaman karet mereka. Pada akhirnya melalui kredit program revitalisasi perkebunan ini diharapkan tingkat kesejahteraan masyarakat akan semakin tinggi.
KESIMPULAN 1. Kredit program revitalisasi perkebunan di provinsi Jambi merupakan program yang strategis karena sumberdaya alam yang dimiliki sangat potensial. 2. Dukungan kredit investasi perbankan dan subsidi bunga oleh pemerintah diharapkan meringankan beban pendanaan petani dalam usahanya untuk mengembangkan sub sektor perkebunan (karet, sawit dan kakao). 3. Program ini merupakan upaya pemerintah untuk mengatasi keterbatasan modal bagi petani untuk mengembangkan usaha sub sektor perkebunan (karet, sawit dan kakao). 4. Pelaksanaan kredit program sejauh ini masih belum berlangsung seperti yang diharapkan dikarenakan masih terdapatnya kendala-kendala di lapangan baik dari sisi teknis pelaksanaan, prosedur dan kebijakan pelaksanaan dan juga dari sisi koordinasi antar pihak yang masih lemah. 5. Perlu peningkatan segala bentuk upaya konkrit untuk mempercepat pelaksanaan kredit program revitalisasi perkebunan di Provinsi Jambi.
REKOMENDASI 1. Pembentukan kelompok kerja (POKJA) perlu segera direalisasikan di seluruh kabupaten. Anggota POKJA meliputi pihak-pihak terkait dalam pelaksanaan program antara lain BPN, BRI, Disbun, Bappeda, dan Camat. Pokja ini diharapkan akan menjadi sarana koordinasi dan komunikasi yang efektif untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang muncul di lapangan. 2.
Daerah diharapkan dapat mengambil peran lebih banyak untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang masih dihadapi khususnya masalah
penyelesaian
biaya
sertifikat
lahan
misalnya
dengan
cara
menyediakan dana talangan sementara untuk melunasi biaya tersebut ke BPN yang selama ini menjadi kendala utama. 3.
Perlu meningkatkan kerjasama dan kesepakatan pihak-pihak terkait sehingga apabila terdapat aturan dari masing-maisng instansi yang tidak saling
III
mendukung (misalnya peraturan pembayaran biaya sertifikat di BRI dan BPN seperti yang disebutkan di atas) tidak akan menghambat proses kredit revitalisasi perkebunan. 4. Masih
diperlukan
adanya
sosialisasi
mengenai
prosedur
dan
persyaratan yang harus dipenuhi apabila menjadi peserta kredit program melalui dinas terkait yang bertanggung jawab. Harapannya masyarakat sudah dapat menyiapkan apa yang diperlukan apabila mendaftar dalam program tersebut, sehingga proses kreditpun dapat berjalan lancar.
IV
BAB II PERKEMBANGAN HARGA-HARGA
A. Kajian Umum Inflasi Kota Jambi pada triwulan III tahun 2009 mencapai 2,37% (q-t-q), meningkat dibandingkan triwulan II tahun 2009 yang mengalami deflasi sebesar 0,72% (q-t-q). Inflasi yang terjadi di Kota Jambi pada triwulan laporan berasal dari meningkatnya laju inflasi seluruh kelompok barang dengan peningkatan tertinggi terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga serta kelompok bahan makanan. Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi
25.00
Bulanan (m-t-m)
Triwulanan (q-t-q)
Year to date (y-t-d)
Year on year (y-o-y)
20.00
15.00
10.00
5.00
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9 (5.00)
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Sumber: BPS Provinsi Jambi. Sejak Januari 2008 menggunakan IHK tahun dasar 2007=100
Setelah mengalami penurunan perkembangan harga-harga semenjak awal tahun ini, pada triwulan laporan Kota Jambi kembali mengalami tren peningkatan harga-harga. Inflasi Kota Jambi pada akhir periode triwulan III-2009 sebesar 1,71% (y-o-y) dari sebelumnya 1,10% (y-o-y) pada Maret 2009. Sementara, pergerakan inflasi bulanan yang tercatat di bulan Juli, Agustus dan September 2009 masing-masing sebesar 1,06%(m-t-m), 0,35%(m-t-m) dan 0,95%(m-t-m).
35
INFLASI
Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Kota Jambi Periode Tahun 2003 s.d. September 2009 y-t-d (%) 20
2003
2004
2005
2007
2008
2009
2006
15
10
5
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
-5
Dari perkembangan di atas, inflasi Kota Jambi s.d. bulan September 2009 secara kumulatif berada pada level 1,90% (y-t-d). Sementara, inflasi yang terjadi pada triwulan laporan terutama berasal dari sumbangan angka inflasi kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga serta kelompok bahan makanan (lihat tabel 2.1.). Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi KELOMPOK I
Bahan Makanan
II
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
Triwulan III-2008
Triwulan IV-2008
Triwulan I-2009
Triwulan II-2009
Triwulan III-2009
qtq
yoy
qtq
yoy
qtq
yoy
qtq
yoy
qtq
yoy
2.95
26.07
-1.19
18.56
-2.11
9.93
-2.73
-3.14
5.04
-1.18 7.83
1.07
11.65
2.63
14.77
3.63
15.41
0.16
7.66
1.23
III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar
2.23
7.99
0.88
7.93
3.74
11.55
-0.32
6.65
0.09
4.42
IV Sandang
0.21
6.14
1.16
5.51
3.45
6.46
0.10
4.98
0.06
4.82 3.21
V Kesehatan
0.67
6.33
0.84
8.61
0.52
8.91
1.21
3.28
0.60
VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga
1.28
4.95
0.82
5.38
0.15
5.54
-0.10
2.17
6.79
7.72
VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
0.81
11.04
-3.40
6.81
-4.44
1.19
0.39
-6.57
1.95
-5.52
1.76
13.68
-0.19
11.57
0.26
9.16
-0.72
1.10
2.37
1.71
INFLASI Sumber : BPS (diolah)
Meningkatnya harga bahan kebutuhan pokok seperti cabe merah, bawang merah, daging ayam ras selama periode triwulan laporan memberikan sumbangan inflasi pada kelompok bahan makanan. Sementara itu, meningkatnya permintaan akan jasa pendidikan pada saat musim tahun ajaran baru ini memicu meningkatnya angka inflasi sub kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga.
36
- 36 -
INFLASI Perkembangan inflasi tahunan Kota Jambi dan nasional pada triwulan laporan mengalami peningkatan setelah terus mengalami tren penurunan semenjak triwulan IV-2008. Pada triwulan laporan Inflasi Kota Jambi secara tahunan (y-o-y) adalah sebesar 1,71% lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang sebesar 2,83%. Grafik 2.3. Perkembangan Laju Inflasi Kota Jambi Persen 18.00
17.11 Kota Jambi
Nasional
16.00
16.50
16.35 16.10
15.74 13.99 13.68
15.53 15.12 14.55
14.00 12.00
12.62
9.65 10.00
8.46
8.43
8.00
5.065.11
4.00
5.12 2.00
7.42 8.17
9.06 8.81 7.40
6.83
11.06
11.03 7.25
7.126.836.20
12.14
8.96
7.66
6.00
11.57
10.96 9.92
10.66
6.276.40
7.92
7.52 6.6 6.52 5.77
6.67
9.16
6.956.59 5.69
3.65 2.83
4.67 4.49 1.71
1.10 0.00 1
2
3
4
1
2
2003
3
2004
4
1
2
3
2005
4
1
2
3
2006
4
1
2
3
2007
4
1
2
3
2008
4
1
2
3
2009
Grafik 2.4. Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan Kota sekitarnya Y-O-Y
30 Bengkulu Jambi
25
Padang Palembang Pekanbaru
20
15
10
5
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
catatan: mulai bulan Juni 2008, angka inflasi menggunakan tahun dasar 2007
Secara regional, tingkat inflasi di Jambi cukup rendah dibandingkan daerah sekitarnya. Inflasi di Jambi lebih rendah dibandingkan Bengkulu (3,73%/y-
37
INFLASI o-y), Padang (3,55%/y-o-y), Pekanbaru (2,2%/y-o-y), namun sedikit lebih tinggi dari Palembang (1,3%/y-o-y) pada triwulan laporan.15
B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang Dilihat per sub kelompok, inflasi tertinggi pada triwulan laporan adalah sub kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga serta sub kelompok bahan makanan. Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa KELOMPOK/SUBKELOMPOK I. a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. II. a. b. c. III. a. b. c. d. IV. a. b. c. d. V. a. b. c. d. VI. a. b. c. d. e. VII a. b. c. d.
BAHAN MAKANAN PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA DAGING-DAN HASIL-HASILNYA IKAN SEGAR IKAN DIAWETKAN TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA SAYUR-SAYURAN KACANG-KACANGAN BUAH-BUAHAN BUMBU-BUMBUAN LEMAK DAN MINYAK BAHAN MAKANAN LAINNYA MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU MAKANAN JADI MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR BIAYA TEMPAT TINGGAL BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA SANDANG SANDANG LAKI-LAKI SANDANG WANITA SANDANG ANAK-ANAK BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA KESEHATAN JASA KESEHATAN OBAT-OBATAN JASA PERAWATAN JASMANI PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA JASA PENDIDIKAN KURSUS-KURSUS / PELATIHAN PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN REKREASI OLAHRAGA TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN TRANSPOR KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR JASA KEUANGAN INFLASI (UMUM)
Triwulan IV-2008 qtq -1.19 -2.86 -12.90 6.31 1.31 -2.77 2.54 7.71 0.43 11.24 -9.10 1.03 2.63 2.26 2.12 3.70 0.88 0.31 0.00 7.62 0.94 1.16 0.61 0.49 -0.01 3.43 0.84 0.00 3.49 0.00 0.69 0.82 0.00 0.00 4.91 0.29 -0.37 -3.40 -5.03 0.68 -0.09 0.00 -0.19
yoy 18.56 9.58 13.49 47.19 28.29 10.25 -3.13 72.26 13.04 0.43 37.38 18.98 14.77 18.61 5.09 12.02 7.93 7.90 7.33 9.96 8.00 5.51 2.02 2.22 0.26 18.63 8.61 15.88 5.50 5.64 3.49 5.38 6.00 0.00 8.27 3.41 -0.37 6.81 15.31 -12.74 2.11 3.57 11.57
Triwulan I-2009 qtq -2.11 -2.07 5.51 -4.45 1.37 -1.48 -4.75 -6.51 -10.46 -5.19 2.10 -1.42 3.63 2.44 13.88 1.07 3.74 7.55 0.01 -2.19 0.38 3.45 0.09 0.12 0.26 12.91 0.52 0.00 1.60 0.00 0.63 0.15 0.00 0.00 0.83 0.07 -0.01 -4.44 -6.73 0.39 1.42 0.00 0.26
yoy 9.93 10.45 15.62 31.33 29.76 5.63 -2.83 5.05 7.04 -18.79 17.13 18.15 15.41 16.80 19.08 10.53 11.55 15.97 7.29 6.74 5.54 6.46 2.40 1.44 0.80 21.21 8.91 15.88 6.86 2.43 4.14 5.54 6.00 0.00 9.17 3.46 -0.38 1.19 6.17 -12.40 3.56 1.78 9.16
Triwulan II-2009
Triwulan III-2009
qtq -2.73 -1.53 7.68 -12.43 -2.85 0.33 3.36 -9.10 6.18 -15.27 -1.03 -0.90 0.16 0.04 0.08 0.47 -0.32 -0.59 0.31 -1.77 0.64 0.10 0.00 -0.46 1.15 -0.09 1.21 0.00 5.05 0.00 0.88 -0.10 0.00 0.00 0.62 -1.15 0.00 0.39 0.34 0.00 1.77 0.00 -0.72
qtq 5.04 3.16 -1.84 10.11 -0.34 2.57 -0.11 -0.55 11.55 44.70 -9.03 2.18 1.23 0.38 5.89 0.44 0.09 0.39 0.00 -1.11 -0.31 0.06 1.12 1.34 0.20 -2.16 0.60 0.00 1.88 1.84 0.45 6.79 11.53 1.69 -0.29 0.00 4.74 1.95 2.40 0.00 3.58 0.22 2.37
yoy -3.14 -4.61 2.10 2.69 11.82 1.82 -5.86 -8.49 4.98 -28.49 1.80 -4.61 7.66 6.61 16.43 5.43 6.65 9.80 3.04 3.40 3.82 4.98 0.71 0.32 -1.10 20.09 3.28 0.00 11.77 0.00 3.52 2.17 1.76 0.00 8.28 -0.79 -0.38 -6.57 -10.35 1.07 5.40 1.78 1.10
yoy -1.18 -3.37 -2.87 -2.06 -0.57 -1.42 0.84 -8.97 6.52 29.32 -16.44 0.85 7.83 5.20 23.24 5.78 4.42 7.65 0.32 2.25 1.67 4.82 1.83 1.48 1.61 14.17 3.21 0.00 12.54 1.84 2.67 7.72 11.53 1.69 6.13 -0.79 4.34 -5.52 -8.98 1.07 6.81 0.22 1.71
Sumber : BPS (diolah)
Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.3.), penyumbang pembentukan inflasi terbesar adalah daging ayam ras; bawang merah; angkutan udara (Juli 2009), cabe merah; ikan nila; udang basah (Agustus 2009) serta cabe merah; gula pasir;
15
Sumber: DSM, Bank Indonesia.
38
- 38 -
INFLASI angkutan udara (September 2009). Kelompok bahan makanan merupakan penyumbang utama inflasi selama periode triwulan laporan. Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode triwulan III-2009 10 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI
TW III-2009 Sumbangan
JULI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI
TW III-2009 Sumbangan
JULI Daging ayam ras Bawang merah Angkutan udara Akademi/perguruan tinggi Telur ayam ras Beras Sekolah dasar Cabe merah Bawang putih Taman kanak-kanak Sumbangan 10 Komoditas
0.2187 0.1760 0.1489 0.1479 0.1111 0.1105 0.0922 0.0746 0.0445 0.0418 1.1662
AGUSTUS 1 Cabe merah 2 Ikan Nila 3 Udang Basah 4 Kelapa 5 SLTA 6 Semen 7 Pisang 8 Bawang putih 9 Ikan Teri(diawetkan) 10 Telur Ayam Ras Sumbangan 10 Komoditas SEPTEMBER 1 Cabe merah 2 Gula pasir 3 Angkutan udara 4 Beras 5 Angkutan antar kota 6 Ikan dencis 7 Udang Basah 8 Tomat buah 9 Tempe 10 Ketupat/lontong sayur Sumbangan 10 Komoditas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Minyak goreng Ikan teri (diawetkan) Pasir Gula pasir Cabe rawit Tempe Ikan gabus Shampo Ikan nila Ikan mas Sumbangan 10 Komoditas
-0.2111 -0.0249 -0.0206 -0.0173 -0.0157 -0.0141 -0.0125 -0.0124 -0.0123 -0.0120 -0.3529
0.1941 0.0730 0.0546 0.0477 0.0475 0.0456 0.0451 0.0315 0.0307 0.0296 0.5994
AGUSTUS 1 Daging Ayam Ras 2 Bawang Merah 3 Angkutan Udara 4 Tempe 5 Petai 6 Minyak goreng 7 Sawi Hijau 8 Pepaya 9 Jagung Manis 10 Emas Perhiasan Sumbangan 10 Komoditas
-0.2726 -0.0759 -0.0592 -0.0372 -0.0315 -0.0246 -0.0205 -0.0126 -0.0114 -0.0093 -0.5548
0.6693 0.1191 0.1134 0.0831 0.0553 0.0477 0.0384 0.0374 0.0368 0.0336 1.2341
SEPTEMBER 1 Bawang Merah 2 Telur ayam ras 3 Minyak goreng 4 Bayam 5 Petai 6 Daging Ayam Ras 7 Daun singkong 8 Emas Perhiasan 9 Kelapa 10 Kangkung Sumbangan 10 Komoditas
-0.2039 -0.0777 -0.0642 -0.0482 -0.0477 -0.0421 -0.0308 -0.0256 -0.0222 -0.0204 -0.5828
Sumber : BPS (diolah)
1. Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan pada triwulan III tahun 2009 mengalami inflasi sebesar 5,04% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok bumbu-bumbuan sebesar 44,70% (q-t-q) serta sub kelompok buah-buahan sebesar 11,55% (q-t-q).
39
INFLASI Grafik 2.5. Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng (Ringgit/Ton)
(Rp/Kg)
5000
12500
CPO internasional (aksis kiri)
4500
11500
Minyak goreng lokal (aksis kanan)
4000
10500
3500
8583
3000
9500
8000 8500
2500 7500
2244
2000
2136
6500
1500
5500
1000
4500
500 0
3500 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9 2006 2007 Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
2008
2009
Setelah mengalami peningkatan harga di triwulan lalu, harga crude palm oil (CPO) di pasar internasional mengalami sedikti penurunan di triwulan laporan. Kondisi demikian diikuti oleh stabilnya harga minyak goreng curah (tanpa merek) di pasar Jambi. Selain itu, adanya pasar murah untuk minyak goreng yang diselenggarakan
oleh salah
satu perusahaan
minyak goreng
di
Jambi
menyebabkan harga minyak goreng curah relatif stabil meskipun dalam suasana tingginya permintaan di hari besar keagamaan. Sementara, perkembangan harga tepung terigu merek Segitiga Biru terus meningkat pada triwulan laporan menjadi sebesar Rp7.650/kg dari sebelumnya Rp7.467/kg. Penurunan harga gandum, yang merupakan bahan baku
tepung
terigu,
di
pasar
internasional
sebesar
10,51%
menjadi
$457,5/bushel pada triwulan laporan belum diikuti dengan penurunan harga tepung terigu di Jambi. Tingginya permintaan akan tepung terigu terutama menjelang hari raya Idul Fitri menyebabkan para pedagang masih enggan menurunkan harga komoditas tersebut.16 16
Satu bushel setara dengan 27 kg.
40
- 40 -
INFLASI Grafik 2.6. Perkembangan Harga Tepung Terigu (USD/Bushel)
(Rp/Kg) 8500
1200
Wheat/Gandum (aksis kiri) 1000
7650 8000
7467
Tepung Terigu lokal (aksis kanan)
7500 7000
800
6500
471
600
6000 5500
457.5
400
5000 4500 4000
200
3500 0
3000 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9 2006 2007 Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
2008
2009
Perkembangan harga sub kelompok bumbu-bumbuan pada triwulan laporan mengalami kenaikan yang cukup tinggi yaitu sebesar 44,70% (q-t-q) terutama dipengaruhi oleh meningkatnya harga cabe merah. Selama bulan Agustus dan September 2009, cabe merah merupakan komoditas dengan sumbangan inflasi tertinggi. Meningkatnya permintaan menjelang puasa dan hari besar keagamaan serta perilaku pedagang yang mengambil keuntungan besar pada saat-saat tertentu memicu meningkatnya harga cabe merah tersebut. Grafik 2.7. Perkembangan Harga Cabe Merah dan Bawang (Rp/kg)
25000
20000
15000
10000
5000 Cabe Merah Keriting Bawang Putih
Cabe merah Biasa Bawang Merah
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2006
2007
2008
2009
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
41
INFLASI Sub kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami inflasi sebesar 2,10% (y-o-y) dan 7,68% (q-t-q). Harga rata-rata daging ayam relatif mengalami peningkatan selama periode triwulan laporan sehingga berkontribusi terhadap inflasi sub kelompok daging dan hasil-hasilnya. Sementara pergerakan harga daging sapi relatif stabil selama triwulan laporan. Sementara itu, harga beras cenderung stabil selama triwulan laporan. Daging ayam ras merupakan penyumbang inflasi tertinggi pada bulan Juli lalu. Tingginya harga daging ayam pada bulan tersebut disebabkan oleh menurunnya pasokan DOC di distributor serta meningkatnya harga pakan. Menurunnya pasokan bibit ayam di peternak disebabkan oleh bibit-bibit ayam yang berasal dari Lampung kemudian dijual di Jawa Barat. Grafik 2.8. Perkembangan Harga Jagung (USD/Bushel) 800 700
Grafik 2.9. Perkembangan Harga Daging
(Rp/Kg) 7500
Jagung internasional (aksis kiri)
7000
Jagung pipilan kering (aksis kanan)
6500
(Rp/Kg)
(Rp/Kg)
40000 70000 32000
6000
600
65000
5500
500
5000
400
347.75
344
60000
4500 4000
300
24000
16000 55000
3500
3500
200
3660 3000 2500
100
Ayam Kampung (aksis kiri)
8000
Daging Ayam Broiler (aksis kiri)
2000 1500
0 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9 2006 2007 Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
2008
2009
45000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2006
2007
2008
2009
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
Grafik 2.10. Perkembangan Harga Beras17 (USD/CWT)
(Rp/Kg)
25
6500
6000
6000 6000
20
5500
13.315
15
5000
12.23
10
4500 5
Beras internasional (aksis kiri)
4000
lokal IR 64 (aksis kanan) 3500
0 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9 2006 2007 Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
2008
2009
17
Cwt maksudnya hundredweight (100 pounds). 1 pounds setara dengan 453,59 gram/0,453 kg. Jadi 100 pounds sekitar 45,3 kg.
42
50000
Daging Sapi Murni (aksis kanan)
- 42 -
INFLASI
2. Kelompok Makanan Jadi Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan III tahun 2009 mengalami inflasi sebesar 7,83% (y-o-y) dengan laju inflasi triwulanan sebesar 1,23% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi tercatat pada sub kelompok minuman tidak beralkohol sebesar 5,89% (q-t-q), diikuti sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol (0,44%/q-t-q) serta sub kelompok makanan jadi (0,38%/q-t-q).
3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan III tahun 2009 mengalami inflasi sebesar 0,09% (q-t-q) atau dengan laju inflasi tahunan mencapai 4,42% (y-o-y). Berdasarkan sub kelompoknya, biaya tempat tinggal mengalami inflasi tertinggi yaitu sebesar 0,39% (q-t-q), sementara sub kelompok perlengkapan rumah tangga serta penyelenggaraan rumah tangga mengalami deflasi masing-masing sebesar 1,11% (q-t-q) dan 0,31% (q-t-q) pada triwulan laporan.
4. Kelompok Sandang Kelompok sandang pada triwulan III tahun 2009 mengalami inflasi sebesar 4,82% (y-o-y) atau dengan laju inflasi triwulanan mencapai 0,06% (q-tq). Inflasi pada kelompok sandang pada triwulan laporan disumbangkan oleh sub kelompok sandang wanita, laki-laki, dan anak yaitu masing-masing sebesar 1,34% (q-t-q), 1,12% (q-t-q), serta 0,20% (q-t-q).. Meningkatnya harga sandang tersebut dikarenakan budaya memakai pakaian baru saat hari besar keagamaan. Sementara, sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya mengalami deflasi pada triwulan laporan sebesar 2,16% (q-t-q).
43
INFLASI Grafik 2.11. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional Harga Emas (USD/Troy Ounce)
1100 1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0
1007.7 926.6
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9 2005
2006
2007
2008
2009
Sumber: Bloomberg
Harga emas pada triwulan laporan kembali mengalami peningkatan. Harga rata-rata emas (logam mulia) 24 karat di Jambi pada bulan September 2009 sebesar Rp304.456,94/gram meningkat dibandingkan bulan Juni 2009 yang mencapai Rp299.862,11/gram.18
5. Kelompok Kesehatan Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 3,21% (y-o-y) pada triwulan III tahun 2009 atau dengan laju inflasi triwulanan sebesar 0,60% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok obat-obatan sebesar 1,88% (q-t-q), diikuti sub kelompok jasa perawatan jasmani (1,84% (q-t-q), serta sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika (0,45%/qt-q). Sementara itu, sub kelompok serta sub kelompok jasa kesehatan relatif tidak mengalami perubahan harga.
6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan III tahun 2009 mengalami inflasi sebesar 0,10% (q-t-q). Musim tahun ajaran baru di bulan Juli 2009 menyebabkan meningkatknya laju inflasi sub kelompok jasa pendidikan 18
Sumber: BPS Provinsi Jambi.
44
- 44 -
INFLASI menjadi 11,53% (q-t-q). Kondisi tersebut tercermin dari tingginya sumbangan inflasi biaya akademi/perguruan tinggi, sekolah dasar, dan taman kanak-kanak yang masing-masing sebesar 0,15%; 0,09%; dan 0,04% pada bulan Juli. Sementatra itu, sub kelompok olahraga dan kursus pelatihan juga mengalami inflasi yang masing-masing sebesar 4,74% dan 1,69%.
7. Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Perkembangan
harga
yang
terjadi
pada
kelompok
transportasi,
komunikasi dan jasa keuangan di kota Jambi pada triwulan III tahun 2009 sebesar 1,95% (q-t-q) dengan laju inflasi tahunan sebesar minus 5,52% (y-o-y). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi terbesar terjadi pada sub kelompok sarana dan penunjang transpor sebesar 3,58% (q-t-q) diikuti dengan transpor 2,40% (q-t-q). Perkembangan inflasi di sub kelompok transportasi terutama dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan masyarakat akan jasa transportasi baik udara dan darat pada bulan Juli dan September. Kondisi tersebut direspon oleh penyedia jasa penerbangan dengan menaikkan tarifnya. Peran pemerintah daerah untuk mengintervensi tarif angkutan baik transportasi udara maupun darat relatif kecil. Untuk itu selama high season seperti pada kondisi tersebut, upaya yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah menghimbau untuk menambah armada untuk transportasi udara serta mengurangi hambatan-hambatan dalam transportasi darat misalnya membatasi lalu lintas dari truk-truk dengan muatan besar.
45
INFLASI Grafik 2.12. Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional Harga Minyak (USD/Barrel)
150
140
125 100
70.61 69.89
75 50
44.6 25 0 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9 2005
2006
2007
2008
2009
Sementara itu, harga minyak di pasar internasional mengalami tren peningkatan sejak awal tahun 2009 dari sebesar USD 41,68/barrel (Januari 2009) menjadi USD 70,61/barrel (September 2009). Pada triwulan laporan harga minyak kembali mengalami peningkatan walaupun relatif kecil yaitu meningkat sebesar 1,03%. Namun demikian, dibandingkan posisi yang sama tahun lalu, harga minyak sudah mengalami penurunan terutama dari harga tertingginya pada Juni 2008 sebesar USD 140/barrel. Selama periode triwulan laporan harga minyak di pasar internasional masih berada pada kisaran aman dari target pemerintah sehingga belum ada rencana pemerintah untuk menaikkan kembali harga BBM dalam negeri.
46
- 46 -
Boks 2. PENELUSURAN SUMBER PEMBENTUKAN INFLASI DI KOTA JAMBI: SUATU ANALISIS SISI TATA NIAGA DAN KOMODITAS
Inflasi adalah kecenderungan (trend) atau gerakan naiknya tingkat harga umum yang berlangsung secara terus menerus dari suatu periode ke periode berikutnya. Tingkat harga umum dimaksud ditunjukkan oleh rata-rata tingkat harga dari keseluruhan jenis barang dan jasa TERPILIH yang ada dalam suatu perekonomian. Pengukurannya dilakukan dengan menggunakan angka indeks harga dari sekeranjang barang-barang dan jasa-jasa yang mempresentasikan seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Indeks harga yang lazim digunakan untuk mengukur perubahan laju inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK), Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) dan Indeks Deflator. Potensi sumber penyebab inflasi dapat diidentifikasi dari dua sisi yaitu sisi permintaan agregat dan sisi penawaran agregat (Romer, 2001). Peningkatan permintaan agregat dapat terjadi sebagai akibat adanya guncangan (shock) seperti peningkatan supplai uang, peningkatan belanja pemerintah, peningkatan pengeluaran konsumsi rumah tangga dan faktor
lainnya yang menggeser kurva permintaan
agregat ke kanan dan mendorong kenaikan tingkat harga umum. Dari sisi penawaran agregat, inflasi dapat terjadi sebagai akibat adanya kontraksi penawaran seperti guncangan negatif teknologi, peningkatan upah, peningkatan biaya produksi dan faktor lainnya yang menggeser kurva penawaran agregat ke kiri, sehingga meningkatkan harga dan menyebabkan inflasi. Laju inflasi yang terbentuk akan jauh lebih tinggi bila fenomena kedua sisi tersebut terjadi secara bersamaan. Pengungkapan
faktor
penyebab
inflasi
dapat
ditelusuri
dengan
mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor penyebab kenaikan harga per komoditas atau kelompok komoditas (disaggregate approach).
Pendekatan ini
misalnya pernah dilakukan Coppin (1995) untuk kasus perekonomian negara-negara Karibia. Untuk memperoleh informasi yang lebih valid dan mendalam terhadap proses pembentukan harga secara disagregat dapat dilakukan studi pada berbagai tingkatan proses produksi dan jalur distribusi serta struktur pasar masing-masing komoditas. Indentifikasi awal terhadap peningkatan laju inflasi di Kota Jambi menunjukkan bahwa kelompok barang bahan makanan dan makanan jadi memberikan kontribusi paling besar terhadap laju inflasi dalam tahun 2007 dan 2008. Fenomena ini menarik untuk dipelajari lebih jauh mengingat Provinsi Jambi memiliki potensi lahan cukup luas
I
yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan berbagai komoditas tanaman pangan. Beranjak dari fakta tersebut penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sumber pembentukan inflasi ditingkat mikro dengan memfokuskan pada aspek tataniaga/jalur distribusi, biaya pembentukan harga dan struktur pasar komoditaskomoditas penyumbang inflasi tertinggi pada kelompok barang bahan makanan dan makanan olahan di Kota Jambi. Penelitian ini menggunakan data primer yang didapatkan dari hasil studi lapangan. Survey dilaksanakan terhadap para pedagang (pedagang pengecer, perantara dan besar) serta produsen dari beberapa komoditas terpilih yang merupakan penyumbang inflasi terbesar selama ini yaitu beras,cabai merah, bawang merah, minyak goreng, ikan basah, dan daging ayam. Pengambilan responden dilaksanakan dengan snowball dimana dalam penarikan awal responden dimulai dari hilir yaitu pedagang eceran kemudian diteruskan ke pedagang perantara berdasarkan informasi dari pedagang eceran. Hal yang sama juga diterapkan untuk mendapatkan responden pedagang perantara, besar dan produsen.
HASIL PENELITIAN Komoditas Beras Penelusuran perdagangan beras dari tingkat pedagang pengecer hingga pedagang perantara menunjukkan bahwa sebagian besar beras yang beredar di pasar merupakan beras impor yang berasal dari luar Provinsi Jambi terutama Sumatera Selatan, disamping Sumatera Barat dan Provinsi Lampung. Penelusuran lebih jauh mendapatkan satu pedagang grosir beras lokal yang berasal dari Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan volume penjualan sekitar 5.000 kg per bulan. Namun demikian, sebagian besar masyarakat lebih menyukai beras dari luar Provinsi karena masih berkembangnya persepsi bahwa beras lokal hasil usaha tani lahan pasang surut berkualitas relatif rendah. Permasalahan ini diperberat oleh menurunnya produktivitas padi di sebagian besar areal persawahan lahan pasang surut Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebagai akibat serangan hama ventil yang menggerogoti batang padi. Menurunnya produktivitas lahan sebagai akibat serangan hama telah memperluas hasrat masyarakat mengalihkan lahan sawah gambutnya ke lahan perkebunan kelapa sawit. Untuk komoditas beras, persentase margin keuntungan terbesar adalah pada tingkatan petani dengan laba sebesar 28,76% dari harga jual di tingkatnya sementara
II
persentase margin keuntungan terkecil adalah pada pedagang pengecer. Semakin ke hilir persentase keuntungan yang dirasakan oleh pedagang semakin kecil. Tabel 1. Komponen Pembentukan Harga Beras Pembentuk Harga
Petani
Grosir (Prntara 1)
Nilai Nominal(Rp/Kg) Harga Beli 5000,00 Total Biaya 3376,69 102,18 Laba 1363,31 397,82 Harga Jual 4740,00 5500,00 Margin 500,00 Persentase terhadap Harga Jual Harga Beli 90,91 Total Biaya 71,24 1,86 Laba 28,76 7,23 Harga Jual 100,00 100,00 Margin (thd Harga Beli) 10,00
Kelompok Responden Pengecer Pedagang Psr Angso Prntara 2 Duo 5880,00 6,97 238,03 6125,00 245,00
5880,00 6,14 178,86 6065,00 185,00
5875,00 2,67 187,33 6065,00 190,00
93,85 0,95 5,20 100,00 6,55
96,00 0,11 3,89 100,00 4,17
96,95 0,10 2,95 100,00 3,15
96,87 0,04 3,09 100,00 3,23
terbesar dalam level ini adalah untuk biaya Tingginya
biaya
upah
Pengcer Psr Lain
5511,11 55,85 305,26 5872,22 361,11
Dalam tingkatan petani, pengeluaran
upah.
Pengecer Psr Tl. Banjar
tersebut
diperkirakan erat kaitannya dengan kompetisi penggunaan tenaga kerja dengan aktivitas perkebunan karet dan kelapa sawit yang terus berkembang.
Tabel 2. Komponen Biaya Pada Petani Komponen Biaya Bibit Pupuk Obat-obatan Upah Biaya Angkut Biaya Giling Biaya Variabel Biaya Tetap Total Biaya
Jumlah (Rp/kg) 340,00 536,00 668,00 965,83 121,06 500,80 3131,69 245,00 3376,69
Komoditas Cabe Merah
Komoditas cabe merah merupakan komoditas impor yang sepenuhnya didatangkan dari luar provinsi yaitu Curug (Bengkulu), Palembang, Lampung, Medan dan Jawa. Komoditas cabe merah dipesan oleh pedagang besar di Kota Jambi ke pedagang pengumpul di wilayah sentra produksinya dan kemudian masuk ke Pasar Angso Duo untuk didistribusikan ke pedagang perantara atau kecil. Untuk komoditas ini, semakin ke hilir yaitu pedagang pengecer persentase margin keuntungan akan semakin besar. Lebih tingginya margin keuntungan di pedagang pengecer diakibatkan oleh karakteristik komoditas
III
yang mudah busuk sehingga risiko yang ditanggung menjadi lebih tinggi. Dengan demikian terlambatnya pasokan cabe merah ke Jambi akan dengan sangat cepat meningkatkan harga jual di pasar. Tabel 3. Komponen Pembentukan Harga Cabe Merah Kelompok Responden Pembentuk harga
Grosir Psr Angso Duo
Perantara Psr Angso Duo
Pengecer P srAngso Duo
Pengecer Psr Tl. Banjar
Pengecer Psr Lain
Harga Beli
6916,67
7857,14
8500,00
7,916,667
8952,38
Total Biaya
583,83
142,98
151,11
166,55
202,75
Laba
499,50
2571,30
2598,89
3166,79
3940,11
Harga Jual
8000,00
10571,43
11250,00
11250,00
13095,24
Margin
1083,33
2714,29
2750,00
3333,33
4142,86
Nilai Nominal(Rp/kg)
Persentase terhadap Harga Jual Harga Beli
86,46
74,32
75,56
70,37
68,36
Total Biaya
7,30
1,35
1,34
1,48
1,55
Laba Harga Jual
6,24
24,32
23,10
28,15
30,09
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
15,66
34,55
32,35
42,11
46,28
Margin ( % thd Harga Beli)
Komoditas Bawang Merah Komoditas bawang merah yang diperdagangkan di Kota Jambi diimpor dari Brebes (Jawa Tengah) dan sebagian dari Negara Thailand. Komponen biaya terbesar pada seluruh pedagang berasal dari harga beli. Keuntungan terbesar berada ditingkat grosir, kemudian semakin ke hilir akan semakin kecil. Bawang merah memiliki daya tahan lebih lama dari cabe merah yaitu sekitar lima hari sehingga grosir dapat lebih menentukan harga. Kondisi ini juga yang membuat harga bawang merah dapat lebih stabil jika dibandingkan dengan harga cabe merah. Tabel 4. Komponen Pembentukan Harga Bawang Merah
Pembentuk harga
Grosir Psr Angso Duo
Kelompok Pedagang Perantara Pengecer Psr Angso Psr Tl. Duo Banjar
Pengecer Psr Lain
Nilai Nominal (Rp/kg) Harga Beli Total Biaya Laba Harga Jual
7655,56
10281,25
11000,00
10812,50
766,34
122,35
291,51
413,86
2022,55
1440,15
1020,99
992,39
10444,44
11843,75
12312,50
12218,75
IV
Margin
2788,89
1562,50
1312,50
1406,25
86,81
89,34
88,49
Persentase terhadap Harga Jual Harga Beli
73,30
Total Biaya
7,34
1,03
2,37
3,39
19,36
12,16
8,29
8,12
100,00
100,00
100,00
100,00
36,43
15,20
11,93
13,01
Laba Harga Jual Margin (% thd H.Beli)
Komoditas Minyak Goreng Minyak goreng yang beredar di Kota Jambi terdiri atas minyak goreng
curah dan minyak goreng bermerek. Minyak goreng curah didapatkan dari pabrik pengolahan minyak goreng lokal di Kota Jambi. Saat ini terdapat dua buah pabrik pengolahan minyak goreng curah yang terletak di Talang Duku. Komponen biaya terbesar bagi seluruh tingkatan pedagang adalah untuk bahan baku (harga beli) sementara keuntungan terbesar dirasakan oleh pabrik/grosir. Dengan hanya terdapat dua pabrik minyak goreng di Jambi maka produsen dapat lebih menentukan harga jual mereka. Tabel 5. Komponen Pembentukan Harga Minyak Goreng
Pembentuk Harga
Pabrik /Grosir
Kelompok Pedagang Pengecer Penjual Psr Psr Angso Tl. Banjar Duo
Pengecer
Nilai Nominal (Rp/kg) Harga Beli
7184,00
8100,00
9088,46
9090,91
Total Biaya
17,16
120,00
127,26
102,73
Laba
1098,84
847,50
688,12
597,27
Harga Jual
8300,00
9067,50
9903,85
9790,91
Margin
1116,00
967,50
815,38
700,00
86,55
89,33
91,77
92,85
Persentase terhadap Harga Jual Harga Beli Total Biaya Laba Harga Jual Margin (% thd Harga Beli)
0,21
1,32
1,28
1,05
13,24
9,35
6,95
6,10
100,00
100,00
100,00
100,00
15,53
11,94
8,97
7,70
Komoditas Ikan Segar
Komoditas ikan segar memiliki jalur distribusi yang relatif lebih rumit yaitu bervariasi sesuai dengan jenis ikan: ikan laut dan budi daya impor, ikan
V
laut tangkap lokal, ikan budidaya lokal dan ikan sungai tangkap lokal. Ikan laut dan budidaya sebagian dihasilkan dari daerah Jambi sendiri, namun masih terdapat pula ikan laut yang diimpor yaitu dari Medan (Sumatera Utara), Padang (Sumatera Barat), dan Batam (Kepulauan Riau). Salah satu kendala dalam usaha perikanan laut lokal Jambi adalah armada kapal dimana nelayan lokal masih menggunakan armada yang tradisional. Armada tersebut belum dilengkapi dengan alat pendingin yang memadai untuk menjaga kualitas hasil tangkapan dalam jangka waktu lama. Komponen biaya terbesar pada nelayan ikan laut adalah upah dan bahan bakar. Dengan demikian meningkatnya harga BBM dalam negeri tentunya akan memukul usaha para nelayan tersebut. Tabel 6. Komponen Pembentukan Harga Ikan Laut Pembentuk Harga
Kelompok Responden Nelayan
Perantara
Pengecer
-
17500,00
21200,00
675,00
208,61
Nilai Nominal (Rp/kg) Harga Beli Jumlah Biaya Laba Harga Jual Margin
7341,25 9658,75
3575,00
3091,39
17000,00
21750,00
24500,00
-
4250,00
3300,00
80,46
86,53
Persentase terhadap Harga Jual Harga Beli
-
Jumlah Biaya
43,18
3,10
0,85
Laba
56,82
16,44
12,62
100,00
100,00
100,00
-
24,29
15,57
Harga Jual Margin (Terhadap Harga Beli)
Ikan air tawar yang dipasarkan di Jambi juga berasal dari produksi sendiri serta impor dari daerah lain. Ikan sungai yang beredar di Kota Jambi seluruhnya berasal dari hasil tangkapan lokal terutama dari Sungai Batanghari disamping danau Sipin dan sungai kecil lainnya. Sementara itu untuk jenis ikan nila diimpor dari Padang dan Lubuk Linggau. Komponen biaya terbesar untuk ikan budidaya bagi para petani adalah untuk pakan ikan sementara untuk para pedagang biaya terbesar adalah untuk harga beli. Peternak ikan merupakan penerima keuntungan terbesar untuk
VI
usaha ini sementara untuk level pedagang, porsi keuntungan terbesar diperoleh pedagang pengecer. Tabel 7. Komponen Pembentukan Harga Ikan Budidaya Tawa Pembentuk Harga
Kelompok Responden Petani
Grosir
Perantara
Pengecer
Nilai Nominal (Rp/kg) Harga Beli
-
13000,00
15625,00
17500,00
Total Biaya
5123,00
767,94
130,76
440,51
Laba
10599,22
1732,06
1744,24
2226,16
Harga Jual
15722,22
15500,00
17500,00
20166,67
-
2500,00
1875,00
2666,67
Harga Beli
-
83,87
89,29
86,78
Total Biaya
32,58
4,95
0,75
2,18
Margin Persentase terhadap Harga Jual
Laba Harga Jual
67,42
11,17
9,97
11,04
100,00
100,00
100,00
100,00
-
19,23
12,00
15,24
Margin (Terhadap Harga Beli)
Komoditas Daging Ayam Komoditas daging ayam yang beredar di Kota Jambi hampir seluruhnya berasal dari peternakan ayam pedagang lokal sementara daging ayam impor relatif sedikit. Komponen biaya terbesar pada perusahaan peternak ayam adalah untuk pakan dan bibit ayam dengan kontribusi terhadap total biaya masing-masing sebesar 53,01% dan 36,37%. Oleh sebab itu jika terdapat kenaikan harga bibit ayam ataupun pakan ternak akan dengan mudah memicu meningkatnya harga daging ayam. Tabel 8. Komponen Pembentukan Harga Daging Ayam
Peternak
Pedagang Perantara
Pengecer Psr Angso Duo
Pengecer Psr Tl. Banjar
Pengecer Psr Lain
Harga Beli
-
14212,50
16450,00
19227,27
17000,00
Total Biaya
8026,84
259,77
432,07
208,21
350,43
Laba
5873,16
2027,73
5992,93
5746,33
5849,57
13900,00 -
16500,00
22875,00
25182
23200
2287,50
6425,00
5954,55
6200,00
86,14
71,91
76,35
73,28
Pembentuk Harga
Nilai Nominal (Rp/kg)
Harga Jual Margin
Persentase terhadap Harga Jual Harga Beli
-
VII
1,57
1,89
0,83
1,51
Total Biaya
57,75
Laba
42,25
12,29
26,20
22,82
25,21
100,00 -
100,00
100,00
100,00
100,00
16,09
39,06
30,97
36,47
Harga Jual Margin (terhadap Harga Beli)
KESIMPULAN 1. Tingkat harga bahan pangan di Kota Jambi sangat berfluktuasi dan cenderung meningkat. Keterbatasan produksi komoditas bahan pangan lokal merupakan penyebab utama munculnya persoalan ini. Tingkat harga pangan impor lebih banyak ditentukan oleh kondisi produksi di daerah sentra produksi dan pedagang pengimpor. 2. Beras, bawang merah, dan cabe merah adalah beberapa jenis komoditas yang sebagian besar didapatkan dari luar kota seperti Padang, Sumsel, Jawa bahkan dari luar negeri, Thailand. Hal tersebut membuat jumlah produksi, perubahan tingkat harga di daerah sentra produksi, serta kelancaran arus distribusi berperan besar terhadap perubahan tingkat harga di pasar-pasar Kota Jambi. 3. Peran pedagang besar/grosir dalam pembentukan harga sangat tinggi untuk komoditas pangan lebih tahan lama (beras, bawang merah dan minyak goreng), sebaliknya peran pedagang grosir lebih rendah untuk komoditas mudah rusak (cabe merah, ikan budidaya, ikan laut impor dan daging ayam). 4. Produksi beras lokal relatif rendah dan menurun karena harga bahan baku (pupuk anorganik) yang tinggi serta munculnya serangan hama. Akibatnya pengalihan lahan sawah ke perkebunan sawit di wilayah sentra produksi (Tanjung Jabung Timur) cenderung meningkat. 5. Produsen minyak goreng lokal (minyak curah) hanya ada dua di Jambi dengan jumlah bahan baku CPO yang melimpah sehingga mekanisme pasar menjadi tidak bersaing dengan sempurnya. Konsekuensinya adalah pabrik dan pedagang perantara memiliki peran sangat besar dalam menetapkan harga. 6. Perubahan tingkat upah dan harga bahan bakar sangat berpengaruh terhadap produksi dan harga ikan laut segar, sementara produksi dan harga ikan budidaya lokal lebih dipengruhi oleh tingkat harga pakan.
REKOMENDASI 1. Keterbatasan produksi pangan lokal menyebabkan sulitnya menstabilkan harga pangan ketika jumlah pasokan impor menurun. Olah sebab itu pilihannya
VIII
adalah mendorong peningkatan produksi bahan pangan lokal atau memperlancar arus masuk barang dari luar daerah. 2. Pemanfaatan
potensi
lahan
di
Jambi
secara
meningkatkan produksi bahan pangan lokal.
maksimal
untuk
Provinsi Jambi memiliki
potensi lahan pertanian yang sangat luas untuk pengembangan komoditas tanaman bahan makanan (padi, cabe merah, dan bawang merah), tanaman perkebunan (kelapa sawit) dan pengembangan komoditas ikan budi daya serta peningkatan penangkapan ikan laut dan sungai.. 3. Tingkat pengembalian usaha sektor perkebunan cenderung lebih tinggi dibanding tanaman bahan makanan khususnya padi. Oleh sebab itu upaya peningkatan
produksi
bahan
makanan
lokal
khususnya
beras
membutuhkan intervensi pemerintah untuk mendorong gairah petani baik dalam akses bahan baku (pupuk, pestisida) maupun penanganan pasca panen agar petani memperoleh keuntungan yang lebih wajar.
IX
Halaman ini sengaja dikosongkan
Boks 3. PERKEMBANGAN HARGA MENJELANG HARI BESAR KEAGAMAAN
Inflasi Jambi pada triwulan III-2009 tercatat sebesar 2,37% (q-t-q) dengan laju bulanan Juli, Agustus dan September masing-masing sebesar 1,06%; 0,35%; 0,95%. Musim liburan sekolah pada bulan Juli, bulan puasa dan hari raya Idul Fitri selama bulan Agutus dan September memicu meningkatnya harga-harga, terutama bahan makanan pokok, jasa transportasi dan pendidikan. Beberapa komoditi yang mengalami peningkatan harga cukup signifikan adalah: •
Daging ayam yang sempat meningkat cukup signifikan pada bulan Juli 2009 dan menjadi penyumbang inflasi tertinggi pada bulan tersebut yaitu sebesar 0,22%. Tingginya harga komoditi ini disebabkan oleh meningkatnya harga pakan ternak serta menurunnya pasokan bibit ayam.
•
Pada September 2009, harga gula pasir mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu dari rata-rata Rp8.912/kg menjadi sekitar Rp9.463. Dengan demikian, komoditi ini menyumbang 0,12% terhadap inflasi September 2009. Untuk menanggulangi
hal
ini
pemerintah
daerah
telah
menghimbau
untuk
mendatangkan gula langsung dari Lampung saat menjelang hari besar keagamaan, namun ternyata kebijakan ini tidak bisa dilaksanakan. Sebagai alternatif, pemerintah menggelar pasar murah. •
Harga cabe merah meningkat signifikan pada bulan September sehingga menyumbang
inflasi
menyebabkan
banyak
sebesar
0,67%.
pedagang
yang
Tingginya
permintaan
mengambil
masyarakat
keuntungan
dengan
meningkatkan harga menjadi dua kali lipat dari sebelumnya. •
Meningkatnya harga TBS ternyata tidak memicu kenaikan harga minyak goreng. Pada bulan Agustus dan September, minyak goreng memberikan sumbangan negatif terhadap inflasi Kota Jambi yaitu minus 0,025% dan minus 0,064%. Kondisi ini disebabkan oleh adanya salah satu perusahaan minyak goreng yang menyelenggarakan pasar murah.
I
Grafik 1. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas (Rp/kg) 30000
12000 Cabe Merah Keriting (LHS)
25000
Daging Ayam Broiler (LHS)
20000
Minyak goreng (RHS)
10000
Gula Pasir Dalam Negeri (RHS) 8000
15000
6000
10000
4000
5000
2000
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2006
2007
2008
2009
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
Dalam rangka mengantisipasi melonjaknya harga kebutuhan pokok pada saat menjelang hari besar keagamaan diperlukan koordinasi antar dinas/instansi untuk menentukan langkah-langkah ke depan sesuai dengan tugas dan peran masing-masing. Dalam Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi menjelang Ramadhan dan hari besar keagamaan yang lalu, beberapa langkah-langkah antisipatif antara lain: 1. Pemantauan harga dan pasokan kebutuhan pokok baik di tingkat distributor, grosir maupun pengecer. 2. Pemenuhan ketersediaan pasokan kebutuhan bahan pokok dengan menjaga kelancaran distribusi baik melalui transportasi darat maupun laut. 3. Menghimbau distributor dan pedagang eceran skala besar untuk memesan barang kebutuhan pokok jauh hari sebelumnya. 4. Dilaksanakan operasi pasar bekerjasama dengan Dinas Pertanian kota Jambi di 5 pasar : Angso duo, Talang Banjar, Kasang, Pasar Simpang Pulai dan Pasar Keluarga mulai dari H – 3 lebaran sampai H – 1 lebaran. 5. Pengaktifan Pokja Dewan ketahanan pangan kabupaten/kota. 6. Mencegah angkutan truk yang overload agar tidak memperburuk kondisi jalan. 7. Pengaktifan tim koordinasi penanganan kelancaran lalu lintas lebaran di seluruh kabupaten kota. Kedepan, potensi tekanan inflasi diharapkan semakin menjadi perhatian pemerintah terutama menjelang hari Idul Adha. Beberapa hal yang dapat memicu peningkatan harga antara lain: 1. Hari Idul Adha. Pasokan daging diperkirakan mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pada hari besar tersebut, namun tekanan kenaikan harga dapat
II
berasal dari sub sektor bumbu-bumbuan seperti cabe merah, bawang merah dan santan. 2. Kondisi infrastruktur jalan raya yang masih buruk terutama pada jalan lingkar yang merupakan akses menuju gudang dikhawatirkan dapat menambah beban distribusi barang sehingga memicu kenaikan harga. 3. Kebutuhan semen diperkirakan akan meningkat menjelang akhir tahun seiring dengan proyek-proyek pembangunan yang memasuki tahap finishing. Sementara itu, bencana gempa bumi yang menimpa Sumbar dikhawatirkan dapat menghambat pasokan semen ke Jambi. Untuk mengantisipasi hal tersebut, prioritas kebutuhan semen di Jambi akan dipasok dari Jawa. 4. Memasuki musim pancaroba dari musim kemarau ke musim penghujan, cuaca terkadang menjadi ekstrim. Angin kencang diperkirakan akan melanda berbagai kota sepanjang wilayah barat dan timur terutama kota Jambi, Muara Jambi, Kerinci dan Merangin. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Untuk dapat mengendalikan inflasi di Kota Jambi diperlukan peranan dari berbagai pihak terkait. Penanganannya tidak hanya dari satu sisi saja (misalnya dari sisi pasokan) melainkan terkait dengan banyak sektor. Oleh sebab itu identifikasi potensi inflasi serta cara penanganan yang tepat dan menyeluruh diharapkan dapat mengurangi laju inflasi di Kota Jambi. Kedepan, beberapa langkah-langkah yang harus terus dilaksanakan untuk menekan laju inflasi kota Jambi adalah: 1. Pemantauan harga dan pasokan kebutuhan pokok di setiap level distribusi. 2. Percepatan perbaikan infrastruktur jalan terutama yang merupakan jalan kunci dalam arus distribusi barang. 3. Dalam jangka panjang, pemerintah daerah diharapkan terus mengembangkan pertanian tanaman pangan sehingga ketergantungan Jambi akan daerah lain dapat berkurang. Beberapa cara yang dapat ditempuh untuk mendukung ini adalah: a.) memperbaiki mekanisme distribusi pupuk sehingga penyaluran pupuk bersubsidi dapat berjalan dengan optimal, b.) subsidi dan penyediaan bibit unggul untuk tanaman
pangan, 3.) percepatan diversifikasi bahan
pangan di sisi konsumsi. 4. Meningkatkan fungsi dan peran FKPI Provinsi Jambi.
III
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Kinerja perbankan pada triwulan III 2009 menunjukkan peningkatan dari sisi aset dan penyaluran kredit sementara penghimpunan dana mengalami penurunan. Dengan demikian, fungsi intermediasi yang tercermin dari nilai Loan to deposits ratio (LDR) perbankan juga menunjukkan peningkatan dari triwulan sebelumnya. Seiring dengan itu, kualitas kredit yang diberikan relatif stabil dari triwulan lalu. A. Perkembangan Kelembagaan Secara kelembagaan, jumlah bank yang beroperasi di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Jambi sampai dengan Triwulan II tahun 2009 tercatat sebanyak 23 (dua puluh tiga) bank umum dan 8 (delapan) BPR yang terdiri dari 178 kantor bank umum termasuk BRI unit dan 14 kantor BPR. Pada periode triwulan laporan tidak terdapat penambahan bank umum maupun BPR baru, namun terdapat penambahan 2 (dua) kantor cabang pembantu (KCP) yaitu KCP BTPN Talang Banjar, dan KCP BTPN Sarolangun. Dari 23 (dua puluh tiga) bank umum yang beroperasi di wilayah Jambi, terdiri dari 5 (lima) bank pemerintah diantaranya 1 (satu) Bank Pembangunan Daerah, dan 18 (delapan belas) bank swasta nasional. Dilihat dari sebarannya, jumlah kantor bank terbesar masih di Kota Jambi sebanyak 69 (enam puluh sembilan) buah (35,94%), sedangkan untuk kabupaten yang paling sedikit kantor banknya adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebanyak 5 (lima) kantor (2,60%).
47
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH B. Bank Umum19 1. Perkembangan Aset Bank Aset bank umum di Provinsi Jambi pada triwulan laporan mengalami peningkatan sebesar Rp269,31 miliar (2,06%) namun melambat dibandingkan pertumbuhan aset triwulan lalu yang sebesar 5,82%. Masih meningkatnya aset perbankan pada triwulan laporan seiring dengan meningkatnya aset dari seluruh kategori bank. Peningkatan aset terbesar dialami oleh bank pemerintah dengan peningkatan sebesar Rp165,91 miliar (1,87%) diikuti oleh bank swasta yaitu sebesar Rp81,18 miliar (2,16%) serta bank syariah yang meningkat sebesar Rp22,23 miliar (5,64%). Dengan demikian secara total, aset bank umum pada triwulan laporan menjadi sebesar Rp13.321,63 miliar. Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi Rp miliar 14,000 12,000
Persen Jumlah Aset (aksis kiri)
Pertumbuhan (%)
20.00 16.00
10,000
12.00
8,000
8.00
6,000 4,000
4.00
2,000
0.00
-
-4.00 Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q304 04 04 04 05 05 05 05 06 06 06 06 07 07 07 07 08 08 08 08 09 09 09
Dari total pangsa pasar aset bank umum, aset bank pemerintah merupakan yang terbesar hingga mencapai
68,00%, diikuti oleh aset bank
swasta yang memiliki pangsa sebesar 28,88% dan aset bank syariah yang memiliki pangsa sebesar 3,12% pada triwulan laporan. 2. Perkembangan Dana Masyarakat Jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun oleh perbankan pada triwulan laporan menurun sebesar 1,71%, yaitu dari Rp10.564,49 miliar menjadi Rp10.383,70 miliar pada triwulan laporan.
19
Data s.d. bulan Agustus 2009
48
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Berdasarkan kelompok bank,
penurunan DPK dirasakan oleh bank
pemerintah sementara penghimpunan DPK oleh bank swasta dan bank syariah terus mengalami peningkatan20. Penghimpunan DPK bank pemerintah mengalami penurunan sebesar Rp192,65 miliar atau setara dengan 2,80% sementara penghimpunan DPK bank swasta dan bank syariah mengalami peningkatan yaitu masing-masing sebesar Rp6,68 miliar (0,19%) dan Rp5,19 miliar (2,42%). Dengan demikian pada triwulan laporan, DPK perbankan menurun sebesar Rp180,79 miliar atau setara dengan 1,71% dibandingkan dengan triwulan lalu. Tabel 3.1 Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi 2008
URAIAN
Trw III
Trw IV
Trw I
2009 Trw II
Trw III
(dalam jutaan rupiah) Pertumbuhan Nominal Persen
Bank Konvensional Bank Pemerintah 1 Giro 2 Tabungan 3 Simpanan Berjangka
6,792,549 2,038,788 3,117,628 1,636,133
6,475,385 1,795,255 3,405,548 1,274,582
6,582,172 1,843,254 3,071,431 1,667,487
6,885,592 1,823,585 3,362,425 1,699,582
6,692,941 1,737,994 3,282,825 1,672,122
(192,651) (85,591) (79,600) (27,460)
(2.80) (4.69) (2.37) (1.62)
Bank Swasta Nasional 1 Giro 2 Tabungan 3 Simpanan Berjangka
3,370,587 529,799 1,470,180 1,370,608
3,396,774 521,672 1,478,499 1,396,603
3,497,944 482,261 1,538,759 1,476,924
3,464,288 550,092 1,546,735 1,367,461
3,470,965 523,565 1,576,134 1,371,266
6,677 (26,527) 29,399 3,805
0.19 (4.82) 1.90 0.28
Bank Syariah 1 Giro 2 Tabungan 3 Simpanan Berjangka
179,179 46,918 99,495 32,766
197,210 49,508 101,896 45,806
201,046 50,230 103,455 47,361
214,609 48,821 110,390 55,398
219,796 52,405 109,312 58,079
5,187 3,584 (1,078) 2,681
2.42 7.34 (0.98) 4.84
Jumlah 1 Giro 2 Tabungan 3 Simpanan Berjangka
10,342,315 2,615,505 4,687,303 3,039,507
10,069,369 2,366,435 4,985,943 2,716,991
10,281,162 2,375,745 4,713,645 3,191,772
10,564,489 2,422,498 5,019,550 3,122,441
10,383,702 2,313,964 4,968,271 3,101,467
(180,787) (108,534) (51,279) (20,974)
(1.71) (4.48) (1.02) (0.67)
Berdasarkan jenis penghimpunan dana, penurunan DPK pada triwulan laporan dipicu oleh menurunnya semua jenis simpanan dengan penurunan terbesar adalah untuk jenis giro sebesar Rp108,53 miliar (4,48%) diikuti oleh tabungan dengan penurunan sebesar Rp51,28 miliar (1,02%) dan simpanan berjangka
sebesar
Rp20,97
miliar
(0,67%).
Berdasarkan
pangsanya,
penghimpunan dana terbesar masih diraih oleh tabungan yaitu sebesar 47,85%, diikuti oleh deposito 29,87% dan giro 22,28%.
20
Bank Syariah termasuk bank syariah milik pemerintah dan swasta nasional
49
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Grafik 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi Rp miliar
Rp miliar 12,000
5,500 5,000 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 0
10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q303 03 03 03 04 04 04 04 05 05 05 05 06 06 06 06 07 07 07 07 08 08 08 08 09 09 09 Giro (aksis kiri)
Simpanan Berjangka (aksis kiri)
Tabungan (aksis kiri)
DPK (aksis kanan)
Berdasarkan golongan pemilik, secara nominal, penurunan DPK berasal dari menurunnya penghimpunan dana dari perorangan (Rp124,29 miliar), Pemerintah Daerah (Rp53,20 miliar) dan lainnya (Rp50,80 miliar). Tabel 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik (dalam jutaan rupiah) No.
Golongan Pemilik
Trw.IV-2008 Nominal
Trw.I-2009
Share
Nominal
Trw.II-2009
Share
Nominal
Trw.III-2009
Share
Nominal
Share
Penduduk/Residents 1
Pemerintah
2
Pemerintah Daerah
46,278
0.46
57,054
0.55
123,276
1.17
70,076
0.66
1,149,512
11.42
1,925,290
18.73
1,717,794
16.26
1,782,722
16.87
3
Badan/lembaga pemerintah
82,116
0.82
85,805
0.83
102,410
0.97
87,025
0.82
4
Badan Usaha Milik Negara
161,482
1.60
128,686
1.25
109,758
1.04
98,853
0.94
5
Perusahaan asuransi
28,532
0.28
34,878
0.34
42,906
0.41
44,697
0.42
6
Perusahaan swasta
944,732
9.38
599,417
5.83
605,634
5.73
606,214
5.74
7
Yayasan dan Badan Sosial
70,675
0.70
65,650
0.64
72,682
0.69
86,316
0.82
8
Koperasi
31,832
0.32
30,218
0.29
71,069
0.67
63,930
0.61 70.66
9
Perorangan
7,484,153
74.33
7,287,671
70.88
7,589,518
71.84
7,465,226
10
Lainnya
70,057
0.70
66,493
0.65
129,442
1.23
78,643
0.74
Jumlah
10,069,369
100.00
10,281,162
100.00
10,564,489
100.00
10,383,702
98.29
Bukan Penduduk/Non-Residents Penduduk dan bukan penduduk
10,069,369
10,281,162
10,564,489
10,383,702
Berdasarkan pangsanya, DPK terbesar adalah untuk golongan pemilik perorangan yang mencapai 70,66%; diikuti oleh milik Pemerintah Daerah sebesar 16,87% dan perusahaan swasta sebesar 5,74%. Berdasarkan lokasi bank, jumlah dana masyarakat di perbankan mengalami penurunan di sebagian besar kabupaten/kota. Penurunan tertinggi terjadi di Kabupaten Bungo sebesar Rp61,88 miliar (11,05%) diikuti oleh Kabupaten Sarolangun sebesar Rp45,82 miliar (10,91%) serta Kabupaten
50
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Batanghari sebesar Rp38,91 miliar (8,48%). Sementara itu peningkatan DPK tertinggi dialami oleh Kabupaten Tanjabbar yaitu sebesar Rp43,35 miliar (4,80%). Tabel 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Bank (dalam jutaan rupiah) No.
Kota/Kabupaten
Trw.I-09 Nominal
Trw.II-09 Share
Nominal
Trw.III-09 Share
Nominal
Pertumbuhan Share
Nominal
Persen
1 Kota Jambi
6,532,783
63.54
6,685,744
63.29
6,688,956
64.42
3,212
0.05
2 Batanghari
438,569
4.27
459,037
4.35
420,128
4.05
(38,909)
(8.48)
3 Tanjung Jabung Barat
893,786
8.69
903,761
8.55
947,113
9.12
43,352
4.80
4 Merangin
396,441
3.86
385,179
3.65
366,013
3.52
(19,166)
(4.98)
5 Kerinci
488,497
4.75
552,735
5.23
529,666
5.10
(23,069)
(4.17)
6 Sarolangun
415,582
4.04
419,867
3.97
374,044
3.60
(45,823)
(10.91)
7 Bungo
498,076
4.84
560,141
5.30
498,260
4.80
(61,881)
(11.05)
8 Tebo
130,557
1.27
131,757
1.25
130,505
1.26
(1,252)
(0.95)
9 Muara Jambi
210,389
2.05
191,057
1.81
175,983
1.69
(15,074)
(7.89)
261,321
2.54
256,885
2.43
233,618
2.25
(23,267)
(9.06)
10 Tanjung Jabung Timur 11 Lainnya (Others ) JUMLAH
15,161 10,281,162
0.15 100.00
18,326 10,564,489
0.17 100.00
19,416 10,383,702
0.19
1,090
5.95
100.00
(180,787)
(1.71)
3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi mengalami perlambatan dengan tumbuh sebesar 4,97% dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan lalu yang sebesar 8,31%. Dengan demikian total penyaluran kredit pada triwulan laporan adalah sebesar Rp8.809,60 miliar meningkat dari triwulan lalu yang sebesar Rp8.392,28 miliar. Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) URAIAN
TW II
2008 TW III
TW IV
TW I
2009 TW II
TW III
Pertumbuhan Nominal Persen
Kelompok Bank 1 Bank Pemerintah 2 Bank Swasta 3 Bank Syariah
6,921,211 4,648,746 2,069,247 203,218
7,513,877 5,076,829 2,188,753 248,295
7,593,187 5,236,482 2,081,416 275,289
7,748,152 5,434,083 1,997,182 316,887
8,392,275 5,998,544 2,038,529 355,202
8,809,604 6,316,636 2,116,048 376,920
417,329 318,092 77,519 21,718
4.97 5.30 3.80 6.11
Jenis Penggunaan 1 Modal Kerja 2 Investasi 3 Konsumsi
6,921,211 2,861,846 1,303,493 2,755,872
7,513,877 2,997,699 1,437,519 3,078,659
7,593,187 2,984,839 1,454,979 3,153,369
7,748,152 2,968,650 1,453,410 3,326,092
8,392,275 3,242,737 1,523,921 3,625,617
8,809,604 3,411,084 1,610,634 3,787,886
417,329 168,347 86,713 162,269
4.97 5.19 5.69 4.48
6,921,211 817,879 25,816 404,713 32,963 298,263 2,019,320
7,513,877 963,654 15,914 396,307 31,341 333,238 2,088,594
7,593,187 1,006,549 34,866 379,269 29,330 276,370 2,145,985
7,748,152 1,009,514 28,382 377,768 28,020 248,025 2,156,927
8,392,275 1,059,957 31,780 439,771 26,793 244,248 2,385,394
8,809,604 1,137,235 27,192 434,586 26,816 255,713 2,493,933
417,329 77,278 -4,588 -5,185 23 11,465 108,539
4.97 7.29 (14.44) (1.18) 0.09 4.69 4.55
165,956 252,956 119,731 2,783,614
158,151 282,890 129,248 3,114,540
115,177 303,999 129,212 3,172,430
113,757 302,607 128,091 3,355,061
105,746 316,146 132,964 3,649,476
99,209 332,241 134,765 3,867,914
-6,537 16,095 1,801 218,438
(6.18) 5.09 1.35 5.99
Sektor Ekonomi 1 Pertanian 2 Pertambangan 3 Perindustrian 4 Listrik, Gas dan Air 5 Konstruksi 6 Perdagangan, Restoran dan Hotel 7 Pengangkutan, Pergudangan dan Komunikasi 8 Jasa-jasa Dunia Usaha 9 Jasa-jasa Sosial Masyarakat 10 Lain-lain
Berdasarkan Kelompok Bank, peningkatan jumlah kredit dipicu oleh meningkatnya penyaluran semua kelompok bank dengan peningkatan terbesar
51
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH adalah untuk bank pemerintah yaitu sebesar Rp318,09 miliar (5,30%), diikuti oleh penyaluran kredit bank swasta sebesar Rp77,52 miliar (3,80%) dan bank syariah sebesar Rp21,72 miliar (6,11%). Dilihat dari pangsa (share) penyaluran kredit, kelompok bank pemerintah masih mendominasi dengan pangsa sebesar 71,70% dari total penyaluran kredit perbankan, diikuti dengan kelompok bank swasta (24,02%) serta kelompok bank syariah (4,28%). Berdasarkan Jenis Penggunaan, peningkatan jumlah kredit juga dialami oleh semua jenis kredit. Pertumbuhan kredit tertinggi dialami oleh kredit modal kerja dengan peningkatan sebesar Rp168,35 miliar (5,19%) kemudian diikuti oleh kredit konsumsi sebesar Rp162,27 miliar (4,48%) dan kredit investasi sebesar Rp86,71 miliar (5,69%). Terus meningkatnya penyaluran kredit perbankan di Jambi menunjukkan bahwa kepercayaan perbankan untuk membiayai usaha masyarakat baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang serta daya beli masyarakat yang semakin membaik. Berdasarkan pangsanya, kredit terbesar dialokasikan untuk kredit konsumsi yaitu 43,00%, diikuti oleh kredit modal kerja 38,72% dan kredit investasi 18,28% dari total kredit pada triwulan laporan. Berdasarkan
Sektor
Ekonomi,
hampir
semua
sektor
ekonomi
mengalami peningkatan jumlah penyaluran kredit kecuali untuk sektor pertambangan, perindustrian serta listrik, gas, air; pengangkutan dan komunikasi. Secara nominal, peningkatan kredit terbesar dialami oleh sektor lain-lain (untuk konsumsi) yaitu sebesar Rp218,44 miliar(5,99%) diikuti dengan sektor pertanian yaitu sebesar Rp77,28 miliar (7,29%). Pangsa penyaluran kredit tetap didominasi oleh kredit sektor lain-lain sebesar 43,91% terhadap outstanding kredit, diikuti sektor perdagangan, restoran dan hotel sebesar 28,31%, serta sektor pertanian sebesar 12,91%. Penyaluran kredit ketiga sektor tersebut mendominasi penyaluran kredit yang mencapai 85,12% dari total outstanding kredit.
52
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Berdasarkan lokasi Proyek21, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan di Provinsi Jambi juga mengalami peningkatan yaitu tumbuh sebesar 2,62% dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp11,24 miliar menjadi Rp11,54 miliar.22 Meningkatnya
jumlah kredit ini hampir dialami oleh semua
sektor ekonomi kecuali untuk sub sektor pertanian, perindustrian, jasa pengangkutan dan listrik, air dan gas. Berdasarkan nominal kredit, peningkatan kredit lokasi proyek pada triwulan laporan terutama dipicu oleh meningkatnya kredit lain-lain sebesar Rp129,08 miliar (3,00%), diikuti dengan sektor perdagangan sebesar Rp94,11 miliar (3,83%), serta sektor pertambangan sebesar Rp53,37 miliar (50,51%). Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) Sektor Ekonomi
2008
Pertanian Pertambangan Perindustrian Perdagangan
I 1,367,665 116,753 887,248 1,807,987
II 1,828,219 111,867 898,945 2,108,819
Jasa-jasa - listrik, gas dan air - konstruksi - pengangkutan - jasa dunia usaha - jasa sosial masyarakat Lain-lain TOTAL
852,274 86,777 245,164 132,352 264,041 123,940 3,113,757 8,145,685
1,170,425 95,242 395,155 131,514 422,392 126,122 3,436,538 9,554,812
IV 1,993,259 103,673 885,244 2,247,894
I 1,959,270 97,700 824,440 2,234,779
2009 II 2,026,202 105,661 831,221 2,457,387
1,250,435 1,232,322 111,225 174,412 400,845 334,814 129,041 123,644 474,273 464,894 135,051 134,558 3,865,525 3,971,675 10,288,458 10,434,067
1,203,112 189,230 295,102 120,743 465,298 132,739 4,085,517 10,404,818
1,519,917 492,546 298,423 114,564 471,301 143,083 4,301,199 11,241,587
III 1,962,425 68,288 956,173 2,185,613
III 2,017,989 159,027 827,928 2,551,499 1,549,366 486,670 315,489 105,913 492,584 148,710 4,430,284 11,536,091
Sumber: SEKDA Provinsi Jambi
4. Undisbursed Loan dan Persetujuan Kredit Baru Jumlah undisbursed loan (kredit yang belum ditarik) pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan sebesar 1,47%. Pada triwulan laporan, total undisbursed loan sebesar Rp666,02 miliar atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp656,38 miliar. Berdasarkan jenis penggunaan, proporsi undisbursed loan terbesar terdapat pada kredit modal kerja, yaitu mencapai 83,52% dari total undisbursed 21
Data s.d. bulan Agustus 2009. Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Daerah (SEKDA) Provinsi Jambi. Data kredit lokasi proyek yang dimaksud masih memasukkan kredit dari BPR serta bank asing dan bank campuran sesuai dengan format SEKDA Provinsi Jambi. 22 Data s.d. Bulan Agustus 2009. Mulai Mei 2007, Data dana/kredit telah menggunakan konsep net, yaitu tidak memasukkan dana/kredit pada pemerintah pusat dan bukan penduduk. Hal ini telah disesuaikan dengan publikasi SEKI (Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia).
53
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH loan. Jika berdasarkan sektor ekonomi, undisbursed loan terbesar adalah sektor perdagangan, restoran dan hotel (41,75%), diikuti oleh sektor perindustrian (20,98%), serta sektor pertanian (16,26%). Tabel 3.6 Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) 2009 TW II TW III
2008
Kategori
TW I
1 investasi 2 konsumsi 3 modal kerja Total Sektor Ekonomi 1 Pertanian 2 Pertambangan 3 Perindustrian 4 Listrik, Gas dan Air 5 Konstruksi 6 Perdagangan, Restoran dan Hotel Pengangkutan, Pergudangan dan 7 komunikasi 8 Jasa-jasa Dunia Usaha 9 Jasa-jasa Sosial Masyarakat 10 Lain-lain Total
TW II TW III Jenis Penggunaan 79,604 98,903 79,836 4,594 6,794 5,241 502,731 431,847 558,872 586,929 537,544 643,949
TW IV
670,424
78,361 2,465 24,677 108 38,669 354,788
76,635 68 28,764 376 43,796 306,068
84,701 282 31,328 527 53,939 399,954
25,614 39,140 18,513 4,594 586,929
21,423 38,085 15,499 6,830 537,544
28,031 33,718 6,038 5,431 643,949
TW I
746,386
87,355 1,183 567,845 656,383
666,021
77,478 138 41,418 556 54,226 428,239
76,241 109 220,993 228 64,010 315,323
104,494 279 131,217 4 76,391 276,666
108,328 54 139,739 65,437 278,031
23,456 36,317 2,488 6,108 670,424
25,900 36,897 2,364 4,321 746,386
22,264 40,060 3,824 1,184 656,383
24,673 45,780 3,955 24 666,021
86,730 6,038 577,656
64,087 3,744 678,555
109,743 24 556,254
Jumlah persetujuan kredit pada triwulan laporan menunjukkan penurunan jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, persetujuan kredit menurun sebesar 20,28%. Menurunnya jumlah persetujuan kredit baru terjadi pada semua jenis kredit dengan penurunan terbesar adalah kredit investasi yaitu sebesar Rp53,12 miliar (55,85%). Tabel 3.7 Tabel Persetujuan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) Jenis Kredit 1. Modal Kerja 2. Investasi 3. Konsumsi Jumlah
54
Tw III 08 Rp. Juta %
Tw IV 08 Rp. Juta %
158,460 60,673 217,735 436,868
577,496 813,882 151,167 1,542,545
36.27 13.89 49.84 100.00
37.44 52.76 9.80 100.00
Tw I 09 Rp. Juta % 106,494 48,559 188,236 343,289
31.02 14.15 54.83 100.00
Tw II 09 Rp. Juta % 158,097 95,115 326,893 580,105
27.25 16.40 56.35 100.00
Tw IIII 09 Rp. Juta % 140,996 41,993 279,445 462,434
30.49 9.08 60.43 100.00
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL) gross Bank Umum di Provinsi Jambi Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan23 di Provinsi Jambi mengalami peningkatan baik dilihat dari kredit berdasarkan lokasi proyek maupun wilayah pelapor. LDR berdasarkan lokasi proyek24 meningkat dari 104,75% menjadi 109,40% sedangkan LDR berdasarkan wilayah pelapor meningkat dari 79,44% menjadi 84,84%. Peningkatan rasio LDR mencerminkan meningkatnya fungsi intermediasi perbankan di daerah dan mulai meningkatnya kepercayaan perbankan untuk menyalurkan kredit. Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi Rp juta 12,000,000 10,000,000 8,000,000
90.63% 88.05% 83.95% 87.15% 86.94% 83.26%
62.78% 58.18% 59.23% 59.84% 60.40%
97.77%
66.80%
101.97% 99.55% 104.75%
75.41% 72.65%
75.36%
109.40% 110%
79.44%
90% 84.84% 70%
6,000,000
50%
4,000,000
30%
2,000,000
10% -10%
Q1-07
Q2-07
Kredit Lokasi Proyek (Rp juta) LDR Lokasi Proyek (persen)
Q3-07
Q4-07
Q1-08
Q2-08
Q3-08
Kredit Perbankan Jambi (Rp juta) LDR Perbankan Jambi (persen)
Q4-08
Q1-09
Q2-09
Q3-09
DPK Perbankan (Rp juta)
23
LDR perbankan disini maksudnya rasio antara kredit yang disalurkan oleh bank umum dibandingkan dengan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang dilakukan bank umum pada triwulan laporan. 24 Yang dimaksud LDR berdasarkan lokasi proyek adalah rasio antara kredit yang disalurkan berdasarkan lokasi proyek oleh bank umum dibandingkan dengan penghimpunan DPK bank umum pada triwulan laporan.
55
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Grafik 3.4 Loan to deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Lokasi Proyek per kabupaten/kota di Provinsi Jambi
400 350
354
Triwulan II-09 Triwulan III-09
335
322 291
300 250
202 223
200
200
210 173
192
150
130 115
100
113
LDR < 100%
124 85
87
56
50
74
65
61
0 Tebo
Lainnya
Batanghari
Bungo
Merangin
Saro langun
Kerinci
Kota Jambi
Tanjabtim
Tanjabbar
Berdasarkan Kabupaten/Kota, Kabupaten Tebo memiliki LDR tertinggi yaitu 354% di antara sepuluh kota/kabupaten di Provinsi Jambi, diikuti oleh Kabupaten Muara Jambi dan lainnya. Sementara itu, terdapat 3 (tiga) kabupaten/kota dengan tingkat LDR kurang dari 100% dengan LDR terendah di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur masingmasing sebesar 61% dan 74%. Kualitas kredit relatif tetap pada triwulan laporan. Kondisi ini tercermin dari stabilnya rasio Non Performing Loan (NPL) gross bank umum yaitu sebesar 3,99% pada triwulan laporan. Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi adalah pada sektor pertanian sebesar 13,68% diikuti dengan sektor perindustrian sebesar 7,91% yang berarti sudah jauh di atas ketentuan Bank Indonesia yang sebesar 5%. Sementara itu, NPL sektor-sektor ekonomi lainnya masih berada dalam kategori baik (dibawah 5%). Tabel 3.8 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum Provinsi Jambi No
Sektor Ekonomi
1. 2. 3. 4. 5.
Pertanian Pertambangan Perindustrian Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan, Restoran dan Hotel Pengangkutan, Pergudangan dan Komunikasi Jasa-jasa Dunia Usaha Jasa-jasa Sosial Masyarakat Lain-lain JUMLAH
6. 7 8. 9. 10.
56
TW I-09 Nominal NPL Kredit 1,009,514 113,883 28,382 377,768 13,607 28,020 248,025 3,343
NPL (%) 11.28 3.60 1.35
Kredit 1,059,957 31,780 439,771 26,793 244,248
TW II-09 Nominal NPL 145,255 35,825 3,412
NPL (%) 13.70 8.15 1.40
TW III-09 Nominal NPL Kredit 1,137,235 155,584 27,192 434,586 34,375 26,816 255,713 8,589
NPL (%) 13.68 7.91 3.36
2,156,927
74,583
3.46
2,385,394
81,924
3.43
2,493,933
84,030
3.37
113,757 302,607 128,091 3,355,061 7,748,152
112 6,152 373 47,592 259,645
0.10 2.03 0.29 1.42 3.35
105,746 316,146 132,964 3,649,476 8,392,275
419 10,759 649 56,431 334,674
0.40 3.40 0.49 1.55 3.99
99,209 332,241 134,765 3,867,914 8,809,604
435 8,983 443 59,181 351,620
0.44 2.70 0.33 1.53 3.99
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
6. Perkembangan UMKM Seiring dengan pertumbuhan kredit perbankan sebesar 4,97% pada triwulan laporan, kredit UMKM juga mengalami pertumbuhan bahkan sedikit di atas pertumbuhan total kredit yaitu sebesar 5,10%. Hal tersebut menunjukkan bahwa kepercayaan perbankan akan kredit UMKM masih cukup tinggi. Dengan demikian pangsa kredit UMKM terhadap total kredit terus mengalami peningkatan yaitu dari sebesar 86,23% menjadi 86,34% pada triwulan laporan. Grafik 3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi Miliar Rp
Persen
10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 -
18.00
15.29
16.00 14.00
14.86 11.89
3.60
9.82 7.80 8.11
12.00
11.81 7.81 7.06
7.02
8.56
8.31
6.13
3.09
10.00
8.33
1.06 2.02
3.32 2.04
5.10 8.00 6.00 4.97 4.00 2.00 0.00
TW I-07 TW II-07 TW III-07 TW IV-07 TW I-08 TW II-08 TW III-08 TW IV-08 TW I-09 TW II-09 TW III-09 Total Kredit - Bank Pelapor Mikro Menengah Pertumbuhan Total Kredit - Bank Pelapor
Total Kredit UMKM Kecil Pertumbuhan UMKM (%)
Kualitas penempatan dana perbankan daerah dalam bentuk kredit UMKM menunjukkan
peningkatan
dibandingkan
triwulan
sebelumnya.
Hal
ini
dicerminkan dari menurunnya rasio NPL UMKM pada triwulan laporan yaitu dari 3,68% menjadi 3,63%. Kualitas kredit UMKM tersebut juga lebih baik dibandingkan dengan kualitas kredit perbankan secara total yang memiliki NPL sebesar 3,99%. Dilihat dari distribusinya, kredit UMKM sektor usaha mikro masih memiliki pangsa yang terbesar yaitu 33,25% lalu diikuti sektor usaha kecil sebesar 36,00%, serta sektor usaha menengah sebesar 17,09% dari total kredit perbankan.
57
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Grafik 3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
17.16 17.73 18.41 18.11 15.66 14.85 13.78 13.77 13.66 24.94 24.77 25.27 21.82 21.43 20.19 19.15 19.05 18.02 17.50 17.09 18.06 19.09 19.42 19.96 19.13 16.00 17.16 16.42 18.35 18.02 16.97 17.47 17.57 19.10 18.54 22.44 23.90 25.23 25.08 26.65 29.14 30.52 32.11 34.47 36.00
42.09 40.60 40.73 40.73 42.01 39.31 39.85 37.63 36.55 36.11 36.06 35.57 36.08 34.27 33.25
TW I-06 TW II- TW III- TW IV- TW I-07 TW II- TW III- TW IV- TW I-08 TW II- TW III- TW IV- TW I-09 TW II- TW III06 06 06 07 07 07 08 08 08 09 09 Kredit Besar/Non-UMKM Menengah Kecil Mikro
Berdasarkan komposisinya, pertumbuhan kredit UMKM ditopang oleh meningkatnya pertumbuhan kredit usaha kecil yaitu sebesar 9,64%. Sementara kredit usaha mikro dan menengah mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 1,86% dan 2,52%. Berdasarkan jenis penggunaan, kredit UMKM masih didominasi oleh kredit konsumsi yang pangsanya mencapai 49,80%, diikuti kredit modal kerja sebesar 36,55% serta kredit investasi sebesar 13,%. 7. Profitabilitas25 Kondisi profitabilitas (net) perbankan di Provinsi Jambi pada triwulan laporan menunjukkan sedikit penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Selama periode triwulan III tahun 2009 perbankan di Provinsi Jambi mencatat laba bersih (net) sebesar Rp155,49 miliar menurun sebesar Rp4,70 miliar jika dibandingkan dengan triwulan II-2009.
25
Data s.d. bulan September 2009
58
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Grafik 3.7 Perkembangan Laba Rugi Triwulanan Miliar Rp 201 200 L/R (sblm transfer & pajak)
L/R (net) 145 145 129 130 120
150 117 100
91
85 85
89 7475
50
174 160 163 155
156 156 138 9595
90
34 35 45
6
Tw II06
Tw III 06
Tw IV Tw I 07 Tw II 06 07
Tw III 07
Tw IV Tw I 08 Tw II 07 08
Tw III 08
Tw IV Tw I 09 Tw II 08 09
Tw III 09
Berdasarkan komposisinya, pendapatan terbesar pada triwulan ini adalah untuk pendapatan kredit. Pendapatan kredit pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan sebesar 4,67%. Sementara itu pendapatan dari SBI dan surat berharga lainnya menunjukkan penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tabel 3.9 Komposisi Pendapatan Bunga Bank Umum Provinsi Jambi Jenis Aset SBI dan surat berharga Kredit Lainnya Total
Tw I 07 Tw II 07 Tw III 07 Tw IV 07 Tw I 08 497 7,054 10,174 8,303 6,464 178,247 185,941 183,797 239,429 225,243 37 113 (41) 636 228 187,259 198,479 195,825 232,624 231,935
Tw II 08 Tw III 08 Tw IV 08 Tw I 09 10,084 10,263 9,556 4,486 252,895 284,822 304,546 310,599 365 425 82 83 263,344 295,510 314,184 315,168
Tw II 09 Tw III 09 5,793 1,363 328,360 343,702 124 66 334,277 345,131
Dilihat dari spread bunga (grafik 3.8), terlihat bahwa margin keuntungan perbankan di Provinsi Jambi terus meningkat pada triwulan laporan. Margin ratarata tertimbang antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito 3 (tiga) bulan meningkat yaitu dari 6,36% pada triwulan lalu menjadi 6,74% pada triwulan laporan. Kenaikan ini dipicu oleh semakin menurunnya suku bunga deposito 3 bulan seiring dengan penurunan BI-rate sementara respon untuk menurunkan suku bunga pinjaman lebih lambat. Hal ini menyebabkan beban bunga yang ditanggung pada triwulan ini relatif lebih kecil dibandingkan triwulan sebelumnya.
59
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Grafik 3.8 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum Provinsi Jambi Persen (%) Margin
Kredit
Deposito 3 Bulan
SBI
6.8 6.917.397.197.737.73 7.1 7.076.856.826.927.067.076.736.596.425.95 6.36 6.5 6.74 5.555.976.286.626.79 5.244.894.864.664.694.955.616.026.17 4.144.484.574.89
Jul Agus Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags
20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
2006
2007
2008
2009
Perbankan terus merespon penurunan BI Rate dengan menurunkan suku bunga simpanan. Pada triwulan laporan, suku bunga simpanan turun sebesar 47 bps yaitu menjadi 8,07% sementara suku bunga pinjaman hanya turun 9 bps dan menjadi 14,81%. C. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)26 Seiring dengan bank umum yang mengalami peningkatan kinerja pada triwulan laporan, kinerja BPR juga tetap tumbuh dibandingkan dengan triwulan lalu yang tercermin dari meningkatnya jumlah aset, DPK dan kredit. Jumlah aset seluruh BPR di Provinsi Jambi mencapai Rp232,99 miliar, meningkat sebesar 6,70% dibanding pada triwulan sebelumnya yang sebesar Rp218,36 miliar. Sementara itu, jumlah penghimpunan dana BPR di Provinsi Jambi mengalami percepatan pertumbuhan yaitu meningkat sebesar Rp13,43 miliar (8,04%) dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh sebesar 0,59%. Dari sisi penyaluran kredit, jumlah penyaluran kredit tumbuh sebesar Rp1,2 miliar (0,70%). Tingginya peningkatan jumlah penghimpunan dana pada triwulan laporan menyebabkan turunnya fungsi intermediasi BPR di Provinsi Jambi yang dicerminkan dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) menjadi 98,03% dari sebelumnya
105,19%.
Namun
demikian,
kualitas
kolektabilitas
kredit
menunjukkan penurunan yang ditunjukkan dengan meningkatnya persentase Non Performing Loan, yaitu dari 8,13% menjadi sebesar 8,48%. 26
Data s.d. Bulan Agustus 2009.
60
BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
APBD-P Provinsi Jambi (tidak termasuk anggaran pemerintah kota dan kabupaten) tahun 2009 sebesar Rp 1,67 triliun yang berarti meningkat 3,05% dari APBD yang telah disahkan di awal tahun ini yang sebesar 1,62 triliun. Dari sisi anggaran pendapatan, jumlah anggaran perubahan pendapatan daerah Provinsi Jambi tahun 2009 sebesar Rp1.292,67 miliar atau naik 2,85% dibandingkan anggaran pendapatan di awal tahun yang sebesar Rp1.256,89 miliar.27
A. Pendapatan Tahun 2009 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Jambi pada tahun 2009 diperkirakan akan meningkat sebesar 2,85% dari jumlah yang telah dianggarkan dalam APBD di awal tahun. Secara nominal, peningkatan pendapatan tersebut disebabkan oleh bertambahnya anggaran pendapatan lainnya sebesar Rp25,05 miliar serta meningkatnya anggaran pos PAD sebesar Rp17,86 miliar (3,72%). Di sisi lain, anggaran dana perimbangan mengalami penurunan sebesar Rp7,13 miliar (minus 0,92%). Meningkatnya PAD Jambi disebabkan oleh meningkatnya retribusi daerah sebesar Rp12,67 miliar (45,61%). Sementara itu dana bagi hasil pajak dalam dana perimbangan mengalami penurunan sebesar Rp7,12 miliar (2,66%). Secara umum, pendapatan daerah Provinsi Jambi masih bertumpu pada jumlah dana perimbangan dengan pangsa sebesar 59,52% dari total pendapatan daerah yang berarti ketergantungan daerah terhadap transfer dana dari pusat sangat besar. Jika Pemerintah Daerah Provinsi Jambi mampu mengoptimalkan
27
APBD-P Provinsi Jambi tahun 2009 ini disahkan tanggal 1 September 2009
61
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH sumber-sumber pendapatan daerah dan digunakan seefektif serta seefisien mungkin untuk kemajuan daerah, niscaya tingkat kesejahteraan masyarakat Jambi bisa lebih baik lagi. Tabel 4.1. Pendapatan APBD-P Provinsi Jambi Tahun 2009 (dalam miliar Rupiah) Keterangan Pendapatan Daerah Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Pajak daerah yang dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah Pendapatan Hibah Dana Darurat Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda Lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Provinsi dan Pemda Lainnya Bantuan Dana Kontijensi/Penyeimbang dr Pemerintah Total Pendapatan
APBD 2006 336.59 297.82 19.40 4.03 15.34 532.04 157.67 374.36 26.30
APBD 2007 364.93 319.49 22.46 4.03 18.95 591.03 156.02 415.02 20.00 -
APBD 2008 406.31 351.44 23.58 2.96 28.33 713.83 220.57 468.80 24.45 16.00
APBD 2009 480.31 423.79 27.78 4.73 24.01 776.58 267.95 473.51 35.12 -
APBD-P Perubahan 2009 (%) 498.17 3.72 423.80 0.00 40.45 45.61 9.35 97.70 24.57 2.34 769.45 (0.92) 260.83 (2.66) 473.51 (0.00) 35.12 0.00 25.05
5.00 11.00 26.30 894.93
955.96
1,136.13
23.96 1.09 1,256.89
1,292.67
2.85
Realisasi pendapatan selama semester pertama tahun 2009 mengalami penurunan dibandingkan dengan posisi yang sama tahun lalu. Dalam semester pertama ini, realisasi pendapatan Provinsi Jambi baru mencapai 39,21% dari APBD-P atau setara dengan Rp506,80 miliar. Masih rendahnya realisasi pendapatan tersebut dipicu oleh menurunnya penerimaan daerah baik yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) maupun pendapatan transfer dari pusat. Grafik 4.1. Perkembangan Pendapatan APBD-P Provinsi Jambi miliar (Rp) 1600 1400
persen (%) 150 Pendapatan (aksis kiri)
Realisasi Pendapatan (aksis kiri)
125
% Realisasi Pendapatan (aksis kanan)
1200 100
1000 800
75
600
50
400 25
200
0
0 TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV SMT I SMT II SMT I SMT II SMT I 2003
2004
2005
Sumber: Biro Keuangan (diolah) Mulai tahun 2007 laporan realisasi APBD dilakukan per-semester
62
2006
2007
2008
2009
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH B. Anggaran Belanja Tahun 2009 Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Jambi pada tahun 2009 diperkirakan akan meningkat sebesar 3,05% dari jumlah yang telah dianggarkan dalam APBD di awal tahun. Secara nominal, peningkatan belanja tersebut dipicu oleh meningkatnya belanja tidak langsung sebesar Rp51,36 miliar (7,49%) sementara belanja langsung diperkirakan mengalami penurunan sebesar Rp1,90 miliar (0,20%). Meningkatnya anggaran belanja tidak langsung sebesar Rp41,17 miliar (35,87%) merupakan upaya pemerintah Provinsi Jambi
untuk meningkatkan
pemberian belanja bantuan keuangan kepada provinsi/ kabuapaten/kota. Sementara itu upaya pemerintah daerah dalam meningkatkan efisiensi anggaran ditunjukkan oleh menurunnya anggaran belanja barang dan jasa sebesar Rp34,29 miliar (8,07%). Tabel 4.2. Belanja APBD-P Provinsi Jambi Tahun 2009 (dalam miliar Rupiah) Keterangan Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Kpd Provinsi/Kab/Kota dan Desa Belanja Bantuan Keuangan Kpd Provinsi/Kab/Kota dan Desa Belanja Tidak Terduga Belanja Langsung Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Total Belanja
APBD 2006 356.56 179.31
APBD 2007 404.20 219.38
APBD 2009 685.67 355.25
144.70
21.53 142.42
APBD 2008 522.38 354.30 2.64 11.29 142.65
20.10
15.88
6.50
114.77
155.94
35.87
12.44 800.28 123.87 265.26 411.16 1,156.84
5.00 887.40 85.14 338.22 464.04 1,291.60
5.00 906.79 61.90 335.68 509.22 1,429.18
10.00 934.92 58.15 424.68 452.09 1,620.59
10.00 933.02 58.70 390.39 483.93 1,670.05
(0.20) 0.95 (8.07) 7.04 3.05
3.50 31.20 170.95
APBD-P Perubahan 2009 (%) 737.03 7.49 353.65 (0.45) 8.95 7.50 114.29 26.04 (16.54) 174.95 2.34
Realisasi belanja pemerintah Provinsi Jambi semester pertama tahun 2009 meningkat jika dibandingkan dengan posisi yang sama di tahun 2008. Namun demikian, belanja pemerintah belum direalisasikan secara optimal dengan baru terealisasi sebesar 23,33% atau sebesar Rp389,63 miliar. Berdasarkan jenisnya, realisasi belanja terbesar secara nominal adalah untuk belanja operasional yaitu Rp251,94 miliar, diikuti oleh belanja modal Rp52,74 miliar.
63
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Grafik 4.2. Perkembangan Belanja APBD-P Provinsi Jambi miliar (Rp) 1800 1600 1400
persen (%) 150 Belanja (aksis kiri)
Realisasi Belanja (aksis kiri)
125
% Realisasi Belanja (aksis kanan)
1200
100
1000
75
800 600
50
400
25
200 0
0 TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV SMT I SMT II SMT I SMT II SMT I 2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Sumber: Biro Keuangan Mulai tahun 2007, laporan realisasi APBD per-semester
C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah Penerimaan pajak pusat di wilayah Jambi pada triwulan III tahun 2009 terealisasi sebesar Rp631,47 miliar meningkat sebesar 24,06% dibandingkan triwulan sebelumnya dan meningkat sebesar 34,93% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu. Secara nominal, penerimaan pajak tertinggi dicapai oleh jenis pajak bumi dan bangunan sebesar Rp224,12 miliar, diikuti jenis pajak pertambahan nilai sebesar Rp196,23 miliar. Tabel 4.3. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (dalam juta Rupiah)
I
II
KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH Triwulan III Triwulan Triwulan I Triwulan II Triwulan III REALISASI PENDAPATAN 2008 IV 2008 2009 2009 2009 Pendapatan Pajak Dalam Negeri 443,162 769,731 337,177 479,363 605,792 Pendapatan Pajak Penghasilan 179,675 216,139 165,404 212,331 174,477 Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai 229,473 256,227 139,189 143,883 196,229 Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan 19,799 284,504 22,930 112,047 224,120 Pendapatan BPHTB 7,021 6,418 4,063 4,284 4,471 Pendapatan Cukai 5 Pendapatan Pajak Lainnya 7,190 6,443 5,591 6,819 6,495 Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional 9,923 9,623 2,197 5,207 4,538
Pendapatan Bea Masuk 4,483 6,331 2,197 5,003 2,595 Pendapatan Pajak/Pungutan Ekspor 5,440 3,292 204 1,943 III Penerimaan Sumber Daya Alam 1 Pendapatan Pertambangan Umum 1 IV Pendapatan PNPB Lainnya 14,923 16,507 28,701 24,398 21,116 V Pendapatan Hibah Total Realisasi Pendapatan 468,009 795,860 368,075 508,981 631,467 Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah
Pertumbuhan Nominal (%) 126,429 26.37 (37,853) (17.83) 52,347 36.38 112,073 100.02 187 4.37 #DIV/0! (325) (4.76) (669) (12.85) (2,408) 1,739 (1) (1) (3,282) 122,486
(48.14) 853.22 (100.00) (100.00) (13.45) 24.06
Berdasarkan pangsanya, pendapatan pajak dalam negeri memiliki pangsa paling besar yaitu 95,93% dari total penerimaan pajak pada triwulan laporan.
64
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Jika dirinci lagi dari pendapatan pajak dalam negeri, maka pendapatan pajak bumi dan bangunan (35,49%) memiliki pangsa paling besar, diikuti pajak pertambahan nilai (31,08%), serta pajak penghasilan (27,63%). Grafik 4.4. Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Grafik 4.5. Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri di Provinsi Jambi Pendapatan BPHTB 0.74%
Pendapatan Cukai 0.00%
Pendapatan Pajak Lainnya 1.07%
Pendapatan PNPB Lainnya 3.34%
Pendapatan PPh 28.80%
Pendapatan Hibah 0.00%
Pendapatan Pajak Dalam Negeri 95.93%
Pendapatan Pajak Perdaganga n Int'l 0.72%
Pendapatan PBB 37.00%
Pendapatan PPN 32.39%
Grafik 4.4
Grafik 4.5
Belanja pemerintah pusat di wilayah Jambi pada triwulan III tahun 2009 terealisasi sebesar Rp767,88 miliar, menurun sebesar 3,45% dibandingkan triwulan sebelumnya namun meningkat sebesar 10,01% jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun lalu. Secara nominal, belanja pemerintah pusat tertinggi adalah untuk belanja pegawai yaitu sebesar Rp214,67 miliar, diikuti dengan belanja modal yang mencapai Rp191,76 miliar. Tabel 4.4. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (dalam juta Rupiah)
I
II
III
IV
V VI
KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH Triwulan III Triwulan Triwulan I Triwulan II Triwulan III REALISASI BELANJA 2008 IV 2008 2009 2009 2009 Belanja Pegawai 253,737 157,626 170,352 266,221 214,670 Belanja Gaji dan Tunjangan 234,308 122,121 168,341 260,354 210,698 Belanja Honorarium/Lembur/ Vakasi/Tunj Khusus 19,560 35,897 2,046 6,032 4,163 Belanja Kontribusi Sosial (132) (392) (35) (165) (191) Belanja Barang 81,720 117,693 45,525 133,703 183,164 Belanja Barang 47,091 62,891 26,096 76,162 121,648 Belanja Jasa 9,206 13,686 4,586 10,003 10,910 Belanja Perjalanan 16,670 30,569 6,289 22,509 22,466 Belanja Pemeliharaan 8,753 10,546 8,553 25,029 28,140 Belanja Denda dan Subsidi Perusahaan 846 2,227 4,049 609 Belanja Denda 4 4,049 609 Belanja Subsidi Perusahaan Negara 842 2,227 140,115 Belanja Bantuan Sosial 128,138 303,146 63,751 157,520 Belanja Bantuan Sosial Lembaga Pendidikan dan Peribadatan 94,170 204,155 62,600 142,732 113,391 Belanja Lembaga Sosial Lainnya 33,968 98,991 1,152 14,788 26,723 Belanja Lain-Lain 22,196 36,621 62,364 60,149 37,572 Belanja Lain-Lain 22,196 36,621 62,364 60,149 37,572 Belanja Modal 211,364 260,010 76,647 177,730 191,755 Belanja Modal Tanah 934 2,721 751 527 Belanja Modal Peralatan dan Mesin 20,508 72,977 3,358 9,605 6,987 Belanja Modal Gedung dan Bangunan 20,271 46,160 395 12,755 32,815 Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Belanja Pemeliharaan yang dikapitalisasi Belanja Modal Fisik Lainnya Total Realisasi Belanja
Pertumbuhan Nominal (%) (51,551) (19.36) (49,656) (19.07) (1,869) (30.98) (25) 15.36 49,461 36.99 45,486 59.72 907 9.07 (43) (0.19) 3,112 12.43 609 609 (17,405) (11.05) (29,341) 11,936 (22,577) (22,577) 14,025 (224) (2,618) 20,060
(20.56) 80.72 (37.54) (37.54) 7.89 (29.79) (27.25) 157.28
157,229
129,583
72,579
151,965
148,366
(3,599)
(2.37)
561 11,861 698,001
2,556 6,013 877,323
315 422,688
2,655 795,322
3,060 767,884
405 (27,438)
15.27 (3.45)
Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah
65
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Menurunnya belanja pemerintah pusat di Jambi terutama berupa berkurangnya belanja pegawai pada triwulan laporan sebesar 19,36%, sedangkan belanja modal mengalami peningkatan sebesar 7,89%. Namun demikian porsi belanja modal yang baru 24,97% menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah untuk meningkatkan pembangunan di daerah masih bisa dioptimalkan lagi. Berdasarkan
pangsanya,
share
tertinggi
realisasi
belanja
masih
diperuntukkan bagi belanja pegawai yaitu sebesar 27,96% diikuti dengan belanja modal yang mencapai 24,97%, belanja barang yang mencapai 23,85% serta belanja bantuan sosial sebesar 18,25%. Grafik 4.6. Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi belanja lain-lain 4.89%
belanja modal 24.97%
belanja denda dan subsidi perusahaan negara 0.08%
belanja bantuan sosial 18.25% belanja barang 23.85%
belanja pegawai 27.96%
D. Keuangan Pemerintah Daerah Perkembangan simpanan pemerintah daerah di perbankan Jambi mencapai Rp1,42 triliun pada triwulan laporan, menurun sebesar 17,07% dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan jenisnya, simpanan pemerintah daerah paling besar dalam bentuk giro (66,36%), diikuti dengan deposito sebesar 33,03%.
66
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Grafik 4.7. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi (dalam juta Rupiah) 1,800,000
Deposito
Giro
1,600,000 1,400,000 1,200,000 1,000,000 800,000 600,000 400,000 200,000 Jan-08
Mar-08 May-08
Jul-08
Sep-08
Nov-08
Jan-09
Mar-09 May-09
Jul-09
Sep-09
Simpanan pemerintah daerah (secara total) terus mengalami penurunan dalam triwulan laporan. Menurunnya simpanan pemerintah daerah ini mengindikasikan pemerintah daerah sudah semakin mengakselerasi belanja semenjak tengah tahun berjalan.
67
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Pada periode triwulan laporan, aktivitas pembayaran di Jambi mengalami peningkatan baik untuk aktivitas pembayaran tunai maupun non tunai. Aktivitas pembayaran tunai tercermin pada meningkatnya aliran uang baik keluar/outflows maupun masuk ke kas Bank Indonesia yang berasal dari setoran dan pembayaran kepada bank-bank umum. Sementara, perkembangan pembayaran non-tunai dilihat dari meningkatnya aktivitas kliring. Tabel 5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran Provinsi Jambi (dalam miliar rupiah) Uraian Nilai Kliring (miliar Rp) Volume Kliring (lembar warkat) Aliran Uang Masuk/Inflows (miliar Rp) Aliran Uang Keluar/Ouflows (miliar Rp) Net Inflows/ (Net Outflows) (miliar Rp) RTGS dari Jambi (miliar Rp) RTGS ke Jambi (miliar Rp) RTGS total (miliar Rp) Penemuan Uang Palsu - Pecahan Rp100.000,00 - Pecahan Rp50.000,00 - Pecahan Rp20.000,00 - Pecahan Rp10.000,00 Jumlah PTTB (miliar Rp) Perbandingan PTTB thd. Inflows (%) Cek dan BG Kosong - Lembar - Nominal (miliar Rp)
Trw.I 1,670.79 60,526 270.14 732.44 (462.30) 5,620.00 16,025.00 21,645.00
2008 Trw.II
2009 Trw. IV
1,931.68 67,008 129.61 1,242.07 (1,112.46) 6,351.75 16,874.15 23,225.90
2,066.99 68,947 226.79 1,191.14 (964.35) 7,204.01 19,314.53 26,518.54
2,010.42 60,278 558.43 695.55 (137.12) 7,384.30 19,030.05 26,414.35
1,413.80 58,349 295.02 263.40 31.62 5,511.05 18,792.30 24,303.35
1,585.12 59,407 124.95 923.43 (798.48) 6,168.31 19,149.01 25,317.32
1,600.87 61,323 179.94 930.38 (750.43) 6,554.08 13,347.82 19,901.90
15.75 1,916 55.00 6.95 48.05 385.77 (5,801.19) (5,415.42)
0.99 3.23 44.02 0.75 (6.02) 6.25 (30.29) (21.39)
1
70.92 12.70
29.58 10.03
25.81 20.66
78.28 43.50
52.47 23
203.26 110.58
971 32.39
900 27.29
992 34.36
1,147 29.95
155 (4.41)
15.63 (12.84)
79.43 29.40
1 63.85 49.27
63.71 28.09
545 13.45
557 14.72
808 28.49
-
Trw.I
Trw.II
Trw.III
Pertumbuhan (q-t-q) Nominal Persen
Trw. III
A. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai A.1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi Pada triwulan laporan, perkembangan aktivitas pembayaran tunai mengalami peningkatan baik dari sisi pembayaran (outflow) maupun aktivitas penerimaan (inflow) jika dibandingkan dengan periode triwulan sebelumnya. Jika dilihat pergerakan outflow secara bulanan menunjukkan bahwa di bulan September 2009 outflow mampu mencapai sebesar Rp623,75 miliar atau sebesar 67,04% dari total outflow triwulan laporan. Peningkatan outflow ini merupakan dampak dari masa liburan sekolah.
69
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Grafik 5.1 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi Rp miliar
Persen 2,800
1,600 1,400
2,300
1,200 1,000
1,800
800
1,300
600 400
800
200
300
0 -200
-200 Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q303 03 03 03 04 04 04 04 05 05 05 05 06 06 06 06 07 07 07 07 08 08 08 08 09 09 09 Inflows
Outflows
Net Outflows
Pert. Net Outflows (%)
Pada triwulan laporan, aliran kas keluar bersih (net cash outflow) sedikit menurun sebesar Rp48,05 miliar (2625,18%). Arus kas masuk (cash inflow) mengalami peningkatan sebesar Rp55 miliar menjadi Rp179,94 miliar sementara aliran kas keluar mengalami peningkatan sebesar Rp6,95 miliar menjadi Rp750,43 miliar. A.2. Penyediaan Uang Layak Edar Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang tidak layak edar (lusuh/rusak) yang masuk ke Bank Indonesia ditujukan untuk menjaga kelayakan uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, jumlah ratio PTTB dibandingkan inflows sebesar 43,50% (Rp78,28 miliar). A.3. Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan Pada triwulan laporan tidak ditemukan uang palsu pada pecahan berapapun. Untuk menjaga tidak beredarnya uang palsu di Provinsi Jambi, Kantor Bank Indonesia Jambi masih terus melakukan kegiatan Sosialisasi Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah kepada masyarakat. B. Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai B.1. Perkembangan Kliring Lokal Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan laporan sebesar Rp1.600,87 miliar atau meningkat sebesar 0,99% dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp1.585,12 miliar. Peningkatan tersebut
70
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN diikuti juga dengan meningkatnya jumlah warkat kliring sebesar 3,23%, yaitu dari 59.407 lembar menjadi 61.323 lembar. Di sisi lain, jumlah cek dan BG kosong juga mengalami peningkatan sebesar 15,63% yaitu dari 992 lembar menjadi 1.147 lembar. Namun demikian, secara nominal jumlah penolakan kliring mengalami penurunan sebesar 12,84%, yaitu dari Rp34,36 miliar menjadi Rp29,95 miliar. Grafik 5.2 dan 5.3 Perkembangan Nominal dan Volume Kliring dalam miliar Rupiah 2,500 2,000
15.61
1,414 7.00
1,585 1,601 12.12
15 5 0.99 (5)
(2.74)
(4.41)
lembar warkat 120,000
500
(15)
-
(25)
Persen 15 10.71
25
1,671
1,500 1,000
Persen 35
2,067 2,010 1,932
80,000
67,008 68,947 61,3233.23 60,526 60,278 58,349 59,4071.81 2.89 0.96 (3.20)
40,000 (12.57)
-
(15)
Trw.I Trw.II Trw. III Trw. IV Trw.I Trw.II Trw.III
Trw.I Trw.II Trw. III Trw. IV Trw.I Trw.II Trw.III 2008
2008 Nilai Kliring
2009
Volume Kliring
2009 Pertumbuhan Volume Kliring
Pertumbuhan Nilai Kliring
Grafik 5.2
Grafik 5.3
B.2. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) di Kantor Bank Indonesia Jambi secara total (keluar dan masuk/dari dan ke) menurun yaitu sebesar 21,39% sehingga menjadi sebesar Rp19,90 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp25,32 triliun. Transfer masuk ke Provinsi Jambi menurun sebesar Rp5,80 triliun (30,29%) sedangkan transfer keluar dari Provinsi Jambi meningkat sebesar Rp385,77 miliar (6,25%) pada triwulan III tahun 2009.
71
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Tabel 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS (dalam miliar rupiah)
Kumulatif Triwulanan Keterangan TW IV-06 TW I-07 TW II-07 TW III-07 TW IV-07 TW I-08 TW II-08 TW III-08 TW IV-08 TW I-09 TW II-09 TW III-09
Dari
Ke
7,711.43 5,552.37 5,469.05 6,683.00 6,789.21 5,620.00 6,351.75 7,204.01 7,384.30 5,511.05 6,168.31 6,554.08
6,850.96 4,540.66 11,659.81 15,264.37 14,003.22 16,025.00 16,874.15 19,314.53 19,030.05 18,792.30 19,149.01 13,347.82
Sumber: www.bi.go.id & KBI Jambi
72
Rata-Rata Harian Dari 130.70 89.55 88.21 102.82 113.15 93.67 100.82 114.35 121.05 93.41 99.49 107.44
Ke 116.12 73.24 188.06 234.84 233.39 267.08 267.84 306.58 311.97 318.51 308.86 218.82
Pertumbuhan Kumulatif triwulanan Rata-rata harian Dari Ke Dari Ke 19.46 38.01 27.56 47.37 (28.00) (33.72) (31.48) (36.93) (1.50) 156.79 (1.50) 156.79 22.20 30.91 16.56 24.87 1.59 (8.26) 10.06 (0.62) (17.22) 14.44 (17.22) 14.44 13.02 5.30 7.64 0.28 13.42 14.46 13.42 14.46 2.50 (1.47) 5.86 1.76 (25.37) (1.25) (22.84) 2.10 11.93 1.90 6.51 (3.03) 6.25 (30.29) 8.00 (29.15)
BAB VI KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Pada periode triwulan laporan, hasil survei ekspektasi konsumen (SEK) mulai menunjukkan perbaikan nilai saldo kondisi pengangguran serta ekspektasi masyarakat terhadap kondisi pengangguran.28 Sementara, jumlah pencari kerja berdasarkan jenjang pendidikan pada Juli 2009
menurun
8,28% jika
dibandingkan dengan Juni 2009. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan (posisi bulan Agustus 2009) mengalami penurunan jika dibandingkan triwulan sebelumnya (posisi Juni 2009). Sementara itu, rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup minimum (KHM)/kebutuhan hidup layak (KHL) pada triwulan III tahun 2009 menurun sebesar 361 bps jika dibandingkan triwulan III tahun 2009.29 A. Ketenagakerjaan Daerah Berdasarkan data ketenagakerjaan terbaru yang dikeluarkan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jambi pada bulan Juli tahun 2009, jumlah pencari kerja menurun 8,28% jika dibandingkan bulan sebelumnya.30 Secara nominal, jumlah pencari kerja didominasi oleh tingkat pendidikan dari SLTA sebanyak 578 orang, atau meningkat 11,15% (58 orang) dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan distribusinya (share), pencari kerja dengan jenjang pendidikan SLTA merupakan bagian terbesar pencari kerja (79,07% dari jumlah pencari kerja) diikuti oleh lulusan sarjana (S1) sebesar 15,18%.
28
Nilai saldo pengangguran meningkat artinya masyarakat menilai saat ini jumlah pengangguran mulai turun. 29 Rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup minimum (KHM)/kebutuhan hidup layak (KHL) dinyatakan dalam satuan persen (%). 30 Sampai dengan November 2009, data pencari kerja terkini tersedia hanya sampai dengan bulan Juli 2009.
73
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Grafik 6.1. Jumlah Pencari Kerja dan Pertumbuhannya di Provinsi Jambi Grafik 6.2. Jumlah Pencari Kerja per Jenjang Pendidikan di Provinsi Jambi %
orang 1,800 10 7. 0 1
Total Pencari Kerja g.pencari kerja
1,600 1,400 1,200 1,000
2 1. 13
800
900
100
800
80
700
60
600
40 20
500
-
300
(20)
400 ( 50 . 2 6 )
( 55. 6 3 )
100
(60)
-
(80)
1
2
3
4
5
6
SLTP DI/DII Sarjana
200
(40)
200
SD SLTA D III/Sarjana Muda
400
( 8 .2 8 )
( 10 . 56 )
600
orang
120
1
7
2
3
4
5
6
2009
2009
Sumber:Dinas Sosnakertrans Provinsi Jambi, 2009
Sumber: Dinas Sosnakertrans Provinsi Jambi, 2009
Grafik 6.2
Grafik 6.1
Berdasarkan survei ekspektasi konsumen, jumlah penganguran saat ini dibandingkan 6 s.d 12 bulan yang lalu menunjukkan perbaikan. Kondisi ini tercermin dari meningkatnya nilai saldo kondisi pengangguran dari sebesar 70,67 pada triwulan II tahun 2009 menjadi 75,33 pada triwulan III tahun 2009. Sedangkan nilai saldo ekspektasi konsumen terhadap kondisi pengangguran juga membaik yang ditunjukkan dengan peningkatan nilai saldo yaitu dari sebesar Grafik 6.3. Grafik Nilai Saldo Ekspektasi Pengangguran dan Kondisi Pengangguran Indeks 120.00
Ekspektasi pengangguran
Kondisi pengangguran
100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 II
III 2004
IV
I
II
III
IV
2005
I
II
III
2006
IV
I
II
III
2007
IV
I
II
III
2008
IV
I
II
III
2009
Sumber: Bank Indoneisa (diolah)
66,00 menjadi 78,00. Namun demikian, walaupun menunjukkan perbaikan, nilai saldo kondisi pengangguran serta ekspektasi terhadap pengangguran masih berada pada level pesimis pada triwulan laporan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat memandang kondisi ketenagakerjaan masih kurang kondusif.
74
7
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN B. Kesejahteraan Pergerakan inflasi Kota Jambi pada triwulan laporan mulai mengalami peningkatan menjadi sebesar 1,71%/y-o-y. Meningkatnya harga-harga beberapa kebutuhan pokok tersebut pada akhirnya menyebabkan naiknya kebutuhan hidup minimum (KHM)/kebutuhan hidup layak (KHL) per bulan di Provinsi Jambi sebesar 4,34%, yaitu dari Rp922.513,16 menjadi Rp962.574,61. Grafik 6.4-6.7. Perkembangan Harga Rata-rata Bulanan Beberapa Bahan Kebutuhan Pokok Rp
Rp 140,000
7,000 6,500
120,000 6,000 100,000
5,500
Rp 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000
5,000 80,000 4,500
3,000 2,000 1,000
60,000
4,000
-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2007
2008
Merk Anggur IR 64 (aksis kanan)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2009
Merk King IR 42 (aksis kanan)
2007
Merk Belida
2008
2009
Segi Tiga Biru
Merk Lencana
Perkembangan Harga Beras
Perkembangan Harga Tepung Terigu
Grafik 6.4
Grafik 6.5 Rp
Rp 18,000
40,000
Rp 20,000
32,000
16,000
24,000
12,000
16,000
8,000
8,000
4,000
16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 -
-
2,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2007
2008
Bimoli Botol Special
2009
Tanpa Merk
2007
2008
Ayam Kampung (aksis kiri) Kacang Kedelai Impor Bawang Merah
2009
Susu Merk Dancow (aksis kiri) Daging Ayam Broiler (aksis kiri)
Perkembangan Harga Minyak Goreng
Perkembangan Harga Komoditas lainnya
Grafik 6.6
Grafik 6.7
Sumber: BPS Provinsi Jambi & Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi, 2009.
Perkembangan harga beberapa bahan kebutuhan pokok (lihat Grafik 6.2) mengalami perkembangan yang cukup beragam. Harga rata-rata beras ukuran 20 kg, yaitu Merek King dan Merek Belida mengalami peningkatan harga pada
kisaran
Rp1.303-Rp3.742/20kg
selama
periode
triwulan
laporan.31
Peningkatan harga juga terjadi pada kelompok harga daging, yaitu daging ayam dan daging sapi yang meningkat secara rata-rata masing-masing sebesar Rp2.098/kg dan Rp170/kg. Harga bumbu-bumbuan seperti bawang merah, bawang putih, cabe merah mengalami peningkatan. Di sisi lain, penurunan harga 31
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi, 2008.
75
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN terjadi pada komoditas minyak goreng, kacang kedelai, ikan asin dan kacang tanah. Pada periode triwulan laporan, harga rata-rata minyak goreng (Bimoli) dan minyak goreng curah (tanpa merek) mengalami penurunan masing-masing sebesar Rp1.554/liter dan Rp957/kg. Pada triwulan laporan, tantangan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya semakin berat. Hal ini tercermin dari menurunnya kemampuan Upah Minimum Provinsi (UMP) dalam memenuhi kebutuhan hidup minimum (KHM). Sebagaimana diketahui, Upah Minimum Provinsi (UMP)32 Provinsi Jambi tahun 2009 yang telah ditetapkan sebesar Rp800.000 per bulan. Namun, meningkatnya harga bahan-bahan kebutuhan pokok pasca kenaikan harga BBM serta selama bulan Ramadhan menyebabkan rasio UMP terhadap KHM/KHL mengalami penurunan dari 86,72% pada triwulan II tahun 2009 menjadi 83,11% pada triwulan III tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan UMP dalam menutupi KHM/KHL relatif semakin menurun. Bagi para pekerja yang mendapatkan upah sesuai dengan UMP atau bahkan dibawah UMP tentunya sangat berat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan, antara lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi pada bulan Agustus 2009. Pada bulan Agustus 2009, NTP sebesar 94,69 atau menurun 1,14% dibandingkan bulan Juni 2009 (95,78).33 Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian relatif lebih rendah dibandingkan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian. Indeks harga yang diterima petani (It) dari 5 sub sektor menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Agustus 2009, It mengalami penurunan sebesar 0,51% dibandingkan bulan Juni
32
Biasanya Upah Minimun Provinsi disesuaikan 1 (satu) tahun sekali. NTP adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang atau jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Sehingga, NTP dapat dikatakan sebagai cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. 33
76
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN 2009.
Sementara,
indeks
yang
dibayar
(Ib)
petani
malah
meningkat
dibandingkan pada triwulan laporan sehingga NTP pada bulan Agustus 2009 lebih rendah dibandingkan NTP bulan Juni 2009. Tabel 6.1. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2007=100) 2008 KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK 1 Tanaman Padi Palawija a Indeks Diterima Petani - Padi - Palawija b Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM Nilai Tukar Petani (NTP-P) 2 Hortikultura a Indeks Diterima Petani - Sayur-sayuran - Buah-buahan b Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM Nilai Tukar Petani (NTP-H) 3 Tanaman Perkebunan Rakyat a Indeks Diterima Petani - Tanaman Perkebunan Rakyat b Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 4 Peternakan a Indeks Diterima Petani - Ternak Besar - Ternak Kecil - Unggas - Hasil Ternak b Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 5 Perikanan a Indeks Diterima Petani - Penangkapan - Budidaya b Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) PROVINSI JAMBI a INDEKS YANG DITERIMA (It) b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib) c NILAI TUKAR PETANI (NTPp)
2009
PERSENTASE PERUBAHAN (%) (Agustus Ke Juni)
DES
JAN
FEB
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Agus
112.72 108.6 128.79 116.98 116.23 120.12 96.36
112.72 108.6 128.79 116.87 116.1 120.12 96.45
119.44 115.89 133.29 117.05 116.09 121.05 102.05
120.36 116.82 134.17 117.13 116.21 121 102.76
118.24 114.63 132.3 116.3 115.23 120.82 101.66
116.08 112.67 129.35 116.43 115.23 121.45 99.70
115.37 111.65 129.87 115.91 114.6 121.37 99.54
116.84 111.65 137.07 116.52 115.32 121.56 100.27
112.54 106.25 137.07 116.88 115.6 122.24 96.28
-2.45 -4.84 5.54 0.84 0.87 0.72 -3.28
113.01 115.27 110.28 116.89 115.88 120.72 96.69
109.28 108.45 110.28 116.82 115.8 120.72 93.54
109.09 108.11 110.28 116.77 115.79 120.52 93.42
108.57 107.68 109.64 116.93 115.91 120.81 92.85
107.11 105.02 109.64 116.09 114.93 120.53 92.26
107.02 105 109.47 116.26 114.94 121.31 92.05
107.04 105.77 108.58 115.77 114.24 121.61 92.46
111.99 111.98 112 116.35 114.95 121.69 96.25
112.59 113.08 112 116.55 115.26 121.47 96.60
5.18 6.91 3.15 0.67 0.89 -0.12 4.48
92.84 92.84 118.19 117.66 120.24 78.55
92.84 92.84 117.98 117.39 120.24 78.7
96.47 96.47 117.86 117.22 120.32 81.85
104.3 104.3 117.71 117.33 119.19 88.61
110.49 110.49 116.78 116.52 117.77 94.61
107.53 107.53 116.59 116.17 118.23 92.23
109.64 109.64 116.26 115.51 119.17 94.31
108.15 108.15 116.91 116.18 119.73 92.51
107.92 107.92 116.83 116.11 119.63 92.38
-1.57 -1.57 0.49 0.52 0.39 -2.04
108.42 102.43 109.84 118.78 131.19 114.89 114.89 114.9 94.37
108.42 102.43 109.84 118.78 131.19 114.8 114.73 114.9 94.44
109.38 102.43 109.84 122.92 131.19 114.83 114.78 114.9 95.25
109.26 102.43 109.84 122.16 132.29 114.9 114.93 114.86 95.09
109.65 103.07 109.84 122.16 132.29 113.86 114.18 113.4 96.3
109.65 103.07 109.84 122.16 132.29 114.55 114.02 115.29 95.72
110.55 104.29 109.84 123.12 130.91 114.03 113.05 115.39 96.95
110.55 104.29 109.84 123.12 130.91 114.36 113.62 115.39 96.67
110.52 104.29 109.84 123.69 127.58 114.57 113.98 115.39 96.46
-0.03 0.00 0.00 0.46 -2.54 0.47 0.82 0.00 -0.50
104.55 100.52 112.31 115.19 115.28 113.97 90.77
104.55 100.52 112.31 114.84 115.25 113.97 91.05
106.07 100.52 116.75 114.57 114.84 113.98 92.59
107.44 100.52 120.74 115.02 115.21 114.63 93.41
107.79 100.52 121.76 114.54 114.21 115.25 94.1
107.21 100.52 120.07 114.74 114.01 116.27 93.44
107.34 100.52 120.44 114.00 113.12 115.85 94.16
107.34 100.52 120.44 114.55 113.94 115.85 93.70
107.34 100.52 120.44 115.02 114.53 116.05 93.32
0.00 0.00 0.00 0.89 1.25 0.17 -0.89
104.11 117.18 88.85
103.47 117.03 88.41
107.01 117.02 91.45
110.36 117.04 94.3
112.01 116.16 96.43
110.16 116.22 94.78
110.89 115.77 95.78
111.58 116.37 95.89
110.33 116.51 94.69
-0.51 0.64 -1.14
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
Sementara itu, dari 5 sub sektor NTP, sebanyak 4 sub sektor mengalami penurunan indeks yaitu tanaman padi palawija (-3,28%), tanaman perkebunan rakyat (-2,04), peternakan, dan perikanan (-0,89%). Indeks harga yang diterima (Ib) mencerminkan fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil
77
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN pertanian. Pada bulan Agustus 2009, Ib mengalami peningkatan sebesar 0,64% dari sebesar 115,77 menjadi 116,51. C. Kemiskinan Dalam rangka turut mensukseskan program pemerintah dalam hal penanggulangan kemiskinan, pemerintah Jambi (melalui Bulog Divre Jambi) secara rutin membagikan beras miskin (raskin) kepada masayarakat yang berhak. Pada triwulan laporan, penyaluran raskin mencapai sebesar 5.777 ton. Grafik 6.8. Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi 14,000,000
250
12,000,000
200
10,000,000
150
8,000,000
100
6,000,000
50
4,000,000
-
2,000,000
(50)
-
(100) TW II TW III TW TW I TW II TW III TW TW I TW II TW III TW TW I TW II TW III TRW TW I TW II TW III IV IV IV IV 2005
2006 Penyaluran Raskin (kg), aksis kiri
Sumber: Bulog Prov. Jambi
Sumber: Bulog Provinsi Jambi (diolah)
78
2007
2008
2009
Pertumbuhan Raskin (%), aksis kanan
BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
Laju pertumbuhan kuartalan (q-t-q) PDRB Provinsi Jambi pada triwulan IV tahun 2009 diperkirakan masih mampu tumbuh positif dibandingkan triwulan III tahun 2009. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah diperkirakan menjadi kontributor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang. Dari sisi penawaran, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi masih dominan oleh sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor pertambangan dan penggalian. Disamping itu, akselerasi belanja pemerintah daerah di triwulan IV-2009 diperkirakan mampu mendorong sektor bangunan tumbuh lebih cepat. Sementara, sektor pengangkutan dan komunikasi akan terakselerasi dengan datangnya hari besar keagamaan. Perkembangan harga-harga pada triwulan mendatang diperkirakan akan lebih tinggi dibanding triwulan laporan (q-t-q). Dengan demikian, inflasi tahunan (y-o-y) diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan laporan. Kondisi pasokan dan stok bahan makanan dari luar daerah yang tercukupi dan relatif lancar diharapkan mampu menekan angka inflasi. Disisi lain,
masih adanya potensi
kenaikan harga minyak mentah dunia yang diikuti pergerakan harga-harga komoditas bahan-bahan pangan (kedelai, jagung, gandum), crude palm oil (CPO) di pasar internasional serta datangnya hari besar keagamaan (Idul Adha dan Natal) dapat memicu angka inflasi Kota Jambi pada triwulan IV tahun 2009 lebih tinggi dari triwulan laporan. A. Pertumbuhan Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan mendatang diperkirakan sedikit melambat pada kisaran sebesar 5,2-5,7% (y-o-y). Sejalan dengan hal tersebut, secara kuartalan (q-t-q) laju pertumbuhan diperkirakan melambat dibandingkan triwulan III-2009 yang mampu tumbuh cukup tinggi mencapai 2,35% (q-t-q). Pengeluaran konsumsi rumah tangga masih menjadi
79
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH motor
utama
pendorong
pertumbuhan
ekonomi
Jambi
pada
triwulan
mendatang. Hal ini tercermin dengan masih membaiknya indeks ekspektasi ekonomi sebesar 143,33, sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu mencapai 146,67. Sementara, indeks ekspektasi penghasilan masih pada level optimis terkait dengan meningkatnya ekspektasi masyarakat terhadap kondisi ekonomi. Disamping itu, statement Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidato penyampaian RUU APBN tahun 2010 di gedung DPR tentang kenaikan gaji pegawai negeri di awal tahun 2010 sebesar 5% juga memberikan harapan bagi pegawai negeri terhadap peningkatan pendapatannya. Menurunnya suku bunga perbankan juga berpotensi mendorong konsumsi masyarakat. Grafik 7.1. Perkembangan Ekspektasi Ekonomi, Ekspektasi Pengangguran dan Ekspektasi Penghasilan Indeks 180.00 Ekspektasi ekonomi Ekspektasi pengangguran Ekspektasi penghasilan
160.00 140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 I
II
III
IV
2004
Hasil
Survei
I
II
III
IV
2005
Ekspektasi
I
II
III
IV
2006
Konsumen
I
II
III
IV
I
2007
(SEK)
pada
II
III
IV
I
II
III
2008
2009
triwulan
laporan
menggambarkan rencana konsumsi dalam 6 s.d 12 bulan yang akan datang berada pada level pesimis. Secara spesifik nilai saldo bersih rencana konsumsi barang sandang tercatat sebesar 172,00. Sedangkan indikator lainnya masih bertengger pada level pesimis yaitu: pembelian/perbaikan rumah (62,67), peralatan rumah tangga (58,00), perabotan rumah tangga (54,67),
kendaraan
bermotor (30,00), serta rekreasi/tamasya (86,00). Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan belanja masyarakat di triwulan IV tahun 2009 terutama untuk
80
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH memenuhi kebutuhan pokok terlebih dahulu dibandingkan dengan kebutuhankebutuhan lainnya. Grafik 7.2. Rencana Konsumsi dalam 6-12 bulan yang akan datang Indeks 180.00 160.00 140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 I
II
III
IV
2004
I
II
III
IV
I
2005
II
III
2006
IV
I
II
III
IV
2007
I
II
III
IV
I
2008
II
III
2009
Peralatan rumah tangga
Perabotan rumah tangga
Kendaraan bermotor
Barang sandang
Pembelian/perbaikan rumah
Rekreasi/tamasya
Sementara itu, pengeluaran konsumsi Pemerintah Daerah pada triwulan mendatang diperkirakan mulai terakselerasi lebih cepat sehingga mampu memberikan kontribusi yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi. Di akhir periode anggaran, realisasi untuk proyek-proyek fisik Pemerintah Daerah diperkirakan akan semakin meningkat yang tentunya berdampak pada meningkatnya aktivitas perekonomian serta penyerapan tenaga kerja sehingga mampu mendorong perekonomian. Berdasarkan hasil SKDU triwulan III-2009, optimisme responden pada triwulan mendatang diyakini oleh pelaku usaha pada sektor pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor jasa-jasa. Sementara itu, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan masih menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Hal ini terlihat dari perkiraan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) untuk sektor tersebut yang masih positif (Tabel 7.1).
81
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
Tabel 7.1. Saldo Bersih Tertimbang Perkembangan Dunia Usaha Saldo Bersih Tertimbang No
Sektor/Subsektor
Triwulan III-2009
Triwulan IV-2009*
1
Pertanian
5.34
-
2
Pertambangan dan Penggalian
2.85
1.43
3
Industri Pengolahan
0.69
3.44
4
Listrik dan Air Minum
0.40
0.20
5
Bangunan
0.69
-
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
0.54
-1.09
7
Pengangkutan dan Komunikasi
1.83
1.37
8
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
0.95
1.42
9
Jasa-jasa
2.13
4.25
15.42
11.03
Total Keterangan : *) Angka perkiraan Keterangan : Saldo Bersih = % naik dikurangi turun Saldo Bersih Tertimbang = Saldo Bersih dikalikan bobot Bobot didasarkan pada Distribusi PDRB Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2006
Dari sisi penawaran, perkembangan sektor pertanian pada triwulan mendatang diperkirakan masih tumbuh positif. Mulai membaiknya harga komoditas perkebunan seperti kelapa sawit dan karet menjadi pendorong tumbuhnya sektor pertanian pada triwulan mendatang. Sub sektor tanaman bahan makanan juga diperkirakan tumbuh positif yang didorong membaiknya hasil panen tanaman bahan makanan (tabama). Sektor industri pengolahan diperkirakan akan meningkat pertumbuhannya sejalan dengan pertumbuhan sektor pertanian. Membaiknya harga komoditas unggulan provinsi Jambi (sawit) diperkirakan akan mendukung pertumbuhan sektor industri pengolahan. Namun demikian, memasuki musim pancaroba juga menjadi ancaman bagi produktivitas beberapa hasil pertanian. Pada triwulan mendatang, nilai lifting minyak bumi diperkirakan akan meningkat sejalan dengan membaiknya harga minyak mentah di pasar
82
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH internasional sehingga mendorong perusahaan minyak bumi meningkatkan produksinya. Pergerakan sektor penggalian dan sektor bangunan diperkirakan pertumbuhannya meningkat sejalan dengan akselerasi realisasi APBD Pemerintah Jambi pada periode triwulan IV-2009. Hal ini didorong juga oleh masih meningkatnya permintaan pembangunan properti residensial (perumahan) oleh perusahaan pengembang (developer) dan masyarakat umum serta pembangunan properti komersial seperti hotel dan ruko (rumah toko) serta perkiraan meningkatnya pengeluaran konsumsi pemerintah, terutama untuk belanja modal. Sektor perdagangan, hotel dan restoran juga diperkirakan masih tumbuh positif seiring dengan pertumbuhan sektor pertanian dan industri pengolahan serta dipicu oleh perayaan hari besar keagamaan dan tahun baru 2010. Perayaan tersebut akan memicu aktivitas perdagangan, tingkat kunjungan restoran serta kapasitas hunian hotel. Sektor pengangkutan dan komunikasi juga diprakirakan masih tumbuh positif terutama didorong oleh aktivitas sub sektor angkutan. Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia Jambi, pertumbuhan ekonomi tahunan (y-o-y) Provinsi Jambi pada triwulan IV tahun 2009 diperkirakan pada kisaran 5,00%-5,30% (skenario pesimis) atau sebesar 5,31%-5,70% (skenario optimis). Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi sampai dengan akhir tahun 2009 diperkirakan pada kisaran 5,90%-6,30% (skenario pesimis) atau sebesar 6,31%-6,60% (skenario optimis). Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas ditengah tantangan krisis ekonomi dunia, diperlukan langkah nyata dan effort yang lebih besar dari Pemerintah Daerah Jambi untuk memacu pertumbuhan ekonominya. Beberapa prasyarat agar pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi bisa tumbuh lebih baik, antara lain melalui: 1. Percepatan
realisasi
APBD
terutama
pada
sektor
yang
dapat
menstimulus perekonomian Jambi. Dengan sisa satu triwulan terakhir tahun 2009, percepatan realisasi belanja APBD 2009 memerlukan akselerasi yang lebih tinggi sehingga mampu mempercepat stimulus pembangunan ekonomi di Jambi. Stimulus yang diberikan terutama untuk sektor-sektor yang berdampak tinggi terhadap
83
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH perokonomian Jambi serta ketenagakerjaan seperti sektor pertanian, industri manufaktur, perikanan dan kelautan, migas dan pertambangan, kehutanan, jasa perdagangan, jasa pariwisata, jasa angkutan, jasa tenaga kerja dan UMKM. 34 2. Pengendalian Inflasi yang Forward Looking. Diperlukan keberlangsungan kebijakan penanganan inflasi (pengendalian harga-harga)
yang
koordinatif
antar
dinas/instansi
terkait
secara
berkesinambungan sehingga dapat mendukung terciptanya inflasi yang relatif rendah dan stabil melalui pengendalian inflasi yang forward looking diantaranya melalui: a. Koordinasi antara FKPI Provinsi Jambi dengan Tim Pengendalian Inflasi di level pusat yang lebih intensif. b. Meningkatkan kegiatan diseminasi untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat di daerah terkait kondisi dan prospek ekonomi dan resiko tekanan inflasi. c. Pemerintah daerah memberikan perhatian yang lebih kepada komoditas bahan makanan utama yang masih didatangkan dari luar daerah sehingga harganya berpotensi untuk bergejolak. 3. Optimalisasi Penyerapan Tenaga Kerja Daerah. Dengan
terealisasinya
belanja
modal
pemerintah
untuk
kegiatan
pembangunan, terutama untuk proyek-proyek fisik serta program percepatan ekonomi lainnya diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan tenaga kerja lokal sehingga mampu membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Jambi yang berdampak pada menurunnya angka pengangguran dan kemiskinan, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. 4. Penguatan ekspor barang dan jasa. Penguatan ekspor di Jambi dapat dilakukan dengan perbaikan kualitas dan produktivitas komoditas utama ekspor (seperti karet dan kelapa sawit) sehingga dapat tetap menjaga daya saing di pasar internasional yang didukung dengan ketersediaan industri hilir. Selain itu, untuk mempermudah jalur transportasi dapat dilakukan dengan percepatan pembangunan jalan dan jembatan dari dan ke pelabuhan Muara Sabak. 34
Realisasi belanja APBD Provinsi Jambi sampai dengan semester I-2009 baru terealisasi sebesar
24,04%. Bahkan, realisasi belanja modal baru terealisasi 11,63% atau baru mencapai Rp52,74 miliar dari total anggaran belanja modal sebesar Rp453,65 miliar.
84
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH 5. Kebijakan
Agrobisnis
yang
menguntungkan
bagi
petani
dan
pengusaha. Beberapa hal yang bisa dilaksanakan adalah: -
Percepatan realisasi tersedianya industri hilir (misal industri minyak goreng, sabun dll) yang dapat menopang supply sawit dan karet untuk dioptimalkan menjadi komoditas yang memiliki value added lebih baik sehingga dapat meningkatkan daya saing Provinsi Jambi dalam sektor perkebunan dan dapat menjadi buffer ketika harga komoditas sedang turun.
-
Perlunya pemberian subsidi dalam pemenuhan stok pupuk dan obat anti serangga/hama yang dapat digunakan untuk mendukung proses produksi sehingga petani tetap dapat mempergunakan jumlah pupuk yang seimbang dan sesuai untuk meningkatkan proses produksi.
-
Pengawasan distribusi pupuk yang komprehensif sehingga tidak terjadi kelangkaan di tingkat petani yang dapat mendorong peningkatan harga pupuk yang sangat memberatkan petani.
-
Penentuan tingkat harga yang saling menguntungkan antara petani dengan pengusaha sehingga terjadi hubungan bisnis yang kondusif. Oleh karena itu, perusahaan harus menghindari pembelian komoditas tersebut melalui toke.35
6. Pertumbuhan kredit perbankan Mendorong laju pertumbuhan kredit Provinsi Jambi pada triwulan IV tahun 2009 berkisar 15-20% (y-o-y) melalui program-program pendampingan kepada usaha mikro dan kecil. Jika beberapa prasyarat diatas belum terpenuhi dan dampak dari melambatnya
perekonomian
dunia
semakin
memburuk
maka
peluang
pengembangan perekonomian Provinsi Jambi dikhawatirkan semakin kecil.
35
Toke bisa juga diartikan tengkulak atau cukong.
85
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH B. Proyeksi Inflasi Secara tahunan (y-o-y), perkembangan harga-harga pada triwulan IV-2009 diperkirakan relatif meningkat dibandingkan triwulan III tahun 2009. Kondisi ini tercermin dari hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) yang menunjukkan bahwa keyakinan masyarakat terhadap perbaikan harga-harga masih berada pada level pesimis. Hal tersebut tercermin dari seluruh indikator ekspektasi harga yang memiliki nilai dibawah 100 atau berada dalam level pesimis (lihat Grafik 7.3). Sedangkan nilai saldo bersih (SB) untuk indikator kenaikan harga umum sebesar 36,00, sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (37,33).36 Grafik 7.3. Saldo Bersih Ekspektasi harga dalam 6-12 bulan yang akan datang Indeks 110.00
90.00
Bahan sandang
Perumahan & bahan bangunan
Transportasi & komunikasi
Harga Umum
Bahan makanan 70.00
50.00
30.00
10.00
-10.00
I
II
III
2004
IV
I
II
III
2005
IV
I
II
III
2006
IV
I
II
III
2007
IV
I
II
III
2008
IV
I
II
III
2009
Dalam periode 5 tahun terakhir, perkembangan laju inflasi tahun kalender/y-t-d (lihat grafik 7.4) pada bulan Desember berkisar antara 4,67% (y-td) s.d 16,50% (y-t-d). Inflasi Kota Jambi pada Triwulan IV-2009 diperkirakan sebesar 1,50%-2,50%/y-o-y (skenario optimis) atau sebesar 2,51%-3,50%/y-o-y (skenario pesimis). Pada triwulan mendatang tekanan inflasi dirasakan terutama menjelang perayaan hari besar keagamaan dan tahun baru 2010. Disamping itu,
36
SB (Saldo Bersih) = (%baik-%buruk)+100%. Nilai dibawah 100% berarti pesimis. Nilai diatas 100% berarti optimis. Saldo Bersih ekspektasi harga merupakan hasil survey dari jawaban pertanyaan ekspektasi terhadap harga barang/jasa pada 6-12 bulan mendatang.
86
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH akselerasi proyek-proyek pemerintah provinsi dan kabupaten biasanya diikuti dengan kenaikan harga barang-barang material dan biaya jasa tukang. Grafik 7.4. Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (y-t-d) Kota Jambi periode tahun 2003 s.d. 2009 (Juni) serta Perkiraan Oktober s.d. Desember 2009 y-t-d (%) 20
15
2003
2004
2005
2006
2007 2009 optimis
2008 2009 pesimis
10
5
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
-5
Catatan: Inflasi bulan September-Desember 2009 adalah angka perkiraan
Grafik 7.5. Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi periode tahun 2003 s.d. 2009 (Juni) serta Perkiraan Oktober s.d. Desember 2009 y-o-y (%) 25 2003 2006 2009 optimis
20
2004 2007 2009 pesimis
2005 2008
15
10
5
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Catatan: Inflasi bulan Oktober-Desember 2009 adalah angka perkiraan
Beberapa faktor-faktor lain yang masih berpotensi akan memberikan tekanan inflasi selama triwulan mendatang dan menyebabkan perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara lain 1)Meningkatnya demand masyarakat terhadap kebutuhan barang dan jasa terutama terkait dengan datangnya perayaan hari besar keagamaan (Idul Adha dan Natal) serta tahun baru 2010. 2) Menurunnya suku bunga perbankan dapat memicu meningkatnya konsumsi masyarakat, 3)
87
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH Akselerasi belanja pemerintah daerah yang semakin cepat dapat memicu kenaikan harga barang-barang material dan jasa tukang. 4) Kondisi infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala akan meningkatkan biaya distribusi dan transportasi barang dan jasa, 5) Kondisi cuaca di musim pancaroba ini dapat menjadi ancaman dalam produksi pertanian dan pendistribusian barang, serta 6)Potensi kenaikan harga minyak mentah dunia yang diikuti pergerakan hargaharga komoditas bahan-bahan pangan (kedelai, jagung, gandum), crude palm oil (CPO) di pasar internasional. Beberapa hal tersebut diperkirakan akan memacu meningkatnya angka inflasi pada periode triwulan IV tahun 2009. Sementara,
masih
tercukupinya
stok
beberapa
kebutuhan
pokok
diprakirakan cukup mampu meredam potensi gejolak harga yang terjadi sewaktuwaktu akibat kemungkinan shock di sisi penawaran. Stok beras di Bulog Divre Jambi diprakirakan cukup untuk meredam gejolak harga beras.
88
LAMPIRAN
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI
Halaman ini sengaja dikosongkan
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) LAPANGAN USAHA
2007*
2008**
1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 3. INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas 1. Pengilangan Minyak Bumi 2. Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Migas **) 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH a. Listrik b. Gas c. Air Bersih 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN a. Perdagangan Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI a. Pengangkutan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya 3. Angkutan Laut 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 5. Angkutan Udara 6. Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi 1. Pos dan Telekomunikasi 2. Jasa Penunjang Komunikasi 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. a. Bank b. Lembaga Keuangan tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. JASA-JASA a. Pemerintahan Umum 1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 2. Jasa Pemerintah lainnya b. Swasta 1. Sosial Kemasyarakatan 2. Hiburan & Rekreasi 3. Perorangan & Rumahtangga PDRB Migas
8,120,215.57
8,488,717.43
9,558,938.27
10,693,001.20
11,260,090.81
9,576,739.05
9,755,566.45
10,309,713.79
10,936,650.90
PDRB Tanpa Migas
6,680,958.57
7,015,517.69
7,316,203.98
7,641,524.68
7,972,791.14
8,247,868.22
8,457,341.84
8,789,225.58
9,174,467.31
(1)
IV (9) 2,169,378.70 742,835.30 1,013,933.27 126,890.83 196,939.98 88,779.32 1,525,057.30 1,367,460.85 64,800.54 92,795.92 1,071,914.43 105,738.90 105,738.90 966,175.53 77,915.34 64,385.90 13,529.44 409,246.04 1,276,434.19 1,172,229.60 13,521.95 90,682.63 615,801.33 569,854.48 399,995.31 63,452.60 28,643.77 48,559.42 29,203.38 45,946.85 45,151.46 795.40 391,298.97 143,506.30 29,109.80 1,921.69 210,151.07 6,610.10 951,671.14 815,435.35 559,480.43 255,954.93 136,235.79 93,222.06 6,828.54 36,185.19
Keterangan: *angka sementara ** angka sangat sementara
I (10) 2,278,172.35 790,955.35 1,035,722.06 128,869.16 198,954.96 123,670.81 2,369,157.08 2,131,475.58 143,246.66 94,434.84 1,106,944.62 111,258.70 111,258.70
2009**
III (8) 2,137,348.25 717,375.61 987,681.15 120,824.20 184,074.21 127,393.08 1,495,188.34 1,339,095.82 62,450.15 93,642.37 959,582.79 100,161.18 100,161.18 859,421.61 76,235.82 63,217.72 13,018.10 393,721.76 1,203,828.61 1,105,075.94 12,821.13 85,931.54 594,893.15 549,481.97 386,247.91 60,789.85 28,120.51 45,803.40 28,520.31 45,411.17 44,627.56 783.61 345,002.76 117,834.98 28,436.88 1,428.26 190,742.15 6,560.49 914,414.10 783,766.07 537,344.52 246,421.55 130,648.03 88,386.34 6,730.14 35,531.55
III (12) 2,459,512.73 875,628.75 1,092,230.50 136,627.55 212,044.32 142,981.62 3,473,284.26 3,167,228.02 207,326.93 98,729.31 1,231,215.84 120,071.65 120,071.65
IV (13) 2,537,018.18 910,876.55 1,094,475.31 139,897.13 215,104.23 176,664.96 1,600,266.68 1,220,404.22 277,742.63 102,119.84 1,231,227.22 108,466.62 108,466.62
995,685.91 79,097.73 65,387.48
II (11) 2,366,987.60 838,396.09 1,058,898.07 132,928.56 204,498.56 132,266.32 3,208,173.73 2,943,563.09 167,931.41 96,679.24 1,163,434.22 107,913.43 107,913.43 1,055,520.79 85,814.71 70,656.56
16,864.28 466,934.14 1,452,867.70 1,339,333.17 14,695.41 98,839.11 680,989.73 630,572.93
I (14) 2,569,126.63 943,591.26 1,088,177.77 142,893.71 219,138.92 175,324.95 1,570,027.79 1,188,444.22 272,808.83 108,774.74 1,289,649.38 109,780.39 109,780.39 1,179,868.99 93,996.46 78,247.71 15,748.75 486,185.54 1,493,845.91 1,378,992.66 15,075.64 99,777.61 700,259.48 648,429.02
II (15) 2,606,177.95 953,102.39 1,107,174.88 144,273.74 223,712.63 177,914.32 1,817,568.98 1,408,833.46 295,477.93 113,257.60 1,346,971.88 111,654.75 111,654.75 1,235,317.13 97,807.01 82,005.30 15,801.71 503,988.59 1,596,188.68 1,478,698.30 15,677.16 101,813.22 730,413.50 677,691.43
III (16) 2,701,894.29 997,337.17 1,143,915.37 147,953.21 228,540.64 184,147.90 2,067,862.50 1,646,945.44 302,839.75 118,077.31 1,424,184.48 115,238.15 115,238.15 1,308,946.33 102,232.28 85,955.88 16,276.40 523,317.03 1,685,602.91 1,563,958.04 16,032.74 105,612.13 765,719.23 710,460.55
1,111,144.19 83,810.28 67,555.65
1,122,760.61 93,153.42 76,289.14
13,710.25 423,266.64 1,306,734.74 1,200,190.23 13,759.24 92,785.28 618,790.01 571,656.86
15,158.15 435,005.87 1,359,997.32 1,249,498.83 14,511.71 95,986.79 634,474.84 585,314.74
16,254.63 446,648.65 1,420,703.12 1,307,683.68 14,621.61 98,397.83 658,074.19 608,439.38
408,401.42 63,792.84 29,227.28 40,332.58 29,902.75 47,133.15 46,324.20 808.96 403,888.80 148,243.29 29,688.96 1,967.14 217,288.89 6,700.51 972,886.31 833,856.20 571,314.96 262,541.24 139,030.11 95,138.31 7,124.14 36,767.66
421,950.64 66,264.75 29,951.52 36,384.99 30,762.85 49,160.10 48,332.04 828.05 446,879.48 180,486.71 30,484.82 2,033.50 226,998.15 6,876.29 992,233.42 850,804.49 582,389.64 268,414.85 141,428.93 96,535.59 7,229.56 37,663.78
440,670.18 67,794.83 30,164.87 38,279.32 31,530.18 49,634.80 48,796.48 838.32 474,578.91 197,951.47 31,070.76 2,101.62 236,426.04 7,029.01 1,012,262.84 867,152.58 595,095.24 272,057.33 145,110.26 98,960.66 7,336.85 38,812.75
456,706.53 67,997.94 30,209.36 43,400.27 32,258.82 50,416.80 49,571.05 845.76 480,418.56 192,555.05 31,630.91 2,125.04 246,835.21 7,272.34 1,033,863.40 886,876.32 608,132.47 278,743.85 146,987.08 100,592.66 7,367.30 39,027.11
465,664.41 70,896.96 30,824.76 48,197.79 32,845.10 51,830.46 50,966.23 864.23 505,175.20 211,773.25 32,434.44 2,211.51 251,310.60 7,445.40 1,047,300.06 897,961.72 615,628.80 282,332.92 149,338.35 102,644.59 7,393.92 39,299.84
476,311.54 72,231.37 31,796.19 63,871.14 33,481.19 52,722.08 51,840.96 881.12 529,353.94 226,865.48 33,308.83 2,279.30 259,314.30 7,586.02 1,081,243.24 929,262.89 632,902.64 296,360.25 151,980.35 105,007.25 7,495.39 39,477.70
500,005.56 73,336.72 32,376.78 69,586.75 35,154.74 55,258.69 54,343.08 915.61 551,675.33 239,662.15 33,983.71 2,385.25 267,798.15 7,846.06 1,114,162.85 955,613.86 649,623.59 305,990.27 158,548.98 110,514.40 7,627.61 40,406.97
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) LAPANGAN USAHA (1) 1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 3. INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas 1. Pengilangan Minyak Bumi 2. Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Migas **) 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH a. Listrik b. Gas c. Air Bersih 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN a. Perdagangan Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI a. Pengangkutan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya 3. Angkutan Laut 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 5. Angkutan Udara 6. Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi 1. Pos dan Telekomunikasi 2. Jasa Penunjang Komunikasi 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. a. Bank b. Lembaga Keuangan tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. JASA-JASA a. Pemerintahan Umum 1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 2. Jasa Pemerintah lainnya b. Swasta 1. Sosial Kemasyarakatan 2. Hiburan & Rekreasi 3. Perorangan & Rumahtangga
2007* III (8) 1,119,802.25 407,116.08 518,359.35 76,704.44 69,132.56 48,489.81 397,513.39 334,320.48 19,216.40 43,976.51 485,945.27 32,385.71 32,385.71 453,559.56 28,395.62 23,737.77
2008**
2009**
4,657.84 169,680.38 621,385.86 567,160.46 7,592.42 46,632.97 292,253.60 266,166.12
IV (9) 1,115,682.88 411,908.00 519,033.89 78,932.09 69,489.82 36,319.08 390,208.73 327,114.70 19,431.47 43,662.57 498,821.40 33,189.24 33,189.24 465,632.16 28,400.02 23,717.76 4,682.26 174,088.20 629,576.19 575,249.67 7,610.60 46,715.92 295,141.06 269,213.77
I (10) 1,138,534.97 415,167.90 523,435.29 79,166.51 69,681.68 51,083.59 398,238.51 312,835.24 41,362.48 44,040.80 504,812.70 33,805.43 33,805.43 471,007.27 28,717.71 24,006.24 4,711.47 176,847.49 624,794.01 570,034.61 7,679.09 47,080.31 295,235.15 269,045.24
II (11) 1,161,802.13 428,478.31 531,417.71 79,347.94 69,863.92 52,694.27 444,841.89 352,239.83 48,090.03 44,512.03 515,501.10 32,984.05 32,984.05 482,517.05 29,847.18 25,047.06 4,800.12 179,216.33 633,531.60 577,788.71 7,872.17 47,870.72 296,902.87 270,456.79
III (12) 1,180,632.56 437,572.75 538,352.04 79,765.66 70,141.18 54,800.93 504,880.40 401,473.50 58,430.27 44,976.62 524,158.66 35,310.24 35,310.24 488,848.42 28,714.94 23,988.60 4,726.34 180,183.25 641,400.16 585,193.13 7,881.52 48,325.51 302,955.99 276,313.83
IV (13) 1,205,126.00 450,618.23 542,748.74 80,082.75 70,256.58 61,419.70 503,517.63 381,152.93 76,796.08 45,568.63 521,871.93 31,513.18 31,513.18 490,358.75 30,405.57 25,634.77 4,770.79 185,235.31 652,730.56 596,331.31 7,919.32 48,479.93 309,883.03 283,015.50
I (14) 1,207,279.85 461,952.52 532,944.12 81,493.84 70,346.82 60,542.55 493,616.10 371,769.06 75,018.94 46,828.10 528,138.60 31,786.38 31,786.38 496,352.22 31,237.54 26,389.59 4,847.94 192,366.87 657,478.78 600,730.40 7,938.79 48,809.59 311,528.76 283,943.67
171,042.84 36,733.22 16,144.59 25,787.97 16,457.50 26,087.48 25,803.39 284.09 154,646.57 56,104.48 10,913.80 885.63 83,352.33 3,390.32 322,579.49 266,094.80 170,081.20 96,013.60 56,484.70 36,175.63 3,309.92 16,999.15
172,739.34 37,338.30 16,210.45 26,425.67 16,500.02 25,927.29 25,643.08 284.21 168,880.38 68,327.30 10,999.11 1,048.28 85,095.03 3,410.66 326,016.09 269,078.93 172,078.09 97,000.84 56,937.16 36,428.88 3,312.52 17,195.75
174,173.07 37,404.42 16,259.87 24,621.67 16,586.21 26,189.91 25,902.97 286.94 171,802.42 70,582.71 11,125.60 1,054.72 85,612.95 3,426.43 329,625.68 272,143.73 173,818.82 98,324.92 57,481.95 36,735.40 3,381.09 17,365.46
176,718.31 38,232.65 16,304.56 22,425.29 16,775.98 26,446.07 26,155.54 290.53 188,479.57 85,934.69 11,275.85 1,059.95 86,759.95 3,449.13 332,418.32 274,528.74 175,156.65 99,372.09 57,889.57 36,934.29 3,390.09 17,565.20
181,044.19 38,776.02 16,373.93 23,020.94 17,098.76 26,642.15 26,349.31 292.85 197,934.46 94,250.15 11,429.86 1,075.47 87,675.10 3,503.88 337,632.80 278,902.23 178,397.30 100,504.93 58,730.57 37,460.78 3,405.61 17,864.18
184,579.16 38,702.07 16,391.52 26,161.99 17,180.75 26,867.53 26,573.03 294.50 196,554.41 91,680.76 11,483.76 1,084.06 88,736.48 3,569.35 341,759.51 282,807.21 180,658.10 102,149.10 58,952.30 37,650.84 3,410.80 17,890.65
186,092.71 39,042.73 16,441.49
II (15) 1,215,628.72 465,948.98 536,236.98 81,578.66 70,475.50 61,388.60 490,654.62 362,023.34 80,670.72 47,960.56 531,676.30 31,929.10 31,929.10 499,747.20 33,324.80 28,503.45 4,821.35 194,687.09 679,693.10 622,483.48 8,100.33 49,109.28 316,579.94 288,611.74 186,951.20 39,122.67 16,655.08
25,161.20 17,205.53 27,585.10 27,285.18 299.91 207,404.99 100,831.08 11,615.97 1,108.80 90,238.31 3,610.83 343,865.84 284,248.99 181,727.03 102,521.96 59,616.84 38,243.43 3,415.84 17,957.57
28,441.64 17,441.15 27,968.19 27,662.86 305.33 216,205.64 108,016.90 11,661.39 1,125.72 91,772.59 3,629.03 348,766.07 288,599.12 184,040.08 104,559.04 60,166.95 38,709.00 3,424.94 18,033.02
191,253.16 39,401.84 16,860.01 30,870.27 17,970.98 28,947.73 28,634.35 313.38 222,740.53 112,691.28 11,781.70 1,152.80 93,457.98 3,656.77 354,364.74 292,464.33 186,197.66 106,266.67 61,900.41 40,212.39 3,453.14 18,234.89
3,972,917.33 3,569,361.89
4,027,216.26 3,633,263.82
4,122,010.72 3,728,316.87
PDRB Migas
3,592,202.42
3,626,814.95
3,668,608.65
3,782,541.00
3,898,493.21
3,947,083.94
PDRB Tanpa Migas
3,225,496.23
3,266,511.01
3,321,967.98
3,397,317.11
3,461,709.47
3,534,417.83
Keterangan: *angka sementara ** angka sangat sementara
III (16) 1,239,364.95 477,868.23 544,287.28 83,320.45 71,125.62 62,763.36 492,216.33 361,218.99 81,760.52 49,236.81 551,045.18 32,474.86 32,474.86 518,570.33 33,140.93 28,209.09 4,931.84 201,064.85 702,769.21 644,404.70 8,208.26 50,156.25 325,303.99 296,356.25
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)
JENIS PENGELUARAN (1)
Trw III (32)
Tahun 2007* TRW IV (2)
Tahun 2008**
Tahun 2009**
TRW.I
TRW.II
TRW.III
TRW.IV
TRW.I
TRW.II
TRW III
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
5,143,526.02
5,362,984.79
5,890,110.21
6,283,403.82
6,623,739.77
6,925,016.75
6,973,058.53
7,297,996.15
7,810,301.21
2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
1,317,634.96
1,401,431.72
1,423,090.35
1,552,700.32
1,646,598.73
1,661,562.58
1,610,379.42
1,728,185.63
1,838,599.51
35,270.51
36,840.63
37,006.41
43,313.53
43,956.92
48,822.66
54,993.08
59,328.75
61,988.31
1,376,069.58
1,458,032.28
1,469,136.49
1,528,691.70
1,550,858.78
1,665,205.57
1,687,308.54
1,796,877.85
1,905,115.63
193,163.69
211,999.97
215,220.36
234,252.11
242,781.13
254,198.61
272,397.07
284,620.36
298,961.19
6. Ekspor
3,488,996.14
4,309,260.82
4,395,052.77
5,892,318.72
6,026,406.01
5,921,120.24
6,389,331.98
6,796,090.27
7,324,368.76
7. Impor
3,434,445.33
4,291,832.77
3,870,678.34
4,841,678.99
4,874,250.54
6,899,187.36
7,231,902.18
7,653,385.22
8,302,683.72
8,120,215.57
8,488,717.43
9,558,938.27
10,693,001.20
11,260,090.81
9,576,739.05
9,755,566.45
10,309,713.79
10,936,650.90
3. Lembaga Swasta Nirlaba 4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bru 5. Perubahan Stok
JUMLAH
Keterangan: *angka sementara ** angka sangat sementara
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)
JENIS PENGELUARAN (1) 1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
Trw III (32)
Tahun 2007* TRW IV (33)
Tahun 2008**
Tahun 2009**
TRW.I
TRW.II
TRW.III
TRW.IV
TRW.I
TRW.II
TRW III
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
2,542,451.51
2,649,850.47
2,652,358.72
2,727,745.21
2,820,494.97
2,881,003.20
2,844,885.78
2,876,978.07
2,968,277.15
665,847.30
704,685.99
712,712.34
717,390.97
757,531.41
760,080.06
730,776.04
757,456.68
792,630.38
17,694.07
18,277.02
18,305.69
18,810.17
19,003.69
20,759.32
21,920.77
22,674.49
23,107.77
4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bru
577,420.72
608,517.48
611,827.09
620,494.64
627,133.93
662,253.13
632,388.71
638,963.91
649,984.06
5. Perubahan Stok
101,616.12
110,345.96
111,211.14
115,153.58
119,040.19
122,055.65
123,445.30
124,473.89
126,879.44
6. Ekspor
1,961,121.28
2,353,570.11
2,058,062.35
2,110,946.55
1,943,275.78
1,916,407.45
1,943,708.30
1,995,506.82
2,064,750.48
7. Impor
2,273,948.58
2,818,432.08
2,495,868.69
2,528,000.12
2,387,986.74
2,415,474.88
2,324,207.57
2,388,837.59
2,503,618.56
3,592,202.42
3,626,814.95
3,668,608.65
3,782,541.00
3,898,493.21
3,947,083.94
3,972,917.33
4,027,216.26
4,122,010.72
2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 3. Lembaga Swasta Nirlaba
JUMLAH
Keterangan: *angka sementara ** angka sangat sementara
Indeks Harga Konsumen (IHK) Jambi Tahun Dasar 2007=100 2008
Uraian
2009
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGS
SEP
OKT
NOV
DES
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGS
SEP
I UMUM
103.80
104.09
105.33
105.79
108.37
112.91
114.23
114.65
114.90
114.87
114.79
114.68
115.16
115.92
114.98
113.52
114.62
114.15
115.36
115.76
116.86
II BAHAN MAKANAN
109.92
110.78
113.04
114.69
121.20
124.79
128.97
129.56
128.47
127.83
125.64
126.94
129.27
128.65
124.26
119.00
122.98
120.87
123.47
124.51
126.96
III. MAKANAN JADI, MNMAN, ROKOK & TBK
102.50
102.50
104.84
105.40
106.34
112.57
112.66
113.69
113.77
114.18
116.51
116.76
119.16
120.32
121.00
120.95
121.02
121.19
121.24
121.59
122.68
IV. PERUMAHAN
101.71
101.76
101.94
102.24
103.02
106.28
106.78
106.74
108.65
108.92
109.14
109.61
109.63
113.48
113.71
113.50
113.49
113.35
113.32
113.57
113.45
V. SANDANG
104.50
105.05
106.38
108.92
107.41
107.98
108.76
108.04
108.21
108.00
108.58
109.47
109.84
112.12
113.25
113.19
112.96
113.36
113.16
112.97
113.43
99.17
99.23
99.41
99.43
99.68
106.10
106.33
106.33
106.81
106.79
106.82
107.71
107.83
108.12
108.27
108.65
109.44
109.58
109.23
109.44
110.24
VII. PENDIDIKAN, REKREASI & OR
101.10
101.10
101.10
101.30
103.72
104.33
105.67
105.67
105.67
105.51
106.30
106.54
106.77
106.83
106.70
106.81
106.86
106.59
112.23
113.76
113.83
VIII. TRANSPORT & KOMUNIKASI
100.20
100.26
100.87
99.21
101.67
109.68
109.40
110.17
110.57
110.74
110.66
106.81
103.55
102.06
102.07
102.04
102.03
102.47
103.63
103.26
104.47
VI. KESEHATAN
Sumber: BPS Provinsi Jambi
Daftar Istilah Ekspor adalah seluruh barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil. Impor adalah seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil. PDRB atas dasar harga pasar adalah penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian. PDRB atas dasar harga konstan merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya. Bank pemerintah adalah bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari Bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI. Bank swasta adalah perbankan yang sepenuhnya dimiliki oleh swasta nasional sebelum dilakukannya program rekapitalisasi perbankan. Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito. Net Interest Margin (NIM) adalah selisih bersih antara biaya bunga operasional dengan pendapatan bunga operasional. Loan to Deposits Ratio (LDR) adalah rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun. Non Performing Loan (NPL) adalah jumlah kredit yang termasuk dalam kategori kurang lancar, diragukan dan macet sesuai ketentuan Bank Indonesia. Cash inflows adalah jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu. Cash outflows adalah jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu. Net cashflows adalah selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya. Administered prices adalah kelompok barang yang pergerakan harganya ditentukan oleh pemerintah baik secara keseluruhan maupun sebagian.
Aktiva Produktif adalah penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit, penempatan pada antar bank, penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya. Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) adalah pembobotan terhadap aktiva yang dimiliki oleh bank berdasarkan risiko dari masing-masing aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot risikonya. Misalnya kredit yang diberikan kepada pemerintah mempunyai bobot yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang diberikan kepada perorangan. Kualitas Kredit adalah penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur
dan
kelancaran
pembayaran
bunga
dan
pokok.
Kredit
digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu Lancar, Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar, Diragukan dan Macet. Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio antara modal (modal inti dan modal pelengkap) terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang diterima perbankan dari masyarakat, yang berupa giro, tabungan atau deposito. Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima. Konsep ini sama dengan konsep LDR pada bank umum konvensional. Inflasi adalah Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persistent). Inflasi Administered Price adalah Inflasi yang terjadi pergerakan harga barangbarang yang termasuk dalam kelompok barang yang harganya diatur oleh pemerintah (misalnya bahan bakar). Inflasi Inti adalah Inflasi yang terjadi karena adanya gap penawaran aggregat and permintaan agregrat dalam perekonomian, serta kenaikan harga barang impor dan ekspektasi masyarakat. Inflasi Volatile Food adalah Inflasi yang terjadi karena pergerakan harga barang-barang yang termasuk dalam kelompok barang yang harganya bergerak sangat volatile (misalnya beras).
Kliring adalah pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu. Kliring Debet adalah kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang disertai dengan penyampaian fisik warkat debet seperti cek, bilyet giro, nota debet kepada penyelenggaran kliring lokal (unit kerja di Bank Indonesia atau bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia sebagai penyelenggara kliring lokal) dan hasil perhitungan akhir kliring debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit kerja yang menangani SKNBI di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan secara nasional. Kliring Kredit adalah kegiatan kliring untuk transfer kredit antar bank yang dikirim langsung oleh bank peserta ke Sistem Sentral Kliring di KP Bank Indonesia tanpa menyampaikan fisik warkat (paperless). Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara jumlah kredit yang disalurkan terhadap dana yang diterima (giro, tabungan dan deposito). Net Interest Income (NII) adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap pergerakan suku bunga. Dalam laporan ini, NCD diasumsikan terdiri dari 30% giro, 30% tabungan dan 10% deposito berjangka waktu 1-3 bulan. Non Performing Loans/Financing (NLPs/Ls) adalah kredit/pembiayaan yang termasuk dalam kualitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet Penyisihan
Pengghapusan
Aktiva
Produktif
(PPAP)
adalah
suatu
pencadangan untuk mengantisipasi kerugian yang mungkin timbul dari tidak tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP ditentukan dari kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin besar PPAP yang dibentuk. Misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong Kurang Lancar adalah 15% dari jumlah kredit Kurang Lancar (setelah dikurangi agunan), sedangkan untuk kredit Macet, PPAP yang harus dibentuk adalah 100% dari total kredit macet (setelah dikurangi agunan). Rasio
Non
Performing
kredit/pembiayaan
Loans/Financing yang
tergolong
(NPLs/Fs) NPLs/Fs
adalah
rasio
terhadap
total
kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs gross. Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ysb. Rasio Non Performing Loans (NPLs) – Net adalah rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan Penyisihan Pengghapusan Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) adalah proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) adalah sistem kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.