KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara
Triwulan IV – 2009
Kantor Bank Indonesia Manado
0
Kata Pengantar Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dijelaskan bahwa tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Guna mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum otonomi daerah, setiap Kantor Bank Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI Manado dituntut berperan sebagai ”economic intelligent and research unit” yang diharapkan mampu memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini sebagai bahan masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam perumusan dan penetapan kebijakan moneter yang tepat sasaran. Penyajian informasi ekonomi dan keuangan daerah tersebut, disusun dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sulawesi Utara secara triwulanan, yang berisi analisis mengenai kondisi makro ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta prospeknya ekonomi di triwulan mendatang.
Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.
Manado, 31 Desember 2009 BANK INDONESIA MANADO
Ramlan Ginting Pemimpin
1
Daftar Isi RINGKASAN EKSEKUTIF
halaman 4
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
halaman 11
Sisi Permintaan
halaman 12
Sisi Penawaran
halaman 20
Boks 1. Arah Perkembangan Dunia Usaha di Wilayah Sulawesi Utara Pada
halaman 29
Triwulan I-2010
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
halaman 31
Inflasi Tahunan (yoy)
halaman 32
Inflasi Triwulanan (qtq)
halaman 33
Inflasi Bulanan (mtm)
halaman 34
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
halaman 37
Fungsi Intermediasi
halaman 37
Risiko Kredit
halaman 48
Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat
halaman 51
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
halaman 53
Dana Perimbangan
halaman 53
Perkembangan APBD Provinsi
halaman 55
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
halaman 59
Perkembangan Aliran Uang Kartal
halaman 59
Penemuan Uang Palsu
halaman 62
Perkembangan Kliring Lokal (Tunai)
halaman 63
RTGS (Real Time Gross Settlement)
halaman 64
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN
halaman 66
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Pengangguran
halaman 66
Kemiskinan
halaman 70
Rasio Gini
halaman 72
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
halaman 73
PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI
halaman 75
Prospek Pertumbuhan Ekonomi
halaman 75
Prakiraan Inflasi
halaman 76
Daftar Istilah dan Singkatan
halaman 78
2
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Kantor Bank Indonesia Manado Jl. 17 Agustus No. 56 Ph. 0431-868102, 868103, 868108 Fax. 0431 - 866933 Email :
[email protected] [email protected]
3
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perkembangan Makro Ekonomi Regional Perkembangan berbagai indikator ekonomi Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan IV-2009 tak terlepas dari perkembangan kondisi makro ekonomi indonesia yang menunjukkan perkembangan yang positif.
Perkembangan berbagai indikator ekonomi Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan IV-2009 tak terlepas dari perkembangan kondisi makro ekonomi Indonesia yang menunjukan perkembangan yang positif. Perbaikan ekonomi global telah mendukung pulihnya kinerja
ekspor
dan
investasi
seiring
dengan
membaiknya
permintaan dunia dan domestik/nasional. Kinerja ekspor yang sempat turun pada semester I-2009, mulai menunjukan tandatanda pembalikan. Di sisi domestik, konsumsi rumah tangga diperkirakan akan tumbuh pada level yang cukup tinggi, didorong oleh stabilnya daya beli masyarakat serta keyakinan konsumen yang masih terjaga. Membaiknya ekspor dan tetap tingginya konsumsi
mendorong
optimisme
pelaku
usaha
untuk
meningkatkan investasi, terutama sejak pertengahan tahun 2009. Dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian tersebut, pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal IV-2009 diperkirakan akan
mencapai
sebesar
4,4%
(yoy).
Secara
keseluruhan,
perekonomian nasional sepanjang Tahun 2009 diprediksi tumbuh sebesar 4,3% (yoy).
Membaiknya berbagai indikator makro ekonomi nasional berdampak pula pada perkembangan indikator makro ekonomi regional Provinsi Sulawesi Utara.
Membaiknya
berbagai
indikator
makro
ekonomi
nasional
berdampak pula pada perkembangan berbagai indikator makro ekonomi regional Provinsi Sulawesi Utara. Hal ini antara lain ditandainya dengan semakin minimalnya dampak krisis ekonomi global terhadap perekonomian Sulawesi Utara khususnya melalui jalur perdagangan internasional tercermin dari mulai melandainya kontraksi ekspor luar negeri bahkan dalam beberapa periode sempat mencatat pertumbuhan positif. Seiring dengan itu, optimisme masyarakat terhadap pemulihan ekonomi nasional dan regional menunjukan peningkatan tercermin dari indeks keyakinan konsumen (IKK) dari hasil Survey Ekspektasi Konsumen (SEK) Kota 4
Manado. Pada tahap berikutnya, peningkatan rasa optimisme ini, telah mendorong peningkatan kegiatan konsumsi khususnya saat perayaan hari raya keagamaan (Idul Adha dan Natal) serta Tahun Baru 2010. Laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara selama triwulan IV-2009 diperkirakan berada pada level 8,03% (yoy) jauh lebih tinggi dibandingkan perkiraan laju pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya berada pada 4,4% (yoy). Secara keseluruhan Tahun 2009, perekonomian Sulawesi Utara diperkirakan tumbuh 7,9% lebih tinggi dari perkiraan pertumbuhan nasional Tahun 2009 yang hanya 4,3% (yoy).
Dari sisi permintaan, perekonomian selama triwulan IV-2009 Dari sisi permintaan, perekonomian selama triwulan IVdiperkirakan lebih banyak disumbangkan oleh kegiatan konsumsi 2009 diperkirakan lebih banyak disumbangkan oleh kegiatan dan investasi sedangkan kegiatan ekspor diperkirakan belum konsumsi dan investasi... maksimal meskipun dalam beberapa bulan sempat menunjukan perkembangan membaik. Meningkatnya kegiatan konsumsi seiring dengan meningkatnya optimisme masyarakat berdasarkan hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) dan hasil penjualan ritel berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE). Sementara itu, perkembangan
investasi
antara
lain
tercermin
dari
terus
berlangsungnya perluasan pembangun Mega Trade Center, hotel, perumahan serta peningkatan persentase realisasi belanja modal hingga akhir Tahun 2009 yang mencapai Rp241,64 milliar atau naik 53,57% (yoy) dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp157,34 miliar.
Dari sisi penawaran, pertumbuhan Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2009 pada triwulan IV-2009 disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada. Dampak krisis disumbangkan oleh seluruh sektor... ekonomi global hingga triwulan IV-2009 relatif minimal tercermin
dari proyeksi laju pertumbuhan ekonomi sebesar 8,03% (yoy). Potensi perlambatan ekonomi ini yang diperkirakan sebelumnya ternyata masih dapat tertolong oleh meningkatnya aktivitas pembangunan infrastruktur dan sarana/prasarana lainnya dalam rangka mempersiapkan penyelenggaraan WOC dan CTI Summit
5
yang membawa multipier effect pada meningkatnya kegiatan perdagangan dan kunjungan wisatawan.
Perkembangan Inflasi Daerah Laju inflasi tahunan di Kota Manado pada akhir triwulan IV2009 menunjukkan adanya peningkatan.
Laju inflasi tahunan di Kota Manado pada akhir triwulan IV-2009 menunjukkan adanya peningkatan. Inflasi Kota Manado pada triwulan IV-2009 tercatat sebesar 2,31% (yoy) atau jauh lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya yang mencatat deflasi sebesar 0,01% (yoy). Seperti halnya laju inflasi tahunan, secara triwulanan, Kota Manado juga mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan inflasi yang mencapai 2,50% (qtq) meningkat dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 0,74% (qtq). Jika dibandingkan dengan inflasi nasional, inflasi tahunan Kota Manado masih sedikit lebih rendah dibandingkan inflasi tahunan nasional sebesar 2,78% (yoy).
Inflasi Kota Manado selama triwulan IV-2009 disebabkan sebagian besar oleh faktor fundamental maupun non fundamental.
Inflasi Kota Manado selama triwulan IV-2009 disebabkan sebagian besar oleh faktor fundamental maupun non fundamental. Faktor fundamental yang paling berpengaruh adalah kenaikan ekspektasi inflasi dan tekanan permintaan. Perayaan keagamaan (Idul Adha dan Hari Natal) serta tahun baru 2010 merupakan faktor utama yang menyebabkan ekspektasi inflasi dan permintaan masyarakat mengalami peningkatan. Kondisi tersebut secara musiman selalu meningkatkan
tekanan
inflasi.
Sementara
itu,
faktor
non
fundamental lebih disebabkan oleh kenaikan harga volatile foods yang juga masih terkait dengan kegiatan konsumsi masyarakat pada saat perayaan keagamaan dan menjelang akhir tahun.
Perkembangan Perbankan Daerah Secara umum perkembangan Secara umum perkembangan perbankan di Sulawesi Utara pada perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan IV-2009 (posisi November triwulan IV-2009 (posisi November 2009) berada pada trend yang 2009) berada pada tren yang melambat walaupun tetap tumbuh positif. Hal ini tercermin dari melambat...
perkembangan berbagai indikator seperti total aset, kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK) serta peningkatan jumlah rasio kredit 6
bermasalah (Non Performing Loan). Bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, total aset dan DPK mengalami pertumbuhan (yoy) yang juga lebih rendah. Namun demikian, fungsi intermediasi perbankan masih berjalan baik tercermin dari pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK sehingga rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) mengalami peningkatan. Dengan risiko dan ketidakpastian pemulihan ekonomi global yang masih cukup tinggi, perbankan saat ini melakukan strategi dengan fokus pada penerapan prinsip kehati-hatian dan khusus dalam penyaluran kreditnya saat ini perbankan juga lebih memperhatikan potensi usaha debitur kedepan melalui risk based pricing.
Perkembangan Keuangan Daerah (APBD) Alokasi dana dari pemerintah pusat ke Provinsi Sulawesi Utara Alokasi dana dari pemerintah pusat ke Sulawesi Utara di Tahun pada Tahun 2009 diperkirakan mencapai Rp9,22 Triliun atau naik 2009 diperkirakan mencapai Rp9,22 Triliun atau naik 17,12%... 17,12% dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan komponen penyusunnya, kenaikan dana alokasi pemerintah pusat terutama berasal dari Dana Perimbangan (DAU/DAK) yang naik 23,45% mencapai jumlah Rp5,34 Triliun berikutya adalah Dana Sektoral yang
naik
8,38%
mencapai
Rp3,09
Triliun
dan
Dana
Dekonsentrasi/Tugas Perbantuan yang naik 13,79% mencapai Rp788 milliar.
Pada tingkat provinsi, kinerja keuangan pemerintah hingga triwulan III 2009 relatif lebih baik...
Kinerja keuangan pemerintah hingga triwulan IV-2009 relatif lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sampai dengan 31 Desember 2009, total pengeluaran pemerintah mencapai Rp1.034 milliar atau mencapai 91,3% dari target pengeluaran dalam APBD-P sebesar Rp1.133 milliar. Sementara itu, total penerimaan pemerintah mencapai Rp1023 milliar atau 98,5% dari target penerimaan dalam APBD-P sebesar Rp1.039 milliar. Realisasi penerimaan yang lebih kecil dibandingkan pengeluaran menyebabkan keuangan pemerintah hingga triwulan IV-2009 mengalami defisit sebesar Rp11,08 milliar. Keadaan ini selanjutnya ditanggulangi dengan adanya pembiayaan daerah senilai Rp99,10 7
milliar hingga di akhir tahun terdapat SILPA (Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran) sebesar Rp88,02 milliar.
Perkembangan Sistem Pembayaran Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan IV-2009 berada pada kondisi net outflow.
Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan IV-2009 berada pada kondisi net outflow. Artinya jumlah aliran uang kartal yang keluar ke masyarakat (outflow) lebih besar dibandingkan dengan jumlah aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia (inflow). Kondisi net outflow yang terjadi pada triwulan laporan merupakan pola musiman berkenaan dengan perayaan keagamaan (Idul Adha dan Hari Natal) serta perayaan menjelang tahun baru.
Penemuan uang palsu di wilayah kerja KBI Manado adanya menunjukan penurunan yang signifikan...
Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Manado
menunjukkan
adanya
penurunan
yang
signifikan
dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Total uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado pada triwulan IV-2009 sebanyak 47 lembar yang terdiri dari 18 lembar uang pecahan Rp100.000,-, 15 lembar uang pecahan Rp50.000, 10 lembar uang pecahan Rp20.000,- serta masing-masing 2 lembar uang pecahan Rp10.000,- dan Rp5.000,-. Jumlah ini jauh lebih kecil dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar 136 lembar. Penurunan temuan ini mengindikasikan pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian uang rupiah sudah cukup baik.
Perkembangan kliring lokal (tunai) Perkembangan kliring lokal (tunai) pada triwulan IV-2009 sebanyak pada triwulan IV-2009 sebanyak 96.098 lembar dengan nilai Rp2.181 miliar atau meningkat 96.098 lembar dengan nilai Rp2.181 miliar atau meningkat jumlahnya sebesar 20,99% (yoy) dibandingkan periode yang sama jumlahnya...
tahun sebelumnya. Sama halnya jika dibandingkan dengan periode
sebelumnya, terlihat adanya peningkatan jumlah warkat maupun nominal transaksi. Jika dilihat berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan selama periode laporan tercatat sebanyak 1.582 lembar dengan nilai sebesar Rp36 miliar. Angka inipun 8
meningkat 17,76% (yoy). Peningkatan rata-rata jumlah nominal kliring tersebut semakin menegaskan bahwa perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan yang positif.
Perkembangan
Ketenagakerjaan
Daerah
dan
Kesejahteraan Masyarakat Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada Agustus 2009 mengalami perbaikan tercermin dari rasio TPT pada Agustus 2009 mengalami perbaikkan... (Tingkat Pengangguran Terbuka) sebesar 10,56% atau turun tipis (0,09%) dibandingkan dengan periode Agustus 2008 sebesar 10,65%. Demikian halnya bila dibandingkan terhadap kondisi Februari 2009 yang juga mengalami penurunan sebesar 0,07%. Berdasarkan jenis lapangan pekerjaan, pertanian masih menjadi sektor
lapangan
pekerjaan
utama,
walaupun
telah
terjadi
pergeseran ke sektor lainnya, terutama sektor perdagangan dan sektor jasa. Berdasarkan persebarannya, Manado masih menjadi daerah dengan jumlah angkatan kerja terbesar dan angka pengangguran tertinggi.
Outlook Pertumbuhan Ekonomi Prospek perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan I-2010 diprediksi akan tumbuh baik...
Prospek perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan I-2010 diprediksi akan tumbuh baik yang didukung oleh semakin pulihnya perekonomian dunia. Laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan I2010 diperkirakan sebesar 6,7% (yoy), sedikit lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Di sisi permintaan, perlambatan tersebut diperkirakan terjadi pada kegiatan investasi sedangkan di sisi penawaran, salah satu sektor ekonomi yang diperkirakan mengalami perlambatan adalah sektor bangunan.
Dari sisi permintaan, perlambatan kegiatan investasi merupakan dampak dari ketiadaan even berskala besar...
Dari sisi permintaan, perlambatan kegiatan investasi merupakan dampak dari ketiadaan even berskala besar selama triwulan ke depan, berbeda dibandingkan tahun sebelumnya dimana 2 (dua) even berskala besar yaitu WOC (World Ocean Conference) dan Bunaken Sail
telah memicu kegiatan investasi. Sementara itu,
kegiatan konsumsi diperkirakan akan tumbuh positif seiring 9
dengan berlangsungnya perayaan Tahun Baru Imlek 2561 dan dimulainya kampanye pemilihan kepala daerah di 9 (sembilan) wilayah administratif termasuk pada tingkat provinsi.
Dari sisi penawaran, melambatnya Dari sisi penawaran, melambatnya kinerja sektor bangunan kinerja sektor bangunan diperkirakan akan mendorong perlambatan pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan mendorong perlambatan pertumbuhan Sulawesi Utara di triwulan I-2010. Salah satu sektor ekonomi yang ekonomi Sulawesi Utara...
diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang significant pada triwulan mendatang adalah sektor PHR (Perdagangan, Hotel dan
Restoran). Peningkatan aktivitas konsumsi selama triwulan I-2010 diperkirakan akan mendorong kinerja sektor PHR dan sektor ekonomi lainnya.
Outlook Inflasi Regional Pada triwulan I-2010, inflasi Kota Manado secara triwulanan diperkirakan lebih tinggi...
Pada triwulan I-2010, inflasi Kota Manado secara triwulanan diperkirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2009. Secara triwulanan, inflasi Kota Manado diperkirakan berkirsar antara 1% hingga 1,2% (qtq), sementara secara tahunan diperkirakan sekitar 5% hingga 5,5% (yoy). Potensi meningkatnya harga beras pada Januari, rencana kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) oleh pemerintah dan dimulainya kampanye Pilkada pada Maret 2010 merupakan faktor-faktor yang diperkirakan akan mendorong peningkatan harga secara umum. Sementara itu, perlambatan inflasi secara tahunan terjadi karena relatif rendahnya harga-harga komoditas di pasar internasional pada awal Tahun 2010.
Di sisi lain, dimulainya kampanye Pilkada pada Maret 2010 diperkirakan akan meningkatkan jumlah uang beredar...
Di sisi lain, dimulainya kampanye Pilkada pada Maret 2010 diperkirakan akan meningkatkan jumlah uang beredar yang pada akhirnya dapat memicu tekanan harga. Namun demikian, inflasi pada triwulan I-2010 masih akan tertahan oleh rendahnya tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) sehingga potensi kenaikan harga dari sisi permintaan (demand) relatif terkendali. Selain itu penundaan program konversi minyak tanah di Sulawesi Utara
hingga
April
2010
juga
menahan
kemungkinan
meningkatnya harga barang secara umum. 10
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Perkembangan berbagai indikator ekonomi regional Provinsi Sulawesi Utara menjelang akhir tahun 2009 tak terlepas dari perkembangan kondisi makro ekonomi Indonesia. Secara umum, perekonomian nasional terus menunjukkan perkembangan yang semakin baik. Perbaikan tersebut ditopang oleh meningkatnya optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi domestik dan global, serta terjaganya kestabilan makroekonomi domestik. Di tengah-tengah krisis global, berbagai kinerja yang cukup positif tersebut tidak terlepas dari daya tahan permintaan domestik yang kuat, sektor perbankan yang tetap sehat dan stabil, ekspektasi pemulihan ekonomi global yang semakin optimis, serta respons kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif dalam mendukung terjaganya perekonomian domestik. Sejalan dengan itu, kinerja pasar keuangan global terus membaik. Meskipun sempat mengalami tekanan akibat kembali menurunnya kepercayaan investor terkait krisis utang Dubai World dan krisis fiskal Yunani, dampak kedua krisis tersebut berlangsung singkat dan rambatannya bersifat minimal terhadap pasar keuangan dunia. Di sisi domestik, perbaikan ekonomi global mendukung kinerja ekspor dan peningkatan investasi. Kinerja ekspor yang anjlok sangat signifikan di semester I-2009, mulai membaik pada pertengahan tahun sejalan dengan pemulihan perekonomian global yang kian membaik dan peningkatan harga komoditas. Di sisi domestik, konsumsi rumah tangga masih tumbuh pada level tinggi, didorong oleh stabilnya daya beli masyarakat serta keyakinan konsumen yang masih terjaga. Membaiknya ekspor dan tetap tingginya konsumsi mendorong optimisme pelaku usaha untuk meningkatkan investasi, terutama sejak pertengahan tahun 2009. Dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian tersebut, pertumbuhan ekonomi secara tahunan di kuartal IV-2009 diperkirakan akan mencapai sebesar 4,4%. Secara keseluruhan tahun 2009, perekonomian diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,3%. Membaiknya berbagai indikator makro ekonomi nasional berdampak pula pada perkembangan berbagai indikator makro ekonomi regional termasuk di Provinsi Sulawesi Utara. Hal ini antara lain ditandainya dengan semakin minimalnya dampak krisis ekonomi global terhadap perekonomian Sulawesi Utara khususnya melalui jalur perdagangan internasional tercermin dari mulai melandainya kontraksi ekspor luar negeri bahkan dalam 11
beberapa periode sempat mencatat pertumbuhan positif. Seiring dengan itu, optimisme masyarakat terhadap pemulihan ekonomi nasional dan regional menunjukan peningkatan tercermin dari indeks keyakinan konsumen (IKK) dari hasil Survey Ekspektasi Konsumen (SEK) Kota Manado. Pada tahap berikutnya, peningkatan rasa optimisme ini, telah mendorong peningkatan kegiatan konsumsi khususnya saat perayaan hari raya keagamaan (Idul Adha dan Natal) serta Tahun Baru 2010. Mulai terlihatnya tanda-tanda pemulihan ekspor dan meningkatnya kegiatan konsumsi masyarakat mendorong pelaku usaha untuk menanamkan investasinya di Sulawesi Utara. Mengacu data baik primer maupun sekunder serta merujuk hasil survey yang dilakukan oleh Kantor Bank Indonesia Manado maka, laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara selama triwulan IV-2009 diperkirakan berada pada level 8,03% (yoy) jauh lebih tinggi dibandingkan perkiraan laju pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya berada pada 4,4% (yoy). Secara keseluruhan Tahun 2009, perekonomian Sulawesi Utara diperkirakan tumbuh 7,9% jauh melebihi perkiraan pertumbuhan nasional Tahun 2009 yang hanya 4,3%.
A. SISI PERMINTAAN Dari sisi permintaan, perekonomian selama triwulan IV-2009 diperkirakan lebih banyak disumbangkan oleh kegiatan konsumsi dan investasi sedangkan kegiatan ekspor diperkirakan belum maksimal meskipun dalam beberapa bulan sempat menunjukan perkembangan membaik. Meningkatnya kegiatan konsumsi seiring dengan meningkatnya optimisme masyarakat berdasarkan hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) dan hasil penjualan ritel berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE). Sementara itu, perkembangan investasi antara lain tercermin dari terus berlangsungnya perluasan pembangun Mega Mal, hotel, perumahan serta peningkatan persentase realisasi belanja modal hingga akhir Tahun 2009 yang mencapai Rp241,64 milliar atau naik 53,57% dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp157,34 miliar. Tabel 1.1. Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (%)
Jenis Penggunaan Konsumsi Konsumsi Swasta Konsumsi Pemerintah PMTB Stok Ekspor Impor PDRB
2008 2008 Q4 Sumb. 3.8 2.6 4.1 4.4 1.9 3.4 2.9 0.7 5.3 13.1 3.0 11.7 48.5 0.6 40.5 10.5 4.6 18.4 7.6 2.7 18.4 8.1 8.1 7.6
Q1 8.5 5.1 15.9 10.0 -19.9 6.0 7.9 7.5
Q2 6.4 5.2 9.0 6.3 -36.1 6.9 -0.8 8.3
2009 2009*) Q3 Q4*) Sumb. 4.0 8.3 5.3 6.8 3.5 8.5 3.6 5.6 5.0 7.9 1.8 9.2 8.2 9.7 2.4 8.6 -32.5 33.1 0.5 -16.8 -10.6 4.0 1.8 1.4 -22.2 5.6 2.0 -2.9 7.6 8.0 8.0 7.9
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
12
1. Konsumsi Kegiatan konsumsi selama Triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh 8,3% (yoy) dengan kontribusi sebesar 5,3% terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Dibandingkan pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya maka kinerja kegiatan konsumsi selama triwulan laporan mengalami peningkatan. Faktor pendorong meningkatnya konsumsi diantaranya adalah (1) Perayaan beberapa hari besar keagamaan yaitu Idul Adha dan Natal (2) Perayaan pesta akhir Tahun 2009 (3) Meningkatnya realisasi belanja pemerintah daerah menjelang berakhirnya tahun anggaran (4) Dan, maraknya pemasangan baliho dan spanduk Pilkada baik Gubernur, Bupati dan Walikota serta (5) musim liburan sekolah akhir tahun.
Berdasarkan komponen penyusunnya, kegiatan konsumsi dapat digolongkan pada konsumsi swasta dan konsumsi pemerintah. Peningkatan konsumsi swasta khususnya konsumsi rumah tangga antara lain dapat dikonfirmasi melalui beberapa indikator penuntun konsumsi rumah tangga yang mengindikasikan perbaikan. Dorongan faktor musiman menjelang akhir tahun dan peningkatan pendapatan ekspor diperkirakan menopang kestabilan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan IV-2009. Stabilnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga didukung oleh perkembangan beberapa indikator dini. Salah satu diantaranya adalah hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) Kota Manado periode Desember 2009 dimana sebagian besar konsumen yakin bahwa kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasinya ke depan masih cukup baik terindikasi dari kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari 122 pada Desember 2008 menjadi 137 pada Desember 2009 (optimis > 100). Membaiknya kondisi ekonomi saat ini, utamanya mencakup aspek penghasilan dan ketersediaan tenaga kerja dimana sebagian besar responden menyatakan bahwa kondisinya saat ini lebih baik dibandingkan 3 – 6 bulan yang lalu. Peningkatan kegiatan konsumsi selama triwulan laporan tak lepas pula dari meningkatnya daya beli masyarakat khususnya para petani tercermin dari membaiknya Nilai Tukar Petani (NTP). Tercatat NTP untuk posisi November 2009 pada level 101,71 (taraf sejahtera > 100), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 99,51 (taraf tidak sejahtera, NTP < 100). Berdasarkan komposisinya hampir 40% masyarakat di Sulawesi Utara bermata pencaharian bertani.
13
Grafik 1.1. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen
Grafik 1.2. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
140
150
130
140 130
120
120
110
110
100
100
90
90
80
80
Indeks Keyakinan Konsumen
70
Kondisi Ekonomi Saat Ini
70 60
60
J F MA M J J A S O N D J F MA M J J A S O N D
J F MA M J J A S O N D J F MA M J J A S O N D 2008
2008
2009
Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado
2009
Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado
Grafik 1.4. Perkembangan Penjualan Eceran
Grafik 1.3. Perkembangan Nilai Tukar Petani 105
Milliar Rp 180 160 140 120 100
100
80 60 40 20
95
-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2008 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
2009
Q4 2008
Q1
Q2
Q3
Q4
2009
Sumber : Survey Penjualan Eceran (SPE)
Peningkatan kegiatan konsumsi selama triwulan laporan juga dapat dikonfirmasi dari data perkembangan penjualan ecaran berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE). Berlangsungnya perayaan hari besar keagamaan (Idul Adha dan Natal) serta perayaan Tahun Baru 2010, telah mendorong meningkatnya permintaan masyarakat sebagaimana tercermin dari hasil SPE. Tercatat, nilai penjualan selama triwulan laporan mengalami peningkatan 21,9% dari Rp139 milliar selama triwulan IV-2008 menjadi Rp170,6 milliar selama triwulan IV-2009. Seiring dengan itu, kegiatan konsumsi pemerintah diperkirakan juga akan mengalami peningkatan sepanjang Tahun 2009. Hal ini antara lain dapat dikonfirmasi dengan meningkatnya persentase realisasi belanja pemerintah di 2009 yang mencapai jumlah Rp792,82 milliar atau naik 4,93% (yoy) dibandingkan pencapaian akhir Tahun 2008. 14
2. Investasi Pada triwulan IV-2008, investasi di Sulawesi Utara diperkirakan masih tumbuh pada level yang cukup tinggi yaitu sebesar 9,7% (yoy). Namun demikian, kinerja ini masih lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 13,1% (yoy). Perlambatan ini diprediksi sebagai dampak dari berkurangnya pembangunan berbagai sarana dan prasarana fisik oleh pemerintah maupun swasta seiring dengan berakhirnya perhelatan even berskala internasional WOC (World Ocean Conference), CTI Summit dan Bunaken Sail.
Grafik 1.19 Perkembangan Penjualan Semen
Ton 150,000
Penjualan
Grafik 1.20 Perkembangan Impor Barang Modal Ton % 12,000 40
gPenjualan
% 3,000 2,500
30 10,000
120,000
Capital
20 8,000
90,000
2,000
gCapital
1,500
10 6,000
60,000
0
30,000
-10
0
1,000 4,000
500
2,000
0
-20 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
0
-500 Q3
2008 Sumber : Asosiasi Semen
Q4
Q1
Q2
2009
Q3
Q4
2009 Sumber : Direktorat Statistik dan Moneter, KP BI
Perlambatan kinerja investasi selama triwulan laporan, antara lain dapat dikonfirmasi melalui data volume penjualan semen di Sulawesi Utara yang memperlihatkan penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Tercatat jumlah penjualan semen pada triwulan IV-2009 sebanyak 122,5 ribu ton atau turun 3,3% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebanyak 126,8 ribu ton. Selain itu, melambatnya kinerja investasi juga dapat dikonfirmasi dengan data volume impor barang modal dan jumlah kredit yang disalurkan. Volume impor barang modal pada Triwulan IV-2009 diperkirakan hanya 402 ton atau mengalami kontraksi lebih dari 40% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan kredit investasi pada November 2009 hanya tumbuh 11,98% (yoy) dengan jumlah baki debet Rp958 milliar. Pertumbuhan kredit investasi ini jauh lebih lambat dibandingkan November 2008 lalu yang tumbuh 31,45% (yoy).
15
Grafik 1.3. Pertumbuhan Kredit Produkif (%)
Milliar Rp
% 50
1,000
40
900
30
800
20
700 Investasi gInvestasi
10
600 500
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 910 11
2008
2009
Sumber : Laporan Bank Umum
3. Ekspor – Impor Sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian domestik dan negara mitra dagang Sulawesi Utara, kinerja ekspor pada triwulan IV-2009 diperkirakan akan membaik. Indikasi membaiknya kinerja ekspor tercermin dari membaiknya permintaan negara maju seperti Amerika Serikat, Belanda dan China. Sementara itu, pasar domestik juga menunjukan perkembangan yang cukup baik. Hal ini mendorong pengiriman produk Sulawesi Utara tidak hanya di pasar luar negeri namun juga pasar demestik di dalam negeri.
Laju pertumbuhan ekspor Sulawesi Utara selama triwulan IV-2009 diperkirakan sebesar 4% (yoy), masih lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 4,6% (yoy). Namun dibandingkan triwulan sebelumnya, kinerja ekspor selama triwulan laporan diperkirakan akan lebih baik. Salah satu indikator untuk mengkonfirmasi kinerja ekspor adalah perkembangan volume ekspor baik ke luar negeri maupun ke pasar domestik (dalam negeri). Selama triwulan IV-2009, diperkirakan volume ekspor Sulawesi Utara ke luar negeri mencapai 190 ribu ton atau naik 4,3% (yoy) dengan nilai ekspor mencapai USD 115,4 juta atau naik 9,1% (yoy). Berdasarkan jenisnya, komoditi utama ekspor luar negeri terutama dalam bentuk Food & Live Animals serta Animals & Vegetable Oils & Fats khususnya olahan dari produk kopra, minyak kelapa (Virgin Coconut Oil) dan ikan dengan negara tujuan utama adalah Belanda, Amerika Serikat dan China.
16
Grafik 1.5. Perkembangan Volume Ekspor Sulawesi Utara
Grafik 1.4. Perkembangan Nilai Ekspor Sulawesi Utara
Juta USD 200
Ekspor_Value
gEkspor_Value
150
%
Ribu Ton
% 20
250
0
200
-20
150
-40
100
-60
50
Ekspor_Vol
gEkspor_Vol
20 0 -20 -40
100 50
-80
Q3
Q4
Q1
Q2
2008
Q3
-60 -80
-
-100 Q3
Q4*)
Q4
Q1
2008
2009
Q2
Q3
Q4*)
2009
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) Desember 2009, diestimasi
Tabel 1.2. Komoditi Utama Ekspor Sulut (dlm Ribu Ton) Tahun
Food & Live Animals
Animal & Veg. Oils & Fats
Others
Total
2005 2006 2007 2008 2009*)
393.04 177.91 326.87 303.51 175.00
481.53 407.45 591.18 467.42 355.00
66.00 35.23 16.21 11.55 20.00
940.57 620.59 934.25 782.48 550.00
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. November 2009
Tabel 1.3. Negara Tujuan Utama Ekspor
Negara Tujuan Nilai Ekspor Belanda Amerika Serikat China Korsel India Jerman Lainnya Total
2007
2008
2009*)
557,359
670,295 Pangsa Pasar 38.52 27.66 idem 14.93 20.75 12.98 8.11 9.52 Korsel 11.65 4.81 India 7.55 3.91 Jepang 4.00 22.16 Lainnya 22.16
100.00
100.00
419,418
idem Korsel Jepang Jerman Lainnya
21.08 17.98 15.97 8.91 8.02 5.88 22.16 100.00
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. November 2009
Sejalan dengan ekspor, kinerja impor luar negeri ke Sulawesi Utara pada triwulan IV-2009 diperkirakan mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya walaupun tetap 17
tumbuh positif yaitu sebesar 5,6% (yoy). Perkembangan kinerja impor luar negeri ini antara lain dapat dikonfirmasi dengan data volume impor selama triwulan laporan yang mencapai 1,23 ribu ton atau meningkat 11,70% (yoy) dengan total nilai impor mencapai USD 3,41 juta. Secara agregat, neraca perdagangan luar negeri Sulawesi Utara masih berada pada kondisi surplus perdagangan. Hal ini berarti bahwa nilai ekspor luar negeri lebih tinggi dibandingkan nilai impor dari luar negeri ke Sulawesi Utara. Grafik 1.4. Perkembangan Nilai Impor Sulawesi Utara
Grafik 1.4. Perkembangan Volume Impor Sulawesi Utara
Ribu Ton
%
15
Ribu Ton
500
13
Impor_Value
11
gImpor_Value
1,000
13
250
9
11
Impor_Vol
9
gImpor_Vol
7
750 500
7
5
3
1
1
Q3
Q4
Q1
Q2
2008
Q3
-250 -1
Q4*)
250
5
0
3 -1
%
15
2009
0 Q3
Q4
Q1
Q2
2008
Q3
-250
Q4*)
2009
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia *) Desember 2009, diestimasi
Grafik 1.5. Perkembangan Net Nilai Ekspor Sulawesi Utara
Juta USD
Grafik 1.5. Perkembangan Net Vol Ekspor Sulawesi Utara
%
200
NetExim_Value
gNetExim_Value
NetEximr_Vol
250 0
150
%
Ribu Ton
20
gEkspor_Vol
20 0
200
-20
150
-40
100
-60
50
-20
100
-40
50 -
-80 Q3
Q4 2008
Q1
Q2
Q3
Q4*)
2009
-60 -80 -100
Q3
Q4 2008
Q1
Q2
Q3
Q4*)
2009
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia *) Data Desember 2009, diestimasi
18
Tabel 1.4. Komoditi Utama Impor Sulut (dlm Ton)
Tahun 2005 2006 2007 2008 2009*)
Food & Live Animals 13.51 9.12 19.10 3.63 0.12
Manufactured Goods 0.01 0.25 0.07 0.20 4.08
Machinaery & Transport Eqp 0.03 1.25 1.72 2.09 13.35
Others
Total
0.33 1.28 5.98 1.90 1.62
13.88 11.90 26.87 7.82 19.17
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia *) s.d. November 2009
Menurut strukturnya, kegiatan impor luar negeri sejak Tahun 2008 memiliki perbedaan dibandingkan tahun sebelumnya. Bila sebelum Tahun 2008 kegiatan impor luar negeri lebih didominasi oleh kelompok Food & Live Animals khususnya komoditi bahan makanan yaitu gula dan produk olahannya (sugars dan sugar confectionery) maka sejak awal Tahun 2008 hingga saat ini impor Sulawesi Utara lebih didominasi oleh produk barang modal diantaranya dalam bentuk mesin, perkakas, alat transportasi, dlsb-nya. Meningkatnya komposisi barang impor dalam bentuk mesin, peralatan dan material ini mengindikasikan terus meningkatnya kegiatan investasi di Sulawesi Utara. Berdasarkan negara asal barangnya, bila impor sepanjang Tahun 2008 terutama berasal dari negara China, Thailand dan Australia, maka di Tahun 2009 selang Januari s.d. November 2009, barang impor lebih banyak didatangkan dari negara China, Australia dan Filipina.
. Grafik 1.6. Negara Asal Impor Sulawesi Utara Tahun 2009
Tahun 2008 10.0
6% 8%
6.7
China Thailand
8.99
49.2
12%
40%
Australia Filipina
China Australia Filipina Malaysia Jepang Negara Lainnya
Singapore Negara Lainnya
11.47
16%
‘ 13.55
Total USD 10,59 Juta Total USD 10,59 Juta
Total USD 29,63 Juta 18%
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. November 2009
Perkembangan kegiatan perdagangan selama triwulan laporan antara lain juga dapat dikonfirmasi dengan kegiatan bongkar-muat barang melalui pelabuhan Bitung (khususnya untuk perdagangan dalam negeri). Kegiatan muat didefinisikan sebagai kegiatan 19
pengiriman barang dari Sulawesi Utara ke luar provinsi sedangkan kegiatan bongkar didefinisikan sebagai masuknya barang dari luar provinsi ke Sulawesi Utara. Selama triwulan IV-2009, volume barang asal Sulawesi Utara yang dikirim (muat) ke pasar domestik mencapai 267,2 ribu ton meningkat 9,9% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan volume barang yang masuk ke Sulawesi Utara (bongkar) melalui Pelabuhan Bitung mencapai 772,5 ribu ton, naik 17,99% (yoy).
Berdasarkan strukturnya, terlihat bahwa untuk perdagangan luar negeri lebih didominasi oleh kegiatan ekspor sedangkan kegiatan impor relatif kecil pangsanya. Sedangkan untuk perdagangan dalam negeri, intensitas kegiatan bongkar lebih tinggi dibandingkan dengan kegiatan muat yang berarti lebih banyak barang-barang yang masuk ke wilayah Sulawesi Utara dibandingkan barang yang keluar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat ketergantungan Sulawesi Utara terhadap daerah/provinsi lainnya di luar Sulawesi Utara masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena hampir 70% barang konsumsi masih harus didatangkan dari luar provinsi terutama dari Kota Makasar dan Kota Surabaya.
Grafik 1. Perkembangan Kegiatan Bongkar dan Muat di Pelabuhan Bitung
Ribu Ton
Ribu Ton
%
5,000
20 300 19
3,500
19 Bongkar gBongkar
18
2,000
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4*)
2008
2009
12 8 4
150 0
17
-4
16 16
-1,000
%
gMuat
18
17
500
Muat
0
-8 Q3
Q4 2008
Q1
Q2
Q3
Q4*)
2009
Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung *) Data Sementara
B. SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2009 disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada. Dampak krisis ekonomi global hingga triwulan IV-2009 relatif minimal tercermin dari proyeksi laju pertumbuhan ekonomi sebesar 8,03% (yoy). Potensi perlambatan ekonomi ini yang diperkirakan sebelumnya ternyata masih dapat tertolong 20
oleh meningkatnya aktivitas pembangunan infrastruktur dan sarana/prasarana lainnya dalam rangka mempersiapkan penyelenggaraan WOC dan CTI Summit yang membawa multipier effect pada meningkatnya kegiatan perdagangan dan kunjungan wisatawan. Tabel 1.6. Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%)
2008 Q4 Sumb. Pertanian 1.55 0.32 Pertambangan & Penggalia 9.87 0.51 Industri Pengolahan 4.97 0.40 Listrik, Gas & Air Bersih 8.11 0.06 Bangunan 14.02 2.33 PHR 9.58 1.65 Pengangkutan & Komunika 12.14 1.32 Keu., Sewa & Jasa Perusah 6.85 0.44 Jasa-Jasa 7.10 1.04 PDRB 8.06 8.06 Lapangan Usaha
2008 2.66 9.39 6.20 7.53 10.73 10.88 11.02 7.34 5.42 7.56
Q1 4.68 5.74 5.43 17.75 7.86 12.37 8.72 7.03 6.47 7.45
Q2 4.21 5.75 6.67 18.65 5.77 15.37 14.55 6.94 6.42 8.31
2009 Q3 Sumb. -0.65 -0.14 5.45 0.29 8.31 0.64 13.98 0.10 7.14 1.17 8.61 1.27 21.94 2.66 8.25 0.55 7.21 1.08 7.63 7.63
Q4*) Sumb. 4.94 0.94 5.18 0.27 6.65 0.52 6.32 0.05 6.58 1.15 11.78 2.06 10.02 1.13 11.86 0.75 7.99 1.16 8.03 8.03
2009*) 3.22 5.51 6.80 13.95 6.81 11.97 13.93 8.63 7.05 7.87
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
1. Pertanian Kinerja sektor pertanian pada triwulan IV-2009 diperkirakan sedikit lebih baik dibandingkan periode yang sama Tahun 2008. Pada triwulan ini, sektor pertanian diperkirakan akan tumbuh 4,94% (yoy). Berdasarkan pangsanya, pertumbuhan sektor pertanian terutama disumbangkan oleh sub sektor tanaman bahan makanan disusul oleh sub sektor peternakan dan sub sektor perikanan.
Sementara itu, untuk sub sektor lainnya yaitu sub sektor perkebunan dan sub sektor kehutanan
laju
pertumbuhannya
rendah
sehingga
kontribusinya
relatif
terbatas.
Melambatnya kinerja sub sektor perkebunan disebabkan oleh terus menurunnya produksi tanaman cengkeh akibat dan menurunnya produksi kelapa yang tidak sebanyak tahun lalu sebagai akibat serangan hama dan kurangnya peremajaan. Sementara rendahnya pertumbuhan sub sektor kehutanan antara lain disebabkan oleh semakin terbatasnya lahan kehutanan yang bisa dimanfaatkan serta gencarnya proses penegakan hukum terhadap pelaku illegal logging yang menyebabkan masyarakat dan pengusaha harus extra hati-hati dalam memanfaatkan lahan yang ada.
Perkembangan kinerja sektor pertanian antara lain dapat dikonfirmasi dengan data perkembangan produksi beras dan jagung. Jumlah produksi beras pada triwulan III-2009 (Sep – Des 2009) diperkirakan mencapai 79.461 ton atau naik 1,76% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Demikian pula dengan komoditi jagung, dimana selama 21
Tw.III-2009 produksinya naik 6,03% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu mencapai jumlah 169.102 ton.
Tabel 1.7. Perkembangan Produksi Beras dan Jagung 2008
2009
Tw.I
Tw.II
Tw.I
Tw.II
Luas Panen (Ha)
36,202
37,341
Tw.III 32,890
37,398
40,990
32,456
Produksi Gabah (Ton)
173,909
185,711
156,897
190,246
192,857
162,150
Produksi Beras (Ton)
109,563
116,997
78,089
119,855
94,509
79,461
2008 Luas Panen (Ha) Produksi Jagung (Ton)
2009
Tw.I
Tw.II
Tw.III
Tw.I
Tw.II
Tw.III
39,721
39,636
39,636
41,872
50,555
47,554
153,878
159,480
159,480
177,495
180,380
169,102
Grafik 1.8. Pertumbuhan Kredit Pertanian
60
Milliar Rp 600
50
500
40
400
30
300
%
Tw.III
20
200
Pertanian gPertanian
10
100
-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2008
2009
Sumber : Lapoaran Bulanan Bank Umum (LBU)
Dari sisi pembiayaan, peran perbankan untuk membiayai sektor pertanian masih relatif terbatas. Sampai dengan November 20009, jumlah kredit yang disalurkan pada sektor pertanian hanya Rp345 milliar atau hanya 3,34% dari total kredit yang disalurkan. Belum terlalu optimalnya penyaluran kredit di sektor pertanian antara lain disebabkan oleh relatif tingginya resiko usaha di sektor tersebut tercermin dari tingginya NPL (Non Performing Loan). Selain itu, belum terlalu kondusifnya kondisi usaha di sektor riil sebagai dampak krisis ekonomi global menyebabkan saat ini perbankan lebih berhati-hati dalam menyalurkan 22
pembiayaan termasuk di sektor pertanian. Hal ini terbukti dengan terus melambatnya pertumbuhan kredit di sektor ini dari sebelumnya tumbuh pada kisaran 75-80% (yoy) di akhir Tahun 2008 menjadi -36,01% (yoy).
2. Sektor Bangunan (Konstruksi) Kinerja sektor bangunan (konsturksi) selama triwulan IV-2009 diperkirakan akan mengalami perlambatan dari 14,02% (yoy) pada triwulan IV-2008 menjadi 6,58% (yoy) pada triwulan IV-2009. Perlambatan kinerja sektor bangunan diperkirakan dipengaruhi oleh menurunnya aktivitas pembangunan sarana dan prasarana pendukung even Internasional seperti World Ocean Conference (WOC) dan Bunaken Sail . Namun demikian, kinerja sektor ini masih relatif baik tercermin dari positifnya pertumbuhan. Kinerja sektor ini terutama disumbangkan oleh berlanjutnya perluasan pembangunan beberapa pusat –pusat perbelanjaan satu diantaranya adalah perluasan pembangunan mega mal.
Beberapa
variabel ekonomi yang bisa mengkonfirmasi perkembangan sektor ini diantaranya adalah data perkembangan volume penjualan semen yang selama triwulan IV-2009 diperkirakan mencapai 30,4 ribu ton atau mengalami kontraksi -3,86% (yoy). Dari sisi pembiayaan, posisi kredit perbankan ke sektor bangunan pada triwulan IV-2009 juga menunjukan tren yang melambat hanya tumbuh 10,06% (yoy) dengan jumlah nomnal Rp471 milliar. . Grafik 1.9. Volume dan Pertumbuhan Penjualan Semen
Grafik 1.10. Perkembangan Kredit Konstruksi (Juta Rp)
%
Ton 150,000
Penjualan
% 80 40 70
gPenjualan
30
120,000
20
90,000
500000
60 400000
50 40
300000
10 30
60,000
0
30,000
-10
Konstruksi gKonstruksi
20
200000
10 0
0
-20 -10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2008 Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
Q2
Q3
Q4
100000 0
-20 2008
2009
2009
Sumber : SPE dan LBU Bank Umum
3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor PHR pada triwulan IV-2009 diprediksi akan tumbuh 11,78% (yoy). Kinerja ini relatif lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh 9,58% (yoy). Berlangsungnya perayaan hari besar keagamaan seperti Idul Adha, Tahun Baru Hijriyah dan 23
Natal serta perayaan Tahun Baru 2010 membawa dampak pada meningkatnya kegiatan di Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR). Kinerja sektor PHR antara lain dapat dikonfirmasi dengan perkembangan data pariwisata yang secara umum memperlihatkan perkembangan positif diantaranya adalah data kunjungan wisatawan mancanegara, jumlah tamu dan lama tamu menginap, Tingkat Penghunian Kamar (TPK), dan jumlah kamar terjual.
Grafik 1.12. Jumlah Tamu Menginap
Grafik 1.11. Kunjungan Wisman ke Sulut orang
orang
%
10,000
60 50
8,000
%
40,000
60
35,000
50
30,000 40
6,000 30 4,000 20
40
25,000 20,000
30
15,000
20
10,000
2,000 Wisman
gWisman (y.o.y)
Q3
Q4
Q1
Q2
2007
Q3
Q4
Q1
Q2
2008
10
5,000
0
-
Menginap gMenginap (y.o.y)
10 0
Q3
Q3 Q4*)
2009
Q4
Q1
2007
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Q2
Q3
Q4
Q1
2008
Q2
Q3 Q4*)
2009
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Grafik 1.13. TPK dan Lama Menginap
Grafik 1.14. Jumlah Kamar Terjual orang
hari
%
%
6
50,000
25
50
5
40,000
20
40
4
30
3
60
20
2 TPK
10
Ratas Menginap
1
15 30,000 10 20,000 5 10,000 Kmr Terjual
-
Q3
Q4
2007
Q1
Q2
Q3
2008
Q4
Q1
Q2
Q3 Q4*)
2009
gKmr Terjual (y.o.y)
0 -5
Q3
Q4
2007
Q1
Q2
Q3
2008
Q4
Q1
Q2
Q3 Q4*)
2009
Perkembangan sektor PHR, juga dapat dikonfirmasi melalui indeks penjualan eceran dari hasil Survey Penjualan Eceran (SPE) yang terus memperlihatkan kenaikan indeks yaitu dari 139,9 di triwulan IV-2008 naik menjadi 170,6 pada triwulan IV-2009 atau naik 21,7% (yoy).
24
Grafik 1.13. Indeks Penjualan Eceran Kota Manado
Grafik 1.14. Perkembangan Kredit Sektor PHR
Milliar Rp
%
(Juta Rp)
60
180 160 140 120 100 80 60 40 20 -
3050000
50
2800000
40 2550000 30 2300000
20 Perdagangan gPerdagangan
10
2050000 1800000
-
Q4 2008
Q1
Q2
Q3
Q4
2009
Sumber : Survey Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2008
2009
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Dari segi pembiayaan, sektor PHR merupakan sektor terbesar kedua setelah sektor konsumsi yang mendapatkan alokasi pembiayaan dari perbankan yaitu sebesar Rp2,9 triliun atau meningkat 8,54% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal ini mengindikasikan bahwa penyaluran kredit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran cukup berperan bagi perkembangan ekonomi Sulawesi Utara.
4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Rencana penyelenggaraan berbagai even berskala internasional menyebabkan gaung Kota Manado sebagai salah satu kota tujuan wisata semakin dikenal oleh masyarakat luar. Hal ini berpengaruh pada meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung ke Sulawesi Utara hingga pada tahap lanjut mampu mendorong kinerja sektor pengangkutan dan telekomunikasi. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triwulan IV-2009 tumbuh 10,02% (yoy). Menurut sub sektornya, pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi terutama berasal dari sub sektor pengangkutan (80%) sedangkan sisanya disumbangkan oleh sub sektor komunikasi (20%).
Sementara itu, relatif tingginya pertumbuhan sub sektor komunikasi dalam triwulan laporan terutama disebabkan oleh pesatnya penggunaan sarana telepon selular oleh masyarakat yang didukung oleh semakin luasnya wilayah jangkauan. Hal ini antara lain tercermin dari bermunculannya pemain baru dalam provider telekomunikasi yaitu provider Tri setelah sebelumnya Fren dan Esia disamping pesatnya pembangunan sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di beberapa lokasi pada daerah yang sebelumnya terisolir hingga 25
meningkatkan kenyamanan pelanggan dalam berkomunikasi. Selain itu perkembangan berbagai macam fasilitas dan fitur-futur baru semakin memudahkan dan memanjakan para pengguna jasa telekomunikasi. Namun, dari sisi pembiayaan perbankan, jumlah kredit yang disalurkan pada sektor angkutan dan telekomunikasi s.d. November 2009 hanya Rp60,1 milliar jumlah ini turun lebih dari 30,7% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Grafik 1.15. Perkembangan Kredit Sektor Angkutan (%) Milliar Rp 600 Pertanian gAngkutan 500
% 100 80 60
400
40 300 20 200
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 -20 2008
-40
2009
100 -
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum
5. Sektor Jasa-Jasa Sektor jasa-jasa diperkirakan tumbuh 7,99% (yoy) pada triwulan IV-2009, sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat 7,10% (yoy). Perbaikan kinerja sektor jasa-jasa antara lain tercermin dari meningkatnya persentase realisasi PAD selama Tahun 2009 mencapai Rp331,11 milliar atau meningkat 2,7% (yoy) dibandingkan pencapaian Tahun 2008.
6. Sektor Lainnya Dampak krisis ekonomi global terhadap kinerja sektor industri pengolahan selama triwulan IV-2009 relatif minimal sehingga sektor industri pengolahan diprediksikan tumbuh 6,65% (yoy). Perkembangan kinerja sektor ini antara lain dapat dikonfirmasi dengan jumlah penggunaan BBM Industri selama triwulan IV-2009 yang naik secara significant mencapai 80,35% (yoy) dengan jumlah penggunaan 23.080 Kilo Liter. Menurut jenisnya, penggunaan solar dan premium mencatat kenaikan tertinggi masing-masing sebesar 81,31% (yoy) dan 81,74% (yoy). Sedangkan untuk jenis minyak tanah peningkatan relatif kecil hanya sebesar 11,36% (yoy). Perkembangan sektor indutri pengolahan tak lepas pula dari dukungan pembiayaan oleh perbankan yang hingga November 2009 mencapai Rp221 milliar. 26
Grafik 1.11. Perkembangan Kredit Sektor Industri
Grafik 1.10. Penggunaan BBM Non Subsidi
25,000
KL
% BBM Industri
20,000
gBBM Industri
15,000 10,000 5,000 0 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2008
Q3
Milliar Rp 250
%
100 80 60 40 20 0 -20 -40 -60 -80
70 60
40
150
30 100
20
Industri gIndustri
10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 -
2009
2008
Sumber : PT. Pertamina Cabang Manado, Sulawesi Utara
50
(10)
Q4
200
50
2009
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum
Sementara itu, pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan IV-2009 diperkirakan 6,32% (yoy). Peningkatan kinerja sektor ini, tak lepas dari pulihnya pasokan listrik di Sulawesi Utara seiring dengan meningkatnya debit air Danau Tondano selama musim penghujan. Selain itu, meningkatnya pasokan listrik juga disebabkan oleh kembali berfungsinya beberapa mesin pembangkit yang sebelumnya mengalami kerusakan dan pemeliharaan. Kinerja sektor listrik, gas dan air besih antara lain dapat dikonfirmasi dengan Grafik 1.11. Penggunaan Listrik di Sulawesi Utara
MW
% Listrik (MW)
1,000
gListrik (%)
12 10
800
8
600
6 400
4
200
2
-
Q1
Q2
Q3
Q4*)
2009 Sumber : PLN Kanwil Sulutenggo
Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh 5,75% (yoy). Berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor ini disumbangkan oleh seluruh sub sektor yang ada yaitu sub sektor minyak dan gas, pertambangan tanpa migas dan 27
penggalian. Khusus untuk sub sektor penggalian, berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh penambangan tradisional/rakyat dan bukan industri berskala besar. Kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh 11,86% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 6,85% (yoy). Perkembangan sektor keuangan, persewaan dan jasa antara lain tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas perbankan antara lain : pembukaan kantor cabang baru (Bank Common Wealth dan Bank Mayapada), penambahan ATM (Anjungan Tunai Mandiri), serta penawaran produk-produk baru yang memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam bertransaksi.
28
BOKS 1 ARAH PERKEMBANGAN DUNIA USAHA DI WILAYAH SULAWESI UTARA PADA TRIWULAN I-2010 Arah pertumbuhan dunia usaha di wilayah Sulawesi Utara di awal tahun 2010 diperkirakan akan mengalami perlambatan. Hal ini diperlihatkan oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha dimana responden merasa pesimis terhadap kondisi perekonomian kedepan, yang tercermin dari angka Saldo Bersih Tertimbang (SBT) 0,82% untuk perkiraan triwulan I-2010, menurun signifikan bila dibandingkan SBT 19,66% untuk perkiraan kondisi usaha pada hasil survei sebelumnya. Menurut responden, faktor permintaan dari dalam negeri masih menjadi tumpuan untuk meningkatkan kegiatan usaha, disamping dampak dari ketiadaan even berskala besar selama triwulan kedepan, serta kondisi cuaca yang kurang mendukung untuk keberhasilan panen khususnya di sektor pertanian. Grafik 1. Perkembangan Kegiatan Usaha (SBT)
50 40 30 20 10 (10) (20) (30) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1* 2007 2008 2009 2010 Realisasi Kegiatan Usaha Perkiraan Kegiatan Usaha Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Tw.IV-2009, KBI Manado Grafik 2. Perkembangan Seluruh Sektor Ekonomi (SBT) Sektor ekonomi yang akan mencatat Perkiraan Triwulan I-2010
penurunan usaha yang signifikan 8,00
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
6,00
Pertambangan dan Penggalian
8,14%) dan sektor Pengangkutan
4,00
Industri Pengolahan
Hotel dan Restauran (SBT -1,67%).
2,00
Listrik, Gas dan Air Bersih
Penurunan usaha di sektor pertanian
-
adalah
sektor
merupakan
pertanian
dampak
dari
(SBT
-
kondisi
cuaca yang tidak menguntungkan petani yang sedang mengalami masa
(2,00)
Perdagangan, Hotel dan Restoran
(4,00)
Pengangkutan dan Komunikasi
(6,00) (8,00)
panen. Sedangkan untuk sektor PHR, turunnya usaha dikonfirmasi oleh
Bangunan
Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan Jasa-Jasa
(10,00)
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Tw.IV-2009, KBI Manado
29
semakin menurunnya jumlah kunjungan wisman dan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) seiring dengan ketiadan even berskala besar yang diselenggarakan di wilayah Sulut.
Seiring dengan kontraksi usaha yang terjadi di awal tahun 2010, harga jual secara umum di triwulan I-2010 diperkirakan juga mengalami penurunan. Kondisi ini tercermin dari SBT sebesar 2,49% yang jauh lebih rendah dibandingkan perkiraan harga jual pada hasil survei periode sebelumnya (SBT 8,58%). Sektor ekonomi yang memberikan sumbangan cukup tinggi terhadap penurunan harga jual pada awal triwulan I-2009 adalah sektor pertanian (SBT -10,03%).
Grafik 3. Perkembangan Harga Jual (SBT) 50,00
Realisasi Harga Jual
40,00
Perkiraan Harga Jual
30,00 20,00 10,00 (10,00) (20,00) (30,00) Q1
Q2
Q3
2007
Q4
Q1
Q2
Q3
2008
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2009
Q1* 2010
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Tw.IV-2009, KBI Manado
Namun ditengah-tengah pesimisme masyarakat terhadap kegiatan usaha di awal tahun 2010, kondisi perekonomian Sulawesi Utara secara umum diharapkan masih dapat tumbuh seiring dengan penurunan tingkat suku bunga kredit yang akan mendorong dunia usaha untuk dapat kembali bergairah, disamping meningkatnya aktivitas masyarakat menjelang kampanye pemilihan kepala daerah di wilayah Sulawesi Utara yang akan dilaksanakan pada pertengahan tahun 2010.
30
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Laju inflasi tahunan di Kota Manado di akhir triwulan IV-2009 menunjukkan adanya peningkatan. Inflasi Kota Manado pada triwulan IV-2009 tercatat sebesar 2,31% (yoy) atau jauh lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya yang mencatat deflasi sebesar 0,01% (yoy). Seperti halnya laju inflasi tahunan, secara triwulanan, Kota Manado juga mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan inflasi yang mencapai 2,50% (qtq) meningkat dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 0,74% (qtq). Jika dibandingkan dengan inflasi nasional, inflasi tahunan Kota Manado masih sedikit lebih rendah dibandingkan inflasi tahunan nasional sebesar 2,78% (yoy).
Grafik 2.1 Laju Inflasi Kota Manado Vs Nasional (yoy)
Grafik 2.2 Laju Inflasi Kota Manado Vs Nasional (qtq)
14
10
12
YOY Manado
10
YOY Nasional
QTQ Nasional
8
QTQ Manado
6
8 6
4
4
2 2
0
0 ‐2
Tw.I
Tw.II
Tw.III
Tw.IV
Tw.I
Tw.II
Tw.III
Tw.I
Tw.IV
Tw.II
Tw.III
Tw.IV
Tw.I
Tw.II
Tw.III
Tw.IV
‐2 2008
2008
2009
2009
‐4 Sumber : BPS Nasional dan Provinsi Sulut, diolah
Sumber : BPS Nasional dan Provinsi Sulut, diolah
Inflasi Kota Manado selama triwulan IV-2009 disebabkan sebagian besar oleh faktor fundamental maupun non fundamental. Faktor fundamental yang paling berpengaruh adalah kenaikan ekspektasi inflasi dan tekanan permintaan. Perayaan keagamaan (Idul Adha dan Hari Natal) serta tahun baru 2010 merupakan faktor utama yang menyebabkan ekspektasi inflasi dan permintaan masyarakat mengalami peningkatan. Kondisi tersebut secara musiman selalu meningkatkan tekanan inflasi. Sementara itu, faktor non fundamental lebih disebabkan oleh kenaikan harga volatile foods yang juga masih terkait dengan kegiatan konsumsi masyarakat pada saat perayaan keagamaan dan menjelang akhir tahun.
31
A. INFLASI TAHUNAN (yoy) Secara tahunan, inflasi Kota Manado cenderung mengalami trend peningkatan dari posisi deflasi 0,01% (yoy) di triwulan III-2009 menjadi 2,31% (yoy) pada triwulan IV-2009. Secara umum, peningkatan laju inflasi disebabkan oleh tingginya permintaan pada saat perayaan keagamaan dan menjelang akhir tahun 2009. Peningkatan tekanan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan yakni dari -0,82% (yoy) di triwulan III-2009 menjadi 5,82% (yoy) di akhir triwulan IV-2009.
Peningkatan laju inflasi pada kelompok bahan makanan terutama disebabkan oleh inflasi pada sub kelompok sayur-sayuran, lemak dan minyak serta ikan segar. Pada triwulan IV2009, terdapat 2 (dua) acara perayaan keagamaan yakni Idul Adha dan hari Natal, ditambah dengan perayaan menjelang tahun baru 2010 menyebabkan adanya peningkatan permintaan masyarakat akan bahan makanan. Sementara itu, kondisi cuaca yang tidak stabil mengakibatkan produksi hasil pertanian menjadi berfluktuasi. Pasokan yang kurang stabil ditambah dengan tingginya permintaan dari masyarakat menyebabkan peningkatan laju inflasi kelompok bahan makanan. Namun peningkatan laju inflasi kelompok bahan makanan masih dalam kondisi yang relatif normal.
Selanjutnya kelompok yang mengalami laju inflasi tertinggi kedua adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, yakni dari deflasi -0,15% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 0,44% (yoy). Sub kelompok perlengkapan rumah tangga dan biaya tempat tinggal mencatat inflasi tertinggi dalam kelompok ini. Adanya kebiasaan masyarakat di Suawesi Utara memperbaiki kondisi rumah/tempat tinggal serta membeli perlengkapan rumah tangga menjelang perayaan Natal dan tahun baru diperkirakan menjadi pengaruh peningkatan laju inflasi kelompok ini.
Laju inflasi kelompok sandang meningkat dari 4,67%(yoy) di triwulan III-2009 menjadi 6,37% (yoy) pada triwulan laporan. Peningkatan laju inflasi tahunan kelompok sandang disumbang oleh sub kelompok sandang laki-laki, sandang wanita dan sandang anak-anak. Inflasi yang terjadi pada kelompok ini juga disebabkan oleh adanya pola musiman dimana terjadi peningkatan permintaan pakaian baru pada saat perayaan Natal dan menjelang Tahun Baru 2010
32
Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
No 1 2 3 4 5 6 7
Kelompok Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
Umum
Tw. I 13,58 2,33 6,89 10,31 10,08 2,34 0,52 7,68
2008 Tw. II Tw. III Tw. IV 27,35 26,69 16,95 3,45 5,29 7,11 13,01 11,77 7,16 9,13 8,02 6,21 13,32 13,13 11,51 1,83 2,02 2,32 9,91 9,95 8,83 13,18 13,15 9,71
Tw. I 21,82 8,03 3,54 6,05 9,16 2,58 1,05 8,85
2009 Tw. II Tw. III Tw. IV 4,75 -0,82 5,82 7,5 6,15 4,88 2,07 -0,15 0,44 4,94 4,67 6,37 5,43 4,84 4,12 2,03 2,63 1,81 -8,66 -8,76 -5,33 2,25 -0,01 2,31
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
B. INFLASI TRIWULANAN (qtq) Secara triwulanan, inflasi Kota Manado meningkat menjadi sebesar 2,50% (qtq). Tidak berbeda dengan inflasi tahunan, peningkatan inflasi tertinggi secara triwulanan berasal dari kelompok bahan makanan, kelompok sandang, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan. Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) No 1 2 3 4 5 6 7
Kelompok Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
Umum
Tw. I 2,32 0,68 3,22 4,13 3,36 0,32 0,13 1,98
2008 Tw. II Tw. III 7,16 6,50 1,57 3,14 1,15 2,45 -0,90 1,19 5,95 1,56 0,76 0,32 10,93 0,10 4,25 3,02
Tw. IV 0,15 1,55 0,18 1,71 0,26 0,90 -2,12 0,17
Tw. I 6,58 1,54 -0,26 3,97 1,18 0,57 -7,03 1,18
2009 Tw. II Tw. III -7,86 0,84 1,07 1,85 -0,29 0,23 -1,93 0,92 2,32 0,99 0,22 0,91 0,28 -0,02 -2,08 0,74
Tw. IV 6,86 0,34 0,77 3,36 -0,42 0,10 1,57 2,50
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Faktor utama pendorong kenakan inflasi tersebut lebih disebabkan oleh faktor musiman, yakni peningkatan permintaan saat perayaan keagamaan (Idul Adha dan Hari Natal) dan menjelang akhir tahun 2009. Aktivitas rumah tangga yang meningkat menjelang hari raya Natal dan tahun baru akan meningkatkan pembelian barang-barang antara lain: pakaian, softdrink, semen (bahan bangunan), tiket transportasi serta bahan-bahan pembuat makanan (mentega, dll). Sementara itu, tingginya angka realisasi proyek fisik yang dilakukan Pemerintah Daerah di triwulan akhir tahun anggaran 2009 juga turut menyumbang laju inflasi Kota Manado pada triwulan laporan.
33
B. INFLASI BULANAN (mtm) Secara bulanan, inflasi pada triwulan IV-2009
Grafik 2.3. Laju Inflasi Kota Manado Vs Nasional (mtm)
memiliki tren meningkat. Pada awal periode,
%
4
Kota Manado mencatat inflasi sebesar 0,83%
MTM Manado
MTM Nasional
3
(mtm), selanjutnya pada bulan Nopember 2009 angka ini meningkat menjadi 1,27%
2
(mtm), dan sampai dengan akhir triwulan 1
laporan inflasi di Kota Manado tercatat sebesar 0,38% (mtm). Berdasarkan kelompok
sandang yang terus mengalami peningkatan
2008
Des
Okt
Nop
Sep
Jul
‐1
Agust
Jun
Apr
May
Mar
Feb
Des
Jan
Okt
barang dan jasa, angka inflasi tertinggi selama triwulan IV-2009 adalah kelompok
Nop
0
2009
‐2
masing-masing sebesar 1,67% (mtm) dan
Sumber: BPS Prov. Sulut dan Nasional, diolah.
1,53% (mtm) pada bulan Nopember dan Desember 2009. Jika dibandingkan dengan angka inflasi nasional, inflasi di Kota Manado pada periode laporan jauh berada diatas inflasi nasional.
Sementara itu, para pelaku ekonomi khususnya konsumen di Sulawesi Utara memiliki ekspektasi inflasi yang sejalan dengan perkembangan inflasi yang mengalami tren peningkatan di awal periode laporan namun mengalami penurunan di akhir bulan periode laporan. Grafik 2.4. Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa
5,0
250
SK*
SK**
Inflasi (mtm)
200
4,0 3,0
150
2,0
100
1,0 0,0
50
‐1,0 ‐2,0
0 Okt Nop Des Jan
Feb Mar Apr Mei Jun
2008
Jul Agust Sep Okt Nop Des
2009
Sumber : BPS Sulut dan Survei Konsumen KBI Manado. Keterangan : SK* = Ekspektasi konsumen terhadap harga pada bulan tsb menurut SK 3 bln sebelumnya SK** = Ekspektasi konsumen terhadap harga pada bulan tsb menurut SK 6 bln sebelumnya
34
OKTOBER 2009
Kota
Manado
pada
Oktober
2009
mengalami inflasi sebesar 0,83%. Angka
Grafik 2.5. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa Oktober 2009 0,04 0,27
ini meningkat dari posisinya di bulan
Transportasi
September yang mencatat deflasi sebesar
Pendidikan
0,00 0,00
sumbangan
Kesehatan
0,00 0,00
terbesar berasal dari kelompok bahan
Sandang
0,01 0,14
bahan
Perumahan
0,05 0,19
makanan terhadap angka inflasi mencapai
Makanan jadi
0,77%, dengan inflasi terbesar berasal dari
Bahan Makanan
0,36%
(m.t.).
makanan.
Inflasi
Total
dan
sumbangan
sub komoditi sayur-sayuran dan bumbubumbuan.
Tidak berbeda dengan bulan sebelumnya, Kota Manado pada Nopember 2009 juga mengalami inflasi sebesar 1,27%. Kelompok makanan
masih
tetap
sebagai
penyumbang terbesar dengan andil sebesar 1,06%.
‐0,04 ‐0,25 0,77 2,91
‐1
0
1
2
3
Grafik 2.6. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa Nopember 2009
Transportasi
0,02 0,13
Pendidikan
0,01 0,10
Kesehatan
yang
mengalami
kenaikan harga selama Nopember 2009 adalah : cabe rawit, daun bawang, buncis, cabe merah, emas perhiasan, kentang, dan
Inflasi (m.t.m)
0,10
Sandang
1,67
Sub kelompok yang mengalami
komoditas
Andil
‐0,02 ‐0,47
Perumahan
0,06 0,26
Makanan jadi
0,04 0,20
inflasi tertinggi adalah bumbu-bumbuan. Beberapa
Inflasi (m.t.m)
Sumber: BPS Nasional, diolah.
NOPEMBER 2009
bahan
Andil
1,06
Bahan Makanan
3,94
‐1
0
1
2
3
4
Sumber: BPS Nasional, diolah.
bawang merah.
35
DESEMBER 2009
Di akhir triwulan laporan Kota Manado
Grafik 2.7. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa Desember 2009
mengalami masih mengalami inflasi sebesar 0,38%. Laju inflasi ini lebih rendah dari
0,16
Transportasi
angka inflasi pada bulan Oktober dan
1,17
Pendidikan
0,00
November. Inflasi yang rendah didorong
0,00 0,04 0,09
oleh penurunan indeks pada kelompok
‐0,01
Kesehatan Sandang
1,53 0,08 0,32
Perumahan
pendidikan.
Andil
Berdasarkan andil/sumbangannya, kelompok
0,07
Makanan jadi
Inflasi (m.t.m)
0,38 ‐0,02 ‐0,09
Bahan Makanan
‐1
0
1
bahan makanan sebesar dan kelompok
2
bahan makanan yang selama ini menjadi kelompok terbesar,
yang pada
menyumbangkan
inflasi
Desember
justru
2009
mengalami deflasi sebesar 0,09% dengan Sumber: BPS Nasional, diolah.
andil sebesar -0,02%.
36
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Secara umum perkembangan perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan IV-2009 (posisi November 2009) berada pada trend yang melambat walaupun tetap tumbuh positif. Hal ini tercermin dari perkembangan berbagai indikator seperti total aset, kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK) serta peningkatan jumlah rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan). Bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, total aset dan DPK mengalami pertumbuhan (yoy) yang juga lebih rendah. Namun demikian, fungsi intermediasi perbankan
masih
berjalan baik tercermin dari pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK sehingga rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) mengalami peningkatan. Dengan risiko dan ketidakpastian pemulihan ekonomi global yang masih cukup tinggi, perbankan saat ini melakukan strategi dengan fokus pada penerapan prinsip kehati-hatian dan khusus dalam penyaluran kreditnya saat ini perbankan juga lebih memperhatikan potensi usaha debitur kedepan melalui risk based pricing. Tabel 3.1 Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara Komponen
2007
2008
Q1
Q2
Q3
Total Aset
8.958
9.319
9.905
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4*
10.548
10.793
11.691
12.359
13.527
13.635
14.235
14.860
14.732
Tumbuh Y.o.Y (%)
20,76
17,76
21,67
19,59
20,48
25,45
24,78
28,24
26,33
21,76
20,24
15,53
DPK (Rp Miliar)
5.985
6.436
6.504
7.070
7.189
7.765
7.929
8.860
8.907
9.448
9.725
9.755
Tumbuh Y.o.Y (%)
18,14
20,88
19,34
17,49
20,12
20,65
21,91
25,31
23,90
21,67
22,64
15,58
Kredit (Rp Miliar)
5.179
5.638
6.079
6.577
6.823
7.852
8.454
8.934
9.095
9.627
10.004
10.328
Tumbuh Y.o.Y (%)
20,25
22,04
26,85
29,70
31,74
39,27
39,08
35,84
33,30
22,60
18,34
17,55
LDR (%)
86,53
87,61
93,46
93,02
94,90
101,13
106,62
100,84
102,11
101,90
102,88
105,87
NPL (%)
5,12
4,91
6,29
3,77
4,86
4,88
3,43
2,86
3,86
3,72
3,58
3,25
kredit UMKM
3.221
3.632
3.882
4.064
4.305
5.079
5.435
5.727
5.841
6.185
6.270
6.371
Share UMKM
62,19
64,42
63,86
61,79
63,09
64,68
64,29
64,10
64,22
64,25
62,67
61,68
8,23
7,62
7,11
5,67
6,01
5,69
4,91
3,78
4,91
4,96
5,18
4,97
NPL UMKM (%)
Ket: * Data sampai dengan bulan November 2009
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
. A. Fungsi Intermediasi Perbankan 1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter Di tengah risiko dan ketidakpastian pemulihan perekonomian global, serta seiring dengan melemahnya tekanan inflasi, Bank Indonesia tetap mengarahkan perhatian pada upaya menggerakkan sektor riil guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Dalam upaya mengurangi kendala-kendala dalam peningkatan fungsi intermediasi perbankan, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 3 Desember 2009 memutuskan untuk tetap mempertahankan BI Rate sebesar 6,50%. Pelonggaran kebijakan moneter ini sudah mulai 37
direspon dengan baik oleh pihak perbankan di Sulawesi Utara yang ditandai dengan penurunan rata-rata tingkat suku bunga kredit, walaupun perubahannya relatif tidak terlalu signifikan dikarenakan perbankan di wilayah Sulut masih cenderung berhati-hati dalam menurunkan tingkat suku bunga kreditnya ditengah-tengah kondisi pemulihan ekonomi pasca krisis yang masih dibayangi oleh faktor risiko yang relatif tinggi. Seperti halnya tingkat suku bunga kredit, rata-rata tingkat suku bunga deposito 1 bulan juga sudah mulai mengalami penurunan. Lambatnya pihak perbankan dalam merespon penurunan BI Rate tidak lepas dari adanya penawaran Surat Utang Negara (SUN) seri terbaru yang menawarkan return sekitar 10%, jauh diatas BI rate.
Tidak jauh berbeda dengan kondisi perbankan nasional, perbankan di wilayah Sulawesi Utara juga masih diwarnai oleh persaingan tingkat suku bunga antar bank. Dampak dari proses pemulihan krisis ekonomi global masih cukup dirasakan oleh masyarakat Sulut, ditunjukkan melalui pertumbuhan DPK dan kredit yang cenderung melambat. Namun pertumbuhan kredit masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK, hal inilah yang menyebabkan LDR mengalami peningkatan. Tingkat suku bunga kredit yang masih relatif tinggi walau sudah pada trend menurun berimplikasi pada tidak optimalnya akselerasi pertumbuhan kredit. Berdasarkan data yang ditunjukkan pada grafik dibawah, sampai dengan akhir bulan November tingkat suku bunga kredit berfluktuasi tipis dikisaran 16,43%. Pihak perbankan masih mematok margin keuntungan bank yang sangat tinggi, disamping sebagai opportunity cost atas risiko yang akan dihadapi bank ketika debitur mengalami gagal bayar (default). Menurut jenis penggunaannya, rata-rata tingkat suku bunga kredit modal kerja mencapai 17,33% per tahun, kredit investasi (17,04% per tahun) dan kredit konsumsi (14,91% per tahun). Sementara itu untuk tingkat suku bunga deposito menunjukkan perkembangan yang sama dengan yang terjadi pada suku bunga kredit. Trend penurunan dilakukan perbankan sejalan dengan penurunan BI Rate pada bulan Desember 2008 yang terus turun hingga mencapai 6,50% pada bulan September 2009. Pada bulan September 2009 tingkat suku bunga deposito berada pada posisi 6,04%.
38
Grafik 3.1. Perkembangan Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit di Sulut dan BI Rate
Grafik 3.2. Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit Menurut Jenis Penggunaan
17,5
9,00
19,0
17,0
8,50
18,0
16,5
8,00
16,0
7,50
15,5
7,00
15,0
6,50
%
17,0 16,0
Nop
Okt
Sep
Konsumsi Aug
Investasi Jul
Modal Kerja
Jun
13,0
May
5,50
Apr
14,0
Nop
Okt
Sep
Aug
Jul
Jun
May
Apr
Mar
Feb
Jan
14,0
6,00
Mar
BI Rate
Feb
Sk. Bunga Kredit
Jan
14,5
15,0
2009
2009
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Grafik 3.3. Perkembangan Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Deposito 1 Bulan dan BI Rate 8,0
% Sk. Bunga Deposito
7,5
BI Rate
7,0 6,5 6,0 5,5
Nop
Okt
Sep
Aug
Jul
Jun
May
Apr
Mar
5,0
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
2. Penyerapan Dana Masyarakat Selama empat triwulan terakhir, pertumbuhan DPK secara tahunan relatif tumbuh melambat. Pada triwulan IV-2009 posisi Dana Pihak Ketiga (DPK) di wilayah Sulawesi Utara tercatat sebesar Rp9.755 miliar atau tumbuh hanya 15,58% (yoy), jauh menurun dibandingkan pertumbuhan DPK pada periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan jenis simpanannya, kenaikan dana terutama terjadi pada jenis giro yang meningkat 20,55% (yoy) kemudian disusul oleh jenis tabungan sebesar 17,41% (yoy) dan deposito sebesar 10,53% (yoy).
39
Grafik 3.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Persen)
5.000 4.500 4.000 3.500 3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 500 ‐
Giro
Q1
Q2
Deposito
Q3
Q4
Tabungan
Q1
Q2
2008
Q3
Q4*
2009
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Menurut pangsanya, penempatan dana dalam sistem perbankan masih didominasi oleh jenis simpanan tabungan sebesar 44,95% dari total keseluruhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun, disusul kemudian deposito (34,18%) dan giro (20,87%). Grafik 3.5 Share Dana Pihak Ketiga (DPK)
21%
45%
34%
Giro
Deposito
Tabungan
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan kelompok banknya, bank pemerintah menyerap hampir 65,77% dari total DPK sedangkan
sisanya
dihimpun
oleh
bank
swasta
(34,23%).
Berdasarkan
laju
pertumbuhannya, dana di bank pemerintah berhasil tumbuh 17,74% (yoy) sedangkan dana di bank swasta tumbuh lebih rendah yaitu sebesar 11,63% (yoy). Perkembangan pertumbuhan dana di bank pemerintah yang masih dinilai cukup tinggi tidak lepas dari adanya pandangan dalam masyarakat dimana bank pemerintah dinilai lebih aman, terlebih lagi pada kondisi ketidakpastiaan pemulihan perekonomian saat ini. Selain itu, maraknya bank swasta yang baru membuka cabang di Kota Manado berdampak terhadap persaingan antar bank dalam menyaring dana pihak ketiga. Seperti halnya jumlah dana pihak ketiga berdasarkan kelompok bank, jumlah dana pihak ketiga berdasarkan kepemilikannya juga 40
masih tetap tumbuh. Dana yang dimiliki pemerintah daerah baik provinsi/kota/kabupaten tercatat sebesar Rp1.549 miliar atau tumbuh sebesar 43,06% (yoy). Sedangkan dana milik swasta juga mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp8.205 miliar atau tumbuh sebesar 11,52% (yoy). Grafik 3.6 Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun (Rp. Miliar)
Grafik 3.7 Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kepemilikan (Rp. Miliar) Q4*
9.000
Bank Pemerintah
2009
8.000
Bank Swasta
7.000 6.000
Q3 Q2
5.000
Q1
4.000
Q4
2008
3.000 2.000 1.000 ‐
Q3 Q2 Q1
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4*
(1.000) 2008
2009
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
1.000
3.000
Swasta
5.000
7.000
9.000
Pemerintah
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total dana pihak ketiga yang dihimpun, sebesar 72,54% atau Rp7.076 miliar berasal dari bank-bank yang berlokasi di Manado, selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Minahasa (8,12%), Kabupaten Bolaang Mongondow (6,86%), Kota Bitung (6,77%), dan Kabupaten Sangihe Talaud (5,71%). Tingginya penghimpunan dana masyarakat di Kota Manado terkait dengan jumlah jaringan kantor bank yang sebagian besar terkonsentrasi di Kota Manado, disamping itu sentra pertumbuhan ekonomi daerah berada di Manado tercermin dari maraknya aktivitas pembangunan daerah yang terfokus di sekitar Manado.
Kota/Kabupaten Minahasa Bolaang Mongondow Sangihe Talaud Manado Bitung Total
Tabel 3.2 Perkembangan Sebaran DPK per Kabupaten/Kota (Rp. Miliar) 2008 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 468 513 684 586 833 392 427 391 448 553 315 329 343 372 440 5.371 5.862 5.959 6.872 6.443 644 635 552 583 639 7.189 7.765 7.929 8.860 8.907
2009 Q2 Q3 827 794 669 697 473 575 6.835 6.989 642 669 9.448 9.725
Q4* 793 669 557 7.076 661 9.755
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
41
Grafik 3.8 Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kabupaten/Kota (Milyar Rupiah) 12.000 10.000
Minahasa
Bolmong
Manado
Bitung
Sangihe Talaud
Grafik 3.9 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)
Q4‐09*
Bitung
8.000
Q3‐09
Manado
6.000
Q4‐08
4.000
Sangihe Talaud
2.000 ‐
Q1
Q2
Q3
Q4
644
635
552
583
Q1
Q2
Q3
Q4*
642
669
661
Bolmong
2008 Bitung Manado
639
5.371 5.862 5.959 6.872 6.443 6.835 6.989 7.076
Sangihe Talaud 315
329
343
372
440
473
575
557
Bolmong
392
427
391
448
553
669
697
669
Minahasa
468
513
684
586
833
827
794
793
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Minahasa
0
20
40
60
80
100
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan wilayah administratifnya, pada triwulan laporan seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan yang positif jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan tertinggi dialami oleh kabupaten Bolaang Mongondow sebesar 64,82% (yoy) dengan total DPK sebesar Rp669 miliar. Berikutnya adalah Kabupaten Sangihe Talaud yang tumbuh 44,69% (yoy) dengan jumlah Rp557 miliar, Kota Bitung (13,38%), Kota Manado (13,38%) dan Kabupaten Minahasa yang mencatat pertumbuhan terkecil sebesar 9,14% (yoy).
3. Penyaluran Kredit Bank Pelapor Mulai membaikknya kondisi perekonomian, belum menunjukkan dampak terhadap penyaluran kredit oleh bank umum konvensional. Hal ini terlihat dari masih melambatnya pertumbuhan kredit pada triwulan IV-2009. Outstanding kredit yang disalurkan sampai dengan bulan November 2009 adalah sebesar Rp10.328 miliar. Secara tahunan, kredit tumbuh 17,55% (yoy) terus mengalami koreksi sejak akhir triwulan IV-2008. Berdasarkan jenis penggunaannya, perkembangan kredit paling signifikan dialami oleh kredit konsumsi mencapai jumlah Rp5.751 miliar atau tumbuh sebesar 32,98%. Pertumbuhan yang cukup signifikan ini dipicu dari tingginya aktivitas konsumsi masyarakat Sulawesi Utara yang dikonfirmasi dengan data pertumbuhan ekonomi khususnya dari komponen konsumsi yang juga dominan dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi Sulawesi utara. Untuk jenis kredit investasi dan kredit modal kerja pertumbuhannya masing-masing sebesar 11,98% (yoy) dan 0,36% (yoy).
42
Grafik 3.11. Penyaluran Kredit di Provinsi Sulawesi Utara (Rp. Miliar)
Grafik 3.10. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (Persen) 55 gInvestasi gModal Kerja gKonsumsi gTotal Kredit %
Q4*
50
2009
45 40 35 30
Q3
Konsumsi
Q2
Investasi
Q1
25 20
Q4
Modal Kerja
15 2008
10 5
Q3 Q2 Q1
Nop
Okt
Sep
Aug
Jul
Jun
May
Apr
Mar
Feb
‐5
Jan
0
‐
2009
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 9.000
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan strukturnya, pangsa kredit konsumsi menempati urutan pertama sebesar 55,68% dari total kredit yang disalurkan, hal ini sejalan dengan pertumbuhan kredit konsumsi yang juga paling signifikan dibandingkan pertumbuhan kredit investasi dan modal kerja. Selanjutnya pangsa kredit modal kerja tercatat sebesar 35,04%, dan kemudian diikuti oleh kredit investasi dengan pangsa sebesar 9,28%. Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit produktif selama triwulan ini sebagian besar ditujukan ke sektor lainnya (konsumsi) dengan jumlah Rp5.556 miliar dengan pangsa 55,80%. Selanjutnya diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) mencapai jumlah Rp2.916 miliar dengan pangsa sebesar 28,24% dari total kredit. Disusul penyaluran kredit pada sektor konstruksi dan sektor jasa dunia usaha masing-masing dengan pangsa 4,56% dan 4,16%. Dominasi penyaluran kredit pada sektor PHR didorong oleh tingginya tingkat aktivitas konsumsi masyarakat, dibukanya pusat perbelanjaan baru di Manado (Manado Trade Center), dan meningkatnya wisatawan asing dan domestik untuk berkunjung ke Sulawesi Utara pasca terselenggaranya event internasional, sehingga hal ini menjadi insentif bagi pihak perbankan untuk menyalurkan kredit di sektor ini.
Sementara itu berdasarkan pencapaiannya, peningkatan pertumbuhan kredit paling signifikan terjadi di sektor Jasa Sosial Kemasyarakatan yang tumbuh 100,17% (yoy) dengan jumlah Rp89 juta. Berikutnya adalah sektor Listrik, Gas dan Air Bersih dan sektor laimmya (konsumsi) yang tumbuh masing-masing sebesar 43,79% (yoy) dan 32,79% (yoy). Selanjutnya beberapa sektor juga mengalami kontraksi penyaluran kredit yakni di sektor 43
pertanian yang mengalami kontraksi sebesar 36,01% (yoy), sektor transportasi dan komunikasi terkontraksi sebesar 30,77% (yoy) dan sektor perindustrian yang berkontraksi sebesar 1,40% (yoy). Grafik 3.12. Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi (Rp. Miliar)
2009
Q4* Q3
Lainnya (Konsumsi)
Q2
Sektor Produktif Lainnya PHR
Q1
2008
Q4 Q3
Konstruksi Q2
Pertanian
Q1 ‐
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan kelompok bank, sampai dengan triwulan laporan, bank umum pemerintah masih terus mendominasi penyaluran kredit dibandingkan dengan bank umum swasta nasional. Kelompok bank pemerintah berhasil menyalurkan Rp7.952 miliar atau mencapai pangsa pasar 76,99% sedangkan kelompok bank swasta menyalurkan Rp2.376 miliar dengan pangsa pasar 23,01%. Selain itu dominasi pembiayaan oleh bank umum pemerintah terlihat semakin kuat ditinjau dari laju pertumbuhan kreditnya yang tumbuh sebesar 24,30% (yoy). Sebaliknya, pertumbuhan penyaluran kredit di bank swasta justru mengalami kontraksi sebesar 0,53% (yoy). Banyaknya bank swasta di wilayah Sulawesi Utara memdorong persaingan yang semakin kuat, yang berdampak terhadap lambatnya pertumbuhan penyaluran kredit oleh bank swasta. Grafik 3.13. Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank (Rp. Miliar) 12.000
Bank Pemerintah
Bank Swasta
10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 ‐ Q1
Q2
Q3 2008
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4*
2009
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
44
Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari total kredit sebesar Rp10.328 miliar, sebesar 64,85% atau sebesar Rp6.697 miliar disalurkan di wilayah Kota Manado hal ini juga tidak lepas dari banyaknya jaringan kantor perbankan yang berada di Kota Manado sebagai sentra pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Utara. Selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Minahasa dengan pangsa pasar sebesar 12,40% (Rp1.281 miliar), Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar 9,98% (Rp1.030 miliar), Kota Bitung sebesar 6,69% (Rp.691 miliar), dan Kabupaten Sangihe Talaud sebesar 6,09% (Rp.629 miliar). Grafik 3.15. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)
Grafik 3.14. Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (Milyar Rupiah) 12.000 10.000
Bitung
Manado
Bolmong
Minahasa
Q4*‐2009
Sangihe Talaud
Bitung
8.000
Q3‐2009 Q4‐2008
Manado
6.000
Sangihe Talaud
4.000 2.000
Bolmong
‐ Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2008 Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Q2
Q3
Q4*
Minahasa
2009
‐
10
20
30
40
50
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan laju pertumbuhan kreditnya, wilayah dengan laju pertumbuhan kredit tertinggi dialami Kabupaten Minahasa sebesar 25,41% (yoy) sedangkan yang terendah adalah Kota Manado sebesar 12,28% (yoy). Perlambatan pertumbuhan kredit selama triwulan laporan terjadi karena respon pihak perbankan atas kondisi ketidakpastian pemulihan perekonomian global yang kemudian berdampak pada perilaku perbankan yang lebih memperhitungkan faktor risiko dengan fokus pada prinsip kehati-hatian serta lebih memperhatikan potensi usaha dari debitur kedepan melalui risk based pricing. Fungsi intermediasi perbankan mengalami peningkatan tercermin dari angka Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar dari 105,87% pada triwulan laporan, naik dari posisinya di periode yang sama tahun lalu sebesar 101,33%. Perlu digaris bawahi bahwa perhitungan LDR ini hanya membagi jumlah total kredit yang disalurkan dengan jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan. Meningkatnya rasio LDR ini disebabkan karena pertumbuhan kredit yang jauh lebih signifikan dibandingkan pertumbuhan DPK yang berhasil dihimpun bank. Berdasarkan wilayah administratifnya, rasio LDR terendah 45
dialami oleh Kota Manado sebesar 94,65%. Sedangkan LDR tertinggi dicapai oleh Kabupaten Minahasa sebesar 161,61%, disusul kemudian berturut-turut oleh Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar 154,01%, Kabupaten Sangihe Talaud sebesar 112,93%, dan Kota Bitung sebesar 104,55%. Grafik 3.16. Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota (%) Bitung
Q4*‐2009 Q3‐2009
Manado
Q4‐2008
Sangihe Talaud Bolmong
Minahasa
‐
50
100
150
200
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
4. Kredit UMKM Perkembangan kredit MKM (Mikro, Kecil dan Menengah) memperlihatkan perkembangan yang relatif melambat yang ditandai dengan laju pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan kredit secara umum. Sampai dengan triwulan IV–2009 (bulan November 2009), jumlah kredit MKM yang berhasil disalurkan mencapai Rp6.371 miliar dengan laju pertumbuhan sebesar 12,13% (yoy). Pencapaian ini lebih rendah baik bila dibandingkan pertumbuhan kredit secara umum pada triwulan laporan tumbuh 17,55% (yoy), maupun dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat mencapai 15,37% (yoy). Grafik 3.17. Laju Pertumbuhan Kredit UMKM dan Total Kredit 45 gKredit
40
gUMKM
35 30 25 20 15 10 5
Nop
Okt
Sep
Aug
Jul
Jun
May
Apr
Mar
Feb
Jan
0
2009
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
46
Menurut pangsanya, sebagian besar atau 61,69% dari total kredit MKM merupakan jenis kredit menengah sedangkan sisanya 32,67% merupakan jenis kredit kecil dan baru sebagian kecil atau hanya 5,65% merupakan jenis kredit mikro. Kecilnya porsi kredit mikro dan kecil terutama disebabkan oleh cukup tingginya rasio kredit bermasalah untuk jenis kredit mikro dan kecil yaitu masing-masing sebesar 15,38% dan 6,70%, jauh dari batas toleransi Bank Indonesia sebesar 5% sedangkan kualitas kredit menengah relatif cukup baik yaitu sebesar 3,09%. Grafik 3.18. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Miliar) 4.500
Mikro
4.000
Kecil
Grafik 3.19. Non Performing Loan Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Miliar)
Menengah
Q4*
2009
3.500 3.000 2.500
Q3 Q2
2.000
Q1
1.500
Q4
2008
1.000 500 ‐ Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2008
Q3
Q4*
Menengah Kecil
Q3 Q2
Mikro
Q1
2009
‐
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
20
40
60
80
100 120 140 160
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan penyebarannya, penyaluran kredit UMKM masih belum merata dan lebih banyak terfokus pada daerah-daerah tertentu. Tercatat Kota Manado menyerap 67,37% dari total kredit MKM yang disalurkan, diikuti oleh kota dan kabupaten lainnya yang ratarata memiliki pangsa pada kisaran 5,8%-10%. Berdasarkan laju pertumbuhannya, perkembangan kredit MKM di Kabupaten Bolaang Mongondow merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 31,39% (yoy) sedangkan wilayah dengan laju pertumbuhan kredit MKM terendah adalah Kabupaten Kep.Sangihe Talaud yang tumbuh hanya sebesar 0,79% (yoy). Grafik 3.20. Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar) 7.000 6.000
Bitung Sangihe‐Talaud Minahasa
Grafik 3.21. Pertumbuhan Kredit UMKM Berdasarkan Kabupaten/Kota (Persen)
Manado Bolmong
Bitung
Q4*‐2009
5.000
Q3‐2009
Manado
4.000 3.000
Q4‐2008
Sangihe Talaud
2.000 Bolmong
1.000 ‐ Q1
Q2
Q3 2008
Q4
Q1
Q2
Q3 2009
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Q4*
Minahasa % 0
20
40
60
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
80
47
B. RISIKO KREDIT 1. Rasio Kelonggaran Tarik Kredit Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank umum pada triwulan IV-2009 (November 2009) memperlihatkan penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tercatat rasio kelonggaran tarik pada triwulan laporan sebesar 5,83% turun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya lalu yang tercatat sebesar 5,95%. Penurunan rasio merupakan suatu awal yang baik untuk lebih mengoptimalkan fungsi intermediasi perbankan. Di tengah-tengah ketidakpastian pemulihan perekonomian dunia yang dampaknya mulai dirasakan sektor riil membuat perbankan lebih berhati-hati dalam menyalurkan kreditnya. Khusus dalam penyaluran kredit saat ini perbankan juga lebih memperhatikan potensi usaha debitur kedepan melalui perhitungan risk based pricing. Grafik 3.22. Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum (Rp. Miliar) 12.000 Milliar 11.000
%
12 10
10.000 8
9.000
6
8.000 7.000
4
6.000 2
5.000
‐
4.000 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Plafond
7.774
8.460
9.688
9.920 10.187 10.647 11.031 11.499
Outstanding
6.823
7.297
8.454
8.934
9.095
9.627 10.004 10.328
Rasio UL (%)
7,86
9,89
7,94
5,95
6,20
5,50
2008
Q2
Q3
Q4*
2009
5,38
5,83
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
2. Net Interest Margin (NIM) Net Interest Margin (NIM) didefinisikan sebagai salah satu indikator penilaian terkait kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Berdasarkan neraca konsolidasi bank umum, saldo bersih pendapatan bunga setelah dikurangi biaya bunga atau yang biasa disebut Net Interest Margin (NIM). Pada triwulan laporan (November 2009) NIM menunjukkan angka yang positif tercatat sebesar Rp1.017 miliar atau mengalami peningkatan bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp897miliar. Pendapatan bunga (antara lain dalam bentuk kredit dan penempatan antar bank) pada periode laporan lebih besar dibandingkan dengan biaya bunga (antara lain dalam bentuk tabungan, giro 48
dan deposito). Hal ini sejalan dengan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK. Grafik 3.23 Net Interest Margin Bank Umum 1.200
1.600 1.400
1.000
1.200 800
1.000
600
800 600
400
400 200
200
‐
‐ Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Pend.Bunga
266
560
890
1.242
363
748
Biaya Bunga
72
147
232
345
119
235
348
420
194
413
659
897
244
513
805
1.017
2008
NIM
Q3
Q4*
2009 1.154 1.438
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
3. Rasio BOPO Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Dalam analisis ini maka rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak efisien. Pada triwulan IV-2009 (November 2009) rasio BOPO menunjukkan adanya penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sampai dengan triwulan laporan, tingkat efisiensi operasional perbankan meningkat yang tercermin dari rasio BOPO bank umum yang turun menjadi 71,24% dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 73,62%. Hal ini dapat diartikan bahwa bank sudah lebih efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Grafik 3.24. Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum Miliar 1.800 1.600 1.400 1.200 1.000 800 600 400 200 ‐
%
80 78 76 74 72 70 68 66
Q1
Q2
BO
231
571
PO
316
831
Q3
Q4
Q1
Q2
776
1.087
322
683
1.061 1.477
423
880
2008
Q3
Q4*
997
1.202
64
2009
1.358 1.687
Rasio 73,21 68,71 73,18 73,62 76,05 77,62 73,40 71,24
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
49
4. Return on Asset (ROA) Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan laba dengan asset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan IV-2009 (November 2009), rasio ROA bank umum tercatat sebesar 4,08% mengalami peningkatan bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 2,19%. Peningkatan rasio ROA ini lebih disebabkan oleh tingginya presentase kenaikan total aset yang mampu dikelola dengan baik oleh bank untuk menghasilkan laba. Grafik 3.26. Jumlah Asset dan Nilai Laba/Rugi Bank Umum (Juta Rupiah)
Grafik 3.25. Return On Asset Bank Umum (Persen)
16.000
4,50
ROA (Persen)
4,00
14.000
3,50
12.000
3,00
10.000
2,50
8.000
2,00
6.000
1,50
4.000
1,00
2.000
0,50
‐
0,00 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q1
Q4*
Q2
Q3
Q4
Q1
2008
Q2
Q3
Q4*
2009
Aset (Rp Juta) 10.793 11.691 12.359 13.527 13.635 14.235 14.860 14.732
2008
2009
L/R (Rp Juta)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
79
174
274
297
134
253
459
601
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
5. Sensitivitas Risiko Pasar Sensitivitas aset dan kewajiban ditunjukkan oleh perubahan NIM bank akibat perubahan suku bunga, sedangkan perubahan NIM diperngaruhi oleh posisi gap bank. Tingkat sensitivitas NIM bank terhadap perubahan suku bunga sangat tergantung kepada karakteristik instrumen keuangan yang membentuk portfolio bank tersebut, antara lain jatuh tempo (maturity) dan karakteristik suku bunga bank (floating atau fixed). Tabel 3.3 Portfolio Interest Instrument Perbankan di Sulawesi Utara No. 1 2 3 4 5
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Aktiva Penempatan pada Bank Indonesia Penempatan pada Bank Lain Surat Berharga yang Dimiliki Kredit yang Diberikan Tagihan Lainnya RSA Passiva Giro Tabungan Simpanan Berjangka Kewajiban kepada Bank Indonesia Kewajiban kepada Bank Lain Surat Berharga yang Diterbitkan Pinjaman yang Diterima Kewajiban Lainnya Setoran Jaminan RSL GAP
Q1 495.073 303.272 9.406 6.572.753 2.773 7.383.277
Q2 285.011 514.885 47.065 7.852.343 1.255 8.700.559
2008 Q3 147.572 181.097 28.724 8.258.003 1.276 8.616.672
Q3 268.989 736.439 30.503 8.454.101 1.437 9.491.469
Q4 325.866 882.820 26.997 8.934.226 1.483 10.171.392
Q1 557.217 662.912 99.444 9.095.096 1.507 10.416.176
2009 Q2 Q3 276.822 823.005 811.397 428.212 118.866 84.048 9.627.209 10.004.379 1.678 1.473 10.835.972 11.341.117
Q4* 506.112 393.565 66.814 10.327.683 1.679 11.295.853
Q1 1.282.087 3.564.430 2.208.649 4.774 275.456 169.434 11.329 50.643 10.833 7.577.635 -194.358
Q2 1.536.988 4.021.549 2.206.430 4.779 482.334 171.530 9.430 70.695 10.586 8.514.321 186.238
2008 Q3 1.420.546 3.793.125 2.429.922 4.458 407.649 9.536 65.862 11.385 8.142.483 474.189
Q3 1.383.487 3.803.628 2.742.030 4.491 620.490 168.801 9.589 87.197 12.364 8.832.077 659.392
Q4 1.496.273 4.341.512 3.022.149 4.352 1.096.345 162.987 8.555 74.771 16.906 10.223.850 -52.458
Q1 1.794.586 3.779.939 3.332.881 3.823 358.076 161.087 8.040 60.921 17.669 9.517.022 899.154
2009 Q2 Q3 1.938.986 2.054.467 4.200.386 4.251.509 3.308.172 3.418.644 3.340 3.215 596.771 567.913 163.091 161.031 13.742 13.158 86.231 65.521 19.950 19.298 10.330.669 10.554.756 505.303 786.361
Q4* 2.036.156 4.348.740 3.333.849 3.174 472.554 161.366 10.782 129.363 20.281 10.516.265 779.588
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
50
650 600 550 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 ‐
Perilaku perbankan di Sulawesi Utara hingga triwulan IV-2009 berada pada kondisi positif gap yang berarti RSA > RSL. Salah satu penyebabnya adalah perbankan masih mempertahankan tingkat suku bunga kredit yang jauh lebih tinggi dibandingkan suku bunga simpanan untuk memaksimalkan keuntungannya.
C. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT Secara kelembagaan, jumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang beroperasi di wilayah kerja Bank Indonesia Manado sebanyak 21 BPR yang seluruhnya merupakan bank konvensional dengan rincian sebanyak 17 BPR dengan jumlah kantor 39 unit beroperasi di Sulawesi Utara sedangkan 4 BPR dengan jumlah kantor 8 unit beroperasi di Gorontalo. Tabel 3.4. Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Di Sulawesi Utara (Rp. Miliar) Komponen
2008 Q1
2009
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4*)
Y.o.Y
Aset
177,2
186,6
194,5
205,2
207,9
220,4
237,8
239,5
DPK
132,8
135,5
143,1
144,0
153,0
160,3
171,5
171,3
19,03%
96,0
95,4
101,5
100,4
108,8
113,1
120,3
120,5
20,00%
Deposito Tabungan
16,74%
36,8
40,1
41,6
43,5
44,2
47,2
51,2
50,8
16,79%
139,8
157,8
161,6
156,9
163,7
181,5
195,6
203,1
29,44%
Modal Kerja
32,5
35,4
37,7
36,6
39,6
45,7
51,0
55,2
50,71%
Investasi
12,2
12,4
14,5
14,2
14,5
13,5
13,4
13,3
-5,89%
Konsumsi
95,1
110,1
109,4
106,1
109,5
122,3
131,2
134,6
26,81%
Pertanian
3,0
2,9
3,4
3,3
3,1
3,2
3,9
4,5
33,32%
Perindustrian
0,6
0,4
0,4
0,4
0,5
0,6
0,5
0,6
42,82%
PHR
24,3
26,9
27,6
26,4
28,1
28,2
31,6
34,2
29,67%
Jasa-jasa
10,8
11,3
12,7
12,2
14,3
15,1
18,1
18,9
54,97%
Lain-lain
101,0
116,3
117,6
114,6
117,7
134,4
141,5
144,9
26,50%
LDR (Persen)
105,3
116,5
113,0
109,0
107,0
113,2
114,0
118,5
NPL (Persen)
3,5
3,1
3,4
3,3
3,5
3,2
3,3
3,1
Kredit Jenis Penggunaan
Sektoral
*) posisi November 2009 Sumber : Data Ekubank, Laporan Bulanan Bank Perkreditan rakyat (LBPR)
Kinerja BPR selama triwulan IV-2009 secara umum jika dibandingkan baik dengan periode yang sama tahun lalu dan triwulan sebelumnya mengalami peningkatan tercermin dari naiknya total aset, DPK, dan jumlah kredit yang berhasil disalurkan. Peningkatan beberapa indikator ini juga dibarengi dengan membaiknya rasio LDR dan NPL. Pada triwulan laporan total aset BPR tercatat Rp239,5 miliar, tumbuh 16,74% (yoy) dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, DPK yang berhasil dihimpun naik sebesar 19,03% (yoy) mencapai Rp171,3 miliar. Berdasarkan jenisnya, sebagian besar DPK tersebut disimpan dalam bentuk deposito dengan pangsa 70,34% atau sebesar Rp120,5 miliar, sedangkan sisanya dalam bentuk tabungan. Berdasarkan jenisnya, kredit yang disalurkan sebagian 51
besar merupakan kredit konsumsi mencapai Rp134,6 miliar dengan pangsa 66,28%, selanjutnya kredit modal kerja sebesar Rp55,2 miliar (27,16%) dan sisanya kredit investasi sebesar Rp13,3 miliar (6,56%).
Terlihat dalam tabel diatas, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya jenis kredit modal kerja mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 50,71% (yoy) kemudian disusul oleh kredit konsumsi sebesar 26,81%(yoy). Sebaliknya kredit investasi mengalami pertumbuhan yang negatif sebesar 5,89%. Peningkatan pertumbuhan kredit modal kerja ini sebagian besar didorong oleh tumbuhnya sektor perdagangan dan retail, dimana nasabah yang mengajukan kredit modal kerja di BPR umumnya digunakan untuk usaha jenis retail. Sementara itu, kredit konsumsi masih tetap tumbuh karena merupakan suatu konsekuensi logis dari dominannya kegiatan konsumsi pada PDRB Provinsi Sulawesi Utara yang didukung oleh berbagai kemudahan yang diberikan oleh BPR dalam pengajuan kredit dibandingkan bank umum walaupun bunga yang ditawarkan relatif lebih tinggi. Sementara itu, fungsi intermediasi yang tercermin dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) BPR yang mencapai 118,5% mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 109,0%. Perhitungan LDR ini berbeda dengan cara perhitungan penentuan tingkat kesehatan BPR, dimana dalam perhitungan LDR ini hanya membagi total kredit dengan total Dana Pihak Ketiga, sedangkan dalam penilaian tingkat kesehatan BPR (total kredit dibagi dengan total dana yang diterima bank), dimana total DPK hanya sebagai salah satu komponen dari jumlah dana yang diterima. Kinerja yang semakin membaik juga diperlihatkan oleh penurunan pada jumlah kredit bermasalah yang dicerminkan oleh turunnya rasio NPL (Non Performing Loan) menjadi 3,1% dari posisi yang sama tahun sebelumnya maupun dari posisinya pada triwulan III-2009 sebesar 3.3%.
52
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Alokasi dana dari pemerintah pusat ke Provinsi Sulawesi Utara pada Tahun 2009 diperkirakan mencapai Rp9,22 Triliun atau naik 17,12% dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan komponen penyusunnya, kenaikan dana alokasi pemerintah pusat terutama berasal dari Dana Perimbangan (DAU/DAK) yang naik 23,45% mencapai jumlah Rp5,34 Triliun berikutya adalah Dana Sektoral yang naik 8,38% mencapai Rp3,09 Triliun dan Dana Dekonsentrasi/Tugas Perbantuan yang naik 13,79% mencapai Rp788 milliar.
Tabel 4.1. Perkembangan Alokasi Dana Pusat ke Sulawesi Utara 2005 Sektoral Dekonsentrasi/Tugas Perbantuan Perimbangan (DAU/DAK) TOTAL
2006
2007
2008
2009F
927 1,853
1,478 1,094 3,074
2,271 613 3,734
2,850 693 4,328
3,089 788 5,343
2,779
5,646
6,618
7,872
9,220
Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Daerah Depkeu
4.1. Dana Perimbangan Alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat bagi Provinsi Sulawesi Utara di Tahun 2009 menunjukkan peningkatan sebesar 23,45% dibandingkan dengan Tahun 2008. Secara agregat, jumlah alokasi dana dari pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten dan kota di Sulawesi Utara mencapai Rp5,34 Triliun. Hampir seluruh kabupaten/kota/provinsi di Tahun 2009 menerima peningkatan alokasi anggaran dibandingkan tahun lalu, kecuali Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa Utara (Minut) dan Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong). Tingkat pertumbuhan tertinggi alokasi anggaran terjadi di Kabupaten Bolmong Utara sebesar 187,47%, sedangkan penurunan tertinggi terjadi di Kabupaten Bolmong sebesar 16,96%.
53
Tabel 4.2. Dana Perimbangan ke Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009 Total Dana Total Dana Perimbangan Perimbangan (Juta Rp) th. (Juta Rp) th. 2008 2009 Pemprov Manado Bitung Tomohon Minahasa Minsel Minut Bolmong Talaud Sangihe Kotamobagu Bolmut Sitaro Mitra Boltim Bosel TOTAL *) Daerah Pemekaran Tahun 2008
604.70 504.13 327.74 293.07 459.47 316.74 361.32 406.96 326.03 297.18 94.66 92.74 120.89 122.79 n.a. n.a. 4,328.44
668.99 516.13 335.57 284.38 465.44 359.70 335.43 337.93 344.78 419.46 265.69 266.61 286.80 335.43 54.22 66.88 5,343.44
Naik/Turun (Persen)
10.63 2.38 2.39 (2.97) 1.30 13.56 (7.16) (16.96) 5.75 41.14 180.67 187.47 137.24 173.17
23.45
Berdasarkan alokasi dana perimbangan di masing-masing kabupaten/kota/provinsi di Tahun 2009, pangsa terbesar terjadi pada tingkat provinsi dengan jumlah Rp668,99 milliar dengan pangsa 12,52%, naik 10,63% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Berikutnya adalah Kota Manado sebesar Rp516,13 miliar dengan pangsa 9,66% dari total anggaran, Kabupaten Minahasa sebesar Rp.465,44 dengan pangsa 8,71% dan Kabupaten Sangihe sebesar Rp419,46 miliar dengan pangsa 7,85%. Alokasi dana terendah diperoleh oleh Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan pangsa 1,01% dari total dana perimbangan atau sebesar Rp54,22 milliar. Grafik 4.1 Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2008
Sumber : Biro Keuangan Daerah & Website Depkeu
Grafik 4.2 Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2009
Sumber : Biro Keuangan Daerah & Website Depkeu
54
Grafik 4.3 Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2009
Sumber : Biro Keuangan Daerah & Website Depkeu
Berdasarkan komponennya, alokasi dana perimbangan di masing – masing wilayah Sulawesi Utara pada APBD Tahun 2009 sebagian besar terdiri dari Dana Alokasi Umum. Secara agregat, pangsa dari DAU, DAK dan Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak berturutturut
sebesar 76,84%, 16,79% dan 6,36%. Dana Bagi Hasil merupakan bagian dana
perimbangan untuk mengatasi masalah ketimpangan vertikal (antara Pusat dan Daerah) yang dilakukan melalui pembagian hasil antara Pemerintah Pusat dan Daerah penghasil, dari sebagian penerimaan perpajakan (nasional) dan penerimaan sumber daya alam. Rendahnya pangsa Dana Bagi Hasil di Sulawesi Utara mencerminkan bahwa kontribusi Provinsi Sulawesi Utara terhadap penerimaan negara, baik dari segi pajak maupun pengelolaan sumber daya alam masih kecil.
4.2. Perkembangan APBD Provinsi Kinerja keuangan pemerintah hingga triwulan IV-2009 relatif lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sampai dengan 31 Desember 2009, total pengeluaran pemerintah mencapai Rp1.034 milliar atau mencapai 91,3% dari target pengeluaran dalam APBD-P sebesar Rp1.133 milliar. Sementara itu, total penerimaan pemerintah mencapai Rp1023 milliar atau 98,5% dari target penerimaan dalam APBD-P sebesar Rp1.039 milliar. Realisasi penerimaan yang lebih kecil dibandingkan pengeluaran menyebabkan keuangan pemerintah hingga triwulan IV-2009 mengalami defisit sebesar Rp11,08 milliar. Keadaan ini selanjutnya ditanggulangi dengan adanya pembiayaan daerah senilai Rp99,10 milliar hingga di akhir tahun terdapat SILPA (Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran) sebesar Rp88,02 milliar. 55
Tabel 4.3. Kinerja Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 31 Desember 2009 (dalam Miliar Rp) Realisasi s.d. 31 Des 2008
Realisasi s.d. 31 Des 2009
APBD-P 2007
APBD-P 2008
791.77
924.74
965.07
104.4
1,039.06
1,023.37
98.5
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
240.20
296.42
322.41
108.8
317.32
331.11
104.3
Dana Perimbangan
488.57
609.83
613.66
100.6
686.74
692.26
100.8
63.00
18.50
29.00
156.8
35.00
-
821.06
973.58
912.87
93.8
1,133.47
Konsumsi Pemerintah
669.27
791.34
755.53
95.48
Belanja Pegawai
311.99
386.14
366.61
94.9
Belanja Barang dan Jasa
205.33
196.87
184.69
Belanja Bantuan Sosial
64.98
59.80
Belanja Bagi Hasil Pajak
70.95
Belanja Bantuan Keuangan
Rincian
Nominal Penerimaan
Lain-Lain Pendapatan yang Sah Pengeluaran
Belanja Tidak Terduga Belanja Hibah Belanja Modal Surplus / Defisit Pembiayaan Daerah SILPA
APBD-P 2009
%
Nominal
%
-
1,034.46
91.3
849.50
792.82
93.3
355.38
335.04
94.3
93.8
252.86
236.00
93.3
58.54
97.9
57.13
54.72
95.8
108.13
107.10
99.0
146.02
136.75
93.7
11.00
29.50
29.50
100.0
10.00
6.00
60.0
5.02
2.00
0.34
17.0
4.00
2.25
56.3
8.90
8.75
98.3
24.11
22.06
91.5
182.24
157.34
86.3
283.97
241.64
85.1
151.80 -29.29
-48.83
29.29
48.83
-
-
52.20
-94.40
-11.08
-5.05
94.10
99.10
47.16
-0.30
88.02
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara
1. Penerimaan Provinsi Total realisasi penerimaan provinsi s.d. posisi 31 Desember 2009 mencapai Rp1.023,37 milliar, atau 98,5% dari target penerimaan dalam APBD-P. Berdasarkan komponen pembentuknya, sumber penerimaan ini terutama berasal dari dana perimbangan (utamanya Dana Alokasi Umum) dengan pangsa 67,65% disusul Penerimaan Asli Daerah (PAD) dengan pangsa 32,4%.
Sementara itu, kinerja pemerintah provinsi dalam melakukan berbagai pemanfaatan asetaset yang dimiliki hingga akhir tahun terlihat optimal. Hal ini tercermin dari meningkatnya prosentase realisasi Penerimaan Asli Daerah (PAD) yang mencapai 104,3% dengan nominal sebesar Rp331,11 milyar. Berdasarkan komponen pembentuknya, PAD ini terutama bersumber dari penerimaan pajak sedangkan sisanya
dalam bentuk retribusi, hasil
pengelolaan kekayaan daerah dan lain-lain.
Pencapaian PAD sepanjang Tahun 2009 tersebut masih relatif kecil bila dibandingkan kebutuhan dana pembangunan di Sulawesi Utara tercermin dari relatif rendahnya rasio kemandirian fiskal daerah yaitu perbandingan PAD terhadap total belanja yang hanya 32,4%. Hal ini berarti kegiatan ekonomi dan sosial sebagian besar masih digerakkan oleh dana perimbangan yang berasal dari pemerintah pusat. 56
2. Pengeluaran Provinsi Realisasi pengeluaran provinsi sepanjang Tahun 2009 mencapai Rp1.034,45 milliar atau 91,3% dibandingkan rencana pengeluaran dalam APBD-P Tahun 2009. Pencapaian ini sedikit lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang saat itu mencapai 93,8%. Menurut komponen pembentuknya, pengeluran provinsi terutama didominasi untuk konsumsi pemerintah dengan pangsa 76,6% mencapai Rp792,82 milliar sedangkan pangsa belanja modal mencapai Rp 241,64 milliar dengan pangsa 23,4%. Dibandingkan tahun lalu, maka target belanja modal di Tahun 2009 sebesar Rp283,97 milliar meningkat sebesar 55,82%. Hal ini tentunya sangat menggembirakan sehubungan dengan meningkatnya kegiatan investasi pemerintah di Sulawesi Utara dan tidak semata-mata dialokasikan untuk konsumsi semata (pembayaran gaji, tunjangan, dan lain sebagainya).
3. Kontribusi APBD Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar Realisasi APBD di tingkat provinsi khususnya realisasi belanja daerah sedikit banyak telah memberikan kontribusi bagi pertumbuhan perekonomian. Dengan melakukan identifikasi terhadap pos-pos dalam APBD-P provinsi ke dalam 2 (dua) kegiatan utama berdasarkan tabel PDRB sisi permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan belanja modal diperoleh hasil bahwa realisasi komsumsi pemerintah memberikan kontribusi sebesar 2,47% terhadap nilai tambah PDRB Provinsi Sulawesi Utara sedangkan realisasi belanja modal memberikan kontribusi sebesar 0,75%. Kontribusi di tingkat kabupaten dan kota relatif sulit untuk diperoleh sehingga hanya besaran-besaran pokok saja yang dimiliki. Secara total, realisasi anggaran belanja dan modal dalam APBD-P provinsi hanya memberikan kontribusi sebesar 3,22% terhadap nilai tambah PDRB Sulawesi Utara. Sementara itu, dampak realisasi APBD provinsi terhadap perkembangan uang beredar sampai dengan posisi 31 Desember 2009 berada pada kondisi ekspansif yang berarti jumlah penerimaan pemerintah lebih sedikit dibandingkan jumlah pengeluarannya.
57
Tabel 4.4. Kontribusi APBD Provinsi Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar s.d. 31 Desember 2009 (dalam Milliar Rp)
URAIAN
APBD 2009
APBD-P 2009
Realisasi APBD 31 Des 2009 Nominal
A. PENERIMAAN RUPIAH Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah Retrebusi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Lain-lain Dana Perimbangan Bagi Hsl. Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya Lain-Lain Pendapatan Sah B. PENGELUARAN RUPIAH Konsumsi Pemerintah Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Pajak Belanja Bantuan Keuangan Belanja Tidak Terduga Belanja Hibah Belanja Modal D. SURPLUS/ (DEFISIT) C. PEMBIAYAAN DAERAH E. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
1,028.71 309.72 275.62 7.60 16.50 10.00 668.99 56.52 558.63 52.88 0.96 50.00 1,121.51 878.82 397.78 221.12 58.41 167.63 10.00 7.50 16.38 242.69 -93.08 91.73 -1.35
1,039.06 317.32 279.83 10.09 16.30 11.10 686.74 56.52 558.63 52.88 0.97 17.75 35.00 1,133.46 849.49 355.38 252.86 57.13 146.02 10.00 4.00 24.11 283.97 -94.40 94.10 -0.30
1,023.37 331.11 289.38 7.57 16.37 17.80 692.26 61.30 558.63 52.88 1.46 18.00 0.00 1,034.45 792.81 335.04 236.00 54.72 136.75 6.00 2.25 22.06 241.64 -11.08 99.10 88.02
% Realisasi 98.5 104.3 103.4 75.0 100.4 160.3 100.8 108.5 100.0 100.0 150.8 101.4 0.0 91.3 93.3 94.3 93.3 95.8 93.6 60.0 56.3 91.5 85.1
% thd PDRB 3.18 1.03 0.90 0.02 0.05 0.06 2.15 0.19 1.74 0.16 0.00 0.06 0.00 3.22 2.47 1.04 0.73 0.17 0.43 0.02 0.01 0.07 0.75
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara
58
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional baik tunai maupun non tunai merupakan salah satu tugas Bank Indonesia sebagaimana diamanatkan undangundang. Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kartal dimasyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar (clean money policy). Sementara itu, untuk transaksi non tunai, Bank Indonesia mengarahkan transaksi pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan konsumen. BI bukan semata peduli akan terciptanya efisiensi dalam sistem pembayaran, tapi juga kesetaraan akses hingga ke urusan perlindungan konsumen. Yang dimaksud terciptanya sistem pembayaran, itu artinya memberi kemudahan bagi pengguna untuk memilih metode pembayaran yang dapat diakses ke seluruh wilayah dengan biaya serendah mungkin. Sementara yang dimaksud dengan kesetaraan akses, BI akan memperhatikan penerapan asas kesetaraan dalam penyelenggaraan sistem pembayaran. Sedangkan aspek perlindungan konsumen dimaksudkan penyelenggara wajib mengadopsi asas-asas perlindungan konsumen secara wajar dalam penyelenggaraan sistemnya.
A. Perkembangan Aliran Uang Kartal Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan IV-2009 berada pada kondisi net outflow. Artinya jumlah aliran uang kartal yang keluar ke masyarakat (outflow) lebih besar dibandingkan dengan jumlah aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia (inflow). Kondisi net outflow yang terjadi pada triwulan laporan merupakan pola musiman berkenaan dengan perayaan keagamaan (Idul Adha dan Hari Natal) serta perayaan menjelang tahun baru.
Jumlah aliran uang masuk dan keluar selama triwulan laporan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Aliran uang masuk meningkat 7,89% (yoy) atau sebesar Rp17,16 miliar sedangkan aliran uang keluar mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebesar 60,56% (yoy) atau sebesar Rp259,26 miliar. Peningkatan ini antara lain disebabkan oleh tingginya permintaan masyarakat akan uang kartal menjelang perayaan Hari Natal dan Tahun Baru. Posisi outflow juga banyak disumbangkan baik melalui penukaran langsung oleh masyarakat di counter Bank Indonesia maupun melalui bayaran 59
kepada pihak perbankan. Secara netto, aliran uang kartal selama triwulan laporan berada pada kondisi outflow sebesar Rp452,84 miliar lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp210,82 miliar. Secara bulanan, net outflow tertinggi terjadi pada bulan Desember 2009 sebesar Rp537,15 miliar, berikutnya di bulan November 2009 sebesar Rp67,80 miliar. Sedangkan di bulan Oktober 2009. Kondisi pada triwulan laporan yang mengalami net outflow mencerminkan bahwa aktivitas perekonomian lebih bergairah pada triwulan ini, hal ini berkenaan dengan faktor musiman antara lain perayaan keagamaan (Idul Adha dan Hari Natal), perayaan menjelang Tahun Baru, serta tingginya realisasi konsumsi pemerintah menjelang berakhirnya tahun anggaran 2009. Grafik 5.1. Netflow Aliran Kas Uang Kartal KBI Manado (Rp. Miliar) 800 600 400 200 0 ‐200 ‐400 ‐600 ‐800
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
592
119
Outflow (‐)
‐87
‐337 ‐370 ‐428
‐18
‐355 ‐235 ‐687
Net Flow
505
‐218 ‐268 ‐211
595
‐195 ‐113 ‐453
2008 Inflow (+)
Q2
Q3
Q4
2009
103 217 613 160
122
235
Sumber : Bank Indonesia Manado, diolah
Dalam upaya memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan, Bank Indonesia melakukan kegiatan berupa Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) dalam bentuk pemusnahan terhadap uang yang sudah tidak layak edar. Selama triwulan laporan, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 89,15%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 46,91%. Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan laporan sebesar Rp209,10 miliar atau naik 105,06% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
60
Grafik 5.2 Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow (Persen) 700
Miliar
Inflow (+)
PTTB
Rasio
%
600 500 400 300 200 100 ‐
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2008
Q3
Q4
2009
Inflow (+) 592
119
103
217
613
160
122
235
PTTB
169
118
102
53
78
490
209
305
Rasio
440 400 360 320 280 240 200 160 120 80 40 ‐
51,44 142,50 114,74 46,91 8,57 49,00 402,99 89,15
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Dalam perannya sebagai regulator di daerah yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor Bank Indonesia Manado melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas titipan ini dilakukan khususnya untuk daerah yang lokasinya cukup jauh dari Kantor Bank Indonesia. Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan Kantor Bank Indonesia Manado bekerjasama dengan salah satu bank umum di wilayah Gorontalo dan Tahuna. Grafik 5.3. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Gorontalo (Rp. Miliar) 800 600 400 200 0 -200 -400 -600
.
-800 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2008
Q3
Q4
2009
Inflow
533
516
702
615
621
542
645
629
Outflow
-463
-672
-755
-560
-443
-611
-566
-673
Netflow
70
-156
-53
55
178
-69
80
-44
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Seperti halnya aliran uang kartal di KBI Manado, kondisi aliran kas titipan di Gorontalo menunjukkan posisi net outflow. Sepanjang triwulan IV-2009 posisi aliran kas titipan 61
Gorontalo menunjukkan nilai net outflow sebesar Rp43,77 miliar. Net outflow yang terjadi selama triwulan laporan lebih disebabkan oleh pola musiman setelah pada triwulan sebelumnya terjadi inflow yang cukup tinggi. Grafik 5.4 Netflow Kas Tititpan KBI Manado di Tahuna (Rp. Miliar) 150
100
50
0
-50
-100
-150 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2008
Q3
Q4
2009
Inflow
51
19
23
36
57
27
40
108
Outflow
-31
-67
-71
-100
-39
-78
-63
-111
Netflow
20
-48
-49
-63
18
-51
-23
-3
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Selain di provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuna-Kabupaten Sangihe. Keberadaan kas titipan di kota tersebut merupakan upaya Bank Indonesia untuk melaksanakan kebijakan clean money policy, khususnya untuk wilayah yang letaknya jauh dari jangkauan Kantor Bank Indonesia. Secara historis, kegiatan kas titipan Tahuna cenderung mengalami net outflow (kecuali pada awal tahun). Kondisi kas titipan Tahuna pada triwulan laporan menunjukkan adanya aliran uang keluar dari dalam khasanah yang lebih besar daripada aliran uang masuk ke khasanah dengan nilai net outflow sebesar Rp3,49 miliar. Kondisi ini mengalami penurunan 94,48% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat outflow sebesar Rp63 miliar. Kondisi net outflow yang terjadi di khasanah titipan di Tahuna mengindikasikan kembali bergairahnya perekonomian di daerah tersebut antara lain tercermin dari meningkatnya realisasi belanja pemerintah dan swasta.
B. Penemuan Uang Palsu Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Manado menunjukkan adanya penurunan yang signifikan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Total uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado pada triwulan IV62
2009 sebanyak 47 lembar yang terdiri dari 18 lembar uang pecahan Rp100.000,-, 15 lembar uang pecahan Rp50.000, 10 lembar uang pecahan Rp20.000,- serta masing-masing 2 lembar uang pecahan Rp10.000,- dan Rp5.000,-. Jumlah ini jauh lebih kecil dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar 136 lembar. Penurunan temuan ini mengindikasikan pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian uang rupiah sudah cukup baik.
Tabel 5.1 Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KBI Manado (Rp Miliar)
Pecahan
2008
2009
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
- Rp100.000,-
2
1.014
14
1
14
5
4
18
- Rp50.000,-
17
19
16
135
23
12
6
15
- Rp20.000,-
6
0
1
0
3
0
4
10
- Rp10.000,-
0
2
2
0
0
0
0
2
- Rp5.000,-
0
0
0
0
1
1
0
2
- Rp1.000,Total
0
0
0
0
0
0
0
0
25
1.035
33
136
41
18
14
47
Sumber: Bank Indonesia Manado, diolah
Bank Indonesia telah dan akan terus berupaya untuk meminimalisir pergerakan pelaku pemalsuan uang melalui kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah. Kegiatan sosialisasi tidak hanya dilakukan di Kantor Bank Indonesia, kalangan perbankan, di instansi-instansi pemerintah daerah namun juga dilakukan di pusat perbelanjaan di kota Manado. Hal tersebut dilakukan mengingat pusat perbelanjaan juga sangat rentan terhadap kegiatan peredaran uang palsu karena tingginya tingkat perputaran uang yang digunakan untuk melakukan transaksi. Selain itu, pihak Bank Indonesia juga menjalin kerjasama dengan pihak Kepolisian Daerah Sulawesi Utara dalam upaya penanganan proses hukum. Peran serta aktif masyarakat bersama dengan pihak kepolisian diperlukan untuk dapat membongkar sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara.
C. Perkembangan Kliring Lokal (Tunai) Perkembangan kliring lokal (tunai) pada triwulan IV-2009 sebanyak 96.098 lembar dengan nilai Rp2.181 miliar atau meningkat jumlahnya sebesar 20,99% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sama halnya jika dibandingkan dengan periode sebelumnya, terlihat adanya peningkatan jumlah warkat maupun nominal transaksi. Jika dilihat berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan selama periode laporan tercatat sebanyak 1.582 lembar dengan nilai sebesar Rp36 miliar. Angka inipun meningkat 63
17,76% (yoy). Peningkatan rata-rata jumlah nominal kliring tersebut semakin menegaskan bahwa perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan yang positif. Tabel 5.2 Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong KETERANGAN
2008 Q1
Perputaran Kliring a. Lembar 76.386 1.634 b. Nominal (Rp miliar) Rata-rata perputaran kliring per hari 1.273 a. Lembar 27,24 b. Nominal (Rp miliar) Persentase rata-rata penolakan 0,51 a. Lembar (%) 0,83 b. Nominal (%)
2009
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
85.075 1.703
87.329 1.804
85.612 1.803
83.172 1.762
90.363 1.891
93.945 2.036
96.098 2.181
1.350 27,04
1.386 28,63
1.451 30,57
1.409 29,90
1.457 30,45
1.566 33,97
1.582 36,00
0,56 0,58
0,75 0,80
0,98 1,49
0,87 0,79
0,91 0,92
1,02 1,14
1,20 1,28
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan tercatat 1.20% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 0,98% maupun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,02%. Namun jika dilihat dari segi jumlah nominalnya terdapat penurunan sebesar 14,16% (yoy) dari 1,49% pada triwulan IV-2008 menjadi 1,28% pada triwulan IV-2009 dari rata-rata nominal cek dan BG yang dikliringkan per hari.
D. RTGS (Real Time Gross Settlement) RTGS sebagai salah satu sarana penyelesaian transaksi non tunai, mempunyai keunggulan dalam kecepatan penyelesaian transaksi (seketika) dan resiko settlement-nya dapat diperkecil. Berdasarkan data terakhir yang dimiliki, selama triwulan IV-2009 perkembangan volume transaksi melalui RTGS (dari dan ke wilayah Sulawesi Utara) mencapai 5.774 transaksi dengan nilai Rp2.414,15 miliar atau mengalami peningkatan nilai sebesar 5,78% dibandingkan nilainya di triwulan IV-2008. Namun jika dilihat dari banyaknya transaksi, volume RTGS mengalami penurunan sebesar 16,68% dari 6.930 transaksi di triwulan IV2008 menjadi hanya 5.774 transaksi pada periode laporan. Perkembangan volume RTGS di wilayah Sulawesi Utara terus mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh lambatnya proses penyelesaian transaksi sejak dioperasikannya RTGS secara sentralisasi melalui Kantor Pusat Bank Indonesia.
64
Tabel 5.3. Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement (Rp. Milliar)
Bulan Okt Nov Dec Tw IV-08 Jan Feb Mar Tw I-09 Apr Mei Jun Tw II-09 Jul Agust Sep Tw III-09 Okt Nov Dec Tw IV-09 Pertumbuhan (%)
TO FROM + TO FROM Nilai Nilai Nilai Volume Volume Volume (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) 204,55 841 488,21 952 692,76 1.793 202,07 715 449,31 957 651,38 1.672 300,83 1.042 637,31 2.127 938,14 3.465 707,45 2.598 1.574,83 4.036 2.282,28 6.930 196,05 619 490,73 1.275 686,78 1.894 220,92 716 435,00 784 655,92 1.500 278,32 751 563,45 835 841,77 1.586 695,29 2.086 1.489,18 2.894 2.184,47 4.980 254,13 845 623,87 994 878,00 1.839 250,57 946 515,09 849 765,66 1.795 156,81 479 494,57 830 651,38 1.309 661,51 2.270 1.633,53 2.673 2.295,04 4.943 127,73 420 539,12 1.388 666,85 1.808 130,87 502 502,00 800 632,87 1.302 460 526,54 792 670,22 1.252 143,68 402,28 1.382 1.567,66 2.980 1.969,94 4.362 191,76 718 498,42 799 690,18 1.517 225,20 748 544,54 941 769,74 1.689 356,68 1.036 597,55 1.532 954,23 2.568 773,64 2.502 1.640,51 3.272 2.414,15 5.774 9,36 -3,70 4,17 -18,93 5,78 -16,68
Sumber : www.bi.go.id, diolah
65
BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada Agustus 2009 mengalami perbaikan tercermin dari rasio TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) sebesar 10,56% atau turun tipis (0,09%) dibandingkan dengan periode Agustus 2008 sebesar 10,65%. Demikian halnya bila dibandingkan terhadap kondisi Februari 2009 yang juga mengalami penurunan sebesar 0,07%. Berdasarkan jenis lapangan pekerjaan, pertanian masih menjadi sektor lapangan pekerjaan utama, walaupun telah terjadi pergeseran ke sektor lainnya, terutama sektor perdagangan dan sektor jasa. Berdasarkan persebarannya, Manado masih menjadi daerah dengan jumlah angkatan kerja terbesar dan angka pengangguran tertinggi.
A. PENGANGGURAN Struktur ketenagakerjaan pada periode Agustus 2009 tidak terlalu berbeda bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dari seluruh penduduk usia 15+, jumlah angkatan kerja tercatat 1.051.130 orang (62,05%) masih lebih banyak dibandingkan dengan jumlah bukan angkatan kerja sebanyak 642.995 orang. Jumlah angkatan kerja ini meningkat tipis sebesar 2,96% (yoy) atau sebanyak 30.178 orang dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Periode Februari 2006 – Februari 2009 Jenis Kegiatan Penduduk 15 Thn ke atas Angkatan Kerja
Feb-06
Ags-06
Feb-07
Agt-07
Feb-08
Ags-08
Feb-09
Aug-09
1.621.331
1.639.282
1.654.863
1.672.655
1.658.299
1.669.313
1.685.502
1.694.125
990.759
970.416
1.086.281
1.036.499
1.046.665
1.020.952
1.077.155
1.051.130
Bekerja
855.300
828.550
944.635
908.503
917.363
912.198
962.627
940.173
Mencari Kerja
135.459
141.866
141.646
127.996
129.302
108.754
114.528
110.957
Bukan Angkatan Kerja
630.572
668.866
568.582
636.156
611.634
648.361
608.347
642.995
Sekolah
134.119
135.456
126.474
135.611
127.274
135.318
133.770
141.920
Mengurus Rumah Tangga
407.173
443.542
359.201
398.195
406.055
406.882
371.568
416.048
Lainnya
89.280
89.868
82.907
102.350
78.305
106.161
103.009
85.027
TPAK (persen)
61,10
59,20
65,60
61,97
63,12
61,16
63,91
62,05
TPT (persen)
13,70
14,60
13,00
12,35
12,35
10,65
10,63
10,56
Setengah Pengangguran Setengah Pengangguran Terpaksa
296.780 138.683
258.838 114.537
269.657 125.402
250.435 120.060
214.237 124.522
260.650 128.580
254.457 124.806
237.686 110.398
Setengah Pengangguran Sukarela
158.097
144.301
144.255
130.375
89.715
132.070
129.651
127.288
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Menurut komponen penyusunnya, jumlah penduduk yang bekerja berdasarkan data Agustus 2009 mengalami peningkatan. Tercatat jumlah penduduk yang bekerja berjumlah 66
940.173 orang, meningkat 3,07% (yoy) atau sebanyak 27.975 orang dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk yang bekerja, jumlah orang yang mencari kerja pun mengalami peningkatan yaitu dari 108.754 orang pada Agustus 2008 naik 2,03% (yoy) menjadi 110.957 orang pada Agustus 2009. Peningkatan jumlah pencari kerja menggambarkan kondisi penyerapan tenaga kerja yang cenderung memburuk. Apabila dilihat komponennya, maka peningkatan ini dipicu oleh semakin banyaknya jumlah penduduk angkatan kerja.
Meningkatnya jumlah angkatan kerja selama periode Agustus 2008 – Agustus 2009 mengakibatkan TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) di Provinsi Sulawesi Utara mengalami peningkatan 0,88% (yoy) dari 61,16% pada Agustus 20008 menjadi 62,05% pada Agustus 2009. TPAK sebesar 62,05% tersebut dapat diartikan bahwa sekitar 62 penduduk Provinsi Sulawesi Utara aktif bekerja dan mencari pekerjaan dari sebanyak 100 orang penduduk yang termasuk ke dalam penduduk usia kerja. Sementara itu, TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) pada Agustus 2009 sebesar 10,56%, merupakan angka yang terendah selama periode Februari 2006 – Agustus 2009. Hal ini menunjukkan bahwa dari sekitar 100 orang penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja hanya 10-11 orang yang menganggur, selebihnya sudah mempunyai perkerjaan.
Penurunan
tingkat
pengangguran
ini
Grafik 6.1 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini Berdasarkan SK Desember 2009
terkonfirmasi dari hasil survey konsumen
Des
yang diselenggarakan di kota Manado. Dari
menilai
ketersediaan
lapangan pekerjaan saat ini masih cukup
122,0
Sep
140,5
Agust
2009
tangga
76,5
Okt
hasil survey konsumen tersebut, konsumen rumah
136,0
Nop
128,5 110,0
Jul
123,5
Jun
112,0
May
baik. Sampai dengan data akhir bulan Desember
2009,
indeks
ketersedian
lapangan kerja saat ini cukup optimis,
Apr
84,5
Mar
67,0 66,5
Feb Jan
100,5 0,0
20,0
40,0
60,0
80,0 100,0 120,0 140,0 160,0
dicerminkan dengan indeks 136 (diatas angka 100).
Indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini Sumber: Bank Indonesia, Survei Konsumen September 2009
67
Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Periode Februari 2006 – Februari 2009 Lapangan Pekerjaan Utama
Feb-07
Pertanian
Agt-07
Feb-08
Ags-08
Feb-09
Ags-09
378.631
373.329
363.771
362.615
386.873
Pertambangan
18.229
8.703
14.806
12.804
19.048
18.301
Industri
65.290
44.497
61.270
43.846
57.094
57.520
Listrik, Gas & Air Bersih Konstruksi
345.595
2.872
1.338
3.223
3.951
4.312
4.048
54.819
61.209
56.406
67.121
53.091
68.843 173.432
Perdagangan
174.127
164.718
144.155
163.693
175.012
Transportasi
89.220
86.287
136.047
90.561
102.115
93.012
Keuangan
12.900
15.627
10.127
13.850
14.496
16.546
Jasa
148.547
152.795
127.558
153.757
150.586
162.876
TOTAL
944.635
908.503
917.363
912.198
962.627
940.173
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Komposisi penduduk yang bekerja menurut sektor lapangan pekerjaan utama pada Agustus 2009 relatif sama bila dibandingkan Agustus 2008. Sektor lapangan pekerjaan utama penduduk yang bekerja masih paling banyak di sektor pertanian yaitu sebanyak 345.595 orang (37,76%). Jumlah ini sudah mengalami penurunan jika dibandingkan pada bulan Agustus 2008 yang tercatat sebanyak 362.615 orang. Secara umum bila dibandingkan dengan kondisi pada Agustus 2008, seluruh sektor selain sektor pertanian, mengalami peningkatan jumlah tenaga kerja. Data tersebut menggambarkan bahwa walaupun sektor utama lapangan pekerjaan penduduk Sulawesi Utara masih paling banyak di sektor pertanian, namun telah terjadi pergeseran ke sektor lainnya, terutama ke sektor perdagangan yang tumbuh cukup signifikan sebesar 18,45%. Pergeseran ini terjadi terkait dengan banyaknya pembangunan infrastruktur di kota Manado dalam rangka perhelatan even internasional. Adanya penyelenggaraan even internasional ini membawa efek lanjutan dimana wilayah Sulawesi Utara menjadi salah satu kota tujuan wisata Indonesia sehingga lebih memacu pertumbuhan di sektor PHR. Grafik 6.2 Indeks Ketersediaan Tenaga Kerja Saat Ini Pertanian Pertambangan 17,32%
Industri 1,76%
36,76%
9,89%
Listrik, Gas & Air Bersih Konstruksi Perdagangan
0,43% 18,45% 7,32%
Transportasi 1,95%
6,12%
Keuangan Jasa
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
68
Tabel 6.3. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Periode Februari 2006 – Februari 2009 Status Pekerjaan
Feb-08
Ags-08
Feb-09
Aug-09
Daerah
Jenis Kelamin
Berusaha Sendiri
328.437
282.696
287.238
286.716
Kota 115.573
Desa 171.143
LK 209.072
PR 77.644
Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap Buruh Tidak Dibayar
148.096
134.423
130.426
129.345
28.322
101.023
104.011
25.334
Berusaha Dibantu Buruh Tetap-Buruh Dibayar Buruh/Karyawan
27.657
31.026
41.175
42.900
12.312
30.588
39.303
3.597
246.547
264.692
279.163
284.798
167.838
116.960
192.248
92.550
Pekerja Bebas Pertanian
50.688
60.824
64.141
48.003
5.506
42.497
42.005
5.998
Pekerja Bebas Non Pertanian
34.629
47.802
39.899
55.056
21.511
33.545
48.851
6.205
Pekerja Tak Dibayar
81.309
90.735
120.585
93.355
19.183
74.172
37.047
56.308
917.363
912.198
962.627
940.173
370.245
569.928
672.537
267.636
TOTAL
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Seperti terlihat dalam tabel, dari seluruh penduduk usia 15+ yang bekerja, terutama berada di daerah desa dan berjenis kelamin laki-laki. Status pekerjaan penduduk masih didominasi oleh berusaha sendiri sebanyak 286.716 orang (30,50%), dan buruh/karyawan/pegawai sebanyak 284.798 orang (30,29%). Status pekerjaan penduduk yang bekerja terkecil adalah kategori pekerjaan berusaha dibantu buruh tetap – buruh dibayar sebanyak 42.900 orang (4,56%). Status pekerjaan penduduk yang bekerja di daerah perkotaan terbanyak adalah sebagai buruh/karyawan/pegawai sebesar 167.838 orang (45,33%) dan berusaha sendiri sebesar 115.573 orang (31,22%). Sedangkan untuk daerah perdesaan, status pekerjaan penduduk yang bekerja sebagian besar adalah berusaha sendiri yaitu sebesar 171.143 (30,03%) dan buruh/karyawan/pegawai sebesar 116.960 orang (20,52%). Penduduk lakilaki yang bekerja paling banyak berstatus berusaha sendiri yaitu sebesar 209.072 orang dan buruh/karyawan/pegawai sebesar 192.248 orang, sedangkan penduduk perempuan yang bekerja paling banyak berstatus buruh/karyawan/pegawai yaitu sebesar 92.550 orang dan pekerja yang tidak dibayar sebanyak 56.308 orang. Grafikl 6.3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Provinsi Sulawesi Utara Februari 2007 – Agustus 2009 66
TPT Nasional (persen)
65,60
65 63,91
64 63,12
63 62
Grafik 6.4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Sulut dan Nasional Februari 2007 - Agustus 2009
62,05
61,97
61
61,16
60
7,87
Feb‐ 09
8,14
TPAK Sulut (%)
58 Feb‐07
Agt‐07
Feb‐08
Ags‐08
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Feb‐09
Aug‐09
10,56 10,63
Ags‐ 08
8,39
Feb‐ 08
8,46
10,65 12,35
9,11
Agt‐ 07
59
TPT Sulut (persen)
Aug‐ 09
12,35
9,75
Feb‐ 07
13,00 ‐
5
10
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
15
69
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) provinsi Sulawesi Utara selama kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir terus mengalami penurunan. Namun bila dibandingkan dengan TPT nasional sebesar 7,87%, TPT provinsi Sulawesi Utara sepanjang periode Februari 2007 sampai dengan Agustus 2009 masih termasuk cukup tinggi.
B. KEMISKINAN Jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode Februari 2004 – Maret 2009 di Provinsi Sulawesi Utara cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun. Terjadi peningkatan dari periode Februari 2004 – Maret 2007 dan terjadi penurunan dari periode Maret 2007 – Maret 2009. Tabel 6.4. Sebaran Penduduk Miskin di Kota dan Desa Periode Februari 2004 – Maret 2009 Tahun
J umlah P enduduk Mis kin (000 orang) Kota
Des a
Total
35,9 11.369,0
156,3 24.777,9
192,2 36.146,9
P ers entas e P enduduk Mis kin Kota
Des a
Total
F ebruari 2004 S ulawes i Utara Indones ia J uli 2005 S ulawes i Utara
4,37 12,13
11,76 20,11
8,93 16,66
46,4
155,0
201,5
4,96
12,70
9,34
Indones ia J uli 2006
13.297,4
23.504,7
36.800,9
12,48
20,63
16,69
S ulawes i Utara Indones ia
61,2 13.568,4
171,4 23.820,9
232,6 37.389,3
6,52 12,68
14,01 20,84
10,76 16,90
S ulawes i Utara Indones ia Maret 2008
79,0 13.559,3
171,0 23.609,0
250,1 37.168,3
8,31 12,52
13,80 20,37
11,42 16,58
S ulawes i Utara Indones ia Maret 2009
72,7 12.768,5
150,9 22.194,8
223,5 34.963,3
7,56 11,65
12,04 18,93
10,10 15,42
S ulawes i Utara Indones ia
79,25 11.910,0
140,31 20.620,0
219,57 32.530,0
8,14 10,72
11,05 17,35
9,79 14,15
Maret 2007
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Jumlah penduduk miskin pada Maret 2009 sebesar 219,57 ribu (9,79%). Terjadi penurunan jumlah maupun persentase penduduk miskin dibandingkan Maret 2008 yang berjumlah 223,5 ribu (10,10%). Penurunan ini lebih disebabkan oleh turunnya jumlah penduduk miskin di kawasan perdesaan. Jika pada posisi Maret 2008 jumlah penduduk miskin di perdesaan berjumlah 150,9 ribu (12,04%), pada periode Maret 2009 jumlah berkurang cukup signifikan menjadi 140,31 ribu (11,05%). Sebaliknya, di perkotaan jumlah penduduk miskin mengalami peningkatan, jika pada periode Maret 2008 jumlahnya tercatat 72,7 ribu (7,56%), pada periode Maret 2009 jumlahnya meningkat mencapai 79,25 ribu (8,14%).
70
Secara nasional, juga terjadi penurunan jumlah penduduk miskin dari 34,96 juta orang pada Maret 2008 menjadi 32,53 juta orang pada Maret 2009. Jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan turun lebih tajam daripada di daerah perkotaan. Selama periode Maret 2008 Maret 2009, penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 1,57 juta orang, sementara di daerah perkotaan berkurang 0,86 juta orang. Persentase penduduk miskin di perkotaan dan perdesaan pada periode Maret 2008 - Maret 2009 tidak banyak berubah, masingmasing mengalami penurunan sebesar 0,93% dan 0,58%. Penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin selama periode Maret 2008-Maret 2009 antara lain disebabkan oleh laju inflasi yang relatif stabil, rata-rata harga beras nasional yang relatif rendah, turunnya rata-rata upah riil harian buruh tani, panen raya, peningkatan NTP dan meningkatnya pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga. Tabel 6.5. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Provinsi Sulawesi Utara Periode Februari 2004 – Maret 2009
Tahun
Garis Kemis kinan (R p/Kapita/B ln) B ukan Makanan Total
P E R KOTAAN
J umlah P enduduk Mi ki
P ers entas e P enduduk Mi ki
Maret 2008
131.456
44.173
175.628
72,68
7,56
Maret 2009 P E R DE S AAN
146.007
47.244
193.251
79,25
8,14
Maret 2008
128.498
33.935
162.433
150,86
12,04
Maret 2009 141.599 KOTA & DE S A
36.672
178.271
140,31
11,05
Maret 2008 Maret 2009
38.378 41.260
168.160 184.772
223,55 219,57
10,10 9,79
129.781 143.512
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Semakin tinggi Garis Kemiskinan, semakin banyak penduduk yang tergolong sebagai penduduk miskin. Selama periode Maret 2008 – Maret 2009, garis kemiskinan naik sebesar 9,88% yaitu dari Rp.168.160,- per kapita per bulan pada Maret 2008 menjadi Rp184.772,- per kapita per bulan pada Maret 2009. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Pada Maret 2008, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 77,18%, tetapi pada Maret 2009, peranannya meningkat mencapai 77,67%. 71
Selanjutnya penduduk miskin dapat dibedakan menjadi dua yaitu miskin kronis (chronic poor) dan miskin sementara (transient poor). Miskin kronis adalah penduduk miskin yang berpenghasilan jauh di bawah garis kemiskinan dan biasanya tidak memiliki akses yang cukup terhadap sumber daya ekonomi, sedangkan miskin sementara adalah penduduk miskin yang berada dekat garis kemiskinan. Jika terjadi sedikit saja perbaikan dalam ekonomi, kondisi penduduk yang termasuk kategori miskin sementara ini bisa meningkat dan statusnya berubah menjadi penduduk tidak miskin.
Pada periode Maret 2008 - Maret 2009, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) cenderung tidak berubah. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung sama dengan kondisi periode yang lalu mendekati garis kemiskinan begitu pula dengan ketimpangan pengeluaran diantara
Tabel 6.6. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan di Sulawesi Utara menurut Daerah, Maret 2008 - Maret 2009
Tahun Kota Des a Total Indeks Kedalaman Kemis kinan (P1) Maret 2008 1,08 1,87 1,53 Maret 2009 1,27 1,77 1,55 Indeks Keparahan Kemis kinan (P2) Maret 2008 0,30 0,45 0,38 Maret 2009 0,32 0,39 0,36 Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
penduduk miskinnya.
C.
Rasio Gini
Rasio gini merupakan ukuran kemerataan tingkat pendapatan yang dihitung dengan membagi luas antara garis diagonal dan kurva lorent dengan luas segi tiga di bawah garis diagonal. Nilai Rasio Gini terletak antara 0 dan 1, nilai rasio Gini yang mendekati 0 maka tingkat ketimpangan pendapatan sangat rendah, artinya distribuso pendapatan merata dan apabila nilainya mendekati 1 maka tingkat ketimpangan pendapatan tinggi.
Perkembangan angka rasio gini Sulawesi Utara dalam 3 (tiga) tahun terakhir relatif tetap. Berdasarkan data terakhir pada tahun 2007 indeks gini tercatat 0,32, relatif tidak berubah dibandingkan indeks gini Tahun 2005 lalu yang juga sebesar 0,32. Namun demikian berdasarkan strukturnya, persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk berpenghasilan tertinggi menjadi semakin meningkat dari 40,70% menjadi 41,24%. Faktor yang mempengaruhi peningkatan kesenjangan ini adalah dampak kenaikan harga BBM yang menyebabkan kelompok 40% penduduk berpenghasilan rendah terpukul. Fenomena yang menarik adalah terjadinya shifting dari sebagian penduduk di kelompok 40% menengah ke 40% ke bawah dan 20% teratas. 72
Tabel 6.7. Rasio Gini Provinsi Sulawesi Utara 2005
2007
40% populas i 40% populas i 20% populas i dengan dengan dengan pendapatan pendapatan pendapatan terendah moderat tertinggi
P rovins i
S ulawes i Utara 20,03 Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
39,27
40% populas i 40% populas i 20% populas i dengan dengan dengan pendapatan pendapatan pendapatan terendah moderat tertinggi
R as io Gini
40,70
0,32
21,19
37,57
R as io Gini
41,24
0,32
D. IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sulawesi Utara sampai Tahun 2007 adalah sebesar 76,0, meningkat 1,6 poin dari angka IPM 2006 yang sebesar 74,4. Peningkatan ini ditopang oleh kenaikan angka harapan hidup dari 71,8 tahun menjadi 74,4 tahun dan ratarata pengeluaran riil per kapita dari Rp616.900,- menjadi Rp619.400,-. Adapun komponen penyusun IPM terdiri dari angka harapan hidup, angka melek hurup, rata-rata lama sekolah dan rata-rata pengeluaran riil per kapita. Tabel 6.8. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sulawesi Utara Periode 2002 - 2007
Komponen IP M Angka Harapan Hidup Angka Melek Huruf R ata-R ata L ama S ekolah P engeluaran R iil/Kapita (000 R p) IP M P eringkat Nas ional
2002 70,9 98,8 8,6 587,9 71,3 2
2004 71,0 99,1 8,6 611,9 73,4 2
2005 71,7 99,3 8,8 616,1 74,2 2
2006 71,8 99,3 8,8 616,9 74,4 2
2007 74,4 99,3 8,8 619,4 76,0 2
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Berdasarkan
wilayah
perkembangan
administrasinya,
komponen
IPM
di
kota/kabupaten di Sulawesi Utara dapat dijelaskan sebagai berikut :
Kota
Manado
dan
Kab.Kepulauan
Sangihe memiliki angka harapan hidup tertinggi yaitu 75,6 tahun sedangkan terendah
di
Kabupaten
Minahasa
Tenggara yang tercatat 71,7 tahun.
Persentase angka melek hurup hampir
Tabel 6.9. Komponen Penyusun IPM di Kab/Kota di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2007 KAB/KOTA/P R OV. Bolaang Mongondow Minahasa Kepulauan S angihe Kepulauan Talaud Minahasa S elatan Minahasa Utara Bolaang Mongondow Utara Kepulauan S iau Minahasa Tenggara Manado Bitung Tomohon Kotamobagu Sulawesi Utara
Angka Harapan Hidup 74,6 75,5 75,6 74,2 75,3 75,3 72,7 73,0 71,7 75,6 73,6 75,3 74,8 74,4
Angka Melek Huruf 98,6 99,5 98,5 99,3 99,4 99,7 98,3 99,3 99,5 99,8 98,9 99,8 99,5 99,3
R ata-rata Lama S ekolah 7,4 8,8 7,7 8,5 8,5 9,1 7,1 8,1 8,2 10,6 9,2 9,6 8,8 8,8
P engeluaran per Kapita (000 R p) 607,3 616,0 623,9 619,0 606,0 617,8 615,1 601,3 618,2 626,0 623,6 616,2 614,8 619,4
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
73
merata di seluruh daerah dengan rata-rata 99,20%. Namun terdapat 4 (tiga) daerah dengan persentase melek huruf berada di bawah rata-rata di Provinsi Sulawesi Utara yaitu Kabupaten Bolmong, Sangihe, Bolaang Mongondow Utara dan Bitung.
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara memiliki rata-rata lama sekolah terendah yaitu selama 7,1 tahun sedangkan tertinggi di Kota Manado dengan rata-rata sekolah selama 10,6 tahun.
Rata-rata jumlah pengeluaran per kapita riil tertinggi di Kota Manado sebesar Rp626 ribu dan terendah di Kepulauan Siau sebesar Rp601,3 ribu.
Dibandingkan dengan daerah lainnya di tingkat nasional, IPM Provinsi Sulawesi Utara kondisinya lebih baik khususnya pada komponen angka harapan hidup, persentase angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Selama kurun waktu 2002 – 2007, IPM Provinsi Sulawesi Utara menduduki peringkat 2 (dua) di tingkat nasional. Tabel 6.10. Sebaran IPM Sulawesi Utara Tahun 2006 -2007
IP M KAB /KOTA/P R OV. B olaang Mongondow Minahas a Kepulauan S angihe Kepulauan T alaud Minahas a S elatan Minahas a Utara B olaang Mongondow Utara Kepulauan S iau Minahas a T enggara Manado B itung T omohon Kotamobagu S ulawes i Utara
2006 71,8 74,2 73,8 73,0 72,3 74,2 70,5 70,8 70,8 76,4 73,7 74,7 72,6 74,4
R anking Nas ional 2007 74,0 76,4 76,0 75,6 75,3 76,7 73,3 73,3 74,1 78,6 76,1 77,0 75,9 76,0
2006 126 57 66 81 100 55 184 168 167 14 68 44 92 2
2007 118 54 63 67 77 42 147 145 113 8 59 34 65 2
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
74
BAB VII PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI
1. Prospek Ekonomi Makro Prospek perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan I-2010 diprediksi akan tumbuh baik yang didukung oleh semakin pulihnya perekonomian dunia. Laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2010 diperkirakan sebesar 6,7% (yoy), sedikit lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Di sisi permintaan, perlambatan tersebut diperkirakan terjadi pada kegiatan investasi sedangkan di sisi penawaran, salah satu sektor ekonomi yang diperkirakan mengalami perlambatan adalah sektor bangunan. Perkiraan ini didukung antara lain oleh Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang mengindikasikan bahwa realisasi kegiatan usaha pada triwulan I-2010 cenderung lebih lambat dibandingkan triwulan I-2009. Grafik 7.1. Ekspektasi Realisasi Kegiatan Dunia Usaha 50 40 30 20 10 (10) (20) (30) Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2007
Realisasi Kegiatan Usaha
Q3
2008
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2009
Q1* 2010
Perkiraan Kegiatan Usaha
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Tw.IV-2009, KBI Manado
Dari sisi permintaan, perlambatan kegiatan investasi merupakan dampak dari ketiadaan even berskala besar selama triwulan ke depan, berbeda dibandingkan tahun sebelumnya dimana 2 (dua) even berskala besar yaitu WOC (World Ocean Conference) dan Bunaken Sail telah memicu kegiatan investasi. Sementara itu, kegiatan konsumsi diperkirakan akan tumbuh positif seiring dengan berlangsungnya perayaan Tahun Baru Imlek 2561 dan dimulainya kampanye pemilihan kepala daerah di 9 (sembilan) wilayah administratif termasuk pada tingkat provinsi. Peningkatan aktivitas konsumsi ini antara lain dapat 75
dikonfirmasi dengan hasil Survei Konsumen, yang mengindikasikan adanya peningkatan ekspekasi konsumen pada triwulan I – 2010. Grafik 7.1. Ekspektasi Konsumen 3-6 y.a.d
200 180 160
Ekspektasi Penghasilan Ekspektasi Ekonomi Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja
140 120 100 80 60 40 J F MA M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M 2008
2009
2010
Dari sisi penawaran, melambatnya kinerja sektor bangunan diperkirakan akan mendorong perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara di triwulan I-2010. Namun demikian, secara umum kinerja sektor bangunan masih tetap positif seiring dengan rendahnya tingkat suku bunga dan pulihnya permintaan masyarakat setelah sebelumnya sempat tertekan oleh dampak krisis ekonomi global. Sementara itu, salah satu sektor ekonomi yang diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang significant pada triwulan mendatang adalah sektor PHR (Perdagangan, Hotel dan Restoran). Peningkatan aktivitas konsumsi selama triwulan I2010 diperkirakan akan mendorong kinerja sektor PHR dan sektor ekonomi lainnya.
2. Prakiraan Inflasi Pada triwulan I-2010, inflasi Kota Manado secara triwulanan diperkirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2009. Secara triwulanan, inflasi Kota Manado diperkirakan berkirsar antara 1% hingga 1,2% (qtq), sementara secara tahunan diperkirakan sekitar 5% hingga 5,5% (yoy). Potensi meningkatnya harga beras pada Januari, rencana kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) oleh pemerintah dan dimulainya kampanye Pilkada pada Maret 2010 merupakan faktor-faktor yang diperkirakan akan mendorong peningkatan harga secara umum. Sementara itu, perlambatan inflasi secara tahunan terjadi karena relatif rendahnya harga-harga komoditas di pasar internasional pada awal Tahun 2010.
76
Musim tanam pada awal Tahun 2010 diperkirakan akan mempengaruhi pasokan beras. Di sisi lain, dimulainya kampanye Pilkada pada Maret 2010 diperkirakan akan meningkatkan jumlah uang beredar yang pada akhirnya dapat memicu tekanan harga. Namun demikian, inflasi pada triwulan I-2010 masih akan tertahan oleh rendahnya tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) sehingga potensi kenaikan harga dari sisi permintaan (demand) relatif terkendali. Selain itu penundaan program konversi minyak tanah di Sulawesi Utara hingga April 2010 juga menahan kemungkinan meningkatnya harga barang secara umum.
Ekspektasi harga pedagang eceran mengalami peningkatan pada 3 (tiga) bulan ke depan. Kalangan pedagang eceran, berdasarkan SPE, memperkirakan akan terjadi inflasi yang lebih besar pada triwulan I-2010 terutama pada bulan Maret 2010. Hal ini diduga, berkaitan dengan meningkatnya harga sebagai akibat tingginya permintaan pada akhir triwulan I2010 menjelang penyelenggaraan Pilkada. Sementara di kalangan konsumen, berdasarkan SK, memperkirakan akan terjadi peningkatan ekspektasi inflasi akibat potensi peningkatan daya beli seiring dengan kenaikan gaji PNS dan TNI/Polri serta rencana kenaikan beberapa harga komoditi yang diatur pemerintah (administrated price). Hal ini diduga berkaitan dengan ekspektasi konsumen yang lebih dipengaruhi oleh tingkat harga yang saat ini mengalami tren kenaikan.
77
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
PDRB M.t.M Q.t.Q Y.o.Y Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Harga Konsumen (IHK) Indeks Kondisi Ekonomi Indeks Ekspektasi Konsumen Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dana Perimbangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Inflasi
Volatile Food Administered Price M1 M2
Mo
Uang Kartal Uang Giral
NIM NPLs
Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu Month to Month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya. Quarter to Quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya. Year on Year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100 Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu. Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100 Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100 Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah. Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi. Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli. Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan. Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu. Salah satu disagregasi inflasi , yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah. Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing). Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat dibank sentral. Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum. Terdiri dari rekening giro masyarakat masyarakat dibank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter. Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar. Singkatan dari non performing loan disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI. 78
Restrukturisasi kredit UMKM UYD Inflow Outflow Netflow PTTB
Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan. Singkatan dari Sektor Usaha Mikri, Kecil Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar. Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartalyang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank. Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum. Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI. Selisih antara outflow and inflow. Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalm kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.
79