KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur
Triwulan IV - 2009
Kantor Bank Indonesia Kupang
Triwulan IV - 2009
|
K KA ATTA A PPEEN NG GA AN NTTA AR R
Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian terhadap perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan perumusan kebijakan moneter tersebut. Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholder setempat, yaitu Pemda, DPRD, akademisi, serta masyarakat lainnya. Kajian ini mencakup Makro Ekonomi Regional, Perkembangan Inflasi, Perkembangan Perbankan, Sistem Pembayaran Regional, serta Prospek Perekonomian Daerah pada periode mendatang. Dalam menyusun kajian ini digunakan data baik yang berasal dari intern Bank Indonesia maupun dari ekstern, dalam hal ini dinas/instansi terkait. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam bentuk saran, kritik dan masukan sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerja sama yang telah terjalin dengan baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.
Kupang, Januari 2010 Bank Indonesia Kupang
Lukdir Gultom Pemimpin
| Kajian Ekonomi Regional NTT
2
Triwulan IV - 2009
|
D DA AFFTTA AR R IISSII
HALAMAN JUDUL----------------------------------------------------------------------
1
KATA PENGANTAR --------------------------------------------------------------------
2
DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------
3
RINGKASAN EKSEKUTIF --------------------------------------------------------------
6
MAKRO EKONOMI REGIONAL 1.1 SISI PERMINTAAN ----------------------------------------------------------------- 12 1.2 SISI PENAWARAN ----------------------------------------------------------------- 17 BOKS ------------------------------------------------------------------------------------- 24 PERKEMBANGAN INFLASI 2.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 27 2.2 INFLASI KOTA KUPANG---------------------------------------------------------- 28 2.3 INFLASI MAUMERE --------------------------------------------------------------- 31 BOKS ------------------------------------------------------------------------------------- 33 PERKEMBANGAN PERBANKAN 3.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 36 3.2 INTERMEDIASI PERBANKAN ---------------------------------------------------- 37 3.3 KREDIT UMKM--------------------------------------------------------------------- 42 3.4 PERKEMBANGAN BPR------------------------------------------------------------ 43 SISTEM PEMBAYARAN 4.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 46 4.2 TRANSAKSI RTGS ----------------------------------------------------------------- 47 4.3 TRANSAKSI KLIRING -------------------------------------------------------------- 48 4.4 TRANSAKSI TUNAI ---------------------------------------------------------------- 49 KEUANGAN DAERAH 5.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 52 5.2 PENDAPATAN DAERAH---------------------------------------------------------- 53 5.3 BELANJA DAERAH ---------------------------------------------------------------- 54
| Kajian Ekonomi Regional NTT
3
Triwulan IV - 2009
|
TENAGA KERJA DAN KESEJAHTERAAN 6.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 57 6.2 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN -------------------------------------- 57 6.3 PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN ------------------------------------------ 60 OUTLOOK PEREKONOMIAN 7.1 PERTUMBUHAN EKONOMI ----------------------------------------------------- 63 7.2 INFLASI ------------------------------------------------------------------------------ 64 7.3 PERBANKAN ----------------------------------------------------------------------- 65
| Kajian Ekonomi Regional NTT
4
Triwulan IV - 2009
|
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian, Statistik dan Survei KBI Kupang Jl. Tom Pello No. 2 Kupang – NTT [0380] 832-047 ; fax : [0380] 822-103 www.bi.go.id
| Kajian Ekonomi Regional NTT
5
Triwulan IV - 2009
|
Ringkasan Eksekutif Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV-2009
PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI Laju pertumbuhan kinerja ekonomi triwulan laporan, diindikasikan relatif lebih baik dibandingkan periode sebelumnya. Selama triwulan IV, perekonomian NTT diperkirakan tumbuh 3,94% (year on year), sementara pada triwulan sebelumnya relatif lebih rendah dengan 3,02% (year on year). Peningkatan akselerasi pertumbuhan kinerja ekonomi pada triwulan ini, masih sangat dipengaruhi oleh aktivitas konsumsi, terutama berkaitan dengan Perayaan Natal dan Tahun Baru. Kondisi tersebut diakui oleh penjual eceran di Kota Kupang, khususnya untuk kelompok barang makanan dan pakaian. Demikian pula melihat perkembangan tren penjualan kendaraan roda dua di NTT, yang cenderung melonjak pada awal triwulan IV. Dari sisi investasi, meskipun berjalan relatif lambat, namun pada triwulan laporan diperkirakan akan relatif lebih baik. Kegiatan investasi sebagian besar masih bersumber pada pembangunan fisik. Volume impor dan penjualan barang konstruksi terus mengalami peningkatan hingga akhir tahun 2009. Sementara dari sisi ekspor-impor, lonjakan aktivitas konsumsi praktis akan ikut mendorong peningkatan impor, meski disatu sisi kinerja ekspor diperkirakan juga ikut tumbuh. Namun demikian, secara keseluruhan kondisi net ekspor akan cenderung tertekan. Secara simultan peningkatan aktivitas ekonomi dari sisi permintaan, direspon oleh sisi penawaran, dimana sampai saat ini kontribusi sektor pertanian, perdagangan dan jasa masih tetap dominan. Namun pada triwulan IV, seiring dengan penurunan aktivitas pada subsektor tanaman pangan, kinerja sektor pertanian tumbuh relatif melambat. Sehingga secara sektoral pada triwulan IV, pertumbuhan didorong oleh sektor PHR sebagai respon dari peningkatan aktivitas konsumsi. Penyebab utama melambatnya laju pertumbuhan pada subsektor tanaman pangan. Karena kondisi sebagian besar lahan pertanian bersifat marginal, sehingga tingkat ketergantungan pada cuaca sangat tinggi. Pada tahun ini musim hujan baru dimulai Desember, mengalami kemunduran dibandingkan kondisi normal. PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL Pergerakan tekanan inflasi pada akhir triwulan IV-2009 cenderung mengalami peningkatan. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,
| Kajian Ekonomi Regional NTT
6
Triwulan IV - 2009
|
terjadi kenaikan dari 5,47% menjadi 6,29%. Lonjakan inflasi di NTT terjadi baik di Maumere, maupun Kupang. Untuk Maumere naik menjadi 5,22% dari 2,45%, sedangkan Kota Kupang pergerakannya relatif lebih kecil, dari 6,02% menjadi 6,49%. Pergerakan struktur Pembentuk inflasi di NTT relatif tidak mengalami perubahan. Pada dasarnya pergerakan tingkat inflasi NTT sangat dikendalikan oleh : [1] kelompok bahan makanan; [2] makanan, minuman, rokok dan tembakau; [3] kelompok perumahan. Secara fundamental, dari sisi eksternal tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap pasokan dari luar NTT mengakibatkan pembentukan harga di NTT sebagian besar dipengaruhi oleh harga pembelian dari daerah pemasok (imported inflation). Kemudian dari sisi struktur pasar yang cenderung didominasi okeh beberapa pedagang besar (oligopoli), membuat pembentukan harga di tingkat pengecer sangat ditentukan oleh pedagang besar tersebut. Selanjutnya, dari sisi permintaan, perkembangan harga kebutuhan pokok yang selalu cenderung meningkat akibat lonjakan permintaan di daerah lain, bisa mengakibatkan harga barang di NTT juga ikut melonjak. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Dari sisi perbankan, di tengah tekanan dari kondisi makro ekonomi peformance perbankan NTT selama tahun 2009 tetap mengalami pertumbuhan positif. Bahkan pertumbuhan kredit perbankan NTT masih diatas perbankan nasional, yaitu 23,3% (posisi Desember), meskipun masih didominasi oleh kredit konsumtif. Kemudian bila melihat fungsi intermediasi perbankan NTT, rasio Loan to Deposit Rasio (LDR) pada akhir 2009 mencapai 73,1%, meningkat jika dibandingkan tahun 2008 lalu, yaitu 67,5%. Sedangkan dari segi kualitas penyaluran kredit, rasio Non Performing Loan (NPLs) tetap dalam batas terkendali pada level 2,1%. Membaiknya laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan, berdampak terhadap meningkatnya volume aktivitas sistem pembayaran. Baik transasksi tunai, maupun non tunai mengalami ekspansi sepanjang periode laporan. Bahkan transaksi outflow yang terjadi di Bank Indonesia Kupang menembus angka Rp 1 triliun. Demikian pula untuk transaksi non tunai dengan Sistem Kliring maupun RTGS, nominal kedua transaksi tersebut mengalami peningkatan masing-masing sebesar 12,81% dan 93,83% (year on year). PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Kebijakan fiskal bagi provinsi NTT memiliki kontribusi yang penting bagi pendorong (stimulus) pertumbuhan ekonomi. Secara keseluruhan tingkat realisasi pendapatan APBD mencapai 78,68% dari rencana atau setara dengan Rp 780,52 miliar. Kontribusi dana perimbangan untuk mengisi celah fiskal (fiscal gap) dalam share pos pendapatan daerah
| Kajian Ekonomi Regional NTT
7
Triwulan IV - 2009
|
masih cukup dominan. Dari sisi belanja, realisasi belanja APBD 2009 sampai dengan akhir triwulan III-2009 relatif lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Pada tahun 2009 ini tingkat realisasi pada triwulan III-2009, tercatat baru sebesar 52,11%. Kemudian, rencana anggaran belanja maupun penerimaan pada tahun 2010, akan mengalami peningkatan. Dari sisi penerimaan, diperkirakan akan mengalami peningkatan sebesar 1,87% dibandingkan dengan rencana 2009, atau menjadi Rp 1,01 triliun. Sedangkan Anggaran belanja tahun 2010, direncanakan meningkat 0,87% menjadi Rp 1,17 triliun. OUTLOOK 2010 Pada tahun 2010, sejalan dengan membaiknya perekonomian nasional, kami memproyeksi pertumbuhan ekonomi NTT berada pada kisaran 4,0% – 4,5%. Kinerja ekonomi selama tahun 2010 secara sektoral relatif masih akan tetap bergantung kepada tiga sektor utama, yaitu pertanian, perdagangan dan jasa. Sedangkan dari sisi penggunaan, peningkatan aktivitas ekonomi tentu akan mendorong pertumbuhan permintaan domestik. Namun demikian, hal tersebut akan sangat bergantung kepada kemampuan daya beli masyarakat, mengingat struktur konsumsi sangat mendominasi perekonomian NTT. Membaiknya perekonomian, diperkirakan akan mendorong peningkatan permintaan domestik. Dengan keterbatasan dan potensi gangguan atau shock dari sisi penawaran, akan dapat meningkatkan tekanan inflasi kedepan. Dari sisi eksternal, tren perkembangan harga minyak dunia yang cenderung terus mengalami kenaikan, bisa ikut memberikan dampak susulan. Sehingga secara umum, kami perkirakan tekanan inflasi akan berada pada kisaran 7,5%±1%. Bagi industri perbankan di NTT, kondisi perekonomian NTT di tahun 2010 akan tetap memberikan peluang peningkatan usaha. Seiring dengan membaiknya perekonomian dan bertambahnya jumlah bank yang beroperasi di wilayah NTT, potensi ekspansi dari segi pembiayaan relatif masih terbuka. Sehingga pada akhir 2010, pertumbuhan kredit perbankan NTT diperkirakan bisa mencapai 15 – 20%.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
8
Triwulan IV - 2009
|
TAB E L INDIK ATOR E K ONOMI TE R P IL IH P R OVINS I NUS A TE NGGAR A TIMUR INFLASI DAN PDRB INDIKATOR
Tw.I-09
Tw.II-09
Tw.III-09
Tw.IV-09**
Laju Inflasi Tahunan (yoy) - Kupang - Maumere
8.38%
3.64%
6.02%
6.49%
11.73%
5.61%
2.45%
5.22%
PDRB - Harga Konstan (miliar Rp)
2,782.79
2,900.14
3,030.39
3,141.68
- Pertanian
1,118.03
1,164.87
1,155.51
1,128.80
- Pertambangan dan Penggalian
35.37
37.35
38.56
41.82
- Industri Pengolahan
39.48
42.79
45.52
49.37
- Listrik, gas dan air bersih
10.69
11.39
12.20
13.41
- Bangunan
167.18
177.57
188.30
208.98
- Perdagangan, Hotel dan Restoran
460.57
472.51
505.15
535.70
- Pengangkutan dan komunikasi
206.16
218.40
224.24
244.72
- Keuangan, Persewaan, dan Jasa - Jasa Pertumbuhan PDRB (yoy)
95.29
102.68
110.69
121.37
650.02
672.57
750.21
797.51
4.89%
3.25%
3.02%
3.94%
1.36
9.10
7.59
5.75
Ekspor - Impor* Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)
0.52
21.06
49.97
9.55
14.21
0.08
0.02
0.00
0.26
0.37
0.10
0.03
Inflow (miliar Rp)
596.39
211.99
277.05
278.28
Outflow (miliar Rp)
164.24
523.52
408.91
1,011.20
Netflow (miliar Rp)
432.15
-311.53
-131.85
-173.08
MRUK (miliar Rp)
29.97
46.82
74.79
76.99
100
400
900
250
Nominal RTGS (miliar Rp)
13.71
105.73
16.81
134.05
Nominal Kliring (miliar Rp)
398.09
373.10
402.14
474.59
Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) Volume Impor Nonmigas (ribu ton) Sistem Pembayaran
Uang Palsu (ribu Rp)
Sumber : Berbagai sumber (diolah) Keterangan : 1)
LPE (Laju Pertumbuhan Ekonomi) PDRB atas dasar harga konstan 2000
2)
(y-o-y) = year on year, thn dasar 2002
3)
Ekspor data dari Bagian PDIE-BI bln November2009 *
4)
**) Angka Proyeksi BI
| Kajian Ekonomi Regional NTT
9
Triwulan IV - 2009
|
TAB E L INDIK ATOR E K ONOMI TE R P IL IH P R OVINS I NUS A TE NGGAR A TIMUR PERBANKAN INDIKATOR
Tw.I-09
Tw.II-09
Tw.III-09
Tw.IV-09
Bank Umum Total Aset (Rp Triliun)
9.61
10.32
10.99
11.74 9.12
DPK (Rp Triliun)
8.23
8.82
9.01
- Tabungan (Rp Triliun)
3.82
4.03
4.19
5.14
- Giro (Rp Triliun)
2.54
2.81
2.79
2.03
- Deposito (Rp Triliun)
1.91
1.99
2.09
1.95
Kredit (Rp Triliun)
5.52
6.06
6.46
6,663.13
- Modal Kerja
1.48
1.66
1.79
1,783.28
- Konsumsi
3.88
4.20
4.46
239.54
- Investasi
0.16
0.20
0.22
4,640.30
LDR
66.81%
68.67%
71.71%
73.07%
NPLs
1.61%
1.73%
1.83%
2.10%
5.45
6.00
6.38
6.38
Total Aset (Rp Miliar)
75.08
84.02
102.08
109.13
DPK (Rp Miliar)
44.44
52.08
67.66
71.48
- Tabungan (Rp Miliar)
20.34
23.15
29.38
31.76
- Deposito (Rp Miliar)
24.09
28.93
38.28
39.72
Kredit (Rp Miliar)
59.11
67.97
79.47
87.60
- Modal Kerja
32.24
37.12
42.52
43.30
- Konsumsi
24.01
26.86
31.88
37.99
- Investasi
2.86
3.99
5.07
6.31
59.11
67.97
79.47
87.60
Kredit UMKM (Triliun Rp) BPR
Kredit UMKM (Rp Miliar) Rasio NPL Gross LDR
4.35%
3.12%
3.63%
3.96%
133.01%
130.51%
117.46%
122.55%
Sumber : Bank Indonesia Kupang (diolah)
| Kajian Ekonomi Regional NTT
10
Triwulan IV - 2009
|
B BA AB B II M MA AK KR RO O EEK KO ON NO OM MII R GIIO ON NA ALL REEG
Laju pertumbuhan kinerja ekonomi triwulan IV, diindikasikan relatif lebih baik dibandingkan periode sebelumnya. Selama triwulan IV, perekonomian NTT diperkirakan tumbuh 3,94% (year on year), sementara pada triwulan sebelumnya relatif lebih rendah dengan 3,02% (year on year). Peningkatan akselerasi pertumbuhan kinerja ekonomi pada triwulan ini, masih sangat dipengaruhi oleh aktivitas konsumsi, terutama berkaitan dengan Perayaan Natal dan Tahun Baru. Secara simultan peningkatan aktivitas ekonomi dari sisi permintaan, direspon oleh sisi penawaran, dimana sampai saat ini kontribusi sektor pertanian, perdagangan dan jasa masih tetap dominan. Namun pada triwulan IV, seiring dengan penurunan aktivitas pada subsektor tanaman pangan, kinerja sektor pertanian tumbuh relatif melambat. Sehingga secara sektoral pada triwulan IV, pertumbuhan didorong oleh sektor PHR sebagai respon dari peningkatan aktivitas konsumsi. Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT
Grafik 1.2 Struktur Sisi Penawaran
Sumber : Proyeksi BI
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
Grafik 1.3 Struktur Sisi Permintaan
Tabel 1.1 Perkembangan PDRB NTT
NTT PDRB (miliar)
2009 I
II
2,782.79
2,900.14
III 3,030.39
IV** 3,141.68
y-o-y
4.89%
3.25%
3.02%
3.94%
q-t-q
-7.94%
4.22%
4.49%
3.67%
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
Sumber : Proyeksi BI
| Kajian Ekonomi Regional NTT
11
Triwulan IV - 2009
|
1.1 Sisi Permintaan Grafik 1.4 Sumbangan Penggunaan
Tabel 1.2 PDRB Sisi Permintaan Permintaan (miliar)
2009 I
Konsumsi
II
3,053
Investasi
III
3,254
IV**
3,387
3,576
339
364
394
407
Ekspor
810.13
880.13
980.93
1,005.65
Impor
1,466
1,735
1,930
1,979
48
137
199
132
2,783
2,900
3,030
3,142
Perubahan stok PDRB
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
Konsumsi
Sumber : Proyeksi BI
menjadi
penopang
kegiatan
ekonomi.
Selain
kontribusinya yang sangat dominan, perannya dalam mendukung laju pertumbuhan juga sangat signifikan (share of growth). Dari sisi investasi, walaupun belum signifikan namun dapat menunjukan perkembangan positif. Dari sisi neraca perdagangan (ekspor-impor), pertumbuhan ekspor diperkirakan relatif lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya, walaupun di sisi lain volume impor antar pulau juga ikut meningkat sejalan dengan peningkatan kegiatan konsumsi domestik.
Grafik 1.5 PDRB Konsumsi
1. Konsumsi Dari
total
pertumbuhan
konsumsi sebesar 5,32%, penggerak utama berasal dari konsumsi rumah tangga.
Selama
triwulan
konsumsi
rumah
tangga
IV
2009,
diperkirakan
tumbuh mencapai 5,90% (year on year), sedangkan
belanja
pemerintah
masing-masing
2,55%
3,47%
dan
Peningkatan rumah
swasta
(year
tumbuh on
pertumbuhan
tangga
maupun
dan
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
Grafik 1.6 Penjualan Pakaian & Alt Rumah Tangga
year).
konsumsi pemerintah
selama triwulan IV dibandingkan triwulan III, merupakan cyclical factor dan terjadi dalam tahun-tahun sebelumnya. Sumber : SPE BI
| Kajian Ekonomi Regional NTT
12
Triwulan IV - 2009
Perayaan Natal dan Tahun Baru
menjadi
pendorong
|
Grafik 1.7 Listrik Rumah Tangga
utama
kegiatan konsumsi selama triwulan IV.
Peningkatan
kegiatan
selama
triwulan
IV
periode
sebelumnya
konsumsi
dibandingkan tercermin
dari
peningkatan omset pedagang eceran di Kota Kupang. Bahkan untuk makanan Sumber : PLN Wilayah NTT
dan pakaian, pada bulan Desember melonjak
cukup
Grafik 1.8 Penjualan Motor Baru
signifikan
dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Selain itu, realisasi belanja pemerintah umumnya dilakukan di semester II dan pencairan pembayaran dilakukan pada triwulan IV dan menjadi salah satu sentimen
positif
konsumsi.
bagi
kegiatan
Peningkatan
aktivitas
Sumber : Liaison KBI Kupang
konsumsi masyarakat juga tercermin dari meningkatnya jumlah pemakaian listrik untuk rumah tangga di NTT. Sejalan dengan itu, tren penjualan kendaraan roda dua pada triwulan IV relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini relatif menggambarkan kondisi konsumsi yang relatif meningkat selama triwulan IV 2009. Grafik 1.9 Kredit Konsumsi
Sumber : KBI Kupang
Grafik 1.10 Perkembangan NTP
Sumber : www.bps.go.id
Pembiayaan perbankan menjadi salah satu pendukung kegiatan konsumsi. Kredit konsumsi yang disalurkan oleh perbankan di NTT mencapai Rp 4,64 triliun, tumbuh 23,91% dan masih menjadi porsi terbesar dalam
| Kajian Ekonomi Regional NTT
13
Triwulan IV - 2009
|
pembiayaan perbankan meski akselerasinya cenderung melambat. Selain itu, kegiatan konsumsi juga didukung oleh tren membaiknya sebagian besar pendapatan masyarakat NTT, yang sebagian besar bekerja pada sektor pertanian, tercermin dari indeks Nilai Tukar Petani yang terus mengindikasikan perkembangan positif. 2. Investasi Grafik 1.11 Perkembangan Investasi
Grafik 1.12 Konsumsi Semen NTT
Sumber : ASI
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
Kegiatan investasi diperkirakan tumbuh lebih baik dari tahun sebelumnya. Pada triwulan IV-2009, diproyeksikan akan terjadi pertumbuhan investasi sebesar 5,82% (year on year), meskipun relatif lebih lambat dibandingkan triwulan lalu. Ekspektasi positif pelaku dunia usaha terhadap situasi bisnis menjadi salah satu pendukung utama peningkatan kegiatan investasi selama tahun 2009. Perkembangan positif kegiatan usaha/bisnis di NTT juga tercermin dari perkembangan jumlah pelanggan listrik sektor bisnis yang terus mengalami peningkatan. Kegiatan diperkirakan
investasi masih
fisik
Grafik 1.13 Pegiriman Barang Konstruksi
mendominasi.
Secara khusus, investasi bangunan yang tercermin dari tingkat konsumsi semen selama tahun 2009 relatif lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Demikian halnya
dengan
tren
impor
bahan
konstruksi yang dilakukan lewat Pelabuhan Sumber : Pelindo Tenau
| Kajian Ekonomi Regional NTT
14
Triwulan IV - 2009
|
Tenau Kupang sepanjang tahun 2009 mengalami perkembangan positif. Kondisi tersebut juga telah dikonfirmasi oleh penjual eceran di Kota Kupang yang mengalami peningkatan omset penjualan barang-barang konstruksi. Dari sisi pembiayaan, perkembangan kredit investasi setiap tahun tetap mengalami ekspansi. Meskipun proporsinya masih relatif kecil dibandingkan total kredit yang disalurkan. Pada akhir tahun 2009 outstanding kredit investasi tumbuh 44,05%, atau menjadi Rp 239,54 miliar dari Rp 166,29 miliar. Faktor keterbatasan infrastruktur maupun aspek kepastian hukum diperkirakan menjadi penghambat laju investasi, khususnya investasi swasta. Pasokan listrik untuk beberapa wilayah relatif masih belum memadai. Sampai saat ini sedang dilaksanakan pengembangan jaringan, dan diperkirakan baru akan selesai antara 2010 – 2011 (proyek 10 ribu MW). Terkait masalah kepastian hukum, pemerintah daerah telah melakukan langkah positif dengan membentuk Kantor Pelayanan Perizinan, Terpadu Satu Pintu (KP2TSP) yang mulai disosialisasikan pada akhir 2009 (semacam one stop service). Grafik 1.14 Penjualan Barang Konstruksi
Grafik 1.15 Kredit Investasi
Sumber : SPE BI
Sumber : KBI Kupang
3. Net Ekspor Sejalan dengan meningkatnya aktivitas konsumsi, diperkirakan kegiatan impor juga menunjukan perkembangan. Dalam konsep PDRB, ekspor dan impor merupakan transaksi barang dan jasa antar daerah maupun luar negeri (internasional). Kondisi tersebut mengakibatkan tekanan pada neraca perdagangan NTT. Defisit angka net ekspor diperkirakan akan semakin tinggi, meskipun pertumbuhan kinerja ekpor relatif mulai membaik selama tahun 2009. Tingkat ketergantungan yang sangat tinggi pada pasokan barang dari
| Kajian Ekonomi Regional NTT
15
Triwulan IV - 2009
|
perdagangan antarpulau, mengakibatkan struktur impor didominasi oleh impor antar daerah. Kendala operasional khususnya alat transportasi laut yang belum memadai menjadi salah satu penyebab kegiatan ekspor luar negeri barangbarang asal NTT, sebagian besar tidak dilakukan melalui pelabuhan di NTT. Praktis hanya perdagangan dengan negara terdekat saja (Timor Leste) yang tercatat oleh KPBC di wilayah NTT. Minimnya produksi sumber daya alam asal NTT yang dijual ke luar daerah tercermin dari kondisi bongkar muat di Pelabuahan Tenau yang sebagian besar didominasi oleh aktivitas bongkar (unloading). Bahkan sebagian besar kontainer yang digunakan untuk mengirim barang ke NTT, dikirim kembali dalam kondisi kosong. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab mahalnya biaya transportasi karena pihak pelayaran membebankan biaya pengiriman, termasuk biaya kembali dan pada gilirannya menyebabkan harga barang menjadi mahal. Grafik 1.16 PDRB Ekspor Impor
Sumber : Proyeksi BI
Grafik 1.17 Bongkar Muat Pelabuhan
Sumber : Pelindo Tenau
Kegiatan ekspor NTT, diperkirakan selama triwulan IV akan tumbuh sebesar 3,71% (yoy). Aktivitas ekspor selama triwulan IV diperkirakan didukung oleh pengiriman hasil bumi yang memasuki masa puncak panen di akhir triwulan III, seperti mete, kemiri, kopra, dan cacao. Selain itu, mulai pulihnya kinerja ekonomi dunia juga berdampak terhadap pengiriman hasil tambang batu-batuan (marmer, mangan) ke negara Asia, khususnya Cina. Meskipun sebenarnya, dampak krisis beberapa waktu silam relatif tidak mempengaruhi kinerja ekonomi secara signifikan. Mengingat struktur ekspor yang relatif kecil . Dari sisi impor, pada triwulan laporan diperkirakan akan tumbuh 7,51% (yoy). Pengaruh
peningkatan aktivitas konsumsi hingga
mendekati level 6% selama triwulan IV menjadi sumber utama penyebab
| Kajian Ekonomi Regional NTT
16
Triwulan IV - 2009
|
meningkatnya kegiatan impor, khususnya impor antarpulau. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya volume bongkar peti kemas di Pelabuhan Tenau Kupang. Selain itu, meningkatnya kegiatan impor selama triwulan IV yang relatif lebih tinggi dibandingkan laju peningkatan konsumsi, diperkirakan merupakan langkah antisipasi para importir untuk meningkatkan persediaan barang (stok), mengingat pada awal tahun kondisi cuaca dan gelombang laut yang besar sehingga mengganggu aktivitas pelayaran laut. Grafik 1.18 Arus Peti Kemas NTT
Grafik 1.19 Pengiriman Hewan Ternak
Sumber : Pelindo Tenau
Sumber : Pelindo Tenau
Volume ekspor luar negeri NTT pada triwulan IV sebesar 9,55 ribu ton (sampai November). Sebagian besar ditujukan ke negara di kawasan Asia (lebih dari 60%). Dari 6,39 ribu ton
Grafik 1.19 Tujuan Ekspor NTT
ekspor yang dikirim ke Asia, 5,74 ribu ton ditujukan ke Cina. Jenis komoditi yang paling dominan adalah bahanbahan
hasil
galian
(batu-batuan,
mangan). Sedangkan sisanya sekitar 3,13 ribu ton di kirim menuju Timor Leste, yang umumnya merupakan bahan-bahan kebutuhan pokok sehari-hari.
Sumber : EDW DSM BI
1.2 Sisi Penawaran Tabel 1.3 PDRB Sisi Penawaran
Grafik 1.20 Sumbangan Pertumbuhan 2009
Penawaran
II
III
1,118
1,165
1,156
1,129
Pertambangan
35
37
39
42
Industri Pengolahan
39
43
46
49
Listrik,Gas dan Air
11
11
12
13
Bangunan (konstruksi)
167
178
188
209
Perdagangan & Hotel
461
473
505
536
Transportasi & Komunikasi
206
218
224
245
Keuangan dan Persewaan
95
103
111
121
650
673
750
798
2,783
2,900
3,030
3,142
miliar Pertanian
Jasa-jasa PDRB
| Kajian Ekonomi Regional NTT
I
IV**
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
Sumber : Proyeksi BI
17
Triwulan IV - 2009
|
Dari sisi penawaran, kontribusi sektor pertanian relatif masih dominan. Tiga sektor utama yang menjadi penggerak roda ekonomi NTT, yaitu : sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan, sektor perdagangan, hotel & restoran pada triwulan laporan. Sektor-sektor tersebut secara total menyumbang 78,37% angka PDRB pada triwulan IV-2009. Pertumbuhan ekonomi triwulan laporan sebesar 3,94 disebabkan kontribusi ketiga sektor tersebut masingmasing sebesar 0,34% untuk sektor pertanian, 0,56% sektor jasa, dan 0,99% sektor perdagangan, hotel dan restoran. 1. Pertanian Grafik 1.21 Perkembangan Pertanian
Grafik 1.22 Perkiraan Produksi Padi
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
Sumber : BPS NTT diolah
Kinerja sektor pertanian pada triwulan IV diperkirakan melambat. Pada triwulan laporan, pertumbuhan sektor pertanian diproyeksikan sebesar 0,91% (year on year), relatif menurun dibandingkan dengan akselerasi pada triwulan sebelumnya sebesar 1,05% (year on year). Penyebab utama melambatnya laju pertumbuhan sektor pertanian selama triwulan IV, disebabkan oleh terjadinya kontraksi pada subsektor tanaman pangan. Melambatnya subsektor tanaman pangan, disebabkan kondisi lahan pertanian bersifat marginal dan tingkat ketergantungan pada cuaca sangat tinggi. Musim tanam pada tahun–tahun lalu umumnya dimulai bulan November atau awal Desember, sedangkan untuk tahun ini mengalami kemunduran. Kondisi diatas merupakan bagian dari dampak badai elnino yang melanda Indonesia secara keseluruhan. Bahkan curah hujan yang akan turun diperkirakan relatif lebih rendah dari kondisi normal. Puncak curah hujan akan terjadi pada bulan Januari. Hal ini mengakibatkan kontraksi pada sektor tanaman pangan pada periode kali ini berlangsung relatif lebih panjang (Sumber : BMKG Kota Kupang).
| Kajian Ekonomi Regional NTT
18
Triwulan IV - 2009
|
Selain itu faktor keterbatasan modal juga relatif menjadi kendala berkembangnya sektor pertanian di NTT. Hal ini sejalan dengan kondisi penyaluran pembiayaan perbankan NTT pada sektor pertanian yang relatif kecil. Outstanding kredit sektor pertanian hanya 1,36 % dari Rp 6,66 triliun, atau setara
dengan
Rp
83,70
miliar,
Grafik 1.23 Kredit Sektor Pertanian
walaupun tren laju pertumbuhannya selama tahun 2009, masih lebih baik dibandingkan
dengan
tahun
sebelumnya. Dengan tingkat resiko yang relatif tinggi dibandingkan sektor yang non tradable, mengakibatkan perbankan enggan
melakukan
ekspansi
pembiayaan pada sektor pertanian.
Sumber : BI Kupang
2. Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sejalan dengan meningkatnya aktivitas konsumsi, kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran juga meningkat. Sub sektor perdagangan memberikan kontribusi sebesar 90% terhadap kinerja sektor PHR. Hubungan antar provinsi NTT dengan provinsi lainnya yang relatif erat (IRIO 2000), dalam rangka pemenuhan kebutuhan sehari-hari menjadi insentif bagi sektor ini. Pada triwulan laporan, sektor PHR diperkirakan tumbuh 5,90% (year on year), relatif lebih baik dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya, yang tumbuh sebesar 3,96%. Peningkatan penjualan oleh para pedagang ritel disinyalir karena pengaruh melonjaknya konsumsi terutama menjelang hari Raya Natal dan Tahun Baru. Kondisi tersebut tercermin dari meningkatnya omset penjualan barang-barang kebutuhan sandang maupun makanan. Grafik 1.24 Perkembangan PHR
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
| Kajian Ekonomi Regional NTT
Grafik 1.25 Penjualan Ritel Kupang
Sumber : SPE KBI Kupang
19
Triwulan IV - 2009
|
Secara umum, situasi bisnis di Kota Kupang relatif masih mendukung. Perkembangan tersebut, tercermin dari pertumbuhan jumlah pelanggan listrik untuk kategori sektor bisnis yang terus mengalami peningkatan sepanjang tahun 2009. Hal ini sejalan dengan semakin bertambahnya jumlah ruko usaha yang beroperasi. Pertumbuhan sektor PHR juga tidak terlepas dari dukungan pembiayaan perbankan. Kredit perbankan untuk sektor PHR sebesar 24,24% dari total outstanding secara keseluruhan, atau setara dengan Rp 1,64 triliun pada akhir Desember. Pada umumnya pemanfaatan kredit di sektor PHR adalah untuk keperluan modal kerja. Grafik 1.27 Kredit Sektor PHR
Grafik 1.26 Konsumsi Listrik Bisnis
Sumber : PLN Wilayah NTT
Sumber : BI Kupang
3. Jasa-jasa Kinerja sektor jasa diperkirakan masih
ditopang
pemerintahan.
oleh
jasa
Pertumbuhan
selama
Grafik 1.28 PDRB Sektor Jasa
triwulan IV-2009 diperkirakan mencapai 2,16%
(yoy).
Kontribusi
sektor
jasa
terhadap pembentukan PDRB triwulan IV2009 diproyeksikan mencapai 25,38%. Aktivitas sektor jasa pemerintahan, juga tercermin dari perkembangan kondisi arus
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
dana milik pemerintah yang ada di perbankan NTT. Tren pergerakan jumlah dana pemerintah di perbankan, menjadi salah satu indikasi kinerja sektor jasa pemerintah. Sebagian besar aktivitas belanja pemerintah umumnya mulai meningkat pada semester II.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
20
Triwulan IV - 2009
|
4. Sektor lainnya Dari
6
sektor
ekonomi
lainnya,
sektor
transportasi
dan
komunikasi, serta sektor bangunan relatif memberikan kontribusi yang dominan.
Pada
triwulan
IV
2009,
Grafik 1.29 PDRB Transportasi & Komunikasi
diperkirakan kontribusi kedua sektor tersebut masing-masing sebesar 7,79% dan 6,65%. Sebagai provinsi kepulauan, peran transportasi baik laut maupun udara menjadi sangat vital. Pada triwulan IV 2009, sektor transportasi diperkirakan tumbuh
11,34%
(yoy),
mengalami
peningkatan
dibandingkan
triwulan
sebelumnya.
Bertambahnya
frekuensi
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
Grafik 1.30 PDRB Bangunan
penerbangan di wilayah NTT menjadi faktor pendukung utama. Sejalan dengan hal tersebut, arus mudik menjelang Natal melalui jalur udara, praktis mendongkrak kinerja
subsektor
bangunan,
jumlah
ini.
Dari
sektor
konsumsi
semen
selama tahun 2009, relatif lebih tinggi
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
dibandingkan tahun sebelumnya. Hal tersebut menjadi salah satu indikator peningkatan kinerja sektor bangunan. Sementara itu, omset penjualan barang konstruksi oleh pedagang ritel yang cenderung meningkat hingga posisi akhir tahun menjadi salah satu indikasi bahwa pertumbuhan sektor bangunan pada triwulan laporan akan lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Oleh karena itu, selama triwulan laporan diperkirakan sektor bangunan tumbuh 7,43% (yoy). Grafik 1.31 Konsumsi Semen NTT
Sumber : ASI
| Kajian Ekonomi Regional NTT
Grafik 1.32 Penjualan Barang Konstruksi
Sumber SPE KBI Kupang
21
Triwulan IV - 2009
|
Dukungan pembiayaan perbankan pada sektor bangunan juga masih positif. Pertumbuhan outstanding kredit pada akhir 2009 mencapai 41,33%, atau dari Rp 93,42 miliar menjadi Rp132,04 miliar. Kinerja sektor bangunan juga relatif dipengaruhi oleh kinerja keuangan pemerintah daerah. Proyek pembangunan fisik yang dibiayai perbankan sebagian merupakan proyek pemerintah, sehingga peningkatan kredit sektor konstruksi sejalan dengan proses realisasi proyek pemerintah. Sektor Listrik dan Air Bersih sebagai supporting ikut terdongkrak seiring meningkatnya kinerja ekonomi secara keseluruhan. Pada triwulan IV-2009, kinerja sektor ini diindikasikan mengalami ekspansi sebesar 10,57% (yoy). Hal ini sejalan dengan tingkat konsumsi (kwh) seluruh pelanggan PLN maupun jumlah pelanggan yang cenderung mengalami peningkatan. Jaminan ketersediaan pasokan listrik yang memadai, mendorong rencana beroperasinya kembali pabrik semen PT. Semen Kupang yang sempat terhenti sejak April 2008. Sinyal positif kinerja industri secara keseluruhan juga tercermin dari tingkat konsumsi listrik untuk kategori industri. Sehingga pada triwulan ini sektor industri diperkirakan mengalami pertumbuhan 12,14% (yoy). Kemudian, maraknya aktivitas penambangan bahan galian jenis batu-batuan sebagai bahan pendukung kegiatan konstruksi, berdampak terhadap peningkatan kinerja sektor pertambangan. Ditambah dengan ditemukannya kandungan mangan di wilayah Pulau Timor membuat sektor pertambangan pada triwulan IV diindikasikan tumbuh 6,21% (yoy). Grafik 1.33 Konsumsi Listrik NTT
Sumber : PLN wilayah NTT
Grafik 1.34 Konsumsi Listrik Industri
Sumber : PLN wilayah NTT
Peran sektor keuangan, khususnya perbankan dalam mendukung perekonomian juga relatif menunjukan penigkatan. Sebagai penggerak utama sektor keuangan, persewaan, dan jasa, sampai dengan akhir triwulan IV-
| Kajian Ekonomi Regional NTT
22
Triwulan IV - 2009
|
2009 menunjukan perkembangan positif. Bahkan potensi NTT memberikan daya tarik tersendiri bagi lembaga perbankan. Salah satu bukti nyata adalah jumlah bank yang beroperasi terus mengalami pertumbuhan. Yang terakhir adalah PT. Bank Sinar Mas yang mulai beroperasi sejak 6 Oktober 2009. Sampai dengan bulan September 2009, asset bank umum di wilayah NTT tumbuh sebesar 18,10%;y-o-y. Sejalan dengan hal tersebut, penghimpunan dana oleh pihak ketiga juga mengalami perkembangan yang positif dengan 13,92%;y-o-y. Sementara dari segi pembiayaan, penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi NTT tumbuh 23,29%;y-o-y. Bahkan, tingkat penyaluran kredit yang diberikan dibandingkan dengan dana pihak ketiga yang dihimpun (rasio LDR) telah menembus level 73,07%. Didukung dengan kualitas kredit yang masih dibawah batas rekomendasi yaitu 2,10%. Tabel 1.4 Perkembangan Indikator Perbankan indikator utama Aset (miliar) y-o-y aset Kredit (miliar) y-o-y kredit DPK (miliar)
2009 I 9,610.96 15.53% 5,524.35 28.67% 8,268.80
II 10,321.05 20.77% 6,059.12 25.84% 8,823.98
III 10,994.03 15.33% 6,463.72 23.39% 9,013.42
IV 11,741.12 18.10% 6,663.13 23.29% 9,119.13
y-o-y DPK
15.45%
18.64%
14.28%
13.92%
LDR
66.81%
68.67%
71.71%
73.07%
NPL
1.61%
1.73%
1.83%
2.10%
Sumber : KBI Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT
23
Triwulan IV - 2009
|
BOKS DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI NUSA TENGARA TIMUR
Latar Belakang Krisis global
telah berimbas terhadap perekonomian dunia, termasuk
Indonesia. Imbas tersebut akhir-akhir ini semakin dirasakan baik melalui pasar barang dan pasar uang (pasar modal dan perbankan). Ekspor daerah juga diperkirakan terkena dampaknya mengingat ekspor nasional disumbang oleh ekspor komoditas dari daerah. Di sisi daerah, perekonomian daerah akan menghadapi problem yang sama namun dengan tingkat pengaruh yang bervariasi terhadap ekonomi di masing-masing daerah. Perbedaan pengaruh dari krisis ekonomi global terhadap ekonomi daerah tergantung pada struktur dari ekonomi masing-masing daerah. Permasalahan utamanya yaitu melihat seberapa besar dampak dari krisis keuangan dunia berpengaruh pada kinerja perekonomian di Provinsi NTT. Dari data yang diperoleh, dilakukan penyusunan model ekonometri berdasarkan teori ekonomi yang dipelajari pada tahapan studi literatur. Adapun model tersebut diselesaikan dengan menggunakan metode OLS.
Analisa Hasil Secara umum mekanisme transmisi krisis keuangan dunia, dalam mempengaruhi kinerja perekonomian daerah dapat di lihat pada flow chart berikut.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
24
Triwulan IV - 2009
|
Oleh karena itu, model ekonometri yang dibuat merupakan model persamaan konsumsi, investasi, ekspor, impor dan inflasi. Berdasarkan hasil running model eviews, dapat dilihat bahwa konsumsi masyarakat NTT dipengaruhi oleh besarnya disposable income (pendapatan setelah dikurangi pajak), bunga simpanan, serta stimulus fiscal yang didekati dengan anggaran belanja pemerintah. Sementara kegiatan investasi sektor riil di NTT dipengaruhi oleh suku bunga simpanan, pendapatan, serta stimulus fiscal yang didekati dengan anggaran belanja pemerintah. Aktivitas ekspor NTT bergantung pada tingkat pendapatan negara lain dalam hal ini Jepang sebagai salah satu importir terbesar, serta perkembangan nilai tukar rupiah terhadap US $. Sedangkan kinerja impor dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar, pendapatan NTT, serta tingkat konsumsi masyarakat NTT mengingat jenis barang impor relatif sebagian besar untuk konsumsi. Inflasi
Kota
Kupang
dibentuk
oleh
ekspektasi
masyarakat
dan
dipengaruhi oleh fluktuasi harga yang terjadi di Surabaya. Dengan tingkat ketergantungan yang relatif tinggi terhadap pasokan dari Jawa Timur yang didatangkan melalui Surabaya (20,84%) mengakibatkan harga di Kupang cenderung mengikuti pergerakan harga di Surabaya. Sementara untuk output gap ternyata tidak memiliki pengaruh yang signifikan.
Simpulan Dampak krisis ekonomi global yang bermula dari Amerika, kemudian berlanjut ke negara-negara Asia salah satunya Jepang, secara tidak langsung akan mengakibatkan pelemahan permintaan Jepang terhadap barang-barang ekspor NTT. Meskipun dampaknya baru akan dirasakan setelah setahun kemudian. Sejalan pelemahan ekonomi global yang terjadi, dampak lain yang dirasakan oleh Indonesia secara keseluruhan adalah terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap US $, akibat terjadinya massive capital outflow. Hal tersebut tentunya juga dirasakan sampai dengan level regional NTT. Depresiasi kurs rupiah mengakibatkan aktivitas impor mengalami tekanan selama beberapa periode (tiga triwulan) dan dilanjutkan dengan menurunnya kinerja investasi. Sehingga secara keseluruhan, pelemahan nilai tukar memberikan sentimen positif dalam jangka pendek (short term) namun pada setahun kemudian
| Kajian Ekonomi Regional NTT
25
Triwulan IV - 2009
|
ekonomi NTT baru mulai mengalami tekanan. Bahkan dalam jangka waktu dua tahun bila tidak terjadi perbaikan kondisi nilai tukar akan mengakibatkan kontraksi ekonomi. Rekomendasi Beberapa rekomendasi yang dapat diusulkan terkait dengan hasil kajian diatas adalah sebagai berikut : 1. Perlunya peningkatan peran investasi dalam menggerakan roda ekonomi NTT salah satunya melalui peningkatan kapasitas infrastruktur serta penyederhanaan perijinan dengan optimalisasi Kantor Pelayanan Perizinan, Terpadu Satu Pintu (KP2TSP) atau one stop service, yang mulai resmi beroperasi bulan Januari 2010. 2. Komoditi ekspor asal NTT hanya sebatas ekspor bahan mentah. Untuk meningkatkan
nilai
tambah
produk,
perlu
adanya
pengembangan
pengolahan komoditi ekspor agar bisa menjadi barang setengah jadi. Sehingga melalui instansi teknis, pemerintah provinsi bisa memberikan subsidi atau bantuan mesin-mesin pengolah.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
26
Triwulan IV - 2009
|
B BA AB B II II PPEER RK KEEM MB BA AN NG GA AN N IIN NFFLLA ASSII
2.1 Kondisi Umum Pergerakan tekanan inflasi pada akhir triwulan IV-2009 cenderung mengalami peningkatan. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, terjadi kenaikan dari 5,47% menjadi 6,29%. Lonjakan inflasi di NTT terjadi baik di Maumere, maupun Kupang. Untuk Maumere naik menjadi 5,22% dari 2,45%, sedangkan Kota Kupang pergerakannya relatif lebih kecil, dari 6,02% menjadi 6,49%. Bila melihat pergerakan inflasi bulanan yang terjadi, terutama pasca Hari Raya Idul Fitri lalu memang cenderung menurun dalam bulan Oktober dan November. Namun demikian, tekanan kembali meningkat pada bulan Desember. Pada akhir 2009, tekanan inflasi terkuat berasal dari kelompok makanan, baik bahan makanan yang mencapai 17,21%, dan makanan jadi sebesar 10,56%. Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi NTT Inflasi year on year NTT Kupang Maumere year to date NTT Kupang Maumere
2008 IV
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi NTT 2009
I
II
III
IV
11.72% 10.90% 16.17%
8.90% 8.38% 11.73%
3.95% 3.64% 5.61%
5.47% 6.02% 2.45%
6.29% 6.49% 5.22%
11.72% 10.90% 16.17%
0.78% 0.85% 0.39%
1.25% 1.20% 1.49%
4.16% 4.00% 5.02%
6.29% 6.49% 5.22%
Sumber : BPS diolah
Sumber : BPS diolah
Tabel 2.2 Inflasi NTT yoy KOMODITI UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K
2008 IV 11.72% 12.43% 12.78% 18.61% 4.32% 7.98% 2.26% 4.50%
2009 I II III 8.90% 3.95% 5.47% 10.79% 8.26% 13.86% 14.20% 12.14% 13.69% 12.52% 2.95% 1.25% 6.51% 3.28% 4.57% 5.80% 5.11% 2.20% 2.62% 2.84% 2.11% -1.15% -7.64% -4.92%
IV 6.29% 17.21% 10.56% -0.65% 8.13% 1.58% 5.74% -2.67%
Sumber : BPS diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT
27
Triwulan IV - 2009
|
Dibandingkan dengan nasional, inflasi di NTT relatif masih lebih tinggi. Inflasi nasional pada akhir triwulan IV-09 hanya berada pada level 2,78%. Selama tahun 2009, peningkatan tekanan inflasi di NTT secara keseluruhan mulai terjadi pada triwulan III. Kenaikan harga yang terjadi menjelang Idul Fitri menyebabkan tekanan terhadap harga di NTT. Namun pergerakan penyesuaian harga di Maumere diindikasikan berlangsung sedikit lebih lambat dibandingkan Kupang. Dengan tingkat ketergantungan yang tinggi pada pasokan barang dari luar daerah, maka pergerakan harga di luar wilayah NTT akan ikut menaikan harga di NTT. Kemudian adanya kemungkinan gangguan dari sisi distribusi, mengingat pasokan barang didatangkan dengan menggunakan jalur pelayaran. Dan terakhir kondisi struktur pasar yang cenderung oligopoli, mengakibatkan pergerakan harga sangat ditentukan oleh beberapa pihak saja (BOKS). Grafik 2.2 Inflasi NTT vs Nasional
Sumber : BPS diolah
2.2
Inflasi Kota Kupang
Grafik 2.3 Inflasi Kota Kupang
Sumber : BPS diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT
Grafik 2.4 Struktur Inflasi Bulanan
Sumber : BPS diolah
28
Triwulan IV - 2009
|
Pergerakan struktur Pembentuk inflasi di Kota Kupang relatif tidak mengalami perubahan. Pada dasarnya tingkat inflasi di Kupang sangat dikendalikan oleh : [1] kelompok bahan makanan; [2] makanan, minuman, rokok dan tembakau; [3] kelompok perumahan. Adapun tiga kelompok tersebut menyumbang lebih dari 66% dari total nilai konsumsi. Namun sepanjang tahun 2009, pergerakan inflasi kelompok transportasi cukup signifikan dalam menentukan arah inflasi bulanan. Pada akhir triwulan IV 2009 lalu, kelompok bahan makanan mengalami tekanan paling tinggi mencapai 18,56%. Sedangkan kelompok transportasi dan komunikasi justru mengalami deflasi paling tinggi dengan 2,33%. Lonjakan harga bahan makanan mulai terjadi sejak awal Desember 2009. Berdasarkan pemantauan harga oleh KBI Kupang, telur, tepung terigu, daging ayam dan daging sapi, masing-masing meningkat sebesar 5,0%; 6,25%; 2,00% dan 1,82%. Demikian halnya untuk harga beras jenis medium mengalami kenaikan harga hingga 6,00% dari harga Rp 5.000,-/kg menjadi Rp 5.300,-/kg. Kenaikan harga tersebut, selain disebabkan tingginya permintaan menjelang perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru, juga dipengaruhi oleh kendala distribusi dari daerah pemasok utama yaitu Makassar. Moda transportasi laut menggunakan perahu layar motor (kapal kayu) Sangay tergantung terhadap cuaca dan kondisi laut dan gelombang. Sementara untuk beras jenis premium yang berasal dari Surabaya relatif lancar karena sebagian besar memanfaatkan kapal peti kemas. Grafik 2.5 Perkembangan Harga Bahan Makanan
Sumber : Survei Pemantauan Harga
Kelompok perumahan juga memiliki andil yang cukup penting dalam menaikan tekanan inflasi selama triwulan IV lalu. Dampak
| Kajian Ekonomi Regional NTT
29
Triwulan IV - 2009
|
kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga elpiji secara bertahap setiap bulan hingga mencapai harga keekonomian yang mulai diberlakukan tanggal 10 Oktober 2009 ikut mendorong inflasi dari sub kelompok perlengkapan rumah tangga. Dengan kenaikan harga sebesar 1,74% (keputusan pemerintah), ternyata tingkat kenaikan di Kupang relatif lebih tinggi. Berdasarkan informasi salah satu distributor gas elpiji di Kupang, mereka menaikkan harga gas elpiji sebesar 4,44% dari harga Rp 112.500,00 untuk tabung 12 kg, menjadi Rp 117.500,00. Kenaikan tersebut selain disebabkan oleh kebijakan pemerintah, juga disebabkan stok gas elpiji di Kupang menipis/terbatas, karena belum ada kiriman pasokan dari Surabaya. Bahkan menurut perkiraan mereka, harga gas elpiji akan terus mengalami kenaikan pada periode mendatang. Selain itu, di kelompok perumahan harga bahan baku konstruksi juga ikut menjadi pemicu. Pada bulan Desember 2009 terjadi tekanan harga pada semen yang mengalami kenaikan signifikan hingga mencapai 23,68%. Harga semen yang semula Rp 38.000,-/sak menjadi Rp 47.000,-/sak. Isu kenaikan harga dan kelangkaan pasokan menyebabkan panic buying yang mendorong harga semakin meningkat diluar kewajaran. Secara teknis kendala distribusi yang disebabkan kondisi perairan laut yang kurang bersahabat menjadi salah satu penyebab terjadinya kelangkaan pasokan. Sedangkan penyebab utama terhambatnya suplai semen di Kupang dikarenakan kuota distributor semen jenis Bosowa dan Tonasa, yang ada di Kota Kupang dibatasi karena terjadi krisis listrik di daerah produksi semen, yaitu Sulawesi Selatan sehingga menyebabkan produktivitas pabrik semen tersebut menurun. Tabel 2.3 Inflasi Kota Kupang yoy
KOMODITI UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K
2008 IV 10.90% 11.34% 12.78% 18.13% 3.17% 7.45% 2.12% 3.02%
I 8.38% 10.80% 14.70% 11.48% 5.83% 5.23% 2.58% -2.40%
2009 II III 3.64% 6.02% 8.17% 15.57% 13.65% 15.56% 2.15% 1.04% 3.25% 4.74% 5.03% 2.24% 2.88% 2.33% -8.28% -4.60%
IV 6.49% 18.56% 11.46% -1.46% 9.03% 1.77% 6.50% -2.33%
2008 IV 10.90% 11.34% 12.78% 18.13% 3.17% 7.45% 2.12% 3.02%
I 0.85% 5.10% 4.51% -0.03% 2.52% -0.64% 0.39% -7.42%
2009 II III 1.20% 4.00% 7.09% 11.17% 5.33% 10.53% -1.51% -1.95% 2.08% 4.46% 0.83% 1.14% 1.42% 1.92% -7.06% -0.76%
IV 6.49% 18.56% 11.46% -1.46% 9.03% 1.77% 6.50% -2.33%
Sumber : BPS diolah
Tabel 2.4 Inflasi Kota Kupang ytd
KOMODITI UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K Sumber : BPS diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT
30
Triwulan IV - 2009
|
Deflasi pada kelompok transportasi salah satunya disebabkan oleh penurunan tarif transportasi angkutan udara. Pada bulan November 2009, terjadi penurunan tarif angkutan penerbangan pada beberapa maskapai yang mencapai kisaran 20%-30%. Penurunan tekanan harga pada angkutan udara merupakan respon dari maskapai penerbangan karena rendahnya permintaan terhadap jasa penerbangan pada bulan November 2009. Kondisi tersebut terjadi pasca Hari Raya Lebaran.
Fluktuasi tarif angkutan udara merupakan tren
seasonal, dimana pada momen tertentu seperti hari raya akan terjadi lonjakan permintaan yang signifikan (peak season), sementara diluar bulan tersebut permintaan akan turun (decline) dan kembali ke titik normal.
2.3 Inflasi Maumere Kecenderungan peningkatan inflasi juga terjadi di Maumere. Meski inflasi tahunan (yoy) masih relatif lebih rendah dibandingkan yang terjadi di Kupang. Pada akhir triwulan IV, inflasi di Maumere tercatat sebesar 5,22%, dengan tekanan paling tinggi dialami oleh kelompok bahan makanan dengan 9,87%. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya terjadi peningkatan signifikan, dari level 2,45%. Secara umum struktur pembentukan inflasi di Maumere juga relatif sama dengan Kupang, yaitu sangat bergantung kepada kelompok pangan (bahan makanan dan makanan jadi) dan kelompok perumahan, bahkan mencapai lebih dari 75% nilai konsumsi masyarakat Kota Maumere. Grafik 2.6 Inflasi Maumere
Sumber : BPS diolah
Peningkatan tekanan inflasi di Maumere juga terjadi setelah semester I 2009. Kecenderungan untuk meningkat sudah mulai nampak sejak
| Kajian Ekonomi Regional NTT
31
Triwulan IV - 2009
|
bulan Juli. Penyebab kenaikan harga bahan makanan selama triwulan IV di Maumere relatif sama dengan Kota Kupang. Bahkan untuk Maumere, pengiriman barang-barang dari Jawa sebagian besar dikirim dengan truk menggunakan kapal feri, sedangkan untuk kapal kontainer, frekuensinya masih relatif minim. Tabel 2.5 Inflasi Maumere yoy
KOMODITI UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K
2008 IV 16,17% 18,37% 12,80% 21,22% 10,58% 10,87% 3,05% 12,59%
I 11,73% 10,78% 11,44% 18,14% 10,24% 8,94% 2,86% 5,62%
2009 II III 5,61% 2,45% 8,73% 4,53% 3,86% 3,50% 7,32% 2,37% 3,44% 3,67% 5,57% 2,00% 2,65% 0,91% -4,16% -6,66%
IV 5,22% 9,87% 5,65% 3,73% 3,28% 0,54% 1,63% -4,49%
Tabel 2.6 Inflasi Maumere ytd
KOMODITI UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K
2008 IV 16.17% 18.37% 12.80% 21.22% 10.58% 10.87% 3.05% 12.59%
I 0.39% 0.53% -0.03% 2.31% 2.68% 0.41% 0.10% -5.16%
2009 II III IV 1.49% 5.02% 5.22% 3.24% 11.34% 9.87% 0.81% 3.08% 5.65% 2.27% 2.86% 3.73% 1.56% 2.45% 3.28% 0.55% 0.56% 0.54% 0.55% 0.73% 1.63% -4.93% -4.60% -4.49%
Sumber : BPS diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT
32
Triwulan IV - 2009
|
BOKS
STRUKTUR PASAR PENJUALAN PRODUK MANUFAKTUR DI KOTA KUPANG
Latar Belakang Pola pergerakan inflasi yang terjadi di Kupang, berdasarkan kondisi beberapa tahun terakhir memiliki tren seasonal (musiman). Hal tersebut terlihat dari pergerakan pada periode tertentu, cenderung terjadi tekanan inflasi yang relatif lebih tinggi. Salah satu penyebab angka inflasi Kupang relatif lebih tinggi adalah kondisi geografis. Provinsi NTT adalah provinsi kepulauan yang sangat bergantung kepada transportasi laut. Pada bulan-bulan tertentu, kondisi perairan di NTT umumnya kurang mendukung untuk kegiatan pelayaran maupun aktivitas bongkar muat. Kondisi tersebut mengakibatkan terhambatnya proses distribusi barang menuju ke NTT, secara khusus Kupang. Inflasi
Kota
Kupang
cenderung tinggi antara triwulan IV sampai dengan triwulan I. Pada
Inflasi Kota Kupang (q-t-q)
6% 5% 4%
periode dimaksud, tekanan dari sisi
3%
permintaan, akibat adanya lonjakan
2%
bertepatan dengan perayaan Hari
1%
Raya
0%
Natal
Kemudian dengan
dan dari
kondisi
Tahun
sisi
Baru.
penawaran,
perairan
yang
I -1%
II
III
2007
IV
I
II
III
2008
IV
I
II
III
IV
2009
Grafik 1. Perkembangan Inflasi Kota Kupang (q-t-q)
kurang kondusif untuk kegiatan pelayaran, maka potensi terjadinya supply shock selama kurun waktu diatas cukup besar. Dengan kondisi diatas, umumnya para pedagang melakukan antisipasi dengan meningkatkan volume stock (persediaan) pada beberapa bulan sebelumnya. Sehingga dengan mekanisme tersebut, seharusnya tekanan inflasi bisa diminimalisasi. Namun demikian, hal ternyata kurang memberikan implikasi. Oleh karena itu ada dugaan bahwa kondisi struktur pasar di Kupang hanya dikuasai oleh beberapa pedagang besar (distributor). Hal tersebut, tentunya menyebabkan power dalam mempengaruhi pola perubahan harga, sebagian besar dikendalikan pada level pedagang besar (distributor).
| Kajian Ekonomi Regional NTT
33
Triwulan IV - 2009
|
Berdasarkan kondisi diatas, diperlukan analisa mengenai kondisi persaingan pada setiap level pedagang, sehingga bisa terlihat struktur pasar untuk produk-produk olahan (manufaktur) di Kupang. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi pola perilaku di setiap level pedagang dalam penetapan harga. Oleh karena itu, dilakukan survei dengan menggunakan metode purposive sampling kepada 150 responden di Kota Kupang, dengan kriteria pedagang besar sebanyak 28 responden dan 112 responden pedagang kecil yang menjual produk manufaktur. Hasil Analisa Berdasarkan hasil survei, tingkat persaingan pada level pedagang besar di Kota Kupang dalam satu wilayah relatif kecil. Seperti terlihat pada grafik 2, sebagian besar responden atau sebesar 53,49% menyatakan bahwa jumlah pesaing untuk komoditi sejenis maksimal 10 pesaing. Hal tersebut menunjukkan bahwa peta persaingan pada level
pedagang
besar
di
Jumlah Pesaing 100% 11,63%
Kupang relatif kecil. Atau bisa dikategorikan jenis oligopoli,
13,95%
75%
perusahaan yang umumnya berjumlah sepuluh.
kurang Bahkan
untuk
Lebih dari 100 51 - 100 28,19%
31 - 50
50%
11 - 30 25,58%
penawaran satu jenis barang hanya dikuasai oleh beberapa
8,81% 11,01%
6,98% 13,95%
yaitu kondisi pasar dimana
5,29%
6 - 10
20,70%
1-5
25% 25,58%
0%
dari
Tidak ada 25,99%
2,33%
0,00%
Pedagang Besar
Pedagang Retail
di Grafik 2. Prosentase Jumlah Pesaing
wilayah Kota Kupang, antar
pedagang besar satu dengan lainnya masih
mempunyai keterikatan hubungan yang kuat. Sehingga bukan tidak mungkin, dalam melakukan penentuan perubahan harga barang tertentu, sudah melewati proses kesepakatan terlebih dahulu. Sementara itu, pada level pedagang eceran (retail) jumlah pesaing relatif lebih
banyak
dibandingkan
dengan
pedagang
besar.
Hal
tersebut
mengindikasikan bahwa struktur pasar untuk pedagang eceran (retail) cenderung ke arah persaingan sempurna. Akibatnya, kompetisi pada level pedagang ritel relatif lebih ketat. Pedagang eceran (retail) umumnya tidak memiliki kemampuan (power) untuk mempengaruhi perubahan harga dan
| Kajian Ekonomi Regional NTT
34
Triwulan IV - 2009
|
hanya bertindak sebagai penerima harga (price taker). Dengan struktur pasar yang bersifat oligopoli, maka harga yang terbentuk pada level konsumen pada akhirnya memang sangat dipengaruhi oleh keputusan distributor dalam menetapkan margin keuntungan yang diinginkan.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
35
Triwulan IV - 2009
|
B BA AB B IIIIII PPEER RK KEEM MB BA AN NG GA AN N PPEER RB BA AN NK KA AN N
3.1 Kondisi Umum Perkembangan
kinerja
perbankan
NTT
tumbuh
positif.
Pertumbuhan aset sebagai salah satu indikator utama kinerja perbankan mencatatkan peningkatan signifikan sebesar 18,10% (y-o-y). Akselerasi peningkatan aset perbankan NTT pada triwulan IV-2009 didukung oleh pembukaan kantor cabang bank umum yaitu PT. Bank Sinar Mas yang membuka kantor cabang di Kota Kupang pada bulan Oktober 2009. Indikator lain, yaitu penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga mencatatkan kenaikan yg cukup signifikan sebesar 13,92% (y-o-y). Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan indikator utama Aset (miliar) y-o-y
2008 II
III
IV
I
II
III
IV
8.318,80
8.546,12
9.533,02
9.941,95
9.610,96
10.321,05
10.994,03
11.741,12
10,85%
Kredit (miliar) y-o-y
4.293,58 30,20%
DPK (miliar)
2009
I
7.162,46
8,26% 4.814,82 30,58% 7.437,54
13,39% 5.238,52 30,68% 7.887,35
16,74% 5.404,28 28,58% 8.004,80
15,53% 5.524,35 28,67% 8.268,80
20,77% 6.059,12 25,84% 8.823,98
15,33% 6.463,72 23,39% 9.013,42
18,10% 6.663,13 23,29% 9.119,13
y-o-y
7,48%
7,28%
10,45%
9,71%
15,45%
18,64%
14,28%
13,92%
LDR
59,95%
64,74%
66,42%
67,51%
66,81%
68,67%
71,71%
73,07%
NPL
1,79%
1,62%
1,64%
1,39%
1,61%
1,73%
1,83%
2,10%
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Penyaluran kredit bank umum masih mengalami kenaikan yang signifikan, walaupun terjadi tren perlambatan akselerasi penyaluran kredit. Penyaluran kredit perbankan pada triwulan IV-2009 mencapai Rp 6.663 miliar atau mengalami kenaikan sebesar 23,29% (y-o-y) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan penyaluran kredit pada triwulan IV-2008 yang mencapai 28,58%. Tren perlambatan tersebut diperkirakan akan terus berlangsung mengingat beberapa tahun terakhir pertumbuhan kredit di NTT mencapai titik tertinggi dan diperkirakan telah mencapai titik maksimal.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
36
Triwulan IV - 2009
|
3.2 Intermediasi Perbankan
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan IV-2009 masih mencatatkan perkembangan yang positif. Dana yang dihimpun oleh perbankan NTT pada triwulan laporan mencapai Rp 9.119 miliar atau mengalami kenaikan sebesar 13,92% dibandingkan tahun sebelumnya (y-o-y). Tren peningkatan pertumbuhan DPK pada tahun 2009 merupakan salah satu indikasi meningkatnya perekonomian di NTT yang berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat NTT dan berdampak pada peningkatan alokasi saving masyarakat. Selain itu, meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menanamkan dana di perbankan juga menjadi salah satu faktor peningkatan DPK. Tabel 3.2 Perkembangan Komponen DPK DPK (miliar) DPK
2008 II
III
IV
I
II
7.162,46
7.437,54
7.887,35
8.004,80
8.268,80
8.823,98
y-o-y
7,48%
Giro
2.279,15
y-o-y
1,69%
Deposito
1.599,32
y-o-y
-3,98%
Tabungan y-o-y
2009
I
3.283,98 19,11%
7,28% 2.427,78 -3,77% 1.644,06 0,58% 3.365,70 21,26%
10,45% 2.554,48 -4,91% 1.738,88 10,71% 3.593,98 24,62%
9,71% 1.899,56 -14,82% 1.785,96 16,49% 4.319,28 22,25%
15,45% 2.540,89 11,48% 1.912,63 19,59% 3.815,29 16,18%
III
18,64% 2.807,69 15,65% 1.989,79 21,03% 4.026,50 19,63%
9.013,42 14,28% 2.739,86 7,26% 2.087,35 20,04% 4.186,21 16,48%
IV 9.119,13 13,92% 2.028,37 6,78% 1.952,96 9,35% 5.137,81 18,95%
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Tercermin dari grafik 3.1, DPK perbankan NTT didominasi oleh rekening tabungan dengan share sebesar 56,34%. Akselerasi pertumbuhan rekening tabungan yang lebih tinggi dibandingkan giro dan deposito menyebabkan terjadi perubahan struktur DPK perbankan NTT. Peningkatan dana pada rekening tabungan mencapai 18,95%, melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan IV-2008. Salah satu penyebabnya adalah beragamnya produk-produk investasi yang ditawarkan oleh pasar keuangan, seperti : pasar modal, reksadana, insurance linked serta obligasi pemerintah dalam bentuk ORI. Selain itu, gejolak krisis keuangan menyebabkan sebagian masyarakat cenderung beralih ke pembelian logam mulia (emas) sebagai salah satu alternatif dalam menanamkan investasinya. Penyerapan dana giro dan deposito tetap meningkat namun mempunyai
| Kajian Ekonomi Regional NTT
kecenderungan
melambat.
Secara
tahunan,
terjadi
37
Triwulan IV - 2009
|
peningkatan penyerapan dana pada rekening giro sebesar 6,78% namun secara
triwulanan
(q-t-q)
terjadi
penurunan
dibandingkan
triwulan
sebelumnya. Faktor yang dominan berpengaruh terhadap penyerapan dana pada rekening giro adalah anggaran belanja pemerintah (APBD). Pada triwulan laporan, merupakan puncak dari realisasi proyek pemerintah sehingga sebagian besar dana pada rekening giro dicairkan untuk membiayai proyek yang telah selesai dikerjakan. Sementara itu, penyerapan dana pada rekening deposito masih mengalami kenaikan sebesar 9,35%, namun akselerasi cenderung melambat dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya. Faktor keamanan menjadi salah satu faktor utama bagi masyarakat NTT dalam menentukan produk perbankan yang digunakan untuk penempatan dana jangka panjang. Tren penurunan suku bunga deposito sebagai pengaruh dari penurunan BI rate hingga mencapai 6,5% belum berpengaruh secara signifikan terhadap minat masyarakat untuk menempatkan dana pada rekening deposito. Grafik 3.1 Komposisi DPK
Grafik 3.2 DPK Menurut Golongan Pemilik
Giro; 22,24% Tabungan; 56,34%
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Deposito; 21,42%
lainnya; Pemerintah; 2,82% 19,43% Peroranga n; 71,22%
Sw asta; 6,53%
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Komposisi DPK menurut golongan pemilik masih relatif sama dengan triwulan IV-2008. Dominasi kepemilikan DPK bersumber pada pemilik perseorangan dengan proporsi sebesar 71,22% atau meningkat dibandingkan dengan triwulan IV-2008 yang sebesar 68,65%. Dana milik perseorangan sebagian besar dialokasikan dalam rekening tabungan, dimana akselerasi peningkatan penyerapannya lebih tinggi dibandingkan dengan dua instrumen DPK yang lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi kecenderungan masyarakat NTT untuk menanamkan dana pada rekening tabungan yang bersifat jangka pendek. Sementara itu, proporsi dana milik
| Kajian Ekonomi Regional NTT
38
Triwulan IV - 2009
|
pemerintah relatif menurun dibandingkan dengan triwulan IV-2008 yang mencapai 22,12% dari total DPK. Akselerasi penambahan dana pemerintah yang relatif lambat dibandingkan dengan perkembangan perekonomian serta tingkat kesejahteraan masyarakat NTT menyebabkan terjadinya tren penurunan proporsi dana pemerintah terhadap total DPK. Penyaluran kredit perbankan NTT relatif meningkat, walaupun dengan tren yang melambat. Outstanding kredit perbankan NTT pada triwulan IV-2009 mencapai Rp 6.663 miliar atau meningkat sebesar 23,29% dibandingkan dengan tahun sebelumnya (y-o-y). Berdasarkan grafik 3.3, terlihat bahwa sejak tahun 2007, terjadi tren penurunan pertumbuhan kredit (y-o-y). Hal ini diperkirakan, penyaluran kredit telah mencapai batas optimalnya sehingga tren perlambatan akselerasi pertumbuhan kredit diperkirakan akan terus berlangsung.
Grafik 3.3 Perkembangan Kredit
Grafik 3.4 Komposisi Kredit
7.000
34%
nominal
y-o-y 32%
5.000
30%
4.000
28%
3.000
26%
2.000
24%
1.000
22%
Rp miliar
6.000
-
Modal kerja; 27,63% Konsum si; 68,98%
Investasi; 3,39%
20% I
II
III
2007
IV
I
II
III
2008
Sumber : Bank Indonesia Kupang
IV
I
II
III
IV
2009
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Penyaluran kredit perbankan NTT masih didominasi oleh kredit konsumsi. Proporsi kredit konsumsi terhadap total kredit perbankan NTT adalah sebesar 68,98% dan menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan IV-2008. Sementara untuk kredit yang produktif, yaitu kredit modal kerja dan investasi tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan, bahkan proporsinya relatif menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan pelaku usaha cenderung menahan diri untuk mengambil kredit, terkait dengan tingkat suku bunga kredit modal kerja dinilai masih tinggi.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
39
Triwulan IV - 2009
|
Kondisi tersebut yang menyebabkan komposisi penyaluran kredit untuk modal kerja mengalami penurunan sehingga pada triwulan laporan komposisinya sebesar 26,76% dibandingkan total kredit. Hal tersebut sebenarnya dapat diantisipasi oleh perbankan dengan menurunkan suku bunga perbankan khususnya untuk kredit modal kerja dan investasi serta mendorong penyaluran kredit pada sektor-sektor produktif yang selama ini masih belum dioptimalkan oleh pihak perbankan. Misalnya sektor pertanian, yang hanya mempunyai proporsi sebesar 1,36% dari total penyaluran kredit, dimana sektor tersebut adalah sektor unggulan NTT. Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektoral Kredit per sektor (miliar) Pertanian Pertambangan Industri Listrik, air Konstruksi
2008 I
2009
II
III
IV
60,25
71,03
72,98
73,49
2,63
4,94
4,62
14,73
17,84
0,00
0,17
I
II
III
IV
76,06
83,35
86,10
83,70
3,27
3,06
4,07
3,94
3,33
19,73
19,68
20,18
21,16
22,63
19,65
0,00
2,35
2,27
2,23
2,19
5,70
52,09
97,94
134,79
93,42
69,35
112,32
198,00
132,04
1.005,96
1.186,05
1.274,56
1.309,97
1.343,51
1.497,45
1.544,43
1.636,91
Transportasi
26,73
29,15
29,57
29,75
29,82
32,85
32,08
29,60
Jasa Dunia Usah
89,70
90,95
94,54
92,04
64,98
74,72
77,63
79,66
Jasa Sosial
17,37
19,22
19,07
19,52
12,53
15,34
21,38
14,70
Lain-lain
3.024,11
3.297,52
3.588,66
3.760,79
3.902,60
4.215,64
4.475,35
4.657,83
Total
4.293,58
4.814,82
5.238,52
5.404,28
5.524,35
6.059,12
6.463,72
6.663,13
Perdagangan
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Fungsi intermediasi perbankan relatif meningkat dibandingkan dengan triwulan IV-2008. Tercermin dari ratio penyaluran kredit dibanding dengan penghimpunan DPK atau Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan NTT yang mengalami peningkatan menjadi 73,07%. Peningkatan LDR tersebut merupakan salah satu bukti bahwa kebutuhan masyarakat provinsi NTT terhadap kucuran dana lebih dominan dibandingkan dengan alokasi dana untuk saving. Walaupun kredit yang disalurkan sebagian besar merupakan kredit konsumsi, bukan kredit produktif dalam rangka modal kerja dan investasi. Namun, peningkatan LDR perbankan NTT, belum menurunkan jumlah kredit yang tidak tersalurkan sehingga rasio undisbursed loan pada triwulan IV-2009 mencapai 7,02% atau senilai Rp 468,05 miliar.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
40
Triwulan IV - 2009
Grafik 3.5 Perkembangan LDR
|
Grafik 3.6 Perkembangan Undisbursed Loan 80%
10.500 9.000
500
10%
400
8%
300
6%
200
4%
60%
7.500 6.000
40% 4.500 3.000
20%
Rp miliar
DPK
-
0% I
II
III
IV
I
II
2007
III
IV
I
II
2008
III
nominal
100
LDR
IV
2009
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Rp miliar
Kredit
1.500
prosentase
2%
0
0% I
II
III
IV
I
II
2007
III
IV
I
II
2008
III
IV
2009
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Resiko penyaluran kredit perbankan NTT pada triwulan laporan tetap rendah. Rasio NPLs (Non Performing Loan Gross) perbankan NTT mempunyai kecenderungan meningkat namun masih berada di bawah batas yang dipersyaratkan yaitu 5,00%. Pada triwulan IV-2009, rasio NPLs berada di atas level 2,00% atau tepatnya 2,10%. Tren kecenderungan peningkatan rasio NPLs merupakan implikasi dari peningkatan NPLs untuk kredit modal kerja dan kredit konsumsi. Grafik 3.8 NPL Konsumsi dan Modal Kerja
Grafik 3.7 Perkembangan NPL 150.000
2,50%
120.000
2,00%
1,25%
80
1,00% 60
90.000
0,75%
1,50%
40 60.000
20
rasio NPL
0,50%
0
0,00% I
II
III
2007
IV
I
II
III
2008
Sumber : Bank Indonesia Kupang
IV
I
II
III
2009
IV
nominal modal kerja
nominal konsumsi
y-o-y modal kerja
y-o-y konsumsi
0,25%
0
Rp juta
nominal
30.000
Rp juta
0,50%
1,00%
0,00% I
II
III
2007
IV
I
II
III
IV
2008
I
II
III
IV
2009
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Perkembangan rasio NPLs dari jenis kredit yang disalurkan cenderung meningkat. Peningkatan penyaluran kredit, baik berjenis modal kerja maupun konsumsi berimplikasi pada peningkatan resiko kredit
| Kajian Ekonomi Regional NTT
41
Triwulan IV - 2009
|
bermasalah di NTT, walaupun secara dominan penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit berjenis konsumsi yang bila ditinjau dari resiko kredit, penyaluran kredit untuk konsumsi mempunyai tingkat resiko yang lebih kecil bila dibandingkan dengan kredit modal kerja. Hal tersebut tercermin dari rasio NPLs untuk kredit modal kerja lebih tinggi dibandingkan dengan NPLs kredit konsumsi, walaupun secara nominal outstanding kredit konsumsi jauh lebih besar. Sejalan dengan hal tersebut, rasio NPLs kredit modal kerja mengalami kenaikan hingga mencapai 1,09%. Sementara itu, rasio NPLs kredit konsumsi juga mengalami kenaikan hingga mencapai 0,86% pada triwulan laporan.
3.3 Kredit MKM (Menengah Kecil Mikro)
Penyaluran
kredit
berjenis
MKM
masih
mengalami
peningkatan yang signifikan walaupun akselerasinya melambat. Peningkatan tersebut merupakan salah satu bukti kepedulian perbankan NTT dalam mendukung pengembangan sektor riil, khususnya berjenis UMKM. Pertumbuhan kredit pada triwulan IV-2009 mengalami peningkatan sebesar 23,28% namun relatif melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV-2008 yang mencapai 28,11%. Tingkat suku bunga yang masih relatif tinggi merupakan salah satu kendala utama yang mempengaruhi pertumbuhan kredit, khususnya berjenis MKM. Tabel 3.4 Perkembangan Komponen Kredit MKM KREDIT (Rp miliar) KREDIT UMKM y-o-y MIKRO y-o-y KECIL y-o-y MENENGAH y-o-y
I 4.268 30,29% 2.411 9,29% 1.244 86,17% 613 52,62%
2008 II III 4.777 5.202 30,29% 30,59% 2.500 2.636 9,89% 11,49% 1.535 1.742 67,09% 60,96% 742 824 56,95% 53,44%
IV 5.339 28,11% 2.647 9,67% 1.894 62,98% 798 34,86%
I 5.470 28,15% 2.603 7,97% 2.026 62,90% 813 32,60%
2009 II 5.999 25,60% 2.723 8,93% 2.327 51,59% 949 27,99%
III 6.377 22,59% 2.746 4,19% 2.605 49,51% 1.027 24,57%
IV 6.581 23,28% 2.810 6,16% 2.701 42,63% 1.070 34,13%
Sumber : Bank Indonesia Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT
42
Triwulan IV - 2009
|
Komposisi penyaluran kredit MKM didominasi kredit berjenis mikro dan kecil. Perbedaan akselerasi yang signifikan antar jenis kredit dapat merubah struktur kredit MKM perbankan NTT dalam jangka pendek. Terlihat dari meningkatnya share
Grafik 3.9 Komposisi Kredit MKM
penyaluran kredit jenis kecil dari 40,85% menjadi 41,05% pada triwulan
laporan,
kredit
berjenis
menunjukkan share
dari
42,70%. terjadi dalam
sedangkan mikro
tren
terus
penurunan
43,06%
penyaluran
Kecil 41,05%
Mikro 42,70%
menjadi
Diperkirakan perubahan
Menengah 16,25%
akan
komposisi kredit
jika
akselerasi penyaluran kredit jenis
Sumber : Bank Indonesia Kupang
kecil
tetap lebih tinggi dibandingkan dengan jenis mikro, dimana komposisi penyaluran kredit akan lebih didominasi oleh kredit berjenis kecil dibandingkan mikro. Kondisi tersebut juga mengindikasikan pergeseran kemampuan (capacitiy) debitur dan peningkatan kapasitas ekonomi secara keseluruhan.
3.4 Perkembangan BPR
Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menunjukkan tren pergerakan yang positif. Peningkatan beberapa indikator utama kinerja BPR menunjukkan peningkatan yang signifikan walaupun akselerasinya melambat. Pertumbuhan aset BPR pada triwulan IV-2009 mencapai Rp 109,12 miliar atau meningkat sebesar 59,73%. Sementara itu, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan laporan mengalami peningkatan sebesar 83,78%. Tingkat suku bunga tabungan dan deposito yang ditawarkan oleh BPR relatif lebih tinggi dibanding bank umum, sehingga menarik minat masyarakat untuk menempatkan dana di BPR. Hal tersebut menjadi peluang bagi perkembangan BPR di Provinsi NTT yang relatif masih sedikit bila dibandingkan dengan Provinsi lain.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
43
Triwulan IV - 2009
|
Tabel 3.5 Perkembangan Usaha BPR Indikator (juta) Aset y-o-y aset DPK y-o-y DPK Kredit y-o-y kredit LDR NPLs (nominal) NPLs
I 40.722 61,17% 20.838 100,37% 26.963 39,33% 129,40% 1.431 5,31%
2008 II III 48.494 58.285 66,77% 79,18% 27.794 35.399 109,09% 120,56% 36.627 47.704 70,12% 102,54% 131,78% 134,76% 1.297 1.604 3,54% 3,36%
IV 68.323 96,09% 38.893 126,59% 51.479 108,80% 132,36% 1.345 2,61%
I 75.097 84,41% 44.438 113,26% 59.111 119,23% 133,02% 2.572 4,35%
2009 II III 84.022 102.075 73,26% 75,13% 52.076 67.662 87,36% 91,14% 67.971 79.474 85,57% 66,60% 130,52% 117,46% 2.118 2.889 3,12% 3,63%
IV 109.133 59,73% 71.477 83,78% 87.598 70,16% 122,55% 3.472 3,96%
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Rasio penyaluran kredit BPR masih melebihi level yang disyaratkan. Akselerasi peningkatan penyerapan DPK yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan akselerasi peningkatan penyaluran kredit BPR berpengaruh terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) BPR NTT yang menurun dari level 132,36 pada triwulan IV-2008 menjadi 122,55% pada triwulan laporan.
Namun secara triwulanan, tingkat kebutuhan masyarakat akan
kucuran dana menjelang Natal dan Tahun Baru tidak sebanding dengan alokasi saving, sehingga LDR BPR pada triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Tingginya kredit yang disalurkan yang tidak sebanding dengan penyerapan DPK berdampak kurang bagus bagi kinerja BPR. LDR BPR Provinsi NTT yang masih berada diatas level 100% mengindikasikan bahwa sumber dana penyaluran kredit tidak hanya berasal dari penghimpunan dana, tetapi juga dari modal BPR. Di sisi lain, LDR BPR yang mencapai level diatas 100% disebabkan oleh kredit-kredit jangka pendek (kurang dari 1 tahun) yang diberikan. Peningkatan kredit BPR membawa dampak pada menurunnya performance kredit BPR yang tercermin dari ratio NPLs yang meningkat dibandingkan triwulan III-2008 namun masih berada dibawah level 5,00%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan BPR dalam melakukan assesment terhadap pengajuan kredit relatif baik. Komposisi kredit BPR ditinjau dari sisi penggunaan relatif lebih produktif dibandingkan dengan bank umum. Penyaluran kredit BPR NTT cenderung didominasi oleh kredit modal kerja. Besarnya share kredit modal kerja dalam pembentukan kredit BPR disebabkan sebagian besar pelaku usaha dalam skala kecil umumnya lebih memilih bank yang dapat
| Kajian Ekonomi Regional NTT
44
Triwulan IV - 2009
|
memberikan kemudahan birokrasi atau administrasi dalam pengajuan kredit. Peluang tersebut yang diambil oleh BPR sebagai sasaran utama penyaluran kredit. Tabel 3.5 Perkembangan Kredit BPR Indikator (juta)
2008 I
II
2009 III
IV
I
II
III
IV
PENGGUNAAN MODAL KERJA INVESTASI KONSUMSI
12.899 470 13.594
18.551 503 17.574
27.451 1.188 19.066
27.799 1.339 22.341
32.238 2.861 24.012
37.122 3.985 26.864
42.522 5.068 31.884
43.299 6.314 37.986
2.128 35 7.531 3.319 13.950
2.219 66 8.557 7.220 18.565
2.122 179 9.732 12.891 22.780
2.614 191 9.919 14.041 24.715
2.428 161 11.624 16.962 27.936
3.677 151 14.169 17.160 32.814
4.761 48 16.547 20.131 37.988
4.830 98 17.109 18.998 46.563
SEKTORAL Pertanian Industri Perdagangan Jasa Sosial L ainnya
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Secara sektoral, komposisi kredit BPR masih didominasi oleh sektor lain-lain. Penyaluran kredit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dan sektor pertanian sebagai sektor utama penyumbang PDRB NTT mulai menunjukkan perkembangan yang positif. Terlihat dari meningkatnya share kedua sektor tersebut terhadap total kredit yang disalurkan oleh BPR.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
45
Triwulan IV - 2009
|
B BA AB B II V V SSIISSTTEEM M PPEEM MB BA AY YA AR RA AN N
4.1 Kondisi Umum Perkembangan transaksi tunai atau uang kartal pada triwulan IV-2009 masih didominasi oleh volume bayaran (outflow). Pola kebutuhan uang kartal di Provinsi NTT cenderung bersifat cyclical. Hal ini disebabkan struktur perekonomian Provinsi NTT yang didominasi oleh aktivitas konsumsi. Sehingga ketika terjadi peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat yang biasanya bersifat cyclical maka akan berdampak secara langsung pada peningkatan kebutuhan uang kartal (outflow). Tabel 4.1 Perkembangan Transaksi Tunai Pembayaran Tunai (miliar) setoran y-o-y bayaran y-o-y net y-o-y
2008
2009
IV
I 527,55
II 175,25
III 247,34
IV 273,20
I 596,39
II 211,99
III 277,05
-25,53%
-44,84%
-9,20%
17,90%
13,05%
20,97%
12,01%
1,86%
359,75
562,25
683,34
919,40
164,24
523,52
408,91
1011,20
58,11%
-7,01%
43,06%
-4,87%
-54,35%
-6,89%
-40,16%
9,98%
167,80
-387,00
-436,00
-646,20
432,15
-311,53
-131,85
-732,93
-65,10%
34,89%
112,39%
-12,05%
157,54%
-19,50%
-69,76%
13,42%
278,28
Sumber : KBI Kupang
Sementara itu, volume setoran (inflow) pada triwulan IV-2009 juga mengalami peningkatan walaupun akselerasinya lebih lambat dibandingkan dengan akselerasi peningkatan outflow. Aktivitas transaksi non tunai pada triwulan IV-2009 juga mengalami perkembangan yang positif. Kedua jenis transaksi baik kliring (SKNBI) maupun RTGS mengalami kenaikan, baik secara triwulanan (q-t-q) maupun secara tahunan (y-o-y). Namun, akselerasi peningkatan nominal pada transaksi kliring relatif lebih lambat dibandingkan dengan akselerasi peningkatan nominal transaksi melalui RTGS. Hal tersebut merupakan salah satu indikasi terjadi tren peningkatan jumlah transaksi bernilai besar, yaitu diatas Rp 100 juta, yang tentunya mempunyai pengaruh terhadap perkembangan ekonomi NTT.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
46
Triwulan IV - 2009
|
Tabel 4.2 Perkembangan Transaksi Non Tunai NON TUNAI
TRANSAKSI KLIRING
(juta)
perputaran
PERIODE
2008
2009
lembar
I II III IV I II III IV
11.974 11.915 12.758 13.390 12.517 12.745 13.362 14.222
nominal
TRANSAKSI
cek/BG kosong
RTGS
lembar nominal volume nominal
418.765 441.091 373.837 420.699 398.095 373.201 402.144 474.591
63 66 71 136 85 134 169 157
2.089 1.215 1.727 4.953 3.621 4.362 4.905 4.825
24 85 57 221 74 131 63 364
1.744 10.523 21301 69.264 13.707 105.731 16.813 134.045
Sumber : KBI Kupang
4.2 Transaksi RTGS Aktivitas transaksi RTGS pada triwulan IV-2009 mengalami peningkatan
yang
signifikan.
Hal
ini
sejalan
dengan
perkiraan
sebelumnya, dimana pada triwulan IV-2009 akan terjadi kenaikan transaksi menggunakan RTGS, baik dari sisi volume maupun jumlah transaksi. Hal tersebut terkait dengan pola realisasi anggaran pemerintah yang mencapai puncak pada triwulan IV-2009. Realisasi anggaran pemerintah yang sebagian besar dialokasikan untuk pembangunan proyek fisik, mengakibatkan nilai transfer pada triwulan IV-2009 didominasi oleh dana-dana bernilai besar atau diatas Rp 100 juta. Hal tersebut menyebabkan terjadinya kenaikan nominal transaksi RTGS pada triwulan laporan mengalami kenaikan sebesar 697% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara tahunan (y-o-y) juga terjadi kenaikan transaksi yang relatif signifikan baik dari sisi volume maupun nominal transaksi dengan peningkatan nominal transaksi sebesar 93,53%. Hal tersebut merupakan salah satu indikasi meningkatnya aktivitas perekonomian di Provinsi NTT dibandingkan dengan tahun 2008.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
47
Triwulan IV - 2009
Grafik 4.1 Perkembangan Volume RTGS
Grafik 4.2 Perkembangan Nominal RTGS
400
250%
160.000
350
200%
140.000
volume 300
150%
y-o-y
250
100%
200
1000% 800%
nominal (juta)
120.000
y-o-y
600%
100.000 80.000
400%
50%
150
60.000
-50%
50 0
-100% I
II
III
IV
I
2008
II
III
IV
2009
Sumber : KBI Kupang
200%
40.000 0%
20.000 (Rp juta )
0%
100
(Rp juta)
|
-
-200% I
II
III
IV
I
2008
II
III
IV
2009
Sumber : KBI Kupang
Peningkatan aktivitas perekonomian berpengaruh terhadap peningkatan rata-rata jumlah nilai per transaksi. Rata-rata jumlah nilai per transaksi pada triwulan IV-2009 mencapai Rp 368,28 juta atau mengalami kenaikan sebesar 17,50% dibandingkan dengan triwulan IV2008 (y-o-y). Sementara itu, bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya terjadi kenaikan sebesar 37,99%.
4.3 Transaksi Kliring Perkembangan perekonomian pada triwulan IV-2009 ikut mempengaruhi peningkatan transaksi melalui sarana SKNBI. Secara tahunan (y-o-y), terjadi tren peningkatan nominal transaksi kliring sebesar 12,81%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa arus perputaran dana di Provinsi NTT mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan laju perekonomian di Provinsi NTT. Hal tersebut juga tercermin dari peningkatan rata-rata nominal kliring yang mengalami kenaikan dari Rp 31,42 juta per lembar pada triwulan IV-2008 menjadi Rp 33,37 juta per lembar pada triwulan laporan atau mengalami peningkatan sebesar 6,21%.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
48
Triwulan IV - 2009
Grafik 4.3 Perkembangan Transaksi Kliring 500.000
30% nominal
|
Grafik 4.4 Perkembangan Cek/BG Kosong 6.000
300%
y-o-y
400.000
20%
300.000
10%
250%
nominal y-o-y
5.000
200%
4.000
150% 3.000
200.000
100%
0% 2.000 -10%
0
-20% I
II
III
IV
I
2008
II
III
IV
2009
Sumber : KBI Kupang
50%
1.000 (Rp juta)
(Rp juta)
100.000
0%
0
-50% I
II
III
IV
2008
I
II
III
IV
2009
Sumber : KBI Kupang
Peningkatan
aktivitas
transaksi
kliring
diikuti
dengan
peningkatan kualitas transaksi. Tercermin dari penurunan nominal transaksi yang ditolak pada triwulan laporan sebesar 1,63% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q-t-q). Sementara dari jumlah warkat yang ditolak terjadi penurunan signifikan sebesar 7,10% (q-t-q). Secara tahunan, kualitas transaksi kliring mengalami sedikit penurunan, jumlah warkat yang ditolak mengalami kenaikan sebesar 15,44% namun dari sisi nominal terjadi penurunan sebesar 2,58%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pada triwulan IV-2009, warkat yang ditolak merupakan warkat dengan nominal transaksi yang relatif kecil.
4.4 Transaksi Tunai Peringatan Hari Raya Natal dan Tahun Baru berpengaruh signifikan terhadap kenaikan kebutuhan uang beredar di Provinsi NTT. Aktivitas konsumsi yang cenderung meningkat pada setiap triwulan IV merupakan faktor cyclical yang dipengaruhi oleh perayaan Hari Raya Natal dan Tahun baru yang diperingati oleh sebagian besar masyarakat NTT. Peningkatan aktivitas ekonomi tersebut juga berpengaruh terhadap peningkatan jumlah uang yang beredar di masyarakat. Hal tersebut tercermin dari peningkatan volume bayaran (outflow) atau uang keluar dari KBI
Kupang
yang
mengalami
kenaikan
sebesar
147,29%
(q-t-q)
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, peningkatan volume setoran (inflow) relatif rendah yaitu 0,44%. Hal tersebut menyebabkan terjadinya penurunan net inflow sebesar 455,86%.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
49
Triwulan IV - 2009
|
Secara tahunan, peningkatan volume bayaran (outflow) pada triwulan
IV-2009
merupakan
indikasi
peningkatan
aktivitas
perekonomian Provinsi NTT dibandingkan periode sama tahun 2008. Hal tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi NTT yang masih mencatatkan nilai positif. Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kebutuhan uang beredar juga tercermin dari peningkatan outflow sebesar 9,98% (y-o-y) atau mencapai Rp 1.011,20 miliar dibandingkan dengan triwulan IV-2008 yang hanya sebesar Rp 919,40 miliar. Grafik 4.5 Perkembangan Transaksi Tunai 1200
200% inflow
outflow
net inflow (y-o-y) 150%
800
100%
600
50%
400
0%
200
-50%
( miliar)
1000
0
-100% I
II
III 2008
IV
I
II
III
IV
2009
Sumber : KBI Kupang
Nominal jumlah Uang Tidak Layak Edar (UTLE) yang dihimpun oleh Bank Indonesia Kupang mengalami tren perkembangan yang positif. Penambahan hari pelayanan penukaran uang dari 2 (dua) hari kerja (senin dan kamis) dalam seminggu menjadi empat kali (senin-kamis) merupakan terobosan yang efektif dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap uang kartal yang layak edar (ULE) atau clean money policy. Salah satu indikasinya adalah peningkatan aktivitas MRUK atau pemusnahan UTLE yang mengalami peningkatan sebesar 2,94% (q-t-q) atau sebesar 80,10% (y-o-y). Peningkatan layanan penukaran uang berimplikasi pada peningkatan nominal penukaran uang di KBI Kupang pada triwulan IV-2009 sebesar 53,89% (y-o-y). Walaupun di sisi lain, kinerja kas keliling dalam melayani penukaran uang mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan triwulan IV-2008.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
50
Triwulan IV - 2009
|
Tabel 4.3 Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Lain 2008
Indikator
II 78,20
III 88,67
IV 42,75
I 29,97
II 46,82
III 74,79
IV 76,99
-56,94%
-64,64%
-41,83%
-61,01%
-73,22%
-40,13%
-15,66%
80,10%
7,63
9,41
10,52
9,97
9,73
10,88
18,40
15,34
-48,65%
-37,58%
-60,57%
-8,93%
27,56%
15,63%
74,92%
53,89%
MRUK (miliar) y-o-y penukaran loket (miliar) y-o-y kas keliling (miliar) Uang Palsu (Rp)
2009
I 111,93
0,00 60.000
2,50 500.000
5,75 100.000
16,50 50.000
5,65 100.000
6,25 400.000
11,40 900.000
12,85 250.000
Ratio thd uang beredar 0,0000002 0,0000009 0,0000001 0,0000001 0,0000006 0,0000008 0,0000022 0,0000002
Sumber : KBI Kupang
Tren jumlah uang palsu yang berhasil dijaring di KBI Kupang mengalami peningkatan dibandingkan triwulan IV-2008. Tindak kejahatan pemalsuan uang merupakan salah satu tantangan bagi Bank Indonesia untuk mengedukasi masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah. Pengetahuan masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian uang rupiah menjadi salah satu faktor pendukung yang mampu menghambat beredarnya uang palsu. Oleh karena itu, sampai dengan saat ini Bank Indonesia Kupang selalu giat melakukan sosialisasi mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah di berbagai tempat.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
51
Triwulan IV - 2009
|
B AB B V V BA K KEEU UA AN NG GA AN ND AEER RA AH H DA
5.1 Kondisi Umum Kebijakan fiskal bagi provinsi NTT memiliki kontribusi yang penting
bagi
pendorong
(stimulus)
pertumbuhan
ekonomi.
Ketergantungan sektor swasta terhadap anggaran belanja pemerintah, baik provinsi maupun pemerintah pusat belum menunjukan perubahan yang signifikan. Peran anggaran pemerintah terhadap perekonomian NTT tercermin dari share konsumsi pemerintah terhadap pembentukan PDRB. Melalui alokasi belanja modal, belanja barang dan jasa yang disalurkan oleh berbagai instansi terkait, anggaran pemerintah ditransmisikan kepada sektor-sektor usaha sebagai salah satu trigger aktivitas perekonomian. Grafik 5.1 APBD Provinsi NTT
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
Komposisis rencana anggaran tahun 2009 agak sedikit berbeda. Target
penerimaan
memang
mengalami
peningkatan
sebesar
5,65%
dibandingkan tahun 2008, namun anggaran belanja justru tumbuh relatif lebih lambat. Pada tahun 2008 lalu meningkat hingga 10,49%, sedangkan tahun 2009 sebesar 1,87%. Atau dengan kata lain, pada tahun 2009, anggaran belanja pemerintah daerah NTT hanya sebesar Rp 1,16 triliun, sementara dari sisi pendapatan, pemerintah daerah Provinsi NTT mentargetkan Rp 992,02 miliar. Tren melambatnya pertumbuhan anggaran pemerintah sudah terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
52
Triwulan IV - 2009
|
Grafik 5.2 Pertumbuhan APBD Provinsi NTT
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
5.2 Pendapatan Daerah
Struktur rencana penerimaan dalam APBD tahun 2009 relatif tidak mengalami perubahan. Dari rencana sebesar Rp 992,02 miliar, sebagian besar masih bersumber dari pos dana perimbangan, yaitu Rp 768,14 miliar. Khususnya berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU) sejumlah Rp 652,76 miliar. Sementara dari pos pendapatan asli daerah yang diperkirakan mencapai Rp 223,88 miliar, sebagian besar berasal dari pajak daerah, yaitu Rp 136,66 miliar. Sementara bila melihat tingkat realisasi pendapatan pada semester III-2009, secara keseluruhan kondisinya sedikit mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2008. Secara
keseluruhan
tingkat
realisasi
pendapatan
APBD
mencapai 78,68% dari rencana atau setara dengan Rp 780,52 miliar. Tingkat
realisasi
paling
tinggi
Grafik 5.3 Realisasi Pendapatan Tahun 2009
terjadi pada pos pendapatan asli daerah, khusunya pajak daerah. Pada triwulan III-09 pajak daerah teralisasi sebesar 87,35%, dari rencana penerimaan sebesar Rp 77,12 miliar. Sedangkan untuk pos dana perimbangan, sebagai sumber
pendapatan
terbesar,
tingkat realisasinya sampai dengan
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
akhir triwulan III-2009 sebesar 76,83%. Ketergantungan sumber penerimaan daerah terhadap bantuan pemerintah pusat relatif sangat tinggi. Kontribusi dana perimbangan untuk mengisi celah fiskal (fiscal gap) dalam share pos
| Kajian Ekonomi Regional NTT
53
Triwulan IV - 2009
|
pendapatan daerah terlihat cukup dominan. Dalam era otonomisasi daerah, hal ini mengindikasikan bahwa pada daerah-daerah atau provinsi tertentu dukungan pemerintah pusat masih mutlak diperlukan.
5.3 Belanja Daerah
Dari sisi rencana anggaran belanja tahun 2009, terjadi peningkatan 2,16% dibandingkan rencana tahun 2008. Dari Rp 1,14 triliun menjadi Rp 1,16 triliun. Peningkatan anggaran belanja tahun 2009, disebabkan oleh kenaikan belanja tidak langsung, khususnya pembayaran gaji pegawai. Rencana anggaran belanja tidak langsung naik dari Rp 573,54 miliar menjadi Rp 587,17 miliar. Sedangkan untuk belanja langsung meningkat dari Rp 565,89 miliar,
Grafik 5.4 Realisasi Belanja 2009
menjadi Rp Rp 577,27 miliar. Bila
melihat
efek
yang
ditimbulkan dalam menggerakan perekonomian, kenaikan belanja tidak langsung memang relatif medorong
aktivitas
ekonomi
dalam jangka pendek. Dengan kenaikan
penerimaan
yang
diperoleh oleh pegawai, maka
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
akan menimbulkan kecenderungan menaikan tingkat konsumsi. Namun demikian, peran belanja lansung relatif lebih memberikan multiplier effect yang besar, khususnya dalam jangka panjang (long term). Realisasi belanja APBD 2009 sampai dengan akhir triwulan III2009 relatif lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Pada tahun 2009 tingkat realisasi pada triwulan III-2009, tercatat sebesar 52,11%, sedangkan pada tahun lalu untuk periode yang sama sudah mencapai 62,16%. Secara nominal dari Rp 1,16 triliun rencana belanja, terealisasi sebesar Rp 780,52 miliar. Tingkat realisasi paling tinggi tentu terjadi pada pos belanja tidak langsung, mengingat sifatnya yang rutin. Pada pos belanja tidak langsung sampai dengan akhir triwulan III terealisasi sebesar 59,75% dari Rp 558,01 miliar. Sedangakan untuk pos belanja langsung tingkat realisasinya relatif lebih rendah, yaitu 44,87% dari rencana Rp 616,62 miliar.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
54
Triwulan IV - 2009
Kinerja
realisasi
belanja
pemerintah
pada
tahun
|
2009
seharusnya dapat lebih optimal, sejalan dengan adanya perubahan IV Kepres 80 yang memungkinkan untuk melakukan pelelangan dan tender sebelum memasuki tahun anggaran baru. Hal ini dimaksudkan agar proses realisasi bisa berjalan lebih cepat, sehingga peran anggaran pemerintah sebagai stimulus bisa lebih cepat dirasakan. Tabel 5.1 Realisasi s.d Tw III 2009 dan Rencana 2010 URAIAN
Rencana Rencana 2009 2009 Tw I Tw II Tw III 2010 992.019.182.667 288.281.098.172 230.842.538.019 261.935.403.365 1.010.605.600.918 223.882.850.000 49.808.201.003 62.704.561.033 77.819.691.187 247.965.341.650 136.662.800.000 37.597.262.060 39.518.430.048 42.263.279.083 152.460.000.000 35.380.705.250 5.360.803.975 15.052.764.014 8.180.560.867 43.281.208.500 14.500.000.000 11.452.769.855 15.000.000.000
PENDAPATAN Pendapatan Asli Daerah 1 Pajak Daerah 2 Retribusi Daerah 3 Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 4 Lain-lain 37.339.344.750 6.850.134.968 8.133.366.971 15.923.081.382 37.224.133.150 Dana Perimbangan 768.136.332.667 238.472.897.169 168.128.976.986 183.575.712.178 762.640.259.268 1 Bagi hasil pajak dan bukan pajak 55.646.332.667 2.967.329.169 4.948.725.986 20.386.461.178 57.897.790.268 2 Dana alokasi umum 652.757.000.000 217.585.668.000 163.189.251.000 163.189.251.000 674.635.569.000 3 Dana alokasi khusus 59.733.000.000 17.919.900.000 30.106.900.000 Lain-lain pendapatan 1 Pendapatan hibah 2 Pendapatan dana darurat 3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemda lain 4 Dana Penyesuaian dan otonomi khusus 5 Bantuan keuangan dari provinsi atau pemda lain BELANJA 1.164.444.058.926 111.813.535.595 235.334.781.772 262.700.716.633 1.174.630.166.418 Belanja tidak Langsung 587.174.842.203 69.819.008.369 135.151.443.977 145.855.017.795 558.013.827.150 1 Belanja Pegawai 360.683.314.324 58.189.814.976 91.329.615.774 72.909.924.664 380.989.161.000 2 Belanja bunga 3 Belanja subsidi 4 Belanja hibah 5.121.624.000 921.241.413 373.931.950 1.764.124.300 5.655.000.000 5 Belanja bantuan sosial 52.641.892.900 6.937.201.980 13.147.731.700 8.798.110.300 44.666.700.000 6 Belanja bagi hasil kepada prov/kab/kota dan desa 90.471.873.479 16.200.814.553 43.421.858.381 69.420.566.150 7 Belanja bantuan keuangan kepada pemerintah prov/ 64.356.137.500 3.770.750.000 14.081.750.000 17.917.250.000 47.282.400.000 kab/kota dan desa 8 Belanja tidak terduga 13.900.000.000 17.600.000 1.043.750.150 10.000.000.000 Belanja langsung 1 Belanja pegawai/personalia 2 Belanja barang dan jasa 3 Belanja modal Pembiayaan Penerimaan daerah Pengeluaran daerah
577.269.216.723 49.461.118.300 311.050.089.194 216.758.009.229
41.994.527.226 100.183.337.795 116.845.698.838 4.862.942.600 10.966.667.000 11.538.417.000 36.882.424.626 69.479.141.045 65.390.398.994 249.160.000 19.737.529.750 39.916.882.844
274.424.867.259 247.458.128.360 80.000.000.000
3.090.567.375 26.696.275.000
616.616.339.268 61.713.988.900 366.444.549.943 188.457.800.425 220.524.565.500 56.500.000.000
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
Rencana anggaran belanja maupun penerimaan pada tahun 2010, akan mengalami peningkatan. Dari sisi penerimaan, diperkirakan akan mengalami peningkatan sebesar 1,87% dibandingkan dengan rencana 2009, atau menjadi Rp 1,01 triliun. Porsi peningkatan terbesar pada tahun 2010 direncanakan akan terjadi pada pendapatan lewat pajak, yaitu 11,56%. Meskipun secara proporsional, kontribusi dana alokasi umum masih akan tetap mendominasi dalam struktur penerimaan.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
55
Triwulan IV - 2009
|
Hal tersebut sejalan dengan kondisi peta kapasitas fiskal yang telah
ditetapkan
dalam
Peraturan
Menteri
Keuangan
No.
174/PMK.07/2009, tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah. Dalam peraturan tersebut, untuk Provinsi NTT kapasitas fiskal yang ditetapkan adalah 0,2974, masih jauh dibawah 0,5, sehingga termasuk daerah dengan kapasitas rendah. Kapasitas fiskal adalah gambaran kemampuan keuangan masing-masing daerah, yang dicerminkan melalui penerimaan umum APBD (tidak termasuk dana alokasi umum, dana darurat, dana pinjaman lama, dan penerimaan
lain
yang
penggunaaanya
dibatasi
untuk
membiayai
pengeluaran tertentu) untuk membiayai tugas pemerintahan, setelah dikurangi belanja pegawai dan dikaitkan dengan jumlah penduduk miskin. Bila melihat kondisi per kabupaten di NTT, hanya tiga kabupaten yang masuk kategori memiliki kapasitas sedang, sedangkan sisanya tergolong rendah. Adapun kabupaten dimaksud adalah Nagakeo, Flores Timur, dan kabupaten Lembata. Anggaran belanja tahun 2010, direncanakan meningkat 0,87%. Berbeda dengan rencana tahun 2009, pada tahun 2010 porsi rencana belanja langsung cenderung meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan belanja tidak langsung. Rencana anggaran belanja langsung meningkat 6,82% di tahun 2010 menjadi Rp 616,62 miliar, sedangkan untuk rencana belanja tidak langsung justru diperkirakan turun 4,97% dibandingkan rencana tahun 2009.penurunan belanja tidak langsung dsebabkan oleh menurunnya alokasi belanja yang bersifat bantuan dan dana bagi hasil, sedangkan untuk belanja pegawai tetap akan meningkat 5,63%.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
56
Triwulan IV - 2009
|
B BA AB B V V II TTEEN RA AA AN N NA AG GA AK RJJA A& KEER AH HTTEER &K KEESSEEJJA
6.1 Kondisi Umum Seiring
dengan
peningkatan
aktivitas
ekonomi,
beberapa
indikator kesejahteraan masyarakat relatif menunjukan perbaikan, meskipun perubahannya tidak signifikan. Berbagai perubahan kebijakan pemerintah yang berdampak terhadap perekonomian, menjadi salah satu sumber tekanan (penentuan harga BBM). Secara struktural, dominasi sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB juga tercermin dari kemampuan sektor tersebut dalam memberikan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja. Penurunan harga BBM pada bulan Januari 2009 lalu, yang berimbas pada tren penurunan tekanan inflasi, mulai memberikan efek peningkatan daya beli masyarakat. Angka omset penjualan eceran yang cenderung mengalami penurunan sejak bulan Desember 2008 lalu (hasil Survei Penjualan Eceran KBI Kupang) berangsur-angsur mulai mengalami peningkatan meski berjalan relatif lambat. Membaiknya angka nilai tukar petani (NTP) memberikan insentif bagi kegiatan konsumsi masyarakat, khususnya pada level menengah ke bawah. Kemudian berbagai indikator yang menunjukan tingkat kesejahteraan masyarakat, pada tahun 2009 menunjukan kecenderungan membaik. 6.2 Perkembangan Ketenagakerjaan Tingkat penyerapan tenaga kerja sedikit mengalami penurunan. Berdasarkan data ketenagakerjaan pada bulan Agustus 2009, tercatat dari jumlah angkatan kerja di provinsi NTT sebesar 2.250.128 jiwa, tercatat 89.395 jiwa termasuk kategori menganggur. Sehingga pada bulan Agustus 2009, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Provinsi NTT sebesar 3,97%. Kondisi tersebut sedikit meningkat jika melihat posisi yang sama tahun sebelumnya. Pada Agustus 2008 lalu, dengan jumlah angkatan kerja sebesar 2.166.919 jiwa, jumlah yang mengangggur sebesar 80.814 jiwa, atau dengan kata lain TPT saat
| Kajian Ekonomi Regional NTT
57
Triwulan IV - 2009
|
itu sebesar 3,73%. Namun demikian, yang perlu mendapat perhatian adalah masyarakat yang masih tergolong setengah menganggur relatif cukup besar. Dari 2.160.733 jiwa pekerja, 50,58% termasuk kategori setengah menganggur, atau setara dengan 1.092.935 jiwa. Hal ini sebenarnya menggambarkan bahwa struktur penyerapan tenaga kerja di NTT, masih didominasi oleh sektor informal. Grafik 6.1 Perkembangan Tenaga Kerja NTT
Sumber : BPS diolah
Sektor usaha informal pada dasarnya cenderung relatif rentan terhadap gejolak (shock) ekonomi yang terjadi. Tingkat turn over yang mungkin terjadi relatif besar. Hal ini dikarenakan usaha-usaha informal umumnya belum mapan. Namun demikian ditengah kondisi gejolak ekonomi global saat ini usaha-usaha secara umum tersebut justru relatif lebih mampu bertahan, meskipun pada sektor tertentu tetap terkena dampaknya. Jenis usaha informal umumnya berskala UMKM dan segmen pasarnya masih untuk konsumsi lokal, sehingga sangat bergantung pada daya beli masyarakat NTT sendiri. Dengan kondisi kualitas sumber daya manusia yang sebagian besar masih terbatas, sektor usaha informal memang menjadi penyelamat, karena relatif lebih mudah dimasuki angkatan kerja baru (free entry). Tabel 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan
| Kajian Ekonomi Regional NTT
58
Triwulan IV - 2009
|
Secara struktural, sektor pertanian masih memegang peranan tertinggi dalam menyerap tenaga kerja. Kontribusi sektor pertanian dalam mendominasi pembentukan angka PDRB NTT, sejalan dengan kemampuan sektor tersebut dalam menyerap tenaga kerja. Dari total 2.160.733 yang bekerja, 58,16% atau setara dengan 1.472.627 jiwa yang berkecimpung pada sektor pertanian. Jumlah penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian untuk bulan Februari umumnya relatif sedikit lebih tinggi dibandingkan pada bulan Agustus. Hal tersebut dikarenakan, pengaruh adanya musim tanam sektor pertanian pada komoditi-komoditi tertentu yang diperkirakan menyerap tenaga kerja relatif besar. Sektor lain yang cukup memberikan kontribusi dalam menyerap tenaga kerja adalah sektor jasa dan sektor perdagangan. Struktur perekonomian NTT juga direfleksikan dalam struktur tenaga kerja yang ada. Namun demikian, bila dilihat perkembangan dari setiap tahunnya, terdapat indikasi adanya pergeseran struktur tenaga kerja di Provinsi NTT. Prosentase tenaga kerja pada sektor pertanian cenderung bergerak turun, sedangkan sektor-sektor yang lain cenderung mengalami peningkatan, antara lain : sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran ataupun sektor industri yang merupakan sektor ekonomi sekunder dan tersier. Tabel 6.2 Struktur Ketenagakerjaan NTT LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA PERTANIAN INDUSTRI PERTAMBANGAN LISTRIK dan AIR KONSTRUKSI PERDAGANGAN TRANSP,PERGUDANGAN & KOMUNIKASI KEUANGAN JASA KEMASYARAKATAN Total
2007 Feb Agst 1,550,964 1,377,293 110,581 165,430 13,374 17,587 2,320 2,033 50,964 49,955 105,628 131,000 71,760 80,464
2008 Feb Agst 1,592,982 1,448,074 73,100 140,866 24,042 18,544 2,728 2,626 47,738 47,529 124,662 141,387 97,408 97,102
2009 Feb Agustus 1,675,273 1,472,627 109,564 134,591 25,364 35,570 2,923 2,661 36,183 56,557 139,000 149,160 97,788 91,958
6,408 103,229 2,015,228
7,606 158,844 2,129,110
6,464 185,472 2,278,031
7,223 178,658 2,009,643
10,059 179,918 2,086,105
12,864 204,745 2,160,733
Catatan: *)Lapangan Pekerjaan Utama/Sektor Lainnya: terdiri dari Sektor Pertambangan serta Listrik, Gas dan Air
Sumber : BPS Prov. Nusa Tenggara Timur
Bila melihat perkembangan ketenagakerjaan di NTT selama lebih dari 10 tahun terakhir, menunjukan angka yang positif dengan adanya peningkatan jumlah angkatan kerja. Namun demikian, beberapa gejolak yang pernah melanda Indonesia mengakibatkan terjadinya lonjakan pada angka tingkat pengangguran terbuka (TPT). Lonjakan yang cukup signifikan terjadi
| Kajian Ekonomi Regional NTT
59
Triwulan IV - 2009
|
pada tahun 2001 dan 2005. Hal tersebut dikarenakan adanya kebijakan pemerintah yang menaikan harga BBM. Kondisi terebut mengakibatkan terjadinya pembengkakan biaya (high cost economy) yang memaksa pengusaha untuk merumahkan (lay off) sebagian karyawanya guna mempertahankan kelanjutan usahanya. Kemudian krisis ekonomi pada tahun 1998 juga relatif sempat meningkatkan angka TPT di NTT meskipun tidak terlalu signifikan. 6.3 Perkembangan Kesejahteraan Kesejahteraan masyarakat NTT diperkirakan mulai menunjukan perkembangan positif, meskipun belum signifikan. Pada awal tahun 2010, kembali Pemerintah Provinsi NTT berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat NTT, dengan menaikkan standart Upah Minimum Regional (UMP). Sesuai dengan kesepakatan Dewan Pengupahan NTT pada tahun 2010 UMP mengalami kenaikan 10,00% dibandingkan tahun 2009, yaitu dari Rp. 775.000,00/bulan menjadi Rp. 852.500/bulan. Upah minimum merupakan upah bulanan terendah yang terdiri atas upah pokok dan tunjangan tetap dan hanya berlaku bagi pekerja yang mempunyai masa kerja kurang dari 1 tahun. Dengan kondisi tersebut, secara umum pekerja di NTT relatif masih belum mengalami peningkatan daya beli. dengan, tren perkembangan inflasi yang cenderung menurun diindikasikan kenaikan UMP tersebut bisa memberi sedikit sentimen positif. Grafik 6.2 Perkembangan UMP NTT
Sumber : BPS Prov NTT
Grafik 6.3 Perkembangan NTP NTT
Sumber : BPS Prov NTT
Perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat NTT, yang didominasi oleh pekerja sektor pertanian, juga tercermin dari indeks nilai tukar petani (NTP). Perbaikan indeks NTP selama tahun 2009 terlihat dari peningkatan laju pertumbuhan indeks yang diterima oleh petani meningkat
| Kajian Ekonomi Regional NTT
60
Triwulan IV - 2009
|
relatif lebih cepat dibandingkan dengan yang harus dibayarakan. Sampai dengan posisi November 2009, indeks NTP NTT mencapai 103,1, sedangkan utuk posisi yang sama tahun 2008 lalu tercatat NTP berada pada level 98,78. Demikian pula dari segi kualitas hidup. Indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas hidup masyarakat secara
umum
pembangunan
adalah
indeks
manusia
(IPM).
IPM
terus
Pergerakan
angka
mengalami
pertumbuhan
NTT
Grafik 6.4 Perkembangan IPM NTT
meskipun,
secara nasional peringkat Provinsi NTT masih belum mengalami peningkatan (peringkat 31). Angka IPM pada tahun Sumber : www.bps.go.id
2008 tercatat sebesar 66,51, sedangkan tahun 2007 lalu 65,36. Dari hasil regeresi sederhana yang dilakukan oleh BPS, faktor paling dominan yang menentukan laju peningkatan IPM di NTT adalah rata-rata lama sekolah. Hal ini mengandung implikasi bahwa, tingkat pendidikan pada akhirnya sangat mempengaruhi kualitas hidup di NTT. Tabel 6.3 Perkembangan IPM NTT Keterangan
2004
IPM - angka harapan hidup - angka melek huruf - lama sekolah - rata-rata pengeluara n riil
2005
2006
2007
2008
62.7 63.6 64.83 65.36 66.15 64.4 64.9 66.5 66.7 67 85.2 85.6 86.5 87.25 87.66 6.2 6.3 6.4 6.42 6.55 585.1 598.8 591.2 594.3 599.9
Sumber : www.bps.go.id
Membaiknya tingkat kesejahteraan masyarakat juga berdampak terhadap perkembangan tingkat kemiskinan di NTT. Jumlah penduduk miskin relatif mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008 lalu. Pada bulan Maret 2009, jumlah penduduk miskin tercatat berjumlah 1,01 juta jiwa yang terkonsentrasi
di
wilayah
pedesaan sebesar 903,7 ribu jiwa, sisanya di perkotaan. Secara
prosentase,
penduduk
miskin
jumlah di
NTT
Tabel 6.4 Penduduk Miskin NTT Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Jumlah Penduduk Miskin (000) Kota Desa Kota+Desa 133.5 1,037.7 1,171.2 148.0 1,125.9 1,273.9 124.9 1,038.7 1,163.6 119.3 979.1 1,098.3 109.4 903.7 1,013.2
Persentase Penduduk Miskin Kota Desa Kota+Desa 17.85 30.46 28.19 18.77 31.68 29.34 16.41 29.95 27.51 15.5 27.88 25.65 14.01 25.35 23.31
Sumber : Diolah dari data survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS
sebesar 23,31%, turun dari tahun 2008 yang mencapai 25,65%. Besarnya
| Kajian Ekonomi Regional NTT
61
Triwulan IV - 2009
|
jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan, mengandung implikasi bahwa pemerataan pertumbuhan ekonomi belum berjalan sebagaimanamestinya.
.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
62
Triwulan IV - 2009
|
B AB B V VIIII BA O OM MIIA AN N OU UTTLLO OO OK K PPEER REEK KO ON NO
7.1 Pertumbuhan Ekonomi Pada tahun 2010, pertumbuhan ekonomi NTT diperkirakan akan tumbuh lebih baik. Secara keseluruhan pada tahun 2010 mendatang, pertumbuhan ekonomi akan berada pada kisaran 4,0% – 4,5%. Kondisi tersebut juga sejalan dengan dengan kecenderungan membaiknya kondisi ekonomi secara nasional. Kinerja ekonomi selama tahun 2010 secara sektoral relatif masih akan tetap bergantung kepada tiga sektor utama, yaitu pertanian, perdagangan dan jasa. Sedangkan dari sisi penggunaan, peningkatan aktivitas ekonomi tentu akan mendorong pertumbuhan permintaan domestik. Sehingga konsumsi juga relatif masih akan menjadi tulang punggung roda ekonomi NTT, hal tersebut akan sangat bergantung kepada kemampuan daya beli masyarakat. Membaiknya kondisi ekonomi diharapkan akan mendongkrak kinerja ekspor, terutama ekspor komoditi hasil perkebunan. Grafik 7.1 Proyeksi PDRB
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Pada triwulan I 2010, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan cenderung melambat dibandingkan triwulan IV-2009. Pada triwulan I-2010 pertumbuhan ekonomi NTT diperkirakan tumbuh pada kisaran 3,0% - 3,5%. Kondisi tersebut tidak terlepas dari faktor seasonal, dimana terjadi hampir setiap tahun.
Secara
| Kajian Ekonomi Regional NTT
sektoral,
dipastikan
sektor
pertanian
akan
mengalami
63
Triwulan IV - 2009
|
perlambatan seiring dengan periode musim tanam yang baru dimulai pada bulan Desember 2009. Kemudian untuk sektor perdagangan, relatif akan menurun. Menurunnya kinerja sektor perdagangan, adalah bentuk respon dari menurunnya aktivitas konsumsi pasca perayaan hari Natal dan Tahun baru dimana terjadi lonjakan permintaan yang cukup signifikan dibandingkan kondisi normal. 7.2 Inflasi
Membaiknya
perekonomian,
diperkirakan
akan
mendorong
peningkatan permintaan domestik. Dengan keterbatasan dan potensi gangguan atau shock dari sisi penawaran, akan dapat meningkatkan tekanan inflasi kedepan. Pada akhir tahun 2010 mendatang, tingkat inflasi diperkirakan akan relatif lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun 2009. Tingkat inflasi akan kembali ke level normal, berada pada kisaran 7,5%±1%. Dari sisi eksternal, jika melihat perkembangan indeks harga komoditi secara internasional selama tahun 2009, cenderung mengalami peningkatan. Hal ini terjadi seiring dengan proses pemulihan ekonomi dunia. Yang perlu diwaspadai adalah pergerakan harga minyak dunia yang terus meningkat. Harga minyak mentah per tanggal 22 Oktober 2009 sudah mencapai 78 $ US per barrel (www.bloomberg.com). Grafik 7.2 Proyeksi IHK Kota Kupang 130 120 110 100 90 80 70 60 50 2002
2003
2004
2005
2006
IHK FORCAST
2007
2008
2009
IHK
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Tren
peningkatan
tekanan
inflasi
sepanjang
tahun
2010
diperkirakan sudah akan dimulai sejak triwulan I-2010. Kondisi alam sepanjang bulan Desember hingga Februari yang kurang mendukung, sangat berpotensi menimbulkan gangguan distribusi, meskipun dari sisi permintaan relatif akan kembali ke level normal. Ekspektasi pasar, dalam hal ini juga
| Kajian Ekonomi Regional NTT
64
Triwulan IV - 2009
|
menunjukan arah yang sama. Sebagian besar pedagang eceran, telah memperkirakan akan terjadi lonjakan hingga awal tahun. Sehingga tekanan inflasi pada akhir triwulan I – 2010 akan berada dalam kisaran 6,3% - 6,9% (y-o-y). 7.3 Perbankan
Bagi industri perbankan di NTT, kondisi perekonomian NTT di tahun 2010 akan tetap memberikan peluang peningkatan usaha. Hal ini terbukti dengan bertambahnya jumlah bank umum maupun BPR yang beroperasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010, seiring dengan membaiknya perekonomian dan bertambahnya jumlah bank yang beroperasi di wilayah NTT, potensi ekspansi dari segi pembiayaan relatif masih terbuka. Sehingga pada akhir 2010, pertumbuhan kredit perbankan NTT diperkirakan bisa mencapai 15 – 20%. Namun perlu menjadi perhatian, bahwa penghimpunan dana masyarakat (DPK), dalam beberapa tahun terakhir pertumbuhannya cenderung mengalami perlambatan, dan didominasi oleh sumber dana jangka pendek. Sehingga kemampuan dalam melakukan pengelolaan likuiditas, kiranya perlu ditingkatkan. Peran promosi produk-produk perbankan dan program gerakan menabung yang akan dilaunching pada awal 2010 dapat menjadi salah satu alternatif untuk mempercepat pertumbuhan penghimpunan DPK.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
65