KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Timur
Triwulan II - 2009
Kantor Bank Indonesia Samarinda
KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Kalimantan Timur (Kaltim) periode triwulan I-2009 dapat dirampungkan. Buku KER ini mengulas perkembangan ekonomi, perbankan, keuangan daerah, sistem pembayaran dan outlook Kaltim dalam rangka pemberian informasi yang komprehensif kepada para stakeholders Bank Indonesia. Kami mengharapkan publikasi ini dapat menjadi salah satu sumber rujukan bagi pemangku kebijakan, akademisi,
pelaku usaha, perbankan, masyarakat, dan pihak-
pihak lainnya yang membutuhkan serta memiilki perhatian terhadap perkembangan ekonomi Kaltim. Asesmen singkat kami terhadap perkembangan ekonomi dan keuangan daerah Kalimantan Timur (Kaltim) selama triwulan II-2009, adalah sebagai berikut: 1.
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2009 diperkirakan mengalami pertumbuhan yang positif sebesar 1,89% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I-2009 yagn tercatat sebesar 0,30% (y-o-y). Namun pertumbuhan ekonomi Kaltim tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan mencapai 4% (y-o-y).
2.
Laju inflasi triwulanan Kaltim pada triwulan II-2009 mencapai 4,9% (y-o-y), menunjukkan penurunan dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 9,39% (y-o-y). Laju inflasi tahunan Kaltim ini lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi tahunan nasional yang tercatat sebesar 3,65% (y-o-y). Angka inflasi Kaltim tersebut merupakan gabungan inflasi (IHK) yang terjadi di Samarinda, Balikpapan, dan Tarakan, yang merupakan wilayah baru yang dimasukkan untuk perhitungan laju inflasi di Kalimantan Timur, masing-masing sebesar sebesar 4,87% (y-oy), 3,77% (y-o-y) dan 8,40% (y-o-y).
3.
Kinerja usaha perbankan Kaltim masih menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. a)
Dari sisi penghimpunan dana, simpanan dana masyarakat pada bank-bank umum seKaltim selama periode laporan mencapai Rp 42,35 triliun, mengalami peningkatan sebesar 42,35% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya.
b)
Sementara dari sisi penyaluran dana, total kredit atas dasar lokasi kantor selama triwulan II-2009 mencapai sebesar Rp 22,25 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 22,18% dibandingkan dengan posisi triwulan yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan lokasi proyek, kredit yang disalurkan sistem perbankan secara nasional untuk Kaltim tercatat meningkat sebesar 13,6% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya sehingga posisinya menjadi Rp 30,78 triliun pada triwulan II-2009 (s.d Mei).
c)
Berdasarkan perkembangan kegiatan intermediasi perbankan diatas diketahui bahwa rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) Kaltim atas dasar lokasi proyek mencapai 72,7%, lebih tinggi dibandingkan dengan LDR atas dasar lokasi kantor di Kaltim yang sebesar 52,5%.
d)
Pembiayaan berskala mikro, kecil dan menengah (MKM) yang berhasil disalurkan bank umum yang berkantor di Kaltim selama periode laporan mencapai 65,6% atau Rp 14,6 triliun dari total kredit sebesar Rp 22,25 triliun. Penyaluran kredit UMKM pada triwulan II2009 tercatat meningkat sebesar 6,04% dibandingkan dengan triwulan I-2009.
4.
Dengan mencermati berbagai faktor, pertumbuhan ekonomi Kaltim pada triwulan III-2009 diperkirakan mencapai 1,4% - 2,4% (y-o-y), dengan laju inflasi triwulanan yang diperkirakan lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Dengan memperhatikan perkembangan ekonomi Kaltim yang mulai terimbas krisis ekonomi
global, stimulus fiskal baik yang berasal dari APBN maupun APBD menjadi kunci utama untuk menyelamatkan sektor riil dari keterpurukan yang lebih dalam. Program pembangunan yang diarahkan kepada penguatan kemandirian ekonomi domestik dan peningkatan daya saing ekonomi
i
lokal perlu mendapat prioritas dan langkah nyata dari pemerintah daerah dan segenap unsur masyarakat. Selain itu, sinergitas antara dunia usaha, perbankan dan pemerintah daerah perlu dipupuk secara berkala sehingga setiap kendala yang menghambat jalannya perekonomian Kaltim dapat dicarikan solusinya secara optimal didukung dengan aparat birokrat yang handal dan memilki tata kelola yang baik (good governance). Akhirnya, kami menyadari bahwa buku ini masih belum sempurna, untuk itu secara terus menerus memerlukan perbaikan. Oleh karena itu, masukan dan kritik yang membangun serta umpan balik sangat kami harapkan demi peningkatan kualitas publikasi ini di masa mendatang. Dalam penyusunan kajian ini, kami banyak memperoleh bantuan data/informasi dari berbagai pihak seperti perbankan dan instansi pemerintah daerah, BUMN maupun swasta sehingga kajian ini menjadi lebih informatif. Atas seluruh bantuan tersebut kami mengucapkan banyak terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya. Harapan kami, hubungan baik yang terjalin selama ini terus berlangsung bahkan dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. Samarinda, Juli 2009 BANK INDONESIA SAMARINDA
Gentur Wibisono Deputi Pemimpin
ii
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
…………………………………………………………….........................................................
i
…………………………………………………………………..........................................................
iii
DAFTAR TABEL
.....................………………………………………………................................................….
vi
...............................................................................................................
vii
RINGKASAN EKSEKUTIF ………………………………..…………………………………………………………………………………
1
DAFTAR GRAFIK
BAB I
I.
Gambaran Umum ……………………….…………………………………………………………………….……..
1
II.
Asesmen Perekonomian ..............................................................................
1
III.
Asesmen Inflasi ……………………………………………………………………………………………………..
2
IV.
Asesmen Perbankan dan Sistem Pembayaran ................................................
2
1.
Perbankan .........................................................................................
2
2.
Sistem Pembayaran .............................................................................
3
V.
Perkiraan …………………………………………………………………………………………………………………..
4
VI.
Anekdotal Informasi ………………………………………………………………………………………………
4
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL …………………………….……………………….
5
1.1 Gambaran Umum ..........................................................................................
5
1.2 Perkembangan Indikator PDRB Sisi Permintaan ..................................................
5
1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga ......................................................................
6
1.2.2 Pengeluaran Pemerintah ........................................................................
7
1.2.3 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) ………………………………………
7
1.2.4 Ekspor dan Impor ...…….........................................................................
8
1.3 Perkembangan Indikator PDRB Sisi Penawaran …………………………………………………………
10
1.3.1 Sektor Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan ……………………………..
11
1.3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian ………………………………………………..…………..
12
1.3.3 Sektor Industri Pengolahan ……………………………………………………………….……………..
12
1.3.4 Sektor Listrik dan Air Bersih ………………………………………………………………………….….
13
1.3.5 Sektor Bangunan …………………………………………...........................................….
13
1.3.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran …………....................................……
14
1.3.7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi .....................................................
14
1.3.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ...................................
15
1.3.9 Sektor Jasa-jasa ...................................................................................
16
Boks. 1 Seminar Sektor Kelautan dan Perikanan “Siapkah Kaltim Membangun Melalui Sektor Perikanan Kelautan?” ………….....…………………………………….
BAB II EVALUASI PERKEMBANGAN INFLASI ………………………………………………………………………..……. 2.1
Gambaran Umum ……………………………………………………….……………………………………..…..
2.2.
Inflasi Triwulanan (q-t-q)………………………………………………………………..……...……………. 2.2.1 Inflasi Triwulanan Kota Samarinda (q-t-q)…….……………………………………………… 2.2.2 Inflasi Triwulanan Kota Balikpapan (q-t-q)……………………………………….………….. 2.2.3 Inflasi Triwulanan Kota Tarakan (q-t-q)…………………………………………………………
iii
17 19 19 20 20 20 21
2.3.
Inflasi Tahunan (y-o-y).......................................………………………………………………
21
2.3.1 Inflasi Tahunan Kota Samarinda ……….......................................…………..
21
2.3.2 Inflasi Tahunan Kota Balikpapan ….......................................................
22
2.3.3 Inflasi Tahunan Kota Tarakan ………………………………………………………………………..
22
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH ………. …….…………………………………………………
24
3.1 Gambaran Umum ……………………………………………………………………………………………..……….
24
3.2 Perkembangan Usaha Bank Umum ……………………………………………………………….…….……
25
3.2.1 Total Aset dan Aktiva Produktif ………………………………………………………………………..
25
3.2.2 Penghimpunan Dana Masyarakat ……………….. …………………………………………….….
25
3.2.3 Penyaluran Kredit Bank Umum ……………………………………………………….…….………….
25
a.
Kredit Bank Umum ber-kantor di Kaltim ….….…………………………………….…..
26
b.
Kredit Bank Umum berlokasi proyek di Kaltim …………………………………..…..
27
3.3 Perkembangan Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM)………………………………….………
29
3.4 Perkembangan Usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ……………………………………………….
31
a. Perkembangan Aset BPR …………………………………………………………………………....
31
b. Perkembangan Dana Pihak Ketiga BPR ……………………………………………..………
31
c. Penyaluran Kredit/Pembiayaan BPR ……..…………………………………………………..
31
3.5 Asesmen Risiko Perbankan …………………………………………………………. ……………..…………..
32
3.5.1 Risiko Kredit ……………………………………………………………………………………................
32
3.5.2 Risiko Likuiditas ...................................................................................
33
3.5.3 Risiko Pasar ........................................................................................
34
BAB IV KEUANGAN DAERAH ………………….………….......................………………… ...........................
35
4.1 Gambaran Umum ...........................................................……………....................
35
4.2 Pendapatan .....................................................………………………………..................
35
4.3 Belanja …………………………………….………………………………………………………….……………………….
36
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ………………………………………………………………………….
37
5.1 Gambaran Umum ……………………. …………………………………………………………………… ……………
37
5.2 Perkembangan Transaksi Tunai …………………………………………….…………………………………..
37
5.2.1 Perkembangan Peredaran Uang Kartal ……………………………………………………………..
37
5.3 Perkembangan Transaksi Non-Tunai …………………………………………………………………………..
38
5.3.1 Perkembangan Transaksi Kliring ……………………………………………………………………….
38
5.3.2 Perkembangan Transaksi BI-RTGS …………………………………………………………………..
38
BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN .................
40
6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Kalimantan Timur …………………………………. …………
40
6.2 Perkembangan Ketenagakerjaan di Kalimantan Timur berdasarkan Sektor Ekonomi dan Status Pekerjaan Utamanya ……………………………………………………………………………………….
40
BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH .....................................................
42
7.1 Prospek Perekonomian Daerah Triwulan III-2009 ..............................................
42
7.2 Prospek Perkembangan Inflasi .........................................................................
43
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1
Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan Kalimantan Timur .......................................
6
1.2 1.3
Indeks Belanja Modal APBD Kaltim……………………………………………………………………………
8 8
1.4
Komoditas Utama dan Negara Tujuan Utama Ekspor non Migas Kaltim Triwulan II2009 (HS 2 dijit, dalam juta USD).....................................................................
1.5
Perkembangan Komponen Impor Tw II-2009 ……………………………………………………….
9 10
Komoditas Impor Non Migas Utama dan Negara Asal Impor Utama Kaltim Triwulan II-2009 (HS 2 Dijit, dalam juta USD) ........................................................ ......
10
Pertumbuhan PDRB Sektoral Kalimantan Timur .........……...........................…………
11
Perkembangan Industri Non Migas Kaltim Trw II-2009 (y-o-y) ............................
12
Perkembangan Sub Sektor Angkutan Kaltim Trw II-2009 (y-o-y) ..........................
14
Perkembangan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ………………….
15
Perkembangan Sub Sektor Jasa-jasa Swasta ………………………………………………………
16 19
1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 2.1 2.2 2.3 2.4
Perkembangan Komponen Ekspor Tw II-2009 ……………………………………………………..
Inflasi di Kalimantan Timur Triwulan II-2009 ………………………………………………………... Inflasi Triwulanan di Kota Samarinda................................................................ Inflasi Triwulanan di Kota Balikpapan................................................................. Inflasi Triwulanan di Kota Tarakan ………………………………………………………………………………
2.5
Inflasi Tahunan Kota Samarinda menurut kelompok barang dan jasa................
2.6
Inflasi Tahunan Kota Balikpapan menurut kelompok barang dan jasa..................... Inflasi Tahunan Kota Tarakan menurut kelompok barang dan jasa.....................
20 20 21 22 22 23
3.1
Perkembangan Jumlah Aset Bersih dan Aktiva Produktif Bank Umum di Kaltim ......
3.2
Perkembangan Penghimpunan Dana pada bank Umum di Kaltim...........................
25 26
3.3
Perkembangan Kredit Bank Umum berkantor di Kaltim ........................................
27
3.4
Jumlah Kredit Bank Umum Berlokasi Proyek di Kaltim ........................................
3.5
Perbandingan Kredit Lokasi Proyek dan DPK menurut Kabupaten/Kota di Kaltim .....
28 28
3.6
Perkembangan Kredit Bank Umum Menurut Skala Kredit .....................................
3.7
Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Menurut Kelompok Bank, Jenis Penggunaan dan Sektor Ekonomi .....................................................................
3.8
Perkembangan Kredit UMKM Bermasalah Bruto (Gross-NPLs) Menurut Skala Kredit
3.9
Perkembangan Kredit UMKM Bermasalah Bruto (Gross-NPLs) menurut Kelompok Bank, Jenis Penggunaan dan Sektor Ekonomi ………………………………………….................
3.10
Perkembangan Usaha BPR di Kalimantan Timur (dalam juta rupiah) .....................
32
3.11
Perkembangan Kredit Bank Umum Menurut Kolektibilitas .....................................
32
3.12
Perkembangan Kredit Bermasalah Bruto (Gross-NPLs) Bank Umum ......................
33
3.13 4.1 5.1
Struktur Jangka Waktu, Sebaran Nominal dan Rekening DPK ...............................
34
Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur .................
35
Perkembangan Transaksi RTGS di Kalimantan Timur (Rp miliar) .........................
39
Perkembangan Ketenagakerjaan di Kalimantan Timur ....................................
40
Penduduk Umur 15 th keatas yang bekerja menurut Status Pekerjaan Utama....
41
6.1 6.2
v
29 29 30 30
DAFTAR GRAFIK 1.1
Pertumbuhan PDB Nasional vs PDRB Kaltim (y-o-y)…………………………………………………..
5
1.2
Perkembangan Kredit Konsumsi …………………………………………………………………………...…...
6
1.3
Perkembangan IKK, Kondisi Ekonomi Saat Ini & Ekspektasi Konsumen .…........…….
6
1.4
Ekspektasi Penghasilan dan Ekspektasi Tabungan .............................................
7
1.5
Perkembangan Dana Pemda di Perbankan Kalimantan Timur.................................
7
1.6
Perkembangan Kredit Investasi ……………..…………....................................…..…………
7
1.7
Perkembangan Ekspor Impor melalui Pelabuhan di Samarinda & Balikpapan ………
8
1.8
Komoditas Penyumbangan Pertumbuhan Ekspor Non Migas Kaltim Tw II-09 …………
8
1.9
Kontribusi Pertumbuhan Ekspor Non Migas Kaltim Q 2-09 per Negara………………………
9
1.10
Kontribusi Pertumbuhan Impor Non Migas Kalimantan Timur Tw 2-2009………………
10
1.11
Kontribusi Pertumbuhan Sektor Pertanian Triwulan II-2009 (y-o-y) …………………………
11
1.12
Perkembangan Kredit Sektor Pertanian di Kaltim ……………………………………………………….
11
1.13
Kontribusi Pertumbuhan Subsektor Pertambang Triwulan II-2009 (y-o-y) ………………
12
1.14
Perkembangan Produksi Batubara di Kaltim........................................................
12
1.15
Perkembangan Kredit Sektor Industri di Kaltim..................................................
12
1.16
Perkembangan Kredit Sektor Listrik di Kaltim.....................................................
13
1.17
Perkembangan Konsumsi Semen di Kalimantan Timur..........................................
13
1.18
Perkembangan Kredit Perdagangan di Kaltim ……………..................................……….
14
1.19
Perkembangan Bongkar & Muat melalui Pelabuhan di Samarinda dan Balikpapan……
14
1.20
Perkembangan
Arus
Penumpang
Melalui
Pelabuhan
Samarinda
dan
Balikpapan……………………………………………………………………………………………………………………
14
1.21
Perkembangan Penyaluran Kredit Perbankan ……………………………………………………….
15
1.22
Perkembangan Laba Operasional Perbankan di Kaltim………………………………………………..
15
2.1
Laju Inflasi Kalimantan Timur dan Nasional (y-o-y) …………..………………………………………
19
3.1
Kinerja Triwulanan Kegiatan Usaha Perbankan Kaltim dan Nasional (q-t-q) ............
24
3.2
Kinerja Tahunan Kegiatan Usaha Perbankan Kaltim dan Nasional (y-o-y) ...............
24
3.3
Perkembangan Suku Bunga Simpanan dan BI-Rate..............................................
25
3.4
Perkembangan Suku Bunga Kredit dan BI-Rate .............................................
26
3.5
Perkembangan Kredit Bank Umum berkantor di Kaltim ........................................
26
3.6
Perkembangan Kredit Bank Umum Berlokasi Proyek di Kaltim...............................
27
3.7
Perkembangan Aset BPR .................................................................................
31
3.8
Perkembangan DPK Berdasarkan Jenis ..............................................................
31
3.9
Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan ...............................................
31
3.10
Perkembangan Rasio Alat Likuid Perbankan Kaltim .........................................
33
3.11
Struktur Kepemilikan Simpanan .......................................................................
33
3.12
Perkembangan Bunga Kredit dan Rasio NPLs ..................................................
34
4.1
Realisasi Komponen Pendapatan APBD 2009 Provinsi Kalimantan Timur (miliar Rp)..
36
4.2
Realisasi Komponen Belanja APBD 2009 Provinsi Kalimantan Timur (miliar Rp).......
36
5.1
Perkembangan Pengedaran Uang Kartal di Kaltim …………..…………………………………………
37
5.2
Perkembangan PTTB …………………………………………………………………………………………………..
38
5.3
Perkembangan Transaksi Kliring di Kalimantan Timur ……………………………………………….
38
5.4
Perkembangan Transaksi RTGS di Kota Samarinda & Balikpapan......................
39
6.1
Komposisi Bukan Angkatan Kerja di Kalimantan Timur (Sakernas Feb 2009) .......
40
6.2
Komposisi Penyerapan Tenaga Kerja per Sektor Ekonomi di Kaltim .......................
40
vi
7.1
Survei Kegiatan Dunia Usaha ............................ .........................................
42
7.2
Ketepatan Waktu untuk membeli barang tahan lama............................................
42
7.3
Perkembangan Ekspektasi Konsumen ...........................................................
43
7.4
Ekspektasi Penghasilan dan Ekspektasi Tabungan ...............................................
43
7.5
Indeks Perubahan Harga Umum 3 bulan yang akan datang...................................
44
vii
Ringkasan Eksekutif
RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERIODE TRIWULAN II-2009 I.
Gambaran Umum Laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur triwulan II-2009 diperkirakan mengalami pertumbuhan yang positif, yaitu sebesar 1,89% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I-2009 yang sebesar 0,3%. Dari sisi permintaan, kontributor terbesar pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2009 ini berasal komponen ekspor neto, yang dipengaruhi oleh laju pertumbuhan komponen ekspor yang positif, sementara komponen impor mengalami kontraksi. Dari sisi penawaran, laju pertumbuhan PDRB pada triwulan laporan berasal dari sektor industri pengolahan, yang dipengaruhi oleh meningkatnya produksi LNG karena permintaan yang bertumbuh. Sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan juga mengalami pertumbuhan yang positif, seiring dengan meningkatnya permintaan baik migas maupun non migas, yaitu batubara. Sektor lain yang diperkirakan juga akan mengalami pertumbuhan yang positif adalah sektor listrik, gas, dan air bersih, dan sektor jasa-jasa. Sementara sektor-sektor lainnya diperkirakan masih akan mengalami kontraksi. Sementara itu, laju perubahan harga barang dan jasa di Kalimantan Timur pada periode berjalan ini cenderung mengalami perlambatan bila dibandingkan dengan triwulan I2009. Penurunan laju inflasi ini dipengaruhi oleh menurunnya harga komoditas dan permintaan masyarakat. Perkembangan intermediasi perbankan di Kalimantan Timur pada triwulan II-2009 ditandai dengan pertumbuhan yang positif pada bank umum di Kaltim dalam hal penghimpunan simpanan masyarakat (2,36%) dan penyaluran pinjaman baik kredit atas dasar lokasi kantor (5,89%) maupun kredit atas dasar lokasi proyek (2,09%). Asesmen terhadap risiko yang dihadapi perbankan Kaltim menunjukkan stabilitas yang tetap konusif dengan sedikit peningkatan pada risiko kredit dan risiko likuiditas. Pada triwulan III-2009, perekonomian Kalimantan Timur diperkirakan akan tumbuh posisitf dalam kisaran antara 1,4% sampai dengan 2,4% (y-o-y). Faktor yang diperkirakan akan menjadi pendorong pergerakan ekonomi triwulan III-2009 dari sisi permintaan adalah meningkatnya permintaan pasar terhadap komoditas ekspor Kalimantan Timur seiring dengan pulihnya kondisi perekonomian global.
Sedangkan dari sisi penawaran, laju
pertumbuhan ekonomi masih dipengaruhi oleh pertumbuhan posisif yang terjadi pada sektor industri pengolahan dan sektor pertambangan dan penggalian, yang merupakan sektor dominan dalam perekonomian Kalimantan Timur. Laju perubahan harga barang dan jasa di Kalimantan Timur pada triwulan III-2009 diperkirakan akan mengalami peningkatan karena pengaruh meningkatnya permintaan masyarakat karena adanya pengaruh pola konsumsi musiman, yaitu adanya bulan puasa dan perayaan Hari Raya Idul Fitri. II.
Asesmen Perekonomian Laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur pada periode triwulan II-2009 diperkirakan
mengalami
pertumbuhan
yang
positif,
yaitu
sebesar
1,89%
(y-o-y)
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya; lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I-2009 yang mencapai 0,3% (y-o-y).
1
Ringkasan Eksekutif Dari sisi permintaan,
kontributor terbesar laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-
2009 ini berasal dari komponen ekspor neto yaitu sebesar 2,21%, dengan pertumbuhan mencapai 3,6% (y-o-y) dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Komponen ini dipengaruhi oleh meningkatnya laju pertumbuhan ekspor yang tumbuh sebesar 0,34%, sementara impor mengalami kontraksi sebesar -2,93%. Pertumbuhan ekspor ini dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan pasar. Dari sisi penawaran, pertumbuhan PDRB pada triwulan laporan terutama berasal dari pertumbuhan sektor industri pengolahan, yang tumbuh sebesar 4,45% (y-o-y), dengan kontribusi sebesar 1,42% terhadap pertumbuhan PDRB Kalimantan Timur triwulan II-2009. Pertumbuhan pada sektor ini terutama dipengaruhi oleh meningkatnya produksi LNG karena permintaan yang mengalami pertumbuhan. Sektor lainnya yang juga diperkirakan menjadi pendorong laju pertumbuhan triwulan berjalan adalah sektor pertambangan dan penggalian yang diperkirakan menyumbang sebesar 0,91% terhadap laju pertumbuhan triwulan berjalan, dengan pertumbuhan 2,33% (y-o-y). III.
Asesmen Inflasi Laju perkembangan inflasi tahunan di Kalimantan Timur pada triwulan II-2009, yang ditunjukkan oleh pergerakan IHK, tercatat sebesar 4,90% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan I-2009 tercatat sebesar 9,39%. Namun laju inflasi tahunan Kalimantan Timur ini lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi tahunan nasional yang tercatat sebesar 3,65%. Melambatnya laju inflasi tahunan pada triwulan II-2009 ini dipengaruhi oleh menurunnya tingkat konsumsi masyarakat karena kecenderungan masyarakat untuk menyimpan dananya guna membiayai keperluan sekolah anak-anak mereka. Laju inflasi tahunan Kota Samarinda triwulan II-2009 mencapai 4,87% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan triwulan I-2009 sebesar 10,52%. Laju inflasi tahunan tertinggi di Kota Samarinda terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yaitu sebesar
10,87%
(y-o-y).
Inflasi
kelompok
komoditas
ini
meningkatnya
permintaan
masyarakat untuk komoditas ini akibat pengaruh pola konsumsi musiman, yaitu adanya masa liburan anak sekolah. Kemudian diikuti oleh kelompok komoditas pendidikan, rekreasi dan olahraga (8,40%) dan kelompok komoditas perumahan, air, listrik dan bahan bakar (7,25%). Laju inflasi tahunan Kota Balikpapan pada periode berjalan ini mencapai 3,77% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi triwulan sebelumnya sebesar 7,29%. Kelompok komoditas dengan laju inflasi tertinggi di Kota Balikpapan terjadi pada kelompok komoditas pendidikan, rekreasi dan olahraga, yaitu sebesar 13,63% (y-o-y), yang dipengaruhi oleh meningkatnya biaya pendidikan; kemudian diikuti oleh kelompok komoditas makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (9,33%) dan kelompok komoditas perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (4,84%). Laju inflasi tahunan Kota Tarakan triwulan II-2009 tercatat sebesar 8,40% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi tahunan triwulan I-2009 yang mencapai 11,69%. Kelompok komoditas bahan makanan merupakan kelompok komoditas dengan laju inflasi tertinggi, yaitu sebesar 15,42% (y-o-y), diikuti oleh kelompok komoditas makanan jadi (14,86%) dan kelompok komoditas kesehatan (7,31%). IV.
Asesmen Perbankan dan Sistem Pembayaran 1. Perbankan Kegiatan
intermediasi
perbankan
Kaltim
selama
triwulan
II-2009
dari
sisi
penghimpunan dana menunjukkan peningkatan sebesar 2,36% (q-t-q) sehingga posisinya
2
Ringkasan Eksekutif menjadi Rp 42,35 triliun. Menurut jenis simpanan, peningkatan dana pada triwulan laporan terutama berasal dari giro dan tabungan, yang masing-masing naik sebesar 4,2% dan 2,66%. Sementara itu, simpanan deposito hanya naik sebesar 0,38%. Jumlah kredit yang dikucurkan bank umum yang berkantor di Kaltim pada triwulan laporan mencapai Rp 22.249,1 miliar atau hanya tumbuh sebesar 5,89% (q-t-q), atau lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 2,63% (q-t-q). Sementara itu, penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek pada periode laporan (s.d Mei 2009) tercatat berjumlah Rp 30.777 miliar atau mengalami penurunan sebesar 2,09% dibandingkan posisi triwulan I-2009. Dengan perkembangan tersebut, LDR atas dasar lokasi proyek mencapai 72,7% atau lebih tinggi dibandingkan dengan LDR atas dasar lokasi kantor yang sebesar 52,5%. Penyaluran kredit berskala mikro, kecil dan menengah (MKM) oleh bank umum di Kaltim pada Triwulan II-2009 mencapai Rp 14.596 miliar atau dengan pangsa 65,6% terhadap total kredit. Searah dengan pertumbuhan kredit secara keseluruhan, kredit MKM pada triwulan laporan juga tumbuh positif sebesar 6,04% (q-t-q). Dari segi kualitasnya, persentase NPLs kredit MKM menunjukkan penurunan, yakni dari 3,06% menjadi 2,74%. Perkembangan
BPR
di
wilayah
Kalimantan
Timur
pada
triwulan
II-2009
menunjukkan perkembangan yang positif. Perkembangan jumlah aset dan penghimpunan dana mengalami peningkatan masing-masing sebesar 18,95% dan 24,29% (y-o-y). Jumlah aset meningkat menjadi Rp 191,84 miliar dan DPK meningkat menjadi Rp 69,41 miliar. Penyaluran kredit BPR juga mengalami peningkatan, yaitu sebesar 21,87% (y-o-y); menjadi Rp 142,76 miliar; dengan persentase NPL menjadi 12,74% dari 11,14% pada triwulan I2009. Hasil asesmen terhadap stabilitas perbankan Kaltim selama triwulan I-2009 menggambarkan tingkat risiko yang relatif terkendali meskipun dengan sedikit peningkatan pada risiko kredit dan risiko likuiditas. Pada sisi risiko kredit, persentase NPL mencatat sedikit kenaikan, dari 2,20% pada triwulan IV-2008 menjadi 2,50% pada triwulan laporan. Sementara dari risiko likuiditas, rasio alat likuid terhadap non-core deposits (NCD) mengalami penurunan, dari 97,30% pada triwulan IV-2008 menjadi 89,63% pada triwulan I2009. 2. Sistem Pembayaran Jumlah transaksi uang kartal antara perbankan di wilayah Kalimantan Timur dengan Bank Indonesia pada triwulan II-2009 mencapai Rp 1.811 miliar, turun -4,83% (y-o-y) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Jumlah uang kartal yang beredar tersebut terdiri dari jumlah inflow sebesar Rp 229 miliar dan jumlah outflow sebesar Rp 1.582 miliar; sehingga pada triwulan II-2009 ini, wilayah Kalimantan Timur mengalami net outflow sebesar Rp 1.352,76 miliar. Menurunnya jumlah peredaran uang kartal di wilayah Kalimantan Timur pada periode berjalan ini dipengaruhi oleh menurunnya kegiatan masyarakat dalam bertransaksi secara tunai. Sementara itu jumlah uang kartal yang dikategorikan dalam Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) pada triwulan berjalan mencapai Rp 94 miliar atau turun -44,56% (y-o-y) dibandingkan dengan triwulan II-2009. Sementara jumlah transaksi kliring di Kalimantan Timur tercatat sebesar Rp 4.739 miliar, mengalami kontraksi sebesar -0,21% (y-o-y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan transaksi RTGS mencapai Rp 34.165 miliar, atau mengalami
3
Ringkasan Eksekutif pertumbuhan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar 14,29% (y-o-y). V.
Perkiraan 1. Perekonomian Perekonomian Kalimantan Timur pada triwulan IIII-2009 diperkirakan akan tumbuh positif, yaitu berkisar antara 1,4% s.d. 2,4% (y-o-y). Berdasarkan PDRB sisi penggunaan, beberapa indikator yang diperkirakan menentukan arah pertumbuhan ekonomi yang positif pada triwulan III-2009, adalah: ekspektasi pada pelaku usaha masih menunjukkan kecenderungan yang positif, yang dipengaruhi oleh situasi bisnis yang diperkirakan berlangsung kondusif seiring dengan telah terpilihnya kembali kepemimpinan nasional untuk periode 5 tahun mendatang melalui pemilu yang berjalan dengan baik dan aman. Selain itu, faktor adanya pola konsumsi musiman, yaitu adanya bulan puasa dan perayaan Hari Raya Idul Fitri, diperkirakan akan meningkatkan permintaan masyarakat. Demikian halnya dengan permintaan dari luar negeri terhadap komoditas ekspor Kalimantan Timur yang diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan pemulihan perekonomian dunia setelah mengalami tekanan akibat krisis finansial. Sedangkan dari PDRB sektoral, perekonomian Kalimantan Timur diperkirakan masih akan didorong oleh kinerja positif sektor industri pengolahan, terutama migas, yang didorong oleh meningkatnya produksi LNG karena bertumbuhnya permintaan. Demikian halnya dengan sektor pertambangan dan penggalian yang juga diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang positif karena meningkatnya permintaan. 2. Inflasi Laju inflasi di Kalimantan Timur pada triwulan III-2009 diperkirakan akan mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan II-2009. Hal ini terutama dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan masyarakat karena dipengaruhi oleh pola konsumsi musiman, yaitu adanya masa puasa dan perayaan Hari Besar Idul Fitri.
VI.
Anekdotal Informasi • Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Batubara di Kawasan Industri Kariangau, Balikpapan PT. Gunung Bayan Coal bekerjasama dengan Pemkot Balikpapan untuk membangun powerplant khusus untuk kepentingan di Kawasan Industri Kariangau. Pembangkit listrik tersebut direncanakan mampu menyediakan daya sebesar 2 x 25 MW dan akan menelan biaya sebesar Rp 2,4 triliun. • PT. Kaltim Prima Coal (KPC) berencana membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kutai Timur. PT. KPC berencana membangun PLTU di Kabupaten Kutai Timur, berkapasitas 2 x 100 Megawatt (MW), yang pembangunannya akan dilaksanakan oleh Bakrie Power. PLTU ini untuk memenuhi kebutuhan di sistem Mahakam, yang jaringannya mampu mencapai Balikpapa, Samarinda, Kutai Kartanegara, Bontang dan Kutai Timur. PLTU ini direncanakan selesai pada tahun 2013.
4
BBA ABB
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
I
1.1 Gambaran Umum Perekonomian Kalimantan Timur pada triwulan
II-2009
diperkirakan
mengalami
pertumbuhan yang positif, yaitu sebesar 1,89% (y-o-y),
lebih
pertumbuhan sebesar
tinggi pada
0,3%.
dibandingkan triwulan
dengan
I-2009
Pertumbuhan
yang
ekonomi
Kalimantan Timur ini diperkirakan lebih rendah dibandingkan
perkiraan
pertumbuhan
PDB
Nasional sebesar 4% (Grafik 1.1.). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan
ekonomi
Kalimantan
Timur
triwulan II-2009 ini dipengaruhi oleh meningkatnya laju pertumbuhan ekspor, yang dipengaruhi oleh mulai pulihnya permintaan. Sedangkan di sisi lainnya, impor diperkirakan mengalami kontraksi. Hal ini menyebabkan laju pertumbuhan net ekspor cukup tinggi, sehingga memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur pada periode berjalan ini. Sementara komponen lainnya secara umum mengalami kontraksi. Berdasarkan PDRB sisi penawaran, meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh meningkatnya laju pertumbuhan sektor industri pengolahan dan sektor pertambangan dan penggalian; yang dipengaruhi oleh meningkatnya produksi sektor-sektor tersebut karena pengaruh meningkatnya permintaan dan harga jual di pasar dunia, seperti harga minyak mentah dan batubara.
1.2 Perkembangan Indikator PDRB Sisi Permintaan Berdasarkan PDRB menurut penggunaan triwulan II-2009, perekonomian Kalimantan Timur diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang positif, yaitu sebesar 1,89% (y-o-y). Hal ini terutama dipengaruhi oleh pertumbuhan pada komponen ekspor yang mampu tumbuh sebesar 0,34% (y-o-y), dengan kontribusi terhadap pertumbuhan mencapai 0,41%. Sementara di sisi lainnya, impor mengalami kontraksi, sehingga hal ini berpengaruh pada komponen net ekspor yang mampu tumbuh sebesar 3,60% (y-o-y), dengan kontribusi mencapai 2,21%. Mulai pulihnya permintaan pasar di luar negeri terhadap komoditas ekspor Kalimantan Timur menjadi pendorong pertumbuhan ekspor. Komponen lainnya yang juga mampu tumbuh positif adalah komponen perubahan stok, sementara komponen lainnya, seperti konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah dan penanaman modal tetap domestik bruto diperkirakan mengalami kontraksi.
5
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan Kalimantan Timur
Pertumbuhan (y-o-y) Kontribusi Q IV-08 Q I-09 Q II-09* Q IV-08 Q I-09 Q II-09* Konsumsi Rumah Tangga 1.14 3.43 -0.06 0.18 0.53 -0.01 Makanan 1.38 4.38 4.45 0.11 0.34 0.34 Non Makanan 0.91 2.51 -4.34 0.07 0.20 -0.35 Pengeluaran KLSN 2.78 12.99 0.05 0.01 0.05 0.00 4.28 3.20 -0.91 0.22 0.16 -0.05 Pengeluaran Pemerintah Pemb. Modal Tetap Domestik Bruto 4.90 3.22 -1.70 0.80 0.53 -0.28 Perubahan Stok 10.89 10.96 1.22 0.10 0.11 0.01 Ekspor Neto (a-b) 0.21 -1.76 3.60 0.13 -1.08 2.21 a. Ekspor -6.19 -9.79 0.34 -7.52 -11.93 0.41 Ekspor LN -6.45 -11.24 1.07 -5.49 -9.63 0.92 Ekspor Antar Daerah -5.58 -6.36 -1.37 -2.03 -2.31 -0.50 b. Impor -12.71 -17.97 -2.93 -7.65 -10.85 -1.80 Impor LN -23.50 -29.62 -3.29 -7.85 -9.99 -1.14 Impor Antar Daerah 0.74 -3.25 -2.46 0.20 -0.87 -0.66 PDRB Kaltim 1.44 0.30 1.89 1.44 0.30 1.89 Sumber: BPS dan Bank Indonesia, diolah (Q II-09 perkiraan Bank Indonesia) Jenis Penggunaan
1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Kalimantan
Timur
diperkirakan sebesar
Rumah pada
mengalami
-0,06%
Tangga
triwulan kontraksi,
(y-o-y),
di
II-2009
lebih
yaitu rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,43%. Melambatnya pertumbuhan tingkat konsumsi ini dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga non makanan. Kontribusi pertumbuhan komponen konsumsi
non
pertumbuhan
makanan
komponen
ini
terhadap
konsumsi
rumah
tangga
mencapai
-4,34%.
Sedangkan
pertumbuhan komponen makanan sebesar 4,45%. Kontraksi yang terjadi pada komponen konsumsi rumah tangga ini terlihat juga dari melambatnya pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi perbankan yang pada triwulan II-2009 tumbuh sebesar 20,55%(y-o-y), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I-2009 yang mencapai 23,84% (yo-y) (Grafik 1.2). Penyaluran kredit konsumsi pada periode berjalan ini mencapai Rp 6,98 triliun. Berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh Bank Indonesia Samarinda pada triwulan II-2009, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) masih berada diatas
level
optimis
100,
yaitu
sebesar
116,25. Posisi ini dipengaruhi oleh Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang tercatat sebesar 134,33. Nilai IEK ini menunjukkan bahwa konsumen memiliki ekspektasi yang positif
terhadap
perkembangan
ekonomi
dalam 6 bulan ke depan. Sementara Indeks
6
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKES) masih berada di bawah level 100, yaitu sebesar 98,17 (Grafik 1.3). Rendahnya indeks ini menunjukkan bahwa konsumen melihat bahwa perekonomian saat ini masih berada pada kondisi yang relatif tertekan oleh perkembangan global. Perlambatan pada
yang
pertumbuhan
konsumsi
non
terjadi
komponon
makanan
ini
dipengaruhi juga oleh meningkatnya ekspektasi
masyarakat
untuk
menabung penghasilan yang mereka peroleh,
dibandingkan
dengan
membelanjakannya (Grafik 1.4).
1.2.2 Pengeluaran Pemerintah Pengeluran
Pemerintah
pada triwulan I-2009 diperkirakan mengalami 0,91%
kontraksi
(y-o-y),
sebesar
lebih
-
rendah
dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan
I-2009
yang
tercatat
sebesar 3,20%. Hal ini dipengaruhi oleh
relatif
rendahnya
realisasi
pengeluaran pemerintah, terutama untuk pembiayaan proyek. Hal ini dapat tercermin dari nominal simpanan milik Pemda di perbankan Kaltim yang mengalami peningkatan sebesar 44,27% (y-o-y) yaitu dari Rp 8.068 miliar menjadi Rp 11.640 (Grafik 1.5). 1.2.3 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) Pembentukan
Modal
Tetap
Domestik
Bruto (PMDTB) Kalimantan Timur pada triwulan II2009
diperkirakan
sebesar
mengalami
-1,70%
(y-o-y),
kontraksi, lebih
yaitu rendah
dibandingkan dengan pertumbuhan PMTDB pada triwulan I-2009 yang mencapai 3,22%. Dari
sisi
pembiayaan
perbankan,
kontraksi yang terjadi tersebut terlihat juga dari melambatnya perbankan
pertumbuhan
pada
periode
kredit
berjalan.
investasi Penyaluran
kredit investasi pada triwulan II-2009 mencapai Rp 5,5 triliun, atau tumbuh 30,40% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2009 yang sebesar 45,05%. (Grafik 1.6). Penurunan ini diperkirakan masih terkait dengan prilaku pelaku usaha yang membatasi investasinya mengingat masih adanya potensi perlambatan ekonomi ke depan.
7
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Tabel 1.2 Indeks Belanja Modal APBD Kalimantan Timur Keterangan
Jan Feb 101.75 101.89
Indeks Belanja Modal APBD Sumber: BPS Kaltim
2009 Mar Apr Mei Jun 102.72 103.61 106.80 108.78
Sementara itu, Indeks Belanja Modal APBD Kalimantan Timur pada bulan Juni 2009 berada pada level 108,78 (Tabel 1.2). 1.2.4 Ekspor dan Impor Pertumbuhan
ekspor
Kalimantan Timur pada triwulan II2009,
diperkirakan
mengalami
pertumbuhan sebesar 0,34% (y-oy) dibandingkan triwulan yang sama
Tabel 1.3 Perkembangan Komponen Ekspor Tw II-2009 Komponen Pangsa Pertumb. Ekspor 1.00 0.34 Ekspor LN 0.70 1.07 Ekspor Antar Daerah 0.30 -1.37
Kontribusi 0.34 0.75 -0.41
Sumber: Perkiraan BI Samarinda, diolah
tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan penurunan triwulan I2009 yang mengalami kontraksi sebesar -9,79%. Kontribusi pertumbuhan komponen ekspor pada triwulan berjalan adalah komponen ekspor luar negeri yang berkontribusi sebesar 0,75%, sedangkan komponen ekspor antar daerah mengalami kontraksi sebesar -1,37% dengan kontribusi sebesar -0,41%. Pertumbuhan tersebut
juga
ekspor terlihat
dari
pertumbuhan aktivitas ekspor di dua pelabuhan besar di Kalimantan Timur, yaitu pelabuhan di Kota Samarinda dan Kota Balikpapan. Pertumbuhan volume ekspor di kedua pelabuhan tersebut
pada
triwulan
mencapai
45,79%
(y-o-y)
II-2009 (Grafik
1.7). Pertumbuhan ini lebih lambat dibandingkan
dengan
pertumbuhan
pada triwulan I-2009 yang mencapai 56%. Sementara itu berdasarkan data ekspor non migas yang berasal dari Ditjen. Bea dan Cukai yang diolah oleh Bank Indonesia, ekspor non migas Kalimantan Timur triwulan II2009 mencapai USD 1.796,9 juta, mengalami pertumbuhan sebesar 76,96% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yang tercatat sebesar USD 1.045,4 juta. Berdasarkan komoditasnya, ekspor bahan bakar mineral masih menjadi komoditas andalan ekspor non migas Kalimantan Timur dengan pangsa pasar terbesar, yaitu mencapai 81,93% dengan nilai USD 1.472,1 juta (Tabel 1.3). Nilai ekspor komoditas ini mengalami pertumbuhan
sebesar
78,66%
dibandingkan dengan triwulan II2008, yang mencapai USD 823,96 juta.
Hal
ini
meningkatnya
dipengaruhi
oleh
permintaan
dan
harga batubara di pasar dunia. Kontribusi
ekspor
batubara
8
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
terhadap pertumbuhan ekspor non migas Kalimantan Timur triwulan II-2009 mencapai 63,83%. Sementara komoditas non migas lainnya juga mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi sehingga mampu memberikan kontribusi cukup besar terhadap laju pertumbuhan ekspor non migas Kalimantan Timur periode berjalan. Komoditas tersebut antara lain adalah komoditas kapal laut dan bangunan terapung dengan kontribusi sebesar 16,70%, komoditas lemak dan minyak hewan/nabati (1,54%), komoditas kayu, barang dari kayu (0,45%) dan komoditas perangkat optik (0,34%) (Gafik 1.8). Tabel 1.4. Komoditas Utama dan Negara Tujuan Utama Ekspor non Migas Kaltim Triwulan II-2009 (HS 2 dijit, dalam USD) Komoditas
Jumlah
27 - Bahan Bakar Mineral
1,472,120,542
89 - Kapal Laut dan Bangunan Terapung
Pangsa 81.93%
Negara Taiwan
Jumlah 308,136,758
Pangsa 17.15%
175,633,494
9.77%
Korea Selatan
298,158,167
16.59%
44 - Kayu, Barang dari Kayu
48,022,762
2.67%
India
293,517,403
16.33%
28 - Bahan Kimia Anorganik
39,516,228
2.20%
Jepang
191,572,013
10.66%
03 - Ikan dan Udang
20,453,749
1.14%
Singapura
175,346,619
9.76%
15 - Lemak & Minyak Hewan / Nabati
17,412,649
0.97%
Cina
173,682,164
9.67%
29 - Bahan Kimia Organik
4.42%
10,687,577
0.59%
Malaysia
79,478,759
84 - Mesin-mesin / Pesawat Mekanik
4,137,794
0.23%
Hongkong
61,921,648
3.45%
90 - Perangkat Optik
4,068,455
0.23%
Filipina
58,411,939
3.25%
73 - Benda-benda dari Besi dan Baja Lainnya Total
762,789
0.04%
Thailand
41,287,755
2.30%
4,093,782
0.23%
Lainnya
115,396,596
6.42%
1,796,909,821
100%
1,796,909,821
100%
Total
Sumber: Ditjen Bea & Cukai, diolah Berdasarkan negara tujuan ekspor, pangsa terbesar triwulan II-2009 ini dimiliki oleh Taiwan (17,15%), diikuti oleh Korea Selatan (16,59%), dan negara dengan pangsa pasar terbesar ketiga adalah India (16,33%). Berdasarkan kontribusi
terhadap
pertumbuhan,
kontribusi
terbesar
pertumbuhan
berasal dari India (19,88%), diikuti Korea Selatan (16,24%), Singapura (16,07%), Taiwan (12,12%) dan Cina (11,22%) (Grafik 1.9). Pada triwulan I-2009 ini, negara tujuan ekspor non migas Kalimantan Timur yang mengalami pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan triwulan II-2008 adalah Negara-negara Eropa lainnya, yang mengalami pertumbuhan sebesar 6385,44%; diikuti oleh Singapura (1342,06%) dan Belanda (1016,60%). Sementara negara tujuan yang mengalami penurunan adalah Rusia sebesar 100%, diikuti oleh negara Eropa lainnya (-97,86%) dan Kanada (-95,64%). Sementara itu, pertumbuhan impor Kalimantan Timur pada triwulan II-2009 diperkirakan mengalami kontraksi sebesar -2,93% (y-o-y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kontraksi ini lebih rendah dibandingkan dengan pada triwulan I-2009 yang tercatat sebesar -17,97%. Penurunan kinerja impor Kalimantan Timur triwulan II-2009 ini diperkirakan masih dipengaruhi oleh penurunan impor luar negeri, yang menyumbang 1,85% terhadap pertumbuhan impor periode berjalan ini. Sementara impor antar daerah menyumbang -1,08% (tabel 1.5).
9
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Berdasarkan data yang tercatat di Bea Cukai, nilai impor non-migas Kaltim selama triwulan II- 2009 berjumlah USD 300,94 juta atau mengalami peningkatan sebesar 22,98%, dibandingkan dengan triwulan II tahun
2008.
Berdasarkan
kontribusi terbesar
negaranya,
pertumbuhan impor
Tabel 1.5 Perkembangan Komponen Impor Tw II-2009 Komponen Pangsa Pertumb. Impor 1.00 -2.93 Impor LN 0.56 -3.29 Impor Antar Daerah 0.44 -2.46
Kontribusi -2.93 -1.85 -1.08
Sumber: Perkiraan BI Samarinda, diolah
non-migas adalah impor dari Korea Selatan yang menyumbang sebesar 12,03% dari kenaikan impor non migas Kalimantan Timur; kemudian diikuti oleh peningkatan impor yang berasal dari Kanada (6,96%), Singapura (6,14%), Jepang (3,33%) dan Filipina (2,66%). Berdasarkan pangsa pasarnya, Singapura merupakan negara asal barang dengan pangsa pasar terbesar, yaitu mencapai 20,8% diikuti oleh Amerika Serikat (18%), Jepang (11,8%) dan Korea Selatan (10,4%) (Tabel 1.6). Tabel 1.6 Komoditas Impor Non Migas Utama dan Negara Asal Impor Utama Kaltim Triwulan II-2009 (HS 2 Dijit, dalam USD)
Komoditas 84 - Mesin-mesin / Pesawat Mekanik 89 - Kapal Laut dan Bangunan Terapung 87 - Kendaraan dan Bagiannya 40 - Karet dan Barang dari Karet 73 - Benda-benda dari Besi dan Baja 31 - Pupuk 85 - Mesin / Peralatan Listik 38 - Berbagai Produk Kimia 90 - Perangkat Optik 36 - Bahan Peledak Lainnya Total Sumber: Ditjen Bea & Cukai, diolah Sementara
Jumlah Pangsa Negara (USD) Pasar 93,260,061 31.0% Singapura 45,053,230 15.0% Amerika Serikat 41,414,916 13.8% Jepang 28,379,617 9.4% Korea Selatan 23,272,008 7.7% Kanada 20,874,792 6.9% Australia 18,482,280 6.1% Perancis 7,634,681 2.5% Jerman 7,002,867 2.3% Filipina 6,486,026 2.2% Eropa Lainnya 9,077,163 3.0% Lainnya 300,937,641 100% Total
Jumlah Pangsa (USD) Pasar 62,670,774 20.8% 54,306,768 18.0% 35,611,191 11.8% 31,218,718 10.4% 19,713,178 6.6% 18,202,835 6.0% 14,847,504 4.9% 10,747,226 3.6% 10,687,791 3.6% 10,534,348 3.5% 32,397,308 10.8% 300,937,641 100%
berdasarkan
komoditasnya, pertumbuhan impor non-migas Kaltim pada triwulan I2009 disumbang oleh komoditas kapal laut dan bangunan terapung (8,44%), (3,92%)
mesin/peralatan dan
komoditas
listrik benda-
benda dari besi dan baja (2,61%). Pangsa terbesar impor non migas Kalimantan Timur didominasi oleh komoditas mesin-mesin/pesawat mekanik yaitu sebesar 31% (Grafik 1.10). Perdagangan komoditas non migas Kalimantan Timur pada triwulan II-2009 mengalami net export (jumlah ekspor lebih besar dibandingkan dengan impor) sebesar USD 1.495,97 juta. 1.3 Perkembangan Indikator PDRB Sisi Penawaran Perekonomian Kalimantan Timur secara tahunan, yang dihitung melalui PDRB dengan migas diperkirakan mengalami pertumbuhan pada triwulan II-2009, yaitu sebesar 1,89% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I-2009 yang tumbuh sebesar 0,30%. Sedangkan PDRB tanpa migasnya diperkirakan mengalami kontraksi sebesar -1,71% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I-2009 yang tumbuh sebesar 0,50%.
10
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Pertumbuhan PDRB sisi penawaran Kalimantan Timur periode berjalan ini terutama berasal dari pertumbuhan di sektor industri pengolahan yang diperkirakan mencapai 4,45% (y-o-y) dengan kontribusi sebesar 1,42%. Penurunan sektor ini terutama berasal dari penurunan produksi pada sub-sektor
pertambangan
non
migas,
terutama
batubara.
Beberapa
sektor
lainnya
yang
diperkirakan mengalami pertumbuhan adalah sektor listrik, gas dan air bersih (1,95%), dan sekto jasa-jasa (1,22%). Sementara sektor-sektor lainnya mengalami kontraksi. Table 1.7. Pertumbuhan PDRB Sektoral Kalimantan Timur
Pertumbuhan (y-o-y) Q IV-08 Q I-09 Q II-09* Pertanian -17.58 -14.72 -0.70 Pertambangan & penggalian 5.73 0.81 2.33 Industri Pengolahan -2.10 -1.58 4.45 Listrik, gas, & air bersih 3.38 4.00 1.95 Bangunan 5.35 7.95 -2.53 Perdagangan, hotel dan restoran 4.11 6.53 -1.53 Pengangkutan 5.80 8.49 -1.38 Keuangan 7.40 7.22 -4.58 Jasa-jasa 6.41 7.75 1.22 PDRB 1.44 0.30 1.89 PDRB tanpa Migas 0.36 0.50 -1.71 Sumber: BPS Kaltim & BI Samarinda, (Q II-09 perkiraan Bank Indonesia) Sektor Ekonomi
Q IV-08 -1.27 2.22 -0.68 0.01 0.18 0.34 0.30 0.21 0.12 1.44
Kontribusi Q I-09 -1.13 0.31 -0.50 0.01 0.27 0.54 0.44 0.21 0.15 0.30
Q II-09* -0.05 0.91 1.42 0.01 -0.09 -0.13 -0.07 -0.13 0.02 1.89
1.3.1 Sektor Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan Sektor
pertanian,
perikanan
pada
peternakan, triwulan
kehutanan
II-2009
dan
diperkirakan
mengalami kontraksi sebesar -0,70% (y-o-y), lebih baik
dibandingkan
kontraksi
yang
terjadi
pada
triwulan I-2009 yang mencapai -14,72%. Kontraksi ini
dipengaruhi
oleh
pertumbuhan
negatif
yang
terjadi pada hampir semua sub sektor, kecuali sub sektor kehutanan dan sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya, yang mampu tumbuh sebesar 9,60% dan
0,58%
(y-o-y),
dengan
kontribusi
sebesar
2,75% dan 0,06% terhadap pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan II-2009 ini. Pertumbuhan yang terjadi di sub sektor kehutanan dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan bahan baku kayu untuk dipergunakan pada industri kertas dan produk-produk dari kayu lainnya. Sedangkan kontribusi negatif terbesar berasal dari sub sektor perikanan sebesar -2,83% yang dipengaruhi oleh menurunya produksi akibat berkurangnya permintaan. Sub sektor lainnya yang berkontribusi negatif adalah sub sektor tanaman perkebunan (-0,49%) dan sub sektor tanaman bahan makanan (-0,19%). Dari
sisi
bahwa
pembiayaan
penyaluran
pertanian
masih
perbankan,
kredit
mengalami
terlihat
untuk
sektor
pertumbuhan
yang melambat, dengan jumlah penyaluran pada triwulan II-2009 sebesar Rp 1.016,7 miliar, atau tumbuh sebesar 52,68% (y-o-y), lebih
lambat
pertumbuhan
pada
dibandingkan triwulan
dengan
I-2009
yang
mencapai 66,35%.
11
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
1.3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor
ini
diperkirakan
mengalami
pertumbuhan yang positif, yaitu sebesar 2,33% (yo-y), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I-2009 yang sebesar 0,81%. Kinerja positif ini dipengaruhi oleh meningkatnya kinerja sub sektor pertambangan migas, yang tumbuh sebesar 8,64%.
Hal
produksi
ini
dipengaruhi
migas
di
oleh
Kalimantan
meningkatnya Timur
karena
pengaruh meningkatnya permintaan dan harga jual. Sementara sub sektor pertambangan non migas mengalami
kontraksi
sebesar
-3,68%
(y-o-y),
karena pengaruh menurunnya produksi batubara di Kalimantan Timur. Berdasarkan data produksi batubara yang bersumber dari Departemen ESDM, produksi batubara Kalimantan Timur triwulan II-2009 diperkirakan mengalami pertumbuhan yang melambat bila dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I-2009. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh permintaan yang belum mengalami pemulihan (Grafik 1.13). Kontraksi yang terjadi di sub sektor ini menyumbang sebesar -1,85% terhadap pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian. Demikian halnya yang terjadi dengan sub sektor penggalian, yang juga mengalami yaitu
pertumbuhan
sebesar
-0,63%
yang
negatif,
(y-o-y)
dengan
kontribusi sebesar -0,01%.
1.3.3 Sektor Industri Pengolahan Tabel 1.8 Perkembangan Industri Non Migas Kaltim Tw II-2009 (y-o-y) Industri Tanpa Migas Pangsa Pertumb. Kontribusi Makanan, Minuman & Tembakau 0.15 -1.55 -0.24 Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki 0.01 2.15 0.01 Barang Kayu & Hasil Hutan Lain 0.20 7.64 1.54 Kertas & Barang Cetakan 0.35 5.55 1.93 Pupuk, Kimia & Barang dari Karet 0.24 5.42 1.30 Semen, Barang Lain Bukan Logam 0.02 -2.37 -0.04 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 0.02 -0.69 -0.02 Barang Lainnya 0.01 2.23 0.02 Jumlah 1.00 4.51 4.51 Sumber: Proyeksi BI Samarinda, diolah
Sektor industri pengolahan pada triwulan
II-2009
diperkirakan
mengalami pertumbuhan yang positif, yaitu sebesar 4,45% (y-o-y),
lebih
tinggi dibandingkan dengan triwulan I2009
yang
mengalami
kontraksi
sebesar -1,58% (y-o-y). Meningkatnya pertumbuhan
sektor
berasal
dari
meningkatnya kinerja sub sektor industri pengolahan migas, yang pertumbuhannya didorong oleh meningkatnya produksi LNG guna memenuhi permintaan pasar. Laju pertumbuhan sub sektor industri pengolahan
non
migas
juga
menunjukkan
pertumbuhan yang positif, yaitu sebesar 4,51% (y-o-y). Kontributor terbesar pertumbuhan yang positif tersebut berasal dari sub sektor industri kertas dan barang cetakan, dengan kontribusi sebesar 1,93% atau tumbuh sebesar 5,55% (yo-y). Meningkatnya produktivitas sub sektor ini
12
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan pasar. Sub sektor lain yang juga berkontribusi cukup besar pada pertumbuhan sub sektor industri pengolahan non migas adalah sub sektor industri barang kayu dan hasil hutan lainnya, dengan kontribusi sebesar 1,54% (Tabel 1.9). Sementara itu, penyaluran kredit perbankan untuk sektor industri di Kalimantan Timur pada triwulan II-2009 mencapai Rp 737,24 miliar atau tumbuh sebesar 3,76% (y-o-y), pertumbuhan ini lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I-2009 yang sebesar 9,18% (Grafik 1.15).
1.3.4 Sektor Listrik dan Air Bersih Sektor listrik dan air bersih pada periode
laporan
sebesar
1,95%
diperkirakan (y-o-y),
tumbuh
lebih
rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4%.
Meningkatnya
dipengaruhi
oleh
produksi
subsektor
sektor listrik
ini
yang
mengalami pertumbuhan sebesar 1,77% (yo-y) dan sub sektor air bersih (3,03%). Pertumbuhan kedua sub sektor tersebut dipengaruhi dengan adanya peningkatan penyediaan fasilitas listrik dan air bersih untuk masyarakat. Peningkatan kinerja sektor ini terlihat juga dari meningkatnya pertumbuhan kredit perbankan yang disalurkan pada sektor listrik, air dan gas, yang pada triwulan II-2009 mengalami pertumbuhan sebesar 172,22% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I2009 yang tumbuh sebesar 144,05% (Grafik 1.15). 1.3.5 Sektor Bangunan Sektor
bangunan
diperkirakan
mengalami kontraksi pada periode berjalan ini, yaitu sebesar -2,53% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I-2009 yang tumbuh sebesar 7,95%. Hal ini terlihat dari menurunnya konsumsi semen di Kalimantan Timur, yang pada triwulan II-2009 mencapai 231 ribu ton, atau mengalami penurunan sebesar 6,04% (y-o-y); lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar -4,10%. Penurunan ini dipengaruhi oleh berkurangnya aktivitas pembangunan fisik, terutama proyek pemerintah yang biasanya pada triwulan pertama masih dalam proses perencanaan atau persiapan pelelangan.
13
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
1.3.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor perdagangan, hotel dan restoran
pada
diperkirakan
triwulan
II-2009
mengalami
kontraksi
sebesar -1,53% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan I-2009 yang tumbuh sebesar 6,53%. Kontraksi ini
dipengaruhi
permintaan
oleh
menurunnya
masyarakat
kecenderungan
karena
masyarakat
untuk
menabung guna memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak mereka. Hal ini didukung
pula
oleh
melambatnya
pertumbuhan penyaluran kredit perdagangan pada triwulan laporan, yang mencapai Rp 5,04 triliun, atau tumbuh sebesar 16,67% (y-o-y); lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I-2009 yang sebesar 22,31%. Sementara itu arus bongkar muat di pelabuhan Samarinda dan Balikpapan pada triwulan
II-2009
sebesar
dibandingkan triwulan
mengalami
43,01%
(y-o-y),
dengan
I-2009
yang
pertumbuhan lebih
pertumbuhan sebesar
tinggi pada
-37,23%.
(Grafik 1.18).
1.3.7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Tabel 1.9 Perkembangan Sub Sektor Angkutan Kaltim Tw II-2009 (y-o-y) Pengangkutan Pangsa Pertumb. Kontribusi Angkutan Jalan Raya 0.27 -1.70 -0.46 Angkutan Sungai, Danau dan Penyeb. 0.11 1.21 0.14 Angkutan Laut 0.11 2.85 0.31 Angkutan Udara 0.14 -3.66 -0.50 Jasa Penunjang Angkutan 0.37 -0.42 -0.16 Jumlah 1.00 -0.66 -0.66 Sumber: Proyeksi BI Samarinda, diolah
Sektor
pengangkutan
&
komunikasi
pada triwulan II-2009 diprediksi mengalami kontraksi sebesar -1,38% (y-o-y), setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 8,49%. Penurunan sektor ini berasal dari sub sektor
komunikasi yang tumbuh negatif sebesar -5,24% (y-o-y), karena adanya penurunan tarif komunikasi. Sub sektor angkutan juga mengalami kontraksi, namun tidak sebesar yang terjadi pada sub sektor komunikasi, yaitu sebesar 0,66% (y-o-y). Hal ini dipengaruhi kontraksi yang terjadi pada sub sektor angkutan udara dan sub sektor angkutan jalan raya, yang masing masingmasing mengalami kontraksi sebesar -3,66% dan -1,70% (y-o-y). Kedua sub sektor tersebut juga memberikan kontribusi yang besar terhadap kontraksi yang terjadi pada sub sektor angkutan, yaitu sebesar -0,50% dan -0,46% (Tabel 1.10). Sementara itu berdasarkan data arus penumpang Samarinda
yang dan
melalui Balikpapan,
pelabuhan walaupun
masih menunjukkan perkembangan yang negatif
pada
triwulan
II-2009,
namun
jumlah pertumbuhan arus penumpang di kedua pelabuhan tersebut menunjukkan peningkatan
dibandingkan
dengan
14
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
pertumbuhan pada triwulan I-2009 (Grafik 1.20). 1.3.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
pada
diperkirakan sebesar
triwulan
akan
-4,58%
dibandingkan
II-2009
mengalami (y-o-y),
dengan
ini
kontraksi
lebih
rendah
pertumbuhan
pada
Tabel 1.10 Perkembangan Sektor Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan Industri Tanpa Migas Pangsa Pertumb. Kontribusi Bank 0.26 -10.24 -2.65 Lembaga Keuangan Tanpa bank 0.04 -0.07 0.00 Jasa Penunjang Keuangan 0.00 0.81 0.00 Sewa Bangunan 0.43 -1.54 -0.67 Jasa Perusahaan 0.26 -4.79 -1.27 Jumlah 1.00 -4.58 -4.58 Sumber: Proyeksi BI Samarinda, diolah
triwulan
I-2009
sebesar
7,22%.
Kontribusi
terbesar kontraksi yang terjadi pada sektor ini dipengaruhi oleh sub sektor bank yaitu sebesar -2,65% dari keseluruhan pertumbuhan sektor keuangan, dengan kontraksi sebesar -10,24%. Hal ini terlihat dari pertumbuhan penyaluran kredit perbankan pada triwulan II-2009 yang tumbuh sebesar 22,18% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan
dengan
pertumbuhan
pada
triwulan I-2009 yang sebesar 27,93% (Grafik 1.21).
Secara
nominal,
penyaluran
kredit
perbankan pada periode berjalan ini mencapai Rp 22,25 triliun. Sub
sektor
lainnya
yang
mengalami
kontraksi adalah sub sektor jasa perusahaan, sub sektor sewa bangunan dan sub sektor lembangan keuangan bukan bank; sedangkan sub sektor jasa
penunjang
keuangan
merupakan
satu-
satunya yang mampu tumbuh positif. Sementara itu
dari
operasional
perbankan
menunjukkan
bahwa laba operasional perbankan masih tumbuh positif, yaitu sebesar 25,92% (y-o-y), namun lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada
triwulan I-2009
yang
sebesar
29,84%
(Grafik 1.22).
15
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
1.3.9 Sektor Jasa-jasa Tabel 1.12 Perkembangan Sub Sektor Jasa-jasa Swasta Swasta Pangsa Jasa Hiburan dan Rekreasi 0.26 Jasa Sosial Kemasyarakatan 0.05 Jasa Perorangan dan Rumahtangga 0.69 Jumlah 1.00
Pertumb. -0.30 -0.46 -2.64 -1.92
Kontribusi -0.08 -0.02 -1.81 -1.92
Sumber: Proyeksi BI Samarinda, diolah
pemerintah
umum
Sektor diperkirakan sebesar
peningkatan
pada
periode
mengalami
1,22%
(y-o-y),
laporan
pertumbuhan lebih
rendah
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2009
mengalami
ini
sebesar
2,21%,
sebesar
7,75%.
sebaliknya
Subsektor
subsektor
swasta
diperkirakan mengalami kontraksi sebesar -1,92%. Pada subsektor swasta, kontribusi kontraksi dipengaruhi oleh sub sektor jasa perorangan dan rumah tangga yaitu sebesar -1,816%, dengan pertumbuhan sebesar -2,64% (y-o-y). Kontraksi juga terjadi pada sub sektor lainnya, yaitu sub sektor jasa hiburan dan rekreasi, dan sub sektor jasa sosial kemasyarakatan, yang masing-masing mengalami kontraksi sebesar -0,30% dan 0,46% (y-o-y) (Tabel 1.12).
16
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Boks. 1 SEMINAR SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN “SIAPKAH KALTIM MEMBANGUN MELALUI SEKTOR PERIKANAN KELAUTAN?” TOPIK MAKALAH: 1. BANK INDONESIA: “SIAPKAH KALTIM MENGOPTIMALKAN POTENSI PERIKANAN DAN KELAUTAN SEBAGAI PENUNJANG PERTUMBUHAN EKONOMI?”; 2. DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROV. KALTIM: “POTENSI SEKTOR PERIKANAN KELAUTAN DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN REGIONAL KALIMANTAN TIMUR”; 3. DEKAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNMUL: “ RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN KELAUTAN KALIMANTAN TIMUR”. RUMUSAN HASIL SEMINAR: A. Kondisi Aktual dan Faktual Perikanan Kelautan Kaltim memiliki potensi sumber daya alam di bidang perikanan yang terkandung dalam wilayah perairan dan laut dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, sehingga menjadi modal dalam pembangunan wilayah provinsi Kaltim. B.
Permasalahan dalam Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Kelautan Beberapa kendala yang diidentifikasi menjadi potensi hambatan dalam pengelolaan sumber daya Perikanan Kelautan yaitu: a. Permasalahan atas kondisi biofisik lingkungan perairan pesisir dan laut yang kurang mendapat perhatian sebagai faktor utama dalam pengembangan sektor Perikanan Kelautan; b. Permasalahan atas kondisi sosial ekonomi kemasyarakatan di wilayah pesisir dan laut yang masih kurang mendapat perhatian khususnya dari pemerintah daerah setempat; c. Bidang kelembagaan formal pemerintah yang masih bersifat sektoral serta sumber daya manusia bidang perikanan yang belum optimal melakukan fungsi dan tugasnya sebagai akibat keterbatasan skill dan sarana prasarana lapangan; d. Sumber daya fisik wilayah (infrastruktur) yang masih sangat kurang; e. Kurangnya dukungan Suprastruktur dalam menunjang peningkatan usaha melalui penerapan IPTEK produksi Perikanan; f. Belum terbangunnya sistem kemitraan antara pemilik modal dan lembaga keuangan dengan pihak pengelola sumber daya perikanan kelautan (masyarakat lokal).
C.
Faktor Pendukung Rencana Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Kelautan Faktor pendukung yang perlu dipersiapkan dan dibangun dalam implementasi rencana pengelolaan sumber daya perikanan dan kelautan: A. Dokumen rencana pengelolaan yang tersusun dengan prinsip bottom up dan grass root approach, dengan melibatkan seluruh stakeholder terikait yaitu pemerintah, swasta, lembaga keuangan (Bank), perguruan tinggi dan lembaga masyarakat (masyarakat lokal); B. Derivasi dokumen dalam bentuk detil program kerja yang menunjukkan tanggung jawab dari masing-masing pihak (stakeholder) C. Regulasi dan kebijakan pengelolaan sumber daya perikanan kelautan lintas sektoral dan spasial administratif (kabupaten/kota di Prov. Kaltim); D. Konsep pembiayaan dan pengembangan usaha yang menganut sistem kemitraan (usaha mikro-kecil dengan usaha menengah-besar) dan proses pengelolaan sumber daya yang efisien dan efektif.
D.
Skenario Pendekatan Model Rencana Pengelolaan Beberapa skenario pengelolaan yang dapat diusulkan dengan memperhatikan kondisi, permasalahan dan ketersediaan faktor pendukung agar sektor Perikanan Kelautan siap sebagai penunjang dalam pembangunan wilayah Kaltim yaitu: a. Pengelolaan yang didasarkan pada keterpaduan antar sektoral ; b. Pengelolaan berdasarkan kemitraan antara produsen (masyarakat local) dengan usaha menengah/besar dalam hal permodalan/pembiayaan, teknologi, manajemen usaha dan pemasaran yang difasilitasi oleh pemerintah, perbankan dan perguruan tinggi dengan hasil akhir tercapainya industrialisasi perikanan dengan prinsip grass root approach; c. Pengelolaan berdasarkan potensi spasial yang mengarah pada klasterisasi wilayah berdasarkan produk ekonomi yang dihasilkan;
17
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
d.
Pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan berbasiskan masyarakat local melalui peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam dengan penekanan pada aspek kehidupan/mata pencaharian masyarakat.
18
BBA ABB
EVALUASI PERKEMBANGAN INFLASI
II
2.1 Gambaran Umum Laju inflasi tahunan di Kalimantan Timur pada triwulan II-2009 mencapai 4,90%
(y-o-y),
masih
lebih
rendah
dibandingkan laju inflasi tahunan pada triwulan I-2009, yang tercatat sebesar 9,39%. Namun laju inflasi di Kalimantan Timur ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi tahunan nasional yang sebesar
3,65%.
Berdasarkan
komoditasnya, laju inflasi tertinggi terjadi pada kelompok komoditas makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, yaitu sebesar 10,79% (y-o-y); diikuti oleh kelompok komoditas pendidikan, rekreasi dan olahraga (9,98%), dan kelompok komoditas bahan makanan (6,41%). Sementara kelompok komoditas transportasi, komunikasi dan jasa keuangan merupakan satusatunya kelompok komoditas yang mengalami deflasi, yaitu sebesar -6,60%. Berdasarkan kota pembentuk inflasi Kaltim, inflasi tahunan tertinggi pada triwulan laporan terjadi di Tarakan yakni sebesar 8,40% (y-o-y), diikuti oleh Samarinda dan Balikpapan masingmasing sebesar 4,87% (y-o-y) dan 3,77% (y-o-y). Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Inflasi Kaltim pada triwulan II 2009, meliputi: • Dari sisi permintaan, adanya pengaruh pola konsumsi musiman, yaitu adanya masa liburan sekolah. • Dari sisi penawaran, pasokan barang yang cukup memadai dan tanpa adanya kendala transportasi. Tabel 2.1 Inflasi di Kalimantan Timur Triwulan II-2009
Kelompok Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan UMUM Sumber: BPS, diolah
Inflasi (Q 2-09) Q-t-Q Y-o-Y -0.48 6.41 2.04 10.79 0.95 6.13 -1.40 3.71 0.61 5.79 0.87 9.98 0.29 -6.60 0.50 4.90
19
Evaluasi Perkembangan Inflasi
2.2 Inflasi Triwulanan (q-t-q) 2.2.1 Inflasi Triwulanan Kota Samarinda
(q-t-q)
Laju perkembangan harga komoditas barang dan jasa triwulanan di Kota Samarinda pada triwulan II-2009 mencapai 0,42% (q-t-q), lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi pada triwulan I-2009 yang sebesar 1,49%. Laju inflasi tertinggi tercatat pada kelompok komoditas pendidikan, rekreasi dan olahraga yaitu sebesar 1,07% (q-t-q), diikuti oleh kelompok komoditas makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (1,03%). Hal ini dipengaruhi oleh adanya pola konsumsi musiman, yaitu masa liburan anak sekolah. Sementara deflasi tertinggi terjadi pada kelompok komoditas sandang, yaitu sebesar -2,03% (q-t-q). Tabel 2.2 Inflasi Triwulanan di Kota Samarinda
Kelompok Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan UMUM Sumber: BPS, diolah
Inflasi Q-t-Q (%) Q 1-09 Q 2-09 2.44 0.43 2.94 1.03 3.36 2.59 1.86 -0.36 -3.82 1.49
0.73 -2.03 0.08 1.07 0.32 0.42
2.2.1 Inflasi Triwulanan Kota Balikpapan (q-t-q) Laju inflasi triwulanan di Kota Balikpapan pada triwulan II-2009 tercatat sebesar 0,31% (q-t-q), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I-2009 yang sebesar 0,03%. Kelompok komoditas yang mengalami peningkatan laju inflasi tertinggi adalah kelompok komoditas makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, yaitu sebesar 1,81%; diikuti oleh kelompok komoditas perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar (1,19%) dan kelompok komoditas kesehatan (0,56%). Sedangkan laju deflasi terbesar terjadi pada kelompok komoditas bahan makanan, yaitu sebesar -1,40%. Hal ini dipengaruhi oleh menurunnya harga komoditas bahan makanan. Tabel 2.3 Inflasi Tahun Berjalan di Kota Balikpapan
Kelompok Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan UMUM Sumber: BPS, diolah
Inflasi Q-t-Q (%) Q 1-09 Q 2-09 -0.84 -1.40 2.82 1.81 1.13 1.19 1.82 -0.71 0.84 0.56 -0.07 0.31 -4.30 0.02 0.03 0.31
20
Evaluasi Perkembangan Inflasi
2.2.3 Inflasi Triwulanan Kota Tarakan (q-t-q) Laju inflasi triwulanan di Kota Tarakan triwulan II-2009 mencapai 0,53% (q-t-q), merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan kota-kota lainnya di Kalimantan Timur, lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009 yang mencapai 0,53%. Laju inflasi tertinggi terjadi pada kelompok komoditas makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang mencapai 6,52% (q-t-q), diikuti oleh kelompok komoditas kesehatan (2,74%) dan kelompok komoditas pendidikan, rekreasi dan olahraga (2,22%). Sementara deflasi terjadi pada kelompok komoditas bahan makanan, yaitu sebesar -1,00% (q-t-q). Deflasi ini terjadi karena adanya penurunan harga komoditas.
Tabel 2.3 Inflasi Triwulanan di Kota Tarakan
Kelompok Bahan Makanan Makananan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan UMUM Sumber: BPS, diolah
Q-t-Q (%) Q 1-09 Q 2-09 1.92 -1.00 0.33 6.52 0.30 0.97 4.89 -0.99 0.07 2.74 0.00 2.22 -4.11 0.97 0.53 1.34
2.3 Inflasi Tahunan (y-o-y) 2.3.1 Inflasi Tahunan Kota Samarinda Laju inflasi Kota Samarinda secara tahunan pada triwulan II-2009 tercatat sebesar 4,87% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya sebesar 10,52%. Laju inflasi Kota Samarinda ini lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi tahunan secara nasional yang tercatat sebesar 3,65%. Kelompok komoditas dengan laju inflasi terbesar adalah kelompok komoditas makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yaitu sebesar 10,87%, diikuti oleh kelompok komoditas pendidikan, rekreasi dan olahraga (8,40%) dan kelompok komoditas perumahan, air listrik, gas dan bahan bakar (7,25%). Hal ini dipengaruhi oleh adanya pola konsumsi musiman, yaitu adanya masa liburan anak sekolah. (Tabel 2.5). Sementara itu, deflasi terjadi pada kelompok komoditas transpor, komunikasi dan jasa keuangan (-6,19%), yang dipengaruhi oleh penurunan ongkos angkutan.
21
Evaluasi Perkembangan Inflasi
Tabel 2.4 Inflasi tahunan Samarinda menurut kelompok barang & jasa
Kelompok Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan UMUM Sumber: BPS, diolah
Inflasi Y-o-Y (%) Q 4-08 Q 1-09 Q 2-09 20.38 11.28 6.55 12.94 14.88 10.87 15.91 18.07 7.25 7.85 5.44 2.82 7.64 8.43 6.80 8.50 7.77 8.40 3.53 -0.52 -6.19 12.69 10.52 4.87
2.3.2 Inflasi Tahunan Kota Balikpapan Laju inflasi tahunan di Kota Balikpapan pada periode berjalan mencapai 3,77% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada triwulan I-2009 yang mencapai 7,29%. Laju inflasi tahunan Kota Balikpapan ini sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi tahunan nasional yang tercatat sebesar 3,65%. Laju inflasi tertinggi di kota ini tercatat terjadi pada kelompok komoditas pendidikan, rekreasi dan olahraga yaitu sebesar 13,63% (y-o-y), yang dipengaruhi oleh adanya pola konsumsi musiman, yaitu masa liburan anak sekolah. Kelompok komoditas lainnya yang juga memiliki tingkat inflasi yang cukup tinggi pada triwulan II-2009 adalah kelompok komoditas makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (9,33%) dan kelompok komoditas perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (4,84%). Sementara satusatunya kelompok komoditas yang mengalami deflasi adalah kelompok komoditas transpor, komunikasi dan jasa keuangan, yang dipengaruhi oleh penurunan tarif angkutan kota. Tabel 2.5 Inflasi tahunan Balikpapan menurut kelompok barang & jasa
Kelompok Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan UMUM Sumber: BPS, diolah
Inflasi Y-o-Y (%) Q 4-08 Q 1-09 Q 2-09 21.02 9.21 3.22 6.92 8.12 9.33 12.64 10.57 4.84 5.02 3.59 3.75 4.83 4.68 4.02 15.91 13.69 13.63 2.50 -2.27 -6.37 11.30 7.29 3.77
2.2.3 Inflasi Tahunan Kota Tarakan Laju inflasi tahunan di Kota Tarakan pada triwulan II-2009 mencapai 8,40% (y-o-y), merupakan yang tertinggi diantara kota-kota pembentuk inflasi di Kalimantan Timur. Laju inflasi tahunan Kota Tarakan ini lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi nasional yang 3,65%. Berdasarkan kelompok komoditasnya, kelompok komoditas bahan makanan merupakan kelompok
22
Evaluasi Perkembangan Inflasi
komoditas dengan laju inflasi tertinggi yaitu sebesar 15,42% (y-o-y); diikuti oleh kelompok komoditas makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (14,86%), dan kelompok komoditas kesehatan (7,31%). Sementara deflasi terjadi pada kelompok komoditas transportasi, komunikasi dan jasa keuangan, yaitu sebesar -8,63% (y-o-y).
Tabel 2.6 Inflasi tahunan Kota Tarakan menurut kelompok barang & jasa
Kelompok Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan UMUM Sumber: BPS, diolah
Y-o-Y (%) Q 1-09 Q 2-09 21.31 15.42 13.46 14.86 7.53 5.92 8.89 7.16 7.46 7.31 1.68 3.49 1.56 -8.63 11.69 8.40
23
BBA ABB
III
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
3.1. Gambaran Umum Kinerja kegiatan usaha perbankan di Kaltim pada triwulan laporan secara umum menunjukkan peningkatan baik secara triwulanan (qtq) maupun tahunan (yoy). Hal ini tercermin dari pertumbuhan positif yang dialami indikator utama kegiatan usaha perbankan meliputi aset, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dan penyaluran kredit.
-4.0%
-2.0%
0.0%
2.0%
4.0%
6.0%
8.0%
0.0%
-1.8%
Aset
Aset
2.4% Nasional
-0.1%
DPK
2.4% 0.0%
Kredit
5.0%
DPK
Kaltim
5.9%
Kredit
Grafik 3.1 Kinerja triwulanan Kegiatan Usaha Perbankan Kaltim dan Nasional (qtq)
4.9%
10.0%
15.0%
20.0%
25.0%
13.2%
14.8%
13.7%
20.6%
22.2%
Grafik 3.2 Kinerja tahunan Kegiatan Usaha Perbankan Kaltim dan Nasional (yoy)
Apabila dibandingkan dengan data nasional (s.d Mei 2009) menurut pertumbuhan triwulanan (qtq),
indikator kegiatan usaha perbankan di Kaltim dan nasional menunjukkan
perkembangan yang tidak searah. Jumlah aset dan DPK bank umum secara nasional tercatat turun masing-masing sebesar 1,8% dan 0,1% serta kredit tidak bertumbuh. Sementara pada saat yang sama bank umum di Kaltim mengalami peningkatan aset, DPK dan kredit masingmasing
sebesar
2,4%;
2,4%
dan
5,9%.
Berdasarkan
pertumbuhan
tahunan
(yoy),
penghimpunan DPK dan penyaluran kredit oleh bank umum di Kaltim mengalami peningkatan masing-masing sebesar 20,6% dan 22,2%, lebih tinggi dibanding pertumbuhan nasional masing-masing sebesar 14,8% dan 13,7%. Namun dari sisi aset, jumlah aset bank umum di Kaltim hanya naik 4,9%, atau lebih rendah dibanding pertumbuhan aset nasional sebesar 13,2%. Perkembangan kinerja BPR di Kaltim menunjukkan perkembangan yang positif. Hal ini terlihat dari pertumbuhan jumlah aset BPR yang mencapai 18,95% (y-o-y). Demikian juga halnya dengan pertumbuhan DPK yang mencapai 24,29% (y-o-y), sementara kredit mampu tumbuh sebesar 21,87% (y-o-y). Asesmen terhadap risiko-risiko yang dihadapi perbankan daerah, memperlihatkan terjadinya peningkatan risiko kredit dan risiko likuiditas namun tetap dalam kondisi yang terkendali.
24
Perkembangan Perbankan Daerah
3.2. Perkembangan Usaha Bank Umum 3.2.1 Total Aset dan Aktiva Produktif Total aset bersih (net assets) bank umum di Kaltim pada triwulan II-2009 tercatat Rp 45.756 miliar, mengalami peningkatan 2,42% (qtq) dibandingkan posisi triwulan sebelumnya (Tabel 3.1). Menurut kelompok bank, peningkatan jumlah aset bersih dialami oleh bank pemerintah, yakni sebesar 3,84% sedangkan bank swasta mencata penurunan aset bersih sebesar 0,87%. Jika dibandingkan dengan posisi triwulan II-2008, total aset perbankan mencatat pertumbuhan sebesar 20,74% (yoy). Tabel 3.1 Perkembangan Jumlah Aset Bersih dan Aktiva Produktif Bank Umum di Kaltim Posisi (dalam Rp miliar)
Keterangan
Tw 2-08
Jumlah Aset Bersih
Tw 4-08
38,724
Komposisi
Tw 1-09
46,465
Tw 2-09
45,652
46,756
Pertumb. Tw 2-09
Tw 1-09
Tw 2-09
100.00%
100.00%
qtq
y oy
2.42%
20.74%
Bank Pemerintah
27,349
32,634
31,850
33,074
69.77%
70.74%
3.84%
20.93%
Bank Swasta
11,375
13,832
13,802
13,682
30.23%
29.26%
-0.87%
20.28%
Aktiva Produktif
30,487
30,487
30,572
31,368
100.00%
100.00%
2.60%
2.89%
7,891
7,891
7,549
7,505
24.69%
23.93%
-0.57%
-4.89%
Penempatan pada Bank Indonesia Penempatan pada Bank Lain
790
790
702
248
2.30%
0.79%
-64.67%
-68.61%
Surat berharga yang dimiliki
1,308
1,308
1,296
1,355
4.24%
4.32%
4.61%
3.61%
20,474
20,474
21,012
22,249
68.73%
70.93%
5.89%
8.67%
24
24
13
10
0.04%
0.03%
-23.98%
-59.32%
Kredit yang diberikan Lainnya
Dilihat dari komposisinya, aktiva produktif bank umum di Kaltim masih didominasi oleh pemberian kredit dengan pangsa 70,93% dan penempatan pada BI dengan pangsa 23,93%. Penurunan suku bunga acuan (BI-rate) pada triwulan laporan, diperkirakan ikut berpengaruh terhadap penurunan penempatan pada BI sebesar 0,57%, dari Rp 7.549 miliar pada triwulan I-2009 menjadi Rp 7.505 miliar pada triwulan laporan. 3.2.2 Penghimpunan Dana Masyarakat Dana
masyarakat
yang
berhasil
dihimpun oleh bank umum di Kaltim pada miliar,
II-2009 atau
mencapai
meningkat
dibandingkan
dengan
Rp
42.346
2,36%
(qtq)
triwulan
sebelumnya. Jika dibandingkan dengan posisi
triwulan
II-2008,
penghimpunan
dana pihak ketiga (DPK) telah mengalami pertumbuhan sebesar 20,6% (yoy).
DPK (triliun Rp)
triwulan
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
DPK (sumbu kiri)
g (yoy)
g (qtq)
40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10%
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2006
2007
2008
2009
Peningkatan dana pada triwulan laporan
berasal
dari
semua
jenis
Grafik 3.3. Perkembangan Simpanan Masyarakat
simpanan. Berdasarkan pertumbuhan triwulanan (qtq), giro mencatat pertumbuhna tertinggi sebesar 4,2%, diikuti tabungan dan simpanan berjangka, yang masing-masing tumbuh sebesar 2,66% dan 0,38%. Menurut kelompok bank, peningkatan simpanan terjadi pada bank milik pemerintah, yakni sebesar
3,52% sedangkan bank swasta mengalami penurunan jumlah simpanan
sebesar 0,62%. Penurunan simpanan bank swasta berasal dari penurunan deposito sebesar 5,81% (qtq).
25
Perkembangan Perbankan Daerah
Tabel 3.2. Perkembangan Penghimpunan Dana pada bank Umum di Kaltim Jenis Simpanan
Posisi (dalam Rp Miliar) Tw 3-08 Tw 4-08 Tw 1-09
Tw 2-08
Total DPK Giro Tabungan Deposito Bank Pemerintah Giro Tabungan Deposito Bank Sw asta Giro Tabungan Deposito
35,113 11,013 14,031 10,069 25,797 9,099 10,168 6,530 9,315 1,914 3,863 3,538
39,350 13,532 14,474 11,344 29,183 11,643 10,405 7,135 10,166 1,889 4,069 4,208
41,518 12,917 15,525 13,075 29,940 10,859 10,962 8,119 11,578 2,059 4,563 4,957
41,367 12,597 14,920 13,851 29,852 10,586 10,326 8,941 11,515 2,011 4,594 4,910
Tw 2-09
Komposisi Tw 2-09
42,346 13,126 15,316 13,903 30,902 10,907 10,717 9,278 11,443 2,219 4,599 4,625
100.0% 31.0% 36.2% 32.8% 73.0% 25.8% 25.3% 21.9% 27.0% 5.2% 10.9% 10.9%
Pert. Tw 2-09 q-t-q y -o-y 2.36% 4.20% 2.66% 0.38% 3.52% 3.03% 3.79% 3.78% -0.62% 10.34% 0.12% -5.81%
20.60% 19.19% 9.16% 38.08% 19.79% 19.87% 5.40% 42.08% 22.84% 15.92% 19.06% 30.71%
3.2.3 Penyaluran Kredit Bank Umum Penyaluran kredit bank umum di Kaltim masih
tercatat
positif.
Suku Bunga (%)
pada triwulan II-2009 menunjukkan perlambatan namun
Perlambatan
pertumbuhan kredit tersebut terjadi ditengah mulai turunnya tingkat bunga pinjaman. Akan tetapi, penurunan suku bunga simpanan tersebut tidak
secepat
penurunan
BI-rate
K. Inv
20
14 12 10 8 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2007
tinggi. Adapun BI-rate selama
BI-rate
16
tingkat bunga pinjaman yang berlaku dinilai masih relatif
KMK
18
6
sehingga
K. Kons
Q2
Q3
Q4
2008
Q1
Q2
2009
Grafik 3.4. Perkembangan Suku Bunga Kredit dan BI-rate
triwulan laporan telah turun sebanyak 75 basis
poin, yakni dari 7,75% pada akhir triwulan I-2009 menjadi 7% pada akhir triwulan laporan (Grafik 3.4). a.
Kredit Bank Umum ber-kantor di Kaltim Jumlah kredit yang disalurkan bank
umum yang berkantor di Kaltim pada
Kredit
(tabel
3.3).
Secara
triwulanan,
pertumbuhan kredit pada triwulan laporan tercatat 5,89% (qtq) atau lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan
I-2009
sebesar
2,63%.
Jika
dibandingkan dengan posisi triwulan II-
Kredit (triliun Rp)
triwulan II-2009 mencapai Rp 22.249,1 miliar
g (yoy)
g (qtq) 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
25 20 15 10 5 0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2006
2007
2008
2009
2008, penyaluran kredit pada triwulan II2009 telah tumbuh sebesar 22,18% (yoy) atau melambat dibanding
Grafik 3.5. Perkembangan Kredit Bank Umum berkantor di Kaltim
pertumbuhan
tahunan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 27,85% (grafik 3.5). Menurut kelompok bank, kredit yang disalurkan bank umum pemerintah mencapai Rp 14.402,1 miliar (pangsa 64,7%) atau mengalami peningkatan 9,38% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, penyaluran kredit oleh bank umum swasta pada triwulan laporan hanya meningkat sebesar 0,03%, menjadi Rp 7.847 miliar (pangsa 35,3%).
26
Perkembangan Perbankan Daerah
Berdasarkan jenis penggunaannya, semua jenis kredit mengalami pertumbuhan yang positif secara triwulanan (qtq). kredit modal kerja (pangsa 43,9%) mencatat pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar 8,26% menjadi Rp 9.769,5 miliar. Selanjutnya kredit konsumsi (pangsa 31,4%) meningkat sebesar 4,7% menjadi Rp 6.977,2 miliar, diikuti kredit investasi (pangsa 24,7%) yang meningkat 3,34% menjadi Rp 5.502,3 miliar. Menurut sektor ekonomi, pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada sektor listrik, gas dan air (17,18%), diikuti sektor konstruksi (15,75%), sektor pertambangan (12,89%) dan sektor pertanian (11,01%). Tabel 3.3. Perkembangan Kredit Bank Umum berkantor di Kaltim Keterangan Kredit Kelompok Bank Bank Pemerintah Bank Swasta Jenis Penggunaan Modal Kerja Investasi Konsumsi Sektor Ekonomi Pertanian Pertambangan Perindustrian Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan Angkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Lain-Lain LDR
Tw 2-08
Posisi (dalam Rp Miliar) Tw 3-08 Tw 4-08 Tw 1-09
Tw 2-09
18,209.6
19,846.9
20,473.8
21,012.4
22,249.1
100.0%
5.89%
22.18%
11,144.0 7,065.6
11,938.4 7,908.5
12,028.3 8,445.5
13,167.5 7,844.9
14,402.1 7,847.0
64.7% 35.3%
9.38% 0.03%
29.24% 11.06%
8,202.2 4,219.6 5,787.9
8,713.7 4,804.4 6,328.8
8,958.4 5,030.6 6,484.7
9,024.0 5,324.5 6,664.0
9,769.5 5,502.3 6,977.2
43.9% 24.7% 31.4%
8.26% 3.34% 4.70%
19.11% 30.40% 20.55%
665.9 583.0 710.5 14.9 2,384.7 4,319.5 703.8 2,803.6 222.4 5,801.2
846.0 478.7 767.5 27.4 2,719.9 4,524.9 813.8 3,090.1 238.8 6,339.8
887.4 555.5 864.7 27.2 2,476.4 4,765.4 889.9 3,254.6 254.7 6,498.0
915.9 680.7 785.9 34.6 2,627.5 4,771.3 950.3 3,311.0 260.7 6,674.7
1,016.7 768.4 737.2 40.5 3,041.2 5,039.5 1,008.5 3,342.0 267.8 6,987.2
4.6% 3.5% 3.3% 0.2% 13.7% 22.7% 4.5% 15.0% 1.2% 31.4%
51.86%
50.44%
49.31%
50.79%
52.54%
Komposisi Tw 2-09
Pert. Tw 2-09 q-t-q y -o-y
11.01% 52.68% 12.89% 31.79% -6.19% 3.76% 17.18% 172.22% 15.75% 27.53% 5.62% 16.67% 6.12% 43.29% 0.94% 19.20% 2.71% 20.39% 4.68% 20.44%
Dengan terjadinya pertumbuhan kredit yang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan simpanan maka nisbah pinjaman terhadap simpanan bruto (Gross-LDR) bank umum yang berkantor di Kaltim mengalami kenaikan, dari 50,79% pada triwulan I-2009 menjadi 52,54% pada triwulan laporan.
b. Kredit bank umum berlokasi proyek di Kaltim Jumlah kredit yang disalurkan perbankan secara nasional untuk membiayai proyek yang laporan
di
wilayah
Kaltim
pada
periode
(s.d Mei 2009) tercatat sebesar Rp
30.777 miliar, mengalami peningkatan sebesar 2,09% (qtq) dibandingkan dengan posisi kredit pada triwulan sebelumnya (Tabel 3.4). Namun jika dibandingkan dengan triwulan II tahun 2008,
kredit
berdasarkan
lokasi
proyek
Kredit (triliun Rp)
berlokasi
35
Kredit (sb kanan)
g (yoy)
g (qtq)
50%
30
40%
25
30%
20
20%
15
10%
10
0% -10%
5
-20%
0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2006
2007
2008
2009
mengalami pertumbuhan sebesar 13,6% (yoy) atau melambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 21,26% (Grafik 3.6).
27
Grafik 3.6 Perkembangan Kredit Bank Umum Berlokasi Proyek di Kaltim
Perkembangan Perbankan Daerah
Berdasarkan kelompok bank, pertumbuhan triwulanan (qtq) kredit memperlihatkan baik bank pemerintah maupun bank swasta mengalami peningkatan kredit yakni sebesar 3,77% dan 0,26%. Menurut sektor ekonomi, pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor pertanian (18,93%) dan sektor pertambangan (9,98%). Sementara itu, empat sektor ekonomi mengalami penurunan kredit, tertinggi terjadi pada sektor perindustrian (15,29%). Dengan pertumbuhan kredit yang hampir sama dengan dibanding pertumbuhan DPK maka nisbah pinjaman terhadap simpanan (LDR) berdasarkan lokasi proyek di Kaltim relatif tidak bergerak, yakni dari sebesar 72,9% per triwulan I-2009 menjadi 72,7% per triwulan II-2009. Tabel 3.4. Jumlah Kredit Bank Umum Berlokasi Proyek di Kaltim Keterangan Kredit Lokasi Proy ek Kelompok Bank Bank Pemerintah Bank Swasta Sektor Ekonomi Pertanian Pertambangan Perindustrian Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan Angkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Lain-Lain
Posisi (dalam Rp Miliar) Tw 2-08
Tw 3-08
Tw 4-08
Tw 1-09
Tw 2-09
27,091.9
29,728.4
30,166.0
30,147.2
30,777.0
13,024.9 14,067.0
14,086.1 15,642.3
15,116.8 15,049.2
15,724.1 14,423.2
16,316.5 14,460.4
1,898.7 4,969.4 1,323.5 344.3 2,943.2 4,733.5 1,086.5 3,839.5 168.6 5,784.6
2,213.0 5,220.0 1,492.1 348.2 3,315.2 5,173.5 1,164.2 4,292.3 198.5 6,311.4
2,438.5 4,617.3 1,688.4 335.7 3,109.7 5,417.6 1,277.0 4,547.6 222.6 6,511.6
2,522.7 3,566.8 1,989.7 347.8 3,479.2 5,430.5 1,338.6 4,568.6 226.8 6,676.6
3,000.2 3,923.0 1,685.4 342.0 3,510.0 5,536.6 1,363.6 4,484.1 225.9 6,706.1
77.2%
75.5%
72.7%
72.9%
72.7%
LDR - lokasi proy ek
Komposisi Tw 2-09
Pert. Tw 2-09 q-t-q
y -o-y
100.0%
2.09%
13.60%
53.0% 47.0%
3.77% 0.26%
25.27% 2.80%
9.7% 18.93% 58.01% 12.7% 9.98% -21.06% 5.5% -15.29% 27.34% 1.1% -1.65% -0.65% 11.4% 0.89% 19.26% 18.0% 1.95% 16.97% 4.4% 1.87% 25.50% 14.6% -1.85% 16.79% 0.7% -0.38% 33.98% 21.8% 0.44% 15.93%
Menurut kabupaten/kota, penyaluran kredit terkonsentrasi untuk membiayai proyek di kota Samarinda dan kota Balikpapan yang merupakan pusat bisnis di Kalimantan Timur. Jumlah kredit yang dikucurkan untuk proyek di kota Samarinda mencapai Rp 9.874,3 miliar (pangsa 32,03%) dan di kota Balikpapan (termasuk Kabupaten Penajam Paser Utara) sebesar Rp 8.870,2 miliar (pangsa 28,77%). Sementara itu, alokasi kredit terkecil diperoleh Kabupaten Malinau sebesar Rp 82,9 miliar (pangsa 0,27%). Tabel 3.5. Perbandingan Kredit Lokasi Proyek dan DPK menurut Kabupaten/Kota di Kaltim
Kabupaten/ Kota Kota Samarinda Kota Balikpapan Kab. Kutai Kartanegara Kota Bontang Kab. Berau Kota Tarakan Kab. Paser Kab. Kutai Timur Kab. Bulungan Kab. Kutai Barat Kab. Nunukan Kab. Malinau
Nominal* (Rp M) Kredit DPK 9,874.3 14,046.1 8,870.2 9,443.9 3,258.3 3,274.3 3,063.0 1,999.7 1,715.8 1,877.0 1,228.8 3,166.9 894.7 1,920.5 767.3 1,928.7 495.2 1,465.1 355.5 288.0 226.9 655.1 82.9 699.4
28
Pangsa Kredit DPK 32.03% 34.46% 28.77% 23.17% 10.57% 8.03% 9.93% 4.91% 5.56% 4.60% 3.99% 7.77% 2.90% 4.71% 2.49% 4.73% 1.61% 3.59% 1.15% 0.71% 0.74% 1.61% 0.27% 1.72%
LDR 70.30% 93.92% 99.51% 153.17% 91.41% 38.80% 46.59% 39.78% 33.80% 123.44% 34.63% 11.85%
Perkembangan Perbankan Daerah
Apabila dilihat dari nisbah pinjaman
terhadap simpanan
(LDR), nisbah tertinggi
terjadi di kota Bontang sebesar 153,17%, diikuti oleh Kabupaten Kutai Barat sebesar 123,44%, diikuti oleh Kabupaten Kutai Kartanegara (99,51%) dan kota Balikpapan (93,92%). Sedangkan LDR terendah terjadi pada Kabupaten Malinau dengan nisbah 11,85% (Tabel 3.5). 3.3. Perkembangan Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Penyaluran kredit berskala mikro, kecil dan menengah (MKM) oleh bank umum di Kaltim pada Triwulan II-2009 mencapai Rp 14.596 miliar atau dengan pangsa 65,6% terhadap total kredit (Tabel 3.6). Secara triwulanan, pertumbuhan kredit MKM Kaltim pada triwulan laporan mencapai 6,04% (qtq) atau sedikit lebih tinggi dibanding pertumbuhan total kredit yang sebesar 5,89%. Menurut skalanya, tingkat pertumbuhna tertinggi terjadi pada kredit berskala kecil (plafon Rp 50 juta hingga Rp 500 juta) sebesar 8,40%, diikuti kredit berskala menengah (plafon Rp 500 juta s.d Rp 5 miliar) yang tumbuh sebesar 5,99% dan kredit mikro (plafon hingga Rp 50 juta) yang tumbuh sebesar 3,36%. Apabila dibandingkan dengan posisi triwulan II-2008, kredit MKM per triwulan II-2009 mencatat pertumbuhan sebesar 22,18% (yoy). Tabel 3.6. Perkembangan Kredit Bank Umum Menurut Skala Kredit Posisi (miliar Rp)
Skala Kredit
Tw 2-08
Tw 3-08
Tw 4-08
Komposisi
Tw 1-09
Tw 2-09
Tw 2-09
Pert. Tw 2-09 q-t-q
y -o-y
Mikro (s.d Rp 50 jt)
3,245
3,499
3,523
3,694
3,818
17.2%
3.36%
17.64%
Kecil (Rp 50 jt s.d 500 jt)
3,848
4,212
4,248
4,342
4,706
21.2%
8.40%
22.32%
Menengah (Rp 500 jt s.d 5 miliar)
5,368
5,705
5,804
5,728
6,072
27.3%
5.99%
13.12%
12,460
13,416
13,575
13,764
14,596
65.6%
6.04%
17.14%
Kredit UMKM (s.d Rp 5 miliar) Besar (> Rp 5 miliar)
5,749
6,431
6,899
7,249
7,654
34.4%
5.58%
33.12%
Total
18,210
19,847
20,474
21,012
22,249
100.0%
5.89%
22.18%
Berdasarkan kelompok bank, kredit MKM yang disalurkan bank pemerintah pada triwulan laporan tercatat Rp 8.742 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 10,4% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sebaliknya, jumlah kredit MKM yang dikucurkan bank swasta tercatat Rp 5.853,6 miliar atau hanya naik sebesar 0,14% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Tabel 3.7). Tabel 3.7. Perkembangan Kredit MKM Bank Umum Menurut Kelompok Bank, Jenis Penggunaan dan Sektor Ekonomi Keterangan Kredit UMKM Kelompok Bank Bank Pemerintah Bank Swasta Jenis Penggunaan Modal Kerja Investasi Konsumsi Sektor Ekonomi Pertanian Pertambangan Perindustrian Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan Angkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Lain-Lain
Posisi (dalam Rp miliar)
Komposisi
Tw 3-08
Tw 4-08
Tw 1-09
Tw 2-09
12,460.2
13,415.7
13,574.6
13,763.7
14,595.5
100.0%
100.0%
6.04%
17.14%
6,967.1 5,493.1
7,504.4 5,911.3
7,228.8 6,345.8
7,918.3 5,845.4
8,742.0 5,853.6
57.5% 42.5%
59.9% 40.1%
10.40% 0.14%
25.47% 6.56%
5,127.8 1,622.6 5,709.8
5,426.3 1,749.6 6,239.8
5,459.4 1,793.9 6,321.2
5,381.4 1,889.1 6,493.2
5,845.1 1,926.7 6,823.7
39.1% 13.7% 47.2%
40.0% 13.2% 46.8%
8.62% 1.99% 5.09%
13.99% 18.74% 19.51%
340.7 143.0 177.9 7.9 949.7 3,192.9 299.4 1,534.3 91.3 5,723.1
321.7 138.7 189.6 21.1 1,063.8 3,356.7 333.7 1,640.7 98.9 6,250.8
351.5 139.5 184.4 20.8 969.2 3,462.9 372.3 1,641.8 97.7 6,334.5
352.9 133.0 177.8 21.4 956.9 3,497.4 357.0 1,661.4 102.0 6,503.9
413.3 143.4 185.3 28.2 1,132.2 3,717.1 340.0 1,698.9 103.5 6,833.7
2.6% 1.0% 1.3% 0.2% 7.0% 25.4% 2.6% 12.1% 0.7% 47.3%
2.8% 1.0% 1.3% 0.2% 7.8% 25.5% 2.3% 11.6% 0.7% 46.8%
29
Tw 1-09
Tw 2-09
Pert. Tw 2-09
Tw 2-08
q-t-q
y -o-y
17.12% 21.31% 7.84% 0.24% 4.17% 4.10% 31.96% 258.00% 18.31% 19.22% 6.28% 16.42% -4.79% 13.54% 2.26% 10.73% 1.43% 13.35% 5.07% 19.41%
Perkembangan Perbankan Daerah
Peningkatan penyaluran kredit MKM pada triwulan laporan juga didukung oleh penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) di Kalimantan Timur yang pada triwulan laporan mencapai Rp 309 miliar dengan jumlah debitur sebanyak 29.026. Menurut jenis penggunaan, lebih dari separoh kredit MKM disalurkan untuk usaha produktif yang pangsanya mencapai 53,2%, terdiri dari kredit modal kerja dan kredit investasi masing-masing berjumlah Rp 5.845,1 miliar (pangsa 40%) dan Rp 1.926,7 miliar (pangsa 13,2%). Sementara sisanya sebesar Rp 6.823,7 miliar (pangsa 46,8%) merupakan kredit konsumsi. Dilihat dari pertumbuhannya secara triwulanan (qtq), kredit modal kerja tumbuh paling tinggi yaitu sebesar 8,62%, diikuti kredit konsumsi yang meningkat 5,09% dan kredit investasi yang tumbuh sebesar 1,99%. Secara sektoral, distribusi penyaluran kredit MKM terutama untuk membiayai tiga sektor utama, yaitu sektor perdagangan (pangsa 25,5%), sektor jasa dunia usaha (pangsa 11,6%) dan sektor konstruksi (pangsa 7,8%). Dilihat dari pertumbuhan triwulanannya (qtq), hampir semua sektor mencatat pertumbuhan positif, tertinggi dialami oleh sektor listrik, gas & air (31,96%). Sedangkan, sektor angkutan merupakan satu-satunya sektor yang mengalami penurunan kredit (-4,79%). Tabel 3.8. Perkembangan Kredit MKM Bermasalah Bruto (Gross-NPLs) Menurut Skala Kredit Trw 1-09 (miliar Rp)
Koletibilitas 1-Lancar 2-Dalam Perhatian Khusus
Mikro
Kecil
3,244.1
3,798.6
Menengah
Trw 2-09 (miliar Rp) UMKM
Mikro
Kecil
5,056.1
12,098.7
3,369.8
4,202.9
Menengah 5,368.6
12,941.3
UMKM
362.2
431.3
450.4
1,243.9
353.8
382.4
518.5
1,254.7
3-Kurang Lancar
17.9
15.2
59.5
92.7
18.6
21.1
28.4
68.1
4-Diragukan
22.9
18.7
35.1
76.6
24.6
20.1
27.9
72.6
5-Macet
46.5
77.9
127.4
251.8
50.6
79.7
128.5
258.8
Total Kredit UMKM
3,693.6
4,341.7
5,728.5
13,763.7
3,817.5
4,706.2
6,071.9
14,595.5
Nominal NPLs (3,4,5)
87.3
111.8
222.0
421.1
93.9
120.9
184.7
399.5
% NPLs
2.36
2.57
3.88
3.06
2.46
2.57
3.04
2.74
Kualitas kredit MKM yang disalurkan bank umum di Kaltim selama triwulan laporan menunjukkan perbaikan seperti terlihat dari persentase kredit bermasalah bruto (gross-non performing loans/NPLs) yang sebesar 2,74% atau lebih kecil dibanding persentase NPLs pada triwulan sebelumnya yang sebesar 3,04%. Dilihat dari skalanya, persentase NPLs terendah terjadi pada kredit mikro yaitu 2,46%, sedangkan persentase NPLs tertinggi dialami oleh kredit berskala menengah sebesar 3,04% (Tabel 3.8). Tabel 3.9 Perkembangan Kredit MKM Bermasalah Bruto (Gross-NPLs) menurut Kelompok Bank, Jenis Penggunaan dan Sektor Ekonomi Keterangan NPLs Kredit UMKM Jenis Penggunaan Modal Kerja Investasi Konsumsi Sektor Ekonomi Pertanian Pertambangan Perindustrian Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan Angkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Lain-Lain
Tw 2-08
Posisi (Rp miliar) Tw 3-08 Tw 4-08 Tw 1-09
Pert. Tw 2-09 Tw 2-09 +/ - (Rp M) q-t-q
Nisbah NPL Tw 1-09
Tw 2-09
379.5
358.2
326.1
421.1
399.5
-21.6
-5.12%
3.06%
2.74%
179.0 71.9 128.5
162.1 72.6 123.5
164.6 45.5 116.0
193.5 76.6 151.0
195.2 60.0 144.3
1.7 -16.6 -6.7
0.90% -21.65% -4.45%
3.60% 4.06% 2.33%
3.34% 3.12% 2.11%
24.3 3.1 13.0 0.0 34.2 114.6 6.4 48.4 5.0 130.4
13.7 5.0 12.0 0.0 38.7 108.1 5.9 41.9 7.4 125.4
10.6 3.3 5.0 0.2 32.5 92.9 5.3 51.0 7.0 118.4
15.6 3.4 4.2 0.2 71.8 109.9 3.6 51.4 6.8 154.3
11.7 6.5 4.0 59.9 121.2 3.9 37.7 7.1 147.7
-3.9 3.1 -0.2 -0.2 -12.0 11.3 0.3 -13.7 0.3 -6.5
-25.07% 90.86% -5.45% na -16.68% 10.29% 7.96% -26.66% 4.36% -4.24%
4.41% 2.55% 2.37% 0.84% 7.51% 3.14% 1.00% 3.09% 6.66% 2.37%
2.82% 4.51% 2.15% 0.00% 5.29% 3.26% 1.13% 2.22% 6.85% 2.16%
30
Perkembangan Perbankan Daerah
Dilihat dari jenis penggunaan kredit (tabel 3.9), persentase NPLs UMKM untuk kredit modal kerja merupakan yang tertinggi yaitu mencapai 3,34%, namun masih lebih rendah dibanding persentase NPLs triwulan sebelumnya yang sebesar 3,6%. Selanjutnya, persentase NPLs UMKM untuk kredit invesatsi dan konsumsi juga mengalami penurunan menjadi masingmasing sebesar 3,12% dan 2,11%, atau lebih rendah dibanding persentase NPLs triwulan sebelumnya sebesar 4,06% dan 2,33%. Menurut sektor ekonomi, persentase NPLs tertinggi terjadi pada sektor jasa sosial (6,85%) dan sektor konstruksi (5,29%). Sedangkan sektor-sektor lainnya mencatat persentase NPLs di bawah 5%. 3.4 Perkembangan Usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
1
a. Perkembangan Aset BPR Jumlah aset BPR di wilayah Kalimantan Timur pada triwulan II-2009 mengalami pertumbuhan sebesar 18,95% (y-o-y), dengan total nilai mencapai Rp 191,84 miliar. Sementara secara triwulanan aset BPR tumbuh sebesar 3,82% (q-t-q) dibandingkan dengan jumlah aset pada triwulan I-2009.
b. Perkembangan Dana Pihak Ketiga BPR Jumlah
dana
pihak
ketiga
(DPK)
BPR
di
Kalimantan Timur pada triwulan II-2009 ini mengalami peningkatan
sebesar
24,29%
(y-o-y)
dibandingkan
triwulan II-2008. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan jumlah deposito sebesar 27,95% (y-o-y) menjadi Rp 69,41 miliar, dan pertumbuhan tabungan yang mencapai 19,23% (y-o-y) menjadi Rp 46,86 miliar. Pertumbuhan deposito
menyumbang
sebesar
16,21%
terhadap
pertumbuhan DPK BPR triwulan II-2009. c. Penyaluran Kredit/Pembiayaan BPR Penyaluran kredit oleh BPR pada triwulan laporan mencapai Rp 142,76 miliar, atau mengalami peningkatan sebesar 21,87% (y-oy) dibandingkan triwulan II-2008. Peningkatan ini dipengaruhi oleh pertumbuhan pada setiap komponen kredit, yaitu modal kerja yang tumbuh 13,07% (y-o-y) menjadi Rp 82,68 miliar;
investasi
tumbuh
64,48%
(y-o-y)
menjadi Rp 14,198 miliar dan kredit konsumsi yang tumbuh sebesar 29,67% (y-o-y) menjadi Rp
45,89
miliar.
Kontribusi
terbesar
pertumbuhan penyaluran kredit BPR berasal dari
penyaluran
8,96%,
diikuti
kredit oleh
konsumsi
kredit
sebesar
modal
kerja
(8,16%) dan kredit investasi (4,75%).
31
Perkembangan Perbankan Daerah
Tabel 3.10. Perkembangan usaha BPR di Kalimantan Timur (dalam juta rupiah) 2008 QI Q II Q III Q IV 11 11 11 11 Jumlah BPR Aset 143,155 161,276 172,714 182,727 Kredit 94,943 117,144 125,516 136,050 Modal Kerja 59,157 73,120 80,966 86,113 Investasi 6,951 8,632 9,301 12,727 Konsumsi 28,836 35,391 35,248 37,209 DPK 86,408 93,546 101,344 104,923 Deposito 48,714 54,247 60,423 61,081 Tabungan 37,694 39,299 40,920 43,842 LDR (%) 109.88 125.23 123.85 129.67 NPLs (%) 7.86 7.74 6.59 8.83 Sumber : Laporan bulanan BPR Kalimantan Timur, diolah kembali.
2009 QI Q II 11 11 184,786 191,841 137,695 142,763 82,183 82,675 13,116 14,198 42,396 45,890 114,939 116,265 67,147 69,410 47,791 46,855 119.80 122.79 11.14 12.74
Keterangan
Q II-2009 Q-t-Q Y-o-Y 3.82 3.68 0.60 8.25 8.24 1.15 3.37 -1.96
18.95 21.87 13.07 64.48 29.67 24.29 27.95 19.23
3.5. Asesmen Risiko Perbankan 3.5.1 Risiko Kredit Secara umum, risiko kredit yang dihadapi perbankan daerah Kaltim masih kondusif meskipun terdapat sedikit peningkatan persentase kredit bermasalah bruto (Gross-NPLs) pada jenis penggunaan kredit untuk invesatsi dan sebagian sektor ekonomi yang dibiayai. Kualitas kredit yang disalurkan bank umum di Kaltim pada triwulan laporan mengalami sedikit penurunan, tercermin dari nisbah NPLs pada triwulan II-2009 sebesar 2,55% atau sedikit lebih tinggi dibanding nisbah NPLs triwulan I-2009 sebesar 2,50% (Tabel 3.11). Dilihat dari pertumbuhannya, jumlah kredit bermasalah tercatat meningkat sejumlah Rp 40,9 miliar (7,78%) bila dibandingkan dengan posisi triwulan I-2009. Tabel 3.11. Perkembangan Kolektibiltas Kredit Bank Umum Sektor 1-Lancar 2-Dalam Perhatian Khusus
Kolektibilitas (Rp M)
Komposisi Tw II-07
Pert. Tw 2-09
Tw 2-08
Tw 3-08
Tw 4-08
Tw 1-09
Tw 2-09
Tw 1-09
Tw 2-09
+/ - (Rp M)
16,594.6
17,986.9
18,868.7
18,470.8
19,816.1
88.91%
87.90%
89.06%
1,345.3
q-t-q 7.28%
1,089.6
1,337.9
1,155.4
2,016.1
1,866.5
6.96%
9.59%
8.39%
-149.5
-7.42% -27.78%
3-Kurang lancar
61.2
86.5
64.9
121.2
87.6
0.45%
0.58%
0.39%
-33.7
4-Diragukan
65.4
71.5
103.4
82.6
113.2
1.25%
0.39%
0.51%
30.5
36.97%
398.8
364.1
281.4
321.7
365.7
2.43%
1.53%
1.64%
44.0
13.68%
5-Macet NPLs (3+4+5)
525.4
522.1
449.7
525.6
566.5
4.13%
2.50%
2.55%
40.9
7.78%
Total Kredit
18,209.6
19,846.9
20,473.8
21,012.4
22,249.1
100.00%
100.00%
100.00%
1,236.6
5.89%
Berdasarkan kelompok bank, bank pemerintah menghadapi risiko kredit yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan bank swasta. Hal tersebut terlihat dari persentase kredit bermasalah (NPLs) pada bank
pemerintah yang
dibandingkan
NPLs
dengan
nisbah
bank
tercatat 2,62%, atau lebih tinggi
swasta
sebesar
2,41%.
Dilihat
dari
perkembangannya, bank pemerintah mengalami penurunan nisbah NPLs sedangkan bank swasta mengalami peningkatan nisbah NPLs (Tabel 3.12). Menurut jenis penggunaan, risiko kredit pada semua jenis penggunaan relatif terjaga dengan baik dengan mencatat rasio NPLs dibawah 5%. Risiko kredit tertinggi terjadi pada kredit modal kerja, yang persentase NPLs-nya pada triwulan laporan mencapai 3,08%. Sementara itu, persentase NPLs kredit investasi dan kredit konsumsi tercatat masing-masing sebesar 2,20% dan 2,07%. Dilihat dari perkembangannya, hanya kredit investasi yang mengalami peningkatan persenbtase NPLs sedangkan persentase NPLs kredit modal kerja dan konsumsi pada triwulan laporan tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. 1
Tidak termasuk BPR/S di kota Balikpapan (2 BPR/S)
32
Perkembangan Perbankan Daerah
Tabel 3.12. Perkembangan Kredit Bermasalah Bruto (Gross-NPLs) Bank Umum Keterangan Kelompok Bank Bank Pemerintah Bank Swasta Jenis Penggunaan Modal Kerja Investasi Konsumsi Sektor Ekonomi Pertanian Pertambangan Perindustrian Listrik, Gas & Air Konstruksi Perdagangan Angkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Lain-Lain Total
Tw 2-08
Nominal NPL (Rp M) Tw 3-08 Tw 4-08 Tw 1-09
Pert. Tw 2-09 Tw 2-09 +/ - (Rp M) q-t-q
Nisbah NPL (%) Tw 1-09 Tw 2-09
319.09 206.32
383.07 139.08
280.67 169.01
359.28 166.31
377.64 188.82
18.36 22.52
5.1% 13.5%
2.73 2.12
2.62 2.41
212.21 184.67 128.53
218.78 179.88 123.48
255.09 78.59 116.00
280.49 94.12 150.98
300.92 121.28 144.26
20.43 27.16 -6.71
7.3% 28.9% -4.4%
3.11 1.77 2.27
3.08 2.20 2.07
34.88 6.36 21.59 0.02 133.83 121.65 6.44 65.25 4.96 130.44 525.41
24.22 5.02 20.63 0.02 144.49 133.87 5.91 49.64 12.92 125.42 522.14
21.04 15.92 4.96 0.20 82.30 114.44 5.32 74.79 12.30 118.41 449.68
30.07 15.99 4.22 0.18 120.45 125.64 3.57 59.13 12.07 154.26 525.58
11.67 37.02 3.99 145.97 136.63 8.87 62.33 12.26 147.73 566.46
-18.40 -61.2% 21.03 131.5% -0.23 -5.4% -0.18 -100.0% 25.52 21.2% 10.99 8.7% 5.30 148.4% 3.20 5.4% 0.19 1.6% -6.53 -4.2% 40.88 7.8%
3.28 2.35 0.54 0.52 4.58 2.63 0.38 1.79 4.63 2.31 2.50
1.15 4.82 0.54 4.80 2.71 0.88 1.87 4.58 2.11 2.55
Berdasarkan sektor ekonomi, semua sektor mencatat nisbah NPLs yang relatif rendah (dibawah 5%) dengan nisbah tertinggi terjadi pada sektor pertambangan, konstruksi dan sektor jasa sosial, dengan persentase NPLs masing-masing sebesar 4,82%, 4,8% dan 4,58%. 3.5.2 Risiko Likuiditas Asesmen risiko likuiditas bertujuan untuk melihat paparan risiko likuiditas yang dihadapi bank umum di Kaltim ditinjau dari kecukupan likuiditas, struktur kepemilikan simpanan dan profil jangka waktu dan sebaran nominal serta rekening simpanan.
12.00 93.71
120 97.30
84.13
89.63
88.14
8.00
Perorangan
100
21.6 20.4
80
6.00
60
4.00
40
2.00
20
0.00
(%)
(Rp triliun)
10.00
104.55
8.8
Pemda
8.1
T1-08 T2-08 T3-08 T4-08 T1-09 T2-09 Alat Likuid
NCD
Alat Likuid/NCD
0
Grafik 3.10. Perkembangan Rasio Alat Likuid Perbankan Kaltim
Tw 2-09 Tw 1-09 Tw 4-08
2.6 1.2 2.1 3.6 2.8
Lainnya
0
11.6 11.2 10.1
3.9 4.1 5.2 4.1 3.8
Perus. Swasta
5
24.2 24.8 24.4
Tw 3-08 Tw 2-08 10 15 20 DPK (Rp miliar)
25
30
Grafik 3.11. Struktur Kepemilikan Simpanan
Kondisi likuiditas perbankan Kaltim selama triwulan laporan cukup terkendali meskipun sedikit mengetat. Ketahanan likuiditas perbankan Kaltim yang tercermin dari rasio antara jumlah alat likuid terhadap jumlah non-core deposit (NCD) tercatat sebesar 88,14% atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 89.63%. Penurunan ini berasal dari lebih besarnya tingginya peningkatan kewajiban jangka pendek dibanding peningkatan alat likuid (Grafik 3.10). Dari segi struktur kepemilikan diketahui bahwa 57,1% simpanan di bank umum pada triwulan laporan merupakan milik perorangan, yakni mencapai Rp 24.177 miliar. Selanjutnya
33
Perkembangan Perbankan Daerah
dana milik pemerintah daerah tercatat Rp 11.640 miliar dengan pangsa 27,49% dan dana milik perusahaan swasta sebesar Rp 3.895 miliar dengan pangsa 9,2% (Grafik 3.11). Tabel 3.13 Struktur Jangka Waktu, Sebaran Nominal dan Rekening DPK Posisi (nominal dlm miliar Rp)
Keterangan
Tw 4-08
Jangka pendek Giro Tabungan Simpanan berjangka s.d 3 bulan Total DPK s.d 3 bulan Jangka menengah panjang Total DPK > 3 bulan Struktur Sebaran Nominal DPK Nominal s.d Rp 100 juta Nominal >Rp 100 juta s.d Rp 2 miliar Nominal > Rp 2 miliar Struktur Sebaran Rekening DPK Rekening s.d Rp 100 jt (dlm ribuan) Rekening > Rp 100 jt s.d Rp 2 miliar Rekening > Rp 2 miliar Total DPK Total Rekening
Tw 1-09
Tw 2-09
Komposisi Tw 4-08
Tw 1-09
Tw 2-09
12,917 15,525 10,908 39,350
12,597 14,920 11,821 39,338
13,126 15,316 11,495 39,937
31.1% 37.4% 26.3% 94.8%
30.5% 36.1% 28.6% 95.1%
31.0% 36.2% 27.1% 94.3%
2,168
2,030
2,409
5.2%
4.9%
5.7%
10,769 15,381 15,367
10,452 14,750 16,166
10,775 15,097 16,473
25.9% 37.0% 37.0%
25.3% 35.7% 39.1%
25.4% 35.7% 38.9%
1,779.7 50.4 1.6 41,518 1,831.7
1,844.1 47.6 1.4 41,367 1,893.1
1,854.1 49.1 1.4 42,346 1,904.6
97.2% 2.8% 0.1% 100.0% 100.0%
97.4% 2.5% 0.1% 100.0% 100.0%
97.3% 2.6% 0.1% 100.0% 100.0%
Berdasarkan profil jangka waktu, struktur simpanan terkonsentrasi tinggi pada simpanan jangka pendek dengan pangsa 94,3% (Tabel 3.13). Struktur simpanan yang didominasi oleh simpanan berjangka pendek tersebut rentan terhadap penarikan dana secara tiba-tiba (sudden withdrawal), terutama oleh nasabah besar. Namun tingginya kepercayaan deposan terhadap keamanan sistem perbankan nasional membuat perkembangan struktur sebaran nominal dan rekening DPK tidak mengalami perubahan yang berarti selama triwulan laporan. Hampir 40% simpanan merupakan DPK dengan besaran nominal diatas Rp 2 miliar namun dimiliki hanya oleh 0,1% rekening. Sementara itu 97,3% rekening mempunyai besaran nominal simpanan di bawah Rp 100 juta.
Berdasarkan
analisis
grafis
yang
menghubungkan antara suku bunga kredit 2006 s.d triwulan II-2009 (Grafik 3.12), terlihat pergerakan yang acak antara nisbah NPLs dengan suku bunga kredit. Hal ini didukung oleh hasil penghitungan koefisien korelasi2 kedua variabel tersebut yang hanya 0,44. bahwa
Oleh
karenanya
persentase
dapat
NPLs
tidak
dikatakan sensitif
terhadap perubahan tingkat bunga kredit.
2
(%)
dengan rasio NPLs dalam periode triwulan I-
18.0
8.0
17.0
7.0
16.0
6.0
15.0
5.0
14.0
4.0
13.0
3.0
12.0 11.0 10.0
2.0
Bunga Kredit (sumbu kiri)
1.0
Gross NPLs (sumbu kanan) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2006
2007
2008
2009
Grafik 3.12. Perkembangan bunga kredit dan rasio NPLs
Angka koefisen korelasi berkisar 0 s.d 1, makin mendekati angka 1 berarti derajat hubungan antara kedua variabel makin tinggi, sebaliknya makin mendekati angka 0 menunjukkan hubungan yang makin lemah
34
0.0
(%)
3.5.3 Risiko Pasar
BBA ABB
KEUANGAN DAERAH
IV
4.1 Gambaran Umum Komponen pendapatan pada realisasi APBD provinsi Kalimantan Timur Triwulan II 2009 dari data Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Timur yang masuk sampai dengan tanggal 22 Juni 2009 secara total mencapai 21,54 milyar atau mencapai kekurangan realisasi sebesar 99,57% dari total pendapatan yang direncanakan pada APBD 2009. Realisasi komponen pendapatan ini tergolong masih sangat kecil yang keseluruhannya disumbangkan oleh komponen Pendapatan Aseli Daerah, dengan prosentase kekurangan realisasi sebesar 98,64% dari total Pendapatan Aseli Daerah yang direncanakan pada APBD 2009. Komponen belanja yang sudah terealisasi pada triwulan II 2009 secara total mencapai 145 milyar,
dengan
prosentase
kekurangan
realisasi
mencapati
97,30%.
Pencapaian
realisasi
ini
disumbangkan oleh komponen belanja operasi sebesar 46,94 milyar, komponen belanja modal sebesar 8,06 milyar, komponen belanja tidak terduga sebesar 0.014 milyar dan komponen transfer bagi hasil ke kabupaten/desa/kota sebesar 87,46. Kekurangan realisasi komponen pendapatan dan komponen belanja sampai dengan Triwulan II 2009 yang tergolong besar ini selain disebabkan oleh belum masuknya data realisasi dari keseluruhan SKPD yang ada terutama di wilayah utara (Nunukan, Tarakan) dan wilayah selatan (Pasir, Penajam Paser Utara) provinsi Kalimantan Timur, juga disebabkan oleh kegiatan pembangunan yang menyerap anggaran dalam jumlah besar seperti kegiatan pembangunan infrastruktur dasar masih belum banyak dilakukan sampai dengan triwulan II 2009. Tabel 4.1 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur
Sumber : Biro Keuangan Pemprov Kalimantan Timur (data sampai dengan 22 Juni 2009)
4.2 Pendapatan Komponen pendapatan pada realisasi APBD provinsi Kalimantan Timur sampai dengan Triwulan II 2009 tercatat sebesar 21,54 milyar atau mencapai kekurangan realisasi sebesar 99,57% dari total
35
Keuangan Daerah pendapatan yang direncanakan pada APBD 2009. Pendapatan tersebut disumbangkan oleh komponen Pendapatan Aseli Daerah yang berasal dari Pendapatan Retribusi Daerah dengan prosentase realisasi sebesar
13,92%.
Beberapa
SKPD
yang
belum
menyampaikan
laporan
realisasi
anggarannya
menyebabkan kecilnya angka realisasi komponen pendapatan.
4.3 Belanja Komponen belanja pada realisasi APBD provinsi Kalimantan Timur tahun 2009 mencapai 145,49 milyar. Komponen terbesar pembentuk belanja tersebut adalah komponen transfer bagi hasil pajak ke kabupaten/kota sebesar 87,46 milyar, dengan prosentase realisasi yang juga paling besar jika dibandingkan komponen lainnya yaitu sebesar 12,54%. Secara berturut-turut komponen pembentuk realisasi belanja lainnya adalah komponen belanja pegawai sebesar 31,07 milyar, komponen belanja barang sebesar 17,84, dan komponen belanja jalan irigasi dan jaringan sebesar 7,97 milyar. Kekurangan realisasi komponen belanja secara keseluruhan tergolong besar yaitu 97,30%. Hal ini disebabkan oleh kegiatan pembangunan yang menyerap anggaran dalam jumlah besar seperti kegiatan pembangunan infrastruktur dasar masih belum banyak dilakukan sampai dengan triwulan II 2009.
36
BBA ABB
V
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
5.1. Gambaran Umum Perkembangan peredaran uang kartal di wilayah Kalimantan Timur yang diukur dari jumlah uang kartal yang masuk dan keluar dari kas Bank Indonesia Samarinda dan Balikpapan pada triwulan II-2009 mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, peredaran uang kartal di wilayah Kalimantan Timur mengalami net outflow karena jumlah uang kartal yang keluar dari kas Bank Indonesia di Kalimantan Timur lebih besar dibandingkan dengan jumlah uang yang masuk. Sementara jumlah uang kartal yang masuk dalam kategori PTTB juga mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan juga terjadi pada transaksi kliring, sedangkan pada transaksi RTGS mengalami peningkatan. 5.2. Perkembangan Transaksi Tunai 5.2.1. Perkembangan Pengedaran Uang Kartal Transaksi tunai antara perbankan di Kalimantan Timur dengan Kantor Bank
Indonesia
Balikpapan, mencapai mengalami dengan
pada Rp
triwulan
1.811 yang
sebesar
dan
II-2009
miliar
penurunan
periode
sebelumnya,
Samarinda
atau
dibandingkan sama
tahun
-4,83%
(grafik
5.1). Angka pertumbuhan tersebut lebih rendah
dibandingkan
dengan
pertumbuhan transaksi tunai secara year-on-year pada triwulan I-2009 yang sebesar 42,99%. Menurunnya jumlah peredaran uang kartal pada periode berjalan ini dipengaruhi oleh menurunnya kegiatan transaksi di Kalimantan Timur yang menggunakan uang kartal. Sementara itu, transaksi tunai secara triwulanan mengalami kontraksi sebesar –15,50% dibandingkan dengan triwulan I-2009, yang mencapai Rp 2.143 miliar. Dari nominal transaksi tunai pada periode laporan tersebut, jumlah uang yang keluar dari kas Bank Indonesia di Kalimantan Timur mencapai Rp 1.582 miliar. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 54,95% (q-t-q) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sedangkan jumlah uang kartal yang masuk ke kas Bank Indonesia dari perbankan mencapai Rp
229
miliar
atau turun
sebesar
-79,59% dibandingkan triwulan I-2009. Secara
keseluruhan, pada triwulan II-2009 ini, Kalimantan Timur mengalami net outflow
(jumlah
uang masuk lebih kecil dibandingkan dengan uang yang keluar) sebesar Rp 1.352,76 miliar.
37
Perkembangan Sistem Pembayaran
Dari jumlah uang kartal yang masuk ke kas Bank Indonesia di wilayah Kalimantan Timur, terdapat uang
kartal
yang
masuk
dalam
kategori Uang Tidak Layak Edar (UTLE), yaitu uang yang menurut klasifikasi tidak
Bank
layak
Indonesia sudah
untuk
menjadi
alat
pembayaran, misalnya mengalami kelusuhan
dalam
tingkat
yang
parah atau rusak. Jenis uang yang termasuk dalam UTLE tersebut kemudian masuk dalam klasifikasi untuk dimusnahkan atau Bank Indonesia melakukan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). Jumlah uang yang termasuk dalam kategori PTTB ini pada triwulan II-2009 mencapai Rp 94 miliar atau mengalami penurunan sebesar -44,56% (y-o-y) dibandingkan triwulan II-2008 (grafik 5.2). Sedangkan secara triwulanan, jumlah PTTB ini mengalami peningkatan sebesar 82,51% (y-oy). Menurunnya jumlah uang kartal yang termasuk dalam PTTB pada periode triwulan II2009 ini dipengaruhi juga oleh menurunnya volume peredaran uang kartal di wialyah Kalimantan Timur pada periode berjalan ini.
5.3 Perkembangan Transaksi Non-Tunai 5.3.1. Perkembangan Transaksi Kliring Transaksi
kliring
di
wilayah
Kalimantan
Timur, yang meliputi Kota Samarinda, Balikpapan, Bontang
dan
mengalami
Tarakan, kontraksi
pada
triwulan
dibandingkan
II-2009 dengan
triwulan yang sama tahun sebelumnya (grafik 5.3). Jumlah transaksi kliring triwulan II-2009 mencapai
Rp
4.739
miliar
atau
berkontraksi
sebesar -0,21% (y-o-y); dengan jumlah volume transaksi sebesar 229.000 transaksi. Sementara dibandingkan dengan periode triwulan I-2009, transaksi kliring mengalami peningkatan sebesar 5,34% (q-t-q). Kontraksi yang terjadi pada laju pertumbuhan transaksi kliring di Kalimantan Timur dipengaruhi oleh menurunnya aktivitas transaksi dengan menggunakan kliring dan beralih ke RTGS baik karena nilai transaksi yang besar maupun kecepatan transaksinya.
5.3.2 Perkembangan Transaksi BI-RTGS Transaksi RTGS (Real Time Gross Settlement) di Kalimantan Timur triwulan II-2009 mencapai Rp 34.165 miliar, atau mengalami petumbuhan sebesar 14,92% (y-o-y) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Meningkatnya pertumbuhan transaksi RTGS pada periode berjalan ini dipengaruhi oleh meningkatnya transaksi dengan menggunakan RTGS, baik yang berasal dari maupun yang masuk ke Kalimantan Timur, yang masing-masing menunjukkan pertumbuhan sebesar 11,90% dan 17,73% (y-o-y).
38
Perkembangan Sistem Pembayaran
Sementara secara triwulanan, transaksi RTGS pada triwulan I-2009 juga mengalami peningkatan sebesar 18,81% (q-t-q) dibandingkan dengan transaksi pada triwulan I-2009 yang
sebesar
Rp
28.755
miliar.
Peningkatan
ini
dipengaruhi
oleh
meningkatnya
kecenderungan masyarakat untuk bertransaksi dalam nominal yang besar dan penggunaan akses yang lebih cepat dibandingkan dengan melalui kliring. Tabel 5.1 Perkembangan Transaksi RTGS di Kalimantan Timur (Rp miliar) 2008
Transaksi RTGS
2009
Q II-2009
QI
Q II
Q III
Q IV
QI
Q II
Q-t-Q
Y-o-Y
Jumlah
28,145
14,320
16,340
17,746
14,077
16,024
13.83
11.90
Volume
16,243
17,476
20,648
20,163
17,024
18,579
9.13
6.31
Jumlah
20,863
15,409
20,123
21,686
14,678
18,141
23.59
17.73
Volume
22,142
23,940
28,501
30,181
26,740
29,762
11.30
24.32
Jumlah
49,008
29,729
36,463
39,431
28,755
34,165
18.81
14.92
Volume
38,385
41,416
49,149
50,344
43,764
48,341
10.46
16.72
Keluar Kaltim
Masuk Ke Kaltim
Total
Sumber : Bank Indonesia Berdasarkan Indonesia transaksi
(KBI) RTGS
Samarinda
lokasi di
di
pada
Kantor
Kalimantan wilayah periode
Bank Timur,
kerja
KBI
berjalan
ini
mencapai Rp 24.902 miliar dengan volume transaksi sebesar 29.454 transaksi. Jumlah transaksi
RTGS
di
KBI
Samarinda
mengalami peningkatan sebesar 20,46% (y-o-y) dibandingkan dengan periode yang sama
tahun
sebelumnya.
Sementara
transaksi RTGS di Balikpapan tercatat sebesar Rp 9.263 miliar atau meningkat sebesar 2,28% (y-o-y) dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya. Peningkatan
transaksi di Kota Samarinda memberikan sumbangan yang besar terhadap penurunan transaksi RTGS di Kalimantan Timur, yaitu dengan andil sebesar 14,23%.
39
BBA ABB
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
VI
6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Kalimantan Timur Jumlah penduduk Kalimantan Timur yang berusia 15 tahun keatas, berdasarkan data Sakernas Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Timur bulan Februari 2009, berjumlah 2.242.398 orang, atau mengalami peningkatan sebesar 3,44% (y-o-y) dibandingkan dengan data Sakernas bulan Februari 2008. Dari jumlah tersebut, yang termasuk dalam angkatan kerja mencapai 1.488.456 orang, mengalami peningkatan sebesar 19,13% (y-o-y); sehingga tinggkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di Kalimantan Timur mencapai 66,38%. Sementara yang bukan angkatan kerja adalah sebanyak 753.942 orang, mengalami penurunan sebesar -17,90% (y-o-y). Dari termasuk
jumlah
dalam
1.323.369
angkatan
kerja,
kategori
bekerja
atau
meningkat
orang
yang
mencapai sebesar
19,55% (y-o-y), sedangkan yang menganggur mencapai
165.087
peningkatan
orang,
sebesar
15,85%
mengalami (y-o-y).
Sementara itu dari jumlah bukan angkatan kerja, didominasi oleh orang yang termasuk dalam klasifikasi mengurus rumah tangga, yaitu sebanyak 443.114 orang atau 58,77%. Sedangkan kategori lainnya adalah sekolah dan lainnya (Grafik 6.1). Tabel 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Kalimantan Timur
2008 Februari 1,106,982 142,506 1,249,488 241,929 501,465 174,884 918,278 11.41 57.64 2,167,766
Jenis Kegiatan Total Kalimantan Timur Bekerja Pengangguran Angkatan Kerja Sekolah Mengurus Rumah Tangga Lainnya Bukan Angkatan Kerja Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Total Penduduk Berumur 15 tahun ke Atas Sumber: BPS Kalimantan Timur
Agustus 1,259,587 157,376 1,416,963 199,570 495,114 91,764 786,448 11.11 64.31 2,203,411
2009 Pertumbuhan Februari (y-o-y, %) 1,323,369 19.55 165,087 15.85 1,488,456 19.13 213,623 (11.70) 443,114 (11.64) 97,205 (44.42) 753,942 (17.90) 11.09 66.38 2,242,398 3.44
6.2 Perkembangan Ketenagakerjaan di Kalimantan Timur berdasarkan Sektor Ekonomi dan Status Pekerjaan Utamanya Penyerapan Kalimantan pertanian
Timur dengan
tenaga
kerja
terbesar
masih
didominasi
oleh
pangsa
sebesar
35,07%
di
sektor atau
mencapai 464.076 orang. Penyerapan ini mengalami peningkatan
sebesar
9,08%
(y-o-y)
dibandingkan
dengan bulan Februari 2008. Sektor lainnya yang juga mampu menyerap tenaga kerja cukup besar adalah
40
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah sektor perdagangan dan sektor jasa, masing-masing dengan pangsa sebesar 20,45% dan 16,24% (Grafik 6.2). Sementara berdasarkan laju pertumbuhannya, penyerapan tenaga kerja di sektor listrik, gas dan air bersih mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu mencapai 65,19%; diikuti oleh sektor jasa dan sektor perdagangan, masing masing bertumbuh sebesar 59,48% dan 41,61% (y-o-y). Berdasarkan status pekerjaan utamanya, pekerja di Kalimantan Timur didominasi oleh orangorang yang bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai, yaitu sebanyak 41,60% dari keseluruhan pekerja di Kalimantan Timur; kemudian diikuti orang-orang yang berusaha sendiri (19,09%) dan berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar (16,10%). Pertumbuhan tertinggi terjadi pada pekerja bebas di pertanian, yang tumbuh sebesar 91,16% (y-o-y), kemudian diikuti pekerja yang bekerja sebagai pekerja keluarga/tak dibayar (50,48%) dan sebagai buruh/karyawan/pegawai (18,34%) (Tabel 6.2). Tabel 6.2 Penduduk Umur 15 th keatas yang bekerja menurut Status Pekerjaan Utama Status Pekerjaan Utama Total Kalimantan Timur Berusaha Sendiri Berusaha dibantu Buruh Tidak Tetap/Buruh Tidak Dibayar Berusaha dibantu Buruh Tetap Buruh/Karyawan/Pegawai Pekerja Bebas di Pertanian Pekerja Bebas di Non Pertanian Pekerja Keluarga/tak Dibayar Total Sumber: BPS Kalimantan Timur
2008 Februari Agustus 220,490 266,718 202,218 207,073 31,946 33,930 465,244 537,441 19,173 23,829 35,670 28,528 132,241 162,068 1,106,982 1,259,587
2009 Pertumbuhan Februari (y-o-y, %) 252,668 14.59 213,058 5.36 37,600 17.70 550,585 18.34 36,652 91.16 33,807 -5.22 198,999 50.48 1,323,369 19.55
Pangsa 19.09% 16.10% 2.84% 41.60% 2.77% 2.55% 15.04% 100.00%
41
BBA ABB
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
VI I
Indeks SBT (%)
7.1 Prospek Perekonomian Daerah Triwulan III-2009 Perekonomian Kalimantan Timur pada triwulan III-
45
Ekspektasi Usaha
40
Ekspektasi Situasi Bisnis
2009 diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang
35
positif, dengan perkiraan laju pertumbuhan berkisar antara
30
1,4% s.d. 2,4% (y-o-y). Salah satu indikator yang menjadi
25 20
arah pertumbuhan positif tersebut dapat terlihat dari hasil
15
Survei Indikator Ekonomi Regional (SKDU) yang dilakukan
10
Bank Indonesia Samarinda, yang menunjukkan bahwa
5 0
pada QI
Q II
Q III
Q IV
QI
2008
Q II
Q III
2009
triwulan
III-2009
para
pelaku
usaha
memiliki
ekspektasi yang cukup optimis terhadap kondisi usaha mereka. Saldo bersih tertimbang (SBT) Ekspektasi usaha
Grafik 7.1 Survei Kegiatan Dunia Usaha
triwulan
III-2009
tercatat
sebesar
1,51%,
dengan
ekspektasi situasi bisnis sebesar 40,08%. Faktor yang mendorong meningkatnya ekspektasi para pelaku usaha adalah ekspektasi meningkatnya permintaan masyarakat karena adanya pengaruh pola konsumsi musiman, yaitu dengan adanya bulan puasa dan perayaan Idul Fitri. Dari PDRB sisi permintaan, konsumsi rumah tangga diperkirakan mengalami pertumbuhan yang positif, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II-2009, yang diperkirakan didorong oleh meningkatnya permintaan masyarakat karena pengaruh pola konsumsi musiman. Dari indikator Survei Konsumen (SK) bulan Juli 2009, yaitu ketepatan waktu untuk membeli barang tahan lama, berada pada level 90; lebih tinggi dibandingkan posisi akhir triwulan II-2009 (Juni) yang sebesar 87,5 (Grafik 7.2) Meningkatnya indikator ini diperkirakan didorong oleh adanya pola
konsumsi
musiman
dan
tambahan
penghasilan yang diterima karena pemberian tunjangan ekonomi akan
hari triwulan
didorong
raya
(THR).
III-2009 oleh
Pertumbuhan
juga
diperkirakan
kembali
tumbuhnya
komponen ekspor dengan mulai membaiknya permintaan luar negeri. Pertumbuhan ekspor ini diperkirakan akan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan impor, yang diperkirakan masih akan mengalami kontraksi, seiring dengan meningkatnya ekspektasi pelaku ekonomi untuk meningkat skala usahanya. Sementara itu dari sisi PDRB sektoral, pertumbuhan ekonomi triwulan III-2009 diperkirakan didorong oleh pertumbuhan di sektor industri pengolahan, terutama migas, dengan adanya kebijakan pemerintah untuk meningkatnya produksi LNG; dan sektor pertambangan dan penggalian, yang didorong oleh meningkatnya permintaan. Sektor lainnya yang diperkirakan untuk tumbuh positif adalah sektor pertanian yang diperkirakan didorong oleh laju pertumbuhan di sub sektor kehutanan, yang dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan produk-produk kehutanan seiring dengan membaiknya
42
Prospek perekonomian Daerah perkembangan pada industri pengolahan yang menggunakan bahan baku kayu, seperti industri kertas dan produk kayu lainnya. Sementara itu hasil SK yang dilakukan Bank Indonesia Samarinda pada bulan Juli 2009 menunjukkan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) berada pada level 145,17; berada diatas level optimis 100,00, dan lebih tinggi dibandingkan posisi akhir triwulan II-2009 (Juni), yang tercatat sebesar
134,33
(Grafik
7.3).
Meningkatnya
indeks ini menunjukkan bahwa konsumen cukup optimis
terhadap
perekonomian
di
perkembangan masa
mendatang,
kondisi yang
diperkirakan dipengaruhi oleh faktor adanya ekspektasi penghasilan yang diterima karena penerimaan tunjangan hari raya (THR) dan meningkatnya permintaan masyarakat karena pengaruh pola konsumsi musiman dengan adanya bulan Puasa dan perayaan Hari Raya Idul Fitri. Isu-isu strategis yang diperkirakan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur di masa yang akan datang, antara lain: • Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Batubara di Kawasan Industri Kariangau, Balikpapan PT. Gunung Bayan Coal bekerjasama dengan Pemkot Balikpapan untuk membangun powerplant khusus untuk kepentingan di Kawasan Industri Kariangau. Pembangkit listrik tersebut direncanakan mampu menyediakan daya sebesar 2 x 25 MW dan akan menelan biaya sebesar Rp 2,4 triliun. • PT. Kaltim Prima Coal (KPC) berencana membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kutai Timur. PT. KPC berencana membangun PLTU di Kabupaten Kutai Timur, berkapasitas 2 x 100 Megawatt (MW), yang pembangunannya akan dilaksanakan oleh Bakrie Power. PLTU ini untuk memenuhi kebutuhan di sistem Mahakam, yang jaringannya mampu mencapai Balikpapa, Samarinda, Kutai Kartanegara, Bontang dan Kutai Timur. PLTU ini direncanakan selesai pada tahun 2013. 7.2 Prospek Perkembangan Inflasi Tekanan terhadap laju perkembangan harga barang dan jasa pada triwulan III-2009 diperkirakan dibandingkan 2009.
Hal
peningkatan dipengaruhi
akan
mengalami
dengan ini
dipengaruhi
konsumsi oleh
periode
peningkatan triwulan oleh
adanya
masyarakat
adanya
pola
II-
yang
konsumsi
musiman, yaitu dengan adanya bulan puasa dan perayaan Hari Raya Idul Fitri. Selain itu juga
dipengaruhi
meningkatnya
ekspektasi
penghasilan karena adanya penerimaan tunjangan hari raya (THR). Hal ini terlihat dari indeks ekspektasi penghasilan pada bulan Juli 2009 yang sebesar 160, lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Juni 2009 sebesar 151. Sedangkan indeks ekspektasi tabungan pada periode yang sama sebesar 148, lebih rendah dibandingkan dengan bulan Juni 2009 yang sebesar 149,5 (Grafik 7.4). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat memiliki kecenderungan untuk menggunakan tambahan penghasilan yang mereka peroleh untuk konsumsi dibandingkan dengan ditabung. Hal ini didukung pula dengan meningkatnya indeks ketepatan waktu untuk membeli barang tahan lama (Gafik 7.2).
43
Prospek perekonomian Daerah Sementara itu juga,
indeks yang
mengukur perubahan harga umum 3 bulan yang akan datang dari hasil SK bulan Juli 2009 berada pada level 148; sedikit lebih rendah dibandingkan posisi bulan Juni 2009 yang sebesar 150 (Grafik 7.5); namun lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata indeks perubahan harga di triwulan II-2009. Hal ini menunjukkan bahwa pada triwulan III-2009, harga-harga berpotensi untuk mengalami kenaikan.
44
LAMPIRAN
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH INDIKATOR
2008
2009
QI
Q II
Q III
Q IV
QI
Q II*
166.80
112.61
116.35
116.63
117.54
117.72
Kota Samarinda
165.99
113.57
116.93
116.86
118.60
118.81
Kota Balikpapan
167.76
110.64
113.98
114.43
114.46
114.69
115.17
121.55
122.55
123.20
123.08
9.39
7.71
MAKRO EKONOMI Indeks Harga Konsumen (IHK)
Kota Tarakan Laju Inflasi Tahunan (y-o-y,%)
11.05
14.9
13.99
13.06
Kota Samarinda
11.60
15.83
14.37
12.69
10.52
8.09
Kota Balikpapan
10.40
13.66
11.42
11.30
7.29
6.65
15.33
20.68
19.85
11.69
9.52
Kota Tarakan PDRB - harga konstan (miliar Rp)
25,592.33 25,814.59 25,949.64 25,811.47 25,668.77 26,301.52
Pertanian
1,957.63
1,860.22
1,728.87
1,511.26
1,669.54
1,847.12
Pertambangan & Penggalian
9,858.43 10,041.29 10,184.14 10,429.62
9,938.13 10,275.10
Industri Pengolahan
8,164.66
8,232.89
8,231.40
8,010.76
8,035.48
8,599.25
Listrik, gas dan air bersih
78.64
79.30
80.24
80.35
81.79
80.84
Bangunan
874.35
892.53
907.53
913.97
943.86
869.91
Perdagangan, Hotel dan Restoran
2,107.97
2,117.59
2,162.06
2,190.87
2,245.70
2,085.14
Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Jasa Pertumbuhan PDRB (y-o-y,%) Nilai Ekspor Nonmigas (USD juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Nilai Impor Nonmigas (USD juta) Volume Impor Nonmigas (ribu ton)
1,328.20 727.37 495.07 6.62 992.79 18,860 119.07 117.72
1,347.21 745.19 498.37 6.82 1,015.41 18,065 108.23 89.70
1,375.70 764.74 514.97 4.58 1,688.86 20,799 273.65 95.03
1,382.01 767.97 524.68 1.44 1,804.46 23,673 427.53 86.65
1,440.95 779.90 533.42 0.30 1,823.66 25,289 1,268.89 157.03
1,328.67 711.03 504.45 1.89 1,796.91 23,743 300.94 82.14
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH INDIKATOR PERBANKAN Bank Umum: Total Aset (Rp triliun) DPK (Rp triliun) Tabungan (Rp triliun) Giro (Rp triliun) Deposito (Rp triliun) Kredit (Rp triliun) - berdasarkan lokasi proyek Modal Kerja Konsumsi Investasi LDR Kredit (Rp triliun) -berdasarkan lokasi kantor cab Modal Kerja Konsumsi Investasi LDR Kredit UMKM (Rp triliun) Kredit Mikro (
2009
2008 QI
Q II
Q III
Q IV
QI
Q II*
41.93 32.97 12.64 9.52 10.81 24.01 11.55 5.21 7.25 72.80% 16.44 7.37 5.39 3.67 49.84%
44.56 35.11 14.03 11.01 10.07 25.38 12.03 5.58 7.77 72.29% 18.21 8.20 5.79 4.22 51.86%
51.44 39.35 14.47 13.53 11.34 29.75 14.26 6.31 9.18 75.59% 19.85 8.71 6.33 4.80 50.43%
50.37 41.52 15.52 12.92 13.08 29.83 12.85 6.49 10.49 71.85% 20.47 8.96 6.48 5.03 49.31%
53.68 41.37 14.92 12.60 13.85 29.26 12.38 6.63 10.24 70.72% 21.01 9.02 6.66 5.32 50.79%
52.54 42.35 15.32 13.13 13.90 30.14 13.27 6.82 10.06 71.18% 22.25 9.77 6.98 5.50 52.54%
3.00 0.35 0.04 2.61 3.41 1.20 0.25 1.96 4.78 2.98 1.09 0.72 11.19 3.66
3.25 0.41 0.10 2.74 3.85 1.32 0.36 2.17 5.37 3.40 1.16 0.81 12.46 3.05
3.50 0.44 0.10 2.95 4.21 1.42 0.42 2.37 5.70 3.56 1.23 0.91 13.42 2.67
3.52 0.42 0.10 3.00 4.25 1.39 0.46 2.40 5.80 3.65 1.24 0.92 13.57 2.40
3.69 0.44 0.11 3.14 4.34 1.36 0.52 2.45 5.73 3.58 1.26 0.90 13.76 3.06
3.82 0.49 0.12 3.21 4.71 1.46 0.55 2.69 6.07 3.90 1.26 0.92 14.60 2.74