KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara
Triwulan III
2011
Kantor Bank Indonesia Manado
0
Kata Pengantar Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 6 Tahun 2009 , dijelaskan bahwa tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Guna mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum otonomi daerah, setiap Kantor Bank Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI Manado dituntut berperan sebagai
yang diharapkan mampu
memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini sebagai bahan masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam perumusan dan penetapan kebijakan moneter yang tepat sasaran. Penyajian informasi ekonomi dan keuangan daerah tersebut, disusun dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sulawesi Utara secara triwulanan, yang berisi analisis mengenai kondisi makro ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta prospeknya ekonomi di triwulan mendatang. Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih. Manado, 30 September 2011 BANK INDONESIA MANADO
Ramlan Ginting Pemimpin
1
Daftar Isi KATA PENGANTAR
halaman 1
DAFTAR ISI
halaman 2
RINGKASAN EKSEKUTIF
halaman 5
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
halaman 13
Sisi Permintaan
halaman 13
Sisi Penawaran
halaman 21
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
halaman 31
Inflasi Tahunan (yoy)
halaman 32
Inflasi Triwulanan (qtq)
halaman 32
Inflasi Bulanan (mtm)
halaman 33
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi
halaman 35
Boks 1
halaman 40
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
halaman 43
Struktur Aset Perbankan
halaman 43
Perkembangan Kantor Bank
halaman 43
Perkembangan Bank Umum Konvensional
halaman 45
Stabilitas Sistem Perbankan
halaman 52
Perkembangan Perbankan Syariah
halaman 55
Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat
halaman 56
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
halaman 59
Dana Perimbangan di Sulawesi Utara
halaman 60
APBD di Tingkat Provinsi
halaman 62
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
halaman 69
Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai
halaman 69
Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai
halaman 74
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN
halaman 77
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah
halaman 77
Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
halaman 80
2
PROSPEK PEREKONOMIAN
halaman 87
Prospek Ekonomi Makro
halaman 87
Prakiraan Inflasi
halaman 92
Prospek Perbankan
Halaman 99
Daftar Istilah dan Singkatan
halaman 97
3
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Kantor Bank Indonesia Manado Jl. 17 Agustus No. 56 Ph. 0431-868102, 868103, 868108 Fax. 0431 - 866933 Email :
[email protected];
[email protected];
[email protected] website : www.bi.go.id Publikasi ini dapat diunduh dalam bentuk softfile pada: http://www.bi.go.id/web/id/DIBI/Info_Publik/Ekonomi_Regional/
4
RINGKASAN EKSEKUTIF Perkembangan Makro Ekonomi Regional Penguatan perekonomian Sulawesi Utara terus berlanjut selama triwulan III-2011.
Penguatan perekonomian Sulawesi Utara terus berlanjut selama triwulan III-2011. Setelah tumbuh 7,14% (yoy) pada triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara kembali tumbuh pada level yang relatif tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar 7,73% (yoy). Optimisme semakin membaiknya perekonomian serta prospek kedepan mendorong
meningkatnya
kinerja
konsumsi
dan
investasi.
Sementara itu, kinerja perdagangan luar negeri Sulawesi Utara menunjukkan adanya pertumbuhan negatif. Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2011 disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada dengan tingkat pertumbuhan total sebesar 7,73% (yoy), relatif lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,04% (yoy). Pertumbuhan terutama terjadi sebagai multiplier effect penyelenggaraan even berskala internasional dan nasional pada triwulan laporan yang pada tahap selanjutnya akan mendorong aktivitas pada sektor penopang pertumbuhan ekonomi Sulut. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan III-2011 adalah Sektor Bangunan yang tercatat tumbuh 15,76% (yoy) dengan sumbangan sebesar 2,26% terhadap total pertumbuhan.
Selanjutnya,
sektor
pertanian
dan
sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) juga masih menjadi kontributor pertumbuhan ekonomi dengan sumbangan masingmasing sebesar 0,52% dan 2% terhadap total pertumbuhan. Perkembangan Inflasi Daerah Tren penurunan tekanan inflasi di Kota Manado secara umum masih terjadi sepanjang triwulan III-2011. Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada triwulan III-2011 tercatat
5
Tren penurunan tekanan inflasi di Kota Manado secara umum masih terjadi sepanjang triwulan III-2011. Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada triwulan III-2011 tercatat 1,25% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 7,38% (yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional sebesar 4,61% (yoy). Sejalan dengan pergerakan inflasi tahunan, inflasi bulanan selama triwulan III-2011 juga mengalami penurunan menjadi deflasi 0,22% (mtm) pada September 2011 dari 0,08% (mtm) pada Juli 2011, angka ini jauh lebih rendah dibandingkan inflasi nasional pada September 2011 sebesar 0,27% (mtm). Akumulasi laju inflasi (ytd) Kota Manado sampai dengan September 2011 tercatat lebih rendah (0,19%)
dibandingkan
akumulasi
inflasi
nasional
(2,97%).
Sementara itu, sebagaimana pola musimannya, Kota Manado pada periode laporan juga mencatat deflasi 0,05% (qtq). Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi Berdasarkan faktor-faktor yang secara tahunan pada triwulan II-2011 mempengaruhinya, tekanan Inflasi terutama didorong oleh secara tahunan pada triwulan III-2011 terutama didorong oleh
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada triwulan III-2011 terutama didorong oleh kelompok inti (core inflation), sementara kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) dan kelompok komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah (administered prices) justru memberikan sumbangan negatif terhadap inflasi pada periode laporan. Perkembangan Perbankan Daerah
Sejalan dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian, perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif
Sejalan dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian, perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif. Aset, dana
pihak
ketiga,
dan
outstanding
kredit
mengalami
pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi penghimpunan dana, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga terutama terjadi pada jenis deposito. Sementara itu, kredit tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, terutama kredit investasi. Pertumbuhan kredit yang lebih cepat daripada pertumbuhan DPK menyebabkan Loan 6
to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi Utara berada pada level sedikit di atas 100% dan sedikit mengalami peningkatan dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan seperti aspek risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%. Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan
Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan mengalami
pertumbuhan positif.
Total aset bank umum syariah secara tahunan, sampai dengan posisi September 2011 meningkat sebesar 20,46% (yoy), sejalan dengan pertumbuhan kredit sebesar 48,16%. Sementara itu, DPK tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 33,13% (yoy) pada triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut, Financing to Deposit Ratio (FDR)
meningkat dari 208,33% pada triwulan III-2010
menjadi sebesar 231,85% pada triwulan III-2011. Sejalan dengan itu kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif
Sejalan dengan itu kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan
III-2011
menunjukkan
pertumbuhan
positif
yang
tercermin dari pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Namun demikian, hal ini tidak diikuti dengan perbaikan kualitas kredit dan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR). Aset BPR pada Juni 2011 mengalami pertumbuhan positif sebesar 68,43% (yoy), menjadi
Rp563,1 miliar. Pertumbuhan aset BPR pada periode laporan terutama didorong oleh pertumbuhan kredit
tercatat 70,22%
(yoy) atau mencapai Rp420,1 miliar. Perkembangan Keuangan Daerah (APBD) Alokasi dana perimbangan yang terdiri atas Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) ...
Alokasi dana perimbangan yang terdiri atas Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pemerintah pusat bagi Provinsi/Kab/Kota
di
wilayah
Sulawesi
Utara
Tahun
2011
meningkat sebesar 12,05% dibandingkan dengan Tahun 2010. Secara agregat, jumlah alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten dan kota di Sulawesi Utara mencapai Rp5,67 triliun. Seluruh Kabupaten/Kota bahkan di tingkat Provinsi 7
di
Tahun
2011
mengalami
peningkatan
alokasi
anggaran
dibandingkan tahun lalu. Kinerja keuangan pemerintah pada triwulan III-2011 lebih rendah...
Kinerja keuangan pemerintah pada triwulan III-2011 lebih rendah dibandingkan triwulan II 2010, hal ini tercermin dari realisasi pendapatan dan belanja daerah yang mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Disisi lain sampai dengan triwulan laporan tingkat pendapatan secara umum baru terealisasi 76,4% dari total target pendapatan atau lebih rendah dibandingkan pencapaian tahun lalu yang tercatat sebesar 85,2%. Sementara itu, sampai dengan triwulan III-2011 realisasi belanja tercatat sebesar 51,9% dari total anggaran atau lebih rendah
dibandingkan
dengan
triwulan
yang
sama
tahun
sebelumnya tercatat 67,3% dari total anggaran. Perkembangan Sistem Pembayaran Pada triwulan III-2011, nilai transaksi sistem pembayaran non tunai di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan ...
Pada triwulan III-2011, nilai transaksi sistem pembayaran non tunai di
Sulawesi
Utara
menunjukkan
peningkatan.
Transaksi
pembayaran melalui Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), untuk wilayah Sulawesi Utara, baik secara nominal maupun nominal meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan itu, transaksi dan volume pembayaran melalui kliring
di
wilayah
Sulawesi
juga
mengalami
peningkatan.
Selanjutnya aktivitas transaksi tunai di Sulawesi Utara yang dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan III2011 mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Selama triwulan III-2011, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 100,59%
Selama triwulan III-2011, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 37,98%, jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat 64,11%. Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan laporan adalah sebesar Rp376 miliar. Budaya dan perilaku masyarakat yang kurang baik dalam memperlakukan uang kertas seperti melipat, mengokot (men-staples), meremas dan mencoratcoret akan mempercepat kelusuhan uang kertas. Selain itu, karena 8
faktor iklim tropis yang lembab juga akan mempercepat tingkat kelusuhan uang kertas.
Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan tercatat 1,57% dari
Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan tercatat 1,57% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 1,72%. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Masyarakat
Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara juga terus menunjukkan perbaikan ...
Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara juga terus menunjukkan perbaikan,
hal
tersebut
sesuai
dengan
perkembangan
pertumbuhan perekonomian daerah yang semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan melalui Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang secara konstan mengalami penurunan selama beberapa tahun terakhir. Selain itu, penurunan tingkat pengangguran juga terindikasi dari angka penggunaan tenaga kerja oleh dunia usaha Sulawesi Utara yang mencatat angka positif. Angka yang diperoleh dari hasil Survei Konsumen (SK) triwulan III-2011, menunjukkan masyarakat Sulawesi Utara masih optimis terhadap ketersediaan lapangan kerja yang ditunjukkan melalui indeks ketersediaan lapangan kerja yang masih dalam level optimis. Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus meningkat...
Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus meningkat. Kondisi ini ditandai oleh turunnya tingkat kemiskinan yang didukung oleh kenaikan indeks penghasilan dan Nilai Tukar Petani (NTP). Outlook Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara triwulan IV-2011 diperkirakan mengalami pertumbuhan pada kisaran 7,61% - 7,81% (yoy)
Pertumbuhan
ekonomi
Sulawesi
Utara
triwulan
IV-2011
diperkirakan mengalami pertumbuhan pada kisaran 7,61% 7,81% (yoy). Pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh 9
kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) yang mengalami peningkatan seiring dengan maraknya even yang dilaksanakan di Sulawesi Utara serta peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat menjelang perayaan Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. Seiring dengan hal tersebut, sektor Bangunan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan positif yang ditandai dengan peningkatan realisasi proyek fisik pemerintah menjelang masa akhir tahun anggaran. Di sisi lain, sektor Pertanian masih menjadi salah satu sektor yang berkontribusi tinggi terhadap pertumbuhan
ekonomi
Sulut
meskipun
masih
mengalami
pertumbuhan yang melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Outlook Inflasi Regional Laju inflasi Kota Manado pada triwulan IV-2011 diperkirakan akan meningkat, berada pada kisaran
Laju inflasi Kota Manado pada triwulan IV-2011 diperkirakan akan meningkat, berada pada kisaran 2,30%±1% (yoy). Dari sisi fundamental, faktor pendorong laju inflasi tahunan Kota Manado diantaranya
bersumber
dari
harga
komoditas
internasional
terutama harga emas dunia yang berpotensi masih cenderung meningkat dan
peningkatan permintaan seiring perayaan Hari
Raya Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. Peningkatan harga komoditas serta permintaan masyarakat menjelang hari raya selanjutnya
berdampak
terhadap
pembentukan
ekspektasi
masyarakat akan tingginya laju inflasi pada triwulan IV-2011. Dari sisi non fundamental tekanan inflasi volatile foods diperkirakan akan meningkat sebagai faktor berkurangnya pasokan dan melonjaknya permintaan seiring dengan perayaan Natal 2011 serta Tahun Baru 2012. Namun demikian, laju inflasi kelompok volatile foods masih dapat diredam oleh membaiknya suplai ikan di laut Sulawesi dan perkiraan panen raya beras di Sulut pada akhir tahun 2011 sesuai dengan pola musimannya. Sementara itu, inflasi kelompok administered price relatif terkendali seiring kebijakan pemerintah untuk mempertahankan harga bahan bakar bersubsidi hingga akhir tahun 2012.
10
Prospek Perbankan Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 6,75% pada triwulan III-2011
Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 6,75% pada triwulan III-2011 diperkirakan akan direspon oleh perbankan dengan melakukan penyesuaian terhadap kenaikan suku bunga pinjaman perbankan walaupun masih dalam kisaran yang relatif terbatas. Survei Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia menunjukkan mulai adanya peningkatan ekspektasi konsumen terhadap peningkatan tingkat suku bunga.
Di sisi lain, Bank Indonesia juga menerapkan kebijakan Prime Lending Rate, dengan harapan dapat mendorong penurunan suku bunga perbankan .
Di sisi lain, Bank Indonesia juga menerapkan kebijakan Prime Lending Rate, dengan harapan dapat mendorong penurunan suku bunga perbankan. Dengan adanya kebijakan ini, setiap bulan bank harus mengumumkan suku bunga kreditnya berdasarkan masingmasing sektor baik bunga kredit korporasi, retail, kredit pemilikan rumah (KPR), dan kredit lainnya. Kebijakan ini dikeluarkan agar tercipta transparansi bunga kredit dan persaingan yang sehat pada industri perbankan. Di sisi lain, kebijakan ini akan menjadi petunjuk (guideliness) dari bank sentral untuk menyeragamkan suku bunga utama kepada nasabah perbankan.
11
Halaman ini sengaja dikosongkan
12
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Penguatan perekonomian Sulawesi Utara terus berlanjut selama triwulan III-2011. Setelah tumbuh 7,14% (yoy) pada triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara kembali tumbuh pada level yang relatif tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar 7,73% (yoy). Optimisme semakin membaiknya perekonomian serta prospek kedepan mendorong meningkatnya kinerja konsumsi dan investasi. Sementara itu, kinerja perdagangan luar negeri Sulawesi Utara menunjukkan adanya pertumbuhan negatif. Penurunan kinerja ekspor khususnya terjadi pada komoditi perikanan yang terkendala faktor cuaca. Sementara itu, dari sisi penawaran, peningkatan kinerja sektor bangunan dan PHR merupakan faktor utama pendorong terjadinya akselerasi perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III-2011. Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara (yoy)
9.00 % 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00
3.00 2.00 1.00 0.00 Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
2011
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
1.1 SISI PERMINTAAN Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan III-2011 terutama ditopang oleh membaiknya kinerja investasi. Peningkatan kinerja investasi pada triwulan laporan didorong oleh realisasi ekspor proyek fisik swasta maupun pemerintah. Kegiatan konsumsi, baik konsumsi swasta maupun pemerintah masih mengalami pertumbuhan positif, meskipun melambat apabila dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Faktor pendorong pertumbuhan positif kegiatan konsumsi diantaranya: (1) peningkatan pendapatan masyarakat terutama yang bersumber dari penerimaan Tunjangan Hari Raya 13
(THR) dan pencairan gaji ke-13, (2) peningkatan aktivitas konsumsi seiring tahun ajaran baru, perayaan Hari Raya Pengucapan Syukur, Bulan Suci Ramadhan dan Idul Fitri. Sementara itu, kinerja ekspor di triwulan III-2011 tercatat mengalami pertumbuhan negatif, salah satu faktor penyebab penurunan ini adalah kondisi cuaca buruk yang terjadi telah berdampak pada penurunan volume ekspor khususnya produk perikanan yang menjadi salah satu sektor unggulan ekspor Sulut. Tabel 1.1. Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (% yoy) Jenis Penggunaan
Q2 7.26 6.20 9.35 2.94 15.18 13.61 15.25 6.80
Konsumsi Konsumsi Swasta Konsumsi Pemerintah PMTB Stok Ekspor Impor PDRB
Sumb. 4.61 2.62 1.99 0.61 0.22 6.58 5.23 6.80
2010 Q3 Sumb 8.98 5.55 7.28 3.01 12.39 2.54 -0.19 -0.05 17.94 0.27 26.29 10.66 32.32 9.39 7.04 7.04
Q4 10.03 7.96 13.74 1.14 13.43 9.87 10.45 7.77
Sumb 6.22 3.16 3.06 0.27 0.21 4.61 3.54 7.77
2011 Sumb Q2 3.78 6.92 2.09 6.06 1.69 8.58 2.51 13.90 0.10 1.48 4.36 -1.46 3.77 -1.75 6.99 7.14
Q1 5.48 4.62 7.12 11.64 10.16 9.02 9.42 6.99
Sumb. 4.42 2.54 1.87 2.80 0.02 -0.75 -0.65 7.14
Q3 7.34 7.47 6.37 15.87 25.31 -16.58 -19.62 7.73
Sumb. 4.47 3.09 1.37 3.73 0.42 -7.93 -7.04 7.73
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
1.1.1 Konsumsi Kegiatan konsumsi selama triwulan III-2011 mengalami pertumbuhan positif sebesar 7,34% (yoy) dengan kontribusi sebesar 4,47% terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Dibandingkan pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya, maka kinerja kegiatan konsumsi selama triwulan laporan tercatat mengalami sedikit perlambatan. Namun demikian, kinerja konsumsi masih tercatat sebagai kontributor utama pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan III-2011. Faktor pendorong pertumbuhan positif kegiatan konsumsi diantaranya : (1) peningkatan pendapatan masyarakat terutama yang bersumber dari penerimaan Tunjangan Hari Raya (THR) dan pencairan gaji ke-13, (2) peningkatan aktivitas konsumsi seiring tahun ajaran baru, perayaan Hari Raya Pengucapan Syukur, Bulan Suci Ramadhan dan Idul Fitri. Kinerja
konsumsi
swasta
pada
triwulan
laporan salah satunya terindikasi
melalui
Indeks Ekonomi Saat Ini (IEK) berdasarkan hasil
Grafik 1.2. Indeks Ekonomi Saat Ini 200 180 160 140 120
Survei Konsumen (SK) di Kota Manado pada triwulan III-2011. Sebagaimana terlihat pada
100 80 60 40 20
grafik 1.2,
pada akhir triwulan
laporan
(September 2011) IEK mencapai 141,33. Jika
-
J
F
M
A
M
J 2010
J
A
S
O
N
D
J
F
M
0
M
J
J
A
S
2011
Kondisi Ekonomi Saat Ini Penghasilan Saat Ini
dilihat
berdasarkan
komponennya,
Pembelian Barang Tahan Lama Ketersediaan Lap. Kerja
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Manado.
14
optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian saat ini tercermin dari positifnya nilai indeks seluruh komponen penyusun Indeks Ekonomi Saat Ini yang meliputi Indeks Penghasilan Saat Ini (117,5) , Indeks Pembelian Barang Tahan Lama/Durable Goods (141,5) serta Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (165). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi usaha yang semakin membaik berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja yang lebih besar, yang selanjutnya mendorong kenaikan penghasilan masyarakat, dan naiknya konsumsi rumah tangga. Grafik 1.3. Indeks Nilai Tukar Petani Per Sub-Sektor
Disamping itu, pertumbuhan konsumsi selama triwulan laporan tidak lepas dari
115
membaiknya
110
daya
beli
petani
seiring
dengan meningkatnya harga komoditas dunia. Hal ini tercermin dari peningkatan
NTP
batas minimum sejahtera
105
Pangan
100
Holtikultura
95
Perkebunan
Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan III90
2011 mencapai 103,61 atau tumbuh 1, 71% (yoy). Peningkatan terutama terjadi
Peternakan
Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
Q2 2011
Q3 Perikanan
pada subsektor pangan, dan peternakan. Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Peningkatan
subsektor
perkebunan
rakyat merupakan imbas kenaikan harga komoditas unggulan Sulut (Pala, Cengkih, dan Kopra) apabila dibandingkan tahun lalu. Sementara itu, sub sektor yang masih berada dibawah batas minimum sejahtera adalah perikanan sebagai dampak turunnya produksi perikanan karena faktor cuaca buruk. Dalam Indeks NTP yang ditunjukan pada grafik 1.3., sepanjang tahun 2010 sampai akhir triwulan III 2011 NTP Sulawesi Utara selalu berada dalam kategori sejahtera (indeks > 100). Sebagaimana diketahui, berdasarkan komposisinya hampir 40% masyarakat di Sulawesi Utara bermata pencaharian bertani, sehingga tingkat kesejahteraan petani mampu memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap aktivitas konsumsi rumah tangga. Selanjutnya, pertumbuhan positif kegiatan konsumsi selama triwulan laporan juga dapat dikonfirmasi melalui penjualan kendaraan roda empat di wilayah Kota Manado yang mengalami kenaikan sebagaimana data yang disajikan oleh salah satu dealer utama penjualan kendaraan roda empat di Kota Manado. Selama triwulan III-2011 penjualan kendaraan roda empat mengalami terus mengalami pertumbuhan positif hingga mencapai 6,7% (yoy) pada triwulan laporan. Adanya peningkatan penghasilan pada triwulan laporan
15
direspon oleh masyarakat dengan melakukan pembelian barang dan jasa khususnya pembelian barang tahan lama. Sementara itu, data pernyaluran kredit konsumsi oleh perbankan Sulut tetap menunjukkan pertumbuhan positif, meskipun melambat apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada September 2011, kredit konsumsi yang berhasil disalurkan bank umum mencapai Rp7.641 miliar, atau tumbuh sebesar 9,11% (yoy), melambat apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat mengalami pertumbuhan 26,27% (yoy). Grafik 1.5. Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum
Grafik 1.4. Perkembangan Penjualan Kendaraan Roda Empat Total Sales (Unit) - left axis
1000
gSales (% yoy) - right axis
70
9,000
900
60
8,000
40
800
50
7,000
35
700
40
6,000
30
600
30
500
20
5,000
25
400
10
4,000
20
300
0
3,000
15
200
-10
2,000
10
100
-20
1,000
5
0
-30
-
Q1
Q2
Q3
Q4
2009
Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
2011
Sumber : Dealer utama penjualan kendaraan roda empat
Kredit_Konsumsi (Rp miliar) - left axis
45
gKredit_Konsumsi (% yoy) - right axis
0 Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
2011
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Sejalan dengan pertumbuhan positif konsumsi swasta, kegiatan konsumsi pemerintah selama triwulan III-2011 juga tumbuh positif sebesar 6,37% (yoy), namun tercatat mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 12,39% (yoy). Perlambatan ini antara lain dapat dikonfirmasi dengan realisasi anggaran belanja di triwulan III-2011 yang baru mencapai 51,9% dari target belanja APBD P 2011 sebesar Rp1.443 miliar, atau lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang menghasilkan pencapaian yang sama (67,3%) dengan target yang lebih rendah yakni Rp1.093 miliar.
1.1.2 Investasi Pada triwulan III-2011, investasi di Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif sebesar 25,31% (yoy). Faktor pendorong pertumbuhan kinerja investasi pada triwulan III 2011 diantaranya pembangunan berbagai infrastruktur pendukung terkait persiapan perhelatan internasional Asean Economic Ministry (AEM), pembangunan jalan ringroad II yang masih
16
berjalan, pembangunan PLTS di Miangas dan realisasi pembangunan jaringan internet di Minahasa Selatan serta kegiatan investasi swasta di bidang properti. Selain itu, peran perbankan dalam penyaluran pembiayaan untuk kegiatan investasi juga terus mengalami peningkatan. Sampai akhir triwulan III-2011, jumlah kredit investasi tercatat sebesar Rp2.195 miliar atau tumbuh 115,58% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2010 yang hanya tumbuh 10,91% (yoy). Pencapaian pertumbuhan kredit investasi ini diharapkan dapat mendorong kinerja investasi pada tahap selanjutnya. Grafik 1.6. Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum Kredit_Investasi (Rp miliar) - left axis
2,500
gKredit_Investasi (% yoy) - right axis
140 120
2,000
100 1,500
80
1,000
60 40
500
20
-
0 Q1
Q2
Q3
Q4
2009
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
2011
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
1.1.3
Ekspor
Impor
Kinerja perdagangan Sulawesi Utara yang tercermin dari laju pertumbuhan ekspor dan impor pada triwulan III-2011 tercatat mengalami kontraksi. Laju pertumbuhan ekspor pada triwulan laporan tercatat tumbuh negatif 16.58% (yoy). Indikasi penurunan kinerja ekspor Sulut disumbang oleh perdagangan luar negeri dan perdagangan antar daerah/provinsi. Kegiatan
ekspor
mengalami
antar
daerah/
pertumbuhan
negatif
provinsi pada
triwulan laporan. Hal ini dapat dikonfirmasi dengan
kegiatan
pelabuhan
muat
Bitung.
Grafik 1.7. Perkembangan Kegiatan Muat di Pelabuhan Bitung Muat (Ribu ton) - left axis
gMuat (% yoy) - right axis
900
280
800
230 180
barang
melalui
700
Kegiatan
muat
500
600
130 80
400
didefinisikan sebagai kegiatan pengiriman barang dari Sulawesi Utara ke luar provinsi. Selama triwulan III-2011, volume barang asal Sulawesi Utara yang dikirim (muat) ke pasar
30
300
-20
200
-70
100 0
-120 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009
2010
2011
Sumber : PT. PELINDO IV (Persero) Bitung
17
domestik sebesar 275 ribu ton, tumbuh -64,46% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sejalan dengan
itu, kegiatan ekspor luar
negeri selama triwulan pertumbuhan
negatif,
III-2011 mengalami tercermin
Grafik 1.8. Perkembangan Volume Ekspor Luar Negeri Sulut 250
100
Ekspor_Volume (Ribu ton) - left axis
dari
gEkspor_Volume (% yoy) - right axis
80
200
perkembangan
60
volume ekspor yang turun
40
150
4,13% (yoy) dari 133.13 ribu ton pada triwulan
20
100
0
III-2010 menjadi hanya 127.63 ribu ton pada triwulan laporan. Penurunan volume ekspor terutama terjadi pada komoditi perikanan yang
-20 50 -40 0
-60 Q1
Q2
Q3 2009
terkendala
oleh
permasalahan
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2010
Q2
Q3
2011
cuaca Sumber : Bank Indonesia, diolah
buruk. Berdasarkan jenisnya, komoditi utama
Grafik 1.9. Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulut
ekspor luar negeri pada triwulan III-2011
4% 3%
terutama didominasi dalam bentuk Lemak
2%
Lemak & minyak hewan/nabati
6%
dan Minyak Hewani
dengan pangsa
Daging & Ikan olahan
9% Ikan & Udang
mencapai 76% kemudian daging olahan dan
Q1
ikan
olahan
dengan
pangsa
76%
Ampas/ Sisa industri Makaknan Berbagai produk kimia
mencapai 9%, sisanya dalam bentuk
Lainnya
ikan&udang (6%), ampas/sisa industri
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
(4%), berbagai produk kimia (3%) dan produk lainnya (2%). Grafik 1.10. Negara Tujuan Ekspor Tahun s.d September 2010
15%
8%
Belanda Amerika Serikat
3% 1% 4%
22%
Grafik 1.11. Negara Tujuan Ekspor s.d. Sept 2011
9% 2% 3% 3%
Korea Selatan Cina
17%
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Amerika Serikat Korea Selatan
Cina
16%
Jepang
Jepang
Jerman
Jerman Meksiko
Meksiko 30%
Belanda
30%
Lainnya
17%
20%
Lainnya
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
18
Komposisi negara tujuan ekspor Sulut sampai dengan triwulan III-2011 mengalami pergeseran bila dibandingkan pada tahun 2010. Negara tujuan utama ekspor Sulut sampai dengan triwulan laporan adalah Belanda (29,53%), Amerika Serikat (20,19%), Korea Selatan (16,66%), Cina (16,41%) sedangkan pada tahun 2010 negara tujuan ekspor utarama Sulut adalah Cina (30,42%), Amerika Serikat (21,89%), Korea Selatan (17,38%), Belanda (8,41%) Sama halnya dengan kinerja ekspor, kegiatan impor Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 juga mengalami pertumbuhan negatif sebesar 19,62% (yoy). Pertumbuhan negatif ini terutama disebabkan oleh penurunan kinerja impor antar pulau/provinsi. Hal ini sejalan dengan pangsa impor Sulawesi Utara yang lebih didominasi oleh impor antar pulau/provinsi (±99%) dibandingkan impor yang didatangkan dari luar negeri (±1%). Penurunan ini dapat dikonfirmasi dengan kegiatan bongkar barang melalui pelabuhan Bitung.
Kegiatan
bongkar
Grafik 1.12. Perkembangan Kegiatan Bongkar di Pelabuhan Bitung
didefinisikan
Bongkar (Ribu ton) - left axis
gBongkar (% yoy) - right axis
3,500
sebagai masuknya barang dari luar provinsi
3,000
ke Sulawesi Utara. Selama triwulan III-2011,
2,500
volume barang yang masuk ke Sulawesi
2,000
Utara (bongkar) mencapai 790 ribu ton turun
sebesar
68,26%
(yoy)
30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 -50 -60 -70 -80
1,500 1,000
apabila
500
dibandingkan dengan periode yang sama
0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
tahun sebelumnya tercatat 2.489 ribu ton. 2009
2010
2011
Tren penurunan impor yang ditunjukkan dari penurunan mengindikasikan
kegiatan bahwa
bongkar
Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung
tingkat
ketergantungan Sulawesi Utara terhadap barang dari daerah/provinsi lainnya di luar Sulawesi Utara sudah semakin kecil. Sementara itu, kinerja impor luar negeri Sulut masih tetap menunjukkan adanya pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan kinerja impor luar negeri antara lain dapat dikonfirmasi dengan data nilai impor selama triwulan III-2011 yang tercatat mencapai USD97,96 juta meningkat dibanding triwulan III-2010 dengan nilai sebesar USD53,5 juta atau tumbuh mengalami pertumbuhan sebesar 83,1%.
19
Tabel 1.2. Impor Sulut (Juta USD) % Growth (yoy)
Nilai CIF ( Ribu USD) Uraian
Jan'11
Total Impor
Feb'11
22.09
Migas
5.59
-
Non Migas
-
22.09
Mar'11
Apr'11
37.07 -
5.59
37.07
Mei'11
5.50 5.50
Jun'11
3.80
Jul'11
2.60
-
0.90
-
3.80
Agst'11 13.40
-
2.60
-
0.90
13.40
Sep'11 7.00
Jan-Sep 2011 97.96
Jan-Sep 2010 53.50
97.96
53.50
83.1
7.00
83.1
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.13. Pangsa Komoditi Utama Impor Sulut
Berdasarkan komoditasnya, kegiatan impor luar negeri pada triwulan laporan didominasi oleh impor komoditas gandum-ganduman dengan pangsa 26,4% dari total nilai impor. Beberapa komoditas
impor
Sulut
lainnya
Gandum-ganduman
14%
5%
27% Mesin-mesin
11% Kapal Laut
22%
21%
diantaranya
Mesin/peralatan listrik
mesin-mesin, kapal laut dan besi baja dengan pangsa
berturut-turut
21,7%,
20,3%
Besi & Baja
Lainnya
dan
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
10,4%. Berdasarkan negara asal barangnya, barang impor sampai dengan September 2011 lebih dominan didatangkan dari negara Vietnam (27%), Jepang (21%), Malaysia (12%), China (9%), Taiwan (7%). Sedangkan negara asal impor Sulut pada tahun 2010 adalah Jepang (31,84%), Australia (6,84%), dan Jepang (2,96%). Terdapat perbedaan urutan negara asal impor di tahun 2010 dan 2011, jika pada tahun 2010, negara Jepang merupakan negara asal impor barang utama Sulut dengan komoditi impor berupa mesin-mesin, maka pada tahun 2011, negara asal impor utama adalah negara Vietnam dengan komoditi impor berupa beras. Grafik 1.14. Negara Asal Impor s.d Sept 2010
Grafik 1.15. Negara Asal Impor s.d. Sept 2011
Vietnam
13% 27%
5% 2% 22%
Jepang
7%
Jepang Malaysia
13% Malaysia
9%
Australia Cina
Australia 11% 21%
Cina 12%
Taiwan Lainnya
Lainnya 58%
Sumber : BPS Prov. Sulut, diolah Sumber : BPS Prov. Sulut, diolah
20
1.2 SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2011 disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada dengan tingkat pertumbuhan total sebesar 7,73% (yoy), relatif lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,04% (yoy). Pertumbuhan terutama terjadi sebagai multiplier effect
penyelenggaraan even berskala
internasional dan nasional pada triwulan laporan yang pada tahap selanjutnya akan mendorong aktivitas pada sektor penopang pertumbuhan ekonomi Sulut. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan III-2011 adalah Sektor Bangunan yang tercatat tumbuh 15,76% (yoy) dengan sumbangan sebesar 2,26% terhadap total pertumbuhan. Selanjutnya, sektor pertanian dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) juga masih menjadi kontributor pertumbuhan ekonomi dengan sumbangan masingmasing sebesar 0,52% dan 2% terhadap total pertumbuhan. Tabel 1.3. Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%) Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan PHR Pengangkutan & Komunikasi Keu., Sewa & Jasa Perusahaan Jasa-Jasa PDRB
Q2 12.54 2.65 6.37 3.86 2.61 6.77 6.38 6.09 5.82 6.80
Sumb. 2.55 0.14 0.48 0.03 0.39 1.07 0.84 0.40 0.89 6.80
2010 Q3 Sumb 17.40 3.40 0.44 0.02 6.63 0.51 4.77 0.04 -4.87 -0.79 8.92 1.35 7.08 0.97 6.77 0.45 7.21 1.08 7.04 7.04
Q4 10.31 2.10 7.48 7.35 0.86 11.11 12.41 8.26 6.54 7.77
Sumb 1.84 0.11 0.58 0.05 0.15 2.00 1.57 0.52 0.94 7.77
Q1 6.58 5.89 6.03 4.81 8.31 8.79 7.24 5.31 5.89 6.99
2011 Sumb Q2 1.29 6.65 0.31 5.88 0.47 6.93 0.04 5.33 1.39 13.59 1.31 6.36 0.89 3.27 0.36 7.13 0.93 6.46 6.99 7.14
Sumb. 1.42 0.30 0.52 0.04 1.97 1.00 0.43 0.47 0.98 7.14
Q3 2.42 7.90 6.33 7.22 15.76 12.97 2.55 6.51 8.20 7.73
Sumb. 0.52 0.39 0.49 0.06 2.26 2.00 0.35 0.43 1.23 7.73
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
1.2.1 Pertanian Kinerja sektor pertanian pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 2,42% (yoy) walaupun tercatat melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 17,4% (yoy). Perlambatan ini antara lain disebabkan oleh bencana hujan yang disertai angin kencang yang melanda sebagian besar wilayah Sulawesi Utara pada awal triwulan III 2011 dan adanya bencana banjir dan longsor yang terjadi di sentra tanaman padi di Bolaang Mongondow. Selain itu, serangan hama tungro di beberapa kawasan sentra pertanian di Sulut (Minahasa Tenggara dan Bolaang Mongondow) turut andil dalam perlambatan kinerja sektor pertanian. Perkembangan kinerja sektor pertanian antara lain dapat dikonfirmasi dengan data dari Perkembangan Produksi, Produktivitas dan Luas Panen Padi & Palawija Prov. Sulut, dimana pada 2011 produksi beras diperkirakan mencapai 583.458 ton atau naik 1,55% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian, jika dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya, maka jumlah produksi beras tercatat mengalami 21
perlambatan sebesar -4,71% (yoy). Perlambatan juga terjadi pada komoditi palawija (Tabel 1.4). Tabel 1.4. Perkembangan Produksi, Produktivitas dan Luas Panen Padi & Palawija Prov. Sulut Jenis Tanaman
2008
Produksi (Ton) Padi (Sawah+Ladang) Jagung Kedelai Kacang Tanah Produktivitas (Ku/Ha) Padi (Sawah+Ladang) Jagung Kedelai Kacang Tanah Luas Panen (Ha) Padi (Sawah+Ladang) Jagung Kedelai Kacang Tanah
ASEM 2010
2009
Perubahan 2010-2011 (%)
ARAM I 2011
Perubahan 2009-2010 (%)
520,193 466,061 7,217 8,640
549,087 450,989 7,667 8,493
583,458 492,614 9,062 9,360
592,527 512,799 9,312 10,075
1.55 4.10 2.76 7.64
6.26 9.23 18.19 10.21
47.31 35.36 13.81 13.14
47.85 35.69 13.57 13.17
48.77 36.59 31.26 13.12
48.82 36.62 13.28 13.15
0.10 0.08 (57.52) 0.23
1.92 2.52 130.36 (0.38)
109,951 131,791 5,227 6,573
114,745 126,349 5,652 6,450
119,626 134,630 6,834 7,151
121,382 140,014 7,011 7,662
1.47 4.00 2.59 7.15
4.25 6.55 20.91 10.87
Sumber: BPS Sulut, diolah
Sementara itu, dari sisi pembiayaan, peran perbankan
untuk
membiayai
Grafik 1.16. Pertumbuhan Kredit Pertanian
sektor
pertanian semakin menunjukkan adanya
450
tren
350
peningkatan.
September 2011,
Sampai jumlah
dengan
kredit
Pertanian (Rp miliar) - left axis
150
gPertanian (% yoy) - right axis
400
100
300
yang
250
disalurkan pada sektor pertanian mencapai
150
50
200
0
100
Rp319 milliar atau tumbuh 94,75% (yoy)
-50
50 -
dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun demikian, jika dibandingkan dengan total kredit yang disalurkan bank,
-100 Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
2011
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
jumlah kredit pertanian hanya mencapai 2,18% dari total kredit yang disalurkan. Belum terlalu optimalnya penyaluran kredit di sektor pertanian antara lain disebabkan oleh relatif tingginya resiko usaha di sektor tersebut tercermin dari tingginya NPL (Non Performing Loan) di sektor pertanian yang mencapai 6,47% pada triwulan laporan.
22
1.2.2 Sektor Bangunan Kinerja sektor bangunan (konstruksi) selama triwulan III-2011 mencatat pertumbuhan sebesar 15,76% (yoy) dengan sumbangan sebesar 2,26% terhadap total pertumbuhan. Pertumbuhan ini tercatat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu tercatat mengalami kontraksi sebesar 4,87% (yoy). Beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan di sektor bangunan diantaranya adalah penyelesaian beberapa proyek pemerintah dan swasta seperti pembangunan properti ruko, apartemen dan pembangunan beberapa hotel serta perbaikan beberapa infrastruktur dalam menunjang penyelenggaraan even domestik maupun internasional di Sulut .
Pertumbuhan sektor konstruksi tercermin pada peningkatan data penjualan semen di Provinsi Sulawesi Utara. Selama triwulan laporan, penjualan semen tercatat mencapai 57,681 ton atau mengalami pertumbuhan 78.05% (yoy) pada bulan September 2011. Grafik 1.18. Perkembangan Kredit Konstruksi
Grafik 1.17. Perkembangan Data Penjualan Semen 600
80,000
Volume (ton) - left axis
g_semen (% yoy) - right axis
70,000 60,000 50,000 40,000 30,000
20,000 10,000 0 J
F M A M J
J A S O N D J
2010
F M A M J 2011
J A S
160 140 120 100 80 60 40 20 0 -20 -40 -60
Konstruksi (Rp miliar) - left axis
70
gKonstruksi (% yoy) - right axis
60
500
50 40
400
30 300
20 10
200
0 -10
100
-20 -
-30 Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
2011
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado Sumber : Data Asosiasi Semen Indonesia
Dari sisi pembiayaan, peran perbankan terhadap sektor bangunan (konstruksi) menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Hal ini tercermin dari jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan sampai dengan September 2011 tercatat sebesar Rp503 miliar atau mengalami pertumbuhan positif sebesar 27,01% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
1.2.3 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan III-2011 menunjukan pertumbuhan positif sebesar 12,97% (yoy) dengan kontribusi sebesar 2% terhadap total pertumbuhan. Pertumbuhan sektor ini terutama terjadi pada sub sektor hotel yang didorong oleh penyelenggaraan beberapa even diantaranya : 23
a. Perayaan HUT Kota Manado ke-388 yang jatuh pada 14 Juli 2011 yang ditandai dengan pelaksanaan Manado Expo 2011 seperti pameran, bazaar, perlombaan, Tour de Bunaken, Manado carnaval dan pemilihan puteri Madex 2011; b. Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak (KONIKA) XV yang dilaksanakan pada tanggal 12-14 Juli 2011 dengan peserta berjumlah 2.835 orang; c. Pertemuan perwakilan 152 Kab/Kota dari 8 provinsi di Indonesia pada tanggal 25-27 Juli 2011 guna membahas masterplan percepatan pemberdayaan koperasi dan UMKM d. Pertemuan ASEAN Economics Ministers (AEM) pada tanggal 9-13 Agustus 2011 yang akan dihadiri oleh 8 negara anggota ASEAN dan 10 negara mitra wicara. e. Pertemuan Pengendalian dan Monitoring Evaluasi Awal Pembangunan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) Tahun Anggaran 2011 yang dihadiri oleh kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) se Sulawesi Maluku dan Papua yang berlangsung pada tanggal 9-11 Agustus 2011. Maraknya berbagai perhelatan yang diselenggarakan di Kota Manado selama triwulan laporan antara lain dapat dikonfirmasi melalui perkembangan data pariwisata yang secara umum memperlihatkan tren peningkatan diantaranya adalah data wisatawan mancanegara, data jumlah tamu dan lama tamu menginap, Tingkat Penghunian Kamar (TPK), dan jumlah kamar terjual. Grafik 1.19. Data Wisatawan Mancanegara
Grafik 1.20. Data Lama Tamu Menginap
Wisman (org) - left axis
10,000
80.00
gWisman (% yoy) - right axis
8,000
6,000
20.00
40,000
4,000
-
30,000
(20.00)
20,000
(40.00)
-
60.00
gMenginap (% yoy) - right axis
50.00
50,000
40.00
2,000
Menginap (org) - left axis
60,000
60.00
40.00 30.00 20.00 10.00
10,000
(60.00)
-
-
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
(10.00) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009
2010
2011 2009
2010
2011
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.21. TPK dan Lama Menginap 60
Grafik 1.22. Jumlah Kamar Terjual 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3
TPK (%) - left axis Ratas Menginap (hari) - right axis
50 40
30 20 10
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
90,000
Kmr Terjual (unit) - left axis
80.00
80,000
gKmr Terjual (% yoy) - right axis
70.00
60.00
70,000
50.00
60,000
40.00
50,000
30.00
40,000
20.00
30,000
10.00
20,000
-
10,000
(10.00)
-
(20.00) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009
2010
2011 2009
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
2010
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
2011
24
Pertumbuhan kinerja sektor PHR tidak terlepas dari peningkatan kinerja sub sektor pedagangan besar dan eceran yang didorong oleh dampak lanjutan dari membaiknya daya beli masyarkat akibat peningkatan pendapatan masyarakat yang diperoleh dari penerimaan THR. Pertumbuhan sub sektor perdagangan besar dan eceran dapat dikonfirmasi dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) oleh KBI Manado pada triwulan III-2011 yang menunjukkan adanya peningkatan indeks pada bahan konstruksi, kerajinan,seni dan peralatan rumah tangga dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Grafik 1.24. Perkembangan Kredit Sektor PHR
Grafik 1.23. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran per KLUI
Kredit_PHR (Rp miliar) - left axis
5,000
1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0
70
gKredit_PHR (% yoy) - right axis
4,500
60
4,000
50
3,500
40
3,000
30
2,500
20
Sep
Jul
Agust
Jun
Apr
Mei
Mar
Jan
Feb
Des
Okt
Nop
Sep
Jul
Agust
Jun
Apr
Mei
Mar
Jan
Feb
2,000
10
1,500
0
1,000
-10
500
2010
-
2011
-20 Q1
Bahan konstruksi
Peralatan rumah tangga
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Kerajinan, seni & mainan
2009
Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) KBI Manado
2010
2011
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Dari segi pembiayaan, sektor PHR merupakan sektor ekonomi terbesar mendapatkan alokasi pembiayaan dari perbankan. Sampai dengan bulan September 2011 kredit sektor PHR yang telah disalurkan bank umum mencapai Rp4.332 miliar atau tumbuh 42,83% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 1.2.4. Sektor lainnya A. Sektor Jasa-jasa Grafik 1.25. Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa
Kinerja sektor jasa pada triwulan III-2011 tumbuh positif sebesar 8,2% (yoy). Kinerja sektor jasa yang
Kredit_Jasa (Rp miliar) - left axis
700
cukup stabil ditopang oleh aktivitas sub pemerintahan
umum.
Apabila
sektor
dibandingkan
dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya kinerja sektor jasa-jasa mengalami peningkatan yang tercermin dari kinerja penyaluran kredit perbankan di sektor ini. Sampai dengan bulan September 2011 kredit sektor jasa-jasa tercatat
gJasa (% yoy) - right axis
35 30
600
25 20
500
15 400
10
300
5
200
-5
0 -10
100
-15
-
-20 Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
2011
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
sebesar Rp622 miliar atau tumbuh 19,27% (yoy). 25
B. Sektor Industri Pengolahan Kinerja sektor industri pengolahan selama triwulan III-2011 relatif stabil dengan tingkat pertumbuhan mencapai 6,33% (yoy) atau tumbuh lebih rendah apabila dibandingkan dengan triwulan III-2010 sebesar 6,63% (yoy). Industri pengolahan di Sulawesi Utara yang didominasi oleh pengolahan produk kelapa dan turunannya serta pengolahan produk perikanan tersebar di Kota Bitung, Kota Manado, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow, Kota Kotamobagu dan Kota Tomohon. Mayoritas industri pengolahan berlokasi di Kota Bitung dan Kota Manado. Membaiknya perekonomian
dunia
yang
tumbuh lebih cepat dibandingkan perkiraan sebelumnya
seiring
pemulihan
Grafik 1.26. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Kelompok Bisnis dan Industri
ekonomi Pelanggan Bisnis&Industri - left axis
negara-negara maju dan emerging makets diperkirakan turut berdampak pada kembali bergairahnya sektor industri di Sulawesi Utara. Hal ini salah satunya ditandai oleh
15,000
6.00
gPelanggan Bisnis&Industri (% yoy) - right axis
14,500
5.00
14,000
4.00
13,500
3.00
13,000
2.00
12,500
1.00
12,000
Q1
pertumbuhan jumlah pelanggan listrik di
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2009
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
2011
sektor bisnis dan industri. Berdasarkan data PLN, jumlah pelanggan listrik di sektor bisnis
Sumber : PLN Kanwil Suluttenggo
dan industri pada triwulan III-2011 mencapai 14.583 pelanggan atau tumbuh 4,66% (yoy). Dukungan
perbankan
terhadap
Grafik 1.27. Perkembangan Kredit Sektor Industri
industri
pengolahan merupakan salah satu faktor pendorong pertumbuhan sektor ini. Sampai
400 350
Kredit_Industri (Rp miliar) - left axis
50
gKredit_Industri (%yoy) - right axis
45 40
300
35
250
30
200
25
yang disalurkan tumbuh sebesar 34,46% (yoy)
150
20
dari Rp266 miliar pada triwulan III-2010
50
dengan akhir triwulan III-2011 jumlah kredit
menjadi Rp357 miliar pada triwulan III-2011.
15
100
10 5
-
0 Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
2011
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
26
C. Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan Sementara itu, untuk kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan III-2011 tumbuh 6,51% (yoy). Perkembangan sektor keuangan, persewaan dan jasa antara lain tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas perbankan antara lain: pembukaan kantor cabang pembantu baru, penambahan ATM (Anjungan Tunai Mandiri), serta penawaran produk-produk baru yang memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam bertransaksi. Selain itu, pengaruh meningkatnya laju konsumsi dan aktivitas sistem pembayaran di wilayah Sulawesi Utara juga turut berkontribusi pada pertumbuhan sektor ini. Tabel 1.5. Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Umum dan BPR di Sulawesi Utara 2009
Data Bank
2010
2011
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Jumlah Bank umum
23
23
24
24
24
25
25
25
25
25
Q3 25
Jumlah kantor bank umum*)
195
197
199
206
206
215
219
225
227
234
240
Jumlah BPR
17
17
17
13
13
14
14
16
16
16
16
Jumlah kantor BPR
39
39
39
39
39
39
41
43
43
46
46
Ket: *) termasuk kantor unit Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
D. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Salah satu multiplier effect dari adanya penyelenggaraan berbagai even berskala nasional maupun internasional di Tahun 2011 adalah semakin dikenalnya Kota Manado sebagai salah satu kota tujuan wisata baik secara internasional maupun nasional. Hal ini berpengaruh pada meningkatnya minat wisatawan untuk berkunjung ke Sulawesi Utara hingga pada tahap lanjut mampu mendorong kinerja sektor pengangkutan dan telekomunikasi. Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan III-2011 mengalami pertumbuhan
2,55%
(yoy),
dengan
sumbangan
sebesar
0,35%
terhadap
total
pertumbuhan. Pertumbuhan yang positif pada sub sektor pengangkutan pada triwulan laporan tercermin dari tingginya arus penumpang yang keluar/masuk dari/ke Bandar Udara Sam Ratulangi Manado baik asal/tujuan domestic maupun internasional. Sampai dengan periode laporan, arus penumpang dan kargo yang berangkat (keluar) dari wilayah Sulawesi Utara tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 5,34% (yoy) untuk penerbangan domestik dan 27,46% (yoy) untuk penerbangan internasional. Sejalan dengan itu, arus penumpang yang masuk ke wilayah Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan sebesar 4,55% (yoy) untuk penerbangan domestik dan 28,34% (yoy) untuk penerbangan internasional. Peningkatan pada arus masuk bertepatan dengan maraknya even domestik dan internasional yang diselenggarakan di Sulawesi Utara serta arus mudik seiring perayaan Idul Fitri pada triwulan laporan.
27
Tabel 1.6. Perkembangan Lalu Lintas Penumpang dan Kargo di Bandara Sam Ratulangi Jenis Pengangkutan
Asal/Tujuan Domestik
Penumpang Internasional
Kedatangan/ Keberangkatan
Q1 166,510 175,663 7,503 7,612
Datang Berangkat Datang Berangkat
2011
2010 Q2 Q3 202,844 212,656 200,622 214,014 5,377 5,858 5,243 5,553
Q4 224,178 210,950 5,730 5,536
Q1 198,304 208,485 4,856 4,623
Q2 207,648 210,985 5,741 5,786
Q3 222,328 225,442 7,518 7,078
Growth (YoY)
4.55% 5.34% 28.34% 27.46%
Sumber: PT. Angkasa Pura II, Sulawesi Utara
Sementara itu, relatif stabilnya pertumbuhan sub sektor komunikasi dalam triwulan laporan antara lain didukung oleh semakin luasnya wilayah jangkauan, disamping pesatnya pembangunan sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di beberapa lokasi pada daerah yang sebelumnya terisolir sehingga dapat meningkatkan kenyamanan pelanggan dalam berkomunikasi. Selain itu perkembangan kecanggihan telepon selular dengan berbagai macam jenis merk, harga, dan fasilitas/fitur baru yang ditawarkan serta gencarnya promosi yang dilakukan semakin mendorong masing-masing provider untuk lebih bersaing mendapatkan konsumen, hal ini pada tahap selanjutnya akan berdampak terhadap peningkatan kinerja sub sektor komunikasi. Grafik 1.28. Perkembangan Kredit Sektor Transportasi & Komunikasi
Sejalan dengan pertumbuhan positif sektor ini, keberpihakan perbankan yang diwujudkan dalam penyaluran kredit di sektor komunikasi
juga
Kredit_Angk&Kom (Rp miliar) - left axis
100
pengangkutan dan
memperlihatkan
adanya
peningkatan. Sampai dengan akhir triwulan III 2011 jumlah kredit yang disalurkan mencap ai
Rp95
50
80
40
70
30
60
20
50
10
40
0
30
-10
20
-20
10
-30
-
Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan III-2011 tumbuh 7,9% (yoy) dengan
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
2011
Grafik 1.29. Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan Kredit_Pertambangan (Rp miliar) - left axis
80
150
60 50
pertumbuhan. Berdasarkan pelaku usahanya,
30
sub sektor penggalian ini lebih banyak
10
penambangan
100
40
50
20
0
-
-50
Q1
Q2
Q3
2009
bukan
industri
200
gKredit_pertambangan (% yoy) - right axis
70
sumbangan sebesar 0,39% terhadap total
dan
Q3
Sumber : Bank Indonesia Manado
E. Sektor Pertambangan dan Penggalian
tradisional/rakyat
Q2
2009
periode yang sama tahun lalu.
oleh
-40 Q1
miliar, atau tumbuh 4,61% (yoy) dibandingkan
dilakukan
60
gKredit_Angk&Kom (% yoy) - right axis
90
Q4
Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
2011
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
28
berskala besar. Hal inilah yang mendorong rendahnya penyaluran kredit pada sektor pertambangan selain karena faktor risiko yang tinggi dari kegiatan pertambangan. Jika dilihat berdasarkan trennya, pembiayaan yang diberikan oleh pihak perbankan terhadap sektor pertambangan pengalami penurunan yang cukup signifikan pada awal tahun 2009, dan selanjutnya mulai mengalami peningkatan pada triwulan II 2011. Pada triwulan laporan, jumlah kredit yang disalurkan pada sektor pertambangan tercatat sebesar Rp68 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 68,57% (yoy).
F. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Sementara itu, sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan III-2011 tumbuh
Grafik 1.30. Perkembangan Jumlah Pemakaian dan Supply Listrik di Sulawesi Utara 300
positif 7,22% (yoy). Jika dilihat dari jumlah
Jumlah Pemakaian (MW) - left axis
250
penjualan listrik serta jumlah pelanggan di
200
triwulan III-2011, terdapat pertumbuhan
150
positif
dan
100
pemakaian listrik pada triwulan laporan.
50
dalam
jumlah
pelanggan
Jumlah pelanggan listrik pada triwulan III-
Jumlah listrik yang tersedia (MW) - left axis
Q1
Q2
Q3
2009
2011 sebesar 427.638 pelanggan atau
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
2011
Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah
tumbuh 12,89% (yoy) dengan jumlah pemakaian 205 MW atau tumbuh 12% dibandingkan periode yang sama tahun 2010. Sementara itu, pada triwulan III-2011, kapasitas listrik yang tersedia adalah sebesar 247 MW atau tumbuh 17,62% dibandingkan triwulan yang sama tahun 2010. Tingkat pertumbuhan kapasitas listrik tersedia didukung oleh pembangunan sejumlah pembangkit listrik di wilayah Sulawesi Utara.
29
Halaman ini sengaja dikosongkan
30
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Tren penurunan tekanan inflasi di Kota Manado secara umum masih terjadi sepanjang triwulan III-2011. Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada triwulan III-2011 tercatat 1,25% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 7,38% (yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional sebesar 4,61% (yoy). Sejalan dengan pergerakan inflasi tahunan, inflasi bulanan selama triwulan III2011 juga mengalami penurunan menjadi deflasi 0,22% (mtm) pada September 2011 dari 0,08% (mtm) pada Juli 2011, angka ini jauh lebih rendah dibandingkan inflasi nasional pada September 2011 sebesar 0,27% (mtm). Akumulasi laju inflasi (ytd) Kota Manado sampai dengan September 2011 tercatat lebih rendah (-0,19%) dibandingkan akumulasi inflasi nasional (2,97%). Sementara itu, sebagaimana pola musimannya, Kota Manado pada periode laporan juga mencatat deflasi 0,05% (qtq). Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada triwulan III-2011 terutama didorong oleh kelompok inti (core inflation), sementara kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) dan kelompok komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah (administered prices) justru memberikan sumbangan negatif terhadap inflasi pada periode laporan. Grafik 2.1. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (yoy) 16
Grafik 2.2. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (qtq) 5
%
14
12
3
10 8
2
6
1
4
2
0
0 -2
%
4
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
-1 -2
2008
2009
2010
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2008
2009
2010
2011
2011 -3
yoy Manado
yoy Nasional
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
qtq Manado
qtq Nasional
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
31
2.1. PERKEMBANGAN INFLASI 2.1.1
INFLASI TAHUNAN (yoy)
Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada triwulan III-2011 tercatat 1,25% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,38% (yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional sebesar 4,61% (yoy). Penurunan laju inflasi tahunan pada triwulan laporan terutama disebabkan oleh berkurangnya tekanan inflasi pada kelompok pangan. Hal ini ditandai dengan berlanjutnya penurunan harga beberapa komoditas pangan bergejolak (volatile foods). Tingginya permintaan kebutuhan masyarakat menjelang Idul Fitri tidak memberikan dampak terhadap kenaikan harga, hal ini disebabkan oleh kecukupan pasokan baik pasokan dari luar daerah maupun pasokan lokal. Produksi beras di Sulut hingga September 2011 masih dalam kondisi surplus. Selain itu, jumlah pasokan dari luar daerah (Sulsel dan Jawa Timur) juga meningkat. Berdasarkan kelompoknya, kelompok bahan makanan dan kelompok sandang mencatat deflasi tertinggi dibandingkan kelompok lainnya. Angka deflasi kelompok bahan makanan tercatat 1,23% (yoy) pada triwulan laporan yang disebabkan oleh penurunan harga bumbubumbuan, sayur-sayuran serta daging dan hasil-hasilnya. Sementara itu, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan juga mengalami deflasi 0,87% (yoy) yang didorong oleh mulai normalnya harga angkutan udara. Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) No 1 2 3 4 5 6 7
Kelompok Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Umum
Q1 21.82 8.03 3.54 6.05 9.16 2.58 1.05 8.85
2009 Q2 4.75 7.5 2.07 4.94 5.43 2.03 -8.66 2.25
Q3 -0.82 6.15 -0.15 4.67 4.84 2.63 -8.76 -0.01
Q4 5.82 4.88 0.44 6.37 4.12 1.81 -5.33 2.31
Q1 -2.19 8.13 1.45 2.83 4.98 1.97 1.63 1.84
2010 Q2 6.39 5.96 1.83 6.84 2.56 1.75 2.60 4.21
Q3 18.14 4.83 2.58 7.02 1.87 1.19 3.26 7.38
Q4 15.23 5.36 2.35 5.15 0.96 1.62 0.59 6.28
Q1 21.69 0.43 1.85 5.03 0.61 0.91 0.80 6.90
2011 Q2 14.72 1.50 2.14 4.28 2.62 0.86 -0.38 5.15
Q3 -1.23 1.45 1.58 8.32 3.20 9.70 -0.87 1.25
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
2.1.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq) Searah dengan inflasi tahunan, tekanan inflasi Kota Manado selama triwulan III-2011 cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara triwulanan, Kota Manado pada triwulan III-2011 mencatat deflasi 0,05% (qtq), jauh lebih rendah dibandingkan triwulan III-2010 yang mengalami inflasi sebesar 3,81% (qtq).
32
Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) No 1 2 3 4 5 6 7
Kelompok Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Umum
Q1 6.58 1.54 -0.26 3.97 1.18 0.57 -7.03 1.18
2009 Q2 Q3 -7.86 0.84 1.07 1.85 -0.29 0.23 -1.93 0.92 2.32 0.99 0.22 0.91 0.28 -0.02 -2.08 0.74
Q4 6.86 0.34 0.77 3.36 -0.42 0.10 1.57 2.50
Q1 -1.50 4.68 0.74 0.52 2.02 0.72 -0.20 0.72
2010 Q2 Q3 0.23 11.98 -0.95 0.77 0.09 0.96 1.89 1.09 -0.04 0.32 0.01 0.36 1.23 0.62 0.20 3.81
Q4 4.23 0.84 0.55 1.56 -1.32 0.52 -1.06 1.44
Q1 4.03 -0.22 0.24 0.40 1.66 0.02 0.02 1.31
2011 Q2 -5.51 0.10 0.38 1.17 1.96 -0.04 0.05 -1.43
Q3 -3.59 0.72 0.41 5.02 0.90 9.15 0.13 -0.05
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Berdasarkan kelompoknya, deflasi terutama terjadi pada kelompok bahan makanan yaitu sebesar 3,59% (qtq). Deflasi pada sub kelompok bahan makanan didorong oleh penurunan tekanan inflasi pada sub kelompok bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran. Penurunan tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan terutama disebabkan oleh masih berlanjutnya penurunan harga komoditi cabe rawit, tomat sayur, bawang merah, beras dan bawang putih akibat panen raya yang terjadi di sejumlah wilayah asal komoditi tersebut. Grafik 2.3. Inflasi Triwulanan Sub Kelompok Bahan Makanan TriwulanI III-2011 Sub Kelompok 2.79
Lainnya Lemak & Minyak
0.13
(32.73)
Bumbu - bumbuan
(0.88)
Buah - buahan
4.77
Kacang - kacangan
(4.26)
Sayur-sayuran
2.95
Telur, Susu & Hasil-hasilnya
3.05
Ikan Diawetkan
4.08
Ikan Segar
6.75
Daging & Hasil-hasilnya
2.50
Padi-padian, Umbi-umbian & Hasilnya
-35
-30
-25
-20
-15
-10
-5
0
5
10
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
2.1.3 INFLASI BULANAN (mtm) Secara bulanan, tekanan inflasi Kota Manado sepanjang triwulan III-2011 menunjukkan tren penurunan. Pada Juli 2011 Kota Manado tercatat mengalami inflasi 0,08% (mtm), kemudian sedikit mengalami kenaikan pada Agustus 2011 menjadi 0,10% (mtm) yang didorong oleh faktor musiman liburan,
persiapan menjelang tahun ajaran baru dan
perayaan Hari Raya Idul Fitri. Kemudian kembali mengalami penurunan pada September 2011 menjadi deflasi sebesar 0,23% (mtm).
33
Grafik 2.4. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (mtm) %
4
3 2 1
0 1
2
3 4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4 5
6
7
8
9
-1 2010
-2
-3
2011
mtm Manado
mtm Nasional
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
JULI 2011
Memasuki triwulan III-2011, Kota Manado tercatat mengalami inflasi sebesar 0,08% (mtm). Inflasi
Grafik 2.5. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang & Jasa Juli 2011
terutama terjadi pada kelompok pendidikan sebesar
Transportasi
2,08% (mtm) dengan sumbangan sebesar 0,09%
Pendidikan
terhadap total inflasi bulanan. Berdasarkan sub
Kesehatan
kelompoknya, sub kelompok pendidikan mengalami
Sandang
inflasi 3,62% (mtm), diikuti oleh sub kelompok
Perumahan
perlengkapan/peralatan pendidikan (2,49%) dan
Makanan jadi
sub kelompok rekreasi (0.02%). Tingginya inflasi pada kelompok pendidikan tidak terlepas dari faktor
Bahan Makanan
0.09
0.64
0.09 0.02 0.05
2.08 0.56 0.75
0.04 0.18 0.03 0.18 -0.25 -0.83 -1
0
1
2
3
Sumber : BPSAndil Provinsi Sulawesi , diolah InflasiUtara (mtm) Juli 2011
musiman liburan sekolah dan persiapan memasuki tahun ajaran baru. AGUSTUS 2011 Kota Manado pada Agustus 2011 mengalami
Grafik 2.6. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa Agustus 2011
inflasi sebesar 0.10% (mtm) atau sedikit mengalami peningkatan dibandingkan bulan
0.03 0.23
Transportasi 0.31
Pendidikan
6.91
pada bulan Juli 2011, inflasi pada Mei 2011
0.00 0.08 0.19
Kesehatan Sandang
masih
3.00
0.03 0.14 0.08 0.43
Perumahan
Makanan jadi Bahan Makanan -1.90
1
2
inflasi 3
4
5
Inflasi (mtm) Agst 2011
Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.
disumbangkan
oleh
kelompok
pendidikan sebesar 0,31% dengan angka
-0.55
-3 -2 -1 0 Andil
sebelumnya. Seperti halnya pendorong inflasi
6
7
8
tercatat
Penyesuaian
sebesar
harga
di
6,91% tiap-tiap
(mtm). level 34
pendidikan khususnya pendidikan tingkat akademi/Perguruan Tinggi pada saat memasuki tahun ajaran baru menjadi faktor utama tingginya inflasi pada kelompok ini. Sementara itu, perayaan Idul Fitri yang jatuh pada akhir Agustus 2011 diperkirakan tidak memberikan dampak terhadap tekanan inflasi, hal ini tercermin dari inflasi pada bahan makanan yang justru memberikan sumbangan deflasi sebesar 0,55%. Pasokan bahan makanan yang mencukupi telah mampu meredam peningkatan harga akibat tingginya permintaan masyarakat terhadap kebutuhan pokok. SEPTEMBER 2011 Pada
akhir
triwulan
III 2011,
laju
perkembangan harga barang dan jasa secara umum
kembali
dibandingkan
mengalami
bulan
penurunan
sebelumnya
hingga
Grafik 2.7. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa September 2011 -0.10
Transportasi
-0.74
0.00 0.02 0.01 0.26 0.08
Pendidikan Kesehatan
menyentuh angka deflasi 0,22% (mtm) pada September 2011. Deflasi pada September 2011 terutama berlanjutnya
disebabkan penurunan
oleh
(1)
harga
volatile foods (cabai rawit,
Sandang
masih
Makanan jadi
komoditas
Bahan Makanan
-0.90 -2 Andil
tomat sayur,
bawang merah, beras, bawang putih) akibat
1.21
0.02 0.09 0.02 0.11
Perumahan
-1
-0.26 -1 0 1 1 Inflasi (mtm) Sept 2011
2
Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.
jumlah pasokan yang meningkat, (2) mulai normalnya harga angkutan udara. Hal ini tercermin dari kelompok bahan makanan yang mengalami deflasi 0,90% (mtm) dan kelompok transportasi yang mengalami deflasi 0,74% (mtm).
2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada triwulan III-2011 terutama didorong oleh kelompok inti (core inflation), sementara kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) dan kelompok komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah (administered prices) justru memberikan sumbangan yang negatif terhadap inflasi.
35
Grafik 2.8. Sumbangan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya Volatile
Administered
CORE
IHK
Grafik 2.9. Pergerakan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya 8.00
12.00 6.00
10.00 4.00
8.00 6.00
2.00
4.00
0.00 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 1
2
3
4
5
6
7
8
2.00 -2.00
2010
2011
0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
-4.00
-2.00 2009
2010
2011 -6.00
-4.00
Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah.
UMUM
Volatile
Administered
Core
Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah.
2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL Inflasi Inti (core inflation) pada September 2011 tercatat 3,32% (yoy) dengan sumbangan 1,74% terhadap total inflasi tahunan pada triwulan III-2011. Tekanan inflasi inti relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar 3,13% (yoy) dengan sumbangan 1,71% terhadap total inflasi triwulan III-2010. Namun jika dibandingkan dengan dibandingkan sebelumnya, inflasi inti menunjukkan adanya tren peningkatan, dengan inflasi yang tercatat 2,10% (yoy) dengan sumbangan 1,14% terhadap total inflasi triwulan III 2010. Dari sisi domestik, sumber inflasi diperkirakan antara lain berasal dari faktor musiman liburan, tahun ajaran baru serta hari raya Idul Fitri. Dari sisi eksternal, tekanan inflasi terutama bersumber dari harga komoditas internasional khususnya emas yang masih cenderung meningkat. Sementara itu, terjaganya ekspektasi masyarakat terhadap tingkat harga kedepan menjadi salah satu faktor yang mampu sedikit meredam gejolak pada inflasi inti.
Interaksi Permintaan dan Penawaran
Faktor musiman yang terjadi sepanjang triwulan III-2011 seperti musim liburan, tahun ajaran baru serta hari raya Idul Fitri dapat berpotensi menekan tingkat harga sebagai dampak dari tingginya permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa. Kenaikan harga yang disebabkan oleh faktor musiman ini telah mampu diantisipasi oleh pemerintah daerah dengan melakukan berbagai kegiatan diantaranya operasi pasar dalam rangka menjamin ketersediaan pasokan sehingga mampu menahan laju kenaikan harga dari sisi permintaan. Selain itu, berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado, persentase kapasitas produksi dari dunia usaha menujukkan peningkatan dari 96,91% pada triwulan II2011 menjadi 98,26% pada triwulan laporan. Tingginya permintaan masyarakat di respon 36
dengan baik oleh peningkatan penggunaan kapasitas produksi sehingga mampu menjamin ketersediaan pasokan, hal inilah yang pada tahap selanjutnya mampu menahan laju inflasi Kota Manado yang tercatat inflasi hanya 1,25% (yoy) pada triwulan laporan. Grafik 2.10. Perkembangan Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran dan Kapasitas Produksi %
indeks
Kapasitas Produksi (left axis)
120
600
Indeks Riil Penjualan (right axis) 100
500
80
400
60
300
40
200
20
100
0
0
Q1
Q2
Q3
2008
Q4
Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
2011
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado dan Survei Pedagang Eceran (SPE) KBI Manado
Ekspektasi Inflasi
Selanjutnya dari sisi ekspektasi, berdasarkan hasil SKDU KBI Manado, sebagian besar konsumen di Sulut memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang. Adanya tambahan pendapatan berupa pencairan beberapa tunjangan pegawai khususnya PNS yang disesuaikan dengan masa tahun ajaran baru (JuliAgustus 2011) serta realisasi THR menjelang hari raya telah mendorong peningkatan ekspektasi konsumen terhadap tingkat harga. Sementara itu, berdasarkan hasil SPE KBI Manado, ekspektasi harga dari sisi produsen atau pedagang juga menunjukkan hal yang sama, hal ini salah satunya didorong oleh masih adanya isu kelangkaan BBM yang terlihat dari tingginya antian BBM di setiap SPBU di Sulut. Peningkatan ekspektasi dari sisi produsen tercermin dari tren peningkatan indeks Ekspektasi Pedagang terhadap harga 3 dan 6 bulan yang akan datang yang menunjukkan adanya peningkatan. Namun demikian, relatif terkendalinya harga kebutuhan pokok di Sulut sepanjang tahun 2011 turut memberikan andil dalam meredam dampak ekspektasi inflasi sehingga mampu menjaga harga tetap berada pada level yang rendah.
37
Grafik 2.11. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado
Grafik 2.12. Perkembangan Indeks Ekspektasi Pedagang Eceran Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado
250 250
200 200
150
150
100
100
50
50
0
0
1
3
5
7
9 11 1
2008
3
5
7
9 11 1
2009
3
5
7
9 11 1
3
2010
5
7
2011
1
3
5
7
9 11 1
3
2008
5
7
9 11 1
3
5
2009
7
9 11 1
3
2010
5
7
9
2011
Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yang akan datang
Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yang akan datang
Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yang akan datang
Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yang akan datang
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado
9
Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) KBI Manado
Eksternal Sementara itu, dari sisi eksternal, tekanan inflasi terutama bersumber dari harga komoditas internasional yang masih cenderung meningkat, terutama harga emas dunia yang ditransmisikan pada kenaikan harga emas perhiasan di pasar domestik khususnya Manado. Inflasi emas pada September 2011 tercatat 5,52% (mtm). Selain pengaruh harga global, permintaan yang semakin besar memicu kenaikan harga emas perhiasan dan logam mulia yang lebih tinggi. Kenaikan permintaan emas sebagai sarana investasi ditandai dengan meningkatnya transaksi di Pegadaian dan Gadai Emas Syariah. Tekanan inflasi dari sisi eksternal tersebut diprakirakan dapat diredam dengan nilai tukar rupiah yang bergerak stabil. Penguatan rupiah ini merupakan bagian dari respon kebijakan Bank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi, khususnya yang berasal dari kenaikan harga komoditi internasional (imported inflation). Grafik 2.13. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
Grafik 2.14. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional
Rp/USD 12,500 $/Oz 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0
12,000
11,500 11,000 10,500 10,000 9,500 9,000 8,500 8,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008
2009
2010
2011
1
Emas
3
5
7
2009
9 11 1
3
5
7
9 11 1
2010
3
5
7
9
2011
Kurs
Sumber: Bloomberg
Sumber: http://blogs.worldbank.org/
38
2.2.2 Non Fundamental
Volatile foods
Kelompok volatile foods masih mengalami deflasi sebesar -0,94% (mtm) sehingga secara tahunan tercatat mengalami deflasi -1,4% (yoy) dengan sumbangan -0,4% (yoy) terhadap inflasi umum. Berlanjutnya penurunan harga komoditas volatile foods disebabkan oleh kecukupan pasokan baik pasokan dari luar daerah maupun pasokan lokal. Produksi beras di Sulut hingga September 2011 masih dalam kondisi surplus. Selain itu, jumlah pasokan dari luar daerah (Sulsel dan Jawa Timur) juga meningkat. Sementara itu, pasokan bumbubumbuan (bawang merah, bawang putih dan cabai rawit) cukup melimpah sebagai dampak dari: (1) panen di sentra produksi bawang di Indonesia (Brebes dan Bima) dan melimpahnya produksi bawang merah di Sulteng (2) Produksi cabai rawit yang cukup baik di Sulut dan Gorontalo.
Grafik 2.18. Perkembangan Harga Komoditas Beras di Kota Manado s.d. September 2011
Grafik 2.19. Perkembangan Harga Komoditas Cabe Rawit dan Bawang Merah di Kota Manado 100,000
10,500
90,000
10,000
80,000
9,500
30,000
70,000
25,000
60,000
20,000
50,000
9,000 8,500 Superwin
8,000
40,000
15,000
30,000
10,000
20,000
Sultan
Cabe Rawit Merah
10,000
5,000
Bawang Merah
0
7,500
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Aug
0 I
I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V I II
III Jan
Sept
I
III Feb
I
III V Mar
II IV
II IV
Apr
Mei
I
III Jun
I
III Jul
I
III V
II
Aug Sept
Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KBI Manado
Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KBI Manado
35,000
Administered Price
Laju inflasi administered price Kota Manado pada triwulan III-2011 cenderung menurun. Kelompok administered price mengalami deflasi sebesar -0,5% (mtm) atau -0,48% (yoy) dengan sumbangan -0.09% (yoy) terhadap inflasi umum. Deflasi pada kelompok administered price disebabkan menurunnya harga angkutan udara sebesar 20,29% dibandingkan periode sebelumnya sebagai faktor mulai normalnya arus penumpang dari dan ke Manado. Disamping itu masih belum ada kebijakan pemerintah yang memberikan tekanan harga pada kelompok administered price. Upaya TPID dalam mengurangi kelangkaan bensin di Sulut membuahkan hasil yang ditandai dengan mencairnya kelangkaan sejumlah antrian di SPBU di Sulut. Hal ini dilakukan dengan menambah pasokan BBM
oleh
Pertamina
menjelang
hari
raya
Idul
Fitri
yang
lalu. 39
POLA DISTRIBUSI DI SULAWESIBBM UTARA BOX BENSIN : POLA DISTRIBUSI & KONDISI SUPLAI BBM DI SULUT Suplai Bahan Bakar Minyak (BBM) di Sulawesi Utara berasal dari Kilang Balikpapan. BBM Pola Distribusidari BBM didistribusikan Kilang Balikpapan ke Terminal BBM Bitung yang bertugas mendistribusikan BBM Suplai Bahan Bakar Minyak (BBM)Depot di Sulawesi berasal KilangSam Balikpapan. tersebut ke Terminal BBM Tahuna, PengisianUtara Pesawat Udaradari (DPPBU) Ratulangi BBM dan didistribusikan dariBahan KilangBakar Balikpapan ke Terminal Bitung yangdibertugas mendistribusikan BBM Stasiun Pengisian untuk Umum (SPBU)BBM yang berlokasi seluruh Sulawesi Utara kecuali tersebut ke Terminal Tahuna, DepotSelanjutnya Pengisian Pesawat Ratulangi dan SPBU yang berlokasi BBM Lirung dan Beo. TerminalUdara BBM(DPPBU) TahunaSam akan melakukan Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk (SPBU) yang berlokasi di seluruh Sulawesi Utara kecuali pendistribusian BBM ke wilayah LirungUmum dan Beo. SPBU yang berlokasi Lirung dan Beo. Selanjutnya Terminal BBM Tahuna akan melakukan pendistribusian BBM ke wilayah Lirung dan Beo.
Pola Distribusi BBM Sulawesi Utara
LIRUNG
BEO
TAHUNA
SIAU TAGULANDANG
BITUNG TOLI-TOLI
MOUTONG
PARIGI
GORONTALO
LUWUK
AMPANA BANGGAI
POSO
BALIKPAPAN/STS KALBUT
KOLONEDALE
WAYAME
R : Reguler Suplai langsung ex Kil.BBP/STS Kalbut
A : Alternatif Split cargo ex Inst.Makassar MAKASSAR
E : Emergency Bantuan Suplai T.Wayame
Pola Suply BBM Premium/ Solar PSO/ Pertamax SPBU
APMS
Terminal BBM
SPDN/SPBN
Pola Suply BBM Minyak Tanah PSO
Harga Di Konsumen)
Agen Minyak Tanah
Harga Eceran Tertinggi (HET)
Konsumen Akhir
MINYAK TANAH
Instalasi/Depot PERTAMINA
Pangkalan
Warung
Konsumen Akhir
40
Dalam pendistribusian BBM di wilayah Kepulauan di Sulawesi Utara yang meliputi Kabupaten Kepulauan Sitaro, Kepulauan Sangihe, dan Kepulauan Talaud terdapat beberapa kendala diantaranya: a. Cuaca buruk b. Pengangkutan BBM dari Agen Premium, Minyak, dan Solar (APMS) ke wilayah pulau-pulau lain hanya mengandalkan sarana transportasi tradisional (kapal kayu/pamboat). c. Aksi borong spekulan/pengecer BBM d. Alokasi dan penyaluran BBM ke masyarakat di Kep. Sitaro dan Talaud belum merata karena kurangnya lembaga penyalur. Kelangkaan BBM di Provinsi Sulawesi Utara Sejalan dengan fenomena antrian pembelian dan kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi di sejumlah daerah di Indonesia, hal serupa juga terjadi di Provinsi Sulawesi Utara. Hal ini diperkirakan merupakan dampak: 1) Meningkatnya permintaan BBM di Sulut yang disebabkan :
Maraknya perhelatan internasional maupun domestik yang diselenggarakan di Sulut
Aksi ambil untung oleh pedagang eceran
Meningkatnya aktivitas ekonomi menjelang perayaan Hari Raya Keagamaan pada triwulan laporan.
2) Normalisasi suplai oleh PT. Pertamina Manado kepada SPBU di Kota Manado setelah sebelumnya mengalami peningkatan suplai sebesar 5% di masing-masing SPBU menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri. PT. Pertamina Manado menahan suplai pada akhir triwulan laporan untuk mengantisipasi lonjakan permintaan di akhir tahun 2011. Kelangkaan BBM tersebut diperkirakan membawa dampak pada perekonomian Sulut baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu sub sektor yang terkena dampak langsung kelangkaan BBM tersebut adalah sub sektor perikanan. Kelangkaan BBM menyebabkan nelayan kesulitan dalam melaut dan pada akhirnya berdampak pada melambatnya pertumbuhan perikanan tangkap sampai dengan akhir triwulan laporan. Perkembangan Sub Sektor Perikanan Provinsi Sulawesi Utara (ton)
Sumber : Dinas Perikanan Prov. Sulut, diolah
41
Dalam rangka mengatasi kelangkaan BBM dan mengantisipasi lonjakan permintaan di akhir tahun, Tim Pengendali Inflasi Daerah Sulut (TPID) mengadakan rapat dan membuahkan upaya-upaya penanggulangan kelangkaan BBM sebagai berikut : 1) Menyesuaikan Kuota BBM tahun 2011. Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara melaksanakan penambahan kuota BBM bersubsidi jenis premium dan solar yang akan dibebankan pada APBD-P 2011. Sedangkan BBM bersubsidi jenis minyak tanah mengalami pengurangan kuota seiring dengan mulai terealisasinya konversi penggunaan minyak tanah ke LPG. Sampai dengan akhir September 2011 PT. Pertamina Manado telah menyalurkan sebanyak 390.150 tabung gas atau sebesar 95% dari total target penerima tabung gas yakni sebanyak 409.881 orang di Kabupaten/Kota di Prov. Sulut.
Kuota BBM di Provinsi Sulut tahun 2011 (Kilo Liter) Jenis Premium
Kuota 2011 Sebelum Setelah 253,780
272,640
18,860
76,480
84,243
7,763
144,290
121,365
(22,925)
Solar Minyak Tanah
Penambahan (Pengurangan)
Sumber : PT PERTAMINA Manado
2) Memberlakukan pembatasan pembelian BBM Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara melaksanakan penjatahan pembelian BBM bersubsidi yakni maksimal Rp100 ribu untuk kendaraan roda empat dan Rp20 ribu untuk kendaraan roda dua yang ditujukan untuk menjaga ketersediaan pasokan hingga akhir tahun 2011 mengingat akan terjadi lonjakan permintaan menjelang perayaan Natal 2010 dan Tahun Baru 2011. PT. Pertamina Manado akan melaksanakan penambahan kuota sebesar 10% s.d 20% menjelang perayaan Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. 3) Melaksanakan penertiban pedagang eceran Kembali menjamurnya pedagang bensin eceran menyebabkan permintaan BBM bersubsidi semakin meningkat. Modus operasi yang digunakan pedagang eceran dimaksud adalah melakukan pembelian ke depot SPBU dengan kendaraan pribadi untuk kemudian dijual kembali seharga Rp.6000–Rp. 6500/liter. Penertiban dilakukan dengan operasi penertiban di wilayah Sulawesi Utara oleh pihak kepolisian dimana semua pedagang bensin eceran harus memiliki kelengkapan izin usaha seperti halnya bentuk usaha lainnya.
42
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Sejalan dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian, perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif. Aset, dana pihak ketiga, dan outstanding kredit mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi penghimpunan dana, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga terutama terjadi pada jenis deposito. Sementara itu, kredit tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, terutama kredit investasi. Pertumbuhan kredit yang lebih cepat daripada pertumbuhan DPK menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi Utara berada pada level sedikit di atas 100% dan sedikit mengalami peningkatan dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan seperti aspek risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%. Tabel 3.1 Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara Komponen Total Aset Tumbuh Y.o.Y (%) DPK (Rp Miliar) Tumbuh Y.o.Y (%) Kredit outstanding (Rp Miliar) Plafond Kredit (Rp Miliar) Tumbuh Y.o.Y (%) LDR (%) NPL (%) kredit UMKM Share UMKM NPL UMKM (%)
Q1 13,635 26.33 8,907 23.90 9,095 10,187 33.30 102.11 3.86 5,841 64.22 4.91
2009 Q2 Q3 14,235 14,860 21.76 20.24 9,448 9,725 21.67 22.64 9,627 10,004 10,647 11,031 22.60 18.34 101.90 102.88 3.72 3.58 6,185 6,270 64.25 62.67 4.96 5.18
Q4 14,769 9.17 9,987 12.72 10,485 11,731 17.36 104.98 2.83 6,414 61.17 4.32
Q1 15,114 10.85 10,220 14.74 10,846 13,133 19.25 106.12 3.57 8,767 80.83 3.49
2010 Q2 Q3 15,925 16,695 11.87 12.35 10,604 11,114 12.24 14.28 11,457 11,904 13,620 14,079 19.00 18.98 108.04 107.11 3.51 3.54 9,408 9,926 82.12 83.38 3.49 3.37
Q4 17,504 18.52 11,428 14.42 12,681 14,986 20.95 110.97 3.18 10,533 83.06 2.94
Q1 17,984 18.99 11,797 15.43 12,955 15,436 19.44 109.81 3.83 11,158 86.13 3.44
2011 Q2 19,202 20.58 12,601 18.83 13,958 16,375 21.83 110.76 3.74 11,757 84.23 3.47
Q3 20,219 21.11 13,298 19.66 14,627 17,271 22.88 110.00 3.54 12,535 85.70 3.23
Sumber : Bank Indonesia Manado
3.1. STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA Aset perbankan Sulawesi Utara, baik Bank umum konvensional, Bank umum syariah maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada triwulan III-2011 tumbuh positif seiring membaiknya kondisi perekonomian secara makro. Struktur aset perbankan Sulawesi Utara masih didominasi oleh aset bank umum konvensional dengan pangsa mencapai 95,87% dari total aset perbankan. Sementara itu, pangsa bank umum syariah dan BPR konvensional masing-masing sebesar 1,64% dan 2,66%. Apabila dilihat pertumbuhan pangsa asetnya, BPR terus menunjukkan tren pertumbuhan yang positif. 43
Lebih lanjut, dari keseluruhan aset bank, sebesar 66,84% merupakan aset bank pemerintah dan sisanya sebesar 28,86% merupakan aset bank swasta.
Grafik 3.1. Pangsa Aset Perbankan Sulawesi Utara Tw. III-2011
Bank Umum Konvensional Pemerintah 66.84% Bank Umum Syariah 1.64%
Bank Umum Konvensional 95.87%
BPR Konvensional 2.66%
Bank Umum Konvensional Swasta 28.86% BPR Konvensional
Bank Umum Syariah
Bank Umum Konvensional Pemerintah
Bank Umum Konvensional Swasta
Sumber: Bank Indonesia Manado
Grafik 3.2. Pertumbuhan Pangsa Aset Perbankan Sulawesi Utara Tw. III-2010 Total Asset BPR Konvensional (left axis) Total Asset BU Syariah (left axis) Bank Umum Konvensional (right axis)
3.00
98.00 97.50
2.50
97.00
2.00
96.50 1.50 96.00 1.00
95.50
0.50
95.00
-
94.50 Q1
Q2
Q3
Q4
2009
Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
2011
Sumber: Bank Indonesia Manado
3.2. PERKEMBANGAN KANTOR BANK Secara kelembagaan, perbankan Sulawesi Utara pada triwulan laporan terdiri dari 25 Bank Umum Konvensional, 3 Bank Umum Syariah, dan 17 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Berdasarkan jaringan kantornya, Bank Umum konvensional maupun syariah memiliki 240 kantor (termasuk kantor unit), sedangkan BPR terdiri dari 46 kantor. Jumlah Bank Umum dan BPR Konvensional di Sulawesi Utara mengalami peningkatan apabila dibandingkan 44
dengan triwulan lalu. Pertambahan jumlah bank menggambarkan semakin besarnya aktivitas perekonomian di Sulawesi Utara seiring dengan pertumbuhan perekonomian di wilayah ini. 3.3. PERKEMBANGAN BANK UMUM KONVENSIONAL 3.3.1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter Kinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang cukup baik ditengah meningkatnya kekhawatiran terhadap prospek ekonomi dunia. Pertumbuhan ekonomi triwulan III-2011 diperkirakan masih akan tumbuh tinggi terutama didorong oleh kinerja ekspor, konsumsi dan investasi. Nilai tukar Rupiah cenderung menguat meskipun relatif terbatas, sementara tingkat inflasi cenderung mengalami penurunan yang didorong oleh berlanjutnya koreksi harga pangan. Ke depan, Bank Indonesia tetap mewaspadai sejumlah risiko yang berpotensi memberikan tekanan pada stabilitas makroekonomi, khususnya masih akan berlanjutnya arus modal asing, semakin kuatnya permintaan domestik, dan meningkatnya tekanan inflasi khususnya pada tahun 2012. Sebagai langkah antisipatif untuk mengendalikan ekspektasi inflasi kedepan, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 8 September 2011 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%. Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga perbankan di Sulawesi Utara terus berlanjut meskipun masih dalam kisaran yang relatif terbatas. Hal ini ditandai dengan kembali menurunnya tren suku bunga perbankan hingga akhir triwulan III-2011. Berdasarkan data yang bersumber dari Bank Indonesia, sampai dengan akhir September 2011, rata-rata tingkat suku bunga kredit tercatat sebesar 13,67% atau mengalami penurunan
dibandingkan
triwulan
sebelumnya
sebesar
14,01%.
Menurut
jenis
penggunaannya, rata-rata tingkat suku bunga kredit modal kerja mencapai 13,82% per tahun, rata-rata kredit investasi sebesar 13,89% per tahun dan rata-rata kredit konsumsi sebesar 13,52% per tahun. Sementara itu, pergerakan tingkat suku bunga deposito juga menunjukkan respon yang positif terhadap penetapan BI Rate, hal ini tercermin dari peningkatan rata-rata tingkat suku bunga deposito perbankan di Sulut. Sampai dengan September 2011, rata-rata tingkat suku bunga deposito 1 bulan tercatat sebesar 6,81%, sedikit mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya (Juni 2011) sebesar 6,76%.
45
Grafik 3.3. Perkembangan Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit, Deposito dan BI Rate (%)
Grafik 3.4. Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit Menurut Jenis Penggunaan (%)
Jan Feb Mar April May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep
17.5 17.0 16.5 16.0 15.5 15.0 14.5 14.0 13.5 13.0
Sep
Jul
Aug
Jun
Apr
2010
Mei
Mar
Jan
Feb
Apr
May
Des
5.50 Okt
13.0 Nov
6.00
Sep
14.0
Jul
6.50
Aug
15.0
Jun
7.00
Mar
16.0
Jan
7.50
Feb
17.0
2010
2011
Sk. Bunga Kredit (Left Axis)
BI Rate (Right Axis)
Modal Kerja
Sk. Bunga Deposito (Right Axis)
Sumber: Bank Indonesia Manado
2011 Investasi
Konsumsi
Sumber: Bank Indonesia Manado
3.3.2. Penyerapan Dana Masyarakat Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perbankan di wilayah Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 19,66% (yoy) menjadi Rp13.298 miliar. Berdasarkan jenis simpanannya, kenaikan dana terutama terjadi pada jenis deposito yang tumbuh 24,13% (yoy) kemudian disusul oleh tabungan sebesar 21,45% (yoy) dan
giro
sebesar
7,79%
(yoy).
Terjadinya
pertumbuhan
penghimpunan
DPK
mengindikasikan masih terdapat kelebihan likuiditas di masyarakat yang mampu diserap oleh bank. Upaya menumbuh kembangkan kesadaran menabung dilakukan Bank Indonesia melalui serangkaian program yaitu program TabunganKu dan Gerakan Siswa Menabung (GSM) yang diperkirakan sedikit banyak turut andil dalam pertumbuhan DPK.
Grafik 3.6. Share Dana Pihak Ketiga (DPK)
Grafik 3.5. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Rp. Miliar) 7,000
Giro
Deposito
Tabungan
6,000
17.84%
5,000 4,000 46.96%
3,000 2,000 1,000
35.20%
Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
2010
Sumber: Bank Indonesia Manado
Q4
Q1
Q2
2011
Q3
Giro
Deposito
Tabungan
Sumber: Bank Indonesia Manado
46
Menurut pangsanya, penempatan dana dalam sistem perbankan masih didominasi oleh jenis simpanan tabungan sebesar 46,96% dari total keseluruhan Dana Pihak Ketiga (DPK), disusul kemudian deposito (35,20%) dan giro (17,84%). Berdasarkan kelompok banknya, bank pemerintah menyerap 64,40% dari total DPK sedangkan
sisanya
dihimpun
oleh
bank
swasta
(35,60%).
Berdasarkan
laju
pertumbuhannya, dana di bank pemerintah berhasil tumbuh 17,14% (yoy) sedangkan dana di bank swasta tumbuh lebih tinggi yaitu sebesar 24,49% (yoy).
Grafik 3.7. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun (Rp. Miliar) 9,000 Bank Pemerintah
8,000
Bank Swasta
7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2009
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
2011
Sumber: Bank Indonesia Manado
Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total dana pihak ketiga yang dihimpun, sebesar 71,27% atau Rp9.478 miliar berasal dari bank-bank yang berlokasi di Manado, selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Minahasa (8,10%), Kabupaten Bolaang Mongondow (7,93%), Kota Bitung (6,67%), dan Kabupaten Sangihe Talaud (6,03%).
Tabel 3.2. Perkembangan Sebaran DPK per Kabupaten/Kota (Rp. Miliar) Sebaran DPK Minahasa Bolmong Sangihe Talaud Manado Bitung Total
2009 Q1 833 553 440 6,443 639 8,907
Q2 827 669 473 6,835 642 9,448
Minahasa
2010 Q3 794 697 575 6,989 669 9,725
Q4 686 632 488 7,509 673 9,987
Q1 841 795 559 7,320 705 10,220
Q2 905 885 594 7,520 701 10,604
Q3 923 948 680 7,830 734 11,114
Q4 800 891 614 8,375 748 11,428
Q1 1,000 1,011 736 8,275 775 11,797
2011 Q2 1,067 1,047 763 8,890 834 12,601
Q3 1,078 1,054 802 9,478 887 13,298
Sumber: Bank Indonesia Manado 9,000 8, 7, 6,000
5, 4,000 3,000
47
2,000 1,
Grafik 3.8. Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Grafik 3.9. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kab/Kota (%)
14,000 12,000
Bitung
10,000 8,000
Manado
6,000 4,000 2,000 -
Sangihe Talaud Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Bitung
639
642
673
705
701
Manado
6,44 6,83 6,98 7,50 7,32 7,52 7,83 8,37 8,27 8,89 9,47
2009 669
Q3
Q4
Q1
748
775
2010 734
Q2
Q3
2011 834
Bolmong 887
Sangihe Talaud 440
473
575
488
559
594
680
614
736
Bolmong
553
669
697
632
795
885
948
891
1,01 1,04 1,05
Minahasa
833
827
794
686
841
905
923
800
1,00 1,06 1,07
Bitung
Manado
Sangihe Talaud
Bolmong
763
802
Minahasa
0
10
20
30
40
Minahasa
Q3-11
Sumber: Bank Indonesia Manado
Q2-11
Q3-10
Sumber: Bank Indonesia Manado
Berdasarkan wilayah administratifnya, DPK yang berhasil dihimpun pada triwulan laporan seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan tertinggi dialami oleh Kota Manado sebesar 21,05% (yoy). Selanjutnya Kota Bitung, Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud, Kabupaten Minahasa, dan Kabupaten Bolaang Mongondow tumbuh masing-masing sebesar 20,91% (yoy), 17,91% (yoy), 16,77% (yoy) dan 11,24% (yoy).
3.3.3. Penyaluran Kredit Bank Pelapor Pertumbuhan kredit bank umum konvensional di Sulawesi Utara terus menunjukkan adanya tren peningkatan. Pada triwulan III-2011, jumlah kredit secara umum tercatat Rp14.627 miliar atau tumbuh 22,88% (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu (18,98%). Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit paling signifikan dialami oleh kredit investasi yang mencapai jumlah Rp2.195 miliar atau tumbuh 115,58% (yoy). Sementara itu, untuk jenis kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-masing sebesar Rp4.791 miliar dan Rp7.641 miliar atau tumbuh 23,41% (yoy) dan 9,11% (yoy). Tingginya pertumbuhan kredit investasi dan modal kerja pada periode laporan diperkirakan didorong oleh meningkatnya minat pelaku usaha untuk berinvestasi di Sulut, hal ini tercermin dari pembangunan infrastruktur penunjang serta sarana dan prasarana daerah yang terus ditingkatkan seiring dengan semakin banyaknya perhelatan berskala nasional dan internasional yang dilaksanakan di Sulawesi Utara.
48
Grafik 3.11. Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (Rp. Miliar)
Grafik 3.10. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (%) 140
gModal Kerja (%)
gInvestasi (%)
gKonsumsi (%)
gTotal Kredit (%)
Q3
2011
120 100 80
Q2 Q1
60
Q4
40 2010
Modal Kerja
Q2
0 -20
Investasi
Q3
20
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Konsumsi
Q1
2009
2010
2011 -
Sumber: Bank Indonesia Manado
2,000
4,000
6,000
8,000
Sumber: Bank Indonesia Manado
Berdasarkan strukturnya, pangsa kredit konsumsi menempati urutan pertama sebesar 52,24% dari total kredit yang disalurkan. Selanjutnya pangsa kredit modal kerja tercatat sebesar 32,75%, kemudian diikuti oleh kredit investasi dengan pangsa sebesar 15,01%. Mendominasinya share kredit konsumsi dibandingkan jenis kredit lainnya searah dengan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang terutama didorong oleh aktivitas konsumsi. Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit produktif selama triwulan ini sebagian besar ditujukan ke sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar 29,62% dari total kredit. Sementara itu, berdasarkan kelompok bank, sampai dengan triwulan laporan, bank umum pemerintah mendominasi penyaluran kredit dibandingkan dengan bank umum swasta nasional. Kelompok bank pemerintah berhasil menyalurkan Rp10.329 miliar atau mencapai pangsa pasar 70,61% sedangkan sisanya disalurkan oleh kelompok bank swasta sebesar Rp4.298 miliar dengan pangsa pasar 29,39% dari total kredit. Grafik 3.12. Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi
G Penyaluran Kredit B
16,000
3.44%
14,000
3.10% 7.01%
12,000 10,000
29.62%
56.82%
8,000 6,000 4,000 2,000
Lainnya (Konsumsi) Perdagangan, Hotel & Restoran
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Konstruksi Jasa Dunia Usaha Sektor Lainnya
Sumber: Bank Indonesia Manado
2009 Bank Swasta
2010
2011
Bank Pemerintah
Sumber: Bank Indonesia Manado
49
Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari total kredit sebesar Rp14.627 miliar, tercatat 65,64% atau sebesar Rp9.602 miliar disalurkan di wilayah Kota Manado. Selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Minahasa dengan pangsa pasar sebesar 12,47% (Rp1.825 miliar), Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar 9,68% (Rp1.416 miliar), Kota Bitung sebesar 6,15% (Rp.899 miliar) dan Kabupaten Sangihe Talaud sebesar 6,06% (Rp.886 miliar).
Grafik 3.14. Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Grafik 3.15. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)
16,000
Bitung
14,000
Q3 2010
12,000
Manado
10,000
Q2 2011
8,000
Sangihe Talaud
6,000 4,000 2,000
Q3 2011
Bolmong
Q1
Q2
Q3
Q4
2009 Sangihe Talaud
Q1
Q2
Q3
Q4
2010 Bitung
Bolmong
Q1
Q2 2011
Minahasa
Q3
Minahasa
Manado
-
Sumber: Bank Indonesia Manado
5
10
15
20
25
30
Sumber: Bank Indonesia Manado
Berdasarkan laju pertumbuhan kreditnya, wilayah dengan laju pertumbuhan kredit tertinggi dialami Kota Manado sebesar 25,18% (yoy) sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Bolmong 16,84% (yoy). Sementara itu Kota Bitung, Kabupaten Sangihe Talaud dan Kabupaten Minahasa dan masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 20,10% (yoy), 20,04% (yoy) dan 18,88% (yoy).
3.3.4. Kredit MKM Pertumbuhan kredit MKM (Mikro, Kecil dan Menengah) yang disalurkan oleh bank umum konvensional di Sulawesi Utara mengalami peningkatan.
Hal ini mencerminkan
keberpihakan perbankan terhadap UMKM. Sampai dengan triwulan III-2011, posisi kredit MKM tercatat Rp12.535 miliar atau tumbuh 26,29% (yoy). Jika dilihat berdasarkan skalanya, kredit kecil (di atas Rp50 juta namun di bawah Rp500 juta) memiliki pangsa terbesar yakni 63,39%, kredit menengah (di atas Rp500 juta namun di bawah Rp5 miliar) pangsanya mencapai 26,42%, dan sisanya 10,19% merupakan kredit mikro (di bawah Rp50 juta). Sementara itu, jika dilihat tren pertumbuhan laju kredit MKM pada grafik 3.16, nampak bahwa pada triwulan I-2011, persentase pertumbuhan kredit MKM mengalami penurunan 50
yang cukup signifikan. Penurunan pertumbuhan kredit MKM disebabkan oleh perubahan definisi kredit MKM dari Bank Indonesia yang mulai diimplementasikan oleh bank pelapor melalui Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) pada pertengahan tahun 2009. Sebelum adanya perubahan definisi kredit ini, bank pelapor masih memasukkan data kredit konsumsi kedalam komponen kredit MKM. Dalam masa transisi, beberapa bank pelapor telah menghilangkan kredit konsumsi dari komponen kredit MKM sehingga jika dilakukan perbandingan dengan data sebelumnya akan menghasilkan penurunan laju pertumbuhan. Namun demikian pada triwulan III-2011, laju pertumbuhan kredit MKM sudah mulai menunjukkan adanya tren peningkatan dari 24,97% (yoy) pada triwulan II-2011 menjadi 26,29% (yoy) pada triwulan III-2011. Grafik 3.16. Laju Pertumbuhan Kredit UMKM dan Total Kredit (%) 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00
10.00 -
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2009
Q2
Q3
Q4
Q1
2010 Kredit Umum
Q2
Q3
2011 Kredit UMKM
Sumber: Bank Indonesia Manado
Jika melihat pangsa kredit MKM terhadap penyaluran kredit perbankan secara keseluruhan pada triwulan III-2011, pangsa kredit MKM tercatat 85,70%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 83,38% (yoy). Kenaikan pangsa kredit MKM ditopang oleh semakin membaiknya kualitas kredit yang disalurkan tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) sebesar 3,23% pada akhir triwulan III-2011. Grafik 3.17. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Miliar)
Grafik 3.18. Non Performing Loan Kredit UMKM (Rp. Miliar)
9,000
Q3
8,000
2011
7,000 6,000 5,000
Q2 Q1
4,000 3,000
Q4
2,000
Menengah
2010
1,000 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2009
Q3
Q4
Q1
2010 Mikro
Kecil
Sumber: Bank Indonesia Manado
Q2
2011 Menengah
Q3
Q3 Kecil
Q2 Mikro
Q1 -
50
100
150
200
Sumber: Bank Indonesia Manado
51
3.4 STABILITAS SISTEM PERBANKAN Stabilitas sistem perbankan di Sulawesi Utara relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga, berada pada tingkat dibawah batas ketentuan BI yaitu 5%. Sementara itu, aspek penyerapan dana yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) berada pada level sedikit diatas 100%. Sedangkan volatilitas kurs diperkirakan tidak akan berdampak besar terhadap risiko pasar, karena paparan tehadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi. Sementara itu, perkembangan indikator lainnya (Kelonggaran tarik, NIM, ROA dan BOPO) menunjukkan perkembangan yang positif. 3.4.1
Risiko Kredit
Pada triwulan III-2011 risiko kredit perbankan Sulawesi Utara masih terkendali yang tercermin dari indikator Non Performing Loans (NPLs) dan konsentrasi kredit secara keseluruhan. Ratio NPLs (bruto) tetap terjaga pada level dibawah batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (5%) tercatat sebesar 3.54%. Dengan nilai NPLs yang relatif terjaga maka terdapat peluang untuk terus meningkatkan kinerja penyaluran kredit, terutama pada sektor-sektor yang produktif. Lebih lanjut, terdapat penurunan NPLs pada hampir semua sektor ekonomi terutama pada sektor pertanian. Hal ini tidak lepas dari upaya-upaya perbankan dalam perbaikan kualitas kredit. Selain itu, perbaikan kualitas kredit pertanian pada triwulan laporan diperkirakan merupakan dampak membaiknya kemampuan debitur dalam mengembalikan pinjamannya seiring dengan naiknya harga beberapa komoditi perkebunan seperti cengkih, kopra dan pala. Sementara itu, apabila dilihat dari indikator konsentrasi kredit secara keseluruhan, dapat terlihat bahwa sebagian besar kredit disalurkan pada sektor yang memiliki tingkat NPL yang relatif rendah yakni sektor lainnya (Konsumsi) dengan pangsa mencapai 56,82% dari total kredit memiliki tingkat NPL sebesar 2,02%.
Grafik 3.19. Kredit & NPLs Sektoral Tw. III-2011 8,000
12.00
Kredit (Rp miliar)
7,000
NPL (%)
6,000 8.00
5,000 4,000 3,000
4.00
2,000 1,000 -
Keterangan : 1 = Pertanian 2 = Pertambangan 3 = Industri 4 = Listrik, Gas, dan Air Bersih 5 = Konstruksi 6 = PHR 7 = Transportasi&Komunikasi 8 = Jasa-jasa 9 = Lainnya (Konsumsi)
0.00 1
2
3
4
5
6
Sumber: Bank Indonesia Manado
7
8
9
52
3.4.2
Risiko Likuiditas
Indikator risiko likuiditas perbankan Sulawesi Utara, yaitu konsentrasi jangka waktu sumber dana dan tingkat Loan Deposit Ratio (LDR) menunjukkan bahwa risiko likuiditas pada triwulan laporan cukup terkendali, walaupun perlu terus mendapat perhatian. Dilihat berdasarkan konsentrasi jangka waktu sumber pembiayaannya, Dana Pihak Ketiga (DPK) di Sulawesi Utara cenderung didominasi oleh dana-dana jangka pendek (tabungan) yang berpotensi menciptakan maturity mismatch karena kredit yang disalurkan perbankan jangka waktunya relatif lebih panjang daripada penempatan dana masyarakat. Kondisi ini perlu dikelola dengan baik oleh perbankan, dimana perbankan dituntut untuk mampu memproyeksikan profil DPK yang dimiliki. Selanjutnya angka Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan laporan tercatat 110%, meningkat dari posisinya di periode yang sama tahun lalu sebesar 107,11%. Perlu digaris bawahi bahwa perhitungan LDR ini hanya membagi jumlah total kredit yang disalurkan dengan jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan. Meningkatnya rasio LDR ini disebabkan karena pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK yang berhasil dihimpun bank. Berdasarkan wilayah administratifnya, rasio LDR terendah
dialami
oleh
Kota
Manado
sebesar
101,31%. Sedangkan LDR tertinggi dicapai oleh
Grafik 3.20. Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota
Bitung
Q3 2010
Kabupaten Minahasa sebesar 169,30%, disusul kemudian berturut-turut oleh Kabupaten Bolaang
Q2 2011
Manado
Mongondow sebesar 134,28%, Kabupaten Sangihe
Sangihe Talaud
Talaud sebesar 110,48%, dan Kota Bitung sebesar
Bolmong
Q3 2011
101,40%. Tingginya rasio LDR di wilayah-wilayah Minahasa
tersebut mengindikasikan bahwa wilayah tersebut merupakan kawasan yang sedang berkembang dan membutuhkan
banyak
kucuran
dana,
-
50
100
150
200
Sumber: Bank Indonesia Manado
yang
diantaranya diperoleh dari penyaluran kredit oleh perbankan di wilayah tersebut.
3.4.3 Risiko Pasar Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan Sulawesi Utara relatif terkendali yang tercermin dari rendahnya tingkat fluktuasi suku bunga. Tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) yang cenderung tetap, menyebabkan pergerakan suku bunga perbankan di Sulut pun 53
bergerak dalam batasan yang relatif kecil. Sementara itu, volatilitas kurs diperkirakan tidak akan berdampak besar terhadap kinerja perbankan Sulawesi Utara, karena minimnya transaksi valuta asing di perbankan Sulawesi Utara. 3.4.4 Indikator perbankan lainnya
Rasio Kelonggaran Tarik Kredit
Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank umum pada triwulan III-2011
Grafik 3.21. Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum
memperlihatkan
Rp Miliar 18,000
adanya kecenderungan peningkatan. Tercatat rasio
%
7
16,000
6
kelonggaran tarik pada September 2011 sebesar
14,000
5
12,000
4
3,34%, mengalami kenaikan dibandingkan periode
10,000
3
8,000
2
yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 2,62%.
6,000
1
4,000
Kondisi ini mencerminkan bertambahnya jumlah
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2009
Plafond
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
2011
10,1 10,6 11,0 11,7 13,1 13,6 14,0 14,9 15,4 16,3 17,2
Outstanding 9,09 9,62 10,0 10,4 10,8 11,4 11,9 12,6 12,9 13,9 14,6
kredit yang tidak dicairkan oleh nasabah, sehingga risiko idle money pada perbankan Sulawesi Utara
Q1
Rasio UL (%) 6.20 5.50 5.38 6.31 2.32 2.15 2.62 2.50 2.62 2.43 3.34
Sumber: Bank Indonesia Manado
meningkat.
Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin (NIM) didefinisikan sebagai
Grafik 3.22. Net Interest Margin Bank Umum (Rp Miliar)
salah satu indikator penilaian terkait kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Berdasarkan
2,500 2,000
neraca konsolidasi bank umum di Sulut, saldo bersih pendapatan bunga setelah dikurangi biaya
1,500 1,000 500
bunga atau yang biasa disebut Net Interest Margin
(NIM)
pada
triwulan
-
laporan
menunjukkan angka yang positif sebesar Rp1.279
Q1
Q2
Q3
Q4
2009
Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
1,800 1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 -
2011
Pend.Bunga 363 748 1,15 1,58 490 1,00 2,01 2,09 576 1,15 1,78 Biaya Bunga 78 235 348 456 134 276 426 589 162 332 503
NIM
285 513 805 1,12 356 730 1,58 1,50 414 827 1,27
miliar, mengalami penurunan bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat
Sumber: Bank Indonesia Manado
Rp1.585 miliar.
Rasio BOPO
Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kinerja bank yang belum optimal dan efisien. Sampai dengan triwulan laporan, tingkat efisiensi operasional perbankan menurun yang 54
-
tercermin dari peningkatan rasio BOPO bank umum dari 71,46% pada triwulan yang sama tahun sebelumnya menjadi 85,79% pada triwulan laporan. Hal ini dapat diartikan bahwa bank masih belum efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.
Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan laba dengan aset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan III-2011, rasio ROA bank umum tercatat sebesar 2,01%, mengalami penurunan bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 3,20%. Kondisi ini mencerminkan sedikit menurunnya kinerja perbankan dalam menghasilkan return dari asset yang dikelolanya pada triwulan laporan. Grafik 3.23. Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum Rp Miliar 2,500 2,000
1,500 1,000 500 -
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2009
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
2011
BO
322
683
PO
423
880 1,35 1,85 538 1,09 1,68 2,29 632 1,27 1,93
997 1,32 377
% 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 -
Grafik 3.24. Return On Asset Bank Umum 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 -
Q1
Sumber: Bank Indonesia Manado
Q2
Q3
Q4
Q1
2009
847 1,20 1,62 421 921 1,66
Rasio 76.0 77.6 73.4 71.5 70.0 77.0 71.4 70.5 66.6 72.0 85.7
600 550 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 -
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
2011
Aset (Rp Juta) - Left Axis 13,635 14,235 14,860 14,769 15,114 15,928 16,695 17,504 17,984 19,202 20,782 L/R (Rp Juta) - Right Axis 134
253
459
428
167
313
534
527
212
423
418
Sumber: Bank Indonesia Manado
3.5 PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan positif. Total aset bank umum syariah secara tahunan, sampai dengan posisi September 2011 meningkat sebesar 20,46% (yoy), sejalan dengan pertumbuhan kredit sebesar 48,16%. Sementara itu, DPK tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 33,13% (yoy) pada triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut, Financing to Deposit Ratio (FDR) meningkat dari 208,33% pada triwulan III-2010 menjadi sebesar 231,85% pada triwulan III-2011. Kedepan, diperlukan upaya penguatan inovasi produk dan infrastruktur industri serta penguatan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan kinerja perbankan syariah.
55
Tabel 3.3. Indikator Utama Perbankan Syariah di Sulawesi Utara (Rp miliar) 2009 Q1
Q2
2010 Q3
Q4
Q1
Q2
2011 Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Asset
129.31
142.58
149.30
161.37
165.76
199.25
288.12
304.69
331.31
330.49
347.06
DPK
155.29
167.43
164.40
94.68
83.20
90.29
104.37
125.46
128.38
133.03
138.95
Giro
11.94
13.78
14.80
13.71
7.89
9.10
11.85
13.81
13.12
12.14
12.76
Tabungan
91.70
101.52
98.27
61.22
50.51
59.52
67.33
79.98
76.95
86.02
90.31
Deposito
51.65
52.12
51.33
19.76
24.80
21.68
25.20
31.67
38.30
34.87
35.88
120.94
134.27
139.50
145.25
150.07
185.92
217.44
240.06
246.04
285.07
322.15 248.81
Kredit Investasi
114.90
127.07
129.54
133.15
135.83
170.57
199.82
215.85
217.87
243.62
Modal Kerja
2.41
2.74
2.73
2.84
2.99
3.33
3.55
3.60
3.62
3.96
5.71
Konsumsi
3.63
4.45
7.23
9.26
11.25
12.02
14.07
20.61
24.55
37.49
67.63
77.88
80.19
84.85
153.41
180.37
205.91
208.33
191.35
191.65
214.29
231.85
FDR (%)
Sumber: Bank Indonesia Manado
3.6 PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT
Tabel 3.4. Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sulawesi Utara (Rp. Miliar) Komponen
2009 Q3
Q4
Q1
Q2
2011 Q2
Q3
207.9
220.4
237.8
241.1
272.0
301.9
334.3
402.0
430.6
496.2
563.1
DPK
153.0
160.3
171.5
170.9
192.8
221.8
255.0
281.8
308.4
348.5
395.0
108.8
113.1
120.3
119.7
135.7
155.2
189.7
207.0
236.5
267.9
318.6
Tabungan
Q2
2010
Aset Deposito
Q1
Q3
Q4
Q1
44.2
47.2
51.2
51.3
57.0
66.7
65.4
74.8
71.9
80.6
76.4
163.7
181.5
195.6
202.7
212.3
230.3
246.8
288.3
322.5
383.6
420.1
Modal Kerja
39.6
45.7
51.0
54.4
56.4
63.3
74.1
81.9
104.4
92.4
100.1
Investasi
14.5
13.5
13.4
13.5
13.1
14.1
12.3
10.9
15.7
14.1
13.2
Konsumsi
109.5
122.3
131.2
134.8
142.8
152.9
160.5
195.5
202.4
277.1
306.8
Pertanian
3.1
3.2
3.9
4.4
4.8
4.5
4.8
4.4
4.5
4.7
5.6
Perindustrian
0.5
0.6
0.5
0.6
0.6
0.7
0.9
3.9
5.4
3.6
2.8
28.1
28.2
31.6
31.7
34.1
37.8
41.4
43.8
41.8
46.2
49.5
Kredit Jenis Penggunaan
Sektoral
PHR Jasa-jasa
14.3
15.1
18.1
16.2
18.6
18.5
20.5
18.7
53.6
33.6
33.2
Lain-lain
117.7
134.4
141.5
149.8
154.2
168.6
179.2
217.5
217.2
295.4
329.0
LDR (Persen)
107.0
113.2
114.0
118.6
110.1
103.8
96.8
102.3
104.6
110.1
106.3
NPL (Persen)
3.5
3.2
3.3
2.9
3.4
3.8
4.4
4.2
4.7
3.8
4.2
Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif yang tercermin dari pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Aset BPR pada September 2011 mengalami pertumbuhan positif sebesar 68,43% (yoy), menjadi Rp563,1 miliar. Pertumbuhan aset BPR pada periode laporan terutama didorong oleh pertumbuhan kredit tercatat 70,22% atau mencapai Rp420,1 miliar. Secara sektoral, kredit terutama disalurkan pada sektor lain-lain (konsumsi) dengan pangsa 78,32% dan sektor PHR dengan pangsa 11,78%. Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar kredit yang disalurkan BPR merupakan kredit konsumsi dengan pangsa mencapai 73,03% dari total kredit. Hal ini diperkirakan tidak lepas dari kegiatan konsumsi masih menjadi lokomotif pertumbuhan 56
ekonomi daerah disamping meningkatnya aktivitas ekonomi khususnya di sektor konsumsi yang didorong oleh kenaikan pendapatan sebagian besar masyarakat di Sulawesi Utara. Sejalan dengan hal tersebut, DPK juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 54,89%(yoy) dengan jumlah nominal sebesar Rp395 miliar. Berdasarkan komponen pembentuknya, deposito masih mendominasi DPK BPR dengan pangsa 80,66%. Pertumbuhan DPK BPR jauh lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan DPK bank umum. Hal ini diduga terkait dengan masih relatif lebih menariknya suku bunga simpanan di BPR dibandingkan suku bunga perbankan. Melihat kondisi tersebut, diperlukan perhatian lebih pada penataan ulang efisiensi BPR, terutama bagaimana dapat menekan suku bunga pinjaman yang saat ini berada pada tingkat yang cukup tinggi akibat tingginya suku bunga sumber dana pembiayaan BPR. Fungsi intermediasi pada BPR juga menunjukkan adanya peningkatan, hal ini tercermin dari kenaikan rasio LDR dari 96,80% pada triwulan III-2010 menjadi 106,3% pada triwulan laporan. Sementara itu, kualitas kredit BPR juga mengalami perbaikan seperti ditunjukkan oleh tren penurunan persentase kredit bermasalah (NPL gross) dari 4,4% pada triwulan III2010 menjadi 4,2% pada triwulan III-2011.
57
Halaman ini sengaja dikosongkan
58
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan pemerintah daerah dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, meningkatkan output, mencapai pertumbuhan dan stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum. Selain itu, APBD merupakan kebijakan operasional yang menjadi turunan dari strategi pembangunan pemerintah daerah yang telah ditetapkan, sehingga dapat terlihat arah keberpihakan pemerintah daerah. APBD seharusnya menggambarkan angka-angka ekonomis yang mencerminkan kebutuhan masyarakat untuk memecahkan masalah dan meningkatkan kesejahteraannya. Pada hakikatnya anggaran daerah merupakan alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat. Pembahasan dan analisa kinerja APBD dalam laporan ini meliputi perkembangan kinerja anggaran pemerintah daerah di tingkat Provinsi, sedangkan kinerja anggaran untuk 15 Kabupaten/Kota yang ada di Sulawesi Utara belum dapat tersajikan dalam laporan karena terkendala oleh keterbatasan data yang diperoleh. Transfer dana dari pemerintah pusat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) ke Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara pada Tahun 2011 khususnya Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU) mencapai Rp5,67 Triliun atau naik 12,05% dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan komponen penyusunnya, kenaikan transfer dana dari pemerintah pusat terutama berasal dari DAU yang naik 10,72% (yoy), mencapai
Rp4,96 triliun. Sejalan dengan itu, DAK juga mengalami peningkatan
1,33% (yoy) atau mencapai Rp709,18 miliar pada periode laporan. Tabel 4.1. Perkembangan Transfer Dana Pusat Ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara Dana Dana Alokasi Umum (DAU) Dana Alokasi Khusus (DAK) TOTAL
2007 3,071,594 501,621 3,573,215
2008 3,427,845 673,556 4,101,401
2009 4,059,322 887,196 4,946,518
2010 4,431,419 699,748 5,131,167
2011 4,963,779 709,185 5,672,964
Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu
59
4.1.
Dana Perimbangan di Sulawesi Utara
4.1.1
Struktur Dana Perimbangan di Sulawesi Utara
Alokasi dana perimbangan yang terdiri atas Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pemerintah pusat bagi Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara Tahun 2011 meningkat sebesar 12,05% dibandingkan dengan Tahun 2010. Secara agregat, jumlah alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten dan kota di Sulawesi Utara mencapai Rp5,67 triliun. Seluruh Kabupaten/Kota bahkan di tingkat Provinsi di Tahun 2011 mengalami peningkatan alokasi anggaran dibandingkan tahun lalu. Tabel 4.2. Dana Perimbangan ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara Daerah Sulawesi Utara Bolaang Mongondow Minahasa Sangihe Bitung Manado Kepualuan Talaud Minahasa Selatan Tomohon Minahasa Utara Kotamobagu Bolaang Mongondow Utara Kepualuan Sitaro Minahasa Tenggara Bolmong Timur Bolmong Selatan TOTAL
DAK 2010 2011 17,439 29,288 42,412 52,681 41,869 50,652 56,607 60,702 25,800 28,000 28,014 42,959 45,112 45,301 44,944 43,241 20,799 34,560 39,959 47,726 45,704 27,514 43,760 45,454 40,859 46,520 35,234 44,095 53,204 56,185 46,889 54,309 628,605 709,185
DAU 2010 2011 558,635 619,711 295,800 320,510 374,744 409,491 286,315 322,079 274,296 304,672 420,481 482,454 256,908 278,873 289,949 331,072 219,721 247,394 266,587 307,575 201,553 223,190 208,127 228,525 222,678 256,258 220,929 254,096 161,164 182,376 176,192 195,503 4,434,079 4,963,779
Sumber : BAPPEDA Sulut, diolah
Berdasarkan alokasi dana perimbangan di masing-masing kabupaten/kota/provinsi di Tahun 2011, Provinsi Sulawesi Utara mendapatkan alokasi terbesar yakni Rp648,99 miliar dengan pangsa 11,44%. Berikutnya adalah Kota Manado sebesar Rp525,41 miliar dengan pangsa 9,26% dari total anggaran, Kabupaten Minahasa sebesar Rp.460,14 miliar dengan pangsa 8,11% dan Kabupaten Sangihe sebesar Rp382,78 miliar dengan pangsa 6,75%. Alokasi dana terendah diperoleh oleh Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan pangsa 4,21% dari total dana perimbangan atau sebesar Rp238,56 milliar.
60
Grafik 4.2. Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2011
Grafik 4.1. Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2010 4.23%
4.41%
5.06%
4.21% 11.38% 6.68%
5.21%
Bolmong
Minahasa
Sangihe
Bitung
4.98%
8.23%
4.88% 6.77% 6.06%
Kep. Talaud
6.61%
Manado Minsel
Tomohon
Minut
Kotamobagu
Bolmut
Kep. Sitaro
5.93% 4.75%
Provinsi
Boltim
Minteng
11.44% 5.26% 6.58%
5.34% 4.83%
8.11%
4.42% 6.75% 6.26% 5.86%
Bolsel
4.97%
8.86%
4.40%
6.60%
Provinsi
Bolmong
Minahasa
Sangihe
Bitung
Manado
Kep. Talaud
Minsel
Tomohon
Minut
Kotamobagu
Bolmut
Kep. Sitaro
Minteng
Boltim
Bolsel
9.26% 5.71%
5.97%
Sumber: BAPPEDA Sulut, diolah
Sumber: BAPPEDA Sulut, diolah
Grafik 4.3. Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2011 700,000
600,000 500,000 400,000 300,000
200,000 DAU 100,000
DAK Dana Perimbangan
-
Sumber: BAPPEDA Sulut, diolah
Berdasarkan komponennya, alokasi dana perimbangan di masing – masing kabupaten/kota di Sulawesi Utara pada APBD Tahun 2011 sebagian besar berasal dari Dana Alokasi Umum dengan pangsa mencapai 87,50%.
4.1.2.
Struktur Belanja (Alokasi Dana Perimbangan)
Struktur Belanja Pemerintah Daerah di Provinsi Sulawesi Utara secara umum didominasi oleh belanja tidak langsung (belanja pegawai) tercermin dari Rasio APBD 2011 Belanja Tidak Langsung yang rata-rata berada diatas 30%. Rasio terbesar terjadi pada Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim) tercatat 70,29% sedangkan rasio terendah terjadi pada Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) tercatat 33,22%.
61
Tingginya Rasio APBD 2011 Belanja Tidak Langsung mencerminkan bahwa kinerja belanja APBD masih didorong pembelanjaan gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) seiring dengan semakin meningkatnya jumlah PNS di Sulut. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan sektor konsumsi semakin dominan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Sulut. Untuk menggiatkan kinerja kegiatan produktif perlu didukung oleh aktivitas belanja modal dan belanja tidak langsung. Tabel 4.4. Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2011
Daerah
DAU (Rp miliar)
Belanja Tidak
Rasio APBD
Jumlah
Langsung
Belanja Tdk
PNS
(Rp miliar)
Langsung (%)
(Orang)
Prov. Sulut
619,70
689,40
53,12
6.115
Manado
482,45
514,40
64,10
8.760
Bitung
304,67
277,50
66,73
4.445
Tomohon
247,39
191,20
55,23
3.287
Minahasa
409,49
411,22
70,25
7.167
Minsel
331,07
265,68
65,02
6.300
Minut
307,57
260,08
59,28
4.330
Mitra
254,09
217,03
53,42
2.612
Bolmong
320,51
273,20
56,70
5.067
Kotamobagu
223,19
171,70
51,22
2.808
Bolmut
228,52
127,70
33,22
1.593
Boltim
182,37
244,24
70,29
1.300
Bolsel
195,50
118,55
40,44
1.235
Sangihe
322,07
318,42
69,71
5.125
Sitaro
256,09
170,52
40,24
3.112
Talaud
278,87
229,55
59,94
4.183
Jumlah
4.963,55
4.480,39
57,39
67.439
Sumber : Biro Keuangan Prov. Sulut
4.3.
APBD di Tingkat Provinsi
4.2.1. Pendapatan Daerah di Tingkat Provinsi Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara meningkatkan target pendapatan secara umum. Hal ini tercermin dari peningkatan target pendapatan pada APBD P 2011 dibandingkan APBD P 2010 dan APBD 2011 (sebelum perubahan). Peningkatan terutama berasal dari meningkatnya anggaran alokasi transfer pemerintah pusat ke daerah (dana perimbangan). Sampai dengan periode laporan, total target dana perimbangan mencapai Rp722,36 miliar, mengalami peningkatan 8,37% dibandingkan tahun lalu atau mengalami peningkatan 3% dibandingkan target APBD 2011 (sebelum perubahan). Peningkatan ini sejalan dengan 62
komitmen pemerintah pusat untuk meningkatkan kapasitas daerah serta mengurangi kesenjangan publik. Tabel 4.3. Ringkasan Perubahan APBD tahun 2011
No I
II
III IV
APBD-P 2011 (Rp Juta)
Uraian Pendapatan Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Lain-lain PAD yang Sah Belanja Belanja Tidak Langsung • Belanja Pegawai • Belanja Hibah • Belanja Bantuan Sosial • Belanja Bagi Hasil • Belanja Bantuan Keuangan • Belanja Tidak Terduga Belanja Langsung • Belanja Pegawai • Belanja Barang dan Jasa • Belanja Modal Surplus/(Defisit) Pembiayaan
APBD 2011 (Rp Juta)
1,339,429 516,085 722,359 100,985 1,443,703 715,513 424,083 43,783 39,720 205,147 1,280 1,500 728,189 60,999 397,869 269,321 (104,273) 104,273
Bertambah/ (Berkurang)
1,259,702 451,755 703,999 103,947 1,297,908 689,406 420,523 35,383 45,720 172,000 5,780 10,000 608,503 55,793 329,125 223,584 (38,207) 38,207
6% 14% 3% -3% 11% 4% 1% 24% -13% 19% -78% -85% 20% 9% 21% 20% 173% 173%
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Sejalan dengan itu, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara juga meningkatkan target Pendapatan Asli
Grafik 4.3. Komposisi Pendapatan Daerah Prov. Sulawesi Utara
Daerah (PAD) menjadi Rp516 miliar pada APBD P 1,600,000
80%
1,400,000
70%
atau meningkat 14% dibandingkan dengan target
1,200,000
60%
1,000,000
50%
PAD pada APBD 2011 (sebelum perubahan). Hal ini
800,000
40%
600,000
30%
400,000
20%
200,000
10%
2011, meningkat 47,44% dibandingkan tahun lalu
merupakan komitmen Pemerintah Provinsi Sulut dalam mengurangi ketergantungan Pemerintah Provinsi terhadap Pemerintah Pusat mengingat masih
besarnya
rasio
dana
perimbangan
dibandingkan total pendapatan Provinsi Sulut yang menandakan
kegiatan
ekonomi
dan
sosial
-
0% 2007
2008
2009
2010
2011
Dana Perimbangan PAD Proporsi Dana Perimbangan thd Total Pendapatan Provinsi
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
masyarakat Sulawesi Utara sebagian besar masih digerakkan oleh dana yang berasal dari pemerintah pusat (grafik 4.3). Namun demikian, proporsi Dana Perimbangan terhadap Total Pendapatan Provinsi menunjukkan tren penurunan selama 5 (lima) tahun terakhir hingga tercatat sebesar 54% pada tahun 2011. 63
Tabel 4.4. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 September 2011
Uraian PENDAPATAN Pendapatan Asli Daerah - Pajak Daerah - Retribusi Daerah - Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah - Lain-lain Dana Perimbangan - Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) - Dana Alokasi Umum - Dana Alokasi Khusus Lain-lain Pendapatan yang Sah
908,495 306,971 268,632 8,193 13,554 16,592 526,589
85.2 87.7 86.1 70.7 82.1 165.7 79.0
1,339,429 516,085 467,523 6,591 23,000 18,970 722,359
Proporsi APBD-P 2011 (%) 100.0 38.5 90.6 1.3 4.5 3.7 53.9
8
47,858
151
73,360
10.2
40,287
77.3 7.3 4.7
465,651 13,079 74,936
83.4 24.7 149.9
619,711 29,288 100,985
85.8 4.1 7.5
516,426 21,966 70,845
1,066,545 350,031 311,927 11,589 16,500 10,015 666,514
Proporsi APBD 2010 (%) 100.0 32.8 60.4 2.2 3.2 1.9 62.5
55,000 558,635 52,879 50,000
APBD 2010 (Rp Juta)
Realisasi APBD Nominal
APBD-P 2011 (Rp Juta)
%
Realisasi APBD Nominal 1,023,876 374,352 353,203 4,607 0 16,542 578,679
% 76.4 72.5 75.5 69.9 0.0 87.2 80.1
54.9 83.3 75.0 70.2
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Sementara itu, tingkat realisasi pendapatan sampai dengan triwulan III 2011 lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sampai dengan triwulan laporan tingkat pendapatan secara umum baru terealisasi 76,4% dari total target pendapatan atau lebih rendah dibandingkan pencapaian tahun lalu yang tercatat sebesar 85,2%. Apabila dilihat berdasarkan komponennya, pencapaian terbesar terjadi pada Dana Perimbangan dengan tingkat pencapaian sampai dengan triwulan III 2011 sebesar 80,1%. Realisasi dana perimbangan terutama bersumber pada Dana Alokasi Umum (DAU) dengan proporsi 85,8% Selanjutnya tingkat realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Lain-lain PAD yang sah tercatat masing-masing sebesar 72,5% dan 70,2%. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sulawesi Utara sampai dengan triwulan III 2011 masih didominasi oleh pendapatan yang bersumber dari pajak daerah dengan proporsi 90.6%.
4.2.2. Belanja Daerah di Tingkat Provinsi Di sisi belanja, Provinsi Sulawesi Utara menganggarkan dana yang cukup besar. Alokasi belanja Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp1,44 triliun atau meningkat 32,02% dari tahun sebelumnya. Namun demikian, peningkatan alokasi belanja ini tidak diikuti dengan peningkatan realisasinya.
64
Tabel 4.5. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 September 2011 Uraian BELANJA Belanja Tidak Langsung • Belanja Pegawai • Belanja Hibah • Belanja Bantuan Sosial • Belanja Bagi Hasil • Belanja Bantuan Keuangan • Belanja Tidak Terduga Belanja Langsung • Belanja Pegawai • Belanja Barang dan Jasa • Belanja Modal
APBD 2010 (Rp Juta) 1,093,545 607,711 355,711 63,500 45,000 132,000 4,000 7,500 485,834 46,677 231,236 207,921
Proporsi APBD 2010 100.0 55.6 58.5 10.4 7.4 21.7 0.7 1.2 44.4 9.6 47.6 42.8
Realisasi APBD APBD -P 2011 Proporsi (Rp Juta) APBD Nominal % 736,000 67.3 1,443,703 100.0 464,096 76.4 715,513 49.6 247,155 69.5 424,083 59.3 108,498 170.9 43,783 6.1 29,951 66.6 39,720 5.6 74,086 56.1 205,147 28.7 4,000 100.0 1,280 0.2 405 5.4 1,500 0.2 271,905 56.0 728,189 50.4 27,336 58.6 60,999 8.4 169,153 73.2 397,869 54.6 75,416 36.3 269,321 37.0
Realisasi APBD Nominal % 749,793 51.9 416,039 58.1 280,090 66.0 16,642 38.0 17,350 43.7 101,192 49.3 265 20.7 500 33.3 333,754 45.8 28,762 47.2 187,883 47.2 117,109 43.5
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Total belanja daerah yang dianggarkan dalam APBD-P 2011 adalah sebesar Rp1,44 triliun, mengalami peningkatan dibandingkan total belanja pada APBD 2010 yang tercatat sebesar Rp1,09 triliun. Namun, peningkatan pada alokasi anggaran belanja ini tidak diikuti dengan peningkatan realisasinya. Sampai dengan triwulan III-2011 realisasi belanja tercatat sebesar 51,9% dari total anggaran atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya tercatat 67,3% dari total anggaran. Menurut komponen pembentuknya, belanja Provinsi terdiri atas belanja langsung dan tidak langsung dengan pangsa masing-masing 49,6% dan 50,4%. Belanja tidak langsung didominasi oleh belanja pegawai dengan pangsa 59,3% atau mencapai Rp424,08 miliar, sisanya merupakan belanja hibah (6,1%), belanja bantuan sosial (5,6%), belanja bagi hasil (28,7%), belanja bantuan keuangan (0,2%), dan belanja tidak terduga (0,2%). Sementara itu belanja langsung didominasi oleh belanja barang dan jasa dengan pangsa 54,6%, sisanya merupakan belanja modal (37%) dan belanja pegawai (8,4%). Komposisi tersebut mengkonfirmasi data pertumbuhan ekonomi Sulut yang terutama didorong oleh sektor konsumsi. Sementara itu, tingkat realisasi belanja modal pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan dari 36,3% pada triwulan II-2010 menjadi 43,5% pada triwulan laporan. Peningkatan belanja modal ini sejalan dengan realisasi proyek fisik pemerintah seperti pembangunan/perbaikan jalan, irigasi dan lainnya yang telah berjalan.
65
Tabel 4.6. Rekapitulasi Proyek Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara
No A.
B.
Instansi Pemerintah Provinsi Sulut 1. Badan Perpustakaan 2. Dinas PU 3. Dinas Pertanian & Peternakan 4. Dinas Kelautan & Perikanan 5. Dinas Kesejahteraan Sosial 6. DPRD 7. Dinas Perhubungan 8. Inspektorat 9. Dinas Perkebunan 10. Dinas Kesehatan 11. Perbatasan Kabupaten/Kota 1. Kota Bitung 2. Kab. Minahasa 3. Kab. Sitaro 4. Kab. Kep. Sangihe 5. Kab. Bolmong 6. Kota Manado 7. Kab. Kep. Talaud 8. Kab. Bolsel 9. Kab. Boltim 10. Kab. Mitra 11. Kab. Minsel
Jumlah Paket 67 1 26 6 11 6 2 5 1 4 4 1 387 39 3 128 20 17 16 1 54 66 33 10
Nilai Paket (Rp) 940.000.000 4.241.000.000 3.763.500.000 8.702.829.000 3.219.110.000 1.557.598.000 1.555.000.000 300.000.000 4.088.986.060 1.696.405.400 231.750.200 28.190.710.000 6.105.000.000 84.501.683.965 13.142.349.700 9.477.745.260 12.920.760.810 20.582.566.500 67.367.024.000 89.679.324.657 21.000.000.000 4.111.899.998
Nilai Total Paket (Rp) 30.316.178.660
357.079.064.890
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
4.2.3. Pangsa APBD Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar Realisasi konsumsi pemerintah memiliki pangsa sebesar 6,89% terhadap PDRB harga berlaku Provinsi Sulawesi Utara di triwulan III-2011. Kontribusi di tingkat kabupaten dan kota relatif sulit untuk diperoleh sehingga hanya besaran-besaran pokok saja yang dimiliki. Sementara itu, dampak realisasi APBD provinsi terhadap perkembangan uang beredar sampai dengan posisi 30 September 2011 berada pada kondisi kontraksi yang berarti jumlah pendapatan pemerintah
lebih besar dibandingkan jumlah pengeluaran (belanja
pemerintah).
66
Tabel 4.7. Kontribusi APBD Provinsi Terhadap Sektor Riil s.d. 30 September 2011
Uraian PENDAPATAN Pendapatan Asli Daerah - Pajak Daerah - Retribusi Daerah - Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah - Lain-lain Dana Perimbangan - Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) - Dana Alokasi Umum - Dana Alokasi Khusus Lain-lain Pendapatan yang Sah BELANJA Belanja Tidak Langsung • Belanja Pegawai • Belanja Hibah • Belanja Bantuan Sosial • Belanja Bagi Hasil • Belanja Bantuan Keuangan • Belanja Tidak Terduga Belanja Langsung • Belanja Pegawai • Belanja Barang dan Jasa • Belanja Modal
Realisasi APBD 1 % thd PDRB Tw.III-2011 1,632,995 15.00 374,352 3.44 353,203
3.24
4,607
0.04
0 16,542 842,604
0.15 7.74
859,147
7.89
516,426 21,966 70,845 749,793 416,039 280,090 16,642 17,350 101,192 265 500 333,754 28,762 187,883 117,109
4.74 0.20 0.65 6.89 3.82 2.57 0.15 0.16 0.93 0.00 0.00 3.07 0.26 1.73 1.08
Sumber: Biro Keuangan Daerah Sulawesi Utara, diolah
67
Halaman ini sengaja dikosongkan
68
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Sistem pembayaran adalah sistem yang berkaitan dengan kegiatan pemindahan dana dari satu pihak kepada pihak lain yang melibatkan berbagai komponen sistem pembayaran. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembayaran tunai, kliring, maupun Real Time Gross Settlement (RTGS). Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional baik tunai maupun non tunai merupakan salah satu tugas Bank Indonesia yang diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undang-undang Republik Indonesia No.6 tahun 2009. Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar (clean money policy). Sementara itu kebijakan di bidang instrumen pembayaran non tunai tetap diarahkan untuk menyediakan sistem pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan konsumen. Sebagai representasi Bank Indonesia di daerah, fungsi mengatur kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai di Sulawesi Utara dijalankan oleh Kantor Bank Indonesia (KBI) Manado. Pada triwulan III-2011, nilai transaksi sistem pembayaran
non tunai di Sulawesi Utara
menunjukkan peningkatan. Transaksi pembayaran melalui Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), untuk wilayah Sulawesi Utara, baik secara nominal maupun nominal meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan itu, transaksi dan volume pembayaran melalui kliring di wilayah Sulawesi juga mengalami peningkatan. Selanjutnya aktivitas transaksi tunai di Sulawesi Utara yang dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan III-2011 mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 5.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai 5.1.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow) Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan III-2011 di wilayah kerja KBI Manado menunjukkan terjadinya net outflow. KBI Manado mengalami net outflow sebesar Rp252
69
miliar, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami net inflow sebesar Rp183 miliar. Aktivitas transaksi tunai di Sulawesi Utara yang dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan III-2011 mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini tercermin pada peningkatan jumlah uang kartal yang dikeluarkan Kantor Bank Indonesia Manado (outflow), yakni dari Rp799 miliar pada triwulan III-2010 menjadi Rp1.240 miliar pada triwulan laporan. Sejalan dengan hal tersebut, aliran uang kartal yang masuk dari masyarakat dan perbankan ke Kantor Bank Indonesia Manado (inflow) pada triwulan III-2011 mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya maupun triwulan lalu. Secara nominal, jumlah uang kartal yang masuk ke KBI Manado adalah sebesar Rp989 miliar, mengalami peningkatan 105,28% (yoy) atau 202,37% (qtq). Secara total aliran uang kartal di KBI Manado masih menunjukkan adanya net outflow Rp252 miliar dimana secara nominal uang kartal yang keluar (Rp1.240 miliar) lebih besar dari uang kartal yang masuk (Rp989 miliar). Hal ini tidak terlepas dari peningkatan konsumsi masyarakat sebagai pengaruh pola musiman perayaan bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada periode laporan. Secara bulanan, KBI Manado mengalami baik net outflow maupun net inflow selama triwulan III-2011. Net outflow terjadi pada Juli dan Agustus 2011 masing-masing secara berturut-turut sebesar Rp146,1 miliar dan Rp530,7 miliar. Selanjutnya pada September 2011 aliran kas mengalami net inflow yang tercatat sebesar Rp425,2 miliar. Grafik 5.1. Netflow Aliran Kas Uang Kartal KBI Manado
miliar
1,500 1,000 500 (500) (1,000) (1,500) Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2009
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
2011
Inflow (+)
613
160
122
235
617
303
482
383
750
327
989
Outflow (-)
-18
-355
-235
-687
-0.77
-525
-799
-896
-155
-510
-1,240
Net Flow
595
-195
-113
-453
616
-222
-317
-513
595
-183
-252
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
70
5.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar Dalam melaksanakan strategi clean money policy, Bank Indonesia Manado melaksanakan kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar dengan melakukan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang telah lusuh/rusak. Proses pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan. Selama triwulan III-2011, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 37,98%, jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat 64,11%. Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan laporan adalah sebesar Rp376 miliar. Budaya dan perilaku masyarakat yang kurang baik dalam memperlakukan uang kertas seperti melipat, mengokot (men-staples), meremas dan mencorat-coret akan mempercepat kelusuhan uang kertas. Selain itu, karena faktor iklim tropis yang lembab juga akan mempercepat tingkat kelusuhan uang kertas. Grafik 5.2. Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow Miliar
1,200
%
440 400
1,000
360 320
800
280 240
600
200 160
400
120 80
200
40 -
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Inflow
613
PTTB Rasio
Q3
Q4
Q1
160
122
235
617
303
482
383
750
53
78
490
209
327
261
297
309
474
326
329
8.57
49.0
402.
89.1
376
42.3
97.8
64.1
123.
43.5
100.
37.9
2009
2010
Q2
Q3
2011 989
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
5.1.3. Perkembangan Kas Titipan Dalam perannya sebagai regulator di daerah yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor Bank Indonesia Manado melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas titipan ini dilakukan khususnya untuk daerah yang lokasinya cukup jauh dari Kantor Bank Indonesia. 71
Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan Kantor Bank Indonesia Manado bekerjasama dengan salah satu bank umum di wilayah Gorontalo dan Tahuna.
Grafik 5.3. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Gorontalo (Rp. Miliar) 800 600 400 200 0 -200 -400 -600
.
-800 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2009
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
2011
Inflow
621
542
645
629
672
547
726
649
779
739
553
Outflow
-443
-611
-566
-673
-537
-586
-652
-716
-638
-773
339
Netflow
178
-69
80
-44
135
-39
74
-67
141
-34
214
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Kondisi aliran kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan III-2011 menunjukkan posisi net inflow sebesar Rp214 miliar. Pada triwulan laporan jumlah kas titipan yang masuk (inflow) di Gorontalo tercatat Rp553 miliar, sedangkan jumlah kas keluar (outflow) tercatat Rp339 miliar. Grafik 5.4. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Tahuna (Rp. Miliar) 150 100 50 0 -50 -100 -150 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2009
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
2011
Inflow
57
27
40
108
40
39
24
20
77
29
35
Outflow
-39
-78
-63
-111
-50
-97
-105
-131
-63
-71
29
Netflow
18
-51
-23
-3.49
-11
-58
-81
-110
14
-42
6
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Selain di Provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuna, Kabupaten Kepulauan Sangihe. Pada triwulan III-2011, kas titipan di Tahuna mengalami net inflow 72
sebesar Rp6 miliar, setelah mengalami net outflow sebesar Rp42 miliar pada triwulan sebelumnya.
5.1.4. Penemuan Uang Palsu Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan III2011 menunjukkan peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Total uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado pada triwulan III2011 tercatat sebanyak 126 lembar atau secara nominal tercatat sebesar Rp9,25 juta , lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 75 lembar atau secara nominal Rp3,98 juta. Secara historis, pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan selama dua tahun terakhir adalah uang kertas pecahan Rp100,000 dan Rp50,000 dengan pangsa secara berturut-turut masing-masing sebesar 69,12% dan 20,48%. Terjadinya peningkatan temuan uang palsu merupakan dorongan bagi KBI Manado terus berupaya menekan perkembangan peredaran uang palsu, diantaranya melalui sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan masyarakat. Kegiatan sosialisasi tidak hanya dilakukan di Kantor Bank Indonesia, kalangan perbankan, di instansi-instansi pemerintah daerah, akademisi dan sekolah-sekolah namun juga dilakukan di pusat perbelanjaan dan sentra perekonomian di kota Manado. Hal tersebut dilakukan mengingat pusat perbelanjaan juga sangat rentan terhadap kegiatan peredaran uang palsu karena tingginya tingkat perputaran uang yang digunakan untuk melakukan transaksi. Selain itu, secara represif pihak Bank Indonesia juga menjalin kerjasama dengan pihak Kepolisian Daerah Sulawesi Utara dalam upaya penanganan proses hukum. Peran serta aktif masyarakat bersama dengan pihak kepolisian diperlukan untuk dapat membongkar sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara Tabel 5.2. Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KBI Manado
Pecahan
2010 Q1
Q2
2011 Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
- Rp100.000,-
14
-
94
35
12
21
73
- Rp50.000,-
19
3
10
8
8
32
32
- Rp20.000,-
-
-
2
6
5
6
14
- Rp10.000,-
1
-
-
-
1
16
7
- Rp5.000,-
3
-
-
-
-
-
-
- Rp1.000,-
-
-
-
-
-
-
-
37
3
106
49
26
75
126
Total
Sumber: Bank Indonesia Manado, diolah
73
5.2. Perkembangan Alat Pembayaran Non-Tunai Berkembangnya
perekonomian
domestik
telah
berdampak
terhadap
peningkatan
kebutuhan masyarakat akan ketepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi. Berdasarkan latar belakang tersebut, Bank Indonesia secara terus menurus melakukan penyempurnaan dan pengembangan terhadap sistem yang telah ada, termasuk diantaranya melalui penyelenggaraan kliring dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS). 5.2.1. Perkembangan Kliring (Tunai) Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara (tunai) selama triwulan III-2011 mengalami peningkatan, jumlah warkat yang dikliringkan sebanyak 91.486 lembar dengan nilai Rp2.167 miliar atau meningkat jumlahnya sebesar 10,41% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan selama periode laporan tercatat sebanyak 1.501 lembar dengan nilai sebesar Rp35,55 miliar atau tumbuh signifikan sebesar 14,12% (yoy). Peningkatan rata-rata jumlah nominal kliring tersebut semakin menegaskan bahwa perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif yang berkelanjutan. Tabel 5.3. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di Wilayah Sulawesi Utara
KETERANGAN
2010 Q1
Q2
Perputaran Kliring a. Lembar 75,799 80,399 b. Nominal (Rp miliar) 1,658 1,674 Rata-rata perputaran kliring per hari a. Lembar 1,221 1,299 b. Nominal (Rp miliar) 26.73 27.08 Persentase rata-rata penolakan a. Lembar (%) 1.02 2.16 b. Nominal (%) 1.01 2.44
Q3
Q4
Q1
2011 Q2
Q3
82,862 1,914
89,523 2,083
80,909 1,915
86,567 2,093
91,486 2,167
1,315 30.39
1,400 32.52
1,310 31.01
1,418 34.31
1,501 35.55
1.72 1.54
1.33 1.82
1.78 1.99
1.71 2.23
1.57 1.40
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan tercatat 1,57% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 1,72%.
74
5.2.2. RTGS (Real Time Gross Settlement) Implementasi sistem BI-RTGS di Indonesia yang bermanfaat sebagai sarana penyelesaian akhir transaksi pembayaran semakin menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Hal ini dikarenakan BI-RTGS mempunyai keunggulan dalam kecepatan penyelesaian transaksi (seketika) dan resiko settlement-nya dapat diperkecil. Perkembangan penyelesaian nominal transaksi RTGS selama triwulan III-2011 (dari dan ke wilayah Sulawesi Utara) mencapai Rp3.007 miliar atau mengalami peningkatan nilai sebesar 10,28% (yoy). Sejalan dengan jumlah nilainya yang mengalami peningkatan, volume RTGS pada triwulan laporan juga mengalami kenaikan 6,21% (yoy) dari 5.858 transaksi di triwulan III-2010 menjadi 6.222 transaksi pada triwulan III-2011. Peningkatan transaksi RTGS pada triwulan laporan diperkirakan merupakan salah satu dampak dari pembangunan perekonomian Sulawesi Utara yang terus mengalami pertumbuhan. Tabel 5.4. Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement
Periode Jan Feb Mar Tw I-2010 Apr Mei Jun Tw II-2010 Jul Agust Sep Tw III-2010 Oct Nov Dec Tw IV-2010 Jan Feb Mar Tw I-2011 Apr Mei Jun Tw II-2011 Juli Agustus September Tw III-2011 Pertumbuhan (YoY %)
TO FROM + TO FROM Nilai Nilai Nilai Volume Volume Volume (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) 183 694 709 1,102 892 1,796 192 638 553 1,339 746 1,977 239 833 727 1,120 966 1,953 615 2,165 1,989 3,561 2,604 5,726 214 740 582 968 796 1,708 195 676 523 932 718 1,608 244 800 639 1,077 884 1,877 653 2,216 1,744 2,977 2,397 5,193 240 832 767 1,120 1,007 1,952 244 795 684 1,324 928 2,119 186 666 606 1,121 792 1,787 670 2,293 2,056 3,565 2,727 5,858 234 885 590 1,115 824 2,000 242 933 667 1,226 909 2,159 284 1,018 825 1,338 1,110 2,356 761 2,836 2,082 3,679 2,843 6,515 226 887 673 1,085 899 1,972 220 826 583 1,063 803 1,889 251 981 760 1,366 1,011 2,347 697 2,694 2,016 3,514 2,712 6,208 241 745 456 1,012 698 1,757 229 870 639 1,034 868 1,904 257 861 709 1,219 966 2,080 727 2,476 1,804 3,265 2,531 5,741 234 875 684 1,201 918 2,076 262 887 839 1,322 1,101 2,209 230 833 759 1,104 988 1,937 725 2,595 2,282 3,627 3,007 6,222 8.19 13.17 10.97 1.74 10.28 6.21
Sumber : www.bi.go.id, diolah
75
Halaman ini sengaja dikosongkan
76
BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara juga terus menunjukkan perbaikan, hal tersebut sesuai dengan perkembangan pertumbuhan perekonomian daerah yang semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan melalui Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang secara konstan mengalami penurunan selama beberapa tahun terakhir. Selain itu, penurunan tingkat pengangguran juga terindikasi dari angka penggunaan tenaga kerja oleh dunia usaha Sulawesi Utara yang mencatat angka positif. Angka yang diperoleh dari hasil Survei Konsumen (SK) triwulan III-2011, menunjukkan masyarakat Sulawesi Utara masih optimis terhadap ketersediaan lapangan kerja yang ditunjukkan melalui indeks ketersediaan lapangan kerja yang masih dalam level optimis. Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus meningkat. Kondisi ini ditandai oleh turunnya tingkat kemiskinan yang didukung oleh kenaikan indeks penghasilan dan Nilai Tukar Petani (NTP).
6.1. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH Berbagai
indikator
ketenagakerjaan
pada
triwulan
III-2011
di
Sulawesi
Utara
mengindikasikan adanya peningkatan penyerapan jumlah tenaga kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengalami peningkatan dari 63,31% pada Agustus 2010 menjadi 65,32% pada Agustus 2011. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) terus mengalami penurunan, pada Februari 2010 tercatat sebesar 9,61% turun menjadi 8,62% pada Agustus 2011. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan jumlah lapangan kerja di Sulawesi Utara. Namun demikian, TPT Sulawesi Utara masih lebih tinggi apabila dibandingkan dengan TPT nasional.
77
Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan di Sulawesi Utara F e b- 0 9
A gs - 0 9
F e b- 10
A ug- 10
F e b- 11
A ug- 11
Penduduk 15 Thn ke atas
1,685.5
1,694.1
1,710.9
1,637.4
1,651.0
1,659.8
Angkatan Kerja
1,077.2
1,051.1
1,074.3
1,036.6
1,068.4
1,084.2
Bekerja
962.6
940.2
961.6
936.9
970.2
990.7
Mencari Kerja
114.5
111.0
112.6
99.6
98.2
93.5
Bukan Angkatan Kerja
608.3
643.0
636.7
600.8
582.6
575.6
TPAK
63.91
62.0
62.79
63.31
64.71
65.32
TPT
10.63
10.56
10.48
9.61
9.19
8.62
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Berdasarkan lokasinya, dari total pengangguran terbuka pada Agustus 2011 sebesar 93,5 ribu orang, tingkat pengangguran lebih tinggi terjadi di wilayah perkotaan. Persentase tingkat pengangguran di daerah perkotaan tercatat sebesar 11,37% atau sekitar 57,3 ribu orang. Sementara itu, di daerah pedesaan tingkat pengangguran tercatat sebesar 6,24% atau 36,2 ribu orang. Dibandingkan dengan posisi Februari 2011, baik pedesaan maupun perkotaan mencatat penurunan tingkat pengangguran meski secara absolut mencatat kenaikan jumlah pengangguran. Kondisi ini perlu mendapat perhatian pemerintah daerah, dimana pusat-pusat pertumbuhan ekonomi agar diusahakan lebih merata ke daerah-daerah non perkotaan yang menjadi pusat pertumbuhan saat ini. Tabel 6.2. Pengangguran Terbuka Menurut Daerah Agustus 2011
Februari 2011 Daerah
Jumlah (ribu jiwa)
Agustus 2011 Jumlah
%
(ribu jiwa)
%
Perkotaan
54.6
11.4
57.3
11.4
Pedesaan
43.6
7.4
36.2
6.2
Sulawesi Utara
98.2
9.2
93.5
8.6
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Berdasarkan sektornya, sektor pertanian (pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan) masih merupakan lapangan pekerjaan utama sebagian besar penduduk yang bekerja yaitu sebanyak 321,1 ribu orang (32,4%). Namun, bila dibandingkan dengan posisi yang sama tahun sebelumnya terjadi penurunan sebesar 10.2%. Penurunan tenaga kerja pada sektor tersebut diperkirakan beralih ke sektor lainnya yang justru mengalami peningkatan yaitu Industri, Perdagangan dan Jasa Kemasyarakatan. Sementara itu, sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Peroangan menempati urutan kedua dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 207,8 ribu orang (21%). 78
Tabel 6.3. Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut 2009 2011 Lapangan Usaha2010
Lapangan Pekerjaan Utama
Februari
Pertanian, Perkebunan,
Agustus
Februari
Agustus
Februari
Grafik 6.1. Share Penduduk Yang Bekerja Di Sulawesi Utara Menurut Lapangan Usaha - Ags 2011
Agustus
386.9
345.6
333.0
357.6
338.9
321.1
57.1
57.5
57.5
50.6
69.2
66.0
175.0
173.4
178.3
172.7
186.7
196.2
Kehutanan dan Perikanan Industri Perdagangan, Rumah Makan
35
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan
30 Industri
25 20
Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi
15
dan Jasa Akomodasi Jasa Kemasyarakatan, Sosial
150.6
162.9
183.0
182.3
182.1
199.6
dan Perorangan
10
Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan
5
Lainnya * Total
193.1
200.8
209.9
173.8
193.3
207.8
962.6
940.2
961.6
936.9
970.2
990.7
Lainnya *
1
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Berdasarkan status pekerjaannya, dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pendekatan pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan indentifikasi ini, pada Agustus 2011 sebesar 390,1 ribu orang (39,4%) bekerja pada kegiatan formal dan 600,6 ribu orang (60.6%) bekerja pada kegiatan informal. Dari 990.7 ribu orang yang bekerja pada Agustus 2011, status pekerjaan utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan sebesar 347.7 ribu orang (35.1%), diikuti oleh berusaha sendiri sebesar 270.8 ribu orang (27,3%), dan berusaha dibantu buruh tidak tetap sejumlah 114.5 ribu orang (11.6%). Tabel 6.4. Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Status Pekerjaan S t a t us P e k e rja a n
F e b- 0 9
A gs - 0 9
F e b- 10
A ug- 10
F e b- 11
A gs - 11
Berusaha Sendiri
287.2
286.7
259.6
242.9
250.2
270.8
Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap - Buruh Tidak Dibayar Berusaha Dibantu Buruh Tetap-Buruh Dibayar Buruh/Karyawan
130.4
129.3
128.0
102.4
131.9
114.5
41.2
42.9
41.0
45.9
47.0
42.4
279.2
284.8
322.3
332.7
335.9
347.7
Pekerja Bebas Pertanian
64.1
48.0
52.0
74.3
43.3
55.1
Pekerja Bebas Non Pertanian
39.9
55.1
58.5
40.4
52.3
60.3
120.6
93.4
100.3
98.6
109.6
99.9
9 6 2 .6
9 4 0 .2
9 6 1.6
9 3 6 .9
9 7 0 .2
9 9 0 .7
Pekerja Tak Dibayar T o tal
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Optimisme membaiknya kondisi ketenagakerjaan pada periode laporan juga sejalan dengan hasil survei yang dilakukan oleh KBI Manado. Berdasarkan survei yang dilakukan, jumlah pelaku usaha yang menyatakan melakukan penambahan jumlah tenaga kerja masih meningkat. Perkembangan ketenagakerjaan juga dapat dikonfirmasi melalui sikap 79
optimisme masyarakat terhadap ketersediaan lapangan kerja yang tercermin dari indeks ketersediaan lapangan kerja hasil Survei Konsumen (SK) KBI Manado yang masih berada diatas level optimis. Pada akhir triwulan III-2011, angka indeks ketersediaan lapangan kerja adalah sebesar 113 .
Grafik 6.2. Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja 200 180
Ekspektasi Konsumen
Ekspektasi Penghasilan
Ekspektasi Ekonomi
Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja
160 140 120 100 80 60 40 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2009
2010
2011
Sumber: Survei Konsumen KBI Manado
6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara
pada
semester
pertama
tahun
2011
menunjukkan
perkembangan
yang
menggembirakan. Hal ini terjadi karena tingkat penghasilan masyarakat Sulawesi Utara memiliki kecenderungan untuk meningkat, tercermin dari indeks penghasilan hasil Survei Konsumen (SK) KBI Manado yang berada pada level optimis yakni sebesar 130,3. Apabila ditinjau kondisi kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor ekonomi dominan Sulawesi Utara sekaligus sebagai sektor penyerap tenaga kerja terbesar dapat dilihat pada grafik 6.3. bahwa tren kesejahteraan petani mulai mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan NTP yang merupakan perbandingan antara indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar oleh petani untuk keperluan konsumsi rumah tangga dan biaya produksi.
80
Grafik 6.3. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)
Nilai Tukar Petani (indeks)
105.00
batas minimum sejahtera
4%
Nilai Tukar Petani (growth yoy)
104.00
3%
103.00
2%
102.00 1% 101.00 0% 100.00 -1%
99.00
-2%
97.00
-3% Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Ags Sep
98.00
2009
2010
2011
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 6.4. Perkembangan Indeks Yang Diterima dan Dibayar Petani
105.00
Nilai Tukar Petani (indeks)
batas minimum sejahtera
140.00
104.00
Indeks Dibayar Petani
Indeks Diterima Petani
135.00
103.00
130.00
102.00
125.00
101.00 120.00
100.00
115.00
99.00
110.00
97.00
105.00
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun
98.00
2009
2010
2011
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Rata-Rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara selama triwulan III-2011 sebesar 103,61, lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 100,83. Kedua komponen, baik Indeks yang Diterima Petani (IT) maupun Indeks yang Dibayar Petani (IB) mengalami peningkatan, namun karena kenaikan IT lebih besar dibandingkan kenaikan IB, maka terjadi kenaikan NTP pada triwulan III-2011. Adapun kenaikan IB terutama datang dari naiknya harga bahan makanan dan makanan jadi (untuk 81
kelompok konsumsi rumah tangga), serta harga penambahan barang modal dan obatobatan serta pupuk (untuk kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal). Tabel 6.5. Komponen Indeks Dibayar Petani (IB)
Sumber: BPS Provinsi Sulut, diolah
Tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara kembali mengalami penurunan pada tahun 2011. Berdasarkan Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada bulan Maret 2011 diketahui Tingkat Kemiskinan di Sulawesi Utara sebesar 8 ,51% atau sebanyak 194,90 ribu jiwa, mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 9,1% atau sebanyak 206,72 ribu jiwa. Penurunan angka kemiskinan pada tahun 2011 ini merupakan lanjutan dari tren yang terjadi sejak tahun 2007. Tahun tersebut adalah titik balik setelah terjadi peningkatan pada beberapa periode sebelumnya. Penurunan ini juga sejalan dengan tren perkembangan tingkat kemiskinan pada tingkat nasional. Apabila dibandingkan dengan tingkat kemiskinan nasional sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara selalu berada dibawah angka nasional.
82
Grafik 6.5. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Nasional dan Prov. Sulut
Grafik 6.6. Persebaran Penduduk Miskin Provinsi Sulut 25
18
20
%
16 15
14 12
10
10 8 6
5
4 2
0
0
Juli 06
Mar 07
Mar 08
Mar 09
Mar 10
Sulut
10.76
11.42
10.10
9.79
9.1
Nasional
16.90
16.58
15.42
14.15
13.33
Juli 06 Mar 07 Mar 08 Mar 09 Mar 10 Mar 11 Desa
Kota
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 6.6. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Sulawesi Utara Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Tahun Makanan
Bukan Makanan
Total
Jumlah Penduduk Miskin
% Penduduk Miskin
Perdesaan Maret 2007 Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011
117,516 128,498 141,599 149,372 163,264
31,924.00 33,935.00 36,672.00 38,724.00 42,977
149,440 162,433 178,271 188,096 206,241
171.00 150.90 140.31 130.35 118
13.80 12.04 11.05 10.14 9
119,827 129,781 143,512 150,595 164,964
36,723.00 38,378.00 41,260.00 43,739.00 47,859.00
156,550 168,160 184,772 194,334 212,823
250.10 223.50 219.57 206.72 194.90
11.42 10.10 9.79 9.10 8.51
Tahun
Indek Maret 2007 Maret 2008 Maret 2009
Kota & Desa Maret 2007 Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011
Indek Maret 2007 Maret 2008 Maret 2009
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan. Semakin tinggi Garis Kemiskinan, semakin banyak penduduk yang tergolong sebagai penduduk miskin. Selama periode Maret 2010
Maret 2011, garis kemiskinan
meningkat sebesar Rp.18.489,- yaitu dari Rp. 194.334,- per kapita per bulan pada Maret 2010 menjadi Rp. 212.823,- per kapita per bulan pada Maret 2011. Walaupun terjadi peningkatan nilai Garis Kemiskinan, faktanya tingkat kemiskinan mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pendapatan penduduk yang miskin pada tahun lalu mengalami peningkatan dengan laju yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan Garis 83
Kemiskinan sehingga sebagian dari mereka (11,8 ribu orang) mampu keluar dari kemiskinan. Peningkatan pendapatan menyebabkan mereka mampu mengkonsumsi komoditi makanan dan non makanan dengan kualitas atau volume yang lebih tinggi. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Pada bulan Maret 2010, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 77,49 %, pada bulan Maret 2011, peranannya sedikit mengalami kenaikan menjadi 77,51%. Dengan kata lain peningkatan Garis Kemiskinan dari Maret 2009 ke Maret 2010 lebih disebabkan karena kenaikan harga yang lebih tinggi pada komoditi makanan dibandingkan pada komoditi non makanan. Tabel 6.7. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Menurut D erah di Sulawesi Utara
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Pada periode Maret 2010 - Maret 2011, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) cenderung tidak mengalami perubahan yang berarti. Nilai indeks (P1) menunjukkan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin besar rata-rata kesenjangan terhadap garis kemiskinan. Indeks ini digunakan sebagai dasar penghitungan berapa subsidi yang diperlukan untuk mengentaskan penduduk miskin. Sementara itu nilai indeks (P2) menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Dengan penurunan pada indeks (P1) tersebut berarti selama periode Maret 2010-Maret 2011 ada indikasi bahwa rata-rata jarak kedalaman kemampuan konsumsi penduduk miskin semakin bergerak naik mendekati ke garis kemiskinan. 84
Sedangkan penurunan indeks (P2) menunjukkan bahwa variasi pengeluaran konsumsi penduduk miskin semakin merata dan semakin kecil ketimpangannya.Kedalaman kemiskinan di perdesaan dan perkotaan tidak signifikan berbeda terlihat dari nilai indeks (P1) yang hampir sama yakni 1,16 berbanding 1,11. Sedangkan dari sisi ketimpangan pengeluaran, penduduk miskin di perkotaan cenderung memiliki tingkat ketimpangan yang lebih tinggi dibandingkan penduduk miskin di perdesaan yang ditunjukkan dari disparitas nilai indeks (P2) dimana di perdesaan 0,19 sedangkan di perkotaan mencapai 0,30
85
Halaman ini sengaja dikosongkan
86
BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN 7.1.
Prospek Ekonomi Makro
Pertumbuhan
ekonomi Sulawesi Utara triwulan
IV-2011 diperkirakan
mengalami
pertumbuhan pada kisaran 7,61% - 7,81% (yoy). Pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) yang mengalami peningkatan seiring dengan maraknya even yang dilaksanakan di Sulawesi Utara serta peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat menjelang perayaan Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. Seiring dengan hal tersebut, sektor Bangunan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan positif yang ditandai dengan peningkatan realisasi proyek fisik pemerintah menjelang masa akhir tahun anggaran. Di sisi lain, sektor Pertanian masih menjadi salah satu sektor yang berkontribusi tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Sulut meskipun masih mengalami pertumbuhan yang melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
Grafik 7.1. Perkembangan Realisasi dan Ekspektasi Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Sulawesi Utara
yang dilakukan secara triwulanan oleh Bank Indonesia Manado menunjukkan
60.00 Realisasi Kegiatan Usaha
Perkiraan Kegiatan Usaha
50.00
adanya optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi
dan
peningkatan
ekspektasi
pelaku usaha terhadap dunia usaha yang
40.00 30.00 20.00 10.00
ditandai
dengan
kenaikan
indikator
ekspektasi kegiatan usaha pada triwulan IV-2011 dengan persentase Saldo Bersih
Q1 Q2
Q3 Q4
Q1 Q2
Q3
Q4
Q1 Q2
Q3 Q4
Q1
Q2
Q3 Q4*
(10.00) 2008
2009
2010
2011
(20.00) (30.00)
Tertimbang (SBT) sebesar 45,67%, lebih
(40.00)
tinggi dari realisasi kegiatan kegiatan usaha pada triwulan IV-2010 dengan SBT sebesar
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha KBI Manado Triwulan I-1010
31,44%. Dari sisi permintaan, konsumsi swasta khususnya konsumsi rumah tangga diperkirakan akan tumbuh positif seiring dengan peningkatan peningkatan aktivitas konsumsi sebagai faktor musiman perayaan Hari Raya Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. Hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan KBI Manado menunjukkan tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi
87
perekonomian saat ini masih berada pada level optimis (indeks > 100) yang terutama dikontribusikan oleh optimisme meningkatnya penghasilan. Grafik 7.2. Indeks Ekspektasi Konsumen 200
Kondisi Ekonomi Saat Ini
Penghasilan Saat Ini
180
Pembelian Barang Tahan Lama
Ketersediaan Lap. Kerja
160 140 120 100 80 60 40 20 J
F
M
A
M
J
J
A
S
O
N
D
J
F
M
A
M
2010
J
J
A
S
O
2011
Sumber: Survei Konsumen (SK) KBI Manado
Konsumsi Pemerintah juga diperkirakan tetap tumbuh positif meskipun masih mengalami perlambatan dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Kinerja konsumsi pemerintah pada triwulan IV 2011,didorong oleh peningkatan anggaran yang tercermin pada APBD-P 2011 dan peningkatan realisasi proyek fisik pemerintah menjelang berakhirnya tahun anggaran. Selanjutnya kinerja investasi pada triwulan IV-2011 diperkirakan terus membaik sejalan dengan realisasi proyek fisik baik pemerintah maupun swasta. Hal ini tercermin dari penjualan semen di Sulawesi Utara yang mengalami peningkatan sebesar 20,9% (yoy) pada bulan September 2011. Indikator lainnya yang menunjukkan peningkatan kinerja investasi adalah hasil Survei Penjualan Eceran yang memperlihatkan kenaikan indeks penjualan bahan konstruksi sebesar sebesar 95.65% (yoy) dari 80.95 pada Oktober 2010 menjadi 158.37 pada Oktober 2011. Grafik 7.3. Perkembangan Penjualan Semen
2010
2011
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI)
2010
Okt
Jul
Sep
Agust
Jun
Apr
Mei
Mar
-200 Jan
0 Feb
-100
Des
100
Okt
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S
0
200
Sep
0
100
300
Nop
10,000
200
400
Jul
20,000
300
500
Agust
30,000
400
growth (% yoy) - right axis
600
Jun
40,000
500
Indeks Bahan konstruksi - left axis
700
Apr
50,000
800
Mei
60,000
160 140 120 100 80 60 40 20 0 -20 -40 -60
Mar
g_semen (% yoy) - right axis
Jan
Volume (ton) - left axis
70,000
Feb
80,000
Grafik 7.4. Indeks Bahan Konstruksi
2011
Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) KBI Manado
88
Perkembangan ekspor pada triwulan IV-2011 diprediksi tumbuh positif meskipun tidak setinggi periode yang sama tahun lalu. Sebagai komoditi unggulan ekspor, komoditi pertanian perkebunan (kelapa dan turunannya, cengkih, biji pala dan fuli) masih mendominasi volume ekspor Sulut. Namun demikian, saat ini komoditi rumput laut juga menjadi komoditi ekspor dengan target pasar Eropa dan Asia khususnya China. Dari sisi penawaran, sektor PHR serta sektor pengangkutan dan komunikasi diprediksi akan mengalami pertumbuhan positif yang didorong oleh penyelenggaraan beberapa even berskala nasional maupun internasional di Sulawesi Utara. Sektor bangunan juga diperkirakan akan tetap tumbuh positif sejalan dengan maraknya pembangunan proyek fisik pemerintah dan swasta yang sedang berjalan. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Kinerja sektor PHR diindikasikan tumbuh positif terutama didorong oleh subsektor perdagangan dan subsektor hotel seiring meningkatnya aktivitas perdagangan dan penyelenggaraan even di Sulawesi Utara. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja sektor ini diantaranya : Tingginya aktivitas perhelatan nasional dan internasional yang dilaksanakan di Kota Manado telah mendorong peningkatan kinerja pada sektor PHR. Beberapa even yang akan dilaksanakan di Kota Manado pada awal triwulan IV 2011 diantaranya: - Pelaksanaan The 19th Biennial General Conference of Association of Asian Social Science Research Councils (AASSREC) pada tanggal 16-19 Oktober 2011 yang akan dihadiri oleh 12 Negara diantaranya Australia, Jepang, Cina, Bangladesh, New Zaeland, Malaysia, Filipina dan Amerika Serikat dan sekitar 300 peneliti ilmu sosial. Pertemuan ini akan membahas mengenai tantangan dan peluang trans-nasionalisme dari perspektif ilmu sosial. - Pertemuan Asosiasi Bapelkes Indonesia (ABI) yang akan berlangsung pada 12-14 Oktober 2011 dengan peserta 23 Bapelkes se-Indonesia. - Rapat Kerja dan Seminar Ilmiah Nasional Ikatan Pustakawan Indonesia pada tanggal 11-13 Oktober 2011 yang menghadirkan sekitar 300 pustakawan se-Indonesia. - Pemilihan Bintang Radio ASEAN pada tanggal 19-23 Oktober 2011 dengan peserta sebanyak 200 perwakilan RRI dari seluruh Indonesia serta perwakilan dari negara ASEAN. Berdasarkan informasi yang dihimpun melalui hasil liaison maupun dari media cetak lokal, tingkat hunian di beberapa hotel utama di Kota Manado mengalami peningkatan mencapai 100% dibandingkan tahun lalu. Peningkatan tersebut merupakan dampak 89
dari
berbagai
kegiatan
pertemuan
berskala lokal
hingga internasional
yang
diselenggarakan di Kota Manado. Pertumbuhan pada sektor PHR diperkirakan akan terus mengalami peningkatan hingga akhir tahun yang didorong oleh faktor musiman perayaan hari Natal dan Tahun Baru. Tabel 7.1. Pergerakan Arus Penumpang di Bandara 2010 Jenis Kedatangan/ Pengangkutan Keberangkatan Q1 Q2 Q3 Q4 Datang 174,013 208,221 218,514 229,908 Penumpang Berangkat 183,275 205,865 219,567 216,486
Sam Ratulangi Manado 2011 Growth (YoY) Q1 Q2 Q3 203,160 213,389 229,846 5.19% 213,108 216,771 232,520 5.90%
Sumber: Angkasa Pura I Sam Ratulangi
Sektor Bangunan Perkembangan sektor bangunan pada triwulan IV-2011 diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan realisasi belanja proyek fisik pemerintah menjelang masa akhir tahun anggaran. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja sektor ini diantaranya :
Realisasi belanja proyek di Dinas Pekerjaan Umum pada akhir triwulan III telah mencapai 70%, dan diprediksikan seluruh program dan kegiatan akan terealisasi menjelang akhir tahun. Salah satu pekerjaan proyek fisik yang saat ini masih berlangsung adalah pengerjaan jembatan di kawasan Boulevard yang baru mencapai 75% dengan total anggaran sebesar Rp473 juta yang bersumber dari APBD.
Sementara itu, salah satu proyek swasta masih dalam proses pengerjaan sampai dengan Oktober 2011 adalah pembangunan Manado Town Square (Mantos) II yang rencananya akan dibuka pada awal Desember 2011.
Kinerja sektor bangunan juga tidak terlepas dari dorongan kredit yang disalurkan oleh perbankan. Pameran perumahan yang dilakukan oleh salah satu Bank Pemerintah di Sulut telah berhasil menjaring 165 aplikasi dengan menargetkan pengajuan kredit perumahan sebesar Rp150 miliar.
Sektor Pertanian Sektor Pertanian masih menjadi salah satu sektor yang berkontribusi tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Sulut meskipun masih mengalami pertumbuhan yang melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kinerja sektor pertanian diperkirakan akan melambat. Namun demikian pada akhir tahun (Desember 2011) diperkirakan akan terjadi panen raya di beberapa kawasan sentra tanaman padi, sehingga diharapkan tetap mampu menahan laju perlambatan di sektor pertanian. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja sektor pertanian diantaranya : 90
Serangan hama Tungro dan Kepinding yang menyerang beberapa sentra tanaman padi di Sulawesi Utara diperkirakan menjadi salah satu penyebab penurunan produksi padi di Sulawesi Utara menurun. Berdasarkan data Angka Ramalan (ARAM) II BPS, produksi beras periode September-Desember 2011 mengalami penurunan sebesar -1,36% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya atau turun sebesar -13.46% bila dibandingkan dengan subround sebelumnya (Mei-Agustus 2011). Serangan hama Tungro di Kabupaten Minahasa Tenggara semakin meluas, setelah sebelumnya melanda Kecamatan Tombatu Timur kini hama juga meluas ke wilayah kecamatan Tombatu Utara dengan luas lahan yang terkena hama ± 100 hektar padi. Sementara itu, di wilayah Bolaang Mongondow Selatan, serangan hama Kepinding telah menyebabkan tanaman padi yang siap panen menguning. Selain disebabkan oleh serangan hama, penurunan produksi padi juga diperkirakan disebabkan oleh penurunan penyerapan pupuk bersubsidi. Dari kuota sebanyak 26 ribu ton pupuk di tahun 2011, hanya sekitar 15 ribu ton yang baru tersalurkan kepada petani. Kinerja subsektor perikanan diperkirakan akan semakin membaik di akhir tahun 2011, hal ini salah satunya disebabkan oleh datangnya puncak musim ikan. Berdasarkan data dari pusat pelelangan ikan di Aertembaga produksi ikan tuna dan cakalang mampu mencapai ±300 ton untuk setiap kapal kecil. Sementara itu berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara, produksi perikanan tangkap pada Januari-September 2011 meningkat 0.66% dibandingkan periode yang sama tahun lalu dan produksi perikanan budidaya untuk periode yang sama juga mengalami kenaikan sebesar 26.49%. Dalam rangka mengantisipasi ancaman krisis pangan tahun 2012, pemerintah Propinsi Sulawesi Utara dan 14 bupati/walikota di Sulawesi Utara melakukan penandatanganan kesepakatan (MoU) dalam mencapai swasembada beras 2012 dengan penetapan target produksi gabah kering (GBK) sebesar 660 ribu ton di tahun 2012. Hasil liaison pada beberapa lokasi sentra produksi beras di Bolaang Mongondow menunjukkan adanya panen raya pada bulan November-Desember 2011. Panen raya tersebut sedikit mendorong kinerja sektor pertanian di Sulut.
91
Tabel 7.2. Produksi dan Luas Panen Padi Palawija Propinsi Sulut 2010-2011
Jan-April L.Panen Produksi (Ha) (ton)
Komoditas/Tahun
Mei-Aug L.Panen Produksi (Ha) (ton)
Sep-Des L.Panen Produksi (Ha) (ton)
Jan-Des L.Panen Produksi (Ha) (ton)
Padi ARAM II (2011) ATAP 2010 Jagung ARAM II (2011) ATAP 2010 Kedelai ARAM II (2011) ATAP 2010
40,332 40,824
190,339 192,346
43,156 43,700
207,162 209,950
34,756 35,247
179,271 181,734
118,244 119,771
576,772 584,030
40,915 39,280
149,422 143,293
54,614 54,390
199,560 199,448
28,362 28,260
103,521 103,403
123,891 121,930
452,503 446,144
1,963 2,083
2,619 2,779
2,405 2,555
3,199 3,401
1,035 1,101
1,362 1,447
5,403 5,739
7,180 7,627
Tabel 7.3. Realisasi Penyaluran Pupuk Bersubsidi per September 2011
Grafik 7.5. Perkembangan Luas Lahan & Produksi Padi Prov. Sulut
Realisasi (Ton) Urea NPK Pelangi
Kab/Kota ribu ha 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Luas Panen (ribu ha)
Bolaang Mongondow Bolmong Timur Bolmong Selatan Bolmong Utara Kotamobagu Minahasa Minahasa Selatan Minahasa Tenggara Minahasa Utara Kepulauan Sangihe Sitaro Kepulauan Talaud Manado Bitung Tomohon Total
ribu ton 250
Produksi (ribu ton)
200 150 100 50 0
Jan-Apr Mei-AugSep-Des Jan-Apr Mei-AugSep-Des Jan-Apr Mei-AugSep-Des 2009
2010
2011
15 2 4 13 10 3 5 1 2 54
Ket: Tanda (-) tidak ada realisasi/permintaan Sumber: PT. Pupuk Kaltim Kantor Pemasaran Sulut & Gorontalo
Sumber: BPS Provinsi Sulut, diolah
7.2.
679 92 505 219 60 121 6 7 73 1,786
Prakiraan Inflasi
Laju inflasi Kota Manado pada triwulan IV-2011 diperkirakan akan meningkat, berada pada kisaran 2,30%±1% (yoy). Dari sisi pendorong
laju
inflasi
fundamental, faktor
tahunan
Kota
Manado
Grafik 7.6. Perkembangan dan Perkiraan Inflasi Kota Manado (% yoy) 14 12 10 8 6
diantaranya
bersumber
dari
harga
komoditas
internasional terutama harga emas dunia yang
4 2
0
berpotensi
masih
cenderung
meningkat
dan
-2
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*) 2008
2009
2010
2011
peningkatan permintaan seiring perayaan Hari Raya Ket: *Proyeksi Inflasi Bank Indonesia Manado Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara
92
Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. Peningkatan harga komoditas serta permintaan masyarakat menjelang hari raya selanjutnya berdampak terhadap pembentukan ekspektasi masyarakat akan tingginya laju inflasi pada triwulan IV-2011. Dari sisi non fundamental tekanan inflasi volatile foods diperkirakan akan meningkat sebagai faktor berkurangnya pasokan dan melonjaknya permintaan seiring dengan perayaan Natal 2011 serta Tahun Baru 2012. Namun demikian, laju inflasi kelompok volatile foods masih dapat diredam oleh membaiknya suplai ikan di laut Sulawesi dan perkiraan panen raya beras di Sulut pada akhir tahun 2011 sesuai dengan pola musimannya. Sementara itu, inflasi kelompok administered price relatif terkendali seiring kebijakan pemerintah untuk mempertahankan harga bahan bakar bersubsidi hingga akhir tahun 2012.
Faktor Fundamental Dari
sisi
eksternal,
peningkatan
harga
potensi
berlanjutnya
komoditas
internasional
terutama harga emas dunia akibat tekanan permintaan telah mendorong tren peningkatan
Grafik 7.7. Perkembangan Harga Komoditas Internasional USD/Barrel 120
$/Oz 1900 1700
100
1500
80
1300
harga emas perhiasan domestik. Sementara dari sisi domestik, tekanan inflasi disebabkan oleh (i) peningkatan permintaan seiring pola perayaan Hari Raya Natal 2011 dan Tahun Baru 2011 (ii) meningkatnya
aktivitas
perekonomian
yang
60
1100
40
900
20
700 1
3
5
7
9
11
1
3
2009
5
7
2010 WTI (left axis)
9
11
1
3
5
7
9
2011 Emas (right axis)
Sumber : Bloomberg, diolah
didorong oleh maraknya perhelatan internasional dan domestik di Sulut, dan (iii) meningkatnya permintaan bahan bangunan yang ditandai oleh pembangunan berbagai proyek swasta dan penyelesaian proyek fisik pemerintah pada periode laporan. Ekspektasi masyarakat Sulut terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang dicerminkan oleh ekspektasi pelaku usaha dan konsumen. Berdasarkan Survei Pedagang Eceran (SPE) yang dilaksanakan oleh KBI Manado, terjadi perbaikan persepsi ekspektasi Indeks Ekspektasi Pedagang terhadap harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang (Grafik 7.8). Hal ini disebabkan karena adanya jaminan kebijakan pemerintah yang tidak menaikkan harga BBM bersubsidi hingga akhir tahun. Disamping itu relatif terkendalinya harga kebutuhan pokok di Sulut sepanjang tahun 2011 turut andil dalam menjaga ekspektasi 93
terhadap harga pada level yang rendah. Sementara itu, dari sisi konsumen terdapat tendensi memburuknya ekspektasi konsumen. Berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) yang dilaksanakan oleh KBI Manado 2011 terjadi peningkatan Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang (Grafik 7.9). Tendensi memburuknya ekspektasi konsumen merupakan dampak mulai dilaksanakannya pengurangan jatah minyak tanah bersubsidi di sebagian Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara. Grafik 7.8. Ekspektasi Pedagang Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado Dalam Saldo Bersih Tertimbang (SBT)
Grafik 7.9. Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado Dalam Saldo Bersih Tertimbang (SBT) 250.00
250.00
200.00 200.00
150.00 150.00
100.00 100.00
50.00 50.00
0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2008 2008
2009
2010
2009
3 Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yad 1 Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yad
2010
2011
2011
4 Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yad
2 Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yad
Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) Kota Manado
Sumber : Survei Konsumen (SK) Kota Manado
Faktor Non Fundamental Dari sisi non fundamental, tekanan inflasi volatile foods diperkirakan akan meningkat. Berdasarkan pantauan di sejumlah pasar tradisional dan modern di Kota Manado melalui Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan KBI Manado menunjukkan adanya tren peningkatan harga beberapa komoditas volatile foods (terutama beras dan cabai merah). Faktor yang diperkirakan meningkatkan laju inflasi kelompok volatile foods pada triwulan III 2011 diantaranya :
Potensi berkurangnya pasokan lokal sayur mayur dan komoditas volatile foods lainnya sebagai pengaruh : - Curah hujan yang tinggi pada akhir tahun 2011 (Gambar 7.2) - Kembali meningkatnya aktivitas Gunung Lokon yang berlokasi di salah satu sentra pertanian Sulut. - Terganggunya pasokan akibat kondisi infrastruktur yang kurang memadai dan distribusi yang kurang lancar akibat keterbatasan stock BBM bersubsidi.
Berkurangnya pasokan luar daerah
Melonjaknya permintaan sebagai pengaruh perayaan Natal 2011 & Tahun Baru 2012
Namun demikian, laju kenaikan inflasi kelompok volatile foods dapat diredam oleh faktorfaktor sebagai berikut : 94
Berlalunya musim muson timur yang menyebabkan pasokan ikan di laut Sulawesi mulai membaik. Bulog Divre Sulut melaksanakan impor beras dari Vietnam sebesar 6.400 ton sehingga jumlah stock mencapai 16.623 ton atau memenuhi kebutuhan 6 (enam) bulan kedepan. Panen raya padi pada Desember 2011 sesuai dengan pola musimannya (Gambar 7.1).
Tabel 7.4. Alokasi Raskin di Provinsi Sulut th. 2011
Manado Bitung
RTSPM*)
Alokasi/ Bulan
Total Alokasi
148,995
148,995
1,787,940
8,033
120,495
1,445,940
Tomohon
5,636
84,540
1,014,480
Minahasa
14,184
212,760
2,553,120
4,613
169,185
930,330
Minsel Minut
12,620
189,300
2,271,600
Minteng
4,487
67,305
807,660
Bolmong
9,757
146,355
1,756,260
Bolmut
4,914
73,710
884,520
Kotamobagu
2,878
43,170
518,040
Boltim
2,877
43,155
517,860
Bolsel
4,100
61,500
738,000
12,251
183,765
2,205,180
Talaud
8,237
123,555
1,482,660
Sitaro
4,609
69,135
829,620
Sangihe
Sumber : BULOG Divre Sulut, diolah
25000 20000
Hektar
Kabupaten / Kota
Gambar 7.1. Pola Panen Padi Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009-2011
15000 10000 5000 0 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Agt
Sep
Okt
Nov
Des
2009
7794
9213
12278
10792
7900
10595
10542
11951
7540
8035
7883
10222
2010
4848
8535
9561
17880
8640
10197
12669
12194
4362
9598
5842
15445
2011
4562
7933
11959
15878
6016
7509
8474
23507
Sumber : BPS Sulut
Gambar 7.2. Perkiraan Curah Hujan November & Desember 2011
Sumber : BMKG Sulut
Sementara itu, inflasi kelompok administered price relatif terkendali seiring kebijakan pemerintah untuk mempertahankan harga bahan bakar bersubsidi hingga akhir tahun 95
2012. Potensi peningkatan laju inflasi kelompok ini terutama bersumber dari harga angkutan udara berkenaan dengan (1) semakin maraknya penyelenggaran even domestik dan internasional di Sulut (2) meningkatnya arus penumpang seiring perayaan Natal 2011 dan Tahun Baru 2012.
7.3.
Prospek Perbankan
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 8 September 2011 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%. Dalam rangka mendorong kegiatan di pasar uang antar bank di tengah besarnya ekses likuiditas selama ini, Bank Indonesia memperlebar batas bawah koridor suku bunga operasi moneter yang semula 100 bps menjadi 150 bps di bawah BI rate. Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas perekonomian di tengah meningkatnya ketidakpastian sistem keuangan global yang dipicu masalah utang AS dan Eropa. Meskipun gejolak yang ditimbulkan ketidakpastian perekonomian global masih terbatas, Bank Indonesia terus mencermati dampak penurunan kinerja ekonomi dan keuangan global terhadap kinerja perekonomian Indonesia ke depan. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia akan mengambil respon suku bunga serta bauran kebijakan moneter dan makroprudensial lainnya untuk memitigasi potensi penurunan kinerja perekonomian Indonesia tersebut dengan tetap mengutamakan pencapaian sasaran inflasi, yaitu 5%±1% pada tahun 2011 dan 4,5%±1% pada tahun 2012. Bank Indonesia juga akan mempererat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dalam rangka mengantisipasi dampak penurunan ekonomi dan keuangan global tersebut. Grafik 7.8. Indeks Ekspektasi Tingkat Suku Bunga (SBT)
Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 6,75% pada triwulan III-2011 diperkirakan akan direspon oleh
200 180 160
perbankan dengan melakukan penyesuaian terhadap
140 120
kenaikan suku bunga pinjaman perbankan walaupun
100 80
Okt
Sept
Agust
Apr
Juni
Juli
Mei
Des
Mar
Jan
Feb
Sep
Okt
Nop
2010
Agust
Apr
Jun
Jul
Mei
Des
Mar
Jan
Feb
Sep
Okt
Agust
2009
Nop
Apr
Jul
Indonesia
Mar
Bank
Jun
dilakukan
Mei
yang
Jan
Konsumen
60 Feb
masih dalam kisaran yang relatif terbatas. Survei
2011
menunjukkan mulai adanya peningkatan ekspektasi konsumen terhadap peningkatan tingkat suku bunga.
Sumber : Survei Konsumen Kota Manado
Di sisi lain, Bank Indonesia juga menerapkan kebijakan Prime Lending Rate, dengan harapan dapat mendorong penurunan suku bunga perbankan. Dengan adanya kebijakan ini, setiap 96
bulan bank harus mengumumkan suku bunga kreditnya berdasarkan masing-masing sektor baik bunga kredit korporasi, retail, kredit pemilikan rumah (KPR), dan kredit lainnya. Kebijakan ini dikeluarkan agar tercipta transparansi bunga kredit dan persaingan yang sehat pada industri perbankan. Di sisi lain, kebijakan ini akan menjadi petunjuk (guideliness) dari bank sentral untuk menyeragamkan suku bunga utama kepada nasabah perbankan.
97
Halaman ini sengaja dikosongkan
98
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
PDRB mtm qtq yoy Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Harga Konsumen (IHK) Indeks Kondisi Ekonomi Indeks Ekspektasi Konsumen Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dana Perimbangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Inflasi
Volatile Foods Administered Price M1 M2
Mo
Uang Kartal Uang Giral
NIM NPLs
Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu month to month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya. quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya. year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100 Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu. Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100 Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100 Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah. Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi. Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli. Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan. Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu. Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah. Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing). Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat di bank sentral. Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum. Terdiri dari rekening giro masyarakat di bank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter. Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar. Singkatan dari Non Performing Loans disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.
99
Restrukturisasi kredit UMKM UYD Inflow Outflow Netflow PTTB
Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan. Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar. Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartal yang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank. Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum. Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI. Selisih antara outflow dan inflow. Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.
100