KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali
Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 2015
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Tim Asesmen dan Advisory Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Daerah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar – Bali, 80234 Tel. (0361) 248982 Fax. (0361) 222988 Email :
[email protected] [email protected] [email protected] [email protected]
KEKR Provinsi Bali Triwulan IV 2015
1
2
KEKR Provinsi Bali Triwulan IV 2015
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali triwulan IV 2015. Laporan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan stakeholders internal maupun eksternal Bank Indonesia mengenai informasi perkembangan ekonomi, moneter, perbankan, keuangan, dan sistem pembayaran di Provinsi Bali. Bank Indonesia berpandangan bahwa perekonomian daerah khususnya Bali mempunyai posisi dan peran yang strategis terhadap pembangunan ekonomi nasional serta dalam upaya menjaga kestabilan nilai rupiah. Hal ini didasari oleh fakta pembangunan nasional merupakan agregasi dari pembangunan daerah dan semakin meningkatnya proporsi inflasi daerah dalam menyumbang inflasi nasional. Oleh sebab itu Bank Indonesia, sebagai Bank Sentral Republik Indonesia, menaruh perhatian yang besar terhadap upaya-upaya mendorong pertumbuhan ekonomi daerah guna semakin mendorong pertumbuhan ekonomi nasional termasuk dalam upaya pengendalian inflasi daerah guna mencapai target inflasi nasional. Salah satu wujud dari kepedulian Bank Indonesia terhadap dinamika perekonomian daerah adalah melakukan berbagai kajian dan diseminasi hasil-hasil kajian kepada stakeholders.
Salah satunya melalui KEKR yang berisikan kajian dan informasi mengenai perekonomian daerah dan dipahami secara luas oleh seluruh pihak terkait. Selanjutnya, stakeholders dapat memanfaatkan informasi dari KEKR ini sesuai dengan kepentingan masing-masing dalam upaya perbaikan kinerja ekonomi Bali di masa depan. Kami juga berharap akan muncul ideide konstruktif yang dapat memberikan nilai tambah serta menjadi stimulus upaya-upaya pengembangan ekonomi daerah melalui kebijakan maupun kajian – kajian lanjutan. Pada kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan antara lain Pemerintah Daerah Provinsi Bali, Badan Pusat Statistik (BPS), perbankan, akademisi, dan instansi pemerintah lainnya. Kami menyadari bahwa cakupan dan analisis dalam Kajian Ekonomi dan Keuangan Daerah masih belum sepenuhnya sempurna, sehingga saran, kritik dan dukungan informasi/data dari Bapak/Ibu sekalian sangat diharapkan guna peningkatan kualitas dari kajian tersebut. Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini bermanfaat bagi para pembaca.
Denpasar, 17 Februari 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI BALI TTD Dewi Setyowati Kepala Perwakilan
KEKR Provinsi Bali Triwulan IV 2015
3
Daftar Isi Kata Pengantar
3
Ringkasan Umum
12
Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Bali
15
Bab I Ekonomi Makro Regional
19
1.1. KONDISI UMUM
21
1.2. SISI PENAWARAN
21
1.2.1. Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
23
1.2.2. Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
24
1.2.3. Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan
25
1.2.4. Lapangan Usaha Industri Pengolahan
27
1.2.5. Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
28
1.2.6. Lapangan Usaha Konstruksi dan Lapangan Usaha Real Estate
29
30
1.3. SISI PERMINTAAN
1.3.1. Konsumsi
30
1.3.2. Investasi
31
1.3.3. Neraca Perdagangan
31
34
1.4. PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA PROVINSI BALI
Bab II Perkembangan Inflasi 37 2.1. PERKEMBANGAN UMUM INFLASI
39
39
2.2. ANALISIS PERKEMBANGAN INFLASI
2.2.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa
39
2.2.2. Inflasi Menurut Kota
45
47
2.3. DISAGREGASI INFLASI
a) Volatile Food 47 b) Administered Prices 48 c) Core Inflation 48
2.4. PERGERAKAN HARGA DI KOTA NON SAMPEL INFLASI
49
2.5. INFLASI PEDESAAN
50
Bab III Perbankan dan Sistem Pembayaran 57 3.1. PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM
4
KEKR Provinsi Bali Triwulan IV 2015
59
3.1.1. Pelaksanaan Fungsi Intermediasi
60
3.1.2. Non Performing Loan (NPL)
62
3.2. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
62
3.3. PERKEMBANGAN PERBANKAN KABUPATEN/KOTA
63
3.4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
64
3.4.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai
64
3.4.2. Perkembangan Transaksi Pembayaran Nontunai
66
Bab IV Keuangan Pemerintah 75
4.1 ANGGARAN PENDAPATAN PEMERINTAH PROVINSI BALI
77
4.2 ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PROVINSI BALI
77
4.3 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KABUPATEN/KOTA DI BALI
78
4.4 PERANAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PEREKONOMIAN BALI
80
Bab V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 83
5.1 KONDISI KETENAGAKERJAAN DI BALI
85
5.2 NILAI TUKAR PETANI
88
5.3 TINGKAT KEMISKINAN
88
Bab VI Prospek Perekonomian 93
6.1. MAKRO EKONOMI REGIONAL
95
6.2. INFLASI BALI TRIWULAN I 2016
98
6.3. UPAYA PENGENDALIAN INFLASI BALI
99
Daftar Singkatan
101
KEKR Provinsi Bali Triwulan IV 2015
5
Daftar Grafik Grafik 1. 1 Nominal PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Grafik 1. 2 Pangsa Kategori Ekonomi terhadap PDRB Provinsi Bali Triwulan IV 2015 Grafik 1. 3 Sumbangan Lapapangan Usaha terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Triwulan IV 2015 Grafik 1. 4 Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama Menginap di Hotel Grafik 1. 5 Kredit Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum Grafik 1. 6 Kunjungan Wisman ke Bali Triwulanan Grafik 1. 7 Perkembangan Kunjungan Wisman Berdasarkan Negara Grafik 1. 8 Asal Wisman yang Berkunjung ke Bali Grafik 1. 9 Pertumbuhan Komoditas Utama Penjualan Grafik 1. 10 Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru Grafik 1. 11 Perkembangan Total Penjualan Grafik 1. 12 Penyaluran Kredit Kategori Perdagangan Besar dan Eceran Grafik 1. 13 Kegiatan Dunia Usaha Pengangkutan dan Komunikasi Grafik 1. 14 Arus Penumpang Laut Pelabuhan Benoa Grafik 1. 15 Jumlah Penumpang Pesawat Udara Ngurah Rai Grafik 1. 16 Arus Bongkar Muat Pelabuhan Provinsi Bali Grafik 1. 17 Arus Kapal Pelabuhan Provinsi Bali Grafik 1. 18 Penyaluran Kredit Transportasi dan Pergudangan Grafik 1. 19 Indikator Industri Besar Sedang Grafik 1. 20 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Grafik 1. 21 Kredit Kategori Industri Grafik 1. 22 Perkembangan Produksi Padi di Bali Grafik 1. 23 Perkembangan Penangkapan Ikan PPN Pengambengan Grafik 1. 24 Perkembangan Kredit Kategori Pertanian Grafik 1. 25 Perkembangan Konsumsi Semen Provinsi Bali Grafik 1. 26 Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) Grafik 1. 27 Kredit Kategori Konstruksi Grafik 1. 28 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1. 29 Kredit Konsumsi Grafik 1. 30 Perkembangan Giro Pemerintah Grafik 1. 31 Kredit Investasi Grafik 1. 32 Perkembangan Nilai Impor Barang Modal Grafik 1. 33 Nilai Ekspor Luar Negeri Bali Grafik 1. 34 Volume Ekspor Luar Negeri Bali Grafik 1. 35 Pangsa Nilai Ekspor Komoditas Utama Tw IV 2015 Grafik 1. 36 Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama
6
KEKR Provinsi Bali Triwulan IV 2015
21 23 23 23 23 24 24 24 25 25 25 25 26 26 26 27 27 27 27 27 28 28 28 29 29 29 29 30 31 31 31 31 32 32 32 32
Grafik 1. 37 Pangsa Ekspor Berdasarkan Negara Tujuan 33 Grafik 1. 38 Pertumbuhan Ekspor berdasarkan Negara Tujuan 33 Grafik 1. 39 Perkembangan Nilai Impor Luar Negeri Bali 33 Grafik 1. 40 Perkembangan Volume Impor Luar Negeri Bali 33 Grafik 1. 41 Pangsa Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC 34 Grafik 1. 42 Perkembangan Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC 34 Grafik 1. 43 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Provinsi Bali 35 Grafik 2. 1 Inflasi Kota di Bali (%yoy) 39 Grafik 2. 2 Perkembangan Inflasi Nasional dan Provinsi Bali (% yoy) 39 Grafik 2. 3 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Prov. Bali (% qtq) 40 Grafik 2. 4 Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan di Prov. Bali (% yoy) 40 Grafik 2. 5 Perkembangan Harga Beras (% mtm) 40 Grafik 2. 6 Perkembangan Harga Bawang Merah (% mtm) 40 Grafik 2. 7 Perkembangan Harga Cabe Merah (% mtm) 41 Grafik 2. 8 Perkembangan Harga Telur Ayam Ras (% mtm) 41 Grafik 2. 9 Perkembangan Harga Daging Ayam Ras (% mtm) 41 Grafik 2. 10 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Prov. Bali (% qtq) 42 Grafik 2. 11 Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Prov. Bali (% yoy) 42 Grafik 2. 12 Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Prov. Bali (% qtq) 42 Grafik 2. 13 Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Prov. Bali (% yoy) 42 Grafik 2. 14 Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Prov. Bali (% qtq) 43 Grafik 2. 15 Inflasi Tahunan Sandang di Prov. Bali (% yoy) 43 Grafik 2. 16 Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Prov. Bali (% qtq) 43 Grafik 2. 17 Inflasi Tahunan Kelompok Kesehatan di Prov. Bali (% yoy) 43 Grafik 2. 18 Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga di Prov. Bali (% qtq) 43 Grafik 2. 19 Inflasi Tahunan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga di Prov. Bali (% yoy) 44 Grafik 2. 20 Inflasi Triwulanan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Prov. Bali (% qtq) 44 Grafik 2. 21 Inflasi Tahunan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Prov. Bali (% yoy) 44 Grafik 2. 22 Bobot Tahun Dasar (2012=100) Kelompok Pengeluaran Kota Denpasar 44 Grafik 2. 23 Bobot Tahun Dasar (2012=100) Kelompok Pengeluaran Kota Singaraja 45 Grafik 2. 24 Disagregasi Inflasi Bulanan Provinsi Bali 47 Grafik 2. 25 Disagregasi Inflasi Tahunan Provinsi Bali 47 Grafik 2. 26 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah 48 Grafik 2. 27 Perbandingan Nilai Tukar Kawasan 48 Grafik 2. 28 Ekspektasi Penjualan 49 Grafik 2. 29 Ekspektasi Konsumen 49 Grafik 2. 30 Pergerakan Harga Komoditas Beras 50 Grafik 2. 31 Pergerakan Harga Komoditas Cabai Merah 50 Grafik 2. 32 Pergerakan Harga Komoditas Cabai Rawit 50
KEKR Provinsi Bali Triwulan IV 2015
7
Grafik 2. 33 Pergerakan Harga Komoditas Bawang Merah Grafik 2. 34 Perkembangan Inflasi Pedesaan (mtm) Grafik 2. 35 Perkembangan Inflasi Pedesaan (ytd) Grafik 2. 36 Perkembangan Inflasi Pedesaan dan Nilai Tukar petani (NTP) Provinsi Bali Grafik 3. 1 Pertumbuhan Tahunan Asset, DPK dan Kredit Grafik 3. 2 Komposisi dan Pertumbuhan Asset Menurut Kelompok Bank Grafik 3. 3 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Grafik 3. 4 Perkembangan LDR menurut Kelompok Bank Grafik 3. 5 Pertumbuhan DPK Menurut Kelompok Bank Grafik 3. 6 Pertumbuhan DPK Grafik 3. 7 Pertumbuhan Kredit Perbankan Grafik 3. 8 Komposisi Kredit Grafik 3. 9 Perkembangan Suku Bunga Grafik 3. 10 Perkembangan NPL Kredit Grafik 3. 11 NPL Berdasarkan Kelompok Bank Grafik 3. 12 Pertumbuhan Asset, Kredit dan DPK Grafik 3. 13 Loan to Deposit Ratio (LDR)
50 51 51 51 59 59 60 60 60 60 61 61 61 62 62 63
63 Grafik 3. 14 Jumlah Kantor Bank per 1.000 Penduduk Dewasa 64 Grafik 3. 15 Penyebaran Kantor Bank di Provinsi Bali 64 Grafik 3. 16 Jumlah ATM per 1.000 Penduduk Dewasa 64 Grafik 3. 17 Penyebaran ATM di Provinsi Bali 64 Grafik 3. 18 Perkembangan Uang Kartal di Bali 65 Grafik 3. 19 Perkembangan Kegiatan Kas Keliling 65 Grafik 3. 20 Perkembangan Kliring 67 Grafik 3. 21 Perkembangan Tolakan Cek/BG kosong 67 Grafik 4. 1 Rasio PAD Terhadap Total Pendapatan di Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Bali (%) 79 Grafik 4. 2 Pagu Pendapatan APBD diSeluruh Kab/Kota di Prov. Bali 79 Grafik 4. 3 Pagu BelanjaAPBD diSeluruh Kab/Kota di Prov. Bali 79 Grafik 4. 4 Realisasi Pendapatan APBD di Seluruh Kab/Kota di Prov. Bali 79 Grafik 4. 5 Realisasi Belanja APBD Di Seluruh Kab/Kota di Prov. Bali 80 Grafik 5. 1. Perkembangan Tingkat Pengangguran di Provinsi Bali 86 Grafik 5. 2. Perkiraan Penambahan Tenaga Kerja (Hasil SKDU) 86 Grafik 5. 3. Indeks Kondisi Ketenagakerjaan, Penghasilan, dan Kegiatan usaha yang Akan Datang 88 Grafik 5. 4. NTP Bali dan Komponen Penyusunnya 89 Grafik 5. 5. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Bali 89 Grafik 5. 6. Perkembangan Gini Ratio di Provinsi Bali 89 Grafik 6. 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali 95 Grafik 6. 2 Perkembangan Dunia Usaha 96 Grafik 6. 3 Proyeksi Inflasi Bali 98
8
KEKR Provinsi Bali Triwulan IV 2015
Grafik 6. 4 Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar Kawasan (ytd) Grafik 6. 5 Ekspektasi Konsumen terhadap Perubahan Harga Barang & Jasa
99 99
Daftar Tabel Tabel 1. 1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Penawaran (%, yoy) 22 Tabel 1. 2 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali di Sisi Permintaan (%, yoy) 30 Tabel 2. 1 Perkembangan Inflasi Kota Denpasar Per Kelompok Pengeluaran 45 Tabel 2. 2 Ranking Komoditas Berdasarkan Sumbangan dan Frekuensi Inflasi di Kota Denpasar Triwulan IV 2015 46 Tabel 2. 3 Perkembangan Inflasi Kota Singaraja Per Kelompok Pengeluaran 46 Tabel 2. 4 Ranking Komoditas Berdasarkan Sumbangan dan Frekuensi Inflasi di Kota Singaraja Triwulan IV 2015 47 Tabel 3. 1 Perkembangan Usaha Bank Umum di Bali 59 Tabel 3. 2 Perkembangan Kredit Menurut Kategori 62 Tabel 3. 3 Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Bali 63 Tabel 3. 4 Perkembangan Rekening DPK dan Kredit per Kabupaten di Bali Desember 2015 64 Tabel 3. 5 Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali 65 Tabel 3. 6 Perkembangan Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong 66 Tabel 4. 1 Rata-rata Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Periode 2012 – 2015 78 Tabel 4. 2 APBD Provinsi Bali 81 Tabel 5. 1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama (Ribu Orang) 85 Tabel 5. 2 Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (orang) 86 Tabel 5. 3 Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan (Orang) 87 Tabel 5. 4 Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja (Orang) 87 Tabel 5. 5 Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan (Orang) 88 Tabel 6. 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran 95 Tabel 6. 2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 96 Tabel 6. 3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Utama Bali 97
Daftar Boks BOKS A SISTEM LOGISTIK DAN INFRASTRUKTUR UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI BALI 35 BOKS B KALEIDOSKOP PENCAPAIAN INFLASI DAERAH PROVINSI BALI 52 BOKS C ASURANSI PERTANIAN MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN PROVINSI BALI 90
Seri Kebanksentralan DENGAN CARD TO CASH DAN BOOK TO CASH“SEMUANYA JADI MUDAH”
KEKR Provinsi Bali Triwulan IV 2015
68
9
TUNAI
NON TUNAI
Tw IV
Tw III
Rp2,5T
Rp3,6T
Rp4T
Rp4,8T
Inflow
Inflow
Outflow
Outflow
Rp1,51T
Rp1,23T
Net Outflow
Net Outflow
Rp18,2T 614 lembar Tw IV
Rp14T 562 lembar Tw III
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
6,09%
yoy SINGARAJA
2,70%
yoy DENPASAR
2,75% yoy
PERKEMBANGAN INFLASI 10
KEKR Provinsi Bali Triwulan IV 2015
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
PERKEMBANGAN PERBANKAN
9,87% yoy
2,06
8,23% yoy
83,24
Kredit
PENDAPATAN
101,78% Tw IV
89,89% BELANJA
5,96%
Aset
LDR
7,09% yoy
Tw IV
6,04% 2015
NPL
DPK
START
Tw IV 2015
1
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN
Rp Rp Perkembangan Perekonomian Prov. Bali Triwulan IV 2015
finish
2
5 3 4
KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN Tingkat Pengangguran Terbuka
PROYEKSI PEREKONOMIAN
Triwulan I 2016
1,99% Agustus 2015 1,9% Agustus 2014
Tingkat Kemiskinan
5,25%
September 2015 4,76% September 2014
2016
Inflasi 3,59% - 3,99% yoy
Pertumbuhan Ekonomi 5,95% - 6,35% yoy
+- 1% yoy Pertumbuhan Ekonomi 6,09% - 6,49% yoy Inflasi 4%
KEKR Provinsi Bali Triwulan IV 2015
11
Ringkasan Umum Pertumbuhan tahunan ekonomi Bali triwulan IV 2015 mencapai 5,96% (yoy), lebih rendah
Perekonomian Bali
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,30% (yoy). Meskipun demikian,
triwulan IV 2015 tumbuh
pertumbuhan Bali triwulan laporan masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan
melambat menjadi
ekonomi nasional sebesar 5,04% (yoy). Dari sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan
sebesar 5,96% (yoy)
terutama bersumber dari perlambatan kinerja lapangan usaha industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran serta lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum. Dari sisi permintaan, perlambatan pertumbuhan ekonomi Bali terjadi seiring dengan perlambatan kinerja konsumsi rumah tangga serta kinerja investasi PMTB. Secara keseluruhan tahun pertumbuhan ekonomi Bali mengalami perlambatan dari 6,73% (yoy) pada tahun 2014 menjadi 6,04% (yoy) pada tahun 2015. Perlambatan tersebut seiring dengan perlambatan kinerja industri pariwisata sebagai dampak bencana alam yang tidak dapat diantisipasi, penurunan kinerja lapangan usaha pertanian sebagai dampak El Nino, serta perlambatan kinerja ekspor sebagai dampak perlambatan perekonomian gobal Inflasi Bali pada triwulan IV 2015 kembali melanjutkan tren penurunan dibandingkan
Tekanan inflasi Provinsi
dengan pencapaian inflasi triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Pada triwulan
Bali pada triwulan IV
IV 2015 inflasi Bali tercatat sebesar 2,75% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan
2015, tercatat sebesar
triwulan III 2015 yang sebesar 6,56% (yoy) dan jauh lebih rendah dari tahun 2014 yang
2,75% (yoy), jauh lebih
tercatat sebesar 8,43% (yoy). Selain itu, angka inflasi Provinsi Bali tersebut juga lebih
rendah dibandingkan
rendah dibandingkan dengan inflasi Nasional sebesar 3,35% (yoy). Pencapaian inflasi
dengan tahun 2014
Bali pada tahun 2015 ini masih sesuai dengan angka proyeksi Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) triwulan sebelumnya sebesar 2,98%±1% (yoy) pada tahun 2015. Secara spasial, pada triwulan IV 2015 inflasi di Kota Singaraja tercatat sebesar 2,97% (yoy) pada Desember 2015, lebih rendah dibandingkan dengan Desember 2014 yang tercatat sebesar 10,32% (yoy). Sejalan dengan kondisi tersebut, Kota Denpasar juga mencatatkan penurunan inflasi hingga tercatat sebesar 2,70% (yoy) pada Desember 2015 jauh lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar 8,03% (yoy). Berdasarkan penyebabnya, tekanan inflasi pada tahun 2015 terutama disebabkan oleh kelompok
volatile food dan administered prices. Sementara itu tekanan inflasi kelompok inti (core inflation) tercatat relatif stabil di tengah pelemahan ekonomi dan depresiasi rupiah yang didukung oleh terjaganya ekspektasi inflasi masyarakat Bali. Pada triwulan IV 2015, kinerja bank umum di Provinsi Bali masih terjaga. Asset bank umum masih mencatat pertumbuhan positif meski terjadi perlambatan. Perlambatan tersebut bersumber dari perlambatan pertumbuhan DPK yang dihimpun bank umum. Demikian pula penyaluran kredit bank umum juga masih mengalami perlambatan sejalan dengan perlambatan pertumbuhan kredit nasional. Sejalan dengan perkembangan
12
KEKR Provinsi Bali Triwulan IV 2015
Peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2015 memberikan dampak positif pada kinerja perbankan secara umum
tersebut, BPR turut mencatat perlambatan seiring dengan perlambatan pertumbuhan asset dan kredit. Di sisi lain, DPK BPR masih menunjukkan peningkatan pertumbuhan. Sementara dari sisi penyaluran kredit perkabupaten/kota di Provinsi Bali secara lokasi proyek menunjukkan pembiayaan yang masih terkonsentrasi pada daerah Bali Selatan. Secara keseluruhan tahun 2015, fungsi intermediasi perbankan di Bali sangat kondusif diikuti dengan terjaganya kualitas kredit. Bahkan, kategori jasa keuangan telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,28%. Sementara penyebaran sistem keuangan inklusif ke beberapa kabupaten di Bali masih menghadapi tantangan yang berakibat pada ketidakseimbangan pelayanan jasa keuangan inklusif. Sistem pembayaran
Aktivitas transaksi sistem pembayaran Provinsi Bali triwulan IV 2015 mengalami
tunai maupun nontunai
peningkatan, baik transaksi tunai maupun nontunai. Hal ini sebagaimana tercermin
mengalami peningkatan
dari peningkatan outflow pada triwulan laporan. Seiring dengan peningkatan transaksi
pada triwulan IV 2015
pembayaran tunai, transaksi pembayaran nontunai (dengan mekanisme kliring) juga
dan sepanjang tahun
mengalami peningkatan baik secara nominal maupun jumlah transaksi.
Realisasi Pendapatan dan
Realisasi Pendapatan Pemerintah Provinsi Bali hingga triwulan IV 2015 tercatat mencapai
Belanja daerah Provinsi
Rp4,97 triliun atau sebesar 101,37% dari total pendapatan yang ditargetkan. Persentase
Bali pada tahun 2015
realisasi terhadap target pada tahun 2015 sedikit lebih rendah dibandingkan tahun
cenderung stabil.
sebelumnya yang tercatat mencapai 107,98%. Realisasi belanja Pemerintah Provinsi Bali pada tahun 2015 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2014, baik secara nominal maupun prosentase. Realisasi belanja pemerintah pada tahun 2015 mencapai Rp4,99 triliun atau lebih tinggi apabila dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebesar Rp4,5 triliun. Persentase belanja daerah Provinsi Bali terhadap pagunya di tahun 2015 tercatat sebesar 89,89% atau sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 88,75%.
Tingkat Pengangguran
Tingkat penyerapan tenaga kerja di Bali cukup baik, sebagaimana tercermin dari angka
Terbuka (TPT) dan
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Bali yang tercatat sebesar 1,99% pada Agustus
kemiskinan sedikit
2015. Angka tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan angka TPT Nasional
mengalami peningkatan
yang tercatat sebesar 6,18% pada periode yang sama.
namun kualitas hidup masyarakat terjaga seiring
Sejalan dengan hal tersebut, tingkat kesejahteraan masyarakat Bali dalam beberapa
dengan peningkatan IPM
tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang positif meskipun terdapat peningkatan
dan menurunnya Gini
angka kemiskinan. Hal ini tergambar pada tren perbaikan indikator kesejahteraan seperti
Ratio
Nilai Tukar Petani pada triwulan IV 2015. Selanjutnya, distribusi kesejahteraan antar penduduk juga mengalami perbaikan sebagaimana tercermin dari menurunnya angka gini ratio. Secara umum, kondisi pembangunan manusia di Provinsi Bali sangat baik,
KEKR Provinsi Bali Triwulan IV 2015
13
tercermin dari nilai IPM yang jauh di atas rata-rata nasional dan merupakan IPM terbesar ke-5 di Indonesia. Perekonomian Bali pada tahun 2016 akan dibuka dengan perkiraan meningkatnya
Perekonomian Bali
pertumbuhan pada triwulan I 2016 yang diperkirakan akan berada pada rentang
triwulan I 2016
5,95% - 6,35% (yoy), sehingga secara keseluruhan tahun 2016 perekonomian Bali
diperkirakan tumbuh
akan tumbuh pada kisaran 6,09% - 6,49% (yoy). Perkiraan optimisme pertumbuhan
kisaran 5,95% - 6,35%
ekonomi Bali di tahun 2016 terutama didukung oleh perkiraan perbaikan perekonomian
(yoy)
global akan berdampak pada perbaikan kinerja ekspor luar negeri seiring dengan ekspansi beberapa industri pengolahan. Selain itu, konsumsi dan investasi diperkirakan
Perekonomian Bali
mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan UMP dan terjaganya harga BBM
tahun 2016 diperkirakan
dan TTL, serta rencana proyek pembangunan infrastruktur oleh pemerintah. Dari sisi
tumbuh pada kisaran
penawaran, perkiraan peningkatan perekonomian bersumber dari perkiraan peningkatan
6,09% - 6,49% (yoy)
kinerja lapangan usaha pertanian seiring dengan dukungan program pengembangan peningkatan produktivitas pertanian oleh pemerintah. Selain itu, perkiraan peningkatan pertumbuhan ekonomi di tahun 2016 diperkirakan terjadi seiring dengan perkiraan peningkatan industri pariwisata dan industri pengolahan. Berdasarkan hasil tracking sampai dengan triwulan IV 2015, inflasi Bali triwulan I 2016
Inflasi Bali Tw I 2016
diperkirakan akan berada dalam kisaran 3,59% - 3,99% (yoy), dan diharapkan dapat
diperkirakan berada
mendukung tercapainya target inflasi nasional yang sebesar 4±1% (yoy). Pada triwulan
dalam kisaran 3,59% -
I 2016, kelompok volatile food diperkirakan melandai seiring dengan kondisi cuaca
3,99% (yoy).
yang kembali kondusif dan penurunan tekanan demand pasca perayaan momen libur sekolah, perayaan Hari Besar Keagamaan Maulid Nabi, Natal, dan Tahun Baru. Tekanan inflasi kelompok inti juga diperkirakan stabil, seiring dengan mulai membaiknya nilai tukar Rupiah, masih berlanjutnya tren penurunan harga komoditas internasional, dan ekspektasi inflasi yang terjaga.
14
KEKR Provinsi Bali Triwulan IV 2015
Tabel Indikator PDRB DAN INFLASI
KEKR Provinsi Bali Triwulan IV 2015
15
PERBANKAN – BANK UMUM
INDIKATOR PERBANKAN KABUPATEN/KOTA
16
KEKR Provinsi Bali Triwulan IV 2015
SISTEM PEMBAYARAN
KEKR Provinsi Bali Triwulan IV 2015
17
Halaman ini sengaja dikosongkan
18
Ekonomi Makro Regional
BAB I
Makro Ekonomi Regional Pertumbuhan tahunan ekonomi Bali triwulan IV 2015 mencapai 5,96% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,30% (yoy). Secara keseluruhan tahun pertumbuhan ekonomi Bali mengalami perlambatan dari 6,73% (yoy) pada tahun 2014 menjadi 6,04% (yoy) pada tahun 2015.
Ekonomi Makro Regional
19
20
Ekonomi Makro Regional
1.1.
KONDISI UMUM
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Tahun dasar 2010 Grafik 1. 1 Nominal PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali
Perekonomian Provinsi Bali mengalami perlambatan
penutupan beberapa periode Bandara Internasional
dari 6,30% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi sebesar
Ngurah Rai sebagai dampak terjadinya beberapa
5,96% (yoy) pada triwulan IV 2015, dengan nilai
bencana alam, penurunan kinerja lapangan usaha
agregat untuk output riil pada periode laporan tercatat
pertanian yang diakibatkan oleh El Nino, serta
sebesar Rp. 33,3 triliun. Di lain sisi, perekonomian
perlambatan kinerja ekspor sebagai dampak dari
nasional mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi
perlambatan perekonomian gobal dan beberapa
pada periode triwulan laporan yaitu dari 4,74% pada
kebijakan dari Kementrian Kelautan dan Perikanan
triwulan III 2015 menjadi 5,04% pada triwulan IV
khususnya terkait dengan larangan transhipment dan
2015, dengan nilai agregat untuk output riil pada
larangan penggunaan eks- kapal asing.
periode laporan tercatat sebesar Rp. 33,3 triliun. Dari sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan terutama bersumber
dari
perlambatan
kinerja
lapangan
usaha industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran serta lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum. Sedangkan dari sisi permintaan, perlambatan pertumbuhan ekonomi Bali disebabkan oleh perlambatan kinerja konsumsi rumah tangga dan kinerja investasi PMTB. Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali pada tahun 2015 mengalami perlambatan yaitu dari 6,73% (yoy) di tahun 2014 menjadi 6,04% (yoy), dengan nilai output riil yang mencapai Rp. 177,17 triliun. Perlambatan ekonomi pada tahun 2015 disebabkan oleh perlambatan pada kinerja industri pariwisata yang disebabkan oleh
1.2.
SISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, perlambatan perekonomian Provinsi Bali triwulan laporan disebabkan oleh melambatnya kinerja industri pariwisata sebagai dampak erupsi gunung Barujari yang berdampak pada penutupan operasional Bandar udara di beberapa periode dan masih melemahnya perekonomian global. Kondisi ini juga menyebabkan perlambatan pada laju partumbuhan lapangan usaha penyediaaan akomodasi makan dan minum, perdagangan besar dan eceran, serta transportasi dan pergudangan pada periode yang sama. Selain itu, lapangan usaha jasa keuangan dan industri pengolahan turut mengalami perlambatan yang disebabkan penurunan permintaan baik domestik maupun ekspor.
Ekonomi Makro Regional
21
Tabel 1. 1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Penawaran (%, yoy)*
Komponen
2014
2015 I
II
III
IV
2015
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya PDRB Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Tahun dasar 2010
Secara umum, struktur perekonomian Provinsi Bali
ekonominya, lapangan usaha penyediaan akomodasi
pada triwulan IV 2015 didominasi oleh 5 lapangan
makan dan minum serta lapangan usaha perdagangan
usaha utama dengan pangsa mencapai 64%, yang
besar dan eceran masih menjadi lapangan dengan
terdiri atas:
(1) penyediaan akomodasi makan
sumbangan tertinggi yang masing-masing sebesar
dan minum (23%), (2) pertanian, kehutanan dan
1,13% dan 0,68% ditengah perlambatan yang terjadi
perikanan (15%), (3) konstruksi (9%), (4) transportasi
pada kinerja industri pariwisata. Di sisi lain, lapangan
dan pergudangan (9%), dan (5) perdagangan
usaha
besar dan eceran (8%). Industri pariwisata masih
pertumbuhan pada triwulan laporan, memberikan
terlihat mendominasi total pangsa lapangan usaha
sumbangan kepada pertumbuhan ekonomi Bali
di Provinsi Bali yang mencapai 31%. Sementara itu,
sebesar 0,51% di periode yang sama.
berdasarkan dari kontribusi/sumbangan pertumbuhan
22
Ekonomi Makro Regional
pertanian
yang
mengalami
peningkatan
Administrasi Jasa Pendidikan Pemerintahan, 5% Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Real Estate 5% 4% Jasa Keuangan dan Asuransi Informasi 4% dan Komunikasi 5%
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 15%
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2%
Pertambangan dan Penggalian 1%
Jasa lainnya 1%
Jasa Perusahaan 1%
Industri Pengolahan 7%
Konstruksi 9%
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 23%
Pengadaan Listrik dan Perdagangan Besar Gas dan Eceran, dan0% Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8%
Pengadaan Air, Pengelolaan Transportasi dan Sampah, Limbah Pergudangan dan Daur Ulang 9% 0%
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 1. 2 Pangsa Kategori Ekonomi terhadap PDRB Provinsi Bali Triwulan IV 2015
JASA LAINNYA JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN… JASA PENDIDIKAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN,… JASA PERUSAHAAN REAL ESTATE JASA KEUANGAN DAN ASURANSI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENYEDIAAN AKOMODASI DAN… TRANSPORTASI DAN… PERDAGANGAN BESAR DAN… KONSTRUKSI PENGADAAN AIR, PENGELOLAAN… PENGADAAN LISTRIK DAN 0.00 GAS INDUSTRI PENGOLAHAN PERTAMBANGAN-0.09 DAN… PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN… -0.20
0.00
Sumber : BPS Provinsi Bali Grafik 1. 4 Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama Menginap di Hotel
0.12 0.19 0.46 0.50 0.08 0.25 0.28 0.64 1.13 0.34 0.68 0.47 0.00 0.48 0.51 0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 1. 3 Sumbangan Lapangan Usaha terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Triwulan IV 2015
Grafik 1. 5 Kredit Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum
1.2.1. Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi
oleh para calon wisatawan, menjadi salah satu
penyebab melambatnya kinerja lapangan usaha ini.
dan Makan Minum
Lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan
Berdasarkan hasil survei dan liaison, semakin ketatnya
minum di triwulan IV 2015 tumbuh melambat yaitu
persaingan daerah destinasi wisata serupa dengan
dari 5,5% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi sebesar
Bali seperti Thailand diindikasikan turut menjadi
4,87% (yoy) di triwulan IV 2015. Pengaruh siklus
penyebab perlambatan kinerja lapangan usaha
musiman yang biasanya mendorong peningkatan
akomodasi makan minum.
kunjungan wisatawan (domestik dan mancanegara) berupa perayaan natal dan tahun baru, tidak mampu mendorong peningkatan kinerja lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum pada periode laporan. Terjadinya Erupsi Gunung Barujari yang menyebabkan tutupnya operasional Bandar udara I Gusti Ngurah Rai yang mengakibatkan terhambatnya akses jalur udara dari dan menuju ke Bali dan terdapat sejumlah pembatalan perjalanan
Perlambatan kinerja lapangan usaha akomodasi makan minum juga terkonfirmasi dari penurunan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) baik hotel berbintang maupun non bintang serta penurunan waktu lama tinggal yang disebabkan oleh terus bertambahnya jumlah kamar dan hotel yang tidak diiringi dengan kecepatan
pertumbuhan
kunjungan
wisman
dan wisnus. Penurunan lapangan usaha ini juga
Ekonomi Makro Regional
23
Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah Grafik 1. 6 Kunjungan Wisman ke Bali Triwulanan
Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah Grafik 1. 8 Asal Wisman yang Berkunjung ke Bali
disebabkan oleh pembatalan perjalanan wisatawan
utama yang mendominasi kunjungan selama ini
akibat dampak gunung barujari khususnya yang
justru menunjukkan penurunan jumlah. Australia
melalui jalur transportasi udara. Perlambatan juga
yang merupakan negara asal wisman dengan pangsa
terkonfirmasi dari perlambatan kredit penyediaan
salah satu yang terbesar (mencapai 24%), jumlah
akomodasi makan dan minum yang pada triwulan
kunjungan wismannya mengalami kontraksi sebesar
laporan tumbuh sebesar 13,77% (yoy), lebih rendah
-11,42% (yoy) pada periode triwulan laporan.
dibandingkan triwulan III 2015 yang mencapai
Kontraksi tersebut selain disebabkan oleh penutupan
17,42% (yoy).
bandara, juga disebabkan oleh kondisi perkembangan
Meskipun
secara
keseluruhan
pertumbuhan
kunjungan wisman pada periode triwulan laporan masih menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi
perekonomian Australia
yang tertahan seiring
dengan penurunan harga dan volume komoditas ekspor utama Negara tersebut (batu bara).
yaitu dari 2,17% (yoy) pada triwulan III 2015
1.2.2. Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan
menjadi sebesar 2,55% (yoy) pada triwulan IV
2015, namun pertumbuhan kunjungan wisman
Motor
terutama yang berasal dari Negara asal wisman
Seiring dengan perlambatan pertumbuhan lapangan
Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda
usaha penyediaan akomodasi makan dan minum, lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor turut menunjukkan perlambatan
pertumbuhan
dari
sebesar
8,9%
(yoy) pada triwulan III 2015 menjadi sebesar 7,6% (yoy)
di triwulan IV 2015. Perlambatan tersebut
terkonfirmasi dari penurunan penjualan komoditas utama (survei penjualan eceran) dan penurunan pendaftaran kendaraan bermotor baru pada triwulan IV 2015. Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah Grafik 1. 7 Perkembangan Kunjungan Wisman Berdasarkan Negara
24
Ekonomi Makro Regional
Sumber : Survei Penjualan Eceran, KPwBI Prov. Bali Grafik 1. 9 Pertumbuhan Komoditas Utama Penjualan
Grafik 1. 12 Penyaluran Kredit Kategori Perdagangan Besar dan Eceran
Perlambatan juga terkonfirmasi dari penurunan pertumbuhan signifikan dari nominal survey penjualan eceran dari sebelumnya sebesar 111,5% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi sebesar 24,88% (yoy) di triwulan IV 2015. Sejalan dengan itu, pertumbuhan kredit perdagangan besar dan eceran juga turut mengalami
perlambatan
dari
tumbuh
sebesar
20,65% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi sebesar 16,55% (yoy) pada triwulan IV 2015. Sumber : DISPENDA Provinsi Bali Grafik 1. 10 Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru
1.2.3. Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan Lapangan usaha transportasi dan pergudangan tumbuh mencapai 3,63% (yoy) pada triwulan IV 2015, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan III 2015 yang sebesar 5,5% (yoy). Perlambatan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor meliputi erupsi Barujari yang berdampak pada pembatalan sejumlah rencana penerbangan, isu keamanan di akhir tahun yang berdampak pada penurunan kinerja industri pariwisata dan melambatnya permintaan domestik. Hal tersebut juga terkonfirmasi dari hasil Survei
Sumber : Survei Penjualan Eceran Grafik 1. 11 Perkembangan Total Penjualan
Kegiatan Dunia Usaha kegiatan usaha untuk sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang mengalami penurunan pada triwulan IV 2015.
Ekonomi Makro Regional
25
3.00 2.00 1.00 0.00 -1.00
I
II
III
IV
I
II
2014
-2.00
III
IV
2015
-3.00 -4.00 -5.00
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Grafik 1. 13 Kegiatan Dunia Usaha Pengangkutan dan Komunikasi
Perlambatan
pertumbuhan
kategori
ini
Sumber : BUMN, diolah Grafik 1. 14 Arus Penumpang Laut Pelabuhan Benoa
juga
terkonfirmasi dari perlambatan pertumbuhan arus penumpang di Pelabuhan Benoa, yaitu dari sebesar 176 ribu orang pada triwulan III 2015 menjadi sebesar 150 ribu orang di triwulan IV 2015. Selain arus penumpang laut, penurunan juga terkonfirmasi dari arus penumpang di bandar udara I Gusti Ngurah Rai, dari sebesar 2,3 juta orang pada triwulan
III 2015
menjadi 2,2 juta orang di triwulan IV 2015. Penurunan jumlah penumpang (laut dan udara) antara lain disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat
Sumber : BUMN Grafik 1. 15 Jumlah Penumpang Pesawat Udara Ngurah Rai
sebagai dampak penurunan pendapatan masyarakat sehingga menahan laju pengeluaran masyarakat
mencapai
termasuk untuk bepergian. Sementara itu, penutupan
volume arus bongkar muat kapal di pelabuhan dan
bandara Ngurah Rai akibat erupsi gunung Barujari
jumlah penumpang menyebabkan perkembangan
pada November 2015 berdampak pada penurunan
arus unit kapal juga mengalami penurunan yaitu
arus penumpang transportasi udara. Kondisi tersebut
sebesar
menyebabkan faktor musiman berupa perayaan natal
penurunan kinerja, namun dukungan pembiayaan
dan tahun baru pada triwulan laporan tidak dapat
yang
mendorong peningkatan lapangan usaha ini pada
transportasi dan pergudangan mengalami perbaikan
triwulan laporan.
yang tumbuh lebih tinggi yaitu dari sebesar -8,34%
Sejalan dengan kondisi tersebut, pertumbuhan arus
(yoy) pada triwulan III 2015 menjadi sebesar 3,13%
bongkar muat barang di pelabuhan pada periode triwulan laporan juga mengalami penurunan yang tumbuh sebesar -10,46% (yoy) atau mengalami kontraksi
di
triwulan
IV
dibandingkan
dengan
triwulan
26
Ekonomi Makro Regional
2015,
lebih III
2015
rendah yang
-1,67%
(yoy).
Dengan
menurunnya
-1,68% (yoy). Meskipun menunjukkan
diindikasikan
oleh
perkembangan
kredit
(yoy) pada triwulan IV 2015. Perkembangan ini menunjukkan bahwa masih tingginya optimisme pelaku usaha terhadap perkembangan logistik dan transportasi ke depan.
30
%,yoy
10 -10 -30
I
II
III
2013
IV
I
II
III
IV
I
2014
II
III
IV
2015
-50 Industri Makanan Industri Kayu & barang dr kayu Industri Pengolahan Lainnya Indeks Industri
Sumber : BUMN Grafik 1. 16 Arus Bongkar Muat Pelabuhan Provinsi Bali
Sumber : BPS Provinsi Bali Grafik 1. 19 Indikator Industri Besar Sedang
Sumber : BUMN Grafik 1. 17 Arus Kapal Pelabuhan Provinsi Bali
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Grafik 1. 20 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha
industri pengolahan tumbuh melambat dari 6,9% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi sebesar 6,34% (yoy) di triwulan IV 2015. Perlambatan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang meliputi: 1) melemahnya daya beli konsumen domestik dan perekonomian beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor seperti Eropa, Australia dan Asia (China, Jepang dan Korea), serta pertumbuhan ekonomi Amerika yang tidak sekuat perkiraan awal, 2) semakin berkembangnya Grafik 1. 18 Penyaluran Kredit Transportasi dan Pergudangan
1.2.4. Lapangan Usaha Industri Pengolahan Pada triwulan IV 2015, pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kategori
produk sejenis dari negara lain dengan kualitas yang lebih baik dan harga lebih bersaing sehingga membatasi pertumbuhan market untuk pasar ekspor produk industri pengolahan, 3) tendensi peningkatan harga beberapa komoditas yang mengandung konten impor sebagai dampak pelemahan nilai rupiah. Perlambatan tersebut terkonfirmasi oleh perlambatan
Ekonomi Makro Regional
27
Grafik 1. 21 Kredit Kategori Industri
Sumber : Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali Grafik 1. 22 Perkembangan Produksi Padi di Bali
pertumbuhan industri kayu dan barang dari kayu, industri makanan, dan industri pengolahan lainnya (industri besar) pada triwulan IV 2015. Perlambatan kinerja industri pengolahan ini juga terkonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha yang menunjukkan penurunan pada triwulan IV 2015. Sejalan dengan hal tersebut, perkembangan penyaluran kredit industri pengolahan juga mengalami perlambatan seiring dengan peningkatan resiko ketidakpastian ke depan terutama terkait dengan masih melemahnya permintaan global. Penyaluran kredit untuk industri pengolahan melambat dari 26,60%(yoy) pada triwulan III 2015 menjadi 21,72%
Sumber : pipp.djpt.kkp.go.id, diolah Grafik 1. 23 Perkembangan Penangkapan Ikan PPN Pengambengan
selesainya perbaikan beberapa saluran irigasi primer,
(yoy) pada triwulan IV 2015.
tersier dan sekunder. Sementara itu, pada periode
1.2.5. Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan,
peningkatan kinerja. Hal ini terkonfirmasi dari
peningkatan pertumbuhan tangkapan ikan di PPN
dan Perikanan
yang sama subkategori perikanan juga menunjukkan
Lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan
Pengamben pada periode triwulan laporan. Kondisi
pada periode triwulan IV 2015 menunjukkan kinerja
ini didorong oleh faktor
yang lebih baik terutama pada subkategori tabama,
berdampak pada peningkatan jumlah plankton yang
subkategori holtikultura, dan subkategori perikanan.
menjadi makanan ikan di Wilayah perairan Indonesia
Untuk subkategori tabama, peningkatan terutama
sehingga berdampak pada peningkatan jumlah
bersumber dari peningkatan produksi padi dari 165
ikan hasil tangkapan. Meskipun kinerja lapangan
ribu GKG pada triwulan III 2015 menjadi 233 ribu
usaha pertanian mengalami peningkatan, namun
GKG di triwulan IV 2015. Peningkatan tersebut seiring
perkembangan kredit pertanian pada triwulan IV
dengan masuknya panen raya di akhir triwulan IV 2015
2015 tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan
dan sebagai dampak dari program gerakan penerapan
dari sebesar 25,26% (yoy) pada triwulan III 2015
pengelolaan tanaman terpadu (GPPTT) dan telah
menjadi sebesar 20,86% (yoy) di triwulan IV 2015.
28
Ekonomi Makro Regional
El Nino sehingga
Grafik 1. 24 Perkembangan Kredit Kategori Pertanian
1.2.6. Lapangan Usaha Konstruksi dan
Lapangan Usaha Real Estate.
Perkembangan lapangan usaha konstruksi pada triwulan IV 2015 menunjukkan kinerja yang membaik. Pada triwulan IV 2015 lapangan usaha konstruksi tercatat tumbuh sebesar 7,59% (yoy), lebih tinggi dibandingkan sebelumnya yang sebesar 6,1% (yoy). Peningkatan tersebut seiring realisasi pembangunan beberapa proyek-proyek pemerintah antara lain telah rampungnya pembangunan waduk Titab di Kabupaten Buleleng dan realisasi peningkatan kapasitas jalan baik menggunakan APBD maupun APBN. Perbaikan kinerja lapangan usaha konstruksi juga terkonfimasi dari tren peningkatan pertumbuhan konsumsi semen di Provinsi Bali yang tumbuh dari sebesar 2,38% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Grafik 1. 25 Perkembangan Konsumsi Semen Provinsi Bali
Sumber : Survei Harga Properti Residensial, Bank Indonesia Grafik 1. 26 Indeks Harga Properti Residensial (IHPR)
9,20%(yoy) pada triwulan IV 2015. Di tengah-tengah peningkatan kinerja lapangan usaha konstruksi, lapangan usaha real estate masih belum menunjukkan perbaikan kinerja. Pada triwulan IV 2015, lapangan usaha real estate tercatat tumbuh stabil mencapai 5,09% (yoy) seiring dengan masih berlanjutnya tren kenaikan harga tanah
di Provinsi
Bali yang mendorong sikap wait and see kontraktor di tengah masih lesunya permintaan rumah residensial. Di sisi lain, sejalan dengan pertumbuhan kredit secara total, pertumbuhan kredit konstruksi masih tertahan seiring dengan masih tertahannya investasi swasta. Pada triwulan IV 2015 kredit konstruksi tercatat tumbuh sebesar 3,42% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan triwulan III 2015 yang mencapai 25,08%(yoy).
Grafik 1. 27 Kredit Kategori Konstruksi
Ekonomi Makro Regional
29
Tabel 1. 2 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali di Sisi Permintaan (%, yoy)
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
1.3.
SISI PERMINTAAN
III 2015 menjadi sebesar 7,04% (yoy) pada triwulan IV
Dari sisi permintaan, perlambatan pertumbuhan
2015. Perlambatan konsumsi ini tercermin juga pada
ekonomi pada triwulan IV 2015 bersumber dari
hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh KPwBI
perlambatan kinerja konsumsi rumah tangga seiring
Provinsi Bali. Ketiga indeks hasil Survei Konsumen
dengan penurunan daya beli masyarakat. Perlambatan
baik indeks keyakinan konsumsen, indeks ekspektasi
juga disebabkan oleh perlambatan kinerja ekspor
konsumen, maupun indeks kondisi ekonomi saat
yang
ini,
disebabkan
oleh
penurunan
permintaan
menunjukkan
penurunan.
Sementara
itu,
global dan perlambatan kinerja industri pariwisata
pertumbuhan kredit konsumsi pada triwulan IV 2015
yang berdampak pada perkembangan ekspor jasa.
tumbuh stabil sebesar 12,86% (yoy).
Selain itu, masih lemahnya investasi swasta seiring dengan sikap wait and see investor berdampak pada perlambatan kinerja PMTB. Sementara itu,
Di
sisi
lain,
konsumsi
pemerintah
mengalami
peningkatan dari 4,42% (yoy) pada triwulan III 2015
untuk keseluruhan tahun 2015 perlambatan dari sisi permintaan disebabkan oleh perlambatan kinerja ekspor seiring dengan perlambatan permintaan global dan tekanan biaya produksi yang terus mengalami peningkatan. 1.3.1. Konsumsi Meskipun secara keseluruhan konsumsi mengalami peningkatan dari sebesar 6,69% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi sebesar 8,16% (yoy) pada triwulan IV 2015, konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan dari sebesar 7,29% (yoy) pada triwulan
30
Ekonomi Makro Regional
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia Grafik 1. 28 Indeks Keyakinan Konsumen
Rp Triliun
Grafik 1. 29 Kredit Konsumsi
5 5 4 4 3 3 2 2 1 1 0
Giro Pemerintah Daerah
g (%yoy)
Grafik 1. 31 Kredit Investasi
%yoy 20 15 10 5 0 -5
TW I
TW II TW III TW IV TW I 2014
TW II TW III TW IV
-10
2015
Juta USD 100,000 90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 0
%, yoy
I
II III 2013
IV
I
Capital Goods
II III 2014
IV
I
II III 2015
IV
700 600 500 400 300 200 100 0 (100) (200)
g Capital Goods (RHS)
Grafik 1. 30 Perkembangan Giro Pemerintah
Grafik 1. 32 Perkembangan Nilai Impor Barang Modal
menjadi sebesar 12,2% (yoy) pada triwulan IV 2015.
sebesar 6,09% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi
Peningkatan ini terkonfirmasi dari penurunan giro
sebesar 5,76% (yoy). Peningkatan realisasi proyek
pemerintah di triwulan IV 2015. Peningkatan tersebut
pemerintah nyatanya belum mampu mendorong
antara lain didorong oleh realisasi belanja Pemerintah
kinerja investasi untuk mengalami peningkatan pada
Provinsi pada triwulan IV 2015 yang secara akumulatif
triwulan IV 2015. Perlambatan tersebut seiring dengan
telah mencapai 89,89% (APBD Provinsi Bali). Selain
masih tertahannya investasi swasta yang masih
dikarenakan pola musimannya yang tinggi pada
mengambil sikap wait and see, terlihat dari masih
akhir tahun, pelaksanaan Pilkada di awal Desember
berlanjutnya tren perlambatan pertumbuhan kredit
2015 juga menjadi salah satu penyebab peningkatan
investasi yang mengalami perlambatan dari 12,66%
kinerja konsumsi Pemerintah, yang dampaknya turut
(yoy) pada triwulan III 2015 menjadi 8,83% (yoy)
terlihat juga dari peningkatan konsumsi LNPRT dari
pada triwulan IV 2015. Sejalan dengan perlambatan
sebesar1,3% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi
tersebut, pertumbuhan nilai impor barang modal
sebesar 14,80% (yoy) pada triwulan IV 2015.
masih sebesar -90,98% (yoy) pada triwulan IV 2015.
1.3.2. Investasi
1.3.3. Neraca Perdagangan
Pertumbuhan investasi yang ditunjukkan oleh PMTB
Kinerja neraca perdagangan pada triwulan IV 2015
pada triwulan IV 2015 menunjukkan perlambatan dari
menunjukkan perbaikan. Kontraksi pertumbuhan
Ekonomi Makro Regional
31
Grafik 1. 33 Nilai Ekspor Luar Negeri Bali
Grafik 1. 35 Pangsa Nilai Ekspor Komoditas Utama Tw IV 2015
% yoy
Grafik 1. 34 Volume Ekspor Luar Negeri Bali
Grafik 1. 36 Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama
ekspor luar negeri tercatat melandai dari sebesar
kayu olahan dan produk furniture masing-masing
-4,63% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi sebesar
sebesar
-2,74% (yoy) pada triwulan IV 2015. Dari sisi ekspor
komoditas unggulan tersebut mengalami perbaikan
jasa, perbaikan terjadi seiring dengan peningkatan
pertumbuhan ekspor.
kunjungan wisman meskipun tidak setinggi tahun sebelumnya. Sementara itu, perkembangan ekspor barang menunjukkan peningkatan seiring mulai membaiknya permintaan ekspor dari negara-negara seperti Amerika dan Jepang (hasil survei dan liaison). Peningkatan terkonfirmasi dari pertumbuhan nilai ekspor dan volume yang mengalami peningkatan pada triwulan IV 2015. Berdasarkan
komoditasnya,
komoditas
ekspor
oleh perikanan sebesar 27,6%, perhiasan sebesar 18,02%, pakaian jadi sebesar 14%, serta komoditas
Ekonomi Makro Regional
dan
7,39%.
Hampir
semua
Berdasarkan negara tujuan ekspor, Amerika Serikat masih menjadi negara tujuan utama untuk komoditas ekspor Provinsi Bali dengan pangsa tercatat sebesar 24,97%. Negara lainnya yang menjadi tujuan ekspor Bali di antaranya adalah Australia 12,83%, Jepang 7,87%, serta Singapore 8,91%. Dilihat dari pertumbuhannya, pertumbuhan ekspor ke negara tujuan tersebut pada triwulan IV 2015 cenderung
Provinsi Bali pada triwulan IV 2015 masih didominasi
32
8,79%
mengalami perbaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Germany 2.39% Spanyol 3.08%
Other Countries 24.69%
US 24.97%
Australia 12.83% Cina Hongkong 1.67% 5.47% Belanda Thailand Inggris France 2.47% 1.83% 1.85% 1.98%
Singapore 8.91%
Japan 7.87%
Grafik 1. 37 Pangsa Ekspor Berdasarkan Negara Tujuan
Grafik 1. 39 Perkembangan Nilai Impor Luar Negeri Bali
% yoy 1,200
Ribu 35Ton 30
1,000
25
800
20
600
15
400
10
200
5 0
0 I
II III 2013
IV
I
II III 2014
IV
I
II III 2015
IV
(200)
Volume Impor g volume impor (RHS)
Grafik 1. 38 Pertumbuhan Ekspor berdasarkan Negara Tujuan
Grafik 1. 40 Perkembangan Volume Impor Luar Negeri Bali
Sementara itu, sesuai dengan pola musimannya, impor
barang tersebut hanya capital goods yang mengalami
Provinsi Bali menunjukkan peningkatan pertumbuhan
perbaikan pertumbuhan pada triwulan IV 2015
dari sebesar 9,03% (yoy) pada triwulan III 2015
seiring dengan peningkatan kinerja lapangan usaha
menjadi sebesar 12,49% (yoy) pada triwulan IV 2015.
konstruksi.
Peningkatan tersebut seiring dengan pola permintaan domestik yang mengalami peningkatan menjelang akhir tahun meskipun tidak sekuat periode yang sama tahun sebelumnya. Perbaikan terlihat dari kontraksi
Capital Goods 18%
Consumption Goods 19%
pertumbuhan impor baik secara nilai ataupun volume yang tidak sedalam periode sebelumnya. Adapun impor barang mentah (raw material) masih mendominasi impor Provinsi Bali pada triwulan IV 2015 yang mencapai 63%. Kemudian sisanya merupakan consumption goods sebesar 19%, serta
Raw Material & Auxiliary Goods 63%
capital goods sebesar 18% yang didominasi oleh barang-barang permesinan. Dari ketiga kelompok
Grafik 1. 41 Pangsa Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC
Ekonomi Makro Regional
33
g Consumption Goods g Raw Material g Capital Goods
800 600
EKONOMI KABUPATEN/KOTA PROVINSI
Di tengah tingginya laju pertumbuhan ekonomi Bali pada beberapa tahun terakhir, Provinsi Bali masih
200
(200)
PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN
BALI
400
0
1.4.
dihadapkan pada tantangan disparitas pertumbuhan I
II
III
IV
I
2013
II
III
2014
IV
I
II
III
IV
2015
Grafik 1. 42 Perkembangan Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC
yang cukup tinggi. Secara konsisten, kabupaten/kota yang memiliki angka pertumbuhan di atas angka pertumbuhan Bali merupakan kabupaten/kota yang berada di wilayah Bali selatan yakni Denpasar, Badung, dan Gianyar. Daerah ini merupakan konsentrasi pusat pemerintahan sekaligus pusat perkembangan
Seiring dengan tendensi peningkatan permintaan di
industri pariwisata yang menjadi andalan Provinsi
akhir tahun, perkembangan net ekspor antar daerah
Bali. Sedangkan kabupaten/kota lainnya cenderung
Provinsi Bali kembali mengalami defisit yang lebih
memiliki angka pertumbuhan di bawah angka
dalam pada triwulan IV 2015. Kondisi tersebut terkait
pertumbuhan Bali. Pada tahun 2014, perekonomian
dengan Provinsi Bali yang memiliki ketergantungan
Kota Denpasar mampu mencapai 6,77% sedangkan
dengan daerah lain dalam memnuhi kebutuhannya.
pertumbuhan Kabupaten Klungkung hanya mencapai 6,59%.
Grafik 1. 43 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Provinsi Bali
34
Ekonomi Makro Regional
BOKS A
SISTEM LOGISTIK DAN INFRASTRUKTUR UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI BALI
Tantangan utama di sektor pertanian dan tanaman
perkembangan
pangan Provinsi Bali secara umum adalah kecepatan
distribusi komoditas pangan dari luar dan di dalam
pertumbuhan penduduk yang lebih tinggi dari
Provinsi Bali dan peningkatan produktivitas pangan
kecepatan
menjadi
pertumbuhan
luas
lahan
pertanian
tersebut,
perhatian
terjaganya
penting
dalam
kelancaran
mendukung
sehingga demand akan produk hasil pertanian lebih
tercapainya
tinggi dibandingkan dengan ketersediaan. Selain itu,
perekonomian ke depan dan tercapainya ketahanan
peningkatan demand juga didorong oleh karakteristik
pangan.
Bali yang menjadi tujuan wisata dengan rata-rata jumlah kunjungan mencapai 10 juta orang (wisman dan wisnus) setiap tahunnya. Di samping itu, tingginya alih fungsi lahan pertanian menjadi beberapa kawasan hotel turut menjadi penyebab berkurangnya luas lahan pertanian di Bali yang rata-rata pada periode 2009 – 2013 mencapai 350 ha/tahun. Perubahan iklim seperti salah satunya El Nino berdampak pada tidak tercapainya target luasan tanam di Bali tahun 2015 yang sebesar 150.000 ha (realisasi 135.000 ha) dan produksi padi hanya terealisasi 850.000 ton dari target produksi padi sebesar 901.000 ton. Dengan
kesinambungan
perkembangan
Sehubungan dengan kondisi tersebut, Pemerintah telah menyiapkan rencana pembangunan infrastruktur pendukung salah satunya adalah pembangunan waduk untuk meningkatkan ketersediaan pengairan untuk lahan pertanian melalui kelancaran irigasi. Pembangunan waduk-waduk tersebut diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pertanian di Provinsi Bali sehingga supply komoditas-komoditas pangan strategis dapat terjamin. Berikut rencana pembangunan infrastruktur waduk/bendungan di Provinsi Bali:
Tabel 1. Rencana Pembangunan Waduk di Provinsi Bali
Ekonomi Makro Regional
35
Tabel 2. Kapasitas Pelabuhan Gilimanuk dan Padang Bai
Selanjutnya, untuk mendukung konektivitas Bali dengan daerah pemasok komoditas pangan utama seperti Jawa Timur (beras, gula pasir, tepung terigu, serta komoditas lainnya) dan NTB (bawang merah) dibutuhkan
pelabuhan
masuk
yang
memadai.
3. Pengembangan Pelabuhan Tanah Ampo sebagai pelabuhan pariwisata untuk cruise. 4. Pengembangan Pelabuhan Gunaksa sebagai pelabuhan pendukung Padang Bai. 5. Pembangunan Pelabuhan Amed
Adapun pelabuhan yang menghubungkan Bali
Selain itu, dalam rangka mendukung jalur distribusi
dengan kedua pulau tersebut beberapa diantaranya
di Provinsi Bali, terdapat rencana pembangunan
adalah pelabuhan Gilimanuk (Bali – Jawa Timur) dan
shortcut Mengwitani- Singaraja turut menjadi fokus
Padangbai (Bali – NTB). Dalam kaitannya dengan arus
dalam rangka mempersingkat waktu tempuh Bali
barang, khususnya komoditas pangan, kondisi dari
Utara dan Bali selatan serta mendukung kelancaran
kedua pelabuhan tersebut dijelaskan melalui tabel 2.
logistik. Terdapat 4 shortcut yang pembangunannya
Selain kedua pelabuhan penyebrangan tersebut, masih terdapat beberapa pelabuhan yang direncanakan akan dikembangkan antara lain sebagai berikut : 1. Pengembangan Pelabuhan Benoa sebagai Marine
Tourism Hub 2. Pengembangan Pelabuhan Celukan Bawang sebagai pelabuhan cargo yang mendukung distribusi barang dari dan keluar Provinsi Bali.
36
akan dimulai pada tahun 2016 : 1. KM 46 + 450 (Candi Kuning) 2. KM 55 + 250 (Wanagiri 1) 3. KM 55 + 700 (Wanagiri 2) 4. KM 59 + 450 (Gitgit 2)
BAB II
PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Bali pada triwulan IV 2015 kembali melanjutkan tren penurunan dibandingkan dengan pencapaian inflasi triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Pada triwulan IV 2015 inflasi Bali tercatat sebesar 2,75% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III 2015 yang sebesar 6,56% (yoy) dan jauh lebih rendah dari tahun 2014 yang tercatat sebesar 8,43% (yoy).
Perkembangan Inflasi
37
38
Perkembangan Inflasi
2.1.
PERKEMBANGAN UMUM INFLASI
Inflasi Bali pada triwulan IV 2015 tercatat mengalami penurunan dibandingkan dengan pencapaian inflasi triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Pada triwulan IV 2015 inflasi Bali tercatat sebesar 2,75% (yoy) lebih rendah dibandingkan dengan inflasi Nasional sebesar 3,35% (yoy) dan jauh lebih rendah dari tahun 2014 yang tercatat sebesar 8,43% (yoy). Pencapaian inflasi Bali pada tahun 2015 ini sesuai dengan angka proyeksi Kajian Ekonomi Regional (KEKR) triwulan sebelumnya sebesar 2,98%±1%
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 1 Inflasi Kota di Bali (%,yoy)
(yoy) pada tahun 2015. Terjaganya tekanan inflasi Bali pada keseluruhan tahun 2015 merupakan hasil kerja keras dan sinergi Pemerintah Daerah dan Bank Indonesia dalam rangkaian
kegiatan
pengendalian
inflasi
yang
dilakukan melalui forum Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Pada tahun 2015, seluruh Kabupaten/ Kota di Provinsi Bali telah membentuk TPID sehingga Bali memiliki 9 (sembilan) TPID tingkat Kabupaten/ Kota dan 1 (satu) TPID tingkat Provinsi. Secara spasial, pada triwulan IV 2015 inflasi tertinggi terjadi di Kota Singaraja yang tercatat sebesar 6,09% (yoy) pada bulan Oktober 2015. Namun demikian, inflasi Kota Singaraja pada keseluruhan tahun 2015 tercatat jauh lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 2,97% (yoy) pada Desember 2015 dan 10,32% (yoy) pada Desember 2014. Sejalan dengan kondisi tersebut, Kota Denpasar juga kembali mencatatkan penurunan inflasi hingga tercatat sebesar 2,70% (yoy) pada Desember 2015 lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar 8,03% (yoy).
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 2 Perkembangan Inflasi Nasional dan Provinsi Bali (%,yoy)
2.2.
ANALISIS PERKEMBANGAN INFLASI
2.2.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Secara keseluruhan tahun, inflasi Provinsi Bali didorong oleh kelompok bahan makanan yang dipicu oleh perayaan Hari Keagamaan dan periode liburan di Provinsi Bali. Sementara itu, secara tahunan, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan menunjukkan pergerakan melandai yang disebabkan
Berdasarkan penyebabnya, tekanan inflasi pada tahun
oleh penyesuaian harga bahan bakar rumah tangga
2015 terutama disebabkan oleh kelompok volatile
dan minyak serta tariff adjustment listrik oleh PT. PLN
food dan administered prices. Sementara itu tekanan
(Persero). Sedangkan untuk tekanan inflasi kelompok
inflasi kelompok inti (core inflation) tercatat relatif
inti hingga triwulan IV 2015 menunjukkan pergerakan
stabil di tengah pelemahan ekonomi dan depresiasi
yang relatif stabil. Melalui upaya pengendalian inflasi
rupiah yang didukung oleh terjaganya ekspektasi
yang konsisten dan responsif terhadap kenaikan
inflasi masyarakat Bali.
harga barang dan jasa melalui forum TPID, pada
Perkembangan Inflasi
39
Desember 2015, inflasi Bali berada di bawah rentang
lebih rendah dari triwulan IV tahun sebelumnya yang
target inflasi nasional yang sebesar 4±1% (yoy) dan
tercatat sebesar 10,45% (yoy).
berada jauh dibawah target inflasi RPJMD Provinsi Bali Tahun 2015 yang sebesar 4,40 – 4,74% (yoy).
Beras masih menjadi penyumbang inflasi tahunan pada periode berjalan. Kenaikan harga beras sebagai
a. Kelompok Bahan Makanan
dampak dari peningkatan permintaan masyarakat
Pada triwulan IV 2015 kelompok bahan makanan
sehubungan dengan libur sekolah, perayaan Hari
tercatat melandai meski terdapat perayaan Hari
Besar Keagamaan Maulid Nabi, Natal, dan Tahun Baru
Keagamaan pada triwulan IV seperti Hari Saraswati
direspon dengan penyelenggaraan Operasi Pasar
(28 November 2015), Hari Pagerwesi (2 Desember
dan Pasar Murah di bawah koordinasi TPID Provinsi
2015), Hari Natal (25 Desember 2015) dan Tahun Baru.
Bali. Selain beras, komoditas lainnya yang menjadi
Pada triwulan IV 2015 kelompok bahan makanan
penyumbang utama inflasi pada kelompok bahan
tercatat sebesar 3,55% (yoy) jauh lebih rendah dari
makanan adalah bawang merah, daging ayam ras,
triwulan sebelumnya sebesar 10,02% (yoy) dan juga
dan cabai merah.
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 3 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Prov. Bali (%,qtq)
Sumber : Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia, diolah Grafik 2. 5 Perkembangan Harga Beras (%,mtm)
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 4 Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan di Prov. Bali (%,yoy)
Sumber : Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia, diolah Grafik 2. 6 Perkembangan Harga Bawang Merah (%,mtm)
40
Perkembangan Inflasi
Nampak pada grafik perkembangan harga komoditas utama penyumbang inflasi, harga bawang merah, cabai merah, daging ayam ras, dan telur ayam ras berada dalam tren meningkat dipicu oleh pergeseran musim panen dan anomali cuaca di akhir tahun 2015. Peningkatan harga sejumlah komoditas pangan tersebut juga terjadi di berbagai daerah. Hal ini juga tidak lepas dari masih tingginya ketergantungan pasokan bawang merah Provinsi Bali dari daerah Sumber : Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia, diolah Grafik 2. 7 Perkembangan Harga Cabe Merah (%,mtm)
lainnya
dan
minimnya
fasilitas
penyimpanan
sehingga harga komoditas ini relatif berfluktuasi, dan harga sangat dipengaruhi oleh suplai secara nasional. Sedangkan peningkatan harga komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras didorong oleh meningkatnya biaya produksi (kenaikan harga pakan). Meskipun
terdapat
komoditas
utama
peningkatan penyumbang
harga
pada
inflasi,
inflasi
triwulanan kelompok bahan makanan tercatat lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tertahannya inflasi pada periode laporan didorong oleh mulai melandainya harga beberapa komoditas bahan makanan seperti daging babi dan komoditas Sumber : Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia, diolah Grafik 2. 8 Perkembangan Harga Telur Ayam Ras (%,mtm)
ikan serta semakin intensifnya peran pemerintah dalam pengendalian harga. Dengan upaya yang konsisten
dan
berkelanjutan,
diharapkan
tren
penurunan bahan makanan dapat berlanjut pada periode mendatang. b. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Tekanan inflasi kelompok makanan jadi, minuman jadi, rokok dan tembakau tercatat sebesar 3,66% (yoy) melanjutkan tren penurunan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,09% (yoy). Namun demikian, kelompok
ini
mengalami
peningkatan
secara
triwulanan, hingga tercatat sebesar 1,48% (qtq) pada Sumber : Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia, diolah Grafik 2. 9 Perkembangan Harga Daging Ayam Ras (%,mtm)
triwulan IV 2015, atau lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 0,12% (qtq).
Perkembangan Inflasi
41
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 10 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Prov. Bali (%,qtq)
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 12 Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Prov. Bali (%,qtq)
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 11 Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Prov. Bali (%,yoy)
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 13 Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Prov. Bali (%,yoy)
c. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan
(qtq) pada triwulan lalu menjadi sebesar 0,62%
Bahan Bakar
(qtq) pada periode berjalan. Hal ini sejalan dengan
Sejalan dengan 2 (dua) kelompok sebelumnya,
pertumbuhan realisasi pengadaan semen per daerah
tekanan inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik
Tahun 2015 yang secara tahunan (Desember 2014
dan gas juga tercatat kembali melandai sebesar
– Desember 2015) tumbuh sebesar 4,8% di Provinsi
4,79% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan dengan
Bali. Peningkatan tekanan inflasi pada kelompok ini
triwulan sebelumnya yang sebesar 7,73% (yoy).
didorong oleh peningkatan harga pada komoditas
Penurunan ini juga tercermin pada penurunan indeks
tarip listrik yang memberikan sumbangan inflasi
harga properti residensial Provinsi Bali hasil Survei
sebesar 0,0671 persen di Kota Singaraja dan 0,1309
Properti Residensial (SHPR) Kantor Perwakilan Bank
persen di Kota Denpasar pada Desember 2015.
Indonesia yaitu dari 2,72% (yoy) atau 0,62% (qtq) pada triwulan IIII 2015 menjadi 1,77% (yoy) atau 0,34% (qtq) pada triwulan IV 2015.
d. Kelompok Sandang Inflasi pada kelompok sandang tercatat mengalami penurunan,
baik
secara
triwulanan
maupun
Disisi lain, tekanan inflasi triwulanan kelompok
tahunan. Pada Desember 2015 kelompok ini tercatat
ini mengalami sedikit peningkatan, dari 0,35%
mengalami inflasi sebesar 0,06% (qtq), atau lebih
42
Perkembangan Inflasi
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 14 Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Prov. Bali (%,qtq)
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 16 Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Prov. Bali (%,qtq)
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 15 Inflasi Tahunan Sandang di Prov. Bali (%,yoy)
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 17 Inflasi Tahunan Kelompok Kesehatan di Prov. Bali (%,yoy)
rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lalu yang
yang sebesar 2,40% (qtq). Sementara itu, secara
sebesar 1,93% (qtq).
tahunan kelompok ini tercatat mengalami inflasi sebesar 4,31% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,80%
f. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga
(yoy). e. Kelompok Kesehatan Sejalan dengan kelompok sandang, tekanan inflasi kelompok kesehatan turut mengalami penurunan baik secara triwulanan maupun secara tahunan. Pada Desember 2015 kelompok ini tercatat mengalami inflasi sebesar 4,81% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 7,85% (yoy). Sementara secara triwulanan tercatat mengalami inflasi sebesar 0,99% (qtq) atau
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 18 Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga di Prov. Bali (%,qtq)
Perkembangan Inflasi
43
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 19 Inflasi Tahunan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga di Prov. Bali (%,yoy)
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 21 Inflasi Tahunan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Prov. Bali (%,yoy)
Inflasi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan
Inflasi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa
olah raga tercatat mengalami penurunan baik
keuangan mengalami sedikit penurunan dibandingkan
secara tahunan maupun triwulanan sesuai pola
dengan triwulan sebelumnya dari 0,12% (qtq) pada
historis. Pada keseluruhan tahun 2015, kelompok
triwulan sebelumnya menjadi 0,001% (qtq) pada
pendidikan, rekreasi dan olah raga tercatat melandai
periode laporan. Sementara itu secara tahunan inflasi
dengan inflasi sebesar 4,07% (yoy), lebih rendah
kelompok ini tercatat deflasi sebesar -1,18% (yoy),
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan
tercatat sebesar 4,29% (yoy). Demikian pula secara
yang sama tahun sebelumnya sebesar 10,67%
triwulanan kelompok ini mengalami penurunan
(yoy). Penurunan tekanan inflasi kelompok ini masih
menjadi 0,07%(qtq) dari sebesar 3,54% (qtq) pada
berlanjut seiring dengan penurunan harga minyak
triwulan lalu.
dunia yang turut memberikan sumbangan deflasi
g. Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
(komoditas bensin non subsidi) di Kota Denpasar sebesar 0,0118% pada Desember 2015.
26% 19% 19% 16% 9%
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 20 Inflasi Triwulanan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Prov. Bali (%,qtq)
44
Perkembangan Inflasi
Sumber : Bank Indonesia Grafik 2. 22 Bobot Tahun Dasar (2012=100) Kelompok Pengeluaran Kota Denpasar
yoy). Kendati demikian, kedua kelompok tertinggi ini pada triwulan IV 2015 menunjukkan penurunan jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun
27% 26% 19% 12% 6% 5% 4%
sebelumnya yang tercatat sebesar 9,99% (yoy) untuk kelompok kesehatan dan 7,20% (yoy) pada kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar. Sementara itu, inflasi kelompok bahan makanan mampu ditahan sehingga mengalami inflasi sebesar
Sumber : Bank Indonesia Grafik 2. 23 Bobot Tahun Dasar (2012=100) Kelompok Pengeluaran Kota Singaraja
2.2.2. Inflasi Menurut Kota Sejak Tahun 2013 inflasi provinsi Bali ditentukan berdasarkan kota sampel inflasi pada 2 (dua) kota inflasi yaitu Kota Denpasar dan Singaraja. Karakteristik inflasi Kota Denpasar maupun Singaraja terutama dipengaruhi oleh kelompok pengeluaran bahan makanan, makanan jadi dan perumahan sebagaimana tercermin pada dominannya bobot kelompok pengeluaran tersebut dalam keranjang IHK Kota Denpasar maupun Singaraja.
3,31% (yoy) pada triwulan IV 2015, jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 11,23% (yoy). Secara triwulanan, tekanan inflasi bahan makanan mengalami sedikit peningkatan yang disebabkan oleh mulai meningkatnya permintaan menjelang perayaan Hari Besar Keagamaan Maulid Nabi, Natal, dan Tahun Baru pada akhir tahun 2015. Tertahannya laju inflasi pada kelompok bahan makanan merupakan hasil nyata kegiatan pengendalian inflasi oleh TPID Provinsi Bali dan TPID Kota Denpasar melalui rangkaian Operasi Pasar dan Pasar Murah serta Pemantauan Harga. Tekanan inflasi kelompok transportasi, komunikasi
a. Kota Denpasar Pada triwulan IV 2015 laju inflasi Kota Denpasar mengalami penurunan dari 6,27% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi 2,70% (yoy) pada triwulan IV 2015. Peningkatan tekanan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok kesehatan (5,26%, yoy) dan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (5,09%,
dan jasa keuangan mengalami penurunan pada triwulan IV 2015 dari 4,82% (yoy) menjadi -0,35% (yoy) pada triwulan laporan. Tertahannya tekanan inflasi disebabkan oleh penyesuaian harga BBM yang memberikan sumbangan deflasi untuk komoditas bensin non subsidi 0,0118 persen.
Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Kota Denpasar Per Kelompok Pengeluaran
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Perkembangan Inflasi
45
Tabel 2.2 Ranking Komoditas Berdasarkan Sumbangan dan Frekuensi Inflasi di Kota Denpasar Triwulan IV 2015
*) 5 komoditas dengan jumlah andil triwulan IV tertinggi, threshold frekuensi > 0,01% (qtq) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Apabila ditinjau pergerakannya sepanjang triwulan
Denpasar. Disparitas inflasi antara Kota Singaraja
IV tahun 2015, maka 5 komoditas yang tercatat
dan Kota Denpasar yang cukup besar tidak lepas dari
mengalami inflasi tertinggi di Kota Denpasar adalah
masih belum optimalnya pemanfaatan infrastruktur
ayam goreng, batu bata/batu tela, penyedap makan/
perhubungan menuju Kota Singaraja ditengah masih
vetsin, biskuit, dan bayam. Sementara komoditas
tingginya ketergantungan pasokan bahan pokok Kota
yang paling sering mengalami inflasi adalah ayam
Singaraja terhadap daerah lainnya. Jalur distribusi Bali
goreng, batu bata/batu tela, sekolah menengah atas,
Selatan dan Bali Utara perlu menjadi perhatian dalam
gula pasir, dan daun singkong.
memastikan ketersediaan pasokan pada kedua kota sampel inflasi di Provinsi Bali.
b. Kota Singaraja Inflasi Kota Singaraja tercatat mengalami penurunan
Berdasarkan
kelompoknya,
dari 7,92% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi
pada hampir seluruh kelompok. Apabila ditinjau
2,97% (yoy) pada triwulan IV 2015. Capaian inflasi
berdasarkan
ini juga tercatat jauh lebih rendah dari periode
hingga Desember 2015, maka 5 komoditas yang
yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar
memberikan andil inflasi tertinggi di Kota Singaraja
10,32% (yoy). Meskipun menurun, realisasi inflasi
adalah bawang merah, daging ayam ras, buncis, air
di Kota Singaraja masih berada diatas inflasi Kota
kemasan, dan pisang.
pergerakannya
Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Kota Singaraja Per Kelompok Pengeluaran
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
46
Perkembangan Inflasi
penurunan sepanjang
terjadi Oktober
Tabel 2.4 Ranking Komoditas Berdasarkan Sumbangan dan Frekuensi Inflasi di Kota Singaraja Triwulan IV 2015
*) 5 komoditas dengan jumlah andil triwulan IV tertinggi, threshold frekuensi > 0,01% (qtq) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
2.3.
DISAGREGASI INFLASI
Sumber : Bank Indonesia Grafik 2. 24 Disagregasi Inflasi Bulanan Provinsi Bali
Sumber : Bank Indonesia Grafik 2. 25 Disagregasi Inflasi Tahunan Provinsi Bali
Sejalan dengan pergerakan harga nasional, pada
a. Volatile Food
triwulan IV 2015 tekanan inflasi kelompok volatile food
Dibandingkan dengan triwulan IV 2015 , inflasi
meningkat, di mana kelompok ini kembali tercatat
volatile food tercatat melandai dengan capaian inflasi
sebagai kelompok dengan sumbangan tertinggi di
tahunan pada Desember 2015 sebesar 3,10% (yoy)
Provinsi Bali. Kenaikan harga bawang merah, cabai
lebih rendah dari tahun sebelumnya pada periode
merah, cabai rawit, daging ayam ras mendorong
yang sama yaitu sebesar 11,46% (yoy). Tekanan inflasi
inflasi volatile food. Tren kenaikan harga komoditas
kelompok ini terjaga jauh berada dibawah rata-rata
tersebut merupakan dampak dari peningkatan
historisnya. Hal ini tidak lepas dari rangkaian upaya
permintaan masyarakat sehubungan dengan libur
pengendalian inflasi yang dilakukan oleh seluruh TPID
sekolah, perayaan Hari Besar Keagamaan Maulid
baik di tingkat Kabupaten/Kota maupun Provinsi di
Nabi, Natal, dan Tahun Baru serta sebagai dampak
Bali.
dari berkurangnya pasokan akibat pergeseran musim panen (anomali cuaca).
Kenaikan harga bawang merah, cabai merah, cabai rawit, daging ayam ras mendorong inflasi volatile food.
Perkembangan Inflasi
47
Tren kenaikan harga komoditas tersebut merupakan dampak dari peningkatan permintaan masyarakat sehubungan dengan libur sekolah, perayaan Hari Besar Keagamaan Maulid Nabi, Natal, dan Tahun Baru serta sebagai dampak dari berkurangnya pasokan akibat pergeseran pola tanam dan masuknya musim penghujan. Sementara itu, komoditas kelompok
volatile food yang tercatat memberikan sumbangan deflasi adalah komoditas ikan. b. Administered Prices
Sumber : Bank Indonesia, diolah Grafik 2. 26 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah
Seiring dengan pergerakan kelompok volatile food, tekanan inflasi kelompok administered prices tercatat melandai dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang merupakan dampak dari peningkatan harga BBM bersubsidi. Meskipun masih dalam rentang yang relatif terkendali, inflasi administered prices pada Desember 2015 mengalami peningkatan dari periode sebelumnya dan tercatat di bawah rata– rata historisnya. Administered prices mengalami peningkatan dari sebesar 0,18% (mtm) pada November 2015 menjadi 0,75% (mtm) pada Desember 2015. Komoditas yang menyumbang inflasi administered
prices cukup signifikan adalah tarif listrik. Adapun
Sumber : Bank Indonesia, diolah Grafik 2. 27 Perbandingan Nilai Tukar Kawasan
terjaganya inflasi pada kelompok administered
prices merupakan dampak dari penurunan harga
penguatan sebesar 0,36% (mtm) ke level Rp13.785
minyak dunia, yang berpengaruh pada melandainya
per dolar AS pada Desember 2015. Ke depan, Bank
harga bensin yang tercatat menjadi komoditas yang
Indonesia terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah
mengalami deflasi. Di Denpasar, bensin tercatat
sesuai dengan fundamentalnya, sehingga dapat
memberikan sumbangan deflasi sebesar -0,011%
mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi dan
(mtm) sedangkan di Singaraja bensin menyumbang
sistem keuangan.
deflasi sebesar -0,005% (mtm).
Interaksi permintaan dan penawaran
c. Core Inflation
Tekanan permintaan dapat direspon dengan baik oleh
Secara fundamental tekanan inflasi kelompok inti
sisi penawaran. Hal ini terindikasi dari hasil Survei
tercatat cukup stabil. Rupiah mengalami penguatan
Pedagang Eceran Kantor Perwakilan Bank Indonesia
pada Desember 2015 sejalan dengan membaiknya
Provinsi Bali yang menunjukkan tren peningkatan
faktor risiko dan berlanjutnya akumulasi kepemilikan
pada akhir Tahun 2015.
investor nonresiden di aset dalam negeri.
Ekspektasi Inflasi
Meskipun secara rata-rata mencatat pelemahan,
Ekspektasi inflasi masyarakat Bali, terutama dari
Rupiah, secara point to point (ptp), mengalami
sisi konsumen cukup terjaga, meskipun sedikit
48
Perkembangan Inflasi
Sumber : Survei Penjualan Eceran, Bank Indonesia Grafik 2. 28 Ekspektasi Penjualan
Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Grafik 2. 29 Ekspektasi Konsumen
mengalami peningkatan sebagai dampak momen
dan gerakan operasi pasar serta pasar murah di
libur sekolah, perayaan Hari Besar Keagamaan Maulid
penghujung Tahun 2015 terus dilaksanakan.
Nabi, Natal, dan Tahun Baru. Laju inflasi kelompok inti cukup stabil didukung oleh masih memadainya sisi suplai dan ekspektasi inflasi yang terjaga (baik dari sisi konsumen maupun pedagang). Hal ini tercermin dari hasil Survei Konsumen dan Survei Pedagang Eceran yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali. Pengendalian ekspektasi inflasi menjadi sangat
penting
untuk
dilaksanakan.
Berkaitan
dengan itu, langkah strategis TPID Provinsi Bali menjaga ekspektasi melalui press release, talkshow,
2.4.
PERGERAKAN HARGA DI KOTA NON
SAMPEL INFLASI
Pemantauan
pergerakan
harga
di
kota-kota
nonsampel inflasi di Bali dilakukan oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah pada tingkat Kabupaten/ Kota di Provinsi Bali melalui Sistem Informasi Harga Komoditas Pangan Strategis (SiGapura) Provinsi Bali. Hasil pemantauan harga terhadap 5 komoditas (penyumbang
utama
inflasi
Bali)
khususnya
pergerakan harga komoditas pertanian terpilih di
Perkembangan Inflasi
49
12,000
Rp
40,000
Rp
35,000
11,000
30,000 10,000
25,000 Karangasem
9,000
Tabanan 8,000
Gianyar Klungkung
7,000
Badung
6,000
Jembrana
Karangasem
20,000
Tabanan
15,000
Gianyar
10,000
Klungkung
5,000
Badung
-
Jembrana Bangli
Bangli
Sumber :SiGapura, diolah Grafik 2. 30 Pergerakan Harga Komoditas Beras
12,000
Sumber :SiGapura, diolah Grafik 2. 33 Pergerakan Harga Komoditas Bawang Merah
terutama pada penghujung tahun 2015 sejalan
Rp
dengan perayaan Hari Besar Keagamaan Maulid Nabi,
11,000
Natal, dan Tahun Baru. Peningkatan harga mayoritas
10,000 Karangasem
9,000
terjadi pada bulan November dan Desember 2015.
Tabanan 8,000
Gianyar Klungkung
7,000
Badung
6,000
Jembrana Bangli
Sumber :SiGapura, diolah Grafik 2. 31 Pergerakan Harga Komoditas Cabai Merah
2.5.
INFLASI PEDESAAN
Sejalan dengan inflasi di kota-kota sampel perhitungan inflasi di Bali, tekanan inflasi pedesaan Bali yang dihitung dengan menggunakan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) di sepanjang triwulan IV 2015 menunjukkan peningkatan
dibandingkan triwulan
sebelumnya. Tekanan inflasi pedesaan pada Desember 2015 80,000
Rp
tercatat sebesar 2,98% (yoy) lebih rendah dari
70,000
inflasi pedesaan nasional sebesar 4,28% (yoy). Sama
60,000
halnya dengan kota sampel inflasi, IHK perdesaan
50,000 40,000
Karangasem
30,000
Tabanan
20,000
Gianyar
10,000
Klungkung
jadi, kelompok perumahan, kelompok sandang,
Badung
kelompok kesehatan, kelompok pendidikan, rekreasi
-
Jembrana Bangli
Sumber :SiGapura, diolah Grafik 2. 32 Pergerakan Harga Komoditas Cabai Rawit
terdiri dari 7 (tujuh) kelompok pengeluaran yaitu kelompok bahan makanan, kelompok makanan
dan olahraga, serta kelompok transportasi dan komunikasi. Tingginya tekanan inflasi pedesaan pada periode laporan disebabkan oleh adanya kenaikan bahan makanan yang juga terjadi di kota sampel inflasi di Bali. Komoditas konsumsi rumah tangga
seluruh Kabupaten/Kota non sampel inflasi di Provinsi
penyebab inflasi pedesaan pada bulan Desember
Bali menunjukkan bahwa sepanjang triwulan IV 2015
2015 adalah bawang merah, cabai rawit, bawang
harga-harga cenderung mengalami peningkatan
putih, beras, dan daging ayam ras.
50
Perkembangan Inflasi
%
Indeks
Sumber : BPS, diolah Grafik 2. 34 Perkembangan Inflasi Pedesaan (mtm)
%, ytd
Sumber : BPS, diolah Grafik 2. 36 Perkembangan Inflasi Pedesaan dan Nilai Tukar petani (NTP) Provinsi Bali
Searah dengan inflasi pedesaan, pada triwulan IV 2015 rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami peningkatan dari 104,46 pada triwulan III 2015 menjadi sebesar 105,15 pada triwulan IV 2015. Dengan demikian, Nilai Tukar Petani (NTP) yang mencerminkan tingkat kesejahteraan petani turut meningkat seiring dengan peningkatan harga yang dicerminkan melalui inflasi pedesaan.
Sumber : BPS, diolah Grafik 2. 35 Perkembangan Inflasi Pedesaan (ytd)
Perkembangan Inflasi
51
BOKS B
KALEIDOSKOP PENCAPAIAN INFLASI DAERAH PROVINSI BALI 2015
Pembukaan:
8,43% di tahun 2014 menjadi sebesar 2,75% di
Perekonomian Bali meski dalam 5 tahun terakhir
tahun 2015. Capaian ini merupakan capaian inflasi
(2010 – 2014) dapat tumbuh rata – rata diatas 6%,
Provinsi Bali terendah sejak 1986 atau selama 29
namun dari sisi inflasi yang berpengaruh terhadap
tahun berdasarkan catatan BPS Provinsi Bali. Rata –
kesejahteraan masyarakat cenderung berada diatas
rata inflasi 2011-2015 Bali tercatat sebesar 5,56%
inflasi Nasional. Dalam periode yang sama, rata – rata
lebih rendah dari rata-rata nasional sebesar 5,63%.
inflasi Bali tercatat sebesar 6,63% berada diatas rata – rata inflasi Nasional sebesar 6,18%. Tingginya inflasi apabila tidak dikendalikan dengan baik maka akan berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat, laju pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, serta dapat mengganggu kinerja pariwisata. Bila dicermati lebih dalam, faktor utama penyebab tingginya inflasi di Bali bersumber dari kelompok bahan makanan
(volatile food) dibandingkan dengan kelompok harga yang ditentukan oleh Pemerintah (administered
prices) maupun inflasi inti (core inflation). Kondisi ini tidak terlepas dari keterbatasan kapasitas Bali dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Salah
satu
upaya
yang
dilakukan
dalam
mengendalikan inflasi adalah pembentukan Tim
Januari 2015 Mengawali Tahun 2015, adanya penurunan harga BBM (bensin dan solar) dan penurunan harga pangan yang termasuk dalam kelompok volatile food berpengaruh positif pada inflasi Bali sehingga mengalami deflasi sebesar -0,17% (mtm). Dalam upaya mengendalikan inflasi yang tinggi di tahun 2014, TPID Provinsi Bali menyelenggarakan High Level Meeting (HLM) TPID Provinsi Bali dengan mengundang seluruh Pemerintah Kabupaten/Kota pada 14 Januari 2015. Pada forum ini disepakati pembentukan TPID di seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Bali dengan harapan pengendalian inflasi dapat terintegrasi dan lebih efektif.
Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di Kota Denpasar
Februari 2015
dan Kabupaten Buleleng pada 2010 silam. Guna
Tanggal 11 Februari 2015 merupakan salah satu
mengakselerasi pencapaian inflasi yang rendah dan
tonggak bersejarah dalam pengendalian inflasi di
stabil, Bank Indonesia bersama Pemerintah Provinsi
Provinsi Bali. Bertempat di Grha Tirta Gangga, Kantor
Bali dan Pemerintah Kabupaten/Kota menyepakati
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, seluruh
pembentukan TPID di seluruh Kabupaten/Kota.
Kepala Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
Kesepakatan ini direalisasi dengan penandatangan
secara serentak menandatangani Komitmen Bersama
Komitmen Bersama dan SK Pembentukan TPID pada
Pengendalian Inflasi dan SK Pembentukan TPID di
tanggal 11 Februari 2015. Melalui berbagai upaya
masing-masing wilayah kerja. Pada kesempatan
yang dilakukan oleh TPID, telah menunjukkan hasil
tersebut juga diluncurkan website Pusat Informasi
yang menggembirakan. Inflasi Bali turun tajam dari
Harga Pangan Strategis (PIHPS) Provinsi Bali dengan
52
nama SiGapura – Sistem Informasi Harga Pangan
solar yang terjadi pada 28 Maret 2015 menyebabkan
Utama dan Komoditas Strategis. Dengan adanya
tekanan inflasi Provinsi Bali mengalami peningkatan.
website ini masyarakat luas dapat memperoleh
Pada April 2015 inflasi Bali tercatat sebesar 0,44%
informasi mengenai perkembangan harga komoditas
(mtm). Pada tanggal 27 April 2015, Kantor Perwakilan
pangan secara harian sehingga dapat mengelola
Bank Indonesia Provinsi Bali memberikan hibah satu
ekspektasi
dalam
unit mobil bertuliskan Warung Sembako TPID kepada
diakses
Perum Bulog Divisi Regional Bali. Mobil ini digunakan
masyarakat
mengendalikan
inflasi.
yang
diperlukan
SiGapura
dapat
melalui website www.sigapura.org.
untuk stabilisasi harga, terutama pada komoditas
Upaya yang dilakukan oleh TPID Provinsi Bali
bahan pangan utama di Bali.
berkolaborasi dengan TPID Kota Denpasar dan Kabupaten Buleleng dengan menggelar Operasi Pasar di Februari membawa angin segar dengan berlanjutnya deflasi bulan Februari sebesar -0,04% (mtm).
Mei 2015 Dalam rangka mendukung upaya-upaya Pemerintah untuk mencapai sasaran inflasi pada kisaran 3,5±1% pada tahun 2018, telah diselenggarakan Rakorwil TPID Se – Sulawesi, Maluku, Papua, Bali dan Nusa
Maret 2015
Tenggara tanggal 17 – 18 Mei 2015 bertempat
Setelah dalam 2 bulan terakhir mengalami deflasi,
di Kuta, Bali. Salah satu butir kesepakatan adalah
tekanan inflasi Provinsi Bali kembali meningkat, namun
peningkatan Perdagangan Antar Daerah di KTI untuk
masih berada pada level yang terkendali. Sejalan
memperlancar arus barang dan jasa dari daerah
dengan kondisi nasional, tekanan inflasi Provinsi Bali
surplus pangan/komoditas strategis ke daerah defisit
pada Maret 2015 tercatat mengalami inflasi sebesar
dengan didukung oleh informasi stok dan harga
0,17% (mtm) atau secara tahunan tercatat mengalami
bahan-bahan pokok dan barang
inflasi sebesar 6,42 (yoy). Terkendalinya inflasi pada
terintegrasi. Dalam rangka penyelarasan strategi
bulan ini tidak lepas dari upaya TPID Provinsi Bali
pengendalian inflasi TPID secara nasional, pada
dan Kabupaten/Kota dalam melakukan pemantauan
tanggal 27-28 Mei 2015 telah diselenggarakan
harga secara rutin menjelang perayaan Hari Raya
Rakornas VI TPID 2015. Terkendalinya pasokan bahan
Keagamaan Nyepi yang jatuh pada bulan ini. Selain
makanan dan terjaganya ekspektasi masyarakat telah
itu, sebagai bentuk nyata dari kesepakatan rapat
membawa inflasi Bali bulan Mei 2015 sebesar 0,35%
TPID di Kabupaten/Kota telah diselenggarakan Pasar
(mtm) lebih rendah dari Nasional yang tercatat 0,50%
Murah yang tersebar di 39 titik di seluruh Kabupaten/
(mtm).
Kota. Dalam rangka mengantisipasi tekanan inflasi di Triwulan II – 2015 yang bertepatan dengan perayaan Hari Raya Galungan, Kuningan, dan Lebaran telah diselenggarakan High Level Meeting TPID bertempat Kantor Bupati Buleleng pada 16 Maret 2015.
strategis yang
Juni 2015 Dalam rangka mengantisipasi kebutuhan masyarakat jelang
bulan
puasa,
melalui
koodinasi
TPID,
Pemerintah Provinsi Bali, Bank Indonesia, dan Perum Bulog Divre Bali telah melakukan 36 kali Pasar
April 2015
Murah di berbagai daerah di Provinsi Bali pada
Adanya kenaikan bahan bakar minyak jenis bensin dan
periode Juni – Juli 2015. Selain itu, TPID Provinsi
53
Bali, TPID Tabanan, TPID Denpasar, TPID Badung,
pengelolaan ekspektasi masyarakat melalui talkshow
dan TPID Bangli menyelenggarakan rapat koordinasi
TPID di media radio dan televisi serta penyebaran
untuk mengantisipasi tekanan inflasi di bulan Juli
press release mengenai kecukupan dan upaya
sehubungan
menjaga ketersediaan barang menjelang Hari Raya
dengan
meningkatnya
kebutuhan
masyarakat pada saat Galungan, Kuningan, dan
Keagamaan.
Lebaran.
Agustus 2015
Berbagai upaya koordinasi pengendalian harga
dilakukan
TPID
Provinsi
Koordinasi antar TPID Kabupaten/
Pembentukan & Penandatanganan Komitmen Bersama TPID
Bali telah mampu menahan
Kota di Provinsi Bali kembali ditingkatkan
laju inflasi Provinsi Bali sebesar rendah
dengan inflasi nasional yang sebesar 0,54%
Sesuai
pola
Pemantauan Harga Lewat Sigapura
(www.sigapura.org)
musimannya, tekanan inflasi Bali di Bulan Juli cenderung meningkat.
Pada
Juli
Beras
2013
(yoy)
8,16
TPID
2015
Tarip Listrik
(mtm). Juli 2015
Dagin g Babi
8,43 (yoy)
(yoy)
Beras 2014
Ay T am elur Ra s
g gin Da Ras am Ay
Bawang Merah
Rp
2015 Provinsi Bali tercatat mengalami inflasi sebesar 0,92%
Antar
Bawang Merah
2,75
Kontrak Rumah
Ikan Kembung
U
n
Daerah t
u
k
Pemenuhan P a s o k a n Komoditas
Menambah Supply
Pangan Antar Kabupaten/ Kota di Provinsi Bali.
Nota
kesepahaman
Ketimun
ini Operasi Pasar
Mempengaruhi Ekspektasi Pasar/masyarakat Melalui Pasar Murah
Kesepahaman
Perdagangan
ODITAS SING A KOM R AJ A
Daging Ayam Ras
dibandingkan
Nota
K e r j a s a m a
ILE FOOD (Berda LAT sa i rk VO Caba an h Mera AS b IT
gi) ting ter ot ob
ODITAS DE KOM NP AS AR
lebih
(mtm),
Daging Ayam Ras
Beras
P5 TO
0,08%
Talkshow Media
KO MO D
menjadi
penandatanganan
Penguatan Sinergitas Berbagai Pihak
2015
TOP 5
Juni
P5 TO
pada
melalui
langkah
merupakan awal
inisiasi
perdagangan antar daerah antara PD Pasar Kota Denpasar,
(mtm). Inflasi yang terjadi di Provinsi
PD Pasar Kabupaten Badung, dan
Bali disebabkan terutama oleh kelompok volatile food
PD Pasar Kabupaten Buleleng. Melalui MoU ini
yang didorong oleh peningkatan permintaan pada
diharapkan dapat tercipta koordinasi yang intensif
momen peak season kunjungan wisata ke Bali yang
untuk
bertepatan dengan perayaan 3 Hari Raya Keagamaan
kelancaran distribusi kebutuhan bahan pangan pokok
(Galungan, Kuningan dan Lebaran). Sinergitas upaya
antar Kabupaten/Kota. Pada Agustus 2015 Provinsi
pengendalian inflasi dilakukan oleh TPID Provinsi
Bali tercatat mengalami inflasi sebesar 0,31% (mtm),
Bali antara lain dengan pelaksanaan pasar murah,
lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional
operasi pasar, pemantauan jalur distribusi, sidak,
yang sebesar 0,39% (mtm). Dengan terjaganya inflasi
54
menjamin
ketersediaan
pasokan
dan
di sepanjang bulan Januari s/d Agustus 2015, maka
kelompok
secara akumulasi inflasi Bali tercatat sebesar 2,08%
tertinggi pada kelompok bahan makanan.
(ytd), mencapai titik terendah dalam 7 tahun terakhir.
Guna menyamakan persepsi dan pemahaman antar
dengan
tingkat
inflasi
stakeholder dalam menjaga keterjangkauan barang
September 2015 Sinergitas upaya pengendalian inflasi Bali oleh TPID Provinsi, TPID Badung, TPID Denpasar, TPID Buleleng, dan TPID Bangli telah mendorong berlanjutnya tren penurunan laju inflasi Bali di sepanjang tahun 2015 sehingga tercatat mengalami deflasi sebesar -0,13% (mtm), lebih dalam dibandingkan dengan nasional yang sebesar -0,05% (mtm). Langkah-langkah antisipatif pengendalian harga yang
pengeluaran
dikoordinasikan
oleh
TPID
Provinsi
Bali
didasarkan pada hasil pendalaman melalui berbagai diskusi dengan pihak terkait. Khususnya untuk menyikapi potensi gejolak harga sebagai dampak El Nino. Salah satu langkah antisipatif yang dilakukan adalah mengupayakan ketersediaan pompa air dan infrastruktur irigasi yang akan menyalurkan air ke wilayah Pertanian pada saat terjadi kekeringan.
dan jasa di daerah telah diselenggarakan Rapat Koordinasi Pusat – Daerah TPID di Surabaya. Salah satu kesepakatan dalam menghadapi tantangan pengendalian inflasi daerah adalah agar Pemerintah Daerah semakin cermat dalam mengindentifikasi komoditas-komoditas yang strategis yang menjadi penyumbang inflasi. Desember 2015 Mengakhiri Tahun 2015, pada Desember 2015 inflasi Bali tercatat sebesar 1,05% (mtm) sementara inflasi Nasional mengalami inflasi sebesar 0,96% (mtm). Meningkatnya inflasi Bali pada Desember 2015 didorong oleh peningkatan harga pada seluruh kelompok
pengeluaran
dengan
tingkat
inflasi
tertinggi pada kelompok bahan makanan. Dengan capaian tersebut, inflasi kumulatif Bali selama 1 tahun (Januari – Desember 2015) mencapai 2,75% (yoy)
Oktober 2015
berada jauh dibawah target inflasi RPJMD Provinsi
Keseriusan para pimpinan dan anggota TPID Provinsi
Bali Tahun 2015 yang sebesar 4,40 – 4,74% (yoy)
Bali dalam mengendalikan inflasi telah membawa
serta berada di bawah angka inflasi Nasional sebesar
hasil terus berlanjutnya tren penurunan laju inflasi
3,35% (yoy). Angka tersebut juga merupakan angka
sehingga pada Bulan Oktober 2015 Bali mengalami
inflasi terendah dalam 29 tahun terakhir. Pencapaian
deflasi
dalam
ini merupakan hasil kerja keras dari Tim Pengendalian
dibandingkan deflasi nasional sebesar -0,08% (mtm).
Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bali yang terus berupaya
Pencapaian ini juga merupakan hasil dari pelaksanaan
melakukan pengendalian harga di seluruh daerah di
rangkaian pasar murah yang telah dilaksanakan
Provinsi Bali.
periode September – Oktober 2015 yang tersebar di
Selama periode November dan Desember 2015
25 titik di seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Bali.
kembali dilaksanakan rangkaian Operasi Pasar dan
sebesar
-0,64%
(mtm),
lebih
November 2015 Pada November 2015, Bali mengalami inflasi sebesar 0,38% (mtm). Berdasarkan penyebabnya, inflasi didorong oleh peningkatan harga pada seluruh
Pasar Murah yang tersebar di 27 titik di seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Pada periode Desember 2015 juga telah dilaksanakan rapat rutin Tim Kebijakan dan Tim Teknis TPID dalam rangka
55
penyusunan upaya pengendalian inflasi periode akhir tahun 2015. (PENUTUP) Berbagai langkah yang dilakukan oleh TPID di Provinsi Bali tidak akan membawa hasil yang optimal tanpa dukungan dan peran serta masyarakat. Tantangan yang
dihadapi
dalam
pengendalian
inflasi
di
tahun 2016 masih tinggi seiring dengan pulihnya perekonomian domestik maupun dunia. TPID Provinsi Bali optimis melalui program pengendalian inflasi yang intensif bersama TPID Kabupaten/Kota dan seluruh lapisan masyarakat, inflasi Bali 2016 akan berada pada kisaran 4 ± 1% sehingga dapat mendukung pencapaian target inflasi nasional pada 2016.
56
BAB III
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Pada triwulan IV 2015, kinerja bank umum di Provinsi Bali masih terjaga. Asset bank umum masih mencatat pertumbuhan positif meski terjadi perlambatan. Aktivitas transaksi sistem pembayaran Provinsi Bali triwulan IV 2015 mengalami peningkatan, baik transaksi tunai maupun nontunai. Hal ini sebagaimana tercermin dari peningkatan outflow pada triwulan laporan. Seiring dengan peningkatan transaksi pembayaran tunai, transaksi pembayaran nontunai (dengan mekanisme kliring) juga mengalami peningkatan baik secara nominal maupun jumlah transaksi.
57
58
Perbankan dan Sistem Pembayaran
3.1.
PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA
BANK UMUM Tabel 3.1 Perkembangan Usaha Bank Umum di Bali (dalam miliar Rp)
Stabilitas sistem keuangan Provinsi Bali pada triwulan IV 2015 masih terjaga yang tercermin dari peningkatan fungsi intermediasi perbankan (kenaikan LDR). Aset bank umum pada triwulan IV 2015 mencapai Rp. 92,84 triliun atau tumbuh sebesar 8,23% (yoy), sedikit melambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya (10,09%, yoy). Kondisi ini didorong oleh perlambatan pertumbuhan kelompok bank asing campuran dan bank umum swasta. Di sisi lain, asset kelompok bank pemerintah mengalami peningkatan
Grafik 3. 1 Pertumbuhan Tahunan Asset, DPK dan Kredit
sebesar 12,91% (yoy). Berdasarkan share-nya, share asset kelompok bank umum
pemerintah
mengalami
penurunan
dari
60,21% pada triwulan III 2015 menjadi 59,94% pada triwulan IV 2015. Seiring dengan pencairan anggaran untuk realisasi proyek pemerintah, share asset kelompok bank umum swasta nasional dan kelompok bank
asing
campuran
mengalami
peningkatan
masing-masing menjadi 37,11% dan 2,96%.
Grafik 3. 2 Komposisi dan Pertumbuhan Asset Menurut Kelompok Bank
Perbankan dan Sistem Pembayaran
59
3.1.1. Pelaksanaan Fungsi Intermediasi
3.1.1.1 Penghimpunan Dana
Fungsi intermediasi bank umum pada triwulan IV
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan
2015 menunjukkan kinerja yang membaik tercermin
IV 2015 mencapai Rp75,5 triliun tumbuh 7,09%
dari peningkatan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR)
(yoy) melambat dibanding triwulan sebelumnya
dari 79,66% pada triwulan sebelumnya menjadi
yang tumbuh sebesar 8,52% (yoy). Perlambatan
83,24%. Peningkatan tersebut antara lain didorong
pertumbuhan
oleh paket kebijakan pemerintah yang memberikan
pertumbuhan deposito seiring dengan peningkatan
subsidi bunga kepada UMKM khususnya yang
kebutuhan dana oleh masyarakat untuk berjaga -
melakukan ekspor.
jaga.
DPK
dipicu
oleh
melambatnya
Grafik 3. 3 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR)
Grafik 3. 5 Pertumbuhan DPK Menurut Kelompok Bank
Grafik 3. 4 Perkembangan LDR menurut Kelompok Bank
Grafik 3. 6 Pertumbuhan DPK
Berdasarkan kelompok bank, LDR terbesar terdapat
Pertumbuhan deposito pada triwulan IV 2015 tercatat
pada kelompok bank pemerintah yaitu sebesar
sebesar Rp 26,5 triliun atau sebesar 7,36% (yoy),
89,82%. Sedangkan LDR kelompok bank umum
jauh lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya
swasta nasional dan bank asing campuran masing-
yang sebesar 16,63% (yoy). Sementara tabungan
masing
dan giro masing-masing tumbuh sebesar 6,14%
tercatat
sebesar
75,53%
(sebelumnya
83,24%) dan 42,22% (sebelumnya 38,75%).
(yoy) dan 9,19% (yoy), lebih tinggi
dibanding
triwulan sebelumnya yang sebesar 3,66% (yoy) dan 6,32%(yoy).
60
Perbankan dan Sistem Pembayaran
3.1.1.2. Penyaluran Kredit
Pertumbuhan ini lebih rendah dibanding triwulan
Penyaluran kredit bank umum pada triwulan IV
III 2015 yang tumbuh sebesar 12,66% (yoy) seiring
2015 melambat seiring dengan semakin selektifnya
dengan perlambatan pertumbuhan kinerja investasi
perbankan dalam penyaluran kredit akibat masih
swasta yang masih tumbuh terbatas di Provinsi Bali.
belum membaiknya permintaan global dan dunia usaha yang masih menghadapi ketidakpastian.
Di sisi lain, pertumbuhan kredit konsumsi dengan share
Grafik 3. 7 Pertumbuhan Kredit Perbankan
Grafik 3. 9 Perkembangan Suku Bunga
Berdasarkan jenis penggunaan, share kredit modal
37,81% sedikit meningkat dari 12,53% (yoy) pada
kerja masih yang terbesar mencapai 38,98% dari
triwulan III 2015 menjadi 12,86% (yoy) pada triwulan
total kredit. Pada triwulan IV 2015, kredit modal
IV 2015 dengan nominal sebesar Rp. 23,76 triliun.
kerja tercatat sebesar Rp24,5 triliun atau tumbuh
Peningkatan pertumbuhan kredit konsumsi didorong
sebesar 7,72% (yoy) sedikit lebih rendah dibanding
oleh mulai pulihnya daya beli masyarakat di Provinsi
triwulan sebelumnya yang mencapai 7,89% (yoy).
Bali. Berdasarkan kategori ekonomi, dalam beberapa
Sementara itu, share kredit investasi pada triwulan IV
tahun terakhir kredit yang disalurkan terkonsentrasi
2015 mencapai 23,21% dari total kredit yaitu sebesar
pada pelaku usaha kategori perdagangan besar dan
Rp14,5 triliun atau tumbuh sebesar 8,83%(yoy).
eceran, serta penyediaan akomodasi dan makan minum. Share kredit kategori perdagangan besar dan eceran mencapai 31,46%. Sedangkan share kredit kategori penyediaan akomodasi dan makan minum tercatat sebesar 10,27%.
Grafik 3. 8 Komposisi Kredit
Perbankan dan Sistem Pembayaran
61
Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Menurut Kategori
Perdagangan Besar dan Eceran Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Real Estate, Usaha Persewaan, Jasa Perusahaan Industri Pengolahan Perantara Keuangan Jasa Kemasyarakatan Konstruksi Pertanian Lainnya
14,736 5,614 1,689 1,619 2,227 1,330 1,825 948 20,342
15,865 5,825 1,616 1,669 2,130 1,475 2,090 1,011 21,145
16,574 5,969 1,678 1,886 2,140 1,692 2,206 1,075 21,868
17,460 6,252 1,779 1,935 2,185 1,452 2,230 1,146 22,768
(dalam miliar Rp)
17,966 6,515 1,775 1,838 2,168 1,310 2,167 1,219 23,008
18,747 6,439 1,789 1,813 2,262 1,345 2,282 1,286 23,813
19,008 6,295 1,851 1,807 2,367 1,310 2,333 1,346 24,655
19,776 6,455 1,771 1,914 2,321 1,344 2,120 1,388 25,767
3.1.2. Non Performing Loan (NPL)
3.2.
PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN
Rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan
RAKYAT (BPR)
Provinsi Bali masih terjaga di bawah 5%. NPL pada
Sejalan dengan perkembangan bank umum, kinerja
triwulan IV 2015 tercatat sebesar 2,06%, sedikit
BPR pada triwulan IV 2015 masih terjaga. Asset BPR
meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang
pada triwulan IV 2015 tumbuh 12,33%(yoy), lebih
sebesar 1,89%.
rendah dibanding triwulan III 2015 yang sebesar 20,82% (yoy). Perlambatan tersebut sejalan dengan
NPL Total Kredit
NPL Kredit Modal Kerja
NPL Kredit Investasi
NPL Kredit Konsumsi
perlambatan pertumbuhan penyaluran kredit. Di sisi lain, NPL BPR mengalami perbaikan dari 3,03% pada
6.00
triwulan sebelumnya menjadi sebesar 2,69% pada
5.00
triwulan IV 2015. Kondisi tersebut didukung oleh
4.00
masih terjaganya fungsi intermediasi BPR dengan LDR
3.00
sebesar 76,33% sedikit menurun dibanding triwulan
2.00
sebelumnya yang sebesar 80,54%.
1.00 0.00
I
II
III
IV
I
2014
II
III 2015
Grafik 3. 10 Perkembangan NPL Kredit
IV
Dari sisi pertumbuhan, penyaluran kredit BPR pada triwulan IV 2015 mengalami sedikit perlambatan dari 16,81%(yoy) pada triwulan III 2015 menjadi 16,28%(yoy) dengan nominal Rp8,2 triliun. Secara klasifikasi jenis penggunaan, kredit yang disalurkan oleh BPR didominasi oleh kredit produktif yaitu kredit modal kerja dengan porsi sebesar 51% dan kredit investasi sebesar 13% dari total kredit, sedangkan kredit konsumsi mencapai 36%. Di sisi lain, penghimpunan dana masyarakat oleh BPR pada triwulan IV 2015 tercatat sebesar Rp 7 triliun atau tumbuh sebesar 18,66% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 17,76% (yoy). Peningkatan pertumbuhan DPK didorong oleh
Grafik 3. 11 NPL Berdasarkan Kelompok Bank
62
Perbankan dan Sistem Pembayaran
peningkatan pertumbuhan deposito yang mencapai
Tabel 3.3 Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Bali
(dalam miliar Rp)
33,92% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan
kontraksi -7,64% (yoy) pada triwulan sebelumnya
sebelumnya yang sebesar 32,11% (yoy). Di sisi lain,
seiring dengan peningkatan konsumsi masyarakat di
pertumbuhan tabungan mengalami perlambatan
akhir tahun.
pada triwulan IV 2015 sebesar -8,35% (yoy), dari
3.3.
PERKEMBANGAN PERBANKAN
KABUPATEN/KOTA Secara spasial, perkembangan industri perbankan dan kondisi financial inclusion di Provinsi Bali masih belum merata dan terkonsentrasi di Bali Selatan. Hal ini tidak terlepas dari masih terjadinya disparitas ekonomi antar Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Demikian juga dengan sebaran ketersediaan layanan perbankan di Provinsi Bali yang masih didominasi oleh Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Kondisi ini Grafik 3. 12 Pertumbuhan Asset, Kredit dan DPK
terlihat dari jumlah kantor bank di Kota Denpasar yang mencapai 297 kantor dibanding Kabupaten Bangli yang hanya 27 kantor bank. Sementara ketersediaan layanan ATM di Kota Denpasar mencapai 1.293 dibanding Kabupaten Bangli yang hanya 28 ATM. Kondisi tersebut merupakan kondisi umum ketika
bank follows the trade di mana pusat perkembangan perekonomian Provinsi Bali terkonsentrasi di Bali Selatan.
Grafik 3. 13 Loan to Deposit Ratio (LDR)
Perbankan dan Sistem Pembayaran
63
KOTA DENPASAR KAB. KARANGASEM KAB. BANGLI KAB. KLUNGKUNG KAB. GIANYAR KAB. BADUNG KAB. TABANAN KAB. JEMBRANA KAB. BULELENG
0.17 0.16 0.27 0.35 0.19 0.18 0.00
0.20
KOTA DENPASAR KAB. KARANGASEM KAB. BANGLI KAB. KLUNGKUNG KAB. GIANYAR KAB. BADUNG KAB. TABANAN KAB. JEMBRANA KAB. BULELENG
0.46
0.60
0.30
0.40
0.60
0.80
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan Grafik 3. 14 Jumlah Kantor Bank per 1.000 Penduduk Dewasa
1293 72 28 40 270 1018 117 58 140 0
500
1000
1500
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan Grafik 3. 17 Penyebaran ATM di Provinsi Bali
Badung dan Denpasar masih menjadi Kabupaten/ KOTA DENPASAR KAB. KARANGASEM KAB. BANGLI KAB. KLUNGKUNG KAB. GIANYAR KAB. BADUNG KAB. TABANAN KAB. JEMBRANA KAB. BULELENG
297
50 27 36
38 0
Kota yang mendominasi penyaluran kredit maupun penghimpunan DPK.
132
Tabel 3.4 Perkembangan Rekening DPK dan Kredit per Kabupaten di Bali Desember 2015
267
103 84 100
200
300
400
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan Grafik 3. 15 Penyebaran Kantor Bank di Provinsi Bali
2.01
KOTA DENPASAR 0.24
KAB. KARANGASEM
0.17
KAB. BANGLI
0.30
KAB. KLUNGKUNG
0.72
KAB. GIANYAR
2.28
KAB. BADUNG KAB. TABANAN
0.34
KAB. JEMBRANA
0.29
KAB. BULELENG
0.30 0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan Grafik 3. 16 Jumlah ATM per 1.000 Penduduk Dewasa
3.4.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
3.4.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai 3.4.1.1. Perkembangan Aliran Masuk (Inflow)
dan Keluar (Outflow) serta Kegiatan
Kondisi serupa juga terlihat dari penghimpunan
Penukaran
DPK dan penyaluran kredit per Kabupaten/Kota
Sejalan dengan perkembangan perekonomian, aliran
di Provinsi Bali. Pada Desember 2015, Kabupaten
uang kartal pada triwulan IV 2015 menunjukkan
64
Perbankan dan Sistem Pembayaran
berlanjutnya tren net outflow yang mencerminkan
Tabel 3.5 Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali
Secara tahunan, terjadi peningkatan Inflow dan
outflow pada triwulan IV 2015. Inflow pada triwulan IV 2015 tercatat sebesar Rp 2.507 miliar, meningkat sebesar 4,81% jika dibandingkan dengan triwulan IV 2014 yang tercatat sebesar Rp 2.392 miliar. Sementara peningkatan outflow pada triwulan IV 2015 tercatat sebesar 10,69%, yaitu dari Rp 3.630 miliar di triwulan IV 2014 menjadi Rp 4.018 di triwulan IV 2015. Posisi aliran uang kartal pada triwulan laporan tercatat net
outflow sebesar Rp 1.512 miliar.
Grafik 3. 18 Perkembangan Uang Kartal di Bali
3.4.1.2. Penyediaan Uang Layak Edar Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali terus berkomitmen dalam meningkatkan kualitas uang layak edar di masyarakat (clean money policy), dengan menarik uang lusuh atau rusak dari aliran uang yang masuk (inflow). Penyediaan uang layak edar tersebut dilakukan melalui kegiatan penukaran uang dan kas keliling. Di Provinsi Bali, kegiatan kas keliling dilakukan hingga ke Nusa Penida (Kabupaten Klungkung) yang merupakan salah satu daerah terpencil. Frekuensi Grafik 3. 19 Perkembangan Kegiatan Kas Keliling
layanan kas keliling pada triwulan IV 2015 mencapai 25 kali.
terdapat
peningkatan
mendukung
aktivitas
kebutuhan transaksi
uang
untuk
perekonomian
Jumlah uang palsu yang teridentifikasi pada triwulan IV
2015
sebanyak
1.372
lembar,
mengalami
daerah. Kondisi net outflow tersebut juga didorong
penurunan dibandingkan periode yang sama tahun
oleh peningkatan realisasi fiskal pemerintah (APBD),
sebelumnya yang mencapai 1.591 lembar. Sosialisasi
khususnya pada periode triwulan IV 2015 yang
ciri-ciri keaslian uang Rupiah oleh Kantor Perwakilan
menunjukkan peningkatan belanja langsung.
Bank Indonesia Provinsi Bali terus dilakukan kepada
Perbankan dan Sistem Pembayaran
65
Tabel 3.6 Perkembangan Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong
masyarakat umum dan pelaku usaha di Bali untuk
sebesar 6,97% dibandingkan dengan periode yang
meminimalisir peredaran uang palsu. Di samping
sama tahun lalu.
itu, Bank Indonesia senantiasa mengintensifkan kerjasama dengan pihak kepolisian dalam menekan peredaran uang palsu.
Pada triwulan IV 2015, jumlah tolakan cek/bilyet giro kosong tercatat sebesar 7,6 ribu lembar. Jumlah lembar tolakan tersebut sama dengan triwulan IV
3.4.2. Perkembangan Transaksi Pembayaran
2014 yang juga tercatat sebanyak 7,6 ribu lembar.
Nontunai
Lembar tolakan tersebut mencapai 1,23% dari total
3.4.2.1. Perkembangan Kliring
lembar kliring yang ditransaksikan pada triwulan
Seiring dengan peningkatan aktivitas perekonomian,
IV 2015. Sedangkan secara nominal, tolakan cek/
aktivitas transaksi nontunai menunjukkan peningkatan
bilyet giro kosong pada triwulan IV 2015 mengalami
baik secara nominal maupun jumlah transaksi. Pada
penurunan 51,56% dibandingkan dengan triwulan
triwulan IV 2015 jumlah nominal perputaran kliring
IV 2014, yaitu dari Rp 640 miliar di triwulan IV 2014
mencapai Rp. 18 triliun, meningkat sebesar 25,86%
menjadi Rp 310 miliar di triwulan IV 2015. Nominal
jika dibandingkan dengan triwulan IV 2014. Sejalan
tolakan pada periode triwulan laporan mencapai
dengan hal tersebut, jumlah transaksi kliring pada
1,7% dari keseluruhan nominal transaksi kliring
triwulan IV 2015 juga menunjukkan peningkatan
triwulan IV 2015.
66
Perbankan dan Sistem Pembayaran
Grafik 3. 20 Perkembangan Kliring
Grafik 3. 21 Perkembangan Tolakan Cek/BG kosong
Perbankan dan Sistem Pembayaran
67
SERI KEBANKSENTRALAN
DENGAN CARD TO CASH DAN BOOK TO CASH “SEMUANYA JADI MUDAH”
I.
LATAR BELAKANG
Sebagaimana diamanatkan di dalam Undang-
Undang No. 23 Tahun 1999, tentang Bank Indonesia yang telah diubah beberapa kali, dan perubahan terakhir dengan Undang-Undang No. 6 Tahun 2009, bahwa salah satu tugas pokok Bank Indonesia adalah memperlancar sistem pembayaran (khususnya pembayaran tunai). Sementara itu di dalam UndangUndang No. 7 tahun 2011 tentang Mata Uang, memberikan mandat kepada Bank Indonesia sebagai satu-satunya
lembaga
yang
diberikan
otoritas
untuk melakukan pengeluaran, pengedaran, dan atau pencabutan dan penarikan Uang Rupiah. Pelaksanaan kewenangan pengedaran uang tersebut diimplementasikan dalam misi Bank Indonesia di bidang pengedaran uang rupiah yaitu memenuhi kebutuhan uang rupiah di masyarakat dalam jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi yang layak edar. Pencapaian misi tersebut dilakukan melalui tiga pilar pengelolaan uang rupiah, yakni ketersediaan uang rupiah yang berkualitas dan terpercaya, distribusi dan pengolahan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Bali (KPw BI Provinsi Bali) dalam memenuhi kebutuhan uang layak edar untuk masyarakat dan dalam rangka menjalankan kebijakan clean money policy telah melakukan upaya yaitu: layanan penarikan kepada perbankan, penerimaan setoran uang layak edar dan tidak layak edar, pengolahan uang, dan penukaran uang kepada masyarakat melalui kegiatan kas keliling di 9 (sembilan) Kabupaten dan Kota di Provinsi Bali. Selain itu, KPw BI Provinsi Bali bersama-sama dengan pihak perbankan melaksanakan kegiatan Kas Keliling bersama pada event-event tertentu. Namun demikian walaupun upaya yang telah dilakukan oleh KPw Provinsi Bali sebagaimana tersebut di atas, namun jumlah distribution point untuk pelayanan Uang Pecahan Kecil (UPK) dirasakan masih belum optimal.
Distribution point yang ada hanya
terbatas pada
Loket-Loket penukaran yang berada KPw BI Provinsi Bali dan Loket Mobil Kas keliling. Hal ini tercermin pada masih banyaknya masyarakat yang datang ke loket penukaran di KPw BI Provinsi Bali untuk melakukan penukaran.
uang yang aman dan optimal, serta layanan kas yang
prima.
dilakukan oleh KPw BI Provinsi Bali pada bulan Februari
tersebut
Untuk mewujudkan misi Bank Indonesia yang
diaplikasikan
melalui
tiga
pilar
maka diperlukan penguatan di berbagai bidang pengelolaan uang rupiah. Penguatan tersebut juga sebagai upaya dalam menghadapi tantangan yang kompleks dalam pengelolaan uang dan untuk lebih meningkatkan peran Kantor Perwakilan Dalam Negeri Bank Indonesia dalam hal
perluasan jangkauan
layanan kas Bank Indonesia dan perbankan.
68
Sementara itu, hasil survei singkat yang telah
2015 di loket penukaran, diketahui bahwa sebanyak 81% responden dari 391 orang penukar telah memiliki rekening (simpanan) di perbankan namun tetap melakukan penukaran UPK ke KPw BI Provinsi Bali. Hal ini mengindikasikan bahwa peran perbankan dalam pendistribusian UPK kepada masyarakat belum optimal. Padahal, perbankan memiliki produk-produk yang dapat dipergunakan sebagai underlying para nasabah penyimpan menukar UPK dari simpanan para nasabahnya. Di samping itu perbankan memiliki
jumlah jaringan kantor yang tersebar luas, sehingga
oleh perbankan kepada para nasabahnya dengan
dapat menjadi perpanjang tanganan Bank Indonesia
cara melakukan penarikan pada rekeningnya melalui
didalam mendistribusikan ULE termasuk UPK ke
kartu debit (Card to Cash) atau melalui pendebitan
seluruh masyarakat.
simpanan dengan menggunakan buku tabungan
Memperhatikan
potensi
perbankan
untuk
(Book to Cash).
dioptimalkan didalam pemenuhan uang layak edar
II.
ALTERNATIF DAN IMPLEMENTASI SOLUSI
khususnya UPK, maka perluasan coverage layanan
YANG DIPILIH
sangatlah diperlukan. Hal ini dilakukan untuk
2.1.
Tahapan pembentukan layanan Card to
menambah distribution point yang ada sehingga
Cash / Book to Cash
kebutuhan masyarakat terhadap UPK dapat terpenuhi dengan mudah, dan lebih mendekatkan kepada perbankan masing-masing.
Pada tahap awal proses implementasi layanan Card
to Cash dan Book to Cash, KPw BI Provinsi Bali telah melakukan beberapa rencana dan kegiatan, yaitu
Untuk mengejawantahkan peran perbankan sebagai
melakukan pertemuan dengan pihak perbankan yang
perpanjang tanganan Bank Indonesia di dalam
bertujuan untuk menyamakan persepsi, berdiskusi
distribusi uang khususnya UPK untuk ditukarkan
dan mengajak pihak perbankan ikut serta dan
kepada masyarakat, maka KPw BI Provinsi Bali telah
berperan aktif dalam layanan Card to Cash / Book to
meluncurkan layanan Card to Cash / Book to Cash,
Cash. Beberapa tahapan yang telah dilakukan adalah
yaitu layanan pemenuhan UPK yang diselenggarakan
sebagai berikut :
WAKTU
KEGIATAN
KETERANGAN Mandiri, BRI, BNI, BCA, dan BPD Bali
9 Maret 2015
Pertemuan dengan 5 Bank besar
12 Maret 2015
Penukaran / Kas Keliling Bersama
Di Lapangan Renon bersama perbankan (Mandiri, BRI, BNI, BCA, dan BPD Bali)
Sosialisasi Card to Cash / Book to Cash kepada Pimpinan Bank
Perbankan di wilayah KPw BI Prov. Bali
7 April 2015 22 Mei 2015 8 Juni 2015 25 Juni 2015 28 Juni 2015
Pertemuan Lanjutan calon bank pelaksana Card to Cash / Book to Cash Pembahasan SOP dan mekanisme Soft Launching Grand Launching
2 Juli 2015 – 30 Oktober 2015
Layanan Card to Cash Book to Cash
31 Oktober 2015
Evaluasi kegiatan
Layanan Card to Cash Book to 2 November 2015 Cash
13 bank 13 bank 13 bank Di Lapangan Renon, Denpasar pada saat kegiatan Car Free Day 13 bank (51 loket) 13 bank 13 bank (65 loket)
69
2.2. Manfaat
perbankan.
Manfaat yang dirasakan oleh KPw BI Provinsi
2.3.
Bali,
dengan
Dalam pelaksanaan kegiatan layanan Card to Cash /
diimplementasikannya penukaran UPK melalui media
Book to Cash diperlukan pedoman pelaksanaan yang
Card to Cash / Book to Cash adalah :
menjadi dasar bagi perbankan. Pedoman pelaksanaan
2.2.1. Bagi KPw BI Provinsi Bali :
ini dibuat bersama antara KPw Provinsi Bali dengan
a. Menambah coverage area layanan pemenuhan
pihak Perbankan. Beberapa hal yang telah diatur dan
Perbankan
dan
Masyarakat
Pedoman Pelaksanaan
uang layak edar khususnya UPK dan distribution
disepakati bersama adalah sebagai berikut :
point kepada masyarakat.
a. Mekanisme :
b. Lebih fokus pada kegiatan kas keliling di daerah
•
terpencil dan jauh dari akses perbankan.
Bank pelaksana menerima penarikan dari nasabah menggunakan kartu debit yang diterbitkan oleh
c. Mendukung program less cash society, dengan
masing-masing Bank melalui mesin pembayaran
mengedukasi masyarakat mulai menggunakan
elektronis. Apabila nasabah tidak memiliki kartu
kartu non tunai.
debit, maka penarikan dapat juga dilakukan
d. Mendukung program financial inclusion, dimana masyarakat akan lebih dekat dengan bank
melalui buku tabungan. •
dan diharapkan dapat membuka akses bagi masyarakat yang selama ini belum tersentuh oleh
Bank pelaksana tidak menarik biaya kepada nasabah.
•
perbankan.
Modal kerja yang digunakan Bank berasal dari Bank Indonesia dan/atau hasil dari Transaksi Uang
e. Terciptanya efisiensi SDM kasir KPw BI Provinsi
Kartal Antar Bank (TUKAB).
Bali yang selama ini dibutuhkan 2 (dua) s.d. 3
b. Waktu Layanan :
(tiga) orang yang melayani penukaran uang
•
Hari
: Selasa dan Kamis.
setiap harinya.
•
Pukul
: 09.00 s.d. 12.00 Wita
2.2.2. Bagi Perbankan :
c. Loket dan Plafond penarikan :
a. Menambah potensi nasabah baru (pembukaan
•
rekening);
Setiap Bank pelaksana membuka minimal 1 (satu) loket dengan batasan 100 (seratus) nomor
b. Memberikan layanan yang prima kepada nasabah c. Mengedukasi produk bank kepada nasabah
antrian. •
Masing-masing nasabah mendapatkan plafond
d. Mengurangi risiko selisih kas dan uang palsu
sebesar Rp4.400.000,- (empat juta empat ratus
karena tidak diperlukan penghitungan uang yang
rupiah) belum termasuk uang logam dengan
dibawa oleh nasabah (non tunai).
rincian sebagai berikut :
e. Transaksi lebih aman, nyaman, dan cepat.
»»
2.2.3. Bagi Masyarakat
(dua juta rupiah)
a. Mudah dalam memenuhi kebutuhan UPK,
»» »»
melayani card to cash / book to cash.
70
mendekatkan
masyarakat
kepada
Pecahan Rp10.000,- sebesar Rp1.000.000,(satu juta rupiah)
dikarenakan banyaknya counter bank yang b. Lebih
Pecahan Rp20.000,- sebesar Rp2.000.000,-
Pecahan Rp5.000,- sebesar Rp1.000.000,(satu juta rupiah)
»»
Pecahan Rp2.000,- sebesar Rp400.000,-
tanggal 17 April 2014 perihal Penyelenggaraan
(empat ratus ribu rupiah)
Bank Indonesia Sistem Informasi Layanan Kas.
d. Mekanisme Penarikan dari perbankan : •
Perbankan
melakukan
penarikan
• ke
Bank
terkait
Indonesia setiap hari Senin sebanyak 1 (satu) kali dalam seminggu untuk kebutuhan modal kerja pada hari Selasa dan Kamis. Perencanaan permintaan penarikan dilakukan H-1 ke Bank Indonesia. •
Penarikan ke Bank Indonesia hanya dilakukan apabila stok uang di perbankan adalah net short.
•
Mekanisme penarikan ke Bank Indonesia tetap mengacu kepada ketentuan Surat Edaran No. 13/9/DPU tanggal 5 April 2011 perihal Penyetoran dan Penarikan Uang Rupiah oleh Bank Umum di Bank Indonesia dan Surat Edaran No. 16/6/DPU
Bank pelaksana melaporkan ke Bank Indonesia layanan
pemenuhan
UPK
kepada
masyarakat setiap hari Jumat. 2.4.
Prosedur Layanan Card to Cash / Book to
Cash Pada prinsipnya, prosedur layanan Card to Cash /
Book to Cash menyerupai dengan prosedur layanan pada teller perbankan. Perbedaan yang mendasar adalah, nasabah tidak perlu membawa uang tunai untuk melakukan penukaran pada loket teller, namun didasarkan dari sarana yang digunakan oleh para nasabah (kartu debit atau buku tabungan). Berikut alur layanan Card to Cash dan Book to Cash:
Alur Card to Cash
Nasabah datang ke counter
Permintaan pecahan yang diinginkan
Menggesek kartu debitnya pada EDC
EDC mengeluarkan receipt
UPK diberikan kepada nasabah
Printout Buku Tabungan
UPK diberikan kepada nasabah
Pecahan Nominal Rp20.000 Rp10.000 Rp5.000 Rp2.000 Rp1.000
Alur Book to Cash Nasabah datang ke counter
Permintaan pecahan yang diinginkan
Menyerahkan buku tabungan
Pecahan Nominal Rp20.000 Rp10.000 Rp5.000 Rp2.000 Rp1.000
71
2.5.
Perbankan Yang Berpartisipasi
Terdapat 13 (tiga belas) bank yang telah berpartisipasi
Adapun jumlah counter menurut perbankan adalah sebagaimana tabel berikut ini :
dalam kegiatan ini. Pada awal launching (tanggal 28 Juni 2015) terdapat 51 counter bank yang melayani
Card to Cash / Book to Cash. Sampai dengan Oktober 2015 telah berkembang menjadi 64 counter
No.
Jumlah Counter
Nama Bank
yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Provinsi
1.
PT Bank Mandiri, Tbk.
12
Bali. Adapun jumlah counter yang melaksanakan
2.
PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk
13
layanan Card to Cash / Book to Cash yang tersebar di
3.
PT Bank Negara Indonesia, Tbk.
3
4.
PT Bank BPD Bali
13
5.
PT Bank Central Asia, Tbk,
9
6.
PT Bank Permata, Tbk
1
7.
CIMB Niaga
2
8.
PT Bank Syariah Mandiri, Tbk,
5
9.
PT Bank Syariah Muamalat, Tbk
1
10.
PT Bank OCBC NISP
1
11.
PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
1
12.
PT Bank Jabar Banten, Tbk dan
2
13.
PT Maybank Indonesia
1
kabupaten/kota di Provinsi Bali adalah sebagaimana tabel berikut :
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Nama Kota / Kabupaten Denpasar Badung Buleleng Gianyar Tabanan Klungkung Karangasem Bangli Jembrana Jumlah
Jumlah Counter 28 12 7 6 3 2 2 2 2 64
Jumlah
2.6. Sampai
64
Realisasi Pemenuhan UPK dengan
bulan
Desember
2015,
telah
didistribusikan UPK sebesar Rp125,4 Milyar melalui layanan Card to Cash maupun Book to Cash. Apabila dilihat dari jumlah nominal, sebanyak 67% didistribusikan kepada nasabah corporate dan 33% kepada nasabah umum. Apabila dilihat dari jumlah lembar/kepingnya, pecahan yang paling banyak diminati adalah pecahan Rp2.000,00 (31%) disusul pecahan Rp5.000,00 (24%), Rp10.000,00 (16%) dan Rp20.000,00 (7%) dan sisanya adalah uang logam Rp50,00 s.d. Rp1.000,00 (22%).
72
III. PENUTUP
Dengan demikian, semakin bertambahnya coverage
KPw BI Provinsi Bali melalui Perbankan di Provinsi
area layanan yang ada melalui optimalisasi peran
Bali telah mengimplementasikan layanan Card to
perbankan, maka pemenuhan kebutuhan uang
Cash maupun Book to Cash. Banyak manfaat yang
rupiah di masyarakat dalam jumlah nominal yang
diperoleh baik untuk Bank Indonesia, perbankan
cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan
dan utamanya untuk masyarakat. Dengan demikian
berkualitas di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Layanan Card to Cash dan Book to Cash dapat
Republik Indonesia dapat tercapai.
direkomendasikan
untuk
diimplementasikan
di
seluruh Kantor Perwakilan Bank Indonesia dalam Negeri. Bahkan sejak pertemuan evaluasi yang dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2015, Bank pelaksana sepakat untuk terus menambah jumlah
counter yang ada hingga menyebar lebih merata di seluruh Provinsi Bali.
73
Halaman ini sengaja dikosongkan
74
Keuangan Pemerintah
BAB IV
KEUANGAN PEMERINTAH Realisasi Pendapatan Pemerintah Provinsi Bali hingga triwulan IV 2015 tercatat mencapai Rp4,97 triliun atau sebesar 101,37% dari total pendapatan yang ditargetkan. Realisasi belanja pemerintah pada tahun 2015 mencapai Rp4,99 triliun atau lebih tinggi apabila dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebesar Rp4,5 triliun.
Keuangan Pemerintah
75
76
Keuangan Pemerintah
4.1
ANGGARAN PENDAPATAN PEMERINTAH
PROVINSI BALI
Realisasi Pendapatan Pemerintah Provinsi Bali hingga triwulan IV 2015 tercatat mencapai Rp4,97 triliun atau sebesar 101,37% dari total pendapatan yang ditargetkan. Persentase realisasi terhadap target pada tahun 2015 sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat mencapai 107,98%.
2014 menjadi 109,95% di tahun 2015. Dari sisi kemandirian fiskal, kemampuan Pemerintah Provinsi Bali dalam membiayai anggarannya masih cukup baik, sebagaimana tercermin pada rasio PAD terhadap total anggaran pada tahun 2015 yang sebesar 61,22% sedikit lebih rendah dibanding tahun 2014 yang sebesar 61,38%. 4.2
ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH
terbatasnya realisasi di pos Pendapatan Asli Daerah
PROVINSI BALI
(PAD) dan dana perimbangan. Sementara realisasi
Anggaran Belanja Pemerintah Provinsi Bali pada
komponen lainnya dalam anggaran pendapatan
tahun 2015 ditargetkan sebesar Rp5,56 triliun yang
Pemerintah Bali relatif stabil dibandingkan dengan
dialokasikan dalam dua bagian, yaitu belanja tidak
periode yang sama tahun sebelumnya.
langsung yang sifatnya rutin dengan porsi 69,41%
Penurunan
tersebut
terutama
disebabkan
oleh
Realisasi pos Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2015 tercatat sebesar 101,78%, mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebesar 112,1%. Berdasarkan komponen PAD, penurunan persentase realisasi terhadap target terjadi pada komponen Pendapatan Pajak Daerah, Hasil PMD dan
dan belanja langsung dengan porsi 30,59%. Alokasi belanja modal lebih besar dibandingkan dengan tahun 2014, tercermin dari rasio belanja modal terhadap total belanja yang sebesar 10,72% atau lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 9,73%.
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg dipisahkan,
Realisasi belanja Pemerintah Provinsi Bali pada tahun
serta Lain-lain PAD yang sah. Penurunan terbesar
2015 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2014,
terjadi pada komponen Pendapatan Pajak Daerah dari
baik secara nominal maupun prosentase. Realisasi
108,53% pada tahun 2014 menjadi 96,42% pada
belanja pemerintah pada tahun 2015 mencapai
tahun 2015. Sementara komponen Retribusi Daerah
Rp4,99 triliun atau lebih tinggi apabila dibandingkan
mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu
dengan tahun 2014 yang sebesar Rp4,5 triliun.
dari 121,90% pada tahun 2014 menjadi 131,29%
Prosentase belanja daerah Provinsi Bali terhadap
pada tahun 2015. Penurunan realisasi ini sejalan
pagunya di tahun 2015 tercatat sebesar 89,89% atau
dengan perlambatan kinerja perekonomian Bali
sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama
pada tahun 2015 yang terutama berdampak pada
tahun sebelumnya sebesar 88,75%.
penurunan pendapatan pajak daerah.
Berdasarkan klasifikasi belanja, realisasi belanja
Demikian pula realisasi Dana Perimbangan juga
tidak langsung pada tahun 2015 tercatat Rp3,48
mengalami penurunan dari 96,60% pada tahun 2014
triliun atau 91,07% terhadap pagu. Prosentase
menjadi 94,39%, terutama didorong oleh komponen
realisasi belanja tidak langsung terhadap pagu di
Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak yang hanya 62,07%
tahun 2015 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun
lebih rendah dibandingkan periode yang sama
lalu yang sebesar 90,3%. Berdasarkan komponen
tahun sebelumnya yang mencapai 80,15%. Lebih
pembentuknya, peningkatan prosentase realisasi
lanjut, pada pos lain-lain Pendapatan yang Sah juga
terhadap pagu terutama terjadi pada komponen
mengalami penurunan dari 110,14% pada tahun
Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kab/
Keuangan Pemerintah
77
Tabel 4.1 Rata-rata Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Periode 2012 – 2015
Sumber : Pemda Provinsi Bali
Kota/Desa yang tercatat sebesar 98,69% atau lebih
Di sisi lain, realisasi belanja pada tahun 2015
tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang
(89,89%) lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata
sebesar 94,67%.
5 tahun terakhir (87,30%). Berdasarkan komponen
Sementara itu realisasi belanja langsung pada tahun 2015 tercatat sebesar 87,30%, sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 85,28%. Berdasarkan komponen pembentuknya, kenaikan tingkat realisasi belanja langsung terutama didorong oleh peningkatan
pembentuknya, realisasi belanja tidak langsung dan belanja modal tahun 2015 tercatat berada jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata 5 tahun terakhir. Hal ini seiring dengan program peningkatan pembangunan infrastruktur yang diharapkan dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi daerah.
realisasi belanja modal yang tercatat sebesar 88,42%,
4.3
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama
KABUPATEN/KOTA DI BALI
tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 86,46%.
Secara spasial, Anggaran Pendapatan dan Belanja
Perbandingan antar tahun menunjukkan bahwa realisasi pendapatan tahun 2015 (101,37%), berada di bawah rata-ratanya selama 5 tahun terakhir (107,32%). Hal ini dikarenakan penetapan target anggaran yang terlalu tinggi, yaitu sebesar 15,8% di
tengah
perlambatan
kinerja
perekonomian
Provinsi Bali. Dengan demikian, realisasi komponen Pendapatan Asli Daerah tahun 2015 yang berada di bawah rata-ratanya selama 5 tahun terakhir perlu
Daerah (APBD) tertinggi masih dimiliki oleh Kabupaten Badung yang merupakan Kabupaten dengan skala ekonomi terbesar di Provinsi Bali. Pada tahun 2015 Pagu Pendapatan Kabupaten Badung tercatat sebesar Rp3,6 triliun dan Pagu Belanja tercatat sebesar Rp4,05 triliun. Di sisi lain, Kabupaten Bangli tercatat memiliki APBD terendah, dengan Pagu Pendapatan tercatat sebesar Rp826 miliar dan Pagu Belanja tercatat sebesar Rp930 miliar.
mendapat perhatian pemerintah dalam penentuan
Dari sisi kemampuan daerah dalam membiayai
target anggaran pendapatan serta menggali potensi
belanjanya,
sumber pendapatan lainnya untuk mempertahankan
kemandirian fiskal tertinggi dibandingkan dengan
kemandirian fiskal di kemudian hari.
78
Keuangan Pemerintah
Kabupaten
Badung
juga
memiliki
Sumber : Direktorat Jendral Perbendaharaan Grafik 4. 1 Rasio PAD Terhadap Total Pendapatan di Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Bali (%)
Sumber : Direktorat Jendral Perbendaharaan Grafik 4. 3 Pagu BelanjaAPBD diSeluruh Kab/Kota di Prov. Bali
Kabupaten/Kota lainnya di Bali. Hal ini sebagaimana
meningkat dari Rp766 miliar menjadi Rp836 miliar
tercermin dari rasio Pendapatan Asli Daerah (PAD)
atau meningkat 9,19% (yoy).
terhadap Total Pendapatan yang cukup tinggi, yakni sebesar 85,73%. Sementara itu, Kabupaten/Kota lainnya memiliki rasio kemandirian fiskal dibawah 50%, dan masih tergantung pada Dana Perimbangan dalam membiayai belanjanya. Kabupaten Bangli tercatat memiliki rasio kemandirian fiskal terendah, yakni sebesar 8,77%.
Sementara itu peningkatan pagu belanja tertinggi terjadi di Kabupaten Klungkung yakni dari Rp710 miliar menjadi Rp1,016 triliun atau meningkat sebesar 43,22% (yoy). Peningkatan pagu belanja terendah terjadi di Kabupaten Jembrana (9,62% yoy), meningkat Rp798 miliar menjadi Rp875 miliar.Sampai dengan triwulan IV 2015 seluruh Kabupaten/Kota
Pagu anggaran seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi
di Bali telah merealisasikan anggarannya, dengan
Bali pada tahun 2015 mengalami peningkatan, baik
rata-rata tingkat realisasi pendapatan 104,39% dan
dari sisi pendapatan maupun belanja. Peningkatan
rata-rata tingkat realisasi belanja sebesar 94,22%.
pagu pendapatan terbesar terjadi di Kabupaten
Pemerintah Kabupaten Tabanan tercatat memiliki
Klungkung, dari Rp667 miliar menjadi Rp838 miliar
realisasi pendapatan dan belanja tertinggi, yakni
atau meningkat sebesar 31,67% (yoy). Sedangkan
masing-masing sebesar 112,68% dan 106,73%.
peningkatan terendah terjadi di Kabupaten Jembrana,
Sumber : Direktorat Jendral Perbendaharaan Grafik 4. 2 Pagu Pendapatan APBD diSeluruh Kab/Kota di Prov. Bali
Sumber : Direktorat Jendral Perbendaharaan Grafik 4. 4 Realisasi Pendapatan APBD di Seluruh Kab/Kota di Prov. Bali
Keuangan Pemerintah
79
komponen Konsumsi Pemerintah dalam PDRB ADHB Bali pada tahun 2015 tercatat sebesar 19,62%, sedikit meningkat dibandingkan tahun 2014 yang sebesar 19,42%.
Demikian juga kontribusi Belanja Modal
terhadap komponen Investasi dalam PDRB ADHB Bali pada tahun 2015 sangat kecil, hanya sebesar 1,02% atau sedikit meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 0,76%. Sumber : Direktorat Jendral Perbendaharaan Grafik 4.5 Realisasi Belanja APBD Di Seluruh Kab/Kota di Prov. Bali
4.4
PERANAN KEUANGAN DAERAH
TERHADAP PEREKONOMIAN BALI
Peranan APBD Provinsi Bali terhadap perekonomian Bali cukup terbatas, baik dari sisi konsumsi maupun investasi. Kontribusi Belanja Tidak Langsung terhadap
80
Keuangan Pemerintah
Sebagai stimulus dalam perekonomian, belanja fiskal pemerintah diharapkan tidak hanya disalurkan dalam bentuk belanja rutin, namun juga diarahkan pada pembangunan dan perbaikan infrastruktur yang mendukung pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali. Hal ini dapat diwujudkan melalui ekspansi alokasi belanja modal yang mendorong pembangunan ekonomi Provinsi Bali dalam jangka panjang.
Tabel 4.2 APBD Provinsi Bali
(dalam jutaan Rupiah)
Sumber : Pemerintah Provinsi Bali & Website DJPK
Keuangan Pemerintah
81
Halaman ini sengaja dikosongkan
82
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
BAB V
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Tingkat penyerapan tenaga kerja di Bali cukup baik, sebagaimana tercermin dari angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Bali yang tercatat sebesar 1,99% pada Agustus 2015. Angka tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan angka TPT Nasional yang tercatat sebesar 6,18% pada periode yang sama.
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
83
84
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
5.1
KONDISI KETENAGAKERJAAN DI BALI
Namun demikian, penurunan kinerja perekonomian
Pasokan tenaga kerja Provinsi Bali mengalami
memberi pengaruh pada tingkat pengangguran di
peningkatan, tercermin dari jumlah penduduk usia
Bali pada Agustus 2015 yang mengalami sedikit
kerja Bali pada Agustus 2015 yang mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan periode yang
peningkatan dibandingkan Agustus 2014. Pada
sama tahun sebelumnya. Kondisi ini terlihat dari
Agustus 2015 jumlah penduduk usia kerja Bali
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Agustus 2015
tercatat sebesar 3,14 juta orang, atau meningkat
yang tercatat sebesar 1,99%, lebih tinggi dari TPT
1,57% dibandingkan dengan Agustus 2014 yang
Agustus 2014 yang sebesar 1,90%. Meski demikian,
berjumlah 3,09 juta orang. Peningkatan jumlah
TPT Bali masih jauh lebih rendah dari TPT Nasional
penduduk usia produktif tersebut dapat menjadi
yang tercatat sebesar 6,18% pada periode yang
indikasi peningkatan potensi tenaga kerja di Bali.
sama.
Seiring dengan peningkatan usia kerja, jumlah tenaga
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengalami
kerja pada Agustus 2015 tercatat meningkat jika
peningkatan. TPAK, yang mencerminkan besarnya
dibandingkan dengan Agustus 2014. Jumlah tenaga
persentase penduduk usia kerja yang aktif secara
kerja pada Agustus 2015 tercatat sebesar 2,37 juta
ekonomi, mengalami peningkatan dibandingkan
orang atau meningkat 2,39% dibandingkan dengan
tahun lalu. TPAK pada Agustus 2015 tercatat sebesar
Agustus 2014. Peningkatan jumlah angkatan kerja
75,51%, lebih tinggi jika dibandingkan dengan
disebabkan terserapnya penduduk usia produktif
Agustus 2014 yang tercatat sebesar 74,91%.
dalam kelompok angkatan kerja. Hal ini tercermin
Ditengah perlambatan ekonomi, peningkatan TPAK
dari penurunan jumlah penduduk usia produktif
tersebut mengindikasikan optimisme pelaku usaha
yang masuk dalam kelompok bukan angkatan
yang cukup baik akan kinerja perekonomian di masa
kerja. Pada Agustus 2015, jumlah penduduk bekerja
mendatang. TPAK Bali tersebut juga jauh lebih tinggi
juga mengalami peningkatan sebesar 2,30% jika
dari TPAK nasional yang pada Agustus 2015 tercatat
dibandingkan dengan Agustus 2014.
sebesar 65,76%.
Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama (Ribu Orang)
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
85
1.99
1.9 1.37
Grafik 5.1. Perkembangan Tingkat Pengangguran di Provinsi Bali
Seiring
dengan
perbaikan
optimisme
kondisi
perekonomian ke depan, kondisi ketenagakerjaan diperkirakan akan mengalami perbaikan. Hal ini terkonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha KPwBI Provinsi Bali triwulan IV 2015 yang menunjukkan
adanya
optimisme
penambahan
tenaga kerja oleh dunia usaha pada triwulan yang akan datang, terutama pada sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan, Perdagangan Hotel dan Restauran, Industri Pengolahan, serta Pengangkutan dan Komunikasi. Optimisme terkait kondisi ketenagakerjaan ditunjukkan juga oleh hasil Survei Konsumen di Provinsi Bali triwulan IV2015. Berdasarkan hasil SK, terlihat bahwa tingkat keyakinan konsumen akan Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yang akan datang cenderung optimis,
Grafik 5.2. Perkiraan Penambahan Tenaga Kerja (Hasil SKDU)
yaitu sebesar 103,5 (indeks diatas 100 menunjukkan optimisme konsumen). Struktur lapangan pekerjaan secara umum tidak mengalami perubahan. Sektor perdagangan masih menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Provinsi Bali. Pada Agustus 2015, lapangan usaha perdagangan masih menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Bali, yaitu sebesar 768 ribu orang, atau 33,04% dari total penduduk yang bekerja di Bali. Lapangan usaha pertanian kemudian menempati posisi kedua dengan 520 ribu orang bekerja pada lapangan usaha ini, atau sebesar 22,40% dari total penduduk yang bekerja di Bali. Sementara lapangan usaha jasa kemasyarakatan menempati posisi ketiga dengan menyerap 368 ribu orang atau 15,85% penduduk yang bekerja di Bali.
Tabel 5.2. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (orang)
86
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Tabel 5.3. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan (Orang)
Jenis pekerjaan yang dominan pada Agustus 2015
lebih tinggi jika dibandingkan dengan Agustus 2014
adalah kelompok orang yang bekerja pada kegiatan
yang tercatat sebanyak 1,76 juta orang atau 77,41%
informal. Penduduk yang bekerja pada kegiatan
dari total penduduk yang bekerja. Pada periode
formal tercatat sebanyak 1,09 juta orang atau sebesar
yang sama, jumlah pekerja berwaktu tidak penuh
47,2% dari total penduduk yang bekerja, sedangkan
mengalami penurunan, dari 513 ribu orang pada
orang yang bekerja pada kegiatan informal tercatat
Agustus 2014 menjadi 479 ribu orang pada Agustus
sebanyak 1,23 juta orang atau mencapai 52,80%
2015.
pada periode yang sama. Kondisi ini relatif sama dengan kondisi pada Agustus 2014. Hal ini berarti bahwa sebagian besar penduduk Bali yang bekerja masih tergantung pada kegiatan informal.
Kualitas
pendidikan
penduduk
yang
bekerja
mengalami sedikit perbaikan. Kondisi ini tercermin dari meningkatnya penduduk yang bekerja tingkat SMA/SMK
keatas.
Namun
demikian,
dari
sisi
Penyerapan tenaga kerja di Bali masih didominasi
penyerapan tenaga, sebagian besar masih didominasi
oleh penduduk yang tergolong pekerja penuh waktu
oleh penduduk yang berpendidikan rendah (SD ke
(full time worker), yaitu penduduk yang bekerja pada
bawah), dengan porsi sekitar 40% dari keseluruhan
kelompok 35 jam ke atas per minggu. Jumlah pekerja
jumlah penduduk yang bekerja. Sementara pekerja
penuh waktu di Bali pada Agustus 2015 tercatat
berpendidikan tinggi mencakup 14,08%, dan sisanya
sebanyak 1,84 juta orang atau sebesar 79,39% dari
merupakan pekerja berpendidikan menengah yang
total penduduk yang bekerja di Bali. Jumlah tersebut
memilliki porsi sebesar 45,92%.
Tabel 5.4. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja (Orang)
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
87
Tabel 5.5. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan (Orang)
5.2 NILAI TUKAR PETANI Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan IV 2015 mengalami
peningkatan
dibandingkan
dengan
triwulan III 2015. Peningkatan NTP mengindikasikan meningkatnya
kesejahteraan
petani
dengan
meningkatnya daya beli petani di pedesaan. Tingkat inflasi yang cukup terjaga hingga triwulan IV 2015 merupakan salah satu faktor yang turut menjaga daya beli masyarakat termasuk rumah tangga petani. Apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, peningkatan NTP terjadi pada subsektor tanaman pangan,
Holtikultura,
dan
perkebunan
rakyat.
Peningkatan NTP terbesar terjadi pada subsektor tanaman pangan, yaitu sebesar 2,11% (qtq) pada triwulan IV 2015, atau naik dari 98,40 di triwulan III 2015 menjadi 100,48 di triwulan IV 2015. Selanjutnya,
NTP
subsektor
perkebunan
rakyat
meningkat sebesar 1,74% (qtq), yaitu dari 98,91 di triwulan III 2015 menjadi 100,63 di triwulan IV 2015. Sementara peningkatan paling rendah terjadi pada NTP subsektor holtikultura, yang pada triwulan IV 2015 meningkat sebesar 1,19% dibandingkan triwulan III 2015. Peningkatan NTP pada ketiga subsektor ini terjadi karena laju kenaikan Indeks Yang Dibayar Petani (IB) lebih tinggi dibandingkan dengan Indeks Yang Diterima Petani (IT). Di sisi lain, NTP subsektor peternakan dan subsektor perikanan tercatat mengalami penurunan masing masing sebesar 1,39% dan 2,98% pada triwulan IV 2015 dibandingkan triwulan III 2015.
88
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Grafik 5.3. NTP Bali dan Komponen Penyusunnya
5.3 TINGKAT KEMISKINAN Angka kemiskinan di Provinsi Bali pada September 2015 mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Tingkat kemiskinan Bali per September 2015 tercatat sebanyak 218,79 ribu jiwa atau 5,25% dari jumlah penduduk Bali. Angka ini meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang tercatat sebesar 4,76% dari jumlah penduduk. Peningkatan jumlah penduduk miskin tersebut didorong oleh peningkatan jumlah penduduk miskin yang berada di pedesaan dan perkotaan. Jumlah penduduk miskin di desa meningkat dari 86,76 ribu jiwa pada September 2014 menjadi 102,99 ribu jiwa pada September 2015. Sementara jumlah penduduk miskin di kota meningkat dari 109,2 ribu jiwa pada September 2014 menjadi 115,9 ribu jiwa pada September 2015.
Meskipun mengalami sedikit peningkatan, namun
Pembangunan manusia di Provinsi Bali masih berada
angka kemiskinan di Bali tersebut jauh di bawah
dalam kondisi yang baik dan mengalami peningkatan.
angka kemiskinan nasional yang tercatat sebesar
Kondisi tersebut tercermin dari Indeks Pembangunan
11,13% pada September 2015.
Manusia (IPM) Provinsi Bali yang secara historis selalu 0.45 0.4 0.35 0.3 0.25 0.2
2008
2009
2010 Nasional
Grafik 5.4. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Bali
Dari
sisi
pemerataan
pendapatan,
2011
2012
2013
2014
2015
Bali
Grafik 5.5 Perkembangan Gini Ratio di Provinsi Bali
disparitas
lebih tinggi dibandingkan dengan IPM nasional. Data
pendapatan di Provinsi Bali mengalami perbaikan
terakhir menyebutkan IPM Provinsi Bali di tahun 2015
yang tercermin dari penurunan Gini Ratio pada
sebesar 72,48, meningkat dibanding IPM Bali tahun
tahun 2015. Gini Ratio Bali pada tahun 2015 tercatat
2014 yang tercatat sebesar 72,09 dan IPM nasional
sebesar 0,38, jauh lebih rendah jika dibandingkan
tahun 2015 yang sebesar 68,90. IPM Bali juga tercatat
dengan Gini Ratio tahun 2015 yang sebesar 0,42 dan
sebagai IPM tertinggi ke 5 di Indonesia.
nasional sebesar 0,41.
85 80 78.39 72.48 (5) 75 70 65 60 55 50 45 40
NASIONAL, 68.90
[1]DKI [2]DIY [3]Kaltim [4]Kepri [5]Bali [6]Riau [7]Sulut [8]Banten [9]Sumbar [10]Sumut [11]Aceh [12]Jabar [13]Jateng [14]Kaltara [15]Sulsel [16]Babel [17]Jambi [18]Jatim [19]Sultra [20]Bengkulu [21]Kalteng [22]Kalsel [23]Sumsel [24]Maluku [25]Sulteng [26]Lampung [27]Malut [28]Gorontalo [29]Kalbar [30]NTB [31]NTT [32]Sulbar [33]Pabar [34]Papua
56.75
Grafik 5.6. Perbandingan IPM Provinsi Bali Dengan Daerah Lain
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
89
BOKS C
I.
ASURANSI PERTANIAN MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN PROVINSI BALI
Kondisi Ketahanan Pangan Provinsi Bali
bencana alam, serangan hama, wabah penyakit/
Sebagai provinsi yang perekonomiannya didominasi
hewan menular , dampak perubahan iklim. Selain itu
oleh perkembangan industri pariwisata, Provinsi
terkait dengan hal tersebut terdapat juga landasan
Bali memiliki tantangan tersendiri dalam menjaga
hukum UU No. 41/2009, UU No.19/2013, Permentan
kesinambungan perekonomiannya. Dengan jumlah
No. 40/2015 tentang Asuransi Pertanian.
penduduk sebesar 4,15 juta serta kunjungan wisman sebesar ± 10 juta/tahun, diiringi dengan tingginya tingkat alih fungsi lahan pertanian di Provinsi Bali yang mencapai 350 Ha/tahun membawa implikasi akan kecukupan ketersediaan pangan di Provinsi Bali. Adapun berikut detail permasalahan pencapaian ketahanan pangan Provinsi Bali : 1. Ketergantungan Provinsi Bali terhadap daerah lain dalam pemenuhan kebutuhan
Asuransi
pertanian
merupakan
skema
asuransi
dengan premi total sebesar Rp 180 ribu dan disubsidi oleh Pemerintah sebesar 80% sehingga petani cukup membayar sebesar Rp 36 ribu. Dimana jika terjadi gagal panen berat atau fuso, kekeringan dan terkena banjir, maka petani akan mendapatkan asuransi sebesar Rp6 juta/hektare. Adapun asuransi pertanian yang kemudian disebut
2. Alih fungsi lahan sawah 5 th terakhir (2009 s/d 2013), rata-rata 350 Ha/tahun = 0,41 %.
dengan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) telah diimplementasikan di Provinsi Bali sejak Oktober
3. Keterbatasan air irigasi. Tabel Realisasi Asuransi Usaha Tani Padi tahun 2015
4. Resiko gagal panen sebagai dampak alam maupun gangguan hama 5. Penurunan minat tenaga kerja di sektor pertanian 6. Berkurangnya minat petani untuk menanam padi
NO
KAB/KOTA
REALISASI SASARAN (HA) (HA) (%)
1
Buleleng
2,000
127.94
6.4
2
Jembrana
1,000
1,982.71
198.3
3
Tabanan
2,800
2993.54
106.9
4
Badung
1,300
187.35
14.4
5
Denpasar
200
279
139.5
Pemerintah Provinsi Bali telah menerapkan Undang-
6
Gianyar
Undang no. 19 tahun 2013 tentang Perlindungan
7
dan Pemberdayaan Petani, khususnya Pasal 37 dan 39 yang menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah
seiring dengan keuntungan yang lebih tinggi jika pemanfaatan untuk komoditas lainnya. II.
Implementasi Asuransi Pertanian di
Provinsi Bali
Dalam
upaya
mendukung
ketahanan
pangan,
berkewajiban melindungi usaha tani dan memfasilitasi dengan Asuransi Pertanian, yang melindungi dari
90
2,000
0.0
Bangli
200
0.0
8
Klungkung
500
9
Karangasem Jumlah
Sumber : Jasindo
516
1,000 11,000
103.2 0.0
6,086.54
55.3
2015 untuk masa tanam Oktober 2015 – Maret 2016
Provinsi Bali telah berkomitmen untuk program
dengan pilot project di Kabupaten Badung dan saat
pengembangan sebagai berikut :
ini telah diupayakan untuk dapat diimplementasikan
a. Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani
di seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Adapun dalam implementasinya, asuransi pertanian masih mendapat kendala rendahnya minat petani untuk bergabung dalam asuransi pertanian tersebut dikarenakan sebagai berikut : 1. Alokasi waktu untuk usaha tani terbatas. Sebagian besar petani di Badung memiliki mata pencaharian lain di sektor sekunder maupun tersier.
(jitut) b. mobilisasi alat pengolahan tanah (traktor) c. Optimasi Lahan (OPLA) d. Gerakan
Penerapan
Pengelolaan
Tanaman
Terpadu (GP PTT) e. System Of Rice Intensification (SRI) f. Penyediaan benih dan pupuk (sesuai jumlah dan waktu kebutuhan) g. Subsidi pupuk organik.
2. Secara statistik, gagal panen di Badung selama 9 tahun terakhir hanya 0,22% dari luas tanam atau sekitar 39,4 ha/tahun. 3. Target asuransi adalah sebesar 1.300 Ha, tetapi yang tercapai hanya 187,35 Ha (14,4%), padahal premi yang dibayarkan sebesar Rp 36.000,00/ musim/Ha (20%) dan Rp 144.000,00 (80%) sisanya disubsidi oleh pemerintah. 4. Persyaratan klaim jika gagal panen/kerusakan >75% dianggap kurang menguntungkan petani. Selain itu, masih terdapat resiko dalam implementasi asuransi pertanian antara lain : 1. Adverse selection: petani berpikir secara rasional, dan melihat risiko gagal panen yang sangat kecil, sehingga menganggap asuransi pertanian tidak diperlukan. 2. Moral hazard: kemungkinan ada petani yang sengaja “gagal” dengan menanam tanaman yang tidak cocok/tidak sesuai musim untuk mendapatkan klaim. III.
Program Pemerintah Provinsi Bali dalam
Mendukung Ketahanan Pangan
Selain
asuransi
pencapaian
pertanian,
ketahanan
dalam
mendukung
pangan,
Pemerintah
91
Halaman ini sengaja dikosongkan
92
Prospek Perekonomian
BAB VI
PROSPEK PEREKONOMIAN Perekonomian Bali pada tahun 2016 akan dibuka dengan perkiraan meningkatnya pertumbuhan pada triwulan I 2016 yang diperkirakan akan berada pada rentang 5,95% - 6,35% (yoy), sehingga secara keseluruhan tahun 2016 perekonomian Bali akan tumbuh pada kisaran 6,09% - 6,49% (yoy). Berdasarkan hasil tracking sampai dengan triwulan IV 2015, inflasi Bali triwulan I 2016 diperkirakan akan berada dalam kisaran 3,59% - 3,99% (yoy), dan diharapkan dapat mendukung tercapainya target inflasi nasional yang sebesar 4±1% (yoy).
Prospek Perekonomian
93
94
Prospek Perekonomian
6.1.
MAKRO EKONOMI REGIONAL
Optimisme peningkatan pertumbuhan ekonomi pada
Seiring dinamika perkembangan ekonomi global dan
triwulan I 2016 tersebut didorong oleh perkiraan
nasional serta realisasi angka pertumbuhan ekonomi
peningkatan kinerja sebagian besar lapangan usaha.
triwulan IV 2015, perkiraan pertumbuhan ekonomi di
Dari sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan
triwulan I 2016 Provinsi Bali mengalami penyesuaian.
diperkirakan
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali triwulan I 2016
lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan
diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,95% - 6,35%
minum seiring dengan hari raya keagamaan terutama
(yoy) (Grafik 6.1), meningkat bila dibandingkan
perayaan imlek yang mendorong kunjungan wisman
triwulan IV 2015.
asal Tiongkok. Peningkatan lapangan usaha ini
bersumber
dari
perbaikan
kinerja
juga didorong oleh MICE pada triwulan ini, salah 34000
9 8
33000
5.95 - 6.35 7
32000
6 5.96
31000
4
30000 29000 28000 27000
5
PDRB
gPDRB (skala kanan)
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan : 2016Q1p Angka Proyeksi Bank Indonesia Grafik 6. 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali
kondisi tersebut, lapangan usaha pendukung industri pariwisata, salah satunya lapangan usaha perdagangan besar dan eceran diperkirakan turut mengalami
3
peningkatan yang juga didorong oleh peningkatan
2
konsumsi rumah tangga. Selain itu, optimisme
1 2014q1 2014q2 2014q3 2014q4 2015q1 2015q2 2015q3 2015q4 2016Q1p
satunya Bali Clean Energy Forum. Sejalan dengan
0
akan
peningkatan
kinerja
perekonomian
pada
triwulan I 2016 juga didukung oleh lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan seiring dengan masuknya musim panen raya pada Februari - Maret
Tabel 6. 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran
Sumber : BPS Provinsi Bali Ip2016, 2016p angka proyeksi Bank Indonesia
Prospek Perekonomian
95
Tabel 6. 2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan
Sumber : BPS Provinsi Bali Ip2016, 2016p angka proyeksi Bank Indonesia
dan masuknya musim penghujan. Namun demikian,
konsumsi pemerintah dan investasi yang masih rendah
masih terdapat resiko tertahannya pertumbuhan
di awal tahun sesuai dengan pola musimannya.
kinerja pertanian berkenaan dengan anomali cuaca karena adanya La Nina serta melambatnya kinerja industri pariwisata sebagai dampak berkembangnya
27.54
isu - isu keamanan.
22.41
11.28
triwulan I 2016 diperkirakan didorong oleh komponen
4.34
3.32
Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan I
II
III
IV
2014
konsumsi rumah tangga dan perbaikan kinerja
I
II
-13.52
-20.93
-7.05 III
2015
IV
IP
-21.88
2016
ekspor. Dari sisi konsumsi rumah tangga, perkiraan peningkatan
konsumsi
terjadi
seiring
Kegiatan Dunia Usaha
dengan
kenaikan UMP, penurunan harga BBM, TTL, dan elpiji, serta perayaan hari raya keagamaan (Galungan dan Imlek). Sementara itu perkiraan peningkatan kinerja
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), Bank Indonesia Grafik 6. 2 Perkembangan Dunia Usaha
ekspor luar negeri terjadi seiring dengan perkiraan peningkatan kunjungan wisman yang mendorong
Perkiraan
kinerja ekspor jasa salah satunya terdapat 200
pada triwulan I 2016 sejalan dengan hasil Survei
pesawat carter asal Tiongkok yang membawa 5000
Kegiatan Dunia Usaha yang dilakukan oleh Bank
penumpang. Di sisi lain peningkatan kinerja ekspor
Indonesia yang menunjukkan perkiraan peningkatan
komoditas
perbaikan
Saldo Bersih Tertimbang kegiatan usaha mencapai
kondisi perekonomian Negara tujuan ekspor yang
4,34% pada triwulan I 2016. Kondisi ini lebih tinggi
berdampak pada peningkatan permintaan global.
dibandingkan dengan realisasi pada triwulan IV
Namun demikian, resiko tertahannya pertumbuhan
2015 yang mengalami kontraksi sebesar 21,88%.
pada triwulan I 2016 terjadi seiring dengan kinerja
Kondisi tersebut seiring dengan hasil liaison yang
96
didorong
seiring
Prospek Perekonomian
dengan
peningkatan
pertumbuhan
ekonomi
Tabel 6. 3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Utama Bali
Sumber : World Economic Outlook, International Monetary Fund (IMF) Januari 2016 Keterangan : *) angka estimasi IMF **) angka proyeksi IMF
menunjukkan
optimisme
pelaku
usaha
untuk
Dengan
perkembangan
melakukan ekspansi target pasar dan diversifikasi
Provinsi
Bali
produk.
diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan
Prospek perekonomian dunia pada tahun 2016 diperkirakan mengalami perbaikan terutama negara tujuan ekspor utama Provinsi Bali. Amerika Serikat sebagai
negara
utama
tujuan
ekspor
Provinsi
Bali diperkirakan masih mengalami peningkatan pertumbuhan pada tahun 2016 seiring dengan dukungan
keuangan
yang
masih
akomodatif
dan masih gencarnya upaya pemerintah dalam menguatkan pasar perumahan dan kondisi tenaga kerja. Jepang yang juga merupakan negara tujuan utama
ekspor
barang
diperkirakan
mengalami
peningkatan di tahun 2016 seiring dengan penurunan harga minyak, kebijakan fiskal akomodatif dan peningkatan pendapatan. Sejalan dengan kondisi tersebut, Australia sebagai Negara utama asal wisman ke Bali juga diperkirakan mengalami perbaikan di tahun 2016 setelah mengalami perlambatan pada tahun 2015. Namun demikian, masih terdapat resiko pertumbuhan yang terbatas dengan rebalancing perekonomian Tiongkok serta berlanjutnya tren penurunan harga komoditas global.
untuk
terakhir,
perekonomian
keseluruhan
tahun
2016
dengan perekonomian Bali tahun 2015 yang tumbuh sebesar 6,04% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2016 diperkirakan berada pada kisaran 6,29 ± 0,5% (yoy). Dari sisi permintaan, perbaikan perkiraan perekonomian global akan berdampak pada perbaikan kinerja ekspor luar negeri seiring dengan ekspansi beberapa industri pengolahan. Selain itu, konsumsi rumah tangga di tahun 2016 mulai mengalami perbaikan seiring dengan kenaikan UMP dan terjaganya harga BBM dan TTL. Disamping itu, cukup banyaknya rencana proyek pembangunan infrastruktur oleh pemerintah seperti pembangunan shortcut
Mengwitani – Singaraja dan waduk
Telaga Waja II serta dukungan program pemerintah dalam
membangun
perekonomian
mendorong
peningkatan pertumbuhan konsumsi pemerintah dan investasi. Dari sisi penawaran, perkiraan peningkatan perekonomian bersumber dari perkiraan peningkatan kinerja lapangan usaha pertanian seiring dengan dukungan program pengembangan peningkatan produktivitas pertanian oleh pemerintah. Perkiraan peningkatan
pertumbuhan
ekonomi
di
tahun
2016 tersebut diperkirakan juga terjadi seiring
Prospek Perekonomian
97
dengan perkiraan peningkatan industri pariwisata
melandainya inflasi pada triwulan IV 2015 terutama
dan
bersumber dari kelompok administered prices dan
industri
pengolahan.
Industri
pariwisata seiring
volatile food. Sementara itu tekanan kelompok core
dengan upaya pemerintah dalam me rebranding
inflation tercatat relatif stabil. Penurunan tekanan
dan mempromosikan Provinsi Bali sebagai destinasi
inflasi kelompok administered prices bersumber dari
pariwisata, serta rencana penambahan Negara
hilangnya pengaruh kenaikan Bahan Bakar Minyak
bebas visa mencapai 174 negara. Di samping itu,
(BBM) yang terjadi pada November 2014. Selain itu,
industri pengolahan turut diperkirakan mengalami
seiring dengan masih berlanjutnya tren penurunan
peningkatan seiring dengan upaya internal pelaku
harga minyak dunia, Pemerintah telah menetapkan
usaha dalam meningkatkan akses pasar dengan
kebijakan periodesasi penetapan harga BBM tiga
mengembangkan alternatif segmen pasar baru
bulan sekali.
diperkirakan
mengalami
peningkatan
(domestik dan ekspor). Namun demikian, optimisme peningkatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali tersebut masih menghadapi resiko antara lain resiko berkembangnya isu keamanan yang berdampak terhadap industri pariwisata serta risiko penguatan dollar yang mendorong kenaikan biaya produksi. 6.2.
INFLASI BALI TRIWULAN I 2016
Pada triwulan I 2016, kelompok volatile food diperkirakan melandai seiring dengan kondisi cuaca yang kembali kondusif dan penurunan tekanan demand pasca perayaan momen libur sekolah, perayaan Hari Besar Keagamaan Maulid Nabi, Natal, dan Tahun Baru. Namun demikian tertahannya laju deflasi diperkirakan masih berlanjut seiring dengan
Berdasarkan hasil tracking sampai dengan triwulan
masih terdapatnya puso sebagai dampak musim
IV 2015, inflasi Bali triwulan I 2016 diperkirakan
kemarau seluas 115,41 Ha dengan wilayah puso
akan berada dalam kisaran 3,59% - 3,99% (yoy),
terluas di Kabupaten Tabanan yang tercatat 75 Ha.
dan diharapkan dapat mendukung tercapainya
Tekanan inflasi kelompok inti juga diperkirakan
target inflasi nasional yang sebesar 4±1% (yoy).
stabil, seiring dengan mulai membaiknya nilai tukar
Berdasarkan
rupiah, masih berlanjutnya tren penurunan harga
disagregasinya,
secara
tahunan
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan : *) Angka Proyeksi BI Grafik 6. 3 Proyeksi Inflasi Bali
98
Prospek Perekonomian
komoditas internasional, dan ekspektasi inflasi yang
pangan dari luar Bali untuk memenuhi kebutuhan
terjaga. Setelah mengalami tekanan cukup kuat pada
Provinsi Bali, (ii) Masih belum optimalnya utilisasi
beberapa periode terakhir, nilai tukar rupiah mulai
sarana pelabuhan yang tersedia (arus barang dan
penguatan sehingga tercatat pada level Rp13.683/
penumpang
USD pada 22 Desember 2015, atau lebih baik
(iii) struktur pasar yang belum efisien dan pola
dibandingkan dengan rata-rata November 2015 yang
perdagangan yang belum efektif, dan (iv) Alih fungsi
tercatat sebesar Rp13.740,95 seiring menurunnya
lahan sawah dan keterbatasan irigasi pada saat musim
ketidakpastian di pasar keuangan global.
kemarau, serta gangguan hama dan penyakit (OPT).
Sumber : Bank Indonesia Grafik 6.4 Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar Kawasan (ytd)
Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Grafik 6.5 Ekspektasi Konsumen terhadap Perubahan Harga Barang & Jasa
Terkendalinya tekanan inflasi inti didukung oleh
6.3 UPAYA PENGENDALIAN INFLASI BALI
terjaganya ekspektasi masyarakat dan masih kuatnya
Tim Pengendalian Inflasi (TPID) Provinsi Bali kembali
sisi
merapatkan barisan untuk melakukan berbagai aksi
penawaran
dalam
merespon
permintaan.
terpusat
di
pelabuhan
Gilimanuk)
adanya
pengendalian inflasi. Upaya-upaya pengendalian
peningkatan ekspektasi inflasi seperti ekspektasi
inflasi secara intensif dilakukan oleh Pemerintah
konsumen terhadap perubahan harga ke depan
Daerah dan Bank Indonesia dalam wadah Tim
yang nampak pada hasil Survei Konsumen (SK). Pada
Pengendalian Inflasi Daerah baik di tingkat Provinsi
Desember 2015 Survei Konsumen menunjukkan
maupun Kabupaten/Kota untuk menjaga kestabilan
indeks ekspektasi perubahan harga periode 3 bulan
harga di Provinsi Bali selama triwulan IV 2015.
ke depan sebesar 182,50, meningkat dibandingkan
Berbagai langkah kegiatan pengendalian inflasi yang
triwulan lalu yang sebesar 172. Demikian pula untuk
telah dilakukan tersebut, yaitu :
indeks ekspektasi perubahan harga periode 6 bulan
1. Melakukan pertemuan rutin melalui forum
ke depan sebesar 188, meningkat dibandingkan
koordinasi pengendalian inflasi daerah untuk
periode lalu yang sebesar 178,50.
tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota maupun se-
Meskipun
demikian,
perlu
diwaspadai
Namun demikian, masih terdapat sejumlah risiko
(upward risk) yang perlu diwaspadai, di antaranya: (i) Masih tingginya ketergantungan pasokan bahan
Provinsi Bali, baik rapat tim teknis maupun rapat tim kebijakan dalam menyusun langkah – langkah responsif menyikapi gejolak harga.
Prospek Perekonomian
99
2. Mengelola ekspektasi masyarakat melalui talk
show dan pers release dan media lainnya. 3. Menghimpun komunikasi
informasi
membangun pihak
dan
mengimplementasikan
Roadmap Pengendalian Inflasi Daerah sebagai suatu acuan program kerja pengendalian inflasi
dengan antisipasi dan upaya stabilisasi harga
yang terstruktur dan terintegrasi (Pusat – Daerah)
serta pemenuhan kecukupan pasokan melalui
mengacu pada roadmap pengendalian inflasi yang
Focus Group Discussion (FGD). FGD dilaksanakan
telah disusun oleh TPID dan Pokjanas TPID 2015
sehubungan dengan antisipasi gejolak harga
– 2018 sebagaimana terlampir. Implementasi
pada momen libur sekolah, perayaan Hari Besar
roadmap ini diinisiasi dengan penandatanganan
Keagamaan Maulid Nabi, Natal, dan Tahun Baru.
kesepakatan
inisiasi
berbagai
1. Mematangkan terkait
4. Pelaksanaan
dengan
dan
Januari 2016 adalah sebagai berikut :
penyusunan
database
Roadmap
Pengendalian
Inflasi
Daerah Provinsi Bali.
produksi (surplus defisit) komoditas strategis di
2. Pelaksanaan Capacity Building Kontributor PIHPS
Provinsi Bali melalui FGD dengan seluruh Dinas
Se-Provinsi Bali serta penguatan infrastruktur
Pertanian Tanaman Pangan dan Dinas Peternakan
teknologi dan informasi berupa bantuan sejumlah
se-Provinsi Bali (tingkat Provinsi dan 9 Kab./Kota).
9 (sembilan) komputer untuk 9 (sembilan)
Melalui pertemuan ini diharapkan dapat tersedia
Kabupaten/Kota
suatu data surplus defisit untuk digunakan
pengkinian kualitas data PIHPS Provinsi Bali
sebagai suatu bahan rekomendasi pengambilan
“SiGapura”.
keputusan terkait pengendalian inflasi yang
3. Penyelenggaraan
efektif dan efisien serta mendorong implementasi
implementasi
UU
No.19/2013
Tentang
perdagangan antar daerah.
Perlindungan
dan
Pemberdayaan
Petani,
sebagai
upaya
sosialiasi
penguatan
dalam
rangka
5. Intensifikasi penyampaian informasi harga dan
khususnya Asuransi Pertanian. Asuransi Pertanian
ketersediaan stok melalui Sistem Harga Pangan
dilakukan untuk melindungi petani dari kerugian
Utama Komoditas Strategis (SiGapura) dalam
gagal panen akibat bencana alam, serangan
rangka menjaga ekspektasi inflasi masyarakat
organisme
dan dalam rangka mendukung integrasi PIHPS
penyakit hewan menular, dampak perubahan
nasional.
iklim dan atau jenis risiko lain yang diatur dengan
Adapun langkah pengendalian inflasi ke depan yang akan dilakukan pada triwulan I 2016 sebagaimana disampaikan dalam High Level Meeting TPID periode
100
Prospek Perekonomian
pengganggu
Peraturan Menteri.
tumbuhan,
wabah
Daftar Singkatan ADHB
Atas Dasar Harga Berlaku
Pilkada
Pemilihan Kepala Daerah
ADHK
Atas Dasar Harga Konstan
PLTU
Pembangkit Listrik Tenaga Uap
APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja
PMD
Pembangunan Masyarakat Desa
Daerah
PMTB
Pembentukan Modal Tetap Bruto
ATM
Anjungan Tunai Mandiri
PPN
Pelabuhan Perikanan Nusantara
BBM
Bahan Bakar Minyak
qtq
quarter to quarter
BPR
Bank Perkreditan Rakyat
RPJMD
Rencana Pembangunan Jangka
CGE
Computable General Equilibrium
Menengah Daerah
DAK
Dana Alokasi Khusus
RT
Rumah Tangga
DAU
Dana Alokasi Umum
RTGS
Real Time Gross Settlement
DOC
Day Old Chicks
SBT
Saldo Bersi Tertimbang
FGD
Focus Group Discussion
SK
Survei Konsumen
GKG
Gabah Kering Giling
SKDU
Survei Kegiatan Dunia Usaha
HPP
Harga Pokok Penjualan
SKPD
Satuan Kerja Perangkat Daerah
IB
Indeks Yang Dibayar Petani
SMA
Sekolah Menengah Atas
IHK
Indeks Harga Konsumen
SMK
Sekolah Menengah Kejuruan
IHKP
Indeks Harga Konsumen Perdesaan
TDL
Tarif Dasar Listrik
IKRT
Indeks Konsumsi Rumah Tangga
TPID
Tim Pengendalian Inflasi Daera
IPM
Indeks Pembangunan Manusia
TPK
Tingkat Penghunian Kamar
IT
Indeks Yang Diterima Petani
TPT
Tingkat Pengangguran Terbuka
JITUT
Jaringan Irigasi Usaha Tani
TTL
Tarif Tenaga Listrik
LDR
Loan to Deposit Ratio
USD
United States Dollar
LGA
Listrik Air dan Gas
yoy
year on year
LNPRT
Lembaga Non Profit Rumah Tangga
mtm
month to month
NKRI
Negara Kesatuan Republik Indonesia
NPL
Non Performing Loan
NTB
Nilai Tambah Bruto
NTP
Nilai Tukar Petani
PAD
Pendapatan Asli Daerah
PBI
Peraturan Bank Indonesia
PDB
Produk Domestik Bruto
PDRB
Pertumbuhan Domestik Regional
Bruto PHR
Perdagangan Hotel dan Restoran
PIHPS
Pusat Informasi Harga Pangan Strategis
Prospek Perekonomian
101
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI BALI Jl. Letda Tantular No. 4, Denpasar - 80234 Telp : 62-361-248982, Fax : 62-361-248993 - 222988, Website : http://www.bi.go.id