KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI
Foto oleh: Agus Mulyawan
Mei 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 2016
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Tim Asesmen dan Advisory Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Daerah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar – Bali, 80234 Tel. (0361) 248982 Fax. (0361) 222988 Email :
[email protected] [email protected] [email protected] [email protected]
KEKR Provinsi Bali Triwulan I 2016
1
2
KEKR Provinsi Bali Triwulan I 2016
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali triwulan I 2016. Laporan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan stakeholders internal maupun eksternal Bank Indonesia mengenai informasi perkembangan ekonomi, moneter, perbankan, keuangan, dan sistem pembayaran di Provinsi Bali. Bank Indonesia berpandangan bahwa perekonomian daerah khususnya Bali mempunyai posisi dan peran yang strategis terhadap pembangunan ekonomi nasional serta dalam upaya menjaga kestabilan nilai rupiah. Hal ini didasari oleh fakta pembangunan nasional merupakan agregasi dari pembangunan daerah dan semakin meningkatnya proporsi inflasi daerah dalam menyumbang inflasi nasional. Oleh sebab itu Bank Indonesia, sebagai Bank Sentral Republik Indonesia, menaruh perhatian yang besar terhadap upaya-upaya mendorong pertumbuhan ekonomi daerah guna semakin mendorong pertumbuhan ekonomi nasional termasuk dalam upaya pengendalian inflasi daerah guna mencapai target inflasi nasional. Salah satu wujud dari kepedulian Bank Indonesia terhadap dinamika perekonomian daerah adalah melakukan berbagai kajian dan diseminasi hasil-hasil kajian kepada stakeholders.
Salah satunya melalui KEKR yang berisikan kajian dan informasi mengenai perekonomian daerah dan dipahami secara luas oleh seluruh pihak terkait. Selanjutnya, stakeholders dapat memanfaatkan informasi dari KEKR ini sesuai dengan kepentingan masing-masing dalam upaya perbaikan kinerja ekonomi Bali di masa depan. Kami juga berharap akan muncul ideide konstruktif yang dapat memberikan nilai tambah serta menjadi stimulus upaya-upaya pengembangan ekonomi daerah melalui kebijakan maupun kajian – kajian lanjutan. Pada kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan antara lain Pemerintah Daerah Provinsi Bali, Badan Pusat Statistik (BPS), perbankan, akademisi, dan instansi pemerintah lainnya. Kami menyadari bahwa cakupan dan analisis dalam Kajian Ekonomi dan Keuangan Daerah masih belum sepenuhnya sempurna, sehingga saran, kritik dan dukungan informasi/data dari Bapak/Ibu sekalian sangat diharapkan guna peningkatan kualitas dari kajian tersebut. Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini bermanfaat bagi para pembaca.
Denpasar, 17 Mei 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI BALI TTD Dewi Setyowati Kepala Perwakilan
KEKR Provinsi Bali Triwulan I 2016
3
Daftar Isi Kata Pengantar
3
Ringkasan Umum
12
Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Bali
15
Bab I Ekonomi Makro Regional
19
1.1. KONDISI UMUM
21
1.2. SISI PENAWARAN
21
1.2.1. Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
23
1.2.2. Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
24
1.2.3. Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan
25
1.2.4. Lapangan Usaha Industri Pengolahan
27
1.2.5. Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
28
1.2.6. Lapangan Usaha Konstruksi dan Lapangan Usaha Real Estate
29
30
1.3. SISI PERMINTAAN
1.3.1. Konsumsi
30
1.3.2. Investasi
31
1.3.3. Neraca Perdagangan
31
34
1.4. PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA PROVINSI BALI
Bab II Perkembangan Inflasi 37 2.1. PERKEMBANGAN UMUM INFLASI
39
39
2.2. ANALISIS PERKEMBANGAN INFLASI
2.2.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa
39
2.2.2. Inflasi Menurut Kota
45
47
2.3. DISAGREGASI INFLASI
a) Volatile Food 47 b) Administered Prices 48 c) Core Inflation 48
2.4. PERGERAKAN HARGA DI KOTA NON SAMPEL INFLASI
49
2.5. INFLASI PEDESAAN
50
Bab III Perbankan dan Sistem Pembayaran 57 3.1. PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM
4
KEKR Provinsi Bali Triwulan I 2016
59
3.1.1. Pelaksanaan Fungsi Intermediasi
60
3.1.2. Non Performing Loan (NPL)
62
3.2. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
62
3.3. PERKEMBANGAN PERBANKAN KABUPATEN/KOTA
63
3.4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
64
3.4.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai
64
3.4.2. Perkembangan Transaksi Pembayaran Nontunai
66
Bab IV Keuangan Pemerintah 75
4.1 ANGGARAN PENDAPATAN PEMERINTAH PROVINSI BALI
77
4.2 ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PROVINSI BALI
77
4.3 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KABUPATEN/KOTA DI BALI
78
4.4 PERANAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PEREKONOMIAN BALI
80
Bab V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 83
5.1 KONDISI KETENAGAKERJAAN DI BALI
85
5.2 NILAI TUKAR PETANI
88
5.3 TINGKAT KEMISKINAN
88
Bab VI Prospek Perekonomian 93
6.1. MAKRO EKONOMI REGIONAL
95
6.2. INFLASI BALI TRIWULAN I 2016
98
6.3. UPAYA PENGENDALIAN INFLASI BALI
99
Daftar Singkatan
101
KEKR Provinsi Bali Triwulan I 2016
5
Daftar Grafik Grafik 1. 1 Nominal PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Grafik 1. 2 Pangsa Kategori Ekonomi terhadap PDRB Provinsi Bali Triwulan IV 2015 Grafik 1. 3 Sumbangan Lapapangan Usaha terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Triwulan IV 2015 Grafik 1. 4 Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama Menginap di Hotel Grafik 1. 5 Kredit Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum Grafik 1. 6 Kunjungan Wisman ke Bali Triwulanan Grafik 1. 7 Perkembangan Kunjungan Wisman Berdasarkan Negara Grafik 1. 8 Asal Wisman yang Berkunjung ke Bali Grafik 1. 9 Pertumbuhan Komoditas Utama Penjualan Grafik 1. 10 Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru Grafik 1. 11 Perkembangan Total Penjualan Grafik 1. 12 Penyaluran Kredit Kategori Perdagangan Besar dan Eceran Grafik 1. 13 Kegiatan Dunia Usaha Pengangkutan dan Komunikasi Grafik 1. 14 Arus Penumpang Laut Pelabuhan Benoa Grafik 1. 15 Jumlah Penumpang Pesawat Udara Ngurah Rai Grafik 1. 16 Arus Bongkar Muat Pelabuhan Provinsi Bali Grafik 1. 17 Arus Kapal Pelabuhan Provinsi Bali Grafik 1. 18 Penyaluran Kredit Transportasi dan Pergudangan Grafik 1. 19 Indikator Industri Besar Sedang Grafik 1. 20 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Grafik 1. 21 Kredit Kategori Industri Grafik 1. 22 Perkembangan Produksi Padi di Bali Grafik 1. 23 Perkembangan Penangkapan Ikan PPN Pengambengan Grafik 1. 24 Perkembangan Kredit Kategori Pertanian Grafik 1. 25 Perkembangan Konsumsi Semen Provinsi Bali Grafik 1. 26 Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) Grafik 1. 27 Kredit Kategori Konstruksi Grafik 1. 28 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1. 29 Kredit Konsumsi Grafik 1. 30 Perkembangan Giro Pemerintah Grafik 1. 31 Kredit Investasi Grafik 1. 32 Perkembangan Nilai Impor Barang Modal Grafik 1. 33 Nilai Ekspor Luar Negeri Bali Grafik 1. 34 Volume Ekspor Luar Negeri Bali Grafik 1. 35 Pangsa Nilai Ekspor Komoditas Utama Tw IV 2015 Grafik 1. 36 Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama
6
KEKR Provinsi Bali Triwulan I 2016
21 23 23 23 23 24 24 24 25 25 25 25 26 26 26 27 27 27 27 27 28 28 28 29 29 29 29 30 31 31 31 31 32 32 32 32
Grafik 1. 37 Pangsa Ekspor Berdasarkan Negara Tujuan 33 Grafik 1. 38 Pertumbuhan Ekspor berdasarkan Negara Tujuan 33 Grafik 1. 39 Perkembangan Nilai Impor Luar Negeri Bali 33 Grafik 1. 40 Perkembangan Volume Impor Luar Negeri Bali 33 Grafik 1. 41 Pangsa Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC 33 Grafik 1. 42 Perkembangan Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC 34 Grafik 1. 43 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Provinsi Bali 34 Grafik 2. 1 Inflasi Kota di Bali (%yoy) 39 Grafik 2. 2 Perkembangan Inflasi Nasional dan Provinsi Bali (% yoy) 39 Grafik 2. 3 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Prov. Bali (% qtq) 40 Grafik 2. 4 Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan di Prov. Bali (% yoy) 40 Grafik 2. 5 Perkembangan Harga Beras (% mtm) 40 Grafik 2. 6 Perkembangan Harga Bawang Merah (% mtm) 40 Grafik 2. 7 Perkembangan Harga Cabe Merah (% mtm) 41 Grafik 2. 8 Perkembangan Harga Telur Ayam Ras (% mtm) 41 Grafik 2. 9 Perkembangan Harga Daging Ayam Ras (% mtm) 41 Grafik 2. 10 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Prov. Bali (% qtq) 42 Grafik 2. 11 Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Prov. Bali (% yoy) 42 Grafik 2. 12 Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Prov. Bali (% qtq) 42 Grafik 2. 13 Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Prov. Bali (% yoy) 42 Grafik 2. 14 Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Prov. Bali (% qtq) 43 Grafik 2. 15 Inflasi Tahunan Sandang di Prov. Bali (% yoy) 43 Grafik 2. 16 Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Prov. Bali (% qtq) 43 Grafik 2. 17 Inflasi Tahunan Kelompok Kesehatan di Prov. Bali (% yoy) 43 Grafik 2. 18 Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga di Prov. Bali (% qtq) 43 Grafik 2. 19 Inflasi Tahunan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga di Prov. Bali (% yoy) 44 Grafik 2. 20 Inflasi Triwulanan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Prov. Bali (% qtq) 44 Grafik 2. 21 Inflasi Tahunan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Prov. Bali (% yoy) 44 Grafik 2. 22 Bobot Tahun Dasar (2012=100) Kelompok Pengeluaran Kota Denpasar 44 Grafik 2. 23 Bobot Tahun Dasar (2012=100) Kelompok Pengeluaran Kota Singaraja 45 Grafik 2. 24 Disagregasi Inflasi Bulanan Provinsi Bali 47 Grafik 2. 25 Disagregasi Inflasi Tahunan Provinsi Bali 47 Grafik 2. 26 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah 48 Grafik 2. 27 Perbandingan Nilai Tukar Kawasan 48 Grafik 2. 28 Ekspektasi Penjualan 49 Grafik 2. 29 Ekspektasi Konsumen 49 Grafik 2. 30 Pergerakan Harga Komoditas Beras 50 Grafik 2. 31 Pergerakan Harga Komoditas Cabai Merah 50 Grafik 2. 32 Pergerakan Harga Komoditas Cabai Rawit 50
KEKR Provinsi Bali Triwulan I 2016
7
Grafik 2. 33 Pergerakan Harga Komoditas Bawang Merah Grafik 2. 34 Perkembangan Inflasi Pedesaan (mtm) Grafik 2. 35 Perkembangan Inflasi Pedesaan (ytd) Grafik 2. 36 Perkembangan Inflasi Pedesaan dan Nilai Tukar petani (NTP) Provinsi Bali Grafik 3. 1 Pertumbuhan Tahunan Asset, DPK dan Kredit Grafik 3. 2 Komposisi dan Pertumbuhan Asset Menurut Kelompok Bank Grafik 3. 3 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Grafik 3. 4 Perkembangan LDR menurut Kelompok Bank Grafik 3. 5 Pertumbuhan DPK Menurut Kelompok Bank Grafik 3. 6 Pertumbuhan DPK Grafik 3. 7 Pertumbuhan Kredit Perbankan Grafik 3. 8 Komposisi Kredit Grafik 3. 9 Perkembangan Suku Bunga Grafik 3. 10 Perkembangan NPL Kredit Grafik 3. 11 NPL Berdasarkan Kelompok Bank Grafik 3. 12 Pertumbuhan Asset, Kredit dan DPK
50 51 51 51 59 59 60 60 60 60 61 61 61 62 62
63 Grafik 3. 13 Loan to Deposit Ratio (LDR) 63 Grafik 3. 14 Jumlah Kantor Bank per 1.000 Penduduk Dewasa 64 Grafik 3. 15 Penyebaran Kantor Bank di Provinsi Bali 64 Grafik 3. 16 Jumlah ATM per 1.000 Penduduk Dewasa 64 Grafik 3. 17 Penyebaran ATM di Provinsi Bali 64 Grafik 3. 18 Perkembangan Uang Kartal di Bali 65 Grafik 3. 19 Perkembangan Kegiatan Kas Keliling 65 Grafik 3. 20 Perkembangan Kliring 67 Grafik 3. 21 Perkembangan Tolakan Cek/BG kosong 67 Grafik 4. 1 Rasio PAD Terhadap Total Pendapatan di Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Bali (%) 79 Grafik 4. 2 Pagu Pendapatan APBD diSeluruh Kab/Kota di Prov. Bali 79 Grafik 4. 3 Pagu BelanjaAPBD diSeluruh Kab/Kota di Prov. Bali 79 Grafik 4. 4 Realisasi Pendapatan APBD di Seluruh Kab/Kota di Prov. Bali 79 Grafik 4. 5 Realisasi Belanja APBD Di Seluruh Kab/Kota di Prov. Bali 80 Grafik 5. 1. Perkembangan Tingkat Pengangguran di Provinsi Bali 86 Grafik 5. 2. Perkiraan Penambahan Tenaga Kerja (Hasil SKDU) 86 Grafik 5. 3. Indeks Kondisi Ketenagakerjaan, Penghasilan, dan Kegiatan usaha yang Akan Datang 88 Grafik 5. 4. NTP Bali dan Komponen Penyusunnya 89 Grafik 5. 5. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Bali 89 Grafik 5. 6. Perkembangan Gini Ratio di Provinsi Bali 89 Grafik 6. 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali 95 Grafik 6. 2 Perkembangan Dunia Usaha 96 Grafik 6. 3 Proyeksi Inflasi Bali 98
8
KEKR Provinsi Bali Triwulan I 2016
Grafik 6. 4 Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar Kawasan (ytd) Grafik 6. 5 Ekspektasi Konsumen terhadap Perubahan Harga Barang & Jasa
99 99
Daftar Tabel Tabel 1. 1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Penawaran (%, yoy) 22 Tabel 1. 2 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali di Sisi Permintaan (%, yoy) 30 Tabel 2. 1 Perkembangan Inflasi Kota Denpasar Per Kelompok Pengeluaran 45 Tabel 2. 2 Ranking Komoditas Berdasarkan Sumbangan dan Frekuensi Inflasi di Kota Denpasar Triwulan IV 2015 46 Tabel 2. 3 Perkembangan Inflasi Kota Singaraja Per Kelompok Pengeluaran 46 Tabel 2. 4 Ranking Komoditas Berdasarkan Sumbangan dan Frekuensi Inflasi di Kota Singaraja Triwulan IV 2015 47 Tabel 3. 1 Perkembangan Usaha Bank Umum di Bali 59 Tabel 3. 2 Perkembangan Kredit Menurut Kategori 62 Tabel 3. 3 Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Bali 63 Tabel 3. 4 Perkembangan Rekening DPK dan Kredit per Kabupaten di Bali Desember 2015 64 Tabel 3. 5 Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali 65 Tabel 3. 6 Perkembangan Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong 66 Tabel 4. 1 Rata-rata Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Periode 2012 – 2015 78 Tabel 4. 2 APBD Provinsi Bali 81 Tabel 5. 1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama (Ribu Orang) 85 Tabel 5. 2 Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (orang) 86 Tabel 5. 3 Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan (Orang) 87 Tabel 5. 4 Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja (Orang) 87 Tabel 5. 5 Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan (Orang) 88 Tabel 6. 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran 95 Tabel 6. 2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 96 Tabel 6. 3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Utama Bali 97
Daftar Boks BOKS A SISTEM LOGISTIK DAN INFRASTRUKTUR UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI BALI 35 BOKS B KALEIDOSKOP PENCAPAIAN INFLASI DAERAH PROVINSI BALI 52 BOKS C ASURANSI PERTANIAN MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN PROVINSI BALI 90
Seri Kebanksentralan DENGAN CARD TO CASH DAN BOOK TO CASH“SEMUANYA JADI MUDAH”
KEKR Provinsi Bali Triwulan I 2016
68
9
PERKEMBANGAN TUNAI INFLOW
Rp5,07T Rp2,5T
OUTFLOW
Rp2,9T Rp4T
NET OUTFLOW
Rp2,1T Rp1,51T
NON TUNAI KLIRING
Rp19,8T (633 lembar) Rp18,2T (614 lembar)
Tw I 2016 Tw IV 2015
Perkembangan SISTEM PEMBAYARAN Sistem pembayaran nontunai mengalami peningkatan pada triwulan I 2016
1
2
3
Perkembangan INFLASI
Perkembangan PERBANKAN
Inflasi Provinsi Bali pada triwulan I 2016 tercatat sebesar 3,59% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2015 yang sebesar 2,75% (yoy).
Peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2015 memberikan dampak positif pada kinerja perbankan secara umum
8,81% yoy
2,38 NPL
83,47 LDR
7,12% yoy
4,93% yoy
3,59% yoy SINGARAJA DENPASAR
10
KEKR Provinsi Bali Triwulan I 2016
4,42 yoy 3,41 yoy
KREDIT
ASET
DPK
6,04% Tw I 2016
5,96% Tw IV 2015 6,06% - 6,46% yoy
Triwulan II 2016
4% 1% yoy 6,09% - 6,84% yoy
19,28%
7,7%
PENDAPATAN
BELANJA
2016
Pertumbuhan Ekonomi Inflasi
KEUANGAN PEMERINTAH Tw I 2016
PROYEKSI PEREKONOMIAN
Realisasi Pendapatan dan Belanja daerah Provinsi Bali pada triwulan I 2016 tercatat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
Peningkatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali diperkirakan berlanjut pada triwulan II 2016
4
5
6
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan kemiskinan sedikit mengalami peningkatan namun kualitas hidup masyarakat terjaga seiring dengan peningkatan IPM dan menurunnya Gini Ratio
5,25%
2,12%
September 2015 TINGKAT KEMISKINAN
4,76% yoy
September 2014
Februari 2016
TENAGA KERJA
1,37% yoy
Februari 2015
KEKR Provinsi Bali Triwulan I 2016
11
Ringkasan Umum Pertumbuhan tahunan ekonomi Bali triwulan I 2016 mencapai 6,04% (yoy), lebih
Perekonomian Bali
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 5,96% (yoy).
triwulan I 2016
Meskipun demikian, pertumbuhan Bali triwulan laporan juga lebih tinggi dibandingkan
tumbuh meningkat
pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,92% (yoy). Dari sisi permintaan, peningkatan
sebesar 6,04% (yoy)
tersebut didorong oleh peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga, PMTB (investasi), dan meningkatnya kinerja ekspor luar negeri. Sementara dari sisi penawaran, perekonomian Bali pada triwulan I 2016 didorong oleh peningkatan kinerja beberapa lapangan usaha yang memiliki share besar terhadap perekonomian Bali, yaitu Perdagangan Besar dan Eceran, Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum, Transportasi, Konstruksi, Jasa keuangan, Jasa kesehatan dan Kegiatan Sosial. Inflasi Bali pada triwulan I 2016 tercatat sebesar 3,59% (yoy), mengalami peningkatan
Tekanan inflasi Provinsi
dibandingkan dengan pencapaian inflasi triwulan IV 2015 yang tercatat sebesar 2,75%
Bali pada triwulan I
(yoy). Namun demikian, pencapaian inflasi Bali triwulan I 2016 masih lebih rendah
2016 tercatat sebesar
dibanding inflasi Nasional yang sebesar 4,45% (yoy) dan lebih rendah dibandingkan
3,59% lebih tinggi
dengan inflasi triwulan I 2015 yang sebesar 6,42% (yoy). Secara spasial, pada triwulan I
dibanding triwulan IV
2016 inflasi di Kota Singaraja tercatat sebesar 4,42% (yoy), lebih rendah dibandingkan
2015
dengan inflasi periode yang sama di tahun sebelumnya yaitu sebesar 8,99% (yoy). Sementara itu, Kota Denpasar pada triwulan I 2016 tercatat sebesar 3,41% (yoy), jauh lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar 5,88% (yoy). Berdasarkan kelompok penyumbang inflasi, tekanan inflasi pada triwulan I 2016 terutama disebabkan oleh kelompok inti dan volatile food. Sementara itu, kelompok administered prices tercatat sebagai penahan kenaikan laju inflasi seiring dengan kebijakan Pemerintah terkait penurunan harga BBM, tarif angkutan, dan harga LPG 12 kg pada awal Tahun 2016. Pada triwulan I 2016, kinerja bank umum di Provinsi Bali masi terjaga. Asset bank
Peningkatan
umum masih mencatat pertumbuhan positif meski terjadi perlambatan. Perlambatan
pertumbuhan ekonomi
tersebut bersumber dari perlambatan pertumbuhan DPK yang dihimpun bank umum.
pada triwulan I 2016
Demikian pula penyaluran kredit bank umum juga masih mengalami perlambatan
memberikan dampak
sejalan dengan perlambatan pertumbuhan kredit nasional. Di sisi lain, BPR mencatat
positif pada kinerja
peningkatan seiring dengan peningkatan pertumbuhan DPK. Sementara, pertumbuhan kredit masih mencatat perlambatan sejalan. Secara spasial, penyebaran penyaluran kredit perkabupaten/kota di Provinsi Bali masih menunjukkan konsentrasi pada daerah Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan (SARBAGITA). Sejalan peningkatan kinerja ekonomi Provinsi Bali pada periode triwulan I 2016, penyaluran kredit korporasi juga menunjukkan peningkatan di triwulan I 2016 dibanding triwulan
12
KEKR Provinsi Bali Triwulan I 2016
perbankan secara umum
Kinerja kredit korporasi
sebelumnya (berdasarkan lokasi proyek), yaitu tumbuh dari 11,63% (yoy) di triwulan
dan rumah tangga
IV 2015 menjadi 12,29% di triwulan I 2016. Meskipun terjadi peningkatan penyaluran
Provinsi Bali triwulan I
kredit korporasi, kualitas kredit korporasi menunjukkan penurunan, tercermin dari rasio
2016 masih terjaga
Non Peforming Loan (NPL) yang menunjukkan peningkatan pada periode triwulan I 2016 dengan nilai NPL sebesar 3,90%, lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2015 yang tercatat sebesar 3,22%. Perkembangan kinerja kredit sektor rumah tangga (RT) pada triwulan I 2016 menunjukkan perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 10,89% (yoy) di triwulan IV 2015 menjadi 10,16% (yoy) pada triwulan I 2016. Sejalan dengan perlambatan penyaluran kredit rumah tangga, rasio NPL menunjukan peningkatan yang signifikan dari 0,64% di triwulan IV 2015 menjadi 0,87% pada triwulan I 2016.
Sistem pembayaran nontunai tercatat
Aktivitas transaksi sistem pembayaran tunai Provinsi Bali triwulan I 2016 berada pada posisi net inflow
sesuai dengan pola musimannya. Sementara itu, transaksi
mengalami
pembayaran nontunai (dengan mekanisme kliring) mengalami peningkatan baik secara
peningkatan pada
nominal maupun jumlah transaksi. Peningkatan tersebut seiring dengan peningkatan
triwulan I 2016.
pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan.
Realisasi Belanja
Realisasi Pendapatan Pemerintah Provinsi Bali hingga triwulan I 2016 tercatat sebesar
daerah Provinsi Bali
19,28% dari total pendapatan yang ditargetkan, lebih rendah dibandingkan periode
pada triwulan I 2016
yang sama tahun sebelumnya sebesar 23,58%. Realisasi belanja Pemerintah Provinsi
tercatat lebih tinggi
Bali pada triwulan I 2016 tercatat sebesar 7,7%, lebih tinggi dibandingkan periode
dibandingkan dengan
yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,29%. Secara keseluruhan kabupaten/kota di
periode yang sama
Provinsi Bali pada triwulan I 2016, realisasi pendapatan APBD kabupaten/kota mencapai
tahun sebelumnya.
19,76%. Sementara, realisasi belanja kabupaten/kota di Provinsi Bali pada triwulan I 2016 sebesar 8,91% atau senilai Rp 1,55 triliun.
Tingkat Pengangguran
Tingkat penyerapan tenaga kerja di Bali pada Semester I 2016 mengalami perlambatan
Terbuka (TPT) dan
dibanding Semester II 2015, sebagaimana tercermin dari pertumbuhan jumlah penduduk
kemiskinan sedikit
yang menganggur (6,76%) lebih tinggi dari pertumbuhan jumlah penduduk yang
mengalami penurunan
bekerja (0,31%). Kondisi ini berdampak kepada meningkatnya Tingkat Pengangguran
namun kualitas hidup
Terbuka (TPT) yang pada Februari 2016 tercatat sebesar 2,12%, lebih tinggi dari Agustus
masyarakat terjaga seiring dengan peningkatan IPM dan menurunnya Gini Ratio
2015 yang sebesar 1,99%. Pada periode yang sama, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengalami penurunan sebesar 0,23%. Meskipun melambat, namun kondisi ketenagakerjaan di Bali masih lebih Baik dibanding Nasional. Pada periode yang sama, TPT nasional tercatat sebesar 5,05% dan TPAK sebesar 68,06%. Dari sisi kesejahteraan petani, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Bali pada triwulan I-2016 mengalami penurunan dibanding triwulan IV-2015, mengindikasikan penurunan tingkat kemampuan/daya beli petani. Penurunan tersebut terjadi pada subsektor Tanaman
KEKR Provinsi Bali Triwulan I 2016
13
pangan, Perkebunan rakyat, dan Perikanan. Sementara NTP subsektor hortikultura dan subsektor peternakan menunjukkan peningkatan pada periode yang sama. Selanjutnya dari sisi distribusi, kesejahteraan antar penduduk mengalami perbaikan sebagaimana tercermin dari menurunnya angka gini ratio. Disisi lain, pembangunan manusia di Provinsi Bali berada dalam kondisi yang baik, tercermin dari nilai IPM yang jauh di atas rata-rata nasional dan merupakan IPM terbesar ke-5 di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali pada triwulan II 2016 diperkirakan mengalami
Perekonomian Bali
peningkatan, dibanding triwulan I 2016, yaitu tumbuh pada kisaran 6,06% - 6,46%
triwulan II 2016
(yoy). Dari sisi permintaan, peningkatan terutama disebabkan oleh peningkatan
diperkirakan tumbuh
kinerja konsumsi pemerintah, investasi dan kinerja ekspor. Sementara itu dari sisi
kisaran 6,06% -
penawaran, peningkatan didorong oleh peningkatan sebagian besar lapangan usaha
6,46% (yoy)
antara lain lapangan usaha pertanian, lapangan usaha industri pengolahan, konstruksi, penyediaan akomodasi makan dan minum, dan transportasi dan pergudangan. Dengan perkembangan terakhir, perekonomian Provinsi Bali untuk keseluruhan tahun 2016
Perekonomian Bali tahun 2016
diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan dengan perekonomian Bali tahun
diperkirakan tumbuh
2015 yang tumbuh sebesar 6,04% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2016
pada kisaran 6,08% -
diperkirakan berada pada kisaran 6,08%-6,84% (yoy). Dari sisi permintaan, perbaikan
6,84% (yoy)
perkiraan perekonomian global di tahun 2016 akan berdampak pada perbaikan kinerja ekspor luar negeri seiring dengan upaya ekspansi beberapa industri pengolahan. Dari sisi penawaran, perkiraan peningkatan perekonomian bersumber dari perkiraan peningkatan kinerja lapangan usaha pertanian seiring dengan dukungan program pengembangan peningkatan produktivitas pertanian oleh pemerintah, serta perkiraan peningkatan pertumbuhan ekonomi di tahun 2016 yang diperkirakan terjadi seiring dengan perkiraan peningkatan industri pariwisata dan industri pengolahan. Berdasarkan hasil tracking sampai dengan triwulan I 2016, inflasi Bali diperkirakan
Inflasi Bali 2016
akan sebesar 3,72%±1% (yoy) pada tahun 2016, dan diharapkan dapat mendukung
diperkirakan berada
tercapainya target inflasi nasional yang sebesar 4±1% (yoy). Berdasarkan disagregasinya,
dalam kisaran
secara tahunan, inflasi pada triwulan I 2016 terutama bersumber dari kelompok inti dan
3,72%±1% (yoy).
volatile food. Sementara itu, tekanan kelompok administered prices tercatat menahan laju inflasi seiring dengan kebijakan Pemerintah terkait penyesuaian harga BBM. Pada triwulan II 2016, kelompok volatile food diperkirakan melandai seiring dengan masuknya musim panen padi dan tekanan demand yang relatif tidak setinggi triwulan III 2016. Namun demikian, komoditas bawang merah masih perlu menjadi perhatian seiring dengan peningkatan harga yang terjadi secara nasional dan ketergantungan Provinsi Bali terkait pasokan komoditas bumbu-bumbuan.
14
KEKR Provinsi Bali Triwulan I 2016
Tabel Indikator PDRB DAN INFLASI
KEKR Provinsi Bali Triwulan I 2016
15
PERBANKAN – BANK UMUM
INDIKATOR PERBANKAN KABUPATEN/KOTA
16
KEKR Provinsi Bali Triwulan I 2016
SISTEM PEMBAYARAN
KEKR Provinsi Bali Triwulan I 2016
17
Halaman ini sengaja dikosongkan
18
Ekonomi Makro Regional
BAB I
Makro Ekonomi Regional Foto oleh: Agus Mulyawan
Ekonomi Makro Regional
19
20
Ekonomi Makro Regional
KONDISI UMUM gPDRB (skala kanan)
%,yoy
PDRB
34
RP TRILIUN
33
6.04
32 31
5.96
30 29 28 27
I
II
III
IV
I
2014
II
III
IV
2015
I
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Bali
8.00 7.00 %,YOY
1.1.
NASIONAL 7.73
6.74
6.00
6.20 6.22
5.00
5.14 4.96 4.97 5.04
4.00
2016
I
II
III
5.99 5.92
IV
5.96 6.04
4.73 4.66 4.74
I
2014
6.30
II
III
5.04 4.92
IV
2015
I 2016
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Tahun dasar 2010 Grafik 1. 1 Nominal PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Tahun dasar 2010 Grafik 1. 2 Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Provinsi Bali
Perekonomian Provinsi Bali pada triwulan I 2016
1.2.
mencatat peningkatan pertumbuhan yaitu sebesar
Peningkatan pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan
6,04% (yoy) dengan output riil mencapai Rp
I 2016 dari sisi permintaan terutama didorong oleh
32 triliun. Dibandingkan dengan pertumbuhan
peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga seiring
triwulan sebelumnya, capaian tersebut lebih tinggi
dengan penurunan harga BBM, LPG, dan TTL yang
dibandingkan
triwulan
terjadi sepanjang triwulan I 2016. Komponen ekspor
sebelumnya (triwulan IV 2015) yang sebesar 5,96%
luar negeri, mengalami peningkatan pada triwulan
(yoy). Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali triwulan I
laporan, didorong oleh perbaikan perekonomian
2016 tersebut juga lebih tinggi dibandingkan angka
negara
pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 4,92%
peningkatan permintaan dan upaya diversifikasi
(yoy). Dari sisi permintaan, peningkatan tersebut
pasar oleh pelaku ekspor. Peningkatan kinerja ekspor
didorong oleh peningkatan kinerja konsumsi rumah
luar negeri tersebut juga didukung oleh peningkatan
tangga, PMTB (investasi), dan meningkatnya kinerja
ekspor jasa, seiring dengan kinerja industri pariwisata
ekspor luar negeri. Sementara dari sisi penawaran,
yang mengalami peningkatan. Perbaikan kinerja
perekonomian Bali pada triwulan I 2016 didorong
pariwisata didorong oleh adanya event hari raya dan
oleh peningkatan kinerja beberapa lapangan usaha
liburan antara lain imlek, paskah, Galungan, dan
yang memiliki share besar terhadap perekonomian
Kuningan sepanjang triwulan I 2016. Sementara itu,
Bali, yaitu Perdagangan Besar dan Eceran, Penyediaan
investasi (pmtb) mengalami peningkatan, didorong
Akomodasi
Transportasi,
oleh peningkatan kinerja investasi non bangunan
Konstruksi, Jasa keuangan, Jasa kesehatan dan
yang tergambar dari impor barang modal yang
Kegiatan Sosial.
mengalami peningkatan di akhir triwulan I 2016,
dengan
Makan
dan
pertumbuhan
Minum,
SISI PERMINTAAN
mitra
dagang
sehingga
mendorong
dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan PMTB juga didorong oleh optimisme pelaku usaha
Ekonomi Makro Regional
21
Tabel 1. 1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali di Sisi Permintaan (%, yoy)
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
terhadap perkembangan ekonomi seiring dengan
(IKK), Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK), dan Indeks
penurunan BI Rate dan perbaikan kondisi makro
Kondisi Ekonomi (IKE) yang menunjukkan rata-rata
ekonommi regional.
indeks sepanjang triwulan I 2016 yang mengalami peningkatan. Sejalan dengan kondisi tersebut, Indeks
1.2.1. Konsumsi
Tendensi Konsumen (ITK) berdasarkan hasil survei BPS,
Konsumsi Rumah Tangga
pada triwulan I 2016 juga menunjukkan peningkatan
Konsumsi rumah tangga masih menjadi komponen
dibandingkan triwulan sebelumnya. Adanya aktivitas
terbesar sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi
musiman berupa perayaan hari raya keagamaan yaitu
Provinsi Bali dengan share sebesar 54%, yang
Paskah, Galungan, Kuningan, dan Nyepi yang diiringi
pada triwulan laporan mengalami peningkatan
dengan penurunan harga BBM, TTL, dan LPG pada
pertumbuhan dari 7,04% (yoy) dari triwulan IV
triwulan laporan diperkirakan menjadi pendorong
2015 menjadi sebesar 9,05% (yoy) pada triwulan I
peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga.
2016. Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut tercermin dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia di ketiga indeksnya yaitu Indeks Keyakinan Konsumsen
22
Ekonomi Makro Regional
108.4
Kabupaten (UMK) 105.84
111.66
105.42
102.36
113.13
111.9
116.75
INDEKS
114.98
Selain itu, peningkatan Upah Minimum Kota/ awal tahun turut mendorong
peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga seperti terlihat dari peningkatan indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama (survei konsumen) dari 87 pada triwulan IV 2015, menjadi 87,67 pada triwulan I 2016. Sejalan dengan kondisi tersebut, Hasil survei dan liaison yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada triwulan I 2016, turut mengkonfirmasi
Sumber : BPS
peningkatan tersebut, sebagaimana terlihat dari
Grafik 1. 3 Indeks Tendensi Konsumen
peningkatan signifikan nilai likert scale penjualan domestik pada triwulan laporan, yaitu dari sebesar -0,13 pada triwulan IV 2015, menjadi sebesar 1,73 di triwulan I 2016.
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia Grafik 1. 4 Indeks Keyakinan Konsumen
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia Grafik 1. 6 Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama LS 2
1.73
1.5 1 0.5
0
0 -0.5
-0.13 III
IV
2013
Sumber : PLN
I
II
III
IV
2014
I
II
III
IV
2015
I 2016
Sumber : Liaison KPwBI Bali, diolah Grafik 1. 5 Konsumsi Listrik RT
Grafik 1. 7 Likert Scale Penjualan Domestik
Ekonomi Makro Regional
23
Peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga juga
laporan. Konsumsi LNPRT mengalami perlambatan
terkonfirmasi oleh peningakatan pertumbuhan kredit
dari sebesar 14,80% (yoy) pada triwulan IV 2015
konsumsi dari sebesar 12,86% (yoy) pada triwulan
menjadi sebesar 13,30% (yoy) di triwulan I 2016.
IV 2015 menjadi sebesar 13,14% (yoy) di triwulan I
Kondisi tersebut merupakan dampak base effect
2016. Peningkatan kredit konsumsi, terutama terjadi
tingginya kinerja konsumsi LNPRT di triwulan IV
di kredit multiguna yang mencatat peningkatan
2015 seiring dengan penyelenggaraan Pemilihan
pertumbuhan yang signifikan dari 20,56% (yoy)
Kepala Daerah Langsung (Pilkada), di 6 Kabupaten/
pada di triwulan IV 2015 menjadi 20,84% (yoy)
Kota di Bali. Sementara itu, perkembangan konsumsi
pada triwulan I 2016. Kondisi tersebut, sejalan
Pemerintah hanya mencatat pertumbuhan sebesar
dengan peningkatan ekspektasi masyarakat terhadap
3,45% (yoy) di triwulan I 2016, jauh lebih rendah
perekonomian (IEK mengalami peningkatan dari
dibandingkan triwulan IV 2015 yang mencatat
sebesar 105,28 di triwulan IV 2015 menjadi 107,39
pertumbuhan sebesar 12,2% (yoy). Perlambatan ini
pada triwulan I 2016).
sesuai dengan pola musiman konsumsi pemerintah yang realisasinya masih terbatas di pada triwulan I. Kondisi ini juga terkonfirmasi oleh peningkatan posisi
Grafik 1. 8 Kredit Konsumsi
Grafik 1. 10 Perkembangan Giro Pemerintah
Grafik 1. 9 Kredit Multiguna
Konsumsi LNPRT dan Konsumsi Pemerintah Di sisi lain, konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) dan konsumsi pemerintah mengalami perlambatan pada triwulan
24
Ekonomi Makro Regional
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Bali Grafik 1. 11 Realisasi Belanja APBD Provinsi Bali
giro pemerintah pada triwulan laporan yang tercatat
jalan, jembatan, irigasi dan penyediaan air minum
mengalami peningkatan. Perlambatan tersebut juga
serta pembangunan Rumah Sakit Provinsi Bali dan
tercermin dari realisasi belanja total APBD Provinsi Bali
Rumah Sakit Mata Indera yang ditargetkan selesai di
yang masih terbatas pada triwulan laporan, tercatat
tahun 2016.
sebesar 8%. Berdasarkan hasil survei dan liaison Bank Indonesia, 1.2.2. Investasi
peningkatan kinerja investasi juga didorong oleh
Kinerja investasi Provinsi Bali triwulan I 2016
optimisme pelaku usaha
mencatat pertumbuhan sebesar 9,54% (yoy), jauh
ekonomi regional dan beberapa faktor pendukung
lebih tinggi dibanding triwulan IV 2015 yang sebesar
lainnya yang antara lain meliputi sebagai berikut:
5,76% (yoy). Peningkatan tersebut juga tercermin
i) perkiraan peningkatan pertumbuhan ekonomi
dari likert investasi (hasil survei dan liaison Kantor
regional Provinsi Bali pada tahun 2016; ii) peluang
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali) dari sebesar
penguatan
permintaan
1 poin pada triwulan IV 2015, menjadi 1,41poin di
sepanjang
tahun
triwulan I 2016. Selain itu, hasil Survei Kegiatan Dunia
kinerja perekonomian global pada tahun berjalan
Usaha (SKDU) Kantor Perwakilan Bank Indonesia
dibandingkan
Provinsi Bali pada triwulan I 2016 juga menunjukkan
Pemerintah untuk meningkatkan alokasi anggaran
perbaikan perkembangan investasi dari sebesar
pembangunan infrastruktur, iv)Rancangan Peraturan
-3,71% pada triwulan IV 2015 menjadi -2,82%
Daerah (Ranperda) tentang pemberian insentif dan
pada triwulan I 2016. Peningkatan kinerja investasi
kemudahan berinvestasi untuk Wilayah Bali Utara dan
tersebut
peningkatan
Bali Timur, v) Paket deregulasi kebijakan pemerintah
kinerja investasi non bangunan yang terlihat dari
yang telah diterbitkan sejumlah 11 paket khususnya
peningkatan pertumbuhan impor barang modal dari
terkait dengan dihapuskannya Bidang Usaha Restoran
sebesar -91,5% (yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi
dari daftar Negatif Investasi, vi) tendensi penurunan
sebesar 23,67% (yoy) pada triwulan I 2016. Tingginya
tingkat suku bunga kredit perbankan seiring dengan
pertumbuhan tersebut bersumber dari impor kapal
penurunan BI Rate, yang diyakini akan mendorong
senilai USD 18,2 juta dari Korea Selatan di triwulan
akselerasi peningkatan kinerj dunia usaha.
terutama
didorong
oleh
tahun
terhadap perkembangan
(domestik
2016
dan
didukung
sebelumnya;
iii)
ekspor)
perbaikan kebijakan
I-2016. Peningkatan kinerja investasi pada periode triwulan I 2016 juga didorong oleh peningkatan realisasi kinerja proyek infrastruktur pemerintah yang menunjukkan peningkatan tergambar dari realisasi belanja modal pemerintah pada triwulan I 2016 dengan nilai realisasi sebesar 6,79%, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2015 dan dibandingkan pola hostorisnya dalam 2 tahun terakhir. Kondisi tersebut seiring pengadaan pekerjaan yang telah dilakukan pada akhir tahun 2015,
peningkatan
anggaran
untuk
proyek
infrastruktur strategis berupa peningkatan kapasitas
Sumber : Survei dan Liaison Bank Indonesia, diolah Grafik 1. 12 Likert Investasi (SBT)
Ekonomi Makro Regional
25
%
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan surplus
16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 -2.00 -4.00 -6.00
triwulan IV 2015 (Rp 1,5 triliun). Peningkatan nilai surplus tersebutdidorong oleh penurunan defisit neraca perdagangan antar daerah dari sebesar Rp 12,6 triliun di triwulan IV-2015 menjadi sebesar Rp 8,09 triliun pada triwulan laporan. Sementara itu, pada I
II
III
IV
I
2014
II
III
IV
2015
I
periode yang sama, neraca perdagangan luar negeri
2016
mencatatkan penurunan surplus dari Rp 14,14 triliun (triwulan IV 2015) menjadi sebesar Rp 12,98 triliun di
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha BI
triwulan I2016. kondisi ini menyebabkan tertahannya laju peningkatan surplus neraca perdagangan pada
Grafik 1. 13 Perkembangan Investasi (SBT)
periode triwulan laporan. Ribu Ton
%, yoy
Net Ekspor antar Daerah Kinerja
net
ekspor
antar
daerah
menunjukan
perbaikan, dengan pertumbuhan pada triwulan I 2016 tercatat sebesar 18,97% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2015 yang sebesar -2,24% (yoy). Perbaikan tersebut diindikasikan oleh perbaikan posisi persediaan stok barang di Provinsi Bali, seiring dengan adanya periode musiman Grafik 1. 14 Perkembangan Nilai Impor Barang Modal
berupa perayaan hari keagamaan pada periode I 2016, yang mendorong peningkatan permintaan konsumsi rumah tangga pada periode triwulan laporan,
sehingga
mendorong
pelaku
usaha
perdagangan untuk mengantisipasi peningkatan permintaan melalui peningkatan persediaan dan stok. Peningkatan stok juga sejalan dengan upaya Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk menjaga ketersediaan stok ditengah peningkatan permintaan. . Perbaikan kinerja Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah Grafik 1. 15 Penjualan Semen Provinsi Bali
net ekspor antar daerah juga terlihat dari semakin dalamnya
pendalaman
kontraksi
pertumbuhan
volume arus barang masuk di Pelabuhan Benoa dan Pelabuhan Celukan Bawang, yaitu dari kontraksi
1.2.3. Neraca Perdagangan
sebesar -10,46% (yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi
NPerkembangan neraca perdagangan Provinsi Bali
sebesar -13,36% (yoy) di triwulan I 2016.
triwulan I 2016, mencatat peningkatan kinerja yang tergambar dari nilai surplus sebesar Rp 4,89 triliun,
26
Ekonomi Makro Regional
perkembangan ekspor barang yang pada triwulan I 2016, turut mengalami peningkatan yng terkonfirmasi oleh peningkatan pertumbuhan volume ekspor barang dari sebesar 183,7% (yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi sebesar 215,3%(yoy). Peningkatan tersebut, seiring dengan mulai membaiknya pertumbuhan ekonomi beberapa negara tujuan ekspor Provinsi Bali, seperti kawasan Eropa dan Asia (China, Jepang dan ASEAN), serta Amerika Serikat). Selain itu, Sumber : Pelindo 3
dihapuskannya penerapan Sistem Verifikasi Legalitas
Grafik 1. 16 Arus Barang Pelabuhan Benoa dan Pelabuhan Celukan Bawang
Kayu (SVLK) yang berlaku sejak triwulan IV-2015 (Permendag nomor 89/M-DAG/PER/10/2015 tentang
Ekspor Luar Negeri
Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan), turut
Pada triwulan I 2016, perkembangankinerja ekspor
berdampak pada penurunan biaya pengiriman ekspor
luar negeri (barang dan jasa) Provinsi Bali mencatat
produk olahan kayu. Hal ini mendorong peningkatan
peningkatan kinerja di triwulan I 2016 yang tumbuh
volume ekspor khususnya produk olahan kayu yang
sebesar 11,86% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan
merupakan salah satu komoditas ekspor utama
IV 2015 yang sebesar -2,74%(yoy). Peningkatan
Provinsi Bali pada periode triwulan laporan. Di
tersebut,
kinerja
samping itu, berdasarkan hasil survei dan liaison
ekspor barang dan ekspor jasa pada triwulan
Bank Indonesia, peningkatan kinerja pertumbuhan
laporan,didorong oleh adanya faktor musiman
ekspor Provinsi Bali juga didorong oleh upaya pelaku
seperti perayaan imlek dan semakin membaiknya
usaha untuk terus mencarpasar ekspor alternatif,
kinerja ekonomi negara-negara tujuan ekspor serta
sebagai upaya dalam rangka perluasan akses pasar
perekonomian global yang tumbuh lebih baik pada
menghadapi tingkat kompetisi yang terus meningkat.
triwulan I 2016 dibandingkan triwulan sebelumnya.
Selain itu, beberapa pelaku usaha ekspor juga telah
Perayaan imlek mendorong peningkatan jumlah
menjajaki customer/pembeli lama yang sebelumnya
wisman asal Tiongkok ke Bali sejalan dengan
telah cukup lama tidak aktif melakukan pemesanan
peningkatan direct flight dan chartered flight dari dan
akibat perlambatan kinerja ekonomi global di tahun-
ke Bali dari beberapa kota di Tiongkok pada periode
tahun sebelumnya.
selaras
dengan
peningkatan
triwulan laporan. Sementara itu, beberapa periode hari raya keagamaan lain seperti Paskah, Nyepi,
%, yoy
Ribu Ton
Galungan dan Kuningan juga ikut turut mendorong peningkatan kinerja ekspor jasa. Sementara itu, beberapa kegiatan Meeting, Incentive, Convention dan Exhibition (MICE) khususnya yang dilakukan oleh korporate asing sepanjang triwulan , juga mendorong peningkatan ekspor jasa di triwulan laporan. Membaiknya kinerja ekspor, juga tergambar dari
Grafik 1. 17 Nilai Ekspor Luar Negeri Bali
Ekonomi Makro Regional
27
% yoy 60 40 20 0 (20)
I
II
III
IV
2013
I
II
III
IV
I
II
2014
III
2015
IV
i 2016
(40) (60)
Perikanan
Perhiasan
Pakaian Jadi
Wood Manufacture
Furniture
Grafik 1. 18 Volume Ekspor Luar Negeri Bali
Secara
garis
besar,
pertumbuhan
Negara tujuan ekspor Provinsi Bali, masih didominasi
volume ekspor Provinsi Bali, terutama didorong oleh
oleh Amerika Serikat, Australia, Jepang, Singapura,
peningkatan kinerja volume ekspor untuk komoditas
dan Hongkong, dengan share masing-masing sebesar
perikanan, komoditas produk olahan kayu, dan
24,5%, 9,3%, 8,53%, dan 4,9%. Bila dilihat dari
komoditas furniture yang memiliki share terhadap
pertumbuhannya, pertumbuhan volume ekspor ke
total ekspor Provinsi Bali masing-masing sebesar
negara tujuan tersebut sepanjang triwulan I 2016
26,6%; 9,32%; dan 6,87% di periode triwulan
menunjukkan peningkatan kinerja dibandingkan
laporan. Sementara itu, pertumbuhan kinerja ekspor
dengan triwulan sebelumnya., Membaiknya volume
komoditas perhiasan dan pakaian jadi (yang memiliki
kinerja pertumbuhan ekspor di Provinsi Bali terutama
share masing-masing sebesar 15,75% dan 18,33%)
terjadi untuk volume ekspor dengan negara tujuan ke
masih
Amerika Serikat, yang mulai mengalami peningkatan
pertumbuhan
peningkatan
Grafik 1. 20 Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama
volume
ekspornya
masih
cenderung tertahan.
dengan pertumbuhan dari sebesar 9,41% (yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi sebesar 12,12% (yoy) di triwulan I 2016., Peningkatan volume ekspor ke Amerika Serikat terutama didorong oleh membaiknya kinerja ekspor komoditas pakaian jadi dan perhiasan pada periode triwulan laporan. Sementara itu, negara lain yang juga menunjukkan peningkatan volume kinerja ekspor dari Bali adalah Jepang, dengan pertumbuhan sebesar -14,14% (yoy), tumbuh lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya, terutama didorong oleh membaiknya volume ekspor komoditas
Grafik 1. 19 Pangsa Nilai Ekspor Komoditas Utama Tw I 2016
28
Ekonomi Makro Regional
perikanan di periode triwulan laporan.
Peningkatan nilai impor terbesar terjadi pada Other Countries 23.31%
US 24.56%
Germany 2.64%
kelompok jenis capital goods (dengan share sebesar 48%) dan tumbuh sebesar 441,12% (yoy) di triwulan
Australia 9.30%
I 2016, lebih tinggi bila dibandingkan pertumbuhan
Spanyol 4.34%
Cina 4.59% Belanda 2.46% Inggris 2.18%
pada triwulan IV 2015 yang sebsar -85,67% (yoy) Peningkatan nilai impor tersebut, didorong oleh
Japan 8.53%
France 4.54% Thailand 2.06%
Hongkong 4.90%
adanya peningkatan nilai impor kapal yang mencapai nilai USD 18 juta pada periode triwulan I-2016,
Singapore 6.59%
yang berasal dari Korea Selatan untuk kebutuhan
Grafik 1. 21 Pangsa Ekspor Berdasarkan Negara Tujuan
pariwisata. Sejalan dengan kondisi tersebut, impor nilai raw material (dengan share sebesar 28%), turut mengalami peningkatan dari sebesar -73,72% (yoy) pada triulan IV 2015 menjadi sebesar -35,28% (yoy) di triwulan I 2016. Sementara itu, peningkatan nilai impor capital goods dan raw materials tersebut juga sejalan dengan peningkatan ekspektasi pelaku usaha terhadap prospek perkembangan ekonomi yang diperkirakan akan tumbuh lebih baik, sehingga pelaku usaha melakukan penambahan investasi dan bahan persediaan,. Sementara itu, nilai Consumption goods yang memiliki share sebesar 5%, turut mengalami
Grafik 1. 22 Pertumbuhan Ekspor berdasarkan Negara Tujuan
peningkatan dari kontraksi sebesar -58,66% (yoy)
Impor Luar Negeri
di triwulan IV 2015 menjadi sebesar 35,18%(yoy)
Perkembangan kinerja impor luar negeri pada triwulan
pada triwulan I 2016, seiring dengan peningkatan
I 2016 di Provinsi Bali tercatat sebesar 34,68% (yoy),,
konsumsi di periode triwulan berjalan yang didorong
lebih tinggi dibanding triwulan IV 2015 yang sebesar
oleh peningkatan kunjungan wisman dan wisnus
12,49% (yoy). Peningkatan tersebut terlihat dari
serta adanya faktor musiman berupa perayaan hari
peningkatan pertumbuhan nilai impor barang
keagamaan pada sepanjang periode triwulan laporan.
di
Provinsi Bali dari sebesar -74,7%(yoy) pada triwulan IV 2015, menjadi sebesar 42,93%(yoy) di triwulan I 2016. Seiring dengan peningkatan nilai impor barang, volume impor barang di periode yang sama juga menunjukkan peningkatan di triwulan laporan. Volume impor barang tumbuh sebesar -72,5% (yoy) pada triwulan IV 2015, sementara pada triwulan I 2016 tumbuh sebesar -41,88% (yoy). Peningkatan kinerja volume dan nilai impor terjadi
di seluruh
kelompok barang impor baik untuk jenis capital goods, consumption goods, maupun raw material.
Grafik 1. 23 Perkembangan Nilai Impor Luar Negeri Bali
Ekonomi Makro Regional
29
didorong oleh faktor musiman berupa perayaan hari 700
keagamaan seperti hari raya antara lain Imlek, Paskah,
600 500
Nyepi dan Galungan yang diiringi dengan kegiatan
400
MICE. Kondisi tersebut mendorong peningkatan
300 200 100 0
174.65 109.74 55.08 47.26 70.15 (6.31) (35.28) (36.87)(21.98)(22.87) (48.90)(45.41) (73.72) I
(100)
II
III
IV
2013
(200)
I
II
III
IV
2014
g Consumption Goods
g Raw Material
I
II
III 2015
IV
I 2016
g Capital Goods
Grafik 1. 26 Perkembangan Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC
kinerja lapangan usaha terkait yaitu lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum, lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, serta lapangan transportasi dan pergudangan. Sementara itu, dengan meningkatnya kinerja investasi, lapangan usaha konstruksi turut menunjukkan peningkatan pada periode triwulan laporan sehingga ikut mendorong peningkatan kinerja perekonomian Provinsi Bali
% yoy
Ribu Ton
di triwulan laporan. Di sisi lain, lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan mengalami perlambatan, terutama terjadidi subsektor tabama, yang disebabkan oleh
mundurnya masa panen
padi sebagai dampak El Nino di tahun 2015 yang menyebakan terjadi pemunduran masa tanam untuk periode musim tanam pertama
Grafik 1. 24 Perkembangan Volume Impor Luar Negeri Bali
Consumpti on Goods 5%
Capital Goods 48%
Raw Material & Auxiliary Goods 28% Grafik 1. 25 Pangsa Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC
1.3.
SISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, Peningkatan perekonomian Provinsi Bali di triwulan laporan, didorong oleh meningkatnya kinerja industri pariwisata
30
Ekonomi Makro Regional
yang
Tabel 1. 2 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Penawaran (%, yoy)*
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali * Tahun Dasar 2010
Struktur perekonomian Provinsi Bali pada triwulan I
perikanan (14%), (3) konstruksi (9%), (4) transportasi
2016, didominasi oleh 5 komponen lapangan usaha
dan pergudangan (9%), dan (5) perdagangan besar
utama antara lain: (1) penyediaan akomodasi makan
dan eceran (8%). Dominasi industri pariwisata
dan minum (23%), (2) pertanian, kehutanan dan
masih terlihat dari total pangsa lapangan usaha
Ekonomi Makro Regional
31
terkait dengan industri pariwisata yang mencapai
1.3.1. Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi
31%. Sementara itu, berdasarkan dari sumbangan
pertumbuhan
usaha
Perkembangan lapangan usaha penyediaan akomodasi
penyediaan akomodasi makan dan minum serta
dan makan minum mengalami peningkatan kinerja
lapangan usaha perdagangan besar dan eceran
pada triwulan I 2016 yang tumbuh sebesar 6,61%
menjadi lapangan usaha yang memiliki sumbangan
(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan
tertinggi masing-masing sebesar 1,31% dan 0,78%.
IV 2015 yang sebesar 4,87% (yoy). Peningkatan
Kondisi
peningkatan
kinerja lapangan usaha ini terkonfirmasi oleh hasil
pariwisata. Sementara itu Di sisi
Survei Kegiatan Dunia Usaha yang dilakukan Kantor
lain, lapangan usaha pertanian yang mengalami
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali di triwulan
perlambatan pertumbuhan, mengalami penurunan
I 2016 yang menunjukkan peningkatan nilai saldo
sumbangan secara signifikan menjadi hanya sebesar
bersih tertimbang (SBT) untuk lapangan usaha inidari
0,02% dibandingkan triwulan sebelumnya yang
sebesar -9,45% (SBT) pada triwulan IV 2015, menjadi
mencapai 0,51%
sebesar -4,54% (SBT) di triwulan I 2016. Peningkatan
ekonominya,
tersebut,
kinerja industri
sejalan
lapangan
dengan
dan Makan Minum
kinerja lapanagan usaha ini juga didorong oleh adanya Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 4%
Jasa Pendidikan 5%
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2%
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 14%
Jasa lainnya 2%
Jasa Perusahaan 1%
Pertambanga n dan Penggalian 1% Industri Pengolahan 7%
faktor musiman, yaitu perayaan hari raya keagamaan
Pengadaan Listrik dan Gas 0%
galungan, kuningan, dan imlek yang mendorong
Real Estate 4% Jasa Keuangan dan Asuransi 4%
Informasi dan Komunikasi 5%
Konstruksi 9% Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 23%
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0% Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8%
Transportasi dan Pergudangan 9%
sepanjang triwulan I 2016 antara lain paskah, nyepi, peningkatan jumlah kunjungan wisatawan domestik (wisdom) dan wisatawan mancanega (wisman). Peningkatan wisman tertinggi terutama wisman yang berasal dari asal Tiongkok ke Bali (dari pertumbuhan 1,32%(yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi sebasar 29,01% (yoy) pada triwulan I 2016). Faktor lain
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
yang juga mendukung peningkatan adalah direct
Grafik 1. 27 Pangsa Kategori Ekonomi terhadap PDRB Provinsi Bali Triwulan I 2016
flight
dan chartered flight dari dan ke Bali dari
beberapa kota di Tiongkok dan beberapa negara asal wisman lainnya. Selain itu adanya beberapa kegiatan
JASA LAINNYA JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL JASA PENDIDIKAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN… JASA PERUSAHAAN REAL ESTATE
JASA KEUANGAN DAN ASURANSI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
0.12 0.22 0.16 0.11 0.28 0.36
0.46
TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN KONSTRUKSI PENGADAAN AIR, PENGELOLAAN SAMPAH, LIMBAH…
PENGADAAN LISTRIK DAN GAS INDUSTRI PENGOLAHAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN
0.02 0.01 0.33 0.06 0.02
0.00
0.20
sepanjang triwulan laporan, beberapa diantaranya adalah Bali Clean Energy Forum, ICOPE 2016, dan
0.59
PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN, DAN REPARASI …
Meeting, Incentive, Convention dan Exhibition (MICE)
0.50
0.40
AMWAY China International.
1.31
0.78 0.71
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 1. 28 Andil Kategori terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Triwulan I 2016
32
Ekonomi Makro Regional
II
III 2014
IV -5.44
I
-1.83 II
III
IV
2015
I -4.54 2016
-9.45
Miliar Rp
-0.76 I
2.26
1.41
g Kr. Akmamin (skala kanan)
16,000
40
14,000
35
12,000
30
10,000
25
8,000
20
6,000
15
4,000
10
2,000
5
-15.86
0
I
II
III
IV
I
II
2014
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Grafik 1. 29 Perkembangan Usaha Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (SBT)
Peningkatan kinerja lapangan usaha ini terkonfirmasi dari peningkatan kunjungan wisman pada triwulan laporan tercatat sebesar 15,25%(yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2015 yang tercatat sebesar 2,55%(yoy). Sejalan dengan kondisi tersebut, kredit lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum menunjukkan peningkatan pertumbuhan dari sebesar 13,77% (yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi sebesar 19,64% (yoy), mengkonfirmasi hasil survei dan liaison yang menunjukkan peningkatan investasi pelaku usaha pariwisata untuk mengembangkan usahanya.
III
IV
2015
%,yoy
Kr. Akmamin
8.08
0
I 2016
Grafik 1. 31 Kredit Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum Provinsi Bali
Peningkatan kunjungan wisman pada triwulan I 2016 terjadi pada sebagian besar negara utama asal wisman antara lain Australia, Tiongkok, Malaysia, dan Jepang. Sementara itu berdasarkan share negara asal wisman, kunjungan wisman asal Tiongkok menempati peringkat pertama yang pada triwulan laporan tercatat sebesar 23%. Sementara, Australia yang sebelumnya menempati peringkat pertama negara asal wisman menempati peringkat kedua dengan share sebesar 22%. Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan konsumsi Australia serta depresiasi nilai tukar Australia Dollar (AUD) yang menyebabkan biaya berwisata ke Bali menjadi relatif lebih mahal. Lebih lanjut, beberapa wisatawan Australia diindikasikan melakukan pengalihan wisata ke Thailand dengan biaya wisata yang relatif lebih murah disbanding biaya wisata di Provinsi Bali. 100 80
%,yoy
60 40 20 0 -20 -40
Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah Grafik 1. 30 Kunjungan Wisman ke Bali Triwulanan
I
II
III
2013
IV
I
II
III
IV
I
II
2014
Australia
PRC
Japan
South of Korea
III
IV
2015
I 2016
Malaysia
Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah Grafik 1. 32 Perkembangan Kunjungan Wisman Berdasarkan Negara
1
Statement On Monetary Policy Reserve Bank of Australia (RBA) Mei 2016 : Household perceptions of personal finances menunjukkan penurunan pada awal tahun 2016.
Ekonomi Makro Regional
33
LS 2
1.73
1.5 1 0.5
0
0
-0.13
-0.5
III
IV
I
2013
Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah
II
III
IV
I
2014
II
III
IV
I
2015
2016
Sumber : Liaison KPwBI Bali, diolah
Grafik 1. 33 Asal Wisman yang Berkunjung ke Bali
Grafik 1. 34 Likert Scale Penjualan Domestik
1.3.2. Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan
Berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang
dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
Provinsi Bali, peningkatan pertumbuhan penjualan
Seiring dengan peningkatan pertumbuhan lapangan
terutama terjadi pada kelompok makanan, minuman,
usaha penyediaan akomodasi makan dan minum,
dan
lapangan usaha perdagangan besar dan eceran,
serta barang kerajinan dan mainan. Data kredit
reparasi mobil dan sepeda motor turut menunjukkan
perdagangan besar turut menunjukkan peningkatan
peningkatan pertumbuhan dari sebesar 7,60%
pertumbuhan dari sebesar 16,55% (yoy) pada
(yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi sebesar 8,78%
triwulan IV 2015 menjadi sebesar 19,43% (yoy) pada
(yoy) pada triwulan I 2016. Peningkatan tersebut
triwulan I 2016.
terkonfirmasi
dari
hasil
likert
scale
tembakau,
perlengkapan
rumah
tangga,
penjualan
domestik dari sebesar -0,13% pada triwulan IV 2015 menjadi sebesar 1,73% pada triwulan I 2016. Peningkatan lapangan usaha ini terutama mengikuti tendensi peningkatan industri pariwisata (tendensi peningkatan kunjungan wisnus & wisman) seiring dengan Nyepi, liburan panjang Paskah, Galungan dan Kuningan serta intensitas MICE.
Selain itu,
penurunan harga BBM, LPG dan TTL pada triwulan laporan diindikasikan turut menjadi faktor pendorong lapangan usaha ini.
Sumber : Survei Penjualan Eceran Grafik 1. 35 Perkembangan Total Penjualan Kelompok Komoditas
34
Ekonomi Makro Regional
Grafik 1. 36 Penyaluran Kredit Kategori Perdagangan Besar dan Eceran
Peningkatan juga terkonfirmasi dari berkurangnya kontraksi
pertumbuhan
penjualan
kendaraan
bermotor pada triwulan laporan yang tercatat sebesar -11,59%(yoy), dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar -15,81%(yoy). Peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan pertumbuhan penjualan mobil dari sebesar -14,85%(yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi sebesar 36,21%(yoy) pada triwulan I 2016. Peningkatan tersebut seiring dengan penurunan suku bunga KKB pada triwulan berjalan serta peningkatan upaya promosi penjual kendaraan bermotor untuk menghabiskan sisa stok tahun 2015.
Sumber : DISPENDA Provinsi Bali Grafik 1. 38 Pertumbuhan Penjualan Sepeda Motor dan Mobil
1.3.3. Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan Kategori transportasi dan pergudangan mengalami peningkatan mencapai 6,25%(yoy) pada triwulan I 2016, lebih tinggi dibanding triwulan IV 2015 yang tercatat sebesar 3,63% (yoy). Peningkatan tersebut searah dengan peningkatan kinerja industri pariwisata yang
mendorong
peningkatan
penggunaan
transportasi ke Pulau Bali baik transportasi udara maupun
transportasi
laut.
Peningkatan
kinerja
lapangan usaha ini juga selaras dengan hasil Survei Kegiatan
Dunia
Usaha
Bank
Indonesia
sektor
pengangkutan dan komunikasi yang menunjukkan perbaikan dari kontraksi dari sebesar -2,26% pada triwulan IV 2015 menjadi sebesar -2,06% pada triwulan I 2016. Kondisi tersebut juga sejalan dengan peningkatan pertumbuhan kredit transportasi dan pergudangan pada triwulan I 2016 yang mencapai 32,02% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan IV 2015 yang sebesar 3,13% Sumber : DISPENDA Provinsi Bali
(yoy).
Grafik 1. 37 Pertumbuhan Penjualan Kendaraan Bermotor
Ekonomi Makro Regional
35
I
II
III
IV
I
II
2014
III
IV
2015
I 2016
Sumber : BUMN
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Grafik 1. 39 Kegiatan Dunia Usaha Pengangkutan dan Komunikasi Kr. Transportasi dan Pergudangan
40
g Kr. Transportasi dan Pergudangan
30
Rp miliar
800
20
600
10
400
0 -10
200 0
%,yoy
1,000
Grafik 1. 41 Jumlah Penumpang Pesawat Udara Bandara Ngurah Rai
-20 I
II
III
IV
I
2014
II
III 2015
IV
I
-30
2016
Grafik 1. 40 Penyaluran Kredit Transportasi dan Pergudangan
Transportasi Udara
Sumber : BUMN Grafik 1. 42 Jumlah Kedatangan Kargo Internasional Bandara Ngurah Rai
Peningkatan kinerja lapangan Usaha transportasi
Transportasi Laut
terkonfirmasi dari peningkatan kinerja transportasi
Pada
udara baik penumpang, maupun kargo, seiring
transportasi laut turut mengalami peningkatan, salah
dengan peningkatan kedatangan wisatawan dengan
satunya terkait dengan penyediaan empat armada baru
adanya libur panjang paskah dan hari raya imlek,
oleh PT. Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan
serta meningkatnya direct flight dan chartered flight
(ASDP) Indonesia Ferry, Tbk. yang dipersiapkan untuk
dari dan ke Bali dari beberapa kota di Tiongkok,
potensi peningkatan arus penyebrangan saat Hari
pertumbuhan
penumpang
Raya Nyepi dan Paskah. Peningkatan tersebut terlihat
mengalami peningkatan dari sebesar -1,7% (yoy)
dari peningkatan pertumbuhan arus penumpang
pada triwulan IV 2015 menjadi sebesar 18,3%
dari sebesar 9,01% (yoy) pada triwulan IV 2015
(yoy) pada triwulan I 2016. Selaras dengan jumlah
menjadi sebesar 26,82% (yoy) pada triwulan I 2016.
kedatangan penumpang, kargo internasional turut
Kondisi tersebut juga sejalan dengan peningkatan
mengalami peningkatan pertumbuhan dari sebesar
pertumbuhan arus kapal dari sebesar -1,68% (yoy)
-0,38% (yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi sebesar
pada triwulan IV 2015 menjadi sebesar 23,47% (yoy)
0,85% (yoy) pada triwulan I 2016.
pada triwulan I 2016.
36
kedatangan
Ekonomi Makro Regional
jumlah
triwulan
I
2016
perkembangan
kinerja
pengolahan turut mengalami perlambatan dari sebesar 21,72% (yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi sebesar 20,43% (yoy) pada triwulan I 2016. Di sisi lain, pertumbuhan indeks Industri Manufaktur Mikro dan Kecil mengalami peningkatan dari sebesar 10,48% (yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi sebesar 12,34% (yoy) pada triwulan I 2016. Kondisi tersebut juga didukung oleh optimisme peningkatan kinerja industri pengolahan yang terindikasi dari peningkatan Sumber : BUMN, diolah
volume ekspor beberapa industri pengolahan Provinsi Bali terutama pada komoditas produk olahan kayu
Grafik 1. 43 Arus Penumpang Laut Pelabuhan Benoa
dan furniture pada triwulan I 2016.
g Unit Kapal (skala kanan) 2,500
23.74
0
1,000 -1.68
500 I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2013
2014
2015
-10
%,yoy
Unit
10
1,500
0
30 20
2,000
-20 -30
30 25 20 15 10 5 0 -5
%,yoy
Unit Kapal
I
II III IV
I
2013
Grafik 1. 44 Arus Kapal Pelabuhan Benoa dan Pelabuhan Celukan Bawang Provinsi Bali
I
2014 IBS
2016
Sumber : BUMN
II III IV
II III IV 2015
I 2016
IMK
Sumber : BPS Provinsi Bali Grafik 1. 45 Indikator Industri Besar Sedang (IBS) dan Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK)
1.3.4. Lapangan Usaha Industri Pengolahan Pada triwulan I 2016, pertumbuhan lapangan industri pengolahan tercatat sebesar 4,76% (yoy), lebih lambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,34%(yoy). Perlambatan ini terutama bersumber dari perlambatan pertumbuhan indeks Indikator Industri Besar Sedang (IBS) yang mengalami perlambatan dari sebesar 2,78% (yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi sebesar 0,41%(yoy) pada triwulan I 2016. Perlambatan tersebut juga terkonfirmasi dari perlambatan konsumsi listrik industri dari
Sumber : PLN Distribusi Bali Grafik 1. 46 Konsumsi Listrik Industri
sebesar 9,5% (yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi sebesar 7,75% (yoy) pada triwulan I 2016. Sejalan dengan hal tersebut, pertumbuhan kredit industri
Ekonomi Makro Regional
37
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
Grafik 1. 47 Kredit Kategori Industri
Grafik 1. 49 Perkembangan Konsumsi Semen Provinsi Bali
1.3.5. Lapangan Usaha Konstruksi dan
triwulan I 2016 yang sebesar 9%, jauh lebih tinggi
Lapangan Usaha Real Estate
Seiring dengan peningkatan kinerja komponen
dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu
investasi, lapangan usaha konstruksi, dan real estate
sebesar 1%.
mengalami peningkatan. Lapangan usaha konstruksi mengalami peningkatan dari sebesar 5,09% (yoy)
Sejalan dengan perkembangan lapangan usaha
pada triwulan IV 2015 menjadi sebesar 5,79% (yoy)
konstruksi,
pada triwulan I 2016. Peningkatan ini diindikasikan
menunjukkan
oleh peningkatan penjualan semen pada triwulan IV
usaha real estate tercatat mengalami peningkatan
2015 mencapai 9,2% (yoy), lebih tinggi dibanding
dari sebesar 5,09% (yoy) pada triwulan IV 2015
triwulan
(yoy)
menjadi sebesar 5,79% (yoy) pada triwulan I
(pembelian semen di triwulan IV 2015 digunakan
2016. Peningkatan kinerja tersebut terindikasi dari
untuk stok pembangunan infrastruktur di triwulan I
peningkatan pertumbuhan kredit KP Apartemen
2016). Selain itu, peningkatan kinerja lapangan usaha
dan KPR rumah tinggal. KP Apartemen mengalami
ini juga diindikasikan oleh realisasi belanja modal di
peningkatan dari sebesar 7,61% (yoy) pada triwulan
III
2015
yang
sebesar
2,38%
lapangan
usaha
perkembangan
real
estate
positif.
turut
Lapangan
IV 2015 menjadi sebesar 18,16% (yoy) pada triwulan I 2016. Sementara KPR rumah tinggal tipe s.d. 70 mengalami peningkatan dari 2,98% (yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi sebesar 3,54% (yoy) pada triwulan I 2016. Peningkatan tersebut diindikasikan terjadi seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat serta mulai menurunnya suku bunga sebagai dampak diturunkannya BI rate selama triwulan berjalan. Meskipun demikian, seiring dengan Sumber : Biro Keuangan Provinsi Bali Grafik 1. 48 Realisasi Belanja APBD Provinsi Bali
38
Ekonomi Makro Regional
optimisme dunia properti ke depan, indeks harga properti residensial primer menunjukkan peningkatan pada triwulan I 2016.
terkonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia yang menunjukkan penurunan kegiatan dunia usaha sektor pertanian dari sebesar -8,22% pada triwulan IV 2015 mejadi sebesar -8,27% (yoy) pada triwulan I 2016. Perlambatan tersebut terutama terjadi pada subkategori tabama dan subkategori perikanan. Pada subkategori tabama, komoditas padi jagung dan kedelai mengalami kemunduran pola tanam sebagai dampak EL Nino Grafik 1. 50 Kredit KP Apartemen
di tahun 2015, sehingga 40% produksi pertanian mengalami kemunduran masa panen dari triwulan I 2016 menjadi triwulan II 2016. Kondisi tersebut terindikasi dari kontraksi pertumbuhan produksi padi dari sebesar 0,87% (yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi sebesar -7,60% (yoy) pada triwulan I 2016.
Grafik 1. 51 Kredit KPR Tipe s.d. 70
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha
Grafik 1. 52 Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) Primer
1.3.6. Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan,
dan Perikanan
Lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan mengalami perlambatan dari sebesaar 2,81% (yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi sebesar 0,15% (yoy) pada triwulan I 2016. Perlambatan tersebut
350,000
15
300,000
10
250,000
5 0
200,000
-5
150,000
-10
100,000
-15
50,000 0
%,yoy
Sumber : Survei Harga Properti Residensial, Bank Indonesia
Ton
Grafik 1. 53 Perkembangan Kredit Kategori Pertanian
-20 I
II
III 2015
IV
I
-25
2016
Sumber : Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali Grafik 1. 54 Perkembangan Produksi Padi di Bali
Ekonomi Makro Regional
39
Sejalan
dengan
perkembangan
subkategori
yang mencapai lebih dari 30% selama
beberapa
pertanian, subkategori perikanan turut mengalami
tahun terakhir. Sejalan dengan berkembangnya
perlambatan dari sebesar -42% (yoy) pada triwulan
pariwisata di Provinsi Bali, dominasi pendapatan
IV 2015 menjadi sebesar -61% (yoy) pada triwulan
ekonomi di Provinsi Bali juga terjadi pada Kabupaten/
I 2016. Kredit lapangan usaha pertanian turut
Kota dengan dukungan infrastruktur pariwisata
mengkonfirmasi perlambatan tersebut terlihat dari
dan lokasi pariwisata yang dominan dimiliki oleh
perlambatan pertumbuhan kredit pertanian dari
daerah Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan
sebesar 20,86% (yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi
atau sering disebut SARBAGITA. SARBAGITA sendiri
19,13% (yoy) pada triwulan I 2016.
mendominasi
ton
8,000 6,000 4,000 2,000 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2012
2013
2014
1400 1200 1000 800 600 400 200 0 -200
Provinsi
Bali
18%, 27%, 13%, dan 11%. Sementara share terkecil dimiliki oleh Kabupaten Bangli sebesar 3%.Meskipun demikian, kabupaten yang berada di %,yoy
g. Prod. Ikan(skala kanan)
10,000
0
PDRB
dengan share sebesar 69% masing-masing sebesar
Prod. Ikan 12,000
pertumbuhan
2015 2016
Sumber : PPN Pengambengan Grafik 1. 55 Perkembangan Produksi Ikan Pengambengan
Bali Utara kecuali Buleleng, yaitu Karangasem, Bangli, dan Klungkung berhasil mencatat peningkatan pertumbuhan pada tahun 2015 berbeda dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali yang secara total mengalami perlambatan di tahun 2015. Kabupaten Karangasem bahkan mencatat angka pertumbuhan tertinggi sebesar 6,22% (yoy) pada tahun 2015, di atas angka pertumbuhan Provinsi Bali yang sebesar 6,04% (yoy) dan Kabupaten Badung yang memiliki pangsa
terbesar
tercatat
sebesar
6,2%
(yoy).
Sementara, angka pertumbuhan ekonomi terendah dimiliki oleh Kabupaten Tabanan yang sebesar 6,03% (yoy) pada tahun 2015.
Denpasar 18% Grafik 1. 56 Perkembangan Kredit Kategori Pertanian
1.4.
PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN
EKONOMI KABUPATEN/KOTA PROVINSI
Provinsi Bali yang juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata, telah berhasil mencuri perhatian
Sumber : BPS Provinsi Bali
wisatawan domestik dan internasional sebagaimana terlihat dari kontribusi pendapatan sektor pariwisata
40
Ekonomi Makro Regional
Badung 27%
Buleleng 16% Karangase m 8% Bangli 3%
BALI
Tabanan 11%
Klungkung 4%
Gianyar 13%
Grafik 1. 57 Share PDRB Kab/Kota Provinsi Bali
Tabel 1. 3 Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Bali (%,yoy)
Kabupaten Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar
2011
2012 6.11 7.07 7.15 6.11 6.14 5.43 6.44 7.16
2013 6.12 7.64 7.08 6.25 6.20 5.93 6.78 7.51
Sumber : BPS Provinsi Bali,diolah Ket : **) angka sangat sementara
2014 6.41 6.82 6.84 6.05 5.94 6.16 7.15 6.96
Secara
2015 6.54 6.97 6.80 5.98 5.82 6.01 6.96 7.00
umum,
sejalan
dengan
6.03 6.20 6.06 6.13 6.09 6.22 6.05 6.15 pertumbuhan
perekonomian Provinsi Bali secara keseluruhan, share PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Bali didominasi oleh lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan 7.30
minum dan lapangan usaha pertanian, kehutanan
6.80
dan perikanan dengan rata-rata masing-masing sebesar 19,7% dan 18,7%. Kabupaten Bangli yang
6.30
mengalami peningkatan pertumbuhan yang cukup
5.80
2012
2013
2014
signifikan dari 5,82%(yoy) pada tahun 2014 menjadi
2015
Tabanan
Badung
Gianyar
Klungkung
Bangli
Karangasem
Buleleng
Denpasar
sebesar 6,09%(yoy) pada tahun 2015. Peningkatan tersebut didorong oleh share lapangan usaha
Sumber : BPS Provinsi Bali,diolah Ket : **) angka sangat sementara Grafik 1. 58 Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Bali
pertanian yang mendominasi sebesar 27,3% dan lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan minum sebesar 12,9%.
Konstruksi
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Industri Pengolahan
Transportasi dan Pergudangan
BANGLI
28.1
KARANGASEM
BULELENG
7.1 9.3 9.2 6.7 3.1 4.7
17.8 8.6 11.5 5.8 1.2 5.1
10.8 5.7 5.2 4.0 7.5
KLUNGKUNG
1.3
GIANYAR
8.7 8.1 9.1 3.1 5.4
13.5
17.8
22.9
26.4
23.3
24.7
25.1
BADUNG
13.3 11.4 7.5 11.9 0.9 5.1
TABANAN
6.7 8.4 6.4 4.0 3.2
9.7 8.7 6.0 1.6 7.0
21.5 22.7
28.4
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
27.3
2011
12.9 7.4 10.5 9.8 11.0
5.30
DENPASAR
Sumber : BPS Provinsi Bali,diolah Ket : **) angka sangat sementara Grafik 1. 59 Share Lapangan Usaha Utama PDRB Kabupaten/ Kota di Provinsi Bali
Ekonomi Makro Regional
41
BOKS A SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL PRIMER TRIWULAN I-2016 : HARGA PROPERTI RESIDENSIAL TERUS MENUNJUKKAN PENINGKATAN
Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) di
pembiayaan pembangunan properti residensial yang
Provinsi Bali triwulan I 2016 mengindikasikan adanya
berasal dari konsumen (melalui down payment)
peningkatan pertumbuhan harga properti residensial
hanya sebesar 6%. Dari sisi konsumen, fasilitas Kredit
di pasar primer. Indeks Harga Properti Residensial
Pemilikan Rumah (KPR) tetap menjadi pilihan utama
Provinsi Bali pada triwulan I 2016 tercatat sebesar
pembiayaan konsumen untuk semua tipe rumah.
186,57,
Peningkatan
Untuk tipe rumah kecil (s.d. tipe 36), persentase
tersebut lebih tinggi dari triwulan IV 2015 yang sebesar
konsumen yang menggunakan fasilitas KPR mencapai
0,34% (qtq). Berdasarkan tipe rumah, peningkatan
80,53%, tipe rumah menengah (tipe >36 - 70)
harga (secara triwulanan) terjadi pada semua tipe
82,86% dan tipe rumah besar (Tipe > 70) 73,33%.
rumah (kecil, menengah dan besar). Peningkatan
Selain pembiayaan melalui KPR, pembiayaan dengan
harga tertinggi, terjadi pada rumah tipe kecil dengan
cash secara bertahap juga menjadi salah satu alternatif
kenaikan sebesar 0,57% (qtq), diikuti rumah tipe
pembiayaan yang dipilih oleh konsumen.
menengah (0,36%, qtq) dan besar (0,16%,qtq).
Harga properti residensial di pasar primer, diperkirakan
Sementara secara tahunan, pertumbuhan harga
tumbuh lebih tinggi pada triwulan II 2016 sebesar
properti residensial primer di triwulan berjalan, juga
1,14% (qtq). Kondisi ini menunjukkan bahwa
menunjukkan peningkatan dari 1,77% (yoy) di
responden optimis perkembangan properti akan
triwulan IV 2015 menjadi 1,87% (yoy) pada triwulan I
semakin membaik pada triwulan II 2016. Peningkatan
2016. Berdasarkan tipe rumah, peningkatan kenaikan
harga properti residensial di pasar primer tertinggi
harga terjadi pada semua tipe rumah dengan kenaikan
diperkirakan terjadi pada jenis rumah tipe menengah
harga terbesar terjadi pada rumah tipe menengah,
yang mencapai 1,95% (qtq), sementara untuk tipe
yaitu sebesar 2,19 % (yoy). Berdasarkan hasil survei,
rumah besar dan kecil masing-masing diperkirakan
beberapa faktor yang mendorong kenaikan harga
meningkat sebesar 0,83% (qtq) dan 0,65%(qtq).
properti residensial di pasar primer pada triwulan I
Kenaikan harga secara tahunan, juga diperkirakan
2016 adalah kenaikan harga bahan bangunan (30%),
terjadi pada triwulan II 2016. Secara keseluruhan,
kenaikan upah pekerja (27%), biaya perizinan (25%),
harga properti residensial di pasar primer diperkirakan
adanya penambahan fasilitas umum di perumahan
tumbuh 2,48% (yoy) pada triwulan II 2016.
(9%) dan faktor lainnya (9%).
Pertumbuhan tertinggi diperkirakan terjadi pada
meningkat
Hasil
survei
0,36%
(qtq).
mengkonfirmasi
bahwa
rumah tipe menengah (3,82%, yoy) diikuti rumah
pembiayaan bank dan dana internal perusahaan tetap
tipe kecil (2,21%, yoy) dan tipe besar (1,43%, yoy).
menjadi sumber utama pembiayaan pembangunan
Perkembangan penyaluran kredit perbankan untuk
properti residensial, dengan share masing-masing
kepemilikan rumah tinggal tipe kecil (s.d. tipe 21)
sebesar 59% dan 35%. Sementara komposisi
dan menengah (s.d. tipe 70) pada triwulan I 2016
42
turut
menunjukkan
peningkatan.
Pertumbuhan
triwulan IV 2015 menjadi 8,38% (yoy) pada triwulan
penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tipe kecil
I 2016. Hal ini sejalan dengan hasil SHPR Primer
pada triwulan I 2016 tumbuh sebesar -3,92% (yoy),
triwulan I 2016 yang mengindikasikan bahwa properti
namun masih lebih tinggi dibanding triwulan IV 2016
residensial tipe kecil dan menengah lebih diminati
yang sebesar -4,45%(yoy). Sementara penyaluran
dibanding properti residensial tipe besar. Dilihat dari
KPR tipe menengah tumbuh sebesar 10,22% (yoy)
nominalnya, total kredit untuk kepemilikan rumah
pada triwulan I-2016, lebih tinggi dibanding triwulan
tinggal di triwulan I 2016 tercatat sebesar Rp 11,087
IV-2015 yang sebesar 9,84%(yoy). Namun demikian,
triliun, meningkat 0,2% (qtq) dibanding triwulan IV
pertumbuhan penyaluran KPR tipe besar mengalami
2015 yang sebesar Rp 11,065 triliun.
perlambatan pertumbuhan, dari 10,76%(yoy) pada Tabel 1. Perkembangan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) Primer
*) Angka Perkiraan Tabel 2. Growth (YoY) Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) Primer
*) Angka Perkiraan Tabel 3. Growth (qtq) Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) Primer
*) Angka Perkiraan
43
Metodologi: Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Primer, bertujuan untuk memperoleh informasi dini mengenai perkembangan properti residensial, khususnya rumah primer di Indonesia, guna mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia dalam menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, melalui peningkatan kualitas data. Survei harga properti residensial di pasar primer dilakukan terhadap perusahaan pengembang perumahan yang melakukan transaksi penjualan di wilayah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi, yang dilakukan secara triwulanan. Data yang dikumpulkan meliputi harga jual rumah, harga jual tanah, jumlah rumah yang dibangun dan jumlah rumah yang dijual, informasiinformasi tambahan seperti penyebab kenaikan harga, kondisi permintaan dan penawaran serta pembiayaan properti.
44
BAB II
PERKEMBANGAN INFLASI Foto oleh: Umran Usman
KEKR Provinsi Bali Triwulan I 2016
45
46
Perkembangan Inflasi
2.1.
PERKEMBANGAN UMUM INFLASI
9.00 8.00
9.00
7.00
8.00
6.00
7.00
5.00
6.00
4.00
5.00
2014
4.00
2015
3.00
2016
2.00
2014 2015
3.00
2016
2.00 1.00 0.00 -1.00
1.00
-2.00
(1.00)
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 2 Inflasi Kumulatif Nasional (%ytd)
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 1 Inflasi Kumulatif Bali (%ytd)
Secara spasial, dari 2 kota sampel inflasi di Provinsi
Inflasi Bali pada triwulan I 2016 tercatat sebesar 3,59% (yoy), meningkat dibanding pencapaian inflasi triwulan IV 2015 yang tercatat sebesar 2,75% (yoy). Namun demikian, pencapaian inflasi Bali triwulan I 2016 masih lebih rendah dibanding inflasi nasional yang sebesar 4,45% (yoy) dan lebih rendah dibandingkan dengan inflasi triwulan I 2015 yang sebesar 6,42% (yoy).
dalam kisaran proyeksi Kajian Ekonomi Regional (KEKR) triwulan sebelumnya dan diharapkan dapat tercapainya
sampel inflasi yang cukup tinggi pada triwulan I 2016 yaitu sebesar 4,42% (yoy). Meskipun pencapaian inflasi ini tercatat lebih rendah dibandingkan dengan inflasi periode yang sama di tahun sebelumnya yaitu sebesar 8,99% (yoy). Namun, secara kumulatif inflasi Kota Singaraja pada triwulan I 2016 (Januari-Maret) telah mencapai 1,56% (ytd), jauh lebih tinggi dari tahun 2015 yang hanya mencapai 0,15% (ytd) pada
Pencapaian inflasi Bali pada triwulan I 2016 masih
mendukung
Bali, Kota Singaraja masih tercatat sebagai kota
target
inflasi
nasional
yang sebesar 4%±1% (yoy). Meski tercatat lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional, secara kumulatif inflasi Bali hingga triwulan I 2016 tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi kumulatif pada periode yang sama di tahun 2015. Pada Maret 2016, inflasi kumulatif Bali tercatat sebesar 0,79% (ytd) sementara periode yang sama tahun sebelumnya hanya mencapai -0,04% (ytd).
triwulan I 2015. Sementara itu, inflasi Kota Denpasar pada triwulan I 2016 tercatat sebesar 3,41% (yoy), jauh lebih rendah dibanding tahun sebelumnya sebesar 5,88% (yoy). Secara kumulatif, inflasi Kota Denpasar pada triwulan I 2016 (Januari-Maret) adalah sebesar 0,62% (ytd), juga tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I 2015 yang tercatat sebesar -0,08% (ytd). Berdasarkan kelompok penyumbang inflasi, tekanan inflasi pada triwulan I 2016 terutama disebabkan oleh kelompok inti dan volatile food. Sementara itu, kelompok administered prices tercatat sebagai penahan
kenaikan
laju
inflasi
seiring
dengan
kebijakan Pemerintah terkait penurunan harga BBM, tarif angkutan, dan harga LPG 12 kg pada awal Tahun 2016.
Perkembangan Inflasi
47
pangan di Provinsi Bali. Selain itu, peningkatan
10
indeks harga pada kelompok bahan makanan pada
9 8
triwulan I 2016 disebabkan oleh adanya peningkatan
7 6 5
Denpasar
permintaan menjelang Tahun Baru Imlek serta
Singaraja
perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan yang
4
Bali
3
Nasional
Kelompok inti seperti kelompok sandang juga
2 1 0
jatuh pada tanggal 8, 10, dan 20 Februari 2016. menunjukkan adanya peningkatan harga pada
Tw II 2015
Tw III 2015
Tw IV 2015
Tw I 2016
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 3 Inflasi Kota di Bali (%yoy)
triwulan I 2016 yang disebabkan oleh penetapan harga baru oleh pelaku usaha seiring pergantian tahun dan penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP) serta Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK). Sementara itu, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan menunjukkan pergerakan melandai yang dipengaruhi oleh penyesuaian harga bahan bakar rumah tangga dan minyak serta tariff adjustment listrik oleh PT. PLN (Persero). a)
Kelompok Bahan Makanan
Secara tahunan, kelompok bahan makanan pada triwulan I 2016 kembali tercatat sebagai kelompok penyumbang inflasi tertinggi di Bali. Kelompok ini tercatat mengalami inflasi sebesar 7,70% (yoy) pada Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Maret 2016, lebih tinggi dibandingkan dengan
Grafik 2. 4 Perkembangan Inflasi Nasional dan Provinsi Bali (% yoy)
inflasi Maret 2015 yang sebesar 7,43% (yoy). Secara spasial, kelompok bahan makanan juga menjadi kelompok penyumbang inflasi tertinggi di kedua
2.2.
ANALISIS PERKEMBANGAN INFLASI
kota sampel inflasi di Provinsi Bali. Di Kota Denpasar,
2.2.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan
inflasi kelompok bahan makanan tercatat mencapai
Jasa
6,93% (yoy) pada triwulan I 2016, sementara di Kota
Pada triwulan I 2016, penyebab utama inflasi
Singaraja tercatat sebesar 11,56% (yoy). Sementara
Provinsi Bali masih didominasi oleh kelompok bahan
secara triwulanan, kelompok bahan makanan tercatat
makanan yang dipicu oleh kenaikan harga bawang
sebesar 4,08% (qtq) lebih tinggi dibandingkan dengan
merah, daging ayam ras, telur ayam ras, dan cabai
triwulan sebelumnya yang sebesar 1,44% (qtq).
rawit sebagai pendorong utama inflasi volatile food. Tren kenaikan harga komoditas tersebut merupakan dampak dari pergeseran musim panen akibat berlanjutnya anomali cuaca yang mengakibatkan berkurangnya produksi pertanian secara nasional sehingga turut mempengaruhi pasokan komoditas
48
Perkembangan Inflasi
16.00
%, mtm
14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 Bali
2.00 0.00 -2.00
Denpasar
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar 2014
2015
Singaraja
2016
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 5 Inflasi Bulanan Kelompok Bahan Makanan Denpasar, Singaraja, dan Prov. Bali
%, qtq
Komoditas penyumbang inflasi pada kelompok bahan makanan ditunjukkan terutama pada pergerakan harga bawang merah, bawang putih, telur ayam ras, cabai merah, dan cabai rawit. Kondisi tersebut telah ditindaklanjuti dengan rangkaian penyelenggaraan Operasi Pasar dan Pasar Murah di bawah koordinasi TPID Provinsi Bali. Selain beras, komoditas lainnya yang menjadi penyumbang utama inflasi pada kelompok bahan makanan adalah bawang merah, daging ayam
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
ras, dan cabai merah. Sementara komoditas beras
Grafik 2. 6 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Prov. Bali
menunjukkan pergerakan melandai meskipun terjadi penurunan produksi padi pada periode Januari-Maret 2016.
%, yoy
40.00
Bawang Merah
%, mtm
30.00 20.00 10.00 0.00 -10.00
Feb Apr Jun Aug Oct Dec Feb Apr Jun Aug Oct Dec Feb 2014
2015
2016
-20.00 -30.00
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 7 Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan di Prov. Bali
Sumber : Bank Indonesia, diolah Grafik 2. 8 Pergerakan Inflasi Bulanan Bawang Merah
Perkembangan Inflasi
49
14.00
Bawang Putih
%, mtm
Daging Sapi
%, mtm
4.00
12.00
3.00
10.00 8.00
2.00
6.00 4.00
1.00
2.00 0.00 -2.00 Feb Apr Jun Aug Oct Dec Feb Apr Jun Aug Oct Dec Feb 2014
-4.00
2015
2016
0.00
Feb Apr Jun Aug Oct Dec Feb Apr Jun Aug Oct Dec Feb
-1.00
2014
-6.00 -8.00
2016
-2.00
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Grafik 2. 9 Pergerakan Inflasi Bulanan Bawang Putih
15.00
2015
Telur Ayam Ras
%, mtm
Grafik 2. 12 Pergerakan Inflasi Bulanan Daging Sapi
Beras
%, mtm
10.00 8.00 6.00
10.00
4.00 5.00
2.00
0.00
-2.00
0.00 Feb Apr Jun Aug Oct Dec Feb Apr Jun Aug Oct Dec Feb 2014
-5.00
2015
2016
Feb Apr Jun Aug Oct Dec Feb Apr Jun Aug Oct Dec Feb 2014
-4.00
2015
2016
-6.00 -8.00
-10.00
-10.00
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Grafik 2. 10 Pergerakan Inflasi Bulanan Telur Ayam Ras
15.00
Kenaikan harga komoditas pada kelompok ini
Daging Ayam Ras
%, mtm
merupakan
10.00
-5.00
dampak
dari
pergeseran
musim
panen akibat berlanjutnya anomali cuaca yang
5.00 0.00
Grafik 2. 13 Pergerakan Inflasi Bulanan Beras
mengakibatkan berkurangnya produksi pertanian Feb Apr Jun Aug Oct Dec Feb Apr Jun Aug Oct Dec Feb 2014
2015
2016
secara
nasional
sehingga
turut
mempengaruhi
pasokan komoditas pangan di Provinsi Bali. Selain
-10.00
itu, peningkatan indeks harga pada kelompok bahan
-15.00
makanan juga disebabkan oleh adanya peningkatan
-20.00
permintaan menjelang Tahun Baru Imlek serta
Sumber : Bank Indonesia, diolah Grafik 2. 11 Pergerakan Inflasi Bulanan Daging Ayam Ras
perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan jatuh pada tanggal 8, 10, dan 20 Februari 2016. Nampak pada grafik, bahwa pergerakan harga beras sebagai kebutuhan bahan pokok di Provinsi Bali melandai di tengah penurunan produksi di Provinsi Bali.
50
Perkembangan Inflasi
Tabel 2.1 Produksi Padi (Ton)
Sumber : Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali, diolah
b)
Kelompok Makanan Jadi, Minuman,
Rokok dan Tembakau
%, qtq
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
%, yoy
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Grafik 2. 14 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Prov. Bali
Grafik 2. 15 Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Prov. Bali
Pada triwulan I 2016 tekanan inflasi kelompok
tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 5,65%
makanan jadi, minuman jadi, rokok dan tembakau
(yoy). Sementara itu, mengikuti pola pergerakan
tercatat 4,07% (yoy), meningkat dari triwulan
triwulanan, kelompok ini mengalami penurunan dan
sebelumnya yang sebesar 3,66% (yoy) setelah terus
tercatat sebesar 1,14% (qtq) pada triwulan I 2016,
melandai sejak triwulan IV 2014. Namun demikian,
atau lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang
secara tahunan, inflasi kelompok ini juga lebih tinggi
sebesar 1,48% (qtq).
dibandingkan dengan dengan periode yang sama
Perkembangan Inflasi
51
c)
Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas
Inflasi kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan
dan Bahan Bakar
Bahan Bakar pada triwulan I 2016 tercatat relatif jauh lebih rendah. Pada triwulan I 2016 tercatat sebesar 0,91% (yoy) yang pada triwulan sebelumnya tercatat
%, qtq
sebesar 4,79% (yoy). Sementara secara triwulan, kelompok ini tercatat deflasi sebesar -1,12% (qtq) pada triwulan I 2016 lebih rendah dari triwulan IV 2015 yang tercatat inflasi sebesar 0,62% (qtq). Hal ini sejalan dengan kebijakan Pemerintah terkait penurunan harga BBM, tarif angkutan, dan harga LPG 12 kg berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No.2K/12/MEM/2016 yang diberlakukan sejak tanggal
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
5 Januari 2016. Kondisi ini juga merupakan dampak Grafik 2. 16 Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Prov. Bali
berlanjutnya penurunan harga minyak dunia, yang berpengaruh pada melandainya harga bensin serta penurunan harga Bahan Bakar Khusus (Pertamax
%, yoy
dan Pertalite). Tertahannya inflasi pada kelompok ini juga didukung adanya tariff adjustment listrik oleh PT. PLN Persero sejak Januari 2016 yang terus bertahap sampai Maret 2016 terutama golongan R-1, R-2, R-3, P-1, dan P-2.
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 17 Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Prov. Bali Rp
%
60% 40% 20% 0%
2015
Sumber : Bank Indonesia, diolah Grafik 2. 18 Perubahan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Bersubsidi
Perkembangan Inflasi
01 April
05 Januari
28 Maret
2014
01 Maret
2013
19 Januari
18 November
2009
01 Januari
22 Juni
2008
15 Desember
01 Desember
24 Mei
01 Oktober
2005
15 Januari
2003
01 Maret
21 Januari
01 Januari
-20%
2002
52
100% 80%
17 Januari
9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 -
2016
190
Indeks
(%) 20
180 170
15
160 150
10
140 130
1.87
1.77
120 110 90
0.36
0.34
100 I
II
III
IV
2013 IHPR - Total
I
II
III
IV
I
2014
II
III
IV
I
2015
Growth qtq (RHS)
5 0 -5
2016
Growth yoy (RHS)
Sumber : Bank Indonesia, diolah Grafik 2. 19 Indeks Harga Properti Residensial (SHPR) Primer
Di sisi lain, pada triwulan I 2016 Survei Harga Properti Residensial (SHPR) primer Kantor Perwakilan Bank
%, qtq
Indonesia Provinsi Bali tercatat relatif stabil meski pada Januari 2016 terdapat gejolak harga pada komoditas sewa rumah di Denpasar. SHPR tercatat mengalami sedikit peningkatan dari 1,77% (yoy) atau 0,34% (qtq) pada triwulan IV 2015 menjadi 1,87% (yoy) atau 0,36% (qtq) pada triwulan I 2016. d)
Kelompok Sandang
Inflasi pada kelompok sandang tercatat mengalami peningkatan baik secara triwulanan maupun tahunan
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 20 Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Prov. Bali
setelah pada triwulan sebelumnya turun cukup dalam. Pada Maret 2016 kelompok ini tercatat
%, yoy
mengalami inflasi sebesar 3,30% (qtq), jauh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya tercatat sebesar 0,06% (qtq). Sementara itu, secara tahunan kelompok ini tercatat mengalami inflasi sebesar 6,69% (yoy), juga lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,31% (yoy). Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 21 Inflasi Tahunan Sandang di Prov. Bali
Perkembangan Inflasi
53
e)
Kelompok Kesehatan
f)
Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah
Sejalan dengan kelompok sandang, tekanan inflasi
Raga
kelompok kesehatan turut mengalami peningkatan
Sesuai dengan pola historis, secara triwulanan, inflasi
baik secara triwulanan maupun secara tahunan.
pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga
Pada Maret 2015, kelompok ini tercatat mengalami
tercatat mengalami peningkatan dari 0,07% (qtq)
inflasi sebesar 5,71% (yoy), meningkat dibandingkan
pada triwulan IV 2015 menjadi sebesar 0,35% (qtq)
dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang
pada triwulan I 2016. Namun secara tahunan, pada
sebesar 4,81% (yoy). Sementara secara triwulanan
triwulan I 2016 kelompok pendidikan, rekreasi dan
tercatat mengalami inflasi sebesar 1,57% (qtq) atau
olah raga tercatat relatif stabil dengan inflasi sebesar
meningkat dibandingkan dengan inflasi triwulan lalu
4,05% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan
yang sebesar 0,99% (qtq).
dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,07% (yoy).
%, qtq
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 22 Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Prov. Bali
%, yoy
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 23 Inflasi Tahunan Kelompok Kesehatan di Prov. Bali
54
Perkembangan Inflasi
%, qtq
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 24 Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga di Prov. Bali
%, yoy
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 25 Inflasi Tahunan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga di Prov. Bali
g)
Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa
2.2.2. Inflasi Menurut Kota
Keuangan %, qtq
26% 19% 19% 16% 9%
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 2. 26 Inflasi Triwulanan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Prov. Bali
Grafik 2. 28 Bobot Tahun Dasar (2012=100) Kelompok Pengeluaran Kota Denpasar
%, yoy
27% 26% 19% 12% 6% 5% 4% Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 27 Inflasi Tahunan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Prov. Bali
Grafik 2. 29 Bobot Tahun Dasar (2012=100) Kelompok Pengeluaran Kota Singaraja
Secara triwulanan, inflasi pada kelompok transpor,
Sejak Tahun 2013 inflasi Provinsi Bali ditentukan
komunikasi
mengalami
berdasarkan inflasi dari 2 (dua) kota sampel inflasi,
penurunan yang cukup dalam dibandingkan dengan
yaitu Kota Denpasar dan Kota Singaraja. Karakteristik
triwulan sebelumnya dari 0,001% (qtq) pada triwulan
inflasi Kota Denpasar maupun Kota Singaraja
sebelumnya menjadi -1,45% (qtq) pada periode
terutama dipengaruhi oleh kelompok pengeluaran
laporan. Sementara itu, secara tahunan inflasi
bahan makanan, makanan jadi dan perumahan
kelompok ini tercatat sebesar 0,34% (yoy), lebih tinggi
sebagaimana tercermin pada dominannya bobot
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
kelompok pengeluaran tersebut dalam keranjang IHK
mengalami deflasi sebesar -1,18% (yoy). Rendahnya
Kota Denpasar maupun Kota Singaraja.
dan
jasa
keuangan
inflasi kelompok ini didukung adanya penyesuaian harga Bahan Bakar sehingga tercatat deflasi pada komoditas Angkutan Antar Kota, Angkutan Dalam Kota, Angkutan Udara, Bensin, dan Solar.
Perkembangan Inflasi
55
a)
Kota Denpasar Tabel 2.2 Perkembangan Inflasi Kota Denpasar Per Kelompok Pengeluaran
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Pada triwulan I 2016, laju inflasi Kota Denpasar
adanya potensi kenaikan, pada Maret 2016 kembali
mengalami peningkatan dari 2,75% (yoy) pada
dilakukan rangkaian upaya koordinasi pengendalian
triwulan IV 2015 menjadi 3,41% (yoy) pada triwulan
inflasi oleh TPID Provinsi/Kabupaten/Kota se-Provinsi
I 2016. Peningkatan tekanan inflasi tertinggi terjadi
Bali antara lain melalui Operasi Pasar dan Pasar Murah
pada kelompok bahan makanan (6,93%, yoy),
serta kegiatan pemantauan harga. Selain kelompok
kelompok sandang (6,24%, yoy), dan kelompok
bahan makanan, kelompok sandang dan kesehatan
kesehatan (6,24%, yoy). Inflasi kelompok bahan
pada triwulan I 2016 juga merupakan pendorong
makanan triwulan I 2016 tercatat lebih rendah dari
inflasi Kota Denpasar. Adanya peningkatan pada
inflasi triwulan I 2015 yang sebesar 7,65% (yoy). Sama
kedua kelompok ini didorong oleh peningkatan UMK
halnya dengan kondisi Bali secara umum, peningkatan
Denpasar sebesar 11,5% sesuai dengan Peraturan
inflasi kelompok ini pada periode pelaporan di Kota
Gubernur Bali No.1 Tahun 2016 tentang Upah
Denpasar disebabkan karena adanya hambatan
Minimum Kabupaten/Kota.
produksi pada komoditas utama penyumbang inflasi (cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah) yang
Sementara itu, kelompok perumahan, air, listrik, gas,
terjadi pada lingkup nasional dan juga berkurangnya
dan bahan bakar menunjukkan penurunan yang
stok/pasokan yang tersedia di pasar tradisional. Hal ini
cukup dalam dibandingkan triwulan IV 2015 tercatat
juga tidak lepas dari masih tingginya ketergantungan
sebesar 5,09% (yoy) sehingga menjadi sebesar
pasokan dari daerah lainnya sehingga harga relatif
1,07% (yoy) pada triwulan I 2016. Apabila ditinjau
berfluktuasi. Selain itu, tekanan inflasi kelompok
pergerakannya sepanjang triwulan I 2016, maka top
bahan makanan juga didorong oleh terjadinya
5 komoditas yang tercatat mengalami inflasi di Kota
bencana kebakaran di salah satu pasar tradisional
Denpasar masih didominasi oleh komoditas pada
terbesar di Denpasar, yaitu Pasar Badung. Menyikapi
kelompok volatile food.
56
Perkembangan Inflasi
Tabel 2.3 Top 5 Komoditas Penyumbang Inflasi dan Deflasi Kota Denpasar
No
Komoditas
Januari Inflasi 1 Bawang Merah
(%, mtm)
Kontribusi (%,mtm)
33,17
0,18
No
Komoditas
Deflasi 1 Bensin
(%, mtm)
Kontribusi (%,mtm)
-3,73
-0,20
2
Daging Ayam Ras
6,80
0,13
2
Buncis
-55,75
-0,09
3
Telur Ayam Ras
14,45
0,10
3
-25,00
-0,04
4
Angkutan Udara
10,18
0,09
4
-17,49
-0,04
54,02
0,08
5
Kasur Angkutan Antar Kota Semangka
-19,16
-0,03
57,10
0,12
5 Baju Kaos Berkerah Februari Inflasi 1 Cabai Merah
Deflasi 1 Tarif Listrik
-3,81
-0,16
2
Pisang
16,58
0,05
2
Bensin
-1,13
-0,06
3
Emas Perhiasan
4,92
0,04
3
Cabai Rawit
-30,24
-0,04
4
Rokok Kretek Filter
5 Tomat Sayur Maret Inflasi 1 Cabai Rawit
2,45
0,03
4
Bawang Merah
-6,82
-0,04
56,47
0,03
5
Angkutan Udara
-2,65
-0,02
80,70
0,12
-12,82
-0,24
Deflasi 1 Daging Ayam Ras
2
Sawi Hijau
65,60
0,09
2
Tarif Listrik
-1,80
-0,07
3
Mobil
2,17
0,06
3
Angkutan Udara
-5,22
-0,05
4
Buncis
38,39
0,06
4
Bensin
-0,72
-0,04
5
Tongkol Pindang
10,26
0,04
5
Telur Ayam Ras
-5,01
-0,03
Sumber : Bank Indonesia, diolah
b)
Kota Singaraja Tabel 2.4 Perkembangan Inflasi Kota Singaraja Per Kelompok Pengeluaran
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Perkembangan Inflasi
57
Tabel 2.5 Top 5 Komoditas Penyumbang Inflasi dan Deflasi Kota Singaraja
No
Komoditas
(%, mtm)
Kontribusi (%,mtm)
No
Komoditas
(%, mtm)
Kontribusi (%,mtm)
Januari Inflasi
Deflasi
1
Cabai Rawit
46,40
0,53
1
Buncis
-46,32
-0,22
2
Bawang Merah
32,03
0,31
2
Bensin
-3,92
-0,16
3
Kentang
51,27
0,08
3
Minyak Goreng
-2,54
-0,03
4
Telur Ayam Ras
7,14
0,07
4
Salak
-20,83
-0,02
5
Tongkol/Ambu-ambu
19,20
0,04
5
Angkutan Antar Kota
-3,85
-0,01
Februari Inflasi
Deflasi
1
Mie Kering Instant
17,40
0,21
1
Cabai Rawit
-23,28
-0,26
2
Pisang
12,61
0,09
2
Bawang Merah
-23,93
-0,23
3
Daging Ayam Ras
2,10
0,05
3
Buncis
-19,91
-0,09
4
Tomat Sayur
47,57
0,04
4
Tarip Listrik
-2,70
-0,08
5
Cabai Merah
24,44
0,04
5
Kacang Panjang
-13,70
-0,04
1
Cabai Rawit
49,67
0,56
1
Daging Ayam Ras
-13,37
-0,33
2
Bawang Merah
29,52
0,28
2
Pisang
-4,77
-0,03
3
Buncis
52,38
0,25
3
Kentang
-19,93
-0,03
4
Kacang Panjang
22,94
0,07
4
Tarip Listrik
-1,09
-0,03
5
Bayam
21,67
0,05
5
Udang Basah
-7,57
-0,02
Maret Inflasi
Deflasi
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Inflasi Kota Singaraja tercatat mengalami peningkatan
Singaraja mengalami peningkatan kecuali kelompok
yang cukup tinggi dari 2,97% (yoy) pada triwulan
perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar,
IV 2015 menjadi 4,42% (yoy) pada triwulan I 2016.
sejalan dengan kondisi Kota Denpasar. Jika ditinjau
Namun demikian, capaian inflasi ini tercatat lebih
berdasarkan pergerakannya sepanjang Januari sampai
rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya
Maret 2016, maka komoditas yang mendorong laju
yang tercatat sebesar 8,99% (yoy). Realisasi inflasi
inflasi di Singaraja didominasi oleh kelompok volatile
Kota Singaraja pada triwulan I 2016 masih berada
food.
di atas inflasi Kota Denpasar. Jalur distribusi Bali Selatan dan Bali Utara masih perlu menjadi perhatian
2.3.
untuk menjaga ketersediaan pasokan pada kedua
Pada triwulan I 2016, tekanan inflasi kelompok
kota sampel inflasi di Provinsi Bali. Berdasarkan
volatile food kembali menunjukkan peningkatan.
kelompoknya, peningkatan tertinggi terjadi pada
Kenaikan harga bawang merah yang terjadi secara
kelompok bahan makanan yang meningkat tajam
nasional, harga cabai merah, cabai rawit, dan daging
dari sebesar 4,74% (yoy) pada triwulan IV 2015
ayam ras mendorong terjadinya inflasi pada kelompok
menjadi sebesar 11,56% (yoy) pada triwulan I 2016.
volatile food. Tren kenaikan harga komoditas tersebut
Hampir seluruh kelompok pengeluaran di Kota
merupakan dampak dari peningkatan permintaan
58
Perkembangan Inflasi
DISAGREGASI INFLASI
masyarakat sehubungan dengan rangkaian perayaan
tahun terakhir yang sebesar 8,64% (yoy). Adanya
Imlek, Galungan, dan Kuningan, serta terhambatnya
peningkatan harga pada kelompok ini langsung
distribusi bahan pangan akibat terbakarnya Pasar
disikapi oleh TPID baik pada tingkat Provinsi maupun
Induk di Bali, Pasar Badung.
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali melalui rangkaian upaya pengendalian inflasi. Pengendalian harga oleh TPID dalam jangka pendek antara lain adalah
8
melalui pelaksanaan Pasar Murah dan pelaksanaan
6 4
pemantauan lapangan dan kecukupan stok untuk
2
merespon peningkatan harga.
0 -2
1
3
5
7
9 11 1
3
5
2013
7
2014
9 11 1
3
5
7
9 11 1
2015
3
2016
Pada triwulan I 2016, kenaikan harga terjadi pada komoditas bawang merah, cabai merah, cabai rawit,
-4
Series4
CORE
dan daging ayam ras. Sementara itu, komoditas yang
-6
VOLATILE
ADMINISTERED
tercatat mengalami penurunan indeks harga pada triwulan I 2016 adalah daging babi (-0,054%, yoy)
Sumber : Bank Indonesia
dan beras (-0,052%, yoy).
Grafik 2. 30 Disagregasi Inflasi Bulanan Provinsi Bali
b)
Administered Prices
Tekanan inflasi kelompok administered prices pada triwulan I 2016 kembali tercatat melandai lebih 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
% yoy
dalam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kelompok administered prices pada triwulan I 2016 mencatat inflasi sebesar 0,89% (yoy), lebih rendah dari triwulan IV 2015 yang 1,01% (yoy). Komoditas yang menyumbang inflasi administered prices cukup signifikan pada triwulan I 2016 adalah komoditas
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 2013 2014 2015 2016 yoy VOLATILE
CORE ADMINISTERED
Sumber : Bank Indonesia
rokok kretek filter dan angkutan udara. Namun demikian, laju inflasi tertahan oleh penurunan indeks harga bahan bakar bensin (-0,046%, yoy) solar (-0,009, yoy), angkutan antar kota (-0,021%, yoy),
Grafik 2. 31 Disagregasi Inflasi Tahunan Provinsi Bali
dan tarif listrik (-0,034%, yoy). Rendahnya inflasi pada kelompok administered prices pada triwulan
a)
Volatile Food
I 2016 merupakan dampak dari penurunan harga
Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, pada
minyak dunia, yang berpengaruh pada melandainya
triwulan I 2016, inflasi volatile food di Provinsi Bali
harga bensin dan solar.
tercatat lebih tinggi dengan capaian inflasi tahunan
c)
sebesar 6,93% (yoy) setelah pada triwulan IV
Tekanan inflasi kelompok inti tercatat relatif stabil.
2015 tercatat sebesar 3,10% (yoy). Tekanan inflasi
Rupiah kembali mengalami penguatan pada Maret
kelompok ini pada triwulan I 2016 masih tercatat lebih
2016 yang secara year to date (ytd), nilai tukar rupiah
rendah dibandingkan rata-rata historisnya selama 3
menguat sebesar 3,96% atau secara point-to-point
Core Inflation
(ptp) menguat sebesar 0,84% (mtm) ke level Rp
Perkembangan Inflasi
59
13.260 per dolar AS. Ke depan, Bank Indonesia terus
IV 2016. Sementara dari hasil Survei Konsumen
menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan
Bank Indonesia mengindikasikan bahwa konsumen
fundamentalnya,
mendukung
optimis terhadap kondisi perekonomian Indonesia.
terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan I
keuangan.
2016 adalah sebesar 99,43 menurun dibandingkan
sehingga
dapat
dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 100,42 pada Desember 2015. Penurunan IKK triwulan I 2016 tersebut terutama disebabkan oleh penurunan Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini (IKE), khususnya melemahnya persepsi konsumen terhadap penghasilan saat ini. Ekspektasi Inflasi Hasil
Survei
Konsumen
Bank
Indonesia
juga
menunjukkan bahwa konsumen memperkirakan tekanan kenaikan harga yang meningkat pada Juni 2016. Hal ini terindikasi dari Indeks Ekspektasi Harga Sumber : Bank Indonesia, diolah Grafik 2. 32 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah
(IEH) 3 bulan mendatang yang tercatat naik menjadi 185,50 pada triwulan I 2016. Meningkatnya tekanan kenaikan harga diperkirakan terjadi utamanya pada kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau seiring dengan perkiraan meningkatnya permintaan selama bulan puasa dan menjelang hari raya Idul Fitri. Laju inflasi kelompok inti cukup stabil didukung oleh masih memadainya sisi suplai dan ekspektasi inflasi yang terjaga (baik dari sisi konsumen maupun pedagang). Pengendalian ekspektasi inflasi menjadi sangat penting untuk dilaksanakan untuk mengurangi
Sumber : Bank Indonesia, diolah Grafik 2. 33 Perbandingan Nilai Tukar Kawasan
ketidakpastian dan ekspektasi inflasi yang berlebihan. Berkaitan dengan itu, langkah strategis TPID Provinsi Bali menjaga ekspektasi melalui press release, talkshow, dan gerakan operasi pasar serta pasar
Interaksi permintaan dan penawaran Tekanan permintaan dapat direspon dengan baik oleh sisi penawaran meskipun terdapat sedikit penurunan indeks perkiraan total penjualan secara umum pada 3 bulan yang akan datang dari hasil Survei Pedagang Eceran Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali pada triwulan I 2016 dibandingkan dengan triwulan
60
Perkembangan Inflasi
murah di Tahun 2016 secara aktif dilaksanakan.
200.00
50%
180.00
143 141
160.00 140.00
40% 30%
120.00
20%
100.00
10%
80.00
0%
60.00
-13%-10% -14% -20%
40.00 20.00 0.00
1
2
3
4
5
6
7
8
9
2015 Indeks Ekspektasi Harga 3 Bulan yad Growth Indeks Ekspektasi Harga 3 Bulan yad
10
11
12
1
2
-30%
3
2016 Indeks Ekspektasi Harga 6 Bulan yad Growth Indeks Ekspektasi Harga 6 Bulan yad
Sumber : Survei Penjualan Eceran, Bank Indonesia Grafik 2. 34 Ekspektasi Penjualan
205
50%
200
194
195 190
30%
185.5
185
20%
180
10%
175
3% 0% 2%
170 165
-10%
160 155
40%
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2015 Indeks Ekspektasi harga 3 bulan yad Growth Ekspektasi harga 3 bulan yad
11
12
1
2
3
-20%
2016 Indeks Ekspektasi harga 6 bulan yad Growth Ekspektasi harga 6 bulan yad
Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Grafik 2. 35 Ekspektasi Konsumen
2.4.
PERGERAKAN HARGA DI KOTA NON
Hasil pemantauan harga terhadap 6 komoditas
SAMPEL INFLASI
(penyumbang utama inflasi Bali) di Provinsi Bali
Pemantauan pergerakan harga di kota-kota non
menunjukkan pergerakan harga yang searah dengan
sampel inflasi di Bali dilakukan oleh Tim Pengendali
pergerakan harga di kedua kota sampel inflasi.
Inflasi Daerah pada tingkat Kabupaten/Kota di Provinsi
Peningkatan harga terjadi pada komoditas bawang
Bali melalui Sistem Informasi Harga Komoditas Pangan
merah yang masih terus tinggi sejak minggu pertama
Strategis (SiGapura) Provinsi Bali. Sesuai dengan butir
Februari
kesepakatan Capacity Building PIHPS Provinsi Bali
penurunan harga antara lain komoditas aneka cabai
SiGapura, per tanggal 1 April 2016, kontributor data
seiring dengan masuknya musim panen. Sementara
SiGapura di tingkat konsumen adalah seluruh Dinas
komoditas beras, daging ayam ras, dan telur ayam ras
Perindustrian dan Perdagangan pada 9 (sembilan)
terpantau relatif stabil pada triwulan I 2016.
2016.
Komoditas
yang
menunjukkan
Kabupaten/Kota dengan total 15 pasar tradisional dan 2 pasar modern yang tersebar di Provinsi Bali.
Perkembangan Inflasi
61
Rp
14,000
30,000
12,000
Badung
10,000
Bangli
8,000
Buleleng
6,000
Denpasar
4,000
Gianyar
2,000
Jembrana Karangasem
0
MMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV Oktober November Desember Januari 2016 Februari 2015 2015 2015 2016
Maret 2016
Bangli
20,000
Buleleng
15,000
Denpasar
10,000
Gianyar Jembrana
5,000 0
Tabanan
Karangasem MMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV Oktober November Desember Januari 2016 Februari 2015 2015 2015 2016
Maret 2016
Klungkung Tabanan
Sumber :SiGapura, diolah
Grafik 2. 36 Pergerakan Harga Komoditas Beras
70,000
Badung
25,000
Klungkung
Sumber :SiGapura, diolah
Rp
Rp
Grafik 2. 39 Pergerakan Harga Komoditas Telur Ayam Ras
90,000
Rp
80,000
60,000
Badung
50,000
Bangli
40,000
Buleleng
30,000
Denpasar
40,000
Denpasar
Gianyar
30,000
Gianyar
Jembrana
20,000
Jembrana
20,000 10,000 0
Karangasem MMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV Oktober November Desember Januari 2016 Februari 2015 2015 2015 2016
Maret 2016
Klungkung
Buleleng
50,000
10,000 0
Karangasem MMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV Oktober November Desember Januari 2016 Februari 2015 2015 2015 2016
Maret 2016
Klungkung Tabanan
Sumber :SiGapura, diolah
Grafik 2. 37 Pergerakan Harga Komoditas Cabai Merah
60,000
Bangli
60,000
Tabanan
Sumber :SiGapura, diolah
Badung
70,000
Rp
Grafik 2. 40 Pergerakan Harga Komoditas Cabai Rawit
50,000 Badung
50,000 40,000 30,000
Rp
45,000
Badung
40,000
Bangli
35,000
Bangli
Buleleng
30,000
Buleleng
Denpasar
25,000
Denpasar
20,000
20,000
Gianyar
15,000
Gianyar
10,000
Jembrana
10,000
Jembrana
0
Karangasem MMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV Oktober November Desember Januari 2016 Februari 2015 2015 2015 2016
Maret 2016
Klungkung Tabanan
Sumber :SiGapura, diolah Grafik 2. 38 Pergerakan Harga Komoditas Daging Ayam Ras
62
Perkembangan Inflasi
5,000 0
Karangasem MMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV Oktober November Desember Januari 2016 Februari 2015 2015 2015 2016
Maret 2016
Klungkung Tabanan
Sumber :SiGapura, diolah Grafik 2. 41 Pergerakan Harga Komoditas Bawang Merah
2.5.
INFLASI PEDESAAN
perdesaan Bali meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat deflasi sebesar -0,55% (ytd).
%, mtm
Sejalan dengan masih terjadinya inflasi perdesaan di Bali, pada triwulan I 2016 rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami sedikit penurunan dari 105,15 pada triwulan IV 2015 menjadi sebesar 105,08.
Sumber : BPS, diolah Grafik 2. 42 Perkembangan Inflasi Pedesaan (mtm) dan Nilai Tukar Petani (NTP)
10
%, ytd
8 6 4 2 0 -2 -4
1
3
5
7
9 11 1
2013
3
5
7
2014 Bali
9 11 1
3
5
7
2015
9 11 1
3
2016
Nasional
Sumber : BPS, diolah Grafik 2. 43 Perkembangan Inflasi Pedesaan (ytd)
Berbeda halnya dengan inflasi di kota-kota sampel perhitungan inflasi di Bali, tekanan inflasi perdesaan Bali sampai dengan triwulan I 2016 justru mengalami penurunan dibandingkan inflasi triwulan IV 2015. Laju inflasi perdesaan Bali pada Maret 2016 tercatat sebesar 0,33% (mtm) lebih rendah dari inflasi perdesaan nasional sebesar 0,95% (mtm). Secara kumulatif, inflasi perdesaan Bali tercatat sebesar 1,72% (ytd) sedikit berada di bawah inflasi perdesaan nasional yang mencapai 1,87% (ytd). Namun, inflasi
Perkembangan Inflasi
63
BOKS B
ROADMAP PENGENDALIAN INFLASI DAERAH PROVINSI BALI
Dalam upaya menjaga inflasi Bali yang rendah
3. Melakukan
penajaman
langkah
Pemerintah
dan stabil, TPID Provinsi Bali bersama 9 (sembilan)
Pusat & Pemerintah Daerah dalam pengelolaan
TPID Kabupaten/Kota kembali melakukan langkah
anggaran.
koordinatif
dalam
pengendalian
inflasi
jangka
pendek dan menengah dengan menyusun Roadmap
Roadmap Pengendalian Inflasi Daerah Provinsi dan
Pengendalian inflasi Provinsi Bali 2016 -2018.
Kabupaten/Kota se-Provinsi Bali disusun dengan
Penyusunan Roadmap ini dilaksanakan sebagai tindak
mengacu dan telah diselaraskan dengan Roadmap
lanjut amanah Presiden RI Bapak Ir. H. Joko Widodo
Pengendalian Inflasi 2015 -2017 yang disusun
dalam Rapat Koordinasi Nasional Tim Pengendalian
oleh Pokjanas TPID. Roadmap Pengendalian Inflasi
Inflasi Daerah VI di Jakarta pada 27 Mei 2015 dengan
Daerah Provinsi Bali 2018 disusun untuk mendukung
3 (tiga) rekomendasi utama yang dihasilkan sebagai
pencapaian target inflasi sebagaimana tercantum
berikut:
dalam PMK No.93/PMK.011/2014 tentang Sasaran
1. Mempertegas komitmen daerah dalam menjaga
Inflasi sebesar 3,5±1% di 2018. Roadmap ini
stabilitas harga dengan mewujudkan strategi 4K
merupakan guideline terkoordinasi dan terencana
(Ketersediaan pasokan, Keterjangkauan harga,
serta diharapkan menjadi komitmen penuh dari
Kelancaran distribusi, dan Komunikasi yang
seluruh stakeholders dengan susunan yang terdiri
efektif),
dari:
2. Melakukan infrastruktur
percepatan dan
pangan di daerah,
64
pembangunan
mewujudkan
kedaulatan
Identifikasi permasalahan pokok di masing-masing kelompok inflasi (volatile food, administered prices, core) di Bali
4. Langkah-langkah pengendalian inflasi jangka
pengendalian inflasi Provinsi Bali untuk kelompok
pendek 2016, dan jangka menengah (2017-
penyumbang inflasi baik jangka pendek maupun
2018)
jangka panjang yang menjadi permasalahan struktural
5. Dukungan yang diharapkan dari Pemerintah
adalah sebagai berikut:
pusat serta Kementerian/Instansi terkait. Melalui serangkaian langkah koordinasi, sinkronisasi berbagai kegiatan dan rencana kerja pemerintah daerah di masing-masing leading sektor (SKPD terkait) serta dengan mensinergikan berbagai kebijakan Pemerintah Daerah dan Instansi terkait lainnya yang berada dalam wadah Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/ Kota se-Bali, yang dimulai sejak Januari – Maret 2016 guna menyusun Roadmap Pengendalian Inflasi Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Provinsi Bali bertempat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, pada tanggal 5 April 2016 telah disepakati dan ditandatangani bersama Roadmap Pengendalian Inflasi Daerah se-Provinsi Bali oleh seluruh ketua TPID Provinsi, Kabupaten dan Kota di Bali. Dalam upaya mencapai inflasi yang rendah dan stabil, Provinsi Bali masih dihadapkan dengan berbagai tantangan yang perlu menjadi perhatian. Tantangan
65
• •
• • • • • • • • •
• • • • • • • •
• • •
66
Untuk mensinergikan berbagai kebijakan Pemerintah
bangunan, (ii) mengarahkan ekspektasi inflasi untuk
Pusat dan Daerah serta kebijakan Bank Indonesia
mencapai sasaran inflasi yang rendah dan stabil.,
dalam
inflasi
(iii) penyediaan fasilitas asrama (mahasiswa) atau
nasional telah disusun berbagai usulan rekomendasi
rumah dinas (pekerja) bagi penduduk pendatang, (iv)
pengendalian
perbaikan tata ruang wilayah dengan membangun
mengawal
pencapaian
inflasi.
Usulan
sasaran
rekomendasi
pengendalian inflasi dalam jangka pendek adalah:
pusat ekonomi di daerah sub-urban/penyangga.
(a) pengendalian inflasi pangan diarahkan pada:
Sementara usulan rekomendasi kebijakan jangka
(i) menjaga ketersediaan pasokan pangan di pasar
menengah adalah: (a) pengendalian inflasi pangan
dalam jumlah yang memadai (ii) mengkomunikasikan
diarahkan pada: (i) mengefisienkan tata niaga
kepada publik tentang kondisi dan prognosa pangan
perdagangan pangan pokok (ii) mengefektifkan
pokok serta langkah-langkah antisipasi yang akan
kebijakan harga referensi melalui dukungan system
dilakukan pemerintah untuk menjaga stabilitas harga
informasi
pangan pokok (iii) memperkuat peran Bulog dalam
dan review harga referensi mengacu pada cost of
stabilisasi harga pangan pokok. (b) pengendalian
production (iii) menyediakan instrument intervensi
inflasi kelompok administered prices khususnya
melalui stok pangan pemerintah (iv) mensinergikan
energi diarahkan: (i) meningkatkan transparansi
program
dan menjaga konsistensi penetapan tarif angkutan
dengan RKPD pada SKPD terkait untuk mendukung
darat dalam dan luar kota (iii) melakukan review atas
kedaulatan
adjustment tarif listrik khususnya terkait penggunaan
kelompok administered prices khususnya energi
variabel inflasi. (iv) menjaga stabilitas nilai tukar
diarahkan: (i) mempersiapkan diversifikasi energi (ii)
antara lain dengan mendorong penggunakan Rupiah
memperkuat infrastruktur distribusi sektor energi (iii)
dalam bertransaksi. (c) pengendalian kelompok
meningkatkan efiiensi penggunaan energi di daerah,
inti diarahkan pada (i) melakukan pertemuan
(c) pengendalian kelompok inti diarahkan pada (i)
secara berkala dengan Real Estate Indonesia (REI)/
mengembangkan daerah-daerah penyangga sebagai
Pelaku Usaha dan instansi terkait guna memantau
supply untuk memenuhi kebutuhan sewa rumah/
perkembangan harga dan merumuskan kebijakan
kontrak rumah yang meningkat.
harga
yang
Roadmap pangan.
akurat
jangka (b)
(PIHPS-SiGapura)
menengah pengendalian
panjang inflasi
yang dapat menekan inflasi di sektor perumahan/
67
Halaman ini sengaja dikosongkan
68
KEKR Provinsi Bali Triwulan I 2016
BAB III
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KEKR Provinsi Bali Triwulan I 2016
69
70
Perbankan dan Sistem Pembayaran
3.1.
PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA
BANK UMUM Tabel 3.1 Perkembangan Usaha Bank Umum di Bali
Grafik 3. 1 Pertumbuhan Tahunan Asset, DPK dan Kredit
Grafik 3. 2 Komposisi dan Pertumbuhan Asset Menurut Kelompok Bank
Stabilitas sistem keuangan Provinsi Bali pada triwulan
dan
I 2016 masih terjaga sebagaimana tercermin dari
terbesar dicatat kelompok bank asing campuran dari
peningkatan aset, dan fungsi intermediasi perbankan
sebesar 29,07% (yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi
(kenaikan LDR) serta terjaganya rasio kredit Non
kontraksi sebesar -7,63% (yoy) pada triwulan I 2016.
Performing Loan di periode triwulan I 2016. Aset bank
Berdasarkan share-nya, share asset kelompok bank
umum pada triwulan I 2016 mencapai Rp 91,4 triliun
pemerintah mengalami peningkatan dari sebesar
atau tumbuh sebesar 7,12% (yoy), sedikit melambat
59,94% pada triwulan IV 2015 menjadi sebesar
dibanding
sebelumnya
60,83%, seiring dengan masih tertahannya kinerja
(8,23%, yoy). Perlambatan pertumbuhan dialami
konsumsi Pemerintah. Sementara itu, share asset
oleh seluruh kelompok bank antara lain kelompok
kelompok bank umum swasta nasional dan kelompok
bank asing campuran, bank umum swasta nasional
bank asing campuran cenderung stabil masing-
pertumbuhan
triwulan
kelompok
bank
pemerintah.
Perlambatan
masing sebesar 37,33% dan 1,84%.
Perbankan dan Sistem Pembayaran
71
3.1.1. Pelaksanaan Fungsi Intermediasi
(yoy), namun mengalami perlambatan dibanding
Fungsi intermediasi bank umum pada triwulan I
pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai
2016 menunjukkan kinerja yang membaik tercermin
7,09% (yoy). Perlambatan pertumbuhan DPK terjadi
dari peningkatan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR)
di semua jenis DPK dengan perlambatan terdalam
dari 83,24% pada triwulan IV 2015 menjadi sebesar
pada pertumbuhan deposito. Perlambatan tersebut
83,47% pada triwulan I 2016. Peningkatan tersebut
disebabkan oleh upaya perbankan untuk mendukung
antara lain didorong oleh perlambatan DPK pada
tercapainya suku bunga single digit sehingga
triwulan laporan. Berdasarkan kelompok bank, LDR
perbankan cenderung melepas deposito (dengan
terbesar terdapat pada kelompok bank pemerintah
share sebesar 36,81%) yang memiliki bunga yang
yaitu sebesar 89,25%. Sedangkan LDR kelompok
tinggi. Kondisi tersebut terlihat dari perlambatan
bank umum swasta nasional dan bank asing campuran
pertumbuhan deposito dari sebesar 7,36% (yoy) pada
masing-masing tercatat sebesar 76,42% (sebelumnya
triwulan IV 2015 menjadi sebesar 4,23% (yoy) pada
75,53%) dan 46,42% (sebelumnya 42,44%).
triwulan I 2016 atau tercatat sebesar Rp 27,8 triliun. Perlambatan pertumbuhan DPK yang dalam terjadi pada semua kelompok bank, dimana pertumbuhan terdalam terjadi pada kelompok asing dan campuran yang mengalami kontraksi sebesar -6,49% (yoy) pada triwulan laporan. Bank Swasta Nasional Bank Pemerintah
%
Grafik 3. 3 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR)
35 30 25 20 15 10 5 0 -5 -10 -15
I
II
III 2014
IV
Bank Asing & Campuran DPK
I
II
III 2015
IV
I 2016
Grafik 3. 5 Pertumbuhan DPK Menurut Kelompok Bank
Grafik 3. 4 Perkembangan LDR menurut Kelompok Bank
3.1.1.1 Penghimpunan Dana Pada triwulan I 2016 Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp75,5 triliun, tumbuh 4,93%
72
Perbankan dan Sistem Pembayaran
Grafik 3. 6 Pertumbuhan DPK
3.1.1.2. Penyaluran Kredit Penyaluran kredit bank umum pada triwulan I 2016 kembali mengalami perlambatan yang tercatat sebesar 8,81% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2015 yang sebesar 9,87% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaan, share kredit modal kerja masih menjadi yang terbesar mencapai 38,71% dari total kredit. Pada triwulan I 2016, kredit modal kerja tercatat sebesar Rp24,4 triliun atau tumbuh Grafik 3. 7 Pertumbuhan Kredit Perbankan
sebesar 6,43% (yoy) sedikit lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 7,72% (yoy). Sementara itu, share kredit investasi pada triwulan I 2016 mencapai 22,9% dari total kredit yaitu sebesar Rp14,4 triliun atau tumbuh sebesar 6,01%(yoy). Pertumbuhan ini lebih rendah dibanding triwulan IV 2015 yang tumbuh sebesar 8,83% (yoy). Di sisi lain, pertumbuhan kredit konsumsi dengan share 38,39% sedikit meningkat dari 12,86% (yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi 13,14% (yoy) pada triwulan I 2016 dengan nominal sebesar Rp. 24,2
Grafik 3. 8 Komposisi Kredit
triliun. Peningkatan pertumbuhan kredit konsumsi terjadi seiring dengan peningkatan kinerja konsumsi pada triwulan laporan didorong oleh peningkatan daya beli sebagai dampak dari kenaikan UMR serta penurunan harga BBM, LPG, dan TTL, dan penurunan suku bunga BI Rate pada triwulan laporan yang mendorong tendensi penurunan suku bunga.
Grafik 3. 9 Perkembangan Suku Bunga Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Menurut Kategori
Perdagangan Besar dan Eceran Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Real Estate, Usaha Persewaan, Jasa Perusahaan Industri Pengolahan Perantara Keuangan Jasa Kemasyarakatan Konstruksi Pertanian Lainnya
14,736 5,614 1,689 1,619 2,227 1,330 1,825 948 20,342
15,865 5,825 1,616 1,669 2,130 1,475 2,090 1,011 21,145
16,574 5,969 1,678 1,886 2,140 1,692 2,206 1,075 21,868
17,460 6,252 1,779 1,935 2,185 1,452 2,230 1,146 22,768
17,966 6,515 1,775 1,838 2,168 1,310 2,167 1,219 23,008
18,747 6,439 1,789 1,813 2,262 1,345 2,282 1,286 23,813
19,008 6,295 1,851 1,807 2,367 1,310 2,333 1,346 24,655
19,776 6,455 1,771 1,914 2,321 1,344 2,120 1,388 25,767
19,440 6,366 1,754 1,555 2,240 1,268 2,069 1,399 26,983
Perbankan dan Sistem Pembayaran
73
Berdasarkan
kategori
share
ekonomi,
kredit
(yoy) pada triwulan laporan. Sementara berdasarkan
secara sektoral masih diominasi oleh sektor yang
kelompok bank, peningkatan NPL tertinggi terjadi
mendominasi
pada kelompok bank pemerintah sebesar 2,73%
perekonomian
Bali,
yaitu
pelaku
usaha kategori perdagangan besar dan eceran,
pada triwulan I 2016.
serta penyediaan akomodasi dan makan minum. Share kredit kategori perdagangan besar dan eceran mencapai 30,82%. Sedangkan share kredit kategori penyediaan akomodasi dan makan minum tercatat sebesar 10,09%. 3.1.2. Non Performing Loan (NPL) Rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan Provinsi Bali masih terjaga di bawah 5%. NPL pada triwulan I 2016 tercatat sebesar 2,38%, sedikit Grafik 3. 11 NPL Berdasarkan Kelompok Bank
meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 2,06%. Berdasarkan jenis penggunaannya, peningkatan NPL tersebut terutama didorong oleh peningkatan NPL investasi yang mencapai 5,55%
3.2.
PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN
RAKYAT (BPR)
Sejalan dengan perkembangan bank umum, kinerja NPL Total Kredit
NPL Kredit Modal Kerja
NPL Kredit Investasi
NPL Kredit Konsumsi
BPR pada triwulan I 2016 masih terjaga. Asset BPR pada triwulan I 2015 tumbuh 20,74%(yoy),
6.00
sedikit lebih tinggi dibanding triwulan IV 2015 yang
5.00 4.00
sebesar 20,61% (yoy). Peningkatan tersebut sejalan
3.00
dengan peningkatan pertumbuhan DPK dari sebesar
2.00
18,66% (yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi sebesar
1.00 0.00
I
II
III 2014
IV
I
II
III
IV
2015
Grafik 3. 10 Perkembangan NPL Kredit
I 2016
19,87%(yoy) pada triwulan I 2016. Perbaikan tersebut juga didukung oleh peningkatan LDR dari sebesar 76,33 pada triwulan IV 2015 menjadi sebesar 76,98 pada triwulan I 2016.
Tabel 3.3 Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Bali
74
Perbankan dan Sistem Pembayaran
Sementara itu, pertumbuhan penyaluran kredit BPR
Kondisi tersebut sejalan dengan persebaran DPK
pada triwulan I 2016 mengalami sedikit perlambatan
kabupaten kota di Provinsi Bali yang terkonsentrasi di 4
dari 16,28%(yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi
(empat) kabupaten/kota di Provinsi Bali yang memiliki
14,18%(yoy) dengan nominal Rp8,3 triliun. Secara
pangsa mencapai 90%, yaitu meliputi Denpasar,
klasifikasi jenis penggunaan, kredit yang disalurkan
Badung, Gianyar, dan Tabanan. Dari pertumbuhan
oleh BPR didominasi oleh kredit produktif yaitu kredit
kreditnya, kabupaten yang mengalami peningkatan
modal kerja dengan porsi sebesar 51% dan kredit
pertumbuhan adalah Kabupaten Tabanan, Kabupaten
investasi sebesar 13% dari total kredit, sedangkan
Gianyar, dan Kabupaten Klungkung. Sementara dari
kredit konsumsi mencapai 36%.
sisi kualitas kredit, seluruh kabupaten/kota di Provinsi Bali memiliki NPL yang terjaga di bawah batas 5%.
Rp Miliar 14,000
Aset
g Asset (%, yoy)
30
12,000
g Kredit (%, yoy)
g DPK (%, yoy)
25
10,000
NPL tertinggi dimiliki oleh Kota Denpasar mencapai 3,37% pada triwulan I 2016.
15
6,000
%,yoy
20
8,000
Buleleng 7%
10
4,000
Jembrana 3%
Tabanan 6% Badung 12%
5
2,000 -
I
II
III
IV
I
II
2014
III
IV
2015
Gianyar 5%
0
I
Denpasar 59%
2016
Klungkung 2%
Grafik 3. 12 Pertumbuhan Asset, Kredit dan DPK Karangasem 4%
82.57 82.71
Grafik 3. 14 Proporsi Kredit Bank Umum Spasial
84.13
78.96
80.11
81.67
80.54 76.33
I
II
III
IV
I
2014
II
III
IV
2015
76.98
Buleleng 4%
2016
PERKEMBANGAN PERBANKAN
KABUPATEN/KOTA
Jembrana Tabanan 2% 3%
Badung 16% Gianyar 4%
I
Grafik 3. 13 Loan to Deposit Ratio (LDR)
3.3.
Bangli 2%
Denpasar 67%
Klungkung 1% Bangli Karangasem 1% 2%
Grafik 3. 15 Proporsi DPK Bank Umum Spasial
Secara spasial, penyaluran kredit bank umum masih terkonsentrasi di 4 (empat) kabupaten/kota di Provinsi Bali yang memiliki pangsa mencapai 82%, yaitu meliputi Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan.
Perbankan dan Sistem Pembayaran
75
Tabel 3.4 Perkembangan Rekening DPK dan Kredit per Kabupaten di Bali Maret 2016
ketersediaan layanan perbankan di Provinsi Bali.
60
Kondisi ini terlihat dari jumlah kantor bank di Kota
50
%,yoy
40
Denpasar yang mencapai 301 kantor dibanding
30
Kabupaten Bangli yang hanya 24 kantor bank.
20 10 0
Sementara ketersediaan layanan ATM di Kota I
II
III
IV
I
2014
II
III
IV
I
2015
2016
Buleleng
Jembrana
Tabanan
Badung
Gianyar
Klungkung
Bangli
Karangasem
Denpasar
Bangli yang hanya 28 ATM. Kondisi tersebut merupakan kondisi umum ketika bank follows the trade di mana pusat perkembangan perekonomian
Grafik 3. 16 Pertumbuhan kredit lokasi bank kabupaten/ kota di Provinsi Bali
3.37
1.14
Denpasar mencapai 1.293 dibanding Kabupaten
1.69 1.06 0.94 0.67 0.64 0.22 0.87
Provinsi Bali terkonsentrasi di Bali Selatan.
DENPASAR KARANGASEM BANGLI KLUNGKUNG GIANYAR BADUNG TABANAN JEMBRANA BULELENG
0.15 0.11 0.25 0.27
Terkonsentrasinya sebaran kredit dan DPK di empat kabupaten/kota tersebut juga tercermin dari sebaran
76
Perbankan dan Sistem Pembayaran
0.62
0.25 0.22 0.17 0.00
Grafik 3. 17 NPL Kabupaten/Kota Maret 2016
0.48
0.20
0.40
0.60
0.80
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan Grafik 3. 18 Jumlah Kantor Bank per 1.000 Penduduk Dewasa
3.4. DENPASAR KARANGASEM BANGLI KLUNGKUNG GIANYAR BADUNG TABANAN JEMBRANA BULELENG
51 24 37 100 82 43 78 0
301
STABILITAS SISTEM KEUANGAN
3.4.1. Ketahanan Sektor Korporasi Sejalan peningkatan kinerja ekonomi Provinsi Bali pada periode triwulan I 2016, penyaluran kredit korporasi juga menunjukkan peningkatan di triwulan
193
I 2016 dibanding triwulan sebelumnya (berdasarkan lokasi proyek), yaitu tumbuh dari 11,63% (yoy)
100
200
300
400
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan
di triwulan IV 2015 menjadi 12,29% di triwulan I 2016. Peningkatan kinerja sektor korporasi, terutama didorong oleh peningkatan pertumbuhan kredit
Grafik 3. 19 Penyebaran Kantor Bank di Provinsi Bali
pedagangan besar dan eceran yang memiliki pangsa terbesar (40,35%) dari total penyaluran kredit korporasi, yaitu dari 16,11% (yoy) di triwulan IV
KOTA DENPASAR
2015 menjadi 17,60% (yoy) pada triwulan I 2016,
2.01
KAB. KARANGASEM
0.24
sehingga mendorong peningkatan kinerja kredit
KAB. BANGLI
0.17
KAB. KLUNGKUNG
0.30
sektor korporasi pada triwulan I 2016.
KAB. GIANYAR
0.72
KAB. BADUNG
2.28
KAB. TABANAN
0.34
KAB. JEMBRANA
0.29
KAB. BULELENG
0.30 0.00
25,000
GROWTH (YOY)
NOMINAL KREDIT (RP MILIAR)
60 50
20,000
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
40
15,000
30
10,000
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan Grafik 3. 20 Jumlah ATM per 1.000 Penduduk Dewasa
20
5,000
10
-
0
I
II
III
2014
KOTA DENPASAR KAB. KARANGASEM KAB. BANGLI KAB. KLUNGKUNG KAB. GIANYAR KAB. BADUNG KAB. TABANAN KAB. JEMBRANA KAB. BULELENG
1293
I
II
III
2015
IV
I 2016
Grafik 3. 22 Pertumbuhan Kredit Korporasi Sektor Utama Provinsi Bali
72 28 40 270
Pertanian
1018
Pertambangan
117 58 140 0
IV
Industri Pengolahan LGA Konstruksi
500
1000
1500
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan
Perdagangan Akomodasi Makan Minum Transportasi Keuangan
Grafik 3. 21 Penyebaran ATM di Provinsi Bali
Real estate Administrasi Pemerintahan
Grafik 3. 23 Proporsi Kredit Sektoral Korporasi
Perbankan dan Sistem Pembayaran
77
Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan kredit REAL ESTATE
didorong oleh terjadinya peningkatan pertumbuhan modal kerja yang memiliki pangsa terbesar dalam penyaluran kredit korporasi. Kredit modal kerja tumbuh dari 7,40% (yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi 10,26% (yoy) di triwulan I 2016. Sementara
AKMAMIN PERDAGANGAN KONSTRUKSI INDUSTRI PENGOLAHAN -
pada periode yang sama, kredit investasi justru
%
mengalami perlambatan yaitu tumbuh menjadi
2016 I
14,68% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2015 yang sebesar 16,31% (yoy). Meningkatnya kinerja
kredit
modal
kerja
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00
2015 IV
2015 III
2015 II
2015 I
Grafik 3. 24 Posisi NPL Kredit Korporasi Sektor Provinsi Bali
mengkonfirmasi
peningkatan kinerja dunia usaha Provinsi Bali pada
Peningkatan pertumbuhan kredit pada periode
periode triwulan I 2016.
triwulan
laporan
diperkirakan
didorong
oleh
penurunan suku bunga kredit korporasi untuk jenis Meskipun terjadi peningkatan penyaluran kredit
penggunaan modal kerja dari 12,75% pa di triwulan
korporasi, kualitas kredit korporasi menunjukkan
IV 2015 menjadi 12,53% di triwulan I 2016. Sejalan
penurunan, tercermin dari rasio Non Peforming Loan
dengan itu, perkembangan suku bunga kredit
(NPL) yang menunjukkan peningkatan pada periode
investasi juga menunjukkan penurunan di periode
triwulan I 2016 dengan nilai NPL sebesar 3,90%, lebih
yang sama yaitu dari 12,68% di triwulan IV 2015
tinggi dibandingkan triwulan IV 2015 yang tercatat
menjadi 12,46% pada triwulan I 2016. Perbaikan
sebesar 3,22%. Sebagian besar sektor usaha utama,
kinerja dunia usaha yang tergambar dari hasil SKDU
menunjukkan peningkatan NPL diantaranya sektor
Bank Indonesia triwulan I 2016
usaha penyediaan akomodasi makan minum (dari
SBT, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
4,64% menjadi 6,48%), sektor usaha perdagangan
yang sebesar -21,88% SBT, juga merupakan faktor
besar dan eceran (dari 2,90% menjadi 3,56%) dan
yang mendorong peningkatan pertumbuhan kredit
sektor usaha industri pengolahan (dari 2,50% menjadi
korporasi di triwulan laporan. Semakin membaiknya
2,66%). Sementara itu, pada periode yang sama sektor
kinerja dunia usaha juga didorong oleh penurunan
usaha utama lainnya menunjukkan perbaikan kualitas
harga BBM, LPG dan TTL pada periode triwulan laporan
NPL yaitu sektor konstruksi NPL turun dari 5,37%
serta nilai tukar rupiah yang cenderung stabil. Selain
menjadi 3,76% dan sektor real estate, persewaan dan
itu, faktor keamanan yang kondusif dan peningkatan
jasa perusahaan yang juga menunjukkan penurunan
jumlah kunjungan wisman dan wisdom seiring dengan
NPL yaitu dari 2,15% menjadi 2,05%. Meskipun
adanya beberapa faktor musiman yaitu perayaan
mengalami peningkatan yang signifikan, namun
hari keagamaan seperti imlek, nyepi, kuningan dan
nilai NPL kredit korporasi secara keseluruhan masih
galungan juga ikut mendorong pertumbuhan kredit
terjaga di bawah batas toleransi 5%. Oleh karena
korporasi sejalan dengan peningkatan kinerja industri
itu, stabilitas sistem keuangan yang bersumber dari
pariwisata di triwulan laporan.
sebesar -13,03%
korporasi masih dikategorikan aman, namun khusus untuk sektor dengan nilai NPL diatas 5% tetap harus
3.4.2. Ketahanan Sektor Rumah Tangga
mendapatkan perhatian.
Perkembangan kinerja kredit sektor rumah tangga
78
Perbankan dan Sistem Pembayaran
(RT) pada triwulan I 2016 menunjukkan perlambatan
2016 sehingga menahan laju penjualan rumah tipe
dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 10,89%
besar. Perlambatan kredit pada KPR tipe besar (di atas
(yoy) di triwulan IV 2015 menjadi 10,16% (yoy)
70), juga disebabkan oleh masih tingginya tingkat
pada triwulan I 2016. Perlambatan ini, terutama
suku bunga perbankan di periode triwulan laporan
didorong oleh perlambatan kredit pemilikan rumah-
yang berada dalam kisaran 11,82% pa. Sementara
KPR yang memiliki share terbesar dalam penyaluran
berdasarkan hasil SHPR primer pada periode triwulan
kredit rumah tangga (pangsa 42%) yang tumbuh
laporan, sejumlah 73% responden mengkonfirmasi
dari 5,96% di triwulan IV 2015 menjadi 4,79%
pembelian rumah dengan menggunakan pembiayaan
pada triwulan I 2016. Perlambatan juga terjadi pada
KPR, sehingga tingkat suku bunga sangat sensitif
jenis kredit kendaraan bermotor, yang mengalami
mempengaruhi pembelian rumah untuk tipe besar di
kontraksi pada triwulan laporan, dibandingkan
periode triwulan laporan.
triwulan sebelumnya yang tumbuh positif, yaitu dari 1,37% (yoy) di triwulan IV 2015 menjadi kontraksi
Sementara itu, KPR tipe 21 dan KPR tipe 22-70
sebesar -4,31% (yoy) pada triwulan I 2016. Meskipun
menunjukkan
demikian, jenis kredit rumah tangga lainnya yaitu
tinggi di periode triwulan laporan, dibandingkan
kredit multiguna, kredit pemilikan rumah toko/
triwulan sebelumnya didorong oleh masih tingginya
rumah kantor dan kredit pemilikan apartemen tetap
kebutuhan hunian untuk masyarakat untuk tipe kecil
menunjukkan peningkatan pertumbuhan di triwulan
dan menengah.
pertumbuhan
kredit
yang
lebih
laporan. Perkembangan kredit multiguna (share terbesar kedua 39,40%) terus tumbuh signifikan pada
Kontraksi
triwulan laporan sebesar 19,62% (yoy), lebih tinggi
penurunan pertumbuhan penyaluran KKB untuk
dibandingkan triwulan IV 2015 yang sebesar 19,30%.
hampir
Peningkatan pertumbuhan kredit multiguna, sejalan
KKB mobil, KKB sepeda motor dan KKB truk dan
dengan peningkatan kinerja pertumbuhan komponen
kendaraan bermotor roda enam atau lebih. KKB
konsumsi rumah tangga yang juga menunjukkan
mobil mengalami penurunan yang signifikan pada
peningkatan kinerja di periode triwulan laporan.
periode triwulan laporan yaitu dari 2,78% (yoy) di
penyaluran semua
jenis
KKB
dipengaruhi
kendaraan
yang
oleh
meliputi
triwulan IV 2015 menjadi kontraksi -3,08% (yoy) Perlambatan kredit KPR terutama disebabkan oleh
pada triwulan I 2016. Sementara itu, KKB sepeda
perlambatan KPR tipe di atas 70 yang turun secara
motor mengalami kontraksi yang semakin dalam di
signifikan dari 10,59% (yoy) pada triwulan IV 2015
triwulan laporan yaitu dari kontraksi -19,69% (yoy)
menjadi 6,74% (yoy) di triwulan I 2016. Perlambatan
menjadi -22,84% (yoy) pada triwulan I 2016. Kondisi
KPR tipe di atas 70 terutama disebabkan oleh
ini sejalan dengan hasil Survei Konsumen Bank
peningkatan harga rumah yang signifikan untuk
Indonesia Provinsi Bali, dimana indeks pengeluaran
tipe besar, yang terkonfirmasi oleh hasil Survei
masyarakat untuk pembelian barang tahan lama turun
Properti Residensial (SHPR) Primer Bank Indonesia
dari 88,5 di Desember 2015 menjadi 88 pada Maret
di triwulan laporan yaitu dengan peningkatan nilai
2016. Hasil survei penjualan eceran Bank Indonesia
Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) untuk
di periode triwulan laporan juga mengkonfirmasi
tipe besar pada triwulan laporan yaitu 156,83 di
bahwa pengeluaran masyarakat di periode triwulan
triwulan IV 2015 menjadi 158,38 pada triwulan I
I 2016, lebih ditujukan untuk pembelian bahan
Perbankan dan Sistem Pembayaran
79
makanan dan peralatan rumah tangga. Sementara
triwulan laporan yaitu dari kontraksi -6,99% (yoy)
untuk kendaraan dan suku cadang justru mengalami
triwulan IV 2015 menjadi -6,10% (yoy) pada triwulan
penurunan omset penjualan yang signifikan rata-
I 2016. Penurunan pertumbuhan kredit KPA terutama
rata diatas 50% sepanjang triwulan I 2016. Kondisi
disebabkan oleh penurunan KPA tipe di atas 70 dari
ini juga didorong oleh aktivitas musiman berupa
kontraksi -10,96% (yoy) menjadi kontraksi -19,17%
perayaan hari raya keagamaan berupa imlek, nyepi,
(yoy). Perlambatan penyaluran kredit pada KPA di
galungan dan kuningan sepanjang triwulan I 2016.
periode triwulan laporan terindikasi disebabkan oleh terjadinya peningkatan suku bunga untuk seluruh
G-MULTIGUNA
G-KKB
G-KPA
G-KPR
jenis tipe KPA, sehingga menahan laju penjualan
G-RUKAN
apartemen. KPA untuk tipe kecil naik dari 13,38% pa menjadi 14,28% pa, sementara itu KPA tipe
80 70
menengah naik dari 12,34% pa menjadi 12,52%
60
%,yoy
50
sedangkan KPA tipe besar naik dari 11,57% pa
40 30
menjadi 11,92% pa.
20 10 0
I
-10
II
III
IV
I
II
2014
-20
III
IV
I
2015
2016
5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
Tipe 21
Tipe 22 s.d. 70
Tipe Diatas 70
G_Tipe Diatas 70
G_Tipe 22 s.d. 70
G_Tipe 21
Rp triliun
KKB
KREDIT MULTIGUNA
KP-RUKAN
KPA
I
II
III
II
IV
14 12 10 6 4
30 25 20
2 0
IV
I
2014
15
III
I
2015
2016
10 5
Grafik 3. 27 Posisi Kredit Sektor Rumah Tangga per Jenis Penggunaan
0 -5 I
II
III
IV
I
2014
II
III 2015
IV
I
-10
2016
Grafik 3. 26 Pertumbuhan KPR per Tipe
pertumbuhan
kredit
multiguna
di
perayaan hari keagamaan dan stabilnya tingkat harga barang di periode triwulan laporan yang terindikasi oleh tingkat inflasi tahunan yang mencapai 3,59% (yoy). Sementara itu, kredit pemilikan apartemenKPA meskipun masih mengalami kontraksi, namun menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi di
Perbankan dan Sistem Pembayaran
NPL_RUKAN
NPL_MULTIGUNA
NPL_KPA (skala kanan)
NPL_KKB
0.012
0.14
0.01
0.12 0.1
0.008 %
periode triwulan laporan diperkirakan didorong oleh peningkatan adanya faktor musiman yaitu
NPL_KPR
%
Peningkatan
80
KPR
8
%,yoy
Rp triliun
Grafik 3. 25 Pertumbuhan Pembiayaan Sektor Rumah Tangga Perjenis Penggunaan
0.08
0.006
0.06
0.004
0.04
0.002 0
0.02 I
II
III 2014
IV
I
II
III 2015
IV
I
0
2016
Grafik 3. 28 NPL Sektor Rumah Tangga per Jenis Penggunaan
Sejalan dengan perlambatan penyaluran kredit rumah
uang kartal pada triwulan I 2016 menunjukkan posisi
tangga, rasio NPL menunjukan peningkatan yang
net inflow tercatat sebesar Rp 2,1 triliun, dengan
signifikan dari 0,64% di triwulan IV 2015 menjadi
Inflow tercatat sebesar Rp 5,07 triliun, jauh lebih tinggi
0,87% pada triwulan I 2016. Penurunan ini terutama
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
disebabkan oleh peningkatan NPL untuk KPA yang
sebesar Rp 2,5 triliun. Sementara outflow tercatat
meningkat signifikan dari 6,70% di triwulan IV 2015
sebesar Rp 2,9 triliun pada triwulan laporan, lebih
menjadi 12,16% pada triwulan I 2016. Kondisi perlu
rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
mendapatkan perhatian, meskipun KPA memiliki share
yang sebesar Rp 4,01 triliun.
yang rendah sebesar 0,78% terhadap total kredit RT, namun kondisi tetap perlu diwaspadai. Sementara itu, jenis kredit RT lainnya yaitu KPR, kredit pemilikan rukan dan kredit multiguna meskipun menunjukkan peningkatan namun tingkat NPL masih relatif kecil, berada dalam kisaran dibawah 1 % (kecuali KPR tercatat sebesar 1,07%). Kondisi tersebut sejalan dengan NPL KKB yang menunjukkan peningkatan namun juga persentasenya masih dibawah 1%. Secara keseluruhan, kondisi ketahanan sektor rumah tangga masih relatif aman dan ke depan diharapkan
Grafik 3. 29 Perkembangan Uang Kartal di Bali
sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Bali yang akan tumbuh lebih tinggi pada tahun 2016, kualitas kredit rumah tangga juga akan lebih baik. 3.5.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
3.5.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai 3.5.1.1. Perkembangan Aliran Masuk (Inflow)
dan Keluar (Outflow) serta Kegiatan
Penukaran Sejalan dengan perkembangan perekonomian, aliran
Grafik 3. 30 Perkembangan Kegiatan Kas Keliling
Tabel 3.5 Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali
Perbankan dan Sistem Pembayaran
81
3.5.1.2. Penyediaan Uang Layak Edar Bank
Indonesia
terus
berkomitmen
terus dilakukan kepada masyarakat umum dan pelaku dalam
usaha di Bali untuk meminimalisir peredaran uang
meningkatkan kualitas uang layak edar di masyarakat
palsu. Di samping itu, Bank Indonesia senantiasa
(clean money policy), dengan menarik uang lusuh/
mengintensifkan kerjasama dengan pihak kepolisian
rusak dari aliran uang yang masuk ke Bank Indonesia
dalam menekan peredaran uang palsu.
(inflow). Penyediaan uang layak edar tersebut dilakukan dengan kegiatan penukaran uang dan
3.5.2. Perkembangan Transaksi Pembayaran
kegiatan kas keliling. Di Provinsi Bali, kegiatan kas
Nontunai
keliling dilakukan hingga ke Nusa Penida (Kabupaten
3.5.2.1. Perkembangan Kliring
Klungkung) yang merupakan salah satu daerah
Seiring dengan peningkatan aktivitas perekonomian,
terpencil di Provinsi Bali. Frekuensi layanan kas keliling
aktivitas transaksi nontunai menunjukkan peningkatan
pada triwulan I 2016 mencapai 18 kali.
baik secara nominal maupun jumlah transaksi. Pada
Jumlah
uang
palsu
yang
teridentifikasi
pada
triwulan I 2016 jumlah nominal perputaran kliring
triwulan I 2016 sebanyak 1.934 lembar, meningkat
mencapai Rp 19 triliun, meningkat sebesar 8,14%
dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar
(qtq). Sejalan dengan hal tersebut, jumlah transaksi
1.372 lembar. Sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah
lembar kliring pada triwulan I 2016 juga menunjukkan
oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali
peningkatan sebesar 3,09% (qtq).
Tabel 3.6 Perkembangan Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong
82
Perbankan dan Sistem Pembayaran
Pada triwulan I 2016 jumlah tolakan cek/bilyet giro kosong tercatat sebesar 8,3 ribu lembar dengan nominal sebesar Rp 430 miliar. Jumlah lembar tolakan tersebut mengalami penurunan sebesar -6,04%(qtq) dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,3 ribu lembar. Lembar tolakan tersebut mencapai 1,3% dari total lembar kliring yang ditransaksikan pada triwulan I 2016. Sedangkan secara nominal, tolakan cek/bilyet giro kosong mengalami penurunan mencapai -67,49% (qtq). Nominal tolakan tersebut mencapai 2,16% dari keseluruhan nominal transaksi kliring triwulan I 2015.
Grafik 3. 31 Perkembangan Kliring
Grafik 3. 32 Perkembangan Tolakan Cek/BG kosong
Perbankan dan Sistem Pembayaran
83
SERI KEBANKSENTRALAN
BI 7- DAY REPO RATE Bank Indonesia mereformulasi suku bunga kebijakan,
sebagai suku bunga kebijakan. Dalam periode yang
dari BI Rate menjadi BI 7-day (Reverse) Repo Rate.
sama, BI akan mulai mengumumkan BI 7-day Repo
Kebijakan ini dilakukan untuk meningkatkan efektivitas
Rate sebagai bagian dari suku bunga operasi moneter
transmisi kebijakan moneter. Meskipun demikian,
(term structure). Penguatan operasi moneter ini telah
penguatan operasi moneter ini tidak mengubah sikap
melalui kajian yang lama dan mendalam serta sejalan
(stance) kebijakan moneter yang sedang diterapkan.
dengan praktik terbaik (best practice) di berbagai
Perubahan suku bunga kebijakan ini akan berlaku
bank sentral di dunia.
efektif sejak tanggal 19 Agustus 2016. Dalam masa
transisi sampai dengan sebelum 19 Agustus 2016,
tersebut memiliki tiga tujuan utama. Pertama,
Bank Indonesia akan tetap menggunakan BI Rate
memperkuat sinyal kebijakan moneter dengan suku
84
Penguatan
kerangka
operasi
moneter
bunga (Reverse) Repo Rate 7 hari sebagai acuan
sebagai suku bunga kebijakan, namun nantinya BI
utama di pasar keuangan. Kedua, memperkuat
7-day Repo Rate-lah yang akan dipergunakan sebagai
efektivitas transmisi kebijakan moneter melalui
suku bunga acuan (suku bunga kebijakan). Dengan
pengaruhnya pada pergerakan suku bunga pasar
demikian, dalam struktur tenor operasi moneter, suku
uang dan suku bunga perbankan. Ketiga, mendorong
bunga kebijakan akan bergeser dari tenor 1 tahun
pendalaman pasar keuangan, khususnya transaksi
(360 hari) menjadi tenor yang lebih pendek yakni 7
dan pembentukan struktur suku bunga di Pasar Uang
hari.
Antarbank (PUAB) untuk tenor 3 bulan hingga 12
bulan. Untuk itu, penguatan operasi moneter akan
BI 7-day Repo Rate merupakan kebijakan Bank
disertai dengan langkah-langkah untuk percepatan
Indonesia yang akan menurunkan bunga secara
pendalaman pasar uang.
drastis adalah tidak benar. Yang dilakukan oleh Bank
Dalam menentukan suku bunga kebijakan,
Indonesia adalah memperkuat kerangka operasi
Bank Indonesia menggunakan sejumlah kriteria
moneter, bukan mengubah sikap (stance) kebijakan.
yaitu bersifat transaksional (antara BI dengan
Perubahan tersebut ditujukan untuk memperkuat
perbankan), memiliki pasar yang relatif dalam,
efektivitas kebijakan moneter, sehingga setiap ada
dan memiliki hubungan yang kuat dengan sasaran
perubahan tingkat suku bunga kebijakan, baik
operasional kebijakan moneter. BI Rate sebagai suku
kenaikan maupun penurunan, dampaknya terhadap
bunga kebijakan tidak mengacu kepada instrumen
suku bunga pasar uang dan perbankan, baik deposito
manapun di pasar uang. Sementara BI 7-Day Repo
maupun kredit, akan menjadi semakin cepat.
Rate mengacu kepada instrumen operasi moneter
yang aktif ditransaksikan antara BI dengan perbankan
telah dilakukan oleh Bank Indonesia dari 7,50% pada
(transaksional) setiap hari. Selain itu, pilihan untuk
Desember 2015 menjadi 6,75% pada Maret 2016,
menggunakan instrumen repo juga ditujukan untuk
telah memberikan dampak terhadap penurunan suku
mendukung pendalaman pasar keuangan, khususnya
bunga kredit di Provinsi Bali. Rata-rata suku bunga
instrumen repo.
kredit modal kerja pada Maret 2016 tercatat sebesar
Bank Indonesia tidak menghapus suku bunga
12,53% (pa), turun dibanding Desember 2015 yang
kebijakan. Yang dilakukan oleh Bank Indonesia adalah
sebesar 12,75% (pa). Penurunan rata-rata suku
memperkenalkan suku bunga kebijakan baru, yaitu
bunga kredit juga terjadi pada suku bunga kredit
BI 7-day Repo Rate, menggantikan BI Rate yang saat
investasi yang turun dari 12,68% (pa) di Desember
ini berlaku sebagai suku bunga kebijakan. Adapun
2015 menjadi 12,46% (pa) di Maret 2016. Penurunan
perbedaan antara BI Rate dengan BI 7-day Repo Rate
juga terjadi pada rata-rata suku bunga kredit UMKM
adalah BI Rate saat ini berada pada level 6,75% (setara
yang turun dari 13,03% (pa) pada Desember 2015
dengan suku bunga 12 bulan dalam struktur suku
menjadi 12,67% (pa) di Maret 2016. Kondisi tersebut
bunga operasi moneter). Sementara BI 7-day Repo
juga diperkuat produk kredit beberapa bank dengan
Rate saat ini berada pada level 5,50% (setara dengan
suku bunga yang dapat dijangkau masyarakat.
Informasi yang menyatakan bahwa kebijakan
Sejalan dengan penurunan BI Rate yang
suku bunga operasi meneter 7 hari). Sampai dengan sebelum 19 Agustus 2016, BI Rate masih tetap ada
85
BOKS C
GERAKAN PEDULI KOIN RUPIAH I.
LATAR BELAKANG
Dalam
rangka
menjalankan
survei kepada masyarakat Kota Denpasar mengenai amanat
Undang-
perlakuan terhadap uang logam. Berdasarkan survei,
undang No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
38 % dari responden menggunakan uang logam
sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 6
untuk bertransaksi atau ditabung di bank, sementara
tahun 2009 dan pelaksanaan visi dan misi KPwDN,
62 % responden lainnya memperlakukan uang
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali telah
logam dengan menyimpan/mengumpulkan di tempat
melaksanakan kebijakan pengedaran uang Rupiah
khusus penyimpanan uang (celengan), laci, dan
ke seluruh wilayah Provinsi Bali. Terlebih lagi dengan
tempat tertentu di rumah. Awareness masyarakat
dikeluarkannya Undang-undang No. 7 Tahun 2011
yang masih kurang tersebut menjadi salah satu
tentang Mata Uang yang mewajibkan semua transaksi
faktor yang menyebabkan perputaran uang logam di
di wilayah NKRI mempergunakan Rupiah, sehingga
masyarakat tidak berjalan dengan optimal.
kebutuhan masyarakat terhadap uang Rupiah harus dapat dipenuhi dengan baik.
II.
Berdasarkan data 2015, aliran uang keluar (outflow)
Menindaklanjuti latar belakang tersebut, dan dalam
KPw BI Provinsi Bali sebesar Rp14,47 Triliun yang
rangka melakukan edukasi kepada masyarakat
terdiri dari uang kertas dan uang logam. Dari jumlah
untuk memperlakukan uang logam dengan baik,
tersebut, kebutuhan terhadap uang logam mencapai
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali
97,2 juta keping dengan nominal sebesar Rp41,8
menyelenggarakan kegiatan Gerakan Peduli Koin
miliar atau naik 30 % dari tahun 2014 yang tercatat
Rupiah yang dirangkaikan juga dengan penukaran
sebesar Rp32,1 miliar. Hal tersebut menunjukkan
uang lusuh pada hari Minggu tanggal 17 April 2016
peningkatan kebutuhan uang logam di Provinsi Bali.
dalam area Car Free Day di lapangan Renon Denpasar.
Namun demikian, selama ini tidak ada aliran uang
Kegiatan ini melibatkan kasir/teller perbankan di Kota
logam layak edar masuk (inflow) dari perbankan ke
Denpasar dengan didukung pula oleh para Duta
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali. Hal
Rupiah yang terpilih melalui ajang pemilihan Duta
yang sama juga terjadi di masyarakat, dimana hanya
Rupiah yang diikuti oleh kasir/teller perbankan pada
sedikit yang menukarkan ataupun menyetorkan uang
tahun 2015. Kegiatan yang berlangsung dari pukul
logam ke perbankan. Dengan kata lain uang logam
06.00 – 10.00 Wita mendapatkan animo yang tinggi
yang selama ini dikeluarkan dan diedarkan oleh
dari pengunjung Car Free Day di Lapangan Renon
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali melalui
maupun masyarakat yang sengaja datang untuk
perbankan terserap sepenuhnya oleh masyarakat.
melakukan penukaran uang logam yang dimiliki.
Sementara itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Pada kegiatan tersebut, tercatat lebih dari 300
Provinsi Bali pada tahun 2015 telah melakukan
orang melakukan penukaran uang logam dengan
86
PELAKSANAAN KEGIATAN
berbagai pecahan mulai dari pecahan Rp50,00 s.d.
Sedangkan
Rp1.000,00. Jumlah uang logam yang terkumpul
menukarkan uang lusuh mencapai 100 orang dengan
sebanyak 149.146 keping dengan nilai sebesar
jumlah
Rp.45.700.000,00 (empat puluh lima juta tujuh
(seratus dua puluh enam juta enam ratus empat
ratus ribu Rupiah) dengan rincian sebagaimana tabel
puluh tujuh ribu rupiah) yang terdiri dari berbagai
berikut :
pecahan uang kertas.
masyarakat
penukaran
yang
sebesar
datang
untuk
Rp.126.647.000,00
87
III.
RENCANA KEDEPAN
kegiatan serupa di beberapa lokasi khususnya
Mempertimbangkan animo dan antusias masyarakat
kantong-kantong uang logam di luar kota Denpasar.
dalam melakukan penukaran uang logam, maka
Selain itu edukasi Rupiah berupa sosialisasi ciri-ciri
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali
keaslian uang Rupiah, tata cara pelaporan uang yang
akan terus memberikan edukasi tentang tata cara
diragukan keasliannya dan kewajiban penggunaan
memperlakukan uang Rupiah khususnya uang logam
Rupiah juga diperlukan agar menjadikan Rupiah
kepada
berdaulat di wilayah NKRI.
88
masyarakat
dengan
menyelenggarakan
BOKS D
KPwBI PROVINSI BALI BERKERJASAMA DENGAN DESA ADAT DALAM UPAYA MENERTIBKAN KUPVA BB Bali sebagai salah satu lokasi favorit di dunia
BB di Provinsi Bali saat ini mencapai 594 kantor layanan
setiap tahunnya dikunjungi oleh jutaan wisatawan
dengan 132 diantaranya merupakan kantor pusat.
mancanegara.
industri
Dominasi sebaran terbesar ada di Kabupaten Badung
terhadap
dengan persentase sebesar 67% atau sebanyak 418
perekonomian Bali. Citra positif yang telah terbentuk
kantor, diantaranya sebanyak 300 kantor terdapat di
di mata wisatawan asing sebagai manifestasi layanan
wilayah Kuta. Selanjutnya diikuti oleh Kota Denpasar
prima yang diberikan selama ini hendaknya dapat
sebesar 21% atau 81 kantor dan Kabupaten Gianyar
dipertahankan dan ditingkatkan.
sebesar 9% atau 63 kantor.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Dewi
Melalui
Setyowati, dalam sambutannya mengatakan bahwa
PBI/2014 tanggal 11 September 2014 tentang
perkembangan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta
Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan
Asing Bukan Bank (KUPVA BB) berizin di Provinsi Bali
Bank,
mengalami peningkatan yang cukup pesat. Selama
KUPVA BB. Pengaturan dilakukan baik terhadap
tahun 2015 jumlah KUPVA BB yang memperoleh izin
aspek perizinan, penyelenggaraan dan pengawasan.
usaha dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Untuk menindaklanjuti berbagai permasalahan yang
Bali mencapai 81 kantor layanan KUPVA. Total KUPVA
mungkin muncul di bidang sistem pembayaran, BI
pariwisata
Selama
telah
ini
kemajuan
berkontribusi
besar
Peraturan
Bank
Bank
Indonesia
Indonesia
mendorong
No.16/15/
penguatan
89
telah berkerja sama dengan POLRI, baik pada tingkat
tersebut
pusat dengan Mabes POLRI maupun di tingkat daerah
bertambahnya KUPVA BB di Wilayah Desa Adat Kuta,
dengan POLDA. Salah satu bidang tugas yang telah
dipandang perlu untuk membuat suatu Pernyataan
disepakati untuk disinergikan antara Bank Indonesia
Bersama antara para pihak mengenai Kerjasama dan
dengan Kepolisian adalah penanggulangan tindak
Koordinasi terhadap KUPVA BB guna terciptanya
pidana di bidang sistem pembayaran dan KUPVA BB.
ketentraman dan kenyamanan masyarakat dan para
disimpulkan
bahwa
dengan
semakin
wisatawan. Selain
kerjasama
dengan
kepolisian,
berbagai
upaya telah dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank
Sebagai tindak lanjut pertemuan tersebut, pada
Indonesia Provinsi Bali antara lain melalui penyebaran
tanggal 16 Maret 2016 di Kantor Perwakilan Bank
leaflet Himbauan Penggunaan KUPVA BB Berizin,
Indonesia Provinsi Bali dilaksanakan penandatanganan
Daftar KUPVA Berizin di Provinsi Bali dan Modus
Pernyataan Bersama Kerjasama dan Koordinasi terkait
Penipuan KUPVA BB dalam 3 (tiga) bahasa (Indonesia,
KUPVA BB antara Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Inggris dan Cina). Disamping itu, dilakukan juga
Provinsi Bali dan Desa Adat Kuta serta Sosialisasi
pengembangan Aplikasi Edukasi Rupiah di Android
Peraturan
yang memuat daftar KUPVA BB Berizin di Provinsi Bali
tentang KUPVA BB. Acara diikuti oleh Anggota
per Kabupaten/Kota.
Komite III Dewan Perwakilan Daerah Republik
Bank
Indonesia
No.
16/15/PBI/2014
Indonesia, DR. SHRI I Gusti Ngurah Arya Wedakarna Pada tanggal 25 Januari 2016 lalu telah diadakan
M. Wedasteraputra Suyasa, Kasubdit 2 Ditreskrimsus
pertemuan antara DPD RI bersama jajaran pimpinan
Polda Bali, Komisaris Polisi I Made Witaya, Bendesa
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali dengan
Adat Kuta, Bp. I Wayan Swarsa, Ketua Asosiasi
komponen Desa Adat Kuta terkait penertiban KUPVA
Pedagang Valuta Asing Provinsi Bali, Ibu Ayu Astuti
BB di palemahan Desa Adat Kuta yang dilaksanakan
Dharma dan Komponen Desa Adat Kuta.
di Gedung KPw BI Provinsi Bali. Dari hasil pertemuan
90
BOKS E
PENURUNAN BI RATE BERDAMPAK PADA PENURUNAN SUKU BUNGA PERBANKAN Sejak Januari hingga Maret 2016, Bank Indonesia
berada pada kisaran 6,09% (yoy)-6,84% (yoy), seiring
telah menurunkan BI Rate sebanyak 3 kali. Melalui
dengan peningkatan konsumsi pemerintah dan
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia
rumah tangga, ekspor, serta investasi. Dari sisi supply,
pada 16-17 Maret 2016, Bank Indonesia kembali
pertumbuhan ekonomi Bali akan didorong oleh
memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25
peningkatan kinerja semua lapangan usaha. Seperti
basis point (bps) menjadi 6,75%, dengan suku bunga
halnya nasional, tekanan inflasi di Provinsi Bali pada
Deposit Facility menjadi sebesar 4,75% dan Lending
tahun 2016 diperkirakan melemah seiring dengan
Facility menjadi sebesar 7,25%. Beberapa faktor yang
berbagai upaya Tim Pengendalian Inflasi Daerah
melatarbelakangi keputusan tersebut adalah masih
(TPID) Provinsi Bali dalam menjaga kestabilan harga
terbukanya ruang pelonggaran kebijakan moneter
barang.
sejalan dengan terjaganya stabilitas makroekonomi,
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi Bali yang
terutama terus menurunnya tekanan inflasi di
lebih tinggi di tahun 2016 tersebut, peran industri
2016 dan 2017, serta meredanya ketidakpastian
perbankan
di pasar keuangan global. Pertumbuhan ekonomi
merupakan faktor yang krusial. Namun demikian,
dunia pada tahun 2016 dan 2017 diperkirakan
penyaluran kredit perbankan secara umum masih
lebih lambat dari sebelumnya, dengan pemulihan
mengalami perlambatan. Pada triwulan I 2016,
ekonomi yang belum kuat di sejumlah negara maju
pertumbuhan penyaluran kredit bank umum tercatat
dan perlambatan ekonomi di negara berkembang.
sebesar 8,81% (yoy), lebih rendah dari triwulan I
Di tengah masih lemahnya pertumbuhan ekonomi
2015 yang sebesar 15,18% (yoy). Tren perlambatan
global tersebut, kebijakan penurunan BI Rate
penyaluran kredit tersebut telah dimulai sejak tahun
diharapkan dapat memperkuat upaya peningkatan
2015, sebagaimana ditunjukkan oleh Grafik 1.
dalam
menyalurkan
pembiayaan
permintaan domestik untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi dan pada saat yang sama menjaga stabilitas makroekonomi. Sejalan dengan kondisi makroekonomi nasional tersebut, pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan I 2016 turut menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan I 2016 tercatat sebesar 6,04% (yoy), lebih tinggi dari triwulan IV 2015 yang sebesar 5,96% (yoy), dan lebih tinggi dari triwulan I 2016 yang sebesar 5,99% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Bali pada tahun 2016 kemudian diperkirakan
Grafik 1. Perkembangan Penyaluran Kredit Bank Umum di Provinsi Bali
91
Melalui liaison terhadap beberapa pelaku usaha
hingga Maret 2016 tersebut dapat menjadi peluang
dari triwulan I 2015 hingga triwulan I 2016, dapat
pelaku usaha untuk memperoleh sumber pembiayaan
diketahui bahwa salah satu penyebab melambatnya
yang
penyaluran kredit tersebut adalah karena tingginya
umumnya penurunan BI Rate tidak langsung direspon
tingkat suku bunga kredit. Mayoritas contact liaison
oleh penurunan tingkat suku bunga kredit oleh
lebih memilih sumber pembiayaan dari dana internal
perbankan, namun penurunan cost of funds dari
untuk modal kerja dan investasinya dibanding
perbankan sebagai dampak dari 3 kali penurunan BI
pembiayaan yang bersumber dari perbankan. Oleh
Rate mulai berpengaruh terhadap penurunan suku
karena itu, penurunan BI Rate sejak Januari 2016
bunga kredit, seperti ditunjukkan oleh Grafik 2.
lebih
murah
Grafik 2. Perkembangan BI Rate dan Suku Bunga Perbankan
92
dari
perbankan.
Meskipun
Seperti dapat dilihat pada Grafik 2, suku bunga
target kredit single digit oleh pemerintah (Grafik 3).
kredit bank umum di Provinsi Bali mulai menunjukkan
memperlihatkan penurunan suku bunga kredit bank
penurunan seiring dengan penurunan cost of
umum di Provinsi Bali terjadi sejak bulan Februari 2016,
funds perbankan (diindikasikan oleh penurunan
untuk suku bunga kredit modal kerja dan investasi.
suku bunga deposito). Hal ini juga sejalan dengan
Namun demikian, suku bunga kredit konsumsi belum
sasaran pemerintah dalam mencapai tingkat suku
menunjukkan penurunan. Penurunan suku bunga
bunga kredit single digit sebagai upaya untuk
kredit, khususnya untuk kredit produktif dari bank
mendorong pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan
umum ini diharapkan dapat terus berlanjut dan dapat
hasil liaison, industri perbankan khususnya bank
menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di
umum pemerintah juga secara umum mendukung
Provinsi Bali.
Grafik 3. Perkembangan Suku Bunga Kredit Bank Umum di Provinsi Bali
93
Halaman ini sengaja dikosongkan
94
KEKR Provinsi Bali Triwulan I 2016
BAB IV
KEUANGAN PEMERINTAH Foto oleh: Agus Mulyawan
KEKR Provinsi Bali Triwulan I 2016
95
96
Keuangan Pemerintah
4.1
GAMBARAN UMUM
Bali semakin membaik, sebagaimana tergambar
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
pada realisasi belanja modal yang berada diatas rata-
Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
ratanya selama 5 tahun terakhir.
dijelaskan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD)
merupakan
rencana
keuangan
Realisasi APBD Provinsi Bali pada triwulan I-2016 untuk
tahunan Pemerintahan Daerah yang disetujui oleh
sisi pendapatan daerah menunjukkan penurunan nilai
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). APBD
realisasi pada triwulan I-2016 yaitu sebesar 19,38%
secara garis besar terdiri atas pendapatan daerah
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
dan belanja-transfer daerah. APBD menggambarkan
yang sebesar 23,58%. Sementara itu, realisasi
arah dan skala prirotas serta kebijakan Pemerintah
belanja di triwulan I-2016 tercatat sebesar 7,70%,
Daerah dalam melaksanakan pembangunan di
menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan
daerahnya. Dalam penyusunan APBD, diharapkan
I-2015 yang sebesar 6,29%.
setiap daerah dapat melakukan sinergi dengan kebijakan penganggaran dengan berbagai kebijakan
4.2.
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
Pemerintah Pusat.
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BALI
Sejalan dengan perkembangan asumsi makroekonomi Pagu nilai APBD Provinsi Bali dari sisi pendapatan
regional, khususnya pertumbuhan ekonomi yang
untuk tahun 2016 menunjukkan peningkatan sebesar
diperkirakan akan tumbuh lebih baik pada tahun
14,66%, bila dibandingkan dengan tahun 2015,
2016 dibandingkan tahun 2015, nilai APBD Provinsi
yaitu dari Rp 4,9 triliun di tahun 2015 menjadi Rp
Bali terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada
5,62 triliun di tahun 2016. Peningkatan nilai APBD
tahun 2016, pagu anggaran pendapatan daerah
tersebut, didukung oleh peningkatan pendapatan
mencapai Rp 5,62 triliun, meningkat sebesar 14,62%
baik pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan
bila dibandingkan dengan tahun 2015 yang tercatat
maupun peningkatan lain-lain pendapatan daerah
sebesar Rp 4,90 triliun. Sementara itu anggaran
yang sah. Sementara itu, peningkatan juga terjadi
belanja daerah di tahun 2016 juga menunjukkan
dari sisi belanja, baik belanja langsung maupun
peningkatan sebesar 6,96%, dibandingkan triwulan
belanja tidak langsung dengan peningkatan sebesar
sebelumnya, yaitu dari Rp 5,56 triliun (2015) menjadi
6,96%. Dukungan fiskal terhadap perekonomian
Rp 5,95 triliun (2016).
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Bali Grafik 4. 1 Perkembangan Pagu Anggaran Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Bali 2011-2016
Keuangan Pemerintah
97
4.1.1. Anggaran Pendapatan APBD Provinsi
Peningkatan pendapatan asli daerah yang signifikan
Bali
pada tahun 2016 didorong oleh meningkatnya
Nilai pagu anggaran pendapatan Daerah Provinsi
pendapatan pajak daerah yang ditargetkan sebesar
Bali pada tahun 2016 tercatat sebesar Rp 5,62 triliun
14,37% pada tahun 2016 atau dengan target nominal
atau meningkat sebesar 14,66% dibandingkan pagu
sebesar Rp 3,05 triliun, lebih tinggi dibandingkan
anggaran tahun 2015 yang tercatat sebesar Rp 4,90
tahun 2015 yang sebesar Rp 2,67 triliun. Kondisi
triliun. Peningkatan pagu anggaran pendapatan pada
ini didukung oleh perkiraan pertumbuhan ekonomi
tahun 2016 terutama didorong oleh peningkatan
Bali yang lebih baik pada tahun 2016 dibandingkan
pendapatan asli daerah (PAD) yang meningkat sebesar
tahun 2015 dan tendensi peningkatan kinerja dunia
13,08% di tahun 2016 dengan nilai sebesar Rp 3,38
usaha sejalan dengan peningkatan kinerja ekonomi
triliun dibandingkan tahun 2015 yang sebesar Rp 2,99
serta potensi peningkatan jumlah kunjungan wisman.
triliun. Selain karena peningkatan PAD, peningkatan
Kondisi ini juga seiring dengan kebijakan pembebasan
pendapatan daerah juga didorong oleh peningkatan
visa 174 negara oleh Pemerintah di tahun 2016, yang
dana transfer sebesar 71,66% pada tahun 2016
akan mendorong peningkatan aktivitas beberapa
dibandingkan tahun 2015. Sementara pendapatan
lapangan usaha meliputi lapangan usaha transportasi
lain-lain yang sah justru mengalami penurunan
dan lapangan usaha penyediaan akomodasi makan-
sebesar 62,25% pada tahun 2016 dibandingkan
minum serta lapangan usaha perdagangan besar dan
tahun 2015.
eceran. Kondisi ini diperkirakan akan mendorong peningkatan setoran pajak dari pelaku usaha. Sementara itu, penurunan pendapatan lain-lain yang Tabel 4. 1 Perkembangan Pagu Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Bali 2015-2016
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Bali
98
Keuangan Pemerintah
sah pada tahun 2016 disebabkan oleh terjadinya
langsung), menunjukkan peningkatan pagu anggaran
penurunan untuk pendapatan hibah dan penurunan
yang tercatat sebesar Rp 941 miliar atau meningkat
dana penyesuaian dan otonomi khusus yang menurun
sebesar 17,02 % (yoy) dibandingkan tahun 2015.
signifikan pada tahun 2016 dibanding tahun 2015.
Peningkatan belanja bantuan keuangan kepada Prov/ Kab/Kota/Desa sebesar 7,70% (yoy), yaitu dari Rp
4.2.2. Anggaran Belanja APBD Provinsi Bali
699,61 miliar (2015) menjadi Rp 753,48 miliar (2016),
Nilai pagu anggaran Belanja Daerah Provinsi Bali pada
juga ikut mendorong peningkatan pagu anggaran
tahun 2016 tercatat sebesar Rp 5,95 triliun, mengalami
belanja tidak langsung pada Sementara itu, pagu
peningkatan sebesar 6,96%, dibandingkan dengan
anggaran belanja bantuan sosial menurun sebesar
pagu anggaran tahun 2015 yang tercatat sebesar
-57,88% (yoy) pada tahun 2016 dibandingkan tahun
Rp 5,56 triliun. Peningkatan pagu anggaran belanja
sebelumnya, dengan nilai pagu anggaran sebesar Rp
di tahun 2016 terutama didorong oleh peningkatan
179 miliar.
belanja langsung dan belanja tidak langsung. Untuk
Peningkatan belanja daerah pada tahun 2016, juga
belanja tidak langsung, peningkatan pagu anggaran
didorong oleh peningkatan pagu anggaran belanja
tertinggi terjadi pada anggaran belanja hibah yang
tidak langsung. Peningkatan ini terutama didorong
menunjukkan peningkatan signifikan di tahun berjalan
oleh adanya peningkatan pagu anggaran untuk
dengan peningkatan pagu sebesar 46,57% (yoy).
komponen belanja modal yang tumbuh sebesar
Peningkatan belanja tidak langsung juga didorong
26,60% (yoy) atau tumbuh dari Rp 635,83 miliar
oleh peningkatan pagu anggaran belanja belanja
(2015) menjadi Rp 804,95 miliar (2016). Peningkatan
pegawai (share terbesar kedua pada belanja tidak
ini sejalan dengan upaya Pemerintah Daerah untuk
Tabel 4. 2 Perkembangan Pagu Anggaran Belanja APBD Provinsi Bali 2015-2016
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Bali
Keuangan Pemerintah
99
meningkatkan konektivitas antar daerah di Bali melalui
lebih tinggi dibanding tahun 2015 yang sebesar
pembangunan dan pemeliharaan serta peningkatan
53,73%.
kapasitas jalan dan jembatan. Selain itu, peningkatan pagu anggaran belanja modal juga pada tahun 2016
4.2.3. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Bali
ditujukan untuk perbaikan sarana irigasi di beberapa
Pada triwulan I-2016, realisasi pendapatan mencapai
wilayah untuk mendorong peningkatan produksi dan
Rp 1,089 triliun atau dengan persentase sebesar
ketahanan pangan, selain itu peingkatan pagu belanja
19,38% dari pagu anggaran. Nilai realisasi ini, lebih
modal juga ditujukan untuk pembangunan dan
rendah bila dibandingkan dengan realisasi triwulan
peningkatan kapasitas sistem penyediaan ari minum
I-2015
(SPAM) di beberapa wilayah. Peningkatan pagu
nilai nominal sebesar Rp 1,156 triliun. Realisasi
belanja modal juga didorong oleh upaya Pemerintah
pendapatan pada triwulan I-2016 juga merupakan
Daerah untuk menyelesaikan pembangunan Rumah
realisasi terendah dalam kurun waktu 5 (lima)
Sakit Provinsi Bali dan Rumah Sakit Mata Indera.
tahun terakhir untuk periode triwulan yang sama,
Peningkatan belanja langsung, juga didorong oleh
dengan rata-rata persentase realisasi selalu diatas
peningkatan pagu belanja pegawai yang pada
23%. Penurunan realisasi pendapatan pada periode
tahun 2016 tercatat sebesar Rp Rp 102 miliar atau
triwulan I-2016, disebabkan oleh penurunan realisasi
meningkat sebesar 12,63% (yoy) dibandingkan tahun
pada 3 komponen utama pendapatan dibandingkan
sebelumnya.
tahun sebelumnya, yaitu realisasi pendapatan asli
yang
mencapai
23,58%
atau
dengan
daerah, realisasi pendapatan transfer dan realisasi Dari sisi kemandirian fiskal, kemampuan Pemerintah
lain-lain pendapatan yang sah.
Provinsi Bali dalam membiayai Belanja Daerahnya
Pada periode triwulan I-2016, sebagian besar
semakin
sebagaimana
komponen pendapatan menunjukkan realisasi yang
tercermin pada rasio pagu anggaran PAD terhadap
lebih rendah dibandingkan pola historisnya. Adapun
total pagu anggaran belanja daerah yang terus
komponen yang menunjukkan realisasi tertinggi
menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada
adalah realisasi dana alokasi umum (DAU), yaitu
tahun 2016, rasio pagu anggaran PAD terhadap total
sebesar 33,33% dan dengan share yang cukup
pagu anggaran belanja daerah mencapai 56,81%,
signifikan pada pendapatan daerah (nominal sebesar
menunjukkan
perbaikan,
Rp 283 miliar), sehingga berkonstribusi besar terhadap
Sumber : Biro Keuangan Pemda Provinsi Bali Grafik 4. 2 Persentase Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Bali Triwulan I Tahun 2012 – 2016
100
Keuangan Pemerintah
Tabel 4. 3 Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Bali Triwulan I Tahun 2012 – 2016
Sumber : Biro Keuangan Pemda Provinsi Bali
realisasi pendapatan daerah pada triwulan I-2016.
dengan konsumsi rumah tangga dan kegiatan pelaku
Sementara itu, komponen pendapatan dengan
usaha seperti pajak kendaraan bermotor dan pajak
realisasi terendah adalah realisasi retribusi daerah
bahan bakar kendaraan bermotor, pajak hotel dan
yaitu sebesar 14,99%, meskipun demikian share
restoran dan sebagainya. Meskipun konsumsi rumah
komponen ini relatif terhadap pendapatan daerah
tangga dan lapangan usaha penyediaan akomodasi
bila dibandingkan dengan komponen pendapatan
makan minum menunjukkan peningkatan kinerja
lainnya. Sementara itu, PAD mengalami realisasi yang
pada periode triwulan I-2016 dibanding triwulan
rendah bila dibandingkan dengan pola historisnya
sebelumnya,
dengan realisasi sebesar 15,61%, terendah dalam 5
peningkatan realisasi peningkatan PAD realisasi PAD
(lima) tahun terakhir yang selalu berada di atas 20%.
pada periode triwulan I-2016. Rasio realisasi PAD
Penurunan volume penjualan kendaraan bermotor
terhadap total realisasi pendapatan sebesar 48,44%,
pada triwulan I-2016 yang mengalami kontraksi
lebih rendah bila dibandingkan periode yang sama
sebesar -11,59%, lebih rendah dibandingkan triwulan
tahun 2015 yang mencapai 58,83% dan lebih rendah
I-2015 yang sebesar kontraksi -6,09%, merupakan
bila dibandingkan dengan target anggaran dalam
salah satu faktor penyebab rendahnya realisasi PAD.
APBD yang sebesar 60,13%. Meskipun demikian,
Selain faktor tersebut, penurunan harga BBM pada
sejalan dengan potensi membaiknya kondisi dunia
triwulan I-2016 juga ikut mendorong penurunan PAD
usaha khususnya industri pariwisata seiring dengan
pada periode triwulan tersebut.
kebijakan
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa rendahnya
mendorong peningkatan jumlah kunjungan wisman,
realisasi pendapatan daerah pada triwulan
I-2016
penurunan tingkat suku bunga perbankan untuk
terutama disebabkan oleh rendahnya realisasi PAD.
kredit kendaraan bermotor (KKB) dan perusahaan
Secara keseluruhan, seluruh komponen PAD yaitu
pembiayaan serta potensi meningkatkanya kegiatan
pendapatan pajak daerah, retribusi daerah dan
MICE
lain-lain PAD yang sah memiliki realisasi dibawah
domestik antara lain liburan sekolah diperkirakan
periode yang sama tahun 2015. Sebagaimana yang
akan mendorong peningkatan PAD pada triwulan ke
diketahui, bahwa pajak provinsi umumnya terkait
depan.
namun
bebas
domestik
visa
dan
tidak
yang
dapat
mendorong
diperkirakan
meningkatnya
akan
kunjungan
Keuangan Pemerintah
101
Pada sisi yang lain, pendapatan transfer dari
peningkatan, namun realisasi belanja ini masih
pemerintah pusat memiliki realisasi yang cukup tinggi
menunjukkan pola yang sama dengan tahun-tahun
yaitu sebesar 26,19% dan dengan share sebesar 47%
sebelumnya, dengan persentase realisasi yang akan
terhadap total pendapatan, sehingga memberikan
menunjukkan peningkatan yang signifikan pada
kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian
triwulan III & IV, seiring dengan telah terealisasinya
realisasi anggaran pada triwulan I-2016. Selain
beberapa
pencapaian realisasi yang tinggi, pendapatan transfer
belanja modal. Sementara untuk realisasi triwulan
juga mengalami peningkatan dari sisi realisasi nominal
I, umumnya cenderung relatif kecil seiring dengan
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
masih dilakukannya pemenuhan administrasi dan
yaitu meningkat sebsar 59%. Peningkatan ini
pelelangangn untuk pengadaan infrastruktur, barang
terutama didorong oleh peningkatan realisasi dana
dan jasa.
proyek
pengadaan
alokasi umum yang sangat signifikan dari Rp 13 miliar pada triwulan 1-2015 menjadi Rp 183 miliar di triwulan 1-2016. Dana perimbangan terkait erat dengan realisasi pendapatan pajak pemerintah pusat. 4.2.4. Realisasi Belanja APBD Provinsi Bali Realisasi belanja APBD Provinsi Bali di triwulan I-2016 tercatat sebesar 7,70%, lebih tinggi bila dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun 2015 yang mencapai 6,29%. Meskipun menunjukkan
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Bali Grafik 4. 3 Persentase Realisasi Belanja APBD Provinsi Bali Triwulan I Tahun 2012 – 2016
102
Keuangan Pemerintah
infrastruktur
dan
Tabel 4. 4 Realisasi Belanja APBD Provinsi Bali Triwulan I Tahun 2012 – 2016
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Bali
Pola realisasi belanja APBD pada tahun 2016 ini tidak
jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama
berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,
tahun 2015. Kondisi ini seiring dengan kebijakan
dimana pada triwulan I, realisasi belanja APBD
program lelang yang lebih awal dilakukan untuk
cenderung masih terbatas khususnya untuk belanja
tahun anggaran 2016 yang telah mulai dilaksanakan
barang dan jasa serta belanja modal. Sementara itu,
pada akhir tahun 2015, sehingga realisasi proyek
realisasi belanja pegawai juga telah memiliki pola
khususnya infrastruktur dapat dimulai lebih awal.
historis yang berulang, dimana aktivitas kegiatan kedinasan dan rapat serta acara yang terkait dengan
Secara umum, belanja APBD didorong oleh tingginya
MICE, biasanya akan mulai meningkat pada periode
realisasi belanja tidak langsung dan belanja langsung.
triwulan II. Pada periode triwulan I 2016, realisasi
Pada komponen realisasi belanja tidak langsung,
belanja tidak langsung tercatat sebesar 7,90%,
realisasi tertinggi terjadi pada komponen belanja hibah
sedangkan belanja langsung tercatat sebesar 7,20%.
dengan nilai realisasi mencapai 15,73%, meskipun
Realisasi kedua komponen belanja APBD tersebut
lebih rendah bila dibandingkan periode yang sama
lebih tinggi dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya yang mencapai 17,02%, namun
tahun sebelumnya yang masing-masing sebesar
secara nominal menunjukkan peningkatan yang
7,29% dan 3,72%. Meskipun pada triwulan ini,
signifikan sebesar 35,48% dibandingkan periode
pola realisasi belanja APBD relatif sama dengan
yang sama tahun sebelumnya dengan nilai nominal
tahun-tahun sebelumnya, namun pada triwulan I
mencapai Rp 192 miliar atau sebesar 42% dari total
2016 pola realisasi belanja cenderung relatif lebih
realisasi belanja APBD di triwulan I 2016. Peningkatan
merata diantara masing-masing komponen belanja
realisasi belanja hibah didorong oleh adanya aktivitas
APBD dibandingkan periode yang sama tahun-
perayaan keagamaan pada triwulan I 2016 berupa
tahun sebelumnya. Diharapkan ke depannya pola
nyepi, kuningan dan galungan.
realisasi belanja pemerintah yang lebih merata dapat dilakukan khususnya di tahun 2016, seiring dengan
Belanja modal APBD Provinsi Bali pada periode triwulan
akselerasi percepatan belanja barang dan jasa serta
I 2016 memiliki realisasi yang tinggi tercatat sebesar
belanja modal yang realisasinya pada triwulan I 2016
6,79% atau dengan nominal Rp 55 miliar. Realisasi
Keuangan Pemerintah
103
ini jauh lebih tinggi dibandingkan pola historisnya
total anggaran pendapatan APBD 9 Kabupaten/Kota
dalam kurun waktu 2 tahun terakhir yang persentase
di tahun 2016. Sementara anggaran pendapatan yang
realisasinya selalu berada di bawah 1%. Realisasi
terkecil adalah Kabupaten Bangli dengan nilai sebesar
nominal belanja modal tersebut mencapai 12% dari
Rp 908 miliar dan share sebesar 5,68% terhadap total
realisasi total belanja APBD pada periode triwulan
anggaran pendapatan APBD 9 Kabupaten/Kota.
berjalan. Peningkatan realisasi belanja modal tersebut, mendorong peningkatan akselerasi pertumbuhan PMTB pada triwulan I 2016 yang tumbuh sebesar 9,54% (yoy), lebih tinggi bila dibandingkan triwulan IV 2015 yang sebesar 6,69% (yoy) dan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 7,43% (yoy). Selain itu, peningkatan realisasi belanja modal juga mendorong peningkatan kinerja konstruksi dari sisi penawaran, yang pada triwulan I 2016 tumbuh sebesar 7,62% (yoy), lebih tinggi bila dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,01% (yoy) dan periode yang sama triwulan sebelumnya yang sebesar 2,67%
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Bali Grafik 4. 4 Anggaran Pendapatan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, 2016
(yoy). Pada tahun 2016, terdapat beberapa proyek
Pendapatan
transfer
merupakan
komponen
infrastruktur yang telah dianggarkan dalam APBD
pendapatan yang memiliki alokasi anggaran terbesar
Provinsi Bali yang meliputi peningkatan kapasitas,
yaitu mencapai Rp 8,6 triliun atau dengan share sebesar
pelebaran, pembangunan serta pemeliharaan jalan
53,75% terhadap total seluruh anggaran pendapatan
Provinsi di beberapa Kabupaten/Kota, perbaikan
9 Kabupaten/Kota di Bali. Besarnya pendapatan
dan peningkatan kapasitas saluran irigasi untuk
transfer ini menandakan ketergantungan fiskal
meningkatkan ketahanan pangan, pembangunan
pemerintah kabupaten/kota yang masih cukup tinggi
dan peningkatan kapasitas salauran penyediaaan air
terhadap Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi.
minum serta pembangunan rumah sakit provinsi dan
Secara keseluruhan, rata-rata derajat desentralisasi
rumah sakit mata Indera.
fiskal untuk pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Bali sebesar 23,62%. Berdasarkan data anggaran
4.3
APBD KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI
pendapatan tahun 2016, derajat desentralisasi fiskal
BALI
tertinggi diraih oleh Kabupaten Badung dengan rasio
4.3.1. Anggaran dan Realisasi Pendapatan
mencapai 76,64% dan terendah di Kabupaten Bangli
dengan rasio sebesar 8,36%. Rendahnya pendapatan
APBD Kabupaten/Kota
Total anggaran pendapatan yang dialokasikan oleh 9
berupa pajak yang dianggarkan oleh Pemerintah
Kabupeten/Kota di Provinsi Bali mencapai Rp 15,96
Kabupaten Bangli disebabkan karena masih relatif
triliun. Total nilai APBD ini jauh lebih besar dibanding
terbatasnya perkembangan aktivitas usaha di Kab.
anggaran pendapatan APBD Provinsi dan APBN yang
Bangli dan merupakan salah satu wilayah dengan
dialokasikan untuk Provinsi Bali. Anggaran terbesar
tingkat kemiskinan yang tinggi yaitu mencapai 5,45%
dimiliki oleh Kabupaten Badung dengan nilai sebesar
(berdasarkan data 2013), sehingga ketergantungan
Rp 3,83 triliun dan share sebesar 23,97% terhadap
kabupaten tersebut terhadap pendapatan transfer
104
Keuangan Pemerintah
Tabel 4. 5 Anggaran dan Realisasi Pendapatan Kabupaten/ Kota di Provinsi Bali 2016
Jenis Pendapatan Pendapatan Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Transfer Lain-lain Pendapatan Yang Sah
Anggaran 2016 (Rp Miliar) 15.995 5.165 8.598 2.232
Realisasi Tw 1 2016 (Rp Miliar) 3.161 940 2.140 81
% Realisasi 19,76 18,20 24,89 3,63
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Bali
dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi
mencapai 12,5% dan pendapatan transfer sebesar
masih tergolong tinggi.
33,40%,
merupakan
faktor
pendorong
utama
tingginya realisasi pendapatan kabupaten tersebut. Secara Keseluruhan pada triwulan I 2016, realisasi
Berdasarkan informasi anekdotal, Pemerintah Daerah
pendapatan
mencapai
Kabupaten Bangli selalu berupaya untuk menggali
19,76%. Capaian realisasi ini terhitung cukup tinggi,
peluang untuk meningkatkan penerimaan pajak
bahkan lebih tinggi bila dibanding dengan realisasi
daerah, antara lain pajak dari kepemilikan tanah yang
pendapatan Provinsi Bali di periode yang sama.
belum terdaftar. Selama ini penerimaan pajak daerah
Tingginya realisasi pendapatan kabupaten/kota di
bersumber dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea
triwulan I 2016 ini, terutama didorong oleh realisasi
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
pendapatan
dan pajak atas penerangan jalan.
APBD
transfer
kabupaten/kota
yang
mencapai
24,89%.
Sementara itu, realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
4.3.2. Anggaran dan Realisasi Belanja APBD
capaian realisasi pendapatan di triwulan laporan,
Kabupaten/Kota
dengan tingkat realisasi sebesar 18,20%. Salah satu
Anggaran belanja dan transfer kabupaten/kota di Bali
komponen yang mendorong cukup tingginya realisasi
pada tahun 2016 mencapai Rp 17,36 triliun, dengan
PAD adalah pendapatan pajak daerah khususnya
share sebesar 59,56% dari total anggaran merupakan
terkait dengan pendapatan pajak hotel dan restoran,
belanja tidak langsung dengan nilai nominal sebesar
seiring dengan peningkatan kinerja lapangan usaha
Rp 10,34 triliun, sedangkan belanja langsung
penyediaan akomodasi makan minum yang tumbuh
memiliki share sebesar 40,44% dari total anggaran
signifikan pada periode triwulan laporan sebesar
belanja. Dengan nilai anggaran sebesar Rp 3,8 triliun,
6,61% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya
Kabupaten
yang sebesar 4,87% (yoy). Tingginya pertumbuhan
anggaran belanja daerah terbesar dibandingkan
lapangan usaha ini diindikasikan ikut membantu
wilayah lainnya. Sementara itu, Kabupaten Jembrana
peningkatan penerimaan kabupaten/kota di Bali pada
merupakan kabupaten dengan anggaran belanja
triwulan laporan.
daerah terendah yang hanya sebesar Rp 1,09 triliun.
Realisasi pendapatan tertinggi pada triwulan I 2016
Secara agregat, belanja modal APBD kabupaten/kota
dicapai oleh Kabupaten Bangli dengan capaian
mencapai Rp 3,35 triliun atau sebesar 19,31% dari
sebesar 25,19%. Sementara itu, realisasi PAD yang
total anggaran belanja. Rasio belanja modal tertinggi
Badung merupakan wilayah dengan
Keuangan Pemerintah
105
Tabel 4. 6 Anggaran dan Realisasi Belanja Kabupaten/ Kota di Provinsi Bali, 2016
Jenis Belanja Belanja Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Belanja Modal
Anggaran 2016 (Rp Miliar) 17.360 10.340 7.020 3.353
Realisasi Tw 1 2016 (Rp Miliar) 1.546 1.268 278 15
% Realisasi 8,91 12,26 3,96 0,44
Sumber: Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pembendaharaan Negara Provinsi bali
dicapai oleh Kabupaten Badung yakni sebesar
bantuan keuangan. Realisasi belanja barang dan jasa
28,41%. Tingginya rasio belanja modal di Kabupaten
telah mencapai 10,78%, sedangkan realisasi belanja
Badung ini diharapkan dapat membantu mendorong
pegawai mencapai 15,68%, sementara realisasi
pertumbuhan ekonomi secara jangka panjang dan
belanja bantuan keuangan mencapai 10,56% di
mendukung perkembangan kinerja industri pariwisata
Kabupaten Tabanan di periode triwulan laporan.
di Provinsi Bali, dengan Kabupaten Badung sebagai salah satu sentra pengembangan pariwisata di Bali.
Sementara itu, Kabupaten Badung merupakan kabupaten dengan realisasi belanja terendah di
Realisasi belanja kabupaten/kota di Provinsi Bali
triwulan I 2016 yang baru mencapai 5,61%. Realisasi
pada triwulan I 2016 sebesar 8,91% atau senilai
belanja modal yang rendah (share plafon anggaran
Rp 1,55 triliun. Realisasi belanja ini lebih tinggi bila
belanja modal sebesar 28,41% terhadap total
dibandingkan dengan realisasi belanja Provinsi Bali
anggaran belanja Kabupaten Badung), menjadi salah
di periode yang sama yang hanya sebesar 7,70%.
satu penyebab utama rendahnya realisasi belanja
Realisasi belanja tidak langsung kabupaten/kota di
Kabupaten Badung di periode triwulan laporan.
Provinsi Bali yang mencapai 12,26% dan realisasi
Pada tahun 2016, Pemerintah Kabupaten Badung
belanja modal yang mencapai 3,96% di triwulan
telah menyediakan anggaran yang besar yaitu Rp
laporan, ikut mendorong peningkatan realisasi
1,15 triliun untuk membiayai beberapa proyek
belanja kabupaten/kota di triwulan laporan. Meskipun
pembangunan infrastruktur di Kabupaten Badung.
demikian, realisasi belanja modal kabupaten/kota di Provinsi Bali masih menunjukkan capaian yang
(%) 30
rendah yang baru mencapai 0,44% dikarenakan
25
pembangunan proyek infrastruktur, sebagian besar
20
masih dalam proses lelang dan penyiapan administrasi
15 10
serta perencanaan.
5
Dengan realisasi belanja sebesar 12,33%,
0
Kabupaten Tabanan merupakan wilayah dengan realisasi belanja terbesar diantara seluruh kabupaten/ kota di Bali pada triwulan I 2016. Tingginya realisasi
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Bali
tersebut terutama didorong oleh tingginya realisasi belanja barang dan jasa, belanja pegawai serta belanja
106
Keuangan Pemerintah
Grafik 4. 5 Anggaran belanja Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, 2016
4.4
ALOKASI APBN DI PROVINSI BALI
triliun yang terdiri atas belanja pegawai sebesar Rp
Dalam rangka membiayai belanja daerah, pemerintah
3,5 triliun, belanja barang sebesar Rp 3,2 triliun dan
pusat telah mengalokasikan sejumlah anggaran APBN
belanja modal sebesar Rp 1,75 triliun serta belanja
untuk direalisasikan di Bali. Anggaran penerimaan
bantuan sosial sebesar Rp 7,6 miliar. Penurunan pagu
APBN tersebut berasal dari penerimaan dalam negeri
anggaran terbesar pada tahun 2016, terutama terjadi
yang bersumber dari pajak, Penerimaan Negara
pada anggaran belanja modal yang mencapai Rp
Bukan Pajak (PNBP), serta hibah. Pada sisi yang
626 miliar atau turun sebesar 26,31% dibandingkan
lain, belanja APBN disalurkan dalam bentuk belanja
tahun 2015.
pemerintah pusat dan transfer ke daerah melalui dana transfer dan lain-lain pendapatan yang sah. Belanja
Sementara itu, realisasi belanja anggaran APBN pada
pemerintah pusat digunakan untuk membiayai
triwulan I 2016 tercatat sebesar 13,40% atau dengan
gaji pegawai kementrian atau instansi pemerintah
nilai nominal mencapai Rp 1,138 triliun. Capaian
pusat yang beroperasi di Bali. Selain itu, anggaran
realisasi ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan
ini dipergunakan juga untuk membiayai proyek-
periode yang sama tahun 2015 yang hanya mencapai
proyek infrastruktur strategis yang dicanangkan oleh
10,63%. Peningkatan capaian realisasi belanja APBN
pemerintah pusat yang dikelola antara lain oleh balai
di triwulan laporan terutama didorong oleh tingginya
jalan dan balai sungai.
realisasi belanja pegawai yang mencapai 21,26% dan realisasi belanja barang yang mencapai 9,39%
Jumlah pagu anggaran APBN untuk Provinsi Bali pada
di triwulan laporan, jauh lebih tinggi dibandingkan
tahun 2016 mengalami penurunan sebesar 9,50%
periode yang sama tahun sebelumnya yang masing-
atau dengan nilai nominal sebesar Rp 891 miliar. Nilai
masing sebesar 19,13% dan 7,93%.
pagu APBN pada tahun 2016 tercatat sebesar Rp 8,49 Tabel 4. 7 Pagu dan Realisasi Anggaran APBN 2015-2016 Untuk Provinsi Bali
Jenis Belanja Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Bantuan Sosial Total
Pagu (Rp Miliar) 3.523 3.292 2.379 188 9.382
Tahun 2015 Realisasi (Rp Miliar) 674 261 18 44 997
Realisasi (%) 19,13 7,93 0,76 23,40 10,63
Pagu (Rp Miliar) 3.523 3.207 1.753 7,6 8.491
Tahun 2016 Realisasi (Rp Miliar) 749 301 88,00 1.138
Realisasi (%) 21,26 9,39 5,02 13,40
Sumber: Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pembendaharaan Negara Provinsi bali
Keuangan Pemerintah
107
BOKS F
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KONEKTIVITAS DAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI BALI Infrastruktur
dalam
rangka
meningkatkan
konektivitas antar wilayah di Provinsi Bali Pembangunan
infrastruktur
Badung, sehingga Kabupaten Badung dan wilayah salah
sekitarnya akan menjadi target utama lokasi investasi
satu aspek penting untuk mempercepat proses
dari investor. Berdasarkan hasil FGD dengan Badan
pembangunan di suatu wilayah, tidak terkecuali
Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP) Provinsi
di Provinsi Bali. Pertumbuhan ekonomi Bali tidak
Bali, investor umumnya selalu mempertimbangkan
dapat dipisahkan dari ketersediaan infrastrukturnya.
infrastruktur sebagai hal yang krusial dalam penetapan
Pembangunan di bidang infrastruktur akan menjadi
keputusan investasi. Ketersediaan infrastruktur yang
pondasi dari pertumbuhan ekonomi Bali di masa
mendukung akan mendorong peningkatan investasi
yang akan datang. Oleh karena itu, pengembangan
pada suatu daerah yang akan menjadi salah satu
infrastruktur
atau
sumber pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut,
sasaran yang ingin dicapai oleh stakeholders terkait
dan sebaliknya. Oleh karena itu, belum optimalnya
(pemerintah daerah) dalam setiap program tahunan
konektivitas dari Bali Selatan dan non Selatan.
yang
pembangunan
Sebagai contoh : Kabupaten Badung dan Kabupaten
infrastruktur yang vital dalam mencapai pertumbuhan
Buleleng, akan berdampak pula terhadap rendahnya
ekonomi yang stabil dan berkelanjutan adalah
penyebaran investasi dari Bali selatan ke nono selatan.
pembangunan jalan untuk meningkatkan konektivitas
Peningkatan konektivitas antara wilayah Bali selatan
antar wilayah di Provinsi Bali.
(pusat aktivitas ekonomi) dengan Bali non selatan
selalu
dicanangkan.
menjadi
Salah
merupakan
infrastruktur Bandar Udara Internasional di Kabupaten
isu
satu
stategis
akan mampu mendorong pemerataan aktivitas Sebagaimana telah diketahui dari pelaksanaan Focus
ekonomi, yang pada akhirnya akan mendorong
Group Discussion (FGD) dengan stakeholders terkait
pemerataan kesejahteraan masyarakat Bali.
(contoh: Dinas Pembangunan Umum Provinsi Bali), salah satu isu utama dalam pertumbuhan ekonomi
Dalam kaitannya dengan peningkatan konektivitas
Bali adalah tidak meratanya pembangunan antara
antara Bali selatan dan non selatan, Direktorat
wilayah Bali selatan (Kota Denpasar, Kabupaten
Jenderal Bina Marga, c.q. Balai Pelaksanaan Jalan
Badung, dan Gianyar) dengan wilayah Bali non
Nasional (BPJN) VIII berencana untuk meningkatkan
selatan (Kabupaten Buleleng, Karangasem, Bangli,
jaringan jalan utara – selatan di Provinsi Bali. Melalui
Klungkung, Jembrana, dan Tabanan). Pertumbuhan
studi yang dilakukan oleh BPJN VIII, Ketimpangan
ekonomi Bali sebagian besar masih terpusat di
pembangunan pariwisata di daerah Bali selatan
wilayah Bali selatan, mengingat kondisi infrastruktur
dengan daerah Bali utara yang diakibatkan oleh
di wilayah Bali selatan lebih memadai dibanding
terbatasnya akses dan lamanya waktu tempuh yang
non selatan. Hal ini dapat dilihat dari ketersediaan
diperlukan oleh para wisatawan untuk mengakses
108
Tabel 1. Perkiraan Jarak dan Waktu Tempuh Mengwitani – Singaraja setelah Pembuatan Shortcut
Sumber: Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) VIII (diolah)
objek-objek wisata di daerah Bali utara harus dicarikan
tersebut juga mendesak mengingat kondisi lalu lintas
solusi dan penanganan sehingga terjadi pemerataan
eksisting yang dalam waktu singkat diperkirakan
pembangunan antara Bali utara dan Bali selatan. Solusi
akan semakin parah. Pembangunan shortcut tersebut
dan penanganan tersebut akan diwujudkan dalam
akan menjadi salah satu solusi dari permasalahan
pembangunan shortcut Mengwitani – Singaraja,
konektivitas Bali selatan dan Bali utara. Selain
Bali. Gambaran umum dari rencana pembangunan
rencana pengembangan shortcut Mengwitani –
shortcut tersebut, seperti terangkum pada Tabel 1 di
Singaraja tersebut, pemerintah Provinsi Bali juga
atas.
telah merealisasikan pengembangan infrastruktur jalan dan jembatan di setiap Kota/Kabupaten di
Pengembangan jalan poros Bali utara – Bali selatan
Provinsi Bali. Rincian kegiatan dan nilai realisasi dari
tersebut
pengembangan tersebut adalah sebagai berikut :
perlu
disinergikan
dengan
rencana
pembangunan jalur kereta api, jalan tol dan akses bandara di Bali utara. Pengembangan jalan poros
109
Tabel 2. Realisasi dan Rencana Pengembangan Infrastruktur Jalan di Provinsi Bali
9,750,000,000
110
Sumber: Dinas Pembangunan Umum Pemerintah Provinsi Bali – Bidang Bina Marga (diolah)
Total dana APBD untuk Dinas PU Provinsi Bali c.q.
kawasan hotel menjadi penyebab menyusutnya lahan
Bidang Bina Marga di tahun 2016 adalah sebesar
pertanian di Bali. Rata-rata alih fungsi lahan sawah
Rp299.846.514.120,- lebih tinggi dari total dana
dari 2009 – 2013 tercatat mencapai 350 ha/tahun.
APBD yang direalisasikan pada tahun 2015 yang
Target luasan tanam di Bali tahun 2015 sebesar
sebesar Rp 214.402.963.450,-. Hal ini seiring dengan
150.000 ha juga tidak tercapai dan hanya terealisasi
usaha pemerintah untuk mewujudkan mantapnya
135.000 ha, sehingga menyebabkan target produksi
kondisi infrastruktur yang merupakan salah satu
padi sebesar 901.000 ton tidak tercapai dan hanya
sasaran strategis tahun 2014-2018.
terealisasi 850.000 ton. Dengan kondisi tersebut, Bali membutuhkan pasokan pangan dari provinsi lain.
Infrastruktur
dalam
rangka
mendukung
Bali mengimpor komoditas beras, gula pasir, tepung
ketahanan pangan di Provinsi Bali
terigu, minyak goreng dan kedelai impor dari Jawa
Selain infrastruktur untuk meningkatkan konektivitas
Timur. Sedangkan untuk komoditas bawang merah
antar
diimpor dari NTB.
wilayah,
infrastruktur
untuk
mendukung
ketahanan pangan juga merupakan infrastruktur vital
Sumber Daya Air (SDA) merupakan salah satu
di Provinsi Bali. Dengan karakteristik pertumbuhan
faktor vital untuk meningkatkan ketahanan pangan
ekonominya yang didominasi oleh industri pariwisata,
di Provinsi Bali. Berdasarkan hasil FGD dengan
peningkatan demand akan produk hasil pertanian
stakeholder terkait (Balai Wilayah Sungai Bali-Penida)
didorong oleh rata-rata jumlah kunjungan wisatawan
isu-isu strategis dari pengelolaan SDA di Bali meliputi:
yang mencapai 10 juta orang (wisman dan wisnus)
1. Tidak meratanya Potensi Sumber Daya Air pada
setiap tahunnya. Selain itu, alih fungsi lahan yang cukup tinggi dari lahan pertanian menjadi beberapa
tiap Daerah Aliran Sungai (DAS) 2. Terganggunya kuantitas air dan menurunnya
111
kualitas air di kawasan sumber air (Danau, Mata
manfaat antara lain: 1) Menambah Menambah
air dan Badan Sungai)
intensitas tanam 169% menjadi 275% seluas
3. Belum optimalnya upaya pemanfaatan potensi
1794,82 Ha, dan memberikan pasokan air baku
Sumber Daya Air dan adanya konflik kepentingan
350 liter/detik, dengan keandalan 250 liter/detik, 2)
antar pemanfaat air
Menambah pasokan listrik sebesar 1,5 MW, dan 3)
4. Ancaman banjir, kekeringan dan abrasi pantai pada kawasan pesisir, dan
Selain bendungan Titab, pemerintah juga berencana
5. Perlu peningkatan peran lembaga dan pemangku kepentingan
dalam
Dapat dikembangkan menjadi kawasan tujuan wisata.
sinergisitas
pengelolaan
Sumber Daya Air
membangun infrastruktur berupa waduk/bendungan lainnya
untuk
meningkatkan
kapasitas
irigasi.
Pembangunan waduk-waduk tersebut diharapkan
Dalam mendukung upaya ketahanan pangan Provinsi
dapat meningkatkan produktivitas pertanian di
Bali, pemerintah telah merealisasikan pembangunan
Provinsi Bali sehingga supply komoditas-komoditas
bendungan Titab di Kabupaten Buleleng. Dengan
pangan strategis dari dalam pulau Bali sendiri
nilai pembangunan sebesar Rp400,78 miliar (APBN),
dapat meningkat. Berikut rencana pembangunan
pembangunan bendungan Titab akan memberikan
infrastruktur waduk di Provinsi Bali :
Tabel 3. Rencana Pembangunan Waduk/Bendungan di Provinsi Bali
Sumber: Balai Wilayah Sungai Bali-Penida (diolah)
112
Pembangunan
8
(delapan)
waduk/bendungan
pasokan air baku untuk mendukung pertanian di Bali.
tersebut diperkirakan akan menjadi salah satu faktor
Rincian perkiraan manfaat apabila pembangunan
pendorong utama untuk mewujudkan ketahanan
8
pangan di Provinsi Bali, mengingat manfaat utama dari
direalisasikan dapat dilihat pada tabel berikut:
(delapan)
waduk/bendungan
tersebut
telah
pembangunan waduk/bendungan tersebut adalah Tabel 4. Manfaat Pembangunan Waduk/Bendungan di Provinsi Bali
Sumber: Balai Wilayah Sungai Bali-Penida (diolah)
113
Halaman ini sengaja dikosongkan
114
KEKR Provinsi Bali Triwulan I 2016
BAB V
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
KEKR Provinsi Bali Triwulan I 2016
115
116
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
5.1.
KONDISI KETENAGAKERJAAN
2016 tercatat sebesar 50,4 juta jiwa, atau meningkat
Pasokan tenaga kerja Provinsi Bali mengalami
sebesar 6,76% dibanding Agustus 2015. Peningkatan
peningkatan, terlihat dari jumlah penduduk usia kerja
jumlah pengangguran yang lebih besar daripada
pada Februari 2016 yang mengalami peningkatan
peningkatan jumlah angkatan kerja berdampak pada
baik secara tahunan maupun dibanding Agustus
meningkatnya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
2015. Pada Februari 2016 jumlah penduduk usia
pada Februari 2016. TPT Provinsi Bali pada Februari
kerja di Bali tercatat sebesar 3,16 juta orang,
2016 tercatat sebesar 2,12%, lebih tinggi dari TPT
atau meningkat 1,50% dibanding Februari 2015
Agustus 2015 yang sebesar 1,99% dan TPT Februari
dan meningkat 0,74% dibanding Agustus 2015.
2015 yang sebesar 1,37%. Meskipun mengalami
Peningkatan jumlah penduduk usia produktif tersebut
peningkatan, namun TPT Bali tersebut masih jauh
dapat menjadi indikasi peningkatan potensi tenaga
lebih rendah dibanding TPT Nasional yang sebesar
kerja di Bali. Seiring dengan peningkatan usia kerja,
5,50% pada Februari 2016.
jumlah angkatan kerja pada Februari 2016 tercatat meningkat dibanding Agustus 2015. Jumlah angkatan
Tingkat
Partisipasi
Angkatan
kerja
(TPAK)
kerja pada Februari 2016 tercatat sebesar 2,38 juta
menunjukkan penurunan. TPAK yang mencerminkan
jiwa atau meningkat 0,44% dibanding Agustus
besarnya persentase penduduk usia kerja yang aktif
2015. Seiring dengan hal tersebut, angkatan kerja
secara ekonomi, mengalami penurunan dibandingkan
yang bekerja juga mengalami peningkatan sebesar
Agustus 2015. TPAK pada Februari 2016 tercatat
0,31% dibanding Agustus 2015. Namun demikian,
sebesar 75,28%, lebih rendah dibanding Agustus
peningkatan jumlah penduduk usia kerja tersebut
2015 yang sebesar 75,51%. Meskipun mengalami
tidak dapat diserap secara optimal oleh lapangan kerja
sedikit penurunan, TPAK tersebut masih jauh lebih
yang tersedia. Hal ini tercermin dari meningkatnya
tinggi dari TPAK nasional yang pada Februari 2016
pengangguran di Bali pada Februari 2016. Jumlah
tercatat sebesar 68,06%.
angkatan kerja yang menganggur pada Februari Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama (Ribu Orang)
Sumber : BPS Provinsi Bali
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
117
1.99
1.9
2.12
1.37
Sumber: BPS Provinsi Bali Grafik 5.1. Perkembangan Tingkat Pengangguran di Provinsi Bali
Seiring
dengan
perbaikan
optimisme
kondisi
perekonomian ke depan, kondisi ketenagakerjaan diperkirakan akan mengalami perbaikan. Hal ini terkonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha KPwBI Provinsi Bali triwulan I-2016 yang menunjukkan adanya optimisme penambahan tenaga kerja oleh dunia usaha pada triwulan yang akan datang, terutama pada sektor Industri Pengolahan, Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor Jasajasa. Optimisme terkait kondisi ketenagakerjaan ditunjukkan juga oleh hasil Survei Konsumen di Provinsi Bali triwulan I-2016. Berdasarkan hasil SK, terlihat bahwa tingkat keyakinan konsumen akan Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yang akan datang cenderung optimis, yaitu sebesar 102,5 (indeks diatas 100 menunjukkan optimisme konsumen).
Sumber : SK KPw BI Provinsi Bali Grafik 5.3 Indeks Kondisi Ketenagakerjaan, Penghasilan, dan Kegiatan usaha yang Akan Datang
Struktur lapangan pekerjaan secara umum tidak mengalami perubahan. Sektor perdagangan masih menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Provinsi Bali. Pada Februari 2016, lapangan usaha perdagangan masih menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Bali, yaitu sebesar 708 ribu orang, atau 30,45% dari total penduduk yang bekerja di Bali. Lapangan usaha pertanian kemudian menempati posisi kedua dengan 511,86 ribu orang bekerja pada lapangan usaha ini, atau sebesar 22,02% dari total penduduk yang bekerja di Bali. Sementara lapangan usaha jasa kemasyarakatan menempati posisi ketiga dengan menyerap 418,86
Sumber: SKDU KPw BI Provinsi Bali Grafik 5.2. Perkiraan Penambahan Tenaga Kerja (Hasil SKDU)
118
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
ribu orang atau 18,02% penduduk yang bekerja di Bali. Terjadi penurunan penyerapan tenaga kerja pada
Tabel 5.2. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (orang)
Sumber : BPS Provinsi Bali
lapangan
pekerjaan
yang
selama
ini
menjadi
Jenis pekerjaan yang dominan pada Februari 2016
penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di
adalah kelompok orang yang bekerja pada kegiatan
Bali. Pada Februari 2016, penyerapan tenaga kerja
informal. Penduduk yang bekerja pada kegiatan
pada lapangan pekerjaan perdagangan mengalami
informal tercatat sebanyak 1,24 juta jiwa atau
penurunan sebesar 7,82% dibanding Agustus 2015,
sebesar 53,07% dari total penduduk yang bekerja,
sementara lapangan pekerjaan pertanian turun
sedangkan orang yang bekerja pada kegiatan formal
sebesar 1,71%, lapangan pekerjaan konstruksi turun
tercatat sebanyak 1,09 juta jiwa atau sebesar 46,93%
sebesar 14,16%, dan lapangan pekerjaan lainnya
pada periode yang sama. Komposisi tersebut relatif
turun sebesar -51,1%. Disisi lain, penyerapan tenaga
sama dengan kondisi pada Agustus 2015. Hal ini
kerja dari lapangan pekerjaan industri, transportasi,
mengindikasikan bahwa sebagian besar penduduk
pergudangan dan komunikasi, keuangan, serta
Bali yang bekerja masih tergantung pada kegiatan
jasa kemasyarakatan pada Februari 2016 tercatat
informal.
meningkat dibanding Agustus 2015. Tabel 5.3. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan (Orang)
Sumber : BPS Provinsi Bali
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
119
Tabel 5.4. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja (Orang)
Sumber : BPS Provinsi Bali
Penyerapan tenaga kerja di Bali masih didominasi
Kualitas
pendidikan
penduduk
yang
bekerja
oleh penduduk yang tergolong pekerja penuh waktu
mengalami sedikit perbaikan. Kondisi ini tercermin
(full time worker), yaitu penduduk yang bekerja pada
dari meningkatnya penduduk yang bekerja tingkat
kelompok 35 jam ke atas per minggu. Jumlah pekerja
SMA/SMK keatas sebesar 4,2% pada Februari 2016
penuh waktu di Bali pada Februari 2016 tercatat
dibanding Agustus 2015. Disisi lain, jumlah penduduk
sebanyak 1,36 juta jiwa atau sebesar 58,39% dari
yang bekerja dengan tingkat pendidikan sampai
total penduduk yang bekerja di Bali. Jumlah tersebut
dengan SMP mengalami penurunan sebesar 2,96%
lebih rendah dibanding Agustus 2015 yang tercatat
pada periode yang sama. Namun demikian, dari sisi
sebanyak 1,84 juta orang atau 79,39% dari total
penyerapan tenaga, sebagian besar masih didominasi
penduduk yang bekerja. Pada periode yang sama,
oleh penduduk yang berpendidikan rendah (SD ke
jumlah pekerja berwaktu tidak penuh mengalami
bawah), dengan porsi sekitar 36,8% dari keseluruhan
peningkatan, dari 479 ribu jiwa pada Agustus 2015
jumlah penduduk yang bekerja. Sementara pekerja
menjadi 970 ribu jiwa pada Februari 2016.
berpendidikan tinggi mencakup 17,6%, dan sisanya merupakan pekerja berpendidikan menengah yang memilliki porsi sebesar 45,6%.
Tabel 5.5. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan (Orang)
Sumber : BPS Provinsi Bali
120
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
5.2
NILAI TUKAR PETANI
Selanjutnya, NTP subsektor perikanan menurun
Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan I 2016
sebesar 1% (qtq), atau dari 102,16 di triwulan IV-
mengalami
dengan
2015 menjadi 101,13 di triwulan I-2016. Sementara
triwulan IV 2015. Penurunan NTP mengindikasikan
NTP subsektor perkebunan rakyat menurun sebesar
menurunnya kesejahteraan petani dengan penurunan
0,9% pada periode yang sama. Penurunan NTP pada
daya beli petani di pedesaan. Apabila dibandingkan
ketiga subsektor ini terjadi karena laju kenaikan Indeks
dengan triwulan sebelumnya, penurunan NTP terjadi
Yang Dibayar Petani (IB) lebih tinggi dibandingkan
pada subsektor tanaman pangan, Perkebunan rakyat,
dengan Indeks Yang Diterima Petani (IT). Di sisi lain,
dan Perikanan. Penurunan NTP terdalam terjadi pada
NTP subsektor hortikultura dan subsektor peternakan
subsektor tanaman pangan, yaitu sebesar 2,4%
mengalami peningkatan masing masing sebesar
(qtq) pada triwulan I-2016, atau turun dari 100,48 di
1,1% dan 0,7% pada periode yang sama.
penurunan
dibandingkan
triwulan IV-2015 menjadi 98,04 di triwulan I-2016. Tabel 5.6. Perkembangan Nilai Tukar Petani di Provinsi Bali
Sumber: BPS Provinsi Bali (diolah) Ket: *) NTP April 2016
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
121
*
Sumber: BPS Provinsi Bali Ket: *) NTP April 2016 Grafik 5.4. NTP Bali dan Komponen Penyusunnya
5.3 TINGKAT KEMISKINAN
pada September 2015. Meskipun mengalami sedikit
Angka kemiskinan di Provinsi Bali pada September
peningkatan, angka kemiskinan di Bali tersebut
2015 mengalami peningkatan dibanding periode
masih jauh di bawah angka kemiskinan nasional yang
yang sama tahun lalu. Tingkat kemiskinan Bali per
tercatat sebesar 11,13% pada September 2015.
September 2015 tercatat sebanyak 219 ribu jiwa atau 5,25% dari jumlah penduduk Bali. Angka
Dari
sisi
pemerataan
pendapatan,
disparitas
ini meningkat dibandingkan periode yang sama
pendapatan di Provinsi Bali mengalami perbaikan
tahun lalu, yang tercatat sebesar 4,76% dari jumlah
yang tercermin dari penurunan Gini Ratio pada
penduduk. Peningkatan jumlah penduduk miskin
tahun 2015. Gini Ratio Bali pada tahun 2015 tercatat
tersebut didorong oleh peningkatan jumlah penduduk
sebesar 0,38, jauh lebih rendah jika dibandingkan
miskin yang berada di pedesaan dan perkotaan.
dengan Gini Ratio tahun 2015 yang sebesar 0,42 dan
Jumlah penduduk miskin di desa meningkat dari
nasional sebesar 0,41.
86,76 ribu jiwa pada September 2014 menjadi 102,99 ribu jiwa pada September 2015. Sementara jumlah penduduk miskin di kota meningkat dari 109,2 ribu jiwa pada September 2014 menjadi 115,9 ribu jiwa
Sumber: BPS Provinsi Bali Grafik 5.5. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Bali
122
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Sumber: BPS Provinsi Bali Grafik 5.6. Perkembangan Gini Ratio di Provinsi Bali
Pembangunan manusia di Provinsi Bali masih berada
terakhir menyebutkan IPM Provinsi Bali di tahun 2015
dalam kondisi yang baik dan mengalami peningkatan.
sebesar 72,48, meningkat dibanding IPM Bali tahun
Kondisi tersebut tercermin dari Indeks Pembangunan
2014 yang tercatat sebesar 72,09 dan IPM nasional
Manusia (IPM) Provinsi Bali yang secara historis selalu
tahun 2015 yang sebesar 68,90. IPM Bali juga tercatat
lebih tinggi dibandingkan dengan IPM nasional. Data
sebagai IPM tertinggi ke 5 di Indonesia.
Sumber: BPS Provinsi Bali Grafik 5.7. Perbandingan IPM Provinsi Bali Dengan Daerah Lain
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
123
Halaman ini sengaja dikosongkan
124
Prospek Perekonomian
BAB VI
PROSPEK PEREKONOMIAN Foto oleh: Putriana Nurman
Prospek Perekonomian
125
126
Prospek Perekonomian
6.1.
MAKRO EKONOMI REGIONAL
peningkatan kapasitas jalan, jembatan, irigasi dan
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali pada triwulan II
penyediaan air minum serta pembangunan Rumah
2016 diperkirakan mengalami peningkatan, dibanding
Sakit Provinsi Bali dan Rumah Sakit Mata Indera yang
triwulan I 2016, yaitu tumbuh pada kisaran 6,06%
ditargetkan selesai di tahun 2016 Selain itu, konsumsi
- 6,46% (yoy). Dari sisi permintaan, peningkatan
pemerintah pada triwulan II 2016 juga akan didorong
terutama didorong oleh peningkatan kinerja konsumsi
oleh realisasi pembayaran gaji ke13 dan 14 untuk PNS
pemerintah, investasi dan kinerja ekspor. Sementara
dan pensiunan. Sementara itu, terdapat risiko yang
itu dari sisi penawaran, peningkatan didorong oleh
berpotensi menahan peningkatan kinerja konsumsi
peningkatan kinerja sebagian besar lapangan usaha
pemerintah di triwulan II 2016, yaitu pemotongan
utama antara lain lapangan usaha pertanian, lapangan
anggaran Kementerian dan Lembaga sebesar 10%
usaha industri pengolahan, konstruksi, penyediaan
seiring dengan pesimisme tercapainya target realisasi
akomodasi makan dan minum, dan transportasi dan
penerimaan pajak di tahun 2016.
pergudangan.
35,000 34,000 33,000 32,000 31,000 30,000 29,000 28,000 27,000 26,000
I
II
III
2014
IV
I
II
Sejalan
PDRB
III
2015
9 8 6.06-6.46 7 6 6.04 5 4 3 2 1 0 IV I II*)
dengan
realisasi
pembangunan
proyek
infrastruktur oleh pemerintah pada triwulan II 2016, kinerja
investasi
diperkirakan
akan
mengalami
peningkatan yang dikontribusikan oleh pengerjaan %,YOY
RP MILIAR
gPDRB(skala kanan)
2016
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan : *) Angka Proyeksi Bank Indonesia Grafik 6. 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali
proyek Pemerintah dan swasta. Kondisi tersebut terkonfirmasi oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, yang menunjukkan peningkatan
perkiraan
perkembangan
investasi
pelaku usaha dari sebesar -2,82% (SBT) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar -1,66% (SBT) di triwulan II 2016. Peningkatan tersebut, sejalan dengan semakin
Sisi permintaan
tingginya optimisme pelaku usaha ke depan terhadap
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Bali
perkembangan kondisi ekonomi makro regional,
pada Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi
sehingga berdampak pada semakin kondusifnya
Bali pada triwulan II 2016, didorong oleh perkiraan
perkembangan usaha. Selain itu, optimisme pelaku
peningkatan kinerja konsumsi pemerintah, investasi
usaha juga didorong oleh tendensi penurunan suku
(PMTB), serta ekspor. Peningkatan kinerja konsumsi
bunga kredit perbankan (investasi dan modal kerja) di
pemerintah diperkirakan terindikasi oleh peningkatan
Provinsi Bali menuju suku bunga single digit sebagai
tren realisasi fisik APBD Provinsi Bali mengikuti
respon terhadap penurunan suku bunga BI Rate.
pola historisnya, seiring mulai berjalannya realisasi pembangunan fisik beberapa proyek infrastruktur,
Di samping itu, perkiraan peningkatan kinerja
setelah pada triwulan I sebagian besar proyek
komponen ekspor1 pada triwulan depan, didorong
infrastruktur melakukan proses pelelangan dan
oleh perkiraan perbaikan perekonomian negara tujuan
melengkapi administrasi. Proyek infrastruktur yang
ekspor dan upaya eksportir untuk terus melakukan
akan berlangsung pada tahun 2016 antara lain adalah
diversifikasi pasar ekspor serta peningkatan kualitas
1
Salah satu negara utama tujuan ekspor Provinsi Bali, USA menunjukkan peningkatan permintaan ekspor terutama untuk komoditas garmen.
Prospek Perekonomian
127
produk agar dapat bersaing ditengah semakin ketatnya persaingan. Selain itu, kinerja ekspor jasa diperkirakan turut mengalami peningkatan seiring dengan berakhirnya periode low season pariwisata dan upaya beberapa hotel untuk meningkatan promosi serta penjualan melalui online booking, sales call, dan program discount. Sementara itu, ditengah minimnya event perayaan keagamaan pada triwulan berjalan, konsumsi rumah
Sumber : Survei Konsumen (SK), Bank Indonesia
tangga masih berpotensi mengalami peningkatan
Grafik 6. 3 Indeks Ekspektasi Konsumen
sebagai dampak dari adanya penurunan harga BBM ( yang terkonfirmasi oleh peningkatan indeks ekspektasi
konsumen).
Selain
itu,
peningkatan
kinerja konsumsi rumah tangga juga didorong oleh masuknya bulan Ramadhan pada akhir triwulan berjalan. Namun demikian, terdapat beberapa faktor yang berpotensi menahan laju peningkatan konsumsi rumah tangga pada triwulan berjalan antara lain adalah adanya persiapan memasuki tahun ajaran baru sehingga konsumen mengalokasikan sebagian dana konsumsinya untuk pemenuhan kebutuhan pendidikan terkonfirmasi dari hasil Survei Penjualan Eceran pada bulan Mei 2016 yang menunjukkan peningkatan omset penjualan untuk peralan tulis dengan pertumbuhan sebesar 1,8% (mtm).
Sisi Penawaran Dari
sisi
penawaran,
optimisme
peningkatan
pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2016 terkonfirmasi oleh hasil SKDU yang menunjukkan perkiraan sebesar
peningkatan
kegiatan
usaha
dari
-13,73% (SBT) pada triwulan I 2016,
menjadi sebesar 17,74% (SBT) di triwulan II 2016. Peningkatan tersebut juga didorong oleh perkiraan peningkatan kinerja sebagian besar lapangan usaha, antara lain lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan peternakan, industri pengolahan, konstruksi, penyediaan akomodasi makan dan minum, serta transportasi dan pergudangan. Perkiraan peningkatan kinerja lapangan usaha pertanian terkonfirmasi oleh hasil SKDU yang menunjukkan perkiraan peningkatan kegiatan usaha dari sebesar
Total
Perdagangan, hotel dan restoran
Industri pengolahan
15
%
oleh adanya panen komoditas tabama yang mulai terjadi di beberapa daerah di Provinsi Bali (sebagai
5
-5
dampak mundurnya masa tanam, sehingga masa I
II
III
IV
2014
I
II
III 2015
IV
I
II* -1.66 -2.82 2016
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), Bank Indonesia Grafik 6. 2 Perkiraan Perkembangan Investasi
128
triwulan I 2016, menjadi sebesar 2,09% (SBT) di triwulan II 2016. Peningkatan tersebut juga didorong
10
0
-8,27% (SBT) pada
Prospek Perekonomian
panen mundur ke triwulan II 2016). Selain komoditas tabama, komoditas perkebunan (manggis) juga telah memasuki masa panen dengan peningkatan volume produksi khususnya di daerah sentra yaitu Kabupaten Jembrana. Meskipun demikian, terdapat faktor yang
berpotensi menjadi penahan peningkatan kinerja
salah satunya pelaksanaan Musyarawah Nasional
lapangan usaha
pertanian, yaitu resiko kemarau
Luar Biasa (MUNASLUB) Golkar pada minggu
yang diperkirakan mulai berlangsung pada bulan Juni
ketiga Mei 2016, Bali Interhash 2016 pada minggu
2016.
ketiga Mei 2016 yang diikuti oleh 6.000 wisatawan mancanegara dan 19th Bali Coaltrans pada awal Juni
Perkembangan lapangan usaha industri pengolahan
2016 sehingga berpotensi mendorong peningkatan
pada triwulan II 2016 diperkirakan mengalami
kunjungan wisdom dan wisman. Sementara itu,
peningkatan, terkonfirmasi oleh hasil SKDU yang
peningkatan kinerja lapangan usaha transportasi dan
menunjukkan
kegiatan
pergudangan juga didorong oleh faktor musiman
-0,41% (SBT) pada triwulan
seiring dengan berlangsungnya bulan Ramadhan
I 2016, menjadi sebesar 1,16% (SBT) di triwulan
pada akhir triwulan II 2016 yang akan mendorong
II 2016. Perkiraan peningkatan kinerja lapangan
peningkatan penggunaan transportasi darat, laut,
usaha industri pengolahan juga didorong oleh
dan udara untuk persiapan mudik.
perkiraan
usaha dari sebesar
peningkatan
potensi semakin baiknya perkembangan ekonomi global (yang berorientasi ekspor luar negeri) dan
Di sisi lain, risiko perlambatan pada triwulan II 2016,
masuknya bulan Ramadhan pada akhir triwulan II
berpotensi bersumber dari perlambatan kinerja
2016 sehingga berpotensi mendorong peningkatan
lapangan usaha perdagangan besar dan eceran
volume
(khususnya
sebagai dampak dari minimnya event perayaan hari
untuk industri pengolahan ikan kaleng dan daging
keagamaan sepanjang triwulan II 2016 dan upaya
kaleng). Sementara itu, lapangan usaha konstruksi
konsumen untuk memenuhi kebutuhan pendidikan
diperkirakan akan turut mengalami peningkatan
dengan mengurangi alokasi anggaran konsumsi
seiring dengan realisasi akselerasi pengerjaan proyek
rumah tangga.
perdagangan
antar
daerah
infrastruktur pemerintah dan swasta. Seiring dengan berakhirnya periode low season pariwisata, kinerja industri pariwisata pada triwulan II
2016
diperkirakan
mengalami
peningkatan.
Kondisi tersebut akan mendorong peningkatan kinerja lapangan usaha terkait, yaitu lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum serta
I
II
III 2014
IV
I
II
III 2015
IV
I
II* 2016
lapangan usaha transportasi dan pergudangan. Peningkatan tersebut juga terkonfirmasi oleh hasil SKDU yang menunjukkan perkiraan peningkatan kegiatan usaha sektor perdagangan, hotel, dan
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), Bank Indonesia Grafik 6. 4 Perkembangan Dunia Usaha
restoran dari sebesar -4,45% (SBT) pada triwulan I 2016, menjadi sebesar 6,24% (SBT) di triwulan II 2016.
Peningkatan lapangan usaha penyediaan
akomodasi makan dan minum juga didorong oleh peningkatan frekuensi MICE pada triwulan II 2016,
Prospek Perekonomian
129
peningkatan
kinerja
lapangan
usaha
pertanian
seiring dengan dukungan program pengembangan peningkatan produktivitas pertanian oleh pemerintah, serta perkiraan peningkatan pertumbuhan ekonomi di tahun 2016 yang diperkirakan terjadi seiring dengan perkiraan peningkatan industri pariwisata dan
industri
diperkirakan
pengolahan. mengalami
Industri
pariwisata
peningkatan
seiring
dengan upaya pemerintah dalam me-rebranding Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), Bank Indonesia Grafik 6. 5 Perkembangan Dunia Usaha : Sektoral
dan mempromosikan Provinsi Bali sebagai destinasi pariwisata. Sementara, perkiraan peningkatan industri pengolahan didorong oleh upaya pelaku usaha dalam
Perkiraan Ekonomi Provinsi Bali Tahun 2016
meningkatkan akses pasar dengan mengembangkan
Dengan
perekonomian
alternatif segmen pasar baru (domestik dan ekspor).
Provinsi Bali untuk keseluruhan tahun 2016 diperkirakan
Optimisme meningkatnya pertumbuhan ekonomi
akan mengalami peningkatan dibandingkan dengan
Provinsi Bali tersebut masih menghadapi resiko
perekonomian Bali tahun 2015 (6,04% (yoy)).
antara lain risiko, berkembangnya isu keamanan
Pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2016 diperkirakan
yang berdampak terhadap industri pariwisata, risiko
berada pada kisaran 6,08%-6,84% (yoy). Dari sisi
anomali cuaca dan bencana alam, serta resiko seiring
permintaan,
dengan revisi ke bawah perkiraan pertumbuhan
perkembangan
perbaikan
terakhir,
perkiraan
perekonomian
global di tahun 2016, akan berpotensi mendorong
ekonomi global.
perbaikan kinerja ekspor luar negeri, seiring dengan
Meskipun prospek perekonomian dunia pada tahun
upaya ekspansi pasar beberapa industri pengolahan.
2016 diperkirakan masih mengalami peningkatan,
Selain itu, konsumsi rumah tangga di tahun 2016
namun update perkiraan pertumbuhan ekonomi
diperkirakan mulai mengalami perbaikan seiring
dunia tahun 2016 terakhir ( April 2016 ), mengalami
dengan kenaikan UMP dan potensi menurunnya harga
revisi ke bawah. Perkiraan pertumbuhan ekonomi
BBM dan LPG, serta terjaganya TTL sepanjang tahun
dunia tahun 2016 yang sebelumnya diperkirakan
2016. Sementara itu, komitmen Pemerintah Daerah
sebesar 3,4%(yoy), direvisi ke bawah menjadi sebesar
dalam mendukung pembangunan perekonomian,
3,2%(yoy), tetap lebih tinggi dibandingkan realisasi
terutama pembangunan infrastruktur diperkirakan
tahun 2015. Penyesuaian proyeksi (revisi ke bawah)
akan mendorong akselerasi peningkatan kinerja
juga terjadi pada beberapa negara tujuan utama
konsumsi pemerintah dan investasi. Sejalan dengan
ekspor Provinsi Bali yaitu USA, Jepang, Australia,
itu, peningkatan kinerja investasi juga didorong oleh
Singapura, dan Hongkong. Revisi ke bawah tersebut,
optimisme pelaku usaha seiring dengan tendensi
terjadi seiring dengan divergensi perkembangan
penurunan suku bunga kredit perbankan (investasi
perekonomian di berbagai belahan dunia, antara lain
dan modal kerja) di Provinsi Bali menuju suku bunga
perlambatan dan rebalancing Tiongkok, berlanjutnya
single digit sebagai respon terhadap penurunan
penurunan harga komoditas terutama minyak dunia,
suku bunga BI Rate. Dari sisi penawaran, perkiraan
perlambatan investasi dan perdagangan terutama di
peningkatan perekonomian bersumber dari perkiraan
negara maju, serta tekanan geopolitik di beberapa
130
Prospek Perekonomian
Tabel 6. 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Utama Bali
Sumber : World Economic Outlook, International Monetary Fund (IMF) April 2016 Keterangan : *) angka estimasi IMF **) angka proyeksi IMF
negara. Meskipun demikian, berdasarkan World
sebesar 4%±1% (yoy). Berdasarkan disagregasinya,
Economic Outlook April 2016, perkembangan ekspor
secara tahunan, inflasi pada triwulan I 2016 terutama
negara emerging market and developing economies,
bersumber dari kelompok inti dan volatile food.
termasuk didalamnya Indonesia diperkirakan akan
Sementara itu, tekanan kelompok administered prices
mengalami peningkatan dari sebesar 1,7% (yoy)
tercatat menahan laju inflasi seiring dengan kebijakan
pada tahun 2015 menjadi sebesar 3,85% (yoy) di
Pemerintah terkait penyesuaian harga BBM.
tahun 2016. Kondisi tersebut memberikan optimisme
Pada triwulan II 2016, kelompok volatile food
terhadap ekspektasi peningkatan kinerja ekonomi
diperkirakan melandai seiring dengan masuknya
nasional dan regional Bali pada tahun 2016.
musim panen padi dan tekanan demand yang relatif tidak setinggi triwulan III 2016. Namun demikian,
6.2.
INFLASI BALI TRIWULAN II 2016
komoditas bawang merah masih perlu menjadi perhatian seiring dengan peningkatan harga yang terjadi secara nasional dan ketergantungan Provinsi Bali terkait pasokan komoditas bumbu-bumbuan. Selain itu, resiko tekanan inflasi juga disebabkan oleh
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan : *) Angka Proyeksi BI Grafik 6. 6 Proyeksi Inflasi Bali
Berdasarkan hasil tracking sampai dengan triwulan I 2016, inflasi Bali diperkirakan akan sebesar 3,72%±1% (yoy) pada tahun 2016, dan diharapkan dapat mendukung tercapainya target inflasi nasional yang
Sumber : Bank Indonesia Grafik 6. 7 Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar Kawasan (ytd)
Prospek Perekonomian
131
200 190 180 170 160 150 140 130 120 110
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2012
2013
2014
2015
2016
Perkiraan rata-rata perkembangan harga barang dan jasa secara umum 3 bulan yang akan datang Perkiraan rata-rata perkembangan harga barang dan jasa secara umum 6 bulan yang akan datang
Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Grafik 6. 8 Ekspektasi Konsumen terhadap Perubahan Harga Barang & Jasa
perkiraan masuknya musim kemarau pada Juni 2016
Sementara itu, tekanan inflasi kelompok administered
yang mengancam kinerja produksi bahan pangan.
prices diperkirakan masih dalam tendensi penurunan seiring dengan penyesuaian harga Bahan Bakar
Tekanan inflasi kelompok inti juga diperkirakan stabil,
Khusus (pertamax, pertalite, pertadex, dan bio solar)
seiring dengan mulai membaiknya nilai tukar Rupiah,
pada 31 Maret. Selain itu, pada April 2016, telah
dan ekspektasi inflasi yang terjaga. Terkendalinya
disepakati penurunan tarif Angkutan Antar Kota
tekanan inflasi inti pada triwulan I 2016 didukung
Dalam Provinsi (AKDP) di Bali turun sebesar 3,5%.
oleh terjaganya ekspektasi masyarakat dan masih
Namun demikian yang dapat mendorong laju inflasi
kuatnya sisi penawaran dalam merespon permintaan.
pada triwulan II 2016 adalah adanya rencana kenaikan
. Namun demikian, tren peningkatan komoditas emas
tarif listrik (tariff adjusment) di triwulan mendatang.
dunia yang mulai merangkak naik pada Februari 2016
Namun demikian, terjadinya kebakaran hutan di
berpotensi mendorong peningkatan inflasi kelompok
Kanada dalam skala yang lebih besar menyebabkan
inti. Selain itu, perlu diwaspadai adanya peningkatan
penurunan volume produksi minyak mencapai 1,2
ekspektasi konsumen terhadap perubahan harga ke
juta barel perhari di pasar internasional, sehingga
depan yang nampak Survei Konsumen (SK) periode
mendorong kenaikan harga minyak dunia mendekati
Maret 2016. Survei tersebut menunjukkan indeks
USD 50/barrel.
ekspektasi perubahan harga periode 3 bulan ke depan sebesar 173,37, meningkat dibandingkan triwulan
Ke depan, masih terdapat sejumlah risiko (upward
lalu yang sebesar 169,5. Meningkatnya tekanan
risk) yang perlu diwaspadai, diantaranya: (i) Masih
kenaikan harga diperkirakan terjadi pada kelompok
tingginya ketergantungan pasokan bahan pangan
sandang dan kelompok bahan makanan, didorong
dari luar Bali untuk memenuhi kebutuhan Provinsi Bali,
oleh perkiraan meningkatnya permintaan menjelang
(ii) Masih belum optimalnya utilisasi sarana pelabuhan
hari raya Idul Fitri.
yang tersedia (arus barang dan penumpang terpusat di pelabuhan Gilimanuk), dan (iii) struktur pasar yang
132
Prospek Perekonomian
belum efisien dan pola perdagangan yang masih
melakukan berbagai kegiatan pengendalian. Upaya
rentan gejolak harga.
pengendalian inflasi yang dilaksanakan di Provinsi Bali mengacu pada amanah Bapak Presiden RI Ir. H.
1800
Joko Widodo dalam Rapat Koordinasi Nasional Tim
1700 1600
Pengendalian Inflasi Daerah VI di Jakarta pada 27 Mei
1500
2015 dan tiga rekomendasi utama yang dihasilkan,
1400
yaitu:
1300 1200
1. Mempertegas komitmen daerah dalam menjaga
1100
stabilitas harga dengan mewujudkan strategi 4K
1000
(Ketersediaan pasokan, Keterjangkauan harga,
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 2013
2014
2015
2016
Sumber : Bloomberg, diolah
Kelancaran distribusi, Komunikasi yang efektif); 2. Melakukan infrastruktur
Grafik 6. 9 Pergerakan Harga Dunia Komoditas Emas
mewujudkan
kedaulatan
penajaman
langkah
Pemerintah
Pusat & Pemerintah Daerah dalam pengelolaan anggaran. Mencermati perlu adanya suatu rujukan/guideline dalam penyusunan RKPD Provinsi Bali di tahuntahun mendatang, yang akan menjadi komitmen bersama dari semua pemangku kepentingan yang tergabung dalam wadah TPID Provinsi/Kabupaten/ 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 2013
2014
2015
2016
Sumber : Bloomberg, diolah Grafik 6. 10 Pergerakan Harga Dunia Komoditas Minyak WTI
6.3.
dan
pembangunan
pangan di daerah; dan, 3. Melakukan
120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20
percepatan
UPAYA PENGENDALIAN INFLASI BALI
Tim Pengendalian Inflasi (TPID) Provinsi Bali terus melakukan berbagai upaya pengendalian harga untuk mencapai inflasi yang rendah dan stabil. Upaya-upaya pengendalian inflasi secara intensif dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan Bank Indonesia dalam wadah
Kota se-Provinsi Bali, maka pada 5 April 2016 telah disepakati bersama Roadmap Pengendalian Inflasi Daerah se-Provinsi Bali. Roadmap Pengendalian Inflasi Daerah disusun untuk mendukung pencapaian target inflasi sebagaimana tercantum dalam PMK No.93/PMK.011/2014 tentang Sasaran Inflasi sebesar 3,5±1% di 2018. Roadmap ini merupakan guideline terkoordinasi dan terencana serta diharapkan menjadi komitmen penuh dari seluruh stakeholders yang terdiri dari: •
masing
Tim Pengendalian Inflasi Daerah baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota untuk menjaga kestabilan harga di Provinsi Bali selama triwulan I 2016. Dalam
kelompok
inflasi
(volatile
food,
administered prices, core) di Bali •
Langkah-langkah pengendalian inflasi jangka pendek 2016, dan jangka menengah (2017-
upaya mengendalikan inflasi, TPID Provinsi Bali bersama 9 (sembilan) TPID Kabupaten/Kota kembali
Identifikasi permasalahan pokok di masing-
2018) •
Dukungan yang diharapkan dari Pemerintah
Prospek Perekonomian
133
pusat serta Kementerian/Instansi terkait
komunikasi
dengan
berbagai
pihak
terkait
Berbagai langkah kegiatan pengendalian inflasi
dengan antisipasi dan upaya stabilisasi harga
lainnya yang telah dilakukan, antara lain adalah
serta pemenuhan kecukupan pasokan melalui
sebagai berikut:
Focus Group Discussion (FGD). FGD dilaksanakan
1. Melakukan pertemuan rutin melalui forum
sehubungan dengan antisipasi gejolak harga.
koordinasi pengendalian inflasi daerah untuk
4. Intensifikasi penyampaian informasi harga dan
tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota maupun se-
ketersediaan stok melalui Sistem Harga Pangan
Provinsi Bali, baik rapat tim teknis maupun rapat
Utama Komoditas Strategis (SiGapura) dalam
tim kebijakan dalam menyusun langkah – langkah
rangka menjaga ekspektasi inflasi masyarakat
responsif menyikapi gejolak harga.
dan dalam rangka mendukung integrasi PIHPS
2. Mengelola ekspektasi masyarakat melalui talk show dan press release atau media lainnya. 3. Menghimpun
134
informasi
Prospek Perekonomian
dan
membangun
nasional produsen.
serta
updating
harga
pada
level
BOKS G
KINERJA USAHA DIPERKIRAKAN TUMBUH LEBIH BAIK
Hasil
Survei
Kegiatan
Dunia
Usaha
(SKDU)
tercermin dari saldo bersih akses kredit selama 3 (tiga)
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali
bulan terakhir sebesar - 3%, naik dibanding triwulan
mengindikasikan kegiatan usaha pada triwulan I-2016
IV 2015 yang sebesar -22%. Hasil survei mencatat
secara triwulanan, tumbuh lebih tinggi dibanding
sebesar 19% responden menilai akses terhadap
periode sebelumnya. Hal ini tercermin dari Saldo
kredit perbankan lebih mudah, meningkat dibanding
Bersih Tertimbang (SBT) sebesar -13,73%, yang
triwulan sebelumnya yang sebesar 0%. Sementara
meskipun mengalami kontraksi namun lebih tinggi
59% responden berpendapat akses terhadap kredit
dibanding triwulan IV 2015 yang sebesar -21,88%.
perbankan berada dalam kondisi normal dan 22%
Peningkatan kegiatan usaha terindikasi terjadi pada
yang menyatakan lebih sulit.
sebagian besar sektor, terutama industri pengolahan yang menunjukkan kenaikan SBT dari -1,24%
Peningkatan kegiatan usaha juga terindikasi pada
pada triwulan IV 2015 menjadi 0,41% di triwulan
tingkat penggunaan tenaga kerja yang tercermin dari
I 2016 dan sektor perdagangan hotel dan restoran
SBT penggunaan tenaga kerja triwulan I 2016 sebesar
dari -9,45% menjadi -4,54% pada triwulan I 2016.
-7,89%, meningkat dibanding triwulan sebelumnya
Sektor lain yang menunjukkan peningkatan adalah
yang sebesar -20,14%. Peningkatan penggunaan
sektor jasa-jasa dengan nilai SBT sebesar -0,30%
tenaga kerja sebagian besar terjadi pada sektor
pada triwulan I 2016, lebih tinggi dibanding triwulan
perdagangan hotel dan restoran dengan nilai SBT
sebelumnya yang sebesar -6,15%.
0,41%, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai -5,42%. Sejalan dengan peningkatan
Peningkatan kinerja dunia usaha juga terindikasi
kegiatan
dari semakin membaiknya kondisi likuiditas dan
terpakai pada triwulan I 2016 juga menunjukkan
rentabilitas dibanding triwulan sebelumnya. Saldo
peningkatan yaitu pada level 76,20%, lebih tinggi
bersih kondisi likuiditas selama 3 bulan terakhir
dibanding 69,93% pada triwulan sebelumnya.
tercatat sebesar 29%, meningkat dari triwulan IV
Peningkatan kapasitas produksi terutama terjadi
2015 yang sebesar 23%. Selain itu, kemampuan
pada sektor industri pengolahan yaitu 79,16%, lebih
perusahaan
(rentabilitas)
tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar
juga terindikasi meningkat, seperti tercermin dari
70,29%. Seiring dengan peningkatan kinerja dunia
saldo bersih kondisi rentabilitas sebesar 23%, naik
usaha, perkembangan investasi juga menunjukkan
dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 20%.
peningkatan dari -3,71% di triwulan IV 2015
Sementara dari sisi pembiayaan, dunia usaha menilai
menjadi -2,82% pada triwulan I 2016. Sektor utama
akses kredit perbankan relatif lebih mudah pada
yang menunjukkan peningkatan investasi adalah
triwulan I 2016 dibanding triwulan sebelumnya, yang
industri pengolahan (nilai SBT naik dari -1,09% pada
untuk
mencetak
laba
usaha,
rata-rata
kapasitas
produksi
Prospek Perekonomian
135
triwulan IV-2015 menjadi -0,07% di triwulan I 2016).
17,74%. Ekspansi kegiatan dunia usaha terutama
Peningkatan juga terjadi pada sektor pertanian yang
diperkirakan terjadi pada sektor pertanian, sektor
mengalami kenaikan SBT dari -6,88% di triwulan IV
industri pengolahan, sektor perdagangan hotel dan
2015 menjadi -4,09% pada triwulan I 2016.
restoran serta sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan. Sejalan dengan ekspektasi peningkatan
Sementara tekanan harga jual pada triwulan I 2016
kinerja usaha pada triwulan II 2016, penggunaan
terindikasi menurun, tercermin dari nilai SBT yang
tenaga
mengalami kontraksi sebesar -0,91%, lebih rendah
peningkatan dengan nilai SBT perkiraan tenaga kerja
dibanding triwulan sebelumnya yang
sebesar
sebesar -4,85%,meskipun masih mengalami kontraksi
18,48%. Penurunan harga jual terutama terjadi pada
namun tumbuh lebih baik dibanding triwulan
sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel
sebelumnya. Perkiraan peningkatan penggunaan
dan restoran dengan nilai SBT pada triwulan I 2016
tenaga kerja terutama terjadi pada sektor industri
masing-masing sebesar -4,88% dan 0,19%, lebih
pengolahan dan sektor keuangan, sejalan dengan
rendah dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar
perkiraan ekspansi usaha yang dilakukan oleh pelaku
11,46% dan 1,79%. Secara rata-rata responden
usaha di kedua sektor tersebut. Dengan ekspektasi
memperkirakan inflasi pada tahun 2016 sebesar
peningkatan kinerja pada triwulan II 2016 tersebut,
4,75% (yoy), lebih tinggi dibanding realisasi inflasi
beberapa pelaku usaha berencana meningkatkan
tahun 2015 yang sebesar 2,75%, namun masih
investasi yang terindikasi dari peningkatan nilai SBT
dalam rentang sasaran inflasi nasional tahun 2016
triwulan II 2016 sebesar -1,66%, lebih tinggi dibanding
yang sebesar 4% ± 1%.
triwulan sebelumnya yang sebesar -2,82%. Pelaku
kerja
juga
terindikasi
menunjukkan
usaha juga memperkirakan terjadinya peningkatan Peningkatan
kinerja
akan
harga jual seiring perkiraan meningkatnya volume
berlanjut pada triwulan II 2016. Secara triwulanan,
penjualan pada triwulan II 2016 yang tergambar dari
perkembangan
mengalami
nilai SBT perkiraan harga jual sebesar 3,32% lebih
ekspansi pada triwulan II 2016 seperti tercermin dari
tinggi dibanding realisasi SBT triwulan I 2016 yang
SBT perkiraan kinerja usaha triwulan II 2016 sebesar
sebesar -0,91%.
usaha
usaha
diperkirakan
diperkirakan
Tabel 1. Perkembangan Realisasi dan Perkiraan Kegiatan Usaha (Saldo Bersih Tertimbang-SBT)
136
Tabel 2. Perkembangan Kapasitas Produksi Terpakai (Persentase)
Tabel 3. Perkembangan Indikator Lainnya (Persentase)
Tabel 4. Perkembangan Realisasi dan Perkiraan Penggunaan Tenaga Kerja (Persentase Saldo Bersih Tertimbang-SBT)
137
Tabel 5. Perkembangan Realisasi Investasi (Persentase Saldo Bersih Tertimbang-SBT)
Tabel 6. Perkembangan Realisasi dan Perkiraan harga Jual (Persentase Saldo Bersih Tertimbang- SBT)
Tabel 7. Perkiraan Inflasi Tahunan (% yoy)
Metodologi: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) merupakan survei triwulanan yang dilaksanakan sejak tahun 2008. Pada triwulan I-2016, jumlah responden mencapai 130 responden yang tersebar di seluruh Wilayah Provinsi Bali dan dipilih secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner oleh responden baik melalui hardcopy kuesioner maupun secara online melalui website. Metode perhitungan dilakukan dengan metode saldo bersih (SB-net balance), yakni dengan menghitung selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “meningkat” dengan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “menurun” dan mengabaikan jawaban “sama”. Khusus untuk perhitungan saldo bersih kegiatan usaha, harga jual, penggunaan tenaga kerja, kondisi investasi dilakukan dengan metode saldo bersih tertimbang (SBT-Weighted net balance) yang diperoleh dari hasil perkalian sakdo bersih sektor/sub sektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/sub sektor yang bersangkutan sebagai penimbangnya.
138
BOKS H
PENGEMBANGAN SMART CITY DENPASAR
Definisi Smart City Tidak terdapat definisi baku terkait dengan smart city. Penerapan pengembangan smart city dapat berbeda pada satu kota dengan kota lainnya sesuai dengan karakteristik masing-masing kota. Konsep dasar smart city adalah pengembangan dan pengelolaan kota dengan pemanfaatan teknologi informasi. Pengembangan dapat dilakukan pada berbagai aspek untuk menjadi solusi terhadap permasalahan terkait pelayanan masyarakat, sumber daya, kemacetan, dan permasalahan sosial lainnya dalam suatu kota.
Sumber: Prof. Suhono Harso Supangkat Gambar. Garuda Smart City Model (GSCM)
Melalui pengembangan smart city, masyarakat dapat turut berperan aktif dalam menyampaikan aspirasi
Dalam Strategi Pengembangan Smart City 2015-2045
membangun perkotaan yang nyaman sebagai tempat
oleh Kementerian PPN/ Bappenas, telah disampaikan
tinggal, tempat bekerja, dan tempat untuk dikunjungi.
25 strategi pada 6 (enam) komponen smart city di
Garuda Smart City Model (GSCM) adalah sebuah
Indonesia, yang terdiri atas smart infrastructure,
konsep atau metode awal yang dikembangkan
smart economy, smart living, smart environment,
untuk mengukur tingkat kematangan (maturity level)
smart governance, dan smart people.
pengembangan smart city. Dalam penentuan maturity level, GSCM memiliki 3 karakteristik (Ekonomi, Sosial, Lingkungan), 3 Enabler (Teknologi, Tata Kelola, People), 12 faktor (Pusat Ekonomi, Industri, Pendidikan, Sumberdaya Alam, Keamanan dan Bencana, Kesehatan, Transportasi, Pelayanan Publik, Sosial Digital, Energi, Lingkungan, dan Tata Ruang).
139
mulai terintegrasi 5. Cerdas atau smart, pada level kematangan tertinggi ini komponen kota cerdas telah semakin terintegrasi dan mudah ditemukan banyak SKPD dan juga di seluruh bagian kota. Smart City – Kota Denpasar, Bali Kota Denpasar yang memiliki motto Puradhiva Bhara Bhavana (Kewajiban pemerintah adalah meningkatkan kemakmuran rakyat), telah berkomitmen untuk menjadikan Denpasar sebagai Smart City yang mengutamakan
pelayanan
masyarakat.
Dengan
jumlah penduduk yang terus mengalami peningkatan mencapai 880,6 ribu jiwa, yang diiringi dengan peningkatan urbanisasi dan kunjungan wisatawan, berpotensi menimbulkan permasalahan terhadap ketersediaan fasilitas penunjang, terutama terhadap kesiapan dan ketersediaan infrastruktur yang semakin mendesak. Oleh karena itu, upaya menjadikan Kota Denpasar menjadi smart city yang mengutamakan pemanfaatan teknologi untuk peningkatan fasilitas penunjang dan efisiensi, merupakan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dalam upaya mewujudkan Kota Denpasar menjadi smart city, Pemerintah Daerah Kota Denpasar telah melakukan langkah-langkah dan tahapan serta Smart City Maturity Level.
telah memberikan capaian progress yang nyata,
Tingkat kematangan (maturity level) smart city dibagi
berdasarkan
dalam 5 (lima) level antara lain (Suhono, 2016):
diperoleh, meliputi:
1. Dasar atau ad hoc, pada level ini belum ada
1. Smart City Award 2011
beberapa penghargaan yang telah
inisiatif kota untuk berkembang menuju smart
a. Terbaik pertama kategori smart living
city
b. Terbaik pertama kategori smart economy
2. Inisiatif atau initiative, kota sudah mulai memiliki inisiatif
menerapkan
konsep
kota
cerdas
meskipun masih parsial
c. Terbaik ketiga kategori smart governance d. Terbaik kedua kategori smart environtment 2. Piagam
Information
&
Communication
3. Tersebar atau scattered, kota sudah secara
Technologi (ICT) Pura 2011. Denpasar sebagai
intensif menerapkan konsep-konsep kota cerdas
kota berpredikat Utama memiliki kemampuan
4. Integratif atau integrative, komponen smart city
140
daya saing di era ekonomi digital
3. Indonesia Digital Society Award (IDSA) 2014 2nd runner up government category. 4. Sementara berdasarkan Indeks Kota Cerdas Indonesia (IKCI) tahun 2015, yang disusun oleh
pengaduan masyarakat) •
E-Government (est. 2005)
•
E-Musrenbang
4) Smart living
Kompas bekerjasama dengan ITB, menempatkan
•
Smart Digital Lounge
Kota Denpasar pada peringkat 7 dengan kategori
•
Rumah Pintar Denpasar
Kota Sedang.
•
Wifi corner di taman edukasi Lumintang
•
Safe Community BPBD (Call center)
•
Rujukan online antara Puskesmas dan RS
Sementara itu, dalam rangka mewujudkan Kota Denpasar sebagai smart city, Pemerintah Kota Denpasar sedang dalam proses penyususunan blue print/roadmap pengembangan smart city Denpasar. Namun demikian, Pemerintah Kota Denpasar telah
Wangaya (30 Mei 2015) •
Aplikasi android Denpasar Sightseeing
5) Smart environtment •
"Sustainable Resource Management" yakni
menetapkan dan melaksanakan seluruh komponen
Sistem Peringatan Dini Bencana/Early Warning
pengembangan smart city Denpasar yang telah
System
dipilih, yaitu :
•
Bank dan ATM sampah (31 Juli 2015)
1) Smart economy
•
Sistem Informasi Distribusi Air Bersih (SIDAB)
6) Smart people
•
Pengembangan wirausaha muda Denpasar
•
Pelaksanaan revitalisasi pasar tradisional
•
Denpasar kreatif
•
Pengembangan e-commerce UKM di tingkat
•
Denpasar design center
kecamatan (balidenpasartrading.com)
•
Bali Creative Industry (15 subsektor)
Perluasan Layanan Keuangan Digital (LKD)
•
Smart Education
•
berkerjasama
dengan
perbankan
yang
Dalam pengembangannya selain dengan menjadi
beroperasi di Kota Denpasar, dengan jumlah
kerjasama dengan sister city di Haikou, China, Kota
agen telah mencapai sebanyak 812.
Denpasar telah menjadi kerjasama dengan provider
2) Smart mobility •
Area
Traffic
telekomunikasi dan teknologi, antara lain dalam Control
System
(ATCS)
:
pemantauan kepadatan lalu lintas di Kota
pengembangan : 1) Denpasar sightseeing
Denpasar
Aplikasi sarana informasi dan panduan bagi
RPKD 92,6 FM : Informasi kemacetan di ruas
wisatawan yang ingin menulusuri dan menemukan
jalan di Kota Denpasar
spot-spot menawan di Denpasar hasil kerjasama
•
Ketersediaan feeder transarbagita
dengan Gamatechno
•
Absensi wajah di sekolah (SMA 3 dan SMK Bali
•
Dewata) 3) Smart government •
Aplikasi berbasis website online (Pro Denpasar)
•
Pro Denpasar + (aplikasi smartphone untuk koordinasi kepala desa dan dusun serta
141
Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Denpasar, sebagai basis pengembangan IT telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 1,5 miliar di tahun 2016 untuk dukungan pengembangan smart city di Kota Denpasar, yang diperuntukan untuk pelaksanaan Seminar Internasional Smart City di Denpasar, pembangunan infrastruktur ruangan kontrol, pembangunan jaringan fiber optic serta pengembangan sistem. Gambar 2. Komponen Smart City Denpasar
Perbandingan Implementasi Smart City di Kawasan Timur Indonesia Dengan pencapaian saat ini, Kota Denpasar telah
2) Taman lumintang (wifi corner)
mencapai
tingkat
kematangan
tersebar
scattered,
dimana
kota
secara
sudah
atau intensif
Akses wifi corner di taman kota Lumintang
menerapkan konsep-konsep kota cerdas. Sementara
Denpasar dan beberapa area publik lainnya
dua kota lainnya di Kawasan Timur Indonesia yang
berkerjasama dengan Telkom Indonesia.
telah menerapkan konsep smart city
yaitu Kota
Manado dan Kota Makassar masih berada pada
3) ATM Sampah 27 ATM sampah (TOMRA) di area pasar tradisional,
tahapan Initiative, yaitu kota sudah mulai memiliki
pusat perbelanjaan, pelabuhan, terminal, dan
inisiatif menerapkan konsep kota cerdas meskipun
gedung-gedung
masih parsial.
perkantoran
berkerjasama
dengan PT. Inditech Ecojos Plastindo. 4) BPD Mobile
Lebih tingginya tingkat kematangan pengembangan smart city di Kota Denpasar juga terlihat dari hasil
Pembayaran PBB oleh wajib pajak dapat dilakukan
benchmarking
antara smart city di KTI dengan
melalui aplikasi BPD Mobile.
program smart city
di Surabaya. Seperti terlihat
pada tabel yang menunjukkan ketersediaan program smart city di Kota Denpasar relatif lebih lengkap dibandingkan dengan Kota Makassar dan Manado.
142
Tabel Benchmarking Smart City di KTI dengan Surabaya
Smart City Program Surabaya
Denpasar
Makassar
Manado
Analisis SWOT Implementasi smart city di Kota
City
mencapai
Denpasar dan Rekomendasi
smart, dimana pada level kematangan tertinggi ini
Berdasarkan hasil analisis SWOT pengembangan
komponen kota cerdas telah semakin terintegrasi
Kota Denpasar sebagai Smart City, didukung oleh
dan mudah ditemukan banyak SKPD dan juga di
kekuatan Kota Denpasar yang telah didukung
seluruh bagian kota. Maka komitmen bersama antar
oleh komitmen pemerintah dan infrastruktur yang
Pemerintah dan SKPD terkait perlu ditingkatkan
memadai. Namun
demikian, tantangan masih
untuk dapat memanfaatkan peluang yang ada dan
datang dari permasalahan pembebasan lahan kota
mentransformasi tantangan dan weakness menjadi
Denpasar
kelebihan untuk dapat mewujudkan Denpasar smart
Smart Government Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah E-SDM E-Monitoring E-Education E-Office E-Permit E-Health Media Center Elektronifikasi Transaksi Website SKPD Smart Environment Ketersediaan RTH Taman Pada Tempat Umum & Kantor Pemerintah Pemanfaatan Panel Surya Pemanfaatan Sampah Smart Economy Pemberdayaan Komunitas Usaha Program Pemasaran Online Elektronifikasi Transaksi Smart People Learning Center Berbasis IT Edukasi Berbasis IT & Dapat Diakses Publik Inklusive Society melalui CFD Smart Mobility Pengembangan Intelligent Transportation System Sistem Jaringan Handy Talky Pembangunan Jalan Lingkar Luar Smart Living Program E-Kios (Kependudukan, Kesehatan, Perijinan)
untuk pembangunan dukungan jaringan
telekomunikasi dan ICT.
Denpasar
tingkat
kematangan
city.
Dengan demikian, untuk dapat mewujudkan Smart
143
Grafik Analisis SWOT Smart City Denpasar
144
Prospek Perekonomian
Daftar Singkatan ADHB
Atas Dasar Harga Berlaku
Pilkada
Pemilihan Kepala Daerah
ADHK
Atas Dasar Harga Konstan
PLTU
Pembangkit Listrik Tenaga Uap
APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja
PMD
Pembangunan Masyarakat Desa
Daerah
PMTB
Pembentukan Modal Tetap Bruto
ATM
Anjungan Tunai Mandiri
PPN
Pelabuhan Perikanan Nusantara
BBM
Bahan Bakar Minyak
qtq
quarter to quarter
BPR
Bank Perkreditan Rakyat
RPJMD
Rencana Pembangunan Jangka
CGE
Computable General Equilibrium
Menengah Daerah
DAK
Dana Alokasi Khusus
RT
Rumah Tangga
DAU
Dana Alokasi Umum
RTGS
Real Time Gross Settlement
DOC
Day Old Chicks
SBT
Saldo Bersi Tertimbang
FGD
Focus Group Discussion
SK
Survei Konsumen
GKG
Gabah Kering Giling
SKDU
Survei Kegiatan Dunia Usaha
HPP
Harga Pokok Penjualan
SKPD
Satuan Kerja Perangkat Daerah
IB
Indeks Yang Dibayar Petani
SMA
Sekolah Menengah Atas
IHK
Indeks Harga Konsumen
SMK
Sekolah Menengah Kejuruan
IHKP
Indeks Harga Konsumen Perdesaan
TDL
Tarif Dasar Listrik
IKRT
Indeks Konsumsi Rumah Tangga
TPID
Tim Pengendalian Inflasi Daerah
IPM
Indeks Pembangunan Manusia
TPK
Tingkat Penghunian Kamar
IT
Indeks Yang Diterima Petani
TPT
Tingkat Pengangguran Terbuka
JITUT
Jaringan Irigasi Usaha Tani
TTL
Tarif Tenaga Listrik
LDR
Loan to Deposit Ratio
USD
United States Dollar
LGA
Listrik Air dan Gas
yoy
year on year
LNPRT
Lembaga Non Profit Rumah Tangga
mtm
month to month
NKRI
Negara Kesatuan Republik Indonesia
NPL
Non Performing Loan
NTB
Nilai Tambah Bruto
NTP
Nilai Tukar Petani
PAD
Pendapatan Asli Daerah
PBI
Peraturan Bank Indonesia
PDB
Produk Domestik Bruto
PDRB
Pertumbuhan Domestik Regional
Bruto PHR
Perdagangan Hotel dan Restoran
PIHPS
Pusat Informasi Harga Pangan Strategis
Prospek Perekonomian
145
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI BALI Jl. Letda Tantular No. 4, Denpasar - 80234 Telp : 62-361-248982, Fax : 62-361-248993 - 222988,