KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III 2014
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Penanggung Jawab: Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan (UAEK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat Jl. Ahmad Yani No.2, Pontianak Telp : 0561 - 734134 ext 8207, 8203, 8238 Faks : 0561 732033
Versi softcopy buku ini dapat diunduh melalui www.bi.go.id
KATA PENGANTAR
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014 merupakan gambaran tentang kondisi perekonomian dan sistem keuangan Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan III 2014. Kajian ini meliputi perkembangan ekonomi, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangandan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan uang, ketenagakerjaan dan kesejahteraan, serta prospek perekonomian daerah pada triwulan mendatang. Kami menyadari penyusunan kajian ini masih belum sempurna, dan menjadi tekad kami untuk terus berupaya memperbaikinya. Oleh karena itu, segala masukan, sumbangan pemikiran, dan koreksi dari pembaca merupakan sebuah sumbangan yang besar bagi kami di masa mendatang. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah membantu dalam penyediaan data, seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perkebunan, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Tenaga Kerja, Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Gapkindo, PT. Pelindo II Cabang Pontianak, PLN Wilayah Kalimantan Barat, PDAM Tirta Khatulistiwa serta pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan disini, kami mengucapkan terima kasih. Selamat membaca dan semoga bermanfaat.
Pontianak,
November2014
KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Hilman Tisnawan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
i
Halaman ini sengaja dikosongkan
ii
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GRAFIK
ix
RINGKASAN UMUM
1
Perkembangan Perekonomian Daerah
1
Perkembangan Inflasi Daerah
1
Perkembangan Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan
2
Perkembangan Keuangan Pemerintah
3
Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
3
Prospek Perekonomian Daerah
4
I.
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH
7
1.1 Kajian Umum
7
1.2 PDRB Menurut Penggunaan
7
1.2.1 Konsumsi
8
1.2.2 Investasi
9
1.2.3 Ekspor - Impor
10
1.3 PDRB Sektoral
12
1.3.1 Sektor Pertanian
13
1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
15
1.3.3 Sektor Angkutan dan Komunikasi
17
1.3.4 Sektor Industri Pengolahan
17
1.3.5 Sektor Lainnya
19
Boks: Inkubator Bisnis UMKM Sebagai Dukungan Bank Indonesia Dalam Mencetak Wirausaha Mandiri 21 II.
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
23
2.1.
Gambaran Umum
23
2.2.
Inflasi Tahunan
24
2.3.
Inflasi Triwulanan
25
2.4.
Inflasi Kelompok Komoditas
26
2.4.1.
Kelompok Bahan Makanan
26
2.4.2.
Kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar
28
2.4.3.
Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
29
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
iii
2.4.4. 2.5.
Kelompok Makanan Jadi Disagregasi Inflasi
32
2.5.1.
Faktor Fundamental
33
2.5.2.
Faktor Non Fundamental
35
Boks : Dampak Kenaikan BBM terhadap Inflasi III.
37
SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN
41
3.1
Perkembangan Indikator Umum Perbankan
41
3.2
Perkembangan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga
41
3.3
Penyaluran Kredit Sektor Produktif
44
3.4
Penyaluran Kredit Rumah Tangga
47
3.5 Pengembangan Akses Keuangan dan Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
50
3.6
51
Perkembangan Sistem Pembayaran
3.6.1 Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS
52
3.6.2 Perkembangan Transaksi Melalui Kliring
53
3.6.3 Perkembangan Penyelenggaraan Transfer Dana Non Bank dan Pedagang Valuta Asing (PVA)
54
3.6.4 Perkembangan Pengelolaan Uang
55
3.6.4.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal Melalui BI
55
3.6.4.2 Pelaksanaan Kebijakan Penyediaan Uang Layak Edar
56
3.6.4.3 Pemusnahan
59
3.6.4.4 Perkembangan Temuan Uang Rupiah Palsu
60
IV.
PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH
63
4.1
Realisasi Penyerapan APBN di Daerah
63
4.2
Kinerja Keuangan Pemerintah (APBD)
64
4.2.1 Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat
65
4.2.2 Realisasi Belanja Daerah
68
V.
iv
30
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
71
5.1
Ketenagakerjaan
71
5.2
Kesejahteraan
73
5.2.1 Nilai Tukar Petani (NTP)
73
5.2.1.1 Pergerakan NTP
74
5.2.1.2 Perbandingan Dengan Provinsi Lain di Kalimantan
76
5.2.2 Inflasi Pedesaan
77
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
VI.
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
79
6.1
Prospek Perekonomian Daerah
79
6.2
Perkiraan Inflasi Daerah
81
LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
xi xiii
v
Halaman ini sengaja dikosongkan
vi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 PDRB Penggunaan Provinsi Kalimantan Barat (miliar Rp) ............................................ 7 Tabel 1.2 Perkembangan Investasi di Kalimantan Barat ............................................................. 9 Tabel 1.3 Perkembangan Realisasi Investasi di Kalimantan Barat (Rp miliar).............................. 10 Tabel 1.4 Nominal Ekspor Luar Negeri Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD) .............. 11 Tabel 1.5 Nominal Impor Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD) .................................. 12 Tabel 1.6 Pertumbuhan PDRB Sektoral (%-yoy) ...................................................................... 12 Tabel 1.7Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian (yoy) ............................................................... 13 Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan Kalimantan Barat (Rp miliar) .................. 41 Tabel 3.2 Jumlah DPK dan Pangsa DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) ........................................................................................... 43 Tabel 3.3 Jumlah Kredit dan Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat (Lokasi Proyek) ........................................................................ 46 Tabel 3.4 Perkembangan Persentase NPLs Gross Kota/Kabupaten di Kalimantan Barat ............. 47 Tabel 3.5 Perkembangan Penyaluran Kredit Rumah Tangga (Rp miliar) .................................... 48 Tabel 3.6 Jumlah dan Pangsa Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat ................................................................................................ 49 Tabel 3.7 Transaksi Melalui Real Time Gross Settlement (RTGS) ............................................... 52 Tabel 3.8 Transaksi Melalui Kliring ......................................................................................... 53 Tabel 3.9 Kegiatan Penukaran Uang Melalui Loket Penukaran Bank Indonesia (Uang Masuk) ... 57 Tabel 3.10 Kegiatan Kas Keliling ............................................................................................ 58 Tabel 3.11 Penemuan Uang Palsu di Kalimantan Barat............................................................ 60 Tabel 4.1 Realisasi APBD Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2014 (Rp miliar) ............. 64 Tabel 5.1 Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat (ribu jiwa) ........................................... 71 Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani Per Sektor ................................................................................... 75 Tabel 5.3 Perbandingan NTP dengan Provinsi Lain di Kalimantan ............................................ 77 Tabel 5.4 Perkembangan Inflasi Pedesaan (yoy) ...................................................................... 77
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
vii
Halaman ini sengaja dikosongkan
viii
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
DAFTAR GRAFIK Grafik 1. 1 PDRB Provinsi Kalimantan Barat .............................................................................. 7 Grafik 1. 2 Indeks Harga Yang Dibayar Petani
Konsumsi Rumah Tangga................................. 9
Grafik 1. 3 Tingkat Konsumsi Barang Tahan Lama dan Penyaluran Kredit Perlengkapan............. 9 Grafik 1. 4 Ekspor Karet ........................................................................................................ 11 Grafik 1. 5 Harga Internasional Karet (USD Cent/kg) ............................................................... 11 Grafik 1. 6 Kontribusi Terhadap Pertumbuhan ........................................................................ 13 Grafik 1. 7 Pangsa Tiap Sektor Terhadap PDRB ....................................................................... 13 Grafik 1. 8 Luas Panen Padi ................................................................................................... 14 Grafik 1. 9 Curah Hujan ........................................................................................................ 14 Grafik 1. 10 Produksi Tandan Buah Segar Sawit ..................................................................... 14 Grafik 1. 11 Volume Petikemas .............................................................................................. 15 Grafik 1. 12 Perolehan Pajak Restoran.................................................................................... 16 Grafik 1. 13 Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara ................................................ 16 Grafik 1. 14 Tingkat Hunian Hotel.......................................................................................... 16 Grafik 1. 15 Perkembangan Jumlah Penumpang .................................................................... 17 Grafik 1. 16 Produksi CPO Kalimantan Barat .......................................................................... 18 Grafik 1. 17 Harga Internasional Karet dan CPO ..................................................................... 18 Grafik 1. 18 Produksi Karet Kalimantan Barat ......................................................................... 19 Grafik 1. 19 Perolehan Pajak Hiburan ..................................................................................... 19 Grafik 1. 20 Pengadaan Semen di Kalimantan Barat ............................................................... 20 Grafik 1. 21 Penyaluran Kredit Sektor Konstruksi Kalimantan Barat ......................................... 20 Grafik 2. 1 Inflasi Tahunan Kalimantan Barat dan Nasional ..................................................... 23 Grafik 2. 2 Inflasi Triwulanan Kalimantan Barat dan Nasional .................................................. 23 Grafik 2. 3 Inflasi Bulanan Kalimantan Barat dan Nasional ...................................................... 24 Grafik 2. 4 Inflasi Tahunan dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa ...... 24 Grafik 2. 5 Inflasi Triwulanan dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa .... 25 Grafik 2. 6 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Bahan Makanan Kalimantan Barat ..................... 26 Grafik 2. 7 Inflasi Kelompok Bahan Makanan Kota Pontianak dan Singkawang ....................... 27 Grafik 2. 8 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Perumahan Kalimantan Barat............................. 28 Grafik 2. 9 Inflasi Kelompok Perumahan Kota Pontianak dan Singkawang............................... 29 Grafik 2. 10 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Transpor Kalimantan Barat............................... 30 Grafik 2. 11 Inflasi Kelompok Transpor Kota Pontianak dan Singkawang................................. 30 Grafik 2. 12 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Makanan Jadi Kalimantan Barat ....................... 30 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
ix
Grafik 2. 13 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kota Pontianak dan Singkawang ................................................................................................. 31 Grafik 2. 14 Inflasi di Kalimantan Barat Menurut Faktor Penyebabnya (%,yoy)......................... 32 Grafik 2. 15 Harga Tiket Angkutan Udara (Rp) di Kota Pontianak ............................................ 33 Grafik 2. 16 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga menurut Konsumen di Kalimantan Barat .................................................................................................................. 33 Grafik 2. 17 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga Konsumen Menurut Kelompok Komoditas di Kalimantan Barat ............................................................................ 34 Grafik 2. 18 Perkembangan Inflasi Negara Mitra Dagang ........................................................ 35 Grafik 2. 19 Perkembangan Nilai Tukar .................................................................................. 35 Grafik 2. 20 Perkembangan Harga Komoditas Emas Internasional ........................................... 35 Grafik 2. 21 SPH Beras, Minyak Goreng dan Gula Pasir ........................................................... 36 Grafik 2. 22 SPH Bumbu ........................................................................................................ 36 Grafik 2. 23 SPH Daging dan Telur ......................................................................................... 36 Grafik 2. 24 SPH Komoditas Ikan ........................................................................................... 36 Grafik 2. 25 Perkembangan Rata-rata Harga Beras di Kota Pontianak...................................... 36 Grafik 2. 26 Perkembangan Rata-rata Harga Bumbu di Kota Pontianak ................................... 36 Grafik 3.1 Perkembangan Jenis DPK Bank Umum di Kalimantan Barat (miliar Rupiah) .............. 42 Grafik 3.2 Perkembangan Suku Bunga Deposito Kalimantan Barat terhadap BI Rate ................ 42 Grafik 3.3 Struktur DPK Menurut Golongan Pemilik di Kalimantan Barat ................................. 42 Grafik 3.4 Sebaran DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat ............... 43 Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Investasi di Kalimantan Barat ...................... 44 Grafik 3.6 Pangsa Kredit Menurut Sektor Ekonomi di Kalimantan Barat .................................. 45 Grafik 3.7 Penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek dan lokasi kantor bank (Rp Miliar) ....... 45 Grafik 3.8 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit Produktif Kalimantan Barat ......................... 46 Grafik 3.9 Perkembangan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Kalimantan Barat ........................ 48 Grafik 3.10 Perkembangan NPL Gross Kredit Sektor Rumah Tangga di Kalimantan Barat ......... 49 Grafik 3.11 Perkembangan Kredit UMKM Kalimantan Barat ................................................... 50 Grafik 3.12 Perkembangan Kredit UMKM Menurut Jenis Penggunaan di Kalimantan Barat (Rp Miliar) ................................................................................................................. 50 Grafik 3.13 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit UMKM ..................................................... 51 Grafik 3.14Perkembangan Jumlah Outflow Uang Kertas Pecahan Kecil ................................... 55 Grafik 3.15 Perkembangan Inflow dan Outflow Kalimantan Barat ........................................... 56 Grafik 3.16 Perkembangan Inflow dan Outflow melalui Kas Titipan ........................................ 58 Grafik 3.17 Perkembangan Inflow, Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar dan Rasio Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar Terhadap Inflow........................................... 60 Grafik 4. 1 Realisasi Belanja APBN Provinsi Kalbar ................................................................... 63 x
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
Grafik 4. 2 Pangsa Realisasi Belanja APBN .............................................................................. 63 Tw III 2014 per Kota .............................................................................................................. 63 Grafik 4. 3 Pangsa Realisasi Belanja APBN Kalbar .................................................................... 64 Triwulan III 2014 berdasar Fungsi ........................................................................................... 64 Grafik 4. 4 Realisasi Belanja dan Pendapatan .......................................................................... 64 Grafik 4. 5 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp miliar) ................................................................ 65 Grafik 4. 6 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp miliar) ................................................................ 65 Grafik 4. 7 Pangsa Pajak (Rp Miliar) ........................................................................................ 66 Grafik 4. 8 Realisasi Komponen Dana Perimbangan (Rp miliar) ................................................ 67 Grafik 4. 9 Kapasitas Fiskal ................................................................................................... 67 Grafik 4. 10 Pangsa Realisasi Belanja Per Komponen .............................................................. 68 Grafik 4. 11 Realisasi Belanja Tidak Langsung (Rutin) .............................................................. 68 Grafik 4. 12 Realisasi Belanja Langsung (Non Rutin) ................................................................ 69 Grafik 5.1Pertumbuhan Penduduk Angkatan Kerja Berdasarkan Pendidikan ........................... 71 Grafik 5.2 Pertumbuhan Jumlah Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan ................ 72 Grafik 5.3 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Kalimantan Barat Berdasarkan Sektor (%, yoy) .................................................................................................................... 72 Grafik 5.4 NTP Petani Kalimantan Barat ................................................................................. 73 Grafik 5.5 Indeks Dibayar dan Indeks Diterima Petani ............................................................. 73 Grafik 5.6 Inflasi Pedesaan (yoy) ............................................................................................. 77 Grafik 6.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat (yoy) ....................................... 79 Grafik 6.2 Harga Internasional Karet dan Crude Palm Oil ....................................................... 80 Grafik 6.3 Perkembangan Ekspektasi Harga Konsumen .......................................................... 81 Grafik 6.4 SPH Bumbu .......................................................................................................... 81 Grafik 6.5 SPH Daging dan Telur .......................................................................................... 81 Grafik 6.6 SPH Tarif Tiket Pesawat ........................................................................................ 82
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
xi
Halaman ini sengaja dikosongkan
xii
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
RINGKASAN UMUM Perkembangan Perekonomian Daerah Sejalan dengan perlambatan perekonomian nasional, perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 juga tercatat mengalami perlambatan.Perekonomian Kalimantan Barat tercatat tumbuh relatif rendah sebesar 4,45% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,53% (yoy). Pertumbuhan Kalimantan Barat tersebut juga tercatat lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang mampu mencapai 6,70% (yoy). Pada sisi permintaan, perlambatan perekonomian Kalimantan Barat pada periode laporan terutama dipengaruhi oleh kontraksi kinerja ekspor. Di sisi sectoral, kinerja perekonomian ditandai dengan kontraksi pada sektor pertanian sebagai salah satu sektor perekonomian utama Kalimantan Barat.Sektor perekonomian utama lainnya, yaitu sektor industri pengolahan juga menunjukkan perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 bersumber dari sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), sektor angkutan dan komunikasi, serta sektor jasa, dimana ketiganya memberikan kontribusi sebesar 3,28% dari angka pertumbuhan secara keseluruhan sebesar 4,45% (yoy). Sementara itu, struktur perekonomian Provinsi Kalimantan Barat masih didominasi oleh sektor pertanian, sektor PHR dan sektor industri pengolahan, yang membentuk pangsa 59,80%
Perkembangan Inflasi Daerah Tekanan harga barang dan jasa di Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 secara tahunan relatif terkendali, tercermin dari tingkat inflasi yang lebih rendah dari triwulan II 2014. Tercatat tekanan inflasi Kalimantan Barat pada periode laporan mencapai 6,67% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan inflasi pada triwulan II 2014 yang mencapai 8,69% (yoy). Meskipun mengalami penurunan dan relatif searah dengan tren inflasi nasional, namun tekanan inflasi Kalimantan Barat pada periode laporan tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 4,53% (yoy). Salah satu pemicu tekanan inflasi pada triwulan III 2014 adalah pelaksanaan hari raya keagamaan puasa dan lebaran yang mendorong peningkatan permintaan masyarakat terutama di awal triwulan yang kemudian relatif mereda di akhir triwulan. Namun apabila dicermati lebih lanjut, pengaruh puasa dan lebaran yang terjadi pada triwulan III 2014 relatif lebih kecil dibandingkan triwulan III 2013, tercermin dari penurunan tekanan inflasi yang terjadi pada triwulan laporan. Kondisi tersebut
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
1
dikarenakan pada triwulan III 2013 juga terjadi kenaikan harga BBM Bersubsidi bersamaan dengan pelaksanaan hari raya keagamaan puasa dan lebaran.
Perkembangan Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan Perkembangan volume usaha perbankan di Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 tercatat mencapai Rp49,80 triliun, atau tumbuh 18,61% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 19,10% (yoy). Perlambatan perkembangan aset tersebut terutama dipengaruhi oleh perlambatan pada sisi aktiva, dimana penyaluran kredit yang dilakukan oleh perbankan Kalimantan Barat tumbuh melambat 14,82% (yoy), dibandingkan triwulan II 2014 yang mampu tumbuh 16,70% (yoy). Perlambatan juga terjadi pada penghimpunan dana pihak ketiga yang tercatat tumbuh 14,19% (yoy) pada triwulan laporan. Perlambatan yang terjadi baik pada sisi penyaluran kredit maupun penghimpunan dana menyebabkan rasio tingkat intermediasi perbankan, yang ditandai dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) atau rasio penyaluran kredit terhadap penghimpunan DPK, cenderung stabil di level 83,30% pada triwulan laporan. Sementara itu, risiko kredit Kalimantan Barat yang diindikasikan oleh rasio Non Performing Loans (NPLs) menunjukkan sedikit peningkatan dari 1,31% menjadi 1,37% pada triwulan laporan. Secara triwulanan, perkembangan sistem pembayaran non tunai di Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 meningkat pada transaksi kliring, namun mengalami kontraksi pada transaksi melalui BI-RTGS.Transaksi kliring selama triwulan II 2014relatif meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Total nilai transaksi kliring penyerahan di Kalimantan Barat tercatat sebesar Rp10,16 triliun atau meningkat0,85% (qtq).Selama triwulan II 2014, transaksi RTGS mengalamikontraksi di sisi nominal transaksi namun mengalami peningkatan di sisi jumlah transaksi. Nilai transkasi RTGS mengalami kontraksi 19,27% (qtq) dibandingkan nilai transaksi triwulan sebelunya menjadi sebesar Rp52,51 triliun. Sedangkan jumlah transaksi melalui BI-RTGS sebanyak 86.245 transaksi atau meningkat 74,32% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 49.474 transaksi. Dari sisi sistem pembayaran tunai di Provinsi Kalimantan Barat, selama triwulan II 2014 nominal transaksi mengalami peningkatan pada sisi jumlah uang yang diedarkan (outflow), namun mengalami kontraksi pada sisi jumlah uang masuk (inflow).Jumlah uang yang beredar mengalami peningkatan 137,99% (qtq) menjadi sebesar Rp1,50 triliun. Sementara itu, jumlah uang yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat mengalami kontraksi 35,77% (qtq) menjadi sebesar Rp1,20 triliun. Perkembangan aliran uang kartal tersebut menunjukkan posisi net outflow, dimana jumlah uang yang diedarkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat lebih besar dibandingkan jumlah uang yang masuk. Jika ditinjau secara 2
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
tahunan, transaksi sistem pembayaran tunai di Kalimantan Barat mengalami kenaikan baik di sisi inflow maupun outflow masing-masing sebesar 40,70% (yoy) dan 55,33% (yoy).
Perkembangan Keuangan Pemerintah Penyerapan belanja APBN pada triwulan III 2014 di Kalimantan Barat terutama didominasi oleh belanja modal. Tercatat penyerapan belanja APBN secara umum di wilayah Kalimantan Barat hingga triwulan laporan mencapai Rp4,24 triliun atau 59,11% dari pagu belanja APBN tahun 2014 yang sebesar Rp7,175 triliun. Berdasarkan komponennya, belanja modal mendominasi realisasi belanja secara keseluruhan. Berdasarkan daerahnya, realisasi penyerapan secara umum terkonsentrasi pada Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, Kota Pontianak dan Kabupaten Pontianak, dengan pangsa masing-masing mencapai 39,53%, 28,19% dan 9,55%. Kondisi tersebut sejalan dengan pelaksanaan beberapa proyek pembangunan yang dikelola oleh pemerintah daerah. Sementara itu berdasarkan fungsinya, realisasi penyerapan belanja APBN di Kalimantan Barat terutama dialokasikan pada fungsi Pelayanan Umum. Tercermin dari pangsa belanja APBN yang mencapai 29,73%. Selain itu, beberapa fungsi lain yang memiliki relaisasi anggaran belanja APBN yang relatif besar antara lain Ekonomi dan Pendidikan dengan pangsa masing-masing mencapai 26,41% dan 18,38%. Realisasi kinerja keuangan Pemerintah (APBD) Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 menunjukkan perkembangan yang positif, terutama dari sisi belanja. Berdasarkan nilainya, realisasi anggaran pemerintah pada triwulan III 2014 mengalami kenaikan dibandingkan triwulan III 2013, baik dari sisi pendapatan maupun belanja. Realisasi pendapatan Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp2.818,60 miliar, lebih besar dari realisasi triwulan III 2013 yang mencapai Rp1.693,25 miliar. Sejalan dengan perkembangan realisasi pendapatan, penyerapan belanja pada triwulan III 2014 menunjukkan perkembangan realisasi yang positif.
Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS bulan Agustus 2014, jumlah penduduk usia kerja (usia 15 tahun ke atas) Provinsi Kalimantan Barat adalah sebanyak 3.318 ribu orang, atau mengalami peningkatan sebesar 8,14% (yoy) dibandingkan hasil survei pada Bulan Agustus 2013. Sementara jumlah angkatan kerja tercatat meningkat sebesar 8,40% (yoy) menjadi sebanyak 2.320 ribu orang. Berdasarkan dari status pekerjaan, penyerapan tenaga kerja pada sektor informal mengalami peningkatan sebesar 7,51% (yoy) pada Agustus 2014 apabila dibandingkan Agustus 2013 yang tercatat sebanyak 1.355 ribu orang. Ditinjau dari sisi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
3
sektoral, tingkat penyerapan tenaga kerja tertinggi terjadi di sektor pertanian, dengan pangsa sebesar 57,76% dari total penduduk yang bekerja di Kalimantan Barat. Secara
tahunan,
pergerakan
NTP
gabungan
di
Kalimantan
Barat
menunjukkan
kecenderungan yang meningkat dibandingkan tahun 2013. NTP bulan September 2014 mengalami peningkatan sebesar 1,55% (yoy) dibandingkan NTP bulan September 2013 yang tercatat sebesar 95,19. Dari sisi pendapatan, indeks yang diterima petani di Kalimantan Barat pada bulan September 2014 meningkat 0,75% (qtq). Peningkatan tersebut juga diikuti oleh peningkatan pada indeks yang dibayar petani, relatif lebih besar dari peningkatan indeks yang diterima petani. Pada bulan September 2014 indeks yang dibayar petani tercatat meningkat 1,15% (qtq.
Prospek Perekonomian Daerah Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan IV 2014 diperkirakan relatif meningkat jika dibandingkan triwulan III 2014 yang tumbuh cukup rendah di level 4,45% (yoy). Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan mendatang diperkirakan tumbuh pada kisaran 4,4
4,8% (yoy). Di sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan terutama didorong oleh
konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah.Konsumsi rumah tangga diperkirakan meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan pada periode hari raya, baik Idul Adha, Natal dan memasuki Tahun Baru. Namun demikian, kinerja sisi eksternal diperkirakan masih belum optimal, antara lain akibat indikasi pelemahan ekonomi Tiongkok sebagai negara konsumen utama serta masih belum pulihnya harga komoditas internasional. Dari sisi sektoral, akselerasi perekonomian Kalimantan Barat diperkirakan masih bersumber dari sektor perekonomian utama Kalimantan Barat, khususnya sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Sektor pertanian diperkirakan akan tumbuh moderat, didorong oleh peningkatan produksi tanaman perkebunan, khususnya sawit. Sejalan dengan hal tersebut, sektor industri pengolahan diperkirakan akan mengalami akselerasi. Secara umum, kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2014 diperkirakan relatif melambat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dalam kisaran4,4%4,8% (yoy). Dari sisi penggunaan, perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh perlambatan di sisi ekspor, akibat kontraksi pada ekspor komoditas utama Kalimantan Barat, yaitu bauksit sebagai dampak dari implementasi UU Minerba, dan karet seiring dengan masih adanya potensi perlambatan permintaan dari negara Tiongkok. Dari sisi sektoral, perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh sektor pertanian dan pertambangan. Inflasi Kalimantan Barat pada triwulan IV 2014 diperkirakan mengalami kenaikan. Tekanan inflasi yang relatif tinggi diperkirakan terjadi di akhir triwulan IV 2014, seiring berlangsungnya perayaan Natal dan Tahun Baru. Pada awal hingga pertengahan triwulan, tekanan inflasi diperkirakan 4
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
relatif mereda sejalan dengan tidak terdapatnya even musiman yang berpotensi memberikan koreksi harga pada sebagian besar komoditas. Faktor lain yang juga berpotensi menjadi pemicu kenaikan inflasi salah satunya adalah rencana kenaikan tarif tiket batas atas angkutan udara yang mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan No. 51/2014 tentang Mekanisme Formulasi Perhitungan dan Penetapan Tarif Batas Atas Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri yang mulai berlaku pada bulan November 2014. Berdasarkan kondisi tersebut dan jika pemerintah menunda kenaikan harga BBM bersubsidi, inflasi Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan IV 2014 atau menjadi inflasi keseluruhan tahun 2014 diperkirakan berada pada kisaran 6,32%-7,32% (yoy).
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
5
Indikator
2012 Tw I
Tw II
2013 Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2014 Tw II
Tw III
Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)
6.67
5.43
5.87
5.29
4.48
6.73
6.70
6.37
Berdasarkan Sektor (Miliar Rp) :
8,311
8,115
8,618
8,963
8,684
8,661
9,196
9,534
9,097
9,053
9,605
- Pertanian
2,299
1,776
2,037
2,117
2,364
1,978
2,210
2,281
2,461
1,982
2,178
146
146
152
162
153
153
159
169
152
160
170
1,302
1,313
1,387
1,399
1,351
1,384
1,435
1,463
1,420
1,475
1,455
- Pertambangan & Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas & Air Bersih - Bangunan - Perdagangan, Hotel & Restoran
4.76
4.53
4.45
35
36
36
37
37
37
38
39
38
39
40
701
730
784
857
768
770
802
911
826
859
876
1,750
1,794
1,846
1,871
1,816
1,879
1,985
1,974
1,905
1,981
2,111
- Pengangkutan & Komunikasi
783
823
841
870
825
877
909
941
870
935
999
- Keuangan, Persewaan & Jasa
463
481
489
498
487
520
524
523
501
546
555
- Jasa
834
1,016
1,046
1,152
882
1,063
1,136
1,233
924
1,076
1,222
Berdasarkan Permintaan (Miliar Rp) : - Konsumsi Rumah Tangga - Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba - Konsumsi Pemerintah - PMTB - Perubahan Stok - Ekspor - Impor
8,311 4,401 78 941 2,300 348 2,581 2,337
8,115 4,427 79 979 2,346 (44) 2,651 2,324
8,618 4,552 83 1,047 2,436 453 2,577 2,530
8,963 4,615 85 1,238 2,465 445 2,697 2,583
8,684 4,676 81 1,013 2,357 213 2,645 2,301
8,661 4,715 85 1,073 2,392 (17) 2,723 2,310
9,196 4,813 88 1,163 2,491 476 2,710 2,545
9,534 4,893 90 1,303 2,655 350 2,861 2,619
9,097 4,988 91 1,093 2,590 278 2,695 2,638
9,053 5,070 95 1,157 2,602 293 2,307 2,471
9,605 5,215 98 1,247 2,713 320 2,317 2,305
Ekspor - Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) - Volume Ekspor Non Migas (ribu ton)
336 3,313
365 2,724
261 2,156
346 4,381
326 3,340
339 4,356
346 4,910
351 4,218
210 750
151 137
147 194
44 32
88 58
80 47
123 65
63 54
47 58
81 83
50 91
74 134
65 90
50 101
Indeks Harga Konsumen - Kota Pontianak - Kota Singkawang
97.54 98.96 99.13 100.1062
101.32 100.30
101.84 100.67
103.98 103.26
105.99 103.92
110.48 106.46
111.74 107.31
113.94 110.67
115.88 110.69
117.72 114.32
Laju Inflasi Tahunan (%,yoy) - Kota Pontianak - Kota Singkawang
5.72 6.34
6.83 7.77
5.82 3.90
6.75 4.21
6.61 4.17
7.10 3.81
9.05 6.14
9.71 6.59
9.58 7.17
9.33 6.52
6.55 7.38
Dana Pihak Ketiga (Rp Miliar) - Tabungan - Giro - Deposito
28,856 15,709 5,663 7,485
30,352 16,669 6,345 7,337
31,060 17,492 6,206 7,362
32,000 19,824 4,628 7,548
32,407 18,676 5,970 7,761
33,509 18,465 6,780 8,264
34,720 19,438 6,688 8,595
36,273 22,004 4,873 9,396
36,407 20,213 6,368 9,826
38,648 19,728 8,120 10,800
39,648 20,372 8,060 11,216
Kredit (Rp Miliar) - Berdasarkan Lokasi Proyek - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi
19,217 6,704 4,221 8,292
21,071 7,620 4,536 8,915
21,918 7,699 4,646 9,572
23,826 8,811 4,993 10,022
24,757 8,569 5,791 10,397
26,390 9,369 6,076 10,945
27,452 9,501 6,471 11,480
28,923 10,135 7,034 11,753
28,108 9,969 6,180 11,959
29,606 10,517 6,758 12,330
30,346 10,791 6,893 12,662
Kredit UMKM (Rp Miliar) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi
6,108 4,106 1,970 32
6,629 4,595 2,001 34
6,759 4,861 1,870 28
7,368 5,380 1,961 28
7,649 5,609 2,018 22
8,696 6,141 2,538 17
9,011 6,365 2,634 13
9,624 6,763 2,851 10
10,039 6,910 3,128 1
11,243 7,510 3,733 0
11,014 7,479 3,535 0
Loan to Deposit Ratio (%) NPL Gross (%)
69.42 0.98
72.23 0.96
73.48 0.94
77.30 0.80
79.49 1.44
82.34 1.45
82.84 1.47
83.55 1.12
84.33 1.24
83.32 1.31
83.30 1.37
897 790
1,142 918
1,160 987
1,399 1,180
1,093 965
1,175 972
1,167 886
1,197 938
1,084 825
1,462 890
1,531 878
141 4,227
188 4,937
157 5,383
139 3,859
142 3,982
160 4,018
183 4,412
170 3,944
174 4,334
197 4,067
Impor - Nilai Impor Non Migas (USD Juta) - Volume Impor Non Migas (ribu ton)
Perbankan
Sistem Pembayaran Transaksi RTGS - Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) - Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar) Transaksi Kliring - Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) - Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar)
6
122 3,745
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
I.
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH
1.1 Kajian Umum Pertumbuhan ekonomi nasional triwulan III
12000
2014
10000
melambat
sebesar
5,01%
dibandingkan
(yoy),
Miliar Rp
6000
4 3 2
perekonomian
2000
Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 juga
0
mengalami
5
4000
ekonomi tercatat 5,11%. Sejalan dengan
tercatat
1
0 Q1
perlambatan.
lebih
lambat
dibandingkan
Q2
Q3
Q4
Q1
2012
Perekonomian Kalimantan Barat tercatat tumbuh relatif rendah sebesar 4,45% (yoy),
7
8000
triwulan pertama tahun 2014 pertumbuhan tersebut,
8
6
triwulan
sebelumnya sebesar 5,12% (yoy). Untuk tiga
perlambatan
g Nasional (yoy)
%
tercatat
Nilai g Kalbar (yoy)
Q2
Q3
Q4
2013
Q1
Q2
Q3
2014
Sumber : Data BPS Provinsi Kalimantan Barat
triwulan
Grafik 1. 1 PDRB Provinsi Kalimantan Barat
sebelumnya yang tercatat sebesar 4,53% (yoy). Pertumbuhan Kalimantan Barat tersebut juga tercatat lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang mampu mencapai 6,70% (yoy). Pada sisi permintaan, perlambatan perekonomian Kalimantan Barat pada periode laporan terutama dipengaruhi oleh kontraksi kinerja ekspor.Sementara itu, di sisi sektoral, perlambatan terutama dipengaruhi oleh kontraksi pada sektor pertanian serta perlambatan pada sektor industri pengolahan dan sektor bangunan.
1.2 PDRB Menurut Penggunaan Tabel 1.1 PDRB Penggunaan Provinsi Kalimantan Barat (miliar Rp) Jenis Penggunaan Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Nirlaba Konsumsi Pemerintah PMTB Perubahan Stok
2012
2013
2014
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
4,401
4,427
4,552
4,615
4,676
4,715
4,813
4,893
4,988
5,070
5,215
78
79
83
85
81
85
88
90
91
95
98
941
979
1,047
1,238
1,013
1,073
1,163
1,303
1,093
1,157
1,247
2,300
2,346
2,436
2,465
2,357
2,392
2,491
2,655
2,590
2,602
2,713
453
445
213
476
350
278
293
320
Ekspor
2,581
348
2,651
(44)
2,577
2,697
2,645
2,723
(17)
2,710
2,861
2,695
2,307
2,317
Dikurangi Impor
2,337
2,324
2,530
2,583
2,301
2,310
2,545
2,619
2,638
2,471
2,305
PDRB
8,311
8,115
8,618
8,963
8,684
8,661
9,196
9,534
9,097
9,053
9,605
Sumber : Data BPS Prov. Kalimantan Barat
Pada sisi permintaan, komponen yang dominan dalam pembentukan PDRB Kalimantan Barat bersumber dari permintaan domestik, yaitu konsumsi dan investasi, yang memiliki pangsa mencapai 96,55% dari total PDRB. Konsumsi mencatat kinerja yang lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya, khususnya pada konsumsi rumah tangga.Investasi juga menunjukkan akselerasi pada Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
7
triwulan laporan.Pada sisi lain, kontraksi yang cukup dalam ditunjukkan oleh perdagangan luar negeri Provinsi Kalimantan Barat, khususnya ekspor.
1.2.1 Konsumsi Pada triwulan III 2014, konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 8,36% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,53% (yoy). Sementara itu, konsumsi pemerintah menunjukkan perlambatan dari 7,81% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 7,25% (yoy) pada triwulan laporan. Terjaganya konsumsi rumah tangga di Kalimantan Barat antara lain didorong oleh peningkatan permintaan masyarakat seiring dengan periode perayaan Idul Fitri dan Sembahyang Kubur. Selain itu, pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden pada awal triwulan juga turut mendorong permintaan pada triwulan laporan.Dari sisi pendapatan, pencairan gaji ke-13 pegawai negeri sipil yang secara nominal meningkat 6% berdampak pada terjaganya konsumsi masyarakat pada triwulan III 2014. Peningkatan konsumsi masyarakat juga diindikasikan oleh hasil Survei Konsumen Bank Indonesia, dimana indeks pembelian barang konsumsi tahan lama tercatat sebesar 149,50 pada triwulan laporan, atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 141,00. Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut terutama pada jenis barangelektronik dan peralatan rumah tangga.Hal tersebut juga sejalan dengan akselerasi penyaluran kredit rumah tangga di Kalimantan Barat untuk pembelian perlengkapan sebesar 14,10% (yoy) pada triwulan laporan setelah mengalami kontraksi pada triwulan sebelumnya. Peningkatan konsumsi juga tercermin dari data nilai tukar petani BPS Provinsi Kalimantan Barat, dimana terdapat peningkatan indeks harga yang dibayar petani, khususnya untuk konsumsi rumah tangga dari 112,45 menjadi 113,85 pada triwulan laporan. Sementara itu, meskipun konsumsi pemerintah pada triwulan III 2014 didorong oleh pencairan gaji ke-13 PNS serta realisasi anggaran pemerintah pusat terkait pelaksanaan Pemilu Presiden, konsumsi pemerintah tercatat mengalami perlambatan sebesar 7,25% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,81% (yoy). Perlambatan tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh masih belum optimalnya penyerapan APBD di sejumlah kota/kabupaten di Kalimantan Barat. Hal tersebut antara lain diindikasikan oleh outstanding giro pemerintah di perbankan Kalimantan Barat pada triwulan laporan yang relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya. Selain itu, perlambatan pada konsumsi pemerintah juga diperkirakan merupakan dampak dari pemotongan anggaran kementerian dan lembaga di pemerintah pusat sebagai akibat cukup tingginya defisit anggaran.
8
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
116
100.00%
114
155.00
80.00%
112
145.00
60.00%
110 108
40.00%
106
104
20.00%
102
0.00%
Indeks Harga Yang Dibayar Petani
100
125.00
-20.00%
Konsumsi Rumah Tangga
98
135.00
96
115.00
-40.00% Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2012
Q2
Q3
Q4
Q1
2013
Q2
Q3
-60.00%
2014
-80.00%
Sumber : BPS Kalimantan Barat, diolah
Indeks Pembelian Barang Konsumsi Tahan Lama gKredit Perlengkapan (yoy)
105.00 95.00
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah Grafik 1. 3 Tingkat Konsumsi Barang Tahan Lama dan Penyaluran Kredit Perlengkapan
Grafik 1. 2 Indeks Harga Yang Dibayar Petani Konsumsi Rumah Tangga
1.2.2 Investasi Investasi Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 tercatat mengalami akselerasi sebagaimana tercermin pada pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 8,90% (yoy), relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,78% (yoy). Peningkatan investasi tersebut diindikasikan antara lain oleh data realisasi investasi di provinsi Kalimantan Barat, khususnya penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang tercatat mencapai Rp1,42 triliun, atau mengalami akselerasi mencapai 700,86% (yoy) dibandingkan pertumbuhan di triwulan sebelumnya sebesar 124,60% (yoy). Sementara itu, penanaman modal asing (PMA) tercatat tumbuh relatif rendah sebesar 8,33% (yoy) menjadi sebesar 142 juta USD.
Keterangan
Tabel 1.2 Perkembangan Investasi di Kalimantan Barat 2012 2013
2014
PMDN (Miliar Rp)
Q1 903.4
Q2 754.4
Q3 564.0
Q4 589.2
Q1 202.7
Q2 172.3
Q3 177.2
Q4 1,970.0
Q1 1,570.4
Q2 386.9
Q3 1,419.1
PMA (US$ Juta)
120.7
92.1
78.7
106.0
116.8
134.7
131.1
267.7
237.3
274.1
142.0
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal
Data total realisasi investasi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan total realisasi investasi di Kalimantan Barat sampai triwulan laporan mencapai Rp8,99 triliun atau meningkat jika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang tercatat mencapai Rp7,63 triliun. Investasi PMDN terbesar merupakan investasi pada subsektor perkebunan kelapa sawit dan industri pengolahan minyak kelapa sawit.Sementara itu, investasi PMA sebagian besar merupakan investasi pada sektor industri pengolahan logam dasar, khususnya untuk bijih bauksit dan bijih besi.Selain investasi dimaksud, berlanjutnya penyelesaian
Keterangan 2010 2011 2012 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014 PMDN (Miliar Rp) 1,171.7 1,404.0 2,811.0 170.4 500.7 397.5 PMA (US$ Juta)
9
proyek-proyek pemerintah, khususnya dalam rangka realisasi proyek MP3EI di Kalimantan Barat, juga mendorong pertumbuhan investasi di Kalimantan Barat pada triwulan laporan. 1
Tabel 1.3 Perkembangan Realisasi Investasi di Kalimantan Barat (Rp miliar)
2013 Keterangan PMDN PMA PDKPM**) TOTAL
Akumulasi (Q1-Q3) 3,614.43 4,017.23 7,631.66
Target Akhir Tahun 6,190.00 6,190.00 12,380.00
2014 Realisasi Akhir Tahun
Akumulasi (Q1-Q3)
6,300.00 4,080.00 2,230.00 12,610.00
1,922.34 3,423.50 3,648.51 8,994.35
Target Akhir Tahun 2,480.00 11,060.00 17,988.70
Sumber : BPMPTSP Provinsi Kalimantan Barat
1.2.3 Ekspor - Impor Kinerja ekspor luar negeri Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 menunjukkan kontraksi yang cukup dalam meskipun tidak sedalam triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, ekspor mengalami kontraksi sebesar 14,50% (yoy), sementara pada triwulan sebelumnya ekspor mengalami kontraksi mencapai 15,31% (yoy). Sementara itu, impor Kalimantan Barat juga mengalami kontraksi sebesar 9,44% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 6,97% (yoy). Penurunan kinerja ekspor diindikasikan oleh penurunan ekspor Kalimantan Barat ke luar negeri, dimana pada triwulan laporan nominal ekspor hanya tercatat sebesar 146,81 juta USD atau mengalami kontraksi 57,37% (yoy). Dari sisi volume, data ekspor juga menunjukkan penurunan yang signifikan, dimana pada triwulan laporan volume ekspor Kalimantan Barat ke luar negeri tercatat sebesar 193,96ribu ton atau mengalami kontraksi hingga mencapai 96,05% (yoy). Kontraksi tersebut terutama terjadi akibat kontraksi pada ekspor komoditas utama Kalimantan Barat, yaitu karet seiring dengan masih belum pulihnya permintaan. Selain itu, dampak dari optimalisasi ekspor bauksit pada tahun 2013 juga berdampak pada kontraksi ekspor di triwulan laporan pasca implementasi UU Minerba terkait pembatasan ekspor barang tambang mentah. Sementara itu, ekspor komoditas utama lainnya, yaitu kayu, menunjukkan peningkatan sebesar 8,56% (yoy), setelah mengalami kontraksi sejak tahun 2013.
1
PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri, PMA : Penanaman Modal Asing, PDKPM : Perangkat Daerah Kab/Kota di Bidang Penanaman Modal
10
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
Tabel 1.4 Nominal Ekspor Luar Negeri Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD) 2012
Komoditas
Q1
2013
Q2
Q3
224,422
131,103
144,527
155,725
136,685
124,495
153,081
127,473
85,329
76,021
62,092
49,225
46,006
46,548
50,039
45,869
41,360
46,907
39,454
44,546
44,899
731
1,823
3,880
5,567
4,301
6,724
4,039
-
11,839
8,943
8,511
1,647
1,723
2,441
2,248
2,492
2,283
2,784
3,547
3,822
4,133
4,092
805
385
527
707
774
604
615
443
1,026
1,438
651
3,445
2,697
2,283
3,245
2,126
3,057
2,174
2,782
2,866
1,416
2,619
Buah-buahan dan kacang-kacangan (HS08)
359
482
546
92
162
290
179
383
530
1,355
972
Perabot, penerangan rumah (HS94)
263
771
717
1,003
540
357
490
690
646
821
498
Olahan dari Tepung (HS19)
779
356
379
838
472
611
239
476
393
547
291
111,589
84,116
70,221
136,281
105,872
138,295
163,950
137,140
18,880
103
Total 10 Golongan
349,524
366,001
258,104
341,056
322,503
334,774
340,324
345,451
206,929
148,631
138,555
Total Ekspor
351,261
375,792
260,315
345,926
326,599
338,795
344,414
350,014
210,622
150,620
146,809
Kayu, Barang dari Kayu (HS44) Lemak dan minyak dari hewan/nabati (HS15) Ampas/Sisa Industri Makanan (HS23) Biji-bijian berminyak (HS12) Ikan dan Udang (HS03)
Bijih, Kerak, dan Abu Logam (HS26)
Q3
Q4
Q1
Q2
2014
167,815
Karet dan Barang dari Karet (HS40)
Q2
Q3
Q4
Q1
-
Sumber : Bank Indonesia, diolah
250,000
Nominal Growth (yoy)
200,000 150,000
100,000 50,000
30%
450
20%
400
10%
350
0%
300
-10%
250
-20%
200
-30%
150
-40%
100
-50% -
-60% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2012
2013
2014
Sumber : Bank Indonesia, diolah Grafik 1. 4 Ekspor Karet
50 0 I
II
III
IV
2012
I
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
Sumber : Bloomberg Grafik 1. 5 Harga Internasional Karet (USD Cent/kg)
Pada triwulan laporan, nominal ekspor karet mengalami kontraksi sebesar 38,94% (yoy), atau lebih dalam dibandingkan kontraksi pada triwulan sebelumnya yang tercatat mencapai 37,57% (yoy). Kontraksi ekspor karet dipengaruhi oleh masih belum pulihnya permintaan dunia yang antara lain dipengaruhi oleh perekonomian di negara Tiongkok yang tumbuh relatif terbatas akibat menurunnya aktivitas produksi di negara tersebut. Tingginya stok karet di negara tersebut juga berpengaruh terhadap tren penurunan harga karet, dimana pada triwulan III 2014 harga internasional karet masih berada pada tren penurunan dimana tercatat sebesar 219,56 USD Cent/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 237,02 USD Cent/kg.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
11
Tabel 1.5 Nominal Impor Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD) Komoditas Mesin-mesin/pesawat mekanik (HS84)
2012 Q1
Q2
2013 Q3
Q4
Q1
Q2
2014 Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
18,250
47,661
44,939
52,642
28,616
13,399
13,782
11,432
10,524
16,376
15,485
Kapal Laut dan Bangunan Terapung (HS89)
3,827
9,824
22,518
39,232
4,457
17,491
44,933
17,780
33,122
13,347
4,493
Pupuk (HS31)
4,746
5,097
2,758
5,793
1,084
206
1,228
1,153
4,281
6,150
9,561
Benda-benda dari Besi dan Baja (HS73)
2,072
4,169
1,234
4,940
1,825
455
299
795
3,171
5,680
1,715
586
424
1,137
887
1,331
639
856
580
1,357
3,365
1,715
2,638
4,302
1,447
5,889
353
2,082
3,530
1,808
1,780
2,666
2,627
Garam, Belerang, Kapur (HS25)
979
1,252
1,727
2,796
2,652
3,147
3,614
3,833
4,299
2,611
3,377
Bahan Ampas/Sisa Industri Makanan (HS23)
310
222
674
515
5,003
1,135
809
1,334
2,720
2,429
2,855
1,479
905
3,260
1,075
1,741
1,207
814
1,542
678
2,181
1,473
248
273
96
632
210
157
1,381
317
865
1,877
340
Total 10 Golongan Barang
35,137
74,129
79,791
114,402
47,272
39,917
71,246
40,574
62,796
56,681
43,641
Total Impor
43,761
88,315
87,695
122,893
62,715
47,262
81,255
50,351
74,061
65,309
49,604
Kendaraan dan Bagiannya (HS87) Besi dan Baja (HS72)
Biji-bijian berminyak (HS12) Perlengkapan rumah tangga (HS94)
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Dari sisi impor, kontraksi impor terindikasi oleh kontraksi pada impor luar negeri Kalimantan Barat, dimana pada triwulan laporan, nominal impor luar negeri mengalami kontraksi cukup dalam sebesar 38,95% (yoy) menjadi sebesar 49,61 juta USD. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh kontraksi pada impor komoditas kapal pada triwulan laporan.Dari sisi volume, impor luar negeri Kalimantan Barat tercatat sebesar 101,21 ribu ton atau melambat 22,39% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 55,64% (yoy). Impor Kalimantan Barat didominasi oleh impor komoditas garam, belerang dan kapur, serta pupuk.
1.3 PDRB Sektoral Tabel 1.6 Pertumbuhan PDRB Sektoral (%-yoy) Sektor 1. Pertanian 2. Pertambangan & Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik,Gas & Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 7. Angkutan & Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 9. Jasa - jasa PDRB
2012 Q1 4.82% 6.47% 6.03% 5.32% 12.07% 6.91% 6.49% 6.96% 8.20% 6.67%
Q2 0.96% 4.48% 2.16% 4.52% 8.64% 6.70% 9.44% 7.35% 9.85% 5.43%
Q3 5.28% 4.73% 3.30% 3.78% 8.94% 6.59% 5.61% 7.29% 6.79% 5.87%
2013 Q4 4.06% 4.99% 1.78% 4.85% 9.72% 6.23% 4.91% 5.50% 7.62% 5.29%
Q1 2.84% 5.33% 3.82% 4.13% 9.57% 3.79% 5.44% 5.28% 5.76% 4.48%
Q2 11.39% 4.92% 5.37% 3.89% 5.42% 4.79% 6.45% 8.18% 4.58% 6.73%
Q3 8.45% 4.32% 3.41% 4.85% 2.31% 7.56% 8.07% 7.17% 8.54% 6.70%
2014 Q4 7.76% 4.28% 4.59% 5.02% 6.39% 5.46% 8.14% 5.02% 7.05% 6.37%
Q1 4.10% -1.09% 5.06% 2.69% 7.58% 4.93% 5.40% 2.78% 4.85% 4.76%
Q2 0.18% 4.80% 6.59% 3.78% 11.60% 5.40% 6.71% 5.01% 1.23% 4.53%
Q3 -1.42% 7.21% 1.42% 5.31% 9.23% 6.36% 9.83% 5.88% 7.62% 4.45%
Sumber : Data BPS Provinsi Kalimantan Barat
Kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat secara sektoral pada triwulan III 2014 ditandai dengan kontraksi pada sektor pertanian sebagai salah satu sektor perekonomian utama Kalimantan Barat. Sektor perekonomian utama lainnya, yaitu sektor industri pengolahan juga menunjukkan perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 bersumber dari sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), sektor angkutan dan komunikasi, serta sektor jasa, dimana ketiganya memberikan kontribusi sebesar 3,28% dari angka pertumbuhan secara keseluruhan sebesar 4,45% (yoy). Sementara itu, struktur perekonomian Provinsi Kalimantan Barat masih didominasi oleh sektor pertanian, sektor PHR dan sektor industri pengolahan, yang membentuk pangsa 59,80%.
12
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
Jasa
0.94%
Keuangan
0.34%
Angkutan
0.97%
PHR
Industri 15.15%
0.80%
Lainnya, 36.08%
0.02%
Industri
9.12% Pertanian 22.68%
0.22%
Pertambangan Pertanian
Keuangan Angkutan & 5.78% Komunikasi 10.40% Jasa - jasa 12.72% Bangunan
1.37%
Bangunan LGA
PHR 21.98%
LGA 0.41%
0.12%
Pertambangan 1.77%
-0.34%
Sumber : Data BPS Prov. Kalbar, diolah
Sumber : Data BPS Prov. Kalbar, diolah
Grafik 1. 6 Kontribusi Terhadap Pertumbuhan
Grafik 1. 7 Pangsa Tiap Sektor Terhadap PDRB
1.3.1 Sektor Pertanian Tabel 1.7Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian (yoy) Sektor
2012
2013
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
PERTANIAN
4.82%
0.96%
5.28%
4.06%
2.84%
11.39%
a. Tanaman Bahan Makanan
5.86%
-8.34%
6.33%
1.18%
-0.08%
b. Tanaman Perkebunan
5.12%
7.08%
5.09%
7.46%
9.01%
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya
3.73%
4.49%
5.14%
4.03%
d. Kehutanan
-2.21%
1.15%
1.21%
e. Perikanan
2.29%
2.44%
4.20%
2014 Q3
Q4
Q1
Q2
8.45%
7.76%
4.10%
0.18%
-1.42%
Q3
26.14%
9.58%
12.80%
3.48%
-10.76%
-0.58%
7.35%
11.38%
5.53%
5.93%
7.16%
-5.08%
-0.41%
3.47%
3.36%
4.97%
5.38%
5.77%
6.09%
1.53%
-0.20%
-2.55%
-3.24%
-0.95%
-0.93%
-1.67%
-2.86%
4.21%
2.05%
1.94%
3.56%
2.72%
1.03%
2.81%
3.22%
Sumber : BPS Prov. Kalbar, diolah
Pada triwulan III 2014, sektor pertanian mengalami kontraksi mencapai 1,42% (yoy), sementara pada triwulan sebelumya sektor pertanian pun hanya mampu tumbuh 0,18% (yoy). Kontraksi tersebut terutama dipengaruhi kontraksi pada subsektor tanaman bahan makanan (tabama) dan subsektor tanaman perkebunan.Sementara subsektor lainnya yang mengalami kontraksi adalah subsektor kehutanan. Kinerja subsektor tabama pada periode laporan menunjukkan kontraksi 0,58% (yoy), relatif tidak sedalam triwulan sebelumnya dimana subsektor tabama mengalami kontraksi mencapai 10,76% (yoy). Kontraksi tersebut antara lain diindikasikan oleh luas panen padi yang pada triwulan laporan tercatat sebesar 57,98 ribu Ha, atau mengalami kontraksi 26,25% (yoy). Rendahnya luas panen tersebut antara lain dipengaruhi oleh kondisi cuaca kering yang tidak mendukung pertumbuhan tanaman padi sehingga menyebabkan gagal panen di beberapa daerah Kalimantan Barat. Beberapa daerah, antara lain Kabupaten Sambas dan Singkawang, mengalami gagal panen akibat tidak tersedianya sumber air yang memadai di tengah cuaca panas yang berkepanjangan. Sementara itu,
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
13
cuaca panas juga mempengaruhi populasi hama belalang di Ketapang yang menyebabkan gagal panen di daerah tersebut. Luas Panen Pertumbuhan-yoy (RHS)
300,000
80%
500 mm
60%
250,000
400
40% 200,000 Hektar
20%
150,000
300
0%
200
-20%
100,000
-40% 50,000
100
-60%
-
0
-80%
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2012
2013
2012
2014
Sumber : Distan Prov. Kalbar, diolah
itu,
subsektor
Grafik 1. 9 Curah Hujan
tanaman 1,400,000
perkebunan menunjukkan kontraksi sebesar 5,08%
(yoy)
pada
2014
Sumber : BMKG Supadio Pontianak, diolah
Grafik 1. 8 Luas Panen Padi
Sementara
2013
triwulan
III
gProduksi-RHS (yoy)
50%
1,000,000
40%
800,000
30%
Ton
meskipun mampu tumbuh mencapai 7,16%
70% 60%
1,200,000
2014,
(yoy) pada triwulan sebelumnya. Kontraksi
Produksi
20%
600,000
10%
subsektor perkebunan kelapa sawit, dimana
400,000
0%
produksi tandan buah segar (TBS) tercatat
200,000
tersebut antara lain dipengaruhi oleh kinerja
sebesar melambat
1,23
juta sebesar
ton,
atau
38,85%
-20%
-
tumbuh
-30% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
(yoy)
2012
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh cukup tinggi sebesar 61,45% (yoy).
-10%
2013
2014
Sumber : Disbun Prov. Kalbar, diolah
Cuaca kering berdampak pada penurunan
Grafik 1. 10 Produksi Tandan Buah Segar Sawit
produktivitas tanaman sawit di beberapa perusahaan sawit terbesar di Kalimantan Barat pada triwulan laporan. Dari sisi harga, pergerakan harga TBS juga penurunan cukup besar, dimana pada triwulan laporan harga rata-rata TBS tercatat pada level Rp1.591/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat pada level Rp1.757/kg. Di sisi lain, produksi tanaman karet terusmengalami penurunan akibat rendahnya aktivitas petani menoreh getah karet. Rendahnya aktivitas petani tersebut antara lain dipengaruhi oleh kurang bergairahnya petani akibat harga karet yang belum berangsur membaik. Harga karet di tingkat petani terus menurun berada pada kisaran Rp5.000 Rp6.000 per kg pada periode laporan. Di tingkat 14
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
internasional, harga karet masih menunjukkan tren penurunan. Pada triwulan laporan, harga internasional karet tercatat pada level 219,56USD cent/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat di level 237,02 USD cent/kg. Selain itu, berdasarkan informasi pelaku usaha, penurunan produksi karet antara lain dipengaruhi oleh semakin banyaknya konversi lahan perkebunan karet menjadi lahan perkebunan sawit, serta rendahnya produktivitas tanaman karet akibat usia tanaman yang sudah tua. Menyikapi hal tersebut, kiranya peran pemerintah dapat lebih dioptimalkan, misalnya dalam pemberian bantuan baik berupa bibit unggul maupun tenaga penyuluh perkebunan yang dapat membina petani dalam peremajaan dan perawatan tanaman karet.
1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Pada triwulan III 2014, sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh 6,36% (yoy), atau menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,40% (yoy). Berdasarkan subsektornya, akselerasi kinerja terjadi terutama pada subsektor perdagangan dan restoran, sementara subsektor hotel menunjukkan perlambatan. Kinerja subsektor perdagangan tumbuh 6,39% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
yang
tumbuh
5,40%
(yoy).
Peningkatan tersebut tercermin dari peningkatan volume petikemas melalui pelabuhan Kota Pontianak. Impor dan bongkar petikemas pada
Ton 600000
400000
300000 200000
100000
ton atau tumbuh meningkat 37,01% (yoy)
0
triwulan
sebelumnya
Luar Negeri
500000
triwulan laporan tercatat mencapai 451,74 ribu dibandingkan
Dlm Negeri
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
yang
tumbuh 32,10% (yoy). Peningkatan kinerja subsektor perdagangan antara lain didorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat pada
2012
2013
2014
Sumber : PT. Pelindo II Cab. Pontianak, diolah Grafik 1. 11 Volume Petikemas
triwulan laporan terutama seiring dengan penyelenggaraan Pemilihan Umum Presiden pada awal triwulan serta kegiatan perayaan masyarakat, yaitu Idul Fitri dan Sembahyang Kubur.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
15
10,000
80%
Pajak Restoran Pertumbuhan-RHS (yoy)
Sementara
itu,
subsektor
restoran
juga
70%
menunjukkan kinerja yang meningkat, dimana
60%
pada triwulan laporan tumbuh 5,84% (yoy),
6,000
50%
atau lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2014
5,000
40%
4,000
yang
30%
9,000 8,000 7,000
3,000
20%
2,000
10%
1,000 -
0% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2012
2013
5,19%
pertumbuhan
(yoy).
tersebut
Peningkatan
antara
lain
diindikasikan oleh peningkatan pertumbuhan perolehan pajak restoran oleh Pemerintah Kota
2014
tumbuh
Pontianak,
yang
tercatat
mencapai
Rp8,82 miliar atau tumbuh 15,78% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Pontianak
yang tumbuh 12,10% (yoy). Akselerasi pada
Grafik 1. 12 Perolehan Pajak Restoran
subsektor restoran antara lain didorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat seiring dengan kegiatan perayaan pada triwulan laporan. Orang 10,000
Jumlah Wisman Pertumbuhan (% yoy)
70
20%
60
15%
8,000
50
10% 6,000
5%
4,000
0%
%
40 30 20
-5% 2,000
-10%
-
-15%
10
0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2012
2012
2013
2013
2014
2014
Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat
Sumber : BPS Provinsi Kalbar, diolah
Grafik 1. 13 Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara
Grafik 1. 14 Tingkat Hunian Hotel
Di sisi lain, subsektor hotel menunjukkan perlambatan kinerja, dimana pada triwulan laporan hotel tumbuh 5,12% (yoy), lebih rendah dibandingkan pada triwulan II 2014 dimana hotel tumbuh 6,35% (yoy). Perlambatan tersebut antara lain terjadi seiring dengan perlambatan yang terjadi pada kunjungan wisatawan ke Kalimantan Barat yang mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 3,47% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang cenderung tumbuh stabil 0,60% (yoy). Perlambatan pada subsektor hotel tercermin pada penurunan rata-rata tingkat hunian hotel di Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 sebesar 49,28%, lebih rendah dibandingakn triwulan II 2014 sebesar 51,58% (yoy). 16
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
1.3.3 Sektor Angkutan dan Komunikasi Orang 400,000
Pada triwulan III 2014, kinerja sektor angkutan dan Pesawat
Kapal
350,000
komunikasi mengalami akselerasi
300,000
sebesar
250,000
sebelumnya yang tercatat sebesar 6,71% (yoy).
200,000
9,83%
(yoy),
cukup tinggi
dibandingkan
triwulan
Akselerasi terjadi baik pada subsektor angkutan
150,000
maupun
100,000
subsektor
komunikasi.
Subsektor
angkutan tercatat tumbuh 6,14% (yoy) atau
50,000 -
mengalami Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2012
2013
2014
Sumber:PT. Pelindo II Cab. Pontianak BPS Prov. Kalimantan Barat Grafik 1. 15 Perkembangan Jumlah Penumpang
sebelumnya
akselerasi yang
dibandingkan tumbuh
triwulan
3,34%
(yoy).
Peningkatan pertumbuhan tersebut antara lain diindikasikan
dengan
meningkatnya
mobilitas
penumpang di Kalimantan Barat pada triwulan laporan seiring dengan perayaan Idul Fitri dan
Sembahyang Kubur. Jumlah penumpang yang berangkat dari Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 tercatat mencapai 359,29 ribu orang atau tumbuh 1,04% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi mencapai 5,42% (yoy). Peningkatan jumlah penumpang terutama terjadi pada penumpang dengan moda transportasi udara yang tercatat tumbuh 7,97% (yoy) mencapai 323,10 ribu penumpang, dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami penurunan pertumbuhan jumlah penumpang sebesar 1,01% (yoy).
1.3.4 Sektor Industri Pengolahan Kinerja sektor industri pengolahan Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 tumbuh 1,42% (yoy), atau mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya dimana sektor tersebut mampu tumbuh mencapai 6,59% (yoy). Perlambatan tersebut terutama dipengaruhi oleh perlambatan kinerja pada subsektor industri utama di Kalimantan Barat, yaitu industri pengolahan minyak kelapa sawit (CPO) dan industri pengolahan karet.Sementara itu, belum beroperasinya smelter secara komersil juga cenderung menahan pertumbuhan sektor industri pengolahan di Kalimantan Barat. Pada triwulan III 2014, perkembangan industri CPO mengalami perlambatan, yang diindikasikan oleh melambatnya pertumbuhan produksi CPO yang tercatat mencapai 268,04 ribu ton atau tumbuh 40,63% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 64,81% (yoy). Perlambatan produksi tersebut dipengaruhi oleh penurunan bahan baku seiring dengan turunnya produksi TBS di Kalimantan Barat. Sementara itu, dari sisi permintaan, permintaan dari Tiongkok masih belum pulih akibat kondisi perekonomian negara tersebut yang masih terindikasi melemah, namun demikian permintaan impor dari India relatif meningkat.Pada sisi pasar domestik, pemerintah meyakini bahwa program mandatori biodiesel 10% yang akan diterapkan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
17
pada kuartal terakhir 2014 akan mendorong peralihan dari bahan baku tujuan ekspor menjadi CPO untuk memenuhi pasokan dalam negeri. Dari sisi harga, harga komoditas CPO internasional tercatat terus mengalami pelemahan, dimana pada triwulan III 2014, harga CPO tercatat pada level 692,93 USD/metric ton atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat pada level 796,50 USD/metric ton. Seiring dengan hal tersebut, harga rata-rata CPO di Kalimantan Barat juga menunjukkan penurunan dimana pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp7.974/kg, sementara pada triwulan II 2014 berada pada level Rp8.586/kg. Tekanan harga CPO di level internasional dipengaruhi oleh kenaikan persediaan CPO di Malaysia diiringi dengan kebijakan pengetatan pembiayaan terhadap perdagangan komoditi di Tiongkok. Selain itu, tingginya produksi minyak biji-bijian dan minyak kelapa sampai beberapa waktu yang akan datang, antara lain seiring dengan puncak produksi minyak kedelai di Amerika Serikat, turut memberikan tekanan pada harga CPO. 350,000
Produksi (ton)
300,000
gProduksi-RHS (yoy) 70% 60% 50%
250,000
40%
200,000
30%
100,000 50,000
350
800
300 250
600
10% 0%
400
-10%
200
200 150 100
CPO
-20%
-
2013
0
2012
2014
Sumber : Dinas Perkebunan Kalbar, diolah
50
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2012
Karet
0
-30%
450 400
1000
20% 150,000
USD cent/kg
USD/metric ton
1200
2013
2014
Sumber : Bloomberg
Grafik 1. 16 Produksi CPO Kalimantan Barat
Grafik 1. 17 Harga Internasional Karet dan CPO
Sementara itu, kinerja sektor industri karet masih belum menunjukkan pemulihan. Hal tersebut diindikasikan oleh produksi karet pada triwulan laporan yang tercatat sebesar 44,37 ribu ton atau mengalami kontraksi lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu 17,12% (yoy). Kontraksi tersebut selain dipengaruhi oleh relatif rendahnya produksi karet pada periode laporan, juga dipengaruhi oleh pertumbuhan permintaan yang terbatas seiring dengan potensi pelemahan ekonomi Tiongkok dan tingginya stok karet di negara tersebut.
18
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
Dari sisi harga, harga internasional karet pada Ton 70,000
Volume
gVolume-RHS (yoy)
triwulan laporan tercatat pada level 219,56 USD
40%
Cent/kg,
60,000 20%
50,000 40,000
dibandingkan
triwulan
sebesar 237,02 USD Cent/kg. Koreksi harga karet dipengaruhi
20,000
rendah
sebelumnya dimana harga internasional karet tercatat
0%
30,000
lebih
oleh
masih
lemahnya
permintaan
sementara pasokan karet tercatat tinggi.Berdasarkan
-20%
10,000
informasi pelaku usaha, pasokan karet di Qingdao
-
-40%
(daerah
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2012
2013
penyimpanan stok
karet
di
Tiongkok)
mengalami oversupply seiring dengan tingginya
2014
produksi dari beberapa negara di Asia Tenggara,
Sumber : Gapkindo Prov. Kalbar
khususnya Vietnam dan Kamboja. Harga komoditas
Grafik 1. 18 Produksi Karet Kalimantan Barat
diperkirakan akan mengalami tekanan lebih lanjut seiring dengan potensi kenaikan suku bunga Amerika
Serikat. Sejumlah perusahaan di industri pengolahan karet Kalimantan Barat menempuh strategi menahan ekspor menunggu peningkatan harga karet. Belum optimalnya kinerja sektor industri pengolahan karet juga dipengaruhi oleh adanya regulasi pemerintah yang berdampak pada meningkatnya biaya produksi perusahaan.Selain itu, persaingan usaha yang semakin ketat seiring dengan adanya kemudahan pemberian izin, juga berpengaruh terhadap kinerja industri tersebut.
1.3.5 Sektor Lainnya 6,000
Rp juta
Pajak Hiburan dan Reklame Pertumbuhan-RHS (yoy)
5,000 4,000 3,000
80%
Pada triwulan III 2014, kinerja sektor jasa
70%
menunjukkan akselerasi yang cukup tinggi,
60%
dimana sektor jasa tumbuh 7,62% (yoy), atau
50%
lebih
40% 30%
2,000
20% 1,000
10%
-
0% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2012
2013
2014
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Pontianak Grafik 1. 19 Perolehan Pajak Hiburan
tinggi
dibandingkan
triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 1,23% (yoy). Peningkatan pertumbuhan pada sektor jasa antara lain ditandai dengan perolehan pajak reklame dan hiburan di Kota Pontianak yang mencapai Rp5,05 miliar atau tumbuh 18,42% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,45% (yoy).
Peningkatan
tersebut
antara
lain
didorong oleh penyelenggaraan beberapa kegiatan perayaan masyarakat pada triwulan laporan, termasuk Idul Fitri, Sembahyang Kubur dan Pemilihan Umum Presiden. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
19
80%
300,000
60%
250,000 40%
150,000
20%
Ton
200,000
100,000 0%
50,000 -
-20% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2012
2013
2014
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
1,000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 -
Kredit Konstruksi Pertumbuhan (yoy)
60% 50%
40% 30%
%
Volume Pertumbuhan (yoy)
Miliar Rp
350,000
20% 10%
0% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2012
2013
2014
Sumber : LBU Bank Indonesia
Grafik 1. 20 Pengadaan Semen di Kalimantan Barat
Grafik 1. 21 Penyaluran Kredit Sektor Konstruksi Kalimantan Barat
Di sisi lain, kinerja sektor konstruksi di Kalimantan Barat pada triwulan laporan tercatat tumbuh 9,23% (yoy), atau relatif melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 11,60% (yoy). Perlambatan tersebut antara lain diindikasikan oleh perlambatan penyaluran semen di Kalimantan Barat, dimana pada triwulan III 2014 tercatat sebesar 245,58 ribu ton atau tumbuh 15,29% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 26,80% (yoy). Perlambatan juga diindikasikan oleh melambatnya penyaluran kredit ke sektor konstruksi sebesar 6,99% (yoy) , lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 14,31% (yoy).
20
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
Boks: Inkubator Bisnis UMKM Sebagai Dukungan Bank Indonesia Dalam Mencetak Wirausaha Mandiri Program Inkubator Bisnis UMKM merupakan program pelatihan inisiatif dari Bank Indonesia dan Lembaga Swa Bina Prakarsa sebagai upaya untuk menciptakan wirausaha baru yang mandiri. Walaupun selama ini program pelatihan serta seminar kewirausahaan telah banyak diselenggarakan, namun dalam pelaksanaannya terdapat beberapa kelemahan dari program pelatihan kewirausahaan yang ada. Keterbatasan waktu pelatihan serta tidak komprehensifnya materi yang disampaikan menjadi dua tantangan utama yang menyebabkan sebagian besar UMKM seringkali tidak mendapatkan bekal pengetahuan yang lengkap/ menyeluruh dalam mengelola usaha mereka. Program inkubator bisnis dirancang untuk dapat memenuhi kriteria tersebut yaitu dengan memberikan pengetahuan kewirausahaan secara lengkap, menyediakan waktu belajar (masa inkubasi) yang cukup untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan yang kuat, serta memiliki sarana belajar yang memadai (layaknya sekolah). Pelatihan Inkubator Bisnis UMKM tidak hanya diharapkan akan dapat membekali pelaku usaha mikro dan kecil dalam mengembangkan usaha yang dimiliki, namun konsep inkubator bisnis diharapkan juga akan dapat menopang pemerintah dalam mengembangkan perekonomian rakyat melalui pengembangan sektor riil, membantu menciptakan lapangan kerja mandiri, mengurangi kelemahan-kelemahan yang ada pada pelaku usaha mikro dan kecil, serta mengurangi pengangguran. Program pelatihan ini dilakukan selama enam bulan secara berkesinambungan, dimana pada setiap minggunya, yaitu pada hari Sabtu, peserta akan mendapatkan materi teori mengenai kewirausahaan di dalam kelas, dan praktek lapangan di pasar pada hari Minggu. Selain itu, sepanjang hari Senin hingga Jumat peserta inkubator akan mencoba praktek di rumah dan melaporkan hasilnya kemudian. Melalui mekanisme inkubator peserta pelatihan/UMKM diharapkan akan dapat mengatasi permasalahan mendasar yang dihadapi dalam pengembangan usaha, diantaranya: basic mentality, Manajemen Organisasi, Manajemen Produksi, Manajemen Keuangan, Pemasaran, Pengetahuan Perbankan, Komputasi UMKM, hingga Teknologi Informasi. Proses pelatihan inkubator bisnis terbagi menjadi tujuh fase pelatihan yang berkesinambungan dan diakhiri dengan fase Wisuda pada akhir masa program. Berikut adalah ketujuh fase pelatihan kewirausahaan pada program Inkubator Bisnis.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
21
Selain fokus dalam pengembangan kemampuan pelaku UMKM dalam mengelola usaha, melalui pelatihan inkubator bisnis para pelaku UMKM diharapkan dapat lebih eligible dan bankable dalam mengakses kredit ke perbankan.
Pasalnya,
melalui
program inkubator bisnis terutama pada
Fase
5
yakni
Penataan
Administrasi Keuangan, pelaku usaha akan dilatih untuk dapat mencatat transaksi harian yang terjadi secara Grafik Fase Pelatihan
lebih
sistematis,
kemudian
memasukkannya ke dalam software sederhana. Kemampuan dalam mendokumentasian transaksi keuangan melalui pencatatan dan laporan keuangan yang memadai serta usaha yang sehat pada akhirnya akan dapat meningkatkan kapasitas dan elijibilitas UMKM dalam mengakses pembiayaan perbankan. Program inkubator bisnis telah dilakukan sejak tahun 2012, dan hingga saat ini terdapat lima angkatan wirausaha mandiri yang telah lulus dalam program pelatihan inkubator bisnis, dengan rata-rata peserta mencapai 20 hingga 30 pelaku usaha mikro dan kecil. Rata-rata peserta berasal dari berbagai latar belakang usaha, dengan persentase terbesar adalah pengusaha makanan (60%), diikuti oleh usaha jasa (20%), dan sisanya adalah bidang usaha kreatif. Saat ini program inkubator bisnis juga telah membuka cabang (replikasi) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II-A Pontianak pada bulan Februari 2014, dan selanjutnya akan direplikasi kembali di Kecamatan Kakap yang bekerjasama dengan PNPM. Harapannya program inkubator bisnis tidak hanya diterapkan terbatas pada wilayah Provinsi Kalimantan Barat namun pengembangan inkubator bisnis dapat pula diterapkan secara luas di seluruh Indonesia sebagai upaya dalam menopang pengembangan dan penguatan ekonomi rakyat melalui UMKM yang mandiri sekaligus sebagai langkah dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Melalui program pelatihan inkubator bisnis UMKM diharapkan dapat meningkatkan daya saing hasil produksinya melalui peningkatan kapasitas produksi, inovasi, dan adopsi teknologi serta sistem penataan administrasi keuangan yang baik. Tidak menutup kemungkinan bahwa kedepannya UMKM akan dapat memperoleh sumber modal yang lebih luas apabila proses pencatatan keuangan yang diterapkan telah sesuai dengan standar akuntansi internasional yang berlaku.
22
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
II.
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
2
2.1. Gambaran Umum
Tekanan harga barang dan jasa di Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 secara tahunan relatif terkendali, tercermin dari tingkat inflasi yang lebih rendah dari triwulan II 2014. Kondisi tersebut terutama disebabkan oleh pengaruh base effect3 akibat kenaikan harga BBM Bersubsidi yang memicu tingginya Indeks Harga Konsumen (IHK) pada pertengahan 2013 dan membuat inflasi tahunan di triwulan III 2014 relatif lebih rendah. Tercatat tekanan inflasi Kalimantan Barat pada periode laporan mencapai 6,67% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan inflasi pada triwulan II 2014 yang mencapai 8,69% (yoy). Meskipun mengalami penurunan dan relatif searah dengan tren inflasi nasional, namun tekanan inflasi Kalimantan Barat pada periode laporan tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 4,53% (yoy). Di sisi lain, even musiman keagamaan puasa dan lebaran di awal triwulan serta realisasi kebijakan pemerintah dalam melakukan penyesuaian harga beberapa komoditas, seperti LPG, Tarif Tenaga Listrik (TTL) dan PDAM memicu kenaikan laju inflasi triwulanan Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 yang mencapai 1,88% (qtq) relatif lebih tinggi dari triwulan II 2014 yang mencapai 1,41% (qtq) (Grafik 2.1 dan 2.2). %-yoy
Kalbar
8,53
5,53
8,98
8,90
7,90
%-qtq
Kalbar
8,69
8,08 7,32
6,15
5,02
Nasional
3,81 3,78 6,70 6,67
5,41 4,53
2,17
2,09 2,13 1,69
II
III 2013
IV
I
II
III
2014
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 1 Inflasi Tahunan Kalimantan Barat dan Nasional
2
3
I
II
1,88 1,41 1,41
1,17
I
Nasional
1,05
III 2013
0,80
IV
1,68
0,57
I
II
III
2014
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 2 Inflasi Triwulanan Kalimantan Barat dan Nasional
Mulai 2014, BPS melakukan perubahan tahun dasar dari 2007 menjadi 2012.Dikarenakan data IHK dengan tahun dasar 2012 belum sepenuhnya tersedia setiap bulan, maka analisis inflasi pada periode laporan berdasarkan perhitungan yang dilakukan secara mandiri. Base effect terjadi karena pengaruh nilai/level yang tinggi pada periode yang sama tahun sebelumnya sehingga memicu angka perubahan tahunan, seperti inflasi atau pertumbuhan (growth), menjadi relatif tinggi pada periode tersebut. Selanjutnya, apabila nilai/level yang terjadi saat ini tidak mengalami lonjakan yang signifikan, maka akan membuat angka perubahan tahunan pada saat ini menjadi lebih kecil dibanding periode sebelumnya. Sebagai ilustrasi sederhana dari base effect, misalkan IHK pada tahun 2012 sebesar 100 dan menjadi 200 pada 2013, maka akan terjadi kenaikan sebesar 100% (yoy). Kemudian IHK 2014 menjadi 250, sehingga kenaikan pada 2014 sebesar 25% (yoy). Persentase kenaikan 25% yang lebih kecil dari 100% tersebut menunjukkan adanya pengaruh base effect. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat 23 Triwulan III 2014
Dinamika inflasi bulanan pada triwulan III 2014 terlihat bahwa laju
inflasi
bulanan
mencapai
3,5 3,0 2,5
% yoy Kalbar Nasional
2,0
puncaknya
di
awal
triwulan
(bulan Juni 2014) sebesar 1,44%
1,5 1,0 0,5
(mtm) (Grafik 2.3). Tekanan inflasi Kalimantan Barat pada bulan Juli
0,0 -0,5 -1,0 Jan Feb Mar Apr May Jun
2014 terutama dipicu oleh kenaikan tarif
angkutan
tingginya
udara
permintaan
seiring
masyarakat
Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun
2013
Jul Aug Sep
2014
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 3 Inflasi Bulanan Kalimantan Barat dan Nasional
menjelang lebaran dalam menggunakan moda transportasi angkutan udara. Tercatat inflasi angkutan udara pada bulan Juli 2014 sebesar 32,71% (mtm) dengan sumbangan terhadap inflasi total mencapai 0,43% (mtm). Di sisi lain, penurunan laju inflasi bulanan terendah terjadi pada bulan Agustus 2014 yang tercatat mencapai 0,22% (mtm). Berlalunya kegiatan keagamaan puasa dan lebaran menjadi salah satu faktor yang menyebabkan penurunan inflasi. 2.2.
Inflasi Tahunan
Secara Secara tahunan, tekanan inflasi kelompok komoditas pada triwulan III 2014 mengalami penurunan. Meskipun secara umum inflasi mengalami
6,67 6,67
Umum
penurunan, namun tekanan pada beberapa komoditas masih relatif tinggi, seperti Bahan Makanan, Perumahan, Makanan Jadi
8,69 2,06
Bahan Makanan
8,47 10,33
1,85
Perumahan
7,84 9,76
dan Transportasi.
1,23
Makanan jadi
Andil III-2014
6,82
III-2014
5,87
Tercatat
sumbangan
inflasi
tahunan
0,89
Transpor
8,89
tertinggi di triwulan III 2014 diberikan oleh kelompok
Bahan
Makanan
mencapai
2,06% (yoy) dengan tekanan inflasi sebesar 8,47% (yoy) lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan II 2014 yang mencapai
II-2014
4,99 0,40
Kesehatan
9,06 10,71 0,18
Pendidikan
3,14 9,77 0,11 1,86
Sandang
3,74
% (yoy) 0
2
4
6
8
10
10,33% (yoy). Selain komoditas Bahan Makanan, sumbangan inflasi yang relatif tinggi terjadi pada komoditas Perumahan, Makanan Jadi dan Transpor. Andil inflasi 24
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 4 Inflasi Tahunan dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
12
masing-masing kelompok tersebut pada triwulan III 2014 mencapai 1,85%, 1,23%, dan 0,89% (yoy). Tekanan inflasi tahunan pada ketiga kelompok komoditas tersebut juga relatif besar, masing-masing mencapai 7,84%, 6,82%, dan 4,99% (yoy). Bahkan tekanan inflasi kelompok Makanan Jadi pada triwulan laporan relatif lebih tinggi dibanding triwulan II 2014 yang mencapai 5,87% (yoy). Salah satu pemicu tekanan inflasi pada triwulan III 2014 adalah pelaksanaan hari raya keagamaan puasa dan lebaran yang mendorong peningkatan permintaan masyarakat terutama di awal triwulan. Namun apabila dicermati lebih lanjut, pengaruh puasa dan lebaran yang terjadi pada triwulan III 2014 relatif lebih kecil dibandingkan triwulan III 2013, tercermin dari penurunan tekanan inflasi yang terjadi pada triwulan laporan. Kondisi tersebut dikarenakan pada triwulan III 2013 juga terjadi kenaikan harga BBM Bersubsidi bersamaan dengan pelaksanaan hari raya keagamaan puasa dan lebaran. 2.3.
Inflasi Triwulanan
Meskipun tekanan inflasi tahunan pada triwulan III 2014 mengalami penurunan
1,88 1,88
Umum 1,41
akibat pengaruh base effect, namun laju
0,69
Bahan Makanan
2,86
inflasi triwulanan cenderung mengalami
-0,05 0,60
Perumahan
kenaikan.
2,57 0,84 0,26
Makanan Jadi
1,49 1,48
Kondisi tersebut tercermin dari laju inflasi triwulanan yang mencapai 1,88% (qtq) lebih
0,15
Transpor
0,89 3,80 0,07
tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang
Pendidikan
mencapai 1,41% (qtq). Berdasarkan kelompok
Sandang
1,10
0,64
Sumbangan
triwulan laju
inflasi
sebelumnya. triwulanan
yang
II-2014
0,05
Kesehatan
dibandingkan
III-2014
1,02 0,81
komoditas, terlihat bahwa mayoritas kelompok komoditas mengalami kenaikan laju inflasi
Andil III-2014
0,07
0,85 3,95
% (qtq) -1
0
1
2
3
4
5
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 5 Inflasi Triwulanan dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa
tertinggi diberikan oleh kelompok komoditas Bahan Makanan dan Perumahan yang masing-masing mencapai 0,69% dan 0,60% (qtq) dengan laju inflasi sebesar 2,86% dan 2,57% (qtq). Kondisi pasokan yang terbatas seiring terjadinya gagal panen di sejumlah daerah sentra produksi, khususnya beras memicu kenaikan inflasi Bahan Makanan pada triwulan laporan. Selain itu, realisasi kebijakan penyesuaian beberapa komoditas seperti TTL, LPG dan PDAM menjadi pemicu tingginya inflasi kelompok Perumahan.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
25
2.4.
Inflasi Kelompok Komoditas
2.4.1. Kelompok Bahan Makanan Tekanan
2,06
BAHAN MAKANAN
8,47 10,33 52,18 17,18
0,48 11,07 8,77 0,26 4,21 5,94 0,13 8,85 5,72 0,12 4,29 12,85 0,11 9,19 19,64 0,10 13,21 5,69 0,06 7,91 14,04 0,01 17,18 15,11
Padi
Lemak dan Minyak Telur, Susu Buah Ikan Diawetkan Kacang
Bahan Makanan Lain Bumbu
disebabkan
25
inflasi
bahan
tekanan
inflasi
tahunan
oleh
keterbatasan
pasokan
cuaca yang cenderung kering. Kondisi tersebut memicu terjadinya gagal panen disejumlah sentra produksi. Berdasarkan Andil III 2014
data BMKG, tercatat bahwa rata-rata curah
III-2014
hujan di wilayah Kalimantan Barat pada
II-2014
triwulan III 2014 berkisar 165 mm, lebih
10,63
15
tingginya
seiring produksi yang kurang optimal akibat
Daging -8,97 5
pada
kelompok komoditas Sayuran salah satunya
3,75
-5
penyebab
Tingginya
-0,05 -3,90
-15
terjadi
makanan pada triwulan III 2014.
-0,30
% (yoy)
yang
komoditas Sayur menjadi salah satu
1,09
Sayur Ikan Segar
inflasi
35
45
55
65
rendah dari triwulan III 2013 yang mencapai
Sumber: BPS Kalbar, diolah
kisaran
Grafik 2. 6 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Bahan Makanan Kalimantan Barat
tersebut, tekanan inflasi tahunan kelompok
238
mm.
Berdasarkan
kondisi
komoditas Sayuran pada triwulan III 2014
mencapai 52,18% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,09% (yoy). Sementara itu, tekanan inflasi kelompok komoditas Padi-padian masih berada di level yang relatif tinggi. Tercatat tekanan inflasi kelompok komoditas Padi-padian pada triwulan III 2014 mencapai 4,21% (yoy) dengan sumbangan mencapai 0,26% (mtm). Kenaikan harga beras terutama disebabkan gagal panen di sejumlah daerah sentra produksi. Berdasarkan data Dinas Pertanian Prov. Kalbar, tercatat 8.630 ha lahan padi mengalami puso selama triwulan III 2014, lebih tinggi dari triwulan III 2013 yang sebesar 385 ha. Berdasarkan daerahnya, luas lahan puso terbesar pada triwulan laporan terjadi di Singkawang dan Sambas, masing-masing mencapai 1.683 dan 6.064 ha. Kondisi tersebut menyebabkan penurunan luas panen padi, dimana pada triwulan III 2014 mencapai 57.978 ha, lebih rendah dari luas panen padi pada triwulan III 2013 yang mencapai 78.620 ha (lihat Bab I). Sementara itu, tekanan inflasi yang relatif terkendali terjadi pada kelompok komoditas Daging dan Bumbu yang masing-masing mengalami deflasi sebesar 8,97% dan 3,90% (yoy). Selain itu, tekanan inflasi kelompok komoditas Telur juga relatif terkendali. Kondisi pasokan yang relatif 26
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
terjaga seiring tekanan permintaan yang terkendali menjadi salah satu faktor koreksi harga kelompok komoditas tersebut yang kemudian dapat menjadi peredam tekanan inflasi Bahan Makanan pada triwulan III 2014. Komoditas yang memberikan pengaruh koreksi harga relatif besar dalam kelompok komoditas Daging dan Telur adalah daging ayam ras dan telur ayam ras. Sementara bawang merah menjadi salah satu komoditas yang memberikan pengaruh deflasi yang dominan dalam kelompok komoditas Bumbu.
% (yoy) 12
Berdasarkan daerahnya, tekanan inflasi
10
di Kota Pontianak relatif lebih terkendali
8
dibandingkan Kota Singkawang. Tercatat
6
tekanan inflasi bahan makanan di Kota
4 2
I
II
III
2012 Pontianak
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
7,28 11,3 8,19 10,0 9,30 6,47 9,67 5,96 7,89 9,18 6,17
Singkawang 7,64 11,1 6,47 7,38 5,66 2,47 9,13 6,23 8,46 5,77 8,86
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 7 Inflasi Kelompok Bahan Makanan Kota Pontianak dan Singkawang
Pontianak pada triwulan III 2014 mencapai 6,17% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan II 2014 yang mencapai 9,18% (yoy). Di sisi lain, tekanan inflasi Kota Singkawang pada triwulan III 2014 mencapai 8,86%
(yoy), lebih tinggi dari triwulan II 2014 yang mencapai 5,77% (yoy). Koreksi harga yang terjadi pada komoditas telur ayam ras dan bawang merah menjadi salah satu penyebab terkendalinya tekanan inflasi bahan makanan di Kota Pontianak. Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan KPwBI Prov. Kalimantan Barat, selama triwulan III 2014, komoditas telur ayam ras mengalami koreksi harga yang relatif signifikan, dari kisaran Rp23.100,00/kg pada akhir triwulan II 2014 menjadi Rp18.300,00/kg pada akhir triwulan III 2014. Demikian juga dengan komoditas bawang merah yang mengalami koreksi harga selama triwulan III 2014, dari kisaran Rp32.400,00/kg pada akhir triwulan II 2014 menjadi Rp21.600,00/kg pada akhir triwulan III 2014. Kondisi tersebut diperkuat oleh hasil pantauan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kalimantan Barat, dimana harga komoditas telur ayam ras dan bawang merah di akhir triwulan III 2014 mencapai kisaran Rp16.200,00/kg dan Rp16.300,00/kg, lebih rendah dari posisi yang sama tahun 2013 yang berkisar Rp19.000,00/kg dan Rp27.000,00/kg. Sementara itu, produksi pertanian, khususnya padi dan sayuran, yang kurang optimal seiring kondisi cuaca yang cenderung kering menjadi salah satu pemicu tingginya tekanan inflasi bahan makanan di Kota Singkawang. Tercatat, tekanan inflasi kelompok komoditas padi dan sayuran pada triwulan III 2014 masing-masing mencapai 4,80% dan 37,77% (yoy).
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
27
2.4.2. Kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar Tekanan inflasi kelompok Perumahan di
0.16 Penyelenggaraan rumah tangga
7.09
Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 8.94
berada di level yang tinggi meskipun
0.20 Perlengkapan rumah tangga
relatif lebih terkendali dibandingkan
10.42 10.62
triwulan
0.74 Biaya tempat tinggal
10.58
Bahan bakar, penerangan dan air
Bahan bakar, Penerangan dan Air, dari
12.27 8.23 1.83 7.84 9.76 0
5
inflasi
kenaikan inflasi sub kelompok komoditas
0.77
% (yoy)
Tekanan
kelompok Perumahan terutama dipicu oleh
5.79
PERUMAHAN
sebelumnya.
andil III 2014
8,23% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi
III-2014
12,27% (yoy) pada triwulan III 2014. Secara
II-2014
umum, tekanan inflasi yang terjadi pada sub
10
Sumber: BPS Kalbar, diolah
15
kelompok
ini
pada
triwulan
III
2014
terutama dipicu oleh realisasi penerapan
Grafik 2. 8 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Perumahan Kalimantan Barat
kebijakan
penyesuaian
tarif/harga
oleh
pemerintah, seperti Tarif Tenaga Listrik
(TTL), LPG dan PDAM. Kenaikan TTL pada 2014 dilakukan dalam II tahap dalam kisaran 5,63%11,57% yang dikenakan kepada pelanggan golongan industri menengah terbuka (I3)4, industri besar (I4), industri I3 non terbuka (tbk), pelanggan rumah tangga R3, pelanggan pemerintah (P2) dengan daya > 200 kVA, rumah tangga (R1) dengan daya 1.300 VA dan 2.200 VA, serta penerangan jalan umum (P3). Sementara itu, kenaikan tarif PDAM yang diberlakukan pada triwulan III 2014 sebesar 30%. Kenaikan tersebut baru dilakukan kembali dalam tujuh tahun terakhir untuk menyesuaikan meningkatnya biaya produksi, seperti bahan bakar minyak, listrik, dan bahan kimia.
4
Berdasarkan informasi PLN, rincian batas maksimal daya untuk masing-masing golongan tersebut adalah golongan industri menengah terbuka (I3) diatas 200 k VA, industri besar (I4) 30.000 k VA keatas, pelanggan rumah tangga (R3) 6600 VA keatas, pemerintah (P2) diatas 200 Kva, rumah tangga (R1) mulai 450 VA- 14 k VA. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat 28 Triwulan III 2014
Berdasarkan
daerahnya,
kenaikan % (yoy) 14
inflasi kelompok Perumahan terutama terlihat
di
Kota
Singkawang.
Sementara, tekanan inflasi perumahan
12 10 8 6
cenderung
4
menurun. Secara historis, tren kenaikan
0
di
Kota
Pontianak
inflasi perumahan di Kota Singkawang mulai terjadi sejak triwulan II 2013 dan berlanjut hingga triwulan III 2014 yang mencapai 9,40% (yoy). Selain dipicu oleh
2 I
II
III
IV
2012 Pontianak
I
II
III
IV
2013
I
II
III
2014
5,27 6,35 7,77 6,86 8,24 7,72 10,6 12,6 10,6 10,4 7,89
Singkawang 7,74 5,05 2,89 2,08 1,79 1,43 2,89 3,60 7,76 8,50 9,40
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 9 Inflasi Kelompok Perumahan Kota Pontianak dan Singkawang
realisasi kenaikan tarif TTL dan LPG, tekanan inflasi perumahan di Kota Singkawang juga disebabkan oleh kenaikan tarif tukang bukan mandor. Kondisi tersebut menjadi salah satu indikasi bahwa ekspektasi masyarakat Kota Singkawang terhadap inflasi cenderung lebih tinggi. Sementara, inflasi kelompok Perumahan di Kota Pontianak pada triwulan III 2014 mencapai 7,89% (yoy), relatif stabil dibanding triwulan II 2014 yang mencapai 10,40% (yoy). Sejalan dengan kondisi inflasi Kalimantan Barat, komoditas yang menjadi pemicu inflasi perumahan di Kota Pontianak adalah penyesuaian tarif. 2.4.3. Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Pada triwulan III 2014, tekanan inflasi kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Tekanan inflasi pada kelompok ini di triwulan III 2014 tercatat mencapai 4,99% (yoy), lebih rendah dari inflasi triwulan II 2014 yang mencapai 8,89% (yoy). Sementara andil inflasi kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di triwulan III 2014 masih berada di level yang cukup tinggi yaitu sebesar 0,84% (yoy). Penurunan inflasi pada kelompok ini disebabkan oleh penurunan inflasi pada subkelompok Transpor, dari 15,93% (yoy) di triwulan II 2014 menjadi 10,44% (yoy) di triwulan laporan. Berdasarkan komoditasnya, koreksi tarif angkutan udara di akhir triwulan, seiring berlalunya puasa dan lebaran di pertengahan triwulan, menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan inflasi subkelompok Transpor.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
29
25 1,02 Transpor
20
10,44 15,93
15
0,84 Transport & Komunikasi
4,99
10
8,89 0,06
Sarana dan penunjang transpor
5
Andil III 2014
3,97
III-2014
3,69
0
II-2014
0,00 Jasa keuangan
% (yoy)
-5
0,12 0,13
I
-0,02
Komunikasi -0,38 dan pengiriman % (YOY)
-5
III 2012
IV
I
II
III 2013
IV
I
II III 2014
Pontianak 6,77 5,88 5,72 8,31 3,03 10,8 8,35 16,9 21,6 15,3 7,97
0,05 0
II
5
10
15
Singkawang -2,1 5,01 1,51 5,00 7,19 7,42 1,06 9,49 7,22 7,36 8,91
20
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 10 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Transpor Kalimantan Barat
Grafik 2. 11 Inflasi Kelompok Transpor Kota Pontianak dan Singkawang
Berdasarkan daerahnya, penurunan tekanan inflasi kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan terutama terjadi di Kota Pontianak. Pada triwulan ini, tekanan inflasi kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Kota Pontianak mengalami penurunan, dari 15,30%(yoy) di triwulan II 2014 menjadi 7,97% (yoy) di triwulan III 2014. Sementara di Kota Singkawang, inflasi kelompok ini mengalami kenaikan dalam level yang relatif terkendali, dari 7,36% (yoy) di triwulan II 2014 menjadi 8,91% (yoy) di triwulan III 2014. Sejalan dengan kondisi di Kalimantan Barat, koreksi tarif angkutan udara pasca perayaan even keagamaan puasa dan lebaran menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi inflasi kelompok transpor di kedua kota tersebut.
2.4.4. Kelompok Makanan Jadi Tekanan inflasi kelompok Makanan Jadi
3,37
Makanan jadi
5,83
pada
4,77
2,25
Tembakau dan minuman beralkohol
9,20 6,76
1,36 Minuman tidak beralkohol
8,75 III-2014 andil
1,21 6,82 5,87
% (yoy) 0
2
4
6
III
2014
kenaikan
dibanding
sebelumnya.
Pada
mengalami
triwulan
triwulan laporan,
sumbangan terhadap inflasi umum yang
7,66
Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
triwulan
III-2014
diberikan oleh kelompok Makanan Jadi,
II-2014
Minuman, Rokok dan Tembakau relatif
8
10
Sumber: BPS Kalbar, diolah
tinggi mencapai 1,21% (yoy). Selain itu, tekanan inflasi yang terjadi pada kelompok
Grafik 2. 12 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Makanan Jadi Kalimantan Barat
ini mengalami kenaikan, mencapai 6,82% (yoy), lebih tinggi dari triwulan II 2014 yang
mencapai 5,87% (yoy). Kenaikan tekanan inflasi pada kelompok ini terutama disebabkan oleh inflasi sub kelompok Makanan Jadi dan Tembakau yang masing-masing mencapai 5,83% dan 30
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
9,20% (yoy). Siklus musiman puasa dan lebaran yang berlangsung pada pertengahan triwulan III 2014 memberikan pengaruh pada inflasi Makanan Jadi. Kondisi tersebut tercermin dari tingginya ekspektasi masyarakat terhadap inflasi Makanan Jadi di triwulan III 2014. Hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan bahwa indeks ekspektasi masyarakat terhadap inflasi Makanan Jadi di triwulan III 2014 mencapai puncaknya di awal triwulan, sebesar 177, lebih tinggi dibandingkan akhir triwulan II 2013 yang mencapai 139,5. Selain itu, kenaikan harga rokok juga menjadi salah satu faktor pemicu tekanan inflasi pada triwulan III 2014. Berdasarkan daerahnya, tekanan inflasi kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau terutama terjadi di Kota Pontianak. Sementara di Kota Singkawang, tekanan inflasi cenderung terkendali. Tercatat inflasi Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Kota Pontianak pada triwulan III 2014 mencapai 7,68% (yoy), lebih tinggi dari triwulan II 2014
yang
mencapai
6,49%
(yoy).
Sementara di Kota Singkawang, inflasi Makanan
Jadi,
Minuman,
Rokok
dan
11 10 9 8 7 6 5 4 3 2
% (yoy)
I
II
III
2012 Pontianak
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
6,44 5,55 3,29 2,61 4,82 5,85 6,15 7,11 7,01 6,49 7,68
Singkawang 10,12 9,84 4,92 2,10 4,90 6,73 7,62 7,41 5,34 3,87 3,73
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 13 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kota Pontianak dan Singkawang
Tembakau relatif stabil dari 3,87% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 3,73% (yoy) pada triwulan III 2014. Berlalunya kegiatan keagamaan puasa dan lebaran pada pertengahan triwulan menjadi salah satu faktor berpengaruh terhadap inflasi kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di kedua kota. Meskipun demikian, kenaikan harga rokok memberikan pengaruh yang relatif besar di kedua kota. Tercatat inflasi sub kelompok Tembakau dan Minuman Beralkohol di Kota Pontianak mencapai 7,09% (yoy), sementara di Kota Singkawang mencapai 7,34% (yoy).
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
31
2.5. Disagregasi Inflasi Sejalan dengan kondisi inflasi kelompok komoditas, tekanan inflasi komoditas fundamental dan non-fundamental di Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 cenderung mereda. Berdasarkan disagregasi inflasi, tekanan harga komoditas Volatile Foods mengalami penurunan, seiring pasokan yang relatif terjaga dan tekanan permintaan yang terkendali, khususnya pada komoditas Daging dan Bumbu. Tercatat inflasi kelompok Volatile Foods pada triwulan III 2014 mencapai 8,14% (yoy), turun dari triwulan II 2014 yang mencapai 10,18% (yoy). Inflasi Inti pada triwulan III 2014 juga mengalami penurunan dari 8,53% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 6,03% (yoy), sejalan dengan berlalunya even keagamaan puasa dan lebaran pada pertengahan triwulan. Di sisi lain, inflasi pada kelompok Administered Price mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya, dari 7,59% (yoy) menjadi 10,94% (yoy). Kondisi tersebut seiring penerapan beberapa kebijakan penyesuaian tarif oleh pemerintah. 16
% yoy
14
12 10 8 6 4
2 0
I
II
III
IV
I
2012
II
III
IV
I
2013
II
III
2014
Umum
5,82
7,00
5,48
6,19
6,12
6,39
8,21
8,90
8,98
8,69
6,67
Inflasi Inti
4,88
5,36
4,84
4,65
5,68
5,76
7,83
8,36
9,06
8,53
6,03
Volatile Foods 7,78 11,80 8,09
9,78
8,75
5,52
9,30
5,36
9,03 10,18 8,14
Adm Prices
6,28
4,52
9,83
8,14 15,18 9,19
6,41
5,72
4,49
7,59 10,94
Sumber : BPS Kalbar, diolah Grafik 2. 14 Inflasi di Kalimantan Barat Menurut Faktor Penyebabnya (%,yoy)
32
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
2.5.1. Faktor Fundamental 1.400.000
Rp.
Maskapai I
Maskapai II
Maskapai III
Tren Rata-rata Harga
Perkembangan
inflasi
pada
1.200.000
kelompok
komoditas
Inti
1.000.000
triwulan
III
cenderung
2014
pada
800.000
terkendali. Perayaan even keagamaan
600.000
puasa dan lebaran yang berlangsung
400.000
pada pertengahan triwulan III 2014
200.000
menyebabkan
I
II III IV V Apr-14
I
II III IV I Mei-14
II III IV V
I
II III IV V
Jun-14
Jul-14
I
II III IV I Agust-14
terhadap
II III IV Sep-14
mencapai
Sumber : KPwBI Prov. Kalbar
tersebut Grafik 2. 15 Harga Tiket Angkutan Udara (Rp) di Kota Pontianak
tekanan
tiket
angkutan
puncaknya dan
permintaan
pada
kemudian
udara periode
cenderung
mereda sehingga harga tiket angkutan
udara di akhir triwulan cenderung turun. Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh KPwBI Provinsi Kalimantan Barat memperkuat penurunan harga tiket angkutan udara tersebut, dimana pada triwulan III 2014, harga tiket angkutan udara mengalami penurunan sebesar 2,56% (qtq) jika dibandingkan triwulan II 2014. Saldo Bersih
% (yoy)
Ekspektasi Inflasi Jangka Pendek Ekspektasi Inflasi Jangka Panjang Inflasi Aktual (aksis kanan)
200 190
Sementara
itu,
ekspektasi
inflasi
12
10
180 170
masyarakat relatif terkelola dengan
8
baik terutama di akhir triwulan. Hasil
6
Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh
4
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
2
Kalimantan Barat menunjukkan bahwa
160 150 140
130 120 110
III-2014
II-2014
I-2014
IV-2013
III-2013
II-2013
0
I-2013
100
Sumber: Survei Konsumen BI, diolah
Grafik 2. 16 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga menurut Konsumen di Kalimantan Barat
ekspektasi masyarakat terhadap inflasi, baik
jangka
pendek maupun
jangka
panjang, di triwulan III 2014 mencapai puncaknya pada awal triwulan. Kondisi
tersebut terutama dipengaruhi oleh faktor musiman puasa dan lebaran yang mendorong peningkatan permintaan dan cenderung mereda di akhir triwulan meski indeks masih berada di level yang relatif tinggi.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
33
Berdasarkan
kelompok
komoditasnya, ekspektasi inflasi di seluruh kelompok komoditas
200
Indeks
% (yoy)
12
190 10
180 170
8
160
mencapai triwulan.
puncak Angka
di
awal indeks
ekspektasi tertinggi terjadi pada
150
6
140 4
130 120
2
110
kemudian mereda di level 168
Inflasi Aktual (sumbu kanan) Perumahan Transpor
Bahan makanan Sandang Pendidikan
III-2014
II-2014
I-2014
0 IV-2013
yang mencapai 192,5 yang
100 III-2013
Makanan
II-2013
Bahan
I-2013
Kelompok
Makanan Jadi Kesehatan
pada akhir triwulan. Selain itu,
Sumber: Survei Konsumen BI, diolah
indeks pengeluaran konsumen
Grafik 2. 17 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga Konsumen Menurut Kelompok Komoditas di Kalimantan Barat
pada triwulan III 2014 juga
berada di level yang relatif tinggi mencapai 163,5. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa pengaruh pelaksanaan kegiatan yang bersifat musiman masih menjadi faktor pemicu inflasi, seiring tingginya ekspektasi inflasi masyarakat. Dampak kondisi eksternal terhadap inflasi Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 relatif minimal. Laju inflasi negara mitra dagang utama pada triwulan III 2014 relatif mengalami penurunan dibandingkan triwulan II 2014 (Grafik 2.14). Dari ketiga negara mitra dagang tersebut, Malaysia merupakan negara yang berbatasan langsung dengan Kalimantan Barat dan memiliki pengaruh cukup besar terhadap inflasi di Kalimantan Barat, dimana berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh Bank Indonesia juga menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 30 jenis komoditi yang masuk ke Kalimantan Barat melalui Lintas Batas. Berdasarkan data Bank Negara Malaysia, secara lebih mendalam dapat diketahui bahwa penurunan inflasi tersebut terutama disebabkan oleh penurunan inflasi pada subkelompok komoditas Transportasi dan Komunikasi, dari 5,50% (yoy) pada triwulan II 2014, menjadi 0,45% (yoy) pada triwulan laporan. Sementara, tekanan inflasi pangan pada triwulan III 2014 relatif stabil berada pada level 3,21% (yoy). Pengaruh tekanan imported inflation pada triwulan ini relatif minimal. Kondisi tersebut diindikasikan dari harga emas dunia pada triwulan III 2014 yang relatif masih stabil pada kisaran USD1.290/oz. Sementara itu, rata-rata nilai tukar rupiah selama triwulan III 2014 mengalami pelemahan, dari Rp11.892,00/USD selama triwulan II 2014 menjadi Rp11.898,00/USD atau melemah 0,05% (qtq). Dari sisi eksternal, pelemahan rupiah tersebut salah satunya dipengaruhi oleh normalisasi kebijakan The Fed. Sementara dari sisi domestik, salah satu faktor yang menyebabkan pelemahan rupiah adalah peningkatan permintaan USD seiring dengan periode pembayaran hutang luar negeri (ULN). Selain itu, pelaksanaan pemilihan presiden dan rencana 34
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
penerapan kebijakan pemerintah juga mempengaruhi pergerakan nilai tukar dari sisi sentimen pasar. 6,0
% (yoy)
5,0
4,0 3,0 2,0 1,0 0,0
I
II
III
IV
I
II
2012
III
IV
I
2013
II
III
2014
China
3,6
2,2
1,9
2,5
2,1
2,1
3,1
2,5
2,4
2,3
1,6
Malaysia
2,1
1,6
1,3
1,2
1,6
1,8
2,6
3,2
3,5
3,3
2,6
Singapura 5,2
5,3
4,7
4,3
3,5
1,6
1,6
1,5
1,2
1,8
0,6
Sumber: Bloomberg
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 2. 18 Perkembangan Inflasi Negara Mitra Dagang 1800
Grafik 2. 19 Perkembangan Nilai Tukar
$/OZ
1700 1600 1500
1400 1300
1200 I
II
III 2012
IV
I
II
III
IV
2013
I
II
III
2014
Sumber: Bloomberg
Grafik 2. 20 Perkembangan Harga Komoditas Emas Internasional
2.5.2. Faktor Non Fundamental Dari sisi non fundamental, tekanan inflasi kelompok volatile foods pada triwulan III 2014 relatif terkendali. Salah satu peredam inflasi dari sisi non fundamental adalah kondisi pasokan yang relatif terjaga seiring tekanan permintaan yang terkendali terutama pada kelompok komoditas Daging dan Bumbu yang masing-masing mengalami deflasi sebesar 8,97% dan 3,90% (yoy). Di sisi lain, keterbatasan pasokan pada komoditas Sayuran dan Padipadian memberikan tekanan inflasi yang relatif tinggi. Tercatat kedua kelompok komoditas tersebut mengalami inflasi masing-masing sebesar 52,18% dan 4,21% (yoy). Dinamika inflasi komoditas VF diperkuat oleh hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh KPwBI Provinsi Kalimantan Barat di empat pasar tradisional dan empat pasar modern di Kota Pontianak. Berdasarkan hasil pantauan tersebut dapat diketahui bahwa komoditas khususnya telur dan bawang merah menunjukkan penurunan selama triwulan laporan. Sementara hasil survei pemantauan harga yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kalimantan Barat di empat pasar utama di Kota Pontianak, menunjukkan bahwa harga beras mengalami kenaikan pada triwulan III 2014. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
35
Rp/kg
14.000
Beras
Minyak Goreng
Gula Pasir
13.000 12.000 11.000
10.000 9.000 8.000
Rp/kg
60.000 55.000 50.000 45.000 40.000 35.000 30.000 25.000 20.000 15.000 10.000
I
7.000
6.000 I
II
III IV V
I
II
Jun-14
III IV V
I
Jul-14
II
III IV
I
II
Agust-14
III IV
Sep-14
Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat
II
III
Rp/kg
Sapi (Rp/Kg)
50.000
110.000,00
45.000
25.000
100.000,00
40.000
24.000
90.000,00
26.000
23.000 80.000,00
22.000 21.000 19.000
70.000,00
Telur Tren harga telur Tren harga daging sapi
III
IV
V
I
Jul-14 Cabe Rawit
Bawang Putih
Tren cabe merah
Tren bawang merah
Tren bawang putih
II
III
IV
Agust-14
I
II
III
IV
Sep-14 Bawang Merah Tren cabe rawit
Ikan Bawal
Rp/kg
Ikan Kembung
Ikan Tenggiri
Ikan Tongkol
Udang
35.000 30.000 25.000
60.000,00 20.000
18.000
50.000,00 I
II III IV V
I
II III IV V
I
II III IV I
15.000
II III IV
I
Jun-14
Jul-14
Agust-14
II
Sep-14
IV
V
I
II
III
IV
V
I
Jul-14
II
III
IV
I
II
Agust-14
III
IV
Sep-14
Sumber : KPwBI Prov. Kalbar
Grafik 2. 23 SPH Daging dan Telur
Grafik 2. 24 SPH Komoditas Ikan
Rupiah/Kg
90.000
Beras (IR 64) Beras Lokal (Medium)
10.500
III Jun-14
Sumber : KPwBI Prov. Kalbar
11.000
II
Grafik 2. 22 SPH Bumbu
120.000,00
20.000
I
Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat
27.000
Daging Ayam Ras Daging Sapi (RHS) Tren harga ayam ras
V
Jun-14 Cabe Merah
Grafik 2. 21 SPH Beras, Minyak Goreng dan Gula Pasir 28.000
IV
80.000
Rupiah/Kg Bawang Merah
Bawang Putih
Cabe Merah Keriting
70.000
Cabe Merah Biasa
Cabe Rawit
60.000
10.000
50.000 40.000
9.500
30.000 20.000
9.000
10.000 -
8.500 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
1
2
2013
3
4
5
6
7
8
9
2014
Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat
Grafik 2. 25 Perkembangan Rata-rata Harga Beras di Kota Pontianak
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
1
2013
2
3
4
5
6
7
8
9
2014
Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat
Grafik 2. 26 Perkembangan Rata-rata Harga Bumbu di Kota Pontianak
Sementara itu, penerapan kebijakan penyesuaian tarif/harga oleh pemerintah pada triwulan III 2014 menyebabkan tekanan inflasi kelompok komoditas administered prices mengalami kenaikan. Terdapat tiga komoditas yang dilakukan penyesuaian harga/tarif oleh pemerintah dan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap inflasi, yaitu LPG, Tarif Tenaga Listrik (TTL) dengan kisaran 5,63%-11,57% dan PDAM sebesar 30%. Selain itu, komoditas rokok juga mengalami kenaikan yang dilakukan secara berkala sebagai respon dari kenaikan pajak tembakau daerah sebesar 10%.
36
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
Boks : Dampak Kenaikan BBM terhadap Inflasi Di penghujung tahun 2014, wacana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Bersubsidi kembali menguat. Kenaikan harga ini dilakukan salah satunya untuk mengurangi defisit anggaran pemerintah karena beban subsidi BBM. Selain itu, tingginya konsumsi BBM berpotensi menyebabkan realisasi penyaluran BBM bersubsidi melewati (over) kuota subsidi BBM yang telah ditetapkan di tahun 2014. Di Kalimantan Barat, realisasi pasokan BBM bersubsidi hingga triwulan III 2014 sudah mencapai 70,01% dari kuota yang telah ditetapkan. Meskipun demikian, diperkirakan realisasi penyaluran BBM di Kalimantan Barat hingga akhir tahun 2014 diperkirakan masih dalam batas kuota. Untuk mengatasi permasalahan over kuota BBM bersubsidi, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mengamankan suplai BBM bersubsidi, antara lain pengaturan jam pembelian solar di beberapa stasiun pengisian bahan bakar, pembatasan volume pembelian BBM untuk kendaraan tertentu dan pemberian prioritas pengisian BBM bersubsidi bagi kendaraan angkut. Selain itu, dalam rangka mengurangi beban subsidi, pemerintah merencanakan untuk melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 63 responden pelaku usaha di Kalimantan Barat, sebesar 59,20% responden menyatakan setuju terhadap rencana penyesuaian harga BBM bersubsidi. Waktu yang disarankan oleh responden untuk menyesuaikan harga BBM tersebut adalah pada bulan Desember 2014. Sebagian besar responden berharap penyesuaian harga BBM bersubsidi tidak terlalu besar. 51,61% responden menyatakan mampu mengakomodir kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 500,- dan hanya 1,61% responden yang mampu mengakomodir kenaikan BBM bersubsidi di atas Rp 3.000,-. Lebih lanjut, kenaikan BBM bersubsidi sebesar Rp 2.000,- diperkirakan akan meningkatkan komponen biaya produksi antara 11-20% dan kenaikan harga BBM bersubdisi sebesar Rp 3.000,- diperkirakan akan meningkatkan komponen biaya produksi antara 16-23%.
Grafik Kenaikan Harga BBM Bersubsidi yang
Grafik Kenaikan Komponen Biaya Produksi
Dapat Diakomodir
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
37
Dalam merespon penyesuaian harga BBM bersubsidi, mayoritas responden (53,61%) menyatakan akan mengambil langkah menaikkan harga jual antara 10-20%. Penyesuaian harga jual tersebut umumnya akan dilakukan langsung sesaat setelah penyesuaian harga BBM bersubsidi. Langkah lain yang akan diambil pelaku usaha adalah melakukan modifikasi peralatan untuk penghematan dan mencari alternatif bahan baku lebih murah. Lebih lanjut, rencana penyesuaian harga BBM bersubsidi dipandang para pelaku usaha tidak menurunkan permintaan/penjualan produk.
Grafik Respon Pelaku Usaha Menyikapi Penyesuaian Harga BBM Bersubsidi
Penyesuaian harga BBM bersubsidi memiliki tekanan langsung terhadap inflasi. Pada akhir Juni 2013, pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 18 Tahun 2013 sebesar Rp 2.000,- untuk premium dan Rp 1.000,- untuk solar. Secara historis, kenaikan harga BBM bersubsidi akan diikuti dengan penyesuaian harga pada hampir seluruh komoditas baik barang maupun jasa. Sebagai contoh, pada tahun 2013, kenaikan harga BBM bersubsidi memberikan dampak kepada inflasi sebesar 2,26% sehingga inflasi Kalimantan Barat pada saat periode kenaikan harga BBM (Juli 2013) mencapai 3,02 % (mtm) dan pada Triwulan III 2013 inflasi berada pada level 8,53% (yoy).
Sumber: BPS, diolah Grafik Perkembangan Inflasi Saat Terjadi Kenaikan Harga BBM Bersubsidi
38
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
Kenaikan harga BBM bersubsidi pada tahun 2013 berdampak terhadap kenaikan inflasi Kalimantan Barat sebesar 2,26%. Kenaikan harga tersebut memberikan sumbangan langsung terhadap inflasi umum sebesar 1,39%. Kenaikan tersebut memberikan dampak kepada tarif angkutan (first round effect) sebesar 0,09% yang didominasi oleh kenaikan tarif angkutan antar kota dan dalam kota. Lebih lanjut, dampak kenaikan harga BBM tersebut kepada kenaikan harga barang dan jasa lainnya (second round effect) sebesar 2,07%. Apabila dicermati lebih lanjut, besarnya dampak first round effect masih cukup terkendali. Di sisi lain, pengaruh second round effect kenaikan harga BBM bersubsidi relatif lebih tinggi. Tabel Perhitungan Dampak Penyesuaian Harga BBM Bersubsidi Tahun 2013 Rincian Dampak Dampak langsung - Bensin - Solar
Bobot (%) Bobot (%) 3.07 0.11
Dampak tidak langsung ke tarif angkutan - Angkutan ASDP - Angkutan Antar Kota - Angkutan Dalam Kota - Angkutan Laut - Kendaraan Carter/Rental
0.03 0.28 0.35 0.06 0.04
Dampak tidak langsung ke komoditas lainnya - Komoditas lainnya dalam Core - Komoditas lainnya dalam Volatile Food
64.69 19.71
Inflasi (%) Inflasi (%) 44.44 22.22
Sumbangan (%) 1.39 1.36 0.02
Benchmark 2013 15.13 13.50 12.56 5.36 0.00
2.50 2.32
Rata-rata Pengaruh Puasa-Lebaran *) Total dampak ke Inflasi IHK
0.09 0.00 0.04 0.04 0.00 0.00 2.07 1.62 0.46 1.29 2.26
Langkah pelaku usaha untuk melakukan penyesuaian harga setelah kenaikan harga BBM bersubsidi merupakan hal wajar namun perlu dikelola dengan baik supaya daya beli masyarakat dapat dijaga sehingga tidak menimbulkan goncangan konsumsi masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah dan pelaku usaha perlu memperhatikan beberapa hal guna mengelola dampak kenaikan harga BBM bersubsidi, antara lain: menjaga kenaikan tarif angkutan pada level yang wajar, menjaga kelancaran distribusi barang, menjaga ketersediaan barang, moral suasion, dan mengantisipasi penimbunan melalui pengawasan dan pengamanan
dalam proses
distribusi dan penjualan BBM subsidi di SPBU.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
39
Halaman ini sengaja dikosongkan
40
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
III.
SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN
3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan Secara umum, perkembangan volume usaha perbankan di Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 tercatat mencapai Rp49,80 triliun, atau tumbuh 18,61% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 19,10% (yoy). Perlambatan perkembangan aset tersebut terutama dipengaruhi oleh perlambatan pada sisi aktiva, dimana penyaluran kredit yang dilakukan oleh perbankan Kalimantan Barat tumbuh melambat 14,82% (yoy), dibandingkan triwulan II 2014 yang mampu tumbuh 16,70% (yoy). Perlambatan juga terjadi pada penghimpunan dana pihak ketiga yang tercatat tumbuh 14,19% (yoy) pada triwulan laporan. Perlambatan yang terjadi baik pada sisi penyaluran kredit maupun penghimpunan dana menyebabkan rasio tingkat intermediasi perbankan, yang ditandai dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) atau rasio penyaluran kredit terhadap penghimpunan DPK, cenderung stabil di level 83,30% pada triwulan laporan. Sementara itu, risiko kredit Kalimantan Barat yang diindikasikan oleh rasio Non Performing Loans (NPLs) menunjukkan sedikit peningkatan dari 1,31% menjadi 1,37% pada triwulan laporan. Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan Kalimantan Barat (Rp miliar) INDIKATOR 1. Total Asset 2. DPK - Giro - Deposito - Tabungan 3. Kredit (Lokasi Kantor) Kredit (Lokasi Proyek) 4. LDR (%) 5. NPLs (%)
Growth (%)
2014
2011 Tw IV 32,123
Tw I 33,290
2012 Tw II Tw III 35,654 36,755
Tw IV 38,145
Tw I 38,321
2013 Tw II Tw III 40,162 41,986
Tw IV 43,997
Tw I 43,955
Tw II 47,834
Tw III 49,799
y-o-y 18.61
27,857 4,530
28,856 30,352 31,060 5,663 6,345 6,206
32,000 4,628
32,407 5,970
33,509 6,780
34,720 6,688
36,273 36,407 4,873 6,368
38,648 8,120
39,648 8,060
14.19 20.53
7,362 17,492
7,548 19,824
7,761 18,676
8,264 18,465
8,595 19,438
9,826 20,213
10,800 19,728
11,216 20,372
30.49 4.81
22,824 21,918 73.48 0.94
24,735 23,826 77.30 0.80
25,761 24,757 79.49 1.44
27,592 26,383 82.34 1.45
28,762 27,447 82.84 1.47
30,703 28,103 84.33 1.24
32,200 29,601 83.32 1.31
33,026 30,346 83.30 1.37
14.82 10.56
7,105 16,222 19,443 18,685 69.79 0.90
7,485 15,709 20,031 19,217 69.42 0.98
7,337 16,669 21,922 21,071 72.23 0.96
9,396 22,004 30,308 28,917 83.55 1.12
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
3.2 Perkembangan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Pada triwulan III 2014, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh perbankan Kalimantan Barat tercatat mencapai Rp39,65 triliun, atau tumbuh 14,19% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 15,33% (yoy). Namun demikian, apabila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2013, pertumbuhan penghimpunan DPK tercatat mengalami akselerasi dari 11,78% (yoy). Berdasarkan strukturnya, dana pihak ketiga perbankan Kalimantan Barat masih didominasi oleh dana murah, terutama tabungan yang mencapai Rp20,37 triliun. Meskipun demikian, tabungan tercatat tumbuh melambat sebesar 4,81% (yoy), dibandingkan triwulan II 2014 yang tumbuh sebesar 6,84% (yoy). Perlambatan tersebut antara lain didorong oleh tingginya konsumsi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
41
masyarakat pada triwulan laporan seiring dengan periode perayaan Idul Fitri. Di sisi lain, giro tercatat mengalami akselerasi sebesar 20,53% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 19,75% (yoy) menjadi sebesar Rp8,06 triliun. Meskipun demikian, secara triwulanan, nominal giro tersebut tercatat menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp8,12 triliun. Penurunan tersebut antara lain terjadi seiring penurunan giro salah satu perusahaan BUMN dalam rangka realisasi investasi pada triwulan laporan. Sementara itu, pertumbuhan deposito tercatat relatif stabil sebesar 30,49% (yoy) pada triwulan laporan, dibandingkan triwulan II 2014 sebesar 30,69% (yoy). Deposito yang berhasil dihimpun perbankan Kalimantan Barat tercatat sebesar Rp11,22 triliun. Masih terjaganya pertumbuhan deposito antara lain didorong oleh peningkatan rata-rata suku bunga seiring dengan bertahannya suku bunga acuan BI ratepada level yang relatif tinggi 7,50%. Giro
Deposito 19,824
15,709
16,669
17,492
Tabungan 18,676 18,465
%
22,004
19,438
20,372
20,213
9
Deposito (RHS)
BI Rate
Rp Miliar 12,000
SB Deposito
8 19,728
11,216 10,800 9,396 9,826 8,595 8,264 8,060 7,485 7,337 7,362 7,548 7,761 6,780 6,688 6,368 8,120 5,663 6,345 6,206 4,628 5,970 4,873
10,000
7
6
8,000
5
6,000
4 3
4,000
2
2,000
1 0 Tw I Tw II Tw III tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 2012
2013
Tw I Tw II Tw III
2014
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Tw Tw I Tw II Tw IV III
2012
2013
2014
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.1 Perkembangan Jenis DPK Bank Umum di Kalimantan Barat (miliar Rupiah)
Grafik 3.2 Perkembangan Suku Bunga Deposito Kalimantan Barat terhadap BI Rate
Berdasarkan Perseorangan 72.54%
Tw Tw I Tw II Tw IV III
Sektor Swasta 10.96%
Lainnya 4.03% Pemerintah Daerah 12.47%
golongan
nasabah
rekening, DPK yang dihimpun perbankan Kalimantan Barat didominasi oleh nasabah perorangan dengan pangsa yang cukup tinggi
mencapai
72,54%,
atau
milik perorangan tersebut tumbuh sebesar (yoy)
atau
lebih
dibandingkan
Grafik 3.3 Struktur DPK Menurut Golongan Pemilik di Kalimantan Barat
42
sebesar
Rp28,76 triliun. Meskipun demikian, DPK 11,78%
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
pemilik
lambat triwulan
sebelumnya.Sementara
itu,
pemerintah
akselerasi
sebesar
sebesar
Rp4,94
20,52%
mencatat
(yoy)
menjadi
DPK
milik
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
triliundibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 16,97% (yoy). Di sisi lain, DPK milik swasta tumbuh relatif stabil sebesar 18,72% (yoy) menjadi sebesar Rp4,35triliun. Secara spasial, penghimpunan DPK paling tinggi dilakukan di Kota Pontianak, dengan nilai mencapai Rp25,23 triliun atau sebesar 63,64% dari total DPK yang dihimpun bank umum di Kalimantan Barat. Tingginya DPK di Kota Pontianak didorong oleh aktivitas perekonomian di Kota Pontianak yang relatif lebih tinggi dibandingkan daerah lain dan tingginya dana APBD yang disimpan pada perbankan di Kota Pontianak. Grafik 3.4 menggambarkan sebaran penghimpunan DPK oleh bank umum menurut kabupaten/kota di Kalimantan Barat, dimana warna yang lebih tua menunjukkan tingkat penghimpunan DPK yang lebih tinggi. Daerah lain dengan DPK yang cukup tinggi adalah Kota Singkawang, Kabupaten Sanggau dan Sekadau, serta Kabupaten Sintang dan Melawi, masing-masing sebesar Rp3,51triliun, Rp2,16triliun dan Rp1,98triliun. Dari sisi pertumbuhan penghimpunan DPK, perlambatan terjadi di seluruh kota/kabupaten di Kalimantan Barat, kecuali Kota Pontianak yang tumbuh relatif stabil dan Kabupaten Kubu Raya yang tumbuh 11,62% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 10,02% (yoy). Perlambatan tersebut antara lain dipengaruhi oleh perlambatan perekonomian di sektor-sektor perekonomian utama daerah-daerah di Kalimantan Barat, khususnya sektor pertanian, terutama subsektor perkebunan karet dan kelapa sawit. Tabel 3.2 Jumlah DPK dan Pangsa DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) DPK Kabupaten Pangsa (Rp Miliar)
Kab. Pontianak
1,590
4.01%
982
2.48%
Kab. Ketapang
1,731
4.37%
Kab. Sanggau & Sekadau
2,159
5.45%
Kab. Sintang & Melawi
1,983
5.00%
Kab. Kapuas Hulu
964
2.43%
Kab. Bengkayang
309
0.78%
Kab. Landak
646
1.63%
Kab. Sambas
Kab. Kubu Raya
542
1.37%
Kota Pontianak
25,233
63.64%
3,509
8.85%
Total 39,648 Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
100.00%
Kota Singkawang
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.4 Sebaran DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
43
3.3 Penyaluran Kredit Sektor Produktif Sejalan dengan perlambatan kredit secara umum yang disalurkan oleh perbankan Kalimantan Barat pada triwulan laporan, pertumbuhan penyaluran kredit produktif juga menunjukkan perlambatan. Penyaluran kredit ke sektor produktif pada triwulan III 2014 tumbuh 17,89% (yoy) menjadi sebesar Rp20,24 triliun, atau lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 19,36% (yoy). Peranan kredit ke sektor produktif masih tetap dominan dalam mendukung pertumbuhan sektor riil. Pangsa kredit produktif terhadap total kredit pada triwulan laporan mencapai 61,28%, relatif stabil dibandingkan pangsa pada triwulan sebelumnya sebesar 61,34%. Modal Kerja gModal Kerja
Rp Miliar 12,000
Investasi gInvestasi
%, yoy 45
40
10,000
35
8,000
30 25
6,000 4,000
-
2013
kredit
terutama terjadi pada jenis kredit investasi dari 28,49% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 22,07% (yoy) pada
15
outstanding kredit investasi tercatat
triwulan
laporan,
dimana
5
mencapai Rp12,79 triliun. Perlambatan
0
penyaluran kredit investasi antara lain
TW I Tw Tw Tw Tw I Tw Tw Tw Tw I Tw Tw II III IV II III IV II III
2012
penyaluran
20 10
2,000
Perlambatan
2014
dipengaruhi
oleh
perlambatan
perekonomian Kalimantan Barat pada
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
triwulan laporan yang lebih rendah
Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Investasi di Kalimantan Barat
dari perkiraan para pelaku usaha.Di sisi lain, kredit modal kerja menunjukkan
akselerasi sebesar 14,82% (yoy) menjadi sebesar Rp11,36 triliun pada triwulan III 2014 dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,99% (yoy). Akselerasi penyaluran kredit modal kerja terutama didorong oleh masih terjaganya pembiayaan modal kerja di sektor perekonomian utama Kalimantan Barat, yaitu sektor pertanian, sektor industri dan sektor perdagangan.
44
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
Berdasarkan
sektor
ekonomi,
struktur
penyaluran kredit produktif oleh perbankan di
Real Estate 5.00%
Kalimantan Barat masih didominasi oleh tiga sektor
ekonomi
utama,
yaitu
Trapsortasi 9.27%
sektor
Pertanian 26.88%
Akomodasi & Mamin 2.90%
Perdagangan Besar dan Eceran (42,97% dari total kredit yang disalurkan), sektor pertanian
Industri 5.50%
(26,88% dari total kredit yang disalurkan), serta sektor
transportasi,
pergudangan
Perdagangan 42.97%
dan
Konstruksi 4.87%
komunikasi (9,27% dari total kredit yang disalurkan). Pertumbuhan kredit sektoral pada triwulan laporan ditandai dengan akselerasi
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.6 Pangsa Kredit Menurut Sektor Ekonomi di Kalimantan Barat
pada penyaluran kredit ke sektor industri
pengolahan sebesar 39,60% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 26,01% (yoy). Akselerasi tersebut didorong oleh peningkatan penyaluran pembiayaan ke industri pupuk, industri pakan ternak serta industri pengolahan lainnya. Sementara itu, penyaluran kredit sektor yang mengalami perlambatan cukup dalam adalah sektor konstruksi yang tumbuh 6,99% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 14,31% (yoy). Hal tersebut sejalan dengan perlambatan pertumbuhan sektor bangunan di Kalimantan Barat, dimana pada triwulan laporan tumbuh 9,23% (yoy) dibandingkan triwulan II 2014 yang tumbuh mencapai 11,61% (yoy). 20,000 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000
Lokasi Kantor Lokasi Proyek
16,547
14,620 12,927 11,675
13,165
17,167
16,149
15,268 15,445
13,804 14,360 12,345
17,276 17,684
17,170
15,972
Outstanding kredit yang disalurkan oleh
19,751
18,437
18,622
10,925 12,156
perbankan untuk pembiayaan proyek produktif yang berlokasi di Kalimantan Barat pada triwulan laporan mencapai Rp17,68triliun atau tercatat tumbuh
6,000
10,72%
4,000
(yoy),
lambatdibandingkan
2,000 -
Tw I Tw II Tw III
Tw Tw I Tw II Tw IV III
2012
2013
Tw Tw I Tw II Tw IV III 2014
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.7 Penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek dan lokasi kantor bank (Rp Miliar)
lebih triwulan
sebelumnya yang mencapai 11,85% (yoy). Penyaluran kredit untuk lokasi proyek di Kalimantan Barat tersebut seluruhnya dilakukan oleh perbankan yang berlokasi di Kalimantan Barat. Namun demikian, angka penyaluran
kredit tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan total kredit produktif yang disalurkan oleh perbankan yang berkantor di Kalimantan Barat (lokasi kantor) yang mencapai Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
45
Rp20,24triliun. Hal ini mengindikasikan terdapat kredit dengan lokasi proyek di luar Kalimantan Barat yang disalurkan oleh perbankan Kalimantan Barat. Dari sisi spasial, kredit industri perbankan
Tabel 3.3 Jumlah Kredit dan Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat (Lokasi Proyek) Kredit Produktif Pangsa Kabupaten (Rp Milyar) (%)
masih dominan disalurkan untuk proyekproyek
di
Kota
Pontianak
dengan
outstanding mencapai Rp8,47 triliun atau
Kab. Pontianak
mencapai 47,92% dari total kredit sektor produktif yang disalurkan di Kalimantan
1,967
11.12
Kab. Sambas
748
4.23
Kab. Ketapang
945
5.34
Kab. Sanggau
1,216
6.88
Barat. Hal tersebut didorong oleh pola
Kab. Sintang
1,306
7.39
bisnis para pelaku usaha yang masih
Kab. Kapuas Hulu
497
2.81
terpusat di Kota Pontianak. Selain Kota
Kab. Bengkayang
494
2.79
Kab. Landak
330
1.86
Kab. Sekadau
238
1.35
Kab. Melawi
184
1.04
45
0.26
Pontianak,
kabupaten/kota
Kalimantan
Barat
lainnya
dengan
di
tingkat
Kab. Kayong Utara
penyerapan kredit sektoral yang cukup
Kab. Kubu Raya
295
1.67
tinggi
Kota Pontianak
8,474
47.92
945
5.34
Total 17,684 Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
100.00
adalah
Kabupaten
Kabupaten
Sintang,
Pontianak,
dan
Kota Singkawang
Kabupaten
Sanggau. Penyerapan kredit di Kabupaten
Pontianak didominasi oleh sektor usaha Perdagangan Besar dan Eceran, sementara itu penyaluran kredit di Kabupaten Sintang dan Sanggau terjadi pada sektor usaha Pertanian, Perburuan dan Kehutanan, khususnya subsektor perkebunan. Kredit Produktif Pertanian Industri Bangunan PHR Pertambangan (RHS)
7.0 6.0 5.0
18.52
6.23
20
Di tengah perlambatan pertumbuhan
18
kredit, risiko kredit sektor yang
16
4.0
14
tercermin dari rasio Non Performing
12
Loans
10
1.0 I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
gross
perbankan
8
tercatat sedikit meningkat. Rasio
1.95
6
1.70 0.68 0.38
4
NPLs gross kredit sektoral pada
3.0
2.0
(NPLs)
2
triwulan laporan tercatat pada level
-
1,70%, lebih tinggi dibandingkan
III
2014
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.8 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit Produktif Kalimantan Barat
triwulan sebelumnya yang tercatat pada level 1,59%. Peningkatan rasio NPL gross terjadi terutama pada sektor Pertambangan dan sektor Konstruksi/Bangunan.
NPL
pada
sektor pertambangan tercatat mencapai 18,52%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 10,52%. Kenaikan NPL pada sektor tersebut, baik dari sisi nominal 46
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
maupun persentase, masih dipengaruhi oleh
tekanan pada debitur sektor pertambangan
seiring dengan implementasi peraturan pemerintah terkait kegiatan pengolahan dan pemurnian hasil tambang mineral yang mempengaruhi menurunnya repayment capacity debitur. Sementara itu, NPLs pada sektor bangunan yang meningkat dari 5,26% menjadi 6,23% pada triwulan laporan antara lain merupakan dampak dari implementasi ketentuan penyempurnaan loan to value yang dampaknya dirasakan oleh para pengembang properti, khususnya properti tipe besar untuk masyarakat kelas menengah ke atas. Tabel 3.4 Perkembangan Persentase NPLs Gross Kota/Kabupaten di Kalimantan Barat Kabupaten
2012
2013
2014
Kab. Pontianak
I 0.94%
II 0.97%
III 0.73%
IV 0.36%
I 0.93%
II 1.22%
III 0.94%
IV 0.69%
I 0.58%
II 0.92%
III 0.84%
Kab. Sambas
1.75%
2.00%
1.99%
1.34%
1.62%
1.65%
1.81%
0.94%
0.58%
2.97%
3.14%
Kab. Ketapang
1.72%
2.01%
1.98%
2.71%
2.64%
2.40%
2.52%
2.06%
0.84%
1.43%
1.91%
Kab. Sanggau & Sekadau
1.59%
1.64%
1.39%
1.09%
1.74%
1.68%
1.77%
1.52%
1.04%
1.91%
1.84%
Kab. Sintang & Melawi
1.02%
1.33%
1.51%
1.41%
1.36%
1.54%
1.87%
2.01%
1.27%
2.07%
2.10%
Kab. Kapuas Hulu
3.61%
3.58%
3.15%
2.01%
2.61%
2.37%
3.10%
2.49%
1.56%
2.78%
2.99%
Kab. Bengkayang
0.07%
1.76%
0.29%
0.07%
0.15%
0.09%
0.07%
0.04%
0.04%
1.02%
2.80%
Kab. Landak
1.82%
1.46%
1.35%
0.44%
0.81%
0.75%
0.51%
0.26%
0.06%
0.43%
1.27%
Kota Pontianak
1.01%
0.87%
0.88%
0.69%
1.58%
1.61%
1.60%
1.02%
1.16%
1.39%
1.49%
Kota Singkawang
2.32%
2.17%
3.41%
2.77%
7.08%
6.67%
6.86%
5.33%
3.31%
3.10%
3.45%
Total
1.21%
1.13%
1.17%
0.94%
1.95%
1.95%
1.99%
1.42%
1.24%
1.59%
1.70%
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Berdasarkan sebaran wilayahnya, peningkatan risiko kredit terjadi di hampir semua kota/kabupaten di Kalimantan Barat, kecuali Kabupaten Pontianak dan Kabupaten Sanggau. Risiko kredit tertinggi dialami oleh Kota Singkawang, dimana persentase kredit non lancar (NPLs) tercatat mencapai 3,45%. Hal ini terutama dipengaruhi oleh peningkatan NPLs pada sektor perekonomian utama di daerah tersebut, yaitu sektor perdagangan, khususnya pada subsektor penjualan mobil.Selain Singkawang, daerah dengan risiko kredit yang relatif tinggi adalah Kabupaten Sambas dan Kabupaten Kapuas Hulu, dimana persentase kredit non lancar (NPLs) tercatat pada level 3,14% dan 2,99%. Risiko kredit di wilayah Sambas dipengaruhi oleh permasalahan debitur di sektor perdagangan, sementara di Kabupaten Kapuas Hulu, penyaluran kredit bermasalah terjadi pada sektor jasa.
3.4 Penyaluran Kredit Rumah Tangga Pada triwulan III 2014, penyaluran kredit konsumsi ke debitur rumah tangga di Kalimantan Barat tercatat mencapai Rp12,79triliun, atau tumbuh 19,95% (yoy). Pertumbuhan penyaluran kredit tersebut mengalami akselerasi jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,71% (yoy). Akselerasi tersebut sejalan dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 8,42% (yoy) pada triwulan laporan, atau lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
47
yang tumbuh 7,61% (yoy). Peningkatan konsumsi pada triwulan laporan antara lain didorong oleh kegiatan perayaan Idul Fitri. Tabel 3.5 Perkembangan Penyaluran Kredit Rumah Tangga (Rp miliar) 2012
Jenis Kredit Rumah Tangga
2013
2014
KPR
I 2,111
II 2,512
III 2,349
IV 2,438
I 2,688
II 3,099
III 3,361
IV 3,535
I 3,602
II 3,553
III 3,487
KKB
107
123
129
128
134
188
197
195
188
238
206
9
10
6
5
7
5
5
4
3
4
4
Multiguna
4,495
4,863
6,438
6,720
6,908
6,736
6,761
6,838
6,878
7,184
7,702
Lainnya
1,634
1,487
738
823
756
1,018
1,271
1,299
1,410
1,471
1,388
Total kredit
8,356
8,995
9,659
10,115
10,492
11,045
11,595
11,871
12,081
12,450
12,787
Perlengkapan
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
100%
Berdasarkan
Total kredit KPR KKB Multiguna
80% 60%
0%
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
13.93% 10.28% 4.39% 3.74% III
-20% 2012
2013
penggunaannya,
penyaluran kredit rumah tangga di
40% 20%
jenis
2014
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.9 Perkembangan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Kalimantan Barat
Kalimantan
Barat
didominasi
penyaluran
kredit
multiguna
dengan
untuk
oleh tujuan
outstanding
mencapai Rp7,70triliun. Pada triwulan laporan, penyaluran kredit multiguna tersebut
menunjukkan
akselerasi
sebesar 13,93% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,66% (yoy). Selain multiguna, penyaluran kredit rumah tangga juga sebagian
besar merupakan kredit kepemilikan rumah (KPR) mencapai Rp3,48triliun yang tercatat melambat sebesar 11,17% (yoy) dibandingkan triwulan II 2014 yang mampu tumbuh sebesar 14,63% (yoy). Tren perlambatan pertumbuhan penyaluran KPR tersebut antara lain dipengaruhi oleh pesimisme masyarakat dan pengembang properti perumahan seiring dengan penurunan harga komoditas utama Kalimantan Barat, yaitu karet dan CPO, serta menurunnya kinerja sektor pertambangan yang juga berdampak pada penurunan kinerja di jasa persewaan alat berat. Selanjutnya, meningkatnya kehati-hatian perbankan dalam penyaluran kredit ke sektor perumahan seiring dengan penyempurnaan kebijakan Loan to Value (LTV) juga turut menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penyaluran KPR tersebut.
48
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
Secara
spasial,
konsumsi
penyaluran
paling
banyak
kredit Tabel 3.6 Jumlah dan Pangsa Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat Kredit Konsumsi Kabupaten Pangsa (%) (Rp Milyar)
disalurkan
kepada rumah tangga di Kota Pontianak dengan
outstanding
mencapai
1,936.21
15.29
Kab. Sambas
732.42
5.78
Kab. Ketapang
842.35
6.65
Kab. Sanggau
779.40
6.16
Kab. Sintang
773.75
6.11
Kab. Kapuas Hulu
527.25
4.16
Kab. Bengkayang
349.88
2.76
Kab. Landak
507.05
4.00
Kab. Sekadau
250.21
1.98
daerah tersebut.Daerah lainnya dengan
Kab. Melawi
338.30
2.67
outstanding penyaluran kredit rumah
Kab. Kayong Utara
169.19
1.34
Kab. Kubu Raya
426.79
3.37
Kota Pontianak
4,115.06
32.50
914.36
7.22
12,662.23
100.00
Rp4,12triliun
atau
mencapai
Kab. Pontianak
pangsa
32,50% dari total kredit rumah tangga yang disalurkan di Kalimantan Barat. Tingginya
tingkat
konsumsi
rumah
tangga di Kota Pontianak mendorong tingginya penyaluran kredit konsumsi di
tangga
yang
Kabupaten
cukup
tinggi
adalah
dan
Kota
aktivitas
sektor
Pontianak
Singkawang.Tingginya
Kota Singkawang Total
utama perekonomian di daerah-daerah
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
tersebut mendorong tingginya konsumsi masyarakat. KPR Multiguna Perlengkapan
3.00%
2.50%
Secara umum, risiko kredit yang tercermin
KKB Lainnya
dari rasio NPL gross kredit rumah tangga
2.00%
1.93%
1.50%
berada di batas aman di bawah 5%. Pada triwulan laporan, rasio NPL gross kredit
1.00%
0.78% 0.48% 0.40% 0.29%
0.50% 0.00% I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.10 Perkembangan NPL Gross Kredit Sektor Rumah Tangga di Kalimantan Barat
konsumsi tercatat sebesar 0,87% atau relatif
dari
triwulan
sebelumnya.
Berdasarkan
jenis
penggunaannya,
kredit
dengan
tidak
berubah
tingkat
NPL
rumah
tangga
tertinggi
dan
menunjukkan tren peningkatan adalah KPR dengan tingkat NPL mencapai 1,93%. Peningkatan
NPL
KPR
antara
lain
dipengaruhi oleh kinerja sektor perekonomian utama Kalimantan Barat yang cenderung melambat sehingga berdampak pada repayment capacity debitur rumah tangga. Selain itu, tren peningkatan suku bunga kredit perbankan juga berdampak terhadap tingkat NPL KPR.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
49
3.5 Pengembangan Akses Keuangan dan Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Seiring dengan perlambatan kredit secara umum, penyaluran kredit kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) juga tercatat mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, kredit yang disalurkan untuk UMKM tercatat sebesar Rp11,01triliun atau tumbuh 22,23% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat mencapai 29,30% (yoy). Meskipun melambat, pangsa kredit UMKM terhadap total kredit produktif yang disalurkan oleh perbankan Kalimantan Barat tercatat meningkat menjadi 54,42%. Rp Miliar 12,000
Nominal
%, yoy 40
Growth
Modal Kerja Investasi
35
10,000
3,733 3,535
30
8,000
2,538 2,634
25
6,000
20
1,970
2,001
10 2,000
5
1,870
-
4,861
5,609
7,510
6,763
6,141
5,380
4,595 4,106
3,128
1,961 2,018
15
4,000
2,851
6,365
7,479
6,910
I
II
III
IV
I
2012
II
III
IV
2013
I
II
III
2014
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.11 Perkembangan Kredit UMKM Kalimantan Barat
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 2012
2013
2014
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.12 Perkembangan Kredit UMKM Menurut Jenis Penggunaan di Kalimantan Barat (Rp Miliar)
Porsi terbesar kredit UMKM disalurkan kepada usaha kecil (nominal antara Rp50 juta sampai dengan Rp500 juta), yaitu mencapai 44,10% dari total kredit UMKM yang disalurkan oleh perbankan di Kalimantan Barat atau sebesar Rp4,86 triliun. Sementara itu, kredit untuk usaha menengah (nominal antara Rp500 juta sampai dengan Rp5 miliar) dan usaha mikro (nominal kurang dari Rp50 juta), masing-masing tercatat sebesar Rp4,47triliun dan Rp1,69triliun. Ditinjau dari jenis penggunaannya, sebagian besar kredit UMKM disalurkan untuk tujuan modal kerja, mencapai Rp7,48triliun. Sementara Rp3,54triliun disalurkan untuk kepentingan investasi. Penyaluran kredit tersebut sebagian besar disalurkan kepada sektor perdagangan besar dan eceran serta sektor pertanian, perburuan dan kehutanan, terutama sub sektor perkebunan karet dan kelapa sawit. Peningkatan outstandingdan pangsa kredit UMKM terhadap total kredit yang disalurkan oleh perbankan di Kalimantan Barat mengindikasikan tetap tingginya komitmen perbankan untuk membiayai UMKM di Kalimantan Barat. Hal ini perlu didukung dengan penguatan UMKM dari 50
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
sisi bankability serta percepatan pembentukan Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah (PPKD) oleh pemerintah daerah sehingga akses UMKM terhadap pembiayaan perbankan ke depannya dapat lebih ditingkatkan.PPKD di Kalimantan sudah dibentuk di Provinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Dalam rangka meningkatkan bankability tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat juga telah menginisiasi program Inkubator Bisnis UMKM. % 4.00
Mikro
Kecil
Menengah
Kredit UMKM
3.50
3.49
3.00
2.92 2.56 2.44
2.50
2.00
Sejalan dengan tren peningkatan risiko
kredit
Kalimantan
perbankan Barat,
umum
risiko
kredit
UMKM juga tercatat menunjukkan peningkatan pada triwulan laporan.
1.50 1.00
Pada triwulan III 2014, rasio NPL
0.50
gross kredit UMKM tercatat sebesar
0.00 Tw I Tw II Tw Tw Tw I Tw II Tw Tw Tw I Tw II Tw III IV III IV III 2012 2013 Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
2014
Grafik 3.13 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit UMKM
2,92%
atau
lebih
tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tercatat
sebesar
2,58%.
Peningkatan NPL terutama terjadi pada
debitur
usaha
kecil
dan
menengah, dimana masing-masing tercatat sebesar 3,49% dan 2,44%. Sementara itu, penyaluran kredit untuk usaha mikro rasiso NPL yang tidak berubah dibandingkan tirwulan sebelumnya yaitu 2,56%.
3.6 Perkembangan Sistem Pembayaran Secara triwulanan, perkembangan sistem pembayaran di Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 meningkat baik pada sistem pembayaran non tunai maupun tunai. Nilai transaksi RTGS meningkat 1,99% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi sebesar Rp53,56 triliun. Sementara nilai transaksi kliring penyerahan di Kalimantan Barat tercatat sebesar Rp11,82 triliun atau meningkat 16,33% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari sisi sistem pembayaran tunai di Provinsi Kalimantan Barat, selama triwulan III 2014 jumlah uang yang diedarkan (outflow) meningkat 64,86% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi sebesar Rp2,47 triliun. Sementara itu, jumlah uang yang masuk (inflow) ke khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat selama triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp2,07 triliun atau meningkat 73,07% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
51
3.6.1 Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS Selama triwulan III 2014, transaksi RTGS cenderung meningkat baik di sisi nominal transaksi maupun di sisi jumlah transaksi. Nilai transaksi RTGS meningkat 1,99% (qtq) dibandingkan nilai transaksi triwulan sebelumnya menjadi sebesar Rp53,56 triliun. Sedangkan jumlah transaksi melalui BI-RTGS sebanyak 93.403 transaksi atau meningkat 8,30% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 86.245 transaksi. Berdasarkan perputarannya, transaksi RTGS keluar dan transaksi RTGS masuk selama triwulan III 2014 di Kalimantan Barat juga meningkat masing-masing sebesar 0,71% (qtq) dan 3,49% (qtq), menjadi sebesar Rp25,42 triliun dan Rp20,29 triliun. Hal yang sama juga terjadi pada transaksi RTGS lokal Kalimantan Barat yang meningkat 2,40% (qtq) menjadi sebesar Rp7,85 triliun. Namun demikian, dilihat dari nominal rata-rata per transaksinya selama triwulan III 2014 mengalami kontraksi sebesar 5,82% (qtq) dengan nilai nominal rata-rata sebesar Rp573,38 juta per transaksi apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp608,83 juta per transaksi. Secara tahunan nilai nominal per transaksi juga mengalami kontraksi sebesar 56,48% (yoy) apabila dibandingkan dengan triwulan III 2013 yang tercatat sebesar Rp1,32 miliar per transaksi. Secara tahunan, nominal total transaksi RTGS triwulan III 2014 sebesar Rp53,56 triliun atau mengalami kontraksi sebesar 27,17% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan III 2013 yang tercatat mencapai Rp73,54 triliun. Namun demikian, dari sisi volume transaksi terjadi peningkatan sebesar 67,33% (yoy) dibandingkan dengan triwulan III 2013 menjadi sebesar 93.403 transaksi. Tabel 3.7 Transaksi Melalui Real Time Gross Settlement (RTGS) (Miliar Rp) Tw I
2012 Tw II Tw III
RTGS Keluar - Jumlah Transaksi - Nominal
22.298 21.513
26.242 26.543
27.422 25.846
30.618 29.806
27.745 27.208
29.414 30.097
26.770 27.685
27.865 28.810
24.282 26.205
31.186 25.239
32.736 25.417
RTGS Masuk - Jumlah Transaksi - Nominal
20.381 23.838
22.610 30.295
23.014 30.311
25.469 32.843
21.765 26.182
23.018 29.912
21.096 31.673
21.463 30.264
18.301 26.720
36.534 19.601
40.549 20.285
RTGS Lokal - Jumlah Transaksi - Nominal
7.102 11.185
8.040 13.941
8.781 13.414
10.008 15.711
8.361 12.194
8.809 14.036
7.954 14.178
7.890 13.919
6.891 12.116
18.525 7.669
20.118 7.853
TOTAL - Jumlah Transaksi - Nominal
49.781 56.536
56.892 70.779
59.217 69.571
66.095 78.360
57.871 65.584
61.241 74.045
55.820 73.536
57.218 72.993
49.474 65.041
86.245 52.509
93.403 53.555
Keterangan
2013 Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2014 Tw II
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
52
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
Tw III
3.6.2 Perkembangan Transaksi Melalui Kliring Transaksi kliring selama triwulan III 2014 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya di sisi nominal transaksi, namun mengalami kontraksi di sisi jumlah warkat. Total nilai transaksi kliring penyerahan di Kalimantan Barat tercatat sebesar Rp11,82 triliun atau meningkat 16,33% (qtq), sementara jumlah warkat kliring penyerahan tercatat sebanyak 244.323 lembar atau mengalami kontraksi 3,00% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Ditinjau dari sisi kliring pengembalian atau penolakan cek dan bilyet giro, nilai transaksi kliring mengalami peningkatan, yaitu sebesar 37,02% (qtq) menjadi sebesar Rp184,36 miliar. Namun dari sisi jumlah warkat yang ditransaksikan mengalami kontraksi sebesar 2,81% (qtq) menjadi sejumlah 3.738 lembar warkat. Berdasarkan penyebabnya, pengembalian/penolakan kliring karena Bilyet Giro kosong sebanyak 2.203 lembar (58,94% dari total jumlah warkat kliring pengembalian), pengembalian/penolakan kliring karena cek kosong sebanyak 817 lembar (21,86% dari total jumlah warkat kliring pengembalian), dan sebanyak 718 lembar (19,21% dari total jumlah warkat kliring pengembalian) dikembalikan/ditolak karena alasan lainnya. Sementara itu, secara tahunan, total nilai transaksi kliring penyerahan di Kalimantan Barat selama triwulan III 2014 meningkat 19,06% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan III 2013 yang tercatat sebesar Rp9,93 triliun. Namun demikian, dari sisi jumlah warkat yang ditransaksikan, terjadi konstraksi sebesar 2,19% (yoy) yang pada triwulan III 2013 tercatat sebesar 249.803 lembar. Dilihat dari nominal rata-rata transaksi per warkat, selama triwulan III 2014 nominal rata-rata transaksi sebesar Rp48,38 juta per warkat atau meningkat 20,20% (qtq) dibandingkan dengan nominal rata-rata transaksi triwulan sebelumnya sebesar Rp40,25 juta per warkat. Secara tahunan nilai nominal rata-rata transaksi per warkat tersebut juga mengalami peningkatan sebesar 21,83% (yoy) dibandingkan dengan triwulan III 2013 sebesar Rp39,71 juta per warkat. Tabel 3.8 Transaksi Melalui Kliring Keterangan Kliring Penyerahan - Jumlah Warkat (lbr) - Nominal - Rata-Rata Warkat/Hari (lbr) - Rata-Rata Nominal/Hari Kliring Pengembalian - Jumlah Warkat (lbr) - Nominal - Rata-Rata Warkat/Hari (lbr) - Rata-Rata Nominal/Hari TOTAL - Jumlah Warkat (lbr) - Nominal
2012
2013
(Miliar Rp) 2014 Tw I Tw II
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
234.028 7.629 3.715 121
259.685 8.566 4.188 138
292.980 11.163 4.883 186
298.651 8.702 5.333 155
228.669 8.262 3.811 138
248.144 8.861 3.939 141
249.803 9.925 3.965 158
265.717 11.027 4.356 181
233.404 10.072 3.890 168
251.872 10.157 4.198 169
1.910 86 30 1,4
2.402 196 39 3,2
3.258 145 54 2,4
2.785 101 50 1,8
2.860 101 48 1,7
2.713 89 43 1,4
3.310 126 53 2,0
3.415 133 56 2,2
3.253 139 54 2,3
3.846 135 64 2,2
235.938 7.715
262.087 8.762
296.238 11.308
301.436 8.803
231.529 8.363
250.857 8.950
253.113 10.051
269.132 11.160
236.657 10.210
255.718 10.291
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
53
3.6.3 Perkembangan Penyelenggaraan Transfer Dana Non Bank dan Pedagang Valuta Asing (PVA) Pada triwulan III 2014, jumlah perusahaan Penyelenggaraan Transfer Dana (PTD) Non Bank di Kalimantan Barat tercatat sebanyak 5 perusahaan atau tidak berubah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara umum, perkembangan PTD di Kalimantan Barat selama triwulan III 2014 mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dilihat dari sisi pengiriman uang dari luar negeri (incoming), selama triwulan III 2014 transaksi pengiriman uang dari luar negeri melalui PTD tercatat sebesar Rp15,59 miliar atau meningkat 12,17% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp13,90 miliar. Sementara dilihat dari sisi pengiriman ke luar negeri (outcoming), selama triwulan III 2014 transaksi pengiriman uang ke luar negeri melalui PTD tercatat sebesar Rp11,47 miliar atau meningkat 16,32% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp9,86 miliar. Namun demikian, secara tahunan perkembangan PTD di Kalimantan Barat selama triwulan III 2014 cenderung mengalami kontraksi. Dilihat dari sisi incoming, transaksi pengiriman uang dari luar negeri melalui PTD selama triwulan III 2014 mengalami kontraksi 26,64% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara di sisi outcoming, transaksi pengiriman uang
ke luar negeri melalui PTD mengalami kontraksi 3,65% (yoy)
dibandingkan dengan triwulan III 2013. Pada triwulan III 2014, jumlah Pedagang Valuta Asing (PVA) di Kalimantan Barat tercatat sebanyak 34 perusahaan. Secara umum, perkembangan PVA di Kalimantan Barat selama triwulan III 2014 mengalami peningkatan yang relatif signifikan apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dilihat dari sisi pembelian, selama triwulan III 2014 jumlah pembelian valuta asing mencapai sebanyak Rp284,33 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 152,85% (qtq) apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak Rp112,45 miliar. Selanjutnya dari sisi penjualan, jumlah penjualan valuta asing juga mengalami peningkatan sebesar 155,07% (qtq) menjadi sebanyak Rp288,33 miliar apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak Rp113,04 miliar. Apabila dilihat secara tahunan, perkembangan PVA di Kalimantan Barat selama triwulan III 2014 juga meningkat signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Transaksi pembelian valuta asing melalui PVA di Kalimantan Barat selama triwulan III 2014 meningkat 154,83% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan III 2013 yang tercatat sebesar Rp111,58 miliar. Sementara, transaksi penjualan valuta asing melalui PVA di Kalimantan Barat selama
54
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
triwulan III 2014 meningkat 156,18% (yoy) jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp112,55 miliar.
3.6.4 Perkembangan Pengelolaan Uang 3.6.4.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal Melalui BI Selama triwulan III 2014, jumlah uang yang diedarkan (outflow) oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp2,47 triliun atau meningkat 64,86% (qtq) dibandingkan dengan triwulan II 2014 yang tercatat sebesar Rp1,50 triliun. Secara tahunan, jumlah uang yang diedarkan tersebut juga mengalami peningkatan sebesar 20,39% (yoy) dibandingkan dengan triwulan III 2013 yang tercatat sebesar Rp2,05 triliun. Berdasarkan denominasinya, uang yang diedarkan selama triwulan III 2014 didominasi oleh uang pecahan Rp100.000,00 yang mencapai 15,69 juta lembar (29,59% dari total uang kertas yang diedarkan), diikuti oleh pecahan Rp50.000,00 yang mencapai 15,10 juta lembar (28,48% dari total uang kertas yang diedarkan).
Pecahan Rp10000
Pecahan Rp5000
Pecahan Rp2000
40.000
35.000 30.000
25.000 20.000
15.000 10.000
5.000 0
Jan
Mar Mei
Jul
2012
Sep Nov
Jan
Mar Mei
Jul
Sep Nov
Jan
Mar Mei
2013
Jul
Sep
2014
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat Grafik 3.14Perkembangan Jumlah Outflow Uang Kertas Pecahan Kecil
Sementara itu, jumlah uang yang masuk (inflow) ke khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat selama triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp2,07 triliun atau meningkat 73,07% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Jika dilihat secara tahunan jumlah uang masuk tersebut meningkat 54,55% (yoy) dibandingkan dengan triwulan III 2013 yang tercatat sebesar Rp1,34 triliun. Berdasarkan denominasinya, uang masuk selama triwulan III 2014 didominasi oleh uang pecahan Rp100.000,00 yang mencapai 13,37
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
55
juta lembar (35,83% dari total uang kertas yang masuk), diikuti dengan pecahan Rp50.000,00 yang tercatat sebanyak 13,02 juta lembar (34,87% dari total uang kertas yang masuk). Jumlah aliran uang yang diedarkan oleh KPwBI Provinsi Kalimantan Barat yang lebih besar dari aliran uang yang masuk mengakibatkan posisi net outflow sebesar Rp401,05 miliar. Kondisi net outflow tersebut menunjukkan adanya peningkatan kebutuhan uang kartal pada triwulan III 2014, antara lain disebabkan perayaan bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1435 H pada triwulan laporan, serta adanya peningkatan perekonomian menjelang dan setelah pemilihan Presiden pada bulan Juli 2014. Selain itu, adanya perayaan Sembahyang Kubur (ceng beng) juga berdampak terhadap peningkatan kebutuhan uang kartal pada periode laporan. 3.000
2.500 2.000
Miliar Rp
2.500
1.500 2.000
1.000
1.500
500 -
1.000
-500 500
-1.000
-
-1.500 Tw I Tw II Tw III
Tw Tw I Tw II Tw IV III
2012 Inflow
2013 Outflow
Tw Tw I Tw II Tw IV III 2014
Net Outflow (RHS)
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat Grafik 3.15 Perkembangan Inflow dan Outflow Kalimantan Barat
3.6.4.2 Pelaksanaan Kebijakan Penyediaan Uang Layak Edar Dalam rangka pelaksanaan
clean money policy , KPwBI Provinsi Kalimantan Barat
secara rutin melakukan pendistribusian uang hasil cetak sempurna (HCS) yang layak edar untuk menggantikan uang lusuh dan sudah tidak layak edar melalui sarana: (1) penarikan uang oleh perbankan; (2) penukaran uang di loket KPwBI Provinsi Kalimantan Barat; dan (3) kegiatan kas keliling. Selain itu, KPwBI Provinsi Kalimantan Barat juga melakukan kerja sama dengan perbankan di Kalimantan Barat, baik bank umum maupun BPR, untuk melayani penukaran uang Rupiah bagi masyarakat. Kerja sama ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang layak edar dengan jangkauan yang lebih luas. 56
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
Kegiatan penukaran uang melalui loket penukaran KPwBI Provinsi Kalimantan Barat selama triwulan III 2014 mencapai Rp33,59 miliar, atau meningkat 20,33% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp27,91 miliar. Berdasarkan denominasinya, uang yang paling banyak ditukarkan adalah uang kertas dengan denominasi Rp100.000,00 yang mencapai 221,09 ribu lembar atau senilai Rp22,11 miliar, serta pecahan Rp50.000,00 yang mencapai 205,54 ribu lembar atau senilai Rp10,28 miliar. Berdasarkan data penukaran uang keluar, uang pecahan kecil yang paling diminati masyarakat adalah pecahan Rp2.000,00 yang mencapai 2,17 juta lembar atau senilai Rp4,34 miliar serta pecahan uang logam Rp500,00 yang mencapai 2,00 juta keping atau senilai Rp1,00 juta. Sementara itu, secara tahunan jumlah uang yang masuk melalui penukaran langsung pada triwulan III 2014 meningkat 19,33% (yoy) dari triwulan III 2013 yang tercatat sebesar Rp28,15 miliar. Tabel 3.9 Kegiatan Penukaran Uang Melalui Loket Penukaran Bank Indonesia (Uang Masuk) (Ribu Rp) Pecahan Uang Kertas 100.000 50.000 20.000 10.000 5.000 2.000 1.000 500 100 Uang Logam 1.000 500 200 100 50 25
Tw I 21.682.933 11.453.300 9.423.900 221.960 243.140 118.035 51.816 169.966 679 137 20.610 5.499 9.274 2.368 2.119 1.037 314
2012 Tw II Tw III 20.579.479 28.725.482 10.696.100 16.982.300 9.230.750 11.017.900 183.680 202.380 158.640 203.440 98.830 115.955 59.488 72.014 151.377 130.971 405 351 209 171 13.683 4.032 4.749 195 5.470 2.381 1.555 628 1.488 654 362 167 59 7
Tw IV 21.297.734 12.546.300 7.911.750 237.060 256.230 115.990 95.242 134.441 425 296 9.287 2.544 4.956 846 903 38 0
2012 92.285.627 51.678.000 37.584.300 845.080 861.450 448.810 278.560 586.755 1.859 813 47.612 12.987 22.080 5.397 5.164 1.604 380
Tw I 25.903.671 14.503.900 10.160.050 361.600 373.680 186.820 152.904 161.468 2.732 517 2.810 20 1.194 662 694 215 25
2013 Tw II Tw III 22.286.540 28.142.138 12.299.500 17.089.300 9.091.000 10.328.350 228.120 158.020 301.240 239.310 115.695 107.465 128.912 122.358 121.470 97.159 357 73 246 103 2.142 3.489 8 60 1.002 2.020 273 627 712 754 147 28 0 0
Tw IV 2013 25.528.309 101.860.658 15.878.300 59.771.000 8.464.100 38.043.500 206.600 954.340 263.880 1.178.110 469.750 879.730 154.656 558.830 90.673 470.770 186 3.348 164 1.030 6.527 14.968 210 298 3.552 7.768 1.230 2.792 1.373 3.533 163 553 0 25
Tw I 29.880.243 19.555.000 9.275.000 244.800 402.340 125.205 176.376 101.054 188 280 4.790 225 1.891 838 1.013 823 0
2014 Tw II 27.901.920 17.722.100 9.201.150 244.180 329.960 143.935 162.446 98.068 64 17 10.444 934 5.881 1.822 942 687 178
Tw III 33.573.268 22.109.200 10.276.750 432.520 374.240 155.775 154.848 69.890 35 10 13.091 3.115 5.736 2.221 1.395 624 0
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
Selain melayani penukaran di loket pelayanan KPwBI Provinsi Kalimantan Barat, secara rutin Bank Indonesia juga melakukan kegiatan kas keliling. Kegiatan kas keliling langsung kepada masyarakat khususnya di wilayah kabupaten/kota selain Kota Pontianak. Kegiatan kas keliling juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan uang Rupiah di wilayah perbatasan, yang dalam pelaksanaannya KPwBI Provinsi Kalimantan Barat juga bekerja sama dengan PT. BPD Kalimantan Barat untuk menjangkau sejumlah daerah di wilayah perbatasan Kalimantan Barat dengan wilayah Sarawak, Malaysia. Selama triwulan III 2014, jumlah uang yang ditukarkan oleh masyarakat melalui kegiatan kas keliling mencapai Rp3,00 miliar, atau mengalami kontraksi 84,27% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp19,07 miliar. Secara tahunan jumlah uang yang ditukarkan melalui kegiatan ini juga mengalami kontraksi sebesar 84,00% (yoy) dari triwulan III 2013 yang tercatat sebesar Rp4,93 miliar. Selama triwulan III 2014, kegiatan kas keliling hanya dilaksanakan di Kabupaten Sambas. Kondisi itu antara lain
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
57
disebabkan oleh kegiatan Kas Titipan yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat. Tabel 3.10 Kegiatan Kas Keliling (Ribu Rp) Kas Keliling Uang Kertas 100.000 50.000 20.000 10.000 5.000 2.000 1.000 500 100 Uang Logam 1.000 500 200 100 50 25
2012
2013
Tw I Tw II Tw III 16.770.463 11.599.900 14.572.079 5.076.900 3.241.700 6.138.199 4.999.200 3.390.650 3.645.500 2.328.380 1.317.820 1.802.480 2.208.620 1.478.080 1.595.600 1.397.765 1.215.055 875.555 265.670 471.798 177.712 493.463 484.137 337.030 327 69 3 138 591 0 407 100 310 177 0 100 0 0 150 0 0 0 165 100 50 65 0 10 0 0 0
Tw IV Tw I 6.491.400 15.400.000 1.675.500 5.028.000 1.609.300 3.521.200 964.240 2.485.980 1.128.880 2.400.280 528.390 1.093.310 316.404 514.880 268.234 356.334 378 14 74 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tw II Tw III 4.932.466 18.750.000 1.379.300 9.772.700 594.600 3.431.100 770.220 1.869.360 1.126.090 2.071.590 726.260 953.670 233.638 362.664 102.234 288.916 107 0 18 0 2.316 0 0 0 999 0 952 0 350 0 15 0 0 0
Tw IV 8.993.981 2.484.000 3.211.200 1.051.060 1.252.100 635.025 247.456 113.004 121 15 6.019 508 3.808 664 915 124 0
Tw I 8.565.873 3.068.900 3.109.000 803.540 851.790 394.205 252.584 85.815 19 20 27 0 0 0 27 0 0
2014 Tw II 19.070.540 10.446.300 4.740.050 1.282.500 1.377.790 726.770 401.880 95.236 10 4 460 123 320 10 7 0 0
Tw III 3.000.000 1.323.700 828.100 164.920 403.700 178.430 86.340 14.810 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
Untuk memenuhi kebutuhan uang tunai terutama di daerah terpencil, Bank Indonesia bekerja sama dengan bank umum untuk melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas titipan dilaksanakan dalam rangka menjalankan misi Bank Indonesia di bidang pengedaran uang yaitu memenuhi kebutuhan uang dalam jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar. Layanan kas titipan di Provinsi Kalimantan Barat dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat bekerja sama dengan PT. Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat Cabang Sintang, dan sejak bulan Juli 2014 juga bekerja sama dengan PT. Bank Pembangunan Daerah Cabang Ketapang. 500 400
Miliar Rp
300 200 100 (100)
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Juli
Agu
Sep
2014
(200) (300) Inflow
Outflow
Net Outflow
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat Grafik 3.16 Perkembangan Inflow dan Outflow melalui Kas Titipan
58
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
Selama triwulan III 2014, jumlah uang yang masuk melalui kas titipan (inflow) mencapai Rp335,25 miliar atau meningkat 265,12% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp126,45 miliar. Berdasarkan denominasinya, uang yang masuk melalui kas titipan selama triwulan III 2014 didominasi oleh uang pecahan Rp100.000,00 yang mencapai 2,64 juta lembar (52,52% dari total uang kertas yang masuk), diikuti dengan pecahan Rp50.000,00 yang tercatat sebanyak 1,25 juta lembar (24,80% dari total uang kertas yang masuk). Sementara itu, jumlah uang yang keluar melalui kas titipan (outflow) selama triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp716,08 miliar atau meningkat 153,38% (qtq) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp466,86 miliar. Berdasarkan denominasinya, uang yang keluar melalui kas titipan selama triwulan III 2014 juga didominasi oleh uang kertas dengan pecahan Rp100.000,00 yang mencapai 5,14 juta lembar (41,65% dari total uang kertas yang keluar), diikuti dengan pecahan Rp50.000,00 yang tercatat sebanyak 3,55 juta lembar (28,77% dari total uang kertas yang keluar).
3.6.4.3 Pemusnahan Dari hasil penukaran uang di loket KPwBI Provinsi Kalimantan Barat, kegiatan kas keliling, dan setoran uang dari perbankan, secara rutin KPwBI Provinsi Kalimantan Barat melakukan pemusnahan terhadap uang tidak layak edar melalui peracikan dengan Mesin Racik Uang Kertas (MRUK). Pelaksanaan pemusnahan uang dilakukan dengan memperhatikan aspek keamanan,
pengawasan
melekat
dan
good
governance
sehingga
dapat
dipertanggungjawabkan hasilnya. Selama triwulan III 2014, jumlah uang kartal tidak layak edar yang dimusnahkan KPwBI Provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp189,47 miliar atau mengalami kontraksi 21,96% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya dimana pemusnahan tercatat sebesar Rp242,79 miliar. Berdasarkan denominasinya, pecahan yang paling banyak dimusnahkan adalah pecahan Rp2.000,00 yang mencapai 2,27 juta lembar (21,60% dari total uang yang dimusnahkan). Pecahan yang juga banyak dimusnahkan adalah pecahan Rp5.000,00 yang mencapai 2,20 juta lembar (20,98% dari total uang yang dimusnahkan). Menurunnya jumlah pemusnahan uang tidak layak edar dan meningkatnya jumlah aliran uang masuk (cash inflow) menyebabkan rasio pemusnahan uang layak edar terhadap aliran uang masuk turun menjadi 9,15%, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang rasionya tercatat sebesar 20,30%.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
59
2.500
80% 70%
Miliar Rp
2.000
60% 50%
1.500
40%
1.000
30% 20%
500
10%
-
0% Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 2012 Inflow
2013 PTTB
2014
Rasio PTTB thd Inflow (RHS)
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat Grafik 3.17 Perkembangan Inflow, Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar dan Rasio Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar Terhadap Inflow
3.6.4.4 Perkembangan Temuan Uang Rupiah Palsu Seiring dengan salah satu upaya Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran, yaitu memenuhi kebutuhan masyarakat akan ketersediaan uang Rupiah yang layak edar, dalam pecahan yang sesuai serta tepat waktu, muncul permasalahan yang berkembang di masyarakat, yaitu maraknya peredaran uang palsu. Mengingat kebutuhan masyarakat akan uang yang sangat tinggi, uang Rupiah kerap dipalsukan dan diedarkan kepada masyarakat, sehingga negara dan masyarakat mengalami kerugian yang cukup besar. Sebagaimana diamanatkan UndangUndang, Bank Indonesia adalah lembaga yang berwenang untuk menentukan keaslian uang Rupiah. Oleh karena itu, masyarakat dapat meminta klarifikasi kepada Bank Indonesia terkait uang Rupiah yang diragukan keasliannya. Bank Indonesia juga mewajibkan bank umum untuk menyampaikan laporan penemuan uang palsu yang ditemukan dalam kegiatan operasional bank. Tabel 3.11 Penemuan Uang Palsu di Kalimantan Barat
PERIODE 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Tw I Tw II Tw III
100.000 111 239 389 312 643 854 522 223 109
50.000 596 531 286 322 264 135 41 43 51
JENIS PECAHAN 20.000 10.000 5.000 12 7 12 3 9 0 12 10 5 3 7 1 1 1 2 0 4 0
2.000 2 7 1 6 2 0 0 0 0
0 0 0 12 0 0 0 0 0
1.000 0 2 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH (bilyet) 728 794 685 674 917 997 565 268 164
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
60
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
Selama triwulan III 2014, ditemukan 164 lembar uang Rupiah palsu di Kalimantan Barat, yang sumber pelaporannya sebagian besar (81,77%) dilakukan oleh pihak perbankan. Dilihat dari denominasinya, penemuan uang palsu didominasi oleh uang pecahan Rp100.000,00 sebanyak 109 lembar dan uang pecahan Rp50.000,00 sebanyak 51 lembar. Apabila dibandingkan dengan jumlah uang yang di edarkan (outflow), jumlah uang palsu yang ditemukan tersebut hanya sebesar 0,0005% (5/10.000 lembar) dari jumlah uang pecahan Rp100.000,00 dan Rp50.000,00 yang diedarkan. Dalam rangka pencegahan peredaran uang palsu, Bank Indonesia secara berkesinambungan bekerja sama dengan instansi berwenang dalam pengungkapan kasus tindak pidana pemalsuan uang dan melakukan kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah secara intensif ke berbagai lapisan masyarakat dan diharapkan masyarakat dapat lebih cermat dalam mengenal uang.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
61
Halaman ini sengaja dikosongkan
62
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH
IV. 4.1
Realisasi Penyerapan APBN di Daerah
600.000
Penyerapan
Rp. Miliar
belanja
APBN
pada
370.951
terutama
370.084
IV
I
2012
2013
IV
I
II
III
2014
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Prov Kalbar Grafik 4. 1 Realisasi Belanja APBN Provinsi Kalbar Kab. Pontianak 7,79%
Kab. Sintang 4,55% Kab. Kapuas Hulu 3,92% Kab. Ketapang 3,59% Kota Singkawang 2,97% Kab. Sambas 2,72%
Kota Pontianak 29,04%
Kab. Kubu Raya 2,66% Kab. Sanggau 1,66%
Prov. Kalbar 36,26%
oleh
belanja
secara umum di wilayah Kalimantan Barat
I
didominasi
modal. Tercatat penyerapan belanja APBN 179.026 146.250
III
247.667
II
163.395 105.404 141.267
III
192.779 133.590 143.587
111.885 126.893 144.566
II
112.496 126.472
94.539 92.149 156.937
100.000
50.513 119.603
200.000
136.930 131.090 174.281
229.365
318.920 345.514
393.660
400.000
300.000
triwulan III 2014 di Kalimantan Barat
150.816 145.217
Belanja Pegawai
493.104
Belanja Barang
459.136
500.000
530.868
Belanja Modal
Kab. Bengkayang 1,40% Kab. Landak 0,96% Kab. Sekadau 0,93% Kab. Melawi 0,86% Kab. Kayong Utara 0,70%
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Prov Kalbar Grafik 4. 2 Pangsa Realisasi Belanja APBN Tw III 2014 per Kota
hingga triwulan laporan mencapai Rp4,24 triliun atau 59,11% dari pagu belanja APBN tahun 2014 yang sebesar Rp7,175 triliun. Berdasarkan komponennya, belanja modal mendominasi
realisasi
belanja
secara
keseluruhan. Tercatat pangsa belanja modal pada triwulan III 2014 mencapai 45,38% dari pagu anggaran 2014.
Sementara
pangsa realisasi belanja barang, pegawai dan lain-lain yang masing-masing mencapai 21,90%, 17,89% dan 14,83% dari pagu anggaran 2014. Berdasarkan
daerahnya,
realisasi
penyerapan secara umum terkonsentrasi pada Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat,
Kota Pontianak dan Kabupaten Pontianak, dengan pangsa masing-masing mencapai 39,53%, 28,19% dan 9,55%. Kondisi tersebut sejalan dengan pelaksanaan beberapa proyek pembangunan yang dikelola oleh pemerintah daerah, seperti pembangunan infrastruktur jalan Sekadau-Sanggau Tayan-Pontianak sepanjang 263,8 km, jalan Pontianak-Sei Pinyuh-Sei Duri sepanjang 98,5 km, jembatan tayan sepanjang 1.440 meter, PLTU Parit Baru dengan kapasitas 2x50 MW, PLTU Ketapang dengan kapasitas 2x10 MW, PLTU Putussibau dengan kapasitas 2x4 MW.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
63
Sementara realisasi
itu
berdasarkan
penyerapan
belanja
fungsinya, APBN
di
Pendidikan 18.38%
Pertahanan 9.85%
Kalimantan Barat terutama dialokasikan pada fungsi Pelayanan Umum. Tercermin dari pangsa belanja APBN yang mencapai
Ekonomi 26.41%
29,73%. Selain itu, beberapa fungsi lain
Ketertiban Keamanan 8.02% Perumahan Fasilitas Umum 2.82% Lingk. Hidup 2.09% Kesehatan 1.54% Agama 0.95%
Pelayanan Umum 29.73%
yang memiliki relaisasi anggaran belanja APBN yang relatif besar antara lain Ekonomi
Perlindungan Sosial Pariwisata 0.21% Budaya 0.01%
dan Pendidikan dengan pangsa masing-
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Prov Kalbar Grafik 4. 3 Pangsa Realisasi Belanja APBN Kalbar Triwulan III 2014 berdasar Fungsi
masing mencapai 26,41% dan 18,38%.
4.2
Kinerja Keuangan Pemerintah (APBD)
Realisasi kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 menunjukkan perkembangan yang positif, terutama dari sisi belanja. Berdasarkan nilainya, realisasi anggaran pemerintah pada triwulan III 2014 mengalami kenaikan dibandingkan triwulan III 2013, baik dari sisi pendapatan maupun belanja. Tabel 4.1 Realisasi APBD Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2014 (Rp miliar)
Keterangan
Target Anggaran 2013 3,307.93 3,469.97
Pendapatan Belanja
2014 3,729.90 3,754.90
Realisasi III 2013 2,503.47 1,838.94
% Realisasi
III 2014 III 2013 III 2014 2,818.60 75.68 75.57 2,284.92 53.00 60.85
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat
Realisasi pendapatan Provinsi Kalimantan 80
%
75,68
III 2013
75,57
III 2014
70
60,85
60
53,00
50
Barat pada triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp2.818,60 miliar, lebih besar dari realisasi triwulan III 2013 yang
40
mencapai
30
realisasi pada triwulan III 2014 tersebut
20
mencapai 75,57% dari target APBD
10
Tahun Anggaran 2014 yang sebesar
0 Pendapatan
Belanja
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat Grafik 4. 4 Realisasi Belanja dan Pendapatan
Rp3.729,90
Rp1.693,25
miliar.
perkembangan
miliar.
Sejalan
realisasi
Angka
dengan
pendapatan,
penyerapan belanja pada triwulan III 2014
menunjukkan
perkembangan
realisasi yang positif. Secara nilai, penyerapan anggaran belanja pada triwulan III 2014 64
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
mencapai Rp2.284,92 miliar, lebih besar dibandingkan triwulan III 2013 yang mencapai Rp1.838,94 miliar. Sejalan dengan peningkatan nilai realisasinya, rasio penyerapan terhadap target APDB juga mengalami kenaikan. Tercatat rasio realisasi belanja pada triwulan III 2014 mencapai 60,85% lebih tinggi dibandingkan rasio penyerapan triwulan III 2013 yang mencapai 53,00%.
4.2.1 Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat Berdasarkan komponennya, kenaikan realisasi pendapatan pada triwulan III 2014
terutama
didorong
oleh
peningkatan realiasasi Pendapatan Asli
Daerah
(PAD)
dan
Dana
Lain-lain Pendapatan yang Sah 416.58 Dana Perimbangan 1,218.41
Lain-lain Pendapatan yang Sah 389.48
Dana Perimbangan 1,089.34
PAD 1,183.61
Perimbangan. Tercatat realisasi PAD pada
triwulan
III
2014
mencapai
PAD 1,024.65
Rp1.183,61 miliar meningkat 15,51% (yoy)
dari
triwulan
III
2013
yang
mencapai Rp1.024,65 miliar. Selain itu, realisasi komponen Dana Perimbangan
III 2013
III 2014
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat Grafik 4. 5 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp miliar)
pada triwulan III 2014 mencapai Rp1.218,41 miliar lebih tinggi dari triwulan III 2013 yang mencapai Rp1.089,34 miliar atau naik 11,85% (yoy). Kondisi serupa juga terjadi pada komponen Lain-lain Pendapatan yang Sah yang mengalami kenaikan realisasi pada triwulan III 2014 sebesar 6,96% (yoy). Dibandingkan dengan target APBD 2014, realisasi ketiga komponen pendapatan tersebut relatif baik, masing-masing mencapai 71,45%, 80,61% dan 74,15%. Berdasarkan komponennya, kenaikan realisasi PAD pada triwulan III 2014
960.99 830.52
terutama didorong oleh realisasi Pajak Daerah dengan pangsa terhadap PAD yang relatif besar mencapai 81,19%. Tercatat realisasi Pajak Daerah pada
87.25
triwulan III 2014 mencapai Rp960,99 miliar, lebih tinggi dari triwulan III 2013 yang mencapai Rp830,52 miliar. Nilai realisasi komponen Pajak Daerah mencapai 67,20%. Tingginya realisasi
55.01
119.05
51.87
III 2013
40.70
III 2014
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hsl Pengelolaan Kekayaan yg Dipisahkan
Sumber : Badan Kalimantan Barat
62.87
Pengelola
Lain-lain PAD yg Sah
Keuangan
dan
Aset
Provinsi
Grafik 4. 6 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp miliar)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
65
Pajak Daerah salah satunya ditopang oleh Pajak Hotel 6,84%
kenaikan realisasi Bea Perolehan Hak atas 5
Pajak Restoran 14,79%
Tanah dan Bangunan (BPHTB) , seiring pangsa
yang
penerimaan
relatif
pajak
besar
daerah
dalam
Pajak Reklame 3,99%
PBB 19,96%
mencapai
26,81%. Tercatat, pada triwulan III 2014, BPHTB mencapai Rp15,987 miliar, naik
Pajak Hiburan 4,48%
Pajak Parkir 1,14% Pajak Penerangan Jalan (PPJU) 21,12%
Denda Pajak 0,86% BPHTB 26,81%
Pajak Sarang Burung Walet 0,01%
11,08% (yoy) dibanding triwulan III 2013 yang mencapai Rp14,39 miliar. Kenaikan BPHTB tersebut mengindikasikan bahwa
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Prov. Kalbar Ket : Tidak termasuk pajak kendaraan bermotor Grafik 4. 7 Pangsa Pajak (Rp Miliar)
nilai atau jumlah tanah atau bangunan yang ditransaksikan di Kalimantan Barat mengalami kenaikan. Berdasarkan data sementara Badan Pertanahan Nasional (BPN), jumlah bidang yang ditransaksikan di wilayah Kalimantan Barat sejak 2010-2014 mencapai 140.304 bidang. Selain itu, pajak penerangan jalan (PPJ) juga mengalami kenaikan seiring penyesuaian tarif tenaga listrik6. Sementara itu, realisasi Dana Perimbangan pada triwulan III 2014 didorong oleh tingginya realisasi Dana Alokasi Umum (DAU). Pada triwulan laporan, realisasi DAU di Provinsi Kalimantan Barat tercatat mencapai Rp752,63 miliar, meningkat 12,71% (yoy) dari realisasi triwulan III 2013. Kenaikan realisasi DAU salah satunya terkait dengan pelaksanaan pemilihan umum presiden.
5
6
Tarif pajak yang dikenakan atas objek BPHTB adalah sebesar 5% dari nilai perolehan objek pajak. Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD), mulai 1 Januari 2011, BPHTB dialihkan menjadi pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pontianak No. 6 tahun 2010 tentang Pajak Daerah Kota Pontianak, dapat diketahui bahwa pajak penerangan jalan yang dikenakan berdasarkan nilai jual tenaga listrik yang dikonsumsi, baik yang berasal dari PLN maupun yang dihasilkan sendiri. Adapun besaran PPJ yang berasal dari PLN ditetapkan sebesar 9% dari nilai jual listrik, sementara untuk penggunaan tenaga listrik yang berasal dari sumber lain (selain PLN) oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam, tarif PPJ ditetapkan sebesar 3% dari nilai jual listrik. Sedangkan Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarif PPJ ditetapkan sebesar 1,5% dari nilai jual.Nilai jual tenaga listrik adalah jumlah tagihan biaya beban/tetap ditambah dengan biaya pemakaian kWh/variabel yang ditagihkan dalam rekening listrik. Apabila tenaga listrik dihasilkan sendiri, Nilai Jual Tenaga Listrik dihitung berdasarkan kapasitas tersedia, tingkat penggunaan listrik, jangka waktu pemakaian listrik, dan harga satuan listrik yang berlaku di wilayah Daerah
66
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
Tingkat kemandirian daerah pada DAU 1,075.19
DAU 953.93
triwulan III 2014 masih belum optimal. Kondisi tersebut tercermin dari realisasi Dana Perimbangan yang lebih
Dana Bagi Hasil Pajak & Non Pajak 113.16
DAK 22.25
Dana Bagi Hasil Pajak & Non Pajak 124.27
III 2013
tinggi
dibandingkan
PAD.
Selain itu, kapasitas fiskal daerah DAK 18.96
III 2014
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat Grafik 4. 8 Realisasi Komponen Dana Perimbangan (Rp miliar)
juga masih perlu ditingkatkan jika dibandingkan dengan total realisasi pendapatan dengan rasio berkisar 42,49%. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan riil daerah dalam
memperoleh pendapatan masih dibawah 50%, sehingga kemampuan daerah untuk membiayai berbagai kebutuhan daerah kurang optimal dan ketergantungan terhadap dana transfer dari pemerintah pusat menjadi relatif tinggi.
48
%
Rp Miliar
46 44 42 40 38 36 34 32
3,500 3,000 2,500 2,000 1,500
1,000 500
30
0 I
II 2013 Kapasitas Fiskal
III
IV
I
Total Pendapatan
II
III
2014 Rasio Kap Fiskal
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat Grafik 4. 9 Kapasitas Fiskal
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
67
4.2.2 Realisasi Belanja Daerah
90
Realisasi
% 76.96
80 70
Barat
III 2014
60 50
pada
triwulan
mengalami
40.66
40.00
40
belanja
pemerintah Provinsi Kalimantan
III 2013
64.97
penyerapan
III
2014
peningkatan
dibanding periode sebelumnya.
30 20
Tercatat rasio penyerapan anggaran
10
0 Belanja Tidak Langsung
Provinsi
Belanja Langsung
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat Grafik 4. 10 Pangsa Realisasi Belanja Per Komponen
Kalimantan
Barat
pada
triwulan III 2014 mencapai 60,85% dari target anggaran belanja 2014. Rasio
tersebut
relatif
meningkat
dibanding triwulan III 2013 yang mencapai 53,00%. Berdasarkan komponennya, Belanja Tidak Langsung (Belanja Rutin) masih mendominasi realisasi belanja secara keseluruhan. Tercatat pangsa Belanja Tidak Langsung pada triwulan III 2014 mencapai 70,35% dari total belanja, dengan rasio realisasi terhadap target anggaran 2014 mencapai 76,96%. Sementara pangsa realisasi Belanja Langsung (Belanja NonRutin), yang digunakan untuk membiayai berbagai proyek pemerintah, mencapai 29,65% dari total realisasi belanja pada triwulan III 2014. Rasio realisasi Belanja Langsung terhadap target anggaran 2014 mencapai 40,66%. Secara lebih mendalam, diketahui
600
bahwa tingginya realisasi Belanja
500
Tidak Langsung/rutin salah satunya 400
didorong oleh penyerapan belanja relatif
300
sejalan dengan alokasi DAU, terkait
200
hibah.
Kondisi
tersebut
pelaksanaan pemilihan presiden.
Rp. Miliar III 2013
491.51
435.56
III 2014 388.52
327.22
100
Pada triwulan III 2014, nilai realisasi 0
belanja hibah mencapai Rp491,51 miliar, atau 73,34% dari target tahun anggaran 2014. Sementara
Belanja Pegawai
Belanja Hibah
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat Grafik 4. 11 Realisasi Belanja Tidak Langsung (Rutin)
itu, realisasi belanja pegawai (gaji) mencapai Rp388,52 miliar atau 67,38% dari target tahun 2014. Relatif tingginya realisasi belanja gaji pada triwulan laporan salah satunya dipengaruhi oleh pencairan gaji ke 13 untuk PNS yang direalisasikan pada Juli 2014. 68
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
Sementara itu, realisasi komponen Rp. Miliar
Belanja Langsung yang digunakan Belanja Modal 158.34
Belanja Modal 179.59
untuk pelaksanaan proyek masih belum optimal, mencapai 40,66% dari target APBD Tahun Anggaran
Belanja Barang & Jasa 404.40
Belanja Barang & Jasa 436.33
Belanja Pegawai 81.81
Belanja Pegawai 82.81
III 2013
III 2014
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat Grafik 4. 12 Realisasi Belanja Langsung (Non Rutin)
2014.
Realisasi Belanja Langsung
tersebut
terutama
didorong
oleh
penyerapan Belanja Barang dan Jasa yang secara nilai mencapai Rp436,33 miliar, atau 44,72% dari target tahun anggaran 2014. Penyerapan Belanja Barang satunya berbagai
dan
Jasa
didorong proyek
tersebut oleh
salah
realisasi
pembangunan
infrastruktur transportasi khususnya dalam menghadapi lebaran. Sementara itu, nilai realisasi belanja Modal pada triwulan III 2014 mencapai Rp158,34 miliar, atau 21,05% dibanding target 2014. Nilai realisasi belanja Modal tersebut relatif mengalami penurunan dibanding triwulan III 2013 yang mencapai Rp179,59 miliar. Berdasarkan kajian DJPK, beberapa hal yang menyebabkan penurunan realisasi belanja modal di daerah antara lain keterbatasan anggaran pemerintah daerah dalam pendanaan kegiatan/proyek, terdapat efisiensi biaya pelaksanaan kegiatan/proyek dan batas waktu pelaksanaan kegiatan yang melebihi target tahun anggaran berjalan.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
69
Halaman ini sengaja dikosongkan
70
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
V.
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
5.1 Ketenagakerjaan Berdasarkan Survei Angkatan Kerja
Angkatan Kerja
2400
TPT
5,0%
Nasional (Sakernas) BPS bulan Agustus 2014, jumlah penduduk usia kerja (usia
3,0%
15 tahun ke atas) Provinsi Kalimantan
2200
Barat
adalah sebanyak 3.318 ribu
2100
orang, atau mengalami peningkatan
2000
sebesar
8,14%
(yoy)
4,0%
2300
2,0%
1,0% 0,0% Februari
dibandingkan
Agustus
Februari
2012
hasil survei pada Bulan Agustus 2013.
Agustus
Februari
2013
Agustus
2014
Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah
Sementara jumlah angkatan kerja tercatat
Grafik 5.1Pertumbuhan Penduduk Angkatan Kerja Berdasarkan Pendidikan
meningkat sebesar 8,40% (yoy) menjadi
sebanyak 2.320 ribu orang. Dengan demikian, rasio jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja atau Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja sedikit meningkat menjadi 69,93% pada Agustus 2014 dibandingkan Agustus 2013 yang tercatat sebesar 69,75%. Begitupula dengan Tingkat Pengangguran Terbuka yang tercatat sebesar 4,04% mengalami peningkatan relatif kecil sebesar 0,05% terhadap keadaan Agustus 2013 yang tercatat sebesar 3,99%. Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya peningkatan pada jumlah pencari kerja sebesar 8,52% (yoy) dibandingkan Agustus 2013 menjadi sebanyak 94 ribu orang, sementara jumlah penduduk yang bekerja mengalami peningkatan yang lebih kecil sebesar 8,43% (yoy) dibandingkan Agustus 2013 menjadi sebanyak 2.054 ribu orang. Tabel 5.1 Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat (ribu jiwa) Ket er angan
2012
2013
F eb
Ags
F eb
J uml a h P e nduduk Us i a Ke r j a
3. 031
3. 041
Angk a t a n Ke r j a
2. 258
a . Be k e r j a b. P e nc a r i Ke r j a Buk a n Angk a t a n Ke r j a T i ngk a t P a r t i s i pa s i Angk a t a n Ke r j a ( %) T i ngk a t P e nga nggur a n T e r buk a ( %)
2014
Per ubahan Ags ' 14 Thdp
Ags
F eb
Ags
3. 228
3. 068
3. 280
3. 318
F eb ' 14 ( %) Ags ' 13 ( %) 1, 16
8, 14
2. 183
2. 349
2. 140
2. 369
2. 320
- 2, 07
8, 40
2. 182
2. 107
2. 276
2. 054
2. 309
2. 227
- 3, 55
8, 43
76
76
73
86
60
94
56, 17
8, 52
773
858
879
928
911
998
74, 50
71, 77
72, 74
69, 75
72, 21
69, 93
3, 36
3, 48
3, 09
3, 99
2, 53
4, 04
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
71
Berdasarkan
dari
status
pekerjaan,
penyerapan tenaga kerja pada sektor informal mengalami peningkatan sebesar
Informal
Formal
Informal (growth)
Formal (growth)
1.800
20,00%
7,51% (yoy) pada Agustus 2014 apabila
1.500
15,00%
dibandingkan Agustus 2013 yang tercatat
1.200
10,00%
sebanyak
1.355
ribu
orang.
Secara
900
5,00%
600
0,00%
tahunan, seluruh kelompok penduduk yang
300
-5,00%
bekerja pada sektor informal mengalami
-
peningkatan. Peningkatan paling tinggi terjadi pada kelompok penduduk yang berstatus sebagai pekerja bebas sebesar 25,60% (yoy), lalu diikuti oleh penduduk yang berstatus
-10,00% Feb
Ags
2012
Feb
Ags
Feb
2013
Ags
2014
Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah Grafik 5.2 Pertumbuhan Jumlah Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan
sebagai pekerja keluarga dan pengusaha yang memiliki buruh tidak tetap yang masing-masing tercatat sebesar 10,41% (yoy) dan 5,66% (yoy). Sementara, kelompok penduduk yang berusaha sendiri mengalami peningkatan paling rendah sebesar 0,70% (yoy). Pada sisi lain penduduk yang bekerja di sektor formal mengalami peningkatan sebesar 10,22% (yoy) yang tercatat sebanyak 770 ribu orang. Peningkatan tenaga kerja di sektor formal terjadi baik pada kelompok penduduk yang berstatus sebagai pengusaha yang memiliki buruh/karyawan tetap maupun kelompok penduduk yang berstatus buruh/karyawan, dengan peningkatan yang masing-masing tercatat sebesar 36,70% (yoy) dan 8,00% (yoy).
Jasa 11,36% Perdagangan 13,99%
Ditinjau dari sisi sektoral, tingkat
Lainya 13,23%
penyerapan Pertanian 57,76%
tenaga kerja
tertinggi
terjadi di sektor pertanian, dengan pangsa sebesar 57,76% dari total penduduk yang bekerja di Kalimantan
Industri 3,66%
Barat.
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah Grafik 5.3 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Kalimantan Barat Berdasarkan Sektor (%, yoy)
penyerapan
Berdasarkan tenaga
wilayahnya,
kerja
di
sektor
pertanian paling besar yaitu terdapat pada Kabupaten
Sekadau
dan
Kabupaten
Sanggau yang masing-masing tercatat sebesar 81,75% dan 74,67% dari total penduduk yang bekerja di sektor pertanian di Kalimantan Barat. Sementara itu, penyerapan paling rendah terdapat pada Kota Pontianak dan Kota Singkawang yang masing-masing tercatat sebesar 5,65% dan 27,22% dari total penduduk yang bekerja di sektor pertanian di Kalimantan Barat. Tingginya penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian sejalan dengan struktur perekonomian Kalimantan Barat yang masih ditopang oleh sektor pertanian, perburuan dan kehutanan. 72
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
5.2 Kesejahteraan 5.2.1 Nilai Tukar Petani (NTP) Salah satu indikator kesejahteraan adalah Nilai Tukar Petani (NTP) yang menggambarkan indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Nilai tukar petani diperoleh dengan cara membandingkan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani. NTP juga mengukur daya tukar produk pertanian terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Dengan demikian, semakin tinggi NTP menunjukkan semakin tinggi tingkat kesejahteraan petani. Berdasarkan pemantauan harga di pedesaan pada akhir triwulan III 2014, atau bulan September 2014, NTP Gabungan Kalimantan Barat tercatat sebesar 96,67. Nilai tersebut mengalami kontraksi sebesar 0,39% (qtq) dibandingkan NTP gabungan bulan Juni 2014 yang tercatat sebesar 97,05. Penurunan NTP pada periode laporan dikarenakan oleh peningkatan indeks harga yang diterima petani lebih kecil dari peningkatan indeks harga yang dibayar petani. Peningkatan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,75% (qtq) dibandingkan dengan bulan Juni 2014 yang tercatat sebesar 107,91. Sementara indeks harga yang dibayar petani juga meningkat lebih besar, yaitu sebesar 1,15% (qtq) dibandingkan dengan posisi Juni 2014 yang tercatat sebesar 111,19. Secara tahunan, pergerakan NTP gabungan di Kalimantan Barat menunjukkan kecenderungan yang meningkat dibandingkan tahun 2013. NTP bulan September 2014 mengalami peningkatan sebesar 1,55% (yoy) dibandingkan NTP bulan September 2013 yang tercatat sebesar 95,19. 115
101
100 110
99
Pertumbuhan It
2,50%
Pertumbuhan Ib
2,00%
98 105
97
1,50%
96
100
95 94
95
1,00% 0,50%
93
2012
NTP Indeks Diterima
2013
Sep
Jun
Des
Mar
Sep
Jun
Des
Mar
Sep
Jun
92
Mar
90
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep
2014
NTP Indeks Dibayar
0,00% -0,50%
NTP
2012
2013
2014
-1,00%
Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah
Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah
Grafik 5.4 NTP Petani Kalimantan Barat
Grafik 5.5 Indeks Dibayar dan Indeks Diterima Petani
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
73
Dari sisi pendapatan, indeks yang diterima petani di Kalimantan Barat pada bulan September 2014 sebesar 108,72, atau meningkat 0,75% (qtq) dibandingkan bulan Juni 2014 yang tercatat sebesar 107,91. Peningkatan tersebut juga diikuti oleh peningkatan pada indeks yang dibayar petani, relatif lebih besar dari peningkatan indeks yang diterima petani. Pada bulan September 2014 indeks yang dibayar petani tercatat sebesar 112,47, atau meningkat 1,15% (qtq) dibandingkan dengan indeks yang dibayar petani periode Juni 2014 yang tercatat sebesar 111,19. Jika dilihat dari pertumbuhan indeks yang diterima petani (It) dan indeks yang dibayar petani (Ib), sebagaimana terlihat pada grafik 5.5, laju pertumbuhan It cenderung lebih lambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan Ib. Hal ini menunjukkan bahwa penghasilan yang diterima petani berada pada tren yang menurun dan keseluruhan penghasilan yang diterima habis digunakan untuk konsumsi dan pembelian barang modal saja.
5.2.1.1 Pergerakan NTP Sebagaimana telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, NTP gabungan Provinsi Kalimantan Barat pada bulan September 2014 tercatat mengalami kontraksi apabila dibandingkan dengan bulan Juni 2014. Pada sisi pendapatan, sebagian besar subsektor Indeks Harga yang Diterima Petani (It) mengalami peningkatan dibandingkan posisi bulan Maret 2014, kecuali It subsektor Perkebunan Rakyat yang tercatat mengalami kontraksi sebesar 2,06% (qtq). It yang mengalami peningkatan terbesar yaitu It subsektor Perikanan Tangkap yang mengalami peningkatan sebesar 4,46% (qtq), lalu diikuti It subsektor Perikanan sebesar 3,59% (qtq), dan It subsektor Padi Palawija sebesar 3,28% (qtq). Pada sisi penggunaan, secara keseluruhan subsektor Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) mengalami peningkatan. Ib yang mengalami peningkatan terbesar yaitu Ib subsektor Perikanan Budidaya sebesar 1,35% (qtq), lalu diikuti oleh subsektor Perikanan sebesar 1,34% (qtq), dan subsektor Perikanan Tangkap sebesar 1,32% (qtq). Dilihat dari tujuan penggunaannya, Konsumsi Rumah Tangga mengalami peningkatan lebih tinggi daripada peningkatan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal. Pada bulan September 2014 Konsumsi Rumah Tangga tercatat sebesar 113,85 atau mengalami peningkatan sebesar 1,24% (qtq) apabila dibandingkan dengan bulan Juni 2014. Sedangkan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal tercatat sebesar 108,27 atau mengalami peningkatan sebesar 0,85% (qtq) apabila dibandingkan dengan bulan Juni 2014. Seiring dengan menurunnya NTP gabungan, NTP sebagian besar subsektor pada September 2014 juga mengalami penurunan. Subsektor yang mengalami penurunan paling tinggi terjadi pada subsektor
Perkebunan Rakyat 3,20% (qtq), lalu diikuti oleh subsektor
Hortikultura 0,49% dan subsektor Perikanan Budidaya 0,07% (qtq). Sementara itu, subsektor yang mengalami peningkatan terjadi pada subsektor Perikanan Tangkap yaitu sebesar 3,09% 74
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
(qtq), subsektor Perikanan 2,23% (qtq), subsektor Padi Palawija 2,20% (qtq), dan subsektor Peternakan 0,18% (qtq). Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani Per Sektor No
Uraian
1.
2013
2014
Pertumbuhan thd
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sept
Jun 2014 (qtq)
101,08
100,44
102,00
103,99
105,83
107,91
108,72
0,75%
Sep 2013 (yoy) 6,59%
3,28%
10,33%
1.1.
Padi Palawija
103,24
102,72
103,97
103,83
107,39
111,08
114,72
1.2.
Hortikultura
106,20
105,70
111,35
112,11
115,20
117,30
118,11
0,69%
6,07%
1.3.
Perkebunan Rakyat
98,28
96,77
97,08
102,71
102,93
103,83
101,69
-2,06%
4,75%
1.4.
Peternakan
97,64
98,09
100,68
101,45
102,66
104,36
105,81
1,39%
5,10%
1.5.
Perikanan
103,60
104,58
105,90
105,74
108,04
109,67
113,61
3,59%
7,28%
107,75
110,37
112,34
117,35
4,46%
1.5.1. Perikanan Tangkap 1.5.2. Perikanan Budidaya 2.
102,73
104,56
105,68
108,04
2,23%
104,44
104,88
107,15
108,02
109,78
111,19
112,47
1,15%
4,96%
2.1.
Padi Palawija
105,05
105,49
108,07
109,08
110,75
112,22
113,41
1,06%
4,94%
2.2.
Hortikultura
104,97
105,48
107,78
108,78
110,43
111,95
113,28
1,19%
5,11%
2.3.
Perkebunan Rakyat
104,45
104,92
106,64
107,39
109,33
110,72
112,02
1,17%
5,04%
2.4.
Peternakan
103,52
103,82
105,89
106,65
108,19
109,43
110,74
1,20%
4,58%
2.5.
Perikanan
104,49
105,02
107,62
108,32
109,97
111,43
112,92
1,34%
4,92%
108,47
110,24
111,84
113,32
1,32%
2.5.1. Perikanan Tangkap 2.5.2. Perikanan Budidaya 3.
108,10
109,57
110,83
112,33
1,35%
96,78
95,76
95,19
96,26
96,40
97,05
96,67
-0,39%
1,55% 5,13%
3.1.
Padi Palawija (NTPP)
98,28
97,37
96,22
95,19
96,97
98,98
101,16
2,20%
3.2.
Hortikultura (NTPH)
101,17
100,22
103,32
103,07
104,33
104,78
104,27
-0,49%
0,92%
3.3.
Perkebunan Rakyat (NTPR)
94,09
92,22
91,03
95,64
94,15
93,77
90,77
-3,20%
-0,28%
3.4.
Peternakan (NTPT)
94,33
94,50
95,09
95,13
94,89
95,37
95,54
0,18%
0,48%
3.5.
Perikanan (NTPN)
99,12
99,56
98,38
97,61
98,24
98,42
100,61
2,23%
2,27%
3.5.1. Perikanan Tangkap
99,33
100,12
100,45
103,55
3,09%
3.5.2. Perikanan Budidaya
95,04
95,43
95,36
96,18
-0,07%
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah
NTP subsektor Tanaman Padi dan Palawija pada September 2014 sebesar 101,16 atau mengalami peningkatan sebesar 2,20% (qtq) dibandingkan Juni 2014 yang tercatat sebesar 98,98. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga yang diterima petani tanaman padi dan palawija lebih besar apabila dibandingkan dengan kenaikan indeks harga yang dibayar petani. Indeks harga yang diterima petani padi palawija sebesar 114,72 atau meningkat sebesar 3,28% (qtq) dibandingkan Juni 2014 yang tercatat sebesar 111,08. Sementara indeks harga yang dibayar petani padi palawija mengalami peningkatan sebesar 1,06% (qtq) menjadi 113,41. NTP subsektor Tanaman Hortikultura pada September 2014 sebesar 104,27 atau mengalami kontraksi sebesar 0,49% (qtq) dibandingkan Juni 2014 yang tercatat sebesar 104,78. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan indeks harga yang diterima petani hortikultura lebih kecil dari peningkatan yang terjadi pada indeks harga yang dibayar petani hortikultura. Indeks harga yang diterima petani hortikultura sebesar 118,11 atau meningkat sebesar 0,69% (qtq) dibandingkan Juni 2014 yang tercatat sebesar 117,30. Sedangkan indeks harga yang dibayar petani hortikultura mengalami peningkatan sebesar 1,19% (qtq) menjadi 113,28. NTP subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat pada September 2014 sebesar 90,77 atau mengalami kontraksi sebesar 3,20% (qtq) dibandingkan dengan Juni 2014 yang Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
75
tercatat sebesar 93,77. Indeks harga yang diterima petani perkebunan rakyat mengalami kontraksi sebesar 2,06% (qtq) dari posisi Juni 2014 yang tercatat sebesar 103,83. Sementara itu, indeks harga yang dibayar petani perkebunan rakyat pada bulan September 2014 mengalami peningkatan sebesar 1,27% (qtq) yang tercatat sebesar 112,02. Penurunan NTP subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dipengaruhi oleh harga karet di tingkat internasional yang masih menunjukkan tren pelemahan. NTP subsektor Peternakan pada September 2014 sebesar 95,54 atau mengalami peningkatan sebesar 0,18% (qtq) dibandingkan dengan Juni 2014 yang tercatat sebesar 95,37. Indeks harga yang diterima petani subsektor peternakan pada September 2014 sebesar 105,81 atau meningkat sebesar 1,39% (qtq). Indeks harga yang dibayar petani subsektor peternakan juga mengalami peningkatan sebesar 1,20% (qtq) dibandingkan dengan Juni 2014 yang tercatat sebesar 109,43. NTP subsektor Perikanan pada September 2014 sebesar 100,61 atau mengalami peningkatan sebesar 2,23% (qtq) dibandingkan Juni 2014 yang tercatat 98,42. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan indeks harga yang diterima petani subsektor perikanan sebesar 3,59% (qtq) yang tercatat 113,61, begitupula dengan indeks harga yang dibayar petani subsektor perikanan yang juga mengalami peningkatan sebesar 1,34% (qtq) yang tercatat 112,92 dibandingkan dengan Juni 2014.
5.2.1.2 Perbandingan Dengan Provinsi Lain di Kalimantan Pada bulan September 2014, NTP gabungan sebagian besar wilayah di Kalimantan mengalami kontraksi kecuali Provinsi Kalimantan Timur yang mengalami peningkatan sebesar 1,35% (qtq). Kontraksi paling tinggi terjadi pada Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 0,72% (qtq), lalu diikuti oleh Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Kalimantan Barat yang masing-masing tercatat sebesar 0,66% (qtq) dan 0,39% (qtq) dibandingkan dengan posisi Juni 2014. Sementara secara tahunan, NTP gabungan sebagian besar wilayah di Kalimantan mengalami peningkatan kecuali Provinsi Kalimantan Selatan yang mengalami kontraksi sebesar 0,14% (yoy). Peningkatan paling tinggi terjadi pada Provinsi Kalimantan Timur sebesar 1,35% (yoy), lalu diikuti oleh Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah yang masing-masing tercatat sebesar 1,55% (yoy) dan 0,30% (yoy) dibandingkan dengan posisi September 2013. Apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya di Kalimantan, NTP gabungan Provinsi Kalimantan Barat masih berada di bawah angka dasar indeks (100) yaitu sebesar 96,67, bahkan Kalimantan Barat merupakan provinsi dengan NTP gabungan terendah apabila dibandingkan dengan seluruh provinsi di wilayah Kalimantan. NTP gabungan tertinggi 76
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
dimiliki oleh Provinsi Kalimantan Timur yang tercatat sebesar 101,12, diikuti oleh Kalimantan Tengah sebesar 100,56 dan Kalimantan Selatan sebesar 99,17. Tabel 5.3 Perbandingan NTP dengan Provinsi Lain di Kalimantan No
2013
Uraian
1
Kalimantan Barat
2
Mar
Juni
2014 Sep
Des
Mar
Pertumbuhan thd
Juni
Sep
Jun 2014 (qtq)
Sep 2013 (yoy)
96,78
95,76
95,19
96,26
96,4
97,05
96,67
-0,39%
Kalimantan Tengah
101,25
101,49
100,26
102,41
102,49
101,23
100,56
-0,66%
1,55% 0,30%
3
Kalimantan Selatan
101,19
101,29
99,31
100,44
101,21
99,89
99,17
-0,72%
-0,14%
4
Kalimantan Timur
99,87
99,32
98,14
98,54
99,71
99,77
101,12
1,35%
3,04%
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah
Inflasi Pedesaan
5.2.2
Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) pada
akhir
triwulan
III
atau
IKRT/Inflasi Pedesaan
bulan
7,00%
September 2014 sebesar 113,85 atau
6,00%
mengalami inflasi 3,68% (yoy), lebih rendah apabila
3,00%
sebelumnya pada periode yang sama yang
2,00%
tercatat
Inflasi
1,00%
IKRT terutama didorong oleh
0,00%
sebesar
dengan
4,00%
tahun
pedesaan
dibandingkan
5,00%
5,78%
(yoy).
inflasi pada kelompok bahan makanan sebesar 7,02% (yoy), diikuti oleh kelompok sandang dan kelompok kesehatan yang
Tw I
Tw II
Tw III
2013
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2014
Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah Grafik 5.6 Inflasi Pedesaan (yoy)
masing-masing tercatat sebesar 6,38% (yoy) dan 5,16% (yoy). Sementara itu inflasi terendah terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 1,69%, diikuti oleh kelompok transportasi dan komunikasi serta kelompok perumahan masing-masing sebesar 3,36% (yoy) dan 3,85% (yoy). Tabel 5.4 Perkembangan Inflasi Pedesaan (yoy) 2013 2014 No Uraian Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II 1 Bahan Makanan 7,75% 6,76% 7,22% 6,90% 6,31% 7,97% 2 Makanan Jadi 4,62% 3,93% 3,77% 4,10% 4,01% 5,60% 3 Perumahan 3,24% 3,40% 3,50% 3,24% 4,13% 3,64% 4 Sandang 5,02% 4,42% 3,56% 2,79% 4,05% 4,48% 5 Kesehatan 4,37% 4,43% 4,02% 3,82% 4,83% 5,33% 6 Pendidikan,Rekreasi & Olah Raga 1,49% 1,83% 2,30% 2,02% 3,10% 3,25% 7 Transportasi dan Komunikasi 1,42% 1,27% 10,24% 11,05% 12,36% 12,11% Inflasi Pedesaan/IKRT 5,99% 5,34% 5,78% 5,53% 5,37% 6,41% Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
Tw III 7,02% 4,75% 3,85% 6,38% 5,16% 1,69% 3,36% 3,68%
77
Halaman ini sengaja dikosongkan
78
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
VI.
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
6.1 Prospek Perekonomian Daerah Perekonomian
7.00%
Kalimantan
Barat
pada triwulan IV 2014 diperkirakan
6.50%
relatif 6.00%
meningkat
dibandingkan
5.50%
triwulan
jika III
2014
yang tumbuh cukup rendah di level
5.00%
4,45%
4.50%
Kalimantan Barat pada triwulan
4.00%
mendatang diperkirakan tumbuh Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4P
2012
2013
2014
(yoy).
Perekonomian
pada kisaran 4,4
4,8% (yoy).
Optimisme terhadap perkembangan ekonomi pada triwulan mendatang
Sumber : BPS Prov. Kalbar, diolah Grafik 6.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat (yoy)
antara lain ditunjukkan oleh hasil Survei Konsumen dimana terdapat
peningkatan optimisme kondisi ekonomi yang akan datang sebesar 146,50 dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 138,50. Di sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan terutama didorong oleh konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah.Konsumsi rumah tangga diperkirakan meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan pada periode hari raya, baik Idul Adha, Natal dan memasuki Tahun Baru.Selain itu, periode liburan akhir tahun yang lebih panjang diperkirakan juga mendorong konsumsi rumah tangga pada periode mendatang. Namun demikian, pertumbuhan
konsumsi
diperkirakan
akan
sedikit
tertahan
apabila
pemerintah
mengimplementasi kebijakan pengurangan subsidi harga BBM pada akhir tahun. Sementara itu, konsumsi pemerintah diperkirakan meningkat sejalan dengan pola realisasi anggaran dan penyelesaian proyek.Komponen permintaan lainnya, yaitu investasi, juga diperkirakan terjaga pasca terpilihnya pemerintahan baru dan masih relatif terjaganya optimisme para pelaku usaha, khususnya di sektor industri pengolahan hasil perkebunan.Namun demikian, kinerja sisi eksternal diperkirakan masih belum optimal. Indikasi pelemahan ekonomi Tiongkok sebagai negara konsumen utama serta masih belum pulihnya harga komoditas internasional diperkirakan berdampak pada rendahnya permintaan akan barang ekspor Kalimantan Barat.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
79
USD cent/kg
USD/metric ton
1200 1000
800
600 400
2012
2013
Q3
450 400 350 300 250 200 150 100 50 0
Q4P
Q2
Q1
Q3
Q2
Karet
Q1
Q3
Q2
Q1
0
Q4
CPO
Q4
200
Dari
2014
sisi
sektoral,
perekonomian diperkirakan sektor
akselerasi
Kalimantan masih
Barat
bersumber
perekonomian
dari
utama
Kalimantan Barat, khususnya sektor pertanian
dan
pengolahan.
sektor Sektor
industri pertanian
diperkirakan akan tumbuh moderat, didorong oleh peningkatan produksi tanaman perkebunan, khususnya sawit. Sejalan dengan hal tersebut, sektor
Sumber : Bloomberg
industri pengolahan diperkirakan akan Grafik 6.2 Harga Internasional Karet dan Crude Palm Oil
mengalami
akselerasi.
Terjaganya
permintaan dunia akan minyak nabati serta permintaan domestik seiring dengan implementasi program mandatori biodiesel pada triwulan mendatang turut mendorong terjaganya pertumbuhan sektor industri pengolahan.Meskipun demikian, masih berlangsungnya tren pelemahan harga komoditas berpotensi menjadi faktor penahan pertumbuhan sektor industri. Secara umum, kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat sepanjang tahun 2014 diperkirakan melambat relatif signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dalam kisaran 4,4%-4,8% (yoy). Dari sisi penggunaan, perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh perlambatan di sisi ekspor, akibat kontraksi pada ekspor komoditas utama Kalimantan Barat, yaitu bauksit sebagai dampak dari implementasi UU Minerba, dan karet seiring dengan terjadinya perlambatan permintaan dari negara Tiongkok sebagai negara konsumen utama. Sementara itu, faktor pendorong perekonomian diperkirakan bersumber dari konsumsi yang antara lain didorong oleh pelaksanaan Pemilihan Umum. Kegiatan investasi juga masih tumbuh seiring dengan pengerjaan proyek-proyek MP3EI dan pembangunan pabrik CPO serta industri pengolahan logam/smelter. Dari sisi sektoral, perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh sektor pertanian dan pertambangan. Sementara, faktor pendorong perekonomian Kalimantan Barat diperkirakan didorong oleh sektor industri pengolahan, yang diperkirakan dipengaruhi oleh kinerja industri pengolahan minyak kelapa sawit dan pengolahan logam.
80
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
6.2 Perkiraan Inflasi Daerah Inflasi
Indeks
190
180
Kalimantan
triwulan
170
IV
Barat
2014
pada
diperkirakan
mengalami kenaikan. Tekanan inflasi
160
yang relatif tinggi diperkirakan terjadi di
150
akhir
140
Ekspektasi Inflasi Jangka Pendek Ekspektasi Inflasi Jangka Panjang
130
Tahun
IV-2014
III-2014
II-2014
I-2014
IV-2013
III-2013
II-2013
IV
2014,
seiring
berlangsungnya perayaan Natal dan
120 I-2013
triwulan Baru.
Pada
awal
hingga
pertengahan triwulan, tekanan inflasi
Sumber : Survei KonsumenBI, diolah
diperkirakan
Grafik 6.3 Perkembangan Ekspektasi Harga Konsumen
relatif
mereda
sejalan
dengan tidak terdapatnya even musiman
yang berpotensi memberikan koreksi harga pada sebagian besar komoditas. Kondisi tersebut diperkuat oleh hasil Survei Konsumen, dimana pada awal triwulan IV 2014, ekspektasi masyarakat terhadap inflasi, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang, mengalami penurunan. Tercatat, indeks ekspektasi inflasi masyarakat dalam jangka pendek (3 bulan ke depan) mencapai level 161, sementara ekspektasi jangka panjang (6 bulan ke depan) mencapai level 172,5. Kedua indeks ekspektasi tersebut lebih rendah dibanding triwulan III 2014 yang masing-masing mencapai 169 dan 179,5. Berdasarkan pengamatan hasil Survei Pemantauan Harga yang dilakukan oleh KPwBI Provinsi Kalimantan Barat dapat diketahui bahwa di awal triwulan IV 2014 (Oktober 2014) komoditas Bumbu, khususnya bawang merah dan komoditas Daging, terutama daging ayam ras mengalami koreksi harga. Di sisi lain, tarif angkutan udara mulai menunjukkan adanya kenaikan.
50.000
Rp/kg
28.000
Rp/kg
Sapi (Rp/Kg)
120.000,00
45.000
27.000
40.000
26.000
35.000
25.000
100.000,00
30.000
24.000
25.000
90.000,00
23.000
20.000
22.000
15.000
21.000
10.000
20.000
I
II
III
IV
V
I
II
III
IV
I
Jul-14 Cabe Merah
Agust-14 Cabe Rawit
Bawang Putih
Tren cabe merah
Tren bawang merah
Tren bawang putih
II
III
Sep-14
Sumber : KPwBI Prov. Kalbar
Grafik 6.4 SPH Bumbu
IV
I
II
Okt-14 Bawang Merah
III
110.000,00
80.000,00 Daging Ayam Ras Daging Sapi (RHS) Tren harga ayam ras
19.000
70.000,00
Telur Tren harga telur Tren harga daging sapi
60.000,00
18.000
50.000,00 I
II
III
IV
V
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
Tren cabe rawit
Jul-14
Agust-14
Sep-14
Okt-14
Sumber : KPwBI Prov. Kalbar
Grafik 6.5 SPH Daging dan Telur
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
81
1.400.000
Rp.
Selain faktor musiman di akhir tahun,
Maskapai I
Maskapai II
Maskapai III
Tren Rata-rata Harga
1.200.000
beberapa faktor lain yang juga berpotensi
1.000.000
menjadi
800.000
pemicu
kenaikan
inflasi
salah
satunya adalah rencana kenaikan tarif tiket
600.000 400.000
batas atas angkutan udara yang mengacu
200.000
pada Peraturan Menteri Perhubungan No.
I
II
III
IV
V
Jul-14
I
II
III
Agust-14
IV
I
II
III
IV
Sep-14
I
II Okt-14
III
51/2014
tentang
Mekanisme
Formulasi
Perhitungan dan Penetapan Tarif Batas Atas Sumber : KPwBI Prov. Kalbar
Penumpang
Grafik 6.6 SPH Tarif Tiket Pesawat
Pelayanan
Kelas
Ekonomi
Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam
Negeri yang mulai berlaku pada bulan November 2014. Kebijakan tersebut diperkirakan akan memberikan pengaruh signifikan terhadap inflasi di Kalimantan Barat, mengingat sumbangan tarif tiket angkutan udara yang relatif dominan dalam keranjang inflasi. Berdasarkan kondisi tersebut dan jika pemerintah menunda kenaikan harga BBM bersubsidi, inflasi Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan IV 2014 atau menjadi inflasi keseluruhan tahun 2014 diperkirakan berada pada kisaran 6,32%-7,32% (yoy).
82
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
LAMPIRAN Inflasi Triwulanan Menurut Kota 2013
Kelompok
I
2014
II
III
IV
Ptk
Skw
Ptk
Skw
Ptk
Skw
Ptk
Bahan Makanan
6.61
4.17
7.10
3.81
9.05
6.14
9.71
Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
9.86
6.92
6.96
3.51 10.17 10.57
Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
4.90
4.90
5.96
6.73
Sandang
8.32
2.72
7.80
2.17 10.79
3.64 12.82
Kesehatan
3.91
1.50
3.70
0.93
1.00
Pendidikan, rekreasi dan olahraga
11.37
Transpor, komunikasi dan jasa keuangan Umum
6.26 6.44
7.62
I Skw
II
III
Ptk
Skw
Ptk
6.59
9.58
7.17
9.33 6.52
6.17 8.86
6.33
7.20
7.89
8.46
9.18 5.77
7.68 3.73
7.23
7.41
7.01
5.34
6.49 3.87
7.89 9.40
4.39 10.67
7.76 10.47 8.50
1.81 2.43
2.46
2.36
2.03
3.40
Skw
Ptk
Skw
3.90 3.51 11.09 6.78
0.01 11.16
0.93 12.14
3.73 10.96
4.34 10.07
8.28 13.42 8.48
7.79 5.45
1.10
1.40
1.17
1.51 14.10
8.80 20.29
9.80 21.09
9.12 21.90 8.71
7.97 8.91
6.01
4.00 14.39
6.28 13.57
3.24 22.70 10.22 21.64
7.22 15.31 7.36
6.55 7.38
Sumber: Badan Pusat Statistik
Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Bahan Makanan 2013 Kelompok
I Ptk
2014
II Skw
Ptk
III Skw
IV
Ptk
Skw
Ptk
I Skw
II
Ptk
Skw
III
Ptk
Skw
Ptk
Skw
Bahan Makanan
9.30
5.66
6.47
2.47
9.67
9.13
5.96
6.23
7.89
8.46
9.18
5.77
6.17
Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya
7.35
0.34
8.99
1.03
7.49
5.33
5.25
8.08
5.72
9.86
5.39
8.62
4.00
4.80
Daging dan Hasil-hasilnya
-2.84
-8.69
2.77
-3.98
24.00
10.88
-1.22
2.30
2.75
0.51
14.36
10.38
-8.72
-2.19
Ikan Segar
10.26
8.86
13.17
27.52
0.42
7.93
6.86
18.04
7.33
-3.35
6.79
3.49
8.26
1.03
8.81
Ikan Diawetkan
3.98
10.89
16.60
8.39
18.10
10.22
24.27
18.49
27.32
15.41
12.51
1.98
22.26
0.51
Telur, Susu dan Hasil-hasilnya
5.37
7.26
4.98
3.87
7.05
9.23
6.66
8.89
8.82
-3.26
14.96
5.73
5.79
-1.32
23.63
5.40
14.75
0.44
3.04
7.65
-0.85
13.78
16.40
32.38
6.97
-1.87
36.95
37.77
1.99
11.84
4.61
8.32
11.89
6.29
14.04
5.40
16.66
3.29
13.44
3.26
5.00
4.11
Buah - buahan
15.76
9.59
16.51
15.18
8.43
9.38
4.23
12.47
23.35
12.79
23.18
12.25
9.51
12.76
Bumbu - bumbuan
33.79
18.84
9.10
2.89
28.57
10.77
26.72
12.82
16.34
10.25
5.95
2.92
-8.85
13.95
Lemak dan Minyak
-3.13
-6.78
-3.60
-5.78
-8.93
-0.43
0.48
3.66
3.83
3.36
6.48
5.75
10.59
3.82
8.56
3.64
7.09
3.90
8.54
3.98
9.73
4.77
12.89
7.02
15.14
10.27
17.40
11.33
Sayur-sayuran Kacang - kacangan
Bahan Makanan Lainnya
Sumber: Badan Pusat Statistik
Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 2013 Kelompok
I Ptk
II Skw
Ptk
2014 III
Skw
Ptk
IV Skw
Ptk
I Skw
II
III
Ptk
Skw
Ptk
Skw
Ptk
Skw
Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
4.90 4.90 5.96
6.73
6.26 7.62
7.23 7.41
7.01
5.34
6.49
3.87
7.68 3.73
Makanan jadi
2.49 3.68 4.13
6.03
4.25 6.68
5.02 6.63
4.56
4.47
4.78
2.28
6.04 2.46
Minuman tidak beralkohol
8.87 6.69 8.95
3.65 10.14 7.16 10.91 6.38 12.54
2.04 11.42
5.08 10.90 0.98
Tembakau dan minuman beralkohol
7.81 5.61 8.15
9.54
8.99
5.87
8.13 9.36
9.78 9.28
9.21
7.09
9.73 7.34
Sumber: Badan Pusat Statistik
Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 2013 Kelompok
I Ptk
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Biaya tempat tinggal
2014
II Skw
8.24 1.79
Ptk
III Skw
Ptk
IV Skw
Ptk
I Skw
Ptk
II Skw
Ptk
III Skw
Ptk
Skw
7.72 1.43 10.65 2.89 12.64 3.60 10.67 7.76 10.47 8.50
7.89
9.40
11.38 2.19 10.24 0.99 13.45 2.41 15.26 2.86 11.28 8.40 11.47 9.89
5.78
9.30
Bahan bakar, penerangan dan air
1.46 1.13
2.82 2.30
6.06 3.77
7.46 5.23
8.39 7.89
7.20 6.81 10.62 12.55
Perlengkapan rumah tangga
8.04 2.31
8.55 1.83
9.07 4.93 11.58 3.80 15.19 4.91 12.50 6.13 12.88
3.17
Penyelenggaraan rumah tangga
7.00 0.66
4.94 0.67
7.32 0.51 10.67 2.27
7.59
9.47 5.48 11.14 6.51
8.71
Sumber: Badan Pusat Statistik
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
Pe n
02 0, , ,914 1
xi
Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Sandang 2013 Kelompok
I Ptk
2014
II Skw
Ptk
III Skw
IV
Ptk
Skw
Sandang
3.91
1.50
3.70
0.93
6.44
Sandang laki-laki
4.08
-0.30
2.83
1.11
15.85
Sandang wanita
3.20
1.22
2.91
1.16
3.13
Sandang anak-anak
8.22
1.27
9.09
1.62 104.23
Barang pribadi dan sandang lain
2.09
3.57
2.23
-1.32
Ptk
1.00
40.70
I Skw
2.03
Ptk
2.46
II Skw
Skw
Ptk
Skw
3.90
3.51
1.81
2.43
1.15 14.38
5.03 15.99 4.27 16.51
4.35
5.83
4.31
1.33
2.32
6.92
1.48
6.18
1.19
0.97 93.91
3.49 98.85 3.06 97.74
5.64
7.53
4.92
-1.93 27.99
-4.52 27.82 0.55 28.94
1.68
-6.91
-1.69
3.65
3.40 2.36
III
Ptk
6.06 1.97
Sumber: Badan Pusat Statistik
Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Kesehatan 2013 Kelompok
I Ptk
2014
II Skw
III
Ptk
Skw
Ptk
IV Skw
Ptk
I Skw
Ptk
II Skw
III
Ptk
Skw
Ptk
Skw
Kesehatan
11.37
1.50 11.16
0.93 12.14
1.00 10.96
2.46 10.07 2.36 13.42 3.51 11.09
6.78
Jasa kesehatan
19.21
-0.30 20.81
1.11 32.84
1.15 24.35
5.03 24.03 4.27 34.24 4.35 15.69
3.94
6.63
1.16 49.85
1.33 53.15
2.32 45.79 1.97 49.09 1.48
8.54
1.27 13.34
1.62 39.85
0.97 44.37
3.49 51.02 3.06 53.68 5.64 23.48 13.96
Obat-obatan
8.13
Jasa perawatan jasmani
1.22
12.37
Perawatan jasmani dan kosmetik
7.87
3.57
6.87
-1.32
9.00
-1.93
9.15
-4.52
8.02 0.55
7.20 1.68
5.95 6.53
7.66
Sumber: Badan Pusat Statistik
Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 2014
2013 Kelompok
I Ptk
II Skw
Ptk
III Skw
IV
Ptk
Skw
Ptk
I Skw
II
Ptk
Skw
Ptk
III Skw
Ptk
Skw
Pendidikan, rekreasi dan olahraga
1.10
1.40
1.17
1.51
14.10
8.80
20.29
9.80
21.09
9.12
21.90
8.71
7.79
5.45
Jasa pendidikan
0.48
2.76
0.48
2.81
32.11
8.93
53.93
9.82
53.92
7.42
53.93
7.38
16.51
7.98
Kursus-kursus/pelatihan
0.00
-0.89
0.83
1.34
4.92
0.05
8.49
0.20
14.75
1.50
13.81
1.50
9.37
1.22
-1.47
4.56
0.97
4.59
2.00
-6.60
3.50
-4.34
5.66
6.58
4.13
6.68
6.65
6.62
Rekreasi
4.72
45.94
3.06
46.68
32.07 -15.77
31.92
15.26
37.89
13.20
20.20
-0.69
Olahraga
6.87
6.37
7.83
4.81
7.21
-1.48
21.62
0.00
26.38
0.00
Perlengkapan/peralatan pendidikan
15.67 -15.77 8.25
4.80
6.94
4.80
Sumber: Badan Pusat Statistik
Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 2013 Kelompok
I Ptk
Skw
Ptk
Transpor, komunikasi dan jasa keuangan
3.03
Transpor
3.75 11.10 15.13
Komunikasi dan pengiriman
2014
II 7.19 10.81
III Skw
IV Skw
Ptk
II
Skw
8.35
1.06
16.96
7.97
8.91
11.28 11.04
1.23
23.46 14.27 32.36 10.75 23.33 11.12 12.02
13.71
9.49 21.64
Skw
Ptk
III
Ptk
7.42
Ptk
I 7.22 15.31
Skw 7.36
Ptk
Skw
-0.29
0.00
-0.24
0.00
-0.24
0.00
0.53
0.00
0.41
0.00
0.27
0.00
-0.26
0.00
Sarana dan penunjang transpor
4.59
1.13
3.58
1.11
5.30
1.93
3.78
1.82
3.60
1.56
3.77
1.54
4.24
0.73
Jasa keuangan
1.24
2.50
1.24
2.50
0.45
0.91
0.45
0.91
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Sumber: Badan Pusat Statistik
xii
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
DAFTAR ISTILAH PDB- PDRB
Produk
Domestik
Bruto
adalah
sebuah
analisis
perhitungan
pertumbuhan ekonomi dengan menghitung seluruh nilai tambah yang terjadi di sebuah wilayah tertentu pada waktu tertentu. Untuk skala nasional disebut PDB dan untuk skala daerah disebut PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Inflasi
Adalah peningkatan harga barang dan jasa secara umum dalam satu periode.
Umumnya
inflasi
diukur
dengan
perubahan
harga
sekelompok barang dan jasa yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK). Inflasi month to month
adalah perbandingan harga (nisbah) perubahan harga Indeks Harga Konsumen bulan bersangkutan dibandingkan IHK bulan sebelumnya. Atau sering disingkat (mtm).
Inflasi Year to Date
atau sering disebut inflasi kumulatif, adalah inflasi yang mengukur perbandingan harga (nisbah) perubahan Indeks Harga Konsumen bulan bersangkutan dibandingkan IHK bulan Desember tahun sebelumnya. Atau sering disingkat (ytd).
Inflasi Year over Year
atau sering disebut inflasi tahunan, adalah inflasi yang mengukur perbandingan harga (nisbah) perubahan
Indeks Harga Konsumen
bulan bersangkutan dibandingkan IHK bulan yang sama tahun sebelumnya. Atau sering disingkat (yoy) Inflasi Quarter to quarter
atau sering disebut inflasi secara triwulanan, adalah inflasi yang mengukur perbandingan harga (nisbah)/perubahan
Indeks Harga
Konsumen pada akhir bulan triwulan bersangkutan dibandingkan IHK akhir bulan triwulan sebelumnya. Atau sering disingkat (qtq). BI Rate
adalah suku bunga yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal (stance) kebijakan moneter. BI Rate merupakan tingkat suku bunga indikatif yang hanya merupakan reference ratesebagai sinyal respon kebijakan moneter Bank Indonesia.
BOPO
Rasio efisiensi bank yang mengukur beban operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin tinggi nilai BOPO maka semakin tidak efisien operasi bank.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
xiii
NIM
Singkatan dari Net Interest Margin, adalah selisih nominal antara pendapatan bunga dengan biaya bunga dibagi dengan rata-rata jumlah asset dalam satu periode.
NII
Singkatan dari Net Interest Income, adalah selisih nominal antara pendapatan bunga dengan biaya bunga yang harus dikeluarkan oleh bank.
NPLs
Singkatan dari: Non Performing Loans, adalah kredit-kredit di perbankan yang tergolong kolektibilitas non lancar, yaitu kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia.
LDR
Singkatan dari: Loan to Deposit Ratio, adalah perbandingan antara jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah dana yang dikumpulkan bank.
ROA
Singkatan dari Return on Assets, adalah perbandingan laba bersih dengan rata-rata jumlah asset dalam satu periode.
Bilyet Giro
Surat perintah pemindah bukuan dari nasabah suatu bank kepada bank tersebut,untuk memindahkan sejumlah uang dari rekening nasabah ke rekening penerima yang namanya disebutkan dalam bilyet, pada bank yang sama atau bank yang lainnya .
Cek
Surat perintah tanpa syarat dari nasabah kepada bank yang memelihara rekening giro nasabah tersebut untuk membayar sejumlah uang kepada pihak yang disebutkan didalamnya atau kepada pemegang cek tersebut.
Inflow
adalah uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia, misalnya melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.
Outflow
adalah uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia melalui proses penarikan tunai bank umum dari Giro di Bank Indonesia atau pembayaran tunai melalui Bank Indonesia.
Net Flow
Adalah selisih antara inflow dan outflow.
PTTB
Pemberian Tanda Tak Berharga, adalah kegiatan pemusnahan uang, sebagai upaya Bank Indonesia untuk menyediakan uang kartal yang Fit For Circulation untuk bertransaksi.
xiv
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014