e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017)
ANALISIS PERSEPSI STAKEHOLDERS INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DESA PAKRAMAN SIDETAPA, KECAMATAN BANJAR, KABUPATEN BULELENG, PROVINSI BALI (Sebuah Studi Fenomologi pada Organisasi Publik Non Pemerintahan) 1Komang
1Nyoman
Ari Saputra, Trisna Herawati, 2Made Arie Wahyuni
Jurusan Akuntansi Program S1 UniversitasPendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui,1) Persepsi stakeholders internal dan eksternal terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuanganDesa Pakraman Sidetapa, 2) Perbedaan persepsi antara stakeholders internal dan eksternal terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Desa Pakraman Sidetapa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Pakraman Sidetapa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali.Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Informan yang dipilih, yaitu Prajuru Desa Pakraman Sidetapa dan Krama Desa Sidetapa. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi teknik dan studi dokumen.Analisis data dilakukan melalui tiga tahapan, antara lain: 1) Reduksi Data, 2) Penyajian Data dan 3) Menarik Kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa,adanya perbedaan persepsi antara stakeholdersinternal dan eksternal terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuanganDesa Pakraman Sidetapa. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi antara stakeholders internal dan eksternal adalah sebagai berikut: 1) Pengetahuan, karena prajuru desa pakraman lebih mengetahui proses pengelolaan keuangan desa pakraman dibandingkan dengan krama desa dan 2) Kesenjangan informasi, karena tidak tersampaikannya laporan pertanggungjawaban secara tertulis menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya perbedaan persepsi antara prajuru desa pakraman dan krama desa. Kata kunci: Persepsi, Transparansi, Akuntabilitas, Pengelolaan
Abstract The study aimed at finding out 1) the internal and external stakeholders’ perception on the transparency and accountability of financial management of the traditional village Sidatapa, 2) different perception between internal and external stakeholders on the transparency and accountability of financial management of traditional village of Sidatapa. The study utilized a quantitative methodology conducted in a traditional village called Sidatapa, Banjar sub-district, Buleleng, Bali. The data were obtained from primary as well as secondary sources by involving informants consisting of traditional
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017) village management which was called Prajuru Desa Pakraman Sidetapa, and village members. Deep interview, observation, and documentation techniques were used to collect the data. Data analysis was conducted following three concurrent stages such as: 1) data reduction, data presentation, and 3) drawing conclusion. The results of the study indicated that there were different perceptions between internal and external stakeholders on the transparency and accountability of financial management of traditional village of Sidatapa. Several factors resulting the differences between the internal and external sides consisted of the followins:: 1) knowledge, since the village management had better knowledge in the process of financial management of the traditional village of Sidatapa than the member of the village, and 2) information gap, since the information about the financial report accountability were not shared sufficiently to all the members of the traditional village; these would generate misunderstanding. Key words: Perception, Transparency, Accountability, Management
PENDAHULUAN Provinsi Bali sebagai salah satu provinsi yang ada di Indonesia memiliki keunikan tersendiri dalam sistem pemerintahannya. Provinsi Bali mengenal keberadaan desa dinas, desa pakraman (desa adat) serta banjar dinas dan banjar adat.Eksistensi keberadaan desa pakraman tidak bergantung pada kehendak pemerintah, melainkan kehendak dari masyarakat itu sendiri yang bersifat tradisional.Desa pakraman merupakan perwujudan dari lembaga adat, yang dalam hubungannya dengan pemerintah dipimpin oleh pemuka-pemuka adatnya untuk dapat berpartisipasi aktif terhadap pelaksanaan program kerja desa (Surpha,2002). Menurut Perda Provinsi Bali Nomor 6 tahun 1986 dijelaskan pengertian desa pakraman sebagai desa dresta adalah kesatuan masyarakat hukum adat di Bali yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan hidup masyarakat umat hindu secara turun temurun dalam ikatan kahyangan tiga/kahyangan desa, yang mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri, serta berhak mengurus rumah tangganya sendiri. Desa pakraman memiliki sub bab pemerintahan yang digunakan dengan banjar adat. Suatu desa pakraman biasanya terdiri dari beberapa banjar adat. Namun ada pula desa pakraman yang terdiri dari dari satu banjar adat. Pada penyelenggaraanpemerintahan desa
khusunya desa pakraman masih mengalami kendala dalam hal pengelolaan keuangan.Selama ini pengelolaan keuangan desa pakraman di Bali dapat dikatakan sederhana.Pertanggungjawaban yang dibuat dalam bentuk laporan keuangan sampai saat ini belum ditunjang dengan sistem dan prosedur yang memadai, hal ini dikarenakan tidak adanya peraturan resmi yang dibuat baik dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang secara khusus mengatur mengenai pembuatan laporan keuangan desa pakraman sebagai wujud akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan di desa pakraman.Adanya laporan keuangan yang handal dari desa pakraman sangat diharapkan sebagai wujud pertanggungjawaban kepada masyarakat (krama desa)desa pakraman itu sendiri, sehingga persepsi maupun hal negatif terkait dengan pengelolan keuangan desa pakraman pun dapat dihindari. Dalam skala mikro organisasi, akuntabilitas pengelolaan keuangan merupakan hal yang sangat penting untuk dapat menjadikan organisasi tersebut sebagai lembaga yang profesional, begitu juga dengan desa pakraman sebagai lembaga yang memiliki kendali atas pengelolaan aset dan kekayaan desa pakraman. Oleh sebab itu, transparansi dan akuntabilitas praktik pengelolaan keuangan pada desa pakraman merupakan salah satu poin yang menarik untuk dapat dikaji lebih mendalam karena hal tersebut menjadi hakikat utama bagi
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017) entitas publik untuk dapat bertahan dan memaksimalkan perannya, apalagi bagi entitas publik yang berada pada lingkup sosial budaya yang berbeda dengan entitas publik lainnya. Desa Sidetapa merupakan salah satu desa Baliaga (Bali Asli) yang ada di Bali. Masyarakat Baliaga adalah kelompok masyarakat yang mendiami wilayah pegunungan dan merupakan masyarakat yang sulit ditundukkan pada saat Kerajaan Majapahit menguasai Bali. Dalam hal ini, erat hubungannya dengan dresta. Dresta adalah pedoman sebagai pandangan, kebiasaan - kebiasaan maupun aturan aturan dari suatu daerah tertentu. Sejak berubahnya desa dresta menjadi desa pakraman hal ini menuntut prajuru desa pakraman untuk merubah kebiasaankebiasaan yang sudah dilaksanakan sebelumnya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu: (1)Bagaimana persepsi stakeholders internal dan stakeholders eksternal terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Desa Pakraman Sidetapa?, (2) Adakah perbedaan persepsi antara stakeholders internal dan stakeholders eksternal terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Desa Pakraman Sidetapa? METODE Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan demikian arti atau pengertian penelitian kualitatif tersebut adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005). Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu situasi sosial merupakan kajian utama penelitian kualitatif. Peneliti pergi ke lokasi tersebut, memahami dan mempelajari situasi. Studi
dilakukan pada waktu interaksi berlangsung di tempat kejadian. Peneliti mengamati, mencatat, bertanya, menggali sumber yang erat hubungannya dengan peristiwa yang terjadi saat itu. Hasil-hasil yang diperoleh pada saat itu segera disusun saat itu pula. Apa yang diamati pada dasarnya tidak lepas dari konteks lingkungan di mana tingkah laku berlangsung. Penelitian ini dilakukan di Desa Pakraman Sidetapa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Penulis memilih Desa Pakraman Sidetapa karena Desa Sidetapa merupakan salah satu desa Baliaga yang ada di Bali. Disamping itu, untuk menganalisis persepsi stakeholders internal dan eksternal terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Desa Pakraman Sidetapa. Informan yang dipilih adalah informan yang terlibat langsung serta memahami dan dapat memberikan informasi (gambaran) tentang pengelolaan keuangan Desa Pakraman Sidetapa, yaitu Pemerintah Desa Pakraman Sidetapa selaku Tim Pelaksana Desa Pakraman Sidetapa, dan Krama Desa Sidetapa. Sebagai informan dari unsur pemerintah Desa Pakraman Sidetapa diwakili oleh Kelian Desa Pakraman Sidetapa (Petajuh), Wakil Kelian Desa Pakraman Sidetapa (Pangliman), Penyarikan (Sekretaris) dan Bendahara (Pengenter), Baga Prahyangan, Baga Pawongan, dan Baga Palemahan. dan Krama Desa Sidetapa dimasing-masing Bajar Adat, yaitu Banjar Adat Lakah, Banjar Adat Delod Pura dan Banjar Adat Dajan Pura yang dipilih secara acak. Metode Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) teknik wawancara mendalam, yaitu dalam rangka mengumpulkan data dan informasi yang valid dan akurat, pengumpulan data yang utama (untuk mendapatkan data primer) peneliti akan melakukan wawancara secara mendalam, yang dibantu dengan alat perekam (tape recorder). Alat perekam ini berguna sebagai bahan crossceck, jika pada saat analisa terdapat data, keterangan atau informasi yang sempat
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017) tidak tercatat oleh pewawancara. Dalam penelitian tentang transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Desa Pakraman Sidetapa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, peneliti akan berperan penuh sebagai observer sekaligus sebagai pewancara, dengan melakukan wawancara secara langsung dan bersifat mendalam dan terbuka dengan para pengelola keuangan Desa Pakraman Sidetapa, serta mencatat semua kejadian dan data serta informasi dari informan yang selanjutnya dipergunakan sebagai bahan penulisan laporan hasil penelitian. 2) observasi teknik, yaitu observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Teknik pelaksanaan observasi ini dapat dilakkan secara langsung yaitu pengamat berada langsung bersama objek yang diselidiki dan tidak langsung yakni pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang diselidiki. 3) studi dokumen, yaitu dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumendokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Dokumen merupakan jejak peristiwa masa lalu dala bentuk tertulis. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti apa yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992) dan Moleong (2005) sebagai teknik analisis interaktif (interactive model of analysis) dengan tahapan sebagai berikut:1) Reduksi data meliputi proses pemilihan, pemusatan, perhatian, penyederhanaan, pengabstraksian dan transformasi data yang muncul dari catatan tertulis di lapangan maupun hasil wawancara maupun observasi. Dari data yang berhasil dikumpulkan kemudian direduksi untuk keperluan mengorganisasikan data dalam memudahkan penarikan kesimpulan. Reduksi data dilakukan secara terusmenerus selama proses penelitian
berlangsung; 2)Penyajian data (data display), karena data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya verifikasi dan pengambilan tindakan maka penyajian data ini digunakan dalam rangka memperoleh pemahaman yang lebih baaik terhadap kontek penelitian; 3)Menarik kesimpulan (verifikasi), sebagai proses mencari arti, mencatat keteraturan, polapola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat dan proporsi-proporsi penelitian. Sajian data yang telah tersusun akan diverifikasi selama penelitian berlangsung secara terus-menerus untuk mencari kesimpulan akhir. Setiap kesimpulan senantiasa terus dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung yang melibatkan interpretasi peneliti. HASIL DAN PEMBAHASAN Desa Sidetapa terletak di pegunungan dengan ketinggian 200-500 meter diatas permukaan laut, 25 km dari Kabupaten Buleleng dan 7 km dari Kecamatan Banjar dengan luas wilayah 365,43 Ha. Adapun batas-batas wilayah Desa Sidetapa sebagai berikut:sebelah Utara berbatasan langsung dengan Desa Tampekan, sebelah Timur berbatsan dengan Banjar Dinas Corot Desa Cempaga, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cempaga dan sebelah Barat berbatasan dengan Banjar Dinas Pegentengan Desa Banjar. Wilayah Desa Sidetapa dibagi menjadi 3 Banjar Dinas, yaitu Banjar Dinas Lakah, Banjar Dinas Delod Pura, dan Banjar Dinas Dajan Pura. Desa Sidetapa letaknya berada di pegunungan sehingga Desa Sidetapa sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani dengan hasil pertanian berupa cengkeh, mangga, manggis, durian, coklat dan lain-lain. Diantara hasil pertanian, penduduk Desa Sidetapa paling umum menghasilkan cengkeh. Di samping itu, apabila dilihat dari tata guna tanah yang dimanfaatkan oleh penduduk Desa Sidetapa yang sebagian besar adalah lahan perkebunan, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Sidetapa mayoritasnya sebagai petani, yaitu sebagai petani cengkeh.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017) Selain mata pencaharian tersebut, penduduk Desa Sidetapa juga berprofesi sebagai guru, TNI, karyawan swasta, tenaga medis dan lain-lain. Saat ini taraf pendidikan masyarakat Desa Sidetapa sudah mulai meningkat, yang mana dulunya adalah orang-orang tidak mengenal pendidikan namun sekarang ini mereka sudah mengenyam pendidikan dari Sekolah Dasar (SD) sampai ke Perguruan Tinggi. Desa Pakraman Sidetapa memiliki struktur organisasi pemerintahan yang menggambarkan kerangka dan susunan hubungan diantara fungsi, bagian atau posisi, juga menunjukkan hierarki organisasi dan struktur sebagai wadah untuk menjalankan wewenang, tanggung jawab dan sistem pelaporan terhadap atasan dan pada akhirnya memberikan stabilitas dan kontinuitas yang memungkinkan organisasi tetap hidup walaupun orang datang dan pergi serta pengkoordinasian hubungan dengan lingkungan. Struktur organisasi dapat menghindari atau mengurangi kesimpangsiuran dalam pelaksanaan tugas, tanggungjawab dan wewenang masing-masing pejabat pemerintahan desa pakraman.Menurut Stoner (2006), organisasi adalah suatu pola hubunganhubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama. Persepsi Stakeholders Internal dan Stakeholders Eksternal terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa Pakraman Sidetapa Persepsi Stakeholders Internal terhadap Transparansi Pengelolaan Keuangan Desa Pakraman Sidetapa Menurut Hafinz (2000) menyatakan bahwa transparansi adalah sebagai berikut. “keterbukaan dan kejujuran kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintahan dalam sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan
ketaatannya kepada peraturan perundang-undangan.” Indikator transparansi dalam penelitian ini adalah : a) Penyediaan dan akses informasi yang jelas tentang perencanaan, prosedur pelaksanaan dan pertanggungjawaban, b) Adanya musyawarah yang melibatkan masyarakat, c) Keterbukaan proses pengelolaan, dan d) Keterbukaan informasi tentang dokumen pengelolaan keuangan desa pakraman. Transparansi akan mengurangi tingkat ketidakpastian dalam proses pengambilan keputusan mengenai pengelolaan keuangan desa pakraman, karena penyebarluasan berbagai informasi yang selama ini aksesnya hanya dimiliki pemerintah dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut mengambil keputusan, misalnya dengan paruman desa yang dilakukan secara musyawarah. Selain itu, transparansi dapat mempersempit peluang korupsi dalam lingkup pemerintah desa pakraman dengan masyarakat ikut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan tersebut.Menyikapi hal tersebut, persepsi dari stakeholders internal terhadap transparansi pengelolaan keuangan sangat penting. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam penelitian ini stakeholders internal yang dimaksud adalah pemangku kepentingan yang ada di organisasi publik non pemerintahan atau di desa pakraman dan memerlukan informasi yang terkait dengan laporan keuangan desa pakramanyang terdiri dari Petajuh (Kelian Desa Pakraman), Pangliman (Wakil Kelian Desa Pakraman), Penyarikan (Sekretaris Desa Pakraman), Pengenter (Bendahara Desa pakraman), Baga Prahyangan, Baga Pawaongan, dan Baga Palemahan. Dimana stakeholdersInternal ini secara langsung terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan keuangan desa pakraman, sehingga sudah barang tentu mereka bisa mempunyai persepsi yang positif dalam hal transparansi dan pengelolaan keuangan desa pakraman. Menurut Putu Kasma (Kelian Desa Pakraman Sidetapa) dalam wawancara yang dilakukan mengenai persepsi
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017) terhadap transparansi pengelolaan keuangan desa pakraman sebagai berikut. “pengelolaan keuangan desa pakraman oleh prajuru desa sebelum dana itu dipergunkan tentunya ada perencanaan, kalu tidak membuat perencanaan anggaran mau digunakan untuk apa? Artinyakedepan supayaada kegiatan untuk desa pakramanya. Terus nyanan (nanti), engkenang (bagaimana) ngae (buat) laporan pertanggungjawaban ajak (sama) kramane (nya)? Bagi krama desa yang ingin tahu tentang pengelolaan keuangan bisa datang dan melihatnya langsung pada laporan yang sudah di print. Selain itu, kita sudah sampaikan isi dari laporan pertanggungjawaban tersebut kemarin pada saat piodalan di Pura Puseh.” Dalam wawancara denganJro Nyoman Parma (penyarikan) dalam wawancara juga menjelaskan mengenai transparansi pengelolaan keuangan desa pakraman sebagai berikut. “pasti sebelum jalan, kita prajuru desa membuat perencaan anggaran untuk kedepanya. Prajuru Desa PakramanSidetapa memiliki kewajiban untuk memberikan informasi keuangan desa pakraman yang jujur kepada masyarakan (krama) Sidetapa. Krama desa yang ada saat ini kurang lebih 800 orang, namun dalam mengikuti paruman yang biasanya hadir hanya 50 orang. Tentu ini menjadi kendala bagi prajuru desa pakraman dalam penyampaian laporan pertanggungjawaban tersebut. Artinya, kesadaran krama itu sangat penting untuk mengikuti paruman agar mengikuti perkembangan desa pakraman dan juga untuk menghindari pendapat yang tidak-tidak. Namun jika ada krama yang ingin tahu masalah di desa pakraman kami selau melayani.” Persepsi stakeholders internal terhadap transparansi pengelolaan keuangan Desa Pakraman Sidetapa sudah sesuai dengan indikator transparansi keuangan, yaitu adanya akses pada informasi yang akurat dan tepat waktu artinya penyampaian kinerja
prajuru desa pakraman selalu dilakukan pada saat paruman yang bertepatan dengan Buda Kliwon, adanya musyawarah melalui paruman untuk menjelaskan isi dari laporan pertanggungjawaban tersebut, penyediaan informasi yang jelas tentang prosedur dan biaya yang dikeluarakan, dan kemudahan akses informasi yakni bila ada yang kurang jelas bisa ditanyakan langsung ke KelianDesa Pakraman. Dalam pengelolaan keuangan stakeholders internal sudah membuat laporan pertanggungjawaban sebagai wujud kinerja mereka dalam menjalankan pemerintahan. Persepsi Stakeholders Eksternal terhadap Transparansi Pengelolaan Keuangan Desa Pakraman Sidetapa Dalam stakeholders eksternal yang dimaksud adalah pemangku kepentingan yang ada di organisasi non pemerintahan atau di desa pakraman dan memerlukan informasi yang terkait dengan laporan keuangan desa pakraman yaitu krama desa. Stakeholders eksternal mewakili kepentingan publik untuk mengetahui tentang transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Desa Pakraman Sidetapa, namun karena stakeholders eksternal tidak terlibat secara langsung dalam perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan evaluasi laporan keuangan desa pakraman kemungkinan mereka dapat memiliki persepsi yang berbeda dalam hal transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa pakraman dibanding stakeholders internal. I Made Sama (Krama Desa Dajan Pura) dalam wawancara tersebut sebagai berikut. “konden (belum), soalnyangando (tidak) tawang (tahu) ape (apa) program desa pakraman ane (yang) jelas. Yang sudahberjalan biasanya kan cuma harihari raya galungan dan kuningan selainitutidaktahu. Kramangando (tidak) terlibat, paling pengurus ane (yang) nawang (tahu). Masalah pemerintahan yang bersih kenken (bagaimana) kaden (kira) pengurus, laporan tetep (tetap) ye gaene (dibuat) setiap tahun.”
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017) Selain itu, menurut I Wen (Krama Desa Lakah) dalam wawancara mengatakan: “ube kondene wa ngando nawang, ngando ten milu rapat di desa. Ngando tawang masi mongken ade dana di desa, agen ape to ngando tawang. Ngando ye wa gre, bek masi krama ane ngando ten milu rapat.” Terjemahan: “sudah belumnya paman tidak tahu, tidak pernah ikut rapat di desa. Tidak tahu juga berapa ada dana di desa, digunakan apa itu tidak tahu. Tidak paman saja, banyak juga krama yang tidak pernah ikut rapat.” Persepsi stakeholders eksternal terhadap transpransi pengelolaan keuangan desa pakraman berbeda dengan persepsi stakeholders internal. Perbedaan tersebut dilihat bagaimana pandangan Krama Desa Sidetapa terhadap pengelolaan keuangan Desa Pakraman Sidetapa. Persepsi Stakeholders Internal terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa Pakraman Sidetapa Yang dimaksud akuntabilitas dalam penelitian ini yaitu pertanggungjawaban stakeholders internal dalam pengelolaan keuangan desa pakraman kepada masyarakat, dimana Kelian Desa Pakramansebagai penanggungjawab utama. Disebutkan oleh Russel (1997)indikator akuntabilitas sebagai berikut : 1. Proses pembuatan sebuah keputusan yang dibuat secara tertulis, tersedia bagi warga dan memenuhi standar administrasi yang berlaku. 2. Akurasi dan kelengkapan informasi yang berhubungan dengan cara-cara mencapai sasaran suatu program 3. Kejelasan dari tujuan yang ingin dicapai 4. Kelayakan dan konsistensi dari target operasional Dalam wawancara kepada Nyoman Raka selaku pengenter (bendahara) mengenai akuntabilitas pengelolaan keuangan desa pakraman sebagai berikut. “setiap tahun kita buat laporan pertanggungjawaban, dan setiap enam bulan kita melakukan evaluasi
mengenai program yang sudah berjalan di desa pakraman. Laporan itu berisi catatan pemasukan ke kas desa pakraman dan pengeluarannya. Sumber pemasukan ada dari urunan krama, dana punia, pajak tanah desa, dana BKK, dan bantuan lain yang tidak mengikat. Dan pengeluarannya digunakan untuk kegiatan yang ada di desa pakraman. Laporan tersebut dibuat dan diberitahukan nanti pada saat paruman akhir tahun.” Made Dana, SH selaku Ketua Baga Pawongan dalam wawancara juga mempertegas, “kalau itu sudah, kemarin Pak Kelian sudah membacakannya di depan krama pada saat paruman di balai banjar. Isinya jelas mengenai dari mana saja dana masuk, dan dana tersebut digunakan untuk apa. Secara rinci sudah dijelaskan pada saat paruman. Laporan pertanggungjawaban dibuat setiap setahun sekali, setelah itu akan diberitahukan kepada krama.” Persepsi stakeholders internal terhadap akutabilitas pengelolaan keuangan Desa Pakraman Sidetapa sudah sesuai dengan indikator akuntabilitas keuangan. Dalam pengelolaan keuangan desa pakraman, stakeholders internal sudah membuat membuat keputusan yang dibuat secara tertulis yang disebut dengan laporan pertanggungjawaban setiap tahun (tersedia bagi warga dan memenuhi standar administrasi yang berlaku). Selain itu, isi dari laporan pertanggungjawaban sudah tepat sasaran sesuai dengan perencanaan yang sudah disepakati bersama prajuru desa. Persepsi Stakeholders Eksternal terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa Pakraman Sidetapa Aspek yang terkandung dalam pengertian akuntabilitas adalah bahwa publik mempunyai hak untuk mengetahui kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pihak yang mereka beri kepercayaan. Media pertanggungjawaban dalam konsep akuntabilitas tidak terbatas pada laporan pertanggungjawaban saja, tetapi mencakup juga praktek-praktek
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017) kemudahan si pemberi mandat mendapatkan informasi, baik langsung maupun tidak langsung secara lisan maupun tulisan. Dengan demikian, akuntabilitas akan tumbuh subur pada lingkungan yang mengutamakan keterbukaan sebagai landasan penting dan dalam suasana yang transparan dan demokrasi serta kebebasan dalam mengemukakan pendapat. I Made Sudarma (Krama Desa Delod Pura) menyatakan: “setiap tahun disampaikan pertanggungjawaban tapi yang lebih tahu hanya pengurus. Krama hanya melihat kinerja pengurus dari luar, bagimana dalamnya hanya pengurus yang tahu. Kalau teliti krama ada yang nanya, kalau krama yang cuek apa yang di laporkan oleh pengurus pasti iya-iya saja.” Persepsi stakeholders eksternal terhadap transpransi pengelolaan keuangan desa pakraman berbeda dengan persepsi stakeholders internal. Perbedaan tersebut ada pada bagaimana cara penyampaian dan isi dari laporan pertanggungjawaban itu masih jauh dari sasaran yang seharusnya dicapai oleh desa pakraman. Kurang jelasnya isi laporan pertanggungjawaban dari prajuru desa membuat perbedaan persepsi dengan krama desa, hal ini karena dalam laporan pertanggungjawaban yang disampakain ke krama desa masih belum rinci.
Perbedaan Persepsi antara Stakeholders Internal dan Stakeholders Eksternal terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Laporan Keuangan Desa Pakraman Sidetapa Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001 Pasal 10 ayat (1) tentang Desa Pakraman, pendapatan Desa Pakraman diperoleh dari: 1) urunan krama desa pakraman, 2) hasil pengelolaan kekayaan desapakraman, 3) hasil usaha lembaga perkreditan desa(LPD), 4) bantuan pemerintah dan pemerintahdaerah, 5) pendapatan lainnya yang sah, dan 6) sumbangan pihak ketiga yang tidakmengikat. Pendapatan desa pakraman sebagai dimaksud ayat (1) pasal ini dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan dan penyelenggaraan kegiatan di desa pakraman masingmasing. Pencatatan pendapatan dan pengeluaran Desa Pakraman Sidetapa dicatat dalam buku catatan pengenter, ini berarti semua jenis pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan oleh desa pakraman dicatat oleh pengenter. Dalam pencatatan tersebut, pengenter masih menggunakan metode pencatatan yang masih sederhana. Pencatatan kas masuk dan kas keluar masih dicatat pada halnya, yaitu mencatat kas masuk disebelah sisi pemasukan/debit dan kas keluar dicatat disebelah sisi pengeluaran/kredit. Berikut adalah pencatatan pendapatan dilakukan dari Maret 2016 sampai s/d Januari 2017.
Tabel 4.2 Pendapatan dan Pengeluaran Desa Pakraman Sidetapa dari Maret 2016 sampai s/dJanuari 2017 No. Keterangan
Debit
Kredit
Saldo
1 Dana masuk 150.775.387 2 Dana keluar 68.885.000 Sisa Dana 81.890.387 Sumber: Laporan Pertanggungjawaban Desa Pakraman Sidetapa Tahun(2016-2017) Adanya perbedaaan pesepsi antara stakeholders internal dan stakeholders ekternal terhadap transparansi pengelolaan keuangan desa pakraman
disebabkan karena stakeholders internal terlibat dari awal sejak desa pakraman membuat perencanaan, melaksanakan anggaran dan membuat pelaporan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017) keuangannya. Keterlibatan dan melihat sendiri tentang pengelolaan keuangan desa pakraman dari perencanaan sampai dengan pelaporan oleh stakeholders internal, sehingga mengetahui kalau di desa pakraman sudah ada keterbukaan dan tidak ada hal-hal yang ditutup-tutupi dalam mengelola keuangan desa pakraman tentunya menyebabkan mereka akan memberikan persepsi yang sangat baik dalam pengelolaan keuangan desa pakraman. Hal ini bisa berbeda dengan persepsi stakeholders eksternal yang terdiri dari krama desa yang dari awal tidak terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan keuangan desa pakraman, sehingga persepsi mereka kemungkinan hanya didasarkan adanya laporan dari masyarakat tentang tidak adanya keterbukaan prajuru desa pakraman dalam pengelolaan keuangannya. Kemudian adanya perbedaaan pesepsi antara stakeholders internal dan stakeholders ekternal terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan desa pakraman disebabkan karena stakeholders internal menerima laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan desa pakraman yang bersumber dari masyarakat dan mengetahui adanya laporan pertanggungjawaban keuangan desa pakraman yang bersumber dari pemerintah atau sumber lain kepada pemerintah atau pemberi dana. Berbeda dengan stakeholders eksternal yang tidak menerima laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan secara langsung (lisan) dari prajuru desa pakraman, sehingga mereka memiliki persepsi yang berbeda tentang akuntabilitas pengelolaan keuangan desa pakraman dibanding stakeholders internal. Antara stakeholders internal dan stakeholders eksternal terdapat perbedaan persepsi tentang aspek pertanggungjawaban keuangan tahunan kepada krama desa, hal ini bisa disebabkan kurangnya pembahasan dalam paruman tentang laporan keuangan desa pakraman dan tidak adanya waktu bagi krama desa untuk mengadakan verifikasi terhadap
pertanggungjawaban keuangan desa pakraman. Berdasarkan pembahasan diatas, adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi antara stakeholders internal dengan stakeholders eksternal terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Desa Pakraman Sidetapa, yaitu: 1) Pengetahuan, hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perbedaan persepsi antara stakeholders internal dan eksternal terhadap transparansi pengelolaan keuangan Desa Pakraman Sidetapa. Perbedaan tersebut terjadi karena prajuru desa pakraman (stakeholders internal) terlibat dari awal sejak desa pakraman membuat perencanaan, melaksanakan anggaran dan membuat laporan pertanggungjawaban. Keterlibatan dan melihat sendiri tentang pengelolaan keuangan desa pakraman dari perencanaan sampai dengan pelaporan oleh prajuru desa pakraman, tentunya menyebabkan mereka akan memberikan persepsi yang sangat baik dalam pengelolaan keuangan desa pakraman. Sedangkan krama desa (stakeholders eksternal) dari awal tidak terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan keuangan desa pakraman, sehingga persepsi mereka berbeda dengan prajuru desa. Prajuru desa pakraman yang terlibat memiliki pengetahuan tentang proses pengelolaan keuangan desa pakraman, dan krama desa yang tidak terlibat dalam pengelolaan keuangan memiliki pengetahuan yang tidak sama dengan prajuru desa pakraman dan 2) Kesenjangan informasi, Perbedaan tersebut terjadi karena informasi yang ada belum disampaikan dengan baik dan benar kepada masyarakat (krama desa). Penyampaian laporan pertanggungjawaban dalam hal ini sangat dibutuhkan untuk membalas kepercayaan stakeholders internal terhadap stakeholders eksternal. Laporan pertanggungjawaban yang baik adalah laporan yang dibuat dan disampaikan kepada masyarakat baik secara lisan maupun tertulis yang isinya sesuai
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017) dengan tujuan organisasi. Tidak tersampaikannya laporan pertanggungjawaban secara tertulis menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya perbedaan persepsi antara stakeholders internal dan eksternal. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa, 1) stakeholders internal dan stakeholders eksternal terdapat persepsi yang berbeda terhadap transparansi pengelolaan keuangan di Desa Pakraman Sidetapa. Perbedaan ini disebabkan karena stakeholders eksternal yang terdiri dari krama desa yang dari awal tidak terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan keuangan desa pakraman, sehingga persepsi mereka hanya didasarkan adanya laporan dari masyarakat tentang tidak adanya keterbukaan prajuru desa pakraman dalam pengelolaan keuangannya, 2) antara stakeholders internal dan stakeholders eksternal terdapat persepsi yang berbeda terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan di Desa Pakraman Sidetapa. Perbedaan ini disebabkan karena stakeholders eksternal tidak menerima laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan desa pakraman dan stakeholders eksternal tidak mendapat salinan laporan pertanggunngjawaban (tertulis) dari prajuru desa pakraman, sehingga mereka memiliki persepsi yang berbeda tentang akuntabilitas pengelolaan keuangan desa pakraman dibanding stakeholders internal. SARAN Adapun saran-saran yang dapat diberikan kepada Desa Pakraman Sidetapa dan Prajuru Desa Pakraman Sidetapa dan peneliti selanjutnya adalah, 1) untuk mengatasi perbedaan stakeholders atas transparansi pengelolaan keuangan, agar meningkatkan informasi secara transparan keseluruhan tanpa dibatasi dan meningkatkan adanya saling keterbukaan antara setiap stakeholders, agar mudah mengakses informasi terkait pengelolaan
keuangan Desa Pakraman Sidetapa, 2) untuk mengatasi perbedaan stakeholders atas akuntabilitas pengelolaan keuangan, agar dalam laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan desa pakraman dapat mudah diakses oleh stakeholders eksternal. Hal itu perlu dilakukan, karena krama desa sebagai stakeholders eksternal dapat mengetahui juga berperan dalam memeriksa dan mengawasi terkait pengelolaan keuangan desa pakraman, sehingga dalam laporan pertanggungjawaban dapat mengurangi adanya tindak penyelewengan. DAFTAR PUSTAKA Miles, B.B., dan A.M. Huberman. 1992. Analisa Data Kualitatif. Jakarta: UI Press. Moleong. 2005. Metodologi Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Pemerintah Daerah Provinsi Bali. 1996. Perda Provinsi Bali Nomor 6tentang Desa Pakraman. --------. 2001. Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 3 tentang Desa Pakraman. Shafritz, Jay M. Dan E.W. Russel. 1997. Introducing Public Administration. New York: Longman. Stoner, James A.F. 2006. Management. Englewood Cliffs, N.J.: Prentice Hall, Inc. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Surpha,I Wayan S.H. 2002. Seputar Desa Pakraman Dan Adat Bali. Denpasar: Pustaka Bali Post. Tanjung, Abdul Hafiz. 2000. Akuntansi, Transparansi, dan Akuntabilitas Keuangan Publik. Yogyakarta: BPFE UGM.