e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 02 No.1 Tahun 2014)
ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSET (ROA), EARNING PER SHARE (EPS), DAN RESIDUAL INCOME (RI) TERHADAP RETURN SAHAM STUDI PADA PERBANKAN YANG GO PUBLIC TAHUN 2009-2012 1
Made Dwi Wahyuni, 1Ni Luh Gede Erni Sulindawati, 2Edy Sujana. Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Bali, Indonesia
e-mail:{
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis: (1) pengaruh Parsial antara variabel Return On Asset (ROA) terhadap Return Saham, (2) pengaruh parsial Earning Per Share (EPS) terhadap Return Saham, (3) pengaruh Parsial Residual Income (RI) terhadap Return Saham dan (4) pengaruh sumultan Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS), Residual Income (RI) terhadap Return Saham. Subjek dari penelitian ini adalah Perusahaan Perbankan yang Go Public Tahun 2009-2012. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif kausal yang dikumpulkan menggunakan teknik dokumentasi dan pustaka dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukan: (1) Tidak ada pengaruh signifikan secara parsial Return On Asset (ROA) terhadap Return Saham, (2) tidak ada pengaruh signifikan secara parsial Earning Per Share (EPS) terhadap Return Saham, (3) Ada pengaruh signifikan secara parsial Residual Income (RI) terhadap Return Saham, (4) Ada pengaruh signifikan secara sumultan Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS), Residual Income (RI) terhadap Return Saham Kata kunci: Earning per Share, Residual Income, Return On Asset, Return Saham Abstract This study was aimed at finding out and analyzing 1) the partial effect of the variable of Return on Asset (ROA) on Share Return, 2) the partial effect of Earning Per Share (EPS) on Share Return, 3) the partial effect of Residual Income (RI) on Share Return and 4) the simultaneous effect of Return on Asset (ROA), Earning Per Share (EPS) and Residual Income (RI) on Share Return. The subjects were banks that went public in 2009 -2012. The type of data used was causal quantitative data collected using documentation and library research using multiple regression analysis. The result showed that 1) there was no significant partial effect of Return On Asset (ROA) on Share Return, 2) there was no significant partial effect of Earning Per Share (EPS) on Share Return, 3) there was a partial significant effect of Residual Income (RI) on Share Return, 4) there was a simultaneous significant effect of Return On Asset (ROA) Earning Per Share (EPS), Residual Income (RI) on Share Return. Keywords: Earning per Share, Residual Income, Return on Asset, Share Return.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 02 No.1 Tahun 2014) PENDAHULUAN Perkembangan dewasa ini setiap perusahaan harus mampu untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaannya dalam rangka peningkatan persaingan usahanya dan mencapai laba semaksimal mungkin. Salah satunya dengan meningkatkan modal usaha melalui penjualan saham perusahaan. Pasar modal memiliki pengaruh yang sangat besar sebagai sarana untuk memobilitas dana dari masyarakat ke sektor yang melakukan investasi, salah satunya sektor perbankan. Sektor perbankan memiliki peranan penting dalam penggerak ekonomi negara karena merupakan sektor yang menghimpun dan menyalurkan dana ke masyarakat. Investor dalam melakukan keputusan investasi di pasar modal memerlukan informasi yang relevan mengenai kondisi pasar modal, tetapi kenyataannya informasi yang tersedia tidak seluruhnya relevan dengan Pasar Modal. Menurut Ulupui (2006:3) investor atau pemodal perlu memiliki tolak ukur agar mengetahui apakah jika ia melakukan suatu investasi ia akan mendapatkan gain (keuntungan). Dalam hal ini yang menjadi tolak ukur investor adalah Return Saham (tingkat pengembalian saham) yang dihasilkan investasi. Return saham yang mengalami kenaikan ataupun penurunan setiap periodenya akan menjadi pertimbangan investor untuk menginvestasikan modalnya (Mirasandi, 2012). Hal ini disebabkan nilai dari return saham sangat mencerminkan kondisi dari bank yang bersangkutan (Wongso, 2012). Dalam penelitian ini return saham yang digunakan adalah capital gain (loss). Return saham yang tinggi mengidentifikasikan bahwa saham tersebut aktif diperdagangkan. Apabila suatu saham aktif diperdagangkan, maka agen tidak akan lama menyimpan saham tersebut sebelum saham tersebut diperdagangkan. Berdasarkan data Return Saham perbankan Go Public pada tahun 20092012 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2009-2010 nilai Return Saham mengalami penurunan secara signifikan, Dari tahun 2009 nilai return saham sebesar 227,70% menurun secara signifikan pada tahun 2011 nilai return saham sebesar -2,4%. Pada tahun 2012 return saham kembali bergerak
meningkat sebesar 65,67%. Bergeraknya return saham secara berfluktuasi ini dipengaruhi karena beberapa bank mengalami penurunan return saham secara signifikan selama 4 tahun. Berdasarkan studi pendahuluan pada Statistik Indonesia Stock Exchange (IDX) mengenai kondisi nilai Return Saham perbankan di Indonesia yang Go Public periode 2010-2012 yang mengalami perkembangan Return Saham menurun yaitu Bank BRI pada tahun 2010 memiliki nilai return saham 5,30% menurun 0,50% pada tahun 2012, Bank Permata dari nilai Return saham 51,90% pada tahun 2009 turun -0,20% tahun 2012, Bank Victoria Int dari nilai Return Saham 5,90% pada tahun 2009 turun -0,80% tahun 2012, Bank mega dari nilai Return saham 2009 3,20% turun -0,30%, Bank Panin pada tahun 2010 nilai Return sahamnya 4,10% turun -1,50% pada tahun 2012 (https://www.idx.co.id). Return saham yang ditentukan oleh harga saham akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya faktor fundamental. Faktor fundamental adalah faktor yang dilihat dari kondisi intern perusahaan yang tercermin dalam kierja keuangan perusahaan yaitu laporan keuangan perusahaan (Trisnawati, 2009). Return saham yang ditentukan oleh harga saham akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya faktor fundamental. Faktor fundamental adalah faktor yang dilihat dari kondisi intern perusahaan. Kondisi intern perusahaan tercemin dalam kinerja perusahaan emitmen. Salah satu informasi yang terkandung dalam kinerja perusahaan adalah kinerja keuangan yang teercermin dalam laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan laporan keuangan yang lengkap, biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam beberapa cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan (Kasmir, 2003:243). Laporan keuangan tidak hanya sekedar cukup dibaca saja, akan tetapi juga harus dimengerti dan dipahami tentang posisi
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 02 No.1 Tahun 2014) keuangan melalui berbagai rasio keuangan yang lazim dilakukan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut. Misalnya : informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga. Menururt Penman dalam (Ulupui, 2006) manfaat laporan keuangan tersebut akan menjadi optimal bagi investor, apabila investor dapat menganalisis lebih lanjut melalui rasio keuangan. Menurut Kasmir (2010:100) rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan merupakan hubungan sistematis dalam bentuk perbandingan antara perkiraanperkiraan laporan keuangan. Kasmir (2010:110) mengelompokan rasio keuangn ke dalam lima rasio yaitu rasio profitabilitas, solvabilitas, aktivitas, solvabilitas, likuiditas, dan nilai pasar. Rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian ini meliputi rasio profitabilitas dan rasio nilai pasar. Rasio profitabilitas yang berfungsi dan sering digunakan untuk memprediksi Return saham adalah Return On Asset (ROA. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA menunjukkan kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba (Kasmir, 2010:112). menurut Ang (1997) dalam (Putri) menyatakan rasio ROA yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya apabila ROA negatif menunjukkan bahwa total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi perusahaan,tetapi perusahaan mengalami kerugian. Ang juga mengayatakan bahwa ROA merupakan rasio yang terpenting di antara rasio profitabilitas yang ada untuk memprediksi return saham. Rasio nilai pasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Earning Per Share (EPS). Laba biasanya menjadi dasar penentuan pembayaran dividen dan kenaikan nilai saham di masa datang. Oleh karena itu para pemegang saham biasanya
tertarik dengan angka EPS yang dilaporkan perusahaan EPS menunujukan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba untuk tiap lembar sahamnya yang akan didapat investor dari setiap jumlah saham yang dimiliki investor (Kasmir, 2010:115). Peningkatan EPS menandakan perusahaan berhasil meningkatkan taraf kemakmuran investor untuk menambah jumlah modal yang ditanam pada perusahaan. EPS sangat membantu investor, karena informasi EPS ini bisa menggambarkan prospek earning suatu perusahaan dimasa yang akan datang, maka semakin besar EPS akan menarik investor untuk melakukan investasi diperusahaan tersebut. Oleh karena itu, hal tersebut akan mengakibatkan permintaan akan saham meningkat dan harga saham akan meningkat, dengan demikian EPS berpengaruh positif terhadap return saham (Susilowati dan Truryanto, 2011). Meskipun analisis rasio digunakan oleh investor sebagai alat ukur konvesional, analisis ratio masih mempunyai kelemahan. Untuk memperbaiki adanya kelemahan analisis ratio, munculah konsep yang disebut Residual Income yang digunakan sebagai pengukur kinerja keuangan. Residual Income merupakan selisish antara laba bersih atau jumlah uang yang diharapkan atas aktiva operasi perusahaan. Menurut Permadi (2013), jika nilai RI terus menunjukan hasil yang positif, Hal tersebut menunjukan bahwa perusahaan sudah efektif dalam menggunakan biaya modalnya sehingga dapat merealisasikan tingkat pengembalian terutama yang diinginkan pemegang saham dan investor. Hal ini akan mendorong naiknya harga saham dan berpengaruh terhadap Return saham. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah ada pengaruh parsial ROA terhadap Return Saham pada Perbankan go public tahun 2009-2012, (2) Apakah ada pengaruh parsial EPS terhadap Return Saham pada Perbankan go public tahun 2009-2012, (3) Apakah ada pengaruh parsial RI terhadap Return Saham pada Perbankan go public Tahun 2009-2012, (4) Apakah ada pengaruh simultan ROA, EPS dan RI
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 02 No.1 Tahun 2014) terhadap Return Saham pada Perbankan go public tahun 2009-2012. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui pengaruh parsial Return on Asset (ROA) terhadap return saham pada perbankan go Public tahun 20092012, (2) untuk mengetahui pengaruh parsial Earning Per Share (EPS) terhadap return saham pada perbankan go Public tahun 2009-2012, (3) untuk mengetahui pengaruh parsial Residual Income (RI) terhadap return saham pada perbankan go Public tahun 2009-2012, (4) untuk mengetahui pengaruh simultan Return on Asset (ROA), Earning Per Share (EPS), dan Residual Income (RI) terhadap Return Saham pada Perbankan go public tahun 2009-2012. Adapun manfaat teoritis dari penelitian adalah Manfaat Teoritis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan yang bermanfaat bagi pengembang ilmu dan memberikan tambahan literature yang membantu di dalam perkembangan ilmu akuntansi dan Pasar Modal. Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini adalah Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi alat bantu analisis terhadap saham yang diperjualbelikan di bursa sehingga masyarakat yang ingin berinvestasi dapat memilih investasi yang dinilai paling tepat. METODE Berdasarkan latar belakang, dan rumusan masalah yang telah dijelaskan, maka Rancangan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif kausal. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan sumber data yang digunakan data sekunder berupa laporan keuangan tahunan dan laporan harga saham perbankan go public. Variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi variabel terikat (Return Saham) dan Variabel bebas (ROA, EPS dan RI). Teknik sampel yang digunakan yaitu purposive sample. Adapun kriteria sampel yang digunakan yaitu: 1) Perbankan yang telah terdaftar di BEI tahun 2009-2012, 2) Perbankan tidak dalam proses delisting pada tahun 2009-2012, 3) Mempunyai saham yang aktif diperdagangkan di BEI periode pengamatan tahun 2009-2012, 4)
Menerbitkan laporan keuangan secara lengkap dan telah diaudit selama periode tahun buku tahun 2009-2012 secara konsisten. 5) Bank tidak mengalami kerugian dengan kata lain dalam posisi laba selama periode pengamatan. 6) Data-data terkait tersedia selama periode penelitian. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 21 sampel perusahaan perbankan go public periode 2009-2012 dan dianalisis dengan menggunakan uji statistik deskriptif, analisis regresi linier berganda, koefisien determinasi, uji signifikan simultan (uji statistik F), uji signifikan parameter dan individual (uji statistik t). Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik, pengujian ini dilakukan untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi-asumsi dalam model regresi berganda dan untuk menginterpretasikan data agar lebih relevan dalam menganalisis. Adapun Uji asumsi klasik yang digunakan yaitu: uji normalitas, uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi melalui program SPSS 17.0 for windows. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengujian uji statistik diskriptif dimana memberikan gambaran umum tentang objek penelitian yang dijadikan sampel. dengan menggunakan bantuan program spss 17.0 menunjukan bahwa: Return on Asset (ROA) memiliki nilai minimum sebesar 0.01 dengan nilai maksimum 0.04 sedangkan nilai rata-rata Return On Asset (ROA) sebesar 0.0200 dengan standar deviasi sebesar 0.00922. Earning Per Share (EPS) memiliki nilai minimum sebesar 6.76 dengan nilai maksimum 709.87, nilai ratarata Earning Per Share sebesar 174.0419 dengan standar deviasi sebesar 197.73361. Residual Income (RI) memiliki nilai minimum sebesar 4.13 dengan nilai maksimum 110.38. Nilai rata-rata Residual Income sebesar 50.9891 dengan standar deviasi sebesar 38.225. Return Saham (R.Saham) memiliki sebesar 0.007 dengan nilai maksimum 0.20. Nilai rata-rata Return Saham sebesar 0.0432 dengan standar deviasi sebesar 0.05405. Selanjutnya dilakukan anlisis uji asumsi klasik.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 02 No.1 Tahun 2014) Berdasarkan hasil pengujian asumsi klasik, maka dapat diperoleh hasil yaitu: Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel bebas, variabel terikat, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak Pengujian Normalitas dilakukan dengan melihat signifikan (Asymp. Sig (2-tailed)) dalam uji OneSample Kolmogorov-Smirnov dengan hasil signifikan variabel ROA 0.688; EPS 0.070; RI1 0.065 dan R.Saham 0.463. Hasil pengujian normalitas menunjukan bahwa nilai residual dari model berdristibusi normal. Hal ini dilihat dari hasil perhitungan normalitas yang menunjukan nilai probabilitas diatas 5% atau 0.05. Jadi dapat disimpulkan data berdistribusi normal. Cara lain untuk melihat apakah data berdristibusi normal atau tidak dengan melihat Normal P-Plot of Regression Standardized Residual pada Gambar 1 sebagai berikut:
dengan mendasarkan pada nilai Tolerance dan VIF sebagai indicator ada tidaknya Multikolinieritas dianatara variabel bebas. Hasil nilai Tolerance dari masing-masing variabel independen bernilai lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10. Berdasarkan hasil uji multikolinearitas menunjukan variabel ROA memiliki nilai VIF 4.601 dan nilai Tolerance 0,217. Variabel EPS memiliki nilai VIF 5.227 dan nilai Tolerance 0.191. Sedangkan Variabel RI memiliki nilai VIF 1.333 dan nilai Tolerance 0.750. Dari hasil tersebut terlihat bahwa semua variabel bebas memiliki nilai VIF dibawah 10 dan nilai tolerance diatas 0,1 jadi dapat disimpulkan data terbebas dari gejala multikolinearitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak heteroskedastisitas. Untuk mengetahui apakah terjadi heteroskedastisitas antara nialai residual dan observasi dapat dilakukan dengan melihat grafik Scaterplots yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik. Hasil pengujian ini dapat dilihat pada grafik pada Gambar 2:
Gambar 1.Grafik P-Plot Sumber: Data sekunder diolah, 2014 Pada Gambar 1 Normal P-Plot menunjukan data menyebar di sekitar garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linear berganda memenuhi asumsi normalitas atau memenuhi syarat untuk menjadi model regresi yang baik karena merupakan model regresi yang memiliki distribusi yang normal Multikolinieritas menunjukan kondisi adanya hubungan yang kuat antara bebrapa variabel bebas. Jika terdapat Multikolinearitas maka koefisien regresi menjadi tidak tentu dan tingkat kesalahannya menjadi besar. Untuk mengetahui ada tidaknya Multikolinieritas
Gambar 2. Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber: Data sekunder diolah, 2014 Pada Gambar 2 terlihat bahwa titiktitik menyebar secara acak, tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas dan tersebar di atas dan disekitaran angka nol pada sumbu Y sehingga dapat
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 02 No.1 Tahun 2014) disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji autokorelasi bertujuan untuk megetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menunjukkan waktu (times series) atau ruang (cross section). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian Durbin Watson (DW) Adapun pengambilan keputusan dalam uji Durbin-Witson ini yaitu jika nilai dU s.d 4-dU atau Nilai DW diantara nilai dU dan 4-dU maka tidak terdapat Autokorelasi positif maupun negative. Dari hasil nilai Durbin-Witson hitung sebesar 2.045. Nilai DW tabel untuk 3 variabel independen dan sampel berjumlah 21 diperoleh nilai dL = 1.0262 dan dU = 1.6694. karena nilai
DW hitung lebih besar dari batas atas atau dU 1.6694 dan lebih kecil dari pada 4-dU = 4 – 1.6694 = 2.3306. Jadi 1.0262<2.045<2.3306 artinya tidak terjadi autokolerasi. Dari hasil ujia asumsi klasik, dapat disimpulkan uji analisis regresi berganda dapat dilanjutkan. Teknik analisis ini digunakan untuk mengetahui arah dan besarnya pengaruh dari variabel bebas (Y) yang diteliti yaitu Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS), dan Residual Income (RI) terhadap variabel terikat (X) Return Saham. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan SPSS for Windows ver 17.0 maka didapatkan hasil Pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Uji Anlisis Regresi Linear Berganda Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model B Std. Error Beta T Sig. 1 (Constant) -.018 .037 -.503 .622 ROA 2.376 2.383 .405 .997 .333 EPS .0002 .00004 -.775 -1.790 .091 RI1 .001 .00003 .708 3.236 .005 Sumber: Data Sekunder Diolah, 2014 Berdasarkan data Tabel 1 dapat diketahui nilai konstanta α sebesar -0,018 dan koefesien regresi β1 sebesar 2,376 dan β2 sebesar 0,0002 dan β3 sebesar 0,001 . maka persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε. Jadi persamaan regresinya menjadi Y= -0,018 + 2,376X1 + 0,0002X2 + 0,001X3 + ε. Konstanta sebesar -0.018 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel perubahan Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS), dan Residual Income (RI1), maka tingkat perubahan Return Saham sebesar -0.018 atau mengalami penurunan sebesar 1,8%. Nilai Koefesien regresi ROA (X1) sebesar 2,376 mengandung pengertian bahwa jika ROA (X1) meningkat sebesar 1% pada saat variabel lain tidak mengalami perubahan, maka akan menyebabkan tingkat
perubahan Return Saham (Y) sebesar 2,376%. Sedangkan nilai koefisien regresi EPS (X2) sebesar 0,0002 mengandung pengertian setiap terjadi perubahan tingkat EPS (X2) sebesar 1%, maka akan menyebabkan perubahan Return Saham sebesar 0,02% pada saat variabel lain tidak mengalami perubahan, dan nilai Koefisien regresi RI (X3) sebesar 0,001 mengandung pengertian setiap terjadi perubahan tingkat RI (X3) sebesar 1% maka akan meningkatkan perubahan Return Saham sebesar 0,1% dengan catatan pada saat variabel lain tidak mengalami perubahan. Analisis Koefisien Determinasi dialakukan untuk mengetahui seberapa besar nilai persentase kontribusi nilai variabel bebas terhadap variabel terikat. Besarnya Koefisien Detreminasi dapat dilihat pada Tabel 2.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 02 No.1 Tahun 2014)
Tabel 2. Perhitungan Koefisien Determinasi
Model
R
R Square
1 .624a Sumber: Data Sekunder Diolah. 2014
Adjusted R Square
.390
Pada Tabel 2 menunjukan besarnya nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,390 hal ini berarti 39,00% perubahan Return Saham perusahaan perbankan dipengaruhi (dapat dijelaskan) oleh ROA, EPS, dan RI sedangkan sisanya sebesar 61% lainnya dipengaruhi faktor lain yang tidak termasuk dalam variabel yang diteliti dalam penelitian ini. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang nyata secara parsial antara variabel bebas dengan variabel terikat. Hasil Uji t pada Tabel 1 menununjukan bahwa variabel ROA tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Return Saham Karena pvalue 0,333 > α (0,05) yang berati Ha ditolak dan Ho diterima. Hubungan pengaruh parsial ROA terhadap Return Saham sebesar 0,235 (23,5%) dengan besarnya pengaruh ROA terhadap Return Saham sebesar 0,0552 (5,52%). Variabel EPS tidak berpengaruh signifikan secara
Std. Error of the Estimate
.282
.04580
parsial terhadap Return Saham Karena pvalue 0,091 > α (0,05) yang berarti Ha ditolak dan Ho diterima. Hubungan pengaruh parsial EPS terhadap Return Saham sebesar -0,398 (-39,8%) dengan besarnya pengaruh EPS terhadap Return Saham sebesar 0,1584 (15,84%). Sedangkan variabel RI berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Return Saham Karena p-value 0,005 < α (0,05) yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Hubungan pengaruh parsial RI terhadap Return Saham sebesar 0,617 (61,7%) dengan besarnya pengaruh RI terhadap Return Saham sebesar 0,3806 (38,06%). Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah sebuah variabel independen yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. Hasil analisis uji F dapat dilihat dalam Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji F ANOVAb Sum of Squares
Model 1
Mean Square
Df
Regression
.023
3
.008
Residual
.036
17
.002
Total
.058
20
F 3.619
Sig. .035a
Sumber: Data Sekunder Diolah, 2014 Berdasarkan Tabel 3 hasil Uji F dapat dilihat bahwa variabel ROA, EPS, RI memiliki pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap Return Saham pada perbankan Go Public tahun 2009-2012 karena P-value 0,035 < α (0,05) yang berarti bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.
Temuan ini memberikan implikasi bahwa dengan besarnya pengaruh ROA, EPS, RI terhadap return Saham sebesar (0,390) 39% dan sisanya sisanya sebesar (0,610) 61% lainnya dipengaruhi faktor lain yang tidak termasuk dalam variabel yang diteliti dalam penelitian ini. Menurut Susilowati dan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 02 No.1 Tahun 2014) Turyanto (2011) faktor-faktor lain yang memepengaruhi Return saham yaitu faktor makro ekonomi, antara lain: tingkat bunga, kurs rupiah terhadap valuta asing, neraca pembayaran, ekspor-impor dan kondisi ekonomi lainnya; serta faktor non ekonomi seperti kondisi politik negara. PEMBAHASAN Pengaruh Parsial ROA Terhadap Return Saham Berdasarkan analisis regresi berganda yang sudah dijelaskan diatas, menunjukan bahwa: ROA secara parsial tidak berpengaruh signifiakan terhadap Return Saham. Hasil penilitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2012) yang menyatakan bahwa ROA yang tinggi mengindikasikan perusahaan memperoleh profit yang tinggi pula yang berdampak pada harga saham perusahaan tersebut di pasar modal meningkat dan berpengaruh terhadap Return Saham. Hal ini menunujukan kemampuan kinerja keuangan perusahaan yang baik dengan memanfaatkan asset yang dimiliki. Namun pengaruh kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari asset yang digunakan (ROA) tidak dapat berlaku secara umum pada perusahaan perbankan go public. Alasannya karena ROA merupakan rasio profitabilitas dan merupakan alat ukur dalam menilai kinerja perusahaan dalam menghasilkan profit tidak dapat memprediksi sukses atau tidaknya perusahaan menciptakan return saham bagi investor. Penilaian terhadap kinerja perusahaan yang berbasis pada akuntansi tradisional seperti rasio keuangan (ROA) banyak memunculkan respon yang menyatakan ketidakpuasan. Hal ini dikarenakan ROA memiliki kelemahan sebagai pengukur penciptaan nilai, karena laba yang dilaporkan tidak memasukkan biaya modal sehingga pengukuran kinerja yang mempergunakan laporan rugi laba mengandung distorsi (Afrinaldi, 2003). Selain alasan tersebut, perusahaan perbankan go public selama periode 20092012 memiliki data komponen ROA tidak stabil. Temuan ini sejalan dengan Susilowati (2010) dan Fadilla (2010) yang menyimpulkan tidak adanya pengaruh
signifikan antara ROA terhadap Saham.
Return
Pengaruh Parsial EPS Terhadap Return Saham Berdasarkan analisis regresi berganda yang sudah dijelaskan diatas, menunjukan bahwa EPS secara parsial tidak berpengaruh signifiakan terhadap Return Saham. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Imron Rosyadi (2002) yang menyatakan semakin besar EPS menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, karena tingkat pengembalian semakin besar. Hasil ini mengindikasikan bahwa investor tidak lagi beranggapan bahwa EPS dapat digunakan sebagai patokan untuk membeli saham. Hasil ini mengindikasikan bahwa investor tidak lagi beranggapan bahwa EPS dapat digunakan sebagai patokan untuk membeli saham. Hal ini sesuai dengan pendapat teoritis yang dikemukakan oleh yang oleh Frensidy (http://www.koran-sindo.com, 2013) yang menyatakan “ EPS yang naik tidak selalu berarti bagus. Bagi investor yang memiliki aliran fundamental mereka akan berusaha mencari tahu sumber utama kenaikan laba emitmen. Investor akan berusaha menilai kualitas laba yang dilaporkan jika kenaikan berasal dari penjualan dan jasa yang dihasilkan koorporasi, maka kualitas laba akan dikatakan bagus dan investor pun akan merespons positif dan akan mempengaruhi Return Saham. Sebaliknya, kualitas laba dikatakan jelek jika peningkatan EPS disumbangkan dari pos luar seperti divestasi (pengurangan) anak perusahaan atau restrukturisasi pajak. Karena sebab-sebab tersebut investor umumnya akan mengeluarkan komponen EPS untuk proyeksi kedepan. Dan selain itu EPs juga tidak dibagaikan semua karena emitmen dalam hal ini perusahaan ingin melakukan eksapansi untuk pertumbuhan perusahaannya”. Karena hal ini investor tidak lagi beranggapan bahwa EPS digunakan sebagai patokan untuk membeli saham yang akan mempengaruhi return saham. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susilowati dan Turyanto (2011).
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 02 No.1 Tahun 2014)
Pengaruh Parsial RI Terhadap Return Saham Berdasarkan analisis Regresi berganda yang sudah dijelaskan diatas, menunjukan bahwa Residual Income (RI) secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap Return Saham. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam perusahaan perbankan go public, semakin besar nilai Residual Income maka akan berdampak pada kenaikan harga saham yang menyebabkan peningkatan terhadap Return Saham. Realisasi akan tingkat pengembalian yang tinggi akan menarik calon - calon investor untuk menanamkan sahamnya di perusahaan, hal ini akan mendorong naiknya harga saham karena tingginya penawaran saham. Dengan kenaikan harga Saham, maka return saham yang diterima juga semakin tinggi. Teori ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Stewart (Permadi, 2013) yang menyatakan “ Residual Income yang positif menununjukan keefektifan perusahaan dalam menggunkan biaya modalnya sehingga kelebihan laba yang dicapai perusahaan dan dibutuhkan oleh pemilik modal dapat merealisasikan wealth atau kekayaan bagi residual claiments yaitu pemegang saham, ”. Hasil penelitian ini sejalan dengan Triswiyanti (2011). Tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Trisnawati (2009) yang menyimpulkan bahwa Residual Income (RI) tidak mempunyai pengaruh terhadap Return Saham. Pengaruh Simultan ROA, EPS dan RI Terhadap Return Saham Berdasarkan hasil analisis regresi berganda yang sudah dijelaskan, menunujukan bahwa ROA, EPS, dan RI secara simultan memiliki pengaruh yang signiifikan terhadap Return Saham pada perusahaan perbankan go public tahun 2009-2012. Hal ini berarti ROA yang merupakan kemampuan perusahaan dalam mengahsilkan keuntungan Laba melalui asset, Earning Per Share merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan saham yang dimiliki dan Residual Income yang merupakan
kemampuan perusahaan dalam mengahsilkan keuntungan diatas biaya modal yang diperhitungkan atas investasi secara serempak berperan dalam upaya memperoleh Return Saham yang merupakan tingkat kembalian keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atau investor atas suatu investasi. Return saham banyak dipengaruhi oleh faktor diluar kinerja keuangan perusahaan seperti variabel makro ekonomi dan non ekonomi terhadap indeks harga saham yang berpengaruh terhadap Return Saham. Variabel makro ekonomi yang mungkin berpengaruh terhadap return saham antara lain: tingkat bunga, kurs rupiah terhadap valuta asing, neraca pembayaran, ekspor-impor dan kondisi ekonomi lainnya; serta variabel non ekonomi seperti kondisi politik negara (Susilowati dan Turyanto, 2011). Dengan demikian ROA, EPS dan RI yang merupakan kinerja keuangan perusahaan ini dapat digunakan calon investor sebagai pedoman dalam melakukan peniliaian terhadap return saham perusahaan (khususnya perusahaan perbankan ) yang akan dipilih di pasar modal. Dengan berinvestasi pada perusahaan dengan kinerja keuangan perusahaan yang bagus maka return saham yang diharapkan dapat tercapai. Hasil temuan ini juga mendukung beberapa penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Desiani (2011) bahwa kinerja keuangan perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap Return Saham. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian tersebut adalah: (1) Berdasarkan hasil uji statistik secara parsial terhadap masing-masing variabel bebas yaitu Return On Asset (ROA) menunujukan tidak adanya pengaruh signifikan terhadap Return Saham PADA perbankan go public periode tahun 2009 – 2012. (2) Earning Per Share (EPS) juga menunjukan tidak adanya pengaruh signifikan terhadap Return Saham pada perbankan go public periode tahun 2009 – 2012. (3) Residual Income (RI) menunjukan pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham pada perbankan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 02 No.1 Tahun 2014) go public periode tahun 2009 – 2012. (4) Berdasarkan uji secara simultan, ada pengaruh signifikan dari Return on Asset (ROA), Earning per Share (EPS) dan Residual Income (RI) ter hadap Return Saham pada perbankan go public tahun 2009-2012. Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakuakan adalah sebagai berikut: (1) Bagi Investor, dalam memeperhatikan faktorfaktor fundamental yang mencerminkan kinerja keuangan perusahaan Bank sebaiknya menggunakan metode Residual Income dari pada rasio keuangan. Rasio keungan yang baik belum tentu mencerminkan kondisi perusahaan yang baik juga misalnya dari kualitas laba dan dalam merealisasikan laba yang dihasilkan. Dengan menggunakan metode Residual Income akan dapat mengetahui nilai sebenarnya karena Residual Income dalam perhitungannya memperhitungakn Biaya Modal. (2) Bagi Perusahaan Perbankan, Untuk dapat meningkatkan return saham bank, sebaiknya bank dapat membuat kebijakan dengan cara mempertimbangkan biaya modal, ini menjadi pertimbangan untuk memaksimumkan nilai perusahaan dan dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan agar kedepannya dapat ditingkatkan meski hal-hal yang bersifat eksternal harus diperhatikan juga. (3) Bagi Para Akademisi, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya, terutama yang terkait dengan faktor-faktor fundamental dan return saham. Selain itu untuk lebih memberikan hasil maksimal jika faktorfaktor fundamental lainnya seperti likuiditas, aktivitas perusahaan dan Solvabilitas dimasukkan sebagai prediktor dalam memprediksi return saham.
DAFTAR PUSTAKA Afrinaldi. 2003. “Pengaruh Akuisisi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan: Analisis EVA “.Thesis. Program Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta Daftar Sampel Perbankan Go Publik Tahun 2009-2012. Diperoleh tanggal 27
Februari 2014 , dari http://www.idx.co.id. Desiani, E. 2011. Analisis Pengaruh Economic Value Added, Net Income, Net Operating Profit After Tax dan Operting Cash Flow Terhadap Return Saham (Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2006-2008). Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret, Suarakarta. Fadilla, Rahmi. 2010. Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Return Saham (Surve pada Perusahaan Publik yang Tergabung dalam ILQ 45 di BEI). Fakultas Ekonomi. Universitas Widyatama. Bandung. Frensidy. Cerdas Menghadapi Trik Bank dan Lihai sebagai Investor (Angka dan Rasio di Mata Investor Saham) tanggal 20 Desember 2013. Diakses 1 Juni 2014, dari https://www.koransindo.com. Imron, Rosyadi. 2009. Keterkaitan Kinerja Keuangan dengan Return Saham. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.1 No.1. Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hlm 100-115. ---------. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Garfindo Mirasandi, Nevanda. 2012. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Pada Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. UPN Veteran. Jawa Timur. Permadi. 2013. Analisis Return On Investmen Dan Residual Income Guna Menilai kinerja Keuangan Perusahaan (Studi pada PT. Astra International Tbk periode 2008-2012). Putri, Bahar. 2012. Analisis Pengaruh ROA, EPS, NPM, DER, dan PBV terhadap Return Saham (Studi Industri Real Estate dan Property di Bursa Efek
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 02 No.1 Tahun 2014) Indonesia 2007-2009). Diponegoro..
Universitas
2009. Fakultas Ekonomi, Universitas Jambi. Vol 13, No. 1.
Susilowati dan Turyanto. 2011. Reaksi Signal Rasio Profitabilitas dan Rasio Solvabilitas terhadap Return Saham. Universitas Stkubank. Semarang. Vol. 3, No 1.
Trisnawati, I. 2009. Pengaruh Economic Value Added, Arus Kas Operasi, Residual Income, Earning, Operating Laverage, dan Market Value Addeed terhadap Return Saham. STIE Trisakti.
Tiswiyanti, Wiwik. 2011. Pengaruh Economic Value Added (Eva), Residual Income, Earning dan Arus Kas Operasi Terhadap Return Yang Diterima Pemegang Saham Pada Perusahaan LQ 45 Tahun 2008 -
Wongso, Alexander. 2012. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Pada Bank Mandiri Di Makassar (Periode 2005 – 2010). Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin.