e-JournalS1 AkUniversitas Pendidikan Ganesha JurusanAkuntansi Program S1 (Volume 7 No. 1 Tahun 2017)
PENGARUH JUMLAH KREDIT, TINGKAT SUKU BUNGA KREDIT, RISIKO KREDIT, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PENDAPATAN PADA KOPERASI KREDIT SWASTIASTU PERIODE 2012-2015 1
Ni Made Masri Wulandari, Made Arie Wahyuni, 2I Putu Gede Diatmika
1
Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:{
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipengaruh jumlah kredit, tingkat suku bunga kredit, resiko kredit dan tenaga kerja terhadap pendapatan koperasi pada Koperasi Kredit Swastiastu.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Koperasi Kredit Swastiastu. Sampel pada penelitian ini adalah Koperasi Kredit Swastiastu baik kantor cabang pusat maupun kantor cabang. Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah jenis data kuantitatif dengan sumber data sekunder.Data sekunder yang diperlukan yaitu laporan keuangan selama periode 2012-2015.Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda dengan bantuan program SPSS 19.0 for windows. Proses pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, jumlah kredit berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan, tingkat suku bunga kredit berpengaruh negatif signifikan terhadap pendapatan, resiko kredit berpengaruh negatif signifikan terhadap pendapatan, dan tenaga kerja berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan. Pada uji simultan, terlihat bahwa jumlah kredit, tingkat suku bunga kredit, resiko kredit, dan tenaga kerjaberpengaruh signifikan terhadap pendapatan. Kata Kunci: jumlah kredit, suku bunga kredit, risiko kredit, tenaga kerja. Abstract This study aimed at determining the effect of the number of credits, credit interest rates, credit risks, and labor on the income of Swastiastu Credit cooperative. The research population was all Swastiastu Credit Cooperatives. The research samples were Swastiastu Credit Cooperative, both in the home office and branch offices. The kinds of data used in this study were quantitative data obtained from secondary data sources. The secondary data needed were the financial reports during the period 2012-2015. The data were analyzed through multiple linear regression analysis with SPSS 19.0 for Windows. The process of data collection in this study was conducted through nonparticipant observation obtained from the documentations. The research results showed that partially, the number of credits significantly positively affected incomes, credit interest rates significantly negatively affected incomes, credit risks significantly negatively affected incomes, and labor significantly positively affected incomes. In the simultaneous test, it appeared that the number of credits, loan interest rates, credit risks, and labor had a significant effect on incomes. Keywords: the number of credits, credit interest rates, credit risks, labor.
e-JournalS1 AkUniversitas Pendidikan Ganesha JurusanAkuntansi Program S1 (Volume 7 No. 1 Tahun 2017) PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi didasarkan pada demokrasi ekonomi yang mengarahkan bahwa masyarakat harus memegang peran aktif dalam kegiatan pembangunan. Oleh karena itu pemerintah sangat mendorong pertumbuhan ekonomi disegala bidang dengan mengambil langkah-langkah dan menetapkan berbagai kebijaksanaan guna menciptakan iklim usaha yang sehat bagi dunia usaha. Untuk melaksanakan tujuan tersebut, maka usaha koperasi diharapkan agar dapat memegang peranan penting sebagai tulang punggung perekonomian nasional. Ternyata tanpa disadari terdapat suatu wadah ekonomi yang mampu bertahan di tengah-tengah situasi ekonomi yang tidak terkendali ini. Wadah yang sesuai untuk perekonomian di Indonesia tersebut adalah koperasi, karena merupakan wadah perekonomian rakyat yang bersifat sesuai dan di laksanakan berdasarkan atas asas kekeluargaan. Hal ini di jelaskan dalam UU No. 25 Bab 1 Ayat 1 tahun 1992 yang menyatakan bahwa: Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atas badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan dengan tujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnyaserta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Koperasi adalah lembaga perekonomian rakyat yang dilindungi oleh Undang-Undang merupakan lembaga keuangan yang pertama kali lahir di Indonesia. Koperasi di dorong sebagai “Soko Guru Perekonomian Indonesia”, di mana perekonomian di harapkan tumbuh dari bawah dengan kekuatan sendiri. Koperasi sebagai soko guru perekonomian Indonesia berarti koperasi tersebut mampu membangun badan usaha yang tangguh, di bangun bersama-sama dengan rakyat untuk mewujudkan kemakmuran rakyat banyak. Berdasarkan pernyataan di atas
seharusnya koperasi sebagi soko guru di Indonesia harus dapat berkembang lebih baik. Namun, pada kenyataanya koperasi di Indonesia cenderung mengalami kemunduran seiring dengan kemajuan zaman yang semakin besar. Walaupun demikian, koperasi masih tetap mampu bertahan untuk mewujudkan tujuannya mencapai kesejahteraan rakyat. Tingkat keuntungan yang dicapai oleh Koperasi dengan adanya seluruh dana yang ada merupakan efektivitas Koperasi, dimana dengan memperhatikan kondisi nasabah dapat dikatakan bahwa hal yang sangat penting bagi Koperasi dikarenakan dengan memilih nasabah atau masyarakat yang akan mengajukan kredit dengan cara memenuhi prinsip-prinsip kredit yaitu 5C dan 7P. Dengan menerapkan prinsip tersebut maka Koperasi dapat menekan dan meminimalisir akan terjadinya hal yang kurang menguntungkan bagi kelangsungan Koperasi, sehingga pendapatan Koperasi akan menjadi meningkat. Penelitian ini dilakukan di Koperasi Kredit Swastiastu yang berlokasi di Singaraja, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Kantor pusat Koperasi Kredit Swastiastu berkedudukan di Jalan Laksamana No.9, Baktiseraga, Bali. Koperasi Kredit Swastiastu telah membuka kantor cabang di Pancasari dan kantor cabang pembantu yang berlokasi di Seririt, Banjar, Tamblang, Tejakula, Gerokgak, dan Desa Sangsit. Koperasi Kredit Swastiastu didirikan pada tanggal 1 September 1981. Telah memiliki badan hukum dengan nomor: 01/BH/KDK.22.1/XII/1998. Tanggal 25 November 2014, bersama dengan telah diterimanya Koperasi Kredit Swastiastu sebagai binaan Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Bali sesuai surat masuk No.518/1263/Diskop tahun2004 maka Koperasi Kredit Swastiastu telah memiliki kesempatan untuk memperluas wilayah usahanya di tingkat Provinsi Bali. Koperasi Kredit Swastiastu memiliki empat pilar, yaitu pendidikan, solidaritas, swadaya, dan inovasi. Sedangkan dalam keanggotaan, Koperasi Kredit Swastiastu terbuka untuk masyarakat umumdan menerima anggota luar biasa yang berumur di bawah 17 tahun. Visi dari Koperasi Kredit Swastiastu adalah
e-JournalS1 AkUniversitas Pendidikan Ganesha JurusanAkuntansi Program S1 (Volume 7 No. 1 Tahun 2017) terwujudnya kesejahteraan bersama melalui wadah koperasi kredit yang dikelola secara profesional berdasarkan nilai-nilai luhur kehidupan dan prinsip-prinsip koperasi. Sedangkan misinya adalah mengangkat harkat dan martabat serta kesejahteraan anggota masyarakat melalui pelayanan yang berkualitas. Mengembangkan manajemen sumber daya anggota dan usaha koperasi melalui prisipprinsip koperasi yang dikelola secara profesional. Koperasi dalam hal ini berperan dalam membantu permasalahan yang dihadapi usaha kecil dan menengah melalui penyaluran kredit atau membantu permodalan ke sektor usaha kecil dan menengah. Kredit adalah semua jenis pinjaman yang baru dibayarkan kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati (Hasibuan, dalam Rahayuningsih, 2015). Kredit merupakan pemberian pinjaman uang yang didasarkan atas kepercayaan dan perjanjian atau kesepakatan antara pihak pemberi pinjaman dengan pihak yang melakukan pinjaman dengan adanya imbalan berupa bunga dan pembayarannya dilakukan pada waktu mendatang.Dalam hal ini semakin besarjumlah kredit yang keluar, maka semakin besar pula pendapatan yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan dengan adanya bunga kredit yang diterima. Peran serta koperasi terhadap usaha kecil dan menegah dalam pemberian kredit, maka usaha kecil dan menengah dapat meringankan masalah permodalannya dan dapat meningkatkan usahanya dengan kualitas yang baik dan bermutu sehigga usaha kecil dan menengah dapat membantu pertumbuhan ekonomi. Perubahan suku bunga merupakan perubahan dalam permintaan uang (kredit). Dalam mengatasi tantangan yang semakin ketat di kalangan lembaga keuangan mikro, maka Koperasi harus memberikan tingkat suku bunga yang menarik bagi nasabah. Tingkat suku bunga kredit merupakan balas jasa atau imbalan yang diperoleh atas dana yang dipinjamkannya (Kasmir, 2013:276). Melalui tingkat suku bunga kredit yang optimal, Koperasi diharapkan dapat lebih
meningkatkan keuntungan demi peningkatan usahanya. Dilihat dari sisi yang berbeda tingginya suku bunga kredit dapat mengurangi minat nasabah meminjam. Kenaikan suku bunga mengakibatkan penurunan permintaan pengeluaran investasi. Fluktuasi suku bunga kredit juga akan mempengaruhi permintaan akan kredit tersebut. Misalkan dengan tingginya tingkat suku bunga kredit, hal ini akan sangat meresahkan para pengusaha, yang dengan demikian akan dapat mengurangi permintaan kreditpara pengusaha kepada pihak perbankan karena dana yang ditawarkan sangat mahal. Tingkat suku bunga kredit dapat dijadikan sebagai faktor penting terhadap peningkatan pendapatan bagi perbankan dan tingkat perekonomian di suatu negara. Dalam perbankan pendapatan tertinggi yang dihasilkan itu berasal dari bunga atas kredit yang disalurkan. Kredit bermasalah merupakan kondisi dimana kredit yang diberikan debitur dalam pelunasannya mengalami penunggakan atau kesulitan yang disebabkan oleh pihak intern maupun ekstern. Pengertian ini didukung oleh pendapat dari Siamat (2005:86) bahwa “kredit bermasalah atau Non Perfomance Loan (NPL) merupakan kredit yang mengalami kesulitan dalam pelunasan akibat adanya kesengajaan dan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan debitur seperti kondisi ekonomi yang buruk”. Selain pendapat Siamat ada juga pendapat lain yang mendukung pengertian kredit bermasalah, yaitu menurut Hasanuddin (1998:120), kredit bermasalah adalah “Kredit dengan kolektibilitas macet ditambah dengan kredit-kredit yang memiliki kolektibilitas diragukan yang mempunyai potensi menjadi macet”. Dengan munculnya kredit bermasalah, maka tingkat perputaran kas pada bank akan semakin kecil. Bahkan jika kredit bermasalah sangat besar, maka perputaran kas bank terhenti dan seluruh dampak positif yang dapat ditimbulkan oleh penyaluran kredit tidak dapat terjadi. Ini dikarenakan pendapatan operasional dari pemberian kredit sangat kecil karena kas
e-JournalS1 AkUniversitas Pendidikan Ganesha JurusanAkuntansi Program S1 (Volume 7 No. 1 Tahun 2017) yang seharusnya diterima oleh bank dari kinerja, akan lebih memberikan penekanan penyaluran kredit tidak diterima secara pada faktor utama antara lain adalah penuh. motivasi kerja pegawai. Tenaga kerja dalam suatu unit Berikut ini merupakan data organisasi sangat dibutuhkan untuk Pendapatan operasional, jumlah kredit, menghasilkan produk yang berkualitas, baik jumlah tenaga kerja, dan NPLpada berupa materi ataupun produk berupa jasa. Koperasi Kredit Swastiastu periode 2012Produktivitas pegawai tersebut, saat ini 2015. menjadi pusat perhatian dalam untuk meningkatkan kinerja yang mempengaruhi efisiensi dan efektivitas organisasi. Analisis yang lebih mengkonsentrasikan pada Tabel 1 Pendapatan operasional, jumlah kredit, jumlah tenaga kerja, tingkat suku bunga kredit dan NPL pada Koperasi Kredit Swastiastu periode 2012-2015 Tahun Pendapatan Jumlah Kredit Jumlah Tingkat NPL Operasional Tenaga Suku Bunga Kerja Kredit 2012 4.484.317.678 29.729.944.323 39 2,25% 3.611.838.937 2013 5.592.034.020 19.765.818.117 41 2% 519.001.430 2014 6.653.529.929 40.223.739.400 41 1,75% 438.781.221 2015 7.515.774.858 65.839.704.214 48 1,75% 4.480.809.928 Sumber: Laporan Keuangan pada Koperasi Kredit Swastiastu 2012-2015 Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajemen untuk mengurangi informasi asimetris. Menurut Sari dan Zuhtorun (2006), teorisinyal (signaling theory) menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan kepada pihak eksternal. Dorongan tersebut timbul karena adanya informasi asimetris antara perusahaan (manajemen) dengan pihak luar, dimana manajemen mengetahui informasi internal perusahaan yang relatif lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan pihak luar seperti investor dan kreditor. Menurut Samuelson (1990), suku bunga adalah harga yang harus dibayar bank atau peminjam lainnya untuk memanfaatkan uang selama jangka waktu tertentu. Suku bunga merupakan salah satu sasaran kebijaksanaan moneter yang sangat besar pengaruhnya karena suku bunga memegang peranan penting di dalam kegiatan perekonomian. Menurut Simorangkir (2004:91), kredit adalah pemberian prestasi seperti misalnya berupa uang atau barang dengan balas prestasi (kontraprestasi) yang akan terjadi pada waktu yang akan datang.
Prinsip perkreditan disebut juga sebagai konsep 6C (Martono, 2002:57). Pada dasarnya konsep 6C ini akan dapat memberikan informasi mengenai tekad baik dan kemampuan membayar nasabah untuk melunasi kembali pinjaman beserta bunganya diantaranya Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition of Economy, Constraint. Selain itu, ada prinsip kredit yang disebut 7P yang diantaranya Personality, Party, Purpose, Prospect, Payment, Profitability, Protection. Tingkat suku bunga adalah harga dari pinjaman. Definisi suku bunga menurut Kasmir (2008:80), adalah bunga yang dibebankan kepada peminjam atau harga jual yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayarkan oleh bank kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman) (Kuniawati:2013). Jadi tingkat suku bunga kredit dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar apabila terjadi pertukaran antara satu rupiah uang yang dipinjam saat ini dengan satu rupiah di masa yang akan datang atau saat terjadi pengembalian atas pinjaman sebelumnya.
e-JournalS1 AkUniversitas Pendidikan Ganesha JurusanAkuntansi Program S1 (Volume 7 No. 1 Tahun 2017) Kredit bermasalah ialah kredit yang tidak lancar atau kredit dimana debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang diperjanjikan, misalnya persyaratan pembayaran bunga, pengambilan pokok pinjaman, peningkatan margin deposit, pengikatan dan peningkatan agunan, dan sebagainya. Kategori kolektibilitas kredit berdasarkan ketentuan yang dibuat bank indonesia diantaranya kredit macet, kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit lancar. Berikut ini diuraikan dampak kredit bermasalah terhadap bank, yaitu: 1. Likuiditas Jika kredit yang jatuh tempo atau mulai diwajibkan membayar angsuran namun tidak mampu mengangsur karena kredit tidak lancar atau bermasalah, maka bank terancam menjadi tidak likuid. 2. Solvabilitas Adanya kredit bermasalah dapat menimbulkan kerugian bagi bank sehingga bank menjadi tidak likuid dan kemudian mencairkan aktiva tetapnya guna memenuhi segala kewajibannya kepada pihak ketiga. Jika bank tidak mampu memenuhi kewajibannya, maka berarti solvabilitas bank tersebut juga menjadi berkurang. 3. Rentabilitas Rentabilitas adalah kemampuan bank untuk memperoleh penghasilan dari bunga kredit. Jika kredit bermasalah atau tidak lancar maka penghasilan bank dari bunga kredit akan berkurang. Tenaga kerja sangat diperlukan untuk suatu instansi atau lembaga tertentu menempatkan tenaga kerja dapat ditentukan dari pengalaman kerja dan tingkat pendidikan yang dimiliki. Kebijakan perluasan kesempatan kerja dan penempatan kerja perlu diusahakansecara proaktif pada semua sektor pembangunan. Oleh karena itu semua pelaku pembangunan, pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan swasta harus memiliki wawasan ketenagakerjaan. Pengertian pendapatan dikemukakan oleh Dyckman (2002:234) bahwa pendapatan adalah arus masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama satu
periode dari pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau sentral entitas yang sedang berlangsung. Koperasi Simpan Pinjam adalah didirikan bertujuan untuk memberi kesempatan kepada anggotanya untuk memperoleh pinjaman dengan mudah dan dengan bunga ringan.Koperasi simpan pinjam juga berusaha untuk mencegah para anggotanya agar tidak terlibat dalam jeratan kaum lintah darat pada waktu mereka memerlukan sejumlah uang, dengan jalan menggiatkan tabungan dan mengatur pemberian pinjaman uang dengan bunga yang serendah-rendahnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jumlah kredit, tingkat suku bunga kredit, resiko kredit dan tenaga kerja terhadap pendapatan Koperasi Kredit Swastiastu, Singaraja. Jumlah kredit merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan oleh Koperasi yang diberikan kepada masyarakat sebagai nasabah dalam bentuk pinjaman dalam periode waktu tertentu.Dari hasil pemberian kredit inilah koperasi menghasilkan pendapatan berupa bunga pinjaman. Pemberian kredit yang dilakukan koperasi dengan mempertimbangkan kebutuhan dana bagi anggota dan ketersediaan dana koperasi sehingga anggota dapat terlayani dengan baik. Pemberian kredit sangat berpengaruh terhadap pendapatan suatu koperasi.Dalam hal ini semakin besar jumlah kredit yang keluar, maka semakin besar pula pendapatan yang dihasilkan. H1: Jumlah Kredit Berpengaruh Positif Signifikan Terhadap Pendapatan Koperasi Kredit Swastiastu Periode 2012-2015 Tingkat suku bunga kredit merupakan balas jasa atau imbalan yang diperoleh bank atas dana yang dipinjamkannya (Kasmir, 2013:276). Tingkat suku bunga kredit dapat dijadikan sebagai faktor penting terhadap pendapatan bagi perbankan dan tingkat perekonomian suatu negara. Dalam perbankan pendaatan tertinggi yang dihasilkan itu berasal dari bunga atas kredit yang disalurkan. Semakin tinggi tingkat
e-JournalS1 AkUniversitas Pendidikan Ganesha JurusanAkuntansi Program S1 (Volume 7 No. 1 Tahun 2017) suku bunga kredit yang diberikan maka pendapatan bunga yang akan diterimajuga akan semakin besar. Dengan adanya pendapatan bunga tentunya berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan yang akan diterima oleh Koperasi itu sendiri. H2: Tingkat Suku Bunga Kredit Berpengaruh Negatif Signifikan Terhadap Pendapatan Pada Koperasi Kredit Swastiastu periode 2012-2015. Non Performing Loan atau yang sering disebut kredit bermasalah dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesenjangan atau faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur. Rasio ini menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Artinya, semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakinbesar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisibermasalah semakin besar yaitu kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet. H3: Risiko Kredit Berpengaruh Negatif Signifikan Terhadap Pendapatan Pada Koperasi Kredit Swastiastu Periode 2012-2015. Tenaga kerja dalam suatu unit organisasi sangat dibutuhkan untuk menghasilkan produk yang berkualitas, baik berupa materi ataupun produk berupa jasa. Produktivitas tenaga kerja tersebut saat ini menjadi pusat perhatian dalam upaya untuk meningkatkan kinerja yang mempengaruhi efesensi dan efektivitas organisasi.Analisis yang lebih mengkonsentrasikan pada kinerja, akan lebih memberikan penekanan pada faktor utama antara lain adalah motivasi kerja tenaga kerja. H4: Tenaga Kerja Berpengaruh Positif Signifikan Terhadap Pendapatan Pada Koperasi KreditSwastiastu Periode 2011-2015.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sugianto (2010) membuktikan bahwa jumlah kredit dan suku bunga secara serentak atau bersama-sama berpengaruh positif terhadap pendapatan petani. Penelitian yang dilakukan oleh Rahayuningsih (2014) membuktikan bahwa jumlah kredit, jumlah simpanan, nasabah, tingkat suku bunga kredit berpengaruh secara simultan terhadap pendapatan LPD. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Setiawina (2012) menunjukkan bahwa jumlah kredit, simpanan, dan tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan LPD. Dari penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013), Ia mengemukakan bahwa risiko kredit yang dihitung menggunakan rasio NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas. Namun penelitian dari analisis data yang dilakukan secara parsial oleh Mubarok (2010) didapatkan hasil pengujian hipotesis NPL berpengaruh positif terhadap profitabilitas. H5: Jumlah Kredit, Tingkat Suku Bunga Kredit, Risiko Kredit Dan Tenaga Kerja Berpengaruh Simultan Terhadap Pendapatan Pada Koperasi Kredit Swastiastu Periode 2012-2015. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian ini mempergunakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan Koperasi Swastiastu Tahun 2012-2015. Proses pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode observasi non prilaku yang diambil dari dokumentasi. Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis menggunakan asumsi klasik dan selanjutnya melakukan analisis regresi linear berganda, dilanjutkandengan uji hipotesis dengan menggunakan uji statistik t, uji statistik F dan uji koefisien determinasi (R2).Hasil analisis data selanjutnya disajikan dan diinterprestsikan dan langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan dan saran.Penelitian ini dilakukan di Koperasi Kredit Swastiastu yang berlokasi di Singaraja, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng.
e-JournalS1 AkUniversitas Pendidikan Ganesha JurusanAkuntansi Program S1 (Volume 7 No. 1 Tahun 2017) HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil uji normalitas, ditunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2tailed) sebesar 0,896. Nilai Asymp. Sig. (2tailed) tersebut lebih besar dari 0,05 untuk statistik One-SampleKolmogorov-Smirnov. Berdasarkan kriteria uji normalitas, data terdistribusi normal jika nilai Asymp. Sig. (2tailed) lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji multikolinearitas,diketahui bahwa nilai VIF dari masing-masing variabel bebas lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,10. Nilai korelasi di antara variabel bebas dapat dikatakan mempunyai korelasi yang lemah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di antara variabel bebas tidak ada korelasi atau tidak terjadi multikolinearitas pada model.
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas, diketahui bahwa nilai signifikansi antara variabel bebas dengan absolut residual (ABS) lebih besar dari 0,05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan tidak terdapat adanya heteroskedastisitas. Hasil uji autokorelasi menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson sebesar 2,243. Nilai tabel Durbin Watson pada α = 0,05, n = 32, k = 4 adalah dU = 1,732. Nilai Durbin Watson berada di antara dU dan (4 – dU) atau 1,732< 2,243 < 2,268. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam regresi linier tidak ada autokorelasi. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda, dapat diketahui persamaan garis regresi dengan menggunakan analisis koefisien beta. Hasil perhitungan konstanta dan koefisien beta dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients Beta
T Sig. Std. Error B (Constant) 1 130272598 229136645 0,569 0,574 X1 0,014 0,006 0,088 2,481 0,020 X2 -254181984 118095420 -0,037 -2,152 0,040 X3 -0,115 0,045 -0,042 -2,542 0,017 X4 205300953 7906763 0,916 25,965 0,000 a. Dependent Variable: Y Sumber : Lampiran 4 Keterangan: X1 = jumlah kredit, X2= tingkat suku bunga kredit, X3= resiko kredit, dan X4= tenaga kerja. Berdasarkan perhitungan regresi linier berganda pada Tabel 4.6, maka didapat hasil persamaan regresi sebagai berikut. Y= 130272598 + 0,088X1 + (-0,037X2) + (-0,042X3) + 0,916X4 + ε Berdasarkan model regresi yang terbentuk, dapat diinterpretasikan hasil sebagai berikut. 1. Konstanta 130272598menunjukkan jika variabel jumlah kredit(X1), tingkat suku bunga kredit(X2), resiko kredit(X3), dan tenaga kerja(X4) bernilai konstan, maka variabel pendapatan (Y) memiliki nilai positif 130272598.
2. Variabel jumlah kredit (X1) memiliki koefisien positif 0,088. Nilai koefisien regresi yang positif menunjukkan bahwa jumlah kredit (X1) berpengaruh positif terhadap pendapatan (Y). Hal ini menggambarkan bahwa setiap kenaikan 1 satuanjumlah kredit (X1)dapat meningkatkan pendapatan (Y) sebesar 0,088dengan asumsi bahwa variabel independen yang lainnya tetap. 3. Variabel tingkat suku bunga kredit (X2) memiliki koefisien negatif -0,037. Nilai koefisien regresi yang negatif menunjukkan bahwa tingkat suku bunga
e-JournalS1 AkUniversitas Pendidikan Ganesha JurusanAkuntansi Program S1 (Volume 7 No. 1 Tahun 2017) kredit (X2) berpengaruh negatif terhadap pendapatan (Y). Hal ini menggambarkan bahwa setiap kenaikan 1 satuantingkat suku bunga kredit (X2) dapat menurunkan pendapatan (Y) sebesar 0,037dengan asumsi bahwa variabel independen yang lainnya tetap. 4. Variabel resiko kredit (X3) memiliki koefisien negatif -0,042. Nilai koefisien regresi yang negatif menunjukkan bahwa resiko kredit (X3) berpengaruh negatif terhadap pendapatan (Y). Hal ini menggambarkan bahwa setiap kenaikan 1 satuanresiko kredit (X3)dapat menurunkan pendapatan (Y) sebesar 0,042dengan asumsi bahwa variabel independen yang lainnya tetap. 5. Variabel tenaga kerja (X4) memiliki koefisien positif 0,916. Nilai koefisien regresi yang positif menunjukkan bahwa tenaga kerja (X4) berpengaruh positif terhadap pendapatan (Y). Hal ini menggambarkan bahwa setiap kenaikan 1 satuantenaga kerja (X4) dapat meningkatkan pendapatan (Y) sebesar 0,916dengan asumsi bahwa variabel independen yang lainnya tetap. Pengaruh Jumlah Kredit Terhadap Pendapatan Koperasi Berdasarkan hasil uji signifikansi secara parsial, Hasil pengujian hipotesis H1 mengenai pengaruh jumlah kredit terhadap pendapatan menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0,088 dengan nilai signifikansi sebesar 0,020. Oleh karena itu, hipotesis H1 dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah kredit berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan. Jika jumlah kredit semakin tinggi, maka pendapatanjuga semakin tinggi. Menurut Trisantoso (1997), kredit merupakan semua jenis pinjaman uang atau barang wajib dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam, pembayarannya bisa cicilan maupun sekaligus. Hal tersebut tergantung pada perjanjian yang telah disepakati oleh kreditur dan debitur. Jumlah kredit berpengaruh positif terhadap pendapatan koperasi. Temuan penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hasibuan (2001), yang menyatakan bahwa
sumber-sumber pendapatan koperasi berasal dari pendapatan bunga kredit, pendapatan biaya administrasi, pendapatan provisi dan pendapatan konsinyasi. Menurut Kasmir (2011), kredit secara positif dapat meningkatkan pendapatan karena pemberian kredit dapat menambah modal usaha. Hal senada diungkapkan oleh Simorangkir (2005), yang menyatakan bahwa dengan adanya pemberian kredit serta modal yang tinggi akan mampu meningkatkan pendapatan usaha kecil, karena tingginya tingkat pemberian kredit yang ada akan mampu menambah modal kerja dari suatu usaha sehingga berpengaruh pada pendapatan usahanya. Pengaruh Tingkat Suku Bunga Kredit Terhadap Pendapatan Hasil pengujian hipotesis H2 mengenai pengaruh tingkat suku bunga kredit terhadap pendapatan menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar -0,037 dengan nilai signifikansi sebesar 0,040. Oleh karena itu, hipotesis H2 dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat suku bunga kredit berpengaruh negatif signifikan terhadap pendapatan. Jika tingkat suku bunga kredit semakin tinggi, maka pendapatan semakin rendah. Menurut Fahmi (2013), suku bunga kredit adalah sejumlah uang yang diwajibkan kepada pihak yang meminjamkan dengan perhitungan berdasarkan presentase dan dilakukan berdasarkan periode atas waktu yang ditentukan. Bastian dan Suhardjono (2006) menyatakan bahwa tingkat suku bunga kredit adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap pendapatan bagi lembaga keuangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat suku bunga kredit berpengaruh negatif terhadap pendapatan koperasi. Hal ini disebabkan karena tingginya tingkat suku bunga kredit yang ditawarkan koperasi dapat menyebabkan turunnya minat calon nasabah kredit untuk melakukan pinjaman di koperasi. Hal ini menyebabkan penurunan jumlah nasabah kredit yang membuat sumber pendapatan koperasi mengalami penurunan. Pihak Koperasi Kredit Swastiastu telah melakukan strategi
e-JournalS1 AkUniversitas Pendidikan Ganesha JurusanAkuntansi Program S1 (Volume 7 No. 1 Tahun 2017) penurunan tingkat suku bunga kredit pada setiap tahunnya dengan tujuan meningkatkan minat masyarakat atau calon nasabah untuk melakukan pinjaman kredit. Dengan demikian, sumber pendapatan koperasi dari jasa kredit dapat mengalami peningkatan. Pengaruh Resiko Kredit Terhadap Pendapatan Hasil pengujian hipotesis H3 mengenai pengaruh resiko kredit terhadap pendapatan menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar -0,042 dengan nilai signifikansi sebesar 0,017. Oleh karena itu, hipotesis H3 dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa resiko kredit berpengaruh negatif signifikan terhadap pendapatan. Jika resiko kredit semakin tinggi, maka pendapatan semakin rendah. Kredit bermasalah berpengaruh negatif terhadap pendapatan koperasi. Hasil penelitian ini didukung pernyataan dari Siamat (2004), yang menyatakan bahwa kredit yang mengalami kesulitan dalam pelunasan akibat adanya kesengajaan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan kreditur seperti kondisi ekonomi yang buruk yang dapat mempengaruhi berkurangya pendapatan. Pernyataan teoritis dari Andjar (2005) menyatakan bahwa pendapatan akan meningkat apabila jumlah terjadinya kredit bermasalah yang cenderung menurun, sebaliknya pendapatan menurun apabila jumlah kredit bermasalah yang meningkat. Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Hasil pengujian hipotesis H4 mengenai pengaruh tenaga kerja terhadap pendapatan menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0,916 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Oleh karena itu, hipotesis H4 dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan. Jika tenaga kerja semakin tinggi, maka pendapatan juga semakin tinggi. Salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan adalah jumlah penggunaan tenaga kerja. Gilarso (1994) menyatakan bahwa meningkatnya
permintaan akan barang dan jasa pada suatu industri, maka para produsen juga akan memerlukan lebih banyak tenaga kerja guna mendukung menghasilkan barang dan jasa dalam jumlah yang diminta oleh masyarakat yang dalam hal ini berperan sebagai konsumen. Sebaliknya, apabila permintaan masyarakat akan suatu barang dan jasa berkurang, maka permintaan produsen akan tenaga kerja juga akan berkurang. Hal tersebut secara tidak langsung dapat menjelaskan bahwa apabila permintaan akan suatu jasa naik dan produsen akan mempekerjakan banyak tenaga kerja tersebut bekerja secara baik dan cepat, maka keuntungan produsen juga meningkat, dengan kata lain pendapatan produsen juga meningkat. Pengaruh Jumlah Kredit, Tingkat Suku Bunga Kredit, Resiko Kredit, dan Tenaga KerjaTerhadap Pendapatan Hasil pengujian hipotesis H5 mengenai pengaruh jumlah kredit, tingkat suku bunga kredit, resiko kredit, dan tenaga kerjaterhadap pendapatan menunjukkan nilai F sebesar 910,776 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Oleh karena itu, hipotesis H5 dalam penelitian ini diterima. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda, maka dapat diketahui bahwa jumlah kredit, tingkat suku bunga kredit, resiko kredit, dan tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap pendapatan. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hipotesis terkait dengan pengaruh jumlah kredit, tingkat suku bunga kredit, resiko kredit, tenaga kerjaterhadap pendapatan pada Koperasi Kredit Swastiastu periode tahun 2012-2015, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut. 1. Jumlah kredit berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan, yang ditunjukkan dengan koefisien regresi yang positif 0,088 dengan nilai signifikansiuji t 0,020 lebih kecil dari α =0,05. Artinya, apabila jumlah kredit semakin tinggi, maka pendapatanjuga semakin tinggi. 2. Tingkat suku bunga kredit berpengaruh negatif signifikan terhadap pendapatan,
e-JournalS1 AkUniversitas Pendidikan Ganesha JurusanAkuntansi Program S1 (Volume 7 No. 1 Tahun 2017) yang ditunjukkan dengan koefisien regresi yang negatif -0,037 dengan nilai signifikansiuji t 0,040 lebih kecil dari α =0,05. Artinya, apabila tingkat suku bunga kredit semakin tinggi, maka pendapatan semakin rendah. 3. Resiko kredit berpengaruh negatifsignifikan terhadap pendapatan, yang ditunjukkan dengan koefisien regresi yang negatif -0,042 dengan nilai signifikansiuji t 0,017 lebih kecil dari α =0,05. Artinya, apabila resiko kredit semakin tinggi, maka pendapatan semakin rendah. 4. Tenaga kerja berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan, yang ditunjukkan dengan koefisien regresi yang positif 0,916 dengan nilai signifikansiuji t 0,000 lebih kecil dari α =0,05. Artinya, apabila tenaga kerja semakin tinggi, maka pendapatan juga semakin tinggi. 5. Jumlah kredit, tingkat suku bunga kredit, resiko kredit, dan tenaga kerjaberpengaruh signifikan terhadap pendapatan, yang ditunjukkan dengan nilai signifikansiuji F 0,000 lebih kecil dari α =0,05. SARAN Berdasarkan hasil penelitian serta kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini, maka terdapat beberapa saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan kedepannya. Bagi manajemen koperasi disarankan untukmelakukan peningkatan kualitas pelayanan dengan menambah jumlah tenaga kerja, peningkatanjumlah penyaluran kredit, memberikan tingkat suku bunga kredit yang rendah dan bersaing, serta mengupayakan strategi yang optimal untuk meminimalisir resiko kredit. Dengan demikian, diharapkan pendapatan koperasi mengalami peningkatan karena penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut mempunyai korelasi signifikan dengan pendapatan. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah populasi penelitian, yaitu dengan menambah jumlah koperasi kredit tidak hanya yang ada pada Koperasi Kredit Swastiastu sehingga diperoleh hasil penelitian yang tingkat generalisasinya lebih tinggi.
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinasi sebesar 0,992. Hal ini menunjukkan bahwa 99,2% variabel pendapatandipengaruhi oleh variabel jumlah kredit, tingkat suku bunga kredit, resiko kredit, dan tenaga kerja, sedangkan 0,8% dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan demikian disarankan bagi peneliti selanjutnya dapat menggunakan variabel lain yang mempengaruhi pendapatan, seperti jumlah nasabah, ukuran perusahaan, kondisi internalperusahaan, tingkat perputaran kas dan fleksibilitaskeuangan. DAFTAR PUSTAKA Andjar,
Pachta W. 2005. Manajemen Koperasi. Teori dan Praktek.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Bastian, Indra dan Suhardjono. 2006. Akuntansi Perbankan. Jakarta: Selemba Empat Dyckman, Dukes dan Davis 1999, Akuntansi Keuangan Menengah I (terjemahan), Jilid I, Edisi 3, Alih Bahasa: Munir Ali, Jakarta: Erlangga. Fahmi, Irham. 2013. Manajemen Risiko. Bandung. Bandung: Alfabeta. Hasanuddin,Rahman. 1998. Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti. Hasibuan. 2001. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: PT. Grafindo Persada. Kurniawati, Ayu. 2013. Pengaruh Penyaluran Kredit dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Profitabilitas (ROA) (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012. Skripsi. Universitas Komputer Indonesia. Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
e-JournalS1 AkUniversitas Pendidikan Ganesha JurusanAkuntansi Program S1 (Volume 7 No. 1 Tahun 2017)
-------.
2011. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Martono, Nanang. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Rahayuningsih, Ni Nyoman Trisna. 2015. Pengaruh Jumlah Kredit, Jumlah Simpanan Nasabah, Tingkat Suku Bunga Kredit Terhadap Pendapatan LPD Di Kecamatan Sawan Tahun 2008-2013 (tidak diterbitkan). Skripsi. Universitas Pendidikan Ganesha. Samuelson, A. 1990. Makro Ekonomi (Edisis Ketiga). Jakarta: Erlangga. Sari, Ratna Candra dan Zuhrohtun. 2006. Keinformatifan Laba di Pasar Obligasi dan Saham: Uji Liquidation Option Hypothesis. Makalah disajikan dalam Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang, tgl 23-26 Agustus 2006. Siamat, Dahlan. 2004. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: FEUI. -------.
2005. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Simorangkir, O.P. 2004. Seluk Beluk Bank Komersial. Cetakan Kelima. Jakarta: Persada Indonesia. Trisantoso, Rudi. 1997. Manajemen Perbankan Dasar dan Kunci Keberhasilan Perekonomian. Jakarta: Erlangga.