e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 7 No: 1 Tahun 2017)
PERAN SEKAA TERUNA DALAM MENSOSIALISASIKAN NILAINILAI AKUNTABILITAS BERBASIS KEARIFAN LOKAL TRI HITA KARANA (Studi Kasus pada Sekaa Teruna Taruna Jaya Desa Pakraman Bangkang Baktiseraga Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Provinsi Bali Tahun 2016) 1Desak
1Anantawikrama
Putu Nitya Dewi, Tungga Atmadja, 2Nyoman Trisna Herawati
Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]} @undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pelaksanaan akuntabilitas di Sekaa Teruna Taruna Jaya, (2) mengetahui proses penanaman nilai-nilai akuntabilitas berbasis kearifan lokal Tri Hita Karana kepada anggotanya, dan (3) mengetahui implikasi penanaman nilai-nilai akuntabilitas berbasis kearifan lokal Tri Hita Karana terhadap sikap dan perilaku anggota Sekaa Teruna Taruna Jaya dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif yang menitikberatkan pada deskripsi serta interpretasi perilaku manusia. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi dan studi dokumen yang selanjutnya dilakukan analisis data dengan model analisis interaktif melalui tiga tahapan yaitu (1) reduksi data, (2) penyajian data, (3) penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) proses pengelolaan keuangan di Sekaa Teruna Taruna Jaya melibatkan prajuru (pengurus) dan warga sekaa teruna yang ditunjuk sebagai panitia dalam kegiatan Sekaa Teruna, yang dibagi menjadi dua kategori, yaitu pengelolaan keuangan dana internal dan eksternal, (2) keberadaan Tri Hita Karana menjadi kunci pokok keberhasilan dalam pelaksanaan akuntabilitas Sekaa Teruna, sebagai strategi penyosialisasian nilai-nilai akuntabilitas yang dilakukan melalui proses internalisasi yang terdiri dari lima tahapan yaitu tahap menerima, menanggapi, memberi, dan mengorganisasi serta mengkarakterisasi nilai, (3) Nilai-nilai akuntabilitas berbasis kearifan lokal Tri Hita Karana yang dinternalisasikan kepada anggotanya meliputi nilai-nilai akuntabilitas dalam hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesamanya dan manusia dengan lingkungan, dan (4) Proses internalisasi nilai-nilai akuntabilitas berbasis kearifan lokal Tri Hita Karana telah berhasil teraktualisasi ke dalam sikap dan perilaku anggota Sekaa Teruna Taruna Jaya dalam kehidupannya sehari-hari. Kata kunci: Sekaa Teruna, Akuntabilitas, Tri Hita Karana, Internalisasi Abstract This study aimed at: (1) finding out the implementation of accountability at Sekaa Teruna Taruna Jaya, (2) finding out the process of internalizing Tri Hita Karana local wisdom based accountability values into the members of the Sekaa Teruna, and (3) finding out the implication of the internalization of Tri Hita Karana local wisdom based accountability values into the Sekaa Teruna members’ attitude and behaviour in their
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 7 No: 1 Tahun 2017) daily lives. This study was conducted by applying qualitative method which gave emphasis on the description and interpretation on human behaviour. Data was collected through in-depth interview, observation and document study. Data analysis was done adapting interactive analysis model. It was conducted in three steps, namely (1) data reduction, (2) data presentation, (3) conclusion withdrawal. The results of the analysis showed that (1) the financial management at Sekaa Teruna Taruna Jaya was done involving prajuru (village management members) and the members of the Sekaa Teruna who were appointed as committee of its programs. The financial management was divided into two, namely internal and external financial management, (2) the existance of Tri Hita Karana became the main key of success in the implementation of accountability at the Sekaa Teruna as a strategy in socializing accountability values which was done through internalization process which consisted of 5 stages, namely: the stage of accepting, giving feedback, delivering, and organizing as well as characterizing values, (3) the Tri Hita Karana local wisdom based accountability values which were internalized into the Sekaa Teruna members covered accountability values in the relationship between humans with God, between humans with others, and between humans with the environment, and (4) the internalization of the Tri Hita Karana local wisdom based accountability values had been actualized by the members of the Sekaa Teruna into their attitude and behaviour in their daily lives. Keywords: Sekaa Teruna, Accountability, Tri Hita Karana, Internalization
PENDAHULUAN Bali merupakan salah satu pulau di Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya dan tradisinya yang masih terjaga. Keunikan Bali yang lain bisa dilihat dari masyarakatnya yang memiliki sistem dan struktur sosial kemasyarakatan yang unik dan khas. Dasar-dasar pokok sistem dan struktur sosial kemasyarakat orang Bali bertumpu pada empat landasan utama, yaitu kekerabatan, wilayah, agraris, dan kepentingan khusus (Geria, 2000). Ikatan kekerabatan berlandaskan prinsip patrilineal yang merentang dari keluarga inti, keluarga luas, dan sampai dengan klan patrilineal. Ikatan kesatuan wilayah terwujud dalam bentuk komunitas desa pakraman dengan subsistemnya banjar-banjar. Dalam bidang kehidupan agraris berkembang organisasi subak, sehingga sektor pertanian memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat Bali. Selanjutnya, dalam ikatan kelompok-kelompok kepentingan khusus terwujud sebagai organisasi sekaa. Sekaa merupakan organisasi yang dibentuk secara sukarela berdasarkan profesi dengan tujuan-tujuan tertentu, baik permanen maupun sementara. Sekaa permanen seperti Sekaa Gong dan Sekaa Teruna. Sekaa yang sifatnya sementara adalah sekaa Manyi, Memula, Sekaa Kopi
dan sebagainya. Keberadaan organisasi lokal sebagai salah satu simpul budaya Bali menjadi daya tarik tersendiri, selain Bali tersebut terkenal sebagai daerah tujuan wisata dan pusat investasi. Simpulsimpul sosial budaya seperti desa pakraman, dadia, subak dan sekaa ini sangat penting bagi perkembangan solidaritas sosial dan penyosialisasian budaya Bali. Salah satu simpul budaya lokal dalam unit desa pakraman yang menarik untuk ditelaah keberadaannya adalah Sekaa Teruna. Teruna dalam bahasa Bali yang berarti Pemuda menyiratkan bahwa organisasi ini bergerak dalam bidang sosial kepemudaan. Organisasi ini mampu menghimpun generasi muda yang memiliki karakter berbeda-beda dan dapat menjadi wadah yang baik dalam mengembangkan kreativitas para remaja untuk terus melestarikan budaya dan tradisi setempat. Sehingga keberadaan organisasi lokal ini harus menjadi warisan yang terus dan patut untuk dilestarikan. Sekaa Teruna adalah kumpulan atau wadah organisasi sosial pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa atau kelurahan yang bergerak dibidang kesejahteraan sosial (Sutama, 2015).
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 7 No: 1 Tahun 2017) Sekaa Teruna menjadi organisasi terkecil dalam sebuah desa yang mengakomodir para remaja di desa dalam menjalankan setiap kegiatan baik secara internal maupun eksternal. Sekaa Teruna termasuk organisasi yang eksistensinya ditentukan oleh kepentingan khusus. Salah satu kepentingan khusus yang melekat pada “diri” Sekaa Teruna adalah kepentingan belajar. Mengingat warga Sekaa Teruna umumnya, mereka bergaul dalam lingkungan pendidikan formal sebagai warga dari satuan pendidikan tertentu. Mereka juga tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga, banjar dan desa pakraman yang merupakan lingkungan pendidikan informal. Dengan demikian, warga Sekaa Teruna senantiasa berada dalam lingkungan pendidikan, baik formal maupun informal. Hal ini mengindikasikan bahwa generasi pembelajar merupakan kepentingan khusus yang layak dipertahankan bagi eksistensi Sekaa Teruna. Dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya, Sekaa Teruna memerlukan berbagai jenis sumber daya kolektif sebagai penunjang. Sekaa Teruna umumnya mempergunakan sumber daya yang diperoleh dari kalangan umum, sehingga penting bagi anggota Sekaa Teruna, masyarakat dan pihak-pihak terkait untuk mengetahui proses pengelolaan sumber daya tersebut. Hal ini sejalan dengan praktik akuntabilitas yang merupakan kajian yang marak dibahas dewasa ini. Stanbury (dalam Mardiasmo, 2006), menyatakan akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik. Demikian halnya dengan pengurus Sekaa Teruna yang diharuskan menjunjung tinggi akuntabilitas dalam penyajian pertanggungjawabannya agar pertanggungjawaban yang disajikan andal, akurat dan dapat dipercaya oleh anggota lainnya.
Sedangkan menurut Turner and Hulme (dalam Mardiasmo, 2002:21) menyatakan akuntabilitas merupakan konsep yang kompleks yang lebih sulit mewujudkannya dari pada memberantas korupsi. Meskipun akuntabilitas dikatakan sebagai suatu konsep yang sangat sulit untuk diwujudkan, hal ini tidak menjadi kendala pada organisasi lokal Sekaa Teruna Taruna Jaya untuk terus mewujudkan nilai-nilai akuntabilitas dalam setiap pelaksanaan kegiatannya. Sekaa Teruna Taruna Jaya merupakan organisasi pemuda dari Desa Pakraman Bangkang Desa Baktiseraga Kecamatan Buleleng. Dalam pelaksanaan kegiatannya, Sekaa Teruna Taruna Jaya selalu mengedepankan prinsip-prinsip yang tertuang dalam AD/ART, Eka Ilikita, hasil pararem (rapat) dan awig-awig. Sehingga seluruh anggota Sekaa Teruna dapat mengetahui pengelolaan keuangan secara transparan. Selain itu, Sekaa Teruna Taruna Jaya dalam setiap pertanggungjawaban selalu mengacu pada kearifan lokal Tri Hita Karana. Seperti yang tertuang dalam awig-awig, bahwa Tri Hita Karana menjadi landasan kuat dalam organisasi Sekaa Teruna Taruna Jaya. Tri Hita Karana yang memberikan dasar pijakan atas pemahaman manusia akan pentingnya kejujuran kepada Tuhan (parhyangan), kepada sesama (pawongan), dan kepada lingkungan (palemahan). Unsur-unsur inilah yang mengalir kuat dalam organisasi lokal Sekaa Teruna sehingga semakin menguatkan keberadaannya. Untuk itu integrasi yang kuat dalam hubungan antar anggota menjadi landasan akuntabilitas keuangan yang didasarkan pada kearifan lokal sebagai penunjang ke depannya. Sebagai generasi pembelajar dan harapan bangsa, Sekaa Teruna dapat menjadi wadah yang baik dalam mensosialisasikan nilai-nilai akuntabilitas berbasis kearifan lokal Tri Hita Karana, sehingga keberadaan organisasi ini harus menjadi warisan yang patut dijaga dan dilestarikan. Sosialisasi pada dasarnya merujuk pada semua faktor dan proses yang membuat setiap manusia menjadi selaras dalam hidupnya di tengah-tengah orang lain. Menurut Hartomo (2004:116),
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 7 No: 1 Tahun 2017) sosialisasi adalah “proses yang membantu individu untuk belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana bertindak dan berpikir agar ia dapat berperan dan berfungsi, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat”. Melalui proses sosialisasi, individu dalam hal ini adalah Sekaa Teruna akan terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya dengan proses sosialisasi. Guna untuk memperoleh/mengikuti/memahami suatu nilai akuntabilitas yang akan ditanamkan pada anggota Sekaa Teruna Taruna Jaya, dibutuhkan cara sosialisasi yang tepat dalam penyampaian nilai-nilai tersebut. Dalam hal ini, Internalisasi merupakan cara yang tepat dalam mensosialisasikan nilai-nilai akuntabilitas berbasis kearifan lokal Tri Hita Karana. Menurut Muhadjir (2000:133), internalisasi adalah “interaksi yang memberi pengaruh pada penerimaan atau penolakan nilai (values), lebih memberi pengaruh pada kepribadian, fungsi evaluatif menjadi lebih dominan”. Menurut Muhadjir (2000:134) dalam proses internalisasi sebaiknya menggunakan penjenjangan dari Krathwohl dan kawankawan. Jenjang pokoknya ada lima, yaitu (1) menerima, (2) menanggapi, (3) memberi nilai, (4) mengorganisasi nilai, dan (5) karakterisasi nilai. Proses selanjutnya dari internalisasi nilai-nilai akuntabilitas berbasis kearifan lokal Tri Hita Karana adalah aktualisasi. Aktualisasi berupa tahapan penerapan atau pengamalan nilai-nilai akuntabilitas dalam perilaku sehari-hari atas dasar kesadaran, dan perilaku tersebut menjadi bagian dari kepribadian Sekaa Teruna. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk mencari makna kearifan lokal yaitu Tri Hita Karana pada organisasi lokal Sekaa Teruna yang melandasi pelaksanaan akuntabilitas dalam organisasi Sekaa Teruna Taruna Jaya Desa Pakraman Bangkang. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini menjelaskan implikasi dari peran Sekaa Teruna dalam mensosialisasikan nilai-nilai akuntabilitas kepada anggota, yang mana pertanggungjawaban keuangan dilandasi dengan nilai kearifan lokal. Harapannya
adalah agar dapat digali nilai kearifan lokal untuk memberi makna pada aktivitas Sekaa Teruna dalam menciptakan transparansi dan akuntabilitas keuangan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka masalah yang akan dikaji dan dijawab dalam penelitian ini, antara lain: (1) Bagaimana pelaksanaan akuntabilitas di Sekaa Teruna Taruna Jaya Desa Pakraman Bangkang Desa Baktiseraga Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun 2016?, (2) Bagaimana cara Sekaa Teruna Taruna Jaya dalam menanamkan nilai-nilai akuntabilitas berbasis kearifan lokal Tri Hita Karana kepada anggotanya?, (3) Bagaimana implikasi penanaman nilainilai akuntabilitas berbasis kearifan lokal Tri Hita Karana terhadap sikap anggota Sekaa Teruna Taruna Jaya dalam kehidupan sehari-hari?. METODE Ditinjau dari sifat dan tujuannya, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif yang menitikberatkan pada deskripsi dan interpretasi perilaku manusia. Lokasi penelitian ini dilakukan pada organisasi lokal Sekaa Teruna Taruna Jaya Desa Pakraman Bangkang Baktiseraga, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Dalam penelitian ini, secara garis besar menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara mendalam dan studi dokumen sedangkan untuk pemeriksaan keabsahan data digunakan teknik triangulasi. Data yang dikumpulkan yaitu berupa data primer yang berasal dari informan di lapangan dan data sekunder yang berasal dari hasil studi dokumen. Dalam memilih informan, teknik yang digunakan adalah teknik purposive sample. Penunjukan informan diawali dengan informan kunci, yakni Ketua (Keliang) Sekaa Teruna Taruna Jaya, kemudian dikembangkan informan berikutnya dengan menggunakan teknik snow-ball sampling untuk menentukan informan berikutnya. Selanjutnya data dianalisis dengan model analisis interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2009:92) meliputi: (1) Reduksi data (data reduction), (2) Penyajian data (data
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 7 No: 1 Tahun 2017) display), dan (3) Menarik kesimpulan (verifikasi). HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Akuntabilitas Berbasis Kearifan Lokal Tri Hita Karana pada Sekaa Teruna Taruna Jaya Desa Pakraman Bangkang Sekaa Teruna merupakan salah satu simpul budaya Bali dan merupakan suatu bagian dari banyaknya keunikan yang ada di Bali. Organisasi ini mampu menghimpun generasi muda yang memiliki karakter berbeda-beda dan dapat menjadi wadah yang baik dalam mengembangkan kreativitas para remaja untuk terus melestarikan budaya dan tradisi setempat. Aktivitas di Sekaa Teruna bukan hanya sebatas membantu (ngayah) desa pakraman dalam menyelenggarakan kegiatan agama dan budaya di desa setempat namun juga mengkoordinir kegiatan yang bersifat sosial. Hal ini disebabkan karena Sekaa Teruna merupakan organisasi tradisional yang berlandaskan atas Tri Hita Karana. Dalam organisasi lokal ini tidak sedikit orang penting yang ikut berperan demi kelancaran organisasi, seperti pemuka adat, tokoh agama, dan beberapa tokoh masyarakat yang berperan untuk memberi bimbingan dan arahan agar tumbuh rasa tanggungjawab dalam organisasi tersebut. Dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya, Sekaa Teruna memerlukan berbagai jenis sumber daya kolektif sebagai penunjang. Sumbersumber pendapatan Sekaa Teruna Taruna Jaya dapat berasal dari internal dan eksternal. Berdasarkan hasil wawancara kepada Keliang Sekaa Teruna Taruna Jaya terkait dengan sumber-sumber pendapatan yang digunakan untuk membiayai kegiatan-kegaiatan Sekaa Teruna. Seperti hasil kutipan wawancara berikut ini. Selain dari peturunan (iuran) bulanan Sekaa Teruna sebesar Rp 5.000,00 setiap orangnya, sumber pendapatan dari luar yang kami terima, bisa berasal dari bantuan dana dari Desa Adat, Desa Dinas, Pemda, dan sumbangan
masyarakat. Seperti kegiatan kami kemarin, HUT Sekaa Teruna, Desa adat memberikan kami bantuan Rp 1.000.000,00 dan Desa dinas Rp 4.000.000,00 selain itu, ada juga sumbangan dari masyarakat setempat yang turut berkontribusi untuk acara ini. (Wawancara, Jumat 30 September 2016). Dari pemaparan diatas, dapat diketahui bahwa peturunan (iuran) warga sekaa bukanlah sumber satu-satunya kas Sekaa Teruna Taruna Jaya. Sekaa Teruna Taruna Jaya juga memiliki sumber pendapatan eksternal berupa bantuan dari Desa Pakraman, Desa Dinas, dan sumbangan dari masyarakat setempat yang turut berkontribusi dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Sekaa Teruna Taruna Jaya. Dalam pengelolaan keuangan baik sumber pendapatan internal dan eksternal, tidak hanya Petengen Sekaa Teruna atau pengurus inti saja yang bekerja dan bertanggungjawab, tetapi dengan pembentukan kepanitian akan membantu dalam proses pertanggungjawaban keuangan juga. Jika hanya dilakukan oleh Petengen Sekaa Teruna, maka mungkin akan menjadi beban tersendiri dan menyulitkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Petengen Sekaa Teruna Taruna Jaya, Putu Sri Wahyuni, dalam kutipan wawancara berikut. Pengelolaan keuangan Sekaa Teruna memang sudah tanggung jawab mbok (kakak) sebagai petengen (bendahara) namun dalam pelaksanaanya pasti perlu bantuan dari seluruh prajuru Sekaa Teruna, dan kepanitian yang dibentuk dalam membuat laporan pertanggungjawaban keuangan dan sebagainya yang berhubungan dengan penggunaan uang. Meskipun tidak semua warga sekaa ikut terlibat, namun secara tidak langsung dengan kepanitian yang dibentuk akan memberikan kesempatan untuk mereka belajar memahami pentingnya pertanggungjawaban keuangan itu
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 7 No: 1 Tahun 2017) dik, bahkan dia juga bisa belajar mengelola keuangan dari adanya kepanitian itu. (Wawancara, Rabu 5 Oktober 2016). Berdasarkan kutipan wawancara di atas dapat diketahui bahwa Pengelolaan keuangan yang ada di Sekaa Taruna Teruna Jaya Desa Pakraman Bangkang tidak melibatkan semua anggota sekaa, melainkan hanya melibatkan beberapa pengurus sekaa dan anggota yang menjadi panitia dalam setiap kegiatan di di Sekaa Teruna Taruna Jaya. Pihak-pihak tersebut yakni, Keliang (Ketua), Penyarikan (Sekretaris), Petengen (Bendahara), dan beberapa koordinator bidang (Pesayahan) serta warga Sekaa Teruna yang ditunjuk sebagai panitia dalam kegiatan HUT atau kegiatan lainnya. Pengelolaan keuangan dalam suatu organisasi merupakan aspek penting untuk membangun tata kelola organisasi yang sehat dan kredibel. Secara detail, pengelolaan keuangan di Sekaa Teruna Taruna Jaya meliputi beberapa tahap sebagai berikut. 1. Perencanaan atas keuangan dengan menyusun rencana pemasukan serta pengeluaran kas dan aktivitas yang lain, 2. Melakukan penganggaran atau Rencana Anggaran Biaya (RAB) di setiap kegiatan sebagai tindak lanjut atas perencanaan keuangan dengan menyusun lebih detail lagi semua pengeluaran dan pemasukan organisasi. 3. Pencarian sumber dana, Sekaa Teruna berusaha mencari sumber dana perusahaan yang akan digunakan untuk kegiatan operasionalnya. 4. Penyimpanan keuangan, Sekaa Teruna wajib menyimpan dana yang telah terkumpul. 5. Dalam hal pengelolaan keuangan Sekaa Teruna mampu mempergunakan dana yang ada dalam organisasi secara efisien. 6. Melakukan pengendalian keuangan. 7. Melakukan pemeriksaan keuangan secara berkesinambungan agar tidak
terjadi penyimpangan yang merugikan, dan 8. Membuat laporan keuangan sebagai wujud akuntabilitas dan transparansi organisasi. Dalam pengelolaan keuangan Sekaa Teruna Taruna Jaya, antara sumber pendanaan internal dan eksternal dipertanggungjawabkan secara berbeda, hal ini disampaikan langsung oleh Petengen Sekaa Teruna Taruna Jaya, Putu Sri Wahyuni dalam kutipan wawancara berikut. Sumber dana yang diperoleh dari iuran, cukup dipertanggungjawabkan secara intern saja dik dengan membuat pencatatan keuangan sederhana dan dilengkapi bukti-bukti seperti nota, kwintansi, setelah itu kita baru adakan rapat pertanggungjawaban bersama anggota setiap bulannya. Apabila kayak (seperti) kemarin, kita mendapatkan bantuan dana dari luar seperti Desa Pakraman dan Dinas, maka pertanggungajawaban harus mengikuti prosedur dari pihak desa, seperti membuat SPJ, LPJ untuk mempertanggungjawabkan kemana arah penggunaan dana tersebut, setelah selesai baru kita adakan rapat pertanggungjawaban intern dulu dengan anggota dan jika sudah fix baru diserahkan kepada pihak desa. (Wawancara, Rabu 5 Oktober 2016). Berdasarkan informasi dalam kutipan wawancara diatas, dapat diketahui bahwa proses pengelolaan keuangan Sekaa Teruna Taruna Jaya dibagi menjadi dua kategori, yaitu pengelolaan keuangan dana internal dan pengelolaan dana eksternal. Kedua jenis pengelolaan keuangan ini dipertanggungjawabkan dengan cara yang berbeda. Jika dalam pelaksanaan kegiataan hanya menggunakan sumber pendanaan internal Sekaa Teruna, maka proses pertanggungjawabannya dilakukan secara sederhana dan hanya dipertanggungjawabkan kepada warga Sekaa Teruna dengan cara mengumumkan pemasukan yang
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 7 No: 1 Tahun 2017) diperoleh serta rincian biaya yang dikeluarkan selama pelaksanaan kegiatan. Namun apabila dalam kegiatan Sekaa Teruna melibatkan sumber pendanaan eksternal maka proses pertanggungjawabannya tidak hanya saja pada intern organisasi namun kepada pihak-pihak pemberi dana tersebut. Pengelolaan keuangan Sekaa Teruna menjadi salah satu kunci keberhasilan pertanggungjawaban pada organisasi tersebut. Untuk itu integrasi yang kuat dalam hubungan antar warga sekaa menjadi landasan akuntabilitas yang didasarkan pada kearifan lokal sebagai penunjang ke depannya. Secara umum, keberadaan Sekaa Teruna di Bali tidak lepas dari landasan Tri Hita Karana yang menjadi kunci pokok keberhasilan organisasi, yaitu tiga penyebab kerukunan hidup, yang terdiri atas Parhyangan (hubungan manusia dengan Tuhan), Pawongan (hubungan manusia dengan sesamanya) dan Palemahan (hubungan manusia dengan lingkungan). Seperti yang tertuang dalam awig-awig, bahwa Tri Hita Karana menjadi landasan kuat dalam organisasi Sekaa Teruna Taruna Jaya. Tri Hita Karana yang memberikan dasar pijakan atas pemahaman manusia akan pentingnya kejujuran kepada Tuhan (parhyangan), kepada sesama (pawongan), dan kepada lingkungan (palemahan). Unsur-unsur inilah yang mengalir kuat dalam organisasi Sekaa Teruna sehingga semakin menguatkan keberadaannya. Dalam praktik akuntabilitas pun, konsep Tri Hita Karana muncul dalam setiap insan warga Sekaa Teruna, baik antara warga sekaa Hindu (warga ngarep) maupun Kristen (warga tamiu). Mereka terintegrasi memaknai praktik akuntabilitas dalam Sekaa Teruna dengan landasan konsep Tri Hita Karana tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Keliang Sekaa Teruna, Putu Yoga Suadnyana dalam kutipan wawancara berikut. Dalam hal apapun itu kami, selalu mengedapankan prinsip yang ada pada awig-awig, sehingga dalam hal pertanggungjawaban pun kami begitu, berpegang teguh pada
prinsip budaya lokal Tri Hita Karana, bagaimana kita menciptakan hubungan yang harmonis dengan Tuhan, manusia dan lingkungan itu sendiri yang dapat dicapai dengan pertanggungjawaban itu sendiri. (Wawancara, Jumat 30 September 2016). Berdasarkan pernyataan Keliang Sekaa Teruna, dapat diketahui bahwa praktik akuntabilitas yang ada pada Sekaa Teruna Taruna Jaya tidak terlepas dari perkembangan kearifan lokal budaya setempat, yakni konsep Tri Hita Karana. Keberadaan Tri Hita Karana menjadi kunci pokok keberhasilan organisasi, yaitu tiga penyebab kerukunan hidup, yang terdiri atas Parhyangan (hubungan manusia dengan Tuhan), Pawongan (hubungan manusia dengan sesamanya) dan Palemahan (hubungan manusia dengan lingkungan) telah mendarah daging dalam diri setiap diri warga Sekaa Teruna Taruna Jaya. Internalisasi Sebagai Suatu Strategi dalam Mensosialisasikan Nilai-Nilai Akuntabilitas Berbasis Kearifan Lokal Tri Hita Karana Kepada Anggota Sekaa Teruna Taruna Jaya Sebagai pemuda yang merupakan generasi pembelajar, Sekaa Teruna dapat menjadi wadah yang baik dalam mensosialisasikan nilai-nilai akuntabilitas yang diintegrasikan dengan kearifan lokal Tri Hita Karana kepada anggotanya untuk mewujudkan organisasi yang akuntabel. Pemuda di hari ini adalah harapan pemimpin bangsa di hari esok. Guna untuk memahami peran pemuda dalam mensosialisasikan nilai-nilai akuntabilitas dibutuhkan cara sosialisasi yang tepat dalam penyampaian nilai-nilai tersebut. Hal ini disampaikan langsung oleh Keliang Sekaa Teruna Taruna Jaya dalam kutipan wawancara berikut. Untuk mewujudkan organisasi yang akuntabel itu, tentunya bli gak bisa sendiri melaksanakannya, kalau tanpa peran serta seluruh perangkat sekaa baik pegurus, maupun warga sekaa dalam mewujudkan hal itu dik, seperti kata bli tadi, itu akan bisa
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 7 No: 1 Tahun 2017) terwujud jika semua disini mempunyai kesadaran dan komitmen dalam memegang teguh nilai-nilai tersebut, ya Tri Hita Karana dan Tri Kaya Parisudha dalam awigawig itu sebagai pedomannya. Sekarang bagaimana caranya agar nilai-nilai itu tertanam dan tumbuh pada jiwa, pikiran, dan hati anggota sekaa itu sendiri, sehingga bisa dibawa kekehidupannya sehari-hari. Ya, itu juga adalah tanggung jawab bli sebagai ketua menuntun mereka untuk memahami akuntabilitas itu, karena semua butuh proses. (Wawancara, Minggu 9 Oktober 2016). Hal yang disampaikan Keliang Sekaa Teruna Taruna Jaya dalam kutipan wawacara di atas, mengindikasikan adanya suatu proses penanaman nilainilai akuntabilitas yang berbasis pada budaya lokal Tri Hita Karana kepada warga Sekaa Teruna atau yang sering disebut dengan Internalisasi nilai. Muhadjir (2000:133) mengemukakan bahwa internalisasi adalah “interaksi yang memberi pengaruh pada penerimaan atau penolakan nilai (values), lebih memberi pengaruh pada kepribadian, fungsi evaluatif menjadi lebih dominan”. Menurut Sahlan (2012:32) keluhuran sebuah nilai, ajaran, norma, dan peraturan tidak akan berdampak kepada kebaikan manakala tidak diikuti dengan internalisasi dari hal itu. Sehingga dalam hal ini, Internalisasi merupakan suatu strategi yang tepat dalam mensosialisasikan nilainilai akuntabilitas berbasis kearifan lokal Tri Hita Karana. Konsep kearifan lokal Tri Hita Karana dapat menjadi sebuah nilai yang melandasi suatu akuntabilitas agar ketiga aspek tersebut dapat diselaraskan. Nilai-nilai akuntabilitas berbasis kearifan lokal Tri Hita Karana digolongkan menjadi tiga yaitu (1) Nilai Akuntabilitas dalam Hubungan Manusia dengan Tuhan (Parhyangan) yaitu Kejujuran, (2) Nilai Akuntabilitas dalam Hubungan Manusia dengan Sesama yaitu sesuai dengan prinsip Good Corporate Governance (GCG) yaitu Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas, Kemandirian dan
Kesetaraan, (3) Nilai Akuntabilitas dalam Hubungan Manusia dengan Lingkungan terwujud dari tanggung jawab Sekaa Teruna terhadap kelestarian lingkungan. Proses penanaman nilai akuntabilitas berbasis kearifan lokal Tri Hita Karana yang terjadi pada Sekaa Teruna Taruna Jaya meliputi beberapa tahap yaitu (1) Tahap Penerimaan, (2) Tahap Menanggapi, (3) Tahap Memberi Nilai, (4) Tahap Mengorganisasikan Nilai dan (5) Tahap Karakterisasi Nilai. Tahaptahapan ini sesuai dengan proses penjenjangan dari Krathwol dan kawankawan (1964) (dalam Muhadjir 2000:133). Masing-masing tahapan dalam proses internalisasi nilai-nilai akuntabilitas berbasis kearifan lokal Tri Hita Karana dapat digambarkan melalui bagan berikut.
1 Menerima Nilai
2
Merespon Nilai
3
Memberi Nilai
Mempribadikan Nilai
Menerapkan Nilai dalam Kehidupan Sehari-hari
Karakterisasi Nilai
Mengorganisa sikan Nilai 5
4
Gambar 1. Proses Internalisasi NilaiNilai Akuntabilitas Berbasis Tri Hita Karana pada Sekaa Teruna Taruna Jaya (Sumber: Penulis, 2016) Agar suatu nilai dapat diterima, diperlukan suatu strategi dan teknik-teknik yang tepat yang dapat dilakukan oleh pendidik dalam hal ini Keliang Sekaa Teruna itu sendiri. Strategi ini bertujuan agar warga Sekaa Teruna mempunyai kepribadian, integritas yang mantap dan akhlak yang mulia. Strategi-strategi yang diterapkan untuk menginternalisasi nilainilai akuntabilitas tersebut meliputi: a) Pergaulan Pergaulan yang erat itu akan menjadikan keduanya tidak merasakan adanya jurang (Ihsan, 2011:155). Jika hubungan antara Keliang Sekaa Teruna
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 7 No: 1 Tahun 2017) dan warga Sekaanya sudah akrab dan dekat secara kejiwaan, maka warga Sekaa Teruna yang kurang menghayati nilai-nilai akuntabilitas yang dikomunikasikan akan leluasa untuk bertanya dan mengadakan dialog dengan atasannya. b) Strategi Pembiasaan Pembiasaan akan membangkitkan internalisasi nilai dengan cepat, karena nilai merupakan suatu penetapan kualitas terhadap objek yang menyangkut suatu jenis aspirasi atau minat (Mulyasa, 2011:166). Jika warga Sekaa Teruna dibiasakan dengan akhlak yang baik maka akan tercermin dalam kehidupan seharihari, seperti membiasakan warga Sekaa Teruna dalam setiap pertemuan atau sebelum melaksanakan kegiatan apapun untuk melakukan persembahyangan bersama (parhyangan), menjaga koordinasi dan komunikasi antar anggota sekaa, perangkat desa dan masyarakat (pawongan), peduli terhadap lingkungan (palemahan). c) Strategi dengan Keteladanan Strategi dengan keteladanan adalah internalisasi dengan cara memberi contohcontoh kongkrit pada warga Sekaa Teruna. Keteladanan seorang pemimpin memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian warga Sekaa Teruna. Melalui sikap dan perilaku Keliang Sekaa Teruna yang menjadi teladan untuk warga Sekaanya diharapkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya dapat menjadi sesuatu yang menarik dan dapat ditiru atau diteladani oleh warga Sekaanya. d) Strategi Pemberian Nasehat Pemberian nasihat-nasihat pada warga Sekaa Teruna mengandung tiga unsur, yakni (1) uraian tentang kebaikan dan kebenaran yang harus dilakukan oleh seseorang (2) motivasi untuk melakukan kebaikan, (3) peringatan tentang dosa yang muncul dari adanya larangan, bagi dirinya dan orang lain. Untuk merealisasikan strategistrategi tersebut dibutuhkan teknik-teknik yang tepat dalam penyampaian nilai-nilai akuntabilitas tersebut kepada warga Sekaa Teruna. Berdasarkan hasil obervasi peneliti, teknik-teknik yang digunakan
dalam penyampaian nilai-nilai tersebut, yaitu sebagai berikut. 1) Ceramah Dalam pengamatan peneliti, ceramah yang dilakukan oleh Keliang Sekaa Teruna, diselipkan pada saat rapat berlangsung. Pemberian ceramah oleh Keliang Sekaa salah satunya terkait tentang pentingnya sikap tanggung jawab dalam diri Sekaa Teruna yang merupakan ciri manusia beradab (berbudaya). Keliang Sekaa Teruna menghendaki warga sekaa terunanya untuk selalu bertanggungjawab dan transparan terhadap tugas dan kewajibannya. Tanggung jawab dan transparansi merupakan bagian dari nilai akuntabilitas. 2) Latihan Salah satu latihan yang menjadi agenda rutin setelah adanya kepengurusan baru pada Sekaa Teruna Taruna Jaya yaitu adanya Latihan Dasar Kepemimpinan. Latihan dasar kepemimpinan adalah sebuah bentuk kegiatan yang bertolak ukur kepada peningkatan sumber daya Sekaa Teruna untuk mendalami dan memahami tentang konsep-konsep atau dasar-dasar sebuah organisasi. Nilai-nilai kepemimpinan diharapkan terbentuk dari adanya latihan dasar kepemimpinan ini meliputi: (1) Integritas dan moralitas, (2) Tanggung jawab, dan (3) Kebijaksanaan. Hal ini disampaikan langsung oleh Keliang Sekaa Teruna dalam kutipan wawancara berikut. Ya dari latihan kepemimpinan ini, nanti sekaa teruna ini diharapkan memiliki integritas dan moralitas yang tinggi, penuh tanggung jawab dan tentunya bijaksana dalam bersikap. Kalo sudah ketiga poin penting itu masuk, tujuan organisasi itu gimana pun itu pasti mudah tercapai. (Wawancara, Minggu 9 Oktober 2016). Nilai-nilai kepemimpinan yang telah disebutkan di atas merupakan ciri-ciri yang harus dimiliki seorang pemimpin. Nilai-nilai tersebut dapat menjadi sebuah nilai dasar yang melandasi suatu akuntabilitas. Artinya, seluruh perkataan, pikiran maupun tindakan atau perbuatannya
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 7 No: 1 Tahun 2017) dapat dipertanggungjawabkan kepada publik atau setiap anggota organisasinya. Proses internalisasi nilai-nilai akuntabilitas yang terjadi pada Sekaa Teruna Taruna Jaya memerlukan waktu yang terus menerus dan berkelanjutan sehingga seseorang dapat menerima dan menanamkan nilai-nilai akuntabilitas dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan adanya internalisasi, nilai-nilai kearifan lokal yang melandasi suatu akuntabilitas akan dapat membangunkan kesadaran diri seseorang dalam mengaplikasikan nilainilai yang telah diinternalisasikannya selaras dengan hatinya, dan dengan rasa yang penuh ketulusan untuk mengaplikasikan. Implikasi Penanaman Nilai-Nilai Akuntabilitas Berbasis Kearifan Lokal Tri Hita Karana Terhadap Sikap Anggota Sekaa Teruna Taruna Jaya dalam Kehidupan Sehari-hari Nilai-nilai akutabilitas yang berkembang pada Sekaa Teruna Taruna Jaya tidak terlepas dari adanya kearifan lokal Tri Hita Karana yang mendasari pelaksanaan akuntabilitas tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan salah satu warga Sekaa Teruna yang menjadi koordinator Pesayahan Lelanguan, Kadek Restu Mahardika dalam kutipan wawancara berikut. Selain adanya rasa kebersamaan, kejujuran, keterbukaan dan kepercayaan di Sekaa Teruna ini, ada satu landasan yang kuat dan sudah sering bli dan pengurus lainnya tekankan disini, tekait ya Tri Hita Karana. Selalu menjaga hubungan harmonis dengan ketiga komponen ya pasti geg uning. (Wawancara, Minggu 9 Oktober 2016). Berdasarkan wawancara di atas diketahui keberadaan kearifan lokal Tri Hita Karana (tiga penyebab kerukunan hidup manusia), yang terdiri atas Parhyangan (hubungan manusia dengan Tuhan), Pawongan (hubungan manusia dengan sesamanya) dan Palemahan (hubungan manusia dengan lingkungan) merupakan dasar yang melandasi
pelaksanaan akuntabilitas di Sekaa Teruna Taruna Jaya tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti, berikut ini aktualisasi nilai-nilai akuntabilitas berbasis kearifan lokal Tri Hita Karana yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari anggota Sekaa Teruna. 1. Aktualisasi Nilai-Nilai Akuntabilitas dalam Hubungan Manusia dengan Tuhan (Parhyangan) Ditinjau dalam dimensi hubungan manusia dengan Tuhan (Parhyangan), bisa dilihat dari kebiasaaan Sekaa Teruna sebelum mengawali suatu kegiatan atau melaksanakan rapat, Sekaa Teruna melaksanakan persembahyangan bersama sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada Tuhan, hal ini pun dilakukan dalam kehidupannya sehari-hari. Selain hal tersebut diatas, nilai kejujuran dalam setiap pertanggungjawaban juga tidak kalah pentingnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Komang Triana Aprilia (19 tahun) dalam kutipan wawancara berikut. Kalau berbicara tentang kejujuran, saya rasa itu suatu pilihan kak. Tapi saya selalu berusaha bersikap dan berkata jujur, bukan berarti saya tidak pernah berbohong kak, tapi saya selalu berusaha memupuk nilai kejujuran itu kepada siapa pun termasuk kepada diri saya sendiri. (Wawancara, Minggu 16 Oktober 2016). Dengan kejujuran, seseorang dapat membangun integritas dirinya, tidak pernah terombang-ambing situasi karena dirinya telah menemukan keteguhan untuk menuruti hati nuraninya bukan perasaan. 2. Aktualisasi Nilai-Nilai Akuntabilitas dalam Hubungan Manusia dengan Sesama (Pawongan) Di tinjau dari dimensi hubungan manusia dengan manusia, aktualisasi nilai-nilai akuntabilitas dapat dilihat dari kemampuan warga sekaa teruna dalam menjalankan amanat, tugas dan tanggung jawab yang telah diberikan kepadanya tersebut. Hal ini terlihat dari hasil observasi peneliti dan beberapa
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 7 No: 1 Tahun 2017) pernyataan dari warga Sekaa Teruna yang telah mencerminkan nilai-nilai akuntabilitas dalam dimensi hubungan manusia dengan manusia seperti mempertanggungjawabkan uang bulanan yang diberikan oleh orang tuanya, membuat daftar perioritas kebutuhan yang harus dibeli, melakukan pencatatan keuangan pada bisnisnya dan pengeluaran-pengeluaran pribadinya. 3. Aktualisasi Nilai-Nilai Akuntabilitas dalam Hubungan Manusia dengan Lingkungan (Palemahan) Selanjutnya di tinjau dari dimensi hubungan manusia dengan alam sekitar atau palemahan, dapat dilihat dari kebiasaan-kebiasaan Sekaa Teruna dalam kehidupan sehari-harinya yang peduli terhadap kebersihan lingkungan yang menjadi tanggung jawabnya. Secara keseluruhan, proses penanaman nilai-nilai Tri Hita Karana sebagai landasan sebuah akuntabilitas telah berhasil teraktualisasi ke dalam sikap dan perilaku anggota Sekaa Teruna Taruna Jaya dalam kehidupannya seharihari. Individu memegang peranan penting dalam menentukan sejauh mana sebuah organiasi bisa menyandang predikat akuntabel. Setiap individu selain wajib bertanggung jawab terhadap tugastugasnya, ia juga wajib mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang telah diselesaikannya terhadap dirinya sendiri, atasan, institusi maupun masyarakat dan tentu saja kepada Tuhan Yang Maha Esa. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa (1) pengelolaan keuangan yang ada di Sekaa Taruna Teruna Jaya Desa Pakraman Bangkang tidak melibatkan semua anggota sekaa, melainkan hanya melibatkan beberapa pengurus sekaa dan anggota yang menjadi panitia dalam setiap kegiatan di Sekaa Taruna Teruna Jaya serta proses pengelolaan keuangan Sekaa Teruna Taruna Jaya dibagi menjadi dua kategori, yaitu pengelolaan keuangan dana internal dan pengelolaan dana eksternal. (2)
Keberadaan Tri Hita Karana menjadi kunci pokok keberhasilan dalam pelaksanaan akuntabilitas Sekaa Teruna. Sekaa Teruna dapat menjadi wadah yang baik dalam mensosialisasikan nilai-nilai akuntabilitas yang diintegrasikan dengan kearifan lokal Tri Hita Karana kepada anggotanya melalui proses internalisasi. Proses internalisasi yang terjadi pada Sekaa Teruna Taruna Jaya sesuai dengan penjenjangan dari Krathwohl dan kawankawan yaitu meliputi: tahap menerima, tahap menanggapi, tahap memberi nilai, tahap mengorganisasi nilai, dan tahap karakterisasi nilai. Dalam proses internalisasi terdapat strategi dan teknik yang diterapkan Sekaa Teruna. (3) Nilainilai akuntabilitas berbasis kearifan lokal Tri Hita Karana yang diinternalisasikan kepada anggotanya meliputi nilai Akuntabilitas dalam Hubungan Manusia dengan Tuhan (Parhyangan) yaitu Kejujuran, Nilai Akuntabilitas dalam Hubungan Manusia dengan Sesama (Pawongan) dan Nilai Akuntabilitas dalam Hubungan Manusia dengan lingkungan terwujud dari dari tanggung jawab Sekaa Teruna terhadap kelestarian lingkungan. (4) Proses penanaman nilai-nilai Tri Hita Karana sebagai landasan sebuah akuntabilitas telah berhasil teraktualisasi ke dalam sikap dan perilaku anggota Sekaa Teruna Taruna Jaya dalam kehidupannya sehari-hari. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, adapun saran yang dapat diberikan yaitu, sebagai harapan bangsa di masa depan, para pemuda diharapkan memiliki sebuah integritas yaitu konsistensi dan keteguhan yang tidak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan. Integritas menjadi salah satu nilai yang paling penting untuk mewujudkan suatu akuntabilitas dalam organisasi manapun. Akuntabilitas bukan sekedar upaya yang dilakukan untuk menjaga citra pemimpin, tetapi merupakan unsur yang sangat diperlukan untuk menjaga organisasi agar tetap bertahan dan berkesinambungan. Disamping itu, perkembangan kearifan budaya lokal selain Tri Hita Karana, juga
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 7 No: 1 Tahun 2017) perlu dipandang penting sebagai landasan dalam mewujudkan akuntabilitas organisasi. Karena sesungguhnya perkembangan pakem-pakem budaya lokal menambah keajegan dari organisasi itu sendiri, apalagi organisasi tersebut merupakan organisasi sosial pemuda yaitu Sekaa Teruna.
DAFTAR PUSTAKA Geria, I Wayan. 2000. Transformasi Kebudayaan Bali Memasuki Abad XXI. Denpasar: Percetakan Bali. Hartomo, H. 2004. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Ihsan,
Fuad. 2011. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Lestari, Ayu Komang. 2014. “Membedah Akuntabilitas Praktik Pengelolaan Keuangan Desa Pakraman Kubutambahan Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng Provinsi Bali (Sebuah Studi Interpretif pada Organisasi Non Pemerintahan)”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Akuntansi Program S1, Universitas Pendidikan Ganesha. Mardiasmo. 2006. Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui Akuntansi Sektor Publik: Suatu Sarana Good Governance. Yogyakarta: UGM Mardismo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: ANDI. Muhadjir, Noeng. 2000. Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial Teori Pendidikan Pelaku Sosial Kreatif. Yogyakarta: Rake Serasin. Mulyasa, E. 2011. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara. Sahlan dan Angga. 2012. Desain Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D) Cetakan Bandung: Alfabeta.
Keempat
Belas.
Sutama, I Made. 2015. Sekaa Teruna-Teruni Sebagai Pilar Mendukung Penegakan Hukum. [Online] Tersedia di: http://www.kompasiana.com/peradah/se kaa-teruna-teruni-sebagai-pilar mendukung-penegakanhukum_5529b2d5f17e61701ad623a, [Diakses pada 21 Juli 2016].