JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010
ISSN : 2086 – 4981
SISTEM PEMBERIAN KREDIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS PADA BANK DANAMON SIMPAN PINJAM Des Suryani1
ABSTRACT The Danamon Bank of Savings and Loans is one of the banks engaged in lending business where the target is the micro, small and medium Enterprises (UMKM). Giving credit loans to the borrower is one of most important problem for each branch office of the Danamon Bank because it involves the continuation of the development company. To determine who deserves the credit loan, manager must consider many factors, and the submission must be done objectively, not subjectively. To be able to provide an objective assessment results on every prospective borrower with a fixed taking into account all the assessment criteria, one of method that can be used is the method of Analytical Hierarchy Process (AHP). From Research result by using AHP methode, through the preparation of the decision hierarchy and attributes that include alternatives and established criteria, will facilitate the manager in determining the decisions of prospective borrowers who apply for credit with more save time, cost, and more objective. Key Word : AHP, Savings and Loans, Credit INTISARI Bank Danamon Simpan Pinjam merupakan salah satu bank yang bergerak dalam pemberian kredit dimana targetnya adalah para pengusaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).Pemberian kredit kepada calon debitur merupakan permasalahan yang sangat penting bagi setiap kantor cabang Danamon Simpan Pinjam karena menyangkut kelanjutan dari perkembangan perusahaan tersebut. Untuk menentukan yang berhak mendapat pinjaman kredit tersebut, manager harus mempertimbangkan banyak faktor, dan pengajuannya harus dilakukan secara objektif, bukan subjektif. Untuk dapat memberikan hasil penilaian yang objektif pada setiap calon debitur dengan tetap mempertimbangkan semua kriteria penilaian, salah satu metode yang dapat digunakan adalah dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Dari hasil penelitian dengan menggunakan metode AHP melalui penyusunan hirarki dan atribut keputusan yang meliputi alternatif dan kriteria yang telah ditentukan akan memudahkan manager dalam menentukan keputusan terhadap calon debitur yang mengajukan kredit dengan lebih menghemat waktu, biaya, dan lebih objektif. Kata kunci: AHP, Simpan Pinjam, Kredit 1
Jurusan Teknik Perangkat Lunak Fakultas Teknik Universitas Riau
17
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010
PENDAHULUAN Memasuki era dunia pasar bebas, manusia berlomba-lomba untuk mencari dan menggali informasi dan memperbanyak pengetahuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi agar tidak tertinggal oleh perkembangan di era pasar bebas nantinya. Kemampuan mengambil keputusan yang cepat dan cermat akan menjadi kunci keberhasilan dalam persaingan global di waktu mendatang. Memiliki banyak informasi saja tidak cukup, bila tidak mampu meramunya dengan cepat menjadi alternatif-alternatif terbaik untuk pengambilan keputusan. Bank Danamon Simpan Pinjam merupakan salah satu bank yang bergerak dalam pemberian kredit dimana targetnya adalah para pengusaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Karena banyaknya peminat dari calon debitur yang menginginkan pinjaman tersebut maka untuk itu Bank Danamon Simpan Pinjam membutuhkan suatu sistem yang kompleks guna tercapainya sistem informasi penunjang dalam pengambilan keputusan yang lebih baik. Sistem Penunjang Keputusan atau Decision Support Sistem (DSS) [1] menyediakan fasilitas untuk menganalisa calon debitur sehingga proses pengambilan keputusan oleh manager menjadi lebih berkualitas. Saat ini, Bank Danamon Simpan Pinjam mengambil keputusan untuk calon debitur yang berhak mendapat pinjaman hanya berdasarkan jaminannya tanpa harus mempertimbangkan kriteria-kriteria penting lainnya yang juga menjadi faktor penting dalam pemberian kredit atau pinjaman. Untuk dapat memberikan hasil penilaian yang objektif pada setiap calon debitur dengan tetap mempertimbangkan semua kriteria penilaian, salah satu
ISSN : 2086 – 4981
metode yang dapat digunakan adalah dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Dalam menyelesaikan permasalahan dengan metode AHP ada beberapa prinsip yang harus dipahami, diantaranya [2]: 1. Membuat hirarki 2. Sisetm yang kompleks bias dipahami dengan memecahkannya menjadi elemen-elemen pendukung, menyusun elemen secara hirarki dan menggabungkannya atau mensistensisnya. 3. Penilaian kriteria dan alternatif 4. Kriteria dan alternative dilakukan dengan berpasangan. 5. Menentukan prioritas 6. Konsistensi Logis Pada dasarnya, proses pengambilan keputusan adalah memilih suatu alternatif. Peralatan utama AHP adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Keberadaan hirarki memungkinkan dipecahnya masalah kompleks atau tidak terstruktur dalam sub-sub masalah, lalu menyusunnya menjadi suatu bentuk hirarki [3]. AHP memiliki banyak keunggulan dalam menjelaskan proses pengambilan keputusan. Salah satunya adalah dapat digambarkan secara grafis sehingga mudah dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan. PEMBAHASAN Pengambilan keputusan melakukan proses komunikasi dengan subsistem antar muka yang telah disediakan. Unit Manager atau bagian yang ditunjuk dapat melakukan pengolahan data dan memberi perintah pada sistem untuk
18
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010 mengolah data yang ada sesuai model yang digunakan dan meminta sistem memberi alternatif solusi setelah dimasukkan beberapa kriteria dan bobot yang diperhitungkan. Keluaran informasi sistem bisa dijadikan pertimbangan untuk menentukan calon debitur
ISSN : 2086 – 4981
yang berhak memperoleh pinjaman berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan metode AHP. Dari gambaran sistem secara umum di atas maka penulis membuat rancangan umum sistem yang dituangkan pada Gambar 1.
BASIS DATA BASIS MODEL
File Calon Debitur
File kriteria Penilaian kriteria menggunakan metode AHP
File Penilaian
Dialog
DBMS
USERS
Gambar 1. Rancangan Umum SPK Pemberian Pinjaman Rancangan Subsistem Manajemen Basis Model
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. 2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan subtujuan-subtujuan, kriteria dan kemungkinan alternatifalternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah Untuk lebih jelasnya kriteria yang yang digunakan dalam penentuan calon debitur yang berhak memperoleh pinjaman ini, dapat dilihat pada Gambar 2.
Pembangunan SPK penentuan calon debitur yang berhak memperoleh pinjaman pada Bank Danamon Simpan Pinjam menggunakan model AHP. AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi objektif dan multi kriteria yang berdasarkan pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hirarki. Adapun prosedur-prosedur yang dilalui adalah:
19
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010
ISSN : 2086 – 4981
DEBITUR YANG BERHAK MEMPEROLEH PINJAMAN
Jaminan
Modal Usaha
Debitur ke-1
Debitur ke-2
Gambar 2.
Keadaan Ekonomi
Karakter
....
Debitur ke-3
Debitur ke-n
Struktur Hirarki Penentuan Calon Debitur Yang Memperoleh Pinjaman
3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya. 4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgment seluruhnya sebanyak n x [(n1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. 5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya. 6. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan. 7. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data judgment harus diperbaiki.
Jaminan Modal Usaha Keadaan Ekonomi Kemampuan Debitur Karakter
Kemampuan Debitur
Berhak
Namun jika rasio konsistensi (CI/CR) kurang atau sama dengan 0,1, maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar. Rancangan Proses Langkah-langkah yang dilakukan dalam penentuan calon debitur yang berhak memperoleh pinjaman pada Bank Danamon Simpan Pinjam dengan metode AHP adalah: 1. Menentukan prioritas kriteria, terdapat beberapa tahap yang harus dilakukan yaitu: a.
Membuat matriks perbandingan berpasangan. Pada tahap ini dilakukan penilaian perbandingan antara satu kriteria dengan kriteria yang lain :
Tabel 1. Matriks Perbandingan Berpasangan Jaminan Modal Keadaan Kemampuan Usaha Ekonomi Debitur 1 2 3 3 0.5 1 2 3
Karakter 5 3
0.33
0.5
1
2
3
0.33
0.33
0.5
1
2
0.2
0.33
0.33
0.5
1
20
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010 Dari matriks perbandingan tersebut dapat dilihat bahwa perbandingan antara kriteria yang sama memiliki nilai 1, seperti terlihat pada kolom jaminan dengan baris jaminan memiliki nilai 1 begitu juga antara kolom modal usaha dengan baris modal usaha, kolom keadaan ekonomi dengan baris keadaan ekonomi, kolom kemampuan debitur dengan baris kemampuan debitur, kolom karakterl dengan bariskarakter. Angka 2 pada kolom Modal usaha dan baris jaminan menunjukkan bahwa antara jaminan dan modal usaha merupakan nilai-nilai antara jaminan dan modal usaha merupakan dua nilai pertimbangan yang berdekatan. Angka 3 pada kolom keadaan ekonomi dan
Jaminan Jaminan Modal Usaha Keadaan Ekonomi Kemampuan Debitur Jaminan
0.42 0.21
ISSN : 2086 – 4981
baris jaminan menunjukkan bahwa elemen jaminan sedikit lebih penting daripada elemen keadaan ekonomi. Angka 5 pada kolom karakter dan baris jaminan menunjukan bahwa elemen jaminan lebih penting dibanding karakter. Begitu juga dengan perbandingan kriteria lainnya, nilai pertimbangan yang diberikan terdapat pada tabel 2. sedangkan angka 0.5 pada kolom jaminan dan baris modal usaha didapat dari 1/nilai pada kolom modal usaha baris jaminan yaitu 2, sehingga didapatkan nilai 0.2. Angka-amgka yang lain diperoleh dengan cara yang sama. Nilai-nilai dari setiap kolom kriteria dijumlahkan diletakan pada baris jumlah. b.
Membuat Matriks Nilai Kriteria
Tabel 2. Matriks Nilai kriteria Modal Keadaan Kemampuan Karakter Jumlah Prioritas Usaha Ekonomi Debitur 0.48 0.44 0.32 0.36 2.02 0.4 0.24 0.29 0.32 0.21 1.27 0.25
0.14
0.12
0.15
0.21
0.21
0.83
0.17
0.14
0.08
0.07
0.11
0.14
0.54
0.11
0.08
0.08
0.05
0.05
0.07
0.33
0.07
Angka 0.42 pada kolom jaminan baris jaminan didapat dari pembagian angka pada kolom jaminan dan baris jaminan dengan jumlahnya yang terdapat pada tabel 1. Angka-angka yang ada pada kolom dan baris kreteria didapat dengan cara yang sama. Angka yang ada pada kolom jumlah didapat dengan menjumlahkan angka-angka kriteria yang ada pada baris tersebut, seperti jumlah pada
baris jaminan merupakan hasil penjumlahan dari 0.42 + 0.48 + 0.44 + 0.32 + 0.36. Sedangkan angka-angka yang ada pada kolom prioritas didapatkan dengan membagi angka pada kolom jumlah dengan jumlah elemen, dimana jumlah elemen yang digunakan lima buah. Angka pada kolom prioritas baris jaminan didapat dari 2.02/5.
21
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010 c.
Matriks Penjumlahan Setiap
Jaminan Modal Usaha Keadaan Ekonomi Kemampuan Debitur Karakter
ISSN : 2086 – 4981
Baris
Tabel 3. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Jamina Modal Keadaan Kemampuan Karakte n Usah Ekonomi Debitur r a 0.4 0.5 0.51 0.33 0.35 0.2 0.25 0.34 0.33 0.21 0.13 0.13 0.17 0.22 0.21
Jumlah
Priorita s
2.09 1.33 0.86
0.4 0.25 0.17
0.13
0.08
0.09
0.11
0.14
0.55
0.11
0.08
0.08
0.06
0.06
0.07
0.35
0.07
Nilai yang terdapat di kolom jaminan baris jaminan (0.4) didapat dari hasil kali nilai prioritas pada tabel 3.2 (0.4) dengan nilai yang ada pada kolom jaminan pada tabel 1 (1). Nilai pada kolom modal usaha baris jaminan (0.5) didapat dari hasil kali nilai prioritas tabel 2 (0.25) dengan nilai pada kolom modal usaha baris jaminan tabel 2 (3).
Begitu juga cara untuk mendapatkan nilai yang ada disetiap baris dan kolom kriteria. Sedangkan nilai yang ada di kolom jumlah merupakan hasil penjumlahan baris kriteria, misal pada baris jaminan (2.09) hasil dari 0.4 + 0.5 + 0.51 + 0.33 + 0.35. d.
Penghitungan Konsistensi
Tabel 4. Penghitungan Rasio Konsistensi Jumlah Per Baris Prioritas Jaminan 2.09 0.4 Modal Usaha 1.33 0.25 Keadaan Ekonomi 0.86 0.17 Kemampuan 0.55 0.11 Debitur Karakter 0.35 0.07 Total Nilai yang terdapat pada kolom jumlah per baris merupakan nilai yang ada di kolom jumlah pada tabel 3. Nilai yang terdapat pada kolom prioritas adalah nilai yang pada kolom prioritas di tabel 2. Nilai di kolom hasil hasil penjumlahan kolom jumlah per baris dengan kolom prioritas, misal hasil di baris jaminan (2.49 ) didapat dari 2.09 + 0.4. Nilai-nilai yang terdapat di kolom hasil dan baris kriteria dijumlahkan
Rasio
Jumlah 2.49 1.58 1.03 0.66 0.42 6.18
sehingga didapatkan total yaitu 6.18. Nilai total digunakan untuk mencari rasio konsistensi. CR = CI IR CI = [ ( λMaks – n ) / n ] IR λMaks =
Total hasil Jumlah elemen λMaks = 6.18 5
22
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010
= 1.24 CR = [ ( 1.24 – 5 ) / 5] 1.12 CR = -0.67
Jumlah elemen merupakan banyak kriteria yang digunakan, apabila banyak kriteria yang digunakan 5 maka IR nya 1.12. Nilai CR < 0.1 perhitungan bisa diterima namun jika CR lebih besar dari 0.1 maka matrik perbandingan berpasangan harus diperbaiki.
ISSN : 2086 – 4981
Baik
= apabila memenuhi semua persyaratan yang ditentukan oleh pihak Bank Cukup = Memenuhi nilai standar Kurang = Dibawah nilai standar dan apabila tetap diberikan akan menimbulkan kerugian pada pihak Bank
Dalam hal ini ada lima kriteria yang berarti akan ada lima perhitungan subkriteria. 1. Menghitung sub kriteria dari kriteria jaminan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menghitung sub kriteria ada empat.
e. Menentukan prioritas subkriteria, perhitungan subkriteria dilakukan terhadap sub-sub dari semua kriteria, dimana sub-sub kriteria tersebut ada tiga yaitu baik, cukup, kurang. Dimana ketentuan untuk masing-masing a Matriks Perbandingan subkriteria adalah sebagai Perbandingan Berpasangan berikut: Tabel 5. Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Jaminan
Baik Cukup Kurang Jumlah
Baik 1 0.2 0.14 1.34
Cukup 5 1 0.2 6.2
Dari matriks perbandingan berpasangan dapat dilihat bahwa perbandingan antara subkriteria yang sama memiliki nilai 1, seperti terlihat pada kolom baik dengan baris baik memiliki nilai 1 begitu juga antara kolom cukup dengan baris cukup, dan kolom kurang dengan baris kurang. Kolom cukup dengan baris baik (5) menunjukkan subkriteria baik pada kriteria jaminan lebih penting dibanding subkriteria cukup. Kolom kurang dengan baris baik (7) menunjukan bahwa subkriteria baik pada kriteria jaminan
Kurang 7 5 1 13
lebih mutlak penting dibanding subkriteria kurang. Begitu juga dengan perbandingan subkriteria lainnya, nilai pertimbangan yang diberikan. Sedangkan angka 0.2 pada kolom baik dan baris cukup didapat dari 1/nilai pada kolom cukup baris baik yaitu 5. Nilai yang ada pada baris jumlah merupakan hasil penjumlahan dari kolom setiap subkriteria, misal jumlah subkriteria baik 1 + 0.2 + 0.14 didapatkan 1.34. b. Membuat Matriks Kriteria
Tabel 6. Matriks Nilai Subkriteria Jaminan Baik Cukup Kurang Jumlah Prioritas Baik
0.75
0.81
0.54
2.1
23
0.7
Prioritas sub kriteria 0.7
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010 Cukup Kurang
0.15 0.1
0.16 0.03
0.38 0.08
0.69 0.21
Angka 0.75 pada kolom baik baris baik didapat dari hasil bagi angka 1 kolom baik baris baik dengan baris jumlah pada tabel 5. Begitu juga untuk mendapatkan nilai-nilai yang terdapat di kolom subkriteria yang lain. Angka-angka yang pada baris baik, cukup, kurang dijumlahkan, hasil
ISSN : 2086 – 4981
0.23 0.07
0.23 0.07
penjumlahan tiap baris / jumlah elemen sehingga didapatkan prioritas. Prioritas subkriteria didapat dengan membandingkan nilai-nilai prioritas dengan nilai prioritas tertinggi. c.
Menentukan Matriks Penjumlahan Setiap Baris
Tabel 7. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kritria Jaminan Baik Cukup Kurang Jumlah per baris Baik 0.7 1.15 0.49 2.34 Cukup 0.14 0.23 0.35 0.75 Kurang 0.1 0.05 0.07 0.22 Nilai yang terdapat di kolom baik baris baik (0.7) didapat dari hasil kali nilai prioritas pada tabel 6 (0.7) dengan nilai yang ada pada kolom baik baris baik pada tabel 1 (1). Nilai pada kolom baik baris cukup (0.14) didapat dari hasil kali nilai prioritas tabel 3.6 (0.23) dengan nilai pada kolom baik baris cukup tabel 5 (0.2). Begitu juga cara untuk
mendapatkan nilai yang ada disetiap baris dan kolom subkriteria. Sedangkan nilai yang ada di kolom jumlah merupakan hasil penjumlahan baris subkriteria, misal pada baris baik (2.34) hasil dari 0.7 + 1.15 + 0.49. d.
Penghitungan Konsistensi
Rasio
Tabel 8. Penghitungan Rasio Konsistensi Subkriteria Jaminan Jumlah Per Baris Prioritas Hasil Baik 2.34 0.7 3.04 Cukup 0.74 0.23 0.97 Kurang 0.22 0.07 0.29 Total 4.3 Nilai yang terdapat pada kolom jumlah per baris merupakan nilai yang ada di kolom jumlah pada tabel 7. Nilai yang terdapat pada kolom prioritas adalah nilai yang pada kolom prioritas di tabel 6. Nilai di kolom hasil hasil penjumlahan kolom jumlah per baris dengan kolom prioritas, misal hasil di baris baik (3.04) didapat dari 2.34 + 0.7. Nilai-nilai yang
terdapat di kolom hasil dan baris subkriteria dijumlahkan sehingga didapatkan total yaitu 4.3. Nilai total digunakan untuk mencari rasio konsistensi. CR = CI IR CI = [ ( λMaks – n ) / n ] IR
24
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010 λMaks =
Total hasil Jumlah elemen λMaks = 4.3 3 = 1.43 CR = [ ( 1.43 – 3 ) / 3 ] 0.58 CR = -0.9
ISSN : 2086 – 4981
0.1 perhitungan bisa diterima namun jika CR lebih besar dari 0.1 maka matrik perbandingan berpasangan harus diperbaiki. 2.
Menghitung Subkriteria Dari Kriteria Modal Usaha Adapun langkah-langkah dalam menghitug subkriteria dari kriteria modal usaha adalah sebagai berikut :
Jumlah elemen merupakan banyak subkriteria yang digunakan, apabila banyak kriteria yang digunakan 3 maka IR nya 0.58. Nilai CR <
a.
Matriks Perbandingan Berpasangangan
Tabel 9. Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Modal Usaha Baik Cukup Kurang Baik 1 5 5 Cukup 0.2 1 5 Kurang 0.2 0.2 1 Jumlah 1.4 6.2 11 Dari matriks perbandingan berpasangan dapat dilihat bahwa perbandingan antara subkriteria yang sama memiliki nilai 1, seperti terlihat pada kolom baik dengan baris baik memiliki nilai 1 begitu juga antara kolom cukup dengan baris cukup, dan kolom kurang dengan baris kurang. Kolom cukup dengan baris baik (5) menunjukkan subkriteria baik pada kriteria jaminan sedikit lebih penting dibanding subkriteria cukup. Kolom kurang dengan baris baik (5) menunjukan bahwa subkriteria baik pada kriteria jaminan lebih
Baik Cukup Kurang
penting dibanding subkriteria kurang. Begitu juga dengan perbandingan subkriteria lainnya, nilai pertimbangan yang diberikan. Sedangkan angka 0.2 pada kolom baik dan baris cukup didapat dari 1/nilai pada kolom cukup baris baik yaitu 5. Nilai yang ada pada baris jumlah merupakan hasil penjumlahan dari kolom setiap subkriteria, misal jumlah subkriteria baik 1 + 0.2 + 0.2 didapatkan 1.44. b.
Membuat Matriks Kriteria
Tabel 10. Matriks Nilai Subkriteria Modal Usaha Baik Cukup Kurang Jumlah Prioritas Prioritas Sub Kriteria 0.7 0.81 0.45 1.96 0.32 1 0.14 0.16 0.45 0.75 0.25 0.78 0.14 0.03 0.09 0.26 0.09 0.28
Angka 0.7 pada kolom baik baris baik didapat dari hasil bagi angka 1 kolom baik baris baik dengan baris jumlah pada tabel 9 . Begitu juga untuk
mendapatkan nilai-nilai yang terdapat di kolom subkriteria yang lain. Angka-angka yang pada baris baik, cukup, kurang dijumlahkan, hasil
25
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010 penjumlahan tiap baris/ jumlah elemen sehingga didapatkan prioritas. Prioritas subkriteria didapat dengan membandingkan nilai-nilai
ISSN : 2086 – 4981
prioritas dengan nilai prioritas tertinggi. c.
Menentukan Matriks Penjumlahan Setiap Baris
Tabel 11. Matriks penjumlahan Setiap Baris Subkriteria Modal Usaha Baik Cukup Kurang Jumlah Baik 0.32 1.25 0.45 2.02 Cukup 0.06 0.25 0.45 0.76 Kurang 0.06 0.05 0.09 0.2 Nilai yang terdapat di kolom baik baris baik (0.32) didapat dari hasil kali nilai prioritas pada tabel 10 (0.32) dengan nilai yang ada pada kolom baik baris baik pada tabel 9 (1). Nilai pada kolom baik baris cukup (0.06) didapat dari hasil kali nilai prioritas tabel 10 (1.25) dengan nilai pada kolom cukup baris baik tabel 9 (0.81). Begitu juga cara untuk
mendapatkan nilai yang ada disetiap baris dan kolom subkriteria. Sedangkan nilai yang ada di kolom jumlah merupakan hasil penjumlahan baris subkriteria, misal pada baris baik (2.02) hasil dari 0.32 + 1.25 + 0.4 5 d.
Penghitungan Konsistensi
Rasio
Tabel 12. Penghitungan Rasio Konsistensi Subkriteria Modal Usaha Jumlah Per Baris Prioritas Hasil Baik 2.02 0.32 2.34 Cukup 0.76 0.25 1.01 Kurang 0.2 0.09 0.29 Total 3.64 Nilai yang terdapat pada kolom jumlah per baris merupakan nilai yang ada di kolom jumlah pada tabel 11. Nilai yang terdapat pada kolom prioritas adalah nilai yang pada kolom prioritas di tabel 10. Nilai di kolom hasil hasil penjumlahan kolom jumlah per baris dengan kolom prioritas, misal hasil di baris baik (2.34) didapat dari 2.02 + 0.32. Nilai-nilai yang terdapat di kolom hasil dan baris subkriteria dijumlahkan sehingga didapatkan total yaitu 4.32. Nilai total digunakan untuk mencari rasio konsistensi. CR = CI IR
[ ( λMaks – n ) / n ] IR λMaks = Total hasil Jumlah elemen λMaks = 3.64 3 CR = [ ( 1.21 – 3 ) / 3 ] 0.58 CR = -1.03 CI
=
Jumlah elemen merupakan banyak subkriteria yang digunakan, sesuai dengan tabel 1 apabila banyak kriteria yang digunakan 3 maka IR nya 0.58. Nilai CR < 0.1 perhitungan bisa diterima namun jika CR lebih besar dari
25
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010 0.1 maka matrik perbandingan berpasangan harus diperbaiki. 3.
ISSN : 2086 – 4981
Menghitung kriteria dari subkriteria kelayakan usaha terdapat beberapa tahap yang harus dilakukan yaitu: a. Matriks Perbandingan Berpasangan
Menghitung Kriteria Dari Subkriteria Keadaan ekonomi
Tabel 13. Matriks Perbandingan Berpasangan Subkriteria Keadaan Ekonomi Baik Cukup Kurang Baik 1 3 5 Cukup 0.33 1 3 Kurang 0.2 0.33 1 Jumlah 1.53 4.33 9 Dari matriks perbandingan berpasangan dapat dilihat bahwa perbandingan antara subkriteria yang sama memiliki nilai 1, seperti terlihat pada kolom baik dengan baris baik memiliki nilai 1 begitu juga antara kolom cukup dengan baris cukup, dan kolom kurang dengan baris kurang. Kolom cukup dengan baris baik (3) menunjukkan subkriteria baik pada kriteria kelayakan usaha sedikit lebih penting dibanding subkriteria cukup. Kolom kurang dengan baris baik (5) menunjukan bahwa subkriteria
baik pada kriteria kelayakan usaha lebih penting dibanding subkriteria kurang. Begitu juga dengan perbandingan subkriteria lainnya. Sedangkan angka 0.33 pada kolom baik dan baris cukup didapat dari 1 / nilai pada kolom cukup baris baik yaitu 3. Nilai yang ada pada baris jumlah merupakan hasil penjumlahan dari kolom setiap subkriteria, misal jumlah subkriteria baik 1 + 0.33 + 0.2 didapatkan 1.53. b.
Mencari Nilai Kriteria
Tabel 14. Mencari Nilai Kriteria Subkriteria Keadaan Ekonomi Baik
Baik Cukup Kurang
0.65 0.22 0.13
Cukup Kurang
0.69 0.23 0.08
Jumlah
Prioritas
1.9 0.78 0.32
0.63 0.26 0.11
0.56 0.33 0.11
Angka 0.65 pada kolom baik baris baik didapat dari hasil bagi angka 1 kolom baik baris baik dengan baris jumlah pada tabel 13. Begitu juga untuk mendapatkan nilai-nilai yang terdapat di kolom subkriteria yang lain. Angka-angka yang pada baris baik, cukup, kurang dijumlahkan, hasil
Prioritas Sub Kriteria 1 0.41 0.17
penjumlahan tiap baris / jumlah elemen sehingga didapatkan prioritas. Prioritas subkriteria didapat dengan membandingkan nilai-nilai prioritas dengan nilai prioritas tertinggi. c.
26
Menentukan Matriks Penjumlahan Setiap Baris
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010
ISSN : 2086 – 4981
Tabel 15. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Subkriteria Keadaan Ekonomi Baik Cukup Kurang Jumlah Baik 0.63 0.78 0.55 1.96 Cukup 0.21 0.26 0.33 0.8 Kurang 0.13 0.09 0.11 0.33 Nilai yang terdapat di kolom baik baris baik (0.63) didapat dari hasil kali nilai prioritas pada tabel 14 (0.63) dengan nilai yang ada pada kolom baik baris baik pada tabel 13 (1). Nilai pada kolom baik baris cukup (0.21 didapat dari hasil kali nilai prioritas tabel 14 (0.63) dengan nilai pada kolom cukup baris baik tabel 13 (0.33). Begitu juga cara untuk
mendapatkan nilai yang ada disetiap baris dan kolom subkriteria. Sedangkan nilai yang ada di kolom jumlah merupakan hasil penjumlahan baris subkriteria, misal pada baris baik (1.96) hasil dari 0.63 + 0.78 + 0.55. d.
Menghitung Rasio Konsistensi Subkriteria Keadaan Ekonomi
Tabel 16. Menghitung Rasio Konsistensi Subkriteria Keadaan Ekonomi Jumlah Per Baris Prioritas Hasil Baik 1.96 0.63 2.59 Cukup 0.8 0.26 1.06 Kurang 0.33 0.11 0.44 Total 4.09 λMaks = 4.09 3 = 1.36 CR = [ ( 1.36 – 3 ) / 3 ] 0.58 CR = -0.55
Nilai yang terdapat pada kolom jumlah per baris merupakan nilai yang ada di kolom jumlah pada tabel 15. Nilai yang terdapat pada kolom prioritas adalah nilai yang pada kolom prioritas di tabel 14. Nilai di kolom hasil hasil penjumlahan kolom jumlah per baris dengan kolom prioritas, misal hasil di baris baik (2.59) didapat dari 1.96 + 0.63. Nilai-nilai yang terdapat di kolom hasil dan baris subkriteria dijumlahkan sehingga didapatkan total yaitu 4.09. Nilai total digunakan untuk mencari rasio konsistensi
Jumlah elemen merupakan banyak subkriteria yang digunakan, sesuai dengan tabel 1 apabila banyak kriteria yang digunakan 3 maka IR nya 0.55. Nilai CR < 0.1 perhitungan bisa diterima namun jika CR lebih besar dari 0.1 maka matrik perbandingan berpasangan harus diperbaiki. 4.
Menghitung Subkriteria Dari Kriteria Kemampuan Debitur Adapun langkah-langkah dalm menghitung subkriteria dari kriteria keadaan ekonomi adalah sebagai berikut :
CR = CI IR CI = [ ( λMaks – n ) / n ] IR λMaks = Total hasil Jumlah elemen
27
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010 a.
Matriks
Perbandingan
ISSN : 2086 – 4981
Berpasangan
Tabel 17. Matriks Perbandingan Berpasangan Subkriteria Kemampuan Debitur Baik Cukup Kurang Baik 1 3 5 Cukup 0.33 1 3 Kurang 0.2 0.33 1 Jumlah 1.53 4.33 9 Langkah-langkah dalam mencari nilai yang ada pada tabel 17 sama dengan langkah pada tabel 5.
b.
Mencari Nilai Kriteria
Tabel 18. Mencari Nilai Kriteria Subkriteria Kemampuan Debitur Baik Cukup Kurang Jumlah Prioritas Prioritas Sub Kriteris Baik 0.65 0.69 0.56 1.9 0.69 1 Cukup 0.22 0.23 0.33 0.78 0.26 0.41 Kurang 0.13 0.08 0.11 0.32 0.11 0.17 Cara untuk mendapatkan nilai pada tabel 18 sama dengan Tabel 6.
c.
Penghitungan Jumlah Setiap Baris
Tabel 19. Penjumlahan Setiap Baris Subkriteria Kemampuan Debitur Baik Cukup Kurang Jumlah Baik 0.63 0.78 0.55 1.96 Cukup 0.21 0.26 0.33 0.8 Kurang 0.13 0.09 0.11 0.33 Langkah-langkah dalam mencari nilai yang ada pada d.
tabel 19 sama dengan langkah pada tabel 7. Menghitung Rasio Konsistensi.
Tabel 20. Menghitung Rasio Konsistensi Subkriteria Kemampuan Debitur Jumlah Per Baris Prioritas Hasil Baik 1.96 0.63 2.59 Cukup 0.8 0.26 1.06 Kurang 0.33 0.11 0.44 Total 4.09 Langkah-langkah dalam mencari nilai yang ada pada tabel 20 sama dengan langkah pada tabel 8. Nilai-nilai yang terdapat di kolom hasil dan baris subkriteria dijumlahkan sehingga didapatkan total yaitu 4.09. Nilai total digunakan
untuk mencari konsistensi. CR = CI IR CI = [ ( λMaks – n ) / n ] IR
28
rasio
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010 λMaks =
Total hasil Jumlah elemen λMaks = 4.09 3 = 1.36 CR = [ ( 1.36 – 3 ) / 3 ] 0.58 CR = -0.55
ISSN : 2086 – 4981
0.1 perhitungan bisa diterima namun jika CR lebih besar dari 0.1 maka matrik perbandingan berpasangan harus diperbaiki. 5.
Menghitung Subkriteria Dari Kriteria Karakter Adapun langkah-langkah untuk menghitung subkriteria dari kriteria karakter adalah sebagai berikut : a. Matriks Perbandingan Berpasangan Subkriteria Karakter.
Jumlah elemen merupakan banyak subkriteria yang digunakan, apabila banyak kriteria yang digunakan 3 maka IR nya 0.58. Nilai CR <
Tabel 21. Matriks Perbandingan Berpasangan Subkriteria Karakter Baik Cukup Kurang Baik 1 2 3 Cukup 0.5 1 2 Kurang 0.33 0.5 1 Jumlah 1.83 3.5 6 Langkah-langkah dalam b. Mencari Nilai Kriteria mencari nilai yang ada pada tabel 21 sama dengan langkah pada tabel 5. Tabel 22. Mencari Nilai Subkriteria Karakter Baik Cukup Kurang Jumlah Prioritas Prioritas Sub Kriteria Baik 0.55 0.57 0.5 1.62 0.53 1 Cukup 0.27 0.29 0.33 0.89 0.3 0.57 Kurang 0.18 0.43 0.17 0.78 0.26 0.49 Cara untuk mendapatkan nilai pada tabel 22 sama dengan langkah pada tabel 6.
c.
Penghitungan Jumlah Setiap Baris
Tabel 23. Penghitungan Jumlah Setiap Baris Kriteria Karakter Baik Cukup Kurang Jumlah Baik 0.53 0.6 0.78 1.91 Cukup 0.27 0.3 0.52 1.09 Kurang 0.17 0.15 0.26 0.58 Langkah-langkah dalam mencari nilai yang ada pada d.
29
tabel 23 sama dengan langkah pada tabel 7. Menghitung Rasio Konsistensi
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010
ISSN : 2086 – 4981
Tabel 24. Menghitung Rasio Konsistensi Subkriteria Karakter Jumlah Perbaris Prioritas Hasil Baik 1.91 0.53 2.44 Cukup 1.09 0.3 1.39 Kurang 0.58 0.26 0.84 Total 4.67 Langkah-langkah dalam mencari nilai yang ada pada tabel 24 sama dengan langkah pada tabel 8. Nilai-nilai yang terdapat di kolom hasil dan baris subkriteria dijumlahkan sehingga didapatkan total yaitu 4.67. Nilai total digunakan untuk mencari rasio konsistensi. CR = CI IR
0.58 CR = -0.83 Jumlah elemen merupakan banyak subkriteria yang digunakan, sesuai dengan tabel 1 apabila banyak kriteria yang digunakan 3 maka IR nya 0.58. Nilai CR < 0.1 perhitungan bisa diterima namun jika CR lebih besar dari 0.1 maka matrik perbandingan berpasangan harus diperbaiki.
CI = [ ( λMaks – n ) / n ] IR λMaks = Total hasil Jumlah elemen λMaks = 4.67 3 = 1.34 CR = [ ( 1.56 – 3 ) / 3 ]
Jaminan 0.4 Baik 1 Cukup 0.33 Kurang 0.1 g.
f.
Menghitung hasil dimana prioritas hasil perhitungan pada langkah 1 dan 2 kemudian dituangkan dalam matriks hasil dalam Tabel 25 berikut.
Tabel 25. Matriks Hasil Modal Usaha Keadaan Kemampuan Ekonomi Debitur 0.25 0.17 0.11 Baik Baik Baik 1 1 1 Cukup Cukup Cukup 0.78 0.41 0.41 Kurang Kurang Kurang 0.28 0.17 0.17
Masukan data calon debitur yang akan dinilai dari persyaratan yang telah ditetapkan pihak Bank dan tentukan subkriteria dari kriteria yang ada untuk masing-masing calon debitur.
Karakter 0.07 Baik 1 Cukup 0.57 Kurang 0.49
Misal, diberikan lima data calon debitur secara acak yang memperlihatkan subkriteria dari setiap kriteria yang diberikan yang terlihat pada tabel 26.
30
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010
ISSN : 2086 – 4981
Tabel 26. Contoh Kriteria Data Calon debitur Nama Debitur Jaminan Modal Keadaan Kemampuan Usaha Ekonomi Debitur Abdul Gani Baik Baik Baik Baik M. Riski Cukup Baik Baik Kurang Santi Baik Cukup Baik Baik Siti Maryeni Baik Cukup Cukup Baik Andriansyah Kurang Baik Baik Baik Berdasarkan data pada tabel 26 akan dilakukan
Karakter Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup
penghitungan. Hasilnya terlihat pada tabel 27.
Tabel 27. Hasil Perhitungan Nilai Subkriteria Nama Jaminan Modal Keadaan Kemampuan Karakter Total Keputusan Debitur Usaha Ekonomi Debitur Diterima Abdul Gani 0.4 0.25 0.17 0.11 0.04 0.97 Ditolak M. Riski 0.13 0.25 0.17 0.02 0.04 0.61 Diterima Santi 0.4 0.2 0.17 0.11 0.04 0.92 Diterima Siti Maryeni 0.4 0.2 0.07 0.11 0.04 0.82 Ditolak Andriansyah 0.04 0.25 0.17 0.11 0.04 0.61
Angka 0.43 pada kolom jaminan didapat dari hasil perkalian nilai baik (1) dengan nilai jaminan (0.43) pada tabel 26. Angka-angaka yang lain didapat dengan cara yang sama yaitu dengan mengalikan nilai subkriteria dengan nilai kriteria. Total didapat dari hasil penjumlahan nilai-nilai kriteria yang didapatkan. Semakin tinggi nilai total semakin berpeluang untuk memperoleh pinjamanan. Keputusan diperoleh dari ketetapan dari persyaratan yang telah ditentukan oleh pihak Bank yaitu besar sama 65 persen (>=65 %) dari total kriteria yang telah ditetapkan.
1. Model pengambilan keputusan melalui penyusunan hirarki dan atribut keputusan yang meliputi alternatif dan kriteria yang telah ditentukan untuk menentukan calon debitur yang berhak memperoleh pinjaman dalam bentuk hirarki analitis proses pengambilan keputusan akan menjadi lebih optimal. 2. Penggunaan model Analytical Hierarchy Process (AHP) menjadi sangat praktis dalam mendukung keputusan dengan banyak kriteria, sehingga manajer dapat mengambil keputusan yang lebih efektif. 3. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) yang dibangun ini salah satunya dapat digunakan untuk menentukan apakah calon debitur berhak memperoleh pinjaman atau tidak.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa dan perancangan sistem yang telah dilakukan pada Bank Danamon Simpan Pinjam maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
31
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010 DAFTAR PUSTAKA [1] Turban, E., Aronson, J.E., Liang T., Sharda, R. Decision Support System and Business Intelligence Systems. Eight Edition. Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Prentice Hall. 2005 2] Suryadi, Kadarsah. Sistem Pendukung Keputusan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 2002 [3] Turban, E. Decision Support Systems and Expert Systems, 4th ed. Prentice-Hall, Inc. 1995.
32
ISSN : 2086 – 4981