Jurnal Saintech Vol. 05- No.01-Maret 2013 ISSN No. 2086-9681
ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN PDB, SUKU BUNGA SBI, IHK, CADANGAN DEVISA, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP PERTUMBUHAN JUMLAH UANG BEREDAR DI INDONESIA Oleh:
Drs. Bonaraja Purba, M.Si*) *)
Dosen Universitas Negeri Medan
Abstract This study aimed to determine the effect of GDP growth, the SBI rate, CPI, foreign exchange reserves (CDS), and the exchange rate (ER) on the growth of the money supply (JUB) in Indonesia. This research is a descriptive study using secondary data in the form of time series data obtained from the BPS and Bank Indonesia. Methods of data analysis using OLS. Based on the analysis of data obtained: (1) there is a significant effect on the growth of GDP growth JUB, this is indicated by the value of t (6,24)> t table (1.70), (2) there is no significant effect on growth JUB SBI , this is indicated by the value of t (0,07)
t table (1.70) and (5) there is no significant effect on the growth of ER JUB, it this is indicated by the value of t (0,06)
Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan suatu negara adalah untuk mempertinggi kapasitas produksi nasional yang berdampak pada tingkat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dalam jangka panjang (sustainable growth). Hal ini akan tercapai apabila kondisi stabilitas ekonomi jangka pendek berada dalam kondisi yang baik. Oleh karena itu, pembuat kebijakan dituntut agar mampu membuat suatu formulasi kebijakan yang dapat menjaga stabilitas dalam perekonomian dan mengurangi fluktuasi perekonomian. Kestabilan laju inflasi merupakan unsur yang sangat penting dalam menjaga kestabilan ekonomi. Berdasarkan hal tersebut, tingkat inflasi di Indonesia juga mendapat perhatian yang sangat besar. Karena dalam kenyataannya bahwa implementasi kebijakan moneter ditujukan untuk mencapai tingkat inflasi yang
rendah dan stabil. Dalam perkembangan ilmu ekonomi dari berbagai permasalahan perekonomian jangka pendek, para ekonom sepakat bahwa pengendalian inflasi merupakan permasalahan ekonomi yang paling penting pada akhir-akhir ini. Inflasi merupakan variabel makroekonomi penting yang turut menentukan kinerja suatu perekonomian (Bayu Wijayanto, 2003). Karena tingkat inflasi yang tidak stabil akan membawa permasalahan, antara lain: pertama, inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan rill masyarakat akan terus menurun sehingga standar hidup masyarakat juga menurun. Kedua, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Karena inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan masyarakat dalam mengambil keputusan untuk melakukan konsumsi, investasi dan produksi, yang pada akhirnya akan berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi. Ketiga, tingkat
17
Jurnal Saintech Vol. 05- No.01-Maret 2013 ISSN No. 2086-9681
inflasi domestik yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat inflasi di negara tetangga akan mengakibatkan menjadikan tingkat bunga domestik rill menjadi tidak kompetitif yang berdampak pada tekanan nilai rupiah.
Perkembangan tingkat inflasi, jumlah uang beredar, dan PDB Riil di Indonesia untuk kurun waktu 2002 – 2007 terlihat pada tabel 1 berikut :
Tabel 1. Perkembangan Tingkat Inflasi. Jumlah Uang Beredar, dan PDB Riil di Indonesia Inflasi ( INF ) Jumlah Uang Beredar % ( JUB ) M1 2002 12.59 954,776.00 2003 6.79 954,776.00 2004 6.06 1,033,523.00 2005 10.40 264,712.08 2006 13.33 313,451.42 2007 6.40 385,826.83 Total 55.57 3,907,065.33 Rata-rata 9.26 651,177.56 Sumber : Bank Indonesia, Laporan Tahunan Tahun
Nilai rupiah yang stabil dapat menghasilkan interpretasi yang berbeda. Kestabilan secara internal yaitu kestabilan harga (stable in terms of prices of goods and services), dan kestabilan secara eksternal yaitu kestabilan nilai fakir (stable in terms of prices of other currencies) (Erwin, 2000). Pemberlakuan nilai fakir mengambang tahun 1997 menjadikan kestabilan nilai rupiah secara internal yang dipilih sebagai sasaran akhir kebijakan moneter. Artinya, tingkat inflasi merupakan sasaran akhir kebijakan moneter. Kebijakan moneter memberikan manfaat, antara lain: (1) mudah dipahami oleh masyarakat, karena masyarakat hanya akan melihat ukuran keberhasilannya pada pencapaian laju inflasi, (2) dapat menciptakan ekspektasi yang rendah terhadap inflasi sehingga pada akhirnya dapat menghasilkan tingkat inflasi aktual (actual inflation) sesuai dengan yang diinginkan, (3) dapat menghindari kemungkinan munculnya kebijakan-kebijakan yang dapat menimbulkan deviasi terhadap pencapaian target inflasi (diseretionary policy) (Edi Susianto, 2002). Kurva Philips menggambarkan hubungan searah (positif) antara tingkat inflasi dan pendapatan riil dalam jangka pendek. Adanya hubungan positif antara inflasi dan pendapatan riil merupakan suatu hal yang tidak mungkin,
18
PDB Riil ( PDB ) Milyar Rp. 1,863,274.70 2,045,853.50 2,303,031.50 2,729,700.00 1,847,292.90 1,963,974.30 12,753,126.90 2,125,521.15
yang menyebabkan tingkat inflasi yang rendah tanpa menimbulkan resesi ekonomi atau dapat pula dikatakan kebijakan ekspansif yang membuat harga naik kelihatannya juga diikuti oleh kenaikan pendapatan riil. Memelihara kestabilan harga disamping untuk menunjang proses pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tugas penting kebijakan moneter. Untuk itu diperlukan pertumbuhan uang beredar yang jumlahnya sesuai dengan laju pertumbuhan sektor riil dimana hal-hal lainnya dianggap tetap (cateris paribus). Terjadinya perubahan jumlah uang beredar sebagai akibat meningkatnya penawaran uang yang dilakukan dalam rangka kebijakan moneter akan menyebabkan turunnya tingkat bunga. Berdasarkan tabel 1 di atas, pertumbuhan uang beredar cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004, terjadi peningkatan yang sangat signifikan hingga mencapai nilai Rp. 1.033.523 milyar. Sementara itu pada tahun 2005 jumlah uang beredar mengalami penurunan hingga mencapai Rp. 267.712,08 milyar. Peningkatan jumlah uang beredar yang melambat pada tahun 2005-2007 sejalan dengan upaya otoritas moneter untuk memelihara kestabilan nilai mata uang rupiah. Dalam teori ekspektasi rasional disebutkan bahwa masyarakat melakukan kesalahan dalam mengekspektasi jumlah uang beredar sehingga menciptakan keterkaitan
Jurnal Saintech Vol. 05- No.01-Maret 2013 ISSN No. 2086-9681
antara perubahan tingkat inflasi dan perubahan tingkat pendapatan riil. Studi empiris yang telah dilakukan Barro (1977, 1978) memberikan dukungan yang kuat pada hipotesa ekspektasi rasional tersebut, bahwa hanya pertumbuhan jumlah uang beredar yang mempunyai pengaruh pada variabel riil (pendapatan riil dan pengangguran) atau dengan kata lain, adanya pertumbuhan jumlah uang beredar akan menyebabkan tingkat pendapatan riil dan pengangguran akan berfluktuasi dari tingkat alamiahnya sedangkan untuk tingkat harga dipengaruhi pertumbuhan jumlah uang beredar. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto ( PDB ) dapat digunakan sebagai alat ukur untuk melihat struktur perekonomian, apakah suatu perekonomian tumbuh berkembang atau tidak. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang apabila tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai pada saat ini lebih tinggi dari pada tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai pada masa sebelumnya. Perkembangan PDB riil yang paling signifikan terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar Rp. 2.729.700 milyar, yang disebabkan oleh semakin membaiknya kondisi perkonomian Indonesia terutama di sektor riil. Hal ini terkait dengan jumlah uang beredar di masyarakat yang cukup besar pada tahun 2004. Pendekatan ekspektasi rasional yang dikembangkan dalam penelitian ini, mencari hubungan kebijakan moneter terhadap tingkat pendapatan riil dan tingkat inflasi. kebijakan moneter dalam penelitian ini mengacu pada jumlah uang beredar. Dan dalam penelitian ini akan menginvestigasi pengaruh pertumbuhan uang beredar terhadap t ingkat pendapat an riil dan inflasi di Indonesia.. Atas dasar permasalahan di atas maka penelitian tentang “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Indeks Harga Konsumen (IHK), Cadangan Devisa (CDS), dan Nilai Tukar (ER) terhadap Pertumbuhan Jumlah Uang Beredar di Indonesia”penting dilakukan. 1.2. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah a. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pertumbuhan produk domestik bruto (PDB)
b.
c.
d.
e.
terhadap pertumbuhan jumlah uang beredar di Indonesia. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suku bunga (SBI) terhadap pertumbuhan jumlah uang beredar di Indonesia. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh indeks harga konsumen (IHK) terhadap pertumbuhan jumlah uang beredar di Indonesia. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh cadangan devisa (CDS) terhadap pertumbuhan jumlah uang beredar di Indonesia. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh nilai tukar rupiah (ER) terhadap pertumbuhan jumlah uang beredar di Indonesia.
II. Kajian Teori 2.1. Persamaan Pertumbuhan Jumlah Uang Beredar Persamaan pertumbuhan jumlah uang beredar ini digunakan untuk memisahkan pertumbuhan jumlah uang beredar dalam komponen yang tidak terantisipasi dan komponen yang terantisipasi. Bila dinyatakan (DM,) sebagai ekspektasi pertumbuhan jumlah uang beredar yang akan terjadi pada periode t, maka akan mendapatkan komponen pertumbuhan jumlah uang beredar yang tidak terantisipasi (DMRt ) adalah sebagai berikut: DM R t = DM 1 -DMt.........................................(1) Dan sebagaimana telah disebutkan di awal, bahwa dalam penelitian ini menggunakan pendekatan ekspektasi rasional, sehingga disini di asumsikan bahwa masyarakat akan menggunakan teori-teori ekonomi dan seluruh informasi yang relevan tersedia dalam membuat ekspektasi. Dalam menentukan ekspektasi tentang jumlah uang beredar masyarakat akan menggunakan seluruh variabel yang secara teoritis dapat mempengaruhi jumlah uang beredar. Secara teoritis, besarnya jumlah uang beredar dalam perekonomian akan sangat ditentukan oleh hasil interaksi pihak-pihak yang keputusannya mempengaruhi jumlah uang beredar yaitu penguasa moneter (bank central), bank komersial dan lembaga keuangan (sistem perbankan), serta masyarakat. Secara umum, hubungan antara ketiga tersebut dapat
19
Jurnal Saintech Vol. 05- No.01-Maret 2013 ISSN No. 2086-9681
digambarkan pada persamaan berikut: MS =
1 cu re ce
H = mm.H ....................................................................... (2) dimana: Ms adalah jumlah uang beredar cu adalah rasio uang kartal terhadap uang giral re adalah rasio cadangan terhadap uang giral H adalah uang primer mm adalah multiplier uang Uang inti terdiri dari uang kartal dan simpanan bank komersial pada bank central. Uang inti merupakan "inti" dari proses penciptaan uang, baik bagi penciptaan uang kartal maupun uang giral. Tanpa ada uang inti, tidak akan ada uang kartal maupun uang giral (Boediono, 1982). Sehingga dapat dikatakan perubahan uang inti merupakan penyebab utama perubahan jumlah uang beredar. Dengan asumsi bahwa multiplier uang konstan dapat diprediksi, bank sentral dapat sepenuhnya mengendalikan jumlah uang beredar. Sehingga di sini diharapkan bahwa uang primer memiliki hubungan yang positif dengan pertumbuhan jumlah uang beredar. Perubahan perilaku dari kedua pihak yang akan mempengaruhi jumlah uang beredar melalui angka pengganda uang. Masyarakat dapat mempengaruhi angka pengganda uang melalui rasio kartal-uang giral, sedangkan bank komersial mempengaruhi angka pengganda melalui rasio cadangan uang giral. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan rasio-rasio tersebut adalah tingkat bunga, pendapatan riil, dan tingkat harga. Dengan mempertimbangkan variabel di atas maka masyarakat akan dapat memperkirakan jumlah uang beredar yang akan terjadi. Dalam ekspektasi rasional masyarakat akan menggunakan informasi yang tersedia pada periode t-1 variabel-variabel yang berpengaruh terhadap variabel yang akan diekspektasi. Bila kita upayakan variabelvariabel diatas kecuali tingkat bunga dalam bentuk pertumbuhan maka akan diperoleh persamaan sebagai berikut. DMt=D0+D1DMt-1+D2DMt-2+D3DM0t-1D4i ....(3) Dimana,
20
DM, = pertumbuhan jumlah uang beredar pada periode t DMr-r = pertumbuhan jumlah uang beredar pada periode t-1 DMt_ 2 = pertumbuhan jumlah uang beredar pada periode t-2 DMOt-1 = pertumbuhan uang inti pada periode t-1 it-1 = tingkat bunga diskonto pada periode t-1 = pertumbuhan pendapatan riil pada DYt-1 periode t-1 Nilai residu pada persamaan diatas kemudian didefinisikan sebagai nilai pertumbuhan uang tidak terantisipasi (DMR). 2.2.
Persamaan Pertumbuhan Pendapatan Riil
Tingkat
Dalam perekonomian terbuka seperti Indonesia, nilai tukar memberikan pengaruh besar terhadap perekonomian. Nilai tukar akan mempengaruhi pendapatan riil melalui komponen net export. Depresiasi mata uang dalam negeri terhadap mitra dagang akan menyebabkan barang produksi dalam negeri menjadi lebih murah dan akibatnya hal ini akan memperbesar export di satu sisi dan di sisi lain akan menyebabkan turunnya import karena barang impor akan dirasa lebih mahal dari pada sebelumnya. Karena nilai tukar dinyatakan dengan banyaknya rupiah untuk satu unit dollar (Rp/$) maka nilai tukar diharapkan memiliki hubungan yang positif terhadap tingkat pendapatan riil. Kemudian, dengan mengasumsikan bahwa y t 1 sebagai kondisi keseimbangan awal (yp) maka persamaan akan menjadi seperti dibawah ini. Log (yt) = G0 +G1 log (yt-1) + G2 DMR1 + G3 DMRt-1 + G4DMR1-2 + G5 log (ERt) +ut .....................................................................(4) Dimasukkannya dua nilai log dari pertumbuhan uang yang tidak terantisipasi (DMR) dimaksudkan untuk menangkap efek persisten pendapatan riil akibat shock moneter. Pemasukkan nilai lag variabel DMR dalam persamaan pendapatan riil dapat dijelaskan dari pengaruh shock pada variabel stok persediaan (stock of inventories) (Blinder dan Fiseher dalam Seffrin,1983).
Jurnal Saintech Vol. 05- No.01-Maret 2013 ISSN No. 2086-9681
2.3. Persamaan Tingkat Harga Permintaan uang untuk transaksi dipengaruhi oleh pendapatan sedangkan permintaan uang untuk spekulasi dipengaruhi oleh variabel tingkat bunga. Sehingga secara sederhana hubungan tersebut dapat danyatakan dalam persamaan berikut: log(Mt –log(Pt =b0+ b1 log (yt) – b2r1 + t .. (5) Dengan substitusi persamaan (4) ke dalam persamaan (5) maka dihasilkan persamaan tingkat harga sebagai berikut: Log (Pt) = b0 + log (Mt) – b1 (G1 log (yt-1) + G2 DMRt-1 + G4 DMR t-2 _ G5 log (ER1)) + b2r – (t + b1ut) ...........................................................(6) III. Metode Penelitian 3.1. Data dan Sumber Data. Data dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang telah diolah menjadi laporan dari sumber yang asli atau data yang tidak diperoleh langsung dari lapangan. Adapun jenis data yang digunakan adalah data time series, yaitu data triwulan dari tahun 1992:3 sampai dengan 2007:3 yang bersumber dari laporan-laporan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) dan instansi-instansi lain yang berhubungan dengan penelitian. 3.2. Metode Analisis Untuk penelitian ini digunakan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square (0LS)) dalam melakukan estimasi terhadap jumlah uang beredar, tingkat pendapatan riil maupun tingkat harga. Penggunan metode OLS dilakukan untuk mendapatkan estimasi yang BLUE (Best, Liner, Unbiased Estimator). 3.3. Definisi Operasional Variabel Definisi variabel yang diamati pada penelitian ini adalah sebagai berikut: x Untuk menggambarkan tingkat harga yang terjadi, digunakan IHK adalah karena tingkat harga konsumen ini dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. IHK juga menentukan uang yang harus dipegang masyarakat dalam bentuk cair, karena IHK menunjukkan seberapa besar kebutuhan uang untuk
melakukan transaksi x Jumlah uang beredar akan digunakan uang dalam arti sempit (MI) dan arti luas (M2). Dimana M1 terdiri dari uang kartal dan uang giral. Sedangkan M2 terdiri dari M1 ditambah dengan uang kuasi (time deposit). x Nilai tukar merupakan banyaknya mata uang domestik untuk dikonversi dengan satu unit mata uang asing. Dalam penelitian ini, nilai tukar didefinisikan banyaknya rupiah untuk dikonversikan satu unit dollar (Rp/$). x Penelitian ini menggunakan 2 variabel tingkat suku bunga yang berbeda yaitu; suku bunga SBI 3 bulan dan suku bunga Deposito 3 bulan. Tingkat suku bunga SBI (i) digunakan dalam persamaan (3), karena tingkat bunga SBI merupakan instrumen yang sering digunakan oleh Bank Indonesia untuk mempengaruhi jumlah uang beredar. Sedangkan suku bunga deposito 3 bulan (r) akan digunakan pada persamaan (6) yang menunjukkan biaya oportunitas memegang uang kas. x Pendapatan riil merupakan banyaknya pendapatan riil yang dihasilkan perekonomian suatu negara pada periode tertentu berdasarkan harga konstan. Pendapatan riil dalam penelitian ini akan menggunakan nilai produk domestik bruto berdasarkan harga konstan. x Uang inti disebut juga dengan highpowered money. Uang inti terdiri dari uang kartal dan simpanan sistem perbankan pada bank sentral. Untuk simpanan sistem perbankan pada bank sentral terdiri dari cadangan minimum (minimum requirement) dan cadangan lebih (excess reserve). x Pertumbuhan jumlah uang beredar yang tidak terantisipasi (DMR) merupakan nilai residual dari persamaan (2) yang menunjukkan selisih antara pertumbuhan jumlah uang beredar aktual dengan pertumbuhan jumlah uang beredar yang diharapkan. 3.4. Uji Statistik Pengujian hipotesis terhadap parameter dugaan dilakukan dengan cara, yaitu: uji t (t test), dimana t hitung dibandingkan dengan t
21
Jurnal Saintech Vol. 05- No.01-Maret 2013 ISSN No. 2086-9681
tabel pada tingkat keyakinan tertentu, dan uji F (F test), di mana nilai F hitung dibandingkan dengan nilai F tabel pada tingkat keyakinan tertentu. Dari uji F ini selanjutnya diputuskan untuk menerima atau menolak hipotesa yang diajukan. 3.5. Koefisien determinasi (R2) Yaitu pengujian di gunakan untuk mengukur seberapa besar sumbangan variabel bebas secara keseluruhan untuk menjelaskan perubahan variabel terikat. R2 mempunyai nilai di antara 0 dan 1 (0 < R 2 < 1). Semakin tinggi nilai R 2 suatu regresi atau semakin mendekati nilai 1, berarti regresi tersebut semakin baik hasilnya.
3.6. Uji Asumsi Klasik Untuk mendapatkan estimasi yang BLUE (Best, Linier, Unbiased Estimator) maka hasil estimasi harus melalui uji asumsi klasik ini terlebih dahulu. Adapun uji asumsi klasik ini meliputi: uji multikolineritas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi. IV. Hasil Dan Pembahasan 4.1. Hasil Penelitian Pada tabel 2 dipaparkan pertumbuhan jumlah uang beredar (M1), PDB atas dasar harga konstan, suku bunga (SBI) pada periode tahun 2000-2008.
Tabel 2. Pertumbuhan Jumlah Uang Beredar (M1), PDB Atas Dasar Harga Konstan, Suku Bunga (SBI) di Indonesia JUB (M1) No
Tahun
Value Pertumbuha (Milyar) n (%) 1 2000 139,027.75 2 2001 162,621.25 0.170 3 2002 178,480.00 0.098 4 2003 201,961.00 0.132 5 2004 237,113.25 0.174 6 2005 268,496.50 0.132 7 2006 321,356.00 0.197 8 2007 398,833.00 0.241 9 2008 461,140.50 0.156 Rata-rata 263,225.47 0.162 Sumber : Bank Indonesia, (www.bi.go.id) Berdasarkan data pada tabel 2 di atas dapat dijelaskan bahwa dalam kurun waktu periode 2000-2008, jumlah uang beredar M1 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2000, jumlah uang beredar M1 hanya sekitar 139.027,75 milyar rupiah namun pada tahun 2008, jumlah uang beredar M1 telah menjadi 461.140,50 milyar rupiah. Kurun waktu periode 2000-20008 terlihat bahwa rata-rata pertahun jumlah uang beredar M1 adalah sekitar 263.227,47 milyar dengan pertumbuhan rata rata pertahun adalah 0,162%. Pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2002 yaitu sebesar 0,098 %, sedangkan pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 2007 sebesar 0,24%. Apabila
22
PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Value Pertumbuha (Milyar) n (%) 347,442.48 360,101.43 0.036 376,304.10 0.045 394,292.83 0.048 414,129.20 0.050 437,703.80 0.057 461,823.23 0.055 490,993.58 0.063 519,498.40 0.058 422,476.56 0.052
Suku Bunga (SBI) % 12.88 16.85 14.51 9.48 7.40 9.61 11.56 8.44 9.31 11.11
Pertumbuha n (%) 0.309 -0.139 -0.347 -0.220 0.300 0.203 -0.270 0.103 -0.008
dilihat dari tahun 2000 hingga 2008 maka pertumbuhan jumlah uang beredar M1 di Indonesia telah bertumbuh sebesar 2,32 %. Berdasarkan data pada tabel 2 di atas dapat dijelaskan bahwa dalam kurun waktu periode 2000-2008, PDB terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2000, PDB hanya sekitar 347.442,48 milyar rupiah namun pada tahun 2008 PDB telah menjadi 519.498,40 milyar rupiah. Kurun waktu periode 200020008 terlihat bahwa rata-rata pertahun PDB adalah sekitar 422.476,56 milyar dengan pertumbuhan rata rata pertahun adalah 0,52%. Pertumbuhan dimulai terjadi pada Tahun 2001 sebesar 0,098%, sedangkan pertumbuhan pada
Jurnal Saintech Vol. 05- No.01-Maret 2013 ISSN No. 2086-9681
tahun 2008 sebesar 0,058%. Apabila dilihat dari tahun 2000 hingga tahun 2008 maka pertumbuhan PDB di Indonesia telah bertumbuh sebesar 0,495%. Berdasarkan data pada tabel 2 di atas dapat dijelaskan bahwa dalam kurun waktu periode 2000-2008, suku bunga Indonesia (SBI) terus mengalami fluktuasi. Tahun 2000, SBI mengalami penurunan terendah sebesar 7,40% sedangkan yang terbesar terjadi pada Tahun 2001 sebesar 16,85%. Kurun waktu periode 2000-20008 terlihat bahwa rata-rata pertahun SBI adalah sekitar 11,11%, dengan pertumbuhan rata rata pertahun adalah -0,008%. Pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar -0,347%, sedangkan pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 0,3%. Pada tahun 2008 SBI telah bertumbuh sebesar 0,103%. Berdasarkan data pada tabel 3 di bawah ini, dapat dijelaskan bahwa dalam kurun waktu periode 2000-2008, indeks harga konsumen (IHK) mengalami fluktuasi. Pada tahun 2002, IHK pada tingkat terendah hanya sekitar 100,74 namun pada tahun 2001, IHK pada tingkat tertinggi sebesar 237,02. Kurun waktu periode 2000-20008 terlihat bahwa rata-rata pertahun IHK adalah 146,07 dengan pertumbuhan rata
rata pertahun -0,026%. Pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2002 sebesar -0,575 %, sedangkan pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 2006 sebesar 0,129%. Pada akhir tahun 2008 maka pertumbuhan IHK di Indonesia telah pertumbuhan mengalami penurunan sebesar 0,180%. Berdasarkan data pada tabel 3 dapat dijelaskan bahwa dalam kurun waktu periode 2000-2008, cadangan devisa (CDS) telah mengalami peningkatan. Hanya pada tahun 2005, CDS mengalami penurunan sekitar 33.734,59 juta USD namun pada tahun 2008, CDS telah menjadi 56.796,80 juta USD. Kurun waktu periode 2000-20008 terlihat bahwa ratarata pertahun CDS adalah sekitar 37.799,41 juta USD dengan pertumbuhan rata rata pertahun 0,097%. Pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2005 yaitu -0,059%, sedangkan pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 2007 yaitu 0,259%. Apabila dilihat dari tahun 2000 hingga tahun 2008 maka CDS telah bertumbuh sebesar 1,04%. Pada Tabel 3 berikut ini, akan dipaparkan pertumbuhan IHK, cadangan devisa (CDS), dan Exchange Rate (ER) pada periode tahun 2000-2008.
Tabel 3. Pertumbuhan IHK, Cadangan Devisa (CDS), dan Exchange Rate (ER) di Indonesia
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tahun
%
IHK Pertumbuhan (%) 0.121 -0.575 0.064 0.062 0.107 0.129 0.068 -0.180
2000 211.46 2001 237.02 2002 100.74 2003 107.18 2004 113.78 2005 125.91 2006 142.17 2007 151.90 2008 124.50 Rata146.07 -0.026 rata Sumber : Bank Indonesia, (www.bi.go.id)
Cadangan Devisa(CDS) Pertumbuh Juta USD an (%) 27887.20 28570.98 0.025 29840.44 0.044 34249.52 0.148 35848.21 0.047 33734.39 -0.059 41281.97 0.224 51985.21 0.259 56796.80 0.093
Exchange Rate (ER) Pertumbuh Value an (%) 8675.00 10478.75 0.208 9085.00 -0.133 8553.00 -0.059 9126.75 0.067 9875.75 0.082 9657.50 -0.022 9682.00 0.003 10192.50 0.053
37799.41
9480.69
Berdasarkan data pada tabel 3 di atas dapat dijelaskan bahwa dalam kurun waktu periode 2000-2008, nilai tukar rupiah mengalami fluktuasi. Pada tahun 2000, nilai
0.097
0.025
tukar rupiah hanya sekitar 8.675 rupiah namun pada tahun 2008, nilai tukar rupiah telah menjadi 10.192,50 rupiah. Kurun waktu periode 2000-20008 terlihat bahwa rata-rata pertahun
23
Jurnal Saintech Vol. 05- No.01-Maret 2013 ISSN No. 2086-9681
nilai tukar rupiah adalah sekitar 9.480,69 dengan pertumbuhan rata rata pertahun adalah 0,025%. Pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2002 yaitu -0,133%, sedangkan pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 2001 yaitu 0,208%. Pada tahun 2008 maka pertumbuhan nilai tukar rupiah di Indonesia telah bertumbuh sebesar 0,053%. 4.2.
Analisis Pertumbuhan Jumlah Uang Beredar
Dalam melakukan estimasi model pertumbuhan jumlah uang beredar di Indonesia digunakan metode kuadrat terkecil biasa (ordinary least square = OLS) dimana hasil estimasi OLS terhadap model yang dipakai, disajikan pada tabel 4 dibawah ini. Dengan operasional model penelitian ini adalah sebagai berikut : JUB1t = Įo+ Į1 JUB1t-1 + Į2 JUB1t-2 + Į3 PDBt-1
+ Į4 SBIt-1 + Į5 IHKt-1 + Į6 CDSt-1 + Į7Er-1 + ut Pada tabel 4 di bawah bahwa hasil estimasi diperoleh nilai R2 sebesar 0,7239 sehingga dapat dikatakan bahwa hasil estimasi mempunyai keeratan dan ketepatan (goodness of fit) yang baik. Artinya bahwa variasi-variasi pada variabel dependen, 65,92% mampu dijelaskan oleh variabel-variabel independen tersebut. Sedangkan 34,08 % ada variabel lain yang tidak dapat dijelaskan dalam model ini. Model ini juga dapat menjelaskan bahwa secara bersama-sama seluruh variabel (JUBt-1, JUBt-2, PDB t-1, IHK t-1, CDS t-1, ER t-1) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan jumlah uang beredar (JUBt-M1). Hal ini dapat dibuktikan bahwa nilai dari Fhitung (10,11) > Ftabel (3,39) pada taraf 99%.
Tabel 4. Hasil Estimasi Fungsi Jumlah Uang Beredar Variabel
Koefisien Estimasi
JUB1t-1 -0.375 JUB1t-2 -0.149 PDBt-1 2.057 SBIt-1 -0.0048 IHKt-1 0.073 CDSt-1 0.314 ERt-1 -0.0078 Constant 0.0282 Sumber : Hasil Analisis Data Hasil uji statistik dari tabel 4. menghasilkan variabel JUBt periode t-1 tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap JUBt di Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh nilai thitung (-2,82) < ttabel (1,70) pada taraf 95 %. Sedangkan hasil uji statistik menghasilkan variabel pertumbuhan JUBt periode t-2 tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan JUBt di Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh nilai thitung (1,22) < ttabel (1,70) pada taraf 95%. Adanya perbedaan pengaruh singnifikan jumlah uang beredar periode t-1 (JUBt-1) dan periode t-2 (JUBt-2) membuktikan bahwa pertumbuhan jumlah uang beredar sekarang (JUBt) tidak dipengaruhi oleh seberapa besar pertumbuhan stok persediaan jumlah uang beredar periode t-1 (JUBt-1).
24
thitung -2.82 1.22 6.24 -0.07 1.22 2.22 -0.06 2.04
ttabel
Keterangan
1,70
Tidak Signifikan Tidak Signifikan Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Signifikan Tidak Signifikan Signifikan
Hasil uji statistik dari tabel 4 menghasilkan variabel PDB memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan JUBt di Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh nilai thitung (6,24) > ttabel (1,70) pada taraf signifikansi 95%. Temuan ini sesuai dengan teori dan hipotesis yang diajukan, yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Pertumbuhan ekonomi yang positif berarti secara riil terjadi peningkatan arus barang atau pendapatan nasional. Peningkatan permintaan agregat akan meningkatkan pula pembiayaan, baik melalui perbankan maupun melalui perusahaan pembiayaan lainnya. Demikian pula sektor usaha yang merespon kenaikan permintaan pendapatan riil tersebut juga memerlukan pembiayaan untuk peningkatan produksinya. Hal ini berarti bahwa
Jurnal Saintech Vol. 05- No.01-Maret 2013 ISSN No. 2086-9681
peningkatan arus barang, yang tercermin dari meningkatnya PDB, diikuti semakin meningkatnya pula jumlah uang beredar. Hasil uji statistik dari tabel 4 menghasilkan variabel SBI tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan JUBt di Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh nilai thitung (0,07) < ttabel (1,70) pada taraf 95%. Temuan ini sesuai dengan teori, yang dapat dijelaskan sebagai berikut, suku bunga menjadi pedoman bagi investor untuk mengetahui apakah investasi yang ditanamkan menguntungkan atau tidak. Jika return dari suatu investasi lebih rendah dari suku bunga yang berlaku, maka dapat dikatakan bahwa investasi tersebut tidak menguntungkan. Kredit adalah salah satu sumber dana untuk melakukan investasi. Kecilnya suku bunga akan menguntungkan kreditor untuk melakukan investasi sehingga penarikan kredit yang besar mengakibatkan peningkatan jumlah uang beredar. Sebaliknya apabila suku bunga bank meningkat besar akan menurunkan kreditor untuk menanamkan investasinya yang mengakibatkan menurunnya jumlah uang beredar. Hasil uji statistik dari tabel 4 menghasilkan variabel pertumbuhan IHK tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan JUBt. Hal ini ditunjukkan oleh nilai thitung (1,22) < ttabel (1,70) pada taraf 95%. Temuan ini sesuai dengan teori, dan dapat dijelaskan sebagai berikut bila IHK tinggi, nilai uang akan turun, masyarakat akan cenderung untuk memilih menyimpan kekayaannya dalam bentuk barang. Dalam situasi seperti ini, jumlah uang beredar akan meningkat karena masyarakat akan mengalihkan kekayaan finansialnya ke bentuk barang. Dengan demikian, dalam masa inflasi jumlah uang beredar akan cenderung meningkat. Hasil uji statistik dari Tabel 4 menghasilkan variabel CDS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap JUBt. Hal ini ditunjukkan oleh nilai thitung (2,22) > ttabel (1,70) pada taraf 95%. Hubungan yang searah dan pengaruh yang signifikan variabel CDS terhadap JUBt membuktikan bahwa temuan ini sesuai dengan teori dan hipotesis yang diajukan. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut penerimaan pemerintah dapat berasal dari penerimaan dalam rupiah maupuan penerimaan dalam bentuk valuta asing yang akan
menambah cadangan devisa. Penerimaan valuta asing yang ditukarkan dengan rupiah untuk perdagangan domestik akan meningkatkan jumlah uang beredar di dalam negeri. Jadi hubungan cadangan devisa dan jumlah uang beredar cukup erat, di mana jumlah cadangan devisa yang ditukarkan menambah jumlah uang beredar dalam jumlah yang sama. Hasil uji statistik dari tabel 4 menghasilkan variabel ER tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap JUB. Hal ini ditunjukkan oleh nilai thitung (0,06) < ttabel (1,70) pada taraf signifikansi 95%. Temuan ini sesuai dengan teori, yang dapat dijelaskan sebagai berikut misalkan bank sentral meningkatkan penawaran uang. Karena tingkat harga diasumsikan tetap, kenaikan dalam penawaran uang berarti kenaikan dalam keseimbangan uang riil. Kenaikan riil itu menggeser kurva LM ke kanan, sehingga kenaikan penawaran uang akan meningkatkan pendapatan dan menurunkan kurs. V. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan pengujian hipotesis dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Terdapat pengaruh yang signifikan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) terhadap pertumbuhan jumlah uang beredar (JUB), hal ini ditunjukkan oleh nilai thitung (6,24) > ttabel (1,70) pada taraf signifikansi 95%. 2. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan suku bunga SBI terhadap pertumbuhan jumlah uang beredar (JUB), hal ini ditunjukkan oleh nilai thitung (0,07) < ttabel (1,70) pada taraf signifikansi 95%. 3. Tidak terdapat pengaruh positif yang signifikan indeks harga konsumen (IHK) terhadap pertumbuhan jumlah uang beredar (JUB), hal ini ditunjukkan oleh nilai thitung (1,22) < ttabel (1,70) pada taraf signifikansi 95%. 4. Terdapat pengaruh positif yang signifikan cadangan devisa (CDS) terhadap pertumbuhan jumlah uang beredar (JUB), hal ini ditunjukkan oleh nilai thitung (2,22) > ttabel (1,70) pada taraf signifikansi 95%. 5. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan nilai tukar rupiah (ER) terhadap pertumbuhan jumlah uang beredar (JUB),
25
Jurnal Saintech Vol. 05- No.01-Maret 2013 ISSN No. 2086-9681
hal ini ditunjukkan oleh nilai thitung (0,06) < ttabel (1,70) pada taraf signifikansi 95%.
Seffrin, Steven M, 1983. Rational Expectation (Economic Theory). London : Cambridge University Press.
Daftar Pustaka Bank Indonesia. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Berbagai Terbitan. ________. Laporan Tahunan Bank Indonesia. Berbagai Terbitan ________. Laporan Bulanan Bank Indonesia. Berbagai Terbitan Barro, Robert J, 1977. " Unanticipated Money Growth and Unemployment in the United States", The American Economic Review, Vo l 67, No. 2. Barro, Robert J, 1978, " Unanticipated Money, Output, and the Price Level in the United States", Journal of Political Economy. V o l 86. No. 41 Bayu
Wijayanto, 2003. "Efek Danamis Gangguan Permintaan Agregat dan Penawaran Agregat Terhadap Fluktuasi Inflasi di Indonesia". Jurnal Ekonomi dan Bisnis (Dian Ekonomi). V o l 2, No. 1
Boediono, 1982. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Yogyakarta: BPFE Edi Susianto, 2002. "Menyikapi Inflation Targeting dalam Proses Pemulihan Ekonomi: Suatu Tinjauan Teori", Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. Vol 5, No. 2. Erwin Haryono et al, 2000. "Mekanisme Pengendalian Moneter Dengan Inflasi Sebagai Sasaran Tunggal ", Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. Vo l 2, No. 4. Faisal H. Basri, 2002. Perekonomian Indonesia (Tantangan dan Harapan Bagi Kebangkitan Ekonomi Indonesia. Jakarta: Erlangga Gujarati, Damodar, 1995. Jakarta : Erlangga
Ekonometrika.
Mankiw, N. Gregory, 2000. Makroekonomi. Terjemahan Nurmawan. Jakarta : Erlangga.
26
Nopirin, 1995. Ekonomi Moneter. Yogjakarta : BPFE – UGM.
Teori Imam