Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681
UJI BERBAGAI KONSENTRASI ENZIM PAPAIN PADA HIDROLISIS PROTEIN IKAN CUCUT TERHADAP KETERTARIKANBACTROCERA DORSALIS DI LABORATORIUM
Oleh :
Rasiska Tarigan*) *)
Peneliti Pada Kebun Percobaan Berastagi Jl. Medan-Berastagi km. 60.
Abstract Bactrocera dorsalis is one of the important fruit fly pest attacked to hortikultra Indonesian commodities. Damage was caused miscarriage fruit. The study was determine the ability of the enzim papain in protein hydrolysis cucut, to controlling Bactrocera dorsalis fruits fly in laboratory. The experiment was conducted in Berastagi Experimental Garden Berastagi, in March until May 2013. The design was used a complete non factorial randomized design is one factor. The namely is concentration of enzyme papain (K) which is composed of 5 stage treatment that K0 = Control (Honey), K1 = 2%, K2 = 3%, 4% = K3, K4 = 5%.. Each treatment must be repeated 4 times. The results showed that the concentration of the enzyme papain had a significant effect on the percentage interest and duration of the fruit fly come interested to antraktan Best papain enzyme concentration on treatment is K1. The K1 treatment has the highest average percentage of interest that is 65.32% and fruit flys fasted days cameto antraktan teratment is 1 day after application. Key Words : Concentration, Papain enzym, protein hidrolisat cucut fish, Bactrocera dorsalis
I Pendahuluan Berbagai kendala ditemukan dalam budidaya jeruk salah satu diantaranya adalah serangan lalat buah. Lalat buah merupakan hama salah satu hama utama yang menyerang berbagai buah di Indonesia. Menurut Muryati (2008) bahwa hama ini dapat menurunkan produksi baik dari segi kuantitatif maupun kualitatif. Di Indonesia Bactrocera dorsalis merupakan salah satu dari 8 spesies hama lalat buah yang dapat menyebabkan kehilangan hasil produksi hingga 100 %.(Sutrisno, 1991). Bactrocera dorsalis menyerang sayur dan buah-buahan seperti cabai, mangga, jeruk, jambu, pisang, belimbing, melon dan semangka. Menurut hasil penelitian Messina et al (1991) bahwa lalat buah betina memilih buah yang mulai masak agar lebih mudah ditembus oleh ovipositor. Buah terserang biasanya terdapat lubang kecil di bagian
88
tengah kulit buah. Kerusakan yang ditimbulkan oleh larvanya akan menyebabkan gugur buah sebelum mencapai kematangan yang diinginkan (Asri, 2003). Berbagai upaya pengendalian lalat buah telah dilakukan antara lain : tradisional, kimiawi, umpan protein, atraktan, maupun penggunaan teknik jantan mandul. Secara mekanis dilakukan dengan cara membungkus buah dengan kantong plastik dan daun kelapa. Alternatif pengendalian lalat buah yang memiliki prospek untuk dikembangkan melalui penggunaan protein hidrolisat, agen hayati dan atraktan (Iwashi et al. 1999). Atraktan merupakan salah satu cara menarik perhatian serangga melalui feromon, garam, amonium dan hidrolisat protein. Dalam pembuatan hidrolisat protein dibutuhkan enzim yang mana enzim merupakan protein yang berfungsi sebagai biokatalis dalam sel hidup, salah satu
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681
antaralain enzim papain. Menurut winarno (1983) bahwa enzim papain memiliki keunggulan dari enzim bromelin dikarenakan daya katalitik lebih besar dibandingkan dengan katalitik sintetik sehingga mampu menghidrolisis protein daging dan ikan. Penggunaan enzim papain dalam proses hidrolisis hanya dapat dilakukan sekali saja. Hidrolisis protein dipengaruhi oleh konsentrasi bahan penghidrolisis, suhu, pH dan wakttu hidrolisis. Hidayat (2005). Protein hidrolisat dapat dibuat dari berbagai macam sumber protein, baik sumber protein hewani maupun nabati.Protein hidrolisat dapat digunakan sebagai pemikat lalat buah, namun harganya sangat mahal. Salah satu bahan baku pembuatan protein hidrolisat, berasal dari sektor perikanan yakni ikan cucut. Kandungan protein ikan cucut dapat dimanfaatkan dalam mengendalikan lalat buah. Aroma yang dihasilkan oleh protein hidrolisat ikan cucut menarik Bactrocera sp. Beberapa tahun belakangan ini telah terjadi peningkatan preferensi penggunaan agen hayati dan hidrolisat protein dalam mengendalikan hama pada buah-buahan dan sayuran. Hal ini disebabkan karena dapat menjaga kestabilan lingkungan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian II Bahan dan Metodologi Penelitian dilaksanakan di laboratorium Kebun Percobaan Berastagi Kabupaten Karo mulai bulan Maret 2013 sampai Mei 2013. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adaalah Imago Bactrocera dorsalis, ikan cucutm enzim papain, sulfit, pasir, madu dan toples. Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain : gelas ukur, kain kasa, karet gelang. Kegiatan meliputi : 1) Pembuatan enzim papaya. 2) Pembuatan protein hidrolisat ikan cucut, 3) Perlakuan 4) Perbanyakan lalat buahBactrocera dorsalis, 5) Pengumpulan jantan dan betina sesuai konsentrasi enzim papain . Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap non faktorial dengan satu faktor yakni :Konsentrasi enzim papain (K)yang terdiri dari 5 taraf perlakuan yaitu K0 = Kontrol (Madu ), K1 = 2 %, K2 = 3%, K3 = 4%, K4= 5 %. Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 4 kali. Tahap pertama enzim papain berasal
dari getah buah pepaya yang sudah berumur 2,5-3 bulan. Penyadapan dilakukan pada pagi hari dari 8.00-8.30 dengan kedalaman torehan antara 1-2 mm. Getah yang keluar dari buah ditampung dalam botol selai hingga penuh. Getah hasil sadapan dicampur dengan laruutan sulfit 0,7% sebanyak 4 kali jumlah getah yang diperoleh lalu diaduk merata dengan menngunakan sendok pengaduk hingga membentuk emulsi getah berwarna putih susu. Selanjutnya getah dikeringkan dibawah sinar matahari selama 8 jam. Tahap kedua dibersihkan daging ikan cucut dengan air mengalir lalu ditiriskan hingga mengering. Ikan dipotong kecil-kecil dan ditimbang sebanyak 1 kg lalu ditambah air 4 L, lalu diaduk hingga campuran merata lalu ditambahkan enzim papain kasar berdasarkan konsentrasi perlakuan kedalam toples yang berisi 1 L larutan protein hidrolisat ikan cucut. Wadah ditutup selama 4-5 hari diruang gelap dengan suhu kamar.Tahap keempat. Perbanyakan lalat buah Bactrocera dorsalis dari buah jeruk busuk yang terserang, kemudian larva dimasukkan kedalam toples berisi pasir yang telah disterilisasikan dan ditutup dengan kain kasa, selama proses metamorfosis ke imag dijaga kelembaban pasir. Setelah imago keluar dari pupa lalu diberikan madu sebagai pakan lalat buah. Tahap Kelima. Untuk pengumpulan lalat buah terdiri atas jantan sebanyak 5 ekor dan betina sebanyak 5 ekor dimasukkan kedalam wadah toples yang telah diberi perlakuan konsentrasi enzim papain, lalu diamati setiap hari selama 1 minggu setelah aplikasi.Parameter yang diamati meliputi : 1) Persentase ketertarikan lalat buah Pada Protein Hidrolisat(%). Persentase ketertarikan lalat buah menggunakan rumus = (Jumlah imago yang berpindah/jumlah imago yang diamati) x 100%. Pengamatan dilakukan 1 hari setelah aplikasi selama 5 hari. 2) Waktu lalat buah berpindah mendatangiperlakuan (hari). Data yang diperoleh dianalisis dengan uji ANNOVA (uji F) dan dilanjutkan dengan uji BNJ pada taraf 5%. III Hasil dan Pembahasan Persentase Ketertarikan lalat Buah (%).
89
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681
Berdasarkan sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian konsentrasi enzim papain pada ikan cucut terlihat nyata terhadap persentase ketertarikan lalat buah pada masingmasing perlakuan di hari ketiga, keempat,
kelima dan keenam setelah aplikasi. Ketertarikan lalat buah pada konsentrasi enzim papain dalam protein hidrolisat ikan cucut, disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Nilai rerata persentase ketertarikan lalat buah pada masing-masing konsentrasi enzim papain setelah aplikasi. Perlakuan Konsentrasi enzim papain (K)
1
HariSetelahAplikasi (%) 2 3 4
5
6
K0 = Kontrol
0,00 a
1,55 a
3,33 e
11,72 d
19,16 e
25,55 d
K1 = 2 %
0,00 a
3,67 a
13,33 a
21,24 a
50,77 a
65,32 a
K2 =3 %
0,00 a
2,92 a
10,00b
46,86 b
64,45 ab
K3 = 4 %
0,00 a
2,28a
7,67 c
20,42 ab 18,19 b
33,90 c
57,91 b
K4 = 5 %
0,00 a
2,01a
5,04 d
16, 08 c
28,52 d
42,10 c
KK = %
0%
5,96 %
3,28 %
11,04%
15,21 %
9,74 %
Tabel 1. menunjukkan pada hari pertama dan kedua setelah aplikasi terlihat bahwa pemberian taraf konsentrasi enzim papain tidak nyata terhadap peresentase ketertarikan lalat buah. Pada umur 3 dan 5 hari setelah aplikasi menunjukkan bahwa konsentrasi enzim papain perlakuan K1 berbeda nyata dengan K2, K3, K4 dan K5 terhadap persentase ketertarikan lalat buah. Apabila taraf konsentrasi enzim ditingkatkan maka terjadi penurunan persentase ketertarikan lalat buah terhadap hidrolisis protein ikan cucut. Rataan persentase ketertarikan lalat buah tertinggi di hari ke- 3 dan ke-5 setelah aplikasi diperoleh pada perlakuan K1 (2 %) dengan masing-masing 13,33% dan 50,77%, diikuti perlakuan K2 dengan masing-masing 10,00% dan 46,68% sedangkan nilai rataan terendah diperoleh pada K0 dengan masing-masing 3,33 % dan 19,16%. Halinididuga bahwa konsentrasi enzim papain yang diberikan pada ikan cucut menghasilkan protein hidrolisat dengan aroma berbeda hinggadisukai oleh lalat buah.Umumnya serangga tertarik terhadap sexferomon maupun umpan makan yang disukai, misalnya B.dorsalis tertarik dengan antraktan seperti metyleuenol, EureIure, Med Iure,
90
ammonia danprotein hidrolisat. Hal ini didukung oleh pendapat Robinson dan Hooper, 1989 bahwa lalat buah tertarik dengan aroma asam amino yang dihasilkan protein hidrolisat ikan cucut. Konsentrasi enzim papain pada umur 4Hsa dan 6Hsa menunjukkan bahwa perlakuan K1 berbeda tidak nyata dengan K2 terhadap persentase ketertarikan lalat buah. Apabila dilihat dari rataan yang diperoleh pada umur 4Hsa dan 6Hsa bahwa K1 memiliki persentase tertinggi dengan masing-masing 21,43% dan 65,32%, diikuti nilai rataan tidak berbeda jauhpada perlakuan K2 dengan masing-masing 20,42% dan 64,45%. Nilai raatan terendah ditemukan pada K0 (kontrol) dengan masingmasing 11,72% dan 25,55%. Hal ini diduga karena enzim papain mampu merombak hidrolisis protein pada ikan cucut sehingga menghasilkan aroma yang dapat menarik lalat buah datang dibandingkan aroma yang dihasilkan oleh madu (K0). Protein hidrolisa tikan cucut memiiki kandungan amoniadan asamamonia dibawah 0,0284 m/l. MenurutSudrajat (2005) bahwa lalat lebih menyukai ammonia pada ambang konsentrasi dibawah 0,02 m/l. Ini didukung oleh
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681
pendapatBaker et al (2000).Lalat tertarik terhadap bau-bauan pada konsentrasi yang relative kecil berkisar antara 0,1-1000 ยต. Ketertarikan sumber aroma khusus pada indra pencium mendektesi kekuatan sumber aroma sangat rendahsehingga tidak dapat dibedakan, selain pengaruh kandungan amonia yang dihasilkanolehK1 dan K2 tidak jauh berbeda maka persentase ketertarikan lalat buahterhadap kedua perlakuan tidak jauh berbeda.Menurut Immanuel (2014) bahwa
tingkat aroma yang dihasilkan berdampak terhadp respon lalat buah untuk mendektesi dan rangsangan melalui alat indra pencium. Lama hari lalat buah mendatangi perlakuan (hari).
berpindah
Berdasarkan sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi enzim papain memberi pengaruh nyata terhadap waktu lalat buah untuk berpindah dalam mendatangi perlakuan.
Tabel 2. Nilai rataan lama hari lalat buah berpindah ke perlakuan antraktan setelah aplikasi (Hari) Perlakuan Konsentrasi enzim papain (K) K0 = Kontrol (Madu) K1 = 2 % K2 = 3 % K3 = 4 % K4 = 5 %
Lamanya lalat buah berpindah mendatangi perlakuan (hari)
KK (%) Pengamatan waktu lalat buah berpindah mendatangi perlakuan merupakan lama harinya lalat buah tertarik untuk mendatangi setiap perlakuan. Berdasarkan data analisis menunjukkan perlakuan K1 memiliki hari lebih cepat berbeda tidak nyata dengan K2 namun berbeda nyata K3, K4 dan K0 terhadap menarik lalat buah untuk berpindah ketoples lain yang diberi perlakuan dengan sistem digantung. Apabila konsentrasi enzim ditingkatkan ada perlakuan K2 menunjukkan berbeda tidak nyata dengan K3 namun berbeda nyata dengan K4 dan K0, dan pada taraf konsentrasi enzim papain K3 menunjukkan berbeda nyata dengan K4 dan K0 demikian pada perlakuan K4 berbeda nyata dengan K0. Nilai rataan hari tercepat menarik Bactrocera dorsalis mendatangi antraktan perlakuan diperoleh pada perlakuan K2 yaitu 1 hari dan diikuti K2 yatu 2 hari, sedangkan lamanya haridiperoleh pada perlakuan K0 yaitu 5 hari. Hal ini menunjukkan bahwa pada setiap taraf konsentrasi enzim papain pada masing-masing perlakuan memilili lama hari menarik lalat buah berbeda-beda. Asam-asam amino yangdihasilkan dari enzim papain dalam menghidrolisis protein ikan cucut
5,50 c 1,75 a 2,50 ab 3,25 abc 3,50bc 7,81 % mengeluarkan senyawa aroma aktif apabila terjadi interaksi dengan udara dan panas. Adanya aroma yang dihasilkan menyebabkan serangga mencari untuk berkumpul. Serangga mendektesi suatu rangsangan melalui alat sensor yan disebut olfaktor, umumnya merespon dengan berusaha mendekati atau menjauhi aroma sesuai dengan kekuatan aroma yan diterima (Agus 2000). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Dewi 2002 bahwa konsentrasi enzim papain kasar pada selang 0,1%, 0,25%, 0,5 %, 0,7 % dan 1%, tidak memberi pengaruh nyata terhadap jumlah asam amino dan derajat hidrolisis. Menurut Dalyanto, 2006 bahwa serangga tertarik dengan aroma tertentu misalnya bau tape, bau busuk atau bau harum. IV Kesimpulan 1. Pemberian konsentrasi enzim papain memberi pengaruh nyata terhadap persentase ketertarikan lalat buah dan lamanya hari lalat buah tertarik mendatangi antraktan. 2. Konsentrasi enzim papain pada taraf perlakuan K1 memiliki persentase
91
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681
ketertarikan lalat buah tertinggi pada ke 2-6 hari pengamatan setelah aplikasi perlakuan dengan masing-masing 3,67%, 13,33 %, 21,24%, 50,77% dan 65,32%. Sedangkan terendah diperoleh pada perlakuan K0 dengan masing-masing 1,55%, 3,33%, 11,72%, 19,16% dan 25,55%. 3. Berdasarkan hari untuk lalat buah tertarik mendatangi antraktan tercepat diperoleh pada perlakuan K1 (2%) yaitu 1 hari setelah aplikasi diikuti K2 yaitu 2 hari dan hari terlama pada perlakuan K0 yaitu 5 hari. 4. Konsentrasi enzim papain terbaik dalam menghidrolsis protein ikan cucut dalam menghasilkan aroma yaitu pada perlakuan K2 (2%). Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada mahasiswa bernama Immanuel Sembiring dari Universitas Sumatera Utara yang telah membantu melakukan penelitian diantara penelitian mahasisawa tersebut di Laboratorium hama dan Penyakit KP. Berastagi.
Daftar Pustaka Agus. K. 2007. Pengaruh Campuran Beberapa Jenis Minyak Nabati Terhadap Daya Tangkap Lalat Buah. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Bul.Littro.Vol.XVII. No.1.2007. 60-66 Asri, 2003. Membuat Alat Perangkap Lalat Buah. Sinar Tani. http://www.litbang.deptan.go.id. Diunduh tanggal 22 September 2012. Baker TC.COSSE AA. Penemu IOWA State University Research Foundation IC, 22 Agus 2000. Fly Attractant Compositions US Patent G. 106821 Dalyanto, E. 2006. Atraktan Perangkap Lalat Dari Protein Hidrolisat Limbah Ikan Cucut (skripsi). Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
92
Dewi, GC. 2002. Studi Penggunaan Enzim Papain Pada Produksi Hidrolisat Protein Ikan [Skripsi] Bogor. Fakultas Teknologi Peternakan. Institu Pertanian Bogor. Hidayat T. 2005. Pembuatan Hidrolisat Protein dari Ikan Selam Kuning (Caranax leptolepis) dengan Menggunakan Enzim papain [Skripsi] Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Immanuel. S, TOBING mc, Lubis L, Tarigan R, 2014. Uji efektivitas Protein Hidrolisat Ikan Cucut (Carcharhinus SP) Naktar dan Beauveria bassiana Untuk Mengendalikan Lalat Buah (iBactrocera dorsalis complex) (Diptera : Teptritidae) di Laboratorium. Jurnal Online Agroekoteknologi. Vol 2. No 4. 1627-1633. ISSN No. 2337-6597. Iwashi, O.T.S.S Subazar and S. Sastrodiharjo. 1999. Attractiveness of Methyl Eugenol to Fruit Fly Bactrocera carombolae (Diptera : Tephtritidae) inIndonesia Ann. Entomol Soc. 89 (5): 653-660 Messina, F.J., D.G. Alston, & V.P. Jones. 1991. Oviposition by the Western Cherry fruit fly (Diptera: Tephritidae) in relation to host development. Journal of the Kansas Entomological Society 64: 197-208 Sutrisno, S. 1991. Current Fruit Fly Problem in Indonesia in Kawasaki, O.K. Iwashi and K.Y. Kaeshiko (Eds).Proceeding of Symposium on The Biology and control of Fruit Flies Okinawa-Japan 2-4 September.pp. 72-78. Sudrajat S. 2005. Kandungan Bahan Organik (BOD). Disungai Cipiring Kabupaten Sumedang Jawa Barat [Skripsi]. Bogor. Fakutas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Winarmo FG, 1986. Enzim papain. Jakarta PT. Gramedia.